daya hambat ekstrak rimpang kunyit (curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/fulltext.pdf · 1.3...

86
DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) TERAHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus DAN Staphylococcus epidermidis SECARA In Vitro SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan Diploma IV Kesehatan Program Studi Analis Kesehatan Diajukan Oleh : Abdullatif G1C215033 PROGRAM STUDI D IV ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016 http://lib.unimus.ac.id

Upload: hoangdung

Post on 06-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma

domestica Val) TERAHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus

aureus DAN Staphylococcus epidermidis SECARA In Vitro

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Pendidikan Diploma IV Kesehatan

Program Studi Analis Kesehatan

Diajukan Oleh

Abdullatif

G1C215033

PROGRAM STUDI D IV ANALIS KESEHATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2016

httplibunimusacid

httplibunimusacid

httplibunimusacid

DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val)

TERAHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus DAN Staphylococcus

epidermidis SECARA In Vitro

Abdullatif1 Stalis Norma Ethica

2 Muhammad Evy Prastiyanto

3

1 Program Studi D IV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Semarang 2 Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Semarang 3 Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Semarang

ABSTRAK

Kunyit merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat sebagai obat karena

memiliki senyawa seperti kurkumin minyak atsiri flavonoid dan alkaloid yang

berfungsi sebagai antioksidan antikostrol antitumor antivirus dan antibakteri

Bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri

yang dapat penyebab infeksi kulit infeksi saluran pencernaan infeksi saluran

pernapasan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak

rimpang kunyit terhadap Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cara maserasi dengan

variasi konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan cara infusum konsentrasi 25

50 75 dan 100 bv Hasil ekstraksi di uji yang digunakan yaitu disk diffution

sumuran waktu kontak dan serat halus rimpang kunyit Hasil penelitian

menunjukan bahwa ekstrak kunyit tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis pada semua variasi

konsentrasi yang ditunjukan dengan tidak terbentuk zona bening disekitar paper

disk

Kata Kunci Kunyit Saureus Sepidermidis Daya hambat

httplibunimusacid

INHIBITION EXTRACT TURMERIC (Curcuma domestica Val) ON THE

GROWTH AND Staphylococcus aureus AND Staphylococcus epidermidis In

Vitro IN

Abdullatif1 Stalis Norma Ethica

2 Muhammad Evy Prastiyanto

3

1 Study Program Analyst D IV Health Faculty of Nursing and Health University

of Muhammadiyah Semarang 2 Laboratory of Chemistry Faculty of Nursing and Health Sciences University of

Muhammadiyah Semarang 3 Laboratory of Microbiology Faculty of Nursing and Health Sciences University

of Muhammadiyah Semarang

ABSTRACT

Turmeric is a plants that has many benefits as a medicine because it has compounds

such as curcumin essential oils flavonoids and alkaloids that act as antioxidants

antikostrol antitumor antiviral and antibacterial Staphylococcus aureus and

Staphylococcus epidermidis is a bacteria that can cause skin infections

gastrointestinal infections respiratory tract infections The aim of this research is to

know the inhibitation turmeric extract against Staphylococcus aureus and

Staphylococcus epidermidis The extraction method used is maceration using

varying concentrations of 5 10 25 and 50 v v and the way infusum

concentration of 25 50 75 and 100 w v Extraction results in the test were

used that disk diffution pitting contact time and fine fiber turmeric The results

showed that the turmeric extract is not able to inhibit the growth of Staphylococcus

aureus and Staphylococcus epidermidis on all variations of concentration shown by

not formed a clear zone around the paper disk

Keywords Turmeric Saureus Sepidermidis Inhibitation

httplibunimusacid

httplibunimusacid

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala

rahmat hidayah dan inayah-Nya Sholawat dan salam kepada junjungan kita

Baginda Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabat-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul ldquoDaya Hambat Ekstrak Rimpang

Kunyit (Curcuma domestica Val) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis secara In Vitrordquo

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan Diploma IV Analis Kesehatan di Universitas Muhammadiyah Semarang

2016

Penulis menyadari bahwa terelesaikannya tugas akhir ini tidak lepas dari

bimbingan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

1 Dr Stalis Norma Ethica MSi selaku pembimbing pertama yang telah

memberikan bimbingan motivasi arahan serta dukungan dalam penyusunan

skripsi ini

2 Muhammad Evy Prastiyanto M Sc selaku pembimbing kedua yang juga

telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis

3 DrSri Darmawati MSi selaku penguji utama yang telah memberikan

inspirasi arahan saran dan kritikan yang membangun dalam penyusunan

skripsi ini

4 Dra Sri Sinto Dewi MSi Med selaku ketua program studi DIV Analis

Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Semarang

5 Kedua Orangtua tercinta dan keluarga besar Yamin Jafar yang selalu

mendukung secara moral moril dan materi

6 Yunia Sulistia AmdAk yang selalu memberikan semangat yang tiada

hentinya

7 Diaman AmdAk dan Muslimah Syamsyudin AmdAk yang selalu ada

dalam suka maupun duka selama hidup di Semarang

httplibunimusacid

8 Sahabat seperjuangan program studi DIV Analis Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Semarang yang telah berjuang bersam-sama dalam

menyelesaikan pendidikan studi DIV Analis Kesehatan dan semua pihak

yang telah membantu

Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dan kekurangan dalam

penulisan tugas akhir ini Kritik dan saran yang membangun Semoga tugas akhir

ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

Semarang September 2016

Penyusun

httplibunimusacid

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

ABSTRAK iv

SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Tujuan Umum 3

Tujuan Khusus 4

Manfaat Penelitian 4

Orisinalitas Penelitian 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Teoritis 7

Tinjauan Umum Kunyit 7

Umum Umum Bakteri 15

Tinjauan Umum Bakteri S Aureus 15

Tinjauan Umum Bakteri S epidermidis 22

Penyakit Yang Disebabkan Staphylococcus 26

Mekanisme Kerja Antibiotik 28

Metode Pengujian Antibakteri 30

Metode Ekstraksi 32

Kerangka Teori 36

Kerangka Konsep 36

BAB III METODE PENELITIA

Jenis Penelitian 37

Desain Penelitian 37

Variabel Penelitian 37

Rancangan Penelitian 38

Defenisi Operasional 38

Obyek Penelitian 39

Alat dan Bahan 39

Prosedur Penelitian 39

Alur Penelitian 43

Tehnik Pengumpulan Dan Analisis Data 44

Tempat Dan Waktu Penelitian 44

httplibunimusacid

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel 45

42 Hasil Penelitian 46

43 Pembahasan 51

42 Pembahasan 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 51 Kesimpulan 56

52 Saran

56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

httplibunimusacid

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 11 Orisinalitas Penelitian 5

Tabel 21 Kandungan Kimia Kunyit 10

Tabel 22 Sifat Minyak Ansiri 12

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat 31

Tabel 31 Definisi Operasional 38

Tabel 41 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Maserasi 46

Tabel 42 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 47

Tabel 43 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 24 jam 48

Tabel 44 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum Spread plate 48

Tabel 45 Hasil Zona Hambat Serat Kunyit 49

Tabel 46 Hasil Uji Kontrol Positif (Ampisilin) 50

Tabel 47 Hasil Uji Kontrol Positif (kloramfenikol) 50

httplibunimusacid

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 21 Struktur Pigmen Kunyit 11

Gambar 22 Kerangka Teori 36

Gambar 23 Kerangka Konsep 36

Gambar 31 Alur Penelitian 43

httplibunimusacid

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering

terjadi di masyarakat yang tidak pernah dapat diatasi secara tuntas dan menjadi

penyebab utama penyakit di daerah tropis seperti di Indonesia Penyakit infeksi

dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia dan

disebabkan oleh suatu mikroorganisme seperti virus parasit jamur dan bakteri

(Jawetz dkk 2005)

Penyakit karena bakteri yang sering terjadi di lingkungan sekitar yaitu infeksi

kulit salah satunya jerawat bisul dll yang umumnya ditemukan pada orang dengan

sanitasi yang buruk Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu spesies

bakteri jenis Staphylococcus yang secara alami umumnya hidup dikulit dan

membran mukosa yang dapat menimbulkan peradangan (abses atau nanah) seperti

jerawat infeksi kulit infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal (Radji 2011)

Selain bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan penyakit infeksi

kulit Staphylococcus aureus juga merupakan bakteri Gram-positif bersifat

koagulase positif yang membedakan dengan spesies lain dan sering di temukan

sebagai bakteri mikroflora normal pada kulit Apabila bakteri ini masuk ke dalam

tubuh akan dapat menyebabkan pneumonia meningitis endokarditis dan infeksi

kulit (Jawetz dkk 2005)

Banyak tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat infeksi

kulit yaitu kunyit tanaman kunyit mempunyai efek antibakteri selain itu juga

mempunyai efek sebagai antiradang dan antioksidan (Tjay dan Rahardja 2002)

httplibunimusacid

Bagian yang berperan dan banyak digunakan untuk obat dari kunyit yaitu

rimpangnya Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah napsu

makan obat luka gatal-gatal antiradang sesak napas antidiare dan merangsang

keluarnya angin dari perut Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur

kecantikan dan kosmetik Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk

stimulansia pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu

dapur (Sudarsono dkk 1996)

Kandungan utama rimpang kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang

berfungsi sebagai antioksidan antikolestrol antitumor anti HIV dan antibakteri

(Hargono 2000) Beberapa grub senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba

antara lain fenol dan senyawa turunannya terbukti sebagai antibakteri dengan cara

merusak dindang sel yang mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan

komponen dinding sel pada sel yang sedang tumbuh mengubah permeabilitas

membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi dari dalam sel

denaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid

1972)

Selain itu senyawa antibakteri dalam kunyit yaitu flavonid dan alkaloid

Menurut Heinrich (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga

menyebabkan kematian sel Sundari et al (1996) menyatakan bahwa flavonoid

dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan

mikroba Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga

dapat merusak membran sel Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin

dapat merusak pembentukan konidia jamur Kandungan senyawa lain seperti

httplibunimusacid

alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas

enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif

dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan

bakteri

Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak

rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit

sebagai zat antibakteri alternatif yang alami

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana

daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus

dan Staphylococcus epidermidisrdquo

13 Tujuan Penelitian

131 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak

rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

132 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak

rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang

Mikrobiologi

142 Manfaat bagi Instansi

Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat

rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik

143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi

referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme

kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia

144 Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti

dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia

httplibunimusacid

15 Orisinalitas Penelitian

Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11

Tabel 11 Orisinalitas Penelitian

No Judul Penelitian Nama

Peneliti

Tahun

Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

1 Daya Antibakteri Ekstrak

Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus

Nugroho

Tristyanto

2011

Jenis penelitian ini

adalah penelitian

ekperimen

laboratorium

bahwa ekstrak buah Mahkota

dewa mempunyai daya

hambat terhadap bakteri

Staphylococcus aureus yaitu

pada konsentrasi terendah 90

2 Uji Efektivitas Ekstrak

Kunyit Sebagai

Antibakteri Terhadap

Pertumbuhan Bakteri

Bacillus Sp Dan Shigella

Dysentriae Secara In Vitro

Cut

Marnaini

2013

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik metode

disc diffusion

menunjukkan ekstrak kunyit

mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Bacillus

sp dan Shigella dysentriae

3 Aktifitas antibakteri

Ekstrak Etanol daun

belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L)

Terhadap Staphylococcus

aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Siti Nur

2012

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap S aureus

zona hambat sebesar 92 mm

103 mm dan 113 mm

Sedangkan S epidermidis zona

hambat sebesar 76 mm 85

mm dan 102 mm Sehingga S

aureus lebih rentan terhadap

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh

Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan

penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama

menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus

sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara

penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua

mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini

mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan

httplibunimusacid

perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga

mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan

Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang

kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Teoritis

211 Tinjauan Umum Kunyit

2111 Definisi Kunyit

Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia

Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di

dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut

(Rukmana dan Rahmat 1994)

Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam

(Thomas 2006)

Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyte

Sub Divisi Angiospermae

Kelas Monocotyledonae

Ordo Zingiberales

Fimili Zingiberaceae

Genus Curcuma

Spesies Curcums Domestica Valet

2112 Nama Daerah

Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir

(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng

(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)

(Muhlisah 2001)

httplibunimusacid

2113 Morfologi Tanaman

Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri

sebagai berikut

a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah

daun

b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm

dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun

runcing tepi daun rata

c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota

panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan

d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga

kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)

Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan

memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang

induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini

biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas

umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek

lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging

jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan

berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang

semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)

httplibunimusacid

2114 Ekologi dan Penyebaran

Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan

Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik

tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit

kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam

di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)

2115 Sifat

Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas

dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan

zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil

daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari

aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen

menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)

2116 Kandungan Rimpang Kunyit

Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah

pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)

Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa

mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada

kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2

menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

httplibunimusacid

Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

Tabel 21 Kandungan kimia kunyit

Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)

Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya

(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik

rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam

umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya

(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen

utama yang menentukan mutu kunyit

a) Kurkuminoid

Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna

pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog

antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit

httplibunimusacid

dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22

menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit

Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod

(Purseglove 1981)

Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning

Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35

dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus

dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur

kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut

dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin

sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi

alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)

kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian

Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa

adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap

ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti

inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada

penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks

antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik

httplibunimusacid

absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan

bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50

b) Minyak atsirih

Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan

aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal

sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh

dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat

yang disajikan pada Tabel 22

Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit

Sumber Krisnamurthy et al (1976)

Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering

dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga

kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan

minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas

kunyit dan tempat tumbuhnya

Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari

p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri

dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren

(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk

yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen

httplibunimusacid

hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan

adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah

turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O

(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang

terdiri dari turmeron dan ar-turmeron

2117 Kegunaan Kunyit

Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak

kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan

bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai

jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan

penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan

contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih

yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai

khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)

obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan

analgetika

Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat

luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena

digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu

Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai

gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing

manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita

yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)

httplibunimusacid

2118 Sifat Antimikroba Kunyit

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)

Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin

Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin

mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var

aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap

Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin

merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa

fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba

Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik

dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol

berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak

membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi

tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran

dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam

(Hugo dan Russel 1981)

Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa

nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih

dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm

mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat

menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat

httplibunimusacid

menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan

kurkuminnya

Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk

Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat

Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar

500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi

sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif

batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada

penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal

terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum

Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus

megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan

etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam

212 Tinjauan Umum Bakteri

2121 Bakteri Staphylococcus aureus

a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah

anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai

kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi

penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh

pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan

karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning

tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa

httplibunimusacid

manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi

piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten

terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang

sulit

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama

yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus

epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)

merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S

aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam

beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi

berat yang mengancam jiwa

Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen

kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-

10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan

047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya

perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid

atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang

Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya

bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang

disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut

piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi

httplibunimusacid

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 2: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

httplibunimusacid

httplibunimusacid

DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val)

TERAHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus DAN Staphylococcus

epidermidis SECARA In Vitro

Abdullatif1 Stalis Norma Ethica

2 Muhammad Evy Prastiyanto

3

1 Program Studi D IV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Semarang 2 Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Semarang 3 Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Semarang

ABSTRAK

Kunyit merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat sebagai obat karena

memiliki senyawa seperti kurkumin minyak atsiri flavonoid dan alkaloid yang

berfungsi sebagai antioksidan antikostrol antitumor antivirus dan antibakteri

Bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri

yang dapat penyebab infeksi kulit infeksi saluran pencernaan infeksi saluran

pernapasan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak

rimpang kunyit terhadap Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cara maserasi dengan

variasi konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan cara infusum konsentrasi 25

50 75 dan 100 bv Hasil ekstraksi di uji yang digunakan yaitu disk diffution

sumuran waktu kontak dan serat halus rimpang kunyit Hasil penelitian

menunjukan bahwa ekstrak kunyit tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis pada semua variasi

konsentrasi yang ditunjukan dengan tidak terbentuk zona bening disekitar paper

disk

Kata Kunci Kunyit Saureus Sepidermidis Daya hambat

httplibunimusacid

INHIBITION EXTRACT TURMERIC (Curcuma domestica Val) ON THE

GROWTH AND Staphylococcus aureus AND Staphylococcus epidermidis In

Vitro IN

Abdullatif1 Stalis Norma Ethica

2 Muhammad Evy Prastiyanto

3

1 Study Program Analyst D IV Health Faculty of Nursing and Health University

of Muhammadiyah Semarang 2 Laboratory of Chemistry Faculty of Nursing and Health Sciences University of

Muhammadiyah Semarang 3 Laboratory of Microbiology Faculty of Nursing and Health Sciences University

of Muhammadiyah Semarang

ABSTRACT

Turmeric is a plants that has many benefits as a medicine because it has compounds

such as curcumin essential oils flavonoids and alkaloids that act as antioxidants

antikostrol antitumor antiviral and antibacterial Staphylococcus aureus and

Staphylococcus epidermidis is a bacteria that can cause skin infections

gastrointestinal infections respiratory tract infections The aim of this research is to

know the inhibitation turmeric extract against Staphylococcus aureus and

Staphylococcus epidermidis The extraction method used is maceration using

varying concentrations of 5 10 25 and 50 v v and the way infusum

concentration of 25 50 75 and 100 w v Extraction results in the test were

used that disk diffution pitting contact time and fine fiber turmeric The results

showed that the turmeric extract is not able to inhibit the growth of Staphylococcus

aureus and Staphylococcus epidermidis on all variations of concentration shown by

not formed a clear zone around the paper disk

Keywords Turmeric Saureus Sepidermidis Inhibitation

httplibunimusacid

httplibunimusacid

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala

rahmat hidayah dan inayah-Nya Sholawat dan salam kepada junjungan kita

Baginda Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabat-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul ldquoDaya Hambat Ekstrak Rimpang

Kunyit (Curcuma domestica Val) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis secara In Vitrordquo

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan Diploma IV Analis Kesehatan di Universitas Muhammadiyah Semarang

2016

Penulis menyadari bahwa terelesaikannya tugas akhir ini tidak lepas dari

bimbingan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

1 Dr Stalis Norma Ethica MSi selaku pembimbing pertama yang telah

memberikan bimbingan motivasi arahan serta dukungan dalam penyusunan

skripsi ini

2 Muhammad Evy Prastiyanto M Sc selaku pembimbing kedua yang juga

telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis

3 DrSri Darmawati MSi selaku penguji utama yang telah memberikan

inspirasi arahan saran dan kritikan yang membangun dalam penyusunan

skripsi ini

4 Dra Sri Sinto Dewi MSi Med selaku ketua program studi DIV Analis

Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Semarang

5 Kedua Orangtua tercinta dan keluarga besar Yamin Jafar yang selalu

mendukung secara moral moril dan materi

6 Yunia Sulistia AmdAk yang selalu memberikan semangat yang tiada

hentinya

7 Diaman AmdAk dan Muslimah Syamsyudin AmdAk yang selalu ada

dalam suka maupun duka selama hidup di Semarang

httplibunimusacid

8 Sahabat seperjuangan program studi DIV Analis Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Semarang yang telah berjuang bersam-sama dalam

menyelesaikan pendidikan studi DIV Analis Kesehatan dan semua pihak

yang telah membantu

Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dan kekurangan dalam

penulisan tugas akhir ini Kritik dan saran yang membangun Semoga tugas akhir

ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

Semarang September 2016

Penyusun

httplibunimusacid

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

ABSTRAK iv

SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Tujuan Umum 3

Tujuan Khusus 4

Manfaat Penelitian 4

Orisinalitas Penelitian 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Teoritis 7

Tinjauan Umum Kunyit 7

Umum Umum Bakteri 15

Tinjauan Umum Bakteri S Aureus 15

Tinjauan Umum Bakteri S epidermidis 22

Penyakit Yang Disebabkan Staphylococcus 26

Mekanisme Kerja Antibiotik 28

Metode Pengujian Antibakteri 30

Metode Ekstraksi 32

Kerangka Teori 36

Kerangka Konsep 36

BAB III METODE PENELITIA

Jenis Penelitian 37

Desain Penelitian 37

Variabel Penelitian 37

Rancangan Penelitian 38

Defenisi Operasional 38

Obyek Penelitian 39

Alat dan Bahan 39

Prosedur Penelitian 39

Alur Penelitian 43

Tehnik Pengumpulan Dan Analisis Data 44

Tempat Dan Waktu Penelitian 44

httplibunimusacid

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel 45

42 Hasil Penelitian 46

43 Pembahasan 51

42 Pembahasan 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 51 Kesimpulan 56

52 Saran

56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

httplibunimusacid

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 11 Orisinalitas Penelitian 5

Tabel 21 Kandungan Kimia Kunyit 10

Tabel 22 Sifat Minyak Ansiri 12

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat 31

Tabel 31 Definisi Operasional 38

Tabel 41 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Maserasi 46

Tabel 42 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 47

Tabel 43 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 24 jam 48

Tabel 44 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum Spread plate 48

Tabel 45 Hasil Zona Hambat Serat Kunyit 49

Tabel 46 Hasil Uji Kontrol Positif (Ampisilin) 50

Tabel 47 Hasil Uji Kontrol Positif (kloramfenikol) 50

httplibunimusacid

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 21 Struktur Pigmen Kunyit 11

Gambar 22 Kerangka Teori 36

Gambar 23 Kerangka Konsep 36

Gambar 31 Alur Penelitian 43

httplibunimusacid

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering

terjadi di masyarakat yang tidak pernah dapat diatasi secara tuntas dan menjadi

penyebab utama penyakit di daerah tropis seperti di Indonesia Penyakit infeksi

dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia dan

disebabkan oleh suatu mikroorganisme seperti virus parasit jamur dan bakteri

(Jawetz dkk 2005)

Penyakit karena bakteri yang sering terjadi di lingkungan sekitar yaitu infeksi

kulit salah satunya jerawat bisul dll yang umumnya ditemukan pada orang dengan

sanitasi yang buruk Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu spesies

bakteri jenis Staphylococcus yang secara alami umumnya hidup dikulit dan

membran mukosa yang dapat menimbulkan peradangan (abses atau nanah) seperti

jerawat infeksi kulit infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal (Radji 2011)

Selain bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan penyakit infeksi

kulit Staphylococcus aureus juga merupakan bakteri Gram-positif bersifat

koagulase positif yang membedakan dengan spesies lain dan sering di temukan

sebagai bakteri mikroflora normal pada kulit Apabila bakteri ini masuk ke dalam

tubuh akan dapat menyebabkan pneumonia meningitis endokarditis dan infeksi

kulit (Jawetz dkk 2005)

Banyak tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat infeksi

kulit yaitu kunyit tanaman kunyit mempunyai efek antibakteri selain itu juga

mempunyai efek sebagai antiradang dan antioksidan (Tjay dan Rahardja 2002)

httplibunimusacid

Bagian yang berperan dan banyak digunakan untuk obat dari kunyit yaitu

rimpangnya Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah napsu

makan obat luka gatal-gatal antiradang sesak napas antidiare dan merangsang

keluarnya angin dari perut Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur

kecantikan dan kosmetik Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk

stimulansia pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu

dapur (Sudarsono dkk 1996)

Kandungan utama rimpang kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang

berfungsi sebagai antioksidan antikolestrol antitumor anti HIV dan antibakteri

(Hargono 2000) Beberapa grub senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba

antara lain fenol dan senyawa turunannya terbukti sebagai antibakteri dengan cara

merusak dindang sel yang mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan

komponen dinding sel pada sel yang sedang tumbuh mengubah permeabilitas

membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi dari dalam sel

denaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid

1972)

Selain itu senyawa antibakteri dalam kunyit yaitu flavonid dan alkaloid

Menurut Heinrich (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga

menyebabkan kematian sel Sundari et al (1996) menyatakan bahwa flavonoid

dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan

mikroba Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga

dapat merusak membran sel Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin

dapat merusak pembentukan konidia jamur Kandungan senyawa lain seperti

httplibunimusacid

alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas

enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif

dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan

bakteri

Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak

rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit

sebagai zat antibakteri alternatif yang alami

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana

daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus

dan Staphylococcus epidermidisrdquo

13 Tujuan Penelitian

131 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak

rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

132 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak

rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang

Mikrobiologi

142 Manfaat bagi Instansi

Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat

rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik

143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi

referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme

kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia

144 Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti

dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia

httplibunimusacid

15 Orisinalitas Penelitian

Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11

Tabel 11 Orisinalitas Penelitian

No Judul Penelitian Nama

Peneliti

Tahun

Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

1 Daya Antibakteri Ekstrak

Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus

Nugroho

Tristyanto

2011

Jenis penelitian ini

adalah penelitian

ekperimen

laboratorium

bahwa ekstrak buah Mahkota

dewa mempunyai daya

hambat terhadap bakteri

Staphylococcus aureus yaitu

pada konsentrasi terendah 90

2 Uji Efektivitas Ekstrak

Kunyit Sebagai

Antibakteri Terhadap

Pertumbuhan Bakteri

Bacillus Sp Dan Shigella

Dysentriae Secara In Vitro

Cut

Marnaini

2013

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik metode

disc diffusion

menunjukkan ekstrak kunyit

mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Bacillus

sp dan Shigella dysentriae

3 Aktifitas antibakteri

Ekstrak Etanol daun

belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L)

Terhadap Staphylococcus

aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Siti Nur

2012

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap S aureus

zona hambat sebesar 92 mm

103 mm dan 113 mm

Sedangkan S epidermidis zona

hambat sebesar 76 mm 85

mm dan 102 mm Sehingga S

aureus lebih rentan terhadap

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh

Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan

penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama

menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus

sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara

penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua

mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini

mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan

httplibunimusacid

perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga

mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan

Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang

kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Teoritis

211 Tinjauan Umum Kunyit

2111 Definisi Kunyit

Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia

Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di

dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut

(Rukmana dan Rahmat 1994)

Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam

(Thomas 2006)

Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyte

Sub Divisi Angiospermae

Kelas Monocotyledonae

Ordo Zingiberales

Fimili Zingiberaceae

Genus Curcuma

Spesies Curcums Domestica Valet

2112 Nama Daerah

Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir

(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng

(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)

(Muhlisah 2001)

httplibunimusacid

2113 Morfologi Tanaman

Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri

sebagai berikut

a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah

daun

b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm

dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun

runcing tepi daun rata

c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota

panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan

d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga

kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)

Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan

memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang

induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini

biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas

umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek

lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging

jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan

berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang

semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)

httplibunimusacid

2114 Ekologi dan Penyebaran

Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan

Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik

tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit

kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam

di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)

2115 Sifat

Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas

dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan

zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil

daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari

aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen

menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)

2116 Kandungan Rimpang Kunyit

Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah

pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)

Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa

mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada

kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2

menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

httplibunimusacid

Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

Tabel 21 Kandungan kimia kunyit

Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)

Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya

(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik

rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam

umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya

(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen

utama yang menentukan mutu kunyit

a) Kurkuminoid

Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna

pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog

antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit

httplibunimusacid

dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22

menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit

Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod

(Purseglove 1981)

Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning

Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35

dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus

dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur

kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut

dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin

sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi

alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)

kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian

Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa

adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap

ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti

inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada

penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks

antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik

httplibunimusacid

absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan

bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50

b) Minyak atsirih

Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan

aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal

sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh

dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat

yang disajikan pada Tabel 22

Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit

Sumber Krisnamurthy et al (1976)

Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering

dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga

kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan

minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas

kunyit dan tempat tumbuhnya

Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari

p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri

dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren

(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk

yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen

httplibunimusacid

hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan

adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah

turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O

(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang

terdiri dari turmeron dan ar-turmeron

2117 Kegunaan Kunyit

Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak

kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan

bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai

jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan

penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan

contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih

yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai

khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)

obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan

analgetika

Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat

luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena

digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu

Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai

gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing

manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita

yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)

httplibunimusacid

2118 Sifat Antimikroba Kunyit

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)

Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin

Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin

mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var

aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap

Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin

merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa

fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba

Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik

dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol

berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak

membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi

tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran

dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam

(Hugo dan Russel 1981)

Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa

nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih

dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm

mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat

menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat

httplibunimusacid

menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan

kurkuminnya

Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk

Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat

Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar

500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi

sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif

batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada

penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal

terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum

Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus

megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan

etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam

212 Tinjauan Umum Bakteri

2121 Bakteri Staphylococcus aureus

a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah

anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai

kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi

penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh

pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan

karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning

tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa

httplibunimusacid

manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi

piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten

terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang

sulit

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama

yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus

epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)

merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S

aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam

beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi

berat yang mengancam jiwa

Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen

kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-

10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan

047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya

perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid

atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang

Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya

bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang

disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut

piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi

httplibunimusacid

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 3: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

httplibunimusacid

DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val)

TERAHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus DAN Staphylococcus

epidermidis SECARA In Vitro

Abdullatif1 Stalis Norma Ethica

2 Muhammad Evy Prastiyanto

3

1 Program Studi D IV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Semarang 2 Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Semarang 3 Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Semarang

ABSTRAK

Kunyit merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat sebagai obat karena

memiliki senyawa seperti kurkumin minyak atsiri flavonoid dan alkaloid yang

berfungsi sebagai antioksidan antikostrol antitumor antivirus dan antibakteri

Bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri

yang dapat penyebab infeksi kulit infeksi saluran pencernaan infeksi saluran

pernapasan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak

rimpang kunyit terhadap Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cara maserasi dengan

variasi konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan cara infusum konsentrasi 25

50 75 dan 100 bv Hasil ekstraksi di uji yang digunakan yaitu disk diffution

sumuran waktu kontak dan serat halus rimpang kunyit Hasil penelitian

menunjukan bahwa ekstrak kunyit tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis pada semua variasi

konsentrasi yang ditunjukan dengan tidak terbentuk zona bening disekitar paper

disk

Kata Kunci Kunyit Saureus Sepidermidis Daya hambat

httplibunimusacid

INHIBITION EXTRACT TURMERIC (Curcuma domestica Val) ON THE

GROWTH AND Staphylococcus aureus AND Staphylococcus epidermidis In

Vitro IN

Abdullatif1 Stalis Norma Ethica

2 Muhammad Evy Prastiyanto

3

1 Study Program Analyst D IV Health Faculty of Nursing and Health University

of Muhammadiyah Semarang 2 Laboratory of Chemistry Faculty of Nursing and Health Sciences University of

Muhammadiyah Semarang 3 Laboratory of Microbiology Faculty of Nursing and Health Sciences University

of Muhammadiyah Semarang

ABSTRACT

Turmeric is a plants that has many benefits as a medicine because it has compounds

such as curcumin essential oils flavonoids and alkaloids that act as antioxidants

antikostrol antitumor antiviral and antibacterial Staphylococcus aureus and

Staphylococcus epidermidis is a bacteria that can cause skin infections

gastrointestinal infections respiratory tract infections The aim of this research is to

know the inhibitation turmeric extract against Staphylococcus aureus and

Staphylococcus epidermidis The extraction method used is maceration using

varying concentrations of 5 10 25 and 50 v v and the way infusum

concentration of 25 50 75 and 100 w v Extraction results in the test were

used that disk diffution pitting contact time and fine fiber turmeric The results

showed that the turmeric extract is not able to inhibit the growth of Staphylococcus

aureus and Staphylococcus epidermidis on all variations of concentration shown by

not formed a clear zone around the paper disk

Keywords Turmeric Saureus Sepidermidis Inhibitation

httplibunimusacid

httplibunimusacid

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala

rahmat hidayah dan inayah-Nya Sholawat dan salam kepada junjungan kita

Baginda Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabat-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul ldquoDaya Hambat Ekstrak Rimpang

Kunyit (Curcuma domestica Val) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis secara In Vitrordquo

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan Diploma IV Analis Kesehatan di Universitas Muhammadiyah Semarang

2016

Penulis menyadari bahwa terelesaikannya tugas akhir ini tidak lepas dari

bimbingan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

1 Dr Stalis Norma Ethica MSi selaku pembimbing pertama yang telah

memberikan bimbingan motivasi arahan serta dukungan dalam penyusunan

skripsi ini

2 Muhammad Evy Prastiyanto M Sc selaku pembimbing kedua yang juga

telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis

3 DrSri Darmawati MSi selaku penguji utama yang telah memberikan

inspirasi arahan saran dan kritikan yang membangun dalam penyusunan

skripsi ini

4 Dra Sri Sinto Dewi MSi Med selaku ketua program studi DIV Analis

Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Semarang

5 Kedua Orangtua tercinta dan keluarga besar Yamin Jafar yang selalu

mendukung secara moral moril dan materi

6 Yunia Sulistia AmdAk yang selalu memberikan semangat yang tiada

hentinya

7 Diaman AmdAk dan Muslimah Syamsyudin AmdAk yang selalu ada

dalam suka maupun duka selama hidup di Semarang

httplibunimusacid

8 Sahabat seperjuangan program studi DIV Analis Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Semarang yang telah berjuang bersam-sama dalam

menyelesaikan pendidikan studi DIV Analis Kesehatan dan semua pihak

yang telah membantu

Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dan kekurangan dalam

penulisan tugas akhir ini Kritik dan saran yang membangun Semoga tugas akhir

ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

Semarang September 2016

Penyusun

httplibunimusacid

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

ABSTRAK iv

SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Tujuan Umum 3

Tujuan Khusus 4

Manfaat Penelitian 4

Orisinalitas Penelitian 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Teoritis 7

Tinjauan Umum Kunyit 7

Umum Umum Bakteri 15

Tinjauan Umum Bakteri S Aureus 15

Tinjauan Umum Bakteri S epidermidis 22

Penyakit Yang Disebabkan Staphylococcus 26

Mekanisme Kerja Antibiotik 28

Metode Pengujian Antibakteri 30

Metode Ekstraksi 32

Kerangka Teori 36

Kerangka Konsep 36

BAB III METODE PENELITIA

Jenis Penelitian 37

Desain Penelitian 37

Variabel Penelitian 37

Rancangan Penelitian 38

Defenisi Operasional 38

Obyek Penelitian 39

Alat dan Bahan 39

Prosedur Penelitian 39

Alur Penelitian 43

Tehnik Pengumpulan Dan Analisis Data 44

Tempat Dan Waktu Penelitian 44

httplibunimusacid

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel 45

42 Hasil Penelitian 46

43 Pembahasan 51

42 Pembahasan 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 51 Kesimpulan 56

52 Saran

56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

httplibunimusacid

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 11 Orisinalitas Penelitian 5

Tabel 21 Kandungan Kimia Kunyit 10

Tabel 22 Sifat Minyak Ansiri 12

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat 31

Tabel 31 Definisi Operasional 38

Tabel 41 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Maserasi 46

Tabel 42 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 47

Tabel 43 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 24 jam 48

Tabel 44 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum Spread plate 48

Tabel 45 Hasil Zona Hambat Serat Kunyit 49

Tabel 46 Hasil Uji Kontrol Positif (Ampisilin) 50

Tabel 47 Hasil Uji Kontrol Positif (kloramfenikol) 50

httplibunimusacid

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 21 Struktur Pigmen Kunyit 11

Gambar 22 Kerangka Teori 36

Gambar 23 Kerangka Konsep 36

Gambar 31 Alur Penelitian 43

httplibunimusacid

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering

terjadi di masyarakat yang tidak pernah dapat diatasi secara tuntas dan menjadi

penyebab utama penyakit di daerah tropis seperti di Indonesia Penyakit infeksi

dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia dan

disebabkan oleh suatu mikroorganisme seperti virus parasit jamur dan bakteri

(Jawetz dkk 2005)

Penyakit karena bakteri yang sering terjadi di lingkungan sekitar yaitu infeksi

kulit salah satunya jerawat bisul dll yang umumnya ditemukan pada orang dengan

sanitasi yang buruk Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu spesies

bakteri jenis Staphylococcus yang secara alami umumnya hidup dikulit dan

membran mukosa yang dapat menimbulkan peradangan (abses atau nanah) seperti

jerawat infeksi kulit infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal (Radji 2011)

Selain bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan penyakit infeksi

kulit Staphylococcus aureus juga merupakan bakteri Gram-positif bersifat

koagulase positif yang membedakan dengan spesies lain dan sering di temukan

sebagai bakteri mikroflora normal pada kulit Apabila bakteri ini masuk ke dalam

tubuh akan dapat menyebabkan pneumonia meningitis endokarditis dan infeksi

kulit (Jawetz dkk 2005)

Banyak tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat infeksi

kulit yaitu kunyit tanaman kunyit mempunyai efek antibakteri selain itu juga

mempunyai efek sebagai antiradang dan antioksidan (Tjay dan Rahardja 2002)

httplibunimusacid

Bagian yang berperan dan banyak digunakan untuk obat dari kunyit yaitu

rimpangnya Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah napsu

makan obat luka gatal-gatal antiradang sesak napas antidiare dan merangsang

keluarnya angin dari perut Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur

kecantikan dan kosmetik Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk

stimulansia pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu

dapur (Sudarsono dkk 1996)

Kandungan utama rimpang kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang

berfungsi sebagai antioksidan antikolestrol antitumor anti HIV dan antibakteri

(Hargono 2000) Beberapa grub senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba

antara lain fenol dan senyawa turunannya terbukti sebagai antibakteri dengan cara

merusak dindang sel yang mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan

komponen dinding sel pada sel yang sedang tumbuh mengubah permeabilitas

membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi dari dalam sel

denaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid

1972)

Selain itu senyawa antibakteri dalam kunyit yaitu flavonid dan alkaloid

Menurut Heinrich (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga

menyebabkan kematian sel Sundari et al (1996) menyatakan bahwa flavonoid

dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan

mikroba Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga

dapat merusak membran sel Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin

dapat merusak pembentukan konidia jamur Kandungan senyawa lain seperti

httplibunimusacid

alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas

enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif

dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan

bakteri

Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak

rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit

sebagai zat antibakteri alternatif yang alami

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana

daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus

dan Staphylococcus epidermidisrdquo

13 Tujuan Penelitian

131 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak

rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

132 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak

rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang

Mikrobiologi

142 Manfaat bagi Instansi

Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat

rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik

143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi

referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme

kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia

144 Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti

dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia

httplibunimusacid

15 Orisinalitas Penelitian

Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11

Tabel 11 Orisinalitas Penelitian

No Judul Penelitian Nama

Peneliti

Tahun

Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

1 Daya Antibakteri Ekstrak

Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus

Nugroho

Tristyanto

2011

Jenis penelitian ini

adalah penelitian

ekperimen

laboratorium

bahwa ekstrak buah Mahkota

dewa mempunyai daya

hambat terhadap bakteri

Staphylococcus aureus yaitu

pada konsentrasi terendah 90

2 Uji Efektivitas Ekstrak

Kunyit Sebagai

Antibakteri Terhadap

Pertumbuhan Bakteri

Bacillus Sp Dan Shigella

Dysentriae Secara In Vitro

Cut

Marnaini

2013

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik metode

disc diffusion

menunjukkan ekstrak kunyit

mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Bacillus

sp dan Shigella dysentriae

3 Aktifitas antibakteri

Ekstrak Etanol daun

belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L)

Terhadap Staphylococcus

aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Siti Nur

2012

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap S aureus

zona hambat sebesar 92 mm

103 mm dan 113 mm

Sedangkan S epidermidis zona

hambat sebesar 76 mm 85

mm dan 102 mm Sehingga S

aureus lebih rentan terhadap

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh

Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan

penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama

menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus

sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara

penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua

mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini

mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan

httplibunimusacid

perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga

mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan

Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang

kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Teoritis

211 Tinjauan Umum Kunyit

2111 Definisi Kunyit

Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia

Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di

dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut

(Rukmana dan Rahmat 1994)

Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam

(Thomas 2006)

Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyte

Sub Divisi Angiospermae

Kelas Monocotyledonae

Ordo Zingiberales

Fimili Zingiberaceae

Genus Curcuma

Spesies Curcums Domestica Valet

2112 Nama Daerah

Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir

(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng

(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)

(Muhlisah 2001)

httplibunimusacid

2113 Morfologi Tanaman

Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri

sebagai berikut

a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah

daun

b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm

dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun

runcing tepi daun rata

c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota

panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan

d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga

kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)

Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan

memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang

induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini

biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas

umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek

lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging

jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan

berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang

semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)

httplibunimusacid

2114 Ekologi dan Penyebaran

Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan

Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik

tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit

kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam

di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)

2115 Sifat

Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas

dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan

zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil

daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari

aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen

menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)

2116 Kandungan Rimpang Kunyit

Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah

pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)

Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa

mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada

kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2

menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

httplibunimusacid

Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

Tabel 21 Kandungan kimia kunyit

Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)

Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya

(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik

rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam

umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya

(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen

utama yang menentukan mutu kunyit

a) Kurkuminoid

Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna

pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog

antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit

httplibunimusacid

dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22

menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit

Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod

(Purseglove 1981)

Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning

Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35

dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus

dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur

kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut

dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin

sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi

alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)

kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian

Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa

adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap

ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti

inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada

penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks

antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik

httplibunimusacid

absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan

bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50

b) Minyak atsirih

Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan

aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal

sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh

dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat

yang disajikan pada Tabel 22

Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit

Sumber Krisnamurthy et al (1976)

Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering

dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga

kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan

minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas

kunyit dan tempat tumbuhnya

Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari

p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri

dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren

(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk

yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen

httplibunimusacid

hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan

adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah

turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O

(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang

terdiri dari turmeron dan ar-turmeron

2117 Kegunaan Kunyit

Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak

kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan

bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai

jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan

penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan

contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih

yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai

khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)

obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan

analgetika

Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat

luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena

digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu

Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai

gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing

manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita

yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)

httplibunimusacid

2118 Sifat Antimikroba Kunyit

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)

Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin

Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin

mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var

aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap

Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin

merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa

fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba

Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik

dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol

berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak

membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi

tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran

dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam

(Hugo dan Russel 1981)

Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa

nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih

dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm

mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat

menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat

httplibunimusacid

menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan

kurkuminnya

Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk

Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat

Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar

500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi

sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif

batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada

penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal

terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum

Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus

megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan

etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam

212 Tinjauan Umum Bakteri

2121 Bakteri Staphylococcus aureus

a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah

anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai

kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi

penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh

pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan

karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning

tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa

httplibunimusacid

manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi

piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten

terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang

sulit

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama

yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus

epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)

merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S

aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam

beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi

berat yang mengancam jiwa

Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen

kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-

10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan

047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya

perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid

atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang

Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya

bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang

disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut

piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi

httplibunimusacid

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 4: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val)

TERAHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus DAN Staphylococcus

epidermidis SECARA In Vitro

Abdullatif1 Stalis Norma Ethica

2 Muhammad Evy Prastiyanto

3

1 Program Studi D IV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Semarang 2 Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Semarang 3 Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Semarang

ABSTRAK

Kunyit merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat sebagai obat karena

memiliki senyawa seperti kurkumin minyak atsiri flavonoid dan alkaloid yang

berfungsi sebagai antioksidan antikostrol antitumor antivirus dan antibakteri

Bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri

yang dapat penyebab infeksi kulit infeksi saluran pencernaan infeksi saluran

pernapasan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak

rimpang kunyit terhadap Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cara maserasi dengan

variasi konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan cara infusum konsentrasi 25

50 75 dan 100 bv Hasil ekstraksi di uji yang digunakan yaitu disk diffution

sumuran waktu kontak dan serat halus rimpang kunyit Hasil penelitian

menunjukan bahwa ekstrak kunyit tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis pada semua variasi

konsentrasi yang ditunjukan dengan tidak terbentuk zona bening disekitar paper

disk

Kata Kunci Kunyit Saureus Sepidermidis Daya hambat

httplibunimusacid

INHIBITION EXTRACT TURMERIC (Curcuma domestica Val) ON THE

GROWTH AND Staphylococcus aureus AND Staphylococcus epidermidis In

Vitro IN

Abdullatif1 Stalis Norma Ethica

2 Muhammad Evy Prastiyanto

3

1 Study Program Analyst D IV Health Faculty of Nursing and Health University

of Muhammadiyah Semarang 2 Laboratory of Chemistry Faculty of Nursing and Health Sciences University of

Muhammadiyah Semarang 3 Laboratory of Microbiology Faculty of Nursing and Health Sciences University

of Muhammadiyah Semarang

ABSTRACT

Turmeric is a plants that has many benefits as a medicine because it has compounds

such as curcumin essential oils flavonoids and alkaloids that act as antioxidants

antikostrol antitumor antiviral and antibacterial Staphylococcus aureus and

Staphylococcus epidermidis is a bacteria that can cause skin infections

gastrointestinal infections respiratory tract infections The aim of this research is to

know the inhibitation turmeric extract against Staphylococcus aureus and

Staphylococcus epidermidis The extraction method used is maceration using

varying concentrations of 5 10 25 and 50 v v and the way infusum

concentration of 25 50 75 and 100 w v Extraction results in the test were

used that disk diffution pitting contact time and fine fiber turmeric The results

showed that the turmeric extract is not able to inhibit the growth of Staphylococcus

aureus and Staphylococcus epidermidis on all variations of concentration shown by

not formed a clear zone around the paper disk

Keywords Turmeric Saureus Sepidermidis Inhibitation

httplibunimusacid

httplibunimusacid

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala

rahmat hidayah dan inayah-Nya Sholawat dan salam kepada junjungan kita

Baginda Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabat-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul ldquoDaya Hambat Ekstrak Rimpang

Kunyit (Curcuma domestica Val) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis secara In Vitrordquo

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan Diploma IV Analis Kesehatan di Universitas Muhammadiyah Semarang

2016

Penulis menyadari bahwa terelesaikannya tugas akhir ini tidak lepas dari

bimbingan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

1 Dr Stalis Norma Ethica MSi selaku pembimbing pertama yang telah

memberikan bimbingan motivasi arahan serta dukungan dalam penyusunan

skripsi ini

2 Muhammad Evy Prastiyanto M Sc selaku pembimbing kedua yang juga

telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis

3 DrSri Darmawati MSi selaku penguji utama yang telah memberikan

inspirasi arahan saran dan kritikan yang membangun dalam penyusunan

skripsi ini

4 Dra Sri Sinto Dewi MSi Med selaku ketua program studi DIV Analis

Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Semarang

5 Kedua Orangtua tercinta dan keluarga besar Yamin Jafar yang selalu

mendukung secara moral moril dan materi

6 Yunia Sulistia AmdAk yang selalu memberikan semangat yang tiada

hentinya

7 Diaman AmdAk dan Muslimah Syamsyudin AmdAk yang selalu ada

dalam suka maupun duka selama hidup di Semarang

httplibunimusacid

8 Sahabat seperjuangan program studi DIV Analis Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Semarang yang telah berjuang bersam-sama dalam

menyelesaikan pendidikan studi DIV Analis Kesehatan dan semua pihak

yang telah membantu

Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dan kekurangan dalam

penulisan tugas akhir ini Kritik dan saran yang membangun Semoga tugas akhir

ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

Semarang September 2016

Penyusun

httplibunimusacid

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

ABSTRAK iv

SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Tujuan Umum 3

Tujuan Khusus 4

Manfaat Penelitian 4

Orisinalitas Penelitian 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Teoritis 7

Tinjauan Umum Kunyit 7

Umum Umum Bakteri 15

Tinjauan Umum Bakteri S Aureus 15

Tinjauan Umum Bakteri S epidermidis 22

Penyakit Yang Disebabkan Staphylococcus 26

Mekanisme Kerja Antibiotik 28

Metode Pengujian Antibakteri 30

Metode Ekstraksi 32

Kerangka Teori 36

Kerangka Konsep 36

BAB III METODE PENELITIA

Jenis Penelitian 37

Desain Penelitian 37

Variabel Penelitian 37

Rancangan Penelitian 38

Defenisi Operasional 38

Obyek Penelitian 39

Alat dan Bahan 39

Prosedur Penelitian 39

Alur Penelitian 43

Tehnik Pengumpulan Dan Analisis Data 44

Tempat Dan Waktu Penelitian 44

httplibunimusacid

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel 45

42 Hasil Penelitian 46

43 Pembahasan 51

42 Pembahasan 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 51 Kesimpulan 56

52 Saran

56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

httplibunimusacid

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 11 Orisinalitas Penelitian 5

Tabel 21 Kandungan Kimia Kunyit 10

Tabel 22 Sifat Minyak Ansiri 12

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat 31

Tabel 31 Definisi Operasional 38

Tabel 41 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Maserasi 46

Tabel 42 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 47

Tabel 43 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 24 jam 48

Tabel 44 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum Spread plate 48

Tabel 45 Hasil Zona Hambat Serat Kunyit 49

Tabel 46 Hasil Uji Kontrol Positif (Ampisilin) 50

Tabel 47 Hasil Uji Kontrol Positif (kloramfenikol) 50

httplibunimusacid

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 21 Struktur Pigmen Kunyit 11

Gambar 22 Kerangka Teori 36

Gambar 23 Kerangka Konsep 36

Gambar 31 Alur Penelitian 43

httplibunimusacid

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering

terjadi di masyarakat yang tidak pernah dapat diatasi secara tuntas dan menjadi

penyebab utama penyakit di daerah tropis seperti di Indonesia Penyakit infeksi

dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia dan

disebabkan oleh suatu mikroorganisme seperti virus parasit jamur dan bakteri

(Jawetz dkk 2005)

Penyakit karena bakteri yang sering terjadi di lingkungan sekitar yaitu infeksi

kulit salah satunya jerawat bisul dll yang umumnya ditemukan pada orang dengan

sanitasi yang buruk Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu spesies

bakteri jenis Staphylococcus yang secara alami umumnya hidup dikulit dan

membran mukosa yang dapat menimbulkan peradangan (abses atau nanah) seperti

jerawat infeksi kulit infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal (Radji 2011)

Selain bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan penyakit infeksi

kulit Staphylococcus aureus juga merupakan bakteri Gram-positif bersifat

koagulase positif yang membedakan dengan spesies lain dan sering di temukan

sebagai bakteri mikroflora normal pada kulit Apabila bakteri ini masuk ke dalam

tubuh akan dapat menyebabkan pneumonia meningitis endokarditis dan infeksi

kulit (Jawetz dkk 2005)

Banyak tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat infeksi

kulit yaitu kunyit tanaman kunyit mempunyai efek antibakteri selain itu juga

mempunyai efek sebagai antiradang dan antioksidan (Tjay dan Rahardja 2002)

httplibunimusacid

Bagian yang berperan dan banyak digunakan untuk obat dari kunyit yaitu

rimpangnya Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah napsu

makan obat luka gatal-gatal antiradang sesak napas antidiare dan merangsang

keluarnya angin dari perut Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur

kecantikan dan kosmetik Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk

stimulansia pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu

dapur (Sudarsono dkk 1996)

Kandungan utama rimpang kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang

berfungsi sebagai antioksidan antikolestrol antitumor anti HIV dan antibakteri

(Hargono 2000) Beberapa grub senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba

antara lain fenol dan senyawa turunannya terbukti sebagai antibakteri dengan cara

merusak dindang sel yang mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan

komponen dinding sel pada sel yang sedang tumbuh mengubah permeabilitas

membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi dari dalam sel

denaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid

1972)

Selain itu senyawa antibakteri dalam kunyit yaitu flavonid dan alkaloid

Menurut Heinrich (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga

menyebabkan kematian sel Sundari et al (1996) menyatakan bahwa flavonoid

dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan

mikroba Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga

dapat merusak membran sel Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin

dapat merusak pembentukan konidia jamur Kandungan senyawa lain seperti

httplibunimusacid

alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas

enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif

dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan

bakteri

Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak

rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit

sebagai zat antibakteri alternatif yang alami

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana

daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus

dan Staphylococcus epidermidisrdquo

13 Tujuan Penelitian

131 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak

rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

132 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak

rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang

Mikrobiologi

142 Manfaat bagi Instansi

Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat

rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik

143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi

referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme

kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia

144 Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti

dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia

httplibunimusacid

15 Orisinalitas Penelitian

Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11

Tabel 11 Orisinalitas Penelitian

No Judul Penelitian Nama

Peneliti

Tahun

Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

1 Daya Antibakteri Ekstrak

Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus

Nugroho

Tristyanto

2011

Jenis penelitian ini

adalah penelitian

ekperimen

laboratorium

bahwa ekstrak buah Mahkota

dewa mempunyai daya

hambat terhadap bakteri

Staphylococcus aureus yaitu

pada konsentrasi terendah 90

2 Uji Efektivitas Ekstrak

Kunyit Sebagai

Antibakteri Terhadap

Pertumbuhan Bakteri

Bacillus Sp Dan Shigella

Dysentriae Secara In Vitro

Cut

Marnaini

2013

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik metode

disc diffusion

menunjukkan ekstrak kunyit

mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Bacillus

sp dan Shigella dysentriae

3 Aktifitas antibakteri

Ekstrak Etanol daun

belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L)

Terhadap Staphylococcus

aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Siti Nur

2012

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap S aureus

zona hambat sebesar 92 mm

103 mm dan 113 mm

Sedangkan S epidermidis zona

hambat sebesar 76 mm 85

mm dan 102 mm Sehingga S

aureus lebih rentan terhadap

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh

Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan

penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama

menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus

sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara

penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua

mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini

mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan

httplibunimusacid

perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga

mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan

Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang

kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Teoritis

211 Tinjauan Umum Kunyit

2111 Definisi Kunyit

Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia

Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di

dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut

(Rukmana dan Rahmat 1994)

Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam

(Thomas 2006)

Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyte

Sub Divisi Angiospermae

Kelas Monocotyledonae

Ordo Zingiberales

Fimili Zingiberaceae

Genus Curcuma

Spesies Curcums Domestica Valet

2112 Nama Daerah

Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir

(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng

(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)

(Muhlisah 2001)

httplibunimusacid

2113 Morfologi Tanaman

Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri

sebagai berikut

a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah

daun

b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm

dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun

runcing tepi daun rata

c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota

panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan

d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga

kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)

Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan

memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang

induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini

biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas

umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek

lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging

jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan

berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang

semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)

httplibunimusacid

2114 Ekologi dan Penyebaran

Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan

Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik

tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit

kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam

di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)

2115 Sifat

Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas

dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan

zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil

daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari

aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen

menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)

2116 Kandungan Rimpang Kunyit

Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah

pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)

Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa

mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada

kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2

menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

httplibunimusacid

Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

Tabel 21 Kandungan kimia kunyit

Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)

Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya

(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik

rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam

umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya

(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen

utama yang menentukan mutu kunyit

a) Kurkuminoid

Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna

pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog

antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit

httplibunimusacid

dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22

menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit

Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod

(Purseglove 1981)

Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning

Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35

dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus

dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur

kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut

dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin

sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi

alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)

kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian

Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa

adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap

ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti

inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada

penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks

antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik

httplibunimusacid

absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan

bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50

b) Minyak atsirih

Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan

aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal

sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh

dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat

yang disajikan pada Tabel 22

Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit

Sumber Krisnamurthy et al (1976)

Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering

dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga

kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan

minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas

kunyit dan tempat tumbuhnya

Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari

p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri

dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren

(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk

yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen

httplibunimusacid

hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan

adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah

turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O

(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang

terdiri dari turmeron dan ar-turmeron

2117 Kegunaan Kunyit

Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak

kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan

bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai

jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan

penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan

contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih

yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai

khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)

obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan

analgetika

Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat

luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena

digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu

Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai

gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing

manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita

yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)

httplibunimusacid

2118 Sifat Antimikroba Kunyit

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)

Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin

Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin

mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var

aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap

Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin

merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa

fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba

Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik

dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol

berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak

membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi

tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran

dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam

(Hugo dan Russel 1981)

Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa

nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih

dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm

mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat

menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat

httplibunimusacid

menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan

kurkuminnya

Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk

Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat

Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar

500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi

sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif

batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada

penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal

terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum

Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus

megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan

etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam

212 Tinjauan Umum Bakteri

2121 Bakteri Staphylococcus aureus

a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah

anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai

kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi

penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh

pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan

karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning

tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa

httplibunimusacid

manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi

piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten

terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang

sulit

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama

yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus

epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)

merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S

aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam

beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi

berat yang mengancam jiwa

Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen

kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-

10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan

047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya

perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid

atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang

Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya

bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang

disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut

piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi

httplibunimusacid

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 5: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

INHIBITION EXTRACT TURMERIC (Curcuma domestica Val) ON THE

GROWTH AND Staphylococcus aureus AND Staphylococcus epidermidis In

Vitro IN

Abdullatif1 Stalis Norma Ethica

2 Muhammad Evy Prastiyanto

3

1 Study Program Analyst D IV Health Faculty of Nursing and Health University

of Muhammadiyah Semarang 2 Laboratory of Chemistry Faculty of Nursing and Health Sciences University of

Muhammadiyah Semarang 3 Laboratory of Microbiology Faculty of Nursing and Health Sciences University

of Muhammadiyah Semarang

ABSTRACT

Turmeric is a plants that has many benefits as a medicine because it has compounds

such as curcumin essential oils flavonoids and alkaloids that act as antioxidants

antikostrol antitumor antiviral and antibacterial Staphylococcus aureus and

Staphylococcus epidermidis is a bacteria that can cause skin infections

gastrointestinal infections respiratory tract infections The aim of this research is to

know the inhibitation turmeric extract against Staphylococcus aureus and

Staphylococcus epidermidis The extraction method used is maceration using

varying concentrations of 5 10 25 and 50 v v and the way infusum

concentration of 25 50 75 and 100 w v Extraction results in the test were

used that disk diffution pitting contact time and fine fiber turmeric The results

showed that the turmeric extract is not able to inhibit the growth of Staphylococcus

aureus and Staphylococcus epidermidis on all variations of concentration shown by

not formed a clear zone around the paper disk

Keywords Turmeric Saureus Sepidermidis Inhibitation

httplibunimusacid

httplibunimusacid

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala

rahmat hidayah dan inayah-Nya Sholawat dan salam kepada junjungan kita

Baginda Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabat-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul ldquoDaya Hambat Ekstrak Rimpang

Kunyit (Curcuma domestica Val) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis secara In Vitrordquo

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan Diploma IV Analis Kesehatan di Universitas Muhammadiyah Semarang

2016

Penulis menyadari bahwa terelesaikannya tugas akhir ini tidak lepas dari

bimbingan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

1 Dr Stalis Norma Ethica MSi selaku pembimbing pertama yang telah

memberikan bimbingan motivasi arahan serta dukungan dalam penyusunan

skripsi ini

2 Muhammad Evy Prastiyanto M Sc selaku pembimbing kedua yang juga

telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis

3 DrSri Darmawati MSi selaku penguji utama yang telah memberikan

inspirasi arahan saran dan kritikan yang membangun dalam penyusunan

skripsi ini

4 Dra Sri Sinto Dewi MSi Med selaku ketua program studi DIV Analis

Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Semarang

5 Kedua Orangtua tercinta dan keluarga besar Yamin Jafar yang selalu

mendukung secara moral moril dan materi

6 Yunia Sulistia AmdAk yang selalu memberikan semangat yang tiada

hentinya

7 Diaman AmdAk dan Muslimah Syamsyudin AmdAk yang selalu ada

dalam suka maupun duka selama hidup di Semarang

httplibunimusacid

8 Sahabat seperjuangan program studi DIV Analis Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Semarang yang telah berjuang bersam-sama dalam

menyelesaikan pendidikan studi DIV Analis Kesehatan dan semua pihak

yang telah membantu

Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dan kekurangan dalam

penulisan tugas akhir ini Kritik dan saran yang membangun Semoga tugas akhir

ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

Semarang September 2016

Penyusun

httplibunimusacid

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

ABSTRAK iv

SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Tujuan Umum 3

Tujuan Khusus 4

Manfaat Penelitian 4

Orisinalitas Penelitian 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Teoritis 7

Tinjauan Umum Kunyit 7

Umum Umum Bakteri 15

Tinjauan Umum Bakteri S Aureus 15

Tinjauan Umum Bakteri S epidermidis 22

Penyakit Yang Disebabkan Staphylococcus 26

Mekanisme Kerja Antibiotik 28

Metode Pengujian Antibakteri 30

Metode Ekstraksi 32

Kerangka Teori 36

Kerangka Konsep 36

BAB III METODE PENELITIA

Jenis Penelitian 37

Desain Penelitian 37

Variabel Penelitian 37

Rancangan Penelitian 38

Defenisi Operasional 38

Obyek Penelitian 39

Alat dan Bahan 39

Prosedur Penelitian 39

Alur Penelitian 43

Tehnik Pengumpulan Dan Analisis Data 44

Tempat Dan Waktu Penelitian 44

httplibunimusacid

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel 45

42 Hasil Penelitian 46

43 Pembahasan 51

42 Pembahasan 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 51 Kesimpulan 56

52 Saran

56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

httplibunimusacid

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 11 Orisinalitas Penelitian 5

Tabel 21 Kandungan Kimia Kunyit 10

Tabel 22 Sifat Minyak Ansiri 12

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat 31

Tabel 31 Definisi Operasional 38

Tabel 41 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Maserasi 46

Tabel 42 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 47

Tabel 43 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 24 jam 48

Tabel 44 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum Spread plate 48

Tabel 45 Hasil Zona Hambat Serat Kunyit 49

Tabel 46 Hasil Uji Kontrol Positif (Ampisilin) 50

Tabel 47 Hasil Uji Kontrol Positif (kloramfenikol) 50

httplibunimusacid

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 21 Struktur Pigmen Kunyit 11

Gambar 22 Kerangka Teori 36

Gambar 23 Kerangka Konsep 36

Gambar 31 Alur Penelitian 43

httplibunimusacid

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering

terjadi di masyarakat yang tidak pernah dapat diatasi secara tuntas dan menjadi

penyebab utama penyakit di daerah tropis seperti di Indonesia Penyakit infeksi

dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia dan

disebabkan oleh suatu mikroorganisme seperti virus parasit jamur dan bakteri

(Jawetz dkk 2005)

Penyakit karena bakteri yang sering terjadi di lingkungan sekitar yaitu infeksi

kulit salah satunya jerawat bisul dll yang umumnya ditemukan pada orang dengan

sanitasi yang buruk Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu spesies

bakteri jenis Staphylococcus yang secara alami umumnya hidup dikulit dan

membran mukosa yang dapat menimbulkan peradangan (abses atau nanah) seperti

jerawat infeksi kulit infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal (Radji 2011)

Selain bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan penyakit infeksi

kulit Staphylococcus aureus juga merupakan bakteri Gram-positif bersifat

koagulase positif yang membedakan dengan spesies lain dan sering di temukan

sebagai bakteri mikroflora normal pada kulit Apabila bakteri ini masuk ke dalam

tubuh akan dapat menyebabkan pneumonia meningitis endokarditis dan infeksi

kulit (Jawetz dkk 2005)

Banyak tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat infeksi

kulit yaitu kunyit tanaman kunyit mempunyai efek antibakteri selain itu juga

mempunyai efek sebagai antiradang dan antioksidan (Tjay dan Rahardja 2002)

httplibunimusacid

Bagian yang berperan dan banyak digunakan untuk obat dari kunyit yaitu

rimpangnya Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah napsu

makan obat luka gatal-gatal antiradang sesak napas antidiare dan merangsang

keluarnya angin dari perut Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur

kecantikan dan kosmetik Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk

stimulansia pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu

dapur (Sudarsono dkk 1996)

Kandungan utama rimpang kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang

berfungsi sebagai antioksidan antikolestrol antitumor anti HIV dan antibakteri

(Hargono 2000) Beberapa grub senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba

antara lain fenol dan senyawa turunannya terbukti sebagai antibakteri dengan cara

merusak dindang sel yang mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan

komponen dinding sel pada sel yang sedang tumbuh mengubah permeabilitas

membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi dari dalam sel

denaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid

1972)

Selain itu senyawa antibakteri dalam kunyit yaitu flavonid dan alkaloid

Menurut Heinrich (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga

menyebabkan kematian sel Sundari et al (1996) menyatakan bahwa flavonoid

dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan

mikroba Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga

dapat merusak membran sel Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin

dapat merusak pembentukan konidia jamur Kandungan senyawa lain seperti

httplibunimusacid

alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas

enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif

dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan

bakteri

Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak

rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit

sebagai zat antibakteri alternatif yang alami

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana

daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus

dan Staphylococcus epidermidisrdquo

13 Tujuan Penelitian

131 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak

rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

132 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak

rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang

Mikrobiologi

142 Manfaat bagi Instansi

Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat

rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik

143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi

referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme

kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia

144 Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti

dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia

httplibunimusacid

15 Orisinalitas Penelitian

Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11

Tabel 11 Orisinalitas Penelitian

No Judul Penelitian Nama

Peneliti

Tahun

Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

1 Daya Antibakteri Ekstrak

Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus

Nugroho

Tristyanto

2011

Jenis penelitian ini

adalah penelitian

ekperimen

laboratorium

bahwa ekstrak buah Mahkota

dewa mempunyai daya

hambat terhadap bakteri

Staphylococcus aureus yaitu

pada konsentrasi terendah 90

2 Uji Efektivitas Ekstrak

Kunyit Sebagai

Antibakteri Terhadap

Pertumbuhan Bakteri

Bacillus Sp Dan Shigella

Dysentriae Secara In Vitro

Cut

Marnaini

2013

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik metode

disc diffusion

menunjukkan ekstrak kunyit

mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Bacillus

sp dan Shigella dysentriae

3 Aktifitas antibakteri

Ekstrak Etanol daun

belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L)

Terhadap Staphylococcus

aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Siti Nur

2012

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap S aureus

zona hambat sebesar 92 mm

103 mm dan 113 mm

Sedangkan S epidermidis zona

hambat sebesar 76 mm 85

mm dan 102 mm Sehingga S

aureus lebih rentan terhadap

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh

Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan

penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama

menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus

sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara

penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua

mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini

mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan

httplibunimusacid

perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga

mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan

Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang

kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Teoritis

211 Tinjauan Umum Kunyit

2111 Definisi Kunyit

Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia

Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di

dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut

(Rukmana dan Rahmat 1994)

Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam

(Thomas 2006)

Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyte

Sub Divisi Angiospermae

Kelas Monocotyledonae

Ordo Zingiberales

Fimili Zingiberaceae

Genus Curcuma

Spesies Curcums Domestica Valet

2112 Nama Daerah

Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir

(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng

(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)

(Muhlisah 2001)

httplibunimusacid

2113 Morfologi Tanaman

Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri

sebagai berikut

a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah

daun

b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm

dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun

runcing tepi daun rata

c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota

panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan

d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga

kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)

Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan

memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang

induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini

biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas

umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek

lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging

jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan

berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang

semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)

httplibunimusacid

2114 Ekologi dan Penyebaran

Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan

Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik

tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit

kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam

di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)

2115 Sifat

Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas

dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan

zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil

daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari

aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen

menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)

2116 Kandungan Rimpang Kunyit

Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah

pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)

Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa

mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada

kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2

menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

httplibunimusacid

Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

Tabel 21 Kandungan kimia kunyit

Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)

Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya

(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik

rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam

umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya

(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen

utama yang menentukan mutu kunyit

a) Kurkuminoid

Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna

pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog

antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit

httplibunimusacid

dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22

menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit

Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod

(Purseglove 1981)

Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning

Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35

dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus

dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur

kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut

dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin

sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi

alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)

kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian

Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa

adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap

ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti

inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada

penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks

antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik

httplibunimusacid

absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan

bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50

b) Minyak atsirih

Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan

aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal

sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh

dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat

yang disajikan pada Tabel 22

Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit

Sumber Krisnamurthy et al (1976)

Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering

dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga

kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan

minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas

kunyit dan tempat tumbuhnya

Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari

p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri

dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren

(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk

yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen

httplibunimusacid

hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan

adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah

turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O

(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang

terdiri dari turmeron dan ar-turmeron

2117 Kegunaan Kunyit

Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak

kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan

bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai

jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan

penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan

contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih

yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai

khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)

obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan

analgetika

Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat

luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena

digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu

Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai

gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing

manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita

yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)

httplibunimusacid

2118 Sifat Antimikroba Kunyit

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)

Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin

Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin

mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var

aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap

Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin

merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa

fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba

Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik

dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol

berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak

membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi

tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran

dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam

(Hugo dan Russel 1981)

Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa

nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih

dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm

mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat

menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat

httplibunimusacid

menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan

kurkuminnya

Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk

Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat

Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar

500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi

sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif

batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada

penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal

terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum

Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus

megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan

etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam

212 Tinjauan Umum Bakteri

2121 Bakteri Staphylococcus aureus

a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah

anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai

kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi

penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh

pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan

karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning

tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa

httplibunimusacid

manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi

piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten

terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang

sulit

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama

yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus

epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)

merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S

aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam

beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi

berat yang mengancam jiwa

Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen

kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-

10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan

047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya

perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid

atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang

Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya

bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang

disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut

piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi

httplibunimusacid

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 6: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

httplibunimusacid

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala

rahmat hidayah dan inayah-Nya Sholawat dan salam kepada junjungan kita

Baginda Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabat-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul ldquoDaya Hambat Ekstrak Rimpang

Kunyit (Curcuma domestica Val) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis secara In Vitrordquo

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan Diploma IV Analis Kesehatan di Universitas Muhammadiyah Semarang

2016

Penulis menyadari bahwa terelesaikannya tugas akhir ini tidak lepas dari

bimbingan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

1 Dr Stalis Norma Ethica MSi selaku pembimbing pertama yang telah

memberikan bimbingan motivasi arahan serta dukungan dalam penyusunan

skripsi ini

2 Muhammad Evy Prastiyanto M Sc selaku pembimbing kedua yang juga

telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis

3 DrSri Darmawati MSi selaku penguji utama yang telah memberikan

inspirasi arahan saran dan kritikan yang membangun dalam penyusunan

skripsi ini

4 Dra Sri Sinto Dewi MSi Med selaku ketua program studi DIV Analis

Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Semarang

5 Kedua Orangtua tercinta dan keluarga besar Yamin Jafar yang selalu

mendukung secara moral moril dan materi

6 Yunia Sulistia AmdAk yang selalu memberikan semangat yang tiada

hentinya

7 Diaman AmdAk dan Muslimah Syamsyudin AmdAk yang selalu ada

dalam suka maupun duka selama hidup di Semarang

httplibunimusacid

8 Sahabat seperjuangan program studi DIV Analis Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Semarang yang telah berjuang bersam-sama dalam

menyelesaikan pendidikan studi DIV Analis Kesehatan dan semua pihak

yang telah membantu

Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dan kekurangan dalam

penulisan tugas akhir ini Kritik dan saran yang membangun Semoga tugas akhir

ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

Semarang September 2016

Penyusun

httplibunimusacid

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

ABSTRAK iv

SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Tujuan Umum 3

Tujuan Khusus 4

Manfaat Penelitian 4

Orisinalitas Penelitian 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Teoritis 7

Tinjauan Umum Kunyit 7

Umum Umum Bakteri 15

Tinjauan Umum Bakteri S Aureus 15

Tinjauan Umum Bakteri S epidermidis 22

Penyakit Yang Disebabkan Staphylococcus 26

Mekanisme Kerja Antibiotik 28

Metode Pengujian Antibakteri 30

Metode Ekstraksi 32

Kerangka Teori 36

Kerangka Konsep 36

BAB III METODE PENELITIA

Jenis Penelitian 37

Desain Penelitian 37

Variabel Penelitian 37

Rancangan Penelitian 38

Defenisi Operasional 38

Obyek Penelitian 39

Alat dan Bahan 39

Prosedur Penelitian 39

Alur Penelitian 43

Tehnik Pengumpulan Dan Analisis Data 44

Tempat Dan Waktu Penelitian 44

httplibunimusacid

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel 45

42 Hasil Penelitian 46

43 Pembahasan 51

42 Pembahasan 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 51 Kesimpulan 56

52 Saran

56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

httplibunimusacid

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 11 Orisinalitas Penelitian 5

Tabel 21 Kandungan Kimia Kunyit 10

Tabel 22 Sifat Minyak Ansiri 12

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat 31

Tabel 31 Definisi Operasional 38

Tabel 41 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Maserasi 46

Tabel 42 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 47

Tabel 43 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 24 jam 48

Tabel 44 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum Spread plate 48

Tabel 45 Hasil Zona Hambat Serat Kunyit 49

Tabel 46 Hasil Uji Kontrol Positif (Ampisilin) 50

Tabel 47 Hasil Uji Kontrol Positif (kloramfenikol) 50

httplibunimusacid

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 21 Struktur Pigmen Kunyit 11

Gambar 22 Kerangka Teori 36

Gambar 23 Kerangka Konsep 36

Gambar 31 Alur Penelitian 43

httplibunimusacid

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering

terjadi di masyarakat yang tidak pernah dapat diatasi secara tuntas dan menjadi

penyebab utama penyakit di daerah tropis seperti di Indonesia Penyakit infeksi

dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia dan

disebabkan oleh suatu mikroorganisme seperti virus parasit jamur dan bakteri

(Jawetz dkk 2005)

Penyakit karena bakteri yang sering terjadi di lingkungan sekitar yaitu infeksi

kulit salah satunya jerawat bisul dll yang umumnya ditemukan pada orang dengan

sanitasi yang buruk Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu spesies

bakteri jenis Staphylococcus yang secara alami umumnya hidup dikulit dan

membran mukosa yang dapat menimbulkan peradangan (abses atau nanah) seperti

jerawat infeksi kulit infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal (Radji 2011)

Selain bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan penyakit infeksi

kulit Staphylococcus aureus juga merupakan bakteri Gram-positif bersifat

koagulase positif yang membedakan dengan spesies lain dan sering di temukan

sebagai bakteri mikroflora normal pada kulit Apabila bakteri ini masuk ke dalam

tubuh akan dapat menyebabkan pneumonia meningitis endokarditis dan infeksi

kulit (Jawetz dkk 2005)

Banyak tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat infeksi

kulit yaitu kunyit tanaman kunyit mempunyai efek antibakteri selain itu juga

mempunyai efek sebagai antiradang dan antioksidan (Tjay dan Rahardja 2002)

httplibunimusacid

Bagian yang berperan dan banyak digunakan untuk obat dari kunyit yaitu

rimpangnya Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah napsu

makan obat luka gatal-gatal antiradang sesak napas antidiare dan merangsang

keluarnya angin dari perut Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur

kecantikan dan kosmetik Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk

stimulansia pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu

dapur (Sudarsono dkk 1996)

Kandungan utama rimpang kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang

berfungsi sebagai antioksidan antikolestrol antitumor anti HIV dan antibakteri

(Hargono 2000) Beberapa grub senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba

antara lain fenol dan senyawa turunannya terbukti sebagai antibakteri dengan cara

merusak dindang sel yang mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan

komponen dinding sel pada sel yang sedang tumbuh mengubah permeabilitas

membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi dari dalam sel

denaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid

1972)

Selain itu senyawa antibakteri dalam kunyit yaitu flavonid dan alkaloid

Menurut Heinrich (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga

menyebabkan kematian sel Sundari et al (1996) menyatakan bahwa flavonoid

dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan

mikroba Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga

dapat merusak membran sel Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin

dapat merusak pembentukan konidia jamur Kandungan senyawa lain seperti

httplibunimusacid

alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas

enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif

dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan

bakteri

Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak

rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit

sebagai zat antibakteri alternatif yang alami

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana

daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus

dan Staphylococcus epidermidisrdquo

13 Tujuan Penelitian

131 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak

rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

132 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak

rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang

Mikrobiologi

142 Manfaat bagi Instansi

Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat

rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik

143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi

referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme

kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia

144 Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti

dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia

httplibunimusacid

15 Orisinalitas Penelitian

Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11

Tabel 11 Orisinalitas Penelitian

No Judul Penelitian Nama

Peneliti

Tahun

Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

1 Daya Antibakteri Ekstrak

Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus

Nugroho

Tristyanto

2011

Jenis penelitian ini

adalah penelitian

ekperimen

laboratorium

bahwa ekstrak buah Mahkota

dewa mempunyai daya

hambat terhadap bakteri

Staphylococcus aureus yaitu

pada konsentrasi terendah 90

2 Uji Efektivitas Ekstrak

Kunyit Sebagai

Antibakteri Terhadap

Pertumbuhan Bakteri

Bacillus Sp Dan Shigella

Dysentriae Secara In Vitro

Cut

Marnaini

2013

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik metode

disc diffusion

menunjukkan ekstrak kunyit

mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Bacillus

sp dan Shigella dysentriae

3 Aktifitas antibakteri

Ekstrak Etanol daun

belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L)

Terhadap Staphylococcus

aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Siti Nur

2012

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap S aureus

zona hambat sebesar 92 mm

103 mm dan 113 mm

Sedangkan S epidermidis zona

hambat sebesar 76 mm 85

mm dan 102 mm Sehingga S

aureus lebih rentan terhadap

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh

Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan

penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama

menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus

sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara

penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua

mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini

mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan

httplibunimusacid

perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga

mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan

Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang

kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Teoritis

211 Tinjauan Umum Kunyit

2111 Definisi Kunyit

Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia

Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di

dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut

(Rukmana dan Rahmat 1994)

Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam

(Thomas 2006)

Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyte

Sub Divisi Angiospermae

Kelas Monocotyledonae

Ordo Zingiberales

Fimili Zingiberaceae

Genus Curcuma

Spesies Curcums Domestica Valet

2112 Nama Daerah

Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir

(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng

(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)

(Muhlisah 2001)

httplibunimusacid

2113 Morfologi Tanaman

Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri

sebagai berikut

a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah

daun

b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm

dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun

runcing tepi daun rata

c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota

panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan

d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga

kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)

Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan

memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang

induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini

biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas

umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek

lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging

jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan

berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang

semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)

httplibunimusacid

2114 Ekologi dan Penyebaran

Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan

Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik

tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit

kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam

di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)

2115 Sifat

Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas

dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan

zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil

daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari

aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen

menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)

2116 Kandungan Rimpang Kunyit

Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah

pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)

Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa

mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada

kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2

menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

httplibunimusacid

Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

Tabel 21 Kandungan kimia kunyit

Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)

Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya

(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik

rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam

umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya

(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen

utama yang menentukan mutu kunyit

a) Kurkuminoid

Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna

pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog

antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit

httplibunimusacid

dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22

menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit

Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod

(Purseglove 1981)

Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning

Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35

dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus

dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur

kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut

dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin

sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi

alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)

kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian

Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa

adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap

ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti

inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada

penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks

antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik

httplibunimusacid

absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan

bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50

b) Minyak atsirih

Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan

aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal

sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh

dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat

yang disajikan pada Tabel 22

Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit

Sumber Krisnamurthy et al (1976)

Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering

dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga

kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan

minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas

kunyit dan tempat tumbuhnya

Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari

p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri

dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren

(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk

yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen

httplibunimusacid

hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan

adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah

turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O

(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang

terdiri dari turmeron dan ar-turmeron

2117 Kegunaan Kunyit

Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak

kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan

bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai

jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan

penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan

contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih

yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai

khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)

obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan

analgetika

Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat

luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena

digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu

Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai

gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing

manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita

yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)

httplibunimusacid

2118 Sifat Antimikroba Kunyit

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)

Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin

Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin

mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var

aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap

Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin

merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa

fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba

Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik

dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol

berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak

membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi

tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran

dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam

(Hugo dan Russel 1981)

Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa

nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih

dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm

mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat

menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat

httplibunimusacid

menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan

kurkuminnya

Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk

Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat

Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar

500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi

sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif

batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada

penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal

terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum

Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus

megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan

etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam

212 Tinjauan Umum Bakteri

2121 Bakteri Staphylococcus aureus

a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah

anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai

kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi

penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh

pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan

karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning

tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa

httplibunimusacid

manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi

piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten

terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang

sulit

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama

yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus

epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)

merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S

aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam

beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi

berat yang mengancam jiwa

Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen

kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-

10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan

047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya

perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid

atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang

Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya

bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang

disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut

piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi

httplibunimusacid

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 7: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala

rahmat hidayah dan inayah-Nya Sholawat dan salam kepada junjungan kita

Baginda Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabat-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul ldquoDaya Hambat Ekstrak Rimpang

Kunyit (Curcuma domestica Val) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis secara In Vitrordquo

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan Diploma IV Analis Kesehatan di Universitas Muhammadiyah Semarang

2016

Penulis menyadari bahwa terelesaikannya tugas akhir ini tidak lepas dari

bimbingan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

1 Dr Stalis Norma Ethica MSi selaku pembimbing pertama yang telah

memberikan bimbingan motivasi arahan serta dukungan dalam penyusunan

skripsi ini

2 Muhammad Evy Prastiyanto M Sc selaku pembimbing kedua yang juga

telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis

3 DrSri Darmawati MSi selaku penguji utama yang telah memberikan

inspirasi arahan saran dan kritikan yang membangun dalam penyusunan

skripsi ini

4 Dra Sri Sinto Dewi MSi Med selaku ketua program studi DIV Analis

Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Semarang

5 Kedua Orangtua tercinta dan keluarga besar Yamin Jafar yang selalu

mendukung secara moral moril dan materi

6 Yunia Sulistia AmdAk yang selalu memberikan semangat yang tiada

hentinya

7 Diaman AmdAk dan Muslimah Syamsyudin AmdAk yang selalu ada

dalam suka maupun duka selama hidup di Semarang

httplibunimusacid

8 Sahabat seperjuangan program studi DIV Analis Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Semarang yang telah berjuang bersam-sama dalam

menyelesaikan pendidikan studi DIV Analis Kesehatan dan semua pihak

yang telah membantu

Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dan kekurangan dalam

penulisan tugas akhir ini Kritik dan saran yang membangun Semoga tugas akhir

ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

Semarang September 2016

Penyusun

httplibunimusacid

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

ABSTRAK iv

SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Tujuan Umum 3

Tujuan Khusus 4

Manfaat Penelitian 4

Orisinalitas Penelitian 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Teoritis 7

Tinjauan Umum Kunyit 7

Umum Umum Bakteri 15

Tinjauan Umum Bakteri S Aureus 15

Tinjauan Umum Bakteri S epidermidis 22

Penyakit Yang Disebabkan Staphylococcus 26

Mekanisme Kerja Antibiotik 28

Metode Pengujian Antibakteri 30

Metode Ekstraksi 32

Kerangka Teori 36

Kerangka Konsep 36

BAB III METODE PENELITIA

Jenis Penelitian 37

Desain Penelitian 37

Variabel Penelitian 37

Rancangan Penelitian 38

Defenisi Operasional 38

Obyek Penelitian 39

Alat dan Bahan 39

Prosedur Penelitian 39

Alur Penelitian 43

Tehnik Pengumpulan Dan Analisis Data 44

Tempat Dan Waktu Penelitian 44

httplibunimusacid

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel 45

42 Hasil Penelitian 46

43 Pembahasan 51

42 Pembahasan 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 51 Kesimpulan 56

52 Saran

56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

httplibunimusacid

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 11 Orisinalitas Penelitian 5

Tabel 21 Kandungan Kimia Kunyit 10

Tabel 22 Sifat Minyak Ansiri 12

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat 31

Tabel 31 Definisi Operasional 38

Tabel 41 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Maserasi 46

Tabel 42 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 47

Tabel 43 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 24 jam 48

Tabel 44 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum Spread plate 48

Tabel 45 Hasil Zona Hambat Serat Kunyit 49

Tabel 46 Hasil Uji Kontrol Positif (Ampisilin) 50

Tabel 47 Hasil Uji Kontrol Positif (kloramfenikol) 50

httplibunimusacid

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 21 Struktur Pigmen Kunyit 11

Gambar 22 Kerangka Teori 36

Gambar 23 Kerangka Konsep 36

Gambar 31 Alur Penelitian 43

httplibunimusacid

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering

terjadi di masyarakat yang tidak pernah dapat diatasi secara tuntas dan menjadi

penyebab utama penyakit di daerah tropis seperti di Indonesia Penyakit infeksi

dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia dan

disebabkan oleh suatu mikroorganisme seperti virus parasit jamur dan bakteri

(Jawetz dkk 2005)

Penyakit karena bakteri yang sering terjadi di lingkungan sekitar yaitu infeksi

kulit salah satunya jerawat bisul dll yang umumnya ditemukan pada orang dengan

sanitasi yang buruk Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu spesies

bakteri jenis Staphylococcus yang secara alami umumnya hidup dikulit dan

membran mukosa yang dapat menimbulkan peradangan (abses atau nanah) seperti

jerawat infeksi kulit infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal (Radji 2011)

Selain bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan penyakit infeksi

kulit Staphylococcus aureus juga merupakan bakteri Gram-positif bersifat

koagulase positif yang membedakan dengan spesies lain dan sering di temukan

sebagai bakteri mikroflora normal pada kulit Apabila bakteri ini masuk ke dalam

tubuh akan dapat menyebabkan pneumonia meningitis endokarditis dan infeksi

kulit (Jawetz dkk 2005)

Banyak tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat infeksi

kulit yaitu kunyit tanaman kunyit mempunyai efek antibakteri selain itu juga

mempunyai efek sebagai antiradang dan antioksidan (Tjay dan Rahardja 2002)

httplibunimusacid

Bagian yang berperan dan banyak digunakan untuk obat dari kunyit yaitu

rimpangnya Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah napsu

makan obat luka gatal-gatal antiradang sesak napas antidiare dan merangsang

keluarnya angin dari perut Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur

kecantikan dan kosmetik Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk

stimulansia pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu

dapur (Sudarsono dkk 1996)

Kandungan utama rimpang kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang

berfungsi sebagai antioksidan antikolestrol antitumor anti HIV dan antibakteri

(Hargono 2000) Beberapa grub senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba

antara lain fenol dan senyawa turunannya terbukti sebagai antibakteri dengan cara

merusak dindang sel yang mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan

komponen dinding sel pada sel yang sedang tumbuh mengubah permeabilitas

membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi dari dalam sel

denaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid

1972)

Selain itu senyawa antibakteri dalam kunyit yaitu flavonid dan alkaloid

Menurut Heinrich (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga

menyebabkan kematian sel Sundari et al (1996) menyatakan bahwa flavonoid

dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan

mikroba Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga

dapat merusak membran sel Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin

dapat merusak pembentukan konidia jamur Kandungan senyawa lain seperti

httplibunimusacid

alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas

enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif

dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan

bakteri

Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak

rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit

sebagai zat antibakteri alternatif yang alami

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana

daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus

dan Staphylococcus epidermidisrdquo

13 Tujuan Penelitian

131 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak

rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

132 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak

rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang

Mikrobiologi

142 Manfaat bagi Instansi

Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat

rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik

143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi

referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme

kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia

144 Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti

dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia

httplibunimusacid

15 Orisinalitas Penelitian

Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11

Tabel 11 Orisinalitas Penelitian

No Judul Penelitian Nama

Peneliti

Tahun

Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

1 Daya Antibakteri Ekstrak

Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus

Nugroho

Tristyanto

2011

Jenis penelitian ini

adalah penelitian

ekperimen

laboratorium

bahwa ekstrak buah Mahkota

dewa mempunyai daya

hambat terhadap bakteri

Staphylococcus aureus yaitu

pada konsentrasi terendah 90

2 Uji Efektivitas Ekstrak

Kunyit Sebagai

Antibakteri Terhadap

Pertumbuhan Bakteri

Bacillus Sp Dan Shigella

Dysentriae Secara In Vitro

Cut

Marnaini

2013

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik metode

disc diffusion

menunjukkan ekstrak kunyit

mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Bacillus

sp dan Shigella dysentriae

3 Aktifitas antibakteri

Ekstrak Etanol daun

belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L)

Terhadap Staphylococcus

aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Siti Nur

2012

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap S aureus

zona hambat sebesar 92 mm

103 mm dan 113 mm

Sedangkan S epidermidis zona

hambat sebesar 76 mm 85

mm dan 102 mm Sehingga S

aureus lebih rentan terhadap

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh

Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan

penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama

menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus

sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara

penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua

mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini

mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan

httplibunimusacid

perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga

mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan

Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang

kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Teoritis

211 Tinjauan Umum Kunyit

2111 Definisi Kunyit

Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia

Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di

dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut

(Rukmana dan Rahmat 1994)

Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam

(Thomas 2006)

Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyte

Sub Divisi Angiospermae

Kelas Monocotyledonae

Ordo Zingiberales

Fimili Zingiberaceae

Genus Curcuma

Spesies Curcums Domestica Valet

2112 Nama Daerah

Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir

(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng

(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)

(Muhlisah 2001)

httplibunimusacid

2113 Morfologi Tanaman

Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri

sebagai berikut

a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah

daun

b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm

dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun

runcing tepi daun rata

c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota

panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan

d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga

kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)

Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan

memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang

induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini

biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas

umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek

lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging

jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan

berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang

semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)

httplibunimusacid

2114 Ekologi dan Penyebaran

Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan

Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik

tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit

kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam

di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)

2115 Sifat

Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas

dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan

zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil

daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari

aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen

menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)

2116 Kandungan Rimpang Kunyit

Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah

pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)

Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa

mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada

kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2

menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

httplibunimusacid

Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

Tabel 21 Kandungan kimia kunyit

Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)

Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya

(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik

rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam

umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya

(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen

utama yang menentukan mutu kunyit

a) Kurkuminoid

Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna

pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog

antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit

httplibunimusacid

dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22

menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit

Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod

(Purseglove 1981)

Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning

Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35

dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus

dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur

kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut

dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin

sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi

alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)

kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian

Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa

adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap

ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti

inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada

penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks

antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik

httplibunimusacid

absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan

bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50

b) Minyak atsirih

Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan

aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal

sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh

dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat

yang disajikan pada Tabel 22

Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit

Sumber Krisnamurthy et al (1976)

Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering

dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga

kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan

minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas

kunyit dan tempat tumbuhnya

Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari

p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri

dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren

(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk

yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen

httplibunimusacid

hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan

adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah

turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O

(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang

terdiri dari turmeron dan ar-turmeron

2117 Kegunaan Kunyit

Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak

kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan

bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai

jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan

penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan

contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih

yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai

khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)

obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan

analgetika

Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat

luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena

digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu

Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai

gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing

manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita

yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)

httplibunimusacid

2118 Sifat Antimikroba Kunyit

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)

Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin

Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin

mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var

aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap

Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin

merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa

fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba

Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik

dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol

berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak

membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi

tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran

dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam

(Hugo dan Russel 1981)

Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa

nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih

dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm

mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat

menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat

httplibunimusacid

menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan

kurkuminnya

Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk

Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat

Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar

500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi

sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif

batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada

penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal

terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum

Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus

megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan

etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam

212 Tinjauan Umum Bakteri

2121 Bakteri Staphylococcus aureus

a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah

anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai

kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi

penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh

pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan

karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning

tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa

httplibunimusacid

manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi

piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten

terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang

sulit

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama

yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus

epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)

merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S

aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam

beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi

berat yang mengancam jiwa

Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen

kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-

10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan

047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya

perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid

atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang

Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya

bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang

disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut

piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi

httplibunimusacid

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 8: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

8 Sahabat seperjuangan program studi DIV Analis Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Semarang yang telah berjuang bersam-sama dalam

menyelesaikan pendidikan studi DIV Analis Kesehatan dan semua pihak

yang telah membantu

Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dan kekurangan dalam

penulisan tugas akhir ini Kritik dan saran yang membangun Semoga tugas akhir

ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

Semarang September 2016

Penyusun

httplibunimusacid

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

ABSTRAK iv

SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Tujuan Umum 3

Tujuan Khusus 4

Manfaat Penelitian 4

Orisinalitas Penelitian 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Teoritis 7

Tinjauan Umum Kunyit 7

Umum Umum Bakteri 15

Tinjauan Umum Bakteri S Aureus 15

Tinjauan Umum Bakteri S epidermidis 22

Penyakit Yang Disebabkan Staphylococcus 26

Mekanisme Kerja Antibiotik 28

Metode Pengujian Antibakteri 30

Metode Ekstraksi 32

Kerangka Teori 36

Kerangka Konsep 36

BAB III METODE PENELITIA

Jenis Penelitian 37

Desain Penelitian 37

Variabel Penelitian 37

Rancangan Penelitian 38

Defenisi Operasional 38

Obyek Penelitian 39

Alat dan Bahan 39

Prosedur Penelitian 39

Alur Penelitian 43

Tehnik Pengumpulan Dan Analisis Data 44

Tempat Dan Waktu Penelitian 44

httplibunimusacid

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel 45

42 Hasil Penelitian 46

43 Pembahasan 51

42 Pembahasan 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 51 Kesimpulan 56

52 Saran

56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

httplibunimusacid

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 11 Orisinalitas Penelitian 5

Tabel 21 Kandungan Kimia Kunyit 10

Tabel 22 Sifat Minyak Ansiri 12

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat 31

Tabel 31 Definisi Operasional 38

Tabel 41 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Maserasi 46

Tabel 42 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 47

Tabel 43 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 24 jam 48

Tabel 44 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum Spread plate 48

Tabel 45 Hasil Zona Hambat Serat Kunyit 49

Tabel 46 Hasil Uji Kontrol Positif (Ampisilin) 50

Tabel 47 Hasil Uji Kontrol Positif (kloramfenikol) 50

httplibunimusacid

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 21 Struktur Pigmen Kunyit 11

Gambar 22 Kerangka Teori 36

Gambar 23 Kerangka Konsep 36

Gambar 31 Alur Penelitian 43

httplibunimusacid

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering

terjadi di masyarakat yang tidak pernah dapat diatasi secara tuntas dan menjadi

penyebab utama penyakit di daerah tropis seperti di Indonesia Penyakit infeksi

dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia dan

disebabkan oleh suatu mikroorganisme seperti virus parasit jamur dan bakteri

(Jawetz dkk 2005)

Penyakit karena bakteri yang sering terjadi di lingkungan sekitar yaitu infeksi

kulit salah satunya jerawat bisul dll yang umumnya ditemukan pada orang dengan

sanitasi yang buruk Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu spesies

bakteri jenis Staphylococcus yang secara alami umumnya hidup dikulit dan

membran mukosa yang dapat menimbulkan peradangan (abses atau nanah) seperti

jerawat infeksi kulit infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal (Radji 2011)

Selain bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan penyakit infeksi

kulit Staphylococcus aureus juga merupakan bakteri Gram-positif bersifat

koagulase positif yang membedakan dengan spesies lain dan sering di temukan

sebagai bakteri mikroflora normal pada kulit Apabila bakteri ini masuk ke dalam

tubuh akan dapat menyebabkan pneumonia meningitis endokarditis dan infeksi

kulit (Jawetz dkk 2005)

Banyak tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat infeksi

kulit yaitu kunyit tanaman kunyit mempunyai efek antibakteri selain itu juga

mempunyai efek sebagai antiradang dan antioksidan (Tjay dan Rahardja 2002)

httplibunimusacid

Bagian yang berperan dan banyak digunakan untuk obat dari kunyit yaitu

rimpangnya Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah napsu

makan obat luka gatal-gatal antiradang sesak napas antidiare dan merangsang

keluarnya angin dari perut Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur

kecantikan dan kosmetik Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk

stimulansia pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu

dapur (Sudarsono dkk 1996)

Kandungan utama rimpang kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang

berfungsi sebagai antioksidan antikolestrol antitumor anti HIV dan antibakteri

(Hargono 2000) Beberapa grub senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba

antara lain fenol dan senyawa turunannya terbukti sebagai antibakteri dengan cara

merusak dindang sel yang mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan

komponen dinding sel pada sel yang sedang tumbuh mengubah permeabilitas

membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi dari dalam sel

denaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid

1972)

Selain itu senyawa antibakteri dalam kunyit yaitu flavonid dan alkaloid

Menurut Heinrich (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga

menyebabkan kematian sel Sundari et al (1996) menyatakan bahwa flavonoid

dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan

mikroba Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga

dapat merusak membran sel Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin

dapat merusak pembentukan konidia jamur Kandungan senyawa lain seperti

httplibunimusacid

alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas

enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif

dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan

bakteri

Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak

rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit

sebagai zat antibakteri alternatif yang alami

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana

daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus

dan Staphylococcus epidermidisrdquo

13 Tujuan Penelitian

131 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak

rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

132 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak

rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang

Mikrobiologi

142 Manfaat bagi Instansi

Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat

rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik

143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi

referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme

kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia

144 Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti

dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia

httplibunimusacid

15 Orisinalitas Penelitian

Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11

Tabel 11 Orisinalitas Penelitian

No Judul Penelitian Nama

Peneliti

Tahun

Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

1 Daya Antibakteri Ekstrak

Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus

Nugroho

Tristyanto

2011

Jenis penelitian ini

adalah penelitian

ekperimen

laboratorium

bahwa ekstrak buah Mahkota

dewa mempunyai daya

hambat terhadap bakteri

Staphylococcus aureus yaitu

pada konsentrasi terendah 90

2 Uji Efektivitas Ekstrak

Kunyit Sebagai

Antibakteri Terhadap

Pertumbuhan Bakteri

Bacillus Sp Dan Shigella

Dysentriae Secara In Vitro

Cut

Marnaini

2013

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik metode

disc diffusion

menunjukkan ekstrak kunyit

mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Bacillus

sp dan Shigella dysentriae

3 Aktifitas antibakteri

Ekstrak Etanol daun

belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L)

Terhadap Staphylococcus

aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Siti Nur

2012

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap S aureus

zona hambat sebesar 92 mm

103 mm dan 113 mm

Sedangkan S epidermidis zona

hambat sebesar 76 mm 85

mm dan 102 mm Sehingga S

aureus lebih rentan terhadap

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh

Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan

penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama

menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus

sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara

penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua

mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini

mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan

httplibunimusacid

perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga

mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan

Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang

kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Teoritis

211 Tinjauan Umum Kunyit

2111 Definisi Kunyit

Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia

Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di

dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut

(Rukmana dan Rahmat 1994)

Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam

(Thomas 2006)

Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyte

Sub Divisi Angiospermae

Kelas Monocotyledonae

Ordo Zingiberales

Fimili Zingiberaceae

Genus Curcuma

Spesies Curcums Domestica Valet

2112 Nama Daerah

Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir

(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng

(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)

(Muhlisah 2001)

httplibunimusacid

2113 Morfologi Tanaman

Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri

sebagai berikut

a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah

daun

b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm

dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun

runcing tepi daun rata

c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota

panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan

d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga

kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)

Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan

memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang

induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini

biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas

umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek

lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging

jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan

berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang

semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)

httplibunimusacid

2114 Ekologi dan Penyebaran

Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan

Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik

tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit

kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam

di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)

2115 Sifat

Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas

dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan

zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil

daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari

aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen

menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)

2116 Kandungan Rimpang Kunyit

Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah

pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)

Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa

mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada

kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2

menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

httplibunimusacid

Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

Tabel 21 Kandungan kimia kunyit

Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)

Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya

(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik

rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam

umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya

(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen

utama yang menentukan mutu kunyit

a) Kurkuminoid

Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna

pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog

antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit

httplibunimusacid

dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22

menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit

Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod

(Purseglove 1981)

Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning

Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35

dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus

dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur

kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut

dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin

sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi

alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)

kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian

Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa

adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap

ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti

inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada

penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks

antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik

httplibunimusacid

absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan

bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50

b) Minyak atsirih

Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan

aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal

sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh

dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat

yang disajikan pada Tabel 22

Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit

Sumber Krisnamurthy et al (1976)

Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering

dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga

kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan

minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas

kunyit dan tempat tumbuhnya

Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari

p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri

dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren

(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk

yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen

httplibunimusacid

hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan

adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah

turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O

(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang

terdiri dari turmeron dan ar-turmeron

2117 Kegunaan Kunyit

Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak

kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan

bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai

jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan

penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan

contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih

yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai

khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)

obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan

analgetika

Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat

luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena

digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu

Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai

gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing

manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita

yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)

httplibunimusacid

2118 Sifat Antimikroba Kunyit

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)

Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin

Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin

mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var

aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap

Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin

merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa

fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba

Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik

dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol

berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak

membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi

tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran

dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam

(Hugo dan Russel 1981)

Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa

nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih

dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm

mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat

menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat

httplibunimusacid

menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan

kurkuminnya

Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk

Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat

Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar

500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi

sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif

batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada

penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal

terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum

Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus

megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan

etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam

212 Tinjauan Umum Bakteri

2121 Bakteri Staphylococcus aureus

a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah

anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai

kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi

penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh

pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan

karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning

tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa

httplibunimusacid

manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi

piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten

terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang

sulit

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama

yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus

epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)

merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S

aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam

beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi

berat yang mengancam jiwa

Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen

kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-

10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan

047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya

perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid

atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang

Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya

bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang

disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut

piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi

httplibunimusacid

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 9: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

ABSTRAK iv

SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Tujuan Umum 3

Tujuan Khusus 4

Manfaat Penelitian 4

Orisinalitas Penelitian 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Teoritis 7

Tinjauan Umum Kunyit 7

Umum Umum Bakteri 15

Tinjauan Umum Bakteri S Aureus 15

Tinjauan Umum Bakteri S epidermidis 22

Penyakit Yang Disebabkan Staphylococcus 26

Mekanisme Kerja Antibiotik 28

Metode Pengujian Antibakteri 30

Metode Ekstraksi 32

Kerangka Teori 36

Kerangka Konsep 36

BAB III METODE PENELITIA

Jenis Penelitian 37

Desain Penelitian 37

Variabel Penelitian 37

Rancangan Penelitian 38

Defenisi Operasional 38

Obyek Penelitian 39

Alat dan Bahan 39

Prosedur Penelitian 39

Alur Penelitian 43

Tehnik Pengumpulan Dan Analisis Data 44

Tempat Dan Waktu Penelitian 44

httplibunimusacid

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel 45

42 Hasil Penelitian 46

43 Pembahasan 51

42 Pembahasan 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 51 Kesimpulan 56

52 Saran

56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

httplibunimusacid

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 11 Orisinalitas Penelitian 5

Tabel 21 Kandungan Kimia Kunyit 10

Tabel 22 Sifat Minyak Ansiri 12

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat 31

Tabel 31 Definisi Operasional 38

Tabel 41 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Maserasi 46

Tabel 42 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 47

Tabel 43 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 24 jam 48

Tabel 44 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum Spread plate 48

Tabel 45 Hasil Zona Hambat Serat Kunyit 49

Tabel 46 Hasil Uji Kontrol Positif (Ampisilin) 50

Tabel 47 Hasil Uji Kontrol Positif (kloramfenikol) 50

httplibunimusacid

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 21 Struktur Pigmen Kunyit 11

Gambar 22 Kerangka Teori 36

Gambar 23 Kerangka Konsep 36

Gambar 31 Alur Penelitian 43

httplibunimusacid

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering

terjadi di masyarakat yang tidak pernah dapat diatasi secara tuntas dan menjadi

penyebab utama penyakit di daerah tropis seperti di Indonesia Penyakit infeksi

dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia dan

disebabkan oleh suatu mikroorganisme seperti virus parasit jamur dan bakteri

(Jawetz dkk 2005)

Penyakit karena bakteri yang sering terjadi di lingkungan sekitar yaitu infeksi

kulit salah satunya jerawat bisul dll yang umumnya ditemukan pada orang dengan

sanitasi yang buruk Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu spesies

bakteri jenis Staphylococcus yang secara alami umumnya hidup dikulit dan

membran mukosa yang dapat menimbulkan peradangan (abses atau nanah) seperti

jerawat infeksi kulit infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal (Radji 2011)

Selain bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan penyakit infeksi

kulit Staphylococcus aureus juga merupakan bakteri Gram-positif bersifat

koagulase positif yang membedakan dengan spesies lain dan sering di temukan

sebagai bakteri mikroflora normal pada kulit Apabila bakteri ini masuk ke dalam

tubuh akan dapat menyebabkan pneumonia meningitis endokarditis dan infeksi

kulit (Jawetz dkk 2005)

Banyak tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat infeksi

kulit yaitu kunyit tanaman kunyit mempunyai efek antibakteri selain itu juga

mempunyai efek sebagai antiradang dan antioksidan (Tjay dan Rahardja 2002)

httplibunimusacid

Bagian yang berperan dan banyak digunakan untuk obat dari kunyit yaitu

rimpangnya Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah napsu

makan obat luka gatal-gatal antiradang sesak napas antidiare dan merangsang

keluarnya angin dari perut Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur

kecantikan dan kosmetik Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk

stimulansia pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu

dapur (Sudarsono dkk 1996)

Kandungan utama rimpang kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang

berfungsi sebagai antioksidan antikolestrol antitumor anti HIV dan antibakteri

(Hargono 2000) Beberapa grub senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba

antara lain fenol dan senyawa turunannya terbukti sebagai antibakteri dengan cara

merusak dindang sel yang mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan

komponen dinding sel pada sel yang sedang tumbuh mengubah permeabilitas

membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi dari dalam sel

denaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid

1972)

Selain itu senyawa antibakteri dalam kunyit yaitu flavonid dan alkaloid

Menurut Heinrich (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga

menyebabkan kematian sel Sundari et al (1996) menyatakan bahwa flavonoid

dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan

mikroba Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga

dapat merusak membran sel Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin

dapat merusak pembentukan konidia jamur Kandungan senyawa lain seperti

httplibunimusacid

alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas

enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif

dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan

bakteri

Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak

rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit

sebagai zat antibakteri alternatif yang alami

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana

daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus

dan Staphylococcus epidermidisrdquo

13 Tujuan Penelitian

131 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak

rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

132 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak

rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang

Mikrobiologi

142 Manfaat bagi Instansi

Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat

rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik

143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi

referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme

kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia

144 Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti

dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia

httplibunimusacid

15 Orisinalitas Penelitian

Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11

Tabel 11 Orisinalitas Penelitian

No Judul Penelitian Nama

Peneliti

Tahun

Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

1 Daya Antibakteri Ekstrak

Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus

Nugroho

Tristyanto

2011

Jenis penelitian ini

adalah penelitian

ekperimen

laboratorium

bahwa ekstrak buah Mahkota

dewa mempunyai daya

hambat terhadap bakteri

Staphylococcus aureus yaitu

pada konsentrasi terendah 90

2 Uji Efektivitas Ekstrak

Kunyit Sebagai

Antibakteri Terhadap

Pertumbuhan Bakteri

Bacillus Sp Dan Shigella

Dysentriae Secara In Vitro

Cut

Marnaini

2013

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik metode

disc diffusion

menunjukkan ekstrak kunyit

mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Bacillus

sp dan Shigella dysentriae

3 Aktifitas antibakteri

Ekstrak Etanol daun

belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L)

Terhadap Staphylococcus

aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Siti Nur

2012

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap S aureus

zona hambat sebesar 92 mm

103 mm dan 113 mm

Sedangkan S epidermidis zona

hambat sebesar 76 mm 85

mm dan 102 mm Sehingga S

aureus lebih rentan terhadap

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh

Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan

penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama

menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus

sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara

penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua

mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini

mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan

httplibunimusacid

perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga

mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan

Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang

kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Teoritis

211 Tinjauan Umum Kunyit

2111 Definisi Kunyit

Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia

Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di

dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut

(Rukmana dan Rahmat 1994)

Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam

(Thomas 2006)

Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyte

Sub Divisi Angiospermae

Kelas Monocotyledonae

Ordo Zingiberales

Fimili Zingiberaceae

Genus Curcuma

Spesies Curcums Domestica Valet

2112 Nama Daerah

Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir

(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng

(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)

(Muhlisah 2001)

httplibunimusacid

2113 Morfologi Tanaman

Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri

sebagai berikut

a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah

daun

b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm

dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun

runcing tepi daun rata

c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota

panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan

d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga

kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)

Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan

memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang

induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini

biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas

umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek

lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging

jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan

berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang

semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)

httplibunimusacid

2114 Ekologi dan Penyebaran

Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan

Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik

tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit

kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam

di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)

2115 Sifat

Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas

dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan

zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil

daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari

aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen

menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)

2116 Kandungan Rimpang Kunyit

Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah

pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)

Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa

mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada

kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2

menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

httplibunimusacid

Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

Tabel 21 Kandungan kimia kunyit

Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)

Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya

(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik

rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam

umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya

(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen

utama yang menentukan mutu kunyit

a) Kurkuminoid

Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna

pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog

antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit

httplibunimusacid

dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22

menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit

Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod

(Purseglove 1981)

Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning

Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35

dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus

dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur

kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut

dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin

sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi

alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)

kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian

Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa

adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap

ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti

inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada

penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks

antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik

httplibunimusacid

absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan

bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50

b) Minyak atsirih

Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan

aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal

sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh

dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat

yang disajikan pada Tabel 22

Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit

Sumber Krisnamurthy et al (1976)

Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering

dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga

kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan

minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas

kunyit dan tempat tumbuhnya

Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari

p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri

dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren

(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk

yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen

httplibunimusacid

hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan

adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah

turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O

(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang

terdiri dari turmeron dan ar-turmeron

2117 Kegunaan Kunyit

Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak

kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan

bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai

jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan

penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan

contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih

yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai

khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)

obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan

analgetika

Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat

luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena

digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu

Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai

gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing

manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita

yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)

httplibunimusacid

2118 Sifat Antimikroba Kunyit

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)

Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin

Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin

mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var

aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap

Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin

merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa

fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba

Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik

dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol

berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak

membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi

tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran

dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam

(Hugo dan Russel 1981)

Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa

nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih

dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm

mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat

menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat

httplibunimusacid

menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan

kurkuminnya

Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk

Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat

Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar

500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi

sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif

batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada

penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal

terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum

Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus

megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan

etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam

212 Tinjauan Umum Bakteri

2121 Bakteri Staphylococcus aureus

a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah

anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai

kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi

penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh

pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan

karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning

tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa

httplibunimusacid

manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi

piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten

terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang

sulit

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama

yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus

epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)

merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S

aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam

beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi

berat yang mengancam jiwa

Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen

kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-

10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan

047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya

perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid

atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang

Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya

bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang

disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut

piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi

httplibunimusacid

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 10: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel 45

42 Hasil Penelitian 46

43 Pembahasan 51

42 Pembahasan 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 51 Kesimpulan 56

52 Saran

56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

httplibunimusacid

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 11 Orisinalitas Penelitian 5

Tabel 21 Kandungan Kimia Kunyit 10

Tabel 22 Sifat Minyak Ansiri 12

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat 31

Tabel 31 Definisi Operasional 38

Tabel 41 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Maserasi 46

Tabel 42 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 47

Tabel 43 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 24 jam 48

Tabel 44 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum Spread plate 48

Tabel 45 Hasil Zona Hambat Serat Kunyit 49

Tabel 46 Hasil Uji Kontrol Positif (Ampisilin) 50

Tabel 47 Hasil Uji Kontrol Positif (kloramfenikol) 50

httplibunimusacid

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 21 Struktur Pigmen Kunyit 11

Gambar 22 Kerangka Teori 36

Gambar 23 Kerangka Konsep 36

Gambar 31 Alur Penelitian 43

httplibunimusacid

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering

terjadi di masyarakat yang tidak pernah dapat diatasi secara tuntas dan menjadi

penyebab utama penyakit di daerah tropis seperti di Indonesia Penyakit infeksi

dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia dan

disebabkan oleh suatu mikroorganisme seperti virus parasit jamur dan bakteri

(Jawetz dkk 2005)

Penyakit karena bakteri yang sering terjadi di lingkungan sekitar yaitu infeksi

kulit salah satunya jerawat bisul dll yang umumnya ditemukan pada orang dengan

sanitasi yang buruk Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu spesies

bakteri jenis Staphylococcus yang secara alami umumnya hidup dikulit dan

membran mukosa yang dapat menimbulkan peradangan (abses atau nanah) seperti

jerawat infeksi kulit infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal (Radji 2011)

Selain bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan penyakit infeksi

kulit Staphylococcus aureus juga merupakan bakteri Gram-positif bersifat

koagulase positif yang membedakan dengan spesies lain dan sering di temukan

sebagai bakteri mikroflora normal pada kulit Apabila bakteri ini masuk ke dalam

tubuh akan dapat menyebabkan pneumonia meningitis endokarditis dan infeksi

kulit (Jawetz dkk 2005)

Banyak tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat infeksi

kulit yaitu kunyit tanaman kunyit mempunyai efek antibakteri selain itu juga

mempunyai efek sebagai antiradang dan antioksidan (Tjay dan Rahardja 2002)

httplibunimusacid

Bagian yang berperan dan banyak digunakan untuk obat dari kunyit yaitu

rimpangnya Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah napsu

makan obat luka gatal-gatal antiradang sesak napas antidiare dan merangsang

keluarnya angin dari perut Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur

kecantikan dan kosmetik Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk

stimulansia pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu

dapur (Sudarsono dkk 1996)

Kandungan utama rimpang kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang

berfungsi sebagai antioksidan antikolestrol antitumor anti HIV dan antibakteri

(Hargono 2000) Beberapa grub senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba

antara lain fenol dan senyawa turunannya terbukti sebagai antibakteri dengan cara

merusak dindang sel yang mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan

komponen dinding sel pada sel yang sedang tumbuh mengubah permeabilitas

membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi dari dalam sel

denaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid

1972)

Selain itu senyawa antibakteri dalam kunyit yaitu flavonid dan alkaloid

Menurut Heinrich (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga

menyebabkan kematian sel Sundari et al (1996) menyatakan bahwa flavonoid

dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan

mikroba Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga

dapat merusak membran sel Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin

dapat merusak pembentukan konidia jamur Kandungan senyawa lain seperti

httplibunimusacid

alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas

enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif

dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan

bakteri

Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak

rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit

sebagai zat antibakteri alternatif yang alami

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana

daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus

dan Staphylococcus epidermidisrdquo

13 Tujuan Penelitian

131 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak

rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

132 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak

rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang

Mikrobiologi

142 Manfaat bagi Instansi

Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat

rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik

143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi

referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme

kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia

144 Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti

dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia

httplibunimusacid

15 Orisinalitas Penelitian

Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11

Tabel 11 Orisinalitas Penelitian

No Judul Penelitian Nama

Peneliti

Tahun

Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

1 Daya Antibakteri Ekstrak

Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus

Nugroho

Tristyanto

2011

Jenis penelitian ini

adalah penelitian

ekperimen

laboratorium

bahwa ekstrak buah Mahkota

dewa mempunyai daya

hambat terhadap bakteri

Staphylococcus aureus yaitu

pada konsentrasi terendah 90

2 Uji Efektivitas Ekstrak

Kunyit Sebagai

Antibakteri Terhadap

Pertumbuhan Bakteri

Bacillus Sp Dan Shigella

Dysentriae Secara In Vitro

Cut

Marnaini

2013

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik metode

disc diffusion

menunjukkan ekstrak kunyit

mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Bacillus

sp dan Shigella dysentriae

3 Aktifitas antibakteri

Ekstrak Etanol daun

belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L)

Terhadap Staphylococcus

aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Siti Nur

2012

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap S aureus

zona hambat sebesar 92 mm

103 mm dan 113 mm

Sedangkan S epidermidis zona

hambat sebesar 76 mm 85

mm dan 102 mm Sehingga S

aureus lebih rentan terhadap

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh

Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan

penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama

menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus

sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara

penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua

mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini

mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan

httplibunimusacid

perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga

mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan

Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang

kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Teoritis

211 Tinjauan Umum Kunyit

2111 Definisi Kunyit

Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia

Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di

dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut

(Rukmana dan Rahmat 1994)

Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam

(Thomas 2006)

Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyte

Sub Divisi Angiospermae

Kelas Monocotyledonae

Ordo Zingiberales

Fimili Zingiberaceae

Genus Curcuma

Spesies Curcums Domestica Valet

2112 Nama Daerah

Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir

(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng

(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)

(Muhlisah 2001)

httplibunimusacid

2113 Morfologi Tanaman

Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri

sebagai berikut

a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah

daun

b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm

dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun

runcing tepi daun rata

c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota

panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan

d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga

kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)

Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan

memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang

induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini

biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas

umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek

lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging

jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan

berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang

semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)

httplibunimusacid

2114 Ekologi dan Penyebaran

Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan

Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik

tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit

kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam

di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)

2115 Sifat

Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas

dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan

zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil

daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari

aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen

menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)

2116 Kandungan Rimpang Kunyit

Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah

pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)

Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa

mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada

kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2

menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

httplibunimusacid

Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

Tabel 21 Kandungan kimia kunyit

Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)

Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya

(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik

rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam

umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya

(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen

utama yang menentukan mutu kunyit

a) Kurkuminoid

Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna

pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog

antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit

httplibunimusacid

dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22

menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit

Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod

(Purseglove 1981)

Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning

Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35

dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus

dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur

kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut

dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin

sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi

alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)

kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian

Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa

adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap

ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti

inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada

penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks

antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik

httplibunimusacid

absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan

bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50

b) Minyak atsirih

Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan

aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal

sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh

dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat

yang disajikan pada Tabel 22

Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit

Sumber Krisnamurthy et al (1976)

Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering

dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga

kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan

minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas

kunyit dan tempat tumbuhnya

Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari

p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri

dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren

(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk

yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen

httplibunimusacid

hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan

adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah

turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O

(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang

terdiri dari turmeron dan ar-turmeron

2117 Kegunaan Kunyit

Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak

kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan

bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai

jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan

penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan

contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih

yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai

khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)

obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan

analgetika

Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat

luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena

digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu

Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai

gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing

manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita

yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)

httplibunimusacid

2118 Sifat Antimikroba Kunyit

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)

Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin

Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin

mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var

aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap

Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin

merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa

fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba

Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik

dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol

berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak

membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi

tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran

dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam

(Hugo dan Russel 1981)

Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa

nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih

dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm

mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat

menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat

httplibunimusacid

menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan

kurkuminnya

Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk

Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat

Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar

500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi

sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif

batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada

penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal

terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum

Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus

megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan

etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam

212 Tinjauan Umum Bakteri

2121 Bakteri Staphylococcus aureus

a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah

anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai

kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi

penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh

pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan

karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning

tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa

httplibunimusacid

manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi

piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten

terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang

sulit

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama

yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus

epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)

merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S

aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam

beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi

berat yang mengancam jiwa

Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen

kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-

10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan

047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya

perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid

atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang

Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya

bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang

disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut

piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi

httplibunimusacid

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 11: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 11 Orisinalitas Penelitian 5

Tabel 21 Kandungan Kimia Kunyit 10

Tabel 22 Sifat Minyak Ansiri 12

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat 31

Tabel 31 Definisi Operasional 38

Tabel 41 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Maserasi 46

Tabel 42 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 47

Tabel 43 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 24 jam 48

Tabel 44 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum Spread plate 48

Tabel 45 Hasil Zona Hambat Serat Kunyit 49

Tabel 46 Hasil Uji Kontrol Positif (Ampisilin) 50

Tabel 47 Hasil Uji Kontrol Positif (kloramfenikol) 50

httplibunimusacid

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 21 Struktur Pigmen Kunyit 11

Gambar 22 Kerangka Teori 36

Gambar 23 Kerangka Konsep 36

Gambar 31 Alur Penelitian 43

httplibunimusacid

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering

terjadi di masyarakat yang tidak pernah dapat diatasi secara tuntas dan menjadi

penyebab utama penyakit di daerah tropis seperti di Indonesia Penyakit infeksi

dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia dan

disebabkan oleh suatu mikroorganisme seperti virus parasit jamur dan bakteri

(Jawetz dkk 2005)

Penyakit karena bakteri yang sering terjadi di lingkungan sekitar yaitu infeksi

kulit salah satunya jerawat bisul dll yang umumnya ditemukan pada orang dengan

sanitasi yang buruk Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu spesies

bakteri jenis Staphylococcus yang secara alami umumnya hidup dikulit dan

membran mukosa yang dapat menimbulkan peradangan (abses atau nanah) seperti

jerawat infeksi kulit infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal (Radji 2011)

Selain bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan penyakit infeksi

kulit Staphylococcus aureus juga merupakan bakteri Gram-positif bersifat

koagulase positif yang membedakan dengan spesies lain dan sering di temukan

sebagai bakteri mikroflora normal pada kulit Apabila bakteri ini masuk ke dalam

tubuh akan dapat menyebabkan pneumonia meningitis endokarditis dan infeksi

kulit (Jawetz dkk 2005)

Banyak tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat infeksi

kulit yaitu kunyit tanaman kunyit mempunyai efek antibakteri selain itu juga

mempunyai efek sebagai antiradang dan antioksidan (Tjay dan Rahardja 2002)

httplibunimusacid

Bagian yang berperan dan banyak digunakan untuk obat dari kunyit yaitu

rimpangnya Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah napsu

makan obat luka gatal-gatal antiradang sesak napas antidiare dan merangsang

keluarnya angin dari perut Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur

kecantikan dan kosmetik Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk

stimulansia pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu

dapur (Sudarsono dkk 1996)

Kandungan utama rimpang kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang

berfungsi sebagai antioksidan antikolestrol antitumor anti HIV dan antibakteri

(Hargono 2000) Beberapa grub senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba

antara lain fenol dan senyawa turunannya terbukti sebagai antibakteri dengan cara

merusak dindang sel yang mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan

komponen dinding sel pada sel yang sedang tumbuh mengubah permeabilitas

membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi dari dalam sel

denaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid

1972)

Selain itu senyawa antibakteri dalam kunyit yaitu flavonid dan alkaloid

Menurut Heinrich (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga

menyebabkan kematian sel Sundari et al (1996) menyatakan bahwa flavonoid

dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan

mikroba Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga

dapat merusak membran sel Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin

dapat merusak pembentukan konidia jamur Kandungan senyawa lain seperti

httplibunimusacid

alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas

enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif

dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan

bakteri

Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak

rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit

sebagai zat antibakteri alternatif yang alami

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana

daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus

dan Staphylococcus epidermidisrdquo

13 Tujuan Penelitian

131 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak

rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

132 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak

rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang

Mikrobiologi

142 Manfaat bagi Instansi

Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat

rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik

143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi

referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme

kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia

144 Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti

dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia

httplibunimusacid

15 Orisinalitas Penelitian

Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11

Tabel 11 Orisinalitas Penelitian

No Judul Penelitian Nama

Peneliti

Tahun

Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

1 Daya Antibakteri Ekstrak

Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus

Nugroho

Tristyanto

2011

Jenis penelitian ini

adalah penelitian

ekperimen

laboratorium

bahwa ekstrak buah Mahkota

dewa mempunyai daya

hambat terhadap bakteri

Staphylococcus aureus yaitu

pada konsentrasi terendah 90

2 Uji Efektivitas Ekstrak

Kunyit Sebagai

Antibakteri Terhadap

Pertumbuhan Bakteri

Bacillus Sp Dan Shigella

Dysentriae Secara In Vitro

Cut

Marnaini

2013

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik metode

disc diffusion

menunjukkan ekstrak kunyit

mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Bacillus

sp dan Shigella dysentriae

3 Aktifitas antibakteri

Ekstrak Etanol daun

belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L)

Terhadap Staphylococcus

aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Siti Nur

2012

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap S aureus

zona hambat sebesar 92 mm

103 mm dan 113 mm

Sedangkan S epidermidis zona

hambat sebesar 76 mm 85

mm dan 102 mm Sehingga S

aureus lebih rentan terhadap

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh

Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan

penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama

menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus

sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara

penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua

mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini

mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan

httplibunimusacid

perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga

mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan

Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang

kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Teoritis

211 Tinjauan Umum Kunyit

2111 Definisi Kunyit

Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia

Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di

dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut

(Rukmana dan Rahmat 1994)

Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam

(Thomas 2006)

Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyte

Sub Divisi Angiospermae

Kelas Monocotyledonae

Ordo Zingiberales

Fimili Zingiberaceae

Genus Curcuma

Spesies Curcums Domestica Valet

2112 Nama Daerah

Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir

(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng

(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)

(Muhlisah 2001)

httplibunimusacid

2113 Morfologi Tanaman

Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri

sebagai berikut

a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah

daun

b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm

dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun

runcing tepi daun rata

c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota

panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan

d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga

kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)

Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan

memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang

induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini

biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas

umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek

lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging

jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan

berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang

semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)

httplibunimusacid

2114 Ekologi dan Penyebaran

Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan

Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik

tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit

kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam

di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)

2115 Sifat

Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas

dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan

zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil

daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari

aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen

menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)

2116 Kandungan Rimpang Kunyit

Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah

pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)

Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa

mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada

kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2

menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

httplibunimusacid

Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

Tabel 21 Kandungan kimia kunyit

Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)

Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya

(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik

rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam

umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya

(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen

utama yang menentukan mutu kunyit

a) Kurkuminoid

Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna

pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog

antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit

httplibunimusacid

dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22

menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit

Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod

(Purseglove 1981)

Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning

Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35

dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus

dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur

kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut

dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin

sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi

alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)

kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian

Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa

adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap

ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti

inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada

penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks

antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik

httplibunimusacid

absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan

bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50

b) Minyak atsirih

Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan

aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal

sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh

dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat

yang disajikan pada Tabel 22

Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit

Sumber Krisnamurthy et al (1976)

Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering

dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga

kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan

minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas

kunyit dan tempat tumbuhnya

Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari

p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri

dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren

(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk

yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen

httplibunimusacid

hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan

adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah

turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O

(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang

terdiri dari turmeron dan ar-turmeron

2117 Kegunaan Kunyit

Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak

kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan

bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai

jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan

penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan

contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih

yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai

khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)

obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan

analgetika

Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat

luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena

digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu

Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai

gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing

manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita

yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)

httplibunimusacid

2118 Sifat Antimikroba Kunyit

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)

Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin

Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin

mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var

aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap

Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin

merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa

fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba

Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik

dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol

berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak

membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi

tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran

dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam

(Hugo dan Russel 1981)

Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa

nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih

dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm

mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat

menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat

httplibunimusacid

menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan

kurkuminnya

Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk

Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat

Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar

500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi

sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif

batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada

penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal

terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum

Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus

megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan

etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam

212 Tinjauan Umum Bakteri

2121 Bakteri Staphylococcus aureus

a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah

anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai

kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi

penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh

pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan

karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning

tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa

httplibunimusacid

manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi

piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten

terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang

sulit

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama

yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus

epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)

merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S

aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam

beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi

berat yang mengancam jiwa

Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen

kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-

10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan

047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya

perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid

atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang

Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya

bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang

disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut

piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi

httplibunimusacid

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 12: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 21 Struktur Pigmen Kunyit 11

Gambar 22 Kerangka Teori 36

Gambar 23 Kerangka Konsep 36

Gambar 31 Alur Penelitian 43

httplibunimusacid

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering

terjadi di masyarakat yang tidak pernah dapat diatasi secara tuntas dan menjadi

penyebab utama penyakit di daerah tropis seperti di Indonesia Penyakit infeksi

dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia dan

disebabkan oleh suatu mikroorganisme seperti virus parasit jamur dan bakteri

(Jawetz dkk 2005)

Penyakit karena bakteri yang sering terjadi di lingkungan sekitar yaitu infeksi

kulit salah satunya jerawat bisul dll yang umumnya ditemukan pada orang dengan

sanitasi yang buruk Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu spesies

bakteri jenis Staphylococcus yang secara alami umumnya hidup dikulit dan

membran mukosa yang dapat menimbulkan peradangan (abses atau nanah) seperti

jerawat infeksi kulit infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal (Radji 2011)

Selain bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan penyakit infeksi

kulit Staphylococcus aureus juga merupakan bakteri Gram-positif bersifat

koagulase positif yang membedakan dengan spesies lain dan sering di temukan

sebagai bakteri mikroflora normal pada kulit Apabila bakteri ini masuk ke dalam

tubuh akan dapat menyebabkan pneumonia meningitis endokarditis dan infeksi

kulit (Jawetz dkk 2005)

Banyak tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat infeksi

kulit yaitu kunyit tanaman kunyit mempunyai efek antibakteri selain itu juga

mempunyai efek sebagai antiradang dan antioksidan (Tjay dan Rahardja 2002)

httplibunimusacid

Bagian yang berperan dan banyak digunakan untuk obat dari kunyit yaitu

rimpangnya Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah napsu

makan obat luka gatal-gatal antiradang sesak napas antidiare dan merangsang

keluarnya angin dari perut Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur

kecantikan dan kosmetik Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk

stimulansia pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu

dapur (Sudarsono dkk 1996)

Kandungan utama rimpang kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang

berfungsi sebagai antioksidan antikolestrol antitumor anti HIV dan antibakteri

(Hargono 2000) Beberapa grub senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba

antara lain fenol dan senyawa turunannya terbukti sebagai antibakteri dengan cara

merusak dindang sel yang mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan

komponen dinding sel pada sel yang sedang tumbuh mengubah permeabilitas

membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi dari dalam sel

denaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid

1972)

Selain itu senyawa antibakteri dalam kunyit yaitu flavonid dan alkaloid

Menurut Heinrich (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga

menyebabkan kematian sel Sundari et al (1996) menyatakan bahwa flavonoid

dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan

mikroba Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga

dapat merusak membran sel Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin

dapat merusak pembentukan konidia jamur Kandungan senyawa lain seperti

httplibunimusacid

alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas

enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif

dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan

bakteri

Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak

rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit

sebagai zat antibakteri alternatif yang alami

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana

daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus

dan Staphylococcus epidermidisrdquo

13 Tujuan Penelitian

131 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak

rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

132 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak

rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang

Mikrobiologi

142 Manfaat bagi Instansi

Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat

rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik

143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi

referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme

kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia

144 Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti

dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia

httplibunimusacid

15 Orisinalitas Penelitian

Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11

Tabel 11 Orisinalitas Penelitian

No Judul Penelitian Nama

Peneliti

Tahun

Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

1 Daya Antibakteri Ekstrak

Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus

Nugroho

Tristyanto

2011

Jenis penelitian ini

adalah penelitian

ekperimen

laboratorium

bahwa ekstrak buah Mahkota

dewa mempunyai daya

hambat terhadap bakteri

Staphylococcus aureus yaitu

pada konsentrasi terendah 90

2 Uji Efektivitas Ekstrak

Kunyit Sebagai

Antibakteri Terhadap

Pertumbuhan Bakteri

Bacillus Sp Dan Shigella

Dysentriae Secara In Vitro

Cut

Marnaini

2013

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik metode

disc diffusion

menunjukkan ekstrak kunyit

mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Bacillus

sp dan Shigella dysentriae

3 Aktifitas antibakteri

Ekstrak Etanol daun

belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L)

Terhadap Staphylococcus

aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Siti Nur

2012

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap S aureus

zona hambat sebesar 92 mm

103 mm dan 113 mm

Sedangkan S epidermidis zona

hambat sebesar 76 mm 85

mm dan 102 mm Sehingga S

aureus lebih rentan terhadap

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh

Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan

penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama

menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus

sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara

penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua

mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini

mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan

httplibunimusacid

perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga

mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan

Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang

kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Teoritis

211 Tinjauan Umum Kunyit

2111 Definisi Kunyit

Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia

Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di

dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut

(Rukmana dan Rahmat 1994)

Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam

(Thomas 2006)

Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyte

Sub Divisi Angiospermae

Kelas Monocotyledonae

Ordo Zingiberales

Fimili Zingiberaceae

Genus Curcuma

Spesies Curcums Domestica Valet

2112 Nama Daerah

Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir

(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng

(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)

(Muhlisah 2001)

httplibunimusacid

2113 Morfologi Tanaman

Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri

sebagai berikut

a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah

daun

b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm

dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun

runcing tepi daun rata

c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota

panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan

d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga

kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)

Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan

memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang

induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini

biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas

umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek

lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging

jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan

berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang

semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)

httplibunimusacid

2114 Ekologi dan Penyebaran

Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan

Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik

tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit

kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam

di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)

2115 Sifat

Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas

dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan

zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil

daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari

aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen

menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)

2116 Kandungan Rimpang Kunyit

Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah

pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)

Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa

mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada

kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2

menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

httplibunimusacid

Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

Tabel 21 Kandungan kimia kunyit

Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)

Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya

(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik

rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam

umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya

(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen

utama yang menentukan mutu kunyit

a) Kurkuminoid

Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna

pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog

antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit

httplibunimusacid

dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22

menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit

Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod

(Purseglove 1981)

Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning

Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35

dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus

dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur

kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut

dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin

sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi

alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)

kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian

Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa

adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap

ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti

inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada

penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks

antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik

httplibunimusacid

absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan

bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50

b) Minyak atsirih

Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan

aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal

sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh

dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat

yang disajikan pada Tabel 22

Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit

Sumber Krisnamurthy et al (1976)

Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering

dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga

kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan

minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas

kunyit dan tempat tumbuhnya

Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari

p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri

dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren

(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk

yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen

httplibunimusacid

hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan

adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah

turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O

(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang

terdiri dari turmeron dan ar-turmeron

2117 Kegunaan Kunyit

Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak

kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan

bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai

jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan

penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan

contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih

yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai

khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)

obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan

analgetika

Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat

luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena

digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu

Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai

gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing

manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita

yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)

httplibunimusacid

2118 Sifat Antimikroba Kunyit

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)

Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin

Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin

mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var

aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap

Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin

merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa

fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba

Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik

dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol

berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak

membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi

tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran

dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam

(Hugo dan Russel 1981)

Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa

nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih

dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm

mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat

menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat

httplibunimusacid

menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan

kurkuminnya

Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk

Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat

Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar

500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi

sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif

batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada

penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal

terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum

Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus

megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan

etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam

212 Tinjauan Umum Bakteri

2121 Bakteri Staphylococcus aureus

a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah

anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai

kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi

penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh

pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan

karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning

tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa

httplibunimusacid

manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi

piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten

terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang

sulit

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama

yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus

epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)

merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S

aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam

beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi

berat yang mengancam jiwa

Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen

kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-

10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan

047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya

perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid

atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang

Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya

bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang

disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut

piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi

httplibunimusacid

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 13: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering

terjadi di masyarakat yang tidak pernah dapat diatasi secara tuntas dan menjadi

penyebab utama penyakit di daerah tropis seperti di Indonesia Penyakit infeksi

dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia dan

disebabkan oleh suatu mikroorganisme seperti virus parasit jamur dan bakteri

(Jawetz dkk 2005)

Penyakit karena bakteri yang sering terjadi di lingkungan sekitar yaitu infeksi

kulit salah satunya jerawat bisul dll yang umumnya ditemukan pada orang dengan

sanitasi yang buruk Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu spesies

bakteri jenis Staphylococcus yang secara alami umumnya hidup dikulit dan

membran mukosa yang dapat menimbulkan peradangan (abses atau nanah) seperti

jerawat infeksi kulit infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal (Radji 2011)

Selain bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan penyakit infeksi

kulit Staphylococcus aureus juga merupakan bakteri Gram-positif bersifat

koagulase positif yang membedakan dengan spesies lain dan sering di temukan

sebagai bakteri mikroflora normal pada kulit Apabila bakteri ini masuk ke dalam

tubuh akan dapat menyebabkan pneumonia meningitis endokarditis dan infeksi

kulit (Jawetz dkk 2005)

Banyak tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat infeksi

kulit yaitu kunyit tanaman kunyit mempunyai efek antibakteri selain itu juga

mempunyai efek sebagai antiradang dan antioksidan (Tjay dan Rahardja 2002)

httplibunimusacid

Bagian yang berperan dan banyak digunakan untuk obat dari kunyit yaitu

rimpangnya Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah napsu

makan obat luka gatal-gatal antiradang sesak napas antidiare dan merangsang

keluarnya angin dari perut Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur

kecantikan dan kosmetik Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk

stimulansia pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu

dapur (Sudarsono dkk 1996)

Kandungan utama rimpang kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang

berfungsi sebagai antioksidan antikolestrol antitumor anti HIV dan antibakteri

(Hargono 2000) Beberapa grub senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba

antara lain fenol dan senyawa turunannya terbukti sebagai antibakteri dengan cara

merusak dindang sel yang mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan

komponen dinding sel pada sel yang sedang tumbuh mengubah permeabilitas

membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi dari dalam sel

denaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid

1972)

Selain itu senyawa antibakteri dalam kunyit yaitu flavonid dan alkaloid

Menurut Heinrich (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga

menyebabkan kematian sel Sundari et al (1996) menyatakan bahwa flavonoid

dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan

mikroba Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga

dapat merusak membran sel Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin

dapat merusak pembentukan konidia jamur Kandungan senyawa lain seperti

httplibunimusacid

alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas

enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif

dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan

bakteri

Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak

rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit

sebagai zat antibakteri alternatif yang alami

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana

daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus

dan Staphylococcus epidermidisrdquo

13 Tujuan Penelitian

131 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak

rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

132 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak

rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang

Mikrobiologi

142 Manfaat bagi Instansi

Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat

rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik

143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi

referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme

kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia

144 Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti

dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia

httplibunimusacid

15 Orisinalitas Penelitian

Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11

Tabel 11 Orisinalitas Penelitian

No Judul Penelitian Nama

Peneliti

Tahun

Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

1 Daya Antibakteri Ekstrak

Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus

Nugroho

Tristyanto

2011

Jenis penelitian ini

adalah penelitian

ekperimen

laboratorium

bahwa ekstrak buah Mahkota

dewa mempunyai daya

hambat terhadap bakteri

Staphylococcus aureus yaitu

pada konsentrasi terendah 90

2 Uji Efektivitas Ekstrak

Kunyit Sebagai

Antibakteri Terhadap

Pertumbuhan Bakteri

Bacillus Sp Dan Shigella

Dysentriae Secara In Vitro

Cut

Marnaini

2013

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik metode

disc diffusion

menunjukkan ekstrak kunyit

mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Bacillus

sp dan Shigella dysentriae

3 Aktifitas antibakteri

Ekstrak Etanol daun

belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L)

Terhadap Staphylococcus

aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Siti Nur

2012

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap S aureus

zona hambat sebesar 92 mm

103 mm dan 113 mm

Sedangkan S epidermidis zona

hambat sebesar 76 mm 85

mm dan 102 mm Sehingga S

aureus lebih rentan terhadap

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh

Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan

penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama

menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus

sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara

penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua

mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini

mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan

httplibunimusacid

perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga

mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan

Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang

kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Teoritis

211 Tinjauan Umum Kunyit

2111 Definisi Kunyit

Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia

Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di

dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut

(Rukmana dan Rahmat 1994)

Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam

(Thomas 2006)

Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyte

Sub Divisi Angiospermae

Kelas Monocotyledonae

Ordo Zingiberales

Fimili Zingiberaceae

Genus Curcuma

Spesies Curcums Domestica Valet

2112 Nama Daerah

Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir

(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng

(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)

(Muhlisah 2001)

httplibunimusacid

2113 Morfologi Tanaman

Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri

sebagai berikut

a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah

daun

b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm

dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun

runcing tepi daun rata

c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota

panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan

d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga

kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)

Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan

memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang

induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini

biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas

umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek

lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging

jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan

berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang

semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)

httplibunimusacid

2114 Ekologi dan Penyebaran

Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan

Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik

tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit

kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam

di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)

2115 Sifat

Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas

dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan

zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil

daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari

aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen

menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)

2116 Kandungan Rimpang Kunyit

Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah

pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)

Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa

mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada

kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2

menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

httplibunimusacid

Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

Tabel 21 Kandungan kimia kunyit

Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)

Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya

(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik

rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam

umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya

(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen

utama yang menentukan mutu kunyit

a) Kurkuminoid

Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna

pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog

antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit

httplibunimusacid

dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22

menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit

Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod

(Purseglove 1981)

Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning

Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35

dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus

dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur

kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut

dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin

sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi

alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)

kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian

Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa

adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap

ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti

inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada

penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks

antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik

httplibunimusacid

absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan

bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50

b) Minyak atsirih

Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan

aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal

sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh

dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat

yang disajikan pada Tabel 22

Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit

Sumber Krisnamurthy et al (1976)

Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering

dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga

kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan

minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas

kunyit dan tempat tumbuhnya

Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari

p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri

dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren

(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk

yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen

httplibunimusacid

hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan

adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah

turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O

(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang

terdiri dari turmeron dan ar-turmeron

2117 Kegunaan Kunyit

Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak

kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan

bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai

jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan

penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan

contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih

yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai

khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)

obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan

analgetika

Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat

luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena

digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu

Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai

gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing

manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita

yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)

httplibunimusacid

2118 Sifat Antimikroba Kunyit

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)

Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin

Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin

mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var

aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap

Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin

merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa

fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba

Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik

dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol

berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak

membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi

tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran

dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam

(Hugo dan Russel 1981)

Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa

nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih

dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm

mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat

menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat

httplibunimusacid

menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan

kurkuminnya

Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk

Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat

Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar

500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi

sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif

batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada

penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal

terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum

Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus

megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan

etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam

212 Tinjauan Umum Bakteri

2121 Bakteri Staphylococcus aureus

a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah

anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai

kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi

penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh

pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan

karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning

tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa

httplibunimusacid

manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi

piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten

terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang

sulit

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama

yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus

epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)

merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S

aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam

beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi

berat yang mengancam jiwa

Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen

kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-

10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan

047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya

perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid

atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang

Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya

bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang

disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut

piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi

httplibunimusacid

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 14: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

Bagian yang berperan dan banyak digunakan untuk obat dari kunyit yaitu

rimpangnya Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah napsu

makan obat luka gatal-gatal antiradang sesak napas antidiare dan merangsang

keluarnya angin dari perut Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur

kecantikan dan kosmetik Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk

stimulansia pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu

dapur (Sudarsono dkk 1996)

Kandungan utama rimpang kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang

berfungsi sebagai antioksidan antikolestrol antitumor anti HIV dan antibakteri

(Hargono 2000) Beberapa grub senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba

antara lain fenol dan senyawa turunannya terbukti sebagai antibakteri dengan cara

merusak dindang sel yang mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan

komponen dinding sel pada sel yang sedang tumbuh mengubah permeabilitas

membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi dari dalam sel

denaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid

1972)

Selain itu senyawa antibakteri dalam kunyit yaitu flavonid dan alkaloid

Menurut Heinrich (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga

menyebabkan kematian sel Sundari et al (1996) menyatakan bahwa flavonoid

dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan

mikroba Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga

dapat merusak membran sel Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin

dapat merusak pembentukan konidia jamur Kandungan senyawa lain seperti

httplibunimusacid

alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas

enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif

dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan

bakteri

Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak

rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit

sebagai zat antibakteri alternatif yang alami

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana

daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus

dan Staphylococcus epidermidisrdquo

13 Tujuan Penelitian

131 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak

rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

132 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak

rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang

Mikrobiologi

142 Manfaat bagi Instansi

Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat

rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik

143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi

referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme

kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia

144 Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti

dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia

httplibunimusacid

15 Orisinalitas Penelitian

Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11

Tabel 11 Orisinalitas Penelitian

No Judul Penelitian Nama

Peneliti

Tahun

Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

1 Daya Antibakteri Ekstrak

Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus

Nugroho

Tristyanto

2011

Jenis penelitian ini

adalah penelitian

ekperimen

laboratorium

bahwa ekstrak buah Mahkota

dewa mempunyai daya

hambat terhadap bakteri

Staphylococcus aureus yaitu

pada konsentrasi terendah 90

2 Uji Efektivitas Ekstrak

Kunyit Sebagai

Antibakteri Terhadap

Pertumbuhan Bakteri

Bacillus Sp Dan Shigella

Dysentriae Secara In Vitro

Cut

Marnaini

2013

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik metode

disc diffusion

menunjukkan ekstrak kunyit

mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Bacillus

sp dan Shigella dysentriae

3 Aktifitas antibakteri

Ekstrak Etanol daun

belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L)

Terhadap Staphylococcus

aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Siti Nur

2012

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap S aureus

zona hambat sebesar 92 mm

103 mm dan 113 mm

Sedangkan S epidermidis zona

hambat sebesar 76 mm 85

mm dan 102 mm Sehingga S

aureus lebih rentan terhadap

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh

Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan

penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama

menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus

sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara

penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua

mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini

mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan

httplibunimusacid

perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga

mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan

Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang

kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Teoritis

211 Tinjauan Umum Kunyit

2111 Definisi Kunyit

Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia

Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di

dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut

(Rukmana dan Rahmat 1994)

Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam

(Thomas 2006)

Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyte

Sub Divisi Angiospermae

Kelas Monocotyledonae

Ordo Zingiberales

Fimili Zingiberaceae

Genus Curcuma

Spesies Curcums Domestica Valet

2112 Nama Daerah

Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir

(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng

(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)

(Muhlisah 2001)

httplibunimusacid

2113 Morfologi Tanaman

Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri

sebagai berikut

a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah

daun

b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm

dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun

runcing tepi daun rata

c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota

panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan

d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga

kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)

Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan

memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang

induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini

biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas

umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek

lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging

jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan

berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang

semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)

httplibunimusacid

2114 Ekologi dan Penyebaran

Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan

Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik

tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit

kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam

di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)

2115 Sifat

Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas

dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan

zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil

daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari

aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen

menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)

2116 Kandungan Rimpang Kunyit

Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah

pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)

Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa

mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada

kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2

menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

httplibunimusacid

Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

Tabel 21 Kandungan kimia kunyit

Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)

Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya

(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik

rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam

umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya

(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen

utama yang menentukan mutu kunyit

a) Kurkuminoid

Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna

pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog

antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit

httplibunimusacid

dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22

menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit

Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod

(Purseglove 1981)

Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning

Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35

dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus

dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur

kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut

dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin

sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi

alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)

kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian

Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa

adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap

ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti

inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada

penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks

antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik

httplibunimusacid

absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan

bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50

b) Minyak atsirih

Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan

aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal

sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh

dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat

yang disajikan pada Tabel 22

Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit

Sumber Krisnamurthy et al (1976)

Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering

dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga

kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan

minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas

kunyit dan tempat tumbuhnya

Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari

p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri

dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren

(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk

yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen

httplibunimusacid

hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan

adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah

turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O

(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang

terdiri dari turmeron dan ar-turmeron

2117 Kegunaan Kunyit

Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak

kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan

bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai

jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan

penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan

contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih

yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai

khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)

obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan

analgetika

Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat

luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena

digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu

Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai

gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing

manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita

yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)

httplibunimusacid

2118 Sifat Antimikroba Kunyit

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)

Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin

Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin

mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var

aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap

Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin

merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa

fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba

Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik

dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol

berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak

membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi

tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran

dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam

(Hugo dan Russel 1981)

Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa

nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih

dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm

mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat

menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat

httplibunimusacid

menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan

kurkuminnya

Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk

Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat

Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar

500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi

sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif

batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada

penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal

terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum

Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus

megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan

etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam

212 Tinjauan Umum Bakteri

2121 Bakteri Staphylococcus aureus

a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah

anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai

kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi

penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh

pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan

karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning

tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa

httplibunimusacid

manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi

piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten

terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang

sulit

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama

yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus

epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)

merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S

aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam

beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi

berat yang mengancam jiwa

Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen

kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-

10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan

047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya

perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid

atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang

Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya

bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang

disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut

piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi

httplibunimusacid

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 15: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas

enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif

dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan

bakteri

Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak

rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit

sebagai zat antibakteri alternatif yang alami

12 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana

daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus

dan Staphylococcus epidermidisrdquo

13 Tujuan Penelitian

131 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak

rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

132 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak

rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang

Mikrobiologi

142 Manfaat bagi Instansi

Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat

rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik

143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi

referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme

kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia

144 Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti

dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia

httplibunimusacid

15 Orisinalitas Penelitian

Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11

Tabel 11 Orisinalitas Penelitian

No Judul Penelitian Nama

Peneliti

Tahun

Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

1 Daya Antibakteri Ekstrak

Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus

Nugroho

Tristyanto

2011

Jenis penelitian ini

adalah penelitian

ekperimen

laboratorium

bahwa ekstrak buah Mahkota

dewa mempunyai daya

hambat terhadap bakteri

Staphylococcus aureus yaitu

pada konsentrasi terendah 90

2 Uji Efektivitas Ekstrak

Kunyit Sebagai

Antibakteri Terhadap

Pertumbuhan Bakteri

Bacillus Sp Dan Shigella

Dysentriae Secara In Vitro

Cut

Marnaini

2013

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik metode

disc diffusion

menunjukkan ekstrak kunyit

mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Bacillus

sp dan Shigella dysentriae

3 Aktifitas antibakteri

Ekstrak Etanol daun

belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L)

Terhadap Staphylococcus

aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Siti Nur

2012

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap S aureus

zona hambat sebesar 92 mm

103 mm dan 113 mm

Sedangkan S epidermidis zona

hambat sebesar 76 mm 85

mm dan 102 mm Sehingga S

aureus lebih rentan terhadap

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh

Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan

penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama

menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus

sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara

penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua

mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini

mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan

httplibunimusacid

perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga

mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan

Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang

kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Teoritis

211 Tinjauan Umum Kunyit

2111 Definisi Kunyit

Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia

Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di

dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut

(Rukmana dan Rahmat 1994)

Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam

(Thomas 2006)

Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyte

Sub Divisi Angiospermae

Kelas Monocotyledonae

Ordo Zingiberales

Fimili Zingiberaceae

Genus Curcuma

Spesies Curcums Domestica Valet

2112 Nama Daerah

Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir

(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng

(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)

(Muhlisah 2001)

httplibunimusacid

2113 Morfologi Tanaman

Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri

sebagai berikut

a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah

daun

b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm

dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun

runcing tepi daun rata

c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota

panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan

d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga

kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)

Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan

memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang

induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini

biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas

umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek

lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging

jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan

berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang

semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)

httplibunimusacid

2114 Ekologi dan Penyebaran

Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan

Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik

tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit

kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam

di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)

2115 Sifat

Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas

dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan

zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil

daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari

aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen

menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)

2116 Kandungan Rimpang Kunyit

Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah

pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)

Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa

mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada

kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2

menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

httplibunimusacid

Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

Tabel 21 Kandungan kimia kunyit

Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)

Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya

(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik

rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam

umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya

(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen

utama yang menentukan mutu kunyit

a) Kurkuminoid

Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna

pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog

antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit

httplibunimusacid

dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22

menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit

Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod

(Purseglove 1981)

Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning

Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35

dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus

dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur

kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut

dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin

sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi

alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)

kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian

Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa

adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap

ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti

inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada

penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks

antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik

httplibunimusacid

absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan

bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50

b) Minyak atsirih

Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan

aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal

sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh

dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat

yang disajikan pada Tabel 22

Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit

Sumber Krisnamurthy et al (1976)

Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering

dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga

kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan

minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas

kunyit dan tempat tumbuhnya

Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari

p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri

dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren

(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk

yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen

httplibunimusacid

hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan

adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah

turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O

(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang

terdiri dari turmeron dan ar-turmeron

2117 Kegunaan Kunyit

Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak

kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan

bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai

jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan

penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan

contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih

yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai

khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)

obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan

analgetika

Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat

luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena

digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu

Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai

gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing

manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita

yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)

httplibunimusacid

2118 Sifat Antimikroba Kunyit

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)

Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin

Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin

mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var

aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap

Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin

merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa

fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba

Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik

dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol

berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak

membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi

tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran

dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam

(Hugo dan Russel 1981)

Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa

nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih

dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm

mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat

menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat

httplibunimusacid

menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan

kurkuminnya

Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk

Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat

Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar

500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi

sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif

batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada

penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal

terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum

Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus

megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan

etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam

212 Tinjauan Umum Bakteri

2121 Bakteri Staphylococcus aureus

a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah

anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai

kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi

penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh

pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan

karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning

tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa

httplibunimusacid

manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi

piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten

terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang

sulit

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama

yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus

epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)

merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S

aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam

beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi

berat yang mengancam jiwa

Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen

kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-

10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan

047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya

perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid

atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang

Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya

bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang

disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut

piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi

httplibunimusacid

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 16: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang

Mikrobiologi

142 Manfaat bagi Instansi

Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat

rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik

143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi

referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme

kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia

144 Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti

dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia

httplibunimusacid

15 Orisinalitas Penelitian

Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11

Tabel 11 Orisinalitas Penelitian

No Judul Penelitian Nama

Peneliti

Tahun

Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

1 Daya Antibakteri Ekstrak

Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus

Nugroho

Tristyanto

2011

Jenis penelitian ini

adalah penelitian

ekperimen

laboratorium

bahwa ekstrak buah Mahkota

dewa mempunyai daya

hambat terhadap bakteri

Staphylococcus aureus yaitu

pada konsentrasi terendah 90

2 Uji Efektivitas Ekstrak

Kunyit Sebagai

Antibakteri Terhadap

Pertumbuhan Bakteri

Bacillus Sp Dan Shigella

Dysentriae Secara In Vitro

Cut

Marnaini

2013

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik metode

disc diffusion

menunjukkan ekstrak kunyit

mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Bacillus

sp dan Shigella dysentriae

3 Aktifitas antibakteri

Ekstrak Etanol daun

belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L)

Terhadap Staphylococcus

aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Siti Nur

2012

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap S aureus

zona hambat sebesar 92 mm

103 mm dan 113 mm

Sedangkan S epidermidis zona

hambat sebesar 76 mm 85

mm dan 102 mm Sehingga S

aureus lebih rentan terhadap

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh

Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan

penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama

menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus

sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara

penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua

mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini

mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan

httplibunimusacid

perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga

mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan

Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang

kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Teoritis

211 Tinjauan Umum Kunyit

2111 Definisi Kunyit

Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia

Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di

dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut

(Rukmana dan Rahmat 1994)

Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam

(Thomas 2006)

Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyte

Sub Divisi Angiospermae

Kelas Monocotyledonae

Ordo Zingiberales

Fimili Zingiberaceae

Genus Curcuma

Spesies Curcums Domestica Valet

2112 Nama Daerah

Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir

(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng

(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)

(Muhlisah 2001)

httplibunimusacid

2113 Morfologi Tanaman

Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri

sebagai berikut

a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah

daun

b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm

dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun

runcing tepi daun rata

c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota

panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan

d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga

kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)

Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan

memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang

induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini

biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas

umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek

lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging

jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan

berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang

semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)

httplibunimusacid

2114 Ekologi dan Penyebaran

Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan

Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik

tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit

kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam

di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)

2115 Sifat

Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas

dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan

zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil

daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari

aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen

menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)

2116 Kandungan Rimpang Kunyit

Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah

pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)

Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa

mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada

kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2

menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

httplibunimusacid

Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

Tabel 21 Kandungan kimia kunyit

Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)

Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya

(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik

rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam

umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya

(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen

utama yang menentukan mutu kunyit

a) Kurkuminoid

Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna

pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog

antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit

httplibunimusacid

dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22

menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit

Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod

(Purseglove 1981)

Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning

Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35

dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus

dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur

kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut

dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin

sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi

alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)

kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian

Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa

adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap

ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti

inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada

penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks

antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik

httplibunimusacid

absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan

bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50

b) Minyak atsirih

Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan

aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal

sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh

dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat

yang disajikan pada Tabel 22

Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit

Sumber Krisnamurthy et al (1976)

Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering

dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga

kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan

minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas

kunyit dan tempat tumbuhnya

Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari

p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri

dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren

(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk

yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen

httplibunimusacid

hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan

adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah

turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O

(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang

terdiri dari turmeron dan ar-turmeron

2117 Kegunaan Kunyit

Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak

kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan

bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai

jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan

penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan

contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih

yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai

khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)

obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan

analgetika

Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat

luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena

digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu

Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai

gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing

manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita

yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)

httplibunimusacid

2118 Sifat Antimikroba Kunyit

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)

Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin

Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin

mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var

aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap

Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin

merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa

fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba

Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik

dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol

berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak

membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi

tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran

dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam

(Hugo dan Russel 1981)

Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa

nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih

dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm

mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat

menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat

httplibunimusacid

menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan

kurkuminnya

Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk

Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat

Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar

500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi

sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif

batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada

penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal

terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum

Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus

megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan

etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam

212 Tinjauan Umum Bakteri

2121 Bakteri Staphylococcus aureus

a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah

anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai

kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi

penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh

pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan

karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning

tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa

httplibunimusacid

manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi

piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten

terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang

sulit

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama

yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus

epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)

merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S

aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam

beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi

berat yang mengancam jiwa

Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen

kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-

10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan

047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya

perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid

atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang

Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya

bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang

disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut

piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi

httplibunimusacid

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 17: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

15 Orisinalitas Penelitian

Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11

Tabel 11 Orisinalitas Penelitian

No Judul Penelitian Nama

Peneliti

Tahun

Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

1 Daya Antibakteri Ekstrak

Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus

Nugroho

Tristyanto

2011

Jenis penelitian ini

adalah penelitian

ekperimen

laboratorium

bahwa ekstrak buah Mahkota

dewa mempunyai daya

hambat terhadap bakteri

Staphylococcus aureus yaitu

pada konsentrasi terendah 90

2 Uji Efektivitas Ekstrak

Kunyit Sebagai

Antibakteri Terhadap

Pertumbuhan Bakteri

Bacillus Sp Dan Shigella

Dysentriae Secara In Vitro

Cut

Marnaini

2013

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik metode

disc diffusion

menunjukkan ekstrak kunyit

mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Bacillus

sp dan Shigella dysentriae

3 Aktifitas antibakteri

Ekstrak Etanol daun

belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L)

Terhadap Staphylococcus

aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Siti Nur

2012

Penelitian ini

merupakan penelitian

ekperimental

Laboratorik

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap S aureus

zona hambat sebesar 92 mm

103 mm dan 113 mm

Sedangkan S epidermidis zona

hambat sebesar 76 mm 85

mm dan 102 mm Sehingga S

aureus lebih rentan terhadap

ekstrak etanol daun belimbing

wuluh

Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan

penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama

menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus

sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara

penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua

mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini

mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan

httplibunimusacid

perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga

mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan

Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang

kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Teoritis

211 Tinjauan Umum Kunyit

2111 Definisi Kunyit

Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia

Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di

dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut

(Rukmana dan Rahmat 1994)

Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam

(Thomas 2006)

Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyte

Sub Divisi Angiospermae

Kelas Monocotyledonae

Ordo Zingiberales

Fimili Zingiberaceae

Genus Curcuma

Spesies Curcums Domestica Valet

2112 Nama Daerah

Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir

(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng

(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)

(Muhlisah 2001)

httplibunimusacid

2113 Morfologi Tanaman

Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri

sebagai berikut

a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah

daun

b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm

dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun

runcing tepi daun rata

c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota

panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan

d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga

kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)

Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan

memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang

induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini

biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas

umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek

lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging

jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan

berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang

semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)

httplibunimusacid

2114 Ekologi dan Penyebaran

Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan

Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik

tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit

kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam

di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)

2115 Sifat

Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas

dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan

zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil

daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari

aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen

menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)

2116 Kandungan Rimpang Kunyit

Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah

pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)

Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa

mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada

kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2

menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

httplibunimusacid

Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

Tabel 21 Kandungan kimia kunyit

Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)

Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya

(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik

rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam

umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya

(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen

utama yang menentukan mutu kunyit

a) Kurkuminoid

Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna

pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog

antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit

httplibunimusacid

dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22

menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit

Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod

(Purseglove 1981)

Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning

Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35

dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus

dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur

kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut

dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin

sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi

alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)

kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian

Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa

adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap

ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti

inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada

penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks

antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik

httplibunimusacid

absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan

bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50

b) Minyak atsirih

Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan

aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal

sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh

dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat

yang disajikan pada Tabel 22

Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit

Sumber Krisnamurthy et al (1976)

Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering

dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga

kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan

minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas

kunyit dan tempat tumbuhnya

Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari

p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri

dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren

(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk

yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen

httplibunimusacid

hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan

adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah

turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O

(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang

terdiri dari turmeron dan ar-turmeron

2117 Kegunaan Kunyit

Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak

kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan

bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai

jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan

penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan

contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih

yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai

khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)

obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan

analgetika

Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat

luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena

digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu

Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai

gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing

manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita

yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)

httplibunimusacid

2118 Sifat Antimikroba Kunyit

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)

Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin

Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin

mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var

aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap

Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin

merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa

fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba

Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik

dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol

berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak

membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi

tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran

dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam

(Hugo dan Russel 1981)

Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa

nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih

dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm

mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat

menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat

httplibunimusacid

menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan

kurkuminnya

Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk

Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat

Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar

500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi

sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif

batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada

penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal

terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum

Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus

megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan

etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam

212 Tinjauan Umum Bakteri

2121 Bakteri Staphylococcus aureus

a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah

anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai

kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi

penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh

pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan

karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning

tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa

httplibunimusacid

manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi

piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten

terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang

sulit

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama

yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus

epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)

merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S

aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam

beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi

berat yang mengancam jiwa

Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen

kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-

10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan

047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya

perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid

atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang

Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya

bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang

disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut

piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi

httplibunimusacid

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 18: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga

mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan

Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang

kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Teoritis

211 Tinjauan Umum Kunyit

2111 Definisi Kunyit

Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia

Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di

dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut

(Rukmana dan Rahmat 1994)

Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam

(Thomas 2006)

Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyte

Sub Divisi Angiospermae

Kelas Monocotyledonae

Ordo Zingiberales

Fimili Zingiberaceae

Genus Curcuma

Spesies Curcums Domestica Valet

2112 Nama Daerah

Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir

(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng

(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)

(Muhlisah 2001)

httplibunimusacid

2113 Morfologi Tanaman

Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri

sebagai berikut

a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah

daun

b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm

dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun

runcing tepi daun rata

c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota

panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan

d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga

kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)

Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan

memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang

induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini

biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas

umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek

lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging

jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan

berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang

semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)

httplibunimusacid

2114 Ekologi dan Penyebaran

Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan

Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik

tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit

kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam

di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)

2115 Sifat

Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas

dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan

zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil

daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari

aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen

menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)

2116 Kandungan Rimpang Kunyit

Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah

pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)

Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa

mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada

kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2

menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

httplibunimusacid

Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

Tabel 21 Kandungan kimia kunyit

Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)

Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya

(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik

rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam

umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya

(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen

utama yang menentukan mutu kunyit

a) Kurkuminoid

Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna

pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog

antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit

httplibunimusacid

dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22

menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit

Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod

(Purseglove 1981)

Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning

Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35

dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus

dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur

kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut

dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin

sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi

alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)

kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian

Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa

adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap

ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti

inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada

penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks

antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik

httplibunimusacid

absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan

bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50

b) Minyak atsirih

Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan

aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal

sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh

dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat

yang disajikan pada Tabel 22

Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit

Sumber Krisnamurthy et al (1976)

Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering

dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga

kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan

minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas

kunyit dan tempat tumbuhnya

Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari

p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri

dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren

(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk

yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen

httplibunimusacid

hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan

adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah

turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O

(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang

terdiri dari turmeron dan ar-turmeron

2117 Kegunaan Kunyit

Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak

kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan

bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai

jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan

penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan

contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih

yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai

khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)

obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan

analgetika

Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat

luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena

digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu

Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai

gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing

manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita

yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)

httplibunimusacid

2118 Sifat Antimikroba Kunyit

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)

Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin

Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin

mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var

aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap

Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin

merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa

fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba

Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik

dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol

berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak

membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi

tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran

dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam

(Hugo dan Russel 1981)

Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa

nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih

dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm

mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat

menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat

httplibunimusacid

menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan

kurkuminnya

Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk

Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat

Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar

500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi

sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif

batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada

penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal

terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum

Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus

megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan

etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam

212 Tinjauan Umum Bakteri

2121 Bakteri Staphylococcus aureus

a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah

anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai

kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi

penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh

pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan

karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning

tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa

httplibunimusacid

manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi

piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten

terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang

sulit

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama

yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus

epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)

merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S

aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam

beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi

berat yang mengancam jiwa

Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen

kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-

10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan

047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya

perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid

atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang

Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya

bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang

disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut

piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi

httplibunimusacid

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 19: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Tinjauan Teoritis

211 Tinjauan Umum Kunyit

2111 Definisi Kunyit

Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia

Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di

dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut

(Rukmana dan Rahmat 1994)

Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam

(Thomas 2006)

Kingdom Plantae

Divisi Spermatophyte

Sub Divisi Angiospermae

Kelas Monocotyledonae

Ordo Zingiberales

Fimili Zingiberaceae

Genus Curcuma

Spesies Curcums Domestica Valet

2112 Nama Daerah

Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir

(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng

(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)

(Muhlisah 2001)

httplibunimusacid

2113 Morfologi Tanaman

Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri

sebagai berikut

a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah

daun

b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm

dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun

runcing tepi daun rata

c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota

panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan

d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga

kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)

Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan

memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang

induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini

biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas

umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek

lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging

jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan

berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang

semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)

httplibunimusacid

2114 Ekologi dan Penyebaran

Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan

Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik

tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit

kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam

di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)

2115 Sifat

Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas

dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan

zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil

daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari

aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen

menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)

2116 Kandungan Rimpang Kunyit

Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah

pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)

Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa

mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada

kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2

menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

httplibunimusacid

Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

Tabel 21 Kandungan kimia kunyit

Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)

Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya

(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik

rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam

umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya

(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen

utama yang menentukan mutu kunyit

a) Kurkuminoid

Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna

pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog

antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit

httplibunimusacid

dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22

menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit

Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod

(Purseglove 1981)

Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning

Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35

dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus

dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur

kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut

dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin

sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi

alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)

kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian

Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa

adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap

ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti

inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada

penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks

antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik

httplibunimusacid

absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan

bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50

b) Minyak atsirih

Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan

aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal

sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh

dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat

yang disajikan pada Tabel 22

Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit

Sumber Krisnamurthy et al (1976)

Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering

dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga

kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan

minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas

kunyit dan tempat tumbuhnya

Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari

p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri

dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren

(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk

yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen

httplibunimusacid

hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan

adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah

turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O

(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang

terdiri dari turmeron dan ar-turmeron

2117 Kegunaan Kunyit

Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak

kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan

bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai

jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan

penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan

contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih

yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai

khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)

obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan

analgetika

Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat

luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena

digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu

Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai

gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing

manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita

yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)

httplibunimusacid

2118 Sifat Antimikroba Kunyit

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)

Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin

Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin

mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var

aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap

Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin

merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa

fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba

Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik

dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol

berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak

membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi

tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran

dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam

(Hugo dan Russel 1981)

Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa

nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih

dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm

mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat

menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat

httplibunimusacid

menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan

kurkuminnya

Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk

Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat

Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar

500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi

sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif

batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada

penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal

terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum

Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus

megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan

etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam

212 Tinjauan Umum Bakteri

2121 Bakteri Staphylococcus aureus

a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah

anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai

kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi

penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh

pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan

karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning

tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa

httplibunimusacid

manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi

piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten

terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang

sulit

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama

yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus

epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)

merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S

aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam

beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi

berat yang mengancam jiwa

Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen

kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-

10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan

047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya

perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid

atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang

Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya

bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang

disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut

piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi

httplibunimusacid

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 20: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

2113 Morfologi Tanaman

Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri

sebagai berikut

a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah

daun

b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm

dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun

runcing tepi daun rata

c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota

panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan

d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga

kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)

Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan

memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang

induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini

biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas

umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek

lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging

jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan

berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang

semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)

httplibunimusacid

2114 Ekologi dan Penyebaran

Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan

Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik

tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit

kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam

di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)

2115 Sifat

Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas

dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan

zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil

daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari

aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen

menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)

2116 Kandungan Rimpang Kunyit

Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah

pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)

Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa

mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada

kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2

menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

httplibunimusacid

Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

Tabel 21 Kandungan kimia kunyit

Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)

Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya

(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik

rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam

umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya

(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen

utama yang menentukan mutu kunyit

a) Kurkuminoid

Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna

pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog

antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit

httplibunimusacid

dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22

menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit

Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod

(Purseglove 1981)

Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning

Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35

dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus

dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur

kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut

dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin

sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi

alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)

kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian

Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa

adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap

ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti

inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada

penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks

antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik

httplibunimusacid

absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan

bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50

b) Minyak atsirih

Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan

aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal

sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh

dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat

yang disajikan pada Tabel 22

Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit

Sumber Krisnamurthy et al (1976)

Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering

dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga

kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan

minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas

kunyit dan tempat tumbuhnya

Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari

p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri

dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren

(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk

yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen

httplibunimusacid

hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan

adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah

turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O

(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang

terdiri dari turmeron dan ar-turmeron

2117 Kegunaan Kunyit

Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak

kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan

bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai

jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan

penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan

contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih

yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai

khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)

obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan

analgetika

Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat

luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena

digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu

Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai

gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing

manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita

yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)

httplibunimusacid

2118 Sifat Antimikroba Kunyit

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)

Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin

Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin

mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var

aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap

Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin

merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa

fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba

Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik

dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol

berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak

membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi

tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran

dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam

(Hugo dan Russel 1981)

Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa

nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih

dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm

mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat

menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat

httplibunimusacid

menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan

kurkuminnya

Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk

Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat

Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar

500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi

sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif

batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada

penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal

terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum

Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus

megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan

etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam

212 Tinjauan Umum Bakteri

2121 Bakteri Staphylococcus aureus

a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah

anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai

kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi

penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh

pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan

karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning

tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa

httplibunimusacid

manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi

piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten

terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang

sulit

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama

yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus

epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)

merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S

aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam

beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi

berat yang mengancam jiwa

Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen

kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-

10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan

047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya

perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid

atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang

Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya

bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang

disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut

piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi

httplibunimusacid

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 21: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

2114 Ekologi dan Penyebaran

Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan

Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik

tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit

kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam

di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)

2115 Sifat

Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas

dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan

zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil

daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari

aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen

menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)

2116 Kandungan Rimpang Kunyit

Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah

pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)

Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa

mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada

kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2

menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

httplibunimusacid

Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

Tabel 21 Kandungan kimia kunyit

Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)

Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya

(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik

rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam

umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya

(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen

utama yang menentukan mutu kunyit

a) Kurkuminoid

Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna

pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog

antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit

httplibunimusacid

dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22

menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit

Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod

(Purseglove 1981)

Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning

Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35

dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus

dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur

kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut

dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin

sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi

alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)

kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian

Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa

adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap

ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti

inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada

penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks

antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik

httplibunimusacid

absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan

bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50

b) Minyak atsirih

Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan

aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal

sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh

dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat

yang disajikan pada Tabel 22

Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit

Sumber Krisnamurthy et al (1976)

Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering

dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga

kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan

minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas

kunyit dan tempat tumbuhnya

Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari

p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri

dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren

(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk

yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen

httplibunimusacid

hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan

adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah

turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O

(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang

terdiri dari turmeron dan ar-turmeron

2117 Kegunaan Kunyit

Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak

kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan

bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai

jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan

penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan

contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih

yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai

khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)

obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan

analgetika

Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat

luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena

digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu

Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai

gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing

manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita

yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)

httplibunimusacid

2118 Sifat Antimikroba Kunyit

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)

Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin

Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin

mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var

aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap

Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin

merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa

fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba

Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik

dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol

berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak

membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi

tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran

dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam

(Hugo dan Russel 1981)

Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa

nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih

dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm

mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat

menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat

httplibunimusacid

menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan

kurkuminnya

Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk

Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat

Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar

500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi

sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif

batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada

penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal

terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum

Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus

megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan

etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam

212 Tinjauan Umum Bakteri

2121 Bakteri Staphylococcus aureus

a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah

anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai

kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi

penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh

pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan

karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning

tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa

httplibunimusacid

manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi

piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten

terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang

sulit

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama

yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus

epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)

merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S

aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam

beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi

berat yang mengancam jiwa

Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen

kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-

10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan

047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya

perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid

atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang

Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya

bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang

disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut

piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi

httplibunimusacid

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 22: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit

per 100 gram bahan yang dapat dimakan

Tabel 21 Kandungan kimia kunyit

Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)

Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya

(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik

rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam

umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya

(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen

utama yang menentukan mutu kunyit

a) Kurkuminoid

Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna

pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog

antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit

httplibunimusacid

dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22

menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit

Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod

(Purseglove 1981)

Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning

Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35

dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus

dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur

kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut

dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin

sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi

alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)

kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian

Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa

adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap

ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti

inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada

penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks

antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik

httplibunimusacid

absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan

bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50

b) Minyak atsirih

Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan

aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal

sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh

dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat

yang disajikan pada Tabel 22

Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit

Sumber Krisnamurthy et al (1976)

Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering

dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga

kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan

minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas

kunyit dan tempat tumbuhnya

Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari

p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri

dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren

(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk

yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen

httplibunimusacid

hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan

adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah

turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O

(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang

terdiri dari turmeron dan ar-turmeron

2117 Kegunaan Kunyit

Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak

kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan

bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai

jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan

penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan

contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih

yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai

khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)

obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan

analgetika

Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat

luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena

digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu

Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai

gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing

manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita

yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)

httplibunimusacid

2118 Sifat Antimikroba Kunyit

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)

Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin

Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin

mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var

aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap

Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin

merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa

fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba

Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik

dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol

berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak

membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi

tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran

dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam

(Hugo dan Russel 1981)

Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa

nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih

dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm

mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat

menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat

httplibunimusacid

menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan

kurkuminnya

Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk

Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat

Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar

500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi

sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif

batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada

penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal

terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum

Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus

megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan

etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam

212 Tinjauan Umum Bakteri

2121 Bakteri Staphylococcus aureus

a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah

anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai

kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi

penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh

pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan

karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning

tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa

httplibunimusacid

manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi

piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten

terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang

sulit

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama

yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus

epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)

merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S

aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam

beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi

berat yang mengancam jiwa

Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen

kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-

10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan

047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya

perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid

atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang

Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya

bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang

disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut

piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi

httplibunimusacid

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 23: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22

menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit

Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod

(Purseglove 1981)

Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning

Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35

dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus

dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur

kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut

dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin

sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi

alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)

kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian

Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa

adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap

ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti

inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada

penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks

antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik

httplibunimusacid

absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan

bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50

b) Minyak atsirih

Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan

aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal

sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh

dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat

yang disajikan pada Tabel 22

Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit

Sumber Krisnamurthy et al (1976)

Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering

dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga

kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan

minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas

kunyit dan tempat tumbuhnya

Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari

p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri

dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren

(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk

yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen

httplibunimusacid

hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan

adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah

turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O

(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang

terdiri dari turmeron dan ar-turmeron

2117 Kegunaan Kunyit

Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak

kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan

bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai

jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan

penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan

contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih

yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai

khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)

obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan

analgetika

Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat

luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena

digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu

Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai

gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing

manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita

yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)

httplibunimusacid

2118 Sifat Antimikroba Kunyit

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)

Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin

Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin

mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var

aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap

Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin

merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa

fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba

Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik

dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol

berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak

membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi

tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran

dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam

(Hugo dan Russel 1981)

Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa

nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih

dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm

mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat

menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat

httplibunimusacid

menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan

kurkuminnya

Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk

Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat

Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar

500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi

sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif

batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada

penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal

terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum

Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus

megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan

etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam

212 Tinjauan Umum Bakteri

2121 Bakteri Staphylococcus aureus

a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah

anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai

kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi

penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh

pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan

karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning

tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa

httplibunimusacid

manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi

piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten

terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang

sulit

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama

yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus

epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)

merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S

aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam

beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi

berat yang mengancam jiwa

Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen

kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-

10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan

047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya

perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid

atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang

Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya

bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang

disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut

piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi

httplibunimusacid

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 24: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan

bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50

b) Minyak atsirih

Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan

aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal

sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh

dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat

yang disajikan pada Tabel 22

Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit

Sumber Krisnamurthy et al (1976)

Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering

dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga

kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan

minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas

kunyit dan tempat tumbuhnya

Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari

p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri

dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren

(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk

yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen

httplibunimusacid

hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan

adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah

turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O

(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang

terdiri dari turmeron dan ar-turmeron

2117 Kegunaan Kunyit

Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak

kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan

bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai

jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan

penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan

contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih

yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai

khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)

obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan

analgetika

Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat

luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena

digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu

Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai

gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing

manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita

yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)

httplibunimusacid

2118 Sifat Antimikroba Kunyit

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)

Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin

Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin

mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var

aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap

Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin

merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa

fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba

Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik

dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol

berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak

membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi

tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran

dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam

(Hugo dan Russel 1981)

Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa

nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih

dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm

mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat

menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat

httplibunimusacid

menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan

kurkuminnya

Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk

Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat

Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar

500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi

sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif

batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada

penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal

terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum

Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus

megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan

etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam

212 Tinjauan Umum Bakteri

2121 Bakteri Staphylococcus aureus

a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah

anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai

kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi

penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh

pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan

karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning

tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa

httplibunimusacid

manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi

piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten

terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang

sulit

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama

yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus

epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)

merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S

aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam

beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi

berat yang mengancam jiwa

Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen

kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-

10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan

047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya

perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid

atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang

Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya

bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang

disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut

piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi

httplibunimusacid

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 25: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan

adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah

turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O

(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang

terdiri dari turmeron dan ar-turmeron

2117 Kegunaan Kunyit

Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak

kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan

bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai

jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan

penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan

contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih

yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai

khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)

obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan

analgetika

Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat

luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena

digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu

Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai

gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing

manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita

yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)

httplibunimusacid

2118 Sifat Antimikroba Kunyit

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)

Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin

Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin

mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var

aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap

Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin

merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa

fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba

Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik

dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol

berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak

membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi

tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran

dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam

(Hugo dan Russel 1981)

Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa

nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih

dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm

mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat

menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat

httplibunimusacid

menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan

kurkuminnya

Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk

Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat

Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar

500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi

sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif

batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada

penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal

terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum

Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus

megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan

etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam

212 Tinjauan Umum Bakteri

2121 Bakteri Staphylococcus aureus

a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah

anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai

kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi

penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh

pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan

karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning

tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa

httplibunimusacid

manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi

piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten

terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang

sulit

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama

yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus

epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)

merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S

aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam

beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi

berat yang mengancam jiwa

Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen

kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-

10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan

047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya

perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid

atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang

Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya

bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang

disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut

piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi

httplibunimusacid

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 26: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

2118 Sifat Antimikroba Kunyit

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat

pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)

Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin

Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin

mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var

aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap

Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin

merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa

fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba

Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik

dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol

berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak

membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi

tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran

dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam

(Hugo dan Russel 1981)

Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa

nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih

dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm

mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat

menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat

httplibunimusacid

menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan

kurkuminnya

Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk

Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat

Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar

500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi

sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif

batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada

penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal

terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum

Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus

megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan

etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam

212 Tinjauan Umum Bakteri

2121 Bakteri Staphylococcus aureus

a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah

anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai

kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi

penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh

pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan

karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning

tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa

httplibunimusacid

manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi

piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten

terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang

sulit

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama

yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus

epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)

merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S

aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam

beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi

berat yang mengancam jiwa

Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen

kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-

10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan

047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya

perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid

atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang

Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya

bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang

disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut

piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi

httplibunimusacid

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 27: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan

kurkuminnya

Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk

Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat

Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar

500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi

sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif

batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada

penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal

terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum

Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus

megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan

etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam

212 Tinjauan Umum Bakteri

2121 Bakteri Staphylococcus aureus

a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)

Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah

anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai

kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi

penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh

pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan

karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning

tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa

httplibunimusacid

manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi

piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten

terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang

sulit

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama

yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus

epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)

merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S

aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam

beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi

berat yang mengancam jiwa

Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen

kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-

10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan

047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya

perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid

atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang

Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya

bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang

disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut

piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi

httplibunimusacid

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 28: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi

piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten

terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang

sulit

Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama

yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus

epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)

merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S

aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam

beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi

berat yang mengancam jiwa

Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen

kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil

umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-

10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan

047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya

perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid

atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang

Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya

bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang

disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut

piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi

httplibunimusacid

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 29: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin

berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena

menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri

sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis

terhambat

b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)

Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur

mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron

Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan

berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang

tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat

sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai

rantai pendek

Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa

zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang

keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali

menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang

bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus

tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin

Sifat biakan Staphylococcus

Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada

keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada

suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar

httplibunimusacid

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 30: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin

cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai

kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada

keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair

Sifat pertumbuhan

S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus

Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam

laktat tetapi tidak menghasikan gas

Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus aureus

c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)

S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang

merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam

kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan

monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat

httplibunimusacid

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 31: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit

polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan

fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen

Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan

dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang

dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif

yang disebabkan S aureus

Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang

terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang

terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan

terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai

antigen itu (koaglutinasi)

Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat

fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik

Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada

permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen

sehingga bakteri beragregasi

d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus

Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan

multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya

merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya

Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk

httplibunimusacid

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 32: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan

menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)

Faktor-faktor itu antara lain

1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut

yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada

enzim dalam traktus gastrointestinal

2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama

dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan

supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T

pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar

11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi

interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen

yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock

3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam

konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah

menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit

4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit

demi sedikit

5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase

melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan

antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik

pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus

tidak

httplibunimusacid

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 33: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi

opsonisasi dari mediasi antibody

7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis

yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah

bercampur dengan fagositosis

8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung

jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos

disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang

tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis

pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki

penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-

hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema

multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan

kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak

dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan

dalam diagnosis (Tolan R 2010)

e) Pengobatan

Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus

disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin

yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin

(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau

siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )

httplibunimusacid

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 34: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis

a) Morfologi dan Identifikasi

Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang

bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang

lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya

yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap

infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka

yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini

menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke

plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan

beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90

dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang

yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di

antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama

Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya

(Nilsson 1998)

Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk

(2005)

Domain Bacteria

Kerajaan Eubacteria

Filum Firmicutes

Kelas Bacilli

Ordo Bacillales

Famili Staphylococcaceae

Genus Staphylococcus

Spesies Staphylococcus epidermidis

httplibunimusacid

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 35: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis

1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif

2) Aerob dan anaerob

3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga

tanpak dalam biakan cair

4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak

teratur

5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak

6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya

berwarna putih atau krem bersifat anaerob

7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC

Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong

1) Koagulasi Negatif

Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin

hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik

aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S

epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak

menggumpal (Bergey 2005)

2) Katalase Positif

Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri

Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2

menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu

httplibunimusacid

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 36: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey

2005)

Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu

polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan

tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak

memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika

mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)

Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)

1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri

2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir

3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia

4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol

b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis

Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup

jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan

kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI

menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil

sangat menyakitkan

Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan

S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan

untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama

ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis

adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S

httplibunimusacid

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 37: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan

lingkungan

c) Epidimiologi

Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-

mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash

benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit

Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di

rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus

yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian

higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran

Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah

penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan

daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan

bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo

2005)

d) Pengobatan

Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat

protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari

obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari

pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin

(Jawetz dkk 2001)

Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus

harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik

httplibunimusacid

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 38: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan

digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat

(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh

plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga

dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)

Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah

mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin

novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan

vankomisin hasil atau rifampin

213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus

Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

Staphylococcus adalah sebagai berikut

a) Infeksi superficial

Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling

sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah

pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan

abses yang penuh nanah

b) Infeksi jaringan yang dalam

1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab

osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke

tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat

lain

httplibunimusacid

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 39: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita

dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi

virus influensa setelah penderita menghirup benda asing

3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang

berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada

pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung

4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses

otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S

aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih

dan bakteremia

c) Penyakit-penyakit akibat toksin

1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang

menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak

balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla

yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi

2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food

poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-

5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini

disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan

panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung

3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit

deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan

menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula

httplibunimusacid

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 40: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem

organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan

berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi

jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi

awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah

dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam

individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi

pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini

merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset

temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah

desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium

214 Mekanisme Kerja Antibakteri

Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan

dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme

kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir

sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin

(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel

bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan

silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim

traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang

membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis

Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan

httplibunimusacid

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 41: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin

(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)

Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi

(2008)

a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan

permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran

plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai

metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang

mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel

menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya

kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan

linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)

b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat

terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins

(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan

quinolon yang menghambat topoisomerase

c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit

mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal

bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid

yang menghambat enzim penting metabolisme folat

httplibunimusacid

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 42: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri

Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba

dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi

Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam

penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji

2141 Metode Difusi

a) Disk diffusion

Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas

agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada

permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya

hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar

zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif

atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat

b) E- test

E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding

agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada

permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme

httplibunimusacid

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 43: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

c) Ditch- Plate Technique

Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit

yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian

tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba

d) Cup- Plate Technique

Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan

dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba

e) Gradient- Plate Technique

Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang

ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi

miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen

antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji

digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme

maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan

Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada

Tabel 23

Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat

Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri

gt20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

11-15 mm Lemah

lt10 mm Tidak Ada

(Sumber Greenwood dkk 1995)

httplibunimusacid

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 44: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

2142 Metode Dilusi

Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat

a) Dilusi cair

Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari

agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat

pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari

metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar

hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai

KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM

ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah

diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)

b) Metode dilusi padat

Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair

hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini

dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat

(Pratiwi 2008)

216 Metode Ekstraksi

a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif

terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

httplibunimusacid

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 45: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam

mengekstraksinya

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa

komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan

antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut

b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)

Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara

panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin

dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet

c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)

1) Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara

berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap

penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh

pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam

simplisia

Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan

akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya

sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang

ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon

httplibunimusacid

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 46: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

2) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian

cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan

cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran

dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam

Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada

tempat terlindung dari cahaya

3) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan

penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari

cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya

dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut

tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan

pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan

4) Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi

berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak

lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut

akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif

httplibunimusacid

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 47: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya

dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam

5) Ekstraksi secara penyulingan

Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia

yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi

pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan

zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan

penyulingan

6) Ekstraksi cara infusum

Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan

kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas

selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring

selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan

air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang

dikehendaki

httplibunimusacid

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 48: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

217 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25

Gambar 25 Kerangka teori

Rimpang Kunyit

Zat aktif

Antibakteri

Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S

epidermidis

Antiinflamasi dan

peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi

Minyak atsiri

Flavonoid

Alkaloid

Mengganggu

proses

pembentukan

membrane sel

bakteri

(Lee 2000)

Denaturasi

Protein sehingga

merusak

aktivitas enzim

(Aniszewki

2007)

Merusak

membran sel dan

menghambat

pembentukan

protein

(Chee 2009)

Kurkuminoid

Berinteraksi dengan

dinding sel bakteri

terabsorbsi dan

penetrasi ke dalam

sel sehingga terjadi

denaturasi protein

(Tarwija (2001)

httplibunimusacid

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 49: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

218 Kerangka Konsep

Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 26 Kerangka konsep

Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

Pertumbuhan bakteri S aurues dan S

epidermidi yang dilihat dari diameter

zona hambatnya

httplibunimusacid

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 50: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

BAB III

METODE PENELITIAN

31 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa

kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur

atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi

32 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel

diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan

menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang

kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S

epidermidis

33 Variabel Penelitian

331 Variabel bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi

5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv

332 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan

S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang

terbentuk

httplibunimusacid

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 51: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

34 Rancangan Kerja

Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap

pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan

Federer

(t- 1) (r ndash 1) ge 15

(4-1) (r-1) ge 15

3r-3 ge 15

3r ge 15 + 3

3r ge 18

r ge 6

Keterangan

t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv

25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah

jumlah sampel

35 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Variabel Definisi Operasional

Ekstrak kunyit

Daya Hambat

Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan

dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25

dan 50 vv

Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat

pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur

pada paper disk

Pertumbuhan S aureus

dan S epidermidis

Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik

berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen

berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di

sekitar paper disk

httplibunimusacid

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 52: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

36 Obyek Penelitian

Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni

Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan

ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan

teknik maserasi

37 Alat dan Bahan

371 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi

batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi

erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu

spirtus autoclave dan inkubator

372 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)

aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI

(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland

05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan

NaCl 09

httplibunimusacid

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 53: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

38 Prosedur Penelitian

381 Sterilisasi Alat

Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan

dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan

kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit

setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit

382 Persiapan Bakteri

Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB

negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan

cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S

epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair

dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi

ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC

selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang

diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada

tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata

kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan

larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL

383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit

dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung

kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk

httplibunimusacid

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 54: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan

10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang

sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan

menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas

saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan

vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak

kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan

dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi

Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet

ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril

sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara

memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml

akuades steril

384 Pembuatan Paper Disk

Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl

dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk

paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan

dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap

httplibunimusacid

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 55: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak

yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan

hingga larutan dalam tube habis

385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution

Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian

dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc

Farland 05 (108

CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5

ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media

diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25

dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C

tanpa dibalik

httplibunimusacid

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 56: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling

Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C

Diinkubasi 18-24 jam

Temperatur 37 0C

Dibuat seri konsentrasi larutan uji

Disaring

Dibuat paper disk

39 Alur Penelitian

Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut

Gambar 31 Alur penelitian

Rimpang Kunyit

Serbuk kunyit

Maserasi selama 3 x 24 jam

Ekstrak cair

Ekstrak kental

Media MHA + 100 microL suspensi bakteri

+ Paper disk

Diamati dan diukur zona

hambat di sekitar Paper disk

5 vv 25 vv 50 vv 10 vv

Proses Maserasi

1 kg serbuk kunyit + 10 liter

etanol 96

httplibunimusacid

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 57: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis

hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur

diameter zona radikal di sekitar paper disk

311 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya

No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016

httplibunimusacid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 58: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

41 Gambaran Umum Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang

yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan

tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut

diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak

mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit

tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian

dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental

Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing

konsentrasi dipipet kedalam disk blank

Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA

negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu

memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi

warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini

menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu

memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan

pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol

seperi anggur

httplibunimusacid

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 59: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

42 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan

metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat

antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel 41

Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian

ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara

maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis

Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona

hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi

yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji

dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel 42

httplibunimusacid

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 60: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan

Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang

kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100

bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus

dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak

rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk

blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50

microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel

43

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara

paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi

dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang

httplibunimusacid

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 61: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan

(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat

pada tabel 44

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan

konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif

yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan

uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak

100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian

campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan

dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol

positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang

kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan

Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif

Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum

mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat

terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan

serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45

httplibunimusacid

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 62: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram

menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona

hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan

demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol

positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel 46

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif

(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis

Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti

menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif

menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 63: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol

negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing

24 dan 29 mm

43 Pembahasan

Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi

pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak

rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan

berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk

mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat

ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis

Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit

dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode

pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S

aureus dan S epidermidis

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat

suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan

senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan

terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak

kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan

httplibunimusacid

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 64: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran

terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin

dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies

bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh

tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam

lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis

Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit

yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid

Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri

Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri

adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa

β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek

antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon

menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)

Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan

berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke

dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein

akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri

kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat

meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena

kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya

protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga

httplibunimusacid

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 65: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks

menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan

hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)

Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase

serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid

adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi

sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al

2004)

Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin

dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak

atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit

sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu

merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis

Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala

(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S

epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging

buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin

4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu

bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh

httplibunimusacid

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 66: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan

denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis

Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan

alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi

keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus

memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang

bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri

Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang

terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam

teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan

tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki

polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya

yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora

2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam

kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis

Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat

menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya

galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan

pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu

kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya

yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat

disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-

laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme

httplibunimusacid

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 67: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari

cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak

mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)

antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah

satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok

penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2

menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai

bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-

antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat

proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis

protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud

genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan

zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel

Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri

Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi

jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak

cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri

memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur

masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk

obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik

Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy

Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap

berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya

httplibunimusacid

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 68: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung

2009 dan Freeman-cook 2006)

httplibunimusacid

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 69: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

51 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa

1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan

infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode

disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak

2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan

konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan

konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis

52 Saran

Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan

sehingga disarankan agar

1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak

rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang

lain

httplibunimusacid

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 70: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks

digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni

sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis

3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang

kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba

yang terkandung didalam rimpang kunyit

4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan

Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri

yang tinggi

httplibunimusacid

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 71: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

DAFTAR PUSTAKA

Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi

Jakarta Bina Rupa Aksara

Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18

Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill

Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan

Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam

Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21

Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331

Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri

Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae

Secara In Vitro

Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116

Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van

Vostrand Reinhold New York

Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc

Graw Hill Book Co Inc New Delhi

Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2

Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa

TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press

Halaman 152

Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun

Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun

Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29

Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan

Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105

httplibunimusacid

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 72: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari

Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)

Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)

Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F

MIPA ITB Bandung

Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology

BlackwellScientific PublicationOxford

Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and

aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195

Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1

New York

Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran

Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New

York McGraw-Hill Medical

Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC

Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth

Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc

Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis

and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)

37-45

Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta

Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049

Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and

Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in

Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta

Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7

Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition

McGraw-Hill Book Co London

httplibunimusacid

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 73: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company

New York

Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga

Halaman176

Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta

Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I

Longman London and New York P 229 ndash 285

Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi

Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta

Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih

Padmawinata Penerbit ITB Bandung

Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos

Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523

Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius

Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius

Yogyakarta

Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta

Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya

Jakarta

Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung

(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus

epidermidis

Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J

Pharm pharmacol

Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM

Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol

Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi

Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta

httplibunimusacid

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 74: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan

Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05

Juli 2016

Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta

Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online

athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm

Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]

httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104

Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2

April 2011)

Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur

penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang

TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY

(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6

httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June

2012]

httplibunimusacid

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 75: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

LAMPIRAN

Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri

a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09

Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades

steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan

aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2

bar selama 15 menit

b Pembuatan standar Mac Farland 05

Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175

) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)

dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan

standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji

c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)

Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1

liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan

menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan

autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan

pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml

d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi

Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam

masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut

Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan

e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum

Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100

ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di

panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di

saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap

digunakan

httplibunimusacid

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 76: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan

pewarnaan Gram

a Pembuatan paper disk

Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di

pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di

oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang

sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl

b Pembuatan suspensi bakteri

Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan

kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan

dengan standar Mac Farland

c Pembuatan media uji

Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi

bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15

menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam

inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam

d Prosedur pewarnaan Gram

Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek

dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api

sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian

Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih

Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1

2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat

dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas

dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan

selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades

Dikeringkan preparat

httplibunimusacid

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 77: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Strain murni dari media BHI

inokolasi pada media MSA

Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis

Mengamati makroskopis pada

media MSA

Warna abu-abu

Bentuk Bulat

Konsistensi Smoot

Elevasi Cembung

Mengamati mikroskopis

Pewarnaan Gram

Gram positif warna ungu

Gram negatif warna merah

Mengamati warna media MSA

Warna kuning Saureus

Warna pink Sepidermidis

httplibunimusacid

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 78: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

Lampian 4 Dokumentasi penelitian

Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan

Sepidermidis (EPI) pada media MSA

Gambar 2 Pewarnaa Gram

Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit

konsentrasi 5 10 25 dan 50

Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi

kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100

Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi

perasan lansung infusum dan serat halus kunyit

httplibunimusacid

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 79: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus

Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 80: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit

dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

100 25 100 25

Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan

sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan

Sepidermidis

httplibunimusacid

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 81: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107

dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30

Menit

Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus

dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi

100 yaitu 10x107 Cfuml

httplibunimusacid

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 82: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

100

100

Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi

100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap

pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)

httplibunimusacid

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 83: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35

terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis

Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan

Saureus dan Sepidermidis

S aureus S epidermidis

AMP

httplibunimusacid

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 84: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum

metode disk diffution san sumuran

Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi

Bakteri

Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disc Sumuran Kontrol

5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)

S aureus - - - - - - - - - 24

S epidermidis - - - - - - - - - 29

Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)

Paper disk (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun

Bakteri

Hambat Infusum Kunyit (100)

Waktu kontak (30 menit) Kontrol

S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung

Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit

Bakteri

Zona Hambat Serat Kunyit (mm)

Sumuran (100) Kontrol

S aureus - - 24

S epidermidis - - 29

Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Ampisilin Akuades Steril

S aureus - -

S epidermidis - -

httplibunimusacid

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 85: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades

steril)

Bakteri

Zona Hambat Kontrol (mm)

Kloramfenikol Akuades Steril

S aureus 24 -

S epidermidis 29 -

httplibunimusacid

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid

Page 86: DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma …repository.unimus.ac.id/108/1/FULLTEXT.pdf · 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A DATA PRIBADI

Nama Lengkap Abdullatif

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995

Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan

Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi

Nusa Tenggara Barat

B RIWAYAT PENDIDIKAN

1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB

2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB

3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB

4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar

5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS

httplibunimusacid