daur ulang scrap aluminium sebagai solusi alternatif untuk mengurangi ketergantungan aluminium impor...
TRANSCRIPT
-
DAUR ULANG SCRAP ALUMINIUM SEBAGAI SOLUSI ALTERNATIF UNTUK
MENGURANGI KETERGANTUNGAN ALUMINIUM IMPOR DI INDONESIA
INDONESIAN PROCESS METALLURGY
STUDENT PAPER COMPETITION
oleh
IQBAL PRATAMA ABDI ZAY 12511003
FAHRI RISFA ZULFI 12511013
ALFRED GURNING 12512052
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2014
-
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Makalah : Daur Ulang Scrap Aluminium sebagai Solusi
Alternatif untuk Mengurangi Ketergantungan Aluminium Impor di Indonesia
2. Pelaksana
a. Nama Lengkap : Iqbal Pratama Abdi Zay
b. NIM : 12511003
c. Jurusan / Program Studi : Teknik Metalurgi
d. Universitas / Institut : Institut Teknologi Bandung
e. No. HP : 085220389829
f. Alamat Email : [email protected]
g. Alamat Kampus : Jalan Ganesha No. 10 Bandung
a. Nama Lengkap : Fahri Risfa Zulfi
b. NIM : 12511013
c. Jurusan / Program Studi : Teknik Metalurgi
d. Universitas / Institut : Institut Teknologi Bandung
e. No. HP : 089996160165
f. Alamat Email : [email protected]
g. Alamat Kampus : Jalan Ganesha No. 10 Bandung
a. Nama Lengkap : Alfred Gurning
b. NIM : 12512052
c. Jurusan / Program Studi : Teknik Metalurgi
d. Universitas / Institut : Institut Teknologi Bandung
e. No. HP : 081320413452
f. Alamat Email : [email protected]
g. Alamat Kampus : Jalan Ganesha No. 10 Bandung
-
ABSTRAK
Aluminium merupakan salah satu logam yang paling banyak digunakan di dunia karena jumlahnya yang melimpah, tahan korosi, ringan, kuat dan memiliki konduktivitas tinggi. Aluminium dapat digunakan untuk kaleng minuman, aluminium foil hingga badan pesawat terbang. Aplikasinya yang luas membuat permintaan terhadap logam ini di Indonesia terus meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2013 permintaan aluminium indonesia mencapai 845 ribu ton sementara kapasitas produksi aluminium PT Inalum hanya mencapai sekitar 250 ribu ton per tahun. Sisanya masih harus diimpor dari Australia untuk memenuhi kebutuhan aluminium dalam negeri.
Salah satu cara untuk mengurangi jumlah impor aluminium adalah dengan melakukan proses daur ulang scrap aluminium. Scrap ini nantinya dikumpulkan, dilebur dan dicetak menjadi ingot atau sheet. Aluminium ini kemudian dapat dijual kepada industri hilir untuk kemudian diolah lebih lanjut menjadi produk akhir. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari proses daur ulang scrap aluminium dan menentukan peluang serta tantangan penerapannya di Indonesia. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data melalui studi literatur. Data yang dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisa serta disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa daur ulang scrap aluminium memiliki peluang untuk diimplementasikan di Indonesia sebagai solusi alternatif untuk mengurangi ketergantungan impor aluminium di Indonesia.
Kata kunci: permintaan aluminium, scrap aluminium, impor, daur ulang
-
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Iqbal Pratama Abdi Zay
Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 17 Januari 1994
NIM : 12511003
Fakultas : Fakultas Teknik Pertambangan dan
Perminyakan
Program Studi : Teknik Metalurgi
Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Bandung
Alamat : Jalan Riung Bakti III no. 175 Bandung
Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat : -
Penghargaan Ilmiah yang Pernah Diraih : -
Nama : Fahri Risfa Zulfi
Tempat dan Tanggal Lahir : Temanggung, 12 Oktober 1993
NIM : 12511013
Fakultas : Fakultas Teknik Pertambangan dan
Perminyakan
Program Studi : Teknik Metalurgi
Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Bandung
Alamat : Jalan Ciheulang Baru no. 3, Sekeloa
Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat : -
Penghargaan Ilmiah yang Pernah Diraih : -
Nama : Alfred Gurning
Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 3 Mei 1994
NIM : 12512052
Fakultas : Fakultas Teknik Pertambangan dan
Perminyakan
Program Studi : Teknik Metalurgi
Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Bandung
Alamat : Galeri Ciumbuleuit
Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat : -
Penghargaan Ilmiah yang Pernah Diraih : -
-
BAB I PENDAHULUAN
Aluminium adalah logam yang ringan, kuat, memiliki konduktivitas termal tinggi dan
ketahanan korosi yang baik (Fitzgerald dan French). Sifat-sifat ini menyebabkan aluminium
dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti transportasi, konstruksi dan peralatan
rumah tangga. Di bidang transportasi, aluminium digunakan karena densitasnya yang
rendah yaitu sekitar 2,7 g/cm3. Densitas yang rendah ini memberikan massa yang lebih
rendah pada volume yang sama sehingga dapat menghemat penggunaan bahan bakar.
Selain itu juga aluminium memiliki kekuatannya yang tinggi sehingga ia mampu
diaplikasikan untuk keperluan transportasi. Di bidang konstruksi, aluminium dapat
digunakan sebagai material untuk pembuatan kusen atau pintu. Konduktivitas termal yang
tinggi dimanfaatkan untuk membuat peralatan memasak berbahan aluminium sedangkan
ketahanan korosi yang baik dimanfaatkan untuk pengemasan makanan dan minuman.
Selain itu, aluminium mempunyai mampu bentuk yang baik sehingga dapat digunakan
untuk bentuk-bentuk yang rumit seperti profil aluminium hasil ekstrusi. Pemakaian
aluminium juga lebih disukai karena ketika teroksidasi maka akan dihasilkan lapisan
protektif Al2O3 yang akan menempel pada permukaan aluminium dan mencegah terjadinya
oksidasi lebih lanjut.
Sumber : Kemenperin
Gambar 1.1 Pohon Industri Aluminium
-
Aplikasinya yang luas membuat permintaan logam ini terus meningkat tiap
tahunnya. Pada 2013, permintaan aluminium dunia mencapai 50,2 juta ton (CRU Group
dan EAA, 2014) dan diperkirakan akan terus meningkat ke depannya.
Sumber : CRU group dan European Aluminium Association, 2014
Gambar 1.2 Permintaan Aluminium Dunia
Permintaan aluminium di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 845 ribu ton
sementara kapasitas produksi PT Inalum hanya mencapai sekitar 250 ribu ton
(Kemenperin, 2014). Hal ini menyebabkan sebagian besar kebutuhan aluminium nasional
masih harus diimpor dari negara lain seperti australia dan cina. Berbagai cara sudah
dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi jumlah impor aluminium seperti mencari
investor untuk mendirikan pabrik pengolahan alumina dan meningkatkan kapasitas
produksi PT Inalum. Akan tetapi dua cara ini mengalami kendala seperti kebutuhan energi
yang cukup tinggi untuk memproduksi aluminium dari bijih bauksit. Energi yang diperlukan
untuk memproduksi 1 ton aluminium sekitar 14.555 kWh (International Aluminium Institute,
2014).
0
10
20
30
40
50
60
2011 2012 2013
Pe
rmin
taa
n A
lum
un
ium
(J
uta
To
n)
Tahun
negara lain
Asia (tidak termasuk Cina)
Cina
Amerika
Eropa (tidak termasuk Rusia)
-
Saat ini di dunia hanya terdapat satu jalur pengolahan bijih bauksit menjadi
aluminium yaitu pencucian, proses Bayer dan proses Hall-Heroult.
Gambar 1.3 Diagram Alir Proses Produksi Aluminium dari Bijih Bauksit
Pencucian
Bijih bauksit yang telah ditambang kemudian dicuci untuk memisahkan silika
dan pengotor lainnya yang dapat menurunkan efisiensi proses Bayer.
Proses Bayer
Proses Bayer dilakukan untuk menghasilkan alumina dengan kemurnian yang
tinggi. Hal ini dilakukan karena kadar alumina di dalam bijih bauksit masih rendah.
Pada proses Bayer, bijih bauksit yang sudah dicuci kemudian dilindi dengan larutan
natrium hidroksida. Larutan natrium hidroksida akan melarutkan alumina dan sebagian
silika, menurut reaksi sebagai berikut :
Al2O3.3H2O(s) + 2 NaOH(aq) 2 NaAlO2(aq) + 4 H2O(l)
Al2O3.H2O(s) + 2 NaOH(aq) 2 NaAlO2(aq) + 2 H2O(l)
SiO2(s) + 2 NaOH(aq) Na2SiO3(aq) + H2O(l)
Adanya silika dalam bijih bauksit tidak diinginkan karena akan mengonsumsi reagen
pelindi natrium hidroksida dan mengendapkan kembali aluminium yang telah terlarut
menghasilkan senyawa kompleks natrium aluminosilikat. Senyawa NaAlO2 yang
terbentuk kemudian akan terpresipitasi dan menghasilkan kristal alumina hidrat,
menurut reaksi sebagai berikut :
Bauksit
Pencucian
Bauksit Hasil Pencucian
Proses Bayer
Alumina
Proses Hall-Heroult
Aluminium
-
2 NaAlO2(aq) + 4 H2O(l) Al2O3.3H2O(s) + 2 NaOH(aq)
2 NaAlO2(aq) + 2 Na2SiO3(aq) Na2Al2Si2O8.2H2O(s) + 4 NaOH(aq)
Kristal alumina hidrat kemudian dipanaskan sehingga senyawa ini terdekomposisi
menjadi alumina dan air, menurut reaksi sebagai berikut :
Al2O3.3H2O(s) Al2O3(s) + 3 H2O(g)
Proses Hall-Heroult
Alumina hasil proses Bayer diumpankan ke proses Hall-Heroult. Alumina
dilarutkan di dalam lelehan garam kriolit (Na3AlF6) dan dilakukan elektrolisis. Di katoda
akan terjadi reduksi menghasilkan aluminium. Aluminium yang dihasilkan berfasa cair
karena elektrolisis dilakukan pada suhu tinggi. Lelehan aluminium yang dihasilkan
kemudian dialirkan dan dicetak menjadi ingot atau lembaran. Reaksi di katoda adalah
sebagai berikut :
Al3+(aq) + 3 e- Al(l)
Sementara di anoda akan terjadi oksidasi karbon menghasilkan karbon dioksida atau
karbon monoksida. Reaksi di anoda adalah sebagai berikut :
C(s) + 2 O2-(aq) CO2(g) + 4 e-
C(s) + O2-(aq) CO(g) + 2 e-
Reaksi total proses elektrolisis ini adalah
2 Al2O3 + 3 C 4 Al + 3 CO2
Cara lain yang dapat dilakukan untuk memproduksi aluminium adalah dengan
melakukan proses daur ulang scrap aluminium. Scrap aluminium ini sangat potensial untuk
didaur ulang karena sumbernya yang melimpah. Sebagai contoh PT Dirgantara Indonesia
menghasilkan sekitar 5 ton scrap aluminium/hari. Selain itu, produksi aluminium dari scrap
dapat menghemat energi karena kebutuhan energinya jauh lebih rendah daripada energi
yang dibutuhkan untuk memproduksi aluminium dari sumber primer (bauksit).
-
BAB II TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. mempelajari proses daur ulang scrap aluminium
2. menganalisa peluang dan tantangan aplikasi proses daur ulang scrap aluminium di
Indonesia
3. memberikan solusi alternatif untuk mengurangi ketergantungan aluminium impor di
Indonesia
-
BAB III METODE
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
A. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk mencari informasi yang berkaitan dengan
penelitian yang akan dilakukan. Data yang dimaksud adalah data yang bersumber dari
internet, kajian, penelitian, artikel dan wawancara yang berkaitan dengan proses daur
ulang scrap aluminium.
B. Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh kemudian diolah dalam bentuk tabel atau grafik. Data
ini kemudian diinterpretasi untuk menentukan korelasi antara data yang didapat
dengan peluang dan tantangan aplikasi proses daur ulang scrap aluminium di
Indonesia.
C. Analisa Data
Hasil pengolahan data digunakan untuk menganalisa peluang dan tantangan
aplikasi proses daur ulang scrap aluminium di Indonesia serta memberikan solusi
alternatif untuk mengurangi ketergantungan aluminium impor di Indonesia.
-
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Proses Daur Ulang Scrap Aluminium
Sumber : EAA dan OEA, 2007
Gambar 4.1 Diagram Alir Daur Ulang Scrap Aluminium di Eropa
Secara garis besar, untuk melakukan proses daur ulang scrap aluminium,
dibutuhkan sekurang-kurangnya tiga tahap, yaitu (1) Proses separasi dan pre-melting,
(2) Proses melting, dan (3) Proses penghilangan inklusi dan gas hidrogen (Gaustad, et
al, 2011).
Proses separasi dan pre-melting merupakan serangkaian proses yang
dilakukan sebelum aluminium dilebur kembali, tujuannya adalah untuk memisahkan
unsur-unsur pengotor yang mengurangi kemurnian dari produk daur ulang aluminium.
Pada proses ini, proses pemisahan dilakukan secara fisik yaitu berdasarkan
-
penampakan makro dari pengotornya. Adapun beberapa teknologi yang dapat
digunakan adalah sebagai berikut :
1. Proses pemisahan dengan menggunakan magnet, teknologi ini digunakan untuk
memisahkan aluminium dari pengotor yang bersifat ferromagnetic seperti besi dan
baja yang tercampur, dalam aplikasi yang lebih luas, pemisahan dengan
menggunakan magnet dapat dilakukan dengan menggunaan medan magnet yang
berbeda, sehingga banyaknya pengotor yang terpisah menjadi lebih baik,
2. Proses pemisahan dengan menggunakan udara, prinsip ini menggunakan
perbedaan berat terhadap volume dari masing-masing material, sebagai contoh
baja dengan densitas sekitar 7 akan lebih berat dibandingkan dengan aluminium
sehingga baja akan berada dibagian bawah dan aluminium berada di bagian atas,
3. Pemisahan dengan menggunakan eddy current, prinsip pemisahan ini dilakukan
dengan memanfaatkan arus eddy yang diciptakan, setiap benda akan memberikan
respon yang berbeda terhadap adanya arus eddy bergantung kepada
konduktivitas listrik yang dimilikinya. Material yang memiliki nilai konduktivitas
listrik yang berbeda akan terlempar dengan jarak yang berbeda sehingga
aluminium dapat ditemukan pada jarak lemparan tertentu,
4. Dengan menggunakan heavy media separator, prinsip kerja dari alat ini adalah
dengan memisahkan suatu material berdasarkan perbedaan specific gravity
masing-masing material. Medium yang digunakan bervariasi tergantung
kebutuhan dari proses pemisahan,
5. Color sorting atau pemisahan manual berdasarkan kenampakan fisik, metode ini
merupakan metode manual dengan cara memanfaatkan kemampuan indera
manusia dalam membedakan benda satu yang lain berdasarkan spektrum
warnanya. Biasanya metode ini dilakukan di daerah dengan penduduk yang cukup
banyak sehingga ongkos pabriknya dapat diturunkan. Dengan menggunakan
prinsip yang sama, dapat juga menggunakan metode spectrographic dengan alat
yang lebih maju dan otomasi lebih baik,
6. Hot crush merupakan metode pemisahan yang biasanya digunakan pada wrought
dan cast aluminum alloy, prinsipnya menggunakan titik leleh dari paduan yang
rendah sehingga ketika pemanasan material tersebut terpisah kemudian cast alloy
dihancurkan dengan menggunakan metode crushing atau grinding. Cast alloy
akan terpisah saat dilakukan proses screening. Kelebihan dari metode ini adalah,
cat dan pelapis yang ada pada aluminium yang akan didaur ulang akan ikut hilang
bersamaan dengan proses pemanasan.
-
Selanjutnya setelah proses separasi dilakukan, proses selanjutnya adalah
proses peleburan/melting. Pada tahap ini proses pemisahan fisik tidak dapat dilakukan
kembali sehingga harus dipastikan bahwa material pengotor yang berukuran makro
sudah terpisah dengan baik. Adapun proses pelelehan ini terdiri dari: (1) Melting-
refining, (2) Fluxing, (3) Hoopes Process, (4) Low Temperature Electrolysis, (5)
Segregasi, (6) Distilasi.
1. Melting-refining, merupakan tahap pelelehan material yang didaur ulang, proses
pelelehan dilakukan secara selektif terhadap logam-logam tertentu saja, proses
pelelehan selektif tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan titik leleh
aluminium dan pengotor yang dilebur sehingga dapat diketahui material apa yang
akan meleleh terlebih dahulu, hal ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi dari
pengotor yang tidak terpisahkan pada proses sebelumnya. Peralatan yang dapat
digunakan adalah reverberatory furnace atau rotary furnace,
2. Fluxing merupakan penambahan zat-zat tertentu yang berfungsi untuk
mengoksidasi pengotor yang larut dalam lelehan aluminium. Selain itu,
penambahan fluks juga dilakukan untuk mengatur fluiditas dari lelehan dan
mengangkat pengotor ke permukaan supaya mudah dipisahkan,
3. Hoopes Process, merupakan langkah lanjutan yang digunakan untuk
memproduksi produk aluminium daur ulang dengan tingkat kemurnian yang tinggi,
prosesnya adalah dengan menggunakan lapisan elektrolitik pada temperatur tinggi
dan intensitas daya yang tinggi sehingga akan terjadi migrasi aluminium ke katoda
sedangkan pengotor akan tetap tertinggal pada anoda,
4. Low temperature electrolysis, dengan menggunakan prinsip yang sama dengan
hoopes process namun pada temperatur yang rendah, proses ini akan
menghilangkan pengotor-pengotor yang masih tersisa dari proses sebelumnya
seperti Mn, Fe, Si, Cu, Pb, Zn, dan Ni. Scrap aluminium akan bertindak sebagai
anoda dan setelah proses elektrolisis, aluminium murni akan berada di katoda.
Efisiensi energi proses ini lebih besar dibandingkan dengan proses lainnya serta
lebih ramah lingkungan,
5. Segregasi, merupakan proses pemisahan partikel pengotor dan aluminium
dengan memanfaatkan sifat rekristalisasi. Batang aluminium dilewatkan ke dalam
tanur berbentuk cincin, menghasilkan zona lelehan yang bergerak sepanjang
batang. Seiring dengan pendinginan, maka kristal aluminium murni akan
dihasilkan dan pengotor akan tetap berada di zona lelehan,
-
6. Distilasi, dengan menggunakan temperatur yang sangat tinggi hingga melebihi
temperatur uap dari aluminium, aluminium diuapkan kemudian di kondensasi
secara perlahan sehingga aluminium terpisah dari pengotornya.
Setelah proses pemisahan dan pemurnian kembali dengan cara pelelehan,
proses selanjutnya yang harus dilakukan adalah penghilangan inklusi dan gas
hidrogen. Kebanyakan inklusi yang muncul adalah berbentuk alumina, untuk
menghilangkan inklusi dan gas hidrogen dapat dilakukan dengan beberapa cara
sebagai berikut :
1. Sedimentasi, proses ini dilakukan berdasarkan prinsip perbedaan massa jenis dari
masing-masing logam, proses dilakukan dalam kondisi campuran berada dalam
fasa cair/lelehan. Ketika di dalam tanur, lelehan dibiarkan lebih lama sehingga
partikel yang lebih berat akan mengendap, efeknya adalah penggunaan energi
yang lebih besar dari proses ini kadang membuat proses menjadi tidak ekonomis,
2. Flotasi atau degassing, proses ini digunakan untuk mengurangi banyaknya gas
hidrogen yang terperangkap bersamaan dengan inklusi alumina, caranya dengan
menghembuskan gas argon dan klorin dari dasar wadah sehingga muncul
gelembung yang akan bergerak dari bagian dasar ke permukaan lelehan,
sepanjang perjalanan, gelembung tersebut menjadi tempat gas hidrogen untuk
berdifusi sehingga ketika gelembung sampai ke permukaan dan pecah, gas
hidrogen akan dilepaskan.
Pada akhirnya, keseluruhan proses daur ulang scrap aluminium tetap harus
mempertimbangkan beberapa faktor, seperti (1) Flow dan life cycle dari scrap
aluminium yang digunakan untuk mengurangi kemungkinan salah pengaturan
komposisi akibat bahan baku yang tidak baik, (2) metode yang digunakan untuk
mengevaluasi nilai ekonomis dari proses daur ulang dibandingkan dengan proses
produksi primer, (3) mengetahui pengaruh dari masing-masing parameter terhadap
berjalannya proses daur ulang (Niels, 2007).
B. Penelitian dan Pengembangan Daur Ulang Scrap Aluminium di Dunia
Daur ulang scrap aluminium bukanlah sesuatu yang baru di industri aluminium.
Berbagai penelitian yang berkaitan dengan daur ulang scrap aluminium sudah banyak
dilakukan di antaranya adalah pemisahan logam pengotor yang terdapat pada scrap
aluminium, reduksi jumlah salt cake yang dihasilkan, elastisitas harga produk
aluminium hasil daur ulang dan analisa siklus daur ulang scrap aluminium.
Pengembangan terus dilakukan untuk membuat proses ini menjadi lebih
ekonomis. Pengembangan yang telah dilakukan seperti pengumpulan dan pemisahan
-
aluminium yang efisien. Pengumpulan dapat dilakukan pada sebuah scrap yard. Scrap
aluminium yang telah terkumpul kemudian dipisahkan berdasarkan jenisnya. Untuk
mendapatkan scrap aluminium dapat dilakukan beberapa proses pemisahan secara
fisik seperti dengan menggunakan magnetic separator untuk memisahkan aluminium
dari besi. Pemisahan dengan Heavy Media Separation dilakukan untuk memisahkan
alumuniun dari logam selain besi. Sementara untuk memisahkan aluminium dari
material non logam dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip eddy current
(Gaustad, et al, 2011). Di bagian peleburan juga terus dilakukan pengembangan
seperti penambahan flux untuk mengurangi oksidasi aluminium, penambahan gas
argon untuk mengangkat pengotor dan mereduksi jumlah salt cake yang dihasilkan.
Daur ulang scrap aluminium adalah sebuah teknologi yang sudah proven dan
telah diaplikasikan di berbagai negara diantaranya adalah Spanyol, Jerman, Italia,
Inggris, Austria dan Prancis (EAA dan OEA, 2007). Produksi aluminium dari scrap
diperkirakan akan terus meningkat karena keterbatasan sumber daya bauksit dan
kebutuhan energi yang lebih rendah daripada produksi aluminium primer.
Sumber : EAA dan OEA, 2007
Gambar 4.2 Produksi Aluminium Hasil Daur Ulang di Eropa
C. Peluang dan Tantangan Daur Ulang Scrap Aluminium di Indonesia
Konsumsi aluminium indonesia pada tahun 2011 mencapai 889.260 ton
(ESDM, 2011) dengan perbandingan sebagai berikut :
-
Sumber : ESDM, 2011
Gambar 4.3 Perbandingan Produksi, Impor, Konsumsi Dalam Negeri dan Ekspor
Aluminium di Indonesia
Tingginya permintaan ini tidak diimbangi dengan kapasitas produksi dalam negeri. PT
Inalum sebagai satu-satunya produsen aluminium primer di Indonesia hanya mampu
memproduksi aluminium sebanyak 242.252 ton aluminium ingot pada tahun 2012. Hal
ini menyebabkan sebagian besar kebutuhan aluminium dalam negeri masih harus
diimpor.
Neraca aluminium dapat dinyatakan sebagai berikut :
Konsumsi Dalam Negeri + Ekspor = Produksi + Impor
Jumlah produksi aluminium di Indonesia saat ini masih sangat sedikit dibandingkan
kebutuhannya. Hal ini menyebabkan nilai impor aluminium indonesia sangat tinggi.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah impor aluminium
indonesia adalah dengan mendaur ulang scrap aluminium. Daur ulang ini akan
meningkatkan produksi aluminium dalam negeri sehingga jumlah impor bisa
diturunkan. Produk aluminium hasil daur ulang ini diharapkan mampu mensubstitusi
produk aluminium impor seperti aluminium ingot, billet, slab, bar, rod, profil aluminium,
pipa, kawat, aluminium plate/sheet dan aluminium foil.
Sampai dengan saat ini penelitian dan pengembangan daur ulang scrap
aluminium di Indonesia masih sangat sedikit. Berdasarkan data yang diperoleh, sudah
terdapat beberapa perusahaan yang bergerak di bidang ini namun jumlahnya masih
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
350000
400000
450000
500000
Jum
lah
(to
n)
Komoditas
Produksi Impor Konsumsi Dalam Negeri Ekspor
-
sangat sedikit dan memiliki kapasitas yang kecil (Lihat Lampiran A). Hal ini tentu sangat
disayangkan melihat besarnya jumlah scrap yang dapat diolah di Indonesia. Pada
tahun 2011 jumlah ekspor scrap aluminium mencapai 9954 ton karena keterbatasan
kapasitas peleburan scrap aluminium di Indonesia. Angka ini belum termasuk scrap
yang belum dikumpulkan ke pengumpul seperti aluminium foil untuk kemasan
makanan. Masa pakai produk aluminium untuk kemasan makanan adalah sekitar satu
tahun (Lihat Lampiran B), maka seharusnya masih ada potensi scrap aluminium sekitar
26.626 ton yang dapat didaur ulang. Oleh karena itu sudah seharusnya indonesia
mendirikan industri peleburan scrap aluminium termasuk industri pengumpulan scrap.
Berdasarkan uraian di atas, proses daur ulang scrap aluminium berpeluang
untuk diimplementasikan di Indonesia karena :
1. Daur ulang scrap aluminium membutuhkan energi yang lebih rendah
Daur ulang scrap aluminium membutuhkan energi yang lebih rendah yaitu
sebesar 2,8 kWh/kg aluminium sementara produksi aluminium primer dari bijih
bauksit membutuhkan 45 kWh/kg aluminium (Choate dan Green, 2004). Hal ini
terjadi karena energi yang diberikan pada proses daur ulang hanya digunakan
untuk pemisahan aluminium secara fisik, peleburan dan pemurnian. Berbeda
dengan produksi aluminium primer dari bijih bauksit. Pada proses ini energi yang
diberikan jauh lebih besar karena energi tersebut digunakan untuk penambangan,
pelindian (proses Bayer) dan elektrolisis garam lebur (proses Hall-Heroult). Pada
tahap penambangan, energi diperlukan untuk mengambil bijih bauksit dari kulit
bumi, kominusi dan transportasi. Pada tahap pelindian, energi diperlukan untuk
memanaskan tangki pelindian. Pada tahap elektrolisis, energi diperlukan untuk
mereduksi alumina menjadi aluminium. Pada tahap ini energi yang diperlukan
sangat besar karena elektrolisis dilakukan dengan menggunakan lelehan garam
kriolit. Sebagian energi yang diberikan digunakan untuk melebur kriolit.
2. Mengurangi penggunaan sumber daya alam
Daur ulang scrap aluminium dapat mengurangi penggunaan sumber daya
alam seperti bauksit, batubara, gas alam dan minyak bumi. Daur ulang scrap
aluminium tidak membutuhkan bijih bauksit karena sumber aluminium yang
digunakan adalah sumber sekunder yaitu scrap aluminium. Oleh karena itu, proses
ini dapat menghemat penggunaan bauksit. Daur ulang scrap aluminium tidak
memerlukan batubara sebagai elektroda sehingga proses ini dapat menghemat
penggunaan batubara. Kebutuhan energi yang lebih rendah dapat menghemat
penggunaan gas alam dan minyak bumi.
-
3. Mengurangi penggunaan lahan
Penambangan bijih bauksit memerlukan lahan yang cukup luas.
Penambangan biasanya dilakukan dengan cara open cast mining. Pada sebagian
besar kasus, topsoil, lapisan tanah di atas deposit bauksit, akan digali dan
disimpan. Hal ini menyebabkan lahan tersebut tidak bisa digunakan selama
kegiatan penambangan berlangsung. Daur ulang scrap aluminium tidak
memerlukan bijih bauksit sehingga bisa mengurangi jumlah penggunaan lahan
yang biasanya dibutuhkan untuk keperluan penambangan.
4. Mengurangi polusi
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa daur ulang scrap aluminium
menggunakan sumber daya alam yang lebih sedikit daripada produksi aluminium
primer. Penggunaan sumber daya alam yang lebih sedikit memberikan polusi yang
lebih sedikit pula. Oleh karena itu, polusi yang dihasilkan dari daur ulang scrap
aluminium akan lebih sedikit daripada polusi yang dihasilkan dari produksi
aluminium primer. Sebagai contoh produksi 1 ton aluminium hasil daur ulang di
Eropa dapat menghemat 1370 kilogram bauksit dan mengurangi polusi CO2 dan
SO2 masing-masing sebesar 9800 dan 64 kilogram.
5. Ketersediaan scrap yang cukup melimpah
Scrap aluminium yang ada di Indonesia cukup melimpah. Namun
sayangnya sebagian scrap ini masih diekspor karena terbatasnya kapasitas
peleburan scrap di Indonesia. Hal ini tentu dapat membuka peluang untuk
menciptakan industri peleburan scrap yang baru supaya sumber scrap yang ada
dapat dimanfaatkan secara optimal.
Meskipun daur ulang scrap aluminium ini berpeluang untuk diimplementasikan
di Indonesia namun masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Tantangan
tersebut adalah :
1. Belum adanya kebijakan yang mendukung peleburan scrap di Indonesia
Meskipun di Indonesia sudah terdapat perusahaan yang bergerak di bidang
pengumpulan dan peleburan scrap. Namun, belum diketahui mengenai
mekanisme pengumpulan scrap yang dilakukan. Pengumpulan scrap ini
memegang peranan penting dalam industri daur ulang karena ia merupakan kunci
terhadap suplai scrap aluminium. Pengumpulan scrap yang terintegrasi dapat
diwujudkan dengan adanya kerjasama antara pemerintah sebagai penentu
kebijakan, industri sebagai pengumpul dan masyarakat sebagai konsumen.
Dalam hal ini pemerintah dapat membuat kebijakan supaya scrap yang
sudah terkumpul kemudian dapat digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri sebelum diekspor. Kebijakan yang dibuat dalam bentuk
-
peraturan pemerintah (PP) ataupun undang-undang (UU). Kebijakan tersebut
dapat berisikan mengenai aturan larangan ekspor atau bea keluar yang tinggi. Hal
ini dilakukan supaya Indonesia tidak mengekspor scrap aluminium ketika masih
membutuhkannya. Hal ini dapat dilihat bahwa pada tahun 2012, Indonesia
mengekspor scrap aluminium sebanyak 9954 ton sementara di saat yang sama
42999 ton scrap aluminium diimpor ke dalam negeri. Hal ini jelas menunjukkan
bahwa kebutuhan scrap aluminium dalam negeri masih belum terpenuhi akan
tetapi ada scrap aluminium yang diekspor.
Selain itu pemerintah juga dapat menyediakan tempat sampah khusus
untuk menampung sampah aluminium seperti kaleng minuman. Masyarakat
sebagai konsumen perlu diberikan sosialisasi bagaimana cara mengenali kaleng
yang terbuat dari aluminium.Jika hal ini dapat dilakukan, tentu proses daur ulang
akan menjadi lebih efisien karena kaleng yang sudah terkumpul bisa langsung
dilebur tanpa dipisahkan terlebih dahulu.
2. Teknologi penanganan salt cake
Salt cake adalah salah satu jenis limbah yang dihasilkan dari proses daur
ulang scrap aluminium. Salt cake mengandung senyawa oksida, klorida, sedikit N
dan SO3 (Gil dan Korili, 2007). Komposisi salt cake IDALSA, perusahaan
aluminium di Spanyol, ditunjukkan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Komposisi limbah peleburan scrap aluminium IDALSA
Sumber : Gil, A. dan Korili, S. A.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mereduksi jumlah salt cake
yang dihasilkan. Selain itu juga perlu dilakukan penelitian mengenai penanganan
limbah salt cake yang dihasilkan supaya tidak mencemari lingkungan.
-
BAB V KESIMPULAN
Kesimpulan penelitian ini adalah :
1. Secara garis besar, untuk melakukan proses daur ulang scrap aluminium, dibutuhkan
sekurang-kurangnya tiga tahap, yaitu (1) Proses separasi dan pre-melting, (2) Proses
melting, dan (3) Proses penghilangan inklusi dan gas hidrogen.
2. Daur ulang scrap aluminium berpeluang untuk diimplementasikan di Indonesia karena
daur ulang scrap aluminium membutuhkan energi yang lebih rendah, mengurangi
penggunaan sumber daya alam, penggunaan lahan dan polusi serta tersedianya
jumlah scrap aluminium yang cukup melimpah di Indonesia.
3. Implementasi daur ulang scrap aluminium di Indonesia memiliki dua tantangan yaitu
belum adanya kebijakan yang mendukung peleburan scrap di Indonesia serta teknologi
penanganan salt cake.
4. Daur ulang scrap aluminium dapat menjadi solusi alternatif untuk mengurangi
ketergantungan aluminium impor di Indonesia.
-
BAB VI DAFTAR PUSTAKA
Industri Masih Bergantung Pada Aluminium Impor, Kemenperin http://www.kemenperin.go.id/artikel/8195/Industri-Masih-Bergantung-Pada-Aluminium-Impor diakses tanggal 3 Oktober 2014 pukul 15:47
Struktur Industri Hulu Aluminium Belum Penuhi Kebutuhan Hilir, Energi Today 17 April 2014 http://energitoday.com/2014/04/17/struktur-industri-hulu-aluminium-belum-penuhi-kebutuhan-hilir/ diakses tanggal 3 Oktober 2014 pukul 14:49
Tambah Kapasitas Produksi, Inalum Ekspansi US$ 135 Juta, KATADATA 9 September 2014 http://katadata.co.id/berita/2014/09/09/tambah-kapasitas-produksi-inalum-ekspansi-us-135-juta diakses tanggal 3 Oktober 2014 pukul 15:03
A. Gil dan S.A. Korili, Management of the Salt Cake Generated at Secondary Aluminium Melting Plants. Environmental Management, 2010.
European Aluminium Association (URL : http://www.alueurope.eu/consumption-primary-aluminium-consumption-in-world-regions/) diakses tanggal 3 Oktober 2014 pukul 14:20
European Aluminium Association dan Organisation of European Aluminium Refiners and Remelters, Aluminium Recycling in Europe, 2007.
Gabrielle Gaustad, et al, Improving aluminum recycling : A survey of sorting and impurity removal technologies, Resources, Conservation and Recycling 58, 2012.
International Aluminium Institute (URL : http://www.world-aluminium.org/statistics/primary-aluminium-smelting-energy-intensity/) diakses tanggal 3 Oktober 2014 pukul 15:40
Kemenperin, Telaahan Kedalaman Struktur Industri Engineering Prioritas (Industri Baja dan Industri Logam Non Ferrous), 2010. hal 2-7 - 2- 12
Kementrian ESDM, Kajian Supply Demand Mineral, 2012. hal 98-112
Mubarok, Zaki. Slide Kuliah BAB V Pelindian dan Recovery Logam dan Oksida, 2010. hal 40-48
Mubarok, Zaki. Slide Kuliah Elektrolisa dalam Larutan Aqueous dan Lelehan Garam, 2010. hal 73-90
Niel Frees, Crediting Aluminium Recycling in LCA by Demand or by Disposal, Int J LCA, 2007. http://dx.doi.org/10.1065/lca2007.06.348 diunduh tanggal 27 September 2014 pukul 15:48
P. Fitzgerald dan G. French, The Production of Aluminium. nzic.org.nz/ChemProcesses/metals/8D.pdf diunduh tanggal 26 September 2014 pukul 18:49
Tendi Mahadi, Kongsi-Tiga-Perusahaan-Bangun-Smelter-Alumina, Kontan 19 Desember 2012 http://industri.kontan.co.id/news/kongsi-tiga-perusahan-bangun-smelter diakses tanggal 7 Oktober 2014 pukul 10:29
W.T. Choate and J.A.S. Green, Modeling the Impact of Secondary Recovery (Recycling) on the U.S. Aluminum Supply and Nominal Energy Requirements, TMS, 2004
-
LAMPIRAN
-
LAMPIRAN A
Daftar Perusahaan Pengumpul dan Pelebur Scrap Alumunium di Indonesia
Nam
a P
eru
sah
aan
Bid
ang
Loka
siK
apas
itas
Pro
du
ksi (
ton
/bu
lan
)P
em
asar
anD
afta
r P
ust
aka
CV
Me
tal R
ecy
clin
g In
do
ne
sia
Pe
ngu
mp
ul S
crap
Jaka
rta
Uta
raw
ww
.me
tali
nd
on
esi
a.co
.id
PT
Sin
ar A
lin
do
Me
tal
Pe
leb
ura
nJa
kart
a B
arat
sin
aral
ind
om
eta
l.co
m
PT
Imp
eri
um
Ce
ntr
eb
izP
en
gum
pu
l Scr
apSu
rab
aya
imp
eri
um
cen
tre
biz
.blo
gsp
ot.
com
PT
Ind
o B
atam
Eka
tam
aP
en
gum
pu
l Scr
apB
atam
ind
ob
atam
eka
tam
a.co
.id
PT
Loga
m J
aya
Ab
adi
Pe
leb
ura
nB
eka
si15
,3Lo
kal
loga
mja
ya.c
o.i
d
PT
Agi
el K
arya
Ge
mil
ang
Pe
leb
ura
nB
eka
si30
Loka
lag
ielk
arya
gem
ilan
g.b
logs
po
t.co
m
KSD
Jay
a Yo
gyak
arta
Pe
ngu
mp
ul S
crap
Jogj
akar
taka
run
iasu
kse
sdig
day
a.in
do
ne
two
rk.c
o.i
d
Bar
akas
i Pe
rkas
aP
en
gum
pu
l Scr
apSi
do
arjo
htt
p:/
/in
do
ne
two
rk.c
o.i
d/b
arak
asi_
pe
rkas
a
PT
Seti
a Te
hn
ik J
aya
Pe
ngu
mp
ul S
crap
Be
kasi
h
ttp
://p
tse
tiat
eh
nik
jaya
.in
do
ne
two
rk.c
o.i
d
CV
Glo
bal
Ge
mil
ang
Pe
ngu
mp
ul S
crap
Jaka
rta
Bar
ath
ttp
://g
lob
alge
mil
ang.
ind
on
etw
ork
.co
.id
PT
Ari
na
Man
dir
i Kre
atif
Pe
ngu
mp
ul S
crap
Be
kasi
htt
p:/
/ari
nam
and
irik
reat
if.i
nd
on
etw
ork
.co
.id
CV
Tig
a B
erl
ian
Lo
gam
Mak
mu
rP
en
gum
pu
l Scr
apTa
nge
ran
gh
ttp
://t
igab
erl
ian
loga
mm
kmr.
ind
on
etw
ork
.co
.id
CV
Art
a Ja
yaP
en
gum
pu
l Scr
apB
ogo
rh
ttp
://a
rtaj
ayab
g.in
do
ne
two
rk.c
o.i
d
PT
Ari
na
Lim
bah
Man
dir
iP
en
gum
pu
l Scr
apB
eka
sih
ttp
://a
rin
aman
dir
ilim
bah
2.in
do
ne
two
rk.c
o.i
d
UD
. Maj
u J
aya
Pe
ngu
mp
ul S
crap
Man
ado
htt
p:/
/ud
-maj
u-j
aya-
bit
un
g.in
do
ne
two
rk.c
o.i
d
PD
Nin
a Lo
gam
Pe
ngu
mp
ul S
crap
Jaka
rta
Bar
ath
ttp
://n
inal
oga
m.i
nd
on
etw
ork
.co
.id
Be
si B
inta
ng
Tim
ur
Pe
ngu
mp
ul S
crap
Jaka
rta
Uta
rah
ttp
://b
esi
bin
tan
gtim
ur.
ind
on
etw
ork
.co
.id
Fum
a Ex
pre
ssP
en
gum
pu
l Scr
apTa
nge
ran
gh
ttp
://f
um
aexp
ress
.in
do
ne
two
rk.c
o.i
d
CV
Bin
tan
g Li
ma
Ban
jarm
asin
Pe
ngu
mp
ul S
crap
Ban
jarm
asin
htt
p:/
/rb
bb
roth
ers
.in
do
ne
two
rk.c
o.i
d
CV
Ad
ma
Pe
ngu
mp
ul S
crap
Cik
aran
gh
ttp
://c
vad
ma.
ind
on
etw
ork
.co
.id
PT
Tera
ng
Ab
adi
Pe
leb
ura
nTa
nge
ran
g50
0Lo
kal
htt
p:/
/in
do
ne
two
rk.c
o.i
d/p
tte
ran
g_ab
adi
CV
. Gn
ade
n E
xpre
ssP
en
gum
pu
l Scr
apJa
kart
a Se
lata
nh
ttp
://g
nad
en
exp
ress
.in
do
ne
two
rk.c
o.i
d
PT
Jacr
aP
en
gum
pu
l Scr
apJa
kart
ah
ttp
://i
nd
on
etw
ork
.co
.id
/pt_
jacr
a
IND
S B
usi
ne
ssP
en
gum
pu
l Scr
apJa
kart
ah
ttp
://i
nd
s.in
do
ne
two
rk.c
o.i
d
CV
Fad
ind
oP
en
gum
pu
l Scr
apJa
kart
a B
arat
htt
p:/
/fad
ind
o.i
nd
on
etw
ork
.co
.id
PT
Me
tali
nd
o S
inar
an A
bad
iP
en
gum
pu
l Scr
apB
and
un
gh
ttp
://t
he
me
tali
nd
o.i
nd
on
etw
ork
.co
.id
-
LAMPIRAN B
Sumber : EAA dan OEA
Rata-Rata Rentang Masa Pakai Produk Aluminium dalam Tahun