dasar seni rupa dan desain
DESCRIPTION
Seni RupaTRANSCRIPT
Memberikan pengetahuan dan pemahaman
tentang konsep dan prinsip-prinsip dasar seni rupa dan desain.
Seni, Desain, dan Kriya
Persepsi terhadap alam semesta, bumi, alam,
dan umat manusia diekspresikan dalam
kebudayaan serta artefak seni, desain, dan kriya.
Manusia selalu ingin mencari jawaban atas seluruh fenomena yang diilhat dan dialaminya
Pencarian jawaban tersebut muncul dalam berbagai bentuk dan media ekspresi,
sejak jaman pra sejarah hingga kini
Pencarian jawaban tersebut muncul dalam berbagai bentuk dan media ekspresi,
sejak jaman pra sejarah hingga kini
Seni adalah upaya “penciptaan-kembali” dunia dalam pikiran
manusia sebagai individu (re-creation of the world in human mind)
...sehingga karya seni dapat berbeda satu sama lain karena pikiran manusia pun
berbeda satu sama lain
Contoh:
Bagaimana manusia menetapkan “proporsi ideal” dalam pembuatan patung
Proporsi patung
Masa Pra-Sejarah
Proporsi patung
Jaman Mesir Kuno
Proporsi patung
Jaman Yunani
Part of How Art Made the World
(BBC Knowledge)
Poin utama: upaya manusia di zaman Yunani Kuno untuk menemukan sosok
manusia yang “sempurna”
Keberadaan obyek / artifak seni rupa dan
desain dapat menjadi petunjuk sejauh mana
masyarakat memahami suatu pengetahuan;
menerapkan sistem, etika, dan nilai
(berperilaku); serta melakukan komunikasi
“…artifacts are the evidence of belief systems – values, ideas, attitudes, and social
assumption – of particular community or society across time” (Schlereth, 1982)
Obyek/Artifak berperan sebagai pemberi identitas, petunjuk atas sistem nilai-kehidupan sosial-kepercayaan suatu masyarakat
Obyek/Artifak berperan
sebagai pemberi
identitas, petunjuk atas
sistem hidup,
komunikasi, dan
berperilaku
Obyek/artifak SRD digunakan untuk mengakomodasi nilai-nilai
kepercayaan dan keyakinan
Obyek/Artifak SRD
meng-akomodasi
identitas
“keterbedaan”
gender
Obyek/Artifak SRD mengakomodasi “keterbedaan” identitas suku, etnis
Obyek/Artifak SRD mengakomodasi “keterbedaan” identitas status sosial
Obyek/artifak SRD mengakomodasi kebutuhan kejiwaan: konsep keindahan,
keteraturan, etika, dan nilai kehidupan
Obyek/artifak SRD mengakomodasi keterbedaan identitas kultural dan wilayah geografikal
Kalimantan
Sulawesi
Sumatera
Igloo (masyarakat inuit): adaptasi dalam lingkungan es, dingin,
basah
Tenda (masyarakat baduwi): adaptasi dalam lingkungan berpasir,
kering, panas
Aktivitas maupun kebutuhan hidup
manusia yang sama dapat direspon
dalam bentukan obyek/artifak yang
berlainan,
bergantung dari cara pandang, interaksi
serta proses pemaknaan obyek/artifak
Perlengkapan minum teh - Arab
Perlengkapan minum teh - Jepang
Perlengkapan minum teh - Inggris
Perlengkapan minum teh – Jawa (Indonesia)
Makanan “bertipe” sama (mie, soba, spaghetti, pasta) direspon oleh bentukan obyek/artifak yang berbeda
Bahkan pada masyarakat yang
tinggal relatif “berdekatan”,
obyek/artifak SRD yang dihasilkan
bisa sangat berlainan
Batik Tasik Batik Garut
Batik Cirebon
Perbedaan yang terjadi tidak hanya
pada sifat interaksi fisikal / riil
tetapi juga dimungkinkan pada sifat
interaksi yang bersifat perseptual /
virtual
Contoh: gagasan tentang etika, ruang komunikasi, ruang
interaksi sosial, gagasan tentang keindahan/kecantikan,
dsb
Gagasan untuk menunjukkan keterpisahan ruang
luar-dalam (:: private-public) dapat diwujudkan
secara berbeda
Gagasan tentang “keindahan”
atau kecantikan merupakan
aspek budaya yang bersifat
perseptual
Setiap obyek/artifak (senirupa dan
desain) tidak pernah benar-benar
“terpisah” dengan konteks budaya dari
individu/masyarakat yang “membuat”
maupun yang “menggunakannya”
Big, Complete, Instant (US Products) vs Small, Detailed, Purposeful (Japanese Products)
Simple natural motifs vs Detailed batik motifs Simple-raw food vs Completely-cooked food
Mengapa obyek seni,
desain, dan kriya harus
terlihat atraktif/menarik?
Secara natural (instingtif, biologikal) manusia
cenderung memilih sesuatu yang secara visual
“menarik, atraktif”
Secara psikologikal (perseptual, behavioral) manusia
cenderung menyukai/memilih sesuatu yang secara visual
“menarik, atraktif”
Secara psikologikal (perseptual, behavioral) manusia
cenderung menyukai/memilih sesuatu yang secara visual
“menarik, atraktif”
Bangunan Abu Dhabi
(Concept by Zaha Hadid)
Lemon Juicer
(Phillipe Starck)
Radio kayu Magno
(Singgih S / Temanggung)
Secara natural dan psikologis, manusia
menyukai “keindahan”: sesuatu yang
terlihat menarik, teratur, nyaman,
sesuai, enak, sehat, dsb