dampak penyuluhan partisipatif terhadap …
TRANSCRIPT
DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP PERUBAHAN
SIKAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PETANI MARKISA
DI DESA BATU BELERANG KECAMATAN SINJAI BORONG
KABUPATEN SINJAI
NILMAYANTI
105960096511
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
i
DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP PERUBAHAN
SIKAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PETANI MARKISA
DI DESA BATU BELERANG KECAMATAN SINJAI BORONG
KABUPATEN SINJAI
NILMAYANTI
105960096511
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Strata Satu ( S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap Perubahan Sikap
Pengetahuan dan Keterampilan Petani Markisa Di Desa Batu
Belerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.
Nama : NILMAYANTI
Nim : 105960096511
Program Studi : Agribisnis
Konsentrasi : Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
Fakultas : Pertanian
Disetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Amruddin, S.Pt., M.Si Sitti Arwati, SP., M.Si
Diketahui :
Dekan fakultas Pertanian Ketua Prodi Agribisnis
Ir. Saleh Molla, M.M Amruddin, S.Pt., M.Si
iii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Judul :Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap Perubahan Sikap
Pengetahuan dan Keterampilan Petani Markisa Di Desa Batu
Bulerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.
Nama : NILMAYANTI
Nim : 105960096511
Program Studi : Agribisnis
Konsentrasi : Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
Fakultas : Pertanian
KOMISI PENGUJI :
Nama Tanda Tangan
1. Amruddin, S.Pt., M.Si ________________
KetuaSidang
2. Sitti Arwati, S.P., M.Si ________________
Sekretaris
3. Prof. Dr. Syafiuddin., M.Si ________________
Anggota
4. Asriyanti Syarif, SP ., M.Si ________________
Anggota
Tanggal Lulus :…………………………
iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : Dampak Penyuluhan
Partisipatif Terhadap Perubahan Pengetahuan Sikap Keterampilan Petani
Markisa di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai
adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun . Semua sumber data dan informasi ya dang berasal
atau kutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi
ini.
Makassar, July 2015
Nilmayanti
105960096511
v
ABSTRAK
NILMAYANTI .105960096511. Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap
Perubahan Sikap Pengetahuan dan Keterampilan Petani Markisa di Desa
Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai. Dibawah bimbingan
AMRUDDIN dan SITTI ARWATI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penyuluhan partisipatif
terhadap perubahan Sikap pengetahuan dan keterampilan petani di Desa Batubulerang
Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.
Populasi dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling
dengan jumlah sampel 30 responden diambil adalah 20% dari jumlah populasi 143
yang ada di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai, analisis
data yang digunakan adalah analisis deskriftif kuantitatif.
Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai
Borong Kabupaten Sinjai dapat disimpulkan bahwa dampak penyuluhan partisipatif
dapat meningkatkan sikap pengetahuan dan keterampilan petani tergolong kategori
tinggi memperoleh skor nilai 2,78 dengan alasan karena dilapangan telah terjadi
perubahan sikap pada petani yaitu, petani lebih aktif, mandiri,dan terampil dalam
melakukan usahatani markisa dan karena petani sangat cepat menerima materi yang
diberikan oleh penyuluh pertanian, serta dengan alasan karena keterampilan petani
sudah meningkat dengan adanya penyuluhan pertanian mengenai tehnik berusahatani
markisa yang baik sehingga petani termotivasi untuk mengembangkan usahataninya.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas linpahan dan rahmat dan
hidayah-Nya , sehingga penulis dapat menyelesaikan skeripsi yang berjudul “
Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap Perubahan Pengetahuan Sikap dan
Keterampilan Petani Markisa Di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong
Kabupaten Sinjai “. Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Menyadari keterbatasan
kemanpuan yang penulis miliki,dengan penuh kerendahan hati penulis mengakui
bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis menyampaikan ucapan terimah kasih kepada yang terhormat :
1. Ayahanda Ir. H. Saleh Molla, M.M Selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Amruddin S.Pt, M.Si, Selaku Ketua Jurusan Agribisnis Pertanian,
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Amruddin, S.Pt., M.Si selaku pembimbing I dan Sitti Arwati, SP.,
M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya yang
amat berharga untuk memberikan pengarahan dan petunjuk serta
bimbingan sejak awal penyusunan rencana hingga akhir penyusunan
skripsi ini.
4. Bapak Prof.Dr.Syaifuddin , M.Si dan Ibu Asriyanti Syarif, SP., M.Si
selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dan pikirannya yang
sangat berarti dalam memberikan kritikan dan saran dalam rangka
penyempurnaan skripsi ini.
vii
5. Seluruh dosen, staf dan pegawai dilingkungan jurusan Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah mendidik dan
member ilmu pengetahuan yang begitu berharga kepada penulis selama di
bangku perkuliahan sejak pertama kali menginjak kaki di Universitas
Muhammadiyah Makassar sampai penulis merampungkan tugas akhir ini,
serta terimah kasih kepada staf dan pegawai atas bantuannya selama
penulis menjalani pendidikan khususnya dalam kegiatan administrasi
akademik.
6. Kedua orangtua ayahanda Akmal Dan Ibunda Darmawati dan adik-adikku
tercinta Andi otte dan segenap keluarga besar Andi Baso Kilo yang
senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Keluarga besar mahasiswa agribisnis terkhusus buat angkatan 2011 yang
banyak memberi kesan dan kenangan yang baik suka maupun duka yang
dilalui bersama ,terimah kasih atas doa, dukunganta dansemangat yang
telah di berikan.
8. Sahabatku Vidhil yang selalu ada dikalah susah dan senang sejak awal di
Makassar sampai hari ini Alfiani dan Sitti Nursida Yang Selalu memberi
dukungan dan membantu dalam penyusunan skripsi ini.
9. Seluruh Saudara – Saudaraku di faperta Andi almalik, Suarni serta teman
seperjuanganku Wahyullah dan Andi Nasjuarfan yang telah memberi
motivasi, bantuan dan saran-saran dalam penulisan skripsi ini.
viii
10. Kakanda senior Asrianto SP, Arman SP dan Maman SP yang begitu
banyak memberikan bantuan pengetahuan , arahan , serta saran dalam
penulisan skripsi ini dan juga teman –teman seangkatanku yang selalu
menemani dan memberi dukungan kepada saya Amriani amal, Jabal
Rahmat ,Ika ariana Sr,Vini alfionita, Hajrah, dan Abrar.
Akhir kata penulis ucapkan banyak terimah kasih kepada semua pihak
yang terkait dalam penulisan skripsi ini,semoga karya tulis ini bermanfaat dan
dapat memberikan sumbangan bagi pihak yang membutuhkan .Semoga apa yang
tersaji dalam skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Makassar, 13 Juli 2015
Nilmayanti
iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : Dampak Penyuluhan
Partisipatif Terhadap Perubahan Pengetahuan Sikap Keterampilan Petani
Markisa di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai
adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun . Semua sumber data dan informasi ya dang
berasal atau kutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka
dibagian akhir skripsi ini.
Makassar, July 2015
Nilmayanti
105960096511
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
HALAMAN KOMISI PENGUJI .......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 5
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 6
2.1 Pengertian Penyuluhan ............................................................................ 6
2.2 Pengertian Partisipatif.............................................................................. 7
2.3 Penyuluhan Partisipatif .......................................................................... 13
2.4 Metode Penyuluhan Partisipatif............................................................. 16
2.5 Pengertian pengetahuan ......................................................................... 19
2.6 Sikap ...................................................................................................... 22
x
2.7 Keterampilan ......................................................................................... 26
2.8 Markisa .................................................................................................. 28
2.9 Kerangka Pikir ....................................................................................... 29
III. METODE PENELITIAN ................................................................................ 32
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian................................................................ 32
3.2 Teknik Penentuan Sampel ..................................................................... 32
3.3 Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 32
3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 33
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................. 34
3.6 Definisi Operasional .............................................................................. 35
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN...................................... 37
4.1 letak Geografis ..................................................................................... 37
4.2 Topografi Desa .................................................................................... 37
4.3 Tipe Iklim dan Curah Hujan ................................................................ 38
4.4 Kondisi Demografis ............................................................................ 40
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 43
5.1 Identitas Responden ............................................................................. 43
5.1.1 Umur Petani .......................................................................... 43
5.1.2 Tingkat Pendidikan ............................................................... 44
5.1.3 Pengalaman Berusaha Tani ................................................... 45
5.1.4 Tanggungan Keluarga ........................................................... 46
5.1.5 Luas Lahan Usaha Tani ......................................................... 47
5.2 Dampak Penyuluhan Metode Penyuluhan Partisipatif ......................... 48
xi
5.3 Metode Indera Penerima ...................................................................... 49
5.4Metode Pendekatan Sasaran .................................................................. 51
5.5 Dampak Penyuluhan Partisipatif .......................................................... 51
5.5.1 Sikap Petani Markisa ............................................................. 51
5.5.2 Tingkat Pengetahuan Petani Markisa .................................... 56
5.5.3 Tingkat Keterampilan Petani ................................................. 60
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
1. Tampilan Kusioner ............................................................................................ 68
2. Identitas Responden Di Desa Batubelerang ....................................................... 73
3. Skor Responden Aspek Sikap ........................................................................... 74
4. Skor Responden Aspek Pengetahuan ................................................................ 75
5. Skor Responden Aspek Keterampilan .............................................................. 76
6. Rekapitulasi Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap Perubahan Sikap
Pengetahuan Dan Keterampilan Petani Markisa Di Desa Batubelerang
Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai ..................................................... 77
7. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ...................................................................... 78
xii
DAFTAR TABEL
No Halaman
Teks
1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ....................................... 38
2. Keaddaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan .......................................... 39
3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ................................. 40
4. Sarana Dan Prasarana ................................................................................ 41
5. Identitas Umur Petani Responden ............................................................. 43
6. Identitas Tingkat Pendidikan Responden .................................................. 44
7. Identitas Pengalaman Berusahatani........................................................... 45
8. Identitas Jumlah Tanggungan Keluarga .................................................... 46
9. Luas lahan Usaha Tani .............................................................................. 47
10. Pengetahuan Petani Terhadap Dampak PenyuluhanPartisipatif ............... 53
11. Sikap Petani Terhadap Dampak Penyuluhan Partisipatif.......................... 57
12. Keterampilan Terhadap Dampak Penyuluhan Partisipatif ........................ 60
v
ABSTRAK
NILMAYANTI .105960096511. Dampak Penyuluhan Partisipatif
Terhadap Perubahan Sikap Pengetahuan dan Keterampilan Petani Markisa di Desa
Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai. Dibawah bimbingan
AMRUDDIN dan SITTI ARWATI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penyuluhan
partisipatif terhadap perubahan Sikap pengetahuan dan keterampilan petani di
Desa Batubulerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.
Populasi dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling
dengan jumlah sampel 30 responden diambil adalah 20% dari jumlah populasi
143 yang ada di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai,
analisis data yang digunakan adalah analisis deskriftif kuantitatif.
Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai
Borong Kabupaten Sinjai dapat disimpulkan bahwa dampak penyuluhan
partisipatif dapat meningkatkan sikap pengetahuan dan keterampilan petani
tergolong kategori tinggi memperoleh skor nilai 2,78 dengan alasan karena
dilapangan telah terjadi perubahan sikap pada petani yaitu, petani lebih aktif,
mandiri,dan terampil dalam melakukan usahatani markisa dan karena petani
sangat cepat menerima materi yang diberikan oleh penyuluh pertanian, serta
dengan alasan karena keterampilan petani sudah meningkat dengan adanya
penyuluhan pertanian mengenai tehnik berusahatani markisa yang baik sehingga
petani termotivasi untuk mengembangkan usahataninya.
I.PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional, karenanya isi dan misi pembangunan pertanian dirumuskan dalam
kerangka dan mengacu pada pencapaian visi dan misi pembangunan nasional.
Dalam era otonomi daerah pembangunan pertanian diarahkan pada pertanian
modern yang memiliki ciri: berdaya saing tinggi terutama dipasaran dunia,
bernuansa kerakyatan, berkelanjutan, tersentralisasi, serta mampu meningkatkan
sumberdaya manusia pertanian, dalam rangka pengembangan komoditas unggulan
bermutu tinggi.Visi pembangunan pertanian tersebut akan terwujud apabila
perumusan perencanaan menghasilkan nilai tambah yang berdanpak pada
peningkatan pendapatan petani (Soetomo,2006).
Berdasarkan atas kesadaran itu, maka pembangunan pertanian dalam era
otonomi ini sudah saatnya diselenggarakan dalam prospektif pembangunan
‘tatanan‘ yang dalam konteks ini disebut sebagai pembangunan berdimensi
kemandirian lokal, dimana basisnya adalah pergeseran paradigma sentralisitik
homogenitas ke paradigma koneksitas. Mosher (2003) menyebutkan bahwa
pertanian modern yang berorientasi bisnis memerlukan struktur tatanan yang
progresif yang memiliki sejumlah unsur yang saling terkait, sehingga seluruh
aktifitas yang terjadi didalamnya akan terwujud sebagai suatu kegiatan tunggal.
Pembangunan pertanian yang berbasis pada tatanan atau paradigma
kemandirin lokal adalah wujud pertanian yang tidak akan terpuruk atau berdaya
saing tinggi menghadapi persoalan global, karena dengan tatanan yang kuat ia
2
dapat menghindari tekanan atau dominasi liberalisasi perdagangan. Oleh karena
itu berbagai upaya perlu dipersiapkan dan dilaksanakan antara lain berupa:
pengembalian kepercayaan masyarakat/petani terhadap niat baik dalam
kemampuan pemerintah yang tampil sebagai penggerak utama dalam merancang,
merumuskan berbagai kebijakan yang memihak kepada petani dengan
menyiapkan sumberdaya manusia pertanian yang sesuai dengan fungsi yang akan
diperankan petani sebagai aktor utama,pemerintah atau peneliti, penyuluh, dan
swasta sebagai mitra (Ndraha,T.1999).
Membangun perekonomian petani perlu adanya campurtangan pemerintah,
oleh karena itu dengan adanya penyuluhan patisipatif diharapkan dapat membawa
dampak yang baik dalam perubahan sikap petani sehingga petani dapat
mengelolah hasil usahataninya dengan baik dan mandiri, hal ini karena
meningkatnya pengetahuan petani, sikap dalam merespon serta memiliki
keterampilan yang baik maka dengan sendirinya pendapatan kesejahteraan petani
akan meningkat (Slamet,Y 2000).
Partisipasi masyarakat merupakan suatu prasyarat dan juga sekaligus
menjadi sasaran pelaksanaan pembangunan. Sebagai prasyarat, pembangunan
tidak dapat berlangsung dan mencapai suatu keberhasilan tanpa adanya partisipasi,
dan partisipasi masyarakat yang semakin meningkat, meluas serta berkualitas,
merupakan kondisi yang ingin di capai dalam pembangunan (Arifuddin, 2005).
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan bukan hanya berarti pengerahan
tenaga kerja secara sukarela akan tetapi justru yang lebih penting adalah
tergeraknya masyarakat untuk mau memanfaatkan kesempatan-kesemptan
3
memperbaiki kualitas hidup mereka (Slamet, 2000). Selanjutnya menurut Ndraha
(1999), menyatakan bahwa partisipasi merupakan input sekaligus output
pembangunan. Secara professional, partisipasi dalam pembangunan, akan
meliputi: partisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan
pembangunan, partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan dan
partisipasi dalam penilaian hasil-hasil pembangunan.
Kegiatan penyuluhan pertanian yang bersifat pendekatan partisipatif sudah
seharusnya menjadi pilihan pada masa desentralisasi ini. Pendekatan penyuluhan
partisipatif menekankan pada upaya menggalang partisipasi masyarakat untuk
bersatu padu dalam pembangunan yang diarahkan dengan model perencanaan dari
bawah. Pembangunan pertanian partisipatif ini menghendaki perluasan
desentralisasi dan penyebaran aktor pembangunan pertanian sehingga pertanian
lebih berperan. Melalui penyuluhan partisipatif diharapkan petani memiliki
pengaruh atau kontrol terhadap program penyuluhan sehingga, penyuluhan
pertanian dapat mengakomodasi kebutuhan petani dan mampu mengantisipasi
keberagaman masyarakat.
Di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai kegiatan
penyuluhan pertanian dengan menggunakan metode partisipatif sudah dimulai
sejak tahun 2003. Pada tahun-tahun sebelumnya khususnya diera orde baru,
metode penyuluhan yang digunakan di desa tersebut masih menggunakan metode
konvensional yang dicanangkan oleh pemerintah. Berdasarkan konsep penyuluhan
partisipatif yang berorentasi kepada kebutuhan petani serta memberikan ruang
bagi petani untuk berpartisipasi aktif dalam merencanakan, melaksanakan, dan
4
mengevaluasi program-program penyuluhan, maka diharapkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap petani dapat berubah menjadi lebih baik dan maju. Adanya
metode penyuluhan partisipatif juga diharapkan mempunyai dampak positif
terhadap tujuan sosiologis (pengetahuan, sikap, keterampilan) maupun tujuan
ekonomis (peningkatan pendapatan dan keuntungan usahatani).
Keterampilan adalah merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam
meningkatkan usahatani dan perekonomian petani, Secara universal di Desa
Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai keterampilan petani
masih kurang, hal ini dapat dilihat dari pengunaan mesin produksi dan pola tanam
yang masih monoton atau hanya beberapa farietas saja. Pengetahuan adalah suatu
hal yang sangat mendasar bagi petani dalam mengelola usahataninya karena
dengan pengetahuan sangat dibutuhkan dalam peningkatan perekonomian petani,
dari segi pengetahuan petani yang ada di Desa Batubulerang Kecamatan Sinjai
Borong Kabupaten Sinjai masih banyak petani yang memiliki tingkat pendidikan
pada jenjang SD, sehingga sikap dalam merespon inovasi-inovasi baru sangat
lamban.
Semua desa yang ada di Kecamatan Sinjai Borong, desa Batubulerang yang
kegiatan penyuluhan pertanian dengan menggunakan metode partisipatif, dimana
pada desa tersebut terdapat petani yang terlibat di dalamnya. Berdasarkan uraian
tersebut maka dianggap penting untuk melakukan penelitian dengan judul
Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap Perubahan Sikap Petani Di Desa
Batubulerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.
5
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut : bagaimana dampak penyuluhan partisipatif terhadap perubahan sikap
pengetahuan dan keterampilan petani markisa di Desa Batubelerang Kecamatan
Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini : Untuk
mengetahui Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap Perubahan Sikap
Pengetahuan dan Keterampilan Petani Markisa di Desa Batubelerang
Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.
b. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Bahan masukan bagi pemerintah untuk perumusan kebijakan baru dalam
penentuan program, penyusunan materi dan pengunaan metode
penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan petani setempat.
2. Bahan masukan bagi petugas lapangan dalam penyusunan dan evaluasi
program penyuluhan partisipatif.
3. Bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan
judul penelitian.
II .TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Penyuluhan
Reorientasi penyuluhan, mengharapkan penyuluh pertanian memiliki
peran strategis, yaitu menjadi jembatan (moderator dan fasilitator) antara
pemerintah, swasta,masyarakat petani, stakeholders, dan lain-lain. Selanjutnya
penyuluh pertanian juga diharapkan mampu berkontribusi positif, dalam
pelaksanaan pembangunan nasional, serta mampu mewujudkan perekonomian
nasional yang sehat, mempunyai kemampuan bersaing dalam kancah perdagangan
internasional, dan mampu mewujudkan kemampuan daerah untuk mengelola
pembangunan yang hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat luas
(Padmowihardjo, S. 2000).
Penyuluhan pertanian yang secara umum dimaknai sebagai kegiatan
menyebarluaskan informasi dan teknologi pertanian serta membimbing petani di
Indonesia telah mengalami masa keemasan dan kesuraman. Dinamika penyuluhan
pertanian bergerak sejalan dengan dinamika perubahan sosial, politik dan
ekonomi nasional. Ketika kebijakan nasional memberi prioritas yang tinggi pada
pembangunan pertanian maka aktivitas penyuluhan berkembang dengan sangat
dinamis, dan sebaliknya ketika prioritas pembangunan pertanian tidak menjadi
agenda utama maka penyuluhan pertanian mengalami masa suram dan stagnasi.
(Kartasapoetra, 1988)
Menurut Padmowihardjo,(2000) Menyatakan bahwa penyuluhan pertanian
adalah sistem pendidikan di luar sekolah (non formal), bagi petani dan
7
keluarganya agar berubah perilakunya untuk bertani lebih baik (better farming),
berusahatani lebih menguntungkan (better bussines), hidup lebih sejahtera (better
living), dan bermasyarakat lebih baik (better community) serta menjaga
kelestarian lingkungannya (better environment).
Menurut Soedijanto (2004) penyuluhan pertanian adalah proses
pembelajaran bagi petani dan keluarganya serta pelaku usaha pertanian lainnya
agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses pasar, tehnologi, permodalan dan sumber daya lainnya sebagai upaya
untuk meningkatkan produktifitas, efesiensi usaha, pendapatan dan
kesejahteraannya.
2.2 Pengertian Partisipatif
Partisipatif dalam kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai keikutsertaan
atau peran serta atau keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan. Berdasarkan
kamus sosiologi, partisipasi dalah setiap proses indentifikasi atau menjadi peserta
suatu proses komunikasi atau merupakan kegiatan bersama dalam situasi sosial
tertentu (Soekanto,2003). Menurut FAO dalam Nasriati (2002), partisipasi adalah
pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan staf yang melakukan
persiapan, pelaksanaan, onitiring agar memperoleh informasi mengenal konteks
lokal dan dampak-dampak sosial. Sedangkan menurut Cristovao dalam Nasriati
(2002), partisipatif adalah keterlibatan orang dalam refleksi dan tindakan, suatu
proses pemberdayaan aktif dala pembuatan keputusan di seluruh program, dan
akses serta control atas sumberdaya dan lembaga.
8
Partisipasi memiliki konotasi yang berbeda-beda untuk berbagai orang
sebagaimana terumus dalam pokok-pokok berikut.
1. Sikap kerja sama petani dalam pelaksanaan program - program dengan
cara menghadiri rapat - rapat penyuluhan, mendemostrasikan metode
baru untuk usaha tani mereka, mengajukan pertanyaan pada agen
penyuluhan.
2. Pengorganisasian kegiatan-kegiatan penyuluhan kelompok-kelompok
petani, seperti pertemuan-pertemuan tempat agen penyuluhan
memberikan ceramah, mengelolah kursus-kursus demonstrasi,
menerbitkan surat kabar tani yang ditulis oleh agen penyuluhan dan
peneliti untuk petani.
3. Menyediakan informasi yang diperlukan untuk merencanakan program
penyuluhan efektif.
4. Petani atau para wakilnya berpartisipasi dalam organisasi jasa
penyuluhan dalam pengambilan keputusan mengenai tujuan, kelompok
sasaran, pesan-pesan dan metode dan dalam evaluasi kegiatan.
5. Petani atau organisasinya membayar seluruh atau sebagian biaya yang
dibutuhkan jasa penyuluhan.
6. Supervisi agen penyuluhan oleh anggota dewan organisasi petani yang
memperkerjakannya.
Alasan mengapa petani dianjurkan berpartisipasi dalam keputusan-
keputusan yang berkaitan dengan program penyuluhan.
9
1. Mereka memiliki informasi yang sangat penting untuk merencanakan
program yang berhasil, termasuk tujuan, situasi, pengetahuan serta
pengalaman mereka dengan teknologi dan penyuluhan, serta struktur
sosial masyarakat mereka.
2. Mereka akan lebih termotivasi untuk bekerja sama dalam program
penyuluhan jika ikut bertanggung jawab didalamnya.
3. Masyarakat yang demokratis secara umum menerima bahwa rakyat
yang telibat berhak berpartisipasi dalam keputusan mengenai tujuan
yang ingin mereka capai.
4. Banyak permasalahan pembangunan pertanian, seperti pengendalian
erosi tanah perolehan sistem usaha tani yang berkelanjutan dan
pengelolaan pendekatan komersial pada pertanian, tidak mungkin lagi
dipecahkan dengan pengambilan keputusan perorangan. Partisipasi
kelompok sasaran dalam keputusan kolektif sangat dibutuhkan.
Bentuk partisipasi mencakup (1) menjadi anggota kelompok masyarakat,
(2) melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok, (3) melibatkan diri pada
kegiatan organisasi, (4) menggerakkan sumberdaya masyarakat, (5) mengambil
bagian dalam proses pengambilan keputusan, dan (6) memanfaatkan hasil-hasil
yang telah dicapai dari kegiatan masyarakat. Partisipatif masyarakat merupakan
faktor penting dalam pembangunan, sehingga hampir semua negara mengakui
adanya kebutuhan akan partisipasi dalam semua proses pembangunan. Hal ini
terlihat dengan munculnya konsep pembangunan dari bawah yang melibatkan
10
peran serta masyarakat muncul dengan konsep bottom-up yang mengimbangi
model top down (Soekanto, 2003).
Konsep tersebut merupakan konsep elemen dasar Dari suatu strategi
pembangunan yang lebih luas yang bertujuan untuk mencapai suatu transformasi
pedesaan berdasarkan nilai-nilai yang terpusat pada manusia. Model
pembangunan yang terpusat pada rakyat memberikan peran warga masyarakat
bukan hanya sebagai subyek melainkan sebagai aktor yang menentukan tujuan
sendiri, menguasai sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan satu
hal yang harus diingat dalam bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Pelatihan partisipatif hanya merupakan upaya percepatan dan pemberian
arah yang lebih tajam dari proses alamiah tersebut yaitu mempercepat terjadinya
perubahan, pertumbuhan dan perkembangan dalam pengetahuan keterampilan dan
sikap. Sehingga proses peningkatan kemampuan berkelompok secara dinamis
harus dapat menggali dan memperkuat potensi yang ada didalam diri manusia.
Selain itu juga mampu memberikan pengalaman belajar lansung yang dapat
mempengaruhi otak sebagai sumber intelegensia dan jiwa, sebagai sumber
persaan dan raga, serta sebagai sumber karya ( keterampilan).
Inti dari pelatihan partisipatif adalah belajar, artinya semua kegiatan yang
dilakukan serta semua atau sarana yang disediakan pada dasarnya ditujukan agar
seseorang benar-benar belajar. Seseorang dapat dikatakan belajar manakala
melibatkan aktivitas jasmani maupun rohani sekaligus dan kegiatan tersebut
dilakukan secara sadar. Sebagai contoh, seseorang sedang mencoba buku,
11
mencoba memahami, berfikir dan membuat catatan kecil dapat dikatakan sedang
belajar .
Pelatihan partisipatif seringkali memakai permainan dinamika kelompok
sebagai mtode pendekatannya (Nuraeni & Suwandi, 2007). Permainan dinamika
kelompok merupakan suatu penyajian bahan latihan melalui bentuk “permainan”
yang Dilakukan oleh sekelompok peserta selama proses permainan setiap peserta
dapat mengamati, menghayati, dan setelah dilakukan diskusi diantara mereka bisa
ditarik suatu pelajaran atau hikmah dari permainan tersebut. Pada dasarnya,
permainan dinamika kelompok bertujuan untuk : (1) meningkatkan kesadaran
pada peserta tentang perlunya pengembangan sikap dan keterampilan tertentu ; (2)
menyajikan bahan latihan secara menyenangkan agar mengurangi ketegangan ;
dan (3) memperkenalkan aspek tertentu dalam materi yang dibahas.
Ada empat kegiatan yang menunjukan kegiatan partisipatif masyarakat
dalam pembangunan yaitu: (1) partisipasi dalam pengambilan keputusan, (2)
partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, (3) partisipasi dalam monitoring dan
evaluasi pemabangunan, dan (4) partisipasi dalam pemanfaatan hasil-hasil
pembangunan. Pernyataan tersebut sejalan dengan indikator partisipasi dalam
kegiatan pembangunan meliputi tiga hal yaitu: (1) peluang ikut serta menentukan
kebijakan pembangunan, (2) peluang untuk melaksanakan rencana pembangunan,
(4) peluang menilai hasil pembangunan (Sayogya, 2004).
Perbedaan Latihan konvensional dan latihan partisipatif :
Latihan Konvensional tediri dari, pelatih menyusun tujuan sebagai
pedoman latihan, posisi pelatih dipandang melebihi peserta, pelatih memeajat ta
12
decahkan masalah yang timbul secara personal sehingga kesimpulan dan tindak
lanjut dibuat oleh pelatih, pelatih bertindak sebagai pengarah dan pengawas
kelompok belajar, pelatih menggunakan setiap kesempatan untuk
mengaktualisasikan kemampuanya secara optimal sedangkan peserta sebagai
saksi. Sedangkan latihan partisipatif terdiri dari perumusan tujuan bersama antara
pelatih dan peserta, posisi pelatih dan peserta sederajat, pelatih menciptakan
kesempatan agar peserta menyumbangkan pendapat ,memberikan pemikiran
terbuka dan, membuat kesimpulan bersama, menjadi anggota pembimbing dan
pendorong kelompok belajar dan pelatih member kesempatan seluas-luasnya
kepada setiap individu untuk mengaktualkan dirinya secara penuh. (Wildan
Zulkarnain,2013)
Paradigma baru dalam pengembangan masyarakat desa sangat diperlukan
dalam era reformasi agar lebih bermakna dan berwawasan jauh ke depan.
Paradigma baru tersebut adalah paradigma yang mengutamakan penggalian
potensi swadaya dan partisipasi masyarakat dalam membangun dirinya sendiri
(Mubyarto, 2003)
Menurut Stahi dalam Muhajir (2001) bila masyarakat memahami maksud
dan lingkup suatu inovasi (program pembangunan) maka partisipasinya dalam
pengambilan keputusan, akan meningkat. Tingakat pendidikan masyarakat
berpengaruh terhadap partisipasi pada tahap perencanaan dan pengambilan
keputusan, serta partisipasi masyarakat akan lebih besar, jika pembangunan yang
dilakukan mempunyai keterkaitan dengan mata pencaharian mereka.
13
Kesadaran partisipasi dipengaruhi oleh tingkat pemahaman atas obyek
partisipasi (program pembangunan). Oleh sebab itu, masyarakat perlu diberi
pengertian dan pemahaman tentang obyek partisipasi termasuk cara aktivitas
partisipasi itu dilaksanakan (Anonim, 1999).
2.3 Penyuluhan Partisipatif
Penyuluhan pertanian sebagai bagian dari sistem pembangunan pertanian
merupakan upaya membangun kemampuan masyarakat secara persuasive edukatif
yang dilakukan melalui proses belajar mengajar, dan penyediaan jasa pendidikan
pertanian. Tujuan utama penyuluhan pertanian adalah membantu petani agar
mampu menolong dirinya sendiri dengan menerapkan kaidah-kaidah penyuluhan
pertanian yang bertumpu pada pemberdayaan kekuatan, kapasitas, dan
kemampuan yang tumbuh dari bawah, tanpa mengabaikan arah, kebijaksanaan,
dan misi pembangunan pertanian. Pendekatan alih teknologi atau pendekatan
penyuluhan exstension appoach diartikan sebagai suatu model aksi yang terdapat
didalam sebuah system tertentu, yang menyangkut aspek struktur, kepemimpinan,
program, sumberdaya, serta keterkaitannya. Secara operasional sebuah
pendekatan penyuluhan mempersoalkan bagaimana pemilihan petani yang
dijadikan target audience, bagaimana pemenuhan sumberdaya, sekaligus
alokasinya. Introduksi apa yang akan dipilih, serta perkiraan hasil dampak
kegiatan penyuluhan itu senduri nantinya (Nasriati, 2002).
Pengertian penyuluhan pertanian pada hakekatnya adalah suatu system
pendidkan non formal bagi petani dan keluarganya dengan cara belajar sambil
berbuat learning by doing untuk mengubah perilakunya sehingga mereka tahu,
14
mau, dan mampu memecahkan persoalan –persoalan dihada (baik secara sendiri
maupun bersama) guna terus memajukan usahatani dan menaikan jumlah, mutu,
macam jenis serta nilai produksi untuk menaikkan pendapatan yang lebih
bermanfaat bagi dirinya, keluarganya serta kesejahteraan pada umumnya
(Anonim, 2002).
Metode dan konsep penyuluhan partisipatif diperkenalkan dan
dikembangkan karena selama ini praktek penyuluhan pertanian kurang melibatkan
partisipasi aktif petani. Melaui penyuluhan pertanian partisipatif diharapkan petani
memiliki pengaruh atau control terhadap program penyuluhan, sehingga
penyuluhan pertnian dapat mengakomodasi kebutuhan petani dan mampu
mengantisipasi keberagaman masyarakat tani Indonesia. Dengan demikian
pengertian penyuluhan pertanian partisipatif adalah suatu sistem pendidikan non
formal bagi petani yang berorientasi kepada kebutuhan petani serta memberi
ruang kepada petani untuk berpartisipasi aktif dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi program-program penyuluhan (Slamet, 2000).
Tujuan penyuluhan pertanian partisipatif adalah untuk mengubah perilaku
petani dan keluarganya. Perubahan perilaku yang dikehendaki dari hasil
penyuluhan pertanian tersebut adalah:
1) Perubahan tingkat pengetahuan petani terutama mengenai ilmu teknis
pertanianan ilmu mengelola usahatani.
2) Perubahan dalam keterampilan teknis pertanian yang lebih baik serta
keterampilan dalam mengelola usahatani yang lebih efisien.
15
3) Perubahan mengenai sikap yang lebih progresif dan motivasi tindakan yang
lebih rasional.
Berdasarkan tujuan tersebut dapat dilihat bahwa penyuluhan pertanian
sebagai wahana pendidikan mempunyai tujuan sosiologis (perubahan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dan tujuan ekonomis (berupa peningkatan
pendapatan dan keuntungan usaha tani). Dari tujuan tersebut menunjukan bahwa
ruang lingkup penyuluhan pertanian partisipatif cukup luas seperti yang
dikemukakan dengan istilah-istilah:
1) Better farming (bertani yang lebih baik) yaitu dengan menerapkan prinsip-
prinsip intensifikasi pertanian dan diversifikasi horizontal serta prinsip
pelestarian sumberdaya alam.
2) Better business (berusahatani yang lebih menguntungkan) yaitu dengan
menerapkan dasar-dasar pengelolaan usahatani yang efisien.
3) Better living (hidup yang lebih sejahtera) yaitu dengan menerapkan dasar
tatalaksana rumah tangga petani secara baik.
Usaha pencapaian tujuan-tujuan tersebut dalam penyuluhan pertanian
partisipatif harus sesuai dengan kebutuhan petani bukan kebutuhan pihak-pihak
lain ataupun kebutuhan yang dipaksakan bagi petani. Artinya dalam penyuluhan
pertanian partisipatif terjadinya perubahan perilaku petani bukan karena paksaan
tetapi karena swakarsa petani dalam memecahkan persoalan-persoalan yang
dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. ( Slamet,2000 )
16
2.4 Metode Penyuluhan Partisipatif
Metode penyuluhan merupakan cara penyampaian materi penyuluhan
pertanian melalui saluran atau media komunikasi oleh penyuluh pertanian kepada
petani agar mereka bisa dan membiasakan diri menggunakan teknologi baru,baik
secara lansung maupun tidak lansung. (Van den Ban dan Hawkins 1999)
Metode penyuluhan partisipatif yaitu masyarakat berpartisipasi secara
interaktif ,analisis – analisis dibuat secara bersama dan akhirnya membawa
kepada suatu rencana tindakan . Partisipasi disini menggunakan proses
pembelajaran yang sistematis dan terstruktur melibatkan metode – metode
multidisiplin . (Suwandi,2006)
Metode penyuluhan partisipatif dapat digolongkan sesuai dengan macam –
macam pendekatan :
1. Dari segi komunikasi
Dari segi komunikasi dapat digolongkan ke dalam 2 golongan yaitu :
a. Metode penyuluhan lansung (Direct Communication) dalam hal ini
penyuluh lansung berhadapan muka dengan sasaran umpannya .
b. Metode penyuluhan tidak lansung (Inderect Communication)
dalam, hal ini penyuluh tidak lansung berhadapan secara tatap
muka dengan sasaran, tetapi dalam menyampaikan pesannya
melalui perantara (media).
2. Berdasarkan indera penerima
Adapun penggolongan metode berdasarkan indera penerima
17
a. Metode yang di laksanakan dengan penglihatan atau visual yaitu
pesan diterima melalui penglihatan misalnya penempelan poster,
pemutaran film dan pemutaran slide.
b. Metode yang dilaksanakan dengan pendengaran atau audio yaitu
disampaikan melalui indera pendengaran, misalnya dari siaran
radio, telpon dan lain – lain.
c. Metode audiovisual yaitu metode yang dapat diterima melalui
indera penglihatan dan pendengaran , misalnya siaran televisi,
3. Berdasarkan pendekatan kepada sasaran
a. Metode berdasarkan pendekatan perseorangan
Dalam metode ini penyuluh berhubungan secara lansung dengan
sasarannya dengan cara perorangan, metode perorangan atau personal
approach menurut kartasaputra (Setiana,2005) sangat efektif digunakan
dalam penyuluhan karena sasaran dapat secara lansung memecahkan
masalahnya dengan bimbingan khusus dari penyuluh. Adapun jika dilihat
dari segi jumlah sasaran yang ingin dicapai, metode ini kurang efektif
karena terbatasnya jangkauan penyuluh untuk pendekatan mengunjungi
dan membimbing sasaran secara individu . Metode pendekatan individu
akan lebih tepat digunakan dalam mendekati tokoh – tokoh masyarakat
yang berpengaruh ataupun pada golongan petani atau peternak yang
menjadi panutan masyarakat setempat.
Menurut Van den Ban dan Hawkins (1998), metode pendekatan
perorangan pada hakikatnya adalah paling efektif dan intensif disbanding
18
metode lainnya, namun karena berbagai kelemahan didalamnya, maka
pendekatan ini jarang diterapkan pada program – program penyuluhan
yang membutuhkan waktu yang relatif cepat .
b. Metode berdasarkan pendekatan kelompok
Dalam metode pendekatan kelompok , penyuluh berhubungan
dengan sasaran penyulhuhan secara kelompok. Metode pendekatan
kelompok atau group approach menurut Kartasaputra (Setiana,2005)
cukup efektif dikarenakan petani dibimbing dan diarahkan secara
kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan yang lebih produktif atas
dasar kerja sama, dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang
dapat diambil , disamping dari transfer teknologi informasi juga terjadiny
tukr pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam
kelompok yang bersangkutan.
c. Metode berdasarkan pendekatan massal
Metode pendekatan massal atau mass approach, sesuai dengan
namanya metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah yang
cukup banyak . Dipandang dari segi penyampaian informasi , metode ini
cukup baik namun terbatas hanya dapat menimbulkan kesadaran dan
keingintahuan semata . Hal ini disebabkan karena pemberi dan penerima
pesan cenderung mengalami proses selektif saat menggunakan media
massa sehingga pesan yang disampaikan mengalami distorsi. (Van den
Ban dan Hawkins, 1999) . Termasuk dalam metode pendekatan massal
19
antara lain adalah rapat umum, siaran radio, kampanye, pemutaran film,
penyebaran leaflet , folder atau poster, surat kabar dan lain sebagainya.
2.5 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, dan telinga). Deng
an sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan
tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan
penglihatan. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas yang
berbeda-beda. ( Pendit, Putu Laxman,2001)
Menurut Pendit (2001) secara garis besar pengetahuan dibagi atas 6
tingkatan yaitu.
1. Pengetahuan (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa
orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan.
2. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan
secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
20
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui
tersebut pada situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan,
kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam
suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang
itu sudah sampai tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah membedakan
atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram terhadap pengetahuan
atas objek tersebut.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan
sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-
norma yang berlaku di masyarakat.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
21
responden. Wawancara dilakukan dengan bercakap-cakap secara langsung dengan
responden atau tidak berhadapan langsung dengan responden (misalnya melalui
telepon). Angket berupa formulir yang berisi pernyataan yang diajukan secara
tertulis pada sekumpulan orang untuk mendapatkan keterangan.
Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman
inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori.
Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi
yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga
dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat
melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek
empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman
pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih
untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan
tentang manajemen organisasi, (Munir, 2001).
Spencer, (1996) membagi sejarah peradaban manusia dalam tiga
gelombang yaitu era pertanian, era industri dan era informasi. Dalam era pertanian
faktor yang menonjol adalah Muscle (otot) karena pada saat itu produktivitas
ditentukan oleh otot. Dalam era industri, faktor yang menonjol adalah Machine
(mesin), dan pada era informasi faktor yang menonjol adalah Mind (pikiran,
pengetahuan). Pengetahuan sebagai modal mempunyai pengaruh yang sangat
besar dalam menentukan kemajuan suatu organisasi. Dalam lingkungan yang
sangat cepat berubah, pengetahuan akan mengalami keusangan oleh sebab itu
perlu terus menerus diperbarui melalui proses belajar.
22
2.6 Sikap
Sikap adalah respon tertutup seseoramg terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (
senang - tidak senang, setuju - tidak setuju, baik – tidak baik, dan sebagainya ).
Soekanto, (2003 ) mendefinisikan sangat sederhana, yakni bahwa sikap itu
sindroma atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga
sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yamg lain.
Hays, (1987), salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan
tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
perilaku atau tindakan (reaksi tertutup).
Mitchell, (1990) mengemukakan definisi sikap sebagai keseluruhan
kecenderungan dan perasaan, curiga atau bias, asumsi-asumsi, ide-ide, ketakutan-
ketakutan, tantangan-tantangan dan keyakinan-keyakinan manusia mengenai topik
tertentu. Sikap adalah predisposisi atau kecenderungan yang dipelajari seseorang
individu untuk merespon secara positif atau negatif dengan intensitas yang
moderat dan atau memadai terhadap objek, situasi, konsep atau orang lain.
Definisi yang dikemukakan Aiken ini sudah lebih aktif dan operasional, baik
dalam hal mekanisme terjadinya maupun intensitas dari sikap itu sendiri.
Predisposisi yang diarahkan terhadap objek diperoleh dari proses belajar.
23
Pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting
dalam pembentukan sikap. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai
tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut (Siagian, 1999)
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus
yang diberikan (objek).
2. Menanggapi (responding)
Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaan atau objek yang dihadapi.
3. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai positif
terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan
bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain dan bahkan
mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap
apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu
berdasarkan keyakinannya,dia harus berani mengambil risiko bila ada orang lain
yang mencemoohkan atau adanya risiko lain.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.
Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara
langsungjuga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan
24
menggunakan kata”setuju” atau ”tidak setuju” terhadap pertanyaan terhadap
objek tertentu ( Irmawati, 2000)
Nilai dan mentalitas dalam banyak hal ditentukan oleh sesuai atau tidak
sesuainya perbuatan sesorang itu dengan pengetahuan dan keyakinannya. Bila
perbuatan atau sikap orang tersebut sesuai dengan pengetahuan dan keyakinannya,
mentalitasnya dinilai baik(terpuji) karena orang itu telah bersikap sungguh-
sungguh dan seadanya. Akan tetapi, tidak semua perbuatan yang dilakukan orang
yang bermental baik itu betul, bisa saja karena kurang pengetahuan, apa yang
dilakukannya itu berada pada pihak yang salah. Jadi, dalam hal ini yang dinilai
bukan hasil dari perbuatan itu, tetapi perbuatan itu sendiri. Perbuatan yang tidak
sengaja tidak tergolong perbuatan yang menjatuhkan sikap mental, tetapi dapat
mengurangi kualitas sumber daya (Lubis, 2005).
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau obyek (Soekidjo N, 2003). Newcomb dalam Notoatmodjo
(2003) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, dan bukan merupakan pelaksanan motif tertentu. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan “pre-
disposisi” tindakan atau reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka..Sikap
adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi terhadap suatu obyek, memihak atau
tidak memihak yang merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan
(afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposi tindakan (konasi) seseorang terhadap
suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Saifudin A, 2005).
25
Komponen Sikap Menurut Azwar (2005), komponen-komponen sikap
adalah
1) Kognitif
Kognitif terbentuk dari pengetahuan dan informasi yang diterima yang
selanjutnya diproses menghasilkan suatu keputusan untuk bertindak.
2) Afektif
Menyangkut masalah emosional subyektif sosial terhadap suatu obyek,
secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki
terhadap suatu obyek.
3) Konatif
Menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang
ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang
dihadapinya.
Macam – macam sikap Menurut Heri Purwanto (1998) :
1) Sikap Positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi dan
mengharapkan obyek tertentu.
2) Sikap negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci dan tidak menyukai obyek tertentu.
2.7 Keterampilan
Keterampilan merupakan pengetahuan eksperiensial yang dilakukan secara
berulang dan terus-menerus secara terstruktur sehingga membentuk kebiasaan dan
kebisaan baru seseorang. Jadi akhirnya yang disebut dengan kekuatan (strengths)
kita yang dapat menjadikan kita yang terbaik dalam bidang tertentu adalah
26
gabungan dari adanya bakat, pengetahuan yang memadai, dan keterampilan
karena berlatih secara konsisten dalam jangka panjang. Masalahnya adalah
banyak dari kita tidak mengetahui apa sebenarnya bakat atau kekuatan
kita. (Soetomo,2006) Istilah keterampilan sulit untuk didefinisikan dengan suatu
kepastian yang tidak dapat dibantah.
Keterampilan dapat menunjuk pada aksi khusus yang ditampilkan atau pada
sifat di mana keterampilan itu dilaksanakan. Banyak kegiatan dianggap sebagai
suatu keterampilan, atau terdiri dari beberapa keterampilan dan derajat penguasan
yang dicapai oleh seseorang menggambarkan tingkat keterampilannya.
Definisi keterampilan adalah kelebihan atau kecakapan yang dimiliki oleh
seseorang untuk mampu menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitasnya dalam
mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. sumber lain mengatakan keterampilan
yaitu kemampuan seseorang untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan
kreatifitasnya dalam mengerjakan, mengubah, menyelesaikan ataupun membuat
sesuatu menjadi lebih bermakna sehngga menghasilkan sebuah nilai dari hasil
pekerjaan tersebut.
Jika memperhatikan kondisi dari kedua hal yang digambarkan di atas, maka
istilah 'keterampilan' tersebut harus didefinisikan dengan dua cara. Pertama,
dengan menganggapnya sebagai kata benda, yang menunjuk pada suatu kegiatan
tertentu yang berhubungan dengan seperangkat gerak yang harus dipenuhi syarat-
syaratnya agar bisa disebut suatu keterampilan. Kedua, dengan menganggapnya
sebagai kata sifat. Yang sudah dilakukan orang selama ini dalam kaitannya
27
dengan istilah keterampilan baru terbatas pada penjabaran definisi dalam konteks
yang terakhir.
Schmidt (1991) mencoba menggambarkan definisi keterampilan tersebut
dengan meminjam definisi yang diciptakan oleh E.R. Guthrie, yang mengatakan
bahwa: "Keterampilan merupakan kemampuan untuk membuat hasil akhir dengan
kepastian yang maksimum dan pengeluaran energi dan waktu yang minimum."
Sedangkan Singer (1980) menyatakan bahwa "keterampilan adalah derajat
keberhasilan yang konsisten dalam mencapai suatu tujuan dengan efisien dan
efektif."
Sebagai kesimpulan, seperti dinyatakan oleh Schmidt, keterampilan pada
dasarnya merupakan upaya untuk mencapai tujuan-tujuan yang berhubungan
dengan lingkungan dengan cara:
• memaksimalkan kepastian prestasi.
• meminimalkan pengeluaran energi tubuh dan energi mental, dan
• meminimalkan waktu yang digunakan
Karakteristik dimaksud adalah untuk mengklasifikasikan keterampilan
menjadi beberapa macam dan kelas. Pengkelasan dilakukan untuk membantu para
peneliti dan pendidik untuk keperluan penelitian atau pengajarannya. Dengan
mengetahui perbedaan-perbedaan dalam keterampilan tersebut, maka akan
mudahlah bagi pendidik untuk membuat pentahapan pembelajarannya. Setiap
sistem klasifikasi didasarkan pada hakikat umum dari keterampilan gerak
dikaitkan dengan aspek-aspek spesifik dari keterampilan tersebut. Setidaknya ada
empat karakteristik yang dapat dikemukakan di sini, yaitu dilihat dari atau
28
dikaitkan dengan: 1) stabilitas lingkungan, 2) cara tugas tersebut dilakukan, dan 3)
ketepatan gerakan yang dimaksud. 4) relativitas pentingnya elemen gerak dan
kognitif (Soetomo, 2006)
2.8 Markisa
Markisa merupakan salah satu jenis buah yang memiliki potensi yang bagus
dan yang layak di usahakan secara komersial sebagai komuditas unggulan
agribisnis.Buah markisa dimanfaatkan sebagai bahan baku industri minuman sirup
dan jus yang memiliki prospek pasar baik dalam Negeri maupun luar Negeri, buah
markisa adalah salah satu dari banyak buah yang berkembang diwilayah tropis
dan subtropis dan buah markisa adalah flora yang bersifat tahunan dengan batang
menjalar dan dibudidayakan untuk dikomsumsi buahnya .Buah ini disebut sebagai
passiflora edulis dalam bahasa latin dan merupakan tanaman asli Amerika Selatan,
buah ini juga banyak berkembang di Indonesia.Rasanya yang asam bercampur
manis memberikan cita rasa yang nikmat. Buah ini cukup disukai selain rasanya
yang khas karena manfaatnya yang baik untuk kesehatan tubuh manusia.
Manfaatnya yang cukup besar menjadi daya tarik masyarakat untuk
menkomsumsi buah ini,markisa memiliki nutrisi berupa vitamin yang sangat
tinggi, sehingga sangat baik di komsumsi sebagai pemeliharaan daya tahan
tubuh.( Admin 2012)
Di Indonesia terdapat dua jenis markisa,yaitu markisa ungu (Passiflora
edulis) yang tumbuh didaratan tinggi, dan markisa kuning (Passiflora flavicarva)
yang tumbuh di daratan rendah, tanaman markisa dapat tumbuh diberbagai jenis
tanah, terutama pada tanah yang gembur, tanaman markisa biasanya tumbuh dari
29
biji. Bibit yang diperoleh untuk memperoleh bibit yang baik dari biji, diperlukan
buah yang matang dipohon berwarna kekuning-kuningan atau kira-kira 60 %
kuning untuk jenis P. Flavicarva. Buah tersebut dipetik langsung dari pohon
kemudian disimpan selama satu atau dua minggu sampai buak berkerikut dan
matang sempurna sebelum bijinya dikeluarkan. Bila biji segera disemaikan, maka
akan berkecambah Selma 2-3 minggu. Bila lendir yang meletak pada biji
dibersihkan dan disimpan akan menurunkan daya kecambah, persemaian dapat
dilakukan pada bak-bak pesemian atau bedengan, tergantung kebutuhan.( Rahmat
rukmana, 2010)
2.9 Kerangka Pikir
Reorientasi penyuluhan pertanian yaitu memiliki peran strategis, yakni
menjadi jembatan (moderator dan fasilitator) antara pemerintah, swasta,
masyarakat petani, stakeholders, dan lain-lain. Penyuluhan pertanian partisipatif
adalah suatu sistem pendidikan non formal bagi petani yang berorientasi kepada
kebutuhan petani serta memberi ruang kepada petani untuk berpartisipasi aktif
dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program-program
penyuluhan.
Petani adalah individu yang melaukan suatu kegiatan usahataninya. Usaha
tani yang dimaksud adalah berupa usaha yang dilakukan oleh petani dalam
mengelolah hasilnya dengan segala pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan
sikap yang dimilikinya. Kegiatan yang menunjukan partisipatif masyarakat dalam
pembangunan pertanian yaitu: (1) partisipasi dalam pengambilan keputusan, (2)
partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, (3) partisipasi dalam monitoring dan
30
evaluasi pemabangunan, dan (4) partisipasi dalam pemanfaatan hasil-hasil
pembangunan. Pernyataan tersebut sejalan dengan indikator partisipasi dalam
pembangunan pertanian yaitu pengetahuan petani, sikap dan keterampilan petani.
Penyuluhan partisipatif perlu dikembangkan karena dengan adanya
penyuluhan partisipatif dapat memajukan usahatani dan menaikan jumlah, mutu,
macam jenis serta nilai produksi untuk menaikkan pendapatan yang lebih
bermanfaat bagi dirinya, keluarganya serta kesejahteraan pada umumnya
31
Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir Penelitian Dampak Penyuluhan Partisipatif
Terhadap Perubahan Sikap Pengetahuan dan Keterampilan Petani
Markisa. 2015
METODE
PENYULUH PARTISIPATIF :
KOMUNIKASI BERDASARKAN
PENDEKATAN
SASARAN
BERDASARKAN
INDERA PENERIMA
DAMPAK
PENYULUHAN
SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN
PENYULUH PERTANIAN
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong
Kabupaten Sinjai. Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan dengan pertimbangan
karena tempat ini adalah tempat budidaya markisa untuk mengetahui dampak
penyuluhan partisipatif terhadap perubahan sikap pengetahuan dan keterampilan
petani markisa dapat meningkatkan kesejahteraan petani, Penelitian ini dilakukan
mulai Bulan Mei sampai Juli 2015 .
3.2 Teknik Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah petani, dimana jumlah populasi
sebanyak 143 orang. Penarikan sampel dengan menggunakan metode purposive
artinya setiap anggota dipilih secara sengaja, alasan di gunakan metode ini karena
diharapkan kriteria sampel yang diperoleh benar – benar sesuai dengan penelitian
yang akan di lakukan. Jumlah sampel yang diambil adalah 20% dari jumlah
populasi, dengan demikian jumlah sampel adalah 30 orang petani yang ada di
Desa Batubulerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Dalam melaksanakan penelitian jenis dan sumber data yang digunakan ada
dua yaitu:
1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi melalui wawancara
langsung dan juga melalui bantuan kuisioner.
33
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh instansi atau lembaga-lembaga yang
terkait atau berhubungan dengan penelitian ini.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu
sebagai berikut;
1. Pengamatan (observasi)
Observasi digunakan untuk menemukan dan mendapatkan data primer yang
berkaitan dengan judul penelitian dengan cara terlibat lansung peneliti ikut
berpartisipasi sebagai anggota kelompok yang diteliti.
2. Wawancara (interview)
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi dalam
melakukan pengumpulan data melalui cara bertanya langsung pada responden,
dimana dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data informasi tentang
tingkat umur, pendidikan, tanggungan keluarga, pengalaman usaha tani, dan luas
lahan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi, yaitu pengumpulan data berupa catatan, transkrip,
buku,agenda dan sebagainya. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data
mengenai hal-hal yang diperlukan dalam penelitian ini.
3.3 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam
penelitian ini yaitu analisis deskriptif kuantitatif adalah data yang berbentuk angka
34
yang diukur dengan cara menghitung skor. Teknik analisis data deskriptif
kuantitatif digunakan untuk memberi gambaran kepada petani setelah
dilaksanakan penyuluhan partisipatif ,kemudian untuk penilaian tingkat tersebut
analisis yang digunakan adalah skoring, dimana skor 3 dikategorikan tinggi
apabila responden menjawab pertanyaan dengan pilihan jawaban ya, skor 2
dikategorikan sedang apabila responden menjawab dengan pilihan jawaban
kadang-kadang, dan skor 1 dikategorikan rendah apabila responden menjawab
dengan pilihan jawaban tidak. ( Sugiyono, 2010 ).
Skoring yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 3, 2, dan 1 dengan
kriteria adalah sebagai berikut:
1,00 – 1,67 = Rendah
1,68 – 2,34 = Sedang
2,35 – 3,00 = Tinggi
interval =Skor Maksimum − Skor minimum
Jumlah Kelas
Keterangan :
Skor maksimum = 3
Skor minimum = 2
Jumlah kelas = 3
35
3.5 Defenisi Operasional
1. Penyuluh partisipatif adalah suatu system pendidikan non formal bagi
petani, yang berorientasi kepada kebutuhan petani serta memberi ruang
kepada petani untuk berpartisipasi aktif dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi program-program penyuluhan.
2. Petani adalah partisipan, merupakan orang yang melakukan kegiatan
usahatani markisa.
3. Dampak adalah pengaruh yang kuat (adanya penyuluhan npertanian),
yang mendatangkan akibat (baik positif maupun negatif).
4. Perubahan sikap adalah perubahan mengenai sikap yang lebih progresif
dan motivasi tindakan yang lebih rasional.
5. Penyuluh pertanian adalah orang yang memberikan dorongan kepada para
petani agar mau mengubah cara berfikirnya dan cara hidupnya yang lama
dengan cara yang baru melalui proses penyebaran informasi dan inovasi.
6. Penyuluhan pertanian adalah arahan atau materi yang disampaikan oleh
penyuluh kepada petani.
7. Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari
persentuhan panca indera terhadap usaha tani markisa.
8. Keterampilan adalah derajat keberhasilan yang konsisten dalam mencapai
suatu tujuan dengan efisien dan efektif dalam usaha tani markisa.
9. Markisa adalah komuditi yang akan diteliti yang merupakan tanaman yang
memiliki potensi yang bagus .
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis
4.1.1 Letak dan Batas Wilayah
Desa Batu Belerang merupakan salah satu desa dari Kecamatan Sinjai
Borong Kabupaten Sinjai Propinsi Sulawesi Selatan. Jarak tempuh ke Ibu kota
Kabupaten 45 Km dan 7 Km dari Ibu kota Kecamatan. Lokasi tersebut berada
pada koordinat 120 derajat 0’34” BT dan 5 derajat 18’39” LS. Luas Wilayah desa
Batu Belerang 905 Ha, berbatasan dengan wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Barambang
Sebelah Timur : Bijinangka dan Bontosinala
Sebelah Selatan : Bonto Tennga dan Kabupaten Bulukumba
Sebelah Barat : Gunung Bawakaraeng
4.1.2 Topografi Desa
Topografi desa di Batu Belerang berada pada ketinggian rata – rata 1.417m
diatas permukaan laut. Keadaan topografi terdiri atas daratan : datar , landai , agak
curam sampai curam . Desa Batu Belerang masih sangat segar dengan hutan yang
rimbun dan lahan yang subur. Secara umum potensi alam Desa terbagi atas tanah
sawah, lahan kering, tanah perkebunan, tanah untuk fasilitas umum, dan tanah
hutan.
37
4.1.3 Tipe Iklim dan Curah Hujan
Curah hujan adalah salah satu faktor iklim yang dipertimbangkan sangat
besar pengaruhnya terhadap proses kejadian erosi. Semakin tinggi intensitas curah
hujan dan semakin lama periode curah hujan jatuh, maka kemungkinan erosi yang
akan terjadi menjadi semakin besar, apabila faktor – faktor lain yang
mempengaruhi proses terjadinya erosi tidak berubah.
Secara klimatologis , Kabupaten Sinjai yang terletak pada posisi iklim
musim timur mempunyai curah hujan rata – rata tahunan berkisar antara 2.148
mm hujan/tahun . Curah hujan di Stasiun pengamat Manipi Kecamatan Sinjai
Barat yaitu 2.148 mm. Rata – rata Bulan Basah (BB = Curah hujan lebih dari 200
mm/bulan) yaitu 3 bulan , Bulan Lembab (h = curah hujan 100 – 200 mm/bulan ),
yaitu 6 bulan dan Bulan Kering (BK = curah hujan kurang dari 100 mm/bulan )
yaitu 3 bulan . Rata –rata curah hujan bulanan dari beberapa stasiun pengamat Di
desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong menurut Oldeman termasuk iklim
tipe D, biasanya hujan terjadi pada bulan Nopember dan berakhir pada bulan Mei
– Juli.
4.2. Kondisi Demografis
4.2.1 Keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin
Manusia selalu berusaha memanfaatkan sumber daya alam (natural
resource) yang terbatas guna memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan
kesejahteraannya . Pertambahan penduduk cenderung mengakibatkan
berkurangnya sumber daya alam , pada gilirannya akan berpengaruh terhadap
kesejahteraan hidup manusia . Sehingga dapat dipastikan akan timbul dampak
38
negative dari pada pertambahan penduduk terhadap kualitas lingkungannya.
Jumlah penduduk di desa Batu Belerang adalah 1.980 jiwa terdiri dari : Laki –
laki 1.021 jiwa dan Perempuan 959 jiwa serta 560 Kepala Keluarga (KK), dapat
di lihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Batu Belerang
Kecamatan Sinjai Borong.
No Jenis Kelamin Jumlah ( Jiwa ) Persentase ( % )
1.
2.
Pria
Wanita
1,021
959
51,57
48,43
Total 1980 100
Sumber : Kantor Desa Batu Belerang, 2014
Berdasarkan Tabel 1 maka, dapat dilihat dengan jelas bahwa antara jumlah
pria lebih banyak dari pada jumlah wanita. Dimana jumlah penduduk berdasarkan
jenis kelamin pria sebanyak 1021 jiwa dengan persentase sebesar 51,57% ,
sedangkan jenis kelamin wanita sebanyak 959 jiwa dengan persentase sebesar
48,43%.
4.2.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan penduduk pada umumnya berpengaruh pada
pengelolaan usaha taninya, di samping itu dapat pula berpengaruh pada penerapan
teknologi dan inovasi baru yang akan di kembangkan. Tingkat Pendidikan
penduduk di desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong dapat di lihat pada
Tabel 2.
39
Tabel 2. Tingkat Pendidikan penduduk di desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai
Borong
No Tingkat Pendidikan Jumlah
( Jiwa )
Persentase
( % )
1.
2.
3.
4.
5.
TK
SD
SMP
SMA
Sarjana
108
924
309
198
50
6,79
58,15
19,45
12,46
3,14
Total 1589 100
Sumber : Kantor Desa Batu Belerang, 2014
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa tingkat pendidikan yang dominan di
kalangan penduduk di Desa Batubelerang adalah tingkat SD dengan jumlah
sekitar 924 jiwa ( 58,15 % ) dan tingkat pendidikan yang paling kecil adalah
sarjana dengan jumlah 50 jiwa ( 3,14 % ). Data di atas dapat di simpulkan bahwa
tingkat pendidikan penduduk di desa Batubelerang paling tinggi di dominasi
tamatan SD, di ikuti tamatan SMP, SMA dan TK. Keadaan ini menunjukkan
bahwa kebanyakan penduduk di Desa Batubelerang telah tamat pendidikan dasar
selama 9 tahun yang di persyaratkan pemerintah. Dan tingkat pendidikan
Sederhana yakni tamat SMP sebanyak 309 jiwa ( 19,45 % ) dan di susul tingkat
pendidikan SMA dengan jumlah jiwa 198 ( 12,46 % ) kemudian tamatan Sarjana
sebanyak 50 jiwa (3,14 % ) dan dapat dikategorikan dalam kategori cukup baik.
40
4.3 Kondisi Pertanian
4.2.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Mata pencaharian umumnya di Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai
Borong Kabupaten Sinjai bekerja sebagai petani sedangkan sisanya bermata
pencaharian sebagai pedagang, Pegawai Negeri Sipil atau TNI POLRI dan lain –
lain. Jenis mata pencaharian penduduk di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai
Borong dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3. Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Desa Batu Belerang Kecamatan
Sinjai Borong
No Mata Pencaharian Jumlah
( Jiwa )
Prosentase
( % )
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Petani
Buruh harian lepas
Buruh migrant
Guru Swasta
Karyawan Honorer
Karyawan Perusahaan Swasta
Polri
Pedagang
Pegawai negeri sipil
Pelaut
Pembantu rumah tangga
Sopir
Tukang batu
Tukang kayu
Wiraswasta
622
28
31
1
29
22
2
6
31
1
8
10
6
2
61
72,32
3,25
3,60
0,11
3,02
2,55
0,23
0,69
3,60
0,11
0,93
1,16
0,69
0,23
7,09
Total 860 100
Sumber: Kantor Desa Batu Belerang, 2014
41
Berdasarkan Tabel 3 maka, dapat dilihat bahwa mata pencaharian
penduduk paling tinggi pada kategori petani dengan jumlah 622 jiwa dengan
persentase sebesar 72,32 %, yang kedua pada kategori wiraswasta sebanyak 61
jiwa dengan persentase sebesar 7,09 %, maka dapat kita ketahui bahwa rata-rata
mata pencaharian penduduk di desa batu balerang dalah petani.
4.2.4 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana salah satu faktor pelancar pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat dalam suatu daerah dengan tersedianya sarana dan prasarana,
untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Sarana dan Prasarana di desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong
No Uraian Keterangan Unit
1
2
3
4
5
6
TK/Paud
Sekolah Dasar
SMA
Masjid
Posyandu
Kantor Desa
4
4
1
4
1
1
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Sumber : Data Desa Batubelerang ,2014
Berdasarkan Tabel 4 maka, bahwa sarana dan prasarana di Desa Batu
Belerang belum cukup memadai dan masih perlu di tambah demi kemajuan dan
kemakmuran suatu wilayah, salah satu perkembangan dan kemajuan masyarakat
sebagai salah satu faktor perkembangan ekonomi. Peran aktif pemerintah dalam
42
menbantu masyarakat sangat diharapkan, sebab tanpa bantuan dan aluran tangan
pemerintah, maka perkembangan wilayah sangat lambat.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Identitas Petani Responden
5.1.1. Umur
Pada umumnya umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik bekerja
dan cara berpikirnya. Petani yang berumur muda dan sehat mempunyai
kemampuan fisik yang cenderung lebih besar daripada petani yang berumur tua.
Petani mudah yang lebih cepat menerima hal-hal baru dalam mengelolah
usahataninya. Petani mudah biasanya kurang memiliki pengalaman, untuk
mengimbangi kekurangan tersebut dia lebih dinamis sehingga cepat mendapatkan
pengalaman-pengalaman baru yang berharga bagi perkembangan hidupnya pada
masa yang akan datang.
Umur petani responden bervariasi sehingga untuk mengetahui tingkatan
umur dari masing-masing responden diklasifikasikan berdasarkan tingkat umur
petani responden. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Klasifikasi Umur Petani Responden di Desa Batu Belerang Kecamatan
Sinjai Borong Kabupaten Sinjai, 2015
No Klasifikasi Umur (tahun) Jumlah Orang Persentase (%)
1
2
3
4
5
6
26 – 33
34 – 41
42 – 50
51 – 58
59 – 66
67 – 74
5
5
9
4
5
2
16,67
16,67
30,00
13,33
16,66
6,66
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015
44
5.1.2. Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor atau segi penilaian terhadap
kemajuan suatu bangsa pada umumnya dan daerah atau desa secara khusus.
Makin tinggi tingkat pendidikan petani, maka tingkat kemajuan suatu daerah
tersebut relatif tinggi. Faktor pendidikan akan mempermudah suatu inovasi dan
teknologi baru sehingga dapat dikatakan bahwa secara relatif petani yang
mempunyai tingkat pendidikan akan mengelola usahataninya dengan baik pula
dibandingkan dengan petani yang berpendidikan rendah. Untuk lebih jelasnya
mengenai tingkat pendidikan petani responden di Desa Batu Belerang Kecamatan
Sinjai Barat dapat dilihat pada tabel 6 diwah ini:
Tabel 6. Tingkat Pendidikan Petani di Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai
Borong Kabupaten Sinjai
No Tingkat pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1
2
3
4
Tidak sekolah
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SMA
3
20
5
2
10,00
66,67
16.67
6.66
Total 30 100
Sumber : Data primer setelah diolah, 2015
Berdasarkan Tabel menunjukan bahwa sebagian besar petani responden
masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah yakni hanya tamat Sekolah Dasar
sebanyak 20 orang dengan persentase sebanyak (66,67%). Pendidikan tertinggi
yang dicapai petani responden hanya sampai tamat Sekolah Menengah Atas
45
sebanyak 2 orang dengan persentase sebesar (6,66%), yang tamat SLTP sebanyak
5 orang dengan persentase sebanyak (16.89%) sedangkan petani responden yang
tidak sekolah sebanyak 3 orang dengan persentase (10,00) dari total petani
responden. Dalam mengatasi hal tersebut, peran instansi pertanian yang salah satu
fungsinya merupakan pendidikan non formal di lingkungan petani perlu
ditingkatkan dalam menambah pengetahuan petani khususnya dalam penerimaan
informasi melalui saluran komunikasi, sehingga aktivitas penyuluh pertanian
perlu direncanakan secara berkala.
5.1.3. Pengalaman Berusahatani
Pengalaman berusahatani dapat menunjukkan keberhasilan petani dalam
mengelolah usahataninya. Sebab dapat menjadi pedoman pada masa yang datang.
Petani yang masih berusia muda belum berpengalaman, sehingga untuk
mengimbangi kekurangannya dia perlu dinamis. Sebaliknya petani yang sudah
berusia tua banyak berpengalaman dalam berusahatani sehingga sangat berhati-
hati dalam bertindak. Adapun pengalaman berusahatani petani responden dapat
dilihat pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Pengalaman berusahatani di Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai
Borong Kabupaten Sinjai
No Pengalaman Berusahatani
(Tahun)
Jumlah
(jiwa)
Persentase
(%)
1
2
3
4
5
6
7 – 9
10 – 12
13 – 15
16 – 18
19 – 21
22 – 24
3
7
4
6
7
3
10,00
23,34
13,34
20,00
23,34
10,00
Total 30 100
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2015
46
Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan pengalaman berusahatani dalam kurung
waktu 7-9 tahun sebanyak 3 orang dengan persentase sebesar 10,00 %, 10-12
tahun sebanyak 7 orang dengan persentase sebesar 23,34 %, 13-15 tahun sebanyak
4 orang dengan persentase sebesar 13,34 %, 16-18 tahun sebanyak 6 orang dengan
persentase sebesar 20,00 % dan 19-21 tahun sebanyak 7 orang dengan persentase
sebesar 23,34 %. Dilihat dari hasil di atas menunjukkan bahwa Petani responden
terbanyak memiliki pengelaman berusahatani adalah dalam kurung waktu 10-12
dan 19 -21 tahun sebanyak 7 orang dengan persentase sebesar 23,34%.
Pengalaman berusahatani sangat erat hubungannya dengan keinginan peningkatan
keterampilan petani dalam pengembangan usahataninya, karena semakin lama
petani responden berusahatani, semakin besar pengetahuan dan keterampilan
dalam menerapkan teknologi, sehingga saluran komunikasi yang dilakukan
penyuluh dapat diterima dengan baik oleh petani.
5.1.4. Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga petani cenderung turut berpengaruh pada
kegiatan operasional usahatani, karena keluarga yang relatif besar merupakan
sumber tenaga keluarga. Keadaan tanggungan keluarga petani responden dapat
dilihat dari Tabel 8 berikut ini.
Tabel 8. Jumlah Tanggungan Keluarga Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai
Borong Kabupaten Sinjai
No Jumlah Tanggungan Keluarga
(Orang)
Jumlah
(jiwa)
Persentase
(%)
1
2
3
1 – 2
3 – 4
4 – 6
9
17
4
30,00
56,67
13,33
Total 30 100
Sumber : Data primer setelah diolah, 2015
47
Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga
petani responden mulai dari 1-2 orang sebanyak 9 orang petani responden dengan
persentase sebesar 30,00 %, 3-4 orang sebanyak 17 orang petani responden
dengan persentase sebesar 56,67 %, sedangkan 5-6 orang sebanyak 4 orang petani
responden dengan persentase sebesar 13,33 %. Dilihat dari hasil di atas
menunjukkan bahwa Petani responden yang memiliki tanggungan keluarga
terbanyak adalah jumlah tanggungan 5–6 orang berjumlah 4 orang Petani
responden denagan persentase sebesar 13,33 %. Keadaan demikian sangat
mempengaruhi terhadap tingkat kesejahteraan keluarga dan untuk peningkatan
produksi dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga petani berusaha untuk
menambah pendapatan melalui usahatani bersama keluarganya
5.1.5. Luas Lahan Usahatani
Lahan sebagai tempat berlangsungnya aktifitas bercocok tanam merupakan
salah satu faktor produksi di dalam usahatani. Luas lahan usahatani yang di
usahakan oleh setiap petani berfariasi, dimana petani yang memiliki lahan yang
lebih luas akan cenderung memperoleh produksi yang lebih besar dibandingkan
yang luas lahannya lebih sempit. Untuk mengetahui luas lahan yang diusahakan
petani responden dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.
Tabel 9. Luas Lahan Usahatani Petani Responden di Desa Batu Belerang
Kecamatan Sinjai Borong Kabup aten Sinjai
No Luas lahan
(hektar)
Jumlah
(orang)
1
2
3
4
0,1-0,5
0,6-1,0
1,1-1,6
1,7-2,1
7
17
3
2
T o t a l 30
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015
48
Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa jumlah petani responden yang
memiliki luas lahan usaha tani antara 0,25 – 1,00 hektar mempunyai persentase
tertinggi (73,34%) dengan jumlah 22 responden, 1,01-1,75 hektar mempunyai
persentase sebesar (16,66%) dengan jumlah 5 responden, Sedangkan jumlah
petani responden yang memiliki luas lahan usahatani antara 1,76 – 2,00 hektar
hanya mencapai 10 % dengan jumlah 3 responden. Keadaan ini menunjukan
bahwa sebagian besar luas lahan usahatani yang dimiliki oleh petani responden
relatif sempit.
5.2 Dampak Penyuluhan Metode Komunikasi, Terhadap Sikap, Pengetahuan
Dan Keterampilan Petani
Komunikasi adalah suatu proses dimana pihak-pihak peserta saling
menggunakan informasi dengan tujuan untuk mencapai pengertian yang sama
(pengertian bersama) yang lebih baik mengenai masalah-masalah yang penting
bagi semua pihak yang bersangkutan. Komunikasi bukan jawabannya sendiri,
tetapi pada hakikatnya merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh
penerima rangsangan dan pembangkitan balasan (Mardikanto, 1994).
Komunikasi lansung melalui tatap muka untuk mendapatkan pengetahuan,
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi adalah bahasa daerah karena
masyarakat yang ada di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten
Sinjai masih memakai bahasa bugis dalam berkomunikasi, dan pengetahuan dasar
yang menyangkut materi atau isi pesan yang ditransaksikan dalam sebuah
penyuluhan, akan semakin tinggi keaktifan sebuah komunikasi penyuluhan
sehingga penyuluh dapat secara langsung menyampaikan materi kepada petani
49
karena tingkat pengetahuan petani lebih mudah diketahui apabila petani sudah
mengerti atau tidak mengerti apa yang disampaikan penyuluh.
Sedangkan metode tidak langsung terhadap perubahan pengetahuan petani
dapat dilihat dari tingkat pengetahuannya melalui perantara dengan menggunakan
media cetak yaitu poster dan media elektronik yaitu radio dan tv sebagai alat yang
digunakan untuk menyampaikan informasi yang akan disampaikan penyuluh
sehingga petani dapat membaca, mendengar dan memahami apa isi yang ada
didalam media tersebut. Agar penyuluh dapat membandingkan apakah tingkat
pengetahuan petani dimiliki dalam komunikasi dapat ditransaksikan dalam
penyuluhan karena tingkat pengetahuan petani dapat di ukur setelah dilaksanakan
penyuluhan dan melakukan adopsi inovasi atau informasi.
Komunikasi tidak langsung terhadap perubahan keterampilan yaitu petani
tidak langsung bertatapan muka oleh penyuluh tetapi hal itu tidak membuat petani
sulit untuk mengetahui keterampilan yang akan disampaikan penyuluh tetapi akan
mendapatkan informasi melalui media yang akan membantu dalam membaca,
mendengarkan dan berfikir melalui radio dan tv misalnya petani diajarkan dalam
budidaya markisa baik mulai dari pemilihan bibit sampai pasca panen, metode
tidak langsung dapat menolong banyak sekali perhatian dan mengunggah hati
petani dan dapat menarik perhatian petani.
5.3 Metode Berdasarkan Indera Penerima Terhadap Perubahan Sikap,
Pengetahuan dan Keterampilan Petani
Metode yang dilaksanakan dengan penglihatan (visual) yaitu pesan yang
diterima melalui penglihatan dimana penyuluh menyampaikan pesan atau materi
50
kepada petani dengan jalan memperhatikan pesan yang diterima melalui
penempelan poster yang isinya tentang cara budidaya markisa, yang dapat
merubah sikap, pengetahuan dan keterampilan perilaku petani sesuai yang
diinginkan penyuluh, namun metode ini sulit dipahami oleh petani karena
penyampaiannya tidak secara efektif . Karena itu tingkat pengetahuan petani dapat
diukur setelah melihat poster, yang di tempel penyuluh, hal ini juga
mempengaruhi keterampilan petani sehingga petani dapat terampil dalam
pemilihan bibit markisa, penanaman, serta cara membuat tempat merambatnya
tanaman markisa sampai cara pasca panen, kemudian diperaktekkan oleh petani.
Metode yang dilaksanakan dengan pendengaran (audio) yaitu pesan yang
diterima melalui pendengaran misalnya telepon dan radio penyuluh
menyampaikan pesan atau materi pertanian melalui radio karena tempatnya tidak
bisa dijangkau oleh penyuluh sehingga tingkat pengetahuan dan keterampilan
petani dapat merespon apa yang disampaikan petani serta adanya umpan balik dari
penyuluhan.
Metode audiovisual yaitu metode yang dapat diterima melalui indera
pendengaran dan penglihatan, misalnya dari siaran tv petani dapat melihat materi
– materi pertanian yang ditayangkan tetapi tidak semua masyarakat di Desa
Batubulerang menyukai hal tersebut, melainkan mereka lebih menyukai sinetron
dan film dibanding untuk melihat berita - berita tentang pertanian, dan peragaan
yaitu penyuluh memperagakan materi yang akan disampaikan kepada masyarakat
dengan penjelasan memudahkan petani dalam cara kerja dan tingkat pengetahuan
petani mengalami perubahan agar tahu, mampu dan menerapkan inovasi demi
51
tercapainya perbaikan mutu petani. Jadi dalam kegiatan penyuluhan agar kegiatan
itu mencapai keberhasilan dalam proses adopsinya dengan lancar atau baik
penyuluh perlu memperdengarkan, memperlihatkan dan melakukan praktek
keterampilan terhadap materi yang disampaikan penyuluh.
5.4 Metode Berdasarkan Pendekatan Pada Sasaran Terhadap Perubahn
Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan Petani
a. Metode Berdasarkan Pendekatan Perseorangan Terhadap Perubahan
Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan Petani
Metode dengan perseorangan penyuluh berkomunikasi secara pribadi orang
seorang setiap sasarannya, metode ini penyuluh berhubungan secara langsung
dengan sasaran yaitu seorang petani, sangat efektif digunakan dalam penyuluhan
karena sasaran dapat secara lansung memecahkan masalah yang dihadapi petani
markisa yaitu masalah yang sering kali di hadapi petani markisa pada saat
tanaman markisanya terserang hama. Adapun dilihat dari jumlah segi sasaran
yang ingin dicapai, metode ini kurang efektif karena terbatasnya jangkauan
penyuluh untuk mengunjungi dan membimbing petani dalam perubahan sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang petani miliki dengan melakukan kunjungan
ke rumah petani.
b. Metode Berdasarkan Kelompok Terhadap Perubahan Sikap,
Pengetahuan dan Keterampilan Petani
Pendekatan kelompok banyak manfaat dapat diambil, terjadinya tukar
pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang
bersangkutan, metode kelompok ini biasanya dilaksanakan pada pertemuan
dilapangan, metode ini lebih menguntungkan karena memungkinkan adanya
52
umpan balik atau respon dari petani dan interaksi kelompok yang memberi
kesempatan bertukar pengalaman maupun kesasaran.
c. Metode Berdasarkan Pendekatan Massal Terhadap Perubahan Sikap,
Pengetahuan dan Keterampilan
Metode ini penyuluh pertanian tertuju kepada para petani umumnya di
kampung - kampung dan dipedesaan - pedesaan, sehingga dilaksanakan di Desa
Batubulerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai agar mereka dapat
mendengarkan penyuluhan pertanian, dipandang dari segi penyampaian informasi
memang metode ini baik, akan tetapi dipandang dari keberhasilan adalah kurang
efektif karena pada dasarnya hanya dapat menimbulkan tahap kesadaran dan tahap
minat para petani pendengar penyuluhan, itupun kalau pendekatannya dilakukan
dengan baik, dapat menarik perhatian para petani kepada suatu hal yang lebih
menguntungkan yaitu tidak terlalu resmi, penuh kepercayaan dan lansung dapat
dirasakan hasilnya yaitu tentang materi yang disampaikan penyuluh pertanian.
5.5 Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap Sikap, Pengetahuan Dan
Keterampilan Petani Markisa
5.5.1 Sikap Petani Markisa Terhadap Penyuluhan ( Komunikasi )
Sikap merupakan suatu respons evaluasi. Respon hanya akan timbul apabila
individu dihadapakan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi
individual. Respon berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap
tersebut timbul karena didasari oleh proses dari dalam individu yang memberi
kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik atau buruk, positif atau
53
negatif, setuju atau tidak setuju, atau menyenangkan atau tidak menyenangkan,
yang kemudian mengkristal sebagian potensi reaksi terhadap obyek sikap.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, yakni
pengalaman, kebudayaan orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi
atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi dalam diri
individu (Aswar, 1995).
Klasifikasi sikap petani setelah adanya penyuluhan partisipatif, tercamtum
pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10. Distribusi Sikap Petani Responden Terhadap Penyuluhan Partisipatif
Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai
No Jenis Pertanyaan Skor Kategori
1 Penerapan yang di sampaikan penyuluh pertanian
sesuai dengan pengalaman 2,77 Tinggi
2 Pelatihan yang di berikan penyuluh pertanian
sudah memuaskan 2,70 Tinggi
3 Keberadaan penyuluh sangat membantu masalah
petani 2,70 Tinggi
4 Penyuluh pertanian melakukan tinjauan langsung
setelah melakukan penyuluhan 2,63 Tinggi
5 Tingkat pengembangan pengetahuan petani setelah
mendapatkan penyuluhan pertanian 2,80 Tinggi
Nilai Rata-rata 2,72 Tinggi
Sumber: Data Primer, 2015
1. Penerapan yang disampaikan penyuluh pertanian sesuai dengan
pengalaman
Pengalaman petani markisa di Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai
Borong Kabupaten Sinjai, petani tetap menerapkan apa yang di sampaikan
penyuluh pertanian karena pengalaman dapat dilihat dari lamanya seorang petani
markisa menekuni kegiatan penyuluh pertanian, semakin lama petani markisa
54
melakukan usahataninya maka semakin besar pengalaman yang dimiliki. Dengan
pengalaman yang cukup besar akan berkembang suatu sikap petani dalam
merespon dengan cara menerapkan teknik-teknik dalam usahatani markisa yang
disampaikan penyuluh.
2. Pelatihan yang diberikan penyuluh pertanian
Penyuluh pertanian juga memberi pelatihan kepada petani markisa yaitu
pelatihan budidaya markisa, dimana Kelompok tani diajarkan untuk melatih
petani markisa dalam menyediakan bibit markisa melalui seleksi biji dan cara
perbanyakan tanaman dengan menggunakan polyback, serta cara panen yang baik
dengan menggunakan alat yaitu sabit atau pisau, kemudian melatih untuk praktek
pengolahan buah markisa, pengaturan jarak tanaman demi mengoptimalkan
pertumbuhan tanaman, penggunaan mesin pertanian lebih mengefisiensikan
tenaga dan waktu, pemupukan yang berimbang dapat meningkatkan perubahan
tanaman markisa yaitu pemupukan dengan NPK sebanyak 25 – 100 gr per
tanaman, tergantung umurnya, dampak pemupukan pada tanaman markisa
3. Keberadaan penyuluh dapat membantu masalah petani
Dengan keberadaan penyuluh pertanian membantu petani dalam mengatasi
masalah yang sering petani markisa hadapi yaitu masalah yang dominan terjadi
adalah adanya serangan hama dan penyakit , menurut sejumlah responden petani
yang ditemui bahwa hama lalat buah ( pemakan daun ), busuknya akar dan
penyakit bercak coklat yang sering menyerang tanaman markisa, sehingga
tanaman markisa saat ini hanya rata – rata mampu hidup setahun pasca
penanaman. Karena itu dengan keberadaan penyuluh bisa mengupayakan
55
terobosan baru dengan mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang
tanaman markisa, dengan memberi petunjuk cara mengendalikan hama dan
penyakit tersebut, caranya yaitu mengatur tajuk tanaman agar tidak terlalu rapat
dengan pemangkasan yang teratur, membuang bagian tanaman yang terserang
kemudian membakarnya, sehingga petani menjadi tahu yang dulunya mereka
tidak ketahui cara pengendalian hama tersebut.
4. Penyuluh pertanian melakukan tinjauan langsung setelah melakukan
penyuluhan
Penyuluh biasanya melakukan tinjauan langsung setelah melakukan
penyuluhan, guna untuk mengetahui hasil dan melihat perubahan sikap petani
markisa terhadap penyuluh pertanian dalam memaparkan dan memperaktekkan
apa yang telah disampaikan oleh penyuluh terhadap pembelajaran dalam budidaya
markisa, dengan adanya pelatihan yang diberikan penyuluh ke petani markisa
dapat meningkatkan pendapatan petani karena petani responden sudah mulai
merespon program-program yang disampaikan penyuluh dan juga mulai
menjalankan pelatihan – pelatihan yaitu cara pemilihan bibit sampai dengan pasca
panen.
5. Tingkat pengembangan pengetahuan petani setelah mendapatkan penyuluhan
Tingkat pengembangan pengetahuan petani setelah mendapatkan
penyuluhan mengalami perubahan dimana petani markisa yang dulunya tidak
memperhatikan bagaimana cara budidaya markisa dengan baik, sekarang petani
markisa sudah mulai mengetahui hal itu dengan memperhatikan pemilihan bibit
sebelum melakukan penanaman, serta memperhatikan jarak tanam, hal ini terjadi
56
karena petani sudah mulai merespon apa yang di sampaikan penyuluh tentang cara
budidaya markisa dengan baik.
Tabel 10, dapat dilihat perubahan sikap petani terhadap peran penyuluhan
partisipatif sangat tampak, dimana diperoleh hasil dari 5 jenis pertanyaan
responden yang masing – masing pada pertanyaan, penerapan penyuluhan sesuai
dengan pengalaman petani markisa skor nilai mencapai 2,77 dan dikategorikan
tinggi, sedangkan pertanyaan mengenai pelatihan yang diberikan penyuluh
skornya 2,70 juga kategori tinggi kemudian pertanyaan keberadaan penyuluh
terhadap masalah yang dihadapi petani markisa diperoleh skor 2,70, pertanyaan
selanjutnya yaitu penyuluh pertanian melakukan tinjauan lansung setelah
melakukan penyuluhan mendapatkan skor 2,63 dan tingkat pengembangan
pengetahuan petani setelah mendapatkan penyuluhan pertanian juga termasuk
kategori tinggi dengan skor 2.80.
Kelima pertanyaan di atas maka rata – rata skor yang diperoleh 2,72 dengan
kategori tinggi karena berdasarkan penelitian dilapangan bahwa terrjadi
perubahan sikap pada petani yaitu, petani lebih aktif, mandiri,dan terampil dalam
melakukan usahatani markisa
5.3.2 Tingkat Pengetahuan Petani Terhadap Penyuluhan Partisipatif
Pengetahuan adalah pemahaman seseorang tentang sesuatu hal yang
dinilainya lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya. Tahu berarti benar–benar
memahami dengan pikirannya tentang segala ilmu atau teknologi dan informasi
yang disampaikan oleh orang lain (Mardikanto, 1991). Tingkat pengetahuan
57
petani pada setiap tahapan teknologi usahatani sebelum adanya penyuluhan
partisipatif disajikan pada Tabel 11
Tabel 11. Distribsusi Petani Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Terhadap
Penyuluhan Partisipatif di Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai
Borong Kabupaten Sinjai
No Jenis Pertanyaan Skor Kategori
1 Sering mengikuti penyuluhan pertanian 2,73 Tinggi
2 Informasi yang diberikan penyuluh bermanfaat
dalam berusaha tani 2,90 Tinggi
3 Informasi yang disampaikan penyuluh pertanian
sudah sesuai dengan yang di harapkan dalam
pengembangan usaha tani
2,80 Tinggi
4 Pemahaman yang di sampaikan penyuluh guna
untuk pengembangan pengetahuan 2,83 Tinggi
5 Tingkat pengembangan sikap petani setelah
mendapatkan penyuluhan pertanian 2,83 Tinggi
Nilai Rata-rata 2,82 Tinggi
Sumber: Data Primer, 2015
Tabel 11 menunjukan ada perubahan tingkat pengetahuan petani yang
mengikuti penyuluhan partisipatif dengan klasifikasi nilai rata – rata pengetahuan
tinggi yaitu 2,82, hal ini karena petani sudah memahami pola penyuluhan
partisipatif.
1. Sering mengikuti penyuluhan pertanian
Petani markisa sering melakukan penyuluhan dengan skor tinggi dengan
nilai 2,73 di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai itu
karena kegiatan penyuluhan tersebut dilakukan ditempat perkumpulan keluarga
tani ( kelompok tani ), biasa juga ditempat yang strategis dan mudah di jangkau
oleh petani untuk melansungkan kegiatan penyuluhan. Penyuluhan dilakukan
untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada petani markisa, karena penyuluh
pertanian memegang peranan penting dalam penyebaran informasi disektor
58
pertanian dan merupakian penghubung sumber informasi dengan petani dan
keluarganya. Oleh karena itu keberhasilan petani juga ditentukan oleh
pelaksanaan tugas penyuluh pertanian dalam memberikan materi yang dibutuhkan
dalam meningkatkan pengetahuan petani markisa petani agar mau mengubah pola
berfikirnya apabila diberi materi mengenai budidaya markisa. Adapun metode
penyuluhan yang digunakan pada saat dilakukan penyuluhan yang bersifat
mendidik, membimbing, dan menerapkannya sehingga dapat mengubah
pemahaman sikap, prilaku petani agar dapat menolong dirinya sendiri dengan
komunikasi lansung melalui percakapan atau tatap muka agar petani lebih mudah
memahami apa yang disampaikan penyuluh tidak sesuai yang diinginkan petani.
2. Informasi yang diberikan penyuluh bermanfaat dalam berusaha tani
Pertanyaan mengenai manfaat informasi yang disampaikan penyuluh
mendapatkan skor nilai 2,90 juga merupakan kategori tinggi karena Informasi
yang disampaikan penyuluh sudah bermanfaat bagi petani markisa di Desa
Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai karena aktifnya petani
senantiasa mengikuti sosialisasi penyuluh, sehingga mereka mengerti akan hal
budidaya markisa yang disampaikan penyuluh.
3. Informasi yang diterapkan penyuluh sudah sesuai yang diharapkan dalam
pengembangan usahatani
Penyuluh pertanian sudah sesuai dengan yang diharapkan petani dalam
pengembangan usahataninya diperoleh skor 2,80 termasuk tinggi hal ini terjadi
karena informasi yang disampaikan penyuluh sudah diterapkan petani sehingga
dalam perkembangan usahatani markisa mengalami perubahan disebabkan petani
bukan hanya mendapatkan informasi dari penyuluh saja melainkan juga
mendapatkan informasi dari mulut ke mulut petani yang mempunyai pengalaman
59
tentang budidaya markisa serta informasi yang mereka dapatkan dari media sosial
dan juga karena melihat keberhasilan orang lain.
4. Pemahaman yang disampaikan penyuluh dalam peningkatan pengetahuan
petani
Pemahaman yang disampaikan penyuluh dalam peningkatan pengetahuan
petani terhadap petani markisa mendapatkan skor 2,83 termasuk kategori tinggi,
karena petani sangat cepat menerima materi yang diberikan oleh penyuluh
pertanian dapat dilihat dari tingkat pendidikan rata – rata petani disana pernah
duduk di bangku sekolah walaupun hanya tammat masalah bagi petani sehingga
penyuluh pertanian tidak kesulitan dalam memberikan materi apalagi tingkat umur
responden di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai ditingkat SD, namun hal itu
tidak mjadi Borong Kabupaten Sinjai masih terbilang mudah karena umurnya
sekian rata - rata masih berumur 42 – 49 tahun sehingga kemampuan fisik bekerja
dan cara berfikirnya masih cepat menerima hal – hal yang disampaikan oleh
penyuluh baik dalam mengelolah usaha taninya.
5. Tingkat pengembangan pengetahuan petani setelah mendapatkan penyuluhan
pertanian
Tingkat pengembangan pengetahuan petani setelah mendapatkan
penyuluhan pertanian juga termasuk kategori tinggi dengan skor 2,83, karena
petani mulai menumbuhkan perubahan – perubahan dalam dirinya yang mencakup
tingkat kemampuan, kecakapan, sikap , dan motivasi petani terhadap kegiatan
usahatani yang dilakukankanya dengan mulai mengetahui tata cara budidaya
markisa sampai pasca panen yang baik dan cara membasmi hama dan penyakit
yang sering dialami petani markisa.
Berdasarkan hasil dari data yang di peroleh nilai rata-rata 2,82 termasuk
dalam skor tinggi sehingga dapat dikatakan bahwa distribusi petani responden
60
menurut tingkat pengetahuan terhadap penyuluhan partisipatif dapat memberikan
perilaku positif pada masyarakat di lihat dari tingkat pemahaman petani yang
kemudian di terapakan pada usaha taninya.
5.3.3. Tingkat Keterampilan Petani Terhadap Penyuluhan Partisipatif
Keterampilan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan semua
kegiatan, kemampuan untuk mengupayakan sendiri sumberdaya ( input ) yang
diperlukan demi tercapainya tujuan yang diinginkan atau terjadi perubahan,
baik perubahan tingkat pendapatan, tingkat produsi maupun perubahan tingkat
kesejahteraan masyarakat (Mardikanto, 1991).
Distribusi keterampilan petani dalam penerapan teknologi usahatani
markisa, sebelum dan sesudah adanya penyuluhan partisipatif dapat di lihat pada
Tabel 12.
Tabel 12. Distribusi Tingkat Keterampilan Petani Responden Terhadap
Penyuluhan Partisipatif
No Jenis Pertanyaan Skor Kategori
1 Pengajaran keterampilan berusahatani oleh
penyuluh pertanian 2,73 Tinggi
2 Penerapan yang telah di sampaikan oleh penyuluh
pertanian 2,80 Tinggi
3 Kemudahan yang didapatkan setelah mendapat
pelatihan dari penyuluh pertanian 2,83 Tinggi
4 Penyuluhan pertanian melakukan evaluasi tentang
pengembangan yang dialami oleh petani 2,83 Tinggi
5 Mendapatkan pendampingan lansung dari penyuluh
pertanian dalam mengarahkan cara usatani markisa 2,80 Tinggi
Nilai Rata-rata 2,80 Tinggi
Sumber: Data Primer, 2015
61
Tabel 12 menunjukkan ada perubahan tingkat keterampilan yang
mengikuti penyuluhan partisipatif yaitu :
1. Petani diajarkan keterampilan berusaha tani terhadap tanaman markisa
Petani diajarkan keterampilan berusahatani terhadap tanaman markisa
yang ada di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai
dengan skor 2,73 termasuk kategori tinggi karena petani markisa diajarkan
keterampilan pada saat melakukan penyuluhan pertanian selain itu penyuluh tidak
hanya mengajarkan tentang keterampilan dalam berusahatani markisa melainkan
juga mengajarkan kepada petani dalam keterampilan berbicara, agar petani
mampu menguasai tentang budidaya markisa, pasca panen, seleksi buah atau
biji,perbanyakan tanaman, serta pemangkasan, cara pembuatan para-para (tempat
merambat) dan cara pengolahan markisa.
2. Penerapan yang telah disampaikan oleh penyuluh pertanian
Menerapkan apa yang telah disampaikan oleh penyuluh pertanian
mendapatkan skor tinggi dengan nilai 2,80 yaitu karena petani markisa yang ada
di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai sudah mulai
menerapkan apa yang telah disampaikan oleh penyuluh pertanian sesuai dengan
kemanpuan maupun kebutuhan petani mengenai keterampilan – keterampilan
yang dapat menghasilkan keuntungan serta mendapat manfaat dalam usahatani.
3. Kemudahan setelah mendapatkan pelatihan dari penyuluh pertanian
Kemudahan setelah mendapatkan pelatihan dari penyuluh pertanian
mendapatkan skor 2,83 juga termasuk kategori tinggi hal ini terjadi karena setelah
petani markisa di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai
62
mendapatkan pelatihan dari penyuluh, petani lebih mendapatkan kemudahan
dalam usahatani yang sebelumnya petani tidak ketahui bagaimana cara budidaya
markisa dengan baik, cara mengatasi hama dan penyakit yang sering menyerang
tanaman markisa,dan cara pemilihan bibit, cara penanaman dan pemeliharaannya
serta cara panen yang baik. Petani mulai mengetahui hal tersebut namun belum
mahir tetapi sudah ada perubahan dari sebelum petani mendapatkan penyuluhan
dibanding setelah mendapatkan penyuluhan.
4. Penyuluh pertanian melakukan evaluasi
Penyuluh pertanian melakukan evaluasi tentang pengembangan yang
dialami oleh petani markisa dengan skor nilai 2,83 termasuk tinggi, karena di
Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai setelah panen
biasanya penyuluh turun lansung ke lapangan guna untuk melihat hasil yang
didapatkan petani, apakah mengalami perubahan atau tidak. Evaluasi ini
dilakukan agar penyuluh dapat terus memperbaiki kinerja yang dilakukan serta
tidak mengulangi kesalahan yang pernah dilakukanya, namun Alhamdulillah
petani markisa di Desa Batubelerang saat ini dalam hasil panennya mengalami
perubahan produksi yang lumayan meningkat dibandingkan hasil panen
sebelumnya.
5. Mendapatkan pendampingan lansung dari penyuluh pertanian
Skor nilai 2,80 termasuk kategori tinggi pada petani markisa yang
mendapatkan pendampingan lansung dari penyuluh pertanian dalam mengarahkan
cara - cara dalam usahatani markisa, karena petani markisa di Desa Batubelerang
tersebut sudah mulai mengalami perubahan baik dari pemilihan bibit sampai
63
panen serta cara pengendalian hama dan penyakit yang mulai mereka terapkan
agar mendapatkan perkembangan dan hasil panen yang meningkat. Hal ini terjadi
akibat adanya pendampingan lansung kepada petani sehingga penyuluh mudah
mengetahui apa yang di perlukan petani pada saat mengalami masalah dalam
usahatani markisa.
Uraian dari pertanyaan diatas dapat perubahan tingkat keterampilan petani,
setelah adanya penyuluhan partisipatif, yaitu nilai rata-rata 2,80 termasuk tinggi
dari lima kategori pertanyaan untuk 30 responden. Hal ini disebabkan
keterampilan petani sudah meningkat dengan adanya penyuluhan partisipatif
mengenai tehnik berusahatani markisa yang baik sehingga petani termotivasi
untuk mengembangkan usahataninya.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa dampak penyuluhan partisipatif
terhadap perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan petani markisa
memperoleh skor nilai 2,78 atau dengan kategori tinggi dimana pada sikap petani
terhadap penyuluh partisipatif di Desa Batubulerang Kecamatan Sinjai Borong
Kabupaten Sinjai memperoleh nilai 2,72, atau masuka pada kategori tinggi dengan
alasan karena dilapangan telah terjadi perubahan sikap pada petani yaitu,, petani
lebih aktif, mandiri, dan terampil dalam melakukan usaha tani markisa dan pada
tingkat pengetahuan petani terhadap penyuluhan partisipatif memperoleh nilai
2,82 atau dengan kategori tinggi, karena petani sangat cepat menerima materi
yang diberikan oleh penyuluh pertanian,sedangkan tingkat keterampilan petani
mencapai nilai 2,80 atau juga masuk pada kategori tinggi karena keterampilan
petani sudah meningkat dengan adanya penyuluhan pertanian mengenai tehnik
berusahatani markisa yang baik, sehingga petani termotivasi untuk
mengembangkan usaha taninya.
6.2 Saran
Sebaiknya penyuluh terus meningkatkan tingkat pengetahuan, sikap, dan
keterampilan petani, maka materi penyuluhan pertanian partisipatif harus
senantiasa disesuaikan dengan kondisi yang nyata seperti kondisi sosial atau
budaya, ekonomi dan kemampuan masyarakat. Penyuluhan pertanian partisipatif
sebaiknya diberikan kepada petani dan keluarganya sesuai dengan apa yang
65
dibutuhkannya, sehingga pengaruh yang lebih baik senantiasa dapat di raih serta
diberikan solusi dan bimbingan dalam menghadapi permasalahan sehingga sikap,
pengetahuan dan keterampilan akan semakin bertambah.
LAMPIRAN
68
Lampiran1. Kuesioner Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap
Perubahan Sikap Pengetahuan dan Keterampilan Petani
Markisa di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong
Kabupaten Sinjai
KUESIONER
Nama Responden :
Umur :………….. Tahun
Tanggungan Keluarga :…………. Orang
Pengalaman Usahatani :…………. Tahun
Luas Lahan :…………. Are
Tingkat Pendidikan : (Tidak Sekolah) ( SD) (SMP) (SMA) (Serjana)
I. Sikap
1. Dari pengalaman selama ini, apakah bapak/ibu menerapkan apa yang
disampaikan oleh penyuluh pertanian?
a. Ya, diterapkan
b. Jarang
c. Tidak
Jelaskan : …………………………………………………………………
………………………………….……………………………….
2. Dari pengalaman bapak/ibu selama ini apakah pelatihan yang diberikan
penyuluh pertanian sudah sangat memuaskan terhadap tanaman markisa?
a. Ya, memuaskan
b. Kadang-kadang
c. Tidak
Jelaskan : …………………………………………………………………
………………………………….……………………………….
69
3. Dari pengalaman bapak/ibu selama ini, apakah dengan keberadaan penyuluh
sangat membantu masalah petani?
a. Ya, mebatu
b. Cukup membantu
c. Kurang membantu
Jelaskan : …………………………………………………………………..
………………………………….……………………………….
4. Dari pengalaman bapak/ibu selama ini, Apakah penyuluh pertanian
melakukan tinjauan langsung setelah melakukan penyuluhan?
a. Ya, memuaskan
b. Kadang-kadang
c. Tidak
Jelaskan : …………………………………………………………………
………………………………….……………………………….
5. Dari pengalaman bapak/ibu selama ini, apakah dengan adanya pelatihan yang
diberikan penyuluh kepetani meningkatkan pendapatan petani?
a. Ya, meningkat
b. Cukup meningkat
c. Kurang meningkat
Jelaskan : …………………………………………………………………
………………………………….……………………………..
II. Pengetahuan
1. Apakah sebelumnya bapak/ibu pernah mengikuti penyuluhan pertanian,?
a. Semua bagian
b. Bagian tertentu
c. Sulit
Jelaskan : ……………………………………………………………………
…………………………………………………………………….
70
2. Apakah informasi yang diberikan oleh penyuluh pertanian bermanfaat buat
bapak/ibu dalam pengembangan usahatani markisa ?
a. Ya, bermanfaat
b. Kurang, bermanfaat
c. Tidak
Jelaskan : ............................................................................................................
...........................................................................................................
3. Apakah informasi yang disampaikan oleh penyuluh pertanian sudah sesuai
dengan yang diharapkan bapak/ibu dalam pengembangan usahatani markisa ?
a. Ya, sesuai
b. Kurang, sesuai
c. Tidak
Jelaskan : ………………………………………………………………………
…..…………………………………………………………………..
4. Apakah bapak/ibu memahami apa yang disampaikan oleh penyuluh pertanian
guna peningkatan pengetahuan petani terhadap tanaman markisa?
a. Ya, dipahami
b. Kurang, dipahami
c. Tidak
Jeaskan : ………………………………………………………………………
…………………………………………………………..…………….
5. Bagaimana tingkat pengembangan pengetahuan petani setelah mendapatkan
penyuluhan pertanian?
a. Ada perkembangan
b. Kurang berkembang
c. Tidak
Jelaskan : …………………………………………………………………
……………………………………………………………………
71
III. Keterampilan
1. Apakah bapak/ibu diajarkan keterampilan berusahatani terhadap tanaman
markisa oleh penyuluh pertanian ?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
Jelaskan : …………………………………………………………………
………………………………….……………………………….
2. Apakah bapak/ibu menerapkan apa yang telah disampaikan oleh penyuluh
pertanian dalam usahatani markisa ?
a. Ya, menerapkan
b. Kadang-kadang
c. Tidak
Jelaskan : …………………………………………………………………
………………………………….……………………………….
3. Apakah bapak/ibu mendapatkan kemudahan setelah mendapatkan pelatihan
dari penyuluh pertanian?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
Jelaskan : …………………………………………………………………
………………………………….……………………………….
4. Apakah penyuluh pertanian melakukan evaluasi tentang pengembangan yang
dialami oleh petani markisa?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
72
Jelaskan : …………………………………………………………………
………………………………….……………………………….
5. Apakah bapak / ibu mendapatkan pendampingan lansung dari penyuluh
pertanian dalam mengarahkan cara-cara dalam usahatani markisa ?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
Jelaskan : …………………………………………………………………
………………………………….……………………………….
73
Lampiran 2. Identitas Responden di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong
Kabupaten Sinjai
No.Res
Nama
Responden
Usia
(tahun)
Tingkat
Pendidikan
Jumlah
Tanggungan
Keluarga
Pengalaman
Usaha Tani
(tahun)
Luas
Lahan (Ha)
1 Baba 45 SD 6 13 1,0
2 Baso 31 SMA 3 9 1,0
3 Cale 40 SD 3 16 0,7
4 Ence 45 SD 2 17 0,5
5 Hama 42 SD 2 12 0,6
6 Jufri 49 SD 4 13 0,8
7 Kikka 34 SMP 5 19 0,5
8 Maddi 64 SD 3 20 1,3
9 Malling 67 SD 3 23 1,0
10 Mare 47 Tidak Sekolah 3 11 0,10
11 Nurdin 44 Tidak Sekolah 2 19 0,6
12 Radeng 53 SD 3 11 0,9
13 Syamsir 35 SMA 2 18 0,5
14 Malla 54 SMP 4 20 2,0
15 Sese 55 SD 3 18 1,0
16 Taho 65 SD 2 21 0,9
17 Upe 26 SD 2 7 1,8
18 Usman 27 SMP 3 7 0,5
19 Saeni 28 SMP 2 11 0,7
20 Ahmad 66 SD 3 21 0,8
21 Baton 40 SD 5 15 0,7
22 Cadeng 42 SD 3 17 0,6
23 Tahia 49 Tidak Sekolah 4 11 1,5
24 Sakka 38 SD 3 10 0,15
25 Basri 33 SD 2 10 0,5
26 Safinang 66 SMP 4 22 1,5
27 Pasimai 44 SD 5 16 2,0
28 Aning 68 SD 4 22 1,6
29 Katibi 58 SD 1 15 1,5
30 Jumadi 60 SD 4 21 0,5
74
Lampiran 3. Data Pertanyaan Responden Dari Aspek Sikap
No. Res Nama
Aspek Sikap
Jumlah Skor 1 2 3 4 5
1 Baba 2 3 3 3 3 14 2.80
2 Baso 3 2 3 2 3 13 2.60
3 Cale 2 3 2 3 3 13 2.60
4 Ence 2 3 3 3 2 13 2.60
5 Hama 3 3 3 3 3 15 3.00
6 Jufri 3 3 3 2 3 14 2.80
7 Kikka 3 3 2 3 3 14 2.80
8 Maddi 3 2 3 2 3 13 2.60
9 Malling 3 3 3 2 2 13 2.60
10 Mare 2 2 2 3 3 12 2.40
11 Nurdin 3 3 3 3 3 15 3.00
12 Radeng 3 2 2 2 3 12 2.40
13 Syamsir 3 3 3 3 3 15 3.00
14 Malla 2 3 3 2 2 12 2.40
15 Sese 3 2 2 3 3 13 2.60
16 Taho 3 2 2 2 3 12 2.40
17 Upe 3 2 2 2 3 12 2.40
18 Usman 3 3 3 3 3 15 3.00
19 Saeni 3 3 3 2 2 13 2.60
20 Ahmad 3 3 3 3 3 15 3.00
21 Baton 2 3 2 2 2 11 2.20
22 Cadeng 3 2 3 2 3 13 2.60
23 Tahia 3 3 3 3 3 15 3.00
24 Sakka 3 3 3 3 3 15 3.00
25 Basri 3 3 3 3 3 15 3.00
26 Safinang 2 2 2 3 3 12 2.40
27 Pasimai 3 3 3 3 2 14 2.80
28 Aning 3 3 3 3 3 15 3.00
29 Katibi 3 3 3 3 3 15 3.00
30 Jumadi 3 3 3 3 3 15 3.00
Jumlah 83 81 81 79 84 408 81.60
Rata-rata 2.77 2.70 2.70 2.63 2.80 2.72 2.72
Kategori Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Ket : 1.00 - 1,66 Rendah
1.67 – 2.33 Sedang
2.34 – 3.00 Tinggi
75
Lampiran 4. Data Pertanyaan Responden Aspek Pengetahuan
No.
Res Nama
Aspek Pengetahuan
Jumlah Skor 1 2 3 4 5
1 Baba 2 3 3 2 3 13 2.60
2 Baso 3 2 3 3 2 13 2.60
3 Cale 3 3 3 3 3 15 3.00
4 Ence 2 3 3 2 2 12 2.40
5 Hama 3 3 3 3 2 14 2.80
6 Jufri 3 2 3 3 3 14 2.80
7 Kikka 3 3 3 3 3 15 3.00
8 Maddi 3 3 3 3 3 15 3.00
9 Malling 3 3 3 3 2 14 2.80
10 Mare 2 3 3 3 3 14 2.80
11 Nurdin 3 3 3 3 3 15 3.00
12 Radeng 2 3 2 3 3 13 2.60
13 Syamsir 3 3 3 3 3 15 3.00
14 Malla 3 3 3 3 3 15 3.00
15 Sese 3 3 3 3 3 15 3.00
16 Taho 2 3 2 3 3 13 2.60
17 Upe 3 2 3 2 3 13 2.60
18 Usman 3 3 3 3 3 15 3.00
19 Saeni 3 3 2 3 3 14 2.80
20 Ahmad 3 3 3 2 3 14 2.80
21 Baton 3 3 2 3 3 14 2.80
22 Cadeng 3 3 3 3 3 15 3.00
23 Tahia 3 3 3 3 3 15 3.00
24 Sakka 3 3 3 2 2 13 2.60
25 Basri 2 3 3 3 3 14 2.80
26 Safinang 3 3 3 3 3 15 3.00
27 Pasimai 2 3 2 3 3 13 2.60
28 Aning 3 3 3 3 3 15 3.00
29 Katibi 2 3 2 3 3 13 2.60
30 Jumadi 3 3 3 3 3 15 3.00
Jumlah 82 87 84 85 85 423 84.6
Rata-rata 2.73 2.90 2.80 2.83 2.83 2.82 2.82
Kategori Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Ket : 1.00 - 1,66 Rendah 1.67 – 2.33 Sedang
2.34 – 3.00 Tinggi
76
Lampiran 5. Data Pertanyaan dari Aspek Keterampilan
No. Res Nama
Aspek Keterampilan
Jumlah Skor 1 2 3 4 5
1 Baba 2 2 3 2 3 12 2.40
2 Baso 3 3 2 3 3 14 2.80
3 Cale 3 2 3 3 2 13 2.60
4 Ence 3 3 2 2 3 13 2.60
5 Hama 3 3 3 3 3 15 3.00
6 Jufri 3 3 3 3 3 15 3.00
7 Kikka 3 3 3 2 2 13 2.60
8 Maddi 2 3 3 3 3 14 2.80
9 Malling 3 3 3 3 3 15 3.00
10 Mare 3 3 3 3 3 15 3.00
11 Nurdin 3 3 3 3 2 14 2.80
12 Radeng 2 3 2 3 3 13 2.60
13 Syamsir 3 3 2 2 2 12 2.40
14 Malla 2 2 3 3 3 13 2.60
15 Sese 3 3 3 3 3 15 3.00
16 Taho 2 3 3 3 3 14 2.80
17 Upe 2 3 3 3 2 13 2.60
18 Usman 3 3 3 3 3 15 3.00
19 Saeni 3 3 3 3 3 15 3.00
20 Ahmad 2 3 3 2 3 13 2.60
21 Baton 3 2 3 3 3 14 2.80
22 Cadeng 3 3 3 3 3 15 3.00
23 Tahia 3 3 3 3 3 15 3.00
24 Sakka 3 3 3 3 3 15 3.00
25 Basri 3 2 3 3 2 13 2.60
26 Safinang 2 3 2 3 3 13 2.60
27 Pasimai 3 3 3 3 3 15 3.00
28 Aning 3 2 3 3 3 14 2.80
29 Katibi 3 3 3 3 3 15 3.00
30 Jumadi 3 3 3 3 3 15 3.00
Jumlah 82 84 85 85 84 420 84.00
Rata-rata 2.73 2.80 2.83 2.83 2.80 2.80 2.80
Kategori Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Ket : 1.00 - 1,66 Rendah
1.67 – 2.33 Sedang
2.34 – 3.00 Tinggi
77
Lampiran 6. Dampak Penyuluhan Partisipatif
No.Res Nama Dampak Penyuluhan Partisipatif Jumlah
Pengetahuan Sikap Keterampilan
1 Baba 13 14 12 39
2 Baso 13 13 14 40
3 Cale 15 13 13 41
4 Ence 12 13 13 38
5 Hama 14 15 15 44
6 Jufri 14 14 15 43
7 Kikka 15 14 13 42
8 Maddi 15 13 14 42
9 Malling 14 13 15 42
10 Mare 14 12 15 41
11 Nurdin 15 15 14 44
12 Radeng 13 12 13 38
13 Syamsir 15 15 12 42
14 Malla 15 12 13 40
15 Sese 15 13 15 43
16 Taho 13 12 14 39
17 Upe 13 12 13 38
18 Usman 15 15 15 45
19 Saeni 14 13 15 42
20 Ahmad 14 15 13 42
21 Baton 14 11 14 39
22 Cadeng 15 13 15 43
23 Tahia 15 15 15 45
24 Sakka 13 15 15 43
25 Basri 14 15 13 42
26 Safinang 15 12 13 40
27 Pasimai 13 14 15 42
28 Aning 15 15 14 44
29 Katibi 13 15 15 43
30 Jumadi 15 15 15 45
Jumlah 423 408 420 1251
Rata-rata 2.82 2.72 2.80 2.78
Kategori Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Ket : 1.00 - 1,66 Rendah
1.67 – 2.33 Sedang
2.34 – 3.00 Tinggi
78
Lampiran 7. Dokumentasi
Gambar 1 : Wawancara Responden
Gambar 2 : Wawancara Responden
79
Gambar 3 : Pemangkasan Daun Tua
Gambar 4 : Markisa umur 4 Bulan
80
PETA LOKASI PENELITIAN
PETA LOKASI PENELITIAN
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Kerangka Pikir Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap
Perubahan Pengetahuan Sikap Dan Keterampilan Petani Markisa
Di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai ........... 31
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Kerangka Pikir Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap Perubahan
Pengetahuan Sikap Dan Keterampilan Petani Markisa Di Desa Batubelera
ng Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai ....................................31
66
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1999. Panduan Operasiaonal Pembangunan Desa. Ditjen PMD.
Depdagri. Jakarta
Anonim,2002. Mengelolah Penyuluhan Partisipatif. Deptan. Jakarta
Arifuddin, S., 2005. Partisipasi Masyarakat Tani Pengguna Lahan Sawah Dalam
Pembangunan Pertanian. di daerah Lombok Nusa Tenggara Barat.
Disertasi program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor,Tidak
Dipublikasikan.
Azwar, S. 1995. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar.
Yogyakata
Dajan, A., 1997. Pengantar Metode Statistik. LP3ES. Jakarta
Didik Suharjito, 2001. Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya Agroforestri. Remaja
Karya. Bandung
Hays, W.L, 1987. Quantification in Psichology. Prentice Hall. New Delhi.
Irmayanti, 2007. MPKT Modu Artikel "Pengetahuan" 1. Lembaga Penerbitan.
Jakarta
Kartasapoetra, A.G., 1988. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara,
Jakarta.
Lubis, S. 2005. Pengaruh Budaya Kerja dan dan sikap inovatif terhadapa kinerja
gur MAN di Kota Medan, Tesis. Medan:PPS Unimed.
Mardikanto, T. 1991. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret
niversity Press. Srakarta
Moser, A.T.,2003. Mengerakan dan Membangun Pertanian. CV. Yasaguna
Jakarta
Mubyarto. 2003. Memacu Perekonomian Rakyat. Kerjasama Bappenas dan
Yayasan dan Agroekonomika Yogyakarta.
Muhajir, Noeng-, 2001. Kepemimpinan Adopsi Untuk Masarakat. Rake Press.
Yogyakarta.
Mitchell 1990. Sikap Manusia Perubahan serta Pengukuran. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
67
Nasriati. 2002. Pengaruh Pendekatan Penyuluhan Partisipatif Terhadap Adopsi
Tehnologi Budidaya Kakao Dikampung Lampung Timur. Tesis Program
Paska Sarjana, Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta. Tidak
Dipublikasikan.
Ndraha, T.,1999. Pembangunan Desa dan Admistrasi Pemerintah Desa. Yayasan
Karya Dharma. Jakarta.
Ningky Munir. 2001. Proses Penciptaan Pengetahuan di Perusahaan. Seminar
Ikatan Pustakawan Indonesia. Jakarta
Padmowihardjo, S., 2000. Metode dan teknik penyuluhan pertanian, Universitas
Terbuka, Jakarta.
Pendit, Putu Laxman. 2001. Manajemen Pengetahuan dan Kompetensi
Profesional Informasi. Seminar IMPI. Jakarta
Sayogya, D., 2004. Sosiologi Pedesaan. UGM Press. Yogyakarta
Siagian, P.S.1999. Manajemen Sumber daya manusia, Bumi Aksara. Jakarta
Slamet, Y., 2000. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Sebelas
Maret University Press. Surakarta.
Schmidt, Richard A. (1991). Motor Learning and Performance: From Principle
into Practice. Human Kinetics. Champaign, IL
Singer, Robert N. (1980). Motor Learning and Human Performance: An
Application to Motor Skills and Movement Behaviors. Macmillan Pub.
New York.
Soekanto, S. 2003. Pengantar Sosiologi. Rajawali Press. Jakarta
Soetomo, 2006. Stratei-stratei pembangunan masyarakat. Pustaka pelajar.
Yogyakarta
Soedijanto, 2004. Menata Kembali Penyuluhan Pertanian di Era Agribisnis,
Departemen Pertanian, Jakarta.
Spencer, J-C. 1996. Making Knowledge the Basis of a Dynamic Theory of the
Firm” Dalam Management Learning, 25
Wiriaatmadja, Soekandar. 1986. Pokok-pokok Penyuluhan Pertanian. Penerbit
CV Yasaguna. Jakarta. 127 halaman
RIWAYAT HIDUP
NILMAYANTI, Lahir di Sinjai pada tanggal 07 Januari
1992,anak pertama dari 5 bersaudara dari pasangan Akmal dan
Darmawati. Tingkat pendidikan formal yang telah di lalui
adalah Taman Kanak – Kanak Al-Ikwan Tanete tamat tahun
1998. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar (SD) 88 Jennae Sinjai Borong
tamat tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke
Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2 Sinjai Utara dan tamat pada tahun 2007,
kemudian pada tahun yang sama pula penulis melanjutkan kejenjang Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Sinjai Utara.
Setelah tamat pendidikan di bangku SMK , pada tahun 2010 penulis
mengikuti jalur seleksi di kampus Universitas Muhammadiyah Makassar dan
berhasil lulus di Jurusan Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian .
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kepengurusan
Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Agribisnis pada tahun 2011 sebagai
anggota dan di periode yang sama diangkat menjadi wakil Bendahara Umum .
Dan selain itu penulis juga aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) tahun
2011-2013 sebagai Sekretaris pada komisi pengembangan minat dan bakat.
Kemudian kembali menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Agribisnis
(HIMAGRI) di periode 2014 – 2015,Alhamdulillah di beri kepercayaan dan
amanah oleh semua pengurus HIMAGRI di pilih sebagai bendahara umum pada
periode tersebut.