dampak pembudidayaan ikan lele sangkuriang...
TRANSCRIPT
DAMPAK PEMBUDIDAYAAN IKAN LELE
SANGKURIANG TERHADAP PEREKONOMIAN
ANGGOTA KELOMPOK: STUDI KASUS POKDAKAN
BUDI ILMA SEJAHTERA KELURAHAN ROROTAN
JAKARTA UTARA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
LILIS YUNENGSIH
NIM: 1110054000005
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Lilis Yunengsih
Nim : 1110054000005
Dengan ini saya menyatakan bahwa, skripsi yang berjudul “DAMPAK
PEMBUDIDAYAAN IKAN LELE SANGKURIANG TERHADAP
PEREKONOMIAN ANGGOTA KELOMPOK: STUDI KASUS POKDAKAN
BUDI ILMA SEJAHTERA KELURAHAN ROROTAN JAKARTA UTARA”
adalah benar merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah tercantum sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jika dikemudian hari
terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta, 29 Juni 2016
LilisYunengsih
i
ABSTRAK
LILIS YUNENGSIH
Dampak Pembudidayaan Ikan Lele Sangkuriang Terhadap Perekonomian
Anggota Kelompok: Studi Kasus Pokdakan Budi Ilma Sejahtera Kelurahan
Rorotan Jakarta Utara
Saat ini, kemiskinan sudah menjadi masalah sosial yang sangat serius di
Indonesia. Setiap tahunnya angka kemiskinan mengalami perubahan, angka
pengangguranpun semakin bertambah di setiap wilayah, tidak menutup kemungkinan
Jakarta yang menjadi pusat kota.
Untuk mengatasi persoalan kemiskinan dan pengangguran, dalam hal ini
Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera yang berada di kelurahan
Rorotan Jakarta Utara mencoba menciptakan lapangan pekerjaan yang diharapkan
dapat membantu Pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran, selain itu
terciptanya kelompok ini adalah untuk meningkatkan perekonomian dan taraf hidup
masyarakat di wilayah tersebut.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pembudidayaan ikan
lele berdampak pada perekonomian anggota kelompoknya. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan metodologi kualitatif, yaitu dengan menggunakan pengamatan,
wawancara dan penelaahan dokumen. Metode penelitian kualitatif ini juga bertujuan
untuk penulis bisa menghimpun data dari hasil pengamatan dan wawancara yang
dilakukan dengan anggota Kelompok Budi Ilma Sejahtera dan kemudian mengelola
dan menganalisis dari hasil temuan di lapangan agar dapat memperoleh informasi
yang akurat dan mendalam tentang program atau kegiatan yang menjadi penelitian.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa, kegiatan pembudidayaan ikan
lele yang dilakukan anggota Kelompok Budi Ilma Sejahtera, sedikit banyak bisa
membantu perekonomian para anggotanya. Besar harapan dari para anggota bahwa
kegiatan semacam ini akan tetap bertahan, karena bisa menjadi cara alternatif bagi
masyarakat yang tidak atau belum mempunyai pekerjaan, terlebih untuk masyarakat
yang berada di wilayah pusat kota seperti Jakarta ini.
Semoga hasil penelitian dalam skripsi ini bisa bermanfaat untuk kawan-kawan
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, masyarakat umum serta pemerintah
yang fokus di bidang peningkatan ekonomi sehingga dapat memberikan perhatian
lebih pada kelompok budidaya ikan semacam ini.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil ‘alamin...
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga hanya karena limpahan nikmat-
nikmat itu penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Dampak
Pembudidayaan Ikan Lele Sangkuriang Terhadap Perekonomian Anggota
Kelompok: Studi Kasus Pokdakan Budi Ilma Sejahtera Kelurahan Rorotan
Jakarta Utara”. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, yang tiada terhitung jasanya bagi umat manusia, dengan
membawa umatnya dari alam kegelapan (kebodohan) kepada alam yang terang
benderang yang bertabur ilmu pengetahuan.
Skripsi ini bermula dari keresahan penulis sebagai generasi yang besar di
pinggir utara Kota Jakarta. Kebanyakan tetangga dan keluarga penulis mengalami
masalah ekonomi di dalam rumah tangganya, solusi yang saat ini dilakukan warga
di Kelurahan Rorotan, salah satu kelurahan yang ada di Jakarta Utara adalah
dengan melakukan kegiatan budidaya ikan. Ini membuat penulis tertarik untuk
membahas bagaimana dampak pembudidayaan itu berpengaruh terhadap
perekonomian anggota kelompok budidaya ikan tersebut.
Selanjutnya, sehubungan dengan telah selesainya penulisan skripsi ini.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
iii
membantu, penulis banyak berhutang jasa kepada pihak yang begitu tulus
membantu, baik berupa motivasi, saran, kritik, gagasan, finansial, dan tenaga
kepada penulis pada masa pencarian data dan referensi demi terselesaikannya
penulisan skripsi ini. Kepada mereka, penulis mengucapkan rasa terima kasih
yang mendalam. Oleh karena itu, tiada kata seindah doa dan ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Arief Subhan, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi beserta jajaran pembantu Dekan I, II, III Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Wati Nilamsari M.Si, selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
(PMI).
4. M. Hudri, M.Ag, selaku Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
(PMI).
5. Nurul Hidayati S.Ag, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang rela membagi
waktu disela-sela kesibukannya dalam rangka memberikan perhatian berupa
saran, kritik, bimbingan serta motivasinya untuk penulis guna selasainya
skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan PMI Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang selalu memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada
penulis selama berada dibangku kuliah.
7. Rasa terima kasih yang mendalam untuk kedua orang tua tercinta Abah Hayul
dan Mama Umi yang tak henti-hentinya memberikan dukungan baik moril
iv
maupun materil, perhatian, pengertian, kasih sayang dan doa-doanya yang
tidak henti-hentinya kepada penulis, dan terima kasih atas nasihatnya untuk
segera menyelesaikan skripsi ini. Semoga kebaikan apapun yang telah kalian
berikan dihitung sebagai amal ibadah oleh Allah SWT.
8. Perempuan-perempuan tersayangku, yang selalu memberikan suntikan
semangat. Terima kasih adikku Nur Fajar Wati (Teteh Nuri) untuk
kesediaanya antar jemput penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Farah
Fadilah (Kaka Wawa) dan Shafa Farhani (Dede Babon) untuk tingkah dan
permainan konyolnya yang selalu sukses memberi kebahagiaan dan keceriaan
pada penulis saat mengalami kejenuhan. Terima kasih malaikat kecilku.
Semoga kalian tumbuh menjadi perempuan cerdas.
9. Untuk sepupuh sekaligus sahabat penulis Khusnul Khotima (Radha) yang
sudah membantu penulis dalam hal apapun, mulai dari masa awal perkuliahan
sampai masa akhir perkuliahan. Terima kasih juga untuk kebersamaannya
selama ini, semoga kebikannya dihitung sebagai amal ibadah oleh Allah
SWT.
10. Kepada seluruh anggota Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma
Sejahtera. Bang Ahmad Ganin selaku ketua, yang telah mengizinkan serta
memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian skripsi di
Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera. Serta anggota
yang lainnya, Amroini (Cang Ama), H.A. Kurtubi (Bang Haji), Muhajir
(Mang Ajir), Hayul Qoyum (Abah Hayul), Burhanudin (Abeh Sobur),
Rustono (Mas Tono) dan terakhir Sobarih (Bang Barih), atas ketersediaan
waktunya dan berkenan menjadi narasumber untuk penulis.
v
11. Untuk kawan terbaik, Desia Cahya Ningrum dan Ika Septi Trisnowati sudah
banyak kita melalui kisah susah, sedih, senang, haru. Terima kasih atas
kebersamaannya selama ini yang sama-sama berjuang dalam menyelesaikan
perkuliahan ini, serta terima kasih untuk semangat yang diberikan meskipun
dalam jarak yang berjauhan. Selanjutnya saya ucapkan terima kasih untuk
Nur Handayani dan Anisa Fatonah teman satu pembimbing, yang berjuang
bersama selama proses penyelesaian skripsi ini. Semoga apa yang kita
perjuangkan selama ini bisa kita dapatkan manfaatnya untuk masa depan kita.
Terima kasih atas segala bantuan yang tidak ternilai harganya. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan
demi perbaikan-perbaikan kedepan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 29 Juni2016
Lilis Yunengsih
NIM: 1110054000005
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………………………………………………..... i
KATA PENGANTAR……………………………………………………...... ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………......... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………............. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah………………………...... 12
C. Tujuan Penelitian……………………………………........ 12
D. Manfaat Penelitian…………………………...................... 13
E. Metodologi Penelitian…………………………................ 14
F. Tinjauan Pustaka……………………………………….... 21
G. Sistematika Penulisan……………………………………. 25
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Dampak……………………............................ 27
B. Pemberdayaan ………..………………………................
1. Pengertian Pemberdayaan 28
2. Tahapan Pemberdayaan 31
C. Pemberdayaan Ekonomi ....................................................
1. Pengertian Ekonomi 34
2. Pemberdayaan Ekonomi 35
D. Pembudidayaan Ikan ..........................................................
1. Pengertian Pembudidayaan Ikan 36
vii
2. Pengertian Ikan Lele 38
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Letak Geografis Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan)
Budi Ilma Sejahtera…………………................................
45
B. Sejarah Singkat Kelompok Budidaya Ikan Budi Ilma
Sejahtera………………………………………….............
49
C. Visi dan Misi Kelompok Budidaya Ikan Budi Ilma
Sejahtera………………………………….........................
53
D. Struktur Organisasi Kelompok Budidaya Ikan Budi Ilma
Sejahtera…………………….............................................
54
E. Anggota Kelompok Budidaya Ikan Budi Ilma Sejahtera... 55
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS
A. Pelaksanaan Pembudidayaan Ikan Lele Kelompok
Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera................
56
B. Dampak Pembudidayaan Ikan Lele Terhadap
Perekonomian Anggota Kelompok Budidaya Ikan
(Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera.........................................
80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………. 89
B. Saran…………………………………………………....... 91
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 92
LAMPIRAN………………………………………………………………….. 96
viii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Status Penduduk Wilayah Kelurahan Rorotan .............................................. 46
2. Tabel 2 Status Pendidikan Penduduk di Wilayah Kelurahan Rorotan ...................... 47
3. Tabel 3 Mata Pencaharian Penduduk di Wilayah Kelurahan Rorotan ...................... 48
4. Tabel 4 Fasilitas Kelompok Budidaya Ikan Budi Ilma Sejahtera .............................. 52
5. Tabel 5 Nama dan Alamat Anggota Pokdakan Budi Ilma Sejahtera ......................... 55
6. Tabel 6 Harga Pakan .................................................................................................. 71
7. Tabel 7 Jenis dan Ukuran Lele................................................................................... 75
8. Tabel 8 Hasil Panen I dan II ...................................................................................... 77
9. Tabel 9 Matrik Proses Pembudidayaan Ikan Lele .................................................... 79
10. Tabel 10 Penghasilan Sebelum dan Sesudah Budidaya …………………………….84
ix
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1 Ikan Lele Sangkuriang ............................................................ 41
2. Gambar 2 Ikan Lele Sangkuriang Hasil Panen Kelompok Budi Ilma
Sejahtera ................................................................................. 41
3. Gambar 3 Struktur Organisasi Kelompok………………………………54
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang bersifat global. Artinya,
kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian banyak
orang di dunia ini. Meskipun dalam tingkatan yang berbeda, tidak ada satu pun
negara di jagat raya ini yang “kebal” dari kemiskinan.1 Bahkan Negara maju
seperti Amerika juga tidak luput dari masalah sosial.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan data mengenai tingkat
kemiskinan di Indonesia. Pada Maret 2014, jumlah penduduk miskin (penduduk
dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia
mencapai 28,28 juta orang (11,25%), berkurang sebesar 0,32 juta orang
dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2013 yang sebesar 28,60
juta orang (11,46%), dan bertambah sebesar 0,11 juta orang dibandingkan dengan
penduduk miskin pada Maret 2013 yang sebesar 28,17 juta orang (11,36%).
Selama periode September 2013 sampai Maret 2014, jumlah penduduk miskin di
daerah perkotaan turun sebanyak 0,17 juta orang (dari 10,68 juta orang pada
September 2013 menjadi 10,51 juta orang pada Maret 2014), sementara di daerah
pedesaan turun sebanyak 0,15 juta orang (dari 17,92 juta orang pada September
2013 menjadi 17,77 juta orang pada Maret 2014). Persentase penduduk miskin di
1 Edi Suharto, Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia Menggagas Model Jaminan
Sosial Universal Bidang Kesehatan (Bandung: ALFABETA, 2009), h. 14
2
daerah perkotaan pada September 2013 sebesar 8,55%, turun menjadi 8,34% pada
Maret 2014. Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan turun
dari 14,37% pada September 2013 menjadi 14,17% pada Maret 2014.2
Dari data yang ada menunjukan penurunan dalam persentase jumlah
penduduk miskin. Antara bulan Maret 2013 sampai Maret 2014 jumlah penduduk
miskin berkurang sebesar 0,11 juta orang. Data penduduk miskin perkotaan juga
mengalami penurunan sebanyak 0,17 juta orang. Meskipun data yang ada
menunjukan jumlah penduduk miskin berkurang, ini tidak membuat masalah
sosial yang ada di Indonesia terselesaikan karena setiap tahunnya jumlah
penduduk miskin tidak selalu stabil atau dengan kata lain jumlah ini bisa saja
bertambah.
Sementara untuk wilayah DKI Jakarta tingkat kemiskinan pada Maret
2015 sebesar 398,92 ribu orang (3,93%). Dibandingkan dengan September 2014
(412,79 ribu orang atau 4,09%), jumlah penduduk miskin turun sebesar 13,87 ribu
atau turun 0,16 poin. Sedangkan dibandingkan dengan Maret 2014 dengan jumlah
penduduk miskin sebesar 393,98 ribu orang (3,92%), jumlah penduduk miskin
meningkat 4,94 ribu atau meningkat 0,01 poin.3
Data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik setiap tahunnya tidak selalu
stabil. Setiap tahunnya data kemiskinan yang dikeluarkan bisa menurun atau
2 Badan Pusat Statistik, “Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2014,” artikel diakses pada 1
Juli 2014 dari http:/bps.go.id/website/brs_ind/brsInd-20141209145524.pdf 3 Badan Pusat Statistik, “Tingkat Kemiskinan di DKI Jakarta Maret 2015,” artikel diakses
pada 30 September 2015 dari http://jakarta.bps.go.id/backend/brs_ind/brsInd-20150918101513.pdf
3
bahkan naik. Tidak dapat dipungkiri, meskipun data kemiskinan di Indonesia atau
di daerah-daerah menurun, akan tetapi kemiskinan masih menyelimuti masyarakat
Indonesia sampai saat ini dan masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan
kesejahteraan hidupnya.
Kemiskinan dapat menunjuk pada kondisi individu, kelompok, maupun
situasi kolektif masyarakat. Sebuah bangsa atau negara secara keseluruhan bisa
pula dikategorikan miskin.4 Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
kemiskinan, jarang ditemukan kemiskinan yang hanya disebabkan oleh faktor
tunggal. Seseorang atau keluarga miskin bisa disebabkan oleh beberapa faktor
yang saling terkait satu sama lain, seperti mengalami kecacatan, memiliki
pendidikan rendah, tidak memiliki modal atau keterampilan untuk berusaha, tidak
tersedianya kesempatan kerja, terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), tidak
adanya jaminan sosial (pensiun, kesehatan, kematian), atau hidup di lokasi
terpencil dengan sumberdaya alam dan infrastruktur yang terbatas.5
Di Indonesia, faktor yang sering dijumpai sebagai penyebab terjadinya
kemiskinan adalah karena tidak tersedianya kesempatan kerja sehingga
masyarakat Indonesia banyak yang menjadi pangangguran.
Menurut Ida Bagoes Mantra, pengangguran adalah bagian dari angkatan
kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. Konsep
ini sering sekali diartikan sebagai keadaan pengangguran terbuka. Begitu pula
4 Edi Suharto, Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia Menggagas Model Jaminan
Sosial Universal Bidang Kesehatan, h. 16 5 Ibid, h. 17.
4
dengan yang dikatakan Dumairy, dijelaskan bahwa pengangguran adalah orang
yang tidak mempunyai pekerjaan lengkap. Lengkapnya orang yang tidak berkerja
dan masih atau sedang mencari pekerjaan.6
Saat ini kemiskinan dan pengangguran masih menjadi masalah serius yang
dihadapi Indonesia. Memang, antara kemiskinan dan pengangguran adalah dua
masalah yang saling berkaitan satu sama lain. Karena kemiskinan itu salah
satunya lahir dari adanya pengangguran atau dengan kata lain tidak tersedianya
kesempatan kerja bagi masyarakat.
Pengangguran di kota meningkat seiring dengan urbanisasi dan
meningkatnya pendidikan. Akan tetapi sektor industri tidak berkembang sejalan
dengan pertumbuhan tenaga kerja, sehingga memperbesar pengangguran.
Disamping itu ada pula pengangguran yang berpendidikan. Mereka gagal
mendapatkan pekerjaan karena kerasnya persaiangan dan tiadanya perencanaan
tenaga kerja. Dengan tingkat rata-rata tahunan penduduk kota sebesar 4,5%, 20%
adalah pengangguran. Akan tetapi pengangguran tersembunyi merupakan ciri
utama sebagian besar Negara terbelakang. Pengangguran seperti itu tampil secara
terpaksa, setiap orang bersedia kerja tetapi mereka tidak mendapatkan kerja
karena tiadanya faktor pendukung.7
6 Ahmad Rifki Fathurrohman, “Peran Abah Nasrudin dalam Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Budidaya Ikan Lele Sangkuriang di Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor,” (Skripsi S1
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014), h. 1 7 M.L. Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan (Jakarta: Rajawali Pers, 2012),
h.22
5
Pada tahun 2015 ini, angka pengangguran di Indonesia bertambah 300
Ribu orang. Penyebab bertambahnya pengangguran pada tahun ini disebabkan
oleh perlambatan ekonomi. Melambatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia
belakangan ini ternyata mambawa dampak buruk bagi sektor tenaga kerja. Badan
Pusat Statistik melaporkan, Februari 2014 sampai Februari 2015 jumlah
pengangguran meningkat 300 ribu orang yang totalnya mencapai 7,45 juta orang.8
Untuk mengurangi tingkat pengangguran, peran pemerintah sangatlah
dibutuhkan dalam hal ini. Pemerintah harus bisa membuat kebijakan yang dapat
menciptakan lapangan pekerjaan. Karena pada dasarnya Negara wajib
menyediakan lapangan pekerjaan dan memberikan kesempatan bagi masyarakat
untuk bekerja dan hal tersebut sudah ditetapkan di dalam undang-undang. Sesuai
UUD 1945, pasal 27 ayat 2 bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Sebenarnya upaya pemerintah dalam memerangi kemiskinan dan
mengurangi angka pengangguran sudah banyak dilakukan. Untuk meningkatkan
kesejahteraan dan perekonomian masyarakat bukan hanya kewajiban pemerintah
semata, melainkan juga kewajiban seluruh masyarakat untuk dapat
mensejahterakan kehidupannya sendiri. Kebijakan pemerintah atau program yang
dibuat untuk masyarakat miskin sering kali kurang tepat sasaran. Program seperti
Bantuan Langsung Tunai (BLT), BBM bersubsidi dan Kartu Jakarta Pintar (KJP)
8 Siswanto dan Dian Kusumo Hapsari, “BPS: 2015, Pengangguran Indonesia Bertambah 300
Ribu Orang,” artikel diakses pada 29 September 2015 dari
http://www.suara.com/bisnis/2015/05/05/172548/bps-2015-pengangguran-indonesia-bertambah-300-
ribu-orang
6
nyatanya bukan hanya masyarakat miskin yang menikmati, melainkan masyarakat
yang mampu dari segi ekonomi juga ikut menikmatinya sehingga manfaat dari
program yang sudah dibuat tidak semua masyarakat miskin menikmati dan
program-program seperti itu juga terkesan memanjakan masyarakat sehingga
mereka hanya menunggu datangnya bantuan tanpa ada usaha dari diri mereka
sendiri. Karena itulah mengapa harus adanya kesadaran dan kemauan dari
masyarakat untuk bisa bangkit dari jurang kemiskinan tanpa menunggu dan
berharap program atau bantuan dari pemerintah yang sering kurang tepat sasaran.
Masyarakat Indonesia jelas sadar akan keadaan ekonomi di tanah air.
Untuk bisa keluar dari lingkaran kemiskinan mereka juga harus berusaha mencari
pekerjaan yang layak, yang bisa menghidupi dirinya beserta keluarganya demi
mengubah keadaan hidupnya agar menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.
Usaha untuk mencari pekerjaan salah satunya tercermin dalam QS. At-
Taubah 9 : 105.
Artinya: dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”9
9 Departemen Agama, Al–Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: CV. Penerbit Di Ponogoro,
2005), h.203
7
Ayat tersebut menjelaskan bahwa kita sebagai orang-orang mukmin agar
bersungguh-sungguh dalam mencari pekerjaan dan apa yang sudah kita kerjakan
itu akan mendapatkan balasan yang setimpal. Islam juga mengajarkan kepada
umatnya untuk bekerja atau mencari pekerjaan dengan bersungguh-sungguh dan
tidak mudah putus asa. Dalam mencari pekerjaan sebaiknya sesuaikan dengan
kemampuan dan minat yang dimiliki, agar apa yang dikerjakan dapat berhasil dan
bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.
Akan tetapi kadang kala mencari pekerjaan bukanlah hal yang mudah,
terlebih untuk di daerah perkotaan seperti Jakarta yang banyak persaingan dalam
hal mendapatkan pekerjaan mulai dari persaingan dalam tingkat pendidikan dan
keahlian yang dimiliki.
Tingkat pendidikan pengangguran didominasi tamatan SMU ke bawah
mengindikasikan sulitnya penyerapan angkatan kerja. Tindakan yang dapat
dilakukan pemerintah misalnya perbaikan layanan pendidikan, khususnya
pendidikan formal, dan mengurangi angka siswa putus sekolah.10
Sedangkan cara lain untuk bisa mengurangi jumlah pengangguran adalah
dengan berwirausaha. Wirausaha relatif bisa bertahan dalam menghadapi
permasalahan ekonomi yang sering terjadi. Keberadaannya juga memiliki peluang
yang cukup besar dalam meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat
Indonesia.
10
Tim Website, “Perkembangan dan Solusi Masalah Pengangguran di Indonesia,” artikel
diakses pada 29 September 2015 dari http://keuda.kemendagri.go.id/artikel/detail/19-perkembangan-
dan-solusi-masalah-pengangguran-di-indonesia
8
Selain itu kehadiran dan peranan wirausaha akan memberikan pengaruh
terhadap kemajuan perekonomian dan perbaikan pada keadaan ekonomi. Karena
wirausaha dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kualitas hidup
masyarakat, meningkatkan pemerataan pendapatan, memanfaatkan dan
memobilisasi sumberdaya untuk meningkatkan produktivitas nasional. Sektor
informal merupakan alternatif yang dapat membantu menyerap pengangguran.11
Buchari Alma, memberikan definisi yang luas mengenai wirausaha, dalam
definisi ini ditekankan bahwa seorang wirausaha adalah orang yang melihat
adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan
peluang tersebut. Pengertian wirausaha disini menekankan pada setiap orang yang
memulai suatu bisnis yang baru. Sedangkan proses kewirausahaan meliputi semua
kegiatan fungsi dan tindakan untuk mengejar dan memanfaatkan peluang dengan
menciptakan suatu organisai.12
Ada berbagai macam jenis usaha yang bisa digarap, yaitu usaha ekstraktif,
agraris, industri, perdagangan, dan jasa. Salah satu jenis usaha yang sering
digarap oleh masyarakat yang notabennya belum pernah berwirausaha adalah
usaha di bidang agraris. Usaha agraris mencakup berbagai usaha pengelolaan
kebun, perdagangan hasil-hasil pertanian (agrobisnis) yang dapat diusahakan
11
Ibid 12
Buchari Alma, Kewirausahaan (Bandung: Alfabeta, 2011). h. 24
9
untuk setiap produk yang dihasilkan oleh pertanian atau perkebunan dan
perternakan.13
Berwirausaha di sektor perikanan juga tidak kalah menguntungkannya
dengan berwirausaha di sektor pertanian. Selain bisa menguntungkan,
berwirausaha di sektor perikanan juga bisa memanfaatkan sumber daya alam yang
dimiliki Indoneisa.
Perikanan mempunyai peran penting dan strategis dalam pembangunan
perekonomian nasional, terutama dalam meningkatkan perluasan kesempatan
kerja, pemerataan pendapatan, dan peningkatan taraf hidup bangsa pada
umumnya, nelayan kecil, pembudidaya ikan kecil, dan pihak-pihak pelaku usaha
di bidang perikanan dengan tetap memelihara lingkungan, kelestarian, dan
ketersediaan sumber daya ikan.14
Dari sektor perikanan, biasanya masyarakat menjalankan usaha budidaya
lele. Usaha budidaya lele merupakan salah satu usaha yang dapat ditekuni oleh
masyarakat yang baru memulai usaha sekalipun. Ikan lele merupakan ikan yang
habitatnya di air tawar, ciri-ciri ikan lele adalah memiliki tubuh yang licin dan
mempunyai kumis di sekitar mulutnya. Permintaan akan ikan ini pasti selalu ada
karena banyak peminatnya, terutama untuk dijadikan lauk pauk.
13
Ibid, h. 137 14
Undang-Undang Perikanan 2004, UU RI No. 31 Th. 2004 Tentang Perikanan, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2006). h. 49
10
Kebutuhan ikan lele untuk konsumsi semakin hari semakin meningkat.
Baik untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, untuk lauk jamuan pernikahan,
maupun untuk memenuhi kebutuhan rumah makan dan restoran.15
Dengan
meningkatnya kebutuhan konsumsi ikan lele, itu bisa dijadikan salah satu peluang
melakukan usaha.
Dengan melihat permasalahan kemiskinan dan pengangguran yang tak
kunjung teratasi di Indonesia terutama untuk wilayah Jakarta dan dengan melihat
adanya peluang usaha yang besar dari meningkatnya kebutuhan ikan lele
konsumsi, Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera
memanfaatkan peluang ini menjadi sebuah usaha yang terorganisir.
Lahirnya Kelompok Budidayaan Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera
adalah diawali dari keinginan untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang
diharapkan dapat membantu Pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran,
selain itu terciptanya kelompok ini adalah untuk meningkatkan perekonomian dan
taraf hidup masyarakat di wilayah tersebut.16
Kelompok Budi Ilma Sejahtera, memfokuskan budidaya dengan dua
kegiatan yaitu, pembibitan dan pembesaran. Kelompok ini sudah berdiri dari
tahun 2010, selama rentang waktu tersebut sudah banyak pengalaman yang
kelompok ini rasakan. Mulai dari pengalaman kegagalan karena ikan yang mereka
15
Warsino dan Kres Dahana, Meraup Untung dari Beternak Lele Sangkuriang, (Yogyakarta:
Lily Publisher, 2009), h. 1 16
Wawancara Pribadi dengan Achmad Ganin Ketua Kelompok Budi Ilma Sejahtera, Jakarta,
26 Mei 2015
11
budidayakan hampir semuanya mati, kekurangan pasokan bibit induk, pakan lele
yang mahal dan sampai akhirnya keberhasilanlah yang mereka peroleh dengan
mengalirnya pundi-pundi rupiah setiap kali panen.17
Kegiatan budidaya yang kelompok ini lakukan di bawah binaan dua
lembaga terkait, yaitu Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta
Utara dan Astra Autopart. Banyak pembelajaran yang kelompok ini dapatkan,
mulai dari pelatihan pembudidayaan dan alternatif pemberian pakan lele. Semua
kegiatan yang dilakukan mempunyai satu tujuan yang sama yaitu masyarakat
ekonomi mandiri.18
Dengan binaan yang diberikan Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan
Kelautan Jakarta Utara dan Astra Autopart ini jelas menggambarkan bahwa, baik
dari instansi pemerintahan ataupun swasta memberikan perhatian yang lebih
terhadap kegiatan usaha yang sedang dijalankan Kelompok Budidaya Ikan
(Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera dengan memberikan bantuan peralatan ataupun
pelatihan untuk pembudidayaan ikan lele.
Dengan melihat latar belakang yang diuraikan di atas, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian di Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma
Sejahtera karena di Kelurahan Rorotan banyak melakukan pemberdayaan
ekonomi melalui kegiatan budidaya ikan. Kelompok Budi Ilma dipilih karena dari
beberapa pokdakan yang ada, kelompok inilah yang masih aktif melakukan
17
Ibid 18
Ibid
12
pemberdayaan. Maka peneliti hendak mengadakan penelitian tentang apakah
kegiatan budidaya ikan lele berdampak pada meningkatnya perekonomian
anggota kelompok. Maka dengan ini penulis mengambil judul “DAMPAK
PEMBUDIDAYAAN IKAN LELE SANGKURIANG TERHADAP
PEREKONOMIAN ANGGOTA KELOMPOK : STUDI KASUS POKDAKAN
BUDI ILMA SEJAHTERA KELURAHAN ROROTAN JAKARTA UTARA”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Agar penelitian yang dilakukan dan akan dibahas pada penulisan skripsi
ini lebih terarah dan tidak meluas. Maka peneliti membatasi penelitian pada
pelaksanaan kegiatan budidaya ikan lele yang dilakukan oleh Kelompok
Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera, serta dampak ekonomi yang
dirasakan anggota kelompok dari kegiatan budidaya ikan lele yang dilakukan.
Rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan pembudidayaan ikan lele yang dilakukan Kelompok
Budidaya ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera?
2. Bagaimana dampak pembudidayaan ikan lele terhadap perekonomian anggota
kelompok?
C. Tujuan Penelitian
Dengan mengacu pada batasan dan perumusan masalah sebagaimana yang
telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini
adalah:
13
1. Mengetahui pelaksanaan pembudidayaan ikan lele yang dilakukan Pokdakan
Budi Ilma Sejahtera.
2. Mengetahui dampak dari pelaksanaan pembudidayaan ikan lele terhadap
perekonomian anggota kelompok.
D. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan
pengembangan khazanah dalam bidang ilmu pengetahuan dan sosial
khususnya tentang pemberdayaan masyarakat kepada mahasiswa/i, terutama
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi instansi
atau kelompok lainnya yang melakukan pemberdayaan di bidang yang sama
seperti pembudidayaan ikan lele yang dilakukan Kelompok Budi Ilma
Sejahtera.
3. Mengenalkan lebih jauh eksistensi Kelompok Budi Ilma Sejahtera sebagai
salah satu kelompok yang melakukan pemberdayaan di wilayah Kelurahan
Rorotan, Jakarta Utara.
4. Dapat dijadikan bahan evaluasi dan acuan untuk meningkatkan kesejateraan
anggota dengan melihat peningkatan pendapatan dari anggota kelompok Budi
Ilma Sejahtera.
14
E. Metodologi Penelitian
Dalam melakukan penelitian skripsi ini, peneliti menggunakan metodologi
penelitian yang dijabarkan sebagai berikut :
1. Pendekatan Penelitian
Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan bahwa pendekatan kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau tulisan dari orang-orang atau prilaku yang diamati secara langsung.19
Penelitian ini sendiri menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu
dengan melakukan pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen.20
Penggunaan metode penelitian kualitatif ini juga bertujuan untuk peneliti bisa
menghimpun data dari hasil pengamatan. Wawancara dilakukan dengan pengurus
dan anggota Kelompok Budi Ilma Sejahtera, ada sembilan informan dan
kemudian mengelola serta menganalisis dari hasil temuan di lapangan agar dapat
memperoleh informasi yang akurat dan mendalam tentang kegiatan yang menjadi
penelitian.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penulis mengambil lokasi penelitian ini di Kelompok Budi Ilma Sejahtera,
yang beralamat di Kampung Malaka II, Jalan Rorotan 6 gang 5. RT.02 RW.05,
19
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001),
cet. Ke-15, h. 3 20
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007),
cet. Ke-23, h. 9
15
Kelurahan Rorotan, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Peneliti memilih
kelompok Budi Ilma Sejahtera sebagai tempat penelitian karena salah satu
wilayah di Jakarta Utara yang banyak melakukan pemberdayaan ekonomi melalui
pembudidayaan ikan lele adalah di wilayah Rorotan dan karena hal tersebut saat
ini wilayah Rorotan sering disebut sebagai Kampung lele. Dengan banyaknya
Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) di wilayah ini peneliti ingin melihat apakah
Pokdakan ini bisa berdampak bagi perekonomian setiap anggotanya.
3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian Deskriptif, dimana penelitian
deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan
angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan
data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin
berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen
pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.21
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data secara akurat, peneliti mengadakan penelitian
dengan menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu:
21
Ibid, h. 11
16
a. Observasi (Pengamatan)
Observasi atau pengamatan dapat didefinisikan sebagai “perhatian yang
terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu”. Adapun observasi ilmiah
menurut Garayibah adalah “perhatian terfokus terhadap gejala, kejadian
atau sesuatu dengan maksud menafsirkannya, mengungkapkan faktor-
faktor penyebabnya, dengan menggunakan kaidah-kaidah yang
mengaturnya.22
Jadi dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan secara langsung yang
mendalam dan fokus terhadap kegiatan pemberdayaan melalui
pembudidayaan ikan lele yang dilakukan Kelompok Budi Ilma Sejahtera.
b. Wawancara
Dalam wawancara, peneliti melakukan metode wawancara terbuka, yaitu
wawancara yang dilakukan peneliti dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang tidak dibatasi jawabanya.23
Menurut Patton, pertanyaan terbuka dan teliti hasil tanggapan mendalam
tentang pengalaman, persepsi, pendapat, perasaan, dan pengetahuan orang.
Data terdiri dari kutipan yang sama persis dengan konteks yang cukup
untuk dapat diinterpretasi.24
22
Emizir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2012), cet. Ke-3, h. 37 23
Ibid, h. 51 24
Ibid, h. 65.
17
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti ditujukan kepada pengurus dan
anggota Kelompok Budi Ilma Sejahtera, dan mengajukan pertanyaan
kepada anggota dan pengurus yang tergabung dalam Kelompok Budi Ilma
Sejahtera.
Anggota yang peneliti wawancarai adalah Ahmad Ganin sebagai ketua,
H.A Kurtubi sebagai Bendahara, Amroini sebagai Sekretaris, Muhajir
sebagai Humas, dan Rustono, Sobari, Burhanudin, Hasan Basri, Hayul
Qoyum sebagai anggota. Total dari informan yang diwawancarai adalah
sebanyak sembilan orang, serta informasi yang dikaji adalah bagaimana
pelaksanaan pembudidayaan ikan lele yang kelompok Budi Ilma Sejahtera
lakukan dan bagaimana dampak ekomoni yang dihasilkan dari kegiatan
tersebut.
c. Metode Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.25
Pengumpulan data yang peneliti lakukan dengan cara mengumpulkan
data-data berupa tulisan, gambar atau informasi yang diperoleh dari
pengurus dan anggota Kelompok Budi Ilma Sejahtera.
25
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 82
18
5. Teknik Analisa Data
Analisa data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengategorikannya
sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin
dijawab.26
Pada prinsipnya analisis data merupakan sejumlah aktivitas yang
dilakukan oleh peneliti ketika proses pengumpulan data atau informasi
berlangsung, sampai pada penarikan kesimpulan berupa konsep atau hubungan
antar konsep.27
6. Teknik Penentuan Subjek Penelitian
Dalam menentukan informan pada penelitian ini dipilih dengan teknik
snowball, yaitu dari informan satu memperkenalkan keinforman yang lain.
Penentuan informan pada penelitian kualitatif yang terpenting bukanlah jumlah
informannyanya, tetapi potensi tiap informan untuk memberikan pemahaman
mengenai aspek yang diteliti.28
Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah pengurus dan anggota
dari Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera. Informan yang
diwawancarai oleh peneliti sebanyak sembilan anggota dari sepuluh anggota yang
26
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), h. 209. 27
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, (Malang: UMM Press, 2010), cet. Ke-2, h. 97 28
Siti Noor Havidah, “Upaya Pemberdayaan Petani yang Dilakukan Gabungan Kelompok
Tani (Gapoktan) Silih Asih di Kec. Cigombong Kab. Bogor,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan
komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008), h. 10
19
ada di Pokdakan Budi Ilma Sejahtera. Sembilan anggota itu di antaranya adalah
Ahmad Ganin sebagai ketua, H.A Kurtubi sebagai Bendahara, Amroini sebagai
Sekretaris, Muhajir sebagai Humas, dan Rustono, Sobari, Burhanudin, Hasan
Basri, Hayul Qoyum sebagai anggota. Serta untuk satu anggota yang tidak
peneliti wawancarai itu karena keterbatasan pemahaman yang lamban dari
informannya. Informasi yang peneliti kaji adalah bagaimana pelaksanaan
pembudidayaan ikan lele yang kelompok Budi Ilma Sejahtera lakukan dan
bagaimana dampak ekonomi yang dihasilkan dari kegiatan tersebut.
Dari paparan tersebut jelas bahwa penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif, pengumpulan datanya dilakukan melalui wawancara mendalam,
bergulir dari satu subjek (informan yang memenuhi kriteria, selected informan) ke
subjek penelitian yang lain dan berhenti ketika sudah mengalami titik jenuh
informasi (sampling bola salju).29
7. Teknik Keabsahan Data (Triangulasi)
Triangulasi data digunakan sebagai proses memantapkan drajat
kepercayaan (kredibilitas/validitas) dan konsistensi (reliabilitas) data, serta
bermanfaat juga sebagai alat bantu analisis data di lapangan. Kegiatan triangulasi
dengan sendirinya mencakup proses pengujian hipotesis yang dibangun selama
pengumpulan data. Triangulasi menurut Mantja, dapat digunakan untuk
memantapkan konsistensi metode silang, seperti pengamatan dan wawancara atau
penggunaan metode yang sama, seperti wawancara dengan beberapa informan.
29
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, h. 87
20
Kredibilitas (validitas) analisis lapangan dapat juga diperbaiki melalui triangulasi.
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data.30
Ada empat macam triangulasi yang dikemukakan Dezin. Empat macam
triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi metode, triangulasi peneliti dan
triangulasi teoritik.31
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber dan
triangulasi metode. Dimana dalam triangulasi sumber peneliti mencoba
membandingkan (mengecek ulang) informasi yang diperoleh dari sumber data
yang berbeda. Seperti, membandingkan hasil pengamatan dengan hasil
wawancara, dokumen tertulis yang dimiliki tempat penelitian, arsip, dan
selanjutnya gambar atau foto yang ada.
Selanjutnya adalah triangulasi metode, dimana triangulasi metode adalah
metode yang dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan
data untuk mendapatkan data yang sama. Untuk memperoleh kebenaran informasi
yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi yang ingin diteliti,
peneliti menggunakan wawancara dan observasi atau pengamatan bahkan
menggunakan informan berbeda untuk mengecek kebenarannya. Triangulasi
tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau
informan penelitian diragukan kebenarannya. Dalam tahapan ini peneliti merasa
ada keraguan dari beberapa informan dalam menyampaikan informasi yang ada,
30
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, h. 218 31
Ibid, h. 219
21
maka dari itu peneliti mencoba menggunakan triangulasi metode ini untuk
mendapatkan informasi yang akurat.
Teknik ini sengaja dipilih peneliti bertujuan untuk bisa meningkatkan
pemahaman peneliti terhadap data dan fakta yang dimiliki dari hasil observasi,
wawancara, dan dokumentasi yang dilakukan dengan pengurus dan anggota
Kelompok Budi Ilma Sejahtera.
8. Teknik Penulisan Skripsi
Pedoman yang peneliti gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah buku
CeQDA (Center for quality development and assurance) 2007 “Pedoman
penulisan karya ilmiah (Skripsi, tesis, dan disertasi)” skripsi atau disertasi
mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya mahasiswa/i Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan untuk membantu dan
mengetahui dengan jelas penelitian yang akan dilakukan untuk penyusunan dan
penulisan skripsi ini.
Adapun setelah peneliti mengadakan kajian kepustakaan, akhirnya
menemuka beberapa karya tulisan hasil penelitian yang memiliki tema dan judul
hampir sama dengan yang akan peneliti teliti dan digunakan sebagai bahan
22
perbandingan dan bahan kajian dalam penyusunan skripsi ini, maka judul-judul
tersebut antara lain:
1. Dalam skripsi yang berjudul: Dampak Bank Sampah Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat dan Lingkungan (Studi Kasus Bank Sampah Cempaka II di
Kelurahan Pondok Petir RW 09) Bojongsari Kota Depok. Disusun oleh Jean
Anggraini. Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Lulus Tahun 2013. 32
2. Dalam skripsi yang berjudul: Dampak Program Corporate Social
Responsibility (CSR) Pertamina Terhadap Kesejahteraan Masyarakat: Studi
“Satu Aksi Untuk Ciliwung” Di Lenteng Agung Kecamatan Jagakrsa Jakarta
Selatan. Disusun oleh Siti Innayah. Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Lulus Tahun 2012.33
Kedua tulisan Jean Anggraini dan Siti Innayah sama-sama mengambil
judul mengenai dampak yang dihasilkan dari suatu kegiatan atau program. Skripsi
Jean Anggraini membahas dampak bank sampah terhadap kesejahteraan
masyarakat dan lingkungan. Sedangkan skripsi Siti Innayah membahas dampak
32
Jean Anggraini, “Dampak Bank Sampah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat dan
Lingkungan (Studi Kasus Bank Sampah Cempaka II di Kelurahan Pondok Petir RW 09) Bojongsari
Kota Depok,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri
Jakarta, 2013) 33
Siti Innayah, “Dampak Program Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina
Terhadap Kesejahteraan Masyarakat: Studi “Satu Aksi Untuk Ciliwung” Di Lenteng Agung
Kecamatan Jagakrsa Jakarta Selatan,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012)
23
dari program Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat.
Antara skripsi peneliti dengan dua skripsi ini jelas terlihat perbedaan.
Skripsi peneliti mencoba melihat dampak ekonomi yang dirasakan anggota
kelompok Budi Ilma Sejahtera melalui pelaksanaan kegiatan pembudidayaan ikan
lele. Sedangkan dua skripsi Jean Anggraini dan Siti Innayah mencoba melihat
kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan bank sampah dan program CSR.
Dengan kata lain, antara objek dan subjek yang diteliti jelas berbeda.
3. Dalam skripsi yang berjudul: Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui
Program Kelompok Usaha Bersama Lembaga Keuangan Mikro Sosial Taruna
Sejahtera di Cengkareng Jakarta Barat. Disusun oleh Putri Nurul Lita. Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Lulus
Tahun 2012. 34
4. Dalam skripsi yang berjudul: Pemberdayaan Ekonomi Keluarga (Studi Kasus
Kelompok UUPKS Cut Nyak Dien di Kelurahan Pondok Pacung, Kota
Tanggerang Selatan. Disusun oleh Erna Milana. Jurusan Pengembangan
34
Putri Nurul Lita, “Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Program Kelompok Usaha
Bersama Lembaga Keuangan Mikro Sosial Taruna Sejahtera di Cengkareng Jakarta Barat,” (Skripsi S1
Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012)
24
Masyarakat Islam. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Lulus Tahun 2012. 35
Kedua skripsi dari Putri dan Erna membahas mengenai pemberdayaan
ekonomi yang dilakukan melalui suatu program atau kegiatan. Kedua skripsi ini
peneliti jadikan reverensi sebagai bahan bacaan dan perbandingan dengan skripsi
yang akan peneliti teliti mengenai pemberdayaan ekonomi, dengan begitu antara
skripsi penulis dengan kedua skripsi ini tidak akan ada kesamaan, baik kesamaan
dalam tempat penelitian, objek, subjek dan pembahasan yang akan diteliti.
5. Dalam skripsi yang berjudul: Peran Abah Nasarudin dalam Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Budidaya Ikan Lele Sangkuriang di Kecamatan
Megamendung Kabupaten Bogor. Disusun oleh Ahmad Rifki Fathurrohman.
Jurusan Kesejahteraan Sosial. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Lulus Tahun 2014. 36
Skripsi dari Ahmad Rifki Faturrohman ini membahas upaya
pemberdayaan masyarakat melalui budidaya ikan lele sangkuriang yang
dilakukan Abah Nasarudin untuk mengangkat harkat dan martabat para
pengangguran, korban PHK, dan anak putus sekolah. Skripsi ini peneliti jadikan
reverensi dalam pembuatan karya ilmiah yang peneliti teliti. Perbedaan skripsi ini
35
Erna Milana, “Pemberdayaan Ekonomi Keluarga (Studi Kasus Kelompok UUPKS Cut
Nyak Dien di Kelurahan Pondok Pacung, Kota Tanggerang Selatan,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012) 36
Ahmad Rifki Fathurrohman, “Peran Abah Nasarudin dalam Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Budidaya Ikan Lele Sangkuriang di Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor,” (Skripsi S1
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014)
25
dengan skripsi yang peneliti teliti terletak di subjek dan objek penelitian,
keduanya berbeda karena penelitian yang peneliti lakukan membahas mengenai
dampak ekonomi dari suatu kegiatan yang dilakukan kelompok masyarakat.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ditujukan untuk mempermudah pembaca dalam
memahami penelitian ini, maka peneliti membagi skripsi ini menjadi lima bagian
yang terdiri dari bab per bab yang berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang
utuh dari skripsi ini. Adapun laporan tugas akhir ini disusun dengan sistematika
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Bab ini akan membahas mengenai pengertian dampak, pengertian
pemberdayaan, tahapan pemberdayaan, pengertian ekonomi,
pemberdayaan ekonomi, pengertian pembudidayaan ikan, dan ikan
lele.
26
BAB III GAMBARAN UMUM KELOMPOK BUDIDAYA IKAN
(POKDAKAN) BUDI ILMA SEJAHTERA
Pada bab ini membahas mengenai sejarah singkat Kelompok Budi
Ilma Sejahtera, visi dan misi, struktur organisasi Kelompok Budi Ilma
Sejahtera, anggota Kelompok Budi Ilma Sejahtera, dan peta geografis
Kelompok Budi Ilma Sejahtera.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
Bab ini membahas mengenai hasil dan temuan data yang telah
ditemukan, yaitu bagaimana pelaksanaan pembudidayaan ikan lele
yang dikalukan Pokdakan Budi Ilma Sejahtera. Serta bagaimana
dampak pembudidayaan ikan lele terhadap perekonomian anggota
kelompok.
BAB V PENUTUP
Bab ini membahas mengenai kesimpulan dan saran yang didapatkan
dari hasil dan temuan data yang telah dianalisis.
27
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Dampak
Pengertian dampak dalam kamus besar bahasa Indonesia ialah benturan,
pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif), benturan
yang cukup hebat antara dua benda sehingga menyebabkan perubahan yang
berarti dalam momentum (pusa) sistem yang mengalami benturan itu.1
Menurut Oto Soemarnoto, dampak adalah pengaruh suatu kegiatan.
Sedangkan pengertian dampak menurut Hari Sabari adalah sesuatu yang muncul
setelah adanya suatu kejadian. Pengertian dampak secara sederhana bisa diartikan
sebagai pengaruh atau akibat, dalam setiap keputusan yang diambil biasanya
mempunyai dampak tersendiri, baik itu dampak positif maupun dampak negatif.
Dampak juga bisa merupakan proses lanjutan dari sebuah pelaksanaan
pengawasan internal.2
Menurut penulis pengertian dampak adalah perubahan yang terjadi baik
positif atau negatif terhadap suatu aktifitas yang dilakukan, yang dapat
berpengaruh dalam kehidupan masyarakat yang melakukan aktifitas tersebut, baik
pengaruh yang dihasilkan itu berdampak besar atau pun kecil.
1 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2005), h.234 2 Carcpedia, “Pengertian dan Definisi Dampak,” artikel diakses pada 1 April 2015 dari
http://carapedia.com/pengertian_definisi_dampak_info2123.html
28
Dari beberapa pengertian tersebut, terdapat dua kata kunci yang muncul
yaitu akibat dan perubahan yang terjadi dari suatu dampak. Akibat sendiri dalam
buku Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti suatu yang merupakan akhir atau
hasil suatu peristiwa (perubahan, keputusan); persyaratan atau keadaan yang
mendahuluinya. Sedangkan perubahan sendiri berasal dari kata ubah, yang berarti
menjadi lain (berbeda) dari semula. Jadi perubahan adalah hal (keadaan) berubah;
peralihan; pertukaran.3
Jadi, dampak yang akan timbul dari kegiatan pembudidayaan ikan lele
sangat berpengaruh terhadap perubahan ekonomi setiap anggotanya, baik
perubahan itu besar atau pun kecil.
B. Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu
empowerment yang secara harfiah berarti pemberkuasaan. Pemberkuasaan itu
sendiri dapat dipahami sebagai upaya memberikan atau meningkatkan kekuasaan
(power) kepada pihak yang lemah atau kurang beruntung (disadvantaged).
Pemberdayaan merupakan upaya untuk membangun eksistensi sesorang dalam
3 Azhar Firdaus, “Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Masyarakat Sekitar Situ Akibat
Musibah Situ Gintung,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam
Negeri Jakarta, 2011), h. 17
29
kehidupannya dengan memberi dorongan agar memiliki kemampuan atau
keberdayaan.4
Secara teknis, istilah pemberdayaan dapat disamakan atau setidaknya
diserupakan dengan istilah pengembangan. Dalam pengertian lain, pemberdayaan
atau pengembangan atau tepatnya pengembangan sumber daya manusia adalah
upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat. Ini berarti masyarakat
diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya.
Dengan memakai logika ini, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya
adalah yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mengadakan
pilihan-pilihan.5
Menurut Kartasasmita, pemberdayaan sebagai strategi pembangunan
adalah upaya untuk membangun daya dengan mendorong, memotivasi dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk
mengembangkannya. Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi
sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkat kemiskinan dan
keterbelakangan.6
Merangkum dari beberapa pengertian pemberdayaan yang sudah
disebutkan. Menurut penulis, pemberdayaan itu ialah suatu upaya yang dilakukan
4 Syamsir Salam dan Amir Fadhilah, Sosiologi Pedesaan, (Jakarta: Lembaga penelitian UIN
Syarif Hidayatullah, 2008), h.232 5 Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, Dari
Idiologi, Strategi Sampai Tradisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h.41-42 6 Syamsir dan Amir, Sosiologi Pedesaan, h.238
30
baik pemerintah ataupun masyarakat sendiri dengan cara mendorong,
memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki dari
masing-masing individu masyarakat atau potensi yang ada dilingkungan (alam)
serta berupaya untuk mengembangkannya. Dalam prosesnya pemberdayaan juga
memerlukan waktu yang cukup panjang dan dilakukan secara terus menerus, agar
dampak yang dihasilkan dari pemberdayaan itu maksimal dan dapat mengubah
masyarakat yang tidak berdaya menjadi masyarakat yang berdaya.
Menurut Ife, ketidakberdayaan mengacu kepada konsep ketidak
beruntungan (disadvantage), yang di kelompokan ke dalam tiga kategori, yaitu:
1) Kelompok lemah secara struktur (kelas, gender dan etnis yang meliputi orang
miskin, pengangguran, wanita, masyarakat lokal dan kelompok minoritas)
2) Kelompok lemah khusus (lanjut usia, anak dan remaja, penyandang cacat,
gay, lesbian, masyarakat terasing)
3) Kelompok lemah secara personal (mereka yang mengalami masalah pribadi
dan keluarga)7
Secara teoritis ketidakberdayaan merupakan sebuah kondisi yang
kompleks, berasal dari individu dan masyarakat sebagai faktor internal dan
lingkungan sebagai faktor eksternal. Individu dan kelompok bukan berarti tidak
memiliki potensi, pengetahuan atau sumber material, akan tetapi mereka belum
7 Ismet Firdaus, dkk, Pengamalam AL-QUR’AN Tentang Pemberdayaan Dhu’afa, (Jakarta:
Dakwah Press, 2008), h. 163
31
atau tidak memiliki kemampuan, pengetahuan untuk mengelola potensi. Pada sisi
lain ketidakberdayaan justru berasal dari luar dirinya seperti lingkungan yang
menilai lemah tidak berdaya yang akan menjadi beban. Mereka terpaksa pasrah
kepada kondisi yang ada. Mereka tidak berdaya karena tidak mendapatkan
kesempatan, atau mereka tidak mengetahui sumber-sumber potensi yang ada
disekitar mereka atau tidak mengetahui potensi-potensi yang ada dari diri mereka
sendiri.8
2. Tahapan Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui beberapa tahapan. Adapun
tahapan-tahapan pemberdayaan yang umum digunakan, antara lain sebagai
berikut:9
a. Tahap Persiapan.
Tahap persiapan ini di dalamnya adalah tahap (a) Penyiapan petugas.
Penyiapan petugas ini terutama diperlukan untuk menyamakan persepsi antara
anggota tim agen perubah (change agent) mengenai pendekatan apa yang
akan dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat. (b) Penyiapan
lapangan. Sedangkan tahapan penyiapan lapangan, petugas (community
worker) pada awalnya melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan
dijadikan sasaran, baik dilakukan secara informal maupun formal.
8 Ibid, h. 163
9 Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat, ( Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2013), cet ke 2, h. 188
32
b. Tahap Assesmenet.
Proses assessment yang dilakukan di sini adalah dengan mengidentifikasi
masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya yang dimiliki
klien. Dalam proses assesment ini masyarakat sudah dilibatkan secara aktif
agar mereka dapat merasakan bahwa permasalahan yang sedang dibicarakan
benar-benar permasalahan yang keluar dari pandangan mereka sendiri.
c. Tahapan Perencanaan Alternative Program atau Kegiatan.
Pada tahap ini petugas (community worker) secara partisipatif mencoba
melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan
bagaimana cara mengatasinya. Dalam upaya mengatasi permasalahan yang
ada masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan
kegiatan yang dapat mereka lakukan.
d. Tahap Formulasi Rencana Aksi.
Pada tahap ini agen perubahan (community worker) membantu masing-
masing kelompok masyarakat untuk memformulasikan gagasan mereka dalam
bentuk tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal
kepada pihak penyandang dana.
e. Tahapan Pelaksanaan (Implementasi) Program atau Kegiatan.
Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling krusial
(penting) dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang sudah
33
direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di
lapangan bila tidak ada kerja sama antar petugas, maupun kerja sama antar
warga.
f. Tahap Evaluasi.
Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap
program yang sedang berjalan pada pengembangan masyarakat sebaiknya
dilakukan dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga pada tahap
ini diharapkan akan terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan
pengawasan secara internal. Sehingga dalam jangka panjang diharapkan akan
dapat membentuk suatu sistem dalam masyarakat yang lebih „mandiri‟ dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada. Akan tetapi kadang kala dari hasil
pemantauan dan evaluasi ternyata hasil yang dicapai tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Bila hal ini terjadi maka evaluasi proses di harapkan akan dapat
memberikan umpan balik yang berguna bagi perbaikan suatu program ataupun
kegiatan.
g. Tahapan Terminasi.
Tahap ini merupakan tahap „pemutusan‟ hubungan secara formal dengan
komunitas sasaran. Terminasi dilakukan seringkali bukan karena masyarakat
sudah dapat dianggap „mandiri‟, tetapi tidak jarang terjadi karena proyek
sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan
34
sebelumnya, atau karena anggrakan sudah selesai dan tidak ada penyandang
dana yang dapat dam au meneruskan.
C. Pemberdayaan Ekonomi
1. Pengertian Ekonomi
Ekonomi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu economy.
Sementara kata economy itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikonomike
yang berarti pengelolaan rumah tangga. Adapun yang dimaksud dengan ekonomi
sebagai pengelolaan rumah tangga adalah suatu usaha dalam pembuatan
keputusan dan pelaksanaannya yang berhubungan dengan pengalokasian
sumberdaya rumah tangga yang terbatas di antara berbagai anggotanya, dengan
mempertimbangkan kemampuan usaha, dan keinginan masing-masing.10
Pengertian secara terminologi dikatakan bahwa ekonomi adalah pengaruh
tentang peristiwa dan pesoalan yang berkaitan dengan upaya manusia secara
peseorangan dan kelompok dalam memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas yang
dihadapkan pada sumber yang terbatas.11
Pengertian lain dikemukakan oleh Anshori, dimana ia mengartikan
ekonomi adalah kegiatan manusia dan kegiatan masyarakat untuk
10
Damsar dan Indrayani, Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 9 11
Anfal, “Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Melalui Kelompok Pembuat Assesoris di
Kelurahan Sudimara Jaya Ciledug Kota Tangerang,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2015), h. 19
35
mempergunakan unsur-unsur produksi seperti kekayaan alam, modal, tenaga kerja
dan skill dengan sebaik-baiknya guna memenuhi berbagai macam kebutuhan.12
Ekonomi juga merupakan suatu tata cara aturan yang ada dalam
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap alat pemuas
kebutuhannya yang bersifat langka. Cara yang dimaksud di sini berkait dengan
aktifitas orang dan masyarakat yang berhubungan dengan produksi, distribusi,
pertukaran dan konsumsi jasa-jasa dan barang-barang langka.13
Dengan demikian, ekonomi merupakan suatu usaha dalam pembuatan
keputusan dan pelasanaannya yang berhubungan dengan pengalokasian
sumberdaya masyarakat (rumah tangga dan pebisnis/perusahaan) yang terbatas
diantara berbagai anggotanya, dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha,
dan keinginan masing-masing. Atau dengan kata lain bagaimana masyarakat
(termasuk rumah tangga dan pebisnis/perusahaan) mengelola sumber daya yang
langka melalui suatu pembuatan kebijakan dan pelaksanaannya.14
2. Pemberdayaan Ekonomi
Pengembangan ekomoni masyarakat adalah gabungan dari tiga unsur kata
pembentuk istilah tersebut yakni, pertama, pengembangan yang mempunyai arti
proses, cara, perbuatan mengembang. Kedua, ekonomi ialah tata cara atau aturan
dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ketiga, masyarakat definisi
12
Ibid 13
Ismet Firdaus, dkk, Pengamalan AL-QUR’AN Tentang Pemberdayaan Dhu’afa, h. 221 14
Damsar dan Indrayani, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 9
36
yang ada tentang masyarakat merujuk pada area, kumpulan dan sosial ekonomi
interaksi. Berdasarkan telaahan terhadap kata-kata pembentuknya tersebut, maka
istilah pengembangan ekonomi masyarakat dapat didefinisikan sebagai suatu
program kegiatan yang dilakukan LSM atau pemerintah dalam meningkatkan
ketrampilan hidup, permodalan sekelompok orang agar dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya, membuat kondisi hidupnya lebih baik atau mengembangkan
usaha yang dimilikinya.15
D. Pembudidayaan Ikan
1. Pengertian Pembudidayaan Ikan
Merriam, mendefinisikan perikanan sebagai kegiatan, industri atau musim
pemanenan ikan atau hewan laut lainnya. Definisi yang lebih luas diberikan oleh
Lackey, yang mengartikan perikanan sebagai suatu sistem yang terdiri dari tiga
komponen yakni biota perairan, habitat biota, dan manusia sebagai pengguna
sumber daya tersebut.16
Perikanan budi daya (Akuakultur) adalah kegiatan memproduksi ikan
dalam suatu wadah terkontrol dan berorientasi kepada keuntungan. Berbeda
dengan perikanan tangkap yang hanya memanen (Capturing) ikan dari perairan.
Pada akuakultur, pemanen (harvesting) dilakukan setelah kegiatan pemeliharaan
15
Ismet Firdaus, dkk, Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa. H. 226 16
Akhmad Fauzi, Ekonomi Perikanan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 16
37
ikan yang mencakup persiapan wadah pemeliharaan, penebaran benih, pembelian
pakan, pengolaan kualitas air, serta penanganan hama dan penyakit.17
Budidaya ikan adalah istilah bioteknis sebagai terjemahan dari istilah
kultur ikan yang artinya penggalian, pembangunan dan pembinaan untuk sesuatu
tujuan. Dalam bahasa Indonesia kegiatan budidaya sering dipakai bahasa
“pengelolaan” yang menyangkut juga segi-segi ketatalaksanaannya
(management). Mengingat hal tersebut, maka yang termasuk dalam usaha
budidaya ikan adalah kegiatan dalam pengadaan benih dan membesarkan sampai
ukuran konsumsi.18
Dalam Undang-undang Nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan atas
undang-undang nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan pasal satu point keenam,
menjelaskan bahwa pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara,
membebaskan, dan atau membiakan ikan serta memanen hasilnya dalam
lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk
memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan
atau mengawetkan.19
17
Irzal Effendi dan Wawan Oktariza, Menajemen Agribisnis Perikanan, (Jakarta: Penebar
Swadaya, 2006), h. 10 18
Tasripin Djiwakusumah, Budidaya Perikanan Air Tawar, (Jakarta: T.pn., 1980), h. 1 19
Hukumonline.com, “Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 2014 Tentang
Perikanan,” artikel diakses pada 1 Juli 2015 dari
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt4b22031a01f26/node/uu-no-45-tahun-2009-
perubahan-atas-undang-undang-nomor-31-tahun-2004-tentang-perikanan
38
Sedangkan menurut penulis pembudidayaan ikan adalah kegiatan
memelihara dan memproduksi ikan dari mulai penebaran benih sampai musim
pemanenan ikan dalam satu wadah yang terkontrol.
2. Pengertian Ikan Lele
Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus
hidupnya berada di dalam lingkungan perairan.20
Ikan lele merupakan jenis ikan yang habitatnya di air tawar. Lele dikenal
sebagai ikan yang memiliki tubuh yang licin, sedikit pipih memanjang dan
mempunyai kumis panjang yang terdapat di sekitar area mulutnya. Di Negara kita
ini Ikan lele memiliki beragam nama, tergantung daerahnya hidup. Ikan lele biasa
disebut dengan ikan kalang di Padang, ikan maut di Gayo Aceh, ikan cepi di
Bugis, ikan lele atau lindi di Jawa Tengah. Ikan lele hidup di air tawar dan tidak
pernah ditemukan pada air asin atau laut.21
Ikan lele merupakan jenis ikan konsumsi yang sangat diminati oleh
masyarakat luas. Oleh karena itu banyak orang membudidayakan lele yang
bertujuan untuk menjaga kelestarianya serta memenuhi minat dari masyarakat.
Jenis ikan lele yang paling banyak dibudidaya ialah lele lokal, lele dumbo, dan
lele sangkuriang.22
20
Ibid, h. 2 21
Satwa Flora dan Fauna Indonesia, “Jenis, Manfaat dan Budidaya Ikan Lele,” artikel diakses
pada 9Aguatus 2015 dari http://www.satwa.net/572/ikan-lele-jenis-manfaat-dan-budidaya-ikan-
lele.html/ 22
Ibid
39
Dalam menjalankan usaha budidaya, kelompok pembudidayaan ikan
(pokdakan) Budi Ilma Sejahtera menggunakan jenis ikan lele sangkuriang sebagai
ikan yang akan di budidayakan.
Lele sangkuriang sebenarnya merupakan salah satu jenis lele dumbo yang
diperkenalkan oleh Taiwan pada tahun 1985. Lele dumbo ini memiliki
kemampuan tumbuh lebih cepat dibanding lele lokal. Hal itulah yang kemudian
menyebabkan lele ini mampu menyita perhatian masyarakat Indonesia. Meski
pada awalnya sebagian masyarakat menganggap lele dumbo tidak seenak lele
lokal, namun pada akhirnya masyarakat pun mau menerima kehadirannya.23
Ciri-ciri lele sangkuriang adalah kepala lele sangkuriang berbentuk pipih
ke bawah. Panjangnya hampir mencapai sepertiga dari panjang tubuhnya. Kepala
lele sangkuriang sedikit lebih panjang dibandingkan dengan lele dumbo biasa
yang hanya seperempat panjang tubuhnya. Bagian kepala ini dilapisi oleh tulang
pelat yang cukup keras. Didalamnya terdapat rongga yang terletak di atas insang
yang befungsi sebagai alat pernapasan.
Selain insang, lele memiliki alat pernapasan tambahan yaitu labirin yang
berfungsi menghirup oksigen dari udara. Lele sangkuriang memiliki delapan buah
sungut (4 pasang) yang terletak disekitar mulut. Selain itu juga, lele sangkuriang
memiliki sepasang lubang hidung yang letaknya di bagian anterior. Di bagian
23 Warisno dan Kres Dahana, Meraup Untung Dari Berternak Lele Sangkuriang,
(Yogyakarta: Lily Publisher, 2009) h.1.
40
mulut terdapat gigi, tetapi hanya berupa tulang kasar yang terletak di dalam mulut
bagian depan.24
Pada bagian tengah badan berbentuk membulat dan bagian belakang
cenderung pipih ke samping, tidak memiliki sisik tetapi kulitnya dilapisi lendir
sehingga sangat licin. Warna tubuhnya hitam kehijauan di bagian punggung dan
putih kekuningan di bagian perut. Bintik-bintik yang menghiasi kulitnya tak
sebanyak pada lele dumbo biasa.25
Lele sangkuriang memiliki tiga buah sirip tunggal yaitu sirip punggung,
sirip ekor dan sirip dubur. Selain itu,juga meiliki 2 sirip berpasangan yaitu sirip
perut dan sirip dada. Sirip dada lele sangkuriang sangat keras dan berbentuk
meruncing yang biasa disebut patil. Namun, pati lele sangkuriang tidak
megandung racun tak seperti yang dimiliki oleh lele lokal. Sementara dibagian
ujung belakang lele sangkuriang terdapat sirip ekor yang berbentuk bulat mirip
kipas yang berfungsi untuk bergerak maju.26
24
Muhamad Rosdiana. “Ciri Fisik Lele Sangkuriang.” Artikel diakses pada 21 Agustus 2016
dari http://sangkuriangleleku.blogspot.co.id/2013/07/ciri-fisik-lele-sangkuriang.html 25
ibid 26
ibid
41
Berikut adalah contoh gambar ikan lele sangkuriang yang peneliti peroleh
dari beberapa sumber:
Gambar 1
Ikan Lele Sangkuriang
Sumber: www.wasiwa.com
Gambar 2
Ikan Lele Sangkuriang hasil panen Kelompok Budi Ilma Sejahtera
Sumber: Dokumentasi Kelompok Budi Ilma Sejahtera
42
Pada tahun 2000, Balai Besar Pengembangan Budi Daya Air Tawar
(BBPBAT) Sukabumi, menemukan bahwa perkawinan silang balik antara induk
jantan generasi keenam (F6) dengan induk betina generasi kedua (F2)
menghasilkan jenis lele dumbo biasa. Umur panen konsumsi (7-10 lele /kg) juga
lebih pendek. Jika umur panen lele dumbo sekitar 100 hari (3 bulan), lele dumbo
temuan BBPBAT Sukabumi itu dapat dipanen pada umur 60-70 hari (2 bulan).
Lele hasil persilangan inilah yang kemudian disebut sebagai Lele Sangkuriang.27
Lele sangkuriang memiliki banyak keunggulan dibanding lele lokal
maupun lele dumbo biasa. Keunggulan itu antara lain:
a. Pertumbuhannya lebih cepat
Pertumbuhan lele sangkuriang lebih cepat dibanding lele dumbo biasa.
Pada tahap pendederan I, pertumbuhan lele sangkuriang mencapai
29,26%, sementara lele dumbo biasa hanya 20,38%. Pada tahap
pendederan II, pertumbuhan lele sangkuriang mencapai 13,96%, lele
dumbo biasa hanya 12,18%. Pada tahap pembesaran lele konsumsi,
pertumbuhan lele sangkuriang mencapai 3,53%, sedangkan lele dumbo
biasa hanya 2,73%. Pada tahap pembesaran calon induk, pertumbuhan lele
sangkuriang mencapai 0,85%, sementara lele dumbo biasanya hanya
0,62%.
27 Warisno dan Kres Dahana, Meraup Untung Dari Berternak Lele Sangkuriang, h.2
43
b. Umur panen lebih pendek
Dengan pertumbuhan yang lebih cepat, lele sangkuriang dapat lebih cepat
dipanen dibanding lele dumbo biasa. Lele ukuran konsumsi biasanya
dipanen saat bobotnya 100-150 gram (7-10 lele/kg). Untuk mencapai
ukuran ini, lele sangkuriang hanya membutuhkan waktu 60-70 hari,
sedangkan lele dumbo biasa butuh waktu 100-110 hari (asumsi
pemeliharaan intensif)
c. Toleransi terhadap penyakit lebih tinggi
Lele sangkuriang memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap beberapa
jenis bakteri penyebab penyakit, antara lain Trichodinasp dan
Ichthiophthirius sp. Hasil penelitian BBPBAT Sukabumi menunjukan
bahwa jumlah bakteri jenis ini lebih sedikit pada kolam pemeliharaan lele
sangkuriang dibanding pada kolam pemeliharaan lele dumbo biasa.
d. Kualitas daging lebih baik
Dari segi konsumen, daging lele sangkuriang memiliki kualitas yang lebih
baik karena umur panen yang lebih muda. Banyak konsumen berpendapat
bahwa semakin tua umur lele, semakin menurun kualitas dagingnya.
Dengan umur panen yang lebih muda, totok (tempurung kepala) lele
sangkuriang cukup renyah dan dapat dikonsumsi. Hal ini penting karena
panjang kepala lele dumbo dan sangkuriang mencapai seperempat panjang
total tubunya.
44
e. Teknik budidaya mudah
Budidaya lele sangkuriang sebenarnya tidak berbeda dengan budidaya lele
dumbo biasa, bahkan relatif lebih mudah. Hal ini karena budidaya
sangkuriang lebih cepat panen. Selain itu, lele sangkuriang juga memiliki
daya tahan yang cukup tinggi terhadap berbagai bakteri penyebab
penyakit.28
28 Ibid, h. 9-12.
45
BAB III
GAMBARAN UMUM
KELOMPOK BUDIDAYA IKAN (POKDAKAN) BUDI ILMA SEJAHTERA
A. Letak Geografis Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera
Kelurahan Rorotan Kecamatan Cilincing adalah kelurahan yang letaknya
paling ujung Timur Wilayah Kota madya Jakarta Utara yang berbatasan dengan
Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bekasi Propinsi Jawa Barat berasal dari
pemecahan Propinsi Jawa Barat, Sebelah Timur dengan Desa Pusaka Rakyat
Bekasi Kabupaten Bekasi Jawa Barat, Sebelah Selatan dengan Wilayah
Kelurahan Cakung Timur, Sebelah Utara dengan Kali Gendong Gubuk Genteng,
Sebelah Barat Jalan Raya Cakung Cilincing.
Kondisi masyarakat secara umum masih bersifat tradisional yang perlu
pembinaan, agar terciptanya suatu tatanan masyarakat yang dinamis mau berkarya
dan bekerja serta berkemampuan agar terciptanya warga yang bermutu
berdayaguna demi kehidupan berkeluarga serta mencukupi sehari-hari serta dapat
menghasilkan produksi lebih baik sempurnanya keluarga bahagia dimasa yang
akan datang.
Luas Wilayah Kelurahan Rorotan Kecamatan Cilincing ± 1063, 70 Ha,
terdiri dari tanah darat sebagian tanah sawah ditanami padi termasuk palawija
46
dibagi habis menjadi 13 RW terdiri dari 144 RT hasil pemekaran pengurus
peremajaan RT/RW pada ahun 2012 dan kepadatan penduduk mencapai ± 83jiwa.
Berdasarkan data yang diterima dari laporan kelurahan Rorotan terkait
status penduduk, pada laporan bulan September 2015 hasilnya sebagai berikut:
Tabel 1
Status Penduduk di Wilayah Kelurahan Rorotan
NO STATUS PENDUDUK JUMLAH
1 Jumlah Kepala Keluarga 11.177 KK
2 Kepala Keluarga Laki-Laki 9.678 KK
3 Kepala Keluarga Perempuan 1.499 KK
4 Jumlah Penduduk 40.007 Jiwa
5 Penduduk Laki-Laki 20.459 Jiwa
6 Penduduk Perempuan 19.548 Jiwa
Sumber: Laporan Bulanan Kelurahan Rorotan, September 2015
47
Sedangkan untuk Status Pendidikan masyarakat di Wilayah Kelurahan
Rorotan adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Status Pendidikan Pendudukdi Wilayah Kelurahan Rorotan
NO PENDIDIKAN JUMLAH
1 Tidak sekolah 9.124 Orang
2 Tidak tamat SD 7.523 Orang
3 Tamat SD 6.683 Orang
4 Tamat SLTP 6. 752 Orang
5 Tamat SLTA 5. 948 Orang
6 Tamat Akademi/ perguruanTinggi 4.118 Orang
Sumber: Laporan Bulanan Kelurahan Rorotan, September 2015
Sebagian besar masyarakat di Kelurahan Rorotan sudah bermata
pencaharian sebagai karyawan swasta atau pemerintahan dan TNI sebesar 10.063
Orang. Akan tetapi untuk masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan atau
pengangguran juga cukup banyak, sebesar 3.985 Orang. Berikut dapat dilihat
pada Tabel no.3 yang menunjukan mata pencaharian masyarakat di Kelurahan
Rorotan.
48
Tabel 3
Mata Pencaharian Penduduk di Wilayah Kelurahan Rorotan
NO MATA PENCAHARIAN JUMLAH
1 Petani 1.232 Orang
2 Karyawan Swasta/ Pemerintahandan TNI 10.063 Orang
3 Dagang 4.790 Orang
4 Nelayan 65 Orang
5 Buruh Tani 980 Orang
6 Pensiunan 1.709 Orang
7 Pertukangan 2.145 Orang
Sumber: Laporan Bulanan Kelurahan Rorotan, September 2015
Lokasi tepatnya Kelompok Budidaya Ikan (pokdakan) Budi Ilma
Sejahtera beralamat di Kampung Malaka II Jl. Rorotan 6 gang 5, RT 02 RW 05,
Kelurahan Rorotan, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Lokasi Pokdakan ini
memang berada di pinggiran kota, akan tetapi untuk akses transportasi ke wilayah
ini tidak begitu sulit karena banyak model transportasi yang dapat digunakan
untuk menjangkau wilayah ini diantaranya angkot dan ojek motor. Meskipun
wilayah ini termasuk dalam wilayah kota Administrasi Jakarta, ada beberapa titik
di wilayah Kelurahan Rorotan terhampar luas persawahan yang masih ditanami
padi. Selain itu juga masih banyak lahan kosong yang belum dikelola, maka dari
itu lahan-lahan yang kosong tersebut salah satunya dibuatlah kegiatan budidaya
seperti Kelompok Budidaya Ikan (pokdakan) Budi Ilma Sejahtera ini. Untuk
49
wilayah Kelurahan Rorotan saja kurang lebih ada 5 pokdakan yang sudah berdiri,
yaitu di wilayah RW 06,08,07,05 dan RW 02. Adapun hasil wawancara dengan
ketua kelompok Budi Ilma Sejahtera:
“untuk di wilayah Rorotan, Pokdakan semacam ini cukup banyak.
terdiri dari masing-masing RW, ada RW 06, 08, 07 05 dan RW 02. Ada
pokdakan ikan mujair, ikan lele dan ikan gurame.”1
B. Sejarah Singkat Kelompok Budidaya Ikan (pokdakan) Budi Ilma Sejahtera
Lahirnya Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera
adalah diawali dari keinginan untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang
diharapkan dapat membantu Pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran,
selain itu terciptanya kelompok ini adalah untuk meningkatkan perekonomian dan
taraf hidup masyarakat di wilayah tersebut.
Diawali dari perkumpulan beberapa orang di wilayah tersebut untuk
membahas kegiatan seperti apa yang akan mereka lakukan agar bisa menekan
angka pengangguran dan meningkatkan perekonomian masyarakat. Saat itu,
munculah gagasan untuk mendirikan Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan).
Gagasan ini muncul, karena mereka melihat potensi yang ada di
lingkungan mereka dan mencoba memanfaatkannya, terdapat lahan yang sudah
bertahun-tahun tidak digunakan (lahan tidur). Lahan ini yang nantinya akan
digunakan sebagai lokasi pembesaran ikan.
1 Wawancara pribadi dengan Achmad Ganin Ketua Kelompok Budi Ilma Sejahtera, Jakarta,
26 Mei 2015
50
Ikan yang mereka pilih sebagai objek pembudidayaan adalah lele
sangkuriang. Ikan ini dipilih karena melihat faktor lahan dan air yang digunakan.
Lele termasuk ikan yang dapat hidup dalam lingkungan atau air dalam kondisi
apapun. Selain itu lele sangkuriang juga memiliki beberapa keunggulan dibanding
lele lokal atau lele dumbo biasa. Diantaranya pertumbuhannya lebih cepat, bobot
lebih bagus dibanding lele lokal. Akan tetapi jika bibit lele sangkuriang habis
tidak jarang mereka juga masih menggunakan lele lokal dan lele sukoi. Lele sukoi
adalah hasil perkawinan silang dari lele sangkuriang dengan lele Thailand.
Setelah pembicaraan awal mengenai kegiatan yang akan mereka lakukan
maka langkah selanjutnya adalah mengumpulkan warga yang ingin bergabung
dalam kelompok ini. Ada sekitar 15 warga yang bergabung dengan kelompok ini.
Dengan bergabungnya 15 warga dari berbagai macam latar belakang profesi,
maka pada tanggal 25 Oktober 2010 terbentuklah Kelompok Budidaya Ikan
(Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera.
Adapun “BUDI ILMA SEJAHTERA” mengandung arti dan tujuan
sebagai berikut:
1. Kata “BUDI ILMA” mengandung arti: Ikan yang merupakan Subjek atau
Ikon di dalam bidang menjalankan dan melaksanakan usaha Budidaya Ikan.
Budi Daya Ikan Lele BUDI ILMA merupakan tempat menjalankan usaha dari
Kelompok Tani Perikanan tersebut.
51
2. Kata “SEJAHTERA” merupakan: Tujuan kelompok agar dapat
mensejahterakan usaha semua anggota POKDAKAN BUDI ILMA
SEJAHTERA.
Dengan terbentuknya kelompok dan beberapa anggota yang sudah
tergabung maka Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera
memfokuskan budidaya dengan dua kegiatan yaitu, pembibitan dan pembesaran.
Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera adalah binaan
dari Suku Dinas Perikanan Jakarta Utara. Kelompok ini dibina dalam
melaksanakan pembudidayaan ikan lele. Suku Dinas Perikanan sedikit banyak
menopang kebutuhan dari Kelompok Budi Ilma Sejahtera seperti bahan material,
sosialisasi, trik dan teori.
Selain bahan materi yang diberikan Suku dinas Perikanan, untuk jangka
waktu tiga bulan Suku dinas Perikanan melakukan kontrol kekelompok ketika
terdapat masalah atau kendala yang dihadapi dalam melaksakan budidaya Suku
Dinas Perikanan memberikan solusi dengan melakukan studi banding ke
kelompok budidaya ikan (Pokdakan) yang sudah berhasil dalam hal
pembudidayaan untuk mendapatkan ilmu dan pelatihan untuk pembelajaran dari
masalah yang mereka hadapi selama menjalakan kegiatan budidaya.2
Selain itu Kelompok Budidaya Ikan (pokdakan) Budi Ilma Sejahtera juga
mendapat bantuan dalam hal mendapatkan bibit induk dan bahan pakan untuk lele
2 Wawancara pribadi dengan Achmad Ganin Ketua Kelompok Budi Ilma Sejahtera, Jakarta,
26 Mei 2015
52
dari CSR Astra Otopart. Untuk membekali kemampuan anggota kelompok Budi
Ilma Sejahtera, maka Astra Otoparts juga mengadakan pelatihan pembibitan lele,
pembuatan pakan lele, dan pembuatan tempat pembibitan lele di Karawang.
Diharapkan dengan digulirkannya program sentra IGA ini dapat memberdayakan
masyarakat sekitar Rorotan agar dapat menjadi masyarakat yang produktif dan
memiliki sumber pendapatan yang mandiri dari hasil karya mereka.3
Tabel 4
Fasilitas Kelompok Budidaya Ikan Budi Ilma Sejahtera
NO PERALATAN JUMLAH PERALATAN
1 Pompa air 1 Buah
2 Kamera digital 1 Buah
3 Waring 100 m /anggota
4 Bambu 30 Batang/anggota
5 Serokan 1 /anggota
6 Bak pelastik 10 Buah
7 Kerang jangikan 10Buah
8 Drum pelastik 10 Buah
9 Timbangan 1 Buah
10 Terpal 2,5 m x 5 m /anggota
3 Astra Otopart, “Program IGA dari CSR Grup Astra Otopart Regional Jakarta,” artikel
diakses pada 9 September 2015dari http://www.component.astra.co.id/detailnews.asp?id=1001575
53
11 Mesin pencacah Pakan 1 Buah
12 Ruang diskusi 1 Lokal
13 Gudang Peralatan 1 Lokal
14 Jaring 3 Buah
Sumber: Profil Kelompok Budi Ilma Sejahtera
Hampir semua fasilitas yang dimiliki Kelompok Budidaya Ikan
(Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera diberikan oleh Sudin Perikanan. Sedangkan 1
buah mesin pencacah pakan diberikan CSR Astra Otopart untuk meringankan
pengeluaran Pokdakan dalam pembelian pakan lele.
C. Visi dan Misi Kelompok Budidaya Ikan Budi Ilma Sejahtera
Visi dan Misi dari Kelompok Budidaya Ikan (pokdakan) Budi Ilma
Sejahtera adalah meningkatkan perekonomian anggota Kelompok Budidaya Ikan
(Pokdakan) serta dapat mensejahterakan dan memandirikan masyakarat pada
umumnya.
54
D. Struktur Organisasi Kelompok Budidaya Ikan Budi Ilma Sejahtera
Susunan pengurus Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera
Gambar 3
Struktur Organisasi Kelompok Budi Ilma Sejahtera
Sumber: Profil Kelompok Budi Ilma Sejahtera
KETUA
Achmad Ganin
SEKRETARIS
Amroini
BENDAHARA
H. A. Kurtubi
ANGGOTA
Muhajir
Burhanudin
Sobari
Hayul Qoyum
Hasan Basri
Ganin Bin Amit
Rustono
55
E. Anggota Kelompok Budidaya Ikan Budi Ilma Sejahtera
Berikut dapat dilihat pada tabel no.5, nama dan alamat dari anggota
Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera.
Tabel 5
Nama dan Alamat Anggota Pokdakan Budi Ilma Sejahtera
NO
NAMA
ANGGOTA
PEKERJAAN ALAMAT
1 Achmad Ganin Karyawan Kp. Malaka 2, RT 02 RW 05
2 H.A. Kurtubi Wirausaha Kp. Malaka 2, RT 01 RW 05
3 Amroini Guru Mengaji Kp. Malaka 2, RT 01 RW 05
4 Muhajir Serabutan Kp. Malaka 2, RT 05 RW 05
5 Burhanudin Buruh Bangunan Kp. Malaka 2, RT 06 RW 05
6 Hasan Basri Serabutan Kp. Malaka 2, RT 01 RW 05
7 Rustono Karyawan Kp. Malaka 2, RT 12 RW 05
8 Hayul Qoyum Karyawan Kp. Malaka 2, RT 06 RW 05
9 Sobari Serabutan Kp. Malaka 2, RT 06 RW 05
10 Ganin Bin Amit Tidak Bekerja Kp. Malaka 2, RT 02 RW 05
Sumber: Profil Kelompok Budi Ilma Sejahtera
56
BAB IV
ANALISIS
A. Pelaksanaan Pembudidaya Ikan Lele Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan)
Budi Ilma Sejahtera.
Pelaksanaan budidaya yang dilakukan Kelompok Budidaya Ikan
(pokdakan) Budi Ilma Sejahtera, terdapat beberapa tahapan yang kelompok ini
lalui sebelum akhirnya kegiatan yang mereka rencanakan bisa berjalan dengan
baik. Dari awal proses pelaksanaan budidaya, warga di RW 05 Kelurahan Rorotan
sangat dilibatkan. Mulai dari tahapan persiapan, tahapan assesment (identifikasi
masalah), tahapan perencanaan alternatif program atau kegiatan, tahapan
pelaksanaan (implementasi) program atau kegiatan, dan tahapan evaluasi. Dalam
hal ini penulis akan menjelaskan tahapan-tahapan yang dilalui dalam pelaksanaan
budidaya ikan lele yang dilakukan Kelompok Budidaya Ikan (pokdakan) Budi
Ilma Sejahtera, antara lain:
1. Tahapan Persiapan
Tahapan ini adalah awal proses dari pelaksanaan budidaya ikan lele di
Wilayah Rorotan RW 05. Dalam tahapan ini ada dua hal yang harus dipersiapkan,
pertama adalah mempersiapkan petugas sebagai tim agen perubahan (change
agent) dan kedua adalah penyiapan lapangan. Adapun tahap persiapan yang
dilakukan Kelompok Budi Ilma Sejahtera pada kegiatan budidaya ikan lele yaitu:
57
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah pertemuan awal membahas
persiapan pelaksanaan kegiatan, yang menjadi partisipan dalam pertemuan ini
adalah ketua RW 05, pihak kelurahan dan warga sekitar. Metode yang dilakukan
dalam pertemuan ini adalah dengan berdiskusi antara partisipan yang hadir, yaitu
antara ketua RW 05, pihak Kelurahan dan warga sekitar.
Pertemuan ini dilakukan sekitar tahun 2009, pertemuan berlangsung di
wilayah RT 02 RW 05 Kelurahan Rorotan. Tujuan pertemuan ini adalah
pembahasan awal mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai upaya
untuk mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan taraf hidup warga di
wilayah RW 05. Petugas yang menjadi tim agen perubahan adalah warga sekitar
RW 05 itu sendiri, dimana yang menjadi tim agen perubahan adalah mereka yang
sudah sadar akan permasalahan yang ada di wilayahnya dan mempunyai
keinginan untuk melakukan perubahan terhadap warga serta lingkungannya.
Selain pembahasan mengenai kegiatan apa yang akan dilakukan, hal lain
yang dibahas dalam pertemuan ini adalah penyiapan lapangan, yaitu
mempersiapkan daerah sasaran baik dilakukan secara informal maupun formal.1
Daerah yang akan dijadikan lokasi budidaya adalah di wilayah RT 02 RW 05
Kelurahan Rorotan, wilayah ini dijadikan target lokasi budidaya karena di RT 02
masih terdapat lahan kosong atau lahan tidur yang sudah lama tidak
dimanfaatkan. Dalam hal ini warga sekitar beserta petugas atau tim agen
1 Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat ( Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2013), cet ke 2, h. 188
58
perubahan, mencoba memanfaatkan lahan yang ada untuk dijadikan lokasi
budidaya ikan lele.
Jadi, dalam pertemuan ini output atau hasil dari diskusi adalah persiapan
petugas sebagai tim agen perubahan, yaitu yang menjadi tim agen peubahan
adalah dari warga RW 05 itu sendiri, dimana yang menjadi change agent adalah
mereka yang sudah sadar akan permasalahan yang ada di wilayahnya dan
mempunyai keinginan untuk melakukan perubahan terhadap warga sekitar serta
lingkungannya.
Selanjutnya adalah pembahasan penyiapan lapangan. Output atau hasil
yang didapat dari diskusi, yaitu lokasi yang dijadikan target atau sasaran
pemberdayaan adalah di wilayah RT 02 RW 05 Kelurahan Rorotan.
Adapun wawancara dengan Rustono anggota Kelompok Budidaya Ikan
(Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera:
“Ada lahan kosong di wilayah ini yang sudah lama dibiarkan,
lahan itu dahulunya bekas pemancingan. Sudah lama tidak dipakai jadi kita
ambil alih lahan itu jadi tempat budidaya”2
Dan jawaban ini dipertegas oleh ketua Kelompok Budidaya Ikan
(Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera:
“Jadi, terdapat lahan tidur sudah puluhan tahun, kita ambil alih untuk
kegiatan di wilayah RW 05. Tujuannya adalah untuk mendongkrak
kehidupan masyarakat ekonomi menengah.”3
2 Wawancara pribadi dengan Rustono anggota Kelompok Budi Ilma Sejahtera, 07 Desember
2015
59
Jadi dalam tahapan persiapan ini setelah melakukan pertemuan dan
diskusi antara partisipan yang hadir, maka output yang dihasilkan dari pertemuan
ini adalah persiapan petugas sebagai agen tim perubahan, yaitu yang menjadi tim
agen perubahan adalah warga dari RW 05 itu sendiri. Dimana yang menjadi
change agent adalah mereka yang sudah sadar akan permasalahan yang ada di
wilayahnya dan mempunyai keinginan untuk melakukan perubahan terhadap
warga sekitar serta lingkungannya, dan yang menjadi change agent adalah H.A
Kurtubi, Amroini, Achmad Ganin dan Muhajir, dimana mereka adalah pendiri
dari Kelompok Budi Ilma Sejahtera.
2. Tahap Assesment (Identifikasi Masalah)
Proses assessment yang dilakukan adalah mengidentifikasi masalah yang
ada (kebutuhan yang dirasakan) serta sumber daya yang dimiliki.
Dalam tahapan assessment, kegiatan yang dilakukan adalah
mengidentifikasi maslah yang ada di wilayah RW 05. Dalam proses ini untuk
memperoleh informasi mengenai masalah atau kebutuhan yang mereka rasakan
adalah dengan menggunakan metode diskusi. Partisipan dalam diskusi ini adalah
RW 05, pihak Kelurahan dan warga sekitar yang menjadi undangan dalam diskusi
sebelumnya.
Setelah diskusi mengenai kebutuhan yang dirasakan, maka output yang
didapat dari hasil pertemuan antara ketua RW 05, warga sekitar dan pihak
3 Wawancara pribadi dengan Achmad Ganin Ketua Kelompok Budi Ilma Sejahtera, 26 Mei
2015
60
Kelurahan adalah dalam hal ini masalah yang dihadapi warga di RW 05 kelurahan
Rorotan adalah pengangguran, ada sekitar 3.985 Orang yang terdata dalam
laporan bulan September 2015 di wilayah Kelurahan Rorotan yang warganya
menjadi pengangguran. Selain masalah pengangguran, masalah lain yang
dihadapi wilayah ini adalah warganya yang berpenghasilan rendah.
Tidak adanya keahlian atau status pendidikan yang rendah menjadi
pemicu warga di Kelurahan Rorotan menjadi pengangguran dan berpenghasilan
rendah. Kebutuhan yang dirasa penting untuk bisa mengurangi angka
pengangguran di wilayah Kelurahan Rorotan dan bisa membantu menambah
penghasilan warga di wilayah tersebut adalah dengan mengadakan program atau
kegiatan yang bisa menambah pengetahuan dan keahlian dari warga itu sendiri.
3. Tahap Perencanaan Alternatif Program/ Kegiatan
Setelah proses identifikasi masalah dilakukan, tahap selanjutnya adalah
tahap perencanaan alternatif program/kegiatan. Pada hasil pembahasan
sebelumnya dimana antara partisipan, yaitu ketua RW 05, warga sekitar dan pihak
kelurahan sudah dapat mengidentifikasikan masalah dan melihat sumber daya
yang dimiliki warga sekitar. Selanjutnya, merumuskan program/kegiatan yang
akan mereka lakukan sebagai upaya dalam mengurangi angka pengangguran dan
membantu warga dalam menambah penghasilannya.
Dalam tahapan perencanaan alternatif program atau kegiatan, proses yang
dilakukan sama dengan tahapan-tahapan sebelumnya, dimana partisipan yang
61
hadir adalah mereka yang sebelumnya sudah hadir dalam proses identifikasi
masalah. Metode yang dilakukan dalam tahapan ini juga masih menggunakan
metode diskusi.
Dalam tahapan ini, output yang didapat adalah warga RW 05 yang
menjadi partisipan dalam diskusi mengenai perencanaan alternatif program, sudah
dapat merumuskan program/kegiatan yang akan mereka lakukan. Terbukti dari
hasil pertemuan gagasan yang muncul adalah dari warga sendiri, itu artinya
mereka sadar akan permasalahan yang lingkungan mereka hadapi dan sudah dapat
merumuskan program/kegiatan yang akan mereka lakukan.
Kegiatan yang akan mereka lakukan adalah budidaya ikan lele. Kegiatan
ini dipilih karena budidaya ikan lele dianggap lebih mudah cara pengelolaannya
dan pemasarannya.
Seperti yang disampaikan langsung dari salah satu anggota Kelompok
Budi Ilma Sejahtera:
“lele dipilih karena lebih mudah, dalam pengelolaannya, dan
pemasarannya. Karena kita anggap lele itu untuk dikonsumsi semua orang,
jadi lebih mudah pemasaran, perawatannya pun lebih mudah dibanding kita
ternak yang lain.”4
4. Tahap Pelaksanaan (Implementasi) Program/ Kegiatan
Dalam Kelompok Budidaya Ikan (pokdakan) Budi Ilma Sejahtera ada dua
macam kegiatan yang dilakukan, yaitu pembibitan dan pembesaran. Sebelum
4 Wawancara pribadi dengan Hayul Qoyum anggota Budi Ilma Sejahtera, Jakarta, 9 Januari
2015
62
melakukan proses pembesaran terlebih dahulu Kelompok Budi Ilma Sejahtera
melakukan proses pembibitan, dan langkah selanjutnya adalah pembesaran ikan
lele. Dalam tahapan ini, partisipan yang ikut dalam proses pembibitan dan
pembesaran adalah semua anggota dari Kelompok Budi Ilma Sejahtera.
Adapun tahapan pembibitan ikan lele yang dilakukan Kelompok Budi
Ilma Sejahtera, sebagai berikut:
a. Pembibitan Ikan Lele
Tahapan awal yang dilakukan sebelum mulai proses pembesaran ikan lele
adalah proses pembibitan, untuk mendapatkan bibit langkah pertama yang
dilakukan adalah menyatukan antara indukan lele betina dengan indukan lele
jantan yang berkualitas untuk dikawinkan lalu disatukan di dalam kolam atau bak
dan untuk usia indukan adalah di atas satu tahun dan indukan harus sehat dari
segala macam penyakit, selanjutnya untuk proses perkawinan waktunya kurang
lebih satu hari satu malam.
Setelah dilihat induk sudah bertelur kemudian segera kolam atau bak yang
digunakan untuk tempat perkawinan ikan kolam atau bak diberi ijuk, tujuannya
agar telur berkumpul di ijuk tersebut dan lebih mudah untuk melihat dan
mengontrolnya. Setelah telur terkumpul semua di ijuk kemudian pisahkan antara
indukan dan telurnya.
Untuk proses pembibitan tidak berhenti disitu, setelah dipisahkan antara
indukan dengan telur, telur harus tetap dikontrol. Selanjutnya, telur dikontrol
63
apakah ada telur yang berwarna putih dan yang berwarna hitam, pisahkan antara
dua telur tersebut. Untuk telur yang berwarna putih adalah telur yang gagal dan
untuk telur yang berwarna hitam kembali dipelihara di kolam atau bak kembali
dan air diganti dengan yang baru.
Proses selanjutnya adalah tunggu selama 1 x 24 jam dan telur akan menetas
dengan sendirinya. Setelah telur menetas dibiarkan terlebih dahulu di dalam
kolam atau bak, selama masa pembesaran bibit pakan yang diberikan adalah
cacing sutra, kemudian setelah umur satu bulan diadakan penyortiran dan dipilih
bibit yang berukuran 3 cm sampai 4 cm.
Setelah proses pembibitan selesai dan telah mendapatkan bibit yang
berkualitas, langkah selanjutnya yang dilakukan Kelompok Budidaya Ikan
(pokdakan) Budi Ilma Sejahtera adalah proses pembesaran. Dimana proses
pembesaran ini memerlukan waktu kurang lebih tiga bulan.
b. Pembesaran Ikan Lele
Untuk pembesaran ada beberapa tahapan yang harus dilakukan sampai
akhirnya memanen ikan lele, hasil dari pembesaran selama kurang lebih tiga
bulan masa pembesaran. Ada beberapa proses yang dilakukan dalam pembesaran
ikan lele di Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera, langkah
pertama yang harus diperhatikan dalam budidaya ikan lele adalah penyiapan
kolam tempat ikan lele.
64
Dalam budidaya ikan lele ada berbagai macam tipe kolam yang digunakan
untuk tempat budidaya ikan lele. Salah satu macam tipe kolam yang biasa
digunakan salah satunya adalah kolam terpal, kolam semen dan kolam tanah,
setiap tipe kolam memiliki keunggulan masing-masing. Untuk memutuskan tipe
kolam mana yang baik untuk digunakan sebagai tempat budidaya ikan lele
tergantung dari kondisi lingkungan di wilayah masing-masing kelompok
budidaya ikan. Untuk Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera
menggunakan tipe kolam tanah atau empang dalam proses pembesaran ikan lele.
Kolam tanah dipilih karena melihat dari kondisi lingkungan yang ada di lokasi
budidaya. Proses yang harus dilakukan dalam menyiapkan kolam tanah adalah
sebagai berikut :
1) Penyiapan Kolam Tanah
Langkah pertama sebelum melakukan proses pembesaran dan penebaran
bibit ikan lele, kolam tanah atau empang harus dikeringkan terlebih
dahulu. Caranya adalah dengan menyedot air sampai habis mengunakan
mesin pompa air, lama pengeringan berkisar tiga sampai empat hari atau
yang lebih bagus lagi tiga sampai tujuh hari. Ketika tanah sudah mulai
retak-retak itu sudah bisa dianggap cukup kering.
Pengeringan kolam tanah bertujuan untuk membasmi hama yang ada di
dalam tanah. Selain itu juga untuk menyuburkan plangton-plangton yang
65
ada di tanah, yang nantinya bisa sebagai bahan pakan alami ikan lele,
seperti ulat dan cacing kecil.
Setelah pengeringan adalah proses pembajakan, proses ini cukup mudah
caranya adalah dengan mencangkul tanah yang sudah dikeringkan dan
angkat juga lapisan lumpur yang ada di dasar kolam.
Langkah kedua, pemberian obat, pengapuran dan pemupukan adalah
langkah selanjutnya dalam penyiapan kolam tanah tempat budidaya ikan
lele. Obat yang diberikan adalah booster semacam bubuk, caranya adalah
obat tersebut ditebar secara merata di permukaan dasar kolam.
Sama halnya dengan pemberian obat booster, cara pengapuran juga
dengan ditebar secara merata di permukaan tanah. Garam juga biasa
diberikan saat proses pengapuran dan pemupukan.
Selanjutnya adalah pemupukan, pupuk yang biasa digunakan Kelompok
Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera adalah pupuk kandang.
Banyaknya pupuk kandang yang digunakan adalah sekitar 5 kilo sampai
10 kilo, ini tergantung dari luasnya kolam yang digunakan sebagai tempat
budidaya ikan. Rata-rata luas kolam yang digunakan Kelompok Budidaya
Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera adalah 4 x 8 meter.
Semua proses ini, dari pemberian obat, pemberian garam, pengapuran dan
pemupukan tujuannya adalah untuk membasmi hama dan kuman yang ada
di bawah tanah dan untuk menyuburkan plangton-plangton serta
66
menyediakan nutrisi bagi biota air seperti cacing kecil dan ulat. Biota air
dan palngton tersebut akan berguna sebagai pakan alami ikan lele.
Langkah ketiga, Setelah kurang lebih satu minggu proses pengeringan
kolam tanah, selanjutnya adalah pemberian air baru untuk kolam tanah.
Ketinggian air yang ideal untuk budidaya ikan lele adalah sekitar 80 cm
sampai 120 cm, jika batas air kurang dari ketinggian air yang ideal seperti
kedalaman 30 sampai 40 cm itu bisa mengakibatkan lele yang dibudidaya
akan strees karena dengan kedalaman seperti itu sinar matahari masih bisa
tembus hingga dasar kolam.
Tunggu beberapa hari sampai air dalam kolam berubah menjadi bening
dan keadaan kolam menjadi steril. Akan tetapi bibit ikan lele jangan
langsung ditebar, tunggu samapi suhu air berubah lebih sejuk. Biasanya
Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera mulai menebar
bibit ikan lele pada saat sore hari, sekitar pukul 18:00 sampai 19:00 WIB.
Proses ini juga bertujuan agar bibit ikan lele yang ditebar tidak menjadi
strees karena terlalu terkena panas matahari.
Langkah keempat, ketika hari sudah mulai sore dan keadaan kolam sudah
steril serta suhu air sudah mulai sejuk, barulah bibit ikan lele ditebar ke
kolam tanah. Bibit yang di dapat dari hasil pembibitan ikan lele sendiri
yang dilakukan anggota Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma
Sejahtera.
67
Jenis bibit ikan lele yang digunakan adalah lele sangkuriang. Lele
sangkuriang sebenarnya merupakan salah satu jenis lele dumbo yang
diperkenalkan oleh Taiwan pada tahun 1985. Lele dumbo ini memiliki
kemampuan tumbuh lebih cepat dibanding lele lokal. Hal itulah yang
kemudian menyebabkan lele ini mampu menyita perhatian masyarakat
Indonesia. Meski pada awalnya sebagian masyarakat menganggap lele
dumbo tidak seenak lele lokal, namun pada akhirnya masyarakat pun mau
menerima kehadirannya.5
Untuk ukuran bibit ikan lele yang akan dibudidaya adalah dari ukuran 3
sampai 4 cm atau ukuran 4 cm samapi 6 cm. Jika menginginkan hasil
panen dengan ukuran ikan lele yang baik, maka bibit yang akan ditebar
sebaiknya ukurannya diseragamkan. Jika menggabungkan antara kedua
ukuran bibit lele tersebut maka hasil panen tidak akan maksimal, pada saat
panen ukuran ikan lele akan berbeda-beda.
Ukuran bibit ikan lele yang biasa di tebar kelompok budidaya ikan
(pokdakan) budi ilma sejahtera adalah ukuran 4 cm sampai 6 cm.
Tujuannya untuk mendapatkan ikan lele dengan ukuran yang ideal yaitu 9
cm samapi 15 cm atau ukuran lele konsumsi pada saat panen nantinya.
Bibit ikan lele yang ditebar kelompok ini sebanyak 5.000 ekor sampai
6.000 ekor dengan luas kolam rata-rata 4 x 8 meter. akan tetapi dari bibit
5 Warisno dan Kres Dahana, Meraup Untung Dari Berternak Lele Sangkuriang, (Yogyakarta:
Lily Publisher, 2009) h.1.
68
sebanyak 5.000 ekor yang ditebar, tidak semua bibit dapat hidup sampai
saat tiga bulan masa panen. Bibit lele yang bisa hidup sampai jangka
waktu masa panen hanya sekitar 3.000 ekor atau 4.000 ekor lele yang
hidup. Ini disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan
dalam merawat ikan lele, salah satunya adalah masalah penyakit dan maha
dan hal ini akan dijelakan dalam proses pengendalian hama dan penyakit.
2) Pemberian Pakan
Hal yang paling menentukan keberhasilan suatu budidaya salah satunya
adalah dari pakan yang diberikan, pakan juga merupakan komponen biaya
terbesar dari budidaya ikan lele. Ada banyak jenis pakan ikan, semakin
bertambah ukuran ikan semakin beda pula pakan yang diberikan. Hal ini
lah yang sering menjadi kendala para anggota dalam budidaya ikan lele,
terbukti dari hasil wawancara dengan Bapak Hasan salah satu anggota
Pokdakan:
“kendalanya banyak, seperti lahan dan pelet lele juga jadi kendala.
Itu di karenakan harga pelet lebih mahal dari penjualan lelenya”6
Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera menerapkan
pemberian pakan utama dan pakan tambahan. Ini adalah salah satu cara
mereka dalam meminalisir pengeluaran untuk pemberian pakan ikan lele,
berikut adalah cara mereka dalam pemberian pakan kepada ikan lele:
6 Wawancara Pribadi dengan Hasan Basri Anggota Budi Ilma Sejahtera, 5 Desember 2015
69
Pemberian pakan utama, Pakan utama yang Kelompok Budidaya Ikan
(Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera berikan adalah pelet. Ada berbagai
macam jenis pelet, jenis pelet yang diberikan tergantung ukuran dari ikan
lele itu sendiri. Pelet baru diberikan pada 1 samapi 2 hari setelah ikan lele
berada di kolam tanah atau empang, pelet yang diberikan adalah pelet
yang paling halus yaitu pelet 781 -1 atau pf 1000. Setelah ukuran lele
bertambah, pelet yang diberikan juga berganti yaitu pelet 781 -2 untuk
ukuran lele 15 cm samapi umur satu sampai dua bulan.
Pakan harus diberikan sesuai kebutuhan, pakan yang diberikan juga harus
sesuai dengan ukuran ikan dan merata. Pemberian pakan yang diberikan
Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera biasanya pada
dua hari sekali yaitu pagi dan sore hari pada pukul 06.00 WIB dan pukul
18.00 WIB dan sebagai contoh untuk ukurannya sekitar satu gelas air
mineral penuh.
“Kita beri peletnya seukuran lele saja, yang terpenting itu rata
kesemua lele. Mungkin seukuran satu gelas air minum, untuk 5000
ekor. Dalam dua kali sehari diberikannya. pada waktu pagi hari dan
sore hari”7
Pemberian pakan tambahan, Pakan tambahan mulai diberikan ketika usia
ikan sudah mencapai satu sampai dua bulan. Pakan utama juga tidak
langsung dihilangkan, secara bertahap pakan utama dikurangi
pemberiannya dan diganti dengan pakan tambahan tersebut.
7 Wawancara pribadi dengan Hayul Qoyum anggota Budi Ilma Sejahtera, Jakarta, 9 Januari
2015
70
Pakan tambahan yang diberikan diantaranya, limbah makanan yang sudah
didaur ulang seperti limbah kepala ikan. Sebelum diberikan limbah kepala
ikan terlebih dahulu digiling dan setelah itu dicampur dengan dedek.
Selain itu, ikan juga diberikan limbah bagian dalam tubuh ayam yang
tidak bisa dikonsumsi oleh manusia dan pakan tambahan yang terakhir
adalah keong atau siput sawah.
Untuk mengolah limbah menjadi pakan tambahan untuk lele caranya
dengan mencacah atau menggiling limbah tersebut terlebih dahulu,
tujuannya agar pakan tersebut sedikit halus. Sedangkan untuk pengolahan
keong atau siput sawah caranya dengan merebus terlebih dahulu keong
yang sudah dipisahkan dari cangkangnya, tunggu sampai beberapa jam
setelah itu barulah dicacah atau digiling dan selanjutnya diberikan pada
ikan lele sebagai pakan tambahan.
71
Berikut dapat dilihat pada tabel no. 6 yang menjelaskan harga pakan yang
dikeluarkan dari Bapak Hayul, salah satu anggota Pokdakan.
Tabel 6
Harga Pakan
Masa Tanam Ukuran
Lele Pakan
Ukuran
Pakan
Jadwal
Pemberian
Pakan
Harga Pakan
3 hari - 2
minggu 4 - 8 cm Pelet pf 1000 3 - 4 kg Pagi & sore Rp. 52.000
2 - 4 minggu 8 - 12 cm Pelet 781-1 10 kg Pagi & sore Rp. 110.000
Bulan 1 15 - 20 cm Pelet 781-2 30 kg Pagi & sore Rp. 300.000
Bulan 2
(Pemberian
Pakan
Tambahan)
> 20 cm Pelet dan
limbah
(kepala ikan,
keong, usus
ayam)
10 kg 1 kali pelet
(pagi) dan
1 kali
limbah
(sore)
Bulan 3
(Persiapan
Masa
Penyortiran)
Ukuran 1
kilo (10-
15 ekor)
pelet 781 20 kg 1 kali (1 kg) Rp. 220.000
s Rp. 682.000 Sumber: Wawancara pribadi Bapak Hayul Qoyum
3) Pengelolaan Air Tanah
Selain pemberian pakan, hal penting lainnya dalam budidaya adalah
pengelolaan air. Air harus tetap dijaga kualitas dan kedalamannya, jangan
sampai air berbau busuk dan kedalaman airnya berkurang.
Apabila sudah muncul bau busuk, buang sepertiga air bagian bawah.
Kemudian isi lagi dengan air baru. Frekuensi pembuangan air sangat
72
tergantung pada kebiasaan pemberian pakan. Apabila pakan banyak
menimbulkan sisa, pergantian air akan sering dilakukan.8
Kedalaman air bisa dikatakan stabil antara 60 cm sampai 80 cm. Jika di
bawah 50 cm panas matahari akan tembus ke permukaan air dan tidak ada
tempat untuk ikan berteduh. Hal ini akan menyebabkan suhu air mencapai
30° hingga 40° dan ikan akan mudah stres dan bahkan ikan bisa mati
karena terlalu panas.
Lele dapat hidup di dalam air bersuhu antara 20-35°C, dengan suhu
optimal untuk pertumbuhan antara 25-29°C. Tingkat keasaman air (pH)
dimana lele dapat hidup adalah antara 6 - 9. pH air paling optimal untuk
pertumbuhannya adalah 6,5-7,2.9
4) Pengendalian Hama Dan Penyakit
Hama menjadi salah satu kendala yang dihadapi semua anggota Budi Ilma
Sejahtera. Hama yang sering dijumpai adalah dari jenis predator seperti
ular, musang, kodok, mujair dan burung. Tetapi hama yang paling
dianggap bahaya oleh anggota adalah dari lele itu sendiri, karena jika ada
lele yang ukurannya lebih besar dari lele yang lain itu bisa menjadi hama,
karena lele yang ukurannya lebih kecil bisa dimangsa oleh lele yang
8 Alamtani Buletin Agribisnis, “Panduan Lengkap Budidaya Ikan Lele,”artikel diakses pada
30 September 2015 dari http://alamtani.com/budidaya-ikan-lele.html 9 Warisno dan Kres Dahana, Meraup Untung Dari Berternak Lele Sangkuriang, (Yogyakarta:
Lili Publisher, 2009), h. 8
73
ukurannya lebih besar. Dan jika ada lele yang ukurannya lebih besar untuk
pencegahan sebaiknya dipisahkan dari lele yang lainnya.
Adapun wawancara peneliti dengan salah satu anggota mengenai hama
yang ada dalam budidaya ikan lele.
“Justru hama yang lebih bahaya dari hama-hama tersebut ialah lele
itu sendiri, jika ada yang lebih besar dari ukuran lele yang kita tanam
dan dari proses pembesaran lele itu subur sendiri, lele itu kita tangkap
dan kita pisahkan ke tempat yang lain jangan ada di satu wadah karena
lele bisa saja akan makan kawanannya sendiri karena lele itu besar
sendiri dan butuh asupan makanan lebih banyak dan kawan-kawanya
yang lain makannya standar.”10
Untuk mencegah hama yang lain yaitu dengan memasang waring dan
pagar bambu di sekitar pinggiran kolam tanah, selain itu juga kontrol
kolam secara teratur biasanya pengontrolan dilakukan anggota pada
malam hari.
Penyakit yang paling sering dialami anggota dalam budidaya ikan lele
adalah luka, sariawan, cacar dan penyakit kuning. Luka dan sariawan yang
dialami lele disebabkan karena hujan. Dari hasil wawancara peneliti
dengan anggota Budi Ilma Sejahtera, diketahui bahwa hujan menjadi
penyebab lele menjadi sariawan dan luka.
Adapun wawancara dengan anggota Budi Ilma Sejahtera yaitu:
“sariawan itu semacam mulutnya sudah luka, karena luka ikan
sudah tidak mau makan. Ikan menjadi seperti itu karena setelah hujan,
10
Wawancara Pribadi dengan Hayul Qoyum Anggota Budi Ilma Sejahtera, 9 Januari 2015
74
karena setelah hujan jika kolam tidak ditabur garam bisa terkena
penyakit itu”11
Menurut salah satu anggota, penyakit kuning menjadi penyakit yang
paling sulit untuk ditangani. Penyakit kuning bisa diakibatkan dari kolam
dan air yang kurang steril. Ciri-ciri penyakit kuning biasanya lele
mengambang di atas permukaan air dan penyakit kuning ini bisa menular
ke lele yang lain dan lele yang terkena penyakit harus segera dipisahkan
dari lele yang lainnya.
Untuk mencegah penyakit yang timbul cara pencegahannya adalah dengan
mejaga kualitas air, kebersihan kolam, dan suhu pada kolam serta
pemberian vitamin untuk ikan lele. Hal ini harus sering dilakukan agar lele
bisa berkembang dengan baik, terlebih jika air kolam sudah berbau busuk
dan air berwarna kehitaman, kolam harus segera dibersihkan dengan cara
buang setengah air yang ada didalam kolam lalu ganti dengan air yang
baru.
5) Panen Ikan Lele
Panen dilakukan saat ikan lele mencapai ukuran konsumsi dengan ukuran
lele biasanya mencapai 6-9 ekor per kg, lele dianggap memiliki rasa yang
enak pada ukuran ini. Dalam rentang waktu tiga bulan kelompok budidaya
ikan (pokdakan) budi ilma sejahtera bisa melakukan dua kali panen. Panen
yang pertama adalah tahap penyortiran, tahapan ini dilakukan pada waktu
11
Wawancara Pribadi dengan Sobari Anggota Budi Ilma Sejahtera, 10 Januari 2015
75
kurang dua bulan setelah bibit ikan lele ditebar. Tujuannya adalah untuk
melihat ukuran lele, jika lele sudah mencapai ukuran konsumsi bisa
dipanen sedangkan untuk lele yang belum mencapai ukuran konsumsi
harus dibesarkan lagi. Selain untuk melihat ukuran lele, penyortiran
pertama dilakukan agar tidak ada kanibalisme dalam proses pembesaran
ikan lele.
Selanjutnya adalah panen yang kedua, pada tahapan ini, ikan lele yang
tersisa pada proses penyortiran telah siap untuk dipanen dengan
ukurannya sudah mencapai 6-9 ekor per kg. Berikut dapat dilihat pada
tabel no. 7 yang menunjukan jenis dan ukuran lele yang ada di Kelompok
Budidaya Ikan (pokdakan) Budi Ilma Sejahtera.
Tabel 7
Jenis dan Ukuran Lele
Sumber: Wawancara anggota Budi Ilma Sejahtera
Jenis Ukuran Satuan
Lele Sangkalan 10 – 15 ekor Per kilo
Lele Konsumsi 6 – 9 ekor Per kilo
Lele BS 1 – 5 ekor Per kilo
76
Lele sangkalan adalah lele yang ukurannya 10-15 ekor per kilo. lele
ukuran ini masih tergolong lele yang kecil. Maka dari itu lele ukuran ini
harus dibesarkan kembali selama jangka waktu kurang lebih satu bulan
agar saat panen kembali beratnya bisa mencapai ukuran 6-9 ekor per kilo.
Lele konsumsi adalah lele yang ukurannya 6-9 ekor per kilo, dimana
ukuran ini adalah ukuran yang ideal daru ukuran lele. Lele ukuran ini
banyak dicari oleh rumah makan, restoran dan pasar.
Selanjutnya adalah lele bs, lele ini ukurannya mencapai 1-5 ekor per kilo.
Lele ukuran ini jarang digunakan untuk tambahan lauk makan karena
ukurannya yang terlalu besar. Biasanya lele dengan ukuran ini dipelihara
untuk dijadikan indukan lele atau lele ukuran ini digunakan untuk bahan
dasar pembuatan abon lele.
Satu hari sebelum panen, jangan memberikan pakan pada ikan lele agar
tidak banyak kotoran saat diangkat. Metode yang dipakai saat panen
adalah dengan menguras kolam, yang mana kolam tanah tempat
pemeliharaan dikuras airnya sampai habis menggunakan mesim pompa
air. Ikan lele kemudian diambil dengan cara manual menggunakan
serokan ikan, dengan cara ini ikan lele akan dapat diangkat semuanya.
Akan tetapi, memanen dengan metode ini butuh kewaspadaan dalam
proses pengangkatan ikan lele, karena ikan lele memiliki patil yang sangat
tajam dan bisa melukai jika terkena patilnya.
77
Setelah ikan lele terangkat semua, selanjutnya lakukan penyortiran untuk
memisahkan ikan lele berdasarkan ukurannya menggunakan keranjang
penyortir ikan. Ikan yang sudah disortir ditempatkan di drum pelastik
berdasarkan ukuran ikan, sebelum diletakan di drum terlebih dahulu ikan
ditimbang. Setelah semua proses selesai barulah ikan lele bisa dibawa oleh
tengkulak. Berikut dapat dilihat pada tabel no. 8 adalah hasil panen I dan
II yang didapat salah satu anggota Pokdakan Budi Ilma Sejahtera
Tabel 8
Hasil Panen I dan II
Panen Hasil Harga Pasaran Jumlah
Panen I 1 kwintal (100 kg) Rp. 18.000 Rp. 1.800.000
Panen II 3 kwintal (300 kg) Rp. 18.000 Rp. 5.400.000
Rp. 7.200.000
Sumber: wawancara pribadi Bapak Hayul Qoyum
5. Tahap Evaluasi
Pengertian evaluasi adalah mengkritisi suatu program dengan melihat
kekurang, kelebihan, pada kontek, input, proses, dan produk pada sebuah
program.12
12
Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah dengan Pendekatan Kualitatif, (Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2006), H. 121
78
Dalam tahapan evaluasi ini ada beberapa persiapan-persiapan yang harus
dilakukan sebelum akhirnya evaluasi itu dilaksanakan. Pertama adalah
menentukan tujuan mengevaluasi, tujuan evaluasi disini adalah ingin
memperbaiki program, maka evaluasi yang digunakan ialah evaluasi proses.
Metode yang dilakukan dalam tahapan ini adalah dengan metode diskusi.
Dimana para partisipan dalam diskusi ini adalah ketua RW 05, pihak kelurahan,
anggota kelompok Budi Ilma Sejahtera, dan dalam diskusi mengenai evaluasi
kegiatan budidaya ini diikut sertakan juga Suku Dinas Peternakan, perikanan dan
kelautan Jakarta Utara serta CSR Astra Otopart.
Hasil atau output dari proses evaluasi ini memperlihatkan kendala dalam
proses kegiatan dalam berbudidaya, dimana kendala yang dihadapi anggota
kelompok adalah cuaca dan pakan. Pada akhir tahun 2013, anggota banyak
mengalami kerugian karena terjadi banjir dan bibit yang baru mereka tebar
hilang begitu saja. Selain itu, pakan dan hama juga menjadi kendala dalam
proses kegiatan budidaya ini. Maka dilakukan perubahan atau perbaikan dalam
proses budidaya, dimana ketika sudah masuk musim penghujan, anggota sudah
tidak lagi menebar bibit lele agar bibit yang akan dibesarkan tidak hilang
terbawa air. Untuk pakan, anggota mendapat bantuan dari CSR Astra Otopart
sebuah mesin pencacah untuk pembuatan pakan tambahan.
Evaluasi merupakan proses pengawasan dari ketua RW 05 sebagai
pembina, pengurus, dan melibatkan anggota lainnya terhadap kegiatan budidaya
79
ikan yang sedang berjalan. Dengan keterlibatan warga pada tahap ini diharapkan
akan terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan pengawasan
secara internal.
Berikut dapat dilihat pada tabel no. 9 matrik dari proses pembudidayaan
ikan lele yang dilakukan kelompok Budi Ilma Sejahtera.
Tabel 9
Matrik Proses Pembudidayaan Ikan Lele
No Tahapan Metode Partisipan Output Kendala
1 tahapan persiapan
1.1
kegiatan 1
(Persiapan Change
Agent)
Diskusi ketua RW 05, Pihak
Kelurahan dan
Warga Sekitar
warga RW 05 (H.A
Kurtubi, Achmad
Ganin, Amroini dan
Muhajir
Masih sulit
mengajak warga
untuk datang
1.2
kegiatan 2
(Persiapan
Lapangan)
Diskusi ketua RW 05, Pihak
Kelurahan dan
Warga Sekitar
wilayah RT 02 RW
05 Kelurahan
Rorotan
lahan yang
digunakan bukan
lahan pribadi, jadi
sulit untuk
melakukan perizinan
2
tahapan Assesment
(Identifikasi
Masalah)
2.1
kegiatan 1
(Mencari
Permasalahan di
Wilayah)
Diskusi ketua RW 05, Pihak
Kelurahan dan
Warga Sekitar
pengangguran dan
warganya yang
berpenghasilan
rendah
warga masih belum
terbuka dengan
masalah pribadinya
2.2
kegiatan 2
(Mencari Kebutuhan
atau Solusi)
Diskusi ketua RW 05, Pihak
Kelurahan dan
Warga Sekitar
membantu
menambah
penghasilan,
menambah
pengetahuan dan
keahlian
Menyamakan
persepsi antar
partisipan yang hadir
80
3 tahapan Perencanaan
Alternatif Kegiatan
3.1
kegiatan 1
(Perumusan
Kegiatan)
Diskusi ketua RW 05, Pihak
Kelurahan dan
Warga Sekitar
Kegiatan yang akan
dilakukan adalah
budidaya ikan lele
sulit menentukan
kegiatan yang dipilih
karena faktor
keahlian yang
berbeda-beda
4 tahapan pelaksanaan
4.1
proses budidaya Melakukan
Proses
Budidaya
langsung
Anggota Kelompok pakan lele yang
mahal, penyakit dan
hama yang sering
menyerang lele
5 tahapan evaluasi
5.1
kegiatan 1
(evaluasi kegiatan)
Diskusi ketua RW 05, Pihak
Kelurahan dan
Warga Sekitar. Serta
Suku Dinas dan
Astar Otopart
dilakukan
perubahan atau
perbaikan dalam
proses budidaya
Sulit menyesuaikan
waktu pertemuan
antara partisipan
yang ada.
Sumber: Wawancara Anggota Kelompok Budi Ilma Sejahtera
B. Dampak Pembudidayaan Ikan Lele Terhadap Perekonomian Anggota
Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan dengan adanya kegiatan
budidaya ikan lele di wilayah RW 05 Kelurahan Rorotan dampak dari kegiatan
budidaya sebelum dan sesudah kegiatan beberapa anggota merasakan adanya
perubahan dari segi ekonominya. Perubahan ekonomi yang dirasakan anggota
juga berbeda-beda antara satu sama lain, ada yang merasakan perubahan ekonomi
yang dirasakannya itu besar ataupun kecil.
Seperti yang sudah dijelaskan mengenai pengertian dampak ialah
perubahan yang terjadi baik positif atau negatif terhadap suatau aktifitas yang
dilakukan, yang dapat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat yang melakukan
81
aktifitas tersebut, baik pengaruh yang dihasilkan itu berdampak besar ataupun
kecil.
Sama halnya dengan yang dirasakan anggota Budi Ilma Sejahtera,
mereka merasakan perubahan terhadap ekonominya setelah mengikuti kegiatan
budidaya ikan lele ini.
Dari segi ekonomi, sebelum mereka bergabung dengan Kelompok
Budidaya Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera, penghasilan yang didapat setiap
bulannya tidak menentu setelah ikut bergabung penghasilan yang anggota dapat
dari hasil budidaya dirasa cukup untuk menambah kebutuhan dasar keluarga
mereka.
Adapun wawancara dengan Sobari salah satu anggota Budi Ilma Sejahtera
yang berprofesi serabutan:
“Saya kerja serabutan, yang namanya serabutankan tidak tetap
pendapatannya, sehati bisa dapat Rp. 30.000 paling besar juga Rp. 50.000,
dam itu juga jarang-jarang dapatnya. Penghasilan dari budidaya kalo
harganya lumayan bisa dapat 2-3 juta sekali panen”13
Hasil wawancara dengan Burhanudin salah satu anggota Budi Ilma
Sejahtera yang berprofesi sebagai buruh bangunan:
“saya kerja buruh bangunan, memang kita rasakan jauh bedanya dari
pada kita bergabung dengan pokdakan. Kalo bangunan dapat satu minggu
Rp. 400.000 bisa Rp. 500.000, sedangkan di pokdakan bisa dapat 4-5 juta
sekali panen”14
13
Wawancara pribadi dengan Sobari anggota Budi Ilma Sejahtera, 10 Januari 2015 14
Wawancara pribadi dengan Burhanudin anggota Budi Ilma Sejahtera, 2 Januari 2015
82
Hasil wawancara dengan Amroini, sekretaris Budi Ilma Sejahtera yang
berprofesi sebagai guru mengaji:
“Penghasilan tetap 1,5 juta perbulan dari mengajar mengaji anak-anak.
Sekali kita budidaya bisa tiga kali panen. Disitu saja sekali panen bisa
angkat 2-3 kintal kan sudah ketahuan dapat uangnya”15
Selanjutnya, hasil wawancara dengan Hayul Qoyum, anggota dari
Pokdakan Budi ilma Sejahtera yang berprofesi sebagai karyawan swasta:
“Setelah kita ikut di pokdakan, setiap bulannya mungkin rata-rata
antara 1-2 juta dari hasil budidaya ikan itu ada. Kita ada tambahan, setelah
kita potong ongkos produksi seperti pakan, dan untuk modal awal lagi,
setelah modal awal kita sudah kembali kita ada untung disitu. Jadi kita bisa
menghidupi keluarga kita, contohnya anak kita bisa kuliah dari hasil
budidaya itu dan belanja rumah tangga kita yang tadinya sulit untuk
menutupi kebutuhan rumah tangga ya setalah kita ikut pokdakan
alhamdulilah kita terbantu dari hasil kita ikut pokdakan, kita bisa biayai anak
sekolah disamping gaji yang tidak seberapa dengan kerja diperusahaan
swasta”16
Anggota yang tergabung dalam Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan)
Budi Ilma Sejahtera memang bukan semuanya berprofesi serabutan atau buruh
saja, tapi juga ada yang berprofesi sebagai guru mengaji, wirausaha, dan
karyawan. Penghasilan yang mereka dapat juga berbeda-beda, baik penghasilan
dari pekerjaan mereka masing-masing atau penghasilan mereka dari hasil
budidaya ikan lele. Dan untuk tujuan mereka ikut bergabung dengan Budi Ilma
Sejahtera sebagian dari mereka mengatakan ikut bergabung karena ingin
mendapatkan penghasilan tambahan dari berbudidaya ikan. Akan tetapi ada
anggota yang bergabung dengan kelompok Budi Ilma Sejahtera bukan menjadi
15
Wawancara Pribadi dengan Amroini Sekretaris Budi Ilma Sejahtera, 6 Desember 2015 16
Wawancara Pribadi dengan Hayul Qoyum Anggota Budi Ilma Sejahtera, 9 Januari 2015
83
proiritas utama mereka dalam meningkatkan prekonomian mereka tetapi memang
karena ingin menyemangati warga yang lainnya dalam kegiatan ini. Berikut hasil
wawancara peneliti dengan Bendahara kelompok Budi Ilma Sejahtera H.A
Kurtubi:
“Kalo saya kan tadinya hanya ingin meningkatkan semangat anggota
yang lain. Ya mungkin saya hanya pemacu dan penggerak saja supaya
mereka berjalan.”17
Meskipun demikian, hasil yang didapat dari budidaya dirasakan dampak
ekonominya juga oleh mereka yang mempunyai pekerjaan dan penghasilan tetap.
Seperti wawancara berikut dengan H.A Kurtubi yang berprofesi sebagai
wiarausah:
“Dampak ekonomi sih memang ada, ya artinya walaupun sedikit
banyak dari hasil panen ada kelebihannya. Seperti kita modal nih 2 juta, dari
memelihara sampai selesai panen, itu kan ketika kita panen dari modal 2 juta
bisa sampai 4 juta sekali angkat, kita sudah punya kelebihan 2 juta. Kalo
kita memeliharanya lebih banyak seperti 4 juta, kita lepas modalnya 4 juta
artinya bibitnya lebih banyak, modal pakannya juga lebih besar, otomatis
hasilnyakan jadi lebih besar.”18
Hasil wawancara dengan Rustono yang berprofesi sebagai karyawan:
“untuk tambahan si ada, ya selisihnya ambil besarnya 1,5 juta selama 3
bulan dari budidaya itu. Kalau harga lagi pas bagus-bagusnya bisa 2,5 juta
sekali angkat dalam 2 bulan.”19
Dan ini membuktikan bahwa meskipun kegiatan budidaya ini bukan
menjadi prioritas mereka untuk mendapatkan penghasilan akan tetapi sedikit
17
Wawancara Pribadi dengan H.A Kurtubi Bendahara Budi Ilma Sejahter, 07 Desember
2015 18
Wawancara Pribadi dengan H.A Kurtubi Bendahara Budi Ilma Sejahter, 07 Desember
2015
19
Wawancara Pribadi dengan Rustono Anggota Budi Ilma Sejahtera, 07 Desember 2015
84
banyak mereka juga mendapat dampak ekonomi dari kegiatan budidaya ini.
Berikut tabel no. 10 yang menjelaskan penghasilan dari sebelum berbudidaya dan
penghasilan sesudah berbudidaya:
Tabel 10
Penghasilan Sebelum dan Sesudah Budidaya
No Nama Kolam Pekerjaan
Hasil Sebelum
Budidaya
Hasil Sesudah
Budidaya
1 Achmad Ganin 2 Karyawan Rp. 2.000.000 Rp. 5.000.000
2 Amroini 2 Guru mengaji Rp. 1.5000.000 Rp. 5.000.000
3 H.A Kurtubi 1 Wirausaha Rp. 3.000.000 Rp. 2.000.000
4 Hayul Qoyum 2
karyawan Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000
5 Muhajir 2 Serabutan Rp. 100.000 Rp. 4.000.000
6 Burhanudin 1 Buruh bangunan Rp. 500.000 Rp. 5.000.000
7 Hasan Basri 1 Serabutan Rp. 100.000 Rp. 2.000.000
8 Sobari 1 Serabutan Rp. 50.000 Rp. 3.000.000
9 Rustono 1 karyawan Rp. 3.000.000 Rp. 2.500.000
Sumber: Wawancara dengan anggota Kelompok Budi Ilma Sejahtera
85
Dampak atau perubahan yang dirasakan setiap anggota terhadap
ekonominya memang tidak semua sama. Hasil yang mereka dapat dari budidaya
juga berfariasi, ini tergantung dari berapa banyak kolam dan bibit yang mereka
tebar, selain itu proses pembesaran dan pemberian pakan juga menjadi salah satu
faktor penentu keberhasilan budidaya, akan tetapi ketekunan dalam berbudidaya
juga dirasa sangat penting dalam menjalankan usaha budidaya ini. Seperti yang
dirasakan oleh salah satu anggota Budi Ilma Sejahtera yang merasakan belum
adanya perubahan dalam ekonominya setelah mengikuti pokdakan ini, berikut
wawancara dengan Bapak Hasan anggota Budi Ilma Sejahtera:
“Tidak ada perubahan, karena kita punya lahan itu cuma sedikit, jadi
perputarannya tidak banyak”20
Dalam pembagian kolam sebenarnya satu orang anggota diberikan satu
kolam atau empang. Awalnya kelompok ini memiliki anggota sekitar sepuluh
orang lebih, akan tetapi seiring berjalannya waktu ada beberapa anggota yang
sudah tidak aktif dalam kelompok ini sehingga kolam yang mereka miliki tidak
terurus. Maka dari itu beberapa anggota yang masih aktif dan mampu dari segi
waktu serta ekonomi mengambil alih kolam dan membudidayakan ikan dengan
dua kolam atau lebih.
Kegiatan budidaya seperti ini akan membawa pengaruh bagi setiap
anggota beserta keluarganya sendiri. Menurut peneliti dengan adanya kegiatan
budidaya ikan ini terdapat pengaruh atau dampak yang bersifat positif bagi setiap
anggotanya. Pengaruh atau dampak positifnya adalah:
20
Wawancara Pribadi dengan Hasan Basri Anggota Budi Ilma Sejahtera, 5 Desember 2015
86
1. Dengan adanya kegiatan budidaya ini menambah ekonomi bagi anggota
2. Dengan pelatihan budidaya yang diberikan menambah keterampilan dan
pengetahuan anggota terhadap proses budidaya ikan
3. Dari hasil budidaya anggota bisa membantu memenuhi kebutuhan dasar
keluarganya
Sedangkan untuk pengaruh negatif yang muncul dengan adanya kegiatan
budidaya ini, anggota tidak merasa ada pengaruh negatif dari kegiatan budidaya
ataupun keberadaan Kelompok Budidaya Ikan (pokdakan) Budi Ilma Sejahtera di
wilayah mereka ini. Adapun hasil wawancara dengan Hasan Basri salah satu
anggota Budi Ilma Sejahtera, sebagai berikut:
“Kalo dampak negatif tidak ada, namanya ini kegiatan untuk mengajak
warga untuk jadi mandiri ya pasti positif saja.”21
Hasil wawancara dengan ketua kelompok Budi Ilma Sejahtera, Achmad
Ganin:
“Dari kegiatan ini, dampak negatif tigak ada. karena dari awal
terbentuknya kelompok ini saja sudah ada niatan yang baik untuk membantu
pemerintah mengurangi pengangguran.”22
21
Wawancara Pribadi dengan Hasan Basri Anggota Budi Ilma Sejahtera, 5 Desember 2015 22
Wawancara Pribadi dengan Achmad Ganin Ketua Kelompok Budi Ilma Sejahtera, Jakarta,
26 Mei 2015
87
Seperti yang sudah dijelaskan oleh Oto Soemarnoto dan Hari Sabari
mengenai dampak. Menurut Oto Soemarnoto, dampak adalah pengaruh suatu
kegiatan. Sedangkan pengertian dampak menurut Hari Sabari adalah sesuatu yang
muncul setelah adanya suatu kejadian. Kegiatan budidaya ini juga berdampak
atau berpengaruh terhadap semua anggotanya, dampak yang dirasakan juga bisa
bersifat positif ataupun negatif. Akan tetapi dalam kegiatan budidaya ini tidak ada
anggota yang merasakan dampak negatif dari kegiatan ini. Karena menurut
pendapat mereka kegiatan budidaya ini adalah sebuah upaya atau usaha yang
mereka lakukan untuk meningkatkan ekonomi mereka, walaupun dampak yang
dihasilkan itu tidak begitu besar. Sama seperti apa yang telah dijelaskan
sebelumnya, dimana ekonomi merupakan suatu usaha mempelajari kegiatan
manusia, memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan
sumber daya yang terbatas. Dari penjelasan di atas dapat dilihat adanya
keterkaitan yang erat dari perjuangan manusia dengan cara atau usaha mereka
dalam memenuhi kebutuhannya dan keluarganya dalam mencari nafkah.
Untuk melihat apakah dengan kegiatan budidaya ikan ini, membuat
anggota itu bisa dikatakan sudah berdaya atau tidak. Di dalam pemberdayaan
masyarakat untuk mengetahui sesorang itu berdaya atau tidak maka perlu
diketahui beberapa indikator untuk melihatnya yaitu, yang meningkatnya
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, serta
meningkatnya pendapatan atau ekonominya.
88
Sama halnya dengan yang dikutip dari buku Edi Suharto yang berjudul
Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, yang menilai keberhasilan
pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan mereka yang
menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses manfaat
kesejahteraan, dan kemampuan kultural dan politis. Pemberdayaan masyarakat
dengan sendirinya berpusat pada bidang ekonomi, karena sasaran utamanya
adalah memandirikan masyarakat, di mana peran ekonomi teramat penting.23
Dengan demikian, dampak yang dirasakan oleh anggota Budi Ilma
Sejahtera adalah dari segi ekonomi. Bertambahnya penghasilan dari kegiatan
budidaya ini memang tidak semua bisa dirasakan anggota lainnya karena banyak
faktor yang mempengaruhi keberhasilan tersebut, salah satunya dimana anggota
yang awalnya memang sudah memiliki penghasilan lain dari budidaya ini.
Sehingga mereka yang punya penghasilan lain tidak begitu merasakan dampak
dari budidaya ikan ini.
Sebagian besar anggota yang peneliti wawancarai mengenai apakah
dengan penghasilan yang diperoleh dari kegiatan budidaya ini bisa memenuhi
kebutuhan dasar keluarga mereka, jawaban dari semua anggota mengatakan
penghasilan dari kegiatan ini belum memenuhi tetapi cukup untuk membantu
kebutuhan dasar keluarganya.
23 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Refika
Aditama, 2005), h. 63
89
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan pada temuan peneliti yang dijelaskan dalam uraian pada
bab temuan lapangan dan analisis sebelumnya, maka dapat peneliti simpulkan
bahwa hasil penelitian yang dilakukan di RW 05 Kelurahan Rorotan, Jakarta
Utara berkaitan dengan dampak yang dihasilkan dari kegiatan budidaya ikan
lele yang dilakukan kelompok budidaya ikan (pokdakan) budi ilma sejahtera
terhadap perekonomian anggotanya. Adapun kesimpulannya sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Kegiatan yang dilakukan warga RW 05 Kelurahan Rorotan, Jakarta
Utara sejatinya sangat bermanfaat untuk warga sekitar dalam memecahkan
permasalahan yang selama ini mereka alami. Dengan terbentuknya kelompok
Budidaya Ikan (pokdakan) Budi Ilma Sejahtera dapat membantu warga yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap untuk bisa mendapatkan pekerjaan dengan
cara membudidayakan ikan lele dan juga bisa mendapat keuntungan dari
budidaya tersebut, keuntungannya bukan hanya dari segi ekonomi tapi juga
dari segi pengetahuan mengenai cara budidaya yang baik.
Dalam teknis pelaksanaanya, sebelum terbentuk kelompok budidaya
ikan (pokdakan) budi ilma sejahtera ada beberapa tahapan yang mereka lalui
yaitu, tahap persiapan, tahap assesment, tahap perencanaan alternatif program
atau kegiatan, tahap pelaksanaan dan terakhir tahap evaluasi. Dimana
penjelasan mengenai tahapan yang kelompok budi ilma lakukan sudah
dijelaskan di bab sebelumnya.
90
Kegiatan ini tidak akan berhasil dengan sempurna jika tidak adanya
bantuan dan dukungan dari pihak lain yaitu Suku Dinas Perikanan Jakarta
Utara dan CSR Astra Otopart yang telah membantu memberikan bantuan
berupa peralatan, materi, dan pelatihan-pelatihan yang kelompok Budi Ilma
Sejahtera butuhkan. Dengan bantuan yang diberikan dan proses budidaya yang
kelompok ini lakukan menjadikan anggotanya saat ini bisa mendapatkan hasil
yang memuaskan jika panen tiba dan bisa membantu mencukupi kebutuhan
dasar keluarga mereka. Serta yang terkena dampak dari hasil budidaya ini
bukan hanya anggota saja, melainkan keluarga mereka juga terkena dampak
dari hasil budidaya ini.
Untuk ukuran seseorang dikatakan dapat memenuhi kebutuhan
keluarganya memang belum ada ukuran yang pasti, ini tergantung seberapa
besar kebutuhan yang mereka perlukan. Begitu juga dengan tingkat
kesejahteraan, ukuran sejahtera atau tidak tergantung dari orang yang
menjalaninya.
Akan tetapi pada dasarnya dampak dari kegiatan budidaya ikan ini bisa
dikatakan sudah cukup membantu untuk bisa menambah perekonomian
anggotanya. Terbukti dari berbagai tanggapan positif yang mereka sampaikan
dengan adanya kegiatan ini bisa membantu kehidupan mereka, mulai dari
anggota yang bisa merenovasi rumahnya dan juga anggota yang bisa
membayar sekolah anaknya setiap bulannya dengan menggunakan uang dari
hasil budidaya.
91
B. Saran
Berdasarkan analisa data dan kesimpulan di atas, ada beberapa saran
yang ingin disampaikan peneliti, antara lain:
1. Setiap permasalahan yang ada di suatu tempat atau wilayah memang
sebaiknya dicari solusinya bersama-sama dengan pemangku kepentingan
antara lain pemerintah setempat, pihak kelurahan atau kecamatan beserta
warga yang mengalami permasalahan di wilayahnya. Seperti yang
dilakukan warga RW 05 Kelurahan Rorotan, Jakarta Utara, mereka
bersama-sama mencari solusi yang baik ketika di wilayahnya banyak
warga yang menganggur dan berpenghasilan rendah.
2. Warga juga harus lebih aktif dalam menyampaikan pendapat atau
aspirasinya kepada pihak pemangku kepentingan di wilayahnya. Dan sadar
dengan permasalahan yang mereka dan lingkungannya hadapi.
3. Keberadaan kelompok budidaya ikan (pokdakan) di setiap wilayah harus
lebih diperbanyak sebagai alternatif solusi jika sulit mencari pekerjaan
untuk warga yang berpendidikan rendah.
4. Kedekatan dan solidaritas antar anggota dan pengurus harus ditingkatkan
agar kelompok ini bisa berjalan dengan baik tanpa ada masalah yang
timbul.
92
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013
Alamtani Buletin Agribisnis. “Panduan Lengkap Budidaya Ikan Lele.” Artikel
diakses pada 30 September 2015 dari http://alamtani.com/budidaya-ikan-
lele.html
Alma, Buchari. Kewirausahan, Bandung: Alfabeta, 2011
Anfal. “Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Melalui Kelompok Pembuat
Assesoris di Kelurahan Sudimara Jaya Ciledug Kota Tangerang,” Skripsi
S1 Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam
Negeri Jakarta, 2015
Anggraini, Jean. “Dampak Bank Sampah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat
dan Lingkungan (Studi Kasus Bank Sampah Cempaka II di Kelurahan
Pondok Petir RW 09) Bojongsari Kota Depok.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013
Astra Otopart. “Program IGA dari CSR Grup Astra Otopart Regional Jakarta.”
Artikel diakses pada 9 September 2015 dari
http://www.component.astra.co.id/detailnews.asp?id=1001575
Badan Pusat Statistik. “Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2014.” Artikel
diakses pada 1 Juli 2014 dari http:/bps.go.id/website/brs_ind/brsInd-
20141209145524.pdf
Badan Pusat Statistik. “Tingkat Kemiskinan di DKI Jakarta Maret 2015.”
Artikel diakses pada 30 September 2015 dari
http://jakarta.bps.go.id/backend/brs_ind/brsInd-20150918101513.pdf
Carcpedia. “Pengertian dan Definisi Dampak.” Artikel diakses pada 1 April
2015 dari
http://carapedia.com/pengertian_definisi_dampak_info2123.html
Damsar dan Indrayani.Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana, 2009
Departemen Agama. Al–Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: CV. Penerbit
Di Ponogoro, 2005
Djiwakusumah, Tasripin. Budidaya Perikanan Air Tawar. Jakarta: T.pn., 198
93
Effendi, Irzal dan Oktariza, Wawan. Menajemen Agribisnis Perikanan. Jakarta:
Penebar Swadaya, 2006
Emizir. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2012
Fathurrohman, Ahmad Rifki. “Peran Abah Nasrudin Dalam Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Budidaya Ikan Lele Sangkuriang di Kecamatan
Megamendung Kabupaten Bogor,” Skripsi S1 Fakultas Dakwah Dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014
Fauzi, Akhmad. Ekonomi Perikanan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2010
Firdaus, Azhar. “Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Masyarakat Sekitar Situ
Akibat Musibah Situ Gintung.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011
Firdaus, Ismet. dkk. Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa.
Jakarta: Dakwah Press Universitas Syarif Hidayatullah, 2008
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara, 2013
Hamidi. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press, 2010
Havidah, Siti Noor. “Upaya Pemberdayaan Petani yang Dilakukan Gabungan
Kelompok Tani (Gapoktan) Silih Asih di Kec. Cigombong Kab. Bogor,”
Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan komunikasi, Universitas Islam Negeri
Jakarta, 2008
Hidayati, Nurul. Metodologi Penelitian Dakwah dengan Pendekatan Kualitatif,.
Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006
Hukum online.com. “Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 2014
Tentang Perikanan.” Artikel diakses pada 1 Juli 2015 dari
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt4b22031a01f26/node/uu-
no-45-tahun-2009-perubahan-atas-undang-undang-nomor-31-tahun-2004-
tentang-perikanan
Innayah, Siti. “Dampak Program Corporate Social Responsibility (CSR)
Pertamina Terhadap Kesejahteraan Masyarakat: Studi “Satu Aksi Untuk
Ciliwung” Di Lenteng Agung Kecamatan Jagakrsa Jakarta Selatan.”
Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas
Islam Negeri Jakarta, 2012
Jhingan, M.L. Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan. Jakarta: Rajawali
Pers, 2012
94
Lita, Putri Nurul. “Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Program
Kelompok Usaha Bersama Lembaga Keuangan Mikro Sosial Taruna
Sejahtera Di Cengkareng Jakarta Barat.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012
Machendrawaty, Nanih dan Ahmad Safei, Agus. Pengembangan Masyarakat
Islam, Dari Idiologi, Strategi Sampai Tradisi. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001
Milana, Erna. “Pemberdayaan Ekonomi Keluarga (Studi Kasus Kelompok
UUPKS Cut Nyak Dien di Kelurahan Pondok Pacung, Kota Tanggerang
Selatan.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007
Rosdiana, Muhamad. “Ciri Fisik Lele Sangkuriang.” Artikel diakses pada 21
Agustus 2016 dari http://sangkuriangleleku.blogspot.co.id/2013/07/ciri-
fisik-lele-sangkuriang.html
Salam, Syamsir dan Fadhilah, Amir. Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Lembaga
penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008
Satwa Flora dan Fauna Indonesia. “Jenis, Manfaat dan Budidaya Ikan Lele.”
Artikel diakses pada 9 Aguatus 2015 dari http://www.satwa.net/572/ikan-
lele-jenis-manfaat-dan-budidaya-ikan-lele.html/
Siswanto dan Hapsari, Dian Kusumo. “BPS: 2015,Pengangguran Indonesia
Bertambah 300 Ribu Orang.” artikel diakses pada 29 September 2015
dari http://www.suara.com/bisnis/2015/05/05/172548/bps-2015-
pengangguran-indonesia-bertambah-300-ribu-orang
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010
Suharto, Edi Suharto. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat.
Bandung: PT. Refika Aditama, 2005
Suharto, Edi. Kemiskinan & Perlindungan Sosial di Indonesia Menggagas
Model Jaminan Sosial Universal Bidang Kesehatan, Bandung:
ALFABETA, 2009
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2005
95
Tim website. “Perkembangan dan Solusi Masalah Pengangguran di Indonesia.”
Artikel diakses pada 29 September 2015 dari
http://keuda.kemendagri.go.id/artikel/detail/19-perkembangan-dan-solusi-
masalah-pengangguran-di-indonesia
Undang-Undang Perikanan 2004. UU RI No. 31 Th. 2004 Tentang Perikanan.
Jakarta: Sinar Grafika, 2006
Warsino dan Dahana, Kres. Meraup Untung Dari Beternak Lele Sangkuriang.
Yogyakarta: Lily Publisher, 2009
Wawancara Pribadi dengan Achmad Ganin. Jakarta. 26 Mei 2015
Wawancara Pribadi dengan Amroini. Jakarta 6 Desember 2015
Wawancara Pribadi dengan Burhanudin. Jakarta 2 Januari 2015
Wawancara Pribadi dengan Hasan Basri. Jakarta 5 Desember 2015
Wawancara Pribadi dengan Hayul Qoyum. Jakarta. 9 Januari 2015
Wawancara Pribadi dengan Kurtubi, H,A. Jakarta 7 Desember 2015
Wawancara Pribadi dengan Muhajirin. Jakarta 6 Desember 2015
Wawancara Pribadi dengan Rustono. Jakarta. 07 Desember 2015
Wawancara Pribadi dengan Sobari. Jakarta. 10 Januari 2015
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN KELOMPOK BUDIDAYA IKAN
(POKDAKAN) BUDI ILMA SEJAHTERA
KELURAHAN ROROTAN, JAKARTA UTARA
Anggota Budi Ilma Sejahtera (kanan: Burhanudin dan Sobari) sedang melakukan
persiapan pasca panen, dan proses penangkapan ikan lele sebelum di sortir (kiri:
Muhajir)
(kanan: Sobari) Ikan lele dikumpulkan di wadah penyortiran lele, dan selanjutnya
ikan di sortir untuk memisahkan lele konsumsi (ukuran 6 – 8) ekor per kilo (kiri:
Hayul Qoyum)
Proses penimbangan ikan lele yang dilakukan Sobari, Muhajir, Hayul Qoyum dan
didampingi tengkulak. Dalam 1 keranjang berisi 50 kilo ikan lele
Peresmian program pemberdayaan masyarakat pembuatan pakan lele dan pembibitan
lele Rotari (Rorortan tampil berseri) Pokdakan Budi Ilma Sejahtera dari Astra
Otoparts Group Regional Jakarta.
Pemberian bantuan berupa mesin pencacah pakan yang di terima oleh ketua Ahmad
Ganin dan Bendahara H.A Kurtubi (kanan). Dan percobaan pembuatan pakan dengan
menggunakan mesin pencacah yang dilakukan anggota pokdakan Burhanudin (kiri)
Lele hasil budidaya anggota Pokdakan Budi Ilma Sejahtera (kanan). Foto dengan
Sobarih salah satu anggota Budi Ilma Sejahtera (kiri)
TABEL JAWABAN RESPONDEN
No Pertanyaan
Resp1
(Hasan)
Resp2
(Muhajir)
Resp3
(Kurtubi)
Resp4
(Sobari)
Resp5
(Amroini)
Resp6
(Tono)
Resp 7
(Hayul)
Resp8
(Burhanudin
)
1
Apakah Bapak
termasuk
kedalam Anggota
Budi Ilma
Sejahtera?
iya Iya, saya
bagian
Humas
iya,
anggota
sekaligus
merangkap
bendahara
Iya
anggota di
Pokdakan
Iya,
bendahara
juga
Di
pokdakan
bagian
anggota
Iya
termasuk
anggota
iya
2
Sejak kapan
bapak bergabung
kedalam anggota
Budi Ilma
Sejahtera?
Sejak
awal
Pokdakan
Dari mulai
berdiri
Ya, sejak
awal berdiri
dari mulai
terbentukn
ya
Dari awal,
saya
termasuk
penggagas
saya 2012
bergabung
di
pokdakan
Masuk ke
pokdakan
sejak awal,
sejak tahun
2010
Dari awal
3
Bagaimana cara
Bapak bisa
bergabung
kedalam
Pokdakan Budi
Ilma Sejahtera?
Iya diajak
ikut
gabung
Ikut
gabung
Di bentuk
kelompok
dan ikut
gabung
Ada ajakan
dari
ketuanya
Dibentuk
kelompok
dulu
Saya
ikutan
Kita dapat
ajakan dari
RW yang
sebagai
motifator
kita
Diajak ketua
Amad
4
Kenapa bapak
bergabung
dengan Pokdakan
Budi Ilma
Sejahtera?
menamba
h
penghasil
an
Buat
menambah
penghasila
n
cuma
pengen
meningkatk
an semangat
anggota
yang lain
Biar bisa
bantu
ekonomi
keluarga
Menambah
penghasila
n juga
Mau
ngerawat
lahan dan
lele juga
Buat
menambah
penghasila
n
Buat bisa
nambah
penghasilan
5
Apakah bapak
mengetahui
tujuan dari
dibentuknya
Pokdakan Budi
Ilma Sejahtera?
mengemb
angkan
budidaya
dan
Penghasil
an
Memajuka
n anggota-
anggota di
pokdakan
dalam segi
ekonomi
tujuannya
kita untuk
meningkatk
an
perekonomi
an
Untuk
meningkat
kan
perekonom
ian
masyarakat
disekitar
sini
Buat
ningkatin
perekonom
ian
Yang jelas
sih,
pertama
mensejahte
rakan
warga
menambah
penghasila
n kita
disamping
penghasila
n kita
selama ini
Ya untuk
bantu warga
sini
6
Apa perbedaan
yang Bapak
rasakan dari
sebelum dan
sesudah
bergabung
kedalam kegiatan
budidaya?
menamba
h
wawasan
Ada
pemasukan
tambahan
kalo saya
barang kali
sama aja
dulu sama
sekarang
sebelum
kita ikut ya
kita belum
bisa apa-
apa
Setelah
bergabung
pengetahua
n ada
Ya beda
banget,
dari
wawasann
ya juga
nambah
Waktu
awal
belum tau
cara
budidaya,
setelah
ikut jadi
tau
Ya
sebelumny
a yang
tadinya
kita gak
tau jadi
kita tau
secara
pembudida
yaan lele
Bisa tau cara
piara lele
jadinya
7
Bagaimana
keadaan ekonomi
Bapak sebelum
dan sesudah ikut
bergabung
kedalam kegiatan
budidaya ini?
Ya begini
aja. Tapi
cukuplah
untuk
menunjan
g
perekono
mian
Gak tentu Ya kaga
gini-gini aja
Keadaanny
a ya gak
ada
penghasila
n, setelah
ikut ya
lumayan
Perbedaan
nya dari
peningkata
n ekonomi
Penghasila
n tetap 1,5
juta
perbulan
dari ngajar
ngaji nah
dari
pokdakan
Gak
berubah si
kalau saya
Sebelunya
Ya biasa-
biasa aja
sih Dan
setelah
bergabung
kita jadi
ada
tambahan
Kerja
serabutan gak
tentu, pas ikut
pokdakan ada
penghasilan
tetap
bisa 3 juta
perbulan
8
Dampak apa saja
yang Bapak
rasakan setelah
bergabung
kedalam kegiatan
budidaya?
Dampak
ekonomin
ya
Ya
dampak
ekonomi
Dampak
ekonomi sih
ada
Dampakny
a ke
ekonomi
ya
meningkat
Dampak
ekonomi
udah jelas
Kalo saya
yang jelas,
nambah
pergaulan
nambah,
nambah
keluarga
jadi kenal
tengkulak,
peternak
lain di
Rorotan
dan
lingkungan
Dampak
nya ya
satu. Kita
jadi tau,
kita bisa
cara
berternak
lele. Dua,
ekonomi
keluarga
kita juga
bertambah
Ya itu
penghasilann
ya dapat
9
Kapan dampak
itu mulai
dirasakan?
Semenjak
disini
pas
bergabung
Setelah ikut
pokdakan
ini
Pas
bergabung
di
Pokdakan
Pas
bergabung
dan panen
Setelah
ikut
gabung
Ya setelah
ikut di
Pokdakan
pas ikut
10
Apakah dari hasil
budidaya itu
Bapak sudah
dapat memenuhi
kebutuhan dasar
keluarga Bapak?
belum Ya kita
pas-pasin
aja
Kayanya
belum yah
Ya bisa
memenuhi
Yah kalau
manusia
sih gak ada
cukupnya,
tapi
lumayan
lah bisa
buat
nabung
Ya buat
tambahan
mah bisa
Kalau
untuk
mencukupi
belum
Ya lumayan
dah
PEDOMAN WAWANCARA
Nama :
Pekerjaan :
Hari/Tanggal :
Tempat :
Waktu :
Jabatan :
Pelaksanaan Pembudidayaan Ikan Lele
1. Apakah Bapak mengetahui dengan adanya kegiatan Kelompok Budidaya Ikan
(Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera di wilayah ini?
2. Apakah Bapak termasuk ke dalam Anggota Budi Ilma Sejahtera?
3. Bagaimana cara Bapak bisa bergabung ke dalam Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
4. Sejak kapan bapak bergabung ke dalam anggota Budi Ilma Sejahtera?
5. Kenapa Bapak bergabung dengan Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
6. Apakah Bapak mengetahui tujuan dari dibentuknya Pokdakan Budi Ilma
Sejahtera?
7. Kapan tepatnya Pokdakan Budi Ilma Sejatera dibentuk?
8. Siapa pendiri pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
9. Dimana kegiatan budidaya itu berlangsung?
10. Apakah Bapak di ikut sertakan dalam setiap kegiatan di Pokdakan Budi Ilma
Sejahtera?
11. Bagaimana proses budidaya itu dilakukan?
12. Hambatan atau kendala apa saja yang dirasakan dalam proses kegiatan budidaya?
13. Apa saja kegiatan-kegiatan yang ada di Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
14. Siapa saja pihak yang berperan dalam keberlangsungan budidaya di Pokdakan
Budi Ilma Sejahtera?
15. Apa saja pelatihan yang diikuti Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
16. Siapa yang memberikan pelatihan tersebut?
17. Kapan pelatihan itu diberikan?
18. Dimana pelatihan itu berlangsung?
19. Bagaimana proses pelatihan tersebut?
20. Apa yang Bapak dapat dari pelatihan tersebut?
21. Bagaimana tanggapan dan harapan Bapak mengenai keberadaan pokdakan Budi
Ilma Sejahtera?
Dampak Pembudidayaan Ikan Lele
22. Apa perbedaan yang Bapak rasakan dari sebelum dan sesudah bergabung ke
dalam kegiatan budidaya?
23. Bagaimana keadaan ekonomi Bapak sebelum ikut bergabung ke dalam kegiatan
budidaya ini?
24. Bagaimana keadaan ekonomi Bapak setelah ikut bergabung ke dalam kegiatan
budidaya?
25. Dampak apa saja yang Bapak rasakan setelah bergabung ke dalam kegiatan
budidaya?
26. Kapan dampak itu mulai dirasakan?
27. Apakah dari hasil budidaya itu Bapak sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar
keluarga Bapak?
28. Berapa penghasilan yang Bapak dapat sebelum bergabung ke dalam kegiatan
budidaya?
29. Berapa penghasilan yang Bapak dapat setelah bergabung dalam kegiatan
budidaya?
30. Apakah penghasilan dari budidaya setara dengan penghasilan dari Bapak bekerja
yang lain?
31. Siapa saja yang merasakan dampak dari budidaya ini?
Nama : Bapak H.A Kurtubi
Pekerjaan : Wirausaha
Hari/Tanggal : 07 Desember 2015
Tempat : Rumah Bapak Kurtubi (Malaka 2, RT 01)
Waktu : 09.13 WIB
Jabatan : Bendahara Kelompok Budi Ilma Sejahtera
Pelaksanaan Pembudidayaan Ikan Lele
A : Apakah Bapak mengetahui dengan adanya kegiatan Kelompok Budidaya
Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera di wilayah ini?
B : Iya, saya tau
A : Apakah Bapak termasuk kedalam Anggota Budi Ilma Sejahtera?
B : iya, anggota sekaligus merangkap bendahara
A : Bagaimana cara Bapak bisa bergabung kedalam Pokdakan Budi Ilma
Sejahtera?
B : Awalnya kita ada pembinaan dari Sudin Perikanan, setelah dibina dipanggil
beberapa orang kemudian setelah dipanggil kita rapat terus ada peninjauan ke
lokasi yang sudah maju, kemudian kita dibentuk kelompok. Awalnya dari
Sudin sih penggeraknya terus kita dianjurkan bikin kelompok kan ada dua
kelompok disini di RW 05 ada dua kelompok, satu Budi Ilma, satu lagi bikin
kelompok yang ada di Kapling Pratama.
A : Sejak kapan bapak bergabung kedalam anggota Budi Ilma Sejahtera?
B : Ya, sejak awal berdiri
A : Kenapa bapak bergabung dengan Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B : Kalo saya kan tadinya cuma pengen meningkatkan semangat anggota yang
lain. Ya mungkin seperti saya cuma pemacu aja, penggerak aja supaya
mereka jalan.
A : Apakah bapak mengetahui tujuan dari dibentuknya Pokdakan Budi Ilma
Sejahtera?
B : Tadinyakan gini, tujuannya kita untuk meningkatkan perekonomian, ya
artinya disamping kita punya usaha lain kita coba gitu. Kita masing-masing
punya usaha, ada yang dagang, ada yang tukang, ada yang kerja.
A : Kapan tepatnya Pokdakan Budi Ilma Sejatera dibentuk?
B : Itu yang tau ketuanya
A : Siapa pendiri pokdakan budi ilma sejahtera?
B : Masalah ini juga ketua yang tau, tapi ini bentukan dari Suku Dinas Perikanan
A : Dimana kegiatan budidaya itu berlangsung?
B : Di Malaka 2
A : Apakah bapak di ikut sertakan dalam setiap kegiatan di Pokdakan Budi
Ilma Sejahtera?
B : iya
A : Bagaimana proses budidaya itu dilakukan?
B : Awalnya bibit beli, dan di pokdakan hanya proses pembesaran saja karena
ilmu sudah didapat yang dari Karawang, kemudian mulai dengan proses
pembibitan. Memilih induknya lalu jantannya. Lalu dikawinkan dan kemudian
bertelur dan menetas. Kemudian bibitnya dipelihara sendiri. Proses
pembibitan atau perkawinan jangka waktunya satu hari satu malam. Betina
dan jantan digabungkan, kemudian setelah bertelur dilakukan proses
pembibitannya atau perkawinannya satu hari satu malam, kalau induknya
sudah bertelur, setelah satu hari satu malam, kemudian kita prosesnya pake
ijuk, kemudian setelah kita lihat diijuk telurnya sudah keluar langsung
induknya diangkat, setelah induknya diangkat telur ikan menetas sendiri,
setelah diangkat induknya tunggu 1X24 jam telurnya akan menetas. Setrelah
menetas itu, dibarkan dulu di kolam, kemudian setelah umur 1 bulan
diadakan penyortiran diambil ukuran 3 cm samapi 4 cm. Nah umur 1 bulan
itu, 20 hari lah sampe 1 bulan maksimal 30 hari kita sortir dalam ukuran yang
sama, sebab dalam waktu 0 menetas sampe umur 20-30 hari itu kan besarnya
berbeda-beda, ada yang lebih besar kemudian ada yang lebih kecil nah itu
dipisah-pisah (sortir). Setelah dilepas diempang itu minimal 2 bulan setengah
panen maksimal 3 bulan. Kalo 2 bulan setengah sampa 3 bulan fariasi
ukurannya. Kalo yang pertumbuhannya lebih bagus, mungkin 1 kilo 5 ekor
tapi kebanyakan rata-rata 7 sampe 8 ekor kebanyakan, karena yang dipake
dipasaran ukuran 7-8, tapi kalo yang lebih besar pasaran gak pake udah paling
larinya ke pemancingan. Jadi tuh antara 2 bulan setengan sampe 3 bulan
panen. Biasanya selesai panen dikirim ke tengkulak, jadi ada tengkulaknya
yang khusus yang ngambil, nanti tengkulak kirim ke pasar-pasar, terus ke
rumah2 makan, jadi kita Cuma satu lobang tengkulak aja.
A : Hambatan atau kendala apa saja yang dirasakan dalam proses kegiatan
budidaya?
B : Kendala yang pertama banjir, kendala paling terburuk tahun 2013-2014.
Kedua itu masalah penanggulangan penyakit dari lelenya. Sampe anak-anak
kan sempet kursus ke Kerawang, terus ngambil ilmu dari sana dan diterapkan
disini, cuma satu penyakit yang gak bisa kita tanganin yaitu penyakit kuning.
Pakan menjadi hambatan juga. Lele itukan kuatnya dipakan, kalo pakannya
cukup panennya lebih cepat, kalo pakannya kurang panennya juga lambat.
Lele itu tergantung gimana pakannya.
A : Apa saja kegiatan-kegiatan yang ada di Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B : Yang pertama kan pertemuan rutin anggota, pembahasannya masalah teknis
bagaimana kelangsungannya, hanya itu aja pertemuannya sih. Selama
seminggu sekali kita pertemuan rutin, kemudian disamping pertemuan rutin
kan kita ada pertemuan-pertemuan lain di Dinas, dikelompok-kelompok yang
ada di Rorotan.
A : Siapa saja pihak yang berperan dalam keberlangsungan budidaya di
Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B : Ada, yang pertama yang berperan besar Sudin Perikanan yang kedua yang
berperan besar itu Astra Group, yang tergabung beberapa perusahaan di Astra
punya dana sosial yang disalurkan buat yatim, buat mesjid, dan buat
kelompok-kelompok perikanan.
A : Apa saja pelatihan yang diikuti Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B : Dari Sudin tidak ada pelatian tapi pembinaan saja, ada khusus dari Sudin yang
bina kita. Kalo sudin itu yang diberikan ke pokdakan, satu perlengkapan,
mesin, peralatan2, kaya waring, terus bibit. Awalnya Sudin memberikan
suntikan seperti itu, buat mesin kemudian bibit, sama seluruh keperluan dah
yang berkaitan dengan empang, termasuk juga perbaikan-perbaikan
empangnya. Cuma ada pelatihan dan studi bandingnya dari Astra Group yang
di kerawang itu.
A : Siapa yang memberikan pelatihan tersebut?
B : Dari Astra Group
A : Kapan pelatihan itu diberikan?
B : Lupa saya
A : Dimana pelatihan itu berlangsung?
B : Pelatihan di Karawang
A : Bagaimana proses pelatihan tersebut?
B : Palatihan prosesnya seperti, kita diajarkan bagaimana kolam yang baik itu,
harusnya kolamnya dikeringin dulu, dalam keadaan kering dikasih garam
terus kemudian dijemur dulu baru di airin lagi. Satu teknis kolam yg dari
tanah. Terus kemudian kalo kalam yang dari batu tidak seperti itu teknisnya
cukup dikuras hingga bersih, terus bisa diisi air kembali. Terus kolam yang
dari terpal, sama prosesnya seperti kolam yang dari batu, yang diajarkan ke
kita. Sampai teknis pembibitan, terus sampe teknis pembesaran, terus teknis
pemberian makan (pakan) kalo mereka (Karawang) pakannya bikin sendiri,
pakan dasar bikin sendiri sampai panen, kalo kita disini engga. Jadi pakan
awalnya itu umur 1 bulan sampe 2 bulan atau 1 bulan sampe 1 bulan setengah
pakan pelet kita pakan jadi beli di toko. Setelah umur 1 bulan, dari pembibitan
kan 1 bulan tuh, lepas ke kolam 1 bulan berarti umur 2 bulan tuh, nah umur 2
bulan kita udh pake pakan limbah, limbah ikan (pala ikan, perut ikan yg udah
dibuang) kita gunain pake itu. Alasannya 1 lebih hemat, murah,
pertumbuhannya lebih cepat.
A : Apa yang Bapak dapat dari pelatihan tersebut?
B : Ya artinya yg kita dapet dari pelatihan itu banyak sih sebetulnya, dari teknis
kolam, teknis pembibitan, sampe pembesaran sampe teknis pakannya dan
sampe teknis panennya. Panen juga bukan sembarangan panen, kan ada
teknisnya gitu, gak asal kaya orang nyari dirawa gitu. Kalo gak ikutin teknis
kan bisa rugi, teknisnya juga kan ada.
A : Bagaimana tanggapan dan harapan bapak mengenai keberadaan
pokdakan budi ilma sejahtera?
B : Ya sebetulnya harapan saya kan, karena memang itu sedikit banyak
menunjang perekonomian masyarakat. Karena sudah 2 kali ini tersapu banjir,
harapan kita nyambung lagi ke Dinas dan nyambung lagi ke Astra, dan bisa
bergerak lagi, bisa berjalan lagi seperti biasa.
Dampak Pembudidayaan Ikan Lele
A : Apa perbedaan yang Bapak rasakan dari sebelum dan sesudah
bergabung kedalam kegiatan budidaya?
B : Sebenernya mungkin kalo saya barang kali sama aja, kalo saya kan tadinya
cuma pengen meningkatkan semangat anggota yang lain, kalo sebenernya ada
atau tidak adanya pokdakan gak ada pengaruhnya itu, ya kaya gini-gini aja.
Cuma tadinya saya bergabung itu pengen yang lian itu perekonomiannya
pengen lebih baik gitu. Makannya sedikit banyak itu saya suplay saya bantu
gitu, kalo saya kan di pokdakan itu cuma melengkapi aja, memotori yang lain,
menggeraki yang lain. Supaya yang lain itu ada semangatnya terpacu, mereka
bangkit, mau meningkatkan perekonomiannya, yang rata-rata perekonomian
yang ada dibawah supaya naik. Ya mungkin seperti saya cuma pemacu aja,
penggerak aja supaya mereka jalan.
A : Bagaimana keadaan ekonomi Bapak sebelum ikut bergabung kedalam
kegiatan budidaya ini?
B : Ya kaga gini-gini aja
A : Bagaimana keadaan ekonomi Bapak setelah ikut bergabung kedalam
kegiatan budidaya?
B : Ya kaya yang tadi sudah saya bilang, gini-gini aja. Tapi dari pokdakan ini,
sedikit banyak dapat membantu perekonomian, ya artinya paling tidak ketika
panen kita punya kelebihan dari hasil panen, jarang sih yang rugi, ya ruginya
cuma banjir itu yang kerugian total banjir. Tapi kalo selain banjir gak ada
cerita artinya rugi.
A : Dampak apa saja yang Bapak rasakan setelah bergabung kedalam
kegiatan budidaya?
B : Dampak ekonomi sih ada, ya artinya walaupun sedikit banyak dari hasil panen
ada kelebihannya gitu. Seperti kita modal nih 2 juta, dari ngelepas sampai
selesai panen, nah itu kan ketika kita panen dari modal 2 juta bisa sampe 4
juta sekali angkat bisa 4 juta, kita punya kelebihan 2 juta. Kalo kita
ngelepasnya lebih banyak seperti 4 juta nih kita lepas modalnya 4 juta artinya
bibitnya lebih banyak, modal pakannya juga lebih gede, otomatis hasilnyakan
lebih gede.
A : Kapan dampak itu mulai dirasakan?
B : Setelah ikut pokdakan ini
A : Apakah dari hasil budidaya itu Bapak sudah dapat memenuhi kebutuhan
dasar keluarga Bapak?
B : Kayanya belum yah, kan saya ada usaha lain juga buat mencukupinya
A : Berapa penghasilan yang Bapak dapat sebelum bergabung kedalam
kegiatan budidaya?
B : Ya cukuplah buat makan
A : Berapa penghasilan yang Bapak dapat setelah bergabung dalam kegiatan
budidaya?
B : Bisa 4 juta sekali angkat
A : Apakah penghasilan dari budidaya setara dengan penghasilan dari
Bapak bekerja yang lain?
B : Engga setara lah, ya artinya kan di Pokdakan itukan saya bilang cuma sebagai
penggerak aja, kadang-kadang ada kelebihan panen juga saya gak ambil, buat
yang laen aja, buat yang nangkep. Kalo saya modalnya aja saya ambil
kemudian kelebihannya itu kebanyakan saya gak ambil gitu. Saya kasihin
anggota aja udah, ya karena dari pokdakan itu tidak jadi pokok utama.
A : Siapa saja yang merasakan dampak dari budidaya ini?
B : Anggota yang pasti, selain itu orang-orang sekitar yang ikut bantu-bantu di
Pokdakan
Nama : Amroini
Pekerjaan : Guru Mengaji
Hari/Tanggal : 06 Desember 2015
Tempat : Perkarangan Rumah Ketua RT 06
Waktu : 08:41 WIB
Jabatan : Sekretaris
Pelaksanaan Pembudidayaan Ikan Lele
A : Apakah Bapak mengetahui dengan adanya kegiatan Kelompok Budidaya
Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera di wilayah ini?
B : Iya tau
A : Apakah Bapak termasuk kedalam Anggota Budi Ilma Sejahtera?
B : Iya, sekretaris juga
A : Bagaimana cara Bapak bisa bergabung kedalam Pokdakan Budi Ilma
Sejahtera?
B : Saya kan termasuk penggagas
A : Sejak kapan bapak bergabung kedalam anggota Budi Ilma Sejahtera?
B : Dari awal, dari 2008 mulai
A : Kenapa bapak bergabung dengan Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B : Menambah penghasilan juga
A : Apakah bapak mengetahui tujuan dari dibentuknya Pokdakan Budi Ilma
Sejahtera?
B : Yang pertama banget si ya ningkatin perekonomian, yang kedua ya kerukunan
biar bisa kerja bareng, dari sepuluhan anggota pasti turun semua, siapapun
yang panen pasti ikut panen, kalau ekonomi sih jelas banget meningkat
dampaknya.
A : Kapan tepatnya Pokdakan Budi Ilma Sejatera dibentuk?
B : Lahirya si tahun 2010.Sebenenya si dari pak RW Pak Haji Hapipi. Terus
bilang ke kelurahan, terus disampein ke kelurahan, kelurahan menyetujui
langsung dibentuk, bentukannya si dari 2008,tapi resminya ya 2010
A : Siapa pendiri pokdakan budi ilma sejahtera?
B : RW sama anggota termasuk saya pendiri
A : Dimana kegiatan budidaya itu berlangsung?
B : Malaka
A : Apakah bapak di ikut sertakan dalam setiap kegiatan di Pokdakan Budi
Ilma Sejahtera?
B : Pasti dilibatin.
A : Bagaimana proses budidaya itu dilakukan?
B : Dia itu ada dua model.bibit dan besarin.Kalau bibitin indukan mah enak, cuma
indukan kita tetesin sampe umursatu bulan udah bisa dijual, itu ukurannya 7
sampe 8 centimeter, untuk budidaya hasil itu 7 sampai 8 centi sampai kira-kira
ukuran 1 Kg/8 ekor dan butuh waktu yang lama, juga nanti butuh di sortir, jadi
yang gede yang kita ambil kita panen, yang kecil masukin lagi.
Ketika ditaro diempang satu bulan kan makannya pelet, daripertama kan ada
makannya gak teratur, ada yang makannya cepet dan ada yang lambat. Jadi
bentuk pertumbuhannya jauh, nah yang gede yang diangkat duluan, kurang
lebih dari 3 bulan kita sortir yang gede kita jual, yang kecil-kecil masih
banyak bisa sampe setengah, entarkita kasih makan lagi jeroan, kaya jeroan
perut ikan, limbah ayam. Kurang lebih satu bulan pembesaran, nah yang
bener-bener panen itu dari yang terahir, keuntungan dari yang terakhir, panen
pertama buat balikin modal, nah yang terakhir untuk keuntungan.
A : Hambatan atau kendala apa saja yang dirasakan dalam proses kegiatan
budidaya?
B : Yang pertama si musim hujan, ikan pasti kembung dan juga banjir, perutnya
pasti gede dan juga banjir. Nah kalau musim panas penyakitnya di penyakit
kuning yang susah diobatin, kan pernah dibuka satu sampe dalemannya
kuning semua, nah itu harus dipisah, kalau gak dipisah bakalan menular, harus
dikontrol lah setiap hari baik pembibitan dan pembesaran.
A : Apa saja kegiatan-kegiatan yang ada di Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B : Ya budidaya sama kegiatan kumpul-kumpul lainnya
A : Siapa saja pihak yang berperan dalam keberlangsungan budidaya di
Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B: Ada, yaitu donator, yaitu PT Akebono yaitu CSR dari Astra dan gabungan 11
PT, penanggung jawab masalah pembiaayaan ya PT. Akebono yang kedua,
yang pertama daridinas perikanan dan kelautan.
A : Apa saja pelatihan yang diikuti Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B : Waktu itu sekitar 3 bulan sekali ada pelatihan, yang jelas teorinya bagaimana
membesarkan ikan, selama 1 tahun. Kalau dari Akebono, study banding ke
karawang, karena di karawang karena dia sudah ahli ke seluruh Indonesia dan
pengelolaannya bagus, pokoknya caranya bagaimana ikan itu jangan banyak
yang mati. Karena yang kita kelola, kadang ada yang gede ada, yang kecil
ada.
A : Siapa yang memberikan pelatihan tersebut?
B : Sudin dan Akebono
A : Kapan pelatihan itu diberikan?
B : Dulu sih sekitar 3 bulan sekali
A : Dimana pelatihan itu berlangsung?
B : Ada yang di Karawang, Kita sih ada dari dinas, kadang dikelurahan,
dikecamatan, pernah juga 3 kali di walikota, emang khusus perikanan dan
kelautan, pernah kita belajar lagi dari TPI ( TEMPAT PELELANGAN IKAN)
Cilincing, jadi disitu ada pembudidaya bandeng, ada pembudidaya kakap,
udang belajar segala macem, itu dari dinas, nah kalau dari karawang juga
sama, jauh-jauh pernah kita ke Kebumen, belajar dari ahlinya, nah kalau dari
Kebumen itu program CSR dan kalau dari kecamatan dari dinas.
A : Bagaimana proses pelatihan tersebut?
B : Di jelasin teorinya besari ikan sama prakteknya juga
A : Apa yang Bapak dapat dari pelatihan tersebut?
B : Cara budidaya yang bener itu kaya gimana, itu sih
A : Bagaimana tanggapan dan harapan bapak mengenai keberadaan
pokdakan budi ilma sejahtera?
B : Posistif banget, seandainya kalau panen, bisa kerahin anak muda yang
menggagur dengan kita upah, 60 persen positif lah.
Dampak Pembudidayaan Ikan Lele
A : Apa perbedaan yang Bapak rasakan dari sebelum dan sesudah
bergabung kedalam kegiatan budidaya?
B : Ilmu udah pasti ningkat sama perbedaannya dari peningkatan ekonomi
A : Bagaimana keadaan ekonomi Bapak sebelum ikut bergabung kedalam
kegiatan budidaya ini?
B : Ya begitu dah namanya guru ngaji
A : Bagaimana keadaan ekonomi Bapak setelah ikut bergabung kedalam
kegiatan budidaya?
B : Lumayan bisa dapet taambah-tambahan
A : Dampak apa saja yang Bapak rasakan setelah bergabung kedalam
kegiatan budidaya?
B : Dampak ekonomi udah pasti,
A : Kapan dampak itu mulai dirasakan?
B : Ya pas bergabung dan dapet hasil panen
A : Apakah dari hasil budidaya itu Bapak sudah dapat memenuhi kebutuhan
dasar keluarga Bapak?
B : Yah kalau manusia sih gak ada cukupnya, tapi lumayan lah bisa buat nabung,
ngurus anak, cukuplah segitu, kan hitungannya sekali panen 3 bulan, 5 juta,
perkiraanya satu bulan satu juta setengah, dari pertama satu juta satu juta
setengah perbulan, skarang 3 juta perbulan dari 2 usaha.
A : Berapa penghasilan yang Bapak dapat sebelum bergabung kedalam
kegiatan budidaya?
B : Penghasilan tetap 1,5 juta perbulan dari ngajar ngaji
A : Berapa penghasilan yang Bapak dapat setelah bergabung dalam kegiatan
budidaya?
B : Nah dari pokdakan bisa 3 juta perbulan
A : Apakah penghasilan dari budidaya setara dengan penghasilan dari
Bapak bekerja yang lain?
B : Ya bisa dibedain lah
A : Siapa saja yang merasakan dampak dari budidaya ini?
B : Dari 10 anggota ngerasain dampaknya, walaupun pertama kali masuk
pokdakan ancur-ancuran, karena belum ada teori dan air jelek karena gak tau
obat, pertama gagal lah, tapi setelah tau segala macamnnya, kegagalan 20%
lah.Tadinya kan kita mau manfaatin lahan, terus bentuk-bentuk empang
bentuk lahan 3x4, 3x6, daripada lahan kosong, mending dipake lele,
untungnya lahan gak pernah ditarik oleh PT Garden, karena ini milik PT
Garden, kita minta izin untuk pemanfaatan lahan.
Nama : Hayul Qoyum
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Hari/Tanggal : 09 Januari 2016
Tempat : Rumah Bapak Hayul (Malaka 2, RT 06)
Waktu : 13.35 WIB
Jabatan : Anggota
Pelaksanaan Pembudidayaan Ikan Lele
A : Apakah Bapak mengetahui dengan adanya kegiatan Kelompok Budidaya
Ikan (Pokdakan) Budi Ilma Sejahtera di wilayah ini?
B : Iya
A : Apakah Bapak termasuk kedalam Anggota Budi Ilma Sejahtera?
B : Iya termasuk anggota
A : Bagaimana cara Bapak bisa bergabung kedalam Pokdakan Budi Ilma
Sejahtera?
B : Kita dapat ajakan dari RW yang sebagai motifator kita
A : Sejak kapan bapak bergabung kedalam anggota Budi Ilma Sejahtera?
B : Masuk ke pokdakan sejak awal, sejak tahun 2010
A : Kenapa bapak bergabung dengan Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B : Awalnya karena adanya keterhimpitan ekonomi, dan buat menambah
penghasilan
A : Apakah bapak mengetahui tujuan dari dibentuknya Pokdakan Budi Ilma
Sejahtera?
B : Buat ya menambah wawasan kita tentang berbudidaya lele dan menambah
penghasilan kita disamping penghasilan kita selama ini
A : Kapan tepatnya Pokdakan Budi Ilma Sejatera dibentuk?
B : 2010
A : Siapa pendiri pokdakan budi ilma sejahtera?
B : Semua anggota itu pendiri
A : Dimana kegiatan budidaya itu berlangsung?
B : Di malaka 2
A : Apakah bapak di ikut sertakan dalam setiap kegiatan di Pokdakan Budi
Ilma Sejahtera?
B: Iya, kaya pelatihan tentang perawatan lahan, cara berbudidaya yang baik, cara
pemberian pakan, cara pembuatan pakan tambahan, pembibitan itu aja dulu
A : Bagaimana proses budidaya itu dilakukan?
B : Awalnya kolam/empang di keringkan terlebih dahulu, setelah steril kita
keringkan dulu baru kita taburin obat semacam bubuk kalo gak ada obat
biasanya kita pake pupuk kandang. Setelah dikeringkan 2-3 hari baru kita
kasih air. Sebetulnya untuk lele gak perlu ada sirkulasi air, tapi harus di ukur
pH airnya saja,/ keasaman air, ada alat pengukur keasaman airnya. Isi empang
sekitar kedalaman 80 centi, kedalam ini udah gak tembus matahari ke dalam
airnya. Pada saat bening nanti kita tebar. Jangan dulu dimasukin ikan, tunggu
sampe steril, tunggu sore hari, karena air sudah adem. Biar lelenya juga gak
stress. Biasanya kalo gak magrib ya sekitar jam 6-7 kita taro benih. Dari
ukuran 3-4 centi sampe 4-6 centi ada dua jenik ukran lele. Kalo kita pengen
hasil yang bagus ya.. harus 4-6 centi untuk mendapatkan hasil yang naksinal
nantinya. Jadi kalo lepasin 3,4,5,6 nantinnya hasilnya juga gak maksimal,
bisa yg mana yang gede duluan nanti jadi kanibal. Kalo pakannya gak
tercukupi.
A : Hambatan atau kendala apa saja yang dirasakan dalam proses kegiatan
budidaya?
B : Cuaca banjir, terus penyakit lele sendiri, terus hama semacam kaya hama ulur
segala macem, hambatannya ya itu aja
A : Apa saja kegiatan-kegiatan yang ada di Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B : Shering antar anggota kita, shering tentang bagaimana cara kita supaya
berhasil lebih baik, kita mau cari bibit dimana yang baik, terus lagi perawatan-
perawatan apa aja yang kurang nih dari anggota kita kita, itu bisa seminggu 2
kali kita ngumpul. Kegiatan yang lain ya paling kita bikin umpan
A : Siapa saja pihak yang berperan dalam keberlangsungan budidaya di
Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B : Ya satu, seluruh anggota. Kedua ya itu dari pemuka masyarakat setempat kaya
RW, Lurah sebagai penanggung jawab kita, terus dari suku dinas peternakan
sebagai penyuluh kita, ke csr akebono kita minta bantuan pengembangan
lahan kita
A : Apa saja pelatihan yang diikuti Pokdakan Budi Ilma Sejahtera?
B : Pelatihan dan penyuluhan kita dibantu suku dinas yang penyuluhan tentang
pembudidayaan di lokasi kita sendiri. Pembibitan kita diberikan penyuluhan di
karawang plus bantuan dari csr didanai sama csr kan pembibitan juga ada
biayanya
A : Siapa yang memberikan pelatihan tersebut?
B : Sudin sama csr akebono
A : Kapan pelatihan itu diberikan?
B : Kapan ya, awal-awal kita mulai
A : Dimana pelatihan itu berlangsung?
B : Penyuluhan tentang pembudidayaan di lokasi kita sendiri, Pembibitan kita
diberikan penyuluhan di karawang
A : Bagaimana proses pelatihan tersebut?
B : Prosesnya dari mulai pelepasan benih sampe pemberian pakan, dari persiapan-
persiapannya, lahannya sebesar apa terus muatnya kapasitas ikannya berapa
ribu ekor terus pemberian pakannya sehari berapa kali, jenis pakanya apa,
pakan tambahannya apa, supaya mengurangi kos biaya anggaran pakan karena
harga pakan yang sekarang melambung tinggi pakan pabrik alternatif kita
diberikan penyuluhan bagaimana cara penanggulangan pakan yang murah tapi
tidak mengurangi kualitas.
A : Apa yang Bapak dapat dari pelatihan tersebut?
B : Ya pengetahuan, karena awalnya kita bangkrut dan hasilnya gak maksimal
karena ketidak tahuan kita bagaimana budidaya lele sama sekarang kita udah
bisa memproduksi benih sendiri, dari induk yang diberikan dari csr sama
pelatihan itu sekarang kita udah bisa pembibitan sendiri dan bibit-bibit itu
udah bisa kita bagikan ke kelompok
A : Bagaimana tanggapan dan harapan bapak mengenai keberadaan
pokdakan budi ilma sejahtera?
B : Sangat baik, disamping kita bisa menambah pengetahuan kita tentang
berbudidaya nah kita bisa hidup berkelompok terus lagi bisa membantu
menopang kebutuhan keluarga. Harapannya supaya kita lanjut terus biar bisa
membantu pokdakan-pokdakn yang lain juga
Dampak Pembudidayaan Ikan Lele
A : Apa perbedaan yang Bapak rasakan dari sebelum dan sesudah
bergabung kedalam kegiatan budidaya?
B : Ya sebelumnya yang tadinya kita gak tau jadi kita tau secara pembudidayaan
lele, karena kita dikasi training atau penyuluhan dari sudin, awalnya kita
bangkrut dan hasilnya gak maksimal karena ketidak tahuan kita bagaimana
budidaya lele, setelah tidak berhasil baru kelompok kita mengajukan ke sudin
untuk penyuluhan bagaimana ternak lele yang baik. Seharusnya yang dari
5000 ekor kita tanem benih ya hasilnya gak maksimal, dari segitu harusnya 3-
4 kintal yang kita panen per 3 bulan, itu gak mencapai bahkan kita punya 1
kital. Kita jual lele konsumsi ke pengepul itu antara 15 – 17 ribu per kilo.
Kalo pengepul ke pasaran itu bisa hampir 20 lebih, ya karna kita kan
dijemput.
Setelah kita ikut pokdakan, ya ditiap bulannya mungkin rata-rata antara 1-2
juta dari ikan itu ada. Kita ada tambahan, setelah kita potong ongkos produksi
kita kaya pakan, dan untuk modal awal lagi, modal awal kita udah kembali
kita ada untung disitu. Jadi kita bisa menghidupi keluarga kita, ya contohnya
anak kita bisa kuliah dari situ tambahan kita dan belanja rumah tangga kita yg
tadinya sulit buat menutupi kebutuhan rumah tangga ya setalah kita ikut
pokdakan alhamdulilah kita terbantu dari hasil kita ikut pokdakan, kita bisa
biayai anak sekolah disamping gaji yang gak seberapa kerja diperusahaan
swasta
A : Bagaimana keadaan ekonomi Bapak sebelum ikut bergabung kedalam
kegiatan budidaya ini?
B : Ya biasa-biasa aja sih
A : Bagaimana keadaan ekonomi Bapak setelah ikut bergabung kedalam
kegiatan budidaya?
B : Kita ada tambahan
A : Dampak apa saja yang Bapak rasakan setelah bergabung kedalam
kegiatan budidaya?
B : Dampak nya ya satu. Kita jadi tau, kita bisa cara berternak lele. Dua, ekonomi
keluarga kita juga bertambah. Yang tadinya mungkin penghasilan kita
dibawah rata-rata setelah kita ikut pokdakan nah itu kita bertambah
penghasilan kita. Selama kita udah diberikan materi sama sudin otomatis ilmu
kita bertambah. Kita jadi punya penghasilan tetap tiap bulannya, kalo kita
punya 3 empang kan tiap bulan kita panen, sistem rotasi terus juga dampak
dari budidaya ini dari anak kita gak bisa melanjutkan jenjang ke sekolah
menengah atas sekarang jadi bisa karena setiap bulannya kita udah merasakan
adanya hasil dari ternak tersebut
A : Kapan dampak itu mulai dirasakan?
B : Ya setelah ikut di Pokdakan
A : Apakah dari hasil budidaya itu Bapak sudah dapat memenuhi kebutuhan
dasar keluarga Bapak?
B : Kalau untuk mencukupi belum, karena kita masih dibantu sama kita bekerja
yang lain
A : Berapa penghasilan yang Bapak dapat sebelum bergabung kedalam
kegiatan budidaya?
B : Antara 1,5 samapai 2 juta sebulan
A : Berapa penghasilan yang Bapak dapat setelah bergabung dalam kegiatan
budidaya?
B : Setelah kita ikut pokdakan alhamdulilah kita bisa ketopang antara 1 sampai
1,5 sebulan. Karena tiga bulan kita panen itu bisa 3 juta. Kita ambil rata-rata
perbulanyaitu 1,5 kita dapet
A : Apakah penghasilan dari budidaya setara dengan penghasilan dari
Bapak bekerja yang lain?
B : Setara sih
A : Siapa saja yang merasakan dampak dari budidaya ini?
B : Ya keluarga kita, istri yang tadinya morat marit menutupi kebutuhan bisa
kebantu sama hasil budidaya, anak bisa sekolah