dampak pembangunan terhadap lingkungan hidup
DESCRIPTION
Dampak Pembangunan Terhadap Lingkungan Hidup. Dampak Buruk Akibat Pembangunan Oleh ManusiaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan lingkungan hidup sebagai salah satu asset bagi manusia
merupakan suatu hal yang sangat mendasar, perhatian masyarakat terhadap
lingkungan hidup memberikan gambaran bahwa persoalan lingkungan hidup
memerlukan perlindungan dari manusia itu sendiri maupun pemerintah. Sebagai
makhluk hidup kita mempunyai tanggungjawab pribadi kepada sang pencipta
untuk memelihara bumi dan isinya dari segala kerusakan dan pencemaran,
manusia menjadi salah satu faktor penentu dalam proses pengambilan
keputusan terhadap pemanfaatan dan pengolahan lingkungan hidup yang
membentuk kesatuan fungsional, saling terkait dan saling tergantung dalam
keteraturan yang bersifat spesifik, holistik dan berdimensi ruang.
Lingkungan hidup bagi kehidupan manusia memiiliki fungsi sebagai
penyedia sumber daya alam yang akan diolah dan dikonsumsi menjadi sebuah
produk, memberikan kesegaran dan kesejukan disekitarnya dan sebagai tempat
menampung dan mengolah limbah secara alami. Namun demikian karena
majunya pembangunan nasional ketiga fungsi tersebut semakin lama semakin
memburuk, sumber daya alam semakin berkurang, kesejukan semakin menurun
dan kemampuannya sebagai penampung limbah banyak berkurang sehingga
banyak menimbulkan pencemaran disekitar kita. Manusia sebagai salah satu
faktor penentu seharusnya sadar bahwa lingkungan hidup sangat penting bagi
peningkatan hidup manusia itu sendiri.
Peningkatan kualitas hidup manusia selalu berorientasi jangka panjang
dengan prinsip-prinsip keberlanjutan hidup manusia sekarang dan akan datang.
Lingkungan hidup juga merupakan sebuah system yang utuh, kolektivitas dari
serangkaian subsistem yang saling berhubungan, saling bergantung dan
fungsional satu sama lain sehingga membentuk suatu ekosistem yang utuh.
1
Manusia memiliki akal, budi, daya dan pekerti, kemampuan otak secara natural
manusia bisa berinteraksi dengan lingkungannya dengan memakai otak dan bisa
menentukan kehendak dan merumuskan suatu tindakan dalam otaknya, untuk
memilih/menentukan apa yang hendak ia perbuat mana yang baik dan mana
yang buruk, mana yang bertentangan dengan nilai yang berlaku dalam
lingkungannya. Akan tetapi pandangan martabat istimewa kepada pribadi
manusia, martabat alam tidak dikurangi sedikitpun melainkan ditingkatkan.
Dengan keistimewaan yang dimilikinya, manusia menjadi satu-satunya makhluk
hidup yang memiliki tanggung jawab moral, terhadap dirinya sendiri dan juga
lingkungannya. disamping itu manusia memiliki budaya pranata sosial dan
pengetahuan serta teknologi yang makin berkembang. Kasus-kasus kerusakan
dan pencemaran, seperti dilaut, hutan, sungai, udara,air, tanah dan seterusnya
bersumber pada perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab, tidak peduli
dan hanya mementingkan diri sendiri, manusia adalah penyebab utama dari
kerusakan dan pencemaran lingkungan.
Peran manusia terhadap lingkungan hidup memiliki dua peran yaitu peran
negatif dan peran positif, peran manusia yang bersifat negatif adalah peran yang
merugikan lingkungan. Kerugian ini secara langsung atau tidak langsung timbul
akibat kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, peranan
manusia yang bersitaf positif adalah peranan yang berakibat menguntugkan
lingkungan karena dapat menjaga dan melestarikan daya dukung lingkungan.
Perilaku merusak lingkungan hidup antara lain pertumbuhan populasi manusia,
konsumsi yang berlebihan akan sumberdaya alam ; hutan, perikanan, sungai, laut
dan seterusnya, polusi udara, air, dan daratan. Sementara itu kebutuhan
pembangunan gedung-gedung juga menuntut pemenuhan berbagai bahan
material seperti kayu, semen dan pasir yang diperoleh dari pengerukan
sumberdaya alam yang berlebih, sehingga semakin mempertajam kerusakan
lingkungan alam. Selain kerusakan lingkungan hidup diakibatkan oleh
pertumbuhan populasi penduduk dan konsumsi yang berlebihan atas sumber
2
daya alam, masyarakat industry juga memberikan dampak kerusakan lingkungan
hidup yang berkelanjutan dan berakibat buruk bagi manusia.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk memberikan gambaran tentang sebab-sebab orang melakukan
kerusakan dan pencemaran lingkungan.
2. Untuk mengetahui sanksi administratif bagi manusia yang melakukan
kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup.
C. Permasalahan
Berdasarkan uraian tersebut diatas dengan ini penulis mengidentifikasi
permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah yang menyebabkan manusia melakukan kerusakan dan pencemaran
lingkungan hidup?
2. Bagaimana sanksi administratif diberlakukan kepada manusia yang
melakukan kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakikat Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup pada prinsipnya merupakan suatu system yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya sehingga pengertian lingkungan hidup
hampir mencakup semua unsur ciptaan Tuhan Yang Mahakuasa di bumi ini.
Itulah sebab lingkungan hidup termasuk manusia dan perilakunya merupakan
unsur lingkungan hidup yang sangat menentukan. Namun tidak dapat dipungkiri
bahwa lingkungan saat ini oleh sebagian kalangan dianggap tidak bernilai karena
lingkungan hidup hanya sebuah benda yang diperuntukkan bagi manusia.
Dengan kata lain, manusia merupakan penguasa lingkungan hidup sehingga
lingkungan hidup hanya dipersepsikan sebagai objek dan bukan sebagai subjek.
Menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pengertian lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
B. Keruskan Lingkungan Hidup Sebagai Dampak dari Pembangunan
Pengrusakan lingkungan hidup adalah tindakan orang yang menimbulkan
perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia dan/atau
hayati lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup. Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak
langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang
melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Sedangkan pengertian
pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi dan/atau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh
4
kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah
ditetapkan.
Dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman :
اس أيدي كسبت بما والبحر البر في الفساد ظهر ذي بعض ليذيقهم الن هم عملوا ال لعل
يرجعون"Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)" (QS Ar
Ruum:41).
Dalam ayat yang mulia ini Allah Ta'ala menyatakan bahwa semua kerusakan
yang terjadi di muka bumi, dalam berbagai bentuknya, penyebab utamanya
adalah perbuatan buruk dan maksiat yang dilakukan manusia. Maka ini
menunjukkan bahwa perbuatan maksiat adalah inti "kerusakan" yang
sebenarnya dan merupakan sumber utama kerusakan-kerusakan yang tampak di
muka bumi.
Menurut Sony Keraf, tidak bisa disangkal bahwa berbagai kasus lingkungan
hidup yang terjadi sekarang ini, baik pada lingkup global maupun lingkup
nasional, sebagian besar bersumber dari perilaku manusia, kasus-kasus
pencemaran dan kerusakan, seperti dilaut, hutan, atmosfer, air, tanah dan
seterusnya bersumber pada perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab,
tidak peduli dan hanya mementingkan diri sendiri, manusia adalah penyebab
utama dari kerusakan dan pencemaran lingkungan.
Sejalan dengan pendapat Sony Keraf diatas, Arne Naes menyatakan bahwa
krisis lingkungan dewasa ini hanya bisa diatasi dengan melakukan perubahan
cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam yang fundamental dan
radikal. Yang dibutuhkan adalah sebuah pola hidup atau gaya hidup baru yang
tidak hanya menyangkut orang perorang, tetapi juga budaya masyarakat secara
5
keseluruhan. Artinya dibutuhkan etika lingkungan hidup yang menuntun manusia
untuk beriteraksi dalam alam semesta.
6
C. Lemahnya Penegakan Hukum tentang Lingkungan Hidup
Kerusakan dan pencemaran lingkungan selain karena ulah tangan manusia
juga disebabkan karena faktor penegakan hukum yang lemah dan belum efektif,
seperti seringkali telah terjadi pelanggaran izin atau syarat-syarat dalam izin tidak
dipenuhi oleh pemegang, tetapi pejabat administrasi tidak berbuat apa-apa atau
membiarkan pelanggaran itu terjadi. Hal seperti inilah yang cenderung
memandang lingkungannya bukan lagi sebagai bagian yang tidak terpisahkan,
bahkan lingkungannya telah dipandang sebagai obyek yang dapat dieksploitir
semaksimal mungkin. Manusia semakin menutup dirinya dari hubungan
keserasian, keselarasan dan keseimbangan. Perilaku inilah yang kemudian
menjadi sumber egoism dan individualisme, seorang dengan orang lain mulai
saling apatis, tidak mau tahu persoalan-persoalan dan situasi yang dihadapi pihak
lain. Seseorang dengan tetangganya masing-masing sibuk denganurusannya,
bahkan banyak yang tidak saling kenal.
Dalam berbagai segi unsur persaingan mulai muncul dan semakin tajam,
bahkan masyarakat semakin cenderung memerankan perilaku yang anormatif,
asocial dan cara-cara lain yang tidak halal bila dianggap sudah menguntugkan
dirinya. Francis Fukuyama dalam bukunya The Great Disruptioan bahwa akar
kerusakan maha dahsyat di bumi ini bersumber dari 4 (empat) akar
kemerosotan. Keempatnya selain karena kemiskinan yang meningkat, juga tidak
kalah dahsyatnya karena factor kekayaan yang meningkat, erosi cultural yang
meluas, termasuk kemerosotan religious, dan meningkatnya egoism atau awal
kepuasan individualistis di atas kewajiban komunal.
7
BAB III
PEMBAHASAN
A. Hakikat Permasalahan Lingkungan Hidup
Masalah lingkungan hidup tidak pernah lepas dari berbagai kepentingan
seperti kepentingan Negara, kepentingan pemilik modal, kepentingan rakyat
maupun kepentingan lingkungan hidup itu sendiri. Penempatan kepentingan itu
selalu menempatkan pihak masyarakat sebagai pihak yang dirugikan.
Pembangunan merupakan pertumbuhan ekonomi untuk mendukung
peningkatan kesejahteraan. Dalam mengejar pertumbuhan ekonomi ini, sering
terjadi pacuan pertumbuhan yang seringkali menimbulkan dampak yang tidak
terduga terhadap lingkungan alam dan lingkungan sosial.
Krisis lingkungan global yang kita alami dewasa ini sebenarnya bersumber
pada kesalahan fundamental-filosofis manusia dalam memahami atau
memandang dirinya, alam dan tempat manusia dalam keseluruhan ekosistem
pada gilirannya hal ini menyebabkan kesalahan pada perilaku manusia yang
bersumber dari kesalahan cara pandang tersebut. Manusia keliru memandang
alam dan keliru menempatkan diri dalam konteks alam semesta seluruhnya.
Inilah awal dari semua bencana lingkungan hidup yang kita alami sekarang, oleh
karena itu pembenahannya harus pula menyangkut pembenahan cara pandang
dan perilaku manusia dalam berinteraksi baik dengan alam maupun dengan
manusia lain dalam keseluruhan ekosistem.
Kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup tidak hanya menjadi masalah
nasional, tetapi telah menjadi masalah antarnegara, regional dan global. Dunia
semakin sempit, hubungan antarnegara bertambah dekat dan makin tergantung
satu sama lain. Pencemaran pun semakin meluas, kadang-kadang melintasi
batas-batas Negara dalam bentuk pencemaran air sungai, emisi udara,
kebakaran hutan, pencemaran minyak di laut dan seterusnya. Kebakaran hutan
8
diserawak akan mudah merembet ke Kalimantan Barat dan sebaliknya. Semua ini
memerlukan pengaturan khusus yang bersifat supranasional.
B. Penegakan Hukum Lingkungan
Dalam ruang nasional, hukum lingkungan menempati titik silang sebagai
bagian dari hukum klasik, yaitu hukum publik dan privat. Termasuk hukum publik
adalah hukum pidana, hukum pemerintahan (administratif), hukum pajak,
hukum tata Negara, bahkan hukum agraria pun berkaitan dengan hukum
lingkungan. Kaitannya dengan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan
bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Ketentuan ini telah dijabarkan ke dalam Undang-Undang Pokok Agraria Tahun
1960, bahkan telah ditambah dengan dimensi baru, yakni ruang angkasa,
disamping bumi dan air. Dengan demikian pemberian hak milik, hak guna
bangunan, hak guna usaha, hak pakai dan lain-lain harus juga memperhatikan
kepentingan lingkungan, kalau tanah itu dirusak atau dipergunakan yang
mengakibatkan pencemaran atau rusaknya lingkungan hidup, hak itu dapat
dicabut.
Penegakan hukum lingkungan akan menjadi titik silang penggunaan
instrument hukum tersebut, terutama instrument hukum pemerintahan atau
administratif, perdata dan hukum pidana. Oleh karena itu penegakan hukum
lingkungan melibatkan berbagai instansi pemerintah sekaligus seperti polisi,
jaksa, pemerintah daerah, pemerintah pusat terutama Kementerian
Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Kehutanan, Kementerian
Pekerjaan Umum, Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, Laboratorium
criminal, bahkan LSM (lembaga swadaya masyarakat). Kerjasama antar instansi
tersebut harus serasi, terkoordinasi dan terpadu. Inilah yang membedakan
dengan bidang hukum yang lain.
9
Penegakan hukum lingkungan merupakan mata rantai terakhir dalam siklus
pengaturan perencanaan kebijakan tentang lingkungan yang urutannya sebagai
berikut :
1. Perundang-undangan2. Penentuan standar3. Pemberian izin4. Penerapan5. Penegakan hukum
Masalah lingkungan tidak selesai dengan pemberlakuan Undang-Undang
dan komitmen untuk melaksanakannya. Penetapan suatu Undang-Undang yang
mengandung instrumen hukum masih harus diuji dalam pelaksanaannya
(uitvoering atau implementation) sebagai bagian dari mata rantai pengaturan
(regulatory chain) pengelolaan lingkungan. Dalam merumuskan kebijakan
lingkungan, Pemerintah lazimnya menetapkan tujuan yang hendak dicapai.
Penegakan hukum lingkungan semakin penting sebagai salah satu sarana
untuk mempertahankan dan melestarikan lingkungan hidup yang baik.
Penegakan hukum yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup meliputi
aspek hukum pidana, perdata, tata usaha negara serta hukum internasional.
Lingkungan hidup merupakan anugrah Tuhan Yang Maha Esa yang wajib
dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar tetap dapat menjadi
sumber penunjang hidup bagi manusia dan makluk hidup lainnya demi
kelangsungan dan peningakatan kualitas hidup itu sendiri.
Dari mata rantai siklus pengaturan perencanaan kebijakan hukum
lingkungan dapat dilihat bahwa kelemahan terdapat pada penegakan hukumnya.
Disamping penegakan hukum yang lemah, kesadaran hukum masyarakat
terhadap lingkungan dianggap masih rendah, kendala ini sangat terasa dalam
menjaga kelestarian lingkungan hidup maupun dalam upaya penegakan hukum.
Pencemaran dan kerusakan lingkungan tidak hanya menjadi masalah lokal tetapi
sudah menjadi masalah nasional bahkan internasional. Tingkat pencemaran dan
10
kerusakan juga jauh lebih hebat karena kemajuan teknologi industri,
pertambahan penduduk yang semakin hari semakin menggusur daerah pertanian
dan hutan produktif untuk dijadikan permukiman.
Penegakan hukum melalui sanksi administratif dalam memelihara
lingkungan pertama berada ditangan para pejabat administrasi, karena
merekalah yang mengeluarkan izin dan dengan sendirinya mereka yang terlebih
dahulu mengetahui jika tidak ada izin atau syarat-syarat dalam izin itu dilanggar.
Namun tidaklah berarti sanksi administratif didahulukan penerapannya terhdap
pelanggaran hukum lingkungan. Jika pejabat administrasi enggan bertindak atau
pura-pura tidak tahu adanya pelanggaran, bahkan jika ia terlibat atau
mempunyai interest dalam perusahaan yang melanggar itu. Dalam hal ini
instrument hukum pidanalah yang sebaiknya diterapkan sebagai ultimum
remedium.
Sanksi administratif sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 76 Undang-
Undang Nomor : 32 Tahun 2009 ayat (1) "Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota menerapkan sanki administratif kepada penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan ditemukan pelanggaran
terhadap izin lingkungan. Ayat (2) "sanksi administratif terdiri dari : a. teguran
tertulis, b. paksaan pemerintah, c. pembekuan izin lingkungan, atau d.
pencabutan izin lingkungan.
C. Contoh Kasus Penegakan Hukum Lingkungan
Sebagai contoh kasus bentrok warga dengan aparat polisi di Kecamatan
Lambu, Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat (NTB) yang disebabkan tidak
dipenuhinya tuntutan warga atas penolakan dan pencabutan izin terhadap
keberadaan perusahaan tambang yang menurut warga dianggap telah merusak
lingkungan. Tuntutan warga atas pencabutan izin pertambangan di Bima Nusa
Tenggara Barat tidak lepas dari perannya untuk menjaga lingkungan hidup
didaerah tempat tinggalnya, hal ini dilakukan tidak semata-mata karena
11
kepeduliannya terhadap lingkungan, hal ini juga diatur dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 yang juga memerintahkan untuk berperan serta dalam
melakukan pengawasan sosial, pemberian saran, pendapat,usul, keberatan,
pengaduan dan/atau penyampaian informasi dan/atau laporan dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Permintaan pencabutan izin
pertambangan kepada pemerintah adalah bentuk kepedulian masyarakat NTB
dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. Namun sayang tuntutan warga atas
pencabutan izin pertambangan tersebut tidak direspon dan berakibat konflik
horizontal.
Peran masyarakat sebagaimana tersebut dilakukan untuk meningkatkan
kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat dan kemitraaan,
menumbuh kembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat, menumbuh
kembangkan ketanggap segeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan
sosial, mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka
pelestarian fungsi lingkungan hidup.
D. Instrument Penegakan Hukum Lingkungan
Penerapan instrument administratif terutama dimaksudkan untuk
pemilihan keadaan atau perbaikan kerusakan atau dengan kata lain ditujukan
kepada perbuatannya. Pilihan jatuh pada hukum pidana jika suatu kerusakan
tidak dapat diperbaiki atau dipulihkan, misalnya penebangan pohon,
pembunuhan terhadap burung atau binatang yang dilindungi. Perbaikan atau
pemulihan kerusakan tersebut tidak dapat dilakukan secara fisik. Dalam
kehidupan sehari-hari banyak sekali perbuatan yang tidak dapat diperbaiki atau
dipulihkan, misalnya merokok padahal merokok tidak merupakan pelanggaran
berat, atau tidak melaporkan kejahatan yang ia ketahui dan sebagainya.
Penegakan hukum lingkungan dalam kaitannya dengan hukum administrasi
mewujudkan supremasi hukum melalui upaya penegakan hukum serta konsisten
12
akan memberikan landasan kuat bagi terselenggaranya pembangunan, baik
dibidang ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan keamanan. Namun dalam
kenyataan untuk mewujudkan supremasi hukum tersebut masih memerlukan
proses dan waktu agar supremasi hukum dapat benar-benar memberikan
implikasi yang menyeluruh terhadap perbaikan pembangunan nasional. Upaya
penegakan sanksi administrasi oleh pemerintah secara ketat dan konsisten
sesuai dengan kewenangan yang ada akan berdampak bagi penegakan hukum,
dalam rangka menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup. Sehubungan dengan
hal ini, maka penegakan sanksi administrasi merupakan garda terdepan dalan
penegakan hukum lingkungan (primum remedium). Jika sanksi administrasi dinilai
tidak efektif, berulan dipergunakan sarana sanksi pidana sebagai senjata
pamungkas (ultimum remedium). Ini berarti bahwa kegiatan penegakan hukum
pidana terhadap suatu tindak pidana lingkungan hidup baru dapat dimulai
apabila : Aparat yang berwenang telah menjatuhkan sanksi administrasi dan
telah menindak pelanggar degan menjatuhkan suatu sanksi administrasi tesebut,
namun ternyata tidak mampu menghentikan pelanggaran yang terjadi, atau
antara perusahaan yang melakukan pelanggaran dengan pihak masyarakat yang
menjadi korban akibat terjadi pelanggaran, sudah diupayakan penyelesaian
sengketa melalui mekanisme altenatif di luar pengadilan dalam bentuk
musyawarah / perdamaian / negoisasi / mediasi, namun upaya yang dilakukan
menemui jalan buntu, dan atau litigasi melalui pengadilan pedata, namun upaya
tersebut juga tidak efektif, baru dapat digunakan instrumen penegakan hukum
pidana lingkungan hidup.
Dengan demikian, badan-badan pemerintah yang berwenang memiliki
legitimasi (kewenangan bertindak dalam pengertian politik) untuk menjalankan
kewenangan hukumnya. Karena masalah legitimasi adalah persoalan
kewenangan yaitu kewenangan menerapkan sanksi seperti pengawasan dan
pemberian sanksi yang merupakan suatu tugas pemerintah seperti yang
13
diamanatkan oleh undang-undang. Dalam hal pengawasan dilakukan oleh suatu
lembaga yang dibentuk khusus oleh pemerintah.
Adapun penerapan instrument hukum pidana terutama ditujukan kepada
orang atau pembuatnya. Orang itulah yang perlu diberbaiki, penerapan
instrument hukum pidana diharapkan tidak menjerakan orang yang melanggar
itu saja, tetapi orang lain agar tidak melakukan perbuatan yang sama jika tidak
ingin dikenakan sanksi hukum pidana. Disamping itu penerapan hukum pidana
juga akan memuaskan korban secara individual dan masyarakat sebagai korban
kolektif. Lebih-lebih di Indonesia yang pada sekarang ini masyarakat luas ingin
melihat semua perkara pidana diajukan ke pengadilan, akan tetapi rambu-rambu
ini tidaklah mutlak karena suatu sanksi administratif mungkin saja dirasa oleh
pelanggar sebagai suatu yang sangat berat, misalnya sanksi administratif berupa
pencabutan izin tentulah jauh lebih berat daripada sanksi pidana berupa denda
atau pidana bersyarat dengan syarat khusus pemulihan keadaan atau ganti
kerugian. Jadi penegak hukum diisyaratkan memiliki penalaran dan
pertimbangan yang tepat dalam memilih sanksi mana yang lebih sesuai untuk
perbuatan yang telah dilakukan.
E. Konsistensi Penegakan Hukum Lingkungan
Salah satu penyebab parahnya kondisi lingkungan akibat dari pencemaran
dan perusakan lingkungan saat ini adalah lemahnya penegakan hukum
lingkungan baik di tingkat pusat maupun daerah. Sudah saatnya penegakan
hukum lingkungan yang konsisten merupakan bentuk perlindungan kepada
masyarakat dari pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Seharusnya
manusia sadar akan peran dan tanggung jawabanya terhadap lingkungan hidup
dan sudah menjadi kewajiban dari setiap orang untuk menjaga lingkungan
hidupnya sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 67 Undang-Undang Nomor :
32 Tahun 2009 bahwa setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi
14
lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup.
15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia adalah salah satu komponen lingkungan hidup yang memiliki ciri
yang sangat berbeda dengan komponen-komponen lingkungan lainnya.
Perbedaan yang hakiki dengan makhluk lainnya ialah manusia memiliki akal atau
kecerdikan.
1. Yang menyebabkan manusia melakukan kerusakan dan pencemaran
lingkungan hidup selain disebabkan karena penegakan hukumnya yang
lemah juga disebabkan karena pola pikir manusia yang keliru memandang
alam dan keliru menempatkan diri dalam konteks alam semesta. Serta
perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab, tidak peduli pada orang lain
serta kebutuhan hidup yang tinggi mendorong manusia bersifat serakah
dengan tujuan memperkaya diri sendiri.
2. Sanksi administratif sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 76 Undang-
Undang Nomor : 32 Tahun 2009 ayat (1) "Menteri, gubernur, atau bupati/
walikota menerapkan sanki administratif kepada penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan ditemukan pelanggaran terhadap
izin lingkungan. Ayat (2) "sanksi administratif terdiri dari : a. teguran tertulis,
b. paksaan pemerintah, c. pembekuan izin lingkungan, atau d. pencabutan
izin lingkungan.
3. Penegakan hukum melalui sanksi administratif dalam memelihara
lingkungan pertama berada ditangan para pejabat administrasi. Sehubungan
dengan hal ini, maka penegakan sanksi administratif merupakan garda
terdepan dalan penegakan hukum lingkungan (primum remedium). Jika
sanksi administratif dinilai tidak efektif, barulah dipergunakan sarana sanksi
pidana sebagai senjata pamungkas (ultimum remedium).
16
B. Saran
Adapun saran kami yaitu mulailah dari diri kita sendiri untuk tetap menjaga
kelestarian lingkungan hidup serta mau berpartisipasi dalam usaha mengurangi
kerusakan maupun pencemaran lingkungan hidup yang semakin tidak terkendali.
Penting adanya kesadaran pada semua lapisan masyarakat terhadap
kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup. Dengan kesadaran, diharapkan
masyarakat berpartisipasi aktif dalam upaya pengendalian dampak lingkungan.
Untuk aparatur penegak hukum agar lebih tegas dalam melakukan
tindakan terhadap para pelaku kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup
yang pada akhirnya dapat merugikan masyarakat.
17
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah Jur Andi, Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika, Jakarta, 2005
Ramli Zawiah, Hukum Lingkungan, Bahan Kuliah S2 Hukum UPN Veteran Jakarta, 2011.
Supriadi, Hukum Lingkungan Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2005.
Siahaan, N.H.T, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan Edisi Kedua, Erlangga,
Jakarta, 2004.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
18