dampak flu burung terhadap kesejahteraan...

31
20 DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN PETERNAK SKALA KECIL DI INDONESIA Oleh Nyak Ilham dan Yusmichad Yusdja Pusat Analisis sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani, No 70 Bogor-16161 PENDAHULUAN Latar Belakang Dunia memberikan perhatian besar terhadap wabah AI di Indonesia yang sampai saat ini belum berhasil dikendalikan. Korban manusia yang meninggal akibat AI menduduki peringkat tertinggi di dunia. Karena itu, dunia mempertanyakan kemampuan Indonesia dalam mencegah terjadinya penularan AI dari unggas kepada manusia dan antara manusia dengan manusia yang pada akhirnya berpotensi berjangkit ke seluruh dunia. Selain itu, Indonesia harus mempertimbangkan banyak hal dalam mempunyai kemampuan mengendalikan wabah AI secara integratif, efektif dan adil. Karena tidak hanya memberi rasa takut pada masyarakat secara umum, tetapi pada pihak yang lain wabah AI dan pengendaliannya dapat mengancam keberlanjutan usaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan. Dampak AI baik langsung dan tak langsung telah menyebabkan produksi ayam turun sampai 60 persen. Karena itu, Indonesia mentargetkan bebas AI tahun 2009. Untuk mencapai harapan tersebut, Indonesia harus terlebih dahulu mempunyai pemahaman tentang dampak sosial ekonomi pada industri peternakan, sehingga perumusan program pengendalian AI dapat lebih efektif. Berdasarkan pada klasifikasi FAO, wabah AI terutama terjadi pada sektor 3 dan 4. Sektor 3 berperan besar terhadap produksi telur dan daging yakni sekitar 60 persen dari total produksi. Selain itu sektor 3 juga menyediakan kesempatan kerja yang berarti di pedesaan. Sedangkan peternakan sektor 4, merupakan lapangan usaha yang umum terdapat di pedesaaan dan wilayah suburban. Mereka memelihara ayam buras, itik, merpati, dan puyuh sebagai bagian dari pendapatan rumah tangga. Pada umumnya usaha pada sektor 4 ini merupakan usaha sambilan, namun memberikan sumbangan pendapatan yang tergolong penting bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

Upload: vodieu

Post on 30-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

20

DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAANPETERNAK SKALA KECIL DI INDONESIA

Oleh Nyak Ilham dan Yusmichad Yusdja

Pusat Analisis sosial Ekonomi dan Kebijakan PertanianJl. A. Yani, No 70 Bogor-16161

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dunia memberikan perhatian besar terhadap wabah AI di Indonesia yang

sampai saat ini belum berhasil dikendalikan. Korban manusia yang meninggal akibat

AI menduduki peringkat tertinggi di dunia. Karena itu, dunia mempertanyakan

kemampuan Indonesia dalam mencegah terjadinya penularan AI dari unggas

kepada manusia dan antara manusia dengan manusia yang pada akhirnya

berpotensi berjangkit ke seluruh dunia.

Selain itu, Indonesia harus mempertimbangkan banyak hal dalam

mempunyai kemampuan mengendalikan wabah AI secara integratif, efektif dan adil.

Karena tidak hanya memberi rasa takut pada masyarakat secara umum, tetapi pada

pihak yang lain wabah AI dan pengendaliannya dapat mengancam keberlanjutan

usaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan.

Dampak AI baik langsung dan tak langsung telah menyebabkan produksi

ayam turun sampai 60 persen. Karena itu, Indonesia mentargetkan bebas AI tahun

2009. Untuk mencapai harapan tersebut, Indonesia harus terlebih dahulu

mempunyai pemahaman tentang dampak sosial ekonomi pada industri peternakan,

sehingga perumusan program pengendalian AI dapat lebih efektif.

Berdasarkan pada klasifikasi FAO, wabah AI terutama terjadi pada sektor 3

dan 4. Sektor 3 berperan besar terhadap produksi telur dan daging yakni sekitar 60

persen dari total produksi. Selain itu sektor 3 juga menyediakan kesempatan kerja

yang berarti di pedesaan. Sedangkan peternakan sektor 4, merupakan lapangan

usaha yang umum terdapat di pedesaaan dan wilayah suburban. Mereka

memelihara ayam buras, itik, merpati, dan puyuh sebagai bagian dari pendapatan

rumah tangga. Pada umumnya usaha pada sektor 4 ini merupakan usaha sambilan,

namun memberikan sumbangan pendapatan yang tergolong penting bagi kelompok

masyarakat berpendapatan rendah.

Page 2: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

21

Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana dampak wabah AI terhadap

pendapatan, kesempatan kerja dan bagaimana keberlanjutan usaha unggas

peternak. Pertanyaan penting lainnya adalah bagaimana mereka mensikapi wabah

AI apakah mereka menghentikan usaha atau menggantikan dengan yang lain atau

melakukan recovery dan bagaimana mereka melakukan hal itu?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang diajukan di atas, maka

secara umum tujuan penelitian adalah mengkaji dan mengukur efek wabah AI dan

cara pengendaliannya terhadap tingkat kehidupan dan kesejahteraan. Secara

khusus tujuan penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi faktor-faktor pencetus dan

penghambat pengendalian wabah AI; (2) menganalisis dampak wabah AI terhadap

keberlanjutan usaha peternak; (2) menganalisis dampak wabah AI terhadap

kehidupan rumah tangga peternak ; (3) menganalisis pengaruh Wabah AI dan faktor

produksi terhadap produksi unggas; dan (4) merekomendasikan kebijakan

pengendalian AI dan intervensi lain untuk mengurangi kerugian ekonomi akibat

wabah dan pengendalian AI

DAMPAK WABAH AI TERHADAP INDUSTRI PETERNAKAN UNGGAS DI INDONESIA 2003-2008

Pada pertengahan Tahun 2003, penyakit AI menyerang peternakan unggas

di China. Kemudian wabah AI menyebar dengan sangat cepat ke negara tetangga

yakni Thailand, Vietnam, Malaysia, Philipina. Wabah AI di negara-negara tersebut

segera dapat ditanggulangi melalui program pemusnahan, vaksinasi dan depopulasi.

Pada bulan Agustus 2003, wabah AI menyerang peternakan ayam di Tangerang dan

berlanjut ke Pekalongan Jawa Tengah. Hanya dalam beberapa minggu kemudian,

wabah AI telah menyebar ke 11 Provinsi di Indonesia khususnya Jawa dan Bali.

Wabah AI di Indonesia diperkirakan terjadi relatif lama yakni enam bulan

menyerang suatu kawasan yang luas sebelum dapat dikendalikan, sehingga dampak

ekonomi wabah AI ini relatif besar. Namun wabah AI terus bermunculan pada

wilayah-wilayah tertentu dan belum ada tanda-tanda berhenti hingga akhir tahun

2008. Dari berbagai sumber diperoleh informasi produksi telur dan daging broiler

Page 3: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

22

mengalami penurunan sebesar 30-40 persen. Beberapa perusahaan peternakan

khususnya peternakan rakyat bangkrut. Permintaan telur dan daging unggas turun

sangat cepat yang mendorong harga broiler turun jauh di bawah biaya pokok.

Dampaknya, peternakan kecil yang tidak tertular menderita secara tidak langsung.

Jumlah Kematian Unggas

Penyakit AI dilaporkan pertama muncul 29 Agustus 2003 pada peternakan

ayam di Kabupaten Tangerang, kemudian menyebar ke sejumlah kabupaten di Jawa

Tengah dan Jawa Timur. Berdasarkan hasil uji laboratorim diagnostik kesehatan

hewan kematian tersebut akibat virus ND, sehingga pihak otoritas menyangkal kalau

itu penyakit AI. Perdebatan tentang penyakit AI terus berjalan hinggga akhirnya

tanggal 25 Januari 2004 Pemerintah mengumumkan bahwa penyakit AI telah

menyerang peternakan di Indonesia. Lambannya penanganan wabah AI yang

sebenarnya sudah merebak sejak Agustus 2003 menyebabkan tingginya angka

kematian unggas pada berbagai daerah. Seharusnya langkah awal untuk memutus

mata rantai penyebaran suatu penyakit melalui koordinasi pemerintah sangat

diperlukan sebelum melangkah ke aspek teknis.

Padahal sebelum ada kasus AI pertama tahun 2003, pada tahun 1997 sudah

dilaporkan telah terjadi wabah AI di Hongkong yang mematikan banyak unggas dan

meyebabkan 10 orang terinfeksi dan 6 orang meninggal1. Seharusnya hal itu

dijadikan sebagai peringatan dini. Karena dalam menghadapi penyakit infeksi

menular yang bersifat zoonosis seperti AI seharusnya ada saling ketergantungan

antar daerah dalam lingkup nasional dan antar negara dalam lingkup internasional

dalam pengaturan produksi pertanian, perdagangan, dan kesehatan2. Ketidaksiapan

dini menghadapi wabah AI menyebabkan tingginya kematian unggas pada industri

ayam ras sektor 2 dan sektor 3 (Gambar 1). Kemudian angka kematian unggas

menurun pada tahun 2005-2006. Kematian yang terjadi pada saat ini umumnya

terjadi pada ayam buras dan itik pada sektor 4.

Penurunan kematian unggas pada sektor 2 dan sektor 3 dapat disebabkan

dua hal. Pertama, industri di sektor 2 dan sektor 3 sudah melaksanakan program

biosekuriti dengan baik, menjaga sanitasi kandang dengan baik, dan melakukan

1 WHO. 2004. Avian Influenza (“Bird Flu”) and The Significance of Its Transmission to Humans. WHO Fact

Sheet No. 277. 2 Lokuge, B. and Lokuge, K. 2005. Avian Influenza, World Trade and WTO Rules: The Economics of

Transboundary Disease Control. Australian National University, Canberra.

Page 4: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

23

vaksinasi dengan teratur sesuai kebutuhan. Kedua, untuk menghindari kepanikan

konsumen yang menyebabkan penurunan permintaan, kemungkinan sebagian

kematian yang terjadi tidak dilaporkan. Kemungkinan kedua ini dikuatkan dengan

adanya informasi bahwa masih dijumpai pembuangan bangkai unggas pada tempat

yang tidak layak seperti sungai, kebun dan semak belukar. Untuk menguji kebenaran

kemungkinan kedua, sebaiknya petugas setempat melakukan pemantauan dan

pengujian penyakit secara berkala tidak hanya pada usaha unggas sektor 4, tetapi

juga pada sektor 3, sektor 2 dan sektor 1. Jika kemungkinan pertama yang terjadi

maka permasalahan selanjutnya adalah bagaimana mengatasi pencegahan dan

pengendalian perunggasan di sektor 4.

Gambar 1. Kematian Unggas yang Dilaporkan Akibat Wabah AI, 2003-2007

Dalam rencana strategis yang diterbitkan Bappenas3 ditargetkan pada akhir

tahun 2008 kasus AI pada usaha unggas sektor 3 dan sektor 4 dapat ditekan. Data

yang ada menunjukkan sektor 3 sudah ada perbaikan, namun sektor 4 masih

menghadapi masalah. Jika sektor 4 tidak dituntaskan akan terjadi efek yang dapat

menyerang balik terutama usaha di sektor 3 yang cenderung bersinggungan dengan

usaha unggas sektor 4. Kalaupun sektor 3 dapat melakukan proteksi, dampak

terhadap manusia masih berpeluang terus terjadi. Padahal menurut OIE, suatu

3

Bappenas (2005),

Page 5: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

24

daerah dapat dikatakan bebas AI setelah tiga tahun tidak ditemukan lagi kasus AI

sejak kasus terakhir ditemukan4

Pada dua bulan pertama tahun 2007 wabah AI berjangkit kembali di

Indonesia. Kondisi tersebut menyebabkan kerugian pelaku agribisnis perunggasan.

Dampaknya, banyak usaha peternakan ayam ras rakyat mandiri di sektor 3 menjadi

bangkrut. Dengan alasan modal terbatas mereka tidak mampu bangkit kembali.

Apalagi dengan harga pakan yang terus meningkat tidak seimbang dengan

peningkatan harga produk yang dihasilkan. Untuk tetap dapat berusaha, dengan

modal kandang dan tenaga kerja yang ada mereka, terutama peternak broiler,

begabung dengan peternak skala besar dalam usaha kemitraan5. Namun tidak

semua dapat bergabung, karena ada persyaratan, seperti ketersediaan kandang

dengan kapasitas tertentu. Ini berarti ada peternak yang tidak berusaha kembali.

Hingga tahun 2007, upaya utama untuk mencegah AI di Indonesia masih

mengandalkan teknik vaksinasi. Namun dana untuk vaksinasi terbatas sehingga

tidak semua unggas dapat divaksin, hanya diprioritaskan pada wilayah penularan AI

pada manusia kasusnya tinggi6. Ini berarti upaya vaksinasi AI pada unggas menjadi

tidak efektif. Upaya yang efektif adalah pemusnahan masal (stampingout), seperti

yang dilakukan Thailand dan Vietnam7 sehingga kedua negara tersebut saat ini

sudah dikatakan bebas AI. Bahkan, untuk mengefektifkan upaya pemberantasan AI,

pemerintah Bangladesh melibatkan militer dalam melakukan pemusnahan unggas.

Namun jajaran FMPI dan Menkes telah sepakat bahwa untuk memutus mata

rantai penularan virus flu burung secara regional, yakni pada kawasan yang tertular

virus flu burung, namun bukan memusnahkan seluruh unggas di Indonesia8. Upaya

ini sulit dilakukan jika tidak ada koordinasi dan pengawasan yang ketat, karena

pengaturan lalu-lintas unggas sangat sulit dikendalikan. Apalagi dengan alasan

keterbatasan dana, intensitas pengendalian hanya difokuskan pada wilayah tertentu

dengan indikator jumlah penduduk yang terinfeksi AI. Daerah tersebut umumnya

pusat konsumen, sehingga jika tidak ada pengawasan lalu-lintas yang ketat upaya

tersebut juga menjadi kurang efektif.

4 Infeksi.com. 2005. Flu Burung di Indonesia. Flu Burung di Indonesia. http://infeksi.com/5 LKBN Antara. 2007a. Peternak Ayam Terpaksa Beralih Jadi Buruh. http://www.antara.co.id.6 ___________. 2007b. Indonesia Kekurangan Vaksin Flu Burung 500 Juta Dosis

http://www.antara.co.id7 Feb 2009 dilaporkan ada kasus AI di Vietnam8LKBN Antara. 2007c. Masyarakat Kehilangan Rp1 Triliun Akibat Pemusnahan Unggas. http://www.antara.co.id

Page 6: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

25

Merujuk pada berbagai artikel Harian Kompas9 selama bulan Januari-April

2008 menggambarkan bahwa implementasi kebijakan pengendalian dan

pemberantasan wabah AI yang telah dilakukan masih belum efektif. Indikasinya

adalah: (1) masih rendahnya kesadaran peternak dan pedagang ternak untuk

mengendalikan dan memberantas wabah; (2) masih tingginya angka kematian

unggas dan masih adanya kematian manusia akibat AI; (3) terjadi mutasi virus AI;

dan (4) lembaga internasional menilai Indonesia gagal mengatasi AI dan dianggap

dapat membahayakan dunia.

Daerah Penyebaran

Di Indonesia sejak pertama kali ditemukan, penyebarannya demikian cepat di

Jawa kemudian ke Bali dan daerah lainnya. Hingga saat ini perkembangan daerah

terinfeksi sudah mencapai 31 provinsi dari 33 provinsi yang ada di Indonesia

(Gambar 2). Dua provinsi yang masih bebas AI adalah Gorontalo dan Maluku Utara.

Padahal, salah satu target dalam melakukan pencegahan dan pengendalian AI

adalah mempertahankan daerah bebas AI dan membebaskan wilayah tertular serta

mencegah penularan ke ternak lain (Bappenas, 2005).

Gambar 2. Perkembangan Provinsi yang Terinfeksi dan Terserang AI di Indonesia, Tahun 2003-2008

Fakta ini mengindikasikan, upaya pencegahan dan pengendalian yang

dilakukan selama ini belum menunjukkan adanya penyempitan daerah terserang.

9 36 artikel yang bersumber dari http://www.kompas.com/index.php/read/xml/

Page 7: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

26

Jika dibandingkan kasus di Sumut, sejak terserang tahun 2005, penyebarannya

semakin menyempit hingga tahun 2007. Kasus AI pertama di Sumatera Utara adalah

tahun 2005 yang menyerang 14 kabupaten/kota, 26 kecamatan dan 30 desa. Pada

tahun 2006 menurun menjadi 11 kabupaten/kota, 17 kecamatan, dan 26 desa. Pada

Tahun 2007 hanya pada 2 kabupaten, 2 kecamatan dan 3 desa. Penyempitan

sebaran tersebut disebabkan oleh gencarnya media masa memberitakan AI dan

intensifnya upaya sosialisasi penanggulangan AI pada masyarakat.

Hubungan Kematian Unggas dan Manusia

Wabah AI mendapat lebih banyak perhatian dibandingkan penyakit lain yang

menyerang ternak. Hal itu disebabkan oleh10: (1) sifatnya yang zoonosis dan dapat

menyebabkan kematian pada manusia, (2) menyebabkan kehilangan produksi

unggas dan kesejahteraan masyarakat miskin, (3) membutuhkan biaya yang besar

untuk mengendalikannya, dan (4) penyebarannya sangat cepat melalui pergerakan

burung-burung liar yang bermigrasi.

Walaupun unggas sebagai sumber AI, apakah benar tingginya kematian

unggas di suatu daerah merupakan penyebab utama infeksi AI pada manusia?

Banyak peternak masih berusaha dan setiap hari mereka kontak dengan unggas

namun tidak terinfeksi. Infeksi pada manusia sifatnya masih acak. Data

menunjukkan bahwa jumlah unggas yang mati tidak berbanding lurus dengan jumlah

penduduk yang terinfeksi AI (Gambar 3).

Berdasarkan fakta yang ada, sejak kasus pada manusia tahun 2005 sampai

dengan Mei 2008, jumlah infeksi pada manusia tertinggi terjadi di Tangerang (24

orang), Bekasi (10 orang), Jakarta Barat (9 orang), Jakarta Selatan (9 orang), dan

Jakarta Timur (8 orang). Profil daerah tersebut menunjukkan pusat konsumsi di

daerah urban dengan kepadatan penduduk tinggi. Di daerah ini, kepadatan ternak

yang diusahakan relatif kecil. Ini mengindikasikan bahwa infeksi pada manusia tidak

hanya disebabkan oleh kontak dengan ternak yang mati. Tetapi mungkin dapat juga

disebabkan oleh kontak dengan material lain, seperti kotoran unggas, sarana

10

McLeod A., N. Morgan, A. Parakash, and J. Hinrichs . 2007. Economic and Social Impacts of Avian Influenza.

FAO, Emergency Centre for Transboundary Animal Diseases Operations (ECTAD). http://www.newsweb.org/downloads/avian-flu/..

Page 8: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

27

transportasi unggas dan produknya, fasilitas pengepakan, kebersihan fasilitas pasar

unggas, kebersihan lingkungan pemukiman dan faktor lainnya.

Gambar 3. Hubungan Kematian Unggas dan Infeksi AI pada Manusia di Indonesia, Tahun 2007

METODA PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan biosecurity, pemerintah membagi industri peternakan ayam atas

4 sektor. Wabah AI terutama menyerang sektor 3 dan 4. Secara praktis tidak mudah

menentukan status sektor peternak unggas hanya berdasarkan kriteria biosecurity.

Artinya peternak skala kecil (small holder) dan backyard tidaklah identik dengan

sektor 3 dan 4. Untuk menghindarkan kesulitan itu, maka ditetapkan kriteria

tambahan apa yang dimaksud dengan small holder dan backyard, sebagai berikut:

a. Peternak Kecil atau Small Holder adalah jika usaha itu merupakan usaha

utama, yakni setidak-tidaknya mempunyai porsi 60 persen dari total pendapatan

RT, mempunyai bentuk usaha bersifat dependen (bermitra) atau independen

(mandiri), mempunyai investasi setidak-tidaknya membuat bangunan kandang.

Pengeluaran investasi merupakan indikator bahwa usaha tersebut merupakan

Page 9: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

28

usaha yang berorientasi pada pasar dan merupakan sektor 3 dalam klasifikasi

FAO berdasarkan Tingkat Pelaksanaan Biosecurity.

b. Peternakan Halaman Rumah Atau Backyard adalah jika usaha tersebut

merupakan usaha sambilan yakni paling banyak mempunyai porsi 20 persen

dari total pendapatan RT. Bentuk usaha dapat bersifat mandiri, pada umumnya

tidak mengeluarkan biaya investasi apapun dan merupakan sektor 4 versi FAO

berdasarkan Tingkat Pelaksanaan Biosecurity (Tabel 1).

Sekitar 60 persen produksi daging ayam dan telur dihasilkan oleh peternak

sektor 3 dan 4 atau Sektor D dan karena itu sektor ini mempunyai peran besar

dalam penyediaan kesempatan kerja di pedesaan. Dengan demikian, wabah AI jelas

memberikan dampak sosial ekonomi pada peternakan sektor 3 dan 4.

Peternak sektor 3 mempunyai 2 sistem produksi yakni Peternak Mandiri (PM)

dan Peternak Bermitra. Peternak bermitra terdiri atas dua bentuk, yakni bermitra

dengan perusahaan komersil (MK) dan bermitra dengan pemilik modal (MP).

Peternak PM mempunyai kebebasan dalam membuat keputusan pembiayaan dan

pemasaran hasil. Peternak MK dan MP mempunyai ketergantungan pada pelayanan

input dan produksi pada perusahaan komersil dan pemilik modal, karena itu harus

memenuhi semua peraturan yang dikembangkan dalam kemitraan tersebut.

Wabah AI yang terjadi pada sektor D memberikan dampak yang luas karena

mencakup para pelaku yang berhubungan dengan sektor ini, antara lain peternak,

pedagang dalam berbagai level, termasuk perusahaan pemotongan ayam. Dalam

bentuk kemitraan, peternak dalam pengadaan input sangat tergantung pada

pelayanan yang tersedia di sekitar lokasi. Pelayanan input ini dilakukan para

pengusaha penjualan input seperti Poultry Shop.

Dari berbagai dapak yang ada, tulisan ini difokuskan pada dampak ekonomi.

Jika dirinci lebih jauh dampak ekonomi yang dimaksud mencakup karakteristik

peternak dan aset peternak, jumlah unggas yang diusahakan, lokasi usaha,

keberlanjutan usaha, peran usaha unggas terhadap kesejahteraan peternak, faktor-

faktor yang mempengaruhi produksi. Rekomendasi kebijakan yang dihasilkan

diharapkan mampu mengurangi dampak ekonomi dengan indikator menyelamatkan

usaha peterkan kecil sekaligus menyelamatkan lingkungan usaha sehingga tidak

merugikan masyarakat umum.

Page 10: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

29

Tabel 1. Pembagian Sektor Menurut Bentuk Usaha dan Sistem Produksi Industri Unggas Versi PSEKP

USAHA PEMBIBITAN USAHA PEMELIHARAAN

Sektor A Sektor B Sektor C Sektor D Sektor EKOMERSIAL SKALA KECIL

U R A I A N

PEMBIBITAN KOMERSIAL KOMERSIL

MENENGAH MANDIRI BERMITRA

BACKYARD (NON PROFIT)

POSISI VERSI FAOSektor I Sektor I dan II

Sektor II dan III

Sektor III dan IV Sektor III Sektor IV

SKALA USAHA Industri, komersil, Inti >100 000 ekor >30 000 <30 000 <30 000 1-100 ekor

Komponen Agribisnis Terintegrasi PenuhTerintegrasi Sebagian

Tidak Tidak Tidak Tidak

a. Modal Sendiri Sendiri sendiri Sendiri Kerjasama tidak ada b. Pakan Sendiri Sendiri beli Beli Kerjasama tidak ada c. DOC Sendiri Sendiri/Beli Beli Beli Kerjasama sendiri/beli

d. Pemasaran Hasil Sendiri Sendiri Pedagang Sendiri Kerjasama Sendiri

SISTEM PEMELIHARAN a. Intensif Ya Ya Ya ya ya -

b. Semi Intensif - - - - - ya c. Ekstensif - - - - - ya

PRODUKSI a. DOC PS dan FS Ya Tidak tidak Tidak tidak b. DOC Komersil Ya tidak/ya tidak Tidak Tidak c. Grower Layer Ya Ya ya Tidak Tidak Ya c. Ternak Hidup Tidak Tidak ya Ya Ya Ya d. Karkas Ya Ya ya Tidak Tidak Tidak

e. Telur Konsumsi Ya Ya ya Ya Ya Ya

f. Telur Tetas Ya Tidak tidak tidak/ya Tidak Tidak

Page 11: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

30

Pemilihan Lokasi dan Responden

Lokasi penelitian dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria tingkat serangan wabah

AI, yaitu ringan, sedang dan berat. Tingkat serangan wabah ditentukan oleh:

a. Jumlah kematian unggas pada saat wabah terjadi yakni tahun 2004 dan 2005.

b. Jenis unggas yang terserang dalam wilayah wabah harus memiliki populasi ayam

broiler, petelur, itik dan buras.

c. Lokasi tersebut merupakan pusat sentra produksi ayam ras sektor 3 atau sektor D .

Berdasarkan data wabah kasus AI sejak tahun 2004 sampai 2005 di Indonesia

ditetapkan tiga provinsi penelitian yakni provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Lampung

masing-masing mewakili kriteria tingkat serangan wabah berat, sedang dan ringan. Setiap

provinsi dipilih dua kaabupaten, masing-masing untuk Jawa Barat : Kabupaten Bandung

Selatan (Desa/Kecamaan Cangkuang dan Desa/Kecamatan Haur); dan Kabupaten

Bandung Barat (Desa/Kecamatan Sarinagen dan Desa/Keamatan Baranangsiang. Lokasi

Jawa Timur: Kabupaten Blitar (Desa/Kecamatan Suruhwadang dan Desa/Kecamatan

Tumpang); Kabupaten Magetan (Desa/Kecamatan Manjung dan Desa/Kecamatan Kiringan).

Lokasi Lampung: Kabupaten Lampung Selatan (Desa/Kecamatan Natar dan

Desa/Kecamatan Tegineneng); Kabupaten Lampung Timur (Desa/Kecamatan Purbolinggo

dan Desa/Kecamatan Pekalongan). Sebaran dan jumlah responden per kecamatan/desa

penelitian secara lebih rinci disampaikan pada Tabel 2.

Table 2. Jumlah Responden Menurut Provinsi dan Jenis Responden

ProvinssiAI

Incidence Kab. DesaContoh

RespondenPer Desa

Key Informant Interview/Desa

Jabar Tinggi 2 4 Desa 60 3Jatim Medium 2 4 Desa 60 3Lampung Rendah 2 4 Desa 60 3Total 6 12 Desa 720 Peternak 36 Key Informant Interviews

Pengumpulan Data dan Informasi

Dua jenis data yang dikumpulkan yakni data sekunder dan data primer.

Pengumpulan data sekunder dilakukan mulai dari instansi pusat di Jakarta hingga tingkat

lokasi penelitian. Pengumpulan data sekunder disesuaikan dengan kebutuhan analisis.

Pengumpulan data primer dilakukan kepada responden peternak dengan teknik wawancara

menggunakan kuesioner terstruktur dan kepada informen kunci dengan pedoman

wawancara yang berisi topik dan subtopik terkait permasalahan wabah AI dan

penanggulangannya. Informen kunci yang diwawancari mencakup berbagai pemangku

kepentingan dari tingkat kecamatan sampai provinsi di lkasi penelitian.

Page 12: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

31

Kerangka Analisis

Analisis Deskriptif

Penelitian ini akan menggunakan analisis deskripsi kuantitatif dan kualittatif untuk

memperoleh bukti-bukti dan gambaran peternak kecil dan peternak backyard dalam

kerangka memahami bagaimana peternak dan masyarakat menghadapi dampak wabah AI

baik langsung atau tidak langsung. Pendekatan kualitatif terutama ditujukan untuk

mengekplorasi isue kunci dan mendapatkan pengertian yang mendalam atas isu tersebut

dan akses tingkah laku responden. Pendekatan kuantitatif terutama ditujukan untuk

mendapatkan bukti-bukti statistik dampak wabah AI terutama pada usaha skala kecil.

Analisis Regresi-Fungsi Produksi

Fungsi produksi terdiri atas fungsi produksi daging unggas dan telur unggas. Tujuan

penggunakan alat analisis fungsi produksi adalah untuk melihat:

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan berapa besaran koofisiennya

b. Melihat dampak tingkat serangan wabah AI terhadap produksi.

c. Dampak usaha unggas terserang AI dan kontrol (Non Infected) terhadap produksi

d. Dampak waktu serangan wabah AI: sebelum, saat dan setalah terhadap produksi

Fungsi Produksi untuk melihat dampak tingkat serangan wabah AI dan kondisi infeksi (berat,

sedang dan ringan; terinfeksi dan tidak terinfeksi)

Q = AX1α1X2

α2 X3α3 ...X5

α5eb1D1eb2D2

dimana:Q = Produksi broiler/eggs (Kg per tahun) X1 = Pakan (Rp/thn)X2 = Kematian unggas (ekor/thn)X3 = Obat dan vaksin (Rp/thn) X4 = Tenaga kerja (HOK/thn)X5 = Tingkat pendidikan peternak (Tahun)D1 = Dummy Tingkat Serangan AI, D = 1: Berat, D = 0 untuk sedang dan ringanD2 = Dummy Kondisi Serangan AI, D = 1: terserang, dan D = 0 untuk tidak terserang A = Intersep ; α and Ъ = Koefisien regresi

Fungsi Produksi untuk melihat dampak tingkat wabah AI (sebelum, saat dan setelah)

Q = AX1α1X2

α2 X3α3 ...X5

α5eb3D3eb4D4

dimana:Q = Produksi broiler/eggs (Kg per tahun) X1 = Pakan (Rp/thn)X2 = Kematian unggas (ekor/thn)X3 = Obat dan vaksin (Rp/thn)X4 = Tenaga kerja (HOK/thn)X5 = Tingkat pendidikan peternak (Tahun)D3 = Dummy Waktu Wabah: D3= 1 untuk Sebelum dan D3= 0, untuk Sedang/SesudahA = Intersep ; α and Ъ = Koefisien regresi

Page 13: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

32

HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI

Karateristik Peternak

Umur peternak berkisar 45-49 tahun. Kisaran itu merupakan usia produktif dan

matang dalam menjalankan usaha. Namun demikian, tingkat pendidikan mereka relatif

rendah, bahkan sebagian besar buta huruf. Peternak dengan tingkat pendidikan SMA dan

yang lebih tinggi sedikit. Demikian juga anggota keluarga, termasuk peternak, yang

merupakan kader desa jumlahnya sangat terbatas (3%-4%) (Tabel 3). Berlatar belakang

pendidikan rendah dan pengetahuan tentang teknik budidaya unggas umumnya hanya

mengandalkan pengalaman mereka melakukan usaha.

Tabel 3. Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Tingkat Serangan dan Status wabah AI di Indonesia, tahun 2008.

Tingkat Serangan Wabah AI

Ringan Sedang Berat TotalUraian

InfeksiNon

Infeksi InfeksiNon

Infeksi InfeksiNon

Infeksi InfeksiNon

Infeksi

Umur KK (tahun) 47.0 48.0 45.7 44.3 48.7 45.5 47.2 45.8

Pendidikan KK(%)

a. Buta huruf 31.7 12.9 26.7 14.6 45.8 13.3 34.7 13.6

b. SD 9.6 4.2 13.3 10.4 17.5 3.8 13.5 6.1

c. SMP 17.5 9.6 19.2 13.3 14.2 2.1 16.9 8.3

d. SMA 7.9 4.6 1.7 0.8 2.1 1.3 3.9 2.2

e. Lainnya 1.3 0.8 0 0 0 0 0.4 0.3

JART (jiwa) 4.2 4.3 4.3 4.3 4.6 4.7 4.4 4.4

Usia ART (%)a. Belum kerja

(0-14 thn) 24.2 24.6 24.0 26.4 29.3 28.5 26.2 26.3b. Usia kerja

(15-55 thn) 66.6 66.2 63.9 62.5 61.1 65.4 63.6 64.4 c. Usia Pensiun (> 55) 9.2 9.2 12.1 11.1 9.6 6.1 10.2 9.3

ART Kader Desa (%)

a. Kader 3.2 2.4 3.5 4.2 4.3 3.5 3.7 3.4

b. Bukan kader 96.8 97.6 96.5 95.8 95.7 96.5 96.3 96.6

Sebagian dari peternak pada awalnya adalah pekerja pada perusahaan unggas.

Berbekal pengetahuan dan keterampilan dari pengalaman kerja di perusahaan mereka

melakukan usaha unggas. Banyak juga di antara mereka berusaha unggas hanya ikut-

ikutan berawal dari melihat keberhasilan peternak pemula di lingkungan mereka. Berjalan

dengan waktu melalui bimbingan petugas peternakan pemerintah dan swasta para peternak

meningkatkan pengetahuannya. Peran petugas swasta yang terdiri dari technicall service

Page 14: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

33

dari distributor obat hewan, teknisi perusahaan inti, dan pemilik poultryshop jauh lebih

intensif dibandingkan petugas pemerintah.

Jika dihubungkan tingkat pendidikan dengan status infeksi, usaha unggas terinfeksi

wabah AI jauh lebih banyak terjadi pada peternak yang buta huruf. Selanjutnya jika dipilah

berdasarkan tingkat serangan, pada daerah tingkat serangan berat yaitu Jawa Barat,

sebagian besar (59.1%) peternaknya buta huruf. Fakta ini menunjukan bahwa pada usaha

unggas tingkat pendidikan peternak menentukan mengelola usaha, diantaranya mencegah

dan mengendalikan penyakit ternak.

Selain pengetahuan dan keterampilan, usaha unggas juga membutuhkan tenaga

kerja untuk melakukan aktivitas pembelian saprodi, pemeliharaan unggas dan pemasaran

produk. Umumnya jumlah anggota rumah tangga peternak berjumlah 4-5 orang, yang terdiri

dari seorang suami sebagai kepala keluarga, isteri, dan 2-3 orang anak dan atau anggota

keluarga lain.

Distribusi anggota keluarga berdasarkan umur, sekitar tiga orang masih berusia

produktif dan 1-2 orang berusia non produktif. Dari tiga orang yang berusia produktif,

seotang merupakan anak peternak. Sebagian dari mereka masih dalam usia sekolah,

sehingga tidak mungkin membantu orangtuanya membantu mengelola usaha unggas.

Dengan demikian, sebagian besar peternak membutuhkan tenaga kerja luar keluarga dalam

mengelola usaha unggas. Pada umumnya tenaga kerja luar keluarga ini berasal penduduk

desa setempat. Itulah sebabnya, jika satu desa plotting usaha unggas terkena wabah AI

maka dapat diperkirakan bahwa dampaknya akan luas.

Karateristik Asset Peternak

Pemilikan asset dapat dijadikan indikasi kesejahteraan dan kemampuan peternak

melakukan pemulihan usaha jika usaha mengalami kebangkrutan, seperti akibat serangan

wabah AI. Ada empat kelompok asset penting milik peternak yang diidentifikasi yaitu rumah,

asset rumah tangga, asset pertanian, dan lahan (Tabel 4 dan Tabel 5).

Pada umumnya peternak memiliki satu unit rumah, namun ada juga peternak yang

memiliki dua unit rumah. Bahkan di Lampung dan Jatim ada peternak yang memiliki rumah

sampai tiga unit. Sebaliknya ada peternak yang tidak memiliki rumah. Mereka adalah

peternak muda yang masih tinggal serumah dengan orangtua mereka. Jumlah peternak

yang tidak memiliki rumah ada sembilan peternak di Jabar dan dua peternak di Jatim.

Jenis asset rumah tangga terdiri dari berbagai jenis, diantaranya adalah: TV dan

perlengkapannya, kamera, mesin cuci, kulkas, kompor gas, mobil, sepeda motor, dan

handphone. Demikian juga jenis asset pertanian terdiri dari berbagai jenis, diantaranya

adalah: mesin pengolah pakan, sprayer, mobar, sumur dan pompa air, ternak kerja, truck,

gerobak tenaga manusia, dan kuda. Peternak Jawa Timur dan Lampung memiliki nilai asset

Page 15: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

34

jauh lebih tinggi dibandingkan peternak Jawa Barat. Peternak pada lokasi Jawa Barat,

ternyata adalah masyarakat relatif miskin, yang menggantungkan pendapatannya pada

usaha unggas. Usaha unggas merupakan kesempatan yang sangat berharga bagi

masyarakat, karena pendidikan yang rendah dan kemiskinan mereka mempunyai peluang

yang sedikit untuk mendapatkan pekerjaan di luar desa kecuali berburuh.

Tabel 4. Pemilikan Rumah dan Nilai Asset Peternak, Tahun 2008

Lampung Jatim JabarJenis dan Nilai Asset

InfeksiNon

InfeksiInfeksi

Non Infeksi

InfeksiNon

Infeksi

1. Jumlah rumah (unit/peternak)

a. Satu unit 155 69 138 92 176 48

b. Dua unit 7 8 5 2 7 0

c. Tiga unit 1 0 1 0 0 0

d. Empat unit 0 0 0 0 0 0

2. Nilai Aseet (Rp000)

a. Nilai Aset Rumah 82995 85376 94815 108330 43223 33888

b. Nilai Asset Rumah Tangga 18584 15498 25274 31800 5818 5402

3. Nilai Asset Pertanian 5877 5795 1206 3277 646 317

4. Total Nilai Asset 107456 106669 121295 143407 49687 39607

Tabel 5. Pemilikan Rumah dan Nilai Asset Peternak, Tahun 2008

(Ha)Lampung Jawa Timur Jawa Barat

Penggunaan Lahan

Status AssetInfeksi

Tidak Infeksi

InfeksiTidak Infeksi

InfeksiTidak Infeksi

Milik sendiri 0,79 1,15 0,28 0,18 0,17 0,18Tan. Pangan

Diusahakan 0,81 1,15 0,26 0,15 0,22 0,18Milik sendiri 0,03 0,05 0,03 0 0,02 0,01

Tan. Horti.Diusahakan 0,03 0,05 0,03 0 0,02 0,01Milik sendiri 0 0 0,01 0 0 0

KolamDiusahakan 0 0 0,01 0 0 0Milik sendiri 0,19 0,07 0,01 0 0 0

Lahan Hutan Diusahakan 0,19 0,07 0,01 0 0,01 0Milik sendiri 0 0 0 0 0 0Padang

rumput Diusahakan 0 0 0 0 0,01 0Milik sendiri 1,01 1,27 0,33 0,18 0,19 0,19

Total LuasDiusahakan 1,03 1,27 0,31 0,15 0,26 0,19

Berdasarkan luas pemilikan lahan, peternak Lampung memiliki lahan terluas (1,01

Ha -2,07 Ha) dibandingkan dengan peternak Jawa Timur (0,18 ha – 0,33 Ha) dan Jawa

Barat (0,19 Ha). Sebagian besar lahan digunakan peternak untuk usaha budidaya tanaman

sebagai sumber pendapatan lain. Bahkan peternak di Lampung dan Jawa Barat, untuk

menambah penghasilan rumah tangga mereka mengusahakan lahan tanaman pangan

melebihi yang dimilikinya dengan cara menyewa atau bagi hasil. Sebaliknya peternak Jawa

Page 16: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

35

Timur, dengan alasan perlu perhatian khusus pada usaha unggasnya, mereka menyewakan

atau bekerjasama dengan petani lain untuk mengusahkan lahan yang dimilikinya.

Berdasarkan kepemilikan asset, peternak Lampung dan Jawa Timur memiliki asset

relatif lebih tinggi dibandingkan peternak Jawa Barat. Karakteristik pemilikan asset ini akan

mempengaruhi kinerja usaha unggas yang dilakukan peternak. Hal tersebut terkait dengan

perhatian terhadap pengelolaan usaha unggas, sumber pendapatan, dan risiko guncangan

usaha utama yang mereka lakukan.

Dampak Wabah AI terhadap Jumlah Unggas yang Diusahakan

Sebagian besar responden memelihara broiler dan layer. Dampak wabah AI

terhadap jumlah unggas yang dipelihara menurut tingkat serangan, usaha yang terinfeksi

dan tidak terinfeksi serta periode sebelum dan setelah wabah AI cenderung turun (Tabel 6).

Kecuali responden yang mengusahakan ayam layer yang tidak terinfeksi wabah AI jumlah

unggas yang diusahakan justeru meningkat sebesar 6,5 persen.

Penurunan jumlah unggas yang diusahakan pada usaha yang terinfeksi merupakan

dampak langsung akibat serangan wabah AI. Sementara itu jika penurunan tersebut pada

usaha unggas yang tidak terinfeksi merupakan efek tidak langsung. Dalam hal ini ketakutan

konsumen tertular AI menyebabkan permintaan terhadap daging dan telur menurun.

Akibatnya harga turun dan usaha merugi dan sebagian mengalami kebangkrutan. Hal ini

mempengaruhi produksi dan usaha yang tidak terinfeksi.

Pada usaha layer yang tidak terinfeksi wabah AI, peningkatan jumlah unggas yang

dipelihara disebabkan tidak terkena pengaruh langsung dan tidak langsung. Pengaruh tidak

langsung tidak berpengaruh berarti permintaan telur pada usaha ini tidak terganggu. Hal ini

dapat disebabkan karena penanganan produk untuk konsumsi cukup baik. Selain itu banyak

produk telur yang diolah sebagai bahan untuk produk lain, seperti kue dan roti, sehingga

konsumen tidak bersentuhan langs ung dengan telur segar yang peluang terinfeksi virus

lebih besar. Keadaan itu juga merupakan dampak adanya kesigapan sosialisasi bahaya AI,

cara mencegah dan mengendalikan, penanganan produk untuk konsumsi.

Jika pilah menurut lokasi usaha pada tingkat serangan yaitu ringan, sedang dan

berat fenomenanya menunjukkan hal yang sama. Hanya besaran perubahan yang berbeda.

Makin berat tingkat serangan maka jumlah unggas yang dipelihara semakin banyak

berkurang. Temuan ini perlu kajian lebih lanjut, faktor penting apa yang menyebabkan

terjadinya tingkat serangan berat. Jika faktor ini diketahui maka untuk menghindari serangan

wabah AI pada usaha unggas dapat dilakukan dengan cara menghindari lokasi yang

berpotensi menyebabkan tingkat serangan tersebut tinggi. Faktor tersebut dapat terdiri dari,

kepadatan teknis dan kepadatan ekonomis, kemampuan peternak mengendalikan penyakit,

pembinaan dari petugas teknis, dll.

Page 17: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

36

Pada lokasi tingkat serangan ringan dan sedang, jumlah unggas pada usaha layer

yang tidak terinfeksi mengalami peningkatan. Dari fakta ini dapat dijadikan pelajaran bahwa

usaha layer lebih resisten dibandingkan usaha broiler menghadapi serangan wabah AI. Jika

diurai lebih lanjut usaha ini umumnya dilakukan secara mandiri atau bekerja sama terbatas

dengan pihak poultryshop. Pemasaran juga dapat dilakukan langsung oleh peternak

dan/atau melalui poultryshop. Disamping itu telur yang dihasilkan dapat tahan disimpan

pada suhu kamar sebelum dikonsumsi selama 15 hari. Kondisi ini dapat dijadikan dasar

bahwa usaha layer dapat dikembangkan sebagai usaha mandiri. Berbeda dengan usaha

broiler yang banyak melibatkan pihak pengusaha besar sebagai inti dalam usaha kemitraan.

Tabel 6. Jumlah Unggas yang Dipelihara Peternak Sebelum dan Sesudah Wabah AI berdasarkan Tingkat Serangan

(ekor)

Broiler Layer ItikTingkat Serangan

Periode Wabah AI

InfeksiNon

Infeksi Total InfeksiNon

Infeksi Total InfeksiNon

Infeksi Total

Sebelum 27332 24996 52328 1761 1931 3692 60 86 146

Sesudah 15247 23767 39014 1270 2152 3422 41 84 125Ringan

% Perubahan -44,2 -4,9 -25,4 -27,9 11,4 -7,3 -31,7 -2,3 -14,4

Sebelum 17500 0 17500 3423 2220 5643 0 0 0

Sesudah 3500 0 3500 1929 2337 4266 200 0 200Sedang

% Perubahan -80,0 - -80,0 -43,6 5,3 -24,4 - - -

Sebelum 2775 15998 18773 2502 - 2502 284 262 546

Sesudah 657 11333 11990 162 - 162 51 245 296Berat

% Perubahan -76,3 -29,2 -36,1 -93,5 - -93,5 -82,0 -6,5 -45,8

Sebelum 6292 19624 25916 2590 2122 4712 257 191 448

Sesudah 2982 16343 19325 1286 2260 3546 53 181 234Total

% Perubahan -52,6 -16,7 -25,4 -50,3 6,5 -24,7 -79,4 -5,2 -47,8

Pengaruh Lokasi Kandang terhadap Wabah Wabah AI

Lokasi kandang ayam ras dipengaruhi oleh pemilikan aset lahan, pola usaha, aturan

pemerintah desa setempat. Peternak yang memiliki lahan alternatif selain di halaman rumah

(backyard) usaha ini biasanya dilakukan pada lahan terpisah dari rumah. Bagi yang tidak

memiliki lahan terpisah dengan rumah, mereka melakukan di halaman rumah. Lokasi di

halaman rumah ada yang bergandengan langsung dengan rumah ada juga yang dipisahkan

dengan pagar. Untuk menghindari lalat, dikendalikan dengan menjaga kebersihan kandang,

melakukan penyemprotan, dan memberikan suplemen anti bau pada makanan ayam.

Usaha ayam ras dapat dilakukan secara mandiri (layer) maupun bekerjasama

dengan sistem kemitraan (broiler). Pada usaha kemitraan umumnya unggas yang

diusahakan adalah broiler. Skala usaha minimal ditentukan oleh inti yaitu 3000-5000 ekor

Page 18: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

37

dengan produksi setahun sekitar 20 sampai 50 ribu ekor. Pada usaha ini umumnya

kandang terpisah dengan rumah. Tidak demikian pada usaha layer yang umumnya

merupakan usaha mandiri banyak dilakukan di sekitar rumah peternak.

Selain itu, aturan pemerintah desa setempat juga menentukan lokasi kandang. Di

Lampung, usaha unggas yang dibuka setelah ada wabah AI, keberadaan lokasi kandang

harus mendapat ijin tetangga yang ditetapkan pemerintah desa. Kandang yang sudah ada

sebelum wabah tidak dipersoalkan masyarakat. Namun kandang baru harus memenuhi

jarak tertentu dari rumah. Distribusi lokasi kandang usaha ayam ras pada daerah penelitian

dapat dilihat pada Tabel 7 dan tabel 8

Tabel 7 menunjukkan bahwa secara relatif pada lokasi tingkat serangan ringan

kandang broiler banyak berlokasi di luar halaman rumah (desa+Tersendiri+lain) (75,7%)

dibandingkan lokasi tingkat serangan berat (67,0%). Demikian juga usaha layer di daerah

tingkat serangan ringan lebih banyak dilakukan di luar halaman rumah (67,4) dibandingkan

di lokasi sedang dan berat (57,3%). Dari temuan ini dapat dikatakan bahwa lokasi kandang

ada pengaruh dengan tingkat serangan. Di daerah tingkat serangan ringan, dalam hal ini

Lampung, pemilikan lahan peternak relatif masih luas. Rumah mereka merupakan kapling-

kapling yang luas. Harga tanah relatif masih murah. Dengan demikian lokasi kandang

banyak dilakukan di luar halaman rumah. Kalaupun di halaman rumah, luas halaman relatif

luas. Pada kenyataannya, peternak Jawa Barat menderita paling besar akibat wabah AI.

Karena itu perlu diperhitungkan kembali kepadatan usaha dan poplasi dalam satu desa,

untuk emncegah kerugian yang lebih besar.

Tabel 7. Sebaran Peternak berdasarkan Lokasi Kandang pada Usaha Broiler menurut Status dan Tingkat Serangan AI

(%)

Lokasi KandangTingkat

SeranganStatus AI

Di RumahDi lahan Kas

DesaDi Lahan Tersendiri Di Desa lain

Infeksi 10.8 0.0 18.9 0.0

Non infeksi 13.5 2.7 54.1 0.0RinganTotal 24.3 2.7 73.0 0.0

Infeksi 100.0 0.0 0.0 0.0

Non infeksi 0 0.0 0.0 0.0Sedang 1

Total 100.0 0.0 0.0 0.0

Infeksi 14.7 5.5 42.2 0.9

Non infeksi 18.3 0.0 17.4 0.9BeratTotal 33.0 5.5 59.6 1.8

Infeksi 14.3 4.1 36.1 0.7

Non infeksi 17.0 0.7 26.5 0.7TotalTotal 31.3 4.8 62.6 1.4

Keterangan: 1 Hanya seorang responden yang mengusahakan broiler

Page 19: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

38

Tabel 8. Sebaran Peternak berdasarkan Lokasi Kandang pada Usaha Layer menurut Status dan Tingkat Serangan AI

(%)

Lokasi KandangTingkat

SeranganStatus

AI Di RumahDi lahan Kas

DesaDi Lahan Tersendiri

Di Desa Lain

Infeksi 24.3 0.0 50.2 0.6

Non infeksi 8.3 0.0 16.0 0.6RinganTotal 32.6 0.0 66.2 1.2

Infeksi 35.3 0.4 23.1 1.7

Non infeksi 23.1 0.4 16.0 0.0SedangTotal 58.4 0.8 39.1 1.7

Infeksi 41.5 0.0 56.1 1.2

Non infeksi 1.2 0.0 0.0 0.0BeratTotal 42.7 0.0 56.1 1.2

Infeksi 32.3 0.2 38.3 1.2

Non infeksi 14.2 0.2 13.4 0.2TotalTotal 46.5 0.4 51.7 1.4

Kelanjutan Usaha Unggas

Keberlanjutan usaha diindikasikan dari jumlah responden yang berusaha setelah

wabah AI dibandingkan dengan sebelum wabah. Tingkat serangan wabah AI berpengaruh

terhadap keberlanjutan usaha (Gambar 4). Makin berat tingkat serangan keberlanjutan

usaha semakin rendah. Perlu telaah lebih lanjut apa saja yang mempengaruhi keberlanjutan

usaha selain tingkat serangan wabah. Beberpa faktor yang perlu dilihat antara lain adalah

kepadatan lokasi usaha, jenis unggas yang dipelihara, respon peternak terhadap program

pencegahan dan pengendalian wabah AI, intensitas petugas membina peternak.

Gambar 4. Keberlanjutan Usaha Unggas pada Tiga Lokasi dengan Tingkat Serangan Wabah AI yang berbeda

Page 20: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

39

Dari sisi lokasi usaha tidak ada data khusus, namun berdasarkan pengamatan

langsung, secara umum dapat dikatakan bahwa usaha unggas di Lampung dilakukan pada

lokasi yang relatif tidak padat dibandingkan Jawa Timur dan Jawa Barat. Dua faktor terakhir

akan dibahas pada topik lain. Dalam subbab ini akan dilihat apakah faktor jenis unggas

mempengaruhi keberlanjutan usaha.

Tabel 9 menunjukkan bahwa secara umum keberlanjutan usaha menurun sebesar 30

persen. Usaha layer relatif lebih resisten terhadap usaha broiler dan unggas lainnya. Jika

hasil agregat ini dikomparasi dengan Tabel 10 yang dirinci berdasarkan jenis unggas dan

tingkat serangan, dapat diperoleh informasi bahwa:

a. Secara total, keberlanjutan usaha unggas di Lampung lebih baik dibandingkan di Jawa

Timur dan Jawa Barat;

b. Secara total, usaha layer lebih resisten terhadap wabah AI dibandingkan usaha broiler;

c. Di Lampung, usaha unggas lain lebih bertahan dibandingkan usaha layer.

Jika dilihat kasus Lampung, keberlanjutan usaha broiler cukup baik, bahkan setelah

wabah jumlahnya bertambah. Tingkat keberlanjutan usaha yang baik disebabkan pola

usaha broiler di Lampung merupakan pola kemitraan. Dengan demikian kerugian usaha

akibat wabah, dengan cepat dapat pulih karena ada dukungan dana, dan bimbingan dari

mitra usaha. Bahkan ada peternak layer yang bangkrut beralih ke usaha broiler.

Tabel 9. Keberlanjutan Usaha Akibat Wabah AI Berdasarkan Jenis Unggas di Indonesia (unit)

Jenis Unggas Before During AfterPerubahan

before/after (%)Layer 502 484 384 -23,5Broiler 147 143 81 -44,9Lainnya 71 59 39 -45,1Total 720 686 504 -30,0

Tabel 10. Keberlanjutan Usaha Akibat Wabah AI Berdasarkan Jenis Unggas pada Berbagai Tingkat Srangan (unit)

Lokasi (Tingkat Serangan)

Jenis Unggas Before During AfterPerubahan (%) (before-after)

Layer 182 182 161 -11,5Broiler 37 37 38 2,7Lainnya 21 20 20 -4,8

Lampung

Total 240 239 219 -8,8Layer 238 232 208 -12,6Broiler 1 1 2 100,0Lainnya 1 1 1 0,0

Jatim

Total 240 234 211 -12,1Layer 82 70 15 -81,7Broiler 109 105 41 -62,4Lainnya 49 38 18 -63,3

Jabar

Total 240 213 74 -69,2

Page 21: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

40

Akibat usaha yang merugi atau bahkan ada yang bangkrut, mereka menambah

pendapatan dari atau beralih ke usaha lain. Berdasarkan pengelompokkan usaha, maka

jumlah peternak yang bekerja di usaha selain unggas akibat wabah AI dapat dilihat pada

Tabel 11. Peternak Jawa Barat yang sebagian besar bangkrut dan beralih usaha bekerja

pada usaha orang lain dan usaha non pertanian. Di Lampung dan Jawa Timur, para

peternak yang bangkrut justru pada umumnya memilih pindah ke usaha tanaman. Peralihan

usaha ini terkait dengan dinamika sumber pendapatan pada bahasan berikut.

Tabel 11. Bidang Usaha Baru Peternak sebagai Cabang Usaha atau Peralihan Usaha Akibat Wabah AI (%)

LokasiTernak Tanaman Non Petanian Usaha

Orang lain

Lampung 9.7 53.626.8 9.7

Jawa Timur 12.7 40.431.7 21.9

Jawa Barat 0 7.236.1 56.7

Total 5.4 25.9 31.9 36.7

Peran Unggas Bagi Kehidupan Rumah Tangga Peternak

Paling tidak ada tiga peran usaha unggas pada rumah tangga peternak. Pertama

sebagai sumber pendapatan rumah tangga dari penjualan hasil utama yaitu ayam dan telur.

Selain itu juga penjualan ayam afkir pada usaha layer dan feces (kotoran ayam). Kedua,

sebagai bahan konsumsi rumah tanggga, dimana produk unggas berperan penting

menigkatkan gizi keluarga. Ketiga, sebagai tempat bekerja atau sebagai pencipta lapangan

kerja. Usaha peternak selain melibatkan tenaga kerja keluarga bahkan juga luar keluarga.

Sumber Pendapatan

Sebagian besar pendapatan peternak bersumber dari usaha unggas. Dinamika

struktur pendapatan peternak akibat wabah AI di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 12.

Sebelum ada wabah AI, selain dari usaha unggas, usaha lain yang memberikan kontribusi

relatif besar (5%-7%) adalah usaha tanaman dan non pertanian. Saat wabah AI, sebagian

usaha mengalami kerugian dan ada juga yang collaps, sehingga sebagian mereka berusaha

di bidang lain. Usaha yang banyak dilakukan adalah usaha tanaman, non pertanian, dan

bekerja pada orang lain, dimana usaha non pertanian memberikan kontribusi terbesar.

Jika dipilah berdasarkan responden yang usahanya terinfeksi dan tidak, informasi

yang dapat diperoleh adalah bahwa kontribusi usaha unggas noninfeksi lebih cepat pulih

dibandingkan usaha yang terinfeksi. Hal ini terlihat dari kontribusi pendapatan sebelum dan

setelah wabah menurun dari 83,5 persen menjadi 68,7 persen pada usaha yang terinfeksi

dan menurun dari 83,1 persen menjadi 75,0 persen pada usaha yang tidak terinfeksi.

Page 22: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

41

Temuan ini menguatkan bahwa usaha yang tidak terinfeksi terkena dampak tak langsung

dari adanya wabah AI.

Tabel 12. Dinamika Sumber Pendapatan Rumah Tangga Peternak Akibat Wabah AI menurut Status di Indonesia

Status AI

Waktu Besaran Unggas Ternak TanamanNon

PertanianUpah

BekerjaLainnya Total

Rp ribu 38745 185 2501 3216 1460 308 46415Sebelum(%) 83,5 0,4 5,4 6,9 3,1 0,7 100,0

Rp ribu 21633 378 3164 4462 2009 647 32293Saat(%) 67,0 1,2 9,8 13,8 6,2 2,0 100,0

Rp ribu 44401 799 5333 8355 4575 1174 64637

Infeksi

Setelah(%) 68,7 1,2 8,3 12,9 7,1 1,8 100,0

Rp ribu 47331 261 2340 4060 2504 466 56962Sebelum(%) 83,1 0,5 4,1 7,1 4,4 0,8 100,0

Rp ribu 34221 409 2357 4443 2772 497 44699Saat(%) 76,6 0,9 5,3 9,9 6,2 1,1 100,0

Rp ribu 42751 550 3024 6578 3388 702 56993

Non Infeksi

Setelah(%) 75,0 1,0 5,3 11,5 5,9 1,2 100,0

Secara ekonomi, dinamika sumber pendapatan selain dipengaruhi keahlian peternak

juga peluang usaha yang ada di suatu lokasi. Tabel 13 menunjukkan bahwa sebelum ada

wabah, pada umumnya sumber pendapatan peternak berasal dari usaha unggas.

Kisarannya antara 87-91 persen untuk peternak Jawa Timur, 76-81 persen untuk Lampung

dan 71-79 persen untuk peternak Jawa Barat.

Wabah AI yang terjadi berdampak terhadap usaha peternak sehingga pangsa

penerimaan dari usaha unggas menurun. Pangsa tersebut belum pulih kembali seperti

belum terjadi wabah. Jika dipilah berdasarkan status serangan, penurunan pangsa usaha

unggas tidak menunjukkan keunikan. Namun penurunan pangsa yang terjadi di Jawa Barat

lebih besar dibandingkan penurunan yang terjadi di Jawa Timur dan Lampung. Selain

dipengaruhi GPF, hal ini dapat juga disebabkan ketersediaan modal untuk pemulihan dan

kerjasama usaha.

Dari tiga lokasi, kemampuan pemulihan usaha peternak di Lampung relatif lebih baik.

Kemampuan ini kemungkinan disebabkan peran usaha lain yaitu usaha tanaman dan non

pertanian pada peternak di Lampung lebih besar masing-masing 4,7-9,3 persen dan 8,4-

10,8 persen dibandingkan di Jawa Timur masing-masing 2,5-3,2 persen dan 3,8-5,6 persen,

dan Jawa Barat 5,4-5,9 persen dan 7,5-7,9 persen. Temuan ini mengindikasikan bahwa

usaha unggas sebagai core bussiness masih memerlukan usaha lain sebagai cabang usaha

sehingga mampu mengurangi risiko dan mendukung dana untuk memulihkan usaha.

Page 23: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

42

Informasi lain yang dapat diperoleh adalah bahwa saat terjadi wabah pangsa

penerimaan peternak di Jawa Barat yang bersumber dari usaha non pertanian dan upah

bekerja meningkat tajam. Hal ini dapat terjadi disebabkan lokasi usaha di daerah ini

berdekatan dengan kota besar Bandung. Dengan demikian peternak yang usaha unggas

mengalami kerugian ataupun kebangkrutan berpeluang lebih besar untuk mengalihkan ke

usaha non pertanian dan bekerja di daerah perkotaan.

Tabel 13. Dinamika Pangsa Pendapatan Rumah Tangga Peternak Akibat Wabah AI menurut Status dan Tingkat Serangan

(%)

Sumber PendapatanLokasi Periode

Unggas Ternak TanamanNon

PertanianUpah

BekerjaLainnya

Lampung

Sebelum 75,5 0,7 9,3 10,8 3,3 0,5

Saat 73,7 0,6 10,0 11,6 3,4 0,6InfeksiSetelah 67,2 0,8 12,2 14,9 4,2 0,7

Sebelum 81,4 0,5 4,7 8,4 4,3 0,8

Saat 77,5 0,6 5,6 10,1 5,3 0,9Non Infeksi Setelah 77,4 0,4 6,0 10,3 5,0 0,8

Jawa Timur

Sebelum 91,2 0,3 2,5 3,8 1,7 0,5

Saat 73,9 2,1 6,9 10,0 4,9 2,1InfeksiSetelah 81,9 1,7 4,2 6,9 3,8 1,5

Sebelum 87,0 0,5 3,2 5,6 3,1 0,6

Saat 78,9 1,4 4,1 9,5 5,3 0,8Non InfeksiSetelah 76,3 1,6 4,1 12,2 4,9 0,9

Jawa Barat

Sebelum 79,1 0,2 5,4 7,5 6,4 1,4

Saat 23,4 1,2 15,3 31,8 20,8 7,4InfeksiSetelah 38,5 1,1 9,9 23,8 21,7 5,1

Sebelum 70,7 0,2 5,9 7,9 12,5 2,8

Saat 55,8 0,6 9,3 11,2 18,6 4,5Non InfeksiSetelah 52,3 0,7 8,3 14,9 17,8 6,0

Kehilangan Pendapatan

Kehilangan hasil usaha unggas saat wabah AI dapat disebabkan oleh kematian

unggas (dampak langsung) maupun akibat harga produk yang turun karena permintaan

terhadap produk unggas akibat konsumen takut tertular AI (dampak tidak langsung). Tabel

14 menunjukkan bahwa secara total kehilangan hasil pada usaha layer lebih besar pada

peternak yang tidak infeksi, sebaliknya pada usaha broiler kehilangan saat wabah lebih

besar dialami kelompok usaha yang infeksi.

Page 24: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

43

Pada usaha layer hal itu dapat terjadi karena dua hal, yaitu: (a) turunnya harga

menyebabkan penerimaan menurun dan (b) masa produksi yang relatif lama menyebabkan

biaya operasional meningkat untuk pencegahan dan pengendalian AI dan sebagian ternak

stress karena pemberian vaksin dan menyebabkan produksi turun sehingga kehilangan hasil

meningkat. Pada usaha yang terinfeksi, kerugian yang dialami relatif dalam waktu singkat

kemudian usaha dihentikan menunggu kondisi wabah reda. Sebaliknya terjadi pada usaha

broiler karena siklus produksi yang singkat (30-40 hari) kehilangan hasil pada ternak yang

tidak terinfeksi lebih disebabkan turunnya harga. Sementara itu pada usaha yang terinfeksi

kematian ternak menyebabkan kerugian yang lebih besar.

Tabel 14. Nilai Kehilangan Hasil Usaha Unggas Saat terjadi Wabah AI di Indonesia, Tahun 2003-2004

Nilai kehilangan pendapatan (Rp 000)Lokasi Jenis UnggasInfeksi Tidak infeksi

Broiler 36536 9038LampungLayer 15023 19800

Broiler 20250 0Jawa TimurLayer 39491 82428

Broiler 8170 10212Jawa BaratLayer 48957 36750

Broiler 11913 9932TotalLayer 32599 58009

Tenaga Kerja

Pengelolaan usaha unggas dilakukan menggunakan tenga kerja dalam keluarga dan

luar keluarga. Curahan jam dan hari kerja yang dilakukan peternak bersama anggota

keluarganya menurut jenis kegiatan dapat dilihat pada Tabel 15. Secara umum, curahan

kerja terbesar peternak sehari-hari dilakukan untuk pemberian pakan dan minum ternak.

Namun berdasarkan lokasi, curahan jam kerja per hari bervariasi. Di Lampung dan Jatim

pada usaha yang tidak terinfeksi curahan kerja lainnya (mengawasi) lebih besar dari

pemberian pakan dan minum ternak, peternak di Jawa Barat pada usaha yang terinfeksi,

kegiatan pengumpulan telur dan penjualan hasil lebih besar dari pemberian pakan.

Dari berbagai kegiatan, kegiatan pemberian pakan dan pengawasan merupakan

faktor penting untuk mencapai produksi optimal. Namun demikian kegiatan menjaga

kebersihan kandang, terutama terkait dengan pencegahan penyakit, juga tidak kalah

penting, sehingga tiga kegiatan ini wajar jika lebih lama dari yang lain. Jika kegiatan

menjual hasil relatif besar, kemungkinan peternak menjual hasilnya sendiri ke pasar, namun

Page 25: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

44

kegiatan pengumpulan telur yang relatif lama di Jawa Barat mengindikasikan bahwa

produktivitas mereka lebih rendah dari peternak Lampung dan Jawa Timur.

Informasi yang menarik adalah bahwa baik secara umum maupun berdasarkan

lokasi bahwa semua peternak yang unggasnya tidak terinfeksi mencurahkan jam kerja yang

lebih banyak dibandingkan dengan peternak yang unggasnya terinfeksi. Ini mengindikasikan

bahwa kebersihan kandang termasuk kegiatan disinfektasi sebagai upaya peningkatan

biosecurity berbanding lurus dengan status serangan wabah AI.

Tabel 15. Curahan Jam dan Hari Kerja Anggota Keluarga Menurut Jenis Pekerjaan pada Usaha Ayam Ras

Lokasi Status Kebersihan PemberianPakan

PenjualanHasil

PengumpulanTelur

Lainnya JumlahJam/hari

JumlahHOK/tahun

Infeksi 1.14 1.59 1.09 1.08 1.01 5.91 270Lampung Tidak

Infeksi 1.45 1.57 1.10 1.00 1.58 6.70 306

Infeksi 1.21 1.28 0.95 1.04 1.31 5.79 264Jatim Tidak

Infeksi 1.22 1.15 0.86 0.95 1.20 5.38 245

Infeksi 1.10 1.78 1.83 2.83 0.76 8.30 379Jabar Tidak

Infeksi 1.18 1.65 0.42 0.33 0.74 4.32 197

Infeksi 1.16 1.54 1.27 1.38 1.11 6.46 295Total Tidak

Infeksi 1.29 1.37 0.83 0.96 1.21 5.66 258

Usaha unggas sebagai lapangan usaha membutuhkan waktu kerja anggota keluarga

peternak selama 5,66 – 6,46 jam per hari atau berdasarkan waktu kerja per hari selama

delapan jam maka curahan hari kerja anggota keluarga selama setahun antara 258 – 295

hari. Jika dirinci berdasarkan lokasi, di Jawa Barat pada kelompok usaha unggas yang

terinfeksi, curahan hari kerjanya mencapai 379 hari per tahun. Ini berarti melibatkan lebih

seorang tenaga kerja dalam keluarga Umumnya anggota keluarga yang terlibat adalah

suami sebagai kepala keluarga dan isteri membantu terutama dalam kegiatan pengumpulan

telur atau penjualan hasil.

Jika dibandingkan Tabel 15 dan Tabel 16, secara umum dapat dikatakan bahwa

penggunaan tenaga kerja luar keluarga lebih besar dari dalam keluarga. Demikian juga

untuk peternak di Lampung dan Jatim. Namun tidak demikian dengan peternak Jabar,

keterbatasan modal, yang diindikasikan pada karakteristik asset, menyebabkan sebagian

besar peternak banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Bahkan pada peternak

yang tidak terinfeksi tidak ada yang menggunakan tenaga kerja luar keluarga.

Usaha unggas memerlukan tenaga kerja yang disiplin dan memahami perilaku

ternak. Jika tidak dapat mempengaruhi tingkat stress yang terjadi pada ternak. Tingkat

Page 26: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

45

stress akan berpengaruh terhadap tingkat produksi dan keuntungan usaha. Karena itu,

biasanya peternak menggunakan tenaga kerja yang benar-benar terpilih. Untuk melihat

apakah wabah AI mempengaruhi peternak menggunakan tenaga kerja luar keluarga dapat

dilihat pada dinamika jumlah hari kerja luar keluarga yang digunakan peternak pada waktu

sebelum, saat, dan setelah wabah AI. Jelasnya dapat dilhat pada Tabel 16.

Tabel 16. Curahan Hari Kerja Tenaga Kerja Luar Keluarga Pada Usaha Unggas (HOK)

PeriodeLokasi Status

Sebelum Saat Setelah

Perubahan Sebelum/Sesudah

(%)

Infeksi :HOK/tahun 350 353 357 2,0

: Rp 000/tahun 9704 8663 3727 -61,6

Tidak Infeksi: HOK/tahun 359 363 359 0,0

Lampung

: Rp 000/tahun 10524 8409 11852 12,6

Infeksi :HOK/tahun 355 324 350 -1,4

: Rp 000/tahun 9030 7753 8556 -5,2

Tidak Infeksi: HOK/tahun 351 348 349 -0,6

Jatim

: Rp 000/tahun 6022 6435 6420 6,6

Infeksi :HOK/tahun 313 120 278 -11,2

: Rp 000/tahun 14741 4640 6159 -58,2

Tidak Infeksi: HOK/tahun - - - -

Jabar

: Rp 000/tahun - - - -

Infeksi :HOK/tahun 344 306 349 1,5

: Rp 000/tahun 10565 7674 6207 -41,2

Tidak Infeksi: HOK/tahun 353 350 350 -0,8

Total

: Rp 000/tahun 7426 7024 8170 10,0

Secara umum jika dibandingkan penggunakan tenaga kerja luar keluarga sebelum

dan sesudah wabah AI mengalami peningkatan 1,5 persen pada peternak yang unggasnya

terinfeksi, sebaliknya pada peternak yang unggasnya tidak terinfeksi justru turun 0,8 persen.

Perilaku ini sifatnya tidak sama, tetapi unik pada berbagai lokasi menurut tingkat serangan.

Peternak ada yang menggunakan lebih, mengurangi, atau bahkan ada yang tidak berubah.

Hal yang sama juga terjadi pada biaya yang dikeluarkan untuk membiaya tenaga kerja luar

keluarga.

Sumber Bahan Pangan

Penggunaan produksi untuk konsumsi rumah tangga berkisar 0,2 - 0,9 persen pada

produk broiler; 0,7- 2,7 persen pada produk layer afkir; dan 0,1 – 0,5 persen pada produk

telur (Tabel 17). Dari angka tersebut, yang menarik adalah kenapa penggunaan telur untuk

konsumsi relatif kecil dari yang lain. Padahal masa produksi telur lebih lama dibandingkan

produksi broiler dan layer afkir. Fakta ini mengindikasikan bahwa peternak tidak hanya

Page 27: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

46

mengkonsumsi telur sebagai bahan pangan protein hewani. Sumber lain dapat berasal dari

ternak dan ikan.

Tabel 17. Pangsa Penggunaan Produksi Unggas untuk Konsumsi Rumah Tangga Responden menurut Status dan Tingkat Serangan AI Saat Sebelum dan Setelah Wabah AI

Broiler Layer TelurTingkat Serangan Periode

InfeksiNon

Infeksi Total InfeksiNon

Infeksi Total InfeksiNon

Infeksi Total

Sebelum 0,17 0,38 0,32 2,24 2,68 2,31 0,24 0,14 0,21

Sesudah 0,43 0,38 0,39 2,85 2,06 2,55 0,30 0,19 0,26Ringan

% Perubahan 153,0 0,0 21,9 27,2 -23,1 10,4 25,0 35,7 23,8

Sebelum xxx xxx Xxx 0,72 0,68 0,71 0,16 0,17 0,16

Sesudah xxx xxx Xxx 0,66 0,59 0,64 0,16 0,17 0,16Sedang

% Perubahan xxx xxx xxx -8,3 -13,2 -9,9 0,0 0,0 0,0

Sebelum 0,94 0,29 0,47 1,74 xxx 1,77 0,43 0,52 0,43

Sesudah 1,15 0,30 0,40 3,25 xxx 3,02 0,64 0,41 0,62Berat

% Perubahan 22,3 3,4 -14,9 86,8 70,6 48,8 -21,2

Sebelum 0,52 0,34 0,39 1,31 1,16 1,30 0,23 0,16 0,21

Sesudah 0,59 0,35 0,40 1,54 1,03 1,34 0,23 0,18 0,21Total

% Perubahan 0,0 0,0

Pengaruh Wabah AI terhadap Produksi

Wabah AI direpresentasikan dalam tiga variabel dummy, yaitu dummy wilayah pada

tingkat serangan ringan, sedang dan berat; dummy usaha yang terinfeksi dan tidak

terinfeksi; dan dummy sebelum, saat dan setelah wabah AI terjadi. Hasil analisis

disederhanakan pada tabel berikut.

Pengaruh Wabah AI terhadap Produksi Broiler

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa kriteria statistik yang cukup baik dan tanda

koefisien sesuai yang diharapkan (Tabel 18). Dummy tingkat serangan (ringan, sedang dan

berat) memperlihatkan nilai kofisien sebesar -0.0004 dengan selang kepercayaan kurang

signifikan. Artinya tingkat produksi tidak dipengaruhi oleh tingkat serangan wilayah apakah

ringan, sedang atau berat. Namun terdapat kecenderungan makin berat tingkat serangan

wabah AI produksi makin menurun.

Dummy kondisi infeksi dan bukan infeksi mempunyai koefisien sebesar-0.1395 pada

selang kepercayaan sangat nyata. Ini berarti, kelompok peternak yang terkena infeksi

langsung wabah AI mengalami penurunan produksi sebesar 13.95 persen lebih banyak

Page 28: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

47

dibandingkan kelompok ternak yang tidak terinfeksi. Hasil ini konsisten dengan hasil-hasil

yang telah dibahas sebelumnya.

Dummy untuk waktu wabah (sebelum, sedang dan sesudah) memperlihatkan nilai

koefisien 0.2015 dengan selang kepercayaan sangat nyata. Ini berarti bahwa terdapat

perbedaan tingkat produksi sebesar 20 persen dibandingkan antara sebelum dan sesudah

wabah. Produksi tersebut lebih tinggi pada saat sebelum wabah.Dengan kata lain, wabah AI

telah memberikan dampak terhadap penurunan produksi broiler sebesar 20 persen lebih

banyak dibandingkan sebelum wabah.

Tabel 18. Pengaruh Wabah AI terhadap Produksi Broiler

Variabel Lambang Koefisien SEr

Intercept A 0.5544*** 0.1703

Biaya Pakan Broiler X1 0.4732*** 0.0391

Kematian Ayam Karena AI X2 -0.0374 0.0391

Biaya Obat+Vaksin X3 0.3230*** 0.0398

Jumlah HOK X4 0.3020*** 0.0566

Tingkat Pendidikan Peternak X5 0.1244* 0.0777

Dummy Tingkat Serangan D1 -0.0004 0.0477

Dummy Kondisi Infected D2 -0.1395*** 0.0428

Dummy Waktu Wabah D11 0.2015*** 0.0397F stat= 0.001 dan R2=0.77

Pengaruh Wabah AI terhadap Produksi Petelur

Hasil analisis regsessi memperlihatkan bahwa persamaan produksi telur

memperlihatkan kriteria statistik yang baik dengan tanda koefisien regresi sesuai dengan

yang diharapkan (Tabel 19). Dummy tingkat serangan berat mempunyai pengaruh nyata

terhadap produksi telur dengan nilai koefisien -0.0679 pada level tingkat kepercayaan 99

persen. Hal ini memperlihatkan bahwa dampak wabah AI pada daerah serangan berat telah

menyebabkan penurunan produksi telur sebesar 6.7 persen lebih banyak dibandingkan

daerah tingkat serangan rendah dan sedang.

Dampak wabah AI bagi ayam yang terserang (infected) dibandingkan dengan kontrol

(tidak terserang) mengalami penurunan produksi lebih tinggi sebesar 2.7 persen

dibandingkan ayam yang tidak terserang dengan tingkat kepercayaan sangat nyata.

Dampak waktu serangan (sebelum dan sesudah) wabah AI terhadap produksi telur

mempunyai nilai koefisien 0.0624, sangat nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen.

Page 29: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

48

Dengan demikian, wabah AI telah menyebabkan penurunan produksi 6.2 persen lebih besar

dibandingkan saat sebelum wabah.

Tabel 19. Dampak Waktu, Tingkat Serangan Terhadap Produksi Telur

Variabel Lambang Koefisien SEIntercept A 0.4452*** 0.0703Biaya Pakan X1 0.7068*** 0.0176Kematian ayam karena AI X2 -0.0038 0.0109Biaya Obat danVaksin X3 0.1732*** 0.0175Pendidikan Peternak X5 0.0786*** 0.0300Tingkat Serangan D1 -0.0679*** 0.0156Kondisi Terserang D2 -0.0274*** 0.0160Waktu Serangan D11 0.0624*** 0.0175F= 0.001 dan R2= 0.84*** = Sangat Nyata, 99%

** = Nyata, 95%* = Nyata, 80%

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

Kesimpulan

1. Disepakati bahwa pencegahan dan pengendalian wabah AI tidak merugikan kelompok

produsen dan konsumen, namun pada saat pelaksanaan kesepakatan tersebut sulit

dilakukan. Lemahnya koordinasi dan pengawasan yang ketat, sejak titik produksi,

pengolahan, lalu-lintas unggas dan pemasaran, yang melibatkan berbagai pemangku

kepentingan termasuk sosialisasi melalui media massa menyebabkan hasil dari upaya

yang dilakukan masih belum efektif.

2. Berlatar belakang mendirikan usaha hanya ikut-ikutan tetanga yang memiliki

pengetahuan dan keterampilan dari pengalaman kerja di perusahaan unggas, tingkat

pendidikan peternak berpengruh terhadap terjadinya kasus infeksi pada usaha unggas

peternak dan tingkat serangan pada tingkat wilayah. Makin rendah tingkat pendidikan

peternak maka kasus infeksi AI makin meningkat dan tingkat serangan wilayah semakin

berat. Pengetahuan dan asset yang rendah menyebabkan lemahnya aplikasi biosecurity

pada usaha mereka.

3. Selain disebabkan dampak langsung akibat wabah yang mematikan dan menurunkan

produksi usaha unggas, kerugian ekonomi akibat wabah AI disebabkan juga oleh

dampak tidak langsung karena permintaan akan hasil ternak menurun yang

Page 30: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

49

menyebabkan harga-harga turun akibat ketakutan konsumen akan bahaya

mengkonsumsi produk unggas saat terjadinya wabah AI.

4. Lokasi kandang unggas berpengaruh dengan tingkat serangan Wabah AI. Makin tinggi

kepadatan unggas dan makin dekat lokasi kandang unggas ke pemukiman makin tinggi

tingkat infeksi dan wilayah serangan. Dari sisi lokasi usaha tidak ada data khusus,

namun berdasarkan pengamatan langsung, secara umum dapat dikatakan bahwa

usaha unggas di Lampung dilakukan pada lokasi yang relatif tidak padat dibandingkan

Jawa Timur dan Jawa Barat.

5. Keberlanjutan usaha unggas dipengaruhi oleh tingkat serangan, jenis unggas yang

dipelihara dan pola usaha yang dikembangkan. Makin berat tingkat serangan

keberlanjutan usaha semakin menurun. Usaha layer lebih resisten dibandingkan

broiler. Usaha unggas dengan pola kemitraan keberlanjutannya lebih baik dibandingkan

non kemitraan.

6. Secara agregat dampak wabah AI menyebabkan penurunan pangsa pendapatan dari

usaha unggas yang terinfeksi dari 83,5 menjadi 68,7 persen dan usaha unggas yang

tidak terinfeksi dari 83,1 menjadi 75,0 persen, namun secara nominal tidak karena

peternak juga punya usaha lain sebagai sumber pendapatan.

7. Secara wilayah, pangsa pendapatan peternak dari usaha unggas, yaitu 87-91 persen

untuk Jawa Timur, 76-81 persen untuk Lampung dan 71-79 persen untuk peternak

Jawa Barat. Wabah AI menyebabkan pangsa penerimaan dari usaha unggas menurun

masing-masing 76,3 – 81,9 persen untuk Jawa Timur; 67,2 – 77,4 persen untuk

Lampung; dan 38,5 – 53,3 persen untuk Jawa Barat. Usaha peternak di Lampung

kemampuan pemulihananya relatif lebih baik dibandingkan Jatim dan Jabar karena

adanya dukungan usaha lain yang dimiliki peternak berupa usaha tanaman dan non

pertanian. Temuan ini mengindikasikan bahwa usaha unggas sebagai core bussiness

masih memerlukan usaha lain sebagai cabang usaha sehingga mampu mengurangi

risiko dan mendukung dana untuk memulihkan usaha.

8. Makin lama waktu yang dicurahkan tenaga kerja dalam keluarga pada usahanya,

terutama dalam kegiatan pengawasan, menyebabkan kasus infeksi menjadi berkurang.

Namun jika waktu tersebut lebih banyak digunakan untuk memasarkan hasil akan

menyebabkan pengawasan menjadi berkurang sehingga kasus infeksi menjadi

meningkat.

9. Selain sebagai sumber pendapatan, usaha unggas menciptakan lapangan kerja untuk

seorang tenaga kerja dalam keluarga dan seorang tenaga luar keluarga yang bekerja

penuh setiap hari serta sebagai sumber bahan pangan berkualitas berupa daging dan

telur ayam.

Page 31: DAMPAK FLU BURUNG TERHADAP KESEJAHTERAAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Semnas_250209_4.pdfusaha peternak dan semua aktivitas yang terkait dengan industri perunggasan

50

10. Hasil uji statistik mendukung bahwa tingkat serangan, kondisi infeksi dan waktu

serangan wabah AI berpengaruh terhadap produksi daging dan telur unggas.

Implikasi Kebijakan

1. Pencegahan dan pengendalian AI di daerah membutuhkan kerja sama antar instansi

sebaiknya di bawah koordinasi pemeritah daerah dari provinsi, hingga ke tingkat desa.

2. Untuk menghindari dampak negatif yang relatif besar, diperlukan prosedur standar

untuk mengendalikan berbagai wabah penyakit menular berbahaya yang mungkin

terjadi sesuai dengan dinamika faktor pencetus terjadinya wabah. Tahap awal yang

penting adalah segera memutus mata rantai penyebaran penyakit tersebut dapat

didahului perdebatan yang kurang berarti. Penguatan kelembagaan kesehatan hewan

diperlukan termasuk kewenangan melakukan pemantauan dan pengujian penyakit

secara berkala tidak hanya pada usaha unggas sektor 4, tetapi juga pada sektor 3,

sektor 2 dan sektor 1.

3. Selain berperan sebagai pemantau dan pengendali penyait menular berbahaya,

peternak, khususnya pada sektor D, masih memerlukan peran pemerintah dalam

peminaan teknis budidaya (GFP) dan pembinaan usaha.

4. Untuk menghindari kerugian ekonomi peternak akibat dampak tidak langsung

diperlukan perubahan produk yang dipasarkan dari ayam hidup menjadi karkas.

Diamping itu diperlukan tim perespon cepat melalui berbagai media tentang bagaimana

mencegah dan menghindari dampak negatif akibat mengkonsumsi produk unggas saat

terjadi wabah.

5. Untuk menghindari tingkat infeksi unggas yang diusahakan dan kemungkinan penularan

AI dari unggas ke manusia maka diperlukan pengaturan lokasi kandang. Salah satu

indikator yang dapat digunakan adalah kepadatan usaha dan populasi unggas dalam

satu desa.

6. Untuk menjaga keberlanjutan usaha unggas skala kecil disarankan dikembangkan

dalam pola kemitraan. Seandainyapun pola mandiri hanya dikhususkan bagi usaha

unggas petelur.

7. Walaupun usaha unggas sudah berkontribusi cukup besar terhadap pendapatan rumah

tangga, untuk menghindari gejolak usaha akibat guncangan ekonomi dan serangan

wabah, peternak masih perlu cabang usaha lain.

8. Jika tenaga kerja keluarga terbatas untuk menghindari lemahnya pengawasan akibat

tercurahnya waktu ntuk memasarkan produk maka perlu dibangun lembaga pemasaran

secara kolektif tanpa mengurangi marjin keuntungan yang signifikan.