dalam wacana akademik (b rown and levinson ˇs politeness … · 2020. 5. 12. · dalam wacana...

12
16 K A N D A I Volume 10 No. 1, Mei 2014 Halaman 16-27 REPRESENTASI KESANTUNAN BROWN DAN LEVINSON DALAM WACANA AKADEMIK (Brown and Levinson’s Politeness Representation in Academic Discourse) Fahmi Gunawan STAIN Sultan Qaimuddin Kendari Jln. Sultan Qaimuddin, No. 17 Kendari Pos-el: [email protected] (Diterima 28 Januari 2014; Revisi 16 April 2014; Disetujui 24 April 2014) Abstract The research aimed to describe Brown and Levinson’s language politeness strategies in academic discourse between the students and the lecturers in STAIN Kendari. It focused on the use of negative and positive politeness in academic discourse. This research used qualitative method. The data was obtained from the conversation in academic discourse between the students and lecturer. They were data collection, reduction, presentation of data and continued by the conclusion of research findings. Based on the data analysis, it was found that the negative politeness strategies used by the student to the lecturer were the use of indirect expression, the use of pessimistic expression, the use of respect words, and asking for apology. While, the use of positive politeness strategies used by the student to the lecturer are the use of group identity, the use of small talk and presupposition, the use of offers and promises, and seeking for reasons or giving questions. Keywords: Language politeness, negative politeness strategies, positive politeness strategies, academic discourse, STAIN Kendari. Abstrak Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi kesantunan berbahasa Brown dan Levinson dalam wacana akademik. Artikel ini membahas dua hal, yaitu strategi kesantunan negatif dan strategi kesantunan positif mahasiswa dalam berinteraksi dengan dosen dalam wacana akademik di STAIN Kendari. Artikel ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Data diperoleh dari percakapan mahasiswa terhadap dosen. Setelah terkumpul, data dianalisis dengan menggunakan pisau bedah sosio-pragmatik. Analisis data dilakukan melalui empat tahapan, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data yang dilanjutkan dengan kesimpulan hasil penelitian. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa strategi kesantunan negatif mahasiswa terhadap dosen meliputi penggunaan ungkapan tidak langsung, penggunaan ungkapan yang penuh kehati-hatian dan cenderung pesimis, penggunaan kata hormat, dan meminta maaf, sementara strategi kesantunan positif mahasiswa terhadap dosen berupa penggunaan penanda identitas kelompok, penggunaan basa-basi dan presuposisi, penggunaan penawaran dan janji, serta mencari alasan atau memberikan pertanyaan. Kata-kata kunci: kesantunan berbahasa, strategi kesantunan negatif, strategi kesantunan positif, wacana akademik, STAIN Kendari

Upload: others

Post on 05-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 16

    K A N D A I

    Volume 10 No. 1, Mei 2014 Halaman 16-27

    REPRESENTASI KESANTUNAN BROWN DAN LEVINSONDALAM WACANA AKADEMIK

    (Brown and Levinson’s Politeness Representation in Academic Discourse)

    Fahmi GunawanSTAIN Sultan Qaimuddin Kendari

    Jln. Sultan Qaimuddin, No. 17 KendariPos-el: [email protected]

    (Diterima 28 Januari 2014; Revisi 16 April 2014; Disetujui 24 April 2014)

    AbstractThe research aimed to describe Brown and Levinson’s language politeness

    strategies in academic discourse between the students and the lecturers in STAINKendari. It focused on the use of negative and positive politeness in academicdiscourse. This research used qualitative method. The data was obtained from theconversation in academic discourse between the students and lecturer. They weredata collection, reduction, presentation of data and continued by the conclusionof research findings. Based on the data analysis, it was found that the negativepoliteness strategies used by the student to the lecturer were the use of indirectexpression, the use of pessimistic expression, the use of respect words, and askingfor apology. While, the use of positive politeness strategies used by the student tothe lecturer are the use of group identity, the use of small talk andpresupposition, the use of offers and promises, and seeking for reasons or givingquestions.Keywords: Language politeness, negative politeness strategies, positive

    politeness strategies, academic discourse, STAIN Kendari.

    AbstrakArtikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi kesantunan berbahasa

    Brown dan Levinson dalam wacana akademik. Artikel ini membahas dua hal,yaitu strategi kesantunan negatif dan strategi kesantunan positif mahasiswadalam berinteraksi dengan dosen dalam wacana akademik di STAIN Kendari.Artikel ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Data diperolehdari percakapan mahasiswa terhadap dosen. Setelah terkumpul, data dianalisisdengan menggunakan pisau bedah sosio-pragmatik. Analisis data dilakukanmelalui empat tahapan, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian datayang dilanjutkan dengan kesimpulan hasil penelitian. Berdasarkan hasil analisisdata ditemukan bahwa strategi kesantunan negatif mahasiswa terhadap dosenmeliputi penggunaan ungkapan tidak langsung, penggunaan ungkapan yangpenuh kehati-hatian dan cenderung pesimis, penggunaan kata hormat, danmeminta maaf, sementara strategi kesantunan positif mahasiswa terhadap dosenberupa penggunaan penanda identitas kelompok, penggunaan basa-basi danpresuposisi, penggunaan penawaran dan janji, serta mencari alasan ataumemberikan pertanyaan.Kata-kata kunci: kesantunan berbahasa, strategi kesantunan negatif, strategi

    kesantunan positif, wacana akademik, STAIN Kendari

  • Fahmi Gunawan: Representasi Kesantunan Brown dan Levinson…

    17

    PENDAHULUAN

    Kata santun mempunyai maknayang sangat berbeda dengan katasopan, meskipun sebagian besarmasyarakat menganggapnya sama.Kata sopan memiliki maknamenunjukkan rasa hormat terhadapmitra tutur, sedangkan kata santunmemiliki makna memperhalus ujaranatau tuturan yang dapat mengancammuka atau harga diri (Pramujiono,2011: 235) dan dapat melukaiperasaan. Sejalan dengan pandangantersebut, Holmes (1992: 296) danHaugh (2011: 252) menyatakan bahwakesantunan merupakan hal yangsangat kompleks dalam berbahasakarena tidak hanya melibatkanpemahaman aspek kebahasaan saja.Kesantunan berbahasa tidak hanyaberhubungan dengan pemahamantentang bagaimana mengucapkan apakabar, terima kasih, dan maafkansecara tepat, tetapi juga perlumemahami nilai-nilai sosial danbudaya suatu masyarakat tutur.

    Tuturan mahasiswa kepadadosennya dalam wacana akademik diSTAIN Kendari juga tidak luput daripersoalan kesantunan. Wacanaakademik dimaksud adalah segala halyang berhubungan dengan aktivitasakademik di kampus, seperti diskusidi dalam atau di luar kelas, konsultasipendamping akademik, konsultasilaporan dan praktikum,pembimbingan proposal, hasilpenelitian, dan skripsi. Untukmengungkapkan permintaanbimbingan praktikum atau bimbinganproposal, misalnya, seorangmahasiswa itu terkadang bertuturkata santun, tetapi terkadang pulatidak. Jika tuturan itu diungkapdengan cara tidak santun, tuturan itudapat mengancam muka dosennyadan memunculkan perselisihan di

    antara keduanya. Berikut ini disajikanbeberapa contoh tuturan yangmengandung tindakan mengancammuka (Face Threatening Act), begitupula sebaliknya.

    1. A: Maaf Pak, ada waktunya?B: Ada apa?Konteks: seorang mahasiswa(bernama Halim) yang memintakesediaan dosennya untukmelakukan pembimbingan skripsi

    Tuturan (1) diujarkan oleh seorangmahasiswa kepada dosennya. Secaraeksplisit, tuturan ini bertujuan untukmenanyakan waktu luang. Namun,secara implisit, tuturan ini bermaksuduntuk meminta waktu melakukanpembimbingan skripsi yangdigarapnya, bukan untuk menanyakanwaktu kepada dosennya. Denganpilihan bentuk yang tidak langsung,tingkat kesantunan berbahasamahasiswa ini tergolong baik karenadapat menghargai dosennya yangtingkat sosialnya jauh lebih tinggi,lebih tua, dan tidak begitu akrabdengannya. Selain itu, untukmenambah efek kesantunan, Halimmenggunakan kata sapaan Pak sebagaielipsis dari kata bapak yang didahuluioleh kata maaf. Hal ini tentu berbedadengan penggunaan bentuk kalimatimperatif langsung berikut ini yangsering terjadi dalam percakapanmahasiswa terhadap dosen.

    2. Pak, saya minta tanda tangannyasekarang, karena bataspendaftaran ujian pendadaranhari ini.Konteks: Ahmad, seorangmahasiswa meminta dosenpembimbing menandatanganiskripsi yang telah dibuatnya.

  • Kandai Vol. 10, No. 1, Mei 2014; 16-27

    18

    Tuturan (2) diujarkan oleh Ahmadkepada dosennya. Tuturan iniberbentuk kalimat imperatif ataukalimat perintah. Ini juga berartibahwa perintah seorang Ahmadkepada dosennya untuk segeramenandatangani skripsinya, padahalskripsi tersebut belum layak diujikankarena masih ada beberapa hal pentingyang harus direvisi. Oleh karena itu,dengan nada yang agak kesal karenamerasa tersinggung dengan ujaranmahasiswanya, dosen itu mengatakansaya akan tanda tangan, tapi jangansalahkan saya jika anda tidak lulusujian.

    Tuturan (2) merupakan contohketidaksantunan berbahasa Ahmadkepada dosennya. Ketidaksantunan itutergambar dari kalimat imperatiflangsung yang digunakan karena telahmemunculkan rasa ketersinggunganmitra tutur. Padahal, tidak selayaknyaseorang mahasiswa yang kelassosialnya lebih rendah, lebih mudamenggunakan tuturan semacam ini.Akibatnya, komunikasi antara Ahmaddan dosennya menjadi terganggu danmemunculkan konflik personal yangberujung pada pemberian nilai burukkepadanya.

    Berdasarkan paparan fenomenakebahasaan itulah, masalah kesantunanberbahasa mahasiwa terhadap dosendalam wacana akademik di STAINKendari menarik untuk dikaji. Hal inikarena sepengetahuan penulis, belumada satupun artikel yang membahasRepresentasi Kesantunan Brown danLevinson dalam Wacana Akademik diSTAIN Kendari. Penelitian terkaityang membahas masalah ini telahdilakukan oleh beberapa ahli, diantaranya Nuraidar, AgungPramujiono, Fahmi Gunawan, EdyJauhari dan Eddy Sugiri, dan NurlinaArisnawati. Nuraidar (2008)membahas Strategi Kesantunan

    Bahasa Bugis dalam Tindak TuturMemerintah. Agung Pramujiono(2011) membahas RepresentasiKesantunan Brown dan Levinsondalam Wacana Dialog di Televisi.Eddy Jauhari dan Edy Sugiri (2012)membahas Kesantunan Positif dalamMasyarakat Etnik Tionghoa diSurakarta. Nurlina Arisnawati (2012)mengkaji Strategi Kesantunan TindakTutur Penolakan dalam BahasaMakassar. Fahmi Gunawan (2013)mengkaji Wujud KesantunanBerbahasa Mahasiswa terhadap Dosendi STAIN Kendari: KajianSosiopragmatik. Berdasarkan paparantersebut, penelitian tentang kesantunanberbahasa dalam wacana akademik diSTAIN Kendari layak dan patutdilakukan. Adapun yang menjadi fokuspembahasan adalah (1) penggunaanstrategi kesantunan negatif dalamwacana akademik, dan (2) penggunaanstrategi kesantunan positif dalamwacana akademik. Kedua pembahasantersebut akan dikaji dalam perspektifkesantunan Brown dan Levinson.

    LANDASAN TEORI

    Santun dalam pandangankonfusius yang selanjutnyadikembangkan Goffman, Brown danLevinson itu bermakna sebuah sikapkepedulian kepada wajah atau muka,baik milik penutur, maupun milikmitra tutur (Brown, 1987: 56;Oktavianus dan Revita, 2012: 46).Wajah dalam hal ini bukan berartirupa fisik, akan tetapi public image,atau harga diri. Dalam kebudayaanBugis, konsep wajah atau muka itudikenal dengan istilah siri’ na pesseyang berarti menjaga harga diri, dankehormatan (Ahmad, 2012: 10;Gunawan, 2013: 65). Siri’ berartiharga diri dan pesse berarti solidaritas.Dengan demikian, santun berarti

  • Fahmi Gunawan: Representasi Kesantunan Brown dan Levinson…

    19

    kemampuan untuk selalu menjagaharga diri, perasaan, dan kehormatanbaik diri sendiri maupun orang lain.

    Senada dengan pandangansebelumnya, Watts (2003: 50)mengatakan bahwa dengan bahasayang santun, penutur dan mitra tuturdapat menghindari friksi dalammelakukan interaksi interpersonal.Sementara itu, Leech (1993) danWatts (2005: 14) berpendapat bahwakesantunan merupakan strategi untukmenghindari konflik, menjaga, danmempertahankan rasa hormat. Dengandemikian, secara sederhana dapatdikemukakan bahwa kesantunanberbahasa berkaitan erat dengan‘penghormatan’ (honorific) ataupenempatan seseorang pada tempat‘terhormat’ (honor) atau sekurang-kurangnya menempatkan seseorangpada tempat yang diingininya(Ardhian, 2012: 2015). Jika ada yangtidak dapat menjaga harga dirinya danharga diri orang lain dalamberkomunikasi sehingga memunculkanfriksi dan konflik, Brown danLevinson menyebutnya dengan istilahtindakan mengancam muka atau FaceThreatening Acts (Faser, 2005: 77;Sailan, 2012: 188).

    Penelope Brown dan Stephen C.Levinson merupakan tokoh yangcukup berpengaruh besar dalam kajiankesantunan berbahasa. Dalampandangannya, konsep kesantunan iniberkaitan erat dengan persoalanbagaimana cara seseorang dapatmenghindari sebuah konflik. Dalamteorinya, kesantunan juga berkaitandengan konsep rasionalitas dan muka.Kedua hal tersebut dinyatakan sebagaiciri-ciri universal yang dimiliki semuapenutur dan mitra tutur yangdipersonifikasikan dalam pribadimodel yang universal. Kedua haltersebut dinyatakan sebagai ciri-ciriuniversal yang dimiliki semua penutur

    dan mitra tutur yang dipersonifikasikandalam pribadi model yang universal.Rasionalitas merupakan penalaran ataulogika sarana-tujuan, sementara mukabermakna citra diri yang terdiri atasdua keinginan yang berlawanan, yaitumuka negatif dan muka positif(Kerbrat, 2005: 30). Muka negatifadalah keinginan agar tindakan-tindakan seseorang tidak dihalangioleh orang lain, sementara mukapositif adalah keinginan agarseseorang disenangi oleh orang lain(Pramujiono, 2011: 236). Kesantunanberbahasa merupakan cara untukmemelihara dan menyelamatkan muka.Hal ini didasarkan pada anggapanbahwa sebagian besar tindak tuturselalu mengancam muka penutur danmitra tutur dan kesantunan berbahasamerupakan upaya untuk memperbaikiancaman muka tersebut.

    Teori kesantunan Brown danLevinson tidak dapat dipisahkan darikerangka teori Grice. Hal ini berkaitandengan pandangan bahwa strategi-strategi kesantunan dianggap sebagaipenyimpangan rasional dari prinsipkooperatif Grice. Prinsip kesantunanmerupakan alasan yang rasional bagipenyimpangan prinsip kooperatifketika komunikasi akan mengancammuka (Brown dan Levinson, 1987: 5).

    Pada dasarnya, dalam menentukanstrategi mana yang akan digunakan,seorang mitra tutur menggunakanbeberapa pertimbangan, yaitu (1)keinginan untuk mengungkapkan isiFTA, (2) keinginan untuk bertindakefesien, dan (3) keinginan untukmempertahankan muka mitra tutur.Dalam berkomunikasi, seorang mitratutur akan memitigasi FTA kecualipertimbangan (1) dan (2) lebih besardaripada pertimbangan (3).

    Brown dan Levinson (1987: 92)memostulatkan empat dasar strategibertutur untuk menjaga muka atau

  • Kandai Vol. 10, No. 1, Mei 2014; 16-27

    20

    harga diri, yaitu (1) melakukan tindaktutur secara langsung/apa adanya tanpabasa-basi (bald on record), (2)melakukan tindak tutur denganmenggunakan strategi kesantunanpositif, (3) melakukan tindak tuturdengan menggunakan strategikesantunan negatif, (4) melakukantindak tutur secara tersamar/tidaklangsung

    Berkaitan dengan strategikesantunan negatif, Brown danLevinson (1987) membagi kesantunannegatif menjadi sepuluh substrategiyang meliputi, (1) ungkapan secaratidak langsung, (2) menggunakanpagar, (3) bersikap pesimis dengancara bersikap hati-hati, (4)meminimalkan pembebanan terhadaplawan tutur, (5) menyatakan rasahormat, (6) menggunakan permohonanmaaf, (7) jangan menyebutkan penuturdan lawan tutur, (8) menyatakan FTAsebagai suatu kaidah sosial yang umumberlaku, (9) nominalisasikanpernyataan, dan (10) menyatakansecara jelas bahwa penutur telahmemberikan kebaikan (hutang) atautidak kepada lawan tutur.

    Berbeda dengan strategi kesantunannegatif, Brown dan Levinson (1987)menjabarkan kesantunan positifmenjadi 15 substrategi, yaitu (1)memperhatikan kesukaan, keinginan,dan kebutuhan pendengar, (2)membesar-besarkan perhatian,persetujuan, dan simpati kepadapendengar, (3) mengintensifkanperhatian pendengar denganpendramatisiran peristiwa atau fakta,(4) menggunakan penanda identitaskelompok (bentuk sapaan, dialek,jargon, atau slang), (5) mencaripersetujuan dengan topik yang umumatau mengulang sebagian atau seluruhujaran, (6) menghindariketidaksetujuan dengan pura-purasetuju, persetujuan yang semu (psedo-

    agreement), menipu untuk kebaikan(white-lies), pemagaran opini (hedgingopinions), (7) menggunakan basa basi(small talk) dan presuposisi, (8)menggunakan lelucon, (9) menyatakanpaham akan keinginan pendengar, (10)memberikan tawaran atau janji, (11)menunjukkan keoptimisan, (12)melibatkan penutur dan pendengardalam aktivitas, (13) memberikanpertanyaan atau meminta alasan, (14)menyatakan hubungan secara timbalbalik (resiprokal), dan (15)memberikan hadiah (barang, simpati,perhatian, kerja sama) kepadapendengar.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini merupakanpenelitian deskriptif kualitatif.Penelitian ini dilakukan denganmemanfaatkan data tuturan berupapercakapan mahasiswa Tarbiyahsemester awal sampai semester akhirdengan dosennya di kampus STAINKendari dalam wacana akademik,terutama yang berkaitan dengantuturan permintaan. Oleh karena itu,ada tiga tahapan yang dilakukan dalampenelitian ini, yaitu (1) pengumpulandata, (2) analisis data, (3) penyajianhasil analisis data (Sudaryanto, 1993).Pengumpulan data dilakukan denganmetode simak, teknik catat, sadap, danrekam (Mahsun, 2005: 90). Data yangtelah terkumpul kemudiandiklasifikasi berdasarkan penggunaanstrategi kesantunan berbahasa dalamperspektif Brown dan Levinson.Setelah diklasifikasi, data dianalisisdengan menggunakan teori Brown danLevinson dan dihubungkan dengankonteks.

  • Fahmi Gunawan: Representasi Kesantunan Brown dan Levinson…

    21

    PEMBAHASAN

    Strategi kesantunan berbahasadalam perspektif Brown dan Levinsonterpostulat dalam empat strategi, yaitubald on record, kesantunan negatif,kesantunan positif, dan off record.Namun demikian, penelitian ini hanyamembahas strategi kesantunan negatifdan strategi kesantunan positif tuturanmahasiswa terhadap dosen dalamwacana akademik di STAIN Kendari.

    Strategi Kesantunan Negatif (KN)

    Strategi kesantunan negatifdilakukan oleh penutur, yang dalamhal ini adalah mahasiswa, karenahendak menjaga muka negatif. Hal inidilakukan untuk mengurangi kadarpembatasan dan memperlunak maksudujaran. Berdasarkan penelusuran data,strategi kesantunan negatif yangterdapat pada sub strategi (1), (1)menyatakan ungkapan secara tidaklangsung, (3) menyatakan sesuatusecara pesimis dengan cara berhati-hati, (5) menyatakan rasa hormat, dan(6) menggunakan permohonan maaf.

    KN-1: Menyatakan Ungkapan SecaraTidak Langsung

    Ungkapan tidak langsung adalahsebuah tuturan yang maksud daneksplisit tuturan tidaklah sama.Dengan kata lain, ungkapan tidaklangsung adalah apa yang diungkapkanberbeda dengan apa yangdimaksudkan. Sebagai contoh, untukmeminta suaminya pulang ke rumah,seorang istri mengatakan “Ayah, sudahsalat subuh sekarang”. Dengandemikian, dibutuhkan pemahamanyang tinggi untuk mencerna maksudyang dinyatakan secara implisit.Contoh lainnya dapat dilihat padatuturan berikut.

    3. Pak, ini laporan minggu lalu yangsudah diresvisi.Konteks: seorang mahasiswa KKNyang meminta dosen lapangannyauntuk memeriksa hasil laporan danmemberikan penilaian.

    4. Pak, ini kartu bimbingannya.Konteks: seorang mahasiswi yangmeminta dosen pembimbingnyauntuk menandatangani kartubimbingannya sehingga dia dapatmengikuti ujian proposal skripsi.

    Tuturan (3-4) merupakan tuturantidak langsung mahasiswa kepadadosen. Secara ekplisit, tuturan (3)hanya menyatakan laporan KKN yangdikerjakan seminggu lalu dan dikoreksitelah selesai direvisi untuk keduakalinya. Namun secara implisit,tuturan ini mengandung permintaanagar dosen pembimbing KKN itudapat segera memeriksa hasil laporanyang telah direvisi untuk kedua kalinyadan dapat memberikan penilaian atashasil laporan yang telah dibuat. Halsenada juga terjadi pada tuturan (4).Secara eksplisit, tuturan (4)menginformasikan kartu bimbingan.Namun, secara implisit, tuturan (4)mengandung makna permintaanseorang mahasiswi kepada dosenpembimbingnya untukmenandatangani kartu bimbingan agardia dapat mengikuti ujian proposalskripsi.

    KN-3: Menyatakan Sesuatu SecaraPesimis dengan Cara Berhati-Hati

    Yang dimaksud menyatakansesuatu secara pesimis dengan caraberhati-hati adalah penyampaianinformasi yang dilakukan denganpenuh kehati-hatian untuk menghindariketersinggungan mitra tutur dan tidakterlalu berharap jika saja permintaanitu ditolak atau diterima. Hal ini dapatdilihat pada tuturan berikut.

  • Kandai Vol. 10, No. 1, Mei 2014; 16-27

    22

    5. Bisakah saya menjawab pertanyaanitu?Konteks: seorang mahasiswi yangmeminta dosennya untuk diberikesempatan menjawab pertanyaanyang diajukan.

    Tuturan (5) “Bisakah sayamenjawab pertanyaan itu” tergolongtuturan pesimis. Hal ini karena katabisakah berarti bahwa penutur tidakingin memaksakan kehendaknyauntuk menjawab pertanyaan yangdiberikan oleh dosennya. Jikadiberikan kesempatan untukmenjawab, dia akan menjawab,sementara jika tidak diberikankesempatan, dia tidak akanmelakukannya.

    KN-5: Menyatakan Rasa HormatYang dimaksud menyatakan rasa

    hormat adalah penggunaan bentukbahasa yang menyatakan rasa hormatdari seorang penutur kepada mitratutur. Biasanya, pernyataan rasahormat ini dilakukan denganmenggunakan kata sapaan tertentu.Hal ini dapat dilihat pada tuturanberikut ini.6. A: Ustadz, saya mau ajukan judul

    proposal.B: Besok saja.A: Jam berapa?B: Jam 11.00.Konteks: seorang mahasiswa yangmeminta waktu dosennya untukpembimbingan skripsi

    7. Pak, mungkin ada baiknyadijelaskan lebih lanjut mengenaisejarah penggunaan kata baku dantidak baku di Indonesia.Konteks: seorang mahasiswa yangmeminta agar dosennyamenjelaskan lebih lanjut mengenaisejarah penggunaan kata baku dankata tidak baku.

    Penggunaan kata sapaan ustadzdan pak pada tuturan (6-7)menunjukkan bahwa penutur hendakmenunjukkan ketakzimannya kepadamitra tutur. Kata ustadz berasal daribahasa Arab dan dapat berarti guru,dosen, dan profesor. Namun, dalamkonteks ini, kata ustadz berarti bapakdosen yang mulia. Selanjutnya, katapak merupakan elipsis dari katabapak. Hal ini karena dalam budayaorang timur, terlebih masyakatKendari, seorang dosen tidak pernahdipanggil langsung dengan sebutannama tanpa didahului kata sapaan.

    KN-6: Menggunakan PermohonanMaaf

    Yang dimaksud menggunakanpermohonan maaf adalah tuturankesantunan yang menggunakanpermohonan maaf di awalpembicaraan. Penggunaan permohonanmaaf ini dilakukan dengan cara yangberbeda-beda sesuai kebiasaanpenutur. Ada yang menggunakan kataafwan, klausa maaf mengganggu pak,maaf sebelumnya, sebelumnya sayamohon maaf, dan maaf pak,mengganggu waktu istirahatnya. Halini dapat dilihat pada tuturan berikutini.8. Afwan Pak. Posisi di mana

    sekarang? Saya mau perlihatkanlaporan KKN yang sudahdiperbaiki.Konteks: seorang mahasiswabernama Jumrin yang hendakbertemu dosennya untukmengonsultasikan laporan KKnyang sudah diperbaiki.

    9. Maaf Pak mengganggu. Sayasudah di Kajur Pak, tungguBapak.Konteks: seorang mahasiswibernama Asrianti yang memintadosennya menemuinya di ruangan

  • Fahmi Gunawan: Representasi Kesantunan Brown dan Levinson…

    23

    Jurusan Tarbiyah sebagai ruangtunggu dosen.

    10. Maaf ya pak sebelumnya, pak bisasaya ke tempatnya bapak diluar?alasannya saya mau mintatanda tangan untuk persetujuanseminar proposal pak.Konteks: seorang mahasiswa yangmeminta waktu dosennya untukmenandatangani persetujuanseminar proposalnya di luarkampus.

    11. Assalamu ‘Alaikum sebelumnyasaya mohon maaf pak, hari inisaya tidak bisa mengikuti matakuliah bapak, berhubungkesehatan saya terganggu yakniterkena penyakit tipes.Konteks: Asnun, seorangmahasiswa, yang meminta izinkepada dosennya untuk tidakmengikuti kuliah hari ini karenasedang terganggu kesehatannya.

    12. Assalamu alaikum, wr.wb. maafpak mengganggu waktuistirahatnya. O iyah pak, besoksaya maw ketemu bapak untukminta tanda tangan persetujuanseminar proposal.Konteks: seorang mahasiswi yangmeminta waktu kepada dosennyauntuk dapat menandatanganipersetujuan seminar proposalnya.

    Penggunaan permohonan maafsebagai salah satu cara untukmengungkapkan kesantunan berbahasaseorang mahasiswa kepada dosennyadapat dilihat pada tuturan 8-12.Penggunaan permohonan maafdilakukan karena ada jarak sosial dankekurangakraban penutur dengan mitratutur. Jarak sosial yang dimaksudadalah status sosial yang berujungpada relasi kekuasaan seorang dosensebagai orang yang berkuasa danmahasiswa sebagai orang yangdikuasai. Selanjutnya,

    kekurangakraban yang dimaksudadalah jauhnya relasi individu seorangdosen dengan mahasiswa sehinggamemaksa mereka menggunakan kataatau klausa permohonan maaf. Tuturan(8) menggunakan kata afwan yangberasal dari bahasa Arab dan berartimaaf. Tuturan (9) menggunakanklausa maaf pak mengganggu, tuturan(10) menggunakan klausa maafsebelumnya, tuturan (11)menggunakan klausa sebelumnya sayamohon maaf, tuturan (12)menggunakan klausa maafmengganggu waktu istirahat.Perbedaan penggunaan permohonanmaaf ini tentu karena perbedaan latarbelakang sosial budaya penuturnya.

    Strategi Kesantunan Positif (KP)

    Penggunaan strategi kesantunanpositif dilakukan untuk menjaga mukapositif. Hal ini perlu dilakukan untukmenjaga kedekatan hubungan penuturdan mitra tutur sehingga komunikasidapat berjalan lancar.

    Berdasarkan penelusuran data,penggunaan strategi kesantunan positifitu meliputi (1) KP-4: menggunakanpenanda identitas kelompok (bentuksapaan, dialek, jargon atau slang), (2)KP-7: menggunakan basa basi (smalltalk) dan presuposisi, (3) KP-10:memberikan tawaran atau janji, (4)KP-13: memberikan pertanyaan ataumeminta alasan.

    KP-4: Menggunakan PenandaIdentitas Kelompok

    Yang dimaksud penanda identitaskelompok adalah sebuah penanda yangmenandakan identitas danmembedakannya dengan yang lain.Penanda itu dapat berupa jargon,bentuk sapaan, dialek, ataupun bahasaslang. Dalam penelitian ini, penandaidentitas kelompok yang digunakan

  • Kandai Vol. 10, No. 1, Mei 2014; 16-27

    24

    mahasiswa kepada dosennya adalahkata anu. Kata anu digunakan kepadasesuatu (hal, benda) yang mempunyaireferensi. Jika di hadapan penutur danmitra tutur terdapat sebundel skripsi,maka skripsi itulah yang disebut anu.Jika di hadapan penutur dan mitratutur terdapat makalah, maka makalahitulah yang disebut anu. Selanjutnya,kata anu ini biasanya diikuti olehkata kanda. Hal ini dapat dilihat padatuturan berikut ini.

    13. Anu, kandaKonteks: seorang mahasiswa yangmeminta dosennyamenandatangani perbaikan skripsi,sambil memperlihatkan lembaranyang harus ditandatangani didepan gedung terpadu dosenSTAIN Kendari.

    14. Senior, saya mau konsul.Konteks: seorang mahasiswa yangmeminta waktu kepada dosennyauntuk mengonsultasikan hasilseminar skripsinya.

    Tuturan (13) itu terjadi pada saatada seorang dosen yang baru saja tibadi pelataran kampus STAIN. Belumturun dari motornya, si mahasiswalangsung datang menghampirinyaseraya mengatakan, anu kanda sambilmemperlihatkan sebundal skripsi.Penggunaan kata anu yang diikuti katakanda ini dilakukan sebagai katapembuka karena secara emosional, simahasiswa mempunyai hubungankeakraban yang cukup tinggi dengandosen tersebut. Tanpa banyakbertanya, si dosen memahami maksudtuturan. Dia pun langsungmenandatangani lembaran pengesahanskripsi tersebut dan beranjak pergi.Hal serupa juga terjadi pada tuturan(14). Kata senior merupakan kata yanglazim digunakan oleh mahasiswa yangakrab dengan dosennya. Keakraban itu

    terjalin karena terdapat hubunganpersaudaraan, kesamaan etnis, dankesamaan asal sekolah.

    KP-7: Menggunakan Basa Basi danPresuposisi

    Menggunakan basa-basi danpresuposisi merupakan salah satukesantunan positif untuk mencairkansuasana tegang karena diskusi. Hal inidapat dilihat pada contoh berikut.15. O, iyo pak, sebenarnya sa mau

    jawab tadi, tapi keduluan samabapak.Konteks: seorang mahasiswayang menyela pembicaraandosennya seperti basa basi.

    Tuturan “sa mau jawab tadi tapikeduluan sama bapak“ merupakantuturan basa-basi salah seorangmahasiswa peserta diskusi. Tuturanbasa basi tersebut terletak pada klausa“keduluan sama bapak”. Akibatnya,gelak tawa peserta diskusi lainnyapun tidak dapat dihindari. Denganwajah cengengesan sambil menahantawa, dia menyampaikan tuturantersebut. Selanjutnya, O iyo pakmerupakan tuturan yang sebenarnyatidak sopan, tetapi tergolong santunkarena hubungan kekerabatan penuturdan mitra tutur cukup dekat dandisampaikan dalam situasi diskusiyang informal.

    KP-10: Memberikan Tawaran atauJanji

    Memberikan tawaran atau janjijuga merupakan salah satu strategikesantunan positif penutur kepadamitra tutur. Dalam konteks ini,memberikan tawaran atau janji itudapat dilakukan oleh dosen maupunmahasiswa. Hal ini dapat dilihat padatuturan berikut.

  • Fahmi Gunawan: Representasi Kesantunan Brown dan Levinson…

    25

    16. Hari Jumat atau Sabtu saja kitakuliah. Tunggu saja infonya samaketua tingkatKonteks: seorang dosen yangmeminta mahasiswanya memilihwaktu kuliah tambahan di hariyang lain.

    Tuturan (16) merupakan tuturanpermintaan seorang dosen kepadamahasiswanya mengenai penambahanjadual mengajar pada hari Jumat atauSabtu. Klausa “hari Jumat atau Sabtusaja” merupakan pilihan waktu yangditawarkan sehingga mahasiswa hanyadapat memilih satu di antara dua haritersebut. Kemudian, klausa kita kuliahbukan bermakna deklaratif, tetapiinterogatif sebagaimana tuturan (16)“apakah perkuliahan”. Dengandemikian, tuturan (16) setara denganmaksud tuturan, “apakah perkuliahandapat dilakukan pada hari Jumat atauSabtu?

    KP-13: Memberikan Pertanyaan atauMeminta Alasan.

    Memberikan pertanyaan ataumeminta alasan juga merupakan salahsatu strategi kesantunan positifseorang penutur kepada mitra tutur.Hal ini dapat dilihat pada realisasituturan berikut.

    17. Ada juga yang saya mautanyakan pak.Konteks: seorang mahasiswa yanghendak menambahkan pertanyaankawannya.

    Tuturan (17) merupakan jeniskalimat deklaratif tetapi bermaksuduntuk meminta sesuatu. Tuturan inidianggap santun karena menggunakantuturan tidak langsung dalammemberikan pertanyaan kepada mitratuturnya. Keinginan untuk bertanya ini

    dilatarbelakangi oleh atmosfir kelasyang hangat dengan perdebatan.

    PENUTUP

    Berdasarkan analisis data, dapatdisimpulkan bahwa strategikesantunan negatif dilakukan olehpenutur karena hendak menjaga mukanegatif. Hal ini dilakukan untukmengurangi kadar pembatasan danmemperlunak maksud ujaran. Dalamwacana akademik, strategi kesantunannegatif yang digunakan penuturmeliputi, (1) penggunaan ungkapantidak langsung, (2) penggunaanungkapan yang penuh kehati-hatiandan cenderung pesimis, (3)penggunaan kata hormat, dan (4)meminta maaf, sedangkan penggunaanstrategi kesantunan positif dilakukanuntuk menjaga muka positif. Hal ituperlu dilakukan untuk menjagakedekatan hubungan antara penuturdan mitra tutur sehingga komunikasidapat berjalan lancar. Dalam wacanaakademik, ditemukan 4 strategi untukmenjaga muka positif mitra tutur.Keempat strategi itu berupa (1)penggunaan penanda identitaskelompok, (2) penggunaan basa-basidan presuposisi, (3) penggunaanpenawaran dan janji, serta (4)memberikan pertanyaan atau mencarialasan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ahmad, Syarifuddin. 2012. StrategiKesopanan BerbahasaMasyarakat BugisPinrang ProvinsiSulawesi Selatan. Bahasadan Seni: Jurnal Bahasa,Sastra, Seni, danPengajarannya 40(1): 1-13. Malang: UniversitasNegeri Malang.

  • Kandai Vol. 10, No. 1, Mei 2014; 16-27

    26

    Ardhian, Dani. 2012. PendidikanKarakter Pekerti Bangsamelalui StrategiKesantunan dalamKesenian Ketoprak.Prosiding. The 4thInternational Conferenceon Indonesian Studies,Unity, Diversity, andFuture: 213-227. Depok:Fakultas Ilmu BudayaUniversitas Indonesia.

    Arisnawati, Nurlina. 2012. StrategiKesantunan Tindak TuturPenolakan dalam BahasaMakassar. Sawerigading:Jurnal Bahasa dan Sastra(18)1. Makassar: BalaiBahasa Ujung Pandang.

    Brown, P. dan Levinson, S.C. 1987.Politeness SomeUniversals in LanguageUsage. New York:Cambridge UniversityPress.

    Fraser, Bruce. 2005. WhitherPoliteness. Dalam RobinT Lakoff and Sachiko Ide(Ed.). Broadening theHorizon of LinguisticPoliteness: 65-82.Amsterdam/Philadelphia:John BenjaminPublishing Company.

    Gunawan, Fahmi. 2013. PolitenessStrategy on RequestSpeech act in BuginessKendari Language.Prosiding. Language andIts Role in DevelopingNational Identity: The 1stInternational Seminar onLinguistics: 64-76.Padang: AndalasUniversity.

    Gunawan, Fahmi. 2013. WujudKesantunan BerbahasaMahasiswa terhadap

    Dosen di STAINKendari: KajianSosiopragmatik.Arbitrer: ScientificJournal of LinguisticSociety of Indonesia (1)1:8-9. Padang: MLI CabangUniversitas Andalas danFakultas Ilmu BudayaUniversitas AndalasPadang.

    Haugh, Michael. 2011. Epilogue:Culture and Norms inPoliteness Research.Dalam Dániel Z. Kádárand Sara Mills (Ed.)Politeness in East Asia:252-264. New York:Cambridge UniversityPress.

    Holmes, J. 1992. An Introduction toSosiolinguistics. England:Longman Group UKLimited.

    Jauhari, Eddy dan Edy Sugiri. 2012.Kesantunan Positif dalamMasyarakat EtnikTionghoa di Surakarta:Kajian Sosiopragmatik.Mozaik: Jurnal IlmuHumaniora: (12)2.

    Kerbrat, Catherine Orecchioni. 2005.Politeness in France:How to Buy BreadPolitely. Dalam LeoHickey and MirandaStewart (Ed.). Politenessin Europe: 29-44.Clevedon-Buffalo-Toronto: MultilingualMaster LTD.

    Leech, G. 1993. Prinsip-PrinsipPragmatik. Jakarta: UIPress.

    Mahsun. 2005. Metode PenelitianBahasa. Jakarta: PT.Rajagrafindo persada.

  • Fahmi Gunawan: Representasi Kesantunan Brown dan Levinson…

    27

    Oktavianus, Revita. 2013. Kesantunandalam BahasaMinangkabau. Padang:Minangkabau Press.

    Pramujiono, Agung. 2011.Representasi KesantunanBrown dan Levinsondalam Wacana Dialog diTelevisi. Prosiding.Kongres InternasionalMasyarakat LinguistikIndonesia: 235-239.Jakarta: UniversitasAtmajaya.

    Sailan, Zalili. 2012. Solidaritas danKesantunan Berbahasa.Prosiding. ProsidingSeminar Nasional CintaBahasa Indonesia,Sulawesi Tenggara 2012:180-191. Kendari: KantorBahasa Provinsi SulawesiTenggara.

    Sudaryanto. 1993. Metode dan AnekaTehnik PenelitianBahasa. Yogyakarta:Duta Wacana UniversityPress.

    Watts, R. 2003. Politeness.Cambridge: CambridgeUniversity Press.

    __________. 2005. LinguisticPoliteness and PoliticVerbal Behavior:Reconsidering Claims forUniversality. DalamRichard J. Watts, SachikoIde, dan Konrad Ehlich(Ed.). Politeness inLanguage: Studies in ItsHistory, Theory, andPractice: 43-69. Berlin-New York: Mouton deGruyter.