daftar pustaka -...
TRANSCRIPT
119
DAFTAR PUSTAKA
Anjasari, R. 2009. Pengaruh Hutan Tanaman Industri Terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Kampar Kiri. Semarang. Universitas
Diponegoro. Thesis.
Anonim. 2008. PP No 76 Tahun 2008 Tentang Rehabilitasi Hutan dan Reklamasi
Lahan. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Anonim. 2012. Rencana Pengelolaan Hutan Tanaman Kayu Putih di DIY.
Yogyakarta.
Argyris. (1985) Strategy Change and Defensive Routines. Marshfiels, MA:Pitman
Pub.
Astana, S., Deden D., Nunung P., dan Aneka P.S. Analisis Distribusi Margin
Tataniaga Minyak Kayu Putih. Bogor. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Kehutanan.
Brown S. 1994. Rehabilitation of Tropical Lands. A Key to Sustaining
Development. Restoration Ecology 2(2): 97-111.
Budiadi. 2005. Evaluation of The Productivity and Management of Kayu Putih
(Melaleuca leucadendron LINN) Plantations in Java, Indonesia. Kobe. The
Graduate Schooll of Science and Technology, Kobe University.
Dissertation.
120
Clutter, J.L., Fortson, J.C., Piennaar, L.V., Brister, G.H., and Bailey, R.L. 1983.
Quantitative Timber Management. New York. John Wiley & Sons, Inc.
Des Gasper. 1999. Evaluating The “Logical Framework Approach“ –Towards
Learning-Oriented Development Evaluation. Hague. ORPAS – Institute of
Social Studies.
Departemen Kehutanan. 2005. Rencana Strategis Kehutanan 2006-
2005.Departemen Kehutanan. Jakarta.
Departemen Kehutanan. 1999. Undang-undang No.41 tahun 1999 tentang
Kehutanan. Salinan Kepala Biro Hukum dan Organisasi. Dephutbun.
Jakarta.
FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation, FOA Soil Bull. Soil Resources
Management and Conservation Service Land and Water Development
Division. FAO Soil Bulletin No. 52. FAO-UNO, Rome.
Hardjowigeno, S..1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika
Pressindo. Jakarta
http://www.forda-morf.org atau www.litbang.dephut.go.id
121
Kementerian lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2015). Statistik Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2014. Pusat Data dan Informasi,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Lewoema, D.N. 2008. Mampukah Lahan kering NTT Berproduksi. Opini NTT
Online.
Lukito, M.. 2011. Estimasi Produksi Basah Daun Minyak Kayu Putih (Studi
Kasus Bkph Sukun Kph Madiun). Agritek Vol. 12 No. 1 : 36-48.
Lutony, T.L. dan Y. Rahmawati. 1994. Produksi dan Perdagangan Minyak
Atsiri.Penebar Swadaya. Jakarta Hal 15-20.
Mintzberg, H. (1979) The Structure of Organizations. New York: Prentice Hall.
Paiman, A., dan Armando, Y.G., 2010.Potensi Fisik dan Kimia Lahan Marjinal
untuk Pengembangan Pengusaha Tanaman Melinjo dan Karet di Provinsi
Jambi.Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Akta Agrosia, Vol. 13, No.1,
hal 89 – 97.
Purnamasari, UL. 2010. Perancangan Model Data Logika untuk
PerencanaanRehabilitasi Hutan dan Lahan pada Kawasan Hutan Negara.
Skripsi. Fakultas Kehutanan UGM.
Pretzch, H. 2009. Silviculture Concept And Applications. New York. The
McGraw-Hill Companies, Inc.
122
Prastyono. 2010. Potensi Produksi Industri Kayu Putih Skala Kecil di Gunung
Kidul. Yogyakarta. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan
Tanaman Hutan.
Rangkuti, F. 2008. Analisa SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta :
PT.Gramedia Pustaka Utama
Schlaepfer, R. Dan Elliot, C. (2000). Ecological and Landscape Considerations in
Forest Management : The Ecnd of Forestry?. Journal of Sustainable Forest
Management, 1-67. Diambil dari http://link.springer.com
Soerianegara, I dan Indrawan A. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Soeprijadi, D., Danarto, S., Kusumandari, A., Riyanto, S., Siswoko, B.W., dan
Wardhana, W. 2012. Petunjuk Praktek Manajemen Hutan Perencanaan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Yogyakarta. Bagian Manajemen Hutan
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Steiner, G dan Miner. (1997) Management Policy and Strategy. New York:
Macmillan
Suryanto, Priyono. 2013. Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Kayu Putih
Berbasis Kelestarian di DIY. Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.
Sutarahardja, S.1997. Metode Petak Berubah (Tree Sampling) Dalam Pendugaan
Volume Tegakan Hutan Tanaman. (Kerjasama Antara Perum Perhutani
dengan Fakultas Kehutanan). Fakultas Kehutanan IPB.Bogor.
123
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan.
Yuwono, N.W.,.2009.Membangun Kesuburan Tanah di Lahan Marginal.Jurnal
Ilmu Tanah dan Lingkungan. Vol. 9 No. 2, hal. 137 – 141.
LAMPIRAN
124
Lampiran 1. Gambar Lokasi Kawasan Hutan RHL di RPH Randukuning
125
Lampiran 2. Gambar Lokasi Kawasan Hutan RHL di RPH Randukuning
126
127
LMU Anak Petak
Kelerengan Jari
JL/JPU JD Luas PU Jlmh Phn Tiap Kls N/PU N/ha
0-40 cm
41-60 cm
61-80 cm
>81 cm
LMU 1
99b1 11,536959 3,8 3,57083 45,342 4 2 1323
100b 2,865984 3,5 3,48668 38,465 2 3 1 1560
99b2 2,865984 3,33 3,31733 34,819 2 3 1 1723
96a 2,865984 3,41 3,39702 71,344 2 4 2 841
99 e2 2,2924428 3,33 3,32189 34,819 3 2 1 1723
102c 2,865984 3,86 3,84531 46,785 4 2 1282
99 e1 11,536959 3,83 3,59902 46,06 3 1 2 1303
102a1 4,5885657 3,4 3,36691 36,298 4 1 1 1653
103c 2,865984 3,54 3,52653 39,349 1 3 2 1525
103d 5,7391705 3,03 2,98397 28,828 3 3 2081
102b 2,865984 3,37 3,35718 35,661 2 2 2 1683
98 b1 5,7391705 3,02 2,97412 28,638 3 1 2 2095
99 b2 2,2924428 3,58 3,57128 40,243 2 1 3 1491
LMU 2
98b1 5,7391705 4,2 4,13619 55,39 6 1083
99b1 11,536959 4,99 4,68907 78,186 2 4 767
100b 2,865984 4,68 4,66219 68,774 1 2 3 872
96a 2,865984 4,7667 4,74853 71,344 4 2 841
99 e2 2,2924428 4,47 4,45911 62,74 2 2 2 956
102 a1 4,5885657 4,66 4,61465 68,187 3 2 1 880
102c 2,865984 4,3 4,28364 58,059 2 2 2 1033
103c 2,865984 4,33 4,31352 58,872 4 2 1019
128
103d 5,7391705 5,41 5,32781 91,902 3 3 653
99 e2 14,477512 4 3,62523 50,24 3 2 1 1194
99 e1 11,536959 4,17 3,91852 54,601 1 4 1 1099
102 b 2,865984 4,66 4,64227 68,187 5 1 880
103 d 5,7391705 5,41 5,32781 91,902 6 1 653
LMU 3
96a 5,7391705 4,767 4,69458 71,354 6 841
99b1 11,536959 4,65 4,36957 67,895 4 2 884
100b 17,457603 5,28 4,57261 87,538 5 1 685
99 b2 14,477512 4,61 4,17808 66,732 6 899
99 e1 17,457603 4,24 3,67195 56,45 4 2 1063
103c 26,743684 5 3,53553 78,5 6 764
103d 14,477512 5,06 4,58592 80,395 5 1 746
102b 5,7391705 4,68 4,6089 68,774 5 1 872
102a1 17,457603 4,76 4,12228 71,145 2 2 2 843
102c 14,477512 4,66 4,22339 68,187 2 2 2 880
129
Lampiran 3. Rincian Rencana Kegiatan RHL Penanaman Tanaman Kayu Putih di RPH Randukuning
No Nama Kegiatan Rancangan Realisasi
1 Pemilihan Lokasi
Umumnya Kayu Putih relatif mudah ditanam, terutama jenis tanah
Grumusol, Latosol, maupun Regosol
Terlaksana
2. Sistem Tanam Tumpangsari
(Plong-Plongan)
a. Lebar Tanam kayu putih 12 meter, Jarak Tanam 1,5
x 1,5 m
Terlaksana
b. Lebar Jalan Pemeriksaan 1,5 meter
c. Lebar Jalur tanam Tumpangsari 9 meter
d. Arah larikan timur untuk menghindari persaingan cahaya antara tanaman
pokok
3 Teknik Penanaman a. Pemancangan dan
pemasangan patok batas Terlaksana
130
tanaman,
b. Pembersihan Lapangan
c. Pembuatan dan pemasangan acir
d. Pembuatan jalan pemeriksaan
e. Pembuatan Gubuk Tanaman
F. Pengadaan Pupuk Kandang
G. Pembuatan Lubang Tanam ukuran 30 x 30 cm
dan kedalaman 30 cm.
H. Penanaman -->Dipilih bibit yang berkualitas
(sehat, dan siap tanam), Bibit dimasukkan pada
lubang tanam dalam posisi tegak lurus
4 PEMELIHARAAN :
131
a. Penyulaman
Tanaman Kayu yang mati di areal penanaman dilakukan penyulaman agar diperoleh umur tegakan yang sama,
mempertahankan populasi tegakan tetap optimal.
Terlaksana
b. Babad Tumbuhan Bawah
Dilakukan 2 kali satu tahun triwulan (akhir musim
hujan ) dan triwulan IV ( awal musim hujan )
c. Pendangiran dilakukan sampai tanaman
berumur 3 tahun (tahun 2018)
Belom dilakukan
d. Pemupukan
a. Pemberian Pupuk anorganik dilakukan selesai
penanaman maksimal 1 bulan dari saat penanaman (bulan September 2015). B: Tanaman Tahun ke II dan ke III dilakukan pada triwulan
ke IV
Terlaksana
132
e. Pemangkasan a. Pemangkasan
pemotongan bagian pucuk tanaman kayu putih
Belom dilakukan
5. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Kayu
Putih
Mengurangi kerusakan yang ditimbulkan akibat
hama penyakit dan menjaga keseimbangan
ekosistem dihutan
Terlaksana
133
Lampiran 4. Karakteristik-Karakteristik Tiap Prioritas rehabilitasi berdasarkan aspek CASM
Prioritas Luas (ha) Karakteristik LMU
1 123,9
Capability Availability Suitability Manageability
Petak (LMU
3) :
96a, 99b1,
100b,
99b2,
99e1,
103c,
103d,
102b,
102a, 102c
Potensi Kritis : Kelerengan lahan yang
agak curam hingga sangat curam berpotensi
meningkatkan run off, jenis tanah mediteran
atau alfisol dengan tekstur liat lempung
berpasir memiliki sifat agak peka terhadap erosi. Adanya erosi permukaan,
erosi percik dan erosi permukaan, dan erosi permukaan alur. Saat
terjadi hujan lebat sangat rentan terjadi erosi
sehingga akan berdampak hilangnya
unsur hara pada tanah, selain itu akan
menganggu kestabilan tanaman minyak kayu
Kesesuaian lahan: Kondisi lahan tidak
sesuai untuk mendukung
pertumbuhan tanaman minyak kayu putih
dengan kategori kelas kesesuaian lahan Ns. Meskipun terdapat faktor yang menjadi
pembatas dalam pertumbuhan minyak
kayu putih yaitu kelerengan yang curam dan kedalaman solum
yang dangkal.
SDM : jumlah SDM cukup tersedia walaupun sangat terbatas yang tergabung
dalam kelompok tani.
Lereng
Permukaan
(%) : 15%-26%
Swadaya Masyarakat : Perhutani bekerjasama
dengan LMDH, dan LMDH mencakup kelompok-
kelompok tani.
Curah
Hujan :
2000 -
2500
mm/th
Jenis Tanah :
Mediteran
/ Alfisol
Kedalaman
Efektif (cm) : 20
Tekstur
Tanah :
Aksesibilitas : cukup memadai dengan adanya akses jalan yang baik dan
mudah dilalui a. Lapisan
atas : halus
134
b. Lapisan
bawah : halus
putih dikarenakan solum tanah yang dangkal.
Pola tanam: Pola tanam yang digunakan adalah sistem plong-plongan Drainase
:
cepat
Managerial : perlu adanya peningkatan
pengelola dan penyuluhan serta
pendampingan
dengan masing-masing tanaman minyak kayu putih selebar 15m dan
tanaman semusim selebar 9m. Pola tanam
tersebut tidak terlalu efektif jika diterapkan
karena tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
Elevasi
(mdpl) : 311
Suhu (0C) : 31
Kelembaban
(%) : 45
Kondisi Tegakan : Tanaman pokok berupa
minyak kayu putih sangat kristis. Hal tersebut dikarenakan tingkat
kelerengan yang curam, sehingga meningkatkan erosi. Untuk tanaman
semusim seperti jagung, ketela, dan Cabai.
Desa penyangga: Desa Pakem
pH Tanah
(H2O) : 5
Dukuh: Dk Randukuning dan Dk Porang-paring
Kecepatan
Resap Air
(s) : 4
Tingkat Kesejahteraan: Agak rendah
Kelas
Kemampuan
Lahan :
Jarak tanam: 1,5m x 2m
Tata Guna
Lahan : Tanah
kosong Struktur tegakan: tidak
normal Pekerjaan: Mayoratias petani dan buruh tani Jenis
Tanaman :
Minyak
Kayu
Putih
Jenis yang ada: tanaman minyak kayu
putih
Kondisi
Realita
Lapangan :
Kebun
campur
Pendidikan: Mayoritas berpendidikan rendah (tidak sekolah, tidak
135
tamat SD, dan tamat SD)
Ketersediaan lahan: 123,9 ha
Kepemilikan lahan : 290 kepala keluarga memiliki tanah pertanian dengan luasan di bawah < 0,5 ha dan 245 kepala keluarga
tidak memilki lahan pertanian. Maka, kebutuhan lahan
masyarakat terhadap hutan sangat tinggi
Ketersediaan tegakan (n/ha): < 1000
Konflik: Tidak ada konflik dengan masyarakat mengenai tata batas
kawasan
KESIMPULAN Kelas Kemampuan Lahan
Untuk MKP Available untuk dilakukan RHL
Agak Sesuai (NS)
Prioritas Luas (ha) Karakteristik LMU
2 130
Capability Availability Suitability Rasio Kelamin: antar lelaki dan perempuan
jumlahnya tidak terlalu berbeda
Petak (LMU
2) :
99b1,
99b2,
96a,
99e2,
102c,
99e1,
102a1,
103c,
103d,
102b,
98b1,
99b2
Potensi Kritis : Kelerengan lahan yang agak curam berpotensi
meningkatkan run off, jenis
tanah mediteran atau alfisol dengan
tekstur liat lempung
Kesesuaian lahan: Kondisi lahan tidak sesuai untuk mendukung pertumbuhan tanaman minyak
kayu putih dengan kategori kelas kesesuaian lahan NS, NK, NR.
Meskipun terdapat faktor yang menjadi pembatas dalam
pertumbuhan minyak kayu putih yaitu kelerengan yang curam dan kedalaman solum yang dangkal.
Organisasi Pengelola: 1 KRPH sekaligus Mandor
Tanam, 2 Mandor Keamanan
136
Lereng
Permukaan
(%) : 0%-8%
berpasir memiliki sifat
agak peka terhadap erosi.
terjadi erosi permukaan hingga erosi alur karena
tanah terlalu peka. Saat
terjadi hujan lebat sangat
rentan terjadi erosi sehingga
akan berdampak hilangnya
unsur hara pada tanah.
Selain itu dekat dengan
pemukiman dan rawan terhadap aktifitas
masyarakat seperti
penyemprotan tanaman
Curah
Hujan :
2000 -
2500
mm/th
Jenis Tanah :
Mediteran
/ Alfisol
Kedalaman
Efektif (cm) : 40
Tekstur
Tanah :
Pola tanam: Pola tanam yang digunakan adalah sistem plong-plongan dengan masing-masing
tanaman minyak kayu putih selebar 15m dan tanaman
semusim selebar 9m. Pola tanam tersebut tidak terlalu efektif jika diterapkan karena tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
a. Lapisan
atas : Agak
halus
b. Lapisan
bawah : Agak
halus
Drainase : cepat
Elevasi
(mdpl)
:
23,33
137
semusim, pengolahan
lahan, dll Suhu (0C) : 31 Kondisi
Tegakan : Tanaman
pokok berupa minyak kayu
putih tumbuh cukup subur, hal tersebut terlihat dari
masih rapatnya tanaman kayu putih. Untuk
tanaman semusim
seperti jagung.
Kelembaban
(%) : 42
pH Tanah
(H2O) : 6 Jarak tanam: 1,5m x 2m
Kecepatan
Resap Air
(s) : 3
Struktur tegakan: normal- tidak normal
Kelas
Kemampuan
Lahan :
Jenis yang ada: tanaman minyak kayu putih
Tata Guna
Lahan : Kebun
campur
Jenis
Tanaman :
Minyak
Kayu
Putih
Kondisi
Realita
Lapangan :
Kebun
campur
Ketersediaan lahan: 130 ha
Ketersediaan tegakan (n/ha):
1000 – 4000
138
Konflik: Tidak ada konflik
dengan masyarakat
mengenai tata batas kawasan
KESIMPULAN Kelas Kemampuan Lahan
Untuk MKP
Available untuk
dilakukan RHL Sangat Sesuai (NS,NK,NR)
Prioritas Luas (ha) Karakteristik LMU
3 139,8
Capability Availability
Suitability
Petak (LMU
1) :
102c,
96a,
100b,
99b2,
99e2,
102c,
99e1,
102a1,
103c,
103d,
102b,
98b1,
99b2
Potensi Kritis : Kelerengan lahan landai hingga agak
curam berpotensi
meningkatkan run off. Saat terjadi hujan lebat sangat
rentan terjadi erosi sehingga
akan
Kesesuaian lahan: Kondisi lahan sangat sesuai untuk mendukung pertumbuhan tanaman minyak
kayu putih dengan kategori kelas kesesuaian lahan S3K.
139
Lereng
Permukaan
(%) : 8%-15%
berdampak hilangnya
unsur hara pada tanah.
Selain itu dekat dengan
pemukiman dan rawan terhadap aktifitas
masyarakat seperti
penyemprotan tanaman semusim,
pengolahan lahan, dll
Curah
Hujan :
2000 -
2500
mm/th
Pola tanam: Pola tanam yang digunakan adalah sistem plong-plongan dengan masing-masing
tanaman minyak kayu putih selebar 15m dan tanaman
semusim selebar 9m. Pola tanam tersebut tidak terlalu efektif jika diterapkan karena tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Jenis Tanah :
Mediteran
/ Alfisol
Kedalaman
Efektif (cm) : 25
Tekstur
Tanah :
a. Lapisan
atas
:
Halus
b. Lapisan
bawah : Halus
Kondisi Tegakan : Tanaman
pokok berupa minyak kayu
putih tumbuh cukup subur, hal tersebut terlihat dari
masih rapatnya tanaman kayu
Drainase : cepat
Elevasi
(mdpl) : 267 Jarak tanam: 1,5m x 2m
Suhu (0C) :
31 Struktur tegakan: normal- tidak
normal
Kelembaban
(%) : 45
Jenis yang ada: tanaman minyak kayu putih
pH Tanah
(H2O) : 5
140
Kecepatan
Resap Air
(s) : 15
putih. Untuk tanaman semusim
seperti jagung. Kelas
Kemampuan
Lahan :
Tata Guna
Lahan : Kebun
campur
Jenis
Tanaman :
Minyak
Kayu
Putih
Ketersediaan lahan: 139,8 ha
Kondisi
Realita
Lapangan :
Kebun
campur
Ketersediaan tegakan (n/ha):
0 – 4000
Konflik: Tidak ada konflik
dengan masyarakat
mengenai tata batas kawasan
KESIMPULAN Kelas Kemampuan Lahan
Untuk MKP
Available untuk
dilakukan RHL Sangat Sesuai (S3K) Dapat Dikelola
141
Lampiran 5. Jenis dan Sumber Data
No. Jenis Data Sumber Tahun Jenis Data
A DATA SPASIAL
1
2
Peta RPH Pakem dan RPH Randukuning
Peta Administrasi Desa Randukuning,
Porangparing, Pakem, Prawoto
Perhutani
Lab SISPH
-
-
-
Soft
Soft
Soft
2 Ketinggian Perhutani - Soft
3 Tanah Perhutani - Soft
4 Kelerengan Perhutani - Soft
B DATA NON SPASIAL
1 Aksesibilitas LMU (dilihat kondisi fisik
lapangan)
Lapangan - Hard
2 Data tegakan Lapangan - Hard
142
3 Kelembagaan masyarakat Wawancara - Hard
4 Bentuk dan fungsi kelembagaan Wawancara - Hard
5 Aktifitas kelembagaan Wawancara - Hard
6 Kesukaan masyarakat pada jenis sp tertentu Wawancara - Hard
7 Data mata pencaharian masyarakat sekitar RPH
Pakem
Monografi desa - Hard
8 Teknologi konservasi (vegetatif, kimia,
mekanis) yang diterapkan
Lapangan - Hard
9 Biofisik tanah : Lapangan -
Tekstur - Hard
Struktur - Hard
Drainase - Hard
PH - Hard
Solum tanah - Hard
143
10 Kondisi tegakan (Jenis, DBH, tinggi, kondisi) Lapangan - Hard
11 Kondisi tumbuhan bawah (Jenis, jumlah, %
tutupan)
Lapangan - Hard
12 Ketergantungan penduduk terhadap lahan Wawancara - Hard
13 Arah lereng Lapangan - Hard
14 kelerengan PU Lapangan - Hard
15 Bentuk lereng Lapangan - Hard