daftar pustaka d0215080.docx · web viewdalam risetnya, kementerian komunikasi dan informatika...

30
JURNAL PENGARUH TAMPILAN INFOGRAFIS PADA AKUN INSTAGRAM @TIRTOID TERHADAP SIKAP POLITIK (Studi Pengaruh tentang Kebutuhan Informasi, Tampilan Infografis, dan Terpaan Media Mengenai Cek Fakta Pasca Debat Pilpres 2019 pada Akun Instagram @tirtoid Terhadap Sikap Politik Di Kalangan Followers) Oleh: Pitaloka Kusuma Palupi D0215080 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Upload: others

Post on 18-Feb-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

JURNAL

PENGARUH TAMPILAN INFOGRAFIS PADA AKUN INSTAGRAM @TIRTOID TERHADAP SIKAP POLITIK

(Studi Pengaruh tentang Kebutuhan Informasi, Tampilan Infografis, dan Terpaan Media Mengenai Cek Fakta Pasca Debat Pilpres 2019 pada Akun Instagram @tirtoid Terhadap Sikap Politik Di Kalangan Followers)

Oleh:

Pitaloka Kusuma Palupi

D0215080

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2019

2

PENGARUH TAMPILAN INFOGRAFIS PADA AKUN INSTAGRAM @TIRTOID TERHADAP SIKAP POLITIK

(Studi Pengaruh tentang Kebutuhan Informasi, Tampilan Infografis, dan Terpaan Media Mengenai Cek Fakta Pasca Debat Pilpres 2019 pada Akun Instagram @tirtoid Terhadap Sikap Politik Di Kalangan Followers)

Pitaloka Kusuma Palupi

Ign. Agung Satyawan

Program Studi Ilmu Komunikasi, Falkutas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRACT

Information for individuals is important in the context of self-actualization. Especially in the period leading up to the 2019 Presidential Election (Presidential Election). Because individuals need various information to support their political preferences. Of course, the need for information during the election increases along with the increasing findings of the issue of political hoaxes during the election period August 2018 - March 2019 (official website of the Ministry of Communication and Information). Fact checking comes as one form of data journalism, which demands transparency from a journalistic work. To simplify the large number of facts and data that emerged during the election period, Tirto.id made a special journalistic product in the form of infographics checking fact after the 2019 election debate. The theory used in this research is the theory of information integration, this theory assumes that all information has the potential power that can influence people to have certain attitudes. Based on this theory, this study seeks to determine whether there is an influence on information needs, infographics display and media exposure on political attitudes. The location chosen for this research is the Instagram account @tirtoid. The number of respondents in this study was 400 who were followers of the Instagram account @tirtoid, with a cluster random sampling withdrawal technique. The data analysis technique used is multiple linear regression analysis.The results found in this study are information needs have an influence on political attitudes, with a regression coefficient of 0.183. In the second hypothesis, infographics display affect political attitudes with a regression coefficient of 0.403. And finally, media exposure has an influence on political attitudes of 0.369. The conclusion in this study is that infographics about checking the facts after the 2019 presidential election debate uploaded in the Instagram account @tirtoid help understand the facts that occur during the debate thus affecting the political attitudes of @tirtoid followers.

Keywords: new media, social media, theory of information integration.

Pendahuluan

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah memasuki era media baru. Hadirnya media baru sedikit banyak merubah pola perilaku pengguna dalam mengonsumsi media tersebut. Pernyataan ini turut dibenarkan oleh Rakhmat dalam bukunya menyebut bahwa teknologi informasi telah berkembang begitu rupa sehingga tidak ada satu masyarakat modern yang mampu bertahan tanpa komunikasi (Rakhmat, 2005).

Pentingnya informasi atau sering diistilahkan need information bagi seseorang sebenarnya dalam rangka memenuhi aktualisasi diri. Dalam upaya tersebut, informasi juga kerap kali dibutuhkan seseorang untuk menyelesaikan masalah (Fadhli & dkk, 2019). Maka dari itu, kebutuhan informasi setiap orang berbeda-beda tergantung pada kondisi yang sedang dihadapinya.

Namun umumnya, kebutuhan informasi seseorang akan meningkat ketika ia dihadapkan pada situasi yang mengharuskan mereka membuat keputusan. Menjelang masa pemilu, kebutuhan informasi akan meningkat seiring dengan hoaks yang beredar terkait dengan isu-isu politik. Pesta demokrasi lima tahunan ini dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dengan menghembuskan berita hoaks yang akhirnya menimbulkan kegaduhan publik. Dalam risetnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia merilis sejumlah data yang menunjukan peningkatan isu hoaks jelang dan saat masa pemilu capres dan cawapres 2019.

Gambar 1.1

Temuan Isu Hoaks Periode Agustus 2018-Maret 2019

Sumber: Siaran pers dari laman resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, 2019).

Sebagai upaya memberikan edukasi serta menghindarkan masyarakat dari penyebaran hoaks, sebuah komunitas Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) pada 5 Mei 2018 mengajak para pimpinan redaksi serta organisasi pers Indonesia untuk membuat proyek kolaboratif pengecekan fakta (Cekfakta, 2018). Melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU), media yang terlibat diharapkan melakukan verifikasi kebeneran sebuah fakta, sehingga masyarakat pada umumnya teredukasi, khususnya dalam pengetahuan politik selama masa pemilu.

Cek fakta hadir sebagai salah satu wujud dari jurnalisme data, yang menuntut transparansi dari sebuah karya jurnalistik. Untuk menyederhanakan banyaknya fakta dan data yang muncul selama masa pemilu, Tirto.id membuat khusus produk jurnalistik berupa Tampilan Infografis mengenai cek fakta pascadebat pemilu 2019 diberbagai media sosial yang di milikinya, seperti instagram, twitter, maupun facebook. Dalam pengelolaanya, Tirto.id bekerja sama dengan Narasi.

Pada penelitian ini, hanya menggunakan tampilan Tampilan Infografis yang diunggah dalam akun instagram @tirtoid, karena pengikut di media sosial instagram Tirto.id paling banyak dibanding akun media sosial milik Tirto.id lainnya seperti Twitter maupun fanpage Facebook. Pada tanggal 29 Juli 2019 pengikut instagram @tirtoid tercatat mencapai 676.127. Dengan jumlah followers sebanyak itu, peneliti ingin mengetahui seberapa berpengaruh konten yang Tampilan Infografis cek fakta pascadebat pilpres 2019 terhadap sikap politik di kalangan followers akun instagram @tirtoid.

Rumusan Masalah

1. Adakah pengaruh antara kebutuhan informasi mengenai cek fakta pascadebat pilpres 2019 pada akun instagram @tirtoid terhadap sikap politik di kalangan followers @tirtoid?

2. Adakah pengaruh antara tampilan Tampilan Infografis mengenai cek fakta pascadebat pilpres 2019 pada akun instagram @tirtoid terhadap sikap politik di kalangan followers @tirtoid?

3. Adakah pengaruh antara terpaan media mengenai cek fakta pascadebat pilpres 2019 pada akun instagram @tirtoid terhadap sikap politik di kalangan followers @tirtoid?

Landasan Teori

1. Komunikasi dan Komunikasi Massa

Komunikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu communication. Communication sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu communicare yang berarti to share atau to make common to share. Menurut Pearson dan Nelson, komunikasi memiliki arti “as the process of understanding and sharing meaning” (Pearson & Nelson, 2000).

Komunikasi massa banyak definisi yang dikatakan oleh beberapa ahli. Definisi paling ringkas diungkapkan oleh Bittner dimana “mass communication is the messages communicated through a mass medium to a large number of people” (Rakhmat, 2005). Lebih lanjut, Gerbner merinci komunikasi massa sebagai produksi pesan yang berlandaskan teknologi dan terlembaga dalam masyarakat industri (Rakhmat, 2005).

2. Media Sosial

Media baru telah mengubah cara berkomunikasi bersifat pervasif, nonstop dan lebih bersifat personal, privat dan lebih tertutup. Terdapat lima karakteristik media baru yakni packet-switching, multimedia, interactivity, synchronity, dan hypertextuality. Kemampuanya menawarkan interaktifitas ini memungkinkan pengguna dari new media memiliki pilihan informasi apa yang dikonsumsi, sekaligus mengendalikan keluaran informasi yang dihasilkan serta melakukan pilihan-pilihan yang diinginkannya. Menurut Flew, kemampuan menawarkan suatu interactivity inilah yang merupakan konsep sentral dari pemahaman tentang new media. (Watie, & Setya, 2011).

Pada media sosial membuat penggunanya mengeksplorasi diri ke dalam beberapa peran. Turkle menjelaskan bahwa didalam komunikasi yang termediasi melalui komputer, konsep diri bersifat multipel, cair dan terbentuk di dalam interaksi dengan koneksi-koneksi mesin yang ditransformasikan dan dibuat dengan menggunakan bahasa (Suparno, Muktiyo, & Susilastuti, 2016).

3. Instagram

Sebagai salah satu wujud media sosial berbasis foto dan video, Instagram hadir memberikan warna baru dalam cara berkomunikasi. Aplikasi ini mulai dikembangkan oleh Kevin Systrom dan Mike Kreiger pada 6 Oktober 2010. Instagram menurut Atmoko dalam bukunya Instagram Handbook adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan pengguna mengambil foto, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik Instagram sendiri (Atmoko, 2012). Sistem pertemanan di Instagram menggunakan istilah following dan follower. Following berarti mengikuti, sedangkan follower berarti pengikut.

4. Teori Integrasi Informasi

Teori integrasi informasi merupakan teori tentang pengorganisasian pesan atau informasi. Semua informasi memiliki potensi untuk mempengaruhi sikap seseorang, tetapi derajat bagaimana informasi tersebut dapat mempengaruhi sikap dipengaruhi oleh tujuan dan kebenaran informasi yang mendukung keyakinan seseorang (Littlejohn & Foss, 2005).

Teori ini membangun pemahaman bagaimana orang-orang dipengaruhi oleh informasi. Teori ini bermula dengan konsep kognisi yang digambarkan kekuatan sistem interaksi. Informasi adalah salah satu dari kekuatan tersebut dan dapat mempengaruhi sebuah sistem kepercayaan atau sikap individu. Besar tidaknya pengaruh tersebut tergantung kepada dua hal, yaitu:

1. Valensi atau tujuan, yang berarti sejauh mana suatu informasi mendukung apa yang sudah menjadi kepercayaan seseorang. Suatu informasi dapat dikatakan positif apabila informasi tersebut mendukung kepercayaan yang telah ada dalam diri seseorang tersebut sebelumnya.

1. Bobot penilaian, yang berkaitan dengan tingkat kredibilitas informasi tersebut. Maksudnya apabila seseorang melihat informasi tersebut sebagai suatu kebenaran, maka orang tersebut akan memberikan penilaian yang tinggi terhadap informasi itu.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa teori integrasi informasi merupakan teori yang memiliki asumsi bahwa sesorang mengorganisasikan pesan yang diterimanya. Dimana suatu informasi dianggap memiliki potensi untuk mengubah sikap seseorang jika informasi dianggap sesuai dengan tujuan dan dianggap memiliki kebenaran. Sikap memiliki korelasi dengan keyakinan, persepsi.

5. Kebutuhan Informasi

Istilah kebutuhan informasi memiliki beberapa arti, salah satunya menurut Miranda dan Tarapanoff (Ningsih, 2012) kebutuhan informasi merupakan sebuah kondisi atau proses dimulai ketika seseorang mulai memahami bahwa ada kesenjangan antara informasi dan pengetahuan yang tersedia untuk memecahkan masalah dan solusi yang sesungguhnya dari masalah tersebut. Sedangkan menurut Nicholas (Ningsih, 2012) kebutuhan informasi adalah informasi dimana harus mengerjakan pekerjaan secara efektif, memecahkan masalah dengan memuaskan atau melakukan hobi atau keinginan dengan menyenangkan. Hal ini muncul ketika seseorang menyadari adanya kesenjangan antara pengetahuan dan harapan untuk memecahkan masalah.

Selanjutnya pada penelitian ini, peneliti menemukan tinjauan literatur dari buku berjudul Looking Information – A Survey Research on Information Seeking, Needs, and Behavior dengan membagi menjadi tiga (3) aspek yang berkaitan dengan kebutuhan informasi yakni:

1. Seeking answer yaitu kemampuan untuk mengomunikasikan pikiran seseorang untuk “negoisasi” antara pertanyaan dan jawaban.

1. Reducing uncertainty yaitu fungsi ekstrinsik ketidakpastian yang dihasilkan oleh perbedaan antara level kepastian individu saat ini mengenai objek lingungan yang penting dan kriteria yang dicapai.

1. Making-sense yaitu keharusan untuk memahami situasi saat menghadapi masalah atau kekhawatiran untuk membuat sebuah pilihan (Case, 2007).

6. Tampilan Tampilan Infografis

Melihat dari sudut pandang komunikasi, esensi fungsi dan peran media terletak pada isi (content) yang secara terminologis sering disebut sebagai pesan (message). Dalam perkembangannya, pesan di era digital yang tak sekadar teks atau gambar, namun mencampur-adukan kedua elemen atau lebih, kemudian sering kita kenal Tampilan Infografis. Smikiclas mendefinisikan Tampilan Infografis sebagai a visualization of data or ideas that tries to convey complex information to an audience in a manner than can be quickly consumed and easily understood (Ferreira, 2014). Selain itu, menurut Ned Recine, dalam berkomunikasi secara visual mempunyai keuntungan besar, dimana informasi melalui gambar biasanya merupakan “konsumsi” yang mudah bagi pembaca atau khalayak, memperkecil kemungkinan “salah-mengerti” atau misinterpretation (Ferreira, 2014). Dari penjelasan tersebut, jelas bahwa Tampilan Infografis hadir untuk memudahkan khalayak dalam memahami informasi yang dikemas melalui perpaduan antara gambar dan tulisan sehingga maksud atau pesan yang ingin disampaikan dapat dipahami. Tampilan Infografis merupakan produk dari desain komunikasi visual, menurut Roy, setidaknya ada tiga aspek penting dalam pembuatan sebuah Tampilan Infografis yakni:

1. Aspek visual merupakan tampilan Tampilan Infografis yang didukung dengan grafis (gambar) yang dibuat sedemikian rupa dengan kreatif agar menjadi tampilan yang menarik.

1. Aspek konten merupakan pesan dalam Tampilan Infografis yang memuat kronologi waktu yang dikemas dengan sederhana dilengkapi dengan data statisik untuk memudahkan pemahaman khalayak.

1. Aspek informasi merupakan semua data maupun fakta yang terdapat dalam Tampilan Infografis (Roy, 2009).

7. Terpaan Media

Terpaan Media atau pesan terjadi apabila seseorang itu membaca, menonton, mendengar, dan kemudian timbul efek baik langsung maupun tidak langsung sehingga membentuk persepsi dalam dirinya terhadap informasi atau pesan yg menerpanya. Efek yang terjadi akan dapat terlihat pada sikap individu, apakah mengalami perubahan perilaku atau tidak.

Menurut Rosengren (1974) dalam Kriyantono (2008) dalam Umniyati (2017), Terpaan Media melalui media dapat dioperasionalkan menjadi jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai jenis media (frekuensi, durasi), isi berita media yang dikonsumsi, dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media keseluruhan (atensi) (Noorfiyah, Hadisiwi, & Ratna, 2017).

8. Sikap Politik

Sikap politik menurut Plano (Afriana, 2015), mendefinisikan sikap politik sebagai pertalian diantara berbagai keyakinan yang telah melekat dan mendorong seseorang untuk menanggapi suatu objek atau situasi politik dengan suatu cara tertentu. Hal senada juga diungkapkan oleh Sudijono dalam bukunya yang mencoba membedakan antara sikap politik dengan perilaku politik. Ditambahkan, dengan munculnya sikap politik tertentu akan dapat diperkirakan perilaku politik yang akan muncul (Sudijono, 1995). Walaupun sikap lebih abadi dari pikiran atau suasana hati yang fana, namun sikap cenderung berubah sesuai berlakunya waktu dan dengan berubahnya keadaan dan cenderung dipengaruhi oleh berbagai macam motif (karena sikap itu sifatnya insidensial) tergantung dari kondisi atau peristiwa yang mendukung dan melatarbelakanginya.

Sehingga menurut peneliti, sikap politik adalah hal yang bersifat internal yang diwujudkan dalam bentuk tanggapan atau pendapat untuk bereaksi terhadap objek atau situasi politik, sebagai hasil penghayatan dari individu dalam masyarakat yang melibatkan komponen kognitif, afektif dan evaluatif terhadap objek atau situasi politik. Secara garis besar, struktur sikap terdiri dari tiga, yakni:

0. Kognitif

Komponen kognitif mengenai kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang dianggap benar bagi objek sikap. Kepercayaan tersebut terbentuk dari apa yang telah dilihat atau diketahui sebelumnya. Pengalaman pribadi menjadi salah satu penentu faktor terbentuknya kepercayaan.

0. Afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Komponen afektif terbentuk dipengaruhi oleh kepercayaan. Aspek emosional inilah yang paling bertahan terhadap pengaruh yang mungkin mengubah sikap seseorang yang mungkin akan mengubah sikap seseorang (Noorfiyah, Hadisiwi, & Ratna, 2017).

0. Konatif

Dalam struktur sikap, komponen konatif menunjukan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Sikap seseorang umunya dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku terhadap objek. Namun tidak selamanya bahwa kecenderungan berperilaku itu akan benar-benar ditampakkan dalam bentuk perilaku yang sesuai.

Metodologi

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggambarkan atau dapat menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan (Kriyantono, 2010). Lebih jauh lagi, penelitian ini merupakan penelitian berjenis eksplanasi survei. Format ekspalanasi dimaksud untuk menjelaskan suatu generalisasi sampel terhadap populasinya atau menjelaskan hubungan, perbedaan atau pengaruh satu variabel dengan variabel lain (Bungin, 2005). Populasi dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 676.127 akun yang menjadi pengikut atau followers akun instagram @tirtoid. Untuk menghitung sampel yang akan diteliti, menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

keterangan:

n= jumlah sampel

N= jumlah populasi

e= batas tolaransi kesalahan (error tolerance) (Sujarweni, 2014).

Penentuan jumlah sampel, digunakan dengan cara rumus Slovin sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Rincian perhitungannya adalah sebagai berikut:

n = 400

Berdasarkan perhitungan di atas, maka peneliti melakukan pembulatan angka sehingga diperoleh angka 400 sampel untuk dijadikan responden di dalam penelitian ini. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode cluster random sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kelompok (Sujarweni, 2014). Kelompok yang dimaksud adalah followers instagram @tirtoid yang memiliki hak suara dalam Pemilu 2019. Sedangkan pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner.

Hasil Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dilakukan pada penelitian ini dengan dasar bahwa terdapat tiga (3) variabel independen yakni kebutuhan informasi, Tampilan Tampilan Infografis, dan Terpaan Media terhadap sikap politik sebagai variabel dependen.

1. Pengujian Hipotesis

a. Uji T (Parsial)

Uji T bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh parsial (sendiri) yang diberikan variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Pada penelitian ini penentuan keputusan Uji T menggunakan nilai signifikansi 5% atau 0,05. Jadi apabila nilai Uji T < 0,05 maka nilai variable bebas (X) memiliki pengaruh terhadap variabel terikat (Y).

1. Kebutuhan informasi

Tabel 1.1 Tabel Uji Parsial X1

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig.

B

Std. Error

Beta

1

(Constant)

17.400

1.266

13.748

.000

Kebutuhan Informasi

.359

.060

.287

5.976

.000

a. Dependent Variable: Sikap Politik

Sumber: Data olahan, 2019.

Dari data di atas, nilai Sig. pada Uji T parsial variabel kebutuhan informasi bernilai 0,00 sedangkan nilai Sig. ketentuanya adalah 0,05. Sesuai dengan dasar pengambilan keputusan menurut Susetyo dalam bukunya bahwa 0,00 > 0,05 (Susetyo, 2012), sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kebutuhan informasi berpengaruh terhadap variabel dependen (Y) yakni sikap politik di kalangan followers akun Instagram @tirtoid. Kebutuhan informasi memilliki Nilai koefisien regresi (B) variabel sebesar 0,359, dengan hasil ini berarti apabila nilai variabel kebutuhan informasi mengalami peningkatan +1 poin maka pengaruhnya terhadap variabel sikap politik di kalangan followers @tirtoid akan meningkat sebesar 0,359.

2. Tampilan Tampilan Infografis

Tabel 1.2 Tabel Uji T Parsial X2

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig.

B

Std. Error

Beta

1

(Constant)

15.764

1.313

12.004

.000

Tampilan Tampilan Infografis

.566

.081

.331

7.009

.000

a. Dependent Variabel: Sikap Politik

Sumber: Data olahan, 2019.

Dari data di atas, nilai Sig. pada Uji T parsial variabel tampilan infografis bernilai 0,00 sedangkan nilai Sig. ketentuanya adalah 0,05. Sesuai dengan dasar pengambilan keputusan menurut Susetyo dalam bukunya bahwa 0,00 > 0,05 (Susetyo, 2012), sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tampilan infografis berpengaruh terhadap variabel dependen (Y) yakni sikap politik di kalangan followers akun Instagram @tirtoid. tampilan infografis memilliki Nilai koefisien regresi (B) variabel sebesar 0,566, dengan hasil ini berarti apabila nilai variabel tampilan infografis mengalami peningkatan +1 poin maka pengaruhnya terhadap variabel sikap politik di kalangan followers @tirtoid akan meningkat sebesar 0,566.

3. Terpaan Media

Tabel 1.3 Tabel Uji Parsial X3

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig.

B

Std. Error

Beta

1

(Constant)

18.508

1.120

16.532

.000

Terpaan Media

.605

.105

.278

5.771

.000

a. Dependent Variabel: Sikap Politik

Sumber: Data olahan, 2019.

Dari data di atas, nilai Sig. pada Uji T parsial variabel terpaan media bernilai 0,00 sedangkan nilai Sig. ketentuanya adalah 0,05. Sesuai dengan dasar pengambilan keputusan menurut Susetyo dalam bukunya bahwa 0,00 > 0,05 (Susetyo, 2012), sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel terpaan media berpengaruh terhadap variabel dependen (Y) yakni sikap politik di kalangan followers akun Instagram @tirtoid. terpaan media memilliki Nilai koefisien regresi (B) variabel sebesar 0,605, dengan hasil ini berarti apabila nilai variabel terpaan media mengalami peningkatan +1 poin maka pengaruhnya terhadap variabel sikap politik di kalangan followers @tirtoid akan meningkat sebesar 0,605.

b. Uji F (Simultan)

Uji F bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh secara simultan (bersama-sama) yang diberikan variabel (X) terhadap variabel terikat (Y),pada Uji F menggunakan penentuan nilai signifikansi 5% atau 0,05. Dengan begitu apabila nilai Uji F < 0,05 maka nilai simultan variabel bebas atau semua variabel independen (X) berpengaruh terhadap variabel terikat (Y). Hasil uji F akan ditampilkan pada tabel berikut ini:

Tabel 1.4 Tabel Uji F Simultan

ANOVAb

Model

Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

1

Regression

707.264

3

235.755

26.559

.000a

Residual

3515.126

396

8.877

Total

4222.390

399

a. Predictors: (Constant), Terpaan Media, Tampilan Tampilan Infografis, Kebutuhan Informasi

b. Dependent Variabel: Sikap Politik

Sumber: Data olahan, 2019.

Dari data diatas nilai Sig pada uji F simultan variabel X bernilai 0,00 sedangkan nilai Sig ketentuannya adalah 0,05. Jadi 0,00 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel X (kebutuhan informasi, Tampilan Tampilan Infografis dan Terpaan Media) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y) yaitu sikap politik di kalangan followers akun @tirtoid

2. Uji Regresi

Koefisien regresi atau biasa disimbolkan dengan (B) dapat digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Koefisien regresi (B) merupakan jumlah perubahan yang terjadi pada variabel dependen (Y) yang disebabkan oleh perubahan pada variabel independen (X). Berikut ini ialah nilai dari variabel kebutuhan informasi, Tampilan Tampilan Infografis, dan terpaaan informasi ketika dibandingkan bersama-sama.

Tabel 1. Tabel Koefisien Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig.

Collinearity Statistics

B

Std. Error

Beta

Tolerance

VIF

1

(Constant)

10.650

1.608

6.624

.000

Kebutuhan Informasi

.183

.064

.147

2.880

.004

.811

1.233

Tampilan Tampilan Infografis

.403

.085

.236

4.761

.000

.853

1.173

Terpaan Media

.369

.107

.169

3.445

.001

.869

1.150

a. Dependent Variabel: Sikap Politik

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh persamaan regresi linier berganda seperti di bawah ini:

Y = 10,650 + 0,183X1 + 0,403X2 + 0,369X3

Hasil persamaan di atas, dapat dianalisis pengaruh variabel X (kebutuhan informasi, Tampilan Tampilan Infografis, dan Terpaan Media) terhadap variabel Y (sikap politik di kalangan followers akun instagram @tirtoid) adalah konstanta 10,650 dengan persamaan sebagai berikut:

a. Kebutuhan informasi

Berdasarkan hasil di atas diketahui nilai koefisien regresi (B) variabel kebutuhan informasi sebesar 0,183 bernilai positif, hal ini berarti apabila variabel Terpaan Media mengalami peningkatan sebesar 1 poin maka pengaruhnya terhadap variabel sikap politik akan meningkat sebesar 0,183.

b. Tampilan Infografis

Berdasarkan hasil di atas diketahui nilai koefisien regresi (B) variabel tampilan infografis sebesar 0,403 bernilai positif, hal ini berarti apabila variabel tampilan infografis mengalami peningkatan sebesar 1 poin maka pengaruhnya terhadap variabel sikap politik akan meningkat sebesar 0,403.

c. Terpaan Media

Berdasarkan hasil di atas diketahui nilai koefisien regresi (B) variabel terpaan media sebesar 0,369 bernilai positif, hal ini berarti apabila variabel terpaan media mengalami peningkatan sebesar 1 poin maka pengaruhnya terhadap variabel sikap politik akan meningkat sebesar 0,369.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil perhitungan regresi berganda variabel kebutuhan informasi dalam Uji Signifikansi Parsial (Uji t), menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat yaitu sikap politik di kalangan follower akun Instagram @tirtoid. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha pada hipotesis pertama diterima, artinya hipotesis pertama dalam penelitian ini terbukti, bahwa terdapat pengaruh antara kebutuhan informasi terhadap sikap politik di kalangan follower akun instagram @tirtoid.

1. Berangkat dari hasil perhitungan regresi berganda pada uji t, hipotesis kedua terbukti, artinya variabel tampilan infografis berpengaruh secara signifikan terhadap pengaruh terhadap variabel dependen yaitu sikap politik di kalangan follower akun Instagram @tirtoid. Maka kesimpulan yang dihasilkan adalah Ha diterima dan H0 ditolak.

1. Pada variabel terpaan media, hasil penghitungan Uji Signifikansi Parsial (Uji t), menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan terhadap sikap politik di kalangan follower akun instagram @tirtoid. Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga terbukti dengan artian terdapat pengaruh antara terpaan media terhadap sikap politik di kalangan follower akun instagram @tirtoid.

Daftar PustakaAfriana, L. Y. (2015). Sikap Politik Anak Punk Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2015. Skripsi.Atmoko, B. D. (2012). Instagram Handbook Tips Fotografi Ponsel. Jakarta: Media Kita.Bungin, B. (2005). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media.Case, D. O. (2007). Looking Information – A Survey Research on Information Seeking, Needs, and Behavior (2nd ed.). California: Academic Press.Cekfakta. (2018). Diakses pada Mei 6, 2019, dari Tentang kami: cekfakta.comFadhli, R., & dkk. (2019). Generasi Z Pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat: Bagaimana Mereka Berperilaku Dengan Informasi. Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan, Dan Kearsipan Volume 21, Nomor 1, 47-59.Ferreira, J. (2014). Infographics: An Introduction. Centre for Business in Society Coventry University.Juwito, & Alawia, S. S. (2009). POLA KOMUNIKASI POLITIK PEREMPUAN DALAM PEMILU. Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 1 No.2, 121-129.Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. (2016). Retrieved 11 20, 2019, from Mengenal Generasi Milenial: www.kominfo.go.id/mengenal/generas/millennialKementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. (2019). Diakses pada Mei 20, 2019, dari Temuan Isu Hoaks Periode Agustus 2018 – Maret 2019: www.kominfo.go.idKriyantono, R. (2010). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Group.Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2005). Theories of human communication. Thomson Wadsworth.Ningsih, H. S. (2012). Kebutuhan Informasi dan Pemenuhan Kebutuhan Akan Informasi. Skripsi.Noorfiyah, U., Hadisiwi, P., & Ratna, J. (2017). Pengaruh Terpaan Media Riset Melalui Website www.ppet.lipi.go.id Terhadap Sikap Mahasiswa Mengenai Penelitian. Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 5, No. 1, 111-120.Rakhmat, J. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.Roy, S. (2009, November 18). Diakses pada November 13, 2019, dari situs Spestudios: https://spyrestudios.com/the-anatomy-of-an-infographic-5-steps-to-create-a-powerful-visual/Sudijono, S. (1995). Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Press.Sujarweni, V. W. (2014). SPPS untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.Suparno, B. A., Muktiyo, W., & Susilastuti, R. (2016). Media Komunikasi Representasi Budaya dan Kekuasaan. Surakarta: UPT Penerbit dan Percetakan UNS (UNS Press).Susetyo, B. (2012). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama.Watie,, & Setya, E. D. (2011). Komunikasi dan Media Sosial. Jurnal The Messenger, Volume III, Nomor 1, 69-75.