daftar isi - uny journal
TRANSCRIPT
1Edisi Februari 2015
WUNYTahun XVII, Nomor 1, Februari 2015
DAFTAR ISI
t Pembelajaran Sains-Fisika Berbasis KonteksOleh: Izaak H.Wenno/FKIP Unpatti Ambon ............................ 3
t Pembelajaran Penjumlahan Bilangan Bulat yang Menyenangkan Menggunakan Media Tangga Garis BilanganOleh: Fiati Yuwananingsih/SMPN4 Tempel, Sleman Yk ........... 19
t Mind Mapping dalam Pembelajaran K3 Kelistrikan untuk Meningkatkan Kreativitas dan Aktivitas Siswa.Oleh: Riski Putri Harsanti/S2 UNY .......................................... 27
t Peranan Media Sosial dalam Dunia PendidikanOleh: Istanto/SMK Ma'arif I Kalibawang K.Progo ................. 41
t Pemanfaatan Games Kartu Jodoh dalam Pembelajaran IPSOleh: Iswanto/SMPN 3 Berbah Sleman Yogyakarta ................. 52
t Pemanfaatan Gerabah untuk Mengurangi Emisi Gas Buang Kendaraan BermotorOleh: Ety Dwiastuti/SMKN 2 Yogyakarta ............................... 63
t Merancang LaboraturiumTata BogaOleh: Chomzana Kinta/SMKN 1 Sewon Bantul ...................... 75
2 UNYUNY Edisi Februari 2015
t Mengenal Berbagai Macam Mikroba Patogen Pencemar PanganOleh: Siti Umniyatie/FMIPA UNY .......................................... 87
t Pengenalan Tokoh Wayang dalam Seni Teater pada Pelajaran Seni Budaya Kelas XIOleh: Yunita Purwandari/ SMKN 4 Yogyakarta ...................... 99
t Pengaruh Situs Jejaring Sosial Facebook terhadap Perkembangan Kognitif RemajaOleh: Sunarti/SMAN 1 Cangkringan Sleman Yogyakarta .......107
3
Pembelajaran Sains-Fisika Berbasis Konteks
Izaak H. Wenno
Staf Pengajar FKIP Unpatti Ambon Program Studi Pendidikan Fisika
e-mail: [email protected]
Pendahuluan
Mengajarkan sains-fisika dikatakan efektif jika siswa ditempatkan/
dipandang sebagai subjek. Sebagai subjek pembelajaran siswa memiliki
pribadi dinamis yang sedang berjuang mengembangkan diri untuk menjadi
lebih manusiawi, lebih sempurna dalam seluruh aspek kemanusiaannya,di
antaranya pengetahuan, kemampuan, keterampilan, sikap, dan perasaannya.
Jadi, pembelajaran sains-fisika harus ditafsirkan sebagai penciptaan situasi,
kemudahan, dan pemberian bimbingan agar mereka membentuk dan
mengembangkan dirinya secara maksimal melalui serangkaian proses yang
mereka alami dalam proses pembelajaran sains-fisika di sekolah.
Belajar fisika bukan sekedar memahami suatu fakta tertentu,
melainkan bagaimana mengintepretasikan fakta-fakta tersebut ke dalam
konteks kehidupan pribadi siswa.Hal lain yang perlu diperhatikan juga dalam
proses pembelajaran sains-fisika di sekolah, yakni guru sains-fisika (GSF)
dapat membangkitkan semangat siswa untuk bertanya, menemukan jawaban,
dan mengonstruksi setiap permasalahan yang dihadapi melalui gagasan-
gagasan/ide-idenya sendiri.
Mengajarkan Sains-Fisika
Pembelajaran sains-fisika akan dapat mencapai hasil apabila
direncanakan dengan baik. Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan kegiatan pembelajaran, yakni: a) materi yang akan diajarkan, b)
cara mengajarkan, dan c) cara mengetahui proses pembelajaran dapat
berlangsung dan sejauh mana siswa berhasil menguasainya.
Edisi Februari 2015
4
GSF yang baik adalah guru yang senantiasa membawa perhatian siswa
pada materi pembelajaran sains-fisika yang diorganisasi dengan baik, memberi
tugas serta pertanyaan yang jelas kepada siswa, menyediakan waktu yang
cukup bagi siswa untuk memahami materi, menjawab pertanyaan siswa dan
diikuti umpan balik, menguasai materi serta kompetensi pembelajaran yang
diperlukan dan dapat monitor perkembangan kemajuan belajar siswa, serta
dapat memberikan follow up. Artinya, secara ideal GSF yang bertugas
mendidik, mengajar, melatih, dan membimbing dituntut untuk bertindak
bijaksana dan harus dapat berfungsi sebagai ahli bidang studi, kreator, model
dan aktor, dan fasilitator dalam pembelajaran di sekolah.
1. Sebagai ahli bidang studi, GSF dituntut berkompeten dalam materi
pembelajaran, mampu menyusun tujuan, standar isi, standar prosedur,
standar tes kurikulum, mencari dan merangkum sumber pembelajaran, dan
membuat bahan ajar.
2. Sebagai kreator, GSF dituntut mampu menciptakan strategi pembelajaran
dan evaluasi pembelajaran secara efektif dalam pencapaian tujuan dan
berkualitas dalam pencapaian prestasi belajar siswa.
3. Sebagai model dan aktor, pada saat mendidik/mengajar, GSF dituntut
mampu mengelola kegiatan pembelajaran dengan optimal, meningkatkan
motivasi serta partisipasi belajar siswa selama proses pembelajaran, dan
mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.
4. Sebagai fasilitator, pada saat membimbing/melatih, GSF dituntut mampu
membuat proses pembelajaran dalam suasana yang kondusif,
menyenangkan,menggairahkan,dan tidak membosankan, sehingga proses
pembelajaran berjalan optimal.
5. Sebagai pemberi penguatan, dalam proses pembelajaran, GSF hendaknya
memberi reinforcement untuk membangkitkan minat dan motivasi siswa
terhadap materi yang disampaikan. Hal ini dilakukan dengan memberi
pujian (verbal) atau senyuman (nonverbal) ketika siswa memberi respons
terhadap materi yang sedang dipelajarinya.
Sains-Fisika merupakan representasi dari suatu hubungan dinamis
UNYUNY Edisi Februari 2015
5
yang mencakup tiga faktor utama, yaitu: "the extent body of scientific
knowledge, the values of science, and the methods and processes of science".
Pandangan ini lebih luas dibandingkan dengan pengertian sains yang
dikemukakan Hungerford, Volk & Ramsey karena Trowbridge & Bybee selain
memandang sains sebagai suatu proses dan metode (methods and processes)
serta produk-produk (body of scientific knowledge), juga melihat bahwa sains
mengandung nilai-nilai (values). Sains adalah sekumpulan nilai dan prinsip
yang dapat menjadi petunjuk pengembangan kurikulum dalam sains-fisika.
Sebagai body of scientific knowledge, sains-fisika adalah hasil
interpretasi/deskripsi tentang dunia kealaman (natural world). Hal ini
sesungguhnya sama dengan elemen produk pada definisi sains yang
dikemukakan oleh Hungerford at al., (1985). Tujuan pokok sains-fisika adalah
pengembangan body of scientific knowledge, sedangkan Herbert (1999: 2)
menyatakan: “science emerges from the other progressive activities of man to
be the extent that new concepts arise from experiments and observations and
the new concepts in turn lead to further experiments and observations”.
Sains-Fisika pada dasarnya mencari hubungan kausal antar gejala-
gejala alam yang diamati. Oleh karena itu, proses pembelajaran sains-fisika
seharusnya mengembangkan kemampuan bernalar dan berpikir sistematis,di
samping kemampuan deklaratif yang selama ini dikembangkan. Salah satu
inovasi sebagai salah satu usaha adalah mencari model-model pembelajaran
sains-fisika yang memiliki kontribusi terhadap peningkatan mutu pendidikan
sains (Carin & Sund, 1990: 6).Artinya, belajar sains-fisika tidak hanya belajar
dalam wujud pengetahuan deklaratif berupa fakta, konsep, prinsip, hukum,
tetapi juga belajar tentang pengetahuan prosedural berupa cara memperoleh
informasi, cara sains dan teknologi bekerja, kebiasaan bekerja ilmiah, dan
keterampilan berpikir. Belajar sains memfokuskan kegiatan pada penemuan
dan pengolahan informasi melalui kegiatan mengamati, mengukur,
mengajukan pertanyaan, mengklasifikasi, memecahkan masalah, dan
seterusnya.
Pembelajaran sains-fisika lebih menekankan pada pemberian
Edisi Februari 2015
6
pengalaman langsung. Dengan demikian, siswa perlu dibantu untuk mampu
mengembangkan sejumlah pengetahuan yang menyangkut kerja ilmiah dan
pemahaman konsep serta aplikasinya. Bahan kajian kerja ilmiah adalah: 1)
mampu menggali pengetahuan melalui penyelidikan/penelitian; 2) mampu
mengomunikasikan pengetahuannya; 3) mampu mengembangkan
keterampilan berpikir; dan 4) mampu mengembangkan sikap dan nilai ilmiah.
Adapun bahan kajian sains-fisika yang berkaitan dengan pemahaman
konsep dan penerapannya adalahmemiliki pengetahuan, pemahaman, dan
aplikasi tentang:(1) makhluk hidup dan proses kehidupan;(2) materi dan
sifatnya;(3) energi dan perubahannya;(4) bumi dan alam semesta; dan(5)
hubungan antara sains-fisika, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
PenerapanStrategi Pembelajaran Sains-FisikaBerbasisKonteks
1. Penyusunan Silabus dan RPP
a. Silabus dan RPP disusun oleh GSF yang dikembangkan berdasarkan
standar isi dan standar proses yang disesuaikan dengan K-13.
b. Dapat menerapkan metode, pendekatan, dan model pembelajaran
berbasis saintifik, jika siswa memiliki minat yang tinggi dan sikap
positif terhadap pembelajaran sains-fisika; misalnya, menerapkan
metode ceramah dialogis, diskusi, tugas dan resitasi, demonstrasi dan
eksperimen, pendekatan discovery/inquiry, pemecahan masalah, dan
model kreatif problem solvingdan dapat menerapkan LKS dan Modul
sains-fisika.
2. Penyiapkan Bahan Ajar (Modul dan LKS)
a. Pada jenjang SMP, di samping buku-buku teks, GSF juga dikenalkan
dengan lembar-lembar pembelajaran (instructional sheet) dengan
nama yang bermacam-macam, di antaranya: lembar tugas, lembar
kerja, lembar informasi, dan bahan ajar lainnya, cetak maupun
noncetak.
UNYUNY Edisi Februari 2015
7
b. Modul dan LKS yang dikembangkan dalam pembelajaran sains-fisika
dibuat dengan alasan: ketersediaan bahan ajar sesuai tuntutan
kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah
belajar. Pengembangan bahan ajar harus memperhatikan tuntutan
kurikulum, artinya bahan ajar yang akan dikembangkan harus sesuai
dengan kurikulum. Pada KTSP dan dilengkapi dengan K-13, standar
kelulusan, telah ditetapkan oleh pemerintah, namun bagaimana
mencapainya dan bahan ajar yang digunakan diserahkan sepenuhnya
kepada pendidik sebagai tenaga profesional.
c. Pertimbangan lain dalam membuat LKS dan modul adalah
karakteristik sasaran. LKS dan modul yang dikembangkan didasarkan
pada karakteristik siswa, yakni; kemampuan awal yang telah dikuasai,
minat belajar dan sikap siswa terhadap pembelajaran. Selain
karakteristik siswa, juga lingkungan sosial, budaya, dan geografis,
tempat siswa berada.
d. Pengembangan LKS dan modul sebagai bahan ajar harus dapat
menjawab atau memecahkan masalah sains-fisika ataupun kesulitan
dalam belajar. Terdapat sejumlah materi pembelajaran yang seringkali
sulit bagi siswa untuk memahaminya ataupun sulit bagi GSF untuk
menjelaskannya. Kesulitan tersebut dapat saja terjadi karena materi
yang abstrak, rumit, asing, dan seterusnya.
Edisi Februari 2015
8
3. Pelaksanaan Pembelajaran Sains-Fisika di Kelas dan Laboratorium
a. Siklus Mengajar
b. Secara umum ada tiga siklus dalam strategi pembelajaran sains-fisika,
yakni siklus permulaan pembelajaran (prainstruksional), siklus proses
pembelajaran (instruksional), dan siklus akhir pembelajaran (penilaian
dan follow up). Interaksi antara ketiga siklus pembelajaran dapat dilihat
pada gambar 2 di atas: Ketiga siklus itu harus benar-benar
diimplementasikan dalam proses pembelajaran sains-fisika. Artinya,
ketiga siklus itu saling keterkaitan satu dengan yang lain, siklus yang
satu tidak boleh didahului, namun harus dilaksanakan sesuai dengan
proses pembelajaran yang sistematis. Proses pembelajaran harus
Gambar 1. Kerangka Siklus Strategi Pembelajaran Sains-Fisika
UNYUNY Edisi Februari 2015
9
dilakukan melalui tiga siklus, sehingga apa yang diinginkan GSF dan
siswa akan tercapai dan melalui siklus pembelajaran di atas dapat
menciptakan pembelajaran sains-fisika yang sistematis, kreatif, dan
humanis.
1) Siklus Prainstruksional (Permulaan Pembelajaran)
Prainstruksional adalah siklus permulaan yang harus ditonjolkan
oleh GSF sebelum proses pembelajaran dilaksanakan; melalui berbagai
cara/teknik GSF memotivasi dan meningkatkan minat belajar siswa
sebelum masuk dalam inti pembelajaran.
Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan oleh GSF dan siswa pada
siklus permulaan ini, yaitu : a) mempersiapkan bahan yang mau diajakan,
alat, dan bahan praktikum; b) memberikan apresepsi melalui berbagai
cara, misalnya GSF menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siapa
yang tidak hadir, bertanya kepada siswa sampai di mana konsep pelajaran
sains-fisika sebelumnya, serta memberikan penguatan; c)
mempersiapkan pertanyaan untuk merangsang siswa untuk aktif belajar
di kelas; d) GSF melakukan pretes (jika perlu) untuk mengetahui tingkat
penguasaan siswa terhadap materi sebelumnya; e) mengajukan
pertanyaan kepada siswa dalam kelas, atau siswa tertentu tentang materi
pelajaran sains-fisika yang sudah diberikan sebelumnya; f) memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan yang belum
dikuasainya dari pembelajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya; g)
memberi kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dengan teman, jika
ada konsep sains-fisika yang belum dimengerti; dan h) mengulang
kembali bahan yang lalus secara singkat, tetapi mencakup semua aspek
bahan yang telah dibahas sebelumnya.
Tujuan dari langkah awal pembelajaran ini adalah memberikan
respons, motivasi/dorongan dan menggali potensi siswa terhadap konsep
sains-fisika yang telah diterima sebelumnya, dan membangkitkan minat,
sikap, dan rasa ingin tahu terhadap konsep yang akan dipelajarinya.
Edisi Februari 2015
10
2) Siklus Instruksional (Proses Pembelajaran)
Siklus instruksional adalah prosedur pembelajaran atau
prosedur inti. Prosedur ini memberikan bahan yang telah disusun
sebelumnya yang disesuaikan dengan karakteristik siswa, guru,
bahkan karakteristik dari sekolah. Jika GSF memberikan tugas
kepada siswa dalam proses pembelajaran, siswa akan memasukkan
pengetahuannya sehari-hari, dari guru maupun orang tua (school
knowledge and action knowledge).Secara rinci berbagai kegiatan dapat dilakukan oleh GSF dan siswa
pada siklus proses pembelajaran ini, yaitu: a) menuliskan dan
menjelaskan kepada siswa tujuan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
harus dicapai oleh siswa dalam satu atau beberapa kali pertemuan di
dalam kelas atau di laboratorium; b) menuliskan dan menjabarkan konsep
dan subkonsep sains-fisika yang akan dibahas dalam pertemuan itu; c)
membahas materi yang telah dituliskan tadi yang disesuaikan dengan
RPP. Intinya, dalam pembahasan materi perlu dilakukan penjelasan
materi dengan menggunakan logika deduktif verifikatif ke logika induktif
abstraktif (penjelasan umum ke penjelasan khusus atau dari aspek
kognitif rendah ke aspek kognitif tinggi); d) untuk setiap indikator yang
dijelaskan perlu disertai contoh-contoh soal yang sifatnya memacu
pemahaman dan daya nalar siswa; e) dalam peyampaian materi perlu
digunakan variasi metode, pendekatan, model, dan media, dilanjutkan
dengan melakukan asesmen autentik (tes dalam proses pembelajaran); f)
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan berbagai
masalah dalam bentuk diskusi atau curah pendapat antara GSF dengan
siswa atau siswa dengan siswa; g) siswa diberi waktu untuk berpikir
dalam merumuskan gagasan sendiri; h) siswa diberi kesempatan untuk
mengungkapan ide/pikiran sendiri; i) membimbing dan mengarahkan
siswa untuk melaksanakan eksperimen di laboratorium; j) mengarahkan
UNYUNY Edisi Februari 2015
11
siswa untuk membuat generalisasi pada konsep yang diteriman; dan k)
menyimpulkan apa yang dijelaskan dalam setiap kali tatap muka, dikelas
maupun di laboratorium.
3) Siklus Asesmen dan Tindak Lanjut (Follow Up)
Tujuan prosedur ini adalah mengetahui tingkat keberhasilan, dari
sisi guru maupun dari sisi siswa. Sisi guru dapat memberikan gambaran
sampai sejauhmana keberhasilan dan ketercapaian konsep yang
disampaikan. Sisi siswa dapat mengetahui tingkat keberhasilan dan
penguasaan materi yang disampaikan guru.
Secara rinci berbagai kegiatan dapat dilakukan oleh GSF dan siswa
pada siklus akhir pembelajaran, yaitu: a) GSF memberikan tugas atau
latihan guna merangsang siswa untuk belajar dan mengungkapkan apa
yang telah dipelajari; b) GSF memberikan generalisasi/simpulan atas
semua indikator yang dijelaskan dalam proses pembelajaran; c) GSF
memberikan refleksi untuk menilai kinerja diri sendiri dengan penuh
kesadaran sebagai bahan perbaikan pada kinerja berikutnya; kelebihan
dan kekurangan yang terjadi pada proses pembelajaran perlu
diidentifikasi sebagai acuan untuk merancang pembelajaran berikutnya;
d) melakukan postes berbentuk uraian objektif guna mengetahui tingkat
penguasaan siswa secara keseluruhan materi sains-fisika yang diberikan;
e) jika hasil tes yang dilakukan secara individual maupun kelompok
tingkat penguasaannya 65 %, GSF harus melakukan program remedial
melalui tes ulang, mengulang kembali materi yang belum dikuasai siswa,
dan memberikan latihan soal, disekolah maupun dirumah. Untuk tingkat
ketuntasan 65 %, dilakukan pengayaan dan akselerasi dalam bentuk
pemberian materi tambahan, mengerjakan soal-soal, dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mempelajari kompetensi dasar
berikutnya; f) untuk memperdalam pengetahuan siswa terhadap materi
yang diberikan di sekolah, GSF memberikan tugas/pekerjaan rumah yang
ada hubungannya dengan konsep yang telah dibahas. Tugas yang
Edisi Februari 2015
12
diberikan bisa dalam bentuk kelompok maupun individual; dan g) di akhir
pembelajaran, hendaknya diberikan penjelasan atau memberi tahu
konsep yang akan dibahas pada pembelajaran berikutnya, dan
mengharuskan siswa untuk menyiapkan/ mempelajarinya di rumah.
Kaitan dengan asesmen, GSF dapat menilai hasil belajar yang
berkaitan dengan domain kognitif tidak hanya melalui penjenjangan skor-
skor yang dicapai, tetapi juga dilihat dari kemampuan siswa dalam hal
melakukan solusi, merencanakan, memberi contoh, memformulasi
konsep, memverifikasi, mengkritik, menyertifikasi, merevisi,
memberikan ide yang unik, dan seterusnya. Domain afektif dapat dilihat
dari segi kegairahan/ keantusiasan, rasa ingin tahu, kepercayadirian,
kemampuan mengarahkan diri, ketegasan memilih hal-hal yang positif,
pemahaman terhadap diri sendiri, komitmen, fantasi/ khayalan yang
bersifat membangun, penyesuaian diri, keluwesan terhadap orang lain,
asas mengutamakan orang lain, mengenali jiwa orang lain, kemampuan
bereaksi, dan seterusnya. Domain sensorimotor dapat dilihat dari
keterampilan, daya tahan, kecakapan/ penguasaan mengungkapkan diri,
pengendalian, dan kemampuan menggunakan alat ukur.
Instrumen penilaian yang dipakai untuk mengukur hasil belajar
dapat disusun bersamaan dengan penentuan tujuan pembelajaran. Untuk
domain kognitif dapat berupa tes kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah.
4. Panduan Penskoran Asesmen Autentik (Unjuk Kerja)
Dalam proses pembelajaran, GSF dapat menerapkan asesmen autentik
untuk menilai aktivitas siswa dengan memberikan skor berdasarkan apa
yang dilakukan oleh siswa dengan menggunakan lembaran observasi dan
unjuk kerja yang berpatokan pada pedoman penskoran berikut ini.
UNYUNY Edisi Februari 2015
Tabel 1. Pedoman Penskoran dalam PBM di Kelas
Tabel 2. Pedoman Penskoran dalam PBM di Laboratorium
13Edisi Februari 2015
14
5. Teknik Penyampaian
a. Menguasai berbagai strategi mengajar, dalam hal ini, metode,
pendekatan, model, media pembelajaran (LKS dan modul), serta
asemen autentik (unjuk kerja dan observasi) disertai dengan rubrik
penilaian yang ditampilkan dalam informasi pendukung.
UNYUNY Edisi Februari 2015
15
b. Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih
bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
Dengan dasar ini, pembelajaran sains-fisika harus dikemas menjadi
proses mengonstruksi, bukan menerima pengetahuan.
c. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan menemukan semua materi
sains-fisika yang diterapkan (materi besaran, satuan, dan
pengukuran). Membiasakan siswa merumuskan masalah,
mengamati/melakukan observasi, menganalisis, dan menyajikan
hasil dalam tabel/diagram/gambar, serta membiasakan siswa
menginterpretasi apa yang diamati dan dieksperimenkan.
d. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. Proses
Pembelajaran sains-fisika di kelas dapat diterapkan antara guru dan
siswa, antara siswa dan siswa. Aktivitas siswa bertanya juga
ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika
menemui kesulitan, dan ketika mengamati.
e. Menciptakan masyarakat belajar (dalam kelompok-kelompok).
Dalam kelas, GSF selalu melaksanakan pembelajaran dalam
kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-
kelompok yang anggotanya heterogen. Masyarakat belajar bisa
terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah.
f. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran sains-fisika.
Dalam pembelajaran sains-fisika, GSF bukan satu-satunya model,
tetapi model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang
siswa ditunjuk memberikan contoh kepada temannya dengan cara
mengerjakan soal sains-fisika di papan tulis dan memberikan arti
terhadap penyelesaian masalah sains-fisika tersebut.
g. Melakukan refleksi diakhir pertemuan. Pada akhir pembelajaran
sains-fisika, GSF menyisihkan waktu sejenak agar siswa melakukan
refleksi.
h. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan cara unjuk kerja.
Edisi Februari 2015
16
Asesmen menekankan proses pembelajaran, data yang dikumpulkan
harus diperoleh dari kegitan nyata yang dikerjakan siswa pada saat
melakukan proses pembelajaran, di kelas maupun di laboratorium.
Penutup
Penerapan pembelajaran sains-fisika dapat dilakukan dengan
pendekatan konteks. GSF dapat menerapkan materi pembelajaran dengan
memperhatikan berbagai hal, diantaranya membiasakan siswa bekerjasama,
saling menunjang, pembelajaran menyenangkan, tidak membosankan, belajar
dengan bergairah, menggunakan berbagai sumber, sharing dengan teman,
siswa kritis, dan guru kreatif.
Daftar Pustaka
Carin & Sund. 1990. Teaching Science Through Discovery. New York: Merrill
Publishing Company.
Herbert, D. 1999. Teaching Elementary School Science. California: Berkeley.
Joyce, B. 2004. Models of Teaching. New York: Pearson.
UNYUNY Edisi Februari 2015
17Edisi Februari 2015
Pembelajaran Penjumlahan Bilangan Bulat yang
Menyenangkan Menggunakan Media
“ Tangga Garis Bilangan”
Oleh: Fiati Yuwananingsih
Guru SMP Negeri 4 Tempel, Sleman
Pendahuluan
Kurikulum 2013 mengamanatkan bahwa kegiatan pembelajaran
merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka dalam sikap,
pengetahuan, dan ketrampilan yang semakin lama diharapkan semakin
meningkat. Dengan demikian peserta didik diarahkan untuk
menggunakan semua potensinya untuk mencapai di kompetensi yang
diharapkan pada pembelajaran. Selain itu hal lain yang dikembangkan
pada kegiatan pembelajaran adalah kreativitas, kemandirian, kerja sama,
solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup
peserta didik guna membentuk wataknya.
Untuk mencapai hal-hal yang diharapkan di atas diperlukan
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang dapat menciptakan
kondisi menyenangkan dan menantang serta menyediakan pengalaman
belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode
pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan
bermakna. (Kemdikbud RI, 2014)
Kegiatan pembelajaran yang menantang dan menyenangkan
dapat terwujud jika peserta didik memiliki motivasi yang tinggi untuk
belajar. Namun demikian kondisi di beberapa sekolah terutama di SMP
18 UNYUNY Edisi Februari 2015
Negeri 4 Tempel menunjukkan bahwa tidak mudah untuk
membangkitkan motivasi belajar peserta didik, apalagi untuk mata
pelajaran Matematika. Peserta didik mendengar kata Matematika saja
peserta didik sudah membayangkan sulit, membuat pusing,
membosankan, tidak ada permainan dan sebagainya.
Salah satu materi mata pelajaran Matematika kelas VII pada
Kurikulum 2013 adalah penjumlahan bilangan bulat. Pada umumnya
pembelajaran penjumlahan bilangan bulat menggunakan garis bilangan.
Pengalaman penulis siswa kurang tertarik. saat pembelajaran dengan
garis bilangan. Untuk mengatasi hal ini, penulis mencoba menggunakan
garis bilangan tetapi dikemas sebagai media permainan dengan nama
Tangga Garis Bilangan. Harapan penulis dengan media permainan
dapat tercipta pembelajaran yang menyenangkan.
Pentingnya Variasi Matematika dan Media untuk Pembelajaran
Pembelajaran menyenangkan suatu kata yang sangat indah dan
didambakan oleh siswa dan guru dalam setiap pembelajaran. Usaha apa
saja yang dapat dilakukan untuk menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan?
Pembelajaran menyenangkan dipengaruhi oleh kesiapan siswa
belajar dan kreatifitas guru dalam merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran. Pada Pemendiknas nomor 65 tahun 2013 tentang Standar
Proses, pelaksanaan kegiatan pembelajaran meliputi pendahuluan,
kegitan inti dan penutup. Kegiatan pendahuluan diantaranya
menyiapkan siswa secara psikis dan fisik, memberikan motivasi siswa
secara kontektual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam
kehidupan sehari-hari.
Kesiapan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dipengaruhi
faktor internal yang berasal dari dalam dirinya sendiri dan faktor
19Edisi Februari 2015
eksternal yang berasal dari luar dirinya. Dimyati dan Mudjiono (1994:
228-235) dalam sugihartono dkk mengemukakan bahwa faktor internal
yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran antara lain: sikap siswa
terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar. Menurut Tim
Instruktur PKG sekolah Menengah (1994) dalam makalah Setiawan,
sejumlah motivasi yang dapat dikembangkan untuk dapat menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan antara lain: pemberian nilai,
persaingan baik individu maupun kelompok, kerjasama, pertanyaan
yang menantang, penghargaan, suasana menyenangkan, penampilan
guru, dan variasi pembelajaran.
Variasi pembelajaran yang dapat dilakukan guru antara lain
variasi dalam menerapkan gaya mengajar, bahan pelajaran, dan media
pembelajarannya. Penggunaan media pembelajaran yang bervariasi
diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran.
Sedangkan media pendidikan matematika menurut Ade Rohayati (2014)
adalah alat yang digunakan untuk mempermudah menjelaskan konsep
matematika. Media sangat diperlukan dalam pembelajaran matematika
karena:
1 objek matematika abstrak - perlu peragaan
2 sifat materi matematika tidak mudah dipahami
3 hirarkhi matematika ketat-kaku
4 aplikasi matematika kurang nyata
5 belajar matematika perlu fokus - cepat lelah-bosan
6 citra pembelajaran matematika kurang baik
7 ( takut – tegang – bosan – banyak pekerjaan rumah )
8 kemampuan kognitif siswa masih konkret
9 motivasi belajar siswa tidak tinggi
20 UNYUNY Edisi Februari 2015
Materi matematika yang dipelajari siswa kelas VII pada
kurikulum 2013 adalah Penjumlahan bilangan bulat. Langkah-langkah
pembelajaran menurut Permendikbud No 81a tahun 2013 diawali
dengan mengamati konteks sederhana tentang operasi penjumlahan
bilangan bulat.
Mia memiliki 3 boneka di rumahnya. Saat ulang tahun Mia
mendapatkan hadiah dari teman-temannya 4 boneka lagi. Berapa
boneka yang dimiliki Mia sekarang?
Dengan konteks di atas diharapkan timbul pertanyaan dari siswa
bagaimana menyelesaikannya. Kemudian siswa diminta untuk
mengumpulkan informasi dengan membaca penyelesaiannya.
Secara matematis permasalahan tersebut dinyatakan dengan 3 + 4= …
Kita bisa memaknai dengan garis bilangan berikut:
Pada garis bilangan positif ke arah kanan atau ke atas, sedangkan
negatif kearah kiri atau ke bawah. Digunakannya garis bilangan
diharapkan siswa mampu mengabstraksikan jika positif ke kanan atau ke
atas, negative ke kiri atau ke bawah dan nol tetap. Materi ini sebenarnya
sudah dipelajari di SD tetapi selama ini siswa selalu mengalami kesulitan
menjumlahkan bilangan bulat terutama jika yang dijumlahkan tandanya
berbeda ( satu positif yang lain negatif). Jika sudah demikian, siswa tidak
memiliki motivasi lagi untuk meneruskan pembelajaran. Penulis
mencoba menggunakan garis bilangan, tetapi dikemas sebagai media
permainan dengan nama Tangga Garis Bilangan.
Gambar 1. Garis bilangan
21Edisi Februari 2015
Tangga garis bilangan adalah alat permainan yang terdiri dari papan
permainan, kartu dan bidak atau biji permainan.
Gambar 2. Papan Permainan
Gambar 3. Kartu
Gambar 4. Bidak
22 UNYUNY Edisi Februari 2015
Cara Bermain Tangga garis Bilangan
1. Dimainkan oleh 2 orang pemain;
2. Setiap pemain mulai dengan bidaknya pada angka nol ;
3. Secara bergantian setiap pemain mengambil satu lembar kartu
kemudian menjalankan bidaknya sesuai dengan angka pada kartu.
4. Permainan berakhir setelah semua kartu terambil;.
5. Pemain yang bidaknya berada pada angka terbesar menjadi
pemenangnya.
Pembelajaran menggunakan media tangga garis bilangan
membuat siswa senang belajar. Ini terlihat dari suasana pembelajaran
yang tidak tegang, siswa terlihat senang, mengasyikkan. Hal ini
menunjukkkan bahwa pembelajaran menyenangkan (
dapat dikembangkan, beberapa diantaranya mengajarkan
materi yang dikemas dalam bentuk puisi dan lagu untuk menghafal
konsep yang telah dipelajari, mengemas materi dalam bentuk teka-teki,
permainan, drama, dan video pembelajaran. Jadi Tangga Garis Bilangan
sebagai media permainan dapat dikategorikan sebagai bentuk penerapan
pembelajaran yang menyenangkan.
Suasana pembe la j a ran
penjumlahan bilangan bulat dengan
Tangga Garis Bilangan dapat dilihat
pada gambar-gambar berikut:
joyfull learning)
dengan tangga garis bilangan. Menurut Das Salirawati bentuk joyfull
learning
Gambar 5. Mengambil kartu
23Edisi Februari 2015
Gambar 6. Melangkahkan bidak Gambar 7. Senang saat memenangkan permainan
Gambar 8. Suasana kelas bermain dengan Tangga Garis Bilangan
24 UNYUNY Edisi Februari 2015
Penutup
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media
permainan garis bilangan pada penjumlahan bilangan bulat dapat
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini dapat
ditunjukkan pada suasana belajar siswa tidak tegang, senang, dan asyik
belajar. Di samping itu, Tangga garis bilangan sebagai media
permainan juga dapat dikategorikan sebagai bentuk penerapan
pembelajaran yang menyenangkan.
Daftar Pustaka
Dimyati dan Mudjiono, (1994). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :
Depdikbud Dirjen Perguruan Tinggi.
Kemdikbud. (2014). Pemendikbud no 81 A. tentang Implementasi
Kurikulum. Jakarta : Kemdikbud.
……………, (2014).Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Matematika SMP-MTs. Jakarta : Kemdikbud.
……………, 2014. Buku Guru Matematika Kelas VII SMP/MTs.
Jakarta: Kemdikbud.
Setiawan, (2004). Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan
(PAKEM) ( Makalah disampaikan dalam diklat teknis guru
Matematika SMP dan SMA berbakat).
Sugihartono dkk.(2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
http://seminar.uny.ac.id/semnasmipa/sites/seminar.uny.ac.id.semnasmi
pa/files/paper/Dr. Das Salirawati, M.Si-Makalah Fun Learning 2012
akhir (1).doc ( diunduh 21 September 2014)http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/196005
011985032-ADE_ROHAYATI/HANDOUT_MEDIA_PEMBEL._
DEPAG.pdf (diunduh 21 September 2014)
25Edisi Februari 2015
Mind Mapping dalam Pembelajaran K3 Kelistrikan untuk Meningkatkan Kreativitas
dan Aktivitas Siswa
Oleh: Riski Putri HarsantiMahasiswa Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (PTK)
S2 - Program Pasca Sarjana UNYE-mail: [email protected]
Pendahuluan
Proses pembelajaran di sekolah, dalam hal ini khususnya bagi
para siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bidang Teknik Elektro
lebih mengedepankan keterampilan kerja di laboratorium maupun di
bengkel yang telah ada atau dengan kata lain bagaimana agar siap
memasuki dunia kerja. Salah satu akibat dari hal itu adalah dalam
pembelajaran siswa menjadi kurang optimal pengembangan aktifitas
berfikir. Menurut Putu Sudira (2014 : 6 ) belakangan ini pendidikan
kejuruan dan vokasi mulai menekankan pada berfikir orde tinggi.
Berfikir orde tinggi menuntut skill berfikir kritis, kreatifitas,
kemampuan berkomunikasi dan kemampuan kolaborasi.
Untuk dapat mengembangkan berfikir orde tinggi tersebut,
maka dalam pembelajaran tidak cukup berhenti pada indikator
kuantitatif seperti nilai hasil belajar, kecepatan dan ketrampilan
menyelesaikan praktek, namun juga perlu diperhatikan indikator
kualitatif seperti kreatif, aktif, yang tercermin selama proses
pembelajaran. Melalui upaya ini diharapkan lulusan dapat memiliki
peluang pengembangan karir, adaptif terhadap perubahan di tempat
26 UNYUNY Edisi Februari 2015
kerja berbasis pengetahuan.
Penulis memiliki pengalaman 4 tahun yang lalu bertemu dengan
teman-teman lulusan SMK yang telah cukup lama bekerja di perusahaan
yang bergerak di bidang mesin dan listrik. Mereka mengeluhkan adanya
rasa jenuh dan bosan atas rutinitas pekerjaan yang mereka lakukan rutin
seakan-akan hanya memerlukan ketrampilan motorik saja. Yang lebih
mencemaskan adalah sebagian dari mereka tidak disiplin menggunakan
alat pelindung diri (APD) sesuai standart keselamatan kerja. Hal ini
sangat menarik untuk dikaji terkait dengan permasalahan sejauh
manakah tingkat kemampuan berpikir kreatif dan aktifitas perlu
dikembangkan pada saat pembelajaran di SMK ?
Agar proses maupun produk pembelajaran optimal maka perlu
perencanaan pembelajaran yang komprehensif, salah satunya adalah
perlu diperhatikan variasi metode, media, model pembelajaran yang
dapat mengembangkan kreatifitas dan aktifitas siswa. Salah satu upaya
yang diharapkan sangat berpotensi untuk dapat mengembangkan
kreatifitas dan aktivitas siswa adalah menggunakan mind mapping yang
prinsipnya adalah mengoptimalkan kerja otak. Mind mapp atau lebih
dikenal dengan mind mapping dalam Bahasa Indonesia berarti peta
pikiran. Melalui mind mapping para siswa diharapkan tidak hanya
menerima konsep namun dapat menemukan konsep dengan cara
membuat hubungan antar fakta menggunakan kata-kata kunci. Bertitik
tolak dari uraian di atas, maka tulisan ini lebih memfokuskan kajian pada
potensi mind mapping dalam pembelajaran Kesehatan dan Keselamatan
kerja (K3) Kelistrikan untuk meningkatkan kreatifitas & aktivitas siswa.
27Edisi Februari 2015
Mind mapping dalam Pembelajaran Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) untuk SMK Jurusan Ketenagalistrikan
Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan konsep dapat
digunakan mind mapping (Richard I Arends, 1997: 281). Keunggulan
mind mapping adalah sistem penyimpanan, penarikan data, dan akses
yang luar biasa untuk perpustakaan raksasa yang sebenarnya ada dalam
otak. Mind mapping membantu seseorang belajar menyusun dan
menyimpan sebanyak mungkin informasi serta mengelompokkan
dengan cara alami memberi akses yang mudah dan langsung. Melalui
mind mapping, setiap potong informasi baru secara otomatis dapat
dikaitkan ke semua informasi yang sudah ada di otak. Semakin banyak
ingatan yang melekat pada setiap potong informasi dalam kepala
seseorang, maka semakin mudah mengaitkan apapun informasi yang
dibutuhkan (Tony Buzan, 2013:12).
Tujuh langkah dalam membuat mind mapping adalah mulailah
dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan
mendatar, gunakan gambar atau foto untuk ide sentral, gunakan warna,
hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan
cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua dan
seterusnya, buatlah garis hubung yang melengkung (bukan garis lurus),
gunakan satu kata kunci untuk setiap garis, kemudian gunakan gambar.
28 UNYUNY Edisi Februari 2015
Gambar 1. Contoh mind mapping
Gambar 2. Mind mapping K3 Kelistrikan yang dibuat oleh siswa SMK
29Edisi Februari 2015
Materi Pembelajaran K3 Kelistrikan di SMK
K3 adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapan guna
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. Menurut America
Society of Safety and Engineering (ASSE), K3 diartikan sebagai bidang
kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang
ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja. (Ketut Ima Ismara,
2013: 227).
Kecelakaan adalah sebuah kejadian tak terduga yang
menyebabkan cedera atau kerusakan (John Ridley, 2008: 113).
Kecelakaan adalah kejadian tak terduga dan tidak dikehendaki yang
mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur (Sulaksmono,
1997). Kecelakaan terjadi tanpa disangka-sangka dan dalam sekejap
mata, dan setiap kejadian terdapat empat faktor yang bergerak dalam
satu kesatuan berantai yaitu lingkungan, bahaya, peralatan, dan manusia
(Benneth Silalahi, 1995).
Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan
pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan (Anizar, 2009: 2-3).
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubung dengan
hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti
bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu
melaksanakan pekerjaan (Benneth Silalahi, 1995).
Listrik dapat membahayakan khususnya membahayakan
manusia. Listrik selain berdampak positif, dapat menyebabkan dampak
yang buruk bagi manusia. Jalur kejutan arus listrik sangat berbahaya
yakni jalur arus listrik dengan satu titik kontak, jalur arus listrik dengan
dua titik kontak, jalur arus listrik common secara elektris dengan bumi,
arus listrik dengan jalur rangkaian tidak lengkap, arus listrik dengan jalur
30 UNYUNY Edisi Februari 2015
grounding ke bumi, jalur arus listrik dengan sambungan groud fault, dan
sistem tenaga listrik tanpa ground dan kontak tetapi dengan orang
menyentuh kawat di satu titik. Bahaya sumber listrik antara lain adalah
adanya perbedaan efek sengat listrik dan batas arus yang melewati tubuh
manusia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan efek sengat listrik
adalah:
1. Ukuran fisik bidang kontak
2. Kondisi tubuh (kondisi kesehatan seseorang/ manusia)
3. Hambatan/ tahanan tubuh
4. Jumlah miliampere (besar arus listrik yang melewati tubuh manusia)
Tabel 1. Batas arus yang melewati tubuh manusia
Sumber : Ketut Ima Ismara, 2013 : 108
31Edisi Februari 2015
Tabel 2. Besar dan lama tegangan sentuh maksimum
Nick Bos, etc., (1995: 125) menyatakan bahaya listrik bisa berupa shock,
ledakan api, dan terbakar. Desain listrik yang aman untuk menghindari
kecelakaan, tegangan tidak boleh lebih dari 240 volt, kategori aman jika
tegangan 220 volt. John Ridley (2008: 114) mengemukakan bahwa
pencegahan bahaya listrik yang aman adalah:
1. Membudayakan pelaporan kecelakaan yang nyaris terjadi
2. Menyelidiki untuk mencegah kecelakaan serius
3. Menumbuhkan budaya 'tidak saling menyalahkan’
4. Melalui patroli dan inspeksi keselamatan kerja
5. Mengidentifikasi bahaya melalui mempelajari laporan-laporan
kejadian sebelumnya
6. Menyingkirkan bahaya dengan mengubah tata letak alat dan
komponen yang sekiranya berbahaya
7. Memperbaiki sarana-sarana teknis
8. Selalu membuat checklist dan pelaksanaannya dengan cara
mengecek alat dan komponen kelistrikan
(Ketut Ima Ismara, 2013: 23, 76, 107, dan 108)
32 UNYUNY Edisi Februari 2015
9. Melakukan pengurangan bahaya melalui sarana teknis dan
memodifikasi perlengkapan
10. Selalu memakai alat pelindung diri
11. Melakukan penilaian sisa resiko
12. Berusaha mengikuti acara pelatihan K3
13. Melakukan pengendalian risiko residual seperti mengondisikan
system kerja yang aman, sarana teknis (alarm, pemutusan aliran
(trips)).
Mind mapping untuk Meningkatkan Kreatifitas dan Aktivitas Siswa
Mind mapping dalam pembelajaran diharapkan dapat membawa
konsep pemahaman inovatif yang selanjutnya dapat meningkatkan
kreatifitas siswa. Main map dapat memunculkan pemikiran berupa ide-
ide kreatif yang memungkinkan otak menggunakan semua gambar dan
asosiasinya yang merangsang imajinasi kreatif. Hal ini sangat penting
dan sangat diperlukan dalam pembelajaran K3 karena melalui mind
mapping ide-ide kreatif cemerlang dan orisinil siswa dapat terwujud.
Kemampuan berpikir dan mengerjakan sesuatu yang menghasilkan cara
atau hasil baru merupakan kemampuan berpikir kreatif. Kemampuan
berpikir kreatif ini merupakan salah satu nilai budaya dan karakter
bangsa yang harus dikembangkan dan menjadi target Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan untuk direalisasikan melalui pembelajaran
(Pusat Kurikulum, 2010: 10). Supaya kreatifitas siswa dapat tumbuh
optimal, maka perlu dilatihkan dalam pembelajaran, dalam hal ini adalah
melalui kegiatan membuat mind mapping K3 kelistrikan secara individu
maupun sekelompok siswa.
33Edisi Februari 2015
Kegiatan belajar pasti melakukan dua kegiatan yakni berpikir
dan berbuat. Seseorang yang telah berhenti berfikir dan berbuat perlu
diragukan eksistensi kemanusiaannya. Hal ini sekaligus juga merupakan
hambatan bagi proses pendidikan yang bertujuan ingin memanusiakan
manusia. Ilustrasi ini menunjukkan penegasan bahwa dalam belajar
sangat memerlukan kegiatan berpikir dan berbuat. Subjek didik atau
siswa dalam pembelajaran harus aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa
dalam belajar sangat diperlukan aktivitas belajar. Tanpa aktivitas, proses
belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.
Colin Marsh (1996: 229) berpendapat bahwa aktifitas belajar itu
sangat penting. Hal ini diperkuat dengan pendapat dari Klewnowski
(1995: 227-228) bahwa dengan adanya aktivitas belajar akan berdampak
pada siswa. Terdapat 3 aktivitas siswa yakni:
1. Identifying the criteria
Aktivitas siswa dapat dilakukan dengan berdiskusi dengan guru.
2. Interactive dialogue with teacher
Dapat bercerita atau bertukar pendapat tentang masalah-masalah
yang ada, umpan balik, maupun negosiasi.
3. Ascription of a grade
Pemberian skor dapat berbeda-beda antara siswa yang satu dengan
siswa yang lain.
Aktivitas belajar siswa dapat diimplementasikan ke dalam
pembelajaran yang lain juga, agar nantinya bisa mendapatkan skor yang
tinggi sesuai karakteristik masing-masing siswa (Renzulli, 1982: 11-14).
Ada beberapa prinsip aktivitas belajar yang berorientasi pada
34 UNYUNY Edisi Februari 2015
pandangan ilmu jiwa, yakni menurut pandangan ilmu jiwa lama dan
pandangan ilmu jiwa modern (Sardiman, 1996: 95-103). Menurut
pandangan ilmu jiwa lama, dinyatakan aktivitas didominasi oleh guru.
Menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa.
Aktivitas belajar dapat digolongkan beberapa klasifikasi yaitu:
1. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, member
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,
interupsi.
2. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,
memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang
lain.
3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian,
percakapan, diskusi, musik, pidato.
4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,
angket, menyalin.
5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain,
berkebun, berternak.
7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil
keputusan.
8. Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
35Edisi Februari 2015
Mencermati klasifikasi aktivitas seperti yang diuraikan di atas,
menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran cukup
kompleks dan bervariasi. Jika berbagai macam kegiatan tersebut dapat
diciptakan di sekolah, tentu sekolah-sekolah akan lebih dinamis, tidak
membosankan, dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang
maksimal .Berikut ini akan disajikan gambar yang menunjukkan
aktifitas siswa SMK yang sedang membuat mind mapping K3
Kelistrikan.
Gambar 3 tersebut nampak para siswa sedang membuat mind mapping
tentang K3 Kelistrikan dengan topik kebakaran akikat hubungan arus
pendek di perumahan padat penduduk. Ternyata mind mapping hasil
karya masing-masing siswa sangat bervariasi, dan dapat menunjukkan
bahwa kreatifitas dan aktifitas siswa dapat dikembangkan atau
meningkat. Hasil penelitian Riski Putri Harsanti tahun 2013 tentang
Pengaruh penerapan mind map terhadap aktivitas 60 siswa SMK dalam
pembelajaran K3 Kelistrikan di SMK Negeri 3 Yogyakarta
Gambar 3. Siswa SMK sedang membuat mind mapping K3 kelistrikan
36 UNYUNY Edisi Februari 2015
menunjukkan hasil yang signifikan.
Penutup
Mind mapping berpotensi dalam meningkatkan kreatifitas dan
aktivitas siswa SMK pada pembelajaran K3 kelistrikan. Oleh sebab itu,
model pembelajaran seperti ini dapat digunakan sebagai alternatif
variasi model pembelajaran agar dapat mengoptimalkan kualitas proses
belajar siswa. Model pembelajaran ini relatif mudah dilakukan dan tidak
memerlukan banyak sarana dan prasarana, namun demikian hasilnya
khususnya kreatifitas dan aktifitas siswa sangat menjanjikan dapat
ditingkatkan. Model pembelajaran ini besar manfaatnya untuk
mewujudkan pembelajaran terpusat pada siswa dan mendongkrak
kreatifitas dan aktivitas siswa, sekaligus dapat mensukseskan
pendidikan karakter membentuk insan kreatif. Oleh sebab itu, perlu
dicoba dan dikembangkan untuk materi pembelajaran topik-topik lain
Gambar 4. Grafik aktivitas siswa SMK pada pembelajaran K3 Kelistrikan yang diberi perlakuan penerapan mind maping (Kelas Eksperimen).
37Edisi Februari 2015
pada pembelajaran yang relevan dengan ciri karakteristik keilmuan K3
kelistrikan di SMK.
Daftar Pustaka
Anizar. (2009). Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Arends, Richard I. (1997). Classroom Instruction and Management.
United States of America: Mac Graw-Hill.
Bennet Silalahi, dkk. (1995). Manajemen Kesehatan dan Kecelakaan
Kerja. Jakarta: Sabdodali.
Bos, N, etc. (1995). Workplace Health and Safety Handbook (Electrical
Safety), Third Edition. South Brisbane: Safe Work.
Ketut Ima Ismara. (2013). Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Bidang
Kelistrikan. Yogyakarta: Fakultas Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta.
Ketut Ima Ismara. (TT). Budaya K3 dan Performansi K3 di SMK.
Yogyakarta: UNY.http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/
pendidikan/Drs.%20Ketut%20Ima%20Ismara,%20M.Pd.,M.Kes./ko
nsep%20safety%20culture%20di%20SMK.pdf [diakses pada 3
Januari 2015, pukul 18.18 WIB].
Klewnowski, V. (1995). Student Self-Evaluation Processes:
Empowering Student in Learner Centred Context. San Fransisco:
CA.
38 UNYUNY Edisi Februari 2015
Marsh, Collin. (1996). Handbook for Beginning Teachers. Melbourne: Longman.
Pusat Kurikulum. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nila-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta: Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Nasional.
Ridley, John. (2008). Health and Safety in Brief, Third Edition. England: Elsevier.
Sardiman. (1996). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudira, Putu. (2014). Praksis Pendidikan Kejuruan dan Vokasi Indonesia diantara Mahzab John Dewey dan Charles Prosser. Yogyakarta: Artikel Buku Dies Emas UNY.
Sulaksmono. (1997). Handout : Manajemen Keselamatan Kerja. Surabaya: TP.
39Edisi Februari 2015
Peranan Media Sosial dalam Dunia Pendidikan
Oleh: Istanto
Guru SMK Ma'arif 1 Kalibawang, Kulonprogo
Email: [email protected]
Pendahuluan
Pada perkembangan zaman yang sangat pesat, maka proses
belajar mengajar di sekolah turut mengalami perubahan. Dalam bidang
teknologi informasi dan komunikasi, penetrasi gadget yang begitu deras
telah mengubah paradigma pendidikan menjadi berbasis teknologi.
Namun, ke manakah sesungguhnya arah perubahan tersebut?
Menurut Jean Piaget dalam Suparno, Paul, (2000) bahwa bayi
mulai mengembangkan sensor motorik mereka pada usia antara 0-2
tahun. Pada saat itu, bayi mulai belajar mengkoordinasikan segenap
organ tubuh, dalam rangka mengasosiasikannya dengan obyek
eksternal. Perkembangan teknologi yang begitu deras telah
menyebabkan bayi pada usia tersebut tidak hanya mengkoordinasikan
motorik mereka terhadap obyek seperti mobil mainan atau meja, namun
juga terhadap gadget. Saat ini telah lahir generasi yang sudah familiar
terhadap TIK dari usia sangat dini, meskipun masih terbatas pada
aplikasi pendidikan usia dini, namun sudah fasih dalam menggunakan
gadget, terutama tablet.
Kondisi ini mengakibatkan bagaimana generasi sekarang
menyerap informasi, dalam rangka proses belajar, sudah sangat berbeda
dengan generasi pendahulu. Sebagai contoh, mereka sudah terbiasa
mencari informasi melalui Google dan Wikipedia untuk membantu
menyelesaikan pekerjaan rumah. Selain itu, menggunakan media sosial
40 UNYUNY Edisi Februari 2015
seperti facebook untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada zaman
dahulu untuk melakukan komunikasi dengan orang lain, biasanya
dengan membuat janji atau kesepakatan untuk bertemu sehingga
terjadilah komunikasi yang membahas tentang hal-hal yang sedang
dibicarakan kedua belah pihak atau lebih.
Karakteristik Media Sosial
Media sosial dipahami sebagai sekelompok jenis media online,
yang terbagi atas lima karakteristik yaitu:
1. Partisipasi.
Media sosial mendorong kontribusi dan umpan balik dari setiap
orang yang tertarik. Hal ini mengaburkan batas antara media dan
penonton.
2. Keterbukaan.
Media sosial terbuka untuk umpan balik dan partisipasi. Media
sosial mendorong voting, komentar dan berbagi informasi. Jarang
ada hambatan untuk mengakses dan memanfaatkan konten-konten
yang disukai.
3. Percakapan.
Media tradisional adalah tentang "broadcast" (konten
ditransmisikan atau didistribusikan kepada audiens), sedangkan
media sosial lebih baik dilihat sebagai percakapan dua arah.
4. Komunitas.
Media sosial memungkinkan komunitas untuk terbentuk dengan
cepat dan berkomunikasi secara efektif. Komunitas berbagi
kepentingan bersama, seperti cinta fotografi, masalah politik atau
acara TV favorit.
5. Keterhubungan.
Sebagian besar jenis media sosial berkembang pada keterhubungan,
41Edisi Februari 2015
memanfaatkan link ke situs lain, sumber daya dan orang-orang di
dalamnya.
Dikutip dari tulisan Lester Voit dalam website isnare.articles.com
(Ennoch Sindang).
Berdasarkan karakteristik tersebut, apabila penggunaan media
sosial ini diterapkan sesuai tujuannya, tentu akan memberikan manfaat
yang sangat banyak bagi siswa.
Tantangan Bagi Pendidik Untuk Menggunakan Media Sosial
Perkembangan zaman yang begitu cepat bak menjelajah ke masa
depan, teknologi saat ini kian menjadi salah satu alat penting dalam
komunikasi dengan orang lain. Tetapi, ada berbagai tantangan ketika
menggunakan media sosial di dalam pendidikan seperti:
1. Menolak perubahan
Jika Anda seorang Pendidik atau Guru, bayangkan Anda kembali ke
masa lalu ketika masih mengenyam pendidikan atau kuliah dan
biasanya mahasiswa menggunakan buku sebagai satu-satunya
sumber ilmu pengetahuan. Ketika masa tersebut belum mengenal
google, atau situs media social seperti Youtube, Twitter, Facebook
dan lainnya. Karena mengikuti pembelajaran masa lalu, maka tidak
heran banyak dari pendidik yang bertentangan dengan media sosial
gagal untuk mengadopsi cara-cara baru pendidikan. Hal tersebut
terjadi karena generasi muda lebih dominan dalam mengikuti
perkembangan zaman seperti halnya menggunakan internet.
2. Rasa hormat
Sebagian besar orang percaya bahwa media sosial adalah tempat di
mana siswa secara impulsif mengungkapkan kehidupan pribadinya
agar mendapat perhatian dari orang lain. Hal itu tidak benar karena
menurut penelitian Facebook sendiri bahwa generasi muda atau
42 UNYUNY Edisi Februari 2015
remaja sering update status atau memberikan pesan kepada yang
bersangkutan memang disengaja sehingga tidak benar-benar terjadi
padanya. Beberapa sekolah ada yang meminta gurunya untuk
menghindari pertemanan dengan siswa di Facebook karena asumsi
stereotip pendidik tentang siswa remaja yang menggunakan media
sosial dipandang negatif.
Seorang pendidik jika tidak memberikan kebebasan dengan cara-
cara baru dalam menyatakan ekspresi siswa, maka mereka akan
memiliki defensif dan jarang terlibat dengan para guru di media
sosial. Ada beberapa resiko nyata melekat dengan anak-anak
menggunakan media sosial dan tidak bisa dianggap enteng. Oleh
karena itu, siswa harus diajarkan tentang apa yang tepat dalam
komunikasi di media sosial. Orang tua dan guru harus mendampingi
dalam mengajarkan pengaturan privasi, konten apa yang bisa dilihat
dan profil serta foto apa yang pantas untuk ditampilkan.
3. Privasi
Menurut sebuah studi 2013 Pew Research Center, remaja
mengambil langkah-langkah untuk melindungi privasi mereka.
Survei ini menemukan:
a. 60% dari remaja pengguna Facebook mengatur profil Facebook
percaya hanya diri sendiri yang dapat mengatur privasi akunnya
secara pribadi.
b. 89% remaja mengatakan mengelola pengaturan privasi
Facebook mereka 'tidak sulit sama sekali' atau 'tidak terlalu sulit'.
Siswa menyadari reputasi online, dan mengambil langkah-langkah
untuk menyembunyikan isi dan tampilan dari kehadiran media
sosial mereka.
4. Berpikir kritis
Salah satu cara terbaik sebagai pendidik adalah memberi masukan.
43Edisi Februari 2015
Nasihat yang bisa diberikan kepada siswa tentang penggunaan
media sosial adalah untuk 'berpikir' sebelum memposting status
atau gambar. Dorong mereka untuk meninjau kembali pengaturan
privasinya, jika mereka memposting tulisan dan gambar yang
kurang sesuai, maka mereka harus meminta maaf kepada penerima
dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Hal ini
cukup mirip dengan cara orang tua memberitahu anak-anak
bagaimana mereka harus bersikap di depan umum.
5. Pemikiran
Pertanyaan-pertanyaan lahir dari pengalaman kehidupan nyata
ketika siswa menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam
kehidupan sehari-hari. Menggunakan media sosial sebagai media
ekspresi adalah salah satu langkah sebagai pendidik yang perlu
digunakan. Masa depan pendidikan dalam membantu anak
mengalami rasa ingin tahu, heran, dan merasa senang dengan
bermain sambil belajar. Pada zaman dahulu, guru tidak memiliki
akses kepada banyak orang, kepada siapa kita bisa bertanya atau
berbagi pengalaman. Dengan media sosial, guru diajak untuk
berbagi serta bisa bertanya kepada semua orang kapan dan kepada
siapa saja.
6. Generasi Muda sebagai komunikator
Siswa zaman sekarang adalah komunikator besar karena
menggunakan e-mail, media sosial dan pesan singkat dalam setiap
berkomunikasi dengan orang lain. Jika diberi tugas oleh guru, siswa
tidak perlu membutuhkan waktu lama untuk mengerjakan tugasnya
karena dengan menjelajahi dunia maya, siswa pun bisa
mengerjakan tugasnya dan efisien terhadap waktu yang diberikan.
(Albert Sentosa, 2014).
44 UNYUNY Edisi Februari 2015
Secara psikologis, media sosial seperti pisau bermata dua.
Informasi yang begitu banyak, pasti akan mempunyai efek kepada
pemakainya. Media sosial dapat meningkatkan dan menurunkan prestasi
belajar, hal ini tergantung bagaimana pemakaiannya. Jika kita membaca
berita atau beberapa literatur, media sosial memiliki potensi untuk
menurunkan prestasi belajar. Dengan banyaknya informasi, ternyata
dapat mengakibatkan meningkatnya apatisme generasi digital, terutama
dalam konteks prestasi belajar. Penggunaan media sosial yang tanpa
kendali akan mengakibatkan pelajar melupakan tugas utama di sekolah,
dan memilih memasuki dunia virtual. Dunia yang begitu banyak
menawarkan informasi tanpa batas, baik informasi yang bersifat
mendukung atau merugikan bagi siswa.
Peran orangtua dan guru menjadi faktor yang sangat penting
untuk mendidik siswa menghadapi dunia tanpa batas. Salah satu yang
penting adalah mendidik anak untuk bisa bersikap jujur. Jika anak sudah
di didik jujur sejak awal, maka akan dapat melaporkan ketidaknyamanan
yang dialaminya terhadap orang tua dan guru. Faktor pendukung lain
adalah pendidikan agama dan moral yang baik. Seseorang dengan
memiliki nilai agama dan moral, maka akan menjadi benteng yang kuat
dari gempuran informasi di dunia virtual. Kemudian yang tidak kalah
penting, orangtua dan guru harus memberi teladan yang powerful
terhadap siswa. Untuk itu, orang tua dan guru harus berperilaku baik,
jujur, dan terus terang, maka otomatis siswa juga akan menirunya.
Teladan tersebut akan semakin kuat diterima siswa, jika guru juga
menguasai media sosial dan segala fitur yang ditawarkan
(Arli Aditya Parikesit, 2013).
Terlepas sisi kompleksitas seperti yang disajikan di atas, ternyata
media sosial berguna dalam proses belajar-mengajar itu sendiri. Fitur
notes pada Facebook, misalnya, dapat digunakan untuk sharing catatan
h a
45Edisi Februari 2015
kuliah. Siswa dalam halaman Facebook (FB) dapat membuat grup
pribadi untuk saling berbagi informasi tugas antar kelas atau sekolah,
sedangkan guru dapat menjadi teman yang familiar bagi siswa di
Facebook atau grup komunikasi sederhana lainnya dan fokus pada objek
atau materi akademik. Organisasi siswa dan himpunan mahasiswa telah
banyak yang memiliki akun Facebook, para anggotanya melalui media
tersebut dapat saling berbagi informasi yang terkait.
Pada saat ini, Sekolah mengajarkan siswa-siswa tentang etika
dan aturan-aturan tentang media sosial. Beberapa pendidik mengatakan
bahwa interaksi di media sosial sungguh positif dan sekolah dapat
mempergunakan facebook bagi siswa untuk selalu berkomunikasi. Guru
dapat selalu mengecek facebook setiap hari, dan mendampingi siswa
untuk menggunakannya sesuai dengan etika.
Seperti pernyataan yang disampaikan oleh Jason, bagaimana
Guru mendukung teknologi dalam pembelajaran siswanya:
Teachers should have the backing and support of school
leadership and have received prior training in use of technology
tools to facilitate student learning. In addition, they should
gather data to ensure that use of the technology is having the
intended positive effects on students (Jason Thomaszweski,
2012).
Pada akhirnya orang tua dan guru mengarahkan siswa atau anak
mereka supaya menggunakan media sosial ke arah ini. Walaupun
informasi negatif di media sosial dapat saja sampai ke siswa, namun
pembekalan dan pendampingan yang konsisten terhadap penggunaan
fitur positif media sosial akan menyebabkan siswa dapat memilih
informasi apapun secara mandiri. Informasi positif ini dapat
dipergunakan untuk mendukung belajar siswa dalam mencapai prestasi
yang bagus.
46 UNYUNY Edisi Februari 2015
Manfaat Penggunaan Media Sosial dalam Dunia Pendidikan
Perkembangan jejaring sosial atau yang lebih dikenal dengan
media sosial kini sudah mempengaruhi dunia pendidikan, misalkan
dalam model pembelajaran. Media sosial dapat dimanfaatkan demi
keberhasilan dunia pendidikan. Manfaat media sosial dalam dunia
pendidikan diantaranya sebagai berikut:
1. Online “Field Trip”
Media sosial yang dipresentasikan berupa Pinterest, YouTube,
WordPress, dan Google+, kelas Otomotif menjadi “kendaraan” bagi
saya dan murid-murid saya menyelami kehebatan teknologi. Tanpa
mengeluarkan biaya, waktu, dan tenaga, media sosial menyajikan
tampilan gambar, video, artikel yang membawa kami memasuki
dunia otomotif yang sangat menarik. Hal yang paling
menyenangkan, disini kita bisa melakukan “Online Field Trip”
dengan memilih sendiri objek apa yang mau dilihat dan dibagikan
dalam kelas.
2. Online Presentation Skills
Selama ini banyak guru dan siswa mengandalkan powerpoint
dengan tulisan dan gambar untuk mempresentasikan materi.
Integrasi media sosial yang dipresentasikan setiap siswa di dalam
kelas membangun keahlian siswa menggunakan bahan-bahan dari
dunia maya untuk dijelaskan, dielaborasi, dan dipaparkan dengan
jelas kepada siswa lain. Selain itu, siswa belajar bahwa dengan
kicauan twitter, gambar, artikel, dan video bisa langsung digunakan
sebagai topik diskusi yang menarik untuk dibagikan dan didebatkan
dalam kelas. Siswa belajar membangun budaya berbagi
pengetahuan dan wawasan yang mereka lakukan di dunia maya.
47Edisi Februari 2015
3. Online Critical & Creative Thinking
Dari berbagai media sosial akai, begitu banyak muncul pertanyaan
kritis mengenai mengapa bisa terbentuk seperti itu? Bagaimana
proses terjadinya? Apa yang menyebabkannya terjadi? Dan
berbagai pertanyaan menarik tentang objek-objek di dunia maya.
Kelas menjadi forum diskusi yang membicarakan isu-isu uptodate
di dunia maya yang dipenuhi tanya jawab interaktif dalam kelas.
Selain itu, muncul jawaban-jawaban kreatif berasal dari media
sosial lain pula yang memberikan siswa kemampuan memprediksi,
menganalisis, dan menciptakan jawaban yang mereka temukan di
dalam riset.
4. Online Research Skills
Melalui pembelajaran dengan mengintegrasikan media sosial, siswa
akan belajar cara menggunakan media sosial secara lebih efektif
sebagai media riset yang dapat menginspirasi wawasan baru. Siswa
akan menemukan relevansi apa yang mereka pelajari dengan
berbagai kicauan, gambar, artikel, dan video yang ternyata ada di
sekeliling kita dan sangat mudah untuk diakses. Penelitian menjadi
hal yang lebih menyenangkan dan menarik dengan menggunakan
media sosial aktual, beranekaragam, dan juga melibatkan berbagai
pengguna jejaring sosial. Selain melatih siswa, siswa diajarkan
bagaimana pencarian informasi dapat dilakukan di dunia maya,
siswa juga dilatih untuk menggunakan berbagai macam cara dalam
mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan menghargai proses mencari, mengumpulkan,dan
mempresentasikan hasil riset. Siswa akan semakin percaya diri
untuk terus berkarya melalui riset-riset yang beranekaragam.
48 UNYUNY Edisi Februari 2015
5. Online Artistics
Melalui media sosial, kita dapat membangun paradigma bahwa
Ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu yang berisi teks yang
membosankan. Ilmu pengetahuan menyimpan sejuta keindahan,
karya seni, dan keajaiban sehingga dapat menginspirasi dunia kita.
Terbukti dengan media sosial yang dipresentasikan, siswa menjadi
semakin menghargai nilai seni dan keindahan dari beragam foto,
artikel, dan video yang dikemas menarik. Dengan dibekali berbagai
macam sumber ini, buku pegangan hanyalah menjadi buku
pegangan teori yang dapat dilihat wujud nyata dan contoh relevan
melalui media sosial. (Steven Sutantro, 2013).
Penutup
Media sosial merupakan salah satu media pembelajaran yang
seringkali terabaikan oleh banyak pendidik. Padahal media sosial
menyimpan keajaiban tak terbatas yang akan terus menginspirasi murid
untuk belajar, berkarya, dan berbagi. Banyak manfaat ajaib lainnya akan
terus dieksplorasi bersama media social, sehingga jangan pernah takut
untuk berinovasi menggunakan teknologi masa kini yang menyimpan
sejuta wawasan dalam menginspirasi siswa dan juga kita sebagai
gurunya. Untuk itu, semakin kita bisa dengan cepat dan tepat dalam
memanfaatkan media sosial sebagai model pembelajaran pada zaman
ini, maka keuntungan yang didapat dalam memajukan dunia pendidikan
semakin terbuka lebar/ tercapai.
49Edisi Februari 2015
Daftar Pustaka
Albert Sentosa. (2014). Penggunaan Sosial Media dalam Pendidikan
dan Hambatannya. Diakses dari : http://www.kesekolah.com/
solusi-pendidikan/penggunaan-sosial-media-dalam-
pendidikan-dan-hambatannya.html, 03 Agustus 2014.
Arlih Adityaa Parikesit.z(2013). Penggunaan Media Sosial dalam
Pendidikan. Diaksessdari:http.//inet.detik.com/read/
2013/04/30/124539/2233962/398/3/peran-media-sosial-dalam-
pendidikan, tanggal 05 Agustus 2014.
Ennoch Sindang. Manfaat Media Sosial Dalam Ranah Pendidikan dan
Pelatihan. Pusdiklat KNPK.
Jason Thomaszweski. (2012). Study Suggests Benefits of Social Media in
the Classroom. http://www.educationworld.com/a_curr/study-
suggests-social-media-has-place-in-classrooms.shtml, tanggal
03 Agustus 2014.
Steven Sutantro. (2013). Manfaat Media Sosial dalam Kelas. Diakses
dari: http://edukasi.kompasiana.com/2013/02/08/manfaat-media-
sosial-dalam-kelas-531999.html, tanggal 10 Agustus 2014.
Suparno, Paul, Dr, SJ. (2000). Teori Perkembangan Kognitif Jean
Piaget. Kanisius.
50 UNYUNY Edisi Februari 2015
Pemanfaatan Games Kartu Jodoh dalam
Pembelajaran IPS
Oleh : Iswanto
Guru IPS SMP Negeri 3 Berbah Sleman
Pendahuluan
Pendidikan sebagai usaha yang digunakan untuk mentransfer
pengetahuan untuk mengadakan berbagai perubahan, sehingga
diperlukan sistem pendidikan integral yang membutuhkan totalitas
fungsional terarah pada satu tujuan. Keberhasilan pendidikan
dipengaruhi oleh perubahan dalam segala komponen pendidikan yaitu
kurikulum, sarana-prasarana, peserta didik, media, dan metode yang
tepat.
Sekolah merupakan lembaga sentral yang berperan dalam
mengembangkan dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh
peserta didik sebelum terjun ke masyarakat. Sudah seharusnya pendidik
turut berperan serta dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidik
dapat mengawalinya dari hal yang terkecil, diantaranya dengan
membenahi strategi pembelajaran, proses belajar mengajar, penilaian
dan lainnya.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dirumuskan atas dasar realita dan
fenomena sosial dengan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan
cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (geografi, sejarah, ekonomi dan
sosiologi). Mata pelajaran IPS bertujuan mengembangkan potensi
peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di
masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang
51Edisi Februari 2015
terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun
masyarakat sekitarnya.
Tujuan tersebut dapat tercapai bila pembelajaran IPS dikemas
dalam bentuk yang menarik, penuh tantangan dan kompetitif. Proses
belajar mengajar yang menarik dan menantang serta berorientasi pada
keberhasilan tujuan memberikan rangsangan kepada siswa untuk
berpartisipasi secara aktif. Partisipasi aktif dalam pembelajaran harus
diselaraskan antara pemberdayaan otak kiri dan otak kanan.
Optimalisasi penggunaan kedua belah otak sangat diperlukan dalam
belajar. Otak kanan berhubungan dengan bahasa, angka, analisa, logika,
sedangkan otak kiri berhubungan dengan kreativitas, konseptual,
seni/warna, musik, emosi, imajinasi, dan sebagainya.
Sekolah jarang sekali mengajak peserta didiknya untuk
mengaktifkan otak kanannya. Padahal pemberdayaan otak kanan akan
memperoleh hasil yang lebih baik. Otak kanan akan menyimpan memori
yang lebih lama dibanding dengan otak kiri. Pada umumnya sekolah
hanya memberikan drill soal-soal ujian nasional, dengan harapan
hasilnya baik. Namun, realitanya banyak peserta didik yang gagal
menghadapi ujian nasional karena tidak mampu mengaktifkan kembali
(me-recall) ingatannya saat mengerjakan soal-soal. Pembelajaran yang
terlalu membebankan pada otak kiri saja justru akan menyebabkan
seseorang merasa cepat bosan, mudah lupa, melamun dan sebagainya.
Walaupun pembelajaran IPS didasarkan pada realitas dan
fenomena sosial, namun sampai saat ini IPS masih dikenal sebagai mata
pelajaran nomor dua yang dianggap kurang penting, kering dan
cenderung membosankan. Selain itu, pembelajaran IPS masih banyak
diwarnai dengan kegiatan ceramah oleh guru, siswa lebih banyak
melakukan kegiatan dengar dan catat. Partisipasi siswa masih rendah
karena hanya menjadi obyek bukannya subyek yang turut andil dan aktif
52 UNYUNY Edisi Februari 2015
dalam pembelajaran. Media pembelajaran yang masih terbatas juga
menyebabkan pembelajaran IPS membosankan dan tidak kompetitif.
Peningkatan motivasi belajar salah satunya dapat dilakukan
dengan menggunakan media atau teknik pembelajaran yang menarik
sehingga dapat mendorong siswa terlibat aktif di dalamnya. Dengan
demikian, pembelajaran yang mendorong siswa lebih aktif, kreatif dan
kompetitif menjadi alternatif yang tepat untuk memecahkan persoalan
tersebut. Keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses belajar
yang diharapkan adalah ketelibatan secara mental yang dalam berbagai
hal disertai aktivitas belajar peserta didik secara fisik sehingga peserta
didik betul-betul aktif dalan proses pembelajaran. Keterlibatan secara
mental dalam hal ini adalah ketika proses pembelajaran, pikiran,
perasaan dan perhatian peserta didik terfokus pada materi yang sedang
dipelajari.
Aktivitas yang harus dimiliki peserta didik perlu didukung oleh
penentuan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
peserta didik dan lingkungan sekolah agar pembelajaran berjalan efektif.
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan eksplorasi, elaborasi
dan konfirmasi. Kenyataan tersebut memotivasi penulis untuk selalu
berupaya mencari alternatif pemecahan, salah satunya dengan
memanfaatkan games kartu jodoh.
Pembahasan
1. Pengertian Kartu Jodoh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
(2008), kartu merupakan kertas tebal berbentuk persegi empat yang
digunakan untuk berbagai keperluan. Sedang, jodoh adalah sesuatu
yang cocok sehingga menjadi sepasang. Jadi, kartu jodoh adalah
53Edisi Februari 2015
kertas berbentuk segi empat yang cocok sehingga dapat dipasang-
pasangkan. Kartu dibuat secara berpasangan, kartu utama berisi
pertanyaan atau pernyataan yang perlu penjelasan lebih lanjut.
Sedang, kartu pelengkap berisi jawaban atau penyataan yang
menjelaskan atau melengkapi pernyataan pada kartu utama. Jadi
kedua kartu tersebut sifatnya komplementer atau saling
melengkapi.
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran dengan kartu
jodoh ini, (1) pendalaman materi; (2) menggali materi.
Pengembangan kartu jodoh mulanya digunakan untuk pendalaman
materi. Siswa melatih penguasanaan materi dengan cara membuat
kartu jodoh, dan memasangkan antara pertanyaan dan jawaban.
Sebelumnya peserta didik diberi tugas untuk membaca materi
terlebih dahulu, sebelum melaksanakan pembelajaran ini. Lain
halnya, jika tujuan kedua yang ingin dicapai. Guru tidak perlu
membekali siswa dengan materi, karena siswa sendiri yang akan
membekali dirinya sendiri. Guru dapat menulis pokok-pokok
materi pada potongan kertas, kemudian dibagikan potongan kertas
itu pada kelompok secara acak. Kelompok akan membagi tugas
untuk membuat kartu utama dan kartu pelengkap.
2. Pembelajaran IPS
Belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan
tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang
bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan,
bertambah, berkembang daya pikir, sikap, dan lain-lain. (Soetomo,
1993: 120). Pendapat tersebut akan senada jika dikaitkan dengan
Pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa pembelajaran
54 UNYUNY Edisi Februari 2015
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Dengan demikian,
pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan
siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan
kegiatan pada situasi tertentu.
Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standar proses,
pasal 1 menyatakan Standar proses untuk satuan pendidikan dasar
dan menengah mencakup perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran,
dan pengawasan proses pembelajaran. Proses pembelajaran perlu
direncanakan dan dilaksanakan untuk setiap mata pelajaran harus
fleksibel, bervariasi dan memenuhi standar. Proses pembelajaran
pada setiap satuan pendidikan dasar harus interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif serta memberi ruang gerak yang cukup bagi
prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat
dan perkembangn fisik serta psikologis peserta didik. Penyajian
program harus mengarah kepada kegiatan pembelajaran yang
memiliki nuansa siswa aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
Mata pelajaran IPS menuntut peserta didik memiliki
kemampuan untuk mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan
dasar untuk berpikir logis dan kritis, memiliki kesadaran terhadap
nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan memiliki kemampuan untuk
berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi di tingkat lokal,
nasional maupun global.
Oleh karena itu, pembelajaran IPS harus dikemas sedemikian
rupa sehingga peserta didik mampu aktif secara mandiri. Azas
55Edisi Februari 2015
aktivitas dalam belajar IPS tidak mendudukkan siswa untuk
mendengarkan hal-hal yang diceramahkan guru, namun bagaimana
guru memberdayakan semua potensi siswa melalui pengalaman
belajar. Pembelajaran harus bersifat demokratis yang memberi
kesempatan pada siswanya untuk aktif, kreatif, efektif dan bekerja
sama dengan sesama siswa. Siswa memiliki kesempatan untuk
belajar mandiri dengan berbagai aktivitas.
Aktifitas melakukan kegiatan belajar berarti peserta didik
melakukan proses belajar sendiri sehingga setiap pertemuan tidak
berada dalam keadaan kosong namun sudah mempunyai konsep
untuk dikembangkan. Pembelajaran IPS memerlukan teknik dan
strategi yang memungkinkan peserta didik mampu memecahkan
masalah, berdiskusi, berkelompok, mengingat (remembering), dan
Gambar 1. Kegiatan membaca dan curah gagasan
56 UNYUNY Edisi Februari 2015
menarik kembali (recalling) materi-materi pelajaran dikemudian
hari. Salah satu cara untuk menampung kegiatan pembelajaran
adalah dengan permainan atau games.
3. Pemanfaatan Games Kartu Jodoh Dalam Pembelajaran IPS
Sutton Smith menemukan bahwa bermain dapat meningkatkan
afiliasi anak terhadap teman sebaya, dapat menjadi sarana untuk
melepaskan ketegangan, meningkatkan perkembangan kognitif,
serta meningkatkan eksplorasi. Sedang Piaget menambahkan
bahwa perkembangan kognitif anak dipengaruhi oleh cara bermain
anak. Struktur kognitif anak perlu dirangsang dan bermain
memberikan setting yang sempurna bagi upaya perangsangan
tersebut (Santrock, 2006: 288).
Gambar 2. Kegiatan menjodohkan kartu
57Edisi Februari 2015
Bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk
berfikir dan bertindak imajinatif serta penuh daya khayal yang erat
hubungannya dengan perkembangan kreatifitas anak. Proses
kemerdekaan anak akan memberi kemampuan lebih pada anak
untuk mengembangkan fikirannya mendapatkan kesenangan dan
kemenangan dari bentuk permainan tersebut. Ambisi untuk
memenangkan permainan tersebut akan memberikan nilai
optimalisasi gerak dan usaha anak, sehingga akan terjadi kompetisi
yang fair dan beragam dari anak.
Tarigan (1986:234) berpendapat bahwa pada umumnya para
siswa menyukai permainan dan mereka dapat memahami dan
melatih cara penggunaan kata-kata, puzzle, crosswords puzzle,
anagram dan palindron. Adenan (1989: 9) menyatakan bahwa
puzzle dan games adalah materi untuk memotivasi diri secara nyata
dan merupakan daya penarik yang kuat. Puzzle dan games untuk
memotivasi diri karena hal itu menawarkan sebuah tantangan yang
dapat secara umum dilaksanakan dengan berhasil.
Berdasar pendapat di atas, games merupakan bentuk
permainan yang menantang daya kreatifitas dan ingatan siswa lebih
mendalam dikarenakan munculnya motivasi untuk senantiasa
mencoba memecahkan masalah, namun tetap menyenangkan sebab
bisa di ulang-ulang. Tantangan dalam permainan ini akan selalu
memberikan efek ketagihan untuk selalu mencoba sehingga struktur
kognitif anak mengalami perkembangan.
Pembelajaran dengan games kartu jodoh menuntut aktivitas
kerja yang sangat tinggi secara mandiri, mulai dari pembagian
kelompok, brainstrorming/ curah gagasan, pembagian tugas,
kegiatan menggali informasi dari berbagai sumber, merumuskan
berbagai pertanyaan atau pernyataan, merumuskan jawaban atau
58 UNYUNY Edisi Februari 2015
pernyataan pelengkap, menjodohkan kartu utama dan kartu
pelengkap milik kelompok lain, sampai pada mengoreksi hasil kerja
kelompok lain dari kartunya. Misalnya dalam satu kelas dibagi
menjadi 8 kelompok, maka kegiatan menjodohan akan
dilaksanakan dalam 7 putaran, kelompok tidak akan menjodohkan
kartu hasil kerjanya sendiri. Penghargaan akan diberikan pada
kelompok yang memperoleh skor tertinggi secara kumulatif selama
7 putaran tersebut.
Pemanfaatan games kartu jodoh membiasakan peserta didik
selalu belajar dengan pengalamannya sendiri, menemukan sendiri
dengan fasilitas yang diciptakannya sendiri. Sesuai dengan
pendapat Sardiman (2009: 97) bahwa dalam belajar diperlukan
aktivitas, tanpa aktivitas proses belajar tidak mungkin berlangsung
dengan baik. Pada pembelajaran dengan Games Kartu Jodoh
mampu membangkitkan dan meningkatkan aktivitas peserta didik
seperti memahami konsep, menuliskan pernyataan atau pertanyaan
dan jawaban dan menuliskannya dalam kartu jodoh, berdiskusi
dengan teman lain, keberanian bertanya mulai muncul, dan siswa
lebih memiliki kemampuan untuk menyimpulkan apa yang telah
dipelajarinya. Berbagai aktivitas tersebut akan bermanfaat bagi
peserta didik sendiri karena dengan melakukannya sendiri kegiatan
belajar mengajar akan terasa mudah dan lebih menarik (Iswanto:
2012: 43).
Hal senada juga disampaikan oleh Oemar Hamalik (2011:
171), yang mengatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah
pembelajaran yang menyediakan kesempatan kepada siswa untuk
dapat belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Aktivitas
yang dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran, mereka belajar
sambil bekerja. Dengan bekerja tersebut, siswa mendapatkan
59Edisi Februari 2015
pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya.
Games Kartu Jodoh sesuai dengan harapan Moeslichatoen (2004:
35) bahwa metode bermain diharapkan anak mendapat kesempatan
yang luas untuk melakukan kegiatan dan dihadapkan dengan
bermacam bahan yang dapat menarik perhatiannya, memenuhi
kebutuhan rasa ingin tahunya, dan mengadakan kajian terhadap
fakta yang dihadapi secara langsung. Dua pendapat di atas diperkuat
oleh Vygotsky dengan keyakinannya bahwa bermain dapat
membantu perkembangan kognitif anak (Santrock 2006: 288).
Penutup
Pemanfaatan games kartu jodoh merupakan alternatif lain yang
dapat digunakan dalam pembelajaran IPS. Games kartu jodoh, mampu
membangkitkan dan meningkatkan semangat berkompetisi siswa
dengan memahami konsep, memahami inti materi, berdiskusi dengan
teman lain, memiliki keberanian bertanya, dan siswa lebih memiliki
kemampuan untuk menyimpulkan apa yang telah dipelajarinya sehingga
stuktur kognitif siswa meningkat. Pada akhirnya, pembelajaran IPS
lebih menyenangkan, peserta didik aktif mandiri dan diharapkan hasil
belajar peserta didik akan meningkat. Selamat mencoba!
60 UNYUNY Edisi Februari 2015
Daftar Pustaka
Adenan . (1989) . Metode Puzz l e and game . (On l ine ) ,
(http://Ervia.com/Metode Puzzle- and-game.html. Diakses 17
September 2014).
Iswanto. (2012). Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Meningkatkan
aktifitas dan hasil belajar dengan Kartu Jodoh di Kelas
VII B Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Yogyakarta. SMP N 3
Berbah.
Moeslichaton R. (2004). Metode Pengajaran di Taman. Kanak-Kanak.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Oemar Hamalik. (2011). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Permendiknas No.41 tahun 2007 tentang Standar Proses.
Santrock (2006). Life Spant Development: Perkembangan Masa Hidup.
Jakarta: PT Erlangga.
Sardiman A.M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar.
Jakarta: Rajawali Pers.
Soetomo. (1993). Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya:
Usaha Nasional.
Tarigan.(1986). Metode Puzzle Game Dalam Pembelajaran Siswa.
(Online), (http://Novianti.com/Pengertian=Metode-Puzzle-
Game-Dalam Pembelajaran-Bagi-Siswa.html. Diakses 17
September 2014).
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
61Edisi Februari 2015
Pemanfaatan Gerabah untuk Mengurangi
Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor
Oleh: Ety Dwiastuti
Guru SMK Negeri 2 Yogyakarta
Pendahuluan
Kendaraan bermotor menjadi pilihan yang banyak diminati oleh
masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia. Data Korps
Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia mencatat, jumlah
kendaraan yang masih beroperasi di seluruh Indonesia pada 2013
mencapai 104,211 juta unit, naik 11 persen dari tahun sebelumnya
(2012) yang hanya 94,299 juta unit. Dari jumlah itu, populasi terbanyak
masih disumbang oleh sepeda motor dengan jumlah 86,253 juta unit di
seluruh Indonesia, naik 11 persen dari tahun sebelumnya 77,755 juta
unit. Jumlah terbesar kedua disumbang mobil penumpang dengan 10,54
juta unit, atau juga naik 11 persen dari tahun sebelumnya, 9,524 juta unit.
Populasi mobil barang (truk, pikap, dan lainnya) tercatat 5,156 juta unit,
naik 9 persen dari 4,723 juta unit (Kurniawan, A. 2014).
Di Kota Yogyakarta laju pertumbuhan kendaraan bermotor
meningkat dengan pesat. Jumlah kendaraan bermotor berplat AB di DIY
pada tahun 2010 mencapai 1,15 juta kendaraan, pada tahun 2011 tercatat
1,27 juta kendaraan, kemudian naik menjadi 1,43 juta kendaraan.
Sedangkan untuk tahun 2013 ini diperkirakan jumlah kendaraan
bermotor di DIY bakal mencapai lebih dari 1,6 juta kendaraan.
Perbandingan jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya, mobil 15
persen sedangkan motor sebesar 85 persen dari jumlah total kendaraan
setiap tahunnya (Sigit, A. 2013).
62 UNYUNY Edisi Februari 2015
Berdasarkan Evaluasi Program dan Kegiatan dalam laporan
tahunan Dihubkominfo DIY tahun 2012, disebutkan V/C ratio yang
merupakan perbandingan antara volume kendaraan bermotor yang
melintas di Kota Yogyakarta terhadap kapasitas jalan yang tersedia dari
18 ruas jalan yang disurvei 8 ruas jalan diantaranya V/C rationya
mencapai > 0,85 yang berarti lalu lintas pada ruas jalan yang dimaksud
sudah sangat ramai. Sedangkan V/C ratio rata-rata dari 18 ruas jalan
sebesar 0,75. Dengan demikian, target pemerintah yang menetapkan
V/C ratio rata-rata sebesar 0,69 tidak tercapai. Keadaan ini disebabkan
belum adanya kebijakan pembatasan penggunaan kendaraan pribadi di
jalan terutama sepeda motor, pembatasan usia kendaraan bermotor yang
boleh beroperasi di jalan raya, pembatasan bahan bakar bersubsidi, dan
perbaikan layanan transportasi publik.
Badan Lingkungan Hidup (BLH) DIY masih mendapati banyak
mobil dengan kandungan karbon monoksida (CO) dalam gas buang
melebihi ambang batas normal 4,5 persen dan hidrokarbon (HC) 1.200
ppm (part per million). Kendaraan pelanggar rata-rata terpaut 0,2 sampai
0,5 di bawah ambang batas, tetapi HC mampu melebihi hingga 1.500
ppm. Plat nomor rata-rata non AB (DIY) dengan angka CO yang cukup
tinggi.
Dampak Polusi bagi Kesehatan dan Lingkungan
Sebagai lokasi pertama yang paling berpotensi memiliki kondisi
udara yang tercemar akibat emisi gas buang kendaraan bermotor, jalan
raya dan lingkungan di sekitarnya perlu mendapat perhatian khusus.
Banyak gas polutan mengotori udara yang mengakibatkan gangguan
kesehatan pada pengguna jalan raya dan penduduk yang tinggal di
sekitarnya. Pada proses pembakaran kendaraan bermotor, reaksi gas
63Edisi Februari 2015
karbon dan gas oksigen yang tidak sempurna menghasilkan gas karbon
monoksida (CO). Selain gas karbon monoksida, emisi gas kendaraan
bermotor juga menghasilkan timbal. Gas karbon monoksida memiliki
karakteristik yaitu tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Gas
karbon monoksida mampu mengikat hemoglobin dalam darah sehingga
akan menyebabkan darah kekurangan oksigen untuk didistribusikan ke
seluruh sel dan jaringan tubuh. Oleh karena itu, keracunan gas karbon
monoksida dapat menyebabkan tubuh kekurangan oksigen dan
mengganggu saraf pusat. Pada konsentrasi yang tinggi dan jangka waktu
tertentu, CO dapat mengakibatkan pingsan dan kematian. Sedangkan
untuk timbal merupakan unsur logam, jika terhirup dapat menyebabkan
pemicu kanker dalam saluran pernapasan.
Hidro karbon (HC) adalah senyawa fotokimia yang yang
dihasilkan dari emisi gas buang. Gas ini menyebabkan mata pedih,
tenggorokan sakit, dan memicu serangan asma. Hidrokarbon aromatik
dan senyawa turunannya seperti aldehida bersifat karsinogenik dan
dapat menyebabkan kanker.
Gerabah Sebagai Katalisator
Untuk mengatasi dampak emisi gas buang kendaraan bermotor,
telah dilakukan beberapa penelitian yang menggunakan berbagai bahan
sebagai katalis, yaitu bahan yang mempercepat reaksi kimia . Salah satu
bahan katalis tersebut adalah gerabah. Gerabah berasal dari tanah liat
yang banyak ditemukan di Indonesia. Lebih kurang 70 % dari kulit bumi
terdiri dari batuan yang merupakan sumber tanah liat. Tanah liat banyak
ditemukan di areal pertanian terutama persawahan. Dilihat dari sudut
ilmu kimia, tanah liat termasuk hidrosilikat alumina dan dalam keadaan
murni mempunyai rumus : Al O 2SiO 2H O. Tanah liat memiliki sifat2 3 2 2
64 UNYUNY Edisi Februari 2015
Sumber: http://axzx.blogspot.com/2008/12/proses-pembentukan-tanah-liat-secara.htm bengkel keramik PPG Kesenian Jogja
sifat yang khas yaitu bila dalam keadaan basah akan mempunyai sifat
plastis, bila dalam keadaan kering akan menjadi keras sedangkan bila
dibakar menjadi padat dan kuat. Pada umumnya, masyarakat
memanfaatkan tanah liat atau lempung ini sebagai bahan baku
pembuatan keramik, bata dan gerabah. Tanah liat memiliki komposisi
kimia sebagai berikut:
Tabel 1. Komposisi kimia tanah liat.
Gerabah (Earthenware) dibuat dari semua jenis bahan tanah liat yang
plastis dan mudah dibentuk dan dibakar pada suhu maksimum 1000 °C.
Keramik jenis ini struktur dan teksturnya sangat rapuh, kasar dan masih
berpori. Gerabah kasar harus dilapisi glasir, semen atau bahan pelapis
lainnyaAgar kedap air. Gerabah termasuk keramik berkualitas rendah
apabila dibandingkan dengan keramik batu (stoneware) atau porselin.
Bata, genteng, paso, pot, anglo, kendi, gentong dan sebagainya termasuk
keramik jenis gerabah. Genteng telah banyak dibuat berglasir dengan
warna yang menarik sehingga menambah kekuatannya (R. Simanjuntak,
2011).
65Edisi Februari 2015
Penelitian telah dilakukan tentang pemanfaatan gerabah sebagai
katalisator pada muffler kendaraan bermotor untuk mengurangi emisi
gas buang (Y. Kiswanto, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh siswa
Jurusan Otomotif SMK Negeri 2 Yogyakarta ini dengan guru
pembimbing Drs. Agung Suharto dan Ety Dwiastuti, S.Si dikerjakan di
bengkel Teknik Kendaraan Ringan dengan menggunakan peralatan uji
emisi dan kendaraan bermotor untuk kegiatan praktek siswa yang
tersedia di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat
gerabah sebagai salah satu katalisator yang dapat mengurangi emisi gas
buang kendaraan bermotor, mengenalkan prosedur uji emisi pada siswa,
mengetahui dampak emisi gas buang terhadap lingkungan dan
kesehatan, mengembangkan kreatifitas siswa dalam komunitas
Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), dan untuk diikutsertakan dalam
Lomba Kompetensi Siswa SMK se-Kota Yogyakarta dan DIY. Dari
kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap
lingkungan karena akan mengurangi emisi gas buang kendaraan
bermotor terutama konsentrasi gas-gas polutan seperti CO, HC dan NO .x
Baku Mutu Emisi Gas Buang
Dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2012 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang
Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori L3, yaitu kendaraan bermotor 3roda dua dengan kapasitas silinder lebih dari 50 cm atau dengan desain
kecepatan maksimum lebih dari 50 km/jam apapun jenis tenaga
penggeraknya yang dimuat dalam Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 1106 adalah sebagai berikut:
a. Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dengan Metode
Pengujian UN Regulation 40 dan EU Directive 2002/51/EC
66 UNYUNY Edisi Februari 2015
Kendaraan Bermotor Tipe baru Kategori L dengan Pengujian Tipe I
(Mode Test)
b. Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dengan Metoda
Uji WMTC (Worldwide Harmonized Motorcycle Emissions
Certification Procedure).
Satuan nilai ambang batas dalam gram/km menyatakan
jumlah (berat) partikel yang diemisikan oleh kendaraan dalam jarak
tempuh (km) tertentu. Sedangkan ppm (part per million) atau %
menyatakan konsentrasi atau jumlah partikel per satuan tertentu,
misal per satuan volume atau per satuan berat. Penelitian ini
menggunakan satuan ppm atau % dengan cara mengukur konsentrasi
berat partikel uji. Contoh, jika kendaraan menghasilkan pengukuran
UDC :Urban Driving CycleEUDC : Extra Urban Driving Cycle
67Edisi Februari 2015
100 ppm CO atau 0.01% dalam jarak 1 km berarti untuk emisi
keseluruhan gas sebesar 100 gram, maka berat CO adalah 0.01 gram
atau untuk emisi keseluruhan gas sebesar 1000 gram, maka berat CO
adalah 0.1 gram.
Tabel di bawah ini digunakan sebagai acuan pengukuran
emisi gas kendaraan bermotor di bengkel Teknik Kendaraan Ringan
SMK N 2 Yogyakarta.
Tabel 2. Acuan Pengukuran Emisi Gas Kendaraan Bermotor
Pengujian Emisi
Prosedur pengujian emisi meliputi cara untuk menentukan
kadar karbon monoksida (CO), hidro karbon (HC), karbon dioksida
(CO ) dan oksigen (O ) yang terkandung didalam gas buang dari muffler 2 2
kendaraan bermotor. Beberapa definisi dalam pengujian emisi gas buang
meliputi : konsentrasi CO merupakan perbandingan volume dari karbon
monoksida (CO) yang terkandung didalam gas buang dan dinyatakan
dengan persen (%), kemudian konsentrasi CO sebagai perbandingan 2
volume karbon dioksida (CO ) yang terkandung di dalam gas buang dan 2
dinyatakan dalam persen (%). Berikutnya adalah konsentrasi HC yaitu
perbandingan volume dari hidrokarbon (HC) dipersamakan dengan
68 UNYUNY Edisi Februari 2015
normal hexana (C H ) dalam gas buang dan dinyatakan dalam ppm (part 6 14
per milion), kemudian konsentrasi O adalah perbandingan volume 2
oksigen (O ) yang terkandung di dalam gas buang dan dinyatakan dalam 2
persen (%), serta kepekatan asap yaitu kemampuan asap untuk meredam
cahaya, apabila cahaya tidak bisa menembus asap maka kepekatan asap
tersebut dinyatakan 100 persen (%), apabila cahaya bisa melewati asap
tanpa ada pengurangan intensitas cahaya maka kepekatan asap tersebut
dinyatakan sebagai 0 % (nol persen).
Persiapan pengujian dilakukan dengan menjaga suhu ruangan
dan tempat uji kendaraan, menyiapkan motor, kendaraan yang akan
diuji, bahan bakar yang dipakai, alat dan bahan, termasuk katalisator
gerabah. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari:
gerinda, gergaji, mesin bor, alat las, alat uji emisi Star Gas, mobil, pipa,
gerabah, knalpot, air dan pelat besi, seperti gambar di bawah ini:
Gambar1. Alat dan bahan
69Edisi Februari 2015
Hasil Pengujian Emisi Gas Buang Menggunakan Katalis Gerabah
Perbandingan emisi gas buang antara sebelum dan setelah diberi
katalis gerabah terdapat pada tabel di bawah ini:
Gambar 2. Alat uji emisi Star Gas.
70 UNYUNY Edisi Februari 2015
Katalisator adalah bahan yang berfungsi untuk mempercepat terjadinya
reaksi kimia. Dalam penelitian ini digunakan katalisator gerabah yang
mempercepat reaksi kimia CO, HC, dan NOx menjadi CO , H O, N dan 2 2 2
O , dengan reaksi kimia sebagai berikut: 2
2CO + O 2CO2 2 2
2C H + 7O 4CO + 6H O2 6 2 2 2
2NO + 2CO N + 2CO2 2
Pengujian emisi kendaraan bermotor menggunakan alat uji emisi
Star Gas dengan mengikuti prosedur pengujian yang benar
menunjukkan besarnya konsentrasi CO, CO , HC dan O di dalam gas 2 2
buang. Hasil pengujian menunjukkan penurunan konsentrasi CO adalah
3.06 %, HC adalah 800 ppm, dan CO adalah 4,07 %, sedangkan O 2 2
mengalami peningkatan sampai dengan 4,37 %. Dengan demikian,
penggunaan katalis gerabah mampu untuk mengurangi emisi gas buang
serta mampu menambah konsentrasi oksigen di udara. Selain itu biaya
yang dibutuhkan untuk membuat katalis sangatlah murah sehingga
katalis ini dapat digunakan oleh pemilik angkutan umum atau mobil
pribadi khususnya mobil-mobil yang sudah tua.
Penutup
Dari uraian hasil penelitian pemanfaatan gerabah untuk
mengurangi emisi gas buang kendaran bermotor dapat disimpulkan
bahwa:
1) Pengujian emisi kendaraan bermotor menggunakan alat uji emisi
Star Gas dapat menunjukkan besarnya konsentrasi CO, CO , HC 2
dan O di dalam gas buang.2
2) Penurunan konsentrasi CO adalah 3.06 %, HC adalah 800 ppm, dan
CO adalah 4,07 %, sedangkan O mengalami peningkatan sampai2 2
71Edisi Februari 2015
dengan 4,37 %, berarti dengan menggunakan katalis gerabah dapat
mengurangi emisi gas buang dan menambah konsentrasi O di 2
udara.
3) Biaya yang dibutuhkan untuk membuat katalis ini sangat murah,
sehingga katalis ini dapat digunakan oleh pemilik angkutan umum
atau mobil pribadi yang usianya sudah tua.
4) Perlu dilakukan inovasi terhadap katalis gerabah sehingga diperoleh
gerabah yang berkualitas dan dapat diproduksi secara massal di
pabrik.
5) Karena dapat meningkatkan konsentrasi O di udara, gerabah dapat 2
dikembangkan sebagai bahan bangunan yang mampu menjaga
udara lingkungan seperti pagar rumah, grass blok, trotoar, dan lain-
lain.
Daftar Pustaka
Dishubkominfo DIY. (2012). Evaluasi Program dan Kegiatan Tahun
2012. Hal. 40-45.
Kementerian Lingkungan Hidup. (2012). Salinan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2012
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 10 Tahun 2012 tentang baku Mutu Emisi Gas Buang
Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori L3. Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 November 2012 oleh Menteri Lingkungan Hidup.
Dimuat Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
1196.
Kurniawan, Agung. Populasi Kendaraan Bermotor di Indonesia Tembus
104,2 Juta Unit. Kompas.com. Selasa, 15 April 2014. Diunduh: 15
September 2014.
72 UNYUNY Edisi Februari 2015
Sigit, Agus. Jumlah Kendaraan Bermotor di DIY Over Load. KR
Jogja.com. Senin, 23 September 2013. Diunduh: 15 September
2014.
Y. Kiswanto. (2006). Pemanfaatan Gerabah sebagai Katalisator pada
Muffler Kendaraan Bermotor untuk Mengurangi Emisi Gas Buang
Kendaraan Bermotor. Tidak dipublikasikan.http://bangjuju.com/2014/03/18/macam-gas-polutan-dan-bahayanya-bagi-
kesehatan. Diunduh : 16 September 2014.http://axzx.blogspot.com/2008/12/proses-pembentukan-tanah-liat-
secara.html bengkel keramik PPG Kesenian Jogja. Diunduh: 19
September 2014.http://krjogja.com/read/214028/uji-emisi-masih-banyak-kendaraan-melebihi-
ambang-batas.kr . Diunduh: 20 September 2014.
73Edisi Februari 2015
Merancang Laboratorium Tata Boga
Oleh : Chomzana Kinta Marini
Guru Produktif SMK Negeri 1 Sewon Bantul
Pendahuluan
Laboratorium merupakan tempat yang penting demi
keberlangsungan pembelajaran di sekolah, terutama berkaitan dengan
materi yang membutuhkan pendekatan inkuiri. Saat ini keberadaan
laboratorium ini menjadi topik utama terutama dikalangan guru SMK.
Laboratorium adalah salah satu sarana dan prasarana pembelajaran yang
penting di SMK.
Laboratorium pada SMK dengan Program Studi Keahlian Tata
Boga, merupakan ruang praktik yang berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran: pembuatan berbagai macam
makanan, penyiapan tata hidang, penataan, penyajian pesanan, maupun
produksi makanan dalam jumlah besar dan masal. Berkaitan dengan
fungsinya, maka ragam laboratorium atau ruang praktik Tata Boga dapat
meliputi : ruang praktik dapur latih, ruang praktik dapur produksi, ruang
praktik persiapan, ruang praktik mini bar, ruang praktik tata hidang,
ruang penyimpanan(gudang) dan ruang instruktur (Permen No.40 tahun
2008 : 144).
Pengadaan dapur, sebagai salah satu ruang praktik di sekolah,
perlu mendapat perhatian khusus, sehingga perencanaan (planning)
pengadaan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan harus
dipandang sebagai bagian intergral dari usaha peningkatan kualitas
proses belajar mengajar (Ngakan, Natajaya &Yudana, 2013: 3).
Namun kenyataannya, pengadaan dapur pada umumnya dilakukan
74 UNYUNY Edisi Februari 2015
sebagaimana membangun ruang kelas teori biasa, dan tanpa melibatkan
guru produktif sebagai calon pengguna dapur tersebut. Akibatnya banyak
keluhan atau kendala yang terjadi pada penggunaan dapur tersebut, yang
berujung pada terhambatnya kelancaran pembelajaran praktik, seperti:
ruang terlalu sempit, cahaya tidak masuk sehingga ruang gelap, kran air dan
bak cuci tidak memadai jumlahnya, meja kerja terlalu pendek sehingga
tidak nyaman untuk mempersiapkan bahan makanan, tata letak perabot
tidak sesuai alur kerja, dan masih banyak lagi kendala yang dialami guru
maupun peserta didik saat belajar di laboratorium tersebut.
Kondisi pembelajaran di atas dapat dihindari bila pengadaan
laboratorium jasa boga dirancang dengan baik, sehingga dapur dapat
berfungsi sebagaimana ruang belajar praktik yang ideal.
Pentingnya Ergonomi dalam Penataan Dapur
Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha
menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang dan sebaliknya,
dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisienasi yang setinggi-
tingginya. Melalui pemanfaatan manusia seoptimal-optimalnya. Tujuan
ergonomi secara garis besar, ergonomi ditujukan bagi perancangan
Efektif, yang berarti suatu sistem kerja yang memenuhi kriteria EASNE :
Aman, yang berarti bahwa bahwa tujuan kegiatan kerja dapat tercapai.
Sehat, yang berarti bahwa kesehatan keselamatan pekerja terjamin.
Nyaman, yang berarti bahwa kenyamanan pekerja selama
bekerjaterjamin. Efisien, yang berarti bahwa pekerjaan dapat pekerja
dapat terjamin. dilakukan secara efisien (tujuan kerja tercapai dengan
u s a h a k e r j a y a n g o p t i m a l a t a u t i d a k b e r l e b i h a n )
( .Slideshare.net /filemon lowhearts/1-pengertian-ergonomi).
Berkaitan dengan pentingnya ergonomi, Kokom Komariah
(1998: 10) berpendapat bahwa mempelajari ergonomi bermanfaat agar
http://www
75Edisi Februari 2015
kita mawas terhadap faktor keselamatan dan kenyamanan , mampu
mencari solusi desain dan sikap kerja yang paling efektif dan paling
produktif, serta dapat menyesuaikan pengoperasian alat dengan
kemampuan fisik manusia. Penerapan ergonomi telah terbukti dapat
meningkatkan produktivitas 10% lebih. Oleh karena itu ergonomi dapat
digunakan dlam segala sektor produksi seperti pertanian, industri,
pertambangan, perhubungan dan jasa.
Kokom Komariah (1998: 11) juga mengatakan bahwa ada
beberapa pertimbangan ergonomi yang dapat meningkatkan efisiensi
kerja di dapur, yaitu:
1. Ukuran tubuh manusia
Ukuran tubuh dan karakteristik jangkauan manusia merupakan
kunci penting dalam desain arsitektur, karena itu untuk efisiensi
kerja,maka faktor manusia sebagai pengguna menjadi prioritas
utama. Ukuran dan sikap manusia pada saat melakukan
pekerjarjaan harus merupakan dasar pemikiran dalam perencanaan
tata letak dan perencanaan peralatan dapur.ukuran tubuh yang
dimaksud adalah tinggi badan, diukur dari telapak kaki sampai
puncak kepala.tinggi orang Indonesia pria 160 cm dan wanita 150
cm. pekerjaan didapur terutama bagian pengolahan makanan
selalu dilakukan berdiri. Pada posisi berdiri berdiri penerapan
ergonomic meliputi tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi pinggul,
depa dan panjang lengan.
2. Tinggi Dataran Kerja
Sikap tubuh dan dataran kerja mempunyai hubungan yang erat
dengan tingkat kelelahan karyawan. Tinggi meja dan yang
digunakan untuk bekerja di dapur adalah 10-20 cm lebih rendah
dari pada tinggi siku. Jika diperkirakan tinggi siku pria adalah 101
76 UNYUNY Edisi Februari 2015
cm da wanita 96 cm. maka tinggi meja yang tepat adalah 80-90 cm
untuk pria dan wanita 76-86 cm. alas an jk meja tidak ideal adalah
jika terlalu rendah dapat menyebabkan kelelahan dan ukuran yang
terlalu tinggi menyebabkan energi yang dibutuhkan lebih banyak
dan waktu lebih lama. Sudiyana (1989) menyebutkan bahwa dalam
perencanaan sebuah dapur ukuran meja, sink dan kompor, tinggi
permukaantersebut berkisar antara 80-90 cm, panjang 120-180 dan
lebar 60 cm.
3. Penataan peralatan.
Berdasar dimensi manusia tubuh manusia , maka peralatan dapur
dirancang. Tingginya sesuai tubuh manusia secara ergonomik
berhubungan dengan tingginya penempatan peralatan. Panjang
lengan berhubungan dengan jarak jangkauan untuk penempatan
peralatan yang dibutuhkan dan ukuran tubuh manusia diperlukan
sebagai pertimbangan untuk tata letak penataan antara satu alat
dengan alat yang lain. Setiap peralatan mempunyai karakteristik
yang berbeda, misalnya : oven, lemari es, microwave dan
salamander memiliki pintu yang sering dibuka maka harus pada area
yang agak luas. Kompor, oven dan pemanas lain, alat ini
mempengaruhi suhu ruangan didapur. Jarak oven dengan meja kerja
harus memberikan keleluasaan untuk membuka pintu oven, maka
jarak yg disarankan dari pintu tersebut 135 cm. Jarak antara satu
meja dengan meja yang lain untuk bekerja dengan lebar 135 cm.
jika dilewati dengan kereta dorong dengan jarak 150 cm. Tata letak
dan alur kerja perlu dan alur kerja perlu dipikirkan untuk
menghindari pemborosan waktu dan tenaga .
4. Area kerja (work Center)
Merupakan komponen dasar dalam sebuah unit dalam lay
out.ukuran dari work center bebas tetapi menyesuaikan dengan
siapa yang bekerja dan apa yang dilakukan. Pada umumnya semakin
besar rombel maka semakin besar pula kebutuhan alat dan
ruangannya. Adanya peralatan yang memadai dapat menghemat
waktu,produksi, tenaga dan biaya, apalagi ditunjang dengan
peralatan yang bagus , pengaturan yang tepat,serta perawatan yang
baik maka efektivitas didapur dapat tercapai.
Merancang Laboratorium Tata Boga (Kontinental Kitchen)
Mengingat ruang praktik Tata Boga banyak ragamnya dan
mengingat kebutuhan sarana praktik setiap mata pelajaran juga berbeda,
maka untuk menyederhanakan pembahasan, penulis akan memaparkan
perencanaan pengadaan laboratorium untuk kegiatan praktik
pengolahan masakan kontinental, yang dapat dikategorikan ruang
praktik dapur latih.
A. Lay Out Laboratorium
DAPUR KONTINENTAL(CONTINENTAL KITCHEN)
77Edisi Februari 2015
78 UNYUNY Edisi Februari 2015
B. Diskripsi Bangunan
Meliputi : ukuran banguan, posisi bangunan, sirkulasi udara, lantai,
dam sistim pembuangan limbah, dan jalur evakuasi
1. Ukuran Bangunan :
a. Bangunan Utama : 18 m X 10 m
b. Toilet yang menyatu dengan kamar ganti Putri : 4 m X 3 m
Fasilitas : ada 2 toilet, kaca, dan wastafel dengan hand wash
soup, gantungan baju
c. Toilet yang menyatu dengan kamar ganti Putra : 4 m X 3 m
Fasilitas : ada 2 toilet, kaca, dan wastafel dengan hand wash
soup, gantungan baju
d. Taman : 4 m X 4 m
2. Posisi Banguan
Bangunan membujur dari utara ke selatan, dengan jendela ada di
sisi Barat dan Timur, sehingga pencahayaan di dalam ruang
baik, dengan pohon- pohon yang ditanam di sebelah Barat dan
timur.
Bangunan menghadap ke timur, pintunya ada dua, yaitu di
Meja Hidang
Loker Siswa
Meja kerja & Bak cuci
Chiller 2 pintu
Kamar mandi & toilet
Tabung Gas
Meja Guru
Oven listrik klasikal
Almari bahan kering
Taman
79Edisi Februari 2015
sebelah Utara dan sebelah Selatan, sehingga diharapkan
berpengaruh pada kelancaran lalu lintas kegitan sekaligus
pencahayaan bagus, disamping sirkulasi udara lancar, meskipun
bekerja di tempat pengolahan yang panas. Tujuan akhirnya
adalah tercapainya kenyamanan dalam pembelajaran praktik.
Pintu didesain dengan dua daun pintu yang membuka ke arah
keluar, sehingga tidak mengganggu kegiatan di dalamnya.
3. Sirkulasi Udara
Bekerja atau belajar di dapur pengolahan udaranya panas yang
disebabkan oleh adanya panas yang muncul dari perapian
ataupun oven dan alat pengolahan lain. Agar sirkulasi udara
berjalan baik, maka akan dibuat sistem sirkulasi udara yang
sifatnya klasikal, yaitu: desain langit-langit bentuk kisi-kisi,
atap bersusun (facuum/ exhouse), pemasangan exhouster fan
(penyedot debu) pada dinding di atas jendela, adanya jendela,
adanya dua buah pintu dengan dua daun pintu.
Contoh Kisi-kisi 1 Contoh Kisi-kisi 2
Contoh Exhouse/Facuum/Atap Bersusun
80 UNYUNY Edisi Februari 2015
4. Lantai
Agar dapat beraktifitas dengan leluasa di dalam laboratorium,
maka lantai dapur dibuat dari bahan keramik yang
permukaannya kasar, agar tidak mudah terpeleset atau
tergelincir, dengan warna yang terang, agar memudahkan
pengamatan tempat mana yang kotor.
5. Sistem Pembuangan Limbah
Limbah di dapur atau laboratorium Boga ada dua, yaitu: limbah
air & limbah kering berupa kotoran dari bahan makanan atau
kotoran lain.
a. Sistem pembuangan limbah air adalah sebagai berikut:
Aliran air dari masing-masing bak cuci akan menuju pipa di
tengah , kemudian menuju ke pembuangan akhir yaitu ke
sumur resapan. Posisi pralon dari meja paling selatan lebih
tinggi, agar limbah mudah mengalir menuju pembuangan
akhir dengan mudah dan cepat. Ada dua lubang (saniter) di
ujung pralon utara, yang berguna untuk memudahkan
pembuangan air/limbah yang ada di atas permukaan lantai.
Agar saluran air tidak mampet, maka terapkan sistem
perawatan dengan cara menyiram bak cuci dengan air panas
tapi tidak mendidih, agar kotoran berupa lemak bisa larut dan
tidak menjadi sumbatan, tetapi pralonnya tidak meleleh.
b. Sistem pembuangan limbah kering berupa sampah makanan
atau kotoran lain adalah: pada masing-masing meja kerja
disediakan keranjang sampah yang diberi kantong plastik
besar, agar memudahkan pembuangan sampah, dan
memudahkan perawatan keranjang sampah tersebut. Di luar
ruang disediakan keranjang sampah besar yang tertutup, agar
kotoran, debu atau bau tidak sedap masuk ke dapur.
81Edisi Februari 2015
Penampungan sampah akhir, harus diletakkan jauh dari area
dapur.
6. Jalur Evakuasi
Jalur evakuasi diperlukan untuk memberi akses pada guru atau
siswa yang beraktifitas di laboratorium apabila terjadi bencana
alam (gempa) atau terjadi ledakan kompor gas. Adapun jalur
evakuasi dalam laboratorium ini dibuat dengan merencanakan
tata letak perabot serta luas tempat yang memudahkan evakuasi,
serta mengurangi terjadinya kecelakaan karena saling
berbenturan saat evakuasi, termasuk adanya pintu sebanyak dua
buah dan berdaun pimtu dua, serta pintu yang membuka keluar.
B. Perabot dan Perlengkapan/ Fasilitas Laboratorium (jarak
antar perabot : keamanan dan keleluasaan), jumlah, bahan,
ukuran, teori)
82 UNYUNY Edisi Februari 2015
C. Kebutuhan Alat Masak dan Alat Hidang
83Edisi Februari 2015
D. Alur Kerja Di Laboratorium
Tata letak perabot dan alat yang benar, disesuaikan dengan
urutan kerja yang dilakukan, akan mendukung kecepatan kerja,
efektif dan efisien waktu dan tenaganya,sehingga mengurangi
kelelahan. Adapun urutan kerja di dapur secara umum, yaitu:
kegiatan penyiangan (trimming), dilanjutkan pemotongan atau
penimbangan (Cutting, weighing), kemudian memasak (Cooking),
serta menata hidangan di atas piring (Platting). Kegiatan ini
berlangsung di dalam area kerja perorangan, kemudian tinggal
dilanjutkan dengan penghidangan (serving).
84 UNYUNY Edisi Februari 2015
Penutup
Perencanaan pembangunan laboratorium (dapur latih) yang
cermat dan lengkap meliputi sarana dan prasana dengan menerapkan
ergonomi sangat penting untuk dilakukan agar mendorong tercapainya
pembelajaran praktik yang efektif–efisien dan kondusif di SMK
Kompetensi Keahlian Tata Boga. Perencanaan ini hendaknya dilakukan
dengan melibatkan guru produktif sebagai calon pengguna dan dengan
memperhatikan kebutuhan mata pelajaran yang akan dipelajari di dapur
yang akan dibangun tersebut.
Daftar Pustaka
Kokom Komariah. (1998). Manajemen Dapur. Bahan Perkuliahan Tata
boga, Jurusan PKK, FPTK IKIP Yogyakarta.
Ngakan P. Sudiarta, N. Natajaya, I M. Yudana, Pengelolaan Dapur
Praktik Program Studi Manajemen Tata Boga Stp Bali .e-
Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha Program Studi Administrasi Pendidikan (Volume 4
Tahun 2013).
Pengertian Ergonomi. Diunduh dari (http://www.Slideshare.net
/filemon lowhearts/1-pengertian-ergonomi) pada Rabu,
17/9/2014.
Permen No.40 tahun 2008 : 144.
85Edisi Februari 2015
Mengenal Berbagai Macam
Mikroba Patogen Pencemar Pangan
Oleh: Siti Umniyatie
Staf Pengajar Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY
e-mail : [email protected]
Pendahuluan
Pangan sebagai bahan alami yang bersifat mudah rusak
(perishable), termasuk rusak oleh karena mikroba dan tidak ada bahan
alami yang steril terhadap pencemaran atau kontaminasi mikroba,
karena mikroba pada kenyataannya menempati hampir seluruh ruang
yang ada dipermukaan bumi. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama
setiap manusia, sehingga apapun yang dikonsumsi harus memiliki mutu
yang baik, meliputi mutu gizi, organoleptik dan kemanannya. Pangan
menjadi tidak aman jika terdapat pencemar baik fisik, kimia maupun
biologi. Pencemar biologi adalah mencemar yang berupa organisme
hidup, diantaranya adalah mikroba patogen yaitu mikroba yang dapat
menimbulkan penyakit. Pencemaran mikroba pada pangan seringkali
dapat menyebabkan suatu perubahan kimiawi yang tentu saja akan
mengurangi nilai gizi pangan dan juga berpotensi menimbulkan
penyakit. Perubahan akibat adanya mikroba dalam pangan yang mudah
dikenali adalah perubahan organoleptik, dan yang sulit dikenali oleh
masyarakat umumnya, adalah jumlah dan jenis mikroba yang
mencemari makanan tersebut(patogen atau bukan patogen), serta nilai
gizinya.
Keberadaan mikroba dalam pangan, dan berpotensi
menimbulkan penyakit tidak saja tergantung pada jumlah dan jenisnya,
86 UNYUNY Edisi Februari 2015
tetapi juga ditentukan oleh lamanya pangan atau makanan tersebut
terpapar oleh mikroba tersebut. Tercemarnya pangan oleh mikroba dapat
terjadi sejak pangan masih di ladang. Mikroba patogen yang mencemari
pangan dapat dari golongan cacing, protozoa, jamur, bakteri dan virus.
Namun, yang menimbulkan efek sangat cepat, umumnya adalah bakteri
yang menyebabkan keracunan.
Berita tentang keamanan pangan dalam media cetak maupun
elektronik di awal tahun 2015 yang dianggap serius, Indonesia telah
melarang masuknya impor apel dari California Amerika Serikat karena
diketahui terkontaminasi bakteri Listeria monocytogenes yang dapat
mengakibatkan keguguran janin apabila menginfeksi ibu hamil.
Disamping berita ini, telah banyak diberitakan pula berbagai kejadian
keracunan pangan yang disebabkan oleh bakteri patogen.
Pentingnya fungsi pangan ini untuk kelangsungan hidup dan
kesehatan manusia, telah diatur dalam suatu undang-undang dan telah
memiliki standar mutu pangan misalnya SNI (Standar Nasional
Indoesia), FDA (Food and DrugAdinistration), WHO (World Health
Organizatition), APHIS ( Animal andPlant Health Inspection Service)
dan organisasi-organisasi pangan dunia yang lain. Pemerintah Indonesia
melalui Kementerian-Kementerian terkait dan suatu badan pengawas
yaitu BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) telah berupaya
memproteksi pangan agar tetap memberikan dukungan hidup sehat bagi
masyarakat. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP. RI)
No. 28 Tahun 2004, yang mengatur seluruh mata rantai perjalan pangan
dan didalamnya disebutkan bahwa masyarakat perlu dilindungi dari
pangan yang merugikan dan membahyakan bagi kesehatan ( PP. RI,
2004 : 1).
Untuk dapat menambah wawasan dan meningkatkan kehatian
87Edisi Februari 2015
hatian terhadap pangan dan makanan yang akan dikonsumsi, diperlukan
pengetahuan tentang beberapa hal antara lain contoh jenis-jenis bakteri
patogen, pangan yang biasanya dicemari, bahayanya terhadap manusia
dan cara-cara menjaga agar pangan ataupun makanan tetap aman
dikonsumsi.
Pangan Sebagai Tempat Hidup Mikroba
Pangan dan makanan memiliki pengertian yang sedikit berbeda.
Pangan adalah semua produk yang dikonsumsi manusia; sedangkan
makanan berasal dari bahan pangan yang sudah atau tanpa mengalami
pengolahan (Leni Herliani Afrianti, 2013 : 1).
Jika dicermati kehadiran mikroba dalam pangan tidak selalu
bersifat negatif, misalnya pada proses fermentasi yang membutuhkan
keterlibatan mikroba untuk menghasilkan produk fermentasi seperti
tempe, keju, yoghurt, dan berbgai macam makanan fermentasi yang lain.
Pangan ataupun makanan mengandung zat-zat organik, seperti
karbohidrat, protein, lemak, mineral dan berbagai vitamin yang dapat
dimanfaatkan oleh mikroba. Mikroba dapat hidup dan berkembang biak
dalam berbagai jenis pangan ataupun makanan, selain karena
tersedianya nutrisi juga karena faktor lingkungan. Sehingga telah
banyak dilakukan langkah-langkah penghambatan pertumbuhan
mikroba untuk menjaga keawetan pangan, misalnya dengan
pengeringan biji-bijian setelah dipanen, pendinginan terhadap sayuran,
buah, daging dan produk ternak yang lain, pemanasan pada proses
pengolahan dan cara-cara pengawetan yang lain. Kandungan nutrisi
bahan alami termasuk pangan sangat lengkap, maka apabila tidak ada
langkah penghambatan tersebut di atas, pangan akan rusak dan tidak
aman untuk dikonsumsi.
88 UNYUNY Edisi Februari 2015
Terjadinya pencemaran pangan hasil pertanian, peternakan
maupun perikanan dapat terjadi mulai awal, misalnya tahap budidaya,
pemanenan, penanganan pasca panen, pengolahan sampai makanan siap
santap. Terjadinya pencemaran mikroba dalam pangan dimungkinkan
berasal dari seluruh mata rantai pangan tersebut, mulai pangan
dibudidayakan, dipanen, dibersihkan, diolah, disiapkan dan hingga
disajikan atau “mulai dari ladang sampai piring”. Mata rantai pangan
memberikan kontribusi terhadap kemungkinan terjadinya pencemaran
mikroba tak terkecuali patogen pada pangan dan atau makanan.
Beberapa contoh dapat diutarakan disini, sebagai ilustrasi bahwa
pencemaran mikroba dapat terjadi sejak awal.
Pada tahap budidaya: tahap budidaya merupakan tahap yang
memungkinkan terjadinya pencemaran yang dapat terjadi karena
pemupukan yang dapat mengundang kehadiran mikroba. Contoh,
kacang tanah yang sering dicemari oleh jamur Aspergillus flavus, yang
diketahui menghasilkan aflatoksin, dan pencemaran buah apel oleh
bakteri Listeria monocytogenes dimungkinkan berasal dari tanah
ataupun pupuk. Bakteri ini merupakan bakteri yang yang berasal dari
tanah, debu, buangan air, manusia dan hewan. Tumbuhnya bakteri dalam
buah atau bahan hayati yang lain tidak terlepas oleh faktor lingkungan
yang sesuai. Namun perlu diketahui bahwa dapat terjadi kontaminasi
silang sehingga dapat terjadi penularan pencemar ke bahan pangan yang
lalin kontaminasi silang terjadi misalnya dengan tangan atau tempat
yang sudah diketahui tercemar, diletakkan berdekatan dengan bahan
yang belum tercemar atau dipindahkan melalui tangan yang tercemar ke
bahan lain yang bersih.
Kacang tanah yang diproduksi akan berpotensi mengandung
jamur patogen A.flavus. Kacang tanah pasca panen yang disimpan dalam
89Edisi Februari 2015
keadaan belum kering dan sudah terinfeksi jamur, pada penyimpanan
akan ditumbuhi jamur A. flavus yang berwarna hijau.
Tahap pemanenan: ikan yang luka tergores oleh alat tangkap atau
karena hal lain dapat menyebabkan terjadinya infeksi bakteri termasuk
patogen.
Tahap pencucian : mencuci dengan air yang tercemar patogen
dapat membahayakanprooses selanjutnya.
Tahap pengolahan : alat dan ruang atau sanitasi lingkungan
yang tidak diperhatikan, dapat memungkinkan terjadinya pencemaran.
Misalnya alat yang tidak disimpan dengan aman yang terlindung dari
lalat, tikus yang merupakan vector penyakit, menyebabkan alat dan
bahan pangan tidak aman.
Tahap penyajian : kesehatan dan perilaku person atau
perorangan yang menyajikan makanan yang tidak memperhatikan
kebersihan, juga dapat menjadi sumber terjadinya pencemaran pada
pangan.
Seluruh mata rantai pangan tersebut dapat merupakan sumber
dan sebab terjadinya pencemaran, maka perlu langkah yang baik untuk
mencegah terjadinya pencemaran pangan. Melalui Peraturan
Pemerintah (PP) pada Bagian pertama Pasal 3 PP No.28 tahun 2004 telah
diataur tentang cara-cara yang baik pada cara budidaya, cara produksi
pangan segar, cara produksi pangan olahan, cara distribusi, cara produksi
pangan siap saji (PP. RI, 2004: 7-17). Dengan PP ini harapannya seluruh
mata rantai pangan dapat terjaga dari kemungkinan pencemaran.
Telah dijelaskan bahwa kemungkinan terjadinya pencemaran
pangan dapat melalui sejumlah mata rantai perjalan pangan hingga siap
dikonsumsi. Terjadinya pencemaran makanan, menurut (Retno Indrati
dan Murdijati Gardjito, 2014: 233), dapat berasal dari 3 sumber yaitu :
90 UNYUNY Edisi Februari 2015
1. Produk olahan pangan: yang sudah terkontaminasi mikroba patogen
baik dari air ataupun insekta.
2. Bahan pangan (segar/mentah) dan peralatan yang sudah
terkontaminasi dari air, insekta dan tangan pekerja.
3. Tangan pekerja : yang tidak selalu dicuci (kotor) sebelum menyentuh
makanan.
Jenis-jenis Patogen Pada Pangan
Pangan untuk dapat dikonsumsi memiliki persyaratan tertentu
atau standard tertentu untuk masing-masing jenis pangan. Diantaranya
syarat tentang kandungan mikroba. Misalnya pada karkas daging ayam,
menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), bakteri Campylobacter dan
Salmonella.sp per 25 gram bahan harus negative/ tidak boleh ada,
S.aureus maksimum 1X10² CFU/gram (Badan Standardisasi
Nasional,ICS 67.120.20). Bakteri patogen sering menimbulkan efek
cepat pada manusia apabila seseorang mengkonsumsi makanan yang
tercemar bakteri patogen tersebut, misalnya keracunan bahkan
kematian. Gejala keracunan ini dapat disebabkan oleh racun endotoksin,
eksotoksin, sitotoksin maupun enterotoksin. Selain oleh bakteri racun
juga dihasilkan oleh jamur patogen. Racun yang dihasilkan oleh jamur
patogen, umumnya tidak menimbulkan efek spontan, tetapi racun
tersebut akan dapat menimbulkan kelainan yang bersifat seluler
misalnya gagal ginjal, kanker, dan kelainan-kelainan lain yang bersifat
merusak sel.
Untuk lebih mengenal mikroba patogen pangan di bawah ini
akan dipaparkan jenis-jenis bakteri patogen, macam toksin yang
dihasilkan dan sumber.
91Edisi Februari 2015
Habitat bakteri patogen dapat pada tanah, air, pencernaan hewan,
makanan, minuman maupun kulit. Diantara bakteri patogen ada bakteri
yang berspora yang umumnya tahan terhadap pemanasan, misalnya
Clostridium botullinum (mencemari makanan kaleng), dan Bacillus.sp,
sehingga mematikanya harus dengan tekhnik yang tepat misalnya
dengan sterilisasi. Bakteri berspora dapat tumbuh baik pada rentang
sushu 20-40°C dan optimal pada suhu 35°C, pH 5-9 (Tri
Hendrokesowo,dkk: 55). Berikut ini beberapa contoh morfologi bakteri
patogen.
Gambar 1. Bentuk sel bakteri (a) S.aureus bentuk bulat (b) E.coli bentuk batang
(a) (b)
(Sumber : Diane,O.F dan Hunt D.L,2006 : 98-99)
Tabel 1.Jenis-jenis Bakteri Patogen pada Pangan
92 UNYUNY Edisi Februari 2015
Menurut (Retno Indrati dan Murdijati Gardjito, 2014: 236),
penyakit yang timbul karena makanan yang dikonsumsi, dibedakan
menjadi 2 yaitu :
1. Intoksikasi : apabila penyakit disebabkan karena menyantap
makanan yang mengandung racun, dengan atau tanpa mikroba
patogen yang menghasilkannya.
2. Infeksi : apabila penyakit disebabkan karena masuknya mikroba
patogen melalui makanan dan berkembang biak dalam tubuh
manusia.
Bakteri patogen penyebab infeksi umumnya hidup dalam
pangan yang kaya protein dan lemak seperti daging, susu dan produk-
produk olahannya. Gejala infeksi beberapa jenis bakteri patogen
dituliskan dalam tabel 2 berikut:
Tabel 2. Gejala Infeksi Karena Mikroba Patogen dalam Makanan
Diare merupakan penyakit yang umum dan biasa terjadi di
masyarakat, namun jika diare berlebihan dapat terjadi dehidrasi yang
apabila tidak tertolong akan berakibat fatal menimbulkan kematian.
Mikroba lain yang banyak mencemari pangan antara lain jamur.
Beberapa contoh pangan yang dicemarai oleh jamur patogen penghasil
toksin misalnya: kacang tanah (Aspergilus flavus,A.parasiticus,
Penicellium cyclopium), jagung (A.flavus,Fusariummonilifor,
F.graminearum, P.cyclopium,),apel dan buah pir (Penicellium
expansum), kentang (Fusarium sambucinum) (Retno Indrati dan
Murdijati Gardjito, 2014: 237). Jamur umumnya menyukai habitat yang
kadar airnya lebih rendah dibanding bakteri. Makanan-makanan olahan
misalnya roti, keju, dodol, nasi dan makanan olahan lainnya berpotensi
juga untuk ditumbuhi jamur.
Sumber: Trickett,1986 (dalam Retno Indrati dan Murdijati Gardjito, 2014: 240)
Gambar 2. Jamur patogen Aspergillus falvusyang menginfeksi kacang tanah
(a) kacang tanah ditumbuhi jamur (b) morfologi jamur A.flavus
(a) (b)
93Edisi Februari 2015
94 UNYUNY Edisi Februari 2015
Menjaga Keamanan Pangan
Pangan agar terjamin keamanannya, tentu perlu langkah yang
cermat, mulai dari langkah awal hingga penyajian. Namun dalam
kenyataanya ada beberapa langkah atau mata rantai perjalanan pangan
yang tidak dapat atau sulit diketahui, apabila pangan yang kita konsumsi
membeli dari luar. Tetapi paling tidak ada beberapa aspek yang perlu
diketahui untuk menjaga keamanan pangan antara lain :
1. Dalam budidaya, gunakan pupuk yang baik dan yang baik. Dalam
pemilihan bahan: memilih bahan yang berkualitas baik (tidak rusak/
cacat, segar, bersih).
2. Dalam pengolahan: menjaga pangan agar tidak terpapar mikroba
baik dari alat, lingkungan maupun dari perorangan (bersih, sehat,
tidak memiliki kebiasaan buruk yang memungkinkan terjadinya
pencemaran), perlakuan dalam pengolahan (pemanasan yang tepat
untuk jenis-jenis pangan, misalnya untuk telur, daging dan produk
unggas sebaiknya > 60 °C).
3. Dalam penyajian: untuk makanan siap dikonsumsi dihindarkan dari
terjadinya kontaminasi mikroba dari alat, tempat dan perorangan,
mencuci tangan dengan sabun, mencuci buah/sayur yang akan
dikonsumsi ( lalapan), memilih kemasan yang aman (untuk makanan
untuk bekal/ jasa catering), mencermati ada dan tidaknya perubahan
bau, warna, dan tekstur makanan sebagai indikasi tercemarnya
pangan, mengupayakan jedah waktu pengolahan hingga siap
dikonsumsi tidak terlalu lama.
Penutup
Mikroba dapat menempati seluruh permukaan bumi, termasuk
bahan pangan atau makanan. Pangan bersifat mudah rusak diantaranya
95Edisi Februari 2015
yang ditimbulkan oleh faktor biologi yaitu oleh kehadiran mikroba.
Pangan merupakan tempat yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroba
karena adanya kandungan bahan organik.
Pangan yang akan dikonsumsi harus bermutu baik, layak
dikonsumsi baik ditinjau dari segi organoleptik, nilai gizi maupun
keamanannya. Untuk menjaga agar pangan tetap aman, perlu adanya
upaya untuk mencegahnya yaitu dengan memilih bahan yang baik,
mengolah, dan menyajikan dengan cara yang baik.
Secara Nasional telah ada upaya pengawasan yang terintegrasi dalam
pengawasan pangan oleh lembaga-lembaga terkait seperti Kementerian
Pertanian, Kementerian Perdangan, Kementerian Kelautan dan
Perikanan yang secara tekhnis ditangani oleh Badan Pengawasan Obat
dan Makanan (BPOM) yang ada baik di tingkat Pusat maupun Daerah.
Walaupun sampai tataran tekhnis masih banyak pelanggaran yang oleh
sebagian pelaku usaha di bidang pangan. Hal ini menuntut konsumen
agar lebih cerdas dalam memilih makanan yang bermutu dan aman
dikonsumsi.
Daftar Pustaka
Anonim. (2004). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2004 tentang Mutu dan Gizi Pangan. Sekertaris Negara
Republik Indonesia.
(2009). Standar Mutu Karkas Daging Ayam: SNI 3924:
2009.BSN.Jakarta. Diakses dari: http://blog.ub.ac.id/
cdrhprimasanti90/files/2012/05/20669_SNI-3924-2009-Daging-
Ayam.pdf.Tanggal 30 Oktober 2014, jam 19.15.
96 UNYUNY Edisi Februari 2015
Infeksi Bakteri Staphylococcus aureus. Diakses dari
http://www.anneahira.com/bakteri-staphylococcus-aureus.htm.
Tanggal 4 Februari jam 15.03.
(2009). Bakteri Di Kemasan Daging sapi. Diakses dari
http://www.jpnn.com/berita.detail-19365. Tanggal 4 Februari Jam
15.05.
Diane,O.F dan Hunt,D.L. (2006). Biological Safety : Principle and thPractices.4 .edition.American Sociaty For Microbiolgy.
Washington,DC.
Eddy Afrianto. (2008). Pengawasan Mutu Bahan/Produk Pangan. Jilid
I. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah DEPDIKNAS.Jakarta.
Imono Argo Donatus dan Djarir Makhfoeld. (1992). Toksin
Pangan.Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Universitas
Gajah Mada Yogyakarta.
Leni Herliani Afrianti. (2013). Teknologi Pengawetan Pangan. Edisi
Revisi. Alfabeta.Bandung
Nora Ramkita. (2011).Waspadai Paru-paru Anda Mungkin
TumbuhJamur . Diakses dari http://noraramkita.blogspot.com/
2011/01/waspadai-paru-paru-anda-mungkin-tumbuh.html.
Tanggal 4 Februari Jam 13.18.
Retno Indrati dan Murdijati Gardjito. (2014). Pendidikan Konsumsi
Pangan : Aspek Pengolahan dan Keamanan.Kencana Prenada
Media.Jakarta.
Tri Hendrokesowo.dkk. (1989). Petunjuk Laboratorium :
PanganMikrobiologi. Proyek PengembanganPusat Fasilitas
Bersama Antar Universitas- PAU Suti Sosial Universitas Gadjah
Mada
97Edisi Februari 2015
Pengenalan Tokoh Wayang dalam Seni Teater
pada Pelajaran Seni Budaya Kelas XI
Oleh: Yunita Purwandari
Guru SMK Negeri 4 Yogyakarta
Pendahuluan
Sejak diberlakukannya pendidikan seni di sekolah umum secara
nasional pada tahun 1976, dalam perjalanannya telah mengalami proses
perubahan kurikulum yang direvisi secara mendasar,di antaranya pada
tahun 1984 dengan paket pilihan, seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni
drama. Kemudian, pada tahun 1993 dengan pengurangan alokasi waktu
dari 4 jam diubah menjadi 2 jam untuk paket pendidikan kesenian.
Perubahan yang diberlakukan secara nasional ini bertujuan menambah
alokasi waktu untuk mata pelajaran yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pada Kurikulum 2013 (meskipun pada 2015
ini Kurikulum tersebut sedang ditinjau kembali) materi seni rupa, seni
musik, seni tari, dan seni teater menjadi materi wajib untuk disampaikan
kepada siswa (http://wisnumintargo.web.ugm.ac.id/?p=17).
Pendidikan seni di sekolah sangat penting yakni sebagai
pembentuk karakter siswa dan sebagai media untuk mengembangkan
bakat siswadi bidang seni.Tujuan pendidikan seni di sekolah adalah
siswa mendapatkan pengalaman dalam berkarya, pengalaman dalam
menciptakan konsep karya, pengalaman berestetika, dan pengalaman
untuk merasakan fungsi pendidikan seni bagi kehidupan. Pendidikan
seni yang diberikan melalui kurikulum pembelajaran di sekolah
bertujuan membentuk karakter peserta didik menjadi manusia yang
memiliki rasa seni dan pemahaman budaya. Mata pelajaran seni budaya
98 UNYUNY Edisi Februari 2015
memiliki fungsi mengembangkan kepekaan rasa, kreativitas, dan
citarasa estetis siswa dalam berkesenian, mengembangkan etika,
kesadaran sosial, dan kesadaran kultural siswa dalam kehidupan
bermasyarakat, serta rasa cinta terhadap kebudayaan Indonesia. Hal
tersebut sesuai dengan Kurikulum 2013 yang penekanannya pada
pendidikan karakter.
Secara umum pelajaran yang didapatkan siswa bersifat
pengetahuan dan cenderung mengaktifkan otak kiri. Dengan adanya
pelajaran seni budaya, diharapkan dapat digunakan untuk mengimbangi
hal itu dengan lebih mengutamakan materi yang bersifat keterampilan
dan kreatif untuk lebih mengaktifkan otak kanan, sehingga penilaian
lebih difokuskan pada aspek psikomotor dan afektif, bukan kognitif saja.
Materi yang dipelajari pada pelajaran seni budaya meliputi
apresiasi seni dan mengekspresikan diri melalui seni, baik seni rupa, seni
musik, seni tari, maupun seni teater.Kurikulum 2013 yang
penekanannya pada Pendekatan Saintifik ini diharapkan siswa lebih
aktif dalam pembelajaran dan lebih banyak dengan metode diskusi atau
kerja kelompok. Pada pelajaran seni budaya pendekatan saintifik
maupun metode pembelajaran yang digunakan bisa lebih bervariatif dan
inovatif. Seperti halnya pada materi seni teater kelas XI, yang dipelajari
salah satunya adalah Teater Tradisional Nusantara.Teater Tradisional
Nusantara yang ada disekitar siswacukup banyak.Teater tradisional
tentunya lebih mengangkat cerita yang bersumber dari daerah, cerita
rakyat, maupun wayang.Keunikan cerita wayang cukup menarik, tokoh
wayang menjadi daya tarik tersendiri karena karakter yang dihadirkan
dari tokoh-tokoh wayang yang adasama seperti karakter manusia yang
ada di dalam kehidupan ini. Pengenalan tokoh wayang juga merupakan
salah satu cara untuk memberikan pendidikan karakter kepada siswa.
99Edisi Februari 2015
Pengenalan Tokoh Wayang untuk Pembelajaran Seni Budaya
Kurikulum yang terus berkembang berdampak pula pada
pelajaran seni budaya. Seni budaya yang awalnya bersifat pilihan, kini
menjadi wajib untuk semua cabang seni. Materi seni budaya yang terdiri
atas empat cabang seni, yaitu seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni
teater, merupakan cakupan yang harus disampaikan kepada
siswa.Keempat cabang seni tersebut diharapkan memberikan apresiasi
dan ekspresi siswa terhadap seni budaya, baik nusantara maupun
mancanegara. Permasalahan yang dihadapi guru-guru seni budaya
adalah kemampuan guru seni budaya yang secara basik atau kualifikasi
akademik hanya menguasai satu bidang seni, sehingga guru perlu belajar
lagi materi seni yang lain agar bisa menyampaikan materi seni yang di
luar kemampuan seninya.
Tokoh Wayang
Wayang adalah seni pertunjukan asli Indonesia yang berkembang
pesat di Pulau Jawa dan Bali.Selain itu, beberapa daerah seperti Sumatera
dan Semenanjung Malaya juga memiliki beberapa budaya wayang yang
terpengaruh oleh kebudayaan Jawa dan Hindu.Ketika agama Hindu
masuk ke Indonesia dan menyesuaikan kebudayaan yang sudah ada, seni
pertunjukan ini menjadi media efektif untuk menyebarkan agama
Hindu.Pertunjukan wayang menggunakan cerita Ramayana atau
Mahabharata. Demikian juga, saat masuknya Islam, ketika pertunjukan
yang menampilkan “Tuhan” atau “Dewa” dalam wujud manusia dilarang,
munculah boneka wayang yang terbuat dari kulit sapi, dan saat
pertunjukan berlangsung, yang ditonton hanyalah bayangannya saja.
Wayang inilah yang sekarang dikenal sebagai wayang kulit.Untuk
menyebarkan Islam, berkembang juga wayang Sadat yang
100 UNYUNY Edisi Februari 2015
memperkenalkan nilai-nilai Islam. Ketika misionaris Katholik, Pastor
Timotheus L. Wignyosubroto, SJ, pada tahun 1960 dalam misinya
menyebarkan agama Katholik, ia mengembangkan Wayang Wahyu, yang
sumber ceritanya berasal dari Alkitab (http://id.wikipedia.org/
wiki/Wayang).
Beberapa contoh tokoh wayang dengan karakternya yang dapat
memberikan inspirasi dalam bermain peran. Contoh tokoh wayang
dalam cerita Mahabarata, di antaranya:
1. Bima: watak setia dan berbakti kepada guru;
2. Arjuna: terkenal dengan ketampanan dan kelembutan hatinya;
3. Nakula dan Sadewa: selalu membela kebenaran
4. Gatutkaca: ksatria yang sakti
5. Abimanyu: halus budinya, suka menolong, dan suka berkelana
(Notopertomo, 2004: 3-10)
Contoh tokoh wayang dan karakter diatas hanya sedikit saja
karena masih banyak tokoh lainyang ada pada cerita Mahabarata. Tokoh
dan karakter tersebut membantu siswa untuk mengenal cerita
Mahabarata yang kemudian bisa diperankan dalam bermain teater
dengan mengambil salah satu bagian dari cerita Mahabarata maupun
Ramayana.
Pengertian Teater
Kata “teater” berasal dari bahasa Yunani Kuno theatron, yang
dalam bahasa Inggris seeing place, dan dalam bahasa Indonesia “tempat
untuk menonton”. Pada perkembangan selanjutnya kata teater dipakai
untuk menyebut nama aliran dalam drama. Teater juga digunakan
menjadi nama kelompok, dan pada akhirnya bentuk pertunjukan (drama,
tari, musikal) disebut dengan teater (Bangun, 2014: 91).
101Edisi Februari 2015
Teater adalah istilah lain dari drama. Dalam pengertian yang
lebih luas, teater adalah proses pemilihan teks atau naskah, penafiran,
penggarapan, penyajian atau pementasan, dan proses pemahaman atau
penikmatan dari publik atau audience (pembaca, pendengar, penonton,
pengamat, kritikus, peneliti). Proses menjadikan drama ke teater disebut
proses teatrikal atau berteater. Teater bisa diartikan dalam arti sempit dan
arti luas.Teater dalam arti sempit adalah drama (kisah hidup dan
kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan orang
banyak, dan didasarkan pada naskah yang tertulis). Dalam arti luas,
teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang
banyak,sebagai contoh: wayang orang, kethoprak, ludruk, dan lain-lain
(http://id.wikipedia.org/wiki/Teater).
Teater tradisional adalah bentuk tontonan yang diwariskan nenek
moyang secara turun-temurun kepada masyarakat. Adapun jenis teater
tradisional nusantara di antaranya:
1. Lenong (teater tradisional Betawi)
2. Longser (teater tradisional Jawa Barat)
3. Kethoprak (teater tradisional Jawa Tengah)
4. Ludruk (teater tradisional Jawa Timur)
5. Arja (teater tradisional Bali)
6. Kemidi Rudat (teater tradisional NTB)
7. Kondobuleng (teater tradisional Makasar)
8. Dulmuluk (teater tradisional Palembang)
9. Randai (teater tradisional Minangkabau)
10. Makyong (teater tradisional Mantang)
(Bangun, 2014: 97).
Perkembangan teater di Yogyakarta tidak jauh berbeda dengan
teater yang ada di Jawa Tengah. Teater tradisional yang ada di
102 UNYUNY Edisi Februari 2015
Yogyakarta di antaranya: Wayang Wong, Kethoprak, dan Langendriyan.
Kethoprak merupakan teater tradisional yang paling popular. Pada
mulanya kethoprak hanyalah permainan orang-orang desa yang sedang
menghibur diri dengan menabuh lesung di bulan purnama, yang disebut
gejogan. Pada perkembangannya jadilah sebuah tontonan teater
tradisional yang lengkap. Semula disebut kethoprak lesung, kemudian
dengan dimasukkannya musik gendang, terbang, suling, nyanyian, dan
lakon menggambarkan kehidupan rakyat pedesaan, maka lengkaplah
kethoprak sebagaimana kita kenal sekarang (Bangun, 2014: 99).
Kethoprak kini mengalami inovasi-inovasi baru, seperti adanya
kethoprak humor ataupun kethoprak dengan kemasan yang lebih santai.
Cerita dibuat menarik agar penonton tidak jenuh dan menyukai teater
tradisional ini. Kemasan atau tampilan yang menggunakan multimedia
membuat kethoprak terlihat lebih modern dan menarik.
Seni teater di sekolah selain mempelajari dasar-dasar teater juga
harus mengenal dan mengapresiasi teater tradisional nusantara, salah
satunya dengan melihat kethoprak ataupun bermain peran dengan tema
cerita wayang. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mengenalkan wayang
kepada siswa agar mereka tetap melestarikan seni tradisi yang
berkembang di Yogyakarta. Tokoh-tokoh dalam film Mahabarata versi
India yang sangat mempesona mempunyai daya tarik tersendiri.Hal
tersebut ternyata memberikan pengaruh positif terhadap masyarakat
untuk lebih mengenal cerita wayang secara lebih dalam. Belajar seni
teater di sekolah pun akan lebih mudah saat siswa mengenal tokoh-tokoh
idola yang menjadi inspirasi dalam bermain peran.
Tokoh wayang sebagai pendekatan dalam seni teater juga
diharapkan bisa membentuk karakter siswa. Jika dipelajari secara lebih
mendalam, tokoh-tokoh wayang dalam Mahabarata maupun Ramayana
103Edisi Februari 2015
sangat menarik untuk diperankan. Pendidikan karakter bisa ditanamkan
melalui kebudayaan dengan cipta, rasa, dan karsa. Mengelaborasikan
cipta, rasa, dan karsa mampu menciptakan produk-produk kebudayaan
yang bermanfaat bagi manusia, sehingga melahirkan nilai etika, estetika,
dan spiritualitas yang menghasilkan nilai-nilai humanisme dalam
keberadaan manusia.
Bermain teater dengan cerita wayang memberikan pengalaman
berkesenian yang mengandung nilai estetis dan nilai sosial. Pengalaman
estetis diharapkan mampu meningkatkan kualitas siswa sebagai kreator
serta mempunyai harga diri dan peka terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
Belajar seni akan mengurangi sifat individualistis siswa dan lebih
menbangun kerjasama dengan orang lain. Berperan sebagai tokoh-tokoh
wayang dapat menambah wawasan, memberikan pengalaman, dan lebih
mencintai budaya bangsa.
Penutup
Perubahan kurikulum atau penerapan kurikulum apapun
sesungguhnya tidak menjadi persoalan bagi pembelajaran seni budaya.
Ketidakmampuan atau masalah yang dihadapai dapat tertolong dengan
pemberian tugas kepada siswa, sehingga guru itu sendiri dapat belajar
dari siswanya. Kurikulum 2013 yang sedang diterapkan dan dievaluasi
saat ini, selain diberi penekanan pada pendekatan saintifik, juga
penilaiannya dilakukan melalui tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Kreativitas siswa dalam bermain peran merupakan bagian dari
mengekpresikan diri dalan seni teater dapat menggunakan cerita wayang
sebagai pendekatannya agar siswa juga mengenal tokoh-tokoh wayang.
Secara tidak langsung mereka akan mengenal dan melestarikan wayang
104 UNYUNY Edisi Februari 2015
di zaman sekarang dengan cara mereka sendiri. Guru sebagai fasilitator
akan memberikan bimbingan kepada siswa untuk menampilkan karya
teater yang berbeda dari yang lain agar penampilan dalam berteater bisa
total.
Pengenalan tokoh wayang dalam seni teater pada pembelajaran
seni budaya ini sekaligus memberikan pendidikan karakter pada siswa.
Harapannya, setelah bermain peran dengan tokoh wayang, maka siswa
akanmempunyai rasa cinta terhadap budaya daerahnya, siswa
mendapatkan pengalaman estetis, dan juga mendapatkan pengalaman
sosial. Siswa lebih sabar dan toleran, serta memiliki rasa tanggung jawab
sosial dengan keluhuran budi yang menjunjung nilai-nilai mora Melalui
ekspresi senil. Generasi muda yang cinta akan budaya dapat memajukan
negeri ini dengan karya-karya nyatanya yang membanggakan,bukan
dengan cerita kelam narkoba atau tawuran antarpelajar.
Daftar Pustaka
Bangun, Sem Cornelyuz dkk. (2014). Seni Budaya Kelas XI. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Notopertomo, Margono, dan Warih Jatirahayu. (2004). Pakartitama.
Wayang sebagai Sumber Pendidikan Budi Pekerti. Klaten: CV
Sahabat.
http://id.wikipedia.org/wiki/Teater (diakses pada 18 September 2014).
http://wisnumintargo.web.ugm.ac.id/?p=17 (diakses pada 18 September
2014).
http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang (diakses pada 19 September 2014).
105Edisi Februari 2015
Pengaruh Situs Jejaring Sosial Facebook
terhadap Perkembangan Kognitif Remaja
Oleh: Sunarti
Guru BK SMA Negeri 1 Cangkringan Sleman
Pendahuluan
Situs jejaring sosial facebook merupakan salah satu bentuk
teknologi yang menyediakan fasilitas bagi kebutuhan sosialisasi yang
sangat diminati remaja. Facebook, selain memiliki berbagai kelebihan,
ternyata juga menampilkan sejumlah kelemahan bagi penggunanya.
Pemanfaatan media facebook yang berlebihan dan tidak berorientasi
pada kebutuhan akan berdampak negatif bagi para penggunanya. Selain
menimbulkan berbagai masalah kesehatan, penggunaan facebook yang
berlebihan juga dapat mengganggu aktititas intelektual remaja. Remaja
kehilangan banyak waktu dan mengalami gangguan konsentrasi belajar
karena terlalu banyak berselancar di dunia maya. Akhirnya, prestasi
belajar mereka rendah (Wiguna, 2009).
Di kalangan pelajar dan remaja, kecanduan facebook merupakan
satu hal yang sangat merugikan, mengingat tugas utama mereka adalah
belajar. Dengan kecanduan facebook mereka banyak kehilangan waktu
yang seharusnya mereka gunakan untuk belajar. Remaja yang
kecanduan facebook atau internet, pada umumnya mempunyai peluang
lebih besar untuk melakukan perbuatan yang membahayakan diri
mereka. Kecanduan ini telah dikategorikan sebagai masalah kesehatan
mental sejak pertengahan 1990-an dengan gejala yang serupa dengan
kecanduan lain (Juju, 2002).
Para ahli menafsirkan bahwa kecanduan ini ditandai adanya
106 UNYUNY Edisi Februari 2015
perasaan depresi, gelisah, dan murung manakala mereka tidak
melakukan kegiatan internet atau facebook. Semua itu baru bisa hilang
ketika pecandunya kembali melakukan kegiatan online. Mengkhayal
atau terlalu memikirkan kegiatan online adalah tanda lain mengenai
kecanduan internet.
Untuk itu, orang tua dan guru berperan dalam mengarahkan
remaja agar dapat membagi waktu dengan baik dalam penggunaan situs
jejaring sosial, khususnya facebook, agar mereka, para remaja, tidak
dirugikan karena kesalahan dalam menggunakan situs jejaring sosial
facebook tersebut.
Sejarah Facebook
Facebook merupakan sebuah sarana sosial yang membantu
masyarakat untuk berkomunikasi secara lebih efisien dengan teman-
teman, keluarga, dan teman kerja. Siapa pun bebas mendaftar dan
berinteraksi dengan orang-orang yang mereka kenal (Turner, 2009).
Facebook diluncurkan pada 4 Februari 2004 oleh Mark
Zuckerberg, seorang pemuda lulusan Harvard, alumni siswa Ardsley
High School. Keanggotaan facebook pada awalnya diperuntukkan
khusus mahasiswa Universitas Harvard. Hanya dalam 24 jam setelah
diluncurkan, 1.200 mahasiswa Harvard sudah menjadi anggota. Dalam
dua bulan selanjutnya, keanggotaannya diperluas ke sekolah lain di
wilayah Boston (Wiguna, 2009).
Media situs jejaring sosial facebook merupakan salah satu
bentuk teknologi paling trend saat ini, terbukti berhasil mengalihkan
perhatian para remaja terutama dari aktivitas intelektualnya. Demam
facebook tampak begitu nyata, dimulai pada pertengahan 2008 dan
memuncak pada atau sepanjang 2009 hingga saat ini. Penggunaan
facebook oleh masyarakat Indonesia mencapai pertumbuhan 64,5% per
107Edisi Februari 2015
tahun, mengalahkan China dan India yang merupakan peringkat teratas
populasi penduduk di dunia. Untuk itu, Indonesia mendapat julukan The
Republic of Facebook (Wiguna, 2008).
Para pengguna facebook mengakui bahwa waktu belajar mereka
telah tersita. Rata-rata para siswa pengguna facebook kehilangan antara
1-5 jam sampai 11-15 jam waktu belajarnya per minggu untuk bermain
facebook (Anonim, 2009).
Melihat fakta di atas, mencurigai media situs jejaring sosial
facebook sebagai faktor yang turut bertanggung jawab terhadap
menurunnya prestasi akademik, yang merupakan salah satu aspek
perkembangan kognitif siswa remaja, kiranya cukup beralasan.
Dampak Buruk Facebook
Menurut Wiguna (2008), selain memiliki sisi positif, facebook
juga memiliki sisi negatif. Beberapa sisi negatif yang disebabkan oleh
facebook, di antaranya:
1. Tidak peduli dengan sekitarnya
Orang yang sudah kecanduan facebook akan asyik dengan dunianya
sendiri (dunia yang diciptakannya), sehingga tidak peduli dengan
orang lain dan lingkungan di sekitarnya.
2. Kurangnya sosialisasi dengan lingkungan
Hal itu merupakan dampak dari seringnya bermain facebook.
Masalah itu cukup mengkhawatirkan bagi perkembangan kehidupan
sosial remaja. Mereka yang seharusnya belajar bersosialisai dengan
lingkungan, justru lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya
bersama teman-teman facebook-nya yang rata-rata hanya untuk
membahas sesuatu yang tidak penting. Akibatnya, kemampuan
verbal anak menurun.
108 UNYUNY Edisi Februari 2015
3. Menghamburkan uang
Akses internet untuk membuka facebook jelas berpengaruh terhadap
kondisi keuangan, terlebih bila itu dilakukan dengan akses dari
warnet. Biaya internet di Indonesia yang cenderung masih mahal
dibanding dengan negara-negara lain (di negara-negara itu sudah
banyak yang digratiskan). Maka, hal ini sudah bisa dikategorikan
sebagai pemborosan karena tidak produktif.
4. Mengganggu kesehatan
Terlalu banyak nongkrong di depan monitor tanpa melakukan
kegiatan apa pun, tidak pernah berolahraga sangat berisiko bagi
kesehatan. Penyakit akan mudah datang, terlambat makan, dan tidur
pun cenderung tidak teratur. Obesitas (kegemukan), penyakit
lambung (pencernaan), dan penyakit mata adalah gangguan
kesehatan yang paling mungkin terjadi.
5. Berkurangnya waktu belajar
Hal itu sudah jelas karena terlalu lama bermain facebook akan
mengurangi waktu belajar remaja sebagai pelajar. Bahkan, ada
beberapa yang masih asyik bermain facebook ketika mereka sudah
berada di lingkungan sekolah.
6. Kurangnya perhatian untuk keluarga
Keluarga di rumah adalah nomor satu. Slogan tersebut tidak lagi
berlaku bagi para facebookers. Untuk mereka, teman-teman di
facebook adalah yang nomor satu. Tidak jarang perhatian mereka
terhadap keluarga menjadi berkurang.
7. Tersebarnya data pribadi
Beberapa facebookers memberikan data-data mengenai dirinya
dengan sangat rinci. Biasanya itu untuk orang yang baru mengenal
internet sebatas facebook saja. Mereka tidak tahu resiko yang bisa
109Edisi Februari 2015
terjadi akibat menyebarkan data pribadi di internet. Padahal, data-
data di internet mudah sekali bocor, apalagi facebook teramat
gampang di-hack.
8. Mudah menemukan sesuatu berbau pornografi dan seks
Mudah sekali bagi para facebookers menemukan sesuatu yang
berbau pornografi dan seks. Karena kedua hal itu yang paling banyak
dicari di internet dan juga paling mudah ditemukan. Hal ini menjadi
fakta tidak/belum dewasanya pengguna intenet di Indonesia.
9. Rawan terjadinya perselisihan
Tidak adanya kontrol dari pengelola facebook terhadap para
anggotanya dan ketidakdewasaan pengguna facebook membuat
pergesekan antar-facebookers sering sekali terjadi. Kejadian saling
menghina dan menjelek-jelekkan orang lain, lembaga, atau suatu
daerah pun rawan terjadi.
10. Sering terjadi penipuan
Seperti media-media yang lain, facebook juga rawan terhadap
penipuan, apalagi bagi anak-anak yang kurang mengerti tentang
seluk-beluk dunia internet. Bagi si penipu sendiri, kondisi dunia
maya yang serba anonim jelas sangat menguntungkan.
Karakteristik Remaja
Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak ke masa
dewasa. Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang amat penting
dalam kehidupan seseorang, khususnya dalam pembentukan
kepribadian individu. Masa remaja dibagi menjadi dua, yaitu (1) periode
remaja awal (early adolescence), berkisar antara umur 13-17 tahun dan
(2) periode remaja akhir, yaitu umur 17-18 tahun (Hurlock, 2000).
Dalam usaha memahami dunia kognitif remaja, kebanyakan
110 UNYUNY Edisi Februari 2015
yakin bahwa baik perubahan kognitif pada cara berpikir operasional
konkret dan formal maupun perkembangan keahlian melalui
pengalaman, memberi pengaruh pada perkembangan kognitif (Santrock,
2003).
Perubahan-perubahan yang mengesankan dalam kognisi sosial
menjadi ciri perkembangan remaja. Pemikiran remaja bersifat
egosentris. Guilford (Azwar, 1996) mendefinisikan perkembangan
kognisi sebagai cara pemrosesan informasi melalui penemuan suatu
informasi atau pengenalan kembali suatu informasi.
Perkembangan kognitif diartikan bagaimana memperoleh
pengetahuan, menyimpan, dan menggunakannya. Menurut Piaget
(Haditono, 2006) perkembangan kognitif dapat dibagi menjadi beberapa
stadium, artinya fungsi kognitif pada umur yang berlainan dapat jelas
dibedakan satu dari yang lain. Stadium yang berurutan tadi
menunjukkan adanya kemungkinan kognitif baru yang sebelumnya
belum ada
Vigotsky (Keating dalam Santrock, 2003) meyakini bahwa
pendidikan formal hanyalah sebuah agen budaya yang menentukan
perkembangan kognitif remaja. Orang tua, teman sebaya, masyarakat
sekitar, dan orientasi teknologi adalah kekuatan lain yang
mempengaruhi perkembangan cara berpikir remaja. Misalnya, sikap
terhadap kompetensi intelektual yang dialami remaja melalui
hubungannya dengan orang tua dan teman sebayanya mempengaruhi
motivasi mereka untuk menimba pengetahuan. Demikian pula sikap
guru dan orang dewasa lain di lingkungan sekitarnya. Pengaruh media,
terutama melalui perkembangan televisi dan komputer, semakin
berperan penting bagi sosialisasi kognitif remaja. Televisi berpotensi
mengarahkan remaja untuk menjadi pelajar pasif dan mengalihkan
111Edisi Februari 2015
perhatiannya dari tujuan intelektualnya (Santrock, 2003).
Dalam pandangan Vigotsky, perbedaan dalam kinerja kognitif
remaja sering dikaitkan dengan fitur-fitur yang lingkungan kognitifnya
dapat dikenali. Pertumbuhan kognitif anak-anak dan remaja dibantu oleh
panduan individu yang terampil dalam menggunakan perangkat
kebudayaan. Pendekatan sosialisasi kognitif menyarankan untuk
memberikan perhatian lebih dengan membangun lingkungan yang
merangsang perkembangan kognitif dan kepada faktor-faktor sosial
yang mempengaruhi perkembangan kognitif.
Facebook dan Perkembangan Kognitif Remaja
Facebook semakin familier bagi pengguna internet di Indonesia
karena memiliki daya tarik yang begitu memukau dalam dunia virtual.
Facebook memiliki sederet fitur yang memungkinkan penggunanya
berinteraksi langsung (real time) seperti chatting, tag foto, blog, game,
dan memperbarui (update) status yang dinilai menarik. Kelebihan
facebook yang lain adalah simpel dan elegan, yang secara spontan
membuat orang merasa enjoy dengan facebook. Mereka dapat
mengetahui secara langsung apa yang sedang dipikirkan atau dilakukan
oleh teman-temannya, sekaligus bisa langsung memberikan komentar,
dan semua itu berada pada satu halaman.
Lingkungan keluarga, masyarakat, budaya dan teknologi
merupakan faktor eksternal yang memiliki peran penting terhadap
perkembangan kognitif remaja. Namun, lingkungan-lingkungan
tersebut pada dewasa ini cukup terabaikan.
Kelebihan-kelebihan facebook itulah yang membuat jutaan
remaja terjebak dalam demam facebook. Banyaknya peminat terhadap
situs jejaring sosial facebook belakangan ini membuat individu
112 UNYUNY Edisi Februari 2015
berlomba-lomba membuat account pribadi pada situs jejaring sosial itu.
Peminat situs jejaring sosial di Indonesia merata mulai dari kalangan
remaja hingga dewasa.
Facebook berdampak secara langsung maupun tidak langsung
terhadap perkembangan kognitif anak dan remaja. Hasil penelitian
membuktikan bahwa siswa dan mahasiswa banyak kehilangan waktu
karena keasyikan berkomunikasi melalui facebook. Waktu untuk belajar
yang semakin berkurang, dibuktikan dengan nilai rata-rata para
pengguna facebook yang relatif lebih rendah dibandingkan nilai rata-rata
non-pengguna facebook.
Sebuah penelitian terbaru dari Aryn Karpinski, peneliti dari Ohio
State University, menunjukkan bahwa mahasiswa pengguna facebook
ternyata mempunyai nilai mata kuliah yang lebih rendah dibanding para
mahasiswa non-pengguna facebook. Tidak hanya untuk mahasiswa,
facebook juga telah menyebabkan waktu belajar para siswa tersita oleh
keasyikan berselancar di situs jejaring sosial yang tengah populer ini.
Para pengguna facebook mengakui bahwa waktu belajar mereka
memang telah tersita. Rata-rata para siswa pengguna facebook
kehilangan waktu antara 1-5 jam sampai 11-15 jam waktu belajarnya per
minggu untuk bermain facebook (Anonim, 2009).
Media komputer dan handphone memberikan efek radiasi yang
berpotensi melemahkan sel otak. Selain itu, menggunakan mouse atau
memencet-mencet keypad ponsel selama berjam-jam setiap hari, dapat
mengakibatkan cedera tekanan yang berulang-ulang. Penyakit
punggung juga merupakan hal yang umum terjadi pada orang-orang
yang menghabiskan banyak waktunya untuk duduk di depan meja
komputer. Beberapa gen, termasuk gen yang berhubungan dengan
sistem kekebalan dan respons terhadap stres, beraksi secara berbeda,
113Edisi Februari 2015
bergantung pada seberapa sering interaksi sosial dilakukan seseorang
dengan yang lain melalui media. Ringkasnya, kecanduan facebook dapat
menyebabkan melemahnya kekebalan tubuh, menurunkan tingkat
hormon, melemahkan fungi sel otak, fungsi urat nadi, juga merusak
penampilan mental (impair mental performance). Bahkan, kecanduan
facebook juga dapat meningkatkan resiko terkena masalah kesehatan,
seperti kanker, stroke, penyakit jantung, dan pikun (Anonim, 2009).
Keterpaduan faktor hereditas dan lingkungan menjadi
determinan bagi perkembangan kognitif seorang remaja. Faktor genetik
dan daya dukung lingkungan secara sinergis akan mempegaruhi
perkembangan kognitif remaja. Teknologi merupakan salah satu faktor
lingkungan yang turut berkontribusi terhadap perkembangan kognitif
remaja. Penggunaan teknologi secara berlebihan dan tidak berorientasi
pada kebutuhan dapat menjadi faktor penyumbang bagi terhambatnya
perkembangan kognisi remaja.
Salah satu konsep yang pernah dirumuskan oleh para ahli
mengatakan bahwa keberhasilan dalam belajar dipengaruhi oleh banyak
faktor yang bersumber dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal)
diri individu. Faktor internal terdiri atas faktor fisik yang berupa
pancaindera dan kondisi fisik umum serta faktor psikologis yang terdiri
atas variabel kognitif, yaitu minat, motivasi, dan kepribadian;
kemampuan non-kognitif meliputi kemampuan khusus (bakat) dan
kemampuan umum (inteligensi). Faktor eksternal terdiri atas variabel
fisik yang berupa kondisi tempat belajar, sarana dan perlengkapan
belajar, materi pelajaran, dan kondisi lingkungan belajar; dan variabel
sosial meliputi dukungan sosial dan pengaruh budaya. Inteligensi hanya
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar. Interaksi
antarberbagai faktor tersebut menjadi penentu bagaimana hasil akhir
114 UNYUNY Edisi Februari 2015
proses belajar yang dialami oleh individu. Peranan masing-masing
faktor tidak selalu sama dan tetap. Besarnya kontribusi suatu faktor akan
ditentukan oleh kehadiran faktor lain. Hal itu bersifat sangat situasional,
tidak dapat diprediksi dengan cermat akibat keterlibatan faktor lain yang
sangat bervariasi (Azwar, 1996).
Penutup
Orientasi teknologi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
perkembangan cara berpikir remaja. Pengaruh media, terutama
berkembangnya situs jejaring sosial facebook berperan penting bagi
sosialisasi kognitif pada remaja. Facebook telah mampu menyita waktu
para pelajar, terutama dari aktivitas intelektualnya. Penggunaan
facebook yang tidak bijaksana berpotensi membuat remaja untuk lebih
menjadi pelajar pasif, sehingga berujung pada kegagalan.
Peran orang tua dan guru menjadi penting untuk menyadarkan
remaja agar tidak terjebak dalam kegiatan yang merugikan seperti itu.
Berinternet utamanya facebook memang tidak dilarang, sepanjang
hanya sebatas sarana untuk berinteraksi secara wajar, bagaimanapun
selain sisi negatif, facebook juga memiliki sisi positif.
Daftar Pustaka
Anonim. (2009). Facebook Akibatkan Stroke dan Pikun.
http://www.romeltea.com/tag/pengaruh-facebook/ (diakses
pada 7-10-2009).
. (2009). Macam Situs Jejaring Sosial. http://ict-
site.blogspot.com/2009/03/macam-situs-jejaring-sosial_5012.
html (diakses pada 13-11-2009).
Azwar, Saifudin. (1996). Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Hurlock, E.B. (2000). Psikologi Perkembangan (Terj.: Istiwidayanti dan
Soedjarwo). Jakarta: Erlangga.
Juju. (2009). Seri Penuntun Facebook. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Santrock, J.W. (2002). Life Span Development (Terj.: Ahmad Chusairi
dan Juda Damanik. Jakarta: Erlangga.
Turner, D. (2009). Facebook dan Perilaku Baru. http://konselingyuk.
blogspot.com/2009/02/facebook-dan-perilakubaru.html
(diakses pada 7-12-2009).
Wiguna. (2009). Dampak positif dan Negatif Facebook.
http://mmadjie.blogspot.com/2009/06/dampak-positif-dan-
negatif-facebook.html (diakses pada 7-11-2009).
116 UNYUNY Edisi Februari 2015
BERITA PENGIRIMAN UANG
Dengan ini saya kirimkan uang sebesar :
Rp............................untuk pembelian WUNY edisi....................sebanyak...............eks
Rp............................untuk pembelian WUNY mulai edisi ..................s/d.....................sebanyak ................eks
Uang tersebut telah saya kirimkan melalui:
Bank BTN Cabang Yogyakarta
Rekening Nomor : 00005-01-30-000 144-3, a.n (a.n. Bendahara Penerima UNY)
Pos Wesel dengan Resi Nomor.................................................Tanggal.......................... .
FORMULIR BERLANGGANAN JURNAL WUNY
Mohon dicatat sebagai pelanggan WUNY
Nama : .......................................................................................................
Status : Lembaga/Perseorangan*) Alamat : .......................................................................................................
.......................................................................................................
(Kode Pos....................)
Harga Langganan
Untuk Lembaga/Perseorangan Rp 30.000,-/tahun (3 edisi) ditambah ongkos kirim**)**) Ongkos KirimWilayah Jawa : Rp 10.000,-/eksemplarWilayah Luar Jawa : Rp 15.000,-/eksemplar
*) Coret yang tidak perlu
..................,..............................
(...............................................)
FORMULIR INI BOLEH DI FOTO COPY