daftar isi - uny journal

116
1 Edisi Februari 2015 WUNY Tahun XVII, Nomor 1, Februari 2015 DAFTAR ISI t Pembelajaran Sains-Fisika Berbasis Konteks Oleh: Izaak H.Wenno/FKIP Unpatti Ambon ............................ 3 t Pembelajaran Penjumlahan Bilangan Bulat yang Menyenangkan Menggunakan Media Tangga Garis Bilangan Oleh: Fiati Yuwananingsih/SMPN4 Tempel, Sleman Yk ........... 19 t Mind Mapping dalam Pembelajaran K3 Kelistrikan untuk Meningkatkan Kreativitas dan Aktivitas Siswa. Oleh: Riski Putri Harsanti/S2 UNY .......................................... 27 t Peranan Media Sosial dalam Dunia Pendidikan Oleh: Istanto/SMK Ma'arif I Kalibawang K.Progo ................. 41 t Pemanfaatan Games Kartu Jodoh dalam Pembelajaran IPS Oleh: Iswanto/SMPN 3 Berbah Sleman Yogyakarta ................. 52 t Pemanfaatan Gerabah untuk Mengurangi Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Oleh: Ety Dwiastuti/SMKN 2 Yogyakarta ............................... 63 t Merancang LaboraturiumTata Boga Oleh: Chomzana Kinta/SMKN 1 Sewon Bantul ...................... 75

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAFTAR ISI - UNY Journal

1Edisi Februari 2015

WUNYTahun XVII, Nomor 1, Februari 2015

DAFTAR ISI

t Pembelajaran Sains-Fisika Berbasis KonteksOleh: Izaak H.Wenno/FKIP Unpatti Ambon ............................ 3

t Pembelajaran Penjumlahan Bilangan Bulat yang Menyenangkan Menggunakan Media Tangga Garis BilanganOleh: Fiati Yuwananingsih/SMPN4 Tempel, Sleman Yk ........... 19

t Mind Mapping dalam Pembelajaran K3 Kelistrikan untuk Meningkatkan Kreativitas dan Aktivitas Siswa.Oleh: Riski Putri Harsanti/S2 UNY .......................................... 27

t Peranan Media Sosial dalam Dunia PendidikanOleh: Istanto/SMK Ma'arif I Kalibawang K.Progo ................. 41

t Pemanfaatan Games Kartu Jodoh dalam Pembelajaran IPSOleh: Iswanto/SMPN 3 Berbah Sleman Yogyakarta ................. 52

t Pemanfaatan Gerabah untuk Mengurangi Emisi Gas Buang Kendaraan BermotorOleh: Ety Dwiastuti/SMKN 2 Yogyakarta ............................... 63

t Merancang LaboraturiumTata BogaOleh: Chomzana Kinta/SMKN 1 Sewon Bantul ...................... 75

Page 2: DAFTAR ISI - UNY Journal

2 UNYUNY Edisi Februari 2015

t Mengenal Berbagai Macam Mikroba Patogen Pencemar PanganOleh: Siti Umniyatie/FMIPA UNY .......................................... 87

t Pengenalan Tokoh Wayang dalam Seni Teater pada Pelajaran Seni Budaya Kelas XIOleh: Yunita Purwandari/ SMKN 4 Yogyakarta ...................... 99

t Pengaruh Situs Jejaring Sosial Facebook terhadap Perkembangan Kognitif RemajaOleh: Sunarti/SMAN 1 Cangkringan Sleman Yogyakarta .......107

Page 3: DAFTAR ISI - UNY Journal

3

Pembelajaran Sains-Fisika Berbasis Konteks

Izaak H. Wenno

Staf Pengajar FKIP Unpatti Ambon Program Studi Pendidikan Fisika

e-mail: [email protected]

Pendahuluan

Mengajarkan sains-fisika dikatakan efektif jika siswa ditempatkan/

dipandang sebagai subjek. Sebagai subjek pembelajaran siswa memiliki

pribadi dinamis yang sedang berjuang mengembangkan diri untuk menjadi

lebih manusiawi, lebih sempurna dalam seluruh aspek kemanusiaannya,di

antaranya pengetahuan, kemampuan, keterampilan, sikap, dan perasaannya.

Jadi, pembelajaran sains-fisika harus ditafsirkan sebagai penciptaan situasi,

kemudahan, dan pemberian bimbingan agar mereka membentuk dan

mengembangkan dirinya secara maksimal melalui serangkaian proses yang

mereka alami dalam proses pembelajaran sains-fisika di sekolah.

Belajar fisika bukan sekedar memahami suatu fakta tertentu,

melainkan bagaimana mengintepretasikan fakta-fakta tersebut ke dalam

konteks kehidupan pribadi siswa.Hal lain yang perlu diperhatikan juga dalam

proses pembelajaran sains-fisika di sekolah, yakni guru sains-fisika (GSF)

dapat membangkitkan semangat siswa untuk bertanya, menemukan jawaban,

dan mengonstruksi setiap permasalahan yang dihadapi melalui gagasan-

gagasan/ide-idenya sendiri.

Mengajarkan Sains-Fisika

Pembelajaran sains-fisika akan dapat mencapai hasil apabila

direncanakan dengan baik. Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam

perencanaan kegiatan pembelajaran, yakni: a) materi yang akan diajarkan, b)

cara mengajarkan, dan c) cara mengetahui proses pembelajaran dapat

berlangsung dan sejauh mana siswa berhasil menguasainya.

Edisi Februari 2015

Page 4: DAFTAR ISI - UNY Journal

4

GSF yang baik adalah guru yang senantiasa membawa perhatian siswa

pada materi pembelajaran sains-fisika yang diorganisasi dengan baik, memberi

tugas serta pertanyaan yang jelas kepada siswa, menyediakan waktu yang

cukup bagi siswa untuk memahami materi, menjawab pertanyaan siswa dan

diikuti umpan balik, menguasai materi serta kompetensi pembelajaran yang

diperlukan dan dapat monitor perkembangan kemajuan belajar siswa, serta

dapat memberikan follow up. Artinya, secara ideal GSF yang bertugas

mendidik, mengajar, melatih, dan membimbing dituntut untuk bertindak

bijaksana dan harus dapat berfungsi sebagai ahli bidang studi, kreator, model

dan aktor, dan fasilitator dalam pembelajaran di sekolah.

1. Sebagai ahli bidang studi, GSF dituntut berkompeten dalam materi

pembelajaran, mampu menyusun tujuan, standar isi, standar prosedur,

standar tes kurikulum, mencari dan merangkum sumber pembelajaran, dan

membuat bahan ajar.

2. Sebagai kreator, GSF dituntut mampu menciptakan strategi pembelajaran

dan evaluasi pembelajaran secara efektif dalam pencapaian tujuan dan

berkualitas dalam pencapaian prestasi belajar siswa.

3. Sebagai model dan aktor, pada saat mendidik/mengajar, GSF dituntut

mampu mengelola kegiatan pembelajaran dengan optimal, meningkatkan

motivasi serta partisipasi belajar siswa selama proses pembelajaran, dan

mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.

4. Sebagai fasilitator, pada saat membimbing/melatih, GSF dituntut mampu

membuat proses pembelajaran dalam suasana yang kondusif,

menyenangkan,menggairahkan,dan tidak membosankan, sehingga proses

pembelajaran berjalan optimal.

5. Sebagai pemberi penguatan, dalam proses pembelajaran, GSF hendaknya

memberi reinforcement untuk membangkitkan minat dan motivasi siswa

terhadap materi yang disampaikan. Hal ini dilakukan dengan memberi

pujian (verbal) atau senyuman (nonverbal) ketika siswa memberi respons

terhadap materi yang sedang dipelajarinya.

Sains-Fisika merupakan representasi dari suatu hubungan dinamis

UNYUNY Edisi Februari 2015

Page 5: DAFTAR ISI - UNY Journal

5

yang mencakup tiga faktor utama, yaitu: "the extent body of scientific

knowledge, the values of science, and the methods and processes of science".

Pandangan ini lebih luas dibandingkan dengan pengertian sains yang

dikemukakan Hungerford, Volk & Ramsey karena Trowbridge & Bybee selain

memandang sains sebagai suatu proses dan metode (methods and processes)

serta produk-produk (body of scientific knowledge), juga melihat bahwa sains

mengandung nilai-nilai (values). Sains adalah sekumpulan nilai dan prinsip

yang dapat menjadi petunjuk pengembangan kurikulum dalam sains-fisika.

Sebagai body of scientific knowledge, sains-fisika adalah hasil

interpretasi/deskripsi tentang dunia kealaman (natural world). Hal ini

sesungguhnya sama dengan elemen produk pada definisi sains yang

dikemukakan oleh Hungerford at al., (1985). Tujuan pokok sains-fisika adalah

pengembangan body of scientific knowledge, sedangkan Herbert (1999: 2)

menyatakan: “science emerges from the other progressive activities of man to

be the extent that new concepts arise from experiments and observations and

the new concepts in turn lead to further experiments and observations”.

Sains-Fisika pada dasarnya mencari hubungan kausal antar gejala-

gejala alam yang diamati. Oleh karena itu, proses pembelajaran sains-fisika

seharusnya mengembangkan kemampuan bernalar dan berpikir sistematis,di

samping kemampuan deklaratif yang selama ini dikembangkan. Salah satu

inovasi sebagai salah satu usaha adalah mencari model-model pembelajaran

sains-fisika yang memiliki kontribusi terhadap peningkatan mutu pendidikan

sains (Carin & Sund, 1990: 6).Artinya, belajar sains-fisika tidak hanya belajar

dalam wujud pengetahuan deklaratif berupa fakta, konsep, prinsip, hukum,

tetapi juga belajar tentang pengetahuan prosedural berupa cara memperoleh

informasi, cara sains dan teknologi bekerja, kebiasaan bekerja ilmiah, dan

keterampilan berpikir. Belajar sains memfokuskan kegiatan pada penemuan

dan pengolahan informasi melalui kegiatan mengamati, mengukur,

mengajukan pertanyaan, mengklasifikasi, memecahkan masalah, dan

seterusnya.

Pembelajaran sains-fisika lebih menekankan pada pemberian

Edisi Februari 2015

Page 6: DAFTAR ISI - UNY Journal

6

pengalaman langsung. Dengan demikian, siswa perlu dibantu untuk mampu

mengembangkan sejumlah pengetahuan yang menyangkut kerja ilmiah dan

pemahaman konsep serta aplikasinya. Bahan kajian kerja ilmiah adalah: 1)

mampu menggali pengetahuan melalui penyelidikan/penelitian; 2) mampu

mengomunikasikan pengetahuannya; 3) mampu mengembangkan

keterampilan berpikir; dan 4) mampu mengembangkan sikap dan nilai ilmiah.

Adapun bahan kajian sains-fisika yang berkaitan dengan pemahaman

konsep dan penerapannya adalahmemiliki pengetahuan, pemahaman, dan

aplikasi tentang:(1) makhluk hidup dan proses kehidupan;(2) materi dan

sifatnya;(3) energi dan perubahannya;(4) bumi dan alam semesta; dan(5)

hubungan antara sains-fisika, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

PenerapanStrategi Pembelajaran Sains-FisikaBerbasisKonteks

1. Penyusunan Silabus dan RPP

a. Silabus dan RPP disusun oleh GSF yang dikembangkan berdasarkan

standar isi dan standar proses yang disesuaikan dengan K-13.

b. Dapat menerapkan metode, pendekatan, dan model pembelajaran

berbasis saintifik, jika siswa memiliki minat yang tinggi dan sikap

positif terhadap pembelajaran sains-fisika; misalnya, menerapkan

metode ceramah dialogis, diskusi, tugas dan resitasi, demonstrasi dan

eksperimen, pendekatan discovery/inquiry, pemecahan masalah, dan

model kreatif problem solvingdan dapat menerapkan LKS dan Modul

sains-fisika.

2. Penyiapkan Bahan Ajar (Modul dan LKS)

a. Pada jenjang SMP, di samping buku-buku teks, GSF juga dikenalkan

dengan lembar-lembar pembelajaran (instructional sheet) dengan

nama yang bermacam-macam, di antaranya: lembar tugas, lembar

kerja, lembar informasi, dan bahan ajar lainnya, cetak maupun

noncetak.

UNYUNY Edisi Februari 2015

Page 7: DAFTAR ISI - UNY Journal

7

b. Modul dan LKS yang dikembangkan dalam pembelajaran sains-fisika

dibuat dengan alasan: ketersediaan bahan ajar sesuai tuntutan

kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah

belajar. Pengembangan bahan ajar harus memperhatikan tuntutan

kurikulum, artinya bahan ajar yang akan dikembangkan harus sesuai

dengan kurikulum. Pada KTSP dan dilengkapi dengan K-13, standar

kelulusan, telah ditetapkan oleh pemerintah, namun bagaimana

mencapainya dan bahan ajar yang digunakan diserahkan sepenuhnya

kepada pendidik sebagai tenaga profesional.

c. Pertimbangan lain dalam membuat LKS dan modul adalah

karakteristik sasaran. LKS dan modul yang dikembangkan didasarkan

pada karakteristik siswa, yakni; kemampuan awal yang telah dikuasai,

minat belajar dan sikap siswa terhadap pembelajaran. Selain

karakteristik siswa, juga lingkungan sosial, budaya, dan geografis,

tempat siswa berada.

d. Pengembangan LKS dan modul sebagai bahan ajar harus dapat

menjawab atau memecahkan masalah sains-fisika ataupun kesulitan

dalam belajar. Terdapat sejumlah materi pembelajaran yang seringkali

sulit bagi siswa untuk memahaminya ataupun sulit bagi GSF untuk

menjelaskannya. Kesulitan tersebut dapat saja terjadi karena materi

yang abstrak, rumit, asing, dan seterusnya.

Edisi Februari 2015

Page 8: DAFTAR ISI - UNY Journal

8

3. Pelaksanaan Pembelajaran Sains-Fisika di Kelas dan Laboratorium

a. Siklus Mengajar

b. Secara umum ada tiga siklus dalam strategi pembelajaran sains-fisika,

yakni siklus permulaan pembelajaran (prainstruksional), siklus proses

pembelajaran (instruksional), dan siklus akhir pembelajaran (penilaian

dan follow up). Interaksi antara ketiga siklus pembelajaran dapat dilihat

pada gambar 2 di atas: Ketiga siklus itu harus benar-benar

diimplementasikan dalam proses pembelajaran sains-fisika. Artinya,

ketiga siklus itu saling keterkaitan satu dengan yang lain, siklus yang

satu tidak boleh didahului, namun harus dilaksanakan sesuai dengan

proses pembelajaran yang sistematis. Proses pembelajaran harus

Gambar 1. Kerangka Siklus Strategi Pembelajaran Sains-Fisika

UNYUNY Edisi Februari 2015

Page 9: DAFTAR ISI - UNY Journal

9

dilakukan melalui tiga siklus, sehingga apa yang diinginkan GSF dan

siswa akan tercapai dan melalui siklus pembelajaran di atas dapat

menciptakan pembelajaran sains-fisika yang sistematis, kreatif, dan

humanis.

1) Siklus Prainstruksional (Permulaan Pembelajaran)

Prainstruksional adalah siklus permulaan yang harus ditonjolkan

oleh GSF sebelum proses pembelajaran dilaksanakan; melalui berbagai

cara/teknik GSF memotivasi dan meningkatkan minat belajar siswa

sebelum masuk dalam inti pembelajaran.

Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan oleh GSF dan siswa pada

siklus permulaan ini, yaitu : a) mempersiapkan bahan yang mau diajakan,

alat, dan bahan praktikum; b) memberikan apresepsi melalui berbagai

cara, misalnya GSF menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siapa

yang tidak hadir, bertanya kepada siswa sampai di mana konsep pelajaran

sains-fisika sebelumnya, serta memberikan penguatan; c)

mempersiapkan pertanyaan untuk merangsang siswa untuk aktif belajar

di kelas; d) GSF melakukan pretes (jika perlu) untuk mengetahui tingkat

penguasaan siswa terhadap materi sebelumnya; e) mengajukan

pertanyaan kepada siswa dalam kelas, atau siswa tertentu tentang materi

pelajaran sains-fisika yang sudah diberikan sebelumnya; f) memberi

kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan yang belum

dikuasainya dari pembelajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya; g)

memberi kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dengan teman, jika

ada konsep sains-fisika yang belum dimengerti; dan h) mengulang

kembali bahan yang lalus secara singkat, tetapi mencakup semua aspek

bahan yang telah dibahas sebelumnya.

Tujuan dari langkah awal pembelajaran ini adalah memberikan

respons, motivasi/dorongan dan menggali potensi siswa terhadap konsep

sains-fisika yang telah diterima sebelumnya, dan membangkitkan minat,

sikap, dan rasa ingin tahu terhadap konsep yang akan dipelajarinya.

Edisi Februari 2015

Page 10: DAFTAR ISI - UNY Journal

10

2) Siklus Instruksional (Proses Pembelajaran)

Siklus instruksional adalah prosedur pembelajaran atau

prosedur inti. Prosedur ini memberikan bahan yang telah disusun

sebelumnya yang disesuaikan dengan karakteristik siswa, guru,

bahkan karakteristik dari sekolah. Jika GSF memberikan tugas

kepada siswa dalam proses pembelajaran, siswa akan memasukkan

pengetahuannya sehari-hari, dari guru maupun orang tua (school

knowledge and action knowledge).Secara rinci berbagai kegiatan dapat dilakukan oleh GSF dan siswa

pada siklus proses pembelajaran ini, yaitu: a) menuliskan dan

menjelaskan kepada siswa tujuan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

harus dicapai oleh siswa dalam satu atau beberapa kali pertemuan di

dalam kelas atau di laboratorium; b) menuliskan dan menjabarkan konsep

dan subkonsep sains-fisika yang akan dibahas dalam pertemuan itu; c)

membahas materi yang telah dituliskan tadi yang disesuaikan dengan

RPP. Intinya, dalam pembahasan materi perlu dilakukan penjelasan

materi dengan menggunakan logika deduktif verifikatif ke logika induktif

abstraktif (penjelasan umum ke penjelasan khusus atau dari aspek

kognitif rendah ke aspek kognitif tinggi); d) untuk setiap indikator yang

dijelaskan perlu disertai contoh-contoh soal yang sifatnya memacu

pemahaman dan daya nalar siswa; e) dalam peyampaian materi perlu

digunakan variasi metode, pendekatan, model, dan media, dilanjutkan

dengan melakukan asesmen autentik (tes dalam proses pembelajaran); f)

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan berbagai

masalah dalam bentuk diskusi atau curah pendapat antara GSF dengan

siswa atau siswa dengan siswa; g) siswa diberi waktu untuk berpikir

dalam merumuskan gagasan sendiri; h) siswa diberi kesempatan untuk

mengungkapan ide/pikiran sendiri; i) membimbing dan mengarahkan

siswa untuk melaksanakan eksperimen di laboratorium; j) mengarahkan

UNYUNY Edisi Februari 2015

Page 11: DAFTAR ISI - UNY Journal

11

siswa untuk membuat generalisasi pada konsep yang diteriman; dan k)

menyimpulkan apa yang dijelaskan dalam setiap kali tatap muka, dikelas

maupun di laboratorium.

3) Siklus Asesmen dan Tindak Lanjut (Follow Up)

Tujuan prosedur ini adalah mengetahui tingkat keberhasilan, dari

sisi guru maupun dari sisi siswa. Sisi guru dapat memberikan gambaran

sampai sejauhmana keberhasilan dan ketercapaian konsep yang

disampaikan. Sisi siswa dapat mengetahui tingkat keberhasilan dan

penguasaan materi yang disampaikan guru.

Secara rinci berbagai kegiatan dapat dilakukan oleh GSF dan siswa

pada siklus akhir pembelajaran, yaitu: a) GSF memberikan tugas atau

latihan guna merangsang siswa untuk belajar dan mengungkapkan apa

yang telah dipelajari; b) GSF memberikan generalisasi/simpulan atas

semua indikator yang dijelaskan dalam proses pembelajaran; c) GSF

memberikan refleksi untuk menilai kinerja diri sendiri dengan penuh

kesadaran sebagai bahan perbaikan pada kinerja berikutnya; kelebihan

dan kekurangan yang terjadi pada proses pembelajaran perlu

diidentifikasi sebagai acuan untuk merancang pembelajaran berikutnya;

d) melakukan postes berbentuk uraian objektif guna mengetahui tingkat

penguasaan siswa secara keseluruhan materi sains-fisika yang diberikan;

e) jika hasil tes yang dilakukan secara individual maupun kelompok

tingkat penguasaannya 65 %, GSF harus melakukan program remedial

melalui tes ulang, mengulang kembali materi yang belum dikuasai siswa,

dan memberikan latihan soal, disekolah maupun dirumah. Untuk tingkat

ketuntasan 65 %, dilakukan pengayaan dan akselerasi dalam bentuk

pemberian materi tambahan, mengerjakan soal-soal, dan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mempelajari kompetensi dasar

berikutnya; f) untuk memperdalam pengetahuan siswa terhadap materi

yang diberikan di sekolah, GSF memberikan tugas/pekerjaan rumah yang

ada hubungannya dengan konsep yang telah dibahas. Tugas yang

Edisi Februari 2015

Page 12: DAFTAR ISI - UNY Journal

12

diberikan bisa dalam bentuk kelompok maupun individual; dan g) di akhir

pembelajaran, hendaknya diberikan penjelasan atau memberi tahu

konsep yang akan dibahas pada pembelajaran berikutnya, dan

mengharuskan siswa untuk menyiapkan/ mempelajarinya di rumah.

Kaitan dengan asesmen, GSF dapat menilai hasil belajar yang

berkaitan dengan domain kognitif tidak hanya melalui penjenjangan skor-

skor yang dicapai, tetapi juga dilihat dari kemampuan siswa dalam hal

melakukan solusi, merencanakan, memberi contoh, memformulasi

konsep, memverifikasi, mengkritik, menyertifikasi, merevisi,

memberikan ide yang unik, dan seterusnya. Domain afektif dapat dilihat

dari segi kegairahan/ keantusiasan, rasa ingin tahu, kepercayadirian,

kemampuan mengarahkan diri, ketegasan memilih hal-hal yang positif,

pemahaman terhadap diri sendiri, komitmen, fantasi/ khayalan yang

bersifat membangun, penyesuaian diri, keluwesan terhadap orang lain,

asas mengutamakan orang lain, mengenali jiwa orang lain, kemampuan

bereaksi, dan seterusnya. Domain sensorimotor dapat dilihat dari

keterampilan, daya tahan, kecakapan/ penguasaan mengungkapkan diri,

pengendalian, dan kemampuan menggunakan alat ukur.

Instrumen penilaian yang dipakai untuk mengukur hasil belajar

dapat disusun bersamaan dengan penentuan tujuan pembelajaran. Untuk

domain kognitif dapat berupa tes kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah.

4. Panduan Penskoran Asesmen Autentik (Unjuk Kerja)

Dalam proses pembelajaran, GSF dapat menerapkan asesmen autentik

untuk menilai aktivitas siswa dengan memberikan skor berdasarkan apa

yang dilakukan oleh siswa dengan menggunakan lembaran observasi dan

unjuk kerja yang berpatokan pada pedoman penskoran berikut ini.

UNYUNY Edisi Februari 2015

Page 13: DAFTAR ISI - UNY Journal

Tabel 1. Pedoman Penskoran dalam PBM di Kelas

Tabel 2. Pedoman Penskoran dalam PBM di Laboratorium

13Edisi Februari 2015

Page 14: DAFTAR ISI - UNY Journal

14

5. Teknik Penyampaian

a. Menguasai berbagai strategi mengajar, dalam hal ini, metode,

pendekatan, model, media pembelajaran (LKS dan modul), serta

asemen autentik (unjuk kerja dan observasi) disertai dengan rubrik

penilaian yang ditampilkan dalam informasi pendukung.

UNYUNY Edisi Februari 2015

Page 15: DAFTAR ISI - UNY Journal

15

b. Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih

bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan

mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

Dengan dasar ini, pembelajaran sains-fisika harus dikemas menjadi

proses mengonstruksi, bukan menerima pengetahuan.

c. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan menemukan semua materi

sains-fisika yang diterapkan (materi besaran, satuan, dan

pengukuran). Membiasakan siswa merumuskan masalah,

mengamati/melakukan observasi, menganalisis, dan menyajikan

hasil dalam tabel/diagram/gambar, serta membiasakan siswa

menginterpretasi apa yang diamati dan dieksperimenkan.

d. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. Proses

Pembelajaran sains-fisika di kelas dapat diterapkan antara guru dan

siswa, antara siswa dan siswa. Aktivitas siswa bertanya juga

ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika

menemui kesulitan, dan ketika mengamati.

e. Menciptakan masyarakat belajar (dalam kelompok-kelompok).

Dalam kelas, GSF selalu melaksanakan pembelajaran dalam

kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-

kelompok yang anggotanya heterogen. Masyarakat belajar bisa

terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah.

f. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran sains-fisika.

Dalam pembelajaran sains-fisika, GSF bukan satu-satunya model,

tetapi model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang

siswa ditunjuk memberikan contoh kepada temannya dengan cara

mengerjakan soal sains-fisika di papan tulis dan memberikan arti

terhadap penyelesaian masalah sains-fisika tersebut.

g. Melakukan refleksi diakhir pertemuan. Pada akhir pembelajaran

sains-fisika, GSF menyisihkan waktu sejenak agar siswa melakukan

refleksi.

h. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan cara unjuk kerja.

Edisi Februari 2015

Page 16: DAFTAR ISI - UNY Journal

16

Asesmen menekankan proses pembelajaran, data yang dikumpulkan

harus diperoleh dari kegitan nyata yang dikerjakan siswa pada saat

melakukan proses pembelajaran, di kelas maupun di laboratorium.

Penutup

Penerapan pembelajaran sains-fisika dapat dilakukan dengan

pendekatan konteks. GSF dapat menerapkan materi pembelajaran dengan

memperhatikan berbagai hal, diantaranya membiasakan siswa bekerjasama,

saling menunjang, pembelajaran menyenangkan, tidak membosankan, belajar

dengan bergairah, menggunakan berbagai sumber, sharing dengan teman,

siswa kritis, dan guru kreatif.

Daftar Pustaka

Carin & Sund. 1990. Teaching Science Through Discovery. New York: Merrill

Publishing Company.

Herbert, D. 1999. Teaching Elementary School Science. California: Berkeley.

Joyce, B. 2004. Models of Teaching. New York: Pearson.

UNYUNY Edisi Februari 2015

Page 17: DAFTAR ISI - UNY Journal

17Edisi Februari 2015

Pembelajaran Penjumlahan Bilangan Bulat yang

Menyenangkan Menggunakan Media

“ Tangga Garis Bilangan”

Oleh: Fiati Yuwananingsih

Guru SMP Negeri 4 Tempel, Sleman

Pendahuluan

Kurikulum 2013 mengamanatkan bahwa kegiatan pembelajaran

merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka dalam sikap,

pengetahuan, dan ketrampilan yang semakin lama diharapkan semakin

meningkat. Dengan demikian peserta didik diarahkan untuk

menggunakan semua potensinya untuk mencapai di kompetensi yang

diharapkan pada pembelajaran. Selain itu hal lain yang dikembangkan

pada kegiatan pembelajaran adalah kreativitas, kemandirian, kerja sama,

solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup

peserta didik guna membentuk wataknya.

Untuk mencapai hal-hal yang diharapkan di atas diperlukan

perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang dapat menciptakan

kondisi menyenangkan dan menantang serta menyediakan pengalaman

belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode

pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan

bermakna. (Kemdikbud RI, 2014)

Kegiatan pembelajaran yang menantang dan menyenangkan

dapat terwujud jika peserta didik memiliki motivasi yang tinggi untuk

belajar. Namun demikian kondisi di beberapa sekolah terutama di SMP

Page 18: DAFTAR ISI - UNY Journal

18 UNYUNY Edisi Februari 2015

Negeri 4 Tempel menunjukkan bahwa tidak mudah untuk

membangkitkan motivasi belajar peserta didik, apalagi untuk mata

pelajaran Matematika. Peserta didik mendengar kata Matematika saja

peserta didik sudah membayangkan sulit, membuat pusing,

membosankan, tidak ada permainan dan sebagainya.

Salah satu materi mata pelajaran Matematika kelas VII pada

Kurikulum 2013 adalah penjumlahan bilangan bulat. Pada umumnya

pembelajaran penjumlahan bilangan bulat menggunakan garis bilangan.

Pengalaman penulis siswa kurang tertarik. saat pembelajaran dengan

garis bilangan. Untuk mengatasi hal ini, penulis mencoba menggunakan

garis bilangan tetapi dikemas sebagai media permainan dengan nama

Tangga Garis Bilangan. Harapan penulis dengan media permainan

dapat tercipta pembelajaran yang menyenangkan.

Pentingnya Variasi Matematika dan Media untuk Pembelajaran

Pembelajaran menyenangkan suatu kata yang sangat indah dan

didambakan oleh siswa dan guru dalam setiap pembelajaran. Usaha apa

saja yang dapat dilakukan untuk menciptakan pembelajaran yang

menyenangkan?

Pembelajaran menyenangkan dipengaruhi oleh kesiapan siswa

belajar dan kreatifitas guru dalam merencanakan dan melaksanakan

pembelajaran. Pada Pemendiknas nomor 65 tahun 2013 tentang Standar

Proses, pelaksanaan kegiatan pembelajaran meliputi pendahuluan,

kegitan inti dan penutup. Kegiatan pendahuluan diantaranya

menyiapkan siswa secara psikis dan fisik, memberikan motivasi siswa

secara kontektual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam

kehidupan sehari-hari.

Kesiapan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dipengaruhi

faktor internal yang berasal dari dalam dirinya sendiri dan faktor

Page 19: DAFTAR ISI - UNY Journal

19Edisi Februari 2015

eksternal yang berasal dari luar dirinya. Dimyati dan Mudjiono (1994:

228-235) dalam sugihartono dkk mengemukakan bahwa faktor internal

yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran antara lain: sikap siswa

terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar. Menurut Tim

Instruktur PKG sekolah Menengah (1994) dalam makalah Setiawan,

sejumlah motivasi yang dapat dikembangkan untuk dapat menciptakan

pembelajaran yang menyenangkan antara lain: pemberian nilai,

persaingan baik individu maupun kelompok, kerjasama, pertanyaan

yang menantang, penghargaan, suasana menyenangkan, penampilan

guru, dan variasi pembelajaran.

Variasi pembelajaran yang dapat dilakukan guru antara lain

variasi dalam menerapkan gaya mengajar, bahan pelajaran, dan media

pembelajarannya. Penggunaan media pembelajaran yang bervariasi

diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran.

Sedangkan media pendidikan matematika menurut Ade Rohayati (2014)

adalah alat yang digunakan untuk mempermudah menjelaskan konsep

matematika. Media sangat diperlukan dalam pembelajaran matematika

karena:

1 objek matematika abstrak - perlu peragaan

2 sifat materi matematika tidak mudah dipahami

3 hirarkhi matematika ketat-kaku

4 aplikasi matematika kurang nyata

5 belajar matematika perlu fokus - cepat lelah-bosan

6 citra pembelajaran matematika kurang baik

7 ( takut – tegang – bosan – banyak pekerjaan rumah )

8 kemampuan kognitif siswa masih konkret

9 motivasi belajar siswa tidak tinggi

Page 20: DAFTAR ISI - UNY Journal

20 UNYUNY Edisi Februari 2015

Materi matematika yang dipelajari siswa kelas VII pada

kurikulum 2013 adalah Penjumlahan bilangan bulat. Langkah-langkah

pembelajaran menurut Permendikbud No 81a tahun 2013 diawali

dengan mengamati konteks sederhana tentang operasi penjumlahan

bilangan bulat.

Mia memiliki 3 boneka di rumahnya. Saat ulang tahun Mia

mendapatkan hadiah dari teman-temannya 4 boneka lagi. Berapa

boneka yang dimiliki Mia sekarang?

Dengan konteks di atas diharapkan timbul pertanyaan dari siswa

bagaimana menyelesaikannya. Kemudian siswa diminta untuk

mengumpulkan informasi dengan membaca penyelesaiannya.

Secara matematis permasalahan tersebut dinyatakan dengan 3 + 4= …

Kita bisa memaknai dengan garis bilangan berikut:

Pada garis bilangan positif ke arah kanan atau ke atas, sedangkan

negatif kearah kiri atau ke bawah. Digunakannya garis bilangan

diharapkan siswa mampu mengabstraksikan jika positif ke kanan atau ke

atas, negative ke kiri atau ke bawah dan nol tetap. Materi ini sebenarnya

sudah dipelajari di SD tetapi selama ini siswa selalu mengalami kesulitan

menjumlahkan bilangan bulat terutama jika yang dijumlahkan tandanya

berbeda ( satu positif yang lain negatif). Jika sudah demikian, siswa tidak

memiliki motivasi lagi untuk meneruskan pembelajaran. Penulis

mencoba menggunakan garis bilangan, tetapi dikemas sebagai media

permainan dengan nama Tangga Garis Bilangan.

Gambar 1. Garis bilangan

Page 21: DAFTAR ISI - UNY Journal

21Edisi Februari 2015

Tangga garis bilangan adalah alat permainan yang terdiri dari papan

permainan, kartu dan bidak atau biji permainan.

Gambar 2. Papan Permainan

Gambar 3. Kartu

Gambar 4. Bidak

Page 22: DAFTAR ISI - UNY Journal

22 UNYUNY Edisi Februari 2015

Cara Bermain Tangga garis Bilangan

1. Dimainkan oleh 2 orang pemain;

2. Setiap pemain mulai dengan bidaknya pada angka nol ;

3. Secara bergantian setiap pemain mengambil satu lembar kartu

kemudian menjalankan bidaknya sesuai dengan angka pada kartu.

4. Permainan berakhir setelah semua kartu terambil;.

5. Pemain yang bidaknya berada pada angka terbesar menjadi

pemenangnya.

Pembelajaran menggunakan media tangga garis bilangan

membuat siswa senang belajar. Ini terlihat dari suasana pembelajaran

yang tidak tegang, siswa terlihat senang, mengasyikkan. Hal ini

menunjukkkan bahwa pembelajaran menyenangkan (

dapat dikembangkan, beberapa diantaranya mengajarkan

materi yang dikemas dalam bentuk puisi dan lagu untuk menghafal

konsep yang telah dipelajari, mengemas materi dalam bentuk teka-teki,

permainan, drama, dan video pembelajaran. Jadi Tangga Garis Bilangan

sebagai media permainan dapat dikategorikan sebagai bentuk penerapan

pembelajaran yang menyenangkan.

Suasana pembe la j a ran

penjumlahan bilangan bulat dengan

Tangga Garis Bilangan dapat dilihat

pada gambar-gambar berikut:

joyfull learning)

dengan tangga garis bilangan. Menurut Das Salirawati bentuk joyfull

learning

Gambar 5. Mengambil kartu

Page 23: DAFTAR ISI - UNY Journal

23Edisi Februari 2015

Gambar 6. Melangkahkan bidak Gambar 7. Senang saat memenangkan permainan

Gambar 8. Suasana kelas bermain dengan Tangga Garis Bilangan

Page 24: DAFTAR ISI - UNY Journal

24 UNYUNY Edisi Februari 2015

Penutup

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media

permainan garis bilangan pada penjumlahan bilangan bulat dapat

menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini dapat

ditunjukkan pada suasana belajar siswa tidak tegang, senang, dan asyik

belajar. Di samping itu, Tangga garis bilangan sebagai media

permainan juga dapat dikategorikan sebagai bentuk penerapan

pembelajaran yang menyenangkan.

Daftar Pustaka

Dimyati dan Mudjiono, (1994). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :

Depdikbud Dirjen Perguruan Tinggi.

Kemdikbud. (2014). Pemendikbud no 81 A. tentang Implementasi

Kurikulum. Jakarta : Kemdikbud.

……………, (2014).Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

Matematika SMP-MTs. Jakarta : Kemdikbud.

……………, 2014. Buku Guru Matematika Kelas VII SMP/MTs.

Jakarta: Kemdikbud.

Setiawan, (2004). Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan

(PAKEM) ( Makalah disampaikan dalam diklat teknis guru

Matematika SMP dan SMA berbakat).

Sugihartono dkk.(2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

http://seminar.uny.ac.id/semnasmipa/sites/seminar.uny.ac.id.semnasmi

pa/files/paper/Dr. Das Salirawati, M.Si-Makalah Fun Learning 2012

akhir (1).doc ( diunduh 21 September 2014)http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/196005

011985032-ADE_ROHAYATI/HANDOUT_MEDIA_PEMBEL._

DEPAG.pdf (diunduh 21 September 2014)

Page 25: DAFTAR ISI - UNY Journal

25Edisi Februari 2015

Mind Mapping dalam Pembelajaran K3 Kelistrikan untuk Meningkatkan Kreativitas

dan Aktivitas Siswa

Oleh: Riski Putri HarsantiMahasiswa Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (PTK)

S2 - Program Pasca Sarjana UNYE-mail: [email protected]

Pendahuluan

Proses pembelajaran di sekolah, dalam hal ini khususnya bagi

para siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bidang Teknik Elektro

lebih mengedepankan keterampilan kerja di laboratorium maupun di

bengkel yang telah ada atau dengan kata lain bagaimana agar siap

memasuki dunia kerja. Salah satu akibat dari hal itu adalah dalam

pembelajaran siswa menjadi kurang optimal pengembangan aktifitas

berfikir. Menurut Putu Sudira (2014 : 6 ) belakangan ini pendidikan

kejuruan dan vokasi mulai menekankan pada berfikir orde tinggi.

Berfikir orde tinggi menuntut skill berfikir kritis, kreatifitas,

kemampuan berkomunikasi dan kemampuan kolaborasi.

Untuk dapat mengembangkan berfikir orde tinggi tersebut,

maka dalam pembelajaran tidak cukup berhenti pada indikator

kuantitatif seperti nilai hasil belajar, kecepatan dan ketrampilan

menyelesaikan praktek, namun juga perlu diperhatikan indikator

kualitatif seperti kreatif, aktif, yang tercermin selama proses

pembelajaran. Melalui upaya ini diharapkan lulusan dapat memiliki

peluang pengembangan karir, adaptif terhadap perubahan di tempat

Page 26: DAFTAR ISI - UNY Journal

26 UNYUNY Edisi Februari 2015

kerja berbasis pengetahuan.

Penulis memiliki pengalaman 4 tahun yang lalu bertemu dengan

teman-teman lulusan SMK yang telah cukup lama bekerja di perusahaan

yang bergerak di bidang mesin dan listrik. Mereka mengeluhkan adanya

rasa jenuh dan bosan atas rutinitas pekerjaan yang mereka lakukan rutin

seakan-akan hanya memerlukan ketrampilan motorik saja. Yang lebih

mencemaskan adalah sebagian dari mereka tidak disiplin menggunakan

alat pelindung diri (APD) sesuai standart keselamatan kerja. Hal ini

sangat menarik untuk dikaji terkait dengan permasalahan sejauh

manakah tingkat kemampuan berpikir kreatif dan aktifitas perlu

dikembangkan pada saat pembelajaran di SMK ?

Agar proses maupun produk pembelajaran optimal maka perlu

perencanaan pembelajaran yang komprehensif, salah satunya adalah

perlu diperhatikan variasi metode, media, model pembelajaran yang

dapat mengembangkan kreatifitas dan aktifitas siswa. Salah satu upaya

yang diharapkan sangat berpotensi untuk dapat mengembangkan

kreatifitas dan aktivitas siswa adalah menggunakan mind mapping yang

prinsipnya adalah mengoptimalkan kerja otak. Mind mapp atau lebih

dikenal dengan mind mapping dalam Bahasa Indonesia berarti peta

pikiran. Melalui mind mapping para siswa diharapkan tidak hanya

menerima konsep namun dapat menemukan konsep dengan cara

membuat hubungan antar fakta menggunakan kata-kata kunci. Bertitik

tolak dari uraian di atas, maka tulisan ini lebih memfokuskan kajian pada

potensi mind mapping dalam pembelajaran Kesehatan dan Keselamatan

kerja (K3) Kelistrikan untuk meningkatkan kreatifitas & aktivitas siswa.

Page 27: DAFTAR ISI - UNY Journal

27Edisi Februari 2015

Mind mapping dalam Pembelajaran Kesehatan dan Keselamatan

Kerja (K3) untuk SMK Jurusan Ketenagalistrikan

Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan konsep dapat

digunakan mind mapping (Richard I Arends, 1997: 281). Keunggulan

mind mapping adalah sistem penyimpanan, penarikan data, dan akses

yang luar biasa untuk perpustakaan raksasa yang sebenarnya ada dalam

otak. Mind mapping membantu seseorang belajar menyusun dan

menyimpan sebanyak mungkin informasi serta mengelompokkan

dengan cara alami memberi akses yang mudah dan langsung. Melalui

mind mapping, setiap potong informasi baru secara otomatis dapat

dikaitkan ke semua informasi yang sudah ada di otak. Semakin banyak

ingatan yang melekat pada setiap potong informasi dalam kepala

seseorang, maka semakin mudah mengaitkan apapun informasi yang

dibutuhkan (Tony Buzan, 2013:12).

Tujuh langkah dalam membuat mind mapping adalah mulailah

dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan

mendatar, gunakan gambar atau foto untuk ide sentral, gunakan warna,

hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan

cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua dan

seterusnya, buatlah garis hubung yang melengkung (bukan garis lurus),

gunakan satu kata kunci untuk setiap garis, kemudian gunakan gambar.

Page 28: DAFTAR ISI - UNY Journal

28 UNYUNY Edisi Februari 2015

Gambar 1. Contoh mind mapping

Gambar 2. Mind mapping K3 Kelistrikan yang dibuat oleh siswa SMK

Page 29: DAFTAR ISI - UNY Journal

29Edisi Februari 2015

Materi Pembelajaran K3 Kelistrikan di SMK

K3 adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapan guna

mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit yang

disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. Menurut America

Society of Safety and Engineering (ASSE), K3 diartikan sebagai bidang

kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang

ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja. (Ketut Ima Ismara,

2013: 227).

Kecelakaan adalah sebuah kejadian tak terduga yang

menyebabkan cedera atau kerusakan (John Ridley, 2008: 113).

Kecelakaan adalah kejadian tak terduga dan tidak dikehendaki yang

mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur (Sulaksmono,

1997). Kecelakaan terjadi tanpa disangka-sangka dan dalam sekejap

mata, dan setiap kejadian terdapat empat faktor yang bergerak dalam

satu kesatuan berantai yaitu lingkungan, bahaya, peralatan, dan manusia

(Benneth Silalahi, 1995).

Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan

pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan (Anizar, 2009: 2-3).

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubung dengan

hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti

bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu

melaksanakan pekerjaan (Benneth Silalahi, 1995).

Listrik dapat membahayakan khususnya membahayakan

manusia. Listrik selain berdampak positif, dapat menyebabkan dampak

yang buruk bagi manusia. Jalur kejutan arus listrik sangat berbahaya

yakni jalur arus listrik dengan satu titik kontak, jalur arus listrik dengan

dua titik kontak, jalur arus listrik common secara elektris dengan bumi,

arus listrik dengan jalur rangkaian tidak lengkap, arus listrik dengan jalur

Page 30: DAFTAR ISI - UNY Journal

30 UNYUNY Edisi Februari 2015

grounding ke bumi, jalur arus listrik dengan sambungan groud fault, dan

sistem tenaga listrik tanpa ground dan kontak tetapi dengan orang

menyentuh kawat di satu titik. Bahaya sumber listrik antara lain adalah

adanya perbedaan efek sengat listrik dan batas arus yang melewati tubuh

manusia.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan efek sengat listrik

adalah:

1. Ukuran fisik bidang kontak

2. Kondisi tubuh (kondisi kesehatan seseorang/ manusia)

3. Hambatan/ tahanan tubuh

4. Jumlah miliampere (besar arus listrik yang melewati tubuh manusia)

Tabel 1. Batas arus yang melewati tubuh manusia

Sumber : Ketut Ima Ismara, 2013 : 108

Page 31: DAFTAR ISI - UNY Journal

31Edisi Februari 2015

Tabel 2. Besar dan lama tegangan sentuh maksimum

Nick Bos, etc., (1995: 125) menyatakan bahaya listrik bisa berupa shock,

ledakan api, dan terbakar. Desain listrik yang aman untuk menghindari

kecelakaan, tegangan tidak boleh lebih dari 240 volt, kategori aman jika

tegangan 220 volt. John Ridley (2008: 114) mengemukakan bahwa

pencegahan bahaya listrik yang aman adalah:

1. Membudayakan pelaporan kecelakaan yang nyaris terjadi

2. Menyelidiki untuk mencegah kecelakaan serius

3. Menumbuhkan budaya 'tidak saling menyalahkan’

4. Melalui patroli dan inspeksi keselamatan kerja

5. Mengidentifikasi bahaya melalui mempelajari laporan-laporan

kejadian sebelumnya

6. Menyingkirkan bahaya dengan mengubah tata letak alat dan

komponen yang sekiranya berbahaya

7. Memperbaiki sarana-sarana teknis

8. Selalu membuat checklist dan pelaksanaannya dengan cara

mengecek alat dan komponen kelistrikan

(Ketut Ima Ismara, 2013: 23, 76, 107, dan 108)

Page 32: DAFTAR ISI - UNY Journal

32 UNYUNY Edisi Februari 2015

9. Melakukan pengurangan bahaya melalui sarana teknis dan

memodifikasi perlengkapan

10. Selalu memakai alat pelindung diri

11. Melakukan penilaian sisa resiko

12. Berusaha mengikuti acara pelatihan K3

13. Melakukan pengendalian risiko residual seperti mengondisikan

system kerja yang aman, sarana teknis (alarm, pemutusan aliran

(trips)).

Mind mapping untuk Meningkatkan Kreatifitas dan Aktivitas Siswa

Mind mapping dalam pembelajaran diharapkan dapat membawa

konsep pemahaman inovatif yang selanjutnya dapat meningkatkan

kreatifitas siswa. Main map dapat memunculkan pemikiran berupa ide-

ide kreatif yang memungkinkan otak menggunakan semua gambar dan

asosiasinya yang merangsang imajinasi kreatif. Hal ini sangat penting

dan sangat diperlukan dalam pembelajaran K3 karena melalui mind

mapping ide-ide kreatif cemerlang dan orisinil siswa dapat terwujud.

Kemampuan berpikir dan mengerjakan sesuatu yang menghasilkan cara

atau hasil baru merupakan kemampuan berpikir kreatif. Kemampuan

berpikir kreatif ini merupakan salah satu nilai budaya dan karakter

bangsa yang harus dikembangkan dan menjadi target Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan untuk direalisasikan melalui pembelajaran

(Pusat Kurikulum, 2010: 10). Supaya kreatifitas siswa dapat tumbuh

optimal, maka perlu dilatihkan dalam pembelajaran, dalam hal ini adalah

melalui kegiatan membuat mind mapping K3 kelistrikan secara individu

maupun sekelompok siswa.

Page 33: DAFTAR ISI - UNY Journal

33Edisi Februari 2015

Kegiatan belajar pasti melakukan dua kegiatan yakni berpikir

dan berbuat. Seseorang yang telah berhenti berfikir dan berbuat perlu

diragukan eksistensi kemanusiaannya. Hal ini sekaligus juga merupakan

hambatan bagi proses pendidikan yang bertujuan ingin memanusiakan

manusia. Ilustrasi ini menunjukkan penegasan bahwa dalam belajar

sangat memerlukan kegiatan berpikir dan berbuat. Subjek didik atau

siswa dalam pembelajaran harus aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa

dalam belajar sangat diperlukan aktivitas belajar. Tanpa aktivitas, proses

belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.

Colin Marsh (1996: 229) berpendapat bahwa aktifitas belajar itu

sangat penting. Hal ini diperkuat dengan pendapat dari Klewnowski

(1995: 227-228) bahwa dengan adanya aktivitas belajar akan berdampak

pada siswa. Terdapat 3 aktivitas siswa yakni:

1. Identifying the criteria

Aktivitas siswa dapat dilakukan dengan berdiskusi dengan guru.

2. Interactive dialogue with teacher

Dapat bercerita atau bertukar pendapat tentang masalah-masalah

yang ada, umpan balik, maupun negosiasi.

3. Ascription of a grade

Pemberian skor dapat berbeda-beda antara siswa yang satu dengan

siswa yang lain.

Aktivitas belajar siswa dapat diimplementasikan ke dalam

pembelajaran yang lain juga, agar nantinya bisa mendapatkan skor yang

tinggi sesuai karakteristik masing-masing siswa (Renzulli, 1982: 11-14).

Ada beberapa prinsip aktivitas belajar yang berorientasi pada

Page 34: DAFTAR ISI - UNY Journal

34 UNYUNY Edisi Februari 2015

pandangan ilmu jiwa, yakni menurut pandangan ilmu jiwa lama dan

pandangan ilmu jiwa modern (Sardiman, 1996: 95-103). Menurut

pandangan ilmu jiwa lama, dinyatakan aktivitas didominasi oleh guru.

Menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa.

Aktivitas belajar dapat digolongkan beberapa klasifikasi yaitu:

1. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, member

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,

interupsi.

2. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,

memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang

lain.

3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian,

percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,

angket, menyalin.

5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta,

diagram.

6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain,

berkebun, berternak.

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil

keputusan.

8. Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Page 35: DAFTAR ISI - UNY Journal

35Edisi Februari 2015

Mencermati klasifikasi aktivitas seperti yang diuraikan di atas,

menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran cukup

kompleks dan bervariasi. Jika berbagai macam kegiatan tersebut dapat

diciptakan di sekolah, tentu sekolah-sekolah akan lebih dinamis, tidak

membosankan, dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang

maksimal .Berikut ini akan disajikan gambar yang menunjukkan

aktifitas siswa SMK yang sedang membuat mind mapping K3

Kelistrikan.

Gambar 3 tersebut nampak para siswa sedang membuat mind mapping

tentang K3 Kelistrikan dengan topik kebakaran akikat hubungan arus

pendek di perumahan padat penduduk. Ternyata mind mapping hasil

karya masing-masing siswa sangat bervariasi, dan dapat menunjukkan

bahwa kreatifitas dan aktifitas siswa dapat dikembangkan atau

meningkat. Hasil penelitian Riski Putri Harsanti tahun 2013 tentang

Pengaruh penerapan mind map terhadap aktivitas 60 siswa SMK dalam

pembelajaran K3 Kelistrikan di SMK Negeri 3 Yogyakarta

Gambar 3. Siswa SMK sedang membuat mind mapping K3 kelistrikan

Page 36: DAFTAR ISI - UNY Journal

36 UNYUNY Edisi Februari 2015

menunjukkan hasil yang signifikan.

Penutup

Mind mapping berpotensi dalam meningkatkan kreatifitas dan

aktivitas siswa SMK pada pembelajaran K3 kelistrikan. Oleh sebab itu,

model pembelajaran seperti ini dapat digunakan sebagai alternatif

variasi model pembelajaran agar dapat mengoptimalkan kualitas proses

belajar siswa. Model pembelajaran ini relatif mudah dilakukan dan tidak

memerlukan banyak sarana dan prasarana, namun demikian hasilnya

khususnya kreatifitas dan aktifitas siswa sangat menjanjikan dapat

ditingkatkan. Model pembelajaran ini besar manfaatnya untuk

mewujudkan pembelajaran terpusat pada siswa dan mendongkrak

kreatifitas dan aktivitas siswa, sekaligus dapat mensukseskan

pendidikan karakter membentuk insan kreatif. Oleh sebab itu, perlu

dicoba dan dikembangkan untuk materi pembelajaran topik-topik lain

Gambar 4. Grafik aktivitas siswa SMK pada pembelajaran K3 Kelistrikan yang diberi perlakuan penerapan mind maping (Kelas Eksperimen).

Page 37: DAFTAR ISI - UNY Journal

37Edisi Februari 2015

pada pembelajaran yang relevan dengan ciri karakteristik keilmuan K3

kelistrikan di SMK.

Daftar Pustaka

Anizar. (2009). Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Arends, Richard I. (1997). Classroom Instruction and Management.

United States of America: Mac Graw-Hill.

Bennet Silalahi, dkk. (1995). Manajemen Kesehatan dan Kecelakaan

Kerja. Jakarta: Sabdodali.

Bos, N, etc. (1995). Workplace Health and Safety Handbook (Electrical

Safety), Third Edition. South Brisbane: Safe Work.

Ketut Ima Ismara. (2013). Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Bidang

Kelistrikan. Yogyakarta: Fakultas Teknik Universitas Negeri

Yogyakarta.

Ketut Ima Ismara. (TT). Budaya K3 dan Performansi K3 di SMK.

Yogyakarta: UNY.http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/

pendidikan/Drs.%20Ketut%20Ima%20Ismara,%20M.Pd.,M.Kes./ko

nsep%20safety%20culture%20di%20SMK.pdf [diakses pada 3

Januari 2015, pukul 18.18 WIB].

Klewnowski, V. (1995). Student Self-Evaluation Processes:

Empowering Student in Learner Centred Context. San Fransisco:

CA.

Page 38: DAFTAR ISI - UNY Journal

38 UNYUNY Edisi Februari 2015

Marsh, Collin. (1996). Handbook for Beginning Teachers. Melbourne: Longman.

Pusat Kurikulum. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nila-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta: Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Nasional.

Ridley, John. (2008). Health and Safety in Brief, Third Edition. England: Elsevier.

Sardiman. (1996). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sudira, Putu. (2014). Praksis Pendidikan Kejuruan dan Vokasi Indonesia diantara Mahzab John Dewey dan Charles Prosser. Yogyakarta: Artikel Buku Dies Emas UNY.

Sulaksmono. (1997). Handout : Manajemen Keselamatan Kerja. Surabaya: TP.

Page 39: DAFTAR ISI - UNY Journal

39Edisi Februari 2015

Peranan Media Sosial dalam Dunia Pendidikan

Oleh: Istanto

Guru SMK Ma'arif 1 Kalibawang, Kulonprogo

Email: [email protected]

Pendahuluan

Pada perkembangan zaman yang sangat pesat, maka proses

belajar mengajar di sekolah turut mengalami perubahan. Dalam bidang

teknologi informasi dan komunikasi, penetrasi gadget yang begitu deras

telah mengubah paradigma pendidikan menjadi berbasis teknologi.

Namun, ke manakah sesungguhnya arah perubahan tersebut?

Menurut Jean Piaget dalam Suparno, Paul, (2000) bahwa bayi

mulai mengembangkan sensor motorik mereka pada usia antara 0-2

tahun. Pada saat itu, bayi mulai belajar mengkoordinasikan segenap

organ tubuh, dalam rangka mengasosiasikannya dengan obyek

eksternal. Perkembangan teknologi yang begitu deras telah

menyebabkan bayi pada usia tersebut tidak hanya mengkoordinasikan

motorik mereka terhadap obyek seperti mobil mainan atau meja, namun

juga terhadap gadget. Saat ini telah lahir generasi yang sudah familiar

terhadap TIK dari usia sangat dini, meskipun masih terbatas pada

aplikasi pendidikan usia dini, namun sudah fasih dalam menggunakan

gadget, terutama tablet.

Kondisi ini mengakibatkan bagaimana generasi sekarang

menyerap informasi, dalam rangka proses belajar, sudah sangat berbeda

dengan generasi pendahulu. Sebagai contoh, mereka sudah terbiasa

mencari informasi melalui Google dan Wikipedia untuk membantu

menyelesaikan pekerjaan rumah. Selain itu, menggunakan media sosial

Page 40: DAFTAR ISI - UNY Journal

40 UNYUNY Edisi Februari 2015

seperti facebook untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada zaman

dahulu untuk melakukan komunikasi dengan orang lain, biasanya

dengan membuat janji atau kesepakatan untuk bertemu sehingga

terjadilah komunikasi yang membahas tentang hal-hal yang sedang

dibicarakan kedua belah pihak atau lebih.

Karakteristik Media Sosial

Media sosial dipahami sebagai sekelompok jenis media online,

yang terbagi atas lima karakteristik yaitu:

1. Partisipasi.

Media sosial mendorong kontribusi dan umpan balik dari setiap

orang yang tertarik. Hal ini mengaburkan batas antara media dan

penonton.

2. Keterbukaan.

Media sosial terbuka untuk umpan balik dan partisipasi. Media

sosial mendorong voting, komentar dan berbagi informasi. Jarang

ada hambatan untuk mengakses dan memanfaatkan konten-konten

yang disukai.

3. Percakapan.

Media tradisional adalah tentang "broadcast" (konten

ditransmisikan atau didistribusikan kepada audiens), sedangkan

media sosial lebih baik dilihat sebagai percakapan dua arah.

4. Komunitas.

Media sosial memungkinkan komunitas untuk terbentuk dengan

cepat dan berkomunikasi secara efektif. Komunitas berbagi

kepentingan bersama, seperti cinta fotografi, masalah politik atau

acara TV favorit.

5. Keterhubungan.

Sebagian besar jenis media sosial berkembang pada keterhubungan,

Page 41: DAFTAR ISI - UNY Journal

41Edisi Februari 2015

memanfaatkan link ke situs lain, sumber daya dan orang-orang di

dalamnya.

Dikutip dari tulisan Lester Voit dalam website isnare.articles.com

(Ennoch Sindang).

Berdasarkan karakteristik tersebut, apabila penggunaan media

sosial ini diterapkan sesuai tujuannya, tentu akan memberikan manfaat

yang sangat banyak bagi siswa.

Tantangan Bagi Pendidik Untuk Menggunakan Media Sosial

Perkembangan zaman yang begitu cepat bak menjelajah ke masa

depan, teknologi saat ini kian menjadi salah satu alat penting dalam

komunikasi dengan orang lain. Tetapi, ada berbagai tantangan ketika

menggunakan media sosial di dalam pendidikan seperti:

1. Menolak perubahan

Jika Anda seorang Pendidik atau Guru, bayangkan Anda kembali ke

masa lalu ketika masih mengenyam pendidikan atau kuliah dan

biasanya mahasiswa menggunakan buku sebagai satu-satunya

sumber ilmu pengetahuan. Ketika masa tersebut belum mengenal

google, atau situs media social seperti Youtube, Twitter, Facebook

dan lainnya. Karena mengikuti pembelajaran masa lalu, maka tidak

heran banyak dari pendidik yang bertentangan dengan media sosial

gagal untuk mengadopsi cara-cara baru pendidikan. Hal tersebut

terjadi karena generasi muda lebih dominan dalam mengikuti

perkembangan zaman seperti halnya menggunakan internet.

2. Rasa hormat

Sebagian besar orang percaya bahwa media sosial adalah tempat di

mana siswa secara impulsif mengungkapkan kehidupan pribadinya

agar mendapat perhatian dari orang lain. Hal itu tidak benar karena

menurut penelitian Facebook sendiri bahwa generasi muda atau

Page 42: DAFTAR ISI - UNY Journal

42 UNYUNY Edisi Februari 2015

remaja sering update status atau memberikan pesan kepada yang

bersangkutan memang disengaja sehingga tidak benar-benar terjadi

padanya. Beberapa sekolah ada yang meminta gurunya untuk

menghindari pertemanan dengan siswa di Facebook karena asumsi

stereotip pendidik tentang siswa remaja yang menggunakan media

sosial dipandang negatif.

Seorang pendidik jika tidak memberikan kebebasan dengan cara-

cara baru dalam menyatakan ekspresi siswa, maka mereka akan

memiliki defensif dan jarang terlibat dengan para guru di media

sosial. Ada beberapa resiko nyata melekat dengan anak-anak

menggunakan media sosial dan tidak bisa dianggap enteng. Oleh

karena itu, siswa harus diajarkan tentang apa yang tepat dalam

komunikasi di media sosial. Orang tua dan guru harus mendampingi

dalam mengajarkan pengaturan privasi, konten apa yang bisa dilihat

dan profil serta foto apa yang pantas untuk ditampilkan.

3. Privasi

Menurut sebuah studi 2013 Pew Research Center, remaja

mengambil langkah-langkah untuk melindungi privasi mereka.

Survei ini menemukan:

a. 60% dari remaja pengguna Facebook mengatur profil Facebook

percaya hanya diri sendiri yang dapat mengatur privasi akunnya

secara pribadi.

b. 89% remaja mengatakan mengelola pengaturan privasi

Facebook mereka 'tidak sulit sama sekali' atau 'tidak terlalu sulit'.

Siswa menyadari reputasi online, dan mengambil langkah-langkah

untuk menyembunyikan isi dan tampilan dari kehadiran media

sosial mereka.

4. Berpikir kritis

Salah satu cara terbaik sebagai pendidik adalah memberi masukan.

Page 43: DAFTAR ISI - UNY Journal

43Edisi Februari 2015

Nasihat yang bisa diberikan kepada siswa tentang penggunaan

media sosial adalah untuk 'berpikir' sebelum memposting status

atau gambar. Dorong mereka untuk meninjau kembali pengaturan

privasinya, jika mereka memposting tulisan dan gambar yang

kurang sesuai, maka mereka harus meminta maaf kepada penerima

dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Hal ini

cukup mirip dengan cara orang tua memberitahu anak-anak

bagaimana mereka harus bersikap di depan umum.

5. Pemikiran

Pertanyaan-pertanyaan lahir dari pengalaman kehidupan nyata

ketika siswa menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam

kehidupan sehari-hari. Menggunakan media sosial sebagai media

ekspresi adalah salah satu langkah sebagai pendidik yang perlu

digunakan. Masa depan pendidikan dalam membantu anak

mengalami rasa ingin tahu, heran, dan merasa senang dengan

bermain sambil belajar. Pada zaman dahulu, guru tidak memiliki

akses kepada banyak orang, kepada siapa kita bisa bertanya atau

berbagi pengalaman. Dengan media sosial, guru diajak untuk

berbagi serta bisa bertanya kepada semua orang kapan dan kepada

siapa saja.

6. Generasi Muda sebagai komunikator

Siswa zaman sekarang adalah komunikator besar karena

menggunakan e-mail, media sosial dan pesan singkat dalam setiap

berkomunikasi dengan orang lain. Jika diberi tugas oleh guru, siswa

tidak perlu membutuhkan waktu lama untuk mengerjakan tugasnya

karena dengan menjelajahi dunia maya, siswa pun bisa

mengerjakan tugasnya dan efisien terhadap waktu yang diberikan.

(Albert Sentosa, 2014).

Page 44: DAFTAR ISI - UNY Journal

44 UNYUNY Edisi Februari 2015

Secara psikologis, media sosial seperti pisau bermata dua.

Informasi yang begitu banyak, pasti akan mempunyai efek kepada

pemakainya. Media sosial dapat meningkatkan dan menurunkan prestasi

belajar, hal ini tergantung bagaimana pemakaiannya. Jika kita membaca

berita atau beberapa literatur, media sosial memiliki potensi untuk

menurunkan prestasi belajar. Dengan banyaknya informasi, ternyata

dapat mengakibatkan meningkatnya apatisme generasi digital, terutama

dalam konteks prestasi belajar. Penggunaan media sosial yang tanpa

kendali akan mengakibatkan pelajar melupakan tugas utama di sekolah,

dan memilih memasuki dunia virtual. Dunia yang begitu banyak

menawarkan informasi tanpa batas, baik informasi yang bersifat

mendukung atau merugikan bagi siswa.

Peran orangtua dan guru menjadi faktor yang sangat penting

untuk mendidik siswa menghadapi dunia tanpa batas. Salah satu yang

penting adalah mendidik anak untuk bisa bersikap jujur. Jika anak sudah

di didik jujur sejak awal, maka akan dapat melaporkan ketidaknyamanan

yang dialaminya terhadap orang tua dan guru. Faktor pendukung lain

adalah pendidikan agama dan moral yang baik. Seseorang dengan

memiliki nilai agama dan moral, maka akan menjadi benteng yang kuat

dari gempuran informasi di dunia virtual. Kemudian yang tidak kalah

penting, orangtua dan guru harus memberi teladan yang powerful

terhadap siswa. Untuk itu, orang tua dan guru harus berperilaku baik,

jujur, dan terus terang, maka otomatis siswa juga akan menirunya.

Teladan tersebut akan semakin kuat diterima siswa, jika guru juga

menguasai media sosial dan segala fitur yang ditawarkan

(Arli Aditya Parikesit, 2013).

Terlepas sisi kompleksitas seperti yang disajikan di atas, ternyata

media sosial berguna dalam proses belajar-mengajar itu sendiri. Fitur

notes pada Facebook, misalnya, dapat digunakan untuk sharing catatan

h a

Page 45: DAFTAR ISI - UNY Journal

45Edisi Februari 2015

kuliah. Siswa dalam halaman Facebook (FB) dapat membuat grup

pribadi untuk saling berbagi informasi tugas antar kelas atau sekolah,

sedangkan guru dapat menjadi teman yang familiar bagi siswa di

Facebook atau grup komunikasi sederhana lainnya dan fokus pada objek

atau materi akademik. Organisasi siswa dan himpunan mahasiswa telah

banyak yang memiliki akun Facebook, para anggotanya melalui media

tersebut dapat saling berbagi informasi yang terkait.

Pada saat ini, Sekolah mengajarkan siswa-siswa tentang etika

dan aturan-aturan tentang media sosial. Beberapa pendidik mengatakan

bahwa interaksi di media sosial sungguh positif dan sekolah dapat

mempergunakan facebook bagi siswa untuk selalu berkomunikasi. Guru

dapat selalu mengecek facebook setiap hari, dan mendampingi siswa

untuk menggunakannya sesuai dengan etika.

Seperti pernyataan yang disampaikan oleh Jason, bagaimana

Guru mendukung teknologi dalam pembelajaran siswanya:

Teachers should have the backing and support of school

leadership and have received prior training in use of technology

tools to facilitate student learning. In addition, they should

gather data to ensure that use of the technology is having the

intended positive effects on students (Jason Thomaszweski,

2012).

Pada akhirnya orang tua dan guru mengarahkan siswa atau anak

mereka supaya menggunakan media sosial ke arah ini. Walaupun

informasi negatif di media sosial dapat saja sampai ke siswa, namun

pembekalan dan pendampingan yang konsisten terhadap penggunaan

fitur positif media sosial akan menyebabkan siswa dapat memilih

informasi apapun secara mandiri. Informasi positif ini dapat

dipergunakan untuk mendukung belajar siswa dalam mencapai prestasi

yang bagus.

Page 46: DAFTAR ISI - UNY Journal

46 UNYUNY Edisi Februari 2015

Manfaat Penggunaan Media Sosial dalam Dunia Pendidikan

Perkembangan jejaring sosial atau yang lebih dikenal dengan

media sosial kini sudah mempengaruhi dunia pendidikan, misalkan

dalam model pembelajaran. Media sosial dapat dimanfaatkan demi

keberhasilan dunia pendidikan. Manfaat media sosial dalam dunia

pendidikan diantaranya sebagai berikut:

1. Online “Field Trip”

Media sosial yang dipresentasikan berupa Pinterest, YouTube,

WordPress, dan Google+, kelas Otomotif menjadi “kendaraan” bagi

saya dan murid-murid saya menyelami kehebatan teknologi. Tanpa

mengeluarkan biaya, waktu, dan tenaga, media sosial menyajikan

tampilan gambar, video, artikel yang membawa kami memasuki

dunia otomotif yang sangat menarik. Hal yang paling

menyenangkan, disini kita bisa melakukan “Online Field Trip”

dengan memilih sendiri objek apa yang mau dilihat dan dibagikan

dalam kelas.

2. Online Presentation Skills

Selama ini banyak guru dan siswa mengandalkan powerpoint

dengan tulisan dan gambar untuk mempresentasikan materi.

Integrasi media sosial yang dipresentasikan setiap siswa di dalam

kelas membangun keahlian siswa menggunakan bahan-bahan dari

dunia maya untuk dijelaskan, dielaborasi, dan dipaparkan dengan

jelas kepada siswa lain. Selain itu, siswa belajar bahwa dengan

kicauan twitter, gambar, artikel, dan video bisa langsung digunakan

sebagai topik diskusi yang menarik untuk dibagikan dan didebatkan

dalam kelas. Siswa belajar membangun budaya berbagi

pengetahuan dan wawasan yang mereka lakukan di dunia maya.

Page 47: DAFTAR ISI - UNY Journal

47Edisi Februari 2015

3. Online Critical & Creative Thinking

Dari berbagai media sosial akai, begitu banyak muncul pertanyaan

kritis mengenai mengapa bisa terbentuk seperti itu? Bagaimana

proses terjadinya? Apa yang menyebabkannya terjadi? Dan

berbagai pertanyaan menarik tentang objek-objek di dunia maya.

Kelas menjadi forum diskusi yang membicarakan isu-isu uptodate

di dunia maya yang dipenuhi tanya jawab interaktif dalam kelas.

Selain itu, muncul jawaban-jawaban kreatif berasal dari media

sosial lain pula yang memberikan siswa kemampuan memprediksi,

menganalisis, dan menciptakan jawaban yang mereka temukan di

dalam riset.

4. Online Research Skills

Melalui pembelajaran dengan mengintegrasikan media sosial, siswa

akan belajar cara menggunakan media sosial secara lebih efektif

sebagai media riset yang dapat menginspirasi wawasan baru. Siswa

akan menemukan relevansi apa yang mereka pelajari dengan

berbagai kicauan, gambar, artikel, dan video yang ternyata ada di

sekeliling kita dan sangat mudah untuk diakses. Penelitian menjadi

hal yang lebih menyenangkan dan menarik dengan menggunakan

media sosial aktual, beranekaragam, dan juga melibatkan berbagai

pengguna jejaring sosial. Selain melatih siswa, siswa diajarkan

bagaimana pencarian informasi dapat dilakukan di dunia maya,

siswa juga dilatih untuk menggunakan berbagai macam cara dalam

mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan menghargai proses mencari, mengumpulkan,dan

mempresentasikan hasil riset. Siswa akan semakin percaya diri

untuk terus berkarya melalui riset-riset yang beranekaragam.

Page 48: DAFTAR ISI - UNY Journal

48 UNYUNY Edisi Februari 2015

5. Online Artistics

Melalui media sosial, kita dapat membangun paradigma bahwa

Ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu yang berisi teks yang

membosankan. Ilmu pengetahuan menyimpan sejuta keindahan,

karya seni, dan keajaiban sehingga dapat menginspirasi dunia kita.

Terbukti dengan media sosial yang dipresentasikan, siswa menjadi

semakin menghargai nilai seni dan keindahan dari beragam foto,

artikel, dan video yang dikemas menarik. Dengan dibekali berbagai

macam sumber ini, buku pegangan hanyalah menjadi buku

pegangan teori yang dapat dilihat wujud nyata dan contoh relevan

melalui media sosial. (Steven Sutantro, 2013).

Penutup

Media sosial merupakan salah satu media pembelajaran yang

seringkali terabaikan oleh banyak pendidik. Padahal media sosial

menyimpan keajaiban tak terbatas yang akan terus menginspirasi murid

untuk belajar, berkarya, dan berbagi. Banyak manfaat ajaib lainnya akan

terus dieksplorasi bersama media social, sehingga jangan pernah takut

untuk berinovasi menggunakan teknologi masa kini yang menyimpan

sejuta wawasan dalam menginspirasi siswa dan juga kita sebagai

gurunya. Untuk itu, semakin kita bisa dengan cepat dan tepat dalam

memanfaatkan media sosial sebagai model pembelajaran pada zaman

ini, maka keuntungan yang didapat dalam memajukan dunia pendidikan

semakin terbuka lebar/ tercapai.

Page 49: DAFTAR ISI - UNY Journal

49Edisi Februari 2015

Daftar Pustaka

Albert Sentosa. (2014). Penggunaan Sosial Media dalam Pendidikan

dan Hambatannya. Diakses dari : http://www.kesekolah.com/

solusi-pendidikan/penggunaan-sosial-media-dalam-

pendidikan-dan-hambatannya.html, 03 Agustus 2014.

Arlih Adityaa Parikesit.z(2013). Penggunaan Media Sosial dalam

Pendidikan. Diaksessdari:http.//inet.detik.com/read/

2013/04/30/124539/2233962/398/3/peran-media-sosial-dalam-

pendidikan, tanggal 05 Agustus 2014.

Ennoch Sindang. Manfaat Media Sosial Dalam Ranah Pendidikan dan

Pelatihan. Pusdiklat KNPK.

Jason Thomaszweski. (2012). Study Suggests Benefits of Social Media in

the Classroom. http://www.educationworld.com/a_curr/study-

suggests-social-media-has-place-in-classrooms.shtml, tanggal

03 Agustus 2014.

Steven Sutantro. (2013). Manfaat Media Sosial dalam Kelas. Diakses

dari: http://edukasi.kompasiana.com/2013/02/08/manfaat-media-

sosial-dalam-kelas-531999.html, tanggal 10 Agustus 2014.

Suparno, Paul, Dr, SJ. (2000). Teori Perkembangan Kognitif Jean

Piaget. Kanisius.

Page 50: DAFTAR ISI - UNY Journal

50 UNYUNY Edisi Februari 2015

Pemanfaatan Games Kartu Jodoh dalam

Pembelajaran IPS

Oleh : Iswanto

Guru IPS SMP Negeri 3 Berbah Sleman

Pendahuluan

Pendidikan sebagai usaha yang digunakan untuk mentransfer

pengetahuan untuk mengadakan berbagai perubahan, sehingga

diperlukan sistem pendidikan integral yang membutuhkan totalitas

fungsional terarah pada satu tujuan. Keberhasilan pendidikan

dipengaruhi oleh perubahan dalam segala komponen pendidikan yaitu

kurikulum, sarana-prasarana, peserta didik, media, dan metode yang

tepat.

Sekolah merupakan lembaga sentral yang berperan dalam

mengembangkan dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh

peserta didik sebelum terjun ke masyarakat. Sudah seharusnya pendidik

turut berperan serta dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidik

dapat mengawalinya dari hal yang terkecil, diantaranya dengan

membenahi strategi pembelajaran, proses belajar mengajar, penilaian

dan lainnya.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dirumuskan atas dasar realita dan

fenomena sosial dengan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan

cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (geografi, sejarah, ekonomi dan

sosiologi). Mata pelajaran IPS bertujuan mengembangkan potensi

peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di

masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala

ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang

Page 51: DAFTAR ISI - UNY Journal

51Edisi Februari 2015

terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun

masyarakat sekitarnya.

Tujuan tersebut dapat tercapai bila pembelajaran IPS dikemas

dalam bentuk yang menarik, penuh tantangan dan kompetitif. Proses

belajar mengajar yang menarik dan menantang serta berorientasi pada

keberhasilan tujuan memberikan rangsangan kepada siswa untuk

berpartisipasi secara aktif. Partisipasi aktif dalam pembelajaran harus

diselaraskan antara pemberdayaan otak kiri dan otak kanan.

Optimalisasi penggunaan kedua belah otak sangat diperlukan dalam

belajar. Otak kanan berhubungan dengan bahasa, angka, analisa, logika,

sedangkan otak kiri berhubungan dengan kreativitas, konseptual,

seni/warna, musik, emosi, imajinasi, dan sebagainya.

Sekolah jarang sekali mengajak peserta didiknya untuk

mengaktifkan otak kanannya. Padahal pemberdayaan otak kanan akan

memperoleh hasil yang lebih baik. Otak kanan akan menyimpan memori

yang lebih lama dibanding dengan otak kiri. Pada umumnya sekolah

hanya memberikan drill soal-soal ujian nasional, dengan harapan

hasilnya baik. Namun, realitanya banyak peserta didik yang gagal

menghadapi ujian nasional karena tidak mampu mengaktifkan kembali

(me-recall) ingatannya saat mengerjakan soal-soal. Pembelajaran yang

terlalu membebankan pada otak kiri saja justru akan menyebabkan

seseorang merasa cepat bosan, mudah lupa, melamun dan sebagainya.

Walaupun pembelajaran IPS didasarkan pada realitas dan

fenomena sosial, namun sampai saat ini IPS masih dikenal sebagai mata

pelajaran nomor dua yang dianggap kurang penting, kering dan

cenderung membosankan. Selain itu, pembelajaran IPS masih banyak

diwarnai dengan kegiatan ceramah oleh guru, siswa lebih banyak

melakukan kegiatan dengar dan catat. Partisipasi siswa masih rendah

karena hanya menjadi obyek bukannya subyek yang turut andil dan aktif

Page 52: DAFTAR ISI - UNY Journal

52 UNYUNY Edisi Februari 2015

dalam pembelajaran. Media pembelajaran yang masih terbatas juga

menyebabkan pembelajaran IPS membosankan dan tidak kompetitif.

Peningkatan motivasi belajar salah satunya dapat dilakukan

dengan menggunakan media atau teknik pembelajaran yang menarik

sehingga dapat mendorong siswa terlibat aktif di dalamnya. Dengan

demikian, pembelajaran yang mendorong siswa lebih aktif, kreatif dan

kompetitif menjadi alternatif yang tepat untuk memecahkan persoalan

tersebut. Keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses belajar

yang diharapkan adalah ketelibatan secara mental yang dalam berbagai

hal disertai aktivitas belajar peserta didik secara fisik sehingga peserta

didik betul-betul aktif dalan proses pembelajaran. Keterlibatan secara

mental dalam hal ini adalah ketika proses pembelajaran, pikiran,

perasaan dan perhatian peserta didik terfokus pada materi yang sedang

dipelajari.

Aktivitas yang harus dimiliki peserta didik perlu didukung oleh

penentuan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik

peserta didik dan lingkungan sekolah agar pembelajaran berjalan efektif.

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan eksplorasi, elaborasi

dan konfirmasi. Kenyataan tersebut memotivasi penulis untuk selalu

berupaya mencari alternatif pemecahan, salah satunya dengan

memanfaatkan games kartu jodoh.

Pembahasan

1. Pengertian Kartu Jodoh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa

(2008), kartu merupakan kertas tebal berbentuk persegi empat yang

digunakan untuk berbagai keperluan. Sedang, jodoh adalah sesuatu

yang cocok sehingga menjadi sepasang. Jadi, kartu jodoh adalah

Page 53: DAFTAR ISI - UNY Journal

53Edisi Februari 2015

kertas berbentuk segi empat yang cocok sehingga dapat dipasang-

pasangkan. Kartu dibuat secara berpasangan, kartu utama berisi

pertanyaan atau pernyataan yang perlu penjelasan lebih lanjut.

Sedang, kartu pelengkap berisi jawaban atau penyataan yang

menjelaskan atau melengkapi pernyataan pada kartu utama. Jadi

kedua kartu tersebut sifatnya komplementer atau saling

melengkapi.

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran dengan kartu

jodoh ini, (1) pendalaman materi; (2) menggali materi.

Pengembangan kartu jodoh mulanya digunakan untuk pendalaman

materi. Siswa melatih penguasanaan materi dengan cara membuat

kartu jodoh, dan memasangkan antara pertanyaan dan jawaban.

Sebelumnya peserta didik diberi tugas untuk membaca materi

terlebih dahulu, sebelum melaksanakan pembelajaran ini. Lain

halnya, jika tujuan kedua yang ingin dicapai. Guru tidak perlu

membekali siswa dengan materi, karena siswa sendiri yang akan

membekali dirinya sendiri. Guru dapat menulis pokok-pokok

materi pada potongan kertas, kemudian dibagikan potongan kertas

itu pada kelompok secara acak. Kelompok akan membagi tugas

untuk membuat kartu utama dan kartu pelengkap.

2. Pembelajaran IPS

Belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan

tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang

bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan,

bertambah, berkembang daya pikir, sikap, dan lain-lain. (Soetomo,

1993: 120). Pendapat tersebut akan senada jika dikaitkan dengan

Pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa pembelajaran

Page 54: DAFTAR ISI - UNY Journal

54 UNYUNY Edisi Februari 2015

adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. Dengan demikian,

pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan

siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan

kegiatan pada situasi tertentu.

Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standar proses,

pasal 1 menyatakan Standar proses untuk satuan pendidikan dasar

dan menengah mencakup perencanaan proses pembelajaran,

pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran,

dan pengawasan proses pembelajaran. Proses pembelajaran perlu

direncanakan dan dilaksanakan untuk setiap mata pelajaran harus

fleksibel, bervariasi dan memenuhi standar. Proses pembelajaran

pada setiap satuan pendidikan dasar harus interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif serta memberi ruang gerak yang cukup bagi

prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat

dan perkembangn fisik serta psikologis peserta didik. Penyajian

program harus mengarah kepada kegiatan pembelajaran yang

memiliki nuansa siswa aktif, inovatif, kreatif, efektif dan

menyenangkan.

Mata pelajaran IPS menuntut peserta didik memiliki

kemampuan untuk mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan

kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan

dasar untuk berpikir logis dan kritis, memiliki kesadaran terhadap

nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan memiliki kemampuan untuk

berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi di tingkat lokal,

nasional maupun global.

Oleh karena itu, pembelajaran IPS harus dikemas sedemikian

rupa sehingga peserta didik mampu aktif secara mandiri. Azas

Page 55: DAFTAR ISI - UNY Journal

55Edisi Februari 2015

aktivitas dalam belajar IPS tidak mendudukkan siswa untuk

mendengarkan hal-hal yang diceramahkan guru, namun bagaimana

guru memberdayakan semua potensi siswa melalui pengalaman

belajar. Pembelajaran harus bersifat demokratis yang memberi

kesempatan pada siswanya untuk aktif, kreatif, efektif dan bekerja

sama dengan sesama siswa. Siswa memiliki kesempatan untuk

belajar mandiri dengan berbagai aktivitas.

Aktifitas melakukan kegiatan belajar berarti peserta didik

melakukan proses belajar sendiri sehingga setiap pertemuan tidak

berada dalam keadaan kosong namun sudah mempunyai konsep

untuk dikembangkan. Pembelajaran IPS memerlukan teknik dan

strategi yang memungkinkan peserta didik mampu memecahkan

masalah, berdiskusi, berkelompok, mengingat (remembering), dan

Gambar 1. Kegiatan membaca dan curah gagasan

Page 56: DAFTAR ISI - UNY Journal

56 UNYUNY Edisi Februari 2015

menarik kembali (recalling) materi-materi pelajaran dikemudian

hari. Salah satu cara untuk menampung kegiatan pembelajaran

adalah dengan permainan atau games.

3. Pemanfaatan Games Kartu Jodoh Dalam Pembelajaran IPS

Sutton Smith menemukan bahwa bermain dapat meningkatkan

afiliasi anak terhadap teman sebaya, dapat menjadi sarana untuk

melepaskan ketegangan, meningkatkan perkembangan kognitif,

serta meningkatkan eksplorasi. Sedang Piaget menambahkan

bahwa perkembangan kognitif anak dipengaruhi oleh cara bermain

anak. Struktur kognitif anak perlu dirangsang dan bermain

memberikan setting yang sempurna bagi upaya perangsangan

tersebut (Santrock, 2006: 288).

Gambar 2. Kegiatan menjodohkan kartu

Page 57: DAFTAR ISI - UNY Journal

57Edisi Februari 2015

Bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk

berfikir dan bertindak imajinatif serta penuh daya khayal yang erat

hubungannya dengan perkembangan kreatifitas anak. Proses

kemerdekaan anak akan memberi kemampuan lebih pada anak

untuk mengembangkan fikirannya mendapatkan kesenangan dan

kemenangan dari bentuk permainan tersebut. Ambisi untuk

memenangkan permainan tersebut akan memberikan nilai

optimalisasi gerak dan usaha anak, sehingga akan terjadi kompetisi

yang fair dan beragam dari anak.

Tarigan (1986:234) berpendapat bahwa pada umumnya para

siswa menyukai permainan dan mereka dapat memahami dan

melatih cara penggunaan kata-kata, puzzle, crosswords puzzle,

anagram dan palindron. Adenan (1989: 9) menyatakan bahwa

puzzle dan games adalah materi untuk memotivasi diri secara nyata

dan merupakan daya penarik yang kuat. Puzzle dan games untuk

memotivasi diri karena hal itu menawarkan sebuah tantangan yang

dapat secara umum dilaksanakan dengan berhasil.

Berdasar pendapat di atas, games merupakan bentuk

permainan yang menantang daya kreatifitas dan ingatan siswa lebih

mendalam dikarenakan munculnya motivasi untuk senantiasa

mencoba memecahkan masalah, namun tetap menyenangkan sebab

bisa di ulang-ulang. Tantangan dalam permainan ini akan selalu

memberikan efek ketagihan untuk selalu mencoba sehingga struktur

kognitif anak mengalami perkembangan.

Pembelajaran dengan games kartu jodoh menuntut aktivitas

kerja yang sangat tinggi secara mandiri, mulai dari pembagian

kelompok, brainstrorming/ curah gagasan, pembagian tugas,

kegiatan menggali informasi dari berbagai sumber, merumuskan

berbagai pertanyaan atau pernyataan, merumuskan jawaban atau

Page 58: DAFTAR ISI - UNY Journal

58 UNYUNY Edisi Februari 2015

pernyataan pelengkap, menjodohkan kartu utama dan kartu

pelengkap milik kelompok lain, sampai pada mengoreksi hasil kerja

kelompok lain dari kartunya. Misalnya dalam satu kelas dibagi

menjadi 8 kelompok, maka kegiatan menjodohan akan

dilaksanakan dalam 7 putaran, kelompok tidak akan menjodohkan

kartu hasil kerjanya sendiri. Penghargaan akan diberikan pada

kelompok yang memperoleh skor tertinggi secara kumulatif selama

7 putaran tersebut.

Pemanfaatan games kartu jodoh membiasakan peserta didik

selalu belajar dengan pengalamannya sendiri, menemukan sendiri

dengan fasilitas yang diciptakannya sendiri. Sesuai dengan

pendapat Sardiman (2009: 97) bahwa dalam belajar diperlukan

aktivitas, tanpa aktivitas proses belajar tidak mungkin berlangsung

dengan baik. Pada pembelajaran dengan Games Kartu Jodoh

mampu membangkitkan dan meningkatkan aktivitas peserta didik

seperti memahami konsep, menuliskan pernyataan atau pertanyaan

dan jawaban dan menuliskannya dalam kartu jodoh, berdiskusi

dengan teman lain, keberanian bertanya mulai muncul, dan siswa

lebih memiliki kemampuan untuk menyimpulkan apa yang telah

dipelajarinya. Berbagai aktivitas tersebut akan bermanfaat bagi

peserta didik sendiri karena dengan melakukannya sendiri kegiatan

belajar mengajar akan terasa mudah dan lebih menarik (Iswanto:

2012: 43).

Hal senada juga disampaikan oleh Oemar Hamalik (2011:

171), yang mengatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah

pembelajaran yang menyediakan kesempatan kepada siswa untuk

dapat belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Aktivitas

yang dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran, mereka belajar

sambil bekerja. Dengan bekerja tersebut, siswa mendapatkan

Page 59: DAFTAR ISI - UNY Journal

59Edisi Februari 2015

pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya.

Games Kartu Jodoh sesuai dengan harapan Moeslichatoen (2004:

35) bahwa metode bermain diharapkan anak mendapat kesempatan

yang luas untuk melakukan kegiatan dan dihadapkan dengan

bermacam bahan yang dapat menarik perhatiannya, memenuhi

kebutuhan rasa ingin tahunya, dan mengadakan kajian terhadap

fakta yang dihadapi secara langsung. Dua pendapat di atas diperkuat

oleh Vygotsky dengan keyakinannya bahwa bermain dapat

membantu perkembangan kognitif anak (Santrock 2006: 288).

Penutup

Pemanfaatan games kartu jodoh merupakan alternatif lain yang

dapat digunakan dalam pembelajaran IPS. Games kartu jodoh, mampu

membangkitkan dan meningkatkan semangat berkompetisi siswa

dengan memahami konsep, memahami inti materi, berdiskusi dengan

teman lain, memiliki keberanian bertanya, dan siswa lebih memiliki

kemampuan untuk menyimpulkan apa yang telah dipelajarinya sehingga

stuktur kognitif siswa meningkat. Pada akhirnya, pembelajaran IPS

lebih menyenangkan, peserta didik aktif mandiri dan diharapkan hasil

belajar peserta didik akan meningkat. Selamat mencoba!

Page 60: DAFTAR ISI - UNY Journal

60 UNYUNY Edisi Februari 2015

Daftar Pustaka

Adenan . (1989) . Metode Puzz l e and game . (On l ine ) ,

(http://Ervia.com/Metode Puzzle- and-game.html. Diakses 17

September 2014).

Iswanto. (2012). Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Meningkatkan

aktifitas dan hasil belajar dengan Kartu Jodoh di Kelas

VII B Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Yogyakarta. SMP N 3

Berbah.

Moeslichaton R. (2004). Metode Pengajaran di Taman. Kanak-Kanak.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Oemar Hamalik. (2011). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi

Aksara.

Permendiknas No.41 tahun 2007 tentang Standar Proses.

Santrock (2006). Life Spant Development: Perkembangan Masa Hidup.

Jakarta: PT Erlangga.

Sardiman A.M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar.

Jakarta: Rajawali Pers.

Soetomo. (1993). Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya:

Usaha Nasional.

Tarigan.(1986). Metode Puzzle Game Dalam Pembelajaran Siswa.

(Online), (http://Novianti.com/Pengertian=Metode-Puzzle-

Game-Dalam Pembelajaran-Bagi-Siswa.html. Diakses 17

September 2014).

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Page 61: DAFTAR ISI - UNY Journal

61Edisi Februari 2015

Pemanfaatan Gerabah untuk Mengurangi

Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor

Oleh: Ety Dwiastuti

Guru SMK Negeri 2 Yogyakarta

Pendahuluan

Kendaraan bermotor menjadi pilihan yang banyak diminati oleh

masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia. Data Korps

Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia mencatat, jumlah

kendaraan yang masih beroperasi di seluruh Indonesia pada 2013

mencapai 104,211 juta unit, naik 11 persen dari tahun sebelumnya

(2012) yang hanya 94,299 juta unit. Dari jumlah itu, populasi terbanyak

masih disumbang oleh sepeda motor dengan jumlah 86,253 juta unit di

seluruh Indonesia, naik 11 persen dari tahun sebelumnya 77,755 juta

unit. Jumlah terbesar kedua disumbang mobil penumpang dengan 10,54

juta unit, atau juga naik 11 persen dari tahun sebelumnya, 9,524 juta unit.

Populasi mobil barang (truk, pikap, dan lainnya) tercatat 5,156 juta unit,

naik 9 persen dari 4,723 juta unit (Kurniawan, A. 2014).

Di Kota Yogyakarta laju pertumbuhan kendaraan bermotor

meningkat dengan pesat. Jumlah kendaraan bermotor berplat AB di DIY

pada tahun 2010 mencapai 1,15 juta kendaraan, pada tahun 2011 tercatat

1,27 juta kendaraan, kemudian naik menjadi 1,43 juta kendaraan.

Sedangkan untuk tahun 2013 ini diperkirakan jumlah kendaraan

bermotor di DIY bakal mencapai lebih dari 1,6 juta kendaraan.

Perbandingan jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya, mobil 15

persen sedangkan motor sebesar 85 persen dari jumlah total kendaraan

setiap tahunnya (Sigit, A. 2013).

Page 62: DAFTAR ISI - UNY Journal

62 UNYUNY Edisi Februari 2015

Berdasarkan Evaluasi Program dan Kegiatan dalam laporan

tahunan Dihubkominfo DIY tahun 2012, disebutkan V/C ratio yang

merupakan perbandingan antara volume kendaraan bermotor yang

melintas di Kota Yogyakarta terhadap kapasitas jalan yang tersedia dari

18 ruas jalan yang disurvei 8 ruas jalan diantaranya V/C rationya

mencapai > 0,85 yang berarti lalu lintas pada ruas jalan yang dimaksud

sudah sangat ramai. Sedangkan V/C ratio rata-rata dari 18 ruas jalan

sebesar 0,75. Dengan demikian, target pemerintah yang menetapkan

V/C ratio rata-rata sebesar 0,69 tidak tercapai. Keadaan ini disebabkan

belum adanya kebijakan pembatasan penggunaan kendaraan pribadi di

jalan terutama sepeda motor, pembatasan usia kendaraan bermotor yang

boleh beroperasi di jalan raya, pembatasan bahan bakar bersubsidi, dan

perbaikan layanan transportasi publik.

Badan Lingkungan Hidup (BLH) DIY masih mendapati banyak

mobil dengan kandungan karbon monoksida (CO) dalam gas buang

melebihi ambang batas normal 4,5 persen dan hidrokarbon (HC) 1.200

ppm (part per million). Kendaraan pelanggar rata-rata terpaut 0,2 sampai

0,5 di bawah ambang batas, tetapi HC mampu melebihi hingga 1.500

ppm. Plat nomor rata-rata non AB (DIY) dengan angka CO yang cukup

tinggi.

Dampak Polusi bagi Kesehatan dan Lingkungan

Sebagai lokasi pertama yang paling berpotensi memiliki kondisi

udara yang tercemar akibat emisi gas buang kendaraan bermotor, jalan

raya dan lingkungan di sekitarnya perlu mendapat perhatian khusus.

Banyak gas polutan mengotori udara yang mengakibatkan gangguan

kesehatan pada pengguna jalan raya dan penduduk yang tinggal di

sekitarnya. Pada proses pembakaran kendaraan bermotor, reaksi gas

Page 63: DAFTAR ISI - UNY Journal

63Edisi Februari 2015

karbon dan gas oksigen yang tidak sempurna menghasilkan gas karbon

monoksida (CO). Selain gas karbon monoksida, emisi gas kendaraan

bermotor juga menghasilkan timbal. Gas karbon monoksida memiliki

karakteristik yaitu tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Gas

karbon monoksida mampu mengikat hemoglobin dalam darah sehingga

akan menyebabkan darah kekurangan oksigen untuk didistribusikan ke

seluruh sel dan jaringan tubuh. Oleh karena itu, keracunan gas karbon

monoksida dapat menyebabkan tubuh kekurangan oksigen dan

mengganggu saraf pusat. Pada konsentrasi yang tinggi dan jangka waktu

tertentu, CO dapat mengakibatkan pingsan dan kematian. Sedangkan

untuk timbal merupakan unsur logam, jika terhirup dapat menyebabkan

pemicu kanker dalam saluran pernapasan.

Hidro karbon (HC) adalah senyawa fotokimia yang yang

dihasilkan dari emisi gas buang. Gas ini menyebabkan mata pedih,

tenggorokan sakit, dan memicu serangan asma. Hidrokarbon aromatik

dan senyawa turunannya seperti aldehida bersifat karsinogenik dan

dapat menyebabkan kanker.

Gerabah Sebagai Katalisator

Untuk mengatasi dampak emisi gas buang kendaraan bermotor,

telah dilakukan beberapa penelitian yang menggunakan berbagai bahan

sebagai katalis, yaitu bahan yang mempercepat reaksi kimia . Salah satu

bahan katalis tersebut adalah gerabah. Gerabah berasal dari tanah liat

yang banyak ditemukan di Indonesia. Lebih kurang 70 % dari kulit bumi

terdiri dari batuan yang merupakan sumber tanah liat. Tanah liat banyak

ditemukan di areal pertanian terutama persawahan. Dilihat dari sudut

ilmu kimia, tanah liat termasuk hidrosilikat alumina dan dalam keadaan

murni mempunyai rumus : Al O 2SiO 2H O. Tanah liat memiliki sifat2 3 2 2

Page 64: DAFTAR ISI - UNY Journal

64 UNYUNY Edisi Februari 2015

Sumber: http://axzx.blogspot.com/2008/12/proses-pembentukan-tanah-liat-secara.htm bengkel keramik PPG Kesenian Jogja

sifat yang khas yaitu bila dalam keadaan basah akan mempunyai sifat

plastis, bila dalam keadaan kering akan menjadi keras sedangkan bila

dibakar menjadi padat dan kuat. Pada umumnya, masyarakat

memanfaatkan tanah liat atau lempung ini sebagai bahan baku

pembuatan keramik, bata dan gerabah. Tanah liat memiliki komposisi

kimia sebagai berikut:

Tabel 1. Komposisi kimia tanah liat.

Gerabah (Earthenware) dibuat dari semua jenis bahan tanah liat yang

plastis dan mudah dibentuk dan dibakar pada suhu maksimum 1000 °C.

Keramik jenis ini struktur dan teksturnya sangat rapuh, kasar dan masih

berpori. Gerabah kasar harus dilapisi glasir, semen atau bahan pelapis

lainnyaAgar kedap air. Gerabah termasuk keramik berkualitas rendah

apabila dibandingkan dengan keramik batu (stoneware) atau porselin.

Bata, genteng, paso, pot, anglo, kendi, gentong dan sebagainya termasuk

keramik jenis gerabah. Genteng telah banyak dibuat berglasir dengan

warna yang menarik sehingga menambah kekuatannya (R. Simanjuntak,

2011).

Page 65: DAFTAR ISI - UNY Journal

65Edisi Februari 2015

Penelitian telah dilakukan tentang pemanfaatan gerabah sebagai

katalisator pada muffler kendaraan bermotor untuk mengurangi emisi

gas buang (Y. Kiswanto, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh siswa

Jurusan Otomotif SMK Negeri 2 Yogyakarta ini dengan guru

pembimbing Drs. Agung Suharto dan Ety Dwiastuti, S.Si dikerjakan di

bengkel Teknik Kendaraan Ringan dengan menggunakan peralatan uji

emisi dan kendaraan bermotor untuk kegiatan praktek siswa yang

tersedia di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat

gerabah sebagai salah satu katalisator yang dapat mengurangi emisi gas

buang kendaraan bermotor, mengenalkan prosedur uji emisi pada siswa,

mengetahui dampak emisi gas buang terhadap lingkungan dan

kesehatan, mengembangkan kreatifitas siswa dalam komunitas

Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), dan untuk diikutsertakan dalam

Lomba Kompetensi Siswa SMK se-Kota Yogyakarta dan DIY. Dari

kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap

lingkungan karena akan mengurangi emisi gas buang kendaraan

bermotor terutama konsentrasi gas-gas polutan seperti CO, HC dan NO .x

Baku Mutu Emisi Gas Buang

Dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik

Indonesia Nomor 23 Tahun 2012 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang

Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori L3, yaitu kendaraan bermotor 3roda dua dengan kapasitas silinder lebih dari 50 cm atau dengan desain

kecepatan maksimum lebih dari 50 km/jam apapun jenis tenaga

penggeraknya yang dimuat dalam Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 2012 Nomor 1106 adalah sebagai berikut:

a. Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dengan Metode

Pengujian UN Regulation 40 dan EU Directive 2002/51/EC

Page 66: DAFTAR ISI - UNY Journal

66 UNYUNY Edisi Februari 2015

Kendaraan Bermotor Tipe baru Kategori L dengan Pengujian Tipe I

(Mode Test)

b. Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dengan Metoda

Uji WMTC (Worldwide Harmonized Motorcycle Emissions

Certification Procedure).

Satuan nilai ambang batas dalam gram/km menyatakan

jumlah (berat) partikel yang diemisikan oleh kendaraan dalam jarak

tempuh (km) tertentu. Sedangkan ppm (part per million) atau %

menyatakan konsentrasi atau jumlah partikel per satuan tertentu,

misal per satuan volume atau per satuan berat. Penelitian ini

menggunakan satuan ppm atau % dengan cara mengukur konsentrasi

berat partikel uji. Contoh, jika kendaraan menghasilkan pengukuran

UDC :Urban Driving CycleEUDC : Extra Urban Driving Cycle

Page 67: DAFTAR ISI - UNY Journal

67Edisi Februari 2015

100 ppm CO atau 0.01% dalam jarak 1 km berarti untuk emisi

keseluruhan gas sebesar 100 gram, maka berat CO adalah 0.01 gram

atau untuk emisi keseluruhan gas sebesar 1000 gram, maka berat CO

adalah 0.1 gram.

Tabel di bawah ini digunakan sebagai acuan pengukuran

emisi gas kendaraan bermotor di bengkel Teknik Kendaraan Ringan

SMK N 2 Yogyakarta.

Tabel 2. Acuan Pengukuran Emisi Gas Kendaraan Bermotor

Pengujian Emisi

Prosedur pengujian emisi meliputi cara untuk menentukan

kadar karbon monoksida (CO), hidro karbon (HC), karbon dioksida

(CO ) dan oksigen (O ) yang terkandung didalam gas buang dari muffler 2 2

kendaraan bermotor. Beberapa definisi dalam pengujian emisi gas buang

meliputi : konsentrasi CO merupakan perbandingan volume dari karbon

monoksida (CO) yang terkandung didalam gas buang dan dinyatakan

dengan persen (%), kemudian konsentrasi CO sebagai perbandingan 2

volume karbon dioksida (CO ) yang terkandung di dalam gas buang dan 2

dinyatakan dalam persen (%). Berikutnya adalah konsentrasi HC yaitu

perbandingan volume dari hidrokarbon (HC) dipersamakan dengan

Page 68: DAFTAR ISI - UNY Journal

68 UNYUNY Edisi Februari 2015

normal hexana (C H ) dalam gas buang dan dinyatakan dalam ppm (part 6 14

per milion), kemudian konsentrasi O adalah perbandingan volume 2

oksigen (O ) yang terkandung di dalam gas buang dan dinyatakan dalam 2

persen (%), serta kepekatan asap yaitu kemampuan asap untuk meredam

cahaya, apabila cahaya tidak bisa menembus asap maka kepekatan asap

tersebut dinyatakan 100 persen (%), apabila cahaya bisa melewati asap

tanpa ada pengurangan intensitas cahaya maka kepekatan asap tersebut

dinyatakan sebagai 0 % (nol persen).

Persiapan pengujian dilakukan dengan menjaga suhu ruangan

dan tempat uji kendaraan, menyiapkan motor, kendaraan yang akan

diuji, bahan bakar yang dipakai, alat dan bahan, termasuk katalisator

gerabah. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari:

gerinda, gergaji, mesin bor, alat las, alat uji emisi Star Gas, mobil, pipa,

gerabah, knalpot, air dan pelat besi, seperti gambar di bawah ini:

Gambar1. Alat dan bahan

Page 69: DAFTAR ISI - UNY Journal

69Edisi Februari 2015

Hasil Pengujian Emisi Gas Buang Menggunakan Katalis Gerabah

Perbandingan emisi gas buang antara sebelum dan setelah diberi

katalis gerabah terdapat pada tabel di bawah ini:

Gambar 2. Alat uji emisi Star Gas.

Page 70: DAFTAR ISI - UNY Journal

70 UNYUNY Edisi Februari 2015

Katalisator adalah bahan yang berfungsi untuk mempercepat terjadinya

reaksi kimia. Dalam penelitian ini digunakan katalisator gerabah yang

mempercepat reaksi kimia CO, HC, dan NOx menjadi CO , H O, N dan 2 2 2

O , dengan reaksi kimia sebagai berikut: 2

2CO + O 2CO2 2 2

2C H + 7O 4CO + 6H O2 6 2 2 2

2NO + 2CO N + 2CO2 2

Pengujian emisi kendaraan bermotor menggunakan alat uji emisi

Star Gas dengan mengikuti prosedur pengujian yang benar

menunjukkan besarnya konsentrasi CO, CO , HC dan O di dalam gas 2 2

buang. Hasil pengujian menunjukkan penurunan konsentrasi CO adalah

3.06 %, HC adalah 800 ppm, dan CO adalah 4,07 %, sedangkan O 2 2

mengalami peningkatan sampai dengan 4,37 %. Dengan demikian,

penggunaan katalis gerabah mampu untuk mengurangi emisi gas buang

serta mampu menambah konsentrasi oksigen di udara. Selain itu biaya

yang dibutuhkan untuk membuat katalis sangatlah murah sehingga

katalis ini dapat digunakan oleh pemilik angkutan umum atau mobil

pribadi khususnya mobil-mobil yang sudah tua.

Penutup

Dari uraian hasil penelitian pemanfaatan gerabah untuk

mengurangi emisi gas buang kendaran bermotor dapat disimpulkan

bahwa:

1) Pengujian emisi kendaraan bermotor menggunakan alat uji emisi

Star Gas dapat menunjukkan besarnya konsentrasi CO, CO , HC 2

dan O di dalam gas buang.2

2) Penurunan konsentrasi CO adalah 3.06 %, HC adalah 800 ppm, dan

CO adalah 4,07 %, sedangkan O mengalami peningkatan sampai2 2

Page 71: DAFTAR ISI - UNY Journal

71Edisi Februari 2015

dengan 4,37 %, berarti dengan menggunakan katalis gerabah dapat

mengurangi emisi gas buang dan menambah konsentrasi O di 2

udara.

3) Biaya yang dibutuhkan untuk membuat katalis ini sangat murah,

sehingga katalis ini dapat digunakan oleh pemilik angkutan umum

atau mobil pribadi yang usianya sudah tua.

4) Perlu dilakukan inovasi terhadap katalis gerabah sehingga diperoleh

gerabah yang berkualitas dan dapat diproduksi secara massal di

pabrik.

5) Karena dapat meningkatkan konsentrasi O di udara, gerabah dapat 2

dikembangkan sebagai bahan bangunan yang mampu menjaga

udara lingkungan seperti pagar rumah, grass blok, trotoar, dan lain-

lain.

Daftar Pustaka

Dishubkominfo DIY. (2012). Evaluasi Program dan Kegiatan Tahun

2012. Hal. 40-45.

Kementerian Lingkungan Hidup. (2012). Salinan Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2012

tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Lingkungan

Hidup Nomor 10 Tahun 2012 tentang baku Mutu Emisi Gas Buang

Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori L3. Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 28 November 2012 oleh Menteri Lingkungan Hidup.

Dimuat Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor

1196.

Kurniawan, Agung. Populasi Kendaraan Bermotor di Indonesia Tembus

104,2 Juta Unit. Kompas.com. Selasa, 15 April 2014. Diunduh: 15

September 2014.

Page 72: DAFTAR ISI - UNY Journal

72 UNYUNY Edisi Februari 2015

Sigit, Agus. Jumlah Kendaraan Bermotor di DIY Over Load. KR

Jogja.com. Senin, 23 September 2013. Diunduh: 15 September

2014.

Y. Kiswanto. (2006). Pemanfaatan Gerabah sebagai Katalisator pada

Muffler Kendaraan Bermotor untuk Mengurangi Emisi Gas Buang

Kendaraan Bermotor. Tidak dipublikasikan.http://bangjuju.com/2014/03/18/macam-gas-polutan-dan-bahayanya-bagi-

kesehatan. Diunduh : 16 September 2014.http://axzx.blogspot.com/2008/12/proses-pembentukan-tanah-liat-

secara.html bengkel keramik PPG Kesenian Jogja. Diunduh: 19

September 2014.http://krjogja.com/read/214028/uji-emisi-masih-banyak-kendaraan-melebihi-

ambang-batas.kr . Diunduh: 20 September 2014.

Page 73: DAFTAR ISI - UNY Journal

73Edisi Februari 2015

Merancang Laboratorium Tata Boga

Oleh : Chomzana Kinta Marini

Guru Produktif SMK Negeri 1 Sewon Bantul

Pendahuluan

Laboratorium merupakan tempat yang penting demi

keberlangsungan pembelajaran di sekolah, terutama berkaitan dengan

materi yang membutuhkan pendekatan inkuiri. Saat ini keberadaan

laboratorium ini menjadi topik utama terutama dikalangan guru SMK.

Laboratorium adalah salah satu sarana dan prasarana pembelajaran yang

penting di SMK.

Laboratorium pada SMK dengan Program Studi Keahlian Tata

Boga, merupakan ruang praktik yang berfungsi sebagai tempat

berlangsungnya kegiatan pembelajaran: pembuatan berbagai macam

makanan, penyiapan tata hidang, penataan, penyajian pesanan, maupun

produksi makanan dalam jumlah besar dan masal. Berkaitan dengan

fungsinya, maka ragam laboratorium atau ruang praktik Tata Boga dapat

meliputi : ruang praktik dapur latih, ruang praktik dapur produksi, ruang

praktik persiapan, ruang praktik mini bar, ruang praktik tata hidang,

ruang penyimpanan(gudang) dan ruang instruktur (Permen No.40 tahun

2008 : 144).

Pengadaan dapur, sebagai salah satu ruang praktik di sekolah,

perlu mendapat perhatian khusus, sehingga perencanaan (planning)

pengadaan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan harus

dipandang sebagai bagian intergral dari usaha peningkatan kualitas

proses belajar mengajar (Ngakan, Natajaya &Yudana, 2013: 3).

Namun kenyataannya, pengadaan dapur pada umumnya dilakukan

Page 74: DAFTAR ISI - UNY Journal

74 UNYUNY Edisi Februari 2015

sebagaimana membangun ruang kelas teori biasa, dan tanpa melibatkan

guru produktif sebagai calon pengguna dapur tersebut. Akibatnya banyak

keluhan atau kendala yang terjadi pada penggunaan dapur tersebut, yang

berujung pada terhambatnya kelancaran pembelajaran praktik, seperti:

ruang terlalu sempit, cahaya tidak masuk sehingga ruang gelap, kran air dan

bak cuci tidak memadai jumlahnya, meja kerja terlalu pendek sehingga

tidak nyaman untuk mempersiapkan bahan makanan, tata letak perabot

tidak sesuai alur kerja, dan masih banyak lagi kendala yang dialami guru

maupun peserta didik saat belajar di laboratorium tersebut.

Kondisi pembelajaran di atas dapat dihindari bila pengadaan

laboratorium jasa boga dirancang dengan baik, sehingga dapur dapat

berfungsi sebagaimana ruang belajar praktik yang ideal.

Pentingnya Ergonomi dalam Penataan Dapur

Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha

menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang dan sebaliknya,

dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisienasi yang setinggi-

tingginya. Melalui pemanfaatan manusia seoptimal-optimalnya. Tujuan

ergonomi secara garis besar, ergonomi ditujukan bagi perancangan

Efektif, yang berarti suatu sistem kerja yang memenuhi kriteria EASNE :

Aman, yang berarti bahwa bahwa tujuan kegiatan kerja dapat tercapai.

Sehat, yang berarti bahwa kesehatan keselamatan pekerja terjamin.

Nyaman, yang berarti bahwa kenyamanan pekerja selama

bekerjaterjamin. Efisien, yang berarti bahwa pekerjaan dapat pekerja

dapat terjamin. dilakukan secara efisien (tujuan kerja tercapai dengan

u s a h a k e r j a y a n g o p t i m a l a t a u t i d a k b e r l e b i h a n )

( .Slideshare.net /filemon lowhearts/1-pengertian-ergonomi).

Berkaitan dengan pentingnya ergonomi, Kokom Komariah

(1998: 10) berpendapat bahwa mempelajari ergonomi bermanfaat agar

http://www

Page 75: DAFTAR ISI - UNY Journal

75Edisi Februari 2015

kita mawas terhadap faktor keselamatan dan kenyamanan , mampu

mencari solusi desain dan sikap kerja yang paling efektif dan paling

produktif, serta dapat menyesuaikan pengoperasian alat dengan

kemampuan fisik manusia. Penerapan ergonomi telah terbukti dapat

meningkatkan produktivitas 10% lebih. Oleh karena itu ergonomi dapat

digunakan dlam segala sektor produksi seperti pertanian, industri,

pertambangan, perhubungan dan jasa.

Kokom Komariah (1998: 11) juga mengatakan bahwa ada

beberapa pertimbangan ergonomi yang dapat meningkatkan efisiensi

kerja di dapur, yaitu:

1. Ukuran tubuh manusia

Ukuran tubuh dan karakteristik jangkauan manusia merupakan

kunci penting dalam desain arsitektur, karena itu untuk efisiensi

kerja,maka faktor manusia sebagai pengguna menjadi prioritas

utama. Ukuran dan sikap manusia pada saat melakukan

pekerjarjaan harus merupakan dasar pemikiran dalam perencanaan

tata letak dan perencanaan peralatan dapur.ukuran tubuh yang

dimaksud adalah tinggi badan, diukur dari telapak kaki sampai

puncak kepala.tinggi orang Indonesia pria 160 cm dan wanita 150

cm. pekerjaan didapur terutama bagian pengolahan makanan

selalu dilakukan berdiri. Pada posisi berdiri berdiri penerapan

ergonomic meliputi tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi pinggul,

depa dan panjang lengan.

2. Tinggi Dataran Kerja

Sikap tubuh dan dataran kerja mempunyai hubungan yang erat

dengan tingkat kelelahan karyawan. Tinggi meja dan yang

digunakan untuk bekerja di dapur adalah 10-20 cm lebih rendah

dari pada tinggi siku. Jika diperkirakan tinggi siku pria adalah 101

Page 76: DAFTAR ISI - UNY Journal

76 UNYUNY Edisi Februari 2015

cm da wanita 96 cm. maka tinggi meja yang tepat adalah 80-90 cm

untuk pria dan wanita 76-86 cm. alas an jk meja tidak ideal adalah

jika terlalu rendah dapat menyebabkan kelelahan dan ukuran yang

terlalu tinggi menyebabkan energi yang dibutuhkan lebih banyak

dan waktu lebih lama. Sudiyana (1989) menyebutkan bahwa dalam

perencanaan sebuah dapur ukuran meja, sink dan kompor, tinggi

permukaantersebut berkisar antara 80-90 cm, panjang 120-180 dan

lebar 60 cm.

3. Penataan peralatan.

Berdasar dimensi manusia tubuh manusia , maka peralatan dapur

dirancang. Tingginya sesuai tubuh manusia secara ergonomik

berhubungan dengan tingginya penempatan peralatan. Panjang

lengan berhubungan dengan jarak jangkauan untuk penempatan

peralatan yang dibutuhkan dan ukuran tubuh manusia diperlukan

sebagai pertimbangan untuk tata letak penataan antara satu alat

dengan alat yang lain. Setiap peralatan mempunyai karakteristik

yang berbeda, misalnya : oven, lemari es, microwave dan

salamander memiliki pintu yang sering dibuka maka harus pada area

yang agak luas. Kompor, oven dan pemanas lain, alat ini

mempengaruhi suhu ruangan didapur. Jarak oven dengan meja kerja

harus memberikan keleluasaan untuk membuka pintu oven, maka

jarak yg disarankan dari pintu tersebut 135 cm. Jarak antara satu

meja dengan meja yang lain untuk bekerja dengan lebar 135 cm.

jika dilewati dengan kereta dorong dengan jarak 150 cm. Tata letak

dan alur kerja perlu dan alur kerja perlu dipikirkan untuk

menghindari pemborosan waktu dan tenaga .

4. Area kerja (work Center)

Merupakan komponen dasar dalam sebuah unit dalam lay

Page 77: DAFTAR ISI - UNY Journal

out.ukuran dari work center bebas tetapi menyesuaikan dengan

siapa yang bekerja dan apa yang dilakukan. Pada umumnya semakin

besar rombel maka semakin besar pula kebutuhan alat dan

ruangannya. Adanya peralatan yang memadai dapat menghemat

waktu,produksi, tenaga dan biaya, apalagi ditunjang dengan

peralatan yang bagus , pengaturan yang tepat,serta perawatan yang

baik maka efektivitas didapur dapat tercapai.

Merancang Laboratorium Tata Boga (Kontinental Kitchen)

Mengingat ruang praktik Tata Boga banyak ragamnya dan

mengingat kebutuhan sarana praktik setiap mata pelajaran juga berbeda,

maka untuk menyederhanakan pembahasan, penulis akan memaparkan

perencanaan pengadaan laboratorium untuk kegiatan praktik

pengolahan masakan kontinental, yang dapat dikategorikan ruang

praktik dapur latih.

A. Lay Out Laboratorium

DAPUR KONTINENTAL(CONTINENTAL KITCHEN)

77Edisi Februari 2015

Page 78: DAFTAR ISI - UNY Journal

78 UNYUNY Edisi Februari 2015

B. Diskripsi Bangunan

Meliputi : ukuran banguan, posisi bangunan, sirkulasi udara, lantai,

dam sistim pembuangan limbah, dan jalur evakuasi

1. Ukuran Bangunan :

a. Bangunan Utama : 18 m X 10 m

b. Toilet yang menyatu dengan kamar ganti Putri : 4 m X 3 m

Fasilitas : ada 2 toilet, kaca, dan wastafel dengan hand wash

soup, gantungan baju

c. Toilet yang menyatu dengan kamar ganti Putra : 4 m X 3 m

Fasilitas : ada 2 toilet, kaca, dan wastafel dengan hand wash

soup, gantungan baju

d. Taman : 4 m X 4 m

2. Posisi Banguan

Bangunan membujur dari utara ke selatan, dengan jendela ada di

sisi Barat dan Timur, sehingga pencahayaan di dalam ruang

baik, dengan pohon- pohon yang ditanam di sebelah Barat dan

timur.

Bangunan menghadap ke timur, pintunya ada dua, yaitu di

Meja Hidang

Loker Siswa

Meja kerja & Bak cuci

Chiller 2 pintu

Kamar mandi & toilet

Tabung Gas

Meja Guru

Oven listrik klasikal

Almari bahan kering

Taman

Page 79: DAFTAR ISI - UNY Journal

79Edisi Februari 2015

sebelah Utara dan sebelah Selatan, sehingga diharapkan

berpengaruh pada kelancaran lalu lintas kegitan sekaligus

pencahayaan bagus, disamping sirkulasi udara lancar, meskipun

bekerja di tempat pengolahan yang panas. Tujuan akhirnya

adalah tercapainya kenyamanan dalam pembelajaran praktik.

Pintu didesain dengan dua daun pintu yang membuka ke arah

keluar, sehingga tidak mengganggu kegiatan di dalamnya.

3. Sirkulasi Udara

Bekerja atau belajar di dapur pengolahan udaranya panas yang

disebabkan oleh adanya panas yang muncul dari perapian

ataupun oven dan alat pengolahan lain. Agar sirkulasi udara

berjalan baik, maka akan dibuat sistem sirkulasi udara yang

sifatnya klasikal, yaitu: desain langit-langit bentuk kisi-kisi,

atap bersusun (facuum/ exhouse), pemasangan exhouster fan

(penyedot debu) pada dinding di atas jendela, adanya jendela,

adanya dua buah pintu dengan dua daun pintu.

Contoh Kisi-kisi 1 Contoh Kisi-kisi 2

Contoh Exhouse/Facuum/Atap Bersusun

Page 80: DAFTAR ISI - UNY Journal

80 UNYUNY Edisi Februari 2015

4. Lantai

Agar dapat beraktifitas dengan leluasa di dalam laboratorium,

maka lantai dapur dibuat dari bahan keramik yang

permukaannya kasar, agar tidak mudah terpeleset atau

tergelincir, dengan warna yang terang, agar memudahkan

pengamatan tempat mana yang kotor.

5. Sistem Pembuangan Limbah

Limbah di dapur atau laboratorium Boga ada dua, yaitu: limbah

air & limbah kering berupa kotoran dari bahan makanan atau

kotoran lain.

a. Sistem pembuangan limbah air adalah sebagai berikut:

Aliran air dari masing-masing bak cuci akan menuju pipa di

tengah , kemudian menuju ke pembuangan akhir yaitu ke

sumur resapan. Posisi pralon dari meja paling selatan lebih

tinggi, agar limbah mudah mengalir menuju pembuangan

akhir dengan mudah dan cepat. Ada dua lubang (saniter) di

ujung pralon utara, yang berguna untuk memudahkan

pembuangan air/limbah yang ada di atas permukaan lantai.

Agar saluran air tidak mampet, maka terapkan sistem

perawatan dengan cara menyiram bak cuci dengan air panas

tapi tidak mendidih, agar kotoran berupa lemak bisa larut dan

tidak menjadi sumbatan, tetapi pralonnya tidak meleleh.

b. Sistem pembuangan limbah kering berupa sampah makanan

atau kotoran lain adalah: pada masing-masing meja kerja

disediakan keranjang sampah yang diberi kantong plastik

besar, agar memudahkan pembuangan sampah, dan

memudahkan perawatan keranjang sampah tersebut. Di luar

ruang disediakan keranjang sampah besar yang tertutup, agar

kotoran, debu atau bau tidak sedap masuk ke dapur.

Page 81: DAFTAR ISI - UNY Journal

81Edisi Februari 2015

Penampungan sampah akhir, harus diletakkan jauh dari area

dapur.

6. Jalur Evakuasi

Jalur evakuasi diperlukan untuk memberi akses pada guru atau

siswa yang beraktifitas di laboratorium apabila terjadi bencana

alam (gempa) atau terjadi ledakan kompor gas. Adapun jalur

evakuasi dalam laboratorium ini dibuat dengan merencanakan

tata letak perabot serta luas tempat yang memudahkan evakuasi,

serta mengurangi terjadinya kecelakaan karena saling

berbenturan saat evakuasi, termasuk adanya pintu sebanyak dua

buah dan berdaun pimtu dua, serta pintu yang membuka keluar.

B. Perabot dan Perlengkapan/ Fasilitas Laboratorium (jarak

antar perabot : keamanan dan keleluasaan), jumlah, bahan,

ukuran, teori)

Page 82: DAFTAR ISI - UNY Journal

82 UNYUNY Edisi Februari 2015

C. Kebutuhan Alat Masak dan Alat Hidang

Page 83: DAFTAR ISI - UNY Journal

83Edisi Februari 2015

D. Alur Kerja Di Laboratorium

Tata letak perabot dan alat yang benar, disesuaikan dengan

urutan kerja yang dilakukan, akan mendukung kecepatan kerja,

efektif dan efisien waktu dan tenaganya,sehingga mengurangi

kelelahan. Adapun urutan kerja di dapur secara umum, yaitu:

kegiatan penyiangan (trimming), dilanjutkan pemotongan atau

penimbangan (Cutting, weighing), kemudian memasak (Cooking),

serta menata hidangan di atas piring (Platting). Kegiatan ini

berlangsung di dalam area kerja perorangan, kemudian tinggal

dilanjutkan dengan penghidangan (serving).

Page 84: DAFTAR ISI - UNY Journal

84 UNYUNY Edisi Februari 2015

Penutup

Perencanaan pembangunan laboratorium (dapur latih) yang

cermat dan lengkap meliputi sarana dan prasana dengan menerapkan

ergonomi sangat penting untuk dilakukan agar mendorong tercapainya

pembelajaran praktik yang efektif–efisien dan kondusif di SMK

Kompetensi Keahlian Tata Boga. Perencanaan ini hendaknya dilakukan

dengan melibatkan guru produktif sebagai calon pengguna dan dengan

memperhatikan kebutuhan mata pelajaran yang akan dipelajari di dapur

yang akan dibangun tersebut.

Daftar Pustaka

Kokom Komariah. (1998). Manajemen Dapur. Bahan Perkuliahan Tata

boga, Jurusan PKK, FPTK IKIP Yogyakarta.

Ngakan P. Sudiarta, N. Natajaya, I M. Yudana, Pengelolaan Dapur

Praktik Program Studi Manajemen Tata Boga Stp Bali .e-

Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan

Ganesha Program Studi Administrasi Pendidikan (Volume 4

Tahun 2013).

Pengertian Ergonomi. Diunduh dari (http://www.Slideshare.net

/filemon lowhearts/1-pengertian-ergonomi) pada Rabu,

17/9/2014.

Permen No.40 tahun 2008 : 144.

Page 85: DAFTAR ISI - UNY Journal

85Edisi Februari 2015

Mengenal Berbagai Macam

Mikroba Patogen Pencemar Pangan

Oleh: Siti Umniyatie

Staf Pengajar Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

e-mail : [email protected]

Pendahuluan

Pangan sebagai bahan alami yang bersifat mudah rusak

(perishable), termasuk rusak oleh karena mikroba dan tidak ada bahan

alami yang steril terhadap pencemaran atau kontaminasi mikroba,

karena mikroba pada kenyataannya menempati hampir seluruh ruang

yang ada dipermukaan bumi. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama

setiap manusia, sehingga apapun yang dikonsumsi harus memiliki mutu

yang baik, meliputi mutu gizi, organoleptik dan kemanannya. Pangan

menjadi tidak aman jika terdapat pencemar baik fisik, kimia maupun

biologi. Pencemar biologi adalah mencemar yang berupa organisme

hidup, diantaranya adalah mikroba patogen yaitu mikroba yang dapat

menimbulkan penyakit. Pencemaran mikroba pada pangan seringkali

dapat menyebabkan suatu perubahan kimiawi yang tentu saja akan

mengurangi nilai gizi pangan dan juga berpotensi menimbulkan

penyakit. Perubahan akibat adanya mikroba dalam pangan yang mudah

dikenali adalah perubahan organoleptik, dan yang sulit dikenali oleh

masyarakat umumnya, adalah jumlah dan jenis mikroba yang

mencemari makanan tersebut(patogen atau bukan patogen), serta nilai

gizinya.

Keberadaan mikroba dalam pangan, dan berpotensi

menimbulkan penyakit tidak saja tergantung pada jumlah dan jenisnya,

Page 86: DAFTAR ISI - UNY Journal

86 UNYUNY Edisi Februari 2015

tetapi juga ditentukan oleh lamanya pangan atau makanan tersebut

terpapar oleh mikroba tersebut. Tercemarnya pangan oleh mikroba dapat

terjadi sejak pangan masih di ladang. Mikroba patogen yang mencemari

pangan dapat dari golongan cacing, protozoa, jamur, bakteri dan virus.

Namun, yang menimbulkan efek sangat cepat, umumnya adalah bakteri

yang menyebabkan keracunan.

Berita tentang keamanan pangan dalam media cetak maupun

elektronik di awal tahun 2015 yang dianggap serius, Indonesia telah

melarang masuknya impor apel dari California Amerika Serikat karena

diketahui terkontaminasi bakteri Listeria monocytogenes yang dapat

mengakibatkan keguguran janin apabila menginfeksi ibu hamil.

Disamping berita ini, telah banyak diberitakan pula berbagai kejadian

keracunan pangan yang disebabkan oleh bakteri patogen.

Pentingnya fungsi pangan ini untuk kelangsungan hidup dan

kesehatan manusia, telah diatur dalam suatu undang-undang dan telah

memiliki standar mutu pangan misalnya SNI (Standar Nasional

Indoesia), FDA (Food and DrugAdinistration), WHO (World Health

Organizatition), APHIS ( Animal andPlant Health Inspection Service)

dan organisasi-organisasi pangan dunia yang lain. Pemerintah Indonesia

melalui Kementerian-Kementerian terkait dan suatu badan pengawas

yaitu BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) telah berupaya

memproteksi pangan agar tetap memberikan dukungan hidup sehat bagi

masyarakat. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP. RI)

No. 28 Tahun 2004, yang mengatur seluruh mata rantai perjalan pangan

dan didalamnya disebutkan bahwa masyarakat perlu dilindungi dari

pangan yang merugikan dan membahyakan bagi kesehatan ( PP. RI,

2004 : 1).

Untuk dapat menambah wawasan dan meningkatkan kehatian

Page 87: DAFTAR ISI - UNY Journal

87Edisi Februari 2015

hatian terhadap pangan dan makanan yang akan dikonsumsi, diperlukan

pengetahuan tentang beberapa hal antara lain contoh jenis-jenis bakteri

patogen, pangan yang biasanya dicemari, bahayanya terhadap manusia

dan cara-cara menjaga agar pangan ataupun makanan tetap aman

dikonsumsi.

Pangan Sebagai Tempat Hidup Mikroba

Pangan dan makanan memiliki pengertian yang sedikit berbeda.

Pangan adalah semua produk yang dikonsumsi manusia; sedangkan

makanan berasal dari bahan pangan yang sudah atau tanpa mengalami

pengolahan (Leni Herliani Afrianti, 2013 : 1).

Jika dicermati kehadiran mikroba dalam pangan tidak selalu

bersifat negatif, misalnya pada proses fermentasi yang membutuhkan

keterlibatan mikroba untuk menghasilkan produk fermentasi seperti

tempe, keju, yoghurt, dan berbgai macam makanan fermentasi yang lain.

Pangan ataupun makanan mengandung zat-zat organik, seperti

karbohidrat, protein, lemak, mineral dan berbagai vitamin yang dapat

dimanfaatkan oleh mikroba. Mikroba dapat hidup dan berkembang biak

dalam berbagai jenis pangan ataupun makanan, selain karena

tersedianya nutrisi juga karena faktor lingkungan. Sehingga telah

banyak dilakukan langkah-langkah penghambatan pertumbuhan

mikroba untuk menjaga keawetan pangan, misalnya dengan

pengeringan biji-bijian setelah dipanen, pendinginan terhadap sayuran,

buah, daging dan produk ternak yang lain, pemanasan pada proses

pengolahan dan cara-cara pengawetan yang lain. Kandungan nutrisi

bahan alami termasuk pangan sangat lengkap, maka apabila tidak ada

langkah penghambatan tersebut di atas, pangan akan rusak dan tidak

aman untuk dikonsumsi.

Page 88: DAFTAR ISI - UNY Journal

88 UNYUNY Edisi Februari 2015

Terjadinya pencemaran pangan hasil pertanian, peternakan

maupun perikanan dapat terjadi mulai awal, misalnya tahap budidaya,

pemanenan, penanganan pasca panen, pengolahan sampai makanan siap

santap. Terjadinya pencemaran mikroba dalam pangan dimungkinkan

berasal dari seluruh mata rantai pangan tersebut, mulai pangan

dibudidayakan, dipanen, dibersihkan, diolah, disiapkan dan hingga

disajikan atau “mulai dari ladang sampai piring”. Mata rantai pangan

memberikan kontribusi terhadap kemungkinan terjadinya pencemaran

mikroba tak terkecuali patogen pada pangan dan atau makanan.

Beberapa contoh dapat diutarakan disini, sebagai ilustrasi bahwa

pencemaran mikroba dapat terjadi sejak awal.

Pada tahap budidaya: tahap budidaya merupakan tahap yang

memungkinkan terjadinya pencemaran yang dapat terjadi karena

pemupukan yang dapat mengundang kehadiran mikroba. Contoh,

kacang tanah yang sering dicemari oleh jamur Aspergillus flavus, yang

diketahui menghasilkan aflatoksin, dan pencemaran buah apel oleh

bakteri Listeria monocytogenes dimungkinkan berasal dari tanah

ataupun pupuk. Bakteri ini merupakan bakteri yang yang berasal dari

tanah, debu, buangan air, manusia dan hewan. Tumbuhnya bakteri dalam

buah atau bahan hayati yang lain tidak terlepas oleh faktor lingkungan

yang sesuai. Namun perlu diketahui bahwa dapat terjadi kontaminasi

silang sehingga dapat terjadi penularan pencemar ke bahan pangan yang

lalin kontaminasi silang terjadi misalnya dengan tangan atau tempat

yang sudah diketahui tercemar, diletakkan berdekatan dengan bahan

yang belum tercemar atau dipindahkan melalui tangan yang tercemar ke

bahan lain yang bersih.

Kacang tanah yang diproduksi akan berpotensi mengandung

jamur patogen A.flavus. Kacang tanah pasca panen yang disimpan dalam

Page 89: DAFTAR ISI - UNY Journal

89Edisi Februari 2015

keadaan belum kering dan sudah terinfeksi jamur, pada penyimpanan

akan ditumbuhi jamur A. flavus yang berwarna hijau.

Tahap pemanenan: ikan yang luka tergores oleh alat tangkap atau

karena hal lain dapat menyebabkan terjadinya infeksi bakteri termasuk

patogen.

Tahap pencucian : mencuci dengan air yang tercemar patogen

dapat membahayakanprooses selanjutnya.

Tahap pengolahan : alat dan ruang atau sanitasi lingkungan

yang tidak diperhatikan, dapat memungkinkan terjadinya pencemaran.

Misalnya alat yang tidak disimpan dengan aman yang terlindung dari

lalat, tikus yang merupakan vector penyakit, menyebabkan alat dan

bahan pangan tidak aman.

Tahap penyajian : kesehatan dan perilaku person atau

perorangan yang menyajikan makanan yang tidak memperhatikan

kebersihan, juga dapat menjadi sumber terjadinya pencemaran pada

pangan.

Seluruh mata rantai pangan tersebut dapat merupakan sumber

dan sebab terjadinya pencemaran, maka perlu langkah yang baik untuk

mencegah terjadinya pencemaran pangan. Melalui Peraturan

Pemerintah (PP) pada Bagian pertama Pasal 3 PP No.28 tahun 2004 telah

diataur tentang cara-cara yang baik pada cara budidaya, cara produksi

pangan segar, cara produksi pangan olahan, cara distribusi, cara produksi

pangan siap saji (PP. RI, 2004: 7-17). Dengan PP ini harapannya seluruh

mata rantai pangan dapat terjaga dari kemungkinan pencemaran.

Telah dijelaskan bahwa kemungkinan terjadinya pencemaran

pangan dapat melalui sejumlah mata rantai perjalan pangan hingga siap

dikonsumsi. Terjadinya pencemaran makanan, menurut (Retno Indrati

dan Murdijati Gardjito, 2014: 233), dapat berasal dari 3 sumber yaitu :

Page 90: DAFTAR ISI - UNY Journal

90 UNYUNY Edisi Februari 2015

1. Produk olahan pangan: yang sudah terkontaminasi mikroba patogen

baik dari air ataupun insekta.

2. Bahan pangan (segar/mentah) dan peralatan yang sudah

terkontaminasi dari air, insekta dan tangan pekerja.

3. Tangan pekerja : yang tidak selalu dicuci (kotor) sebelum menyentuh

makanan.

Jenis-jenis Patogen Pada Pangan

Pangan untuk dapat dikonsumsi memiliki persyaratan tertentu

atau standard tertentu untuk masing-masing jenis pangan. Diantaranya

syarat tentang kandungan mikroba. Misalnya pada karkas daging ayam,

menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), bakteri Campylobacter dan

Salmonella.sp per 25 gram bahan harus negative/ tidak boleh ada,

S.aureus maksimum 1X10² CFU/gram (Badan Standardisasi

Nasional,ICS 67.120.20). Bakteri patogen sering menimbulkan efek

cepat pada manusia apabila seseorang mengkonsumsi makanan yang

tercemar bakteri patogen tersebut, misalnya keracunan bahkan

kematian. Gejala keracunan ini dapat disebabkan oleh racun endotoksin,

eksotoksin, sitotoksin maupun enterotoksin. Selain oleh bakteri racun

juga dihasilkan oleh jamur patogen. Racun yang dihasilkan oleh jamur

patogen, umumnya tidak menimbulkan efek spontan, tetapi racun

tersebut akan dapat menimbulkan kelainan yang bersifat seluler

misalnya gagal ginjal, kanker, dan kelainan-kelainan lain yang bersifat

merusak sel.

Untuk lebih mengenal mikroba patogen pangan di bawah ini

akan dipaparkan jenis-jenis bakteri patogen, macam toksin yang

dihasilkan dan sumber.

Page 91: DAFTAR ISI - UNY Journal

91Edisi Februari 2015

Habitat bakteri patogen dapat pada tanah, air, pencernaan hewan,

makanan, minuman maupun kulit. Diantara bakteri patogen ada bakteri

yang berspora yang umumnya tahan terhadap pemanasan, misalnya

Clostridium botullinum (mencemari makanan kaleng), dan Bacillus.sp,

sehingga mematikanya harus dengan tekhnik yang tepat misalnya

dengan sterilisasi. Bakteri berspora dapat tumbuh baik pada rentang

sushu 20-40°C dan optimal pada suhu 35°C, pH 5-9 (Tri

Hendrokesowo,dkk: 55). Berikut ini beberapa contoh morfologi bakteri

patogen.

Gambar 1. Bentuk sel bakteri (a) S.aureus bentuk bulat (b) E.coli bentuk batang

(a) (b)

(Sumber : Diane,O.F dan Hunt D.L,2006 : 98-99)

Tabel 1.Jenis-jenis Bakteri Patogen pada Pangan

Page 92: DAFTAR ISI - UNY Journal

92 UNYUNY Edisi Februari 2015

Menurut (Retno Indrati dan Murdijati Gardjito, 2014: 236),

penyakit yang timbul karena makanan yang dikonsumsi, dibedakan

menjadi 2 yaitu :

1. Intoksikasi : apabila penyakit disebabkan karena menyantap

makanan yang mengandung racun, dengan atau tanpa mikroba

patogen yang menghasilkannya.

2. Infeksi : apabila penyakit disebabkan karena masuknya mikroba

patogen melalui makanan dan berkembang biak dalam tubuh

manusia.

Bakteri patogen penyebab infeksi umumnya hidup dalam

pangan yang kaya protein dan lemak seperti daging, susu dan produk-

produk olahannya. Gejala infeksi beberapa jenis bakteri patogen

dituliskan dalam tabel 2 berikut:

Tabel 2. Gejala Infeksi Karena Mikroba Patogen dalam Makanan

Page 93: DAFTAR ISI - UNY Journal

Diare merupakan penyakit yang umum dan biasa terjadi di

masyarakat, namun jika diare berlebihan dapat terjadi dehidrasi yang

apabila tidak tertolong akan berakibat fatal menimbulkan kematian.

Mikroba lain yang banyak mencemari pangan antara lain jamur.

Beberapa contoh pangan yang dicemarai oleh jamur patogen penghasil

toksin misalnya: kacang tanah (Aspergilus flavus,A.parasiticus,

Penicellium cyclopium), jagung (A.flavus,Fusariummonilifor,

F.graminearum, P.cyclopium,),apel dan buah pir (Penicellium

expansum), kentang (Fusarium sambucinum) (Retno Indrati dan

Murdijati Gardjito, 2014: 237). Jamur umumnya menyukai habitat yang

kadar airnya lebih rendah dibanding bakteri. Makanan-makanan olahan

misalnya roti, keju, dodol, nasi dan makanan olahan lainnya berpotensi

juga untuk ditumbuhi jamur.

Sumber: Trickett,1986 (dalam Retno Indrati dan Murdijati Gardjito, 2014: 240)

Gambar 2. Jamur patogen Aspergillus falvusyang menginfeksi kacang tanah

(a) kacang tanah ditumbuhi jamur (b) morfologi jamur A.flavus

(a) (b)

93Edisi Februari 2015

Page 94: DAFTAR ISI - UNY Journal

94 UNYUNY Edisi Februari 2015

Menjaga Keamanan Pangan

Pangan agar terjamin keamanannya, tentu perlu langkah yang

cermat, mulai dari langkah awal hingga penyajian. Namun dalam

kenyataanya ada beberapa langkah atau mata rantai perjalanan pangan

yang tidak dapat atau sulit diketahui, apabila pangan yang kita konsumsi

membeli dari luar. Tetapi paling tidak ada beberapa aspek yang perlu

diketahui untuk menjaga keamanan pangan antara lain :

1. Dalam budidaya, gunakan pupuk yang baik dan yang baik. Dalam

pemilihan bahan: memilih bahan yang berkualitas baik (tidak rusak/

cacat, segar, bersih).

2. Dalam pengolahan: menjaga pangan agar tidak terpapar mikroba

baik dari alat, lingkungan maupun dari perorangan (bersih, sehat,

tidak memiliki kebiasaan buruk yang memungkinkan terjadinya

pencemaran), perlakuan dalam pengolahan (pemanasan yang tepat

untuk jenis-jenis pangan, misalnya untuk telur, daging dan produk

unggas sebaiknya > 60 °C).

3. Dalam penyajian: untuk makanan siap dikonsumsi dihindarkan dari

terjadinya kontaminasi mikroba dari alat, tempat dan perorangan,

mencuci tangan dengan sabun, mencuci buah/sayur yang akan

dikonsumsi ( lalapan), memilih kemasan yang aman (untuk makanan

untuk bekal/ jasa catering), mencermati ada dan tidaknya perubahan

bau, warna, dan tekstur makanan sebagai indikasi tercemarnya

pangan, mengupayakan jedah waktu pengolahan hingga siap

dikonsumsi tidak terlalu lama.

Penutup

Mikroba dapat menempati seluruh permukaan bumi, termasuk

bahan pangan atau makanan. Pangan bersifat mudah rusak diantaranya

Page 95: DAFTAR ISI - UNY Journal

95Edisi Februari 2015

yang ditimbulkan oleh faktor biologi yaitu oleh kehadiran mikroba.

Pangan merupakan tempat yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroba

karena adanya kandungan bahan organik.

Pangan yang akan dikonsumsi harus bermutu baik, layak

dikonsumsi baik ditinjau dari segi organoleptik, nilai gizi maupun

keamanannya. Untuk menjaga agar pangan tetap aman, perlu adanya

upaya untuk mencegahnya yaitu dengan memilih bahan yang baik,

mengolah, dan menyajikan dengan cara yang baik.

Secara Nasional telah ada upaya pengawasan yang terintegrasi dalam

pengawasan pangan oleh lembaga-lembaga terkait seperti Kementerian

Pertanian, Kementerian Perdangan, Kementerian Kelautan dan

Perikanan yang secara tekhnis ditangani oleh Badan Pengawasan Obat

dan Makanan (BPOM) yang ada baik di tingkat Pusat maupun Daerah.

Walaupun sampai tataran tekhnis masih banyak pelanggaran yang oleh

sebagian pelaku usaha di bidang pangan. Hal ini menuntut konsumen

agar lebih cerdas dalam memilih makanan yang bermutu dan aman

dikonsumsi.

Daftar Pustaka

Anonim. (2004). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28

Tahun 2004 tentang Mutu dan Gizi Pangan. Sekertaris Negara

Republik Indonesia.

(2009). Standar Mutu Karkas Daging Ayam: SNI 3924:

2009.BSN.Jakarta. Diakses dari: http://blog.ub.ac.id/

cdrhprimasanti90/files/2012/05/20669_SNI-3924-2009-Daging-

Ayam.pdf.Tanggal 30 Oktober 2014, jam 19.15.

Page 96: DAFTAR ISI - UNY Journal

96 UNYUNY Edisi Februari 2015

Infeksi Bakteri Staphylococcus aureus. Diakses dari

http://www.anneahira.com/bakteri-staphylococcus-aureus.htm.

Tanggal 4 Februari jam 15.03.

(2009). Bakteri Di Kemasan Daging sapi. Diakses dari

http://www.jpnn.com/berita.detail-19365. Tanggal 4 Februari Jam

15.05.

Diane,O.F dan Hunt,D.L. (2006). Biological Safety : Principle and thPractices.4 .edition.American Sociaty For Microbiolgy.

Washington,DC.

Eddy Afrianto. (2008). Pengawasan Mutu Bahan/Produk Pangan. Jilid

I. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan

Menengah DEPDIKNAS.Jakarta.

Imono Argo Donatus dan Djarir Makhfoeld. (1992). Toksin

Pangan.Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Universitas

Gajah Mada Yogyakarta.

Leni Herliani Afrianti. (2013). Teknologi Pengawetan Pangan. Edisi

Revisi. Alfabeta.Bandung

Nora Ramkita. (2011).Waspadai Paru-paru Anda Mungkin

TumbuhJamur . Diakses dari http://noraramkita.blogspot.com/

2011/01/waspadai-paru-paru-anda-mungkin-tumbuh.html.

Tanggal 4 Februari Jam 13.18.

Retno Indrati dan Murdijati Gardjito. (2014). Pendidikan Konsumsi

Pangan : Aspek Pengolahan dan Keamanan.Kencana Prenada

Media.Jakarta.

Tri Hendrokesowo.dkk. (1989). Petunjuk Laboratorium :

PanganMikrobiologi. Proyek PengembanganPusat Fasilitas

Bersama Antar Universitas- PAU Suti Sosial Universitas Gadjah

Mada

Page 97: DAFTAR ISI - UNY Journal

97Edisi Februari 2015

Pengenalan Tokoh Wayang dalam Seni Teater

pada Pelajaran Seni Budaya Kelas XI

Oleh: Yunita Purwandari

Guru SMK Negeri 4 Yogyakarta

Pendahuluan

Sejak diberlakukannya pendidikan seni di sekolah umum secara

nasional pada tahun 1976, dalam perjalanannya telah mengalami proses

perubahan kurikulum yang direvisi secara mendasar,di antaranya pada

tahun 1984 dengan paket pilihan, seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni

drama. Kemudian, pada tahun 1993 dengan pengurangan alokasi waktu

dari 4 jam diubah menjadi 2 jam untuk paket pendidikan kesenian.

Perubahan yang diberlakukan secara nasional ini bertujuan menambah

alokasi waktu untuk mata pelajaran yang berkaitan dengan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Pada Kurikulum 2013 (meskipun pada 2015

ini Kurikulum tersebut sedang ditinjau kembali) materi seni rupa, seni

musik, seni tari, dan seni teater menjadi materi wajib untuk disampaikan

kepada siswa (http://wisnumintargo.web.ugm.ac.id/?p=17).

Pendidikan seni di sekolah sangat penting yakni sebagai

pembentuk karakter siswa dan sebagai media untuk mengembangkan

bakat siswadi bidang seni.Tujuan pendidikan seni di sekolah adalah

siswa mendapatkan pengalaman dalam berkarya, pengalaman dalam

menciptakan konsep karya, pengalaman berestetika, dan pengalaman

untuk merasakan fungsi pendidikan seni bagi kehidupan. Pendidikan

seni yang diberikan melalui kurikulum pembelajaran di sekolah

bertujuan membentuk karakter peserta didik menjadi manusia yang

memiliki rasa seni dan pemahaman budaya. Mata pelajaran seni budaya

Page 98: DAFTAR ISI - UNY Journal

98 UNYUNY Edisi Februari 2015

memiliki fungsi mengembangkan kepekaan rasa, kreativitas, dan

citarasa estetis siswa dalam berkesenian, mengembangkan etika,

kesadaran sosial, dan kesadaran kultural siswa dalam kehidupan

bermasyarakat, serta rasa cinta terhadap kebudayaan Indonesia. Hal

tersebut sesuai dengan Kurikulum 2013 yang penekanannya pada

pendidikan karakter.

Secara umum pelajaran yang didapatkan siswa bersifat

pengetahuan dan cenderung mengaktifkan otak kiri. Dengan adanya

pelajaran seni budaya, diharapkan dapat digunakan untuk mengimbangi

hal itu dengan lebih mengutamakan materi yang bersifat keterampilan

dan kreatif untuk lebih mengaktifkan otak kanan, sehingga penilaian

lebih difokuskan pada aspek psikomotor dan afektif, bukan kognitif saja.

Materi yang dipelajari pada pelajaran seni budaya meliputi

apresiasi seni dan mengekspresikan diri melalui seni, baik seni rupa, seni

musik, seni tari, maupun seni teater.Kurikulum 2013 yang

penekanannya pada Pendekatan Saintifik ini diharapkan siswa lebih

aktif dalam pembelajaran dan lebih banyak dengan metode diskusi atau

kerja kelompok. Pada pelajaran seni budaya pendekatan saintifik

maupun metode pembelajaran yang digunakan bisa lebih bervariatif dan

inovatif. Seperti halnya pada materi seni teater kelas XI, yang dipelajari

salah satunya adalah Teater Tradisional Nusantara.Teater Tradisional

Nusantara yang ada disekitar siswacukup banyak.Teater tradisional

tentunya lebih mengangkat cerita yang bersumber dari daerah, cerita

rakyat, maupun wayang.Keunikan cerita wayang cukup menarik, tokoh

wayang menjadi daya tarik tersendiri karena karakter yang dihadirkan

dari tokoh-tokoh wayang yang adasama seperti karakter manusia yang

ada di dalam kehidupan ini. Pengenalan tokoh wayang juga merupakan

salah satu cara untuk memberikan pendidikan karakter kepada siswa.

Page 99: DAFTAR ISI - UNY Journal

99Edisi Februari 2015

Pengenalan Tokoh Wayang untuk Pembelajaran Seni Budaya

Kurikulum yang terus berkembang berdampak pula pada

pelajaran seni budaya. Seni budaya yang awalnya bersifat pilihan, kini

menjadi wajib untuk semua cabang seni. Materi seni budaya yang terdiri

atas empat cabang seni, yaitu seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni

teater, merupakan cakupan yang harus disampaikan kepada

siswa.Keempat cabang seni tersebut diharapkan memberikan apresiasi

dan ekspresi siswa terhadap seni budaya, baik nusantara maupun

mancanegara. Permasalahan yang dihadapi guru-guru seni budaya

adalah kemampuan guru seni budaya yang secara basik atau kualifikasi

akademik hanya menguasai satu bidang seni, sehingga guru perlu belajar

lagi materi seni yang lain agar bisa menyampaikan materi seni yang di

luar kemampuan seninya.

Tokoh Wayang

Wayang adalah seni pertunjukan asli Indonesia yang berkembang

pesat di Pulau Jawa dan Bali.Selain itu, beberapa daerah seperti Sumatera

dan Semenanjung Malaya juga memiliki beberapa budaya wayang yang

terpengaruh oleh kebudayaan Jawa dan Hindu.Ketika agama Hindu

masuk ke Indonesia dan menyesuaikan kebudayaan yang sudah ada, seni

pertunjukan ini menjadi media efektif untuk menyebarkan agama

Hindu.Pertunjukan wayang menggunakan cerita Ramayana atau

Mahabharata. Demikian juga, saat masuknya Islam, ketika pertunjukan

yang menampilkan “Tuhan” atau “Dewa” dalam wujud manusia dilarang,

munculah boneka wayang yang terbuat dari kulit sapi, dan saat

pertunjukan berlangsung, yang ditonton hanyalah bayangannya saja.

Wayang inilah yang sekarang dikenal sebagai wayang kulit.Untuk

menyebarkan Islam, berkembang juga wayang Sadat yang

Page 100: DAFTAR ISI - UNY Journal

100 UNYUNY Edisi Februari 2015

memperkenalkan nilai-nilai Islam. Ketika misionaris Katholik, Pastor

Timotheus L. Wignyosubroto, SJ, pada tahun 1960 dalam misinya

menyebarkan agama Katholik, ia mengembangkan Wayang Wahyu, yang

sumber ceritanya berasal dari Alkitab (http://id.wikipedia.org/

wiki/Wayang).

Beberapa contoh tokoh wayang dengan karakternya yang dapat

memberikan inspirasi dalam bermain peran. Contoh tokoh wayang

dalam cerita Mahabarata, di antaranya:

1. Bima: watak setia dan berbakti kepada guru;

2. Arjuna: terkenal dengan ketampanan dan kelembutan hatinya;

3. Nakula dan Sadewa: selalu membela kebenaran

4. Gatutkaca: ksatria yang sakti

5. Abimanyu: halus budinya, suka menolong, dan suka berkelana

(Notopertomo, 2004: 3-10)

Contoh tokoh wayang dan karakter diatas hanya sedikit saja

karena masih banyak tokoh lainyang ada pada cerita Mahabarata. Tokoh

dan karakter tersebut membantu siswa untuk mengenal cerita

Mahabarata yang kemudian bisa diperankan dalam bermain teater

dengan mengambil salah satu bagian dari cerita Mahabarata maupun

Ramayana.

Pengertian Teater

Kata “teater” berasal dari bahasa Yunani Kuno theatron, yang

dalam bahasa Inggris seeing place, dan dalam bahasa Indonesia “tempat

untuk menonton”. Pada perkembangan selanjutnya kata teater dipakai

untuk menyebut nama aliran dalam drama. Teater juga digunakan

menjadi nama kelompok, dan pada akhirnya bentuk pertunjukan (drama,

tari, musikal) disebut dengan teater (Bangun, 2014: 91).

Page 101: DAFTAR ISI - UNY Journal

101Edisi Februari 2015

Teater adalah istilah lain dari drama. Dalam pengertian yang

lebih luas, teater adalah proses pemilihan teks atau naskah, penafiran,

penggarapan, penyajian atau pementasan, dan proses pemahaman atau

penikmatan dari publik atau audience (pembaca, pendengar, penonton,

pengamat, kritikus, peneliti). Proses menjadikan drama ke teater disebut

proses teatrikal atau berteater. Teater bisa diartikan dalam arti sempit dan

arti luas.Teater dalam arti sempit adalah drama (kisah hidup dan

kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan orang

banyak, dan didasarkan pada naskah yang tertulis). Dalam arti luas,

teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang

banyak,sebagai contoh: wayang orang, kethoprak, ludruk, dan lain-lain

(http://id.wikipedia.org/wiki/Teater).

Teater tradisional adalah bentuk tontonan yang diwariskan nenek

moyang secara turun-temurun kepada masyarakat. Adapun jenis teater

tradisional nusantara di antaranya:

1. Lenong (teater tradisional Betawi)

2. Longser (teater tradisional Jawa Barat)

3. Kethoprak (teater tradisional Jawa Tengah)

4. Ludruk (teater tradisional Jawa Timur)

5. Arja (teater tradisional Bali)

6. Kemidi Rudat (teater tradisional NTB)

7. Kondobuleng (teater tradisional Makasar)

8. Dulmuluk (teater tradisional Palembang)

9. Randai (teater tradisional Minangkabau)

10. Makyong (teater tradisional Mantang)

(Bangun, 2014: 97).

Perkembangan teater di Yogyakarta tidak jauh berbeda dengan

teater yang ada di Jawa Tengah. Teater tradisional yang ada di

Page 102: DAFTAR ISI - UNY Journal

102 UNYUNY Edisi Februari 2015

Yogyakarta di antaranya: Wayang Wong, Kethoprak, dan Langendriyan.

Kethoprak merupakan teater tradisional yang paling popular. Pada

mulanya kethoprak hanyalah permainan orang-orang desa yang sedang

menghibur diri dengan menabuh lesung di bulan purnama, yang disebut

gejogan. Pada perkembangannya jadilah sebuah tontonan teater

tradisional yang lengkap. Semula disebut kethoprak lesung, kemudian

dengan dimasukkannya musik gendang, terbang, suling, nyanyian, dan

lakon menggambarkan kehidupan rakyat pedesaan, maka lengkaplah

kethoprak sebagaimana kita kenal sekarang (Bangun, 2014: 99).

Kethoprak kini mengalami inovasi-inovasi baru, seperti adanya

kethoprak humor ataupun kethoprak dengan kemasan yang lebih santai.

Cerita dibuat menarik agar penonton tidak jenuh dan menyukai teater

tradisional ini. Kemasan atau tampilan yang menggunakan multimedia

membuat kethoprak terlihat lebih modern dan menarik.

Seni teater di sekolah selain mempelajari dasar-dasar teater juga

harus mengenal dan mengapresiasi teater tradisional nusantara, salah

satunya dengan melihat kethoprak ataupun bermain peran dengan tema

cerita wayang. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mengenalkan wayang

kepada siswa agar mereka tetap melestarikan seni tradisi yang

berkembang di Yogyakarta. Tokoh-tokoh dalam film Mahabarata versi

India yang sangat mempesona mempunyai daya tarik tersendiri.Hal

tersebut ternyata memberikan pengaruh positif terhadap masyarakat

untuk lebih mengenal cerita wayang secara lebih dalam. Belajar seni

teater di sekolah pun akan lebih mudah saat siswa mengenal tokoh-tokoh

idola yang menjadi inspirasi dalam bermain peran.

Tokoh wayang sebagai pendekatan dalam seni teater juga

diharapkan bisa membentuk karakter siswa. Jika dipelajari secara lebih

mendalam, tokoh-tokoh wayang dalam Mahabarata maupun Ramayana

Page 103: DAFTAR ISI - UNY Journal

103Edisi Februari 2015

sangat menarik untuk diperankan. Pendidikan karakter bisa ditanamkan

melalui kebudayaan dengan cipta, rasa, dan karsa. Mengelaborasikan

cipta, rasa, dan karsa mampu menciptakan produk-produk kebudayaan

yang bermanfaat bagi manusia, sehingga melahirkan nilai etika, estetika,

dan spiritualitas yang menghasilkan nilai-nilai humanisme dalam

keberadaan manusia.

Bermain teater dengan cerita wayang memberikan pengalaman

berkesenian yang mengandung nilai estetis dan nilai sosial. Pengalaman

estetis diharapkan mampu meningkatkan kualitas siswa sebagai kreator

serta mempunyai harga diri dan peka terhadap nilai-nilai kemanusiaan.

Belajar seni akan mengurangi sifat individualistis siswa dan lebih

menbangun kerjasama dengan orang lain. Berperan sebagai tokoh-tokoh

wayang dapat menambah wawasan, memberikan pengalaman, dan lebih

mencintai budaya bangsa.

Penutup

Perubahan kurikulum atau penerapan kurikulum apapun

sesungguhnya tidak menjadi persoalan bagi pembelajaran seni budaya.

Ketidakmampuan atau masalah yang dihadapai dapat tertolong dengan

pemberian tugas kepada siswa, sehingga guru itu sendiri dapat belajar

dari siswanya. Kurikulum 2013 yang sedang diterapkan dan dievaluasi

saat ini, selain diberi penekanan pada pendekatan saintifik, juga

penilaiannya dilakukan melalui tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotor.

Kreativitas siswa dalam bermain peran merupakan bagian dari

mengekpresikan diri dalan seni teater dapat menggunakan cerita wayang

sebagai pendekatannya agar siswa juga mengenal tokoh-tokoh wayang.

Secara tidak langsung mereka akan mengenal dan melestarikan wayang

Page 104: DAFTAR ISI - UNY Journal

104 UNYUNY Edisi Februari 2015

di zaman sekarang dengan cara mereka sendiri. Guru sebagai fasilitator

akan memberikan bimbingan kepada siswa untuk menampilkan karya

teater yang berbeda dari yang lain agar penampilan dalam berteater bisa

total.

Pengenalan tokoh wayang dalam seni teater pada pembelajaran

seni budaya ini sekaligus memberikan pendidikan karakter pada siswa.

Harapannya, setelah bermain peran dengan tokoh wayang, maka siswa

akanmempunyai rasa cinta terhadap budaya daerahnya, siswa

mendapatkan pengalaman estetis, dan juga mendapatkan pengalaman

sosial. Siswa lebih sabar dan toleran, serta memiliki rasa tanggung jawab

sosial dengan keluhuran budi yang menjunjung nilai-nilai mora Melalui

ekspresi senil. Generasi muda yang cinta akan budaya dapat memajukan

negeri ini dengan karya-karya nyatanya yang membanggakan,bukan

dengan cerita kelam narkoba atau tawuran antarpelajar.

Daftar Pustaka

Bangun, Sem Cornelyuz dkk. (2014). Seni Budaya Kelas XI. Jakarta:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Notopertomo, Margono, dan Warih Jatirahayu. (2004). Pakartitama.

Wayang sebagai Sumber Pendidikan Budi Pekerti. Klaten: CV

Sahabat.

http://id.wikipedia.org/wiki/Teater (diakses pada 18 September 2014).

http://wisnumintargo.web.ugm.ac.id/?p=17 (diakses pada 18 September

2014).

http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang (diakses pada 19 September 2014).

Page 105: DAFTAR ISI - UNY Journal

105Edisi Februari 2015

Pengaruh Situs Jejaring Sosial Facebook

terhadap Perkembangan Kognitif Remaja

Oleh: Sunarti

Guru BK SMA Negeri 1 Cangkringan Sleman

Pendahuluan

Situs jejaring sosial facebook merupakan salah satu bentuk

teknologi yang menyediakan fasilitas bagi kebutuhan sosialisasi yang

sangat diminati remaja. Facebook, selain memiliki berbagai kelebihan,

ternyata juga menampilkan sejumlah kelemahan bagi penggunanya.

Pemanfaatan media facebook yang berlebihan dan tidak berorientasi

pada kebutuhan akan berdampak negatif bagi para penggunanya. Selain

menimbulkan berbagai masalah kesehatan, penggunaan facebook yang

berlebihan juga dapat mengganggu aktititas intelektual remaja. Remaja

kehilangan banyak waktu dan mengalami gangguan konsentrasi belajar

karena terlalu banyak berselancar di dunia maya. Akhirnya, prestasi

belajar mereka rendah (Wiguna, 2009).

Di kalangan pelajar dan remaja, kecanduan facebook merupakan

satu hal yang sangat merugikan, mengingat tugas utama mereka adalah

belajar. Dengan kecanduan facebook mereka banyak kehilangan waktu

yang seharusnya mereka gunakan untuk belajar. Remaja yang

kecanduan facebook atau internet, pada umumnya mempunyai peluang

lebih besar untuk melakukan perbuatan yang membahayakan diri

mereka. Kecanduan ini telah dikategorikan sebagai masalah kesehatan

mental sejak pertengahan 1990-an dengan gejala yang serupa dengan

kecanduan lain (Juju, 2002).

Para ahli menafsirkan bahwa kecanduan ini ditandai adanya

Page 106: DAFTAR ISI - UNY Journal

106 UNYUNY Edisi Februari 2015

perasaan depresi, gelisah, dan murung manakala mereka tidak

melakukan kegiatan internet atau facebook. Semua itu baru bisa hilang

ketika pecandunya kembali melakukan kegiatan online. Mengkhayal

atau terlalu memikirkan kegiatan online adalah tanda lain mengenai

kecanduan internet.

Untuk itu, orang tua dan guru berperan dalam mengarahkan

remaja agar dapat membagi waktu dengan baik dalam penggunaan situs

jejaring sosial, khususnya facebook, agar mereka, para remaja, tidak

dirugikan karena kesalahan dalam menggunakan situs jejaring sosial

facebook tersebut.

Sejarah Facebook

Facebook merupakan sebuah sarana sosial yang membantu

masyarakat untuk berkomunikasi secara lebih efisien dengan teman-

teman, keluarga, dan teman kerja. Siapa pun bebas mendaftar dan

berinteraksi dengan orang-orang yang mereka kenal (Turner, 2009).

Facebook diluncurkan pada 4 Februari 2004 oleh Mark

Zuckerberg, seorang pemuda lulusan Harvard, alumni siswa Ardsley

High School. Keanggotaan facebook pada awalnya diperuntukkan

khusus mahasiswa Universitas Harvard. Hanya dalam 24 jam setelah

diluncurkan, 1.200 mahasiswa Harvard sudah menjadi anggota. Dalam

dua bulan selanjutnya, keanggotaannya diperluas ke sekolah lain di

wilayah Boston (Wiguna, 2009).

Media situs jejaring sosial facebook merupakan salah satu

bentuk teknologi paling trend saat ini, terbukti berhasil mengalihkan

perhatian para remaja terutama dari aktivitas intelektualnya. Demam

facebook tampak begitu nyata, dimulai pada pertengahan 2008 dan

memuncak pada atau sepanjang 2009 hingga saat ini. Penggunaan

facebook oleh masyarakat Indonesia mencapai pertumbuhan 64,5% per

Page 107: DAFTAR ISI - UNY Journal

107Edisi Februari 2015

tahun, mengalahkan China dan India yang merupakan peringkat teratas

populasi penduduk di dunia. Untuk itu, Indonesia mendapat julukan The

Republic of Facebook (Wiguna, 2008).

Para pengguna facebook mengakui bahwa waktu belajar mereka

telah tersita. Rata-rata para siswa pengguna facebook kehilangan antara

1-5 jam sampai 11-15 jam waktu belajarnya per minggu untuk bermain

facebook (Anonim, 2009).

Melihat fakta di atas, mencurigai media situs jejaring sosial

facebook sebagai faktor yang turut bertanggung jawab terhadap

menurunnya prestasi akademik, yang merupakan salah satu aspek

perkembangan kognitif siswa remaja, kiranya cukup beralasan.

Dampak Buruk Facebook

Menurut Wiguna (2008), selain memiliki sisi positif, facebook

juga memiliki sisi negatif. Beberapa sisi negatif yang disebabkan oleh

facebook, di antaranya:

1. Tidak peduli dengan sekitarnya

Orang yang sudah kecanduan facebook akan asyik dengan dunianya

sendiri (dunia yang diciptakannya), sehingga tidak peduli dengan

orang lain dan lingkungan di sekitarnya.

2. Kurangnya sosialisasi dengan lingkungan

Hal itu merupakan dampak dari seringnya bermain facebook.

Masalah itu cukup mengkhawatirkan bagi perkembangan kehidupan

sosial remaja. Mereka yang seharusnya belajar bersosialisai dengan

lingkungan, justru lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya

bersama teman-teman facebook-nya yang rata-rata hanya untuk

membahas sesuatu yang tidak penting. Akibatnya, kemampuan

verbal anak menurun.

Page 108: DAFTAR ISI - UNY Journal

108 UNYUNY Edisi Februari 2015

3. Menghamburkan uang

Akses internet untuk membuka facebook jelas berpengaruh terhadap

kondisi keuangan, terlebih bila itu dilakukan dengan akses dari

warnet. Biaya internet di Indonesia yang cenderung masih mahal

dibanding dengan negara-negara lain (di negara-negara itu sudah

banyak yang digratiskan). Maka, hal ini sudah bisa dikategorikan

sebagai pemborosan karena tidak produktif.

4. Mengganggu kesehatan

Terlalu banyak nongkrong di depan monitor tanpa melakukan

kegiatan apa pun, tidak pernah berolahraga sangat berisiko bagi

kesehatan. Penyakit akan mudah datang, terlambat makan, dan tidur

pun cenderung tidak teratur. Obesitas (kegemukan), penyakit

lambung (pencernaan), dan penyakit mata adalah gangguan

kesehatan yang paling mungkin terjadi.

5. Berkurangnya waktu belajar

Hal itu sudah jelas karena terlalu lama bermain facebook akan

mengurangi waktu belajar remaja sebagai pelajar. Bahkan, ada

beberapa yang masih asyik bermain facebook ketika mereka sudah

berada di lingkungan sekolah.

6. Kurangnya perhatian untuk keluarga

Keluarga di rumah adalah nomor satu. Slogan tersebut tidak lagi

berlaku bagi para facebookers. Untuk mereka, teman-teman di

facebook adalah yang nomor satu. Tidak jarang perhatian mereka

terhadap keluarga menjadi berkurang.

7. Tersebarnya data pribadi

Beberapa facebookers memberikan data-data mengenai dirinya

dengan sangat rinci. Biasanya itu untuk orang yang baru mengenal

internet sebatas facebook saja. Mereka tidak tahu resiko yang bisa

Page 109: DAFTAR ISI - UNY Journal

109Edisi Februari 2015

terjadi akibat menyebarkan data pribadi di internet. Padahal, data-

data di internet mudah sekali bocor, apalagi facebook teramat

gampang di-hack.

8. Mudah menemukan sesuatu berbau pornografi dan seks

Mudah sekali bagi para facebookers menemukan sesuatu yang

berbau pornografi dan seks. Karena kedua hal itu yang paling banyak

dicari di internet dan juga paling mudah ditemukan. Hal ini menjadi

fakta tidak/belum dewasanya pengguna intenet di Indonesia.

9. Rawan terjadinya perselisihan

Tidak adanya kontrol dari pengelola facebook terhadap para

anggotanya dan ketidakdewasaan pengguna facebook membuat

pergesekan antar-facebookers sering sekali terjadi. Kejadian saling

menghina dan menjelek-jelekkan orang lain, lembaga, atau suatu

daerah pun rawan terjadi.

10. Sering terjadi penipuan

Seperti media-media yang lain, facebook juga rawan terhadap

penipuan, apalagi bagi anak-anak yang kurang mengerti tentang

seluk-beluk dunia internet. Bagi si penipu sendiri, kondisi dunia

maya yang serba anonim jelas sangat menguntungkan.

Karakteristik Remaja

Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak ke masa

dewasa. Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang amat penting

dalam kehidupan seseorang, khususnya dalam pembentukan

kepribadian individu. Masa remaja dibagi menjadi dua, yaitu (1) periode

remaja awal (early adolescence), berkisar antara umur 13-17 tahun dan

(2) periode remaja akhir, yaitu umur 17-18 tahun (Hurlock, 2000).

Dalam usaha memahami dunia kognitif remaja, kebanyakan

Page 110: DAFTAR ISI - UNY Journal

110 UNYUNY Edisi Februari 2015

yakin bahwa baik perubahan kognitif pada cara berpikir operasional

konkret dan formal maupun perkembangan keahlian melalui

pengalaman, memberi pengaruh pada perkembangan kognitif (Santrock,

2003).

Perubahan-perubahan yang mengesankan dalam kognisi sosial

menjadi ciri perkembangan remaja. Pemikiran remaja bersifat

egosentris. Guilford (Azwar, 1996) mendefinisikan perkembangan

kognisi sebagai cara pemrosesan informasi melalui penemuan suatu

informasi atau pengenalan kembali suatu informasi.

Perkembangan kognitif diartikan bagaimana memperoleh

pengetahuan, menyimpan, dan menggunakannya. Menurut Piaget

(Haditono, 2006) perkembangan kognitif dapat dibagi menjadi beberapa

stadium, artinya fungsi kognitif pada umur yang berlainan dapat jelas

dibedakan satu dari yang lain. Stadium yang berurutan tadi

menunjukkan adanya kemungkinan kognitif baru yang sebelumnya

belum ada

Vigotsky (Keating dalam Santrock, 2003) meyakini bahwa

pendidikan formal hanyalah sebuah agen budaya yang menentukan

perkembangan kognitif remaja. Orang tua, teman sebaya, masyarakat

sekitar, dan orientasi teknologi adalah kekuatan lain yang

mempengaruhi perkembangan cara berpikir remaja. Misalnya, sikap

terhadap kompetensi intelektual yang dialami remaja melalui

hubungannya dengan orang tua dan teman sebayanya mempengaruhi

motivasi mereka untuk menimba pengetahuan. Demikian pula sikap

guru dan orang dewasa lain di lingkungan sekitarnya. Pengaruh media,

terutama melalui perkembangan televisi dan komputer, semakin

berperan penting bagi sosialisasi kognitif remaja. Televisi berpotensi

mengarahkan remaja untuk menjadi pelajar pasif dan mengalihkan

Page 111: DAFTAR ISI - UNY Journal

111Edisi Februari 2015

perhatiannya dari tujuan intelektualnya (Santrock, 2003).

Dalam pandangan Vigotsky, perbedaan dalam kinerja kognitif

remaja sering dikaitkan dengan fitur-fitur yang lingkungan kognitifnya

dapat dikenali. Pertumbuhan kognitif anak-anak dan remaja dibantu oleh

panduan individu yang terampil dalam menggunakan perangkat

kebudayaan. Pendekatan sosialisasi kognitif menyarankan untuk

memberikan perhatian lebih dengan membangun lingkungan yang

merangsang perkembangan kognitif dan kepada faktor-faktor sosial

yang mempengaruhi perkembangan kognitif.

Facebook dan Perkembangan Kognitif Remaja

Facebook semakin familier bagi pengguna internet di Indonesia

karena memiliki daya tarik yang begitu memukau dalam dunia virtual.

Facebook memiliki sederet fitur yang memungkinkan penggunanya

berinteraksi langsung (real time) seperti chatting, tag foto, blog, game,

dan memperbarui (update) status yang dinilai menarik. Kelebihan

facebook yang lain adalah simpel dan elegan, yang secara spontan

membuat orang merasa enjoy dengan facebook. Mereka dapat

mengetahui secara langsung apa yang sedang dipikirkan atau dilakukan

oleh teman-temannya, sekaligus bisa langsung memberikan komentar,

dan semua itu berada pada satu halaman.

Lingkungan keluarga, masyarakat, budaya dan teknologi

merupakan faktor eksternal yang memiliki peran penting terhadap

perkembangan kognitif remaja. Namun, lingkungan-lingkungan

tersebut pada dewasa ini cukup terabaikan.

Kelebihan-kelebihan facebook itulah yang membuat jutaan

remaja terjebak dalam demam facebook. Banyaknya peminat terhadap

situs jejaring sosial facebook belakangan ini membuat individu

Page 112: DAFTAR ISI - UNY Journal

112 UNYUNY Edisi Februari 2015

berlomba-lomba membuat account pribadi pada situs jejaring sosial itu.

Peminat situs jejaring sosial di Indonesia merata mulai dari kalangan

remaja hingga dewasa.

Facebook berdampak secara langsung maupun tidak langsung

terhadap perkembangan kognitif anak dan remaja. Hasil penelitian

membuktikan bahwa siswa dan mahasiswa banyak kehilangan waktu

karena keasyikan berkomunikasi melalui facebook. Waktu untuk belajar

yang semakin berkurang, dibuktikan dengan nilai rata-rata para

pengguna facebook yang relatif lebih rendah dibandingkan nilai rata-rata

non-pengguna facebook.

Sebuah penelitian terbaru dari Aryn Karpinski, peneliti dari Ohio

State University, menunjukkan bahwa mahasiswa pengguna facebook

ternyata mempunyai nilai mata kuliah yang lebih rendah dibanding para

mahasiswa non-pengguna facebook. Tidak hanya untuk mahasiswa,

facebook juga telah menyebabkan waktu belajar para siswa tersita oleh

keasyikan berselancar di situs jejaring sosial yang tengah populer ini.

Para pengguna facebook mengakui bahwa waktu belajar mereka

memang telah tersita. Rata-rata para siswa pengguna facebook

kehilangan waktu antara 1-5 jam sampai 11-15 jam waktu belajarnya per

minggu untuk bermain facebook (Anonim, 2009).

Media komputer dan handphone memberikan efek radiasi yang

berpotensi melemahkan sel otak. Selain itu, menggunakan mouse atau

memencet-mencet keypad ponsel selama berjam-jam setiap hari, dapat

mengakibatkan cedera tekanan yang berulang-ulang. Penyakit

punggung juga merupakan hal yang umum terjadi pada orang-orang

yang menghabiskan banyak waktunya untuk duduk di depan meja

komputer. Beberapa gen, termasuk gen yang berhubungan dengan

sistem kekebalan dan respons terhadap stres, beraksi secara berbeda,

Page 113: DAFTAR ISI - UNY Journal

113Edisi Februari 2015

bergantung pada seberapa sering interaksi sosial dilakukan seseorang

dengan yang lain melalui media. Ringkasnya, kecanduan facebook dapat

menyebabkan melemahnya kekebalan tubuh, menurunkan tingkat

hormon, melemahkan fungi sel otak, fungsi urat nadi, juga merusak

penampilan mental (impair mental performance). Bahkan, kecanduan

facebook juga dapat meningkatkan resiko terkena masalah kesehatan,

seperti kanker, stroke, penyakit jantung, dan pikun (Anonim, 2009).

Keterpaduan faktor hereditas dan lingkungan menjadi

determinan bagi perkembangan kognitif seorang remaja. Faktor genetik

dan daya dukung lingkungan secara sinergis akan mempegaruhi

perkembangan kognitif remaja. Teknologi merupakan salah satu faktor

lingkungan yang turut berkontribusi terhadap perkembangan kognitif

remaja. Penggunaan teknologi secara berlebihan dan tidak berorientasi

pada kebutuhan dapat menjadi faktor penyumbang bagi terhambatnya

perkembangan kognisi remaja.

Salah satu konsep yang pernah dirumuskan oleh para ahli

mengatakan bahwa keberhasilan dalam belajar dipengaruhi oleh banyak

faktor yang bersumber dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal)

diri individu. Faktor internal terdiri atas faktor fisik yang berupa

pancaindera dan kondisi fisik umum serta faktor psikologis yang terdiri

atas variabel kognitif, yaitu minat, motivasi, dan kepribadian;

kemampuan non-kognitif meliputi kemampuan khusus (bakat) dan

kemampuan umum (inteligensi). Faktor eksternal terdiri atas variabel

fisik yang berupa kondisi tempat belajar, sarana dan perlengkapan

belajar, materi pelajaran, dan kondisi lingkungan belajar; dan variabel

sosial meliputi dukungan sosial dan pengaruh budaya. Inteligensi hanya

merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar. Interaksi

antarberbagai faktor tersebut menjadi penentu bagaimana hasil akhir

Page 114: DAFTAR ISI - UNY Journal

114 UNYUNY Edisi Februari 2015

proses belajar yang dialami oleh individu. Peranan masing-masing

faktor tidak selalu sama dan tetap. Besarnya kontribusi suatu faktor akan

ditentukan oleh kehadiran faktor lain. Hal itu bersifat sangat situasional,

tidak dapat diprediksi dengan cermat akibat keterlibatan faktor lain yang

sangat bervariasi (Azwar, 1996).

Penutup

Orientasi teknologi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi

perkembangan cara berpikir remaja. Pengaruh media, terutama

berkembangnya situs jejaring sosial facebook berperan penting bagi

sosialisasi kognitif pada remaja. Facebook telah mampu menyita waktu

para pelajar, terutama dari aktivitas intelektualnya. Penggunaan

facebook yang tidak bijaksana berpotensi membuat remaja untuk lebih

menjadi pelajar pasif, sehingga berujung pada kegagalan.

Peran orang tua dan guru menjadi penting untuk menyadarkan

remaja agar tidak terjebak dalam kegiatan yang merugikan seperti itu.

Berinternet utamanya facebook memang tidak dilarang, sepanjang

hanya sebatas sarana untuk berinteraksi secara wajar, bagaimanapun

selain sisi negatif, facebook juga memiliki sisi positif.

Page 115: DAFTAR ISI - UNY Journal

Daftar Pustaka

Anonim. (2009). Facebook Akibatkan Stroke dan Pikun.

http://www.romeltea.com/tag/pengaruh-facebook/ (diakses

pada 7-10-2009).

. (2009). Macam Situs Jejaring Sosial. http://ict-

site.blogspot.com/2009/03/macam-situs-jejaring-sosial_5012.

html (diakses pada 13-11-2009).

Azwar, Saifudin. (1996). Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Hurlock, E.B. (2000). Psikologi Perkembangan (Terj.: Istiwidayanti dan

Soedjarwo). Jakarta: Erlangga.

Juju. (2009). Seri Penuntun Facebook. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo.

Santrock, J.W. (2002). Life Span Development (Terj.: Ahmad Chusairi

dan Juda Damanik. Jakarta: Erlangga.

Turner, D. (2009). Facebook dan Perilaku Baru. http://konselingyuk.

blogspot.com/2009/02/facebook-dan-perilakubaru.html

(diakses pada 7-12-2009).

Wiguna. (2009). Dampak positif dan Negatif Facebook.

http://mmadjie.blogspot.com/2009/06/dampak-positif-dan-

negatif-facebook.html (diakses pada 7-11-2009).

Page 116: DAFTAR ISI - UNY Journal

116 UNYUNY Edisi Februari 2015

BERITA PENGIRIMAN UANG

Dengan ini saya kirimkan uang sebesar :

Rp............................untuk pembelian WUNY edisi....................sebanyak...............eks

Rp............................untuk pembelian WUNY mulai edisi ..................s/d.....................sebanyak ................eks

Uang tersebut telah saya kirimkan melalui:

Bank BTN Cabang Yogyakarta

Rekening Nomor : 00005-01-30-000 144-3, a.n (a.n. Bendahara Penerima UNY)

Pos Wesel dengan Resi Nomor.................................................Tanggal.......................... .

FORMULIR BERLANGGANAN JURNAL WUNY

Mohon dicatat sebagai pelanggan WUNY

Nama : .......................................................................................................

Status : Lembaga/Perseorangan*) Alamat : .......................................................................................................

.......................................................................................................

(Kode Pos....................)

Harga Langganan

Untuk Lembaga/Perseorangan Rp 30.000,-/tahun (3 edisi) ditambah ongkos kirim**)**) Ongkos KirimWilayah Jawa : Rp 10.000,-/eksemplarWilayah Luar Jawa : Rp 15.000,-/eksemplar

*) Coret yang tidak perlu

..................,..............................

(...............................................)

FORMULIR INI BOLEH DI FOTO COPY