daftar isi tmj
DESCRIPTION
FisiologiTRANSCRIPT
BAB I
DASAR TEORI
Sendi Tempora Mandibula adalah persendian antara RA dan RB. Persendian
memiliki sistem dua persendian, yaitu persendian antara kondilus mandibula dengan
fossa artikularis yang berada pada tulang temporal (Ganong, 1983). Diskus
artikularis/meniskus sendi yang merupakan jaringan ikat fibrosa padat, memisahkan
ruang sendi menjadi ruang sendi atas dan bawah. Di ruang sendi atas terjadi gerakan
meluncur dan bagian bawah berfungsi sebagai sendi engsel. Selain itu juga terdapat
kapsul dan ligamen sendi yang membatasi pergerakan sendi ke depan dan ke bawah.
Sendi Temporomandibula merupakan sendi yang bertanggung jawab terhadap
pergerakan membuka dan menutup rahang mengunyah dan berbicara yang letaknya
dibawah depan telinga.Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di
kepala, sehingga bila terjadi sesuatu pada salah satu sendi ini, maka seseorang
mengalami masalah yang serius. Masalah tersebut brupa nyeri saat membuka,
menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan dapat menyebabkan mulut
terkunci.
Gambar 1. Potongan sagital STM
1
Lokasi sendi temporomandibular (TMJ) berada tepat dibawah telinga yang
menghubungkan rahang bawah (mandibula) dengan maksila (pada tulang temporal).
Sendi temporomandibular ini unik karena bilateral dan merupakan sendi yang paling
banyak digunakan serta paling kompleks (Pedersen, 1996).
Permukaan sendi dilapisi oleh jaringan ikat fibrosa padat dan avaskuler. Hal
ini menyebabkan sendi tidak dapat memikul beban karena tidak dilapisi oleh kartilago
hialin. Ada empat otot kunyah utama, yaitu masseter, temporalis, pterygoideus
medialis dan lateralis. Saat berfungsi, komponen-komponen sendi saling bekerja
sama. Misalnya gerakan protrusi diawali kontraksi otot yang menarik kondil kedepan
dan ke bawah mengikuti eminensia sendi (Okeson, 1993). Meniskus/Diskus
artikularis merupakan suatu lempeng jaringan ikat fibrosa yang berada di antara
kondil dan fosa artikularis. Diskus ini tidak melekat erat baik pada kondil dan fosa
artikularis, bagian tengahnya tipis dan agak menebal pada bagian anterior dan
posterior.
Gambar 2 : Posisi Normal Diskus Artkularis Adalah Posisi jam 12,
Posisi Diskus Artikularis Berhimpit dengan Puncak Kondilus pd Satu Garis Lurus
Pada kedudukan normal dan menutup mulut, kedudukan kepala kondil berada
pada bagian tengah diskus yaitu bagian yang tipis. Pada proses ini, otot masseter akan
berkontraksi dan meluncurkan kondil ke arah posterior. Sedang, pada proses
membuka mulut, diskus artikularis dan kondil bersama-sama meluncur ke bawah
sepanjang eminensia sendi dan diskus artikularis berputar pada kepala kondil ke arah
2
posterior. Panjang dan kelenturan serabut elastis serta bentuk diskus artikularis dapat
berubah apabila pola gerak mandibula berubah dari pola gerak yang seharusnya.
Secara klinis, perubahan ini menimbulkan bunyi keletuk sendi pada saat menutup dan
membuka mulut. (Alsawaf 1989, Ganong 1983).
Berdasarkan hasil penelitian elektromiografi, gerak mandibula dalam
hubungannya dengan rahang atas dapat diklasifikasikan sebagai berikut yaitu :
1.Gerak membuka
2.Gerak menutup
3.Protrusi
4.Retusi
5.Gerak lateral
3
BAB II
HASIL PENGAMATAN
A. Pertanyaan dan Jawaban
1. Apa yang menyebabkan bunyi sendi?
Jawab : Terjadinya bunyi pada sendi karena adanya perubahan letak, bentuk, dan
fungsi dari komponen sendi temporomandibular. Bunyi yang dihasilkan dapat
bervariasi mulai dari bunyi yang lemah dan hanya terasa oleh si penderita sampai
yang keras dan tajam. Bunyi ini dapat terjadi pada awal, pertengahan atau akhir gerak
buka dan tutup mulut.
2. Apa perbedaan krepitus, clicking, dan popping?
Jawab : Krepitus adalah bunyi mengeret atau gemeretak menunjukan adanya
perubahan degenerasi. Biasanya ditemukan pada pasien dengan kelainan sendi
temporo-mandibula jangka panjang .
Clicking adalah bunyi tunggal dalam waktu yang singkat. Bunyi tersebut dapat
berupa bunyi berdebuk yang perlahan, samar sampai bunyi retak yang tajam dan
keras.
Popping adalah bunyi letupan karena adanya keterbatasan gerakan rahang atau
atau gerakan rahang yang biasanya asimetri.
3. Bagaimana pola pergerakan kondil pada saat membuka dan menutup
mulut?
Jawab : Pada saat gerakan membuka, processus condylus dan diskus artikularis
akan meluncur menuruni eminansia artikularis dan diskus artikularis akan berputar ke
arah posterior dari condyl. Hal ini menyebabkan angulus mandibula bergerak ke
4
belakang dan dagu terdepresi sehingga mulut terbuka. Sedangkan pada gerak
menutup mulut, condyl yang tadinya meluncur menuruni eminensia artikularis, akan
bergerak naik ke atas sepanjang eminensia artikularis, sedangkan diskus artikularis
akan berputar ke arah anterior condyl. Kemudian condyl ada menempati tempat
awalnya yaitu di fossa glenoidal dan mulut pun tertutup.
4. Mengapa dapat timbul gerakan inkoordinasi mandibula?
Jawab : Dapat terjadi karena hilangnya kontinuitas mandibula sehingga
menyebabkan kehilangan keseimbangan dan akhirnya menyebabkan inkoordinasi
gerakan mandibular. Hal tersebut bisa saja disebabkan karena oklusi gigi yang tidak
sempurna, penggunaan otot mastikasi yang berlebihan dan tidak seimbang, ataupun
kebiasaan-kebiasaan abnormal (menggigit jari, bibir, bruxism,dll) yang bisa
menyebabkan gangguan pada STM.
5. Apakah posisi tidur dapat berpengaruh pada kondisi mandibula? Jelaskan
mekanismenya!
Jawab : Bisa. Tidur dilakukan kurang lebih selama 6 jam, bila seseorang
memiliki kebiasaan tidur yang salah maka akan dapat mempengaruhi kondisi dari
mandibular itu sendiri. Misalnya kebiasaan tidur dengan memiringkan tubuh ke salah
satu sisi saja dapat menyebabkan tekanan mandibular yang berat pada salah satu sisi.
Apalagi bila tidur dilakukan selama berjam-jam dan kebiasaan itu terbawa sejak
lama, dapat menyebabkan perubahan posisi ataupun kemiringan dari mandibular yang
nantinya akan berpengaruh pula pada susunan gigi geliginya.
6. Mengapa membuka mulut maksimal menimbulkan kelelahan dan nyeri?
Jelaskan mekanismenya!
Jawab : Membuka mulut maksimal dapat menimbulkan nyeri karena sendi
temporo-mandibula mengalami dislokasi, dimana sendi rahang "keluar" dari lokasi
5
normalnya. Selain itu pada saat membuka mulut secara maksimal, otot-otot mastikasi
yang berkontraksi pada keadaan ini (M. Pterygoideus lateralis) akan bekerja lebih
keras sehingga menimbulkan kelelahan. Kondisi ini menyebabkan otot akan
mengalami ‘kelelahan’ dan timbul rasa nyeri.
7. Bagaimana pengaruh pemijatan pada kelelahan? Jelaskan mekanismenya!
Jawab : Pemijatan mampu memberikan banyak manfaat bagi tubuh. Efek pijat
pada syaraf mampu memberikan rangsangan dan meningkatkan aktivitas otot,
pembuluh darah, dan kelenjar yang diatur oleh otot-otot tersebut. Karena setelah
dipijat, aliran darah ke otot akan lebih lancar sehingga pasokan oksigen akan lebih
banyak dari sebelumnya. Oksigen berguna dalam proses pembakaran untuk
menghasilkan energi, sehingga setelah dipijat energi meningkat dan otot dapat
bekerja lebih lama. Kegiatan pijat mampu mengendurkan dan meregangkan otot dan
jaringan-jaringan lunak dalam tubuh, sehingga mengurangi ketegangan otot dan
kram. Perbaikan sirkulasi darah dan getah bening di otot akan menghasilkan sirkulasi
yang lebih baik dalam tulang-tulang yang terkait. Sendi yang tegang dan rasa sakit
yang diakibatkan oleh kondisi-kondisi seperti arthritis, bisa dikurangi sehingga
tercipta rasa nyaman dan kemudahan dalam bergerak.
8. Bagaimana pengaruh infra red pada kelelahan? Jelaskan mekanismenya!
Jawab : Pemberian infra red pada bagian tubuh tertentu setelah mengalami
kelelahan, akan mengurangi kelelahan yang dirasakan. Hal ini dapat terjadi karena
sinar infra red akan menghasilkan panas yang menyebabkan pembuluh kapiler darah
membesar (vasodilatasi). Sirkulasi darah menjadi lancar, sehingga suplai oksigen
dari darah mengalir lancar. Hal tersebut yang akan menyebabkan rasa lelah menjadi
berkurang.
6
B. Percobaan
Alat dan Bahan
1. Masker 5. Stetoskop
2. Sarung tangan 6. Senter
3. Jangka 7. Spidol
4. Penggaris 8. Lap putih
1. Pemeriksaan Gerakan STM Secara PalpasiProsedur percobaan :1. Orang coba dipersiapkan dalam posisi duduk dengan posisi kepala sejajar
dengan lantai.
2. Operator telah siap menggunakan sarung tangan steril dan masker
3. Melakukan palpasi 0,5-1 cm di depan meatus acusticus externus kiri dan
kanan pada posisi membuka dan menutup mulut.
4. Periksa dan catat posisi dan gerakan kondili pada saat membuka dan
menutup mulut.
5. Periksa dan catat apakah gerakan kondili simetri kiri dan kanan.
6. Periksa dan catat apakah terjadi hambatan gerak kondili.
Hasil percobaan
Jenis Kelamin Orang Coba
Gerakan STM (simetri/normal/terjadi hambatan)
Perempuan Simetri / Normal / Tanpa hambatan
Laki-laki Simetri / Normal / Tanpa hambatan
2. Pemeriksaan Bunyi STM Secara AuskultasiProsedur percobaan :1. Orang coba berada dalam posisi tegak dengan posisi kepala sejajar dengan
lantai
7
2. Lakukan pemeriksaan pada daerah sendi dengan menggunakan stetoskop
3. Amati dan dengarkan bunyi yang timbul saat membuka dan menutup
mulut.
Hasil percobaan :
Jenis Kelamin Orang Coba
Gerakan STM (sakit/ krepitasi/ kliking/ popping)
Perempuan Normal / Tidak ada bunyi
Laki-laki Normal / Tidak ada bunyi
3. Pemeriksaan Gerakan Mandibula
Prosedur percobaan membuka mulut :
1. Orang coba berada dalam posisi tegak dengan posisi kepala sejajar dengan
lantai
2. Mintalah orang coba membuka mulut
3. Masukkan 3 jari kanan ke dalam mulut
4. Amati apakah jari dapat masuk ke dalam mulut, jika sakit jangan dipaksa
5. Dapat pula diukur dengan jangka dan penggaris
6. Catat berapa besar pergerakan normal maksimal mandibula dari orang coba
Hasil Percobaan :
Jenis Kelamin Orang Coba
(A)Jarak Maksimal (mm)
(B) Waktu Maksimal (menit)
Perempuan 40 4 menit 27 detik
Laki-laki 53 1 menit 2 detik
8
Gerakan mandibula ke antero-posterior, lateral, dan koordinasi gerakan
Prosedur percobaan :
1. Orang coba berada dalam posisi tegak dengan posisi kepala sejajar dengan
lantai
2. Letakkan jari telunjuk dan jari tengah kedua tangan operator pada kedua
kondil orang coba
3. Instruksikan orang coba untuk membuka mulut, dilanjutkan menutup
mulut sampai gigi geligi kedua rahang menyentuh, dilanjutkan
menggerakkan mandibula kea rah antero-posterior dan ke lateral.
4. Perhatikan dan catat perubahan gerakan kedua kondil.
Hasil percobaan :
Jenis Kelamin Orang Coba
Gerakan Mandibula Perubahan Kondil
Perempuan (C) Antero-posterior Anterior Condyl ke anterior / Posterior Condyl ke posterior
Perempuan (D)Lateral Kanan Condyl ke kanan /Kiri Condyl ke kiri
Perempuan (E) Koordinasi Gerakan
Gerakan simetris
Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup Mulut
Prosedur percobaan :
1. Orang coba berada dalam posisi tegak dengan posisi kepala sejajar dengan
lantai
2. Instruksikan orang coba membuka mulut maksimal sampai timbul rasa
lelah, catat waktunya
9
3. Istirahatkan selama 10 menit
4. Ulangi percobaan, tetapi setengah dari waktu timbul kelelahan lakukan
pemijatan pada otot pembuka mulut sambil tetap membuka mulut
maksimal, catat waktunya
5. Istirahatkan kembali selama 10 menit
6. Ulangi percobaan, tetapi setengah dari waktu timbul kelelahan lakukan
pemajanan dengan sinar infrared pada otot pembuka mulut, sambil
membuka mulut maksimal, catat waktunya.
Hasil percobaan :
Jenis Kelamin
Orang Coba
Lama Membuka Mulut Secara Maksimal
Waktu Timbul Kelelahan
Perempuan
Waktu maksimal (ex. X menit) 4 menit 39 detik
Istirahat 10 menit
½ dari waktu maksimal (0.5 dari x menit + pemijatan)
8 menit 26 detik
Istirahat 10 menit
½ dari waktu maksimal (0.5 dari x menit + pajanan sinar infra merah)
10 menit 44 detik
7. Gerakan STM pada Beberapa Posisi Kepala
Pengaruh Posisi Kepala Terhadap Gerakan Mandibula (menunduk, menengadah, terlentang, kesamping, dan istirahat)
Prosedur percobaan :
1. Orang coba berada dalam posisi tegak dengan posisi kepala sejajar
dengan lantai
10
2. Dalam posisi kepala tegak dan oklusi sentrik, palpasi posisi kondil,
dan beri tanda puncak kondil dan tragus.
3. Ukur jarak puncak kondil dan tragus
4. Instruksikan orang coba untuk duduk tenang
5. Dalam posisi kepala menunduk palpasi puncak kondili dengan posisi
yang baru dengan spidol.
6. Ukurlah jarak puncak kondil dengan tragus yang baru
7. Perhatikan dan catat perubahan gerakan mandibula yang dirasakan
8. Catat jarak pergeseran kondilus
9. Lakukan percobaan ulang seperti butir 1-8 dengan posisi menengadah,
terlentang, miring ke samping.
Hasil percobaan :
Jenis Kelamin Orang Coba
Posisi KepalaJarak kondil-tragus (mm) dan apa
yang dirasakan
Laki-laki
Tegak lurus 18, normal
Menunduk 15, normal
Menengadah 12, normal
Terlentang 11, normal
Kesamping 17, normal
Istirahat 2, normal
11
BAB III
PEMBAHASAN
Sendi temporo mandibular merupakan sistem persendian yang
menghubungkan antara mandibula dengan fossa glenoidalis. Sendi ini memegang
peranan penting dalam sistem mastikasi. Secara normal, STM akan bekerja secara
simetris, tanpa hambatan, tidak menimbulkan suara yang abnormal, serta tidak
menimbulkan rasa sakit. Hal ini dikarenakan adanya kerja yang sinergis antara sendi
temporo mandibular dengan otot-otot mastikasi.
1. Pemeriksaan gerakan STM secara palpasi
Pada pemeriksaan gerakan STM secara palpasi, dua orang berjenis
kelamin perempuan dan laki-laki melakukan palpasi dengan jarak 0.5-1 cm di
depan meatus acusticus externus (lubang telinga) kiri dan kanan pada posisi
membuka dan menutup mulut. Palpasi dilakukan secara bergantian. Pada
orang coba pertama (perempuan) dan orang coba kedua (laki-laki). Keduanya
diketahui bahwa gerakan STM simetris. Dalam membuka dan menutup mulut
tidak terjadi hambatan maupun rasa nyeri, gerakan STM normal.
2. Pemeriksaan bunyi STM secara auskultasi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan stetoskop. Dua orang
coba meletakkan stetoskop pada daerah STM, kemudian mendengarkan bunyi
yang timbul saat masing-masing membuka dan menutup mulut. Kemudian
dilakukan pencatatan, apakah ada bunyi krepitasi, clicking, atau popping yang
muncul. Pemeriksaan ini dilakukan secara bergantian, dan hasilnya tidak ada
bunyi krepitasi, clicking, maupun popping yang muncul.
3. Pemeriksaan Gerakan Mandibula.
Pada pemeriksaan kali ini, dua orang coba berjenis kelamin berbeda
melakukan pemeriksaan bergantian dengan cara membuka mulut semaksimal
mungkin. Kemudian dihitung panjang jarak maksimal mandibula dengan
12
menggunakan penggaris dan dicatat berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi
pergerakan maksimal mandibula untuk bertahan. Hasil percobaan pada orang
coba pertama (perempuan) memiliki jarak buka maksimal 40 mm, selama 4
menit 14 detik, tanpa disertai rasa sakit. Status pembukaan mandibula
maksimal orang coba tergolong normal karena memiliki jarak buka maksimal
yang cukup serta tanpa disertai adanya rasa sakit. Pada orang coba kedua
(laki-laki) memiliki jarak buka maksimal 53 mm, selama 1 menit 2 detik
tanpa disertai rasa sakit. Status pembukaan maksimal orang coba kedua juga
tergolong normal. Untuk perbedaan waktu antara orang coba pertama dan
kedua, hal tersebut termasuk suatu kerelatifan, tergantung dari seberapa berat
aktivitas yang dilakukan STM orang coba tersebut sebelum melakukan
percobaan. Semakin berat atau intensif kegiatan yang dikenakan pada STM
orang coba sebelum melakukan percobaan menyebabkan ketahanan otot
dalam membuka mulut secara maksimal menjadi menurun, begitu pula
sebaliknya.
Percobaan Pemeriksaan Gerakan Mandibula selanjutnya adalah
mengamati pergerakan kondilus saat mandibula digerakkan ke arah antero-
posterior, lateral, dan koordinasi gerakan. Pada pergerakan ke arah anterior,
kondilus orang coba bergerak ke depan dan ke bawah menuruni eminensia
artikularis. Sedangkan pada gerakan ke arah posterior, kondil dan diskus
artikularis bergerak menuju fossa glenoidalis.
Pada gerak lateral, caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi
gerakan, akan tetap ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat bersamaan,
caput translasional ke depan. Mandibula akan berotasi pada bidang horizontal
di sekitar sumbu vertikal yang tidak melintas melalui caput yang ‘cekat’,
tetapi melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral akan
bergerak sedikit ke lateral, dalam gerakan yang dikenal sebagai gerak Bennett.
Koordinasi gerakan mandibula orang coba, baik pada gerakan antero-
posterior maupun lateral, memiliki koordinasi gerakan yang simetris.
13
4. Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup Mulut
Pemeriksaan ini dilakukan oleh satu orang coba berjenis kelamin
perempuan. Orang coba diinstruksikan untuk membuka mulut maksimal
sampai timbul rasa lelah. Didapatkan bahwa rasa lelah timbul pada waktu 4
menit 39 detik. Orang coba diistirahatkan selama 10 menit, kemudian kembali
diinstruksikan untuk membuka mulut sampai timbul rasa lelah. Namun pada
detik ke-35 setelah orang coba diinstruksikan untuk membuka mulut, operator
melakukan pemijatan pada otot pembuka mulut. Kelelahan baru timbul pada
waktu 8 menit 26 detik. Selanjutnya orang coba kembali diistirahatkan selama
10 menit. Setelah itu, orang coba diinstruksikan untuk melakukan hal yang
sama, yaitu membuka mulut secara maksimal sampai timbul kelelahan. Pada
detik ke-35 dilakukan pemajanan dengan sinar infra-red pada otot pembuka
mulut, dan didapatkan hasil bahwa kelelahan timbul pada waktu 10 menit 44
detik.
Dari percobaan dapat dilihat bahwa setelah pemijatan dan pemaparan
sinar infrared, orang coba memilki waktu timbul kelelahan yang lebih lama.
Hal ini disebabkan karena pemijatan yang dilakukan pada sekitar regio STM
membuat daerah yang dipijat atau ototnya menjadi tidak tegang serta
pembuluh darah melebar sehingga banyak oksigen dari nutrisi yang tersuplai
yang mengurangi kelelahan otot. Pada pemaparan infrared, suhu panas yang
ditimbulkan infrared dapat memperbesar pembuluh darah dan memperbaiki
sirkulasi darah yang mempengaruhi lancarnya suplai oksigen dalam otot serta
nutrisi yang dapat memulihkan kelelahan. Akibatnya otot-otot di regio STM
lebih tahan terhadap timbulnya kelelahan.
5. Gerakan STM pada Beberapa Posisi Kepala (menunduk, menengadah,
terlentang, samping, istirahat).
Pada percobaan ini kami mengamati bagaimana pengaruh kepala
terhadap gerakan mandibula dengan cara mengukur jarak antara kondil
14
dengan tragus. Pada posisi kepala tegak lurus jarak kondil dengan tragus
adalah 18 mm, baik pada STM kanan maupun kiri. Pada posisi menunduk 15
mm, menengadah 12 mm, terlentang 11 mm, samping 17 mm, dan istirahat 2
mm.
15
BAB IV
KESIMPULAN
Sendi temporo mandibular (STM) merupakan persendian antara processus condylus dengan fossa artikularis ossis temporalis.
Komponen pergerakan STM terdiri dari processsus condylus, fossa artikularis ossis temporalis, diskus artikularis, eminensia artikularis, dan otot-otot mastikasi.
Kelainan pada STM dapat berupa kliking, krepitasi, dan poping.
Bunyi pada sendi terjadi karena adanya perubahan letak, bentuk, dan fungsi
dari komponen sendi temporo-mandibula.
Membuka mulut maksimal dapat menimbulkan nyeri karena sendi temporo-
mandibula mengalami dislokasi, sehingga menimbulkan rasa sakit.
Pemijatan menyebabkan energi meningkat dan otot dapat bekerja lebih lama.
Pemberian infra red akan mengurangi kelelahan yang dirasakan karena sinar
infra red akan menghasilkan panas yang menyebabkan pembuluh kapiler
darah membesar (vasodilatasi).
Posisi kepala saat sedang beristirahat adalah saat dimana antara puncak kondil
dan tragus memiliki jarak yang paling pendek.
16
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Ganong WF, 1983. Fisiologi Kedokteran Ed. 10. Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C. 2007. Fisiologi Kedokteran Ed. 11. Jakarta: EGC.
Mustiko dipoyono, haryo. 2008. Gangguan nyeri dan bunyi clicking pada sendi
temporomandibula. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada.
Parnaadji, R. Rahardyan, drg., M.Kes., Sp.Pros. dkk. 2015. Petunjuk Praktikum
Fisiologi Blok Sistem Stomatognasi I. Jember: Laboratorium Fisiologi FKG
UNEJ.
Pedersen GW. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta : EGC.
Pertes, R.A. and Gross, S.G. 1995. Clinical Management of Temporomandibular
Disorders and Orofacial Pain. Illinois: Quintessence publishing Co, Inc.
17