daftar isi - web viewstandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh menteri...

91
Proposal STRATEGI PENGEMBANGAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA JAMBI Oleh : Marina Noor Prathivi

Upload: lamanh

Post on 30-Jan-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

Proposal

STRATEGI PENGEMBANGAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA JAMBI

Oleh :Marina Noor Prathivi

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNISSEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2012

Page 2: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................iDAFTAR TABEL..................................................................................................iiiDAFTAR GAMBAR..............................................................................................ivI. PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................11.2 Rumusan Masalah.....................................................................................41.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................41.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................51.5 Ruang Lingkup Penelitian.........................................................................5

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN.......................62.1 Kerangka Teoritis......................................................................................6

2.1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Ketahanan Pangan...............................62.1.2 Kebijakan Ketahanan Pangan............................................................92.1.3 Konsumsi Pangan............................................................................122.1.4. Manajemen Strategik.......................................................................152.1.5 Lingkungan Internal dan Eksternal..................................................182.1.6 Analisis SWOT................................................................................202.1.7 Analisis AHP....................................................................................20

2.2 Kajian Penelitian Terdahulu....................................................................252.3 Kerangka Pemikiran Konseptual.............................................................33

III. METODE PENELITIAN............................................................................353.1 Lokasi dan Waktu....................................................................................353.2 Pendekatan Penelitian..............................................................................353.3. Data yang Diperluan dan Sumbernya..................................................353.4. Teknik Pengumpulan Data dan Informasi...............................................363.5. Teknik Pengambilan Contoh...................................................................373.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data.....................................................38

3.6.1 Analisis Deskriptif...........................................................................383.6.2 Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation)................383.6.3 Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation)....................40

i

Page 3: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

3.6.4 Matriks SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats)..........433.6.5 Analisis Analytical Hierarchy Process (AHP).....................................44

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................49

ii

Page 4: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan..........................12Tabel 2. Jumlah, Komposisi (% AKE) dan skor PPH Nasional...........................15Tabel 3. Skala untuk Pengisian Matriks Perbandingan Berpasangan....................24Tabel 4. Kajian Penelitian Terdahulu....................................................................32Tabel 5. Jenis, Sumber, dan Cara Pengumpulan Data...........................................36Tabel 6. Penentuan Bobot Faktor Eksternal...........................................................39Tabel 7. Penentuan Peringkat Faktor Eksternal.....................................................39Tabel 8. Ilustrasi Matriks EFE...............................................................................40Tabel 9. Penentuan Bobot Faktor Internal.............................................................41Tabel 10. Perhitungan Peringkat Faktor Internal...................................................42Tabel 11. Ilustrasi Matriks IFE..............................................................................43Tabel 12. Contoh Matriks SWOT..........................................................................44Tabel 13. Contoh Matrik Perbandingan Berpasangan...........................................45Tabel 14. Nilai Indeks Random (RI)......................................................................47

iii

Page 5: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Sistem Ketahanan Pangan......................................................7Gambar 2. Model Manajemen Strategik (Wheelen dan Hunger, 2010)................16Gambar 3. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian.........................................34

iv

Page 6: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan adalah usaha untuk meningkatkan kualitas dan

perikehidupan masyarakat Indonesia, yang dilakukan secara terus menerus,

berlandaskan kemampuan wilayah dengan memanfaatkan kemajuan ilmu

pengetahuan teknologi (IPTEK) serta memperhatikan tantangan perkembangan

global. Keberhasilan pembangunan wilayah ditentukan oleh ketersediaan sumber

daya alam dan sumber daya manusia yang berkualitas dengan fisik tangguh,

mental kuat, kesehatan prima dan menguasai IPTEK. Sumber daya manusia

berkualitas merupakan faktor penting dalam upaya meningkatkan produktivitas

dan daya saing wilayah. Dalam hal ini, pangan merupakan kebutuhan dasar

manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap penduduk.

Hak asasi atas pangan tersebut telah menjadi komitmen pemerintah, yang

dinyatakan dalam UU No 7 Tahun 1996. Ketahanan Pangan adalah kondisi

terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan

yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

Ketahanan pangan telah menjadi prasyarat dasar yang harus dimiliki oleh daerah

otonom. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 38 tahun 2007 yang

menyatakan bahwa ketahanan pangan adalah urusan wajib pemerintah (pusat,

provinsi, maupun kabupaten/kota).

Menurut (Hardinsyah et al., 2001), arah pembangunan ketahanan pangan

adalah terpenuhinya pangan yang cukup bagi setiap warga dalam jumlah mutu,

1

Page 7: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

keragaman, kandungan gizi dan keamanannya serta terjangkau oleh daya beli

masyarakat. Kinerja pembangunan ketahanan pangan yang harus dipenuhi oleh

pemerintah daerah (provinsi, kabupaten/kota) diatur oleh Peraturan Menteri

Pertanian Nomor 65/Permentan/OT.140/12/2010 mengenai Standar Pelayanan

Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan. Pemerintah provinsi dan

kabupaten/kota wajib menyelenggarakan empat jenis pelayanan dasar bidang

ketahanan pangan, yaitu (a) ketersediaan dan cadangan pangan; (b) distribusi dan

akses pangan; (c) penganekaragaman dan keamanan pangan; serta (d) penanganan

kerawanan pangan.

Kota Jambi sebagai daerah otonom memiliki kewajiban dalam

menyelenggarakan urusan ketahanan pangan, salah satunya yaitu upaya

pencapaian SPM bidang penganekaragaman dan keamanan pangan. Konsumsi

pangan merupakan output pembangunan ketahanan pangan di suatu wilayah. Oleh

karena itu, penganekaragaman konsumsi pangan merupakan isu penting yang

harus ditingkatkan upaya pencapaiannya.

Terdapat dua indikator untuk menilai kuantitas dan kualitas konsumsi

pangan di Kota Jambi. Indikator yang digunakan untuk mengetahui kuantitas

konsumsi pangan adalah Angka Kecukupan Energi (AKE). Berdasarkan

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII (2004), AKE yang dianjurkan untuk

rata-rata penduduk Indonesia adalah sebesar 2000 kkal/kapita/hari. Indikator yang

digunakan untuk mengetahui kualitas keragaman konsumsi pangan adalah dengan

skor Pola Pangan Harapan (PPH). Pola Pangan Harapan dapat digunakan sebagai

ukuran keseimbangan gizi dan keanekaragaman pangan yang dikonsumsi oleh

penduduk di suatu wilayah. Skor PPH maksimal, yaitu 100 menunjukkan situasi

2

Page 8: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

konsumsi pangan yang beragam dan baik komposisi serta mutu gizinya (Baliwati,

2011).

Tingkat konsumsi pangan penduduk Kota Jambi pada tahun 2011 masih

berada di bawah standar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan.

Berdasarkan data Susenas Tahun 2011 yang diolah, penduduk Kota Jambi baru

mengonsumsi energi sebesar 81,7% dari AKE atau setara dengan 1.634

kkal/kapita/hari. Menurut kriteria Departemen Kesehatan (1996), tingkat

konsumsi tersebut tergolong pada defisit tingkat ringan. Skor PPH yang

menunjukkan kualitas konsumsi pangan penduduk baru mencapai angka76,9 dari

skor maksimal 100.

Konsumsi pangan yang cukup merupakan faktor utama untuk memenuhi

kebutuhan gizi bagi tubuh. Apabila tubuh kekurangan zat gizi, khususnya energi

dan protein dalam jangka waktu tertentu akan berdampak pada menurunnya

produktivitas kerja. Kekurangan zat gizi yang berlanjut akan menyebabkan status

gizi kurang dan buruk yang jika tidak diatasi akan mengakibatkan lost generation

(Hardinsyah dan Martianto, 1992).

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah jenis, jumlah

produksi, dan ketersediaan pangan (Harper et al. 1988). Selain itu, konsumsi

pangan penduduk juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, sosial, pendidikan, gaya

hidup, pengetahuan, aksesibilitas, dan sebagainya. Bahkan, faktor prestise dari

pangan kadang kala menjadi sangat menonjol sebagai faktor penentu daya terima

pangan (Martianto dan Ariani, 2004).

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan upaya pengembangan

konsumsi pangan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan di

3

Page 9: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

Kota Jambi. Pengembangan konsumsi pangan yang dilakukan harus berlandaskan

pada SPM bidang penganekaragaman pangan melalui analisis faktor-faktor

strategis eksternal dan internal dengan metode SWOT dan AHP. Pada akhirnya,

kajian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk rekomendasi

perencanaan konsumsi pangan penduduk yang berujung pada perwujudan

ketahanan pangan di Kota Jambi.

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana situasi konsumsi pangan di Kota Jambi?

2. Faktor-faktor strategis eksternal dan internal apa saja yang mempengaruhi

pengembangan konsumsi pangan di Kota Jambi?

3. Bagaimana rumusan rekomendasi strategi pengembangan konsumsi pangan

di Kota Jambi?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut.

1. Menganalisis situasi konsumsi pangan di Kota Jambi

2. Menganalisis faktor-faktor strategis eksternal dan internal yang

mempengaruhi pengembangan konsumsi pangan di Kota Jambi

3. Merumuskan rekomendasi strategi pengembangan konsumsi pangan di Kota

Jambi

4

Page 10: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi penulis, mendapatkan pengalaman praktis serta mengaplikasikan teori-

teori tentang ilmu manajemen strategik yang telah diperoleh selama masa

perkuliahan.

2. Bagi pemerintah Kota Jambi, diharapkan dapat menjadi bahan masukan

terkait dengan perencanaan dan perumusan strategi pengembangan konsumsi

pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan wilayah

3. Bagi pembaca, diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan di bidang

manajemen strategik, yang berkaitan dengan pembangunan ketahanan pangan

wilayah

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam lingkup manajemen strategik. Penelitian ini

difokuskan pada analisis strategi pengembangan konsumsi pangan penduduk

untuk mewujudkan ketahanan pangan di Kota Jambi. Responden penelitian adalah

pejabat dengan jabatan struktural minimal eselon empat di Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) serta stakeholder lain yang terkait ketahanan pangan di Kota

Jambi.

5

Page 11: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kerangka Teoritis

2.1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Ketahanan Pangan

Perhatian terhadap ketahanan pangan (food security) merupakan respon

dari deklarasi PBB tentang Hak Asazi Manusia (HAM) tahun 1948, bahwa hak

atas pangan adalah salah satu elemen utama untuk menjalani kehidupan secara

ideal. Dalam hal ini, kebutuhan pangan masyarakat dilihat dalam konteks

pendekatan hak (right-based), yang bermakna bahwa pemerintah wajib untuk

menghormati, melindungi dan memenuhi kecukupan pangan tersebut.

Menghormati berarti bahwa pemerintah tidak boleh menghilangkan akses

masyarakat terhadap pangan yang cukup. Melindungi berarti bahwa pemerintah

harus melindungi masyarakat dari keadaan kehilangan akses tersebut. Pemerintah

secara proaktif harus menciptakan lingkungan yang memungkinkan masyarakat

untuk dapat mandiri, apabila masyarakat belum mampu melakukannya, maka

pemerintah harus menjamin ketersediaan pangannya.

Berdasarkan Konferensi Pangan Tingkat Tinggi tahun 1996 yang

diselenggarakan oleh FAO, definisi ketahanan pangan adalah “food security exists

when all people, at all times, have physical and economic access to sufficient, safe

and nutritious food to meet their distary needs and food preferences for an active

and healthy life” (Dewan Ketahanan Pangan, 2011). Makna yang terkandung

dalam definisi tersebut adalah setiap orang pada setiap saat memiliki aksesibilitas

secara fisik dan ekonomi terhadap pangan yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan pangan agar dapat hidup produktif dan sehat.

6

Page 12: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

WILAYAH RMT INDIVIDU

KETERSEDIAAN PANGAN

DISTRIBUSI PANGAN

KONSUMSI PANGAN

PENDAPATAN DAN AKSES PANGAN

PENGELO-LAAN KONSUMSI & POLA ASUH KELUARGA

SANITASI & KESEHATAN

KONSUMSI SESUAI KEBUTUHAN GIZI

PEMANFAAT-AN OLEH TUBUH

STATUSGIZI

Indonesia kemudian mengadopsi rumusan ketahanan pangan tersebut dan

dituangkan ke dalam Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan.

Berdasarkan UU tersebut, ketahanan pangan didefinisikan sebagai kondisi

terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan

yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

Ketahanan pangan terdiri dari tiga subsistem, yaitu: (1) Ketersediaan

pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk baik jumlah

maupun mutunya, serta aman, (2) Distribusi pangan, dimana pasokan pangan

dapat menjangkau ke seluruh wilayah sehingga harga stabil dan terjangkau oleh

rumah tangga, dan (3) konsumsi pangan, yaitu setiap rumah tangga dapat

mengakses pangan yang cukup dan mampu mengelola konsumsi sesuai kaidah

gizi dan kesehatan serta preferensinya (Dewan Ketahanan Pangan, 2006). Lebih

lanjut, Baliwati (2007) menyatakan bahwa ketiga subsistem ketahanan pangan

tersebut berinteraksi membentuk sistem ketahanan pangan (Gambar 1).

7

INPUTINPUTKebijakan & Kinerja Sektor Ek- Sos dan Politk :• Ekonomi

Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

Prasarana/SaranaLahan/Pertanahan, sumber daya Air/Irigasi, Perhubungan/ Transportasi, Permodalan

KesraKependudukan Pendidikan Kesehatan

Stabilitas dan Keamanan Nasional

OUTPUTOUTPUT

• Pemenuhan Hak Atas Pangan

Sumber Daya Manusia Berkualitas

Ketahanan Nasional

Gambar 1 Kerangka Sistem Ketahanan Pangan

Page 13: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

Subsistem ketersediaan pangan mencakup aspek produksi, cadangan

serta keseimbangan antara impor dan ekspor pangan. Subsistem ini berfungsi

menjamin pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk, baik dari sisi

jumlah, kualitas, keragaman maupun keamanannya. Acuan kualitatif untuk

ketersediaan pangan adalah Angka Kecukupan Gizi (AKG) rekomendasi

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII Tahun 2004, yaitu energi sebesar

2200 kkal/kapita/hari dan protein 57 gram/kapita/hari. Acuan untuk menilai

tingkat keragaman ketersediaan pangan adalah Pola Pangan Harpan dengan skor

100 sebagai PPH ideal.

Subsistem distribusi pangan yang efektif dan efisien sebagai prasyarat

untuk menjamin agar seluruh rumahtangga dapat memperoleh pangan dalam

jumlah dan kualitas yang baik sepanjang waktu. Subsistem ini mencakup aspek

aksesibilitas secara fisik, ekonomi maupun sosial atas pangan secara merata

sepanjang waktu. Akses pangan didefinisikan sebagai kemampuan rumahtangga

untuk secara periodik memenuhi sejumlah pangan yang cukup, melalui berbagai

sumber atau kombinasi cadangan pangan yang dimiliki, hasil produksi pangan,

pembelian/barter, pemberian, pinjaman dan bantuan pangan.

Akses pangan secara fisik ditunjukkan oleh kemampuan memproduksi

pangan, infrastruktur dasar maupun kondisi sumberdaya alam dan lingkungan.

Dengan demikian akses fisik lebih bersifat kewilayahan dan dipengaruhi oleh ciri

dan pengelolaan ekosistem. Akses pangan secara ekonomi menyangkut

keterjangkauan masyarakat terhadap pangan yang ditunjukkan oleh harga, sumber

mata pencaharian dan pendapatan. Sumber mata pencaharian meliputi

kemampuan, asset dan aktivitas yang dapat menjadi sumber pendapatan.

8

Page 14: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

Seringkali, sumber mata pencaharian sangat dipengaruhi oleh kondisi maupun

pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Akses pangan secara sosial antara

lain dicerminkan oleh tingkat pendidikan, bantuan sosial, kebiasaan makan,

konflik sosial/keamanan.

Subsistem konsumsi pangan berfungsi mengarahkan agar pola

pemanfaatan pangan memenuhi kaidah mutu, keragaman dan keseimbangan gizi,

keamanan dan halal, serta efisiensi untuk mencegah pemborosan. Subsistem ini

menyangkut upaya peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar

mempunyai pemahaman atas pangan, gizi dan kesehatan yang baik sehingga dapat

mengatur menu beragam, bergizi, seimbang secara optimal, pemeliharaan sanitasi

dan hygiene serta pencegahan penyakit infeksi dalam lingkungan rumahtangga.

Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan pangan oleh tubuh. Kondisi

konsumsi pangan rumahtangga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain

ekonomi, sosial dan budaya setempat.

2.1.2 Kebijakan Ketahanan Pangan

Kebijakan merupakan penjabaran secara normatif komitmen pemerintah

dalam pembangunan sehingga menjadi acuan tindakan suatu organisasi dalam

mencapai tujuan (Martianto et al, 2007). Kebijakan terkait pembangunan

ketahanan pangan diperlukan sebagai fondasi atau pre-condition bagi pemerintah

untuk mampu menyediakan pangan dalam jumlah yang cukup, bermutu dan aman,

terutama dari produksi dalam negeri dan mendistribusikannya secara merata ke

berbagai wilayah Indonesia dari waktu ke waktu dengan harga yang terjangkau

secara berkelanjutan (DKP, 2011).

9

Page 15: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

Dokumen kebijakan terkait ketahanan pangan pada tingkat pusat tertuang

dalam Rencana Penbangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014,

Kebijakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) 2010-2014, serta Rencana Strategis

(Renstra) BKP dan Departemen terkait Ketahanan Pangan. Adapun kebijakan

ketahanan pangan di tingkat daerah tertuang dalam RPJMD dan Renstra

Propinsi/Kabupaten. Mengacu pada RPJMN 2010-2014, arah kebijakan umum

pembangunan ketahanan pangan nasional 2010-2014 adalah untuk:

(a)Meningkatkan ketersediaan dan penanganan kerawanan pangan,

(b)Meningkatkan sistem distribusi dan stabilisasi harga pangan, dan

(c)Meningkatkan pemenuhan kebutuhan konsumsi dan kemanan pangan.

Berdasarkan KUKP 2010-2014, terdapat 18 kebijakan ketahanan pangan,

yaitu: (1) menata pertanahan dan tata ruang wilayah, (2) antisipasi perubahan

iklim: adaptasi dan mitigasi, (3) Meningkatkan produksi domestik: proteksi dan

promosi, (4) Memperlancar sistem distribusi pangan, (5) Mengembangkan

cadangan pangan pemerintah daerah dan masyarakat, (6) Menjaga keterjangkauan

dan stabilitas harga pangan, (7) Meningkatkan aksesibilitas atas pangan, (8)

Menanganai kerawanan pangan kronis dan transien, (9) Mempercepat

penganekaragaman konsumsi pangan, (10) Mendorong perilaku konsumsi pangan,

(11) Meningkatkan pembinaan dan pengawasan keamanan pangan, (12)

Memfasilitasi pengembangan industri pangan UKM, (13) Peningkatan peran serta

masyarakat dan swasta dalam pembangunan ketahanan pangan, (14) Kebijakan

makro dan perdagangan yang kondusif, (15) Menguatkan kelembagaan ketahanan

pangan dan koordinasi antar daerah, (16) Meningkatkan peran pimpinan formal

dan nonformal dalam pembangunan ketahanan pangan, (17) Memfasilitasi

10

Page 16: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

penelitian dan pengambangan, dan (18) Melaksanakan kerjasama internasional

(DKP, 2011).

Program peningkatan ketahanan pangan disusun untuk

mengoperasionalkan pembangunan dalam rangka mengembangkan sistem

ketahanan pangan baik di tingkat pemerintah maupun di tingkat masyarakat.

Program ketahanan pangan tahun 2011 berdasarkan Peraturan Kepala BKP No

006/Kpts/OT.140./K/01/2011 yaitu (1) Pengembangan ketersediaan pangan dan

penanganan rawan pangan, (2) Pengembangan sistem distribusi dan stabilitas

harga pangan, (3) Pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan dan

peningkatan keamanan pangan, dan (4) Dukungan manajemen dan teknis lainnya

pada Badan Ketahanan Pangan.

Standar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh

Menteri Pertanian RI melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor

65/Permentan/OT.140/12/2010. Standar Pelayanan Minimal merupakan acuan

untuk mengukur keberhasilan pembangunan ketahanan pangan di daerah.

Pemerintah provinsi harus menyelenggarakan dua jenis pelayanan dasar yaitu

ketersediaan dan cadangan pangan serta penanganan kerawanan pangan dengan 4

indikator. Pemerintah kabupaten/kota wajib menyelenggarakan empat jenis

pelayanan dasar yaitu ketersediaan dan cadangan pangan; distribusi dan akses

pangan; penganekaragaman dan keamanan pangan; serta penanganan kerawanan

pangan dengan 7 indikator seperti terdapat pada Tabel 1 berikut ini.

11

Page 17: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

Tabel 1. Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan

Jenis Pelayanan Dasar Bidang KP

SPMCapaian Ket

SKPDIndikator (definisi operasional) Nilai (%)

A Ketersediaan dan Cadangan Pangan

1.Ketersediaan Energi dan Protein Per Kapita (AKE = 2200 kkal/kap/hr; AKP = 57 gr/kap/hr)

90 2015 BKPD (Badan

Ketahanan Pangan Daerah)

2.Penguatan Cadangan Pangan CPP kab/kota 100 ton; CPM 500 kg di RT ut 3 bl setara beras – CPD, % kec punya CPM)

60 2015 BKPD

B Distribusi dan Akses Pangan

3.Ketersediaan Informasi Pasokan, Harga dan Akses Pangan di Daerah (gabah/beras, jagung, kedelai, daging sapi, daging ayam, telur, minyak goreng, gula pasir, cabe merah- mingg/ bul/ kuartal/th; kec/desa; kab/kota);

90 2015 BKPD

4.Stabilitas Harga &Pasokan Pangan (jika gejolak harga < 25% kondisi normal; jika penurunan pasokan 5-40%)

90 2015 BKPD

C Penganekara-gaman dan Keamanan Pangan

5. Skor Pola Pangan Harapan/PPH (komposisi konsumsi pangan secara seimbang sesuai AKE = 2000 kkal/kap /hr; AKP = 50 gr/kap/hr)

90 2015 BKPD

6.Pengawasan & Pembinaan Keamanan Pangan (informasi Prima-3, 2, 1; koordinasi dg instansi terkait; pembinaan & pengawasan UMKM; KAP keamanan pgn di sekolah; pembinaan & pengawasan produk pgn segar, pabrikan skala kecil/RMT)

80 2015 BKPD

D Penanganan Kerawanan Pangan

7.Penanganan Daerah Rawan Pangan (berdasarkan pengembangan SKPG; penyajian peta FSVA; penghitungan tingkat rawan pangan)

60 2015 BKPD

2.1.3 Konsumsi Pangan

Hak atas kecukupan pangan tidak dapat dilepaskan dari masalah hak azasi

manusia. Aspek gizi memandang bahwa tujuan mengonsumsi pangan adalah

memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh, sehingga bila hak atas

pangan terpenuhi maka kualitas hidup yang baik mencakup status gizi dan

kesehatan akan tercapai (Khomsan, 2002). Hardinsyah dan Martianto (1989) juga

12

Page 18: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

mengungkapkan bahwa agar hidup sehat secara berkelanjutan, manusia

memerlukan sejumlah zat gizi. Zat gizi dapat diperoleh dari konsumsi pangan

yang mencukupi kebutuhan tubuh untuk melakukan kegiatan pemeliharaan dan

pertumbuhan tubuh.

Kekurangan zat gizi terutama energi dan protein pada tahap awal akan

menimbulkan rasa lapar. Jika berlangsung cukup lama akan berakibat pada

penurunan berat badan disertai dengan penurunan produktivitas kerja. Apabila

kekurangan berlanjut terus akan menyebabkan marasmus atau kwashiorkor.

Penanganan yang terlambat akan mengakibatkan mudah terkena infeksi yang

dapat berakhir dengan kematian.

Hardinsyah dan Martianto (1989) mendefinisikan kebutuhan gizi sebagai

kebutuhan minimal zat gizi agar dapat hidup sehat sedangkan kecukupan gizi

adalah jumlah masing-masing zat gizi yang sebaiknya dipenuhi seseorang agar

hampir semua orang (minimal 97,5% populasi) hidup sehat. Angka kecukupan

energi dan protein berguna untuk mengukur tingkat dan perencanaan konsumsi.

Berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004), Angka Kecukupan

Energi (AKE) rata-rata orang Indonesia adalah sebesar 2000 kkal/kapita/hari

sedangkan Angka Kecukupan Protein (AKP) adalah sebesar 52 gram/kapita/hari.

Jumlah konsumsi pangan dikelompokkan menurut kriteria yang diadaptasi dari

Departemen Kesehatan tahun 1996 adalah sebagai berikut :

a) Kurang dari 70% : defisit berat atau rawan pangan

b) 70-79% : defisit tingkat sedang

c) 80-89% : defisit tingkat ringan

d) 90-110% : normal (tahan pangan)

13

Page 19: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

e) 110% ke atas : berlebih

Konsumsi pangan tidak hanya diukur dari segi jumlah yang dicerminkan

oleh terpenuhinya AKE melainkan juga dari segi kualitas yang dicerminkan oleh

keanekaragaman konsumsi pangan. Konsumsi yang beranekaragam sangat

penting karena tidak ada satupun jenis pangan yang memiliki kandungan zat gizi

lengkap. Oleh karena itu, konsumsi pangan menyangkut upaya peningkatan

pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mempunyai pemahaman atas

pangan, gizi dan kesehatan yang baik, sehingga dapat mengelola konsumsinya

secara optimal.

Kinerja konsumsi pangan wilayah tercermin dalam pola konsumsi

masyarakat di tingkat rumahtangga. Kondisi konsumsi rumah tangga dipengaruhi

oleh beberapa faktor antara lain kondisi ekonomi, sosial, dan budaya setempat.

Ukuran rumahtangga, tingkat pendidikan, dan pendapatan merupakan faktor yang

mempengaruhi pola konsumsi rumah tangga (Baliwati, 2007).

Penilaian kualitas konsumsi pangan berdasarkan keragaman dan

keseimbangan komposisi energi dapat dilakukan dengan pendekatan Pola Pangan

Harapan (PPH). PPH merupakan kumpulan beragam jenis dan jumlah kelompok

pangan utama yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi

pada komposisi yang seimbang (Hardinsyah et al, 2001). Selanjutnya dijelaskan

bahwa dengan terpenuhinya kebutuhan energi dari berbagai kelompok pangan

sesuai PPH, secara implisit kebutuhan zat gizi juga terpenuhi kecuali untuk zat

gizi yang sangat defisit dalam suatu kelompok pangan.

Semakin tinggi skor PPH, konsumsi pangan semakin beragam dan bergizi

seimbang. Jika skor konsumsi pangan mencapai 100, maka wilayah tersebut

14

Page 20: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

dikatakan tahan pangan. Berikut ini tabel mengenai jumlah, komposisi (% AKE)

dan skor PPH (Badan Ketahanan Pangan, 2011).

Tabel 2. Jumlah, Komposisi (% AKE) dan skor PPH Nasional

No KelompokPangan

Konsumsi (gr/kap/hari)

Energi (kkal)

% AKE Bobot Skor

PPH

1 Padi-Padian 275 1000 50 0,5 252 Umbi-umbian 100 120 6 0,5 2,53 Pangan Hewani 150 240 12 2,0 244 Minyak dan Lemak 20 200 10 0,5 5,05 Buah/Biji Berminyak 10 60 3 0,5 1,06 Kacang-kacangan 35 100 5 2,0 10,07 Gula 30 100 5 0,5 2,58 Sayur dan Buah 250 120 6 5,0 30,09 Lain-lain - 60 3 0,0 0,0

Jumlah 2000 100 100

2.1.4. Manajemen Strategik

Manajemen Strategik adalah seperangkat keputusan dan tindakan yang

menghasilkan formulasi dan implementasi dari rencana yang didesain untuk

mencapai tujuan (Pearce dan Robinson, 2003). David (2006), mendefinisikan

manajemen strategi sebagai ilmu tentang perumusan, pelaksanaan, dan evaluasi

keputusan-keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi untuk

mencapai tujuannya. Sementara Hutabarat dan Huseini (2006) mengemukakan

manajemen strategik adalah pengelolaan organisasi yang menyangkut desain,

formasi, transformasi serta implementasi dari strategi yang berlaku untuk kurun

waktu tertentu.

Sejalan dengan itu, Wheelen dan Hunger (2010) menjabarkan bahwa

manajemen strategik merupakan serangkaian keputusan dan tindakan manajerial

yang menentukan kinerja organisasi dalam jangka panjang. Manajemen strategik

mencakup scanning lingkungan (eksternal dan internal), formulasi strategi baik

15

Page 21: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

Pengamatan Lingkungan

Formulasi Strategi Implementasi Strategi Evaluasi dan Pengendalian

Eksternal

Lingkungan sosial

Lingkungan Tugas

InternalStrukturBudaya

Sumberdaya

Program

Anggaran

Prosedur

Kinerja

bersifat jangka pendek atau panjang, evaluasi dan kontrol. Setiap organisasi harus

menggunakan konsep dan teknik manajemen strategis dalam lingkungan industri

yang dijalankannya dengan pendekatan proaktif dalam menghadapi berbagai

peristiwa. Kerangka dasar dan berpikir manajemen strategik terdiri dari empat

tahap seperti terdapat pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Model Manajemen Strategik (Wheelen dan Hunger, 2010)

a. Pengamatan Lingkungan

16

Page 22: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

Pengamatan lingkungan merupakan proses awal dari manajemen strategi yang

bertujuan menganalisa faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh

terhadap lingkup organisasi.

17

Page 23: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

b. Formulasi Strategi

Formulasi strategi terdiri dari perumusan misi, penetapan tujuan,,

pengembangan strategi dan penetapan kebijakan. Unsur utama yang harus

diperhatikan adalah bagaimana organisasi tersebut dapat menyesuaikan diri

terhadap perubahan kondisi lingkungan dengan cepat. Langkah selanjutnya

adalah análisis lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi strategi

kebijakan yang akan dibuat. Langkah selanjutnya adalah melakukan análisis

SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat). Analisis tersebut akan

menghasilkan strategi alternatif dan pemilihan strategi tertentu.

c. Implementasi Strategi

Implementasi strategi merupakan tahap dimana formulasi strategi

dikembangkan secara logis ke dalam bentuk tindakan. Langkah terakhir, yaitu

kegiatan evaluasi dan pengendalian yang dimaksudkan untuk menjamin bahwa

semua kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi hendaknya didasarkan

pada rencana yang telah disepakati sehingga tidak menyimpang dari batas-

batas toleransi.

d. Evaluasi dan Pengendalian

Evaluasi dan pengendalian memiliki tiga tahap utama, yaitu (1) evaluasi faktor

eksternal dan internal yang merupakan dasar bagi strategi saat ini, (2)

mengukur performance, dan (3) mengoreksi kesalahan yang terjadi.

David (2006) menyatakan proses manajemen strategi juga telah banyak

dikembangkan dengan baik oleh organisasi pemerintah dan organisasi nirlaba

lainnya dalam mencapai efisiensi dan efektivitas. Hasil yang diperoleh

menunjukkan prestasi yang baik. Instansi pemerintah di tingkat pusat, provinsi

18

Page 24: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

hingga tingkat kabupaten/kota dan kecamatan ikut bertanggung jawab dalam

merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi dengan cara yang

paling efektif terhadap pengelolaan dana atau biaya dalam memberikan pelayanan

dan penciptaan program kerja. Manajemen strategi sangat tepat apabila diterapkan

pada organisasi pemerintahan agar para pegawai dapat termotivasi dalam

mengetahui dan mengkaji berbagai faktor eksternal, internal dan turut serta

berpartisipasi dalam manajemen strategis, yang pada akhirnya pegawai

diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menetapkan visi, misi, strategi

dan kebijakan organisasi.

2.1.5 Lingkungan Internal dan Eksternal

Langkah pertama perusahaan dalam menghadapi lingkungan eksternal

adalah pemahaman atas kapasitas dan kemampuan yang dimiliki melalui analisis

lingkungan internal. Lingkungan eksternal makro maupun mikro merupakan

factor yang tidak dapat dikendalikan oleh pihak manajemen suatu organisasi,

sebaliknya lingkungan internal merupakan faktor yang dapat dipengaruhi oleh

pihak manajemen (David, 2006).

Analisis internal menurut Wheelen dan Hunger (2010) adalah kegiatan

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan organisasi atau perusahaan dalam

rangka memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman. Hal ini menjelaskan

analisis internal sangat berkaitan erat dengan penilaian terhadap sumberdaya

organisasi. Menurut Umar (2008), analisis internal dapat mencakup aspek

organisasi, keuangan, pemasaran, produksi dan operasi, sumber daya manusia dan

sistem informasi manajemen.

19

Page 25: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

Analisis eksternal adalah kegiatan mengidentifikasi peluang dan ancaman

melalui aktivitas monitoring, dan evaluasi berbagai informasi dari lingkungan di

luar perusahaan. Menurut David (2006) tujuan dilakukannya analisis eksternal

adalah membuat daftar terbatas mengenai berbagai peluang yang dapat

menguntungkan perusahaan dan berbagai ancaman yang harus dihindari, sehingga

perusahaan dapat merespon faktor-faktor eksternal tersebut dengan merumuskan

strategi yang dapat memanfaatkan peluang atau untuk meminimalkan dampak dari

potensi ancaman. Umar (2008), menyatakan bahwa lingkungan eksternal dapat

dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan jauh dan lingkungan industri.

Lingkungan jauh dapat diartikan sebagai lingkungan yang tidak secara

langsung berpengaruh terhadap aktivitas perusahaan dalam jangka pendek namun

berpengaruh terhadap akitivitas perusahaan dalam jangka panjang. David (2006)

mengkategorikan lingkungan jauh menjadi empat kategori, yaitu (a) Politik, (b)

Ekonomi, (c) Sosial Budaya, dan (d) Teknologi.

Mekanisme bekerjanya pengaruh faktor politik antara lain melalui

instrument kebijakan dan peraturan perundangan. Faktor ekonomi antara lain

melalui tingkat inflasi, suku bunga, laju pertumbuhan, kebijakan fiscal dan

moneter. Faktor sosial budaya antara lain melalui gaya hidup, agama, adat istiadat,

dan kepercayaan masyarakat. Faktor teknologi antara lain melalui pengaruh

terhadap cara dan jenis proses produksi serta volumenya.

Lingkungan industri meliputi persaingan perusahaan dengan perusahaan

lain yang berada dalam lingkungan industri sejenis, ancaman masuknya pendatang

baru, ancaman dari produk substitusi, kekuatan tawar menawar pembeli, dan

kekuatan tawar menawar pemasok.

20

Page 26: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

2.1.6 Analisis SWOT

Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) adalah

identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi suatu

organisasi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan

kekuatan (Strengths) dan peluang (opportunites), namun secara bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan

keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi,

dan kebijakan organisasi. Dengan demikian, perencana strategis harus

menganalisis faktor-faktor strategis organisasi dalam kondisi yang ada saat ini

yang disebut dengan analisis situasi (Rangkuti, 2008).

David (2006) menyatakan bahwa matriks SWOT dapat digunakan untuk

merumuskan strategi masa depan perusahaan. Matriks SWOT dapat menghasilkan

empat kemungkinan strategi yang dihasilkan sebagai berikut:

a. Strategi SO (Strenghts-Opportunities), yaitu strategi yang menggunakan

kekuatan yang dimiliki untuk mengambil peluang.

b. Strategi ST (Strenghts-Threats) merupakan strategi yang menggunakan

kekuatan untuk menghindari dan mengatasi ancaman.

c. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities) sebagai strategi yang menggunakan

peluang yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan.

d. Strategi WT (Weaknesses-Threats) adalah strategi untuk meminimumkan

kelemahan dan menghindari ancaman.

2.1.7 Analisis AHP

Analitycal Hierarchy Process (AHP) adalah sebuah hirarki fungsional

dengan input utamanya persepsi manusia. Melalui hirarki, suatu masalah

21

Page 27: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

kompleks dan tidak terstruktur dapat dipecahkan ke dalam kelompok-kelompok

yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki (Permadi, 1992).

Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang

tidak terstruktur, strategis, dan dinamik menjadi sebuah bagian-bagian dan tertata

dalam suatu hierarki. Tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik,

secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut dan secara relatif

dibandingkan dengan variabel yang lain. Setelah itu, dari berbagai pertimbangan

kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas

tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Marimin dan

Maghfiroh, 2010).

Lebih lanjut, Marimin dan Maghfiroh (2010) menjabarkan bahwa secara

grafis persoalan keputusan AHP dapat dikonstruksikan sebagai diagram bertingkat

(hierarki). AHP dimulai dengan goal atau sasaran lalu kriteria level pertama,

subkriteria dan akhirnya alternatif. Terdapat berbagai bentuk hierarki keputusan

yang disesuaikan dengan substansi dan persoalan yang hanya dapat diselesaikan

dengan AHP. Melalui AHP, pengguna dapat memberikan bobot relatif dari suatu

kriteria majemuk atau alternatif majemuk terhadap suatu kriteria. Bobot tersebut

diberikan dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons).

Selanjutnya, perbandingan berpasangan tersebut diubah menjadi suatu himpunan

bilangan yang merepresentasikan prioritas relatif dari setiap kriteria dan alternatif.

AHP memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi

objektif dan multi kriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari setiap

elemen dalam hirarki. Sehingga, model ini merupakan suatu model pengambilan

keputusan yang komprehensif (Suryadi et al, 1998). Selain itu, AHP juga menguji

22

Page 28: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

konsistensi penilaian bila terjadi penyimpangan yang terlalu jauh dari nilai

konsistensi sempurna maka hal ini menunjukkan penilaian perlu diperbaiki atau

hierarki harus distruktur ulang (Marimin dan Maghfiroh, 2010). Berikut ini

adalah keunggulan yang dimiliki oleh AHP, yaitu:

1. Kesatuan

AHP memberikan satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes

untuk aneka ragam persoalan tidak terstruktur

2. Kompleksitas

AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan sistem

dalam memecahkan persoalan kompleks

3. Saling ketergantungan

AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu

sistem dan tidak memaksakan pemikiran linear

4. Penyusunan hierarki

AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah

elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan

mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat

5. Pengukuran

AHP member suatu skala untuk mengukur hal-hal dan terwujud suatu

metode untuk menetapkan prioritas

6. Konsistensi

AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang

digunakan untuk menetapkan berbagai prioritas

7. Sintesis

23

Page 29: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap

alternatif

8. Tawar menawar

AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor

sistem dan memungkinkan organisasi memilih alternative terbaik

berdasarkan tujuan-tujuan mereka

9. Penilaian dan konsensus

AHP tidak memaksakan konsensus, tetapi mensistensiskan suatu hasil

yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda

10. Pengulangan proses

AHP memungkinkan organisasi memperhalus definisi mereka pada suatu

persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui

pengulangan

Berikut ini adalah beberapa proses yang harus dilakukan dalam analisis

dengan AHP, yaitu sebagai berikut (Ma’arif dan Tanjung, 2003):

1. Identifikasi sistem dilakukan untuk menentukan permasalahan yang akan

diselesaikan berupa sasaran (goal) yang ingin dicapai, faktor/kriteria-

kriteria yang akan digunakan, aktor-aktor yang terlibat dalam sistem dan

tujuan-tujuannya, dan alternatif-alternatif strategi.

2. Penyusunan hierarki dilakukan dengan mengabstraksi komponen pada

sistem. Abstraksi ini harus saling berkaitan, tersusun dari sasaran utama

turun ke faktor-faktor, kemudian ke pelaku (aktor), tujuan-tujuan pelaku,

kemudian strategi-strategi dan akhirnya memberikan keputusan.

24

Page 30: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

3. Penyusunan matriks pendapat individu untuk setiap kriteria dan alternatif

dilakukan melalui perbandingan berpasangan. Setiap elemen sistem

dengan elemen lainnya pada setiap tingkat hierarki secara berpasangan

dibandingkan untuk memperoleh nilai kepentingan elemen secara

kuantitatif. Skala penilaian yang digunakan untuk menguantifikasikan

pendapat kualitatif tersebut seperti terlihat pada Tabel 2.

4. Nilai-nilai perbandingan yang telah dilakukan harus diperoleh tingkat

konsistensinya dengan CR ≤ 10%.

5. Penyusunan matriks pendapat gabungan, kemudian dilakukan pengolahan

vertikal untuk menentukan vektor prioritas sistem.

Tabel 3. Skala untuk Pengisian Matriks Perbandingan Berpasangan.

Intensitas Pentingnya Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen sama kuat pada sifatnya

3Elemen yang satu sedikit lebih penting dibandingkan elemen lainnya.

Pengalaman dan pertimbangan sedikit lebih menyokong satu elemen atas elemen lainnya.

5Elemen yang satu sangat penting dibandingkan elemen lainnya.

Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen lainnya.

7Elemen yang satu jelas lebih pentingnya dibandingkan elemen lainnya.

Satu elemen dengan kuat disokong dan didominasinya telah terlihat dalam praktek.

9Elemen yang satu mutlak lebih penting dibandingkan elemen lainnya.

Bukti yang menyokong elemen yang satu memiliki tingkat penegasan tertinggi yang menguatkan.

2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua pertimbangan

Kompromi diperlukan diantara dua pertimbangan.

Kebalikan Jika elemen i mendapat nilai a dibandingkan elemen j, maka elemen j mempunyai nilai 1/a bila dibandingkan elemen i.

25

Page 31: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

2.2 Kajian Penelitian Terdahulu

Firman Noer (2002) melakukan kajian mengenai Strategi Pengembangan

Agribisnis Sapi Potong di Kawasan Sentra Prodoksi Koto Hilalang, Kabupaten

Agam Propinsi Sumatera Barat. Penelitian ini dilakukan untuk menyusun dan

merumuskan implikasi strategi yang tepat bagi kawasan sentra produksi Koto

Hilalang. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan

studi kasus. Responden dipilih secara purposive yaitu para ahli yang

berpengalaman dan mempunyai kemampuan dalam memberikan penilaian

terhadap pengembangan agribisnis sapi potong. Teknik pengumpulan data

dilakukan dengan cara observasi langsung, wawancara, penyebaran kuesioner, dan

studi pustaka.

Penelitian tersebut dilakukan dalam lima tahapan, yaitu (1) Analisis gap

untuk memperoleh perkembangan agribisnis sapi potong di kawasan, (2) Analisis

faktor-faktor internal dan eksternal untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal

dan eksternal yang berpengaruh bagi kawasan, (3) Analisis matriks evaluasi faktor

internal dan eksternal (IFE-EFE), (4) Analisis matriks SWOT untuk mengetahui

alternatif-alternatif strategi pengembangan agribisnis sapi potong di kawasan

sentra produksi, dan (5) Analisis AHP untuk mengetahui peringkat alternatif

strategi pengembangan agribisnis sapi potong di kawasan sentra produksi.

Melalui kombinasi matriks IFE, EFE, dan matriks SWOT maka diperoleh

beberapa alternatif strategi, yaitu strategi pengembangan investasi/modal usaha,

strategi kerjasama memperkuat kelompok peternak sapi kawasan, strategi

peningkatan teknologi peternak sapi di kawasan, strategi peningkatan posisi

peternak dan pemasaran sapi, dan strategi diversifikasi lahan rumput. Berdasarkan

26

Page 32: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

hasil analisis AHP diketahui prioritas strategi adalah pengembangan

investasi/modal usaha dan kerjasama penguatan kelompok peternak sapi di

kawasan produksi Koto Hilalang.

Mahmuri (2005) melakukan penelitian mengenai Analisis Situasi dan

Kebijakan Ketahanan Pangan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.

Penelitian tersebut bertujuan mengkaji ketahanan pangan rumah tangga,

khususnya dari aspek distribusi dan konsumsi pangan serta menganalisis

hubungan implementasi antara kebijakan ketahanan pangan dengan situasi

ketahanan pangan di Pulau Panggang dan Pulau Untung Jawa. Desain penelitian

yang digunakan adalah Crossectional Study Design dengan pendekatan

Comparative Analysis melalui kajian pustaka dan penelitian terdahulu, analisis

data sekunder, survey dan analisis data primer. Data yang digunakan adalah data

primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui

wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap beberapa kelompok

responden, penelusuran dan inventarisasi berbagai dokumen dan atau laporan

resmi dari dinas/instansi terkait ketahanan pangan serta studi literatur.

Responden penelitian ini dibagi menjadi tiga kelompok yaitu (1) pengelola

program, pejabat pemerintah yang berwenang dalam penyusunan kebijakan serta

perencanaan dan pelaksanaan program ketahanan pangan yang dipilih secara

purposive, (2) keluarga, yaitu 50 sampel keluarga di Pulau Panggang dan 50

sampel keluarga di Pulau Untung Jawa yang dipilih secara acak dengan metode

simple random sampling, dan (3) pedagang, yaitu 5 sampel pedagang di Pulau

Panggang dan 5 sampel pedagang di Pulau Untung Jawa yang dipilih secara acak

dengan metode simple random sampling.

27

Page 33: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

Hasil analisis yang diperoleh yaitu, konsumsi pangan tingkat rumahtangga

di Kepulauan Seribu masih di bawah kecukupan yang dianjurkan baik dari sisi

kuantitas AKE maupun kualitas skor PPH. Pola konsumsi pangan rumah tangga di

Kepulauan Seribu dipengaruhi oleh jumlah anggota rumahtangga, pola

pendapatan, pola pengeluaran keluarga, dan kebiasaan makan. Faktor yang paling

dominan terhadap konsumsi pangan rumah tangga adalah jumlah anggota

keluarga dan pendapatan. Semakin besar jumlah anggota keluarga dan semakin

rendah pendapatan, maka semakin rendah pula tingkat konsumsinya. Aspek

distribusi pangan dapat diketahui dari harga pangan. Harga pangan di Pulau

Panggang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan Pulau Untung Jawa.

Masih rendahnya pencapaian situasi ketahanan pangan di Pulau Panggang

dan Pulau Untung Jawa yang ditandai oleh rendahnya konsumsi pangan dan

tingginya harga pangan merupakan dampak dari kebijakan ketahanan pangan yang

belum optimal. Hal ini tercermin dalam rendahnya perhatian pemerintah dalam

mensosialisasikan berbagai peraturan tentang pangan, rendahnya strategi advokasi

dan implementasi kebijakan ketahanan pangan serta lemahnya fungsi koordinasi

dan optimalisasi pemanfaatan kelembagaan pangan yang ada.

Sukari (2009) mengkaji tentang Strategi Pengembangan Kebijakan dan

Program Ketahanan Pangan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Tujuan

penelitian ini adalah untuk menganalisis kebijakan pemerintah dalam upaya

peningkatan ketahanan pangan, menganalisis situasi ketahanan pangan dan

kondisi lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi pengembangan kebijakan

dan program ketahanan pangan serta merumuskan rekomendasi kebijakan

28

Page 34: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

pemerintah dalam upaya peningkatan ketahanan pangan di Kabupaten

Administrasi Kepulauan Seribu.

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada 70 orang responden yang

dipih secara purposive. Data sekunder diperoleh penelusuran pustaka dan

dokumen pembangunan ketahanan pangan. Analisis yang dilakukan meliputi

analisis isi terhadap kebijakan pemerintah Kabupaten Administrasi Kepulauan

Seribu, analisis deskriptif terhadap situasi ketahanan pangan, analisis SWOT dan

AHP untuk merumuskan alternatif strategi dan prioritas pembangunan ketahanan

pangan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.

Situasi ketersediaan pangan tergolong ideal yaitu energi 2.318

kkal/kapita/hari (105% AKE) dan protein 72,95 gram/kapita/hari (128% AKP).

Meskipun dari sisi ketersediaan pangan sudah mencukupi, namun konsumsi

pangan masyarakat masih rendah yaitu energi1.468 kkal/kapita/hari (73,4% AKE)

dan protein 63,2 gram/kapita/hari (121% AKP). Hasil evaluasi faktor eksternal

dan internal menunjukkan bahwa strategi pengembangan kebijakan dan program

ketahanan pangan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu berada pada

kuadran III (rasionalisasi atau turnaround) yaitu strategi mengatasi kelemahan

untuk memanfaatkan peluang.

Berdasarkan hasil analisis AHP diperoleh rekomendasi kebijakan

operasional ketahanan pangan, yaitu: prioritas pertama adalah pengembangan

kapasitas distribusi pangan dengan cara meningkatkan efisiensi sistem distribusi

pangan. Prioritas kedua adalah peningkatan kualitas SDM, prioritas ketiga

peningkatan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat, prioritas keempat

29

Page 35: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

pengembangan dan peningkatan intensitas jaringan kerjasama, prioritas kelima

pengembangan diversifikasi dan konsumsi pangan, prioritas keenam

pembangunan sistem cadangan pangan, dan prioritas ketujuh peningkatan

kelembagaan pangan.

Analia (2009) juga melakukan penelitian mengenai Analisis Diversifikasi

Konsumsi Pangan Rumahtangga di Sumatera Barat Menuju Pola Pangan Harapan

(PPH). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diversifikasi konsumsi pangan

rumahtangga dan variabel-variabel yang mempengaruhinya di Sumatera Barat.

Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan data modul

konsumsi Susenas 2005, sosioekonomi dan sosiodemografi. Hasil penelitian

menunjukkan konsumsi pangan rumahtangga belum seimbang dan beragam

dengan skor PPH baru mencapai 67,72 dari skor maksimal 100. Tingkat

pendapatan, jumlah anggota rumahtangga dan pendidikan istri merupakan faktor-

faktor yang signifikan terhadap pola diversifikasi konsumsi pangan rumah tangga.

Mahfi (2009) melakukan kajian mengenai Analisis Situasi Pangan dan

Gizi untuk Perumusan Kebijakan Operasional Ketahanan Pangan dan Gizi

Kabupaten Lampung Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis situasi

ketahanan pangan dan lingkungan strategis yang mempengaruhinya serta

penyusun kebijakan operasional ketahanan pangan. Data yang dikumpulkan

adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder dianalisis secara deskriptif

untuk mengetahui kondisi aktual ketahanan pangan dan merumuskan lingkungan

strategis ketahanan pangan yang dianalisis menggunakan SWOT. Data primer

hasil wawancara kuesioner dianalisis menggunakan AHP untuk merumuskan

kebijakan operasional ketahanan pangan Kabupaten Lampung Barat.

30

Page 36: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

Hasil penelitian menunjukkan kondisi distribusi pangan, konsumsi pangan

dan status gizi yang menjadi permasalahan ketahanan pangan di Kabupaten

Lampung Barat. Kondisi lingkungan strategis ketahanan pangan berada pada

kuadran II (diversifikasi). Rekomendasi strategi yang dihasilkan yaitu

pengembangan SDM, pengembangan teknologi budidaya dan pengolahan pangan,

pengembangan sarana prasarana pertanian, pengembangan lumbung pangan,

kompetensi aparat daerah, peningkatan pelayanan kesehatan, dan penanganan

kemiskinan

Penelitian dengan menggunakan analisis SWOT dan AHP untuk

menentukan strategi juga dilakukan oleh Rochman et al (2011). Penelitian

tersebut berjudul Analysis of Indonesia Agroindustry Competitiveness in

Nanotechnology Development Perspective Using SWOT-AHP Method. Penelitian

ini dilakukan pada lima agroindustri yang dianggap potensial untuk

mengembangkan nanoteknologi di Indonesia.

Analisis SWOT-AHP dilakukan untuk menentukan posisi keunggulan

bersaing masing-masing industri. Faktor internal yang didominasi oleh

pengembangan master teknologi dan ketersediaan bahan baku serta energi

memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dibandingkan faktor eksternal yaitu

dampak ekonomi bagi industri seperti peningkatan nilai tambah produk-produk

yang menggunakan nanoteknologi serta peningkatan jangkauan pasar. Hasil studi

ini dapat digunakan sebagai referensi bagi stakeholder terkait untuk

memformulasikan strategi dalam rangka peningkatan agroindustri nasional

melalui pengembangan nanoteknologi.

31

Page 37: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Kahraman, et al. (2007) mengenai

Prioritization of e-Government Strategies Using a SWOT-AHP Analysis: The

Case of Turkey. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendefinisikan dan

menemukan prioritas dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari

aplikasi e-Government di Turki. Selain itu untuk menentukan dan mengevaluasi

alternative strategi dari aplikasi e-Government di level nasional di Turki. Hasil

penelitian ini yaitu strategi prioritas yang diperoleh adalah menyederhanakan

proses dalam e-Government untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Melalui penelitian ini diketahui bahwa alat analisis SWOT-AHP mampu

menentukan faktor-faktor strategis dan prioritas strategi secara tepat di lingkup

pemerintahan.

Relevansi penelitian yang dilakukan oleh Firman Noer (2002) dan Sukari

(2009) dengan penelitian ini adalah penggunaan alat analisis IFE dan EFE, hasil

analisis tersebut digunakan dalam penilaian dan penentuan faktor-faktor yang

akan digunakan dalam analisis SWOT. Alternatif strategi yang dihasilkan

kemudian dianalisis menggunakan AHP untuk mengetahui prioritas strategi.

Relevansi penelitian Mahfi (2009), Rochman et al (2011), dan Kahraman (2007)

dengan penelitian ini adalah penggunaan alat gabungan analisis SWOT dan AHP

mampu memberikan prioritas strategi yang tepat dan terukur secara kuantitatif.

Mahmuri (2005) dan Analia (2009) menemukan bahwa pola konsumsi pangan

rumah tangga dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan istri

dan tingkat pendapatan. Selain itu, kebijakan ketahanan pangan yang belum

optimal memiliki dampak yang signifikan terhadap rendahnya pencapaian situasi

ketahanan pangan.

32

Page 38: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

Tabel 4. Kajian Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti

JudulPenelitian

MetodeAnalisis

HasilPenelitian

1 Firman Noer (2002)

Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kawasan Sentra Prodoksi Koto Hilalang, Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat

Analisis IFE-EFE, SWOT, AHP

Prioritas strategi adalah pengembangan investasi/modal usaha dan kerjasama penguatan kelompok peternak sapi di kawasan produksi Koto Hilalang

2 Mahmuri (2005)

Analisis Situasi dan Kebijakan Ketahanan Pangan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

Comparative Analysis

Konsumsi pangan tingkat rumahtangga di Kepulauan Seribu masih rendah, antara lain dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga dan pendapatan. Hal tersebut merupakan dampak dari kebijakan ketahanan pangan yang belum optimal

3 Sukari (2009)

Strategi Pengembangan Kebijakan dan Program Ketahanan Pangan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

Analisis SWOT, AHP

Strategi pengembangan kebijakan dan program ketahanan pangan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu berada pada kuadran III (rasionalisasi). Prioritas strategi adalah pengembangan kapasitas distribusi pangan

4 Analia (2009)

Analisis Diversifikasi Konsumsi Pangan Rumahtangga di Sumatera Barat Menuju Pola Pangan Harapan (PPH)

Analisis deskriptif

Tingkat konsumsi pangan rumahtangga di Sumatera Barat belum seimbang dan beragam, yang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, jumlah anggota rumahtangga dan pendidikan istri

5 Mahfi(2009)

Analisis Situasi Pangan dan Gizi untuk Perumusan Kebijakan Operasional Ketahanan Pangan dan Gizi Kabupaten Lampung Barat

Analisis SWOT, AHP

Kondisi lingkungan strategis ketahanan pangan berada pada kuadran II (diversifikasi). Rekomendasi strategi yang dihasilkan adalah pengembangan SDM, pengembangan teknologi budidaya dan pengolahan pangan, pengembangan sarana prasarana pertanian, pengembangan lumbung pangan, kompetensi aparat daerah, peningkatan pelayanan kesehatan, dan penanganan kemiskinan

6 Rochman, et al

(2011)

Analysis of Indonesia Agroindustry Competitiveness in Nanotechnology Development Perspective Using SWOT-AHP Method

Analisis SWOT, AHP

Faktor internal yang dominan yaitu pengembangan master tekonologi, ketersediaan bahan baku dan energi sementara faktor eksternal yang dominan yaitu dampak ekonomi bagi industri

7 Kahraman, et al.

(2007)

Prioritization of e-Government Strategies Using a SWOT-AHP Analysis: The Case of Turkey

Analisis SWOT, AHP

Strategi prioritas yang diperoleh adalah menyederhanakan proses dalam e-Government untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

33

Page 39: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

2.3 Kerangka Pemikiran Konseptual

Ketahanan pangan merupakan sistem yang kompleks yang melibatkan

peran lintas sektor dengan penanganan secara multi disiplin. Ketahanan pangan

terdiri dari subsistem ketersediaan, distribusi, konsumsi, dan status gizi.

Subsistem konsumsi pangan merupakan indikator hasil (outcome indicators) dari

kinerja pembangunan ketahanan pangan di suatu wilayah (Frankenberger, 1992).

Pangan yang disediakan dan dikonsumsi harus memenuhi kebutuhan gizi

penduduk. Oleh karena itu paradigma yang digunakan dalam pengembangan

konsumsi pangan masyarakat adalah dengan memperhatikan keanekaragaman dan

keseimbangan gizi sesuai daya beli, preferensi dan potensi sumberdaya lokal.

Salah satu acuan yang dapat digunakan adalah konsumsi energi AKE dan skor

PPH (Hardinsyah et al., 2002). Subsistem konsumsi pangan berfungsi

mengarahkan agar pola pemanfaatan pangan wilayah memenuhi kaidah mutu,

keragaman, kandungan gizi, keamanan dan kehalalan, disamping juga efisien

untuk mencegah keborosan.

Strategi pengembangan konsumsi pangan di Kota Jambi dilakukan dengan

tahap awal menganalisis dokumen perencanaan ketahanan pangan di Kota Jambi,

Tahap kedua adalah menganalisis lingkungan eksternal yang dapat menjadi

peluang maupun ancaman serta lingkungan internal yang dapat menjadi kekuatan

dan kelemahan terkait pengembangan konsumsi pangan di Kota Jambi. Tahapan

analisis selanjutnya adalah menyusun formulasi strategi yang memadukan faktor

eksternal dan internal melalui analisis SWOT. Alternatif strategi yang dihasilkan

selanjutnya diprioritaskan menggunakan AHP untuk memenuhi tujuan

pengembangan konsumsi pangan di Kota Jambi menuju ideal. Analisis dengan

34

Page 40: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

AHP diharapkan juga dapat menentukan tingkat kepentingan masing-masing actor

dan tujuannya dalam pengembangan konsumsi pangan di Kota Jambi. Kerangka

pemikiran konseptual penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini.

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian

35

KEBIJAKAN PEMERINTAH

RPJMN/RPJMD/RENSTRA Kelembagaan Program/Kegiatan/Anggaran

SITUASI KONSUMSI PANGAN AKTUAL (Tahun

2010)

STRATEGI PENGEMBANGAN

KONSUMSI PANGAN

SITUASI KONSUMSI PANGAN IDEAL

GAP KONDISI AKTUAL DAN IDEAL

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR INTERNAL

AKTOR TUJUANALTERNATIF STRATEGI

PENGEMBANGAN KONSUMSI PANGAN

PRIORITAS STRATEGI, AKTOR, TUJUAN PENGEMBANGAN

KONSUMSI PANGAN

Page 41: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini akan dilakukan di lingkup pemerintahan daerah terkait

ketahanan pangan di Kota Jambi. Penelitian ini dilakukan selama 2 (dua) bulan,

dari bulan Januari 2012 sampai dengan Februari 2012.

3.2 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey yaitu

melakukan kunjungan ke instansi dan organisasi yang terkait dengan ketahanan

pangan di Kota Jambi. Perumusan strategi pengembangan konsumsi pangan

menggunakan analisis SWOT, sedangkan untuk menentukan prioritas dilakukan

dengan AHP.

3.3. Data yang Diperluan dan Sumbernya

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan

data sekunder. Data primer terdiri dari faktor-faktor strategis, aktor, dan tujuan

mengenai upaya pengembangan konsumsi pangan di Kota Jambi. Data primer

dikumpulkan melalui wawancara dan penyebaran kuesioner. Data sekunder

diperoleh dari instansi terkait dengan ketahanan pangan dan studi pustaka yang

relevan. Jenis, sumber, dan cara pengumpulan data terdapat pada Tabel 5 berikut

ini.

36

Page 42: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

Tabel 5. Jenis, Sumber, dan Cara Pengumpulan DataNo Jenis Data Sumber Data Cara Pengumpulan Data1 Potensi agroekologi Dinas Pertanian dan BPS (Data

Sekunder)Pencatatan data potensi dan fungsional lahan dan produksi (Tahun 2010 dan 2011)

2 Keadaan demografi BPS, Bappeda (Data Sekunder) Pencatatan data Kota Jambi Dalam Angka (Tahun 2010 dan 2011)

3 Ketersediaan pangan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (Data Sekunder)

Pencatatan hasil dan print out NBM dan PPH Kota Jambi (Tahun 2010 dan 2011)

4 Konsumsi pangan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (Data Sekunder)

Pencatatan hasil dan print out situasi konsumsi pangan Tahun 2011

5 Impor/Ekspor pangan

Dinas Perindag (Data Sekunder) Pencatatan data impor/ekspor pangan Tahun 2010 dan 2011

6 Stok pangan Kantor Bulog Divre Jambi Pencatatan data stok pangan pemerintah Tahun 2010 dan 2011

7 Harga pangan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (Data Sekunder)

Pencatatan data harga pangan Tahun 2010 dan 2011

8 Status Gizi Dinas Kesehatan (Data Sekunder)

Pencatatan data persentase BBLR dan status gizi balita (Tahun 2010 dan 2011)

9 PDRB BPS, Bappeda (Data Sekunder) Pencatatan data PDRB atas dasar harga konstan dan berlaku (Tahun 2010 dan 2011)

10 Laju inflasi BPS, Bappeda (Data Sekunder) Pencatatan data laju inflasi (Tahun 2010 dan 2011)

11 RPJMD Kota Jambi Sekretariat Daerah (Data Sekunder)

Copy dokumen

12 Anggaran terkait pengembangan konsumsi pangan

Bappeda, dinas/instansi terkait Copy dokumen

13 Renstra ketahanan pangan

Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (Data Sekunder)

Copy dokumen

14 Kelembagaan ketahanan pangan

Sekretariat Daerah (Data Sekunder)

Pencatatan Perda No….Tahun….. tentang Pembentukan Lembaga Teknis Daerah

15 Strategi pengembangan konsumsi pangan

Dinas dan organisasi terkait ketahanan pangan (Data primer)

Pengisian kuesioner dan wawancara

3.4. Teknik Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data di bawah ini :

a. Indepth interview (wawancara secara mendalam) dan Focus Group Discussion

(FGD), dilaksanakan dengan responden ahli yang telah dipilih, untuk

menentukan faktor-faktor strategis, analisis PEST, menentukan aktor/pelaku

tujuan dan alternatif strategi, mempertajam analisis dan mengambil beberapa

keputusan strategik.37

Page 43: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

b. Wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner kepada responden,

yakni pimpinan atau wakilnya dari dinas atau organisasi terkait ketahanan

pangan. Kuesioner dibutuhkan untuk menentukan bobot dan peringkat dari

setiap faktor strategis dan internal, serta penilaian dalam kerangka AHP untuk

penentuan strategi prioritas faktor-faktor, aktor, dan tujuan aktor. Kuesioner

disajikan pada Lampiran 1.

c. Studi kepustakaan diperoleh dan dikumpulkan dengan cara membaca,

mempelajari dan mengutip pendapat dari berbagai sumber buku, tesis, laporan

atau dokumen instansi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3.5. Teknik Pengambilan Contoh

Teknik pengambilan contoh dilakukan dengan cara sengaja (Purposive

Sampling). Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa responden yang

bersangkutan memiliki keahlian dan kompeten dibidangnya. Responden yang

dipilih adalah para pengambil keputusan atau orang-orang yang ditunjuk oleh

pimpinan instansi terkait pembangunan ketahanan pangan maupun stakeholder

lain terkait, yaitu: 1) Asisten Daerah Bidang Ekonomi dan Pembangunan, 2)

Ketua Komisi II DPRD, 3) Kepala Bappeda, 4) Kepala Badan Ketahanan Pangan

dan Penyuluhan, 5) Kepala Dinas Kesehatan, 6) Kepala Dinas Pendidikan, 7)

Kepala Kantor Kementerian Agama, 8) Kepala Dinas Perindustrian dan

Perdagangan, 9) Kepala Dinas Pertanian, 10) Kepala Dinas Koperasi UMKM, 11)

Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, 12) Ketua

Pokja Ahli Dewan Ketahanan Pangan, 13) Kepala Bulog Divisi Regional Jambi,

14) Ketua TP PKK Pokja III dan 15) Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran

Kota Jambi.

38

Page 44: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.6.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan konsistensi antar

dokumen perencanaan pembangunan ketahanan pangan di Kota Jambi, khususnya

yang terkait langsung dengan pengembangan konsumsi pangan wilayah. Selain

itu, dilakukan pula analisis deskriptif mengenai situasi konsumsi pangan di Kota

Jambi Tahun 2010 berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Survei Sosial

Ekonomi (Susenas) Maret 2010.

3.6.2 Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation)

Menurut David (2006), evaluasi faktor eksternal (external factor

evaluation) digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal dalam

perusahaan/organisasi. Faktor-faktor peluang dan ancaman yang diidentifikasi

dalam penelitian ini akan dievaluasi dengan analisis eksternal, yaitu dengan

menggunakan matriks EFE. Hasil analisis eksternal ini akan menggambarkan

apakah peluang yang ada kemungkinan dapat direspon dengan baik, serta apakah

ancaman yang akan muncul kemungkinan dapat diatasi. Terdapat lima langkah

yang harus dilakukan dalam mengembangkan matriks EFE sebagai berikut

(David, 2006):

a. Mendaftar faktor eksternal kunci sebagaimana diidentifikasi dalam

proses penilaian. Terlebih dahulu didaftar peluang kemudian ancaman.

Dilakukan sekhusus mungkin dengan menggunakan persentase atau rasio

b. Memberi bobot setiap faktor dengan angka 0 (tidak penting) sampai 1

(terpenting). Bobot tersebut menandakan tingkat kepentingan relatif faktor

tersebut. Jumlah seluruh bobot sama dengan 1,0. Pengolahan data

39

Page 45: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

dilakukan dengan teknik Delphi untuk mengetahui bobot dari setiap faktor

strategis (Jain, 1997). Perhitungan bobot faktor eksternal dapat dilihat

pada Tabel 6.

Tabel 6. Penentuan Bobot Faktor EksternalFaktor

StrategisTingkat Kepentingan Jumlah

RespondenRata-rata Bobot

1 2 3 4 51 a b c d e F G l2 H m3 I n4 J oN

Jumlah Rata-rata K 1,00Penjelasan:

1...5 = Tingkat kepentingan faktor-faktor strategis 1...N = Faktor-faktor strategis yang digunakan G = {(1 x a) + (2 x b) + (3 x c) + (4 x d) + (5 x e)} : f K = G + H + I + J l = G/K

c. Memberikan peringkat 1 sampai dengan 4 pada tiap faktor eksternal kunci

untuk menunjukkan seberapa efektif strategi yang ada saat ini merespon

faktor tersebut, dimana: 4 adalah respon superior (luar biasa), 3 adalah

respon diatas rata-rata, 2 adalah respon rata-rata dan 1 adalah respon di

bawah rata-rata. Peringkat adalah seberapa efektif organisasi dalam

merespon faktor-faktor eksternal. Dengan demikian, nilainya didasarkan

pada kondisi organisasi. Perhitungan peringkat eksternal dapat dilihat pada

Tabel 7

Tabel 7. Penentuan Peringkat Faktor EksternalFaktor

StrategisBesarnya Nilai Jumlah

RespondenPeringkat

1 2 3 41 p234N

Penjelasan: 1...4 = Besarnya nilai faktor-faktor strategis 1...N = Faktor-faktor strategis yang digunakan p = Modus dari jawaban kolom nilai

40

Page 46: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

d. Mengalikan bobot masing-masing faktor dengan peringkat pada tiap faktor

untuk memperoleh skor terbobot (weighted score). Jika hasil yang

diperoleh adalah 1 berarti situasi eksternal sangat tidak baik atau tidak

mampu memanfaatkan peluang yang ada serta tidak mampu mengatasi

ancaman yang ada. Nilai 4 berarti situasi eksternal sangat baik, yaitu

mampu memanfaatkan peluang yang ada;

e. Menjumlahkan semua hasil kali yang ada disemua faktor untuk

mendapatkan skor terbobot total (total weighted score);

f. Dengan mengesampingkan jumlah faktor yang ada, maka total skor

terbobot akan berkisar antara 1 hingga 4. Angka 4 menunjukan bahwa

konsumsi pangan sangat baik, sedangkan angka 1 sebaliknya. Total skor

terbobot rata-rata adalah 2,5;

Tabel 8. Ilustrasi Matriks EFEFaktor Strategis Eksternal Bobot Peringkat Skor terbobot

Peluang 1 .........2……3……

Skala 1-4 Perkalian bobot dan peringkat

Ancaman1 .........2……3……

Skala 1-4 Perkalian bobot dan peringkat

Total 1Sumber: David, 2006.

3.6.3 Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation)

Evaluasi faktor internal (internal factor evaluation) digunakan untuk

mengetahui faktor-faktor internal perusahaan/organisasi berkaitan dengan

kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting (David, 2006). Pada prinsipnya

tahapan kerja pada matriks IFE sama dengan matriks EFE yaitu sebagai berikut:

41

Page 47: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

a. Mengindentifikasi dan menelaah secara mendalam terhadap setiap faktor

yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari Kota Jambi dalam upaya

pengembangan konsumsi pangan

b. Memberi bobot setiap faktor dengan angka 0 (tidak penting) sampai 1

(terpenting). Bobot tersebut menandakan tingkat kepentingan relatif

faktor tersebut. Jumlah seluruh bobot sama dengan 1,0. Pengolahan data

dilakukan dengan teknik Delphi untuk mengetahui bobot dari setiap

faktor strategis (Jain, 1997). Perhitungan bobot faktor internal dapat

dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Penentuan Bobot Faktor InternalFaktor

StrategisTingkat Kepentingan Jumlah

RespondenRata-rata Bobot

1 2 3 4 51 a b c d e F G l2 H m3 I n4 J oN

Jumlah Rata-rata K 1,00Penjelasan:

1...5 = Tingkat kepentingan faktor-faktor strategis 1...N = Faktor-faktor strategis yang digunakan G = {(1 x a) + (2 x b) + (3 x c) + (4 x d) + (5 x e)} : f K = G + H + I + J l = G/K

c. Memberikan peringkat 1 sampai dengan 4 pada tiap faktor internal,

dimana 4 adalah kekuatan utama, 3 adalah kekuatan kecil, 2 adalah

kelemahan kecil dan 1 adalah kelemahan utama. Untuk lebih jelasnya,

perhitungan peringkat faktor internal dapat dilihat pada Tabel 10.

42

Page 48: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

Tabel 10. Perhitungan Peringkat Faktor InternalKekuatan Besarnya Nilai Jumlah

RespondenPeringkat

1 2 3 41. P2.3.4.N

Kelemahan Besarnya Nilai Jumlah Responden

Peringkat

1 2 3 4 P1.2.3.4.N

Penjelasan: 1...4 = Besarnya nilai faktor-faktor kekuatan dan kelemahan 1...N = Faktor-faktor strategis yang digunakan p = Modus dari jawaban kolom nilai

d. Mengalikan bobot masing-masing faktor dengan peringkat pada tiap

faktor untuk memperoleh skor terbobot (weighted score);

e. Menjumlahkan seluruh skor terbobot untuk mendapatkan skor terbobot

total (total weighted score). Total skor terbobot akan berkisar antara 1

hingga 4. Angka 4 menunjukan bahwa pelaksanaan bisnis katekin dan

tanin sangat baik, sedangkan angka 1 sebaliknya. Total skor terbobot

rata-rata adalah 2,5. Total nilai terbobot berada dibawah 2,5

menunjukkan posisi internal lemah, sedang total nilai terbobot yang

berada diatas 2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat (David, 2006).

Tabel 11 menyajikan ilustrasi matriks IFE (Internal Factor Evaluation)

yang digunakan dalam penelitian ini.

43

Page 49: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

Tabel 11. Ilustrasi Matriks IFEFaktor Strategis Internal Bobot Peringkat Skor terbobotKekuatan1 .........2……3……

Skala 3-4 Perkalian bobot dan peringkat

Kelemahan1 .........2……3……

Skala 1-2 Perkalian bobot dan peringkat

Total 1Sumber: David, 2006

3.6.4 Matriks SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats)

Setelah melakukan analisis lingkungan eksternal dan internal maka akan

diperoleh peluang dan ancama sebagai faktor strategis eksternal serta kekuatan

dan kelemahan sebagai faktor strategis internal. Setelah diketahui kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman untuk masing-masing faktor kemudian

dilakukan analisis SWOT.

Dalam mengembangkan alternatif strategi digunakan matriks SWOT

untuk membantu dalam melakukan pencocokkan antar kekuatan dan peluang

(strategi SO), kekuatan dan ancaman (strategi ST), peluang dan kelemahan

(strategi WO) serta kelemahan dan ancaman (strategi WT). Matriks SWOT dapat

dilihat pada Tabel 12. Tahapan yang dilakukan dalam menggunakan matriks

SWOT adalah sebagai berikut (David, 2006):

a. membuat daftar peluang eksternal;

b. membuat daftar ancaman eksternal;

c. membuat daftar kekuatan internal;

d. membuat daftar kelemahan internal;

e. mencocokkan kekuatan internal dan peluang eksternal serta melakukan

pencatatan terhadap hasil dalam kolom strategi SO;

44

Page 50: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

f. mencocokkan kelemahan internal dan peluang eksternal serta melakukan

pencatatan terhadap hasil dalam kolom strategi WO;

g. mencocokkan kekuatan internal dan ancaman eksternal serta melakukan

pencatatan terhadap hasil dalam kolom strategi ST; dan

h. mencocokkan kelemahan internal dan ancaman eksternal serta melakukan

pencatatan terhadap hasil dalam kolom strategi WT.

Tabel 12. Contoh Matriks SWOT Faktor Internal

Faktor Eksternal

KEKUATAN (STRENGTH) KELEMAHAN (WEAKNESS)

PELUANG(OPPORTUNITIES)

Strategi S-O (Progresif)

Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi W-O (Korektif)

Mengatasi kelemahan untuk memanfaatkan peluang

ANCAMAN (THREATS) Strategi S-T (Diversifikasi)

Menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi W-T (Defensif)

Mengatasi kelemahan untuk menghindari ancaman

Sumber : David, 2006

3.6.5 Analisis Analytical Hierarchy Process (AHP)

Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk menetukan alternatif

strategi sesuai dengan faktor penentu, aktor dan tujuan yang ingin dicapai dalam

pengembangan konsumsi pangan di Kota Jambi. Penentuan faktor, aktor dan

tujuan dilakukan melalui kuesioner, sedangkan alternatif strategi dilakukan

dengan analisis SWOT. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam metode AHP

(Saaty, 1991):

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan

45

Page 51: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan

dengan subtujuan-subtujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif pada

tingkatan kriteria yang paling bawah

3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan

kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing

tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Perbandingan dilakukan

berdasarkan judgement dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat

kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.

4. Melakukan perbandingan berpasangan, dimulai dari level hierarki paling

atas yang ditujukan untuk memilih kriteria, misalnya X, kemudian diambil

elemen yang akan dibandingkan, missal X1, X2, dan X3. Sehingga, susunan

elemen-elemen yang dibandingkan tersebut akan tampak seperti pada Tabel

13 berikut.

Tabel 13. Contoh Matrik Perbandingan BerpasanganFAKTOR X1 X2 X3

X1 1 2 5X2 1/2 1 ¼X3 1/5 2 1

Penentuan nilai kepentingan relatif antar elemen menggunakan skala

bilangan 1 sampai 9 seperti pada Tabel 2. Apabila suatu elemen

dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1. Jika elemen i

dibandingkan dengan elemen j mendapatkan nilai tertentu, maka elemen j

dibandingkan dengan elemen i merupakan kebalikannya.

5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten

pengambilan data diulangi

6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki

46

Page 52: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan.

Nilai vektor eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk

mensintesis judgement dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada

tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.

8. Memeriksa konsistensi hierarki, jika nilainya kurang dari 10 persen maka

penilaian judgement diterima

9. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10 persen maka

penilaian data judgement harus diperbaiki.

Berikut ini adalah persamaan matematika yang digunakan untuk pengolahan data

AHP (Marimin dan Maghfiroh, 2010).

1. Penghitungan Bobot (Vektor) Prioritas

Vektor prioritas (VP) atau bobot (W) dari setiap elemen dalam satu level

hirarki terhadap elemen tertentu diatasnya dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

VP=¿ VE

∑i=1

n

VE

Dimana: VE = vektor eigen = rata-rata geometrik satu baris metrik

VE=¿ n√π j=1n aij

2. Penghitungan Nilai Eigen ( atau VB)

λ iatau VBi=VAVP

Dimana VA = vektor antara

VA = (a ij) (VP)

3. Penghitungan Nilai Eigen Maksimum (maks atau VBmaks)

47

Page 53: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

λmaks=∑i=1

n

VBi

n

4. Penghitungan Konsistensi (Ratio Consistency)

Tolak ukur konsistensi dinyatakan oleh nilai Indeks konsistensi (CI) dan

nisbah konsistensi (CR). Keduanya menyatakan konsistensi jawaban

responden yang berpengaruh pada kesahihan hasil. Nilai CI dan CR tidak

seragam dipengaruhi oleh responden dan tingkat kepakarannya.

CI=λmaks−n

n−1

CR=CIRI , bila CR ≤ 10% dinyatakan konsisten

Dimana: λmaks=nilai eigen maksimum

n = jumlah elemen yang diperbandingkan (ukuran matriks)

CR = rasio konsistensi

RI = indeks random

Tabel 14. Nilai Indeks Random (RI)Ukuran Matriks Indeks Random (RI) Ukuran Matriks Indeks Random (RI)

1,2 0,00 9 1,453 0,58 10 1,494 0,90 11 1,515 1,12 12 1,486 1,24 13 1,567 1,32 14 1,578 1,41 15 1,59

Sumber: Oak Ridge Laboratory dalam Maarif dan Tanjung (2003)

5. Matriks Pendapat Gabungan

Matriks pendapat gabungan (g) merupakan matrik baru yang elemen

matriknya (gij) berasal dari rata-rata geometrik elemen matriks pendapat

individu (a ij) yang rasio konsistensinya memenuhi persyaratan.

gij=m√π k=1

m a ij

48

Page 54: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

Dimana : gij = elemen matriks gabungan pada baris ke-i kolom ke-j

m = jumlah pengolah data

a ij = elemen matriks individu pada baris ke-i kolom ke-j

Hasil pendapat gabungan tersebut kemudian dihitung dengan prosedur

yang sama seperti perhitungan vektor prioritas gabungan. Komponen hierarki

yang memiliki nilai eigen prioritas gabungan tertinggi pada setiap level,

merupakan komponen prioritas pertama. Alternatif strategi prioritas adalah

alternatif strategi yang memiliki eigen vektor prioritas tertinggi. Penyelesaian

perhitungan dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan

untuk mensintesa pengaruh faktor terhadap alternatif strategi dengan

menggunakan Program Expert Choice 2000.

49

Page 55: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

DAFTAR PUSTAKA

Analia, Dewi. 2009. Analisis Diversifikasi Konsumsi Pangan Rumahtangga di Sumatera Barat Menuju Pola Pangan Harapan. Program Pascasarjana Universitas Andalas

Badan Ketahanan Pangan. 2011. Direktori Pengembangan Konsumsi Pangan. Jakarta: Badan Ketahanan Pangan.

Baliwati, Yayuk Farida. 2007. Analisis Ketersediaan Pangan Wilayah Berdasarkan Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan. Kerjasama Bagian Bina Ketahanan Pangan Biro Bina Produksi Setda Provinsi Jawa Barat dengan Tim Bagian Kebijakan Pangan Departemen gizi Mayarakat FEMA IPB, Bogor.

Baliwati, Yayuk Farida. 2011. Materi Pelatihan Kebijakan Strategis Ketahanan Pangan Wilayah Berdasaarkan Ketersediaan Pangan Wilayah. Diperbanyak oleh MWA Consultant, Bogor.

David, Fred R. 2006. Manajemen Strategis Edisi 10. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Departemen Kesehatan. 1996. Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Ditjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Jakarta.

Dewan Ketahanan Pangan. 2006. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2005-2009. Dewan Ketahanan Pangan, Jakarta.

Dewan Ketahanan Pangan. 2011. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014. Dewan Ketahanan Pangan, Jakarta.

Firman Noer TA. 2002. Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Potong di Kawasan Sentra Produksi Koto Hilalang Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat. Program Studi Magister Manajemen Agribisnis Program Pascasarjana IPB

Frankenberger, TR. 1992. Indicators and Data Collection Methods for Assessing Household Food Security di dalam: Maxwell S, Frankenberger TR. Household Food Security: Concepts, Indocators, Measurements, A Technical Review. UNICEF-IFAD

Hardinsyah dan Drajat Martianto. 1992. Gizi Terapan. PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor

50

Page 56: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

Hardinsyah, Dodik B., Retnaningsih, Herawati, Retno W. 2002. Analisis Kebutuhan Konsumsi Pangan. Pusat Studi Kebijakan pangan dan Gizi IPB dan Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan Badan Bimas Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian

Hardinsyah, Drajat Martianto. 1989. Menaksir Kecukupan Energi dan Protein serta Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan. Wirasari, Jakarta.

Hardinsyah, Yayuk FB, Martianto D., Handewi SR, Agus W., dan Subiyakto. 2001. Pengembangan Konsumsi Pangan dengan Pendekatan Pola Pangan Harapan. Pusat Studi Kebijakan Pangan dan gizi IPB, Lembaga Penelitian IPB dan Pusat Pengembangan Ketersediaan pangan Departemen Pertanian

Harper, I. J. , B. J. Draton & J. A. Driskel. 1988. Pangan, Gizi dan Pertanian (Suhardjo, penerjemah). Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Hutabarat, J dan M. Huseini. 2006. Operasionalisasi Strategi. PT Elex Media Komputindo, Jakarta

Kahraman, Cengiz, Nihan Etin Demirel, Tufan Demirel. 2007. Prioritization of e-Government Strategies using a SWOT-AHP Analysis: The Case of Turkey. European Journal of Information Systems 16.3 (Jul 2007): 284-298

Khomsan, Ali. 2002. Pangan dan Gizi dalam Dimensi Kesejahteraan. Jurusan GMSK Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

Maarif, M.S. dan Hendri T. 2003. Teknik-teknik Kuantitatif Untuk Manajemen. PT.Grasindo, Jakarta

Mahfi, Tabrani. 2009. Analisis Situasi Pangan dan Gizi untuk Perumusan Kebijakan Operasional Ketahanan Pangan dan Gizi Kabupaten Lampung Barat. Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor.

Mahmuri. 2005. Analisis Situasi dan Kebijakan Ketahanan Pangan di Kabpaten administrasi Kepulauan Seribu. Tesis. Program Studi Magister Manajemen Agribisnis Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor

Mahmuri. 2005. Analisis Situasi dan Kebijakan Ketahanan Pangan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Program Studi Magister Manajemen Agribisnis IPB

Marimin dan Maghfiroh, Nurul. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. IPB Press, Bogor

51

Page 57: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

Martianto, Drajat dan Ariani. 2004. Analisis Konsumsi Pangan Rumahtangga. Prosiding Widyakarya Nasional pangan dan Gizi VIII. 17-19 Mei 2004. LIPI, Jakarta

Martianto, Drajat, Yayuk Farida Baliwati, Dahrulsyah, dan Handewi. 2007. Laporan Akhir koordinasi Kebijakan Solusi Sistemik Masalah Ketahanan Pangan dalam Upaya Perumusan Kebijakan Pengembangan Penganekaragaman Pangan; Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Jakarta.

Pearce II, J.A. dan R.B. Robinson, 2003. Strategic Management, Formulation, Implementation, and Control. Eight Edition. Irwin Mc Graw-Hall.

Peraturan Kepala Badan Ketahanan Pangan. 2011. Peraturan Kepala BKP No 006/Kpts/OT.140./K/01/2011. Program Ketahanan Pangan Tahun 2011.

Peraturan Menteri Pertanian. 2010. Peraturan Menteri Pertanian No 65/Permentan/OT.140/12/2010. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota

Permadi, B. 1992. AHP. Pusat Antar Universitas-Studi Ekonomi, Universitas Indonesia.

Rangkuti, Freddy. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Republik Indonesia. Undang-undang No 7 Tahun 1996 tentang Pangan.

Rochman, Nurul Taufiq, E. Gumbira Sa’id, Arief Daryanto, Nunung Nuryartono. 2011. Analysis of Indonesian Agroindustry Competitiveness in Nanotechnology Development Perspective Using SWOT-AHP Method. International Journal of Business and Management 6.8 (Aug 2011): 235-244

Saaty, Thomas L. 1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta

Sukari. 2009. Strategi Pengembangan Kebijakan dan Program Ketahanan Pangan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Program Studi Magister Manajemen Agribisnis IPB

Suryadi, Kadarsah dan Ali Ramdhani. 1998. Sistem Pendukung Keputusan: Suatu Wacana Struktural Idealisasi dan Implementasi Konsep Pengambilan Keputusan. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

52

Page 58: DAFTAR ISI - Web viewStandar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI melalui ... Pangan dan Penyuluhan ... Materi Pelatihan Kebijakan

Umar, Husein. 2008. Strategic Management in Action. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wheelen, Thomas L dan J. David Hunger. 2010. Strategic Management and Business Policy Twelfth Edition. Prentice Hall, New Jersey.

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. LIPI, Jakarta

53