documentd
DESCRIPTION
kep anakTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kelenjar getah bening adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh kita.
Tubuh kita memiliki kurang lebih sekitar 600 kelenjar getah bening, namun hanya
di daerah submandibular (bagian bawah rahang bawah), ketiak atau lipat paha
yang teraba normal pada orang sehat. Terbungkus kapsul fibrosa yang berisi
kumpulan sel-sel pembentuk pertahanan tubuh dan merupakan tempat
penyaringan antigen (protein asing) dari pembuluh pembuluh getah bening yang
melewatinya. Pembuluh-pembuluh limfe akan mengalir ke KGB sehingga dari
lokasi KGB akan diketahui aliran pembuluh limfe yang melewatinya. Oleh karena
dilewati oleh aliran pembuluh getah bening yang dapat membawa antigen
(mikroba, zat asing) dan memiliki sel pertahanan tubuh maka apabila ada antigen
yang menginfeksi maka kelenjar getah bening dapat menghasilkan sel-sel
pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk mengatasi antigen tersebut sehingga
kelenjar getah bening membesar.
Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel-sel
pertahanan tubuh yang berasal dari KBG itu sendiri seperti limfosit, sel plasma,
monosit dan histiosit, atau karena datangnya sel-sel peradangan (neutrofil) untuk
mengatasi infeksi di kelenjar getah bening (limfadenitis), infiltrasi (masuknya)
sel-sel ganas atau timbunan dari penyakit metabolit makrofag (gaucher disease).
Limfoma adalah sejenis kanker yang tumbuh akibat mutasi sel limfosit
(sejenis sel darah putih) yang sebelumnya normal. Hal ini berakibat sel abnormal
menjadi ganas. Seperti halnya limfosit normal, limfosit ganas dapat tumbuh pada
berbagai organ dalam tubuh termasuk kelenjar getah bening, limpa, sum-sum
tulang, darah maupun organ lainnya.
Llimfoma adalah kanker nomor tiga terbanyak pada anak di Amerika
Serikat, dengan angka insidensi tahuan 13,2 per juta anak. Dua kategori besar
limfoma, yaitu penyakit Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin (LNH).
Di Indonesia frekuensi relatif Limfoma Non Hodgkin jauh lebih tinggi di
bandingkan dengan limfoma Hodgkin. Pada tahun 2000 di Amerika Serikat
diperkirakan terdapat 54.900 kasus baru, dan 26.100 orang meninggal karena
Page 1
Limfoma Non Hodgkin (LNH). 1 NHL adalah sekelompok penyakit keganasan
yang saling berkaitan yang mengenai sistem limfatik.1,2 Limfoma non Hodgkin
adalah suatu keganasan primer jaringan limfoid yang bersifat padat yang cukup
sering dijumpai pada anak dengan frekuensi 3% dari seluruh kanker.
Penyakit Hodgkin jarang ditemukan di Indonesia karena itu pada
kesempatan ini akan dibahas limfoma non- Hodgkin saja. Limfoma non-Hodgkin
adalah kanker dari kelenjar getah bening karena itu mudah menjalar ke tempat-
tempat lain disebabkan kelenjar getah bening dihubungkan satu dengan yang lain
oleh saluran-saluran getah bening. Selain itu manifestasi klinis penyakit LNH
hampir sama dengan beberapa jenis penyakit lain, LNH sering pada anak-anak,
LNH juga termasuk salah satu di antara sekitar 10 jenis kanker yang dapat
disembuhkan maka limfoma non-Hodgkin perlu dikenali agar penderita
mendapatkan penatalaksanaan yang sesuai sehingga memungkinkan perawat
profesional mengatur asuhan keperawatan yang sesuai pada klien tidak
memperluas penjalaran penyakit sehingga pasien dapat disembuhkan
Page 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Dan Fisiologi
Sistem limfatik adalah bagian penting sistem kekebalan tubuh yang
memainkan peran kunci dalam pertahanan alamiah tubuh melawan infeksi dan
kanker. Cairan limfatik adalah cairan putih mirip susu yang mengandung protein,
lemak dan limfosit (sel darah putih) yang semuanya mengalir ke seluruh tubuh
melalui pembuluh limfatik.
Yang membentuk sistem limfatik dan cairan yang mengisis pembuluh ini disebut
limfe. Komponen Sistem Limfatik antara lain :
a. Pembuluh Limfe.
b. Kelenjar Limfe (nodus limfe).
c. Limpa.
d. Tymus.
e. Sumsum Tulang
a) Anatomi fisiologi sistem limfatik.
Pembuluh limfe.
Pembuluh limfe merupakan jalinan halus kapiler yang sangat kecil atau
sebagai rongga limfe di dalam jaringan berbagai organ dalam vili usus terdapat
pembuluh limfe khusus yang disebut lakteal yang dijumpai dalam vili usus.
Fisiologi kelenjar limfe hampir sama dengan komposisi kimia plasma
darah dan mengandung sejumlah besar limfosit yang mengalir sepanjang
pembuluh limfe untuk masuk ke dalam pembuluh darah. Pembuluh limfe yang
mengaliri usus disebut lacteal karena bila lemak diabsorpsi dari usus sebagian
besar lemak melewati pembuluh limfe.
Sepanjang pergerakan limfe sebagian mengalami tarikan oleh tekanan negatif di
dalam dada, sebagian lagi didorong oleh kontraksi otot.
Fungsi pembuluh limfe mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke
dalam sirkulasi darah, mengankut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah,
membawa lemak yang sudah dibuat emulasi dari usus ke sirkulasi darah.Susunan
limfe yang melaksanakan ini ialah saluran lakteal, menyaring dan menghancurkan
Page 3
mikroorganisme, menghasilkan zat antibodi untuk melindungi terhadap kelanjutan
infeksi.
Kelenjar limfe (nodus limfe)
Kelenjar ini berbentuk bulat lonjong dengan ukuran kira-kira 10 – 25 mm.
Limfe disebut juga getah bening, merupakan cairan yang susunan isinya hampir
sama dengan plasma darah dan cairan jaringan. Bedanya ialah dalam cairan limfe
banyak mengandung sel darah limfosit, tidak terdapat karbon dioksida, dan
mengandung sedikit oksigen.Cairan limfe yang berasal dari usus banyak
mengandung zat lemak. Cairan limfe ini dibentuk atau berasal dari cairan
jaringan melalui difusi atau filtrasi ke dalam kapiler – kapler limfe dan seterusnya
akan masuk ke dalam peredaran darah melalui vena.
Fungsinya yaitu menyaring cairan limfe dari benda asing, pembentukan
limfosit membentuk antibodi, pembuangan bakteri, membantu reasoprbsi lemak.
Limpa.
Limpa merupakan sebuah organ yang terletak di sebelah kiri abdomen di
daerah hipogastrium kiri bawah iga ke-9,-10,-11.Limpa berdekatan pada fundus
dan permukaan luarnya menyentuh diafragma.Jalinan struktur jaringan ikat di
antara jalinan itu membentuk isi limpa/ pulpa yang terdiri dari jaringan limpa dan
sejumlah besar sel – sel darah.
Fungsi limpa sebagai gudang darah seperti hati, limpa banyak
mengandung kapiler–kapiler darah, dengan demikian banyak arah yang mengalir
dalam limpa, sebagai pabrik sel darah, limfa dapat memproduksi leukosit dan
eritrosit terutama limfosit, sebagai tempat pengahancur eritrosit, karena di dala
limpa terdapat jaringan retikulum endotel maka limpa tersebut dapat
mengancurkan eritrosit sehingga hemoglobin dapat dipisahkan dari zat besinya,
mengasilkan zat antibodi.
Limpa menerima darah dari arteri lienalis dan keluar melalui vena lienalis
pada vena porta. Darah dari limpa tidak langsung menuju jantung tetapi terlebih
dahulu ke hati.Pembuluh darah masuk ke dan keluar melalui hilus yang berbeda di
Page 4
permukaan dalam.Pembuluh darah itu memperdarhi pulpa sehingga dan
bercampur dengan unsur limpa.
Thymus.
Kelejar timus terletak di dalam torax, kira – kira pada ketinggian bifurkasi
trakea.Warnanya kemerah – merahan dan terdiri dari 2 lobus.Pada bayi baru lahir
sangat kecil dan beratnya kira – kira 10 gram atau lebih sedikit; ukurannya
bertambah pada masa remaja beratnya dari 30 – 40 gram dan kemudian
mengkerut lagi.Fungsinya diperkirakan ada sangkutnya dengan produksi antibody
dan sebagai tempat berkembangnya sel darah putih.
Bone marrow / sumsum tulang.
Sumsum tulang (Bahasa Inggris: bone marrow atau medulla ossea)
adalah jaringan lunak yang ditemukan pada rongga interior tulang yang
merupakan tempat produksi sebagian besarsel darah baru. Ada dua jenis sumsum
tulang: sumsum merah (dikenal juga sebagai jaringan myeloid) dan sumsum
kuning. Sel darah merah, keping darah, dan sebagian besar sel darah
putihdihasilkan dari sumsum merah. Sumsum kuning menghasilkan sel darah
putih dan warnanya ditimbulkan oleh sel-sel lemak yang banyak dikandungnya.
Kedua tipe sumsum tulang tersebut mengandung banyak pembuluh dan kapiler
darah. Sewaktu lahir, semua sumsum tulang adalah sumsum merah. Seiring
dengan pertumbuhan, semakin banyak yang berubah menjadi sumsum kuning.
Orang dewasa memiliki rata-rata 2,6 kg sumsum tulang yang sekitar
setengahnya adalah sumsum merah. Sumsum merah ditemukan terutama
pada tulang pipih seperti tulang pinggul, tulang dada, tengkorak, tulang
rusuk, tulang punggung,tulang belikat, dan pada bagian lunak di ujung tulang
panjangfemur dan humerus.
Sumsum kuning ditemukan pada rongga interior bagian tengah tulang
panjang. Pada keadaan sewaktu tubuh kehilangan darah yang sangat banyak,
sumsum kuning dapat diubah kembali menjadi sumsum merah untuk
meningkatkan produksi sel darah.
Page 5
a. Lokasi-lokasi nodus limfe.
Daerah khusus, tempat terdapat banyak jaringan limfatik adalah palatin
(langit mulut) dan tosil faringeal, kelenjar timus, agregat folikel limfatik di usus
halus, apendiks dan limfa.
b. Fisiologi sistem limfatik
Fungsi Sistem limfatik sebagai berikut :
a. Pembuluh limfatik mengumpulkan cairan berlebih atau cairan limfe dari
jaringan sehingga memungkinkan aliran cairan segar selalu bersirkulasi
dalam jaringan tubuh.
b. Merupakan pembuluh untuk membawa kembali kelebihan protein didalam
cairan jaringan ke dalam aliran darah.
c. Nodus menyaring cairan limfe dari infeksi bakteri dan bahan-bahan
berbahaya.
d. Nodus memproduksi limfosit baru untuk sirkulasi.
e. Pembuluh limfatik pada organ abdomen membantu absorpsi nutrisi yang
telah dicerna, terutama lemak.
c. Mekanisme Sirkulasi Limfatik
Pembuluh limfatik bermuara kedalam vena-vena besar yang mendekati
jantung dan disini terdapat tekanan negatif akibat gaya isap ketika jantung
mengembang dan juga gaya isap torak pada gerakan inspirasi.
Tekanan timbul pada pembuluh limfatik, seperti halnya pada vena, akibat
kontraksi otot otot, dan tekanan luar ini akan mendorong cairan limfe ke depan
karena adanya katup yang mencegah aliran balik ke belakang. Juga terdapat
tekanan ringan dari cairan jaringan akibat ada rembesan konstan cairan segar dari
kapiler-kapiler darah. Apabila terdapat hambatan pada aliran cairan limfe yang
melalui sistem limfatik, terjadilah edema, yaitu pembengkakan jaringan akibat
adanya kelebihan caiaran yang terkumpul didalamnya. Edema juga bisa terjadi
akibat obstruksi vena, karena vena juga berfungsi mengalirkan sebagian cairan
jaringan.
Page 6
1. Limfoma Non-Hodgkin
Limfoma non-Hodgkin
LNH merupakan proliferasi klonal yang ganas limfosit T dan B yang
terdapat bersama berbagai tingkat beban tumor. Keganasan ini tidak boleh
dirancukan dengan kelainan limfoproliferatif poliklonal. Kedua kelompok
penyakit tadi terjadi dengan frekuensi meningkat pada anak dengan status
imunodefisiensi herediter seperti ataksia-telangiektasia, sindrom Wiskott-Aldrich,
imunodesisiensi campuran, dan sindrom limfoproliferatif terkait-X (XLP).
Sindrom XLP ditandai dengan sensitifitas mencolok terhadap penyakit akibat-
EBV, termasuk mononukleosis infeksiosa yang fatal, yang terjadi pada lebih
kurang 57% kasus.
LNH yang melibatkan sumsum tulang dibedakan dari leukimia lifoblastik
akut dengan stadium keterlibatan sumsum tulang. Penderita yang menun.
Penderita yang menunjukkan lebih dari 25% penggantian sumsum tulang
dimasukkan ke dalam leukemia limfomablastik akut (LLA) dan kasus lainnya
disebut sebagai LNH dengan keterlibatan sumsum.
Patologi
LNH masa kanak kanak, berbeda dengan pada orang dewasa, biasanya
difus, ekstranodal, tumor stadium tinggi. Untuk menghindari keracunan yang
timbul karena bagan klasifikasi yang bermacam-macam, institute kanker nasional
(national cancer institute) mengembangkan sistem histologik, yang
mendefinisikan tiga subtype primer dari LNH stadium-tinggi: sel kecil noncelah
(small noncleaved cell (SNCC), limfoblastik, dan sel besar.
LNH sel kecil noncelah (SNCC) (subtype burkitt dan nonburkitt) adalah
tumor sel –B yang mengekspresikan immunoglobulin permukaan dan
mengandung satu atau lebih translokasi kromosom yang khas –-t(8;14), t(2;8),
atau t(8,22)-- masing-masing melibatkan onkogen c-myc dan satu gena
immunoglobulin (berturut-turut rantai berat mu, rantai ringan kappa dan rantai
ringan lambda). Limfoma limfoblastik biasanya berasal dari sel-T dan dapat
Page 7
mengandung satu translokasi yang melibatkan satu gena reseptor sel-T. LNH sel
yang besar timbul sebagai fenotip sel-T, sel-B atau non-B, non-T; t(2;5) (p23;q35)
dapat ada dalam hubungan dengan ekspresi CD30.
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala LNH pada anak sangat ditentukan oleh tempat dan
perluasan penyakit. Tempat primer yang paling sering adalah di abdomen ( 31,4
% ), mediatinum (26%) dan region kepala/leher, termasuk cincin waldeyer
dan/atau limfonodi leher (29%). Limfonodi non servikal merupakan tempat
primer pada 6,5% kasus kulit, tiroid, ruang epidural, dan tulang yang bertanggung
jawab terhadap sisanya (7%).
Ada hubungan nyata antara subtype histology dan tempat penyakit. LNH
limfoblastik biasanya terdapat di region kepala/leher atau mediatinum anterior;
tumor primer SNCC timbul di abdomen dan/atau kepala dan leher; LNH sel besar
dapat muncul dilokasi anatomi manapun. Tempat primer dikepala dan leher
biasanya berupa massa tidak nyeri yang timbul dari limfonodi servikalis atau
tonsil. Massa mediastinum mungkin berkaitan dengan efusi pleura ,distress
pernafasan atau sindrom vena kava superior (pembengkakan lengan,leher dan
muka). Massa abdomen biasanya timbul dari region ileosekal dan dapat disertai
distensi abdomen, mual, muntah, atau perubahan kebiasaan buang air besar, suatu
gambaran klinis mirip apendisitis atau intususepsi. Keterlibatan sumsum tulang
dapat menyebabkan anemia atau trombositopenia penyakit susunan saraf pusat
mungkin menyebabkan nyeri kepala, kenaikan tekanan intracranial, atau
kelumpuhan saraf cranial.
Diagnosi
Penegakan diagnosis dan stadium penyakit pada anak dengan kecurigaan
LNH harus cepat karena pertumbuhan tumor yang cepat ini. Diagnosis jaringan
perlu sebelum terapi dimulai. Biopsi eksisi atau aspirasi jarum-halus biasanya
cukup untuk menganalisis kelenjar limfe perifer soliter. Massa mediatinum dapat
dievaluasi dengan torakotomi atau mediatinoskopi, aspirasi jarum-halus
parasternal, atau torakosentesis (apabila ada efusi pleura yang menyertai). Biopsi
Page 8
terbuka biasanya diperlukan untuk massa abdomen, meskipun biopsy jarum
perkutaneus kadang-kadang dapat dilaksanakan.
Bila diagnosis telah ditegakkan, stadium penyakit harus ditentukan. Sistem
penentuan tingkat (staging) yang digunakan secara luas diperlihatkan dalam table
450-2. Evaluasi meliputi anamnesis yang lengkap,pemeriksaan fisik dan macam-
macam uji laboratorium (hitung darah lengkap dan kadar elektrolit, nitrogen urea
darah (BUN), laktat dehidrogenase (LDH), kalsium, fosfor, dan asam urat ).
Pemeriksaan sumsum tulang dan cairan serebrospinal harus dikerjakan. Pencitraan
diagnostik termasuk CT dari tempat primer, dada, abdomen dan pelvis ,sken
tulang, dan (pada beberapa situasi) sken gallium-67. Laparatomi dan
limfangiografi untuk menentukan stadium tidak termasuk bagian dari evaluasi
baku.
Sistem penentuan tingkat staging untuk limfoma non-hodgkin pada masa kanak-
kanak
Tingkat I
Satu tumor tunggal (ekstranodal) atau area anatomic tunggal (nodal),
dengan pengecualian mediastinum atau abdomen.
Tingkat II
Satu tumor (ekstranodal) dengan keterlibatan kelenjar regional.
Dua atau lebih area nodal pada sisi yang sama dari diafragma.
Dua tumor tunggal (ekstranodal) dengan atau tanpa keterlibatan kelenjar
regional pada sisi yang sama diafragma.
Satu tumor traktus gastrointestinal primer, biasanya di area ileosekal, dan
dengan atau tanpa keterlibatan kelenjar mesentrik yang berkaitan saja, yang
harus (> 90%) direseksi secara kasar.
Tingkat III
Dua tumor tunggal (ekstranodal) pada sisi berseberangan dari diafragma.
Dua atau lebih area nodal diatas dan dibawah diafragma.
Page 9
Setiap tumor intratoraks primer (mediatinum ,pleura, thymus).
Setiap penyakit intraabdomen primer yang luas
Tingkat IV
Setiap keadaan di atas, dengan keterlibatan awal SSS dan/atau sumsum
tulang waktu diagnosis.
Terapi
Bersama perkembangan kemoterapi obat ganda yang efektif, kebanyakan
anak dengan LNH dapat disembuhkan. Sindrom lisis tumor sering terjadi.
Percobaan acak klinis yang membandingkan dua dari regimen terapi awal yang
berhasil (regimen COMP berbasis – siklofosfamid dan regimen LSA2L2 agen
ganda yang intensif) memperlihatkan bahwa prognosis bagi penyakit dengan
tingkat –terbatas adalah sangat baik dengan kedua cara terapi. Namun, di antara
penderita dengan penyakit tingkat-lanjut, mereka dengan LNH limfoblastik
memperoleh hasil yang lebih baik bila diterapi dengan LSA2L2; penderita dengan
tipe histology SNCC mempunyai hasil yang lebih baik dengan COMP.
Strategi mutakhir untuk penderita dengan penyakit tingkat terbatas
terpusat pada penurunan morbiditas tanpa merugikan angka kesembuhan. Untuk
penyakit tingkat lanjut, percobaan klinis dipusatkan pada perbaikan hasil terapi
dengan terapi terarah-histologi yang menggabungkan profilaksis susunan saraf
pusat yang memadai. Terapi paling efektif untuk penyakit limfoblastik berasal
dari regimen obat ganda yang dirancang untuk terapi LLA, dilaksanakan 1-2,5
tahun. Siklofosfamid tetap merupakan komponen penting dari regimen sangan
intensif bagi LNH SNCC, yang dilaksanakan 2-12 bulan. Protocol yang paling
efektif untuk LNH sel besar biasanya terdiri dari
siklofasfamid,doksorubisin,vinkristin dan prednisone (CHOP), yang diberikan 12-
24 bulan. Pembedahan memainkan peranan kecil dalam penatalaksanaan kecuali
bila ada massa abdomen yang direseksi dengan sempurna. Radiasi lapangan yang
terlibat biasanya tidak dimasukkan dalam terapi primer.
Page 10
Prognosis
Dengan terapi modern, ketahanan hidup bebas-peristiwa (event free
survival) 2-tahun mencapai kira-kira 90% untuk anak dengan penyakit tingkat-
terbatas dan sekitar 70% untuk penderita dengan penyakit tingkat III dan IV.
Perbaikan dalam terapi LNH SNCC tingkat lanjut telah menghasilkan 90%
ketahanan hidup bebas-peristiwa 2-tahun (70% untuk penderita dengan penyakit
susunan saraf sentral). Tingkat penyakit dan log kadar LDH serum pada waktu
diagnosis mempunyai arti prognosis yang bebas.
Klasifikasi Limfoma Non-Hodgkin
a. Limfoma non Hodgkin agresif.
Limfoma non Hodgkin agresif kadangkala dikenal sebagai limfoma non
Hodgkin tumbuh cepat atau level tinggi. Karena sesuai dengan namanya, limfoma
non Hodgkin agresif ini tumbuh dengan cepat. Meskipun nama ‘agresif’
kedengarannya sangat menakutkan, limfoma ini sering memberikan respon sangat
baik terhadap pengobatan.Meskipun pasien yang penyakitnya tidak berespon baik
terhadap standar pengobatan lini pertama,sering berhasil baik
dengan kemoterapi dan transplantasi sel induk. Pada kenyataannya, limfoma
nonHodgkin agresif lebih mungkin mengalami kesembuhan total dari pada
limfoma non Hodgkin indolen.
b. Limfoma non Hodgkin indolen.
Limfoma non Hodgkin indolen kadang-kadang dikenal sebagai limfoma
non Hodgkin tumbuh lambat atau level rendah.Sesuai dengan namanya, limfoma
non Hodgkin indolen tumbuh hanya sangat lambat. Secara tipikal ia pada awalnya
tidak menimbulkan gejala, dan mereka sering tetap tidak terditeksi untuk beberapa
saat. Tentunya, mereka sering ditemukan secara kebetulan, seperti ketika pasien
mengunjungi dokter untuk sebab lainnya. Dalam hal ini, dokter mungkin
menemukan pembesaran kelenjar getah bening pada pemeriksaan fisik rutin.
Kadangkala, suatu pemeriksaan, seperti pemeriksaan darah, atau suatu sinar-X,
dada, mungkin menunjukkan sesuatu yang abnormal, kemudian diperiksa lebih
Page 11
lanjut dan ditemukan terjadi akibat limfoma non Hodgkin. Gejala yang paling
sering adalah pembesaran kelenjar getah bening, yang kelihatan sebagai benjolan,
biasanya di leher, ketiak dan lipat paha. Pada saat diagnosis pasien juga mungkin
mempunyai gejala lain dari limfoma non Hodgkin. Karena limfoma non Hodgkin
indolen tumbuh lambat dan sering tanpa menyebabkan stadium banyak
diantaranya sudah dalam stadium lanjut saat pertama terdiagnosis.
Gejala Penyebab Kemungkinan
timbulnya gejala
Gangguan pernafasan
Pembengkakan wajah
Pembesaran kelenjar
getah bening di dada
20-30%
Hilang nafsu makan
Sembelit berat
Nyeri perut atau perut
kembung
Pembesaran kelenjar
getah bening di perut
30-40%
Pembengkakan tungkai Penyumbatan
pembuluh getah
bening di
selangkangan atau
perut
10%
Penurunan berat badan
Diare
Malabsorbsi
Penyebaran limfoma
ke usus halus
10%>
Pengumpulan cairan di
sekitar paru-paru
(efusi pleura)
Penyumbatan
pembuluh getah
bening di dalam
dada
20-30%
Daerah kehitaman dan
menebal di kulit yang
terasa gatal
Penyebaran limfoma
ke kulit
10-20%
Penurunan berat badan
Demam
Penyebaran limfoma
ke seluruh tubuh
50-60%
Page 12
Keringat di malam hari
Anemia
(berkurangnya jumlah
sel darah merah)
Perdarahan ke dalam
saluran pencernaan
Penghancuran sel
darah merah oleh
limpa yang
membesar & terlalu
aktif
Penghancuran sel
darah merah oleh
antibodi abnormal
(anemia hemolitik)
Penghancuran
sumsum tulang
karena penyebaran
limfoma
Ketidakmampuan
sumsum tulang
untuk menghasilkan
sejumlah sel darah
merah karena obat
atau terapi
penyinaran
30%, pada akhirnya
bisa mencapai 100%
Mudah terinfeksi oleh
bakteri
Penyebaran ke
sumsum tulang dan
kelenjar getah
bening,
menyebabkan
berkurangnya
pembentukan
antibody
20-30%
BAB III
Page 13
Respiratory tract
Torakleher
Pembesaran kelenjar getah
bening
Obstruksi vena cava superior
Obstruksi vena cava inferior
Kompresi trakea dan bronkus
SSP
TIK N. VII
GIT
Infiltrasi peritoneal
Tekanan pada esofagus
Disfagia
TakikardiDisritmiaPembengkakan leher, rahangTangan kanan odema
G3 nutrisi
Resiko injuri
AnsietasOdemaEkstremitas bagian bawah
Water exess
G3 aktivitas
DispneaParauTakipnea
Perubahan pola napas
Resiko pertukaran gasResiko perubahan jalan napas tidak efektif
Ketidakmampuan otot
pengunyah
Ketidakmampuan berbicara
G3 nutrisi kurang dari kebutuhan
G3 verbal
Hepatomegali gagal ginjal
Ikterus
Penurunan haluaran urine
PEMBAHASAN
1. Pathway
Ketidak mampuan limfosit matang (limfosit kecil)Untuk mengubah morfologinya dan berdiferensiasi
Kegagalan transformasi limfosit B dan limfosit T
Kegagalan limfosit B berdiferensiasi membentuk antibodi dan
Kegagalan limfosit T berdiferensiasi menjadi bentuk aktif
Limfoma noduler
2. Asuhan Keperawatan
Page 14
I. PENGKAJIAN
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : V
2. Tempat tgl lahir/usia : Umur 7 Tahun 3 bulan
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. A g a m a : Islam
5. Pendidikan : Belum Sekolah
6. Alamat : Jakarta
7. Tgl masuk : 5 September 2015
8. Tgl pengkajian : 8 September 2015
9. Diagnosa medik : Limfoma Non-Hodgkin
10. Rencana terapi :
B. Identitas Orang tua
Ayah
1. Nama : Hamid
2. Usia : 38 tahun
3. Pendidikan : SD
4. Pekerjaan/sumber penghasilan : Kuli Bangunan
5. Agama : Islam
6. Alamat : Jakarta
Ibu
1. Nama : Husnaeni
2. Usia : 35 tahun
3. Pendidikan : SD
4. Pekerjaan/Sumber penghasilan : PRT
5. Agama : Islam
6. Alamat : Jakarta
Page 15
C. Identitas Saudara Kandung
No N A M A U S I A HUBUNGAN STATUS KESEHATAN
- - - - -
II. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit
Sesak nafas
III. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Dispnea saat kerja dan istirahat
Batuk kering non-produktif
Peningkatan frekuensi pernafasan dan kedalaman, penggunaan otot
bantu, stridor, sianosis.
Demam menetap dan lebih tinggi dari 380 C
B. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)
1. Prenatal care
a. Pemeriksaan kehamilan : 3 kali
b. Keluhan selama hamil : perdarahan - , PHS
- ,infeksi + , ngidam - ,Muntah-muntah - , demam -
, perawatan selama hamil -
c. Riwayat : terkena sinar - , terapi obat -
d. Kenaikan BB selama hamil 5 Kg
Page 16
e. Imunisasi TT 0 kali
f. Golongan darah ibu 0 Rh -
Golongan darah ayah 0 Rh +
i. Natal
a. Tempat melahirkan : RS - , Klinik - , Rumah +
b. Lama dan jenis persalinan : spontan + , forceps - ,
operasi lain-lain -
c. Penolong persalinan : dokter - , bidan + , dukun -
d. Cara untuk memudahkan persalinan : drips + , obat perangsang -
e. Komplikasi waktu lahir : robek perineum - , infeksi nifas +
ii. Post natal
a. Kondisi bayi : BB lahir 2300 gram, PB 47 cm
b. Apakah anak mengalami : penyakit kuning - , kebiruan - ,
kemerahan + , problem menyusui + , BB tidak stabil +
(Untuk semua Usia)
a. Penyakit yang pernah dialami : Batuk ,demam
,diare ,kejang ,lain-lain
b. Kecelakaan yang dialami : jatuh ,tenggelam
,lalu lintas ,keracunan
c. Pernah : makanan , obat–
obatan ,zat/subtansi kimia , textil
d. Komsumsi obat-obatan bebas
e. Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya : lambat
, sama ,cepat
Page 17
38
65
3540
62
2935
7
Alergi
Alergi
Alergi
KETERANGAN
Pria Wanita Meninggal Serumah
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Penyakit anggota keluarga : alergi + , asma -
, TBC - , hipertensi - ,
penyakit jantung - , stroke - ,
anemia - , hemofilia - , artritis
- , migrain - , DM - , kanker - , jiwa -
b. Genogram
IV. Riwayat Immunisasi
NO Jenis immunisasi Waktu pemberian Reaksi setelah pemberian
1. BCG 1 Panas
Page 18
2. DPT (I,II,III) 3 Panas
3. Polio (I,II,III,IV) 4 Tidak ada
4. Campak 1 Panas
5. Hepatitis Tidak pernah
V. Riwayat Tumbuh Kembang
A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan : 15 kg
2. Tinggi badan : 1 m
3. Waktu tumbuh gigi lupa bulan, Tanggal gigi
belum tanggal tahun
B. Perkembangan Tiap tahap
Usia anak saat
1. Berguling : Ibu klien mengatakan lupa
2. Duduk : Ibu klien mengatakan lupa
3. Merangkap : Ibu klien mengatakan lupa
4. Berdiri : Ibu klien mengatakan lupa
5. berjalan : 1 tahun
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : Ibu klien mengatakan lupa
7. bicara pertama kali : Ibu klien mengatakan lupa
8. Berpakaian tanpa bantuan: Ibu klien mengatakan lupa
VI. Riwayat Nutrisi
A. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui : Bayi sejak lahir
2. Cara pemberian : Setiap kali menangis + , terjadwal -
Page 19
3. Lama pemberian 1 tahun
B. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian : -
2. Jumlah pemberian : -
3. Cara pemberian : dengan dot - , sendok -
C. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
1. 0 – 4 Bulan
2. 4 – 12 Bulan
3. Saat ini
ASI
ASI
Nasi + Sayur +Ikan
VII. Riwayat Psikososial
a. Apakah anak tinggal di : apartemen - , rumah sendiri
- , kontrak +
b. Lingkungan berada di : kota + , setengah kota - , desa -
c. Apakah rumah dekat : sekolah - , ada tempat bermain + ,
punya kamar tidur sendiri -
d. Apakah ada tangga yang bisa berbahaya - ,Apakah anak
punya ruang bermain -
e. Hubungan antar anggota keluarga ; harmonis + , berjauhan -
f. Pengasuh anak : Orang tua + , Baby sister - , pembantu -
, nenek/kakek -
VIII. Riwayat Spiritual
a. Support sistem dalam keluarga : Tidak ada
Page 20
b. Kegiatan keagamaan : Orang tua rajin beribadah
IX. Reaksi Hospitalisasi
A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
Mengapa ibu membawa anaknya ke RS : Sesak nafas, batuk, demam
menetap dan lebih tinggi dari 380 C
Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : Ya + , tidak -
Bagaimana perasaan orang tua saat ini : Cemas + , takut
+ ,Khawatir + , biasa -
Apakah orang tua akan selalu berkunjung : Ya + , kadang-kadang - , tidak
–
Siapa yang akan tinggal dengan anak : Ayah - , Ibu +, Kakak -, Lain-lain -
B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
- Mengapa keluarga/orang tua membawa kamu ke RS ? pasien
mengatakan bahwa ia merasakan badannya panas dan sulit bernafas
- Menurutmu apa penyebab kamu sakit ? pasien mengatakan ia terlalu
sering bermain
- Apakah dokter menceritakan keadaanmu ? tidak
- Bagaimana rasanya dirawat di RS : Takut
X. Aktivitas sehari-hari
A. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Selera makan
2. Menu makan
3. Frekuensi
Baik
Nasi+sayur+ikan
Tidak nafsu makan
Bubur nasi
Page 21
makan
4. Makanan
pantangan
5. Cara makan
6. Ritual saat
makan
3 kali sehari
Tidak ada
Menggunakan
tangan atau sendok
Berdo’a
1 kali sehari
Sayur
toge,nangka,durian,kelengkeng,
duku,nanas,daging dan ikan
asin
Disuapi
Berdo’a
B. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis minuman
2. Frekuensi minum
3. Kebutuhan cairan
Teh gelas, soft drink
Kurang cairan
Tidak terpenuhi
Air putih
Tercukupi
terpenuhi
C. Eliminasi (BAB&BAK)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
BAB (Buang Air Besar ) :
1. Tempat
pembuangan
2. Frekuensi (waktu)
WC umum
1 kali sehari
WC rumah sakit
1 kali dalam kurung
waktu 3 hari
Page 22
3. Konsistensi
4. Kesulitan
5. Obat pencahar
BAK (Buang Air Kecil) :
1. Tempat
pembuangan
2. Frekwensi
3. Warna dan Bau
4. Volume
5. Kesulitan
Normal
Tidak ada
Tidak pernah
dikonsumsi
WC umum
5 kali sehari
Kuning muda, bau
amonia
1200ml/hari
Tidak ada
Keras dan kering
Saat mengejan
Laksatif
WC rumah sakit
2 kali sehari
Kuning tua, pekat
500ml/hari
Tidak ada
D. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jam tidur
- Siang
- Malam
2. Pola tidur
3. Kebiasaan sebelum
tidur
4. Kesulitan tidur
Jarang
7 jam
Tidak terganggu
Nonton TV
2 jam
10 jam
Terganggu
Mencuci kaki
Page 23
Tidak ada Ada ,karena merasa
sesak
E. Olah Raga
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Program olah raga
2. Jenis dan frekuensi
3. Kondisi setelah
olah raga
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
F. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Mandi
- Cara
- Frekuensi
- Alat mandi
2. Cuci rambut
- Frekuensi
- Cara
3. Gunting kuku
- Frekuensi
Memakai sabun
2 kali sehari
Gayung,ember
1 kali sehari
Menggunakan sampo
Dimandikan
2 kali sehari
gayung, handuk,
2 kali sehari
Menggunakan sampo
Page 24
- Cara
4. Gosok gigi
- Frekuensi
- Cara
1 kali seminggu
Menggunakan gunting
kuku
3 kali sehari
Menggunakan sikat gigi
dan pasta gigi
1 kali seminggu
Menggunakan gunting
kuku
3 kali sehari
Menggunakan sikat gigi
dan pasta gigi
G. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Kegiatan sehari-hari
2. Pengaturan jadwal
harian
4. Penggunaan alat
Bantu aktifitas
3. Kesulitan pergerakan
tubuh
Pergi ke sekolah,
bermain dengan
teman-teman
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada, melakukan
pengobatan
Ada, jadwal minum
obat,
Tidak ada
Ada, sulit
menggerakkan leher
H. Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Perasaan saat
sekolah
2. Waktu luang
3. Perasaan setelah
Senang Sedih, cemas
Page 25
rekreasi
4. Waktu senggang
klg
5. Kegiatan hari
libur
Ada
Tidak pernah
berekreasi
Kurang perhatian dan
jarang berkumpul
Menonton TV
Ada
Tidak ada
Keluarga sering
mengunjungi pasien
Menjalankan terapi
pengobatan
XI. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum klien
Baik - , Lemah + , Sakit berat -
B. Tanda-tanda vital
Suhu : 38,9 c
Nadi : 150 x per menit
Respirasi : 42 x per menit
Tekanan darah : 100/60
C. Antropometri
Tinggi Badan : 87 cm
Berat Badan : belum diukur
Lingkar lengan atas: 18 cm
Lingkar kepala :42 cm
Lingkar dada : 47 cm
Lingkar perut : 45 cm
Skin fold : tidak dilakukan
D. Sistem pernapasan
Page 26
Hidung : simetris + , pernapasan cuping hidung +, secret-
, polip- , epistaksis-
Leher : pembesaran kelenjar + , tumor-
Dada :Bentuk dada normal + , barrel - , pigeon chest-
Perbandingan ukuran AP dengan transversal : 1:1 Gerakan dada :
simetris- , terdapat retraksi- , otot Bantu pernapasan+
Suara napas : VF - , Ronchi - , Wheezing - , Stridor +,
Rales -
Apakah ada Clubbing finger : tidak ada
E. Sistem Cardio Vaskuler
Conjunctiva anemia/tidak, bibir pucat/cyanosis , arteri carotis :
kuat/lemah
Tekanan vena jugularis : meninggi/tidak
Ukuran jantung : Normal + , membesar - , IC/apex-
Suara jantung : S1 normal , S2 normal , Bising aorta - ,
Murmur -, gallop-
F. Sistem Pencernaan
Sklera : Ikterus/tidak, bibir : lembab- , kering+ , pecah-pecah
+ , labio skizis-
Mulut : Stomatitis + , palato skizis - , Jml gigi 20 ,
Kemampuan menelan : baik /sulit
Gaster : kembung + , nyeri + ,gerakan peristaltic normal
Anus : lecet+ , haemoroid -
G. Sistem indra
1. Mata
Kelopak mata normal , bulu mata merata , alis merata
Visus (gunakan Snellen chard) tidak dilakukan
Lapang pandang tidak dilakukan
2. Hidung
Page 27
Penciuman , perih dihidung- , trauma- ,
mimisan-
Sekret yang menghalangi penciuman +
3. Telinga
Keadaan daun telinga simetris , kanal auditoris - : bersih+,
serumen –
Fungsi pendengaran : normal
H. Sistem saraf
1. Fungsi cerebral
Status mental : Oreintasi + , daya ingat + , perhatian &
perhitungan +
Kesadaran : Eyes + , Motorik +, Verbal+ ,
Bicara ekspresif + , Resiptive –
2. Fungsi sensorik : Suhu + , Nyeri + , getaran+ , posisi +,
diskriminasi+
3. Fungsi cerebellum : Koordinasi , keseimbangan= tidak dikaji
4. Refleks : Bisep + , trisep + , patella+ , babinski+
7. Iritasi meningen : Kaku kuduk , laseque sign ,Brudzinki I
/II=tidak dikaji
I. Sistem Integumen
Rambut : Warna hitam , Mudah dicabut tidak
Kulit : Warna sawo matang , temperatur tinggi , kelembaban
kurang baik , bulu kulit + , erupsi -, tai lalat- , ruam
- , teksture kasar
Kuku : Warna pucat , permukaan kuku rata , mudah patah
tidak , kebersihan kurang
Page 28
J. Sistem Endokrin
Kelenjar thyroid : pembengkakan
Ekskresi urine berlebihan - urin 500ml/hari , poldipsi -
, poliphagi -
Suhu tubuh yang tidak seimbang +, keringat berlebihan -
Riwayat bekas air seni dikelilingi semut -
K. Sistem Perkemihan
Oedema palpebra - , moon face - , oedema anasarka-
Keadaan kandung kemih
Nocturia - , dysuria + , kencing batu-
L. Sistem Reproduksi
1. Wanita
Payudara : Putting simetris kiri dan kanan , aerola mammae
terbentuk , besar -
Labia mayora & minora bersih + , secret tidak ada , bau-
M. Sistem Imun
Alergi (cuaca - , debu - , bulu binatang -, zat
kimia -)
Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : flu -,
urticaria -, lain-lain
XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
6 tahun keatas
1. Perkembangan kognitif = baik
2. Perkembangan Psikoseksual = baik
3. Perkembangan Psikososial = baik
XII. Test Diagnostik
Page 29
Laboratorium; Ditemukan limfopenia
Foto Rotgen; Tidak dilakukan
CT Scan ; Tidak dilakukan
MRI, USG, EEG, ECG ; Trombosit menurun, LED meningkat
XIII. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)
Pasien belum diberikan terapi apapun
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Potensial perubahan pola nafas sehubungan dengan pembesaran nodus mediastinal/ edema jalan nafasDo : Dispnea saat kerja dan istirahat, batuk kering non-produktif, peningkatan frekuensi pernafasan dan kedalaman, penggunaan otot bantu, stridor, sianosis.Ds : Anak merasa sesak nafas
2. Hipertermi sehubungan dengan efek pirogen terhadap pengaturan suhu tubuh pada hipotalamusDo :Demam menetap dan lebih tinggi dari 380 C, Keringat malamDs : Anak merasa kepanasan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan berkurangnya intake untuk memenuhi kebtuhan metabolisme sekunder terhadap anoreksiaDo : Nafsu makan, pucat, intake berkurangDs : Mual, muntah, nafsu makan berkurang
III. PERENCANAAN
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN RENCANA TINDAKAN
RASIONAL
Potensial perubahan pola nafas sehubungan dengan pembesaran nodus mediastinal/ edema jalan nafas
Tujuan umum :
Mempertahankan efektifitas pernafasan
Tujuan khusus :
Tidak terdengar
suara nafas
Auskultasikan suara nafas, perhatikan adanya suara nafas tambahan
Monitor frekuensi pernafasan
Adanya obstruksi pada saluran nafas dimanifestasikan pada suara nafas
Takipnea merupakan kompensasi terhadap suatu stres, pernafasan dapat menjadi cepat/ lambat
Page 30
tambahan
Tidak ada tarikan
otot bantu
pernafasan
Frekuensi
pernafasann
dalam batas
normal
Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman, kepala lebih tinggi dari kaki
Latih pasien untuk nafas dalam abstruk efektif
Berikan O2 sesuai indikasi
Diafragma lebih rendah dapat memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan, menurunkan resiko aspirasi.
Nafas dalam
memudahkan
mekanisme ekspansi
dada secara maksimal,
batuk merupakan
mekanisme alamiah
untuk
mempertahankan
bersihan jalan nafas
Memaksimalkan transpor O2 dalam jaringan
Hipertermi
sehubungan dengan
efek pirogen
terhadap
pengaturan suhhu
tubuh pada
hipotalamus
Tujuan Umum :
Klien menunjukkan suhu tubuh dalam batas normal
Tujuan Khusu :
Suhu tubuh 36 – 37,5 0C (anak)
Frekuensi RR :
Monitor temperatur tubuh
Monitor suhu lingkungan
Berikan kompres
Perubahan temperatur
dapat terjadi pada
proses infeksi akut
Temperatur lingkungan
dipertahankan
mendekati suhu normal
Menurunkan panas
lewat konduksi
Page 31
Anak : 15-30
x/mnt
Frekuensi N :
Anak : 120-140
x/mnt
dingin
Berikan antipiretika sesuai program tim medis
Menurunkan panas pada pusat hipotalamus
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
sehubungan dengan
berkurangnya
intake untuk
memenuhi
kebtuhan
metabolisme
sekunder terhadap
anoreksia
Tujuan umum :
Klien dapat menunjukkan dan/ mempertahankan BB yang normal
Tujuan khusus :
Adanya minat/
selera makan
Porsi makan
sesuai kebutuhan
BB
dipertahankan
sesuai usia
BB meningkat
sesuai usia
Monitor intake makanan
Sajikan makanan yang menarik merangsang selera dan dallam suasana yang menyenangkan
Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
Timbang BB setiap hari
Konsul ke ahli gizi
Memonitor intake kalori dan insufisiensi kualitas konsumsi makanan
Meningkatkan selera makan sehingga meningkatkan intake makanan
Makanan dalam porsi besar/ banyak lebih sulit dari konsumsi saat pasien anoreksia
Memonitor kurangnya BB dan efektifas intervensi nutrisi yang diberikan
Memberikan bantuan untuk menetapkan diit dan merencanakan pertemuan individual bila diperlukan.
IV. PENATALAKSANAAN
Prinsip-prinsip pelaksanaan rencana asuhan keperawatan pada anak dengan Lipoma non-Hodgkin :
Page 32
1. Menjaga fungsi pernafasan 2. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal3. Mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi
V. EVALUASI
1. Mengukur pencapaian tujuan 2. Membandingkan data yang terkumpul dengan kriteria hasil/ pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan
PENUTUP
Kesimpulan
Kelenjar getah bening adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh kita. Tubuh kita memiliki kurang lebih sekitar 600 kelenjar getah bening, namun hanya di daerah sub mandibular (bagian bawah rahang bawah), ketiak atau lipat paha
Page 33
yang teraba normal pada orang sehat. Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel-sel pertahanan tubuh yang berasal dari KBG itu sendiri seperti limfosit, sel plasma, monosit dan histiosit, atau karena datangnya sel-sel peradangan (neutrofil) untuk mengatasi infeksi di kelenjar getah bening (limfadenitis), infiltrasi (masuknya) sel-sel ganas atau timbunan dari penyakit metabolit makrofag (gaucher disease).
Limfoma adalah sejenis kanker yang tumbuh akibat mutasi sel limfosit (sejenis sel darah putih) yang sebelumnya normal. Limfosit ganas dapat tumbuh pada berbagai organ dalam tubuh termasuk kelenjar getah bening, limpa, sumsum tulang, darah maupun organ lainnya.
Limfoma non-Hodgkin (LNH) merupakan proliferasi klonal yang ganas limfosit T dan B yang terdapat bersama berbagai tingkat beban tumor.
Daftar Pustaka
Santoso M, Krisifu C. Diagnostik dan Penatalaksanaan Limfoma Non-Hodgkin.
Jakarta : Dexa Media, 2004; 143-146.
Nelson.1999.Ilmu Kesehatan Anak edisi 15 vol.1.Jakarta:EGC
Nelson.2000.Ilmu Kesehatan Anak edisi 15 vol.2.Jakarta:EGC
Page 34
Nelson.2000.Ilmu Kesehatan Anak edisi 15 vol.3.Jakarta:EGC
Page 35