cutaneous tb in niger (translate)

9
Cutaneous Tuberculosis in Niger : a 9-year Retrospective study Laouali Salissou1, Eric Adehossi2, Sani Maman Laouali1, Saidou Mamadou3, Hassan Nouhou4 1Department of Dermatology and Venereology, National Hospital of Niamey, Niamey, Niger, 2Department of Internal Medicine, National Hospital of Niamey, Niamey, Niger, 3Laboratory of Biology, National Hospital of Lamordé, Niamey, Niger, 4Laboratory of Histopathology, Faculty of Health Sciences, ABDOU Moumouni University, Niamey, Niger Corresponding author: Dr. Laouali Salissou, E-mail: [email protected] Abstrak Latar Belakang : Tuberkulosis Kutis adalah suatu infeksi kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dan sangat jarang disebabkan oleh Mycobacterium Bovis maupun Mycobacterium Africanum. Kelainan ini sangat sulit ntuk didiagnosa, karena kulit merupakan lokasi yang jarang untuk terjadi infeksi Tuberkulosis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi epidemiologi, gambaran klinis dan profil terapi di Nigeria. Metodologi : Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif selama periode 9 tahun di Departement of Dermatology and Venereology di Rumah Sakit Nasional, Niamey. Penelitian ini melibatkan semua kasus Tuberkulosis Kutis yang didiagnosa secara klinis dan dikonfirmasi maupun tidak secara pemeriksaan penunjang konvensional. Hasil : Selama periode 9 tahun, 49 kasus Tuberkulosis terdiangnosa, menunjukkan sekitar 0.34% dari total 14376 total kasus kelain kulit. Pasien dengan kedua jenis kelamin terifeksi dimana 69% diantaranya laki laki dengan rasio Laki-Laki/Perempuan 2.26. Usia pasien berkisar antara 6 tahun hingga 60 tahun, usia rata rata 34.67 tahun. Prevalensi tertinggi pada usia 31 hingga 40 tahun dengan persentase 34.69%. Riwayat keluarga teridentifikasi pada 8.16% dari total kasus. Lama perjalanan penyakit rata rata sebelum konsultasi adalah 30.28 bulan. Test tuberkulin positif pada 83.67% kasus. Pemeriksaan TB Smear positif pada 6% kasus. Hiperleukosistosis terutama limpositik, ditemukan pada 21.62% kasus. Pemeriksaan radiologis ditemukan hasil normal pada 91.83%. Semua pasien merespon positif terhadap terapi dengan jangka waktu respon antara 6 hingga 9 bulan. Tidak ada efek samping secara klinis maupun biologis yang ditemukan. Kesimpulan : Tuberkulosis Tuberkulosis masih menjadi infeksi yang sering di temukan di negara berkembang dan menyerang kedua jenis kelamin. Skofulederma meru[akan bentuk yang paling sering ditemukan pada penelitian. Terapi berdasarkan hasil test TB seringkalo menjadi solusi yang bagus berdasarkan presentasi klinis dan bukti epidemiologis. Vaksin secara sistematis setelah kelahiran dapat menurunkan semua bentuk TB.

Upload: rizky-erizka

Post on 05-Dec-2015

224 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Translated to Bahasa

TRANSCRIPT

Page 1: Cutaneous TB in Niger (Translate)

Cutaneous Tuberculosis in Niger : a 9-year Retrospective study Laouali Salissou1, Eric Adehossi2, Sani Maman Laouali1, Saidou Mamadou3, Hassan Nouhou4

1Department of Dermatology and Venereology, National Hospital of Niamey, Niamey, Niger, 2Department of Internal Medicine, National Hospital of Niamey, Niamey, Niger, 3Laboratory of Biology, National Hospital of Lamordé, Niamey, Niger, 4Laboratory of Histopathology, Faculty of Health Sciences, ABDOU Moumouni University, Niamey, Niger Corresponding author: Dr. Laouali Salissou, E-mail: [email protected]

Abstrak

Latar Belakang : Tuberkulosis Kutis adalah suatu infeksi kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dan sangat jarang disebabkan oleh Mycobacterium Bovis maupun Mycobacterium Africanum. Kelainan ini sangat sulit ntuk didiagnosa, karena kulit merupakan lokasi yang jarang untuk terjadi infeksi Tuberkulosis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi epidemiologi, gambaran klinis dan profil terapi di Nigeria. Metodologi : Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif selama periode 9 tahun di Departement of Dermatology and Venereology di Rumah Sakit Nasional, Niamey. Penelitian ini melibatkan semua kasus Tuberkulosis Kutis yang didiagnosa secara klinis dan dikonfirmasi maupun tidak secara pemeriksaan penunjang konvensional. Hasil : Selama periode 9 tahun, 49 kasus Tuberkulosis terdiangnosa, menunjukkan sekitar 0.34% dari total 14376 total kasus kelain kulit. Pasien dengan kedua jenis kelamin terifeksi dimana 69% diantaranya laki laki dengan rasio Laki-Laki/Perempuan 2.26. Usia pasien berkisar antara 6 tahun hingga 60 tahun, usia rata rata 34.67 tahun. Prevalensi tertinggi pada usia 31 hingga 40 tahun dengan persentase 34.69%. Riwayat keluarga teridentifikasi pada 8.16% dari total kasus. Lama perjalanan penyakit rata rata sebelum konsultasi adalah 30.28 bulan. Test tuberkulin positif pada 83.67% kasus. Pemeriksaan TB Smear positif pada 6% kasus. Hiperleukosistosis terutama limpositik, ditemukan pada 21.62% kasus. Pemeriksaan radiologis ditemukan hasil normal pada 91.83%. Semua pasien merespon positif terhadap terapi dengan jangka waktu respon antara 6 hingga 9 bulan. Tidak ada efek samping secara klinis maupun biologis yang ditemukan. Kesimpulan : Tuberkulosis Tuberkulosis masih menjadi infeksi yang sering di temukan di negara berkembang dan menyerang kedua jenis kelamin. Skofulederma meru[akan bentuk yang paling sering ditemukan pada penelitian. Terapi berdasarkan hasil test TB seringkalo menjadi solusi yang bagus berdasarkan presentasi klinis dan bukti epidemiologis. Vaksin secara sistematis setelah kelahiran dapat menurunkan semua bentuk TB.

Kata Kunci : Tuberkulosis Kutis, Respon Terapi. Nigera.

PENDAHULUAN

Tuberkulosis kutis, seperti tuberkuklosis ekstra paru lainnya, sering kali disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dan jarang disebabkan oleh Mycobacterium Bovis maupun Mycobacterium Africanum [1]. Kelainan ini sulit didiagnosis karena angka kejadian yang rendah dan

banyaknya tampilan klinis yang dapat terjadi. Diagnosa sangat bergantung pada epidemiologi, bukti klinis dan hasil pemeriksaan. Pengobatan menggunakan antibiotik TB yang pada kebanyakan kasus memberikan hasil yang memuaskan. [2-6] Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi epidemiologi,

Page 2: Cutaneous TB in Niger (Translate)

gambaran klinis dan profil terapi dari penyakit ini di Nigeria.

METODOLOGI

Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif selama 9 tahun di bagian Dermatology dan Venereology di National Hospital di Niamey. Penelitian ini meneliti semua kasus TB Kutis dan penanganannya sejak Januari 2004 hingga Desember 2012. Pengumpulan data dilakukan mengunakan survey yang secara spesifik merujuk pada Epidemiologi, data para-klinis dan data klinis serta informasi terapi.

Data konsultasi pada bagian Dermatology dan Venereology pada tahun 2004 hingga 2012 digunakan sebagai sumber. Untuk penelitian ini, semua kasus TB Kutis yang diterapi dengan menggunakan penanganan standar menggunakan 4 obat obatan dalam 2 bulan dan kombinasi isoniazid dan rifampisin selama 4 bulan dimasukkan dalam penelitian. Semua data di-input dan di proses menggunakan software EXCEL 2007.

ETIKA

Penelitian ini dilakukan terhadap subjek manusia dimana semua subjek mengetahui dan telah diinformasikan mengenai penelitian ini dan

mengenai obat obatan yang digunakan serta efek sampingnya.

HASIL

Tuberkulosis Kutis terjadi dalam 49 kasus dari total 14376 kasus kulit yang dikonsultasikan selama 9 tahun (atau 0.34% kasus) Angka kejadian rata rata adalah 5.44. 34 orang pasien (69%) pasien adalah laki laki dan 15 (31%) perempuan dengan rasio perbandingan Lakilaki dan perempuan adalah 2.26. Usia subjek antara 6 tahun hingga 40 tahun dengan rata rata 34.67 tahun. Usia terbanyak adala antara 31 hingga 40 tahun (34.69%) 4 pasien (8.16%) menunjukkan adanya riwayat keluarga yang menderita TB. Penurunan berat badan merupakan gejala paling sering (32.65%), demam (26.53%) dan penurunan nafsu makan (22.44%). Scrofuloderma merupakan manifestasi paling banyak (gambar 1)(93.87%), diikuti Tuberkulosis verukosa kutis (4.08%) dan Tuberkulosis gunma (2.04%)

Perjalanan penyakit rata rata selama 30.28 bulan dengan range 2 hingga 156 bulan. Lipatan tubuh utama (aksila dan inguinal) merupakan lokasi tersering (30.61%). Area penting lainnya yang terkena adalah Leher, badan dan panggul (gambar 2a

Page 3: Cutaneous TB in Niger (Translate)

dan 2b)(masing masing 12.24% dari total kasus). Pada 55.10% kasus, penyakit ini terjadi hanya pada 1 lokasi, (24.48% terjadi pada 2 lokasi dan 20.42% terjadi pada 3 lokasi atau lebih. Test tuberkulin dilakukan pada semua pasien dan didapatkan hasil positif pada 83.67% kasus.

Gambar 1. Scrofuloderma sebelum pengobatan

Gambar 2. Lokasi multiple, [a] inguinal, [b] kepala sebelum pengobatan

Diameter Lesi berukuran antara 16 hingga 24 mm terjadi pada 41.46% kasus dengan nilai rata rata 15.41mm. Smear test positif pada 6% kasus. Hiperleukositosis dengan jenis limfosit ditemukan pada 21.62% kasus dan anemia pada 13,51% kasus. Peningkatan LED secara signifikan hanya terjadi pada 10.81% kasus.

Photo polos thorax dilakukan pada 37 orang pasien dan 33 orang (91.83%) diantaranya normal. Namun 4 orang diantaranya menunjukkan adanya kelainan seperti osteoporosis dan penyempitan ruang antar vertebrae. Mayoritas hasil pemeriksaan histopatologi menunjukkan hasil dermatitis granulomatosa. Maka, penegakan diagnosa Tuberkulosis Kutis didasarkan pada kombinasi antara gambaran klinis, pemeriksaan labor dan respon terhadap pemberian anti-tuberkulosis.

Dari 39 pasien, 37 menjalani pengobatan reguler TB, selama 2 bulan pertama mendapatkan kombinasi 4 obat obatan (isoniazid 3-5mg/kgbb/hari, rifampisin 10mg/kgbb/hari, pirazinamid 20-30mg/kgbb, dan etambutol 15-20mg/kgbb/hari) dan kemudian diberikan kombinasi 2 obat selama 4 bulan berikutnya (isoniazid 3-5mg/kgbb/hari dan rifampicin 10mg/kgbb/hari). Untuk keseluruhan pasien dosis obat disesuaikan. Dari 37 orang pasien, semuanya sembuh pada akhir pengobatan seperti pada gambar 3, 4a, 4b, dan 5)

Page 4: Cutaneous TB in Niger (Translate)

Gambar 3. Skrofuloderma setelah pengobatan

Gambar 4. [a] Lokasi Multiple, leher setelah pengobatan [b] lokasi multiple kepala setelah

pengobatan

Gambar 5. Lokasi inguinal setelah pengobatan.

DISKUSI

Dalam penbelitian ini, Tuberkulosis kutis berjumlah 0,34% dari semua konsultasi Kulit dengan angka kejadian 5.44 kasus. Angka kejadian dari penelitian lain bervariasi antara

<1 hingga 8.6 kausus.[4,6] Penelitan ini menunjukkan bahwa laki laki lebih dominan untuk terkena, sama dengan penelitian lain [7-10] walaupun penelitian lain menemukan perempuan yang lebih dominan [5,6,11].

Dalam penelitian ini, skrofuloderma merupakan bentuk paling dominan dengan angka kejadian 93.87% dari total kasus. Beberapa penelitian lain juga menyebutkan hal yang sama [6.8.10] Dalam penelitian ini, Tuberkulosis kutis verukosa dan Tuberkulosis Gumma merupakan bentuk yang jarang dengan 4.08% dan 2.04%. Berbeda dengan penelitian lain dimana TB verukosa memiliki frekuensi 19.59% [12] dan Tuberkulosis Gumma 46,6% [13]. Lama perjalanan penyakit rata rata adalah 30.28 bulan dalam penelitian ini, sedangkan penelitian lain [10,11] didapatkan range antara 16 hngga 38.4 bulan mengkonfirmasi perjalanan kronik dari penyakit ini. Lokasi pada lipatan tubuh utama (30.61% kasus) merupakan angka predominan dalam penelitian ini, sedangkan penelitian lain menemukan bahwa area servikal merupakan lokasi yang paling dominan [6,11]. Dalam penelitian ini test tuberkulin positif pada 6% kasus.

Page 5: Cutaneous TB in Niger (Translate)

Photo Polos Thorax normal pada 91.83% kasus dan secara histopatologis mayioritas menunjukkan Dermatitis Granulomatosa. Ini mengarah pada sifat heterogen secara para-klinis. Hal yang sama ditemukan pada penelitian lain [13,14]. Keseluruhan dari 37 pasien sembuh. Sama dengan peneliian lain [5,9,11,15] mengkonfirmasi efektifitas pengobatan konvensional TB. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa tidak ada bukti klinis maupun laboratorium mengenai efeksamping yang berkaitan dengan pengobatan TB.

KESIMPULAN

Tuberkulosis Kutis, walaupun langka, namun masih menjadi perhatian di negara negara berkembang. Skrofuloderma dan bentuk Tuberkulosis kutis lannya dapat ditangani dengan pengobatan standar TB. Walaupun pengobatan berdasarkan pemeriksaan terkadang menjadi solusi yang baik berdasarkan pemeriksaan secara klinis dan bukti epidemiologis, namun, vaksinasi saat kelahiran merupoakan cara terbaik untuk mencegah infeksi Tuberkulosis.

PERNYATAAN MENGENAI HAM DAN HAK ASAZI BINATANG

Semua prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini memenuhi semua standar etika dalam penelitian terhadap manusia (secara institusi dan nasonal) dan memenuhi tuntutan Deklarasi Helsinki 1975, dan dipebarui pada 2008.

PERNYATAAN INFORMED CONSENT

Inform consent didapatkan pada semua pasien yang terlibat dalam penelitian ini.

Inform consent secara tertulis didapatkan dari pasien untuk publikasi artikel ini dan gambar gambar penyerta.

REFERENSI

1. Dias MFRG, Bernardes Filho F, Quaresma MV, Nascimento LV, Nery JAC, Azulay DR. Update on cutaneous tuberculosis. An Bras Dermatol. 2014;89:925-38.

2. Morand JJ, Lighburn E. Tuberculose cutanée. EMC (Elsevier Masson SAS, Paris), Dermatol. 2007;98:360.

3. Morand JJ, Garnotel E, Simon F, Lighburn E. Panorama de la tuberculose cutanée. Med Trop. 2006;66:229-36.

4. Marcela Concha R, Félix Fich S, Ricardo Rabagliati B, Cristian Pinto S, Rocio Rubio L, Oscar Navea D, et al. Tuberculosis cutanea: reporte de dos casos y revision de la literatura. Rev Chil Infect. 2011;28:262-8.

5. Abdelmalek R, Mebazaa A, Berriche A, Kilani B, Osman Ben B, Mokni M, et al.

Page 6: Cutaneous TB in Niger (Translate)

Cutaneous tuberculosis in Tunisia. Med Mal Infect. 2013;43:374-8.

6. Garcia-Rodriguez JF, Monteagudo-.Sanchez B, Marino-Callejo A. Cutaneous tuberculosis: a 15-year descriptive study. Enferm Infecc Microbiol Clin. 2008;26:205-11;

7. Puri N. A clinical and histipathological profil of tuberculosis of patients with cutaneous tuberculosis. Indian J Dermatol. 2011;56:550-2.

8. Thakur BK, Verma S, Hazarika D. A clinicopathological study of cutaneous tuberculosis at Dibrugarh district, Assam. Indian J Dermatol. 2012;57:63-5.

9. Wang H, Wu Q, Lin L, Cui P. Cutaneous tuberculosis: A diagnostic and therapeutic study of 20 cases. J Dermatol Treatment. 2011;22:310-4.

10. Kane A, Niang SO, Cissé M, Sy TN, Diallo M, Dieng MT, et al. Tuberculose cutanée à Dakar: A propos de 151 cas. Mali Méd. 2010;25:4.

11. Eddaoui A, Chiheb S, Khadir K, Azzouzi S, Benchikhi H. Erythéme induré de bazin: 14 observations au Maroc, efficacité des antituberculeux. Méd Trop. 2008;68:549.

12. Buhutto AM, Solangi A, Khaskhely NM, Arakaki H, Nonaka S. Clinical and epidemiological observations of cutaneous tuberculosis in Lanarka, Pakistan. Int J Dermatol. 2002;41:159-65.

13. Akhdari N, Zouhair K, Habibedine S, Lakhdar H. Tuberculose cutanée de l’enfant au Maroc: Etude de 30 cas. Arch Pédiatr. 2006;13:1098-101.

14. Gallouj S, Amara B, Mikou O, Benjelloun MC, Mernissi FZ. Scrofuloderme révélant une tuberculose sternale primitive. Med Trop. 2010;70:333-34.

15. Akdeniz S, Yildiz T, Ates G, Ataman A, Özekinci T, Harman M. Cutaneous tubercolosis In a Region of Southeast of Turkey. J Turk Acad Dermatol. 2011;5:2.