cr assyifa 97-2003
DESCRIPTION
PsikiatriTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
Disusun oleh :
Assyifa Anindya, S.Ked
(1018011043)
Dokter Pembimbing :
dr. Cahyaningsih Fibri Rokhmani, Sp.KJ
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG
2014
1
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Ny. N, Perempuan, 32 tahun, SD, Islam, Sunda, Pekerjaan ibu rumah
tangga, tinggal di Kelurahan Riau Priangan, Lampung Tengah, datang dari
poli klinik pada tanggal 20 Oktober 2014.
II. PEMERIKSAAN PSIKIATRI (Allo-Autoanamnesa)
Anamnesis psikiatri (Allo-autoanamnesis pada tanggal 20 Oktober 2014)
Alloanamnesis diperoleh dari :
Nama : Tn. B
Alamat : Kelurahan Riau Priangan
Nomor telepon : 08136765xxxx
Hubungan dengan pasien : Suami pasien
III. RIWAYAT PSIKIATRI
A. Keluhan Utama
Sulit tidur
B. Keluhan tambahan
Tidak percaya diri, merasa malu, mudah menangis, sering melamun,
sering menyendiri, sering kesal, sering menyalahkan diri sendiri, merasa
banyak yang membicarakan, malas bekerja, nafsu makan menurun.
C. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien diantar oleh suaminya ke Rumah Sakit Jiwa karena mengeluhkan
saat tidur selalu terbangun di tengah malam secara tiba-tiba dan sulit untuk
kembali tidur. Pasien mengaku kualitas tidurnya terganggu dan tidak puas.
Pasien merasa malu untuk keluar rumah, sehingga pasien lebih sering
menyendiri, melamun dan menangis di dalam kamar. Hal tersebut pernah
dirasakan 5 tahun yang lalu namun memberat 5 bulan terakhir ini.
Awalnya salah satu tetangga pasien mengatakan pasien sebagai orang gila
2
karena tetangganya tersebut sering mendengar pertengkaran antara pasien
dan suaminya. Apabila keluar rumah dan bertemu dengan tetangganya
tersebut pasien masih merasa kesal walaupun tetangganya tersebut telah
meminta maaf. Pasien merasa sensitif mudah marah dan dalam hatinya
merasa banyak yang membicarakan. Tak jarang suami dan anak-anaknya
menjadi pelampiasan kekesalan pasien. Selain itu, pasien sering merasa
tidak percaya diri dan merasa malu apabila berhadapan dengan orang
banyak karena merasa tubuhnya terlalu kurus. Berat badannya mengalami
penurunan dikarenakan pasien malas untuk makan. Pasien merasa dirinya
tidak berguna di dunia ini dan sempat terlintas dipikirannya lebih baik
mati daripada hidup seperti ini. Pasien merasa malas untuk mengerjakan
pekerjaan rumah tangga, siang hari pasien lebih banyak di dalam kamar,
tak jarang suami yang mengerjakan pekerjaan rumah.
D. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Jiwa Sebelumnya
Tahun 2009 pasien mengalami keluhan yang sama untuk pertama
kalinya saat ia masih tinggal di Lampung Utara. Awalnya pasien
sempat bertengkar dengan salah satu tetangganya karena masalah
anak, lalu tetangganya tersebut mengatakan bahwa pasien gila. Setelah
kejadian tersebut mereka saling meminta maaf, namun entah mengapa
pasien masih merasa ada yang mengganjal. Setiap bertemu dengan
tetangganya tersebut pasien merasa kesal. Lalu pasien tidak percaya
diri dan merasa malu untuk keluar rumah dan bersosialisasi dengan
para tetangga di sekitar rumahnya. Akhirnya pasien sering menangis,
melamun dan menyendiri di dalam kamar. Lalu pasien memutuskan
untuk berpindah rumah ke Lampung Timur dan keluhan tersebut
menghilang untuk beberapa tahun saja.
3
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus,
riwayat trauma kepala sebelumnya dan kejang saat kecil.
3. Riwayat Penggunaan Zat Adiktif
Pasien tidak pernah mengkonsumsi rokok, narkoba, minuman keras
dan sebagainya.
E. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat prenatal dan perinatal
Menurut pasien lahir normal, cukup bulan, berat badan lahir 3000 gram,
dibantu oleh dukun, langsung menangis, tidak ada kecacatan waktu lahir.
b. Masa kanak awal (0-3 tahun)
Menurut pasien diberi ASI eksklusif selama satu tahun dan
perkembangan saat bayi dan balita sesuai dengan bayi dan balita
seusianya.
c. Masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Seingat pasien, ia merupakan anak yang biasa saja dan tidak didapatkan
gangguan pertumbuhan maupun perkembangan.
d. Masa kanak akhir dan remaja
Ia menempuh SD dalam kurun waktu enam tahun. Setelah itu pasien
tidak melanjutkan ke SMP karena alasan kedua orang tua tidak mampu
untuk membiayai sekolahnya. Dari kecil pasien termasuk anak yang
pendiam dibandingkan dengan anak seusianya, namun pasien memiliki
banyak teman dan berhubungan baik dengan teman-temannya.
e. Riwayat Masa dewasa
Riwayat pendidikan
Ia menempuh SD dalam kurun waktu enam tahun, selama SD pasien
mengikuti pelajaran dengan baik. Pasien termasuk orang yang
pendiam. Namun ibu pasien mengatakan bahwa pasien memiliki
banyak teman dan berhubungan baik dengan teman-temannya.
Keluhan guru terhadap pasien dalam proses belajar disangkal.
4
Riwayat perkawinan
Pasien sudah menikah selama kurang lebih 19 tahun. Menikah
dengan orang pilihannya, kemudian dikaruniai tiga orang anak, anak
pertama laki-laki saat ini SMA, anak kedua laki-laki saat ini kelas 3
SD, anak ketiga perempuan saat ini kelas 2 SD.
Riwayat pekerjaan
Pasien saat ini tidak bekerja, hanya sebagai ibu rumah tangga.
Sebelum pasien menikah dengan suaminya pasien sempat bekerja
membantu kedua orang tuanya bertani dan mengurus pekerjaan
rumah.
Aktivitas sosial
Pasien memiliki hubungan yang kurang baik dengan lingkungan
tempat tinggalnya. Apabila pasien bertemu dengan tetangganya yang
pernah mengatakan dirinya orang gila pasien selalu merasa kesal.
Pasien malu untuk bergaul dengan lingkungan sekitar tempat
tinggalnya, merasa tidak percaya diri karena merasa badannya kurus.
Akhirnya pasien lebih sering menyendiri, melamun dan menangis di
dalam kamar dan lebih banyak beraktivitas dirumah.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tidak bekerja, namun penghasilan suaminya cukup untuk
memenuhi kehidupan sehari-hari, suaminya seorang wiraswasta
yaitu pedagang.
Riwayat Agama
Pasien beragama islam dan sering melaksanakan ibadah shalat.
Pasien rajin dalam melakukan ibadah, namun saat ini pasien merasa
kurang berkonsentrasi apabila sedang beribadah.
5
F. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal satu rumah bersama dengan suami dan tiga orang anaknya
G. Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Sejak lahir tinggal
bersama orangtua dan saudaranya. Ia hidup dalam keluarga yang memiliki
status ekonomi yang kurang, kedua orang tuanya bekerja sebagai petani.
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan kedua orang tuanya. Kedua
orang tuanya memberikan perhatian yang sama kepada setiap anaknya.
PEDIGREE :
Keterangan:
: laki-laki
: wanita
: pasien
: satu keluarga
6
H. Riwayat Penyakit keluarga
Keluarga tidak ada yang mengalami hal yang sama, riwayat DM,
hipertensi dan penyakit berat lainnya disangkal.
I. Persepsi Pasien tentang diri dan Kehidupannya
Pasien merasa dirinya tidak berguna, bersedih dan tidak ada gairah hidup.
IV. STATUS MENTAL
1. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Seorang perempuan terlihat sesuai usianya memakai baju orange dan
celana jeans berwarna biru dengan rambut hitam rapi terurai, penampilan
terkesan santai, perawakan sedang dengan berat badan cukup, kulit sawo
matang, kuku pendek dan bersih.
b. Kesadaran : jernih ( compos mentis )
c. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Saat wawancara pasien dalam keadaan tenang, kontak mata baik, gerakan
involunter tidak ada.
d. Pembicaraan : spontan, lancar, intonasi sedang, volume cukup, kualitas
cukup, kuantitas cukup, artikulasi jelas.
e. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
2. Keadaan Afektif
a. Mood : hipotimia
b. Afek : depresi
c. Keserasian : appropriate
3. Fungsi Intelektual (Kognitif)
a. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : sesuai dengan
taraf pendidikan pasien
b. Daya konsentrasi : kurang
c. Orientasi (waktu, tempat, dan orang) : baik
7
d. Daya ingat : jangka segera, jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang baik.
e. Pikiran abstrak : baik
4. Gangguan Persepsi :
a. Halusinasi : tidak ada
b. Ilusi : tidak ada
c. Depersonalisasi : tidak ada
d. Derealisasi : tidak ada
5. Pikiran :
a. Bentuk pikir :
Realistic
b. Arus pikir : koheren
1. Produktivitas : baik
2. Kontinuitas : baik
3. Relevansi : relevan
4. Hendaya berbahasa : tidak ditemukan
c. Isi pikir
Ide rujukan, ide bersalah
6. Daya Nilai
a. Norma sosial : baik
b. Uji daya nilai : baik
c. Penilaian realitas : baik
7. Tilikan
Tilikan derajat 4 : pemahaman bahwa dirinya sakit tetapi tidak
mengetahui penyebabnya.
8. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya
8
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Tanda-tanda vital:
TD = 120/80 mmHg
N = 84 x/menit
P = 18 x/menit
S = afebris
b. Pemeriksaan Fisik
Mata : tidak ditemukan kelainan
Hidung : tidak ditemukan kelainan
Telinga : tidak ditemukan kelainan
Paru : tidak ditemukan kelainan
Jantung : tidak ditemukan kelainan
Abdomen : tidak ditemukan kelainan
c. Status Neurologis
Sistem sensorik : dalam batas normal
Sistem motorik : dalam batas normal
Fungsi luhur : dalam batas normal
d. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 10 September 2014
Hemoglobin : 10,8 g/dl
Eritrosit : 5,85 g/dl
Hematokrit : 36%
Leukosit : 10.700 juta sel/mm
Trombosit : 366.000 sel/mm
9
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Ny. N, Perempuan, 32 tahun, SD, Islam, Sunda, Pekerjaan ibu rumah
tangga, tinggal di Kelurahan Riau Priangan, Lampung Tengah, datang dari
poli klinik pada tanggal 20 Oktober 2014.
Pasien berpenampilan sesuai dengan usianya, cara berpakaian santai dan
perawatan diri cukup. Pasien diantar oleh suaminya ke Rumah Sakit Jiwa
karena mengeluhkan saat tidur selalu terbangun di tengah malam secara
tiba-tiba dan sulit untuk kembali tidur. Pasien mengaku kualitas tidurnya
terganggu dan tidak puas. Pasien merasa malu untuk keluar rumah,
sehingga pasien lebih sering menyendiri, melamun dan menangis di dalam
kamar. Hal tersebut pernah dirasakan 5 tahun yang lalu namun memberat 5
bulan terakhir ini. Awalnya salah satu tetangga pasien mengatakan pasien
sebagai orang gila karena tetangganya tersebut sering mendengar
pertengkaran antara pasien dan suaminya. Apabila keluar rumah dan
bertemu dengan tetangganya tersebut pasien masih merasa kesal walaupun
tetangganya tersebut telah meminta maaf. Pasien merasa sensitif mudah
marah dan dalam hatinya merasa banyak yang membicarakan. Tak jarang
suami dan anak-anaknya menjadi pelampiasan kekesalan pasien. Selain
itu, pasien sering merasa tidak percaya diri dan merasa malu apabila
berhadapan dengan orang banyak karena merasa tubuhnya terlalu kurus.
Berat badannya mengalami penurunan dikarenakan pasien malas untuk
makan. Pasien merasa dirinya tidak berguna di dunia ini dan sempat
terlintas dipikirannya lebih baik mati daripada hidup seperti ini. Pasien
merasa malas untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga, siang hari
pasien lebih banyak di dalam kamar, tak jarang suami yang mengerjakan
pekerjaan rumah.
Riwayat prenatal dan perinatal dan riwayat masa kanak awal baik tidak
ditemukan adanya kelainan serta sama dengan anak lain pada umumnya.
10
Pasien menempuh pendidikan SD selama enam tahun dan tidak
melanjutkan ke jenjang SMP karena masalah ekonomi.
Dari status mental, kesadaran pasien compos mentis, sikap pasien selama
wawancara kooperatif. Selama wawancara pasien tenang. Kontak mata
dengan pemeriksa baik. Pasien berbicara spontan, lancar, intonasi sedang,
volume cukup, kualitas cukup, artikulasi jelas, kuantitas cukup. Mood
pasien hipotimia dengan afek depresi dan serasi. Bentuk pikiran realistic,
arus pikir koheren, produktivitas baik, dengan kontinuitas baik, dan tidak
didapatkan hendaya berbahasa. Pada isi pikir terdapat ide rujukan dan ide
bersalah. Pada penilaian fungsi kognitif, daya konsentrasi kurang, orientasi
waktu,tempat dan orang baik, daya ingat jangka panjang, daya ingat
jangka menengah baik, jangka pendek, dan jangka segera juga baik.
Penilaian pasien dalam norma sosial, uji daya nilai tidak terganggu. Pasien
merasa dirinya sakit namun tidak diketahui penyebabnya dan secara
keseluruhan pernyataan pasien dapat dipercaya. Dari pemeriksaan fisik
tidak ditemukan adanya kelainan.
VII. FORMULASI DIAGNOSIS
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan perasaan atau mood yang
bermakna serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability
(hendaya) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien,sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa.
Berdasarkan data-data yang didapat memelalui anamnesis, pemeriksaan
fisik dan rekam medik, tidak ditemukan riwayat demam tinggi atau kejang
sebelumnya ataupun kelainan organik. Hal ini dapat menjadi dasar
untuk menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F.0) dan
penggunaan zat psikoaktif (F.1). Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dengan pasien dan keluarga. Pada pasien didapatkan gangguan
afektif yaitu mood hipotimia, afek depresi dan kesesuaian appropriate.
Keluhan disertai dengan perasaan sedih, murung, kehilangan minat, tidak
percaya diri, merasa bersalah, tidak berguna bahkan terlintas dipikirannya
11
untuk mati, nafsu makan berkurang. Keluhan dirasakan kembali lima
bulan terakhir ini, keluhan ini bukanlah yang pertama, melainkan sudah
kedua kalinya dirasakan oleh pasien sehingga diagnosis untuk pasien ini
adalah gangguan depresif berulang (F.33), sekaligus menyingkirkan
diagnosis gangguan depresif (F.32). Pada pasien juga ditemukan tiga
gejala utama dengan terdapat enam gejala lainnya, yang terdiri dari afek
depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang
menuju keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas. Selain itu,
didapatkan enam gejala lainnya berupa konsentrasi dan perhatian
berkurang, kepercayaan diri berkurang, gagasan rasa bersalah dan tidak
berguna, gagasan membahayakan diri sendiri, tidur terganggu, nafsu
makan berkurang. Dari data ini menjadi dasar untuk mendiagnosis bahwa
pasien menderita gangguan depresif berulang, episode kini berat
tanpa gejala psikotik (F.33.2).
Aksis II tidak ada diagnosis dikarenakan pada autoanamnesis tidak
didapatkan gangguan tumbuh kembang pada usia kanak-kanak dan remaja.
Pasien menyelesaikan pendidikan SD nya dengan baik dan tidak
dilanjutkan karena masalah ekonomi. Hal ini menyingkirkan diagnosis
retardasi mental (F.70). Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak
ditemukan riwayat penyakit fisik. Dari pemeriksaan laboratorium
didapatkan Hb 10,8 gr/dl. Oleh karena itu dapat disimpulkan pada aksis
III anemia ringan. Pasien memiliki hubungan yang kurang baik dengan
lingkungan tempat tinggalnya. Apabila pasien bertemu dengan
tetangganya yang pernah mengatakan dirinya orang gila pasien selalu
merasa kesal. Pasien malu untuk bergaul dengan lingkungan sekitar tempat
tinggalnya, merasa tidak percaya diri karena merasa badannya kurus.
Akhirnya pasien lebih sering menyendiri, melamun dan menangis di dalam
kamar dan lebih banyak beraktivitas dirumah. Oleh karena itu dapat
disimpulkan pada aksis IV stresor masalah psikososial dan lingkungan.
Penilaian terhadap kemampuan pasien untuk berfungsi dalam
kehidupannya menggunakan skala GAF (Global Assessment of
12
Functioning). Pada saat dilakukan wawancara, skor GAF 50-41 (gejala
berat (serious) dan disabilitas berat).
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : gangguan depresif berulang episode kini berat tanpa gejala
psikotik (F.33.2) dd. gangguan depresif berulang episode
kini berat dengan gejala psikotik (F.33.3)
Aksis II : tidak ada diagnosis
Aksis III : anemia ringan
Aksis IV : masalah psikososial dan lingkungan
Aksis V : GAF 50-41 (saat ini)
IX. DAFTAR PROBLEM
a. Organobiologik : tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna,
tetapi diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter.
b. Psikologik : ditemukan gangguan afektif berupa mood hipotimia dan afek
depresi sehingga pasien membutuhkan psikoterapi.
c. Sosiologik : ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, sehingga
pasien membutuhkan sosioterapi.
X. PROGNOSIS
Faktor yang meringankan :
1. Dukungan keluarga
2. Motivasi yang kuat
3. Tidak ada riwayat keluarga
Faktor yang memperberat:
1. Sikap tetangga
2. Kambuh-kambuhan
3. Jarak rumah dengan RSJ relatif jauh
a. Quo ad vitam : dubia ad bonam
b. Quo ad functionam : dubia ad bonam
c. Quo ad sanationam : dubia ad bonam
13
XI. RENCANA TERAPI
a. Psikofarmaka :
Golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors)
Fluoxetine 1 x 20 mg (dosis pemeliharaan dosis tunggal pada pagi hari)
Chlordiazepoxide 2x 5mg
b. Psikoterapi Supportif
Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan
keluhan dan isi hati sehingga pasien menjadi lega.
Konseling : memberikan pengertian kepada pasien tentang penyakitnya
dan memahami kondisinya lebih baik dan menganjurkan untuk berobat
teratur.
Sosioterapi : memberikan penjelasan pada suami pasien dan orang sekitar
pasien untuk memberikan dorongan dan menciptakan lingkungan yang
kondusif.
XII. PEMBAHASAN
a. Apakah diagnosis sudah tepat?
Menurut kami diagnosis pada kasus ini sudah tepat karena:
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan suasana perasaan serta
menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam
pekerjaan dan kehidupan sosial pasien,sehingga dapat disimpulkan bahwa
pasien ini mengalami gangguan jiwa.
Aksis I
Berdasarkan data-data yang didapat memelalui anamnesis, pemeriksaan
fisik dan rekam medik, tidak ditemukan riwayat demam tinggi atau kejang
sebelumnya ataupun kelainan organik. Hal ini dapat menjadi dasar untuk
menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F.0) dan
penggunaan zat psikoaktif (F.1). Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dengan pasien dan keluarga. Pada pasien didapatkan gangguan
afektif yaitu mood hipotimia, afek depresi dan kesesuaian appropriate.
14
Keluhan disertai dengan perasaan sedih, murung, kehilangan minat, tidak
percaya diri, merasa bersalah, tidak berguna bahkan terlintas dipikirannya
untuk mati, nafsu makan berkurang. Keluhan dirasakan kembali lima bulan
terakhir ini, keluhan ini bukanlah yang pertama, melainkan sudah kedua
kalinya dirasakan oleh pasien sehingga diagnosis untuk pasien ini adalah
gangguan depresif berulang (F.33), sekaligus menyingkirkan diagnosis
gangguan depresif (F.32). Pada pasien juga ditemukan tiga gejala utama
dengan terdapat enam gejala lainnya, yang terdiri dari afek depresif,
kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju
keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas. Selain itu, didapatkan enam
gejala lainnya berupa konsentrasi dan perhatian berkurang, kepercayaan diri
berkurang, gagasan rasa bersalah dan tidak berguna, gagasan
membahayakan diri sendiri, tidur terganggu, nafsu makan berkurang. Dari
data ini menjadi dasar untuk mendiagnosis bahwa pasien menderita
gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotik
(F.33.2).
Aksis II
Aksis II tidak ada diagnosis dikarenakan pada autoanamnesis tidak
didapatkan gangguan tumbuh kembang pada usia kanak-kanak dan remaja.
Pasien menyelesaikan pendidikan SD nya dengan baik dan tidak dilanjutkan
karena masalah ekonomi. Hal ini menyingkirkan diagnosis retardasi
mental (F.70).
Aksis III
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan riwayat penyakit
fisik. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 10,8 gr/dl. Oleh karena
itu dapat disimpulkan pada aksis III anemia ringan.
Aksis IV
Pasien memiliki hubungan yang kurang baik dengan lingkungan tempat
tinggalnya. Apabila pasien bertemu dengan tetangganya yang pernah
mengatakan dirinya orang gila pasien selalu merasa kesal. Pasien malu
15
untuk bergaul dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya, merasa tidak
percaya diri karena merasa badannya kurus. Akhirnya pasien lebih sering
menyendiri, melamun dan menangis di dalam kamar dan lebih banyak
beraktivitas dirumah.
Aksis V
Penilaian terhadap kemampuan pasien untuk berfungsi dalam kehidupannya
menggunakan skala GAF (Global Assessment of Functioning). Pada saat
dilakukan wawancara, skor GAF 50-41 (gejala berat (serious) dan
disabilitas berat). Hal ini ditandai dengan pasien tidak mampu melakukan
aktivitas sehari-hari secara mandiri.
b. Apakah rencana terapi sudah tepat?
Rencana terapi pada kasus ini sudah tepat. Berdasarkan buku ajar psikiatri
FK UI, pengobatan depresi adalah dengan farmakoterapi serta psikoterapi
untuk menurunkan banyaknya stressor dalam hidup pasien. Farmakoterapi
yang dipilih untuk pasien ini adalah Fluoxetin yang merupakan obat
antidepresi golongan SSRI (Selective Serotonoin Reuptake Inhibitors).
Sertraline dipilih karena obat ini memiliki efek kardiologik yang minimal
dibandingkan obat antidepresi golongan yang lain. Selain itu golongan SSRI
juga memiliki efek samping lain yang minimal, spektrum antidepresi yang
luas, dengan gejala putus obat sangat minimal, serta lethal dose yang tinggi
(>6000mg) sehingga relatif aman untuk pasien ini yang berobat jalan.
Disertai dengan pemberian obat golongan Benzodiazepine untuk mengobati
symptom, hal ini dikarenakan efek obat fluoxetin baru akan muncul setelah
dua minggu.
c. Apakah prognosis sudah tepat?
Ada beberapa pertimbangan yang memperngaruhi prognosis pasien:
Faktor yang meringankan :
Dukungan keluarga (suami yang selalu mendukung dan mengantar
pasien)
Motivasi yang kuat (keinginan kuat yang ingin sembuh)
16
Tidak ada riwayat keluarga (keluarga pasien tidak ada yang mengalami
gangguan yang sama)
Faktor yang memperberat:
Sikap tetangga (mengatakan pasien orang gila)
Kambuh-kambuhan
Jarak rumah dengan RSJ relatif jauh
Dari data tersebut dapat terlihat bahwa daftar yang memperingan lebih
banyak dibanding yang memperberat sehingga di prognosis dubia ad bonam,
selain itu kasus ini tidak terdapat gangguan psikosis yang dapat
memperberat prognosis.
17
1995
Riwayat perjalanan penyakit
18
lahir 13 thn 32 thn27 thn
Tidak percaya diri, malu untuk
keluar rumah, sehingga menyendiri,
melamun, menangis di kamar
Pindah rumah dari Lampung Utara
ke Lampung Tengah
Menikah
1982 2009 Sekarang
Sulit tidur
Tidak percaya diri, malu untuk keluar rumah,
sehingga menyendiri, melamun, menangis di
kamar
Sensitif mudah marah dan merasa ada yang
membicarakan
Nafsu makan berkurang
Merasa tidak berguna dan ingin mati saja
Malas mengerjakan pekerjaan rumah tangga
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis edisi 7 jilid 1. Jakarta: Binarupa
Aksara.2010.
2. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran jiwa FK Unika Atmajaya. 2007.
3. Amir, Nurmiati. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2. Jakarta. FKUI. 2013
4. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klini Obat Psikotropik. Edisi
Ketiga. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran jiwa FK Unika Atmajaya. 2007.
19