cpob - 2012
TRANSCRIPT
1
CPOB 2012
2
Sejarah CPOB di Indonesia 1969 WHO Konsep “Good Practices in
Manufacture and quality Control of Drug” 1971 Penerapan CPOB secara sukarela 1988 Pedoman CPOB Edisi 1, dikeluarkan &
mulai penerapannya 1989 – 1994 Batas waktu pemenuhan CPOB
1990 Sertifikasi CPOB 2001 Pedoman CPOB Edisi 2 2004 Addendum IV, GMP for Human Blood &
Blood Products 2005 Draft Pedoman CPOB Edisi 3 (c-GMP) 2006 Finalisasi Pedoman CPOB Edisi 3 (c-GMP) 2007 Batas waktu pemenuhan c-GMP 2009 Petunjuk Operasional Penerapan
CPOB:2006 2010 Suplemen I 2009 Pedoman CPOB: 2006 2011 Aneks 8: Pedoman Cara Pembuatan Bahan Baku
Aktif Obat yang Baik 2013 Pedoman CPOB edisi 2012 2013 Petunjuk Teknis Sarana Penunjang Kritis IF
CPOB: 2012 merupakan penyempurnaan dari CPOB: 2006, mencakup revisi terhadap :
Pedoman CPOB: 2006 Suplemen I Pedoman CPOB: 2006 tahun 2009 Aneks 8 : Cara Pembuatan Bahan Baku Aktif Obat yang
Baik (CPBBAOB), tahun 2011 Tambahan - Aneks 14 : Manajemen Resiko MutuSemua terangkum menjadi 1 buku, yaitu Pedoman CPOB:
2012 Terdiri dari 12 Bab dan 14 Aneks Istilah “Pembuatan” mencakup seluruh kegiatan penerimaan
bahan, produksi, pengemasan ulang, pelabelan, pelabelan ulang, pengawasan mutu, pelulusan, penyimpanan dan distribusi obat serta pengawasan terkait
Sertifikasi CPOB: 2012, berupa : Sertifikat CPOB Sertifikat CPBBAOB 3
4
Prinsip CPOB
Pertama: jaminan konsistensi produksi yang dapat menghasilkan produk dengan jaminan mutu sepanjang ‘masa hidup’ produk tersebut,
Kedua: adanya standar dan persyaratan berdasarkan kajian risiko yang harus dipenuhi mulai dari bahan awal, selama proses dan akhir produksi serta sesudah dipasarkan, dan,
Ketiga: adanya komitmen dan persamaan persepsi dari semua pihak yang terkait, baik dari sisi profesional dan pimpinan industri farmasi, maupun dari sisi regulator.
Prinsip penerapan CPOB
5
6
Aspek CPOB : 2012)
1. Manajemen Mutu2. Personalia3. Bangunan dan Fasilitas4. Peralatan5. Sanitasi dan Higiene6. Produksi7. Pengawasan Mutu8. Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit &
Persetujuan Pemasok9. Penanganan Keluhan terhadap Produk dan
Penarikan Kembali Produk10. Dokumentasi11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak12. Kualifikasi dan Validasi
7
Annexes
1. Pembuatan Produk Steril2. Pembuatan Obat Produk Biologi3. Pembuatan Gas Medisinal4. Pembuatan Inhalasi Dosis Terukur Bertekanan
(Aerosol)5. Pembuatan Produk Darah atau Plasma
Manusia6. Pembuatan Obat Investigasi untuk Uji Klinis7. Sistem Komputerisasi8. Cara Pembuatan Bahan Baku Aktif Obat yang
Baik (CPBBAOB)
8
Annexes
9. Pembuatan Radiofarmaka10.Penggunaan Radiasi Pengion dlm pembuatan
obat11.Sampel Pembanding dan Sampel Pertinggal12.Cara Penyimpanan dan Pengiriman Obat yang
Baik13.Pelulusan Parametris 14.Manajemen Resiko Mutu
9
Pendahuluan CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat KONSISTEN,
memenuhi Persyaratan yg ditetapkan dan sesuai dg tujuan penggunaannya.
Mutu obat tidak hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian, tetapi yang sangat penting adalah bahwa mutu obat HARUS DIBENTUK KE DALAM (built in) produk tersebut.
Mutu suatu Obat tergantung pada : Bahan awal dan Bahan Pengemas Proses Pembuatan dan Pengendalian Mutu Bangunan/sarana produksi Mesin dan Peralatan Personalia yg terlibat dalam pembuatan obat
Pemastian Mutu suatu obat tidak hanya mengandalkan pada pelaksanaan pengujian saja, namun obat harus dibuat dalam kondisi yang DIKENDALIKAN dan dipantau dg cermat
Istilah “Pembuatan” mencakup seluruh kegiatan penerimaan bahan, produksi, pengemasan ulang, pelabelan, pelabelan ulang, pengawasan mutu, pelulusan, penyimpanan dan distribusi obat serta pengawasan terkait
10
Bab 1. Manajemen Mutu
11
Prinsip: Industri Farmasi Memberikan Jaminan Khasiat, Keamanan
dan Mutu Produk yang dihasilkan agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen registrasi dan tidak menimbulkan resiko yang membahayakan.
Diperlukan Manajemen Mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan dengan benar.
Manajemen Mutu merupakan suatu aspek fungsi manajemen yg menentukan dan mengimplementasikan Kebijakan Mutu,
Kebijakan Mutu, adalah pernyataan formal dan tertulis dari manajemen puncak suatu industri farmasi, yang menyatakan arahan dan komitmen dalam hal mutu produk.
Quality Management
Contoh Kebijakan Mutu PerusahaanKebijakan Mutu PT. Berlico
Mulia FarmaPT. Berlico Mulia Farma didirikan dengan sebuah misi kemanusiaan, guna
meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat melalui produk-produk yang berkualitas tinggi dengan harga ekonomis
Kami menyadari bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab terhadap para pemakai produk kami, oleh sebab itu produk yang kami hasilkan harus senantiasa memenuhi kualitas yang dipersyaratkan, aman bagi penggunanya
dan efektif sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
Kami berkomitmen untuk membentuk kualitas pada tiap tahap, mulai dari desain produk, melalui pemilihan dan pembelian bahan, pembuatan obat dan
pengawasan mutu dan penyimpanan dan distribusinya sesuai dengan persyaratan CPOB Terkini.
Mutu produk dapat kami tegakkan dengan senantiasa menggunakan bahan awal yang telah memenuhi spesifikasi, proses produksi dan pengawasan mutu
yang telah tervalidasi, bangunan dan sarana penunjang yang terkualifikasi, mesin dan peralatan yang terkualifikasi serta karyawan dan operator yang
terlatih dengan terencana dan berkesinambungan.
Yogyakarta, 1 Januari 2007
Direktur Utama
12
13
Untuk dapat melaksanakan Kebijakan Mutu, dibutuhkan 2
Unsur Dasar, yaitu : Infrastruktur atau Sistem, mencakup struktur Organisasi,
Prosedur, Proses dan Sumber Daya Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapat kepastian
dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan Pemastian Mutu (Quality Assurance/QA)
Quality Management
14
Konsep Quality Management
Manajemen Mutu Memberikan arahan kebijakan tentang mutu
Pemastian MutuTindakan sistematis untuk melaksanakan Sistem mutu
CPOB
Pengawasan Mutu
Menghindarkan atau meminimalkan resiko yg tidak dapat dideteksi melalui serangkaian tes, misalnya kontaminasi dan tercampurnya produk (Cross contamination & Mix-up)
Bagian dari CPOB yg fokus pada pelaksanaan pengujian lingkungan, fasilitas, bahan, komponen dan produk sesuai dg standar
15
Quality Assurance (QA) QA (Quality Assurance) adalah suatu konsep yang
luas yang mencakup semua aspek yang secara kolektif maupun individual mempengaruhi mutu, dari konsep design hingga product tersebut ditangan konsumen(all aspect that collectively or individually influence product quality from design concept to consumer use)
QA – TOTAL ASPECT – INCLUDES (e.g.) PRODUCT DESIGN & DEVELOPMENT
GMP – All Aspect of Manufacture, a.l :PURCHASING
PRODUCTION
ENGINEERINGQC
QAG.C.P.
G.D.P.
G.L.P.
Quality Assurance (QA)
QA merupakan : Pola pikir (an attitude of mind) Kerja team (a team work) Tanggung jawab SETIAP ORANG dalam perusahaan
(everyone responsibility in the company)
c-GMP mengamanatkan, Bagian/Departemen QA berperan sebagai “polisi” yang mandiri untuk memantau keseluruhan proses pembuatan obat mulai dari pembelian bahan hingga distribusi obat jadi
16
17
Quality Management System
Pengelolaan menyeluruh seluruh komponen (sumber daya) dalam industri agar tujuan mutu, yaitu jaminan terhadap khasiat, keamanan dan mutu produk tercapai Quality Management System
JAMINAN
Khasiat
Keamanan
Mutu
Dalam organisasi industri farmasi, bagian Pemastian Mutu menggulirkan Sistem Mutu dari perusahaan dan memastikan penerapan CPOB dalam setiap langkah pembuatan obat
Tujuan
18
Quality Management System Ruang lingkup (scope) QMS
Struktur organisasi mutu pemisahan kewenangan/fungsi QA (Pemastian Mutu) dengan QC (Pengawasan Mutu)
Personalia Kualifikasi dan Program Pelatihan termasuk program Sanitasi & Hygiene
Sistem Dokumentasi Sistem Pelulusan Batch Penanganan terhadap perubahan, penyimpangan dan prosedur
pengolahan ulang Kualifikasi dan Validasi Rencana Induk Validasi, Protokol &
Laporan Validasi Program Inspeksi diri & Audit Mutu Penanganan Keluhan terhadap produk, Penarikan kembali produk,
dan Produk Kembalian
19
Pengkajian Mutu Produk
Tujuan : Untuk membuktikan KONSISTENSI proses, kesesuaian dari
spesifikasi bhn awal, bhn pengemas dan obat jadi; Melihat TREN; Mengidentifikasi perbaikan yg diperlukan untuk produk dan
proses
Pengkajian Mutu Produk dilakukan secara berkala Pengkajian Produk Tahunan (PPT)
PPT dilakukan terhadap SEMUA produk/obat yg dibuat dalam satu tahun lebih dari 3 batch/tahun
PPT dilakukan oleh bagian Penjaminan Mutu (QA), dibantu oleh Bagian Pengawasan Mutu dan Bagian Produksi
20
Pengkajian Mutu Produk Aspek-aspek yg harus diperhatikan :
Jumlah bets yg dibuat dalam 1 tahun Jumlah dan prosentase (%) yg ditolak/diproses ulang dan bila
ada bets yg bermasalah Hasil dari pengujian analisa dan mikrobiologi dari produk akhir
dan/atau pemeriksaan selama proses serta pemantauan lingkungan (terutama untuk produk steril)
Status validasi proses Penyimpangan dan hasil dari penyelidikan terhadap
penyimpangan Keluhan produk yg diterima Teguran kritis dari Pemerintah (BPOM)/penarikan kembali
obat jadi Data Stabilitas (termasuk masalah stabilitas produk yang
potensial)
21
Manajemen Resiko Mutu
Manajemen Resiko Mutu adalah Sebuah proses sistematis untuk, mengontrol, mengkomunikasi, menilai, dan mengkaji resiko terhadap kualitas produk obat selama siklus hidup produk.
Aplikasi : Proaktif atau Retrospektif Manajemen risiko mutu adalah sebuah proses
yang mendukung pengambilan keputusan berbasis ilmu pengetahuan dan pengetahuan praktis yang diintegrasikan ke dalam sistem mutu
Pelaksana : QA Manager
22
Bab 2. Personalia
23
Personalia Syarat Personnel yg terlibat dalam pembuatan Obat:
Sehat, dibuktikan dgn pemeriksaan kesehatan fisik dan mental pada saat perekrutan dan dilakukan secara berkala, terutama untuk personalia yg bekerja di bagian produksi, pengawasan mutu (QC), petugas kebersihan, dan teknisi dari mulai karyawan biasa hingga tingkat manajerial
Kualified dan berpengalaman, Personnel Kunci :
Kepala bagian Produksi Kepala bagian Pengawasan Mutu Kepala bagian Penjaminan Mutu
Masing-masing harus “independen” (tdk saling bertanggung jawab), diberi kewenangan penuh dan sarana yg memadai untuk dpt melaksanakan tugasnya secara efektif
Jumlah personnel memadai
24
Personnel Kunci
Kepala Bagian Produksi Kualifikasi Harus seorang Apoteker Terdaftar (Registered
Pharmacist) Pengalaman praktis Min. 5 tahun bekerja di bagian
Produksi Obat Memiliki pengalaman dan pengetahuan mengenai
peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat Menguasai CPOB Penguasaan Bahasa Inggris dengan baik Ketrampilan kepemimpinan (tersertifikasi)
Tugas UtamaBertanggung-jawab atas pelaksanaan pembuatan obat agar obat yang dibuat memenuhi spesifikasi kualitas yang telah ditetapkan dan dibuat sesuai dengan peraturan CPOB dalam batas dan biaya yang telah ditetapkan
25
Kepala Bagian Pengawasan Mutu (QC)
Kualifikasi Harus seorang saintis dalam IPA, diutamakan Apoteker Pengalaman praktis Min. 5 tahun bekerja dalam
laboratorium analisis kimiawi, pengujian mikrobiologi dan bahan pengemas.
Memiliki pengalaman dalam menyiapkan peralatan laboratorium dan menggunakan metode termutakhir
Memiliki kemampuan dalam menyiapkan metode analisis.
Memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam CPOB, In Process Control (IPC), dan pengujian stabilitas.
Penguasaan Bahasa Inggris dengan baik Ketrampilan kepemimpinan (tersertifikasi)
Tugas Utama Meluluskan atau menolak bahan awal, bahan pengemas
dan produk ruahan menurut spesifikasi yang telah ditetapkan
26
Kepala Bagian Pemastian Mutu (QA) Kualifikasi Harus seorang Apoteker Terdaftar Pengalaman praktis Min. 5 tahun bekerja di industri farmasi. Memiliki pengalaman dan pengetahuan di bidang pembuatan obat
serta pengujian fisis dan analisa kimia Memiliki pengetahuan mengenai peralatan yang digunakan dalam
pembuatan obat dan laboratorium terkini. Memiliki pengetahuan mengenai CPOB baik nasional maupun
internasional Penguasaan Bahasa Inggris dengan baik Ketrampilan kepemimpinan (tersertifikasi)
Tugas Utama Memantau kinerja sistem mutu dan prosedur serta menilai
efektifitasnya dan mendorong perbaikan Melakukan penilaian terhadap keluhan teknik farmasi dan
mengambil keputusan serta tindakan atas hasil penilaian, bila perlu bekerja sama dengan pihak lain.
Memastikan penyelenggaraan Program Validasi Memastikan pengelolaan penyimpangan, penerapan sistem
pengendalian dan perubahan Melakukan Pelulusan atau Penolakan akhir/obat jadi
27
Personalia Tanggung Jawab QA Manager Merumuskan dan menetapkan Kebijakan Mutu (quality policy) perusahaan Merumuskan dan menetapkan Sistem Manajemen Mutu (Quality
Management System) perusahaan Melakukan overview (pengkajian) dan menyetujui seluruh sistem
dokumentasi perusahaan (Protap, spesifikasi, master batch, batch record, protokol dan laporan validasi, program kalibrasi, audit lingkungan, dll)
Melakukan evaluasi terhadap materi pelatihan karyawan, terutama yang terkait dengan CPOB
Bertanggung jawab terhadap program Inspeksi diri maupun external inspection (thd pemasok, contract manufacture, etc)
Melakukan pengkajian dan persetujuan terhadap perubahan proses, bahan maupun metode serta menyetujui seluruh perubahan sebelum diterapkan
Menyusun dan menetapkan sistem pelulusan bahan awal, produk antara, dan obat jadi
Memberikan persetujuan terhadap laporan penyimpangan.
28
Struktur OrganisasiBeberapa model struktur organisasi urusan mutu
Kepala Pabrik
Ka.Bag. Produksi Ka.Bag. Urusan Mutu
Ka.Bag. PPIC Ka.Bag. Teknik
Ka.Bag. Pemastian Mutu
Ka.Bag. Pengawasan Mutu
Model A
29
Kepala Bagian Pemastian Mutu
Direktur Op. Teknis
Kepala Urusan Mutu
Kepala Pabrik
Kepala Bagian Pengawasan Mutu
Model B
Ka.Bag. Produksi
Ka.Bag. Teknik
Ka.Bag. PPIC
30
Kepala Bagian PPIC
Direktur Op. Teknis
Kepala Bagian Operasional Mutu
Model C
Ka.Bag. Produksi
Ka.Bag. Teknik
Kepala Bagian Pengawasan Mutu
Kepala Bagian Pengawasan Mutu
31
Struktur Organisasi Industri Farmasi
President Director
HRD Manager Finance ManagerPlant Manager Marketing Manager
Production Manager
Technical Manager
R&D Manager QC/Lab
Manager
QA ManagerPPIC Manager
Production Supervisor
Packaging Supervisor
Validation Off.
Int. AuditorProduct dev.
Packaging dev.
Registration Off.
Lab. Supervisor
Microbiology
IPC Spv. Product Stability
Model D
32
Pelatihan Seluruh Personil yang oleh karena tugasnya harus berada di area Produksi,
Gudang dan Laboratorium HARUS mendapat pelatihan Program & materi Pelatihan disiapkan oleh masing-masing Kepala Bagian
dan dikoordinasikan oleh QA Manager Program Pelatihan mencakup :
Materi umum CPOB Dasar (mikrobiologi dan higiene perorangan) CPOB Spesifik (terutama untuk yg bekerja di bagian produksi steril) Pemahaman semua PROTAP, Metode Analisa, dan prosedur lain Pengetahuan mengenai sifat bahan/produk, cara pengolahan dan pengemasan
Harus dibuat “Catatan Pelatihan” untuk setiap karyawan
33
Materi Pelatihan Materi Umum:
Pengenalan Perusahaan : Sejarah perusahaan, Struktur Organisasi, Peraturan/Tata Tertib Pabrik, dll
Pengenalan Produk Uraian Tugas Karyawan ybs. Pengenalan Pabrik/tempat kerja
CPOB Dasar Kekhususan industri farmasi Higiene Perorangan : Pakaian kerja & kelengkapan (masker, tutup kepala,
sarung tangan, dsb.), Cuci tangan, Ketika sakit, dsb. Kebersihan secara umum
Keselamatan & Kesehatan Kerja (K-3) P3K Penanganan Bahan Berbahaya Penanggulangan Kebakaran
Pelatihan Khusus (misal penanganan produk steril, penisilin, dll) Pelatihan di Tempat Pelatihan Tambahan
34
Bab 3. Bangunan & Fasilitas
35
Bebas banjir dan rembesan air Tidak ada sumber pencemaran lingkungan, misalnya
tidak berdekatan dengan sumber cemaran baik mikroorganisme maupun kimia seperti tempat timbunan sampah, rumah sakit, pasar, industri kimia
Tidak mencemari lingkungan sekitar, misalnya berada di daerah pemukiman padat penduduk, dsb.
Mudah terjangkau oleh sarana transportasi. (Khusus untuk industri yang berorientasi eksport harus dekat dengan sarana pelabuhan untuk kegiatan eksport/import, misalnya bandara atau pelabuhan laut)
Tersedia sarana dan prasarana, misalnya Sumber Energi/ Listrik, sumber Air dan saluran pembuangan limbah
Persyaratan Lokasi Industri Farmasi
36
Bangunan memiliki perlindungan terhadap : Cuaca Banjir Rembesan air tanah Binatang pengerat dan serangga
Desain, Tata letak dan lay out Principle of Minimum Distance Principle of Flow of Goods/
Principle of Flow of Process
Bangunan Industri Farmasi
Zoning System
37
1. Zoning System
Ruangan-ruangan yang terdapat dalam bangunan produksi harus terkotak-kotak/zoning agar dapat terpisah mutlak dengan ruang disebelahnya termasuk memiliki supplai siklus udara bersih yang terpisah sehingga dapat dihindari terjadinya Cross Contamination/kontaminasi silang.
2. Principle of Minimum Distance
Sebelum dibuat lay out bangunan industri farmasi sebaiknya dipelajari seksama flow of process dari sediaan obat yang akan diproduksi. Untuk ruang pengolahan dari proses yang berurutan maka posisinya harus berdekatan pula agar tercapai efisiensi.
Layout Bangunan Industri Farmasi
38
Mempunyai Rencana Induk Pembangunan/Perbaikan (R.I.P) yg sudah disetujui oleh Badan POM
Adanya pemisahan secara fisik Bangunan/fasilitas untuk sediaan beta laktam (penisilin) dengan non beta laktam
Untuk pengolahan bahan beracun, sefalosporin, hormon, sitotoksik dan immunosupresif harus mempunyai fasilitas tersendiri untuk masing-masing produk
Ukuran dan rancang bangun memadai, sesuai dengan aktifitas/ kegiatan industri
Pengaturan tata udara sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan
Dinding, lantai, langit-langit dan pintu harus kedap air, tdk terdapat sambungan dan mudah untuk dibersihkan (berbentuk lengkung) serta tahan terhadap metode pembersihan, bahan pembersih (desinfectan) yg digunakan secara berulang
Untuk daerah pengolahan dan pengemasan dihindari pemakaian bahan dari KAYU (atau diberi cat epoxy/enamel)
Lampu rata dengan langit-langit dan diberi lapisan untuk mencegah kebocoran
Pipa saluran udara dipasang diatas langit-langit atau dikoridor untuk menghindari penumpukan debu
Persyaratan Bangunan
39
RANCANGAN BLOK BANGUNAN PABRIK
KANTOR
PRODUK BIOLOGIS
SITOTOKSIK
PRODUK DARAH
HORMON SEKSBETALAKTAM
(PENISILIN)
NON-BETA-LAKTAMSEFALOSPORINKARBAPENEMKARBASEFEM
GUDANGBAHAN AWAL R.
TIMBANGR.
STAGING
R. MIXINGR.
PENGERINGAN & GRANULASI
R.CETAK
TABLET
RAKORIDOR GREY
LOKERGREY
RA
R.COATING
R.STRIP -PING
R.PRODUKRUAHAN
RA
KORIDOR BLACK
R. PENGEMASANSEKUNDER
LOKER BLACKGUDANGOBATJADI
LAB. QC
R.PRODUK ANTARA
RPROSES SYR.
RFILLING SYR.
OVEN
CUCI BOTOL
RCUCI ALAT
JANITOR
WC JAN
R. CODING
M
IPC RM
ED
RA R.SAM RAO PLING B
1. Treatment barang grey2. Alur produksi “busway”3. Alur orang “busway”4. Akses koridor / taati fungsi ruangan
Tata Letak Ruang Produksi Non-Steril
40
41
E
10Pa
D
COMPONENT PREP
HEPA
A
B
STERILE STAGING
B
AFILLING
STER.OVEN
AUTO-CLAVES
50Pa
C
Ruang FormulasiProduk dengan
flitrasi
40Pa
60Pa
40Pa
B/C
C
30Pa
C
25Pa
MATA/L
Ruang staging bahan baku
F
20PaFINISHED PRODUCT STAGING
D/E
D
10Pa
A/L
PERSONIL
CHANGE
15Pa
C/D
A/L20Pa
B
A
Lihat Aneks 1 butir 19 dan 20
A/L
Material Airlock
B
Ruang Cuci Alat
40Pa 20Pa
Pass Box
Ruang FormulasiProduk tanpa Flitrasi
Passthrough
Area Capping dan Crimping
dengan HEPA filter
Ruang inspeksi visual
E / FE / F
Ruang pengemasan sekunder
D
Material Airlock untuk Komponen
D/E
Personil Airlock
20Pa D/E
20Pa
D
30Pa
Pa
ss B
ox
A/L
Pass Box30Pa Material Pass Box
CHANGE
C/B
Tata Letak Ruang Produksi Steril dengan Proses Aseptis
42
C
STERILE STAGING
STERILE CHANGE
FIL
LIN
G M
AC
HIN
E
50Pa
D
FORMULATIONROOM
40Pa
60Pa40Pa
C/D
D
30Pa
D/E
20Pa
A/L
E
FINISHED PRODUCT STAGING
E
D/E
10Pa
A/L
PERSONEL
CHANGE
20Pa
A
C
Persiapan Komponen
D
D/E
D
AUTO-CLAVES
STER.OVEN
HEPA
D/E
Personil Airlock
Material AirlockProduk Ruahan
A
10Pa
30Pa
20Pa
20Pa
E
10Pa
MATA/L
Material Airlock untuk Komponen
D/E
20Pa
5'-6"
Tata Letak Ruang Produksi Steril dengan Proses Sterilisasi Akhir
Contoh Ruang Produksi
xLantai
Mixer (Kneader)Tidak dapat di validasi
MixerTervalidasi
Lantai
Memenuhi ketentuan
Tidak Memenuhi ketentuan
43
44
Bangunan Industri Farmasi
45
PLAFOND
LANTAI
DINDINGRumah lampu
Bola lampu
PLAFOND PLAFOND
Penutup lampu
46
DINDING
LANTAI
HOSPITAL SHAPE
47
PIPA YANG TIDAK TERTANAM HARUS DIBERI IDENTITAS DAN
ARAH ALIR
JARAK PIPA DENGAN DINDINGHARUS MEMPUNYAI JARAK YGCUKUP, AGAR DAPAT DILAKU-KAN PEMBERSIHAN DENGAN
SEMPURNA.
KABEL – KABEL HARUS DIBERI“COVER”, UNTUK MEMUDAHKAN
PEMBERSIHAN
Pipa & Saluran Udara
48
HVAC/AHS - Sistem Tata Udara -
49
Air Handling System (AHS) merupakan cermin penerapan c-GMP dan yang membedakan industri farmasi dgn industri lain
AHS harus terkendali dan terkualifikasi, serta dipantau dan dilaksanakan secara cermat sesuai dengan regulasi/ persyaratan yang berlaku
Kualitas AHS/HVAC berdampak langsung terhadap mutu product
Sistem Tata Udara (HVAC)
50
Konsep Kelas Higiene Menetapkan ketentuan lingkungan Menunjang pencegahan kontaminasi dan kontaminasi-silang Menunjang pelaksanaan produksi pada kondisi higiene yg
optimal Memperhitungkan: kepekaan produk terhadap kontaminasi
& resiko terapeutik
Parameter-parameter untuk kelas Higiene Jumlah partikel di udara lingkungan Jumlah mikroba di udara lingkungan dan permukaan obyek Jumlah pergantian udara (air change) Kecepatan alir udara (air flow), pola aliran udara Filter (jenis dan posisi) Perbedaan tekanan antar ruang Temperatur dan Kelembaban relatif (RH)
Sistem Tata Udara (HVAC)
51
Kualifikasi Ruang Produksi Steril
• Jumlah partikel pada kondisi at rest (kondisi statis) dan in operation (kondisi dinamis).
• Batasan kontaminasi mikro (CFU= Colli Form Unit) untuk monitoring udara ruang bersih.
• Preparasi dan pengisian aseptik berada diruang kelas A (IA) dengan latar belakang ruang kelas B (IB), sedangkan pada CPOB (2001) preparasi dan pengisian aseptik di ruang kelas A (IA) dengan latar belakang ruang kelas C (II).
• Larangan penggunaan filter dari asbes.
• Monitoring bioburden (frekuensi dan metode) pada produk, air dan lingkungan di kelas bersih.
52
0,5 µ m 5 µ m 0,5 µ m 5 µ m
A 3,520 20 3,520 20B 3,520 29 352,000 2,900C 352,000 2,900 3,520,000 29,000D 3,520,000 29,000 Not define Not Define
UDF = Laminar Air Flow or Uni Direction FlowTurb = Turbulent or Non Uni Direction Flow
At Rest In Operation
Maksimum permitted number of particles/m3 equal to or aboveISO 14644-1 Class
Rekomendasi Jumlah Partikel di Lingkungan
Produksi Steril.
Jumlah maksimum partikel /m³ yang diperbolehkanKeterangan
Kelas At Rest Operasional
0,5µm 5µm 0,5µm 5µm
Eruang proses
3.520.000
29.000
Tidak di- tetapkan
Tidak di- tetapkan
Jumlah mikroba ditetapkan oleh masing-masing industri farmasi, misal: ruang pengolahan dan pengemasan primer.
Fruang penge-masan sekunder
Tidak di- tetapkan
Tidak di- tetapkan
Tidak di- tetapkan
Tidak di- tetapkan
Ruang pengemasan sekunder tidak berhubungan langsung dengan area luar; untuk memasuki ruang ini disarankan melewati suatu ruang penyangga udara (airlock) atau ruang antara (ante- room).
Ggudang, tehnik, lab, kantin
Tidak di- tetapkan
Tidak di- tetapkan
Tidak di- tetapkan
Tidak di-tetapkan Ruang penyimpanan (gudang).
Rekomendasi Jumlah Partikel di Lingkungan
Produksi Non-steril.
53
Rekomendasi Sistem Tata Udara Untuk Kelas KebersihanKelas
Kebersihan
Ventilasi
Bagian dari Bangunan Sesuai
Kelompok Kegiatan &
Tingkat Kebersihan
Suhu
(oC)
Kelembaban Nisbi
(%)
Effisiensi Saringan Udara
Akhir (Sesuai Kode EN 779 &
EN 1822)***
Pertukaran Udara per
Jam
Keterangan
A Di bawah Aliran udara Laminar (LAF)
16 - 25 45 - 55 H14
(99,995 %)
LAF dgn kecepatan udara 0,36–0,54 m/det.
• Pengolahan dan pengisian aseptis
• Pengisian salep mata, bubuk dan suspensi steril
B Ruang Steril 16 - 25 45 - 55 H14
(99,995%)
Aliran udara turbulen dgn pertukaran udara min. 20 x
• Lingkungan latar belakang zona kelas A unt pengolahan & pengisian aseptis
C Ruang Steril 16 - 25 45 - 55 H13
(99,95%)
Min. 20 x • Pembuatan larutan bila ada resiko
• Pengisian produk non-aseptis
D Bersih 20 -27 40 - 60 • F8 (75%) atau 90% ASHRAE 52/76 (single pass)
• H13 (99,95%) bila resirkulasi di+ make up air 10-12% fress air)
Min. 20 x • Pembuatan obat steril dengan sterilisasi akhir
54
55
Kelas Kebersihan
Ventilasi
Bagian dari Bangunan Sesuai
Kelompok Kegiatan &
Tingkat Kebersihan
Suhu
(oC)
Kelembaban Nisbi
(%)
Effisiensi Saringan Udara Akhir
(Sesuai Kode EN 779 & EN 1822)***
Pertukaran Udara per
Jam
Keterangan
E Umum 20 – 27 Maks. 70% • F8 (75%) atau 90% ASHRAE 52/76 bila single pass (100% fresh air)
• H13 (99,95%) bila resirkulasi di+ make up air 10-12% fress
5 – 20 x • Ruang pengolahan dan pengemasan primer obat non steril, pembuatan salep kecuali salep mata
E Khusus 20 – 27 Maks. 40 %
• F8 (75%) atau 90% ASHRAE 52/76 bila single pass (100% fresh air)
• H13 (99,95%) bila resirkulasi di+ make up air 10-12% fress
5 – 20 x Pengolahan bhn higroskopis
F Pengemasan Sekunder
20 – 28 TD TD TD Ada semacam “R. Antara”
G • Laboratorium• Gudang :
1. Suhu kamar
2. Ber-AC
3. Dingin
4. Beku
Suhu kmr.
≤ 30
≤ 25
2 – 8
< 0
TD
TD
TDTD
TD
TD
TD
TD
TP
TP
TD
TD
TD
TD
TD
Berhub. langsung dgn udara luar
56
Pengaturan (Cascade) Tekanan Udara
A. Umum
R. Pengemasan Primer
+++
Ruang Antara
++
R. Pengemasan Sekunder
+
Luar
0
B. Khusus untuk Produk Betalaktam atau Hormon Kelamin
R. Pengemas Primer
0
Ruang Antara
+
R. Pengemasan Sekunder
0
Ruang Antara
+
Luar
0
atau
R. Pengemasan Primer
+
Ruang Antara
++
R. Pengemasan Sekunder
+
Ruang Antara
++
Luar
0
57
Definisi Kondisi HVAC Ruangan
58
Air Handling Unit (AHU) Mengapa disebut AHU/AHS ?
AHU terdiri dari beberapa mesin/alat yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda, yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga membentuk suatu sistem tata udara yang dapat mengontrol suhu, kelembaban, tekanan udara, tingkat kebersihan, pola aliran udara serta jumlah pergantian udara di ruang produksi sesuai dengan persyaratan ruangan yang telah ditentukan.
AHU/AHS terdiri dari :1. Cooling coil atau evaporator2. Static Pressure Fan atau Blower3. Filter4. Ducting5. Dumper
59
Cooling Coil (Evaporator) Fungsi :
Mengontrol suhu dan kelembaban relatif (RH) udara yang akan didistribusikan ke ruang produksi.
60
Static Pressure Fan (Blower) Fungsi :
Menggerakkan udara di sepanjang sistem distribusi udara yang terhubung dengannya.
Merubah energi listrik menjadi energi gerak. Dapat mengatur jumlah (debit) udara yang masuk ke ruang
produksi sehingga tekanan dan pola aliran udara yang masuk ke ruang produksi dapat dikontrol
BLOWER / FAN
ISAP TIUP
61
Filter (penyaring udara) Fungsi :
Mengendalikan dan mengontrol jumlah partikel dan mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi udara yang masuk ke dalam ruang produksi
PRE FILTER
MED FILTER ( Kantung )
MEDIUM FILTER ( Kotak )
> Bahan washable & unwashable
> Efisiensi 30% - 40%
> Unwashable> Eff 85 % - 95% ( by size )> Ada sertifikat dan label
> Bahan unwashable
> Efisiensi 95% - 99.997%
> Ada sertifikat dan label
62
Ducting Fungsi :
Saluran tertutup tempat mengalirnya udara yang menghubungkan blower dengan ruangan produksi.
Ducting terdiri dari saluran udara yang masuk dan saluran udara yang keluar dari ruang produksi
Dilapisi insulator untuk menahan penetrasi panas dari udara luar
High-Density PIRPIRFoam
Both Side Of Aluminum Foil SKINSKIN
High-Density PIRPIRFoam
Both Side Of Aluminum Foil SKINSKIN
63
Dumper Fungsi :
Mengatur jumlah (debit) udara yang dipindahkan ke dalam maupun yang keluar dari ruang produksi
DIFFUSER Inlet grill
DIFFUSER return grill
64
Full Fresh Air (Single Pass)
Pri
mar
y F
ilter
Coo
ling
Coi
l
Hum
idif
ier
Seco
ndar
yF
ilter
HE
PA
Filt
er
Pri
mar
y F
ilter
Seco
ndar
yF
ilter
HE
PA
Filt
er
Exh
aust
A
ir F
an
TOTALFRESH AIR
PERHATIAN :Persyaratan udara yangdibuang.
320 C
270 C 270 C
65
RE SIRKULASI
PERHATIAN : Pasokan udara segar
10%
270 C 270 C
280 C
280 C
Sistem Tata Udara Resirkulasi
66
Source : WHO
Lampiran 3.19(Contoh)
INSTALASI LUBANG UDARA MASUK (‘Diffuser’)
67
High induction office type diffusor
(avoid)
68
ReturnA ir
ReturnA ir
ReturnA ir
ReturnA ir
ReturnA ir
ReturnA ir
Reducedinduction
of air
Sw irldif fuser
Perforated Platedif fuser
Normal of f ice type dif fuserw ith coanda ef fect
Induced room airmixing w ith supply air
Reducedinduction
of air
Perforated plate diffuser
(Recommended)
Source : WHO
69
ReturnA ir
ReturnA ir
ReturnA ir
ReturnA ir
ReturnA ir
ReturnA ir
Reducedinduction
of air
Sw irldif fuser
Perforated Platedif fuser
Normal of f ice type dif fuserw ith coanda ef fect
Induced room airmixing w ith supply air
Reducedinduction
of air
Source : WHO
Low induction swirl diffusor(preferred)
1
2
3
4
70
Water System (Air Untuk Produksi)
71
Air merupakan salah satu aspek kritis (vital) dalam pelaksanaan c-GMP
Hal tersebut disebabkan karena Air merupakan bahan baku, dalam jumlah besar, terutama untuk produk Sirup, Obat suntik cair, cairan infus, dan lain-lain
Bila tercemar, resiko sangat fatal bagi pemakai
Air Untuk Produksi
72
Tujuan : menghilangkan cemaran Menggunakan sistem pengolahan air sesuai
dengan kualitas standard yang dipersyaratkan sesuai dengan penggunaannya, misal : Water Pro Injection
Semua jaringan distribusi dan penyimpanan harus dapat menghindari pencemaran dan mencegah pertumbuhan mikroba
Sistem Pengolahan Air
73
Purified Water Highly Purified Water Water For Injection
(Eur. Pharm. + USP)
(European Pharmacopeia)
(Eur. Pharm.) USP
Conductivity at 25°C ≤ 1.3 µS/ cm ≤ 1.3 µS/ cm ≤ 1.3 µS/ cm
Heavy Metals - 0.1 ppm 0.1 ppm -
Nitrate - 0.2 ppm 0.1 ppm -
Total Organic Carbon < 500 ppb < 500 ppb < 500 ppb
Microbial Limit < 100 cfu/ ml < 10 cfu/ ml < 10 cfu/ ml
Endotoxines - < 0.25 Eu/ ml < 0.25 Eu/ ml
Pharmaceutical Grade Water Requirements
74
Persyaratan Air Untuk Produksi
Sediaan Kualitas Air Sistem Distribusi
Batasan Keterangan
1. Sirup, Krim (w/o dan w/o), gel, Cairan obat luar
Air Murni (PW) Loop system Terkualifikasi Jika tidak menggunakan Loop system, air tdk boleh disimpan lebih dari 24 jam
Saring dg Filter bakteri 0,45 µm
2. Sediaan padat, suppositoria, Ovula & Salep
Air Murni (PW) Boleh tanpa Loop Loop unt. Non
betalaktam Betalaktam dan
non betalaktam dipisah
Terkualifikasi Sanitasi berkala Syarat mikroba :
Max. 100 cfu/ml Tdk ada E.Coli
dan Salmonella sp/100 ml
3. Pembilasan Akhri pada pencucian Alat
Air Murni (PW) Syarat conductivity: pada user points
Sediaan Non Steril
75
Air Untuk Produksi
Sediaan Kualitas Air
Sistem Distribusi
Batasan Keterangan
1. Large Volume Parentral (LVP)
Air Untuk Injeksi (W.F.I.)
Hot Loop system Terkualifikasi Syarat TOC dan conductivity: pada user points
2. Small Volume Parentral (SVP)
Air Untuk Injeksi (WFI)
Hot Loop System Betalaktam dan non
betalaktam dipisah
Bila tdk menggunakan loop system, harus ditampung segar dan penyimpanan tdk lebih dari 24 jam.
Tervalidasi
Feed water : Air murni (PW)
3. Tetes Mata dan Telinga
Air Murni (PW), filter 0,22 µm
Loop system Bila tdk menggunakan loop system, harus ditampung segar dan penyimpanan tdk lebih dari 24 jam. Tervalidasi
Syarat conductivity : pada user points
Sediaan Steril
76
Air Untuk Produksi
Sudah Tidak Sesuai c-GMP
77
Purified Water System
Ozone Monitor
UV Light
Ozone Destruction
User Point
78
Reverse Osmosis (RO)
79
Electro De-Ionization (EDI)
Electrode untuk proses regenerasi resin penukar ion secara otomatis dan terus-menerus
80
Methods of Producing Water For Injections
Feed Water
RawWater
SandFilter
ActivatedCarbonFilter
Softener
PreFilter
StorageTank
II – Stage RO
Rinse Tank
PW StorageTank
To UV Light
FromPW StorageTank
UV Light
6 Column Stills
BoilingVessel
USP/ EPWater For Injection
6 x penyulingan
81
Column Destillation
Tangki penampungan : Bahan SS 316 L, dilengkapi CIP Daerah mati (deadleg) harus sekecil mungkin (< 3 x ø pipa) Aliran air untuk produksi harus disirkulasi selama 24 jam Pipa distribusi : kualitas SS 316 L, sistem double tube, Tidak
boleh ditanam, harus ada jarak dgn dinding untuk memudahkan pembersihan
Sanitasi Pipa : Hot Loop System atau Cold (Ozone) system
Tangki & Pipa/Distribusi Air
82
83
Ozone Generator & Destruction
Ozone berfungsi untuk sanitasi pipa distribusi
UV Light berfungsi sebagai ‘Ozone Desctrution’
84
Orbital Welding & Electro-Polish
Sistem pengelasan (penyambungan pipa) dgn ‘Orbital Welding & Electro-polish’
85
Fase Validasi Durasi Frekuensi Pengambilan Sampel
Keterangan
Kualifikasi Kinerja Fase 1 Minimal2 – 4 minggu
Tiap hari di tiap titik pemantauan
Pada fase ini air belum boleh digunakan untuk produksi.
Parameter pengujian kimia dan mikrobiologi.
Tujuan:- Menetapkan parameter sistem pengolahan
air termasuk titik pengambilan sampel.- Menetapkan prosedur pengoperasian,
pembersihan, sanitasi dan perawatan.- Menetapkan batas waspada dan batas
tindakan.
Kualifikasi Kinerja Fase 2 Minimal2 – 4 minggu
Tiap hari di tiap titik pemantauan.
Pada fase ini, air boleh digunakan bila memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.
Parameter pengujian kimia dan mikrobiologi.
Tujuan: - memverifikasi parameter operasional
yang ditetapkan pada Fase 1.
Kualifikasi Kinerja Fase 3 Minimal 52 minggu
Tiap hari dan dalam seminggu secara bergilir harus mencakup semua titik pemantauan.Titik pemantauan, frekuensi dan jenis pengujian sampel dapat dikurangi berdasarkan hasil pemantauan pada Fase 1 dan Fase 2.
Pada fase ini, air boleh digunakan bila memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.
Parameter pengujian kimia dan mikrobiologi.
Tujuan: - memastikan konsistensi kinerja selama 1
tahun yang mencakup variasi karena pergantian musim.
86
Bab 4. Peralatan
DESAIN DAN KONSTRUKSIBahan inert yang digunakan untuk bagian peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk ruahan antara lain adalah:
B A H A N UMUMNYA DIGUNAKAN UNTUK
(a) baja tahan karat AISI 304 (American Iron and Steel Institute 304) yang mengandung antara lain krom 18-20 % dan nikel 8-12 %
- peralatan atau bagian peralatan yang tidak bersentuhan langsung dengan bahan atau produk - produk kering atau serbuk yang tidak bereaksi dengan logam/baja tahan karat.
(b) baja tahan karat AISI 316 atau 316 L (L=low carbon) mengandung antara lain krom 16 - 18 %, nikel 10 - 14 % dan molibdenum 2 – 3 % dengan atau tanpa elektropolis
- pengolahan dan pengisian produk steril dan non steril;- sistem pemipaan untuk air murni dan air untuk injeksi.
(c ) gelas (juga untuk pelapis) - pengolahan bahan baku yang bereaksi terhadap baja tahan karat
(d) lain-lain, misalnya politetrafluoroetilen (PTFE); polypropylene (PP); polyvinylidenedifluoride (PVDF); dan perfluoroalkoxy.
-pengolahan bahan baku yang bereaksi dengan bahan di butir (a), (b), (c) tersebut di atas, tetapi tidak bereaksi dengan PTFE, PP, PVDF dan perfluoroalkoxy
(e) uPVC (unplasticized polyvinylchloride) -untuk peralatan pengolahan air yang belum dimurnikan misal : tabung penukar kation-anion dan pelunak air.
(f) bahan inert lain: - silicon, - chrome alloy
87
88
Persyaratan Peralatan (GMP Compliance) Rancang Bangun :
Sederhana, tapi sesuai dgn tujuan penggunaan, mudah dibongkar, dan dipasang kembali sebelum dan setelah dibersihkan
Tidak ada bagian yang tidak terjangkau pada pembersihan Tidak ada bagian yang menahan sisa produk atau larutan pencuci Tidak berkarat dan tidak mudah tergores
Pencucian Lap bebas serat Mesin penghisap debu (jangan menggunakan udara bertekanan/
compressed air) Sikat nylon (tidak boleh pake ijuk)
XX
89
Pemasangan & Penempatan Dalam satu ruangan hanya boleh ada satu atau satu set peralatan
untuk satu produk Pipa-pipa harus diberi tanda yang jelas, termasuk arah aliran Peralatan Utama Harus diberi Nomor Pengenal, antara lain :
Mesin Pengaduk Alat pengering Mesin Pencetak tablet Mesin penyalut Mesin Pengemas strip
Perawatan Harus ada “Jadwal Perawatan Berkala” yang tertulis dan disetujui
untuk mencegah malfungsi atau pencemaran Bahan pendingin, pelumas dan bahan kimia yg digunakan harus
dievaluasi dan diuji “Log book” berisi tanggal, waktu, produk, kekuatan dan nomor
bets atau lot yang diolah
90
Bab 5. Sanitasi & Higiene
91
Sanitasi & Higiene DEFINISISanitasi : Pengendalian higiene terhadap proses produksi, termasuk bangunan, peralatan dan penanganan bahanSanitasi menitik beratkan pada Bangunan & Peralatan
Higiene Perorangan : Kewajiban tiap personil mengamati peraturan
mengenai kesehatan kerja, Pemeliharaan dan perlindungan kesehatan personil, Pengawasan higiene terhadap proses pembuatan
obat yang harus diterapkan oleh personil.
Higiene menitik beratkan pada Personnel
92
MEMADAI ? BERSIH, TERANG
SEGAR, KERINGSanitasi & Higiene
93
WC & Kamar Mandi
KLOSET TIDAK LANGSUNG TERLIHAT KLOSET TIDAK LANGSUNG TERLIHAT
ADA SEMACAM RUANG ANTARA
PERHATIKAN SABUN DAN ALAT PENGERING
94
Cara Cuci Tangan
95
CUCI TANGAN DENGAN SABUN SEBELUM MASUK RUANG
PRODUKSI
Poster Cuci Tangan
96
Bab 6. Produksi
97
ALUR PRODUKSI
BAHAN BAKU &BAHAN PENGEMAS
PENIMBANGAN
PENGOLAHAN
PENGEMASAN PRIMER
OBAT JADI
STAGING/RUANG STAGING
PRODUK ANTARA
PRODUK RUAHAN
BELUM SEDIAAN
SUDAH SEDIAAN
PENGEMASAN SEKUNDER
98
BAHAN AWAL PENIMBANGAN PENGOLAHAN OBAT JADI
TABLET
1. MIXING KERING2. MIXING BASAH3. GRANULASI BASAH4. PENGERINGAN GRANUL5. GRANULASI KERING6. MIXING GRANUL7. CETAK TABLET
PENGEMASAN
TABLET SALUT
1. MIXING KERING2. MIXING BASAH3. GRANULASI BASAH4. PENGERINGAN GRANUL5. GRANULASI KERING6. MIXING GRANUL7. CETAK TABLET8. PENYALUTAN
TABLET BETALAKTAM
1. MIXING KERING2. (GRANULASI)3. MIXING GRANUL4. CETAK TABLET
TABLET
1. MIXING KERING2. GRANULASI - FBD3. MILLING-UNIFORMITY4. MIXING GRANULAT5 CETAK TABLET
TAHAPAN PENGOLAHAN
99
BAHAN AWAL PENIMBANGAN PENGOLAHAN OBAT JADI
CAIRAN ORAL / LUAR
1. MIXING2. PENYARINGAN3. PENGISIAN
PENGEMASAN
CAIRAN STERIL (AKHIR)
1. MIXING 2. SARING3. PENGISIAN4. STERILISASI
CAIRAN STERIL (ASEPTIS)
1. MIXING 2. SARING3. PENGISIAN
SERBUK ORAL / OBAT LUAR
1. AYAK 2. MIXING3. PENGISIAN
KRIM/SALEP
1. MIXING 2. (HOMOGEN)3. PENGISIAN
SUSPENSI 1. MILLING PRO UNIFORMITY2. MIXING + (PEMANASAN) 3. (SARING)4. PENGISIAN
TAHAPAN PENGOLAHAN
100
GUDANGBAHAN
AWAL & Pengemas
101
BAHAN AWAL & BAHAN PENGEMAS
BAHANPENGEMAS
BAHAN BAKU
PADAT
CAIR
GAS
PRIMER
SEKUNDER
Bahan pengemas bersentuhan dengan produk :Kantung plastik, botol, vial,flakon, tube, aluminium foil, blister.
botol, etiket, brosur, dus/box, corrigated box/master box
1. Pro-analysa grade2. Pharmaceutical grade3. Food grade4. Technical gradeBAHAN BAKUBAHAN BAKUBAHAN BAKU• Bhn. Baku Aktif
• Bhn. Tambahan Penempatan alkohol & bahan mudah terbakar di gudang api
1. Gas nitrogen harus bebas dari oksigen2. Gas dan udara bertekanan yang bersentuhan dgn produk atau wadah harus dilalukan filter 0,22 μ
102
PENANGANAN BAHAN AWAL (Bhn baku Aktif & Tambahan)
Pemilihan dan Persetujuan Pemasok (Approved Supplier)
Kondisi dan kapasitas Gudang
Sistem pelulusan bahan
Kontrol bahan awal : penandaan, sistem karantina, pengambilan contoh, pelulusan, penyimpanan dan pengujian ulang
103
Syarat-syarat gudang (sesuai dgn cGMP) Harus ada Prosedur Tetap (protap) yang mengatur/tata cara
kerja bagian Gudang, termasuk didalamnya mencakup tentang tata cara penerimaan bahan, penyimpanan dan distribusi bahan/produk
Gudang harus cukup luas, terang dan dapat menyimpan bahan dalam keadaan kering, bersuhu sesuai dengan persyaratan, bersih dan teratur
Harus terdapat tempat khusus untuk menyimpan bahan yg mudah terbakar atau mudah meledak (misalnya alkohol atau pelarut - pelarut organik)
Tersedia tempat khusus untuk produk atau bahan dalam status “karantina” dan “Ditolak”
Tersedia tempat khusus untuk melakukan sampling (sampling room) dengan kualitas ruangan seperti ruang produksi (grey area)
Pengeluaran bahan harus menggunakan prinsip FIFO (First In First Out) atau FEFO (First Expired First Out)
Ada program “Pest Control” yang terdokumentasi Khusus untuk LABEL, harus terkunci.
Pergudangan
104
BAHAN AWAL &BAHAN PENGEMAS
PENIMBANGAN
PENGOLAHAN
PENGEMASAN
OBAT JADI
1. BANGUNAN a. Kelas : grey / kelas E / 100.000 b. Mempunyai landasan timbang yang kokoh ( meja beton ) c. Dilengkapi sarana cuci alat dan dust extractor d. Cukup luas untuk kegiatan penimbangan 2. PERALATAN a. Mempunyai alat timbang (kg, g) dan alat ukur yang telah dikalibrasi b. Alat pengambil bahan terbuat dari bahan yang tidak memberikan cemaran atau bereaksi dengan bahan yang ditimbang atau ditakar c. Mempunyai sarana pembersih yang sesuai dan tidak membe- rikan cemaran terhadap bahan yang ditimbang atau ditakar ( Sebaiknya mempunyai pengisap debu / vaccum cleaner ) 3. ADMINISTRASI Mempunyai catatan dari setiap pernimbangan atau pengukuran (log book)
4. TENAGA PENIMBANG a. Mempunyai kecakapan / pelatihan yang cukup b. Dilakukan oleh 2 orang (penimbang dan pemeriksa)
105
BAHAN AWAL &BAHAN PENGEMAS
PENIMBANGAN
PENGOLAHAN
PENGEMASAN
OBAT JADI
106
BAHAN AWAL &BAHAN PENGEMAS
PENIMBANGAN
PENGOLAHAN
PENGEMASAN
OBAT JADI
• Timbangan terkalibrasi
• Dilakukan oleh 2 orang
Ruang Staging
107
Tata-letak Ruang Dispensing
PRE-WEIGHSTAGING
POST-WEIGHSTAGING
WEIGHBOOTH 1
WEIGHBOOTH 2
UNI-DIRECTIONALAIRFLOW
UNI-DIRECTIONALAIRFLOW
MATEREALSFROM
WAREHOUSE
WEIGHED MATERIALS TOPRODUCTION
10Pa 2 20Pa 3 30Pa 4
20Pa 3
Airflow direction
108
BAHAN AWAL &BAHAN PENGEMAS
PENIMBANGAN
PENGOLAHAN (PROCESSING)
(non-steril)
PENGEMASAN
OBAT JADI
109
Pengolahan Pemantauan terhadap suhu dan kelembaban ruangan
prosedur sebelum kegiatan pengolahan dimulai Nomor Batch identitas obat jadi Setiap ruang pengolahan harus diberi label jenis kegiatan
dan nomor batch produk yang sedang diproses dalam ruangan tersebut
Operator: Mengenakan pakaian kerja dan sepatu kerja yg bersih
Setiap wadah bahan baku HARUS diberi IDENTITITAS yang jelas
Pelumas yang digunakan untuk mesin : Food Grade Dilakukan pemantauan kualitas lingkungan kerja (kelas I, II,
atau III) secara periodik
110
BAHAN AWAL &BAHAN PENGEMAS
PENIMBANGAN
PENGOLAHAN (PROCESSING)
(non-steril)
PENGEMASAN
OBAT JADI
I. BANGUNAN a. Kelas : Grey / E / 100.000 b. Aman dan nyaman untuk aktivitas prosessing c. Cukup luas pada saat produksi puncak d. Telah dinyatakan bersih untuk dipakai
2. ADMINISTRASI Catatan Pengolahan Bets selalu berada pada tahap aktif
3. SISTEM Telah divalidasi
4. PERALATAN a. Tidak bereaksi dengan bahan yang diproses b. Tidak mencemari bahan baku yang diproses c. Bebas dari cemaran produk sebelumnya d. Telah dinyatakan bersih dan siap untuk dipakai e. Peralatan bukan manual dan telah dikualifikasi 5. OPERATOR Telah mendapat pendidikan yang cukup - pendidikan dan pelatihan diluar tempat kerja - pelatihan langsung ditempat kerja
111
BAHAN AWAL &BAHAN PENGEMAS
PENIMBANGAN
PENGEMASAN
OBAT JADI
6. PENGUJIAN a. IPC = In Process Control
Pengujian yang dilakukan selama proses produksi berjalanb. Pengujian sebelum dilakukan pengemasan primer
c. Retained sample diambil setelah dilakukan pengemasan sekunder
7. SANITASI RUANGAN a. Berdasarkan cara / sistem yang telah di-validasi
b. Memakai bahan sanitasi yang sesuai
8. SANITASI PERALATAN a. Berdasarkan cara / sistem yang telah di-validasi b. Memakai peralatan yang tidak mencemari produk c. Memakai bahan sanitasi yang mudah dihilangkan dari permukaan peralatan dan tidak bereaksi dengan peralatand. Dinyatakan dengan label dengan batas waktu e. Pembersihan :
- Dilakukan di ruangan pencucian - Dilakukan di ruangan produksi , antara lain :
CIP = Cleaning In Place
PENGOLAHAN (PROCESSING)
(non-steril)
112
BAHAN AWAL &BAHAN PENGEMAS
PENIMBANGAN
PENGOLAHAN
PENGEMASAN
OBAT JADI
113
Kesalahan terbanyak di industri farmasi Pengemasan
Kesalahan di bagian Pengemasan sangat sulit dideteksi
Dapat berakibat FATAL Anggapan: Pengemasan BUKAN bagian yang penting,
sehingga pengawasan sering diabaikan
Pengemasan & Penandaan
114
Pengecekan label, penggunaan label, penyimpanan label dan rekonsiliasi
Pelaksanaan pengemasan Protap dan Dokumen Pengemasan Validasi Proses Pengemasan Proses terkendali dan dipantau Tidak ada sisa produk lain (line
clearance) Penandaan bets dan kadaluwarsa Perhitungan pemakaian vs hasil
(rekonsiliasi)
Sistem Pengemasan & Penandaan
115
BAHAN AWAL &BAHAN PENGEMAS
PENIMBANGAN
PENGOLAHAN
PENGEMASAN
OBAT JADI
1. TUJUAN a. Sebagai wadah b. Protektif - Melindungi kualitas obat - Melindungi lingkungan dari dampak obat c. Tujuan marketing
2. JENIS a. Pengemasan primer Pengemasan obat jadi dengan bahan pengemas pertama - Pengemasan primer dilakukan di ruang kelas grey b. Pengemasan sekunder Pengemasan lanjutan setelah pengemasan primer - Pengemasan sekunder dilakukan di ruang kelas black
3. HAL-HAL YANG PERLU DIINSPEKSI a. Perintah pengemasan berdasarkan persetujuan QC b. “Line clearance” = kesiapan jalur c. Bukti pengambilan bahan pengemas d. Penanganan sisa bahan pengemas e. Laporan hasil pengemasan f. Bukti penyerahan obat jadi ke gudang obat jadi. g. Pengesahan supervisor / manajer produksi
116
Bab 7. Pengawasan Mutu
117
Prinsip Dasar Pengawasan Mutu (Quality Control/QC) merupakan bagian
essensial dari Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) Pengawasan Mutu TIDAK TERBATAS pada kegiatan
laboratorium, tapi juga terlibat dalam SEMUA KEPUTUSAN yg terkait dengan mutu produk
Bagian Pengawasan Mutu HARUS independen (tidak tergantung) dengan Bagian Produksi dan merupakan bagian dari Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System) dalam upaya menjamin SETIAP produk yang dihasilkan
118
Quality Control Tugas utama Dept. QC adalah :
Memastikan bahwa bahan awal untuk produksi obat memenuhi spesifikasi yang ditetapkan untuk identitas, kekuatan, kemurnian, kualitas dan keamanannya pemeriksaan bahan awal
Memastikan bahwa tahapan-tahapan proses produksi obat telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan Pengawasan selama proses Produksi (In Process Control/IPC)
Memastikan bahwa semua pengawasan selama proses dan pemeriksaan laboratorium terhadap suatu batch obat telah dilaksanakan dan batch tersebut memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sebelum didistribusikan Evaluasi prosedur produksi dan pengkajian catatan produksi
Suatu batch obat memenuhi persyaratan mutunya selama waktu peredaran yang telah ditetapkan Program stabilitas
Bagian QC memiliki wewenang khusus untuk memberikan keputusan akhir meluluskan atau menolak atas mutu Bahan Awal, Bahan Kemas, Produk Antara dan Produk Ruahan ataupun hal lain yang mempengaruhi mutu obat
Berdasarkan fungsi (c-GMP) Laboratory Based Function
119
Cara Berlaboratorium Pengawasan Mutu Yang Baik (Good Quality Control Laboratory Practices)
1. Bangunan dan Fasilitas2. Personil3. Peralatan4. Pereaksi & Media Perbenihan5. Baku Pembanding6. Penandaan7. Hewan Pengujian8. Spesifikasi dan Prosedur Pengujian9. Catatan Analisis
120
Bangunan dan Fasilitas Persyaratan
Ukuran laboratorium disesuaikan dgn jenis & volume kegiatan, jumlah peralatan dan personel laboratorium. Sebagai pedoman, luas lab = ( jumlah personel x 10 – 20 ) m2.
Tata ruang laboratorium diatur sesuai dgn jenis kegiatan dan untuk mencegah kontaminasi
Tersedia tempat khusus untuk pengujian: fisiko-kimia, biologi, mikrobiologi dan pengujian radioisotop (jika ada).
Ruang Mikrobiologi harus dilengkapi dgn HEPA filter
RUANGAN KELAS 1 (KELAS 100) & KELAS 2 (KELAS 10.000)
KELAS 1
10.00010.000
100100
121
Tersedia ruang khusus untuk :1. Ruang instrumen2. Tempat menyimpan sampel3. Tempat menimbang bahan uji 4. Tempat menyimpan pelarut dan pereaksi5. Ruang sampel pertinggal
Limbah & Residu ditampung dalam wadah yg tertutup rapat dan diberi tanda yg jelas.
Bangunan terpisah dgn Ruang Produksi atau berjarak Min. 2 m.
122
PB
CONTOH DENAH LABORATORIUM
R. TIMBANG
R. INSTRU
MEN
R. UJI
FISIKA
R. REAGEN
R. PUSTAKA
R. RETAINEDSAMPLE - 2
R. ADMIN
R. LOKER
R. MANAJER
AREA KERJA
R. PREPARASI
R. UJIMIKRO
R.CUCI
R. RETAINEDSAMPLE - 1
R. UJIPOTENSI
PB
LEMARIASAM
R. SAMPEL
R. ASISTEN
RA
1
2
3
45
123
Bangunan Laboratorium
Konstruksi bangunan & Perabot, tahan terhadap asam, alkali dan zat kimia lain
Dilengkapi dgn unit penanganan udara khusus (AC) untuk mengkondisikan suhu 20 – 28oC dan kelembaban Maks. 80%.
Lemari Asam Dilengkapi dengan Sistem Penghisap Udara untuk
menghindari penetrasi asam toksis Kecepatan penghisap udara min. 15 m3/jam/m3
volume lemari asam Kecepatan aliran udara (felocity) 0,4 – 0,6 m/det.
124
Personil Persyaratan
Pendidikan sesuai (Min. Analis, D3 Kimia/Farmasi) Mendapat pelatihan memadai Tugas dan tanggung jawab TIAP Personnel dirinci dgn
Jelas Memakai alat pelindung dan alat pengaman
Kepala Laboratorium/ QC Manager
Supervisor Analisa
Supervisor Mikrobiologi
Supervisor IPC
Assistant Manager
Sekretaris/Adm.
125
Peralatan Persyaratan
Terdapat PROTAP yg terdapat DIDEKAT alat/instrumen Peralatan/Instrumen terkualifikasi, dirawat dan
dikalibrasi dalam selang waktu yg ditentukan Terdapat penandaan yg jelas Terdapat Pancuran air keselamatan (safety shower) dan
pembasuh mataPancuran darurat 20 – 30 psi atau 76 – 114 liter/menitPembasuh mata 10 – 15 psi atau min. 15 liter/menit
126
Pancuran air keselamatan (safety shower) dan pembasuh mata Darurat
127
Pereaksi & Media Perbenihan Persyaratan
Setiap Penerimaan atau pembuatan pereaksi dan Media Perbenihan harus dicatat dalam buku khusus.
Harus dibuat PROTAP dan diberi LABEL KHUSUSKeterangan pada label :
Nama Larutan Pentiter Konsentrasi Faktor Standardisasi Batas Waktu Penggunaan Tanggal standardisasi ulang, dan Kondisi Penyimpanan
Untuk memastikan kesesuaian Media perbenihan maka pada proses pembuatan Media Perbenihan, harus digunakan kontrol positif dan kontrol negatif
128
Baku Pembanding Baku Pembanding terdiri dari : Baku Pembanding Primer,
Baku Pembanding Sekunder, dan Baku Kerja Baku Kerja dibuat dari Bahan Aktif yg telah dibakukan
terhadap Baku Pembanding Primer atau Baku pembanding Sekunder
Untuk UJI KUALITATIF, uji Baku Kerja Min. 6x pengulangan dengan RSD < 2%
Keterangan pada Label :– Kadar– Tanggal Pembuatan– Tanggal Kedaluarsa– Tanggal Pertama kali tutup wadah dibuka– Kondisi penyimpanan
Bahan Awal yg digunakan : Pilih Bahan Awal dgn KADALUARSA TERPANJANG dan KEMURNIAN yg tinggi sesuai dgn spesifikasi
129
Spesifikasi & Prosedur Pengujian
Spesifikasi Harus terdapat spesifikasi untuk semua bahan awal,
bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi yang mencakup spesifikasi dan prosedur pengujian mengenai identitas, kemurnian, mutu dan kadar/potensi
Prosedur Pengujian Seluruh prosedur pengujian harus tervalidasi Sesuai dengan dokumen registrasi Mencakup antara lain
Jumlah sampel yg diperlukan dan yang disimpan untuk rujukan
Jumlah tiap pereaksi, larutan dapar, dsb. Rumus perhitungan yang digunakan Nilai yang diharapkan dan batas toleransi
Mencakup frekuensi pengujian ulang (untuk bahan awal)
130
Pemeriksaan BahanBahan Awal
Semua bahan, baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat, yg berubah maupun tidak berubah, yang digunakan dalam PENGOLAHAN OBAT walaupun tidak semua bahan tsb masih terdapat di dalam produk ruahan
Bahan PengemasTiap bahan, termasuk bahan cetak, yang digunakan dalam proses pengemasan obat, tetapi tidak termasuk kemasan luar yang digunakan untuk transportasi atau keperluan pengiriman ke luar pabrik.
Pemeriksaan Bahan AwalLakukan Pemeriksaan visual atas SEMUA wadah yang diterima.
Periksa: Surat jalan, PO/PR, Label, Nama bahan, No. Batch/lot, Nama pabrik pembuat, No. wadah, Exp. date
Periksa wadah: tidak rusak/peyok, tutup wadah, segel, label (ada/tidak), tercium bau asing/tidak, basah/tidak
131
Pengambilan SampelBahan Awal 7.23 Pengambilan sampel bahan awal
n,p,r plan Pola : n = 1+ √N, p = 0,4 √N, r = 1.5 √N
Pola n digunakan jika bahan diperkirakan HOMOGEN dan diperoleh dari pemasok yg disetujui
Pola p digunakan untuk tujuan identitas (bahan HOMOGEN) Pola r digunakan untuk bahan yg diperkirakan TIDAK HOMOGEN dan
atau berasal dari pemasok yg belum dikualifikasi
Bahan Pengemas 7.25 Pengambilan sampel bahan pengemas
British Standard BS 6001-1, ISO 2859 or ANSI/ASQCZ1.4 -1993.(2003)
PERSYARATAN PENGUJIAN 7.33 Parameter pengujian tertentu untuk bahan awal yang telah disetujui
pada saat pemberian izin edar dapat dikurangi bila hasil tren seluruh parameter yang diuji telah memenuhi syarat
132
Pengawasan Selama Proses (IPC) Definisi :
Pemeriksaan dan pengujian yang dilembagakan dan dilaksanakan selama proses pembuatan obat, termasuk pemeriksaan dan pengujian terhadap lingkungan dan peralatan
Tujuan : Untuk mencegah terlanjur diproduksinya obat yang tidak memenuhi spesifikasi.
Cara Pengawasan : Pengawasan dilakukan dengan cara mengambil contoh dan
mengadakan pemeriksaan dan pengujian terhadap produk yang dihasilkan pada langkah-langkah tertentu dari proses pengolahan
Pengawasan oleh bagian produksi untuk menjamin bahwa mesin dan peralatan produksi serta proses yang digunakan akan menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang ditetapkan
Pengawasan oleh bagian QC Untuk meyakinkan bahwa produk yang dihasilkan pada tahap tertentu telah memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan sebelum dilanjutkan proses berikutnya
Bagian pengawasan mutu menentukan apakah tahap lanjutan dari proses pengolahan dapat dilaksanakan atau tidak berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan
133
Cek IPC :- Keseragaman kadar - Keragaman bobot- Kekerasan - Kerapuhan- Waktu hancur- Dissolusi
Pengayakan
Pencampuran
Alur Proses Pembuatan Tablet
GudangObat Jadi
Metode cetak langsung Metode granulasi basah
Pencampuran awal
Pengayakan basah
Granulasi
Pengeringan granul
Pengayakan kering
Penimbangan
Pencampuran akhir
Pencetakan tablet
Pengemasan primer
Pengemasan sekunder
Cek IPC :- Keseragaman kadar - LOD/kadar air
Cek IPC :- kadar air
Cek IPC :- Penampilan- Kelengkapan- Penandaan
Cek IPC :- Penampilan- Kebocoran- Penandaan
Cek IPC :- Keseragaman kadar - LOD/kadar air
Contoh
134
Pelarutan gula
Penyaringan
Alur Proses Pembuatan Suspensi
GudangObat Jadi
Pembuatan syrupus simplex Fase dispersi bahan aktif
Pencampuran bahan aktif
Penghalusan (Colloid Mill)
Penimbangan
Pencampuran akhir
Pengemasan sekunder
Cek IPC :- ukuran partikel
Pengisian dan Penutupan botol (filling & cropping)
Labelling
Cek IPC :- Organoleptis- Kadar Zat Aktif- pH- BJ- Viskositas
Cek IPC :- Penampilan- Kebocoran- Volume
Cek IPC :- Penampilan- Kelengkapan- Penandaan Cek IPC :
- Penampilan- Kelengkapan- Penandaan
Contoh
135
Pencampuran bahan-bahan
Penyaringan
Alur Proses Pembuatan Ointment
GudangObat Jadi
Fase Air Fase Minyak
Pelelehan bahan-bahan
Pencampuran bahan-bahan
Penimbangan
Pencampuran Fase Air dan Fase Minyak
Pengemasan sekunder
Homogenisasi, pendinginan dan pemvacuuman
Cek IPC :- Organoleptis- Kadar Zat Aktif- pH- BJ- ViskositasCek IPC :
- Penampilan- Kontrol bobot- Penandaan Cek IPC :
- Penampilan- Kelengkapan- Penandaan
Pengisian dalam tube
(tube filling)
Contoh
136
Program Stabilitas Tujuan :
Untuk memberikan bukti mengenai bagaimana mutu bahan baku atau produk berubah sepanjang waktu karena adanya berbagai faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban dan cahaya
Dengan program atau pengujian stabilitas, dimungkinkan ditetapkannya:
Cara penyimpanan produk (yang direkomendasikan) Periode uji ulang Masa edar bahan baku aktif atau produk (expired date) Kelebihan jumlah yang perlu ditambahkan ke dalam suatu
formulasi produksi suatu obat (factor perkalian)
Cara Pengujian :1. Pengujian Jangka Panjang
• Pengujian dilakukan pada kondisi penyimpanan normal yaitu pada suhu 30oC + 2 dan kelembaban 60 % + 5.
• Pengujian terbagi dalam beberapa interval : - Minimum setiap tiga bulan pada tahun pertama- Setiap enam bulan untuk tahun kedua- Selanjutnya sekali setiap tahun
• Lama periode pengujian ditentukan oleh masa edar yang diperkirakan bagi produk obat tersebut
137
Program Stabilitas 2. Pengujian Dipercepat
• Pengujian dilakukan pada kondisi penyimpanan tidak normal (ekstrem) yaitu pada suhu 40oC + 2 dan kelembaban 75 % + 5.
• Lama periode pengujian 3 – 6 bulan• Pengujian terbagi dalam sedikitnya 4 interval waktu dengan
kondisi yang diperberat seperti temperatur, kelembaban dan paparan cahaya
• Hasil pengujian kemudian di ekstrapolasikan ke dalam kondisi penyimpanan normal dan di dapat data stabilitas product
Climatic chamber
138
On-going stability Post marketing – 1 batch per strength per product per year
Lakukan studi stabilitas jangka panjang sesuai pedoman
Follow-up study (FUS)
Lakukan studi stabilitas dipercepat dalam periode minimal 3 bulan sesuai pedoman
Climatic chamber
139
• In-use stability study Produk yang direkonstitusi mis. Injeksi, Sirup kering Bulk pack, multi-dose
Lakukan uji stabilitas di periode akhir atau pada
daluwarsa produk
Retained sample Studi Surveillance – untuk studi stabilitas :
Disimpan pada ambient suhu dan RH yang dipantau
Lakukan uji stabilitas pada periode 12, 24, 36 bulan sampai ED
140
Bab 8. Inspeksi Diri & Audit Mutu
141
Inspeksi diri dan Audit Mutu Definisi :
Inspeksi diri pada dasarnya adalah cara untuk mengkaji kembali secara obyektif seluruh tata kerja diri sendiri dari setiap aspek yang mungkin berpengaruh pada jaminan mutu (Quality Assurance)
Tujuan : Mengetahui kekurangan (cacat), baik yang kritis, berdampak besar maupun berdampak kecil kemudian menetapkan cara-cara yang efektif untuk mencegah dan memperbaikinya.
Pelaksanaan : Harus ada protap Team inspeksi diri
Anggota minimal 3 orang yang berpengalaman dan memahami CPOB Penanggung jawab : QA Manager
Frekuensi : minimal 1 x dalam setahun Setelah dilakukan inspeksi diri harus dibuat Laporan Inspeksi Diri, yg
mencakup hasil inspeksi diri, evaluasi dan kesimpulan serta saran tindak perbaikan
Tindak lanjut
142
Audit Mutu Digunakan sebagai pelengkap program inspeksi diri Meliputi sebagian atau semua bagian manajemen mutu Umumnya dilaksanakan oleh
spesialis dari luar atau tim independen atau tim khusus yang dibentuk oleh manajemen
Audit dan Persetujuan Pemasok : Tanggung jawab Pemastian Mutu bersama dengan bagian
lain yang terkait Daftar Pemasok disetujui dan ditinjau ulang secara berkala Dilakukan evaluasi sebelum pemasok disetujui Kemampuan pemasok memenuhi standar CPOB
143
POP CPOB 2006 : Tingkat kekritisan temuan
Tingkat Kekritisan Terdiri dari antara lain Kritis (C)Adalah kekurangan yang memengaruhi mutu obat dan dapat mengakibatkan reaksi fatal terhadap kesehatan konsumen sampai kematian.
Pencemaran silang bahan atau produk. Produk steril diletakkan terbuka di
daerah non-aseptis. Air Murni atau Air untuk Injeksi
tercemar. Salah penandaan. Karyawan yang belum terlatih bekerja
di daerah pengisian steril/aseptis.
Berdampak Besar (M)Adalah kekurangan yang memengaruhi mutu obat tetapi tidak berdampak fatal terhadap kesehatan konsumen
Peralatan ukur utama tidak dikalibrasi atau di luar batas kalibrasi.
Penyimpangan dalam proses tidak didokumentasi dengan benar.
Ketidaklengkapan pengisian catatan bets.
Tidak dilakukan inspeksi terhadap perusahaan penerima kontrak.
Berdampak Kecil (m)Adalah kekurangan yang kecil pengaruhnya terhadap mutu obat dan tidak berdampak terhadap kesehatan konsumen.
Pembersihan gudang tidak sesuai jadwal.
Permukaan dinding retak. Catatan ditulis dengan pinsil. Seragam kerja tidak dipakai secara
benar.
144
Bab 9. Penanganan Keluhan
Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk
Kembalian
145
2001 2006Obat Produk Personel penanggung jawab
Prosedur dan dokumentasi dijabarkan di bab 10
Prosedur dan dokumentasi dijabarkan di bab 9
Harus ada personnel yang bertanggung jawab menangani keluhan dan memutuskan tindakan yang harus diambil Kepala bagian Penjaminan Mutu (QA Manager)
Terdapat prosedur tertulis (protap) yg merinci untuk penyelidikan, evaluasi, tindak lanjut yg sesuai, termasuk pertimbangan untuk penarikan kembali produk, dalam menanggapi keluhan thd produk.
146
Laporan keluhan terhadap obat yang diproduksi dapat menyangkut soal mutu Teknis Produk, efek samping yang merugikan atau masalah efek terapeutik
Semua keluhan dan laporan keluhan harus diteliti dan dievaluasi dengan cermat, kemudian diambil tindak lanjut yang sesuai dan dibuatkan laporan
Dari hasil laporan terhadap keluhan tersebut kemudian dikategorikan dan selanjutnya dibuat trend analysis sebagai pedoman untuk membuat langkah-langkah pencegahan
Obat Kembalian adalah obat jadi yang telah beredar yang kemudian dikembalikan ke pabrik pembuatnya karena adanya keluhan, kerusakan, kedaluarsa, masalah keabsahan atau sebab-sebab lain mengenai kondisi obat, wadah atau kemasan sehingga menimbulkan keraguan akan keamanan, khasiat atau mutu obat
Penarikan kembali obat jadi dapat berupa penarikan kembali satu atau beberapa batch atau seluruh obat jadi tertentu dari semua mata rantai distribusi.
Penarikan kembali obat jadi dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar pertimbangan efek samping yang tidak diperhitungkan yang merugikan kesehatan
147
Prosedur Penarikan ObatLaporan Adanya Cacat atau
Reaksi merugika
n
KEPUTUSAN PENARIKAN
Pemerintah (Badan POM) atau industri ybs
PERINTAH PENARIKAN
• Bagian Marketing kepada Distributor Utama dan seluruh anak cabangnya
• Direktur & Apoteker membuat laporan ke BPOM
LAPORAN PELAKSANAAN
PENARIKAN
Distributor membuat laporan pelaksanaan dan mengirim obat hasil penarikan ke pabrik
PENERIMAAN HASIL
PENARIKAN
Bagian Gudang membuat laporan penerimaan kepada Direksi, Kepala Pabrik, Manajer Pemasaran, QA/QC Manajer & Manajer PPIC
RENCANA PEMUSNAHA
N
PEMUSNAHAN
Laporan Rencana Pemusnahan kepada BPOM
148
Bab 10. Dokumentasi
149
Dokumentasi DEFINISI
Seluruh prosedur, instruksi dan catatan yang berhubungan dengan proses pembuatan obat.
Guna dokumentasi
1. Merupakan bagian dari sistem manajemen mutu dalam c-GMP2. Memastikan bahwa setiap petugas mendapat instruksi secara rinci dan
jelas mengenai bidang tugas yang harus dilaksanakan
3. Menggambarkan riwayat lengkap dari setiap batch / lot produk sehingga menjamin ketelusuran
4. Sebagai bahan pertimbangan tentang mutu produk yang dibuat
150
Dokumentasi Jenis dokumentasi1. Prosedur tetap (SOP = Standard Operating Procedure)2. Spesifikasi (bahan baku, pengemas, produk jadi)3. Catatan Pengolahan Batch/Catatan pengemasan Batch
(batch processing records)4. Identifikasi (kode/penomoran protap, peralatan, batch)5. Penandaan (status ruangan, mesin, label bahan baku,
karantina, rejected)6. Protokol & Laporan Kualifikasi/Validasi7. Dokumen registrasi8. Catatan Kalibrasi, Pemantauan kondisi lingkungan ruang
produksi
151
SpesifikasiDefinisi :
Deskripsi suatu bahan (bahan awal, produk antara, produk ruahan atau obat jadi) mengenai sifat kimiawi, fisis dan biologi (jika ada)
Pengertian : Spesifikasi tersebut menyatakan standar dan toleransi yang
diperbolehkan yang biasanya dinyatakan secara deskriptif dan numeris.
Spesifikasi merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu suatu bahan
Tiap spesifikasi harus disetujui dan disimpan oleh bagian Pengawasan Mutu kecuali untuk produk jadi harus disetujui oleh kepala bagian Pemastian Mutu (QA Manager)
152
Dokumen ProduksiDokumen Produksi Esensial, terdiri dari : Dokumen Produksi Induk
(berisi formula produksi dari suatu produk dlm bentuk sediaan dan kekuatan tertentu, tdk tergantung dari ukuran bets)
Prosedur Produksi Induk (Master Batch) Prosedur Pengolahan Induk Prosedur Pengemasan Induk
Catatan Produksi Bets (Batch Record) Catatan Pengolahan Bets Catatan Pengemasan Bets
153
DIREKTORAT PENILAIAN PRODUK TERAPETIK & PRODUK BIOLOGI
INDUSTRIFARMASI
D O S S I E RD O S S I E RD O S S I E RD O S S I E RD O S S I E R
PROSEDUR PRODUKSI INDUK
PROSEDUR PENGOLAHAN
INDUK
PROSEDUR PENGEMASAN
INDUK
CATATAN PENGOLAHAN
BETS
CATATAN PENGEMASAN
BETS
BATCH RECORD
DOKUMEN PRODUKSI INDUK
LAKUKAN YANG TERCATAT,CATAT YANG DILAKUKAN
154
CONTOH
155
CONTOH
156
CONTOH
157
CONTOH
158
CONTOH
159
CONTOH
160
Prosedur Tetap (Protap)Definisi :
Uraian kegiatan yang harus dilakukan serta peringatan yang harus diperhatikan, baik yang langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan pembuatan obat
Tujuan : Memastikan bahwa semua proses selalu dilakukan dengan
cara yang sama oleh petugas Memastikan bahwa proses tersebut dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan CPOB Memudahkan pengenalan proses baru atau perubahan dari
proses yang telah ada Membantu pelatihan petugas baru Memastikan bahwa semua personil senantiasa bekerja sesuai
dengan cara kerja yang sudah ditetapkan
161
Daftar Dokumen yg DiperlukanBahan Awal
1. Spesifikasi/kode produk
2. Persetujuan terhadap pemasok
3. Penerimaan dan penyimpanan
4. Prosedur pengambilan contoh
5. Pengujian oleh Pengawasan Mutu, Inspeksi Mutu
6. Karantina, Pelulusan dan Persetujuan
Sarana/Prasarana
1. Pengoperasian sistem, pemeliharaan dan kalibrasi (HVAC, Air, Steam)
2. Pembersihan sarana
3. Pemantauan Lingkungan
4. Keluar-masuk ruang bersih
5. Pakaian kerja
6. Alur produk
7. Alur penyaluran bahan
162
Daftar Dokumen yg Diperlukan8. Alur karyawan
9. Aliran udara
10. Alur dan pembuangan limbah
11. Pencucian dan sterilisasi pakaian dan peralatan gelas
12. Desinfectan/fumigasi
13. Pembasmian hama
Peralatan Produksi dan Pengawasan Mutu
1. Operasi
2. Pembersihan/sterilisasi
3. Persiapan larutan pembersih
4. Sisa produk dan bahan pembersih
5. Pemeliharaan preventif
6. Kalibrasi
7. Pemantauan
8. Kalibrasi peralatan yg disertifikasi
163
Daftar Dokumen yg DiperlukanProduksi
1. Dokumen Produksi Induk
2. Prosedur Pengolahan Induk
3. Catatan Pengolahan Induk
4. Prosedur Pengemasan Induk
5. Catatan Pengemasan Induk
6. In-Process-Control (pengawasan selama proses)
Penandaan dan Pengemasan
1. Pengkajian dan pengendalian terhadap penandaan dan kemasan
2. Spesifikasi bahan kemas
3. Perujukan label
4. Tanggal kadaluwarsa
Pengawasan Mutu
1. Pengujian dan Pelulusan Obat Jadi
2. Pengujian dan Pelulusan Produk Antara/Ruahan
164
Daftar Dokumen yg Diperlukan3. Penetapan Kadar (Metoda Analisa)
4. Contoh untuk pengujian dan pertinggal
5. Protokol kesimpulan dari Hasil Pengawasan Mutu
6. Studi Stabilitas
7. Baku Pembanding dan Pengawasannya (Pemeliharaan dan Pengujian)
8. Sertifikasi Ulang/kalibrasi ulang peralatan pengawasan mutu
9. Pembuatan pereaksi dan bahan untuk pengujian
Pemastian Mutu
1. Pengkajian catatan bets
2. Inspeksi Diri/Audit External
3. Persetujuan Protokol Validasi
4. Penarikan Kembali Obat
5. Keluhan Terhadap Obat
6. Audit Terhadap Pemasok dan atau kontraktor (jika ada)
165
Daftar Dokumen yg Diperlukan
7. Pengendalian, Revisi dan Distribusi Dokumen
8. Catatan Mengenai Karyawan, Catatan kesehatan
9. Pelatihan (CPOB dan Teknis)
10. Pembuatan Protap
11. Laporan Kejadian yang Merugikan
12. Pengendalian terhadap Perubahan
13. Pemantauan terhadap suhu penyimpanan
14. Prosedur distribusi produk
15. Catatan distribusi
16. Karantina, Pelulusan, Penolakan dan Penyimpanan Produk
17. Rencana Induk Validasi
PRINSIP DOKUMENTASI :“ Kerjakan apa yang tertulis & tulis apa yang dikerjakan “
166
Bab 11. Pembuatan dan Analisis
Berdasarkan Kontrak
167
2001 2006
Bagian dari Bab 6 – Produksi Bab tersendiri
Pembuatan Obat Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Untuk memfasilitasi/mendorong dilakukannya Toll Manufacture Harus ada “Kontrak Tertulis” antara pemberi kontrak dan
penerima kontrak Kontrak hendaklah mengizinkan Pemberi Kontrak untuk
mengaudit sarana Penerima Kontrak Industri Farmasi Penerima Kontrak harus memiliki gedung dan
peralatan cukup, pengetahuan dan pengalaman, dan personil yg kompeten untuk melakukan pekerjaan yg diberikan pemberi kontrak
168
Bab 12. Kualifikasi dan Validasi
169
ValidasiDefinisi :Suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan mutu akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan secara konsisten (terus-menerus)
Pengertian : Validasi adalah :- Tindakan Pembuktian Dokumentasi- Dengan cara yg sesuai Metode- Bahan, Proses, Prosedur, kegiatan, dll Obyek- Dalam Produksi & Pengendalian Mutu Ruang Lingkup- Senantiasa mencapai hasil yg diinginkan secara terus menerus Sasaran/target
170
Jenis-jenis Validasi 1. Validasi (Kualifikasi) Mesin dan Peralatan
– Design Qualification (DQ)– Installation Qualification (IQ)– Operational Qualification (OQ)– Performance Qualification (PQ)
2. Validasi Metode Analisa3. Validasi Proses Produksi
- Prospective Validation- Concurrent Validation- Retrospective Validation
4. Validasi Proses Pengemasan5. Validasi Pembersihan (Cleaning
Validation)
171
Bagaimana Cara Melaksanakan Validasi ????
1. Membentuk Komite Validasi & Gugus tugas2. Membuat Rencana Induk Validasi (Validation Master Plan)3. Menetapkan Jadwal Validasi4. Membuat Dokumen Validasi (protokol & laporan validasi)
172
Definisi : Dokumen yang menguraikan (dalam garis besar) tentang program/kegiatan validasi di industri farmasi ybs secara keseluruhan.
Format :1. Pendahuluan (filosofi, maksud dan tujuan
pelaksanaan program validasi)2. Organisasi dan Tanggung Jawab3. Perencanaan, Pendekatan dan Jadwal Pelaksanaan
Fasilitas, proses dan produk; kriteria pelulusan; format dokumentasi; matriks pendekatan dan penjadwalan kegiatan
….. Lihat contoh Dokumen “Validation Master Plan”
Rencana Induk Validasi (Validation Master Plan)
173
Jadwal Validasi
CONTOH
174
Kualifikasi Mesin, Peralatan Produksi &
Sarana Penunjang
175
Kualifikasi Mesin, Peralatan Produksi & Sarana
PenunjangKETENTUAN UMUM : Validasi pada Mesin, Peralatan dan Sarana Penunjang
disebut dengan Kualifikasi Kualifikasi adalah kegiatan pembuktian (dokumentasi)
bahwa perlengkapan, fasilitas atau sistem yang digunakan dalam proses/sistem akan bekerja dengan kriteria yang diinginkan secara konsisten
Kualifikasi merupakan first step (langkah awal) dari keseluruhan pelaksanaan validasi
Terdiri dari 4 tingkatan : Design Qualification (DQ) Installation Qualification (IQ) Operational Qualification (OQ) Performance Qualification (PQ)
176
Tujuan : Untuk menjamin & mendokumentasikan bahwa sistem atau
mesin/ peralatan atau bangunan yang AKAN diinstalasi atau dibangun (rancang bangun) sesuai dengan ketentuan atau spesifikasi yang diatur dalam ketentuan CPOB yang berlaku.
Sasaran/Target : Memastikan bahwa sistem atau peralatan yang akan
dipasang atau akan diinstall sesuai dengan persyaratan CPOB yang berlaku (GMP complience)
Memastikan bahwa sistem atau peralatan yang akan dipasang atau akan diinstall memperhatikan aspek-aspek keamanan dan kemudahan operasional (HAZOPs – Hazard and Operation Studies)
Memastikan bahwa sistem atau peralatan yang akan dipasang atau akan diinstall telah dilengkapi dengan modul desain, gambar teknis, dan spesifikasi produk secara lengkap
Khusus untuk bangunan industri farmasi, rancang bangun/Rencana Induk Pembangunan/Perbaikan telah mendapat persetujuan dari Badan POM
Design Qualification (DQ)
177
Design Qualification (DQ)
DQ
Kebutuhan Pemakai (User)
Persyaratan CPOB
HAZOPs
Kebutuhan Operasional
Pemahaman Pelaksana
R.I.P.
Gambar Teknis, Rencana Desain
Spesifikasi Produk, Studi Klasifikasi Area
178
Tujuan : Untuk menjamin & mendokumentasikan bahwa sistem atau
peralatan yang diinstalasi sesuai dengan spesifikasi yang tertera pada dokumen pembelian, manual alat ybs dan pemasangannya dilakukan memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
Sasaran/Target : Memastikan bahwa sistem atau peralatan telah dipasang sesuai
rencana desain yang telah ditentukan (GMP complience) Memastikan bahwa bahan dan konstruksi peralatan telah sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditentukan (jenis baja anti karat, kemudahan pembersihan, dll)
Memastikan ketersediaan perlengkapan pengawasan (alat kontrol) dan pemantauan (monitor) sesuai dengan penggunaannya.
Memastikan sistem atau peralatan aman dioperasikan serta tersedia sistem atau peralatan pengaman yang sesuai
Memastikan bahwa sistem penunjang, misalnya listrik, air, udara, dll telah tersedia dalam kualitas dan kuantitas yang memadai sesuai dengan penggunaannya
Memastikan bahwa kondisi instalasi dan sistem penunjang telah tersedia dan terpasang dengan benar
Installation Qualification (IQ)
179
Installation Qualification (IQ)
IQ
Verifikasi Order
Check-list
Sertifikat garansi
Spesifikasi Order
Pemasangan Fisik/ Installasi
Pemasangan ke dalam sistem mutu
Manual instalasi, gambar teknik
Manual operasional dan perawatan
Asesoris pengaman
Sarana Penunjang (utilities)
Daftar Kalibrasi instrumen
Daftar sertifikasi
Inspeksi (kondisi alat/sistem)
Kalibrasi
180
Tujuan : Untuk menjamin & mendokumentasikan bahwa sistem
atau peralatan yang telah diinstalasi bekerja (beroperasi) sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.
Sasaran/Target : Memastikan bahwa sistem atau peralatan bekerja sesuai
rencana desain dan spesifikasi Memastikan bahwa kapasitas mesin atau peralatan
secara actual dan operasional telah sesuai dengan rencana design yang telah ditentukan
Memastikan bahwa parameter operasi yang berdampak terhadap kualitas produk akhir telah bekerja sesuai dengan rancangan design yang telah ditentukan
Memastikan bahwa langkah operasi (urutan tata cara kerja) berdasarkan petunjuk operasional, telah sesuai dengan waktu dan peristiwa dalam operasi secara berurutan
Operational Qualification (OQ)
181
Operational Qualification (OQ)
OQ
Kesesuaian Spesifikasi
Kalibrasi
Pembersihan/ PerawatanKebutuhan Operasional
Limitasi Operasional
Protap Operasional
Pelatihan Operator
182
Performance Qualification (PQ)Tujuan :
Untuk menjamin & mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang telah diinstalasi bekerja (beroperasi) sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan dengan cara menjalankan sistem sesuai dengan tujuan penggunaan.
Sasaran/Target : Memastikan bahwa sistem atau peralatan yang digunakan
bekerja sesuai dengan yang diharapkan dan spesifikasi yang telah ditetapkan
Pada umumnya pelaksanaan dilakukan dengan Placebo Selanjutnya dengan menggunakan produk (obat) dan pada
kondisi produksi normal Dilakukan 3 kali secara berurutan
PQ Checks : Kesinambungan operasi dan fungsinya Dapat diulang kembali (repeatability) Memastikan dalam kondisi yang sama, mutu produk dan
spesifikasi obat jadi terwujud(PQ = Validasi Proses Produksi Perubahan alat baru)
183
Performance Qualification (PQ)
PQ
Fasilitas
SOP
Kondisi Operasional
Sarana Penunjang
Peralatan/MesinPersonalia
Lingkungan
184
BERLICO
Validasi Metode Analisa
185
Validasi Metode AnalisaTujuan: Untuk membuktikan bahwa semua Metoda Analisa yang
digunakan dalam pengujian maupun pengawasan mutu, senantiasa mencapai hasil yang diinginkan secara konsisten (terus-menerus)
Cakupan (Ruang Lingkup) : Dilakukan untuk semua Metoda Analisa yang digunakan
untuk Pengawasan Kegiatan Produksi Dilakukan dgn Semua Peralatan yang telah dikalibrasi dan
diuji Kesesuaian sistemnya (Alat & Sistem sudah dikualifikasi)
Menggunakan Bahan Baku Pembanding yg Sudah Dibakukan dan Disimpan ditempat yg sesuai
Untuk Metode Analisa Adopsi (prosedur sudah ada dari dokumen resmi, misalnya FI, USP, BP, NF, dll), parameter yang diuji hanya Akurasi & Presisi (verifikasi)
Untuk Metode Analisa Modifikasi atau eksplorasi (Prosedur belum ada), semua parameter harus diuji (validasi), yaitu Spesifitas/Selektifitas, Linearitas, Akurasi, Presisi, Limit of Detection, Limit of Quantitation, dan Robustness
186
Parameter Validasi Metode Analisa
1. Spesifitas/Selektifitas Kemampuan suatu metode analisa untuk membedakan
senyawa yang diuji dengan derivat/metabolitnya Digunakan placebo dan zat yang memiliki struktur yang mirip
(related substance) Misal HPLC peak harus terpisah sempurna (Rs 1,2 – 1,5) Untuk Spektrofotometer jarak antar 2 puncak, min. 10 nm
Metode Analisa yg SELEKTIF Metode Analisa yg TIDAK SELEKTIF
187
Parameter Validasi Metode Analisa2. Linearitas (linearity)
Kemampuan suatu metode analisa untuk menunjukkan hubungan secara langsung atau proporsional antara respons detektor dengan perubahan konsentrasi analit
Diuji melalui Statistik : Linear Regrassion ( y = mx + b) & Koefisien korelasi (r2 ≥ 0,98)
Biasanya digunakan minimum 5 sample
188
Parameter Validasi Metode Analisa
3. Akurasi (Accuracy) Kemampuan suatu metode analisa untuk memperoleh nilai
yang sebenarnya (ketepatan pengukuran) Akurasi dinyatakan sebagai prosentase (%) perolehan
kembali (recovery). Pengujian :
Menggunakan Placebo Metode Spike (addisi) Membandingkan Metode Analisa dengan metode yg
sudah tervalidasi (diakui validitasnya) Recovery = kadar terukur/kadar sebenarnya x 100 % Syarat Recovery = 98 – 102%
189
Parameter Validasi Metode Analisa
4. Presisi/ketelitian (Precision) Kemampuan suatu metode analisa untuk
menunjukkan Kedekatan dari suatu seri pengukuran yang diperoleh dari sampel yang homogen
Pengujian : Repeatibilily (Keberulangan) Inter-Precision (Presisi Antara) Reproducibility (Reprodusibilitas)
Presisi dinyatakan dengan % RSD, uji t (student test) atau Anava
Syarat : RSD ≤ 2,0 %, atau t hitung < t tabel , atau F hitung < F tabel
190
Parameter Validasi Metode Analisa5. Limit of Detection (LOD)
Lowest amount of analyte in a sample that can be detected but not necessarily quantitated
DL = 3.3 SD DL = Batas Deteksi S SD = simpangan baku respon
S = Kemiringan (slove) kurva kalibrasi
6. Limit of Quantitation (LOQ) Lowest amount of analyte in a sample that can be
quantitated with suitable accuracy and precision
LOQ = 10 SD LOQ = Batas Deteksi S SD = simpangan baku respon
S = Kemiringan (slove) kurva kalibrasi
191
Parameter Validasi Metode Analisa7. Robustness (ketegaran)
Merupakan kapasitas suatu metode analisa untuk tidak terpengaruh oleh variasi kecil dalam parameter metode (Capacity to remain unaffected by small variations in method parameters)
Contoh Robustness HPLC : pH fase gerak, jumlah pelarut organik yg dimodifikasi, konsentrasi buffer (garam), konsentrasi additive, flow rate, suhu kolom, dll
192
Pelaksanaan Validasi Metoda Analisa
1. Pemilihan Metode Analisa yang Diuji2. Pembuatan Protokol Validasi3. Pembuatan Sampel (Larutan/cuplikan baku)4. Pelaksanaan Pengujian5. Perhitungan hasil Pengujian6. Penentuan Kriteria (Batas) Penerimaan7. Membuat Kesimpulan8. Pembuatan Laporan Validasi
Kriteria Pemilihan M.A. yg diuji
1. Potensi bahan yang diuji2. Stabilitas bahan3. Mudah/tidaknya bahan dianalisa
193
Pembuatan Cuplikan Baku Dibuat oleh 2 (dua) orang Analis yang cakap, pada hari yang
berbeda sebanyak 6 sampel terdiri dari 3 dosis, sebagai berikut :
Dosis 1 : 100 % - {(1,5 s/d 3) x (100% - syarat minimum monografi)}, dibuat 2 sampel
Dosis 2 : 100 % klaim label, dibuat 2 sampelDosis 3 : 100 % + {(1,5 s/d 3) x (syarat maximum
monografi – 100%)}, dibuat 2 sampel Tiap sampel diuji triplo (3 replikasi), dihitung rata-rata dan RSD. Hasil yang diperoleh, kemudian ditabulasikan
194
Intepretasi Hasil Analisa Hitung Rata-rata % hasil uji (Mean, x) Hitung Simpangan Baku Relatif (Relatif
Standard Deviation/SD) Analisa hasil dengan uji ANAVA (t- test)
Dibandingkan antar dosis maupun antar analis
195
Kriteria PenerimaanMetode Analisa dinyatakan memenuhi syarat (valid),
jika : Seluruh parameter uji (Spesifitas/selektifitas,
Linearitas, Akurasi, Presisi, LOD, LOQ dan Robustness) memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Tidak ada perbedaan bermakna antar dosis yang diuji atau antar analis (tuji < ttabel).
196
Validasi Proses Produksi
197
Validasi Proses Produksi
TUJUAN : Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur
produksi yang berlaku dan digunakan dalam proses produksi (Batch Processing Record), senantiasa mencapai hasil yang diinginkan secara terus menerus.
Mengurangi problem yang terjadi selama proses produksi Memperkecil kemungkinan terjadinya proses ulang
(reworking process) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi produksi
198
Validasi Proses ProduksiKETENTUAN UMUM : Validasi Proses Produksi adalah BUKAN merupakan bagian
dari Research & Development (R&D), namun merupakan PROSES PEMBUKTIAN prosedur produksi yang telah disusun oleh R&D (Prosedur Produksi sudah ada).
Validasi adalah BUKAN merupakan proses “mencari” namun Validasi adalah proses “pembuktian” bahwa proses/prosedur produksi yang digunakan akan menghasilkan produk yang memenuhi syarat (spesifikasi) produk yang telah ditetapan secara terus-menerus (konsisten).
Validasi Proses Produksi baru bisa dilakukan, jika hal – hal berikut sudah dilaksanakan :
Kualifikasi mesin/peralatan produksi/sarana penunjang. Validasi Metode Analisa.
Sebelum pelaksanaan Validasi Proses Produksi harus dibuat Protokol validasi yang sudah disetujui oleh QA Manager.
199
Validasi Proses Produksi
200
Validasi Proses Produksi
Prospective Validation Untuk Produk- produk baru yang belum pernah diproduksi Dilakukan pada Tiga batch pertama Bisa digunakan untuk dijual (commercial batch) Bukan termasuk trial batch (skala lab)
201
Validasi Proses Produksi
Concurrent Validation Untuk Produk yang sudah berjalan (sudah diproduksi)
tetapi oleh karena satu dan lain hal, belum dilakukan validasi prospective.
Terjadi perubahan pada parameter kritis, seperti peralatan yang digunakan, prosedur (cara) pembuatan, spesifikasi bahan baku, cara pengujian, dll yang dapat mempengaruhi mutu dan spesifikasi produk.
Validasi dilakukan pada batch produksi yang sedang berjalan, sebanyak min. 3 batch berturut-turut.
202
Validasi Proses ProduksiRetrospective Validation Untuk Produk-produk yang sudah lama diproduksi yang
belum di-validasi, namun memerlukan data validasi (mis. Untuk keperluan registrasi ulang, dsb)
Penelusuran dari data produksi yang sedang berjalan Data berasal dari batch record (minimum 10 – 20 batch) Penelusuran sejarah (riwayat) produk yang bersangkutan
Batch Record
203
Urut-urutan Pelaksanaan Validasi Proses Produksi
1. Pemilihan proses produksi yang di-validasi2. Pembuatan Protokol Validasi dan Penentuan
Kriteria (Batas) Penerimaan3. Pembuatan lembar kerja (worksheet) validasi 4. Pelaksanaan validasi5. Pengujian sampel6. Membuat Kesimpulan7. Pembuatan Laporan Validasi
204
Penentuan parameter kritis dan test pengujian
Dilakukan pada SETIAP tahapan dalam proses produksi Merupakan parameter yang langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi mutu obat.
Penanganan Sampel & Pengujian Sampel yang kumpulkan harus diberi penandaan yang
jelas dan ditempatkan pada wadah khusus agar tidak campur-baur.
Segera setelah sampel terkumpul, dilakukan pengujian. Hasil pengujian (dari 3 batch berturut-turut) dibuat
tabulasi berdasarkan parameter yang diuji, misalkan homogenitas pencampuarn, kadar zat aktif pada proses pencampuran, kadar zat aktif pada proses tabletting, dll.
Metoda pengujian yang digunakan untuk uji parameter kritis HARUS sudah divalidasi (Validasi Metoda Analisa)
Hasil pengujian yang sudah ditabulasi, kemudian dianalisa secara statistik (ANAVA maupun t – test)
205
CONTOH
206
CONTOH
Contoh Proses Produksi Tablet C.T.M.
Bahan Baku :- Corn Starch- C.T.M.- Lactose 200 mesh
Pencampuran awal
Binder :- Eurocert Tartrazine- Corn Strach- Aquadem
Lubricant/disintegrant:- Microcel PH 101- Talcum- Mg Stearate
Granulasi basah
Pengayakan basah
Pengeringan granulPengayakan
keringPencampuran
akhirPencetakan
tablet
Penimbangan
Pengambilan sampel
Pengambilan sampel
Pengambilan sampel
Pengambilan sampel
Pengambilan sampel
207
Langkah Produksi
Bahan Baku
Alat/Mesin
ParameterKritis
Pengujian(Test Method)
1. Penimbangan - C.T.M.- Corn Starch- Lactose Mesh 200- Eurocert Tartrazine- Microcel PH 101- Talcum- Mg. Stearate
Timbangan - Kebersihan- Ketepatan timbangan
- Cemaran mikroba- Kalibrasi
2. Pencampuran Awal
- C.T.M.- Corn Starch- Lactose Mesh 200
Super Mixer - Waktu pencampuran- Kecepatan pengadukan- Kecepatan chopper- Loading capacity
- Keseragaman kadar zat aktif
3. Granulasi Basah
- Campuran serbuk tahap II- Eurocert Tartrazine- Corn Starch- Aquadem.
Super Mixer - Jumlah bahan pengikat- Viskositas binder- Waktu Pengadukan- Kecepatan Pengadukan- Kecepatan Chopper- Suhu larutan pengikat
- Pemerian granul- Kompressibilitas granul- Waktu hancur - Kekerasan tablet- Kerapuhan- Dissolusi
4. Pengayakan - Granul tahap III Oscillating Granulator - Ukuran Mesh- Kecepatan mesin
- Distribusi ukuran partikel- Waktu alir
5. Pengeringan - Granul tahap IV Fluid bed Dryer - Suhu- Waktu- Loading Capacity
- Kadar Air- Rendemen
6. Pengayakan granul kering
- Granul tahap V Oscillating Granulator - Ukuran Mesh- Kecepatan mesin
- Distribusi ukuran partikel- Rendemen
7. Pencampuran Akhir
- Granul tahap VI- Microcel PH 101- Talcum- Mg Stearate
Drum Mixer - Waktu- Kecepatan (RPM)- Loading capacity
- Keseragaman kadar- Ukuran partikel- Density- Rendemen
8. Pencetakan - Campuran Tablet tahap VII
Mesin CetakZP 33/21
- Kecepatan mesin (RPM)- Tekanan (force/tonage)- Kondisi punches dan dies
- Pemerian- Dimensi tablet- Keragaman bobot- Keseragaman kadar aktif- Kekerasan- Kerapuhan- Waktu hancur- Dissolusi- Rendemen
208
209
Intepretasi Hasil Masing-masing parameter uji dihitung:
Rata-rata % hasil uji (Mean, x), dan Simpangan Baku Relatif (Relatif
Standard Deviation/RSD) Hasil pengujian antar batch diuji secara statistik
dengan menggunakan uji ANOVA atau (t- test)
Kriteria Penerimaan Proses produksi dapat dinyatakan memenuhi
persyaratan jika seluruh parameter uji memenuhi persyaratan yang telah ditentukan pada spesifikasi produk ybs dan secara statistik menunjukkan konsistensi hasil pada setiap batchnya.
210
Validasi Proses Pengemasan
211
Tujuan :Untuk memberikan bukti tertulis dan terdokumentasi bahwa :
Proses pengemasan yang dilakukan telah sesuai dengan Prosedur Tetap Proses Pengemasan yang telah ditentukan serta memberikan hasil yang sesuai dengan persyaratan (rekonsiliasi) yang telah ditentukan secara terus menerus (reliable and reproducible)
Operator/pelaksana yang melakukan proses pengemasan kompeten serta mengikuti prosedur pengemasan dan peralatan pengemasan yang telah ditentukan
Proses pengemasan yang dilakukan, tidak terjadi peristiwa mix – up (campur baur) antar product maupun antar batch
Mengapa harus dilakukan validasi pengemasan ?? Sebagian besar kesalahan ada di bagian proses pengemasan Kesalahan di bagian pengemasan, sangat sulit dideteksi Ada anggapan bahwa proses pengemasan BUKAN proses
yang penting, sehingga pengawasan sering diabaikan
Validasi Proses Pengemasan
212
1. Kemasan Strip/Blister Jumlah tablet yg dikemas vs jumlah tablet yang dihasilkan Penandaan (No. Batch, Mfg. Date, Exp. Date) pada blister/strip,
dus, karton Test Kebocoran strip/blister Jumlah tablet dalam strip/blister Jumlah strip/blister dalam dus Jumlah dus dalam karton Kelengkapan (etiket, brosur, penandaan) Kerapian Rekonsiliasi Bahan pengemas
2. Kemasan Botol (syrup, suspensi, other liquid) Jumlah botol yang dihasilkan vs jumlah cairan yg diproduksi Volume (isi) per botol Kebocoran (tutup) Jumlah botol dalam dus Jumlah dus dalam karton Kelengkapan (etiket, brosur, penandaan) Kerapian Rekonsiliasi Bahan pengemas
Apa yang harus divalidasi ??
213
Intepretasi Hasil Masing-masing parameter uji dihitung:
Rata-rata % hasil uji (Mean, x), dan Simpangan Baku Relatif (Relatif
Standard Deviation/RSD) Hasil pengujian antar batch diuji secara statistik
dengan menggunakan uji ANOVA atau (t- test)
Kriteria Penerimaan Proses pengemasan dapat dinyatakan
memenuhi persyaratan jika seluruh parameter uji memenuhi persyaratan yang telah ditentukan pada spesifikasi produk ybs dan secara statistik menunjukkan konsistensi hasil pada setiap batchnya.
214
Validasi Pembersihan (Cleaning Validation)
215
Tujuan :Untuk memberikan bukti tertulis dan terdokumentasi bahwa :
- cara pembersihan yang digunakan tepat dan dapat dilakukan berulang-ulang (reliable and reproducible)- peralatan/mesin yang dicuci tidak terdapat pengaruh yang
negatif karena efek pencucian - operator/pelaksana yang melakukan pencucian kompeten, mengikuti prosedur pembersihan dan peralatan pembersihan yang telah ditentukan - cara pencucian menghasilkan tingkat kebersihan yang telah ditetapkan. Misal : sisa residu, kadar kontaminan, dll
Mengapa Prosedur Pembersihan harus divalidasi ?? Peralatan digunakan untuk bermacam produk Meningkatnya kontak permukaan antara bahan dgn alat/mesin Tuntutan c-GMP
Validasi Pembersihan
216
1. Pemilihan prosedur (Protap) Sanitasi yang Diuji2. Pembuatan Protokol Validasi3. Penetapan Metode Pengambilan sampel4. Pembuatan lembar kerja (worksheet) validasi 5. Pelaksanaan validasi6. Pengujian sampel7. Penentuan Kriteria (Batas) Penerimaan8. Membuat Kesimpulan9. Pembuatan Laporan Validasi
Penetapan Prosedur Pembersihan (bekas product/active substance)
yang divalidasi : Bahan-bahan yang sulit dibersihkan (dari pengalaman) Product-product yg memiliki tingkat kelarutan yang jelek Product-product yg mengandung bahan yang sangat toxic,
carscinogenic, mutagenic, teratogenic, etc. Untuk bahan yg sama, dipilih yang memiliki dosis yg lebih
tinggi
Bagaimana Cara Pelaksanaan
Validasi Pembersihan ??
217
Peralatan/mesin baru Untuk mesin yang sama (merek, jenis/type) hanya salah
satu yang harus divalidasi Jika dalam proses menggunakan rangkaian mesin yang
berbeda secara berkelanjutan (in line machine), masing-masing mesin harus tetap divalidasi secara terpisah
Jika rangkaian mesin merupakan kombinasi mesin yang permanen, validasi bisa dilaksanakan bersama-sama
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan : Design peralatan (apakah banyak pipa-pipa, apakah ada
kesulitan untuk melakukan sampling, lekukan-lekukan dsb.)
Teknik sampling (metode pengambilan sampel) : Swab test, Rinse sampling atau Placebo sampling
Jumlah titik sampling, lokasi sampling, contaminasi sampel, dll
Formulasi : Cairan, powder, aseptic, sterile, excipients, etc.
Kriteria Alat/Mesin yg divalidasi
218
Metode Pengambilan Contoh (Sampling Plan)
1. Metode Apus (Swab Sampling Method)Pengambilan contoh dengan cara apus, umumnya menggunakan bahan apus (swab material) yang dibasahi dengan pelarut yg langsung dapat menyerap residu dari permukaan alat. • Bahan yang digunakan untuk sampling (swab material)
harus :― Compatible dgn solvent dan metode analisanya― Tidak ada sisa – sisa serat yg mengganggu analisa― Ukuran harus disesuaikan dengan area samplingnya
• Solvent (pelarut) harus :― Disesuaikan dengan spesifikasi bahan yang diperiksa― Tidak mempengaruhi stabilitas bahan yang diuji― Sebelum dilakukan validasi, harus dilakukan
pemeriksaan/uji penemuan kembali (recovery test) dengan larutan yang diketahui kadarnya
219
Metode Pengambilan Contoh (Sampling Plan)
2. Metode Pembilasan Akhir (Rinse Sampling Method)
• Umumnya dilakukan untuk alat.mesin yang sulit dijangkau dengan cara apus (banyak pipa-pipa, lekukan, dll)
• Pelarut (bilasan akhir) dapat digunakan pelarut organik (methanol, alkohol) atau hanya aquademineralisata, pelarut kemudian ditampung dan dianalisa
• Kelebihan : jika dilakukan dengan benar, hasil pemeriksaan mencerminkan kondisi seluruh permukaan alat
• Kekurangan : ada kemungkinan tidak seluruh sisa bahan (residu) larut dalam bahan pelarut sehingga residu tidak bisa terdeteksi
3. Metode dgn Menggunakan Placebo • Dilakukan dengan cara pengolahan produk yang
bersangkutan tanpa bahan aktif dengan peralatan yang sudah dibersihkan kemudian dianalisa
• Tidak disarankan karena tidak reproducible
220
Metode Analisa (Pemeriksaan)
• Metode Analisa yg digunakan untuk pemeriksaan sisa residu HARUS sudah divalidasi
• Spesific untuk bahan yang diperiksa• Cukup sensitif untuk mendeteksi sisa residu • Alat yang dipakai: HPLC (disarankan, tetapi biaya
pemeriksaan mahal); Spektro UV/Vis dan KLT (biaya lebih murah)
• Periksaan lain : pH, Konduktifitas, Kejernihan, sisa deterjen
Penentuan Total Residu :• Dengan cara menjumlahkan sisa residu dari semua bagian• Mengkonversikan jumlah total residu dari sisa residu yg
disampel• Jika tidak ada residu yg terdeteksi, perhitungan sisa residu
menggunakan limit of detection
221
Kriteria Penerimaan (Acceptance Criteria)
Penentuan resiko terjadinya kontaminasi silang (cross-contamination)dengan “worst case scenario” :• Seluruh sisa residu akan diterima (tercampur) oleh product berikutnya• Sisa residu akan tercampur secara homogen pada product selanjutnya• TIEL (Toxicological Insignificant Exposure Level) atau dosis terurapetic terkecil per hari sebagai bahan perhitungan
Acceptance Kriteria :• Kriteria Dosis cemaran bahan aktif tidak lebih dari 0,001 x dosis harian
maksimal perhari dari produk selanjutnya• Kriteria ppm Produk berikutnya mengandung tidak lebih dari 10 ppm
cemaran produk sebelumnya• Bersih secara visual pada alat yang telah dibersihkan, tidak terlihat
secara visual adanya sisa produk sebelumnya
222
Periodic Review Periodic Review merupakan evaluasi secara berkala
pada setiap periode tertentu (biasanya 2 – 3 tahun) terhadap seluruh dokumen validasi yang telah disusun
Periodic Review membandingkan (me-review) kondisi dinamis obyek validasi pada saat dilakukan validasi dengan kondisi terkini.
Change ControlChange Control merupakan upaya industri farmasi untuk melakukan pengawasan terhadap perubahan yang dapat mengakibatkan perubahan kualitas produk, misalnya : sistem/prosedur, proses produksi, spesifikasi bahan, dan lain-lain.
Periodic Review, Change Control & Revalidation
223
Perubahan Kecil (tdk perlu re-validasi)
Komponen % Perubahan thd Formula Awal
Bahan Pengisi (filler) + 5 %
Bahan Penghancur (desintegrant)
+ 3 %
- Starch + 1 %
- Lain-lain + 0,5 %
Bahan Pengikat (binder) + 0,5 %
Lubrikan
- Mg Stearate + 0,25 %
- Lain-lain + 1 %
Bahan Pelincir (glidant)
- Talk + 1 %
- Lain-lain + 0,5 %
FilmCoat + 1 %
224
Perubahan Besar (perlu re-validasi) Perubahan eksipien melebihi batas Perubahan Kecil Perubahan tehnikal grade eksipien Perubahan pemasok bahan aktif Perubahan kualitatif dari bahan pengemas primer Perubahan kondisi penyimpanan Perubahan spesifikasi produk Perubahan Metode Analisa akibat perubahan spesifikasi Perubahan dimensi dari sustained release product Perubahan proses pengolahan obat Perubahan metode granulasi basah ke cetak langsung atau
granulasi kering Perubahan ruang produksi pada pabrik atau berpindah pabrik Perubahan ukuran batch (min. 10 x dari batch awal) Perubahan peralatan yg memiliki desain dan cara pengoperasian
yg berbeda
225
Validation Life Cycle
226
Aneks 1 :Pembuatan
Produk Steril
227
Produk Steril Harus dibuat dengan sangat hati-hati
perlindungan sangat ketat meminimalkan resiko tercemar
mikroba, partikel & pyrogen Apabila terjadi kesalahan/tercemar membahayakan jiwa
pasien Test sterilitas tidak dapat dipakai sebagai jaminan bahwa
produk steril Hal – hal yg harus diperhatikan
Personalia : terlatih, terampil & disiplin tinggi Ruangan : memenuhi persyaratan & tingkat kebersihan yg
diperlukan Kualifikasi ruangan dan alat sterilator secara berkala Validasi proses (mutlak diperlukan, termasuk media fill)
228
Kualifikasi Ruang Produksi Sterile(Tabel 2)
0,5 µ m 5 µ m 0,5 µ m 5 µ m
Class 5 (UDF) I A 3,500 30 3,500 30Class 5 (Turb) I B 3,500 30 35,000 300Class 6 35,000 300 350,000 3,000Class 7 II C 350,000 3,000 3,500,000 30,000Class 8 III D 3,500,000 30,000 35,000,000 300,000Class 9 IV 35,000,000 300,000 Not Defined Not Defined
UDF = Laminar Air Flow or Uni Direction FlowTurb = Turbulent or Non Uni Direction Flow
At Rest In Operation
Maksimum permitted number of particles/m3 equal to or aboveISO 14644-1 Class
229
Tabel 2 : Jumlah partikulat di udara untuk masing2 kelas kebersihan :
Sistem pengukuran secara terus menerus hendaklah digunakan untuk memantau konsentrasi partikel di zona kelas A, dan disarankan juga untuk lingkungan kelas B.
Untuk pengukuran rutin volume sampel total yang diambil tidak kurang dari 1 m3 untuk kelas A dan B dan dianjurkan juga untuk kelas C.
Tentukan batas waspada dan batas bertindak Kondisi operasional dan non operasional
230
Partikel/ft3 CPOB 2001 CPOB 2006
100
Kelas 1 Putih : Pencampuran steril
Zona A
Sterilisasi Akhir : Pengisian 1A "Daerah Kritis" Pengolahan steril, produk bila ada resiko
misalnya suspensi steril diluar kebiasaan (di bawah udara Pengisian larutan Aseptik : Pembuatan dan laminer) dan suspensi steril pengisian secara aseptik
Penyaringan steril 1B "Ruangan
Penyangga Pengisian serbuk sterilZona B
Lingkungan latar belakang
Daerah Kritis" Ruang persiapan untuk zona kelas A untuk pembuat-pengolahan steril an secara aseptik
10.000
Ruang penyangga, ruang
Zona C
Sterilisasi akhir : Pembuatan
ganti pakaian dari kelas III ke larutan bila ada resiko diluar kelas II dan sebaliknya kebiasaan Ruang pembilasan akhir dan Sterilisasi akhir :
KELAS II ruang sterilisasi, bila ada > Pembuatan larutan bila ada "putih" Pembuatan dan pengisian resiko diluar kebiasaan salep mata > Pengisian produk Aseptik : Pembuatan latutan yang akan disaring
100.000
Pembuatan sediaan steril
Zona D
Sterilisasi akhir : Pembuatan yang disteril akhir dalam larutan dan penyaiapan
KELAS III wadah akhir komponen sebelum proses ”kelabu” Ruang penyangga / ruang pengisian
ganti pakaian dari kelas IV ke Aseptik : penanganan kom- kelas III dan sebaliknya ponen setelah pencucian
231
Hubungan antara batas jumlah partikulat udara dan batas cemaran mikroba pada tiap kelas kebersihan standards are tabulated below.
ISO 14644-1Class
Batas yang disarankan untuk cemaran mikroba SELAMA KEGIATAN BERLANGSUNG
Sample udara cfu/m3
Cawan papar(90mm)cfu/4 jam
Cawan kontak(55mm)cfu/plate
Sarung tangan5 jari
cfu/sarung tangan
A 100 < 1 < 1 < 1 < 1
B 100 10 5 5 5
C 10 000 100 50 25 -
D 100 000 200 100 50 -
> 100 000 Tidak ditentukan
Tidak ditentukan
Tidak ditentukan
Tidak ditentukan
Ref. PICS GMP 2006 WHO TRS 902
232
Pakaian dan mutunya disesuaikan dengan kelas kebersihan area kerja (34)
Salah !
Salah !
233
CPOB 2001 Butir 6.8.9.2
Pakaian steril
- Model terusan maupun celana baju yang dapat disatukan dengan bagian leher, yang diikat di pergelangan tangan dan pergelangan kaki
- Penutup kepala menutup seluruh rambut dan janggut dan diselipkan kedalam leher baju.
- Penutup kaki menyelubungi seluruh kaki dan bagian ujung celana diselipkan kedalam penutup kaku
- Sarung tangan plastik atau karet bebas serbuk- Ujung lengan baju diselipkan ke dalam sarung tangan- Penutup muka tidak melepaskan serat, dapat mencegah
cemaran yang berasal dari wajah dan enak dipakai
CPOB 2006 Aneks 1
Pakaian KerjaKelas A/B- Penutup kepala menutup seluruh rambut - dan jika relevan
– janggut dan kumis.- Penutup kepala diselipkan ke dalam leher baju. - Penutup muka mencegah penyebaran percikan. - Model terusan atau model celana-baju, yang bagian
pergelangan tangannya dapat diikat, memiliki leher tinggi - Sarung tangan plastik atau karet steril yang bebas serbuk
dan penutup kaki steril atau didisinfeksi. - Ujung celana diselipkan ke dalam penutup kaki dan ujung
lengan baju diselipkan ke dalam sarung tangan. - Pakaian pelindung tidak melepaskan serat atau bahan
partikulat dan mampu menahan partikel yang dilepaskan dari tubuh.
Kelas C- Rambut - dan jika relevan - janggut dan kumis hendaklah
ditutup. - Pakaian model terusan atau model celana-baju, yang bagian
pergelangan tangannya dapat diikat, memiliki leher tinggi- sepatu atau penutup sepatu yang sesuai. - Pakaian kerja ini melepaskan serat atau bahan partikulat.Kelas D- Rambut - dan jika relevan – janggut hendaklah ditutup. - Pakaian pelindung reguler, sepatu yang sesuai atau penutup
sepatu.- Tindakan pencegahan yang sesuai untuk menghindarkan
kontaminasi yang berasal dari bagian luar area bersih.
234
CPOB 2001 Bangunan
6.8.10.9 Bak cuci di daereh stril hendaklah ditiadakan6.8.10.2 Aliran udara yang disaring mewujudkan perbedaan tekanan positif relatif terhadap sekitarnya
CPOB 2006 Aneks 1Bangunan dan Fasilitas
42. Bak cuci dan drainase hendaklah dilarang di area kelas C, B dan A44. Tahap terakhir ruang ganti pada keadaan operasional sama dengan ruang berikut.46. Pasokan udara yang disaring dapat menjaga perbedaan tekanan positif dan aliran udara ke area sekitarnya yang berkelas lebih rendah pada kondisi operasional. Perbedaan tekanan dengan ruang kelas kebersihan berbeda 10 – 15 pascal52 Membatasi akses yang tidak diperlukan ke area zona A dengan memasang barier fisik
235
CPOB 2006 : Peralatan : Ban berjalan tidak menembus sekat
antara kelas A/B dengan kelas lebih rendah Sanitasi :
Disinfektan untuk kelas A dan B disterilkan Sumber, peralatan pengolah air dan hasil
pengolahan dipantau terhadap cemaran
236
Pengolahan - butir 73 : Validasi proses aseptik Menggunakan media pertumbuhan (media fill) Pemilihan media Semirip mungkin dengan proses rutin dan mencakup
semua langkah kritis Intervensi yang akan terjadi dan kondisi terburuk Awal : 3 simulasi berturut-turut untuk tiap shift
237
Pengolahan - butir 73 : Validasi proses aseptik (lanjutan) Diulang pada interval yang telah ditetapkan – 2 kali setahun
tiap shift dan proses Diulang bila ada perubahan signifikan pada sistem tata udara,
peralatan, proses dan jumlah shift Jumlah wadah cukup memungkinkan evaluasi Target nol, tetapi kontaminasi 0,1% dengan tingkat
kepercayaan diatas 95% Batas waspada dan batas bertindak Lampiran Aneks 1.73a Contoh Protap Validasi proses Aseptis Lampiran Aneks 1.73b Contoh Protokol Validasi Proses
Aseptis
238
Semua proses sterilisasi hendaklah divalidasi. Sebelum proses sterilisasi digunakan, ketepatan untuk produk
terkait dan efikasinya untuk mencapai kondisi sterilisasi hendaklah dibuktikan.
Untuk mendapatkan sterilisasi yang efektif, semua bahan harus dicakup dalam penanganan yang
dipersyaratkan proses didesain untuk memastikan hal ini dapat dicapai.
Ditetapkan pola muatan yang tervalidasi untuk semua proses sterilisasi.
239
Bioburden dipantau sebelum proses sterilisasi, ditentukan besar kontaminasi dan dikaitkan dengan metoda sterilisasi
Filtrasi obat yang tidak dapat disterilkan dalam wadah akhir Potensi resiko tambahan maka dianjurkan filtrasi kedua
segera sebelum pengisian Karakteristik filter Integritas filter sebelum digunakan dan segera setelah
digunakan Metoda Bagian dari catatan bets
Filter yang sama tidak digunakan lebih dari satu hari kerja kecuali divalidasi
240
241
Produk Biologi : Vaksin, Immunosera, Antigen, Hormon, Enzim dan Produk lain (termasuk antibodi monoklonal dan produk yg diperoleh dari r-DNA)
Dibuat dgn cara : Biakan mikroba Biakan sel dan mikroba Ekstraksi dari jaringan biologi, dan Propagasi substrat hidup pada embrio atau hewan
Produksi berbeda dgn obat konvensional karena variabilitas yg tinggi, sehingga sifat dan jenis produk sampingan bervariasi
Pengawasan-selama-proses (IPC) berperan sangat penting karena Pengawasan mutu sangat bervariasi
242
Personalia :
Khusus untuk pembuatan vaksin BCG, personil tdk boleh bekerja dgn bahan infektif lain (khususnya Mycobacterium TBC galur ganas) dan tidak mengidap infeksi TBC.
Bangunan: Produksi vaksin BCG, Bacillus Antracis, Clostridium botulinum,
dan Clostridium tetani harus terpisah dan memakali peralatan tersendiri
Penanganan Hewan : Ruangan terpisah untuk karantina, hewan sehat dan hewan sakit Monyet yg digunakan untuk pembuatan produk biologi harus
berasal dari koloni tertutup, bebas dari virus tertentu dan dimonitor kesehatannya secara intensif dan reguler
243
Jumlah Sampel dan Frekwensi Pemantauan Kesehatan Hewan Lab.
Spesies Hewan Total Jumlah Sampel (ekor)
Umur Hewan dan Jumlah Sampel (ekor)
Frekwensi Pemantauan
Mencit (dan sejenisnya)
20 Sapihan : 4
Dewasa Muda : 8
(umur 10-14 minggu)
Breeder Tua : 8
Setiap 3 bulan
Marmut (Cavia) 10 Sapihan : 4
Dewasa Muda : 8
(umur 10-14 minggu)
Breeder Tua : 8
Setiap 3 bulan
Kelinci 10 Dewasa Muda : 8
(umur 10-14 minggu)
Breeder Tua : 8
Setiap 3 bulan
Ayam SPF Min. 10% juml. Ayam/isolator
Dewasa : Min. 1/isolator Setiap 3 bulan
Ruminansia (Domba) 10 Dewasa : 10 Setiap 3 bulan
Kuda 10 Dewasa : 10 Setiap 3 bulan
244
245
246
247
248
249
Produk mempunyai sifat khusus disebabkan sifat biologis sumber bahan.
Keamanan tergantung pengendalian bahan sumber dan asal usulnya serta prosedur pembuatan
Bab Umum CPOB berlaku juga beberapa Aneks Tindakan untuk menghidarkan penularan penyakit
Uji screening untuk penanda infeksi Ketelusuran dan tindakan pasca pengambilan
Sanitasi dan higiena Pengawasan dan pemantauan mutu spesifik
250
Aneks 6:Pembuatan Obat Investigasi
Untuk Uji Klinik
251
Dibuat mengikuti prinsip dan pedoman CPOB secara umum kecuali dinyatakan lain
Tambahan resiko pada subyek uji dibandingkan dengan obat yang sudah beredar
Menjamin subyek tidak berada pada kondisi resiko Tidak memengaruhi keamanan, mutu atau kemanjuran
akibat proses pembuatan yang tidak baik Pembuatan lebih kompleks, membutuhkan personil yang
memiliki pemahaman meyeluruh dan sudah mendapat pelatihan CPOB untuk obat investigasi
Sanitasi dan higiene
252
Personil yang meluluskan (4) harus memahami sistem mutu dan CPOB, harus memahami Cara Uji Klinis yang Baik (CUKB) independen dari penanggung jawab produksi
Bangunan dan fasilitas (5) Memperkecil resiko pencemaran
Dokumentasi (9) Prosedur pengolahan dan pengemasan induk mungkin
tidak perlu, harus ada instruksi jelas dan rinci serta ada catatan untuk semua kegiatan
Catatan bets dimaksud hendaklah mencakup semua hal yang relevan dan memuat justifikasi dari prosedur dan semua perubahan yang dilakukan.
253
Rasional perubahan dicatat dan konsekuensi perubahan mutu produk dan uji klinis diinvestigasi dan idokumentasikan
Catatan bets disimpan 5 tahun setelah uji klinis selesai/diberhentikan.
Order dari sponsor (12) Permintaan pengolahan dan/atau pengemasan unit
tertentu Pengiriman Tertulis, bisa elektronis Teliti untuk menghindari makna ganda Diotorisasi Merujuk pada Dokumen Spesifikasi produk dan protokol
uji klinis yang relevan
254
Bahan pengemas menghindarkan ketidak samaran (21) Kegiatan Pembuatan
Parameter kritis produksi diidentifikasi dan pengawasan-selama-proses diutamakan untuk pengendalian proses
Bagunan, fasilitas dan peralatan perlu divalidasi Proses aseptis dtandar sama dengan obat yang sudah
beredar Rekonsialiasi sangat penting Prosedur pembersihan Pengujian tambahan bila proses belum divalidasi
Prinsip Produk Pembanding
255
Kegiatan Ketersamaran Sistem yang menjamin ketersamaran. Kegiatan menyamarkan produk uji termasuk pemberian
nomor bets hendaklah diuraikan dengan jelas dalam Catatan Pengemasan Bets.
Pelabelan sangat penting (37-43) Pengawasan mutu
Sangat penting untuk menjamin tiap bets memenuhi spesifikasi, karena proses produksi belum standar dan divalidasi
Memverivikasi kesamaan pemerian, bau dan rasa dari produk ketersamaran bila diperlukan
256
257
Prinsip : tidak mengubah prinsip CPOB, tidak mengakibatkan penurunan mutu.
Validasi mencakup tahap perencanaan, spesifikasi, pembuatan program, pengujian, commissioning, dokumentasi, pengoperasiaan, pemantauan dan perubahan
Perangkat lunak disiapkan sesuai dengan sistem Pemastian Mutu
Sebelum digunakan, diuji dan dipastikan memberikan hasil yang diinginkan
258
Pemasukan dan perubahan data hanya dilakukan oleh personel berwenang, diamankan dengan sandi
Bila data kritis dimasukkan secara manual ada pemeriksaan tambahan untuk ketepatan
Identitas operator yang memasukkan atau mengonfirmasi data kritis
Perubahan terhadap sistem atau program sesuai prosedur, validasi, pemeriksaan dan pengesahan
259
Data diamankan secara elektronis atau fisik untuk mengantisipasi kerusakan
Data diproteksi dengan membuat data cadangan (back-up) secara berkala dan teratur
Ada sistem alternatif bila terjadi kerusakan atau gangguan pada sistem yang ada dan tervalidasi.
Bila pelulusan bets melalui sistem komputerisasi maka harus diperhitungkan bahwa hanya Kepala Bagian Managemen Mutu yang boleh meluluskan
Harus dilakukan Validasi Sistem Komputerisasi (IQ-OQ-PQ)
260