cover skripsi subchan yahya - repository.uinjkt.ac.id
TRANSCRIPT
i
SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMMPENGARUHI
KEPUTUSAN NASABAH UNTUK MENGGUNAKAN JASA BANK
SYARIAH
(Studi Kasus PT. Bank Syariah Mandiri Tbk. Cabang Pembantu Lebak)
Oleh : SUBCHAN YAHYA
NIM :106081002349
KONSENTRASI PERBANKAN
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1430 H/2010 M
ii
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN
NASABAH UNTUK MENGGUNAKAN JASA BANK SYARIAH”
(Studi Kasus Bank Syariah Mandiri Cabang Pembantu Lebak)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-
syarat Memperoleh Gelar Sarjanan Ekonomi
Oleh :
Subchan Yahya
NIM : 106081002349
Dibawah Bimbingan
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1432 H/2010 M
Pembimbing I
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM NIP : 196902032001121003
Pembimbing II
Ela Patriana, MM, AAAIJ NIP : 19690528 200801 2 010
iii
Hari ini Tanggal 16 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilaksanakan
Ujian Komprehensif atas nama Subchan Yahya NIM : 106081002349 dengan
judul skripsi “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH JASA BANK SYARIAH
(STUDI KASUS BANK SYARIAH MANDIRI CABANG PEMBANTU
LEBAK)”. Memperhatikan penampilan Mahasiswa tersebut selama masa ujian
berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 Agustus 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Suhendra, S. Ag.,MM. Murdiyah Hayati, S.kom, MM Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli
iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Skripsi ini ditulis
dengan sungguh-sunguh dan tidak ada bagian yang merupakan penjiblakan karya
orang lain seperti yang dimaksud dalam buku pedoman penyusunan skripsi
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Nama : Subchan Yahya
Nomor Induk Mahasiswa : 106081002349
Jurusan / Program Studi : Manajemen / Perbankan
Tempat dan Tanggal Lahir : Rangkasbitung, 20 Maret 1988
Dan apabila di kemudian hari terbukti bahwa peryataan ini tidak benar maka saya
sanggup menerima hukuman/sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku.
Penulis
( Subchan Yahya )
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Subchan Yahya 2. Tempat & Tgl. Lahir : Rangkasbitung, 20 Maret 1988 3. Alamat : Jl. Djohar atmaja no. 20 RT 03/01, Kec.
Maja, Kab. Lebak, 42381 4. Telepon : 085692626165 5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. Taman Kanak-kanak Pelita Maja, Periode 1993-1994 2. Sekolah Dasar Negeri 3 Maja, Periode 1994 – 2000. 3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Rangkasbitung, Periode 2000 – 2003. 4. Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Rangkasbitung, periode 2003 – 2006. 5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial, Jurusan Manajemen Perbankan 2006 – 2010 III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Tahun 2006-2007 Anggota Departemen Seni dan Budaya BEMJ Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Tahun 2007-2008 Anggota Departemen Litbang BEMF Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Jakarta
IV. PENGALAMAN KERJA 1. Tahun : 2009 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Jakarta di Desa Girimekar, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung
2. Tahun : 2010 Tim Pemantau Independen Ujian Nasional (TPI-UN) Kabupaten Tangerang SMA/Aliyah
3. Tahun : 2010 Tim Pemantau Independen Ujian Nasional (TPI-UN) Kabupaten Tangerang SMP/MTs
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : H.Yahya Rusman 2. Tempat & Tgl. Lahir : Rangkasbitung, 4 April 1954 3. Alamat : Rangkasbitung, Banten 4. Telepon : 0252 204228 5. Ibu : Hj. Siti Fatimah 6. Tempat & Tgl. Lahir : Lebak, 5 Desember 1952 7. Alamat : Rangkasbitung, Banten 8. Anak Ke dari : Kesembilan dari Sembilan Bersaudara
vi
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the factors which influence customer decision to use Islamic bank’s services. The data that is going to use is in this research is the primary data by giving the questionnaires to customers of Islamic Bank of sub-branch Lebak using 28 variable numbers of statement/construct to 100 respondents. In this establishing sample method, the writer uses metode of convenience sampling. Then the writer uses factor analysis as analysis instrument with SPSS version 17 program.
This research results is the factors influence customer decision to use Islamic Bank’s services that is promotion factor which consist of promotion that is done by BSM well, there is promotion by personal selling,and another socialization (such as teacher, Ulema, etc.), in addition, perseptiom factor that consist of BSM variable based on Syaria principle, I know that riba is forbidden, BSM investment is good and rightfull (halal), BSM has variant products and those are interesting, BSM product quality is high and innovative, transaction in BSM is easier than others, conventional bank’s interest is high (increase), so that costomers use BSM service. Keywords: factor analysis, customer, Islamic bank
vii
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah untuk menggunakan jasa bank syariah. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dengan memberikan kuesioner kepada nasabah Bank Syariah Mandiri Cabang Pembantu Lebak dengan sampel sebanyak 100 responden. Dalam metode penentuan sampel ini, penulis menggunakan metode convenience sampling. Untuk menganalisis penelitian, selanjutnya penulis menggunakan alat analisis yaitu analisis faktor dengan bantuan analisis program SPSS versi 17.
Hasil penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah untuk menggunakan jasa bank syariah yaitu faktor promosi yang terdiri dari promosi yang dilakukan BSM sudah baik, terdapatnya promosi melalui personal selling, dan sosialisasi dari pihak lain (seperti guru, ulama,dll), serta faktor persepsi yang terdiri dari variabel BSM sesuai dengan prinsip syariah, saya mengetahui riba adalah haram, investasi di BSM baik dan halal, di BSM terdapat produk yang beragam dan menarik, kualitas produk BSM yang tinggi dan inovatif, transaksi di BSM lebih mudah, tingkat suku bunga di bank-bank konvensional tinggi (naik), sehingga menggunakan jasa BSM.
Kata kunci: Analisis faktor, nasabah, bank syariah
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur, hanya ditujukan kehadirat Allah SWT, tempat
dimana penulis mengabdi sebagai hamba serta menggantungkan segala doa dan
harapan. Hanya karena rahmat, hidayah dan keridhaan – Nyalah Penulis memiliki
kemauan, kemampuan dan kesempatan dan kemudahan untuk menyelesaikan
skripsi yang berjudul ”ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEPUTUSAN NASABAH UNTUK MENGGUNAKAN JASA BANK SYARIAH
(STUDI KASUS BANK SYARIAH MANDIRI CABANG PEMBANTU LEBAK)“
sebagai tugas akhir yang merupakan syarat untuk meraih gelar kesarjanaan
jenjang Strata 1 Program Studi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Serta shalawat dan salam Penulis
sampaikan kepada Rasullalah Muhammad SAW, teladan terbaik bagi manusia di
sepanjang zaman.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya akan
keterbatasan dan kekurangan yang ada. Serta Penulis menyadari betul bahwa
penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya usaha, bantuan, dorongan,
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya Penulis
menghanturkan terima kasih sedalam – dalamnya kepada :
1. Orang tuaku tercinta, Bapak H.Yahya Rusman dan Mama ku tercinta, Ibu Hj.
Siti Fatimah, terima kasih pak, mah, untuk dukungan materi serta doa – doa
ix
mulia yang selalu dipanjatkan yang tiada hentinya kau berikan kepadaku. Tak
lupa petuah-petuah bijak disaat ku lemah dan membuat ku tegar dalam
menghadapi semua cobaan yang diberikan Allah SWT serta menjadi teladan
bagi penulis untuk memamahi arti kesabaran dan kekhilasan, serta telah
mendidik penulis untuk menjadi seorang laki-laki yang tangguh dan
bijaksana.
2. Kakakku Teh Ana, Teh Ani, A.reza, A.Ozi, Teh Dida, Teh Iyang, Teh Empi,
dan A.Asep, terima kasih atas dukungannya hingga Penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
3. Keponakan ku yang lucu-lucu Dafa, Rifa, Zahra, Parhan, Ahdan, dan Bilal
yang selalu memberikan ku kecerian.
4. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bekerja keras mengembangkan
FEIS.
5. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku Pembimbing I, yang telah memberikan
bimbingan, tuntunan, motivasi, pengarahan yang luar biasa kepada penulis,
serta menyempatkan waktunya untuk membaca dan mengkoreksi skripsi ini,
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Mudah-mudahan Allah
SWT membalas segala kebaikannya dengan sebaik-baiknya balasan.
6. Ibu Ela Patriana, MM, AAAIJ, selaku Pembimbing II, yang telah
memberikan bimbingan, tuntunan, motivasi, pengarahan yang luar biasa
kepada penulis, serta menyempatkan waktunya untuk membaca dan
mengkoreksi skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
x
Mudah-mudahan Allah SWT membalas segala kebaikannya dengan sebaik-
baiknya balasan.
7. Kepada semua Bapak / Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
mendidik penulis selama dibangku perkuliahan , terima kasih atas ilmu,
motivasi dan arahan yang telah diberikan dan terus memacu penulis untuk
senantiasa mencintai ilmu.
8. Bapak Agung selaku kepala cabang BSM KCP Lebak yang telah memberikan
izin penulis untuk melakukan penelitian di BSM KCP Lebak, Pak Ayat yang
banyak membantu penulis dalam proses penelitian, beserta seluruh karyawan
dan nasabah BSM KCP Lebak yang ikut mendukung dan terlibat dalam
penelitian penulis.
9. Kepada sahabat – sahabat Gayo FC tercinta, Reksa , Rudi, Bowo, Boay,
Luthfi, Rosyad, Mbah, Kopong, Anto, Yanto, Wulan, Miaw, Hana, Sesy, dll.
Semoga kebersamaan dan persahabatan kita akan tetap dan terus berlanjut.
10. Teman kelas Perbankan Adnan, makasih yah sudah menyempatkan waktunya
mengajari penulis, mohon maaf kalau penulis banyak tanya, tidak lupa
Fadhil, Itang, Uji, Eep, Amero, Ega, serta teman-teman semua yang penulis
tidak sebutkan satu per satu, tanpa mengurangi rasa persaudaraan kita penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya dan memohon maaf
apabila selama ini penulis banyak kesalahan dan kekurangan. Semoga
persahabatan kita tetap dijaga oleh Allah SWT.
11. Terakhir kepada seseorang yang spesial yang telah banyak membantu penulis
dalam membantu penulisan skripsi ini, terima kasih buat, doa, perhatian,
xi
dukungan serta semangat yang tak pernah berhenti yang selalu kamu
tularkan kepadaku selama ini……Ucapan terima kasih yang tulus untuk
kamu Syifa Hanifa..
Tiada kata – kata yang lebih indah selain ucapan terima kasih, semoga
Allah SWT memberikan balasan kebaikan atas segala bantuan yang diberikan
kepada penulis.
Akhir kata penulis berharap semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi
kita semua.
Penulis
Subchan Yahya
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI…………………………. . i
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF………………. ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME……………………………….. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………… .. iv
ABSTRACT……………………………………………………………… .... v
ABSTRAK……………………………………. ............................................ vi
KATA PENGANTAR ………………………………………… .................. vii
DAFTAR ISI ……………………………………………………… ............. xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………... xiii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………. ..... xv
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….. . 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian ……………………………......................... .. 8
D. Manfaat Penelitian ……………………………………….… .... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 10
A. Pengertian Perilaku Konsumen…………………….. ................ 10
B. Model Perilaku Konsumen ………..…………………………... 10
C. Faktor-faktor Utama yang Mempengaruhi Perilaku Pembeli ..... 13
D. Pengertian Bauran Pemasaran (Marketing Mix) ........................ 18
E. Proses Pengambilan Keputusan……………………………..……………. 23
F. Perbankan Syariah..................................................................... 27
1. Pengertian Bank Syariah ..................................................... 27
2. Produk dan Jasa Bank Syariah.............................................. 28
a. Produk Penghimpun Dana (Funding)....... ..................... 28
b. Produk Penyaluran Dana (Landing)..... ......................... 30
c. Produk Jasa Bank Syariah... .......................................... 32
xiii
F. Penelitian Terdahulu ................................................................. 33
G. Kerangka Pemikiran .................................................................. 35
H. Hipotesis ................................................................................... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 38
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 38
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................ 38
C. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 39
D. Metode Analisis Data ............................................................... 41
E. Operasional Variabel Penelitian….. .......................................... 46
BAB IV PEMBAHASAN… ........................................................................ 50
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian….. .......................... 50
1. Sejarah Singkat Perusahaan…. ............................................. 50
2. Visi dan Misi….. ................................................................. 52
B. Validitas dan Reliabilitas…. ...................................................... 53
1. Validitas…… ...................................................................... 53
2. Reliabilitas…. ..................................................................... 55
C. Penemuan dan Pembahasan…. .................................................. 56
1. Analisis Deskriptif… ........................................................... 56
2. Hasil Analisis Faktor…. ...................................................... 84
BAB V KESIMPULAN dan IMPLIKASI….............................................. 133
A. Kesimpulan… ........................................................................... 133
B. Implikasi… ................................................................................ 134
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
3.1 Skala Likert………………………………………………………… 40
4.1 Uji Validitas…………………………………………………….. 54
4.2 Reliability Statistics……………………………………………….. 56
4.3 Jenis Kelamin……………………………………………………… 57
4.4 Usia………………………………………………………………… 58
4.5 Pendidikan………………………………………………………… 59
4.6 Pekerjaan………………………………………………………….. 60
4.7 Pendapatan Per Bulan…………………………………………….. 61
4.8 Produk yang Digunakan………………………………………….. 62
4.9 BSM Sesuai dengan Prinsip Syariah……………………………... 64
4.10 Saya Mengetahui Riba Adalah Haram…………………………… 65
4.11 Investasi Bisnis di BSM Baik dan Halal…………………………… 65
4.12 di BSM Terdapat Produk yang Beragam dan Menarik…………….. 66
4.13 Kualitas Produk BSM yang Tinggi dan Inovatif…………………... 67
4.14 Tingkat Bagi Hasil yang Tinggi……………………………………. 68
4.15 Fasilitas Pelayanan BSM yang Lengkap…………………………… 68
4.16 Banyaknya Jaringan ATM (baik ATM BSM Maupun ATM Bersama) 69
4.17 Kenyamanan Interior Ruangan…… ………………….. 70
4.18 Lokasi BSM di Tempat yang Strategis……………………………. 71
4.19 Lokasi BSM Berada di Tempat yang Aman/Tidak Rawan……….. 71
4.20 Lokasi BSM Mudah Dijangkau/Ditemukan………………………. 72
4.21 Gedung BSM Menarik, Nyaman, dan Menyenangkan…………… 73
4.22 Keramahan Setiap Karyawan BSM………………………………. 73
4.23 Setiap Karyawan BSM Berpenampilan Bersih dan Rapi…… 74
4.24 Adanya Kesabaran yang Tinggi Setiap Karyawan………………. 75
4.25 Kemudahan Berkomunikasi Setiap Karyawan…………………... 75
4.26 Promosi yang Dilakukan BSM Sudah Baik……………………… 76
4.27 Terdapatnya Promosi Melalui Personal Selling………………….. 77
xv
4.28 Adanya Sosialisasi Dari Pihak Lain (Seperti Guru, Ulama, dll…….. 77
4.29 Nama BSM Sudah Terkenal dan Terpercaya………………. 78
4.30 BSM Merupakan Bank Syariah Terbesar dan Anak Perusahaan Bank
Mandiri……………………………………………………….. 79
4.31 Adanya Dorongan Dari Pihak Keluarga Untuk Menggunakan Jasa BSM…
……………………………………………………………………… 79
4.32 Adanya Informasi Dari Pihak Keluarga Tentang BSM…………….. 80
4.33 Sistem Transaksi di BSM Sudah Terkomputerisasi………………… 81
4.34 Transaksi di BSM Lebih Mudah…………………………………… 81
4.35 Tingkat Suku Bunga di Bank-bank Konvensional Tinggi (Naik), Sehingga
Menggunakan Jasa BSM…………………………………………… 82
4.36 Tingkat Pengembalian Keuntungan di BSM Tinggi……………… 83
4.37 KMO and Bartlett’s Test…………………………… ……………… 84
4.38 Communalities……………………………………………………… 88
4.39 Total Variance Explained………………………………………….. 94.
4.40 Component Matrix…………………………………………………… 97
4.41 Rotated Component Matrix………………………………………. 125.
4.42 Component Transformation Matrix……………………………… 132
xvi
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Model Perilaku Konsumen……………………………………… 12
2.2 Tahap-tahap Pengambilan Keputusan…………………………. 25
2.3 Kerangka Pemikiran…………………………………………… 36
4.1 Jenis Kelamin………………………………………………….. 57
4.2 Usia…………………………………………………………….. 58
4.3 Pendidikan……………………………………………………… 60
4.4 Pekerjaan……………………………………………………….. 61
4.5 Pendapatan……………………………………………………… 62
4.6 Jenis Produk…………………………………………………….. 63
4.7 Scree Plot………………………………………………………... 95
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Saat ini bank menjadi salah satu kegiatan usaha yang memegang peranan
penting dalam perekonomian di negara kita. Bank juga merupakan salah satu
produk jasa yang digunakan oleh orang banyak atau masyarakat.
Penghimpunan dana merupakan kegiatan pokok bank. Keberhasilan bank
dalam melakukan penghimpunan atau mobilisasi dana ini sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yang diantaranya adalah kepercayaan masyarakat pada
suatu bank, di mana kepercayaan ini sangat dipengaruhi oleh kinerja bank
yang bersangkutan, posisi keuangan, kemampuan, integritas, serta kredibilitas
para manajemen bank. (Ahmad Rodoni, 2006:28). Untuk itu, nasabah pun
lebih selektif dalam memilih bank.
Setelah keluarnya undang-undang perbankan, yaitu UU No.7 Tahun 1992
(diubah dengan UU No.10 Tahun 1998) tentang perbankan, bahwa perbankan
di Indonesia terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu bank umum dan bank perkreditan
rakyat. Kedua bank tersebut melaksanakan kegiatan secara konvensional atau
syariah. Hal ini berarti bahwa Indonesia menganut sistem perbankan ganda
(dual banking system). Semenjak itu, bank syariah mulai tumbuh pesat di
Indonesia dalam bentuk bank umum syariah, unit usaha syariah (bank
konvensional yang membuka cabang syariah), dan gerai syariah.
2
Perbankan dan institusi keuangan syariah terus mengalami
perkembangan yang signifikan. Dalam lingkup global, diperkirakan industri
ini tumbuh lebih dari 15 persen per tahun dengan jumlah institusi keuangan
syariah lebih dari 300 tersebar di lebih 75 negara dengan perkiraan total asset
500 miliar dolar atau sekitar Rp 4.600 triliun. Menurut Standard and Poor,
potensi pasar keuangan syariah ditaksir mencapai 4 triliun dolar. Dengan kata
lain, pasar yang sekarang sudah dicapai baru sekitar 10 persen. Artinya,
industri ini akan masih menjanjikan perkembangan yang luar biasa di masa
depan (A. Riawan Amin, 2009: 24).
Menurut A. Riawan Amin dalam bukunya yang berjudul “Menata
Perbankan Syariah di Indonesia”, bank syariah merupakan bagian dari
perjuangan umat Islam. Perjuangan ini terus diikuti dengan dukungan regulasi
dan kebijakan pemerintah berupa dual banking system dan malah saat ini
mengeluarkan payung hukum yang mandiri berupa Undang-undang
Perbankan Syariah No. 21 tahun 2008 sehingga bank-bank syariah tumbuh
subur di Indonesia baik dalam bentuk Bank Umum Syariah maupun cabang
dan unit-unit syariah (A. Riawan Amin 2009:3).
Dalam Undang-Undang Syariah tersebut diatur jenis usaha, ketentuan
pelaksanaan syariah, kelayakan usaha, penyaluran dana, dan larangan bagi
bank syariah maupun UUS yang merupakan bagian dari Bank Umum
Konvensional. Sementara itu, untuk memberikan keyakinan pada masyarakat
yang masih meragukan operasional perbankan syariah selama ini, diatur pula
kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah meliputi
3
kegiatan usaha yang mengandung unsur-unsur riba, maisyir, gharar, haram,
dan zalim (Zubairi Hasan, 2009:5).
Bank syariah memiliki perbedaan operasional yang cukup mendasar
dengan bank konvensional dengan menjalankan fungsinya sebagai lembaga
intermediasi. Konsep halal adalah konsep yang paling utama dalam investasi
yang dilaksanakan perbankan syariah, yang menjadi pembeda utama antara
kedua sistem bank tersebut. Hal ini disebabkan adanya sifat transedental dari
setiap transaksi dalam setiap aktivitas muamalah dan hukum Islam (Gemala
Dewi, 2007:98).
Pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia cukup pesat. Per Desember
2008, tercatat ada lima bank syariah (Bank Muamalat Indonesia, Bank
Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank Syariah BRI, dan Bank
Syariah Bukopin), 28 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 131 Bank Perkreditan
Rakyat Syariah. Dari jumlah ini, terdapat 951 kantor jaringan, belum
termasuk jaringan kantor, Office Channeling yang jumlahnya hampir
mencapai 1.500. dari sisi asset, perkembangan perbankan syariah juga
menggembirakan. Pada tahun 2002, jumlah total asset perbankan syariah baru
sekitar Rp 4 Triliun. Namun per Desember 2008, asetnya sudah menjadi Rp
49,5 Triliun atau dalam enam tahun mengalami penambahan sepuluh kali
lipat. (A. Riawan Amin, 2009: 101).
Perkembangan perbankan syariah ini tentunya juga harus didukung oleh
sumber daya insani yang memadai, baik dari segi kualitas maupun
4
kuantitasnya. Selain itu, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian guna
menjamin tercapainya sasaran pengembangan perbankan syariah, yang telah
diidentifikasi, diantaranya adalah penyempurnaan peraturan dan perundang-
undangan yang sesuai dengan karakteristik usaha perbankan syariah,
pertumbuhan jaringan kantor yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
yang semakin meningkat terhadap jasa perbankan syariah, meningkatkan
pemahaman masyarakat terhadap perbankan syariah, tersedianya infrastruktur
dan lembaga pendukung yang dapat mendorong perkembangan perbankan
syariah yang sehat dan istiqamah (teguh) menjalankan prinsip syariah,
meningkatkan efisiensi operasi, mutu pelayanan, dan daya saing perbankan
syariah nasional, mendorong perkembangan pembiayaan bagi hasil dalam
proporsi yang memadai dalam portofolio pembiayaan bank syariah, dan
terciptanya bank syariah yang memiliki kompetensi, profesionalisme, dan
dapat memenuhi standar yang ditetapkan secara internasional. (M. Luthfi
Hamidi, 2003:11).
Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Adnan Halim, dengan
delapan faktor yang diduga kuat mempengaruhi keputusan nasabah dalam
menggunakan jasa pelayanan Bank Muamalat cabang Bogor, diantaranya
adalah faktor agama, faktor produk, faktor fasilitas, faktor lokasi/tempat,
faktor sumber daya manusia (SDM), faktor promosi, faktor merek, faktor
keluarga. Pada penelitian ini, diperoleh faktor dominan yang mempengaruhi
keputusan nasabah dalam menggunakan jasa pelayanan bank adalah faktor
lokasi. faktor tempat merupakan faktor yang memegang peranan penting
5
dalam menarik minat nasabah untuk menggunakan jasa pelayanan bank. Hal
ini dapat diterima secara logis karena bank merupakan tempat untuk
menabung dan berinvestasi, oleh karena itu tempat yang aman dan mudah
ditemukan serta letaknya yang strategis merupakan daya tarik tersendiri bagi
nasabah. (Adnan, 2009:120).
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengangkat delapan faktor tersebut
dan menambahkannya dengan faktor teknologi serta faktor kondisi ekonomi.
Penulis menduga kedua faktor tersebut juga memiliki pengaruh yang tinggi
terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa bank syariah. Sehingga
semakin banyak faktor-faktor yang diangkat untuk meneliti keputusan
nasabah dalam menggunakan jasa bank syariah, serta akan semakin terlihat
faktor apa saja yang berpengaruh terhadap keputusan nasabah.
Salah satu kekuatan yang paling dramatis dalam membentuk kehidupan
manusia adalah teknologi. Teknologi telah menghasilkan keajaiban, seperti
penisilin, bedah jantung terbuka, dan pil KB. Teknologi juga menimbulkan
kengerian seperti bom hidrogen, gas syaraf dan senapan mesin mini.
Teknologi juga menghasilkan berkat gabungan, seperti mobil dan video game
(Kotler dan Keller, 2007:112).
Dampak dari perubahan teknologi juga berdampak positif terhadap
perkembangan dunia perbankan. Produk yang ditawarkan kepada nasabahnya
menjadi lebih cepat dan efisien. Sebagai contoh untuk melakukan pengiriman
uang (transfer) dapat dilakukan pada saat itu juga dengan sistem online
6
komputer, padahal sebelumnya untuk mengirim uang dari satu bank ke lokasi
lainnya memerlukan waktu beberapa hari. Demikian juga dalam hal
penagihan (inkaso), waktu yang dibutuhkan menjadi lebih cepat. Disisi lain
untuk melakukan penarikan uang saat ini tidak perlu dilakukan ke bank, tetapi
cukup dapat ditarik di mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang tersebar
di berbagai tempat. Di samping itu ATM juga memberikan kelebihan lain
seperti informasi saldo serta melakukan berbagai pembayaran dalam waktu
yang sangat cepat melalui pendebetan. (Kashmir, 2008:17). Semuanya
tersebut terjadi karena adanya teknologi, untuk itu teknologi sangat
diperlukan karena dapat mempengaruhi perilaku manusia, khususnya perilaku
nasabah dalam memilih jasa bank syariah.
Kondisi ekonomi sangat mempengaruhi pilihan produk. Pemasar yang
produknya peka terhadap pendapatan dapat dengan seksama memperhatikan
kecendrungan dalam pendapatan pribadi, tabungan, dan tingkat bunga. Jadi
jika indikator-indikator ekonomi tersebut menunjukkan adanya resesi,
pemasar dapat mencari jalan untuk menetapkan posisi produknya. (Bilson
Simamora, 2008:10).
Begitu juga menurut Drs. Gunawan Adisaputro MBA dalam bukunya
yang berjudul ”Manajemen Pemasaran Analisis Untuk Perancangan Strategi
Pemasaran”, menuturkan bahwa kondisi ekonomi dan mata pencaharian
berpengaruh terhadap konsumsi mereka. Misalnya seorang buruh yang
terdidik akan memiliki konsumsi yang berbeda dengan pekerja kantoran
7
dalam hal pakaian, sepatu, makanan, alat transportasi yang dipilih dan
keanggotaan suatu kelompok. (Gunawan Adisaputro, 2010:80).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik mengadakan
penelitian yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH UNTUK
MENGGUNAKAN JASA BANK SYARIAH (Studi Kasus pada PT.
Bank Syariah Mandiri Tbk. Cabang Pembantu Lebak)”.
Pada kesempatan ini, penulis melakukan penelitian di daerah
Rangkasbitung, lebih tepatnya di PT. Bank Syariah Mandiri Tbk. Cabang
Pembantu Lebak. Lokasi tersebut peneliti pilih karena BSM Cabang
Pembantu Lebak merupakan bank syariah yang pertama berdiri di Lebak dan
memiliki nasabah yang banyak serta transaksi yang beragam daripada bank
syariah lainnya di Lebak.
Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan bank milik pemerintah pertama
Bank Susila Bakti (BSB), sebagai salah satu anak perusahaan di lingkup Bank
Mandiri (ex BDN), yang kemudian dikonversikan menjadi bank syariah
secara penuh. Dalam rangka melancarkan proses konversi menjadi bank
syariah, BSM menjalin kerja sama dengan Tazkia Institute, terutama dengan
pelatihan dan pendampingan konversi. Sebagai salah bank yang dimiliki
oleh Bank Mandiri, BSM memiliki beberapa keunggulan komparatif
dibanding pendahulunya, salah satunya ialah BSM memiliki asset ratusan
triliun dan networking yang sangat luas. (M. Syafi’i Antonio, 2001:26).
8
B. Perumusan Masalah
Permasalahan yang menjadi fokus untuk diteliti lebih lanjut pada faktor-
faktor yang mempengaruhi nasabah untuk menggunakan jasa bank syariah
adalah sebagai berikut:
“Faktor-faktor apa yang akan terbentuk dari faktor agama, faktor produk,
faktor fasilitas dan pelayanan, faktor lokasi/tempat, faktor promosi, faktor
Sumber Daya Manusia (SDM), faktor merek, faktor keluarga, faktor
teknologi, faktor kondisi ekonomi, dan faktor lainnya yang mempengaruhi
keputusan nasabah untuk menggunakan jasa bank syariah”.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Dari latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berperan penting
dalam mempengaruhi keputusan nasabah untuk menggunakan jasa bank
syariah.
Manfaat Penelitian
a. Bagi PT. Bank Syariah Mandiri Tbk, Cabang Pembantu Lebak.
Penulis ingin memberikan sumbangan pikiran dari hasil penelitian
mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan nasabah
untuk menggunakan jasa bank syariah. Sehingga dapat membantu
9
menginformasikan keinginan dan kebutuhan nasabah, agar dapat dilakukan
peningkatan kinerja khususnya dalam bidang pelayanan dan pemasaran.
b. Bagi penulis.
Sebagai media untuk menerapkan dan mengaplikasikan ilmu manajemen
perbankan yang diperoleh selama kuliah serta dapat menambah
pengalaman dibidang penelitian.
c. Bagi masyarakat (nasabah bank syariah).
Sebagai informasi tambahan dalam mempertimbangkan penggunaan jasa
perbankan baik dalam menabung maupun dalam mengajukan pembiayaan
pada PT. Bank Syariah Mandiri (BSM). Terutama Bank Syariah Mandiri
(BSM) Cabang Pembantu Lebak.
d. Perguruan Tinggi.
Penelitian ini akan menambahkan keperpustakaan dibidang manajemen
perbankan dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan yang berisikan suatu
studi perbandingan yang bersifat karya ilmiah untuk menambah wawasan
dan pengetahuan, khususnya tentang perbankan syariah.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk
proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. (Nugroho J.
Setiadi, 2003:3).
Sedangkan menurut John C. Mowen dan Michael Minor Perilaku
konsumen (consumen behavior) didefinisikan sebagai studi tentang unit
pembelian (buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan,
konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman serta ide-ide. (John C.
Mowen dan Michael Minor, 2002;6).
Sementara itu, menurut Bilson Simamora perilaku konsumen adalah
perilaku yang menyoroti perilaku individu dan rumah tangga. (Bilson
simamora, 2008:2).
B. Model Perilaku Konsumen
11
Konsumen membuat banyak keputusan pembelian setiap hari.
Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan pembelian konsumen
secara sangat rinci untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang dibeli
konsumen, di mana mereka membeli, bagaimana, dan berapa banyak mereka
membeli, kapan mereka membeli dan mengapa mereka membeli. Pemasar
dapat mempelajari pembelian konsumen yang sebenarnya untuk menemukan
apa yang mereka beli, di mana, dan berapa banyak. (Kotler & Armstrong,
2006:158).
Setiap konsumen (nasabah) sudah tentu akan melakukan berbagai macam
keputusan untuk mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk atau jasa.
Proses pengambilan keputusan menjadi suatu masalah yang kompleks dan
pelik, karena menyangkut berbagai macam hal yang sangat kompleks yang
mendasari pengambilan keputusan tersebut, untuk itu perlu adanya suatu
analisa perilaku pelanggan.
Dengan adanya suatu analisa perilaku pelanggan, manajer akan
mengetahui dan akan mempunyai pandangan yang lebih luas tentang alasan
konsumen dalam melakukan keputusan pembelian, kemudian perusahaan
dapat membuat, mengembangkan dan memperbarui produk dan jasa yang
ditawarkan kepada pelanggan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan produk atau jasa secara lebih baik.
Menurut Kotler & Armstrong dalam bukunya yang berjudul prinsip-
prinsip pemasaran, pertanyaan inti untuk pemasar adalah bagaimana
12
konsumen merespons berbagai usaha pemasar yang mungkin digunakan
perusahaan. Titik awalnya adalah model perilaku pembelian berupa
rangsangan-rangsangan yang diperlihatkan dalam gambar berikut ini.
Pemasaran dan rangsangan lain Kotak hitam Pembeli ResponPembeli
Pemasaran Rangsangan lain Karakteristik pembeli Pilihan produk
Produk Ekonomi Proses keputusan Pilihan merek
Harga Teknologi pembeli Pilihan penyalur
Tempat Politik waktu pembelian
Promosi Budaya Jumlah pembelian
Gambar 2.1 Model Perilaku Konsumen Sumber Kotler & Armstrong, 2006: 158
Gambar tersebut memperlihatkan bahwa pemasaran dan rangsangan lain
memasuki “kotak hitam” konsumen dan menghasilkan respon tertentu.
Pemasar harus menemukan apa yang ada di dalam kotak hitam pembeli.
(Kotler & Armstrong, 2006: 159).
Rangsangan-rangsangan terdiri dari 4P. Product (Produk), Price (harga),
place (tempat), dan promotion (promosi). Rangsangan lain meliputi kekuatan
dan faktor utama dalam lingkungan pembeli: ekonomi, teknologi, politik, dan
budaya. Semua masukan ini memasuki kotak hitam pembeli, di mana
masukan ini diubah menjadi sekumpulan respons pembeli yang dapat diubah
13
menjadi observasi, pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, waktu
pembelian, dan jumlah pembelian. (Kotler & Armstrong, 2006: 159).
Pemasar ingin memahami bagaimana rangsangan itu diubah menjadi
respons di dalam kotak hitam konsumen, yang mempunyai dua bagian.
Pertama, karakteristik pembeli mempengaruhi bagaimana pembeli menerima
dan bereaksi terhadap rangsangan itu. Kedua, proses keputusan pembeli itu
sendiri mempengaruhi perilaku pembeli. Pertama kita melihat karakteristik
pembeli ketika karakteristik itu mempengaruhi perilaku pembeli dan
kemudian mendiskusikan proses keputusan pembeli. (Kotler & Armstrong,
2006: 159).
C. Faktor-Faktor Utama yang
Mempengaruhi Perilaku Pembeli
Keputusan nasabah dalam menggunakan jasa bank syariah dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Sejauh mana faktor-faktor utama dapat mempengaruhi
perilaku nasabah, sehingga akan menjadi menarik untuk meneliti faktor-
faktor tersebut, khususnya menjadi nasabah PT Bank Syariah Mandiri Tbk.
Cabang Pembantu Lebak. Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku
pembeli menurut Kotler 1999: 224 Bilson Simamora, 2008: 6, dan adalah
sebagai berikut:
1. Faktor Kebudayaan
14
Faktor kebudayaan mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling
dalam terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang
dimainkan oleh kultur, sub-kultur, dan kelas sosial pembeli.
a. Kultur. Kultur adalah determinan yang paling fundamental dari
keinginan dan perilaku konsumen. (Kotler, 1999:224).
Kultur adalah faktor penentu paling pokok dari keinginan dan perilaku
seseorang. (Bilson Simamora, 2008:7).
b. Sub kultur. Setiap kultur terdiri dari sub-sub kultur yang lebih
kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi anggotanya yang
lebih spesifik. Sub kultur mencakup kebangsaan agama, kelompok, ras,
dan daerah geografis. (Kotler, 1999:226).
Tiap kultur mempunyai subkultur yang lebih kecil, atau kelompok
orang dengan sistem nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan
situasi hidup yang sama. (Bilson Simamora, 2008:7).
c. Kelas sosial. Kelas sosial adalah bagian-bagian yang relatif
homogen dan tetap dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara
hierarkis dan anggota-anggotanya memiliki tata nilai, minat, dan
perilaku yang mirip. (Kotler, 1999:226).
Kelas sosial adalah susunan yang relatif permanen dan teratur dalam
suatu masyarakat yang anggotanya mempunyai nilai, minat, dan
perilaku yang sama. (Bilson Simamora, 2008:7).
2. Faktor Sosial
15
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti
kelompok kecil, keluarga, peran dan status sosial dari konsumen. (Bilson
Simamora, 2008:8)
a. Kelompok. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak
kelompok kecil. Kelompok yang berpengaruh langsung dan di mana
seseorang menjadi anggotanya disebut kelompok keanggotaan. Ada
yang disebut kelompok primer, di mana anggotanya berinteraksi secara
tidak formal, seperti keluarga, teman, dan sebagainya. Ada pula yang
disebut kelompok sekunder, yaitu seseorang berinteraksi secara formal
tetapi tidak reguler. Contohnya adalah organisasi. (Bilson Simamora,
2008:8).
b. Keluarga. Anggota keluarga merupakan kelompok primer yang
paling berpengaruh. (Kotler, 1999:230).
Keluarga dalam kehidupan pembeli ada dua, yang pertama adalah
keluarga orientasi, adalah keluarga yang terdiri dari orang tua yang
memberikan arah dalam hal tuntunan agama, politik, ekonomi, dan
harga diri. Bahkan jika pembeli sudah tidak berhubungan lagi dengan
orang tua, pengaruh terhadap perilaku pembeli tetap ada. Kedua adalah
keluarga prokreasi, yaitu keluarga yang terdiri atas suami-istri dan anak
pengaruh pembelian itu akan sangat terasa. (Bilson Simamora, 2008:8).
c. Peran dan status. Posisi orang dalam setiap kelompok dapat
didefinisikan dalam istilah peran dan status. (Kotler, 1999:231).
3. Faktor Pribadi
16
Keputusan sesorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi,
yaitu usia pembeli dan tahap daur-hidup pembeli, pekerjaan, keadaan
ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri pribadi pembeli.
(Bilson Simamora, 2008:10).
a. Usia dan tahap daur-hidup. Orang akan mengubah barang dan
jasa yang mereka beli sepanjang kehidupan mereka. Kebutuhan dan
selera seseorang akan berubah sesuai dengan usia. Pembelian dibentuk
oleh tahap daur-hidup keluarga.
b. Pekerjaan. Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa
yang dibelinya.
c. Keadaan ekonomi. Keadaan ekonomi sangat mempengaruhi
pilihan produk. Pemasar yang produknya peka terhadap pendapatan
dapat dengan saksama memperhatikan kecendrungan dalam pendapatan
pribadi, tabungan, dan tingkat bunga. Jadi jika indikator-indikator
tersebut menunjukkan adanya resesi, pemasar dapat mencari jalan untuk
menetapkan posisi produknya. (Bilson Simamora, 2008:10).
d. Gaya hidup. Orang-orang yang berasal dari sub kultur kelas
sosial, dan pekerjaan yang sama mungkin saja mempunyai gaya hidup
yang berbeda. Gaya hidup seseorang menunjukkan pola kehidupan
orang yang bersangkutan. (Kotler, 1999:233).
e. Kepribadian dan konsep pribadi. Setiap orang mempunyai
kepribadian yang berbeda. Kepribadian merupakan karakteristik
psikologis yang berbeda dari seseorang yang menyebabkan tanggapan
17
yang relatif konsisten dan tetap terhadap lingkungannya. (Kotler,
1999:235).
Kepribadiian mengacu kepada karakteristik psikologis yang unik yang
menimbulkan tanggapan yang relatif konstan terhadap lingkungannya
sendiri. (Bilson Simamora, 2008:11).
4. Faktor Psikologis
Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi lagi oleh empat faktor psikologis
utama, motivasi, persepsi, proses belajar, serta kepercayaan dan pendirian.
a. Motivasi
Motivasi suatu motif (atau dorongan) adalah suatu kebutuhan yang
cukup untuk mendorong seseorang untuk bertindak. (Kotler, 1999:238).
Suatu kebutuhan akan berubah menjadi motif apabila kebutuhan itu telah
mencapai tingkat tertentu. Motif adalah suatu kebutuhan yang cukup menekan
seseorang untuk mengejar kepuasan. (Bilson Simamora, 2008:11).
b. Persepsi.
Seseorang yang termotivasi adalah siap untuk bertindak. Dan
tindakannya itu dipengaruhi oleh persepsi dia mengenai persepsi
tertentu. (Kotler, 1999:241).
18
Persepsi diartikan sebagai proses di mana seseorang memilih,
merumuskan, dan menafsirkan masukan informasi untuk menciptakan
suatu gambaran yang berarti mengenai dunia. (Bilson Simamora,
2008:12).
c. Proses belajar.
Ketika orang-orang bertindak, mereka belajar, pengetahuan
menjelaskan perubahan dalam perilaku suatu individu yang berasal dari
pengalaman. (Kotler, 1999:242).
Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang
timbul dari pengalaman dan kebanyakan perilaku manusia adalah hasil
proses belajar. Secara teori, pembelajaran seseorang dihasilkan melalui
dorongan, rangsangan, isyarat, tanggapan, dan penguatan. (Bilson
Simamora, 2008:13).
d. Kepercayaan dan sikap pendirian.
Ketika orang-orang bertindak, mereka belajar, pengetahuan menjelaskan
perubahan dalam perilaku suatu individu yang berasal dari pengalaman.
(Kotler, 1999:242).
Melalui tindakan dan proses belajar, orang akan mendapatkan
kepercayaan dan sikap yang kemudian mempengaruhi perilaku
pembeli. (Bilson Simamora, 2008:13).
D. Pengertian Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
19
Marketing Mix adalah strategi kombinasi yang dilakukan oleh berbagai
perusahaan dalam bidang pemasaran. (Kashmir, 2008:119). Penggunaan bauran
pemasaran (marketing mix) dalam dunia perbankan dilakukan dengan menggunakan
konsep-konsep yang sesuai dengan kebutuhan bank. Kotler dalam Kasmir, 2008:119.
menyebutkan konsep bauran pemasaran terdiri dari empat P (4P), yaitu:
1. Product (produk).
2. Price (harga)
3. Place (tempat/saluran distibusi)
4. Promotion (promosi)
Sedangkan Bomm dan Bitner masih dalam Kasmir, menambah dalam
bisnis jasa, bauran pemasaran di samping 4P seperti yang dikemukakan di
atas, ditambah dengan 3P, yaitu:
1. People (orang)
2. Physical evidence (bukti fisik)
3. Process (proses)
Berikut ini merupakan penjabaran bauran pemasaran dimulai dari strategi
produk.
a. Product (Produk). Produk adalah sesuatu yang memberikan manfaat baik
dalam hal memenuhi kebutuhan sehari-hari atau sesuatu yang ingin
dimiliki konsumen.. (Kasmir, 2008:123). Produk memiliki ciri-ciri tersendiri
untuk dapat dikatakan barang atau jasa. Dalam hal dunia perbankan di mana
20
produk yang dihasilkan berbentuk jasa, maka akan dijelaskan ciri-ciri produk
yang berbentuk jasa tersebut. (Kasmir, 2008:123). Adapun ciri-ciri karakteristik
jasa menurut kasmir adalah sebagai berikut:
1) tidak berwujud, artinya tidak dapat dirasakan atau dinikmati sebelum
jasa tersebut dibeli atau dikonsumsi.
2) tidak terpisahkan, artinya antara si pembeli jasa dengan si penjual jasa
saling berkaitan satu sama lainnya, tidak dapat dititipkan melalui orang
lain. Misalnya, pemilik kartu kredit dengan hotel.
3) beraneka ragam, artinya jasa dapat diperjualbelikan dalam bentuk atau
wahana seperti tempat, waktu atau sifat.
4) tidak tahan lama, artinya jasa tidak bisa disimpan begitu jasa dibeli
maka akan segera dikonsumsi.
b. Price (Harga). Penentuan harga merupakan salah satu aspek penting
dalam kegiatan pemasaran. Harga menjadi sangat penting untuk
diperhatikan, mengingat harga sangat menentukan laku tidaknya suatu
produk dan jasa perbankan. Harga bagi bank yang berdasarkan prinsip
syariah adalah bagi hasil. (Kasmir, 2008:135).
c. Place (tempat/saluran distibusi). Lokasi bank adalah tempat di mana
diperjualbelikannya produk cabang bank dan pusat pengendalian
perbankan. Penentuan lokasi suatu cabang bank merupakan salah satu
kebijakan yang sangat penting. Dalam praktiknya ada beberapa macam
lokasi kantor bank, yaitu lokasi kantor pusat, cabang utama, cabang
21
pembantu, kantor kas, dan lokasi mesin-mesin Anjungan Tunai Mandiri
(ATM). Bank yang terletak dalam lokasi yang strategis sangat
memudahkan nasabah dalam berurusan dengan bank. (Kasmir, 2008:145).
d. Promotion (Promosi). Promosi merupakan kegiatan marketing mix yang
terakhir. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang sama pentingnya dengan
ketiga kegiatan diatas, baik produk, harga, dan lokasi. Dalam kegiatan ini
setiap bank berusaha untuk mempromosikan seluruh produk dan jasa yang
dimilikinya baik langsung maupun tidak langsung. Tanpa promosi jangan
diharapkan nasabah dapat mengenal bank. Oleh karena itu, promosi merupakan
sarana yang paling ampuh untuk menarik dan mempertahankan nasabahnya.
(Kasmir, 2008:155).
e. People (orang). Semua orang yang terlibat aktif dalam pelayanan dan
memengaruhi persepsi pembeli, nama, pribadi pelanggan, dan pelanggan-
pelanggan lain yang ada dalam lingkungan pelayanan. People meliputi
kegiatan untuk karyawan, seperti kegiatan rekrutmen, pendidikan dan
pelatihan, motivasi, balas jasa, dan kerja sama, serta pelanggan yang
menjadi nasabah atau calon nasabah. (Kasmir, 2008:120).
f. Physical evidence (bukti fisik). Terdiri dari adanya logo atau simbol
perusahaan, moto, fasilitas yang dimiliki, seragam karyawan, laporan,
kartu nama, dan jaminan perusahaan. (Kasmir, 2008:120).
g. Process (proses). Merupakan keterlibatan pelanggan dalam pelayanan jasa,
proses aktivitas, standar pelayanan, kesederhanaan atau kompleksitas
prosedur kerja yang ada di bank yang bersangkutan. (Kasmir, 2008:120).
22
Rangsangan (Stimulasi) Pemasaran Lainnya.
Menurut Kotler, Selain Marketing Mix ada juga rangsangan-rangsangan
pemasaran lain yang dapat merubah (mempengaruhi) keputusan konsumen
(nasabah) untuk menggunakan produk dan jasa tertentu. Rangsangan
pemasaran lainnya yang sangat berkaitan erat dengan jenis perusahaan. Oleh
karena itu rangsangan pemasaran lain dapat dikelompokkan menjadi beberapa
macam bentuk seperti:
a. Merek
Merek oleh beberapa konsumen (nasabah) dapat mempengaruhi dan
memuaskan kebutuhan mereka akan penggunaan suatu produk dan jasa
tertentu. Merek identik sekali dengan kualitas suatu produk dan jasa.
Dalam industri perbankan merek biasanya dikaitkan dengan nama bank
yang bersangkutan.
b. Kualitas SDM
Bagi beberapa perusahaan yang bergerak dibidang jasa, sudah barang tentu
kualtas SDM merupakan salah satu hal yang harus dipenuhi. kriteria
professional bagi pelaku manajemen bank setidaknya harus memenuhi
pernyataan atara lain:
1) Memiliki sifat positif, jujur, dan berdedikasi tinggi terhadap profesinya.
23
2) Memiliki pengetahuan yang mendalam sehingga mendukung dapat
melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.
3) Memiliki wawasan yang luas serta kearifan yang tinggi.
c. Kondisi Ekonomi
Kondisi perekonomian suatu Negara sudah tentu akan mempengaruhi
keputusan konsumen (nasabah) dalam menggunakan suatu prodak dan
jasa.
d. Sosial dan Budaya
Pengaruh sosial dan budaya (masyarakat) juga memiliki pengaruh yang
cukup besar dalam menentukan produk dan jasa yang akan dipilih.
e. Teknologi
Kemajuan teknologi mempunyai dampak yang sangat luas bagi pemasaran
perusahaan (bank) seperti sistem yang sudah terkomputerisasi yang on-line
di seluruh kantor cabang dan kemudahan bertransaksi dengan
menggunakan teknologi yang ada, tetntunya akan merangsang konsumen
(nasabah) untuk melakukan pembelian produk dan jasa tersebut.
E. Proses Pengambilan Keputusan
Tahap-tahap dalam Proses Keputusan Pembelian
Ada lima tahap yang dilalui konsumen dalam proses pembelian, yaitu
pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan
24
pembelian, dan perilaku pembelian. Model ini menekankan bahwa proses
pembelian bermula sebelum pembelian dan berakibat jauh setelah pembelian.
Setiap konsumen tentu melewati kelima tahap ini untuk setiap pembelian yang
mereka buat. Dalam pembelian yang lebih rutin, mereka membalik tahap-
tahap tersebut (Bilson Simamora, 2008:15), sebagaimana yang terlihat dalam
gambar berikut ini.
Gambar 2.2. Tahap-tahap Pengambilan Keputusan
Sumber: Bilson Simamora, 2008:15
1) Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau
kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal
atau eksternal. Dari pengalaman sebelumnya orang telah belajar
bagaimana mengatasi dorongan ini dan dimotivasi ke arah produk yang
diketahuinya akan memuaskan dorongan ini. (Bilson Simamora, 2008:16).
2) Pencarian Informasi
Seorang konsumen yang terdorong kebutuhannya mungkin, atau
mungkin juga tidak, mencari informasi lebih lanjut. Jika dorongan
konsumen itu kuat dan produk itu berada di dekatnya, mungkin konsumen
Pengenalan Masalah
Pencarian Informas
Evaluasi Alternatif
Keputusan Pembelia
Perilaku Purna Pembelian
25
akan langsung membelinya. Jika tidak, kebutuhan konsumen ini hanya
akan menjadi ingatan saja. Pencarian informasi terdiri dari dua jenis
menurut tingkatannya. Yang pertama adalah perhatian yang meningkat,
yang ditandai dengan pencarian informasi yang sedang-sedang saja.
Kedua, pencarian informasi yang aktif yang dilakukan dengan mencari
informasi dari segala sumber. (Bilson Simamora, 2008:16).
3) Evaluasi Alternatif
Konsumen memroses informasi tentang pilihan merek untuk membuat
keputusan terakhir. Pertama, kita melihat bahwa konsumen mempunyai
kebutuhan. Konsumen akan mencari manfaat tertentu dan selanjutnya
melihat kepada atribut produk. Konsumen akan memberikan bobot yang
berbeda untuk setiap atribut produk sesuai dengan kepentingannya.
Kemudian konsumen mungkin akan mengembangkan himpunan
kepercayaan merek. Konsumen juga dianggap memiliki fungsi utilitas,
yaitu bagaimana konsumen mengharapkan kepuasan produk bervariasi
menurut tingkat alternatif tiap ciri. Dan akhirnya konsumen akan tiba pada
sikap ke arah alternatif merek melalui prosedur tertentu. (Bilson
Simamora, 2008:16).
4) Keputusan Pembelian
Model Pilihan Konsumen yang Non-Kompensasi
Dengan model non-kompensasi pada pilihan konsumen, pertimbangan
atribut positif dan negatif tidak perlu disaring. Mengevaluasi atribut lebih
26
dalam membuat keputusan menjadi lebih mudah bagi seorang, tetapi juga
meningkatkan orang untuk melakukan pilihan yang berbeda jika dia lebih
leluasa menghadapi rincian yang lebih besar. Konsumen mungkin tidak
ingin menghabiskan begitu banyak waktu dan energi untuk menilai merek.
Mereka sering menempuh “jalan pintas mental” yang mencakup berbagai
penyederhanaan warisan pilhan (choice-heuristics). (Kotler, 2007:240)
Warisan pilihan tersebut menurut Kotler , antara lain:
- Pada pengalaman konjungtif, konsumen menetapkan satu tingkat
minimum yang dapat diterima untuk setiap atribut dan memilih
alternatif pertama yang memenuhi standar minimum untuk semua
atribut.
- Pada pengalaman leksikografik, konsumen memilih merek terbaik
berdasarkan atribut yang dirasakan paling penting.
- Pada pengalaman eliminasi berdasarkan aspek, konsumen
membandingkan merek pada sebuah atribut yang diseleksi dengan
memerhatikan tingkat probabilitas di mana probabilitas memilih sebuah
atribut itu secara positif berhubungan dengan arti pentingnya dan merek
dieliminasi jika tidak memenuhi tingkat minimum yang dapat diterima.
5) Perilaku Sesudah Pembelian
Sesudah pembelian terhadap suatu produk, konsumen akan mengalami
beberapa tingkat kepuasan dan ketidakpuasan. (Bilson Simamora,
2008:19).
- Kepuasan sesudah pembelian
27
Konsumen mendasarkan harapannya kepada informasi yang mereka
terima tentang produk. Jika kenyataan yang mereka dapat ternyata
berbeda dengan yang diharapkan maka mereka merasa tidak puas. Bila
produk tersebut memenuhi harapan, mereka akan merasa puas. (Bilson
Simamora, 2008:19).
- Tindakan sesudah pembelian
Penjualan perusahaan berasal dari dua kelompok, yaitu pelanggan baru,
dan pelanggan ulang. Mempertahankan pelanggan lama adalah lebih
penting daripada menarik pelanggan baru. Oleh karena itu, perusahaan
harus memperhatikan kepuasan pelanggan. Jika konsumen merasa puas,
ia akan memperlihatkan kemungkinan untuk membeli lagi produk
tersebut. Sedangkan konsumen yang tidak puas akan melakukan hal
yang sebaliknya, bahkan menceritakan ketidakpuasannya kepada orang
lain disekitarnya, yang membuat konsumen lain tidak menyukai produk
tersebut. (Bilson Simamora, 2008:20).
F. PERBANKAN SYARIAH
1. Pengertian Bank Syariah
Sebelum kepada pengertian bank syariah, terlebih dahulu kita lihat
pengertian bank secara umum. Secara umum bank berasal dari bahasa
Italia Banco yang artinya bangku. Menurut Undang-undang No.7 Tahun
1992 tentang Perbankan diperbaharui dengan Undang-undang No.10
Tahun 1998. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
28
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. (Ahmad
Rodoni, 2005:21).
Sedangkan bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas
BUS dan BPRS (Pasal 1 angka 7 UU Perbankan Syariah), (Zubairi Hasan,
2009:5). Pengertian bank syariah dalam Modul Perbankan Syariah oleh
Arif Mufraini, adalah lembaga keungan yang tata cara beroperasinya
dalam penghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran dana,
memberikan dan mengenakan imbalan didasarkan pada tata cara
bermuamalat secara islami atau prinsip syariah, yakni mengacu kepada
ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadist Atau dengan kata lain Bank
syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran dan
peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip
syari’at Islam. Bank syariah dapat melaksanakan semua kegiatan yang
biasa dilakukan oleh bank konvensional namun tidak boleh berdasarkan
bunga. (Arif Mufraini, 2008:17).
Menurut Ali Sakti (2007:288) Bank Islam (syariah) merupakan
lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi
melalui aktivitas investasi atau jual beli, serta memberikan pelayanan jasa
simpanan bagi para nasabah.
29
2. Produk dan Jasa Bank Syariah
a. Produk Penghimpunan Dana (Funding)
1) Giro (wadi’ah)
Giro (wadi’ah) merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak
lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. (Syafi’I Antonio,
2001:85). Sedikitnya ada dua jenis wadi’ah:
- Wadi’ah yad dhamanah, yaitu wadiah di mana si penerima titipan
dapat memanfaatkan barang titipan tersebut dengan seizin
pemiliknya dan menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut
secara utuh setiap saat si pemilik menghendakinya. (Sri
Nurhayati, 2008:230).
- Wadi’ah amanah, yaitu wadi’ah di mana utang/barang yang
dititipkan hanya boleh disimpan dan tidak boleh didayagunakan.
Si penerima titipan tidak bertanggung jawab atas kehilangan dan
kerusakan yang terjadi pada barang titipan selama hal ini bukan
akibat dari kelalaian atau kecerobohan penerima titipan dalam
memelihara titipan tersebut. (Sri Nurhayati, 2008:230).
2) Tabungan (mudharabah)
Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1) Mudharabah Mutlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul
mal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak
30
dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.
(Syafi’I Antonio, 2001:97).
2) Mudharabah Muqayyadah adalah kebalikan dari mudharabah
muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha,
waktu, atau tempat usaha. (Syafi’I Antonio, 2001:97).
Pada prakteknya, bank syariah menerapkan dua akad dalam
tabungan yaitu wadi’ah dan mudharabah. Tabungan yang
menerapkan akad wadi’ah digunakan untuk tabungan yang dapat
ditarik sewaktu-waktu. Pada prinsipnya tabungan ini menyerupai
giro, hanya saja sistem penarikannya tidak menggunakan cek.
Dalam hal tenggung jawab dan pembagian keuntungan atas
penggunaan dana tabungan sama seperti giro. Sedangkan tabungan
yang menerapkan akan mudharabah mengikuti prinsip-prinsip
mudharabah antara lain:
- Keuntungan dari dana yang diinvestasikan harus dibagi antara
shasibul maal (penabung) dan mudharib (pihak bank).
- Adanya tenggang waktu antara dana yang diberikan dan
pembagian keuntungan. Karena untuk melakukan investasi
dengan memutar dana itu diperlukan waktu yang cukup.
- Apabila bank mengalami kerugian, maka pemilik tabungan juga
ikut menanggung resiko kerugian tersebut.
b. Produk Penyaluran Dana (Landing)
1) Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli, antara lain:
31
- Murabahah
Murabahah bi tsaman ajil atau lebih dikenal dengan Murabahah.
berasal dari kata ridhu (keuntungan) adalah transaksi jual beli
dimana bank menyebut jumlah keuntungan. Bank bertindak
sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual
adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan.
Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka
waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli
dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya
akad. (Arif Mufraini, 2008: 41).
- Salam
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjual-
belikan belum ada. Oleh karena itu barang diserahkan secara
tangguh sedangkan pembayaran dilakukan tunai. Bank bertindak
sebagai pembeli, sedangkan nasabah sebagai penjual. (Arif
Mufraini, 2008: 43).
- Istishna
Produk istishna menyerupai produk salam, tapi dalam istishna
pembayaran dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali
(termin) pembayaran. Istishna dalam bank syariah umumnya
diaplikasikan dalam pembiayaan manufaktur dan konstruksi.
Ketentuan umum istishna, antara lain: spesifikasi barang pesanan
harus jelas, seperti jenis, macam, ukuran, mutu, dan jumlah.
32
Harga jual yang disepakati dicantumkan dalam akad istishna dan
tidak boleh berubah selama berlakunya akad. Jika terjadi
perubahan dari criteria pesanan dan terjadi perubahan harga
setelah akad ditandatangani, maka seluruhnya biaya tambahan
tetap ditanggung nasabah. (Arif Mufraini, 2008: 45).
2) Pembiayaan dengan Prinsip Sewa, antara lai:
- Ijarah
Dalam konteks fikih klasik, ijarah adalah hak untuk pemanfaatan
barang atau jasa dengan membayar imbalan tertentu akad
pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam
waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. (Arif Mufraini, 2008:
46).
3) Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil, antar lain:
- Pembiayaan Musyarakah yaitu kerjasama antara dua
pihak atau lebih dalam hal modal dan keuntungan. (Arif Mufraini,
2008: 50).
- Pembiayaan mudharabah adalah bentuk kerja sama
antara dua pihak atau lebih dimana pihak modal (shahibul maal)
mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib)
dengan suatu perjanjian keuntungan. (Arif Mufraini, 2008:56).
c. Produk Jasa Bank Syariah
1) Hiwalah (Alih Utang-Piutang)
33
Hiwalah adalah transaksi mengalihkan utang-piiutang. Dalam
praktik perbankan syariah fasilitas hiwalah lazimnya untuk
melanjutkan supplier mendapatkan modal tunai agar dapat
melanjutkan produksinya. Bank mendapatkan ganti biaya atas jasa
pemindahan piutang. (Arif Mufraini, 2008:62).
2) Rahn (Gadai)
Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan
tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang
menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil seluruh atau
sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn
adalah semacam jaminan utang atau gadai. (Syafi’I Antonio,
2001:128).
3) Qardh
Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih
atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa
mengharapkan imbalan. (Syafi’I Antonio, 2001:131).
4) Wakalah (Perwakilan)
Wakalah atau wikalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau
pemberian mandat. Akan tetapi, maksud wakalah ini adalah
34
pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal-
hal yang diwakilkan. (Syafi’I Antonio, 2001:131).
5) Kafalah
Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil)
kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau
yang ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah yaitu mengalihkan
tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada
tanggung jawab orang lain sebagai penjamin. (Syafi’I Antonio,
2001:123).
G. Penelitian Terdahulu
Sebagai pertimbangan dan acuan perbandingan untuk landasan penelitian
yang akan dilakukan oleh penulis, maka penelitian ini menggunakan acuan
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Samsudin, dengan judul ,
Mengapa Nasabah Memilih menggunakan Jasa Bank Syariah? (Studi Kasus
pada BSM Thamrin) tahun 2005, penelitian ini ingin mengetahui faktor
dominan apa yang mempengaruhi nasabah menggunakan jasa Bank Syariah
Mandiri, dari 150 nasabah yang diteliti, diperoleh hasil dengan analisis faktor
yakni, faktor-faktor dominan atau yang paling mempengaruhi nasabah untuk
menabung di BSM adalah ”faktor fasilitas dan pelayanan”. Fakta ini
menegaskan bahwa nasabah BSM lebih cenderung melihat faktor fasilitas dan
pelayanan ketika hendak menggunakan jasa (menabung) di Bank Syariah
Mandiri dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya.
35
Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Harif Amali Rivai, SE., M.Si. dan
kawan-kawan yang merupakan kerjasama antara Bank Indonesia dengan
CBR Universitas Andalas yang sepenuhnya dibiayaai oleh Bank Indonesia
pada tahun 2006 dengan judul “Identifikasi faktor penentu keputusan
konsumen dalam memilih jasa perbankan: Bank Konvensional VS Bank
Syariah”.
Hasil dari penelitian ini adalah menemukan bahwa terdapat perbedaan
persepsi terhadap keberadaan bank syariah dibanding dengan bank
konvensional. Dari 124 responden nasabah bank konvensional,sebanyak
51,4% menyatakan bahwa konsep bunga bertentangan dengan ajaran agama.
Namun demikian mereka tetap memilih untuk tetap berhubungan dengan
berbagai produk yang ditawarkan bank konvensional.
Hanya 29,8% dari jumlah responden yang menyatakan dengan tegas
bahwa konsep bunga tidak bertentangan dengan ajaran agama, sehingga dapat
menjadikan ligitimasi bagi mereka untuk tetap berhubungan dengan berbagai
produk bank konvensional. Sementara sisanya(18,5%) berpendapat bahwa
mereka tidak tahu; apakah bunga bertentangan dengan agama.
Hasil pengujian dengan cross-tab analysis mendukung bahwa tidak
terdapat hubungan signifikan antara persepsi tentang bunga dengan keinginan
untuk menjadi nasabah bank syariah. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan berdasarkan niat
nasabah bank konvensional untuk menjadi nasabah bank syariah.
H. Kerangka Pemikiran
36
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi
dari serangkaian masalah yang ditetapkan.(Abdul Hamid :2007:26 ).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan alat analisis faktor untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah dalam
menggunakan jasa bank syariah. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor
agama, produk, fasilitas dan pelayanan, lokasi atau tempat, SDM, promosi,
merek, keluarga, teknologi, dan kondisi ekonomi.
Secara skematis alur kerangka penelitian terdapat dalam Gambar.
Kerangka penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Syariah 11. Keamanan Lokasi 21. Nama BSM Sudah Terkenal 2. Pengetahuan Tentang Bunga 12. Kemudahan Transportasi dan Terpercaya 3. Investasi Pada Bisnis yang Baik dan 13. Gedung yang, menarik, nyaman, dan 22. BSM Merupakan Bank
Halal Menyenangkan Syariiiah Terbesar
4. Keragaman Produk 14. Keramahan 23. Dorongan dari Keluarga 5. Kualitas Produk 15. Penampilan 24. Informasi Dari Keluarga 6. Tingkat Bagi Hasil 16. Kesabaran 25. Sistem Terkomputerisasi 7. Fasilitas Pelayanan Lengkap 17. Komunikasi 26. Kemudahan Bertransaksi 8. Banyaknya Jaringan ATM 18. Pengiklanan 27. Turunnya Suku Bunga 9. Kenyamanan Interior 19. Personal Selling 28. Tingkat Pengembalian 10. Lokasi Strategis 20. Adanya Sosialisasi dari Pihak Lain Keuntungan yang Tinggi
37
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
I. Hipotesis
Uji KMO and Bartlett’s
Factoring
Factor Rotation
Faktor ke- Faktor ke- Faktor ke- Faktor ke-
Analisis Faktor
38
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
masalah yang diajukan dan jawaban itu masih diuji secara empirik
kebenaranya. Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penulis membuat
dugaan sementara bahwa faktor agama, faktor produk, faktor fasilitas dan
pelayanan, faktor lokasi/tempat, faktor sumber daya manusia (SDM), faktor
promosi, faktor merek, faktor keluarga, faktor teknologi, faktor kondisi
ekonomi, adalah faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh nasabah dalam
menggunakan jasa Bank Syariah.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di daerah Rangkasbitung, lebih tepatnya di PT.
Bank Syariah Mandiri Tbk. Cabang Pembantu Lebak. Lokasi tersebut peneliti
pilih karena BSM Cabang Pembantu Lebak merupakan bank syariah yang
39
pertama berdiri di Lebak dan memiliki nasabah yang banyak dan transaksi
yang beragam daripada bank syariah lainnya di Lebak. Penulis akan meneliti
dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah untuk
menggunakan jasa bank syariah pada PT. Bank Syariah Mandiri Tbk. Cabang
Pembantu Lebak.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang dijadikan subyek
penelitian sebagai “wakil” dari para anggota populasi. (Supardi, 2005: 103).
Teknik sampling yang digunakan adalah teknik convenience sampling.
Convenience sampling adalah istilah umum yang mencakup variasi luasnya
prosedur pemilihan responden. Convenience sampling berarti unit sampel
yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur,
dan bersifat kooperatif. (Abdul Hamid, 2007:30). Pemilihan lokasi tersebut
didasarkan pada pertimbangan bahwa di lokasi PT. Bank Syariah Mandiri
Tbk tersebut merupakan satu-satunya bank syariah yang berdiri di Lebak dan
memiliki nasabah yang banyak dan transaksi yang beragam. Sampel diambil
sebanyak 100 orang responden yang merupakan nasabah BSM yang
menggunakan jasa perbankan pada BSM Cabang Pembantu Lebak, dengan
menggunakan patokan rasio 10:1, yang berarti satu variabel seharusnya ada
10 sampel. (Santoso, 2006:12).
C. Metode Pengumpulan Data
40
Menurut pendapat Mc.Leod (1995) dalam Husein Umar, pengertian data
dari sudut ilmu system informasi adalah suatu fakta dan angka secara relatif
tidak berarti bagi pemakai.
1. Jenis Data
a. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik
dari individu atau perorangan, seperti hasil wawancara atau hasil
pengisian kuesioner.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain. Data
primer disajikan antara lain dalam bentuk table-tabel atau diagram.
(Husein Umar, 2002:82).
2. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah perorangan. Perorangan yaitu
nasabah-nasabah dari Bank Syariah Mandiri Cabang Pembantu Lebak.
3. Pengumpulan Data
Angket atau kuisioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan
memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden,
dengan harapan mereka akan memberikan respon atas daftar pertanyaan
41
tersebut. Dengan daftar pertanyaan bersifat tertutup yaitu yaitu dengan
memberikan alternatif-alternatif jawaban yang telah disediakan. (Husein
Umar, 2002:114). Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode
penelitian deskripsi (descriptive research). Menurut Supardi penelitian
jenis ini dilakukan pada taraf atau kadar kajian dan analisis semata-mata
ingin mengungkapkan suatu gejala/pertanda dan keadan sebagaimana
adanya.
Kuisioner menggunakan skala Likert, menurut Kinnear (1998) dalam
Husein Umar, skala ini berhubungan dengan pernyataan tentang sikap
seseorang terhadap sesuatu, misalnya setuju-tidak setuju, senang-tidak
senang, dan baik-tidak baik. (Husein Umar, 2005:89) dengan rumusan
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Skala Likert
Bobot Kategori
5 Sangat Setuju
4 Setuju
3 Ragu-ragu
2 Tidak Setuju
1 Sangat Tidak Setuju
Dengan menggunakan skala Likert 5 poin, caranya dengan
menghadapkan responden pada sejumlah pettanyaan dan kemudian
42
diminta untuk memberikan jawaban atas tingkat pelaksanaan yang terdiri
dari sangat setuju, setuju, agak tidak setuju, tidak setuju, sangat tidak
setuju.
D. Metode Analisis
Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah bersifat eksplorasi yang
gunanya untuk menjawab pertanyaan apa, sehingga dapat memperoleh
jawaban atas pertanyaan tersebut akan memberikan pemahaman dan
pengertian secara mendalam terhadap suatu objek.
Skala pengukuran adalah kesepakatan yang digunakan sebagai acuan
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam pengukuran,
sehingga bila alat ukur itu digunakan dalam pengukuran maka akan bisa
menghasilkan data kuantitatif. Dengan skala pengukuran ini, maka nilai
variabel yang diukur dengan instrument tersebut dapat dinyatakan dalam
bentuk angka sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif. Cara
yang paling sering digunakan dalam menentukan skor adalah dengan
menggunakan skala Likert, yang telah dijelaskan diatas dalam
pengumpulan data. Cara pengukurannya adalah dengan memberikan
jawaban,skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial.
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir
dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan/pernyataan. Validitas,
43
menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang
anda ingin diukur. Dapat dikatakan, mampu memperoleh data yang
tepat dari variable yang hendak diteliti. Validitas suatu butir pertanyaan
dapat dilihat pada hasil output SPSS pada tabel Correlations, jika butir
pertanyaan itu valid terdapat (*) pada PearsonCorrelation, tabel
terlampir.
2. Uji Realibilitas
Realibilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukan
konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama.
Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk
memberikan hasil pengukuran yang konsisten (Husein Umar,
2005:135). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
mendapatkan nilai Cronbach Alpha > dari 0,6 (I am Ghozali,
2001:42)… teknik yang digunakan adalah koefisien Cronbach’s Alpha,
dengan rumus:
Dimana:
= realibilitas instrument
k = banyaknya butir pertanyaan
r11 =
44
= varians total
∑ = jumlah varians butir
3. Analisis Faktor
Teknik analisis yang digunakan peneliti adalah analisis faktor.
Tujuan dari analisis faktor adalah mendefinisikan struktur suatu data
matrik dan menganalisis struktur yang saling berhubungan (korelasi)
antar sejumlah besar variabel test score, test items, jawaban kuisioner)
dengan cara mendefinisikan satu set kesamaan variabel atau dimensi.
Jadi analisis faktor ingin menemukan suatu cara meringkas
(summarize) informasi yang ada dalam variabel asli (awal) menjadi satu
set dimensi baru atau variate (factor) (Imam Ghozali, 2001:267). Model
analisis faktor dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
Xi = Aij + Ai2F2…………………+AimFm+ViUi
Dimana:
Xi : Variabel standar yang ke-1
Aij : Koefisien multiple regresi standar dari variabel ke-1 pada
factor j
F : Common factor
Vi : Koefisien regresi berganda standar dari variael ke-1 pada
faktor Unik-i
45
Ui : Faktor Unik variabel-i
m : Banyaknya common factor
Faktor unik berkorelasi satu dengan yang lain dan dengan common
faktor. Common factor dapat dinyatakan sebagai kombinasi dari
variabel yang diteliti.
Demgam persamaan:
Fi = Wi1X1 + Wi2X2 + Wi3X3 ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, + WikXk
Dimana:
Fi : Faktor ke-1 yang dicermati
Wi : Bobot atau koefisien Core Factor
Xk : Banyaknya variabel X pada factor ke-k
Proses analisis faktor:
Setelah sampel didapat dan diuji, langkah selanjutnya adalah
melakukan proses analisis factor. Proses tersebut meliputi:
1) Menentukan variabel apa saja yang akan dianalisis.
2) Menguji variabel-variabel yang telah ditentukan, menggunakan
metode Bartlett Test of Sphercity serta pengukuran MSA
(MeBeberapa measure of Sampling Adequacy).
46
3) Melakukan proses inti pada analisis faktor, yakni factoring, atau
menurunkan satu atau lebih faktor dari variabel-variabel yang telah
lolos pada uji variabel sebelumnya.
4) Melakukan proses factor rotation atau rotasi terhadap faktor yang
telah terbentuk. Tujuan rotasi untuk memperjelas variabel yang
masuk ke faktor tertentu.
Beberapa metode rotasi:
1) Orthogonal Rotation, yakni memutar sumbu 90°. Proses rotasi
dengan metode Orthogonal masih bias dibedakan menjadi
Quartimax, Varimax, dan Equimax.
2) Oblique Rotation, yakni memutar sumbu ke kanan, tetapi tidak
harus 90°. Proses rotasi dengan menggunakan metode Oblique
masih bias debedakan menjadi Oblimin, Promax, Orthoblique,
dan lainnya.
5) Interprestasi atas faktor yang telah terbentuk, khususnya
member nama atas faktor yang terbentuk, yang dianggap mewakili
variabel-variabel anggota faktor tersebut.
6) Validasi atas faktor untuk mengetahui apakah faktor yang
telah terbentuk telah valid, dapat dilakukan.
7) Uji KMO dan Berthen Test, memiliki beberapa hal yaitu
angka KMO (Kaiser-Meyer-otkin) haruslah berada di atas 0,5 dan
signifikan harus berada di bawah 0,05 sedangkan pada uji MSA
angkanya haruslah berada pada 0 sampai 1 dengan criteria:
47
1) MSA = 1, Variabel dapat dprediksi tanpa kesalahan oleh
variabel yang lain.
2) MSA > 0,5, variabel masih bisa diprediksi dan bias dianalisis
lebih lanjut.
3) MSA < 0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bias dianalisis
lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya.
E. Operasional Variabel Penelitian
Perumusan operasi variabel ini berdasarkan dari kerangka pemikiran
yang telah diutarakan pada bab dua.
No Variabel Sub Variabel Indikator Skala
1. Bauran Pemasaran (X)
1.1 Agama 1. Prinsip Syariah 2. Pengetahuan Tentang
Bunga 3. Investasi Pada Bisnis
yang baik dan Halal
Ordinal
1.2 Produk 1. Keragaman Produk 2. Kualitas Produk 3. Tingkat Bagi Hasil
Ordinal
1.3 Fasilitas 1. Fasilitas Pelayanan Lengkap
2. Banyaknya Jaringan ATM
3. Kenyamanan Interior
Ordinal
1.4 Lokasi atau Tempat
1. Lokasi Strategis 2. Keamanan Lokasi 3. Kemudahan
Transportasi 4. Gedung yang,
menarik, nyaman, dan
menyenangkan
Ordinal
1.5 Sumber Daya 1. Keramahan 2. Penampilan
Ordinal
48
Manusia (SDM) 3. Kesabaran 4. Komunikasi
1.6 Promosi 1. Pengiklanan 2. Personal Selling 3. Adanya Sosialisasi
dari Pihak Lain
Ordinal
1.7 Merek 1. Nama BSM Sudah Terkenal dan Terpercaya
2. BSM Merupakan Bank Syariah Terbesar
dan Anak Perusahaan Bank Mandiri
Ordinal
1.8 Keluarga 1. Dorongan Dari Pihak Keluarga
2. Informasi Dari Keluarga
Ordinal
1.9 Teknologi 1. Sistem Transaksi yang sudah Terkomputerisasi
2. Kemudahan Bertransaksi Menggunakan Teknologi yang ada
Ordinal
1.10 Kondisi Ekonomi
1. Turunnya (Rendahnya) Tingkat Suku Bunga di Bank-bank Konvensional
2. Tingkat Pengembalian Keuntungan (Return) yang Tinggi di BSM.
Ordinal
Definisi Operasional Variabel di atas adalah sebagai berikut:
1. Variabel Bebas (Independen Variabel)
49
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang penulis
angkat yang terdiri dari:
a. Agama
Perbankan syariah memang lebih banyak diminati oleh masyarakat
Indonesia yang mayoritas beragama Islam, tetapi sejauh mana faktor
agama mempengaruhi keputusan nasabah.
b. Produk
Produk yang ditawarkan oleh Bank Syariah Mandiri yang beragam,
segingga menjadi ciri khas atau karakteristik tersendiri yang
membedakan denga bank konvensional.
c. Fasilitas
Fasilitas yang dimilik oleh BSM seperti ruang ber-AC, tempat duduk
yang nyaman, dan juga termasuk tempat parkir yang luas.
d. Tempat atau Lokasi
Tempat atau lokasi merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam
memasarkan baik barang maupun jasa. Semakin mudah dijangkau
semakin baik.
e. SDM
Pentingnya SDM sangat mempengaruhi bagaimana suatu jasa itu
dikemas. Sehingga petugas bank merupakan pilar utamanya.
f. Promosi
50
Bagaimana BSM melakukan promosi terhadap produk perbankannya
sehungga dapat diketahui oleh masyarakat.
g. Merek
Kepercayaan masyarakat terhadap merek Bank Syariah Mandiri.
h. Keluarga
Seberapa besar pihak keluarga dapat mempengaruhi keputusan nasabah
dalam menentukan pilihannya.
i. Teknologi
Sejauh mana pengaruh teknologi dalam mempengaruhi keputusan
nasabah.
j. Kondisi Ekonomi
Seberapa besar pengaruh kondisi ekonomi terhadap keputusan nasabah
dalam memilih bank syariah.
2. Variabel Terikat (Dependen Variabel)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keputusan nasabah.
Keputusan pnasabah adalah perasaan senang atau kecewa sseseorang yang
muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap
kineerja suatu produk dan jasa yang ditawarkan.
51
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Perusahaan
Hadir dengan Cita-Cita Membangun Negeri
Nilai-nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan
integritas telah tertanam kuat pada segenap insan Bank Syariah Mandiri
(BSM) sejak awal pendiriannya.
Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah
sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana
diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis
multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan
beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan
masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri
perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami
krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan
merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki
oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT
Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi
tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta
mengundang investor asing.
52
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger)
empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan
Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero)
pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga
menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai
pemilik mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri
melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan
Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan
perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon
atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank
umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa
pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk
melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi
bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah
segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan
usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi
berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri
sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal
8 September 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah
dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No.
53
1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat
Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/
1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri.
Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah
Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420
H atau tanggal 1 November 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank
yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang
melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan
nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah
Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk
bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.
2. Visi dan Misi
Visi
Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha.
Misi
Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan
Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran
pembiayaan pada segmen UMKM
Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan
kerja yang sehat
54
Mengembangkan nilai-nilai syariah universal
Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang
sehat.
B. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Untuk menguji apakah butir-butir pernyataan itu valid, dilakukan
penyebaran kuesioner kepada para nasabah Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Pembantu Lebak dengan memberikan 28 butir pernyataan untuk
menguji validitas dan reliabilitas dari semua pernyataan tersebut.
Kuesioner dibagi ke dalam sepuluh faktor utama yaitu faktor agama,
faktor produk, faktor fasilitas dan pelayanan, faktor lokasi/tempat, faktor
Sumber Daya Manusia (SDM), faktor promosi, faktor merek, faktor
keluarga, faktor teknologi, dan faktor kondisi ekonomi.
Pada uji validitas digunakan 100 kuesioner dengan 28 butir
pernyataan yang telah diisi oleh responden, dan r tabel signif pada
5%=0,195 (tabel r terlampir) untuk mengetahui apakah butir pernyataan
pada kuesioner tersebut valid. Untuk mengetahui validitas ke-28 butir
pernyataan tersebut dapat dilihat dari nilai Correlated Item-Total
Correlation yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.1 Uji Validitas
Konstruk Penilaian Pearson Sign. (2- N
55
Correlation tailed)
A. Faktor Agama
persepsi nasabah (Ag1) 0.538** 0.000 100
pengetahuan saya tentang riba (Ag2) 0.340** 0.001 100
investasi bsm yg baik dan halal (Ag3) 0.542** 0.000 100
B. Faktor Produk
produk yg beragam dan menarik (Pd1) 0.662** 0.000 100
kualitas produk yg tinggi dan inovatif
(Pd2) 0.600** 0.000 100
tingkat basil (basil) (Pd3) 0.511** 0.000 100
C. Faktor Fasilitas
fasilitas lengkap (Fs1) 0.604** 0.000 100
banyaknya jaringan atm (Fs2) 0.656** 0.000 100
kenyamanan interior ruangan (Fs3) 0.583** 0.000 100
D. Faktor Lokasi/Tempat
lokasi yg strategis (Lk1) 0.516** 0.000 100
lokasi yg aman (Lk2) 0.482** 0.000 100
lokasi yg mudah dijangkau (Lk3) 0.510** 0.000 100
gedung bsm yg menarik,nyaman,dan
menyenangkan (Lk4) 0.446** 0.000 100
E.Faktor Sumber Daya Manusia (SDM)
keramahan karyawan (Sd1) 0.563** 0.000 100
penampilan yg bersih dan rapi (Sd2) 0.305** 0.002 100
kesabaran setiap karyawan (Sd3) 0.543** 0.000 100
kemudahan berkomunikasi (Sd4) 0.435** 0.000 100
F. Faktor Promosi
promosi yg baik (Pm1) 0.507** 0.000 100
terdapat promosi personal selling (Pm2) 0.442** 0.000 100
sosialisasi dari pihak lain (Pm3) 0.460** 0.000 100
56
G. Faktor Merek
bsm sudah terkenal (Mr1) 0.464** 0.000 100
bsm merupakan bank syariah terbesar
dan anak perusahaan bank mandiri
(Mr2) 0.503** 0.000 100
H. Faktor Keluarga
dorongan dari pihak keluarga (Kl1) 0.548** 0.000 100
informasi dari keluarga (Kl2) 0.504** 0.000 100
I. Faktor Teknologi
sistem yg terkomputerisasi (Tk1) 0.438** 0.000 100
transaksi lebih mudah (Tk2) 0.648** 0.000 100
J. Faktor Kondisi Ekonomi
tingkat suku bunga yg tinggi (Ke1) 0.521** 0.000 100
pengembalian yg tinggi (Ke2) 0.683** 0.000 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed) *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed) Sumber: Data Olahan SPSS
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa semua butir pernyataan valid
karena r hitung > r tabel (0,195) berdasarkan nilai hitung Pearson
Correlation. Butir pernyataan pada kuesioner tersebut telah valid dan
selanjutnya akan di analisis dengan menggunakan analisis faktor.
2. Reliabilitas
Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan
nilai Cronbach Alpha>0,60. Tabel reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.2
di bawah ini.
Tabel 4.2 Reliability Statistics
Reliability Statistics
57
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items
N of Items
.897 .901 28 Sumber: Hasil Output SPSS
Dari tabel di atas nilai Cronbach Alpha sebesar 0,897>0,60 maka
dapat disimpulkan bahwa ke-28 variabel tersebut adalah valid dan
reliabel untuk mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
nasabah dalam menggunakan jasa Bank Syariah di Bank Syariah Mandiri
Cabang Pembantu Lebak.
C. Penemuan dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
Penelitian ini menggambarkan keadaan responden yang berjumlah
100 responden pada nasabah Bank Syariah Mandiri Cabang Pembantu
Lebak, yang terdiri dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan terakhir,
pekerjaan, pendapatan per bulan dan produk yang digunakan.
Berdasarkan hasil pengolahan kuesioner maka diperoleh data sebagai
berikut:
a. Jenis Kelamin
58
Tabel 4.3 Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 62 62.0 62.0 62.0
Perempuan 38 38.0 38.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 62 responden atau
62% berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan sisanya sebanyak 38 atau
38% responden berjenis kelamin perempuan. Atau jika dilukiskan
dalam grafik akan tampak sebagai berikut ini:
Gambar 4.1 Jenis Kelamin
b. Usia
Tabel 4.4 Usia Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
59
Valid > 55 4 4.0 4.0 4.0
17-25 25 25.0 25.0 29.0
26-40 43 43.0 43.0 72.0
41-55 28 28.0 28.0 100.0
Total 100 100.0 100.0 Sumber: Hasil Output SPSS Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 25 responden atau
25% berusia 17-25 tahun, sebanyak 43 responden atau 43% berusia 26-
40 tahun, sebanyak 28 responden atau 28% berusia 41-55 tahun, dan
terdapat 4 responden atau 4% berusia >55 tahun. Atau jika dilukiskan
dalam grafik akan tampak sebagai berikut ini:
Gambar 4.2 Usia
c. Pendidikan Terakhir
Tabel 4.5 Pendidikan
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Diploma 9 9.0 9.0 9.0
Lain-lain 3 3.0 3.0 12.0
Sarjana 53 53.0 53.0 65.0
SD 2 2.0 2.0 67.0
60
SLTA 31 31.0 31.0 98.0
SLTP 2 2.0 2.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 53 responden atau
53% berpendidikan sarjana, 9 responden atau 9% berpendidikan
diploma, 31 responden atau 31% berpendidikan SLTA, 2 orang
responden berpendidikan SLTP, 2 responden yang berpendidikan SD,
dan 3 responden yang berpendidikan lain-lain. Hal ini menggambarkan
tingkat pendidikan nasabah yang cukup tinggi. Jika digambarkan dalam
bentuk grafik akan tampak seperti di bawah ini:
Gambar 4.3 Pendidikan
d. Pekerjaan
Tabel 4.6 Pekerjaan
61
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ibu Rumah Tangga
2 2.0 2.0 2.0
Lain-lain 11 11.0 11.0 13.0
Pegawai Negeri 41 41.0 41.0 54.0
Pegawai Swasta 28 28.0 28.0 82.0
Pelajar/Mahasiswa
10 10.0 10.0 92.0
Wiraswasta 8 8.0 8.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 41 responden atau
41% bekerja sebagai pegawai negeri, 28 responden atau 28% bekerja
sebagai pegawai swasta, 8 responden atau 8% wiraswasta, 2 responden
atau 2% sebagai Ibu Rumah Tangga, 10 responden atau 10%
pelajar/mahasiswa, dan pekerjaan lain-lain sebesar 11 responden atau
11%. Jika digambarkan dalam bentuk grafik akan tampak seperti
berikut ini:
Gambar 4.4 Pekerjaan
e. Pendapatan per bulan Tabel 4.7
62
Pendapatan
Frequency Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
Valid < 500 ribu 12 12.0 12.0 12.0
> 5 juta 5 5.0 5.0 17.0
1-2 juta 30 30.0 30.0 47.0
2-5 juta 42 42.0 42.0 89.0
500 rb-1 juta
11 11.0 11.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 12 responden atau
12% berpenghasilan kurang dari 500 ribu, 11 responden atau 11%
memiliki pendapatan antara 500 ribu – 1 juta, 30 responden atau 30%
berpendapatan antara 1 juta - 2 juta, 42 responden atau 42%
berpenghasilan antara 2-5 juta, dan 5 orang berpenghasilan di atas 5
juta . Jika dilukiskan dalam bentuk grafik akan tampak seperti berikut
ini.
Gambar 4.5 Pendapatan
63
f. Produk yang digunakan
Tabel 4.8 Jenis Produk
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Deposito BSM 4 4.0 4.0 4.0 Giro BSM 2 2.0 2.0 6.0 Lain-lain 15 15.0 15.0 21.0 Tabungan Berencana
8 8.0 8.0 29.0
Tabungan BSM 64 64.0 64.0 93.0 Tabungan Mabrur 7 7.0 7.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS Dari tabel di atas dijelaskan bahwa terdapat 64 responden
menggunakan produk Tabungan BSM, 8 responden mengggunakan
produk Tabungan Berencana, 7 responden menggunakan Tabungan
Mabrur, 4 responden menggunakan produk Deposito BSM, 2 responden
menggunakan produk Giro BSM, dan 15 responden menggunakan
produk lainnya.
Jika ditampilkan dalam diagram batang, maka akan terlihat seperti di
bawah ini:
64
Gambar 4.6 Jenis Produk
g. Faktor Agama
Tabel 4.9 BSM sesuai dengan prinsip syariah
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ragu-ragu 7 7.0 7.0 7.0
Sangat Setuju 26 26.0 26.0 33.0
Sangat Tidak Setuju 1 1.0 1.0 34.0
Setuju 64 64.0 64.0 98.0
Tidak Setuju 2 2.0 2.0 100.0
65
BSM sesuai dengan prinsip syariah
Frequency Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
Valid Ragu-ragu 7 7.0 7.0 7.0
Sangat Setuju 26 26.0 26.0 33.0
Sangat Tidak Setuju 1 1.0 1.0 34.0
Setuju 64 64.0 64.0 98.0
Tidak Setuju 2 2.0 2.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS
Dari tabel dapat dilihat, terdapat 7 responden yang memiliki persepsi
ragu-ragu BSM sesuai dengan prinsip syariah, 26 responden
menyatakan sangat setuju BSM sesuai dengan prinsip syariah, 1
responden menyatakan sangat tidak setuju BSM sesuai dengan prinsip
syariah, sebanyak 64 menyatakan setuju BSM sesuai dengan prinsip
syariah, dan 2 responden memiliki pandangan tidak setuju BSM sesuai
dengan prinsip syariah. Dari keterangan di atas, dapat tergambarkan
sekitar 90% dari total responden atau sekitar 90 nasabah setuju bahwa
BSM sesuai dengan prinsip syariah.
Tabel 4.10 Saya mengetahui riba adalah haram
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ragu-ragu 2 2.0 2.0 2.0
Sangat Setuju 48 48.0 48.0 50.0
66
Sangat Tidak Setuju
1 1.0 1.0 51.0
Setuju 46 46.0 46.0 97.0
Tidak Setuju 3 3.0 3.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS
Dari tabel tersebut, terdapat 2 responden ragu-ragu bahwa riba
adalah haram, 48 responden menyatakan sangat setuju, 1 responden
menyatakan sangat tidak setuju, sebanyak 46 menyatakan setuju, dan 3
responden memiliki pandangan tidak setuju bahwa riba adalah haram.
Hal ini dapat tergambar bahwa nasabah mengetahui tentang riba adalah
haram.
Tabel 4.11 Investasi bisnis di BSM baik dan halal
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ragu-ragu 5 5.0 5.0 5.0 Sangat Setuju 19 19.0 19.0 24.0
Sangat Tidak Setuju 1 1.0 1.0 25.0 Setuju 74 74.0 74.0 99.0
Tidak Setuju 1 1.0 1.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS Dari tabel 4.11 di atas, sebanyak 5 responden yang menyatakan
ragu-ragu bahwa investasi bisnis di BSM baik dan halal, 19 responden
menyatakan sangat setuju, 1 responden menyatakan sangat tidak setuju,
sebanyak 74 menyatakan setuju, dan 1 responden memiliki pandangan
tidak setuju..Hal ini berarti sebagian besar nasabah beranggapan bahwa
investasi bisnis di BSM baik dan halal.
67
h. Faktor Produk
Tabel 4.12 Di BSM terdapat produk yang beragam dan menarik
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ragu-ragu 10 10.0 10.0 10.0
Sangat Setuju 14 14.0 14.0 24.0
Sangat Tidak Setuju
1 1.0 1.0 25.0
Setuju 75 75.0 75.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS
Dari tabel di atas, 10 responden yang menyatakan ragu-ragu bahwa
di BSM terdapat produk yang beragam dan menarik,14 responden
menyatakan sangat setuju, hanya 1 responden yang menyatakan sangat
tidak setuju, dan sebanyak 75 responden yang menjawab setuju bahwa
di BSM terdapat produk yang beragam dan menarik. Hal ini dapat
menggambarkan bahwa secara keseluruhan nasabah beranggapan
bahwa produk yang ditawarkan BSM beragam dan menarik.
Tabel 4.13 Kualitas produk BSM yang tinggi dan inovatif
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ragu-ragu 22 22.0 22.0 22.0
Sangat Setuju 9 9.0 9.0 31.0
Sangat Tidak Setuju
1 1.0 1.0 32.0
Setuju 68 68.0 68.0 100.0
68
Kualitas produk BSM yang tinggi dan inovatif
Frequency Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
Valid Ragu-ragu 22 22.0 22.0 22.0
Sangat Setuju 9 9.0 9.0 31.0
Sangat Tidak Setuju
1 1.0 1.0 32.0
Setuju 68 68.0 68.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil output SPSS
Dari tabel tersebut dapat dilihat,, 22 responden yang menyatakan
ragu-ragu bahwa kualitas produk BSM yang tinggi dan inovatif, 9
responden menyatakan sangat setuju, 1 responden yang menyatakan
sangat tidak setuju, dan sebanyak 68 responden yang menjawab setuju
bahwa kualitas produk BSM yang tinggi dan inovatif. Hal ini
menyatakan bahwa sebanyak 77 responden lebih memilih BSM karena
produknya yang tinggi dan inovatif.
Tabel 4.14 Tingkat bagi hasil yang tinggi (basil)
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ragu-ragu 33 33.0 33.0 33.0
Sangat Setuju 10 10.0 10.0 43.0
Setuju 54 54.0 54.0 97.0
69
Tidak Setuju 3 3.0 3.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS
Dari tabel 4.14 di atas, dapat dilihat 33 responden yang menyatakan
ragu-ragu, 10 responden menyatakan sangat setuju, 54 responden
menjawab setuju, dan hanya 3 orang yang menjawab tidak setuju. Hal
ini dapat menggambarkan bahwa lebih dari separuh jumlah responden
setuju bahwa di BSM tingkat bagi hasilnya yang tinggi.
i. Faktor Fasilitas
Tabel 4.15 Fasilitas pelayanan BSM yang lengkap
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ragu-Ragu 14 14.0 14.0 14.0
Sangat Setuju 10 10.0 10.0 24.0
Setuju 69 69.0 69.0 93.0
Tidak Setuju 7 7.0 7.0 100.0
Total 100 100.0 100.0 Sumber: Hasil Output SPSS
Dari tabel di atas, dapat dilihat, ada 14 responden yang menyatakan
ragu-ragu terhadap fasilitas pelayanan BSM yang lengkap, sebanyak 10
responden menyatakan sangat setuju, 69 responden menyatakan setuju,
dan sebanyak 7 responden yang menyatakan tidak setuju terhadap
fasilitas pelayanan BSM yang lengkap. Hal ini berarti sebagian besar
responden beranggapan bahwa fasilitas pelayanan di BSM yang
lengkap.
70
Tabel 4.16 Banyaknya jaringan ATM (baik ATM BSM maupun ATM bersama)
Frequency Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
Valid Ragu-ragu 23 23.0 23.0 23.0
Sangat Setuju 11 11.0 11.0 34.0
Sangat Tidak Setuju
2 2.0 2.0 36.0
Setuju 55 55.0 55.0 91.0
Tidak Setuju 9 9.0 9.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada 23 responden yang ragu-
ragu dengan banyaknya jaringan ATM, 11 responden menyatakan
sangat setuju, 2 responden menyatakan sangat tidak setuju, 55
responden menyatakan setuju,dan sebanyak 9 responden tidak setuju
dengan banyaknya jaringan ATM. Bila diakumulasikan maka sekitar
66% nasabah menyatakan banyaknya jaringan ATM (baik ATM BSM
itu sendiri maupun ATM Bersama).
Tabel 4.17 Kenyamanan interior ruangan
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ragu-ragu 5 5.0 5.0 5.0
Sangat Setuju 23 23.0 23.0 28.0
Setuju 70 70.0 70.0 98.0
Tidak Setuju 2 2.0 2.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
71
Sumber: Hasil Output SPSS
Dari tabel 4.16 di atas, sebanyak 5 responden yang menyatakan
ragu-ragu terhadap kenyamanan interior ruangan, 23 responden sangat
setuju terhadap kenyamanan interior ruangan, 70 responden setuju
terhadap kenyamanan interior ruangan , dan hanya 2 responden yang
menyatakan tidak setuju terhadap kenyamanan interior ruangan. Hal ini
berarti sekitar 93% nasabah merasa nyaman dengan interior ruangan
BSM.
j. Faktor Tempat/Lokasi
Tabel 4.18 Lokasi BSM di tempat yang strategis
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ragu-ragu 8 8.0 8.0 8.0
Sangat Setuju 27 27.0 27.0 35.0
Setuju 65 65.0 65.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS
Berdasarkan tabel tersebut, sebanyak 8 responden menyatakan ragu-
ragu terhadap lokasi BSM yang berada di tempat yang strategis, namun
72
sebanyak 27 responden menyatakan sangat setuju, dan 65 responden
menyatakan setuju terhadap lokasi BSM yang berada di tempat yang
strategis. Hal ini berarti hampir seluruh responden menyatakan bahwa
lokasi BSM berada di tempat yang strategis.
Tabel 4.19 Lokasi BSM berada di tempat yang aman/tidak rawan
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ragu-ragu 3 3.0 3.0 3.0 Sangat Setuju 22 22.0 22.0 25.0 Setuju 74 74.0 74.0 99.0 Tidak Setuju 1 1.0 1.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS Dari tabel di atas terlihat ada 3 responden yang masih ragu-ragu
terhadap lokasi BSM yang berada di tempat yang aman/tidak rawan, 22
responden sangat setuju, 74 responden setuju, hanya 1 responden yang
tidak setuju terhadap lokasi BSM yang berada di tempat yang
aman/tidak rawan. Hal ini menggambarkan secara keseluruhan nasabah
beranggapan bahwa lokasi BSM berada di tempat yang aman/tidak
rawan.
Tabel 4.20 Lokasi BSM mudah dijangkau/ditemukan
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ragu-ragu 4 4.0 4.0 4.0
Sangat Setuju 29 29.0 29.0 33.0
Setuju 66 66.0 66.0 99.0
Tidak Setuju 1 1.0 1.0 100.0
73
Lokasi BSM mudah dijangkau/ditemukan
Frequency Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
Valid Ragu-ragu 4 4.0 4.0 4.0
Sangat Setuju 29 29.0 29.0 33.0
Setuju 66 66.0 66.0 99.0
Tidak Setuju 1 1.0 1.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS
Berdasarkan tabel tersebut, 4 responden yang menyatakan ragu-ragu
terhadap lokasi BSM yang mudah dijangkau/ditemukan, 29 responden
sangat setuju lokasi BSM yang mudah dijangkau, 66 responden setuju
lokasi BSM yang mudah dijangkau, dan hanya 1 responden yang tidak
setuju terhadap lokasi BSM yang mudah dijangkau/ditemukan. Hal ini
bila diakumulasikan sebanyak 95% responden beranggapan bahwa
lokasi BSM berada di tempat yang aman/tidak rawan.
Tabel 4.21 Gedung BSM menarik, nyaman, dan menyenangkan
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ragu-ragu 8 8.0 8.0 8.0
Sangat Setuju 17 17.0 17.0 25.0
Setuju 73 73.0 73.0 98.0
Tidak Setuju 2 2.0 2.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS
74
Berdasarkan tabel 4.20, 8 responden yang menyatakan ragu-ragu, 17
responden sangat setuju, 73 responden setuju, dan 2 responden yang
tidak setuju. Hal ini menggambarkan sekitar 90% responden
menyatakan bahwa gedung BSM menarik, nyaman, dan
menyenangkan.
k. Faktor Sumber Daya Manusia (SDM)
Tabel 4.22 Keramahan setiap karyawan BSM
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ragu-ragu 3 3.0 3.0 3.0
Sangat Setuju 29 29.0 29.0 32.0
Setuju 67 67.0 67.0 99.0
Tidak Setuju 1 1.0 1.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS
Dari tabel di atas, ada 3 responden yang menjawab ragu-ragu, 29
responden menjawab sangat setuju, 67 responden menjawab setuju, dan
1 responden yang menjawab tidak setuju. Hal ini menggambarkan
hampir semua nasabah setuju mengenai adanya keramahan setiap
karyawan BSM.
Tabel 4.23 Setiap karyawan BSM berpenampilan bersih dan rapi
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ragu-ragu 2 2.0 2.0 2.0
75
Sangat Setuju 29 29.0 29.0 31.0
Setuju 69 69.0 69.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS
Dari tersebut, sebanyak 2 responden yang masih ragu-ragu bahwa
setiap karyawan BSM berpenampilan bersih dan rapi, 29 responden
menjawab sangat setuju, dan 69 responden menjawab setuju bahwa
setiap karyawan BSM berpenampilan bersih dan rapi. Hal ini
menggambarkan sebanyak 98% nasabah sepakat bahwa setiap
karyawan BSM berpenampilan bersih dan rapi.
Tabel 4.24 Adanya kesabaran yang tinggi setiap karyawan
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ragu-ragu 7 7.0 7.0 7.0
Sangat Setuju 18 18.0 18.0 25.0
Setuju 73 73.0 73.0 98.0
Tidak Setuju 2 2.0 2.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS
Berdasarkan tabel 4.23, sebanyak 7 responden yang menyatakan
ragu-ragu mengenai adanya kesabaran yang tinggi setiap karyawan
BSM, 18 responden sangat setuju, 73 responden setuju, namun ada 2
76
responden yang tidak setuju mengenai adanya kesabaran yang tinggi
setiap karyawan BSM. Hal ini berarti responden lebih banyak setuju
mengenai adanya kesabaran yang tinggi setiap karyawan BSM.
Tabel 4.25 Kemudahan berkomunikasi kepada karyawan
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ragu-ragu 2 2.0 2.0 2.0
Sangat Setuju 18 18.0 18.0 20.0
Setuju 79 79.0 79.0 99.0
Tidak Setuju 1 1.0 1.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS Dari tabel di atas ada 2 responden yang menyatakan ragu-ragu
terhadap kemudahan berkomunikasi kepada karyawan, 18 responden
sangat setuju, 79 responden setuju dan hanya ada 1 responden yang
tidak setuju. Secara keseluruhan hampir semua nasabah merasa bahwa
berkomunikasi kepada karyawan BSM mudah.
l. Faktor Promosi
Tabel 4.26 Promosi yang dilakukan BSM sudah baik
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ragu-ragu 20 20.0 20.0 20.0 Sangat Setuju 2 2.0 2.0 22.0 Sangat Tidak Setuju 1 1.0 1.0 23.0 Setuju 72 72.0 72.0 95.0 Tidak Setuju 5 5.0 5.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
77
Sumber: Hasil Output SPSS
Dari tabel, dapat dilihat 20 responden masih ragu-ragu mengenai
promosi yang dilakukan BSM sudah baik, 2 responden sangat setuju, 1
responden sangat tidak setuju, 5 responden yang tidak setuju, dan 72
responden setuju mengenai promosi yang dilakukan BSM sudah baik.
Hal ini berarti sekitar 72% responden telah mengakui bahwa promosi
yang dilakukan BSM sudah baik.
Tabel 4.27 Terdapatnya promosi melalui personal selling
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ragu-ragu 25 25.0 25.0 25.0
Sangat Setuju 6 6.0 6.0 31.0
Setuju 64 64.0 64.0 95.0
Tidak Setuju 5 5.0 5.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS
Dari tabel tersebut, sebanyak 25 responden ragu-ragu terdapatnya
promosi melalui personal selling, 6 responden sangat setuju, 64
responden setuju, dan sebanyak 5 responden menganggap tidak setuju
terdapatnya promosi melalui personal selling. Dalam hal tersebut, maka
sebanyak 70% responden menganggap adanya promosi melalui
personal selling.
78
Tabel 4.28 Adanya sosialisasi dari pihak lain (seperti guru,ulama,dll)
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ragu-ragu 38 38.0 38.0 38.0
Sangat Setuju 5 5.0 5.0 43.0
Setuju 35 35.0 35.0 78.0
Tidak Setuju 22 22.0 22.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS
Dari tabel di atas, sebanyak 38 responden ragu-ragu tidak adanya
sosialisasi dari pihak lain (seperti guru, ulama,dll), 5 responden sangat
setuju, 35 responden setuju, dan 22 responden tidak setuju. Dalam hal
ini, dapat tergambar bahwa sebanyak 60% responden menganggap tidak
adanya sosialisasi dari pihak lain (seperti guru, ulama,dll).
m. Faktor Merek
Tabel 4.29 Nama BSM sudah terkenal dan terpercaya
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ragu-ragu 12 12.0 12.0 12.0 sangat Setuju 11 11.0 11.0 23.0 Setuju 74 74.0 74.0 97.0 Tidak Setuju 3 3.0 3.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS
79
Berdasarkan tabel 4.26 tersebut, ada 12 responden masih ragu-ragu
bahwa nama BSM sudah terkenal dan terpercaya, 11 responden sangat
setuju bahwa nama BSM sudah terkenal dan terpercaya, 74 responden
setuju, bahwa nama BSM sudah terkenal dan terpercaya dan 3
responden tidak setuju bahwa nama BSM sudah terkenal dan
terpercaya. Hal ini, maka 85 % dari responden setuju bahwa nama BSM
sudah terkenal dan terpercaya.
Tabel 4.30 BSM merupakan bank syariah terbesar dan anak perusahaan Bank
Mandiri
Frequency Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
Valid Ragu-ragu 12 12.0 12.0 12.0
Sangat Setuju 18 18.0 18.0 30.0
Setuju 67 67.0 67.0 97.0
Tidak Setuju 3 3.0 3.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil Out put SPSS
Dari tabel di atas, terdapat 12 responden ragu-ragu, 67 responden
setuju, dan 3 responden tidak setuju. Dapat dilihat sebanyak 85% dari
jumlah responden percaya bahwa BSM merupakan bank syariah
terbesar dan anak perusahaan Bank Mandiri.
n. Faktor Keluarga
Tabel 4.31 Adanya dorongan dari pihak keluarga untuk menggunakan jasa
BSM
80
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ragu-ragu 17 17.0 17.0 17.0
Sangat Setuju 6 6.0 6.0 23.0
Sangat Tidak Setuju
1 1.0 1.0 24.0
Setuju 50 50.0 50.0 74.0
Tidak Setuju 26 26.0 26.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS Dari tabel tersebut, 17 responden ragu-ragu, 6 responden sangat
setuju, 1 responden sangat tidak setuju, 50 responden setuju, dan 26
responden tidak setuju. Berdasarkan data di atas, sekitar 56% terlihat
adanya dorongan dari pihak keluarga untuk menggunakan jasa BSM.
Tabel 4.32 Adanya informasi dari pihak keluarga tentang BSM
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ragu-ragu 14 14.0 14.0 14.0 Sangat Setuju 5 5.0 5.0 19.0 Sangat Tidak Setuju
2 2.0 2.0 21.0
Setuju 53 53.0 53.0 74.0 Tidak Setuju 26 26.0 26.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS
Dari tabel tersebut, terdapat 14 responden ragu-ragu adanya
informasi dari pihak keluarga untuk menggunakan jasa BSM, 5
responden sangat setuju, 2 responden sangat tidak setuju, 53 responden
setuju, dan 26 responden tidak setuju tentang adanya informasi dari
81
pihak keluarga. Berdasarkan tabel 4.29 di atas, dapat dilhat lebih dari
setengah responden, lebih tepatnya 58% responden menganggap adanya
informasi dari pihak keluarga untuk menggunakan jasa BSM.
Tabel 4.33 Sistem transaksi di BSM sudah terkommputerisasi
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ragu-ragu 2 2.0 2.0 2.0
Sangat Setuju 20 20.0 20.0 22.0
Setuju 76 76.0 76.0 98.0
Tidak Setuju 2 2.0 2.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS
Dari tabel di atas, terlihat ada 2 responden yang menyatakan ragu-
ragu bahwa sistem transaksi di BSM sudah terkomputerisasi, 20
responden sangat setuju, 76 responden setuju, dan hanya 2 responden
yang menjawab tidak setuju. Hal tersebut tergambar sebanyak 96%
responden lebih setuju bahwa sistem transaksi di BSM sudah
terkomputerisasi.
Tabel 4.34 Transaksi di BSM lebih mudah
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ragu-ragu 9 9.0 9.0 9.0 Sangat Setuju 20 20.0 20.0 29.0
82
Sangat Tidak Setuju
1 1.0 1.0 30.0
Setuju 68 68.0 68.0 98.0 Tidak Setuju 2 2.0 2.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS
Dari tabel 4.31 di atas, terlihat sebanyak 9 responden menyatakan
ragu-ragu bahwa sistem transaksi di BSM lebih mudah, 20 responden
sangat setuju, 1 responden sangat tidak setuju, 68 responden setuju, dan
hanya 2 responden yang menjawab tidak setuju. Hal ini berarti
sebanyak 88% responden mengakui bahwa transaksi di BSM lebih
mudah.
o. Faktor Kondisi Ekonomi
Tabel 4.35 Tingkat suku bunga di bank-bank konvensional tinggi (naik),
sehingga menggunakan jasa BSM Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative Percent
Valid Ragu-ragu 23 23.0 23.0 23.0 Sangat Setuju 7 7.0 7.0 30.0 Sangat Tidak Setuju
1 1.0 1.0 31.0
Setuju 59 59.0 59.0 90.0 Tidak Setuju 10 10.0 10.0 100.0 Total 100 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS
Dari Tabel di atas, ada 23 responden terlihat ragu-ragu terhadap
tingkat suku bunga di bank-bank tinggi (naik), sehingga menggunakan
jasa BSM, 7 responden sangat setuju, 1 responden sangat tidak setuju,
83
59 responden setuju, dan 10 responden tidak setuju. Hal ini dapat dilihat
bahwa sekitar 66% responden menggunakan jasa BSM karena tingkat
suku bunga di bank-bank konvensional tinggi (naik).
Tabel 4.36 Tingkat pengembalian keuntungan di BSM tinggi
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ragu-ragu 35 35.0 35.0 35.0
Sangat Setuju 4 4.0 4.0 39.0
Sangat Tidak Setuju 1 1.0 1.0 40.0
Setuju 50 50.0 50.0 90.0
Tidak Setuju 10 10.0 10.0 100.0
Total 100 100.0 100.0 Sumber: Hasil Output SPSS
Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 35 responden ragu-ragu
terhadap tingkat pengembalian keuntungan di BSM yang tinggi, 4
responden sangat setuju, 1 responden sangat tidak setuju, 50 responden
setuju, dan 10 responden tidak setuju. Hal ini terlihat sebanyak 54%
dari jumlah responden membenarkan bahwa tingkat pengembalian
keuntungan di BSM tinggi.
Dari 28 variabel di atas yang ditampilkan dalam tabel, ada 1
indikator yang memperlihatkan jumlah pernyataan setuju paling tinggi,
yaitu pada tabel 4.22. dengan jumlah responden yang menjawab setuju
sebanyak 69 responden, dan 29 responden yang menjawab sangat
84
setuju, jika diakumulasikan maka sebesar 98%, Sehingga penulis
mengambil kesimpulan sementara bahwa salah satu alasan keputusan
responden dalam menggunakan jasa bank syariah dikarenakan setiap
karyawan berpenampilan bersih dan rapi.
2. Hasil Analisis Faktor
a. Menentukan variabel apa saja yang akan dianalisis
Variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini berjumlah 28
butir variabel yang sebelumnya telah diuji tingkat validitas dan
reliabilitasnya.
b. Menguji variabel-variabel yang telah ditentukan
Dengan menggunakan metode Bartlett Tes of Sphericity serta
pengkuran MSA (Measure of Sampling Adequacy) ke-28 variabel
tersebut diuji untuk melihat apakah valid dan reliabel dengan melihat
nilai dari KMO and Bartlett dan MSA jika di atas 0,5. Hasil analisis
ke-28 variabel ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.37 KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
.785
Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square 1359.373 df 378 Sig. .000
Sumber: Hasil Output SPSS
Angka KMO and Bartlett’s test adalah 0,785 dengan signifikansi
0,000. Oleh karena angka tersebut sudah di atas 0,5 dan signifikansi
85
jauh di bawah 0,05 (0,000<<0,05), maka variabel dan sampel yang
ada sebenarnya sudah bisa dianalisis lebih lanjut.
Angka MSA dalam tabel Anti-image Matrices pada Anti-image
Correlation, pada angka korelasi yang bertanda a (arah diagonal dari
kiri atas ke kanan bawah) tabel terlampir. Angka MSA untuk variabel
BSM sesuai dengan prinsip syariah adalah 0,780, untuk variabel riba
adalah haram adalah 0,714, untuk variabel investasi binis di BSM baik
dan halal adalah 0,835.
Untuk variabel terdapat produk yang beragam dan menarik adalah
0.857, untuk variabel kualitas produk BSM yang tinggi dan inovatif
adalah 0,794, untuk variabel tingkat bagi hasil yang tinggi adalah
0,691.
Untuk variabel fasilitas pelayanan BSM yang lengkap adalah
0,786, untuk variabel banyaknya jaringan ATM (ATM BSM maupun
ATM Bersama) adalah 0,832, untuk variabel kenyamanan interior
ruangan adalah 0,854.
Untuk variabel lokasi BSM di tempat yang strategis adalah 0,738,
untuk variabel lokasi BSM berada di tempat yang aman/tidak rawan
adalah 0,875, untuk variabel lokasi BSM yang mudah
dijangkau/ditemukan adalah 0,762, untuk variabel gedung BSM yang
menarik, nyaman, dan menyenangkan adalah 0,819.
86
Untuk variabel keramahan setiap karyawan BSM adalah 0,858,
untuk variabel penampilan yang bersih dan rapi setiap karyawan
adalah 0,769, untuk variabel adanya kesabaran yang tinggi setiap
karyawan adalah 0,772, untuk variabel kemudahan berkomunikasi
kepada karyawan BSM adalah 0,718.
Untuk variabel promosi yang dilakukan BSM sudah baik adalah
0,771, untuk variabel terdapatnya promosi melalui personal selling
adalah 0,757, untuk variabel adanya sosialisasi dari pihak lain (seperti
guru, ulama, dll) adalah 0,800.
Untuk variabel nama BSM sudah terkenal dan terpercaya adalah
0,793, untuk variabel BSM merupakan bank syariah terbesar dan anak
perusahaan Bank Mandiri adalah 0,751.
Untuk variabel adanya dorongan dari pihak keluarga untuk
menggunakan jasa BSM adalah 0,705, untuk variabel informasi dari
keluarga tentang BSM adalah 0,689.
Untuk variabel sistem transakasi di BSM sudah terkomputerisasi
adalah 0.711, untuk variabel transaksi di BSM lebih mudah adalah
0.835.
Untuk variabel tingkat suku bunga di bank-bank konvensional
tinggi (naik), sehingga menggunakan jasa BSM adalah 0.854, untuk
variabel tingkat pengembalian keuntungan di BSM tinggi adalah
0.771.
87
Setelah dilakukan pengujian dari 28 variabel di atas, semua
variabel menghasilkan angka MSA di atas 0.5 pada tabel Anti-image
Matrices pada Anti-image Correlation, pada angka korelasi yang
bertanda a (arah diagonal dari kiri atas ke kanan bawah). Hal ini
berarti semua variabel tidak perlu dilakukan pengujian ulang dan
semua variabel dapat dianalisis lebih lanjut.
c. Melakukan Faktoring dan Rotasi
Proses inti ini adalah dengan melakukan factoring dan rotasi.
Metode pembuatan faktor (ekstraksi variabel) dengan menggunakan
Principal Components dan proses rotasi dengan menggunakan metode
rotasi Orthogonal yaitu varimax.
Tabel 4.38 Communalities
Initial Extraction
88
BSM sesuai dengan prinsip syariah 1.000 .694 Saya mengetahui riba adalah haram 1.000 .593 Investasi bisnis di BSM baik dan halal 1.000 .570 Di BSM terdapat produk yang beragam dan menarik 1.000 .695 Kualitas produk BSM yang tinggi dan inovatif 1.000 .686 Tingkat bagi hasil yang tinggi (basil) 1.000 .836 Fasilitas pelayanan BSM yang lengkap 1.000 .726 Banyaknya jaringan ATM (baik ATM BSM maupun ATM bersama)
1.000 .716
Kenyamanan interior ruangan 1.000 .606 Lokasi BSM di tempat yang strategis 1.000 .801 Lokasi BSM berada di tempat yang aman/tidak rawan 1.000 .759 Lokasi BSM mudah dijangkau/ditemukan 1.000 .774 Gedung BSM menarik, nyaman, dan menyenangkan 1.000 .665 Keramahan setiap karyawan BSM 1.000 .738 Setiap karyawan BSM berpenampilan bersih dan rapi 1.000 .676 Adanya kesabaran yang tinggi setiap karyawan 1.000 .740 Kemudahan berkomunikasi kepada karyawan 1.000 .709 Promosi yang dilakukan BSM sudah baik 1.000 .805 Terdapatnya promosi melalui personal selling 1.000 .766 Adanya sosialisasi dari pihak lain (seperti guru,ulama,dll)
1.000 .598
Nama BSM sudah terkenal dan terpercaya 1.000 .540 BSM merupakan bank syariah terbesar dan anak perusahaan bank mandiri
1.000 .644
Adanya dorongan dari pihak keluarga untuk menggunakan jasa BSM
1.000 .837
Adanya informasi dari pihak keluarga tentang BSM 1.000 .861 Sistem transaksi di BSM sudah terkommputerisasi 1.000 .675 Transaksi di BSM lebih mudah 1.000 .687 Tingkat suku bunga di bank-bank konvensional tinggi (naik), sehingga menggunakan jasa BSM
1.000 .507
Tingkat pengembalian keuntungan di BSM tinggi 1.000 .721 Extraction Method: Principal Component Analysis.
Sumber: Hasil Output SPSS Dari tabel 4.36 di atas dapat dilihat bahwa variabel BSM sesuai
dengan prinsip syariah, angkanya adalah 0,694, hal ini menunjukkan
bahwa sekitar 69,4% varians dari variabel BSM sesuai dengan prinsip
syariah bisa dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk variabel
saya mengetahui riba adalah haram, angkanya adalah 0,593, hal ini
menunjukkan bahwa sekitar 59,3% varians dari variabel saya
mengetahui riba adalah haram bisa dijelaskan oleh faktor yang
89
terbentuk. Untuk variabel Investasi bisnis di BSM baik dan halal,
angkanya adalah 0,570, hal ini menunjukkan bahwa sekitar 57%
varians dari variabel Investasi bisnis di BSM baik dan halal bisa
dijelaskan oleh faktor yang terbentuk.
Untuk variabel terdapatnya produk yang beragam dan menarik,
angkanya adalah 0,695 hal ini menunjukkan bahwa sekitar 69,5%%
varians dari variabel terdapatnya produk yang beragam dan menarik
bisa dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk variabel kualitas
produk yang tinggi dan inovatif angkanya adalah 0,686, hal ini
menunjukkan bahwa sekitar 68,6%% varians dari variabel kualitas
produk yang tinggi dan inovatif bisa dijelaskan oleh faktor yang
terbentuk. Untuk variabel tingkat bagi hasil yang tinggi, angkanya
adalah 0,836, hal ini menunjukkan bahwa sekitar 83,6% varians dari
variabel tingkat bagi hasil yang tinggi dapat dijelaskan oleh faktor
yang terbentuk.
Untuk variabel fasilitas pelayanan BSM yang lengkap angkanya
adalah 0,726, hal ini menunjukkan bahwa sekitar 72,6% varians dari
variabel fasilitas pelayanan yang lengkap dapat dijelaskan oleh faktor
yang terbentuk. Untuk variabel banyaknya jaringan ATM (ATM BSM
maupun ATM Bersama) angkanya adalah 0,716, hal ini menunjukkan
bahwa sekitar 71,6% varians dari variabel banyaknya jaringan ATM
(ATM BMI maupun ATM Bersama) dapat dijelaskan oleh faktor yang
terbentuk. Untuk variabel kenyamanan interior ruangan angkanya
90
adalah 0,606 hal ini menunjukkan bahwa sekitar 60,6% varians dari
variabel kenyamanan interior ruangan dapat dijelaskan oleh faktor
yang terbentuk.
Untuk variabel lokasi BSM di tempat yang strategis angkanya
adalah 0,801, hal ini menunjukkan bahwa sekitar 80,1% varians dari
variabel lokasi BSM di tempat yang strategis dapat dijelaskan oleh
faktor yang terbentuk. Untuk variabel lokasi BSM di tempat yang
aman/tidak rawan angkanya adalah 0,759, hal ini menunjukkan bahwa
sekitar 75,9% varians dari variabel lokasi BSM di tempat yang
aman/tidak rawan dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk
variabel lokasi BSM yang mudah dijangkau/ditemukan angkanya
adalah 0,774, hal ini menunjukkan bahwa sekitar 77,4% varians dari
variabel lokasi BSM yang mudah dijangkau/ditemukan dapat
dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk variabel Gedung BSM
menarik, nyaman, dan menyenangkan angkanya adalah 0,665, hal ini
menunjukkan sekitar 66,5% varians dari variabel Gedung BSM
menarik, nyaman, dan menyenangkan dapat dijelaskan oleh faktor
yang terbentuk.
Untuk variabel keramahan setiap karyawan BSM angkanya adalah
0,738, hal ini menunjukkan bahwa sekitar 73,8% varians dari variabel
keramahan setiap karyawan BSM dapat dijelaskan oleh faktor yang
terbentuk. Untuk variabel penampilan yang bersih dan rapi setiap
karyawan angkanya adalah 0,676, hal ini menunjukkan sekitar 67,6%
91
varians variabel penampilan yang bersih dan rapi setiap karyawan
dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk variabel kesabaran
yang tinggi setiap karyawan angkanya adalah 0,740, hal ini
menunjukkan bahwa sekitar 74% varians dari variabel kesabaran yang
tinggi setiap karyawan dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk.
Untuk variabel kemudahan berkomunikasi kepada karyawan BSM
angkanya adalah 0,709, hal ini menunjukkan sekitar 70,9% varians
dari variabel kemudahan berkomunikasi kepada karyawan BSM dapat
dijelaskan oleh faktor yang terbentuk.
Untuk variabel promosi yang dilakukan BSM sudah baik angkanya
adalah 0,805, hal ini menunjukkan sekitar 80,5% varians dari variabel
promosi yang dilakakukan BSM sudah baik dapat dijelaskan oleh
faktor yang terbentuk. Untuk variabel terdapat promosi melalui
personal selling angkanya adalah 0,766, hal ini menunjukkan bahwa
sekitar 76,6% varians dari variabel promosi melalui personal selling
dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk variabel adanya
sosialisasi dari pihak lain (seperti guru, ulama, dll) angkanya adalah
0,598, hal ini menunjukkan sekitar 59,8% varians dari variabel adanya
sosialisasi dari pihak lain (seperti guru, ulama, dll) dapat dijelaskan
oleh faktor yang terbentuk.
Untuk variabel nama BSM sudah terkenal dan terpercaya
angkanya adalah 0,540 hal ini menunjukkan sekitar 54% varians dari
variabel nama BSM sudah terkenal dan terpercaya dapat dijelaskan
92
oleh faktor yang terbentuk. Untuk variabel BSM merupakan bank
syariah terbesar dan anak perusahaan bank mandiri angkanya adalah
0,644 hal ini menunjukkan sekitar 64,4% varians dari variabel BSM
merupakan bank syariah terbesar dan anak perusahaan bank mandiri
dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk.
Untuk variabel adanya dorongan dari pihak keluarga untuk
menggunakan jasa BSM angkanya adalah 0,837, hal ini menunjukkan
sekitar 83,7% varians dari variabel adanya dorongan dari pihak
keluarga untuk menggunakan jasa BSM dapat dijelaskan oleh faktor
yang terbentuk. Dan untuk variabel adanya informasi dari keluarga
tentang BSM angkanya adalah 0,861, hal ini berarti bahwa sekitar
86,1% varians dari variabel adanya informasi dari keluarga tentang
BSM dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk.
Untuk variabel sistem transaksi di BSM sudah terkommputerisasi
angkanya adalah 0,675, hal ini menunjukkan sekitar 67,5% varians
dari variabel sistem transaksi di BSM sudah terkommputerisasi dapat
dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Dan untuk variabel transaksi di
BSM lebih mudah angkanya adalah 0,687, hal ini berarti bahwa
sekitar 68,7% varians dari variabel transaksi di BSM lebih mudah
dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk.
Untuk variabel tingkat suku bunga di bank-bank konvensional
tinggi (naik), sehingga menggunakan jasa BSM angkanya adalah
0,507, hal ini menunjukkan sekitar 50,7% varians dari variabel tingkat
93
suku bunga di bank-bank konvensional tinggi (naik), sehingga
menggunakan jasa BSM dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk.
Dan untuk variabel tingkat pengembalian keuntungan di BSM tinggi
angkanya adalah 0,721, hal ini berarti bahwa sekitar 72,1% varians
dari variabel tingkat pengembalian keuntungan di BSM tinggi dapat
dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Dengan pengertian bahwa
semakin besar nilai Communalities sebuah variabel, berarti semakin
erat hubungannya dengan faktor yang terbentuk. Dapat dilihat
sebenarnya berapakah faktor yang akan terbentuk dari ke-28 variabel
tersebut. Tabel 4.39 di bawah ini akan menjelaskannya.
Tabel 4.39 Total Variance Explained
Compo
nent
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared
Loadings Rotation Sums of Squared
Loadings
Total % of
Variance Cumulative
% Total % of
Variance Cumulative
% Total % of
Variance Cumulati
ve %
1 7.845 28.018 28.018 7.845 28.018 28.018 3.784 13.513 13.513
2 2.541 9.075 37.093 2.541 9.075 37.093 2.811 10.038 23.551
3 2.199 7.854 44.948 2.199 7.854 44.948 2.613 9.333 32.884
4 2.049 7.318 52.266 2.049 7.318 52.266 2.324 8.300 41.184
5 1.565 5.588 57.853 1.565 5.588 57.853 2.132 7.615 48.799
6 1.193 4.262 62.116 1.193 4.262 62.116 2.091 7.469 56.268
7 1.173 4.189 66.304 1.173 4.189 66.304 2.036 7.273 63.541
8 1.062 3.793 70.098 1.062 3.793 70.098 1.836 6.557 70.098
9 .874 3.120 73.218
10 .809 2.889 76.107
11 .693 2.476 78.583
94
12 .663 2.367 80.950
13 .634 2.263 83.213
14 .562 2.006 85.219
15 .520 1.858 87.077
16 .510 1.822 88.898
17 .447 1.596 90.494
18 .379 1.354 91.848
19 .346 1.237 93.085
20 .320 1.142 94.227
21 .302 1.078 95.305
22 .284 1.013 96.317
23 .239 .854 97.171
24 .193 .688 97.859
25 .182 .650 98.509
26 .163 .583 99.092
27 .137 .488 99.580
28 .118 .420 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis. Sumber: Hasil Output SPSS
95
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 28 variabel yang
dimasukkan ke dalam analisis faktor, hanya delapan faktor yang
terbentuk, karena dengan satu faktor, angka eigenvalues di atas 1, dengan
dua faktor angka eigenvalues juga masih di atas 1. Dengan tiga faktor,
angka eigenvalues masih di atas 1. Dengan empat faktor, angka
eigenvalues juga masih di atas 1. Dengan lima faktor, angka eigenvalues
juga masih di atas 1, dengan enam faktor, angka eigenvalues juga masih
di atas 1. Dengan tujuh faktor, angka eigenvalues juga masih di atas 1.
Dengan delapan faktor, angka eigenvalues juga masih di atas 1, yakni
1,062. Namun untuk 9 faktor angka eigenvalues sudah di bawah 1,
yakni 0,874, sehingga proses factoring seharusnya berhenti pada 8 faktor
saja.
Gambar 4.7 Scree Plot
Sumber: Hasil Output SPSS
Jika tabel Total Variance menjelaskan dasar jumlah faktor yang
didapat dengan perhitungan angka, Scree Plot menampakkan hal
96
tersebut dengan grafik. Terlihat bahwa dari satu kedua faktor (garis
dari sumbu Component Number = 1 ke 2), arah garis menurun dengan
sangat tajam. Kemudian dari angka 2 ke 3, garis masih menurun tetapi
tidak securam seperti dari angka 1 ke 2. Demikian pula dari angka 3
ke 4, dari angka 4 ke 5, dari 5 ke 6 garis masih menurun. Begitu juga
dari angka 6 ke 7 dan dari angka 7 ke 8 garis masih menurun. Namun
kini dengan slope yang lebih kecil. Perhatikan juga faktor 9 sudah di
bawah angka 1 dari sumbu Y (eigenvalues). Hal ini menunjukkan
bahwa delapan faktor adalah paling bagus untuk meringkas
keduapuluh delapan variabel tersebut.
Tabel 4.40 Componen Matrix
Component Matrixa
Component
1 2 3 4 5 6 7 8
BSM sesuai dengan prinsip syariah .546 -.459 -.128 -.303 .162 -.109 .166 -.107 Saya mengetahui riba adalah haram .335 -.391 .112 -.317 .380 .097 -.236 -.076 Investasi bisnis di BSM baik dan halal .554 -.417 -.146 -.233 .068 -.034 .041 -.083 Di BSM terdapat produk yang beragam dan menarik
.684 -.398 .054 .048 .189 .099 -.121 -.064
Kualitas produk BSM yang tinggi dan inovatif .635 -.407 .080 -.004 -.169 .179 -.120 -.188
97
Tingkat bagi hasil yang tinggi (basil) .513 .122 -.065 .254 -.455 .412 .067 -.326 Fasilitas pelayanan BSM yang lengkap .605 .082 -.076 .262 -.304 -.235 -.315 -.179 Banyaknya jaringan ATM (baik ATM BSM maupun ATM bersama)
.656 .059 -.072 -.012 -.107 -.411 -.303 -.066
Kenyamanan interior ruangan .604 .160 .026 -.314 -.284 -.190 .004 .007 Lokasi BSM di tempat yang strategis .516 .538 .033 -.268 .285 .230 -.195 .014 Lokasi BSM berada di tempat yang aman/tidak rawan
.481 .535 .057 -.132 .300 .322 -.104 -.124
Lokasi BSM mudah dijangkau/ditemukan .515 .507 .005 -.278 .219 .099 -.271 .209 Gedung BSM menarik, nyaman, dan menyenangkan
.459 .448 .204 -.172 -.212 -.202 -.232 -.207
Keramahan setiap karyawan BSM .598 -.105 .548 .131 .096 -.112 .175 .020 Setiap karyawan BSM berpenampilan bersih dan rapi
.332 .062 .695 -.021 .085 -.208 .162 .035
Adanya kesabaran yang tinggi setiap karyawan .565 -.167 .517 .295 .097 -.118 .121 .011 Kemudahan berkomunikasi kepada karyawan .459 .223 .549 .317 .048 .089 .189 .029 Promosi yang dilakukan BSM sudah baik .488 -.244 -.232 .505 .032 -.244 -.346 .134 Terdapatnya promosi melalui personal selling .422 -.103 -.144 .421 .169 .080 -.115 .576 Adanya sosialisasi dari pihak lain (seperti guru,ulama,dll)
.414 .247 -.068 .534 .074 .180 .174 .090
Nama BSM sudah terkenal dan terpercaya .465 .179 -.142 -.216 -.377 -.110 .202 .175 BSM merupakan bank syariah terbesar dan anak perusahaan bank mandiri
.503 .114 -.182 -.032 -.412 .087 .031 .407
Adanya dorongan dari pihak keluarga untuk menggunakan jasa BSM
.488 .265 -.444 .160 .349 -.277 .290 -.150
Adanya informasi dari pihak keluarga tentang BSM
.434 .289 -.556 .134 .322 -.210 .307 -.140
Sistem transaksi di BSM sudah terkommputerisasi
.458 -.009 .041 -.483 -.200 -.039 .344 .265
Transaksi di BSM lebih mudah .661 -.276 -.142 -.331 .107 .051 .063 .164 Tingkat suku bunga di bank-bank konvensional tinggi (naik), sehingga menggunakan jasa BSM
.518 -.294 -.133 .014 -.077 .338 -.097 .068
Tingkat pengembalian keuntungan di BSM tinggi
.680 -.101 -.214 .129 -.105 .238 .253 -.233
Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 8 components extracted. Sumber: Hasil Output SPSS
Setelah diketahui bahwa delapan faktor adalah jumlah yang paling
optimal, tabel Component Matrix di atas menunjukkan distribusi
keduapuluh delapan variabel pada delapan faktor yang terbentuk.
Sedangkan angka-angka yang ada pada tabel tersebut adalah factor
loadings, yang menunjukkan besarnya korelasi antara suatu variabel
dengan faktor 1, faktor 2, faktor 3 dan seterusnya sampai faktor 8.
Selanjutnya dalam proses penentuan variabel mana akan masuk ke
98
faktor yang mana dapat dilakukan dengan melakukan perbandingan
besarnya korelasi pada setiap baris.
1) Variabel BSM sesuai dengan prinsip syariah.
Korelasi antara variabel BSM sesuai prinsip syariah dengan faktor
1 adalah +0,546 (kuat karena di atas 0,5). Korelasi antara variabel
BSM sesuai prinsip syariah dengan faktor 2 adalah -0,459 (lemah
karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel BSM sesuai prinsip
syariah dengan faktor 3 adalah -0,128 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel BSM sesuai prinsip syariah dengan faktor
4 adalah -0,303 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara
variabel BSM sesuai prinsip syariah dengan faktor 5 adalah +0,162
(lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel BSM sesuai
prinsip syariah dengan faktor 6 adalah -0,109 (lemah karena di
bawah 0,5). Korelasi antara variabel BSM sesuai prinsip syariah
dengan faktor 7 adalah +0,166 (lemah karena di bawah
0,5).Korelasi antara variabel BSM sesuai prinsip syariah dengan
faktor 8 adalah -0,107 (lemah karena di bawah 0,5).
2) Variabel saya mengetahui riba adalah haram.
Korelasi antara variabel saya mengetahui riba adalah haram dengan
faktor 1 adalah +0,335 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi
antara variabel saya mengetahui riba adalah haram dengan faktor 2
adalah -0,391 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara
variabel saya mengetahui riba adalah haram dengan faktor 3 adalah
99
+0,112 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel saya
mengetahui riba adalah haram dengan faktor 4 adalah -0,137
(lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel saya
mengetahui riba adalah haram dengan faktor 5 adalah +0,380
(lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel saya
mengetahui riba adalah haram dengan faktor 6 adalah +0,097
(sangat lemah karena jauh di bawah 0,5). Korelasi antara variabel
saya mengetahui riba adalah haram dengan faktor 7 adalah -0,236
(lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel saya
mengetahui riba adalah haram dengan faktor 8 adalah -0,076
(sangat lemah karena jauh di bawah 0,5).
3) Variabel investasi bisnis di BSM baik dan halal.
Korelasi antara variabel investasi bisnis di BSM baik dan halal
dengan faktor 1 adalah +0,554 (kuat karena di atas 0,5). Korelasi
antara variabel investasi bisnis di BSM baik dan halal dengan
faktor 2 adalah -0,417 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara
variabel investasi bisnis di BSM baik dan halal dengan faktor 3
adalah -0,146 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara
variabel investasi bisnis di BSM baik dan halal dengan faktor 4
adalah -0,233 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara
variabel investasi bisnis di BSM baik dan halal dengan faktor 5
adalah +0,068 (sangat lemah karena jauh di bawah 0,5). Korelasi
antara variabel investasi bisnis di BSM baik dan halal dengan
100
faktor 6 adalah -0,034 (sangat lemah karena jauh di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel investasi bisnis di BSM baik dan halal
dengan faktor 7 adalah +0,041 (sangat lemah karena jauh di bawah
0,5). Korelasi antara variabel investasi bisnis di BSM baik dan
halal dengan faktor 8 adalah -0,083 (sangat lemah karena jauh di
bawah 0,5).
4) Variabel di BSM terdapat produk yang beragam dan menarik.
Korelasi antara variabel di BSM terdapat produk yang beragam dan
menarik dengan faktor 1 adalah +0,684 (kuat karena di atas 0,5).
Korelasi antara variabel di BSM terdapat produk yang beragam dan
menarik dengan faktor 2 adalah -0,398 (lemah karena di bawah
0,5). Korelasi antara variabel di BSM terdapat produk yang
beragam dan menarik dengan faktor 3 adalah -+0,054 (sangat
lemah karena jauh di bawah 0,5). Korelasi antara variabel di BSM
terdapat produk yang beragam dan menarik dengan faktor 4 adalah
+0,048 (sangat lemah karena jauh di bawah 0,5). Korelasi antara
variabel di BSM terdapat produk yang beragam dan menarik
dengan faktor 5 adalah +0,189 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel di BSM terdapat produk yang beragam dan
menarik dengan faktor 6 adalah +0,099 (sangat lemah karena jauh
di bawah 0,5). Korelasi antara variabel di BSM terdapat produk
yang beragam dan menarik dengan faktor 7 adalah -0,121 (lemah
karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel di BSM terdapat
101
produk yang beragam dan menarik dengan faktor 8 adalah -0,064
(sangat lemah karena jauh di bawah 0,5).
5) Variabel kualitas produk BSM yang tinggi dan inovatif.
Korelasi antara variabel kualitas produk BSM yang tinggi dan
inovatif dengan faktor 1 adalah +0,635 (kuat karena di atas 0,5).
Korelasi antara variabel kualitas produk BSM yang tinggi dan
inovatif dengan faktor 2 adalah -0,407 (lemah karena di bawah
0,5). Korelasi antara variabel kualitas produk BSM yang tinggi dan
inovatif dengan faktor 3 adalah +0,080 (sangat lemah karena jauh
di bawah 0,5). Korelasi antara variabel kualitas produk BSM yang
tinggi dan inovatif dengan faktor 4 adalah -0,004 (sangat lemah
karena jauh di bawah 0,5). Korelasi antara variabel kualitas produk
BSM yang tinggi dan inovatif dengan faktor 5 adalah -0,169
(lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel kualitas
produk BSM yang tinggi dan inovatif dengan faktor 6 adalah
+0,179 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel
kualitas produk BSM yang tinggi dan inovatif dengan faktor 7
adalah -0,120 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara
variabel kualitas produk BSM yang tinggi dan inovatif dengan
faktor 8 adalah -0,188 (lemah karena di bawah 0,5).
6) Variabel tingkat bagi hasil yang tinggi.
Korelasi antara variabel tingkat bagi hasil yang tinggi dengan
faktor 1 adalah +0,513 (kuat karena di atas 0,5). Korelasi antara
102
variabel tingkat bagi hasil yang tinggi dengan faktor 2 adalah
+0,122 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel
tingkat bagi hasil yang tinggi dengan faktor 3 adalah -0,065 (sangat
lemah karena jauh di bawah 0,5). Korelasi antara variabel tingkat
bagi hasil yang tinggi dengan faktor 4 adalah +0,254 (lemah karena
di bawah 0,5). Korelasi antara variabel tingkat bagi hasil yang
tinggi dengan faktor 5 adalah -0,455 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel tingkat bagi hasil yang tinggi dengan
faktor 6 adalah +0,412 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi
antara variabel tingkat bagi hasil yang tinggi dengan faktor 7
adalah +0,067 (sangat lemah karena jauh di bawah 0,5). Korelasi
antara variabel tingkat bagi hasil yang tinggi dengan faktor 8
adalah -0,326 (lemah karena di bawah 0,5).
7) Variabel fasilitas pelayanan BSM yang lengkap
Korelasi antara variabel fasilitas pelayanan BSM yang lengkap
dengan faktor 1 adalah +0,605 (kuat karena di atas 0,5). Korelasi
antara variabel fasilitas pelayanan BSM yang lengkap dengan
faktor 2 adalah +0,082 (sangat lemah karena jauh di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel fasilitas pelayanan BSM yang lengkap
dengan faktor 3 adalah -0,076 (sangat lemah karena jauh di bawah
103
0,5). Korelasi antara variabel fasilitas pelayanan BSM yang
lengkap dengan faktor 4 adalah +0,262 (lemah karena di bawah
0,5). Korelasi antara variabel fasilitas pelayanan BSM yang
lengkap dengan faktor 5 adalah -0,304 (lemah karena di bawah
0,5). Korelasi antara variabel fasilitas pelayanan BSM yang
lengkap dengan faktor 6 adalah -0,235 (lemah karena di bawah
0,5). Korelasi antara variabel fasilitas pelayanan BSM yang
lengkap dengan faktor 7 adalah -0,315 (lemah karena di bawah
0,5).
8) Variabel banyaknya jaringan ATM (baik ATM BSM maupun ATM
bersama).
Korelasi antara variabel banyaknya jaringan ATM (baik ATM
BSM maupun ATM bersama) dengan faktor 1 adalah -0,656 (kuat
karena di atas 0,5). Korelasi antara variabel banyaknya jaringan
ATM (baik ATM BSM maupun ATM bersama) dengan faktor 2
adalah +0,059 (sangat lemah karena jauh di bawah 0,5). Korelasi
antara variabel banyaknya jaringan ATM (baik ATM BSM maupun
ATM bersama) dengan faktor 3 adalah -0,072 (sangat lemah karena
jauh di bawah 0,5). Korelasi antara variabel banyaknya jaringan
ATM (baik ATM BSM maupun ATM bersama) dengan faktor 4
adalah -0,012 (sangat lemah karena jauh di bawah 0,5). Korelasi
antara variabel banyaknya jaringan ATM (baik ATM BSM maupun
ATM bersama) dengan faktor 5 adalah -0,107 (lemah karena di
104
bawah 0,5). Korelasi antara variabel banyaknya jaringan ATM
(baik ATM BSM maupun ATM bersama) dengan faktor 6 adalah -
0,411 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel
banyaknya jaringan ATM (baik ATM BSM maupun ATM
bersama) dengan faktor 7 adalah -0,303 (lemah karena di bawah
0,5). Korelasi antara variabel banyaknya jaringan ATM (baik ATM
BSM maupun ATM bersama) dengan faktor 8 adalah +0,066
(sangat lemah karena jauh di bawah 0,5).
9) Variabel kenyamanan interior ruangan
Korelasi antara variabel kenyamanan interior ruangan dengan
faktor 1 adalah +0,604 (kuat karena di atas 0,5). Korelasi antara
variabel kenyamanan interior ruangan dengan faktor 2 adalah
+0,604 (kuat karena di atas 0,5). Korelasi antara variabel
kenyamanan interior ruangan dengan faktor 3 adalah +0,026
(sangat lemah karena jauh di bawah 0,5). Korelasi antara variabel
kenyamanan interior ruangan dengan faktor 4 adalah -0,315 (lemah
karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel kenyamanan interior
ruangan dengan faktor 5 adalah -0,284 (lemah karena di bawah
0,5). Korelasi antara variabel kenyamanan interior ruangan dengan
faktor 6 adalah -0,190 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara
variabel kenyamanan interior ruangan dengan faktor 7 adalah
+0,004 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel
105
kenyamanan interior ruangan dengan faktor 8 adalah +0,007
(lemah karena di bawah 0,5).
10) Variabel lokasi BSM di tempat yang strategis
Korelasi antara variabel lokasi BSM di tempat yang strategis
dengan faktor 1 adalah +0,516 (kuat karena di atas 0,5). Korelasi
antara variabel lokasi BSM di tempat yang strategis dengan faktor
2 adalah +0,538 (kuat karena di atas 0,5). Korelasi antara variabel
lokasi BSM di tempat yang strategis dengan faktor 3 adalah +0,033
(sangat lemah karena jauh di bawah 0,5). Korelasi antara variabel
lokasi BSM di tempat yang strategis dengan faktor 4 adalah -0,288
(lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel lokasi BSM
di tempat yang strategis dengan faktor 5 adalah +0,285 (lemah
karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel lokasi BSM di tempat yang strategis
dengan faktor 6 adalah +0,235 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel lokasi BSM di tempat yang strategis
dengan faktor 7 adalah -0,195 (lemah karena di bawah
0,5).Korelasi antara variabel lokasi BSM di tempat yang strategis
dengan faktor 8 adalah +0,014 (sangat lemah karena jauh di bawah
0,5).
11) Variabel lokasi BSM berada di tempat yang aman/tidak rawan
106
Korelasi antara variabel lokasi BSM berada di tempat yang
aman/tidak rawan dengan faktor 1 adalah +0,481 (lemah karena di
bawah 0,5). Korelasi antara variabel lokasi BSM berada di tempat
yang aman/tidak rawan dengan faktor 2 adalah +0,535 (kuat karena
di atas 0,5). Korelasi antara variabel lokasi BSM berada di tempat
yang aman/tidak rawan dengan faktor 3 adalah +0,057 (sangat
lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel lokasi BSM
berada di tempat yang aman/tidak rawan dengan faktor 4 adalah -
0,132 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel lokasi
BSM berada di tempat yang aman/tidak rawan dengan faktor 5
adalah +0,300 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara
variabel lokasi BSM berada di tempat yang aman/tidak rawan
dengan faktor 6 adalah +0,332 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel lokasi BSM berada di tempat yang
aman/tidak rawan dengan faktor 7 adalah -0,104 (lemah karena di
bawah 0,5). Korelasi antara variabel lokasi BSM berada di tempat
yang aman/tidak rawan dengan faktor 8 adalah -0,124 (lemah
karena di bawah 0,5).
12) Variabel lokasi BSM mudah dijangkau/ditemukan
Korelasi antara variabel lokasi BSM mudah dijangkau/ditemukan
dengan faktor 1 adalah +0,515 (kuat karena di atas 0,5). Korelasi
antara variabel lokasi BSM mudah dijangkau/ditemukan dengan
faktor 2 adalah +0,507 (kuat karena di atas 0,5). Korelasi antara
107
variabel lokasi BSM mudah dijangkau/ditemukan dengan faktor 3
adalah +0,005 (sangat lemah karena jauh di bawah 0,5). Korelasi
antara variabel lokasi BSM mudah dijangkau/ditemukan dengan
faktor 4 adalah -0,278 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara
variabel lokasi BSM mudah dijangkau/ditemukan dengan faktor 5
adalah +0,219 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara
variabel lokasi BSM mudah dijangkau/ditemukan dengan faktor 6
adalah +0,099 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara
variabel lokasi BSM mudah dijangkau/ditemukan dengan faktor 7
adalah -0,271 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara
variabel lokasi BSM mudah dijangkau/ditemukan dengan faktor 8
adalah +0,209 (lemah karena di bawah 0,5).
13) Variabel gedung BSM menarik, nyaman, dan menyenangkan
Korelasi antara variabel gedung BSM menarik, nyaman, dan
menyenangkan dengan faktor 1 adalah +0,459 (lemah karena di
bawah 0,5). Korelasi antara variabel gedung BSM menarik,
nyaman, dan menyenangkan dengan faktor 2 adalah +0,448 (lemah
karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel gedung BSM
menarik, nyaman, dan menyenangkan dengan faktor 3 adalah
+0,204 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel
gedung BSM menarik, nyaman, dan menyenangkan dengan faktor
4 adalah -0,172 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara
variabel gedung BSM menarik, nyaman, dan menyenangkan
108
dengan faktor 5 adalah -0,212 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel gedung BSM menarik, nyaman, dan
menyenangkan dengan faktor 6 adalah -0,202 (lemah karena di
bawah 0,5). Korelasi antara variabel gedung BSM menarik,
nyaman, dan menyenangkan dengan faktor 7 adalah -0,232 (lemah
karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel gedung BSM
menarik, nyaman, dan menyenangkan dengan faktor 8 adalah -
0,207 (lemah karena di bawah 0,5).
14) Variabel keramahan setiap karyawan BSM
Korelasi antara variabel keramahan setiap karyawan BSM dengan
faktor 1 adalah +0,598 (kuat karena di atas 0,5). Korelasi antara
variabel keramahan setiap karyawan BSM dengan faktor 2 adalah -
0,598 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel
keramahan setiap karyawan BSM dengan faktor 3 adalah -0,548
(kuat karena di atas 0,5). Korelasi antara variabel keramahan setiap
karyawan BSM dengan faktor 4 adalah +0,131 (lemah karena di
bawah 0,5). Korelasi antara variabel keramahan setiap karyawan
BSM dengan faktor 5 adalah +0,096 (sangat lemah karena jauh di
bawah 0,5). Korelasi antara variabel keramahan setiap karyawan
BSM dengan faktor 6 adalah -0,112 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel keramahan setiap karyawan BSM dengan
faktor 7 adalah +0,175 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi
109
antara variabel keramahan setiap karyawan BSM dengan faktor 8
adalah +0,020 (sangat lemah karena jauh di bawah 0,5).
15) Variabel setiap karyawan BSM berpenampilan bersih dan rapi
Korelasi antara variabel setiap karyawan BSM berpenampilan
bersih dan rapi dengan faktor 1 adalah +0,332 (lemah karena di
bawah 0,5). Korelasi antara variabel setiap karyawan BSM
berpenampilan bersih dan rapi dengan faktor 2 adalah +0,062
(sangat lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel setiap
karyawan BSM berpenampilan bersih dan rapi dengan faktor 3
adalah +0,695 (kuat karena di atas 0,5).
Korelasi antara variabel setiap karyawan BSM berpenampilan
bersih dan rapi dengan faktor 4 adalah -0,021 (sangat lemah karena
di bawah 0,5). Korelasi antara variabel setiap karyawan BSM
berpenampilan bersih dan rapi dengan faktor 5 adalah +0,085
(sangat lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel setiap
karyawan BSM berpenampilan bersih dan rapi dengan faktor 6
adalah -0,208 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara
variabel setiap karyawan BSM berpenampilan bersih dan rapi
dengan faktor 7 adalah +0,162 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel setiap karyawan BSM berpenampilan
bersih dan rapi dengan faktor 8 adalah +0,035 (sangat lemah karena
di bawah 0,5).
110
16) Variabel adanya kesabaran yang tinggi setiap karyawan
Korelasi antara variabel adanya kesabaran yang tinggi setiap
karyawan dengan faktor 1 adalah +0,564 (kuat karena di atas 0,5).
Korelasi antara variabel adanya kesabaran yang tinggi setiap
karyawan dengan faktor 2 adalah -0,167 (lemah karena di bawah
0,5). Korelasi antara variabel adanya kesabaran yang tinggi setiap
karyawan dengan faktor 3 adalah +0,517 (kuat karena di atas 0,5).
Korelasi antara variabel adanya kesabaran yang tinggi setiap
karyawan dengan faktor 4 adalah +0,295 (lemah karena di bawah
0,5). Korelasi antara variabel adanya kesabaran yang tinggi setiap
karyawan dengan faktor 5 adalah +0,097 (sangat lemah karena jauh
di bawah 0,5). Korelasi antara variabel adanya kesabaran yang
tinggi setiap karyawan dengan faktor 6 adalah -0,118 (lemah
karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel adanya kesabaran
yang tinggi setiap karyawan dengan faktor 7 adalah +0,121 (lemah
karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel adanya kesabaran
yang tinggi setiap karyawan dengan faktor 8 adalah +0,011 (sangat
lemah karena jauh di bawah 0,5).
17) Variabel kemudahan berkomunikasi kepada karyawan
Korelasi antara variabel kemudahan berkomunikasi kepada
karyawan dengan faktor 1 adalah +0,459 (lemah karena di bawah
0,5). Korelasi antara variabel kemudahan berkomunikasi kepada
111
karyawan dengan faktor 2 adalah +0,223 (lemah karena di bawah
0,5). Korelasi antara variabel kemudahan berkomunikasi kepada
karyawan dengan faktor 3 adalah +0,549 (kuat karena di atas 0,5).
Korelasi antara variabel kemudahan berkomunikasi kepada
karyawan dengan faktor 4 adalah +0,317 (lemah karena di bawah
0,5). Korelasi antara variabel kemudahan berkomunikasi kepada
karyawan dengan faktor 5 adalah +0,048 (sangat lemah karena jauh
di bawah 0,5). Korelasi antara variabel kemudahan berkomunikasi
kepada karyawan dengan faktor 6 adalah +0,089 (sangat lemah
karena jauh di bawah 0,5). Korelasi antara variabel kemudahan
berkomunikasi kepada karyawan dengan faktor 7 adalah +0,189
(lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel kemudahan
berkomunikasi kepada karyawan dengan faktor 8 adalah +0,029
(sangat lemah karena jauh di bawah 0,5).
18) Variabel promosi yang dilakukan BSM sudah baik
Korelasi antara variabel promosi yang dilakukan BSM sudah baik
dengan faktor 1 adalah +0,488 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel promosi yang dilakukan BSM sudah baik
dengan faktor 2 adalah -0,244 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel promosi yang dilakukan BSM sudah baik
dengan faktor 3 adalah - 0,232 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel promosi yang dilakukan BSM sudah baik
dengan faktor 4 adalah +0,505 (kuat karena di atas 0,5).
112
Korelasi antara variabel promosi yang dilakukan BSM sudah baik
dengan faktor 5 adalah +0,032 (sangat lemah karena jauh di bawah
0,5). Korelasi antara variabel promosi yang dilakukan BSM sudah
baik dengan faktor 6 adalah -0,244 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel promosi yang dilakukan BSM sudah baik
dengan faktor 7 adalah -0,346 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel promosi yang dilakukan BSM sudah baik
dengan faktor 8 adalah +0,134 (lemah karena di bawah 0,5).
19) Variabel terdapatnya promosi melalui personal selling
Korelasi antara variabel terdapatnya promosi melalui personal
selling dengan faktor 1 adalah +0,422 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel terdapatnya promosi melalui personal
selling dengan faktor 2 adalah -0,103 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel terdapatnya promosi melalui personal
selling dengan faktor 3 adalah -0,144 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel terdapatnya promosi melalui personal
selling dengan faktor 4 adalah +0,421 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel terdapatnya promosi melalui personal
selling dengan faktor 5 adalah +0,169 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel terdapatnya promosi melalui personal
selling dengan faktor 6 adalah +0,080 (sangat lemah karena jauh di
bawah 0,5). Korelasi antara variabel terdapatnya promosi melalui
personal selling dengan faktor 7 adalah -0,155 (lemah karena di
113
bawah 0,5). Korelasi antara variabel terdapatnya promosi melalui
personal selling dengan faktor 8 adalah +0,576 (kuat karena di atas
0,5).
20) Variabel adanya sosialisasi dari pihak lain (seperti guru,ulama,dll)
Korelasi antara variabel adanya sosialisasi dari pihak lain (seperti
guru,ulama,dll) dengan faktor 1 adalah +0,414 (lemah karena di
bawah 0,5). Korelasi antara variabel adanya sosialisasi dari pihak
lain (seperti guru,ulama,dll) dengan faktor 2 adalah +0,247 (lemah
karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel adanya sosialisasi
dari pihak lain (seperti guru,ulama,dll) dengan faktor 3 adalah -
0,068 (sangat lemah karena jauh di bawah 0,5). Korelasi antara
variabel adanya sosialisasi dari pihak lain (seperti guru,ulama,dll)
dengan faktor 4 adalah +0,536 (kuat karena di atas 0,5). Korelasi
antara variabel adanya sosialisasi dari pihak lain (seperti
guru,ulama,dll) dengan faktor 5 adalah +0,074 (sangat lemah
karena jauh di bawah 0,5). Korelasi antara variabel adanya
sosialisasi dari pihak lain (seperti guru,ulama,dll) dengan faktor 6
adalah +0,180 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara
variabel adanya sosialisasi dari pihak lain (seperti guru,ulama,dll)
dengan faktor 7 adalah +0,174 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel adanya sosialisasi dari pihak lain (seperti
guru,ulama,dll) dengan faktor 8 adalah +0,090 (sangat lemah
karena jauh di bawah 0,5).
114
21) Variabel nama BSM sudah terkenal dan terpercaya
Korelasi antara variabel nama BSM sudah terkenal dan terpercaya
dengan faktor 1 adalah +0,465 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel nama BSM sudah terkenal dan terpercaya
dengan faktor 2 adalah +0,179 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel nama BSM sudah terkenal dan terpercaya
dengan faktor 3 adalah -0,142 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel nama BSM sudah terkenal dan terpercaya
dengan faktor 4 adalah -0,216 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel nama BSM sudah terkenal dan terpercaya
dengan faktor 5 adalah -0,377 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel nama BSM sudah terkenal dan terpercaya
dengan faktor 6 adalah -0,110 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel nama BSM sudah terkenal dan terpercaya
dengan faktor 7 adalah +0,202 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel nama BSM sudah terkenal dan terpercaya
dengan faktor 8 adalah +0,175 (lemah karena di bawah 0,5).
22) Variabel BSM merupakan bank syariah terbesar dan anak
perusahaan bank mandiri
Korelasi antara variabel BSM merupakan bank syariah terbesar dan
anak perusahaan bank mandiri dengan faktor 1 adalah +0,503 (kuat
karena di atas 0,5). Korelasi antara variabel BSM merupakan bank
syariah terbesar dan anak perusahaan bank mandiri dengan faktor 2
115
adalah +0,114 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara
variabel BSM merupakan bank syariah terbesar dan anak
perusahaan bank mandiri dengan faktor 3 adalah -0,182 (lemah
karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel BSM merupakan
bank syariah terbesar dan anak perusahaan bank mandiri dengan
faktor 4 adalah -0,032 (sangat lemah karena jauh di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel BSM merupakan bank syariah terbesar dan
anak perusahaan bank mandiri dengan faktor 5 adalah -0,412
(lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel BSM
merupakan bank syariah terbesar dan anak perusahaan bank
mandiri dengan faktor 6 adalah +0,087 (sangat lemah karena jauh
di bawah 0,5). Korelasi antara variabel BSM merupakan bank
syariah terbesar dan anak perusahaan bank mandiri dengan faktor 7
adalah +0,031 (sangat lemah karena jauh di bawah 0,5). Korelasi
antara variabel BSM merupakan bank syariah terbesar dan anak
perusahaan bank mandiri dengan faktor 8 adalah +0,407 (lemah
karena di bawah 0,5).
23) Variabel adanya dorongan dari pihak keluarga untuk menggunakan
jasa BSM. Korelasi antara variabel adanya dorongan dari pihak
keluarga untuk menggunakan jasa BSM dengan faktor 1 adalah
+0,488 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel
adanya dorongan dari pihak keluarga untuk menggunakan jasa
BSM dengan faktor 2 adalah +0,265 (lemah karena di bawah 0,5).
116
Korelasi antara variabel adanya dorongan dari pihak keluarga
untuk menggunakan jasa BSM dengan faktor 3 adalah -0,444
(lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel adanya
dorongan dari pihak keluarga untuk menggunakan jasa BSM
dengan faktor 4 adalah +0,160 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel adanya dorongan dari pihak keluarga
untuk menggunakan jasa BSM dengan faktor 5 adalah +0,349
(lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel adanya
dorongan dari pihak keluarga untuk menggunakan jasa BSM
dengan faktor 6 adalah -0,277 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel adanya dorongan dari pihak keluarga
untuk menggunakan jasa BSM dengan faktor 7 adalah +0,290
(lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel adanya
dorongan dari pihak keluarga untuk menggunakan jasa BSM
dengan faktor 8 adalah -0,150 (lemah karena di bawah 0,5).
24) Variabel adanya informasi dari pihak keluarga tentang BSM
Korelasi antara variabel adanya informasi dari pihak keluarga
tentang BSM dengan faktor 1 adalah +0,434 (lemah karena di
bawah 0,5). Korelasi antara variabel adanya informasi dari pihak
keluarga tentang BSM dengan faktor 2 adalah +0,289 (lemah
karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel adanya informasi
dari pihak keluarga tentang BSM dengan faktor 3 adalah -0,556
(kuat karena di atas 0,5).
117
Korelasi antara variabel adanya informasi dari pihak keluarga
tentang BSM dengan faktor 4 adalah +0,134 (lemah karena di
bawah 0,5). Korelasi antara variabel adanya informasi dari pihak
keluarga tentang BSM dengan faktor 5 adalah +0,322 (lemah
karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel adanya informasi
dari pihak keluarga tentang BSM dengan factor 6 adalah -0,210
(lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel adanya
informasi dari pihak keluarga tentang BSM dengan faktor 7 adalah
+0,307 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel
adanya informasi dari pihak keluarga tentang BSM dengan faktor 8
adalah -0,140 (lemah karena di bawah 0,5).
25) Variabel sistem transaksi di BSM sudah terkommputerisasi
Korelasi antara variabel sistem transaksi di BSM sudah
terkommputerisasi dengan faktor 1 adalah +0,458 (lemah karena di
bawah 0,5). Korelasi antara variabel sistem transaksi di BSM sudah
terkommputerisasi dengan faktor 2 adalah -0,009 (sangat lemah
karena jauh di bawah 0,5). Korelasi antara variabel sistem transaksi
di BSM sudah terkommputerisasi dengan faktor 3 adalah +0,041
(sangat lemah karena jauh di bawah 0,5). Korelasi antara variabel
sistem transaksi di BSM sudah terkommputerisasi dengan faktor 4
adalah -0,483 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara
variabel sistem transaksi di BSM sudah terkommputerisasi dengan
faktor 5 adalah -0,200 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara
118
variabel sistem transaksi di BSM sudah terkommputerisasi dengan
faktor 6 adalah -0,039 (sangat lemah karena jauh di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel sistem transaksi di BSM sudah
terkommputerisasi dengan faktor 7 adalah +0,344 (lemah karena di
bawah 0,5). Korelasi antara variabel sistem transaksi di BSM sudah
terkommputerisasi dengan faktor 8 adalah +0,265 (lemah karena di
bawah 0,5).
26) Variabel transaksi di BSM lebih mudah
Korelasi antara variabel transaksi di BSM lebih mudah dengan
faktor 1 adalah +0,661 (kuat karena di atas 0,5).Korelasi antara
variabel transaksi di BSM lebih mudah dengan faktor 2 adalah -
0,276 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel
transaksi di BSM lebih mudah dengan faktor 3 adalah -0,142
(lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel transaksi di
BSM lebih mudah dengan faktor 4 adalah -0,331 (lemah karena di
bawah 0,5). Korelasi antara variabel transaksi di BSM lebih mudah
dengan faktor 5 adalah +0,107 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel transaksi di BSM lebih mudah dengan
faktor 6 adalah +0,051 (sangat lemah karena jauh di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel transaksi di BSM lebih mudah dengan
faktor 7 adalah +0,063 (sangat lemah karena jauh di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel transaksi di BSM lebih mudah dengan
faktor 8 adalah +0,164 (lemah karena di bawah 0,5).
119
27) Variabel tingkat suku bunga di bank-bank konvensional
tinggi (naik), sehingga menggunakan jasa BSM
Korelasi antara variabel tingkat suku bunga di bank-bank
konvensional tinggi (naik), sehingga menggunakan jasa BSM
dengan faktor 1 adalah +0,518 (kuat karena di atas 0,5). Korelasi
antara variabel tingkat suku bunga di bank-bank konvensional
tinggi (naik), sehingga menggunakan jasa BSM dengan faktor 2
adalah -0,294 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara
variabel tingkat suku bunga di bank-bank konvensional tinggi
(naik), sehingga menggunakan jasa BSM dengan faktor 3 adalah -
0,133 (lemah karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel tingkat
suku bunga di bank-bank konvensional tinggi (naik), sehingga
menggunakan jasa BSM dengan faktor 4 adalah +0,014 (sangat
lemah karena jauh di bawah 0,5). Korelasi antara variabel tingkat
suku bunga di bank-bank konvensional tinggi (naik), sehingga
menggunakan jasa BSM dengan faktor 5 adalah -0,077 (sangat
lemah karena jauh di bawah 0,5). Korelasi antara variabel tingkat
suku bunga di bank-bank konvensional tinggi (naik), sehingga
menggunakan jasa BSM dengan faktor 6 adalah +0,338 (lemah
karena di bawah 0,5). Korelasi antara variabel tingkat suku bunga
di bank-bank konvensional tinggi (naik), sehingga menggunakan
jasa BSM dengan faktor 7 adalah -0,097 (sangat lemah karena jauh
di bawah 0,5). Korelasi antara variabel tingkat suku bunga di bank-
120
bank konvensional tinggi (naik), sehingga menggunakan jasa BSM
dengan faktor 8 adalah +0,068 (sangat lemah karena jauh di bawah
0,5).
28) Variabel tingkat pengembalian keuntungan di BSM tinggi
Korelasi antara variabel tingkat pengembalian keuntungan di BSM
tinggi dengan faktor 1 adalah +0,680 (kuat karena di atas 0,5).
Korelasi antara variabel tingkat pengembalian keuntungan di BSM
tinggi dengan faktor 2 adalah -0,101 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel tingkat pengembalian keuntungan di BSM
tinggi dengan faktor 3 adalah -0,214 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel tingkat pengembalian keuntungan di BSM
tinggi dengan faktor 4 adalah +0,129 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel tingkat pengembalian keuntungan di BSM
tinggi dengan faktor 5 adalah -0,105 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel tingkat pengembalian keuntungan di BSM
tinggi dengan faktor 6 adalah +0,238 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel tingkat pengembalian keuntungan di BSM
tinggi dengan faktor 7 adalah +0,253 (lemah karena di bawah 0,5).
Korelasi antara variabel tingkat pengembalian keuntungan di BSM
tinggi dengan faktor 8 adalah -0,233 (lemah karena di bawah 0,5).
Dikarenakan masih ada lima variabel yang belum jelas akan
dimasukkan ke dalam faktor yang mana, maka untuk lebih
memperjelasnya dilakukan proses rotasi agar semakin jelas
121
perbedaan antara variabel sehingga akan dimasukkan ke dalam
faktor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 atau faktor 8.
122
Tabel 4.41 Rotated Component Matrix Rotated Component Matrixa
Component
1 2 3 4 5 6 7 8
BSM sesuai dengan prinsip syariah .755 .096 -.070 .216 .052 .236 -.010 -.063 Saya mengetahui riba adalah haram .697 .082 .214 -.145 .007 -.113 -.146 -.014 Investasi bisnis di BSM baik dan halal .696 .040 -.028 .201 .126 .143 .082 .020 Di BSM terdapat produk yang beragam dan menarik .691 .269 .099 -.028 .180 .061 .200 .244 Kualitas produk BSM yang tinggi dan inovatif .611 .195 -.010 .098 .260 -.122 .420 .078 Tingkat bagi hasil yang tinggi (basil) .048 .092 .111 .163 .204 .038 .862 .013 Fasilitas pelayanan BSM yang lengkap .110 .130 .069 .112 .733 .116 .315 .173 Banyaknya jaringan ATM (baik ATM BSM maupun ATM bersama)
.272 .140 .167 .221 .707 .182 -.008 .114
Kenyamanan interior ruangan .213 .159 .232 .554 .388 .068 .089 -.109 Lokasi BSM di tempat yang strategis .114 .097 .855 .133 .087 .136 .063 .022 Lokasi BSM berada di tempat yang aman/tidak rawan .071 .151 .804 .008 .018 .194 .216 -.021 Lokasi BSM mudah dijangkau/ditemukan .089 .063 .797 .247 .172 .078 -.080 .155 Gedung BSM menarik, nyaman, dan menyenangkan -.059 .229 .432 .241 .551 .006 .097 -.227 Keramahan setiap karyawan BSM .286 .780 .066 .116 .123 .036 .079 .085 Setiap karyawan BSM berpenampilan bersih dan rapi .060 .777 .113 .116 .076 -.082 -.132 -.113 Adanya kesabaran yang tinggi setiap karyawan .260 .770 -.023 .001 .167 .041 .121 .187 Kemudahan berkomunikasi kepada karyawan -.075 .751 .224 .042 .025 .040 .256 .138 Promosi yang dilakukan BSM sudah baik .255 .059 -.128 -.117 .529 .190 .086 .619 Terdapatnya promosi melalui personal selling .143 .131 .076 .083 .027 .108 .022 .839 Adanya sosialisasi dari pihak lain (seperti guru,ulama,dll)
-.128 .277 .159 -.003 .005 .356 .405 .435
Nama BSM sudah terkenal dan terpercaya .050 .037 .089 .672 .188 .140 .150 .017 BSM merupakan bank syariah terbesar dan anak perusahaan bank mandiri
.047 -.021 .121 .635 .165 -.022 .248 .367
Adanya dorongan dari pihak keluarga untuk menggunakan jasa BSM
.120 .046 .175 .079 .157 .864 .046 .102
Adanya informasi dari pihak keluarga tentang BSM .090 -.080 .181 .103 .100 .880 .084 .104 Sistem transaksi di BSM sudah terkommputerisasi .291 .164 .108 .732 -.086 .037 -.026 -.085 Transaksi di BSM lebih mudah .676 .062 .174 .393 .027 .127 .023 .158 Tingkat suku bunga di bank-bank konvensional tinggi (naik), sehingga menggunakan jasa BSM
.492 -.016 .093 .144 .041 -.072 .374 .298
Tingkat pengembalian keuntungan di BSM tinggi .400 .128 .056 .208 .079 .345 .605 .087 Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 7 iterations. Sumber: Hasil Output SPSS
123
Component matrix hasil dari proses rotasi (Rotated Component
Matrix) memperlihatkan distribusi variabel yang lebih jelas dan
nyata. Terlihat sekarang faktor loadings yang dulunya kecil
semakin diperkecil, dan faktor loading yang besar semakin
diperbesar. Selanjutnya akan ditempatkan dimana suatu variabel
dilihat dari hasil tabel 4.39 di atas.
1) Variabel BSM sesuai dengan prinsip syariah, variabel ini
masuk ke dalam faktor 1, karena faktor loading dengan faktor
1 paling besar dibanding faktor lain yaitu 0,755.
2) Variabel saya mengetahui riba adalah haram, variabel ini
masuk ke dalam faktor 1, karena factor loading dengan faktor
1 paling besar dibanding faktor lain yaitu 0,697.
3) Variabel investasi bisnis di BSM baik dan halal, variabel ini
masuk ke dalam faktor 1, karena factor loading dengan faktor
1 paling besar dibanding faktor lain yaitu 0,696.
4) Variabel di BSM terdapat produk yang beragam dan menarik,
variabel ini masuk ke dalam faktor 1, karena faktor loading
dengan faktor 1 paling besar dibanding faktor lain yaitu 0,691.
5) Variabel kualitas produk BSM yang tinggi dan inovatif,
variabel ini masuk ke dalam faktor 1, karena factor loading
dengan faktor 1 paling besar dibanding faktor lain yaitu 0,611.
124
6) Variabel tingkat bagi hasil yang tinggi (basil), variabel ini
masuk ke dalam faktor 7, karena factor loading dengan faktor
7 paling besar dibanding faktor lain yaitu 0,862.
7) Variabel fasilitas pelayanan BSM yang lengkap, variabel ini
masuk ke dalam faktor 5, karena factor loading dengan faktor
5 paling besar dibanding faktor lain yaitu 0,733.
8) Variabel banyaknya jaringan ATM (baik ATM BSM, maupun
ATM bersama), variabel ini masuk ke dalam faktor 5, karena
factor loading dengan faktor 5 paling besar dibanding faktor
lain yaitu 0,707.
9) Variabel kenyamanan interior ruangan, variabel ini masuk ke
dalam faktor 4, karena factor loading dengan faktor 4 paling
besar dibanding faktor lain yaitu 0,554.
10) Variabel lokasi BSM di tempat yang strategis, variabel ini
masuk ke dalam faktor 3, karena factor loading dengan faktor
3 paling besar dibanding faktor lain yaitu 0,855.
11) Variabel lokasi BSM berada di tempat yang aman/tidak rawan,
variabel ini masuk ke dalam faktor 3, karena factor loading
dengan faktor 3 paling besar dibanding faktor lain yaitu 0,804.
12) Variabel lokasi BSM mudah dijangkau/ditemukan, variabel ini
masuk ke dalam faktor 3, karena factor loading dengan faktor
3 paling besar dibanding faktor lain yaitu 0,797.
125
13) Variabel gedung BSM menarik, nyaman, dan menyenangkan,
variabel ini masuk ke dalam faktor 5, karena factor loading
dengan faktor 5 paling besar dibanding faktor lain yaitu 0,551.
14) Variabel keramahan setiap karyawan BSM, variabel ini masuk
ke dalam faktor 2, karena factor loading dengan faktor 2 paling
besar dibanding faktor lain yaitu 0,780.
15) Variabel setiap karyawan BSM berpenampilan bersih dan rapi,
variabel ini masuk ke dalam faktor 2, karena factor loading
dengan faktor 2 paling besar dibanding faktor lain yaitu 0,777.
16) Variabel adanya kesabaran yang tinggi setiap karyawan,
variabel ini masuk ke dalam faktor 2, karena factor loading
dengan faktor 2 paling besar dibanding faktor lain yaitu 0,770.
17) Variabel kemudahan berkomunikasi kepada karyawan,
variabel ini masuk ke dalam faktor 2, karena factor loading
dengan faktor 2 paling besar dibanding faktor lain yaitu 0,751.
18) Variabel promosi yang dilakukan BSM sudah baik, variabel ini
masuk ke dalam faktor 8, karena factor loading dengan faktor
8 paling besar dibanding faktor lain yaitu 0,619.
19) Variabel terdapatnya promosi melalui personal selling, variabel
ini masuk ke dalam faktor 8, karena factor loading dengan
faktor 8 paling besar dibanding faktor lain yaitu 0,839.
126
20) Variabel adanya sosialisasi dari pihak lain (seperti guru,
ulama,dll), variabel masuk ke dalam faktor 8, karena factor
loading dengan faktor 8 dibanding faktor lainnya yaitu 0,431.
21) Variabel nama BSM sudah terkenal dan terpercaya, variabel
ini masuk ke dalam faktor 4, karena factor loading dengan
faktor 4 paling besar dibanding faktor lain yaitu 0,672.
22) Variabel BSM merupakan bank syariah terbesar dan anak
perusahaan bank mandiri, variabel ini masuk ke dalam faktor
4, karena factor loading dengan faktor 4 paling besar
dibanding faktor lain yaitu 0,635.
23) Variabel adanya dorongan dari pihak keluarga untuk
menggunakan jasa BSM, variabel ini masuk ke dalam faktor 6,
karena factor loading dengan faktor 6 paling besar dibanding
faktor lain yaitu 0,864.
24) Variabel adanya informasi dari pihak keluarga tentang BSM,
variabel ini masuk ke dalam faktor 6, karena factor loading
dengan faktor 6 paling besar dibanding faktor lain yaitu 0,880
25) Variabel sistem transaksi di BSM sudah terkommputerisasi,
variabel ini masuk ke dalam faktor 4, karena factor loading
dengan faktor 4 paling besar dibanding faktor lain yaitu 0,732.
26) Variabel transaksi di BSM lebih mudah, variabel ini masuk ke
dalam faktor 1, karena factor loading dengan faktor 1 paling
besar dibanding faktor lain yaitu 0,676.
127
27) Variabel tingkat suku bunga di bank-bank konvensional tinggi
(naik), sehingga menggunakan jasa BSM, variabel ini masuk
ke dalam faktor 1, karena factor loading dengan faktor 1 paling
besar dibanding faktor lain yaitu 0,492.
28) Variabel tingkat pengembalian keuntungan di BSM tinggi,
variabel ini masuk ke dalam faktor 6, karena factor loading ade
fauzan dengan faktor 6 paling besar dibanding faktor lain yaitu
0,605.
Dengan demikian keduapuluh delapan variabel telah direduksi
menjadi delapan faktor, yaitu:
1) Faktor 1 terdiri dari variabel, BSM sesuai dengan prinsip
syariah, saya mengetahui riba adalah haram, investasi di BSM
baik dan halal, di BSM terdapat produk yang beragam dan
menarik, kualitas produk BSM yang tinggi dan inovatif,
transaksi di BSM lebih mudah, tingkat suku bunga di bank-
bank konvensional tinggi (naik), sehingga menggunakan jasa
BSM.
2) Faktor 2 terdiri dari variabel, keramahan setiap karyawan,
setiap karyawan berpernampilan bersih dan rapi, adanya
kesabaran yang tinggi setiap karyawan, kemudahan
berkomunikasi kepada setiap karyawan.
128
3) Faktor 3 terdiri atas varibel, lokasi BSM berada di tempat yang
strategis, lokasi BSM berada di tempat yang aman/tidak rawan,
lokasi BSM yang mudah dijangkau/ditemukan.
4) Faktor 4 terdiri dari variabel, kenyamanan interior ruangan,
nama BSM sudah terkenal dan terpercaya, BSM merupakan
bank syariah terbesar dan merupakan anak perusahaan bank
mandiri, sistem transaksi di BSM sudah terkomputerisasi.
5) Faktor 5 terdiri dari variabel, fasilitas pelayanan BSM yang
lengkap, banyaknya jaringan ATM (baik ATM BSM, maupun
ATM bersama), gedung BSM menarik nyaman dan
menyenangkan.
6) Faktor 6 terdiri dari variabel, adanya dorongan dari pihak
keluarga untuk menggunakan jasa BSM, adanya informasi dari
pihak keluarga tentang BSM, tingkat pengembalian
keuntungan di BSM tinggi.
7) Faktor 7 terdiri dari dari variabel, tingkat bagi hasil yang
tinggi.
8) Faktor 8 terdiri atas variabel, promosi yang dilakukan BSM
sudah baik, terdapatnya promosi melalui personal selling,
sosialisasi dari pihak lain (seperti guru, ulama,dll).
Tabel 4.42 Component Transformation Matrix
Component 1 2 3 4 5 6 7 8
1 .521 .367 .329 .356 .364 .264 .317 .239
129
2 -.687 .022 .646 .147 .101 .251 .033 -.120 3 -.089 .809 .076 -.109 -.047 -.512 -.108 -.209 4 -.362 .264 -.315 -.446 .144 .214 .359 .553 5 .286 .132 .362 -.531 -.336 .402 -.445 .122 6 .106 -.166 .355 -.123 -.563 -.332 .614 .127 7 -.085 .308 -.333 .370 -.582 .490 .143 -.225 8 -.131 .018 .034 .454 -.258 -.219 -.403 .705
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. Sunber: Hasil Output SPSS
Pada tabel 4.40 di atas, dapat dilihat angka-angka yang ada pada
diagonal dari kiri atas ke kanan bawah, yaitu antara Component 1
dengan 1, Component 2 dengan 2, Component 3 dengan 3,
Component 4 dengan 4, Component 5 dengan 5, Component 6
dengan 6, Component 7 dengan 7, Componen 8 dengan 8. Terlihat
dua angka yang berada di atas 0,5 yaitu faktor 1 adalah 0,521, dan
faktor 8 adalah 0,705.
Sedangkan 6 faktor lainnya berada di bawah 0,5 yaitu faktor 2
adalah 0,022, faktor 3 adalah 0,076, faktor 4 adalah -0,446 (tanda ‘-
‘ hanya menunjukkan arah korelasi), faktor 5 adalah -0,336 (tanda
‘-‘ hanya menunjukkan arah korelasi), faktor 6 adalah -0,332 (tanda
‘-‘ hanya menunjukkan arah korelasi), dan faktor 7 adalah 0,143.
Walaupun hanya terbentuk 2 faktor saja yang mempunyai
korelasi di atas 0,5 yaitu faktor 1, dan 8, hal ini sudah cukup
130
membuktikan kedua faktor tersebut terbentuk cukup tepat,
dikarenakan memiliki nilai korelasi yang cukup tinggi di atas 0,5.
d. Interprestasi atas faktor yang telah terbentuk
Setelah melalui proses yang panjang untuk menentukan variabel mana
akan masuk faktor yang mana, dan juga telah dilakukan factoring serta
rotasi, maka langkah berikutnya adalah menginterpretasikan faktor yang
terbentuk tersebut. Hal ini dilakukan agar dapat mewakili variabel-variabel
dari faktor tersebut.
Dua faktor yang terbentuk dan memiliki korelasi yang tinggi, yaitu faktor
1, terdiri dari variabel BSM sesuai dengan prinsip syariah, saya mengetahui
riba adalah haram, investasi di BSM baik dan halal, di BSM terdapat produk
yang beragam dan menarik, kualitas produk BSM yang tinggi dan inovatif,
transaksi di BSM lebih mudah. Jika akan diberi nama bisa dinamakan faktor
persepsi.
Faktor 8 terdiri, dari variabel promosi yang dilakukan BSM sudah baik,
terdapatnya promosi melalui personal selling, sosialisasi dari pihak lain
(seperti guru, ulama,dll). Jika diberi nama bisa dinamakan faktor promosi
Faktor 2, 3, 4, 5, 6 dan faktor 7 tidak terbentuk karena memiliki nilai
korelasi yang kecil di bawah 0,5. Akan tetapi keenam faktor ini dapat diberi
nama sebagai berikut.
Faktor 2 terdiri dari variabel, keramahan setiap karyawan, setiap
karyawan berpernampilan bersih dan rapi, adanya kesabaran yang tinggi
131
setiap karyawan, kemudahan berkomunikasi kepada setiap karyawan. Faktor
tersebut dinamakan faktor sumber daya manusia (SDM).
Faktor 3 terdiri atas variabel, lokasi BSM berada di tempat yang
strategis, lokasi BSM berada di tempat yang aman/tidak rawan, lokasi BSM
yang mudah dijangkau/ditemukan. Faktor tersebut dinamakn faktor lokasi.
Faktor 4 terdiri dari variabel, kenyamanan interior ruangan, nama BSM
sudah terkenal dan terpercaya, BSM merupakan bank syariah terbesar dan
merupakan anak perusahaan bank mandiri, sistem transaksi di BSM sudah
terkomputerisasi. Faktor ini bisa dinamakan faktor keunggulan.
Faktor 5 terdiri dari variabel, fasilitas pelayanan BSM yang lengkap,
banyaknya jaringan ATM (baik ATM BSM, maupun ATM bersama),
gedung BSM menarik nyaman dan menyenangkan. Faktor ini dinamakan
faktor fasilitas.
Faktor 6 terdiri dari variabel, adanya dorongan dari pihak keluarga untuk
menggunakan jasa BSM, adanya informasi dari pihak keluarga tentang
BSM, tingkat pengembalian keuntungan di BSM tinggi. Faktor ini
dinamakan faktor keluarga.
Faktor 7 terdiri dari dari variabel, tingkat bagi hasil yang tinggi. Faktor
ini bisa dinamakan faktor investasi. Tentu saja penamaan ini belum pasti
tepat, namun demikian sebuah faktor haruslah diberi nama yang sedapat
mungkin mencerminkan isi faktor tersebut.
132
133
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan nasabah untuk menggunakan jasa pelayanan
perbankan, dengan melalui penyebaran kuesioner kepada responden nasabah
Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Lebak, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Faktor-faktor yang terbentuk dari pembahasan di atas adalah:
1. Faktor persepsi, terdiri dari variabel BSM sesuai dengan prinsip syariah,
saya mengetahui riba adalah haram, investasi di BSM baik dan halal, di
BSM terdapat produk yang beragam dan menarik, kualitas produk BSM
yang tinggi dan inovatif, transaksi di BSM lebih mudah, tingkat suku
bunga di bank-bank konvensional tinggi (naik), sehingga menggunakan
jasa BSM
2. Faktor promosi, terdiri dari variabel promosi yang dilakukan BSM sudah
baik, terdapatnya promosi melalui personal selling, sosialisasi dari pihak
lain (seperti guru, ulama,dll).
3. Faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi keputusan nasabah
untuk menggunakan jasa bank syariah adalah faktor promosi dengan
134
masing-masing nilai variabelnya adalah variabel promosi yang dilakukan
BSM sudah baik 0,619, terdapatnya promosi melalui personal selling
0,839, dan sosialisasi dari pihak lain (seperti guru, ulama,dll) 0,435
B. Implikasi
Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa faktor promosi
merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menarik minat
nasabah untuk menggunakan jasa bank syariah. Hal ini dapat diterima karena
promosi sangat berperan dalam mempengaruhi keputusan nasabah, tanpa
promosi nasabah tidak akan mendapatkan dan mengetahui informasi
mengenai produk dan pelayanan jasa Bank Syariah Mandiri, terutama BSM
Cabang Pembantu Lebak.
Selain faktor promosi, faktor persepsi juga ikut mempengaruhi keputusan
nasabah dalam memilih jasa bank syariah. Dimana persepsi tersebut berawal
dari cara pikir, pendapat, atau anggapan dari nasabah mengenai BSM
terhadap prinsip syariah, riba adalah haram, di BSM terdapat produk yang
beragam dan menarik, kualitas produknya yang tinggi dan inovatif,
transaksnya lebih mudah, hingga keputusan dalam memilih bank syariah
(BSM) dalam hubungannya dengan bank konvensional.
Oleh karena itu hal ini perlu diperhatikan dengan seksama oleh pihak
bank yang terkait agar selalu meningkatkan mutu, kualitas, dan pelayanan
yang terbaik bagi nasabah sehingga menimbulkan citra dan persepsi yang
baik di benak pikiran nasabah. Serta perlu ditingkatkan kembali promosi
135
dengan gencar secara lebih luas, karena dengan promosi, informasi dapat
tersampaikan dan mempengaruhi keputusan nasabah dalam memilih jasa
bank syariah.
cxxxvi