corporate finance,pdf
TRANSCRIPT
1
CORPORATE FINANCE :
Aplikasi pada Kasus-Kasus Keuangan
Dr. Musdalifah Azis, A.Md, SE, M.Si
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2014
2
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1. THE CORPORATE GOVERNANCE MOSAIC AND FINANCIAL REPORTING
QUALITY ................................................................................................................................3
BAB 2. WORKING CAPITAL MANAGEMENT: A STUDY ON BRITISH AMERICAN
TOBACCO BANGLADESH COMPANY LTD ..................................................................9
BAB 3. KERJASAMA STRATEGI PERUSAHAAN POLANDIA SEBAGAI RESPON
TERHADAP EKSPANSI INVESTOR ASING KE PASAR POLANDIA ..................... 16
BAB 4. MENILAI DAYA TARIK PASAR UNTUK MERGER DAN AKUISISI: THE
MARC M & A MATURITY INDEKS .............................................................................. 23
BAB 5. BEST PRACTICES IN ESTIMATING THE COST OF CAPITAL: SURVEY AND
SYNTHESIS .......................................................................................................................... 34
BAB 6. PERAMALAN PERUBAHAN NILAI TUKAR ANTARA DOLLAR AS DAN
YEN JEPANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM LOGIKA NEURON-
FUZZY ADAPTIP DINAMIS ............................................................................................ 45
BAB 7. PERAN GLOBAL TERHADAP PENGGUNAAN SUATU MATA UANG..................... 58
BAB 8. CAPITAL STRUCTURE AND DEBT STRUCTURE ........................................................... 65
BAB 9. CENTRALIZATION VERSUS DELEGATION IN AN EXPERIMENTAL
CAPITAL BUDGETING SETTING .................................................................................. 67
BAB 10. CRISIS, GOVERNANCE AND PERFORMANCE: EVIDENCE FROM THE
BANKING SECTOR ........................................................................................................... 70
BAB 11. DOES INTANGIBLE CAPITAL AFFECT ECONOMIC GROWTH? .............................. 73
BAB 12. PARTIAL ACQUISITIONS IN EMERGING MARKETS: A TEST OF THE
STRATEGIC MARKET ENTRY AND CORPORATE CONTROL
HYPOTHESES ..................................................................................................................... 75
BAB 13. PELONJAKAN REAL EXCHANGE RATE DALAM REAL BUSINESS CYCLE
DAN MODEL KONTRAK OVERLAPPING WAGE. .................................................... 77
BAB 14. BANKING ISLAMIC: PROSPECT AND PROBLEM ........................................................ 83
BAB 15. PEMBIAYAAN PERTANIAN/AGRIKULTUR MELALUI CARA DAN
INSTRUMEN ISLAMI: SKENARIO PRAKTIS DAN APLIKABILITAS ..................... 93
BAB 16. ISLAMIC CAPITAL MARKET PRODUCTS: DEVELOPMENTS AND
CHALLENGES .................................................................................................................. 108
BAB 17. OBLIGASI SYARIAH (SUKUK) UNTUK PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR:
TANTANGAN DAN INISIATIF STRATEGIS .............................................................. 121
BAB 18. PENELITIAN INTEGRATIF KE DALAM JASA KEUANGAN INDUSTRI DI
TAIWAN: HUBUNGAN BONDING TACTIS, MUTU HUBUNGAN DAN
KESETIAAN PERILAKU ................................................................................................. 144
3
BAB 1. THE CORPORATE GOVERNANCE MOSAIC
AND FINANCIAL REPORTING QUALITY
Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang
menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang
menentukan arah kinerja perusahaan. Isu mengenai corporate governance mulai
mengemuka, khususnya di Indonesia pada tahun 1998 ketika Indonesia
mengalami krisis yang berkepanjangan. Banyak pihak yang mengatakan
lamanya proses perbaikan di Indonesia disebabkan oleh sangat lemahnya
corporate governance yang diterapkan dalam perusahaan di Indonesia. Sejak saat
itu, baik pemerintah maupun investor mulai memberikan perhatian yang
cukup signifikan dalam praktek corporate governance.
Penerapan good corporate governance (GCG) merupakan salah satu upaya
yang cukup signifikan untuk melepaskan diri dari krisis ekonomi yang
melanda Indonesia. Peran dan tuntutan investor dan kreditor asing mengenai
penerapan prinsip GCG merupakan salah satu faktor dalam pengambilan
keputusan berinvestasi pada suatu perusahaan. Penerapan prinsip GCG dalam
dunia usaha di Indonesia merupakan tuntutan zaman agar perusahaan-
perusahaan yang ada jangan sampai terlindas oleh persaingan global yang
semakin keras.
Prinsip-prinsip dasar dari good corporate governance (GCG) pada dasarnya
memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu
perusahaan. Corporate governance lebih condong pada serangkaian pola perilaku
perusahaan yang diukur melalui kinerja, pertumbuhan, struktur pembiayaan,
perlakuan terhadap para pemegang saham, dan stakeholders. Sehingga dapat
dijadikan sebagai dasar analisis dalam mengkaji corporate governance di suatu
negara dengan memenuhi transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan
keputusan yang sistematis yang dapat digunakan sebagai dasar pengukuran
yang lebih akurat mengenai kinerja perusahaan dan bagaimana korelasi antar
kebijakan tentang buruh dan kinerja perusahaan.
Meskipun kinerja ekonomi pemerintah yang lalu diwarnai oleh
beberapa pelanggaran prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good
corporate governance), baik di pasar modal, perbankan, maupun di sektor riil
akibat krisis yang melanda Indonesia lalu sebaiknya prinsip-prinsip corporate
governance tetap dapat dijalankan secara amanah, akuntabel, transparan dan
fair untuk mencapai tujuan terciptanya nilai kinerja perusahaan jangka panjang
seraya terlayaninya semua kepentingan pihak yang berkepentingan dengan
jalannya perusahaan (stakeholders).
4
Jika corporate governance merupakan faktor yang signifikan pada kondisi
krisis, maka corporate governance tidak hanya mampu menjelaskan perbedaan
kinerja antarnegara selama periode krisis, akan tetapi juga perbedaan kinerja
antarperusahaan dalam suatu negara tertentu. Penelitian tentang variasi
penerapan corporate governance di tingkat perusahaan masih sangat sedikit
dilakukan.
Riset The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), 2002,
menemukan bahwa alasan utama perusahaan menerapkan GCG adalah
kepatuhan terhadap peraturan. Perusahaan meyakini bahwa implementasi
GCG merupakan bentuk lain penegakan etika bisnis dan etika kerja yang sudah
lama menjadi komitmen perusahaan, dan implementasi GCG berhubungan
dengan peningkatan citra perusahaan. Perusahaan yang mempraktikkan GCG,
akan mengalami perbaikan citra, dan peningkatan nilai perusahaan. Maka
dalam penelitian ini akan dianalisis, apakah praktik corporate governance dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan.
Istilah Corporate Governance (CG) pertama kali diperkenalkan oleh
Cadbury Committee tahun 1992 dalam laporannya yang dikenal sebagai Cadbury
Report (Tjager dkk., 2003). Terdapat banyak definisi tentang CG yang
pendefinisiannya dipengaruhi oleh teori yang melandasinya.
Perusahaan/korporasi dapat dipandang dari dua teori, yaitu (a) teori
pemegang saham (shareholding theory), dan (b) teori stakeholder (stakeholding
theory).
Shareholding theory mangatakan bahwa perusahaan didirikan dan
dijalankan untuk tujuan memaksimumkan kesejahteraan pemilik/pemegang
saham sebagai akibat dari investasi yang dilakukannya. Shareholding theory ini
sering disebut sebagai teori korporasi klasik yang sudah diperkenalkan oleh
Adam Smith pada tahun 1776. Definisi CG yang berdasar pada shareholding
theory diberikan oleh Monks dan Minow (1995) yaitu hubungan berbagai
partisipan (pemilik/investor dan manajemen) dalam menentukan arah dan
kinerja korporasi. Definisi lain diajukan oleh Shleifer dan Vishny (1997) yang
menyebutkan bahwa CG sebagai cara atau mekanisme untuk meyakinkan para
pemilik modal dalam memperoleh hasil (return) yang sesuai dengan investasi
yang ditanamkan.
Stakeholding theory, diperkenalkan oleh Freeman (1984), menyatakan
bahwa perusahaan adalah organ yang berhubungan dengan pihak lain yang
berkepentingan, baik yang ada di dalam maupun di luar perusahaan. Definisi
stakeholder ini termasuk karyawan, pelanggan, kreditur, suplier, dan
masyarakat sekitar dimana perusahaan tersebut beroperasi. Adapun definisi
5
Good Corporate Governance dari Cadbury Committee yang berdasar pada teori
stakeholder adalah sebagai berikut :
“A set of rules that define the relationship between shareholders, managers,
creditors, the government, employees and internal and external stakeholders in
respect to their rights and responsibilities”.
(Seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara para pemegang
saham, manajer, kreditur, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang
berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal lainnya yang
berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka).
Beberapa institusi Indonesia mengajukan definisi CG, antara lain oleh
FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia) tahun 2000 yang
mendefinisikan CG sama seperti Cadbury Committee, sedangkan The Indonesian
Institute for Corporate Governance atau IICG (2000) mendefinisikan CG sebagai
proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan
tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang,
dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder yang lain.
Salah satu fungsi yang paling penting bahwa tata kelola perusahaan
dapat bermain adalah dalam memastikan kualitas proses pelaporan keuangan.
Levitt (1999 2) menyatakan dalam pidatonya kepada direksi, "hubungan antara
direktur perusahaan dan sistem pelaporan keuangan tidak pernah lebih
penting." Selanjutnya, Blue Ribbon Commission (1999) meminta auditor untuk
membahas dengan komite audit kualitas dan bukan hanya penerimaan dari
alternatif pelaporan keuangan.
Tata kelola perusahaan telah menerima peningkatan penekanan pada
praktek dan dalam penelitian akademik (misalnya, Blue Ribbon Laporan
Komite 1999; Ramsay Laporan 2001; Sarbanes-Oxley 2002; Bebchuk dan Cohen
2004). Penekanan ini karena sebagian, dengan prevalensi yang sangat
dipublikasikan dan mengerikan penipuan pelaporan keuangan seperti Enron,
WorldCom, Aldelphia, dan Parmalat, jumlah yang belum pernah terjadi
sebelumnya penyajian kembali laba (Loomis 1999; Wu 2002; palmrose dan
Scholz 2002; Larcker et al 2004). dan klaim manipulasi laba terang-terangan
oleh manajemen perusahaan (Krugman 2002). Selanjutnya, penelitian akademik
telah menemukan hubungan antara kelemahan dalam pemerintahan dan
kualitas pelaporan keuangan yang buruk, manipulasi laba, penipuan laporan
keuangan, dan pengendalian internal lemah (misalnya, Dechow et al 1996;
Beasley 1996; McMullen 1996;.. Beasley et al 1999; Beasley et al 2000;. Carcello
dan Neal 2000; 2001 Krishnan, 2002b Klein). Dengan perkembangan tersebut,
ada penekanan pada kebutuhan untuk memperbaiki tata kelola perusahaan
atas proses pelaporan keuangan (misalnya, Levitt 1998, 1999, 2000), seperti yg
6
membuat reformasi untuk meningkatkan efektivitas komite audit (Blue Ribbon
Komite 1999; Sarbanes-Oxley Act 2002) dan membuat dewan direksi dan
manajemen yang lebih akuntabel untuk menjamin integritas laporan keuangan
(SEC 2002, Business Roundtable 2002) serta ekspansi cepat penelitian tentang
tata kelola perusahaan.
Tujuan makalah ini adalah untuk meninjau penelitian tentang tata kelola
perusahaan dan dampaknya pada kualitas pelaporan keuangan. Kajian ini akan
melayani tiga tujuan: (1) untuk menyarankan tata "mosaik" perusahaan (yaitu,
interaksi antara aktor dan institusi yang mempengaruhi tata kelola perusahaan)
yang mencakup pandangan yang lebih luas dari tata telah dipertimbangkan
dalam penelitian akuntansi sebelumnya; (2) untuk memberikan gambaran dari
temuan utama dari penelitian sebelumnya; dan (3) untuk mengidentifikasi
kesenjangan penting dalam penelitian yang merupakan jalan yang menjanjikan
untuk studi di masa depan. Dengan demikian, sisa kertas dibagi menjadi tiga
bagian berikut. Bagian berikutnya menyediakan kerangka kerja umum untuk
memahami mosaik tata kelola perusahaan dan dampaknya pada kualitas
pelaporan keuangan. Bagian ini diikuti dengan diskusi penelitian sebelumnya,
masing-masing berhubungan dengan peran aktor berikut dalam tata kelola
perusahaan mosaik: (1) dewan direksi dan komite audit, (2) auditor eksternal;
dan (3) internal auditor. Bagian terakhir menyajikan ringkasan daerah untuk
penelitian masa depan.
MOSAIC TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG
Gambar 1 memberikan gambaran tentang mosaik tata kelola perusahaan
dan dampaknya pada kualitas pelaporan keuangan. Sebelum akuntansi
penelitian dan profesi akuntansi telah berfokus terutama pada dewan direksi
dan komite audit. Misalnya, Badan Pengawasan Umum (POB 1993)
mendefinisikan tata kelola perusahaan sebagai Namun "kegiatan-kegiatan
pengawasan yang dilakukan oleh dewan direksi dan komite audit untuk
memastikan integritas dari proses pelaporan keuangan.", pandangan yang
sempit tata kelola perusahaan yang membatasi ke kegiatan monitoring saja
berpotensi meremehkan peran bahwa tata kelola perusahaan bisa bermain.
Selanjutnya, dalam analisis meta baru-baru ini penelitian tata kelola
perusahaan, Larcker et al. (2004, 1) menyimpulkan bahwa "struktur indikator
yang umum digunakan dalam penelitian akademik dan layanan rating
institusional memiliki kemampuan yang sangat terbatas untuk menjelaskan
perilaku manajerial dan kinerja organisasi." Jadi, seperti digambarkan pada
Gambar 1, suatu kerangka yang lebih komprehensif harus mempertimbangkan
semua stakeholder utama dalam mosaik pemerintahan, termasuk di dalam
7
mereka dan di luar perusahaan. Sebagai contoh, auditor eksternal memainkan
peran penting dalam memantau kualitas pelaporan keuangan dan maka dapat
dilihat sebagai peserta penting dalam proses pemerintahan. Kami tidak
menyarankan bahwa penelitian yang masih ada belum melihat peran auditor
melainkan bahwa peran auditor dalam proses pemerintahan sangat kompleks
sebagai auditor berinteraksi dengan pemangku kepentingan lainnya dalam
mozaik pemerintahan seperti komite audit dan manajemen . Pada gilirannya,
interaksi di antara para pemangku kepentingan dipengaruhi oleh kekuatan
luar seperti oleh regulator dan bursa efek serta tekanan untuk memenuhi analis
keuangan. Lebih lanjut, mosaik tata kelola perusahaan yang menyarankan kita
perlu melihat di luar banyak fokus penelitian saat ini dalam tata kelola
perusahaan yang berkonsentrasi pada mendokumentasikan asosiasi dan tidak
hubungan kausal (Larcker et al 2004.) Dan untuk melengkapi penelitian saat ini
dengan juga menyelidiki substansi dari interaksi di arena tata kelola
perusahaan. Sebagai contoh, meskipun penekanan dalam penelitian tata kelola
perusahaan telah di melihat isu-isu kemerdekaan, Cohen et al. (2002) dokumen
yang kecuali manajemen memungkinkan dirinya untuk menjadi dipantau
substansi kegiatan pemerintahan akan ditumbangkan.
Hubungan timbal balik antara berbagai aktor dan mekanisme dalam mosaik
tata kelola perusahaan. Sebagai contoh, interaksi antara komite audit, auditor
eksternal, auditor internal, papan, dan manajemen adalah penting untuk
pemerintahan yang efektif dan pelaporan keuangan untuk mencapai kualitas
tinggi (Sarbanes-Oxley Act 2002). Sebuah studi wawancara dengan auditor
berpengalaman (Cohen et al 2002.) mengungkapkan bahwa manajemen
mempunyai pengaruh signifikan atas pihak. Beberapa auditor dalam penelitian
yang berpendapat bahwa jika manajemen tidak ingin menjadi "diatur", mereka
tidak dapat (Cohen et al 2002 582.). Selanjutnya, manajemen dapat
menempatkan pasif, anggota sesuai pada papan yang mungkin memenuhi
persyaratan peraturan tapi enggan untuk menantang manajemen. Sebagai
contoh, Qwest tidak memiliki direksi luar dengan pengalaman dalam bisnis inti
perusahaan. Mereka juga memiliki komite kompensasi yang secara konsisten
diberikan bonus yang berlebihan kepada manajemen meskipun kinerja
perusahaan relatif bawah standar (Business Week 2002).
Kualitas Pelaporan Keuangan
Meskipun orang harus mengharapkan bahwa "lebih baik " tata kelola
perusahaan yang mengarah ke laporan keuangan membaik, ada kurangnya
konsensus mengenai apa yang merupakan contoh "kualitas pelaporan
keuangan.", meskipun, yang BRC (1999) dan Sarbanes-Oxley (2002)
8
memerlukan auditor untuk membahas kualitas metode pelaporan keuangan
dan tidak hanya penerimaan mereka, gagasan kualitas pelaporan keuangan
tetap merupakan konsep yang samar-samar. Sebagai Jonas dan Blanchett (2000,
353) menyatakan, "dalam terang ini persyaratan baru, auditor, anggota komite
audit, dan manajemen sekarang berjuang untuk menentukan" kualitas
pelaporan keuangan. "
Daripada mendefinisikan "kualitas pelaporan keuangan," sastra
sebelumnya telah difokuskan pada faktor-faktor seperti manajemen laba,
penyesuaian keuangan, dan penipuan yang jelas menghambat pencapaian
tinggi laporan keuangan berkualitas dan telah menggunakan adanya faktor-
faktor sebagai bukti gangguan di proses pelaporan keuangan. Secara khusus,
sastra sebelumnya telah memeriksa peran berbagai pemain dalam mosaik
pemerintahan (misalnya, papan, komite audit, auditor eksternal, auditor
internal) dan sejauh mana pemain ini memiliki baik secara individual maupun
kolektif mempengaruhi pencapaian laporan keuangan yang bebas dari salah
saji material dan kekeliruan. Para pemain utama yang diidentifikasi dalam
literatur sebelumnya meliputi dewan direksi, komite audit, auditor eksternal,
dan auditor internal.
Dengan demikian, dalam sisa tulisan ini, kita membahas peran pemain
berikut, interaksi di antara mereka, dan pengaruh kolektif mereka dalam
membantu mencapai kualitas tinggi pelaporan keuangan:. (1) dewan direksi
dan komite audit (2) auditor eksternal; dan (3) internal auditors.
9
BAB 2. WORKING CAPITAL MANAGEMENT: A
STUDY ON BRITISH AMERICAN TOBACCO
BANGLADESH COMPANY LTD
BANGLADESH TOBACCO COMPANY LTD. (BTC) menjadi merupakan
saudara DARI British American Tobacco Company Ltd (BATC). Sejarah BTC
kembali ke 1926 ketika Bapak Usher Smith dan Hadridas Roy membuka kantor
cabang dari Imperial Tobacco Company Ltd ini dibentuk dengan aset dan
kewajiban dari India Tobacco Company (ITC) Ltd diselenggarakan di Pakistan.
Perang Pembebasan telah berjuang pada tahun 1971 dan negara baru,
Bangladesh lahir. Pada hari kedua bulan Februari 1972, Bangladesh Tobacco
Company Limited didirikan berdasarkan Undang-Undang Perseroan 1913
dengan aset dan kewajiban dari Pakistan Tobacco Company Limited. Bagian
BATCO adalah 67 persen, sedangkan 32 persen saham diberikan kepada para
pemegang saham Bangladesh. Modal disetor adalah Tk. 3,75 crores. Baru-baru
ini Perusahaan telah diganti sebagai British American Tobacco Bangladesh
Company Ltd (BATBCL). Memiliki pabrik rokok di Mohakhali di Dhaka dan
pabrik daun pada Kushtia. Ini memiliki depot daun dan depot penjualan di
seluruh negeri. Ini memiliki 33.000 petani tembakau terdaftar; mereka diberi
segala dukungan yang mungkin oleh perusahaan untuk tumbuh tembakau
berkualitas. Pasar Perusahaan 13 merek rokok dan tembakau pipa seluruh
Bangladesh. Perusahaan ini telah memberikan kesempatan kerja langsung
sekitar 3.200 orang dan memberikan kontribusi sejumlah besar uang setiap
tahun ke kas negara nasional dalam bentuk bea masuk, pajak penghasilan, PPN
dan bea cukai. manajemen modal kerja adalah area baru menekankan untuk
penggunaan produktif dana yang tersedia mereka diciptakan dari arus kas
yang baik, solvabilitas keuangan dan strategi pertumbuhan. Studi ini dapat
menerangi berbagai cara dan teknik pengelolaan modal kerja untuk
mengembangkan basis keuangan yang sehat perusahaan.
Tujuan Studi
Tujuan utama dari studi ini adalah untuk memeriksa dan mengevaluasi
pengelolaan modal kerja dalam BATBCL selama 5 tahun (1999-2000 ke 2002-
2003). Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
(a) Untuk menguji pola pengelolaan persediaan di BATBCL selama 1999-2003.
(b) Untuk menganalisis dan mengevaluasi pengelolaan piutang beserta
dampaknya terhadap pengelolaan modal kerja.
10
(c) Untuk menganalisis posisi kas dan efisiensi yang sama dengan yang
dikelola selama periode berjalan.
(d) Untuk menilai posisi kewajiban lancar dan efisiensi dengan modal kerja
yang dikelola secara keseluruhan.
(e) Untuk menyarankan beberapa langkah untuk perbaikan dalam pengelolaan
modal kerja dari BATBCL.
Hipotesis
Hipotesis yang diuji dalam studi ini:
H1: Ada hubungan positif antara efisiensi dalam modal kerja dan
profitabilitas BATBCL tersebut.
H2: Ada hubungan positif antara rasio pasar dan profitabilitas perusahaan.
H3: Ada juga hubungan antara rasio efisiensi dan rasio profitabilitas.
H4: Ada juga korelasi positif antara rasio efisiensi dan rasio pasar.
H5: Ada korelasi positif antara likuiditas dan rasio pasar.
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Bekerja penelitian ekstensif tentang pengelolaan modal kerja telah
dilakukan di kedua sektor publik dan swasta termasuk Perusahaan
Multinasional di Bangladesh. Mohiuddin (1983) telah melakukan studi tentang
anggaran kas. Tujuan utama dari anggaran adalah perencanaan, koordinasi,
dan pengendalian, semua ketiga yang ada dalam anggaran kas. Oleh karena
itu, efektivitas anggaran kas meminimalkan masalah likuiditas.
Islam dan Rahman (1994) memiliki artikel tentang "Tren modal Kerja
Usaha Dipilih di Bangladesh". Optimum modal kerja memungkinkan sebuah
bisnis untuk memiliki berdiri kredit dan memungkinkan pembayaran hutang
pada tanggal jatuh tempo dan membantu untuk menjaga dirinya sendiri secara
adil dalam posisi cair yang memungkinkan bisnis untuk menarik pinjaman dari
bank. Hal ini juga membantu untuk mempertahankan efisiensi serba dalam
operasi. Dari semua aspek manajemen keuangan, pengelolaan modal kerja
adalah salah satu yang vital.
Desain Konseptual Studi
Modal kerja dalam istilah sederhana adalah jumlah dana yang
perusahaan perlu untuk membiayai hari dengan operasi sehari. Pendapat
berbeda pada konsep modal kerja. Bruto modal kerja didefinisikan sebagai
aktiva total arus perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis berbagai konsep modal kerja dan mengetahui kelayakan konsep
modal kerja dalam terang perencanaan yang lebih baik dan pengendalian
modal kerja. Sebuah konsep bruto menganut modal kerja untuk investasi
keseluruhan aktiva lancar dan pembiayaan yang sama. Jaringan modal
mengacu pada kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar (1990).
11
Masalah pengelolaan modal kerja melibatkan masalah penentuan
tingkat investasi optimal pada setiap komponen aktiva lancar yaitu persediaan,
kas piutang, dan investasi jangka pendek lainnya. Fokus dasar dalam
pengelolaan modal kerja harus mengoptimalkan investasi perusahaan di
dalamnya. Seorang ahli dalam pengelolaan keuangan berpendapat bahwa
masalah modal kerja adalah salah satu faktor yang bertanggung jawab atas
profitabilitas yang rendah di sektor manufaktur. Perencanaan dan
pengendalian yang lebih baik modal kerja atau dengan kata lain, pemanfaatan
yang tepat kuantitas optimum meningkatkan modal kerja kekuatan produktif
tunduk pada keberadaan margin usaha (1980).
Metodologi Studi
Sampel penelitian ini adalah BATBCL yang merupakan Perusahaan
Tembakau terbesar di Bangladesh. Studi ini mencakup periode lima tahun dari
tahun 1999-2000 ke 2002-2003. Penelitian ini didasarkan pada data sekunder
dan primer. Data sekunder adalah laporan tahunan perusahaan dan berbagai
penelitian yang tersedia melalui kerja perpustakaan. Data primer dikumpulkan
dari survei lapangan. Peneliti BATBCL mengunjungi Kantor Pusat sebagai
kantor cabang juga
untuk mengumpulkan informasi melalui wawancara pribadi dengan para
eksekutif mereka. Sebuah jadwal wawancara khusus digunakan untuk tujuan
wawancara.
Data yang dikumpulkan telah ditabulasikan, dianalisis dan diinterpretasikan
dengan bantuan rasio keuangan yang berbeda dan alat statistik seperti
persentase, rata-rata, analisis kecenderungan, uji korelasi dan signifikansi, dll
Lima hipotesis telah diuji statistik untuk sampai pada kesimpulan dan
implikasi kebijakan.
Temuan Utama
1. Modal kerja manajemen BATBCL sangat memuaskan karena manajemen
sangat efisien terhadap persediaan, debitur, saldo kas dan dana bekerja.
2. Persyaratan bulanan untuk modal kerja sekitar 10 crores dari Taka, ini
dikumpulkan baik dari sumber internal dan eksternal.
Fasilitas Kas
3. Kredit diberikan oleh Bank Umum Nasional (NCBs) pada tingkat bunga
yang lebih rendah.
4. Perkiraan modal kerja dilakukan melalui produksi bulanan
memperkirakan, kebutuhan bahan baku, dan biaya langsung lainnya.
5. Unsur-unsur utama dari modal kerja adalah persediaan, debitur, saldo kas
dan investasi jangka pendek.
12
6. Persediaan dikelompokkan ke dalam bahan baku, barang dalam proses,
barang jadi, toko dan suku cadang dll.
7. Manajemen persediaan perusahaan sangat efektif. Teknik-teknik modern
seperti manajemen inventori Ekonomi Order Quantity (EOQ), analisis ABC,
maksimum dan minimum tingkat persediaan, CPM / PERT dsb diikuti
secara rutin.
8. Sumber utama bahan baku merupakan sumber lokal dan Amerika Serikat,
Inggris, dll
9. Prosedur Pembelian dilakukan melalui departemen terpisah untuk
pembelian. Tidak ada masalah pembelian sama sekali.
10. Pengendalian Work-in-Progress (WIP) terhambat akibat kegagalan listrik
dan masalah mekanis.
11. Barang jadiseperti rokok memiliki permintaan baik di pasar. Tidak ada
pertanyaan tentang menimbun sama sekali.
12. penjualan Kredit diberikan kepada dealer dan komisi tinggi yang diizinkan.
Tidak ada kesulitan yang ditemukan dalam koleksi piutang. Untuk
pembayaran awal iuran, kas fasilitas diskon yang diberikan, kadang-kadang
Piutang dikelompokkan dalam jadwal penuaan.
13. Kas manajemen perusahaan dilakukan melalui anggaran kas, laporan arus
kas dan langkah lain.
14. Karena laba operasi yang baik, ada sedikit kesulitan dalam manajemen kas.
Posisi likuiditas perusahaan sangat memuaskan. Hutang eksternal juga
sangat terbatas.
15. Perusahaan dengan mudah mencapai titik impas setiap tahun karena
penjualan yang memuaskan, biaya terkendali dan utilisasi kapasitas
maksimum.
16. Setiap evaluasi kinerja tahun dilakukan menyoroti rasio berbeda.
17. Kontrol anggaran perusahaan sangat efektif melalui penggunaan anggaran
operasional dan keuangan. Produktivitas perusahaan sangat memuaskan
karena hubungan manusia manajemen yang baik.
18. Perusahaan memiliki prospek cerah karena manajemen efisien fuli, bahan
mesin & teknologi.
19. Perusahaan berikut manajemen sumber daya manusia yang luas melalui
program pengembangan staf.
20. Manajemen mutu total, keputusan manajemen berpartisipasi dan audit
manajemen dan audit etis peraturan diikuti.
13
21. Perusahaan memiliki sumber keuangan baik internal. Hal ini akan
mengurangi pinjaman dan leverage keuangan, ini nikmat ROI dan basis
ekuitas yang baik.
22. Pasar kegiatan penelitian menunjukkan permintaan yang berat bagi produk
mereka itu menciptakan pasar yang baik untuk menjual produk-produk
berkualitas dengan harga yang lebih tinggi, menghasilkan sumber yang
baik modal kerja.
23. Perusahaan telah sukses menggunakan modal kerja disebabkan oleh
persediaan yang direncanakan, piutang, kas, keuangan dan aliran kas yang
baik.
Pengujian Hipotesis
1. Ada korelasi positif antara efisiensi dalam modal kerja dan profitabilitas
BATBCL.
Tabel 1 menunjukkan hubungan antara efisiensi modal kerja dan
profitabilitas BATBCL. Efisiensi modal kerja telah ditunjukkan melalui rasio
cepat dan saat ini perusahaan. Telah ditemukan bahwa rasio cepat
perusahaan itu negatif terkait dengan pengembalian jumlah aset, tetapi
berhubungan positif dengan variabel profitabilitas lain dipertimbangkan
dalam analisis ini. Di sisi lain, rasio lancar perusahaan itu negatif terkait
dengan marjin laba kotor dan marjin operasi bersih, tapi positif berkaitan
dengan sisa variabel profitabilitas. Meskipun ada hubungan yang ada
dalam efisiensi modal kerja dan profitabilitas, tetapi hubungan ini tidak
signifikan secara statistik.
2. Ada korelasi positif antara rasio pasar dan profitabilitas perusahaan.
Tabel 2 menunjukkan hubungan antara rasio pasar dan profitabilitas BATC.
Telah ditemukan bahwa laba kotor yang berkorelasi positif dengan laba
bersih, laba bersih per saham dan yield dividen perusahaan, namun
berkorelasi negatif dengan semua variabel lain. Marjin laba bersih hanya
secara signifikan berkorelasi dengan hasil dividen. Margin laba atas
penjualan secara signifikan berkorelasi dengan pengembalian total aktiva,
imbal hasil ekuitas dan laba atas investasi. Laba terhadap jumlah aktiva
secara signifikan berkorelasi dengan imbal hasil ekuitas, laba atas investasi
dan dividen per saham. Dan imbal hasil ekuitas secara signifikan
berkorelasi dengan pengembalian investasi dan laba bersih per saham.
3. Ada juga hubungan antara rasio efisiensi dan rasio profitabilitas.
Tabel 3 menunjukkan hubungan antara rasio efisiensi dan rasio
profitabilitas BATBCL. Periode penagihan rata-rata adalah berkorelasi
negatif dengan semua rasio profitabilitas kecuali dengan marjin laba kotor
14
dan hubungan ini tidak signifikan secara statistik. Rasio Perputaran
persediaan secara positif berkorelasi dengan profitabilitas ekuitas dan laba
atas investasi tetapi berkorelasi negatif dengan variabel profitabilitas lain
dan hubungan ini juga tidak signifikan secara statistik. Penjualan terhadap
total aktiva berkorelasi positif dengan semua variabel profitabilitas kecuali
dengan marjin laba kotor. Hubungan ini tidak signifikan secara statistik.
4. Ada juga korelasi positif antara rasio efisiensi dan rasio pasar.
Tabel 4: Korelasi Matriks pada rasio Pertumbuhan dan Laba
Tabel 4 menunjukkan hubungan antara rasio efisiensi dan rasio pasar
BATBCL. Dari analisis di atas telah ditemukan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara variabel. Rasio dividen yield yang berkorelasi negatif
dengan semua efisiensi rasio kecuali dengan laba bersih per saham. Pasar
terhadap buku berkorelasi negatif dengan periode pengumpulan piutang,
rasio harga saham dan yield dividen tetapi berkorelasi positif dengan
semua rasio efisiensi. Pay out ratio juga berkorelasi negatif dengan periode
pengumpulan piutang, rasio harga saham dan yield dividen tetapi
berkorelasi positif dengan semua rasio efisiensi. Dividen per saham
berkorelasi negatif dengan perputaran persediaan, periode penagihan rata-
rata dan rasio harga produktif namun berkorelasi positif dengan semua
rasio efisiensi lain dari perusahaan.
5. Korelasi positif ditemukan antara likuiditas dan rasio pasar.
Tabel 5 menunjukkan hubungan antara rasio likuiditas dan pasar BATBCL
tersebut. Ada hubungan yang signifikan secara statistik hanya antara rasio
lancar dan pasar terhadap buku, dan semua hubungan lainnya tidak
signifikan secara statistik. Quick rasio tidak memiliki hubungan dengan
pasar terhadap buku. Di sisi lain, rasio lancar adalah berkorelasi positif
dengan laba per saham dan yield dividen, tetapi berkorelasi negatif dengan
rasio harga laba, pay out ratio dan dividen per saham. Rasio lancar
berkorelasi negatif dengan laba per saham dan yield dividen, namun
berkorelasi positif dengan semua rasio pasar lainnya.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Pengelolaan modal kerja BATBC Ltd adalah sangat efektif. Proyek ini
sangat menguntungkan. Ada sumber dana internal yang tersedia karena
jumlahnya memuaskan periode selama periode yang diteliti. Mill tidak
memiliki masalah dalam manajemen persediaan, debitur, saldo kas dan
kewajiban lancar. Posisi likuiditas perusahaan juga sangat memuaskan karena
perputaran aktiva lancar, debitur persediaan dan uang tunai saldo. Perusahaan
menikmati fasilitas yang baik dari kredit tunai dan kredit modal kerja dari
15
bank lain komersial yang berbeda. Tidak ada kesulitan dalam pembayaran
kembali kewajiban lancar dari laba usaha. Selain laba operasi, ada banyak non-
laba operasi keamanan investasi, dividen dan pendapatan lainnya.
Perencanaan dan Pengendalian saldo kas mengikuti laporan arus kas. Ini
menunjukkan sumber dan penggunaan kas selama periode tersebut. Regular
laporan arus dana juga disiapkan oleh perusahaan. Hal ini membantu dalam
merancang perencanaan modal kerja, pengendalian, pemantauan, pemanfaatan
dan pemeliharaan produktif ukuran optimum modal kerja. Laporan keuangan
menunjukkan aktiva lancar dan kewajiban lancar dalam bentuk rahasia. Ada
koleksi piutang akibat kredit yang baik dan kebijakan koleksi. Penjualan kredit
dibuat sering tetapi tidak menimbun dan terjebak Facebook debitur yang
ditemukan. Karena penggunaan yang baik modal kerja, pertumbuhan bisnis
perusahaan juga sangat memuaskan. Harga pasar saham yang meningkat dari
tahun ke tahun karena dividen yang baik dan citra yang baik di pasar.
Perusahaan memiliki saham baik dalam investasi asing langsung. Pemerintah.
telah memberikan fasilitas lebih bagi investor asing langsung. Ini telah
meningkatkan efisiensi manajerial perusahaan tembakau. Namun, mengingat
kesimpulan, saran-saran berikut ini diberikan untuk meningkatkan efisiensi
dalam pengelolaan modal kerja.
(a) norma-norma khusus untuk pengelolaan modal kerja harus diikuti untuk
mengurangi risiko pasar.
(b) kegiatan pengelolaan likuiditas mungkin lebih diorganisir melalui
menggunakan dana idle untuk investasi yang produktif.
(c) perbandingan antar perusahaan harus dilakukan dari waktu ke waktu
dengan organisasi sejenis.
(d) analisis horisontal dan analisis vertikal melalui teknik rasio akan lebih
bermakna.
(e) sistem informasi keuangan harus diperkenalkan untuk mengembangkan
disiplin keuangan dalam pengelolaan modal kerja.
(f) Modal Kerja Norma untuk menjaga jumlah optimal dari bahan baku, Kerja
- di - Kemajuan, barang jadi dan suku cadang & toko harus dikembangkan.
(g) peramalan perencanaan, keuangan dan alat kontrol harus lebih intensif
untuk meningkatkan efektivitas manajemen kas.
16
BAB 3. KERJASAMA STRATEGI PERUSAHAAN
POLANDIA SEBAGAI RESPON TERHADAP
EKSPANSI INVESTOR ASING KE PASAR
POLANDIA
Masalah internasionalisasi pada tingkat ekonomi mikro biasanya
dibahas dari sudut pandang perusahaan yang secara aktif
menginternasionalkan kegiatannya, sementara isu secara langsung tentang
perusahaan dalam sebuah negara (yang menghadapi konsekuensi seperti
"invasi") tinggal di latar belakang. Alasan mengapa penelitian ini
memfokuskan pada srategi perusahaan lokal menghadapi ekspansi investor
asing, kemudian mereka fokus pada kerjasama dan tempatnya dalam strategi
tipologi disajikan.
Ada keraguan bahwa perusahaan-perusahaan asing 'masuk ke pasar
Polandia dipandang oleh perusahaan domestik dengan gentar karena
pendatang sebagai pesaing yang lebih besar, terlepas dari apakah kecemasan
adalah justifi ed atau tidak. Ancaman yang ditimbulkan oleh kompetisi asing
disebabkan oleh faktor-faktor berikut, yang dirasakan baik secara terpisah atau
dalam kombinasi:
• kekuatan ekonomi yang cukup akibat ukuran dan (sering en global) skala
operasi, yang jauh melebihi potensi bahkan pesaing domestik terbesar dan
menyebabkan perilaku di pasar lokal yang khas dari suatu oligopoli atau
monopoli.
• Keuntungan yang timbul dari kepemilikan dan akses diinternalisasi untuk
produk yang lebih baik dan teknologi, lebih baik tahu-bagaimana dalam
sistem manajemen dan pemasaran, serta keterampilan (melekat pada
perusahaan transnasional) dari operasi ectively dan flexibly di pasar
nasional banyak dan lingkungan mereka.
• Perusahaan domestik 'umum kurang pengalaman dalam bersaing secara
agresif dalam sistem pasar-ekonomi. Selain itu, perlu mengubah sikap dan
mentalitas personil manajemen Polandia dan angkatan kerja hanya
meningkatkan faktor negatif dari faktor ini. Karena proses ini, dari
perspektif psikologis dan sosiologis, datang melawan hambatan persepsi
dan kognitif yang tangguh, rentang waktu harus jangka menengah
ketimbang jangka pendek. Hal ini terutama berlaku yang ada BUMN
(termasuk yang "komersial").
17
Faktor yang mengancam posisi kompetitif perusahaan lokal tampaknya
menunjukkan bahwa kerjasama merupakan strategi yang tepat dalam
menghadapi ekspansi investor asing dan bahwa kerjasama dengan perusahaan
Polandia lainnya bisa menjadi strategi yang tepat dalam menghadapi saingan
asing yang melakukan invasi ke pasar Polandia. Dalam tulisan ini, diskusi
teoritis dengan hasil penelitian empiris yang dilakukan pada tahun 2004 antara
77 perusahaan Polandia. Penelitian berfokus terutama pada bentuk kerjasama
antara perusahaan Polandia dan asing - mereka yang memiliki anak
perusahaan atau cabang di pasar Polandia serta mereka yang masuk ke pasar
melalui bentuk-bentuk lain dari internasionalisasi.
Kerjasama sebagai salah satu 'strategi terhadap investor asing perusahaan
lokal ekspansi
Kepada investor asing perusahaan lokal ekspansi dapat dianalisis dengan
menggunakan berbagai kriteria. Menurut pendapat penulis, tipologi strategi
berikut harus memfasilitasi analisis ini:
• Strategi Dichtl dan Issing mengklasifikasikan strategi menurut sikap
terhadap persaingan
• Matriks Dawar dan Frost pada strategi perusahaan lokal
• Tipologi Gorynia dan Wolniak berdasarkan perilaku perusahaan lokal
• Konsep Cooper pada strategi logistik untuk bisnis global.
Kerjasama Sebagai Strategi Perusahaan Polandia terhadap Invasi Perusahaan
Asing - hasil penelitian empiris
1. Metodologi dan sampel studi
Penelitian empiris dilakukan terhadap kerjasama strategi perusahaan
Polandia dalam menghadapi investor asing yang melakukan ekspansi pada
paruh tahun 2004 antara perusahaan-perusahaan Polandia dari industri
makanan, konstruksi dan otomotif. Mayoritas perusahaan diteliti yang
berbasis di provinsi Wielkopolska, Zachodniopomorskie dan Pomorskie.
Kriteria seleksi untuk sampel adalah asal modal, yang sangat penting untuk
pemenuhan set tujuan, dan kemauan untuk berpartisipasi dalam penelitian
ini (ini menentukan juga metode pemilihan sampel). Apa yang paling
penting adalah memilih perusahaan-perusahaan yang telah ada di pasar
Polandia sebelum masuk pesaing asing , dan yang dipaksa untuk
mengadopsi beberapa strategi terhadap saingan asing.
Itu adalah penting bahwa industri yang dipilih untuk penelitian harus
mereka dengan modal asing dan cant signifikan dengan perusahaan-
perusahaan Polandia menampilkan perilaku strategis yang cukup khas
terhadap perusahaan dengan modal asing. Pemilihan sasaran perusahaan
yang digunakan dalam reasearch terdiri dalam pilihan yang relatif subjektif
18
subjek untuk sampel untuk memastikan bahwa data yang diperoleh itu
sekomprehensif mungkin. Metode pemilihan sampel memiliki implikasi
untuk interpretasi hasil penelitian. Ukuran sampel (77 Perusahaan) dan
pemilihan menunjukkan metode bahwa keterwakilan sampel rendah. Oleh
karena itu, hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi untuk seluruh
populasi - mereka hanya menggambarkan situasi dari perusahaan yang
diteliti.
Karena sampel terdiri dari perusahaan diwakili oleh manajer senior (subyek
penelitian), penelitian terlibat menggunakan individu dalam metode
wawancara mendalam, dengan menggunakan kuesioner sebagai alat
penelitian dasar selama wawancara.
Penelitian ini mencakup 77 perusahaan yang merupakan perwakilan
(pemilik, ketua, kepala departemen) setuju untuk menjawab pertanyaan.
Kelompok terbesar adalah mereka yang terdiri dari perusahaan sektor
konstruksi (40,26%), makanan (31,17%) dan (28,57%) automotive. Dalam hal
pekerjaan, mayoritas sampel adalah perusahaan kecil dan menengah. Setiap
industri didominasi oleh perusahaan-perusahaan mempekerjakan hingga
100 orang, ini account untuk 54,54% dari semua perusahaan diperiksa.
Persentase terbesar sampel (85,71%) adalah perusahaan swasta tanpa modal
publik. Sebagian besar perusahaan Polandia dengan saham 100% dari
modal Polandia dalam struktur kepemilikan.
2. Kerjasama sebagai strategi hubungan-persaingan perusahaan Polandia.
Kerjasama sebagai salah satu pilihan yang tersedia untuk melibatkan
perusahaan lokal bekerja sama dengan pesaing. Ekspansi Perusahaan asing
ke industri tertentu dapat meningkatkan kerjasama, tetapi harus
ditekankan bahwa perusahaan lokal, sikap untuk kerjasama dapat
bervariasi sesuai dengan latar belakang dari pemain lain - potensi
kerjasama. Itu tidak masalah, karena itu, apakah kita berurusan dengan
potensi rekan-operator (perusahaan lain lokal atau perusahaan asing yang
memiliki cabang atau sel di pasar Polandia) atau dengan bisnis asing
dengan tidak ada perwakilan tersebut. Adapun industri yang disurvei,
hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum munculnya investor asing
persaingan makanan dan otomotif perusahaan yang disukai, sedangkan
perusaan konstruksi dikombinasikan persaingan dengan kerjasama. Suatu
analisis yang komprehensif dari hasil (lihat Tabel 6.) Mengarah ke
kesimpulan yang sama.
Saat ini, di setiap industri yang diteliti terdapat kerja sama, hubungan
konfrontatif dan mengelak (lihat Tabel 7.). Kerjasama didirikan pertama-
19
tama dengan perusahaan Polandia lainnya; persaingan terjadi antara
perusahaan terlepas dari "kebangsaan" para saingannya; kedua perusahaan
Polandia dan asing mencari ceruk pasar, sehingga menghindari
konfrontasi dengan pesaing mereka. Jika kita memeriksa hasil penelitian
untuk industri tertentu, kita akan melihat sifat yang menarik dari
kerjasama dalam industri makanan dan otomotif. Perusahaan sektor
makanan tidak membuat hubungan kerja sama, sementara orang-orang
dari kedua hanya sebaliknya: mereka membangun kerjasama dengan
perusahaan lain dalam industri terlepas dari "kebangsaan" mereka. Seperti
sikap yang kondusif untuk pengembangan industri karena meskipun
kerjasama dengan mitra asing melibatkan risiko kehilangan identitas
seseorang, menciptakan kesempatan yang baik untuk memperoleh
keterampilan kunci dan belajar dari Kerjasama.
Di sisi lain, perilaku perusahaan makanan Polandia tampaknya menjadi
reaksi terhadap berbagai akuisisi oleh investor asing. Seperti bentuk
perusahaan asing 'masuk sering tidak diterima oleh modal dalam negeri,
sehingga sikap anticooperative mungkin merupakan respon terhadap
perusahaan asing' ekspansi dalam bentuk pengambilalihan. Hal ini dapa
dilihat, bagaimanapun, untuk menarik kesimpulan mengenai industri
konstruksi (Tabel 8.).
3. Strategi Kerjasama Perusahaan Polandia: alasan dan bentuk.
Perusahaan yang disurvei diminta untuk menunjukkan bagaimana
signifikan alasan tertentu untuk kerjasama adalah untuk daya saing mereka,
mengingat fakta bahwa mereka dapat bekerja sama dengan mitra domestik
(DC), perusahaan asing memiliki anak perusahaan atau cabang di Polandia
(FI) atau perusahaan dengan tidak ada representasi di negara ini.
Jawaban yang tersedia adalah: penting (0), sedikit penting (1), cukup
penting (2), penting (3), sangat penting (4). Berarti penggambaran untuk
semua perusahaan gabungan menunjukkan sejumlah kecil alasan cukup
penting dan penting bagi kerjasama (lihat Tabel 9.). Sedangkan untuk
kerjasama dengan perusahaan Polandia, hanya empat alasan rata-rata lebih
dari "2", yaitu:
• mengambil keuntungan lebih dari peluang pasar (2,34),
• posisi kompetitif baik (2,27),
• pengurangan biaya (2.29),
• kesempatan bagi perusahaan untuk melengkapi setiap aktivitas lain
(2,04).
20
"Mengambil keuntungan lebih dari peluang pasar" dan "meningkatkan
posisi kompetitif seseorang" diberi nilai lebih dari "2" oleh semua
kategori subjek.
Kerjasama dengan perusahaan asing hadir di Polandia dianggap sebagai
yang paling penting bagi daya saing dari perusahaan yang disurvei. Hanya
ve fi dari delapan belas alasan yang diperiksa bernilai lebih tinggi daripada
dalam kasus kerjasama dengan perusahaan domestik. Hasil yang baik jauh
lebih dapat dikaitkan hanya untuk kerjasama di bidang meningkatkan
inovasi dan meningkatkan berbagai produk. Dalam kasus perusahaan asing
tidak diwakili di negara kita, inilah dua bidang kerjasama yang mean nilai
melebihi "2".
Makanan dan nilai perusahaan otomotif hampir semua alasan untuk
kerjasama lebih tinggi daripada konstruksi fi rms lakukan, yang refl ected
dalam data di atas tentang berbagai yang ada dan yang direncanakan
kerjasama dalam industri tertentu (lihat Tabel 10, 11, dan 12). Hasil yang
diperoleh menyangkut jumlah tanggapan (NR), mean aritmetik (M) dan
standar deviasi (SD), dihitung untuk industri tertentu dan untuk populasi
penelitian secara keseluruhan.
Dari semua perusahaan diperiksa, persentase terbesar bekerja sama dengan
perusahaan domestik lainnya. Co-operasi biasanya meliputi:
• bahan baku dan komponen pasokan (72,22%),
• pasokan logistik (60,56%),
• pemasaran dan penjualan (56,67%),
• distribusi logistik (56,52%),
• manajemen sumber daya manusia, misalnya sementara lapangan kerja,
staf penyewaan, pelatihan (51,35%).
• bahan baku dan pasokan komponen (41,67% dan 41,10%),
• pengembangan teknologi (36,23% dan 37,68%),
• pemasaran dan penjualan serta distribusi logistik (sekitar 33%).
Apa yang sangat berharga adalah kerjasama dalam pengembangan
teknologi karena perusahaan yang diteliti, seperti mayoritas perusahaan
Polandia, yang jauh tertinggal dalam bidang penelitian dan
pengembangan.Preferensi untuk kerjasama dengan perusahaan domestik
membuktikan tesis yang dikemukakan oleh penulis pada awal tulisan
bahwa sikap perusahaan Polandia untuk pendatang asing skeptis atau
bahkan tidak mempercayai. Perusahaan yang disurvei lebih memilih
bekerja sama dengan perusahaan domestik, yang tidak diragukan lagi
disebabkan oleh kekhawatiran bahwa kerjasama dengan mitra asing
21
mungkin berakhir dalam akuisisi oleh partner1 asing (lihat table 10, 11, dan
12).
Perilaku Kerjasama yang ditemukan dalam industri yang diteliti tidak
berorientasi pada pengurangan persaingan antara perusahaan Polandia dan
asing; pada perilaku, sebaliknya tersebut dapat meningkat konfrontasi
antara perusahaan Polandia dan perusahaan-perusahaan asing yang
beroperasi di pasar Polandia.
Dari tiga industri di sini, itu adalah perusahaan otomotif yang memiliki
indikator kerjasama tertinggi.
Persentase terbesar dari semua perusahaan yang disurvei bekerja sama
dengan perusahaan domestik lainnya, biasanya dalam hal bahan baku dan
pasokan komponen (72,22%), pasokan logistik (60,56%), pemasaran dan
penjualan (58,67%), distribusi logistik (56,52%) dan manajemen sumber
daya manusia, misalnya pekerjaan sementara, staf leasing dan pelatihan
(51,35%). Persentase kerjasama perjanjian ditemukan di antara dua
kelompok perusahaan asing serupa. Juga di sini, persentase tertinggi dari
perusahaan yang diteliti bekerja di bidang bahan baku dan pasokan
komponen (41,67% dan 41,10%) dan pengembangan teknologi (36,23% dan
37,68%). Yang paling luas berikutnya kerjasama bidang pemasaran dan
penjualan serta distribusi logistik (sekitar 33%).
Dengan mengamati realitas ekonomi, kita dapat mengidentifikasi
perusahaan Polandia tertentu yang mencoba untuk menanggapi invasi
perusahaan asing 'dengan sikap pro-kerjasama, yang berarti pelaksanaan
strategi Dodger disajikan dalam Dawar dan Frost tipologi.
Rekapitulasi dan kesimpulan
Analisis literatur tentang perilaku perusahaan domestik dalam menghadapi
ekspansi investor asing menunjukkan bahwa ada banyak kemungkinan pola
perilaku yang dapat klasifikan berdasarkan tiga kategori utama: konfrontasi,
kerjasama dan penggelapan. Kerjasama strategi, meskipun mereka bisa
membahayakan identitas perusahaan, tampaknya menjadi faktor penting
dalam meningkatkan daya saing perusahaan Polandia. Hal ini karena mereka
memberikan kesempatan yang baik untuk meniru keterampilan kunci
perusahaan yang ditemani kerjasama. Bentuk Rekomendasi kerjasama strategi
tergantung pada sejumlah faktor, yang paling penting adalah: sikap terhadap
persaingan, tekanan globalisasi dalam kesesuaian, industri tertentu sumber
daya perusahaan untuk transfer internasional, kekuatan potensi kompetitif dan
daya tarik industri .
22
Penelitian empiris yang telah dilakukan menunjukkan bahwa perusahaan
Polandia dicakup oleh penelitian bekerja sama pertama-tama dengan
perusahaan Polandia lainnya. Sikap anti koperasi dari beberapa perusahaan
Polandia terhadap investor asing, terutama umum di sektor makanan,
mungkin reaksi terhadap ekspansi mereka dalam bentuk pengambilalihan dan
hasil dari takut diakuisisi oleh mitra asing. Namun, jika kita mencoba untuk
mengidentifikasi daerah yang paling populer kerjasama dengan perusahaan
asing, kita akan menemukan bahwa proporsi terbesar dari kerjasama
perusahaan dilapangan adalah pada bidang bahan baku dan pasokan
komponen (41,67% dan 41,10%), pengembangan teknologi (36,23% dan
37,68%), pemasaran dan penjualan, serta distribusi logistik (sekitar 33%). Apa
yang sangat berharga adalah kerjasama dalam pengembangan teknologi karena
perusahaan yang diteliti, seperti mayoritas perusahaan Polandia, yang jauh
tertinggal dalam bidang penelitian dan pengembangan. Di antara kerjasama
daerah yang paling populer, baik untuk sekarang dan untuk tiga tahun ke
depan, perusahaan menyatakan hanya minat yang terbatas untuk membeli /
menjual lisensi atau tahu-bagaimana, bergabung / menciptakan jaringan
waralaba, memasuki aliansi strategis atau mendirikan perusahaan patungan.
Namun itu adalah bentuk-bentuk yang lebih maju dari kerjasama yang
tampaknya akan sangat membantu dalam persaingan dengan cepat globalisasi.
23
BAB 4. MENILAI DAYA TARIK PASAR UNTUK
MERGER DAN AKUISISI: THE MARC M & A
MATURITY INDEKS
Dengan perlambatan ekonomi tahun 2000-an akhir tetap merupakan
realitas yang menyakitkan di Amerika Utara dan Eropa, yang disebut pasar
berkembang di seluruh dunia membuat headline tentang pemulihan ekonomi
yang cepat, permintaan konsumen yang kuat, dan investasi skala besar. Bagi
perusahaan internasional itu tidak lagi menjadi pertanyaan apakah untuk
berinvestasi, melainkan di mana dari pasar-pasar alternatif untuk
memfokuskan investasi dan pertumbuhan masa depan. Prevalensi pasar
negara berkembang dalam Merger global dan Akuisisi (M & A) telah
berkembang dari sekitar 10% dari kegiatan global total di tahun 1998 hingga
lebih dari 20% pada tahun 2009 (Gambar 1 dan 2; sumber: SDC Database
Platinum). Mengingat semakin pentingnya M & A pada lingkungan pasar,
makalah ini mengembangkan metodologi penilaian universal dan dapat
direplikasi untuk menentukan keterbukaan negara untuk M & A, daerah yang
belum relatif belum diselidiki dalam literatur yang ada.
Penelitian ini termasuk dalam aliran ilmu keuangan dan aturan hukum,
dipicu oleh karya La Porta et al. (1998), yang mengusulkan argumen teoritis
dan keteraturan empiris mengenai bagaimana perbedaan dalam perlindungan
hukum bagi investor di negara menentukan kepercayaan investor dan akhirnya
pengembangan pasar. Penelitian ini tumbuh di lintas negara dalam struktur
pemerintahan telah dikaitkan perlindungan hukum pemegang saham, di satu
sisi, untuk pengembangan pasar saham seluruh dunia (La Porta et al, 1997.),
Jenis hukum (umum / sipil; La Porta et al, 1998.), efisiensi alokasi modal
(Wurgler, 2000), perusahaan penilaian (La Porta et al., 2002), listing di Amerika
Serikat (Reese dan Weisbach, 2002), manajemen laba (Leuz dkk., 2003 ), kas
kepemilikan (Dittmar dkk., 2003), dan pengambilalihan oleh orang dalam
perusahaan (Djankov dkk., 2008). La Porta et al 's. (1998) indeks sejak dikritik
(Cools, 2005, Vagts, 2002), ditinjau kembali (Djankov dkk., 2008), dan diberikan
menyarankan perubahan dalam literatur berikutnya (Spamann, 2009). Djankov
dkk. (2007) membangun suatu indeks hukum yang berfokus pada hak-hak
kreditur sebagai lawan hak-hak pemegang saham.
Penelitian yang luas tentang dampak dari aturan hukum adalah menarik
dan relevan ketika mempertimbangkan bidang keuangan perusahaan yang
adalah M & A. Meskipun tubuh tersebut di atas penelitian tentang nilai negara
24
ada sedikit bukti mengenai bagaimana dampak pasar M & kegiatan A, dengan
pengecualian dari dua makalah penelitian. Rossi dan Volpin (2004) menguji
hubungan antara pemegang saham / kreditur hak dan lintas-negara M & A
dan menemukan bahwa aktivitas M & A lebih besar di negara dengan standar
akuntansi yang lebih baik dan perlindungan pemegang saham yang lebih kuat,
dengan transaksi lintas batas memainkan peran pemerintahan penting dengan
meningkatkan tingkat perlindungan investor. Kose dkk. (2010) lebih
memperluas penelitian di daerah ini dengan memeriksa kembali pengumuman
di lintas perbatasan M & As oleh acquirers AS dan menunjukkan bahwa
keuntungan mereka menurun dengan tingkat perlindungan kreditur dan
meningkatkan dengan kualitas standar akuntansi. Namun, untuk negara-
negara target dengan perlindungan pemegang saham yang kuat, acquirers
berbagi pengalaman reaksi harga negatif di sekitar pengumuman kesepakatan
ketika target adalah publik dan positif berbagi reaksi harga bila target pribadi.
Sementara penelitian sebelumnya telah membentuk hubungan antara
lingkungan hukum dan efeknya pada aktivitas M & A, ada faktor-faktor lain
yang dapat mempengaruhi kemampuan suatu negara untuk menarik dan
mempertahankan M & A kegiatan yang harus dipertimbangkan. Tulisan ini
dengan demikian mengembangkan sebuah M & Sebuah indeks jatuh tempo
(MARC M & A Indeks Kematangan) yang menentukan keterbukaan sebuah
negara untuk M & A dan mencakup 36 faktor yang berbeda diselenggarakan di
dalam enam kelompok utama: 1) faktor regulasi (misalnya, aturan hukum dan
kualitas peraturan; melihat DeLong dkk , 2001 dan Rossi dan Volpin, 2004);. 2)
Faktor-faktor ekonomi (misalnya, pertumbuhan PDB dan kebebasan ekonomi,
lihat Berthelemy dan Demurger, 3 2000 dan Liu et al, 2009);. 3) Keuangan faktor
(misalnya, kapitalisasi pasar saham dan akses ke pembiayaan, lihat Yartey,
2008 dan Saborowski, 2009); 4) Politik faktor (misalnya, stabilitas politik dan
korupsi pejabat, lihat Yartey, 2008); 5) Teknologi faktor (misalnya, R & D
pengeluaran dan inovasi; lihat Porter, 1993), dan 6) faktor-faktor sosio-kultural
(misalnya, orang-orang, bakat dan keterampilan tenaga kerja; wilayah yang
tidak dieksplorasi dalam penelitian yang ada). Berdasarkan klasifikasi
metodologi kuintil, masing-masing negara menerima skor indeks antara 5 dan
1, di mana 5 adalah skor terbaik dan 1 adalah skor terburuk dicapai, dalam hal
kedewasaan / pembangunan.
Kemampuan untuk menentukan keterbukaan negara untuk M & A
dapat memberikan kontribusi untuk pemahaman yang lebih baik dari
kapasitas suatu negara untuk mengembangkan dan mempertahankan M & A
tingkat aktivitas, dan karenanya memungkinkan untuk meramalkan masa
25
depan jangka panjang M & A aktivitas di negara tertentu. Selain itu, indeks
yang digunakan lebih lanjut dalam makalah ini untuk menentukan apa faktor
drive M & A aktivitas dalam tiga tahap berikutnya perkembangan, dewasa
(atau dikembangkan), transisi, dan muncul. Nilai indeks rata-rata untuk pasar
yang matang ditemukan mencapai 4,2, sedangkan skor rata-rata transisi adalah
3,4, dan skor rata-rata yang muncul adalah 2,5. Analisis apa yang mendorong
kegiatan di berbagai tahap dari M & jatuh tempo A menarik mengungkapkan
bahwa meskipun kemajuan lingkungan suatu negara teknologi dan politik
merupakan prasyarat untuk M & jatuh tempo A, faktor-faktor ini hampir tidak
memiliki efek yang membedakan di M & A aktivitas di tingkat dewasa.
Sebaliknya, itu adalah lingkungan sosio-budaya yang merupakan determinan
penting. Pada tahap transisi pembangunan,, teknologi faktor ekonomi,
keuangan, dan politik semua menunjukkan hubungan yang signifikan dengan
kegiatan M & A. Lingkungan politik ditemukan berhubungan negatif dengan
aktivitas M & A, yang berarti bahwa M & A penawaran lebih cenderung terjadi
jika ketidakstabilan politik tinggi. Temuan ini menunjukkan bahwa
ketidakstabilan politik memberikan kesempatan bagi acquirers meskipun risiko
yang Sejalan tinggi. Sedangkan untuk negara berkembang, hanya faktor-faktor
teknologi dan sosial-budaya tampaknya (lemah) menjelaskan nilai mereka
secara keseluruhan indeks. Tulisan ini dengan demikian menambah literatur
yang ada dengan menunjukkan bagaimana hubungan antara faktor-faktor
pengembangan pasar dan M & A aktivitas berbeda sesuai dengan tingkat
kematangan pasar.
Meskipun indeks penuh termasuk peringkat untuk 175 negara, 10
negara telah digunakan sebagai studi kasus termasuk Brasil, Cina, India,
Meksiko, Polandia, Rusia, Afrika Selatan, Turki, Ukraina, dan Uni Emirat Arab.
Negara-negara ini telah dipilih untuk menggambarkan, Äòemerging, Ao M &
A daerah, Afrika, Asia, Eropa Timur, Amerika Latin, dan Timur Tengah.
Menurut hasil analisis studi kasus, Cina dan Uni Emirat Arab adalah yang
paling reseptif terhadap M & A aktivitas dari kelompok sepuluh negara dengan
skor 3,8. Dalam kasus Cina, skor yang menguntungkan sebagian besar
didorong oleh lingkungan yang menarik dalam hal faktor-faktor ekonomi,
keuangan, dan teknologi, sedangkan skor yang menguntungkan diterima oleh
Uni Emirat Arab adalah karena negara, AOS iklim investasi yang menarik
dalam hal ekonomi, keuangan, dan faktor-faktor politik. Afrika Selatan dan
Polandia ikuti dengan skor 3,7. Bagi Afrika Selatan, skor yang menguntungkan
sebagian besar didorong oleh negara, AOS keuangan, politik, dan lingkungan
teknologi, dan untuk Polandia skor menguntungkan didorong oleh populasi
26
yang besar dan terampil (faktor sosial-budaya) serta lingkungan politik yang
stabil . Meksiko menerima skor 3,5 positif didorong oleh tingginya tingkat
kemajuan teknologi tetapi basah oleh ketidakstabilan politik dan lingkungan
peraturan yang tidak praktis. Brasil dan Rusia menerima skor 3,3. Brasil, AOS
tingkat kematangan ini diperparah oleh sistem peraturan yang tidak praktis
dan Rusia, AOS prospektus menjadi matang M & pasar A adalah negatif
dipengaruhi oleh negara, AOS tingginya tingkat korupsi. India menerima skor
3,2, merupakan cerminan dari negara, AOS sistem peraturan lingkungan
politik tidak dapat diandalkan dan stabil serta rendahnya tingkat keterampilan
dalam angkatan kerja. Akhirnya, Ukraina menerima skor 2,8 yang merupakan
refleksi dari nilai miskin di semua kelompok faktor kecuali untuk lingkungan
teknologi dan sosial budaya. Sisa kertas ini disusun sebagai berikut: Bagian 2
memberikan ulasan mengenai literatur tentang langkah-langkah penilaian.
Bagian 3 menjelaskan sampel serta metodologi yang digunakan dalam
penelitian ini. Bagian 4 membahas hasil empiris dan Bagian 5 menyimpulkan.
Tinjauan Teoritis
Faktor-faktor yang termasuk dalam tabel penilaian penelitian ini dibagi
menjadi enam sub-kelompok yang telah diidentifikasi sebagai penting dalam
mengembangkan dan mendukung M & A Sebuah pasar.
Hukum dan faktor-faktor politik. Rossi dan Volpin (2004) mendukung inklusi
dan menekankan pentingnya faktor-faktor hukum. Para penulis menemukan
bahwa volume kegiatan M & A secara signifikan lebih besar di negara dengan
standar akuntansi yang lebih baik dan perlindungan pemegang saham kuat.
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa pada transaksi lintas batas, target
biasanya dari negara-negara dengan perlindungan investor miskin relatif
terhadap acquirers, menunjukkan bahwa transaksi lintas batas dapat
memainkan peran mendisiplinkan dengan meningkatkan tingkat perlindungan
investor di dalam perusahaan target. Relaksasi aturan regulasi sebagai stimulus
bagi kegiatan lintas batas dijelaskan oleh DeLong dkk. (2001). Para penulis juga
menemukan bahwa merger cenderung kurang sering jika biaya informasi yang
tinggi yang mendukung hipotesis bahwa lingkungan bisnis yang lebih
transparan (misalnya, melindungi hak-hak pemegang saham) menumbuhkan
aktivitas M & A. Lokasi faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi lintas
batas aktivitas M & A adalah ukuran dari pasar luar negeri, hubungan
perdagangan, kehadiran non-keuangan perusahaan luar negeri, dan adanya
hambatan untuk masuk. Temuan ini juga mendukung masuknya faktor-faktor
politik dalam tabel penilaian karena lingkungan politik, dan khususnya
stabilitas, dapat sangat mempengaruhi daya tarik suatu negara bagi investor
27
asing. Selain itu, Guerin dan Manzocchi (2009) berpendapat bahwa demokrasi
memang memiliki efek positif pada jumlah dan probabilitas Investasi Asing
Langsung (FDI) mengalir dari negara maju ke negara berkembang.
Faktor-faktor ekonomi. Berthelemy dan Demurger (2000)
mendiskusikan dan mengkonfirmasi peran penting yang dimainkan oleh FDI
dalam pertumbuhan ekonomi provinsi di Cina, dan menekankan pentingnya
potensi untuk pertumbuhan di masa depan investasi asing. Garis pemikiran ini
juga didukung oleh Liu et al. (2009), yang mengamati dua arah hubungan
kausal antara perdagangan, investasi langsung asing, ke dalam M & A, dan
pertumbuhan ekonomi untuk sebagian besar ekonomi dianalisis dalam
penelitian ini. Jelaslah bahwa adanya pertumbuhan ekonomi dan perdagangan
bisnis adalah kondisi yang diperlukan untuk pasar M & A untuk
mengembangkan, yang mendukung masuknya faktor-faktor ekonomi dalam
database.
Faktor keuangan. Perkembangan pasar modal dalam negeri merupakan
pendorong utama dari kegiatan M & A karena investasi memerlukan modal
dan lebih mudah dan lebih efektif biaya untuk modal sumber dari pasar lokal.
Oleh karena itu, pengembangan pasar saham adalah penting tinggi. Yartey
(2008) berpendapat bahwa faktor ekonomi makro seperti tingkat pendapatan,
investasi domestik bruto, pengembangan sektor perbankan, arus modal swasta,
dan likuiditas pasar saham, adalah penentu penting dari tingkat perkembangan
pasar saham di negara emerging market. Hasil-Nya juga menunjukkan bahwa
risiko politik, hukum dan ketertiban, dan kualitas birokrasi merupakan faktor-
faktor penting untuk pengembangan pasar saham karena mereka
meningkatkan kelangsungan hidup keuangan eksternal. Hasil ini menunjukkan
bahwa pengurangan risiko politik dapat menjadi faktor penting dalam
pengembangan pasar saham di negara berkembang. Saborowski (2009)
menunjukkan bukti bahwa apresiasi nilai tukar efek dari arus masuk FDI
memang dilemahkan ketika pasar keuangan dan modal lebih besar dan lebih
aktif. Implikasi utama dari hasil ini adalah bahwa salah satu bahaya utama
yang terkait dengan arus masuk modal besar di pasar negara berkembang -
destabilisasi manajemen ekonomi makro (karena apresiasi yang cukup besar
dari kurs riil) - sebagian dapat diatasi dengan mengembangkan sektor
keuangan yang mendalam . Gagasan ini relevan dalam konteks penelitian ini
karena menyoroti pentingnya mengembangkan pasar modal dan sistem
keuangan yang stabil dengan kemampuan untuk mempertahankan aktivitas M
& A, sehingga mendukung dimasukkannya faktor keuangan dalam database.
Masalah sistem keuangan di negara berkembang lebih lanjut dibahas oleh
28
Smith dan Valderrama (2008) yang berpendapat bahwa posisi aset asing bersih
dapat dijelaskan oleh inefisiensi sistem keuangan di pasar keuangan belum
berkembang. Ini inefisiensi meningkatkan biaya pembiayaan utang untuk
perusahaan domestik, yang pada gilirannya menyebabkan efek yang berbeda,
di antaranya adalah keterbatasan pada pembelian perusahaan asing.
Faktor teknologi dan sosial budaya. Berikut Porter (1993), isu
pembangunan sosial suatu negara serta tingkat inovasi teknis dan
kewirausahaan sangat penting tinggi untuk pembentukan berkelanjutan M &
pasar A. Jika pengangguran tinggi dan tenaga kerja sangat terampil, akan ada
ruang lingkup kecil untuk pengembangan usaha dan bunga kecil untuk
tumbuh di negara ini. Demikian pula, jika tidak ada nafsu makan atau
dukungan untuk pengembangan R & D atau teknologi ada, negara itu akan
stagnan internal dan tidak akan mampu mempertahankan aktivitas M & A.
Semua faktor ini memberikan alasan untuk dimasukkannya faktor teknologi
dan sosial-budaya dalam database.
Data dan Metodologi
Metode penilaian ini dirancang sebagai alat yang memungkinkan untuk
mengevaluasi kapasitas suatu negara untuk menarik dan mempertahankan
aktivitas M & A, didasarkan pada area yang diidentifikasi dalam literatur,
dengan total yang dihasilkan dari 36 hukum, ekonomi, keuangan, politik,
faktor teknologi, dan sosial-budaya.
Sistem penilaian dari database berkisar antara 5, dan 1 di mana 5 adalah skor
terbaik dan 1 adalah skor terburuk dicapai, dalam hal kedewasaan /
pembangunan. Semua sub-faktor 36 sama-sama tertimbang untuk menentukan
skor kelompok faktor. Selanjutnya, skor masing-masing kelompok faktor
tersebut sama-sama tertimbang untuk menentukan skor keseluruhan bagi
negara. Kelompok faktor regulasi terdiri dari dua belas sub-faktor (Tabel 1),
kelompok faktor ekonomi mencakup tujuh faktor ayat (Tabel 2), kelompok
faktor keuangan terdiri dari lima sub-faktor (Tabel 3), kelompok faktor politik
mencakup empat sub -faktor (Tabel 4), kelompok faktor teknologi mencakup
tiga sub-faktor (Tabel 5), dan kelompok faktor sosio-budaya mencakup empat
sub-faktor (Tabel 6).
Untuk menentukan nilai yang benar untuk masing-masing sub-faktor,
makalah ini menggunakan data publik yang tersedia dari sumber atau laporan
dengan proses update terus menerus. Karena tujuan dari database penilaian
adalah untuk menciptakan alat yang berguna bagi akademisi dan praktisi
dengan minat di pasar negara berkembang, adalah penting bahwa sumber data
yang tersedia untuk semua negara dan bahwa pembaruan tersedia sebagai
29
perubahan terjadi atau negara-negara berkembang. Idenya adalah dengan
menggunakan metodologi dalam makalah ini (dengan opsi untuk perubahan
disesuaikan) dan menerapkannya ke negara tersebut pada suatu titik waktu
tertentu. Sebagai sumber yang direferensikan dan batas dinyatakan, analisis
lebih lanjut dapat dengan mudah dilakukan untuk pasar lain.
Dalam hal batas (skor 5 sampai 1), pendekatan semi-subjektif telah diadopsi.
Makalah ini berpendapat, sejalan dengan La Porta et al. (2002), Djankov dkk.
(2007), Djankov dkk. (2008), dan Spamann (2010), bahwa sementara mengikuti
metodologi klasifikasi yang ketat dapat bermanfaat dan kuat untuk berbagai
jenis penelitian, 'keterbukaan untuk M & A' bukan subjek hitam dan putih,
tetapi klasifikasi harus meninggalkan beberapa ruang untuk subjektivitas.
Namun demikian, secara umum, untuk setiap faktor survei diakui secara luas,
laporan, atau database (bersumber dari tubuh institusi internasional, misalnya,
IMF) telah diidentifikasi dan kuintil dihitung berdasarkan sampel penuh dari
dataset tertentu, dan kemudian ditugaskan skor 5-ke-1. Keputusan untuk
menggunakan kuintil didasarkan pada gagasan bahwa untuk banyak faktor
skala potensi yang tak dapat dijelaskan dan distribusi negara bahkan tidak,
atau normal, dan akibatnya perhitungan kuintil telah dibuat tergantung pada
distribusi daripada penuh (potensial) skala. Misalnya, kapitalisasi pasar saham
total untuk masing-masing negara berpotensi bisa mengambil nilai dari 0
hingga tak terbatas, namun kelompok-kelompok pasar negara maju yang
rendah vs pasar yang sangat maju jelas. Oleh karena itu perkiraan yang lebih
akurat untuk menggunakan klasifikasi kuintil.
Perlu dicatat bahwa karakteristik negara yang dipilih untuk database
faktor mengandalkan sebagian besar pada data kuantitatif, sebagai data
kualitatif akan merusak objektivitas database. Salah satu kelemahan potensial
dari penelitian ini adalah fakta bahwa beberapa faktor peringkat
mengandalkan survei. Sebagai contoh, data Survei Perusahaan 'mencakup
layanan terutama manufaktur dan tertentu untuk perusahaan terdaftar dengan
lebih dari 10 karyawan. Sektor lain akan dibahas pada skala yang lebih kecil,
dengan pengecualian di sektor perbankan. Data untuk beberapa negara tidak
tersedia dalam Survei Enterprise, dan, sebagai hasilnya, mereka sub-faktor
dibiarkan kosong ketika tidak ada data yang bisa diperoleh. Terakhir, fokus
dari penelitian ini adalah untuk menentukan lingkungan untuk M & A dimana
target berada dalam negara tertentu. Investor dan perusahaan dalam negara-
negara ini juga membeli perusahaan dan aset luar negeri dan transaksi ini tidak
termasuk. Namun, perlu dicatat bahwa transaksi tersebut mungkin berdampak
pertumbuhan keseluruhan pasar domestik.
30
Setelah Rossi dan Volpin (2004), M & A volume telah dibatasi untuk hanya
mencakup transaksi di mana kontrol ditransfer dari satu perusahaan ke
perusahaan lain, yaitu, tidak termasuk pembelian minoritas, pembelian bunga
yang tersisa, LBO, spin-off, rekapitalisasi, self-tender, menawarkan pertukaran,
pembelian kembali, dan privatisasi. Selain itu, hanya selesai dan transaksi
ditarik telah dimasukkan.
Hasil
Bagian ini memberikan hasil yang diselenggarakan oleh klasifikasi
tahapan pengembangan dengan menggunakan metodologi yang
dikembangkan skor di kertas, faktor-faktor penentu kegiatan M & A, dan
driver dari nilai keseluruhan.
1. Skor dan Tahapan Pembangunan
Untuk menentukan tahap-tahap perkembangan dalam hubungannya
dengan M & A maturity indeks, sampel dari 175 negara dibagi menjadi tiga
kelompok, dewasa, transisi, dan pasar negara berkembang. M & A yang
aktif secara tradisional pasar, yaitu, Amerika Utara, Eropa Barat, Jepang,
dan Australia, bentuk awal 'matang' klasifikasi pasar. 'Transisi' pasar
membentuk sepertiga atas indeks kematangan (termasuk pasar yang
matang), dan 'muncul' pasar membentuk dua pertiga sisa negara dinilai
dalam indeks. Tabel 7 menggambarkan nilai dari 40 negara yang dipilih
serta nilai rata-rata untuk setiap tahap pembangunan. Analisis diskriminan
menegaskan bahwa proses klasifikasi awal mengklasifikasikan 92% dari
semua negara di tingkat yang benar kematangan menggunakan probabilitas
sebelum sebanding dengan persentase negara-negara di masing-masing
kelompok (lihat Tabel 8 untuk lebih jelasnya). Cina, awalnya dikategorikan
sebagai pasar transisi, mencapai skor 3,8, yang lebih buruk daripada,
misalnya, Republik Ceko dan Chile, tetapi masih diklasifikasikan sebagai
pasar yang matang oleh model analisis diskriminan. Cina menarik dalam
hal ini, sebagai negara menerima skor rating yang relatif buruk untuk
lingkungan peraturan dan politik, dibandingkan dengan pasar yang matang
lainnya.
Namun, karena faktor nilai yang tersisa, ekonomi, keuangan, teknologi dan
sosial budaya, lebih dekat kepada orang-orang dalam kelompok klasifikasi
pasar yang matang, dianggap telah mencapai tingkat yang matang untuk M
& A tujuan oleh model. Negara-negara lain yang model
mempertimbangkan matang untuk M & A keperluan termasuk Korea
Selatan, Singapura, Hong Kong, Malaysia, dan Israel.
2. Determinan Aktivitas M & A
31
Analisis regresi multivariat dilakukan untuk menentukan kelompok faktor
menjelaskan perbedaan dalam M & A aktivitas antara negara. M & A Data
(volume log) adalah kemunduran 11 terhadap kelompok faktor enam dan
hasilnya ditunjukkan pada Tabel 9. dia hasil menunjukkan bahwa, sejalan
dengan penulis lain, ekonomi (Berthelemy dan Demurger, 2000;. Liu et al,
2009), keuangan (Yartey, 2008; Saborowski, 2009), dan faktor teknologi
(Porter, 1993) merupakan penentu dari M & A aktivitas (domestik dan in-
bound). Makalah ini menambah literatur yang ada dengan membuktikan
hubungan positif antara aktivitas M & A dan pembangunan sosial budaya
suatu negara, yaitu, ukuran populasi, pertumbuhan penduduk, tingkat
pendidikan, dan keterampilan tenaga kerja. Terutama, temuan tidak
memberikan dukungan untuk pengembangan lingkungan peraturan
sebagai penentu aktivitas M & A, yang bertentangan dengan temuan Rossi
dan Volpin (2004) dalam apa yang menyangkut pentingnya perlindungan
pemegang saham yang kuat untuk menarik M & A (lihat juga DeLong et al,
2001.). Faktor-faktor politik tampaknya tidak menentukan aktivitas M & A,
seperti yang sebelumnya dikemukakan oleh Yartey (2008). Untuk negara-
negara yang telah mencapai tahap dewasa, kelompok-satunya faktor yang
ditemukan memiliki hubungan yang signifikan dengan kegiatan M & A
adalah kelompok faktor sosio-budaya. Pada tahap transisi pembangunan,
ekonomi, keuangan, kemajuan politik, dan sebagian besar teknologi yang
ditemukan untuk menjelaskan perbedaan dalam M & A aktivitas antara
negara. Perlu dicatat bahwa hubungan antara faktor-faktor politik dan M &
A aktivitas dalam tahap transisi adalah negatif. Pada tahap transisi
pembangunan, negara-negara seperti Rusia, Cina, India dan Brasil, sering
dalam transisi bergerak dari tertutup ke sistem pasar terbuka. Sebagaimana
didalilkan oleh et al DeLong. (2001), relaksasi aturan regulasi dapat
berfungsi sebagai stimulus bagi kegiatan lintas batas. Namun, jika tidak ada
sistem yang memadai untuk melindungi aset di tempat, korupsi juga akan
meningkat sebagai akibat dari relaksasi. Tampaknya lebih masuk akal
bahwa hubungan negatif antara lingkungan politik dan aktivitas M & A
merupakan hasil dari karakteristik pasar transisi daripada sebuah refleksi
dari M & A kegiatan yang didorong oleh lingkungan politik yang buruk. Di
pasar negara berkembang hanya faktor teknologi dan sosial-budaya
tampaknya (lemah) menentukan kegiatan M & A, refleksi dari sedikit
variasi dalam nilai faktor lainnya.
3. Driver dari Skor Keseluruhan
32
Tabel 10 menunjukkan hasil tes univariat untuk menentukan antara semua
faktor yang mendorong skor keseluruhan untuk setiap jenis negara,
dewasa, transisi, dan muncul. Seperti ditunjukkan dalam tabel, perbedaan
antara tahap perkembangan, vs vs transisi dewasa muncul, yang terbesar
untuk kelompok faktor politik dan teknologi. Hasil ini menunjukkan bahwa
lingkungan politik dan teknologi yang menguntungkan merupakan
prasyarat untuk pasar untuk mencapai tahap pengembangan matang,
mendukung pekerjaan Guerin dan Manzocchi (2009), Yartey (2008), dan
Porter (1993).
4. Skor Studi Kasus Negara
Bagian ini membahas sepuluh studi kasus dengan menggunakan
metodologi yang dikembangkan di koran: Brazil, Cina, India, Meksiko,
Rusia, Polandia, Afrika Selatan, Turki, Ukraina, dan Uni Emirat Arab.
Tabel 11 menunjukkan nilai individu untuk setiap kasus dan Lampiran
A menguraikan masing-masing negara dengan panjang lebar.
Kesimpulan
Makalah ini memberikan metodologi eksklusif untuk mengukur Marc M
& A Maturity Indeks, yang terdiri dari peraturan suatu negara, ekonomi,
lingkungan keuangan, politik, teknologi, dan sosial-budaya diukur untuk
memberikan nilai indeks keseluruhan. Indeks ini mencakup skor untuk 175
negara dengan 40 negara yang dipilih skor yang digambarkan dalam laporan.
Selain itu, sepuluh negara, yang mewakili daerah berkembang utama, telah
dibahas secara rinci sebagai studi kasus: Brazil, Cina, India, Meksiko, Rusia,
Polandia, Afrika Selatan, Turki, Ukraina, dan Uni Emirat Arab. Ini sistem
penilaian sehingga memberikan ilustrasi yang kuat dari M & A maturity indeks
pada tingkat negara dan dapat berfungsi sebagai titik awal untuk diskusi di
sekitar membuat kesepakatan di pasar yang kurang dikenal.
Dengan mempelajari nilai faktor pada tahap perkembangan yang
berbeda dapat disimpulkan bahwa kemajuan suatu Negara, politik dan
teknologi merupakan prasyarat untuk menjadi pasar yang matang untuk M &
A. Temuan penelitian juga menyediakan dukungan untuk penelitian
sebelumnya mengenai faktor penentu makro dan mikro-ekonomi aktivitas M &
A, membuktikan bahwa faktor-faktor ekonomi, keuangan, teknologi, dan
sosial-budaya secara signifikan berhubungan dengan kegiatan M & A.
Makalah ini berjalan selangkah lebih jauh dan menganalisis driver dari
kegiatan M & A dalam berbagai tahap pembangunan suatu negara. Hasil
menunjukkan bahwa itu adalah kemajuan sosial-budaya yang mendorong
aktivitas M & A di pasar yang matang. Di pasar transisi, itu adalah bukan
33
faktor ekonomi, keuangan, politik, dan teknologi yang signifikan terkait
dengan aktivitas M & A.
Menariknya, lingkungan politik negatif terkait dengan aktivitas M & A, yang
bisa menjadi cerminan karakteristik pasar transisi. Akhirnya, hanya faktor-
faktor teknologi dan sosial-budaya tampaknya untuk menjelaskan, meskipun
tidak terlalu signifikan, nilai yang diperoleh oleh negara-negara berkembang
dalam indeks.
34
BAB 5. BEST PRACTICES IN ESTIMATING THE COST
OF CAPITAL: SURVEY AND SYNTHESIS
Dalam beberapa dekade terakhir, terobosan teoritis dalam bidang-
bidang seperti diversifikasi portofolio, efisiensi pasar, dan harga aset telah
berkumpul menjadi rekomendasi menarik tentang biaya modal untuk suatu
perusahaan. Pada awal 1990-an, sebuah konsensus muncul mendorong
deskripsi seperti "buku tradisional ... ... yang tepat, "" secara teoritis benar,
"dan" aturan yang berguna praktis dan kendaraan yang baik. "1 Di bawah
perjanjian ini umum tentang teori biaya modal terletak ambiguitas dan
kebingungan yang cukup atas bagaimana teori yang terbaik dapat diterapkan.
Isu-isu yang dipertaruhkan cukup penting yang berbeda pilihan pada beberapa
elemen kunci dapat menyebabkan perbedaan luas dalam biaya modal
diperkirakan. Biaya modal adalah pusat keuangan modern menyentuh
investasi dan keputusan divestasi, ukuran keuntungan ekonomi, penilaian
kinerja, dan sistem insentif. Setiap tahun di AS, perusahaan melakukan lebih
dari $ 500 miliar dalam pengeluaran modal. Karena perbedaan beberapa persen
dalam biaya modal dapat berarti ayunan dalam miliaran pengeluaran,
bagaimana perusahaan perkiraan biaya ini tidak masalah sepele.
Tujuan dari tulisan ini adalah untuk menyajikan bukti tentang
bagaimana beberapa perusahaan finansial paling canggih dan penasihat
keuangan memperkirakan biaya modal. Bukti ini sangat berharga dalam
beberapa hal. Pertama, mengidentifikasi ambiguitas yang paling penting
dalam penerapan teori biaya modal, setting panggung untuk debat produktif
dan penelitian pada resolusi mereka. Kedua, membantu perusahaan yang
tertarik patokan biaya mereka dari praktek estimasi modal terhadap praktek
terbaik rekan-rekan. Ketiga, bukti menyoroti akurasi dengan biaya modal yang
cukup dapat diperkirakan, memungkinkan para eksekutif untuk menggunakan
perkiraan yang lebih bijak dalam pengambilan keputusan mereka. Keempat,
memungkinkan untuk menjawab pertanyaan yang tak terelakkan, "Bagaimana
perusahaan benar-benar perkiraan biaya modal mereka?"
Makalah ini merupakan bagian dari tradisi panjang survei praktek
industri. Di antara pendahulu lebih relevan, Gitman dan Forrester (1977)
dieksplorasi "tingkat kecanggihan dalam teknik penganggaran modal" di
antara 103 besar, bisnis berkembang pesat, menemukan bahwa tingkat
pengembalian internal dan payback period yang umum digunakan. Meskipun
penulis bertanya tentang tingkat tingkat diskonto perusahaan, mereka tidak
35
bertanya bagaimana menilai ditentukan. Gitman dan Mercurio (1982) disurvei
177 perusahaan Fortune 1000 tentang "praktek saat ini di biaya pengukuran
modal dan pemanfaatan," menyimpulkan bahwa Moore dan Reichert (1983)
disurvei 298 "tindakan responden tidak mencerminkan penerapan teori
keuangan saat ini." Fortune 500 perusahaan pada penggunaan array yang luas
dari teknik keuangan, antara lain menyimpulkan, bahwa 86% dari perusahaan
yang disurvei menggunakan teknik modal waktu disesuaikan penganggaran.
Bierman (1993) mensurvei 74 perusahaan Fortune 100 yang melaporkan bahwa
menggunakan semua beberapa bentuk diskon dalam penganggaran modal,
dan 93% menggunakan biaya rata-rata tertimbang modal. Dalam sebuah survei
dari 84 perusahaan broadranging Fortune 500 besar dan 200 perusahaan kecil
terbaik Forbes, Trahan dan Gitman (1995) melaporkan bahwa 30% responden
menggunakan model penentuan harga aset modal (CAPM).
Tulisan ini berbeda dari pendahulunya dalam hal-hal. Bukti yang
dipublikasikan yang ada berdasarkan ditulis, tertutup survei dikirim ke sampel
besar perusahaan, seringkali mencakup beragam topik, dan umumnya
menggunakan pilihan ganda atau isi-in-theblank pertanyaan. Pendekatan
seperti sering menghasilkan tingkat respons serendah 20% dan tidak
memberikan kesempatan untuk menjelajahi seluk-beluk topik. Sebaliknya,
kami melaporkan hasil survei telepon dari kelompok dipilih dengan cermat
perusahaan terkemuka dan penasihat keuangan. Perbedaan penting lainnya
adalah bahwa maksud dari kertas yang ada paling sering belajar bagaimana
diterima dengan baik teknik keuangan modern di antara praktisi, sementara
kita tertarik di daerah biaya-of-modal estimasi mana teori keuangan adalah
diam atau ambigu, dan praktisi kiri ke perangkat mereka sendiri.
Bagian berikut memberikan gambaran singkat dari biaya rata-rata
tertimbang modal. Pendekatan penelitian dan pemilihan sampel dibahas dalam
Bagian II. Bagian III melaporkan hasil survei umum. Poin kunci dari perbedaan
yang terakhir dalam Bagian IV. Bagian V membahas hasil survei lebih lanjut
tentang penyesuaian risiko untuk biaya awal modal, dan Bagian VI
menawarkan kesimpulan dan implikasi untuk praktisi keuangan.
Biaya Modal Rata-rata Tertimbang
Sebuah wawasan kunci dari teori keuangan adalah bahwa setiap
penggunaan modal membebankan biaya peluang pada investor, yaitu, dana
dialihkan dari mendapatkan laba atas investasi terbaik berikutnya sama-risiko.
Karena investor memiliki akses ke sejumlah peluang pasar keuangan,
menggunakan perusahaan modal harus mengacu terhadap alternatif-alternatif
pasar modal. Biaya modal menyediakan patokan ini. Kecuali perusahaan bisa
36
mendapatkan lebih dari biaya modal, tidak akan menciptakan keuntungan
ekonomi atau nilai bagi investor. Sebuah cara standar mengekspresikan biaya
modal perusahaan adalah rata-rata tertimbang dari biaya sumber individu
modal yang dipakai. Dalam simbol, rata-rata tertimbang biaya modal
perusahaan (atau WACC) adalah
Dimana
K = component cost of capital
W = weight of each component as percent of total capital
t = marginal corporate tax rate
Untuk kesederhanaan, formula ini hanya mencakup tiga sumber modal;
dapat dengan mudah diperluas untuk mencakup sumber-sumber lain juga.
Teori keuangan menawarkan beberapa pengamatan penting ketika
memperkirakan WACC perusahaan. Pertama, biaya modal yang muncul dalam
persamaan harus biaya saat ini mencerminkan kondisi pasar keuangan saat ini,
bukan historis, biaya hangus. Pada dasarnya, biaya harus sama tingkat
diantisipasi internal investor pengembalian arus kas masa depan yang terkait
dengan setiap bentuk modal. Kedua, beban yang muncul dalam persamaan
harus pasar bobot, bukan bobot sejarah berdasarkan sering sewenang-wenang,
out-of-date nilai buku. Ketiga, biaya utang harus setelah pajak perusahaan,
yang mencerminkan manfaat dari pengurangan pajak bunga.
Meskipun bimbingan yang diberikan oleh teori keuangan, penggunaan
ekspresi rata-rata tertimbang untuk memperkirakan biaya modal perusahaan
masih menghadapkan para praktisi dengan sejumlah choices.2 sulit Sebagai
hasil survei kami menunjukkan, komponen yang paling nettlesome estimasi
WACC adalah biaya modal ekuitas, karena tidak seperti hasil tersedia di pasar
obligasi, tidak ada mitra diamati ada untuk ekuitas. Ini memaksa praktisi untuk
mengandalkan metode lebih abstrak dan tidak langsung untuk memperkirakan
biaya modal ekuitas.
Pemilihan Sampel
Makalah ini menjelaskan hasil survei telepon dari praktisi terkemuka.
Percaya bahwa kompleksitas subjek tidak meminjamkan dirinya untuk
kuesioner tertulis, kami ingin meminta penjelasan dari pendekatan masing-
masing perusahaan mengatakan dalam kata-kata sendiri praktisi. Meskipun
wawancara kami dipandu oleh serangkaian pertanyaan, ini cukup terbuka
untuk mengungkapkan banyak perbedaan yang halus dalam praktek. Karena
37
fokus kami adalah pada kesenjangan antara teori dan aplikasi pada praktek
daripada rata-rata atau khas, kami bertujuan untuk praktisi sampel yang
pemimpin di
lapangan. Kami mulai dengan mencari sampel perusahaan (bukan investor
atau penasihat keuangan) dalam keyakinan bahwa mereka memiliki motivasi
yang cukup untuk menghitung WACC hati-hati dan untuk menyelesaikan
banyak masalah estimasi sendiri. Beberapa publikasi menawarkan daftar
perusahaan yang dianggap baik di bidang keuangan; 3 ini, kami memilih
sebuah laporan riset, Menciptakan Dunia Kelas Manajemen Keuangan: Strategi
Memimpin 50 Perusahaan (1992), yang mengidentifikasi perusahaan dipilih
oleh rekan-rekan mereka sebagai antara mereka dengan manajemen keuangan
terbaik. Perusahaan dipilih untuk keunggulan dalam manajemen pajak risiko
strategis keuangan, dan akuntansi, evaluasi kinerja dan daerah lain dari
manajemen keuangan. . . Para perusahaan yang termasuk orang-orang yang
disebutkan jumlah terbesar kali oleh peers.4 mereka Dari 50 perusahaan yang
diidentifikasi dalam laporan ini, kami dieliminasi 18 berkantor pusat di luar
America Utara. Dari mereka, yang tersisa lima menolak untuk diwawancarai,
meninggalkan sampel dari 27 perusahaan. Para perusahaan yang termasuk
dalam sampel yang terkandung dalam Lampiran 1. Kami mendekati petugas
keuangan paling senior pertama dengan sebuah surat yang menjelaskan
penelitian kami, dan kemudian dengan panggilan telepon. Permintaan kami
adalah untuk wawancara individu yang bertanggung jawab memperkirakan
WACC perusahaan. Kami berjanji responden kami bahwa, dalam
mempersiapkan laporan tentang temuan kami, kami tidak akan
mengidentifikasi praktek-praktek dari setiap perusahaan tertentu dengan
nama-kita telah menghormati janji ini
dalam presentasi kita.
Dalam kepentingan menilai praktek-praktek Dalam kepentingan menilai
praktek-praktek masyarakat yang lebih luas dari praktisi keuangan, kami
survei dua sampel lainnya:
• Penasehat Keuangan. Menggunakan "tabel liga" penasehat merger dan
akuisisi disajikan dalam isu-isu Institutional Investor April 1995,, 1994
dan 1993, kita menarik sampel dari 10 penasihat active6 paling. Kami
diterapkan approximately7 set yang sama pertanyaan untuk wakil dari
merger perusahaan-perusahaan dan departemen akuisisi. Kami
bertanya-tanya apakah kepentingan penasihat keuangan 'dalam
mempromosikan penawaran mungkin menyebabkan mereka untuk
menurunkan perkiraan WACC daripada yang diperkirakan oleh
38
perusahaan yang beroperasi. Hal ini terbukti tidak menjadi kasus. Jika
ada, teknik memperkirakan paling sering digunakan oleh penasihat
keuangan menghasilkan perkiraan biaya modal lebih tinggi, tidak lebih
rendah.
• Buku teks dan Tradebooks. Dari penerbit buku terkemuka, kami
memperoleh daftar lulusan-buku teks tingkat di perusahaan keuangan
memiliki penjualan unit terbesar pada tahun 1994. Dari ini, kami
memilih empat besar. Selain itu, kami menarik pada tiga tradebooks
yang membahas perkiraan WACC secara rinci.
Temuan Penelitian
Hasil survei terperinci muncul dalam Tampilan 2. Pendekatan estimasi
serupa di tiga sampel di beberapa dimensi.
• Arus Kas Diskonto (DCF) adalah teknik investasi evaluasi dominan.
• WACC adalah tingkat diskonto dominan yang digunakan dalam analisis
DCF.
• Bobot didasarkan pada pasar tidak campuran nilai buku utang dan equity.
• Biaya setelah pajak utang ini terutama didasarkan pada biaya sebelum
pajak marjinal, dan tingkat pajak marjinal atau hukum.
• CAPM adalah model yang dominan untuk memperkirakan biaya ekuitas.
Beberapa perusahaan yang disebutkan multi-faktor aset-harga model
(misalnya, Arbitrage Pricing Theory) tetapi ini berada di minoritas kecil.
Di sisi lain, perselisihan ada di dalam dan di antara kelompok pada
bagaimana menerapkan CAPM untuk memperkirakan biaya ekuitas. Para
CAPM menyatakan bahwa tingkat pengembalian yang diminta (K) pada aset
apapun dapat dinyatakan sebagai
Dimana
Rf = interest rate available on a risk-free bond.
Rm = return required to attract investors to hold the broad market
portfolio of risky assets.
b = the relative risk of the particular asset.
Menurut CAPM kemudian, biaya ekuitas, untuk sebuah perusahaan
tergantung pada tiga komponen: pengembalian bebas risiko obligasi (Rf),
ekuitas beta saham yang mengukur risiko saham perusahaan relatif terhadap
aset berisiko lain (b = 1,0 risiko rata-rata), dan premi marketrisk (Rm - Rf) yang
diperlukan untuk menarik investor untuk memegang aset berisiko secara
umum dibandingkan risiko obligasi bebas. Secara teori, masing-masing
39
komponen ini harus perkiraan ke depan. Hasil survei kami menunjukkan
ketidaksepakatan substansial pada semua tiga komponen.
1. The Risk-Free Rate of Return
Sebagai awalnya berasal, CAPM adalah model single period, sehingga
pertanyaan yang suku bunga paling mewakili tingkat bebas risiko tidak pernah
muncul. Tetapi dalam dunia banyak periode biasanya ditandai dengan miring
ke atas kurva hasil, praktisi harus memilih. Hasil kami menunjukkan pilihan
biasanya antara imbal hasil 90-hari tagihan Treasury dan obligasi jangka
panjang yield Treasury (lihat Exhibit 3). (Karena kurva imbal hasil yang
biasanya relatif datar melampaui sepuluh tahun, pilihan yang tertentu jangka
panjang hasil untuk menggunakan bukan satu kritis.) 11 Perbedaan antara
return direalisasikan pada tagihan T-90-hari dan sepuluh tahun T-ikatan
memiliki rata-rata 150 basis poin selama jangka panjang, pilihan sehingga dari
tingkat bebas risiko dapat memiliki efek material terhadap biaya ekuitas dan
WACC.
2. Perkiraan Beta
Teori keuangan panggilan untuk beta ke depan, salah satu investor yang
mencerminkan ketidakpastian 'tentang arus kas masa depan ke ekuitas. Karena
ke depan beta yang tidak teramati, praktisi dipaksa untuk mengandalkan
proxy dari berbagai macam. Paling sering ini melibatkan menggunakan
estimasi beta yang berasal dari data historis dan diterbitkan oleh sumber-
sumber seperti Bloomberg, Value Line, dan Standard & Poor. Metodologi biasa
adalah untuk memperkirakan beta sebagai koefisien kemiringan dari model
pasar kembali.
Dimana:
Rit = return on stock i in time period (e.g., day, week, month) t
Rmt = return on the market portfolio in period t,
ai = regression constant for stock i, and
bi = beta for stock i.
3. Equity Market Risk Premium
Topik ini mendorong berbagai kalangan terbesar tanggapan peserta
survei. Teori keuangan mengatakan pasar ekuitas premi risiko harus sama
kembali kelebihan yang diharapkan oleh investor pada portofolio pasar relatif
terhadap aset tanpa risiko. Bagaimana satu langkah yang diharapkan
keuntungan masa mendatang pada portofolio pasar dan aset tanpa risiko
40
masalah kiri ke praktisi. Karena keuntungan masa mendatang yang diharapkan
tidak teramati, semua responden survei ekstrapolasi kembali sejarah ke masa
depan pada anggapan bahwa pengalaman masa lalu harapan masa depan
kondisi berat. Mana responden terutama berbeda adalah dalam menggunakan
aritmatika dibandingkan rata-rata geometrik pengembalian ekuitas sejarah dan
dalam pilihan mereka kembali menyadari
pada T-bills vs T-obligasi ke proxy untuk mengembalikan
aktiva tanpa risiko.
Dampak Variasi Asumsi Terhadap Penggunaan CAPM
Untuk menggambarkan dampak dari berbagai praktik, kami
memperkirakan biaya hipotetis ekuitas dan WACC untuk Black & Decker,
yang kita diidentifikasi memiliki rentang yang luas dalam estimasi beta, dan
McDonald, yang memiliki kisaran yang relatif sempit. Perkiraan kami adalah
"hipotetis" bahwa kami tidak mengadopsi informasi yang diberikan kepada
kami oleh perusahaan melainkan menerapkan berbagai pendekatan
berdasarkan informasi publik yang tersedia pada akhir tahun 1995. Bukti 9
memberikan Black & Decker Diperkirakan biaya ekuitas dan WACCs bawah
berbagai kombinasi tingkat bebas risiko, beta, dan premi risiko pasar. Tiga
cluster praktek diilustrasikan, masing-masing pada gilirannya menggunakan
tiga beta seperti yang diberikan oleh S & P, Value Line, dan Bloomberg
(disesuaikan). Pendekatan pertama, seperti yang disarankan oleh beberapa
teks, menikahi bebas risiko jangka pendek tingkat (hasil 90-hari T-bill) dengan
mean aritmatika Ibbotson itu (menggunakan T-bills) premi risiko. Yang kedua,
diadopsi oleh sejumlah penasihat keuangan, menggunakan jangka panjang
bebas risiko tingkat (30-tahun-obligasi T yield) dan premi risiko 7,2% (premi
modal yang disebutkan oleh penasihat keuangan).
Pendekatan ketiga juga menggunakan jangka panjang bebas risiko,
tetapi mengadopsi tingkat premi disebutkan oleh responden modal perusahaan
sebesar 5,5%. Kami mengulangi prosedur umum untuk McDonald.
Risiko Penyesuaian WACC
Teori keuangan adalah jelas bahwa WACC tunggal hanya cocok untuk
investasi risiko yang sebanding luas: WACC keseluruhan perusahaan adalah
patokan yang cocok untuk investasi rata-rata perusahaan risiko. Teori
keuangan melanjutkan dengan mengatakan bahwa seperti tokoh
companyspecific harus disesuaikan untuk keberangkatan dari seperti profil
risiko rata-rata. Menarik modal membutuhkan pembayaran premi yang
tergantung pada risiko.
41
Kami diperiksa apakah perusahaan menggunakan tingkat diskonto yang
sesuai dengan risiko dari arus yang dinilai dalam pertanyaan-pertanyaan
tentang jenis-jenis investasi (strategis vs operasional), nilai-nilai terminal,
sinergi, dan perusahaan multidivisional. Tanggapan atas pertanyaan-
pertanyaan yang ditampilkan pada Tampilan 2 tidak menampilkan banyak
keselarasan nyata dari praktek. Ketika penasihat keuangan ditanya bagaimana
mereka nilai bagian perusahaan multidivision, semua sepuluh perusahaan
yang disurvei melaporkan bahwa mereka menggunakan tingkat diskonto yang
berbeda untuk bagian-bagian komponen (butir 17). Namun, hanya 26% dari
perusahaan selalu menyesuaikan biaya modal untuk mencerminkan risiko
peluang investasi individu (butir 12). Penelitian sebelumnya (dirangkum dalam
Gitman dan Mercurio, 1982) melaporkan bahwa antara sepertiga dan satu-
setengah dari perusahaan yang disurvei tidak melakukan penyesuaian untuk
perbedaan risiko antara proyek-proyek modal. Praktek ini berdiri dalam
kontras dengan rekomendasi dari buku teks dan tradebooks: buku tidak secara
eksplisit alamat semua mata pelajaran, tetapi ketika mereka melakukannya,
mereka seragam dalam advokasi mereka risiko-disesuaikan tingkat diskonto.
Ketika ditanya tentang penyesuaian risiko sinergi merger calon,
perusahaan-perusahaan yang sama menjawab:
• "Kami membuat penyesuaian dalam arus kas dan kelipatan daripada
tingkat diskon."
• "Faktor risiko dapat berbeda untuk realisasi sinergi, tapi kami melakukan
penyesuaian untuk arus kas daripada tingkat diskonto."
Sementara penasihat keuangan biasanya nilai perusahaan yang ada,
perusahaan-perusahaan menghadapi tantangan lebih lanjut. Mereka secara
rutin harus mengevaluasi investasi dalam produk baru dan teknologi.
Selain itu, mereka berurusan dengan pengaturan administratif yang melds
terpusat (misalnya,
menghitung WACC) dan terdesentralisasi (misalnya, penilaian proyek
tertentu) proses. Sebagai Tampilan 10 mengilustrasikan, kompleksitas ini
menyebabkan campuran pendekatan untuk berurusan dengan risiko.
Sejumlah responden menyebutkan penyesuaian tarif khusus untuk
membedakan antara biaya modal divisi, investasi internasional
dibandingkan dalam negeri dan leasing dibandingkan situasi nonleasing.
Kesimpulan
Penelitian kami berusaha untuk mengidentifikasi "praktek terbaik"
dalam biaya-modal estimasi melalui wawancara dari perusahaan terkemuka
dan penasihat keuangan. Mengingat pengeluaran tahunan yang sangat besar
42
pada proyek-proyek modal dan akuisisi perusahaan setiap tahun, pemilihan
tingkat diskonto yang bijaksana sangat penting bahan untuk manajer senior
korporasi.
Survei ini mengungkapkan penerimaan luas dari WACC sebagai dasar untuk
menetapkan harga diskon. Selain itu, survei mengungkapkan keselarasan
umum dalam banyak aspek dari estimasi WACC. Area utama perselisihan
menonjol adalah dalam rincian pelaksanaan CAPM untuk memperkirakan
biaya ekuitas. Makalah ini menguraikan varietas praktek dalam penggunaan
CAPM, argumen yang mendukung pendekatan yang berbeda, dan implikasi
praktis.
Singkatnya, kami percaya bahwa unsur-unsur berikut menunjukkan
praktek terbaik saat ini di estimasi dari WACC:
• Bobot harus didasarkan pada nilai pasar campuran dari hutang dan ekuitas.
• Biaya setelah pajak harus diperkirakan utang dari biaya sebelum pajak
marjinal, dikombinasikan dengan tarif pajak marjinal atau hukum.
• CAPM adalah model yang disukai saat ini untuk memperkirakan biaya
ekuitas.
• Beta diambil secara substansial dari sumber yang diterbitkan, mereka lebih
memilih menggunakan beta interval panjang pengembalian ekuitas.
Dimana sejumlah penerbit statistik tidak setuju praktik terbaik,
sering melibatkan penilaian untuk memperkirakan beta.
• Tingkat bebas risiko harus sesuai dengan tenor dari arus kas yang dihargai.
Untuk proyek-proyek modal yang paling dan akuisisi perusahaan, hasil
pada obligasi pemerintah AS atau lebih dari sepuluh tahun jatuh tempo
akan sesuai.
• Pilihan premi risiko pasar ekuitas adalah subyek kontroversi yang cukup
baik sebagai nilai dan metode estimasi. Sebagian besar praktek terbaik
perusahaan kami menggunakan premium 6% atau lebih rendah, sementara
banyak teks dan penasihat keuangan menggunakan angka yang lebih
tinggi.
• Pemantauan perubahan dalam WACC harus disesuaikan dengan
perubahan besar dalam kondisi pasar keuangan, tetapi harus dilakukan
setidaknya setiap tahun. Sebenarnya perubahan yang mengalir melalui
sistem perusahaan penilaian proyek dan sasaran kompensasi harus
dilakukan hati-hati dan hanya bila ada perubahan materi.
• WACC resiko harus disesuaikan untuk mencerminkan perbedaan-
perbedaan substantif antara bisnis yang berbeda dalam perusahaan.
Misalnya, penasihat keuangan umumnya menemukan WACC perusahaan
43
untuk menjadi pantas untuk menilai bagian yang berbeda dari suatu
perusahaan. Mengingat perusahaan publik yang diperdagangkan di bisnis
yang berbeda, penyesuaian risiko seperti hanya melibatkan revisi sederhana
dalam pendekatan CAPM WACC dan sudah digunakan. Korporasi juga
mengutip kebutuhan untuk menyesuaikan biaya modal lintas batas-batas
nasional. Dalam situasi di mana pasar proxy untuk jenis tertentu kelas
risiko tidak tersedia, praktek terbaik melibatkan menemukan cara lain
untuk memperhitungkan perbedaan risiko.
Praktik terbaik sebagian besar konsisten dengan teori keuangan.
Meskipun kesepakatan yang luas pada tingkat teoretis, bagaimanapun,
beberapa masalah dalam aplikasi tetap yang dapat menyebabkan perbedaan
luas dalam biaya modal diperkirakan. Berdasarkan masalah-masalah yang
tersisa, kami percaya bahwa penelitian yang diterapkan lebih lanjut tentang
dua topik utama adalah dibenarkan. Pertama, praktisi perlu alat tambahan
untuk mengasah penilaian mereka tentang risiko relatif. Variasi di perusahaan-
spesifik perkiraan beta dari sumber yang diterbitkan berbeda dapat membuat
perbedaan besar dalam perkiraan biaya modal. Selain itu, penggunaan tingkat
diskonto riskadjusted muncul dibatasi oleh kurangnya proxy pasar yang bagus
untuk profil risiko yang berbeda. Kami percaya bahwa penggunaan yang tepat
dari rata-rata seluruh industri atau kategori risiko lain adalah eksplorasi layak
jalan. Kedua, praktisi dapat memperoleh manfaat dari penelitian lebih lanjut
tentang ekuitas memperkirakan premi risiko pasar. Praktek saat ini
menampilkan variasi yang besar dan berfokus terutama pada rata-rata data
masa lalu. Penggunaan data expectational tampaknya menjadi pendekatan
yang bermanfaat. Sebagai generasi berikutnya dari teori secara bertahap
mempertajam wawasan kita, kita merasa bahwa penelitian memperhatikan
pelaksanaan teori yang ada dapat membuat perbaikan yang nyata dalam
praktek.
Akhirnya penelitian ini adalah pengingat yang lama mengatakan bahwa terlalu
sering dalam bisnis kita mengukur dengan tanda, mikrometer dengan pensil,
dan dipotong dengan kapak. Meskipun banyak kemajuan dalam teori
keuangan, "kapak" tertentu tersedia untuk memperkirakan biaya perusahaan
modal tetap yang tumpul. Praktek terbaik perusahaan dapat mengharapkan
untuk memperkirakan rata-rata tertimbang biaya modal mereka dengan
akurasi tidak lebih dari plus atau minus 100 sampai 150 basis poin. Hal ini
memiliki implikasi penting untuk bagaimana manajer menggunakan biaya
modal dalam pengambilan keputusan. Pertama, jangan kesalahan
penganggaran modal untuk obligasi harga. Meskipun alat-alat yang tersedia,
44
penilaian modal yang efektif terus memerlukan pengetahuan mendalam
tentang bisnis dan penilaian bisnis yang bijak. Kedua, berhati-hatilah untuk
tidak membuang bayi dengan air mandi. Jangan menolak biaya modal dan
petugas kemajuan dalam pengelolaan keuangan karena orang keuangan Anda
tidak dapat memberi Anda jumlah yang tepat. Ketika membutuhkan, bahkan
kapak tumpul lebih baik daripada tidak.
45
BAB 6. PERAMALAN PERUBAHAN NILAI TUKAR
ANTARA DOLLAR AS DAN YEN JEPANG
DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM LOGIKA
NEURON-FUZZY ADAPTIP DINAMIS
Kurs valuta asing merupakan suatu rangkaian waktu yang acak yang
konsisten dengan persamaan Mackey-Glass. Logika fuzzy merupakan suatu
teknik komputasi cerdas dan memiliki potensi yang baik dalam
memperkirakan data menurut urutan waktu. Studi ini menggunakan logika
fuzzy untuk mengkaji data nilai tukar dan membangun sebuah system model
perkiraan logika neuron-fuzzy yang adaptip dan dinamis. Kinerja model yang
dikembangkan tersebut dibandingkan dengan suatu model autoregresif
dengan menggunakan satuan data yang sama.
Kata kunci: kurs valuta asing, logika fuzzy, rangkaian waktu yang acak ,
perkiraan.
I. Pendahuluan
Pasar valuta asing merupakan pasar keuangan yang terbesar dan berubah-
ubah. Nilai mata uang asing merupakan aset finansial khusus dan nilai tukar
merupakan indikator finansial penting dalam pasar keuangan internasional.
Masalah perkiraan pergerakan nilai tukar asing menarik perhatian. Oleh
karena itu, prediksi nilai tukar asing memiliki tantangan teoritis yang
subtansial dan eksperimental. Umumnya, model perkiraan nilai tukar dapat
dikategorikan ke dalam dua kelas: analisis fundamental dan analisis teknik.
Analisis fundamental nilai tukar berdasarkan pada informasi atas
permintaan dan penawaran nilai mata uang domestik dibandingkan dengan
nilai mata uang asing. Sementara pendekatan ini merupakan alat yang paling
penting untuk memprediksi pergerakan harga dari aset-aset finansial, maka
pendekatan tersebut memiliki beberapa limitasi dalam memprediksi
pergerakan kurs valuta asing. Pertama, nilai tukar biasanya ditentukan tidak
hanya oleh permintaan dan penawaran relatif atas mata uang domestik dan
mata uang asing tetapi juga oleh banyak faktor fundamental dan psikologis
lainnya dalam pasar. Beberapa faktor (seperti perang, pemogokan, insiden
politik) sangat sulit untuk diukur dan disertakan dalam memprediksi model.
Kedua, pemilihan waktu yang tepat atas dampak beberapa faktor atas nilai
mata uang merupakan hal yang tidak diketahui. Faktor yang berbeda dapat
memiliki dampak yang berbeda pula atas nilai tukar pada waktu yang berbeda.
Koefisien yang diperoleh dari analisis regresi tidak akan konstan dari waktu ke
46
waktu. Oleh karena itu, sulit untuk perubahan dapat memperkirakan kurs
valuta asing dengan hanya menggunakan analisis fundamental. Beberapa studi
empiris menunjukkan bahwa, untuk kurs valuta asing, harga dan fundamental
sangat tidak terkait (Messed an Kenneth, 1983)
Untuk memperkirakan pergerakan nilai tukar di masa yang akan datang
dengan analisis teknik, maka kita perlu mengkaji data nilai tukar historis untuk
menemukan regularitas empiris yang kuat, misalnya, struktur internal dari
data tersebut sehingga mendapatkan pemahaman yang lebih baik atas proses
dinamis dimana data rangkaian waktu dihasilkan. Data rangkaian waktu
merupakan urutan observasi menurut waktu yang dilakukan setara dengan
interval waktu. Dalam finansial, jika kita menunjukkan waktu pada suatu titik
tertentu dengan t dan nilai aset finansial tertentu pada t dengan X(t), kemudian
nilai rangkaian waktu yang ditampilkan sebagai satuan nilai terpisah X(1), X(2),
x(3)…..x(N). Pada dasarnya, prediksi kurs valuta asing adalah dengan
menggunakan data yang telah lalu misalnya, nilai tukar X(t) untuk t-1 < t < t0,
untuk menyelesaikan X(t) dimana t > t0. Dalam ekonomi, jika salah satu
variabel ini tidak tergantung pada waktu, maka sistem dikenal dinamis.
Perilaku dinamis atas sistem tersebut menunjukkan bagaimana hal ini
dilakukan sehubungan dengan waktu.
Alasan mengapa logika fuzzy popular digunakan dalam memprediksi
perubahan nilai tukar asing karena fuzzy menjadikan teori dan memberikan
suatu kerangka kerja yang sesuai untuk rekognisi pola dan dapat berhubungan
dengan ketidakpastian atas tipe non-probablitas. Logika fuzzy menjembatani
jurang antara informasi kuantitatif (data numerik) dan informasi kualitatif
(laporan linguistik) (Palit dan Popovic, 2005). Logika fuzzy merupakan suatu
teknik komputasional cerdas untuk mampu menemukan beberapa pola dari
data kejadian yang terlihat acak dan memiliki potensi yang baik dalam
memperkirakan data menurut rangkaian waktu.
Pada umumnya, pergerakan kurs valuta asing biasanya memiliki dua
komponen. Yang pertama berbanding dengan apa yang telah diakumulasi,
misalnya, nilai X(t) tertentu yang mengandung suatu komponen tanda
determistik. Yang kedua adalah yang dipengaruhi oleh keanehan dalam pasar,
misalnya, nilai X(t) tertentu juga mengandung suatu komponen stokastik yang
menunjukkan gangguan noise (hiruk-pikuk) yang menyebabkan fluktuasi
statistik dengan suatu trend dan dalam band (kisaran nilai dalam suatu system)
yang terbatas, dan karenanya kadang dijelaskan sebagai rangkaian waktu yang
kacau. Dalam dua dekade terakhir, analisis rangkaian waktu yang kacau telah
menarik banyak perhatian. Minat penelitian ini belakangan difokuskan pada
47
teknik modeling rangkaian waktu yang kacau dan pada prediksi nilai
rangkaian waktu di masa yang akan datang. Salah satu deskripsi matematika
atas perilaku kacau adalah delay differential equation (DDEs). Salah satu DDEs
yang paling sering digunakan adalah Model Mackey-Glass (Glass dan Mackey,
1988), yaitu:
Dimana A, θ dan n adalah parameter. Untuk τ > 17, persamaan ini
diketahui menunjukkan chaos. Model Mackey-Glass menjadi salah satu dari
masalah benchmark (tolok ukur) untuk prediksi rangkaian waktu dalam logika
fuzzy. Dalam studi ini, kami menggunakan nilai tukar antara dolar AS dan yen
Jepang sebagai data sampel. Metode dan prinsip yang digunakan dalam studi
ini umumnya dapat diterapkan pada mata uang lainnya. Software yang
digunakan dalam studi ini adalah MATLAB Fuzzy Logic Toolbox yan
dikembangkan oleh MathWorks (Matlab, 2001).
II. Data dan Pengembangan Model
Data dikumpulkan dari nilai tukar dollar AS/yen Jepang antara 1 January
2003 dan 31 Desember 2006. Oleh karena itu, rangkaian nilai tukar ini memiliki
1461 observasi. Grafik gambar 1 menunjukkan nilai tukar antara Euro dan
dollar AS selama periode waktu ini. Biasanya langkah pertama adalah
mengembangkan suatu model dengan menggunakan data yang lalu. Langkah
kedua adalah menggunakan model untuk memperkirakan nilai rangkaian
waktu masa depan pada berbagai rentang waktu. Tentu saja, perkiraan tidak
membawa nilai data masa depan yang pasti yang memberikan rangkaian
waktu yang akan benar-benar mereka miliki, tetapi lebih dari pada estimasi
mereka.
48
Gambar 1 Perubahan Nilai Tukar USD/JPY (2003-2006)
Dalam studi ini, nilai rangkaian waktu yang lalu ini, x(t-180, x(t-12), x(t-6)
dan x(t) digunakan untuk mengembangkan suatu model untuk memprediksi
nilai dari x(t+6). Dengan demikian, data adalah sebuah matriks dengan kolom
N + 1 dimana kolom N pertama, misalnya, x(t-18), x(t-12), x(t-6) dab x(t)
merupakan data untuk setiap input system inferensi fuzzy, dan kolom terakhir
misalnya, x(t+6) merupakan data output (keluaran). Dari t=51 hingga 1350,
kami mengumpulkan 1300 pasangan data dari format di atas. 650 pertama
digunakan untuk melatih sementara 650 kedua digunakan untuk pengecekan.
Ketika model proses matematika tidak diketahui, maka teknologi fuzzy
memiliki beberapa kelebihan. Pertama, metode ini dalam bentuk penalaran
pendekatan dan dapat dengan mudah menunjukkan proses analog pada
sebuah komputer digital. Kedua, logika fuzzy dapat digunakan ketika
berhubungan dengan variabel berkelanjutan dan tidak jelas. Ketiga, fuzzy
inference system (FIS) menggunakan fuzzy if-then rules yang dapat membentuk
aspek kualtitatif dari pengetahuan manusia dan proses penalaran tanpa
menggunakan analisis kualitatif yang tepat. Keempat, logika fuzzy dapat
dengan mudah berhubungan dengan situasi ketika hubungan input-output
tidak linear.
Langkah pertama pengembangan adalah dengan membangun sejumlah
fungsi keanggotaan awal (MFs henceforward). Salah satu kelemahan logika
fuzzy adalah kurangnya kapabilitas belajar. Pengembangan Fuzzy Logic
System (FLS) dapat dilakukan dengan cara trial and error (coba-coba),
misalnya, MFs awal dapat disusun secara manual dengan menggunakan
pengetahuan manusia mengenai pergerakan kurs valuta asing. Meskipun
demikian, metode ini boros waktu dan tidak dapat dipercaya. Pendekatan yang
lebih menjanjikan adalah dengan menggunakan adaptive neuron-fuzzy inference
system (ANFIS) yang dikembangkan oleh Jang (1993). ANFIS menggunakan
alogaritma pembelajaran hybrid untuk mengetahui parameter system inferensi
fuzzy tipe-Sugene yang memiliki MFs output hanya linear atau konstan
(Sugeno, 1985).
ANFIS menggunakan suatu kombinasi metode least-square dan metode
back-propagation gradient descent untuk pelatihan. Dalam studi ini, kami
menggunakan GENFISI, sebuah fungsi yang umum digunakan untuk
menghasilkan matriks FIS output-tunggal awal dari data pelatihan. FIS ini
digunakan untuk memberikan kondisi awal untuk pelatihan ANFIS.
49
Digunakan nilai anggapan untuk angka MFs ‘2’ dan tipe fungsi keanggotaan
‘gbellmf’ (generalized bell MFs).
Hasil ini menyediakan dua MFS bell umum pada setiap dari empat input,
delapan sama sekali. Struktur sistem inferensi fuzzy yang dihasilkan
mengandung 24 = 16 aturan fuzzy. Setiap aturan yang dihasilkan oleh GENFIS1
memiliki satu output MF, yang merupakan jenis "linear" secara default.
Gambar berikut menunjukkan MFS awal:
Gambar 2 Initial Membership Function
Model ANFIS yang telah dilatih memiliki 104 parameter fitting (lihat Lampiran
untuk rincian), termasuk 24 parameter nonlinier yang dioptimalkan melalui
back-propagation (3 parameter untuk setiap premis MF) dan 80 parameter
linier yang dioptimalkan melalui estimasi kuadrat-terkecil linier (lima
parameter untuk setiap persamaan konsekuen). Untuk mencapai kemampuan
generalisasi yang baik, penting untuk memiliki jumlah titik data pelatihan
menjadi beberapa kali lebih besar dari jumlah parameter yang diestimasi.
Dalam hal ini, rasio antara data dan parameter kira-kira enam (650/104). Ini
adalah keseimbangan yang tepat antara jumlah fitting parameter dan jumlah
data pelatihan.
Masalah umum yang terdapat pada pengembangan model ANFIS adalah
“overfitting” yang terjadi ketika kita menyesuaikan system fuzzy terhadap data
training sehingga tidak lagi sesuai dengan pencocokan data pengecekan.
Hasilnya adalah kehilangan generalitas (Chiu, 1994). Meskipun demikian,
angka optimal dari epoch (jangka waktu) hanya dapat ditemukan melalui
eksperimen. Untuk menemukan angka optimal dari epoch, maka kurva
kesalahan dipetakan.
50
Gambar 3 Error Curve
Dari Gambar diatas Kurva Kesalahan dapat dilihat bahwa Root Mean
Squared Error (RMSE) meningkat ketika epoch meningkat. Untuk menghindari
masalah overfitting, maka kami menetapkan epoch training sama dengan dua
belas. Gambar grafik 4 menunjukkan MFs akhir setelah epoch dua belas
training. Dapat dilihat bahwa setelah training, MFs akhir ditunjukkan dalam
plot (titik) sangatlah berbeda dari MFs awal.
Gambar 4 Final Membership Function
III. Evaluasi Kinerja/Pencapaian
Tidak ada konsensus atas ukuran yang paling sesuai untuk menguji kinerja
sebuah teknik perkiraan. Dalam studi ini, ukuran kinerja berbasis-mean (rata-
rata), digunakan RMSE (Root Mean Square Error) yang dapat ditentukan sbb:
√
∑( ̂ )
Dimana N adalah angka keseluruhan prediksi, θj adalah rangkaian waktu
yang diprediksi dan θj adalah rangkaian asli. Gambar 5 menunjukkan
51
rangkaian waktu (terpadu/solid) dan yang diprediksi oleh ANFIS (bertitik-
titik). Dapat dilihat bahwa model FIS pada umumnya memiliki kemampuan
prediksi yang sangat baik dan RMSE model tersebut adalah 2,55 yang sangat
menjanjikan. Meskipun demikian, pencapaian model tersebut tidak ideal dalam
tiga bulan keempat tahun 2004 dan tiga bulan pertama tahun 2005. Selama
periode ini, pergerakan nilai tukar antara dollar AS dan yen Jepang
menunjukkan suatu keadaan mengambang yang abnormal. Gambar 6
menunjukkan kesalahan prediksi ANFIS dan menegaskan apa yang kami amati
pada gambar 5.
Gambar 5.
Perbandingan Rangkaian Waktu Asli dan Rangkaian waktu yang
diperkirakan dengan ANFIS
Gambar 6.
Kesalahan Prediksi ANFIS
52
Sebenarnya untuk memperkirakan nilai rangkaian waktu masa yang akan
datang, terdapat sebuah spectrum metode yang luas. Metode tradisional untuk
memprediksi dara rangkaian waktu adalah autoregression method (AR), yang
menunjukkan nilai rangkaian waktu saat itu menurut agregat linear terbatas
dari nilai sebelumnya dan menurut saham. Definisi AR adalah sbb:
∑
Dimana a1 merupakan koefisien autoregresi, X, merupakan rangkaian yang
diinvestigasi dan N adalah urutan. Istilah noise atau ε residual, hampir selalu
diasumsikan menjadi noise putih Gauss.
Tujuan analisis AR adalah untuk menghasilkan nilai terbaik untuk a1,
memberikan suatu rangkaian X(t). Metode ini biasanya mengasumsikan bahwa
rangkaian X(t) bersifat linear dan stasioner. AR dapat memberikan suatu
kerangka kerja umum untuk memperkirakan rangkaian waktu dimana
spesifikasi dari suatu model dalam kelas ditentukan oleh data. Hal ini bisa
sangat bermanfaat dalam situasi tertentu, khususnya ketika sulit untuk
mengetahui komponen utama dalam sebuah rangkaian dan untuk membangun
model yang cocok bagi mereka. Meskipun demikian, fleksibilitas AR juga
memiliki kekurangan. Kecuali jika seseorang memiliki beberapa pengalaman
dalam hal analisis waktu, sperti model yang bisa saja tidak menghasilkan
perkiraan yang masuk akal. Persoalan pokok dari AR adalah menjalankan
piece-wise linear approximation, dan hal ini sulit untuk mengubah rangkaian
waktu “yang berubah-ubah.” Model demikian kemungkinan runtuh ketika
digunakan untuk memperkirakan (Harvey, 1989).
Untuk membandingkan pencapaian, maka sebuah model menggunakan
metode autoregresif tradisional juga dikembangkan dengan satuan data yang
sama. Dalam hal ini, persamaan autoregresif adalah sbb:
( ) ( ) ( ) ( ) ( )
Koefisien regresi yang dihasilkan diberikan pada table 1.
53
Table 1 Koefisien yang diperoleh melalui metode autoregresi
Dari table tersebut kita dapat melihat bahwa semua parameter yang
diperoleh tidaklah penting. Hal ini menunjukkan masalah dari metode AR:
sulit untuk menghadapai ketidakpastian tipe yang bersifat non-probabilitas
dalam data rangkaian-waktu. Oleh karena itu, hal ini tidak ada artinya untuk
membandingkan RMSE dari model yang dikembangkan dengan metode
autoregresif tradisional dan model logika Fuzzy. Meskipun demikian, hal ini
menunjukkan bahwa system logika neuron-fuzzy adaptif yang diajukan dalam
studi ini lebih berpengaruh dan fleksibel dalam hal rekognisi pola ketika
digunakan data rangkaian-waktu.
IV. Kesimpulan
Dalam studi ini, sebuah rule-based fuzzy logic (logika fuzzy berbasis aturan)
digabungkan dengan suatu system inferensi neuron-fuzzy digunakan untuk
mengembangkan sebuah model untuk memperkirakan pergerakan nilai tukar
asing. Meskipun model FIS yang digunakan biasanya memiliki kemampuan
perkiraan yang sangat baik, namun kinerja atau pencapaian mereka tidak ideal
ketika nilai tukar berubah secara dramatis. Hal ini meningkatkan kemungkinan
bahwa model logika fuzzy dapat selanjutnya dikembangkan sehingga tidak
hanya mampu menunjukkan hubungan yang kerap kali terjadi tetapi juga
mampu meng-update (memperbaharuhi) dirinya sehubungan dengan data
baru. Beberapa peneliti menganjurkan bahwa system tersebut membutuhkan
pengetahuan latar belakang yang akan memungkinkannya untuk
menginterpretasi kembali dan/atau menggabungkan konsep dalam data ke
dalam konsep baru yang dapat menghasilkan pola yang lebih akurat dan/atau
lebih sederhana. Hal itu kemungkinan menjadi petunjuk bagi studi soft-
computing.
54
Tinjauan Teori Terkait Jurnal
Nilai mata uang asing merupakan asset financial khusus dan nilai
tukar merupakan indicator financial penting dalam pasar keuangan
internasional
logika Fuzzy merupakan suatu model yang dikembangkan untuk
membandingkan suatu model autoregresi dengan menggunakan
satuan data yang sama
Model autoregresi (AR) adalah model yang menggambarkan bahwa
variable dependen dipengaruhi oleh variable-variabel dependen itu
sendiri pada periode-periode dan waktu-waktu sebelumnya
Perbedaan model Moving Average dengan model autoregressive
terletak pada jenis variable independen, bila variable independen
pada model autoregressive adalah nilai sebelumnya dari variable
dependen itu sendiri, maka pa model MA variable independennya
adalah nilai nresidual pada periode sebelumnya
Beberapa studi empiris menunjukkan bahwa, untuk kurs valuta
asing, harga dan fundamental sangat tidak terkait (Messed an
Kenneth, 1983)
Logika fuzzy menjembatani jurang antara informasi kuantitatif (data
numerik) dan informasi kualitatif (laporan linguistik) (Palit dan
Popovic, 2005). Logika fuzzy merupakan suatu teknik
komputasional cerdas untuk mampu menemukan beberapa pola
55
dari data kejadian yang terlihat acak dan memiliki potensi yang baik
dalam memperkirakan data menurut rangkaian waktu.
Critical review
Logika Fuzzy dalam jurnal ini menggunakan model autoregressive
(AR) atau biasa disebut regresi diri sendiri karena model tersebut
mirip dengan persamaan regresi pada umumnya, hanya saja yang
menjadi variable independen bukan variable yang berbeda dengan
variable dpenden melainkan nilai sebelumnya (lag) dari variable
dependen itu sendiri.
Perkiraan perubahan nilai tukar USD dan JPY pada 1 januari 2003
sampai 31 desember 2006 ditemukan mengalami penurunan yang
signifikan pada awal tahun 2005
Metode dan prinsip yang digunakan dalam jurnal ini umumnya
dapat diterapkan pada mata uang lainnya.
Critical methode
Minat penelitian ini belakangan difokuskan pada teknik modeling
rangkaian waktu yang kacau dan pada prediksi nilai rangkaian
waktu di masa yang akan datang. Salah satu deskripsi matematika
atas perilaku kacau adalah delay differential equation (DDEs). Salah
satu DDEs yang paling sering digunakan adalah Model Mackey-
Glass (Glass dan Mackey, 1988), yaitu:
Dimana A, θ dan n adalah parameter. Untuk τ > 17, persamaan ini
diketahui menunjukkan chaos.
Dalam studi ini, ukuran kinerja berbasis-mean (rata-rata), digunakan
RMSE (Root Mean Square Error) yang dapat ditentukan sbb:
√
∑( ̂ )
Dimana N adalah angka keseluruhan prediksi, θj adalah rangkaian
waktu yang diprediksi dan θj adalah rangkaian asli. Gambar 5
menunjukkan rangkaian waktu (terpadu/solid) dan yang diprediksi
oleh ANFIS (bertitik-titik).
56
Gambar 5.
Perbandingan Rangkaian Waktu Asli dan Rangkaian waktu yang
diperkirakan dengan ANFIS
Metode tradisional untuk memprediksi dara rangkaian waktu
adalah autoregression method (AR), yang menunjukkan nilai
rangkaian waktu saat itu menurut agregat linear terbatas dari nilai
sebelumnya dan menurut saham. Definisi AR adalah sbb:
∑
Dimana a1 merupakan koefisien autoregresi, X, merupakan
rangkaian yang diinvestigasi dan N adalah urutan. Istilah noise atau
ε residual, hampir selalu diasumsikan menjadi noise putih Gauss.
Untuk membandingkan pencapaian, maka sebuah model
menggunakan metode autoregresif tradisional juga dikembangkan
dengan satuan data yang sama. Dalam hal ini, persamaan
autoregresif adalah sbb:
( ) ( ) ( ) ( ) ( )
Evidence
Dapat dilihat bahwa model FIS pada umumnya memiliki kemampuan
prediksi yang sangat baik dan RMSE model tersebut adalah 2,55 yang
sangat menjanjikan. Meskipun demikian, pencapaian model tersebut
tidak ideal dalam tiga bulan keempat tahun 2004 dan tiga bulan pertama
tahun 2005. Selama periode ini, pergerakan nilai tukar antara dollar AS
dan yen Jepang menunjukkan suatu keadaan mengambang yang
abnormal.
Data table 1
57
Dari table tersebut kita dapat melihat bahwa semua parameter yang
diperoleh tidaklah penting. Hal ini menunjukkan masalah dari metode
AR: sulit untuk menghadapai ketidakpastian tipe yang bersifat non-
probabilitas dalam data rangkaian-waktu. Oleh karena itu, hal ini tidak
ada artinya untuk membandingkan RMSE dari model yang
dikembangkan dengan metode autoregresif tradisional dan model
logika Fuzzy. Meskipun demikian, hal ini menunjukkan bahwa system
logika neuron-fuzzy adaptif yang diajukan dalam studi ini lebih
berpengaruh dan fleksibel dalam hal rekognisi pola ketika digunakan
data rangkaian-waktu.
Furthure Research
Beberapa peneliti menganjurkan bahwa system tersebut membutuhkan
pengetahuan latar belakang yang akan memungkinkannya untuk
menginterpretasi kembali dan/atau menggabungkan konsep dalam data
ke dalam konsep baru yang dapat menhasilkan pola yang lebih akurat
dan/atau lebih sederhana. Hal itu kemungkinan menjadi petunjuk bagi
studi soft-computing.
Kesimpulan
Dalam studi ini, sebuah rule-based fuzzy logic (logika fuzzy berbasis aturan)
digabungkan dengan suatu system inferensi neuron-fuzzy digunakan
untuk mengembangkan sebuah model untuk memperkirakan
pergerakan nilai tukar asing. Meskipun model FIS yang digunakan
biasanya memiliki kemampuan perkiraan yang sangat baik, namun
kinerja atau pencapaian mereka tidak ideal ketika nilai tukar berubah
secara dramatis. Hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa model
logika fuzzy dapat selanjutnya dikembangkan sehingga tidak hanya
mampu menunjukkan hubungan yang kerap kali terjadi tetapi juga
mampu meng-update (memperbaharuhi) dirinya sehubungan dengan
data baru.
58
BAB 7. PERAN GLOBAL TERHADAP PENGGUNAAN
SUATU MATA UANG
Paper ini menghadirkan suatu konsep baru dari peran mata uang global.
Konsep ini menggabungkan penggunaan mata uang domestic dan
internasional (yang melewati batas-batas Negara), sehingga perlu mengkaji
keseluruhan kepentingan perbedaan mata uang yang terdapat di dalam suatu
aktivitas perekonomian yang mengglobal tersebut. Menghitung Ukuran peran
suatu mata uang global didasarkan pada size dan langkah pengembangan yang
didasarkan pada situasi ekonomi, seperti halnya ukuran dan langkah
pengembangan pasar keuangan dan lingkup instrumen keuangan yang
tersedia di (dalam) mata uang ini.
Diskusi-diskusi kebijakan dan kontribusi-kontribusi akademis pada
peran mata uang internasional melimpah, yang terbagi dalam dua rangkaian.
Rangkaian pertama diperlakukan pada kepentingan umum dari suatu mata
uang yang ada dalam dunia ekonomi, peran dari kedudukannya dan
signifikannya pada system moneter internasional. Hal ini lah yang dinamakan
sebagai fungsi peran global (yang mendunia) dari suatu mata uang yang
digunakan oleh suatu negara, yang mencerminkan kedudukan dan
kepentingan mata uang tersebut dalam ekonomi yang mengglobal.
Rangkaian kedua terfokus pada kontribusi yang lebih sempit pada penggunaan
mata uang tersebut yang melewati batas-batas negara, menganalisis mata uang
apa yang digunakan diluar dari konstitusi negara mereka oleh jenis agen dan
tujuan yang ingin dicapai agen ekonomi tersebut. Hal ini dinamakan sebagai
fungsi peran internasional, yang mencerminkan penggunaan mata uang yang
dikeluarkan oleh suatu konstitusi.
Rangkaian- rangkaian peran mata uang ini membentang dari hulu ke
hilir yang akan membuat penggunaan peran mata uang tersebut lebih stabil
dalam kegiatan pengintegrasian terhadap fungsi mata uang domestic dan
internasional dalam system moneter internasional.
Paper ini menerapkan konsep 22 mata uang yang maju dan mencuat
dalam perekonomian. Hasilnya mengkonfirmasikan urutan rangking mata
uang terbaik yang memimpin- khususnya dolar AS dan euro– yang memberi
pertimbangan komposisi yang lebih besar pada mata uang pada Negara-
negara ekonomi yang bangkit dibanding hasil yang diperoleh dari pasar
hutang internasional, yang (mana) telah sejauh ini menggunakan sebagai basis
untuk mengukur peran internasional mata uang di (dalam) pasar modal.
59
Oleh karena itu tercipta lah euro dollar untuk mengakomodasi
korporasi-korporasi AS dalam mendepositokan dollar AS di bank-bank Eropa.
Dollar AS digunakan sebagai medium pertukaran, kebutuhan dollar AS di
Eropa berlangsung terus menerus. Hal ini membuat pasar Eurodollar semakin
popular, karena bank-bank dapat menawarkan suku bunga deposito yang
menarik kepada korporasi dan pemerintah yang kelebihan dana dan kredit
yang menarik kepada korporasi dan pemerintah yang kekurangan dana.
Paper ini juga mendiskusikan secara detail ukuran yang telah
terbentuk/mapan, bantahan-bantahan dari pandangan globalisasi keuangan,
suatu indikator yang didasarkan pada lembaran-lembaran mata uang di pasar
hutang internasional itu sendiri yang menghadirkan penurunan saham pada
aktivitas pasar keuangan internasional, Ketika pasar ini meniadakan utang
negara, hak kekayaan dan hutang domestik lain, dan terus meningkatkan
bunga pada investor internasional.
Paper ini juga menghadiahi suatu konsep baru aplikasi global yang
empiris untuk menguji saham portofolio crossborder pada pasar hutang dan
ekuitas Negara-negara ekonomi yang bangkit. Ditemukan bahwa aplikasi
indikator peran global, pengukurannya secara positif berkorelasi dengan
saham-saham seperti kepemilikan saham hutang dan sekuritas ekuitas yan
dimiliki.
CRITICAL METHOD
Tujuan paper ini menyediakan suatu konsep kuantitatif yang menyokong
kontribusi dari rangkaian pertama, yang terfokus pada peran global suatu mata
uang, oleh karena itu konsep global yang dikembangkan dalam paper ini
dengan tujuan menangkap signifikan mata uang yang berbeda – beda dalam
system keuangan internasional. Konsep ini tidak untuk membedakan antara
fungsi domestic dan internasional mata uang tersebut tetapi mencakup
diantara dua dimensi fungsi tersebut.
Ada 2 ide atau gagasan yang mendasar dalam literature – literature peran
mata uang internasional di pasar modal, yaitu :
1. Ada perbedaan yang jelas terhadap penggunaan mata uang tersebut,
apakah digunakan dalam transaksi domestic atau transaksi
internasional yang melewati batas-batas negara.
2. Ada pemaparan yang jelas atas aktivitas internasional yang dilakukan
oleh aktivitas domestic dalam transaksi hutang internasional yang
terjadi, hal ini mencakup peran internasional dari penggunaan mata
uang euro sebagai mata uang internasional dalam transaksi hutang
60
piutang antar negara dalam mengakomodasi pertumbuhan bisnis
internasional.
Dengan lebih tepatnya, paper ini mengembangkan suatu ukuran dari
fungsi peran global mata uang yang tergantung pada besar tahapan
perkembangan dari jenis segmen pasar keuangan yang terbuka pada mata
uang yang ada. Ukuran tersebut didasarkan pada 15 indikator dan 16 indikator
struktur yang berkaitan dengan pasar keuangan mata uang tersebut dan
ekonomi yang tertekan.
Berhubungan dengan pasar keuangan, ukuran indicator yang digunakan
meliputi jumlah asset-aset, instrument dan turnover. Indicator structural
terfokus pada kualitas regulasi atau barrier yang ada. Untuk ukuran indicator
perekonomian mencakup saham pada GDP global dan perdagangan. Indicator
structural berhubungan dengan stabilitas makroekonomi dan lingkungan
institusional.
Perdagangan domestik akan terkekang friksi informasi ketika sistem
pembayaran juga terkendala. Di banyak negara, perdagangan domestik
menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP. Meskipun
perdagangan domestik telah terjadi selama ribuan tahun, dampaknya terhadap
kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad
belakangan. Perdagangan domestik pun turut mendorong industrialisasi,
kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional.
Warent Buffet memuji bail out terhadap sektor otomotif dan industri keuangan
di Amerika Serikat yang mengandalkan penguatan perdagangan domestik
melalui sistem pembayaran. Dengan model Gravity dapat dilihat
perkembangan perdagangan di setiap negara bagian di Amerika Serikat yang
berkorelasi positif dengan investasi pada sistem pembayaran. Ketika Rosevelt
melakukan pembangunan infrastruktur untuk mendukung perdagangan
domestik dan ketika pembuatan rel kereta api pertama kali dilakukan untuk
menopang kinerja perdagangan domestik, booming pertama yang muncul
adalah menjamurnya bank-bank di seantero negeri Amerika Serikat. Fiat money
pun muncul pada era perang saudara. Lalu muncullah ide membuat bank
sentral. Selanjutnya sistem pembayaran yang canggih juga dibangun
infrastrukturnya. Okay (2004) mengatakan, "We call the first driver 'domestic
demand', pushed by economic agents in an economy to provide financial stability and
advanced financial services. Central banks have increased their efforts for improving the
effectiveness of monetary policy by implementing robust payment systems. Private
sector and their customers are looking into the ways to improve the infrastructure for
payments and thus accessing to better banking services and in the meantime increasing
liquidity in the system. Having smoothly running payment systems is also regarded
61
one of the basic factors of national competitiveness, we may observe this fact in central
bank web sites when they describe the effectiveness of their national payment systems.
Pernyataan Okay itu penting karena pendorong utamanya adalah permintaan
domestik yang membuat stabilitas sektor keuangan dan bank sentral terus
berupaya mengefektifkan kebijakan moneter dengan menerapkan sistem
pembayaran yang robust. Kesemuanya itu berujung kepada daya saing
perekonomian nasional. Perdagangan domestik sebenarnya merupakan bentuk
miniatur dari perdagangan bebas. Negara memiliki kekuatan perdagangan
domestik karena memungkinkan sektor swasta untuk berinovasi membangun
sistem pembayaran. Livarinen T, Leinonen H, Lukka M and Veikko S (2003)
menyebutkan, "One important observation in the advanced economies is that the
authorities have focused on more deregulation and leaving sufficient room for private
sector innovations in retail payment services, yet the large value payment systems are
actually developed by the central banks innovations in cooperation with private sector
as is the case with Target and RTGSPlus. Perekonomian negara maju membuka
peluang sektor swasta untuk berinovasi pada jasa pembayaran retail dan large
value system dikembangkan bank sentral yang bekerja sama dengan sektor
swasta seperti dalam kasus Target dan RTGSPlus. Perusahaan domestik ini
sering kali memerlukan modal dari bank atau pasar saham. Perkembangan
perdagangan di dalam negeri dengan menggunakan dana dari luar negeri juga
memerlukan dukungan sistem pembayaran. Bahkan sistem pembayaran itu
juga harus terkoneksi dengan sistem pembayaran di negara lain. Bossone B dan
Cirasino M (2001) mengingatkan bahwa sekalipun infrastruktur ekonomi
belum mapan, jika sistem payment dapat dibangun lebih cepat, efeknya akan
sangat positif bagi perekonomian domestik di era globalisasi. Mereka
mengatakan, "The existence of innovative products and services of ICT firms, which
we call the impact of positive externalities of globalisation in this context. Some global
IT firms provide product-based (in some cases, off-theshelf or somewhat turn-key)
solutions that is tailored for any type of world economy to go live with a robust
payment system much quicker than with any bespoke developed payment system. And
we should also mention SWIFT1, the world banking and payments network, somewhat
a monopoly. SWIFT provides highly reliable communications network, tailored to be
used for any national or crossborder payment system requirements. Even for the
developing economies where telecommunications infrastructure may be quite poor,
SWIFT global web may provide them with the standard high security and reliability
infrastructure that they need in the process of implementing national payment
systems." Jadi sekalipun orientasinya adalah meningkatkan perdagangan di
dalam negeri maka tanpa sistem pembayaran yang terkoneksi dengan sistem
62
pembayaran internasional maka perdagangan di dalam negeri tidak akan
tumbuh lebih pesat dari yang semestinya.
Salah satu efek penting dari globalisasi adalah pengaliran investasi
(modal) portofolio yang semakin besar. Investasi ini terutama meliputi
partisipasi dana luar negeri ke pasar saham. Ketika pasar saham sedang
meningkat, dana ini akan mengalir masuk, neraca pembayaran bertambah
menjadi positif dan nilai uang akan bertambah baik. Sebaliknya, ketika harga-
harga saham di pasar saham menurun, dana dalam negeri akan mengalir ke
luar negeri, neraca pembayaran cenderung menjadi bertambah buruk dan nilai
mata uang domestik merosot.
Ketidakstabilan di sektor keuangan ini dapat menimbulkan efek buruk
kepada kestabilan kegiatan ekonomi secara keseluruhan termasuk
perdagangan domestik. Untuk itu sistem pembayaran juga harus siap dalam
mengurangi risiko fluktuasi mata uang agar perdagangan di dalam negeri
tidak terganggu. China misalnya tetap mempertahankan inconvetibility dari
sistem capital account. Sistem pembayaran juga efektif dalam merumuskan
kebijakan price cap bagi komoditas dan juga dalam menopang sistem reserve
komoditas. Apresiasi mata uang yang terukur tampaknya tetap akan
merupakan solusi China untuk meredam inflasi. Peran sistem pembayaran
terhadap penguatan perdagangan domestik semakin terbukti tetap sangat
signifikan dalam era globalisasi ini.
Ukuran-ukuran ini akan menggambarkan dengan jelas peran mata uang
domestic dan internasional dalam transaksi bisnis global.
Metode-metode yang digunakan harus dapat mencakup dua dimensi
peran mata uang domestic dan internasional dalam memperbaiki neraca
perdagangan yang deficit.
EVIDENCE
Ada beberapa isu ukuran structural yang membatasi secara keseluruhan
proksi peran internasional atas penggunaan mata uang tersebut di pasar, yaitu :
Pertama, pada pasar hutang internasional, menggunanakan fenomena US/EU
lebih luas yaitu nilainya hampir 80% atas dua negara secara bersamaan pada
pasar tersebut. Segmen dollar di pasar tersebut bagi nilai EU adalah sekitar 60%
penerbitannya; pada pasar Euro, US dan Non Euro nilainya hampir mendekati
70%.
Kedua, komposisi sektoral pasar hutang internasional relative lebih sempit,
dimana seharusnya sebagai suatu lembaga keuangan nilainya dapat mencapai
63
80% dari pasar tersebut, sedangkan 20% terbagi diantara perusahaan
multinasional dan pemerintah
Ketiga, pola dari penerbitan mata uang menyarankan motif bisnis yang spesifik
(manajemen kertas kerja neraca, proyek-proyek pembiayaan, dan penetapan
pajak) dilakukan sebaik siklus factor bisnis untuk jangka pendek (peramalan
nilai tukar mata uang dan suku bunga yang berbeda-beda), hal ini mempunyai
peran penting dalam pemilihan mata uang internasional yang digunakan.
Hasil-hasil kuantitatif paper ini menunjukkan bahwa penggunaan mata
uang dollar AS mendominasi sebagai mata uang global, yang kemudian diikuti
oleh mata uang Euro.
Kritikan atas Prospek Mata Uang USD
Prospek mata uang USD rasanya tidaklah menjanjikan suatu hal yang
cerah. Perkembangan ekonomi negara adidaya tersebut membutuhkan suatu
stimulus yang sangat besar untuk memulihkan keadaan. Bahkan suatu angka
yang fantastis disebutkan, yaitu sebesar USD9 triliun, dalam jangka waktu 10
tahun ke depan.
Angka ini sangat mungkin terjadi mengingat dalamnya krisis yang
dialami negara tersebut.Jika ini terjadi, batas kehati-hatian pengelolaan
keuangan pemerintah akan jauh terlampaui. Saya menduga rasio utang
pemerintah terhadap PDB bukan tidak mungkin akan mencapai lebih dari
150% sehingga setiap terjadi kenaikan suku bunga, hal tersebut akan menjadi
beban yang sangat besar bagi keuangan pemerintah.
Sementara itu kita mengetahui bahwa suku bunga di AS sudah sangat
rendah sehingga pergerakan suku bunga hanya mungkin stabil atau ke atas.
Dengan melihat perkembangan tersebut, mata uang manakah yang layak
dipertimbangkan menjadi mata uang global pada periode mendatang?
Jawabannya bermacam-macam.
Euro jelas memiliki prospek untuk menggantikan,minimal melengkapi
kekurangan mata uang USD. Mata uang renmimbi juga memiliki potensi yang
besar untuk mengisi peran tersebut, minimal untuk perdagangan di Asia atau
paling tidak dalam penggunaan mata uang secara bilateral.Sementara itu
special drawing rights(SDR) yang dikembangkan IMF pada 1969 memiliki
karakteristik sebagai mata uang (karena memenuhi 2 dari 3 fungsi suatu mata
uang, kecuali sebagai ”media penukaran”).
Bukan tidak mungkin Asia akan mengembangkan mata uang regional
sendiri,semacam Euro,karena kebetulan sekali benua ini sudah menjadi benua
yang kuat dan mampu mandiri (self contained). Dengan melihat
perkembangan tersebut, upaya untuk mencari alternatif penggunaan mata
64
uang bagi perdagangan internasional maupun dalam hal penggunaan uang
untuk cadangan devisa dan denominasi utang pemerintah, patut kita hargai.
FURTHER RESEARCH
Perusahaan multinasional seringkali berusaha mencapai skala ekonomi
(economies of scale) melalui kegiatan integrasi terutama terhadap pembiayaan
keuangan/investasi/bisnis internasional baik secara vertical maupun
horizontal, Spread suku bunga bagi tiap mata uang suatu Negara tertentu tidak
berbeda jauh dengan suku bunga mata uang tersebut di Negara asalnya, seperti
halnya suku bunga kredit Eurodollar mungkin hanya berbeda sedikit dari
kredit dollar yang sama di AS, dan suku bunga kredit Euro-Swiss franc
mungkin sedikit lebih kecil dari suku bunga kredit franc Swiss di Swiss.
Namun, besarnya suku bunga yang dikenakan dalam valuta yang berlainan
saling berbeda jauh karena dana yang didenominasikan dalam masing-masing
valuta memiliki tingkat permintaan dan penawaran Negara mereka sendiri,
Penemuan menyarankan adanya suatu hubungan yang positif antar
pengembangan keuangan domestic dan internasional dalam kegiatan integrasi
pada system moneter internasional. Dengan terintegrasinya pasar keuangan
domestik, pengaruh perkembangan yang terjadi di pasar keuangan global
menjadi signifikan ke pasar domestik.
65
BAB 8. CAPITAL STRUCTURE AND DEBT
STRUCTURE
Menggunakan data set novel pada struktur utang sampel peringkat besar
perusahaan publik, menunjukkan bahwa heterogenitas utang merupakan
aspek urutan pertama struktur perusahaan modal. Mayoritas perusahaan
dalam sampel kami bersamaan menggunakan bank dan utang non-bank, dan
menunjukkan bahwa fokus yang unik pada rasio leverage yang melewatkan
variasi penting dalam penerbitan keputusan Security. Selain itu, korelasi cross-
sectional antara tradisional penentu struktur modal (seperti profitabilitas) dan
jenis hutang heterogen yang berbeda. Temuan ini menunjukkan bahwa
pemahaman tentang struktur modal perusahaan membutuhkan pemahaman
tentang bagaimana dan mengapa perusahaan menggunakan beberapa jenis,
sumber, dan prioritas hutang perusahaan. Kami kemudian memeriksa kualitas
struktur utang di seluruh distribusi kredit, yang menunjukkan bahwa kualitas
perusahaan kredit yang lebih rendah memiliki substansial yang lebih tersebar
dalam struktur prioritas tersebut, menggunakan struktur utang multi-tired
sering terdiri dari kedua masalah utang yang dijamin dan subordinasi. Kami
menguatkan hasil dataset yang dikumpulkan secara terpisah untuk
perusahaan-perusahaan yang mengalami penurunan kualitas kredit dari kelas
investasi grade spekulatif. Di sini juga, perusahaan-perusahaan menyebarkan
struktur prioritas tersebut saat kualitas kredit memburuk. Penyebaran struktur
modal sebagai kualitas kredit yang memburuk. Oleh karena itu, baik cross-
sectional dan dalam fenomena-perusahaan. Jaminan utang yang digunakan
meningkat oleh perusahaan berkualitas rendah yang umumnya dijamin hutang
bank, sedangkan pinjaman subordinasi yang meningkat dalam bentuk obligasi
dan convertible.
Penyebaran struktur modal sebagai kualitas kredit memburuk secara
konsisten meluas dengan model seperti Park (2000) yang melihat keberadaan
struktur prioritas sebagai solusi optimal untuk masalah manajer-kreditur
insentif. Namun, untuk pengetahuan kita, model yang ada tidak tepat
menyampaikan dinamika yang kita temukan. Misalnya, tidak ada struktur
diferensial prioritas yang berasal sebagai fungsi dari sebuah kontinum baik
keparahan moral hazard atau jenis kualitas kreditur. Selanjutnya, model ini
tidak menjelaskan mengapa isu-isu non-bank setelah perusahaan ini harus
diturunkan subordinasi yang ada non-bank utang atau konversi ke ekuitas.
Penelitian Teoritis menunjukkan bahwa penggunaan convertible dapat
mengurangi risiko pergeseran dengan membuat nilai keamanan yang kurang
66
peka terhadap volatilitas arus kas (Brennan dan Schwartz, 1988) atau dengan
mengatasi masalah informasi asimetris dalam penerbitan ekuitas (Stein, 1992).
Penelitian mendatang bisa bertujuan untuk mengintegrasikan ide-ide tentang
utang yang dikonversi menjadi sebuah kerangka kerja konseptual yang link
dengan utang struktur dan struktur modal.
Dengan menyoroti lebih dekat dua jalan lain untuk penelitian masa
depan. Pertama, temuan kami menunjukkan bahwa pengakuan utang
heterogenitas mungkin terbukti bermanfaat dalam menguji pengaruh
pembiayaan investasi atau pentingnya biaya penyesuaian dalam studi struktur
modal. Memang, kami telah menunjukkan bahwa perusahaan sering
menyesuaikan struktur utang mereka bahkan ketika total utang masih relatif
stabil. Fakta terakhir menunjukkan bahwa biaya penyesuaian tidak begitu
besar sebagai pemeriksaan total utang yang tersirat. Pertanyaan penting yang
terkait dengan literatur biaya penyesuaian adalah apakah perusahaan memiliki
target komposisi utang, dan jika demikian bagaimana efek literatur tentang
kecepatan penyesuaian dengan target. Untuk menjawab pertanyaan ini akan
membutuhkan data panel lebih lama daripada yang ada dalam sampel kita.
Kedua, kita berhipotesis bahwa temuan ini berkaitan dengan malaikat
yang jatuh dapat membantu menjelaskan perbedaan antara bank dan tingkat
pemulihan utang non-bank dalam kebangkrutan (Hamilton dan Carty, 1999;
Carey dan Gordy, 2007). Menurut Standard & Poor's, tingkat pemulihan utang
bank 75% sedangkan obligasi tanpa jaminan senior sembuh hanya 37%.
Temuan ini menunjukkan bahwa seseorang mungkin bisa melacak pemulihan
premi hutang bank saat ketika perusahaan berpindah dari investment grade
untuk peringkat utang kelas spekulatif. Hal pada titik ini bahwa bank-bank
menjadi aman dan meningkatkan penggunaan pembatasan kontrol yang
berorientasi, keduanya mungkin untuk meningkatkan tingkat pemulihan
dalam hal kepailitan.
67
BAB 9. CENTRALIZATION VERSUS DELEGATION IN
AN EXPERIMENTAL CAPITAL BUDGETING
SETTING
Dalam suatu percobaan, kita membuat model dari dua fakta bergaya
tentang praktek penganggaran modal, penciptaan kesenjangan anggaran dan
delegasi pengambilan keputusan. Di lembaga kami, di bawah sentralisasi,
kantor pusat mengumumkan anggaran, manajer divisi untuk melaporkan
biaya, dan kantor pusat memutuskan proyek. Dalam delegasi, kantor pusat
mengalokasikan anggaran untuk manajer, dan manajer memiliki otoritas untuk
membuat keputusan investasi. Kami berpendapat bahwa kemampuan kantor
pusat yang harus dilakukan untuk memoderasi pengaruh delegasi anggaran,
dan kami menemukan bukti yang mendukung argumen kita karena ada
interaksi antara delegasi dan komitmen anggaran. Efek dari delegasi sangat
kuat ketika anggaran delegasi tidak mengikat yang berfungsi sebagai
pengganti komitmen dalam kasus ini. Hal ini menyebabkan biaya yang lebih
kecil dan manfaat yang lebih tinggi di bawah delegasi kantor pusat daripada di
bawah sentralisasi. Sebaliknya, ketika kantor pusat dapat berkomitmen pada
anggaran, data deskriptif yang konsisten dengan harapan kita tentang
pengaruh preferensi kejujuran, tetapi efeknya terlalu kecil untuk menjadi
signifikan.
Kata kunci: penganggaran modal, slack, sentralisasi, delegasi, perilaku
akuntansi, ekonomi eksperimental
Dalam tulisan ini, kami mempelajari eksperimen proses anggaran modal
yang dicirikan oleh informasi yang superior untuk seorang manajer divisi yang
memiliki preferensi untuk slack dan kompromi kantor pusat antara manfaat
pengurangan biaya dan keputusan investasi yang tidak efisien. Fokus utama
dari penelitian ini adalah interaksi antara anggaran proses desain organisasi
(sentralisasi versus delegasi) dan kemampuan kantor pusat dalam untuk
melakukan anggaran modal. Secara khusus, kami mempelajari pengaruh
moderat dari kapasitas kantor pusat dalam melakukan suatu anggaran sebagai
efek dari suatu delegasi. Hipotesis bahwa delegasi harus bermanfaat pada
kantor pusat ketika komitmen tersebut tidak mungkin tetapi bahwa efek
delegasi bisa menjadi negatif dalam pengaturan dari suatu komitmen. Kami
berpendapat bahwa efek positif dari delegasi karena delegasi akan berfungsi
sebagai pengganti untuk komitmen eksternal atau reputasi dan bahwa dampak
68
negatif dari yang terakhir mungkin hasil dari tindakan preferensi kejujuran
seorang manajer divisi dalam mendukung pengaturan yang terpusat.
Dalam penelitian kami, ditemukan bukti konfirmasi dugaan suatu
komitmen yang secara keseluruhan sebagai variabel moderator dari dampak
suatu delegasi. Secara khusus, temuan kami menunjukkan bahwa kenaikan
delegasi komitmen HQ yang subyektif dalam pengaturan tanpa komitmen
eksternal dan hal ini berarti meningkatnya komitmen yang diantisipasi oleh
manajer divisi. Para delegasi, peserta dalam peran kantor pusat hanya bersedia
mendanai permintaan anggaran secara signifikan lebih kecil dari laporan
pengeluaran disetujui di bawah sentralisasi, manajer divisi dan permintaan
anggaran, pada gilirannya, secara signifikan lebih kecil dari biaya yang
dilaporkan di bawah sentralisasi. Secara keseluruhan, efek ini bermanfaat bagi
kantor pusat sebagai peningkatan kantor pusat. Selain itu, dalam pengaturan
penelitian ini, delegasi bahkan melakukan pengurangan payoff kantor pusat
atas kerugian komitmen yang tidak signifikan.
Sebaliknya, kita menemukan sedikit bukti preferensi untuk kejujuran
dalam pengaturan dengan komitmen. Sementara efek berada dalam arah yang
diperkirakan, mereka tidak cukup besar untuk secara statistik signifikan. Ini
adalah bukti tambahan untuk Rankin, Schwartz dan Young (2008) sehubungan
dengan peran preferensi anggaran jujur karena menunjukkan bahwa bahkan di
bawah interaksi strategis berkurang, preferensi kejujuran tampaknya tidak
berpengaruh. Jadi sehubungan dengan praktik penganggaran, tampaknya
cukup tidak mungkin bahwa preferensi kejujuran memainkan peranan yang
utama.
Hasil kami memiliki implikasi untuk desain proses penganggaran.
Delegasi, atau lebih tepatnya alokasi anggaran dan keputusan yang tepat untuk
seorang manajer Divisi, adalah sebuah alternatif dalam merancang perilaku
organisasi yang relevan dalam mempengaruhi proses penganggaran modal
dengan cara bergantung pada tingkat komitmen anggaran.
Hal ini terutama relevan jika kantor pusat tidak dapat berkomitmen
untuk anggaran, artinya, jika manajer divisi memiliki pilihan untuk meminta
menaikkan anggaran. Ini menggarisbawahi pentingnya pertimbangan standar
deviasi asumsi rasionalitas individu ketika mendesain suatu sistem
penganggaran. Bahkan, generalisasi hasil dibatasi oleh desain kami. Walaupun
aspek organisasi model penganggaran yang tampaknya menjadi relevan dari
perspektif praktis, proses penganggaran dalam praktek yang ditandai dengan
jauh lebih kaya dan lebih kompleks fungsi organisasi cenderung berinteraksi.
Selain itu, desain proses penganggaran dapat mempengaruhi hasil
69
Anda oleh faktor lain atau preferensi individu sebagai preferensi
keadilan prosedural atau penerapan ketentuan (lihat, misalnya,
Frey, Benz dan Stutzer 2004, Wentzel 2004.). Hasil kami berasal dari
pengaturan tembakan-tunggal, di mana peserta bermain secara terpisah
dengan pasangan baru dalam setiap putaran percobaan. Akibatnya, hasilnya
tidak dipengaruhi oleh motif reputasi. Reputasi merupakan sumber alternatif
komitmen, dan desain ulang yang akan memberikan bukti sehubungan dengan
delegasi dan reputasi yang melengkapi atau pengganti. Walaupun kita berpikir
bahwa pertanyaan ini layak untuk menganalisis, analisis itu sendiri berada di
luar cakupan makalah ini.
Hasil kami mendorong kita untuk merekomendasikan analisis lebih
lanjut mengenai aspek organisasi anggaran, seperti alokasi hak keputusan,
jarak sosial yang tersirat oleh pilihan desain organisasi atau saluran
komunikasi untuk memperdalam pemahaman kita tentang dampak dari
perilaku para agen mereka yang terlibat .
70
BAB 10. CRISIS, GOVERNANCE AND
PERFORMANCE: EVIDENCE FROM THE
BANKING SECTOR
Pada dekade belakangan ini, sistem perbankan Italia dipengaruhi oleh
proses reformasi, berhadapan dengan perubahan mendasar dalam struktur
kepemilikan bersama-sama dengan peningkatan ukuran bank yang terdaftar
(Szego et al, 2008.). Kedua aspek telah menyebabkan kebutuhan untuk
mengadaptasikan pola tata kelola kebutuhan perusahaan yang disarankan oleh
skenario ini. Namun, skandal perusahaan di seluruh dunia dan krisis keuangan
telah menyoroti beberapa aspek penting ketentuan tata kelola perusahaan,
sehingga kebutuhan untuk meninjau pola emerge (Adams et al, 2008.),
Terutama yang terkait dengan pelaksanaan sistem ganda, sebagaimana
diketahui, mungkin meningkatkan risiko karena kemungkinan fungsi yang
tumpang tindih (Brogi 2008).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki apakah dan sejauh
mana terdapat hubungan antara pola-pola tata kelola perusahaan tertentu yang
digunakan oleh bank yang terdaftar dan kinerja mereka, terutama selama krisis
keuangan. Kami fokus secara khusus pada perantara keuangan Italia, juga jika
dibandingkan dengan bank dari negara-negara Eropa lainnya yang ikut
diperhitungkan.
Pendekatan ini didasarkan pada analisis kuantitatif kinerja sampel bank
terdaftar baik sebelum dan selama tahun-tahun krisis dan mirip dengan yang
digunakan oleh Gompers (2003) dan oleh Brown et al., (2006). Pola ketentuan
utama dan digunakan oleh lembaga keuangan yang disorot dan dibandingkan
dengan ukuran kinerja tertentu. Perlu dicatat bahwa pendekatan ini sangat
umum, terutama dalam literatur yang membahas isu-isu tata kelola perusahaan
non-finansial. Namun, meskipun pendekatan Gompers, analisis ini
mengasumsikan bahwa perusahaan memerlukan model pengelolaan keuangan
yang umumnya berbeda dari yang digunakan oleh perusahaan non-keuangan
(Adams et al, 2003.). Hal ini mungkin terjadi karena masalah keagenan yang
berbeda dan lebih kompleks, seperti perusahaan-perusahaan keuangan
menghadapi sehubungan dengan semua perusahaan lain (Ciancanelli et al.,
2000).
Kami berharap bahwa hubungan antara tata kelola perusahaan dan
kinerja, selama periode dianggap relevan dan bahwa kita dapat menyoroti
beberapa aspek penting dalam pedoman tata kelola perusahaan.
Hasil yang dijelaskan pada bagian sebelumnya menunjukkan bahwa jika
pasar keuangan yang efisien, agen berperilaku baik dan dengan demikian jika
harga saham mencerminkan informasi yang tersedia secara keseluruhan, bank
71
mengadopsi TTS dapat mencapai kinerja yang lebih baik terhadap bank
mengadopsi OTS, selama periode Januari 2003 - Februari 2010. Secara
khusus, dua hipotesis dapat diatur untuk menjelaskan perbedaan.
Hipotesis pertama menyatakan bahwa adopsi suatu kasus tertentu pola
tata kelola perusahaan dan lebih tepat bahwa abnormal return dapat
digerakkan oleh faktor risiko lebih lanjut yang mengaplikasikan pola
pemerintahan tertentu. Secara khusus sejak OTS ada papan otonom yang
bertanggung jawab untuk mengawasi kegiatan usaha, pasar dapat
mempertahankan bahwa fungsi pengawasan tidak efektif seperti bank
mengadopsi TTS. Namun, karena bank sangat tidak mungkin untuk gagal dan
karena biaya kebangkrutan akhirnya mungkin kebakaran jenggot oleh wajib
pajak, jejak abnormal return hanya muncul saat krisis keuangan. Di sisi lain, ini
berarti bahwa adopsi dari TTS dapat membangun kepercayaan investor dalam
keuangan dan karenanya dapat berpengaruh untuk mengurangi biaya krisis
keuangan. Namun, dalam rangka memperkuat kesimpulan ini, sampel yang
lebih luas dari bank seharusnya sudah dianalisis dalam makalah ini hanya
sebagai contoh 30 bank telah diteliti.
Hipotesis kedua menyatakan bahwa model khusus pemerintahan tidak
masalah, namun terkait dengan faktor risiko lain yang tidak dijelaskan oleh
model faktor yang digunakan dalam karya ini. Pada bagian tertentu 3.1
menunjukkan bahwa penerapan model tata kelola perusahaan tergantung pada
negara individu tertentu dimana Bank terdaftar, mungkin karena perbedaan
dalam usaha kecil antara negara-negara tersebut. Jika krisis memiliki dampak
yang mendalam pada beberapa negara (misalnya Irlandia, Spanyol, Perancis)
daripada yang lain (Jerman, Belanda, Austria dan Italia), perbedaan abnormal
return bisa diselesaikan di negara yang berbeda yang berasal dari Bank.
Namun, jika ini terjadi, pertanyaan apakah dan sejauh mana model tata kelola
perusahaan sangat mempengaruhi dampak krisis di pasar domestik timbul.
Selain itu, dalam artikel ini hanya aspek-aspek tertentu dari tata kelola
perusahaan telah diteliti. Isu-isu lain, yang menuruti regulator di seluruh dunia
sibuk, belum diperhitungkan, terutama yang berhubungan dengan kompensasi
eksekutif. Bahkan, aspek-aspek tertentu yang mungkin menjadi tujuan untuk
penelitian masa depan, adalah apakah dan sejauh mana pelaksanaan skema
kompensasi berbasis saham untuk eksekutif mempengaruhi stabilitas
keuangan. Bahkan untuk mengatakan bahwa, jika program opsi saham
berpengaruh positif menyelaraskan kepentingan manajemen dengan
pemegang saham, juga dapat agued yang menggunakan mereka memiliki efek
meningkatkan risiko proyek investasi. Bahkan, seperti umumnya diketahui,
peningkatan nilai pilihan ketika volatilitas dari aset meningkat dan apa ini
mungkin berarti bagi stabilitas keuangan.
Akhirnya, beberapa catatan tentang metode estimasi yang dipakai dalam
bagian sebelumnya untuk mendapatkan parameter dari persamaan [1].
72
Bahkan, prosedur WLS memungkinkan untuk tes hipotesis lebih dapat
diandalkan daripada prosedur OLS hanya jika sampel cukup besar dan didekati
hanya jika bentuk fungsional dari momen kedua bersyarat dapat memuaskan
fungsi kuadrat. Namun, sulit untuk memahami kapan WLS direkomendasikan
dan bila penggunaannya tidak menjamin efisiensi yang lebih besar estimator
tersebut.
73
BAB 11. DOES INTANGIBLE CAPITAL AFFECT
ECONOMIC GROWTH?
Dengan menggunakan data baru internasional tentang penanaman
modal tidak berwujud oleh perusahaan dalam panel analisis dari 1995-2005
dalam sampel-15 negara Uni Eropa, kami mendeteksi sebuah arah positif dan
signifikan hubungan antara penanaman modal tidak berwujud oleh bisnis dan
pertumbuhan produktivitas tenaga kerja. Hubungan ini adalah cross-sectional di
alam dan terbukti menjadi kuat terhadap berbagai perubahan. Analisis empiris
kami menegaskan temuan sebelumnya bahwa masuknya bisnis berwujud
modal investasi ke dalam batas aset kerangka akuntansi nasional
meningkatkan laju perubahan output per pekerja lebih cepat. Selain itu, modal
tak berwujud dapat menjelaskan sebagian besar varians internasional yang tak
dapat dijelaskan dalam produktivitas tenaga kerja pertumbuhan dan ketika
berwujud bisnis menggabungkan, pendalaman modal menjadi lebih sumber
pertumbuhan yang signifikan. Hubungan ini sedikit lebih kuat dalam periode
waktu 1995-2000 dan tampaknya didorong oleh negara-negara dikoordinasikan
dalam-Uni Eropa 15.
Dengan menggunakan data baru internasional tentang investasi bisnis
modal berwujud dalam cross-sectional dan analisis panel dari 1995-2005 dalam
sampel-15 negara Uni Eropa kami mendeteksi signifikan dan hubungan positif
antara investasi bisnis modal berwujud dan produktivitas tenaga kerja secara
keseluruhan pertumbuhan ekonomi.
Pertama, hubungan ini adalah cross-sectional dan terbukti
menjadi kuat terhadap berbagai perubahan. Hubungan yang lebih
kuat dalam jangka waktu 1995-2000 dan di negara-negara
terkoordinasi. Hasil menunjukkan bahwa sebuah negara dengan
tingkat pertumbuhan modal tidak berwujud tinggi memperdalam
kaitan dengan pertumbuhan produktivitas tenaga kerja yang lebih
tinggi.
Kedua, hubungan tersebut tidak ada ketika mengendalikan untuk
efek khusus negara, sehingga sebuah peningkatan modal
berwujud memperdalam di suatu negara tidak terkait dengan
peningkatan kerja pertumbuhan produktivitas di negara itu selama
periode 1995-2005.
Ketiga, analisis empiris kami menegaskan bahwa masuknya
investasi modal berwujud ke aset batas dari kerangka akuntansi
nasional menunjukkan bahwa tingkat perubahan output per
pekerja meningkat lebih cepat.
74
Keempat, analisis empiris kami menegaskan bahwa investasi
modal berwujud mampu menjelaskan porsi yang signifikan dari
varians internasional yang tak dapat dijelaskan dalam
pertumbuhan produktivitas tenaga kerja, dan dengan demikian
mengurangi bagian yang tak dapat dijelaskan dari pertumbuhan
produktivitas tenaga kerja, dan karenanya ukuran kami tidak
menjadi akurat.
Kelima, analisis empiris kami menegaskan, bahwa ketika
memasukkan berwujud ke dalam kerangka akuntansi nasional,
pendalaman modal menjadi lebih penting.
Dalam penjelasan dari lima poin diatas, apa kesimpulan kebijakan utama yang
dapat kita tarik dari analisis empiris ekonomi Eropa? Tiga kesimpulan kebijakan
utama harus diambil dari analisis tersebut, yaitu :
Pertama, pengukuran inovasi dengan hanya berfokus pada R & D
seperti yang saat ini diusulkan dalam Agenda Eropa 2020 tidak valid,
dan patokan ukuran R & D harus diganti oleh benchmark modal tak
berwujud yang lebih luas.
Kedua, menggabungkan modal tidak berwujud ke dalam kerangka
akuntansi nasional saat ini tampaknya diperlukan sebagai transisi
ekonomi pengetahuan masyarakat yang berkembang dan dengan
demikian perubahan investasi dari nyata signifikan untuk investasi tidak
berwujud yang tidak diakui di hari ini
dalam kerangka kerja akuntansi nasional. Kerangka akuntansi yang
berlaku tampaknya cacat karena benar menggambarkan tingkat
penanaman modal yang terlalu rendah dalam ekonomi Eropa. Dalam
kenyataannya Tingkat penanaman modal ekonomi Eropa secara
signifikan lebih besar dalam menggabungkan investasi dalam modal tak
berwujud. Jadi, kesimpulan kebijakan berdasarkan tingkat investasi
harus ditangani dengan hati-hati.
Ketiga, menggabungkan dimensi inovasi investasi yang lebih luas yang
tampaknya menjadi langkah penting pertama dalam merevisi kerangka
akuntansi nasional hari ini, khususnya ketika berfokus pada sektor
bisnis. Selain itu, langkah berikutnya tampaknya melibatkan adaptasi
lebih luas dari kerangka akuntansi nasional oleh lingkungan, kesehatan
pendidikan, dan perlindungan sosial untuk capital. Selain itu, reformasi
kerangka akuntansi nasional yang lebih luas harus dipertimbangkan
untuk mencapai sinyal kinerja ekonomi riil yang lebih akurat dan
memungkinkan pengembangannya dan ada suatu negara
mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
75
BAB 12. PARTIAL ACQUISITIONS IN EMERGING
MARKETS: A TEST OF THE STRATEGIC
MARKET ENTRY AND CORPORATE
CONTROL HYPOTHESES
Dalam tulisan ini, kita menguji motivasi acquirers melakukan akuisisi
parsial di pasar negara berkembang dengan menguji dua hipotesis bersaing:
hipotesis pasar untuk kontrol perusahaan dan hipotesis masuk pasar. Kami
menemukan bahwa sasaran akuisisi lintas batas mengungguli target akuisisi
domestik di periode pra-akuisisi. Sementara akuisisi lintas perbatasan tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja operasi perusahaan target ', sasaran
akuisisi dalam negeri mengalami perbaikan-perbaikan yang signifikan dalam
kinerja operasi dan perubahan substansial dalam struktur kepemilikan setelah
akuisisi. Bukti menunjukkan bahwa akuisisi parsial dalam negeri di pasar
negara berkembang menjadi pasar untuk kontrol perusahaan, sementara
parsial akuisisi lintas batas yang termotivasi oleh prinsip dasar masuk pasar
strategis.
Kata kunci: pasar Emerging, pengendalian perusahaan, akuisisi parsial, lintas
batas, informasi asimetris, masuk pasar.
KESIMPULAN
Dalam tulisan ini, kita memeriksa dua motivasi yang bersaing di balik merger
dan akuisisi dalam pasar negara berkembang: yakni, pasar untuk
kontrol perusahaan dan hipotesis pasar strategis masuk. Dengan
menggunakan data dari 20 pasar negara berkembang dari tahun
1990 dan 2007, kami menyelidiki kinerja pasca-akuisisi dan pra
operasi, karakteristik industri target, kinerja pasar saham jangka
panjang, dan perubahan struktur kepemilikan perusahaan sebagian
diperoleh target domestik dan lintas batas . Hasil penelitian kami
menunjukkan bahwa motivasi di balik akuisisi parsial dalam negeri
secara substansial berbeda dari akuisisi parsial lintas batas.
Acquirers Domestik cenderung untuk mengambil alih perusahaan
berkinerja buruk dan perusahaan-perusahaan ini kemudian
mengalami perubahan yang signifikan dalam karakteristik keuangan
dan struktur kepemilikan. Lebih penting lagi,
kita menemukan bahwa kinerja operasi domestik meningkatkan
target dalam tiga tahun setelah akuisisi. Dengan demikian, hasil
mendukung hipotesis bahwa akuisisi domestik melayani
76
sebagai pasar untuk kontrol perusahaan yang mengarah
kepada peningkatan kinerja operasi perusahaan target .
Akuisisi parsial Lintas-perbatasan, di sisi lain, tampaknya didorong oleh pasar
strategis masuk hipotesis. Kami menemukan bahwa acquirers asing
cenderung untuk mengambil alih perusahaan-perusahaan besar
yang berkinerja baik dan mereka memilih untuk memasuki industri
yang kurang kompetitif di negara-negara berkembang. Struktur
kepemilikan target dalam akuisisi lintas batas tetap tidak terpengaruh
setelah akuisisi asing. Juga, karena perusahaan target dalam akuisisi
lintas batas sudah berperforma baik pada saat akuisisi, tidaklah
mengherankan bahwa postacquisition kinerja operasi mereka tidak
secara signifikan meningkatkan. Sebuah konsekuensi yang tersebut
di atas adalah bahwa, mengingat kinerja yang kuat dari target,
acquirers asing tidak memiliki alasan untuk mengubah konfigurasi
pemerintahan dan operasi perusahaan target pasar negara
berkembang karena mereka mendapatkan sebagian besar
perusahaan-perusahaan yang berkinerja baik. Akhirnya,
pemeriksaan kita tentang kinerja saham jangka panjang dari
perusahaan-perusahaan ini sebagian diperoleh tidak menunjukkan
signifikan pasca-akuisisi abnormal return saham perusahaan target
baik untuk domestik dan lintas perbatasan setelah disesuaikan untuk
ketergantungan dan kecurangan dalam data.
77
BAB 13. PELONJAKAN REAL EXCHANGE RATE
DALAM REAL BUSINESS CYCLE DAN
MODEL KONTRAK OVERLAPPING WAGE.
Tujuan penulisan paper ini adalah untuk menentukan kemampuan dari model
Real Business Cycle (RBC) untuk menghitung perilaku dari real exchange rate dengan
menggunakan data India. Kita menyesuaikan keseimbangan umum yang dinamis dalam
model ekonomi terbuka (Minford, Sofat, 2004) didasarkan atas keputusan yang optimal
dari agen yang rasional, dengan menggunakan data tahunan India. Kondisi turunan
pertama dari rumah tangga dan perusahaan pada masalah optimisasi digunakan untuk
memperoleh persamaan perilaku dari model. Interaksi dengan Negara lain muncul
dalam bentuk paritas tingkat bunga dan rekening saat ini dimana keduanya secara
eksplisit dibangun secara mikro. Paper ini mendiskusikan hasil simulasi dari 1 persen
shock pertumbuhan produktivitas yang menunjukkan real exchange rate yang
diapresiasi dan kemudian kembali pada ekuilibrium yang baru (lebih rendah dari
1dibanding sebelumnya) menghasilkan suatu siklus bisnis (konjungtur). Jadi perilaku
dari real exchange rate dapat dijelaskan dalam konteks RBC. Akhirnya model ini diuji
dan dievaluasi secara statistic dimana model diuji secara konsisten dengan data real
exchange rate dengan mengembangkan prosedur. Kami mengembangkan model untuk
menghasilkan seri real exchange rate dan menemukan bahwa parameter ARIMA
dietimasi untuk data yang terletak dalam tingkat kepercayaan 95% . Kemudian kami
membuat prosedur yang sama untuk model kontrak overlapping wage (kami
menambahkan persamaan kontrak upah yang overlapping pada model RBC dari
Minford, Sofat (2004) untuk memperkenalkan kekakuan nominal. Kami menemukan
hasil kekakuan nominal pada model RBC yang diestimasi dalam parameter ARIMA
untuk data actual dalam tingkat kepercayaan 95% yang dikembangkan. Jadi kami
berkesimpulan bahwa perilaku dari real exchange rate India (US $/Indian rupees) juga
dapat dijelaskan dalam model kontrak overlapping wage (OLW).
1. Pendahuluan
Dalam Paper ini kita akan menguji kemampuan dari model RBC untuk menghitung
perilaku dari nilai tukar ril dengan menggunakan data India. Argumen kami adalah
bahwa RBC dapat meniru sifat univariat dari nilai tukar ril. Angka terbesar dari
penelitian menguji pergerakan dalam nilai tukar ril dan menemukan bahwa RBC dan
nilai tukar ril memperlihatkan suatu cara dari mendefinisikan Purchasing power parity
(PPP). Beberapa penelitian menemukan fakta pengembalian kembali ke PPP, tetapi
pengembaliannya sangat lambat. Satu model yang biasanya digunakan untuk
menjelaskan perilaku nilai tukar ril adalah model Balassa Samuelson yang didasarkan
pada membedakan trend produktivitas. Andaikan suatu negara mengalami pertumbuhan
produktivitas terutama pertumbuhan dalam sektor barang yang diperdagangkan dan
78
berlaku hukum satu harga (LOP = law of one price) di antara barang yang
diperdagangkan dan nilai tukar nominal yang tetap konstan. Pertumbuhan produktivitas
dalam sektor barang yang diperdagangkan menyebabkan peningkatan upah dalam
sektor tersebut tanpa perlu meningkatkan harga. Oleh sebab itu harga barang yang
diperdagangkan dapat tetap konstan dan LOP dapat berlaku dengan merubah nilai tukar
nominal. Tetapi buruh dalam sektor barang yang tidak diperdagangkan juga akan
meminta untuk meningkatkan upah dan ini akan mengakibatkan peningkatan harga
dalam barang yang tidak diperdagangkan dan menyebabkan peningkatan secara
keseluruhan dalam indeks harga konsumen (CPI). Karena LOP berlaku dalam barang
yang diperdagangkan dan diasumsikan bahwa nilai tukar nominal tetap konstan, ini
berarti pergerakan ke atas dalam CPI domestik tidak akan dicapai dengan pergerakan
dalam nilai tukar nominal, olehnya itu jika PPP berlaku sejak awal, nilai tukar India
harus dinilai lebih tinggi di atas perbandingan dasar dengan menggunakan CPI yang
ditunjukkan dalam kurs umum pada nilai tukar yang berlaku sekarang. Asumsi penting
yaitu pertumbuhan produktivitas jauh lebih tinggi dalam sektor barang yang
diperdagangkan. Harga realtif dari barang yang tidak diperdagangkan dapat meningkat
bahkan dalam beberapa kasus keseimbangan pertumbuhan pada dua sektor ekonomi
asalkan sektor barang yang tidak diperdagangkan lebih padat karya relative terhadap
sektor barang yang diperdagangkan. Kondisi Harrod Balassa Samuelson menyatakan
bahwa peningkatan produktivitas secara relative lebih tinggi dalam sektor perdagangan
akan cenderung menyebabkan kenaikan harga relative pada non perdagangan.
Perubahan persentase dalam harga relative pada non perdagangan hanya ditentukan
oleh sisi produksi dari ekonomi, sementara faktor permintaan tidak berpengaruh pada
nilai tukar dalam jangka panjang. Jika derajat intensitas modal sama dalam dua sektor,
persentase perubahan dalam harga relative persis sama perbedaan produktivitas antara
dua sektor. Jika sektor non perdagangan kurang padat modal dibandingkan sektor padat
modal bahkan dalam situasi pertumbuhan keseimbangan dalam dua sektor, harga
relative pada non perdagangan akan meningkat.
Dengan kata lain, model Harrod Balassa Samuelson menyarankan bahwa nilai tukar
ekuilibrium dalam jangka panjang akan bergantung pada produktivitas sektor
perdagangan dan non perdagangan dalam ekonomi domestik maupun luar negeri.
Dengan kondisi mobilisasi tenaga kerja sempurna, perubahan dalam produktivitas
relative dua sektor menyebabkan perubahan dalam harga relative. Hal ini disebabkan
oleh inovasi teknologi lebih banyak terkonsentrasi dalam sektor barang, negara dengan
tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dalam jangka panjang akan berbanding lurus
dengan harga relative dari barang yang tidak diperdagangkan seperti juga pada nilai
kurs.
Lebih jauh lagi penelitian ini menggunakan penilaian non linear menemukan bahwa
kecepatan pengembalian jauh lebih besar dan menjadi tahap penurunan yang serupa
untuk variabel makro lainnya seperti output dan inflasi.
Kita mulai melihat pada bukti empiris atas nilai tukar ril India (US $ /Rs) selama
periode tahun 1966 – 1997. Persamaan bentuk akhir dari univariat digambarkan dengan
79
jelas melalui proses ARIMA (1,1,1). Jadi sebenarnya seri ini bukanlah pembalikan rata-
rata tetapi terintegrasi dalam turunan pertama. Tujuan utama kami untuk melihat
apakah penyesuaian model RBC dapat menghasilkan perilaku univariat yang sama.
Pembahasan paper ini terbagi atas :
1. Pendahuluan
2. Model
3. Solusi model, algoritma, persamaan yang digunakan dan deskripsi data
4. Simulasi model RBC
5. Menjelaskan signifikansi pada kontrak OLW dalam kerangka ekspektasi
rasional dan juga simulasi model OLW.
6. Menjelaskan pola data, dan pengembangannya
7. Kesimpulan
2. Model
Pada bagian ini kami menggambarkan karakteristik fitur dalam model RBC
ekonomi terbuka sebagaimana yang dikembangkan oleh Minford dan Sofat (2004).
Hal ini penting, untuk membantu kami untuk menghasilkan suatu persamaan
structural pada model yang dikalibrasi pada ekonomi India.
Pertimbangkan suatu perekonomian yang dihuni oleh penduduk yang hidup
selamanya yang memproduksi barang tunggal sebagai output dan menggunakannya
pada konsumsi dan investasi. Kita mengasumsikan bahwa uang tidak relevan dalam
model ini. Untuk menyederhanakan notasi, kami ambil dari pertumbuhan populasi
dan mewakili semua variabel dalam syarat per kapita. Kami berasumsi bahwa
pasar persaingan sempurna yaitu tidak ada friksi dan tidak ada biaya transaksi.
Pada permulaan setiap periode t agen representative memilih : a) komoditas yang
dibutuhkan selama periode konsumsi, b) total waktu luang yang ingin dinikmati
selama periode, dan c) jumlah total faktor input yang dibutuhkan untuk melakukan
produksi selama periode. Semua pilihan dibatasi oleh jumlah tetap dari waktu yang
tersedia dan batasan sumberdaya yang dihadapi agen. Selama periode t, ekonomi
model dipengaruhi oleh shock random yang bervariasi. Dalam suatu ekonomi
terbuka barang dapat diperdagangkan, tetapi untuk penyederhanaan, diasumsikan
bahwa hal ini tidak terjadi dalam proses produksi tetapi hanya diubah untuk
menjadi barang akhir. Konsumsi, Ct dalam fungsi utilitas yang menurun adalah
komposisi konsumsi per kapita dihasilkan dari konsumsi agen untuk barang
domestik dan konsumsi barang impor,
. Komposisi fungsi konsumsi
sebagaimana direpresentasikan sebagai Armington aggregator pada model :
Dimana adalah besarnya barang domestik dalam fungsi konsumsi dan adalah
elatisitas subtitusi yang disamakan dengan
.
80
Konsumsi didasarkan indeks harga yang berkaitan dengan spesifikasi dibawah
preferensi dinotasikan dengan dihasilkan sebagai :
Dimana adalah tingkat harga domestic,
adalah tingkat harga luar negeri
dalam kurs domestic.
Spesifikasi yang ada pada basket konsumsi, permintaan agen untuk barang
domestic dan barang impor adalah fungsi dari harga relative masing-masing dan
komposisi konsumsi.
Dalam lingkungan stochastic konsumen diharapkan untuk memaksimumkan utilitas
yang diharapkan dengan batasan anggaran. Masing-masing preferensi agen adalah :
Dimana adalah discount faktor, Ct adalah konsumsi pada periode t, dan
[( ) ( )]
2.1 Representasi Rumah Tangga
Model perekonomian yang digunakan dengan angka besar identik terhadap
rumah tangga yang menciptakan konsumsi, investasi dan keputusan penawaran
tenaga kerja diluar waktu. Setiap rumah tangga bertujuan untuk memilih
serangkaian konsumsi dan waktu untuk bersantai yang memaksimumkan aliran
pemotongan yang diharapkan pada utility .
2.2 Representasi Perusahaan
Perusahaan menggunakan tenaga kerja dan membeli input modal dari rumah
tangga dan mengubahnya ke dalam output yang menyesuaikan dengan
teknologi dan menjual barang konsumsi dan investasi kepada rumahtangga dan
pemerintah. Interaksi antara perusahaan dengan rumah tangga adalah sangat
penting, sebagaimana interaksi ini menyediakan pengertian berharga untuk
memahami fluktuasi dari permintaan agregat seperti output, konsumsi dan
employment. Teknologi yang tersedia pada ekonomi digambarkan fungsi
produksi yang constant returns to scale.
2.3 Perilaku Persamaan dari Model
3.1 Unit Pengukuran (calibration)
81
Dengan penjelasan persamaan stuktural, sekarang kita dapat mulai melakukan
perhitungan pada ekonomi India. Dalam pelaksanaanya, nilai numeric harus
ditambahkan pada parameter structural dari model. Setiap nilai merupakan
elastisitas output pada faktor produksi dengan derajat dari risk aversion atau
elastisitas subsitusi intertemporal diambil dari karakteristik empiris yang kebetulan
mendekati ekonomi India. Proses stokhastik eksogenus juga harus dihitung.
Bagaimanapun sulit untuk mendapatkan informasi dari ekonomi riil mengenai
struktur stockhastic dari shock teknologi, shock pada preferensi, kesalahan
pengawasan pada pertumbuhan uang atau penerimaan pajak atau hubungan di
antaranya. Untuk maksud ini property secara terusmenerus dihitung dalam data
time series actual yang dapat digunakan untuk pengukuran dalam beberapa aspek
pada model. Ringkasnya dalam model suatu siklus bisnis model AR (1)
diasumsikan sebagai shock produktifitas dengan koefisien yang secara umum
dipilih pada simulasi seri output yang diperlihatkan pada seri GNP dalam
perekonomian yang nyata.
3.2 Solusi Model dan Algoritma
3.3 Persamaan yang Digunakan Pada Model
3.4 Deskripsi Data
Data tingkat bunga India (tingkat pasar uang), tingkat harga domestic (CPI), Output
(GDP), modal, konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, deficit primer,
ekspor, impor, nilai tukar nominal diambil dari internasional financial statistic
(IFS), data nilai tukar riil diperoleh dari persamaan berikut :
Data penawaran tenaga kerja diperoleh dari Economic Survey India, data upah
(manufacturing) bersumber dari United Nation Yearbook. Kita membagi data upah
melalui CPI (diambil dari IFS) untuk memperoleh upah riil konsumen, dan melalui
PPI (diambil dari IFS) untuk memperoleh upah riil produsen. Kita kurangi
penerimaan pemerintah (diambil dari IFS) dari pengeluaran pemerintah untuk
memperoleh data obligasi domestic. Data obligasi luar negeri dihasilkan melalui
penggunaan persamaan evolusi obligasi luar negeri. Data pajal lumpsum, income
labor tax dan konsumsi tidak tersedia dengan mudah. Jadi kita ambil penerimaan
pajak untuk non agrikultur GDP untuk mendapatkan proksi dari pajak total, karena
total pendapatan pertanian adalah bebas pajak. Kita menggunakan rasio pajak
pendapatan individu terhadap GDP non pertanian sebagai proksi pada pajak
pendapatan tenaga kerja. Kita menggunakan pendapatan tidak langsung terhadap
konsumsi sebagai proksi dari pajak konsumen. Di India, pengangguran tidak
mendapat tunjangan pengangguran dari pemerintah. Kita asumsikan bahwa sebuah
keluarga menghabiskan 20% dari upah riil konsumen untuk seorang penganggur
(karena kita asumsikan bahwa 20% dari upah riil harus cukup untuk seorang
penganggur dapat hidup pada tingkat substitusinya. Data hutang rumah tangga
dijelaskan dengan menggunakan persamaan evolusi hutang rumah tangga.
82
Produktivitas dihitung sebagai residual solow, data konsumsi, tingkat bunga, dan
CPI luar negeri diambil dari IFS.
4.1 Simulasi
Analisis ini penting dilakukan untuk mengevaluasi kemungkinan pengaruh
perubahan kebijakan politik yaitu intervensi pemerintah dan untuk menilai property
keseluruhan dari model.
Model yang disimulasi menggunakan data India tahun 1968 samapai dengan 1997.
4.2 Hasil
Pengaruh dari shock demand dan supply terhadap perilaku output, konsumsi, stok
modal, investasi, employment, tingkat harga, upah ril, tingkat bunga riil impor,
ekspor,dan nilai tukar riil dijelaskan secara deterministic simulasi model model
jalur yang diperluas
Kita temukan bahwa nilai tukar riil terapresiasi sebagai akibat shock pertumbuhan
deterministic dan kemudian turun ke equilibrium yang lebih rendah, menghasilkan
siklus bisnis dan property simulasi yang diharapkan. Pertumbuhan produktivitas
yang meningkatkan pendapatan dan menstimulasi investasi untuk meningkatkan stok
modal. Output tidak dapat ditingkatkan tanpa meningkatkan penawaran tenaga kerja
dn modal yang memerlukan waktu. Jadi nilai tukar ril harus dinaikkan untuk
mengurangi permintaan terhadap penawaran yang tersedia. Peningkatan dalam
tingkat suku bunga riil menganggap bahwa uncovered real interest parity (URIP)
yang harus dihilangkan dengan menaikkan nilai tukar relative terhadap nilai masa
depannya. Peningkatan ini dimungkinkan melalui ekspektasi bahwa nilai tukar riil
itu akan turun kembali secara perlahan-lahan, sehingga memungkinkan URIP untuk
ditentukan secara konsisten dengan tingkat bunga riil yang lebih tinggi. Karena
tingkat bunga riil turun, dengan adanya model yang cukup dan juga output nilai tukar
riil bergerak kembali ke titik equilibrium. Hal ini memberikan kita sebuah bussines
cycle dalam nilai tukar riil. Equilibrium baru ini mencerminkan depresiasi riil dari
kondisi steady state sebelumnya, karena sekarang output lebih tinggi dan harus dijual
pada pasar internasional dengan menurunkan harganya. Kita dapat menyimpulkan
apakah model dapat konsisten dengan fakta melalui pertanyaan apakah model dapat
menghasilkan variabilitas sampling dalam model RBC dan OLW dengan metode
bootsrapping residual model yang diamati. Ini memberikan 95% tingkat kepercayaan
pada parameter regresi ARIMA nilai tukar riil. Koefisien AR dan MA diestimasi
dengan data actual yang terletak dalam batas kepercayaann 95% dengan metode
bootstrapping. Hal ini meyakinkan hipotesis kami bahwa perilaku nilai tukar riil
dapat diterangkan dalam kerangka RBC dan OLW.
83
BAB 14. BANKING ISLAMIC: PROSPECT AND
PROBLEM
Dewasa ini masih terdapat anggapan bahwa Islam menghambat kemajuan.
Orang Islam menjadi suatu lambang kesengsaraan, penyakit dan kelaparan. Ini
merupakan suatu tantangan yang sangat besar bagi kita untuk menyerukan
bank Islam sebagai suatu titik temu komitmen mereka dalam hal peran
ekonomi sosial yang efektif. Beberapa kalangan mencurigai Islam sebagai
faktor penghambat pembangunan.
Percobaan dan aktivitas didalam mencirikan tentang suatu institusi bank
Islam terus dikembangkan melalui seminar dan kajian-kajian ilmiah. Aplikasi,
konsep asli dan tugas dasar dari bank Islam akan tumbuh dan berkembang
didunia ini, yang akan mengurangi pengangguran dan peningkatan bagi yang
miskin.
Prinsip Pembiayaan Bank Syariah
Sebagaimana bank pada umumnya, bank syariah mempunyai produk-
produk keuangan. Salah satu produk bank syariah adalah pembiayaan yang
dalam terminologi umum disebut kredit. Pembiayaan merupakan penyaluran
dana kepada pihak yang membutuhkan. Prinsip penyaluran dana dalam bank
syariah terbagi menjadi empat akad (perjanjian), yaitu:
1. Akad jual beli (bai’)
a. Murabahah adalah transaksi jual beli di mana bank syariah
menyebutkan keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual dan
nasabah bertindak sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli
bank ditambah keuntungan.
b. Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang
diperjualbelikan belum ada sehingga barang diserahkan secara
tangguh dan pembayaran dilakukan secara tunai.
c. Istishna adalah trasaksi jual beli yang mirip salam tetapi
pembayarannya dapat dilakukan dalam beberapa kali (termin)
pembayaran.
2. Akad sewa (ijarah)
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Pada
prinsipnya, ijarah sama dengan prinsip jual beli, perbedaannya terletak
pada objek transaksinya. Jika pada jual beli objek transaksinya adalah
barang, maka pada ijarah adalah jasa.
84
3. Akad bagi hasil (syirkah)
a. Musyarakah merupakan bentuk umum dari usaha bagi hasil.
Transaksi musyarakah dilandasi keinginan para pihak yang bekerja
sama untuk meningkatkan nilai aset secara bersama-sama.
b. Mudharabah adalah bentuk spesifik dari musyarakah dalam produk
perbankan syariah. Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara
dua atau lebih pihak di mana pemilik modal (shahibul mal)
mempercayakan sejumlah uang kepada pengelola (mudharib)
dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.
4. Akad pelengkap
a. Hiwalah (alih utang piutang), bertujuan untuk membantu supplier
mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya.
Bank mendapatkan ganti biaya atas jasa pemindahan piutang.
b. Rahan (gadai), bertujuan untuk memberikan jaminan pembayaran
kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan. Barang yang
akan digadaikan harus mempunyai kriteria, yaitu: milik nasabah
sendiri, jenis ukuran, sifat, dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai
riil pasar, dan dapat dikuasai tetapi tidak boleh dimanfaatkan oleh
bank.
c. Qardh adalah pinjaman uang. Aplikasi qardh dalam Perbankan
Syariah biasanya dalam hal: pinjaman talangan haji, pinjaman tunai
dari produk kartu kredit syariah, pinjaman kepada pengusaha kecil,
dan sebagai pinjaman kepada pengurus bank.
d. Wakalah (perwakilan), aplikasi yang terjadi apabila nasabah
melakukan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan
pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan L/C, inkaso dan transfer.
85
Gambar 1. Pemetaan Akad-akad Bank Syariah
Sumber : Adiwarman A.K. (2004). Bank Islam: Analisa Fiqih dan Keuangan.
Karakteristik Prinsip Pembiayaan
Prinsip pembiayaan dalam bank syariah terbagi menjadi empat, yaitu
prinsip jual beli/bai’, prinsip sewa/ijarah, prinsip bagi hasil/syirkah, dan
prinsip pelengkap (Karim, 2003: 86-101). Prinsip jual beli dan sewa memiliki
karakteristik natural certainty contract, yang berarti bawa kontrak dilakukan
dengan menentukan secara pasti nilai nominal dari keuntungan di awal
kontrak perjanjian. Prinsip jual beli didasarkan pada transaksi riil (pembelian
barang atau jasa dilakukan oleh bank syariah kemudian nasabah mengangsur
kepada bank syariah). Nasabah tidak akan secara langsung mendapatkan uang
tunai dari bank syariah. Produk pembiayaan yang menggunakan prinsip jual
beli adalah murabahah, salam, dan istishna.
Prinsip bagi hasil memiliki karakteristik natural uncertainty contract,
yang berarti kontrak dilakukan tidak dengan menyepakati nominal
keuntungan yang akan diterima melainkan menyepakati nisbah bagi hasil yang
akan diterima sehingga tidak ada kepastian nilai nominal yang akan diterima
karena tergantung pada keuntungan usaha. Prinsip ini mengharuskan
pemanfaatan dana pada bank syariah menggunakan dana yang dimohon
86
untuk usaha produktif. Produk pembiayaan yang menggunakan prinsip bagi
hasil adalah musyarakah dan mudharabah.
Prinsip pelengkap dalam bank syariah pada dasarnya adalah prinsip
tabaru’ (kebaikan). Jadi, tidak ada keuntungan yang disepakati pada kontrak
perjanjian. Transaksi tidak bermotifkan keuntungan, tetapi diperbolehkan
mengenakan biaya administrasi.
C. PEMBAHASAN
Bank Islam menghadirkan prestasi ekonomi Islam yang paling penting dan
paling utama dalam kaitan dengan tiga pertimbangan utama, yaitu:
1. Bank dengan sendirinya merupakan nyawa/kehidupan dari kegiatan
ekonomi diseluruh dunia, mengendalikan trend dan orientasi mereka.
2. Bank Islam hampir satu-satunya pola antar rumusan ekonomi Islam
yang diimplementasikan dan menikmati beberapa pengenalan yang
telah memungkinkannya untuk memastikan kesinambungan dan
keberadaannya.
3. Bank Islam sudah berhasil, dengan Rahmat Allah SWT, dalam menjadi
suatu contoh yang baik bagi ekonomi lokal dan suatu indikator bunga,
yang mungkin dicapai jika komponen ekonomi Islam lainnya
diterapkan.
Ada beberapa karakter dan ciri utama bank Islam, diantaranya.
1. Berdimensi keadilan dan pemerataan melalui sistem bagi hasil.
Dengan sistem bagi hasil, pihak pemberi modal dan peminjam
menanggung bersama resiko laba ataupun rugi. Hal ini membuat
kekayaan tidak hanya beredar pada satu golongan. Terjadi proses
penyebaran modal yang juga berarti penyebaran kesempatan berusaha.
Dan ini pada akhirnya membuat pemerataan dapat terlaksana. Berbeda
dengan bank konvensional, yang ada hanyalah penumpukan modal
pada pemilik modal. Akan selalu tercipta jurang antara si kaya dan si
miskin.
2. Jaminan
Bank Islam menjadikan proyek yang sedang dikerjakan sebagai jaminan,
sementara bank konvensional (dengan bunga) menjadikan kekayaan si
peminjam sebagai jaminannya.
3. Menciptakan rasa kebersamaan
Bank Islam menciptakan suasana kebersamaan antara pemilik modal
dengan peminjam. Keduanya berusaha untuk menghadapi resiko secara
87
adil. Dan rasa kebersamaan ini mampu membuat seorang peminjam
merasa tenang sehingga dapat mengerjakan proyeknya dengan baik.
4. Bersifat Mandiri
Bank Islam bersifat mandiri dan tidak terpengaruh secara langsung oleh
gejolak moneter, baik dalam negeri maupun internasional, karena
kegiatan operasi bank ini tidak menggunakan perangkat bunga. Karena
itu bank sistem ini tidak berdampak inflasi, mendorong investasi,
mendorong pembukaan lapangan kerja baru dan pemerataan
pendapatan.
5. Persaingan Sehat
Persaingan diantara Bank Islam tidak saling mematikan tetapi saling
menghidupi. Bentuk persaingan antara Bank Islam adalah berlomba-
lomba untuk lebih tinggi dari yang lain dalam mamberikan porsi bagi
hasil kepada nasabah. Sehingga mereka yang mampu membina
peminjam dengan baik akan berhasil. Dan kesempatan ini terbuka untuk
semua Bank Islam. Berbeda dengan bank-bank konvensional, Persaingan
antara bank-bank mereka saling mematikan. Bank-bank besar dengan
mudah memberikan bunga besar kepada nasabahnya. Sementara yang
kecil hanya melihat dengan kesedihan. Dan kesemuanya dipertegas
dengan komitmen Bank Islam untuk mengangkat kaum dhu’afa. Karena
itu , ujung tombak bank Islam adalah bank perkreditan rakyat (BPR).
Sebagai sebuah lembaga bisnis, bank Islam, seperti bank-bank lainnya harus
memiliki daya tarik ekonomi. Namun pertimbangan ekonomi bukan
merupakan pertimbangan dasar, ada hal lain yang lebih penting, yaitu moral.
Karena itu produk-produk yang diberikan Bank Islam tidak pernah lepas dari
aturan syariah. Selalu ada pertimbangan yang bersifat ukhrawi, yaitu
pertimbangan halal dan haram.
Tabel 1.
Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
No Perbedaan Bank Syariah Bank Konvensional
1 Falsafah Tidak berdasarkan bunga,
spekulasi, dan
ketidakjelasan
Berdasarkan bunga
88
2 Operasionalisasi
• Dana masyarakat berupa
titipan dan investasi yang
baru akan mendapatkan
hasil jika ’diusahakan’
terlebih dahulu.
• Penyaluran pada usaha
yang halal dan
menguntungkan.
• Dana masyarakat
berupa simpanan yang
harus dibayar bunganya
pada saat jatuh tempo.
• Penyaluran pada sektor
yang menguntungkan,
aspek halal tidak menjadi
pertimbangan utama.
3 Aspek Sosial Dinyatakan secara eksplisit
dan tegas yang tertuang
dalam misi dan visi
organisasi
Tidak diketahui secara
tegas
4 Organisasi Harus memiliki Dewan
Pengawas Syariah
Tidak memiliki Dewan
Pengawas Syariah
Sumber: dikutip dari Sudarsono, H., 2004, Bank dan Lembaga Keuangan
Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, Penerbit Ekonisia: Yogyakarta.
konsep partnership dan risksharing serta keikutsertaan dalam inti produktif
operasi dan prestasi keseluruhan kebutuhan bank. Lebih dari itu,
pengembangan dari instrumen keuangan baru, penciptaan suatu pasar
sekunder aktif dan pengaktifan peran dana investasi adalah sebagian dari
aktivitas yang mana bank Islam secara efisien berusaha untuk kembangkan.
Oleh karenanya standar akuntansi pun menjadi kunci sukses bank Islam
dalam melayani masyarakat di sekitarnya sehingga, seperti lazim-nya, harus
dapat menyajikan informasi yang cukup, dapat dipercaya, dan relevan bagi
para penggunanya, namun tetap dalam konteks syariah Islam. Penyajian
informasi semacam itu penting bagi proses pembuatan keputusan ekonomi
oleh pihak-pihak yang berhubungan dengan bank Islam. Lebih dari itu, akan
memiliki dampak positif terhadap distribusi sumber-sumber ekonomi untuk
kepentingan masyarakat. Hal ini karena prinsip-prinsip syariah Islam
memberikan keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat.
Sejak didirikan, organisasi ini terus mengembangkan standar keuangan
melalui pertemuan periodik Komite Pelaksana untuk Perencanaan dan Tindak
Lanjut.
I. Pendekatan dan Fungsi
1) Pendekatan yang digunakan:
89
(a) Mengidentifikasi konsep akuntansi yang telah dikembang-kan
sebelumnya dengan prinsip Islam tentang ketepatan dan keadilan.
Sangat dimungkinkan seseorang akan menentang penerapan konsep-
konsep itu, misalnya yang berkaitan dengan definisi karakteristik
informasi akuntansi yang bermanfaat seperti relevansi dan realibilitas.
(b) Mengidentifikasi konsep yang digunakan dalam akuntansi keuangan
konvensional tetapi tidak sesuai dengan syariah Islam. Konsep
semacam itu ditolak atau dimodifikasi secukupnya untuk mematuhi
syariah supaya membuatnya bermanfaat. Contoh dari konsep ini
adalah nilai waktu dari uang (time value of money) sebagai sifat
pengukuran.
(c) Mengembangkan konsep-konsep yang mendefinisikan aspek-aspek
tertentu dari akuntansi untuk bank Islam yang tersendiri (unik)
kepada cara bertransaksi bisnis yang Islami. Contohnya, konsep yang
dikembangkan berdasarkan hukum-hukum yang mendefinisikan
risiko dan balasan yang dikaitkan dengan transaksi bisnis, serta
terjadinya biaya dan perolehan keuntungan.
2) Fungsi Bank-bank Islam
Bank-bank Islam dikembangkan berdasarkan prinsip yang tidak
membolehkan pemisahan antara hal yang temporal (keduniaan) dan
keagamaan. Prinsip ini mengharuskan kepatuhan kepada syariah sebagai
dasar dari semua aspek kehidupan. Kepatuhan ini tidak hanya dalam hal
ibadah ritual, tetapi transaksi bisnis pun harus sesuai dengan ajaran
syariah.
Sebagai konsekuensi dari prinsip ini maka bank Islam dioperasikan atas
dasar konsep bagi untung dan bagi risiko yang sesuai dengan salah satu kaidah
Islam, yaitu “keuntungan adalah bagi pihak yang menanggung risiko.” Bank
Islam menolak bunga sebagai biaya untuk penggunaan uang dan pinjaman
sebagai alat investasi. Dalam melaksanakan investasinya, bank Islam memberi
keyakinan bahwa dana mereka sendiri (equity), serta dana lain yang tersedia
untuk investasi, mendatangkan pendapatan yang sesuai dengan syariah dan
bermanfaat bagi masyarakat.
Bank Islam menerima dana berdasarkan kontrak mudharabah, yaitu salah
satu bentuk kesepakatan antara penyedia dana (pemegang rekening investasi)
dan penyedia usaha (bank). Dalam melaksanakan usaha berdasarkan
mudharabah, bank menyatakan kemauannya menerima dana untuk
diinvestasikan atas nama pemiliknya, membagi keuntungan berdasarkan per-
sentase yang disepakati sebelumnya, serta memberitahukan bahwa kerugian
90
akan ditanggung sepenuhnya oleh penyedia dana selama kerugian tersebut
bukan diakibatkan oleh kelalaian atau pelanggaran kontrak.
Dalam paradigma akuntansi Islam, bank syariah memiliki fungsi sebagai
berikut:
1. Manajemen_Investasi
Bank-bank Islam dapat melaksanakan fungsi ini berdasarkan kontrak
mudharabah atau kontrak perwakilan. Menurut kontrak mudharabah,
bank (dalam kapasitasnya sebagai mudharib, yaitu pihak yang
melaksanakan investasi dana dari pihak lain) menerima persentase
keuntungan hanya dalam kasus untung. Dalam hal terjadi kerugian,
sepenuhnya menjadi risiko penyedia dana (shahibul maal), sementara
bank tidak ikut menanggungnya.
2. Investasi
Bank-bank Islam menginvestasikan dana yang ditempatkan pada dunia
usaha (baik dana modal maupun dana rekening investasi) dengan
menggunakan alat-alat investasi yang konsisten dengan syariah. Di
antara contohnya adalah kontrak al murabahah, al mudharabah, al
musyarakah, bai’ as salam, bai’ al ishtisna’, al ijarah, dan lain-lain.
Rekening investasi dapat dibagi menjadi tidak terba-tas (unrestricted
mudharabah) atau terbatas (restricted mudharabah).
3. Jasa-Jasa_Keuangan
Bank Islam dapat juga menawarkan berbagai jasa keuangan lainnya
berdasarkan upah (fee based) dalam sebuah kontrak perwakilan atau
penyewaan. Contohnya garansi, transfer kawat, L/C, dan sebagainya.
4. Jasa_Sosial
Konsep perbankan Islam mengharuskan bank Islam melaksanakan jasa
sosial, bisa melalui dana qardh (pinjaman kebajikan), zakat, atau dana
sosial yang sesuai dengan ajaran Islam. Lebih jauh lagi, konsep
perbankan Islam juga mengharuskan bank Islam memainkan peran
dalam pengembangan sumber daya insani dan menyumbang dana bagi
pemeliharaan serta pengembangan lingkungan hidup. (bersambung)
Untuk mengaplikasikan dari prinsip Islam didalam perbankan, kita
mengasumsikan tanggung jawab dari kepercayaan oleh kebutuhan. Dalam hal
ini, penting untuk menunjukkan dengan jelas perbedaan antara meperoleh
hasil dari pengaplikasian sistem perbankan Islam dan apa hasil dari aktivitas
dengan dasar riba.
91
SIMPULAN
Bank Islam untuk memanfaatkan sumberdaya dimana Allah telah
memberkati alam semesta ini dengan gaya investasi yang efektif. Diantara
aspek positif tersebut yang dapat dikembangkan dalam aktivitas keuangan
Islam adalah dengan meningkatkan sekuritas investasi dan konversi likuiditas
mereka, disamping lebih fokus pada jumlah tabungan yang lebih kecil dan
memberikan kesempatan kepada sektor utama kepada orang-orang instrumen
keuangan islamic untuk investasi, dengan begitu menyiratkan ketersediaan
uang tabungan ditingkatkan dan dicocokan kearah investasi.
Bank Islam kini berhadapan dengan nasabah dengan dana mencapai
ratusan juta hingga miliaran, sedangkan dana pemegang saham menghadirkan
hanya sejumlah proporsi kecil dari jumlah tersebut. Materi yang mengenai
komposisi dari suatu organisasi atau badan berusaha untuk melindungi minat
dan dana dan mengendalikannya sepanjang aktivitas itu melayani sasaran
kedua-duanya pemegang saham dan pemilik dari sumber daya eksternal,
dengan menghadirkan dalam berbagai hal pengawasan dan kontrol.
Kepercayaan akan terguncang jika modifikasi dan perubahan dibuat tanpa
melibatkan penyimpan dan mitra dalam proses tersebut. Dan ketiadaan
penekanan, dari aspek teoritis, atas aturan yang tidak ada keuntungan tanpa
resiko, kelalaian itu secara total didalam kebanyakan operasi bank Islam dan
memperluas penggunaan dari pola prinsip dan pengembalian memberikan
kebingungan didalam masyarakat.
Dampak implementasi ekonomi islam atas ummah akan menjadi
pencerminan dalam perpindahan gerakan pembangunan ekonomi,
menciptakan faktor nilai tambah, peningkatan ekspor, lebih sedikit impor,
penciptaan lapangan kerja, rehabilitasi dan pelatihan.
SARAN
Ada beberapa hal negatif yang utama dalam permasalahan bank Islam
muncul dalam kaitannya dengan suatu ketiadaan sistem yang melukiskan
prosedur yang dihubungkan dengan penetapan bank Islam, aturan kendali,
penyelidikan dan tingkatan kredit maksimun, permasalahan berhubungan
dengan likuiditas dan cadangan, ketiadaan suatu mekanisme sha’riah sehingga
memungkinkan pusat bank untuk memberikan mereka bagian dalam
menyediakan bantuan likuiditas, mencegah bank Islam dari aktivitas komersil,
pemilikan dan pengambilan – walaupun ini bentuk bagian dari aktivitas bank
Islam- pembebanan pajak tinggi pada laba dan pengembalian modal dan bunga
92
dari bank konvensional. Melalui proses prinsip dan suatu perluasan dasar bank
Islam ini kita akan menantikan suatu campuran bentuk mapan dari perbankan
yang mengalami konsep Islam mulia, maka kita harus mengembangkan teknik,
gaya investasi, dan tingkatan jasa yang kita sediakan untuk para konsumen
kita. Isu lain yang sangat penting berhubungan dengan usaha bank Islam
adalah perlu menggunakan dan melengkapi kerangka sah tentang undang-
undang, melindungi dan mengkordinir antar diri mereka sampai kesetiaan
tegas yang utama, priinsip dan tidak memiliki keraguan tentang itu.
93
BAB 15. PEMBIAYAAN PERTANIAN/AGRIKULTUR
MELALUI CARA DAN INSTRUMEN ISLAMI:
SKENARIO PRAKTIS DAN APLIKABILITAS
Indonesia Sebagai negara agraris, sektor pertanian dan pedesaan memiliki
peran sangat strategis dalam pembangunan nasional. Peran tersebut, di
antaranya adalah sebagai andalan mata pencaharian sebagian besar penduduk,
kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), sumber devisa, sumber
bahan baku industri, dan perannya dalam penyediaan bahan pangan dan gizi,
serta sebagai pendorong bergeraknya sektor-sektor ekonomi riil lainnya.
Penelitian ini berfokus pada pembiayaan pertanian secara terpisah dari
berbagai sektor dan program lainnya, serta bagaimana instrumen-instrumen
Islam bisa digunakan untuk membiayai kebutuhan sektor ini, dikaji dengan
beberapa tahapan secara mendetail. Seperti, apakah pertanian di negara-negara
kurang berkembang bisa ditujukan pada kondisi dan kriteria yang tepat yang
belaku pada pasar global kontemporer untuk input dan produk, apakah
instrumen-instrumen Islami merupakan alternatif yang realistis dan dapat
diterapkan dalam sektor pertanian di negara-negara Islam?. Sehingga dapat
didefinisikan sebagai suatu tempat yang dapat digunakan dalam
meningkatkan komoditas pertanian dan produk-produk pasar, dan dengan
demikian membuat perubahan ke dalam modernisme cara hidup yang praktis
untuk mayoritas penduduk yang terlibat dalam sektor pertanian pada negara-
negara anggota IBD.
A. PEMBAHASAN
Penulis memulai studi ini dengan mengeksplorasi realitas dalam sektor
pertanian. Proses Pelaksanaan proses produksi-pemasaran di sektor pertanian,
meliputi input-input fisik (dalam hal ini, tanah dan air), input-input biologi-
kimiawi-teknologi (yaitu, kimia seperti pupuk, pertisida, dsb., dan input-input
mekanis seperti mesin, perlengkapan dan kebutuhan peralatan lainnya untuk
perdagangan), input modal manusia, persebaran informasi interface dan
kontribusi terhadap proses, dan yang terakhir, keuangan. Serangkaian input
yang kompleks ini akan didefinisikan dalam hal kapan input-input tersebut
masuk dan seberapa besar kontribusi mereka dalam proses produksi-
pemasaran di sektor pertanian. Kemudian diambil perusahaan pertanian
sebagai ilustrasi untuk menguraikan bauran sumber daya yang dibutuhkan
94
untuk melaksanakan siklus produksi yang pada akhirnya akan menghasilkan
output yang diharapkan.
Proses produksi ini diinterpretasikan dengan menggunakan fungsi
produksi yang biasanya di mana diperlukan serangkaian input faktor untuk
menghasilkan output barang dan jasa. Fungsi produksi kemudian
dikonseptualisasi dan diperiksa atau dikaji dalam hal sumber daya yang
dibutuhkan Berbagai kegiatan operasional dalam perusahaan terbuka yang
berorientasi pasar ini akan melibatkan variabel-variabel keputusan utama,
yang mana harus dipenuhi secara bersama-sama baik dari sumber-sumber
internal yang dihasilkan oleh petani yang bersangkutan, maupun dari
penggabungan sumber-sumber daya internal dan eksternal, yaitu sebagai
berikut: perolehan lahan, kegiatan sebelum penanaman, kegiatan pengelolaan
sebelum panen, kegiatan panenan, dan terakhir kegiatan pasca panen.
Keuangan merupakan input penting untuk memastikan bahwa telah dibuat
keputusan yang tepat dan bahwa kebutuhan-kebutuhan input tersebut tersedia
saat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil panen yang diharapkan. Kebutuhan
modal untuk setiap faktor dalam hubungan produksi diidentifikasi secara
global. Berbagai sumber daya modal yang diperlukan untuk serangkaian siklus
produksi dikaji dengan mempertimbangkan cara-cara tradisional dan metode
kontemporer dalam memobilisasi dana. Beberapa skenario dikaji dan
dibandingkan dengan tujuan untuk memisahkan opsi yang paling sesuai untuk
memberikan manfaat kepada penyedia dan penggunan pembiayaan.
Berbagai hubungan fungsional ini bisa dihitung untuk memperoleh semua
kombinasi atau gabungan input sumber daya yang mungkin dan dibutuhkan
oleh perusahaan pertanian dalam proses produksi-pemasarannya yang
akhirnya menghasilkan opsi yang kuat pada modal gabungan (K*) untuk
memobilisasi sumber daya pada sektor pertanian.
Dengan mempertimbangkan hal ini, kami menemukan bahwa terdapat empat
input atau sumber daya utama yang secara signifikan terkait dengan
gabungan/kombinasi berbagai input kompleks, yaitu:
Input kimiawi-biologi-mekanis,
Komponen modal manusia yang terwujud dalam bentuk keahlian dan
keterampilan pengusaha,
Working capital which is required to finance day to-day requisites of the
operation, and
Informasi –pemasaran dan modal yang terkait dengan pelayanan
Manfaat yang diberikan oleh opsi ini dikaji dan berbagai kemungkinan
penerapan gagasan ini di pasar modal juga turut dikaji.
95
Para ahli ekonomi telah menekankan bahwa dalam hal rumah tangga sektor
pedesaan, petani dan rumah tangga perani merupakan entitas atau kesatuan
keuangan tunggal. Oleh karena itu, berbagai program kredit pedesaan
dimaksudkan untuk membantu rumah tangga petani untuk mengubah
kegiatan perekonomian mereka.
Terdapat bukti kuat dalam literatur bahwa hubungan yang bersifat
simbiosis antara sistem keuangan dan pengembangan seringkali tidak
dinyatakan dengan jelas. Para penabung skala kecil dan orang-orang yang
mencari kredit dengan bunga ringan akan mendapat pengaruh negatif
manakala digunakan pasar keuangan untuk menutup kerugian harga hasil
pertanian yang rendah – suatu hal yang banyak terjadi dalam sektor ini.
Dengan demikian, "jika hasil panen dan harga bagus, para petani akan
mendapatkan penghasilan yang dapat digunakan untuk membayar
kebutuhan/tagihan dan kontrak untuk barang dan jasa baru, namun saat hasil
panen atau harga sedang buruk, baik bagi perusahaan pertanian maupun non-
pertanian. Pemberi pinjaman di sektor pedesaan akan memiliki sedikit
kesempatan untuk mengurangi resiko dari total portofolionya melalui
pinjaman non-pertanian" dalam keadaan ini. (Lihat, Mayer, p.114).
Kemudian adanya pertimbangan bahwa kemungkinan penggunaan
sertifikat investasi Islam dari pembiayaan yang berbasis syariah untuk
memobilisasi modal untuk sektor ini sangat bermanfaat. Secara teori, ada tiga
hal yang menjadi penciri dari pembiayaan berbasis syariah, yaitu (1) bebas
bunga, (2) berprinsip bagi hasil dan risiko, dan (3) perhitungan bagi hasil tidak
dilakukan di muka. Pembiayaan syariah pembagian hasil dilakukan setelah ada
keuntungan riil, bukan berdasar hasil perhitungan spekulatif. Sistem bagi hasil
ini dipandang lebih sesuai dengan iklim bisnis yang memang mempunyai
potensi untung dan rugi. Baik sistem bunga maupun bagi hasil sebenarnya
sama-sama dapat memberikan keuntungan bagi pemilik dana (bank/lembaga
keuangan), namun keduanya mempunyai perbedaan yang sangat nyata. Secara
ringkas perbedaan kedua sistem tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
96
Dengan demikian, pola pembiayaan syariah mempunyai karakteristik
yang lebih cocok dengan komoditi yang dibudidayakan oleh petani. Hal ini
disebabkan :
1. Di bank Islam tidak dikenal adanya perhitungan bunga, tetapi
menggunakan prinsip bagi hasil dan pengambilan keuntungan secara
jual beli.
2. Dalam prinsip bagi hasil, besarnya pembagian porsi keuntungan antara
pemilik dana (Bank) dan pengelola usaha (Petani) diserahkan kepada
kedua belah pihak tersebut disesuaikan dengan masa panen.
3. Dengan demikian, pada usaha pertanian yang kecil pendapatannya,
nisbah yang disepakati akan tidak sama dengan usaha yang lebih besar
pendapatannya, mengingat setiap komoditi usaha pertanian memiliki
tingkat pendapatan yg berbeda, dan masa panen (menghasilkan) yg
berbeda pula.
4. Petani tidak dibebani dangan bunga pinjaman, melainkan
pengembaliannya secara otomatis disesuaikan dgn masa panen.
Terdapat argumen bahwa instrument-instrumen ini telah memberikan
manfaat tambahan dibandingkan yang lainnya karena instrumen ini dapat
diadaptasikan pada konsep modal gabungan. Modal yang dibutuhkan untuk
suatu proyek adalah focus dari gagasan-gagasan ini. Instrumen yang
sebelumnya, yaitu sertifikat investasi, berasumsi bahwa pembiayaan
mengasumsikan pembiayaan kebutuhan suatu proyek sepenuhnya. Instrumen
97
yang selanjutnya, terstruktur sedemikian rupa sehingga konsep siklus produksi
digunakan sebagai kerangka referensi untuk usaha apa saja yang dilakukan
dalam rangka memobilisasi kebutuhan modal proyek. Kesamaan ini,
setidaknya antara definisi dalam perspektif studi ini, memungkinkan adanya
transisi dari gagasan memobilisasi sumber daya untuk proyek/operasi menjadi
model-model yang memobilisasi sumber daya melalui instrument-instrumen
pasar sekunder.
Masing-masing konsep ini terbentuk dengan baik. Gagasan tentang modal
gabungan (K*) secara teknis diperoleh dari siklus produksi agromonis dan
perekonomian di mana mobilisasi sumber daya dihubungkan dengan setiap
tahapan siklus. Sertifikat investasi merupakan instrument pasar sekunder Islam
yang telah disebarkan, di antaranya, sebagai cara yang dapat dipertahankan
untuk memobilisasi modal melalui intermediaso. Hubungan yang diadvokasi
antara keduanya dalam studi ini menunjukkan adanya alternatif penguatan
kapasitas bank-bank Islam dalam memobilisasi dana untuk sektor pertanian.
Terdapat sejumlah model-model pembiayaan Islami untuk mendanai
operasi perusahaan pertanian. Tulisan ini hanya akan berfokus pada model-
model yang digunakan oleh Bank-bank Islam untuk sebagian besar kegiatan
pembiayaan mereka. Tulisan ini akan menekankan model Musharaka dan
beberapa variasinya, Ijara, Istisna', Murabaha termasuk turunannya, Al-Salam,
dan Al-Istisna'. Apabila model-model ini telah didefinisikan dan posisi Shari'ah
telah diuraikan, maka studi akan mengeksplotasi berbagai pengalaman yang
diperoleh dalam menggunakan model-model ini dalam kondisi nyata sektor
pertanian.
PEMBIAYAAN BANK SYARIAH UNTUK PRODUK SEKTOR PERTANIAN
Dibedakan dalam 3 (tiga) kategori yang dibedakan berdasar tujuan
penggunaannya;
transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang, dilakukan
dengan prinsip jual beli
transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa
dilakukan dengan prinsip sewa
transaksi pembiayaan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna
mendapat sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.
1. PRINSIP JUAL BELI
Prinsip jual beli, berhubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan
barang atau benda. Tingkat keuntungan Bank ditentukan di depan dan menjadi
bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan atas bentuk
pembayaran dan penyerahan barang sebagai berikut:
98
(1) PEMBIAYAAN MURABAHAH
Murabaha adalah kontrak pembelian dan penjualan yang digunakan untuk
memenuhi sejumlah kebutuhan pembiayaan dari sektor pertanian. Murabaha
melibatkan suatu transaksi di antara seorang klien dan suatu bank di mana
pihak bank akan memfasilitasi pembiayaan suatu kebutuhan tertentu dari
pihak klien. Agar kontrak ini dapat berjalan, klien pertama kali harus
menguraikan barang-barang yang diperlukan dalam hal cirri/karakteristik dan
spesifikasi kualitasnya. Bank melakukan studi kelayakan spesifikasi yang
diuraikan oleh klien dan kemudian menginformasikan kepada klien margin
keuntungan yang ingin dibuat oleh bank terhadap harga asli barang tersebut.
Jika syarat-syarat ini dapat diterima oleh klien, maka kontrak Murabaha bisa
dilakukan oleh kedua belah pihak ini.
Pihak bank membeli barang-barang yang dibutuhkan yang telah ditetapkan
oleh klien dan membayar kepada pihak penjual secara langsung. Harga jual
adalah harga beli Bank dari pemasok ditambah keuntungan. Kedua pihak
harus sepakat atas harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual
dicantumkan dalam akad jual beli, dan tak berubah selama berlakunya akad.
Kontrak antara klien dan bank ditandatangani, dan klien kemudian membeli
kembali barang-barang tersebut dari bank dengan margin keuntungan yang
telah disepakati oleh kedua pihak.Dalam transaksi ini barang diserahkan
setelah akad, sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh.
(2) SALAM
Transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh
karena itu barang diserahkan secara tangguh, sedang pembayaran secara tunai.
Bank bertindak sebagai pembeli, nasabah sebagai penjual. Dalam praktek,
barang yang telah diserahkan kepada Bank, maka Bank dapat menjual kembali
barang tersebut secara tunai atau cicilan. Harga jual yang ditetapkan adalah
harga beli ditambah keuntungan.
Beberapa persyaratan yang seharusnya ada dalam kontrak penjualan Salam
antara lain adalah:
Pembayaran harus dilakukan segera dan di tempat. Suatu kondisi yang
bertentangan dengan pernyataan ini tidak dapat dijalankan oleh penjual
kecuali dinyatakan dengan jelas di dalam kontrak. Bahkan pada kondisi
yang terakhir disebutkan, pembayaran dilakukan saat penjual
menyerahkan barang kepada pembeli.
99
Dalam Al Salam, pembayaran dilakukan di muka sementara pengantaran
barang bisa ditunda atau ditangguhkan. Orang yang melakukan
pembayaran di muka (untuk penjualan bijih padi di masa depan) harus
melakukannya berdasarkan bobot yang pasti/tertentu dan pada periode
waktu tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu ". (Lihat, Abdalla,
p.6).
Bahwa barang yang akan diantarkan sifatnya spesifik dan dapat
didefinisikan dengan jelas secara fisik dan kuantitatif, yaitu, sekian
kilogram gandum, dsb.
(3) ISTISHNA
Menyerupai salam, namun pembayaran dapat dilakukan oleh bank dalam
beberapa termin pembayaran.
Kontrak Istisna' diharapkan akan memuat beberapa persyaratan utama sebagai
berikut:
Syarat-syarat kontrak harus ditetapkan dengan jelas dan tidak ambigu
dalam hal tempat, sifat, jenis dan spesifikasi produk yang akan dibuat
dan dalam hal kuantitas yang diminta.
Pesanan manufaktur didasarkan pada lingkungan pergaulan sosial
kontemporer dalam masyarakat yang memiliki budaya sesuai dengan
yang termasuk di dalam kontrak.
100
Kontrak Istisna' tidak harus mempunyai periode waktu jatuh tempo
tertentu yang ditetapkan.
Oleh karena itu, Istisna', adalah suatu peningkatan keahlian, dan model
manufaktur berorientasi industri di mana peralatan perdagangan dan input-
input intensif teknologi lainnya dapat diakses oleh pengusaha.
2. PRINSIP SEWA (IJARAH)
Ijara, pada hampir semua aliran Fiqh (yaitu, Hanafi, Maliki, Shafi'i, dan
Hanbali), didefinisikan sebagai suatu kontrak yang memungkinkan
kepemilikan hak penggunaan suatu aset. Dalam konteks ini, asset dan
pembayaran (dibuat untuk memperoleh hak penggunaan) harus ditetapkan
lebih dahulu di dalam kontrak. Asset-aset fisik dan tenaga kerja dapat disewa
gunakan dalam konsep Ijara.
Kontrak leasing ini harus dapat diterima bersama, jelas, dan tanggung
jawab serta manfaat untuk kedua belah pihak harus benar-benar dinyatakan
dengan jelas di dalam kontrak. Periode di mana asset atau hak guna dan harga
hak guna asset-aset tersebut disewakan harus ditetapkan dengan jelas di dalam
kontrak perjanjian. Persyatan-persyaratan ini harus ditetapkan dalam kontrak
untuk menghindari adanya ketidakpastian apa saja yang mungkin menghapus
kontrak (yaitu, Gharar).
3. PRINSIP BAGI HASIL
(1) MUZARA’AH
Menurut sebagian besar pendidikan Fiqh, Muzara'a merupakan suatu
kontrak legal yang dapat diterima secara sah untuk pembiayaan operasi
pertanian. Muzara'a bisa memiliki beberapa bentuk. Sebagai contoh, kontrak
berdasarkan pengaturan ini bisa menetapkan bahwa lahan atau faktor-faktor
produksi fisik lainnya untuk perusahaan bisa berasal dari satu pihak sementara
tenaga kerja dapat disediakan oleh pihak lainnya. Bentuk lainnya, hanya lahan
yang berasal dari satu pihak, sementara faktor-faktor lainnya, termasuk tenaga
kerja, bisa berasal dari pihak lain yang terlibat di dalam kontrak. Atau bentuk
lain dari Muzara 'a adalah lahan dan tenaga kerja bisa berasal dari salah satu
pihak dalam kontrak, sementara semua faktor lainnya bisa disediakan oleh
pihak lain yang terlibat di dalam kontrak.
Suatu keadaan di mana ada tiga pihak yang terlibat di dalam kemitraan
Muzara 'a di mana pihak pertama menyediakan lahan, pihak kedua
101
menyediakan gabungan input-input fisik yang diperlukan dan pihak ketiga
menyediakan tenaga kerja adalah merupakan hal yang lazim dalam sektor
pertanian kontemporer. Sama halnya, suatu pengaturan pembiayaan
berdasarkan Muzara'a dapat dijalankan dengan cara kemitraan bersama untuk
memobilisasi lahan, input fisik lain dan tenaga kerja.
Agar suatu kontrak Muzara'a dapat berjalan dengan sah, ada beberapa
persyaratan penting yang harus dipenuhi, di antaranya yaitu:
Kontrak harus mengikat di antara individu-individu atau pihak-pihak
yang terlibat.
Fungsi dan kewajiban dari setiap individu atau pihak dalam kontrak
harus ditetapkan dengan jelas dan tidak ambigu.
Lokasi dan sifat tanah yang akan diolah berdasarkan kontrak Muzara'a
harus diidentifikasi dengan jelas dan diajukan kepada pihak-pihak yang
akan melaksanakan operasi.
Tujuan produksi perusahaan harus ditetapkan dalam syarat-syarat
produk akhir, yaitu tanaman atau ternak yang akan diolah atau
dikembangbiakkan.
Periode kontrak Muzara'a harus ditetapkan untuk efektivitas.
Metode distribusi output harus dinyatakan secara jelas di dalam
kontrak.(Lihat, Abdalla, 1993).
(2) MUSAQAH
Sebagian besar Fuqaha sepakat bahwa Musaqah adalah suatu kesepakatan di
antara dua individu di mana salah satu menyediakan kebun buah-buahan atau
pepohonan yang dimilikinya dan pihak lain menyediakan tenaga kerja dan
keahlian untuk irigasi dan pemeliharaan. Pembagian output perusahaan yang
spesifik dan telah ditetapkan sebelumnya (misalnya sepertiga atau setengah,
dsb.) akan diberikan kepada penyedia tenaga kerja dan keahlian. Hal ini akan
dinyatakan secara jelas di dalam kontrak. Meskipun ini merupakan konsensus
dari sebagian besar Fuqaha, posisi sekolah Maliki menyatakan bahwa Musaqah
juga bisa diterapkan untuk perusahaan selain kebun buah-buahan/pepohonan.
(lihat, Bin Arafah, Ch.3, p.529)
Namun sejauh ini pembiayaan Muzaraah dan Musaqah belum ada yang
mengajukan, sehingga aturan dari Bank Indonesia belum dikeluarkan.
Seandainya ada petani yang menginginkan pembiayaan seperti ini untuk
sementara bisa dibiayai melalui mekanisme pembiayaan Mudharabah atau
Musyarakah.
102
(3) MUDHARABAH MUTLAQAH (BAGI HASIL)
Pembiayaan mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara bank sebagai
pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah sebagai pengelola dana (mudharib)
untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah pembagian hasil (keuntungan
atau kerugian) menurut kesepakatan dimuka. Pembiayaan mudharabah dapat
diberikan dalam bentuk kas dan atau non-kas yang dilakukan secara bertahap
atau sekaligus. Pengembalian pembiayaan mudharabah dapat dilakukan
bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau pada saat diakhiri-nya akad
mudharabah.
Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode,
yaitu bagi laba (profit sharing) atau bagi pendapatan (revenue sharing). Bagi laba
dihitung dari pendapatan setelah dikurangi beban yang berkaitan dengan
pengelolaan dana mudharabah. Sedangkan bagi pendapatan, dihitung dari
total pendapatan pengelolaan mudharabah.
Dalam hal terjadi kerugian dalam usaha pengelola dana (mudharib),bank
sebagai pemilik dana (shahibul maal) akan menanggung semua kerugian
sepanjang kerugian tersebut bukan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan
pengelola dana (mudharib).
Kelalaian atau kesalahan pengelola dana, antara lain, ditunjukkan oleh
tidak dipenuhinya persyaratan yang ditentukan di dalam akad, tidak terdapat
kondisi force majeur dan/atau yang telah ditentukan di dalam akad atau hasil
putusan dari
badan arbitrase atau pengadilan.
Pada prinsipnya pembiayaan mudharabah tidak mensyaratkan jaminan,
kecuali dalam hal pengelola dana tidak memenuhi syarat yang ditetapkan.
Pencairan jaminan dapat dilakukan apabila pengelola terbukti melakukan
103
pelanggaran kesepakatan. Persyaratan Mudharabah: modal berupa uang tunai
atau barang yang dapat dinilai dengan uang. Jumlah modal harus jelas, nyata
dan bisa dilihat, harus diserahkan kepada pelaksana dan keuntungan harus
jelas pembagian keuntungannya dan sebaiknya berbentuk nisbah.
(4) MUDHARABAH MUQAYYADAH (BAGI HASIL)
Pembiayaan mudharabah (muqayyadah) adalah akad kerjasama usaha
antara nasabah pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah pengelola dana
(mudharib) dimana pihak bank bertindak sebagai perantara pembiayaan.
Pemilik dana menetapkan pelaksanaan kegiatan dengan syarat-syarat tertentu
berupa jenis usaha, tempat, waktu maupun tatacara pelaksanaannya. Nisbah
pembagian hasil (keuntungan atau kerugian) menurut kesepakatan dimuka.
Syarat-syarat lainnya mengacu kepada Pembiayaan mudharabah. Bank
dalam kegiatan ini bertindak sebatas perantara/ penghubung antar pemilik
dana dan pengelola. Oleh sebab itu memiliki tanggung jawab yang terbatas.
Apabila bank sebagai chanelling agent maka dibukukan dalam laporan
perubahan dana investasi terikat. Apabila sebagai executing agent maka
dibukukan sebesar porsi risiko yang ditangung bank. Sebagai agen/perantara
pembiayaan bank dapat meminta fee sebagai imbalan.
(5) MUSYARAKAH (PERKONGSIAN)
Musyarakah adalah akad kerjasama yang terjadi diantara para pemilik
modal (mitra musyarakah) untuk menggabungkan modal dan melakukan
usaha secara bersama dalam suatu kemitraan, dengan nisbah pembagian hasil
sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung secara
proporsional sesuai dengan kontribusi modal.
104
Musyarakah dapat berupa musyarakah permanen maupun musyarakah
menurun. Musyarakah permanen adalah musyarakah yang jumlah modalnya
tetap sampai akhir masa musyarakah. Sedangkan di dalam musyarakah
menurun, jumlah modalnya secara berangsur menurun karena dibeli oleh
mitra musyarakah.
Dari sudut pandang Fiqh, Musharaka harus memenuhi beberapa persyaratan
hukum agar dapat dipraktekkan secara legal/sah. Berikut adalah beberapa dari
persyaratan yang dimaksud:
Modal untuk Musharaka harus berdasarkan kontribusi tunai dari pihak-
pihak dalam perusahan atau gabungan antara kontribusi tunai dan asset riil
(misalnya, tanah/lahan, mesin, dsb) yang harus dihubungkan dengan nilai
pasar untuk memulainya,
Metode distribusi profit/keuntungan di antara pihak-pihak dalam
pembiayaan Musharaka harus ditetapkan di dalam kontrak.
Kerugian akan ditanggung/dibagi sesuai dengan jumlah saham yang
dimiliki oleh pihak-pihak di dalam perusahaan,
Modal Musharaka dianggap kepercayaan berada di tangan manajer
perusahaan,
Musharaka merupakan suatu kontrak sukarela yang dapat dihentikan setiap
saat yang tidak menimbulkan kerugian bagi pihak-pihak yang terlibat di
dalam kontrak.
Tidak terdapat ambiguitas dalam kenyataan bahwa konsep ini
berhubungan untuk mencapai tujuan yang dibutuhkan. Untuk mengevaluasi
manfaat dari penelitian ini, perlu untuk menilai setiap gagasan ini masing-
masing dan secara bersamaan tergantung pada bobot kontribusinya dalam
memobilisasi modal yang dibutuhkan oleh sektor pertanian. Hal ini
merupakan pekerjaan para ahli di bidang Shari'ah, ekonomi dan keuangan.
105
Suatu studi kasus empiris/terapan yang mencari metode pembiayaan siklus
operasi pertanian/peternakan akan sangat relevan.
Musibah tanaman pangan bisa berarti musibah keuangan. Hal ini bisa
mengakibatkan petani dan keluarganya terpaksa gulung tikar. Tidak cukup
hanya dengan berinvestasi secara langsung dalam proyek-proyek pertanian
dan jasa-jasa terkait. Para petani juga harus dibantu dalam menghadapi
musibah bencana alam. Hal ini perlu dipertimbangkan sebagai komponen
penting dari paket input gabungan yang dibutuhkan oleh perusahaan. Tujuan
asuransi pertanian dan/atau tanaman pangan harus dibentuk, di antaranya
meliputi hal-hal sebagai berikut:
Membantu memelihara kesejahteraan petani saat terjadi kerugian.
Memungkinkan para petani melanjutkan pertanian produktifnya setelah
terjadi kerugian,
Menstabilisasi kondisi sosial dan ekonomi masyarakat,
Membantu pelaksanaan usaha pemerintah dalam meningkatkan
produksi tanaman pangan dan peternakan, yang juga akan
meningkatkan penerimaan sektor pedesaan,
Mempromosikan perkembangan perekonomian para petani skala kecil
dengan mengatasi berbagai hambatan dalam pengadopsian teknologi
baru dengan menghindari resiko operasi kredit sektor pedesaan.(Lihat,
Memografi Bank Iran di Sektor Pertanian/Agricultural Bank of Iran
Memograph).
1. SIMPULAN
Kegiatan pertanian merupakan suatu lingkungan tersendiri. Sektor ini
cenderung memiliki banyak resiko. Musibah seperti kekeringan, banjir, hujan,
gempa bumi, longsor lumpur dan banyak musibah lainnya yang seringkali
harus dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan.
Jenis-jenis operasi utama yang dibahas di atas, model-model pembiayaan
yang digunakan untuk melaksanakan operasi pertanian, dan pilihan kebijakan
asuransi tanaman pertanian yang digunakan cenderung mengurangi dampak
merugikan dari banyak bencana alam dan resiko dalam sektor pertanian.
Asuransi/jaminan tanaman pangan didesain untuk membuat produsen
yang dijamin mampu mentransfer sebagian besar resikonya kepada asuransi
tanaman pangan, sehingga dengan demikian akan menyebarkan resiko di
antara banyak produsen di berbagai wilayah dan kapan saja. Ini merupakan
atribut Takaful Islami di mana orang-orang dalam komunitas yang mengalami
musibah secara kolektif bisa dibantu untuk kembali mandiri sehingga mereka
dapat mulai dari awal lagi. Saat terjadi gagal panen, asuransi ini memberikan
106
petani alternatif sumber pemasukan untuk memenuhi kewajiban pembayaran
pinjaman.
Oleh karena itu, secara tidak langsung sektor ini dapat memperoleh
keuntungan dari teknik pembiayaan Islami ini jika tujuannya adalah untuk
melancarkan pengaruh dari kerugian yang tidak diharapkan akibat bencana
alam.
Beberapa model pembiayaan syariah seperti Musharaka dan beberapa
variasinya, Ijara, Istisna', Murabaha termasuk turunannya, Al-Salam, dan Al-
Istisna, dikaji dan diaplikasikan dalam sektor pertanian. Sayangnya, sampai
saat ini alternative pembiayaan yang sangat baik ini belum banyak digunakan
dalam pertanian kontemporer. Meskipun demikian, akan sangat bermanfaat
untuk menekankan beberapa permasalahan yang dihadapi dalam proses
pelaksanaan produksi-pemasaran melalui pembiayaan secara syariah dari
beberapa kontrak ini dalam sektor pertanian.
Kebutuhan modal gabungan (yaitu, K) untuk masing-masing perusahaan
akan menjadi obyek pembiayaan. Dengan mengambil hal ini sebagai tujuan,
kami ingin (a) menghubungkan pilihan pembiayaan kebutuhan modal
gabungan (K.) dengan pasar modal, (b) menekankan hubungan yang bersifat
simbiosis yang terdapat di antara proyek dalam sektor ini dengan industri,
utilitas publik, dan sektor-sektor pelayanan lainnya, serta (c) mengasosiasikan
mobilisasi usaha pendanaan dengan instrument ini, yaitu, sertifikat investasi.
Beberapa skenario praktis untuk mengkonseptualisasi hubungan-hubungan
ini, dijabarkan dan dikaji secara bertahap dengan baik.
Akhirnya harus diakui bahwa pembiayaan terhadap usaha di sektor
pertanian menghadapi sejumlah kendala dan masalah, baik internal maupun
eksternal. Kendala internal pengusaha kecil-menengah di sektor pertanian ini
antara lain, yaitu ; (1). Tingkat kemampuan & profesionalisme SDM di bidang
keuangan rendah, (2). Keterbatasan dan penguasaan teknologi, (3). Kelemahan
struktur permodalan, keterbatasan akses sumber modal karena diasumsikan
berisiko tinggi dan profitabilitas rendah dan tidak memiliki colateral (agunan),
(4). Kekurang mampuan memperluas peluang dan akses pasar, (5). Kelemahan
di bidang organisasi dan manajemen. Sedangkan kendala eksternal antara lain,
(1). Kurangnya kepercayaan berbagai pihak terhadap kemampuan usaha kecil,
(2). iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang kuat dari usaha
besar, (3). Sarana dan prasarana yang kurang memadai.
2. SARAN
Perlu ditekankan di sini, bahwa sumber pembiayaan ini tidak dapat
diharapkan untuk memenuhi sebagian besar modal yang dibutuhkan oleh
107
sektor ini. Meskipun demikian, karena terdapat manfaat untuk
mengakomodasi partisipasi orang-orang dalam pengambilan keputusan, opsi
ini harus diberikan perhatian lebih. Kondisi ini akan memerlukan mobilisasi K'
gabungan dari sumber-sumber di luar sektor, yaitu pasar keuangan dan modal
dalam perekonomian di manapun yang memungkinkan.
Perkembangan perekonomian pada suatu negara bergantung pada, di
antaranya, stok sumber-sumber daya dan keahlian yang dimiliki oleh angkatan
kerjanya tidak dapat diabaikan. Kemampuan untuk memelihara dan
memobilisasi sumber daya untuk investasi, pada akhirnya akan bergantung
kekuatan pasar modal negara tersebut yang dengan sendirinya memiliki
hubungan yang erat dengan kemampuan negara tersebut untuk merancang
instrument-instrumen finansial yang sesuai/tepat untuk memobilisasi
berbagai program dan proyek target dalam perekonomian.
Sebagai penutup, perlu diingatkan kepada perbankan dan pemerintah,
bahwa dalam memberikan pembiayaan, bank syariah harus tetap menerapkan
prinsip kehati-hatian (prudential). Hal ini untuk menghindari terjadinya
pembiayaan bermasalah. Sebab dana yg dititip penyimpan ke Bank adalah
amanah dan milik masyarakat yang harus dikelola dan dikembangkan secara
profitable. Selanjutnya pemerintah harus secara serius mengaplikasikan
program-program yang telah disusun, agar pemberdayaan masyarakat
pertanian menuju masyarakat yang sejahtera dapat terwujud dalam bingkai
syari’ah.
108
BAB 16. ISLAMIC CAPITAL MARKET PRODUCTS:
DEVELOPMENTS AND CHALLENGES
Perkembangan dari pasar modal islami adalah bagian integral dari
perkembangan pasar modal pada umumnya. Seperti pasar adalah merupakan
hal-hal pokok untuk mobilisasi dan alokasi sumber daya yang efisien. Hal ini
lebih ekonomis karena larangan terhadap bunga menyatakan secara langsung
kepercayaan yang besar pada ekuiti dan asset berdasarkan pembiayaan.
Ketersediaan atas produk-produk yang cocok akan menyebabkan perusahaan-
perusahaan akan menggunakan pasar–pasar pada negara-negara anggota
untuk meningkatkan dana dan menginvestasikannya didalamnya.
Sukuk adalah kelas yang lain dari produk dalam pasar modal yang
memiliki hasil yang dapat diterima. Sukuk memilki potensi yang besar sebagai
pembiayaan dan alat manajemen resiko baik untuk perusahaan dan sector
pemerintahan. Pasar perdana bagi ijarah sukuk diharapkan tumbuh lebih jauh
lagi. Sedangkan di pasar secondary pasar masih belum berkembang. Sasaran
sukuk terhadap lebih beragamnya kelompok investor dapat membantu
membentuk pasar secondarinya dalam hal untuk variable dan kebutuhan
likuiditas yang tidak berhubungan dari beberapa investor.
Pada Present Trend and Future Prospects of Sukuk, Hannef (2006) menegaskan
bahwa sukuk dikenal sejak abad 7 Masehi, ketika pemerintahan Umayah
mengeluarkan sukuk al Badai yang merupakan kupon komoditas yang mirip
dengan cek gudang. Sebagaimana yang tercatat juga melalui bukunya Iman
Malik, al Muwatta, mengemukakan bahwa sukuk al Badai merupakan bukti
pemilikan barang dalam jumlah tertentu dari bendahara negara, bisa
diberdagangkan sebelum sampai batas waktu yang ditentukan. Menurut Adam
(2006) dalam “the Evolution of Sukuk”, Sukuk berasal dari kata Sakk yang berarti
dokumen atau lembaran kontrak. Kemudian, sukuk digunakan secara luas oleh
muslim di abad pertengahan sebagai surat yang
menunjukkan kewajiban pembiayaan berasal dari perdagangan atau aktivitas
komersial. Dan, Barat mengunakan Sakk dalam transaksi perdagangan berubah
nama menjadi kata latin, Cheque. Sukuk saat ini berbeda pengunaan dengan
sukuk pada awal mulanya. Struktur sukuk mendekati konsep sekuritas
konvensional yang proses pemilikan underlying asset ditransfer kepada
sejumlah investor melalui sertifikat yang menunjukkan proporsi nilai atas
asset.
Sukuk pada prinsipnya mirip obligasi konvensional, dengan perbedaan
pokok antara lain berupa konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti
109
bunga, adanya suatu transaksi (underlying transaction) berupa sejumlah tertentu
aset yang menjadi dasar penerbitan Sukuk, dan adanya akad atau perjanjian
antara para pihak, yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip syariah, Selain
itu, Sukuk juga harus di struktur secara syariah agar instrumen keuangan ini
aman dan terbebas hal-hal yang bertentangan dengan syariah, seperti maysir
(judi), Gharar (spekulasi), Riba (bunga) dan suatu hal yang haram. Aset
(underlying asset) yang menjadi objek perjanjian harus memiliki nilai ekonomis,
dapat berupa aset berwujud atau tidak berwujud termasuk proyek yang akan
atau sedang dibangun. Fungsi underlying asset tersebut untuk menghindari
riba, sebagai prasyarat untuk dapat diperdagangkannya Sukuk di pasar
sekunder dan menentukan jenis struktur Sukuk.
Pokok persoalan utama syariah yang menyangkut perdagangan saham
berhubungan dengan: (i) bisnis perusahaan yang saham-sahamnya diperjual
belikan, (ii) bentuk saham atau kontrak pembagian, dan (iii) kecocokan syariah
untuk praktek perdagangan yang berhubungan dengan saham. Sementara itu,
beberapa penyaringan yang sistematis telah dimulai pada basis (i) sedikitnya
usaha yang dilakukan pada hal tersebut (ii) dan (iii) menyangkut kontrak dan
eliminasi terhadap bentuk-bentuk perdagangan yang tidak sesuai dengan
syariah.
Penyaringan untuk saham-saham yang sesuai syariah dilakukan pada
tingkat pusat oleh Shariah Advisory Council (SAC) atau Dewan Penasehat
Syariah dari Securities dan Exchange Commission (SEC)/Komisi Bursa dan
Obligasi. Kriteria penyaringan utamanya berdasarkan aktivitas dan
pendapatan. Tidak ada utang atau saringan liquiditas dipakai. Jadi,
penyaringan akan memerlukan laporan pendapatan tapi bukan laporan neraca
perusahaan tersebut. Dana-dana pribadi atau investasi perusahaan-perusahaan
tidak membuat kriteria penyaringan syariah mereka sendiri.
Proporsi yang rendah dari pasar bursa yang sesuai dengan syariah
merupakan perwujudan dari tingginya utang sampai pada rasio equitas pada
struktur finansial dan perusahaan-perusahaan berbadan hukum yang
mayoritas di negara-negara dunia ketiga seperti yang ditunjukkan dewasa ini.
Apa yang kebanyakan terjadi terhadap pasar saham yang sukses dan cepat
adalah (i) keterbatasan pertanggungjawaban perusahaan, (ii) kemungkinan
keluar tanpa penutupan (persekutuan yang tidak mengikat), dan (iii)
memberikan bentuk standar atas saham. Faktor-faktor ini akan
menyederhanakan perdagangan saham dengan membuat harga dan/atau
kuantitas sebagai satu-satunya variabel pasar yang dapat dinegosiasikan.
110
Salah satu cara untuk menerapkan syariah pada praktek perdagangan
adalah membuat penilaian berjenjang dengan teliti yang akan menguji
keberadaan prosedur tertulis yang standar untuk operasional dan praktek-
praktek perusahaan yang sebenarnya.
Hussain menyimpulkan bahwa adalah harapan banyak orang secara umum
bahwa indeks yang etis yang menerapkan berbagai jenis kriteria yang etis
untuk penyaringan dan mengurangi ukuran seluruh bidang yang ada hasilnya
akan jelek daripada indeks yang tidak melalui penyaringan.
Indeks syariah diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan investor dan
untuk mengembangkan reksa dana syariah. Melalui indeks syariah diharapkan
investor lebih mendapatkan transparansi akan laporan keuangan yang
disumbangkan oleh para praktisi, pemenuhan ketentuan syariah sebagai hasil
peran serta Dewan Syariah Nasional serta accountibility dari pihak Bursa Efek
yang melakukan monitoring.
Shariah admissible set akan menyusut.jika kumpulan perusahaan ini menjadi
kecil, maka para investor Islam akan lebih memilih sistem seperti murabahah.
Pengaruh naik turunnya harga pasar tidak akan simetris terhadap besarnya
harga fluktuasi dan resiko untuk porsi pasar yang Islami selama saham
perusahaan-perusahaan syariah kecil. Sementara harga naik berjalan yakni
ketika harga-harga saham naik, beberapa saham akan berubah dari shariah
non-admissible set menjadi shariah admissible set dengan berdasarkan utang
pada kriteria kapitalisasi. Selanjutnya, shariah admissible set akan menjadi
pilihan para investor Islam.
Salah satu kapitalisasi pasar adalah persentase dari GDP. Rasio ini sebagai
satu proksi untuk pasar penembusan saham pada ekonomi ketika digunakan
seiring dengan indikator lain. Kapitalisasi pasar dapat meningkat oleh (i)
peningkatan dalam persediaan harga, (ii) bertambah di formasi ibukota lagi
(investasi ekonomi) melalui bursa saham, dan (iii) oleh peningkatan di aliran
dari financial modal ke arah bursa saham (subtitution harta, yaitu, bertambah
di tabungan ada pada bentuk dari bursa). Rasio dari kapitalisasi pasar ke GDP
dipengaruhi oleh struktur dari sistem keuangan dan likuiditas pada bursa
saham. Satu likuiditas lebih tinggi memperbolehkan investor untuk membeli
dan menjual saham dengan mudah. Satu bursa saham benda cair mengurangi
risiko investasi dengan demikian menarik aliran keuangan dan maka
kapitalisasi pasar mengalami peningkatan.
Ijarah-sukuk adalah produk terbaru di pasar bursa yang dengan cepat
mendapat tempat dipasar modal. Banyak negara/pemerintah mendapatinya
berguna untuk menaikkan pendanaan untuk kebutuhan fiskal mereka dan
111
finansial jangka panjang untuk proyek besar mereka. Entity (bagian dari
sesuatu yang berdir sendiri) yang berbadan hukum juga mendapatinya
berguna untuk membangkitkan pendanaan untuk keperluan proyek
infrastruktur mereka.
Ada 3 bagian struktur ijarah-sukuk tersebut: pemula atau ahli waris dari
ijarah-sukuk; special purpose Vehicle (SPV)/tujuan khusus penerbit ijarah-
sukuk; dan investor (pemegang saham sukuk). Kebanyakan sukuk yang
dikeluarkan saat ini strukturnya sama satu dengan yang lain. Namun beberapa
diantaranya berbeda dalam hal penggunaan ijarah, istisna, dan murabaha
untuk memenuhi kebutuhan ahli waris/pemilik. Berikut ini kita diskusikan
dengan singkat tiga struktur yang lain:
1. IDB sukuk
2. Caravan sukuk
3. Darrat sukuk
Organisasi audit dan akuntan untuk institusi finansial
Islami(AAOIFI=Accounting and Auditing for Islamic Financial Institutions)
pada standar syariah no. 17 mendefinisikan investasi sukuk sebagai
mensertifikasi harga/nilai yang sama pada kepemilikan saham yang tidak bisa
dibagi atas aset-aset yang nyata, usufruct dan pelayanan atau (dalam
kepemilikan) aset pada proyek-proyek tertentu atau kegiatan investasi khusus,
namun hal ini benar setelah mendapatkan nilai sukuk, penutupan dana-dana
pekerjaan dan sumbangan yang diterima dengan tujuan untuk sukuk yang
diterbitkan. Pendekatan yang lebih baik adalah dengan mendesain produk
syariah yang cocok menurut kebutuhan pasar, menjaga tetap pada konsep
sistem finansial syariah dan rencana struktur pasar masa depan.
Standar tersebut memberikan contoh 14 tipe investasi sukuk yang berbeda:
1. sertifikat kepemilikan aset sewa (Ijarah sukuk)
2. sertifikat kepemilikan usufruct:
i. aset yang sudah ada
ii. gambaran aset ke depan
iii. pelayanan untuk acara-acara tertentu
iv. gambaran pelayanan ke depan
3. sertifikat salam
4. sertifikat Istisna
5. sertifikat Murabaha
6. sertifikat Musharakah
i. sertifikat partisipasi
ii. sertifikat Mudharabah
112
iii. Investasi agen sukuk
7. Sertifikat Muzaraah(hasil panen)
8. Sertifikat Musaqah (irigasi)
9. Sertifikat Mugharasa (pertanian/penanaman benih)
Pendekatan yang lebih baik adalah dengan mendesain produk syariah yang
cocok menurut kebutuhan pasar, menjaga tetap pada konsep sistem finansial
syariah dan rencana struktur pasar masa depan
Hal lain yang perlu dicatat adalah tingkat sukuk pemerintahan pada tiap
negara sama dengan tingkat obligasi konvensional pemerintah dinegara itu. Ini
menunjukkan perlindungan atas aset spesifik terhadap struktur SPV (Special
Purposes Vehicle) tidak memiliki efek keuntungan penting pada tingkat sukuk
pemerintahan. Ini adalah pengeluaran logis yang nyata mencakup keseluruhan
kasus (i) pembayaran sewa pada tempat sukuk tidak penting dihasilkan dari
pemakaian aset sukuk tetapi dari pajak umum dan pendapatan lain dari
perusahaan negara. (ii) oleh karena itu apa yang membedakan kapasitas
pembayaran agregat pemerintahan memberikan obligasi eksis, stabilitas politik
dan komitmen untuk membayar,. Yang mana sangat mendasar pada tingkat
pemerintahan.
Oleh karena tiap struktur sukuk dapat mempunyai resiko transformasi
properti berbeda yang mana bergantung pada jenis kontrak yang pokok; sifat
dan susunan aset pokok; dan apakah dengan atau melewati batas layanan yang
ditetapkan.
Resiko dapat diklasifikasikan dalam beragam cara. Dipandang dari
implikasinya terhadap sistem dapat diklasifikasikan sebagai resiko sistemik
dan idiosinkratik (resiko khusus perusahaan).
Pada kenyataannya resiko sukuk bergantung pada:
a. Struktur hasil pasti atau fleksibel dalam kontrak diantara pemula dan
investor
b. Sifat dari tarif kontrak pasti atau fleksibel diantara penghasil dan
pemula
c. Waktu pembayaran
d. Susunan dan sifat dari aset pokok
e. Pilihan panggilan atau penempatan yang diberikan pada pemula atau
investor
f. Kemampuan pembayaran dari pemula atau penjaminnya
g. Tradabilitas dan likuiditas dari sukuk
Nilai dari resiko keuntungan ditampilkan dalam keseluruhan tarif pasti ijarah
sukuk dan mempengaruhi investor dan pemula dalam cara yang berlawanan.
113
Beratnya resiko ini berbanding langsung terhadap perubahan dalam harga
pasar dan masa pembayaran sukuk.
Bank Pembangunan Islam (IDB) dimandat untuk berkontribusi dalam
pengembangan kebutuhan negeri anggota. Untuk maksud ini dimulai
menghasilkan ijarah sukuk dengan mengisolasi beberapa dari aset. Obyektifitas
dari pengaman ini adalah menambah kumpulan dana yang mana IDB akan
menggunakannya untuk menolong keuangan proyek pembangunan pada
negara anggota sebagai mana mode pembiayaan islam lainnya seperti
murabahah, istisna dan ijarah.
Oleh karena itu. Proses menghasilkan sukuk haruslah memiliki batas, saat
kebutuhan pembangunan negara anggota besar. Dana dihasilkan dengan
proses sukuk yang ada tidak mengkhususkan bagi proyek spesifik.
Ini akan menguntungkan pada (i) IDB akan sanggup untuk menghemat
beberapa aset terbaik dari mendapatkan hubungan untuk periode panjan. (ii)
Aset negara anggota akan terlindungi yang mana tidak akan menjadi
likuidatabel saat berdiri sendiri berbasis pada biaya rendah. (iii) negara
anggota akan berpartisipasi secara langsung dalam pengumpulan dana yang
mana akan menciptakan insentif lebih baik untuk menggunakan dana secara
efisien seperti untuk membayar obligasi dan mendapatkan ulang aset-aset.
Cara lain untuk mencapai tujuan yang sama adalah untuk negara anggota
untuk transfer pertama beberapa kualitas baik aset tak dibebani ke lembar
keuangan IDB. IDB kemudian mengamankan itu dalam sebuah kelompok aset
itu. Kemudian ijarah sukuk dikeluarkan pada lembaran keuntungan penuh
yang kuat di IDB. Prosedur kedua ini memiliki seluruh keuntungan dari
proposal sebelumnya dengan tambahan itu (iv)peranan penginkatan kredit IDB
berperanan lebih lanjut lagi. Itu menjadikan banyak dana murah dapat jadi
lebih tersedia. Bagaimanapun juga, proposal bergantung pada keanggotaan
pemerintah untuk mau mentransfer sejumlah aset mereka ke IDB atau pada
satu SPV.
Hal yang paling kontroversial dari sukuk adalah penyusunan pembelian
kembali dalam bentuk yang jelas atau dalam bentuk yang tidak jelas sebagai
janji yang tidak tertulis dari penggagasnya.
Tujuan SPV melibatkan sektor swasta dalam pengaman konvensional
adalah untuk membentuk:
1. Membatasi kemampuan perencanaan para investor yang akan
menyediakan dana
2. Merencanakan komitmen perusahaan yang akan mengguankan dana
dengan berbagai cara yang telah diberitahukan
114
Tapi disi lain SPV membuat alat pengontrol kebangkrutan dari berbagai
bisnis dan perusahaan lokal. Dilain pihak meningkatkan kredit atau
kepercayaan perusahaan. Kedua hal tersebut itulah yang akan menarik para
investor dan mereka akan mengalirkan dananya.
Persoalan syariah yang lain dalam beberapa ijarah sukuk adalah mereka
menaruh semua pemeliharaan pembelanjaan kepada penyewa selama
pembelanjaan tersebut telah mendapat pertanggungjawaban dari orang yang
menyewakan.
Suatu aspek yang sering dibahas dan dikeluhkan dalam pembiayaan Islam
adalah tentang produk-produk dan prosedur-prosedur yang tidak
terstandarisasi serta berbagi aplikasi opini syariah. Hal ini seringkali menjadi
hambatan untuk pertumbuhan dan pengintegrasian pasar. Langkah kecil IDR
ini bisa meningkatkan konvergensi yang diperlukan.
Berbagai faktor seperti keterbatasan jumlah modal, kebijakan kepemilikan
berdasarkan kewarganegaraan, resiko-resiko ekonomi dan politik, serta
tingginya resiko dan biaya untuk transaksi semacam itu menjadi penyebabnya.
Situasi ini secara bertahap mengalami perubahan.
Meskipun demikian, biaya transaksi yang tinggi masih menjadi
permasalahan yang berasal dari perbedaan dalam persyaratan peraturan dan
listing, perbedaan pedoman perdagangan dan peraturan perdagangan,
ketidakstabilan nilai tukar, kurangnya lembaga pendukung untuk transaksi
lintas perbatasan, serta keterbatasan yang terkait dengan spektrum kriteria
kesesuaian shariah.
Dalam berbagai kesulitan yang sama dalam cross-listing, penggunaan suatu
system tanda terima deposito telah mengalami evolusi dalam pasar modal
konvensional yang sedang berkembang. Instrumen-instrumen seperti Global
Depository Receipts (GDR), European Depository Receipts (EDR), dan American
Depository Receipts (ADR) telah bermunculan. Instrumen-instrumen ini efektif
dari segi biaya dan mudah meningkat dan menurun sesuai dengan persyaratan
dari pihak yang mengeluarkan. Suatu tanda terima deposito (IDR) merupakan
instrumen yang dapat dinegosiasikan dan ditransfer yang diperdagangkan
dalam bursa saham suatu negara (atau yurisdiksi) tetapi mewakili suatu saham
yang terdaftar dan dikeluarkan oleh suatu perusahaan di negara lain (atau
yurisdiksi).
Salah satu cara untuk meningkatkan produk yang sesuai shariah dalam
pasar modal adalah dengan mengembangkan produk baru yang sesuai dengan
berbagai jenis pengguna—yaitu, penerbit dan investor dengan berbagai
karakteristik.
115
Aspek baru dari perusahaan mudarabah (MCo) adalah bahwa di satu sisi
perusahaan-perusahaan tersebut menerbitkan sertifikat mudarabah (MC) untuk
memperoleh dana yang diinvestasikan dengan menggunakan berbagai model
pembiayaan Islami (termasuk musharakah, mudarabah, leasing, murabaha dsb.); di
sisi lain perusahaan-perusahaan tersebut dengan sendirinya terdaftar dalam
pasar saham di mana saham mereka diperdagangkan.
Penekanan akan pentingnya lingkungan peraturan dan insentif untuk
keberhasilan perkembangan Produk Islami. Berbagai MCo masih bertahan dan
memiliki kinerja yang cukup baik. Faktor-faktor keberhasilan juga telah
diuraikan di bawah ini. Potensi sektor mudarabah dapat ditingkatkan dengan
menyediakan cakupan dan ruang yang lebih banyak baik untuk pilihan-pilihan
pembiayaan ataupun untuk retensi dana.
Beberapa alasan mendasar penyebab kurang optimalnya kinerja MCo bisa
dikaitkan dengan faktor-faktor berikut yang juga memberikan pelajaran
penting dalam perkembangan produk baru:
1. Terlalu banyak peraturan dan penyimpangan insentif.
2. Peraturan yang dibuat oleh banyak badan pembuat peraturan.
3. Konseptualisasi kebutuhan operasional yang berorientasi
hukum/peratusan – bukannya berorientasi pasar – yang menghambat
pertumbuhan.
4. Persaingan dari segmen pasar lain di mana peraturan tidak terlalu ketat.
5. Kurangnya struktur pengawasan shariah yang sedang dijalankan.
6. Kelangkaan modal manusia dan keahlian untuk menjalankan bisnis
mudarabah.
STUDI KASUS OBLIGASI SYARIAH (SUKUK)
1. STUDI KASUS SUKUK– SUDAN
Sudan Financial Services Company (SFSC) berdiri mulai tahun 1998.
Lembaga ini sebagai pihak yang telah mengeluarkan Central Bank Musharakah
Certificates (CMCs), dan berhasil meraih permintaan tinggi atas penerbitan
sertifikat tersebut. Sertifikat CMCs ini merepresentasi asset Bank Sudan
(pemilik) pada sektor perbankan komersial. Asset ini membentuk suatu closed-
end fund, yang dimanage oleh SFSC. Tujuan utama CMCs adalah digunakan
sebagai alat kebijakan moneter berbasis syariah. Karena beberapa hal sertifikat
ini dihentikan, dan sertifikat ini menjadi landasan awal untuk pengembangan
berikutnya.
116
Government Musharakah Certificates (GMC)
SFSC kemudian mengeluarkan satu seri Government Musharakah Certificates
(GMC) yang mana merupakan klaim kepemilikan terhadap perusahaan milik
pemerintah (BUMN Sudan) dan bisa diperdagangkan di pasar sekunder.
Sertifikat ini diterbitkan mulai pada 2001. Sejak saat itu telah diterbitkan 24 seri
GMC tersebut. Sekarang GMC sedang memasuki masa penarikan dan akan
berhenti tahun 2007. GMCs merupakan instrumen dengan maturity jangka
pendek antara 3 sampai 6 bulan tetapi juga ada yang satu tahun.
Sertifikat ini merepresentasi kerjasama (partnership) atas beberapa perusahaan
milik pemerintah (BUMN Sudan). Kumpulan perusahaan tersebut membentuk
“underlying asset pool” untuk kerjasama melalui GMCs. Kerjasama tersebut
adalah untuk waktu yang terbatas dan berakhir pada masa jatuh tempo
sertifikat itu. Sertifikat dikeluarkan melalui Sudan Financial Services Company
(SFSC). Penjualan sertifikat akan mengalihkan bagian kepemilikan dari
kelompok perusahaan milik pemerintah kepada pemilik sertifikat. Hanya
warga Sudan yang diijinkan untuk ambil bagian sebagai investor. Pemilik
sertifikat akan menerima proporsi dari laba yang dihasilkan oleh perusahaan
dari kumpulan asset GMC. Setelah jatuh tempo (maturity) pemerintah menebus
(redeems) GMC pada harga yang telah disepakati diawal (pre-agreed) yang
secara normal menjadi nilai nominal (face value) dari sertifikat. Dalam beberapa
hal GMCs adalah semacam instrumen privatisasi temporer (temporary
privatization) dimana administrasi dan kontrol dilakukan pemerintah, tetapi
kepemilikan dan berkaitan dengan arus keuangan diserahkan ke tangan
pribadi dengan skema yang spesifik tersebut.
Government Investment Certificates (GIC)
Government Investment Certificates (GIC) merupakan instrumen baru yang
telah diperkenalkan sejak tahun 2003 di Sudan. Instrumen ini merupakan
pengembangan setelah belajar dari eksperimen instrumen sebelumnya, seperti
CMC dan GMC yang lebih awal. Selain itu instrumen ini juga ditujukan untuk
merespon perubahan kebutuhan pendanaan pembangunan untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi.
Struktur GIC melibatkan 3 pihak dalam kontrak : (1) Investor sebagai certificate
holders yang merupakan rabb al-mal; (2). Sudan Financial Services Company
(SFSC) bertindak sebagai mudarib (agent) yaitu sebuah investment company; (3)
Menteri Keuangan pemerintah Sudan sebagai users dari dana.
GIC secara esensial merupakan sertifikat mudarabah yang merepresentasi
modal mudarabah dalam bisnis Sudan Financial Services Company (SFSC).
SFSC dapat disebut sebagai perusahaan investasi yang membiayai proyek
117
pemerintah melalui skema ijarah, murabaha, dan istisna- yang merupakan skema
fixed return. Pemerintah adalah sebagai pihak dalam kontrak dan menjadi
entitas penjamin yang memiliki nilai kelayakan pinjam paling tinggi yang
mana mengurangi risiko kredit ke SFSC. Dengan demikian return untuk
pemilik sertifikat melalui SFSC menjadi sangat terjamin. SFSC menetapkan 5
per sen untuk pengelola (mudarib) dan 95 per sen dari dari keuntungan
(earnings) untuk pemilik sertifikat. Lebih lanjut untuk mengurangi resiko dan
sebagai tambahan, kesepakatan dibuat dalam bentuk paket perjanjian dengan
Menteri Keuangan (atas nama pemerintah). Dalam paket perjanjian tersebut
menyatakan bahwa investasi tersebut akan digunakan melalui skema ijarah,
murabaha, dan istisna, dimana keseluruhan jumlah yang dikeluarkan melaui
GICs untuk suatu periode tidak akan melebihi jatuh tempo sertifikat. Untuk
menjaga sertifikat terhadap kepatuhan syariah agar bisa diperdagangkan
(tradable) di pasar sekunder, maka SFSC memilih kontrak/akad ijarah sebagai
format dominan dari tiga kontrak tersebut. Fitur yang memungkinkan sertifikat
dapat diperdagangkan menyediakan jalan keluar untuk memperoleh likuiditas
yang mana menarik bagi investor. Dominannya ijarah juga mengurangi risiko
kredit tetapi disisi lain memperkenalkan risiko bisnis (atau resiko harga).
Gambar 1. Skema Government Investment Certificates (GIC)
2. STUDI KASUS SUKUK-CAGAMASMALAYSIA
Cagamas Berhad merupakan Perusahaan Perumahan Malaysia yang
didirikan tahun1987 menyusul resesi dan liquidity crunch yang mengakibatkan
kredit perumahan menjadi terbatas, terutama untuk rumah tangga
berpendapatan menengah kebawah. Dengan modal disetor 150 juta ringgit,
Cagamas merupakan anak perusahaan dari sebuah lembaga keuangan besar di
Malaysia.
Penerbit obligasi syariah ini adalah pemerintah Malaysia. Kemudian,
melalui perusahaan perumahan, pemerintah menunjuk Cagamas pada April
2004 untuk membuat sekuritisasi seluruh proyek perumahan yang
118
diperuntukkan bagi pegawai negeri dan pensiunan. Mandat dibuat tidak hanya
untuk saat ini tapi juga untuk proyek pembiayaan dan pembangunan
perumahan di masa mendatang.
Tujuan Cagamas adalah menyediakan tingkat likuiditas yang lebih bagi
mortgage lenders, mengurangi resiko pasar, membantu pembiayaan untuk
perumahan sosial, menopang sektor konstruksi, serta menciptakan pasar
perumahan untuk pribadi berpenghasilan tetap. Cagamas membeli mortgage
loans dari mortgage originators, secara fixed atau floating rate untuk 3 sampai 7
tahun. Ini hakekatnya merupakan pembiayaan yang dijamin oleh Cagamas atas
kredit lembaga keuangan ketika mortgage loans mengalami default. Cagamas
mengeluarkan debt securities ke investor, dalam bentuk obligasi dengan fixed
atau floating rate, yang disebut Cagamas notes, atau Cagamas Murabaha (Islamic)
Bonds. Cagamas telah dengan sukses memelopori sejumlah produk yang
bervariasi di pasar meliputi: tingkat rate yang tetap dan variabel (fixed and
variable rate), jatuh tempo lebih panjang (longer maturities), Islamic debt, dan
leasing/commercial property lending. Cagamas menerima sejumlah perlakuan
khusus penting dari pemerintah Malaysia, karena tanpa aktivitas refinancing ini
tidak akan dirasakan menarik bagi pemilik dana utama (primary lenders). Loans
yang dijual kepada Cagamas tidak tergolong sebagai subyek reserve
requirements bank sentral. Sekuritas ini dapat digolongkan seperti asset liquid,
dimana perusahaan keuangan dan bank harus menambah cadangan 10% dari
asset yang berbentuk liquid ini. Sekuritas Cagamas memiliki bobot resiko 10%,
hal ini sangat rendah bila dibandingkan dengan rate 50% untuk kredit
perumahan atau untuk investasi lembaga kredit.
A. KESIMPULAN
1. SIMPULAN
Kesimpulannya, tidak ada ada yang tersisa di dalam akun untuk
pemeliharaan utama. shariah yang dikeluarkan dalam struktur sukuk yang ada
saat ini merupakan sumber ketidakpastian hukum/legal yang memerlukan
perhatian dari para professional keuangan dan akademisi shariah. Untuk
mempersingkat praktek-praktek pengeluaran sukuk, perdagangan
sekundernya, dan penarikannya maka diperlukan suatu sistem audit shariah.
Berbagai faktor seperti keterbatasan jumlah modal, kebijakan kepemilikan
berdasarkan kewarganegaraan, resiko-resiko ekonomi dan politik, serta
tingginya resiko dan biaya untuk transaksi semacam itu menjadi penyebabnya.
Situasi ini secara bertahap mengalami perubahan.
119
Meskipun demikian, biaya transaksi yang tinggi masih menjadi
permasalahan yang berasal dari perbedaan dalam persyaratan peraturan dan
listing, perbedaan pedoman perdagangan dan peraturan perdagangan,
ketidakstabilan nilai tukar, kurangnya lembaga pendukung untuk transaksi
lintas perbatasan, serta keterbatasan yang terkait dengan spektrum kriteria
kesesuaian shariah.
Dalam berbagai kesulitan yang sama dalam cross-listing, penggunaan suatu
system tanda terima deposito telah mengalami evolusi dalam pasar modal
konvensional yang sedang berkembang. Instrumen-instrumen seperti Global
Depository Receipts (GDR), European Depository Receipts (EDR), dan American
Depository Receipts (ADR) telah bermunculan. Instrumen-instrumen ini efektif
dari segi biaya dan mudah meningkat dan menurun sesuai dengan persyaratan
dari pihak yang mengeluarkan. Suatu tanda terima deposito merupakan
instrumen dapat dinegosiasikan dan ditransfer yang diperdagangkan dalam
bursa saham suatu negara (atau yurisdiksi) tetapi mewakili suatu saham yang
terdaftar dan dikeluarkan oleh suatu perusahaan di negara lain (atau
yurisdiksi).
2. SARAN
Dalam pola yang sama terdapat saran untuk meningkatkan kemungkinan
untuk menangkap pasar modal lintas negara melalui penerbitan Islamic
Depository Receipts (IDR) (IOSCO, 2004 p.67) yang akan meningkatkan likuiditas
pasar Islami pada tingkat biaya anggaran yang lebih rendah. Suatu sistem
Islamic Depository Receipts (IDR) untuk produk-produk yang sesuai dengan
shariah akan terbukti bermanfaat dan nampak menjanjikan dalam memperluas
pasaran produk dan mengintegrasikannya.
Singkatnya, seperti halnya deposito sentral dalam suatu pasar saham
membantu dalam dematerialisasi saham dengan menjaga perwalian sertifikat-
sertifikat fisik yang mengurangi resiko perizinan dan pemukiman demikian
juga halnya sistem DR berlaku untuk transaksi lintas perbatasan. Penetapan
harga DR dipengaruhi oleh faktor-faktor pasokan dan permintaan dalam
negeri, serta kinerja saham utama dari perusahaan asing. Meskipun demikian,
faktor-faktor penetapan harga pasar negara mempengaruhi harga DR di pasar
dalam negeri melalui tingkat/derajat arbitrase harga lintas perbatasan dan
tingkat kegiatan perdagangan asbitrase sejenis.
Terdapat berbagai manfaat dalam IDR untuk perkembangan pasar modal
Islam jika instrument semacam ini digunakan secara strategis. Dengan melihat
120
bahwa pada saat ini kemungkinan cross-listing hanya ada di antara beberapa
negara Muslim oleh karena itu IDR menawarkan suatu akternatif yang baik
untuk dimulai.
Sementara pilihan para investor untuk sekuritas Islami, dan IDR
dipengaruhi oleh proteksi investor serta pemenuhan shariah. Jika investor
mensyaratkan corporate governance dan pemenuhan shariah pada tingkatan
tertentu dalam asset utama IDR, maka perusahaan yang tidak memenuhi
tingkat corporate governance dan pemenuhan shariah yang disyaratkan tidak
akan menguntungkan. Hal ini akan mendorong perusahaan-perusahaan secara
individual untuk meningkatkan corporate governance dan regulator akan
mengubah peraturannya menjadi lebih baik.
121
BAB 17. OBLIGASI SYARIAH (SUKUK) UNTUK
PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR:
TANTANGAN DAN INISIATIF STRATEGIS
Lemahnya pembangunan infrastruktur telah menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan ketertinggalan Indonesia dalam memacu pembangunan
ekonomi dalam kurun waktu tiga puluh tahun terakhir. Ketersediaan
infrastruktur yang baik merupakan pondasi dari pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan. Berdasarkan Road Map Pembiayaan Infrastruktur 2005-2009,
disebutkan bahwa dalam 5 tahun ke depan, Pemerintah akan mendorong
pembangunan infrastruktur dengan kebutuhan pembiayaan mencapai Rp1400
trilyun. Nilai pembiayaan tersebut rencananya akan dipenuhi dari berbagai
sumber pembiayaan seperti hibah bantuan Aceh (1%), APBN (17%), dan
sumber dana domestik (21%). Dari skema tersebut masih ada sekitar Rp 810
trilyun yang belum jelas darimana sumber pembiayaannya (funding gap).
Kondisi ini mengindikasikan tentang perlunya pemerintah untuk segera
melakukan terobosan-terobosan untuk menutupi besarnya funding gap tersebut,
yang hampir tidak mungkin dapat dipenuhi oleh APBN maupun pendanaan
internal BUMN. Disamping itu, BUMN sebagai entitas yang mandiri juga perlu
mencari terobosan–terobosan baru untuk menggandakan kemampuan dalam
penyediaan dana pembiayaan pembangunan infrastruktur.
Alternatif baru yang ditawarkan diantaranya adalah skema pembiayaan
pembangunan infrastruktur melalui penerbitan obligasi syariah (sukuk).
Dengan potensi dana Timur Tengah yang besar, emisi obligasi syariah
diharapkan dapat mengakhiri ketergantungan pembiayaan dengan basis
hutang yang menghasilkan beban bunga. Potensi dana dari Timur Tengah
diperkirakan bisa mencapai sekitar US$ 800 miliar. Cash flow di kawasan
tersebut terus meningkat akibat melonjaknya harga minyak di pasar
internasional. Dalam rangka mengembangkan obligasi syariah sebagai
alternatif pendanaan infrastruktur masih ada beberapa tantangan strategis
yang perlu segera diselesaikan, yaitu berkaitan dengan aspek regulasi, aspek
pendukung operasional, dan infrastruktur lainnya. Untuk menjawab tantangan
itu ada beberapa inisiatif strategis yang perlu segera dijalankan dalam upaya
mengoptimalkan peluang pengembangan instrumen obligasi syariah seperti
usulan regulasi, optimalisasi peran BUMN, insentif perpajakan dan prasyarat
pendukung lainnya.
122
1. Pendahuluan
Lemahnya pembangunan infrastruktur telah menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan ketertinggalan Indonesia dalam memacu pembangunan
ekonomi dalam kurun waktu tiga puluh tahun terakhir. Ketersediaan
infrastruktur yang baik merupakan pondasi dari pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan. Keberadaan infrastruktur yang memadai memegang peranan
yang sangat vital bagi perekonomian nasional. Ini mengingat, gerak laju dan
pertumbuhan ekonomi di suatu negara tidak dapat dipisahkan dari
ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, komunikasi, dan juga
ketersediaan energi.
Fakta tersebut saat ini sudah semakin disadari oleh Pemerintah dalam
beberapa tahun terakhir dan mendorong Pemerintah untuk menggali dan
memberdayakan segala potensi pembiayaan pembangunan yang tersedia. Dari
hasil pertemuan Infrastructure Summit 2005, setidaknya telah dirumuskan
kurang lebih sepuluh sektor infrastruktur yang menjadi prioritas dari
pemerintah untuk segera direalisasikan. Sektor infrastruktur teersebut terdiri
dari; (1) pembangunan jalan darat (land transportation), (2) jalan kereta api
(railway), (3) transportasi laut (sea port), (4) transportasi udara (air port), (5) jalan
tol (toll road), (6) infstruktur minyak dan gas (oil and gas infrastructure), (7) listrik
(electricity), (8) telekomunikasi (telecommunica-tion), (9) air bersih (drinking
water), dan (10) perumahan (housing).
Perlu disadari, bahwa pembangunan infrastruktur yang diharapkan dapat
menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi selama beberapa tahun belakangan,
juga terhambat oleh kebijakan pemerintah sendiri. Terutama kebijakan yang
menyangkut alokasi keuangan yang belum membuat skala prioritas sesuai
sasaran. Menurut data Bank Dunia, untuk mencapai tingkat pertumbuhan PDB
sebesar 6% per tahun, Indonesia membutuhkan pembiayaan infrastruktur
sebesar 5% per tahun dari total PDB. Namun, dalam satu dekade terakhir
menunjukkan adanya penurunan nilai pembiayaan infrastruktur dari 5,34%
dari total PDB di tahun 1999 menjadi hanya 2,33% dari total PDB pada tahun
2002. Bahkan, dibanding negara-negara lain, nilai pembiayaan infrastruktur
Indonesia jauh di bawah pembiayaan infrastruktur negara-negara tersebut.
Idealnya, sedikitnya 12-15 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB) dapat
dialokasikan untuk investasi di bidang infrastruktur.
Selain itu besarnya pembayaran utang dan beban bunga utang yang sangat
besar telah mereduksi alokasi anggaran belanja pembangunan yang seharusnya
menjadi prioritas. Sebagai contoh, anggaran negara pada tahun 2004 dari Rp
343,9 triliun, alokasi untuk anggaran belanja pembangunan hanya 68,1 triliun
123
rupiah, masih lebih kecil daripada anggaran untuk pembayaran “bunga utang”
sebesar 68,5 triliun rupiah. Sebagaimana telah diketahui bahwa setiap
tahunnya negara menanggung pembayaran beban utang baik pokok dan
bunganya hampir mencapai 30 persen dari total APBN. Indonesia, berdasarkan
data tahun 2005, memiliki rasio utang terhadap PDB sebesar 45,63 persen.
Dengan kondisi tersebut, penyediaan sarana dan prasarana publik pun menjadi
terkendala. Sebagai contoh, untuk tahun fiskal 2006 saja, 48,70 persen PPh dan
PPn (Rp 210,71 triliun + Rp 128,31 triliun = Rp 339,02 triliun) yang dibebankan
ke masyarakat, habis untuk membayar utang pemerintah (Rama Pratama,
2006). Ini ironis, mengingat salah satu fungsi utama pajak adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan barang-barang
kebutuhan publik. Angka Rp 91,6 triliun dalam APBN 2006 untuk pembayaran
utang dan bunga sedikit banyak telah menjelaskan betapa pahitnya terbebani
utang luar negeri. Beban berat ini menuntut adanya alternatif pembiayaan
pembangunan yang lebih baik. Skema-skema pembiayaan pembangunan
dengan prinsip syariah yang mulai berkembang serta potensi jumlah dana
syariah yang besar menjadi alternatif strategis untuk mengakhiri
ketergantungan pembiayaan berbasis hutang yang menghasilkan beban bunga.
2. Peluang Pembiayaan Infrastruktur
Berdasarkan Road Map Pembiayaan Infrastruktur 2005-2009, disebutkan bahwa
dalam 5 tahun ke depan, Pemerintah RI akan mendorong pembangunan
infrastruktur dengan kebutuhan pembiayaan mencapai Rp1.400 trilyun. Nilai
pembiayaan tersebut rencananya akan dipenuhi dari berbagai sumber
pembiayaan seperti hibah bantuan Aceh (1%), APBN (17%), dan sumber dana
domestik (21%). Dari skema tersebut masih ada sekitar Rp 810 trilyun yang
belum jelas darimana sumber pembiayaannya (funding gap) (lihat Gambar 1).
Funding gap inilah yang kemudian ditawarkan kepada investor melalui
Infrastructure Summit 2005 dan Infrastructure Summit 2006 yang akan digelar
bulan November nanti.
Gambar 1: Struktur Pembiayaan Infrastruktur
124
Sumber: Kementerian BUMN (2005)
Dalam skema pendanaan pembangunan infrastruktur melalui optimalisasi
dana domestik, BUMN memiliki peran strategis dan diharapkan dapat
menyumbang sebesar Rp 304 trilyun. Kontribusi tersebut terutama dari BUMN
infrastruktur. Dari sejumlah 139 BUMN pada tahun 2005, terdapat sekitar 28
BUMN yang bergerak langsung di sektor pembangunan dan penyelenggaraan
jasa infrastruktur dengan cakupan bidang usaha yang sangat luas dari mulai
jalan tol, telekomunikasi, bendungan, dan lain sebagainya (lihat Tabel 1).
Secara kepemilikan, sebagian besar BUMN-BUMN yang bergerak di bidang
infrastruktur tersebut masih 100% dimiliki Pemerintah, atau sebagian besar
sahamnya dimiliki oleh Pemerintah.
Tabel 1: BUMN Yang Bergerak Di Bidang Pengadaan Infrastruktur
No Nama BUMN Produk Kepemilikan
1 Perum PERUMNAS Perumahan 100%
2 PT Adhi Karya Tbk Gedung 51%
3 PT Brantas Abipraya Bendungan, Dam 100%
4 PT Hutama Karya Jalan layang 100%
5 PT Istaka Karya Gedung, Jalan 100%
6 PT Nindya Karya Gedung, Bendungan 100%
7 PT Pembangunan Perumahan Gedung 51%
8 PT Waskita Karya Gedung, Jalan, Bendungan 100%
9 PT Wijaya Karya Gedung, Jalan 100%
10 PT Bina Karya Konsultan Konstruksi 100%
11 PT Indah Karya Konsultan Konstruksi 100%
12 PT Indra Karya Konsultan Konstruksi 100%
13 PT Virama Karya Konsultan Konstruksi 100%
14 PT Yodya Karya Konsultan Konstruksi 100%
125
15 PT Angkasa Pura I Kebandarudaraan 100%
16 PT Angkasa Pura II Kebandarudaraan 100%
17 PT Pelabuhan Indonesia I Pelabuhan 100%
18 PT Pelabuhan Indonesia II Pelabuhan 100%
19 PT Pelabuhan Indonesia III Pelabuhan 100%
20 PT Pelabuhan Indonesia IV Pelabuhan 100%
21 PT Amarta Karya Konstruksi 100%
22 PT Jasa Marga Jalan Tol 100%
23 PT. PGN, Tbk Transportasi Gas 61%
24 PT. PLN Kelistrikan 100%
25 PT Kereta Api Indonesia Perkeretaapian 100%
26 PT Telkom Tbk Telekomunikasi 51,19%
27 Perum Jasa Tirta I Pengairan 100%
28 Perum Jasa Tirta II Pengairan 100%
Sumber: Kementerian Negara BUMN, diolah IEI (2006).
Harapan ini didasari oleh potensi besar yang dimiliki oleh BUMN infrastruktur
tesebut. Dalam aspek keuangan misalnya, pada tahun buku 2005, BUMN-
BUMN tersebut mencatat nilai total laba bersih sebesar Rp4,6 trilyun atau 14%
dari total laba bersih seluruh BUMN. Sedangkan untuk nilai penjualan, BUMN-
BUMN tersebut membukukan nilai penjualan lebih dari Rp149 trilyun atau
sekitar 23% dari total penjualan seluruh BUMN. Dalam hal aktiva, tercatat lebih
dari Rp330 trilyun. Data tersebut belum termasuk beberapa BUMN yang secara
tidak langsung atau secara tidak dominan terlibat di dalam pembangunan
infrastruktur seperti PT Pertamina, PT Tambang Batu Bara Bukit asam Tbk,
data tersebut juga tidak termasuk sejumlah BUMN yang kepemilikannya
minoritas, sebagi misal PT Indosat. Fakta-fakta tersebut di atas menunjukkan
pentingnya optimalisasi BUMN secara keseluruhan dalam mendukung
pembangunan infrastruktur.
Nilai komitmen pembiayaan infrastruktur dari BUMN sebagian besar
didominasi oleh beberapa BUMN besar seperti PT Jasa Marga, PT PLN, Perum
Perumnas, PT KAI, dan PT PGN Tbk (lihat Gambar 2). Seperti diketahui,
proyek-proyek infrastruktur biasanya adalah mega proyek yang hanya dapat
dilakukan oleh perusahaan besar dengan modal dan kemampuan investasi
yang besar pula. Karakter bisnis ini sekaligus menjadi entry and exit barrier of
industry. Ini berarti, hanya perusahaan dengan ketersediaan aktiva dan
kemampuan modal yang cukup saja yang akan bisa memenangkan tender dan
bertahan di dalam industri. Sementara itu dari sekian BUMN yang bergerak di
126
sektor infrastruktur hanya segelintir yang dapat memenuhi sifat bisnis ini.
Dilihat dari total aktiva, hanya 4 BUMN yang nilai total aktivanya di atas 10
trilyun yakni PT PLN (Rp 213 trilyun), PT Telkom Tbk (Rp 62 trilyun), PT PGN
(Rp 12 trilyun) dan PT Jasa Marga (Rp 10 trilyun).
Gambar 2: Komitmen Pembiayaan BUMN Infastruktur
Sumber: Kementerian BUMN (2005)
3. Alternatif Pembiayaan Infrastruktur
Sementara itu terkait dengan business risk dalam industri infrastruktur,
panjangnya jangka waktu pelaksanaan proyek, kompleksnya permasalahan
pembebasan lahan, besarnya nilai investasi, ditambah dengan potensi
timbulnya dampak sosial menjadi faktor utama tingginya risiko bisnis
infrastruktur ini. Akibatnya industri perbankan (meskipun itu BUMN
Perbankan) dan investor lainnya sebagai mitra pembiayaan menjadi terkesan
sangat hati-hati untuk memberikan pinjaman kepada pelaku-pelaku bisnis,
meskipun sudah ada jaminan dari pemerintah. Kondisi terakhir ini juga
menempatkan BUMN infrastruktur bermodal kecil senantiasa berada dalam
kondisi permodalan yang undercapacity. Kondisi ini lagi-lagi mengindikasikan
tentang perlunya pemerintah untuk segera melakukan terobosan-terobosan
untuk dapat memenuhi funding gap yang masih sangat besar, yang hampir
tidak mungkin dapat dipenuhi oleh pendanaan internal BUMN.
Selain itu BUMN sebagai entitas yang mandiri juga perlu mencari terobosan–
terobosan baru untuk menggandakan kemampuan dalam penyediaan dana
pembiayaan pembangunan infrastruktur. Sebagai contoh, infrastruktur di
bidang kelistrikan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang diperkirakan
mencapai Rp 20 triliun. Dana tersebut dipakai untuk membangun pembangkit
dengan daya sebanyak 900 megawatt sebesar Rp 9 triliun, transmisi sebesar Rp
4,5 triliun, jaringan distribusi sebesar Rp 6 triliun, dan sisanya untuk sarana
niaga. Dana tersebut akan diperoleh dari pendanaan sendiri, pinjaman dan
penjualan obligasi. PLN terus mengundang investor untuk pengembangan
127
pembangkit sebesar 20.000 megawatt. Pembangunan pembangkit sebesar itu
diperkirakan membutuhkan dana US$ 30 miliar. Pembangunan pembangkit
penting untuk menghindari krisis listrik dan memenuhi kebutuhan pada 10
tahun mendatang. Dari kebutuhan tersebut, PLN hanya mampu mendanai
sebesar US$ 9 miliar hingga 10 miliar. Selain itu, pemerintah juga hanya
memberikan komitmen untuk menyediakan dana sebanyak 4 miliar dollar AS.
Rencana PLN untuk segera menerbitkan obligasi syariah (sukuk) patut
disambut dengan gembira. Awalnya, PLN merencanakan penerbitan obligasi
syariah (sukuk) senilai US$1,72 miliar dengan penjamin emisi UBS Securities,
dimana nilai obligasi itu mencapai 20% dari total proyek yaitu US$8,6 miliar.
Dana tersebut diperlukan untuk membiayai pembangunan pembangkit listrik
berkapasitas 10.000 MW dan rencananya sekitar 20% pendanaannya berasal
dari sukuk dan 80% berasal dari pinjaman. Pada Juni 2006, PLN telah menjual
obligasi senilai Rp 2,4 triliun, dari rencana semula Rp3 triliun. Dari surat utang
yang diterbitkan BUMN listrik tersebut, sekitar Rp 1,33 triliun dengan jangka
waktu 10 tahun memberikan tingkat imbal hasil mencapai 13,6%, Rp 865 miliar
dengan tenor 15 tahun memberikan tingkat imbal hasil 13,75% dan selebihnya
berupa obligasi syariah dengan imbal hasil 13,6%. Untuk tahap berikutnya
Pemerintah telah merekomendasikan penerbitan obligasi berbasis syariah
(sukuk) PLN sebesar US$ 800 juta-1 miliar, diharapkan penerbitan ini dapat
menjadi initial ice breaking untuk pembiayaan global berbasis syariah (Bisnis
Indonesia, 17/7/2006).
Potensi dana dari Timur Tengah diperkirakan bisa mencapai sekitar US$ 800
miliar yang didorong naiknya harga minyak di pasar internasional. Cash flow
di kawasan tersebut terus meningkat akibat melonjaknya harga minyak.
Fenomena ini membuat kawasan tersebut cenderung sulit untuk
mengalokasikan dana sehingga harus dimanfaatkan supaya dana ini masuk ke
Indonesia. Pemerintah Qatar melalui Qatar Investment Authority juga
berencana menanamkan modal untuk membangun infrastruktur di Indonesia.
Bahkan, Pemerintah Qatar telah menawarkan kerja sama kepada Pemerintah
Indonesia guna mengelola dana senilai 1 miliar dollar AS yang akan digunakan
untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur di Indonesia. Pemerintah Qatar
bersedia menanamkan dana sebesar 850 juta dollar AS atau 85 persen dari total
dana yang dibutuhkan. Sisanya 150 juta dollar atau 15 persen disediakan oleh
Pemerintah Indonesia. Dubai Islamic Bank, misalnya juga menawarkan dana
untuk pembangunan infrastruktur, monorel, dan usaha yang terkait dengan
ekspor. Selain itu sejumlah investor Timur Tengah juga berencana masuk ke
Lombok Tourism Development Centre (LTDC). LTDC berencana mengelola
128
kompleks turisme Mandalika Resort di Pulau Lombok seluas 1.175 hektare.
Mandalika Resort juga mencakup kawasan pantai pasir putih dengan panjang
delapan hingga sembilan kilo meter (Kompas, 17/7/2006).
Peluang investasi bagi pembangunan infrastruktur, khusus BUMN memiliki
peluang yang sangat besar, terutama terkait program Infrastructure Summit
yang menawarkan pembangunan sejumlah proyek besar. Langkah PLN
tersebut, akan memberikan multiplier effect yang sangat besar bagi masa depan
perkembangan sistem keuangan Islam (Islamic financial system) di tanah air.
Salah satu dampak yang akan sangat dirasakan manfaatnya, bahwa lembaga
keuangan syariah (lokal dan global), yang sedang kelebihan likuiditas akan
memiliki market untuk menginvestasikan dananya. Selain itu, langkah ini
diharapkan akan segera diikuti oleh BUMN lain yang juga menghadapi
kendala dalam proses pembiayaan pembangunan infrastrukturnya.
4. Model Pembiayaan Obligasi Syariah
Dengan melihat kondisi tersebut obligasi syariah (sukuk) yang memiliki
potensi besar, dapat menjadi alternatif pendanaan untuk pembangunan
infrastruktur yang menarik. Obligasi syariah, telah memiliki legitimasi yang
kuat secara syariah di Indonesia dan juga telah disetujui oleh Bapepam.
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI No: 32/DSN-
MUI/IX/2002, Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan perusahaan (emiten) kepada
pemegang Obligasi Syariah yang mewajibakan emiten untuk membayar
pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee
serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Pada tahap awal Obligasi Syariah dikenal juga sebagai Muqarada Bond, diajukan
sebagai alternatif pengganti obligasi dengan komponen bunga (interest-bearing
bonds). Muqarada adalah sinonim dengan Qirad yang juga sama dengan
Mudharabah sebagai investasi dengan bagi hasil (profit-loss sharing). Instrumen
keuangan ini secara internasional mendapatkan pengesahan halal dari OIC
Academy (Lembaga Kajian Fiqh negara OKI).
Melalui fatwa tersebut, DSN sebenarnya mengkategorikan tiga jenis pemberian
keuntungan kepada investor pemegang obligasi syariah. Yaitu, pertama adalah
berupa bagi hasil kepada pemegang obligasi mudharabah atau musyarakah.
Kedua, keuntungan berupa margin bagi pemegang obligasi murabahah, salam
atau istishna. Dan ketiga, berupa fee (sewa) dari aset yang disewakan untuk
pemegang obligasi dengan akad ijarah. Pada prinsipnya, semua obligasi
syariah adalah surat berharga bukti investasi jangka panjang yang
129
dikembangkan dengan mengacu pada prinsip muamalah Islami. Namun yang
membedakan obligasi syariah tersebut adalah akad dan transaksinya.
Tabel 2: Ringkasan Perbandingan Obligasi dan Sukuk
Obligasi
Konvensional Syariah Mudharabah Syariah Ijarah
Akad
(Transaksi) Tidak Ada
Mudharabah (Bagi
Hasil) Ijarah (Sewa/Lease)
Jenis
Transaksi - Uncertainty Contract ertainty Contract
Sifat Surat Hutang Investasi Investasi
Harga
Penawaran 100% 100% 100%
Pokok
Obligasi
saat Jatuh
Tempo
100% 100% 100%
Kupon Bunga Pendapatan/Bagi
Hasil Imbalan/Fee
Return Float/Tetap Indikatif berdasarkan
Pendapatan/Income
Ditentukan
sebelumnya
Fatwa
Dewan
Syariah
Nasional
Tidak Ada No. 33/DSN-
MUI/IX/2002
No: 41/DSN-
MUI/III/2004
Jenis
Investor Konvensional Syariah/Konvensional Syariah/Konvensional
Sumber: Iggi Achsien (2005)
Ada beberapa akad penting yang dapat menjadi basis pengembangan obligasi
syariah:
Akad mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana
pihak pertama (sahibul maal, investor) menyediakan modal sedangkan pihak
kedua (mudharib, emiten) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha
dibagi diantara mereka sesuai dengan kesepakatan dimuka yang dituangkan
dalam kontrak.
Musyarakah merupakan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung
bersama sesuai kesepakatan.
130
Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
barang/jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan atas barang tersebut.
Murabahah adalah akad jual beli barang dimana pembeli dapat membayar
harga barang yang disepakati pada jangka waktu tertentu yang telah
disepakati. Penjual dapat menambah marjin pada harga pokok barang yang
dijual tersebut.
Salam merupakan kontrak jual beli barang dengan cara pemesanan dan
pembayaran harga lebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu.
Istishna merupakan akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara
pemesan (pembeli) dengan pembuat (penjual).
Kendati ragam akad tersebut banyak, namun sampai saat ini baru dua jenis
obligasi syariah yang sedang berkembang di Indonesia, yaitu: obligasi
mudharabah dan ijarah. Keduanya sesuai kaidah syariah namun berbeda
dalam penghitungan, penilaian dan pemberian hasil (return).
4.1. Obligasi Mudharabah
Obligasi mudharabah adalah kerja sama dengan skema bagi hasil pendapatan
atau keuntungan, obligasi jenis ini akan memberikan return dengan
menggunakan term indicative/expected return karena sifatnya yang floating dan
tergantung pada kinerja pendapatan yang dibagi-hasilkan. Secara praktek
obligasi mudharabah dikeluarkan oleh perusahaan (mudharib/emiten) kepada
investor (sahibul maal) dengan tujuan untuk pendanaan proyek tertentu yang
dijalankan perusahaan. Proyek ini sifatnya terpisah dengan aktivitas umum
perusahaan. Keuntungannya didistribusikan secara periodik berdasarkan
nisbah tertentu yang telah disepakati. Tapi tidak ditentukan presentasenya di
perjanjian awal (fixed pre-determined). Nisbahnya merupakan rasio pembagian
keuntungan riil dengan basis profit-loss sharing.
Gambar 3: Model Skim Sukuk Mudharabah
Sebagai contoh, Berlian Laju Tanker telah menerbitkan obligasi mudharabah
senilai Rp 100 miliar. Dananya digunakan untuk membeli kapal tanker (66%)
131
dengan tambahan modal kerja perusahaan (34%). Obligasi berjangka waktu 5
tahun yang dicatakan di BES dan KSEI ini memperoleh keuntungan dari bagi
hasil berdasarkan pendapatan perseroan dari pengoperasian kapal tanker MT
Gardini atau kapal lain yang beroperasi untuk melayani Pertamina, sehingga
return-nya berubah setiap tahun sesuai pendapatan.
4.2. Obligasi Ijarah
Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
barang/jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan atas barang tersebut. Pemegang obligasi
ijarah akan mendapatkan keuntungan berupa fee (sewa) dari aset yang
disewakan. Penerapan akad ijarah untuk obligasi syariah dapat merujuk pada
penerbitan obligasi ijarah Matahari Departemen Store. Perusahaan ritel ini
mengeluarkan obligasi ijarah senilai Rp 100 miliar. Dananya digunakan untuk
menyewa ruangan usaha dengan akad wakalah, dimana Matahari bertindak
sebagai wakil untuk melaksanakan ijarah atas ruangan usaha dari pemiliknya
(pemegang obligasi/investor). Ruang usaha yang disewa adalah Cilandak Town
Square di Jakarta. Ruang usaha tersebut dimanfaatkan Matahari sesuai dengan
akad wakalah, dimana atas manfaat tersebut Matahari melakukan pembayaran
sewa (fee ijarah) dan pokok dana obligasi. Fee ijarah dibayarkan setiap tiga
bulan, sedangkan dana obligasi dibayarkan pada saat pelunasan obligasi.
Jangka waktu obligasi tersebut selama lima tahun.
Gambar 4 : Model Skim Sukuk Ijarah
Selain dua akad yang melandasi lahirnya obligasi syariah diatas, sebenarnya
beberapa akad-akad yang lain masih potensial dikembangkan, seperti: (a)
obligasi murabahah, (b) obligasi salam; dan (c) obligasi istishna. Dengan
demikian obligasi syariah masih memiliki keragaman model skim yang dapat
menampung berbagai kebutuhan pendanaan yang paling memungkinkan dan
sesuai bagi korporasi maupun pemerintah.
132
Para pakar keuangan yang objektif telah mengakui bahwa obligasi syariah
(sukuk) dengan sistem syariahnya akan jauh lebih baik daripada surat utang
dengan basis bunga. Hal ini didasari oleh beberapa ketentuan yang biasanya
harus dipenuhi dalam emisi obligasi syariah, yaitu (Karim, 2006): pertama,
penggunaan dana obligasi syariah sejak awal jelas untuk membangun proyek
tertentu. Kedua, risiko obligasi syariah terdefinisi sejak awal oleh proyek yang
dibiayainya. Ketiga, tuntutan kedisplinan penggunaan dana obligasi syariah
karena sifat peruntukan penggunaan dana yang terdefinisi secara jelas
berkaitan dengan proyek tertentu.
5. Perkembangan Obligasi Syariah di Indonesia
Hingga tahun 2005, baru ada 18 emisi obligasi dengan nilai Rp. 2,2 Triliun atau
sekitar dua persen dari total obligasi nasional. Pada tahun 2002 hanya ada satu
obligasi syariah dari indosat dengan nilai Rp. 175 Miliar. Tahun 2003, terjadi
enam emisi obligasi syariah dengan nilai Rp. 665 Miliar. Tahun 2004 ada
delapan emisi obligasi syariah dengan nilai Rp. 970 Miliar dan tahun 2005
terdapat emisi senilai Rp. 345 milyar. Barulah pada tahun 2006, PLN berencana
mengumumkan emisi obligasi dengan nilai Rp. 200 Miliar.
Tabel 5: Obligai Syariah Mudharabah di Indonesia
Tahun
Emiten Sektor
Rating
Nilai
Emisi
Return
2002
2003
2004
Indosat
Berlian Laju Tanker
Bank Bukopin
Syariah Mandiri
Ciliandra Perkasa
Bank Muamalat
Pembangunan
Perumahan (MTN)
Perkebunan
Nusantara
Telekomunikasi
Transportasi
Perbankan
Perbankan
Perkebunan
Perbankan
Konstruksi
Perkebunan
AA+
A-
BBB+
BBB
BBB
BBB-
BBB
BBB+
Rp. 175
Miliar
Rp. 60
Miliar
Rp. 45
Miliar
Rp. 200
Miliar
Rp. 60
Miliar
Rp. 200
Miliar
Rp. 100
Miliar
Rp. 75
miliar
15.75%
14.75%
13.75%
13.00%
17.70%
17.00%
13.75%
13.875%
Sumber: Diolah dari berbagai sumber, 2005.
133
Dalam perkembangannya berikutnya terjadi pergeseran akad yang melandasi
obligasi tersebut. Obigasi yang terbit pada tahun 2004 dan 2005 sebagian besar
mulai menggunakan akad ijarah. Sedangkan obligasi yang terbit pada tahun
pertama 2002 dan 2003 menggunakan akad mudharabah. Dari total 18 obligasi
yang diterbitkan tersebut, delapan obligasi diterbitkan dengan akad
mudaharabah dengan nilai sekitar 0,9 triliun, sedangkan sepuluh obligasi
lainnya menggunakan akad ijarah dengan nilai Rp. 1,2 triliun.
Tabel 6: Obligasi Syariah Ijarah di Indonesia
Tahun Emiten Sektor Rating
Nilai
Emisi
Return
2004
2005
Matahari
Putra Prima
Citra Sari
Makmur
Sona Topas
Berlina
Indorent I
Humpuss
Intermoda
Apexindo
Arpeni
Pratama
(MTN)
Indosat IV
Ricky Putra
Globalindo
Ritel Telekomunikasi
Ritel
Industri plastik
Transportasi
Transportasi
Pertambangan
Transportasi
Telekomunikasi
Industri tekstil
A+
A-
(Kasnic)
A+
(Kasnic)
A
A+
A+
(Kasnic)
A-
A
(Kasnic)
AA+
BBB+
Rp 100
miliar
Rp 100
miliar
Rp 40
miliar
Rp 85
miliar
Rp 100
miliar
Rp 120
miliar
Rp 150
miliar
Rp 100
miliar
Rp 285
miliar
Rp 60,4
miliar
13,8%
14,25%
14,5%
13,75%
13,25%
14%
12,5%
14%
12%
12,25%
Sumber: Diolah dari berbagai sumber, 2005.
Dari berbagai emisi obligasi syariah di tanah air tersebut, baru PLN yang akan
menerbitkan obligasi internasional, yang memungkinan bagi investor asing
untuk masuk. Terobosan PLN ini layak diikuti oleh BUMN yang lain, juga oleh
kalangan Swasta Nasional. Obligasi syariah internasional (korporasi maupun
pemerintah/negara) yang akan diterbitkan tentunya akan memberikan
manfaat strategis sebagai:
134
Akses atas investor-based baru, sehingga dapat merespon perkembangan
lembaga keuangan syariah (lokal dan global) yang sedang tumbuh secara
pesat;
Diversifikasi investor-based (lokal dan global), serta memberikan fleksibilitas
dalam strategi pendanaan jangka panjang yang dibutuhkan baik oleh
perusahaan maupun pemerintah;
Obligasi syariah ini memiliki banyak skema inovatif yang dapat dikembangkan
dengan biaya penerbitan yang juga kompetitif. Khusus untuk Obligasi syariah
pemerintah/negara, bermanfaat strategis untuk mendorong percepatan
pertumbuhan institusi keuangan syariah dan investasi syariah (khususnya di
Indonesia), sekaligus menjadi benchmark dalam investasi syariah di Indonesia.
5. Perkembangan Obligasi Syariah di Dunia Internasional
Perkembangan Oblogasi Syariah di dunia internasional sangat pesat. Hasil
survey dari Islamic Finance Service Malaysia (ISFM), pasar obligasi syariah dunia
tahun 2005 mengalami pertumbuhan hingga 300 %. Hasil ini didasarkan pada
kenyataan pasar sebagai berikut : (1) Outstanding obligasi syariah di Malaysia
yang pada akhir tahun 2004 telah berhasil mencapai US$ 6,7 milyar; (2)
Kenyataan dari penjualan obligasi pemerintah Pakistan pada bulan Januari
2005 yang mencapai US$ 600 juta dan oversubcribed (kelebihan permintaan) dua
kali lipat atau US$ 1,2 milyar; (3) Pada tahun 2005, IDB mengeluarkan obligasi
syariah sebesar US$ 500 juta; (4) penjualan obligasi syariah di Bahrain sebesar
U$ 152,2 juta; dan (5) penjualan obligasi syariah oleh dua underwriter global
ternama seperti CitiGroup dan HSBC Bank, pada kuartal pertama telah
mencapai US$ 600 juta.
Tabel 3: Global Sukuk yang diterbitkan Pemerintah
Beneficiary Nilia Emisi Tahun Emisi
Malaysia $ 600 M Juni, 2002
IDB $ 400 M Agustus, 2003
Qatar $ 700 M September, 2003
Bahrain $ 250 M February, 2004
Sarawak, Malaysia $ 350 M November, 2004
Pakistan $ 600 M December, 2004
Dubai (DCA) $1 BN December, 2004
Source: Nathif J. Adam (2005)
Selain itu perkembangan obligasi syariah dengan basis akad ijarah, baik yang
dikeluarkan oleh pemerintah maupun korporasi juga sangat pesat. Sampai
dengan tahun 2005 telah terdapat delapan belas sukuk ijarah pemerintah
135
dengan nilai total US$5.650 milyar. Obligasi ini dikeluarkan oleh Bahrain,
Dubai, Malaysia, Pakistan, Qatar, dan juga Jerman. Sukuk ijarah pemerintah ini
memiliki prestasi yang bagus, dimana hampir semua sukuk ijarah pemerintah
mengalami oversubscription. Bahkan, ada suatu kecenderungan dari buyers
sukuk tersebut untuk memegang hingga maturity-nya. Sedangakan untuk sukuk
ijarah perusahaan sampai dengan tahun 2005 telah ada sebelas sukuk ijarah
internasional senilai US$1.601 milyar.
Sayangnya potensi besar penerbitan obligasi syariah internasional baik oleh
perusahaan maupun pemerintah yang sudah dinikmati oleh banyak negara
belum mendapat respon yang antusias oleh Pemerintah dan BUMN Indonesia.
Padahal dengan potensi besar bangsa ini, baik sumber daya manusia maupun
sumber daya alamnya, sangat menarik buat investor. Terutama investor
syariah memang memerlukan proyek-proyek riil untuk dibiayai, bukan
sekedar aksi ambil untung (profit taking) jangka pendek.
Tabel 4: Beberapa Sukuk Perusahaan Internasional
Perusahaan/Negara Nilai
Emisi Keterangan
Guthrie, Malaysia US$ 250
M
First corporate Sukuk -
December, 2002
FIIB, Bahrain (Arcapita) US$ 75 M July, 2003
Hanco, Saudi Arabia US$ 26 M Fleet securitization
Tabreed, UAE US$ 100
M
Emaar, UAE US$ 65 M
Durat Al Khaleej, Bahrain US$ 120
M Development Sukuk
The Investment Dar (TID) US$ 50 M Musharaka Sukuk
Emirate Airlines, UAE US$ 550
M First ever Sukuk by an Airline
Amlak Finance, UAE US$ 200
M
Dubai Metals & Commodities,
UAE
US$ 200
M
Bahrain Financial Harbour,
Bahrain
US$ 134
M Development Sukuk
Commercial real estate company,
Kuwait
US$ 100
M
Source: Nathif J. Adam (2005)
136
Banyaknya proyek-proyek infrastruktur seharunya menjadikan Indonesia
mempunyai daya tarik luar biasa bagi investor syariah. Industri energi
(pertambangan, migas), industri berbasis sumberdaya alam (perkebunan), dan
industri infrastruktur berpendapatan valas (airport, seaport) merupakan sektor
yang biasanya paling diminati investor syariah. Perilaku investor syariah juga
agak berbeda dalam hal jangka waktu investasi. Investor syariah biasanya
memilih dan memiliki horison investasi jangka panjang, antara 5 sampai 15
tahun. Perhatian utama investor ini adalah pada keutuhan modal, return yang
kompetitif, namun dengan horison investasi yang panjang, bukan pada return
jangka pendek. Sayangnya sampai dengan saat ini, pemerintah belum secara
sistematis membangun brand dan citra Indonesia sebagai lokasi investasi yang
memberikan kepastian dan kenyamanan. Singapura, misalnya, hampir setiap
bulan mengirim delegasi tingkat tinggi yang berkunjung ke Negara-negara
Teluk untuk meyakinkan investor agar berinvestasi di Singapura.
Rencana penerbitan obligasi syariah negara (SUN Syariah) tampaknya masih
harus menunggu penyusunan UU SUN syariah baru atau menunggu
amandemen UU yang ada. Dan ini tentu membutuhkan waktu minimal satu
tahun, sehingga kemungkinan SUN syariah baru dapat diterbitkan tahun 2007-
an. Penerbitan SUN syariah dengan landasan hukum Perpu atau regulasi
lainnya di bawah UU semakin tertutup, karena dipandang riskan dan
memunculkan persoalan di masa mendatang. Alternatif yang tersisa untuk
menangkap peluang besar ini adalah penerbitan obligasi syariah internasional
oleh BUMN, dan pelajaran emisi sukuk oleh BUMN Sudan atau Cagamas
Berhard bisa dijadikan referensi (lihat box).
Studi Kasus Obligasi Syariah (Sukuk)
Studi Kasus Sukuk– Sudan
Sudan Financial Services Company (SFSC) berdiri mulai tahun 1998. Lembaga
ini sebagai pihak yang telah mengeluarkan Central Bank Musharakah
Certificates (CMCs), dan berhasil meraih permintaan tinggi atas penerbitan
sertifikat tersebut. Sertifikat CMCs ini merepresentasi asset Bank Sudan
(pemilik) pada sektor perbankan komersial. Asset ini membentuk suatu closed-
end fund, yang dimanage oleh SFSC. Tujuan utama CMCs adalah digunakan
sebagai alat kebijakan moneter berbasis syariah. Karena beberapa hal sertifikat
ini dihentikan, dan sertifikat ini menjadi landasan awal untuk pengembangan
berikutnya.
Government Musharakah Certificates (GMC)
SFSC kemudian mengeluarkan satu seri Government Musharakah Certificates
(GMC) yang mana merupakan klaim kepemilikan terhadap perusahaan milik
137
pemerintah (BUMN Sudan) dan bisa diperdagangkan di pasar sekunder.
Sertifikat ini diterbitkan mulai pada 2001. Sejak saat itu telah diterbitkan 24 seri
GMC tersebut. Sekarang GMC sedang memasuki masa penarikan dan akan
berhenti tahun 2007. GMCs merupakan instrumen dengan maturity jangka
pendek antara 3 sampai 6 bulan tetapi juga ada yang satu tahun. Nilai total
bersih yang diraih dari penerbitan dengan skema GMC untuk masing-masing
tahun (berakhir Desember) adalah: 12,9 milyar Dinar Sudan ( SD) tahun 2004;
SD 9,36 milyar tahun 2003 [ 0,21 per sen dari GDP]; dan SD 5,18 milyar tahun
2002 [0,13 per sen dari GDP].
Sertifikat ini merepresentasi kerjasama (partnership) atas beberapa perusahaan
milik pemerintah (BUMN Sudan). Kumpulan perusahaan tersebut membentuk
“underlying asset pool”
untuk kerjasama melalui GMCs. Kerjasama tersebut adalah untuk waktu yang
terbatas dan berakhir pada masa jatuh tempo sertifikat itu. Sertifikat
dikeluarkan melalui Sudan Financial Services Company (SFSC). Penjualan
sertifikat akan mengalihkan bagian kepemilikan dari kelompok perusahaan
milik pemerintah kepada pemilik sertifikat. Hanya warga Sudan yang diijinkan
untuk ambil bagian sebagai investor. Pemilik sertifikat akan menerima proporsi
dari laba yang dihasilkan oleh perusahaan dari kumpulan asset GMC. Setelah
jatuh tempo (maturity) pemerintah menebus (redeems) GMC pada harga yang
telah disepakati diawal (pre-agreed) yang secara normal menjadi nilai nominal
(face value) dari sertifikat. Dalam beberapa hal GMCs adalah semacam
instrumen privatisasi temporer (temporary privatization) dimana administrasi
dan kontrol dilakukan pemerintah, tetapi kepemilikan dan berkaitan dengan
arus keuangan diserahkan ke tangan pribadi dengan skema yang spesifik
tersebut.
Government Investment Certificates (GIC)
Government Investment Certificates (GIC) merupakan instrumen baru yang
telah diperkenalkan sejak tahun 2003 di Sudan. Instrumen ini merupakan
pengembangan setelah belajar dari eksperimen instrumen sebelumnya, seperti
CMC dan GMC yang lebih awal. Selain itu instrumen ini juga ditujukan untuk
merespon perubahan kebutuhan pendanaan pembangunan untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi.
Struktur GIC melibatkan 3 pihak dalam kontrak : (1) Investor sebagai certificate
holders yang merupakan rabb al-mal; (2). Sudan Financial Services Company
(SFSC) bertindak sebagai mudarib (agent) yaitu sebuah investment company; (3)
Menteri Keuangan pemerintah Sudan sebagai users dari dana.
GIC secara esensial merupakan sertifikat mudarabah yang merepresentasi
modal mudarabah dalam bisnis Sudan Financial Services Company (SFSC).
138
SFSC dapat disebut sebagai perusahaan investasi yang membiayai proyek
pemerintah melalui skema ijarah, murabaha, dan istisna- yang merupakan skema
fixed return. Pemerintah adalah sebagai pihak dalam kontrak dan menjadi
entitas penjamin yang memiliki nilai kelayakan pinjam paling tinggi yang
mana mengurangi risiko kredit ke SFSC. Dengan demikian return untuk
pemilik sertifikat melalui SFSC menjadi sangat terjamin. SFSC menetapkan 5
per sen untuk pengelola (mudarib) dan 95 per sen dari dari keuntungan
(earnings) untuk pemilik sertifikat. Lebih lanjut untuk mengurangi resiko dan
sebagai tambahan, kesepakatan dibuat dalam bentuk paket perjanjian dengan
Menteri Keuangan (atas nama pemerintah). Dalam paket perjanjian tersebut
menyatakan bahwa investasi tersebut akan digunakan melalui skema ijarah,
murabaha, dan istisna, dimana keseluruhan jumlah yang dikeluarkan melaui
GICs untuk suatu periode tidak akan melebihi jatuh tempo sertifikat. Untuk
menjaga sertifikat terhadap kepatuhan syariah agar bisa diperdagangkan
(tradable) di pasar sekunder, maka SFSC memilih kontrak/akad ijarah sebagai
format dominan dari tiga kontrak tersebut. Fitur yang memungkinkan sertifikat
dapat diperdagangkan menyediakan jalan keluar untuk memperoleh likuiditas
yang mana menarik bagi investor. Dominannya ijarah juga mengurangi risiko
kredit tetapi disisi lain memperkenalkan risiko bisnis (atau resiko harga).
Sumber: Salman Syed Ali (2005: 75-80), Munawar Iqbal dan Tariqullah Khan
(2004: 45-50).
Gambar 5
Skema Government Investment Certificates (GIC)
Studi Kasus Sukuk– CagamasMalaysia
Cagamas Berhad merupakan Perusahaan Perumahan Malaysia yang didirikan
tahun1987 menyusul resesi dan liquidity crunch yang mengakibatkan kredit
perumahan menjadi terbatas, terutama untuk rumah tangga berpendapatan
139
menengah kebawah. Dengan modal disetor 150 juta ringgit, Cagamas
merupakan anak perusahaan dari sebuah lembaga keuangan besar di Malaysia.
Tahun 2005, Cagamas melakukan sekuritasisasi aset KPR syariah, ditawarkan
dalam bentuk obligasi syariah dengan skim musyarakah. Cagamas,
menerbitkan obligasi syariah dengan nilai 2,05 juta miliar ringgit. Obligasi itu
dibagi dalam enam tingkat mulai dari jangka waktu tiga hingga 15 tahun.
Cagamas menerbitkan sukuk tersebut untuk digunakan pembangunan
perumahan bagi pegawai negeri aktif (99,6 persen) dan pensiun (0,4 persen).
Obligasi ini ditawarkan melalui roadshow ke Hongkong, Singapura dan Timur
Tengah. Penerbitan obligasi sekuritisasi asset ini dikelola oleh CIMB dan HSBC
Bank Malaysia Berhad. Obligasi ini memperoleh rating AAA dari Rating
Agency of Malaysia dan Malaysian Rating Corporation.
Sebenarnya, penerbit obligasi syariah ini adalah pemerintah Malaysia.
Kemudian, melalui perusahaan perumahan, pemerintah menunjuk Cagamas
pada April 2004 untuk membuat sekuritisasi seluruh proyek perumahan yang
diperuntukkan bagi pegawai negeri dan pensiunan. Mandat dibuat tidak hanya
untuk saat ini tapi juga untuk proyek pembiayaan dan pembangunan
perumahan di masa mendatang.
Tujuan Cagamas adalah menyediakan tingkat likuiditas yang lebih bagi
mortgage lenders, mengurangi resiko pasar, membantu pembiayaan untuk
perumahan sosial, menopang sektor konstruksi, serta menciptakan pasar
perumahan untuk pribadi berpenghasilan tetap. Cagamas membeli mortgage
loans dari mortgage originators, secara fixed atau floating rate untuk 3 sampai 7
tahun. Ini hakekatnya merupakan pembiayaan yang dijamin oleh Cagamas atas
kredit lembaga keuangan ketika mortgage loans mengalami default. Cagamas
mengeluarkan debt securities ke investor, dalam bentuk obligasi dengan fixed
atau floating rate, yang disebut Cagamas notes, atau Cagamas Murabaha (Islamic)
Bonds.
Cagamas telah dengan sukses memelopori sejumlah produk yang bervariasi di
pasar meliputi: tingkat rate yang tetap dan variabel (fixed and variable rate), jatuh
tempo lebih panjang (longer maturities), Islamic debt, dan leasing/commercial
property lending. Cagamas menerima sejumlah perlakuan khusus penting dari
pemerintah Malaysia, karena tanpa aktivitas refinancing ini tidak akan
dirasakan menarik bagi pemilik dana utama (primary lenders). Loans yang dijual
kepada Cagamas tidak tergolong sebagai subyek reserve requirements bank
sentral. Sekuritas ini dapat digolongkan seperti asset liquid, dimana
perusahaan keuangan dan bank harus menambah cadangan 10% dari asset
yang berbentuk liquid ini. Sekuritas Cagamas memiliki bobot resiko 10%, hal
140
ini sangat rendah bila dibandingkan dengan rate 50% untuk kredit perumahan
atau untuk investasi lembaga kredit.
Sumber: Salman Syed Ali (2005: 74) merujuk Loïc Chiquier; Olivier Hassler;
dan Michael Lea (2004) dan Republika, 2 Agustus 2005.
7. Tantangan dan Inisiatif Strategis
Perkembangan instrumen dan sistem keuangan syariah baik dalam skala
domestik maupun global, secara strategis memberikan peluang kepada
Pemerintah dan BUMN untuk dapat memanfaatkan peluang alternatif sumber
pembiayaan pembangunan yang lebih beragam. Dalam memanfaatkan potensi
ini, Indonesia sangat tertinggal dibanding dengan Malaysia yang telah dapat
memanfaatkan dana investasi denga skema sukuk sebesar US$40 miliar dalam
beberapa tahun terakhir. Perkembangan tersebut memberikan tantangan
kepada otoritas pengaturan untuk dapat mengantisipasi perkembangan pasar
keuangan syariah lebih lanjut dalam hubungannya dengan pengembangan
instrumen pengendalian moneter dan instrumen pasar keuangan syariah
dalam kaitannya untuk memenuhi kebutuhan terhadap instrumen likuiditas
dan investasi baik dalam skala domestik maupun global, terutama dalam
upaya untuk mempermudah investor asing untuk masuk ke Indonesia.
Perkembangan penggunaan obligasi syariah sebenarnya telah dimulai pada
tingkat korporasi dan perbankan syariah di Indonesia. Namun demikian,
pengembangan instrumen pasar keuangan yang efisien akan juga ditentukan
oleh keberadaan instrumen keuangan pemerintah. Secara domestik,
keberadaan instrumen keuangan syariah yang diterbitkan oleh pemerintah
dapat digunakan sebagai sumber pendanaan dalam negeri dan kemungkinan
penggunaan instrumen tersebut sebagai piranti moneter. Secara internasional,
penerbitan instrumen keuangan syariah oleh pemerintah dapat berfungsi
sebagai benchmark bagi investor sehingga pricing dapat terbentuk secara
efisien. Namun demikian, lingkungan pendukung, terutama perangkat hukum
yang operasional pada saat ini belum memungkinkan pemerintah untuk
menerbitkan instrumen sukuk.
Dalam rangka mengembangkan obligasi syariah sebagai alternatif pendanaan
infrastruktur masih ada beberapa tantangan strategis yang perlu segera
diselesaikan:
Keterbatasan regulasi dimana: (a) belum ada peraturan yang memadai sebagai
dasar kepastian hukum untuk obligasi syariah; (b) UU SUN yang ada belum
mengakomodasi penerbitan obligasi syariah pemerintah; (c) tidak ada
141
kepercayaan hukum (trust laws) seperti halnya preseden yang dibutuhkan oleh
penerbitan obligasi syariah pemerintah di negara-negara yang lain; dan (d)
definisi efek “equity” dan “bonds” tidak lagi mencukupi untuk dapat
mengakomodasi berbagai peluang pengembangan skema obligasi syariah yang
memiliki keragaman kontrak/akad. Undang-undang yang berlaku seperti UU
No.24/2002 tentang Surat Utang Negara dan UU No.1/2004 tentang
Perbendaharaan Negara tidak memungkinkan untuk mendukung penerbitan
sukuk. Dalam UU No.24/2002 terdapat permasalahan yang sangat mendasar
dimana definisi utang yang tidak dikenal dalam syariah serta tingkat suku
bunga sebagai reference rate. Kendala dalam UU No.1/2004 yaitu berkaitan
dengan kebutuhan untuk penjualan dan lease back aset negara dalam setiap
penerbitan dan pembentukan SPV (Special Purpose Vehicle), serta status hukum
SPV dan organisasinya. Selain itu penerbitan sukuk harus memiliki tujuan
yang jelas seperti pembiayaan proyek baik yang bersifat currently tangible
maupun futurely tangible. Kondisi saat ini belum mengakomodasi tatacara
penerbitan revenue bonds yang karakteristik operasionalnya mirip dengan
sukuk dan belum tercakup dalam UU.No.24/2002.
Aspek operasional: (a) belum ada standar baku untuk operasional dan
ketentuan akuntansinya, hal ini tentu menyebabkan kegamangan praktisi
untuk mendukung pengembangan instrumen yang relatif baru ini; selain itu (b)
ketentuan fiqh versus hukum formal yang seringkali sering tidak sejalan.
Aspek pajak dimana aturan perpajakan atas transaksi keuangan syariah masih
belum mendapatkan kepastian.
Kebanyakan produk keuangan syariah yang berkembang saat ini kebanyakan
berbasis hutang (debt-based) atau lebih menyukai yang berbasis hutang (debt-
likely), sementara genuine keuangan syariah adalah condong untuk
mengembangkan profit-loss sharing.
Untuk menjawab tantangan itu ada beberapa inisiatif strategis yang perlu
segera dijalankan dalam upaya mengoptimalkan peluang pengembangan
instrumen obligasi syariah ini:
Kemauan dan keberanian kebijakan yang lebih mendukung pengembangan
instrumen ini. Disamping itu yang mendesak adalah bagaimana melengkapi
regulasi untuk memberi kepastian hukum. Untuk itu pemerintah perlu segera
menginkorporasi syarat legalisasi langkah-langkah dalam proses penerbitan
sukuk dalam proses revisi UU No.24/2002 dan 1/2004 yang direncanakan
untuk diselesaikan draft-nya pada pertengahan tahun 2006 ini.
142
Pemerintah perlu segera mendorong terbentuknya lembaga SPV milik negara
sebagai lembaga pengelola aset yang dapat digunakan sebagai media
penerbitan sukuk. Sehubungan dengan upaya penerbitan sukuk, pembentukan
SPV sebaiknya dilakukan berdasarkan perintah UU yang mengatur penerbitan
dan pengadministrasian Surat Utang Negara.
Pemerintah dapat pula memberikan peluang kepada BUMN untuk dapat
menawarkan investasi secara langsung baik melalui penerbitan sukuk maupun
project financing secara syariah atas proyek-proyek infrastruktur yang
direncanakan. Berikutnya setelah kelengkapan terpenuhi, dalam rangka
pembangunan infrastruktur, pemerintah perlu merealisasikan penerbitan
obligasi syariah pemerintah (lokal dan internasional), selain itu korporasi
BUMN terutama BUMN infrastruktur perlu segera merespon peluang tersebut.
Pemerintah, korporasi BUMN dan juga Swasta perlu menyadari potensi
industri keuangan syariah (terutama global) yang sedang bertumbuh sangat
cepat dan sedang kelebihan likuiditas sekarang ini.
Dalam hal aspek perpajakan dibutuhkan kebijakan yang jelas dan mendukung,
dan juga insentif yang memadai. Securities Commision Malaysia misalnya,
memberikan insentif pajak yang menarik untuk penerbitan obligasi syariah.
Dimana, biaya yang dikeluarkan terkait emisi obligasi syariah menjadi
pengurang pajak. Begitu juga dengan pendapatan dari obligasi syariah bebas
pajak. Belum lagi pembayaran zakat untuk obligasi syariah juga dihitung
sebagai pengurang pajak. Hal ini menjadikan sukuk Malaysia sangat diminati
investor internasional.
Berikutnya, dukungan berbagai kalangan sangat dibutuhkan dalam
pengembangan dan inovasi struktur investasi syariah yang lebih beragam,
terutama kearah income sharing sebagai genuine keuangan syariah
Instrumen dan sistem keuangan syariah telah berkembang dengan pesat, baik
dalam skala domestik maupun global. Sebagian besar sumber dana dan pasar
keuangan syariah masih dikuasai oleh Timur Tengah. Saat ini terdapat sumber
dana floating di pasar Timur Tengah yang dapat dimanfaatkan, besarnya
(secara unofficial) berkisar antara US$800 – 1.000 miliar USD. Dari dana parkir
tersebut, pasar Malaysia telah dapat memanfaatkan dana investasi sebesar
US$40 miliar dalam beberapa tahun terakhir.
Kunjungan Presiden SBY ke timur tengah belum lama ini, haruslah dijadikan
momentum untuk membuka cakrawala kita, bahwa pasca 11 september 2002,
telah terjadi perubahan orientasi investasi dana timur tengah yang notabene
dikuasi investor muslim, dari Eropa dan Amerika menuju pasar Asia. Dan
143
Indonesia seharusnya menjadi negara yang paling diuntungkan dengan
kondisi ini, apalagi peta permasalahan yang harus dituntaskan dalam
penerbitan Sukuk Negara sudah di terpaparkan.
Dengan melihat potensi tersebut, inovasi dan terobosan yang dilakukan oleh
PLN, perlu diikuti oleh BUMN yang lain dan juga oleh Pemerintah setelah
menyadari bahwa salah satu masalah utama dalam pembangunan ekonomi di
Indonesia adalah persoalan pembiayaan infrastruktur, dan dana obligasi
syariah merupakan alternatif pendanaan yang menjanjikan.
144
BAB 18. PENELITIAN INTEGRATIF KE DALAM JASA
KEUANGAN INDUSTRI DI TAIWAN:
HUBUNGAN BONDING TACTIS, MUTU
HUBUNGAN DAN KESETIAAN PERILAKU
Pembahasan ini mengembangkan dan dengan pengalaman menguji satu model
konseptual menguji antar cabang ilmu pengetahuan dan bonding tactis
konsumen,kepuasan konsumen, kepercayaan/komitmen yang mengikat dan
perilaku kesetiaan konsumen pada satu hubungan sistem pemasaran
berdasarkan tiga group pada contoh dari bank XYZ, salah satu pedagang yang
berkedudukan kuat dalam bank-bank taiwan, penemuan pembahasan
menyarankan bahwa produk keuangan dengan atribut produk berbeda akan
menguntungkan dari jenis perorangan dan taraf dari investasi hubungan yang
dapat diterapkan secara langsung untuk masing-masing produk.
Pengantar
pada pasar saat ini, banyak perhatian telah dibayar ke konsep dari hubungan.
dan konsep ini dengan antusias telah mencakup oleh kedua akademis dan
praktisi. terutama, penelitian telah memperlihatkan bahwa pemasaran
berhubungan dengan satu strategi yang sesuai untuk bankir komersil. Kimball
(1990) telah menyarankan bahwa hubungan dan produk mengorientasikan
strategi secara diametris ditentang untuk satu sama lainnya, dengan hubungan
orientasi bank usaha untuk memperpanjang hubungan dengan pelanggan dan
produk orientasi bank memotong jauh dalam hubungan competitor yang
berorientasikan konsumen.
seperti pada beberapa bisnis jasa lain, hal tak mudah dimengerti dari
banyaknya jasa pada sektor bank menyoroti kepentingan dari hubungan
manajemen konsumen. manfaat bagi ekonomi berhubungan dengan kepuasan
pelanggan yang berkedudukan kuat. dengan demikian hal ini telah terlihat
bahwa pelanggan ( kedua korporasi dan individu) siapa bersama dengan bank
untuk lima yang tahun yang telah dicapai jauh lebih profitabilitas
dibandingkan tahun pertama dari hubungan bank.penemuan selanjutnya juga
menandai adanya rata-rata penjual eceran bank yang memegang diantara 80
dan 85 persen dari penabungnya,dan bahkan suatu kekecilan peningkatan di
pimpinan dasar untuk keberuntung yang lebih tinggi. oleh sebab itu,
kesinambungan hubungan pelanggan adalah yang berharga untuk bank
dibandingkan sesuatu yang baru: yang tidak bisa dipungkiri lebih panjang
145
yang mempunyai rekening lebih tinggi keseimbangannya, secara relatif
menurunkan biaya rekening, dan jadilah lebih mungkin untuk produk dan
servis lain.
sesungguhnya akademis mengenali kepentingan dari hubungan praktek
pemasaran. bukti empiris pada sifat alami dan luas dari dampak ikatan siasat
pada hubungan mutu yang langka.terperinci, walau mutu hubungan
pemasaran punya satu dasar teoritis yang kuat pada industri dan alur
pemasaran. penelitian sistematis pada hubungan pemasaran pada satu
lingkungan konsumen adalah kekurangan. mayoritas dari riset hubungan
pemasaran difokuskan di dalam mendiskusikan antar cabang ilmu
pengetahuan di antara hubungan bonding tactis, mutu hubungan, dan
kesetiaan perilaku. lebih teliti pembahasan yang integratif, menekankan
berbagai karakteristik pelanggan, dan mendiskusikan efektivitas dari etika
dimana hubungan surat yang pengikat lebih sedikit. dengan spesific persoalan
dalam pikiran, obyektif untuk pembahasan ini terdiri dari 4 bagian:
1. untuk meringkas bukti yang sudah ada mempengaruhi urutan perilaku
dari hubungan pemasaran pada tingkat pelanggan perorangan. aspek ini
perlu dipertimbangkan sebab pedagang eceran sering terkepung oleh
ketidak-pastian dan keterangan yang tidak akurat yang kira-kira apa
keadaan yang benar untuk pelanggan, menghasilkan dalam hubungan
program pemasaran yang diterapkan secara efektif. Pedagang ecerakan
sebagian besar diberikan untuk membuat penggunaan dari strategi
tradional, ini sangat relevan untuk mengumpulkan keterangan persepsi
konsumen dari alternatif, memfokuskan hubungan strategi.
2. Untuk menawarkan satu model konseptual yang menggambarkan
dampak dari perilaku tertentu itu akan mengisyaratkan apakah bekas
pelanggan atau kerusakan dari perusahaan
3. Untuk melaporkan hasil dari satu pembahasan empiris menguji
hubungan di antara hubungan bonding tactics dan maksud dari
pelanggan
4. Untuk menyarankan satu agenda penelitian dimana oleh keterangan
sekitar level individu maksud dari pelanggan
Bagian berikutnya mengedepankan satu ulasan dari daftar pustaka,
kerangka konseptual dan hipotesis penelitian.
Kerangka konseptual dan hipotesis
ide dari latar belakang model ini adalah sejalan dengan pembahasan dari
De Wulf Et Al (2001). siapa yang diakui bahwa investasi waktu, upaya, dan
sumber daya tidak dapat diperoleh lagi yang selain pada satu hubungan
146
yang menciptakan ikat psikologis yang memotivasi pihak untuk
memelihara hubungan dan kumpulan harapan dari balasan. prinsip ini
diterapkan pada satu hubungan kalimat konsumen, sumber daya yang
tidak dapat diperoleh dari gambaran konsep dengan investasi hubungan
perasa.Konsep perantara dari mutu hubungan, yaitu diukur oleh kepuasan
pelanggan dan kepercayaan / persetujuan yang mengikat pada
pembahasan, dan konsep dihasilkan dengan kesetiaan perilaku, yang mana
mewujudkan balasan konsumen dari satu investasi pedagang
eceran,gambaran yang luas dimana konsumen mau memelihara hubungan
penjual dan pembeli mereka.sudut pandang ini adalah berupa argumen
konsumen dengan menunjukkan kesetiaan tertentu dalam balasan ke
penjual investasi dalam hubungan dengan pembelian produk mereka.
sebagai tambahan, peneliti sebelumnya juga membantah hal tersebut bahwa
konsumen merasa wajib untuk membayar kembali keramahan pemasar.
akhirnya, untuk menentukan luasnya dimana hubungan siasat pemasar
disumbangkan/diberikan untuk pengamatan dari hubungan investasi,
pengarang menilai interkoneksi di antaranya merasa hubungan investasi
dan 3 siasat hubungan pemasaran (ikatan(bonding) keuangan,ikatan sosial,
dan ikatan struktural), gagasan yang membedakan dari De Wulf Et Al
(2001) empat siasat hubungan pemasaran pemasaran (imbalan yang
terukur, penjualan lewat pos, perlakuan istimewa, dan hubungan
komunikasi antar pribadi).
Gambar 1 mewakili suatu model konseptual yang melukiskan urutan
perilaku dengan merasa hubungan investasi diantara campurtangan
variabel hubungan bonding tactics dan kepuasan pelanggan. Bagian dari
model ini ada pada taraf seorang pelanggan dan usulan hubungan bonding
tactics ini dan kepuasan pelanggan secara positif terkait dengan jasa
keuangan/produk. bagian kedua dari usulan model pelanggan yang puas
ini dan niat perilaku secara positif berkaitan. dengan demikian, hubungan
bonding tactics dan investasi hubungan perasa adalah faktor penentu
apakah suatu pelanggan akhirnya tersisa dengan kerusakan dari
perusahaan. secara spesifik hipotesis disajikan pada bagian berikut
Hubungan pemasaran
ketika Berry mengidentifikasi waktu 'Hubungan pemasaran' pada 1983, ini
adalah saat pertama kali ungkapan ini telah muncul di mana saja dari daftar
pustaka menunjukkan layanan topik pemasaran. sesuai dengan Berry dan
Parasuraman (1991), hubungan pemasaran adalah pelayanan organisasi apa
yang dipergunakan untuk menarik, memelihara dan memperkuat
147
hubungan di antara pelanggan dan pedagang eceran. Berry mengatakan
bahwa ' menarik pelanggan baru' hanya tiap cara yang ditempuh oleh
pedagang eceran dapat memperkuat hubungan di antara pelanggan atau
cara yang ditempuh oleh pedagang eceran mentransformasikan ke berbagai
(sebentar-sebentar dan baru) pelanggan ke dalam sesuatu yang setia. Oleh
sebab itu, bagaimana caranya membawakan kepuasan pelanggan menjadi
salah satu hal yang paling penting dalam ilmu pengetahuan tentang teknik
pedagang eceran itu harus menekan dan meletakkannya ke dalam praktek.
Hubungan bonding tactics
Siasat ikatan psikologis, emosional, ekonomi, atau lampiran fisik pada suatu
hubungan yang dibantu oleh perkembangan asosiasi dan pihak interaksi
serta ikatan bersama-sama berada dalam hubungan pertukaran. Sementara
penelitian sebelumnya pengertian dua jenis struktural dari struktur bonds
dan sosial Smith (1998) surat pengikat dan Empu sosial (1998) mengusulkan
bahwa fungsi bonds juga melayani untuk mengikat pihak ke satu
hubungan. Berry dan Parasuraman.
jalannya dividen pedagang eceran merangsang kesetiaan perilaku pelanggan
ke dalam tiga taraf: keuangan, ikatan sosial dan struktural bonding tactics.
sedangkan, banyak penelitian juga membesarkan klasifikasi berupa hubungan
taraf pemasaran Berry dan Parasuraman telah mendifinisikan.
Bagaimanapun, Berry membantah hal tersebut: di tiga level, solusi untuk
masalah pelanggan didisain ke dalam sistem pengiriman jasa dibandingkan
tergantungnya kepada keterampilan yang berhubungan dengan bangunan.
dasar analisa disini, De Wulf Et Al. (2001). dicirikan empat jenis dari siasat
hubungan pemasaran terbagi kedalam 4 level hubungan pemasaran: imbalan
terukur, dan tingkat dua hubungan pemasaran, penjualan lewat pos, perlakuan
istimewa dan komunikasi antar pribadi.
setidak-tidaknya, Pengarang Berry dan Pasuraman mendifinisikan hubungan
bonding (pengikat) yang paling lengkap dan integratif. Peltier dan Westfall
(2000) penelitian empiris juga teraplikasi ke model dari hubungan pemasaran
bonding dan kesetiaan perilaku pelanggan, tapi kertas ini akan berlanjut
mempergunakan posisi Berry dan Pasuraman dalam mendukung dan
menyatakan sebagai berikut: (sabda ' Bonding ' menunjukkan lebih ke satu
proses yang berkelanjutan, dan ' bonds (surat obligasi) untuk hubungan yang
nyata telah didirikan, di kertas ini, sabda 'hubungan bonds' atau lainnya,
dimaksudkan untuk jalannya pemasaran yang lebih berkelanjutan)
Keauangan Bonding Tactics
148
hal Ini menciptakan satu surat Obligasi/pengikat (bond) yang merangsang
motivasi konsumsi pelanggan dan memperoleh kesetiaan mereka dengan
menggunakan keputusan harga, harga diskon seperti itu dan tingkat bunga
yang lebih tinggi. Ini semacam integrasi yang menekankan fungsi harga dari
komponen pemasaran. Sejak surat obligasi/ pengikat (bond) ini mudah
ditandingi oleh kompetitor, ini tidak perlu menjadi satu kompetitif yang
didukung oleh keuntungan. Di samping itu. hubungan Bonding tactics
semacam ini adalah sama dengan fungsional surat obligasi/pengikat(bonds)
yang disediakan oleh Smith.Dan dengan demikian, wakil kebergandaan
dengan ekonomi, kinerja, atau ikatan peralatan atau pertalian servis untuk
meningkatkan kelestarian pada satu hubungan. Lagipula, Fungsional surat
obligasi/pengikat (bonds) dideskripsikan sebagai tugas ikatan (bonds),
diciptakan oleh ekonomi, strategis, teknologi (pengetahuan atau keterangan).
dan peralatan (produk atau menyangkut bidang jasa) memperoleh manfaat
bagi pihak penukar/pertukaran.
Sosial Bonding Tactics
sosial bonding tactics adalah ikatan pribadi atau menempa hubungan selama
interaksi di tempat kerja. Peneliti meliputi derajat dari pertemanan pribadi dan
kegemaran berbagi antara pembeli dan penjual. seperti halnya kegemaran dari
diri pribadi atau identitas melalui penyingkapan diri sendiri; kedekatan;
menyediakan dukungan atau nasihat; menjadi simpati dan mau
mendengarkan; seperti halnya rasa dari afiliasi/keanggotaan, lampiran, atau
mempunyai koneksi; dan berbagi pengalaman.
Meskipun akibat dari sosial bonding tactics mengandung arti menggantikan
atraksi harga, ikatan sosial menyediakan jasa kustomisasi yang
mengembangkan satu hubungan independen. mengijinkan pelanggan untuk
mengandalkan dan menjadi terpuaskan dengan jasa pedagang eceran, dan
membantu memahami dan belajar tentang kebutuhan pelanggan dan
harapannya. perusahaan express itu persahabatan atau bersyukur dengan
menyajikan hadiah ke pelanggan benar-benar mempunyai arti sosial.
personalia dapat mempergunakan dari macam-macam sosial tactics ini untuk
membangun hubungan dan meningkatkan mutu hubungan bahkan selanjutny.
Struktur Bonding Tactics
Struktur bonding tactics adalah simpul yang terjamin struktur,
administrasi,dan kelembagaan dari norma pada satu hubungan, ketentuan,
polis, prosedur, infrastruktur, atau kesepakatan memberikan struktur formil ke
satu hubungan; norma atau menentukan interaksi secara rutin: dan sistem
organisasi dan teknologi memungkinkan atau memudahkan interaksi. Secara
bersama-sama, teknik ini dapat menyediakan psikologis, sah, dan pertalian
149
pisik mengikat pesta kepada suatu hubungan dan membuat sukar untuk
menawarkan pertukaran mitra. Taktik mengikat ini menyediakan suatu
struktur memecahkan
Dengan menyediakan ini tingkat hubungan taktik mengikat,
perusahaan dapat memperkuat hubungan mereka dengan pelanggan. seperti
menyajikan penambahan nilai pelayanan dari pengintegrasian struktural
teknik terkait; mereka tidak hanya meningkatkan efisiensi dan produktivitas
pelanggan, mereka juga tidak dengan mudah disaingi oleh pesaing yang bisa
mempertinggi mengubah biaya-biaya. Jika taktik mengikat struktural
terintegrasi lebih lanjut dengan yang lain dua jenis taktik mengikat yang
dibahas lebih awal, akan jadi sulit para pesaing masuk kedalam pasar yang
ada pada perusahaan
Investasi hubungan yang dirasa
di dalam lingkungan jual beli sekarang, hubungan taktik mengikat memainkan
peran utama oleh karena sekarang meningkatnya arti konsumen dan perlunya
menyertakan relational kekayaan dari interaksi mereka dengan penjual. Secara
umum, menginvestasikan waktu, usaha dan sumber daya tidak dapat
diperoleh lagi selain menciptakan hubungan ikatan psikologis yang
mendorong pelanggan untuk tinggal bertahan di dalam hubungan itu dan
menetapkan suatu harapan reciprocation.
Ketika penyalur banyak membuat investasi hubungan kepada pelanggan,
maka pelanggan akan terkesan. Oleh karena itu, Smith menggambarkan
investasi hubungan dirasa maka persepsi konsumen akan menginvestasikan
sumber daya, perhatian dan usaha yang yang diarahkan pada memelihara atau
tingkatkan hubungan nya dengan pelanggan reguler. hubungan Investasi ini
tidak mempunyai nilai di luar dan tidak bisa diperbaiki jika mereka
mengakhiri di masa dating
Paper ini menginvestigasi bagaiman peran investasi hubungan dirasa,
akuntansi digunakan untuk menghubungkan antara taktik pemasaran dan
hubungan hubungan pemasaran. Sejalan dengan perspektif reciprocation yang
teoritis, materi pengukuran investasi hubungan menekankan tujuan
reciprocation dengan konsumen bahwa orang yang tak punya naluri berdasar
pada usaha yang dibuat oleh pedagang eceran. Banyak peneliti sudah
menyatakan hubungan taktik mengikat sangat menolong pelanggan yang
meningkatkan kesetiaan perilaku, seperti hubungan taktik mengikat pada
mutu hubungan. Akhirnya, De Wulf. juga menyimpulkan taktik hubungan
pemasaran itu akan mempengaruhi mutu hubungan yang secara tidak
langsung dirasakan di tingkat hubungan investasi.
150
Oleh karena itu, hubungan taktik mengikat yang diterapkan oleh pengecer
diposisikan lebih dahulu dari investasi hubungan dirasa. Taktik seperti itu
akan menyediakan petunjuk managerial seperti apa pengaruh persepsi
investasi hubungan. hubungan Mutu ( kepuasan pelanggan, komitmen /
kepercayaan), yang akhirnya mempengaruhi kesetiaan perilaku dan
diposisikan sebagai konsekwensi dari hubungan investasi dirasa. Suatu hal
positif antara mutu hubungan dan investasi hubungan dirasa menyiratkan
bahwa konsumen saling memberi suatu tindakan pedagang eceran. Oleh
karena itu, hipotesis menjadi:
H1a diduga keuangan bonding tactics satu tingkat lebih tinggi
daripada hubungan investasi.
jika merasa lebih tinggi tingkat dari keuangan banding tactics
daripada satu tingkat lebih tinggi dari hubungan investasi
H1b diduga social bonding tactics satu tingkat lebih tinggi
dibandingkan hubungan investasi.
jika merasa lebih tinggi tingkat dari sosial bonding tactics
daripada satu tingkat lebih tinggi dari hubungan investasi
H1c Diduga struktur bonding tactics satu tingkat lebih tinggi
dibandingkan hubungan investasi.
jika merasa lebih tinggi tingkat dari struktur bonding tactics
daripada satu tingkat lebih tinggi dari hubungan investasi.
Hubungan Kepuasan
Kepuasan dengan hubungan dihormati sebagai suatu hasil hubungan penting
bagi penjual-pembeli. Hubungan kepuasan digambarkan sebagai suatu
konsumen secara cenderung menyatakan hasil suatu keseluruhan apprasial
dari hubungannya dengan pengecer.
De Young ( 1986) menemukan bahwa semakin individualised taktik
pemasaran, kepuasan pelanggan akan lebih tinggi. Baru-baru ini peneliti juga
mengusulkan hubungan taktik mengikat mempengaruhi mutu hubungan
melalui investasi hubungan dirasa. Oleh karena itu, derajat tingkat dan macam
hubungan yang berbeda taktik mengikat boleh mengakibatkan derajat tingkat
kepuasan pelanggan berbeda pula.
Prinsip hal timbal balik pun dipertimbangkan sebagai salah satu dari efek yang
paling sempurna ditemukan di dalam literatur psikologis. Yang biasanya, hak
perilaku akan membantu perkembangan atmosfir positif, memindahkan
rintangan untuk mengambil resiko dan memungkinkan hubungan untuk
151
bergerak maju. Bagozzi ( 1995) juga menunjukkan bahwa peristiwa hal timbal
balik dengan jelas dapat dipastikan hadir di hubungan konsumen.
Oleh karena itu, sekali perasaan pelanggan dicukupi dengan investasi
hubungan pedagang eceran, ada suatu kesediaan untuk membangun suatu
hubungan jangka panjang, dan tingkat kepuasan dengan pengecer menjadi
lebih tinggi. Hipotesis akan mengikuti
H2a diduga hubungan investasi satu tingkat lebih tinggi
dibandingkan kepuasan pelanggan.
jika merasa lebih tinggi tingkat dari hubungan investasi dari pada
satu tingkat yang lebih tinggi dari kepuasan pelanggan
Kepercayaan dan Komitmen
Henning Thurau dan Klee ( 1997) menemukan bahwa mutu hubungan menjadi
faktor utama yang mempengaruhi pelanggan berperilaku membeli kembali.
Sementara itu, Morgan dan Hunt mempertimbangkan komitmen dan
kepercayaan merupakan variabel utama yang membuat hubungan pemasaan
sukses. De Wulf. Odekerken-Schroder. juga menemukan hasil yang sama.
Kepercayaan
Perkembangan kepercayaan merupakan gagasan untuk menjadi suatu hal yang
penting untuk penanam modal dalam dyadic hubungan pembeli-penjual.
Moorman (1993) memberi gagasan bahwa kepercayaan adalah semacam
kesediaan mempercayakan pada mitra transaksi, siapa yakin satu sama lain.
Morgan nad Hunt (1994) mencoba untuk menjelaskan kepercayaan sampai
pada konsep keandalan dan kepercayaan. Mereka pikir kepercayaan itu
menjadi kepercayaan yang dirasa dapat mengukur kejujuran dan keandalan
mitra transaksi. Kepercayaan diperlakukan sebagai suatu basis sempurna
untuk membangun hubungan yang stabil di riset yang relevan pada hubungan
pelanggan. Karenanya diduga bahwa kepercayaan menjadi unsur yang utama
yang dilibatkan di dalam mengembangkan hubungan tingkat tinggi, terutama
sepanjang periode awal menyangkut pengembangan hubungan itu.
Komitmen
Komitmen biasanya dihormati untuk suatu hasil yang baik dan penting
relational interaksi. Bennett ( 1996) berargumentasi bahwa kekuatan komitmen
pelanggan tergantung pada persepsi usaha mereka yang dibuat oleh penjual.
Dwyer. ( 1987) yang mengatakan bahwa komitmen adalah bpenuh dengan
manfaat yang berkelanjutan dan bertambah bagi masing-masing mitra.
Moorman. juga mengatakan bahwa pelanggan yang merasa terikat dengan
suatu hubungan mungkin mempunyai suatu kecenderungan lebih besar untuk
bertindak oleh karena kebutuhan mereka untuk tinggal konsisten kepada
komitmen mereka
152
Lagipula, beberapa pengarang yang sudah pengalaman menyelidiki
hubungan antara kinerja relational, telah membangun persamaan ke investasi
hubungan, dan komitmen hubungan. Oleh karena itu, komitmen tidak hanya
suatu karakteristik penting untuk memelihara hubungan baik dan lama, tetapi
juga suatu ungkapan kesediaan bahwa pelanggan ingin tinggal bersama
pengecer. Ketika proporsi komitmen menjadi luar biasa, tidaklah sukar untuk
menyimpulka bahwa hubungan timbal balik menjadi lebih stabil. Karenanya
komitmen merupakan suatu variabel penting di dalam pengukuran hubungan,
terutama ketika mendiskusikan konsep suatu hubungan dengan waktu yang
lama
Setelah meninjau ulang literatur yang relevan tentang hubungan
berkualitas, komitmen dan kepercayaan, ditemukan hubungan itu sebagian
besar suatu timbal balik menyangkut kekuatan makro dari hubungan dan
kepuasan pelanggan mengenai kebutuhan dan harapannya. Kenggunaan studi
kepercayaan, kepuasan dan komitmen sebagai pengukuran mutu hubungan
yang utama, dan menggambarkan komitmen / kepercayaan sebagai keinginan
kronis konsumen untuk melanjutkan suatu hubungan dengan pedagang
eceran, bersama-sama dengan kesedaan konsumen untuk memastikan upaya
untuk memelihara itu. Oleh karena itu, berikut diusulkan :
H2b diduga hubungan investasi satu tingkat lebih tinggi
dibandingkan/daripada komitmen/kepercayaan.
jika merasa lebih tinggi tingkat dari hubungsn investasi dari pada
satu tingkat lebih tinggi dari komitmen/ kepercayaan.
H3 diduga kepuasan pelanggan satu tingkat lebih tinggi
daripada/dibandingkan komitmen/kepercayaan.
Jika merasa lebih tinggi tingkat dari kepuasan pelanggan
daripada satu tingkat yang lebih tinggi dari
komitmen/kepercayaan
perilaku Kesetiaan Pelanggan
Henning-Thurau and Klee mengususlkan mutu hubungan adalah suatu
pengulangan kembali perilaku membeli. Morgan dan Hunt menemukan
pendukungan empiris untuk hubungan antara komitmen pelanggan dan
persetujuan, kecenderungan untuk meninggalkan dan kooperasi,yang mana
semua menghormati hasil hubungan perilaku. De Wulf, menggambarkan
hubungan kesetiaan perilaku sebagai gabungan ukuran yang didasarkan pada
suatu frekwensi pembelian konsumen dan jumlah yang dibelanjakan pedagang
eceran dibandingkan dengan jumlah dibelanjkan pengecer dari yang mana
153
konsumen membeli. Dengan kata lain, kesetiaan perilaku diukur sebagai
kombinasi yang unik dari indikator perilaku, sependapat dengan Sirohi (1998)
dan Pritchard (1999). Dalam pada itu, beberapa keterangan empiris mengenai
hubungan yang telah ditemukan antara dimensi mutu hubungan dan perilaku
kesetiaan. Meski demikian kelompok sarjana memberikan gagasan standard
pengukuran perilaku kesetiaan pelanggan harus sesuai dengan pilihan
pelanggan cara yang ditempuh oleh mereka memuji didepan umum memuji
Oleh karena itu, hipoteisinya adalah bahwa:
H4 diduga komitmen/kepercayaan satu tingkat lebih tinggi
dibandingkan kesetiaan behavioural (yang berhubungan dengan
tingkah laku manusia).
jika merasa lebih tinggi tingkat dari komitmen/kepercayaan
daripada satu tingkat lebih tinggi dari kesetiaan behavioural
(yang berhubungan dengan tingkah laku manusia)
Metode
Studi objek dan contoh
Untuk mengamati urutan perilaku dari model pemasaran hubungan
menyangkut industri jasa keuangan, salah satu bank yang paling terkenal
di Taiwan dipilih. contoh Bank XYZ Bank, ditemukan lebih dari 30 tahun
yang lalu merupakan satu lembaga keuangan terkemuka Taiwan'S.
menawarkan suatu cakupan jasa perbankan yang berbeda untuk
memenuhi kebutuhan pelanggannya . Pada ujung 2002, telah
mempunyai suatu jaringan tujuh kantor perwakilan dan cabang dan lebih
dari 300 karyawan di Taiwan
Bank mencari yang pantas disukai bank untuk pelanggan ini dan dengan
pendirian kuat untuk peningkatan mutu jasa yang lebih panjang. Produk
utama keuangan Bank XYZ meliputi bermacam-macam dana kepercayaan
mortgage, pinjaman bisnis jangka menengah dan jangka panjang, pinjaman
rumah, pinjaman konsumsi, deposit dan kartu kredit dan asuransi seperti visa,
master card dan JCB.
Data untuk perkembangan ilmu yang terbaru telah dikumpulkan dari
departemen pelayanan pelanggan dari Bank XYZ untuk pinjaman deposito dan
kartu kredit. Dengan bantuan Bank XYZ setiap departemen telah tersedia
secara acak dengan 1000 survey yang akan diberikan kepada pelanggan-
pelanggan mereka sendiri selama periode waktu Mei 2002 sampai juni 2002.
Untuk menghindari efek permintaan, partisipan-partisipan tidak mengetahui
para peneliti secara personal. Para responden dijamin bahwa jawaban akan
diterbitkan tanpa nama.
154
Ukuran sampel terakhir dengan quisioner yang valid / memenuhi syarat
adalah 396 dari pinjaman departemen , 431 dari departemen deposito dan 216
dari departemen kartu kredit, rata-rata responden berturut-turut 39,6%, 43,1%
dan 21,6%. Metode sampling berhasil pada responden solicitng dengan
berbagai karakter personal pribadi dan firm/perusahaan, seperti yang
digambarkan pada tabel 1.
Perkembangan Ukuran
Quisioner administrasi sendiri digunakan untuk semua ukuran, variabel
independen (tidak terikat) dari penelitian yang berhubungan dengan taktik
bonding, meliputi banding keuangan, sosial dan struktur. Taktik ini didasarkan
pada Barry dan Parasuraman. Dalam hal variabel terikat, kesetiaan pelanggan
yang mengidentifikasikan tindakan khusus dari para pelanggan, kekuatan
hubungan antara tindakan dan pengukuran index meliputi keinginan
repurchasing yang diperkurakan kembali, rekomendasi pada yang lainnya dan
maksud perkiraan intersecting. Seperti halnya variabel intermediate, kualitas
hubungan merefleksikan kekuatan secara keseluruhan dari tingkat hubungan
dan derajat kepuasan pelanggan terhadap kebutuhan dan harapannya.
Selanjutnya hal itu mengarah kepada membangun hubungan yang baik dengan
pelanggan dengan mengggunakan konsep hubungan pemasaran dan biaya
tranksaksi pelanggan dan ketidak jelasan. Disini diibaratkan dengan investasi
hubungan. Kepuasan hubunga dan kepercayaan digunakan sebagai ukuran
utama pada kualitas hubungan.
Metode Analisis Data
Berdasarkan Kanya Anderson dan Gerbing (1988), model dicoba dengan
menggunakan bentuk ekuasi struktur . Yang pertama yaitu analisis faktor
Confirmatory (CFA) digunakan untuk mengevaluasi validnya perubahan
terhadap validnya konvergen dan diskriminasi. Pada tahap kedua langkah-
langkah analisis ditampilkan untuk menguji hipotesis penelitian secara
empirik. Prosedur tahap analitik akan menjadi umum dalam penelitian.
Evaluasi Model Keseluruhan
Tabel 2 menampilkan nilai statistik yang jelas. Chi-Square hampir
signifikan (P<0,05)66 kecuali untuk departemen kartu kredit (P=0,08), sebuah
penemuan yang tidak biasa dengan ukuran sampel yang besar. Rasio Chi-
Square terhadap derajat kebebasan didalam rentang yang bisa diterima untuk 3
sampel.
Nilai-nilai untuk CFI, NNFI, kesalahan rata-rata akan pangkat dua
approximasi (RMSEA) dan rata-rata yang akan distandarkan (1995, 1999), nilai-
nilai ini adalah 0,95 untuk CFI dan NNFI 0,06 untuk RMSEA dan 0,08 untuk
155
SRMR yang diberikan bahwa tingkat dari seluruh kebaikan dari indeks tetap
adalah akurasi dan bahwa model tersebut telah dikembangkan pada dasar
teoritikal, dan level tinggi yang diberikan kepada sampel berlawanan secara
konsisten, tidak ada spesifikasi kembali dari bentuk yang telah dibuat.
Penemuan ini mempermudah evaluasi keakuratan dari pengukuran dan model
struktural.
Evaluasi Model Pengukuran
Bagian ini membutuhkan kualitas dan adekuasi dari usaha pengukuran
dengan cara menginvestigasi kesatuan dimensi dari segala dimensi konvergen,
validitas, reliabilitas, diskriminasi, dan kesamaan metrik.
Pertama menurut Anderson dan Gerbing (1988), validitas konvergen
dapat dibantu dengan cara penerjemahan, dimana setiap koofisien pola
perkiraan indikator.
Pembentukan penggarisbawahan yang diajukan signifikan (lebih besar
dari 2 kali kesalahan standar). Ujian dari loading mengidentifikasi bahwa
semua faktor loading untuk indikator individu adalah penting. Inspeksi
koofisien alpha Cronbach membuktikan bahwa diantara 7 koofisien alpha dari
setiap departemen, semua perubahan lebih besar daripada 0,70, sebuah
penemuan yang mendemonstrasikan reliabilitas yang bisa diterima. Hasil ini
menyediakan dukungan untuk kesatuan dimensi dari skala.
Kedua, CFA digunakan untuk mengetes adekuasi dari model
pengukuran. Dalam hal pertama, CFA digunakan untuk semua perubahan.
Setelah itu, pemisahan CFA digunakan untuk perubahan endogeneous. Model
pengukuran yang diajukan diperkirakan oleh penggunaan program LISREL
8,52.
Hasilnya menunjukkan alasan semua fit yang dapat diterima antara
model dan data yang diobservasi. Seperti yang nampak pada tabel 2, untuk
model perubahan exogenous CFA, perubahan endogenous atau bahkan
kesempurnaan model fit dari model-model pengukuran (GFI) adalah
semuanya lebih tinggi daripada 0,90 kecuali untuk perubahan endogenous dari
departemen kartu kredit. Sebagai tambahan NNFI dan CFI sangat
mengharapkan rekomendasi 0,90 threshold level. Hasil ini menunjukkan
bahwa data yang beralasan membentuk model lagi.
KESIMPULAN DAN DISKUSI
Bank XYZ adalah institusi jasa keuangan yang paling terkenal di Taiwan.
Dengan kedatangan dari suatu jaman tentang tingkat bunga rendah dan
memperluas globalisasi, bank dalam industri jasa keuangan yang menghadapi
tantangan belum pernah terjadi.
Pinjaman departemen: transformasi harga
156
Sesuai dengan hasil yang didapat dari departemen pinjaman, ini dapat dilihat
pada sosial bonding taktics yang mempunyai kekuatan terbesar untuk
menentukan pelanggan yang merasa investasi hubungan. penemuan ini
mungkin diinterpretasikan seperti sehubungan dengan fakta pinjaman itu
adalah satu produk dengan hubungan yang bertahan lebih panjang,oleh sebab
itu transformasi harga ini adalah lebih tinggi dibandingkan biaya untuk barang
simpanan atau kartu kredit. oleh sebab itu, institusi jasa keuangan harus
menginvestasikan dalam pelatihan lebih sopan dan personalia dapat dipercaya.
yang seketika itu juga kecepatan tinggi jasa dan komunikasi tentang waktu
yang diperlukan untuk jasa produktif dan akurat diperlukan oleh pelanggan.
kategori kedua yang sangat kuat dari hubungan bonding tactics adalah ikatan
keuangan. hasil survei memperlihatkan bahwa tingkat bunga, sejumlah hipotek
dan nilai dari jaminan sekuritas diidentifikasi seperti faktor yang paling kritis
yang pengaruhi investasi hubungan pelanggan. kategori ketiga yang sangat
kuat dari hubungan bonding tactics adalah struktural bonding. hasil yang
memperlihatkan bahwa satu sistem pemeriksaan online, penetapan dari
infrastruktur, merencanakan dan menganjurkan pada pinjaman, aliansi dengan
industri lain, dan keluar produk keuangan itu dapat menjumpai pelanggan
diperlukan struktural bonding tactics yang kuat dari bank yang harus
mengambil catatan kuat.
Dalam umum, tingkat bunga adalah alat catatan yang tidak alat terbatas untuk
menarik pelanggan pinjaman atau, tiada gunanya dikatakan, apakah mereka
memelihara untuk satu hubungan pelanggan. di taiwan, bank sering mencoba
untuk memperpanjang hubungan mereka dengan pelanggan dengan
menyediakan banyaknya nilai pertambahan jasa yang lain, seperti pinjaman
moneter, jaminan, atau uang pada bank deposit. nilai tambah jasa ini untuk
beberapa luasnya mewakili naiknya nilai kelayakan pinjam. sebagai contoh,
jasa ini meliputi hak istimewa dari penggunaan ruangan VIP ; kemudahan dan
kenyamanan dari satu pelanggan terhormat, mempunyai fasilitas parkir
eksklusif dan diskon pada ongkos servis. ini semua adalah hubungan bonding
tactics manajer itu dapat bekerja untuk pelanggan dari pinjaman. oleh sebab
itu, hal ini dapat disimpulkan bahwa departemen dari pinjaman harus
menginvestasikan lebih sumber daya ini pada struktur bonding tactics.
Departemen deposito, zaman (era) dari tingkat bunga rendah
Dengan zaman (era) berkelanjutan dari tingkat bunga rendah, kesetiaan dari
pelanggan di masa yang deposito berjangka telah berubah. Sesuai dengan
taipei yang mendasari bank sentral dari cina, celah di antara tingkat bunga
untuk barang simpanan loansband didaftarkan oleh bank domestik umum
157
marrowed ke 2.66 poin persentase (4. 22 - 1. 56 per picis) pada kwartir detik
dari 2003. oleh sebab itu, orang-orang ditemukan membuat keputusan mereka
nampak di seluruh dunia yang didukung resesi ekonomi.
Sesuai dengan hasil yang mendapat dari departemen deposito, kategori
dari hubungan bonding tactics yang punya kekuatan pada investasi hubungan
perasa adalah ikatan keuangan. walau kuitansi dari yang daya tarik telah
menjadi satu pengaruh yang tidak efisien, daya tarik untuk deposito berjangka
masih bagian dari satu kas surat keseluruhan pelanggan; karenanya pelanggan
harus menawar tiap-tiap New Taiwan Dollar (NTD) pada daya tarik.
Morcover, keselamatan, kemudahan dan kesederhanaan adalah semua faktor
penting untuk departemen deposito.
sementara pelayanan mutu adalah faktor paling penting pada 1990an,
paling institusi jasa keuangan mencoba mengeluarkan keterangan dengan
lisan. Alhasil, interaksi manusia, kehormatan, dan bantuan yang bermanfaat
dari departemen deposito penting dipikirkan, tapi bukan sebagai mempunyai
banyak incremental pengaruhi. oleh sebab itu, koefisien alur dari bonding
tactics kemasyarakatan dari departemen deposito tidak berpengaruh nyata.
seperti untuk struktur bonding tactics, memperlihatkan hasil bahwa satu
sistem pemeriksaan online (e bank), mendirikan satu infrastruktur,
merencanakan dan nasihat pada manajemen keuangan, aliansi dengan industri
berbeda untuk kenyamanan atau jasa nilai tambah, dan persoalan produk
keuangan baru untuk menjumpai pelanggan yang diperlukan adalah siasat
substansiil bank yang harus memperhatikan pada operasi dari departemen
deposito.
secara umum, ini bukan satu hal mudah untuk bank memeilihara
hubungan dengan penabung ketika tingkat bunga menurun, di taiwan, bank
sering berusaha untuk memperpanjang hubungan mereka dengan pelanggan
dengan menyediakan banyak jasa pertambahan nilai yang lain untuk
pelanggan yang punya uang jumlah tertentu pada barang simpanan. ini
mungkin termasuk penggunaan dari kamar VIP, menikmati kasus dan
kenyamanan dari adalah satu pelanggan terhormat,fasilitas parkir eksklusif
dan diskon pada ongkos servis. Ini adalah semua struktur bonding tactics
manajer dapat bekerja.
Departemen kartu kredit: prioritas keuangan mendorong keuntungan
pelanggan
Jasa kartu kredit adalah tingginya kinerja dan komputer memperhebat
produk. di masa lalu, atribut keuangan seperti daya tarik dengan kredit,
kecepatan, kesederhanaan dan kasus dari persoalan kartu kredit
baru,ketuntasan dari penagihan, dan atribut pertambahan nilai yang lain,
158
asuransi seperti itu dan titik bonus, adalah faktor kritis yang pengaruhi
pelanggan untuk melamar kartu kredit. dengan perubahan era dari ' satu
pelanggan dengan banyak kartu kredit' dan ' tingkat bunga rendah', pelanggan
berawal meletakkan penekanan pada atribut lain, seperti mutu dari pelayanan
pelanggan dan aktivitas pertambahan nilai yang lain.
Dari hasil, sosial bonding tactics punya kekuatan yang paling pada
hubungan investasi untuk departemen kartu kredit; keuanganbonding tactics
punya kekuatan paling sedikit dan tidak berpengaruh nyata. seperti
diperlihatkan dengan struktural bonding tactics, pengetahuan pelayanan
online seseorang kepada pelanggan secara profesional, kehormatan/sopan
santun, mempercepat operasi dan keakuratan adalah atribut sangat penting
dalam ikatan sosial. Dengan demikian, bankir harus menginvestasikan
pelatihan sopan santun, profesional dan personalia yang dapat dipercaya.
Struktur bonding tactics, seperti itu memperoleh aliansi dengan industri
didiversifikasi untuk memperoleh keuntungan nilai tambah, seperti halnya
pelayanan e-bank dan fasilitas lain di bawah dasar struktural juga penting.
Di taiwan,bank sering mengeluarkan kartu kredit tanpa iuran tahunan,
terutama kartu gold dan platina. jenis dari kartu ini adalah dengan berbagai
diskon premi asuransi, tingkatkan mutu dengan asuransi, akumulasi dari mil
udara (airmiles) (sering dengan satu peningkatan mutu tempat duduk di
kabin), bebas biaya parkir di bandar udara dan penggunaan dari ruang VIP
dibandar udara atau bank. mereka bahkan menawarkan diskon pesiar atau
peningkatan mutu pada pesanan tempat hotel. semua ini adalah contoh
ikatan(bonding)dari jenis membangun hubungan dan ekstensi dari
membangun itu.
Perbandingan dari mutu hubungan dan kesetiaan perilaku
Dalam kaitan dengan apapun urutan perilaku membangun hubungan,
semua tiga departemen memperlihatkan bahwa dengan investasi hubungan
mempunyai akibat positif dan kuat pada kepuasan pelanggan. tersirat
penemuan ini investasi hubungan pada perasa, pelanggan akan dipuaskan
dengan investasinya pedagang eceran dan produk.
Untuk kepuasan yang dihipotesiskan sebagai kepercayaan/hubungan
komitmen dalam model relationship marketing, semua koefisien dalam tiga
bagian tersebut memiliki nilai yang signifikan karena memiliki jalur koefisien
yang signifikan. Untuk itu, dapat disimpulkan ketika seorang pelanggan puas
dengan hubunganinvestasi dengan retailer, mereka percaya pada kejujuran
retailer dan komitmen mereka sehingga retailer menjadi semakin kuat.
159
Hasil yang ada juga menunjukkan dalam hubungan antara
kepercayaan/komitmen dan loyalitas perilaku/komitmen dalam tiga bagian
memiliki efek yang positif terhadap perilaku yang loyal. Dari tingginya standar
koefisien ya ng dijelaskan pada bagian sebelumnya, penulis beralasan semakin
tinggi kepercayaan pelanggan dan komitmen mereka terhadap bank, maka
mereka akan semakin menunjukkan loyalitas mereka terhadap bank tersebut.
Dari hasil survei yang telah dibahas sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa tidak hanya pada bidang pelayanan perusahaan dan mendalam, namun
juga ketersediaan dari resolusi struktural atau nilai tambah dari pelayanan
(Value-added services), dimana program relationship marketing yang paling
efektif digunakan. Produk finansial yang berbeda, lebih mendalam, perlu hal
yang berbeda dan perbedaan level dari taktik hubungan yang mengikat
(relationship bonding tactics). Terlebih lagi, sekali pelanggan menerima
investasi berupa hubungan yang tinggi atau merasa puas dengan hubungan
investasi dengan bank, mereka akan percaya dan akan membuat komitmen
yang lebih tinggi dengan bank tersebut. Pada akhirnya, pelanggan akan merasa
wajib untuk menunjukkan loyalitas mereka dengan memngingat bank tersebut.
KONTRIBUSI DAN IMPLIKASI MANAJERIAL
Berdasarkan argumen Gwinner et al (1998) mengenai literatur relationship
marketing seringkali tidak memasukkan bukti empiris mengenai pengaruh
taktik hubungan yang mengikat pada kualitas hubungan, pembelajaran ini
mendemonstraikan penelitian lingkungan pelanggan yang memiliki pengaruh
pada kualitas hubungan tersebut. Study ini juga merupakan bagian yang
paling integratif dari penlitian yang meneliti mengenai masalah ini. Study ini
menekankan pada berbagai produk finansial dan mendiskusikan efektivitas
dari taktik hubungan yang mengikat untuk mempengaruhi perhatian perilaku
pelanggan.
Pengembangand an ketahanan dari loyalitas akan semakin sulit untuk
dicapai pada saat ini dan masih dikelilingi oleh beberapa hal yang
membingungkan . beberapa penulis percaya bahwa penelitian mereka akan
memberikan kontribbusi yang signifikan gterhadap teori relationship
marketing dalam cara yang berbeda dan unik. Pertama, model yang ada
memeberikan kontribusi kepada literatur yang ada dengan spesifik tentang
bagaimana penyedia pelayanan dapat membimbing persepsi konsumen dari
hubungan nvestasi dengan menggunakan tiga taktik yang berbeda dan
hubungan yang spesifik. Beberapa studi yang ada jarang mempelajari
mengenai aturan dari beberapa stratei atau taktik dalam menjaring pelanggan.
Kedua, studi yang ada menjelaskan mengapa keuntungan penyedia jasa
160
finansial dari penyelidikan mengenai hubungan konsumen dengan
mempertimbangkan akibat dari ubungan yang diterima dalam hubungan
investasi terhadap kualitas hubungan dan berakhir pada perilalaku loyalitas
pelanggan. Kedua pertanyaan penelitian ini telah diuji secara komprehensif
dengan menem[patkan pembelajaran ini melalui tiga departemen yang ada
dengan beberapa instuisi oelayanan finansial.
Dengan harapan untuk outcomes penelitian, taktik hubungan
pemasaran ditemukan memainkan beberapa differensial, belum lagi secara
positif konsisten dalam mempengaruhi penerimaan hubungan investasi.
Sekarang penyedia jasa finansial meningkat dengan menawarkan barang yang
dapat dibandingkan, promosi harga pesaing tiruan, sistem beberapa distribusi
bersama, dan ancaman konsumen dalam jasa yang ditawarkan, sehingga akan
meningkatkan kesempatan dimana dapat mengarahkan hasil studi ini ke arah
mendapatkan perhatian yang lebih besar untuk mengembangkan dan
mengimplementasikan taktik hubungan yang mengikat.
Bagian lain dari penelitian ini menjelaskan mengenai efek dari
hubungan investasi yang diterima terhadap kualitas hubungan tersebut dan
pada akhirnya pada perilaku yang loyal. Penulis mengharapkan hubungan
investasi yang diterima akan memainkan peranan yang penting dalam
menentukan kualitas hubungan dan asumsi yang mengkonfirmasi hal tersebut
dalam seluruh sampel yang ada. Jakur kepuasan oelanggan terhadap
kepercayaan/komitmen, dan dari kepercayaan/komitmen terhadapa perilaku
loyalitas, dinamakan kualitas hubungan terhadap perilaku yang loyal, yang
juga ditunjukkan dalam sample yang ada. Hasil ini mendukung penemuan
yang dilakukan oleh Bagozzi dan Kang dan Ridgway (1996) diimana mereka
beragumentasi bahwa pelanggan merasa mereka wajib membalas investasi
yang dilakukan oleh para retail dengan meningkatkan loyalitas mereka
terhadap para retail tersebut. Hasil penemuan ini mengimplikasikan harga
yang dibayar para retailer untuk menginvestasikan dalam hubungan dengan
pelanggan, karena ketika meningkatkan hiubungan dengan pelanggan akan
menghasilkan loyalitas yang meningkat.
Konsep apa yang seharusnya diiplementasikan oleh para Banker?
Taktik pemasaran (marketing) selalu berfokus pada bagaimana memperoleh
pasar baru dan bagaimana caranya untuk memperoleh pelanggan yang lebih
banyak, dan seringkali mengabaikan bagaimana mempertahankan pelanggan
yang telah ada. Beberapa penulis telah menekankan praktek relationship
marketing tidak berdasarkan pada efektifitas dalam setiap situasi atau konteks
yang ada. O’Brien dan Jones (1995) mengkritik perlakuan para supplier yang
161
memperlakukan pelanggan dengan cara yang sama, hal ini menunjukkan
perbedaan jenis pemasaran dengan menginvestasikan atau menanamkan nilai
yang rendah, kepuasan konsumen yang berlebihan hanya akan menghabiskan
sumberdaya yang dimiliki perusahaan, namun juga akan meningkatkan nilai
ketidakpuasan konsumen. Berdasarkan klasifikasi dari taktik hubungan yang
mengikat yang telah ditunjukkan diatas, beberapa peneliti telah
mendefinisikan konsep relationship marketing secara jelas dan cara bagaimana
untuk mengaplikasikannya pada tingkatan hubungan yang berbeda. Penelitian
Hence secara aktif mendiskusikan hubungan antara setiap tingkatan
hubungan dan akibat dari penghargaan hubungan pada tingkat kepuasan
pelanggan yang berbeda. Berikut ada beberapa pendapat dimana harus
diperhatikan oleh para manajer bank :
- Taktik hubungan yang mengikat akan memiliki hubungan yang
signifikan terhadap nilai yang diterima dalam semua sample kecuali
pada bagian kartu kredit (credit card), dan menemukan konfirmasi
mengenai beberapa opini dimana produk kartu kredit merupakan
pelayanan yang paling sering dan berorientasi pada struktur. Ketika
memasukkan akibat resesi dunia dan tingkat bunag yang rendah, hal ini
akan emnjadi lebih sulit untuk produk finansial agar mampu bersaing
dengan hanya menggunakan taktik finansial yang mengikat.
- Taktik siosial yag mengikat, seperti komunikasi interpersonal,
membuktikan menjadi penentu yang dominan dari hubungan investasi
yang diterima, menjadi replika dalam dua atau tiga sample (jalur
dimana departemen tersebut tidak memiliki nilai yang signifikan).
Penelitian ini wajar, dimana memasukkan hubungan sosial yang
melekat. Hasil yang ada menunjukkan aturan yang krusial dari
penyedia jasa dimana mengatur kontak dengan konsumen, dimana
manager yang memiliki kemampuan untuk memberikan pelatihan dan
memotivasi para personel mereka untuk menunjukkan kehangatan dan
perasaan secara personil yang aik dengan pelanggan. Beberapa manajer
dan motivasi mereka dapat meningkatkan pertimbangan keuntungan
dalam meningkatkan persepsi dari penanaman hubungan. Ketika
memperkerjakan karyawan, manajer perlu memfokuskan pada
kemampuan sosial para kandidat sehingga akan meningkatkan interaksi
sosial dengan instuisi yang berfokus pada pelanggan. Hal ini penting,
karena kepentingan dari pelayanan yang otonomi akan mengurangi
beberapa kesempatan untuk interaksi sosial dalam bank. Banker
seharusnya menyelidiki bagaimana pelanggan masih mau melakukan
162
perjanjian dari kontak sosial untuk memperoleh keuntungan dari
otonomi.
- Seperti taktik struktural yang mengikat, bukti yang ada mengarahkan
pada efek yang positif dari taktik struktural bonding pada penerimaan
nilai suatu hubungan melalui tiga sample. Perusahaan menghadapi
persaingan harga yang dapat menggunakan taktik pemasaran yang
struktural; metode integrasi ini lebih baik dibandingkan metode
integrasi sosial dalam memperkuat mekanisme non-harga, mendorong
kemampuan bersaing bank dan mengkonsolidasi hubungan tersebut
dengan pelanggan. Dalam era persaingan, bank seringkali menyediakan
produk finansial/pelayanan dengan menggunakan taktik bonding yang
struktural. Taktik tersebut dapat termasuk berbagai diskon umum
dengan memberikan pelayanan yang khusus, terutama dalam pasar
kartu kredit. Lebih jauh lagi, nilai yang termsuk dalam pelayangan
pelanggan dari loans atau pinjaman yaitu merupakan teknik marketing
yang sebenarnya dimana taktik bonding struktural untuk membuat
keunggulan jangka panjang, dan keunggulan bersaing yang bersifat
substansi.
- Dengan merendahkantingkat peninggalan konsumen dapat
menguntungkan perusahaan. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan
peninggalan pelanggan merupakan strategi yang menguntungkan
dibandingkan meningkatkan pangsa pasar atau menekan biaya. Terlebih
lagi, hubungan pelanggan yang lebih tahan lama akan mempengaruhi
profitabilitas perusahaan. Pelanggan dimana tetap dengan perusahaan
selama beberapa periode waktu karena pelanggan merasa puas dengan
pelayanan yang mereka terima lebih dibandingkan jangka pendek
pelanggan untuk membeli pelayanan tambahan dan penyebaran
komunikasi langsung.
Sebagai hasilnya, banker seharusnya tidak hanya menanamkannilai
yang lebih kepada hubungan dengan pelanggan namun juga harus
membayar atau memberikan perhatian yang sama untuk menemukan
pelanggan dimana paling dapat menerima penanaman nilai tersebut.
Sebagai tambahan, kriteria yang lebih tradisional dari segmentasi pasar
suatu produk, seperti ukuran pasar, pertumbuhan pasar dan pangsa
pasar yang diharapkan, mensegmentasi pelanggan berdasarkan
tingkatan dari hubungan dengan pelanggan atau produk ya ng terlibat
didalamnya dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap instuisi
yang diharapkan dari pasar finansial dan pangsa pelanggan tersebut.
163
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Amos Tversky; Daniel Kahneman, 1986, “Rational Choice And The Framing Of
Decisions”, The Journal Of Business, Vol.59, Part 2: The Behavioral Foundations Of
Economic Theory,Pp.S251-S278, University Of Chicago Press.
[2]. A.Can Inci, Biao Lu, And H.Nejat Seyhun, 2010, “Intraday Behavior Of Stock Price
And Trades Around Insider Trading”, Financial Management – Spring.
[3]. Abdel-Raheem F.Fares & Faizal G.Khamis, 2011, “Individual Investor’stock Trading
Behavior At Amman Stock Exchange”, International Journal Of Economic And
Finance, Vol.3 No.6, ISSN 1916-971X.
[4]. Bruce Mizrach And Susan Weerts, 2007, “Highs And Lows: A Behavioral And
Technical Analysis”, Electronic Copy Available At:
Http://Ssrn.Com/Abstract=1118080.
[5]. Brian M.Lucey And Michael Dowling, 2005, “The Role Of Feelings In Investor
Decision Making”, Journal Of Economic Surveys Vol.19 No.2, Malden, USA.
[6]. Christian Weitert, “Analysis Of Investor Behavior In An Artificial Stock Market”,
Mannheim University, Germany.
[7]. Dennis Dittrich, Werner Guth, And Boris Maciejovsky, 2001, “Overconfidence In
Investment Decisions – An Experimental Approach”, Jena, Germany.
[8]. Daniel Kahneman,Phd And Mark W.Riepe, 1998, “Aspect Of Investor Psychology”,
Journal Of Portfolio Management, Vol.24, No.4.
[9]. Dale W.Jorgenson, 1960, “The Theory Of Investment Behavior”, University Of
California At Berkeley.
[10]. Deng Min, China, 2006, “On The Investor Behavior And Stock Price Behavior”,
Journal Of Banking And Finance, Ssrn –Id943367
[11]. Eugene F. Fama, 1965, “The Behavior Of Stock-Market Prices”, The Journal Of
Business, Vol. 38, No. 1, The University Of Chicago Press Stable Url:
Http://Www.Jstor.Org/Stable/2350752
[12]. Eugene F. Fama, 1965, “Marke Efficiency, Long Term Returns, And Behavioral
Finance, The University Of Chicago Press Stable.
[13]. Jonathan Lewellen And Jay Shanken, 1997-1998, “Marke Efficiency, Rational
Expectations, And Estimation Risk”, University Of Rochester, New York.
[14]. H.Kent Baker, John R.Nofsinger, 2002, “Psychological Biases Of Investor”,
Financial Services Review.
[15]. J.Michael Harrison; David M.Kreps, 1978, “Speculative Investor Behavior In A
Stock Market With Heterogeneous Expectations”, The Quarterly Journal Of
Economics, Vol.92, No.2, The MIT Press.
[16]. John F.Tomer, 2006, “What Is Behavioral Economics?”, The Journal Of Socio-
Economics, Elsevier Inc.
[17]. Lucy F.Ackert, Bryan K.Church, And Richard Deaves, 2003, “Emotion And Financial
Markets”, Federal Reserve Bank Of Atlanta, Economic Review.
164
[18]. Mahmood Yahyazadehfar, Sara Ghayekhloo And Tanaz Sadeghi, 1985, “The
Influence Of Investor Psychology On Regret Aversion”, University Of Mazandaran,
Babolsar, Iran.
[19]. Milan Lovric, Uzay Kaymak And Jaap Spronk, 2008, “A Conceptual Model Of
Investor Behavior”, Ssrn-Id1144293
[20]. Philipp Schmitz And Martin Weber, 2007, “Buying And Selling Of Individual
Investor In Option-Like Securities”, University Of Mannheim.
[21]. Robert F.Stambaugh, Jianfeng Yu, And Yu Yuan, 2011, “The Short Of It : Investor
Sentiment And Anomalies”, Electronic Copy Of This Paper Is Available At:
Http://Ssrn.Com/Abstract=1567616.
[22]. Robert A.Korajczyk, Deborah Lucas, And Robert L.Mcdonald, 1974,
“Understanding Stock Price Behavior Around The Time Of Equity Issues”,
University Of Chicago.
[23]. Sabrina Helm, 2007, “The Role Of Corporate Reputation In Determining Investor
Satisfaction And Loyalty”, Corporate Reputation Review, Vol.10, No.1, Palgrave
Macmillan,Ltd.
[24]. Yu-Je Lee, Kae-Shuan Kao, Ching-Yaw Chen, And Fong-Ping Zhu, 2010, “The
Investment Behavior, Decision Factors And Their Effects Toward Investment
Performance In The Taiwan Stock Market, University Of Science And Technology,
Taiwan