corporate finance,pdf

164
1 CORPORATE FINANCE : Aplikasi pada Kasus-Kasus Keuangan Dr. Musdalifah Azis, A.Md, SE, M.Si FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2014

Upload: universitas-mulawarman-samarinda

Post on 20-Jun-2015

694 views

Category:

Economy & Finance


24 download

TRANSCRIPT

Page 1: Corporate finance,pdf

1

CORPORATE FINANCE :

Aplikasi pada Kasus-Kasus Keuangan

Dr. Musdalifah Azis, A.Md, SE, M.Si

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2014

Page 2: Corporate finance,pdf

2

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1. THE CORPORATE GOVERNANCE MOSAIC AND FINANCIAL REPORTING

QUALITY ................................................................................................................................3

BAB 2. WORKING CAPITAL MANAGEMENT: A STUDY ON BRITISH AMERICAN

TOBACCO BANGLADESH COMPANY LTD ..................................................................9

BAB 3. KERJASAMA STRATEGI PERUSAHAAN POLANDIA SEBAGAI RESPON

TERHADAP EKSPANSI INVESTOR ASING KE PASAR POLANDIA ..................... 16

BAB 4. MENILAI DAYA TARIK PASAR UNTUK MERGER DAN AKUISISI: THE

MARC M & A MATURITY INDEKS .............................................................................. 23

BAB 5. BEST PRACTICES IN ESTIMATING THE COST OF CAPITAL: SURVEY AND

SYNTHESIS .......................................................................................................................... 34

BAB 6. PERAMALAN PERUBAHAN NILAI TUKAR ANTARA DOLLAR AS DAN

YEN JEPANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM LOGIKA NEURON-

FUZZY ADAPTIP DINAMIS ............................................................................................ 45

BAB 7. PERAN GLOBAL TERHADAP PENGGUNAAN SUATU MATA UANG..................... 58

BAB 8. CAPITAL STRUCTURE AND DEBT STRUCTURE ........................................................... 65

BAB 9. CENTRALIZATION VERSUS DELEGATION IN AN EXPERIMENTAL

CAPITAL BUDGETING SETTING .................................................................................. 67

BAB 10. CRISIS, GOVERNANCE AND PERFORMANCE: EVIDENCE FROM THE

BANKING SECTOR ........................................................................................................... 70

BAB 11. DOES INTANGIBLE CAPITAL AFFECT ECONOMIC GROWTH? .............................. 73

BAB 12. PARTIAL ACQUISITIONS IN EMERGING MARKETS: A TEST OF THE

STRATEGIC MARKET ENTRY AND CORPORATE CONTROL

HYPOTHESES ..................................................................................................................... 75

BAB 13. PELONJAKAN REAL EXCHANGE RATE DALAM REAL BUSINESS CYCLE

DAN MODEL KONTRAK OVERLAPPING WAGE. .................................................... 77

BAB 14. BANKING ISLAMIC: PROSPECT AND PROBLEM ........................................................ 83

BAB 15. PEMBIAYAAN PERTANIAN/AGRIKULTUR MELALUI CARA DAN

INSTRUMEN ISLAMI: SKENARIO PRAKTIS DAN APLIKABILITAS ..................... 93

BAB 16. ISLAMIC CAPITAL MARKET PRODUCTS: DEVELOPMENTS AND

CHALLENGES .................................................................................................................. 108

BAB 17. OBLIGASI SYARIAH (SUKUK) UNTUK PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR:

TANTANGAN DAN INISIATIF STRATEGIS .............................................................. 121

BAB 18. PENELITIAN INTEGRATIF KE DALAM JASA KEUANGAN INDUSTRI DI

TAIWAN: HUBUNGAN BONDING TACTIS, MUTU HUBUNGAN DAN

KESETIAAN PERILAKU ................................................................................................. 144

Page 3: Corporate finance,pdf

3

BAB 1. THE CORPORATE GOVERNANCE MOSAIC

AND FINANCIAL REPORTING QUALITY

Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang

menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang

menentukan arah kinerja perusahaan. Isu mengenai corporate governance mulai

mengemuka, khususnya di Indonesia pada tahun 1998 ketika Indonesia

mengalami krisis yang berkepanjangan. Banyak pihak yang mengatakan

lamanya proses perbaikan di Indonesia disebabkan oleh sangat lemahnya

corporate governance yang diterapkan dalam perusahaan di Indonesia. Sejak saat

itu, baik pemerintah maupun investor mulai memberikan perhatian yang

cukup signifikan dalam praktek corporate governance.

Penerapan good corporate governance (GCG) merupakan salah satu upaya

yang cukup signifikan untuk melepaskan diri dari krisis ekonomi yang

melanda Indonesia. Peran dan tuntutan investor dan kreditor asing mengenai

penerapan prinsip GCG merupakan salah satu faktor dalam pengambilan

keputusan berinvestasi pada suatu perusahaan. Penerapan prinsip GCG dalam

dunia usaha di Indonesia merupakan tuntutan zaman agar perusahaan-

perusahaan yang ada jangan sampai terlindas oleh persaingan global yang

semakin keras.

Prinsip-prinsip dasar dari good corporate governance (GCG) pada dasarnya

memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu

perusahaan. Corporate governance lebih condong pada serangkaian pola perilaku

perusahaan yang diukur melalui kinerja, pertumbuhan, struktur pembiayaan,

perlakuan terhadap para pemegang saham, dan stakeholders. Sehingga dapat

dijadikan sebagai dasar analisis dalam mengkaji corporate governance di suatu

negara dengan memenuhi transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan

keputusan yang sistematis yang dapat digunakan sebagai dasar pengukuran

yang lebih akurat mengenai kinerja perusahaan dan bagaimana korelasi antar

kebijakan tentang buruh dan kinerja perusahaan.

Meskipun kinerja ekonomi pemerintah yang lalu diwarnai oleh

beberapa pelanggaran prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good

corporate governance), baik di pasar modal, perbankan, maupun di sektor riil

akibat krisis yang melanda Indonesia lalu sebaiknya prinsip-prinsip corporate

governance tetap dapat dijalankan secara amanah, akuntabel, transparan dan

fair untuk mencapai tujuan terciptanya nilai kinerja perusahaan jangka panjang

seraya terlayaninya semua kepentingan pihak yang berkepentingan dengan

jalannya perusahaan (stakeholders).

Page 4: Corporate finance,pdf

4

Jika corporate governance merupakan faktor yang signifikan pada kondisi

krisis, maka corporate governance tidak hanya mampu menjelaskan perbedaan

kinerja antarnegara selama periode krisis, akan tetapi juga perbedaan kinerja

antarperusahaan dalam suatu negara tertentu. Penelitian tentang variasi

penerapan corporate governance di tingkat perusahaan masih sangat sedikit

dilakukan.

Riset The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), 2002,

menemukan bahwa alasan utama perusahaan menerapkan GCG adalah

kepatuhan terhadap peraturan. Perusahaan meyakini bahwa implementasi

GCG merupakan bentuk lain penegakan etika bisnis dan etika kerja yang sudah

lama menjadi komitmen perusahaan, dan implementasi GCG berhubungan

dengan peningkatan citra perusahaan. Perusahaan yang mempraktikkan GCG,

akan mengalami perbaikan citra, dan peningkatan nilai perusahaan. Maka

dalam penelitian ini akan dianalisis, apakah praktik corporate governance dapat

mempengaruhi kinerja perusahaan.

Istilah Corporate Governance (CG) pertama kali diperkenalkan oleh

Cadbury Committee tahun 1992 dalam laporannya yang dikenal sebagai Cadbury

Report (Tjager dkk., 2003). Terdapat banyak definisi tentang CG yang

pendefinisiannya dipengaruhi oleh teori yang melandasinya.

Perusahaan/korporasi dapat dipandang dari dua teori, yaitu (a) teori

pemegang saham (shareholding theory), dan (b) teori stakeholder (stakeholding

theory).

Shareholding theory mangatakan bahwa perusahaan didirikan dan

dijalankan untuk tujuan memaksimumkan kesejahteraan pemilik/pemegang

saham sebagai akibat dari investasi yang dilakukannya. Shareholding theory ini

sering disebut sebagai teori korporasi klasik yang sudah diperkenalkan oleh

Adam Smith pada tahun 1776. Definisi CG yang berdasar pada shareholding

theory diberikan oleh Monks dan Minow (1995) yaitu hubungan berbagai

partisipan (pemilik/investor dan manajemen) dalam menentukan arah dan

kinerja korporasi. Definisi lain diajukan oleh Shleifer dan Vishny (1997) yang

menyebutkan bahwa CG sebagai cara atau mekanisme untuk meyakinkan para

pemilik modal dalam memperoleh hasil (return) yang sesuai dengan investasi

yang ditanamkan.

Stakeholding theory, diperkenalkan oleh Freeman (1984), menyatakan

bahwa perusahaan adalah organ yang berhubungan dengan pihak lain yang

berkepentingan, baik yang ada di dalam maupun di luar perusahaan. Definisi

stakeholder ini termasuk karyawan, pelanggan, kreditur, suplier, dan

masyarakat sekitar dimana perusahaan tersebut beroperasi. Adapun definisi

Page 5: Corporate finance,pdf

5

Good Corporate Governance dari Cadbury Committee yang berdasar pada teori

stakeholder adalah sebagai berikut :

“A set of rules that define the relationship between shareholders, managers,

creditors, the government, employees and internal and external stakeholders in

respect to their rights and responsibilities”.

(Seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara para pemegang

saham, manajer, kreditur, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang

berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal lainnya yang

berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka).

Beberapa institusi Indonesia mengajukan definisi CG, antara lain oleh

FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia) tahun 2000 yang

mendefinisikan CG sama seperti Cadbury Committee, sedangkan The Indonesian

Institute for Corporate Governance atau IICG (2000) mendefinisikan CG sebagai

proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan

tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang,

dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder yang lain.

Salah satu fungsi yang paling penting bahwa tata kelola perusahaan

dapat bermain adalah dalam memastikan kualitas proses pelaporan keuangan.

Levitt (1999 2) menyatakan dalam pidatonya kepada direksi, "hubungan antara

direktur perusahaan dan sistem pelaporan keuangan tidak pernah lebih

penting." Selanjutnya, Blue Ribbon Commission (1999) meminta auditor untuk

membahas dengan komite audit kualitas dan bukan hanya penerimaan dari

alternatif pelaporan keuangan.

Tata kelola perusahaan telah menerima peningkatan penekanan pada

praktek dan dalam penelitian akademik (misalnya, Blue Ribbon Laporan

Komite 1999; Ramsay Laporan 2001; Sarbanes-Oxley 2002; Bebchuk dan Cohen

2004). Penekanan ini karena sebagian, dengan prevalensi yang sangat

dipublikasikan dan mengerikan penipuan pelaporan keuangan seperti Enron,

WorldCom, Aldelphia, dan Parmalat, jumlah yang belum pernah terjadi

sebelumnya penyajian kembali laba (Loomis 1999; Wu 2002; palmrose dan

Scholz 2002; Larcker et al 2004). dan klaim manipulasi laba terang-terangan

oleh manajemen perusahaan (Krugman 2002). Selanjutnya, penelitian akademik

telah menemukan hubungan antara kelemahan dalam pemerintahan dan

kualitas pelaporan keuangan yang buruk, manipulasi laba, penipuan laporan

keuangan, dan pengendalian internal lemah (misalnya, Dechow et al 1996;

Beasley 1996; McMullen 1996;.. Beasley et al 1999; Beasley et al 2000;. Carcello

dan Neal 2000; 2001 Krishnan, 2002b Klein). Dengan perkembangan tersebut,

ada penekanan pada kebutuhan untuk memperbaiki tata kelola perusahaan

atas proses pelaporan keuangan (misalnya, Levitt 1998, 1999, 2000), seperti yg

Page 6: Corporate finance,pdf

6

membuat reformasi untuk meningkatkan efektivitas komite audit (Blue Ribbon

Komite 1999; Sarbanes-Oxley Act 2002) dan membuat dewan direksi dan

manajemen yang lebih akuntabel untuk menjamin integritas laporan keuangan

(SEC 2002, Business Roundtable 2002) serta ekspansi cepat penelitian tentang

tata kelola perusahaan.

Tujuan makalah ini adalah untuk meninjau penelitian tentang tata kelola

perusahaan dan dampaknya pada kualitas pelaporan keuangan. Kajian ini akan

melayani tiga tujuan: (1) untuk menyarankan tata "mosaik" perusahaan (yaitu,

interaksi antara aktor dan institusi yang mempengaruhi tata kelola perusahaan)

yang mencakup pandangan yang lebih luas dari tata telah dipertimbangkan

dalam penelitian akuntansi sebelumnya; (2) untuk memberikan gambaran dari

temuan utama dari penelitian sebelumnya; dan (3) untuk mengidentifikasi

kesenjangan penting dalam penelitian yang merupakan jalan yang menjanjikan

untuk studi di masa depan. Dengan demikian, sisa kertas dibagi menjadi tiga

bagian berikut. Bagian berikutnya menyediakan kerangka kerja umum untuk

memahami mosaik tata kelola perusahaan dan dampaknya pada kualitas

pelaporan keuangan. Bagian ini diikuti dengan diskusi penelitian sebelumnya,

masing-masing berhubungan dengan peran aktor berikut dalam tata kelola

perusahaan mosaik: (1) dewan direksi dan komite audit, (2) auditor eksternal;

dan (3) internal auditor. Bagian terakhir menyajikan ringkasan daerah untuk

penelitian masa depan.

MOSAIC TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG

Gambar 1 memberikan gambaran tentang mosaik tata kelola perusahaan

dan dampaknya pada kualitas pelaporan keuangan. Sebelum akuntansi

penelitian dan profesi akuntansi telah berfokus terutama pada dewan direksi

dan komite audit. Misalnya, Badan Pengawasan Umum (POB 1993)

mendefinisikan tata kelola perusahaan sebagai Namun "kegiatan-kegiatan

pengawasan yang dilakukan oleh dewan direksi dan komite audit untuk

memastikan integritas dari proses pelaporan keuangan.", pandangan yang

sempit tata kelola perusahaan yang membatasi ke kegiatan monitoring saja

berpotensi meremehkan peran bahwa tata kelola perusahaan bisa bermain.

Selanjutnya, dalam analisis meta baru-baru ini penelitian tata kelola

perusahaan, Larcker et al. (2004, 1) menyimpulkan bahwa "struktur indikator

yang umum digunakan dalam penelitian akademik dan layanan rating

institusional memiliki kemampuan yang sangat terbatas untuk menjelaskan

perilaku manajerial dan kinerja organisasi." Jadi, seperti digambarkan pada

Gambar 1, suatu kerangka yang lebih komprehensif harus mempertimbangkan

semua stakeholder utama dalam mosaik pemerintahan, termasuk di dalam

Page 7: Corporate finance,pdf

7

mereka dan di luar perusahaan. Sebagai contoh, auditor eksternal memainkan

peran penting dalam memantau kualitas pelaporan keuangan dan maka dapat

dilihat sebagai peserta penting dalam proses pemerintahan. Kami tidak

menyarankan bahwa penelitian yang masih ada belum melihat peran auditor

melainkan bahwa peran auditor dalam proses pemerintahan sangat kompleks

sebagai auditor berinteraksi dengan pemangku kepentingan lainnya dalam

mozaik pemerintahan seperti komite audit dan manajemen . Pada gilirannya,

interaksi di antara para pemangku kepentingan dipengaruhi oleh kekuatan

luar seperti oleh regulator dan bursa efek serta tekanan untuk memenuhi analis

keuangan. Lebih lanjut, mosaik tata kelola perusahaan yang menyarankan kita

perlu melihat di luar banyak fokus penelitian saat ini dalam tata kelola

perusahaan yang berkonsentrasi pada mendokumentasikan asosiasi dan tidak

hubungan kausal (Larcker et al 2004.) Dan untuk melengkapi penelitian saat ini

dengan juga menyelidiki substansi dari interaksi di arena tata kelola

perusahaan. Sebagai contoh, meskipun penekanan dalam penelitian tata kelola

perusahaan telah di melihat isu-isu kemerdekaan, Cohen et al. (2002) dokumen

yang kecuali manajemen memungkinkan dirinya untuk menjadi dipantau

substansi kegiatan pemerintahan akan ditumbangkan.

Hubungan timbal balik antara berbagai aktor dan mekanisme dalam mosaik

tata kelola perusahaan. Sebagai contoh, interaksi antara komite audit, auditor

eksternal, auditor internal, papan, dan manajemen adalah penting untuk

pemerintahan yang efektif dan pelaporan keuangan untuk mencapai kualitas

tinggi (Sarbanes-Oxley Act 2002). Sebuah studi wawancara dengan auditor

berpengalaman (Cohen et al 2002.) mengungkapkan bahwa manajemen

mempunyai pengaruh signifikan atas pihak. Beberapa auditor dalam penelitian

yang berpendapat bahwa jika manajemen tidak ingin menjadi "diatur", mereka

tidak dapat (Cohen et al 2002 582.). Selanjutnya, manajemen dapat

menempatkan pasif, anggota sesuai pada papan yang mungkin memenuhi

persyaratan peraturan tapi enggan untuk menantang manajemen. Sebagai

contoh, Qwest tidak memiliki direksi luar dengan pengalaman dalam bisnis inti

perusahaan. Mereka juga memiliki komite kompensasi yang secara konsisten

diberikan bonus yang berlebihan kepada manajemen meskipun kinerja

perusahaan relatif bawah standar (Business Week 2002).

Kualitas Pelaporan Keuangan

Meskipun orang harus mengharapkan bahwa "lebih baik " tata kelola

perusahaan yang mengarah ke laporan keuangan membaik, ada kurangnya

konsensus mengenai apa yang merupakan contoh "kualitas pelaporan

keuangan.", meskipun, yang BRC (1999) dan Sarbanes-Oxley (2002)

Page 8: Corporate finance,pdf

8

memerlukan auditor untuk membahas kualitas metode pelaporan keuangan

dan tidak hanya penerimaan mereka, gagasan kualitas pelaporan keuangan

tetap merupakan konsep yang samar-samar. Sebagai Jonas dan Blanchett (2000,

353) menyatakan, "dalam terang ini persyaratan baru, auditor, anggota komite

audit, dan manajemen sekarang berjuang untuk menentukan" kualitas

pelaporan keuangan. "

Daripada mendefinisikan "kualitas pelaporan keuangan," sastra

sebelumnya telah difokuskan pada faktor-faktor seperti manajemen laba,

penyesuaian keuangan, dan penipuan yang jelas menghambat pencapaian

tinggi laporan keuangan berkualitas dan telah menggunakan adanya faktor-

faktor sebagai bukti gangguan di proses pelaporan keuangan. Secara khusus,

sastra sebelumnya telah memeriksa peran berbagai pemain dalam mosaik

pemerintahan (misalnya, papan, komite audit, auditor eksternal, auditor

internal) dan sejauh mana pemain ini memiliki baik secara individual maupun

kolektif mempengaruhi pencapaian laporan keuangan yang bebas dari salah

saji material dan kekeliruan. Para pemain utama yang diidentifikasi dalam

literatur sebelumnya meliputi dewan direksi, komite audit, auditor eksternal,

dan auditor internal.

Dengan demikian, dalam sisa tulisan ini, kita membahas peran pemain

berikut, interaksi di antara mereka, dan pengaruh kolektif mereka dalam

membantu mencapai kualitas tinggi pelaporan keuangan:. (1) dewan direksi

dan komite audit (2) auditor eksternal; dan (3) internal auditors.

Page 9: Corporate finance,pdf

9

BAB 2. WORKING CAPITAL MANAGEMENT: A

STUDY ON BRITISH AMERICAN TOBACCO

BANGLADESH COMPANY LTD

BANGLADESH TOBACCO COMPANY LTD. (BTC) menjadi merupakan

saudara DARI British American Tobacco Company Ltd (BATC). Sejarah BTC

kembali ke 1926 ketika Bapak Usher Smith dan Hadridas Roy membuka kantor

cabang dari Imperial Tobacco Company Ltd ini dibentuk dengan aset dan

kewajiban dari India Tobacco Company (ITC) Ltd diselenggarakan di Pakistan.

Perang Pembebasan telah berjuang pada tahun 1971 dan negara baru,

Bangladesh lahir. Pada hari kedua bulan Februari 1972, Bangladesh Tobacco

Company Limited didirikan berdasarkan Undang-Undang Perseroan 1913

dengan aset dan kewajiban dari Pakistan Tobacco Company Limited. Bagian

BATCO adalah 67 persen, sedangkan 32 persen saham diberikan kepada para

pemegang saham Bangladesh. Modal disetor adalah Tk. 3,75 crores. Baru-baru

ini Perusahaan telah diganti sebagai British American Tobacco Bangladesh

Company Ltd (BATBCL). Memiliki pabrik rokok di Mohakhali di Dhaka dan

pabrik daun pada Kushtia. Ini memiliki depot daun dan depot penjualan di

seluruh negeri. Ini memiliki 33.000 petani tembakau terdaftar; mereka diberi

segala dukungan yang mungkin oleh perusahaan untuk tumbuh tembakau

berkualitas. Pasar Perusahaan 13 merek rokok dan tembakau pipa seluruh

Bangladesh. Perusahaan ini telah memberikan kesempatan kerja langsung

sekitar 3.200 orang dan memberikan kontribusi sejumlah besar uang setiap

tahun ke kas negara nasional dalam bentuk bea masuk, pajak penghasilan, PPN

dan bea cukai. manajemen modal kerja adalah area baru menekankan untuk

penggunaan produktif dana yang tersedia mereka diciptakan dari arus kas

yang baik, solvabilitas keuangan dan strategi pertumbuhan. Studi ini dapat

menerangi berbagai cara dan teknik pengelolaan modal kerja untuk

mengembangkan basis keuangan yang sehat perusahaan.

Tujuan Studi

Tujuan utama dari studi ini adalah untuk memeriksa dan mengevaluasi

pengelolaan modal kerja dalam BATBCL selama 5 tahun (1999-2000 ke 2002-

2003). Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(a) Untuk menguji pola pengelolaan persediaan di BATBCL selama 1999-2003.

(b) Untuk menganalisis dan mengevaluasi pengelolaan piutang beserta

dampaknya terhadap pengelolaan modal kerja.

Page 10: Corporate finance,pdf

10

(c) Untuk menganalisis posisi kas dan efisiensi yang sama dengan yang

dikelola selama periode berjalan.

(d) Untuk menilai posisi kewajiban lancar dan efisiensi dengan modal kerja

yang dikelola secara keseluruhan.

(e) Untuk menyarankan beberapa langkah untuk perbaikan dalam pengelolaan

modal kerja dari BATBCL.

Hipotesis

Hipotesis yang diuji dalam studi ini:

H1: Ada hubungan positif antara efisiensi dalam modal kerja dan

profitabilitas BATBCL tersebut.

H2: Ada hubungan positif antara rasio pasar dan profitabilitas perusahaan.

H3: Ada juga hubungan antara rasio efisiensi dan rasio profitabilitas.

H4: Ada juga korelasi positif antara rasio efisiensi dan rasio pasar.

H5: Ada korelasi positif antara likuiditas dan rasio pasar.

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Bekerja penelitian ekstensif tentang pengelolaan modal kerja telah

dilakukan di kedua sektor publik dan swasta termasuk Perusahaan

Multinasional di Bangladesh. Mohiuddin (1983) telah melakukan studi tentang

anggaran kas. Tujuan utama dari anggaran adalah perencanaan, koordinasi,

dan pengendalian, semua ketiga yang ada dalam anggaran kas. Oleh karena

itu, efektivitas anggaran kas meminimalkan masalah likuiditas.

Islam dan Rahman (1994) memiliki artikel tentang "Tren modal Kerja

Usaha Dipilih di Bangladesh". Optimum modal kerja memungkinkan sebuah

bisnis untuk memiliki berdiri kredit dan memungkinkan pembayaran hutang

pada tanggal jatuh tempo dan membantu untuk menjaga dirinya sendiri secara

adil dalam posisi cair yang memungkinkan bisnis untuk menarik pinjaman dari

bank. Hal ini juga membantu untuk mempertahankan efisiensi serba dalam

operasi. Dari semua aspek manajemen keuangan, pengelolaan modal kerja

adalah salah satu yang vital.

Desain Konseptual Studi

Modal kerja dalam istilah sederhana adalah jumlah dana yang

perusahaan perlu untuk membiayai hari dengan operasi sehari. Pendapat

berbeda pada konsep modal kerja. Bruto modal kerja didefinisikan sebagai

aktiva total arus perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menganalisis berbagai konsep modal kerja dan mengetahui kelayakan konsep

modal kerja dalam terang perencanaan yang lebih baik dan pengendalian

modal kerja. Sebuah konsep bruto menganut modal kerja untuk investasi

keseluruhan aktiva lancar dan pembiayaan yang sama. Jaringan modal

mengacu pada kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar (1990).

Page 11: Corporate finance,pdf

11

Masalah pengelolaan modal kerja melibatkan masalah penentuan

tingkat investasi optimal pada setiap komponen aktiva lancar yaitu persediaan,

kas piutang, dan investasi jangka pendek lainnya. Fokus dasar dalam

pengelolaan modal kerja harus mengoptimalkan investasi perusahaan di

dalamnya. Seorang ahli dalam pengelolaan keuangan berpendapat bahwa

masalah modal kerja adalah salah satu faktor yang bertanggung jawab atas

profitabilitas yang rendah di sektor manufaktur. Perencanaan dan

pengendalian yang lebih baik modal kerja atau dengan kata lain, pemanfaatan

yang tepat kuantitas optimum meningkatkan modal kerja kekuatan produktif

tunduk pada keberadaan margin usaha (1980).

Metodologi Studi

Sampel penelitian ini adalah BATBCL yang merupakan Perusahaan

Tembakau terbesar di Bangladesh. Studi ini mencakup periode lima tahun dari

tahun 1999-2000 ke 2002-2003. Penelitian ini didasarkan pada data sekunder

dan primer. Data sekunder adalah laporan tahunan perusahaan dan berbagai

penelitian yang tersedia melalui kerja perpustakaan. Data primer dikumpulkan

dari survei lapangan. Peneliti BATBCL mengunjungi Kantor Pusat sebagai

kantor cabang juga

untuk mengumpulkan informasi melalui wawancara pribadi dengan para

eksekutif mereka. Sebuah jadwal wawancara khusus digunakan untuk tujuan

wawancara.

Data yang dikumpulkan telah ditabulasikan, dianalisis dan diinterpretasikan

dengan bantuan rasio keuangan yang berbeda dan alat statistik seperti

persentase, rata-rata, analisis kecenderungan, uji korelasi dan signifikansi, dll

Lima hipotesis telah diuji statistik untuk sampai pada kesimpulan dan

implikasi kebijakan.

Temuan Utama

1. Modal kerja manajemen BATBCL sangat memuaskan karena manajemen

sangat efisien terhadap persediaan, debitur, saldo kas dan dana bekerja.

2. Persyaratan bulanan untuk modal kerja sekitar 10 crores dari Taka, ini

dikumpulkan baik dari sumber internal dan eksternal.

Fasilitas Kas

3. Kredit diberikan oleh Bank Umum Nasional (NCBs) pada tingkat bunga

yang lebih rendah.

4. Perkiraan modal kerja dilakukan melalui produksi bulanan

memperkirakan, kebutuhan bahan baku, dan biaya langsung lainnya.

5. Unsur-unsur utama dari modal kerja adalah persediaan, debitur, saldo kas

dan investasi jangka pendek.

Page 12: Corporate finance,pdf

12

6. Persediaan dikelompokkan ke dalam bahan baku, barang dalam proses,

barang jadi, toko dan suku cadang dll.

7. Manajemen persediaan perusahaan sangat efektif. Teknik-teknik modern

seperti manajemen inventori Ekonomi Order Quantity (EOQ), analisis ABC,

maksimum dan minimum tingkat persediaan, CPM / PERT dsb diikuti

secara rutin.

8. Sumber utama bahan baku merupakan sumber lokal dan Amerika Serikat,

Inggris, dll

9. Prosedur Pembelian dilakukan melalui departemen terpisah untuk

pembelian. Tidak ada masalah pembelian sama sekali.

10. Pengendalian Work-in-Progress (WIP) terhambat akibat kegagalan listrik

dan masalah mekanis.

11. Barang jadiseperti rokok memiliki permintaan baik di pasar. Tidak ada

pertanyaan tentang menimbun sama sekali.

12. penjualan Kredit diberikan kepada dealer dan komisi tinggi yang diizinkan.

Tidak ada kesulitan yang ditemukan dalam koleksi piutang. Untuk

pembayaran awal iuran, kas fasilitas diskon yang diberikan, kadang-kadang

Piutang dikelompokkan dalam jadwal penuaan.

13. Kas manajemen perusahaan dilakukan melalui anggaran kas, laporan arus

kas dan langkah lain.

14. Karena laba operasi yang baik, ada sedikit kesulitan dalam manajemen kas.

Posisi likuiditas perusahaan sangat memuaskan. Hutang eksternal juga

sangat terbatas.

15. Perusahaan dengan mudah mencapai titik impas setiap tahun karena

penjualan yang memuaskan, biaya terkendali dan utilisasi kapasitas

maksimum.

16. Setiap evaluasi kinerja tahun dilakukan menyoroti rasio berbeda.

17. Kontrol anggaran perusahaan sangat efektif melalui penggunaan anggaran

operasional dan keuangan. Produktivitas perusahaan sangat memuaskan

karena hubungan manusia manajemen yang baik.

18. Perusahaan memiliki prospek cerah karena manajemen efisien fuli, bahan

mesin & teknologi.

19. Perusahaan berikut manajemen sumber daya manusia yang luas melalui

program pengembangan staf.

20. Manajemen mutu total, keputusan manajemen berpartisipasi dan audit

manajemen dan audit etis peraturan diikuti.

Page 13: Corporate finance,pdf

13

21. Perusahaan memiliki sumber keuangan baik internal. Hal ini akan

mengurangi pinjaman dan leverage keuangan, ini nikmat ROI dan basis

ekuitas yang baik.

22. Pasar kegiatan penelitian menunjukkan permintaan yang berat bagi produk

mereka itu menciptakan pasar yang baik untuk menjual produk-produk

berkualitas dengan harga yang lebih tinggi, menghasilkan sumber yang

baik modal kerja.

23. Perusahaan telah sukses menggunakan modal kerja disebabkan oleh

persediaan yang direncanakan, piutang, kas, keuangan dan aliran kas yang

baik.

Pengujian Hipotesis

1. Ada korelasi positif antara efisiensi dalam modal kerja dan profitabilitas

BATBCL.

Tabel 1 menunjukkan hubungan antara efisiensi modal kerja dan

profitabilitas BATBCL. Efisiensi modal kerja telah ditunjukkan melalui rasio

cepat dan saat ini perusahaan. Telah ditemukan bahwa rasio cepat

perusahaan itu negatif terkait dengan pengembalian jumlah aset, tetapi

berhubungan positif dengan variabel profitabilitas lain dipertimbangkan

dalam analisis ini. Di sisi lain, rasio lancar perusahaan itu negatif terkait

dengan marjin laba kotor dan marjin operasi bersih, tapi positif berkaitan

dengan sisa variabel profitabilitas. Meskipun ada hubungan yang ada

dalam efisiensi modal kerja dan profitabilitas, tetapi hubungan ini tidak

signifikan secara statistik.

2. Ada korelasi positif antara rasio pasar dan profitabilitas perusahaan.

Tabel 2 menunjukkan hubungan antara rasio pasar dan profitabilitas BATC.

Telah ditemukan bahwa laba kotor yang berkorelasi positif dengan laba

bersih, laba bersih per saham dan yield dividen perusahaan, namun

berkorelasi negatif dengan semua variabel lain. Marjin laba bersih hanya

secara signifikan berkorelasi dengan hasil dividen. Margin laba atas

penjualan secara signifikan berkorelasi dengan pengembalian total aktiva,

imbal hasil ekuitas dan laba atas investasi. Laba terhadap jumlah aktiva

secara signifikan berkorelasi dengan imbal hasil ekuitas, laba atas investasi

dan dividen per saham. Dan imbal hasil ekuitas secara signifikan

berkorelasi dengan pengembalian investasi dan laba bersih per saham.

3. Ada juga hubungan antara rasio efisiensi dan rasio profitabilitas.

Tabel 3 menunjukkan hubungan antara rasio efisiensi dan rasio

profitabilitas BATBCL. Periode penagihan rata-rata adalah berkorelasi

negatif dengan semua rasio profitabilitas kecuali dengan marjin laba kotor

Page 14: Corporate finance,pdf

14

dan hubungan ini tidak signifikan secara statistik. Rasio Perputaran

persediaan secara positif berkorelasi dengan profitabilitas ekuitas dan laba

atas investasi tetapi berkorelasi negatif dengan variabel profitabilitas lain

dan hubungan ini juga tidak signifikan secara statistik. Penjualan terhadap

total aktiva berkorelasi positif dengan semua variabel profitabilitas kecuali

dengan marjin laba kotor. Hubungan ini tidak signifikan secara statistik.

4. Ada juga korelasi positif antara rasio efisiensi dan rasio pasar.

Tabel 4: Korelasi Matriks pada rasio Pertumbuhan dan Laba

Tabel 4 menunjukkan hubungan antara rasio efisiensi dan rasio pasar

BATBCL. Dari analisis di atas telah ditemukan bahwa tidak ada hubungan

yang signifikan antara variabel. Rasio dividen yield yang berkorelasi negatif

dengan semua efisiensi rasio kecuali dengan laba bersih per saham. Pasar

terhadap buku berkorelasi negatif dengan periode pengumpulan piutang,

rasio harga saham dan yield dividen tetapi berkorelasi positif dengan

semua rasio efisiensi. Pay out ratio juga berkorelasi negatif dengan periode

pengumpulan piutang, rasio harga saham dan yield dividen tetapi

berkorelasi positif dengan semua rasio efisiensi. Dividen per saham

berkorelasi negatif dengan perputaran persediaan, periode penagihan rata-

rata dan rasio harga produktif namun berkorelasi positif dengan semua

rasio efisiensi lain dari perusahaan.

5. Korelasi positif ditemukan antara likuiditas dan rasio pasar.

Tabel 5 menunjukkan hubungan antara rasio likuiditas dan pasar BATBCL

tersebut. Ada hubungan yang signifikan secara statistik hanya antara rasio

lancar dan pasar terhadap buku, dan semua hubungan lainnya tidak

signifikan secara statistik. Quick rasio tidak memiliki hubungan dengan

pasar terhadap buku. Di sisi lain, rasio lancar adalah berkorelasi positif

dengan laba per saham dan yield dividen, tetapi berkorelasi negatif dengan

rasio harga laba, pay out ratio dan dividen per saham. Rasio lancar

berkorelasi negatif dengan laba per saham dan yield dividen, namun

berkorelasi positif dengan semua rasio pasar lainnya.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Pengelolaan modal kerja BATBC Ltd adalah sangat efektif. Proyek ini

sangat menguntungkan. Ada sumber dana internal yang tersedia karena

jumlahnya memuaskan periode selama periode yang diteliti. Mill tidak

memiliki masalah dalam manajemen persediaan, debitur, saldo kas dan

kewajiban lancar. Posisi likuiditas perusahaan juga sangat memuaskan karena

perputaran aktiva lancar, debitur persediaan dan uang tunai saldo. Perusahaan

menikmati fasilitas yang baik dari kredit tunai dan kredit modal kerja dari

Page 15: Corporate finance,pdf

15

bank lain komersial yang berbeda. Tidak ada kesulitan dalam pembayaran

kembali kewajiban lancar dari laba usaha. Selain laba operasi, ada banyak non-

laba operasi keamanan investasi, dividen dan pendapatan lainnya.

Perencanaan dan Pengendalian saldo kas mengikuti laporan arus kas. Ini

menunjukkan sumber dan penggunaan kas selama periode tersebut. Regular

laporan arus dana juga disiapkan oleh perusahaan. Hal ini membantu dalam

merancang perencanaan modal kerja, pengendalian, pemantauan, pemanfaatan

dan pemeliharaan produktif ukuran optimum modal kerja. Laporan keuangan

menunjukkan aktiva lancar dan kewajiban lancar dalam bentuk rahasia. Ada

koleksi piutang akibat kredit yang baik dan kebijakan koleksi. Penjualan kredit

dibuat sering tetapi tidak menimbun dan terjebak Facebook debitur yang

ditemukan. Karena penggunaan yang baik modal kerja, pertumbuhan bisnis

perusahaan juga sangat memuaskan. Harga pasar saham yang meningkat dari

tahun ke tahun karena dividen yang baik dan citra yang baik di pasar.

Perusahaan memiliki saham baik dalam investasi asing langsung. Pemerintah.

telah memberikan fasilitas lebih bagi investor asing langsung. Ini telah

meningkatkan efisiensi manajerial perusahaan tembakau. Namun, mengingat

kesimpulan, saran-saran berikut ini diberikan untuk meningkatkan efisiensi

dalam pengelolaan modal kerja.

(a) norma-norma khusus untuk pengelolaan modal kerja harus diikuti untuk

mengurangi risiko pasar.

(b) kegiatan pengelolaan likuiditas mungkin lebih diorganisir melalui

menggunakan dana idle untuk investasi yang produktif.

(c) perbandingan antar perusahaan harus dilakukan dari waktu ke waktu

dengan organisasi sejenis.

(d) analisis horisontal dan analisis vertikal melalui teknik rasio akan lebih

bermakna.

(e) sistem informasi keuangan harus diperkenalkan untuk mengembangkan

disiplin keuangan dalam pengelolaan modal kerja.

(f) Modal Kerja Norma untuk menjaga jumlah optimal dari bahan baku, Kerja

- di - Kemajuan, barang jadi dan suku cadang & toko harus dikembangkan.

(g) peramalan perencanaan, keuangan dan alat kontrol harus lebih intensif

untuk meningkatkan efektivitas manajemen kas.

Page 16: Corporate finance,pdf

16

BAB 3. KERJASAMA STRATEGI PERUSAHAAN

POLANDIA SEBAGAI RESPON TERHADAP

EKSPANSI INVESTOR ASING KE PASAR

POLANDIA

Masalah internasionalisasi pada tingkat ekonomi mikro biasanya

dibahas dari sudut pandang perusahaan yang secara aktif

menginternasionalkan kegiatannya, sementara isu secara langsung tentang

perusahaan dalam sebuah negara (yang menghadapi konsekuensi seperti

"invasi") tinggal di latar belakang. Alasan mengapa penelitian ini

memfokuskan pada srategi perusahaan lokal menghadapi ekspansi investor

asing, kemudian mereka fokus pada kerjasama dan tempatnya dalam strategi

tipologi disajikan.

Ada keraguan bahwa perusahaan-perusahaan asing 'masuk ke pasar

Polandia dipandang oleh perusahaan domestik dengan gentar karena

pendatang sebagai pesaing yang lebih besar, terlepas dari apakah kecemasan

adalah justifi ed atau tidak. Ancaman yang ditimbulkan oleh kompetisi asing

disebabkan oleh faktor-faktor berikut, yang dirasakan baik secara terpisah atau

dalam kombinasi:

• kekuatan ekonomi yang cukup akibat ukuran dan (sering en global) skala

operasi, yang jauh melebihi potensi bahkan pesaing domestik terbesar dan

menyebabkan perilaku di pasar lokal yang khas dari suatu oligopoli atau

monopoli.

• Keuntungan yang timbul dari kepemilikan dan akses diinternalisasi untuk

produk yang lebih baik dan teknologi, lebih baik tahu-bagaimana dalam

sistem manajemen dan pemasaran, serta keterampilan (melekat pada

perusahaan transnasional) dari operasi ectively dan flexibly di pasar

nasional banyak dan lingkungan mereka.

• Perusahaan domestik 'umum kurang pengalaman dalam bersaing secara

agresif dalam sistem pasar-ekonomi. Selain itu, perlu mengubah sikap dan

mentalitas personil manajemen Polandia dan angkatan kerja hanya

meningkatkan faktor negatif dari faktor ini. Karena proses ini, dari

perspektif psikologis dan sosiologis, datang melawan hambatan persepsi

dan kognitif yang tangguh, rentang waktu harus jangka menengah

ketimbang jangka pendek. Hal ini terutama berlaku yang ada BUMN

(termasuk yang "komersial").

Page 17: Corporate finance,pdf

17

Faktor yang mengancam posisi kompetitif perusahaan lokal tampaknya

menunjukkan bahwa kerjasama merupakan strategi yang tepat dalam

menghadapi ekspansi investor asing dan bahwa kerjasama dengan perusahaan

Polandia lainnya bisa menjadi strategi yang tepat dalam menghadapi saingan

asing yang melakukan invasi ke pasar Polandia. Dalam tulisan ini, diskusi

teoritis dengan hasil penelitian empiris yang dilakukan pada tahun 2004 antara

77 perusahaan Polandia. Penelitian berfokus terutama pada bentuk kerjasama

antara perusahaan Polandia dan asing - mereka yang memiliki anak

perusahaan atau cabang di pasar Polandia serta mereka yang masuk ke pasar

melalui bentuk-bentuk lain dari internasionalisasi.

Kerjasama sebagai salah satu 'strategi terhadap investor asing perusahaan

lokal ekspansi

Kepada investor asing perusahaan lokal ekspansi dapat dianalisis dengan

menggunakan berbagai kriteria. Menurut pendapat penulis, tipologi strategi

berikut harus memfasilitasi analisis ini:

• Strategi Dichtl dan Issing mengklasifikasikan strategi menurut sikap

terhadap persaingan

• Matriks Dawar dan Frost pada strategi perusahaan lokal

• Tipologi Gorynia dan Wolniak berdasarkan perilaku perusahaan lokal

• Konsep Cooper pada strategi logistik untuk bisnis global.

Kerjasama Sebagai Strategi Perusahaan Polandia terhadap Invasi Perusahaan

Asing - hasil penelitian empiris

1. Metodologi dan sampel studi

Penelitian empiris dilakukan terhadap kerjasama strategi perusahaan

Polandia dalam menghadapi investor asing yang melakukan ekspansi pada

paruh tahun 2004 antara perusahaan-perusahaan Polandia dari industri

makanan, konstruksi dan otomotif. Mayoritas perusahaan diteliti yang

berbasis di provinsi Wielkopolska, Zachodniopomorskie dan Pomorskie.

Kriteria seleksi untuk sampel adalah asal modal, yang sangat penting untuk

pemenuhan set tujuan, dan kemauan untuk berpartisipasi dalam penelitian

ini (ini menentukan juga metode pemilihan sampel). Apa yang paling

penting adalah memilih perusahaan-perusahaan yang telah ada di pasar

Polandia sebelum masuk pesaing asing , dan yang dipaksa untuk

mengadopsi beberapa strategi terhadap saingan asing.

Itu adalah penting bahwa industri yang dipilih untuk penelitian harus

mereka dengan modal asing dan cant signifikan dengan perusahaan-

perusahaan Polandia menampilkan perilaku strategis yang cukup khas

terhadap perusahaan dengan modal asing. Pemilihan sasaran perusahaan

yang digunakan dalam reasearch terdiri dalam pilihan yang relatif subjektif

Page 18: Corporate finance,pdf

18

subjek untuk sampel untuk memastikan bahwa data yang diperoleh itu

sekomprehensif mungkin. Metode pemilihan sampel memiliki implikasi

untuk interpretasi hasil penelitian. Ukuran sampel (77 Perusahaan) dan

pemilihan menunjukkan metode bahwa keterwakilan sampel rendah. Oleh

karena itu, hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi untuk seluruh

populasi - mereka hanya menggambarkan situasi dari perusahaan yang

diteliti.

Karena sampel terdiri dari perusahaan diwakili oleh manajer senior (subyek

penelitian), penelitian terlibat menggunakan individu dalam metode

wawancara mendalam, dengan menggunakan kuesioner sebagai alat

penelitian dasar selama wawancara.

Penelitian ini mencakup 77 perusahaan yang merupakan perwakilan

(pemilik, ketua, kepala departemen) setuju untuk menjawab pertanyaan.

Kelompok terbesar adalah mereka yang terdiri dari perusahaan sektor

konstruksi (40,26%), makanan (31,17%) dan (28,57%) automotive. Dalam hal

pekerjaan, mayoritas sampel adalah perusahaan kecil dan menengah. Setiap

industri didominasi oleh perusahaan-perusahaan mempekerjakan hingga

100 orang, ini account untuk 54,54% dari semua perusahaan diperiksa.

Persentase terbesar sampel (85,71%) adalah perusahaan swasta tanpa modal

publik. Sebagian besar perusahaan Polandia dengan saham 100% dari

modal Polandia dalam struktur kepemilikan.

2. Kerjasama sebagai strategi hubungan-persaingan perusahaan Polandia.

Kerjasama sebagai salah satu pilihan yang tersedia untuk melibatkan

perusahaan lokal bekerja sama dengan pesaing. Ekspansi Perusahaan asing

ke industri tertentu dapat meningkatkan kerjasama, tetapi harus

ditekankan bahwa perusahaan lokal, sikap untuk kerjasama dapat

bervariasi sesuai dengan latar belakang dari pemain lain - potensi

kerjasama. Itu tidak masalah, karena itu, apakah kita berurusan dengan

potensi rekan-operator (perusahaan lain lokal atau perusahaan asing yang

memiliki cabang atau sel di pasar Polandia) atau dengan bisnis asing

dengan tidak ada perwakilan tersebut. Adapun industri yang disurvei,

hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum munculnya investor asing

persaingan makanan dan otomotif perusahaan yang disukai, sedangkan

perusaan konstruksi dikombinasikan persaingan dengan kerjasama. Suatu

analisis yang komprehensif dari hasil (lihat Tabel 6.) Mengarah ke

kesimpulan yang sama.

Saat ini, di setiap industri yang diteliti terdapat kerja sama, hubungan

konfrontatif dan mengelak (lihat Tabel 7.). Kerjasama didirikan pertama-

Page 19: Corporate finance,pdf

19

tama dengan perusahaan Polandia lainnya; persaingan terjadi antara

perusahaan terlepas dari "kebangsaan" para saingannya; kedua perusahaan

Polandia dan asing mencari ceruk pasar, sehingga menghindari

konfrontasi dengan pesaing mereka. Jika kita memeriksa hasil penelitian

untuk industri tertentu, kita akan melihat sifat yang menarik dari

kerjasama dalam industri makanan dan otomotif. Perusahaan sektor

makanan tidak membuat hubungan kerja sama, sementara orang-orang

dari kedua hanya sebaliknya: mereka membangun kerjasama dengan

perusahaan lain dalam industri terlepas dari "kebangsaan" mereka. Seperti

sikap yang kondusif untuk pengembangan industri karena meskipun

kerjasama dengan mitra asing melibatkan risiko kehilangan identitas

seseorang, menciptakan kesempatan yang baik untuk memperoleh

keterampilan kunci dan belajar dari Kerjasama.

Di sisi lain, perilaku perusahaan makanan Polandia tampaknya menjadi

reaksi terhadap berbagai akuisisi oleh investor asing. Seperti bentuk

perusahaan asing 'masuk sering tidak diterima oleh modal dalam negeri,

sehingga sikap anticooperative mungkin merupakan respon terhadap

perusahaan asing' ekspansi dalam bentuk pengambilalihan. Hal ini dapa

dilihat, bagaimanapun, untuk menarik kesimpulan mengenai industri

konstruksi (Tabel 8.).

3. Strategi Kerjasama Perusahaan Polandia: alasan dan bentuk.

Perusahaan yang disurvei diminta untuk menunjukkan bagaimana

signifikan alasan tertentu untuk kerjasama adalah untuk daya saing mereka,

mengingat fakta bahwa mereka dapat bekerja sama dengan mitra domestik

(DC), perusahaan asing memiliki anak perusahaan atau cabang di Polandia

(FI) atau perusahaan dengan tidak ada representasi di negara ini.

Jawaban yang tersedia adalah: penting (0), sedikit penting (1), cukup

penting (2), penting (3), sangat penting (4). Berarti penggambaran untuk

semua perusahaan gabungan menunjukkan sejumlah kecil alasan cukup

penting dan penting bagi kerjasama (lihat Tabel 9.). Sedangkan untuk

kerjasama dengan perusahaan Polandia, hanya empat alasan rata-rata lebih

dari "2", yaitu:

• mengambil keuntungan lebih dari peluang pasar (2,34),

• posisi kompetitif baik (2,27),

• pengurangan biaya (2.29),

• kesempatan bagi perusahaan untuk melengkapi setiap aktivitas lain

(2,04).

Page 20: Corporate finance,pdf

20

"Mengambil keuntungan lebih dari peluang pasar" dan "meningkatkan

posisi kompetitif seseorang" diberi nilai lebih dari "2" oleh semua

kategori subjek.

Kerjasama dengan perusahaan asing hadir di Polandia dianggap sebagai

yang paling penting bagi daya saing dari perusahaan yang disurvei. Hanya

ve fi dari delapan belas alasan yang diperiksa bernilai lebih tinggi daripada

dalam kasus kerjasama dengan perusahaan domestik. Hasil yang baik jauh

lebih dapat dikaitkan hanya untuk kerjasama di bidang meningkatkan

inovasi dan meningkatkan berbagai produk. Dalam kasus perusahaan asing

tidak diwakili di negara kita, inilah dua bidang kerjasama yang mean nilai

melebihi "2".

Makanan dan nilai perusahaan otomotif hampir semua alasan untuk

kerjasama lebih tinggi daripada konstruksi fi rms lakukan, yang refl ected

dalam data di atas tentang berbagai yang ada dan yang direncanakan

kerjasama dalam industri tertentu (lihat Tabel 10, 11, dan 12). Hasil yang

diperoleh menyangkut jumlah tanggapan (NR), mean aritmetik (M) dan

standar deviasi (SD), dihitung untuk industri tertentu dan untuk populasi

penelitian secara keseluruhan.

Dari semua perusahaan diperiksa, persentase terbesar bekerja sama dengan

perusahaan domestik lainnya. Co-operasi biasanya meliputi:

• bahan baku dan komponen pasokan (72,22%),

• pasokan logistik (60,56%),

• pemasaran dan penjualan (56,67%),

• distribusi logistik (56,52%),

• manajemen sumber daya manusia, misalnya sementara lapangan kerja,

staf penyewaan, pelatihan (51,35%).

• bahan baku dan pasokan komponen (41,67% dan 41,10%),

• pengembangan teknologi (36,23% dan 37,68%),

• pemasaran dan penjualan serta distribusi logistik (sekitar 33%).

Apa yang sangat berharga adalah kerjasama dalam pengembangan

teknologi karena perusahaan yang diteliti, seperti mayoritas perusahaan

Polandia, yang jauh tertinggal dalam bidang penelitian dan

pengembangan.Preferensi untuk kerjasama dengan perusahaan domestik

membuktikan tesis yang dikemukakan oleh penulis pada awal tulisan

bahwa sikap perusahaan Polandia untuk pendatang asing skeptis atau

bahkan tidak mempercayai. Perusahaan yang disurvei lebih memilih

bekerja sama dengan perusahaan domestik, yang tidak diragukan lagi

disebabkan oleh kekhawatiran bahwa kerjasama dengan mitra asing

Page 21: Corporate finance,pdf

21

mungkin berakhir dalam akuisisi oleh partner1 asing (lihat table 10, 11, dan

12).

Perilaku Kerjasama yang ditemukan dalam industri yang diteliti tidak

berorientasi pada pengurangan persaingan antara perusahaan Polandia dan

asing; pada perilaku, sebaliknya tersebut dapat meningkat konfrontasi

antara perusahaan Polandia dan perusahaan-perusahaan asing yang

beroperasi di pasar Polandia.

Dari tiga industri di sini, itu adalah perusahaan otomotif yang memiliki

indikator kerjasama tertinggi.

Persentase terbesar dari semua perusahaan yang disurvei bekerja sama

dengan perusahaan domestik lainnya, biasanya dalam hal bahan baku dan

pasokan komponen (72,22%), pasokan logistik (60,56%), pemasaran dan

penjualan (58,67%), distribusi logistik (56,52%) dan manajemen sumber

daya manusia, misalnya pekerjaan sementara, staf leasing dan pelatihan

(51,35%). Persentase kerjasama perjanjian ditemukan di antara dua

kelompok perusahaan asing serupa. Juga di sini, persentase tertinggi dari

perusahaan yang diteliti bekerja di bidang bahan baku dan pasokan

komponen (41,67% dan 41,10%) dan pengembangan teknologi (36,23% dan

37,68%). Yang paling luas berikutnya kerjasama bidang pemasaran dan

penjualan serta distribusi logistik (sekitar 33%).

Dengan mengamati realitas ekonomi, kita dapat mengidentifikasi

perusahaan Polandia tertentu yang mencoba untuk menanggapi invasi

perusahaan asing 'dengan sikap pro-kerjasama, yang berarti pelaksanaan

strategi Dodger disajikan dalam Dawar dan Frost tipologi.

Rekapitulasi dan kesimpulan

Analisis literatur tentang perilaku perusahaan domestik dalam menghadapi

ekspansi investor asing menunjukkan bahwa ada banyak kemungkinan pola

perilaku yang dapat klasifikan berdasarkan tiga kategori utama: konfrontasi,

kerjasama dan penggelapan. Kerjasama strategi, meskipun mereka bisa

membahayakan identitas perusahaan, tampaknya menjadi faktor penting

dalam meningkatkan daya saing perusahaan Polandia. Hal ini karena mereka

memberikan kesempatan yang baik untuk meniru keterampilan kunci

perusahaan yang ditemani kerjasama. Bentuk Rekomendasi kerjasama strategi

tergantung pada sejumlah faktor, yang paling penting adalah: sikap terhadap

persaingan, tekanan globalisasi dalam kesesuaian, industri tertentu sumber

daya perusahaan untuk transfer internasional, kekuatan potensi kompetitif dan

daya tarik industri .

Page 22: Corporate finance,pdf

22

Penelitian empiris yang telah dilakukan menunjukkan bahwa perusahaan

Polandia dicakup oleh penelitian bekerja sama pertama-tama dengan

perusahaan Polandia lainnya. Sikap anti koperasi dari beberapa perusahaan

Polandia terhadap investor asing, terutama umum di sektor makanan,

mungkin reaksi terhadap ekspansi mereka dalam bentuk pengambilalihan dan

hasil dari takut diakuisisi oleh mitra asing. Namun, jika kita mencoba untuk

mengidentifikasi daerah yang paling populer kerjasama dengan perusahaan

asing, kita akan menemukan bahwa proporsi terbesar dari kerjasama

perusahaan dilapangan adalah pada bidang bahan baku dan pasokan

komponen (41,67% dan 41,10%), pengembangan teknologi (36,23% dan

37,68%), pemasaran dan penjualan, serta distribusi logistik (sekitar 33%). Apa

yang sangat berharga adalah kerjasama dalam pengembangan teknologi karena

perusahaan yang diteliti, seperti mayoritas perusahaan Polandia, yang jauh

tertinggal dalam bidang penelitian dan pengembangan. Di antara kerjasama

daerah yang paling populer, baik untuk sekarang dan untuk tiga tahun ke

depan, perusahaan menyatakan hanya minat yang terbatas untuk membeli /

menjual lisensi atau tahu-bagaimana, bergabung / menciptakan jaringan

waralaba, memasuki aliansi strategis atau mendirikan perusahaan patungan.

Namun itu adalah bentuk-bentuk yang lebih maju dari kerjasama yang

tampaknya akan sangat membantu dalam persaingan dengan cepat globalisasi.

Page 23: Corporate finance,pdf

23

BAB 4. MENILAI DAYA TARIK PASAR UNTUK

MERGER DAN AKUISISI: THE MARC M & A

MATURITY INDEKS

Dengan perlambatan ekonomi tahun 2000-an akhir tetap merupakan

realitas yang menyakitkan di Amerika Utara dan Eropa, yang disebut pasar

berkembang di seluruh dunia membuat headline tentang pemulihan ekonomi

yang cepat, permintaan konsumen yang kuat, dan investasi skala besar. Bagi

perusahaan internasional itu tidak lagi menjadi pertanyaan apakah untuk

berinvestasi, melainkan di mana dari pasar-pasar alternatif untuk

memfokuskan investasi dan pertumbuhan masa depan. Prevalensi pasar

negara berkembang dalam Merger global dan Akuisisi (M & A) telah

berkembang dari sekitar 10% dari kegiatan global total di tahun 1998 hingga

lebih dari 20% pada tahun 2009 (Gambar 1 dan 2; sumber: SDC Database

Platinum). Mengingat semakin pentingnya M & A pada lingkungan pasar,

makalah ini mengembangkan metodologi penilaian universal dan dapat

direplikasi untuk menentukan keterbukaan negara untuk M & A, daerah yang

belum relatif belum diselidiki dalam literatur yang ada.

Penelitian ini termasuk dalam aliran ilmu keuangan dan aturan hukum,

dipicu oleh karya La Porta et al. (1998), yang mengusulkan argumen teoritis

dan keteraturan empiris mengenai bagaimana perbedaan dalam perlindungan

hukum bagi investor di negara menentukan kepercayaan investor dan akhirnya

pengembangan pasar. Penelitian ini tumbuh di lintas negara dalam struktur

pemerintahan telah dikaitkan perlindungan hukum pemegang saham, di satu

sisi, untuk pengembangan pasar saham seluruh dunia (La Porta et al, 1997.),

Jenis hukum (umum / sipil; La Porta et al, 1998.), efisiensi alokasi modal

(Wurgler, 2000), perusahaan penilaian (La Porta et al., 2002), listing di Amerika

Serikat (Reese dan Weisbach, 2002), manajemen laba (Leuz dkk., 2003 ), kas

kepemilikan (Dittmar dkk., 2003), dan pengambilalihan oleh orang dalam

perusahaan (Djankov dkk., 2008). La Porta et al 's. (1998) indeks sejak dikritik

(Cools, 2005, Vagts, 2002), ditinjau kembali (Djankov dkk., 2008), dan diberikan

menyarankan perubahan dalam literatur berikutnya (Spamann, 2009). Djankov

dkk. (2007) membangun suatu indeks hukum yang berfokus pada hak-hak

kreditur sebagai lawan hak-hak pemegang saham.

Penelitian yang luas tentang dampak dari aturan hukum adalah menarik

dan relevan ketika mempertimbangkan bidang keuangan perusahaan yang

adalah M & A. Meskipun tubuh tersebut di atas penelitian tentang nilai negara

Page 24: Corporate finance,pdf

24

ada sedikit bukti mengenai bagaimana dampak pasar M & kegiatan A, dengan

pengecualian dari dua makalah penelitian. Rossi dan Volpin (2004) menguji

hubungan antara pemegang saham / kreditur hak dan lintas-negara M & A

dan menemukan bahwa aktivitas M & A lebih besar di negara dengan standar

akuntansi yang lebih baik dan perlindungan pemegang saham yang lebih kuat,

dengan transaksi lintas batas memainkan peran pemerintahan penting dengan

meningkatkan tingkat perlindungan investor. Kose dkk. (2010) lebih

memperluas penelitian di daerah ini dengan memeriksa kembali pengumuman

di lintas perbatasan M & As oleh acquirers AS dan menunjukkan bahwa

keuntungan mereka menurun dengan tingkat perlindungan kreditur dan

meningkatkan dengan kualitas standar akuntansi. Namun, untuk negara-

negara target dengan perlindungan pemegang saham yang kuat, acquirers

berbagi pengalaman reaksi harga negatif di sekitar pengumuman kesepakatan

ketika target adalah publik dan positif berbagi reaksi harga bila target pribadi.

Sementara penelitian sebelumnya telah membentuk hubungan antara

lingkungan hukum dan efeknya pada aktivitas M & A, ada faktor-faktor lain

yang dapat mempengaruhi kemampuan suatu negara untuk menarik dan

mempertahankan M & A kegiatan yang harus dipertimbangkan. Tulisan ini

dengan demikian mengembangkan sebuah M & Sebuah indeks jatuh tempo

(MARC M & A Indeks Kematangan) yang menentukan keterbukaan sebuah

negara untuk M & A dan mencakup 36 faktor yang berbeda diselenggarakan di

dalam enam kelompok utama: 1) faktor regulasi (misalnya, aturan hukum dan

kualitas peraturan; melihat DeLong dkk , 2001 dan Rossi dan Volpin, 2004);. 2)

Faktor-faktor ekonomi (misalnya, pertumbuhan PDB dan kebebasan ekonomi,

lihat Berthelemy dan Demurger, 3 2000 dan Liu et al, 2009);. 3) Keuangan faktor

(misalnya, kapitalisasi pasar saham dan akses ke pembiayaan, lihat Yartey,

2008 dan Saborowski, 2009); 4) Politik faktor (misalnya, stabilitas politik dan

korupsi pejabat, lihat Yartey, 2008); 5) Teknologi faktor (misalnya, R & D

pengeluaran dan inovasi; lihat Porter, 1993), dan 6) faktor-faktor sosio-kultural

(misalnya, orang-orang, bakat dan keterampilan tenaga kerja; wilayah yang

tidak dieksplorasi dalam penelitian yang ada). Berdasarkan klasifikasi

metodologi kuintil, masing-masing negara menerima skor indeks antara 5 dan

1, di mana 5 adalah skor terbaik dan 1 adalah skor terburuk dicapai, dalam hal

kedewasaan / pembangunan.

Kemampuan untuk menentukan keterbukaan negara untuk M & A

dapat memberikan kontribusi untuk pemahaman yang lebih baik dari

kapasitas suatu negara untuk mengembangkan dan mempertahankan M & A

tingkat aktivitas, dan karenanya memungkinkan untuk meramalkan masa

Page 25: Corporate finance,pdf

25

depan jangka panjang M & A aktivitas di negara tertentu. Selain itu, indeks

yang digunakan lebih lanjut dalam makalah ini untuk menentukan apa faktor

drive M & A aktivitas dalam tiga tahap berikutnya perkembangan, dewasa

(atau dikembangkan), transisi, dan muncul. Nilai indeks rata-rata untuk pasar

yang matang ditemukan mencapai 4,2, sedangkan skor rata-rata transisi adalah

3,4, dan skor rata-rata yang muncul adalah 2,5. Analisis apa yang mendorong

kegiatan di berbagai tahap dari M & jatuh tempo A menarik mengungkapkan

bahwa meskipun kemajuan lingkungan suatu negara teknologi dan politik

merupakan prasyarat untuk M & jatuh tempo A, faktor-faktor ini hampir tidak

memiliki efek yang membedakan di M & A aktivitas di tingkat dewasa.

Sebaliknya, itu adalah lingkungan sosio-budaya yang merupakan determinan

penting. Pada tahap transisi pembangunan,, teknologi faktor ekonomi,

keuangan, dan politik semua menunjukkan hubungan yang signifikan dengan

kegiatan M & A. Lingkungan politik ditemukan berhubungan negatif dengan

aktivitas M & A, yang berarti bahwa M & A penawaran lebih cenderung terjadi

jika ketidakstabilan politik tinggi. Temuan ini menunjukkan bahwa

ketidakstabilan politik memberikan kesempatan bagi acquirers meskipun risiko

yang Sejalan tinggi. Sedangkan untuk negara berkembang, hanya faktor-faktor

teknologi dan sosial-budaya tampaknya (lemah) menjelaskan nilai mereka

secara keseluruhan indeks. Tulisan ini dengan demikian menambah literatur

yang ada dengan menunjukkan bagaimana hubungan antara faktor-faktor

pengembangan pasar dan M & A aktivitas berbeda sesuai dengan tingkat

kematangan pasar.

Meskipun indeks penuh termasuk peringkat untuk 175 negara, 10

negara telah digunakan sebagai studi kasus termasuk Brasil, Cina, India,

Meksiko, Polandia, Rusia, Afrika Selatan, Turki, Ukraina, dan Uni Emirat Arab.

Negara-negara ini telah dipilih untuk menggambarkan, Äòemerging, Ao M &

A daerah, Afrika, Asia, Eropa Timur, Amerika Latin, dan Timur Tengah.

Menurut hasil analisis studi kasus, Cina dan Uni Emirat Arab adalah yang

paling reseptif terhadap M & A aktivitas dari kelompok sepuluh negara dengan

skor 3,8. Dalam kasus Cina, skor yang menguntungkan sebagian besar

didorong oleh lingkungan yang menarik dalam hal faktor-faktor ekonomi,

keuangan, dan teknologi, sedangkan skor yang menguntungkan diterima oleh

Uni Emirat Arab adalah karena negara, AOS iklim investasi yang menarik

dalam hal ekonomi, keuangan, dan faktor-faktor politik. Afrika Selatan dan

Polandia ikuti dengan skor 3,7. Bagi Afrika Selatan, skor yang menguntungkan

sebagian besar didorong oleh negara, AOS keuangan, politik, dan lingkungan

teknologi, dan untuk Polandia skor menguntungkan didorong oleh populasi

Page 26: Corporate finance,pdf

26

yang besar dan terampil (faktor sosial-budaya) serta lingkungan politik yang

stabil . Meksiko menerima skor 3,5 positif didorong oleh tingginya tingkat

kemajuan teknologi tetapi basah oleh ketidakstabilan politik dan lingkungan

peraturan yang tidak praktis. Brasil dan Rusia menerima skor 3,3. Brasil, AOS

tingkat kematangan ini diperparah oleh sistem peraturan yang tidak praktis

dan Rusia, AOS prospektus menjadi matang M & pasar A adalah negatif

dipengaruhi oleh negara, AOS tingginya tingkat korupsi. India menerima skor

3,2, merupakan cerminan dari negara, AOS sistem peraturan lingkungan

politik tidak dapat diandalkan dan stabil serta rendahnya tingkat keterampilan

dalam angkatan kerja. Akhirnya, Ukraina menerima skor 2,8 yang merupakan

refleksi dari nilai miskin di semua kelompok faktor kecuali untuk lingkungan

teknologi dan sosial budaya. Sisa kertas ini disusun sebagai berikut: Bagian 2

memberikan ulasan mengenai literatur tentang langkah-langkah penilaian.

Bagian 3 menjelaskan sampel serta metodologi yang digunakan dalam

penelitian ini. Bagian 4 membahas hasil empiris dan Bagian 5 menyimpulkan.

Tinjauan Teoritis

Faktor-faktor yang termasuk dalam tabel penilaian penelitian ini dibagi

menjadi enam sub-kelompok yang telah diidentifikasi sebagai penting dalam

mengembangkan dan mendukung M & A Sebuah pasar.

Hukum dan faktor-faktor politik. Rossi dan Volpin (2004) mendukung inklusi

dan menekankan pentingnya faktor-faktor hukum. Para penulis menemukan

bahwa volume kegiatan M & A secara signifikan lebih besar di negara dengan

standar akuntansi yang lebih baik dan perlindungan pemegang saham kuat.

Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa pada transaksi lintas batas, target

biasanya dari negara-negara dengan perlindungan investor miskin relatif

terhadap acquirers, menunjukkan bahwa transaksi lintas batas dapat

memainkan peran mendisiplinkan dengan meningkatkan tingkat perlindungan

investor di dalam perusahaan target. Relaksasi aturan regulasi sebagai stimulus

bagi kegiatan lintas batas dijelaskan oleh DeLong dkk. (2001). Para penulis juga

menemukan bahwa merger cenderung kurang sering jika biaya informasi yang

tinggi yang mendukung hipotesis bahwa lingkungan bisnis yang lebih

transparan (misalnya, melindungi hak-hak pemegang saham) menumbuhkan

aktivitas M & A. Lokasi faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi lintas

batas aktivitas M & A adalah ukuran dari pasar luar negeri, hubungan

perdagangan, kehadiran non-keuangan perusahaan luar negeri, dan adanya

hambatan untuk masuk. Temuan ini juga mendukung masuknya faktor-faktor

politik dalam tabel penilaian karena lingkungan politik, dan khususnya

stabilitas, dapat sangat mempengaruhi daya tarik suatu negara bagi investor

Page 27: Corporate finance,pdf

27

asing. Selain itu, Guerin dan Manzocchi (2009) berpendapat bahwa demokrasi

memang memiliki efek positif pada jumlah dan probabilitas Investasi Asing

Langsung (FDI) mengalir dari negara maju ke negara berkembang.

Faktor-faktor ekonomi. Berthelemy dan Demurger (2000)

mendiskusikan dan mengkonfirmasi peran penting yang dimainkan oleh FDI

dalam pertumbuhan ekonomi provinsi di Cina, dan menekankan pentingnya

potensi untuk pertumbuhan di masa depan investasi asing. Garis pemikiran ini

juga didukung oleh Liu et al. (2009), yang mengamati dua arah hubungan

kausal antara perdagangan, investasi langsung asing, ke dalam M & A, dan

pertumbuhan ekonomi untuk sebagian besar ekonomi dianalisis dalam

penelitian ini. Jelaslah bahwa adanya pertumbuhan ekonomi dan perdagangan

bisnis adalah kondisi yang diperlukan untuk pasar M & A untuk

mengembangkan, yang mendukung masuknya faktor-faktor ekonomi dalam

database.

Faktor keuangan. Perkembangan pasar modal dalam negeri merupakan

pendorong utama dari kegiatan M & A karena investasi memerlukan modal

dan lebih mudah dan lebih efektif biaya untuk modal sumber dari pasar lokal.

Oleh karena itu, pengembangan pasar saham adalah penting tinggi. Yartey

(2008) berpendapat bahwa faktor ekonomi makro seperti tingkat pendapatan,

investasi domestik bruto, pengembangan sektor perbankan, arus modal swasta,

dan likuiditas pasar saham, adalah penentu penting dari tingkat perkembangan

pasar saham di negara emerging market. Hasil-Nya juga menunjukkan bahwa

risiko politik, hukum dan ketertiban, dan kualitas birokrasi merupakan faktor-

faktor penting untuk pengembangan pasar saham karena mereka

meningkatkan kelangsungan hidup keuangan eksternal. Hasil ini menunjukkan

bahwa pengurangan risiko politik dapat menjadi faktor penting dalam

pengembangan pasar saham di negara berkembang. Saborowski (2009)

menunjukkan bukti bahwa apresiasi nilai tukar efek dari arus masuk FDI

memang dilemahkan ketika pasar keuangan dan modal lebih besar dan lebih

aktif. Implikasi utama dari hasil ini adalah bahwa salah satu bahaya utama

yang terkait dengan arus masuk modal besar di pasar negara berkembang -

destabilisasi manajemen ekonomi makro (karena apresiasi yang cukup besar

dari kurs riil) - sebagian dapat diatasi dengan mengembangkan sektor

keuangan yang mendalam . Gagasan ini relevan dalam konteks penelitian ini

karena menyoroti pentingnya mengembangkan pasar modal dan sistem

keuangan yang stabil dengan kemampuan untuk mempertahankan aktivitas M

& A, sehingga mendukung dimasukkannya faktor keuangan dalam database.

Masalah sistem keuangan di negara berkembang lebih lanjut dibahas oleh

Page 28: Corporate finance,pdf

28

Smith dan Valderrama (2008) yang berpendapat bahwa posisi aset asing bersih

dapat dijelaskan oleh inefisiensi sistem keuangan di pasar keuangan belum

berkembang. Ini inefisiensi meningkatkan biaya pembiayaan utang untuk

perusahaan domestik, yang pada gilirannya menyebabkan efek yang berbeda,

di antaranya adalah keterbatasan pada pembelian perusahaan asing.

Faktor teknologi dan sosial budaya. Berikut Porter (1993), isu

pembangunan sosial suatu negara serta tingkat inovasi teknis dan

kewirausahaan sangat penting tinggi untuk pembentukan berkelanjutan M &

pasar A. Jika pengangguran tinggi dan tenaga kerja sangat terampil, akan ada

ruang lingkup kecil untuk pengembangan usaha dan bunga kecil untuk

tumbuh di negara ini. Demikian pula, jika tidak ada nafsu makan atau

dukungan untuk pengembangan R & D atau teknologi ada, negara itu akan

stagnan internal dan tidak akan mampu mempertahankan aktivitas M & A.

Semua faktor ini memberikan alasan untuk dimasukkannya faktor teknologi

dan sosial-budaya dalam database.

Data dan Metodologi

Metode penilaian ini dirancang sebagai alat yang memungkinkan untuk

mengevaluasi kapasitas suatu negara untuk menarik dan mempertahankan

aktivitas M & A, didasarkan pada area yang diidentifikasi dalam literatur,

dengan total yang dihasilkan dari 36 hukum, ekonomi, keuangan, politik,

faktor teknologi, dan sosial-budaya.

Sistem penilaian dari database berkisar antara 5, dan 1 di mana 5 adalah skor

terbaik dan 1 adalah skor terburuk dicapai, dalam hal kedewasaan /

pembangunan. Semua sub-faktor 36 sama-sama tertimbang untuk menentukan

skor kelompok faktor. Selanjutnya, skor masing-masing kelompok faktor

tersebut sama-sama tertimbang untuk menentukan skor keseluruhan bagi

negara. Kelompok faktor regulasi terdiri dari dua belas sub-faktor (Tabel 1),

kelompok faktor ekonomi mencakup tujuh faktor ayat (Tabel 2), kelompok

faktor keuangan terdiri dari lima sub-faktor (Tabel 3), kelompok faktor politik

mencakup empat sub -faktor (Tabel 4), kelompok faktor teknologi mencakup

tiga sub-faktor (Tabel 5), dan kelompok faktor sosio-budaya mencakup empat

sub-faktor (Tabel 6).

Untuk menentukan nilai yang benar untuk masing-masing sub-faktor,

makalah ini menggunakan data publik yang tersedia dari sumber atau laporan

dengan proses update terus menerus. Karena tujuan dari database penilaian

adalah untuk menciptakan alat yang berguna bagi akademisi dan praktisi

dengan minat di pasar negara berkembang, adalah penting bahwa sumber data

yang tersedia untuk semua negara dan bahwa pembaruan tersedia sebagai

Page 29: Corporate finance,pdf

29

perubahan terjadi atau negara-negara berkembang. Idenya adalah dengan

menggunakan metodologi dalam makalah ini (dengan opsi untuk perubahan

disesuaikan) dan menerapkannya ke negara tersebut pada suatu titik waktu

tertentu. Sebagai sumber yang direferensikan dan batas dinyatakan, analisis

lebih lanjut dapat dengan mudah dilakukan untuk pasar lain.

Dalam hal batas (skor 5 sampai 1), pendekatan semi-subjektif telah diadopsi.

Makalah ini berpendapat, sejalan dengan La Porta et al. (2002), Djankov dkk.

(2007), Djankov dkk. (2008), dan Spamann (2010), bahwa sementara mengikuti

metodologi klasifikasi yang ketat dapat bermanfaat dan kuat untuk berbagai

jenis penelitian, 'keterbukaan untuk M & A' bukan subjek hitam dan putih,

tetapi klasifikasi harus meninggalkan beberapa ruang untuk subjektivitas.

Namun demikian, secara umum, untuk setiap faktor survei diakui secara luas,

laporan, atau database (bersumber dari tubuh institusi internasional, misalnya,

IMF) telah diidentifikasi dan kuintil dihitung berdasarkan sampel penuh dari

dataset tertentu, dan kemudian ditugaskan skor 5-ke-1. Keputusan untuk

menggunakan kuintil didasarkan pada gagasan bahwa untuk banyak faktor

skala potensi yang tak dapat dijelaskan dan distribusi negara bahkan tidak,

atau normal, dan akibatnya perhitungan kuintil telah dibuat tergantung pada

distribusi daripada penuh (potensial) skala. Misalnya, kapitalisasi pasar saham

total untuk masing-masing negara berpotensi bisa mengambil nilai dari 0

hingga tak terbatas, namun kelompok-kelompok pasar negara maju yang

rendah vs pasar yang sangat maju jelas. Oleh karena itu perkiraan yang lebih

akurat untuk menggunakan klasifikasi kuintil.

Perlu dicatat bahwa karakteristik negara yang dipilih untuk database

faktor mengandalkan sebagian besar pada data kuantitatif, sebagai data

kualitatif akan merusak objektivitas database. Salah satu kelemahan potensial

dari penelitian ini adalah fakta bahwa beberapa faktor peringkat

mengandalkan survei. Sebagai contoh, data Survei Perusahaan 'mencakup

layanan terutama manufaktur dan tertentu untuk perusahaan terdaftar dengan

lebih dari 10 karyawan. Sektor lain akan dibahas pada skala yang lebih kecil,

dengan pengecualian di sektor perbankan. Data untuk beberapa negara tidak

tersedia dalam Survei Enterprise, dan, sebagai hasilnya, mereka sub-faktor

dibiarkan kosong ketika tidak ada data yang bisa diperoleh. Terakhir, fokus

dari penelitian ini adalah untuk menentukan lingkungan untuk M & A dimana

target berada dalam negara tertentu. Investor dan perusahaan dalam negara-

negara ini juga membeli perusahaan dan aset luar negeri dan transaksi ini tidak

termasuk. Namun, perlu dicatat bahwa transaksi tersebut mungkin berdampak

pertumbuhan keseluruhan pasar domestik.

Page 30: Corporate finance,pdf

30

Setelah Rossi dan Volpin (2004), M & A volume telah dibatasi untuk hanya

mencakup transaksi di mana kontrol ditransfer dari satu perusahaan ke

perusahaan lain, yaitu, tidak termasuk pembelian minoritas, pembelian bunga

yang tersisa, LBO, spin-off, rekapitalisasi, self-tender, menawarkan pertukaran,

pembelian kembali, dan privatisasi. Selain itu, hanya selesai dan transaksi

ditarik telah dimasukkan.

Hasil

Bagian ini memberikan hasil yang diselenggarakan oleh klasifikasi

tahapan pengembangan dengan menggunakan metodologi yang

dikembangkan skor di kertas, faktor-faktor penentu kegiatan M & A, dan

driver dari nilai keseluruhan.

1. Skor dan Tahapan Pembangunan

Untuk menentukan tahap-tahap perkembangan dalam hubungannya

dengan M & A maturity indeks, sampel dari 175 negara dibagi menjadi tiga

kelompok, dewasa, transisi, dan pasar negara berkembang. M & A yang

aktif secara tradisional pasar, yaitu, Amerika Utara, Eropa Barat, Jepang,

dan Australia, bentuk awal 'matang' klasifikasi pasar. 'Transisi' pasar

membentuk sepertiga atas indeks kematangan (termasuk pasar yang

matang), dan 'muncul' pasar membentuk dua pertiga sisa negara dinilai

dalam indeks. Tabel 7 menggambarkan nilai dari 40 negara yang dipilih

serta nilai rata-rata untuk setiap tahap pembangunan. Analisis diskriminan

menegaskan bahwa proses klasifikasi awal mengklasifikasikan 92% dari

semua negara di tingkat yang benar kematangan menggunakan probabilitas

sebelum sebanding dengan persentase negara-negara di masing-masing

kelompok (lihat Tabel 8 untuk lebih jelasnya). Cina, awalnya dikategorikan

sebagai pasar transisi, mencapai skor 3,8, yang lebih buruk daripada,

misalnya, Republik Ceko dan Chile, tetapi masih diklasifikasikan sebagai

pasar yang matang oleh model analisis diskriminan. Cina menarik dalam

hal ini, sebagai negara menerima skor rating yang relatif buruk untuk

lingkungan peraturan dan politik, dibandingkan dengan pasar yang matang

lainnya.

Namun, karena faktor nilai yang tersisa, ekonomi, keuangan, teknologi dan

sosial budaya, lebih dekat kepada orang-orang dalam kelompok klasifikasi

pasar yang matang, dianggap telah mencapai tingkat yang matang untuk M

& A tujuan oleh model. Negara-negara lain yang model

mempertimbangkan matang untuk M & A keperluan termasuk Korea

Selatan, Singapura, Hong Kong, Malaysia, dan Israel.

2. Determinan Aktivitas M & A

Page 31: Corporate finance,pdf

31

Analisis regresi multivariat dilakukan untuk menentukan kelompok faktor

menjelaskan perbedaan dalam M & A aktivitas antara negara. M & A Data

(volume log) adalah kemunduran 11 terhadap kelompok faktor enam dan

hasilnya ditunjukkan pada Tabel 9. dia hasil menunjukkan bahwa, sejalan

dengan penulis lain, ekonomi (Berthelemy dan Demurger, 2000;. Liu et al,

2009), keuangan (Yartey, 2008; Saborowski, 2009), dan faktor teknologi

(Porter, 1993) merupakan penentu dari M & A aktivitas (domestik dan in-

bound). Makalah ini menambah literatur yang ada dengan membuktikan

hubungan positif antara aktivitas M & A dan pembangunan sosial budaya

suatu negara, yaitu, ukuran populasi, pertumbuhan penduduk, tingkat

pendidikan, dan keterampilan tenaga kerja. Terutama, temuan tidak

memberikan dukungan untuk pengembangan lingkungan peraturan

sebagai penentu aktivitas M & A, yang bertentangan dengan temuan Rossi

dan Volpin (2004) dalam apa yang menyangkut pentingnya perlindungan

pemegang saham yang kuat untuk menarik M & A (lihat juga DeLong et al,

2001.). Faktor-faktor politik tampaknya tidak menentukan aktivitas M & A,

seperti yang sebelumnya dikemukakan oleh Yartey (2008). Untuk negara-

negara yang telah mencapai tahap dewasa, kelompok-satunya faktor yang

ditemukan memiliki hubungan yang signifikan dengan kegiatan M & A

adalah kelompok faktor sosio-budaya. Pada tahap transisi pembangunan,

ekonomi, keuangan, kemajuan politik, dan sebagian besar teknologi yang

ditemukan untuk menjelaskan perbedaan dalam M & A aktivitas antara

negara. Perlu dicatat bahwa hubungan antara faktor-faktor politik dan M &

A aktivitas dalam tahap transisi adalah negatif. Pada tahap transisi

pembangunan, negara-negara seperti Rusia, Cina, India dan Brasil, sering

dalam transisi bergerak dari tertutup ke sistem pasar terbuka. Sebagaimana

didalilkan oleh et al DeLong. (2001), relaksasi aturan regulasi dapat

berfungsi sebagai stimulus bagi kegiatan lintas batas. Namun, jika tidak ada

sistem yang memadai untuk melindungi aset di tempat, korupsi juga akan

meningkat sebagai akibat dari relaksasi. Tampaknya lebih masuk akal

bahwa hubungan negatif antara lingkungan politik dan aktivitas M & A

merupakan hasil dari karakteristik pasar transisi daripada sebuah refleksi

dari M & A kegiatan yang didorong oleh lingkungan politik yang buruk. Di

pasar negara berkembang hanya faktor teknologi dan sosial-budaya

tampaknya (lemah) menentukan kegiatan M & A, refleksi dari sedikit

variasi dalam nilai faktor lainnya.

3. Driver dari Skor Keseluruhan

Page 32: Corporate finance,pdf

32

Tabel 10 menunjukkan hasil tes univariat untuk menentukan antara semua

faktor yang mendorong skor keseluruhan untuk setiap jenis negara,

dewasa, transisi, dan muncul. Seperti ditunjukkan dalam tabel, perbedaan

antara tahap perkembangan, vs vs transisi dewasa muncul, yang terbesar

untuk kelompok faktor politik dan teknologi. Hasil ini menunjukkan bahwa

lingkungan politik dan teknologi yang menguntungkan merupakan

prasyarat untuk pasar untuk mencapai tahap pengembangan matang,

mendukung pekerjaan Guerin dan Manzocchi (2009), Yartey (2008), dan

Porter (1993).

4. Skor Studi Kasus Negara

Bagian ini membahas sepuluh studi kasus dengan menggunakan

metodologi yang dikembangkan di koran: Brazil, Cina, India, Meksiko,

Rusia, Polandia, Afrika Selatan, Turki, Ukraina, dan Uni Emirat Arab.

Tabel 11 menunjukkan nilai individu untuk setiap kasus dan Lampiran

A menguraikan masing-masing negara dengan panjang lebar.

Kesimpulan

Makalah ini memberikan metodologi eksklusif untuk mengukur Marc M

& A Maturity Indeks, yang terdiri dari peraturan suatu negara, ekonomi,

lingkungan keuangan, politik, teknologi, dan sosial-budaya diukur untuk

memberikan nilai indeks keseluruhan. Indeks ini mencakup skor untuk 175

negara dengan 40 negara yang dipilih skor yang digambarkan dalam laporan.

Selain itu, sepuluh negara, yang mewakili daerah berkembang utama, telah

dibahas secara rinci sebagai studi kasus: Brazil, Cina, India, Meksiko, Rusia,

Polandia, Afrika Selatan, Turki, Ukraina, dan Uni Emirat Arab. Ini sistem

penilaian sehingga memberikan ilustrasi yang kuat dari M & A maturity indeks

pada tingkat negara dan dapat berfungsi sebagai titik awal untuk diskusi di

sekitar membuat kesepakatan di pasar yang kurang dikenal.

Dengan mempelajari nilai faktor pada tahap perkembangan yang

berbeda dapat disimpulkan bahwa kemajuan suatu Negara, politik dan

teknologi merupakan prasyarat untuk menjadi pasar yang matang untuk M &

A. Temuan penelitian juga menyediakan dukungan untuk penelitian

sebelumnya mengenai faktor penentu makro dan mikro-ekonomi aktivitas M &

A, membuktikan bahwa faktor-faktor ekonomi, keuangan, teknologi, dan

sosial-budaya secara signifikan berhubungan dengan kegiatan M & A.

Makalah ini berjalan selangkah lebih jauh dan menganalisis driver dari

kegiatan M & A dalam berbagai tahap pembangunan suatu negara. Hasil

menunjukkan bahwa itu adalah kemajuan sosial-budaya yang mendorong

aktivitas M & A di pasar yang matang. Di pasar transisi, itu adalah bukan

Page 33: Corporate finance,pdf

33

faktor ekonomi, keuangan, politik, dan teknologi yang signifikan terkait

dengan aktivitas M & A.

Menariknya, lingkungan politik negatif terkait dengan aktivitas M & A, yang

bisa menjadi cerminan karakteristik pasar transisi. Akhirnya, hanya faktor-

faktor teknologi dan sosial-budaya tampaknya untuk menjelaskan, meskipun

tidak terlalu signifikan, nilai yang diperoleh oleh negara-negara berkembang

dalam indeks.

Page 34: Corporate finance,pdf

34

BAB 5. BEST PRACTICES IN ESTIMATING THE COST

OF CAPITAL: SURVEY AND SYNTHESIS

Dalam beberapa dekade terakhir, terobosan teoritis dalam bidang-

bidang seperti diversifikasi portofolio, efisiensi pasar, dan harga aset telah

berkumpul menjadi rekomendasi menarik tentang biaya modal untuk suatu

perusahaan. Pada awal 1990-an, sebuah konsensus muncul mendorong

deskripsi seperti "buku tradisional ... ... yang tepat, "" secara teoritis benar,

"dan" aturan yang berguna praktis dan kendaraan yang baik. "1 Di bawah

perjanjian ini umum tentang teori biaya modal terletak ambiguitas dan

kebingungan yang cukup atas bagaimana teori yang terbaik dapat diterapkan.

Isu-isu yang dipertaruhkan cukup penting yang berbeda pilihan pada beberapa

elemen kunci dapat menyebabkan perbedaan luas dalam biaya modal

diperkirakan. Biaya modal adalah pusat keuangan modern menyentuh

investasi dan keputusan divestasi, ukuran keuntungan ekonomi, penilaian

kinerja, dan sistem insentif. Setiap tahun di AS, perusahaan melakukan lebih

dari $ 500 miliar dalam pengeluaran modal. Karena perbedaan beberapa persen

dalam biaya modal dapat berarti ayunan dalam miliaran pengeluaran,

bagaimana perusahaan perkiraan biaya ini tidak masalah sepele.

Tujuan dari tulisan ini adalah untuk menyajikan bukti tentang

bagaimana beberapa perusahaan finansial paling canggih dan penasihat

keuangan memperkirakan biaya modal. Bukti ini sangat berharga dalam

beberapa hal. Pertama, mengidentifikasi ambiguitas yang paling penting

dalam penerapan teori biaya modal, setting panggung untuk debat produktif

dan penelitian pada resolusi mereka. Kedua, membantu perusahaan yang

tertarik patokan biaya mereka dari praktek estimasi modal terhadap praktek

terbaik rekan-rekan. Ketiga, bukti menyoroti akurasi dengan biaya modal yang

cukup dapat diperkirakan, memungkinkan para eksekutif untuk menggunakan

perkiraan yang lebih bijak dalam pengambilan keputusan mereka. Keempat,

memungkinkan untuk menjawab pertanyaan yang tak terelakkan, "Bagaimana

perusahaan benar-benar perkiraan biaya modal mereka?"

Makalah ini merupakan bagian dari tradisi panjang survei praktek

industri. Di antara pendahulu lebih relevan, Gitman dan Forrester (1977)

dieksplorasi "tingkat kecanggihan dalam teknik penganggaran modal" di

antara 103 besar, bisnis berkembang pesat, menemukan bahwa tingkat

pengembalian internal dan payback period yang umum digunakan. Meskipun

penulis bertanya tentang tingkat tingkat diskonto perusahaan, mereka tidak

Page 35: Corporate finance,pdf

35

bertanya bagaimana menilai ditentukan. Gitman dan Mercurio (1982) disurvei

177 perusahaan Fortune 1000 tentang "praktek saat ini di biaya pengukuran

modal dan pemanfaatan," menyimpulkan bahwa Moore dan Reichert (1983)

disurvei 298 "tindakan responden tidak mencerminkan penerapan teori

keuangan saat ini." Fortune 500 perusahaan pada penggunaan array yang luas

dari teknik keuangan, antara lain menyimpulkan, bahwa 86% dari perusahaan

yang disurvei menggunakan teknik modal waktu disesuaikan penganggaran.

Bierman (1993) mensurvei 74 perusahaan Fortune 100 yang melaporkan bahwa

menggunakan semua beberapa bentuk diskon dalam penganggaran modal,

dan 93% menggunakan biaya rata-rata tertimbang modal. Dalam sebuah survei

dari 84 perusahaan broadranging Fortune 500 besar dan 200 perusahaan kecil

terbaik Forbes, Trahan dan Gitman (1995) melaporkan bahwa 30% responden

menggunakan model penentuan harga aset modal (CAPM).

Tulisan ini berbeda dari pendahulunya dalam hal-hal. Bukti yang

dipublikasikan yang ada berdasarkan ditulis, tertutup survei dikirim ke sampel

besar perusahaan, seringkali mencakup beragam topik, dan umumnya

menggunakan pilihan ganda atau isi-in-theblank pertanyaan. Pendekatan

seperti sering menghasilkan tingkat respons serendah 20% dan tidak

memberikan kesempatan untuk menjelajahi seluk-beluk topik. Sebaliknya,

kami melaporkan hasil survei telepon dari kelompok dipilih dengan cermat

perusahaan terkemuka dan penasihat keuangan. Perbedaan penting lainnya

adalah bahwa maksud dari kertas yang ada paling sering belajar bagaimana

diterima dengan baik teknik keuangan modern di antara praktisi, sementara

kita tertarik di daerah biaya-of-modal estimasi mana teori keuangan adalah

diam atau ambigu, dan praktisi kiri ke perangkat mereka sendiri.

Bagian berikut memberikan gambaran singkat dari biaya rata-rata

tertimbang modal. Pendekatan penelitian dan pemilihan sampel dibahas dalam

Bagian II. Bagian III melaporkan hasil survei umum. Poin kunci dari perbedaan

yang terakhir dalam Bagian IV. Bagian V membahas hasil survei lebih lanjut

tentang penyesuaian risiko untuk biaya awal modal, dan Bagian VI

menawarkan kesimpulan dan implikasi untuk praktisi keuangan.

Biaya Modal Rata-rata Tertimbang

Sebuah wawasan kunci dari teori keuangan adalah bahwa setiap

penggunaan modal membebankan biaya peluang pada investor, yaitu, dana

dialihkan dari mendapatkan laba atas investasi terbaik berikutnya sama-risiko.

Karena investor memiliki akses ke sejumlah peluang pasar keuangan,

menggunakan perusahaan modal harus mengacu terhadap alternatif-alternatif

pasar modal. Biaya modal menyediakan patokan ini. Kecuali perusahaan bisa

Page 36: Corporate finance,pdf

36

mendapatkan lebih dari biaya modal, tidak akan menciptakan keuntungan

ekonomi atau nilai bagi investor. Sebuah cara standar mengekspresikan biaya

modal perusahaan adalah rata-rata tertimbang dari biaya sumber individu

modal yang dipakai. Dalam simbol, rata-rata tertimbang biaya modal

perusahaan (atau WACC) adalah

Dimana

K = component cost of capital

W = weight of each component as percent of total capital

t = marginal corporate tax rate

Untuk kesederhanaan, formula ini hanya mencakup tiga sumber modal;

dapat dengan mudah diperluas untuk mencakup sumber-sumber lain juga.

Teori keuangan menawarkan beberapa pengamatan penting ketika

memperkirakan WACC perusahaan. Pertama, biaya modal yang muncul dalam

persamaan harus biaya saat ini mencerminkan kondisi pasar keuangan saat ini,

bukan historis, biaya hangus. Pada dasarnya, biaya harus sama tingkat

diantisipasi internal investor pengembalian arus kas masa depan yang terkait

dengan setiap bentuk modal. Kedua, beban yang muncul dalam persamaan

harus pasar bobot, bukan bobot sejarah berdasarkan sering sewenang-wenang,

out-of-date nilai buku. Ketiga, biaya utang harus setelah pajak perusahaan,

yang mencerminkan manfaat dari pengurangan pajak bunga.

Meskipun bimbingan yang diberikan oleh teori keuangan, penggunaan

ekspresi rata-rata tertimbang untuk memperkirakan biaya modal perusahaan

masih menghadapkan para praktisi dengan sejumlah choices.2 sulit Sebagai

hasil survei kami menunjukkan, komponen yang paling nettlesome estimasi

WACC adalah biaya modal ekuitas, karena tidak seperti hasil tersedia di pasar

obligasi, tidak ada mitra diamati ada untuk ekuitas. Ini memaksa praktisi untuk

mengandalkan metode lebih abstrak dan tidak langsung untuk memperkirakan

biaya modal ekuitas.

Pemilihan Sampel

Makalah ini menjelaskan hasil survei telepon dari praktisi terkemuka.

Percaya bahwa kompleksitas subjek tidak meminjamkan dirinya untuk

kuesioner tertulis, kami ingin meminta penjelasan dari pendekatan masing-

masing perusahaan mengatakan dalam kata-kata sendiri praktisi. Meskipun

wawancara kami dipandu oleh serangkaian pertanyaan, ini cukup terbuka

untuk mengungkapkan banyak perbedaan yang halus dalam praktek. Karena

Page 37: Corporate finance,pdf

37

fokus kami adalah pada kesenjangan antara teori dan aplikasi pada praktek

daripada rata-rata atau khas, kami bertujuan untuk praktisi sampel yang

pemimpin di

lapangan. Kami mulai dengan mencari sampel perusahaan (bukan investor

atau penasihat keuangan) dalam keyakinan bahwa mereka memiliki motivasi

yang cukup untuk menghitung WACC hati-hati dan untuk menyelesaikan

banyak masalah estimasi sendiri. Beberapa publikasi menawarkan daftar

perusahaan yang dianggap baik di bidang keuangan; 3 ini, kami memilih

sebuah laporan riset, Menciptakan Dunia Kelas Manajemen Keuangan: Strategi

Memimpin 50 Perusahaan (1992), yang mengidentifikasi perusahaan dipilih

oleh rekan-rekan mereka sebagai antara mereka dengan manajemen keuangan

terbaik. Perusahaan dipilih untuk keunggulan dalam manajemen pajak risiko

strategis keuangan, dan akuntansi, evaluasi kinerja dan daerah lain dari

manajemen keuangan. . . Para perusahaan yang termasuk orang-orang yang

disebutkan jumlah terbesar kali oleh peers.4 mereka Dari 50 perusahaan yang

diidentifikasi dalam laporan ini, kami dieliminasi 18 berkantor pusat di luar

America Utara. Dari mereka, yang tersisa lima menolak untuk diwawancarai,

meninggalkan sampel dari 27 perusahaan. Para perusahaan yang termasuk

dalam sampel yang terkandung dalam Lampiran 1. Kami mendekati petugas

keuangan paling senior pertama dengan sebuah surat yang menjelaskan

penelitian kami, dan kemudian dengan panggilan telepon. Permintaan kami

adalah untuk wawancara individu yang bertanggung jawab memperkirakan

WACC perusahaan. Kami berjanji responden kami bahwa, dalam

mempersiapkan laporan tentang temuan kami, kami tidak akan

mengidentifikasi praktek-praktek dari setiap perusahaan tertentu dengan

nama-kita telah menghormati janji ini

dalam presentasi kita.

Dalam kepentingan menilai praktek-praktek Dalam kepentingan menilai

praktek-praktek masyarakat yang lebih luas dari praktisi keuangan, kami

survei dua sampel lainnya:

• Penasehat Keuangan. Menggunakan "tabel liga" penasehat merger dan

akuisisi disajikan dalam isu-isu Institutional Investor April 1995,, 1994

dan 1993, kita menarik sampel dari 10 penasihat active6 paling. Kami

diterapkan approximately7 set yang sama pertanyaan untuk wakil dari

merger perusahaan-perusahaan dan departemen akuisisi. Kami

bertanya-tanya apakah kepentingan penasihat keuangan 'dalam

mempromosikan penawaran mungkin menyebabkan mereka untuk

menurunkan perkiraan WACC daripada yang diperkirakan oleh

Page 38: Corporate finance,pdf

38

perusahaan yang beroperasi. Hal ini terbukti tidak menjadi kasus. Jika

ada, teknik memperkirakan paling sering digunakan oleh penasihat

keuangan menghasilkan perkiraan biaya modal lebih tinggi, tidak lebih

rendah.

• Buku teks dan Tradebooks. Dari penerbit buku terkemuka, kami

memperoleh daftar lulusan-buku teks tingkat di perusahaan keuangan

memiliki penjualan unit terbesar pada tahun 1994. Dari ini, kami

memilih empat besar. Selain itu, kami menarik pada tiga tradebooks

yang membahas perkiraan WACC secara rinci.

Temuan Penelitian

Hasil survei terperinci muncul dalam Tampilan 2. Pendekatan estimasi

serupa di tiga sampel di beberapa dimensi.

• Arus Kas Diskonto (DCF) adalah teknik investasi evaluasi dominan.

• WACC adalah tingkat diskonto dominan yang digunakan dalam analisis

DCF.

• Bobot didasarkan pada pasar tidak campuran nilai buku utang dan equity.

• Biaya setelah pajak utang ini terutama didasarkan pada biaya sebelum

pajak marjinal, dan tingkat pajak marjinal atau hukum.

• CAPM adalah model yang dominan untuk memperkirakan biaya ekuitas.

Beberapa perusahaan yang disebutkan multi-faktor aset-harga model

(misalnya, Arbitrage Pricing Theory) tetapi ini berada di minoritas kecil.

Di sisi lain, perselisihan ada di dalam dan di antara kelompok pada

bagaimana menerapkan CAPM untuk memperkirakan biaya ekuitas. Para

CAPM menyatakan bahwa tingkat pengembalian yang diminta (K) pada aset

apapun dapat dinyatakan sebagai

Dimana

Rf = interest rate available on a risk-free bond.

Rm = return required to attract investors to hold the broad market

portfolio of risky assets.

b = the relative risk of the particular asset.

Menurut CAPM kemudian, biaya ekuitas, untuk sebuah perusahaan

tergantung pada tiga komponen: pengembalian bebas risiko obligasi (Rf),

ekuitas beta saham yang mengukur risiko saham perusahaan relatif terhadap

aset berisiko lain (b = 1,0 risiko rata-rata), dan premi marketrisk (Rm - Rf) yang

diperlukan untuk menarik investor untuk memegang aset berisiko secara

umum dibandingkan risiko obligasi bebas. Secara teori, masing-masing

Page 39: Corporate finance,pdf

39

komponen ini harus perkiraan ke depan. Hasil survei kami menunjukkan

ketidaksepakatan substansial pada semua tiga komponen.

1. The Risk-Free Rate of Return

Sebagai awalnya berasal, CAPM adalah model single period, sehingga

pertanyaan yang suku bunga paling mewakili tingkat bebas risiko tidak pernah

muncul. Tetapi dalam dunia banyak periode biasanya ditandai dengan miring

ke atas kurva hasil, praktisi harus memilih. Hasil kami menunjukkan pilihan

biasanya antara imbal hasil 90-hari tagihan Treasury dan obligasi jangka

panjang yield Treasury (lihat Exhibit 3). (Karena kurva imbal hasil yang

biasanya relatif datar melampaui sepuluh tahun, pilihan yang tertentu jangka

panjang hasil untuk menggunakan bukan satu kritis.) 11 Perbedaan antara

return direalisasikan pada tagihan T-90-hari dan sepuluh tahun T-ikatan

memiliki rata-rata 150 basis poin selama jangka panjang, pilihan sehingga dari

tingkat bebas risiko dapat memiliki efek material terhadap biaya ekuitas dan

WACC.

2. Perkiraan Beta

Teori keuangan panggilan untuk beta ke depan, salah satu investor yang

mencerminkan ketidakpastian 'tentang arus kas masa depan ke ekuitas. Karena

ke depan beta yang tidak teramati, praktisi dipaksa untuk mengandalkan

proxy dari berbagai macam. Paling sering ini melibatkan menggunakan

estimasi beta yang berasal dari data historis dan diterbitkan oleh sumber-

sumber seperti Bloomberg, Value Line, dan Standard & Poor. Metodologi biasa

adalah untuk memperkirakan beta sebagai koefisien kemiringan dari model

pasar kembali.

Dimana:

Rit = return on stock i in time period (e.g., day, week, month) t

Rmt = return on the market portfolio in period t,

ai = regression constant for stock i, and

bi = beta for stock i.

3. Equity Market Risk Premium

Topik ini mendorong berbagai kalangan terbesar tanggapan peserta

survei. Teori keuangan mengatakan pasar ekuitas premi risiko harus sama

kembali kelebihan yang diharapkan oleh investor pada portofolio pasar relatif

terhadap aset tanpa risiko. Bagaimana satu langkah yang diharapkan

keuntungan masa mendatang pada portofolio pasar dan aset tanpa risiko

Page 40: Corporate finance,pdf

40

masalah kiri ke praktisi. Karena keuntungan masa mendatang yang diharapkan

tidak teramati, semua responden survei ekstrapolasi kembali sejarah ke masa

depan pada anggapan bahwa pengalaman masa lalu harapan masa depan

kondisi berat. Mana responden terutama berbeda adalah dalam menggunakan

aritmatika dibandingkan rata-rata geometrik pengembalian ekuitas sejarah dan

dalam pilihan mereka kembali menyadari

pada T-bills vs T-obligasi ke proxy untuk mengembalikan

aktiva tanpa risiko.

Dampak Variasi Asumsi Terhadap Penggunaan CAPM

Untuk menggambarkan dampak dari berbagai praktik, kami

memperkirakan biaya hipotetis ekuitas dan WACC untuk Black & Decker,

yang kita diidentifikasi memiliki rentang yang luas dalam estimasi beta, dan

McDonald, yang memiliki kisaran yang relatif sempit. Perkiraan kami adalah

"hipotetis" bahwa kami tidak mengadopsi informasi yang diberikan kepada

kami oleh perusahaan melainkan menerapkan berbagai pendekatan

berdasarkan informasi publik yang tersedia pada akhir tahun 1995. Bukti 9

memberikan Black & Decker Diperkirakan biaya ekuitas dan WACCs bawah

berbagai kombinasi tingkat bebas risiko, beta, dan premi risiko pasar. Tiga

cluster praktek diilustrasikan, masing-masing pada gilirannya menggunakan

tiga beta seperti yang diberikan oleh S & P, Value Line, dan Bloomberg

(disesuaikan). Pendekatan pertama, seperti yang disarankan oleh beberapa

teks, menikahi bebas risiko jangka pendek tingkat (hasil 90-hari T-bill) dengan

mean aritmatika Ibbotson itu (menggunakan T-bills) premi risiko. Yang kedua,

diadopsi oleh sejumlah penasihat keuangan, menggunakan jangka panjang

bebas risiko tingkat (30-tahun-obligasi T yield) dan premi risiko 7,2% (premi

modal yang disebutkan oleh penasihat keuangan).

Pendekatan ketiga juga menggunakan jangka panjang bebas risiko,

tetapi mengadopsi tingkat premi disebutkan oleh responden modal perusahaan

sebesar 5,5%. Kami mengulangi prosedur umum untuk McDonald.

Risiko Penyesuaian WACC

Teori keuangan adalah jelas bahwa WACC tunggal hanya cocok untuk

investasi risiko yang sebanding luas: WACC keseluruhan perusahaan adalah

patokan yang cocok untuk investasi rata-rata perusahaan risiko. Teori

keuangan melanjutkan dengan mengatakan bahwa seperti tokoh

companyspecific harus disesuaikan untuk keberangkatan dari seperti profil

risiko rata-rata. Menarik modal membutuhkan pembayaran premi yang

tergantung pada risiko.

Page 41: Corporate finance,pdf

41

Kami diperiksa apakah perusahaan menggunakan tingkat diskonto yang

sesuai dengan risiko dari arus yang dinilai dalam pertanyaan-pertanyaan

tentang jenis-jenis investasi (strategis vs operasional), nilai-nilai terminal,

sinergi, dan perusahaan multidivisional. Tanggapan atas pertanyaan-

pertanyaan yang ditampilkan pada Tampilan 2 tidak menampilkan banyak

keselarasan nyata dari praktek. Ketika penasihat keuangan ditanya bagaimana

mereka nilai bagian perusahaan multidivision, semua sepuluh perusahaan

yang disurvei melaporkan bahwa mereka menggunakan tingkat diskonto yang

berbeda untuk bagian-bagian komponen (butir 17). Namun, hanya 26% dari

perusahaan selalu menyesuaikan biaya modal untuk mencerminkan risiko

peluang investasi individu (butir 12). Penelitian sebelumnya (dirangkum dalam

Gitman dan Mercurio, 1982) melaporkan bahwa antara sepertiga dan satu-

setengah dari perusahaan yang disurvei tidak melakukan penyesuaian untuk

perbedaan risiko antara proyek-proyek modal. Praktek ini berdiri dalam

kontras dengan rekomendasi dari buku teks dan tradebooks: buku tidak secara

eksplisit alamat semua mata pelajaran, tetapi ketika mereka melakukannya,

mereka seragam dalam advokasi mereka risiko-disesuaikan tingkat diskonto.

Ketika ditanya tentang penyesuaian risiko sinergi merger calon,

perusahaan-perusahaan yang sama menjawab:

• "Kami membuat penyesuaian dalam arus kas dan kelipatan daripada

tingkat diskon."

• "Faktor risiko dapat berbeda untuk realisasi sinergi, tapi kami melakukan

penyesuaian untuk arus kas daripada tingkat diskonto."

Sementara penasihat keuangan biasanya nilai perusahaan yang ada,

perusahaan-perusahaan menghadapi tantangan lebih lanjut. Mereka secara

rutin harus mengevaluasi investasi dalam produk baru dan teknologi.

Selain itu, mereka berurusan dengan pengaturan administratif yang melds

terpusat (misalnya,

menghitung WACC) dan terdesentralisasi (misalnya, penilaian proyek

tertentu) proses. Sebagai Tampilan 10 mengilustrasikan, kompleksitas ini

menyebabkan campuran pendekatan untuk berurusan dengan risiko.

Sejumlah responden menyebutkan penyesuaian tarif khusus untuk

membedakan antara biaya modal divisi, investasi internasional

dibandingkan dalam negeri dan leasing dibandingkan situasi nonleasing.

Kesimpulan

Penelitian kami berusaha untuk mengidentifikasi "praktek terbaik"

dalam biaya-modal estimasi melalui wawancara dari perusahaan terkemuka

dan penasihat keuangan. Mengingat pengeluaran tahunan yang sangat besar

Page 42: Corporate finance,pdf

42

pada proyek-proyek modal dan akuisisi perusahaan setiap tahun, pemilihan

tingkat diskonto yang bijaksana sangat penting bahan untuk manajer senior

korporasi.

Survei ini mengungkapkan penerimaan luas dari WACC sebagai dasar untuk

menetapkan harga diskon. Selain itu, survei mengungkapkan keselarasan

umum dalam banyak aspek dari estimasi WACC. Area utama perselisihan

menonjol adalah dalam rincian pelaksanaan CAPM untuk memperkirakan

biaya ekuitas. Makalah ini menguraikan varietas praktek dalam penggunaan

CAPM, argumen yang mendukung pendekatan yang berbeda, dan implikasi

praktis.

Singkatnya, kami percaya bahwa unsur-unsur berikut menunjukkan

praktek terbaik saat ini di estimasi dari WACC:

• Bobot harus didasarkan pada nilai pasar campuran dari hutang dan ekuitas.

• Biaya setelah pajak harus diperkirakan utang dari biaya sebelum pajak

marjinal, dikombinasikan dengan tarif pajak marjinal atau hukum.

• CAPM adalah model yang disukai saat ini untuk memperkirakan biaya

ekuitas.

• Beta diambil secara substansial dari sumber yang diterbitkan, mereka lebih

memilih menggunakan beta interval panjang pengembalian ekuitas.

Dimana sejumlah penerbit statistik tidak setuju praktik terbaik,

sering melibatkan penilaian untuk memperkirakan beta.

• Tingkat bebas risiko harus sesuai dengan tenor dari arus kas yang dihargai.

Untuk proyek-proyek modal yang paling dan akuisisi perusahaan, hasil

pada obligasi pemerintah AS atau lebih dari sepuluh tahun jatuh tempo

akan sesuai.

• Pilihan premi risiko pasar ekuitas adalah subyek kontroversi yang cukup

baik sebagai nilai dan metode estimasi. Sebagian besar praktek terbaik

perusahaan kami menggunakan premium 6% atau lebih rendah, sementara

banyak teks dan penasihat keuangan menggunakan angka yang lebih

tinggi.

• Pemantauan perubahan dalam WACC harus disesuaikan dengan

perubahan besar dalam kondisi pasar keuangan, tetapi harus dilakukan

setidaknya setiap tahun. Sebenarnya perubahan yang mengalir melalui

sistem perusahaan penilaian proyek dan sasaran kompensasi harus

dilakukan hati-hati dan hanya bila ada perubahan materi.

• WACC resiko harus disesuaikan untuk mencerminkan perbedaan-

perbedaan substantif antara bisnis yang berbeda dalam perusahaan.

Misalnya, penasihat keuangan umumnya menemukan WACC perusahaan

Page 43: Corporate finance,pdf

43

untuk menjadi pantas untuk menilai bagian yang berbeda dari suatu

perusahaan. Mengingat perusahaan publik yang diperdagangkan di bisnis

yang berbeda, penyesuaian risiko seperti hanya melibatkan revisi sederhana

dalam pendekatan CAPM WACC dan sudah digunakan. Korporasi juga

mengutip kebutuhan untuk menyesuaikan biaya modal lintas batas-batas

nasional. Dalam situasi di mana pasar proxy untuk jenis tertentu kelas

risiko tidak tersedia, praktek terbaik melibatkan menemukan cara lain

untuk memperhitungkan perbedaan risiko.

Praktik terbaik sebagian besar konsisten dengan teori keuangan.

Meskipun kesepakatan yang luas pada tingkat teoretis, bagaimanapun,

beberapa masalah dalam aplikasi tetap yang dapat menyebabkan perbedaan

luas dalam biaya modal diperkirakan. Berdasarkan masalah-masalah yang

tersisa, kami percaya bahwa penelitian yang diterapkan lebih lanjut tentang

dua topik utama adalah dibenarkan. Pertama, praktisi perlu alat tambahan

untuk mengasah penilaian mereka tentang risiko relatif. Variasi di perusahaan-

spesifik perkiraan beta dari sumber yang diterbitkan berbeda dapat membuat

perbedaan besar dalam perkiraan biaya modal. Selain itu, penggunaan tingkat

diskonto riskadjusted muncul dibatasi oleh kurangnya proxy pasar yang bagus

untuk profil risiko yang berbeda. Kami percaya bahwa penggunaan yang tepat

dari rata-rata seluruh industri atau kategori risiko lain adalah eksplorasi layak

jalan. Kedua, praktisi dapat memperoleh manfaat dari penelitian lebih lanjut

tentang ekuitas memperkirakan premi risiko pasar. Praktek saat ini

menampilkan variasi yang besar dan berfokus terutama pada rata-rata data

masa lalu. Penggunaan data expectational tampaknya menjadi pendekatan

yang bermanfaat. Sebagai generasi berikutnya dari teori secara bertahap

mempertajam wawasan kita, kita merasa bahwa penelitian memperhatikan

pelaksanaan teori yang ada dapat membuat perbaikan yang nyata dalam

praktek.

Akhirnya penelitian ini adalah pengingat yang lama mengatakan bahwa terlalu

sering dalam bisnis kita mengukur dengan tanda, mikrometer dengan pensil,

dan dipotong dengan kapak. Meskipun banyak kemajuan dalam teori

keuangan, "kapak" tertentu tersedia untuk memperkirakan biaya perusahaan

modal tetap yang tumpul. Praktek terbaik perusahaan dapat mengharapkan

untuk memperkirakan rata-rata tertimbang biaya modal mereka dengan

akurasi tidak lebih dari plus atau minus 100 sampai 150 basis poin. Hal ini

memiliki implikasi penting untuk bagaimana manajer menggunakan biaya

modal dalam pengambilan keputusan. Pertama, jangan kesalahan

penganggaran modal untuk obligasi harga. Meskipun alat-alat yang tersedia,

Page 44: Corporate finance,pdf

44

penilaian modal yang efektif terus memerlukan pengetahuan mendalam

tentang bisnis dan penilaian bisnis yang bijak. Kedua, berhati-hatilah untuk

tidak membuang bayi dengan air mandi. Jangan menolak biaya modal dan

petugas kemajuan dalam pengelolaan keuangan karena orang keuangan Anda

tidak dapat memberi Anda jumlah yang tepat. Ketika membutuhkan, bahkan

kapak tumpul lebih baik daripada tidak.

Page 45: Corporate finance,pdf

45

BAB 6. PERAMALAN PERUBAHAN NILAI TUKAR

ANTARA DOLLAR AS DAN YEN JEPANG

DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM LOGIKA

NEURON-FUZZY ADAPTIP DINAMIS

Kurs valuta asing merupakan suatu rangkaian waktu yang acak yang

konsisten dengan persamaan Mackey-Glass. Logika fuzzy merupakan suatu

teknik komputasi cerdas dan memiliki potensi yang baik dalam

memperkirakan data menurut urutan waktu. Studi ini menggunakan logika

fuzzy untuk mengkaji data nilai tukar dan membangun sebuah system model

perkiraan logika neuron-fuzzy yang adaptip dan dinamis. Kinerja model yang

dikembangkan tersebut dibandingkan dengan suatu model autoregresif

dengan menggunakan satuan data yang sama.

Kata kunci: kurs valuta asing, logika fuzzy, rangkaian waktu yang acak ,

perkiraan.

I. Pendahuluan

Pasar valuta asing merupakan pasar keuangan yang terbesar dan berubah-

ubah. Nilai mata uang asing merupakan aset finansial khusus dan nilai tukar

merupakan indikator finansial penting dalam pasar keuangan internasional.

Masalah perkiraan pergerakan nilai tukar asing menarik perhatian. Oleh

karena itu, prediksi nilai tukar asing memiliki tantangan teoritis yang

subtansial dan eksperimental. Umumnya, model perkiraan nilai tukar dapat

dikategorikan ke dalam dua kelas: analisis fundamental dan analisis teknik.

Analisis fundamental nilai tukar berdasarkan pada informasi atas

permintaan dan penawaran nilai mata uang domestik dibandingkan dengan

nilai mata uang asing. Sementara pendekatan ini merupakan alat yang paling

penting untuk memprediksi pergerakan harga dari aset-aset finansial, maka

pendekatan tersebut memiliki beberapa limitasi dalam memprediksi

pergerakan kurs valuta asing. Pertama, nilai tukar biasanya ditentukan tidak

hanya oleh permintaan dan penawaran relatif atas mata uang domestik dan

mata uang asing tetapi juga oleh banyak faktor fundamental dan psikologis

lainnya dalam pasar. Beberapa faktor (seperti perang, pemogokan, insiden

politik) sangat sulit untuk diukur dan disertakan dalam memprediksi model.

Kedua, pemilihan waktu yang tepat atas dampak beberapa faktor atas nilai

mata uang merupakan hal yang tidak diketahui. Faktor yang berbeda dapat

memiliki dampak yang berbeda pula atas nilai tukar pada waktu yang berbeda.

Koefisien yang diperoleh dari analisis regresi tidak akan konstan dari waktu ke

Page 46: Corporate finance,pdf

46

waktu. Oleh karena itu, sulit untuk perubahan dapat memperkirakan kurs

valuta asing dengan hanya menggunakan analisis fundamental. Beberapa studi

empiris menunjukkan bahwa, untuk kurs valuta asing, harga dan fundamental

sangat tidak terkait (Messed an Kenneth, 1983)

Untuk memperkirakan pergerakan nilai tukar di masa yang akan datang

dengan analisis teknik, maka kita perlu mengkaji data nilai tukar historis untuk

menemukan regularitas empiris yang kuat, misalnya, struktur internal dari

data tersebut sehingga mendapatkan pemahaman yang lebih baik atas proses

dinamis dimana data rangkaian waktu dihasilkan. Data rangkaian waktu

merupakan urutan observasi menurut waktu yang dilakukan setara dengan

interval waktu. Dalam finansial, jika kita menunjukkan waktu pada suatu titik

tertentu dengan t dan nilai aset finansial tertentu pada t dengan X(t), kemudian

nilai rangkaian waktu yang ditampilkan sebagai satuan nilai terpisah X(1), X(2),

x(3)…..x(N). Pada dasarnya, prediksi kurs valuta asing adalah dengan

menggunakan data yang telah lalu misalnya, nilai tukar X(t) untuk t-1 < t < t0,

untuk menyelesaikan X(t) dimana t > t0. Dalam ekonomi, jika salah satu

variabel ini tidak tergantung pada waktu, maka sistem dikenal dinamis.

Perilaku dinamis atas sistem tersebut menunjukkan bagaimana hal ini

dilakukan sehubungan dengan waktu.

Alasan mengapa logika fuzzy popular digunakan dalam memprediksi

perubahan nilai tukar asing karena fuzzy menjadikan teori dan memberikan

suatu kerangka kerja yang sesuai untuk rekognisi pola dan dapat berhubungan

dengan ketidakpastian atas tipe non-probablitas. Logika fuzzy menjembatani

jurang antara informasi kuantitatif (data numerik) dan informasi kualitatif

(laporan linguistik) (Palit dan Popovic, 2005). Logika fuzzy merupakan suatu

teknik komputasional cerdas untuk mampu menemukan beberapa pola dari

data kejadian yang terlihat acak dan memiliki potensi yang baik dalam

memperkirakan data menurut rangkaian waktu.

Pada umumnya, pergerakan kurs valuta asing biasanya memiliki dua

komponen. Yang pertama berbanding dengan apa yang telah diakumulasi,

misalnya, nilai X(t) tertentu yang mengandung suatu komponen tanda

determistik. Yang kedua adalah yang dipengaruhi oleh keanehan dalam pasar,

misalnya, nilai X(t) tertentu juga mengandung suatu komponen stokastik yang

menunjukkan gangguan noise (hiruk-pikuk) yang menyebabkan fluktuasi

statistik dengan suatu trend dan dalam band (kisaran nilai dalam suatu system)

yang terbatas, dan karenanya kadang dijelaskan sebagai rangkaian waktu yang

kacau. Dalam dua dekade terakhir, analisis rangkaian waktu yang kacau telah

menarik banyak perhatian. Minat penelitian ini belakangan difokuskan pada

Page 47: Corporate finance,pdf

47

teknik modeling rangkaian waktu yang kacau dan pada prediksi nilai

rangkaian waktu di masa yang akan datang. Salah satu deskripsi matematika

atas perilaku kacau adalah delay differential equation (DDEs). Salah satu DDEs

yang paling sering digunakan adalah Model Mackey-Glass (Glass dan Mackey,

1988), yaitu:

Dimana A, θ dan n adalah parameter. Untuk τ > 17, persamaan ini

diketahui menunjukkan chaos. Model Mackey-Glass menjadi salah satu dari

masalah benchmark (tolok ukur) untuk prediksi rangkaian waktu dalam logika

fuzzy. Dalam studi ini, kami menggunakan nilai tukar antara dolar AS dan yen

Jepang sebagai data sampel. Metode dan prinsip yang digunakan dalam studi

ini umumnya dapat diterapkan pada mata uang lainnya. Software yang

digunakan dalam studi ini adalah MATLAB Fuzzy Logic Toolbox yan

dikembangkan oleh MathWorks (Matlab, 2001).

II. Data dan Pengembangan Model

Data dikumpulkan dari nilai tukar dollar AS/yen Jepang antara 1 January

2003 dan 31 Desember 2006. Oleh karena itu, rangkaian nilai tukar ini memiliki

1461 observasi. Grafik gambar 1 menunjukkan nilai tukar antara Euro dan

dollar AS selama periode waktu ini. Biasanya langkah pertama adalah

mengembangkan suatu model dengan menggunakan data yang lalu. Langkah

kedua adalah menggunakan model untuk memperkirakan nilai rangkaian

waktu masa depan pada berbagai rentang waktu. Tentu saja, perkiraan tidak

membawa nilai data masa depan yang pasti yang memberikan rangkaian

waktu yang akan benar-benar mereka miliki, tetapi lebih dari pada estimasi

mereka.

Page 48: Corporate finance,pdf

48

Gambar 1 Perubahan Nilai Tukar USD/JPY (2003-2006)

Dalam studi ini, nilai rangkaian waktu yang lalu ini, x(t-180, x(t-12), x(t-6)

dan x(t) digunakan untuk mengembangkan suatu model untuk memprediksi

nilai dari x(t+6). Dengan demikian, data adalah sebuah matriks dengan kolom

N + 1 dimana kolom N pertama, misalnya, x(t-18), x(t-12), x(t-6) dab x(t)

merupakan data untuk setiap input system inferensi fuzzy, dan kolom terakhir

misalnya, x(t+6) merupakan data output (keluaran). Dari t=51 hingga 1350,

kami mengumpulkan 1300 pasangan data dari format di atas. 650 pertama

digunakan untuk melatih sementara 650 kedua digunakan untuk pengecekan.

Ketika model proses matematika tidak diketahui, maka teknologi fuzzy

memiliki beberapa kelebihan. Pertama, metode ini dalam bentuk penalaran

pendekatan dan dapat dengan mudah menunjukkan proses analog pada

sebuah komputer digital. Kedua, logika fuzzy dapat digunakan ketika

berhubungan dengan variabel berkelanjutan dan tidak jelas. Ketiga, fuzzy

inference system (FIS) menggunakan fuzzy if-then rules yang dapat membentuk

aspek kualtitatif dari pengetahuan manusia dan proses penalaran tanpa

menggunakan analisis kualitatif yang tepat. Keempat, logika fuzzy dapat

dengan mudah berhubungan dengan situasi ketika hubungan input-output

tidak linear.

Langkah pertama pengembangan adalah dengan membangun sejumlah

fungsi keanggotaan awal (MFs henceforward). Salah satu kelemahan logika

fuzzy adalah kurangnya kapabilitas belajar. Pengembangan Fuzzy Logic

System (FLS) dapat dilakukan dengan cara trial and error (coba-coba),

misalnya, MFs awal dapat disusun secara manual dengan menggunakan

pengetahuan manusia mengenai pergerakan kurs valuta asing. Meskipun

demikian, metode ini boros waktu dan tidak dapat dipercaya. Pendekatan yang

lebih menjanjikan adalah dengan menggunakan adaptive neuron-fuzzy inference

system (ANFIS) yang dikembangkan oleh Jang (1993). ANFIS menggunakan

alogaritma pembelajaran hybrid untuk mengetahui parameter system inferensi

fuzzy tipe-Sugene yang memiliki MFs output hanya linear atau konstan

(Sugeno, 1985).

ANFIS menggunakan suatu kombinasi metode least-square dan metode

back-propagation gradient descent untuk pelatihan. Dalam studi ini, kami

menggunakan GENFISI, sebuah fungsi yang umum digunakan untuk

menghasilkan matriks FIS output-tunggal awal dari data pelatihan. FIS ini

digunakan untuk memberikan kondisi awal untuk pelatihan ANFIS.

Page 49: Corporate finance,pdf

49

Digunakan nilai anggapan untuk angka MFs ‘2’ dan tipe fungsi keanggotaan

‘gbellmf’ (generalized bell MFs).

Hasil ini menyediakan dua MFS bell umum pada setiap dari empat input,

delapan sama sekali. Struktur sistem inferensi fuzzy yang dihasilkan

mengandung 24 = 16 aturan fuzzy. Setiap aturan yang dihasilkan oleh GENFIS1

memiliki satu output MF, yang merupakan jenis "linear" secara default.

Gambar berikut menunjukkan MFS awal:

Gambar 2 Initial Membership Function

Model ANFIS yang telah dilatih memiliki 104 parameter fitting (lihat Lampiran

untuk rincian), termasuk 24 parameter nonlinier yang dioptimalkan melalui

back-propagation (3 parameter untuk setiap premis MF) dan 80 parameter

linier yang dioptimalkan melalui estimasi kuadrat-terkecil linier (lima

parameter untuk setiap persamaan konsekuen). Untuk mencapai kemampuan

generalisasi yang baik, penting untuk memiliki jumlah titik data pelatihan

menjadi beberapa kali lebih besar dari jumlah parameter yang diestimasi.

Dalam hal ini, rasio antara data dan parameter kira-kira enam (650/104). Ini

adalah keseimbangan yang tepat antara jumlah fitting parameter dan jumlah

data pelatihan.

Masalah umum yang terdapat pada pengembangan model ANFIS adalah

“overfitting” yang terjadi ketika kita menyesuaikan system fuzzy terhadap data

training sehingga tidak lagi sesuai dengan pencocokan data pengecekan.

Hasilnya adalah kehilangan generalitas (Chiu, 1994). Meskipun demikian,

angka optimal dari epoch (jangka waktu) hanya dapat ditemukan melalui

eksperimen. Untuk menemukan angka optimal dari epoch, maka kurva

kesalahan dipetakan.

Page 50: Corporate finance,pdf

50

Gambar 3 Error Curve

Dari Gambar diatas Kurva Kesalahan dapat dilihat bahwa Root Mean

Squared Error (RMSE) meningkat ketika epoch meningkat. Untuk menghindari

masalah overfitting, maka kami menetapkan epoch training sama dengan dua

belas. Gambar grafik 4 menunjukkan MFs akhir setelah epoch dua belas

training. Dapat dilihat bahwa setelah training, MFs akhir ditunjukkan dalam

plot (titik) sangatlah berbeda dari MFs awal.

Gambar 4 Final Membership Function

III. Evaluasi Kinerja/Pencapaian

Tidak ada konsensus atas ukuran yang paling sesuai untuk menguji kinerja

sebuah teknik perkiraan. Dalam studi ini, ukuran kinerja berbasis-mean (rata-

rata), digunakan RMSE (Root Mean Square Error) yang dapat ditentukan sbb:

∑( ̂ )

Dimana N adalah angka keseluruhan prediksi, θj adalah rangkaian waktu

yang diprediksi dan θj adalah rangkaian asli. Gambar 5 menunjukkan

Page 51: Corporate finance,pdf

51

rangkaian waktu (terpadu/solid) dan yang diprediksi oleh ANFIS (bertitik-

titik). Dapat dilihat bahwa model FIS pada umumnya memiliki kemampuan

prediksi yang sangat baik dan RMSE model tersebut adalah 2,55 yang sangat

menjanjikan. Meskipun demikian, pencapaian model tersebut tidak ideal dalam

tiga bulan keempat tahun 2004 dan tiga bulan pertama tahun 2005. Selama

periode ini, pergerakan nilai tukar antara dollar AS dan yen Jepang

menunjukkan suatu keadaan mengambang yang abnormal. Gambar 6

menunjukkan kesalahan prediksi ANFIS dan menegaskan apa yang kami amati

pada gambar 5.

Gambar 5.

Perbandingan Rangkaian Waktu Asli dan Rangkaian waktu yang

diperkirakan dengan ANFIS

Gambar 6.

Kesalahan Prediksi ANFIS

Page 52: Corporate finance,pdf

52

Sebenarnya untuk memperkirakan nilai rangkaian waktu masa yang akan

datang, terdapat sebuah spectrum metode yang luas. Metode tradisional untuk

memprediksi dara rangkaian waktu adalah autoregression method (AR), yang

menunjukkan nilai rangkaian waktu saat itu menurut agregat linear terbatas

dari nilai sebelumnya dan menurut saham. Definisi AR adalah sbb:

Dimana a1 merupakan koefisien autoregresi, X, merupakan rangkaian yang

diinvestigasi dan N adalah urutan. Istilah noise atau ε residual, hampir selalu

diasumsikan menjadi noise putih Gauss.

Tujuan analisis AR adalah untuk menghasilkan nilai terbaik untuk a1,

memberikan suatu rangkaian X(t). Metode ini biasanya mengasumsikan bahwa

rangkaian X(t) bersifat linear dan stasioner. AR dapat memberikan suatu

kerangka kerja umum untuk memperkirakan rangkaian waktu dimana

spesifikasi dari suatu model dalam kelas ditentukan oleh data. Hal ini bisa

sangat bermanfaat dalam situasi tertentu, khususnya ketika sulit untuk

mengetahui komponen utama dalam sebuah rangkaian dan untuk membangun

model yang cocok bagi mereka. Meskipun demikian, fleksibilitas AR juga

memiliki kekurangan. Kecuali jika seseorang memiliki beberapa pengalaman

dalam hal analisis waktu, sperti model yang bisa saja tidak menghasilkan

perkiraan yang masuk akal. Persoalan pokok dari AR adalah menjalankan

piece-wise linear approximation, dan hal ini sulit untuk mengubah rangkaian

waktu “yang berubah-ubah.” Model demikian kemungkinan runtuh ketika

digunakan untuk memperkirakan (Harvey, 1989).

Untuk membandingkan pencapaian, maka sebuah model menggunakan

metode autoregresif tradisional juga dikembangkan dengan satuan data yang

sama. Dalam hal ini, persamaan autoregresif adalah sbb:

( ) ( ) ( ) ( ) ( )

Koefisien regresi yang dihasilkan diberikan pada table 1.

Page 53: Corporate finance,pdf

53

Table 1 Koefisien yang diperoleh melalui metode autoregresi

Dari table tersebut kita dapat melihat bahwa semua parameter yang

diperoleh tidaklah penting. Hal ini menunjukkan masalah dari metode AR:

sulit untuk menghadapai ketidakpastian tipe yang bersifat non-probabilitas

dalam data rangkaian-waktu. Oleh karena itu, hal ini tidak ada artinya untuk

membandingkan RMSE dari model yang dikembangkan dengan metode

autoregresif tradisional dan model logika Fuzzy. Meskipun demikian, hal ini

menunjukkan bahwa system logika neuron-fuzzy adaptif yang diajukan dalam

studi ini lebih berpengaruh dan fleksibel dalam hal rekognisi pola ketika

digunakan data rangkaian-waktu.

IV. Kesimpulan

Dalam studi ini, sebuah rule-based fuzzy logic (logika fuzzy berbasis aturan)

digabungkan dengan suatu system inferensi neuron-fuzzy digunakan untuk

mengembangkan sebuah model untuk memperkirakan pergerakan nilai tukar

asing. Meskipun model FIS yang digunakan biasanya memiliki kemampuan

perkiraan yang sangat baik, namun kinerja atau pencapaian mereka tidak ideal

ketika nilai tukar berubah secara dramatis. Hal ini meningkatkan kemungkinan

bahwa model logika fuzzy dapat selanjutnya dikembangkan sehingga tidak

hanya mampu menunjukkan hubungan yang kerap kali terjadi tetapi juga

mampu meng-update (memperbaharuhi) dirinya sehubungan dengan data

baru. Beberapa peneliti menganjurkan bahwa system tersebut membutuhkan

pengetahuan latar belakang yang akan memungkinkannya untuk

menginterpretasi kembali dan/atau menggabungkan konsep dalam data ke

dalam konsep baru yang dapat menghasilkan pola yang lebih akurat dan/atau

lebih sederhana. Hal itu kemungkinan menjadi petunjuk bagi studi soft-

computing.

Page 54: Corporate finance,pdf

54

Tinjauan Teori Terkait Jurnal

Nilai mata uang asing merupakan asset financial khusus dan nilai

tukar merupakan indicator financial penting dalam pasar keuangan

internasional

logika Fuzzy merupakan suatu model yang dikembangkan untuk

membandingkan suatu model autoregresi dengan menggunakan

satuan data yang sama

Model autoregresi (AR) adalah model yang menggambarkan bahwa

variable dependen dipengaruhi oleh variable-variabel dependen itu

sendiri pada periode-periode dan waktu-waktu sebelumnya

Perbedaan model Moving Average dengan model autoregressive

terletak pada jenis variable independen, bila variable independen

pada model autoregressive adalah nilai sebelumnya dari variable

dependen itu sendiri, maka pa model MA variable independennya

adalah nilai nresidual pada periode sebelumnya

Beberapa studi empiris menunjukkan bahwa, untuk kurs valuta

asing, harga dan fundamental sangat tidak terkait (Messed an

Kenneth, 1983)

Logika fuzzy menjembatani jurang antara informasi kuantitatif (data

numerik) dan informasi kualitatif (laporan linguistik) (Palit dan

Popovic, 2005). Logika fuzzy merupakan suatu teknik

komputasional cerdas untuk mampu menemukan beberapa pola

Page 55: Corporate finance,pdf

55

dari data kejadian yang terlihat acak dan memiliki potensi yang baik

dalam memperkirakan data menurut rangkaian waktu.

Critical review

Logika Fuzzy dalam jurnal ini menggunakan model autoregressive

(AR) atau biasa disebut regresi diri sendiri karena model tersebut

mirip dengan persamaan regresi pada umumnya, hanya saja yang

menjadi variable independen bukan variable yang berbeda dengan

variable dpenden melainkan nilai sebelumnya (lag) dari variable

dependen itu sendiri.

Perkiraan perubahan nilai tukar USD dan JPY pada 1 januari 2003

sampai 31 desember 2006 ditemukan mengalami penurunan yang

signifikan pada awal tahun 2005

Metode dan prinsip yang digunakan dalam jurnal ini umumnya

dapat diterapkan pada mata uang lainnya.

Critical methode

Minat penelitian ini belakangan difokuskan pada teknik modeling

rangkaian waktu yang kacau dan pada prediksi nilai rangkaian

waktu di masa yang akan datang. Salah satu deskripsi matematika

atas perilaku kacau adalah delay differential equation (DDEs). Salah

satu DDEs yang paling sering digunakan adalah Model Mackey-

Glass (Glass dan Mackey, 1988), yaitu:

Dimana A, θ dan n adalah parameter. Untuk τ > 17, persamaan ini

diketahui menunjukkan chaos.

Dalam studi ini, ukuran kinerja berbasis-mean (rata-rata), digunakan

RMSE (Root Mean Square Error) yang dapat ditentukan sbb:

∑( ̂ )

Dimana N adalah angka keseluruhan prediksi, θj adalah rangkaian

waktu yang diprediksi dan θj adalah rangkaian asli. Gambar 5

menunjukkan rangkaian waktu (terpadu/solid) dan yang diprediksi

oleh ANFIS (bertitik-titik).

Page 56: Corporate finance,pdf

56

Gambar 5.

Perbandingan Rangkaian Waktu Asli dan Rangkaian waktu yang

diperkirakan dengan ANFIS

Metode tradisional untuk memprediksi dara rangkaian waktu

adalah autoregression method (AR), yang menunjukkan nilai

rangkaian waktu saat itu menurut agregat linear terbatas dari nilai

sebelumnya dan menurut saham. Definisi AR adalah sbb:

Dimana a1 merupakan koefisien autoregresi, X, merupakan

rangkaian yang diinvestigasi dan N adalah urutan. Istilah noise atau

ε residual, hampir selalu diasumsikan menjadi noise putih Gauss.

Untuk membandingkan pencapaian, maka sebuah model

menggunakan metode autoregresif tradisional juga dikembangkan

dengan satuan data yang sama. Dalam hal ini, persamaan

autoregresif adalah sbb:

( ) ( ) ( ) ( ) ( )

Evidence

Dapat dilihat bahwa model FIS pada umumnya memiliki kemampuan

prediksi yang sangat baik dan RMSE model tersebut adalah 2,55 yang

sangat menjanjikan. Meskipun demikian, pencapaian model tersebut

tidak ideal dalam tiga bulan keempat tahun 2004 dan tiga bulan pertama

tahun 2005. Selama periode ini, pergerakan nilai tukar antara dollar AS

dan yen Jepang menunjukkan suatu keadaan mengambang yang

abnormal.

Data table 1

Page 57: Corporate finance,pdf

57

Dari table tersebut kita dapat melihat bahwa semua parameter yang

diperoleh tidaklah penting. Hal ini menunjukkan masalah dari metode

AR: sulit untuk menghadapai ketidakpastian tipe yang bersifat non-

probabilitas dalam data rangkaian-waktu. Oleh karena itu, hal ini tidak

ada artinya untuk membandingkan RMSE dari model yang

dikembangkan dengan metode autoregresif tradisional dan model

logika Fuzzy. Meskipun demikian, hal ini menunjukkan bahwa system

logika neuron-fuzzy adaptif yang diajukan dalam studi ini lebih

berpengaruh dan fleksibel dalam hal rekognisi pola ketika digunakan

data rangkaian-waktu.

Furthure Research

Beberapa peneliti menganjurkan bahwa system tersebut membutuhkan

pengetahuan latar belakang yang akan memungkinkannya untuk

menginterpretasi kembali dan/atau menggabungkan konsep dalam data

ke dalam konsep baru yang dapat menhasilkan pola yang lebih akurat

dan/atau lebih sederhana. Hal itu kemungkinan menjadi petunjuk bagi

studi soft-computing.

Kesimpulan

Dalam studi ini, sebuah rule-based fuzzy logic (logika fuzzy berbasis aturan)

digabungkan dengan suatu system inferensi neuron-fuzzy digunakan

untuk mengembangkan sebuah model untuk memperkirakan

pergerakan nilai tukar asing. Meskipun model FIS yang digunakan

biasanya memiliki kemampuan perkiraan yang sangat baik, namun

kinerja atau pencapaian mereka tidak ideal ketika nilai tukar berubah

secara dramatis. Hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa model

logika fuzzy dapat selanjutnya dikembangkan sehingga tidak hanya

mampu menunjukkan hubungan yang kerap kali terjadi tetapi juga

mampu meng-update (memperbaharuhi) dirinya sehubungan dengan

data baru.

Page 58: Corporate finance,pdf

58

BAB 7. PERAN GLOBAL TERHADAP PENGGUNAAN

SUATU MATA UANG

Paper ini menghadirkan suatu konsep baru dari peran mata uang global.

Konsep ini menggabungkan penggunaan mata uang domestic dan

internasional (yang melewati batas-batas Negara), sehingga perlu mengkaji

keseluruhan kepentingan perbedaan mata uang yang terdapat di dalam suatu

aktivitas perekonomian yang mengglobal tersebut. Menghitung Ukuran peran

suatu mata uang global didasarkan pada size dan langkah pengembangan yang

didasarkan pada situasi ekonomi, seperti halnya ukuran dan langkah

pengembangan pasar keuangan dan lingkup instrumen keuangan yang

tersedia di (dalam) mata uang ini.

Diskusi-diskusi kebijakan dan kontribusi-kontribusi akademis pada

peran mata uang internasional melimpah, yang terbagi dalam dua rangkaian.

Rangkaian pertama diperlakukan pada kepentingan umum dari suatu mata

uang yang ada dalam dunia ekonomi, peran dari kedudukannya dan

signifikannya pada system moneter internasional. Hal ini lah yang dinamakan

sebagai fungsi peran global (yang mendunia) dari suatu mata uang yang

digunakan oleh suatu negara, yang mencerminkan kedudukan dan

kepentingan mata uang tersebut dalam ekonomi yang mengglobal.

Rangkaian kedua terfokus pada kontribusi yang lebih sempit pada penggunaan

mata uang tersebut yang melewati batas-batas negara, menganalisis mata uang

apa yang digunakan diluar dari konstitusi negara mereka oleh jenis agen dan

tujuan yang ingin dicapai agen ekonomi tersebut. Hal ini dinamakan sebagai

fungsi peran internasional, yang mencerminkan penggunaan mata uang yang

dikeluarkan oleh suatu konstitusi.

Rangkaian- rangkaian peran mata uang ini membentang dari hulu ke

hilir yang akan membuat penggunaan peran mata uang tersebut lebih stabil

dalam kegiatan pengintegrasian terhadap fungsi mata uang domestic dan

internasional dalam system moneter internasional.

Paper ini menerapkan konsep 22 mata uang yang maju dan mencuat

dalam perekonomian. Hasilnya mengkonfirmasikan urutan rangking mata

uang terbaik yang memimpin- khususnya dolar AS dan euro– yang memberi

pertimbangan komposisi yang lebih besar pada mata uang pada Negara-

negara ekonomi yang bangkit dibanding hasil yang diperoleh dari pasar

hutang internasional, yang (mana) telah sejauh ini menggunakan sebagai basis

untuk mengukur peran internasional mata uang di (dalam) pasar modal.

Page 59: Corporate finance,pdf

59

Oleh karena itu tercipta lah euro dollar untuk mengakomodasi

korporasi-korporasi AS dalam mendepositokan dollar AS di bank-bank Eropa.

Dollar AS digunakan sebagai medium pertukaran, kebutuhan dollar AS di

Eropa berlangsung terus menerus. Hal ini membuat pasar Eurodollar semakin

popular, karena bank-bank dapat menawarkan suku bunga deposito yang

menarik kepada korporasi dan pemerintah yang kelebihan dana dan kredit

yang menarik kepada korporasi dan pemerintah yang kekurangan dana.

Paper ini juga mendiskusikan secara detail ukuran yang telah

terbentuk/mapan, bantahan-bantahan dari pandangan globalisasi keuangan,

suatu indikator yang didasarkan pada lembaran-lembaran mata uang di pasar

hutang internasional itu sendiri yang menghadirkan penurunan saham pada

aktivitas pasar keuangan internasional, Ketika pasar ini meniadakan utang

negara, hak kekayaan dan hutang domestik lain, dan terus meningkatkan

bunga pada investor internasional.

Paper ini juga menghadiahi suatu konsep baru aplikasi global yang

empiris untuk menguji saham portofolio crossborder pada pasar hutang dan

ekuitas Negara-negara ekonomi yang bangkit. Ditemukan bahwa aplikasi

indikator peran global, pengukurannya secara positif berkorelasi dengan

saham-saham seperti kepemilikan saham hutang dan sekuritas ekuitas yan

dimiliki.

CRITICAL METHOD

Tujuan paper ini menyediakan suatu konsep kuantitatif yang menyokong

kontribusi dari rangkaian pertama, yang terfokus pada peran global suatu mata

uang, oleh karena itu konsep global yang dikembangkan dalam paper ini

dengan tujuan menangkap signifikan mata uang yang berbeda – beda dalam

system keuangan internasional. Konsep ini tidak untuk membedakan antara

fungsi domestic dan internasional mata uang tersebut tetapi mencakup

diantara dua dimensi fungsi tersebut.

Ada 2 ide atau gagasan yang mendasar dalam literature – literature peran

mata uang internasional di pasar modal, yaitu :

1. Ada perbedaan yang jelas terhadap penggunaan mata uang tersebut,

apakah digunakan dalam transaksi domestic atau transaksi

internasional yang melewati batas-batas negara.

2. Ada pemaparan yang jelas atas aktivitas internasional yang dilakukan

oleh aktivitas domestic dalam transaksi hutang internasional yang

terjadi, hal ini mencakup peran internasional dari penggunaan mata

uang euro sebagai mata uang internasional dalam transaksi hutang

Page 60: Corporate finance,pdf

60

piutang antar negara dalam mengakomodasi pertumbuhan bisnis

internasional.

Dengan lebih tepatnya, paper ini mengembangkan suatu ukuran dari

fungsi peran global mata uang yang tergantung pada besar tahapan

perkembangan dari jenis segmen pasar keuangan yang terbuka pada mata

uang yang ada. Ukuran tersebut didasarkan pada 15 indikator dan 16 indikator

struktur yang berkaitan dengan pasar keuangan mata uang tersebut dan

ekonomi yang tertekan.

Berhubungan dengan pasar keuangan, ukuran indicator yang digunakan

meliputi jumlah asset-aset, instrument dan turnover. Indicator structural

terfokus pada kualitas regulasi atau barrier yang ada. Untuk ukuran indicator

perekonomian mencakup saham pada GDP global dan perdagangan. Indicator

structural berhubungan dengan stabilitas makroekonomi dan lingkungan

institusional.

Perdagangan domestik akan terkekang friksi informasi ketika sistem

pembayaran juga terkendala. Di banyak negara, perdagangan domestik

menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP. Meskipun

perdagangan domestik telah terjadi selama ribuan tahun, dampaknya terhadap

kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad

belakangan. Perdagangan domestik pun turut mendorong industrialisasi,

kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional.

Warent Buffet memuji bail out terhadap sektor otomotif dan industri keuangan

di Amerika Serikat yang mengandalkan penguatan perdagangan domestik

melalui sistem pembayaran. Dengan model Gravity dapat dilihat

perkembangan perdagangan di setiap negara bagian di Amerika Serikat yang

berkorelasi positif dengan investasi pada sistem pembayaran. Ketika Rosevelt

melakukan pembangunan infrastruktur untuk mendukung perdagangan

domestik dan ketika pembuatan rel kereta api pertama kali dilakukan untuk

menopang kinerja perdagangan domestik, booming pertama yang muncul

adalah menjamurnya bank-bank di seantero negeri Amerika Serikat. Fiat money

pun muncul pada era perang saudara. Lalu muncullah ide membuat bank

sentral. Selanjutnya sistem pembayaran yang canggih juga dibangun

infrastrukturnya. Okay (2004) mengatakan, "We call the first driver 'domestic

demand', pushed by economic agents in an economy to provide financial stability and

advanced financial services. Central banks have increased their efforts for improving the

effectiveness of monetary policy by implementing robust payment systems. Private

sector and their customers are looking into the ways to improve the infrastructure for

payments and thus accessing to better banking services and in the meantime increasing

liquidity in the system. Having smoothly running payment systems is also regarded

Page 61: Corporate finance,pdf

61

one of the basic factors of national competitiveness, we may observe this fact in central

bank web sites when they describe the effectiveness of their national payment systems.

Pernyataan Okay itu penting karena pendorong utamanya adalah permintaan

domestik yang membuat stabilitas sektor keuangan dan bank sentral terus

berupaya mengefektifkan kebijakan moneter dengan menerapkan sistem

pembayaran yang robust. Kesemuanya itu berujung kepada daya saing

perekonomian nasional. Perdagangan domestik sebenarnya merupakan bentuk

miniatur dari perdagangan bebas. Negara memiliki kekuatan perdagangan

domestik karena memungkinkan sektor swasta untuk berinovasi membangun

sistem pembayaran. Livarinen T, Leinonen H, Lukka M and Veikko S (2003)

menyebutkan, "One important observation in the advanced economies is that the

authorities have focused on more deregulation and leaving sufficient room for private

sector innovations in retail payment services, yet the large value payment systems are

actually developed by the central banks innovations in cooperation with private sector

as is the case with Target and RTGSPlus. Perekonomian negara maju membuka

peluang sektor swasta untuk berinovasi pada jasa pembayaran retail dan large

value system dikembangkan bank sentral yang bekerja sama dengan sektor

swasta seperti dalam kasus Target dan RTGSPlus. Perusahaan domestik ini

sering kali memerlukan modal dari bank atau pasar saham. Perkembangan

perdagangan di dalam negeri dengan menggunakan dana dari luar negeri juga

memerlukan dukungan sistem pembayaran. Bahkan sistem pembayaran itu

juga harus terkoneksi dengan sistem pembayaran di negara lain. Bossone B dan

Cirasino M (2001) mengingatkan bahwa sekalipun infrastruktur ekonomi

belum mapan, jika sistem payment dapat dibangun lebih cepat, efeknya akan

sangat positif bagi perekonomian domestik di era globalisasi. Mereka

mengatakan, "The existence of innovative products and services of ICT firms, which

we call the impact of positive externalities of globalisation in this context. Some global

IT firms provide product-based (in some cases, off-theshelf or somewhat turn-key)

solutions that is tailored for any type of world economy to go live with a robust

payment system much quicker than with any bespoke developed payment system. And

we should also mention SWIFT1, the world banking and payments network, somewhat

a monopoly. SWIFT provides highly reliable communications network, tailored to be

used for any national or crossborder payment system requirements. Even for the

developing economies where telecommunications infrastructure may be quite poor,

SWIFT global web may provide them with the standard high security and reliability

infrastructure that they need in the process of implementing national payment

systems." Jadi sekalipun orientasinya adalah meningkatkan perdagangan di

dalam negeri maka tanpa sistem pembayaran yang terkoneksi dengan sistem

Page 62: Corporate finance,pdf

62

pembayaran internasional maka perdagangan di dalam negeri tidak akan

tumbuh lebih pesat dari yang semestinya.

Salah satu efek penting dari globalisasi adalah pengaliran investasi

(modal) portofolio yang semakin besar. Investasi ini terutama meliputi

partisipasi dana luar negeri ke pasar saham. Ketika pasar saham sedang

meningkat, dana ini akan mengalir masuk, neraca pembayaran bertambah

menjadi positif dan nilai uang akan bertambah baik. Sebaliknya, ketika harga-

harga saham di pasar saham menurun, dana dalam negeri akan mengalir ke

luar negeri, neraca pembayaran cenderung menjadi bertambah buruk dan nilai

mata uang domestik merosot.

Ketidakstabilan di sektor keuangan ini dapat menimbulkan efek buruk

kepada kestabilan kegiatan ekonomi secara keseluruhan termasuk

perdagangan domestik. Untuk itu sistem pembayaran juga harus siap dalam

mengurangi risiko fluktuasi mata uang agar perdagangan di dalam negeri

tidak terganggu. China misalnya tetap mempertahankan inconvetibility dari

sistem capital account. Sistem pembayaran juga efektif dalam merumuskan

kebijakan price cap bagi komoditas dan juga dalam menopang sistem reserve

komoditas. Apresiasi mata uang yang terukur tampaknya tetap akan

merupakan solusi China untuk meredam inflasi. Peran sistem pembayaran

terhadap penguatan perdagangan domestik semakin terbukti tetap sangat

signifikan dalam era globalisasi ini.

Ukuran-ukuran ini akan menggambarkan dengan jelas peran mata uang

domestic dan internasional dalam transaksi bisnis global.

Metode-metode yang digunakan harus dapat mencakup dua dimensi

peran mata uang domestic dan internasional dalam memperbaiki neraca

perdagangan yang deficit.

EVIDENCE

Ada beberapa isu ukuran structural yang membatasi secara keseluruhan

proksi peran internasional atas penggunaan mata uang tersebut di pasar, yaitu :

Pertama, pada pasar hutang internasional, menggunanakan fenomena US/EU

lebih luas yaitu nilainya hampir 80% atas dua negara secara bersamaan pada

pasar tersebut. Segmen dollar di pasar tersebut bagi nilai EU adalah sekitar 60%

penerbitannya; pada pasar Euro, US dan Non Euro nilainya hampir mendekati

70%.

Kedua, komposisi sektoral pasar hutang internasional relative lebih sempit,

dimana seharusnya sebagai suatu lembaga keuangan nilainya dapat mencapai

Page 63: Corporate finance,pdf

63

80% dari pasar tersebut, sedangkan 20% terbagi diantara perusahaan

multinasional dan pemerintah

Ketiga, pola dari penerbitan mata uang menyarankan motif bisnis yang spesifik

(manajemen kertas kerja neraca, proyek-proyek pembiayaan, dan penetapan

pajak) dilakukan sebaik siklus factor bisnis untuk jangka pendek (peramalan

nilai tukar mata uang dan suku bunga yang berbeda-beda), hal ini mempunyai

peran penting dalam pemilihan mata uang internasional yang digunakan.

Hasil-hasil kuantitatif paper ini menunjukkan bahwa penggunaan mata

uang dollar AS mendominasi sebagai mata uang global, yang kemudian diikuti

oleh mata uang Euro.

Kritikan atas Prospek Mata Uang USD

Prospek mata uang USD rasanya tidaklah menjanjikan suatu hal yang

cerah. Perkembangan ekonomi negara adidaya tersebut membutuhkan suatu

stimulus yang sangat besar untuk memulihkan keadaan. Bahkan suatu angka

yang fantastis disebutkan, yaitu sebesar USD9 triliun, dalam jangka waktu 10

tahun ke depan.

Angka ini sangat mungkin terjadi mengingat dalamnya krisis yang

dialami negara tersebut.Jika ini terjadi, batas kehati-hatian pengelolaan

keuangan pemerintah akan jauh terlampaui. Saya menduga rasio utang

pemerintah terhadap PDB bukan tidak mungkin akan mencapai lebih dari

150% sehingga setiap terjadi kenaikan suku bunga, hal tersebut akan menjadi

beban yang sangat besar bagi keuangan pemerintah.

Sementara itu kita mengetahui bahwa suku bunga di AS sudah sangat

rendah sehingga pergerakan suku bunga hanya mungkin stabil atau ke atas.

Dengan melihat perkembangan tersebut, mata uang manakah yang layak

dipertimbangkan menjadi mata uang global pada periode mendatang?

Jawabannya bermacam-macam.

Euro jelas memiliki prospek untuk menggantikan,minimal melengkapi

kekurangan mata uang USD. Mata uang renmimbi juga memiliki potensi yang

besar untuk mengisi peran tersebut, minimal untuk perdagangan di Asia atau

paling tidak dalam penggunaan mata uang secara bilateral.Sementara itu

special drawing rights(SDR) yang dikembangkan IMF pada 1969 memiliki

karakteristik sebagai mata uang (karena memenuhi 2 dari 3 fungsi suatu mata

uang, kecuali sebagai ”media penukaran”).

Bukan tidak mungkin Asia akan mengembangkan mata uang regional

sendiri,semacam Euro,karena kebetulan sekali benua ini sudah menjadi benua

yang kuat dan mampu mandiri (self contained). Dengan melihat

perkembangan tersebut, upaya untuk mencari alternatif penggunaan mata

Page 64: Corporate finance,pdf

64

uang bagi perdagangan internasional maupun dalam hal penggunaan uang

untuk cadangan devisa dan denominasi utang pemerintah, patut kita hargai.

FURTHER RESEARCH

Perusahaan multinasional seringkali berusaha mencapai skala ekonomi

(economies of scale) melalui kegiatan integrasi terutama terhadap pembiayaan

keuangan/investasi/bisnis internasional baik secara vertical maupun

horizontal, Spread suku bunga bagi tiap mata uang suatu Negara tertentu tidak

berbeda jauh dengan suku bunga mata uang tersebut di Negara asalnya, seperti

halnya suku bunga kredit Eurodollar mungkin hanya berbeda sedikit dari

kredit dollar yang sama di AS, dan suku bunga kredit Euro-Swiss franc

mungkin sedikit lebih kecil dari suku bunga kredit franc Swiss di Swiss.

Namun, besarnya suku bunga yang dikenakan dalam valuta yang berlainan

saling berbeda jauh karena dana yang didenominasikan dalam masing-masing

valuta memiliki tingkat permintaan dan penawaran Negara mereka sendiri,

Penemuan menyarankan adanya suatu hubungan yang positif antar

pengembangan keuangan domestic dan internasional dalam kegiatan integrasi

pada system moneter internasional. Dengan terintegrasinya pasar keuangan

domestik, pengaruh perkembangan yang terjadi di pasar keuangan global

menjadi signifikan ke pasar domestik.

Page 65: Corporate finance,pdf

65

BAB 8. CAPITAL STRUCTURE AND DEBT

STRUCTURE

Menggunakan data set novel pada struktur utang sampel peringkat besar

perusahaan publik, menunjukkan bahwa heterogenitas utang merupakan

aspek urutan pertama struktur perusahaan modal. Mayoritas perusahaan

dalam sampel kami bersamaan menggunakan bank dan utang non-bank, dan

menunjukkan bahwa fokus yang unik pada rasio leverage yang melewatkan

variasi penting dalam penerbitan keputusan Security. Selain itu, korelasi cross-

sectional antara tradisional penentu struktur modal (seperti profitabilitas) dan

jenis hutang heterogen yang berbeda. Temuan ini menunjukkan bahwa

pemahaman tentang struktur modal perusahaan membutuhkan pemahaman

tentang bagaimana dan mengapa perusahaan menggunakan beberapa jenis,

sumber, dan prioritas hutang perusahaan. Kami kemudian memeriksa kualitas

struktur utang di seluruh distribusi kredit, yang menunjukkan bahwa kualitas

perusahaan kredit yang lebih rendah memiliki substansial yang lebih tersebar

dalam struktur prioritas tersebut, menggunakan struktur utang multi-tired

sering terdiri dari kedua masalah utang yang dijamin dan subordinasi. Kami

menguatkan hasil dataset yang dikumpulkan secara terpisah untuk

perusahaan-perusahaan yang mengalami penurunan kualitas kredit dari kelas

investasi grade spekulatif. Di sini juga, perusahaan-perusahaan menyebarkan

struktur prioritas tersebut saat kualitas kredit memburuk. Penyebaran struktur

modal sebagai kualitas kredit yang memburuk. Oleh karena itu, baik cross-

sectional dan dalam fenomena-perusahaan. Jaminan utang yang digunakan

meningkat oleh perusahaan berkualitas rendah yang umumnya dijamin hutang

bank, sedangkan pinjaman subordinasi yang meningkat dalam bentuk obligasi

dan convertible.

Penyebaran struktur modal sebagai kualitas kredit memburuk secara

konsisten meluas dengan model seperti Park (2000) yang melihat keberadaan

struktur prioritas sebagai solusi optimal untuk masalah manajer-kreditur

insentif. Namun, untuk pengetahuan kita, model yang ada tidak tepat

menyampaikan dinamika yang kita temukan. Misalnya, tidak ada struktur

diferensial prioritas yang berasal sebagai fungsi dari sebuah kontinum baik

keparahan moral hazard atau jenis kualitas kreditur. Selanjutnya, model ini

tidak menjelaskan mengapa isu-isu non-bank setelah perusahaan ini harus

diturunkan subordinasi yang ada non-bank utang atau konversi ke ekuitas.

Penelitian Teoritis menunjukkan bahwa penggunaan convertible dapat

mengurangi risiko pergeseran dengan membuat nilai keamanan yang kurang

Page 66: Corporate finance,pdf

66

peka terhadap volatilitas arus kas (Brennan dan Schwartz, 1988) atau dengan

mengatasi masalah informasi asimetris dalam penerbitan ekuitas (Stein, 1992).

Penelitian mendatang bisa bertujuan untuk mengintegrasikan ide-ide tentang

utang yang dikonversi menjadi sebuah kerangka kerja konseptual yang link

dengan utang struktur dan struktur modal.

Dengan menyoroti lebih dekat dua jalan lain untuk penelitian masa

depan. Pertama, temuan kami menunjukkan bahwa pengakuan utang

heterogenitas mungkin terbukti bermanfaat dalam menguji pengaruh

pembiayaan investasi atau pentingnya biaya penyesuaian dalam studi struktur

modal. Memang, kami telah menunjukkan bahwa perusahaan sering

menyesuaikan struktur utang mereka bahkan ketika total utang masih relatif

stabil. Fakta terakhir menunjukkan bahwa biaya penyesuaian tidak begitu

besar sebagai pemeriksaan total utang yang tersirat. Pertanyaan penting yang

terkait dengan literatur biaya penyesuaian adalah apakah perusahaan memiliki

target komposisi utang, dan jika demikian bagaimana efek literatur tentang

kecepatan penyesuaian dengan target. Untuk menjawab pertanyaan ini akan

membutuhkan data panel lebih lama daripada yang ada dalam sampel kita.

Kedua, kita berhipotesis bahwa temuan ini berkaitan dengan malaikat

yang jatuh dapat membantu menjelaskan perbedaan antara bank dan tingkat

pemulihan utang non-bank dalam kebangkrutan (Hamilton dan Carty, 1999;

Carey dan Gordy, 2007). Menurut Standard & Poor's, tingkat pemulihan utang

bank 75% sedangkan obligasi tanpa jaminan senior sembuh hanya 37%.

Temuan ini menunjukkan bahwa seseorang mungkin bisa melacak pemulihan

premi hutang bank saat ketika perusahaan berpindah dari investment grade

untuk peringkat utang kelas spekulatif. Hal pada titik ini bahwa bank-bank

menjadi aman dan meningkatkan penggunaan pembatasan kontrol yang

berorientasi, keduanya mungkin untuk meningkatkan tingkat pemulihan

dalam hal kepailitan.

Page 67: Corporate finance,pdf

67

BAB 9. CENTRALIZATION VERSUS DELEGATION IN

AN EXPERIMENTAL CAPITAL BUDGETING

SETTING

Dalam suatu percobaan, kita membuat model dari dua fakta bergaya

tentang praktek penganggaran modal, penciptaan kesenjangan anggaran dan

delegasi pengambilan keputusan. Di lembaga kami, di bawah sentralisasi,

kantor pusat mengumumkan anggaran, manajer divisi untuk melaporkan

biaya, dan kantor pusat memutuskan proyek. Dalam delegasi, kantor pusat

mengalokasikan anggaran untuk manajer, dan manajer memiliki otoritas untuk

membuat keputusan investasi. Kami berpendapat bahwa kemampuan kantor

pusat yang harus dilakukan untuk memoderasi pengaruh delegasi anggaran,

dan kami menemukan bukti yang mendukung argumen kita karena ada

interaksi antara delegasi dan komitmen anggaran. Efek dari delegasi sangat

kuat ketika anggaran delegasi tidak mengikat yang berfungsi sebagai

pengganti komitmen dalam kasus ini. Hal ini menyebabkan biaya yang lebih

kecil dan manfaat yang lebih tinggi di bawah delegasi kantor pusat daripada di

bawah sentralisasi. Sebaliknya, ketika kantor pusat dapat berkomitmen pada

anggaran, data deskriptif yang konsisten dengan harapan kita tentang

pengaruh preferensi kejujuran, tetapi efeknya terlalu kecil untuk menjadi

signifikan.

Kata kunci: penganggaran modal, slack, sentralisasi, delegasi, perilaku

akuntansi, ekonomi eksperimental

Dalam tulisan ini, kami mempelajari eksperimen proses anggaran modal

yang dicirikan oleh informasi yang superior untuk seorang manajer divisi yang

memiliki preferensi untuk slack dan kompromi kantor pusat antara manfaat

pengurangan biaya dan keputusan investasi yang tidak efisien. Fokus utama

dari penelitian ini adalah interaksi antara anggaran proses desain organisasi

(sentralisasi versus delegasi) dan kemampuan kantor pusat dalam untuk

melakukan anggaran modal. Secara khusus, kami mempelajari pengaruh

moderat dari kapasitas kantor pusat dalam melakukan suatu anggaran sebagai

efek dari suatu delegasi. Hipotesis bahwa delegasi harus bermanfaat pada

kantor pusat ketika komitmen tersebut tidak mungkin tetapi bahwa efek

delegasi bisa menjadi negatif dalam pengaturan dari suatu komitmen. Kami

berpendapat bahwa efek positif dari delegasi karena delegasi akan berfungsi

sebagai pengganti untuk komitmen eksternal atau reputasi dan bahwa dampak

Page 68: Corporate finance,pdf

68

negatif dari yang terakhir mungkin hasil dari tindakan preferensi kejujuran

seorang manajer divisi dalam mendukung pengaturan yang terpusat.

Dalam penelitian kami, ditemukan bukti konfirmasi dugaan suatu

komitmen yang secara keseluruhan sebagai variabel moderator dari dampak

suatu delegasi. Secara khusus, temuan kami menunjukkan bahwa kenaikan

delegasi komitmen HQ yang subyektif dalam pengaturan tanpa komitmen

eksternal dan hal ini berarti meningkatnya komitmen yang diantisipasi oleh

manajer divisi. Para delegasi, peserta dalam peran kantor pusat hanya bersedia

mendanai permintaan anggaran secara signifikan lebih kecil dari laporan

pengeluaran disetujui di bawah sentralisasi, manajer divisi dan permintaan

anggaran, pada gilirannya, secara signifikan lebih kecil dari biaya yang

dilaporkan di bawah sentralisasi. Secara keseluruhan, efek ini bermanfaat bagi

kantor pusat sebagai peningkatan kantor pusat. Selain itu, dalam pengaturan

penelitian ini, delegasi bahkan melakukan pengurangan payoff kantor pusat

atas kerugian komitmen yang tidak signifikan.

Sebaliknya, kita menemukan sedikit bukti preferensi untuk kejujuran

dalam pengaturan dengan komitmen. Sementara efek berada dalam arah yang

diperkirakan, mereka tidak cukup besar untuk secara statistik signifikan. Ini

adalah bukti tambahan untuk Rankin, Schwartz dan Young (2008) sehubungan

dengan peran preferensi anggaran jujur karena menunjukkan bahwa bahkan di

bawah interaksi strategis berkurang, preferensi kejujuran tampaknya tidak

berpengaruh. Jadi sehubungan dengan praktik penganggaran, tampaknya

cukup tidak mungkin bahwa preferensi kejujuran memainkan peranan yang

utama.

Hasil kami memiliki implikasi untuk desain proses penganggaran.

Delegasi, atau lebih tepatnya alokasi anggaran dan keputusan yang tepat untuk

seorang manajer Divisi, adalah sebuah alternatif dalam merancang perilaku

organisasi yang relevan dalam mempengaruhi proses penganggaran modal

dengan cara bergantung pada tingkat komitmen anggaran.

Hal ini terutama relevan jika kantor pusat tidak dapat berkomitmen

untuk anggaran, artinya, jika manajer divisi memiliki pilihan untuk meminta

menaikkan anggaran. Ini menggarisbawahi pentingnya pertimbangan standar

deviasi asumsi rasionalitas individu ketika mendesain suatu sistem

penganggaran. Bahkan, generalisasi hasil dibatasi oleh desain kami. Walaupun

aspek organisasi model penganggaran yang tampaknya menjadi relevan dari

perspektif praktis, proses penganggaran dalam praktek yang ditandai dengan

jauh lebih kaya dan lebih kompleks fungsi organisasi cenderung berinteraksi.

Selain itu, desain proses penganggaran dapat mempengaruhi hasil

Page 69: Corporate finance,pdf

69

Anda oleh faktor lain atau preferensi individu sebagai preferensi

keadilan prosedural atau penerapan ketentuan (lihat, misalnya,

Frey, Benz dan Stutzer 2004, Wentzel 2004.). Hasil kami berasal dari

pengaturan tembakan-tunggal, di mana peserta bermain secara terpisah

dengan pasangan baru dalam setiap putaran percobaan. Akibatnya, hasilnya

tidak dipengaruhi oleh motif reputasi. Reputasi merupakan sumber alternatif

komitmen, dan desain ulang yang akan memberikan bukti sehubungan dengan

delegasi dan reputasi yang melengkapi atau pengganti. Walaupun kita berpikir

bahwa pertanyaan ini layak untuk menganalisis, analisis itu sendiri berada di

luar cakupan makalah ini.

Hasil kami mendorong kita untuk merekomendasikan analisis lebih

lanjut mengenai aspek organisasi anggaran, seperti alokasi hak keputusan,

jarak sosial yang tersirat oleh pilihan desain organisasi atau saluran

komunikasi untuk memperdalam pemahaman kita tentang dampak dari

perilaku para agen mereka yang terlibat .

Page 70: Corporate finance,pdf

70

BAB 10. CRISIS, GOVERNANCE AND

PERFORMANCE: EVIDENCE FROM THE

BANKING SECTOR

Pada dekade belakangan ini, sistem perbankan Italia dipengaruhi oleh

proses reformasi, berhadapan dengan perubahan mendasar dalam struktur

kepemilikan bersama-sama dengan peningkatan ukuran bank yang terdaftar

(Szego et al, 2008.). Kedua aspek telah menyebabkan kebutuhan untuk

mengadaptasikan pola tata kelola kebutuhan perusahaan yang disarankan oleh

skenario ini. Namun, skandal perusahaan di seluruh dunia dan krisis keuangan

telah menyoroti beberapa aspek penting ketentuan tata kelola perusahaan,

sehingga kebutuhan untuk meninjau pola emerge (Adams et al, 2008.),

Terutama yang terkait dengan pelaksanaan sistem ganda, sebagaimana

diketahui, mungkin meningkatkan risiko karena kemungkinan fungsi yang

tumpang tindih (Brogi 2008).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki apakah dan sejauh

mana terdapat hubungan antara pola-pola tata kelola perusahaan tertentu yang

digunakan oleh bank yang terdaftar dan kinerja mereka, terutama selama krisis

keuangan. Kami fokus secara khusus pada perantara keuangan Italia, juga jika

dibandingkan dengan bank dari negara-negara Eropa lainnya yang ikut

diperhitungkan.

Pendekatan ini didasarkan pada analisis kuantitatif kinerja sampel bank

terdaftar baik sebelum dan selama tahun-tahun krisis dan mirip dengan yang

digunakan oleh Gompers (2003) dan oleh Brown et al., (2006). Pola ketentuan

utama dan digunakan oleh lembaga keuangan yang disorot dan dibandingkan

dengan ukuran kinerja tertentu. Perlu dicatat bahwa pendekatan ini sangat

umum, terutama dalam literatur yang membahas isu-isu tata kelola perusahaan

non-finansial. Namun, meskipun pendekatan Gompers, analisis ini

mengasumsikan bahwa perusahaan memerlukan model pengelolaan keuangan

yang umumnya berbeda dari yang digunakan oleh perusahaan non-keuangan

(Adams et al, 2003.). Hal ini mungkin terjadi karena masalah keagenan yang

berbeda dan lebih kompleks, seperti perusahaan-perusahaan keuangan

menghadapi sehubungan dengan semua perusahaan lain (Ciancanelli et al.,

2000).

Kami berharap bahwa hubungan antara tata kelola perusahaan dan

kinerja, selama periode dianggap relevan dan bahwa kita dapat menyoroti

beberapa aspek penting dalam pedoman tata kelola perusahaan.

Hasil yang dijelaskan pada bagian sebelumnya menunjukkan bahwa jika

pasar keuangan yang efisien, agen berperilaku baik dan dengan demikian jika

harga saham mencerminkan informasi yang tersedia secara keseluruhan, bank

Page 71: Corporate finance,pdf

71

mengadopsi TTS dapat mencapai kinerja yang lebih baik terhadap bank

mengadopsi OTS, selama periode Januari 2003 - Februari 2010. Secara

khusus, dua hipotesis dapat diatur untuk menjelaskan perbedaan.

Hipotesis pertama menyatakan bahwa adopsi suatu kasus tertentu pola

tata kelola perusahaan dan lebih tepat bahwa abnormal return dapat

digerakkan oleh faktor risiko lebih lanjut yang mengaplikasikan pola

pemerintahan tertentu. Secara khusus sejak OTS ada papan otonom yang

bertanggung jawab untuk mengawasi kegiatan usaha, pasar dapat

mempertahankan bahwa fungsi pengawasan tidak efektif seperti bank

mengadopsi TTS. Namun, karena bank sangat tidak mungkin untuk gagal dan

karena biaya kebangkrutan akhirnya mungkin kebakaran jenggot oleh wajib

pajak, jejak abnormal return hanya muncul saat krisis keuangan. Di sisi lain, ini

berarti bahwa adopsi dari TTS dapat membangun kepercayaan investor dalam

keuangan dan karenanya dapat berpengaruh untuk mengurangi biaya krisis

keuangan. Namun, dalam rangka memperkuat kesimpulan ini, sampel yang

lebih luas dari bank seharusnya sudah dianalisis dalam makalah ini hanya

sebagai contoh 30 bank telah diteliti.

Hipotesis kedua menyatakan bahwa model khusus pemerintahan tidak

masalah, namun terkait dengan faktor risiko lain yang tidak dijelaskan oleh

model faktor yang digunakan dalam karya ini. Pada bagian tertentu 3.1

menunjukkan bahwa penerapan model tata kelola perusahaan tergantung pada

negara individu tertentu dimana Bank terdaftar, mungkin karena perbedaan

dalam usaha kecil antara negara-negara tersebut. Jika krisis memiliki dampak

yang mendalam pada beberapa negara (misalnya Irlandia, Spanyol, Perancis)

daripada yang lain (Jerman, Belanda, Austria dan Italia), perbedaan abnormal

return bisa diselesaikan di negara yang berbeda yang berasal dari Bank.

Namun, jika ini terjadi, pertanyaan apakah dan sejauh mana model tata kelola

perusahaan sangat mempengaruhi dampak krisis di pasar domestik timbul.

Selain itu, dalam artikel ini hanya aspek-aspek tertentu dari tata kelola

perusahaan telah diteliti. Isu-isu lain, yang menuruti regulator di seluruh dunia

sibuk, belum diperhitungkan, terutama yang berhubungan dengan kompensasi

eksekutif. Bahkan, aspek-aspek tertentu yang mungkin menjadi tujuan untuk

penelitian masa depan, adalah apakah dan sejauh mana pelaksanaan skema

kompensasi berbasis saham untuk eksekutif mempengaruhi stabilitas

keuangan. Bahkan untuk mengatakan bahwa, jika program opsi saham

berpengaruh positif menyelaraskan kepentingan manajemen dengan

pemegang saham, juga dapat agued yang menggunakan mereka memiliki efek

meningkatkan risiko proyek investasi. Bahkan, seperti umumnya diketahui,

peningkatan nilai pilihan ketika volatilitas dari aset meningkat dan apa ini

mungkin berarti bagi stabilitas keuangan.

Akhirnya, beberapa catatan tentang metode estimasi yang dipakai dalam

bagian sebelumnya untuk mendapatkan parameter dari persamaan [1].

Page 72: Corporate finance,pdf

72

Bahkan, prosedur WLS memungkinkan untuk tes hipotesis lebih dapat

diandalkan daripada prosedur OLS hanya jika sampel cukup besar dan didekati

hanya jika bentuk fungsional dari momen kedua bersyarat dapat memuaskan

fungsi kuadrat. Namun, sulit untuk memahami kapan WLS direkomendasikan

dan bila penggunaannya tidak menjamin efisiensi yang lebih besar estimator

tersebut.

Page 73: Corporate finance,pdf

73

BAB 11. DOES INTANGIBLE CAPITAL AFFECT

ECONOMIC GROWTH?

Dengan menggunakan data baru internasional tentang penanaman

modal tidak berwujud oleh perusahaan dalam panel analisis dari 1995-2005

dalam sampel-15 negara Uni Eropa, kami mendeteksi sebuah arah positif dan

signifikan hubungan antara penanaman modal tidak berwujud oleh bisnis dan

pertumbuhan produktivitas tenaga kerja. Hubungan ini adalah cross-sectional di

alam dan terbukti menjadi kuat terhadap berbagai perubahan. Analisis empiris

kami menegaskan temuan sebelumnya bahwa masuknya bisnis berwujud

modal investasi ke dalam batas aset kerangka akuntansi nasional

meningkatkan laju perubahan output per pekerja lebih cepat. Selain itu, modal

tak berwujud dapat menjelaskan sebagian besar varians internasional yang tak

dapat dijelaskan dalam produktivitas tenaga kerja pertumbuhan dan ketika

berwujud bisnis menggabungkan, pendalaman modal menjadi lebih sumber

pertumbuhan yang signifikan. Hubungan ini sedikit lebih kuat dalam periode

waktu 1995-2000 dan tampaknya didorong oleh negara-negara dikoordinasikan

dalam-Uni Eropa 15.

Dengan menggunakan data baru internasional tentang investasi bisnis

modal berwujud dalam cross-sectional dan analisis panel dari 1995-2005 dalam

sampel-15 negara Uni Eropa kami mendeteksi signifikan dan hubungan positif

antara investasi bisnis modal berwujud dan produktivitas tenaga kerja secara

keseluruhan pertumbuhan ekonomi.

Pertama, hubungan ini adalah cross-sectional dan terbukti

menjadi kuat terhadap berbagai perubahan. Hubungan yang lebih

kuat dalam jangka waktu 1995-2000 dan di negara-negara

terkoordinasi. Hasil menunjukkan bahwa sebuah negara dengan

tingkat pertumbuhan modal tidak berwujud tinggi memperdalam

kaitan dengan pertumbuhan produktivitas tenaga kerja yang lebih

tinggi.

Kedua, hubungan tersebut tidak ada ketika mengendalikan untuk

efek khusus negara, sehingga sebuah peningkatan modal

berwujud memperdalam di suatu negara tidak terkait dengan

peningkatan kerja pertumbuhan produktivitas di negara itu selama

periode 1995-2005.

Ketiga, analisis empiris kami menegaskan bahwa masuknya

investasi modal berwujud ke aset batas dari kerangka akuntansi

nasional menunjukkan bahwa tingkat perubahan output per

pekerja meningkat lebih cepat.

Page 74: Corporate finance,pdf

74

Keempat, analisis empiris kami menegaskan bahwa investasi

modal berwujud mampu menjelaskan porsi yang signifikan dari

varians internasional yang tak dapat dijelaskan dalam

pertumbuhan produktivitas tenaga kerja, dan dengan demikian

mengurangi bagian yang tak dapat dijelaskan dari pertumbuhan

produktivitas tenaga kerja, dan karenanya ukuran kami tidak

menjadi akurat.

Kelima, analisis empiris kami menegaskan, bahwa ketika

memasukkan berwujud ke dalam kerangka akuntansi nasional,

pendalaman modal menjadi lebih penting.

Dalam penjelasan dari lima poin diatas, apa kesimpulan kebijakan utama yang

dapat kita tarik dari analisis empiris ekonomi Eropa? Tiga kesimpulan kebijakan

utama harus diambil dari analisis tersebut, yaitu :

Pertama, pengukuran inovasi dengan hanya berfokus pada R & D

seperti yang saat ini diusulkan dalam Agenda Eropa 2020 tidak valid,

dan patokan ukuran R & D harus diganti oleh benchmark modal tak

berwujud yang lebih luas.

Kedua, menggabungkan modal tidak berwujud ke dalam kerangka

akuntansi nasional saat ini tampaknya diperlukan sebagai transisi

ekonomi pengetahuan masyarakat yang berkembang dan dengan

demikian perubahan investasi dari nyata signifikan untuk investasi tidak

berwujud yang tidak diakui di hari ini

dalam kerangka kerja akuntansi nasional. Kerangka akuntansi yang

berlaku tampaknya cacat karena benar menggambarkan tingkat

penanaman modal yang terlalu rendah dalam ekonomi Eropa. Dalam

kenyataannya Tingkat penanaman modal ekonomi Eropa secara

signifikan lebih besar dalam menggabungkan investasi dalam modal tak

berwujud. Jadi, kesimpulan kebijakan berdasarkan tingkat investasi

harus ditangani dengan hati-hati.

Ketiga, menggabungkan dimensi inovasi investasi yang lebih luas yang

tampaknya menjadi langkah penting pertama dalam merevisi kerangka

akuntansi nasional hari ini, khususnya ketika berfokus pada sektor

bisnis. Selain itu, langkah berikutnya tampaknya melibatkan adaptasi

lebih luas dari kerangka akuntansi nasional oleh lingkungan, kesehatan

pendidikan, dan perlindungan sosial untuk capital. Selain itu, reformasi

kerangka akuntansi nasional yang lebih luas harus dipertimbangkan

untuk mencapai sinyal kinerja ekonomi riil yang lebih akurat dan

memungkinkan pengembangannya dan ada suatu negara

mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Page 75: Corporate finance,pdf

75

BAB 12. PARTIAL ACQUISITIONS IN EMERGING

MARKETS: A TEST OF THE STRATEGIC

MARKET ENTRY AND CORPORATE

CONTROL HYPOTHESES

Dalam tulisan ini, kita menguji motivasi acquirers melakukan akuisisi

parsial di pasar negara berkembang dengan menguji dua hipotesis bersaing:

hipotesis pasar untuk kontrol perusahaan dan hipotesis masuk pasar. Kami

menemukan bahwa sasaran akuisisi lintas batas mengungguli target akuisisi

domestik di periode pra-akuisisi. Sementara akuisisi lintas perbatasan tidak

berpengaruh signifikan terhadap kinerja operasi perusahaan target ', sasaran

akuisisi dalam negeri mengalami perbaikan-perbaikan yang signifikan dalam

kinerja operasi dan perubahan substansial dalam struktur kepemilikan setelah

akuisisi. Bukti menunjukkan bahwa akuisisi parsial dalam negeri di pasar

negara berkembang menjadi pasar untuk kontrol perusahaan, sementara

parsial akuisisi lintas batas yang termotivasi oleh prinsip dasar masuk pasar

strategis.

Kata kunci: pasar Emerging, pengendalian perusahaan, akuisisi parsial, lintas

batas, informasi asimetris, masuk pasar.

KESIMPULAN

Dalam tulisan ini, kita memeriksa dua motivasi yang bersaing di balik merger

dan akuisisi dalam pasar negara berkembang: yakni, pasar untuk

kontrol perusahaan dan hipotesis pasar strategis masuk. Dengan

menggunakan data dari 20 pasar negara berkembang dari tahun

1990 dan 2007, kami menyelidiki kinerja pasca-akuisisi dan pra

operasi, karakteristik industri target, kinerja pasar saham jangka

panjang, dan perubahan struktur kepemilikan perusahaan sebagian

diperoleh target domestik dan lintas batas . Hasil penelitian kami

menunjukkan bahwa motivasi di balik akuisisi parsial dalam negeri

secara substansial berbeda dari akuisisi parsial lintas batas.

Acquirers Domestik cenderung untuk mengambil alih perusahaan

berkinerja buruk dan perusahaan-perusahaan ini kemudian

mengalami perubahan yang signifikan dalam karakteristik keuangan

dan struktur kepemilikan. Lebih penting lagi,

kita menemukan bahwa kinerja operasi domestik meningkatkan

target dalam tiga tahun setelah akuisisi. Dengan demikian, hasil

mendukung hipotesis bahwa akuisisi domestik melayani

Page 76: Corporate finance,pdf

76

sebagai pasar untuk kontrol perusahaan yang mengarah

kepada peningkatan kinerja operasi perusahaan target .

Akuisisi parsial Lintas-perbatasan, di sisi lain, tampaknya didorong oleh pasar

strategis masuk hipotesis. Kami menemukan bahwa acquirers asing

cenderung untuk mengambil alih perusahaan-perusahaan besar

yang berkinerja baik dan mereka memilih untuk memasuki industri

yang kurang kompetitif di negara-negara berkembang. Struktur

kepemilikan target dalam akuisisi lintas batas tetap tidak terpengaruh

setelah akuisisi asing. Juga, karena perusahaan target dalam akuisisi

lintas batas sudah berperforma baik pada saat akuisisi, tidaklah

mengherankan bahwa postacquisition kinerja operasi mereka tidak

secara signifikan meningkatkan. Sebuah konsekuensi yang tersebut

di atas adalah bahwa, mengingat kinerja yang kuat dari target,

acquirers asing tidak memiliki alasan untuk mengubah konfigurasi

pemerintahan dan operasi perusahaan target pasar negara

berkembang karena mereka mendapatkan sebagian besar

perusahaan-perusahaan yang berkinerja baik. Akhirnya,

pemeriksaan kita tentang kinerja saham jangka panjang dari

perusahaan-perusahaan ini sebagian diperoleh tidak menunjukkan

signifikan pasca-akuisisi abnormal return saham perusahaan target

baik untuk domestik dan lintas perbatasan setelah disesuaikan untuk

ketergantungan dan kecurangan dalam data.

Page 77: Corporate finance,pdf

77

BAB 13. PELONJAKAN REAL EXCHANGE RATE

DALAM REAL BUSINESS CYCLE DAN

MODEL KONTRAK OVERLAPPING WAGE.

Tujuan penulisan paper ini adalah untuk menentukan kemampuan dari model

Real Business Cycle (RBC) untuk menghitung perilaku dari real exchange rate dengan

menggunakan data India. Kita menyesuaikan keseimbangan umum yang dinamis dalam

model ekonomi terbuka (Minford, Sofat, 2004) didasarkan atas keputusan yang optimal

dari agen yang rasional, dengan menggunakan data tahunan India. Kondisi turunan

pertama dari rumah tangga dan perusahaan pada masalah optimisasi digunakan untuk

memperoleh persamaan perilaku dari model. Interaksi dengan Negara lain muncul

dalam bentuk paritas tingkat bunga dan rekening saat ini dimana keduanya secara

eksplisit dibangun secara mikro. Paper ini mendiskusikan hasil simulasi dari 1 persen

shock pertumbuhan produktivitas yang menunjukkan real exchange rate yang

diapresiasi dan kemudian kembali pada ekuilibrium yang baru (lebih rendah dari

1dibanding sebelumnya) menghasilkan suatu siklus bisnis (konjungtur). Jadi perilaku

dari real exchange rate dapat dijelaskan dalam konteks RBC. Akhirnya model ini diuji

dan dievaluasi secara statistic dimana model diuji secara konsisten dengan data real

exchange rate dengan mengembangkan prosedur. Kami mengembangkan model untuk

menghasilkan seri real exchange rate dan menemukan bahwa parameter ARIMA

dietimasi untuk data yang terletak dalam tingkat kepercayaan 95% . Kemudian kami

membuat prosedur yang sama untuk model kontrak overlapping wage (kami

menambahkan persamaan kontrak upah yang overlapping pada model RBC dari

Minford, Sofat (2004) untuk memperkenalkan kekakuan nominal. Kami menemukan

hasil kekakuan nominal pada model RBC yang diestimasi dalam parameter ARIMA

untuk data actual dalam tingkat kepercayaan 95% yang dikembangkan. Jadi kami

berkesimpulan bahwa perilaku dari real exchange rate India (US $/Indian rupees) juga

dapat dijelaskan dalam model kontrak overlapping wage (OLW).

1. Pendahuluan

Dalam Paper ini kita akan menguji kemampuan dari model RBC untuk menghitung

perilaku dari nilai tukar ril dengan menggunakan data India. Argumen kami adalah

bahwa RBC dapat meniru sifat univariat dari nilai tukar ril. Angka terbesar dari

penelitian menguji pergerakan dalam nilai tukar ril dan menemukan bahwa RBC dan

nilai tukar ril memperlihatkan suatu cara dari mendefinisikan Purchasing power parity

(PPP). Beberapa penelitian menemukan fakta pengembalian kembali ke PPP, tetapi

pengembaliannya sangat lambat. Satu model yang biasanya digunakan untuk

menjelaskan perilaku nilai tukar ril adalah model Balassa Samuelson yang didasarkan

pada membedakan trend produktivitas. Andaikan suatu negara mengalami pertumbuhan

produktivitas terutama pertumbuhan dalam sektor barang yang diperdagangkan dan

Page 78: Corporate finance,pdf

78

berlaku hukum satu harga (LOP = law of one price) di antara barang yang

diperdagangkan dan nilai tukar nominal yang tetap konstan. Pertumbuhan produktivitas

dalam sektor barang yang diperdagangkan menyebabkan peningkatan upah dalam

sektor tersebut tanpa perlu meningkatkan harga. Oleh sebab itu harga barang yang

diperdagangkan dapat tetap konstan dan LOP dapat berlaku dengan merubah nilai tukar

nominal. Tetapi buruh dalam sektor barang yang tidak diperdagangkan juga akan

meminta untuk meningkatkan upah dan ini akan mengakibatkan peningkatan harga

dalam barang yang tidak diperdagangkan dan menyebabkan peningkatan secara

keseluruhan dalam indeks harga konsumen (CPI). Karena LOP berlaku dalam barang

yang diperdagangkan dan diasumsikan bahwa nilai tukar nominal tetap konstan, ini

berarti pergerakan ke atas dalam CPI domestik tidak akan dicapai dengan pergerakan

dalam nilai tukar nominal, olehnya itu jika PPP berlaku sejak awal, nilai tukar India

harus dinilai lebih tinggi di atas perbandingan dasar dengan menggunakan CPI yang

ditunjukkan dalam kurs umum pada nilai tukar yang berlaku sekarang. Asumsi penting

yaitu pertumbuhan produktivitas jauh lebih tinggi dalam sektor barang yang

diperdagangkan. Harga realtif dari barang yang tidak diperdagangkan dapat meningkat

bahkan dalam beberapa kasus keseimbangan pertumbuhan pada dua sektor ekonomi

asalkan sektor barang yang tidak diperdagangkan lebih padat karya relative terhadap

sektor barang yang diperdagangkan. Kondisi Harrod Balassa Samuelson menyatakan

bahwa peningkatan produktivitas secara relative lebih tinggi dalam sektor perdagangan

akan cenderung menyebabkan kenaikan harga relative pada non perdagangan.

Perubahan persentase dalam harga relative pada non perdagangan hanya ditentukan

oleh sisi produksi dari ekonomi, sementara faktor permintaan tidak berpengaruh pada

nilai tukar dalam jangka panjang. Jika derajat intensitas modal sama dalam dua sektor,

persentase perubahan dalam harga relative persis sama perbedaan produktivitas antara

dua sektor. Jika sektor non perdagangan kurang padat modal dibandingkan sektor padat

modal bahkan dalam situasi pertumbuhan keseimbangan dalam dua sektor, harga

relative pada non perdagangan akan meningkat.

Dengan kata lain, model Harrod Balassa Samuelson menyarankan bahwa nilai tukar

ekuilibrium dalam jangka panjang akan bergantung pada produktivitas sektor

perdagangan dan non perdagangan dalam ekonomi domestik maupun luar negeri.

Dengan kondisi mobilisasi tenaga kerja sempurna, perubahan dalam produktivitas

relative dua sektor menyebabkan perubahan dalam harga relative. Hal ini disebabkan

oleh inovasi teknologi lebih banyak terkonsentrasi dalam sektor barang, negara dengan

tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dalam jangka panjang akan berbanding lurus

dengan harga relative dari barang yang tidak diperdagangkan seperti juga pada nilai

kurs.

Lebih jauh lagi penelitian ini menggunakan penilaian non linear menemukan bahwa

kecepatan pengembalian jauh lebih besar dan menjadi tahap penurunan yang serupa

untuk variabel makro lainnya seperti output dan inflasi.

Kita mulai melihat pada bukti empiris atas nilai tukar ril India (US $ /Rs) selama

periode tahun 1966 – 1997. Persamaan bentuk akhir dari univariat digambarkan dengan

Page 79: Corporate finance,pdf

79

jelas melalui proses ARIMA (1,1,1). Jadi sebenarnya seri ini bukanlah pembalikan rata-

rata tetapi terintegrasi dalam turunan pertama. Tujuan utama kami untuk melihat

apakah penyesuaian model RBC dapat menghasilkan perilaku univariat yang sama.

Pembahasan paper ini terbagi atas :

1. Pendahuluan

2. Model

3. Solusi model, algoritma, persamaan yang digunakan dan deskripsi data

4. Simulasi model RBC

5. Menjelaskan signifikansi pada kontrak OLW dalam kerangka ekspektasi

rasional dan juga simulasi model OLW.

6. Menjelaskan pola data, dan pengembangannya

7. Kesimpulan

2. Model

Pada bagian ini kami menggambarkan karakteristik fitur dalam model RBC

ekonomi terbuka sebagaimana yang dikembangkan oleh Minford dan Sofat (2004).

Hal ini penting, untuk membantu kami untuk menghasilkan suatu persamaan

structural pada model yang dikalibrasi pada ekonomi India.

Pertimbangkan suatu perekonomian yang dihuni oleh penduduk yang hidup

selamanya yang memproduksi barang tunggal sebagai output dan menggunakannya

pada konsumsi dan investasi. Kita mengasumsikan bahwa uang tidak relevan dalam

model ini. Untuk menyederhanakan notasi, kami ambil dari pertumbuhan populasi

dan mewakili semua variabel dalam syarat per kapita. Kami berasumsi bahwa

pasar persaingan sempurna yaitu tidak ada friksi dan tidak ada biaya transaksi.

Pada permulaan setiap periode t agen representative memilih : a) komoditas yang

dibutuhkan selama periode konsumsi, b) total waktu luang yang ingin dinikmati

selama periode, dan c) jumlah total faktor input yang dibutuhkan untuk melakukan

produksi selama periode. Semua pilihan dibatasi oleh jumlah tetap dari waktu yang

tersedia dan batasan sumberdaya yang dihadapi agen. Selama periode t, ekonomi

model dipengaruhi oleh shock random yang bervariasi. Dalam suatu ekonomi

terbuka barang dapat diperdagangkan, tetapi untuk penyederhanaan, diasumsikan

bahwa hal ini tidak terjadi dalam proses produksi tetapi hanya diubah untuk

menjadi barang akhir. Konsumsi, Ct dalam fungsi utilitas yang menurun adalah

komposisi konsumsi per kapita dihasilkan dari konsumsi agen untuk barang

domestik dan konsumsi barang impor,

. Komposisi fungsi konsumsi

sebagaimana direpresentasikan sebagai Armington aggregator pada model :

Dimana adalah besarnya barang domestik dalam fungsi konsumsi dan adalah

elatisitas subtitusi yang disamakan dengan

.

Page 80: Corporate finance,pdf

80

Konsumsi didasarkan indeks harga yang berkaitan dengan spesifikasi dibawah

preferensi dinotasikan dengan dihasilkan sebagai :

Dimana adalah tingkat harga domestic,

adalah tingkat harga luar negeri

dalam kurs domestic.

Spesifikasi yang ada pada basket konsumsi, permintaan agen untuk barang

domestic dan barang impor adalah fungsi dari harga relative masing-masing dan

komposisi konsumsi.

Dalam lingkungan stochastic konsumen diharapkan untuk memaksimumkan utilitas

yang diharapkan dengan batasan anggaran. Masing-masing preferensi agen adalah :

Dimana adalah discount faktor, Ct adalah konsumsi pada periode t, dan

[( ) ( )]

2.1 Representasi Rumah Tangga

Model perekonomian yang digunakan dengan angka besar identik terhadap

rumah tangga yang menciptakan konsumsi, investasi dan keputusan penawaran

tenaga kerja diluar waktu. Setiap rumah tangga bertujuan untuk memilih

serangkaian konsumsi dan waktu untuk bersantai yang memaksimumkan aliran

pemotongan yang diharapkan pada utility .

2.2 Representasi Perusahaan

Perusahaan menggunakan tenaga kerja dan membeli input modal dari rumah

tangga dan mengubahnya ke dalam output yang menyesuaikan dengan

teknologi dan menjual barang konsumsi dan investasi kepada rumahtangga dan

pemerintah. Interaksi antara perusahaan dengan rumah tangga adalah sangat

penting, sebagaimana interaksi ini menyediakan pengertian berharga untuk

memahami fluktuasi dari permintaan agregat seperti output, konsumsi dan

employment. Teknologi yang tersedia pada ekonomi digambarkan fungsi

produksi yang constant returns to scale.

2.3 Perilaku Persamaan dari Model

3.1 Unit Pengukuran (calibration)

Page 81: Corporate finance,pdf

81

Dengan penjelasan persamaan stuktural, sekarang kita dapat mulai melakukan

perhitungan pada ekonomi India. Dalam pelaksanaanya, nilai numeric harus

ditambahkan pada parameter structural dari model. Setiap nilai merupakan

elastisitas output pada faktor produksi dengan derajat dari risk aversion atau

elastisitas subsitusi intertemporal diambil dari karakteristik empiris yang kebetulan

mendekati ekonomi India. Proses stokhastik eksogenus juga harus dihitung.

Bagaimanapun sulit untuk mendapatkan informasi dari ekonomi riil mengenai

struktur stockhastic dari shock teknologi, shock pada preferensi, kesalahan

pengawasan pada pertumbuhan uang atau penerimaan pajak atau hubungan di

antaranya. Untuk maksud ini property secara terusmenerus dihitung dalam data

time series actual yang dapat digunakan untuk pengukuran dalam beberapa aspek

pada model. Ringkasnya dalam model suatu siklus bisnis model AR (1)

diasumsikan sebagai shock produktifitas dengan koefisien yang secara umum

dipilih pada simulasi seri output yang diperlihatkan pada seri GNP dalam

perekonomian yang nyata.

3.2 Solusi Model dan Algoritma

3.3 Persamaan yang Digunakan Pada Model

3.4 Deskripsi Data

Data tingkat bunga India (tingkat pasar uang), tingkat harga domestic (CPI), Output

(GDP), modal, konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, deficit primer,

ekspor, impor, nilai tukar nominal diambil dari internasional financial statistic

(IFS), data nilai tukar riil diperoleh dari persamaan berikut :

Data penawaran tenaga kerja diperoleh dari Economic Survey India, data upah

(manufacturing) bersumber dari United Nation Yearbook. Kita membagi data upah

melalui CPI (diambil dari IFS) untuk memperoleh upah riil konsumen, dan melalui

PPI (diambil dari IFS) untuk memperoleh upah riil produsen. Kita kurangi

penerimaan pemerintah (diambil dari IFS) dari pengeluaran pemerintah untuk

memperoleh data obligasi domestic. Data obligasi luar negeri dihasilkan melalui

penggunaan persamaan evolusi obligasi luar negeri. Data pajal lumpsum, income

labor tax dan konsumsi tidak tersedia dengan mudah. Jadi kita ambil penerimaan

pajak untuk non agrikultur GDP untuk mendapatkan proksi dari pajak total, karena

total pendapatan pertanian adalah bebas pajak. Kita menggunakan rasio pajak

pendapatan individu terhadap GDP non pertanian sebagai proksi pada pajak

pendapatan tenaga kerja. Kita menggunakan pendapatan tidak langsung terhadap

konsumsi sebagai proksi dari pajak konsumen. Di India, pengangguran tidak

mendapat tunjangan pengangguran dari pemerintah. Kita asumsikan bahwa sebuah

keluarga menghabiskan 20% dari upah riil konsumen untuk seorang penganggur

(karena kita asumsikan bahwa 20% dari upah riil harus cukup untuk seorang

penganggur dapat hidup pada tingkat substitusinya. Data hutang rumah tangga

dijelaskan dengan menggunakan persamaan evolusi hutang rumah tangga.

Page 82: Corporate finance,pdf

82

Produktivitas dihitung sebagai residual solow, data konsumsi, tingkat bunga, dan

CPI luar negeri diambil dari IFS.

4.1 Simulasi

Analisis ini penting dilakukan untuk mengevaluasi kemungkinan pengaruh

perubahan kebijakan politik yaitu intervensi pemerintah dan untuk menilai property

keseluruhan dari model.

Model yang disimulasi menggunakan data India tahun 1968 samapai dengan 1997.

4.2 Hasil

Pengaruh dari shock demand dan supply terhadap perilaku output, konsumsi, stok

modal, investasi, employment, tingkat harga, upah ril, tingkat bunga riil impor,

ekspor,dan nilai tukar riil dijelaskan secara deterministic simulasi model model

jalur yang diperluas

Kita temukan bahwa nilai tukar riil terapresiasi sebagai akibat shock pertumbuhan

deterministic dan kemudian turun ke equilibrium yang lebih rendah, menghasilkan

siklus bisnis dan property simulasi yang diharapkan. Pertumbuhan produktivitas

yang meningkatkan pendapatan dan menstimulasi investasi untuk meningkatkan stok

modal. Output tidak dapat ditingkatkan tanpa meningkatkan penawaran tenaga kerja

dn modal yang memerlukan waktu. Jadi nilai tukar ril harus dinaikkan untuk

mengurangi permintaan terhadap penawaran yang tersedia. Peningkatan dalam

tingkat suku bunga riil menganggap bahwa uncovered real interest parity (URIP)

yang harus dihilangkan dengan menaikkan nilai tukar relative terhadap nilai masa

depannya. Peningkatan ini dimungkinkan melalui ekspektasi bahwa nilai tukar riil

itu akan turun kembali secara perlahan-lahan, sehingga memungkinkan URIP untuk

ditentukan secara konsisten dengan tingkat bunga riil yang lebih tinggi. Karena

tingkat bunga riil turun, dengan adanya model yang cukup dan juga output nilai tukar

riil bergerak kembali ke titik equilibrium. Hal ini memberikan kita sebuah bussines

cycle dalam nilai tukar riil. Equilibrium baru ini mencerminkan depresiasi riil dari

kondisi steady state sebelumnya, karena sekarang output lebih tinggi dan harus dijual

pada pasar internasional dengan menurunkan harganya. Kita dapat menyimpulkan

apakah model dapat konsisten dengan fakta melalui pertanyaan apakah model dapat

menghasilkan variabilitas sampling dalam model RBC dan OLW dengan metode

bootsrapping residual model yang diamati. Ini memberikan 95% tingkat kepercayaan

pada parameter regresi ARIMA nilai tukar riil. Koefisien AR dan MA diestimasi

dengan data actual yang terletak dalam batas kepercayaann 95% dengan metode

bootstrapping. Hal ini meyakinkan hipotesis kami bahwa perilaku nilai tukar riil

dapat diterangkan dalam kerangka RBC dan OLW.

Page 83: Corporate finance,pdf

83

BAB 14. BANKING ISLAMIC: PROSPECT AND

PROBLEM

Dewasa ini masih terdapat anggapan bahwa Islam menghambat kemajuan.

Orang Islam menjadi suatu lambang kesengsaraan, penyakit dan kelaparan. Ini

merupakan suatu tantangan yang sangat besar bagi kita untuk menyerukan

bank Islam sebagai suatu titik temu komitmen mereka dalam hal peran

ekonomi sosial yang efektif. Beberapa kalangan mencurigai Islam sebagai

faktor penghambat pembangunan.

Percobaan dan aktivitas didalam mencirikan tentang suatu institusi bank

Islam terus dikembangkan melalui seminar dan kajian-kajian ilmiah. Aplikasi,

konsep asli dan tugas dasar dari bank Islam akan tumbuh dan berkembang

didunia ini, yang akan mengurangi pengangguran dan peningkatan bagi yang

miskin.

Prinsip Pembiayaan Bank Syariah

Sebagaimana bank pada umumnya, bank syariah mempunyai produk-

produk keuangan. Salah satu produk bank syariah adalah pembiayaan yang

dalam terminologi umum disebut kredit. Pembiayaan merupakan penyaluran

dana kepada pihak yang membutuhkan. Prinsip penyaluran dana dalam bank

syariah terbagi menjadi empat akad (perjanjian), yaitu:

1. Akad jual beli (bai’)

a. Murabahah adalah transaksi jual beli di mana bank syariah

menyebutkan keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual dan

nasabah bertindak sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli

bank ditambah keuntungan.

b. Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang

diperjualbelikan belum ada sehingga barang diserahkan secara

tangguh dan pembayaran dilakukan secara tunai.

c. Istishna adalah trasaksi jual beli yang mirip salam tetapi

pembayarannya dapat dilakukan dalam beberapa kali (termin)

pembayaran.

2. Akad sewa (ijarah)

Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Pada

prinsipnya, ijarah sama dengan prinsip jual beli, perbedaannya terletak

pada objek transaksinya. Jika pada jual beli objek transaksinya adalah

barang, maka pada ijarah adalah jasa.

Page 84: Corporate finance,pdf

84

3. Akad bagi hasil (syirkah)

a. Musyarakah merupakan bentuk umum dari usaha bagi hasil.

Transaksi musyarakah dilandasi keinginan para pihak yang bekerja

sama untuk meningkatkan nilai aset secara bersama-sama.

b. Mudharabah adalah bentuk spesifik dari musyarakah dalam produk

perbankan syariah. Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara

dua atau lebih pihak di mana pemilik modal (shahibul mal)

mempercayakan sejumlah uang kepada pengelola (mudharib)

dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.

4. Akad pelengkap

a. Hiwalah (alih utang piutang), bertujuan untuk membantu supplier

mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya.

Bank mendapatkan ganti biaya atas jasa pemindahan piutang.

b. Rahan (gadai), bertujuan untuk memberikan jaminan pembayaran

kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan. Barang yang

akan digadaikan harus mempunyai kriteria, yaitu: milik nasabah

sendiri, jenis ukuran, sifat, dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai

riil pasar, dan dapat dikuasai tetapi tidak boleh dimanfaatkan oleh

bank.

c. Qardh adalah pinjaman uang. Aplikasi qardh dalam Perbankan

Syariah biasanya dalam hal: pinjaman talangan haji, pinjaman tunai

dari produk kartu kredit syariah, pinjaman kepada pengusaha kecil,

dan sebagai pinjaman kepada pengurus bank.

d. Wakalah (perwakilan), aplikasi yang terjadi apabila nasabah

melakukan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan

pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan L/C, inkaso dan transfer.

Page 85: Corporate finance,pdf

85

Gambar 1. Pemetaan Akad-akad Bank Syariah

Sumber : Adiwarman A.K. (2004). Bank Islam: Analisa Fiqih dan Keuangan.

Karakteristik Prinsip Pembiayaan

Prinsip pembiayaan dalam bank syariah terbagi menjadi empat, yaitu

prinsip jual beli/bai’, prinsip sewa/ijarah, prinsip bagi hasil/syirkah, dan

prinsip pelengkap (Karim, 2003: 86-101). Prinsip jual beli dan sewa memiliki

karakteristik natural certainty contract, yang berarti bawa kontrak dilakukan

dengan menentukan secara pasti nilai nominal dari keuntungan di awal

kontrak perjanjian. Prinsip jual beli didasarkan pada transaksi riil (pembelian

barang atau jasa dilakukan oleh bank syariah kemudian nasabah mengangsur

kepada bank syariah). Nasabah tidak akan secara langsung mendapatkan uang

tunai dari bank syariah. Produk pembiayaan yang menggunakan prinsip jual

beli adalah murabahah, salam, dan istishna.

Prinsip bagi hasil memiliki karakteristik natural uncertainty contract,

yang berarti kontrak dilakukan tidak dengan menyepakati nominal

keuntungan yang akan diterima melainkan menyepakati nisbah bagi hasil yang

akan diterima sehingga tidak ada kepastian nilai nominal yang akan diterima

karena tergantung pada keuntungan usaha. Prinsip ini mengharuskan

pemanfaatan dana pada bank syariah menggunakan dana yang dimohon

Page 86: Corporate finance,pdf

86

untuk usaha produktif. Produk pembiayaan yang menggunakan prinsip bagi

hasil adalah musyarakah dan mudharabah.

Prinsip pelengkap dalam bank syariah pada dasarnya adalah prinsip

tabaru’ (kebaikan). Jadi, tidak ada keuntungan yang disepakati pada kontrak

perjanjian. Transaksi tidak bermotifkan keuntungan, tetapi diperbolehkan

mengenakan biaya administrasi.

C. PEMBAHASAN

Bank Islam menghadirkan prestasi ekonomi Islam yang paling penting dan

paling utama dalam kaitan dengan tiga pertimbangan utama, yaitu:

1. Bank dengan sendirinya merupakan nyawa/kehidupan dari kegiatan

ekonomi diseluruh dunia, mengendalikan trend dan orientasi mereka.

2. Bank Islam hampir satu-satunya pola antar rumusan ekonomi Islam

yang diimplementasikan dan menikmati beberapa pengenalan yang

telah memungkinkannya untuk memastikan kesinambungan dan

keberadaannya.

3. Bank Islam sudah berhasil, dengan Rahmat Allah SWT, dalam menjadi

suatu contoh yang baik bagi ekonomi lokal dan suatu indikator bunga,

yang mungkin dicapai jika komponen ekonomi Islam lainnya

diterapkan.

Ada beberapa karakter dan ciri utama bank Islam, diantaranya.

1. Berdimensi keadilan dan pemerataan melalui sistem bagi hasil.

Dengan sistem bagi hasil, pihak pemberi modal dan peminjam

menanggung bersama resiko laba ataupun rugi. Hal ini membuat

kekayaan tidak hanya beredar pada satu golongan. Terjadi proses

penyebaran modal yang juga berarti penyebaran kesempatan berusaha.

Dan ini pada akhirnya membuat pemerataan dapat terlaksana. Berbeda

dengan bank konvensional, yang ada hanyalah penumpukan modal

pada pemilik modal. Akan selalu tercipta jurang antara si kaya dan si

miskin.

2. Jaminan

Bank Islam menjadikan proyek yang sedang dikerjakan sebagai jaminan,

sementara bank konvensional (dengan bunga) menjadikan kekayaan si

peminjam sebagai jaminannya.

3. Menciptakan rasa kebersamaan

Bank Islam menciptakan suasana kebersamaan antara pemilik modal

dengan peminjam. Keduanya berusaha untuk menghadapi resiko secara

Page 87: Corporate finance,pdf

87

adil. Dan rasa kebersamaan ini mampu membuat seorang peminjam

merasa tenang sehingga dapat mengerjakan proyeknya dengan baik.

4. Bersifat Mandiri

Bank Islam bersifat mandiri dan tidak terpengaruh secara langsung oleh

gejolak moneter, baik dalam negeri maupun internasional, karena

kegiatan operasi bank ini tidak menggunakan perangkat bunga. Karena

itu bank sistem ini tidak berdampak inflasi, mendorong investasi,

mendorong pembukaan lapangan kerja baru dan pemerataan

pendapatan.

5. Persaingan Sehat

Persaingan diantara Bank Islam tidak saling mematikan tetapi saling

menghidupi. Bentuk persaingan antara Bank Islam adalah berlomba-

lomba untuk lebih tinggi dari yang lain dalam mamberikan porsi bagi

hasil kepada nasabah. Sehingga mereka yang mampu membina

peminjam dengan baik akan berhasil. Dan kesempatan ini terbuka untuk

semua Bank Islam. Berbeda dengan bank-bank konvensional, Persaingan

antara bank-bank mereka saling mematikan. Bank-bank besar dengan

mudah memberikan bunga besar kepada nasabahnya. Sementara yang

kecil hanya melihat dengan kesedihan. Dan kesemuanya dipertegas

dengan komitmen Bank Islam untuk mengangkat kaum dhu’afa. Karena

itu , ujung tombak bank Islam adalah bank perkreditan rakyat (BPR).

Sebagai sebuah lembaga bisnis, bank Islam, seperti bank-bank lainnya harus

memiliki daya tarik ekonomi. Namun pertimbangan ekonomi bukan

merupakan pertimbangan dasar, ada hal lain yang lebih penting, yaitu moral.

Karena itu produk-produk yang diberikan Bank Islam tidak pernah lepas dari

aturan syariah. Selalu ada pertimbangan yang bersifat ukhrawi, yaitu

pertimbangan halal dan haram.

Tabel 1.

Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

No Perbedaan Bank Syariah Bank Konvensional

1 Falsafah Tidak berdasarkan bunga,

spekulasi, dan

ketidakjelasan

Berdasarkan bunga

Page 88: Corporate finance,pdf

88

2 Operasionalisasi

• Dana masyarakat berupa

titipan dan investasi yang

baru akan mendapatkan

hasil jika ’diusahakan’

terlebih dahulu.

• Penyaluran pada usaha

yang halal dan

menguntungkan.

• Dana masyarakat

berupa simpanan yang

harus dibayar bunganya

pada saat jatuh tempo.

• Penyaluran pada sektor

yang menguntungkan,

aspek halal tidak menjadi

pertimbangan utama.

3 Aspek Sosial Dinyatakan secara eksplisit

dan tegas yang tertuang

dalam misi dan visi

organisasi

Tidak diketahui secara

tegas

4 Organisasi Harus memiliki Dewan

Pengawas Syariah

Tidak memiliki Dewan

Pengawas Syariah

Sumber: dikutip dari Sudarsono, H., 2004, Bank dan Lembaga Keuangan

Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, Penerbit Ekonisia: Yogyakarta.

konsep partnership dan risksharing serta keikutsertaan dalam inti produktif

operasi dan prestasi keseluruhan kebutuhan bank. Lebih dari itu,

pengembangan dari instrumen keuangan baru, penciptaan suatu pasar

sekunder aktif dan pengaktifan peran dana investasi adalah sebagian dari

aktivitas yang mana bank Islam secara efisien berusaha untuk kembangkan.

Oleh karenanya standar akuntansi pun menjadi kunci sukses bank Islam

dalam melayani masyarakat di sekitarnya sehingga, seperti lazim-nya, harus

dapat menyajikan informasi yang cukup, dapat dipercaya, dan relevan bagi

para penggunanya, namun tetap dalam konteks syariah Islam. Penyajian

informasi semacam itu penting bagi proses pembuatan keputusan ekonomi

oleh pihak-pihak yang berhubungan dengan bank Islam. Lebih dari itu, akan

memiliki dampak positif terhadap distribusi sumber-sumber ekonomi untuk

kepentingan masyarakat. Hal ini karena prinsip-prinsip syariah Islam

memberikan keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat.

Sejak didirikan, organisasi ini terus mengembangkan standar keuangan

melalui pertemuan periodik Komite Pelaksana untuk Perencanaan dan Tindak

Lanjut.

I. Pendekatan dan Fungsi

1) Pendekatan yang digunakan:

Page 89: Corporate finance,pdf

89

(a) Mengidentifikasi konsep akuntansi yang telah dikembang-kan

sebelumnya dengan prinsip Islam tentang ketepatan dan keadilan.

Sangat dimungkinkan seseorang akan menentang penerapan konsep-

konsep itu, misalnya yang berkaitan dengan definisi karakteristik

informasi akuntansi yang bermanfaat seperti relevansi dan realibilitas.

(b) Mengidentifikasi konsep yang digunakan dalam akuntansi keuangan

konvensional tetapi tidak sesuai dengan syariah Islam. Konsep

semacam itu ditolak atau dimodifikasi secukupnya untuk mematuhi

syariah supaya membuatnya bermanfaat. Contoh dari konsep ini

adalah nilai waktu dari uang (time value of money) sebagai sifat

pengukuran.

(c) Mengembangkan konsep-konsep yang mendefinisikan aspek-aspek

tertentu dari akuntansi untuk bank Islam yang tersendiri (unik)

kepada cara bertransaksi bisnis yang Islami. Contohnya, konsep yang

dikembangkan berdasarkan hukum-hukum yang mendefinisikan

risiko dan balasan yang dikaitkan dengan transaksi bisnis, serta

terjadinya biaya dan perolehan keuntungan.

2) Fungsi Bank-bank Islam

Bank-bank Islam dikembangkan berdasarkan prinsip yang tidak

membolehkan pemisahan antara hal yang temporal (keduniaan) dan

keagamaan. Prinsip ini mengharuskan kepatuhan kepada syariah sebagai

dasar dari semua aspek kehidupan. Kepatuhan ini tidak hanya dalam hal

ibadah ritual, tetapi transaksi bisnis pun harus sesuai dengan ajaran

syariah.

Sebagai konsekuensi dari prinsip ini maka bank Islam dioperasikan atas

dasar konsep bagi untung dan bagi risiko yang sesuai dengan salah satu kaidah

Islam, yaitu “keuntungan adalah bagi pihak yang menanggung risiko.” Bank

Islam menolak bunga sebagai biaya untuk penggunaan uang dan pinjaman

sebagai alat investasi. Dalam melaksanakan investasinya, bank Islam memberi

keyakinan bahwa dana mereka sendiri (equity), serta dana lain yang tersedia

untuk investasi, mendatangkan pendapatan yang sesuai dengan syariah dan

bermanfaat bagi masyarakat.

Bank Islam menerima dana berdasarkan kontrak mudharabah, yaitu salah

satu bentuk kesepakatan antara penyedia dana (pemegang rekening investasi)

dan penyedia usaha (bank). Dalam melaksanakan usaha berdasarkan

mudharabah, bank menyatakan kemauannya menerima dana untuk

diinvestasikan atas nama pemiliknya, membagi keuntungan berdasarkan per-

sentase yang disepakati sebelumnya, serta memberitahukan bahwa kerugian

Page 90: Corporate finance,pdf

90

akan ditanggung sepenuhnya oleh penyedia dana selama kerugian tersebut

bukan diakibatkan oleh kelalaian atau pelanggaran kontrak.

Dalam paradigma akuntansi Islam, bank syariah memiliki fungsi sebagai

berikut:

1. Manajemen_Investasi

Bank-bank Islam dapat melaksanakan fungsi ini berdasarkan kontrak

mudharabah atau kontrak perwakilan. Menurut kontrak mudharabah,

bank (dalam kapasitasnya sebagai mudharib, yaitu pihak yang

melaksanakan investasi dana dari pihak lain) menerima persentase

keuntungan hanya dalam kasus untung. Dalam hal terjadi kerugian,

sepenuhnya menjadi risiko penyedia dana (shahibul maal), sementara

bank tidak ikut menanggungnya.

2. Investasi

Bank-bank Islam menginvestasikan dana yang ditempatkan pada dunia

usaha (baik dana modal maupun dana rekening investasi) dengan

menggunakan alat-alat investasi yang konsisten dengan syariah. Di

antara contohnya adalah kontrak al murabahah, al mudharabah, al

musyarakah, bai’ as salam, bai’ al ishtisna’, al ijarah, dan lain-lain.

Rekening investasi dapat dibagi menjadi tidak terba-tas (unrestricted

mudharabah) atau terbatas (restricted mudharabah).

3. Jasa-Jasa_Keuangan

Bank Islam dapat juga menawarkan berbagai jasa keuangan lainnya

berdasarkan upah (fee based) dalam sebuah kontrak perwakilan atau

penyewaan. Contohnya garansi, transfer kawat, L/C, dan sebagainya.

4. Jasa_Sosial

Konsep perbankan Islam mengharuskan bank Islam melaksanakan jasa

sosial, bisa melalui dana qardh (pinjaman kebajikan), zakat, atau dana

sosial yang sesuai dengan ajaran Islam. Lebih jauh lagi, konsep

perbankan Islam juga mengharuskan bank Islam memainkan peran

dalam pengembangan sumber daya insani dan menyumbang dana bagi

pemeliharaan serta pengembangan lingkungan hidup. (bersambung)

Untuk mengaplikasikan dari prinsip Islam didalam perbankan, kita

mengasumsikan tanggung jawab dari kepercayaan oleh kebutuhan. Dalam hal

ini, penting untuk menunjukkan dengan jelas perbedaan antara meperoleh

hasil dari pengaplikasian sistem perbankan Islam dan apa hasil dari aktivitas

dengan dasar riba.

Page 91: Corporate finance,pdf

91

SIMPULAN

Bank Islam untuk memanfaatkan sumberdaya dimana Allah telah

memberkati alam semesta ini dengan gaya investasi yang efektif. Diantara

aspek positif tersebut yang dapat dikembangkan dalam aktivitas keuangan

Islam adalah dengan meningkatkan sekuritas investasi dan konversi likuiditas

mereka, disamping lebih fokus pada jumlah tabungan yang lebih kecil dan

memberikan kesempatan kepada sektor utama kepada orang-orang instrumen

keuangan islamic untuk investasi, dengan begitu menyiratkan ketersediaan

uang tabungan ditingkatkan dan dicocokan kearah investasi.

Bank Islam kini berhadapan dengan nasabah dengan dana mencapai

ratusan juta hingga miliaran, sedangkan dana pemegang saham menghadirkan

hanya sejumlah proporsi kecil dari jumlah tersebut. Materi yang mengenai

komposisi dari suatu organisasi atau badan berusaha untuk melindungi minat

dan dana dan mengendalikannya sepanjang aktivitas itu melayani sasaran

kedua-duanya pemegang saham dan pemilik dari sumber daya eksternal,

dengan menghadirkan dalam berbagai hal pengawasan dan kontrol.

Kepercayaan akan terguncang jika modifikasi dan perubahan dibuat tanpa

melibatkan penyimpan dan mitra dalam proses tersebut. Dan ketiadaan

penekanan, dari aspek teoritis, atas aturan yang tidak ada keuntungan tanpa

resiko, kelalaian itu secara total didalam kebanyakan operasi bank Islam dan

memperluas penggunaan dari pola prinsip dan pengembalian memberikan

kebingungan didalam masyarakat.

Dampak implementasi ekonomi islam atas ummah akan menjadi

pencerminan dalam perpindahan gerakan pembangunan ekonomi,

menciptakan faktor nilai tambah, peningkatan ekspor, lebih sedikit impor,

penciptaan lapangan kerja, rehabilitasi dan pelatihan.

SARAN

Ada beberapa hal negatif yang utama dalam permasalahan bank Islam

muncul dalam kaitannya dengan suatu ketiadaan sistem yang melukiskan

prosedur yang dihubungkan dengan penetapan bank Islam, aturan kendali,

penyelidikan dan tingkatan kredit maksimun, permasalahan berhubungan

dengan likuiditas dan cadangan, ketiadaan suatu mekanisme sha’riah sehingga

memungkinkan pusat bank untuk memberikan mereka bagian dalam

menyediakan bantuan likuiditas, mencegah bank Islam dari aktivitas komersil,

pemilikan dan pengambilan – walaupun ini bentuk bagian dari aktivitas bank

Islam- pembebanan pajak tinggi pada laba dan pengembalian modal dan bunga

Page 92: Corporate finance,pdf

92

dari bank konvensional. Melalui proses prinsip dan suatu perluasan dasar bank

Islam ini kita akan menantikan suatu campuran bentuk mapan dari perbankan

yang mengalami konsep Islam mulia, maka kita harus mengembangkan teknik,

gaya investasi, dan tingkatan jasa yang kita sediakan untuk para konsumen

kita. Isu lain yang sangat penting berhubungan dengan usaha bank Islam

adalah perlu menggunakan dan melengkapi kerangka sah tentang undang-

undang, melindungi dan mengkordinir antar diri mereka sampai kesetiaan

tegas yang utama, priinsip dan tidak memiliki keraguan tentang itu.

Page 93: Corporate finance,pdf

93

BAB 15. PEMBIAYAAN PERTANIAN/AGRIKULTUR

MELALUI CARA DAN INSTRUMEN ISLAMI:

SKENARIO PRAKTIS DAN APLIKABILITAS

Indonesia Sebagai negara agraris, sektor pertanian dan pedesaan memiliki

peran sangat strategis dalam pembangunan nasional. Peran tersebut, di

antaranya adalah sebagai andalan mata pencaharian sebagian besar penduduk,

kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), sumber devisa, sumber

bahan baku industri, dan perannya dalam penyediaan bahan pangan dan gizi,

serta sebagai pendorong bergeraknya sektor-sektor ekonomi riil lainnya.

Penelitian ini berfokus pada pembiayaan pertanian secara terpisah dari

berbagai sektor dan program lainnya, serta bagaimana instrumen-instrumen

Islam bisa digunakan untuk membiayai kebutuhan sektor ini, dikaji dengan

beberapa tahapan secara mendetail. Seperti, apakah pertanian di negara-negara

kurang berkembang bisa ditujukan pada kondisi dan kriteria yang tepat yang

belaku pada pasar global kontemporer untuk input dan produk, apakah

instrumen-instrumen Islami merupakan alternatif yang realistis dan dapat

diterapkan dalam sektor pertanian di negara-negara Islam?. Sehingga dapat

didefinisikan sebagai suatu tempat yang dapat digunakan dalam

meningkatkan komoditas pertanian dan produk-produk pasar, dan dengan

demikian membuat perubahan ke dalam modernisme cara hidup yang praktis

untuk mayoritas penduduk yang terlibat dalam sektor pertanian pada negara-

negara anggota IBD.

A. PEMBAHASAN

Penulis memulai studi ini dengan mengeksplorasi realitas dalam sektor

pertanian. Proses Pelaksanaan proses produksi-pemasaran di sektor pertanian,

meliputi input-input fisik (dalam hal ini, tanah dan air), input-input biologi-

kimiawi-teknologi (yaitu, kimia seperti pupuk, pertisida, dsb., dan input-input

mekanis seperti mesin, perlengkapan dan kebutuhan peralatan lainnya untuk

perdagangan), input modal manusia, persebaran informasi interface dan

kontribusi terhadap proses, dan yang terakhir, keuangan. Serangkaian input

yang kompleks ini akan didefinisikan dalam hal kapan input-input tersebut

masuk dan seberapa besar kontribusi mereka dalam proses produksi-

pemasaran di sektor pertanian. Kemudian diambil perusahaan pertanian

sebagai ilustrasi untuk menguraikan bauran sumber daya yang dibutuhkan

Page 94: Corporate finance,pdf

94

untuk melaksanakan siklus produksi yang pada akhirnya akan menghasilkan

output yang diharapkan.

Proses produksi ini diinterpretasikan dengan menggunakan fungsi

produksi yang biasanya di mana diperlukan serangkaian input faktor untuk

menghasilkan output barang dan jasa. Fungsi produksi kemudian

dikonseptualisasi dan diperiksa atau dikaji dalam hal sumber daya yang

dibutuhkan Berbagai kegiatan operasional dalam perusahaan terbuka yang

berorientasi pasar ini akan melibatkan variabel-variabel keputusan utama,

yang mana harus dipenuhi secara bersama-sama baik dari sumber-sumber

internal yang dihasilkan oleh petani yang bersangkutan, maupun dari

penggabungan sumber-sumber daya internal dan eksternal, yaitu sebagai

berikut: perolehan lahan, kegiatan sebelum penanaman, kegiatan pengelolaan

sebelum panen, kegiatan panenan, dan terakhir kegiatan pasca panen.

Keuangan merupakan input penting untuk memastikan bahwa telah dibuat

keputusan yang tepat dan bahwa kebutuhan-kebutuhan input tersebut tersedia

saat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil panen yang diharapkan. Kebutuhan

modal untuk setiap faktor dalam hubungan produksi diidentifikasi secara

global. Berbagai sumber daya modal yang diperlukan untuk serangkaian siklus

produksi dikaji dengan mempertimbangkan cara-cara tradisional dan metode

kontemporer dalam memobilisasi dana. Beberapa skenario dikaji dan

dibandingkan dengan tujuan untuk memisahkan opsi yang paling sesuai untuk

memberikan manfaat kepada penyedia dan penggunan pembiayaan.

Berbagai hubungan fungsional ini bisa dihitung untuk memperoleh semua

kombinasi atau gabungan input sumber daya yang mungkin dan dibutuhkan

oleh perusahaan pertanian dalam proses produksi-pemasarannya yang

akhirnya menghasilkan opsi yang kuat pada modal gabungan (K*) untuk

memobilisasi sumber daya pada sektor pertanian.

Dengan mempertimbangkan hal ini, kami menemukan bahwa terdapat empat

input atau sumber daya utama yang secara signifikan terkait dengan

gabungan/kombinasi berbagai input kompleks, yaitu:

Input kimiawi-biologi-mekanis,

Komponen modal manusia yang terwujud dalam bentuk keahlian dan

keterampilan pengusaha,

Working capital which is required to finance day to-day requisites of the

operation, and

Informasi –pemasaran dan modal yang terkait dengan pelayanan

Manfaat yang diberikan oleh opsi ini dikaji dan berbagai kemungkinan

penerapan gagasan ini di pasar modal juga turut dikaji.

Page 95: Corporate finance,pdf

95

Para ahli ekonomi telah menekankan bahwa dalam hal rumah tangga sektor

pedesaan, petani dan rumah tangga perani merupakan entitas atau kesatuan

keuangan tunggal. Oleh karena itu, berbagai program kredit pedesaan

dimaksudkan untuk membantu rumah tangga petani untuk mengubah

kegiatan perekonomian mereka.

Terdapat bukti kuat dalam literatur bahwa hubungan yang bersifat

simbiosis antara sistem keuangan dan pengembangan seringkali tidak

dinyatakan dengan jelas. Para penabung skala kecil dan orang-orang yang

mencari kredit dengan bunga ringan akan mendapat pengaruh negatif

manakala digunakan pasar keuangan untuk menutup kerugian harga hasil

pertanian yang rendah – suatu hal yang banyak terjadi dalam sektor ini.

Dengan demikian, "jika hasil panen dan harga bagus, para petani akan

mendapatkan penghasilan yang dapat digunakan untuk membayar

kebutuhan/tagihan dan kontrak untuk barang dan jasa baru, namun saat hasil

panen atau harga sedang buruk, baik bagi perusahaan pertanian maupun non-

pertanian. Pemberi pinjaman di sektor pedesaan akan memiliki sedikit

kesempatan untuk mengurangi resiko dari total portofolionya melalui

pinjaman non-pertanian" dalam keadaan ini. (Lihat, Mayer, p.114).

Kemudian adanya pertimbangan bahwa kemungkinan penggunaan

sertifikat investasi Islam dari pembiayaan yang berbasis syariah untuk

memobilisasi modal untuk sektor ini sangat bermanfaat. Secara teori, ada tiga

hal yang menjadi penciri dari pembiayaan berbasis syariah, yaitu (1) bebas

bunga, (2) berprinsip bagi hasil dan risiko, dan (3) perhitungan bagi hasil tidak

dilakukan di muka. Pembiayaan syariah pembagian hasil dilakukan setelah ada

keuntungan riil, bukan berdasar hasil perhitungan spekulatif. Sistem bagi hasil

ini dipandang lebih sesuai dengan iklim bisnis yang memang mempunyai

potensi untung dan rugi. Baik sistem bunga maupun bagi hasil sebenarnya

sama-sama dapat memberikan keuntungan bagi pemilik dana (bank/lembaga

keuangan), namun keduanya mempunyai perbedaan yang sangat nyata. Secara

ringkas perbedaan kedua sistem tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 96: Corporate finance,pdf

96

Dengan demikian, pola pembiayaan syariah mempunyai karakteristik

yang lebih cocok dengan komoditi yang dibudidayakan oleh petani. Hal ini

disebabkan :

1. Di bank Islam tidak dikenal adanya perhitungan bunga, tetapi

menggunakan prinsip bagi hasil dan pengambilan keuntungan secara

jual beli.

2. Dalam prinsip bagi hasil, besarnya pembagian porsi keuntungan antara

pemilik dana (Bank) dan pengelola usaha (Petani) diserahkan kepada

kedua belah pihak tersebut disesuaikan dengan masa panen.

3. Dengan demikian, pada usaha pertanian yang kecil pendapatannya,

nisbah yang disepakati akan tidak sama dengan usaha yang lebih besar

pendapatannya, mengingat setiap komoditi usaha pertanian memiliki

tingkat pendapatan yg berbeda, dan masa panen (menghasilkan) yg

berbeda pula.

4. Petani tidak dibebani dangan bunga pinjaman, melainkan

pengembaliannya secara otomatis disesuaikan dgn masa panen.

Terdapat argumen bahwa instrument-instrumen ini telah memberikan

manfaat tambahan dibandingkan yang lainnya karena instrumen ini dapat

diadaptasikan pada konsep modal gabungan. Modal yang dibutuhkan untuk

suatu proyek adalah focus dari gagasan-gagasan ini. Instrumen yang

sebelumnya, yaitu sertifikat investasi, berasumsi bahwa pembiayaan

mengasumsikan pembiayaan kebutuhan suatu proyek sepenuhnya. Instrumen

Page 97: Corporate finance,pdf

97

yang selanjutnya, terstruktur sedemikian rupa sehingga konsep siklus produksi

digunakan sebagai kerangka referensi untuk usaha apa saja yang dilakukan

dalam rangka memobilisasi kebutuhan modal proyek. Kesamaan ini,

setidaknya antara definisi dalam perspektif studi ini, memungkinkan adanya

transisi dari gagasan memobilisasi sumber daya untuk proyek/operasi menjadi

model-model yang memobilisasi sumber daya melalui instrument-instrumen

pasar sekunder.

Masing-masing konsep ini terbentuk dengan baik. Gagasan tentang modal

gabungan (K*) secara teknis diperoleh dari siklus produksi agromonis dan

perekonomian di mana mobilisasi sumber daya dihubungkan dengan setiap

tahapan siklus. Sertifikat investasi merupakan instrument pasar sekunder Islam

yang telah disebarkan, di antaranya, sebagai cara yang dapat dipertahankan

untuk memobilisasi modal melalui intermediaso. Hubungan yang diadvokasi

antara keduanya dalam studi ini menunjukkan adanya alternatif penguatan

kapasitas bank-bank Islam dalam memobilisasi dana untuk sektor pertanian.

Terdapat sejumlah model-model pembiayaan Islami untuk mendanai

operasi perusahaan pertanian. Tulisan ini hanya akan berfokus pada model-

model yang digunakan oleh Bank-bank Islam untuk sebagian besar kegiatan

pembiayaan mereka. Tulisan ini akan menekankan model Musharaka dan

beberapa variasinya, Ijara, Istisna', Murabaha termasuk turunannya, Al-Salam,

dan Al-Istisna'. Apabila model-model ini telah didefinisikan dan posisi Shari'ah

telah diuraikan, maka studi akan mengeksplotasi berbagai pengalaman yang

diperoleh dalam menggunakan model-model ini dalam kondisi nyata sektor

pertanian.

PEMBIAYAAN BANK SYARIAH UNTUK PRODUK SEKTOR PERTANIAN

Dibedakan dalam 3 (tiga) kategori yang dibedakan berdasar tujuan

penggunaannya;

transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang, dilakukan

dengan prinsip jual beli

transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa

dilakukan dengan prinsip sewa

transaksi pembiayaan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna

mendapat sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.

1. PRINSIP JUAL BELI

Prinsip jual beli, berhubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan

barang atau benda. Tingkat keuntungan Bank ditentukan di depan dan menjadi

bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan atas bentuk

pembayaran dan penyerahan barang sebagai berikut:

Page 98: Corporate finance,pdf

98

(1) PEMBIAYAAN MURABAHAH

Murabaha adalah kontrak pembelian dan penjualan yang digunakan untuk

memenuhi sejumlah kebutuhan pembiayaan dari sektor pertanian. Murabaha

melibatkan suatu transaksi di antara seorang klien dan suatu bank di mana

pihak bank akan memfasilitasi pembiayaan suatu kebutuhan tertentu dari

pihak klien. Agar kontrak ini dapat berjalan, klien pertama kali harus

menguraikan barang-barang yang diperlukan dalam hal cirri/karakteristik dan

spesifikasi kualitasnya. Bank melakukan studi kelayakan spesifikasi yang

diuraikan oleh klien dan kemudian menginformasikan kepada klien margin

keuntungan yang ingin dibuat oleh bank terhadap harga asli barang tersebut.

Jika syarat-syarat ini dapat diterima oleh klien, maka kontrak Murabaha bisa

dilakukan oleh kedua belah pihak ini.

Pihak bank membeli barang-barang yang dibutuhkan yang telah ditetapkan

oleh klien dan membayar kepada pihak penjual secara langsung. Harga jual

adalah harga beli Bank dari pemasok ditambah keuntungan. Kedua pihak

harus sepakat atas harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual

dicantumkan dalam akad jual beli, dan tak berubah selama berlakunya akad.

Kontrak antara klien dan bank ditandatangani, dan klien kemudian membeli

kembali barang-barang tersebut dari bank dengan margin keuntungan yang

telah disepakati oleh kedua pihak.Dalam transaksi ini barang diserahkan

setelah akad, sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh.

(2) SALAM

Transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh

karena itu barang diserahkan secara tangguh, sedang pembayaran secara tunai.

Bank bertindak sebagai pembeli, nasabah sebagai penjual. Dalam praktek,

barang yang telah diserahkan kepada Bank, maka Bank dapat menjual kembali

barang tersebut secara tunai atau cicilan. Harga jual yang ditetapkan adalah

harga beli ditambah keuntungan.

Beberapa persyaratan yang seharusnya ada dalam kontrak penjualan Salam

antara lain adalah:

Pembayaran harus dilakukan segera dan di tempat. Suatu kondisi yang

bertentangan dengan pernyataan ini tidak dapat dijalankan oleh penjual

kecuali dinyatakan dengan jelas di dalam kontrak. Bahkan pada kondisi

yang terakhir disebutkan, pembayaran dilakukan saat penjual

menyerahkan barang kepada pembeli.

Page 99: Corporate finance,pdf

99

Dalam Al Salam, pembayaran dilakukan di muka sementara pengantaran

barang bisa ditunda atau ditangguhkan. Orang yang melakukan

pembayaran di muka (untuk penjualan bijih padi di masa depan) harus

melakukannya berdasarkan bobot yang pasti/tertentu dan pada periode

waktu tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu ". (Lihat, Abdalla,

p.6).

Bahwa barang yang akan diantarkan sifatnya spesifik dan dapat

didefinisikan dengan jelas secara fisik dan kuantitatif, yaitu, sekian

kilogram gandum, dsb.

(3) ISTISHNA

Menyerupai salam, namun pembayaran dapat dilakukan oleh bank dalam

beberapa termin pembayaran.

Kontrak Istisna' diharapkan akan memuat beberapa persyaratan utama sebagai

berikut:

Syarat-syarat kontrak harus ditetapkan dengan jelas dan tidak ambigu

dalam hal tempat, sifat, jenis dan spesifikasi produk yang akan dibuat

dan dalam hal kuantitas yang diminta.

Pesanan manufaktur didasarkan pada lingkungan pergaulan sosial

kontemporer dalam masyarakat yang memiliki budaya sesuai dengan

yang termasuk di dalam kontrak.

Page 100: Corporate finance,pdf

100

Kontrak Istisna' tidak harus mempunyai periode waktu jatuh tempo

tertentu yang ditetapkan.

Oleh karena itu, Istisna', adalah suatu peningkatan keahlian, dan model

manufaktur berorientasi industri di mana peralatan perdagangan dan input-

input intensif teknologi lainnya dapat diakses oleh pengusaha.

2. PRINSIP SEWA (IJARAH)

Ijara, pada hampir semua aliran Fiqh (yaitu, Hanafi, Maliki, Shafi'i, dan

Hanbali), didefinisikan sebagai suatu kontrak yang memungkinkan

kepemilikan hak penggunaan suatu aset. Dalam konteks ini, asset dan

pembayaran (dibuat untuk memperoleh hak penggunaan) harus ditetapkan

lebih dahulu di dalam kontrak. Asset-aset fisik dan tenaga kerja dapat disewa

gunakan dalam konsep Ijara.

Kontrak leasing ini harus dapat diterima bersama, jelas, dan tanggung

jawab serta manfaat untuk kedua belah pihak harus benar-benar dinyatakan

dengan jelas di dalam kontrak. Periode di mana asset atau hak guna dan harga

hak guna asset-aset tersebut disewakan harus ditetapkan dengan jelas di dalam

kontrak perjanjian. Persyatan-persyaratan ini harus ditetapkan dalam kontrak

untuk menghindari adanya ketidakpastian apa saja yang mungkin menghapus

kontrak (yaitu, Gharar).

3. PRINSIP BAGI HASIL

(1) MUZARA’AH

Menurut sebagian besar pendidikan Fiqh, Muzara'a merupakan suatu

kontrak legal yang dapat diterima secara sah untuk pembiayaan operasi

pertanian. Muzara'a bisa memiliki beberapa bentuk. Sebagai contoh, kontrak

berdasarkan pengaturan ini bisa menetapkan bahwa lahan atau faktor-faktor

produksi fisik lainnya untuk perusahaan bisa berasal dari satu pihak sementara

tenaga kerja dapat disediakan oleh pihak lainnya. Bentuk lainnya, hanya lahan

yang berasal dari satu pihak, sementara faktor-faktor lainnya, termasuk tenaga

kerja, bisa berasal dari pihak lain yang terlibat di dalam kontrak. Atau bentuk

lain dari Muzara 'a adalah lahan dan tenaga kerja bisa berasal dari salah satu

pihak dalam kontrak, sementara semua faktor lainnya bisa disediakan oleh

pihak lain yang terlibat di dalam kontrak.

Suatu keadaan di mana ada tiga pihak yang terlibat di dalam kemitraan

Muzara 'a di mana pihak pertama menyediakan lahan, pihak kedua

Page 101: Corporate finance,pdf

101

menyediakan gabungan input-input fisik yang diperlukan dan pihak ketiga

menyediakan tenaga kerja adalah merupakan hal yang lazim dalam sektor

pertanian kontemporer. Sama halnya, suatu pengaturan pembiayaan

berdasarkan Muzara'a dapat dijalankan dengan cara kemitraan bersama untuk

memobilisasi lahan, input fisik lain dan tenaga kerja.

Agar suatu kontrak Muzara'a dapat berjalan dengan sah, ada beberapa

persyaratan penting yang harus dipenuhi, di antaranya yaitu:

Kontrak harus mengikat di antara individu-individu atau pihak-pihak

yang terlibat.

Fungsi dan kewajiban dari setiap individu atau pihak dalam kontrak

harus ditetapkan dengan jelas dan tidak ambigu.

Lokasi dan sifat tanah yang akan diolah berdasarkan kontrak Muzara'a

harus diidentifikasi dengan jelas dan diajukan kepada pihak-pihak yang

akan melaksanakan operasi.

Tujuan produksi perusahaan harus ditetapkan dalam syarat-syarat

produk akhir, yaitu tanaman atau ternak yang akan diolah atau

dikembangbiakkan.

Periode kontrak Muzara'a harus ditetapkan untuk efektivitas.

Metode distribusi output harus dinyatakan secara jelas di dalam

kontrak.(Lihat, Abdalla, 1993).

(2) MUSAQAH

Sebagian besar Fuqaha sepakat bahwa Musaqah adalah suatu kesepakatan di

antara dua individu di mana salah satu menyediakan kebun buah-buahan atau

pepohonan yang dimilikinya dan pihak lain menyediakan tenaga kerja dan

keahlian untuk irigasi dan pemeliharaan. Pembagian output perusahaan yang

spesifik dan telah ditetapkan sebelumnya (misalnya sepertiga atau setengah,

dsb.) akan diberikan kepada penyedia tenaga kerja dan keahlian. Hal ini akan

dinyatakan secara jelas di dalam kontrak. Meskipun ini merupakan konsensus

dari sebagian besar Fuqaha, posisi sekolah Maliki menyatakan bahwa Musaqah

juga bisa diterapkan untuk perusahaan selain kebun buah-buahan/pepohonan.

(lihat, Bin Arafah, Ch.3, p.529)

Namun sejauh ini pembiayaan Muzaraah dan Musaqah belum ada yang

mengajukan, sehingga aturan dari Bank Indonesia belum dikeluarkan.

Seandainya ada petani yang menginginkan pembiayaan seperti ini untuk

sementara bisa dibiayai melalui mekanisme pembiayaan Mudharabah atau

Musyarakah.

Page 102: Corporate finance,pdf

102

(3) MUDHARABAH MUTLAQAH (BAGI HASIL)

Pembiayaan mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara bank sebagai

pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah sebagai pengelola dana (mudharib)

untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah pembagian hasil (keuntungan

atau kerugian) menurut kesepakatan dimuka. Pembiayaan mudharabah dapat

diberikan dalam bentuk kas dan atau non-kas yang dilakukan secara bertahap

atau sekaligus. Pengembalian pembiayaan mudharabah dapat dilakukan

bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau pada saat diakhiri-nya akad

mudharabah.

Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode,

yaitu bagi laba (profit sharing) atau bagi pendapatan (revenue sharing). Bagi laba

dihitung dari pendapatan setelah dikurangi beban yang berkaitan dengan

pengelolaan dana mudharabah. Sedangkan bagi pendapatan, dihitung dari

total pendapatan pengelolaan mudharabah.

Dalam hal terjadi kerugian dalam usaha pengelola dana (mudharib),bank

sebagai pemilik dana (shahibul maal) akan menanggung semua kerugian

sepanjang kerugian tersebut bukan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan

pengelola dana (mudharib).

Kelalaian atau kesalahan pengelola dana, antara lain, ditunjukkan oleh

tidak dipenuhinya persyaratan yang ditentukan di dalam akad, tidak terdapat

kondisi force majeur dan/atau yang telah ditentukan di dalam akad atau hasil

putusan dari

badan arbitrase atau pengadilan.

Pada prinsipnya pembiayaan mudharabah tidak mensyaratkan jaminan,

kecuali dalam hal pengelola dana tidak memenuhi syarat yang ditetapkan.

Pencairan jaminan dapat dilakukan apabila pengelola terbukti melakukan

Page 103: Corporate finance,pdf

103

pelanggaran kesepakatan. Persyaratan Mudharabah: modal berupa uang tunai

atau barang yang dapat dinilai dengan uang. Jumlah modal harus jelas, nyata

dan bisa dilihat, harus diserahkan kepada pelaksana dan keuntungan harus

jelas pembagian keuntungannya dan sebaiknya berbentuk nisbah.

(4) MUDHARABAH MUQAYYADAH (BAGI HASIL)

Pembiayaan mudharabah (muqayyadah) adalah akad kerjasama usaha

antara nasabah pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah pengelola dana

(mudharib) dimana pihak bank bertindak sebagai perantara pembiayaan.

Pemilik dana menetapkan pelaksanaan kegiatan dengan syarat-syarat tertentu

berupa jenis usaha, tempat, waktu maupun tatacara pelaksanaannya. Nisbah

pembagian hasil (keuntungan atau kerugian) menurut kesepakatan dimuka.

Syarat-syarat lainnya mengacu kepada Pembiayaan mudharabah. Bank

dalam kegiatan ini bertindak sebatas perantara/ penghubung antar pemilik

dana dan pengelola. Oleh sebab itu memiliki tanggung jawab yang terbatas.

Apabila bank sebagai chanelling agent maka dibukukan dalam laporan

perubahan dana investasi terikat. Apabila sebagai executing agent maka

dibukukan sebesar porsi risiko yang ditangung bank. Sebagai agen/perantara

pembiayaan bank dapat meminta fee sebagai imbalan.

(5) MUSYARAKAH (PERKONGSIAN)

Musyarakah adalah akad kerjasama yang terjadi diantara para pemilik

modal (mitra musyarakah) untuk menggabungkan modal dan melakukan

usaha secara bersama dalam suatu kemitraan, dengan nisbah pembagian hasil

sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung secara

proporsional sesuai dengan kontribusi modal.

Page 104: Corporate finance,pdf

104

Musyarakah dapat berupa musyarakah permanen maupun musyarakah

menurun. Musyarakah permanen adalah musyarakah yang jumlah modalnya

tetap sampai akhir masa musyarakah. Sedangkan di dalam musyarakah

menurun, jumlah modalnya secara berangsur menurun karena dibeli oleh

mitra musyarakah.

Dari sudut pandang Fiqh, Musharaka harus memenuhi beberapa persyaratan

hukum agar dapat dipraktekkan secara legal/sah. Berikut adalah beberapa dari

persyaratan yang dimaksud:

Modal untuk Musharaka harus berdasarkan kontribusi tunai dari pihak-

pihak dalam perusahan atau gabungan antara kontribusi tunai dan asset riil

(misalnya, tanah/lahan, mesin, dsb) yang harus dihubungkan dengan nilai

pasar untuk memulainya,

Metode distribusi profit/keuntungan di antara pihak-pihak dalam

pembiayaan Musharaka harus ditetapkan di dalam kontrak.

Kerugian akan ditanggung/dibagi sesuai dengan jumlah saham yang

dimiliki oleh pihak-pihak di dalam perusahaan,

Modal Musharaka dianggap kepercayaan berada di tangan manajer

perusahaan,

Musharaka merupakan suatu kontrak sukarela yang dapat dihentikan setiap

saat yang tidak menimbulkan kerugian bagi pihak-pihak yang terlibat di

dalam kontrak.

Tidak terdapat ambiguitas dalam kenyataan bahwa konsep ini

berhubungan untuk mencapai tujuan yang dibutuhkan. Untuk mengevaluasi

manfaat dari penelitian ini, perlu untuk menilai setiap gagasan ini masing-

masing dan secara bersamaan tergantung pada bobot kontribusinya dalam

memobilisasi modal yang dibutuhkan oleh sektor pertanian. Hal ini

merupakan pekerjaan para ahli di bidang Shari'ah, ekonomi dan keuangan.

Page 105: Corporate finance,pdf

105

Suatu studi kasus empiris/terapan yang mencari metode pembiayaan siklus

operasi pertanian/peternakan akan sangat relevan.

Musibah tanaman pangan bisa berarti musibah keuangan. Hal ini bisa

mengakibatkan petani dan keluarganya terpaksa gulung tikar. Tidak cukup

hanya dengan berinvestasi secara langsung dalam proyek-proyek pertanian

dan jasa-jasa terkait. Para petani juga harus dibantu dalam menghadapi

musibah bencana alam. Hal ini perlu dipertimbangkan sebagai komponen

penting dari paket input gabungan yang dibutuhkan oleh perusahaan. Tujuan

asuransi pertanian dan/atau tanaman pangan harus dibentuk, di antaranya

meliputi hal-hal sebagai berikut:

Membantu memelihara kesejahteraan petani saat terjadi kerugian.

Memungkinkan para petani melanjutkan pertanian produktifnya setelah

terjadi kerugian,

Menstabilisasi kondisi sosial dan ekonomi masyarakat,

Membantu pelaksanaan usaha pemerintah dalam meningkatkan

produksi tanaman pangan dan peternakan, yang juga akan

meningkatkan penerimaan sektor pedesaan,

Mempromosikan perkembangan perekonomian para petani skala kecil

dengan mengatasi berbagai hambatan dalam pengadopsian teknologi

baru dengan menghindari resiko operasi kredit sektor pedesaan.(Lihat,

Memografi Bank Iran di Sektor Pertanian/Agricultural Bank of Iran

Memograph).

1. SIMPULAN

Kegiatan pertanian merupakan suatu lingkungan tersendiri. Sektor ini

cenderung memiliki banyak resiko. Musibah seperti kekeringan, banjir, hujan,

gempa bumi, longsor lumpur dan banyak musibah lainnya yang seringkali

harus dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan.

Jenis-jenis operasi utama yang dibahas di atas, model-model pembiayaan

yang digunakan untuk melaksanakan operasi pertanian, dan pilihan kebijakan

asuransi tanaman pertanian yang digunakan cenderung mengurangi dampak

merugikan dari banyak bencana alam dan resiko dalam sektor pertanian.

Asuransi/jaminan tanaman pangan didesain untuk membuat produsen

yang dijamin mampu mentransfer sebagian besar resikonya kepada asuransi

tanaman pangan, sehingga dengan demikian akan menyebarkan resiko di

antara banyak produsen di berbagai wilayah dan kapan saja. Ini merupakan

atribut Takaful Islami di mana orang-orang dalam komunitas yang mengalami

musibah secara kolektif bisa dibantu untuk kembali mandiri sehingga mereka

dapat mulai dari awal lagi. Saat terjadi gagal panen, asuransi ini memberikan

Page 106: Corporate finance,pdf

106

petani alternatif sumber pemasukan untuk memenuhi kewajiban pembayaran

pinjaman.

Oleh karena itu, secara tidak langsung sektor ini dapat memperoleh

keuntungan dari teknik pembiayaan Islami ini jika tujuannya adalah untuk

melancarkan pengaruh dari kerugian yang tidak diharapkan akibat bencana

alam.

Beberapa model pembiayaan syariah seperti Musharaka dan beberapa

variasinya, Ijara, Istisna', Murabaha termasuk turunannya, Al-Salam, dan Al-

Istisna, dikaji dan diaplikasikan dalam sektor pertanian. Sayangnya, sampai

saat ini alternative pembiayaan yang sangat baik ini belum banyak digunakan

dalam pertanian kontemporer. Meskipun demikian, akan sangat bermanfaat

untuk menekankan beberapa permasalahan yang dihadapi dalam proses

pelaksanaan produksi-pemasaran melalui pembiayaan secara syariah dari

beberapa kontrak ini dalam sektor pertanian.

Kebutuhan modal gabungan (yaitu, K) untuk masing-masing perusahaan

akan menjadi obyek pembiayaan. Dengan mengambil hal ini sebagai tujuan,

kami ingin (a) menghubungkan pilihan pembiayaan kebutuhan modal

gabungan (K.) dengan pasar modal, (b) menekankan hubungan yang bersifat

simbiosis yang terdapat di antara proyek dalam sektor ini dengan industri,

utilitas publik, dan sektor-sektor pelayanan lainnya, serta (c) mengasosiasikan

mobilisasi usaha pendanaan dengan instrument ini, yaitu, sertifikat investasi.

Beberapa skenario praktis untuk mengkonseptualisasi hubungan-hubungan

ini, dijabarkan dan dikaji secara bertahap dengan baik.

Akhirnya harus diakui bahwa pembiayaan terhadap usaha di sektor

pertanian menghadapi sejumlah kendala dan masalah, baik internal maupun

eksternal. Kendala internal pengusaha kecil-menengah di sektor pertanian ini

antara lain, yaitu ; (1). Tingkat kemampuan & profesionalisme SDM di bidang

keuangan rendah, (2). Keterbatasan dan penguasaan teknologi, (3). Kelemahan

struktur permodalan, keterbatasan akses sumber modal karena diasumsikan

berisiko tinggi dan profitabilitas rendah dan tidak memiliki colateral (agunan),

(4). Kekurang mampuan memperluas peluang dan akses pasar, (5). Kelemahan

di bidang organisasi dan manajemen. Sedangkan kendala eksternal antara lain,

(1). Kurangnya kepercayaan berbagai pihak terhadap kemampuan usaha kecil,

(2). iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang kuat dari usaha

besar, (3). Sarana dan prasarana yang kurang memadai.

2. SARAN

Perlu ditekankan di sini, bahwa sumber pembiayaan ini tidak dapat

diharapkan untuk memenuhi sebagian besar modal yang dibutuhkan oleh

Page 107: Corporate finance,pdf

107

sektor ini. Meskipun demikian, karena terdapat manfaat untuk

mengakomodasi partisipasi orang-orang dalam pengambilan keputusan, opsi

ini harus diberikan perhatian lebih. Kondisi ini akan memerlukan mobilisasi K'

gabungan dari sumber-sumber di luar sektor, yaitu pasar keuangan dan modal

dalam perekonomian di manapun yang memungkinkan.

Perkembangan perekonomian pada suatu negara bergantung pada, di

antaranya, stok sumber-sumber daya dan keahlian yang dimiliki oleh angkatan

kerjanya tidak dapat diabaikan. Kemampuan untuk memelihara dan

memobilisasi sumber daya untuk investasi, pada akhirnya akan bergantung

kekuatan pasar modal negara tersebut yang dengan sendirinya memiliki

hubungan yang erat dengan kemampuan negara tersebut untuk merancang

instrument-instrumen finansial yang sesuai/tepat untuk memobilisasi

berbagai program dan proyek target dalam perekonomian.

Sebagai penutup, perlu diingatkan kepada perbankan dan pemerintah,

bahwa dalam memberikan pembiayaan, bank syariah harus tetap menerapkan

prinsip kehati-hatian (prudential). Hal ini untuk menghindari terjadinya

pembiayaan bermasalah. Sebab dana yg dititip penyimpan ke Bank adalah

amanah dan milik masyarakat yang harus dikelola dan dikembangkan secara

profitable. Selanjutnya pemerintah harus secara serius mengaplikasikan

program-program yang telah disusun, agar pemberdayaan masyarakat

pertanian menuju masyarakat yang sejahtera dapat terwujud dalam bingkai

syari’ah.

Page 108: Corporate finance,pdf

108

BAB 16. ISLAMIC CAPITAL MARKET PRODUCTS:

DEVELOPMENTS AND CHALLENGES

Perkembangan dari pasar modal islami adalah bagian integral dari

perkembangan pasar modal pada umumnya. Seperti pasar adalah merupakan

hal-hal pokok untuk mobilisasi dan alokasi sumber daya yang efisien. Hal ini

lebih ekonomis karena larangan terhadap bunga menyatakan secara langsung

kepercayaan yang besar pada ekuiti dan asset berdasarkan pembiayaan.

Ketersediaan atas produk-produk yang cocok akan menyebabkan perusahaan-

perusahaan akan menggunakan pasar–pasar pada negara-negara anggota

untuk meningkatkan dana dan menginvestasikannya didalamnya.

Sukuk adalah kelas yang lain dari produk dalam pasar modal yang

memiliki hasil yang dapat diterima. Sukuk memilki potensi yang besar sebagai

pembiayaan dan alat manajemen resiko baik untuk perusahaan dan sector

pemerintahan. Pasar perdana bagi ijarah sukuk diharapkan tumbuh lebih jauh

lagi. Sedangkan di pasar secondary pasar masih belum berkembang. Sasaran

sukuk terhadap lebih beragamnya kelompok investor dapat membantu

membentuk pasar secondarinya dalam hal untuk variable dan kebutuhan

likuiditas yang tidak berhubungan dari beberapa investor.

Pada Present Trend and Future Prospects of Sukuk, Hannef (2006) menegaskan

bahwa sukuk dikenal sejak abad 7 Masehi, ketika pemerintahan Umayah

mengeluarkan sukuk al Badai yang merupakan kupon komoditas yang mirip

dengan cek gudang. Sebagaimana yang tercatat juga melalui bukunya Iman

Malik, al Muwatta, mengemukakan bahwa sukuk al Badai merupakan bukti

pemilikan barang dalam jumlah tertentu dari bendahara negara, bisa

diberdagangkan sebelum sampai batas waktu yang ditentukan. Menurut Adam

(2006) dalam “the Evolution of Sukuk”, Sukuk berasal dari kata Sakk yang berarti

dokumen atau lembaran kontrak. Kemudian, sukuk digunakan secara luas oleh

muslim di abad pertengahan sebagai surat yang

menunjukkan kewajiban pembiayaan berasal dari perdagangan atau aktivitas

komersial. Dan, Barat mengunakan Sakk dalam transaksi perdagangan berubah

nama menjadi kata latin, Cheque. Sukuk saat ini berbeda pengunaan dengan

sukuk pada awal mulanya. Struktur sukuk mendekati konsep sekuritas

konvensional yang proses pemilikan underlying asset ditransfer kepada

sejumlah investor melalui sertifikat yang menunjukkan proporsi nilai atas

asset.

Sukuk pada prinsipnya mirip obligasi konvensional, dengan perbedaan

pokok antara lain berupa konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti

Page 109: Corporate finance,pdf

109

bunga, adanya suatu transaksi (underlying transaction) berupa sejumlah tertentu

aset yang menjadi dasar penerbitan Sukuk, dan adanya akad atau perjanjian

antara para pihak, yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip syariah, Selain

itu, Sukuk juga harus di struktur secara syariah agar instrumen keuangan ini

aman dan terbebas hal-hal yang bertentangan dengan syariah, seperti maysir

(judi), Gharar (spekulasi), Riba (bunga) dan suatu hal yang haram. Aset

(underlying asset) yang menjadi objek perjanjian harus memiliki nilai ekonomis,

dapat berupa aset berwujud atau tidak berwujud termasuk proyek yang akan

atau sedang dibangun. Fungsi underlying asset tersebut untuk menghindari

riba, sebagai prasyarat untuk dapat diperdagangkannya Sukuk di pasar

sekunder dan menentukan jenis struktur Sukuk.

Pokok persoalan utama syariah yang menyangkut perdagangan saham

berhubungan dengan: (i) bisnis perusahaan yang saham-sahamnya diperjual

belikan, (ii) bentuk saham atau kontrak pembagian, dan (iii) kecocokan syariah

untuk praktek perdagangan yang berhubungan dengan saham. Sementara itu,

beberapa penyaringan yang sistematis telah dimulai pada basis (i) sedikitnya

usaha yang dilakukan pada hal tersebut (ii) dan (iii) menyangkut kontrak dan

eliminasi terhadap bentuk-bentuk perdagangan yang tidak sesuai dengan

syariah.

Penyaringan untuk saham-saham yang sesuai syariah dilakukan pada

tingkat pusat oleh Shariah Advisory Council (SAC) atau Dewan Penasehat

Syariah dari Securities dan Exchange Commission (SEC)/Komisi Bursa dan

Obligasi. Kriteria penyaringan utamanya berdasarkan aktivitas dan

pendapatan. Tidak ada utang atau saringan liquiditas dipakai. Jadi,

penyaringan akan memerlukan laporan pendapatan tapi bukan laporan neraca

perusahaan tersebut. Dana-dana pribadi atau investasi perusahaan-perusahaan

tidak membuat kriteria penyaringan syariah mereka sendiri.

Proporsi yang rendah dari pasar bursa yang sesuai dengan syariah

merupakan perwujudan dari tingginya utang sampai pada rasio equitas pada

struktur finansial dan perusahaan-perusahaan berbadan hukum yang

mayoritas di negara-negara dunia ketiga seperti yang ditunjukkan dewasa ini.

Apa yang kebanyakan terjadi terhadap pasar saham yang sukses dan cepat

adalah (i) keterbatasan pertanggungjawaban perusahaan, (ii) kemungkinan

keluar tanpa penutupan (persekutuan yang tidak mengikat), dan (iii)

memberikan bentuk standar atas saham. Faktor-faktor ini akan

menyederhanakan perdagangan saham dengan membuat harga dan/atau

kuantitas sebagai satu-satunya variabel pasar yang dapat dinegosiasikan.

Page 110: Corporate finance,pdf

110

Salah satu cara untuk menerapkan syariah pada praktek perdagangan

adalah membuat penilaian berjenjang dengan teliti yang akan menguji

keberadaan prosedur tertulis yang standar untuk operasional dan praktek-

praktek perusahaan yang sebenarnya.

Hussain menyimpulkan bahwa adalah harapan banyak orang secara umum

bahwa indeks yang etis yang menerapkan berbagai jenis kriteria yang etis

untuk penyaringan dan mengurangi ukuran seluruh bidang yang ada hasilnya

akan jelek daripada indeks yang tidak melalui penyaringan.

Indeks syariah diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan investor dan

untuk mengembangkan reksa dana syariah. Melalui indeks syariah diharapkan

investor lebih mendapatkan transparansi akan laporan keuangan yang

disumbangkan oleh para praktisi, pemenuhan ketentuan syariah sebagai hasil

peran serta Dewan Syariah Nasional serta accountibility dari pihak Bursa Efek

yang melakukan monitoring.

Shariah admissible set akan menyusut.jika kumpulan perusahaan ini menjadi

kecil, maka para investor Islam akan lebih memilih sistem seperti murabahah.

Pengaruh naik turunnya harga pasar tidak akan simetris terhadap besarnya

harga fluktuasi dan resiko untuk porsi pasar yang Islami selama saham

perusahaan-perusahaan syariah kecil. Sementara harga naik berjalan yakni

ketika harga-harga saham naik, beberapa saham akan berubah dari shariah

non-admissible set menjadi shariah admissible set dengan berdasarkan utang

pada kriteria kapitalisasi. Selanjutnya, shariah admissible set akan menjadi

pilihan para investor Islam.

Salah satu kapitalisasi pasar adalah persentase dari GDP. Rasio ini sebagai

satu proksi untuk pasar penembusan saham pada ekonomi ketika digunakan

seiring dengan indikator lain. Kapitalisasi pasar dapat meningkat oleh (i)

peningkatan dalam persediaan harga, (ii) bertambah di formasi ibukota lagi

(investasi ekonomi) melalui bursa saham, dan (iii) oleh peningkatan di aliran

dari financial modal ke arah bursa saham (subtitution harta, yaitu, bertambah

di tabungan ada pada bentuk dari bursa). Rasio dari kapitalisasi pasar ke GDP

dipengaruhi oleh struktur dari sistem keuangan dan likuiditas pada bursa

saham. Satu likuiditas lebih tinggi memperbolehkan investor untuk membeli

dan menjual saham dengan mudah. Satu bursa saham benda cair mengurangi

risiko investasi dengan demikian menarik aliran keuangan dan maka

kapitalisasi pasar mengalami peningkatan.

Ijarah-sukuk adalah produk terbaru di pasar bursa yang dengan cepat

mendapat tempat dipasar modal. Banyak negara/pemerintah mendapatinya

berguna untuk menaikkan pendanaan untuk kebutuhan fiskal mereka dan

Page 111: Corporate finance,pdf

111

finansial jangka panjang untuk proyek besar mereka. Entity (bagian dari

sesuatu yang berdir sendiri) yang berbadan hukum juga mendapatinya

berguna untuk membangkitkan pendanaan untuk keperluan proyek

infrastruktur mereka.

Ada 3 bagian struktur ijarah-sukuk tersebut: pemula atau ahli waris dari

ijarah-sukuk; special purpose Vehicle (SPV)/tujuan khusus penerbit ijarah-

sukuk; dan investor (pemegang saham sukuk). Kebanyakan sukuk yang

dikeluarkan saat ini strukturnya sama satu dengan yang lain. Namun beberapa

diantaranya berbeda dalam hal penggunaan ijarah, istisna, dan murabaha

untuk memenuhi kebutuhan ahli waris/pemilik. Berikut ini kita diskusikan

dengan singkat tiga struktur yang lain:

1. IDB sukuk

2. Caravan sukuk

3. Darrat sukuk

Organisasi audit dan akuntan untuk institusi finansial

Islami(AAOIFI=Accounting and Auditing for Islamic Financial Institutions)

pada standar syariah no. 17 mendefinisikan investasi sukuk sebagai

mensertifikasi harga/nilai yang sama pada kepemilikan saham yang tidak bisa

dibagi atas aset-aset yang nyata, usufruct dan pelayanan atau (dalam

kepemilikan) aset pada proyek-proyek tertentu atau kegiatan investasi khusus,

namun hal ini benar setelah mendapatkan nilai sukuk, penutupan dana-dana

pekerjaan dan sumbangan yang diterima dengan tujuan untuk sukuk yang

diterbitkan. Pendekatan yang lebih baik adalah dengan mendesain produk

syariah yang cocok menurut kebutuhan pasar, menjaga tetap pada konsep

sistem finansial syariah dan rencana struktur pasar masa depan.

Standar tersebut memberikan contoh 14 tipe investasi sukuk yang berbeda:

1. sertifikat kepemilikan aset sewa (Ijarah sukuk)

2. sertifikat kepemilikan usufruct:

i. aset yang sudah ada

ii. gambaran aset ke depan

iii. pelayanan untuk acara-acara tertentu

iv. gambaran pelayanan ke depan

3. sertifikat salam

4. sertifikat Istisna

5. sertifikat Murabaha

6. sertifikat Musharakah

i. sertifikat partisipasi

ii. sertifikat Mudharabah

Page 112: Corporate finance,pdf

112

iii. Investasi agen sukuk

7. Sertifikat Muzaraah(hasil panen)

8. Sertifikat Musaqah (irigasi)

9. Sertifikat Mugharasa (pertanian/penanaman benih)

Pendekatan yang lebih baik adalah dengan mendesain produk syariah yang

cocok menurut kebutuhan pasar, menjaga tetap pada konsep sistem finansial

syariah dan rencana struktur pasar masa depan

Hal lain yang perlu dicatat adalah tingkat sukuk pemerintahan pada tiap

negara sama dengan tingkat obligasi konvensional pemerintah dinegara itu. Ini

menunjukkan perlindungan atas aset spesifik terhadap struktur SPV (Special

Purposes Vehicle) tidak memiliki efek keuntungan penting pada tingkat sukuk

pemerintahan. Ini adalah pengeluaran logis yang nyata mencakup keseluruhan

kasus (i) pembayaran sewa pada tempat sukuk tidak penting dihasilkan dari

pemakaian aset sukuk tetapi dari pajak umum dan pendapatan lain dari

perusahaan negara. (ii) oleh karena itu apa yang membedakan kapasitas

pembayaran agregat pemerintahan memberikan obligasi eksis, stabilitas politik

dan komitmen untuk membayar,. Yang mana sangat mendasar pada tingkat

pemerintahan.

Oleh karena tiap struktur sukuk dapat mempunyai resiko transformasi

properti berbeda yang mana bergantung pada jenis kontrak yang pokok; sifat

dan susunan aset pokok; dan apakah dengan atau melewati batas layanan yang

ditetapkan.

Resiko dapat diklasifikasikan dalam beragam cara. Dipandang dari

implikasinya terhadap sistem dapat diklasifikasikan sebagai resiko sistemik

dan idiosinkratik (resiko khusus perusahaan).

Pada kenyataannya resiko sukuk bergantung pada:

a. Struktur hasil pasti atau fleksibel dalam kontrak diantara pemula dan

investor

b. Sifat dari tarif kontrak pasti atau fleksibel diantara penghasil dan

pemula

c. Waktu pembayaran

d. Susunan dan sifat dari aset pokok

e. Pilihan panggilan atau penempatan yang diberikan pada pemula atau

investor

f. Kemampuan pembayaran dari pemula atau penjaminnya

g. Tradabilitas dan likuiditas dari sukuk

Nilai dari resiko keuntungan ditampilkan dalam keseluruhan tarif pasti ijarah

sukuk dan mempengaruhi investor dan pemula dalam cara yang berlawanan.

Page 113: Corporate finance,pdf

113

Beratnya resiko ini berbanding langsung terhadap perubahan dalam harga

pasar dan masa pembayaran sukuk.

Bank Pembangunan Islam (IDB) dimandat untuk berkontribusi dalam

pengembangan kebutuhan negeri anggota. Untuk maksud ini dimulai

menghasilkan ijarah sukuk dengan mengisolasi beberapa dari aset. Obyektifitas

dari pengaman ini adalah menambah kumpulan dana yang mana IDB akan

menggunakannya untuk menolong keuangan proyek pembangunan pada

negara anggota sebagai mana mode pembiayaan islam lainnya seperti

murabahah, istisna dan ijarah.

Oleh karena itu. Proses menghasilkan sukuk haruslah memiliki batas, saat

kebutuhan pembangunan negara anggota besar. Dana dihasilkan dengan

proses sukuk yang ada tidak mengkhususkan bagi proyek spesifik.

Ini akan menguntungkan pada (i) IDB akan sanggup untuk menghemat

beberapa aset terbaik dari mendapatkan hubungan untuk periode panjan. (ii)

Aset negara anggota akan terlindungi yang mana tidak akan menjadi

likuidatabel saat berdiri sendiri berbasis pada biaya rendah. (iii) negara

anggota akan berpartisipasi secara langsung dalam pengumpulan dana yang

mana akan menciptakan insentif lebih baik untuk menggunakan dana secara

efisien seperti untuk membayar obligasi dan mendapatkan ulang aset-aset.

Cara lain untuk mencapai tujuan yang sama adalah untuk negara anggota

untuk transfer pertama beberapa kualitas baik aset tak dibebani ke lembar

keuangan IDB. IDB kemudian mengamankan itu dalam sebuah kelompok aset

itu. Kemudian ijarah sukuk dikeluarkan pada lembaran keuntungan penuh

yang kuat di IDB. Prosedur kedua ini memiliki seluruh keuntungan dari

proposal sebelumnya dengan tambahan itu (iv)peranan penginkatan kredit IDB

berperanan lebih lanjut lagi. Itu menjadikan banyak dana murah dapat jadi

lebih tersedia. Bagaimanapun juga, proposal bergantung pada keanggotaan

pemerintah untuk mau mentransfer sejumlah aset mereka ke IDB atau pada

satu SPV.

Hal yang paling kontroversial dari sukuk adalah penyusunan pembelian

kembali dalam bentuk yang jelas atau dalam bentuk yang tidak jelas sebagai

janji yang tidak tertulis dari penggagasnya.

Tujuan SPV melibatkan sektor swasta dalam pengaman konvensional

adalah untuk membentuk:

1. Membatasi kemampuan perencanaan para investor yang akan

menyediakan dana

2. Merencanakan komitmen perusahaan yang akan mengguankan dana

dengan berbagai cara yang telah diberitahukan

Page 114: Corporate finance,pdf

114

Tapi disi lain SPV membuat alat pengontrol kebangkrutan dari berbagai

bisnis dan perusahaan lokal. Dilain pihak meningkatkan kredit atau

kepercayaan perusahaan. Kedua hal tersebut itulah yang akan menarik para

investor dan mereka akan mengalirkan dananya.

Persoalan syariah yang lain dalam beberapa ijarah sukuk adalah mereka

menaruh semua pemeliharaan pembelanjaan kepada penyewa selama

pembelanjaan tersebut telah mendapat pertanggungjawaban dari orang yang

menyewakan.

Suatu aspek yang sering dibahas dan dikeluhkan dalam pembiayaan Islam

adalah tentang produk-produk dan prosedur-prosedur yang tidak

terstandarisasi serta berbagi aplikasi opini syariah. Hal ini seringkali menjadi

hambatan untuk pertumbuhan dan pengintegrasian pasar. Langkah kecil IDR

ini bisa meningkatkan konvergensi yang diperlukan.

Berbagai faktor seperti keterbatasan jumlah modal, kebijakan kepemilikan

berdasarkan kewarganegaraan, resiko-resiko ekonomi dan politik, serta

tingginya resiko dan biaya untuk transaksi semacam itu menjadi penyebabnya.

Situasi ini secara bertahap mengalami perubahan.

Meskipun demikian, biaya transaksi yang tinggi masih menjadi

permasalahan yang berasal dari perbedaan dalam persyaratan peraturan dan

listing, perbedaan pedoman perdagangan dan peraturan perdagangan,

ketidakstabilan nilai tukar, kurangnya lembaga pendukung untuk transaksi

lintas perbatasan, serta keterbatasan yang terkait dengan spektrum kriteria

kesesuaian shariah.

Dalam berbagai kesulitan yang sama dalam cross-listing, penggunaan suatu

system tanda terima deposito telah mengalami evolusi dalam pasar modal

konvensional yang sedang berkembang. Instrumen-instrumen seperti Global

Depository Receipts (GDR), European Depository Receipts (EDR), dan American

Depository Receipts (ADR) telah bermunculan. Instrumen-instrumen ini efektif

dari segi biaya dan mudah meningkat dan menurun sesuai dengan persyaratan

dari pihak yang mengeluarkan. Suatu tanda terima deposito (IDR) merupakan

instrumen yang dapat dinegosiasikan dan ditransfer yang diperdagangkan

dalam bursa saham suatu negara (atau yurisdiksi) tetapi mewakili suatu saham

yang terdaftar dan dikeluarkan oleh suatu perusahaan di negara lain (atau

yurisdiksi).

Salah satu cara untuk meningkatkan produk yang sesuai shariah dalam

pasar modal adalah dengan mengembangkan produk baru yang sesuai dengan

berbagai jenis pengguna—yaitu, penerbit dan investor dengan berbagai

karakteristik.

Page 115: Corporate finance,pdf

115

Aspek baru dari perusahaan mudarabah (MCo) adalah bahwa di satu sisi

perusahaan-perusahaan tersebut menerbitkan sertifikat mudarabah (MC) untuk

memperoleh dana yang diinvestasikan dengan menggunakan berbagai model

pembiayaan Islami (termasuk musharakah, mudarabah, leasing, murabaha dsb.); di

sisi lain perusahaan-perusahaan tersebut dengan sendirinya terdaftar dalam

pasar saham di mana saham mereka diperdagangkan.

Penekanan akan pentingnya lingkungan peraturan dan insentif untuk

keberhasilan perkembangan Produk Islami. Berbagai MCo masih bertahan dan

memiliki kinerja yang cukup baik. Faktor-faktor keberhasilan juga telah

diuraikan di bawah ini. Potensi sektor mudarabah dapat ditingkatkan dengan

menyediakan cakupan dan ruang yang lebih banyak baik untuk pilihan-pilihan

pembiayaan ataupun untuk retensi dana.

Beberapa alasan mendasar penyebab kurang optimalnya kinerja MCo bisa

dikaitkan dengan faktor-faktor berikut yang juga memberikan pelajaran

penting dalam perkembangan produk baru:

1. Terlalu banyak peraturan dan penyimpangan insentif.

2. Peraturan yang dibuat oleh banyak badan pembuat peraturan.

3. Konseptualisasi kebutuhan operasional yang berorientasi

hukum/peratusan – bukannya berorientasi pasar – yang menghambat

pertumbuhan.

4. Persaingan dari segmen pasar lain di mana peraturan tidak terlalu ketat.

5. Kurangnya struktur pengawasan shariah yang sedang dijalankan.

6. Kelangkaan modal manusia dan keahlian untuk menjalankan bisnis

mudarabah.

STUDI KASUS OBLIGASI SYARIAH (SUKUK)

1. STUDI KASUS SUKUK– SUDAN

Sudan Financial Services Company (SFSC) berdiri mulai tahun 1998.

Lembaga ini sebagai pihak yang telah mengeluarkan Central Bank Musharakah

Certificates (CMCs), dan berhasil meraih permintaan tinggi atas penerbitan

sertifikat tersebut. Sertifikat CMCs ini merepresentasi asset Bank Sudan

(pemilik) pada sektor perbankan komersial. Asset ini membentuk suatu closed-

end fund, yang dimanage oleh SFSC. Tujuan utama CMCs adalah digunakan

sebagai alat kebijakan moneter berbasis syariah. Karena beberapa hal sertifikat

ini dihentikan, dan sertifikat ini menjadi landasan awal untuk pengembangan

berikutnya.

Page 116: Corporate finance,pdf

116

Government Musharakah Certificates (GMC)

SFSC kemudian mengeluarkan satu seri Government Musharakah Certificates

(GMC) yang mana merupakan klaim kepemilikan terhadap perusahaan milik

pemerintah (BUMN Sudan) dan bisa diperdagangkan di pasar sekunder.

Sertifikat ini diterbitkan mulai pada 2001. Sejak saat itu telah diterbitkan 24 seri

GMC tersebut. Sekarang GMC sedang memasuki masa penarikan dan akan

berhenti tahun 2007. GMCs merupakan instrumen dengan maturity jangka

pendek antara 3 sampai 6 bulan tetapi juga ada yang satu tahun.

Sertifikat ini merepresentasi kerjasama (partnership) atas beberapa perusahaan

milik pemerintah (BUMN Sudan). Kumpulan perusahaan tersebut membentuk

“underlying asset pool” untuk kerjasama melalui GMCs. Kerjasama tersebut

adalah untuk waktu yang terbatas dan berakhir pada masa jatuh tempo

sertifikat itu. Sertifikat dikeluarkan melalui Sudan Financial Services Company

(SFSC). Penjualan sertifikat akan mengalihkan bagian kepemilikan dari

kelompok perusahaan milik pemerintah kepada pemilik sertifikat. Hanya

warga Sudan yang diijinkan untuk ambil bagian sebagai investor. Pemilik

sertifikat akan menerima proporsi dari laba yang dihasilkan oleh perusahaan

dari kumpulan asset GMC. Setelah jatuh tempo (maturity) pemerintah menebus

(redeems) GMC pada harga yang telah disepakati diawal (pre-agreed) yang

secara normal menjadi nilai nominal (face value) dari sertifikat. Dalam beberapa

hal GMCs adalah semacam instrumen privatisasi temporer (temporary

privatization) dimana administrasi dan kontrol dilakukan pemerintah, tetapi

kepemilikan dan berkaitan dengan arus keuangan diserahkan ke tangan

pribadi dengan skema yang spesifik tersebut.

Government Investment Certificates (GIC)

Government Investment Certificates (GIC) merupakan instrumen baru yang

telah diperkenalkan sejak tahun 2003 di Sudan. Instrumen ini merupakan

pengembangan setelah belajar dari eksperimen instrumen sebelumnya, seperti

CMC dan GMC yang lebih awal. Selain itu instrumen ini juga ditujukan untuk

merespon perubahan kebutuhan pendanaan pembangunan untuk mendukung

pertumbuhan ekonomi.

Struktur GIC melibatkan 3 pihak dalam kontrak : (1) Investor sebagai certificate

holders yang merupakan rabb al-mal; (2). Sudan Financial Services Company

(SFSC) bertindak sebagai mudarib (agent) yaitu sebuah investment company; (3)

Menteri Keuangan pemerintah Sudan sebagai users dari dana.

GIC secara esensial merupakan sertifikat mudarabah yang merepresentasi

modal mudarabah dalam bisnis Sudan Financial Services Company (SFSC).

SFSC dapat disebut sebagai perusahaan investasi yang membiayai proyek

Page 117: Corporate finance,pdf

117

pemerintah melalui skema ijarah, murabaha, dan istisna- yang merupakan skema

fixed return. Pemerintah adalah sebagai pihak dalam kontrak dan menjadi

entitas penjamin yang memiliki nilai kelayakan pinjam paling tinggi yang

mana mengurangi risiko kredit ke SFSC. Dengan demikian return untuk

pemilik sertifikat melalui SFSC menjadi sangat terjamin. SFSC menetapkan 5

per sen untuk pengelola (mudarib) dan 95 per sen dari dari keuntungan

(earnings) untuk pemilik sertifikat. Lebih lanjut untuk mengurangi resiko dan

sebagai tambahan, kesepakatan dibuat dalam bentuk paket perjanjian dengan

Menteri Keuangan (atas nama pemerintah). Dalam paket perjanjian tersebut

menyatakan bahwa investasi tersebut akan digunakan melalui skema ijarah,

murabaha, dan istisna, dimana keseluruhan jumlah yang dikeluarkan melaui

GICs untuk suatu periode tidak akan melebihi jatuh tempo sertifikat. Untuk

menjaga sertifikat terhadap kepatuhan syariah agar bisa diperdagangkan

(tradable) di pasar sekunder, maka SFSC memilih kontrak/akad ijarah sebagai

format dominan dari tiga kontrak tersebut. Fitur yang memungkinkan sertifikat

dapat diperdagangkan menyediakan jalan keluar untuk memperoleh likuiditas

yang mana menarik bagi investor. Dominannya ijarah juga mengurangi risiko

kredit tetapi disisi lain memperkenalkan risiko bisnis (atau resiko harga).

Gambar 1. Skema Government Investment Certificates (GIC)

2. STUDI KASUS SUKUK-CAGAMASMALAYSIA

Cagamas Berhad merupakan Perusahaan Perumahan Malaysia yang

didirikan tahun1987 menyusul resesi dan liquidity crunch yang mengakibatkan

kredit perumahan menjadi terbatas, terutama untuk rumah tangga

berpendapatan menengah kebawah. Dengan modal disetor 150 juta ringgit,

Cagamas merupakan anak perusahaan dari sebuah lembaga keuangan besar di

Malaysia.

Penerbit obligasi syariah ini adalah pemerintah Malaysia. Kemudian,

melalui perusahaan perumahan, pemerintah menunjuk Cagamas pada April

2004 untuk membuat sekuritisasi seluruh proyek perumahan yang

Page 118: Corporate finance,pdf

118

diperuntukkan bagi pegawai negeri dan pensiunan. Mandat dibuat tidak hanya

untuk saat ini tapi juga untuk proyek pembiayaan dan pembangunan

perumahan di masa mendatang.

Tujuan Cagamas adalah menyediakan tingkat likuiditas yang lebih bagi

mortgage lenders, mengurangi resiko pasar, membantu pembiayaan untuk

perumahan sosial, menopang sektor konstruksi, serta menciptakan pasar

perumahan untuk pribadi berpenghasilan tetap. Cagamas membeli mortgage

loans dari mortgage originators, secara fixed atau floating rate untuk 3 sampai 7

tahun. Ini hakekatnya merupakan pembiayaan yang dijamin oleh Cagamas atas

kredit lembaga keuangan ketika mortgage loans mengalami default. Cagamas

mengeluarkan debt securities ke investor, dalam bentuk obligasi dengan fixed

atau floating rate, yang disebut Cagamas notes, atau Cagamas Murabaha (Islamic)

Bonds. Cagamas telah dengan sukses memelopori sejumlah produk yang

bervariasi di pasar meliputi: tingkat rate yang tetap dan variabel (fixed and

variable rate), jatuh tempo lebih panjang (longer maturities), Islamic debt, dan

leasing/commercial property lending. Cagamas menerima sejumlah perlakuan

khusus penting dari pemerintah Malaysia, karena tanpa aktivitas refinancing ini

tidak akan dirasakan menarik bagi pemilik dana utama (primary lenders). Loans

yang dijual kepada Cagamas tidak tergolong sebagai subyek reserve

requirements bank sentral. Sekuritas ini dapat digolongkan seperti asset liquid,

dimana perusahaan keuangan dan bank harus menambah cadangan 10% dari

asset yang berbentuk liquid ini. Sekuritas Cagamas memiliki bobot resiko 10%,

hal ini sangat rendah bila dibandingkan dengan rate 50% untuk kredit

perumahan atau untuk investasi lembaga kredit.

A. KESIMPULAN

1. SIMPULAN

Kesimpulannya, tidak ada ada yang tersisa di dalam akun untuk

pemeliharaan utama. shariah yang dikeluarkan dalam struktur sukuk yang ada

saat ini merupakan sumber ketidakpastian hukum/legal yang memerlukan

perhatian dari para professional keuangan dan akademisi shariah. Untuk

mempersingkat praktek-praktek pengeluaran sukuk, perdagangan

sekundernya, dan penarikannya maka diperlukan suatu sistem audit shariah.

Berbagai faktor seperti keterbatasan jumlah modal, kebijakan kepemilikan

berdasarkan kewarganegaraan, resiko-resiko ekonomi dan politik, serta

tingginya resiko dan biaya untuk transaksi semacam itu menjadi penyebabnya.

Situasi ini secara bertahap mengalami perubahan.

Page 119: Corporate finance,pdf

119

Meskipun demikian, biaya transaksi yang tinggi masih menjadi

permasalahan yang berasal dari perbedaan dalam persyaratan peraturan dan

listing, perbedaan pedoman perdagangan dan peraturan perdagangan,

ketidakstabilan nilai tukar, kurangnya lembaga pendukung untuk transaksi

lintas perbatasan, serta keterbatasan yang terkait dengan spektrum kriteria

kesesuaian shariah.

Dalam berbagai kesulitan yang sama dalam cross-listing, penggunaan suatu

system tanda terima deposito telah mengalami evolusi dalam pasar modal

konvensional yang sedang berkembang. Instrumen-instrumen seperti Global

Depository Receipts (GDR), European Depository Receipts (EDR), dan American

Depository Receipts (ADR) telah bermunculan. Instrumen-instrumen ini efektif

dari segi biaya dan mudah meningkat dan menurun sesuai dengan persyaratan

dari pihak yang mengeluarkan. Suatu tanda terima deposito merupakan

instrumen dapat dinegosiasikan dan ditransfer yang diperdagangkan dalam

bursa saham suatu negara (atau yurisdiksi) tetapi mewakili suatu saham yang

terdaftar dan dikeluarkan oleh suatu perusahaan di negara lain (atau

yurisdiksi).

2. SARAN

Dalam pola yang sama terdapat saran untuk meningkatkan kemungkinan

untuk menangkap pasar modal lintas negara melalui penerbitan Islamic

Depository Receipts (IDR) (IOSCO, 2004 p.67) yang akan meningkatkan likuiditas

pasar Islami pada tingkat biaya anggaran yang lebih rendah. Suatu sistem

Islamic Depository Receipts (IDR) untuk produk-produk yang sesuai dengan

shariah akan terbukti bermanfaat dan nampak menjanjikan dalam memperluas

pasaran produk dan mengintegrasikannya.

Singkatnya, seperti halnya deposito sentral dalam suatu pasar saham

membantu dalam dematerialisasi saham dengan menjaga perwalian sertifikat-

sertifikat fisik yang mengurangi resiko perizinan dan pemukiman demikian

juga halnya sistem DR berlaku untuk transaksi lintas perbatasan. Penetapan

harga DR dipengaruhi oleh faktor-faktor pasokan dan permintaan dalam

negeri, serta kinerja saham utama dari perusahaan asing. Meskipun demikian,

faktor-faktor penetapan harga pasar negara mempengaruhi harga DR di pasar

dalam negeri melalui tingkat/derajat arbitrase harga lintas perbatasan dan

tingkat kegiatan perdagangan asbitrase sejenis.

Terdapat berbagai manfaat dalam IDR untuk perkembangan pasar modal

Islam jika instrument semacam ini digunakan secara strategis. Dengan melihat

Page 120: Corporate finance,pdf

120

bahwa pada saat ini kemungkinan cross-listing hanya ada di antara beberapa

negara Muslim oleh karena itu IDR menawarkan suatu akternatif yang baik

untuk dimulai.

Sementara pilihan para investor untuk sekuritas Islami, dan IDR

dipengaruhi oleh proteksi investor serta pemenuhan shariah. Jika investor

mensyaratkan corporate governance dan pemenuhan shariah pada tingkatan

tertentu dalam asset utama IDR, maka perusahaan yang tidak memenuhi

tingkat corporate governance dan pemenuhan shariah yang disyaratkan tidak

akan menguntungkan. Hal ini akan mendorong perusahaan-perusahaan secara

individual untuk meningkatkan corporate governance dan regulator akan

mengubah peraturannya menjadi lebih baik.

Page 121: Corporate finance,pdf

121

BAB 17. OBLIGASI SYARIAH (SUKUK) UNTUK

PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR:

TANTANGAN DAN INISIATIF STRATEGIS

Lemahnya pembangunan infrastruktur telah menjadi salah satu faktor yang

menyebabkan ketertinggalan Indonesia dalam memacu pembangunan

ekonomi dalam kurun waktu tiga puluh tahun terakhir. Ketersediaan

infrastruktur yang baik merupakan pondasi dari pembangunan ekonomi yang

berkelanjutan. Berdasarkan Road Map Pembiayaan Infrastruktur 2005-2009,

disebutkan bahwa dalam 5 tahun ke depan, Pemerintah akan mendorong

pembangunan infrastruktur dengan kebutuhan pembiayaan mencapai Rp1400

trilyun. Nilai pembiayaan tersebut rencananya akan dipenuhi dari berbagai

sumber pembiayaan seperti hibah bantuan Aceh (1%), APBN (17%), dan

sumber dana domestik (21%). Dari skema tersebut masih ada sekitar Rp 810

trilyun yang belum jelas darimana sumber pembiayaannya (funding gap).

Kondisi ini mengindikasikan tentang perlunya pemerintah untuk segera

melakukan terobosan-terobosan untuk menutupi besarnya funding gap tersebut,

yang hampir tidak mungkin dapat dipenuhi oleh APBN maupun pendanaan

internal BUMN. Disamping itu, BUMN sebagai entitas yang mandiri juga perlu

mencari terobosan–terobosan baru untuk menggandakan kemampuan dalam

penyediaan dana pembiayaan pembangunan infrastruktur.

Alternatif baru yang ditawarkan diantaranya adalah skema pembiayaan

pembangunan infrastruktur melalui penerbitan obligasi syariah (sukuk).

Dengan potensi dana Timur Tengah yang besar, emisi obligasi syariah

diharapkan dapat mengakhiri ketergantungan pembiayaan dengan basis

hutang yang menghasilkan beban bunga. Potensi dana dari Timur Tengah

diperkirakan bisa mencapai sekitar US$ 800 miliar. Cash flow di kawasan

tersebut terus meningkat akibat melonjaknya harga minyak di pasar

internasional. Dalam rangka mengembangkan obligasi syariah sebagai

alternatif pendanaan infrastruktur masih ada beberapa tantangan strategis

yang perlu segera diselesaikan, yaitu berkaitan dengan aspek regulasi, aspek

pendukung operasional, dan infrastruktur lainnya. Untuk menjawab tantangan

itu ada beberapa inisiatif strategis yang perlu segera dijalankan dalam upaya

mengoptimalkan peluang pengembangan instrumen obligasi syariah seperti

usulan regulasi, optimalisasi peran BUMN, insentif perpajakan dan prasyarat

pendukung lainnya.

Page 122: Corporate finance,pdf

122

1. Pendahuluan

Lemahnya pembangunan infrastruktur telah menjadi salah satu faktor yang

menyebabkan ketertinggalan Indonesia dalam memacu pembangunan

ekonomi dalam kurun waktu tiga puluh tahun terakhir. Ketersediaan

infrastruktur yang baik merupakan pondasi dari pembangunan ekonomi yang

berkelanjutan. Keberadaan infrastruktur yang memadai memegang peranan

yang sangat vital bagi perekonomian nasional. Ini mengingat, gerak laju dan

pertumbuhan ekonomi di suatu negara tidak dapat dipisahkan dari

ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, komunikasi, dan juga

ketersediaan energi.

Fakta tersebut saat ini sudah semakin disadari oleh Pemerintah dalam

beberapa tahun terakhir dan mendorong Pemerintah untuk menggali dan

memberdayakan segala potensi pembiayaan pembangunan yang tersedia. Dari

hasil pertemuan Infrastructure Summit 2005, setidaknya telah dirumuskan

kurang lebih sepuluh sektor infrastruktur yang menjadi prioritas dari

pemerintah untuk segera direalisasikan. Sektor infrastruktur teersebut terdiri

dari; (1) pembangunan jalan darat (land transportation), (2) jalan kereta api

(railway), (3) transportasi laut (sea port), (4) transportasi udara (air port), (5) jalan

tol (toll road), (6) infstruktur minyak dan gas (oil and gas infrastructure), (7) listrik

(electricity), (8) telekomunikasi (telecommunica-tion), (9) air bersih (drinking

water), dan (10) perumahan (housing).

Perlu disadari, bahwa pembangunan infrastruktur yang diharapkan dapat

menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi selama beberapa tahun belakangan,

juga terhambat oleh kebijakan pemerintah sendiri. Terutama kebijakan yang

menyangkut alokasi keuangan yang belum membuat skala prioritas sesuai

sasaran. Menurut data Bank Dunia, untuk mencapai tingkat pertumbuhan PDB

sebesar 6% per tahun, Indonesia membutuhkan pembiayaan infrastruktur

sebesar 5% per tahun dari total PDB. Namun, dalam satu dekade terakhir

menunjukkan adanya penurunan nilai pembiayaan infrastruktur dari 5,34%

dari total PDB di tahun 1999 menjadi hanya 2,33% dari total PDB pada tahun

2002. Bahkan, dibanding negara-negara lain, nilai pembiayaan infrastruktur

Indonesia jauh di bawah pembiayaan infrastruktur negara-negara tersebut.

Idealnya, sedikitnya 12-15 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB) dapat

dialokasikan untuk investasi di bidang infrastruktur.

Selain itu besarnya pembayaran utang dan beban bunga utang yang sangat

besar telah mereduksi alokasi anggaran belanja pembangunan yang seharusnya

menjadi prioritas. Sebagai contoh, anggaran negara pada tahun 2004 dari Rp

343,9 triliun, alokasi untuk anggaran belanja pembangunan hanya 68,1 triliun

Page 123: Corporate finance,pdf

123

rupiah, masih lebih kecil daripada anggaran untuk pembayaran “bunga utang”

sebesar 68,5 triliun rupiah. Sebagaimana telah diketahui bahwa setiap

tahunnya negara menanggung pembayaran beban utang baik pokok dan

bunganya hampir mencapai 30 persen dari total APBN. Indonesia, berdasarkan

data tahun 2005, memiliki rasio utang terhadap PDB sebesar 45,63 persen.

Dengan kondisi tersebut, penyediaan sarana dan prasarana publik pun menjadi

terkendala. Sebagai contoh, untuk tahun fiskal 2006 saja, 48,70 persen PPh dan

PPn (Rp 210,71 triliun + Rp 128,31 triliun = Rp 339,02 triliun) yang dibebankan

ke masyarakat, habis untuk membayar utang pemerintah (Rama Pratama,

2006). Ini ironis, mengingat salah satu fungsi utama pajak adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan barang-barang

kebutuhan publik. Angka Rp 91,6 triliun dalam APBN 2006 untuk pembayaran

utang dan bunga sedikit banyak telah menjelaskan betapa pahitnya terbebani

utang luar negeri. Beban berat ini menuntut adanya alternatif pembiayaan

pembangunan yang lebih baik. Skema-skema pembiayaan pembangunan

dengan prinsip syariah yang mulai berkembang serta potensi jumlah dana

syariah yang besar menjadi alternatif strategis untuk mengakhiri

ketergantungan pembiayaan berbasis hutang yang menghasilkan beban bunga.

2. Peluang Pembiayaan Infrastruktur

Berdasarkan Road Map Pembiayaan Infrastruktur 2005-2009, disebutkan bahwa

dalam 5 tahun ke depan, Pemerintah RI akan mendorong pembangunan

infrastruktur dengan kebutuhan pembiayaan mencapai Rp1.400 trilyun. Nilai

pembiayaan tersebut rencananya akan dipenuhi dari berbagai sumber

pembiayaan seperti hibah bantuan Aceh (1%), APBN (17%), dan sumber dana

domestik (21%). Dari skema tersebut masih ada sekitar Rp 810 trilyun yang

belum jelas darimana sumber pembiayaannya (funding gap) (lihat Gambar 1).

Funding gap inilah yang kemudian ditawarkan kepada investor melalui

Infrastructure Summit 2005 dan Infrastructure Summit 2006 yang akan digelar

bulan November nanti.

Gambar 1: Struktur Pembiayaan Infrastruktur

Page 124: Corporate finance,pdf

124

Sumber: Kementerian BUMN (2005)

Dalam skema pendanaan pembangunan infrastruktur melalui optimalisasi

dana domestik, BUMN memiliki peran strategis dan diharapkan dapat

menyumbang sebesar Rp 304 trilyun. Kontribusi tersebut terutama dari BUMN

infrastruktur. Dari sejumlah 139 BUMN pada tahun 2005, terdapat sekitar 28

BUMN yang bergerak langsung di sektor pembangunan dan penyelenggaraan

jasa infrastruktur dengan cakupan bidang usaha yang sangat luas dari mulai

jalan tol, telekomunikasi, bendungan, dan lain sebagainya (lihat Tabel 1).

Secara kepemilikan, sebagian besar BUMN-BUMN yang bergerak di bidang

infrastruktur tersebut masih 100% dimiliki Pemerintah, atau sebagian besar

sahamnya dimiliki oleh Pemerintah.

Tabel 1: BUMN Yang Bergerak Di Bidang Pengadaan Infrastruktur

No Nama BUMN Produk Kepemilikan

1 Perum PERUMNAS Perumahan 100%

2 PT Adhi Karya Tbk Gedung 51%

3 PT Brantas Abipraya Bendungan, Dam 100%

4 PT Hutama Karya Jalan layang 100%

5 PT Istaka Karya Gedung, Jalan 100%

6 PT Nindya Karya Gedung, Bendungan 100%

7 PT Pembangunan Perumahan Gedung 51%

8 PT Waskita Karya Gedung, Jalan, Bendungan 100%

9 PT Wijaya Karya Gedung, Jalan 100%

10 PT Bina Karya Konsultan Konstruksi 100%

11 PT Indah Karya Konsultan Konstruksi 100%

12 PT Indra Karya Konsultan Konstruksi 100%

13 PT Virama Karya Konsultan Konstruksi 100%

14 PT Yodya Karya Konsultan Konstruksi 100%

Page 125: Corporate finance,pdf

125

15 PT Angkasa Pura I Kebandarudaraan 100%

16 PT Angkasa Pura II Kebandarudaraan 100%

17 PT Pelabuhan Indonesia I Pelabuhan 100%

18 PT Pelabuhan Indonesia II Pelabuhan 100%

19 PT Pelabuhan Indonesia III Pelabuhan 100%

20 PT Pelabuhan Indonesia IV Pelabuhan 100%

21 PT Amarta Karya Konstruksi 100%

22 PT Jasa Marga Jalan Tol 100%

23 PT. PGN, Tbk Transportasi Gas 61%

24 PT. PLN Kelistrikan 100%

25 PT Kereta Api Indonesia Perkeretaapian 100%

26 PT Telkom Tbk Telekomunikasi 51,19%

27 Perum Jasa Tirta I Pengairan 100%

28 Perum Jasa Tirta II Pengairan 100%

Sumber: Kementerian Negara BUMN, diolah IEI (2006).

Harapan ini didasari oleh potensi besar yang dimiliki oleh BUMN infrastruktur

tesebut. Dalam aspek keuangan misalnya, pada tahun buku 2005, BUMN-

BUMN tersebut mencatat nilai total laba bersih sebesar Rp4,6 trilyun atau 14%

dari total laba bersih seluruh BUMN. Sedangkan untuk nilai penjualan, BUMN-

BUMN tersebut membukukan nilai penjualan lebih dari Rp149 trilyun atau

sekitar 23% dari total penjualan seluruh BUMN. Dalam hal aktiva, tercatat lebih

dari Rp330 trilyun. Data tersebut belum termasuk beberapa BUMN yang secara

tidak langsung atau secara tidak dominan terlibat di dalam pembangunan

infrastruktur seperti PT Pertamina, PT Tambang Batu Bara Bukit asam Tbk,

data tersebut juga tidak termasuk sejumlah BUMN yang kepemilikannya

minoritas, sebagi misal PT Indosat. Fakta-fakta tersebut di atas menunjukkan

pentingnya optimalisasi BUMN secara keseluruhan dalam mendukung

pembangunan infrastruktur.

Nilai komitmen pembiayaan infrastruktur dari BUMN sebagian besar

didominasi oleh beberapa BUMN besar seperti PT Jasa Marga, PT PLN, Perum

Perumnas, PT KAI, dan PT PGN Tbk (lihat Gambar 2). Seperti diketahui,

proyek-proyek infrastruktur biasanya adalah mega proyek yang hanya dapat

dilakukan oleh perusahaan besar dengan modal dan kemampuan investasi

yang besar pula. Karakter bisnis ini sekaligus menjadi entry and exit barrier of

industry. Ini berarti, hanya perusahaan dengan ketersediaan aktiva dan

kemampuan modal yang cukup saja yang akan bisa memenangkan tender dan

bertahan di dalam industri. Sementara itu dari sekian BUMN yang bergerak di

Page 126: Corporate finance,pdf

126

sektor infrastruktur hanya segelintir yang dapat memenuhi sifat bisnis ini.

Dilihat dari total aktiva, hanya 4 BUMN yang nilai total aktivanya di atas 10

trilyun yakni PT PLN (Rp 213 trilyun), PT Telkom Tbk (Rp 62 trilyun), PT PGN

(Rp 12 trilyun) dan PT Jasa Marga (Rp 10 trilyun).

Gambar 2: Komitmen Pembiayaan BUMN Infastruktur

Sumber: Kementerian BUMN (2005)

3. Alternatif Pembiayaan Infrastruktur

Sementara itu terkait dengan business risk dalam industri infrastruktur,

panjangnya jangka waktu pelaksanaan proyek, kompleksnya permasalahan

pembebasan lahan, besarnya nilai investasi, ditambah dengan potensi

timbulnya dampak sosial menjadi faktor utama tingginya risiko bisnis

infrastruktur ini. Akibatnya industri perbankan (meskipun itu BUMN

Perbankan) dan investor lainnya sebagai mitra pembiayaan menjadi terkesan

sangat hati-hati untuk memberikan pinjaman kepada pelaku-pelaku bisnis,

meskipun sudah ada jaminan dari pemerintah. Kondisi terakhir ini juga

menempatkan BUMN infrastruktur bermodal kecil senantiasa berada dalam

kondisi permodalan yang undercapacity. Kondisi ini lagi-lagi mengindikasikan

tentang perlunya pemerintah untuk segera melakukan terobosan-terobosan

untuk dapat memenuhi funding gap yang masih sangat besar, yang hampir

tidak mungkin dapat dipenuhi oleh pendanaan internal BUMN.

Selain itu BUMN sebagai entitas yang mandiri juga perlu mencari terobosan–

terobosan baru untuk menggandakan kemampuan dalam penyediaan dana

pembiayaan pembangunan infrastruktur. Sebagai contoh, infrastruktur di

bidang kelistrikan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang diperkirakan

mencapai Rp 20 triliun. Dana tersebut dipakai untuk membangun pembangkit

dengan daya sebanyak 900 megawatt sebesar Rp 9 triliun, transmisi sebesar Rp

4,5 triliun, jaringan distribusi sebesar Rp 6 triliun, dan sisanya untuk sarana

niaga. Dana tersebut akan diperoleh dari pendanaan sendiri, pinjaman dan

penjualan obligasi. PLN terus mengundang investor untuk pengembangan

Page 127: Corporate finance,pdf

127

pembangkit sebesar 20.000 megawatt. Pembangunan pembangkit sebesar itu

diperkirakan membutuhkan dana US$ 30 miliar. Pembangunan pembangkit

penting untuk menghindari krisis listrik dan memenuhi kebutuhan pada 10

tahun mendatang. Dari kebutuhan tersebut, PLN hanya mampu mendanai

sebesar US$ 9 miliar hingga 10 miliar. Selain itu, pemerintah juga hanya

memberikan komitmen untuk menyediakan dana sebanyak 4 miliar dollar AS.

Rencana PLN untuk segera menerbitkan obligasi syariah (sukuk) patut

disambut dengan gembira. Awalnya, PLN merencanakan penerbitan obligasi

syariah (sukuk) senilai US$1,72 miliar dengan penjamin emisi UBS Securities,

dimana nilai obligasi itu mencapai 20% dari total proyek yaitu US$8,6 miliar.

Dana tersebut diperlukan untuk membiayai pembangunan pembangkit listrik

berkapasitas 10.000 MW dan rencananya sekitar 20% pendanaannya berasal

dari sukuk dan 80% berasal dari pinjaman. Pada Juni 2006, PLN telah menjual

obligasi senilai Rp 2,4 triliun, dari rencana semula Rp3 triliun. Dari surat utang

yang diterbitkan BUMN listrik tersebut, sekitar Rp 1,33 triliun dengan jangka

waktu 10 tahun memberikan tingkat imbal hasil mencapai 13,6%, Rp 865 miliar

dengan tenor 15 tahun memberikan tingkat imbal hasil 13,75% dan selebihnya

berupa obligasi syariah dengan imbal hasil 13,6%. Untuk tahap berikutnya

Pemerintah telah merekomendasikan penerbitan obligasi berbasis syariah

(sukuk) PLN sebesar US$ 800 juta-1 miliar, diharapkan penerbitan ini dapat

menjadi initial ice breaking untuk pembiayaan global berbasis syariah (Bisnis

Indonesia, 17/7/2006).

Potensi dana dari Timur Tengah diperkirakan bisa mencapai sekitar US$ 800

miliar yang didorong naiknya harga minyak di pasar internasional. Cash flow

di kawasan tersebut terus meningkat akibat melonjaknya harga minyak.

Fenomena ini membuat kawasan tersebut cenderung sulit untuk

mengalokasikan dana sehingga harus dimanfaatkan supaya dana ini masuk ke

Indonesia. Pemerintah Qatar melalui Qatar Investment Authority juga

berencana menanamkan modal untuk membangun infrastruktur di Indonesia.

Bahkan, Pemerintah Qatar telah menawarkan kerja sama kepada Pemerintah

Indonesia guna mengelola dana senilai 1 miliar dollar AS yang akan digunakan

untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur di Indonesia. Pemerintah Qatar

bersedia menanamkan dana sebesar 850 juta dollar AS atau 85 persen dari total

dana yang dibutuhkan. Sisanya 150 juta dollar atau 15 persen disediakan oleh

Pemerintah Indonesia. Dubai Islamic Bank, misalnya juga menawarkan dana

untuk pembangunan infrastruktur, monorel, dan usaha yang terkait dengan

ekspor. Selain itu sejumlah investor Timur Tengah juga berencana masuk ke

Lombok Tourism Development Centre (LTDC). LTDC berencana mengelola

Page 128: Corporate finance,pdf

128

kompleks turisme Mandalika Resort di Pulau Lombok seluas 1.175 hektare.

Mandalika Resort juga mencakup kawasan pantai pasir putih dengan panjang

delapan hingga sembilan kilo meter (Kompas, 17/7/2006).

Peluang investasi bagi pembangunan infrastruktur, khusus BUMN memiliki

peluang yang sangat besar, terutama terkait program Infrastructure Summit

yang menawarkan pembangunan sejumlah proyek besar. Langkah PLN

tersebut, akan memberikan multiplier effect yang sangat besar bagi masa depan

perkembangan sistem keuangan Islam (Islamic financial system) di tanah air.

Salah satu dampak yang akan sangat dirasakan manfaatnya, bahwa lembaga

keuangan syariah (lokal dan global), yang sedang kelebihan likuiditas akan

memiliki market untuk menginvestasikan dananya. Selain itu, langkah ini

diharapkan akan segera diikuti oleh BUMN lain yang juga menghadapi

kendala dalam proses pembiayaan pembangunan infrastrukturnya.

4. Model Pembiayaan Obligasi Syariah

Dengan melihat kondisi tersebut obligasi syariah (sukuk) yang memiliki

potensi besar, dapat menjadi alternatif pendanaan untuk pembangunan

infrastruktur yang menarik. Obligasi syariah, telah memiliki legitimasi yang

kuat secara syariah di Indonesia dan juga telah disetujui oleh Bapepam.

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI No: 32/DSN-

MUI/IX/2002, Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang

berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan perusahaan (emiten) kepada

pemegang Obligasi Syariah yang mewajibakan emiten untuk membayar

pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee

serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

Pada tahap awal Obligasi Syariah dikenal juga sebagai Muqarada Bond, diajukan

sebagai alternatif pengganti obligasi dengan komponen bunga (interest-bearing

bonds). Muqarada adalah sinonim dengan Qirad yang juga sama dengan

Mudharabah sebagai investasi dengan bagi hasil (profit-loss sharing). Instrumen

keuangan ini secara internasional mendapatkan pengesahan halal dari OIC

Academy (Lembaga Kajian Fiqh negara OKI).

Melalui fatwa tersebut, DSN sebenarnya mengkategorikan tiga jenis pemberian

keuntungan kepada investor pemegang obligasi syariah. Yaitu, pertama adalah

berupa bagi hasil kepada pemegang obligasi mudharabah atau musyarakah.

Kedua, keuntungan berupa margin bagi pemegang obligasi murabahah, salam

atau istishna. Dan ketiga, berupa fee (sewa) dari aset yang disewakan untuk

pemegang obligasi dengan akad ijarah. Pada prinsipnya, semua obligasi

syariah adalah surat berharga bukti investasi jangka panjang yang

Page 129: Corporate finance,pdf

129

dikembangkan dengan mengacu pada prinsip muamalah Islami. Namun yang

membedakan obligasi syariah tersebut adalah akad dan transaksinya.

Tabel 2: Ringkasan Perbandingan Obligasi dan Sukuk

Obligasi

Konvensional Syariah Mudharabah Syariah Ijarah

Akad

(Transaksi) Tidak Ada

Mudharabah (Bagi

Hasil) Ijarah (Sewa/Lease)

Jenis

Transaksi - Uncertainty Contract ertainty Contract

Sifat Surat Hutang Investasi Investasi

Harga

Penawaran 100% 100% 100%

Pokok

Obligasi

saat Jatuh

Tempo

100% 100% 100%

Kupon Bunga Pendapatan/Bagi

Hasil Imbalan/Fee

Return Float/Tetap Indikatif berdasarkan

Pendapatan/Income

Ditentukan

sebelumnya

Fatwa

Dewan

Syariah

Nasional

Tidak Ada No. 33/DSN-

MUI/IX/2002

No: 41/DSN-

MUI/III/2004

Jenis

Investor Konvensional Syariah/Konvensional Syariah/Konvensional

Sumber: Iggi Achsien (2005)

Ada beberapa akad penting yang dapat menjadi basis pengembangan obligasi

syariah:

Akad mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana

pihak pertama (sahibul maal, investor) menyediakan modal sedangkan pihak

kedua (mudharib, emiten) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha

dibagi diantara mereka sesuai dengan kesepakatan dimuka yang dituangkan

dalam kontrak.

Musyarakah merupakan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk

suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi

dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung

bersama sesuai kesepakatan.

Page 130: Corporate finance,pdf

130

Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu

barang/jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa, tanpa diikuti

dengan pemindahan kepemilikan atas barang tersebut.

Murabahah adalah akad jual beli barang dimana pembeli dapat membayar

harga barang yang disepakati pada jangka waktu tertentu yang telah

disepakati. Penjual dapat menambah marjin pada harga pokok barang yang

dijual tersebut.

Salam merupakan kontrak jual beli barang dengan cara pemesanan dan

pembayaran harga lebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu.

Istishna merupakan akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang

tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara

pemesan (pembeli) dengan pembuat (penjual).

Kendati ragam akad tersebut banyak, namun sampai saat ini baru dua jenis

obligasi syariah yang sedang berkembang di Indonesia, yaitu: obligasi

mudharabah dan ijarah. Keduanya sesuai kaidah syariah namun berbeda

dalam penghitungan, penilaian dan pemberian hasil (return).

4.1. Obligasi Mudharabah

Obligasi mudharabah adalah kerja sama dengan skema bagi hasil pendapatan

atau keuntungan, obligasi jenis ini akan memberikan return dengan

menggunakan term indicative/expected return karena sifatnya yang floating dan

tergantung pada kinerja pendapatan yang dibagi-hasilkan. Secara praktek

obligasi mudharabah dikeluarkan oleh perusahaan (mudharib/emiten) kepada

investor (sahibul maal) dengan tujuan untuk pendanaan proyek tertentu yang

dijalankan perusahaan. Proyek ini sifatnya terpisah dengan aktivitas umum

perusahaan. Keuntungannya didistribusikan secara periodik berdasarkan

nisbah tertentu yang telah disepakati. Tapi tidak ditentukan presentasenya di

perjanjian awal (fixed pre-determined). Nisbahnya merupakan rasio pembagian

keuntungan riil dengan basis profit-loss sharing.

Gambar 3: Model Skim Sukuk Mudharabah

Sebagai contoh, Berlian Laju Tanker telah menerbitkan obligasi mudharabah

senilai Rp 100 miliar. Dananya digunakan untuk membeli kapal tanker (66%)

Page 131: Corporate finance,pdf

131

dengan tambahan modal kerja perusahaan (34%). Obligasi berjangka waktu 5

tahun yang dicatakan di BES dan KSEI ini memperoleh keuntungan dari bagi

hasil berdasarkan pendapatan perseroan dari pengoperasian kapal tanker MT

Gardini atau kapal lain yang beroperasi untuk melayani Pertamina, sehingga

return-nya berubah setiap tahun sesuai pendapatan.

4.2. Obligasi Ijarah

Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu

barang/jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa, tanpa diikuti

dengan pemindahan kepemilikan atas barang tersebut. Pemegang obligasi

ijarah akan mendapatkan keuntungan berupa fee (sewa) dari aset yang

disewakan. Penerapan akad ijarah untuk obligasi syariah dapat merujuk pada

penerbitan obligasi ijarah Matahari Departemen Store. Perusahaan ritel ini

mengeluarkan obligasi ijarah senilai Rp 100 miliar. Dananya digunakan untuk

menyewa ruangan usaha dengan akad wakalah, dimana Matahari bertindak

sebagai wakil untuk melaksanakan ijarah atas ruangan usaha dari pemiliknya

(pemegang obligasi/investor). Ruang usaha yang disewa adalah Cilandak Town

Square di Jakarta. Ruang usaha tersebut dimanfaatkan Matahari sesuai dengan

akad wakalah, dimana atas manfaat tersebut Matahari melakukan pembayaran

sewa (fee ijarah) dan pokok dana obligasi. Fee ijarah dibayarkan setiap tiga

bulan, sedangkan dana obligasi dibayarkan pada saat pelunasan obligasi.

Jangka waktu obligasi tersebut selama lima tahun.

Gambar 4 : Model Skim Sukuk Ijarah

Selain dua akad yang melandasi lahirnya obligasi syariah diatas, sebenarnya

beberapa akad-akad yang lain masih potensial dikembangkan, seperti: (a)

obligasi murabahah, (b) obligasi salam; dan (c) obligasi istishna. Dengan

demikian obligasi syariah masih memiliki keragaman model skim yang dapat

menampung berbagai kebutuhan pendanaan yang paling memungkinkan dan

sesuai bagi korporasi maupun pemerintah.

Page 132: Corporate finance,pdf

132

Para pakar keuangan yang objektif telah mengakui bahwa obligasi syariah

(sukuk) dengan sistem syariahnya akan jauh lebih baik daripada surat utang

dengan basis bunga. Hal ini didasari oleh beberapa ketentuan yang biasanya

harus dipenuhi dalam emisi obligasi syariah, yaitu (Karim, 2006): pertama,

penggunaan dana obligasi syariah sejak awal jelas untuk membangun proyek

tertentu. Kedua, risiko obligasi syariah terdefinisi sejak awal oleh proyek yang

dibiayainya. Ketiga, tuntutan kedisplinan penggunaan dana obligasi syariah

karena sifat peruntukan penggunaan dana yang terdefinisi secara jelas

berkaitan dengan proyek tertentu.

5. Perkembangan Obligasi Syariah di Indonesia

Hingga tahun 2005, baru ada 18 emisi obligasi dengan nilai Rp. 2,2 Triliun atau

sekitar dua persen dari total obligasi nasional. Pada tahun 2002 hanya ada satu

obligasi syariah dari indosat dengan nilai Rp. 175 Miliar. Tahun 2003, terjadi

enam emisi obligasi syariah dengan nilai Rp. 665 Miliar. Tahun 2004 ada

delapan emisi obligasi syariah dengan nilai Rp. 970 Miliar dan tahun 2005

terdapat emisi senilai Rp. 345 milyar. Barulah pada tahun 2006, PLN berencana

mengumumkan emisi obligasi dengan nilai Rp. 200 Miliar.

Tabel 5: Obligai Syariah Mudharabah di Indonesia

Tahun

Emiten Sektor

Rating

Nilai

Emisi

Return

2002

2003

2004

Indosat

Berlian Laju Tanker

Bank Bukopin

Syariah Mandiri

Ciliandra Perkasa

Bank Muamalat

Pembangunan

Perumahan (MTN)

Perkebunan

Nusantara

Telekomunikasi

Transportasi

Perbankan

Perbankan

Perkebunan

Perbankan

Konstruksi

Perkebunan

AA+

A-

BBB+

BBB

BBB

BBB-

BBB

BBB+

Rp. 175

Miliar

Rp. 60

Miliar

Rp. 45

Miliar

Rp. 200

Miliar

Rp. 60

Miliar

Rp. 200

Miliar

Rp. 100

Miliar

Rp. 75

miliar

15.75%

14.75%

13.75%

13.00%

17.70%

17.00%

13.75%

13.875%

Sumber: Diolah dari berbagai sumber, 2005.

Page 133: Corporate finance,pdf

133

Dalam perkembangannya berikutnya terjadi pergeseran akad yang melandasi

obligasi tersebut. Obigasi yang terbit pada tahun 2004 dan 2005 sebagian besar

mulai menggunakan akad ijarah. Sedangkan obligasi yang terbit pada tahun

pertama 2002 dan 2003 menggunakan akad mudharabah. Dari total 18 obligasi

yang diterbitkan tersebut, delapan obligasi diterbitkan dengan akad

mudaharabah dengan nilai sekitar 0,9 triliun, sedangkan sepuluh obligasi

lainnya menggunakan akad ijarah dengan nilai Rp. 1,2 triliun.

Tabel 6: Obligasi Syariah Ijarah di Indonesia

Tahun Emiten Sektor Rating

Nilai

Emisi

Return

2004

2005

Matahari

Putra Prima

Citra Sari

Makmur

Sona Topas

Berlina

Indorent I

Humpuss

Intermoda

Apexindo

Arpeni

Pratama

(MTN)

Indosat IV

Ricky Putra

Globalindo

Ritel Telekomunikasi

Ritel

Industri plastik

Transportasi

Transportasi

Pertambangan

Transportasi

Telekomunikasi

Industri tekstil

A+

A-

(Kasnic)

A+

(Kasnic)

A

A+

A+

(Kasnic)

A-

A

(Kasnic)

AA+

BBB+

Rp 100

miliar

Rp 100

miliar

Rp 40

miliar

Rp 85

miliar

Rp 100

miliar

Rp 120

miliar

Rp 150

miliar

Rp 100

miliar

Rp 285

miliar

Rp 60,4

miliar

13,8%

14,25%

14,5%

13,75%

13,25%

14%

12,5%

14%

12%

12,25%

Sumber: Diolah dari berbagai sumber, 2005.

Dari berbagai emisi obligasi syariah di tanah air tersebut, baru PLN yang akan

menerbitkan obligasi internasional, yang memungkinan bagi investor asing

untuk masuk. Terobosan PLN ini layak diikuti oleh BUMN yang lain, juga oleh

kalangan Swasta Nasional. Obligasi syariah internasional (korporasi maupun

pemerintah/negara) yang akan diterbitkan tentunya akan memberikan

manfaat strategis sebagai:

Page 134: Corporate finance,pdf

134

Akses atas investor-based baru, sehingga dapat merespon perkembangan

lembaga keuangan syariah (lokal dan global) yang sedang tumbuh secara

pesat;

Diversifikasi investor-based (lokal dan global), serta memberikan fleksibilitas

dalam strategi pendanaan jangka panjang yang dibutuhkan baik oleh

perusahaan maupun pemerintah;

Obligasi syariah ini memiliki banyak skema inovatif yang dapat dikembangkan

dengan biaya penerbitan yang juga kompetitif. Khusus untuk Obligasi syariah

pemerintah/negara, bermanfaat strategis untuk mendorong percepatan

pertumbuhan institusi keuangan syariah dan investasi syariah (khususnya di

Indonesia), sekaligus menjadi benchmark dalam investasi syariah di Indonesia.

5. Perkembangan Obligasi Syariah di Dunia Internasional

Perkembangan Oblogasi Syariah di dunia internasional sangat pesat. Hasil

survey dari Islamic Finance Service Malaysia (ISFM), pasar obligasi syariah dunia

tahun 2005 mengalami pertumbuhan hingga 300 %. Hasil ini didasarkan pada

kenyataan pasar sebagai berikut : (1) Outstanding obligasi syariah di Malaysia

yang pada akhir tahun 2004 telah berhasil mencapai US$ 6,7 milyar; (2)

Kenyataan dari penjualan obligasi pemerintah Pakistan pada bulan Januari

2005 yang mencapai US$ 600 juta dan oversubcribed (kelebihan permintaan) dua

kali lipat atau US$ 1,2 milyar; (3) Pada tahun 2005, IDB mengeluarkan obligasi

syariah sebesar US$ 500 juta; (4) penjualan obligasi syariah di Bahrain sebesar

U$ 152,2 juta; dan (5) penjualan obligasi syariah oleh dua underwriter global

ternama seperti CitiGroup dan HSBC Bank, pada kuartal pertama telah

mencapai US$ 600 juta.

Tabel 3: Global Sukuk yang diterbitkan Pemerintah

Beneficiary Nilia Emisi Tahun Emisi

Malaysia $ 600 M Juni, 2002

IDB $ 400 M Agustus, 2003

Qatar $ 700 M September, 2003

Bahrain $ 250 M February, 2004

Sarawak, Malaysia $ 350 M November, 2004

Pakistan $ 600 M December, 2004

Dubai (DCA) $1 BN December, 2004

Source: Nathif J. Adam (2005)

Selain itu perkembangan obligasi syariah dengan basis akad ijarah, baik yang

dikeluarkan oleh pemerintah maupun korporasi juga sangat pesat. Sampai

dengan tahun 2005 telah terdapat delapan belas sukuk ijarah pemerintah

Page 135: Corporate finance,pdf

135

dengan nilai total US$5.650 milyar. Obligasi ini dikeluarkan oleh Bahrain,

Dubai, Malaysia, Pakistan, Qatar, dan juga Jerman. Sukuk ijarah pemerintah ini

memiliki prestasi yang bagus, dimana hampir semua sukuk ijarah pemerintah

mengalami oversubscription. Bahkan, ada suatu kecenderungan dari buyers

sukuk tersebut untuk memegang hingga maturity-nya. Sedangakan untuk sukuk

ijarah perusahaan sampai dengan tahun 2005 telah ada sebelas sukuk ijarah

internasional senilai US$1.601 milyar.

Sayangnya potensi besar penerbitan obligasi syariah internasional baik oleh

perusahaan maupun pemerintah yang sudah dinikmati oleh banyak negara

belum mendapat respon yang antusias oleh Pemerintah dan BUMN Indonesia.

Padahal dengan potensi besar bangsa ini, baik sumber daya manusia maupun

sumber daya alamnya, sangat menarik buat investor. Terutama investor

syariah memang memerlukan proyek-proyek riil untuk dibiayai, bukan

sekedar aksi ambil untung (profit taking) jangka pendek.

Tabel 4: Beberapa Sukuk Perusahaan Internasional

Perusahaan/Negara Nilai

Emisi Keterangan

Guthrie, Malaysia US$ 250

M

First corporate Sukuk -

December, 2002

FIIB, Bahrain (Arcapita) US$ 75 M July, 2003

Hanco, Saudi Arabia US$ 26 M Fleet securitization

Tabreed, UAE US$ 100

M

Emaar, UAE US$ 65 M

Durat Al Khaleej, Bahrain US$ 120

M Development Sukuk

The Investment Dar (TID) US$ 50 M Musharaka Sukuk

Emirate Airlines, UAE US$ 550

M First ever Sukuk by an Airline

Amlak Finance, UAE US$ 200

M

Dubai Metals & Commodities,

UAE

US$ 200

M

Bahrain Financial Harbour,

Bahrain

US$ 134

M Development Sukuk

Commercial real estate company,

Kuwait

US$ 100

M

Source: Nathif J. Adam (2005)

Page 136: Corporate finance,pdf

136

Banyaknya proyek-proyek infrastruktur seharunya menjadikan Indonesia

mempunyai daya tarik luar biasa bagi investor syariah. Industri energi

(pertambangan, migas), industri berbasis sumberdaya alam (perkebunan), dan

industri infrastruktur berpendapatan valas (airport, seaport) merupakan sektor

yang biasanya paling diminati investor syariah. Perilaku investor syariah juga

agak berbeda dalam hal jangka waktu investasi. Investor syariah biasanya

memilih dan memiliki horison investasi jangka panjang, antara 5 sampai 15

tahun. Perhatian utama investor ini adalah pada keutuhan modal, return yang

kompetitif, namun dengan horison investasi yang panjang, bukan pada return

jangka pendek. Sayangnya sampai dengan saat ini, pemerintah belum secara

sistematis membangun brand dan citra Indonesia sebagai lokasi investasi yang

memberikan kepastian dan kenyamanan. Singapura, misalnya, hampir setiap

bulan mengirim delegasi tingkat tinggi yang berkunjung ke Negara-negara

Teluk untuk meyakinkan investor agar berinvestasi di Singapura.

Rencana penerbitan obligasi syariah negara (SUN Syariah) tampaknya masih

harus menunggu penyusunan UU SUN syariah baru atau menunggu

amandemen UU yang ada. Dan ini tentu membutuhkan waktu minimal satu

tahun, sehingga kemungkinan SUN syariah baru dapat diterbitkan tahun 2007-

an. Penerbitan SUN syariah dengan landasan hukum Perpu atau regulasi

lainnya di bawah UU semakin tertutup, karena dipandang riskan dan

memunculkan persoalan di masa mendatang. Alternatif yang tersisa untuk

menangkap peluang besar ini adalah penerbitan obligasi syariah internasional

oleh BUMN, dan pelajaran emisi sukuk oleh BUMN Sudan atau Cagamas

Berhard bisa dijadikan referensi (lihat box).

Studi Kasus Obligasi Syariah (Sukuk)

Studi Kasus Sukuk– Sudan

Sudan Financial Services Company (SFSC) berdiri mulai tahun 1998. Lembaga

ini sebagai pihak yang telah mengeluarkan Central Bank Musharakah

Certificates (CMCs), dan berhasil meraih permintaan tinggi atas penerbitan

sertifikat tersebut. Sertifikat CMCs ini merepresentasi asset Bank Sudan

(pemilik) pada sektor perbankan komersial. Asset ini membentuk suatu closed-

end fund, yang dimanage oleh SFSC. Tujuan utama CMCs adalah digunakan

sebagai alat kebijakan moneter berbasis syariah. Karena beberapa hal sertifikat

ini dihentikan, dan sertifikat ini menjadi landasan awal untuk pengembangan

berikutnya.

Government Musharakah Certificates (GMC)

SFSC kemudian mengeluarkan satu seri Government Musharakah Certificates

(GMC) yang mana merupakan klaim kepemilikan terhadap perusahaan milik

Page 137: Corporate finance,pdf

137

pemerintah (BUMN Sudan) dan bisa diperdagangkan di pasar sekunder.

Sertifikat ini diterbitkan mulai pada 2001. Sejak saat itu telah diterbitkan 24 seri

GMC tersebut. Sekarang GMC sedang memasuki masa penarikan dan akan

berhenti tahun 2007. GMCs merupakan instrumen dengan maturity jangka

pendek antara 3 sampai 6 bulan tetapi juga ada yang satu tahun. Nilai total

bersih yang diraih dari penerbitan dengan skema GMC untuk masing-masing

tahun (berakhir Desember) adalah: 12,9 milyar Dinar Sudan ( SD) tahun 2004;

SD 9,36 milyar tahun 2003 [ 0,21 per sen dari GDP]; dan SD 5,18 milyar tahun

2002 [0,13 per sen dari GDP].

Sertifikat ini merepresentasi kerjasama (partnership) atas beberapa perusahaan

milik pemerintah (BUMN Sudan). Kumpulan perusahaan tersebut membentuk

“underlying asset pool”

untuk kerjasama melalui GMCs. Kerjasama tersebut adalah untuk waktu yang

terbatas dan berakhir pada masa jatuh tempo sertifikat itu. Sertifikat

dikeluarkan melalui Sudan Financial Services Company (SFSC). Penjualan

sertifikat akan mengalihkan bagian kepemilikan dari kelompok perusahaan

milik pemerintah kepada pemilik sertifikat. Hanya warga Sudan yang diijinkan

untuk ambil bagian sebagai investor. Pemilik sertifikat akan menerima proporsi

dari laba yang dihasilkan oleh perusahaan dari kumpulan asset GMC. Setelah

jatuh tempo (maturity) pemerintah menebus (redeems) GMC pada harga yang

telah disepakati diawal (pre-agreed) yang secara normal menjadi nilai nominal

(face value) dari sertifikat. Dalam beberapa hal GMCs adalah semacam

instrumen privatisasi temporer (temporary privatization) dimana administrasi

dan kontrol dilakukan pemerintah, tetapi kepemilikan dan berkaitan dengan

arus keuangan diserahkan ke tangan pribadi dengan skema yang spesifik

tersebut.

Government Investment Certificates (GIC)

Government Investment Certificates (GIC) merupakan instrumen baru yang

telah diperkenalkan sejak tahun 2003 di Sudan. Instrumen ini merupakan

pengembangan setelah belajar dari eksperimen instrumen sebelumnya, seperti

CMC dan GMC yang lebih awal. Selain itu instrumen ini juga ditujukan untuk

merespon perubahan kebutuhan pendanaan pembangunan untuk mendukung

pertumbuhan ekonomi.

Struktur GIC melibatkan 3 pihak dalam kontrak : (1) Investor sebagai certificate

holders yang merupakan rabb al-mal; (2). Sudan Financial Services Company

(SFSC) bertindak sebagai mudarib (agent) yaitu sebuah investment company; (3)

Menteri Keuangan pemerintah Sudan sebagai users dari dana.

GIC secara esensial merupakan sertifikat mudarabah yang merepresentasi

modal mudarabah dalam bisnis Sudan Financial Services Company (SFSC).

Page 138: Corporate finance,pdf

138

SFSC dapat disebut sebagai perusahaan investasi yang membiayai proyek

pemerintah melalui skema ijarah, murabaha, dan istisna- yang merupakan skema

fixed return. Pemerintah adalah sebagai pihak dalam kontrak dan menjadi

entitas penjamin yang memiliki nilai kelayakan pinjam paling tinggi yang

mana mengurangi risiko kredit ke SFSC. Dengan demikian return untuk

pemilik sertifikat melalui SFSC menjadi sangat terjamin. SFSC menetapkan 5

per sen untuk pengelola (mudarib) dan 95 per sen dari dari keuntungan

(earnings) untuk pemilik sertifikat. Lebih lanjut untuk mengurangi resiko dan

sebagai tambahan, kesepakatan dibuat dalam bentuk paket perjanjian dengan

Menteri Keuangan (atas nama pemerintah). Dalam paket perjanjian tersebut

menyatakan bahwa investasi tersebut akan digunakan melalui skema ijarah,

murabaha, dan istisna, dimana keseluruhan jumlah yang dikeluarkan melaui

GICs untuk suatu periode tidak akan melebihi jatuh tempo sertifikat. Untuk

menjaga sertifikat terhadap kepatuhan syariah agar bisa diperdagangkan

(tradable) di pasar sekunder, maka SFSC memilih kontrak/akad ijarah sebagai

format dominan dari tiga kontrak tersebut. Fitur yang memungkinkan sertifikat

dapat diperdagangkan menyediakan jalan keluar untuk memperoleh likuiditas

yang mana menarik bagi investor. Dominannya ijarah juga mengurangi risiko

kredit tetapi disisi lain memperkenalkan risiko bisnis (atau resiko harga).

Sumber: Salman Syed Ali (2005: 75-80), Munawar Iqbal dan Tariqullah Khan

(2004: 45-50).

Gambar 5

Skema Government Investment Certificates (GIC)

Studi Kasus Sukuk– CagamasMalaysia

Cagamas Berhad merupakan Perusahaan Perumahan Malaysia yang didirikan

tahun1987 menyusul resesi dan liquidity crunch yang mengakibatkan kredit

perumahan menjadi terbatas, terutama untuk rumah tangga berpendapatan

Page 139: Corporate finance,pdf

139

menengah kebawah. Dengan modal disetor 150 juta ringgit, Cagamas

merupakan anak perusahaan dari sebuah lembaga keuangan besar di Malaysia.

Tahun 2005, Cagamas melakukan sekuritasisasi aset KPR syariah, ditawarkan

dalam bentuk obligasi syariah dengan skim musyarakah. Cagamas,

menerbitkan obligasi syariah dengan nilai 2,05 juta miliar ringgit. Obligasi itu

dibagi dalam enam tingkat mulai dari jangka waktu tiga hingga 15 tahun.

Cagamas menerbitkan sukuk tersebut untuk digunakan pembangunan

perumahan bagi pegawai negeri aktif (99,6 persen) dan pensiun (0,4 persen).

Obligasi ini ditawarkan melalui roadshow ke Hongkong, Singapura dan Timur

Tengah. Penerbitan obligasi sekuritisasi asset ini dikelola oleh CIMB dan HSBC

Bank Malaysia Berhad. Obligasi ini memperoleh rating AAA dari Rating

Agency of Malaysia dan Malaysian Rating Corporation.

Sebenarnya, penerbit obligasi syariah ini adalah pemerintah Malaysia.

Kemudian, melalui perusahaan perumahan, pemerintah menunjuk Cagamas

pada April 2004 untuk membuat sekuritisasi seluruh proyek perumahan yang

diperuntukkan bagi pegawai negeri dan pensiunan. Mandat dibuat tidak hanya

untuk saat ini tapi juga untuk proyek pembiayaan dan pembangunan

perumahan di masa mendatang.

Tujuan Cagamas adalah menyediakan tingkat likuiditas yang lebih bagi

mortgage lenders, mengurangi resiko pasar, membantu pembiayaan untuk

perumahan sosial, menopang sektor konstruksi, serta menciptakan pasar

perumahan untuk pribadi berpenghasilan tetap. Cagamas membeli mortgage

loans dari mortgage originators, secara fixed atau floating rate untuk 3 sampai 7

tahun. Ini hakekatnya merupakan pembiayaan yang dijamin oleh Cagamas atas

kredit lembaga keuangan ketika mortgage loans mengalami default. Cagamas

mengeluarkan debt securities ke investor, dalam bentuk obligasi dengan fixed

atau floating rate, yang disebut Cagamas notes, atau Cagamas Murabaha (Islamic)

Bonds.

Cagamas telah dengan sukses memelopori sejumlah produk yang bervariasi di

pasar meliputi: tingkat rate yang tetap dan variabel (fixed and variable rate), jatuh

tempo lebih panjang (longer maturities), Islamic debt, dan leasing/commercial

property lending. Cagamas menerima sejumlah perlakuan khusus penting dari

pemerintah Malaysia, karena tanpa aktivitas refinancing ini tidak akan

dirasakan menarik bagi pemilik dana utama (primary lenders). Loans yang dijual

kepada Cagamas tidak tergolong sebagai subyek reserve requirements bank

sentral. Sekuritas ini dapat digolongkan seperti asset liquid, dimana

perusahaan keuangan dan bank harus menambah cadangan 10% dari asset

yang berbentuk liquid ini. Sekuritas Cagamas memiliki bobot resiko 10%, hal

Page 140: Corporate finance,pdf

140

ini sangat rendah bila dibandingkan dengan rate 50% untuk kredit perumahan

atau untuk investasi lembaga kredit.

Sumber: Salman Syed Ali (2005: 74) merujuk Loïc Chiquier; Olivier Hassler;

dan Michael Lea (2004) dan Republika, 2 Agustus 2005.

7. Tantangan dan Inisiatif Strategis

Perkembangan instrumen dan sistem keuangan syariah baik dalam skala

domestik maupun global, secara strategis memberikan peluang kepada

Pemerintah dan BUMN untuk dapat memanfaatkan peluang alternatif sumber

pembiayaan pembangunan yang lebih beragam. Dalam memanfaatkan potensi

ini, Indonesia sangat tertinggal dibanding dengan Malaysia yang telah dapat

memanfaatkan dana investasi denga skema sukuk sebesar US$40 miliar dalam

beberapa tahun terakhir. Perkembangan tersebut memberikan tantangan

kepada otoritas pengaturan untuk dapat mengantisipasi perkembangan pasar

keuangan syariah lebih lanjut dalam hubungannya dengan pengembangan

instrumen pengendalian moneter dan instrumen pasar keuangan syariah

dalam kaitannya untuk memenuhi kebutuhan terhadap instrumen likuiditas

dan investasi baik dalam skala domestik maupun global, terutama dalam

upaya untuk mempermudah investor asing untuk masuk ke Indonesia.

Perkembangan penggunaan obligasi syariah sebenarnya telah dimulai pada

tingkat korporasi dan perbankan syariah di Indonesia. Namun demikian,

pengembangan instrumen pasar keuangan yang efisien akan juga ditentukan

oleh keberadaan instrumen keuangan pemerintah. Secara domestik,

keberadaan instrumen keuangan syariah yang diterbitkan oleh pemerintah

dapat digunakan sebagai sumber pendanaan dalam negeri dan kemungkinan

penggunaan instrumen tersebut sebagai piranti moneter. Secara internasional,

penerbitan instrumen keuangan syariah oleh pemerintah dapat berfungsi

sebagai benchmark bagi investor sehingga pricing dapat terbentuk secara

efisien. Namun demikian, lingkungan pendukung, terutama perangkat hukum

yang operasional pada saat ini belum memungkinkan pemerintah untuk

menerbitkan instrumen sukuk.

Dalam rangka mengembangkan obligasi syariah sebagai alternatif pendanaan

infrastruktur masih ada beberapa tantangan strategis yang perlu segera

diselesaikan:

Keterbatasan regulasi dimana: (a) belum ada peraturan yang memadai sebagai

dasar kepastian hukum untuk obligasi syariah; (b) UU SUN yang ada belum

mengakomodasi penerbitan obligasi syariah pemerintah; (c) tidak ada

Page 141: Corporate finance,pdf

141

kepercayaan hukum (trust laws) seperti halnya preseden yang dibutuhkan oleh

penerbitan obligasi syariah pemerintah di negara-negara yang lain; dan (d)

definisi efek “equity” dan “bonds” tidak lagi mencukupi untuk dapat

mengakomodasi berbagai peluang pengembangan skema obligasi syariah yang

memiliki keragaman kontrak/akad. Undang-undang yang berlaku seperti UU

No.24/2002 tentang Surat Utang Negara dan UU No.1/2004 tentang

Perbendaharaan Negara tidak memungkinkan untuk mendukung penerbitan

sukuk. Dalam UU No.24/2002 terdapat permasalahan yang sangat mendasar

dimana definisi utang yang tidak dikenal dalam syariah serta tingkat suku

bunga sebagai reference rate. Kendala dalam UU No.1/2004 yaitu berkaitan

dengan kebutuhan untuk penjualan dan lease back aset negara dalam setiap

penerbitan dan pembentukan SPV (Special Purpose Vehicle), serta status hukum

SPV dan organisasinya. Selain itu penerbitan sukuk harus memiliki tujuan

yang jelas seperti pembiayaan proyek baik yang bersifat currently tangible

maupun futurely tangible. Kondisi saat ini belum mengakomodasi tatacara

penerbitan revenue bonds yang karakteristik operasionalnya mirip dengan

sukuk dan belum tercakup dalam UU.No.24/2002.

Aspek operasional: (a) belum ada standar baku untuk operasional dan

ketentuan akuntansinya, hal ini tentu menyebabkan kegamangan praktisi

untuk mendukung pengembangan instrumen yang relatif baru ini; selain itu (b)

ketentuan fiqh versus hukum formal yang seringkali sering tidak sejalan.

Aspek pajak dimana aturan perpajakan atas transaksi keuangan syariah masih

belum mendapatkan kepastian.

Kebanyakan produk keuangan syariah yang berkembang saat ini kebanyakan

berbasis hutang (debt-based) atau lebih menyukai yang berbasis hutang (debt-

likely), sementara genuine keuangan syariah adalah condong untuk

mengembangkan profit-loss sharing.

Untuk menjawab tantangan itu ada beberapa inisiatif strategis yang perlu

segera dijalankan dalam upaya mengoptimalkan peluang pengembangan

instrumen obligasi syariah ini:

Kemauan dan keberanian kebijakan yang lebih mendukung pengembangan

instrumen ini. Disamping itu yang mendesak adalah bagaimana melengkapi

regulasi untuk memberi kepastian hukum. Untuk itu pemerintah perlu segera

menginkorporasi syarat legalisasi langkah-langkah dalam proses penerbitan

sukuk dalam proses revisi UU No.24/2002 dan 1/2004 yang direncanakan

untuk diselesaikan draft-nya pada pertengahan tahun 2006 ini.

Page 142: Corporate finance,pdf

142

Pemerintah perlu segera mendorong terbentuknya lembaga SPV milik negara

sebagai lembaga pengelola aset yang dapat digunakan sebagai media

penerbitan sukuk. Sehubungan dengan upaya penerbitan sukuk, pembentukan

SPV sebaiknya dilakukan berdasarkan perintah UU yang mengatur penerbitan

dan pengadministrasian Surat Utang Negara.

Pemerintah dapat pula memberikan peluang kepada BUMN untuk dapat

menawarkan investasi secara langsung baik melalui penerbitan sukuk maupun

project financing secara syariah atas proyek-proyek infrastruktur yang

direncanakan. Berikutnya setelah kelengkapan terpenuhi, dalam rangka

pembangunan infrastruktur, pemerintah perlu merealisasikan penerbitan

obligasi syariah pemerintah (lokal dan internasional), selain itu korporasi

BUMN terutama BUMN infrastruktur perlu segera merespon peluang tersebut.

Pemerintah, korporasi BUMN dan juga Swasta perlu menyadari potensi

industri keuangan syariah (terutama global) yang sedang bertumbuh sangat

cepat dan sedang kelebihan likuiditas sekarang ini.

Dalam hal aspek perpajakan dibutuhkan kebijakan yang jelas dan mendukung,

dan juga insentif yang memadai. Securities Commision Malaysia misalnya,

memberikan insentif pajak yang menarik untuk penerbitan obligasi syariah.

Dimana, biaya yang dikeluarkan terkait emisi obligasi syariah menjadi

pengurang pajak. Begitu juga dengan pendapatan dari obligasi syariah bebas

pajak. Belum lagi pembayaran zakat untuk obligasi syariah juga dihitung

sebagai pengurang pajak. Hal ini menjadikan sukuk Malaysia sangat diminati

investor internasional.

Berikutnya, dukungan berbagai kalangan sangat dibutuhkan dalam

pengembangan dan inovasi struktur investasi syariah yang lebih beragam,

terutama kearah income sharing sebagai genuine keuangan syariah

Instrumen dan sistem keuangan syariah telah berkembang dengan pesat, baik

dalam skala domestik maupun global. Sebagian besar sumber dana dan pasar

keuangan syariah masih dikuasai oleh Timur Tengah. Saat ini terdapat sumber

dana floating di pasar Timur Tengah yang dapat dimanfaatkan, besarnya

(secara unofficial) berkisar antara US$800 – 1.000 miliar USD. Dari dana parkir

tersebut, pasar Malaysia telah dapat memanfaatkan dana investasi sebesar

US$40 miliar dalam beberapa tahun terakhir.

Kunjungan Presiden SBY ke timur tengah belum lama ini, haruslah dijadikan

momentum untuk membuka cakrawala kita, bahwa pasca 11 september 2002,

telah terjadi perubahan orientasi investasi dana timur tengah yang notabene

dikuasi investor muslim, dari Eropa dan Amerika menuju pasar Asia. Dan

Page 143: Corporate finance,pdf

143

Indonesia seharusnya menjadi negara yang paling diuntungkan dengan

kondisi ini, apalagi peta permasalahan yang harus dituntaskan dalam

penerbitan Sukuk Negara sudah di terpaparkan.

Dengan melihat potensi tersebut, inovasi dan terobosan yang dilakukan oleh

PLN, perlu diikuti oleh BUMN yang lain dan juga oleh Pemerintah setelah

menyadari bahwa salah satu masalah utama dalam pembangunan ekonomi di

Indonesia adalah persoalan pembiayaan infrastruktur, dan dana obligasi

syariah merupakan alternatif pendanaan yang menjanjikan.

Page 144: Corporate finance,pdf

144

BAB 18. PENELITIAN INTEGRATIF KE DALAM JASA

KEUANGAN INDUSTRI DI TAIWAN:

HUBUNGAN BONDING TACTIS, MUTU

HUBUNGAN DAN KESETIAAN PERILAKU

Pembahasan ini mengembangkan dan dengan pengalaman menguji satu model

konseptual menguji antar cabang ilmu pengetahuan dan bonding tactis

konsumen,kepuasan konsumen, kepercayaan/komitmen yang mengikat dan

perilaku kesetiaan konsumen pada satu hubungan sistem pemasaran

berdasarkan tiga group pada contoh dari bank XYZ, salah satu pedagang yang

berkedudukan kuat dalam bank-bank taiwan, penemuan pembahasan

menyarankan bahwa produk keuangan dengan atribut produk berbeda akan

menguntungkan dari jenis perorangan dan taraf dari investasi hubungan yang

dapat diterapkan secara langsung untuk masing-masing produk.

Pengantar

pada pasar saat ini, banyak perhatian telah dibayar ke konsep dari hubungan.

dan konsep ini dengan antusias telah mencakup oleh kedua akademis dan

praktisi. terutama, penelitian telah memperlihatkan bahwa pemasaran

berhubungan dengan satu strategi yang sesuai untuk bankir komersil. Kimball

(1990) telah menyarankan bahwa hubungan dan produk mengorientasikan

strategi secara diametris ditentang untuk satu sama lainnya, dengan hubungan

orientasi bank usaha untuk memperpanjang hubungan dengan pelanggan dan

produk orientasi bank memotong jauh dalam hubungan competitor yang

berorientasikan konsumen.

seperti pada beberapa bisnis jasa lain, hal tak mudah dimengerti dari

banyaknya jasa pada sektor bank menyoroti kepentingan dari hubungan

manajemen konsumen. manfaat bagi ekonomi berhubungan dengan kepuasan

pelanggan yang berkedudukan kuat. dengan demikian hal ini telah terlihat

bahwa pelanggan ( kedua korporasi dan individu) siapa bersama dengan bank

untuk lima yang tahun yang telah dicapai jauh lebih profitabilitas

dibandingkan tahun pertama dari hubungan bank.penemuan selanjutnya juga

menandai adanya rata-rata penjual eceran bank yang memegang diantara 80

dan 85 persen dari penabungnya,dan bahkan suatu kekecilan peningkatan di

pimpinan dasar untuk keberuntung yang lebih tinggi. oleh sebab itu,

kesinambungan hubungan pelanggan adalah yang berharga untuk bank

dibandingkan sesuatu yang baru: yang tidak bisa dipungkiri lebih panjang

Page 145: Corporate finance,pdf

145

yang mempunyai rekening lebih tinggi keseimbangannya, secara relatif

menurunkan biaya rekening, dan jadilah lebih mungkin untuk produk dan

servis lain.

sesungguhnya akademis mengenali kepentingan dari hubungan praktek

pemasaran. bukti empiris pada sifat alami dan luas dari dampak ikatan siasat

pada hubungan mutu yang langka.terperinci, walau mutu hubungan

pemasaran punya satu dasar teoritis yang kuat pada industri dan alur

pemasaran. penelitian sistematis pada hubungan pemasaran pada satu

lingkungan konsumen adalah kekurangan. mayoritas dari riset hubungan

pemasaran difokuskan di dalam mendiskusikan antar cabang ilmu

pengetahuan di antara hubungan bonding tactis, mutu hubungan, dan

kesetiaan perilaku. lebih teliti pembahasan yang integratif, menekankan

berbagai karakteristik pelanggan, dan mendiskusikan efektivitas dari etika

dimana hubungan surat yang pengikat lebih sedikit. dengan spesific persoalan

dalam pikiran, obyektif untuk pembahasan ini terdiri dari 4 bagian:

1. untuk meringkas bukti yang sudah ada mempengaruhi urutan perilaku

dari hubungan pemasaran pada tingkat pelanggan perorangan. aspek ini

perlu dipertimbangkan sebab pedagang eceran sering terkepung oleh

ketidak-pastian dan keterangan yang tidak akurat yang kira-kira apa

keadaan yang benar untuk pelanggan, menghasilkan dalam hubungan

program pemasaran yang diterapkan secara efektif. Pedagang ecerakan

sebagian besar diberikan untuk membuat penggunaan dari strategi

tradional, ini sangat relevan untuk mengumpulkan keterangan persepsi

konsumen dari alternatif, memfokuskan hubungan strategi.

2. Untuk menawarkan satu model konseptual yang menggambarkan

dampak dari perilaku tertentu itu akan mengisyaratkan apakah bekas

pelanggan atau kerusakan dari perusahaan

3. Untuk melaporkan hasil dari satu pembahasan empiris menguji

hubungan di antara hubungan bonding tactics dan maksud dari

pelanggan

4. Untuk menyarankan satu agenda penelitian dimana oleh keterangan

sekitar level individu maksud dari pelanggan

Bagian berikutnya mengedepankan satu ulasan dari daftar pustaka,

kerangka konseptual dan hipotesis penelitian.

Kerangka konseptual dan hipotesis

ide dari latar belakang model ini adalah sejalan dengan pembahasan dari

De Wulf Et Al (2001). siapa yang diakui bahwa investasi waktu, upaya, dan

sumber daya tidak dapat diperoleh lagi yang selain pada satu hubungan

Page 146: Corporate finance,pdf

146

yang menciptakan ikat psikologis yang memotivasi pihak untuk

memelihara hubungan dan kumpulan harapan dari balasan. prinsip ini

diterapkan pada satu hubungan kalimat konsumen, sumber daya yang

tidak dapat diperoleh dari gambaran konsep dengan investasi hubungan

perasa.Konsep perantara dari mutu hubungan, yaitu diukur oleh kepuasan

pelanggan dan kepercayaan / persetujuan yang mengikat pada

pembahasan, dan konsep dihasilkan dengan kesetiaan perilaku, yang mana

mewujudkan balasan konsumen dari satu investasi pedagang

eceran,gambaran yang luas dimana konsumen mau memelihara hubungan

penjual dan pembeli mereka.sudut pandang ini adalah berupa argumen

konsumen dengan menunjukkan kesetiaan tertentu dalam balasan ke

penjual investasi dalam hubungan dengan pembelian produk mereka.

sebagai tambahan, peneliti sebelumnya juga membantah hal tersebut bahwa

konsumen merasa wajib untuk membayar kembali keramahan pemasar.

akhirnya, untuk menentukan luasnya dimana hubungan siasat pemasar

disumbangkan/diberikan untuk pengamatan dari hubungan investasi,

pengarang menilai interkoneksi di antaranya merasa hubungan investasi

dan 3 siasat hubungan pemasaran (ikatan(bonding) keuangan,ikatan sosial,

dan ikatan struktural), gagasan yang membedakan dari De Wulf Et Al

(2001) empat siasat hubungan pemasaran pemasaran (imbalan yang

terukur, penjualan lewat pos, perlakuan istimewa, dan hubungan

komunikasi antar pribadi).

Gambar 1 mewakili suatu model konseptual yang melukiskan urutan

perilaku dengan merasa hubungan investasi diantara campurtangan

variabel hubungan bonding tactics dan kepuasan pelanggan. Bagian dari

model ini ada pada taraf seorang pelanggan dan usulan hubungan bonding

tactics ini dan kepuasan pelanggan secara positif terkait dengan jasa

keuangan/produk. bagian kedua dari usulan model pelanggan yang puas

ini dan niat perilaku secara positif berkaitan. dengan demikian, hubungan

bonding tactics dan investasi hubungan perasa adalah faktor penentu

apakah suatu pelanggan akhirnya tersisa dengan kerusakan dari

perusahaan. secara spesifik hipotesis disajikan pada bagian berikut

Hubungan pemasaran

ketika Berry mengidentifikasi waktu 'Hubungan pemasaran' pada 1983, ini

adalah saat pertama kali ungkapan ini telah muncul di mana saja dari daftar

pustaka menunjukkan layanan topik pemasaran. sesuai dengan Berry dan

Parasuraman (1991), hubungan pemasaran adalah pelayanan organisasi apa

yang dipergunakan untuk menarik, memelihara dan memperkuat

Page 147: Corporate finance,pdf

147

hubungan di antara pelanggan dan pedagang eceran. Berry mengatakan

bahwa ' menarik pelanggan baru' hanya tiap cara yang ditempuh oleh

pedagang eceran dapat memperkuat hubungan di antara pelanggan atau

cara yang ditempuh oleh pedagang eceran mentransformasikan ke berbagai

(sebentar-sebentar dan baru) pelanggan ke dalam sesuatu yang setia. Oleh

sebab itu, bagaimana caranya membawakan kepuasan pelanggan menjadi

salah satu hal yang paling penting dalam ilmu pengetahuan tentang teknik

pedagang eceran itu harus menekan dan meletakkannya ke dalam praktek.

Hubungan bonding tactics

Siasat ikatan psikologis, emosional, ekonomi, atau lampiran fisik pada suatu

hubungan yang dibantu oleh perkembangan asosiasi dan pihak interaksi

serta ikatan bersama-sama berada dalam hubungan pertukaran. Sementara

penelitian sebelumnya pengertian dua jenis struktural dari struktur bonds

dan sosial Smith (1998) surat pengikat dan Empu sosial (1998) mengusulkan

bahwa fungsi bonds juga melayani untuk mengikat pihak ke satu

hubungan. Berry dan Parasuraman.

jalannya dividen pedagang eceran merangsang kesetiaan perilaku pelanggan

ke dalam tiga taraf: keuangan, ikatan sosial dan struktural bonding tactics.

sedangkan, banyak penelitian juga membesarkan klasifikasi berupa hubungan

taraf pemasaran Berry dan Parasuraman telah mendifinisikan.

Bagaimanapun, Berry membantah hal tersebut: di tiga level, solusi untuk

masalah pelanggan didisain ke dalam sistem pengiriman jasa dibandingkan

tergantungnya kepada keterampilan yang berhubungan dengan bangunan.

dasar analisa disini, De Wulf Et Al. (2001). dicirikan empat jenis dari siasat

hubungan pemasaran terbagi kedalam 4 level hubungan pemasaran: imbalan

terukur, dan tingkat dua hubungan pemasaran, penjualan lewat pos, perlakuan

istimewa dan komunikasi antar pribadi.

setidak-tidaknya, Pengarang Berry dan Pasuraman mendifinisikan hubungan

bonding (pengikat) yang paling lengkap dan integratif. Peltier dan Westfall

(2000) penelitian empiris juga teraplikasi ke model dari hubungan pemasaran

bonding dan kesetiaan perilaku pelanggan, tapi kertas ini akan berlanjut

mempergunakan posisi Berry dan Pasuraman dalam mendukung dan

menyatakan sebagai berikut: (sabda ' Bonding ' menunjukkan lebih ke satu

proses yang berkelanjutan, dan ' bonds (surat obligasi) untuk hubungan yang

nyata telah didirikan, di kertas ini, sabda 'hubungan bonds' atau lainnya,

dimaksudkan untuk jalannya pemasaran yang lebih berkelanjutan)

Keauangan Bonding Tactics

Page 148: Corporate finance,pdf

148

hal Ini menciptakan satu surat Obligasi/pengikat (bond) yang merangsang

motivasi konsumsi pelanggan dan memperoleh kesetiaan mereka dengan

menggunakan keputusan harga, harga diskon seperti itu dan tingkat bunga

yang lebih tinggi. Ini semacam integrasi yang menekankan fungsi harga dari

komponen pemasaran. Sejak surat obligasi/ pengikat (bond) ini mudah

ditandingi oleh kompetitor, ini tidak perlu menjadi satu kompetitif yang

didukung oleh keuntungan. Di samping itu. hubungan Bonding tactics

semacam ini adalah sama dengan fungsional surat obligasi/pengikat(bonds)

yang disediakan oleh Smith.Dan dengan demikian, wakil kebergandaan

dengan ekonomi, kinerja, atau ikatan peralatan atau pertalian servis untuk

meningkatkan kelestarian pada satu hubungan. Lagipula, Fungsional surat

obligasi/pengikat (bonds) dideskripsikan sebagai tugas ikatan (bonds),

diciptakan oleh ekonomi, strategis, teknologi (pengetahuan atau keterangan).

dan peralatan (produk atau menyangkut bidang jasa) memperoleh manfaat

bagi pihak penukar/pertukaran.

Sosial Bonding Tactics

sosial bonding tactics adalah ikatan pribadi atau menempa hubungan selama

interaksi di tempat kerja. Peneliti meliputi derajat dari pertemanan pribadi dan

kegemaran berbagi antara pembeli dan penjual. seperti halnya kegemaran dari

diri pribadi atau identitas melalui penyingkapan diri sendiri; kedekatan;

menyediakan dukungan atau nasihat; menjadi simpati dan mau

mendengarkan; seperti halnya rasa dari afiliasi/keanggotaan, lampiran, atau

mempunyai koneksi; dan berbagi pengalaman.

Meskipun akibat dari sosial bonding tactics mengandung arti menggantikan

atraksi harga, ikatan sosial menyediakan jasa kustomisasi yang

mengembangkan satu hubungan independen. mengijinkan pelanggan untuk

mengandalkan dan menjadi terpuaskan dengan jasa pedagang eceran, dan

membantu memahami dan belajar tentang kebutuhan pelanggan dan

harapannya. perusahaan express itu persahabatan atau bersyukur dengan

menyajikan hadiah ke pelanggan benar-benar mempunyai arti sosial.

personalia dapat mempergunakan dari macam-macam sosial tactics ini untuk

membangun hubungan dan meningkatkan mutu hubungan bahkan selanjutny.

Struktur Bonding Tactics

Struktur bonding tactics adalah simpul yang terjamin struktur,

administrasi,dan kelembagaan dari norma pada satu hubungan, ketentuan,

polis, prosedur, infrastruktur, atau kesepakatan memberikan struktur formil ke

satu hubungan; norma atau menentukan interaksi secara rutin: dan sistem

organisasi dan teknologi memungkinkan atau memudahkan interaksi. Secara

bersama-sama, teknik ini dapat menyediakan psikologis, sah, dan pertalian

Page 149: Corporate finance,pdf

149

pisik mengikat pesta kepada suatu hubungan dan membuat sukar untuk

menawarkan pertukaran mitra. Taktik mengikat ini menyediakan suatu

struktur memecahkan

Dengan menyediakan ini tingkat hubungan taktik mengikat,

perusahaan dapat memperkuat hubungan mereka dengan pelanggan. seperti

menyajikan penambahan nilai pelayanan dari pengintegrasian struktural

teknik terkait; mereka tidak hanya meningkatkan efisiensi dan produktivitas

pelanggan, mereka juga tidak dengan mudah disaingi oleh pesaing yang bisa

mempertinggi mengubah biaya-biaya. Jika taktik mengikat struktural

terintegrasi lebih lanjut dengan yang lain dua jenis taktik mengikat yang

dibahas lebih awal, akan jadi sulit para pesaing masuk kedalam pasar yang

ada pada perusahaan

Investasi hubungan yang dirasa

di dalam lingkungan jual beli sekarang, hubungan taktik mengikat memainkan

peran utama oleh karena sekarang meningkatnya arti konsumen dan perlunya

menyertakan relational kekayaan dari interaksi mereka dengan penjual. Secara

umum, menginvestasikan waktu, usaha dan sumber daya tidak dapat

diperoleh lagi selain menciptakan hubungan ikatan psikologis yang

mendorong pelanggan untuk tinggal bertahan di dalam hubungan itu dan

menetapkan suatu harapan reciprocation.

Ketika penyalur banyak membuat investasi hubungan kepada pelanggan,

maka pelanggan akan terkesan. Oleh karena itu, Smith menggambarkan

investasi hubungan dirasa maka persepsi konsumen akan menginvestasikan

sumber daya, perhatian dan usaha yang yang diarahkan pada memelihara atau

tingkatkan hubungan nya dengan pelanggan reguler. hubungan Investasi ini

tidak mempunyai nilai di luar dan tidak bisa diperbaiki jika mereka

mengakhiri di masa dating

Paper ini menginvestigasi bagaiman peran investasi hubungan dirasa,

akuntansi digunakan untuk menghubungkan antara taktik pemasaran dan

hubungan hubungan pemasaran. Sejalan dengan perspektif reciprocation yang

teoritis, materi pengukuran investasi hubungan menekankan tujuan

reciprocation dengan konsumen bahwa orang yang tak punya naluri berdasar

pada usaha yang dibuat oleh pedagang eceran. Banyak peneliti sudah

menyatakan hubungan taktik mengikat sangat menolong pelanggan yang

meningkatkan kesetiaan perilaku, seperti hubungan taktik mengikat pada

mutu hubungan. Akhirnya, De Wulf. juga menyimpulkan taktik hubungan

pemasaran itu akan mempengaruhi mutu hubungan yang secara tidak

langsung dirasakan di tingkat hubungan investasi.

Page 150: Corporate finance,pdf

150

Oleh karena itu, hubungan taktik mengikat yang diterapkan oleh pengecer

diposisikan lebih dahulu dari investasi hubungan dirasa. Taktik seperti itu

akan menyediakan petunjuk managerial seperti apa pengaruh persepsi

investasi hubungan. hubungan Mutu ( kepuasan pelanggan, komitmen /

kepercayaan), yang akhirnya mempengaruhi kesetiaan perilaku dan

diposisikan sebagai konsekwensi dari hubungan investasi dirasa. Suatu hal

positif antara mutu hubungan dan investasi hubungan dirasa menyiratkan

bahwa konsumen saling memberi suatu tindakan pedagang eceran. Oleh

karena itu, hipotesis menjadi:

H1a diduga keuangan bonding tactics satu tingkat lebih tinggi

daripada hubungan investasi.

jika merasa lebih tinggi tingkat dari keuangan banding tactics

daripada satu tingkat lebih tinggi dari hubungan investasi

H1b diduga social bonding tactics satu tingkat lebih tinggi

dibandingkan hubungan investasi.

jika merasa lebih tinggi tingkat dari sosial bonding tactics

daripada satu tingkat lebih tinggi dari hubungan investasi

H1c Diduga struktur bonding tactics satu tingkat lebih tinggi

dibandingkan hubungan investasi.

jika merasa lebih tinggi tingkat dari struktur bonding tactics

daripada satu tingkat lebih tinggi dari hubungan investasi.

Hubungan Kepuasan

Kepuasan dengan hubungan dihormati sebagai suatu hasil hubungan penting

bagi penjual-pembeli. Hubungan kepuasan digambarkan sebagai suatu

konsumen secara cenderung menyatakan hasil suatu keseluruhan apprasial

dari hubungannya dengan pengecer.

De Young ( 1986) menemukan bahwa semakin individualised taktik

pemasaran, kepuasan pelanggan akan lebih tinggi. Baru-baru ini peneliti juga

mengusulkan hubungan taktik mengikat mempengaruhi mutu hubungan

melalui investasi hubungan dirasa. Oleh karena itu, derajat tingkat dan macam

hubungan yang berbeda taktik mengikat boleh mengakibatkan derajat tingkat

kepuasan pelanggan berbeda pula.

Prinsip hal timbal balik pun dipertimbangkan sebagai salah satu dari efek yang

paling sempurna ditemukan di dalam literatur psikologis. Yang biasanya, hak

perilaku akan membantu perkembangan atmosfir positif, memindahkan

rintangan untuk mengambil resiko dan memungkinkan hubungan untuk

Page 151: Corporate finance,pdf

151

bergerak maju. Bagozzi ( 1995) juga menunjukkan bahwa peristiwa hal timbal

balik dengan jelas dapat dipastikan hadir di hubungan konsumen.

Oleh karena itu, sekali perasaan pelanggan dicukupi dengan investasi

hubungan pedagang eceran, ada suatu kesediaan untuk membangun suatu

hubungan jangka panjang, dan tingkat kepuasan dengan pengecer menjadi

lebih tinggi. Hipotesis akan mengikuti

H2a diduga hubungan investasi satu tingkat lebih tinggi

dibandingkan kepuasan pelanggan.

jika merasa lebih tinggi tingkat dari hubungan investasi dari pada

satu tingkat yang lebih tinggi dari kepuasan pelanggan

Kepercayaan dan Komitmen

Henning Thurau dan Klee ( 1997) menemukan bahwa mutu hubungan menjadi

faktor utama yang mempengaruhi pelanggan berperilaku membeli kembali.

Sementara itu, Morgan dan Hunt mempertimbangkan komitmen dan

kepercayaan merupakan variabel utama yang membuat hubungan pemasaan

sukses. De Wulf. Odekerken-Schroder. juga menemukan hasil yang sama.

Kepercayaan

Perkembangan kepercayaan merupakan gagasan untuk menjadi suatu hal yang

penting untuk penanam modal dalam dyadic hubungan pembeli-penjual.

Moorman (1993) memberi gagasan bahwa kepercayaan adalah semacam

kesediaan mempercayakan pada mitra transaksi, siapa yakin satu sama lain.

Morgan nad Hunt (1994) mencoba untuk menjelaskan kepercayaan sampai

pada konsep keandalan dan kepercayaan. Mereka pikir kepercayaan itu

menjadi kepercayaan yang dirasa dapat mengukur kejujuran dan keandalan

mitra transaksi. Kepercayaan diperlakukan sebagai suatu basis sempurna

untuk membangun hubungan yang stabil di riset yang relevan pada hubungan

pelanggan. Karenanya diduga bahwa kepercayaan menjadi unsur yang utama

yang dilibatkan di dalam mengembangkan hubungan tingkat tinggi, terutama

sepanjang periode awal menyangkut pengembangan hubungan itu.

Komitmen

Komitmen biasanya dihormati untuk suatu hasil yang baik dan penting

relational interaksi. Bennett ( 1996) berargumentasi bahwa kekuatan komitmen

pelanggan tergantung pada persepsi usaha mereka yang dibuat oleh penjual.

Dwyer. ( 1987) yang mengatakan bahwa komitmen adalah bpenuh dengan

manfaat yang berkelanjutan dan bertambah bagi masing-masing mitra.

Moorman. juga mengatakan bahwa pelanggan yang merasa terikat dengan

suatu hubungan mungkin mempunyai suatu kecenderungan lebih besar untuk

bertindak oleh karena kebutuhan mereka untuk tinggal konsisten kepada

komitmen mereka

Page 152: Corporate finance,pdf

152

Lagipula, beberapa pengarang yang sudah pengalaman menyelidiki

hubungan antara kinerja relational, telah membangun persamaan ke investasi

hubungan, dan komitmen hubungan. Oleh karena itu, komitmen tidak hanya

suatu karakteristik penting untuk memelihara hubungan baik dan lama, tetapi

juga suatu ungkapan kesediaan bahwa pelanggan ingin tinggal bersama

pengecer. Ketika proporsi komitmen menjadi luar biasa, tidaklah sukar untuk

menyimpulka bahwa hubungan timbal balik menjadi lebih stabil. Karenanya

komitmen merupakan suatu variabel penting di dalam pengukuran hubungan,

terutama ketika mendiskusikan konsep suatu hubungan dengan waktu yang

lama

Setelah meninjau ulang literatur yang relevan tentang hubungan

berkualitas, komitmen dan kepercayaan, ditemukan hubungan itu sebagian

besar suatu timbal balik menyangkut kekuatan makro dari hubungan dan

kepuasan pelanggan mengenai kebutuhan dan harapannya. Kenggunaan studi

kepercayaan, kepuasan dan komitmen sebagai pengukuran mutu hubungan

yang utama, dan menggambarkan komitmen / kepercayaan sebagai keinginan

kronis konsumen untuk melanjutkan suatu hubungan dengan pedagang

eceran, bersama-sama dengan kesedaan konsumen untuk memastikan upaya

untuk memelihara itu. Oleh karena itu, berikut diusulkan :

H2b diduga hubungan investasi satu tingkat lebih tinggi

dibandingkan/daripada komitmen/kepercayaan.

jika merasa lebih tinggi tingkat dari hubungsn investasi dari pada

satu tingkat lebih tinggi dari komitmen/ kepercayaan.

H3 diduga kepuasan pelanggan satu tingkat lebih tinggi

daripada/dibandingkan komitmen/kepercayaan.

Jika merasa lebih tinggi tingkat dari kepuasan pelanggan

daripada satu tingkat yang lebih tinggi dari

komitmen/kepercayaan

perilaku Kesetiaan Pelanggan

Henning-Thurau and Klee mengususlkan mutu hubungan adalah suatu

pengulangan kembali perilaku membeli. Morgan dan Hunt menemukan

pendukungan empiris untuk hubungan antara komitmen pelanggan dan

persetujuan, kecenderungan untuk meninggalkan dan kooperasi,yang mana

semua menghormati hasil hubungan perilaku. De Wulf, menggambarkan

hubungan kesetiaan perilaku sebagai gabungan ukuran yang didasarkan pada

suatu frekwensi pembelian konsumen dan jumlah yang dibelanjakan pedagang

eceran dibandingkan dengan jumlah dibelanjkan pengecer dari yang mana

Page 153: Corporate finance,pdf

153

konsumen membeli. Dengan kata lain, kesetiaan perilaku diukur sebagai

kombinasi yang unik dari indikator perilaku, sependapat dengan Sirohi (1998)

dan Pritchard (1999). Dalam pada itu, beberapa keterangan empiris mengenai

hubungan yang telah ditemukan antara dimensi mutu hubungan dan perilaku

kesetiaan. Meski demikian kelompok sarjana memberikan gagasan standard

pengukuran perilaku kesetiaan pelanggan harus sesuai dengan pilihan

pelanggan cara yang ditempuh oleh mereka memuji didepan umum memuji

Oleh karena itu, hipoteisinya adalah bahwa:

H4 diduga komitmen/kepercayaan satu tingkat lebih tinggi

dibandingkan kesetiaan behavioural (yang berhubungan dengan

tingkah laku manusia).

jika merasa lebih tinggi tingkat dari komitmen/kepercayaan

daripada satu tingkat lebih tinggi dari kesetiaan behavioural

(yang berhubungan dengan tingkah laku manusia)

Metode

Studi objek dan contoh

Untuk mengamati urutan perilaku dari model pemasaran hubungan

menyangkut industri jasa keuangan, salah satu bank yang paling terkenal

di Taiwan dipilih. contoh Bank XYZ Bank, ditemukan lebih dari 30 tahun

yang lalu merupakan satu lembaga keuangan terkemuka Taiwan'S.

menawarkan suatu cakupan jasa perbankan yang berbeda untuk

memenuhi kebutuhan pelanggannya . Pada ujung 2002, telah

mempunyai suatu jaringan tujuh kantor perwakilan dan cabang dan lebih

dari 300 karyawan di Taiwan

Bank mencari yang pantas disukai bank untuk pelanggan ini dan dengan

pendirian kuat untuk peningkatan mutu jasa yang lebih panjang. Produk

utama keuangan Bank XYZ meliputi bermacam-macam dana kepercayaan

mortgage, pinjaman bisnis jangka menengah dan jangka panjang, pinjaman

rumah, pinjaman konsumsi, deposit dan kartu kredit dan asuransi seperti visa,

master card dan JCB.

Data untuk perkembangan ilmu yang terbaru telah dikumpulkan dari

departemen pelayanan pelanggan dari Bank XYZ untuk pinjaman deposito dan

kartu kredit. Dengan bantuan Bank XYZ setiap departemen telah tersedia

secara acak dengan 1000 survey yang akan diberikan kepada pelanggan-

pelanggan mereka sendiri selama periode waktu Mei 2002 sampai juni 2002.

Untuk menghindari efek permintaan, partisipan-partisipan tidak mengetahui

para peneliti secara personal. Para responden dijamin bahwa jawaban akan

diterbitkan tanpa nama.

Page 154: Corporate finance,pdf

154

Ukuran sampel terakhir dengan quisioner yang valid / memenuhi syarat

adalah 396 dari pinjaman departemen , 431 dari departemen deposito dan 216

dari departemen kartu kredit, rata-rata responden berturut-turut 39,6%, 43,1%

dan 21,6%. Metode sampling berhasil pada responden solicitng dengan

berbagai karakter personal pribadi dan firm/perusahaan, seperti yang

digambarkan pada tabel 1.

Perkembangan Ukuran

Quisioner administrasi sendiri digunakan untuk semua ukuran, variabel

independen (tidak terikat) dari penelitian yang berhubungan dengan taktik

bonding, meliputi banding keuangan, sosial dan struktur. Taktik ini didasarkan

pada Barry dan Parasuraman. Dalam hal variabel terikat, kesetiaan pelanggan

yang mengidentifikasikan tindakan khusus dari para pelanggan, kekuatan

hubungan antara tindakan dan pengukuran index meliputi keinginan

repurchasing yang diperkurakan kembali, rekomendasi pada yang lainnya dan

maksud perkiraan intersecting. Seperti halnya variabel intermediate, kualitas

hubungan merefleksikan kekuatan secara keseluruhan dari tingkat hubungan

dan derajat kepuasan pelanggan terhadap kebutuhan dan harapannya.

Selanjutnya hal itu mengarah kepada membangun hubungan yang baik dengan

pelanggan dengan mengggunakan konsep hubungan pemasaran dan biaya

tranksaksi pelanggan dan ketidak jelasan. Disini diibaratkan dengan investasi

hubungan. Kepuasan hubunga dan kepercayaan digunakan sebagai ukuran

utama pada kualitas hubungan.

Metode Analisis Data

Berdasarkan Kanya Anderson dan Gerbing (1988), model dicoba dengan

menggunakan bentuk ekuasi struktur . Yang pertama yaitu analisis faktor

Confirmatory (CFA) digunakan untuk mengevaluasi validnya perubahan

terhadap validnya konvergen dan diskriminasi. Pada tahap kedua langkah-

langkah analisis ditampilkan untuk menguji hipotesis penelitian secara

empirik. Prosedur tahap analitik akan menjadi umum dalam penelitian.

Evaluasi Model Keseluruhan

Tabel 2 menampilkan nilai statistik yang jelas. Chi-Square hampir

signifikan (P<0,05)66 kecuali untuk departemen kartu kredit (P=0,08), sebuah

penemuan yang tidak biasa dengan ukuran sampel yang besar. Rasio Chi-

Square terhadap derajat kebebasan didalam rentang yang bisa diterima untuk 3

sampel.

Nilai-nilai untuk CFI, NNFI, kesalahan rata-rata akan pangkat dua

approximasi (RMSEA) dan rata-rata yang akan distandarkan (1995, 1999), nilai-

nilai ini adalah 0,95 untuk CFI dan NNFI 0,06 untuk RMSEA dan 0,08 untuk

Page 155: Corporate finance,pdf

155

SRMR yang diberikan bahwa tingkat dari seluruh kebaikan dari indeks tetap

adalah akurasi dan bahwa model tersebut telah dikembangkan pada dasar

teoritikal, dan level tinggi yang diberikan kepada sampel berlawanan secara

konsisten, tidak ada spesifikasi kembali dari bentuk yang telah dibuat.

Penemuan ini mempermudah evaluasi keakuratan dari pengukuran dan model

struktural.

Evaluasi Model Pengukuran

Bagian ini membutuhkan kualitas dan adekuasi dari usaha pengukuran

dengan cara menginvestigasi kesatuan dimensi dari segala dimensi konvergen,

validitas, reliabilitas, diskriminasi, dan kesamaan metrik.

Pertama menurut Anderson dan Gerbing (1988), validitas konvergen

dapat dibantu dengan cara penerjemahan, dimana setiap koofisien pola

perkiraan indikator.

Pembentukan penggarisbawahan yang diajukan signifikan (lebih besar

dari 2 kali kesalahan standar). Ujian dari loading mengidentifikasi bahwa

semua faktor loading untuk indikator individu adalah penting. Inspeksi

koofisien alpha Cronbach membuktikan bahwa diantara 7 koofisien alpha dari

setiap departemen, semua perubahan lebih besar daripada 0,70, sebuah

penemuan yang mendemonstrasikan reliabilitas yang bisa diterima. Hasil ini

menyediakan dukungan untuk kesatuan dimensi dari skala.

Kedua, CFA digunakan untuk mengetes adekuasi dari model

pengukuran. Dalam hal pertama, CFA digunakan untuk semua perubahan.

Setelah itu, pemisahan CFA digunakan untuk perubahan endogeneous. Model

pengukuran yang diajukan diperkirakan oleh penggunaan program LISREL

8,52.

Hasilnya menunjukkan alasan semua fit yang dapat diterima antara

model dan data yang diobservasi. Seperti yang nampak pada tabel 2, untuk

model perubahan exogenous CFA, perubahan endogenous atau bahkan

kesempurnaan model fit dari model-model pengukuran (GFI) adalah

semuanya lebih tinggi daripada 0,90 kecuali untuk perubahan endogenous dari

departemen kartu kredit. Sebagai tambahan NNFI dan CFI sangat

mengharapkan rekomendasi 0,90 threshold level. Hasil ini menunjukkan

bahwa data yang beralasan membentuk model lagi.

KESIMPULAN DAN DISKUSI

Bank XYZ adalah institusi jasa keuangan yang paling terkenal di Taiwan.

Dengan kedatangan dari suatu jaman tentang tingkat bunga rendah dan

memperluas globalisasi, bank dalam industri jasa keuangan yang menghadapi

tantangan belum pernah terjadi.

Pinjaman departemen: transformasi harga

Page 156: Corporate finance,pdf

156

Sesuai dengan hasil yang didapat dari departemen pinjaman, ini dapat dilihat

pada sosial bonding taktics yang mempunyai kekuatan terbesar untuk

menentukan pelanggan yang merasa investasi hubungan. penemuan ini

mungkin diinterpretasikan seperti sehubungan dengan fakta pinjaman itu

adalah satu produk dengan hubungan yang bertahan lebih panjang,oleh sebab

itu transformasi harga ini adalah lebih tinggi dibandingkan biaya untuk barang

simpanan atau kartu kredit. oleh sebab itu, institusi jasa keuangan harus

menginvestasikan dalam pelatihan lebih sopan dan personalia dapat dipercaya.

yang seketika itu juga kecepatan tinggi jasa dan komunikasi tentang waktu

yang diperlukan untuk jasa produktif dan akurat diperlukan oleh pelanggan.

kategori kedua yang sangat kuat dari hubungan bonding tactics adalah ikatan

keuangan. hasil survei memperlihatkan bahwa tingkat bunga, sejumlah hipotek

dan nilai dari jaminan sekuritas diidentifikasi seperti faktor yang paling kritis

yang pengaruhi investasi hubungan pelanggan. kategori ketiga yang sangat

kuat dari hubungan bonding tactics adalah struktural bonding. hasil yang

memperlihatkan bahwa satu sistem pemeriksaan online, penetapan dari

infrastruktur, merencanakan dan menganjurkan pada pinjaman, aliansi dengan

industri lain, dan keluar produk keuangan itu dapat menjumpai pelanggan

diperlukan struktural bonding tactics yang kuat dari bank yang harus

mengambil catatan kuat.

Dalam umum, tingkat bunga adalah alat catatan yang tidak alat terbatas untuk

menarik pelanggan pinjaman atau, tiada gunanya dikatakan, apakah mereka

memelihara untuk satu hubungan pelanggan. di taiwan, bank sering mencoba

untuk memperpanjang hubungan mereka dengan pelanggan dengan

menyediakan banyaknya nilai pertambahan jasa yang lain, seperti pinjaman

moneter, jaminan, atau uang pada bank deposit. nilai tambah jasa ini untuk

beberapa luasnya mewakili naiknya nilai kelayakan pinjam. sebagai contoh,

jasa ini meliputi hak istimewa dari penggunaan ruangan VIP ; kemudahan dan

kenyamanan dari satu pelanggan terhormat, mempunyai fasilitas parkir

eksklusif dan diskon pada ongkos servis. ini semua adalah hubungan bonding

tactics manajer itu dapat bekerja untuk pelanggan dari pinjaman. oleh sebab

itu, hal ini dapat disimpulkan bahwa departemen dari pinjaman harus

menginvestasikan lebih sumber daya ini pada struktur bonding tactics.

Departemen deposito, zaman (era) dari tingkat bunga rendah

Dengan zaman (era) berkelanjutan dari tingkat bunga rendah, kesetiaan dari

pelanggan di masa yang deposito berjangka telah berubah. Sesuai dengan

taipei yang mendasari bank sentral dari cina, celah di antara tingkat bunga

untuk barang simpanan loansband didaftarkan oleh bank domestik umum

Page 157: Corporate finance,pdf

157

marrowed ke 2.66 poin persentase (4. 22 - 1. 56 per picis) pada kwartir detik

dari 2003. oleh sebab itu, orang-orang ditemukan membuat keputusan mereka

nampak di seluruh dunia yang didukung resesi ekonomi.

Sesuai dengan hasil yang mendapat dari departemen deposito, kategori

dari hubungan bonding tactics yang punya kekuatan pada investasi hubungan

perasa adalah ikatan keuangan. walau kuitansi dari yang daya tarik telah

menjadi satu pengaruh yang tidak efisien, daya tarik untuk deposito berjangka

masih bagian dari satu kas surat keseluruhan pelanggan; karenanya pelanggan

harus menawar tiap-tiap New Taiwan Dollar (NTD) pada daya tarik.

Morcover, keselamatan, kemudahan dan kesederhanaan adalah semua faktor

penting untuk departemen deposito.

sementara pelayanan mutu adalah faktor paling penting pada 1990an,

paling institusi jasa keuangan mencoba mengeluarkan keterangan dengan

lisan. Alhasil, interaksi manusia, kehormatan, dan bantuan yang bermanfaat

dari departemen deposito penting dipikirkan, tapi bukan sebagai mempunyai

banyak incremental pengaruhi. oleh sebab itu, koefisien alur dari bonding

tactics kemasyarakatan dari departemen deposito tidak berpengaruh nyata.

seperti untuk struktur bonding tactics, memperlihatkan hasil bahwa satu

sistem pemeriksaan online (e bank), mendirikan satu infrastruktur,

merencanakan dan nasihat pada manajemen keuangan, aliansi dengan industri

berbeda untuk kenyamanan atau jasa nilai tambah, dan persoalan produk

keuangan baru untuk menjumpai pelanggan yang diperlukan adalah siasat

substansiil bank yang harus memperhatikan pada operasi dari departemen

deposito.

secara umum, ini bukan satu hal mudah untuk bank memeilihara

hubungan dengan penabung ketika tingkat bunga menurun, di taiwan, bank

sering berusaha untuk memperpanjang hubungan mereka dengan pelanggan

dengan menyediakan banyak jasa pertambahan nilai yang lain untuk

pelanggan yang punya uang jumlah tertentu pada barang simpanan. ini

mungkin termasuk penggunaan dari kamar VIP, menikmati kasus dan

kenyamanan dari adalah satu pelanggan terhormat,fasilitas parkir eksklusif

dan diskon pada ongkos servis. Ini adalah semua struktur bonding tactics

manajer dapat bekerja.

Departemen kartu kredit: prioritas keuangan mendorong keuntungan

pelanggan

Jasa kartu kredit adalah tingginya kinerja dan komputer memperhebat

produk. di masa lalu, atribut keuangan seperti daya tarik dengan kredit,

kecepatan, kesederhanaan dan kasus dari persoalan kartu kredit

baru,ketuntasan dari penagihan, dan atribut pertambahan nilai yang lain,

Page 158: Corporate finance,pdf

158

asuransi seperti itu dan titik bonus, adalah faktor kritis yang pengaruhi

pelanggan untuk melamar kartu kredit. dengan perubahan era dari ' satu

pelanggan dengan banyak kartu kredit' dan ' tingkat bunga rendah', pelanggan

berawal meletakkan penekanan pada atribut lain, seperti mutu dari pelayanan

pelanggan dan aktivitas pertambahan nilai yang lain.

Dari hasil, sosial bonding tactics punya kekuatan yang paling pada

hubungan investasi untuk departemen kartu kredit; keuanganbonding tactics

punya kekuatan paling sedikit dan tidak berpengaruh nyata. seperti

diperlihatkan dengan struktural bonding tactics, pengetahuan pelayanan

online seseorang kepada pelanggan secara profesional, kehormatan/sopan

santun, mempercepat operasi dan keakuratan adalah atribut sangat penting

dalam ikatan sosial. Dengan demikian, bankir harus menginvestasikan

pelatihan sopan santun, profesional dan personalia yang dapat dipercaya.

Struktur bonding tactics, seperti itu memperoleh aliansi dengan industri

didiversifikasi untuk memperoleh keuntungan nilai tambah, seperti halnya

pelayanan e-bank dan fasilitas lain di bawah dasar struktural juga penting.

Di taiwan,bank sering mengeluarkan kartu kredit tanpa iuran tahunan,

terutama kartu gold dan platina. jenis dari kartu ini adalah dengan berbagai

diskon premi asuransi, tingkatkan mutu dengan asuransi, akumulasi dari mil

udara (airmiles) (sering dengan satu peningkatan mutu tempat duduk di

kabin), bebas biaya parkir di bandar udara dan penggunaan dari ruang VIP

dibandar udara atau bank. mereka bahkan menawarkan diskon pesiar atau

peningkatan mutu pada pesanan tempat hotel. semua ini adalah contoh

ikatan(bonding)dari jenis membangun hubungan dan ekstensi dari

membangun itu.

Perbandingan dari mutu hubungan dan kesetiaan perilaku

Dalam kaitan dengan apapun urutan perilaku membangun hubungan,

semua tiga departemen memperlihatkan bahwa dengan investasi hubungan

mempunyai akibat positif dan kuat pada kepuasan pelanggan. tersirat

penemuan ini investasi hubungan pada perasa, pelanggan akan dipuaskan

dengan investasinya pedagang eceran dan produk.

Untuk kepuasan yang dihipotesiskan sebagai kepercayaan/hubungan

komitmen dalam model relationship marketing, semua koefisien dalam tiga

bagian tersebut memiliki nilai yang signifikan karena memiliki jalur koefisien

yang signifikan. Untuk itu, dapat disimpulkan ketika seorang pelanggan puas

dengan hubunganinvestasi dengan retailer, mereka percaya pada kejujuran

retailer dan komitmen mereka sehingga retailer menjadi semakin kuat.

Page 159: Corporate finance,pdf

159

Hasil yang ada juga menunjukkan dalam hubungan antara

kepercayaan/komitmen dan loyalitas perilaku/komitmen dalam tiga bagian

memiliki efek yang positif terhadap perilaku yang loyal. Dari tingginya standar

koefisien ya ng dijelaskan pada bagian sebelumnya, penulis beralasan semakin

tinggi kepercayaan pelanggan dan komitmen mereka terhadap bank, maka

mereka akan semakin menunjukkan loyalitas mereka terhadap bank tersebut.

Dari hasil survei yang telah dibahas sebelumnya, dapat disimpulkan

bahwa tidak hanya pada bidang pelayanan perusahaan dan mendalam, namun

juga ketersediaan dari resolusi struktural atau nilai tambah dari pelayanan

(Value-added services), dimana program relationship marketing yang paling

efektif digunakan. Produk finansial yang berbeda, lebih mendalam, perlu hal

yang berbeda dan perbedaan level dari taktik hubungan yang mengikat

(relationship bonding tactics). Terlebih lagi, sekali pelanggan menerima

investasi berupa hubungan yang tinggi atau merasa puas dengan hubungan

investasi dengan bank, mereka akan percaya dan akan membuat komitmen

yang lebih tinggi dengan bank tersebut. Pada akhirnya, pelanggan akan merasa

wajib untuk menunjukkan loyalitas mereka dengan memngingat bank tersebut.

KONTRIBUSI DAN IMPLIKASI MANAJERIAL

Berdasarkan argumen Gwinner et al (1998) mengenai literatur relationship

marketing seringkali tidak memasukkan bukti empiris mengenai pengaruh

taktik hubungan yang mengikat pada kualitas hubungan, pembelajaran ini

mendemonstraikan penelitian lingkungan pelanggan yang memiliki pengaruh

pada kualitas hubungan tersebut. Study ini juga merupakan bagian yang

paling integratif dari penlitian yang meneliti mengenai masalah ini. Study ini

menekankan pada berbagai produk finansial dan mendiskusikan efektivitas

dari taktik hubungan yang mengikat untuk mempengaruhi perhatian perilaku

pelanggan.

Pengembangand an ketahanan dari loyalitas akan semakin sulit untuk

dicapai pada saat ini dan masih dikelilingi oleh beberapa hal yang

membingungkan . beberapa penulis percaya bahwa penelitian mereka akan

memberikan kontribbusi yang signifikan gterhadap teori relationship

marketing dalam cara yang berbeda dan unik. Pertama, model yang ada

memeberikan kontribusi kepada literatur yang ada dengan spesifik tentang

bagaimana penyedia pelayanan dapat membimbing persepsi konsumen dari

hubungan nvestasi dengan menggunakan tiga taktik yang berbeda dan

hubungan yang spesifik. Beberapa studi yang ada jarang mempelajari

mengenai aturan dari beberapa stratei atau taktik dalam menjaring pelanggan.

Kedua, studi yang ada menjelaskan mengapa keuntungan penyedia jasa

Page 160: Corporate finance,pdf

160

finansial dari penyelidikan mengenai hubungan konsumen dengan

mempertimbangkan akibat dari ubungan yang diterima dalam hubungan

investasi terhadap kualitas hubungan dan berakhir pada perilalaku loyalitas

pelanggan. Kedua pertanyaan penelitian ini telah diuji secara komprehensif

dengan menem[patkan pembelajaran ini melalui tiga departemen yang ada

dengan beberapa instuisi oelayanan finansial.

Dengan harapan untuk outcomes penelitian, taktik hubungan

pemasaran ditemukan memainkan beberapa differensial, belum lagi secara

positif konsisten dalam mempengaruhi penerimaan hubungan investasi.

Sekarang penyedia jasa finansial meningkat dengan menawarkan barang yang

dapat dibandingkan, promosi harga pesaing tiruan, sistem beberapa distribusi

bersama, dan ancaman konsumen dalam jasa yang ditawarkan, sehingga akan

meningkatkan kesempatan dimana dapat mengarahkan hasil studi ini ke arah

mendapatkan perhatian yang lebih besar untuk mengembangkan dan

mengimplementasikan taktik hubungan yang mengikat.

Bagian lain dari penelitian ini menjelaskan mengenai efek dari

hubungan investasi yang diterima terhadap kualitas hubungan tersebut dan

pada akhirnya pada perilaku yang loyal. Penulis mengharapkan hubungan

investasi yang diterima akan memainkan peranan yang penting dalam

menentukan kualitas hubungan dan asumsi yang mengkonfirmasi hal tersebut

dalam seluruh sampel yang ada. Jakur kepuasan oelanggan terhadap

kepercayaan/komitmen, dan dari kepercayaan/komitmen terhadapa perilaku

loyalitas, dinamakan kualitas hubungan terhadap perilaku yang loyal, yang

juga ditunjukkan dalam sample yang ada. Hasil ini mendukung penemuan

yang dilakukan oleh Bagozzi dan Kang dan Ridgway (1996) diimana mereka

beragumentasi bahwa pelanggan merasa mereka wajib membalas investasi

yang dilakukan oleh para retail dengan meningkatkan loyalitas mereka

terhadap para retail tersebut. Hasil penemuan ini mengimplikasikan harga

yang dibayar para retailer untuk menginvestasikan dalam hubungan dengan

pelanggan, karena ketika meningkatkan hiubungan dengan pelanggan akan

menghasilkan loyalitas yang meningkat.

Konsep apa yang seharusnya diiplementasikan oleh para Banker?

Taktik pemasaran (marketing) selalu berfokus pada bagaimana memperoleh

pasar baru dan bagaimana caranya untuk memperoleh pelanggan yang lebih

banyak, dan seringkali mengabaikan bagaimana mempertahankan pelanggan

yang telah ada. Beberapa penulis telah menekankan praktek relationship

marketing tidak berdasarkan pada efektifitas dalam setiap situasi atau konteks

yang ada. O’Brien dan Jones (1995) mengkritik perlakuan para supplier yang

Page 161: Corporate finance,pdf

161

memperlakukan pelanggan dengan cara yang sama, hal ini menunjukkan

perbedaan jenis pemasaran dengan menginvestasikan atau menanamkan nilai

yang rendah, kepuasan konsumen yang berlebihan hanya akan menghabiskan

sumberdaya yang dimiliki perusahaan, namun juga akan meningkatkan nilai

ketidakpuasan konsumen. Berdasarkan klasifikasi dari taktik hubungan yang

mengikat yang telah ditunjukkan diatas, beberapa peneliti telah

mendefinisikan konsep relationship marketing secara jelas dan cara bagaimana

untuk mengaplikasikannya pada tingkatan hubungan yang berbeda. Penelitian

Hence secara aktif mendiskusikan hubungan antara setiap tingkatan

hubungan dan akibat dari penghargaan hubungan pada tingkat kepuasan

pelanggan yang berbeda. Berikut ada beberapa pendapat dimana harus

diperhatikan oleh para manajer bank :

- Taktik hubungan yang mengikat akan memiliki hubungan yang

signifikan terhadap nilai yang diterima dalam semua sample kecuali

pada bagian kartu kredit (credit card), dan menemukan konfirmasi

mengenai beberapa opini dimana produk kartu kredit merupakan

pelayanan yang paling sering dan berorientasi pada struktur. Ketika

memasukkan akibat resesi dunia dan tingkat bunag yang rendah, hal ini

akan emnjadi lebih sulit untuk produk finansial agar mampu bersaing

dengan hanya menggunakan taktik finansial yang mengikat.

- Taktik siosial yag mengikat, seperti komunikasi interpersonal,

membuktikan menjadi penentu yang dominan dari hubungan investasi

yang diterima, menjadi replika dalam dua atau tiga sample (jalur

dimana departemen tersebut tidak memiliki nilai yang signifikan).

Penelitian ini wajar, dimana memasukkan hubungan sosial yang

melekat. Hasil yang ada menunjukkan aturan yang krusial dari

penyedia jasa dimana mengatur kontak dengan konsumen, dimana

manager yang memiliki kemampuan untuk memberikan pelatihan dan

memotivasi para personel mereka untuk menunjukkan kehangatan dan

perasaan secara personil yang aik dengan pelanggan. Beberapa manajer

dan motivasi mereka dapat meningkatkan pertimbangan keuntungan

dalam meningkatkan persepsi dari penanaman hubungan. Ketika

memperkerjakan karyawan, manajer perlu memfokuskan pada

kemampuan sosial para kandidat sehingga akan meningkatkan interaksi

sosial dengan instuisi yang berfokus pada pelanggan. Hal ini penting,

karena kepentingan dari pelayanan yang otonomi akan mengurangi

beberapa kesempatan untuk interaksi sosial dalam bank. Banker

seharusnya menyelidiki bagaimana pelanggan masih mau melakukan

Page 162: Corporate finance,pdf

162

perjanjian dari kontak sosial untuk memperoleh keuntungan dari

otonomi.

- Seperti taktik struktural yang mengikat, bukti yang ada mengarahkan

pada efek yang positif dari taktik struktural bonding pada penerimaan

nilai suatu hubungan melalui tiga sample. Perusahaan menghadapi

persaingan harga yang dapat menggunakan taktik pemasaran yang

struktural; metode integrasi ini lebih baik dibandingkan metode

integrasi sosial dalam memperkuat mekanisme non-harga, mendorong

kemampuan bersaing bank dan mengkonsolidasi hubungan tersebut

dengan pelanggan. Dalam era persaingan, bank seringkali menyediakan

produk finansial/pelayanan dengan menggunakan taktik bonding yang

struktural. Taktik tersebut dapat termasuk berbagai diskon umum

dengan memberikan pelayanan yang khusus, terutama dalam pasar

kartu kredit. Lebih jauh lagi, nilai yang termsuk dalam pelayangan

pelanggan dari loans atau pinjaman yaitu merupakan teknik marketing

yang sebenarnya dimana taktik bonding struktural untuk membuat

keunggulan jangka panjang, dan keunggulan bersaing yang bersifat

substansi.

- Dengan merendahkantingkat peninggalan konsumen dapat

menguntungkan perusahaan. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan

peninggalan pelanggan merupakan strategi yang menguntungkan

dibandingkan meningkatkan pangsa pasar atau menekan biaya. Terlebih

lagi, hubungan pelanggan yang lebih tahan lama akan mempengaruhi

profitabilitas perusahaan. Pelanggan dimana tetap dengan perusahaan

selama beberapa periode waktu karena pelanggan merasa puas dengan

pelayanan yang mereka terima lebih dibandingkan jangka pendek

pelanggan untuk membeli pelayanan tambahan dan penyebaran

komunikasi langsung.

Sebagai hasilnya, banker seharusnya tidak hanya menanamkannilai

yang lebih kepada hubungan dengan pelanggan namun juga harus

membayar atau memberikan perhatian yang sama untuk menemukan

pelanggan dimana paling dapat menerima penanaman nilai tersebut.

Sebagai tambahan, kriteria yang lebih tradisional dari segmentasi pasar

suatu produk, seperti ukuran pasar, pertumbuhan pasar dan pangsa

pasar yang diharapkan, mensegmentasi pelanggan berdasarkan

tingkatan dari hubungan dengan pelanggan atau produk ya ng terlibat

didalamnya dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap instuisi

yang diharapkan dari pasar finansial dan pangsa pelanggan tersebut.

Page 163: Corporate finance,pdf

163

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Amos Tversky; Daniel Kahneman, 1986, “Rational Choice And The Framing Of

Decisions”, The Journal Of Business, Vol.59, Part 2: The Behavioral Foundations Of

Economic Theory,Pp.S251-S278, University Of Chicago Press.

[2]. A.Can Inci, Biao Lu, And H.Nejat Seyhun, 2010, “Intraday Behavior Of Stock Price

And Trades Around Insider Trading”, Financial Management – Spring.

[3]. Abdel-Raheem F.Fares & Faizal G.Khamis, 2011, “Individual Investor’stock Trading

Behavior At Amman Stock Exchange”, International Journal Of Economic And

Finance, Vol.3 No.6, ISSN 1916-971X.

[4]. Bruce Mizrach And Susan Weerts, 2007, “Highs And Lows: A Behavioral And

Technical Analysis”, Electronic Copy Available At:

Http://Ssrn.Com/Abstract=1118080.

[5]. Brian M.Lucey And Michael Dowling, 2005, “The Role Of Feelings In Investor

Decision Making”, Journal Of Economic Surveys Vol.19 No.2, Malden, USA.

[6]. Christian Weitert, “Analysis Of Investor Behavior In An Artificial Stock Market”,

Mannheim University, Germany.

[7]. Dennis Dittrich, Werner Guth, And Boris Maciejovsky, 2001, “Overconfidence In

Investment Decisions – An Experimental Approach”, Jena, Germany.

[8]. Daniel Kahneman,Phd And Mark W.Riepe, 1998, “Aspect Of Investor Psychology”,

Journal Of Portfolio Management, Vol.24, No.4.

[9]. Dale W.Jorgenson, 1960, “The Theory Of Investment Behavior”, University Of

California At Berkeley.

[10]. Deng Min, China, 2006, “On The Investor Behavior And Stock Price Behavior”,

Journal Of Banking And Finance, Ssrn –Id943367

[11]. Eugene F. Fama, 1965, “The Behavior Of Stock-Market Prices”, The Journal Of

Business, Vol. 38, No. 1, The University Of Chicago Press Stable Url:

Http://Www.Jstor.Org/Stable/2350752

[12]. Eugene F. Fama, 1965, “Marke Efficiency, Long Term Returns, And Behavioral

Finance, The University Of Chicago Press Stable.

[13]. Jonathan Lewellen And Jay Shanken, 1997-1998, “Marke Efficiency, Rational

Expectations, And Estimation Risk”, University Of Rochester, New York.

[14]. H.Kent Baker, John R.Nofsinger, 2002, “Psychological Biases Of Investor”,

Financial Services Review.

[15]. J.Michael Harrison; David M.Kreps, 1978, “Speculative Investor Behavior In A

Stock Market With Heterogeneous Expectations”, The Quarterly Journal Of

Economics, Vol.92, No.2, The MIT Press.

[16]. John F.Tomer, 2006, “What Is Behavioral Economics?”, The Journal Of Socio-

Economics, Elsevier Inc.

[17]. Lucy F.Ackert, Bryan K.Church, And Richard Deaves, 2003, “Emotion And Financial

Markets”, Federal Reserve Bank Of Atlanta, Economic Review.

Page 164: Corporate finance,pdf

164

[18]. Mahmood Yahyazadehfar, Sara Ghayekhloo And Tanaz Sadeghi, 1985, “The

Influence Of Investor Psychology On Regret Aversion”, University Of Mazandaran,

Babolsar, Iran.

[19]. Milan Lovric, Uzay Kaymak And Jaap Spronk, 2008, “A Conceptual Model Of

Investor Behavior”, Ssrn-Id1144293

[20]. Philipp Schmitz And Martin Weber, 2007, “Buying And Selling Of Individual

Investor In Option-Like Securities”, University Of Mannheim.

[21]. Robert F.Stambaugh, Jianfeng Yu, And Yu Yuan, 2011, “The Short Of It : Investor

Sentiment And Anomalies”, Electronic Copy Of This Paper Is Available At:

Http://Ssrn.Com/Abstract=1567616.

[22]. Robert A.Korajczyk, Deborah Lucas, And Robert L.Mcdonald, 1974,

“Understanding Stock Price Behavior Around The Time Of Equity Issues”,

University Of Chicago.

[23]. Sabrina Helm, 2007, “The Role Of Corporate Reputation In Determining Investor

Satisfaction And Loyalty”, Corporate Reputation Review, Vol.10, No.1, Palgrave

Macmillan,Ltd.

[24]. Yu-Je Lee, Kae-Shuan Kao, Ching-Yaw Chen, And Fong-Ping Zhu, 2010, “The

Investment Behavior, Decision Factors And Their Effects Toward Investment

Performance In The Taiwan Stock Market, University Of Science And Technology,

Taiwan