contoh surat penugasan klinis
DESCRIPTION
kredensial dokter.TRANSCRIPT
LAPORAN TUGAS STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN
MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL
(TANGGUNG JAWAB KEPALA RUANG, PERAWAT PRIMER
DAN PERAWAT ASOSIET)
DI SILOAM HOSPITAL LIPPO VILLAGE
Oleh:
MAYLANDANI LINGGIH ASMANU
1404035
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan adalah salah satu bentuk pelayanan profesional yang
dilakukan oleh seorang perawat untuk menyelesaikan masalah kesehatan
klien dengan melaksanakan asuhan keperawatan. Menurut University of
South Alabama Medical Center dalam Swansburg and Swansburg (1999),
menyebutkan bahwa asuhan keperawatan adalah tindakan yang diterima
oleh klien yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien/keluarga untuk
meningkatkan derajat kesehatannya.
Menurut Ratna Sitorus & Yulia (2006) model praktik keperawatan profesional
(MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional),
yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan.
Asuhan keperawatan yang profesional haruslah diorganisir dengan
pendekatan profesional pula. Pengelolaan asuhan keperawatan yang
selanjutnya disebut sebagai metode penugasan mengalami perkembangan
dari waktu ke waktu. Metode penugasan yang memungkikan dilaksanakan
asuhan keperawatan secara professional adalah: Metode tim dan metode
primary nurse. Siloam Hospital Lippo Village dalam melakukan praktik
asuhan keperawatan secara professional dengan menggunakan model
praktek MPKP metode primary nurse dan ruang Carmel sebagai salah satu
ruang perawatan VIP di Siloam Hospital Lippo Village/SHLV yang
mempunyai 17 kamar perawatan juga menggunakan model MPKP metode
primary nurse. Melalui MPKP ini diharapkan dalam pemberian asuhan
keperawatan dapat dilakukan secara profesional, sehingga menjaga
konsistensi dalam pemberian asuhan keperawatan, mengurangi tumpang
tindih atau kekosongan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan,
menciptakan kemandirian dalam pemberian asuhan keperawatan,
memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan serta
menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan
bagi setiap anggota tim keperawatan.
Metode MPKP ini dilaksanakan di ruang rawat Carmel Siloam Hospital Lippo
Village.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Praktek Keperawatan Profesional
1. Pengertian Model Keperawatan Profesional
Model praktik keperawatan adalah diskripsi atau gambaran dari praktik
keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan kepada filosofi, konsep
dan teori keperawatan. Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan
teknologi kesehatan menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi
pelayanan kesehatan yang optimal. Indonesia juga berupaya
mengembangkan model praktik keperawatan profesional (MPKP).
2. Tujuan MPKP
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan
asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan
keputusan.
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap anggota tim keperawatan.
3. Lima komponen MPKP
a. Nilai professional
b. Pendekatan manajemen
c. Metode pemberian asuhan keperawatan
d. Hubungan professional
e. Sistem penghargaan dan kompensasi
4. Kelebihan dari MPKP
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi
dan memberikan kepuasan pada anggota tim.
d. Bila diimplementasikan di RS dapat meningkatkan mutu asuhan
keperawatan.
e. Ruang MPKP merupakan lahan praktek yang baik untuk proses
belajar.
f. Ruang rawat MPKP sangat menunjang program pendidikan
Nursing.
5. Kekurangan model praktek keperawatan professional
a. Komunikasi antar anggota tim terutama dalam bentuk konferensi
tim, membutuhkan waktu dimana sulit melaksanakannya pada
waktu-waktu sibuk.
b. Akuntabilitas pada tim.
c. Konsep beban kerja tinggi.
d. Pendelegasian tugas terbatas.
e. kelanjutan keperawatan klien hanya sebagian selama perawat
penanggung jawab klien tugas.
6. Karakterisitik MPKP
a. Penetapan jumlah tenaga keperawatan.
b. Penetapan jenis tenaga keperawatan.
c. Penetapan standar rencana asuhan keperawatan.
d. Penggunaan metode modifikasi keperawatan primer.
B. Macam macam Metode Penugasan dalam Metode Keperawatan
1. Metode fungsional
Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan
kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan.
Metode ini dibagi menjadi beberapa bagian dan tenaga ditugaskan pada
bagian tersebut secara umum, sebagai berikut
a. Kepala ruangan, tugasnya:
Merencanakan perkiraan, menentukan kebutuhan perawatan
pasein, membuat penugasan, melakukan supervisi, menerima
instruksi dokter.
b. Perawat staf, tugasnya:
1) Melakukan askep langsung pada pasien
2) Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu
tenaga keperawatan
c. Perawat Pelaksana, tugasnya:
Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang,
pasien dalam masa pemulihan kesehatan dan pasein dengan
penyakit kronik dan membantu tindakan sederhana (ADL).
d. Pembantu Perawat, tugasnya:
Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk
mandi, menbenahi tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih.
e. Tenaga Admionistrasi ruangan, tugasnya :
Menjawab telpon, menyampaikan pesan, memberi informasi,
mengerjakan pekerjaan administrasi ruangan, mencatat pasien
masuk dan pulang, membuat permintaan lab untuk
obat-obatan/persediaan yang diperlukan atas instruksi kepala
ruangan.
f. Kerugian metode fungsional:
1) Pasien mendapat banyak perawat.
2) Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
3) Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.
4) Pelayanan terputus-putus
g. Kelebihan dari metode fungsional:
1) Sederhana.
2) Efisien.
3) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah
selesai tugas.
4) Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang
kurang berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
5) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau
peserta didik yang praktek untuk ketrampilan tertentu.
h. Contoh metode fungsional
Perawat A tugas menyutik, perawat B tugasnya mengukur suhu
badan klien. Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas
atau lebih untuk semua klien yang ada di unit tersebut. Kepala
ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas tersebut dan
menerima laporan tentang semua klien serta menjawab semua
pertanyaan tentang klien.
2. Metode penugasan pasien/metode kasus
Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk satu
atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau
jaga selama periode waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala
ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima
semua laporan tentang pelayanan keperawatan klien. Dalam metode ini
staf perawat ditugaskan oleh kepala ruangan untuk memberi asuhan
langsung kepada pasien yang ditugaskan contohnya di ruang isolasi dan
ICU.
a. Kekurangan metode kasus :
1) Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang
terbatas sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara
menyeluruh.
2) Membutuhkan banyak tenaga.
3) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga
tugas rutin yang sederhana terlewatkan.
4) Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama
perawat penaggung jawab klien bertugas.
b. Kelebihan metode kasus:
1) Kebutuhan pasien terpenuhi.
2) Pasien merasa puas.
3) Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
4) Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
3. Metode penugasan tim
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok
perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan
berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya.
Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin
kelompok, selain itu pemimpin kelompok bertanggung jawab dalam
mengarahkan anggota tim. Sebelum tugas dan menerima laporan
kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim
dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan. Selanjutnya
pemimpin tim yang melaporkan kepada kepala ruangan tentang
kemajuan pelayanan atau asuhan keperawatan klien. Metode ini
menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan askep terhadap sekelompok pasien.
a. Ketenagaan dari tim ini terdiri dari :
1) Ketua tim
2) Pelakaana perawatan
3) Pembantu perawatan
4) Adapun tujuan dari perawatan tim adalah : memberikan asuhan
yang lebih baik dengan menggunakan tenaga yang tersedia.
b. Kelebihan metode tim:
1) Saling memberi pengalaman antar sesama tim.
2) Pasien dilayani secara komfrehesif.
3) Terciptanya kaderisasi kepemimpinan.
4) Tercipta kerja sama yang baik.
5) Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda
dengan aman dan efektif.
c. Kekurangan metode tim:
1) Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan
menjadi tanggung jawabnya.
2) Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat
tim ditiadakan atau trburu-buru sehingga dapat mengakibatkan
kimunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu
sehingga kelanncaran tugas terhambat.
3) Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu
atau ketua tim.
4) Akontabilitas dalam tim kabur.
4. Metode perawatan primer
Yaitu pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan askep selama
pasien dirawat.
a. Tugas perawat primer adalah :
1) Menerima pasien.
2) Mengkaji kebutuhan.
3) Membuat tujuan, rencana, pelaksanaan dan evaluasi.
4) Mengkoordinasi pelayanan.
5) Menerima dan menyesuaikan rencana.
6) Menyiapkan penyuluhan pulang.
b. Konsep dasar:
1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
2) Ada otonomi.
3) Ada keterlibatan pasien dan keluarganya.
c. Ketenagaan:
1) Setiap perawat primer adalah perawat bed side.
2) Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat.
3) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
4) Perawat profesional sebagai primer dan perawat non
profesional sebagai asisten.
d. Kepala bangsal:
1) Sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat primer.
2) Orientasi dan merencanaka karyawan baru.
3) Menyusun jadwal dinas.
4) Memberi penugasan pada perawat asisten.
e. Kelebihan dari metode perawat primer:
1) Mendorong kemandirian perawat.
2) Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat.
3) Berkomunikasi langsung dengan Dokter.
4) Perawatan adalah perawatan komfrehensif.
5) Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau
diterapkan.
6) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
7) Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima
asuhan keperawatan
f. Kelemahan dari metode perawat primer:
1) Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat.
2) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
3) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
5. Metode Modul (Distrik)
Yaitu metode gabungan antara metode penugasan tim dengan metode
perawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat
merawat pasien dari datang sampai pulang.
a. Keuntungan dan Kerugian:
Sama dengan gabungan antara metode tim dan metode perawat
primer. Semua metode diatas dapat digunakan sesuai dengan
situasi dan kondisi ruangan. Jumlah staf yang ada harus berimbang
sesuai dengan yang telah dibahas pembicaraan yang sebelumnya.
B. Kepala Ruang
BAB III
KEPALA RUANG
A. Definisi
Kepala ruang adalah pejabat struktural di jajaran pelayanan medis yang
mempunyai tugas pokok menyelenggarakan manajemen pengaturan
petugas perawat, pramurukti, POS dan tenaga administrasi dan memantau
pelayanan di ruang perawatan, mengelola kegiatan pelayanan perawatan,
mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan agar
berjalan dengan tertib dan lancar yang berada di wilayah tanggung
jawabnya.
B. Tanggung jawab
1. Menentukan standar pelaksanaan kerja.
2. Supervisi dan evaluasi tugas staf.
3. Memberi pengarahan ketua tim.
C. Peran kepala ruang
1. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawatan primer.
2. Orientasi dan merencanakan karyawan baru.
3. Menyusun jadwal dinas.
4. Memberi penugasan pada perawat asisten/asosiat (PA).
5. Evaluasi kerja.
6. Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf.
D. Uraian tugas
1. Perencanaan
a. Menunjuk perawat primer yang akan bertugas di ruangan masing-
masing.
b. Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien.
d. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur
penugasan/penjadwalan.
e. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
f. Visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis
yang dilakukan, program pengobatan, dan mendiskusikan dengan
dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
g. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan.
h. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
i. Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
j. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan RS.
2. Pengorganisasian
a. Merumuskan metode praktik keperawatan primer.
b. Merumuskan tujuan metode penugasan.
c. Membuat rincian tugas perawat primer dan anggota tim secara
jelas.
d. Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 perawat
perawat dan perawat primer membawahi 2-3 perawat.
e. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dll.
f. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
g. Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek Mendelegasikan
tugas saat kepala ruang tidak berada ditempat kepada perawat
primer.
h. Memberikan wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien.
i. Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarnya
j. Identifikasi masalah dan cara penanganan
3. Pengarahan
a. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada perawat primer.
b. Memberi pujian kepada anggota yang melaksanakan tugas dengan
baik.
c. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan
dan sikap.
d. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan asuhan keperawatan pasien.
e. Melibatkan bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
f. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
4. Pengawasan
a. Melalui komunikasi: Mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun pelaksanan mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien.
b. Melalui superfisi: Pengawasan langsung dan tidak langsung.
c. Evaluasi: Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua
tim serta melakukan audit keperawatan.
BAB IV
PERAWAT PRIMER
A. Definisi
Menurut Kron & Gray (1987) PP merupakan perawat profesional yang harus
mampu menggunakan tehnik kepemimpinan dan mampu melakukan
komunikasi yang efektif untuk melakukan kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
B. Uraian Tugas
1) Tugas Pokok
Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien di ruang perawatan.
2) Uraian Tugas
a. Menerima pasien.
b. Memberikan asuhan keperawatan dasar kepada klien sesuai
dengan kebutuhan klien melalui pendekatan proses keperawatan.
c. Melakukan asesment Keperawatan secara mandiri.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai kompetensi perawat.
e. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan sesuai dengan batas
kemampuan dan kerja yang dimilikinya.
f. Melakukan observasi dan monitoring kondisi pasien.
g. Melakukan penyuluhan/memberikan pendidikan pasien dan
keluarga.
h. Memberikan bimbingan kepada staf keperawatan yang bertugas
dalam setiap shift jaga.
i. Menciptakan hubungan kerjasama yang baik dengan teman
sejawat, pasien/klien dan keluarganya.
j. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan.
k. Melapor kepada dokter jaga ruangan atau dokter penanggung
jawab pasien jika ada hal-hal yang harus ditindak lanjuti atau perlu
penanganan khusus.
l. Melaksanakan tugas jaga sesuai dengan jadwal jaga (shift pagi dan
siang atau malam hari/oncall) yang telah ditentukan.
m. Melaporkan kepada kepala ruang/koordinator pelayanan jika ada
kejadian-kejadian yang perlu untuk ditindaklanjuti.
n. Melakukan dan mengikuti proses serah terima pasien bangsal.
o. Memegang teguh rahasia jabatan sebagai perawat.
C. Tugas tambahan
1. Mengelola pelayanan keperawatan diluar jam kerja (sebagai PP).
2. Menyiapkan dan memelihara melihara ruang perawatan dan
lingkungannya.
3. Memelihara dan menyiapkan peralatan/sarana medis dan perawatan
sehingga selalu siap pakai.
4. Mengikuti pertemuan berkala yang dilaksanakan di ruang perawatan.
5. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan keperawatan melalui
program pendidikan keperawatan berkelanjutan (pertemuan ilmiah,
pelatihan keperawatan, seminar, workshop dan lain-lain).
6. Memberikan bimbingan kepada karyawan baru dan mahasiswa
keperawatan.
7. Menghadiri rapat/pertemuan koordinasi yang dilakukan di ruang
pelayanan keperawatan.
D. Tanggung Jawab
1. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan pasien
kelolaan.
2. Bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh staf keperawatan yang
dibimbingnya/dalam pengawasannya.
3. Menerapkan etika profesi keperawatan sesuai Kode Etik Perawat
Indonesia.
E. Wewenang
a. Meminta pengarahan kepada perawat level di atasnya.
b. Memberikan masukan terhadap kepada kepala jaga shift atau ketua tim
jaga tentang proses asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
F. Syarat jabatan
1. Pendidikan Formal
a. Lulus dari program S1 Keperawatan dan memiliki Surat Tanda
Registrasi Perawat.
b. Lulus dari program S2 Keperawatan dan memiliki Surat Tanda
Registrasi Perawat.
c. Lulus dari program S3 Keperawatan dan memiliki Surat Tanda
Registrasi Perawat.
2. Pendidikan Non Formal
a. Memiliki sertifikat PPGD/BTLS yang masih berlaku.
b. Memiliki sertifikat Pendidikan dan Pelatihan Hemodialisa.
c. Memiliki Sertifikat Pelayanan Prima.
d. Memiliki Sertifikat Pelatihan ECG.
e. Memiliki Sertifikat Pelatihan SAK.
f. Memiliki Sertifikat Pelatihan Manajemen Ruang Rawat.
BAB V
PERAWAT ASOSIET
A. Definisi
Seorang perawat yang diberikan wewenang dan ditugaskan untuk
memberikan pelayanan keperawatan langsung kepada klien.
B. Tugas Pokok
1. Memberikan perawatan secara langsung berdasarkan proses
keperawatan dengan sentuhan kasih sayang.
2. Melaksanakan tindakan perawatan yang telah disususun.
3. Mengevalusai tindakan keperawatan yang telah diberikan.
4. Mencatat dan melaporkan semua tindakan perawatan dan repons klien
pada catatan perawatan.
5. Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab.
6. Pemberian obat.
7. Pemeriksaan laboratorium.
8. Persiapan klien yang akan dioperasi.
9. Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, dan spiritual dari
klien.
10. Memelihara kebersihan klien dan lingkungan.
11. Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa aman, nyaman dan
ketenangan.
12. Pendekatan dengan komunkasi terapeutik.
13. Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi
tindakan perawatan dan pengobatan serta diagnostik.
14. Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai kemampuannnya.
15. Memberi pertolongan segera pada kien gawat atau terminal.
16. Membantu kepala ruangan dalam ketatalaksaaan ruangan secara
administratif.
17. Menyiapkan data klien baru, pulang atau meninggal.
18. Sensus harian dan formulir.
19. Rujukan atau penyuluhan PKMRS.
20. Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada diruangan.
21. Menciptkan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan
keindahan ruangan.
22. Melaksankan tugas dinas pagi/sore/malam secara bergantian.
23. Memberi penyuluhan kesehatan kepada klien sehubungan dengan
penyakitnya.
24. Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik lisan maupun
tertulis.
25. Membuat laporan harian.
26. Mengikuti timbang terima.
27. Mengikuti kegiatan ronde keperawatan.
28. Melaksanakan rencana keperawatan yang dibuat oleh perawat primer
29. Berkoordinasi dengan perawat associate yang lain dan perawat primer
30. Melakukan evaluasi formatif.
31. Pendokumentasian tindakan dan catatan perkembangan pasien.
32. Melaporkan segala perubahan yang terjadi atas pasien kepada perawat
primer.
DAFTAR PUSTAKA
Cobell, C. (1992). The Efficacy of Primary Nursing as a Fundation for Patient Advocacy Nursing Practic ; 5 (3) : 2 – 5.
Douglas, LM. (1984). The Effective Nurse Leader and Manager, Second Edition St Luis ; The C. V Mosby comp.
Gillies, D. (1989). Nursing Management Company a System Approach, Philadelphia, WB Saunders comp.
Nursalam. (2002). Management Keperawatan. Jakarta: Salemba.
Sitorus R. (2006). Manajement keperawatan model MPKP. Jakarta: Salemba.