contoh soal ikm (screening test)

18
TUGAS IKM 1. Untuk deteksi dini Demam berdarah Dengue (DBD), mahasiswa fakutas kedokteran Universitas “Dunia Lain” mengembangkan rapid tes dengan mengunakan strip berbahan kimia tertentu yang dapat mendeteksi antibodi arbovirus penyebab DBD pada sampel darah penderita . Untuk mengetahui sejauh mana rapid tes ini dapat digunakan, maka dilakukan pengujian rapid tes ini terhadap 800 penderita DBD dan 1000 yang bukan penderita DBD. Rapid tes ternyata memberikan hasil positif pada 400 penderita DBD, dan hasil tes positif juga didapatkan pada 200 orang yang TIDAK menderita DBD. Instruksi : a). Buatlah tabel; b). Berapa true positif ; c) berapa true negatif:; d). Berapa false positif; e).berapa false negatif? Jawab : a. Tabel : STATUS PENYAKIT Positif (sakit) Negatif (tidak sakit) Hasil Tes Positif (+) True positive (a) 400 False positive (b) 200 Negatif (-) False negative (c) 400 True negative (d) 800 JUMLAH 800 1000 b. True positive = 400 (a)

Upload: rimaniacat-a-raisyiah-akrima

Post on 16-Apr-2015

1.572 views

Category:

Documents


64 download

DESCRIPTION

IKM

TRANSCRIPT

Page 1: contoh soal ikm (screening test)

TUGAS IKM

1. Untuk deteksi dini Demam berdarah Dengue (DBD), mahasiswa fakutas kedokteran

Universitas “Dunia Lain” mengembangkan rapid tes dengan mengunakan strip berbahan

kimia tertentu yang dapat mendeteksi antibodi arbovirus penyebab DBD pada sampel darah

penderita . Untuk mengetahui sejauh mana rapid tes ini dapat digunakan, maka dilakukan

pengujian rapid tes ini terhadap 800 penderita DBD dan 1000 yang bukan penderita DBD.

Rapid tes ternyata memberikan hasil positif pada 400 penderita DBD, dan hasil tes positif

juga didapatkan pada 200 orang yang TIDAK menderita DBD.

Instruksi : a). Buatlah tabel; b). Berapa true positif ; c) berapa true negatif:; d). Berapa false

positif; e).berapa false negatif?

Jawab :

a. Tabel :

STATUS PENYAKIT

Positif (sakit) Negatif (tidak sakit)

Hasil Tes

Positif (+)True positive (a)

400

False positive (b)

200

Negatif (-)False negative (c)

400

True negative (d)

800

JUMLAH 800 1000

b. True positive = 400 (a)

c. True negative = 800 (d)

d. False positive = 200 (b)

e. False negative = 400 (c)

2. a. Sebutkan tingkat pencegahan penyakit menurut Leavell and Clark

b. Sebutkan masing-masing 1 contoh (soal a) untuk penyakit Demam berdarah

Jawab :

a. Tingkat pencegahan penyakit menurut Leavell and Clark ada 5, yaitu :

(prepathogenesis period):

1. Health promotion

2. Spesific protection

(period of pathogenesis) :

3. Early diagnosis & Prompt treatment

PRIMARY PREVENTATION

SECONDARY PREVENTATION

Page 2: contoh soal ikm (screening test)

4. Disability Limitation

5. Rehabilition

Penjelasan :

1. Promosi Kesehatan (Health Promotion)

Dalam tingkat ini dilakukan pendidikan kesehatan, misalnya dalam peningkatan gizi,

kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan seperti penyediaan air rumah tangga yang

baik, perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran, air limbah, hygiene perorangan, rekreasi,

sex education, persiapan memasuki kehidupan pra nikah dan persiapan menopause.

2. Perlindungan Khusus (Spesific Protection)

Program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus, pendidikan kesehatan

sangat diperlukan terutama di Negara-negara berkembang. Hal ini karena kesadaran

masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai perlindungan terhadap penyakit pada

dirinya maupun anak-anaknya masih rendah. Selain itu pendidikan kesehatan diperlukan

sebagai pencegahan terjadinya kecelakaan baik ditempat-tempat umum maupun tempat kerja.

3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment)

Karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan

penyakit, maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di masyarakat. Bahkan

kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini

dapat menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatn yang layak. Oleh

sebab itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam tahap ini.

4. Pembatasan cacat (disability limitation)

Oleh karena kurangnyaa pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan

penyakit, maka sering masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Dengan

kata lain mereka tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap

penyakitnya. Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang

bersangkutan cacat atau ketidak mampuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga

diperlukan pada tahap ini.

Penanganan secara tuntas pada kasus-kasus infeksi organ reproduksi menjegah terjadinya

infertilitas.

TERTIARY PREVENTATION

Page 3: contoh soal ikm (screening test)

5. Rehabilitasi (rehabilitation)

Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat, untuk

memeulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan tertentu. Oleh karena

kurangnya pengetian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak akan segan melakukan latihan-

latihan yang dianjurkan. Disamping itu oorang yang cacat stelah sembuh dari penyakit,

kadang-kadang malu untik kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat tidak mau

menerima mereka sebagai anggoota masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas pendidikan

kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga perlu

pendidikan kesehatan pada masyarakat.

b. Contoh upaya pencegahan penyakit menurut Leavell & Clark :

1. Peningkatan kesehatan (Health promotion)

Contohnya : Dapat dilakukan dengan mengendalikan vektor nyamuk, antara lain dengan

menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu,

mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali,

menutup dengan rapat tempat penampungan air, mengubur kaleng-kaleng

bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah, dan perbaikan desain rumah.

2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu (specific

protection)

Contohnya : Vektor nyamuk pembawa virus dengue dapat dikontrol dengan menggunakan

ikan pemakan jentik dan bakteri. Di samping itu, pengasapan (fogging) dapat

membunuh nyamuk dewasa, sedangkan pemberian bubuk abate pada tempat-

tempat penampungan air dapat membunuh jentik-jentik nyamuk. Selain itu

dapat juga digunakan larvasida.

3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early

diagnosis and prompt treatment)

Contohnya : Apabila muncul gejala-gejala penyakit demam berdarah, segera melakukan

pemeriksaan, dan memberikan penanganan yang tepat sebelum berkembang

menjadi semakin parah.

4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)

Contohnya : Memberikan pengobatan dan perawatan secara intensif dan menyeluruh

kepada pasien DBD, misalnya dengan cara menjalani rawat inap di rumah

Page 4: contoh soal ikm (screening test)

sakit, pemberian infus dan elektrolit untuk mengganti cairan tubuh, serta

transfusi darah akibat pendarahan yang terjadi.

5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)

Contohnya : Ruang sosial, yaitu memulihkan kembali kehidupan sosial masyarakat

sehingga masyarakat mau menerima kembali. Misalnya, pasien yang telah

sembuh dari penyakit DBD, tidak boleh dikucilkan atau dijauhi dengan alas an

takut ditulari. Karena demam berdarah tidak menular melalui kontak manusia

melainkan menular melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.

3. Untuk deteksi dini Demam berdarah Dengue (DBD), mahasiswa fakutas kedokteran

Universitas “Dunia Lain” mengembangkan rapid tes dengan mengunakan strip berbahan

kimia tertentu yang dapat mendeteksi antibodi arbovirus penyebab DBD pada sampel darah

penderita . Untuk mengetahui sejauh mana rapid tes ini dapat digunakan, maka dilakukan

pengujian rapid tes ini terhadap 500 penderita DBD dan 8000 yang bukan penderita DBD.

Rapid tes ternyata memberikan hasil positif pada 400 penderita DBD, dan hasil tes positif

juga didapatkan pada 200 orang yang TIDAK menderita DBD.

Instruksi : a). Buatlah tabel; b). Berapa true positif ; c) berapa true negatif:; d). Berapa false

positif; e).berapa false negatif?

Jawab :

a. Tabel :

STATUS PENYAKIT

Positif (sakit) Negatif (tidak sakit)

Hasil Tes

Positif (+)True positive (a)

400

False positive (b)

200

Negatif (-)False negative (c)

100

True negative (d)

600

JUMLAH 500 800

b. True positive = 400 (a)

c. True negative = 600 (d)

d. False positive = 200 (b)

e. False negative = 100 (c)

Page 5: contoh soal ikm (screening test)

4. Seorang pasien laki-laki umur 50 tahun memeriksakan diri kepada seorang dokter

keluarga dengan keluhan batuk berdahak sudah sebulan, dan mengalami penurunan nafsu

makan dan berat badan. Pasien bekerja sebagai buruh bangunan. Dokter yang

bersangkutan melakukan pemeriksaan sputum BTA pada dahak pasien untuk melihat ada

tidaknya infeksi tuberkulosis. Tindakan dokter ini termasuk ...

a. Mass screening

b. Multiple screening

c. Targeted skrining

d. Muliphasic screening

e. Case finding/opportunistic screening

Untuk deteksi dini Demam berdarah Dengue (DBD), mahasiswa fakutas kedokteran

Universitas “Dunia Lain” mengembangkan rapid tes dengan mengunakan strip berbahan

kimia tertentu yang dapat mendeteksi antibodi arbovirus penyebab DBD pada sampel

darah penderita . Untuk mengetahui sejauh mana rapid tes ini dapat digunakan, maka

dilakukan pengujian rapid tes ini terhadap 200 penderita DBD dan 600 yang bukan

penderita DBD. Rapid tes ternyata memberikan hasil positif pada 150 penderita DBD,

dan hasil tes positif juga didapatkan pada 150 orang yang TIDAK menderita DBD.

Tabel

STATUS PENYAKIT

Positif (sakit) Negatif (tidak sakit)

Hasil Tes

Positif (+)True positive (a)

150

False positive (b)

150

Negatif (-)False negative (c)

50

True negative (d)

450

JUMLAH 200 600

5. Berapakah sensitivitas rapid tes ini....

a. 50%

b. 60%

c. 75%

d. 85%

e. 90%

Page 6: contoh soal ikm (screening test)

Jawab : Sensitivitas = a

a+c × 100% =

150150+50

× 100%

= 150200 × 100% = 75% (c)

6. Berapakah spesifisitas tes ini

a. 50%

b. 60%

c. 75%

d. 85%

e. 90%

Jawab : Spesifisitas = d

d+b × 100% =

450450+150

× 100%

= 450600 × 100% = 75% (c)

7. Berapakah positive predictive value (nilai prediksi positif) tes ini ?

f. 50%

g. 60%

h. 75%

i. 85%

j. 90%

Jawab : PPV = true positive

all tested positive × 100% =

aa+b

× 100%

= 150300 × 100% = 50% (a)

8. Berapakah negative prediktive value (nilai prediksi negatif) tes ini?

a. 50%

b. 60%

c. 75%

d. 85%

e. 90%

Jawab : NPV = true negative

all tested negative × 100% =

dd+c

× 100%

= 450500 × 100% = 90% (e)

Page 7: contoh soal ikm (screening test)

9. Jika kemudian kita menggunakan tes ini untuk mendiagnosis DBD pada pasien yang

berkunjung ke poliklinik pediatri, maka berapa orangkah dari 100 orang yang

sebenarnya tidak menderita DBD kemungkinan terdiagnosis DBD dengan rapid tes

ini?

a. 10 orang

b. 15 orang

c. 25 orang

d. 40 orang

e. 50 orang

Jawab : Jumlah yang benar-benar sakit (sensitivitas = 75%)

75 %

100 % × 100 orang = 75 orang

Jumlah yang tidak sakit = (100 – 75) orang = 25 orang (c)

10. Jika idealnya sebuah skrining tes dapat digunakan dimasyarakat jika setidaknya tes

tersebut dapat mendeteksi 90% dari orang yang menderita penyakit dan juga

memberikan hasil negatif pada minimal 85% orang yang tidak menderita penyakit,

maka rapid tes DBD pada skenario tersebut di atas .....

a. Tidak bisa digunakan sebagai skrining tes karena tes hanya mendeteksi 75%

dari mereka yang menderita DBD

b. Bisa digunakan sebagai skrining tes karena dari 100 orang yang memberikan hasil

tes negatif hanya 10% yang menderita DBD

c. Tidak bisa digunakan karena 50% penderita DBD memberikan hasil negatif dengan

tes ini.

d. Bisa digunakan karena negatif prediktive valuenya 90%

e. BSSD

Jawab : a

11. Walaupun konsep sensitivitas dan spesifisitas biasanya diterapkan pada tes

diagnostik laboratorium, konsep ini cukup valid untuk diterapkan pada tes lain untuk

menunjukkan ada atau tidaknya suatu penyakit.

Page 8: contoh soal ikm (screening test)

Anggaplah sebuah kuesioner psikometrik, merupakan suatu perangkat tes untuk

mendeteksi kasus gangguan kepribadian yang tidak terdiagnosis, ditemukan setelah

beberapa kali percobaan di beberapa klinik yang berbeda dan dari hasilnya

menunjukkan bahwa tes ini mempunyai sensitivitas 25 % dan spesifisitas 99 %.

Pertanyaan :

1. Apakah kuesioner ini lebih bermanfaat sebagai perangkat (tool) klinik atau public

health ? Jelaskan!

2. Jika 262 orang, setengah dari jumlah tersebut tidak menderita gangguan kepribadian

(131), setelah di tes, berapakah false negatif yang dihasilkan?

3. Berapa false positif?

4. Konsekuensi buruk apakah yang mungkin terjadi jika kita menggunakan tes untuk

skrining dengan tingkat sensitivitas yang rendah ?

5. Konsekuensi buruk apakah yang mungkin terjadi jika kita menggunakan tes untuk

skrining dengan spesifisitas rendah ?

Jawab :

1. Berdasarkan definisi Kesehatan Masyarakat (Public Health) menurut Winslow (1920)

bahwa Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah Ilmu dan Seni : mencegah

penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan. Salah satu dari

“Usaha-usaha Pengorganisasian Masyarakat” menurut Notoatmodjo (2003) yaitu

melalui pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis

dini dan pengobatan. Kuisioner psikometrik kurang tepat jika hanya dikatakan sebagai

perangkat (tool) klinik, karena kuesioner psikometrik tersebut bertujuan untuk

mendeteksi kasus gangguan kepribadian yang tidak terdiagnosis. Jadi dapat dikatakan,

kuisioner psikometrik ini sebagai salah satu wujud dari usaha-usaha pengorganisasian

masyarakat dalam hal melakukan diagnosis dini terhadap kasus gangguan kepribadian

dengan menggunakan konsep sensitivitas dan spesifisitas. Dengan mengetahui secara

dini ada atau tidaknya penyakit, masyarakat dapat mencegah penyakit,

memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan.

Page 9: contoh soal ikm (screening test)

Tabel

STATUS PENYAKIT

Positif (sakit) Negatif (tidak sakit)

Hasil Tes

Positif (+)True positive (a)

25%

False positive (b)

1%

Negatif (-)False negative (c)

75%

True negative (d)

99%

JUMLAH 131 orang (100%) 131 orang (100%)

2. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa presentase True positive sebesar 25%

(karena sensitivitas 25%), jadi diperoleh presentase false negative adalah 100% - 25% =

75%

Sehingga besarnya false negative = 75 %

100% × 131 orang = 98 orang

3. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa presentase True negative sebesar 99%

(karena spesitivitas 99%), jadi diperoleh presentase false positive adalah 100% - 99% =

1%

Sehingga besarnya false positive = 1%

100 % × 131 orang = 1 orang

4. Sensitivitas adalah kemampuan test yang digunakan untuk mengidentifikasi secara

tepat orang yang benar-benar sakit. Untuk menunjukkan keakuratan dari screening test,

maka nilai sensitivitas seharusnya tinggi. Apabila nilai sensitivitas rendah, maka akan

berdampak buruk terutama pada golongan false negative, karena meskipun pada

kenyataannya mereka sakit, namun hasil tesnya menunjukkan hasil negatif, sehingga

mereka dinyatakan tidak sakit. Konsekuensi buruk yang dapat terjadi yaitu tidak dapat

dilakukan pencegahan penyakit terhadap golongan false negative meskipun telah

didiagnosis secara dini. Akibatnya, penyakit dapat berkembang, bahkan menular

kepada orang yang sehat karena tidak adanya pengobatan dini.

5. Spesifisitas merupakan kemampuan test yang digunakan benar-benar mampu untuk

mengidentifikasi orang yang benar-benar tidak sakit. Untuk menunjukkan keakuratan

dari screening test, maka nilai spesitifitas seharusnya tinggi. Apabila nilai spesitifitas

rendah, maka akan berdampak buruk terutama pada golongan false positive, karena

meskipun pada kenyataannya mereka sehat, namun hasil tesnya menunjukkan hasil

positif, sehingga mereka dinyatakan sakit. Konsekuensi buruk yang dapat terjadi yaitu

dapat terjadi kesalahan dalam usaha pengobatan dini terhadap golongan false positive.

Page 10: contoh soal ikm (screening test)

Misalnya, karena mereka yang sebenarnya sehat tapi dinyatakan sebagai orang sakit,

maka kemungkinan mereka akan menjalani pemeriksaan dan pengobatan secara dini

untuk mencegah berkembangnya penyakit. Obat-obatan yang seharusnya dikonsumsi

untuk orang yang sakit, akan berdampak buruk terhadap konsumennya yang sehat. Bisa

jadi orang yang sehat tadi, setelah diberikan pengobatan, justru mereka akan menjadi

sakit.

12. Satu dari 6000 bayi baru lahir kemungkinan menderita ‘inapparent hipotiroidisme’

yang hanya dapat dideteksi dini dengan mengukur konsentrasi hormon tiroksin atau

TSH di dalam darah. Konsentrasi dibawah nilai tertentu di interpretasikan sebagai tes

positif (+), sedangkan sebaliknya dianggap negatif.

Setengah dari bayi yang di tes menunjukkan hasil yang negatif. Proporsi bayi yang

hasil tesnya negatif dan dikemudian hari menunjukkan gejala-gejala hipotiroid tidak

diketahui. Penanganan bayi dengan penyakit ini bertujuan mencegah retardasi fisik dan

mental. Banyak spesialis anak menganjurkan skrining ini agar bayi-bayi yang

menderita hipotiroid bisa cepat terdeteksi dengan demikian cepat diterapi.

Pertanyaan :

1. Angka 1 per 6000 kelahiran hidup pada contoh kasus di atas termasuk ( insidence

rate atau prevalence rate?) mengapa?

2. Berapa bayi yang harus di tes untuk mendapatkan 10 bayi dengan ‘inapparent

hipotiroidism’?

a. 20 b. 3000 c. 120.000 d. 60.000

3. Berapakah spesifisitas tes pada kasus ini ?

a. 100 % b. 50 % c. 0 % d. tidak diketahui.

4. Tindakan skrining pada kasus ini dalam level of prevention termasuk dalam tingkat?

Jawab :

1. Angka 1 per 6000 kelahiran hidup pada kasus di atas termasuk Incidence Rate.

Incidence rate adalah frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat di

suatu tempat / wilayah / negara pada waktu tertentu. Hal ini sesuai dengan rumus

dari incidence rate (IR) = jumlahkasus baru

jumlah populasi yangberesiko × 100%

Sedangkan prevalence rate merupakan frekuensi penyakit lama dan baru yang

berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu.

Page 11: contoh soal ikm (screening test)

Artinya, jumlah kasus lama juga diperhitungkan. Sementara pada kasus di atas

hanya memperhitungkan jumlah kelahiran hidup yaitu 6000, yang berarti hanya

memperhitungkan jumlah kasus baru.

2. Pada soal, 1 dari 6000 bayi baru lahir kemungkinan menderita ‘inapparent

hipotiroidisme’. Artinya setiap 6000 kelahiran hidup bayi, maka kemungkinannya

ada 1 bayi yang akan menderita ‘inapparent hipotiroidisme’. Maka untuk

mendapatkan 10 bayi dengan ‘inapparent hipotiroidism’, dapat dihitung dengan

rumus perbandingan :

16000

= 10x

→ nilai x = 6000 × 10 = 60.000. Nilai x menyatakan jumlah bayi yang

harus di tes untuk mendapatkan 10 bayi dengan kemungkinan ‘inapparent

hipotiroidisme’ yaitu sebanyak 60.000 bayi (d)

3. Spesifisitas merupakan kemampuan test yang digunakan benar-benar mampu untuk

mengidentifikasi orang yang benar-benar tidak sakit. Berdasarkan soal, setengah dari

bayi yang di tes menunjukkan hasil yang negatif. Artinya, hasil negative yang

diperoleh yakni sebesar 3000 bayi. Untuk mencari spesifisitas, perlu diketahui nilai

true negative-nya. Sementara pada soal, proporsi bayi yang hasil tesnya negatif dan

dikemudian hari menunjukkan gejala-gejala hipotiroid tidak diketahui (true negative

& false negative tidak diketahui). Sehingga spesifisitas tidak diketahui (d)

4. Tindakan skrining pada kasus ini dalam level of prevention termasuk dalam tingkat

tersier. Berdasarkan soal, penanganan bayi dengan penyakit ini bertujuan mencegah

retardasi fisik dan mental. Pada pencegahan tingkat tersier dilakukan dengan

Pembatasan cacat (disability limitation), pada tahap ini cacat yang terjadi diatasi,

terutama untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan

terjadinya cacat yang lebih buruk lagi. Selain itu, pencegahan tingkat tersier juga

dilakukan dengan Rehabilitasi (rehabilitation), pada proses ini diusahakan agar cacat

yang di derita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat

berfungsi optimal secara fisik, mental dan sosial.

Page 12: contoh soal ikm (screening test)