contoh skripsi ramadhisa perdana resto padang
DESCRIPTION
refrensi mantapTRANSCRIPT
ANALISIS RESPON KONSUMEN TERHADAP PERFORMANCE RESTORAN PADANG
(KASUS : RESTORAN NATRABU, JAKARTA)
Oleh :
GUSFARINI FAUZIAH A14103011
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
RINGKASAN GUSFARINI FAUZIAH, Analisis Respon Konsumen Terhadap Performance Restoran Padang (Kasus di Restoran Natrabu, Jakarta). Di bawah bimbingan POPONG NURHAYATI.
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan makanan dan minuman. Kebutuhan terhadap makanan akan meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk Indonesia khususnya kota Jakarta. Proses globalisasi dan kemajuan zaman saat ini telah menyebabkan perubahan gaya hidup yang semakin dinamis, ditandai dengan maraknya aktivitas yang dilakukan di luar rumah serta meningkatnya jumlah wanita yang bekerja di luar rumah. Selain itu, juga ada motivasi khusus (mencoba sesuatu yang baru dan unik). Hal ini berdampak pada perubahan pola konsumsi yang menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan terhadap jasa penyedia makanan seperti restoran. Restoran bukan hanya dijadikan sebagai tempat makan dan minum saja bahkan sering dijadikan sebagai tempat rekreasi keluarga, berkumpul dengan teman-teman dan pertemuan dengan relasi bisnis. Restoran harus mampu memberikan pelayanan dan performance yang diinginkan oleh konsumen. Restoran khususnya restoran Padang perlu mengetahui respon konsumen terhadap performance restorannya sehingga pihak restoran dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan performance untuk waktu berikutnya.
Restoran Natrabu merupakan salah satu contoh restoran Padang yang ada di Jakarta dan sedang menghadapi keluhan dari konsumen berupa harga yang dianggap terlalu mahal, sarana parkir yang kurang memadai dan jalan di sekitar restoran yang macet. Selain itu, pihak restoran juga sedang mengalami penurunan penjualan pada triwulan kedua tahun 2006. Hal-hal di atas mengindikasikan belum tercapainya kepuasan konsumen secara penuh. Oleh sebab itu, pihak Restoran Natrabu, Jakarta harus mengetahui karakteristik konsumennya serta respon konsumen terhadap performance restoran ini guna mempertahankan konsumen yang ada dan menarik konsumen lebih banyak lagi. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengidentifikasikan karakteristik umum konsumen Restoran Natrabu, Jakarta, 2) Menganalisis respon konsumen terhadap tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan dari atribut-atribut performance Restoran Natrabu, Jakarta dan 3) Memformulasikan implikasi strategi pemasaran Restoran Natrabu, Jakarta.
Pengambilan data dilakukan pada bulan Januari 2007 sampai dengan Februari 2007. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer yang berasal dari wawancara dengan pihak pengelola restoran dan wawancara terstruktur dengan bantuan kuesioner dalam bentuk gabungan pertanyaan tertutup dan terbuka. Serta data sekunder yang diperoleh dari sumber-sumber seperti dokumen perusahaan, Badan Pusat Statistik, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Nasional dan Jakarta, studi di perpustakaan, buku, literatur, dan internet. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Probability Sampling yaitu dengan metode convinience sampling. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan teknik survei. Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang dibagikan kepada 100 responden Restoran Natrabu, Jakarta.
Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Importance-Performance Analisis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI) dan diinterpretasikan dengan analisis deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik responden dan respon konsumen terhadap tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan performance Restoran Natrabu, Jakarta. Importance Performance Analisis (IPA) adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengukur atribut-atribut atau dimensi-dimensi dari tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan performance Restoran Natrabu, Jakarta. Analisis Customer Satisfaction Index (CSI) digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen Restoran Natrabu, Jakarta secara keseluruhan dan masing-masing atribut. Hasil analisis deskriptif mengenai karakteristik umum konsumen Restoran Natrabu, Jakarta diketahui bahwa sebagian besar responden beralamat/berdomisili di Jakarta, berjenis kelamin laki- laki. Sebagian besar responden berumur 26-35 tahun, berasal dari lulusan sarjana berstatus sebagai pegawai swasta, telah menikah berasal dari suku bangsa lainnya (seperti Melayu, Makassar, Betawi dan lain- lain), Jawa dan Minangkabau (Padang) dengan kebangsaan Indonesia dan Malaysia, umumnya responden berpendapatan perbulan lebih dari Rp 5.000.000 dan berkendaraan pribadi.
Hasil Importance-Performance Analysis (IPA) yang berkaitan dengan tingkat kepentingan dan pelaksanaan performance Restoran Natrabu, Jakarta, terdapat enam atribut yang termasuk ke dalam kuadran prioritas utama (kuadran A) yaitu sarana parkir yang memadai, jalan keluar masuk menuju lokasi, keamanan tempat parkir, kemudahan dalam menjangkau lokasi, aroma ruangan dan kesejukan ruangan. Atribut yang termasuk pada kuadran pertahankan prestasi (kuadran B) adalah higienis makanan dan minuman, kualitas makanan dan minuman yang baik, variasi jenis makanan dan minuman yang tersedia, ketersediaan toilet, kebersihan toilet, kebersihan ruangan, kecepatan penyajian makanan dan minuman, kesigapan pramusaji dalam melayani konsumen serta keramahan dan kesopanan pramusaji. Atribut yang termasuk ke dalam kuadran prioritas rendah (kuadran C) adalah akses transportasi umum, harga makanan dan minuman serta pengetahuan pramusaji terhadap produk yang dijual. Atribut yang termasuk ke dalam kuadran berlebihan (kuadran D) adalah tanggapan terhadap keluhan, kecepatan transaksi, penampilan pramusaji, dekorasi ruangan, pencahayaan ruangan, dan pemilihan warna ruangan. Hasil analisis Customer Satisfaction Index (CSI) adalah sebesar 0,7685 atau sebesar 76,85 persen. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan responden sangat puas terhadap kinerja atribut-atribut Restoran Natrabu, Jakarta.
Implikasi hasil penelitian terhadap strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh pihak restoran adalah dengan mempertahankan variasi jenis makanan dan minuman yang tersedia, kualitas makanan dan minuman serta kehigienisan makanan dan minuman. Kekhasan makanan restoran sebagai restoran yang menjual masakan Padang juga harus selalu dijaga. Strategi harga yang dapat diterapkan oleh Restoran Natrabu, Jakarta adalah dengan memberikan potongan harga, diskon dan voucher makan dengan syarat tertentu Strategi promosi dapat dilakukan dengan memasang iklan pada berbagai media massa seperti surat kabar, majalah, radio dan bahkan televisi. Strategi tempat yang harus segera diperbaiki (prioritas utama) oleh Restoran Natrabu, Jakarta adalah perbaikan pada sarana parkir yang memadai, keamanan tempat parkir, jalan keluar
masuk menuju lokasi, kemudahan dalam menjangkau lokasi, aroma ruangan dan kesejukan ruangan. Strategi participants (orang) adalah dengan memberikan pelatihan dan informasi yang berkelanjutan pada pramusaji dalam melayani konsumen. Strategi bukti fisik yang harus diterapkan pihak restoran adalah dengan tetap menjaga kebersihan toilet dan ruangan. Selain itu, pihak restoran ini juga harus selalu menyediakan fasilitas pendukung lainnya di toilet seperti tissue, sabun, air dan pewangi toilet. Strategi proses adalah dengan memberikan pelatihan kepada pramusaji dan kasir mengenai proses pelayanan yang baik kepada konsumen restoran.
ANALISIS RESPON KONSUMEN TERHADAP PERFORMANCE RESTORAN PADANG
(KASUS : RESTORAN NATRABU, JAKARTA)
Oleh : GUSFARINI FAUZIAH
A14103011
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
Judul : Analisis Respon Konsumen Terhadap Performance Restoran Padang (Kasus : Restoran Natrabu, Jakarta)
Nama : Gusfarini Fauziah NRP : A14103011
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Skripsi
Ir. Popong Nurhayati, MM NIP. 131 995 654
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698
Tanggal lulus : 22 Maret 2007
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“ANALISIS RESPON KONSUMEN TERHADAP PERFORMANCE
RESTORAN PADANG (KASUS : RESTORAN NATRABU, JAKARTA)”
BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI TULISAN KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN
TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Maret 2007
Gusfarini Fauziah A14103011
UCAPAN TERIMA KASIH Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberi rahmat, hidayah, dan karunia Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik, tidak lupa shalawat dan salam selalu
penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Kedua orangtuaku, Papa dan Ibu terima kasih atas segala pengorbanan, dan
iringan doa yang selalu tercurah dengan penuh ketulusan cinta dan kasih
sayang yang tiada pernah terbalas. Kakak dan adikku tercinta, Santi dan Ezi
yang menjadi bagian dari semangat dan pengharapan yang lebih baik. Karya
ini dipersembahkan untuk keluargaku tercinta.
2. Ibu Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan, dukungan dan motivasi bagi penulis.
3. Ibu Febriantina Dewi, SE, MSc selaku dosen penguji utama yang telah
berkenan memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan penelitian ini.
4. Ibu Etriya, SP, MM selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan
Program Studi Manajemen Agribisnis atas segala kritik dan saran yang telah
diberikan.
5. Ibu Dr. Ir. Anny Ratnawati, MSi selaku dosen pembimbing akademik penulis
atas bimbingan beliau selama penulis kuliah.
6. Amak Mini, atuak Umun, Da Ican, Da Iwan, Da Manto, Ni Rina, Bang Yudi
Etek Er, Atuak Iyun dan Putty serta seluruh keluarga besar penulis. Kasih
sayang dan doanya adalah kado terindah bagi penulis.
7. Endang Suryana (AGB 40) yang telah bersedia menjadi pembahas dalam
seminar hasil penelitian penulis serta atas persahabatannya.
8. Keluarga besar Dt Rahimi Sutan, Pak Ace Iskandar, Bu Nani, Mba Lila dan
seluruh teman-teman di Restoran Natrabu, Jakarta. Terimakasih atas izin,
bantuan, informasi dan dukungan selama penulis melakukan penelitian.
9. Seluruh keluarga besar Mairmad di Jakarta dan sekitarnya (Atuak Anis
sekeluarga, atuak Kulis sekeluarga, atuak Iyas sekeluarga dan da Ed
sekeluarga), terima kasih atas doa, dukungan dan kasih sayangnya kepada
penulis.
10. Okky, Ani, Berlian, Widi, Iis, Astrid, Rany, Ophank, Santi, Neta, Uluum,
Yoga, Indra, dan Vedy, terima kasih atas bantuan dan persahabatannya
11. Rina, Nini, Eza, Anti, Metta, Belinda, Ayu, Ana, Pananda, Aloy, Rama dan
Jujung terima kasih atas bantuan dan keceriaannya selama penulis kuliah.
12. Rekan-rekan seperjuanganku (Yeyen dan Aswab), terima kasih atas doanya.
13. Seluruh sahabat-sahabatku di AGB 40, terima kasih atas kebersamaannya
selama empat tahun ini. Semoga silaturrahmi diantara kita akan selalu terjalin.
14. Nandi (FKH 40), Yulia N dan Zoni, terima kasih atas persahabatannya.
15. Istriana Rachmawati (PSP 41) terima kasih atas kamar dan perangkatnya, serta
Irwan (EPS 39) atas slide presentasinya.
16. Teman-teman satu kosanku di Wisma Shinta, terima kasih atas doanya.
17. Seluruh keluarga besar IKMP (Ikatan Kekeluargaan Mahasiswa
Payakumbuh), dan semua warga Minang.
18. Seluruh pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Payakumbuh, Sumatra Barat pada tanggal 08
Agustus 1985. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari keluarga
Bapak Ali Amran dan Ibu Nelfida Erna.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 19 Dalam Koto, Taeh Baruh
dari tahun 1991 sampai tahun 1997. Penulis melanjutkan pendidikan di MTsN
Dangung-dangung pada tahun 1997 hingga tahun 2000. Kemudian pada tahun
1999 penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Dangung-dangung dan
lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai
mahasiswa di Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu
Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui
jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai asisten dosen Mata
Kuliah Ekonomi Umum (2005-2007) dan juga sebagai penerima beasiswa dari
POM, BRI serta dari Women’s International Club, Jakarta. Penulis juga aktif di
berbagai kegiatan kemahasiswaan, baik intra kampus maupun ekstra kampus
diantaranya sebagai pengurus HIMPRO MISETA pada periode 2003-2004,
anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Pertanian IPB periode 2004-
2005, pengurus DPW II POPMASEPI 2004-2005, pengurus HMI Komisariat
Fakultas Pertanian IPB 2003-2006.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga setiap
langkah selalu dihaturkan untuk senantiasa beribadah kepada-Nya.
Skripsi ini berjudul “Analisis Respon Konsumen Terhadap Performance
Restoran Padang (Kasus : Restoran Natrabu, Jakarta)”. Bertujuan untuk
menganalisis respon konsumen terhadap performance Restoran Natrabu, Jakarta
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna
mengingat keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi selama berlangsungnya
penelitian. Semoga hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang
membutuhkannya.
Bogor, Maret 2007
Gusfarini Fauziah A14103011
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL.................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xvi I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah.................................................................. 6 1.3. Tujuan Penelitian...................................................................... 9 1.4. Manfaat Penelitian.................................................................... 9 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 9
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pedagang Eceran ...................................................................... 11 2.1.1. Definisi Perdagangan Eceran ........................................ 11 2.1.2. Tingkat Pelayanan Pengecer ......................................... 12 2.1.3. Konsep Selling Environment ......................................... 13 2.1.4. Konsep Store Environment............................................ 15
2.2. Restoran.................................................................................... 18 2.2.1. Definisi Restoran........................................................... 18
2.2.2. Jenis-jenis Restoran....................................................... 19 2.3. Makanan dan Restoran Tradisional.......................................... 21 2.4. Restoran Padang ....................................................................... 22 2.5. Penelitian Terdahulu ................................................................ 23
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................... 30
3.1.1. Definisi Konsumen dan Perilaku Konsumen ................ 30 3.1.2. Karakteristik Konsumen................................................ 31 3.1.3. Kepuasan Konsumen dan Upaya Mempertahankannya ..................................................... 32 3.1.4. Jasa ................................................................................ 36 3.1.5. Dimensi Pengukuran Performance Toko ...................... 41 3.1.6. Strategi Pemasaran ........................................................ 43
3.2. Kerangka pemikiran Operasional ............................................. 47
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................... 51 4.2. Jenis dan Sumber Data ............................................................. 51 4.3. Metode Penarikan Sampel........................................................ 52 4.4. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 53 4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data..................................... 54
4.5.1. Uji Validitas .................................................................. 54 4.5.2. Uji Reliabilitas............................................................... 55 4.5.3. Skala Likert ................................................................... 56
xiii
4.5.4. Analisis Deskriptif......................................................... 58 4.5.5. Importance Performance Analysis (IPA) ...................... 59 4.5.6. Customers Satisfaction Index (CSI) .............................. 62
4.6. Dimensi Performance dan Indikatornya .................................. 63 4.7. Definisi Operasional................................................................. 66
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah Perusahaan................................................................... 69 5.2. Struktur Organisasi Perusahaan ............................................... 71 5.3. Operasional Perusahaan ........................................................... 72 5.4. Strategi Pemasaran Perusahaan ................................................ 73
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik Umum Responden .............................................. 75 6.2. Respon Konsumen Terhadap Dimensi Performance Restoran Natrabu, Jakarta ........................................................ 79 6.2.1. Lokasi ............................................................................. 81 6.2.2. Sifat Dan Kualitas Keragaman ....................................... 86 6.2.3. Harga .............................................................................. 89 6.2.4. Personel Penjualan ......................................................... 90 6.2.5. Pelayanan Yang Diberikan ............................................. 93 6.2.6. Atribut Fisik Restoran .................................................... 95 6.2.7. Atmosfer Restoran.......................................................... 97 6.2.8. Pelayanan Sesudah Transaksi......................................... 102 6.3. Urutan Peringkat Atribut .......................................................... 103 6.4. Diagram Kartesius Importance-Performance .......................... 105 6.5. Indeks Kepuasan Konsumen .................................................... 113 VII. IMPLIKASI STRATEGI PEMASARAN 7.1. Strategi Produk (Product) ........................................................ 116 7.2. Strategi Harga (Price) .............................................................. 117 7.3. Strategi Promosi (Promotion) .................................................. 118 7.4. Strategi Tempat (Place) ........................................................... 119 7.5. Strategi Orang (Participants) ................................................... 119 7.6. Strategi Bukti Fisik (Physical Evidence) ................................. 120 7.7. Strategi Proses (Process).......................................................... 121 VIII.KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan............................................................................... 122 8.2. Saran ......................................................................................... 124
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 125 LAMPIRAN ........................................................................................... 127
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Pertumbuhan Restoran Di Indonesia Tahun 1997 – 2004................. 3
2. Rekapitulasi Jenis Usaha Jasa Penyedia Makanan Berdasarkan Wilayah di DKI Jakarta ..................................................................... 4 3. PDRB DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002 – 2005 (dalam juta rupiah.................. 4 4. Laporan Penjualan Restoran Natrabu Jakarta Periode Januari – Juni 2006 ........................................................................................... 8 5. Ringkasan Penelitian Terdahulu........................................................ 29 6. Skor/Nilai Tingkat Kepentingan dan Tingkat ................................... 57 7. Rentang Skala Kriteria Tingkat Kepentingan dan Tingkat Pelaksanaan Atribut Performance Restoran Natrabu, Jakarta .......... 58 8. Dimensi Performance Restoran dan Indikatornya Sebelum Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................................. 64 9. Dimensi Performance Restoran dan Indikatornya Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................................. 65 10. Karakteristik Umum Responden Restoran Natrabu, Jakarta, Tahun 2007........................................................................................ 78 11. Tingkat Kepentingan dan Tingkat Pelaksanaan Atribut Restoran Natrabu, Jakarta................................................................................. 80 12. Urutan Tingkat Kepentingan Atribut Restoran Natrabu, Jakarta ...... 104 13. Urutan Tingkat Pelaksanaan Atribut Restoran Natrabu, Jakarta....... 105 14. Atribut Restoran Natrabu, Jakarta Berdasarkan Performance dan Importance.................................................................................. 106 15. Perhitungan Customer Satisfaction Restoran Natrabu, Jakarta......... 114
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Tiga Elemen Penting Dalam Store Environment .............................. 16
2. Diagram Konsep Kepuasan Pelanggan ............................................. 33 3. Kerangka Pemikiran Operasional...................................................... 50 4. Diagram Kartesius Importance Performance Analysis ..................... 61 5. Struktur Organisasi Restoran Natrabu, Jakarta ................................. 72
6. Diagram Kartesius Penilaian Responden Terhadap Atribut Restoran Natrabu, Jakarta ................................................................. 107
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman 1. Hasil Uji Validitas Tingkat Pelaksanaan........................................... 128 2. Dokumentasi Restoran Natrabu, Jakarta ........................................... 130
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk hidup yang memiliki berbagai macam
kebutuhan dalam menjalankan aktivitas kehidupannya. Salah satu kebutuhan dasar
manusia adalah kebutuhan akan makanan dan minuman. Menurut teori Maslow,
makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat penting
untuk dipenuhi demi kelangsungan hidupnya. Hal ini berarti bahwa makanan akan
selalu dibutuhkan selama manusia masih hidup. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik tahun 2004 diketahui bahwa persentase pengeluaran rata-rata penduduk
Indonesia perkapita/bulan untuk makanan adalah sebesar 54,59 persen, sedangkan
sisanya untuk bukan makanan. Ini berarti lebih dari setengah pendapatan
penduduk Indonesia digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya berupa
makanan.
Kebutuhan terhadap makanan akan meningkat seiring bertambahnya
jumlah penduduk Indonesia. Pada tahun 2004 jumlah penduduk Indonesia tercatat
sekitar 217.900.000 jiwa dengan trend pertumbuhan sebesar 5,6 persen (Badan
Pusat Statistik, 2005). Penyebaran penduduk Indonesia tidak merata. Wilayah
perkotaan menjadi tujuan daerah urbanisasi sehingga wilayah ini cenderung
memiliki jumlah penduduk yang lebih padat. Salah satu daerah perkotaan tersebut
adalah Daerah Ibu Kota Jakarta. Hingga bulan Oktober 2006 tercatat sebesar
7.550.285 orang (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Propinsi DKI Jakarta,
2
2006). Tingginya jumlah penduduk di kota Jakarta mengakibatkan meningkatnya
kebutuhan terhadap jasa penyedia makanan.
Proses globalisasi dan kemajuan zaman saat ini telah menyebabkan
perubahan pada hampir semua aspek kehidupan khususnya pada masyarakat
perkotaan. Termasuk perubahan gaya hidup yang semakin dinamis, ditandai
dengan maraknya aktivitas yang dilakukan di luar rumah serta meningkatnya
jumlah wanita yang bekerja di luar rumah. Hal ini berdampak pada perubahan
pola konsumsi yang menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan terhadap
jasa penyedia makanan yang siap saji, cepat, dan memberikan kenyamanan. Selain
itu, ada alasan/motivasi khusus bagi seseorang untuk datang ke sebuah usaha jasa
penyedia makanan misalnya untuk mencoba masakan yang baru dan unik seperti
masakan tradisional.
Salah satu jasa penyedia makanan yang cukup berkembang di Indonesia
dan terus mengalami peningkatan adalah jenis usaha restoran. Restoran dapat
memberikan kemudahan bagi masyarakat yang tidak mempunyai waktu untuk
menyediakan makanan sendiri. Berbagai macam pelayanan diberikan sebuah
restoran dalam memanjakan konsumennya seperti memberikan kenyamanan.
Karena saat ini, restoran bukan hanya dijadikan sebagai tempat makan dan minum
saja, bahkan sering dijadikan sebagai tempat rekreasi keluarga, berkumpul dengan
teman-teman dan tempat pertemuan dengan relasi bisnis.
Dari data Badan Pusat Statistik tahun 2002 diketahui bahwa setiap
tahunnya terjadi peningkatan jumlah restoran di Indonesia. Bahkan pada saat
krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997, peningkatan jumlah
restoran terus terjadi. Pertumbuhan restoran yang cukup besar terjadi pada tahun
3
2003 dan 2004. Pada tahun 2003 persentase pertumbuhan jumlah restoran sebesar
4,50 persen. Jumlah ini meningkat menjadi 5,97 persen pada tahun 2004. Dalam
waktu satu tahun terjadi peningkatan jumlah restoran sebesar 1,47 persen. Data
mengenai pertumbuhan restoran di Indonesia tahun 1997 - 2004 dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Pertumbuhan Restoran Di Indonesia Tahun 1997 – 2004 Tahun
Jumlah Restoran
(Outlet) Pertumbuhan
(%) 1997 * 9.520 - 1998 * 9.798 2,92 1999 * 9.926 1,31 2000 *10.135 2,11 2001 *10.386 2,47 2002 *10.674 2,77 2003 **11.154 4,50 2004 **17.813 5,97
Sumber : * : Badan Pusat Statistik, 2002 dan ** : Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Indonesia tahun 2004 (diolah)
Ditinjau dari segi ekonomi, usaha restoran memberikan banyak manfaat
baik bagi investor, masyarakat umum maupun bagi perekonomian Indonesia.
Manfaat tersebut antara lain dapat memberikan lapangan pekerjaan baru sehingga
mampu mengurangi pengangguran, mendukung percepatan tercapainya sasaran
pengembangan kepariwisataan dan memberikan kontribusi terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB).
Bisnis restoran di kota Jakarta sangat berpeluang untuk dikembangkan.
Setiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah usaha jasa penyedia makanan
khususnya usaha restoran di kota ini. Hingga Maret 2006 terdapat 2097 buah
usaha jasa penyedia makanan dengan proporsi jenis usaha yang berbeda-beda
pada tiap-tiap wilayah Jakarta. Proporsi terbesar dimiliki oleh usaha restoran
dengan persentase sebesar 73,10 persen, diikuti oleh usaha bar sebesar 23,36
4
persen dan rumah makan sebesar 3,54 persen (Dinas Pariwisata DKI Jakarta,
2006). Rekapitulasi jenis usaha jasa penyedia makanan berdasarkan wilayah di
DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rekapitulasi Jenis Usaha Jasa Penyedia Makanan Berdasarkan
Wilayah di DKI Jakarta
Wilayah Jumlah Jenis Usaha (Unit)
Total Rumah Makan
Restoran Bar
Jakarta Pusat 6 401 112 519 Jakarta Utara 9 234 72 315 Jakarta Utara 11 194 100 305 Jakarta Selatan 23 625 204 852 Jakarta Timur 25 79 2 106 Jumlah 74 1.533 490 2.097 Persentase (%) 3,54 73,10 23,36 100
Sumber : Dinas Pariwisata DKI Jakarta, 2006
Berkembangnya jumlah usaha jasa penyedia makanan terutama restoran di
DKI Jakarta turut memberikan kontribusi pada Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) DKI Jakarta. Usaha restoran menyumbang PDRB yang selalu meningkat
untuk tiap tahunnya. Pada tahun 2004 kontribusi restoran terhadap PDRB DKI
Jakarta sebesar Rp10.520.516,27 jumlah ini meningkat menjadi Rp11.239.867,81
pada tahun 2005. Data PDRB DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002 – 2005 (dalam juta rupiah) pada Tabel 3.
Tabel 3. PDRB DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002 – 2005 (dalam juta rupiah)
Lapangan Usaha 2002 2003* 2004* 2005** Pertanian 345.580,05 291.284,53 287.573,96 290.386,40 Pertambangan dan penggalian 1.233.251,79 1.059.605,90 987.491,70 915.977,01 Industri pengolahan 43.847.423,68 46.063.292,70 48.707.025,63 51.177.799,88 Listrik, gas dan air bersih 1.655.311,58 1.749.704,49 1.848.696,42 1.977.201,78 Bangunan 25.291.113,54 26.312.137,90 27.475.877,76 29.094.579,91 Perdagangan, hoteldan restoran 51.614.121,01 55.020.400.38 58.848.582,53 63.492.894.42 • Perdagangan besar dan eceran 39.551.983,58 42.225.494,93 45.348.177,87 49.097.393,79 • Hotel 2.653.028,01 2.873.600,89 2.979.888,40 3.155.632,83 • Restoran 9.409.109,43 9.921.304,56 10.520.516,27 11.239.867,81
Pengangkutan dan komunikasi 16.215.672,43 18.254.713,99 20.559.712,68 23.286.742,86 Keuangan 80.606.200,34 83.803.540,27 87.294.377,24 90.874.270,08 Jasa-jasa 29.522.492,14 31.069.561,75 32.515.484,29 34.160.466,53 PDRB 250.331.156,55 263.624.241,89 278.524.822,22 295.270.318,88 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005 * : Angka Sementara ** : Angka Sangat Sementara
5
Restoran yang ada di Jakarta beraneka ragam, mulai dari restoran
tradisional, khas Indonesia maupun restoran bercitarasa internasional (asing).
Salah satu restoran tradisional yang turut meramaikan pasar adalah restoran khas
Minangkabau atau yang lebih dikenal dengan sebutan restoran Padang. Hidangan
khas Sumatera Barat atau Padang dapat dijumpai di hampir setiap pelosok
Indonesia dan di luar negeri yang menyajikan hidangan lengkap masakan Padang.
Data dari Ikatan Warung Padang Indonesia (Iwapin) mencatat di wilayah Jakarta
dan sekitarnya ada sekitar 20.000 warung padang1. Sebagai restoran tradisional
yang tersebar di seluruh Jakarta, restoran Padang harus mampu menjadi restoran
yang tidak hanya diminati oleh konsumen lokal, namun juga oleh konsumen asing
yang ada di wilayah Jakarta. Oleh sebab itu, restoran Padang juga harus mampu
memberikan pelayanan dan memberikan performance restoran yang diinginkan
oleh konsumen umum. Dalam hal ini restoran Padang juga membutuhkan riset
mengenai perilaku konsumen.
Restoran Natrabu merupakan salah satu contoh restoran Padang yang ada
di Jakarta. Restoran ini terletak di Jl. H. Agus Salim No. 29A Jakarta Pusat.
Wilayah Jakarta Pusat merupakan wilayah dengan jumlah restoran terbesar kedua
di Jakarta, setelah Jakarta Selatan. Ini berarti, Restoran Natrabu, Jakarta berada
pada wilayah perkembangan usaha restoran. Selain Restoran Natrabu, Jakarta
masih banyak berdiri restoran-restoran lain di sekitar jalan H. Agus Salim ini, baik
restoran sejenis, restoran tradisional lainnya maupun restoran asing seperti
Restoran Padang Sederhana, Restoran Padang Garuda, Sizzler, Hoka-Hoka Bento,
Hot Pot Garden, dan American Grill.
1 Ada Rumah Makan Padang di Bulan Minggu, 25 Mei 2003 www.kompas.com
6
Banyaknya pilihan restoran di sekitar wilayah Restoran Natrabu, Jakarta
menjadikan konsumen dapat menentukan restoran yang paling memberikan
pelayanan terbaik dan yang dapat memberikan kepuasan yang diinginkan dalam
membeli suatu produk. Menurut Kotler (2002) kepuasan konsumen berarti
perasaan senang atau kecewa seseorang sebagi hasil dari perbandingan antara
prestasi atau produk yang dirasakan dan diharapkan. Kepuasan konsumen tercapai
ketika mendapatkan apa yang diingingkan dan bahkan lebih dari keinginannya.
Konsumen yang merasakan kepuasan dalam aktivitasnya akan berdampak positif
bagi sektor usaha tersebut. Konsumen yang puas akan terdorong untuk melakukan
pembelian berulang, dan bahkan merekomendasikan kepada orang lain. Hal ini
akan sangat menguntungkan bagi pihak pemasar. Selain nama baik, pemasar juga
akan memperoleh penjualan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, penting bagi
pemasar mengetahui bagaimana respon konsumen terhadap performance yang ada
pada restorannya., sehingga dapat memperbaiki performancenya untuk waktu
berikutnya.
1.2 Perumusan Masalah
Restoran Natrabu, Jakarta merupakan restoran khas Minangkabau
(Padang) yang ada di pusat kota Jakarta yang terletak di Jl. H. Agus Salim No.
29A Jakarta Pusat. Restoran ini merupakan pusat dari 14 cabang Restoran Natrabu
yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia dan Malaysia. Lokasi restoran sangat
strategis, karena terletak di pusat aktivitas perkantoran dan perumahan penduduk.
Restoran Natrabu, Jakarta menghadirkan masakan bercita rasa dan beratribut khas
Minangkabau seperti dekorasi ruangan, seragam pramusaji dan atribut lainnya
7
Berdasarkan studi pendahuluan dengan pihak manajemen, konsumen
restoran ini bukan hanya masyarakat yang berasal dari suku Minangkabau
(Padang), tetapi juga masyarakat luar Minangkabau bahkan orang asing. Selain
itu, konsumen yang datang ke Restoran Natrabu, Jakarta juga berasal dari individu
dan kelompok yang beragam, diantara kalangan bisnis, masyarakat biasa dan lain-
lain. Hal ini berarti terdapat berbagai macam karakteristik konsumen yang
dihadapi oleh pihak Restoran Natrabu, Jakarta. Dalam menyikapi hal itu, pihak
restoran telah berusaha memberikan kepuasan kepada konsumen dengan
kebijakan pemasaran yang telah dijalankan selama ini. Antara lain kebijakan
pemasaran terhadap produk yang telah disesuaikan dengan karakteristik sebagian
besar konsumen, seperti rasa makanan yang tidak terlalu pedas, akan tetapi tidak
meninggalkan ciri khas masakan Padang asli. Selain itu, pihak restoran juga
menjalankan strategi promosi yang cukup bagus dengan memasang iklan pada
berbagai media seperti televisi, majalah dan surat kabar. Pihak restoran juga
melayani berbagai sistem distribusi dengan menyediakan jasa pesanan produk.
Namun, pihak restoran masih mendapatkan keluhan dari konsumen berupa harga
yang dianggap mahal. Berdasarkan studi pendahuluan peneliti kepada konsumen
Restoran Natrabu, Jakarta diketahui bahwa konsumen restoran masih
mengeluhkan beberapa atribut seperti sarana parkir yang dianggap kurang
memadai dan jalan yang macet.
Selain itu, berdasarkan data penjualan Restoran Natrabu, Jakarta selama
tengah tahun pertama diketahui bahwa restoran ini mengalami penjualan yang
relatif stabil pada triwulan pertama. Penjualan tertinggi terjadi pada bulan Maret
sebesar Rp. 386.525.254. Namun mengalami penurunan penjualan pada triwulan
8
kedua. Penurunan terendah terjadi pada bulan April menjadi Rp. 303.761.352
dengan persentase penurunan sebesar 21,4 persen.
Hal-hal di atas mengindikasikan belum tercapainya kepuasan konsumen
secara penuh. Jika hal ini terus dibiarkan maka dikhawatirkan akan berdampak
lebih buruk terhadap penjualan restoran maupun nama baik restoran. Oleh sebab
itu, dibutuhkan pengetahuan mengenai respon konsumen terhadap performance
restoran ini. Hal ini dilakukan guna mempertahankan konsumen yang ada dan
menarik konsumen lebih banyak lagi. Laporan penjualan Restoran Natrabu,
Jakarta periode Januari-Februari 2006 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Laporan Penjualan Restoran Natrabu, Jakarta Periode Januari - Juni 2006
Bulan Penjualan (Rp) Pertumbuhan (%) Januari 323.285.656 - Februari 329.876.661 2,04 Maret 386.625.254 17,2 April 303.761.352 (21,4) Mei 329.763.801 8,6 Juni 328.784.125 (0,3)
Sumber : Laporan Penjualan Restoran Natrabu Jakarta, 2006
Berdasarkan kondisi ini maka dapat dilakukan analisis respon konsumen
terhadap performance restoran dengan mengkaji hal-hal berikut :
1. Bagaimana karakteristik umum konsumen Restoran Natrabu, Jakarta?
2. Bagaimana respon konsumen terhadap tingkat kepentingan dan tingkat
pelaksanaan dari atribut-atribut performance Restoran Natrabu, Jakarta?
3. Bagaimana implikasi hasil analisis terhadap strategi pemasaran Restoran
Natrabu, Jakarta?
9
1.3 Tujuan Penelitian
Adapaun tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasikan karakteristik umum konsumen Restoran Natrabu, Jakarta.
2. Menganalisis respon konsumen terhadap tingkat kepentingan dan tingkat
pelaksanaan dari atribut-atribut performance Restoran Natrabu, Jakarta.
3. Memformulasikan implikasi strategi pemasaran Restoran Natrabu, Jakarta.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :
1. Bahan rekomendasi pengambilan keputusan kebijakan pemasaran bagi pihak
pengelola Restoran Natrabu, Jakarta guna meningkatkan kepuasan konsumen
dan tercapainya tujuan restoran.
2. Sarana penerapan ilmu dan teori yang didapatkan peneliti selama kuliah
khususnya tentang Perilaku Konsumen dan Pemasaran.
3. Bahan acuan untuk penelitian berikutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi oleh beberapa hal yang menjadi ruang lingkup
penelitian peneliti. Beberapa batasannya adalah penelitian ini hanya dilakukan di
pusat Restoran Natrabu yaitu di Jl. H. Agus Salim No.29A Jakarta Pusat. Peneliti
tidak melakukan penelitian di beberapa cabang restoran karena alasan waktu dan
biaya yang terbatas. Selain itu, penelitian ini difokuskan pada penelitian
karakteristik umum konsumen dan respon konsumen terhadap performance
Restoran Natrabu, Jakarta dengan 24 atribut. Penelitian ini memiliki keterbatasan
10
pada kuesioner penelitian. Angka pada skala likert (tingkat kepentingan yang
dikategorikan menjadi 4 : sangat penting, 3 : penting, 2 : tidak penting, dan 1 :
sangat tidak penting serta tingkat pelaksanaan/kinerja yang dikategorikan menjadi
4 : sangat puas, 3 : puas, 2 : tidak puas, dan 1 : sangat tidak puas) yang digunakan
tidak mencantumkan indikator pada masing-masing kategori.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pedagang Eceran
2.1.1 Definisi Perdagangan Eceran
Menurut Kotler (2002) diantara produsen dan konsumen terdapat saluran
pemasaran, yaitu serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam
proses untuk menjadikan produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi.
Pedagang eceran merupakan salah satu saluran pemasaran barang dan jasa dari
produsen ke konsumen akhir. Pedagang eceran dapat dijadikan perantara bagi
konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Pelaku pedagang eceran dapat
melakukan penjualan melalui berbagai media seperti toko, pinggir jalan atau di
rumah konsumen. Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
Republik Indonesia No.23/MPPI/1998, pedagang pengecer (retailer) adalah
perorangan atau badan usaha yang kegiatan pokoknya melakukan secara langsung
kepada konsumen akhir dalam partai kecil.
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1995) perdagangan eceran
sebenarnya mencakup semua bentuk penjualan kepada konsumen untuk dipakai.
Menurut Kotler (2002), perdagangan eceran (retailing) adalah seluruh kegiatan
yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung ke konsumen akhir
untuk penggunaan pribadi atau bukan bisnis.
12
2.1.2 Tingkat Pelayanan Pengecer
Kotler (2002) membagi tingkat pelayanan pengecer ke dalam empat
tingkatan yaitu :
1. Eceran Swalayan (Self-Service Retailing)
Digunakan dalam banyak operasi eceran, khususnya untuk memperoleh
barang kebutuhan sehari-hari dan barang belanjaan. Swalayan merupakan
dasar dari semua operasi diskon. Banyak pelanggan bersedia melakukan
sendiri proses menemukan, membandingkan, dan memilih untuk menghemat
uang.
2. Eceran Swapilih (Self-Service Retailing)
Melibatkan pelanggan dalam menemukan barangnya meskipun mereka dapat
meminta bantuan. Pelanggan menyelesaikan transaksi mereka dengan
membayar kepada pramuniaga. Berbagai organisasi swapilih memiliki biaya
operasi yang lebih tinggi daripada operasi swalayan karena diperlukan staf
tambahan.
3. Eceran Pelayanan Terbatas (Limited-Service Retailing)
Memberikan lebih banyak bantuan penjualan karena para pengecer ini
memilih lebih banyak barang belanjaan, dan pelanggan memerlukan lebih
banyak informasi karena toko-toko ini juga menawarkan jasa (seperti kredit
dan hak pengembalian barang) yang umumnya tidak terdapat pada toko yang
kurang berorientasi jasa, mereka memiliki biaya operasi yang lebih tinggi.
4. Eceran Pelayanan Penuh (Full-Service Retailing)
Menyediakan pramuniaga yang siap membantu dalam setiap tahap proses
menemukan, membandingkan dan memilih.
13
Salah satu contoh yang menggambarkan tipe pelayanan penuh adalah
restoran. Menurut Keputusan Menteri Pos dan Telekomunikasi No. 73/PW.
105/MPPT.1985, restoran merupakan salah satu jenis usaha jasa pangan yang
bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen, dilengkapi dengan
peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan
penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat usahanya dan memenuhi
persyaratan.
2.1.3 Konsep Selling Environment
Dalam semua bentuk perdagangan eceran, keputusan untuk merancang dan
menyusun lingkungan eceran pada saat ini merupakan elemen kunci dalam bauran
pemasaran eceran. Toko sebagai salah satu badan usaha yang melakukan eceran
juga melaksanakan konsep selling environment.
Menurut McGoldrick (1990) dalam membangun konsep selling
environment di dalam toko, dimulai dengan merancang toko secara keseluruhan,
yang meliputi desain toko, atmosfer toko, lay out toko, dan display produk, serta
konsep merchandising. Konsep ini bertujuan untuk menarik pelanggan dan
memaksimalkan pembelian konsumen di dalam toko.
Konsep selling environment di dalam toko meliputi :
1. Perancangan Toko (Store Design)
Menurut Green dalam McGoldrick (1990), perancangan toko adalah
kemampuan pengecer untuk merancang toko agar konsumen tertarik pada
barang yang diperdagangkan pada saat konsumen berada di dalam toko.
Perancangan toko merupakan hasil nyata dalam upaya memenuhi bahkan
14
melebihi keinginan konsumen sebagai bagian dari upaya strategi pemasaran
eceran. Perancangan toko erat kaitannya dengan konsep citra toko (store
image). Menurut Martineau dalam McGroldrick (1990), store image adalah
cara yang ditempuh oleh pengecer suatu toko untuk menyamakan persepsi
sesuai dengan apa yang dilihat dan dirasakan oleh konsumen. Konsep store
image ini tidak hanya meliputi hal-hal yang dapat dirasakan atau diukur saja,
tetapi juga meliputi faktor- faktor lain yang tidak terukur. Faktor- faktor yang
tidak terukur meliputi arsitektur toko, display produk dan sikap personal
penjualan.
2. Atmosfer Toko (Store Atmospherics)
Menurut Kotler dalam McGoldrick (1990) atmosfer toko adalah perancangan
secara sadar ruang toko untuk menciptakan efek tertentu bagi pembeli. Lebih
dari itu, atmosfer toko adalah usaha untuk merancang lingkungan belanja yang
bertujuan untuk menghasilkan efek emosional khusus bagi pembeli yang dapat
meningkatkan kemungkinan pembelian. Atmosfer toko meliputi berbagai
atribut seperti sesuatu yang dapat dilihat (warna, cahaya, ukuran, dan bentuk),
sesuatu yang dapat didengar (volume dan tempo), sesuatu yang dapat dicium
(aroma dan kesegaran), dan sesuatu yang dapat diraba (kelembutan dan suhu).
Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1995), atmosfer toko dapat
menghasilkan efek emosional khusus bagi konsumen. Efek tersebut meliputi :
a. Atmosfer toko dapat membantu membentuk arah maupun durasi perhatian
konsumen, sehingga meningkatkan kemungkinan pembelian untuk produk
yang tidak direncanakan.
15
b. Pengecer toko dapat mengekspresikan berbagai aspek mengenai toko
kepada konsumen (misalnya, toko busana berharap untuk menarik
pelanggan kelas atas dengan citra mode).
c. Latar toko dapat menghasilkan reaksi emosi tertentu dari konsumen
(misalnya, kesenangan dan kegairahan) yang dapat mempengaruhi jumlah
waktu dan uang yang dihabiskan sewaktu berbelanja.
3. Lay Out Toko (Store Lay Out)
Pengecer dapat menciptakan kondisi terbaik di dalam toko yang meliputi
ketersediaan ruang yang memadai dan menggerakkan lalu lintas di dalam toko
untuk memaksimalkan tampilan produk yang dijual.
4. Teknik Display Produk (Merchandise Display Technique)
Display produk adalah teknik penataan barang dagangan yang dapat
meningkatkan penjualan produk dan memberi atraksi tambahan untuk toko.
Display produk juga merupakan bagian penting dari lingkungan informasi
yang dapat membantu pembeli dalam melakukan proses pengambilan
keputusan.
2.1.4 Konsep Store Environment
Menurut Umar (2000), konsep store environment merupakan bagian dari
konsep place. Salah satu retailer atau badan usaha yang melakukan perdagangan
eceran adalah toko dengan segala macam bentuknya. Pada dasarnya, sebuah retail
mempunyai dua hal yang penting yang dapat ditawarkan kepada konsumen, yaitu
produk dan teknik menampilkan produk tersebut sehingga terlihat menarik.
16
Menurut Umar (2000), store environment adalah suasana lingkungan toko
yang hendaknya terasa nyaman dan menyenangkan bagi para pengunjung
sehingga merangsang para konsumen untuk menghabiskan waktu dan berbelanja
dalam toko (supermarket dan sejenisnya). Store environment mampu
mempengaruhi perilaku membeli konsumen.
Lewinson dalam Umar (2000), membagi store environment ke dalam tiga
elemen penting yang diperlihatkan dalam Gambar 1.
Gambar 1 Tiga Elemen Penting Dalam Store Environment Sumber : Lewinson dalam Umar (2000)
1. Store Image
Store Image adalah sebuah toko yang menggambarkan apa yang dilihat dan
dirasakan oleh konsumen terhadap toko tersebut. Citra konsumen terhadap
sebuah toko terdiri atas kesan terhadap eksterior (external impression) dan
interiornya (internal impression). Store image merupakan hal penting bagi
pengecer untuk menarik dan memenuhi kepuasan konsumen.
Store Environment
Store Atmospherics • Sight Appeal • Sound Appeal • Scent Appeal • Touch Appeal
Store Image
• External Impression • Internal Impression
Store Theatrics • Décor Themes • Store Events
17
2. Store Atmospherics
Atmosfer toko adalah keseluruhan efek emosional yang diciptakan oleh atribut
fisik toko dimana ia hendaknya mampu memuaskan kedua belah pihak yang
terkait, ya itu pengecer dan para konsumennya. Atmosfer toko yang
menyenangkan hendaknya dapat dilihat dari atribut yang dapat menarik
kelima indera manusia, yaitu penglihatan (sight appeal), pendengaran (sound
appeal), penciuman (scent appeal), perasa (touch appeal).
3. Store Theatrics
Retailing bukan hanya sekedar menjual produk tetapi lebih merupakan suatu
pameran atau pergelaran produk yang memicu konsumen untuk membeli
produk yang dipamerkan. Store theatrics dapat merupakan senjata yang
ampuh bagi sebagian besar pengecer untuk mendapatkan keunggulan
kompetitif yang mampu membedakan antara satu pengecer dengan pengecer
yang lainnya. Konsumen memandang bahwa dengan mengunjungi suatu toko
atau mall bukanlah sekedar untuk berbelanja, melainkan lebih merupakan
suatu rekreasi. Oleh karena itu, pengecer harus mampu menyediakan konsep
toko yang tidak hanya menekankan pada fungsi tempat belanja semata, tetapi
juga sebagai tempat rekreasi dan hiburan, bahkan sebagai tempat
bersosialisasi. Store theatrics dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Décor Themes
Mendesain dekorasi toko dapat menggunakan satu atau beberapa tema
baik untuk sisi eksternal dan internal toko sehingga menarik perhatian
kelima indera konsumen. Seorang pengecer tidak harus menggunakan satu
tema yang sama untuk keseluruhan ruang toko, pengecer dapat
18
mengkombinasikan beberapa tema yang dianggap sesuai dengan target
pasar yang dituju.
b. Store Events
Store events adalah peristiwa yang spesial, seperti acara hiburan, program
promosi, demosntrasi produk, program sosial dan sejenisnya. Peristiwa
yang spesial ini diadakan oleh pihak manajemen pengecer untuk menarik
pembeli potensial ke dalam toko dengan harapan untuk mencapai tujuan
menciptakan awareness toko, menyediakan informasi kepada konsumen,
membangun store image yang menguntungkan pengecer serta
meningkatkan frekuensi berkunjung konsumen.
2.2 Restoran
2.2.1 Definisi Restoran
Restoran merupakan salah satu bentuk usaha dalam industri jasa boga.
Biasanya jenis usaha ini menyediakan suguhan makanan dan minuman berciri
khas tertentu. Restoran adalah salah satu jenis usaha pangan yang bertempat di
sebagian atau seluruh bangunan yang permanen, dilengkapi peralatan dan
perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian, dan penjualan
makanan dan minuman bagi umum di tempat usahanya dan memenuhi ketentuan
persyaratan yang ditetapkan dalam keputusan ini (Keputusan Menteri Pariwisata,
Pos dan Telekomunikasi Nomor KM.95/HK.103/MPPT-87). Menurut keputusan
ini, penggolongan restoran berdasarkan fasilitas dan pelayanan yang tersedia serta
mutu pelayanan terdiri dari tiga kelas yang dinyatakan dalam piagam.
19
1. Golongan kelas restoran tertinggi , dimana restoran ini dinyatakan dengan
piagam bertanda sendok garpu berwarna emas.
2. Golongan kelas restoran menengah, dimana restoran ini dinyatakan dengan
piagam bertanda sendok garpu berwarna perak.
3. Golongan kelas restoran terendah, dimana restoran ini dinyatakan dengan
piagam bertanda sendok garpu berwarna perunggu.
2.2.2 Jenis-Jenis Restoran
Dalam perkembangannya restoran terus mengalami peningkatan. Jenis
restoran yang terus mengalami peningkatan itu beraneka ragam. Torsina (2000)
membedakan jenis-jenis restoran tersebut sesuai dengan tingkat keasliannya, ada
sepuluh jenis restoran, yaitu :
1. Family Conventional : adalah jenis restoran tradisional untuk keluarga.
Restoran ini mementingkan suasana dan dari segi harga cucup bersahabat.
Dari segi pelayanan dan dekorasi terbilang biasa-biasa saja.
2. Fast Food : Eat-in (makan di restoran).dan take out (dibungkus untuk
dimakan di luar restoran). Restoran siap saji ini memiliki keterbatasan dalam
jenis menu yang disajikan, ruang dengan dekorasi warna-warna utama dan
terang. Dari segi harga dapat dikatakan tidak mahal dan lebih mengutamakan
banyak pelanggan. Jenis restoran inilah yang paling marak diusahakan oleh
para pelaku restoran di Indonesia dewasa ini.
3. Kafetaria : Biasanya terdapat di gedung-gedung perkantoran atau di pusat
perbelanjaan, sekolah atau pabrik-pabrik. Tipe penyajian swalayan dengan
menu agak terbatas seperti menu-menu yang disajikan di rumah. Menu yang
20
disajikan bisa berganti-ganti menurut hari dan dari segi harga terbilang cukup
ekonomis.
4. Gourmet : Jenis restoran ini termasuk yang berkelas, sehingga memerlukan
suasana yang sangat nyaman dengan dekorasi yang artistik. Ditujukan bagi
mereka yang menuntut standar penyajian yang tinggi dan bergengsi.
Disamping makanan juga disajikan minuman wines dan liquors.
5. Etnik : Menyajikan masakan dari daerah (suku atau negara) yang spesifik.
Misalnya : masakan Jawa Timur, Manado, Padang, India, Cina dan lain- lain.
Dekorasi disesuaikan dengan etnik yang bersangkutan, bahkan pakaian
seragam pramusaji juga bernuansa etnik. Ada juga yang masuk dalam tipe
snack bar etnik yang menyajikan menu yang murah, terbatas pada sajian-
sajian umum yang dikenal.
6. Buffet : Biasanya dengan sistem pelayanan swalayan, tetapi untuk wine, liquor
atau bir dilayani secara khusus. Ciri utama dari jenis restoran ini adalah
berlakunya satu harga untuk makan sepuasnya apa yang disajikan buffet.
Peragaan dan display makanan sangat penting, sebab langsung menjual
dirinya sendiri.
7. Coffee Shop : Coffee Shop ditandai dengan pelayanan makanan secara cepat.
Banyak seating menempati counter service untuk menekankan suasana
informal. Lokasi utamanya di gedung perkantoran atau puast perbelanjaan
dengan traffic pengunjung yang tinggi untuk menarik perhatian pengunjung
untuk makan siang dan coffee break (walaupun pelayanan untuk sarapan pagi
juga biasa dilakukan).
21
8. Snack Bar : Ruangan biasanya lebih kecil dan hanya cukup untuk melayani
orang-orang yang ingin mengkonsumsi makanan kecil, tetapi restoran jenis
snack bar ini dapat memperoleh volume penjualan melalui jasa pelayanan
pesanan take out.
9. Drive-In : Para pembeli memakai mobil tidak perlu turun dari mobilnya.
Pesanan diantar sampai ke mobil untuk eat-in (sementara parkir) atau take
away. Jenis makanan dikemas secara praktis dan lokasi disesuaikan dengan
tempat parkir, baik mobil ataupun motor. Restoran siap saji Mc Donald asli
(yang pertama) di San Berdardino adalah salah satu tipe drive-in
10. Specially Restaurant : Adalah jenis restoran yang terletak jauh dari keramaian,
tetapi menyajikan masakan yang menarik dan berkualitas. Restoran jenis ini
lebih ditujukan untuk konsumen-konsumen tertentu seperti konsumen
mancanegara ataupun konsumen domestik dalam suasana khas yang berbeda.
Jenis restoran ini memiliki keuntungan lebih, yaitu para pemilik restoran tidak
perlu menginvestasikan dananya terlalu mahal untuk sewa ruang (tempat) di
lokasi- lokasi komersial.
2.3 Makanan dan Restoran Tradisional
Makanan adalah sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk dapat bertahan
hidup. Biasanya makanan yang dikonsumsi seseorang sesuai dengan selera
masing- masing. Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang menyukai
makanan tertentu adalah pengaruh kebiasaan dan ciri khas lingkungannya.
Makanan yang berasal dari lingkungan tertentu yang memiliki ciri khas
tersendiri yang berasal dari suatu etnis/daerah maupun negara sering dikenal
22
sebagai makanan tradisional. Makanan tradisional biasanya berasal dari bahan-
bahan lokal dan mempunyai citarasa yang telah khas dengan masyarakat setempat.
Saat ini makanan tradisional tidak hanya dapat dinikmati di daerah asalnya saja.
Akan tetapi, telah dapat dinikmati di hampir seluruh wilayah Indonesia. Makanan
tradisiona l tersebut banyak disuguhkan oleh restoran-restoran tradisional
Indonesia.
Menurut Torsina (2000), restoran tradisional adalah restoran yang
menyajikan masakan dari daerah (suku atau negara) dan spesifik dan dekorasinya
disesuaikan dengan daerah tersebut, bahkan pakaian seragam pekerjanya
bernuansa tradisional atau etnik. Namun demikian, masih ada permasalahan yang
dihadapi oleh sebagian restoran tradisional. Masalah tersebut antara lain :
1) Restoran tradisional Indonesia semakin tersisih dengan adanya restoran
asing/modern.
2) Adanya rasa bangga jika makan di restoran asing daripada restoran tradisional.
3) Kecenderungan restoran tradisional belum dikelola secara profesional.
4) Banyak produk di restoran tradisional yang belum memenuhi kriteria produk
yang sehat karena pengembangannya masih yang belum memakai aplikasi
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
5) Modal yang digunakan untuk investasi restoran tradisional biasanya masih
relatif kecil.
2.4 Restoran Padang
Salah satu restoran tradisional yang cukup menyebar hampir ke seluruh
tanah air adalah restoran tradisional etnis Minangkabau atau yang lebih dikenal
dengan istilah restoran Padang. Restoran ini menyediakan makanan yang bercita
23
rasa khas Sumatera Barat, antara lain : rendang, kalio, asam padeh, dendeng, dan
lain sebagainya.
Restoran Padang cukup diminati oleh sebagian besar masyarakat
Indonesia. Ciri khas yang paling menonjol dalam restoran Padang ini adalah cita
rasa yang pedas dan bersantan. Hampir semua makanan Padang memiliki rasa
pedas yang lebih dari masakan lainnya. Selain itu, restoran Padang dicirikan juga
oleh pemakaian atribut tradisional etnis Minangkabau seperti bentuk atap
bangunan, pakaian pramusaji restoran maupun dekorasi ruangan.
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian Ergandia (2006) mengenai Respon Konsumen Terhadap
Performance Restoran MP Steak, Bogor, bertujuan untuk mengkaji karakteristik
konsumen dari Restoran MP Steak, Bogor, menganalisis respon konsumen
terhadap tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan dari atribut-atribut
performance Restoran MP Steak, Bogor dan.memformulasikan alternatif bauran
pemasaran 7P yang dapat diterapkan oleh Restoran MP Steak, Bogor. Penelitian
ini menggunakan alat analisis berupa analisis deskriptif dan Importance
Performance Analysis. Dimensi pengukuran performance restoran yang
digunakan terdiri dari sembilan dimensi dengan 32 atribut. Dimensi-dimensi
tersebut adalah lokasi, sifat dan kualitas keragaman, harga, personal penjualan,
pelayanan yang diberikan, atribut fisik restoran, atmosfer restoran, iklan atau
promosi dan pelayanan sesudah transaksi.
Berdasarkan pengolahan terhadap 32 atribut performance dengan
Importance-Performance Analysis (IPA) yang berkaitan dengan tingkat
24
kepentingan dan kinerja atribut, terdapat lima atribut yang berada pada kuadran I
(prioritas utama), yaitu sarana parkir yang memadai, kecepatan penyajian
makanan dan minuman sampai ke tangan konsumen, aroma ruangan, kesejukan
ruangan, serta tanggapan terhadap keluhan. Atribut yang berada pada kuadran II
(pertahankan prestasi) sebanyak 12 atribut, yaitu keamanan dari tempat parkir,
variasi dari jenis makanan dan minuman yang tersedia, kualitas makanan dan
minuman yang baik, higienis makanan dan minuman, keramahan dan kesopanan
pramusaji, pengetahuan pramusaji terhadap produk yang dijual, kesigapan
pramusaji dalam melayani konsumen, ketersediaan toilet, ketersediaan mushola,
kebersihan ruangan, kebersihan toilet, serta kebersihan mushola. Pada kuadran III
(prioritas rendah), terdapat delapan atribut, yaitu akses transportasi umum, harga
yang ditawarkan, pembayaran dengan credit card, tata letak kursi dan meja,
pemilihan warna ruangan, pencahayaan ruangan, musik, serta penggunaan iklan.
Atribut-atribut yang terdapat pada kuadran IV (berlebihan) sebanyak tujuh atribut,
yaitu kemudahan dalam menjangkau lokasi, jalan keluar masuk menuju lokasi,
jumlah pramusaji yang melayani, penampilan pramusaji, kecepatan kasir dalam
melayani pembayaran, kemasan bawa pulang, dan dekorasi ruangan.
Berdasarkan tingkat kesesuaian diketahui bahwa atribut yang paling
mempengaruhi kepuasan konsumen adalah atribut penampilan pramusaji dengan
nilai tingkat kesesuaian sebesar 94,26 persen, urutan kedua adalah atribut
kemasan bawa pulang dengan nilai tingkat kesesuaian sebesar 93,35 persen
sedangkan urutan ketiga atribut yang paling mempengaruhi kepuasan konsumen
adalah atribut variasi jenis makanan dan minuman yang tersedia dengan nilai
kesesuaian sebesar 91,10 persen.
25
Indeks kepuasan pelanggan (customer satisfaction index) yang diperoleh
dalam penelitian ini adalah sebesar 0,6975 sehingga berada dalam skala puas,
yang artinya secara keseluruhan konsumen merasa puas (belum memasuki taraf
sangat puas) terhadap kinerja performance Restoran MP Steak, Bogor.
Penelitian Marini (2003), mengenai ”Analisis Perilaku Konsumen
Restoran Fast Food Hoka-Hoka Bento Cabang Bogor”, bertujuan untuk
mengidentifikasi karakteristik umum konsumen, mengidentifikasi proses
keputusan pembelian produk, dan menganalisis kepuasan konsumen terhadap
atribut restoran dan produk. Alat analisis yang digunakan adalah Importance
Performance Analysis.
Hasil dari penelitian menunjukkan untuk atribut restoran, variabel-variabel
yang tergolong kuadran A (prioritas utama), yaitu kebersihan toilet, wastafel
restoran, temperatur atau kesejukan restoran, aroma atau keharuman restoran,
harga, tanggapan terhadap keluhan konsumen di dalam restoran, musik dan lokasi
toilet dan wastafel yang strategis. Pada kuadran B (pertahankan prestasi), yaitu
kebersihan di dalam restoran, kecepatan penyajian produk, keramahan atau
kesopanan pelayanan, kecepatan transaksi, kebersihan di luar restoran, penerangan
atau pencahayaan, dan akses transportasi umum. Pada kuadran C (prioritas
rendah), yaitu kemudahan parkir, lay out ruangan, jalan keluar atau masuk menuju
lokasi, tanggapan terhadap keluhan konsumen setelah meninggalkan restoran,
fasilitas delivery service, kemudahan akses dari daerah perumahan dan
pembayaran dengan menggunakan kartu kredit atau debit. Pada kuadran D
(berlebihan), yaitu penampilan pelayan, dekorasi, pengetahuan tentang produk
yang dijual atau display produk.
26
Adapun untuk atribut produk yang tergolong ke dalam kuadran
pertahankan prestasi adalah higienis perlengkapan makan, higienis produk, variasi
makanan, variasi minuman, kegurihan, jumlah porsi makanan, kerenyahan,
temperatur produk, dan jumlah porsi minuman. Pada kuadran prioritas rendah
yaitu label ”halal” pada produk, bahan baku kemasan, variasi pencuci mulut,
bentuk kemasan, jumlah porsi, pencuci mulut dan ukuran kemasan. Pada kuadran
berlebihan adalah aroma produk.
Penelitian yang dilakukan Anggraini (2004) menganalisis respon
konsumen terhadap performance toko bakery Pia Apple Pie, Bogor. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji karakteristik konsumen dari toko bakery Pia Apple Pie,
Bogor, menganalisis tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan konsumen
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi performance toko bakery Pia Apple
Pie, Bogor, dan memformulasikan alternatif strategi pemasaran yang dapat
diterapkan oleh toko bakery Pia Apple Pie, Bogor. Pene litian ini menggunakan
alat analisis berupa Importance-Performance Analysis. Dimensi Performance
toko yang digunakan terdiri dari sembilan dimensi yaitu : lokasi, sifat dan kualitas
keragaman, harga, personel penjualan, pelayanan yang ditawarkan, atribut fisik
toko, iklan atau promosi, pelayanan sesudah transaksi.
Hasil pengolahan terhadap sembilan dimensi performance dengan
Importance-Performance Analysis akan memposisikan dimensi-dimensi tersebut
ke dalam empat kuadran dalam dalam diagram kartesius. Dimensi Performance
yang tergolong pada kuadran A (prioritas utama) dimana tingkat kepentingan
konsumen cukup tinggi sedangkan tingkat pelaksanaannya dinilai masih kurang
baik yaitu: lokasi, penggunaan iklan dan pelayanan sesudah transaksi. Pada
27
kuadran B (pertahankan prestasi), dimana tingkat kepentingan konsumen tinggi
dan tingkat pelaksanaannya juga baik meliputi dimensi sifat dan kualitas
keragaman dan personal penjualan. Pada kuadran C (prioritas tendah), dimana
konsumen menganggap bahwa tingkat kepentingan maupun tingkat pelaksanaan
sama-sama rendah adalah harga dan pelayanan yang ditawarkan. Sedangkan
dimensi yang termasuk ke dalam kuadran D (berlebihan) dimana tingkat
kepentingan konsumen dinilai tidak/kurang penting dan pelaksanaannya dinilai
baik adalah dimensi atribut fisik toko dan atmosfer toko.
Berdasarkan hasil analisis gap dimensi yang paling besar kesenjangannya
adalah lokasi, penggunanaan iklan/promosi, harga dan pelayanan sesudah
transaksi. Sementara itu, dimensi atribut fisik toko, atmosfer toko, personal
penjualan, sifat dan kualitas keragaman, dan pelayanan yang ditawarkan
merupakan dimensi performance dari Pia Apple Pie, Bogor yang telah memenuhi
harapan konsumen.
Penelitian ini berjudul ”Analisis Respon Konsumen Terhadap
Performance Restoran Padang (Studi Kasus : Restoran Natrabu, Jakarta)”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan karakteristik umum konsumen
Restoran Natrabu, Jakarta, menganalisis respon konsumen terhadap tingkat
kepentingan dan tingkat pelaksanaan dari atribut-atribut performance Restoran
Natrabu, Jakarta dan memformulasikan implikasi bauran pemasaran 7P Restoran
Natrabu, Jakarta.. Alat analisis yang digunakan yaitu tabulasi deskriptif dan
Importance-Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI).
Penelitian ini hanya dilakukan di salah satu restoran Natrabu yaitu di Jl. H.
Agus Salim No. 29A Jakarta Pusat. Peneliti tidak melakukan penelitian di
28
beberapa cabang lain karena alasan waktu dan biaya yang terbatas. Dimensi
performace yang digunakan mengacu pada penelitian Ergandia (2006) yaitu
lokasi, sifat dan kualitas keragaman, harga, personal penjualan, pelayanan yang
diberikan, atribut fisik restoran, atmosfer restoran, iklan atau promosi dan
pelayanan sesudah transaksi dengan tiga puluh dua ind ikator. Namun setelah
dilakukan uji validitas dan reliabilitas maka didapatkan delapan dimensi
performance dengan 25 indikator atribut pada penelitian ini, yaitu lokasi, sifat dan
kualitas keragaman, harga, personel penjualan, pelayanan yang diberikan, atribut
fisik restoran, atmosfer restoran dan pelayanan sesudah transaksi. Namun atribut
kebersihan mushola dihilangkan karena atribut ketersediaan mushola tidak valid
sehingga total atribut yang digunakan adalah dua puluh empat atribut.
Selain itu, juga terdapat perbedaan penggunaan skala likert. Penelitian ini
menggunakan skala likert 1 – 4 yaitu untuk tingkat kepentingan (4 : sangat
penting, 3 : penting, 2 : tidak penting, 1 : sangat tidak penting) dan tingkat
pelaksanaan (4 : sangat puas, 3 : puas, 2 : tidak puas, 1 : sangat tidak puas). Hal
ini dimaksudkan untuk menghindari kebiasan pada jawaban netral dari responden.
Skala ini diharapkan lebih dapat menggambarkan jawaban yang sebenarnya dari
responden. Peneliti mengharapkan penelitian ini dapat menggambarkan respon
konsumen terhadap performance restoran dengan skala yang berbeda dari
penelitian terdahulu.
29
Tabel 5. Ringkasan Penelitian Terdahulu Nama Judul Tujuan Penelitian Alat Analisis
Erma Rosa Ergandia
Analisis Respon Konsumen Terhadap Performance Restoran MP Steak, Bogor
1. Mengkaji karakteristik konsumen dariRestoran MP Steak, Bogor. 2. Menganalisis respon
konsumen terhadap tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan dari atribut-atribut performance Restoran MP Steak, Bogor
3. Memformulasikan alternatif bauran pemasaran 7P yang dapat diterapkan oleh Restoran MP Steak, Bogor
Analisis deskriptif dan Importance Performance Analysi serta Customer Satisfaction Index (CSI)
Marini Evi
Analisis Perilaku Konsumen Restoran Fast Food Hoka-Hoka Bento Cabang Bogor
1. Mengidentifikasi karakteristik umum konsumen.
2. Mengidentifikasi proses keputusan pembelian produk, dan menganalisis kepuasan konsumen terhadap atribut restoran dan produk
Importance Performance Analysi
Raden Isma Anggraini
Analisis Respon Konsumen Terhadap Performance Toko Bakery Pia Apple Pie, Bogor
1. Mengkaji karakteristik konsumen dari toko bakery Pia Apple Pie, Bogor.
2. Menganalisis tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan konsumen terhadap faktor- faktor yang mempengaruhi performance toko bakery Pia Apple Pie, Bogor.
3. Memformulasikan alternatif strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh toko bakery Pia Apple Pie, Bogor.
Importance Performance Analysi dan Analisis Gap
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Definisi Konsumen dan Perilaku Konsumen
Kotler (2002) mendefinisikan konsumen sebagai individu atau kelompok
yang berusaha untuk memenuhi atau mendapatkan barang atau jasa untuk
kehidupan pribadi atau kelompoknya. Konsumen juga dapat didefinisikan sebagai
setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik
dalam kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain
dan tidak untuk diperdagangkan (menurut Undang-undang Republik Indonesia
No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen).
Perilaku konsumen menurut J. Paul Peter dan Jerry C. Oslo dalam
Rangkuti, 2006 adalah interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku
dan kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam
hidup mereka. Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1995) perilaku konsumen
didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan,
mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan
yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut. Perilaku konsumen memiliki
kepentingan khusus bagi orang karena sebagai alasan berhasrat mempengaruhi
atau mengubah perilaku itu, termasuk mereka yang kepentingan utamanya adalah
pemasaran, pendidikan dan perlindungan konsumen serta kebijakan umum.
Perilaku konsumen biasanya penuh arti dan berorientasi tujuan. Produk atau jasa
31
diterima atau ditolak berdasarkan sejauh mana keduanya dipandang relevan
dengan kebutuhan dan gaya hidup.
Di dalam era globalisasi dan pasar bebas, berbagai jenis barang dan jasa
dengan ratusan merek membanjiri pasar Indonesia. Persaingan antarmerek setiap
produk akan semakin tajam dalam merebut konsumen. Bagi konsumen, pasar
menyediakan berbagai pilihan produk dan merek yang banyak. Konsumen bebas
memilih produk dan merek yang akan dibelinya. Keputusan membeli ada pada
diri konsumen. Konsumen akan menggunakan berbagai kriteria dalam membeli
produk dan merek tertentu. Oleh karena itu, para pemasar harus memahami
perilaku konsumen agar dapat menarik dan mempertahankan konsumen. Sehingga
akan mampu memenangkan pasar dan mencapai tujuan perusahaan.
3.1.2 Karakterisik Konsumen
Karakteristik konsumen yang berbelanja di sebuah toko berbeda-beda.
Karakteristik konsumen tersebut dapat mempengaruhi pilihan konsumen terhadap
suatu restoran. Beberapa restoran mempunyai pelanggan dengan profil tertentu,
sementara restoran-restoran lain menarik profil pembelanja yang berbeda.
Karakteristik konsumen dapat dijadikan sebagai pedoman bagi pemasar untuk
meningkatkan kualitas performance restorannya. Dengan mengetahui karakteristik
konsumennya pihak restoran dapat memberikan pelayanan yang lebih
memuaskan.
Engel, Blackwell, dan Miniard (1995) membagi beberapa karakteristik
konsumen, yang dapat mempengaruhi sikap dan persepsi terhadap proses
penilaian performance restoran sebagai berikut :
32
1. Karakteristik Demografi
Restoran yang mengerti karakteristik pelanggan inti dengan variabel
demografi seperti jenis kelamin, usia, pendidikan akhir, pekerjaan, status,
pendapatan per bulan dan tempat tinggal maka restoran yang bersangkutam
dapat memaksimumkan daya tariknya melalui produk dan bauran
pelayanannya. Semua variabel tersebut sangat penting dalam menentukan
pilihan terhadap suatu restoran.
2. Karakteristik Psikografi
Karakteristik psikografi merupakan karakteristik konsumen berdasarkan profil
gaya hidup sebagian besar para pemakai. Hal tersebut dilakukan dengan
mengadaptasi bauran produk dan jasa restoran yang bersangkutan sesuai
dengan aktivitas, minat, dan opini kelompok pelanggan.
3.1.3 Kepuasan Konsumen dan Upaya Mempertahankan Pelanggan
Menurut Simamora (2004), sesudah terjadinya pembelian terhadap suatu
produk, konsumen akan mengalami kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen
mendasarkan harapannya kepada informasi yang diterima tentang produk. Jika
konsumen mendapatkan kenyataan yang ternyata berbeda dengan harapannya,
maka konsumen merasa tidak puas. Sebaliknya, jika produk tersebut memenuhi
harapan, maka konsumen akan merasa puas.
Kotler (2002) mendefinisikan kepuasan sebagai perasaan senang atau
kecewa seseorang sebagai hasil perbandingan antara prestasi atas produk yang
dirasakan dan yang diharapkan. Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1995),
kepuasan adalah evaluasi pasca konsumsi bahwa suatu alternatif yang dipilih
33
setidaknya memenuhi atau melebihi harapan konsumen. Sedangkan ketidakpuasan
adalah hasil dari harapan yang diteguhkan secara negatif.
Sementara itu, menurut Rangkuti (2006) kepuasan pelanggan adalah
respon pelanggan terhadap ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan
sebelumnya dan kinerja sosial yang dirasakannya setelah pemakaian. Mengukur
kepuasan pelanggan sangat bermanfaat bagi perusahaan dalam rangka
mengevaluasi posisi perusahaan saat ini dibandingkan dengan pesaing dan
pengguna akhir, serta menemukan bagian mana yang membuahkan peningkatan.
Umpan balik dari pelanggan secara langsung atau dari fokus group dari keluhan
pelanggan merupakan alat untuk mengukur kepuasan pelanggan. Bagan yang
membentuk kepuasan pelanggan dapat dilihat dari Gambar 2.
Gambar 2 Diagram Konsep Kepuasan Pelanggan Sumber : Rangkuti, 2006
Tujuan Perusahaan
Produk
Nilai produk bagi pelanggan
Tingkat kepuasan pelanggan
Harapan pelanggan terhadap produk
Kebutuhan dan keinginan pelanggan
34
Perusahaan menciptakan produk sebagai tanggapan dari adanya kebutuhan
dan keinginan konsumen akan suatu produk. Harapan-harapan dari pelanggan
akan produk untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginnnya direspon oleh
perusahaan dengan menambahkan nilai-nilai tertentu pada produk tersebut yang
bertujuan untuk memberikan produk yang tidak hanya memenuhi kebutuhan
namun juga bernilai bagi pelanggan. Umpan balik yang baik dari perusahaan akan
dapat menciptakan kepuasan bagi pelanggan.
Dalam menilai tingkat kepuasan konsumen, Oliver dalam Engel,
Blackwell, dan Miniard (1995) membagi bentuk penilaian yang berbeda, yaitu :
1. Pengakuan Positif
Pengakuan positif menggambarkan prestasi yang telah dijalankan oleh
perusahaan lebih baik dari apa yang diharapkan konsumen. Pengakuan positif
dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.
2. Pengakuan Sederhana
Situasi ini menunjukkan bahwa prestasi perusahaan sama dengan apa yang
diharapkan oleh konsumen. Pengakuan sederhana akan memberikan kepuasan
kepada konsumen dan memungkinkan terjadinya pembelian ulang.
3. Pengakuan Negatif
Pengakuan negatif menunjukkan bahwa prestasi perusahaan lebih buruk dari
apa yang diharapkan oleh konsumen. Hal ini mengakibatkan ketidakpuasan
konsumen terhadap toko.
Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1995), upaya mempertahankan
pelanggan harus mendapat prioritas yang lebih besar dibandingkan dengan upaya
mendapatkan pelanggan baru. Terdapat dua alasan, pertama umumnya biaya yang
35
dikeluarkan untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada lebih murah
daripada biaya untuk menarik pelanggan baru. Alasan lainnya adalah kehilangan
pelanggan dapat membahayakan pasar yang sudah stabil namun menga lami
pertumbuhan yang lambat dan tidak signifikan. Oleh karena itu, loyalitas
pelanggan berdasarkan kepuasan yang murni dan terus-menerus merupakan salah
satu aset terbesar yang dapat diperoleh perusahaannya.
Terdapat beberapa upaya mempertahankan pelanggan menurut Engel,
Blackwell, dan Miniard (1995) yaitu :
1. Membangun Harapan yang Realistis
Kepuasan didasarkan pada suatu penilaian bahwa harapan sebelum pembelian
terpenuhi. Perusahaan sebaiknya menghindari tindakan melebih- lebihkan,
karena konsumen mungkin sangat percaya dengan apa yang dikatakan
perusahaan dan menuntut tanggung jawab dari perusahaan tersebut.
2. Memastikan Kualitas Produk dan Jasa Memenuhi Harapan
Suara layanan konsumen menjadi alat yang penting untuk mengetahui apakah
kualitas produk atau jasa telah memenuhi harapan konsumen.
3. Memberikan Garansi yang Realistis
Perusahaan hendaknya memberikan jaminan yang benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan. Bila jaminan tersebut tidak dapat
dipertanggungjawabkan, konsumen akan merasa kecewa.
4. Memberikan Informasi Tentang Pemakaian Produk
Perusahaan harus menyadari apakah konsumen dapat menggunakan suatu
produk dengan benar. Produk harus dirancang dan dipromosikan sedemikian
36
rupa sehingga kinerja akan memadai dalam kondisi yang benar-benar dialami
di rumah.
5. Mengukuhkan Loyalitas Pelanggan
Salah satu cara untuk mengukuhkan loyalitas pelanggan adalah dengan
meyakinkan konsumen bahwa perusahaan amat membutuhkan konsumen dan
ingin tetap menjalin hubungan baik dengan konsumen.
6. Menanggapi Keluhan Secara Serius dan Bertindak dengan Tanggung Jawab
Perusahaan hendaknya menanggapi setiap keluhan konsumen secara serius
dan melaksanakan tindakan yang bertanggung jawab untuk memulihkan
kepercayaan konsumen.
3.1.4 Jasa
Jasa didefinisikan sebagai setiap tindakan atau perbuatan yang dapat
ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat
intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun.
Produk jasa bisa berhubungan dengan produk fisik maupun tidak (Kotler, 2002).
Berdasarkan definisi tersebut produk yang ditawarkan perusahaan dapat
dibedakan secara umum ke dalam lima kategori, yaitu produk fisik murni, produk
fisik yang disertai jasa pendukung, produk hibrid dimana porsi barang dan jasa
relatif berimbang, jasa utama yang didukung oleh barang dan jasa murni.
Menurut Zeithaml dan Bitner dalam Hurriyati (2005), jasa pada dasarnya
adalah seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain produk dalam pengertian
fisik, dikonsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah
37
dan secara prinsip tidak berwujud (intangible) bagi pembeli pertamanya.
Perbedaan dasar antara barang dan jasa adalah sebagai berikut :
1. Pelanggan tidak memperoleh kepemilikan atas jasa
2. Produk jasa bersifat tidak berwujud
3. Pelanggan lebih terlibat dalam proses produksi
4. Orang lain dapat menjadi bagian dalam produk
5. Adanya keragaman yang lebih besar dalam input ataupun output operasional
6. Banyak jasa sulit dievaluasi pelanggan
7. Umumnya tidak mempunyai persediaan
8. Faktor waktu relatif lebih penting
9. Sistem pemberian dapat menggunakan saluran fisik maupun elektronik
Rangkuti (2006) mendefinisikan kualitas jasa sebagai penyampaian jasa
yang akan melebihi tingkat kepentingan pelanggan. Jenis kualitas yang akan
digunakan untuk menilai kualitas jasa adalah sebagai berikut :
1. Kualitas Teknik (outcome), yaitu kualitas hasil kerja penyampaian jasa itu
sendiri
2. Kualitas Pelayanan (proses), yaitu kualitas cara penyampaian jasa tersebut
Salah satu cara agar penjualan jasa satu perusahaan lebih unggul
dibandingkan para pesaingnya adalah dengan memberikan pelayanan yang
berkualitas dan bermutu, yang memenuhi tingkat kepentingan konsumen. Tingkat
kepentingan konsumen terhadap jasa yang akan diterima dapat dibentuk
berdasarkan pengalaman dan saran yang konsumen peroleh. Konsumen memilih
pemberi jasa berdasarkan peringkat kepentingan, dan setelah menikmati jasa
38
tersebut konsumen cenderung akan membadingkannya dengan yang konsumen
harapkan (Rangkuti, 2006).
Bila jasa yang konsumen nikmati ternyata berada jauh di bawah jasa yang
konsumen harapkan, para konsumen akan kehilangan minat terhadap pemberi jasa
tersebut. Sebaliknya, jika jasa yang mereka konsumen nikmati memenuhi atau
melebihi tingkat kepentingan, konsumen akan cenderung memakai kembali
produk jasa tersebut. Tingkat kualitas pelayanan tidak dapat dinilai berdasarkan
sudut pandang`perusahaan tetapi harus dipandang dari sudut pandang penilaian
pelanggan. Oleh sebab itu, perusahaan dalam merumuskan strategi dan program
pelayanan, harus berorientasi pada kepentingan pelanggan dengan memperhatikan
komponen kualitas pelayanan (Rangkuti, 2006).
Tujuan dari manajemen jasa pelayanan adalah untuk mencapai tingkat
kualitas pelayanan tertentu. Hal ini disebabkan oleh eratnya kaitan dengan
konsumen dimana tingkat ini dihubungkan dengan tingkat kepuasan konsumen.
Manajemen kualitas jasa pelayanan tidaklah semudah manajemen kualitas produk
dan manufaktur. Menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam Simamora
(2004), terdapat beberapa faktor yang diperhatikan dalam konsep manajemen jasa
pelayanan :
1. Merumuskan suatu strategi pelayanan, dimulai dengan merumuskan suatu
tingkat keunggulan yang dijanjikan kepada konsumen. Perumusan strategi
pelayanan ini pada dasarnya dilakukan dengan merumuskan apa bidang usaha
perusahaan, siapa konsumen perusahaan, dan apa yang bernilai bagi
konsumen.
39
2. Mengkomunikasikan kualitas kepada konsumen, berangkat dari strategi yang
telah dirumuskan lalu dikomunikasikan kepada konsumen. Hal ini membantu
konsumen agar tidak salah dalam menafsirkan tingkat pelaksanaan pelayanan
yang akan diperolehnya.
3. Menetapkan suatu standar kualitas secara jelas. Walaupun penetapan suatu
standar kualitas pelayanan dalam bidang jasa pelayanan tidaklah mudah, hal
ini perlu diusahakan agar setiap orang baik pihak manajemen perusahaan dan
konsumen mengetahui dengan jelas tingkat kualitas yang harus dicapai.
4. Menetapkan sistem pelayanan yang efektif, dalam menghadapi konsumen
tidaklah cukup hanya dengan senyuman dan sikap yang ramah, tetapi perlu
lebih dari itu, yaitu dengan suatu sistem yang terdiri dari metode dan prosedur
untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen secara tepat.
5. Karyawan yang berorientasi kepada kualitas pelayanan, merupakan setiap
karyawan yang terlibat dalam jasa pelayanan harus mengetahui standar
kualitas pelayanan itu sendiri. Karena itu, perusahaan harus jeli dalam
penyeleksian karyawan yang tepat dan kontinyu dalam mengevaluasi
pelayanan yang disampaikan yang salah satunya dengan empowerment.
6. Survei tentang kepuasan dan kebutuhan konsumen, merupakan sumber
perolehan informasi tentang kepuasan dan ketidakpuasan konsumen yang
dibutuhkan perusahaan. Hal tersebut disebabkan karena pihak yang
menentukan kualitas pelayanan adalah konsumen. Informasi tersebut dapat
diketahui melalui survei secara periodik dan sistematik.
40
Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam Kotler (2002) memformulasikan
bahwa terdapat lima kesenjangan yang menyebabkan penyajian pelayanan yang
tidak berhasil yaitu :
1. Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen
Manajemen tidak selalu merasakan dengan tepat apa yang diinginkan oleh
konsumen atau bagaimana penilaian konsumen terhadap komponen
pelayanan.
2. Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi mutu pelayanan
Manajemen mungkin tidak menetapkan standar mutu yang jelas dan hal itu
mungkin jelas tapi tidak realistis, atau ia mungkin jelas dan realistis tetapi
manajemen tidak berusaha keras untuk memperkuat tingkat mutu pelayanan.
3. Kesenjangan antara spesifikasi mutu pelayanan dan penyampaian pelayanan
Banyak faktor yang mempengaruhi sajian pelayanan. Misalnya adalah
karyawan yang kurang terlatih atau bekerja terlalu banyak. Kondisi mental
mereka mungkin rendah atau adanya peralatan yang rusak. Hal tersebut
membuat karyawan bekerja tidak efisien dan kadang-kadang bertentangan
dengan keinginan konsumen.
4. Kesenjangan antara penyampaian pelayanan dan komunikasi eksternal
Kehendak konsumen dipengaruhi janji-janji yang dibuat oleh pemberi
pelayanan melalui komunikasi.
5. Kesenjangan pelayanan yang dinikmati oleh konsumen dengan pelayanan
yang diharapkan konsumen
Kesenjangan ini timbul karena satu atau lebih kesenjangan-kesenjangan
sebelumnya terjadi. Maka jelaslah mengapa pemberi pelayanan mengalami
41
kesulitan dalam upaya menyerahkan mutu pelayanan sesuai dengan harapan
konsumen. Kesenjangan ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja atau
prestasi perusahaan dengan cara yang berbeda, atau apabila pelanggan keliru
mempersepsikan kualitas jasa tersebut.
3.1.5 Dimensi Pengukuran Performance Toko
Dalam aktivitasnya, restoran memberikan gabungan pelayanan antara
produk dan jasa sehingga dimensi pengukuran yang digunakan dalam mengukur
respon konsumen terhadap performance restoran mengacu pada atribut yang
mencolok dalam keputusan pemilihan toko menurut Engel, Blackwell, dan
Miniard (1995). Dimensi tersebut meliputi :
1. Lokasi
Dimana orang berbelanja dipengaruhi oleh rincian yang sangat spesifik dari
tempat eceran. Kemudahan akses lokasi menjadi faktor penting dalam
pemilihan toko.
2. Sifat dan kualitas keragaman
Kedalaman, luas, dan kualitas keragaman barang sering merupakan
determinan dalam pemilihan toko. Pentingnya keragaman barang dagangan
juga penting untuk kenaikan pada pengecer yang dikenal sebagai “pembunuh
kategori”. Mereka menjual keragaman luas dalam satu kategori barang
dagangan.
42
3. Harga
Pentingnya harga sebagai determinan untuk berlangganan di toko bervariasi
menurut jenis produk. Pentingnya harga bergantung pada sifat pembeli. Harga
yang sesuai akan memberikan kepuasan tersendiri bagi konsumen.
4. Iklan dan promosi
Iklan dan promosi merupakan variabel yang penting, walaupun kontroversial
sehubungan dengan pemilihan toko. Keefektifannya bervariasi menurut
kategori produk karena beberapa produk dan jasa memiliki sifat yang lebih
menarik dibandingkan dengan yang lain. Iklan terbukti berguna untuk semua
pengecer.
5. Personal penjualan
Wiraniaga yang berpengetahuan banyak dan bersedia membantu dinilai
sebagai pertimbangan penting dalam pemilihan toko. Keberadaan wiraniaga
merupakan aspek penting dalam menilai kepuasan konsumen terhadap sebuah
toko.
6. Pelayanan yang diberikan
Pelayanan yang diberikan seperti pelayanan barang menyeluruh, pelayanan
pembayaran dengan credit card, kemudahan pengembalian barang merupakan
pertimbangan-pertimbangan dalam mempengaruhi citra toko.
7. Atribut fisik
Fasilitas yang diberikan oleh sebuah toko menjadi faktor penting dalam citra
dan pilihan toko. Atribut fisik toko tersebut meliputi dekorasi ruangan,
ketersediaan toilet, ketersediaan mushola, lift, AC, tata letak, serta arsitektur.
43
8. Sifat pelanggan toko
Jenis orang yang berbelanja di sebuah toko mempengaruhi pilihan karena
kecenderungan pervasif untuk berusaha menyesuaikan citra diri seseorang
dengan toko yang bersangkutan.
9. Atmosfer toko
Determinan penting dari pilihan atas toko adalah atmosfer toko. Arti
pentingnya atmosfer ini dinyatakan dengan istilah atmosferik toko.
Perancangan secara sadar atas ruang untuk menciptakan efek tertentu pada
pembeli.
10. Pelayanan sesudah transaksi
Pelanggan menginginkan pelayanan dan kepuasan sesudah penjualan. Ini
adalah alasan-alasan mengapa konsumen memilih satu toko dan bukan toko
yang lain. Alasan ini membantu memahami beberapa kecenderungan yang
terjadi dalam perdagangan eceran dan mengusulkan implikasi untuk strategi
pemasaran.
3.1.6 Strategi Pemasaran
Dalam memasarkan produk dapat digunakan alat yang disebut dengan
bauran pemasaran. Menurut Kotler (2002) bauran pemasaran adalah seperangkat
alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan
pemasarannya di pasar sasaran. McCarthy dalam Kotler (2002)
mengklasifikasikan alat-alat bauran pemasaran menjadi empat kelompok yang
luas yang sering disebut 4P yaitu : produk (product), harga (price), tempat (place),
dan promosi (promotion). Selain itu, untuk bauran pemasaran jasa ditambahkan
44
dengan tiga komponen bauran pemasaran menurut Zeithaml dalam Hurriyati
(2005), yaitu orang (participants), bukti fisik (physical evidence), dan proses
(process). Alat-alat bauran pemasaran tersebut adalah :
1. Produk (product)
Kotler (2002) mendefinisikan produk sebagai segala sesuatu yang dapat
ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan. Variabel-
variabel pemasaran produk antara lain keragaman produk, kualitas, desain, ciri,
nama merek, kemasan, ukuran, pelayanan, garansi, imbalan dan sebagainya.
2. Harga (price)
Harga merupakan salah satu unsur dalam bauran pemasaran. Harga
merupakan satu-satunya unsur dalam menghasilkan pendapatan penjualan. Harga
adalah sejumlah uang yang dibayarkan untuk mendapatkan produk yang
diinginkan, walaupun harga bukan faktor relatif yang berperan dalam sebuah
bisnis restoran namun harga masih saja menjadi unsur yang penting dan yang
menantang dalam pasar ditandai dengan adanya persaingan dalam pasar. Harga
dalam penelitian ini adalah harga makanan yang tersedia di Restoran Natrabu,
Jakarta. Analisis kompetitif : strategi penetapan harga, tingkat dan perubahan
harga, target pasar, diskon, pemberian kupon berhadiah, kebijaksanaan penjualan,
metode atau cara pembayaran.
3. Tempat (place)
Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1995) memilih tempat adalah
proses interaksi antara strategi pemasaran pengecer dan karakteristik individual
dan situasional dari pembeli. Proses pemilihan tempat tertentu merupakan fungsi
dari karakteristik konsumen dan karakteristik tempat. Pilihan tempat merupakan
45
fungsi dari 4 variabel yaitu : kriteria evaluasi, karakteristik tempat yang dirasakan,
proses pembandingan, dan tempat-tempat yang dapat diterima dan tidak dapat
diterima. Adapun yang termasuk bauran tempat dalam penelitian ini adalah lokasi,
tempat parkir, ketersediaan mushola, toilet, kebersihan dan kenyamanan mushola,
toilet.
4. Promosi (promotion)
Bauran pemasaran berikutnya adalah promosi. Kegiatan promosi tidak
boleh berhenti hanya pada memperkenalkan produk kepada konsumen saja, akan
tetapi dilanjutkan agar konsumen menjadi tertarik dan kemudian membeli produk
tersebut. Promosi menunjukkan pada berbagai produknya, membujuk dan
mengingatkan para pelanggan dan konsumen sasaran untuk membeli produk
tersebut (Kotler, 2002).
Strategi promosi sangat penting agar produk perusahaan tersebut tetap
dalam ingatan konsumen. Ada beberapa alat yang ditempuh dalam
mempromosikan produknya yaitu : periklanan (advertising), promosi penjualan,
public relation, personal selling, dan direct marketing.
5. Orang (Participants)
Zeithaml dan Bitner dalam Hurriyati (2005) mendefinisikan orang
(people) adalah semua pelaku yang memainkan peranan dalam penyajian jasa
sehingga dapat mempengaruhi persepsi pembeli. Elemen-elemen dari people
adalah pegawai perusahaan, konsumen, dan konsumen lain dalam lingkungan
jasa.
Pelatihan tentang keterampilan interaksi dan resolusi masalah pelanggan,
sistem dari prosedur balas jasa karyawan, personal selling, prosedur partisipasi
46
kelompok pelayan atau pribadi dan norma-norma pelaku eksekusi simultan dari
keterampilan interaksi pribadi dan teknis pada titik kontak dengan pelanggan.
6. Bukti/Sarana fisik (Physical Evidence)
Menurut Zeithaml dan Bitner dalam Hurriyati, 2005 sarana fisik adalah
“The environment in which the service is delivered and where firm and customer
interest and any tangible component that facilitate performance or
communication of the service.”
Unsur-unsur yang termasuk ke dalam bukti/sarana fisik adalah tata letak
fasilitas (interior dan eksterior), tema, dekorasi, penerangan, service counters,
kebersihan, penampilan dan kesehatan karyawan, keyamanan peralatan,
reliabilitas, ketertarikan, kemudahan penggunaan, kecocokan, kapasitas eksterior
seperti tempat parkir, kredibilitas profesional.
7. Proses (process)
Proses menurut Zeithaml dan Bitner dalam Hurriyati, 2005 adalah semua
prosedur aktual, mekanisme, dan aliran aktivitas yang digunakan untuk
menyampaikan jasa. Seluruh aktivitas kerja adalah proses.
Prosedur operasi terperinci, manual dan deskripsi pekerjaan, prosedur
untuk resolusi masalah pelanggan, prosedur pelatihan sebagai bagian dari
pekerjaan, penetapan standar performansi untuk fasilitas, proses, peralatan dan
pekerjaan yang menciptakan palayanan kepada pelanggan, desain fasilitas, dan
tata letak untuk meningkatkan pergerakan item-item atau pelanggan melalui
proses. Proses merupakan bagian strategi pemasaran yang penting apalagi dalam
bisnis restoran. Proses pelayanan konsumen yang baik akan meningkatkan kinerja
restoran.
47
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Peningkatan jumlah penduduk Indonesia berdampak pada peningkatan
kebutuhan terhadap pangan yaitu makanan dan minuman. Makanan merupakan
kebutuhan dasar manusia yang akan selalu dibutuhkan selama manusia masih
hidup. Daerah Ibu Kota Jakarta merupakan provinsi yang memiliki kepadatan
penduduk yang tinggi. Penduduk Jakarta terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Kondisi ini menyebabkan terjadinya peningkatan terhadap kebutuhan
jasa penyedia makanan. Selain itu, proses globalisasi dan kemajuan zaman ikut
mempengaruhi gaya hidup sebagian masyarakat kota Jakarta. Meningkatnya
aktivitas yang dilakukan di luar rumah dan wanita yang bekerja di luar rumah
menyebabkan terjadinya peningkatan terhadap jasa penyedia makanan khususnya
restoran. Selain itu, ada alasan/motivasi khusus bagi seseorang untuk datang ke
sebuah restoran misalnya untuk mencoba masakan yang baru dan unik seperti
masakan tradisional. Perubahan pola konsumsi masyarakat kota Jakarta
menjadikan restoran tidak hanya sebagai tempat makan akan tetapi juga sebagai
tempat berkumpul bersama keluarga, teman-teman dan tempat pertemuan dengan
relasi bisnis. Konsumen tidak hanya membutuhkan jumlah dan kualitas makanan
yang cukup tetapi juga menginginkan kualitas pelayanan yang memuaskan
sehingga dapat memberikan kesenangan bagi konsumen.
Peningkatan kebutuhan akan restoran ini ditanggapi positif oleh para
investor, yaitu dengan menanamkan modalnya ke dalam bisnis restoran. Baik
restoran tradisional maupun restoran asing/modern. Kondisi ini mengakibatkan
terjadinya peningkatan jumlah restoran di Kota Jakarta. Hal ini berdampak pada
48
persaingan antar restoran yang semakin ketat dalam menarik konsumen,
mempertahankan maupun merebut target pasar.
Salah satu restoran yang ada di tengah persaingan ini adalah Restoran
Natrabu, Jakarta. Di tengah perjalanan usahanya dengan strategi pemasaran yang
telah dijalankan selama ini, Restoran Natrabu, Jakarta menghadapi penjualan yang
relatif stabil. Akan tetapi, pada triwulan kedua tahun 2006 terjadi penurunan
penjualan pada restoran ini. Menurut pihak manajemen restoran, konsumen juga
mengeluhkan harga yang dianggap terlalu mahal. Berdasarkan studi pendahuluan
peneliti kepada konsumen Restoran Natrabu, Jakarta diketahui bahwa konsumen
restoran masih mengeluhkan beberapa atribut seperti sarana parkir yang dianggap
kurang memadai dan jalan yang macet.
Hal ini merupakan indikator belum terpenuhinya kepuasan konsumen
secara penuh. Agar dapat mengatasi dan mencegah dampak yang lebih buruk dari
hal tersebut, Restoran Natrabu, Jakarta membutuhkan pengetahuan lebih lanjut
tentang perilaku konsumen restorannya. Antara lain pengetahuan tentang
karateristik umum konsumen restoran, dan respon konsumen terhadap
performance restoran.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Importance-
Performance Analisis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI) dan analisis
deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis karakteristik umum
konsumen Restoran Natrabu, Jakarta dan respon konsumen terhadap performance
Restoran Natrabu, Jakarta. Importance-Performance Analisis (IPA)
digunakan.untuk menganalisis respon konsumen terhadap performance restoran.
Customer Satisfaction Index (CSI) digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan
49
secara menyeluruh terhadap performance Restoran Natrabu, Jakarta dengan
melihat tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan dari atribut atau indikator
performance tersebut.
Dari hasil penelitian maka dapat disusun rekomendasi strategi pemasaran
7P yang sesuai untuk Restoran Natrabu, Jakarta. Dengan hasil ini diharapkan
terjadi peningkatan kepuasan dan loyalitas konsumen sehingga akan berdampak
pula pada peningkatan penjualan dan keuntungan bagi Restoran Natrabu, Jakarta.
50
Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional
• Peningkatan jumlah penduduk Indonesia Khususnya kota Jakarta
• Adanya perubahan gaya hidup sehingga mempengaruhi pola konsumsi (makanan)
• Motivasi khusus (mencoba sesuatu yang baru dan unik)
Peningkatan kebutuhan terhadap restoran di kota
Jakarta yang menyebabkan ketatnya
persaingan
Restoran Natrabu, Jakarta
Kebutuhan pengetahuan lebih lanjut mengenai karakteristik konsumen dan respon konsumen
terhadap performance Restoran Natrabu, Jakarta
Karakteristik konsumen Analisis respon konsumen terhadap performance restoran
Analisis Deskriptif
Evaluasi tingkat kepentingan
Evaluasi tingkat pelaksanaan
Importance-Performance Analysis
Rekomendasi Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran restoran saat ini
Penurunan penjualan dan keluhan dari konsumen
Customer Satisfaction Index
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu restoran Padang di Jakarta yaitu
Restoran Natrabu, Jakarta, yang terletak di Jalan H. Agus Salim 29 A Jakarta
Pusat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan bahwa Restoran Natrabu, Jakarta adalah salah satu Restoran khas
Padang yang ada di tengah ketatnya persaingan restoran di ibukota Jakarta. Selain
itu, restoran ini juga sedang menghadapi penurunan penjualan dan keluhan dari
pelanggan. Oleh sebab itu, restoran ini perlu melakukan studi mengenai perilaku
konsumen dalam menghadapi persaingan guna menarik, mempertahankan dan
merebut target pasar. Pengumpulan data dilakukan dari bulan Januari 2007-
Februari 2007.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer berasal dari wawancara dengan pihak pengelola
restoran, dan wawancara terstruktur dengan bantuan kuesioner dalam bentuk
pertanyaan tertutup. Data sekunder diperoleh dari sumber-sumber seperti
dokumen perusahaan, data dari Badan Pusat Statistik, data dari Dinas Pariwisata
Pusat dan DKI Jakarta, buku, studi di perpustakaan, literatur dan internet.
52 4.3 Metode Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non
Probability Sampling yaitu dengan metode convinience sampling. Metode
convinience sampling, didasarkan pada pertimbangan kemudahan untuk
melakukannya, karena kerangka sampling (sampling frame) konsumen tidak
diketahui secara pasti. Dalam penelitian ini yang merupakan populasi adalah
orang-orang yang berkunjung ke Restoran Natrabu, Jakarta untuk membeli produk
restoran yang dinikmati di tempat. Sementara yang menjadi sampel adalah
konsumen yang berkunjung ke Restoran Natrabu, Jakarta untuk membeli produk
restoran yang dinikmati di tempat pada saat penelitian dilakukan dan bersedia
untuk diwawancarai.
Penelitian dilakukan setiap hari kerja serta hari Sabtu dan Minggu, dimulai
dari jam 11.00-17.00 WIB. Namun karena keterbatasan penelitian, menyebabkan
pengambilan sampel tidak dapat dilakukan hingga malam hari.
Penentuan jumlah sampel atau responden ditentukan berdasarkan hasil
perhitungan menggunakan rumus Slovin dalam Umar (2000), yaitu :
21 NeN
n+
=
Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
e : nilai kritis (batas ketelitian) yang digunakan (persen kelonggaran
penelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi)
53
Berdasarkan informasi dari pihak manajemen Restoran Natrabu, Jakarta
diketahui bahwa pengunjung restoran rata-rata tiap harinya adalah 300 orang.
Diperkirakan pengunjung Restoran Natrabu, Jakarta setiap bulannya sekitar 9000
orang sehingga dengan menggunakan data tersebut dan mempunyai nilai kritis
sebesar 10 persen (nilai kritis untuk penelitian deskriptif) maka diperoleh jumlah
sampel sebanyak :
90,98%)10(90001
90002
=+
=n
Berdasarkan perhitungan di atas maka jumlah sampel yang akan diambil dalam
penelitian ini adalah sebanyak 100 orang.
4.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan teknik survei.
Teknik survei adalah metode pengumpulan data primer dengan melakukan tanya
jawab dengan responden (Simamora, 2004). Instrumen utama yang digunakan
dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang dibagikan kepada responden
Restoran Natrabu, Jakarta. Jenis kuesioner tersebut adalah gabungan pertanyaan
tertutup dan terbuka. Pertanyaan tertutup (close ended question) adalah
pertanyaan yang jawabannya telah ditentukan sebelumnya, sehingga responden
cukup memilih jawaban yang telah disediakan pada pertanyaan tersebut.
Sementara pertanyaan terbuka (open ended question) adalah pertanyaan yang
jawabannya diserahkan kepada responden.
Kuesioner tersebut terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pertama adalah
pertanyaan mengenai identitas responden, bagian kedua pertanyaan mengenai
54 tingkat kepentingan terhadap performance restoran dan bagian ketiga mengenai
tingkat pelaksanaan terhadap performance Restoran Natrabu, Jakarta. Responden
tersebut adalah responden yang sesuai dengan kriteria pada penarikan sampel di
atas.
4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Importance-Performance Analisis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI).
Kemudian diinterpretasikan dengan analisis deskriptif.
4.5.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dianggap valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan. Dengan kata lain, mampu memperoleh data yang
tepat dari variabel yang diteliti. Dalam menyusun kuesioner, pertanyaan yang
ingin diajukan perlu dipastikan, untuk menentukannya, sebelumnya harus sudah
jelas variabel apa yang diukur. Variabel masih dapat dipecah menjadi subvariabel
atau indikator (Simamora, 2004).
Perhitungan korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total
penelitian ini menggunakan teknik korelasi Product Moment. Jika diperoleh Thitung
positif dan Thitung lebih besar dari Ttabel maka butir pertanyaan tersebut valid.
Rumus dari teknik ini adalah sebagai berikut :
55
xyr = )( 22 yx
xy
∑∑
Keterangan :
rxy = Korelasi antara variabel x dengan y
x = (x1 – x)
y = (y1 – y)
4.5.2 Uji Reliabilitas
Uji realibilitas sangat penting dalam suatu penelitian. Reliabilitas adalah
tingkat keandalan kuesioner. Kuesioner yang reliabel adalah kuesioner yang
apabila dicobakan secara berulang-ulang kepada kelompok yang sama akan
menghasilkan data yang sama. Asumsinya tidak terdapat perubahan psikologis
pada responden sehingga berapa kalipun pengambilan data dilakukan maka akan
memperoleh data yang sesuai dengan kenyataan (Simamora, 2004). Ada dua
manfaat dalam memiliki skala dengan keandalan tinggi (high reliability), yaitu :
1. Dapat membedakan antara berbagai tingkatan dengan lebih baik daripada
skala dengan keandalan rendah.
2. Besar kemungkinan bahwa kita akan menemukan hubungan yang signifikan
(sangat berarti) antara variabel yang sebenarnya memang terkait satu sama lain
(berkorelasi).
Pengujian reabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah Alfa
Cronbach. Jika diperoleh ralpha positif dan ralpha lebih besar dari rtabel maka
pengukuran yang digunakan adalah reliabel. Adapun rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut :
56
ir = )1( −k
k
− ∑2
2
1t
t
ss
Keterangan :
k = mean kuadrat antara subyek
∑ 2ts = mean kuadrat kesalahan
2ts = varians total
Rumus untuk varians total dan varians item adalah :
2ts =
( )2
22
n
x
n
x it ∑∑ −
2is =
2nJk
nJk si −
Keterangan :
iJk = jumlah kuadrat seluruh skor item
sJk = jumlah kuadrat subyek
4.5.3 Skala Likert
Skala Likert adalah skala pengukuran yang dapat digunakan untuk
menunjukkan tanggapan konsumen terhadap karakteristik suatu produk. Skala
Likert merupakan skala pengukuran ordinal. Hasil pengukurannya hanya dapat
dibuat peringkat tanpa diketahui besar selisih antara satu tanggapan dengan
tanggapan lain. Misalnya, sangat baik = 4, baik = 3, buruk = 2, sangat buruk = 1.
Analisis tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan ini diukur dengan
menggunakan skala Likert 1-4. Tingkat kepentingan dikategorikan menjadi sangat
57 penting, penting, tidak penting, dan sangat tidak penting. Sementara itu, tingkat
pelaksanaan/kinerja dikategorikan menjadi sangat puas, puas, tidak puas, dan
sangat tidak puas. Skor/nilai yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Skor/Nilai Tingkat Kepentingan dan Tingkat Pelaksanaan (Kinerja) Skor/Nilai Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja
4 Sangat Penting Sangat Puas 3 Penting Puas 2 Tidak Penting Tidak Puas 1 Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Puas
Secara sistematis rumus yang digunakan untuk mendapatkan jumlah skor
setiap atribut performance adalah sebagai berikut :
Ns = ? (Nj x Ni)
Keterangan :
Ns : skor yang diberikan responden terhadap masing-masing atribut
Nj : Jumlah jawaban responden dari setiap atribut
Ni : Nilai masing-masing responden dari setiap atribut
Untuk menentukan rentang skor responden pada penelitian ini dibuat skala
numerik dengan rumus sebagai berikut :
Rs = b
nm )( −
Keterangan :
Rs : Renatang skala
m : Skor tertinggi
n : Skor terendah
b : jumlah kelas (dalam penelitian ini digunakan empat kategori sebagai kelas)
58 Ukuran jawaban responden :
1. Nilai/skor terendah yang mungkin diperoleh adalah 100
2. Nilai/skor tertinggi yang mungkin diperoleh adalah 400
Jadi besar range untuk setiap kelas adalah sebesar (400-100)/4 = 75
Maka pembagian kelas berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan
adalah sebagai berikut :
Tabel 7. Rentang Skala Kriteria Tingkat Kepentingan dan Tingkat Pelaksanaan Atribut Performance Restoran Natrabu, Jakarta
No Rentang skala Kriteria Tingkat Kepentingan
Kriteria Tingkat Pelaksanaa
1 100 – 174 Sangat tidak penting Sangat tidak puas 2 175 – 249 Tidak penting Tidak puas 3 250 – 324 Penting Puas 4 325 - 400 Sangat penting Sangat puas
4.5.4 Analisis Deskriptif
Salah satu alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif. Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran,
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat,
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki
(Nazir, 1998).
Menurut Travers dalam Umar (2000), metode ini berguna untuk
menggambarkan sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan
memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Analisis deskriptif digunakan
dalam menggambarkan karakteristik umum responden Restoran Natrabu, Jakarta
59 dan respon konsumen terhadap performance Restoran Natrabu, Jakarta dengan
cara mentabulasikan secara sederhana data yang diperoleh. Analisis deskriptif ini
terdiri dari dua tahap. Tahap pertama yang dilakukan adalah melakukan tabulasi
data mengenai karakteristik responden. Tahap kedua adalah menginterpretasikan
data hasil tabulasi.
4.5.5 Importance-Performance Analisis (IPA)
Selain analisis deskriptif teknik pengolahan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Importance Performance Analisis (IPA). Menurut Simamora,
2004 Importance Performance Analisis (IPA) adalah suatu teknik yang
digunakan untuk mengukur atribut-atribut atau dimensi-dimensi dari tingkat
kepentingan dengan tingkat pelaksanaan yang diharapkan konsumen dan sangat
berguna bagi pengembangan program strategi pemasaran yang efektif. Hasil
analisis ini dapat dijadikan dasar bagi pihak manajemen dalam pengambilan
keputusan apa yang seharusnya dilakukan untuk memperbaiki pelaksanaan
perusahaan dan meningkatkan kepuasan konsumen.
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui keadaan masing-masing variabel
dari faktor- faktor kepuasan. Ditinjau dari segi kepentingan dan pelaksanaan.
Selanjutnya untuk penilaian pelaksanaan terhadap variabel-variabel dan faktor
kepuasan yang ditunjukkan dengan tanda huruf X, sedangkan untuk penilaian
faktor kepentingan ditunjukkan dengan huruf Y. Rumus yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
TKi = %100XYX
i
i
60
Keterangan :
TKi = tingkat kesesuaian responden
Xi = skor penilaian pelanggan terhadap tingkat pelaksanaan atribut restoran
Yi = skor penilaian pelanggan terhadap tingkat kepentingan atribut restoran.
Dari perhitungan ini juga dapat diperoleh atribut yang dianggap penting
dan tidak penting oleh pelanggan. Juga dapat mengetahui pelaksanaan atribut
restoran yang memiliki kinerja baik dan yang tidak baik.
Sumbu mendatar (X) diisi skor rataan tingkat pelaksanaan atribut, dan
sumbu tegak (Y) diisi skor rataan tingkat kepentingan atribut, Masing-masing
dihitung dengan rumus seperti di bawah ini :
X = n
X i∑ Y = n
Yi∑
Keterangan :
X = skor rataan tingkat kepuasan atribut
Y = skor rataan tingkat kepentingan atribut
n = jumlah responden
Diagram dibagi menjadi empat bagian, dimana pembatasnya adalah garis
x dan y . Dimana x adalah rata-rata nilai kinerja seluruh atribut yang diteliti.
Sedangkan y adalah rata-rata dari rata-rata nilai kepentingan seluruh atribut yang
61 diteliti. Hasil analisis ini ditampilkan dalam diagram kartesius seperti pada
Gambar 4.
Kepentingan
Prioritas Utama
A
Pertahankan Prestasi
B
Prioritas Rendah
C
Berlebihan
D
Kinerja
Gambar 4 Diagram Kartesius Tingkat Kepentingan dan Kinerja
(Supranto, 2001)
Keterangan :
Kuadran A Prioritas Utama. Menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap
mempengaruhi kepuasan pelanggan, termasuk unsur-unsur yang
dianggap sangat penting, namun perusahaan belum
melaksanakannya sesuai dengan keinginan pelanggan (kinerja
rendah). Sehingga mengecewakan/tidak puas.
Kuadran B Pertahankan Prestasi. Menunjukkan faktor atau atribut yang telah
berhasil dilaksanakan perusahaan, untuk itu wajib
Y
X
62
dipertahankannya. Dianggap sangat penting dan sangat
memuaskan.
Kuadran C Prioritas Rendah. Menunjukkan beberapa faktor yang kurang
penting pengaruhnya bagi pelanggan, pelaksanaannya oleh
perusahaan biasa-biasa saja. Dianggap kurang penting dan kurang
memuaskan.
Kuadran D Berlebihan. Menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelanggan
kurang penting, akan tetapi pelaksanaannya berlebihan. Dianggap
kurang penting tetapi sangat memuaskan.
4.5.6 Customer Satisfaction Index (CSI)
Tahapan-tahapan pengukuran CSI menurut Stratford (2004)2 adalah
sebagai berikut :
1. Menghitung Weighting Factor (WF), yaitu mengubah nilai rata-rata
kepentingan menjadi angka persentase dari total rata-rata tingkat kepentingan
seluruh atribut yang diuji, sehingga didapatkan total WF sebesar 100%.
2. Menghitung Weighted Score (WS), yaitu menilai perkalian antara nilai rata-
rata tingkat kinerja (kepuasan) masing-masing atribut dengan WF masing-
masing atribut.
3. Menghitung Weighted Total (WT), yaitu menjumlahkan WS dari semua
atribut.
2 Stratford-on-Avon District Council Customer Satisfaction IndexJune 2004 RESULT www.stratford.gov.uk. .2006
63 4. Menghitung Satisfaction Index, yaitu WT dibagi skala maksimum yang
digunakan (dalam penelitian ini skala maksimal l adalah 4), kemudian dikali
100%.
Tingkat kepuasan responden secara keseluruhan dapat dilihat dari kriteria tingkat
kepuasan pelanggan, dengan kriteria sebagai berikut :
0,00 – 0,25 = sangat tidak puas
0,26– 0,50 = kurang puas
0,51 – 0,75 = puas
0,76 – 1,00 = sangat puas
4.6 Dimensi Performance dan Indikatornya
Beberapa variabel pengukuran dimensi performance restoran yang
digunakan dalam penelitian ini tercantum pada Tabel 9 (hasil uji validitas dan
reliabilitas). Dimensi tersebut terdiri atas delapan dimensi performance restoran
dan masing-masing dimensi tersebut dibagi kembali ke dalam dua puluh empat
indikator performance restoran.
Jumlah indikator atribut yang valid adalah sebanyak dua puluh empat
atribut dari tiga puluh dua atribut. Akan tetapi berdasarkan penilaian peneliti
(judgement), atribut keamanan tempat parkir dianggap penting, sehingga atribut
keamanan tempat parkir termasuk ke dalam indikator atribut. Jadi total indikator
atribut adalah sebanyak dua puluh lima atribut. Namun karena salah satu atribut
yang saling berkaitan tidak valid yaitu ketersediaan mushola maka peneliti tidak
memasukkan atribut kebersihan mushola, sehingga total atribut yang digunakan
adalah sebanyak dua puluh empat atribut.
64 Tabel 8. Dimensi Performance Restoran dan Indikatornya Sebelum Uji
Validitas dan Reliabilitas No Dimensi Performance Indikator
A Lokasi 1. Akses transportasi umum
2. Kemudahan dalam menjangkau lokasi
3. Jalan keluar masuk menuju lokasi
4. Sarana parkir yang memadai
5. Keamanan tempat parkir
B Sifat dan Kualitas Keragaman 6. Variasi jenis makanan dan minuman yang tersedia
7. Kualitas makanan dan minuman yang baik
8. Higienis makanan dan minuman
C Harga 9. Harga makanan dan minuman yang ditawarkan
D Personel Penjualan 10. Jumlah pramusaji yang melayani
11. Pengetahuan pramusaji terhadap produk yang dijual
12. Kesigapan pramusaji dalam melayani konsumen
13. Penampilan pramusaji
14. Keramahan dan kesopanan pramusaji
E Pelayanan yang Diberikan 15. Kecepatan penyajian makanan dan minuman
16. Kecepatan transaksi
17. Pembayaran dengan credit card
18. Kemasan bawa pulang
F Atribut Fisik restoran 19. Dekorasi ruangan
20. Tata letak kursi dan meja
21. Ketersediaan mushola
22. Ketersediaan toilet
G Atmosfer Restoran 23. Pemilihan warna ruangan
24. Pencahayaan ruangan
25. Kebersihan ruangan
26. Kebersihan mushola
27. Kebersihan toilet
28. Aroma ruangan
29. Kesejukan ruangan
30. Musik
H Iklan dan Promosi 31. Penggunaan iklan
I Pelayanan Sesudah Transaksi 32. Tanggapan terhadap keluhan
65
Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui dimensi performance Restoran
Natrabu, Jakarta dan indikatornya setelah uji validitas dan reliabilitas. Jadi total
atribut yang dapat diujikan adalah sebanyak dua puluh empat atribut.
Tabel 9. Dimensi Performance Restoran dan Indikatornya Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas
No Dimensi Performance Indikator
A Lokasi 1. Akses transportasi umum
2. Kemudahan dalam menjangkau lokasi
3. Jalan keluar masuk menuju lokasi
4. Sarana parkir yang memadai
5. Keamanan tempat parkir
B Sifat dan Kualitas Keragaman 6. Variasi jenis makanan dan minuman yang tersedia
7. Kualitas makanan dan minuman yang baik
8. Higienis makanan dan minuman
C Harga 9. Harga makanan dan minuman yang ditawarkan
D Personel Penjualan 10. Pengetahuan pramusaji terhadap produk yang dijual
11. Kesigapan pramusaji dalam melayani konsumen
12. Penampilan pramusaji
13. Keramahan dan kesopanan pramusaji
E Pelayanan yang Diberikan 14. Kecepatan penyajian makanan dan minuman
15. Kecepatan transaksi
F Atribut Fisik restoran 16. Dekorasi ruangan
17. Ketersediaan toilet
G Atmosfer Restoran 18. Pemilihan warna ruangan
19. Pencahayaan ruangan
20. Kebersihan ruangan
21. Kebersihan toilet
22. Aroma ruangan
23. Kesejukan ruangan
H. Pelayanan Sesudah Transaksi 24. Tanggapan terhadap keluhan
66 4.7 Definisi Operasional
Definisi konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Konsumen adalah orang yang sedang melakukan pembelian di Restoran
Natrabu, Jakarta untuk dikonsumsi di tempat pada saat peneliti berada di
lokasi.
2. Responden adalah pengunjung Restoran Natrabu, Jakarta yang sedang
melakukan pembelian dan makan di tempat serta bersedia mengisi kuesioner
dan diwawancarai.
3. Dimensi performance diukur dari beberapa dimensi yaitu : lokasi, sifat dan
kualitas keragaman, harga, personel penjualan, pelayanan yang diberikan,
atribut fisik restoran, atmosfe r restoran, dan pelayanan sesudah transaksi.
4. Akses transportasi umum adalah kemudahan mencapai lokasi dengan
menggunakan sarana transportasi angkutan umum.
5. Kemudahan dalam menjangkau lokasi adalah lokasi restoran yang dekat
dengan sarana transportasi yang ada, letak restoran yang tidak tersembunyi
sehingga memudahkan konsumen untuk menemukan restoran tersebut.
6. Jalan keluar masuk menuju lokasi adalah lokasi restoran yang terletak di jalan
besar, dan lalu lintas di sekitar restoran yang tidak macet sehingga
memudahkan konsumen untuk keluar masuk restoran.
7. Sarana parkir yang memadai (luas dan menampung banyak kendaraan
konsumen) adalah area parkir yang ada mampu menampung seluruh
kendaraan konsumen yang berkunjung ke restoran tersebut (yang memakai
kendaraan pribadi), terutama pada hari-hari sibuk (jumlah pengunjung
mengalami peningkatan).
67 8. Keamanan tempat parkir adalah terjaganya keamanan kendaraan yang di
parkir di area parkir restoran dari lalu lalang kendaraan dan tindakan yang
dapat merusak kendaraan konsumen serta bentuk-bentuk kriminal.
9. Variasi jenis makanan dan minuman yang tersedia adalah banyaknya jumlah
menu yang ditawarkan Restoran Natrabu, Jakarta kepada konsumen berupa
makanan dan minuman.
10. Kualitas makanan dan minuman yang baik adalah makanan dan minuman
yang disajikan memiliki mutu yang baik sehingga tidak merugikan konsumen
dalam mengkonsumsi produk yang ditawarkan.
11. Higienis makanan dan minuman adalah kebersihan makanan dan minuman
dari benda-benda asing.
12. Harga makanan dan minuman yang ditawarkan adalah kesesuaian harga
makanan dan minuman yang dijual dengan porsi dan kualitas yang
ditawarkan.
13. Pengetahuan pramusaji terhadap produk yang dijual adalah pramusaji dapat
mengenal dengan baik produk yang dijual sehingga dapat menjelaskan kepada
konsumen jika konsumen tidak mengetahui jenis produk tersebut.
14. Kesigapan pramusaji dalam melayani konsumen adalah kecepatan pramusaji
dalam menanggapi kebutuhan konsumen.
15. Penampilan pramusaji adalah pakaian yang digunakan pramusaji berupa
seragam yang harus bersih, rapi, serta sopan.
16. Keramahan dan kesopanan pramusaji adalah diukur dengan pelayanan
pramusaji dengan bersikap ramah, senyum, dan komunikatif.
68 17. Kecepatan penyajian makanan dan minuman adalah waktu yang diperlukan
untuk menyajikan makanan dan minuman sampai ke tangan konsumen.
18. Kecepatan transaksi adalah kecepatan kasir dalam melakukan perhitungan
total jumlah transaksi konsumen dan melayani pembayaran konsumen.
19. Dekorasi ruangan adalah hiasan atau aksesoris yang berada dalam ruangan
restoran.
20. Ketersediaan toilet adalah tersedianya jumlah toilet yang memadai dan mudah
ditemukan.
21. Pemilihan warna ruangan adalah penggunaan warna yang tepat untuk dinding,
dan lantai restoran sehingga dapat menimbulkan kesan yang nyaman.
22. Pencahayaan ruangan adalah terdapatnya lampu yang cukup dalam ruangan
sehingga memberikan pencahayaan yang cukup.
23. Kebersihan ruangan adalah kebersihan lantai, dinding, meja dan kursi dari
berbagai jenis kotoran.
24. Kebersihan toilet adalah keadaan toilet yang tidak terdapat kotoran pada
dinding, lantai, kloset, dan westafel serta tersedianya air yang bersih dan tidak
adanya bau yang tidak sedap.
25. Aroma ruangan adalah keharuman yang dirasakan ketika berada di dalam
restoran.
26. Kesejukan ruangan adalah temperatur ruangan yang sejuk sehingga
menimbulkan kesan santai dan menyenangkan.
27. Tanggapan terhadap keluhan adalah pihak manajemen restoran cepat tanggap
dalam menyelesaikan keluhan konsumen.
BAB V
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Sejarah Perusahaan
Nama Restoran Natrabu, Jakarta adalah PT Natrabu Indah Agung.
Perusahaan ini didirikan pada tanggal 13 Nopember 1981. Restoran Natrabu
beralamat di Jl. H. Agus Salim No. 29A Jakarta Pusat. Pendirinya adalah seorang
putra asli Minangkabau yang bernama H.Rahimi Sutan, beliau juga sekaligus
sebagai pemilik Natrabu Group.
PT Natrabu Indah Agung merupakan salah satu anak perusahaan dari
kelompok usaha Natrabu Group yang dimiliki oleh H. Rahimi Sutan. Natrabu
Group berdiri pada tahun 1958. PT Natrabu umumnya bergerak di bidang jasa.
Sampai saat ini Natrabu Group memiliki empat unit usaha sebagai berikut :
1. Natrabu Tour dan Travel
Natrabu Tour dan Travel merupakan perusahaan yang pertama didirikan yaitu
pada tahun 1958. Divisi ini bergerak di bidang jasa pelayanan umum, paket-
paket wisata dalam dan luar negeri, penjualan tiket pesawat yang bekerjasama
dengan beberapa penerbangan, penjualan tiket kapal laut, pengurusan paspor
dan visa atau dokumen imigrasi dan voucher hotel baik domestik maupun
internasional.
2. Natrabu Umroh
Divisi ini disebut divisi Timur Tengah karena bergerak dalam bidang usaha
paket umroh dan Ongkos Naik Haji Plus (ONH Plus).
70
3. Natrabu Motor Coach
Divisi ini menyediakan kendaraan wisata carteran. Dengan berbagai ukuran
untuk keperluan wisata.
4. Natrabu Restoran
Divisi ini bernama PT Natrabu Indah Agung. Akan tetapi lebih dikenal
dengan nama Restoran Natrabu. Didirikan pada tahun 1981. Bergerak di bidang
jasa penyediaan makanan dan minuman khas Sumatra Barat atau lebih umum
dikenal dengan masakan Padang. Menurut pemiliknya, H.Rahimi Sutan pendirian
restoran ini bermula dari pandangan bahwa manusia akan selalu butuh makanan
setiap harinya sehingga usaha restoran akan selalu dibutuhkan. Artinya
mempunyai peluang untuk selalu berkembang. Selain itu, beliau berpendapat
bahwa usaha restoran tidak akan sia-sia karena makanan yang tidak habis terjual
pada hari itu akan dapat dimakan oleh semua pihak pengelola dan karyawan
restoran.
Pada awalnya restoran ini didirikan pada sebuah rumah kecil dengan
memakai tenda, yang akhirnya sekarang sudah berada di gedung restoran yang
mewah. Namun lokasinya tetap di Jl. H. Agus Salim yang dikenal dengan Jl.
Sabang. Saat ini restoran Natrabu juga mempunyai 14 buah cabang terdiri dari 13
cabang di Indonesia dan 1 cabang lainnya di Malaysia.
Selain menjual masakan khas Sumatra Barat (Padang), Restoran Natrabu,
Jakarta juga memberikan pelayanan jasa yang menyenangkan konsumen. Restoran
memiliki dekorasi ruangan yang khas dengan pelaminan adat Minangkabau.
Selain itu, restoran ini juga menyuguhkan hiburan berupa tarian tradisional
71
Minangkabau pada setiap Senin dan Kamis malam. Kedua hal itu diharapkan
dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen sehingga konsumen tertarik
untuk berkunjung ke restoran ini. Menurut pemiliknya, pihak restoran selalu
berusaha memberikan yang terbaik kepada pelanggannya. Selain itu, suasana
kekeluargaan diantara sesama pemilik, pengelola dan karyawan sangat dijaga.
5.2 Struktur Organisasi Perusahaan
Sebagai sebuah restoran yang telah berbentuk perusahaan terbatas (PT),
Restoran Natrabu, Jakarta ini sudah mempunyai struktur organisasi yang jelas.
Berdasarkan Gambar 5 sudah tampak jelas struktur organisasi dengan pembagian
jabatan dan tugas-tugasnya. Saat ini, bagian manajemen puncak dipegang oleh
anak-anak dari Bapak Rahimi Sutan. Restoran Natrabu, Jakarta memiliki 40 orang
karyawan yang terdiri dari bagian dapur, waiters/pramusaji di bagian depan,
keuangan, kasir, bagian sari buah, kebersihan dan pembelanjaan. Meskipun
pembagian tugas pada restoran ini sudah jelas namun di dalam kehidupan
restoran, rasa kekeluargaan juga menjadi prioritas sehingga karyawan dapat saling
membantu satu sama lain. Semua pihak merupakan elemen penting bagi kemajuan
restoran sehingga hubungan antara pemilik, manajemen dan karyawan dapat
terjalin dengan baik dan tidak kaku. Struktur organisasi Restoran Natrabu, Jakarta
dapat dilihat pada Gambar 5.
72
Gambar 5 Struktur Organisasi Restoran Natrabu, Jakarta
5.3 Operasional Perusahaan
Masing-masing bagian memiliki tugas yang berbeda-beda. Akan tetapi
karyawan lebih mementingkan sikap kekeluargaan dalam menjalankan tugas
masing-masing. Restoran Natrabu, Jakarta mulai buka pada pukul 10.00 WIB dan
tutup pada pukul 21.00 WIB. Jam kerja karyawan 10 jam dengan satu jam
istirahat setiap harinya. Dalam seminggu karyawan hanya bekerja sebanyak 6
K O M I S A R I S
Direktur Utama
Direktris
Kepala Dapur
Kepala Waiter
Kepala Cabang
Accoun ting
Kepala Saribuah
Bagian Masak
Waiter R.Depan
Waiter Keuangan Bagian Saribuah
Bagian Makanan
Jadi
Waiter R. Ranah
Minang
Kebersihan
Kebersihan Gudang
Kasir
Kasir
Kebersihan Pembelajaran Sari buah
73
hari. Masing- masing mendapat 1 hari libur terutama hari Sabtu dan Minggu.
Akan tetapi, setiap karyawan mengambil waktu libur dengan hari yang tidak
bersamaan dengan karyawan lainnya. Hal ini dimaksudkan agar restoran tidak
kekurangan karyawan.
Setiap harinya karyawan menjalankan tugas sesuai bagian masing-masing.
Namun tidak tetutup kemungkinan bagi karyawan untuk mengerjakan bagian lain
seperti bagian kasir membantu menyajikan makanan ketika pengunjung terlalu
banyak dan kasir masih belum ada pekerjaan. Begitu juga dengan bagian
manajemen, mereka ikut membantu melayani konsumen pada jam-jam banyak
pengunjung seperti pada jam makan siang. Pada Jumat siang, ketika karyawan
laki- laki mengerjakan shalat Jumat, semua tugas melayani pengunjung diambil
alih oleh semua karyawan perempuan.
5.4 Strategi Pemasaran Perusahaan
Strategi pemasaran yang telah diterapkan oleh Restoran Natrabu, Jakarta saat ini :
1. Produk
Restoran Natrabu, Jakarta saat ini memiliki menu makanan khas Padang dan
minuman seperti berbagai macam jenis minuman seperti teh, kopi dan aneka
jus buah. Sedangkan untuk makanan tambahan, Restoran Natrabu, Jakarta
juga menyediakan aneka buah dan penganan sarikaya.
2. Harga
Harga jual produk Restoran Natrabu sudah ditentukan dengan menambahkan
pajak.
74
3. Promosi
Restoran Natrabu, Jakarta sudah berusaha mempromosikan restorannya
dengan cara memasang billboard di depan restoran dan iklan pada berbagai
media massa seperti yang pernah dilakukan dalam acara rekomendasi di
sebuah stasiun televisi. Selain itu restoran juga memasang iklan pada berbagai
macam majalah seperti Femina dan Swasembada.
4. Tempat
Restoran Natrabu, Jakarta berada pada lokasi yang sangat strategis. Restoran
ini terletak di lokasi pusat makanan dan berada di sekitar pusat perkantoran di
ibukota Jakarta. Restoran Natrabu juga mempunyai beberapa cabang, baik di
wilayah Jakarta maupun di luar Jakarta.
5. Orang
Dalam memberikan pelayanan kepada konsumen, Restoran Natrabu, Jakarta
selalu mengingatkan pramusaji agar selalu memberikan performance yang
terbaik. Hal ini dapat dilihat dari seragam pramusaji yang rapih dan indah
serta keramahan pramusaji dalam melayani konsumen.
6. Bukti Fisik
Restoran Natrabu, Jakarta selalu menjaga kebersihan fasilitas fisik yang ada di
restoran seperti kebersihan ruangan dan toilet. Pihak restoran memiliki
karyawan yang bertugas untuk menjaga kebersihan ruangan dan toilet.
7. Proses
Dalam proses pelayanan, Restoran Natrabu, Jakarta telah memberikan
kecepatan dalam penyajian makanan dan minuman serta transaksi. Pihak
restoran mengharuskan pramusaji untuk selalu siap ketika ada konsumen.
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Umum Responden
Karakteristik umum responden dapat dijelaskan dengan variabel alamat
atau domisili, jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, status
pernikahan, suku bangsa (Indonesia), kebangsaan, pendapatan perbulan dan alat
transportasi yang digunakan untuk menjangkau lokasi restoran.
Berdasarkan data pada Tabel 10, dapat diketahui bahwa responden
Restoran Natrabu, Jakarta umumnya berdomisili di Jakarta dengan persentase
terbesar yaitu 75 persen. Responden terbesar kedua dan ketiga adalah responden
yang berasal dari Bekasi dan Malaysia dengan persentase masing-masing sebesar
sembilan persen dan lima persen. Sisanya berdomisili di wilayah-wilayah sekitar
Jakarta dan bahkan dari luar daerah seperti Bogor, Depok, Tangerang, Bali,
Jambi, dan Makasar. Banyaknya responden yang berdomisili di Jakarta
dikarenakan setiap harinya, terutama pada hari-hari kerja (Senin-Jumat) Restoran
Natrabu, Jakarta banyak dikunjungi oleh responden yang bekerja di Jakarta,
khususnya wilayah sekitar restoran yang juga merupakan pusat-pusat perkantoran.
Restoran Natrabu, Jakarta juga banyak dikunjungi oleh warga asing yang
berkunjung ke Indonesia seperti Malaysia sebagai responden terbesar ketiga.
Dari keseluruhan responden, terdapat 53 persen responden berjenis
kelamin laki- laki, sisanya responden yang berjenis kelamin perempuan dengan
persentase sebanyak 47 persen. Dari nilai persentase yang didapatkan, restoran ini
memiliki pengunjung yang hampir berimbang antara kaum laki- laki dan
76
perempuan. Jika ditinjau dari segi umur responden, restoran ini paling banyak
dikunjungi oleh responden yang berumur antara 26-35 tahun yaitu sebanyak 27
persen. Selang umur ini merupakan umur-umur pekerja produktif. Responden ini
adalah orang-orang yang bekerja di Jakarta. Responden ini umumnya
memanfaatkan restoran ini sebagai tempat untuk makan siang baik sendiri
maupun dengan teman atau relasi bisnisnya. Posisi terbanyak kedua adalah
responden yang berumur 46-55 tahun dengan persentase sebanyak 25 persen.
Tidak berbeda jauh, responden terbanyak ketiga (24 persen) adalah responden
yang berumur 36-45 tahun. Sisanya responden yang berumur 16-25 tahun, lebih
dari 55 tahun dan kurang dari 16 tahun dengan persentase masing-masing sebesar
13 persen, sembilan persen dan dua persen. Secara umum responden merupakan
kelompok angkatan kerja. Sebagian besar responden berstatus menikah yaitu
sebanyak 81 persen sedangkan sisanya (19 persen) belum menikah. Hal ini sesuai
dengan umur sebagian besar responden yang berumur di atas 26 tahun (usia
menikah sebagian besar orang yang bekerja).
Sebagian besar responden adalah lulusan Sarjana (S1) dengan persentase
sebanyak 49 persen. Selanjutnya 22 persen responden adalah lulusan
Pascasarjana. Urutan ketiga dan keempat adalah lulusan SMA dan Diploma
dengan persentase masing-masing sebesar 15 persen dan 11 persen. Sisanya
responden adalah lulusan SMP yaitu sebanyak tiga persen. Tidak ada responden
yang berasal dari lulusan SD. Ini menunjukkan bahwa Restoran Natrabu, Jakarta
memiliki pengunjung yang berpendidikan tinggi. Konsumen yang berpendidikan
tinggi tidak hanya memperhatikan fungsi makanan sebagai penghilang lapar saja,
akan tetapi juga sangat memperhatikan kebersihan dan kesehatan dari makanan
77
dan minuman yang dikonsumsi. Perusahaan harus menyikapinya dengan terus
menerapkan kebijakan restoran yang sesuai dengan segmen konsumen di atas.
Responden terbesar berstatus sebagai pegawai swasta sebanyak 30 persen,
kemudian responden yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) sebanyak
22 persen. Selanjutnya 19 persen responden bekerja sebagai wiraswastawan.
Sisanya responden berstatus sebagai ibu rumah tangga (10 persen),
pelajar/mahasiswa (sembilan persen), guru/dosen dan pensiunan masing-masing
dua persen. Apabila dilihat dari segi pendapatan perbulan, responden yang
memiliki pendapatan perbulan di atas Rp 5.000.000 memiliki persentase tertinggi
yaitu sebesar 46 persen. Diikuti oleh responden dengan pendapatan perbulan Rp
1.000.000-Rp 2.000.000 (18 persen), Rp 3.000.000-Rp 4.000.000 (13 persen), dan
di atas Rp 4.000.000-Rp 5.000.000 sebanyak 10 persen. Ini berarti sebagian besar
responden berpendapatan perbulan cukup tinggi. Hal ini juga terlihat dari
responden yang umumnya menggunakan kendaraan pribadi (84 persen) dan hanya
16 persen yang menggunakan kendaraan umum. Dapat diartikan bahwa Restoran
Natrabu, Jakarta memiliki segmen pasar menengah ke atas.
Restoran Natrabu, Jakarta yang merupakan restoran khas Minangkabau,
tidak hanya dikunjungi oleh responden yang bersuku bangsa Minangkabau
(Padang). Namun juga berasal dari suku bangsa lainnya (Makasar, Melayu,
Palembang, Betawi dan Maluku) dengan persentase terbesar yaitu 33 persen. Suku
bangsa berikutnya adalah Jawa (24 persen), Minangkabau (Padang) (19 persen),
Sunda (14 persen) dan Batak sebanyak 10 persen. Dengan status kebangsaan
terbanyak Indonesia (94 persen) dan Malaysia sebesar enam persen. Hal ini
menunjukkan bahwa Restoran Natrabu, Jakarta juga diminati oleh warga asing.
78
Tabel 10. Karakteristik Umum Responden Restoran Natrabu, Jakarta, Tahun 2007
Karakteristik Umum Kategori Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Alamat/Domisili
Bali 1 1 Batam 1 1 Bekasi 9 9 Bogor 2 2 Depok 2 2 Jakarta 75 75 Jambi 1 1 Malaysia 5 5 Makassar 1 1 Tangerang 3 3
Jenis Kelamin Laki-laki 53 53 Perempuan 47 47
Umur
<16 Tahun 2 2 16-25 Tahun 13 13 26-35 Tahun 27 27 36-45 Tahun 24 24 46-55 Tahun 25 25 >55 Tahun 9 9
Pendidikan Terakhir
SD 0 0 SMP 3 3 SMA 15 15 Diploma 11 11 Sarjana 49 49 Pascasarjana 22 22
Pekerjaan
Pelajar/Mahasiswa 6 6 PNS 22 22 Pegawai Swasta 30 30 Guru/Dosen 2 2 ABRI 0 0 Pensiunan 2 2 Ibu Rumah Tangga 10 10 Wiraswasta 19 19 Lainnya 9 9
Status Pernikahan Belum Menikah 19 19 Menikah 81 81
Suku Bangsa
Minangkabau (Padang) 19 19 Jawa 24 24 Batak 10 10 Sunda 14 14 Lainnya 33 33
Kebangsaan
Indonesia 94 94 Malaysia 6 6 India 0 0 Cina 0 0 Lainnya 0 0
Pendapatan Perbulan
<Rp 1.000.000 6 6 >Rp 1.000.000-Rp 2.000.000 18 18 >Rp 2.000.000-Rp 3.000.000 7 7 >Rp 3.000.000-Rp 4.000.000 13 13 >Rp 4.000.000-Rp 5.000.000 10 10 >Rp 5.000.000 46 46
Alat Transportasi yang Digunakan
Kendaraan Umum 16 16 Kendaraan Pribadi 84 84
Total 100 100
79
6.2 Respon Konsumen Terhadap Dimensi Performance Restoran Natrabu, Jakarta
Dimensi performance Restoran Natrabu, Jakarta terdiri atas delapan
dimensi. Dimensi tersebut meliputi : lokasi, sifat dan kualitas keragaman,
harga, personel penjualan, pelayanan yang diberikan, atribut fisik restoran,
atmosfer restoran, serta pelayanan sesudah transaksi. Kedelapan dimensi
tersebut dibagi lagi menjadi 24 atribut performance Restoran Natrabu,
Jakarta.
Analisis tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan terhadap dimensi
performance Restoran Natrabu, Jakarta ini diukur dengan menggunakan skala
likert 1-4. Tingkat kepentingan dikategorikan menjadi sangat penting, penting,
tidak penting, dan sangat tidak penting. Sedangkan tingkat pelaksanaan
dikategorikan menjadi sangat puas, puas, tidak puas, dan sangat tidak puas.
Masing-masing atribut restoran memiliki tingkat kepentingan dan tingkat
pelaksanaan serta skor yang berbeda-beda. Angka pada tiap-tiap atribut dapat
dijadikan gambaran mengenai sejauh mana responden menganggap atribut
tersebut menjadi sesuatu yang penting serta kinerjanya oleh Restoran Natrabu,
Jakarta. Hasil perhitungan tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan masing-
masing atribut Restoran Natrabu, Jakarta dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini :
80
Tabel 11. Tingkat Kepentingan dan Tingkat Pelaksanaan Atribut Restoran Natrabu, Jakarta
No
Atribut
Tingkat Kepentingan (Y)
Bobot Skor (Yi)
Tingkat Pelaksanaan (X)
Bobot Skor (Xi)
% Tingkat Kesesuaian
(Tki) 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Akses transportasi umum 5 14 51 30 306 4 12 68 16 296 96,73
2 Kemudahan dalam menjangkau lokasi 0 6 50 44 338 2 20 58 20 296 87,57
3 Jalan keluar masuk menuju lokasi 0 6 52 42 336 4 25 57 14 281 83,63
4 Sarana parkir yang memadai 2 1 35 62 357 6 58 28 8 238 66,67 5 Keamanan tempat parkir 2 2 31 65 359 3 18 67 12 288 80,22
6 Variasi jenis makanan dan minuman yang tersedia
0 3 53 44 341 2 2 70 26 320 93,84
7 Kualitas makanan dan minuman yang baik
0 1 32 67 366 1 1 67 31 328 89,62
8 Higienis makanan dan minuman 0 1 26 73 372 0 2 67 31 329 88,44
9 Harga makanan dan minuman yang ditawarkan
2 23 50 25 298 1 22 67 10 286 95,97
10 Pengetahuan pramusaji terhadap produk yang dijual 0 9 62 29 320 0 7 82 11 304 95,00
11 Kesigapan pramusaji dalam melayani konsumen
0 2 60 38 336 0 7 75 18 311 92,56
12 Penampilan pramusaji 0 4 76 20 316 1 3 73 23 318 100,63
13 Keramahan dan kesopanan pramusaji 0 0 51 49 349 0 7 74 19 312 89,40
14 Kecepatan penyajian makanan dan minuman 0 2 52 46 344 1 5 69 25 318 92,44
15 Kecepatan transaksi 0 11 61 28 317 1 3 82 14 309 97,48
16 Dekorasi ruangan 0 9 71 20 311 1 5 65 29 322 103,54
17 Ketersediaan toilet 0 2 49 49 347 0 2 72 26 324 93,37
18 Pemilihan warna ruangan 2 25 63 10 281 0 4 79 17 313 111,39
19 Pencahayaan ruangan 0 14 70 16 302 0 3 83 14 311 102,98
20 Kebersihan ruangan 0 2 39 59 357 0 1 71 28 327 91,60
21 Kebersihan toilet 0 1 30 69 368 0 3 68 29 326 88,59
22 Aroma ruangan 1 4 53 42 336 0 12 72 16 304 90,48
23 Kesejukan ruangan 0 4 55 41 337 0 12 72 16 304 90,21 24 Tanggapan terhadap keluhan 0 10 47 43 333 0 11 68 21 310 93,09
Total 8027 7375 91,88
81
6.2.1 Lokasi
Keputusan konsumen untuk mengunjungi sebuah restoran dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor. Salah satunya adalah faktor lokasi. Lokasi sebuah
restoran yang baik dapat dilihat melalui faktor- faktor seperti letak yang
strategis, terletak di jalan utama yang lebar dan tidak tersembunyi
sehingga memudahkan konsumen untuk menjangkau restoran tersebut, serta
adanya fasilitas parkir. Di samping itu, pemilihan lokasi yang tepat juga
merupakan faktor penentu keberhasilan sebuah usaha.
Dimensi lokasi pada penelitian ini meliputi akses transportasi umum,
kemudahan menjangkau lokasi, jalan keluar masuk menuju lokasi, sarana parkir
yang memadai, serta keamanan tempat parkir. Lokasi Restoran Natrabu, Jakarta
yang terletak di Jl. H. Agus Salim No. 29A Jakarta Pusat cukup mudah untuk
dicapai, baik dengan kendaraan pribadi maupun dengan kendaraan umum karena
lokasi restoran ini berada di ruas jalan utama Jakarta.
6.2.1.1 Akses Transportasi Umum
Kemudahan akses transportasi umum merupakan salah satu hal yang
mempengaruhi konsumen dalam memilih sebuah restoran, terutama konsumen
yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Sebagian besar responden (51 persen)
menyebutkan atribut akses transportasi umum adalah penting. Sebanyak 30 persen
responden mengatakan akses transportasi umum sangat penting. Akses
transportasi umum untuk menjangkau lokasi sebuah restoran akan sangat
dibutuhkan terutama oleh responden yang tidak memiliki kendaraan pribadi dan
juga bagi konsumen yang tidak membawa kendaraan pribadinya. Sisanya
mengatakan akses transportasi umum sebagai atribut yang tidak penting dan
82
sangat tidak penting dengan persentase masing-masing sebanyak 14 dan lima
persen. Meskipun dari data karakteristik responden terdapat 81 persen responden
yang menggunakan ala t kendaraan pribadi akan tetapi, secara umum akses
transportasi umum masih dianggap penting (skor 306).
Pada tingkat pelaksanaannya, sebagian besar responden (68 persen)
menyebutkan puas terhadap akses transportasi umum dalam menjangkau lokasi
Restoran Natrabu, Jakarta. Sebanyak 16 persen mengatakan sangat puas atas
pelaksanaan atribut akses transportasi umum Responden yang merasa tidak puas
sebesar 12 persen dan hanya empat persen responden yang mengatakan sangat
tidak puas terhadap akses transportasi umum. Secara umum atribut akses
transportasi umum dinilai memuaskan oleh responden (skor 296). Hal ini karena
Restoran Natrabu, Jakarta berada pada ruas jalan yang banyak dilewati oleh
angkutan umum seperti taksi, metromini, bajaj maupun angkutan umum roda dua.
6.2.1.2 Kemudahan Dalam Menjangkau Lokasi
Kemudahan dalam menjangkau lokasi sebuah restoran juga merupakan
pertimbangan dalam memilih sebuah restoran. Kemudahan dalam menjangkau
lokasi restoran yang terletak di daerah yang strategis dengan jalan utama, tidak
tertutup atau tersembunyi dapat membantu konsumen untuk menemukan restoran
tersebut. Selain itu, kemudahan dalam menjangkau lokasi juga dapat
mengurangi waktu konsumen untuk mencapai lokasi tersebut. Terutama bagi
konsumen yang sibuk dan hanya mempunyai sedikit waktu untuk menikmati jam
istirahat makan.
83
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebanyak 50 persen
responden menganggap kemudahan dalam menjangkau lokasi restoran sebagai
sesuatu yang penting dan 44 persen menganggap sangat pent ing. Hanya enam
persen responden yang mengatakan kemudahan dalam menjangkau lokasi restoran
tidak penting. Kelompok ini lebih cenderung memperhatikan alasan lain yang
dianggap membuat mereka bersedia untuk menjangkau lokasi restoran yang
memang disukai misalnya kekhasan produk yang ditawarkan. Secara umum
responden menganggap atribut kemudahan dalam menjangkau lokasi restoran
sebagai suatu hal yang sangat penting (skor 338). Apalagi bagi orang yang bekerja
dengan jam istirahat yang sangat sempit (diperkuat dengan 30 persen responden
yang bekerja sebagai pegawai swasta dan 22 persen berstatus sebagai PNS).
Jika dilihat dari pelaksanaan atribut ini oleh Restoran Natrabu, Jakarta
terdapat 58 persen yang puas dan 20 persen merasa sangat puas terhadap
kemudahan dalam menjangkau lokasi Restoran Natrabu, Jakarta. Hanya 20 persen
yang merasa tidak puas dan sisanya dua persen responden yang mengatakan
sangat tidak puas terhadap pelaksanaan atribut ini. Secara umum pelaksanaan
atribut kemudahan dalam menjangkau lokasi dinilai sudah memuaskan (skor 296).
Hal ini dikarenakan Restoran Natrabu, Jakarta berada di ruas jalan utama pusat
kota Jakarta memudahkan konsumen menjangkau lokasi restoran ini.
6.2.1.3 Jalan Keluar Masuk Menuju Lokasi
Atribut jalan keluar masuk menuju lokasi merupakan salah satu alasan
konsumen dalam memilih sebuah restoran. Konsumen menginginkan jalan keluar
masuk yang lebar dan tidak macet sehingga memudahkan konsumen untuk
mencapai lokasi.
84
Berdasarkan hasil penelitian, responden menganggap atribut ini
sebagai suatu pertimbangan yang penting (52 persen) dan 42 persen yang
menilai sangat penting. Hanya enam persen responden yang menyebutkan
atribut jalan keluar masuk menuju sebuah restoran sebagai sesuatu yang
tidak penting. Secara keseluruhan konsumen menganggap atribut jalan
keluar masuk menuju lokasi sebagai sesuatu yang sangat penting (skor
336). Konsumen menginginkan jalan keluar masuk yang lancar dan tidak
macet sehingga konsumen dapat keluar dan masuk ke lokasi dengan
mudah.
Sementara itu, pelaksanaan atribut ini pada Restoran Natrabu, Jakarta
adalah 57 persen responden yang puas dan 14 persen yang merasa sangat puas.
Namun juga terdapat 25 persen responden yang mengatakan tidak puas dan empat
persen responden lainnya merasa sangat tidak puas terhadap atribut jalan keluar
masuk menuju lokasi Restoran Natrabu, Jakarta. Hal ini dikarenakan jalan di
depan restoran yang macet terutama pada jam makan siang setiap hari kerja Skor
terhadap tingkat pelaksanaan atribut ini adalah 281 yang berarti secara
keseluruhan konsumen merasa puas terhadap kinerja atribut ini.
6.2.1.4 Sarana Parkir yang Memadai
Sarana parkir yang memadai merupakan suatu pertimbangan khusus bagi
konsumen untuk berkunjung ke sebuah restoran, terutama bagi konsumen yang
memiliki kendaraan pribadi. Luasnya lapangan parkir yang disediakan
memberikan rasa nyaman bagi para konsumen yang hendak mengunjungi sebuah
restoran. Konsumen dapat dengan mudah memarkirkan kendaraan mereka saat
akan menyantap makanan di sebuah restoran. Berdasarkan hasil penelitian,
85
didapatkan 62 persen responden yang mengatakan sarana parkir yang memadai sebagai
suatu pertimbangan yang sangat penting, 35 persen responden lainnya menganggap
atribut ini sebagai suatu atribut yang penting. Hanya sebesar satu persen responden yang
menganggap sarana parkir yang memadai itu tidak penting dan sisanya dua persen
responden mengatakan atribut ini sangat tidak penting. Skor tingkat kepentingan terhadap
atribut sarana parkir yang memadai ini adalah sebesar 357 yang berarti secara umum
responden mengganggap atribut ini sebagai ssesuatu yang sangat penting. Besarnya
persentase yang mengatakan sarana parkir yang memadai juga didukung oleh besarnya
jumlah pengunjung Restoran Natrabu, Jakarta yang menggunakan alat transportasi
pribadi sebagai sarana transportasi untuk menuju lokasi restoran (84 persen). Selain itu,
responden berasal dari segmen menengah ke atas yang dibuktikan dengan banyaknya
pendapatan rata-rata per bulan responden lebih besar dari Rp. 5.000.000.
Pelaksanaan atribut sarana parkir yang memadai di Restoran Natrabu,
Jakarta diperoleh 58 persen responden yang tidak puas dan enam persen merasa
sangat tidak puas. Hanya 28 persen yang merasa puas dan delapan persen saja
yang merasa sangat puas terhadap pelaksanaan atribut ini. Secara keseluruhan
responden tidak puas terhadap kinerja atribut ini (skor 238).
6.2.1.5 Keamanan Tempat Parkir
Keamanan tempat parkir merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
konsumen dalam memilih sebuah restoran. Restoran yang mampu menawarkan
keamanan tempat parkir bagi kendaraan pengunjung akan dapat memberikan
ketenangan bagi konsumen selama konsumen menikmati hidangah di dalam
restoran tersebut. Oleh sebab itu, pelaksanaan atribut keamanan tempat parkir
dengan baik akan mampu menarik pengunjung untuk datang ke restoran tersebut.
86
Dari hasil penelitian, dapat dilihat pada Tabel 11 terdapat 62 persen
responden yang mengatakan keamanan tempat parkir sebagai pertimbangan yang
sangat penting dan 35 persen lainnya menganggap penting. Hanya dua persen
responden yang mengatakan faktor ini sebagai suatu hal yang tidak penting dan
dua persen sisanya menyebutkan sangat tidak penting. Secara umum faktor
keamanan tempat parkir dinilai sebagai faktor yang sangat penting, dengan skor
sebesar 359. Hal ini terkait dengan besarnya jumlah responden yang
menggunakan kendaraan pribadi dalam menjangkau lokasi Restoran Natrabu,
Jakarta (84 persen).
Tingkat pelaksanaannya oleh Restoran Natrabu, Jakarta dapat dilihat pada
Tabel 11 yaitu sebanyak 67 persen responden merasa puas dan 12 persen
responden merasa sangat puas. Responden yang merasa tidak puas berjumlah 18
persen dan sisanya merasa sangat tidak puas (tiga persen). Secara keseluruhan,
responden merasa puas terhadap pelaksanaan atribut keamanan tempat parkir pada
Restoran Natrabu, Jakarta skor tingkat pelaksanaan sebesar 288.
6.2.2 Sifat dan Kualitas Keragaman
Sebuah restoran harus memiliki sifat dan kualitas keragaman dari
makanan yang ditawarkan. Dimensi ini merupakan sebuah hal yang dapat
mempengaruhi konsumen untuk memutuskan memillih sebuah restoran.
Konsumen akan merasa puas dengan keragaman makanan yang berkualitas
yang ditawarkan oleh restoran tersebut. Karena konsumen mempunyai banyak
pilihan. Dimensi sifat dan kualitas keragaman produk yang dijual Restoran
Natrabu, Jakarta adalah variasi dari jenis makanan dan minuman yang tersedia,
kualitas makanan dan minuman yang baik, serta higienis makanan dan minuman.
87
6.2.2.1 Variasi Jenis Makanan dan Minuman yang Tersedia
Alasan konsumen datang ke sebuah restoran, salah satunya adalah untuk
menikmati makanan dan ,minuman yang disediakan oleh restoran tersebut. Faktor
variasi jenis makanan dan minuman yang tersedia adalah sebuah faktor yang menjadi
pertimbangan konsumen untuk berkunjung ke sebuah restoran.
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 11 dapat diketahui bahwa 53 persen
responden menganggap atribut ini sebagai suatu pertimbangan yang penting dan 44
persen responden lainnya menyebutkan atribut ini sangat penting. Hanya tiga persen
responden yang menganggap atribut ini sebagai suatu hal yang tidak penting. Berarti
secara umum responden menganggap atribut ini sebagai sebuah atribut yang sangat
penting, dengan skor tingkat kepentingan sebesar 341.
Tingkat pelaksanaan dari atribut ini oleh Restoran Natrabu, Jakarta adalah 70
persen responden yang merasa puas dan 26 persen respoden yang merasa sangat puas.
Responden yang tidak puas dan sangat tidak puas masing-masing hanya dua persen.
Skor tingkat pelaksanaan atribut variasi jenis makanan dan minuman yang tersedia ini
adalah sebesar 320. Secara keseluruhan responden merasa puas terhadap pelaksanaan
atribut ini oleh Restoran Natrabu, Jakarta.
6.2.2.2 Kualitas Makanan Dan Minuman yang Baik
Makanan dan minuman yang berkualitas menjadi faktor yang
mempengaruhi konsumen untuk datang ke sebuah restoran. Tingkat kepentingan
atribut ini dapat dilihat pada Tabel 11. Responden menganggap atribut kualitas
makanan dan minuman yang baik sebagai suatu hal yang sangat penting yaitu sebesar
67 persen responden, 32 persen responden lainnya menyebutkan atribut ini sebagai
sesuatu yang penting. Hanya satu persen saja responden yang mengatakan atribut ini
88
tidak penting. Jadi secara umum atribut ini adalah sangat penting bagi responden,
dengan skor sebesar 366. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden berasal dari
lulusan perguruan tinggi yang sangat memperhatikan kualitas dari makanan dan
minuman yang dikonsumsi.
Tingkat pelaksanaan atribut ini pada Restoran Natrabu, Jakarta adalah
sebanyak 67 persen yang merasa puas dan 31 persen responden sangat puas.
Responden yang merasa tidak puas dan sangat tidak puas masing-masing hanya satu
persen. Skor tingkat pelaksanaan atribut ini adalah sebesar 328 yang berarti secara
umum responden merasa sangat puas terhadap pelaksanaan atribut kualitas makanan
dan minuman yang baik pada Restoran Natrabu, Jakarta.
6.2.2.3 Higienis Makanan dan Minuman
Faktor kehigienisan makanan dan minuman pada sebuah restoran adalah
faktor yang dijadikan pertimbangan oleh konsumen untuk berkunjung ke sebuah
restoran. Karena faktor ini sangat erat kaitannya dengan kesehatan konsumen,
sehingga restoran harus mampu menawarkan konsumen makanan dan minuman yang
higienis.
Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa sebanyak 73 persen responden
mengatakan bahwa atribut higienis makanan dan minuman adalah sangat penting,
sebanyak 26 persen responden lainnya menganggap atribut ini penting. Hanya satu
persen responden yang menganggap atribut ini sebagai suatu yang tidak penting. Skor
tingkat kepentingan atribut ini adalah sebesar 372, berarti secara umum atribut
higienis makanan dan minuman adalah atribut yang dianggap sangat penting.
Sementara itu, pelaksanaan atribut higienis makanan dan minuman pada
Restoran Natrabu, Jakarta 67 persen responden merasa puas dan 31 persen responden
89
lainnya merasa sangat puas terhadap pelaksanaan atribut ini. Sisanya sebanyak dua
persen responden merasa tidak puas terhadap atribut higienis makanan dan minuman
pada Restoran Natrabu, Jakarta. Skornya adalah sebesar 329 yang berarti secara
umum dapat dikatakan responden merasa sangat puas dengan pelaksanaan atribut ini.
Hal ini dikarenakan Restoran Natrabu, Jakarta selalu menjaga kehigienisan makanan
dan minuman yang dijual.
6.2.3 Harga
Harga makanan dan minuman yang ditawarkan juga menjadi
pertimbangan konsumen dalam berkunjung ke sebuah restoran. Terutama bagi
konsumen yang mempunyai pendapatan perbulan yang rendah.
6.2.3.1 Harga Makanan dan Minuman yang Ditawarkan
Berdasarkan penelitian pada Restoran Natrabu, Jakarta diperoleh hasil
sebanyak 50 persen responden yang menganggap atribut harga sebagai suatu hal yang
penting dan 25 persen lainnya mengatakan sangat penting. Responden yang
menganggap harga tidak penting adalah sebanyak 23 persen. Sisanya sebanyak dua
persen responden menganggap harga sangat tidak penting. Skor pada tingkat
kepentingan terhadap harga ini adalah sebesar 298. Hal ini berarti secara keseluruhan
atribut harga dianggap penting oleh responden.
Tingkat pelaksanaan atribut harga pada Restoran Natrabu, Jakarta adalah
67 persen responden merasa puas dan 10 persen responden merasa sangat puas
dan responden yang merasa tidak puas adalah sebanyak 22 persen. Sementara
sisanya sangat tidak puas (satu persen). Skor tingkat pelaksanaan terhadap harga
sebesar 286 yang berarti secara umum responden Restoran Natrabu, Jakarta
90
merasa puas terhadap pelaksanaan atribut harga. Hal ini berarti keluhan konsumen
mengenai harga yang dianggap terlalu mahal tidak dapat mewakili semua
responden.
6.2.4 Personel Penjualan
Personel penjualan atau pramusaji dalam sebuah restoran sangat
dibutuhkan sebagai mediator antara konsumen dengan restoran. Dimensi personel
penjualan tersebut adalah pengetahuan pramusaji terhadap produk yang dijual,
kesigapan pramusaji dalam melayani konsumen, penampilan pramusaji serta
keramahan dan kesopanan pramusaji,
6.2.4.1 Pengetahuan Pramusaji Terhadap Produk yang Dijual
Pramusaji yang dapat menjelaskan berbagai hal tentang produk yang dijual
akan dapat memudahkan konsumen dalam memesan makanan dan minuman. Oleh
sebab itu, faktor ini juga menjadi pertimbangan konsumen untuk berkunjung ke
sebuah restoran.
Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa 62 persen responden
menganggap atribut pengetahuan pramusaji terhadap produk yang dijual sebagai
suatu hal yang penting, 29 persen responden lainnya menganggap pengetahuan
pramusaji terhadap produk yang dijual sangat penting. Hanya sembilan persen
responden yang mengatakan atribut ini tidak penting. Skor tingkat kepentingan
atribut ini adalah sebesar 320. Berarti secara umum responden menganggap
atribut pengetahuan pramusaji terhadap produk yang dijual sebagai suatu hal yang
penting.
Jika dilihat pelaksanaannya pada Restoran Natrabu, Jakarta terdapat
82 persen responden yang merasa puas dan 11 persen responden lainnya
91
merasa sangat puas. Hanya tujuh persen responden yang merasa pelaksanaan
atribut ini tidak memuaskan. Skor total tingkat pelaksanaan atribut ini adalah
sebesar 304. Jadi dapat disimpulkan sebagian besar responden merasa puas
dengan pelaksanaan atribut pengetahuan pramusaji terhadap produk yang
dijual pada Restoran Natrabu, Jakarta.
6.2.4.2 Kesigapan Pramusaji Dalam Melayani Konsumen
Citra yang baik terhadap sebuah restoran dapat diciptakan melalui
kesigapan pramusaji dalam melayani konsumen. Respon yang baik dari
seorang pramusaji dalam sebuah restoran terlihat dari kesigapannya melayani
konsumen. Konsumen menginginkan pramusaji yang cepat menanggapi kebutuhan
konsumen serta membantu konsumen apabila konsumen memerlukan bantuan.
Berdasarkan tingkat kepentingannya, Tabel 11 memperlihatkan 60 persen
responden menganggap penting dan 38 persen responden lainnya menganggap
sangat penting atribut kesigapan pramusaji dalam melayani konsumen. Sisanya,
dua persen responden menganggap atribut kesigapan pramusaji dalam melayani
konsumen sebagai suatu hal yang tidak penting. Skor tingkat kepentingan atribut
ini sebesar 336. Jadi secara umum atribut ini dianggap sebagai suatu hal yang
sangat penting. Atribut ini sangat terkait dengan karakteristik responden yang
bekerja sebagai pegawai swasta dan PNS dengan waktu yang sangat terbatas
sehingga kesigapan pelayanan dianggap sangat penting.
Pelaksanaan atribut kesigapan pramusaji dalam melayani konsumen pada
Restoran Natrabu, Jakarta dapat dilihat pada Tabel 11. Terdapat 75 persen
responden yang merasa puas dan 18 persen responden lainnya merasa sangat puas.
Hanya tujuh persen responden yang merasa tidak puas atas pelaksanaan atribut
92
kesigapan pramusaji dalam melayani konsumen pada Restoran Natrabu, Jakarta.
Skor tingkat pelaksanaan atribut ini adalah sebesar 311. Secara umum responden
merasa puas dengan pelaksanaan atribut kesigapan pramusaji dalam melayani
konsumen. Hal ini dikarenakan pramusaji selalu sigap melayani setiap konsumen
yang datang.
6.2.4.3 Penampilan Pramusaji
Penampilan pramusaji yang rapih dan memakai seragam tertentu menjadi
salah satu perhatian bagi konsumen. Karena hal ini dapat menjadi kesenangan
tersendiri bagi konsumen, apalagi penampilan pramusaji yang memakai seragam
tradisional (etnis)..
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 100 responden, terdapat 76
persen responden yang menganggap atribut penampilan pramusaji sebagai suatu
hal yang penting dan 20 persen responden mengatakan sangat penting. Dan
sisanya empat persen responden mengatakan atribut penampilan pramusaji
sebagai suatu yang tidak penting. Skor tingkat kepentingannya adalah sebesar
316. Jadi secara umum responden menganggap atribut penampilan pramusaji
sebagai suatu hal yang penting.
Tingkat pelaksanaan dari atribut penampilan pramusaji pada Restoran
Natrabu, Jakarta adalah 73 persen responden merasa puas dan 23 persen merasa
sangat puas. Responden yang merasa tidak puas dan sangat tidak puas masing-
masing hanya tiga persen dan satu persen. Skor tingkat pelaksanaannya sebesar
318. Secara keseluruhan responden merasa puas dengan pelaksanaan atribut
penampilan pramusaji pada Restoran Natrabu, Jakarta. Karena pramusaji Restoran
Natrabu, Jakarta memakai pakaian tradisional Minangkabau.
93
6.2.4.4 Keramahan dan Kesopanan Pramusaji
Pramusaji adalah perantara antara konsumen dan restoran, Pramusaji harus
dapat bersikap ramah dan sopan dalam melayani konsumennya. Konsumen
menginginkan pelayanan yang terbaik dari sebuah restoran, tidak hanya dari segi
kualitas makanan tetapi pelayanan yang ramah dan sopan dari pramusajinya.
Restoran merupakan sebuah usaha yang tidak hanya menjual produk saja tetapi
juga menjual jasa sehingga keramahan dan kesopanan pramusaji menjadi salah
satu alat untuk memuaskan konsumen.
Berdasarkan hasil penelitian, responden yang menganggap atribut ini
penting adalah sebanyak 51 persen, tidak beda jauh sebanyak 49 persen responden
mengatakan atribut ini sangat penting. Dengan skor tingkat kepentingan sebesar
349, dapat disimpulkan bahwa secara umum responden menganggap atribut
keramahan ini sebagai suatu hal yang sangat penting.
Tingkat pelaksanaan atribut keramahan dan kesopanan pramusaji pada
Restoran Natrabu, Jakarta adalah sebesar 74 persen responden yang merasa puas
dan 19 persen responden lainnya merasa sangat puas. Hanya tujuh persen
responden yang merasa tidak puas. Skor tingkat pelaksanaannya adalah sebesar
312, menunjukkan secara keseluruhan responden merasa puas terhadap
pelaksanaan keramahan dan kesopanan pramusaji Restoran Natrabu, Jakarta.
6.2.5 Pelayanan yang Diberikan
Restoran merupakan jenis usaha yang tidak hanya menjual produk akan
tetapi juga menjual jasa kepada konsumen. Selain menyajikan makanan dan
minuman yang berkualitas, sebuah restoran harus memberikan pelayanan yang
terbaik bagi konsumennya. Karena pelayanan yang baik akan memuaskan
94
konsumen. Pelayanan yang baik seperti kecepatan penyajian makanan dan
minuman sampai ke tangan konsumen dan kecepatan transaksi.
6.2.5.1 Kecepatan Penyajian Makanan dan Minuman
Kecepatan penyajian makanan dan minuman ke tangan konsumen adalah
pelayanan yang diberikan restoran kepada konsumennya. Konsumen yang
memiliki waktu sempit untuk makan akan sangat mempertimbangkan pelayanan
ini.
Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa 52 persen responden
mengatakan kecepatan penyajian makanan dan minuman sebagai suatu hal yang
penting. Sebanyak 46 persen responden lainnya mengatakan sangat penting dan
hanya dua persen responden yang mengatakan atribut kecepatan penyajian
makanan dan minuman tidak penting. Skor tingkat kepentingan terhadap atribut
ini adalah sebesar 344. Jadi secara umum atribut ini dianggap sangat penting oleh
responden.
Pelaksanaan atribut kecepatan penyajian makanan dan minuman pada
Restoran Natrabu, Jakarta adalah sebanyak 69 persen responden merasa puas
dan 25 persen responden lainnya merasa sangat puas. Responden yang merasa
tidak puas dan sangat tidak puas adalah masing-masing lima persen dan satu
persen. Skor tingkat pelaksanaannya sebesar 318 menunjukkan secara umum
responden merasa puas dengan kinerja atribut ini pada Restoran Natrabu,
Jakarta. Setiap konsumen yang baru datang langsung ditanyakan mengenai
jumlah orang yang ingin makan. Kemudian dengan cepat, pramusaji
menyajikan makanan dan minuman yang sesuai dengan pesanan konsumen.
95
6.2.5.2 Kecepatan Transaksi
Kecepatan transaksi pembaya ran juga merupakan faktor yang menjadi
pertimbangan bagi konsumen untuk datang ke sebuah restoran. Terutama bagi
konsumen yang mempunyai waktu sempit atau konsumen yang sibuk.
Tabel 11 memperlihatkan 61 persen responden yang mengatakan
atribut kecepatan transaksi sebagai suatu yang penting dan 28 persen
responden lainnya menganggap sangat penting. Sisanya 11 persen responden
lainnya mengatakan atribut ini tidak penting. Namun secara umum responden
mengatakan atribut kecepatan transaksi sebagai suatu yang penting (skor
sebesar 317).
Sementara itu, pelaksanaan atribut kecepatan transaksi pada Restoran
Natrabu, Jakarta ini adalah sebanyak 82 persen responden yang merasa puas
dan 14 persen responden lainnya merasa sangat puas. Hanya tiga persen
responden yang merasa tidak puas serta satu persen lainnya sangat tidak puas
terhadap pelaksanaan atribut kecepatan transaksi. Secara keseluruhan
responden merasa puas dengan pelaksanaan atribut kecepatan transaksi pada
Restoran Natrabu, Jakarta (skor 309).
6.2.6 Atribut Fisik Restoran
Atribut fisik restoran juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan
restoran. Atribut fisik yang indah dan menarik akan membuat konsumen tertarik
untuk datang ke suatu restoran. Atribut fisik dalam penelitian ini meliputi dekorasi
ruangan dan ketersediaan toilet.
96
6.2.6.1 Dekorasi Ruangan
Dekorasi ruangan yang menarik akan menjadi daya tarik tersendiri bagi
konsumen, seperti halnya pada Restoran Natrabu, Jakarta. Restoran ini
mendekorasi ruangan restorannnya dengan pelaminan adat Minangkabau.
Berdasarkan penelitian, terdapat 71 persen responden yang mengatakan
atribut dekorasi ruangan sebagai suatu hal yang penting, 20 persen responden
menganggap sangat penting. Hanya sembilan persen responden yang
mengatakan dekorasi ruangan sesuatu yang tidak penting. Jadi secara umum
responden menganggap atribut dekorasi ruangan sebagai sesuatu yang penting
(skor 311).
Tingkat pelaksanaan dekorasi ruangan pada Restoran Natrabu, Jakarta
terdapat 65 persen responden yang merasa puas dan 29 persen responden
merasa sangat puas. Responden yang merasa tidak puas berjumlah lima persen.
Sisanya sebanyak satu persen responden merasa sangat tidak puas. Secara
umum responden merasa puas dengan pelaksanaan dekorasi ruangan pada
Restoran Natrabu, Jakarta (skor 322). Hal ini karena Restoran Natrabu, Jakarta
telah mendekorasi ruangannya seindah mungkin dengan pelaminan adat
Minangkabau dan lukisan- lukisan lainnya.
6.2.6.2 Ketersediaan Toilet
Ketersediaan toilet merupakan faktor yang tidak bisa dipisahkan dari
kelengkapan fasilitas pada suatu ruangan. Sebuah restoran yang baik akan
menyediakan toilet bagi konsumennya. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
sebanyak 49 persen responden yang menganggap sangat penting dan penting.
Sisanya hanya dua persen responden yang menganggap ketersediaan toilet
97
sebagai suatu atribut yang tidak penting. Jadi dapat disimpulkan, responden
menganggap ketersediaan toilet sebagai suatu atribut yang sangat penting dan
penting dengan skor sebesar 347.
Tingkat pelaksanaan atribut ketersediaan toilet pada Restoran Natrabu,
Jakarta adalah sebanyak 72 persen responden yang merasa puas dan 26 persen
yang merasa sangat puas. Sisanya dua persen responden yang merasa tidak
puas. Secara umum responden menilai pelaksanaan atribut ketersediaan toilet
pada Restoran Natrabu, Jakarta memuaskan dengan skor tingkat pelaksanaan
sebesar 324.
6.2.7 Atmosfer Restoran
Atmosfer restoran merupakan suatu hal yang menjadi pertimbangan yang
cukup penting bagi konsumen dalam memilih sebuah restoran. Atmosfer restoran
merupakan perancangan secara sadar atas ruang untuk menciptakan efek tertentu
bagi konsumen. Atmosfer restoran yang baik yang diciptakan oleh sebuah
restoran dapat menyebabkan restoran tersebut meningkatkan minat konsumen
untuk berkunjung ke restoran tersebut. Restoran merancang ruangannya
dengan penuh warna, dirancang seindah mungkin sehingga dapat
meningkatkan kenyamanan konsumen untuk berada dalam restoran tersebut.
6.2.7.1 Pemilihan Warna Ruangan
Pemilihan warna yang tepat dan menarik adalah suatu hal yang sangat
penting dilakukan oleh pengelola restoran. Karena pemilihan warna yang
menarik akan mampu membuat konsumen tertarik untuk datang ke restoran
tersebut.
98
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa
sebanyak 63 persen responden yang mengatakan pemilihan warna ruangan
sebagai suatu hal yang penting dan 10 persen responden mengatakan sangat
penting dan 25 persen responden lainnya mengatakan pemilihan warna
ruangan sebagai suatu atribut yang tidak penting dan sisanya sebanyak dua
persen responden menganggap pemilihan warna ruangan sangat tidak penting.
Secara umum responden mengatakan pemilihan warna ruangan sebagai sesuatu
yang penting (skor sebesar 281).
Tingkat pelaksanaan atribut pemilihan warna ruangan pada Restoran
Natrabu, Jakarta terdapat 79 persen responden merasa puas dan 17 persen
merasa sangat puas. Sisanya empat persen responden merasa tidak puas.
Berarti secara umum responden merasa pelaksanaan pemilihan warna ruangan
pada Restoran Natrabu, Jakarta memuaskan (skor 313). Restoran Natrabu,
Jakarta telah memberi warna yang indah pada ruangannya.
6.2.7.2 Pencahayaan Ruangan
Pencahayaan ruangan yang baik juga merupakan pertimbangan konsumen
dalam berkunjung ke sebuah restoran. Berdasarkan penelitian didapatkan
sebanyak 70 persen responden yang mengatakan atribut pencahayaan ruangan
sebagai suatu hal yang penting dan 16 persen responden mengatakan sangat
penting dan sisanya 14 persen responden mengatakan tidak penting. Jadi secara
umum responden mengatakan atribut pencahayaan ruangan sebagai suatu atribut
yang penting pada sebuah restoran dengan skor sebesar 302.
Pelaksanaan atribut pencahayaan ruangan pada Restoran Natrabu, Jakarta
adalah sebanyak 83 persen responden merasa puas dan 14 persen responden
99
merasa sangat puas. Sisanya tiga persen responden merasa tidak puas dengan
pelaksanaan pencahayaan ruangan pada Restoran Natrabu, Jakarta. Secara umum
responden merasa puas dengan skor tingkat pelaksanaan pencahayaan ruangan
sebesar 311.
6.2.7.3 Kebersihan Ruangan
Salah satu faktor yang menambah nilai keindahan dan membuat
atmosfer ruangan menjadi lebih menarik adalah kebersihan ruangan. Ruangan
restoran yang bersih akan membuat konsumen merasa nyaman berada di
ruangan tersebut.
Berdasarkan Tabel 11, tingkat kepentingan terhadap atribut kebersihan
ruangan adalah sebanyak 59 persen responden mengatakan kebersihan ruangan
sebagai suatu hal yang sangat penting dan 39 persen responden lainnya
mengatakan penting. Hanya dua persen responden yang mengatakan
kebersihan ruangan sebagai suatu hal yang tidak penting. Secara umum
responden mengatakan atribut kebersihan restoran sebagai suatu hal yang
sangat penting dengan skor tingkat kepentingan sebesar 357.
Tingkat pelaksanaan atribut kebersihan ruangan pada Restoran Natrabu,
Jakarta adalah 71 persen responden merasakan kepuasan dan 28 responden
merasa sangat puas terhadap pelaksanaan atribut kebersihan ruangan pada
restoran ini. Hanya satu persen responden saja yang merasa tidak puas dengan
pelaksanaan atribut ini. Secara umum responden merasa sangat puas dengan
pelaksanaan atribut kebersihan ruangan pada Restoran Natrabu, Jakarta dengan
skor sebesar 327. Restoran Natrabu, Jakarta mempunyai karyawan yang
100
bertugas membersihkan ruangan restoran. Karyawan pada bagian ini harus
selalu mengontrol kebersihan rua ngan restoran.
6.2.7.4 Kebersihan Toilet
Kebersihan toilet adalah hal yang juga menjadi pertimbangan konsumen
selain ketersediaan toilet itu sendiri. Berdasarkan hasil penelitian yang dapat
dilihat pada Tabel 11 terdapat 69 persen responden yang mengatakan
kebersihan toilet sebagai suatu hal yang sangat penting dan 30 persen
responden lainnya mengatakan penting. Hanya satu persen responden yang
mengatakan kebersihan ruangan tidak penting. Secara umum responden
mengatakan kebersihan toilet sebagai suatu atribut yang sangat penting ada
pada sebuah restoran (skor tingkat kepentingannya adalah sebesar 368).
Tingkat pelaksanaan kebersihan toilet pada Restoran Natrabu, Jakarta
adalah sebanyak 68 persen responden merasa puas dengan kebersihan toilet
restoran dan 29 persen responden merasa sangat puas. Sebesar tiga persen
responden lainnya merasa tidak puas. Secara umum, responden merasa sangat
puas dengan pelaksanaan kebersihan toilet pada Restoran Natrabu, Jakarta
(skor sebesar 326). Selain menjaga kebersihan ruangan, karyawan pada bagian
ini juga selalu mengontrol kebersihan toilet restoran.
6.2.7.5 Aroma Ruangan
Aroma ruangan adalah aroma atau keharuman yang tercium oleh
konsumen di sekitar ruang makan dalam restoran tersebut. Aroma ruangan perlu
diperhatikan oleh pihak manajemen karena aroma yang kurang sedap dapat
menimbulkan kesan jorok dan tidak sehat bagi restoran tersebut. Selain itu bau
101
yang kurang sedap juga dapat mengurangi bahkan menghilangkan selera
makan konsumen, dapat juga mengganggu kenyamanan konsumen dalam
menyantap makanan.
Berdasarkan Tabel 11 terdapat 53 persen responden yang mengatakan
atribut aroma ruangan sebagai suatu hal yang penting dan 42 persen responden
mengatakan sangat penting. Sebanyak empat persen responden menganggap
atribut aroma ruangan sebagai sesuatu yang tidak penting. Sisanya satu persen
responden mengatakan aroma ruangan sangat tidak penting. Secara umum
responden mengatakan atribut aroma ruangan sebagai suatu yang sangat
penting dengan skor tingkat kepentingan sebesar 336.
Pelaksanaan atribut aroma ruangan pada Restoran Natrabu, Jakarta
adalah sebanyak 72 persen responden merasa puas dan 16 persen responden
merasa sangat puas dan sisanya adalah 12 persen responden merasa tidak puas.
Secara umum responden merasa puas dengan skor tingkat pelaksanaan atribut
aroma ruangan sebesar 304. Konsumen restoran ini masih merasakan aroma
ruangan yang terganggu akibat asap rokok sebagian konsumen yang merokok
pada ruangan restoran.
6.2.7.6 Kesejukan Ruangan
Kesejukan ruangan diperlukan dalam sebuah restoran karena konsumen
menginginkan kenyamanan ketika berada di sebuah restoran. Ruangan yang sejuk
akan menimbulkan kenyamanan bagi konsumen untuk menunggu makanan
dan minuman yang dipesan, menyantapnya, kemudian bersantai setelah
menyantap makanan dan minuman. Penggunaan air conditioner juga dapat
membantu menimbulkan kesan sejuk sebuah ruangan.
102
Berdasarkan penelitian ini terdapat 55 persen responden mengatakan
kesejukan ruangan sebagai sesuatu hal yang penting dan 41 persen lainnya
mengatakan sangat penting. Hanya empat persen responden yang mengatakan
kesejukan ruangan sebagai sesuatu yang tidak penting. Ini berarti secara umum
responden menganggap kesejukan ruangan sebagai sesuatu yang sangat penting
dengan skor tingkat kepentingan sebesar 337.
Tingkat pelaksanaan kesejukan ruangan pada Restoran Natrabu, Jakarta
adalah sebanyak 72 persen responden merasa puas dan 16 persen responden
merasa sangat puas. Sisanya 12 persen responden merasa tidak puas. Secara
umum responden merasa puas dengan pelaksanaan atribut kesejukan ruangan pada
Restoran Natrabu, Jakarta dengan skor tingkat pelaksanaannya sebesar 304. Sama
halnya dengan aroma ruangan, kesejukan ruangan yang didukung oleh adanya air
conditioner terganggu dengan asap rokok dari konsumen yang merokok pada
ruangan restoran.
6.2.8 Pelayanan Sesudah Transaksi
Pelayanan tidak hanya terjadi pada saat konsumen membeli atau
menikmati produk tetapi juga pelayanan dibutuhkan pada saat transaksi selesai
dilakukan. Salah satu bentuk pelayanan sesudah transaksi adalah tanggapan
terhadap keluhan. Konsumen bisa saja mempunyai keluhan terhadap pihak
penjual atau merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan. Pihak
manajemen perlu memperhatikan keluhan yang diberikan oleh konsumen dan
memperbaiki keluhan tersebut agar kinerja menjadi lebih baik. Keluhan tersebut
dapat berupa kebersihan produk, kelalaian pramusaji dan kesalahan lainnya.
103
6.2.8.1 Tanggapan Terhadap Keluhan
Berdasarkan hasil penelitian terdapat 47 persen responden yang
mengatakan atribut tanggapan terhadap keluhan sebagai suatu hal yang penting
dan 43 persen responden mengatakan sangat penting. Hanya 10 persen
responden yang mengatakan tidak penting. Secara umum responden
mengatakan tanggapan terhadap keluhan sebagai suatu hal yang sangat penting
dengan skor sebesar 333.
Pelaksanaan atribut tanggapan terhadap keluhan pada Restoran
Natrabu, Jakarta adalah sebanyak 68 persen responden yang merasa puas dan
21 persen responden merasa sangat puas. Hanya 11 persen responden yang
merasa tidak puas terhadap pelaksanaan atribut tanggapan terhadap keluhan
pada Restoran Natrabu, Jakarta. Secara umum responden merasa puas dengan
pelaksanaan atribut tanggapan terhadap keluhan pada Restoran Natrabu,
Jakarta dengan skor tingkat pelaksanaanya adalah sebesar 310.
6.3 Urutan Peringkat Atribut
Tabel 12 di bawah ini menunjukkan urutan tingkat kepentingan atribut
Restoran Natrabu, Jakarta. Berdasarkan tabel tersebut urutan pertama yang
dianggap paling penting adalah atribut higienis makanan dan minuman (rataan
skor 3,72). sedangkan atribut yang berada pada urutan kedua adalah kebersihan
toilet (rataan skor 3,68) dan urutan ketiga adalah kualitas makanan dan minuman
yang baik (rataan skor 3,66). Ketiga atribut ini berkaitan erat dengan kebersihan
dan kesehatan. Jadi konsumen sangat mempertimbangkan faktor kebersihan dan
kesehatan pada produk dan fasilitas Restoran Natrabu, Jakarta. Urutan tingkat
kepentingan atribut Restoran Natrabu, Jakarta dapat dilihat pada Tabel 12 berikut
104
Tabel 12. Urutan Tingkat Kepentingan Atribut Restoran Natrabu, Jakarta No.
Atribut Atribut
Rataan Skor
Peringkat
8 Higienis makanan dan minuman 3,72 1
21 Kebersihan toilet 3,68 2
7 Kualitas makanan dan minuman yang baik 3,66 3
5 Keamanan tempat parkir 3,59 4
4 Sarana parkir yang memadai 3,57 5,5
20 Kebersihan ruangan 3,57 5,5
13 Keramahan dan kesopanan pramusaji 3,49 7 17 Ketersediaan toilet 3,47 8
14 Kecepatan penyajian makanan dan minuman 3,44 9
6 Variasi jenis makanan dan minuman yang tersedia 3,41 10
2 Kemudahan dalam menjangkau lokasi 3,38 11
23 Kesejukan ruangan 3,37 12
22 Aroma ruangan 3,36 14
11 Kesigapan pramusaji dalam melayani konsumen 3,36 14
3 Jalan keluar masuk menuju lokasi 3,36 14
24 Tanggapan terhadap keluhan 3,33 16
10 Pengetahuan pramusaji terhadap produk yang dijual 3,20 17
15 Kecepatan transaksi 3,17 18
12 Penampilan pramusaji 3,16 19
16 Dekorasi ruangan 3,11 20
1 Akses transportasi umum 3,06 21
19 Pencahayaan ruangan 3,02 22
9 Harga makanan dan minuman yang ditawarkan 2,98 23
18 Pemilihan warna ruangan 2,81 24
Urutan tingkat pelaksanaan atribut Restoran Natrabu, Jakarta dapat dilihat
pada Tabel 13. Berdasarkan tabel tersebut urutan pertama yang dianggap paling
memuaskan adalah atribut higienis makanan dan minuman (rataan skor 3,29).
Urutan kedua adalah atribut kualitas makanan dan minuman yang baik (rataan
skor 3,28). Hal ini dikarenakan konsumen terlihat sangat peduli pada faktor
kebersihan makanan dan minuman serta kesehatan. Atribut yang berada pada
urutan ketiga adalah atribut kebersihan ruangan (rataan skor 3,27). Hal ini
dikarenakan konsumen terlihat sangat peduli pada faktor kebersihan
105
lingkungannya. Urutan prioritas atribut-atribut yang mempengaruhi kepuasan
konsumen perlu diperhatikan kinerjanya oleh pihak restoran sehingga kepuasan
konsumen dapat terus ditingkatkan.
Tabel 13. Urutan Tingkat Pelaksanaan Atribut Restoran Natrabu, Jakarta No.
Atribut Atribut Rataan
Skor Peringkat
8 Higienis makanan dan minuman 3,29 1
7 Kualitas makanan dan minuman yang baik 3,28 2
20 Kebersihan ruangan 3,27 3
21 Kebersihan toilet 3,26 4
17 Ketersediaan toilet 3,24 5
16 Dekorasi ruangan 3,22 6 6 Variasi jenis makanan dan minuman yang tersedia 3,20 7
12 Penampilan pramusaji 3,18 8,5
14 Kecepatan penyajian makanan dan minuman 3,18 8,5
18 Pemilihan warna ruangan 3,13 10
13 Keramahan dan kesopanan pramusaji 3,12 11
11 Kesigapan pramusaji dalam melayani konsumen 3,11 12,5
19 Pencahayaan ruangan 3,11 12,5
24 Tanggapan terhadap keluhan 3,10 14
15 Tanggapan terhadap keluhan 3,09 15
10 Pengetahuan pramusaji terhadap produk yang dijual 3,04 17
22 Aroma ruangan 3,04 17
23 Kesejukan ruangan 3,04 17 1 Akses transportasi umum 2,96 19,5
2 Kemudahan dalam menjangkau lokasi 2,96 19,5
5 Keamanan tempat parkir 2,88 21
9 Harga makanan dan minuman yang ditawarkan 2,86 22
3 Jalan keluar masuk menuju lokasi 2,81 23
4 Sarana parkir yang memadai 2,38 24
6.4 Diagram Kartesius Importance-Performance
Diagram kartesius merupakan diagram yang memuat pemetaan atribut-
atribut performance Restoran Natrabu, Jakarta. Pemetaan atribut-atribut ini
diperoleh dari pemetaan nilai indeks tingkat kepentingan dan tingkat
106
pelaksanaan masing-masing atribut. Perpotongan sumbu X (tingkat
pelaksanaan) pada nilai 3.07 dan sumbu Y (tingkat kepentingan) pada nilai
3,34, dapat dilihat pada atribut Restoran Natrabu, Jakarta berdasarkan
performance dan importance pada Tabel 14.
Tabel 14. Atribut Restoran Natrabu, Jakarta Berdasarkan Performance
dan Importance
No
Atribut Tingkat
Pelaksanaan (Performance)
Tingkat Kepentingan (Importance)
1 Akses transportasi umum 2.96 3.06
2 Kemudahan dalam menjangkau lokasi 2.96 3.38
3 Jalan keluar masuk menuju lokasi 2.81 3.36
4 Sarana parkir yang memadai 2.38 3.57
5 Keamanan tempat parkir 2.88 3.59
6 Variasi jenis makanan dan minuman yang tersedia 3.20 3.41
7 Kualitas makanan dan minuman yang baik 3.28 3.66
8 Higienis makanan dan minuman 3.29 3.72
9 Harga makanan dan minuman yang ditawarkan 2.86 2.98
10 Pengetahuan pramusaji terhadap produk yang dijual 3.04 3.20
11 Kesigapan pramusaji dala m melayani konsumen 3.11 3.36
12 Penampilan pramusaji 3.18 3.16
13 Keramahan dan kesopanan pramusaji 3.12 3.49
14 Kecepatan penyajian makanan dan minuman 3.18 3.44
15 Kecepatan transaksi 3.09 3.17
16 Dekorasi ruangan 3.22 3.11
17 Ketersediaan toilet 3.24 3.47
18 Pemilihan warna ruangan 3.13 2.81
19 Pencahayaan ruangan 3.11 3.02
20 Kebersihan ruangan 3.27 3.57
21 Kebersihan toilet 3.26 3.68
22 Aroma ruangan 3.04 3.36
23 Kesejukan ruanga 3.04 3.37
24 Tanggapan terhadap keluhan 3.10 3.33 Rata-rata 3.07 3.34
Diagram kartesius Importance-Performance Restoran Natrabu, Jakarta
dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar tersebut menunjukkan posisi masing-
107
masing atribut performance Restoran Natrabu, Jakarta dalam diagram kartesius.
Masing-masing kuadran menggambarkan keadaan yang berbeda. Pemetaan
berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerja ini memungkinkan pihak
perusahaan untuk segera melakukan perbaikan-perbaikan pada atribut yang
dianggap penting konsumen dalam jangka waktu yang relatif dekat.
Gambar 6 Diagram Kartesius Penilaian Responden Terhadap Atribut Restoran Natrabu, Jakarta
Keterangan : 1. Akses transportasi umum 13. Keramahan dan kesopanan pramusaji 2. Kemudahan dalam menjangkau lokasi 14. Kecepatan penyajian makanan dan minuman 3. Jalan keluar masuk menuju lokasi 15. Kecepatan transaksi 4. Sarana parkir yang memadai 16. Dekorasi ruangan 5. Keamanan tempat parkir 17. Ketersediaan toilet 6. Variasi jenis makanan dan minuman yang tersedia 18. Pemilihan warna ruangan 7. Kualitas makanan dan minuman yang baik 19. Pencahayaan ruangan 8. Higienis makanan dan minuman 20. Kebersihan ruangan 9. Harga makanan dan minuman yang ditawarkan 21. Kebersihan toilet 10. Pengetahuan pramusaji terhadap produk yang dijual 22. Aroma ruangan 11. Kesigapan pramusaji dalam melayani konsumen 23. Kesejukan ruangan 12. Penampilan pramusaji 24. Tanggapan terhadap keluhan
IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS
2,7
2,9
3,1
3,3
3,5
3,7
3,9
2,2 2,4 2,6 2,8 3 3,2 3,4
KINERJA
KE
PE
NT
ING
AN
45
32 23
22
91
10
18
19
1516
12
24
11
13
614
17 20
721
8
PRIORITAS UTAMA
PERTAHANKAN PRESTASI
PRIORITAS RENDAH BERLEBIHAN
108
Hasil analisis berupa posisi masing-masing atribut pada empat kuadran
adalah sebagai berikut :
Prioritas Utama (Kuadran A)
Prioritas utama menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap
mempengaruhi kepuasan pelanggan, termasuk unsur-unsur yang dianggap sangat
penting. Namun perusahaan belum melaksanakannya sesuai dengan keinginan
pelanggan, sehingga mengecewakan/tidak puas. Atribut-atribut yang terletak
pada kuadran pertama ini menjadi prioritas utama perusahaan karena memiliki
tingkat kepentingan yang tinggi dan kinerja yang rendah, perbaikan atribut
ini akan memberikan dampak yang besar terhadap kepuasan konsumen.
Berdasarkan diagram kartesius pada Gambar 6 terdapat enam atribut yang berada
pada kuadran A (prioritas utama). Atribut-atribut tersebut antara lain sarana parkir
yang memadai, jalan keluar masuk menuju lokasi, keamanan tempat parkir,
kemudahan dalam menjangkau lokasi, aroma ruangan dan kesejukan ruangan.
Sarana parkir merupakan salah satu atribut yang dianggap penting oleh
responden dengan skor tingkat kepentingan sebesar 3,57. Skor tingkat
kepentingannya lebih tinggi dari skor rata-rata yang hanya 3,34. Akan tetapi,
sarana parkir yang ada pada Restoran Natrabu, Jakarta belum memadai. Hal ini
dapat dilihat dari skor tingkat pelaksanaannya yang masih sangat rendah yaitu
sebesar 2,38 jauh di bawah skor rata-rata tingkat pelaksanaan (3,07). Oleh sebab
itu, pihak restoran harus segera memperbaiki kinerja atribut ini. Salah satunya
dengan menambah lahan parkir agar dapat menampung semua kendaraan
konsumen yang berkunjung ke restoran ini. Selain sarana parkir yang memadai,
keamanan tempat parkir juga mempunyai tingkat kepentingan yang tinggi (skor
109
3,59). Namun pelaksanaan atribut ini pada Restoran Natrabu, Jakarta masih dinilai
rendah (2,88). Pihak restoran harus segera memperbaiki kinerja keamanan tempat
parkirnya. Salah satunya dengan menyewa tukang parkir.
Jalan keluar masuk menuju lokasi juga merupakan atribut yang dianggap
penting oleh responden (skor 3,36), namun pelaksanaan atribut ini oleh Restoran
Natrabu, Jakarta masih rendah (skor 2,81). Jalan keluar masuk menuju Restoran
Natrabu, Jakarta harus segera ditata sehingga tidak menimbulkan kemacetan.
Kemudahan dalam menjangkau lokasi adalah atribut yang juga
mempunyai tingkat kepentingan yang tinggi (skor 3,38). Sementara
pelaksanaannya pada restoran ini masih dinilai rendah dengan skor 2, 96. Kinerja
atribut ini harus segera diperbaiki oleh pihak restoran.
Selain atribut di atas, atribut dalam ruangan seperti aroma ruangan juga
menjadi atribut yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi (3,36). Namun
pelaksanaan atribut ini pada Restoran Natrabu, Jakarta juga masih rendah dengan
skor 3,04. Pihak restoran harus segera memperhatikan kenerja aroma ruangan
pada restorannnya. Konsumen menginginkan restoran yang beraroma wangi
sehingga memberikan kenyamanan pada mereka.
Begitu juga dengan kesejukan ruangan, atribut ini mempunyai tingkat
kepentingan yang tinggi (skor 3,37) namun pelaksanaannya dinilai masih rendah
oleh responden dengan skor 3,04. Sama halnya dengan aroma ruangan, Restoran
Natrabu, Jakarta harus segera memperbaiki kesejukan ruangan restorannya. Pihak
restoran harus tetap mengontrol sirkulasi udara dan mengatur suhu pada air
conditioner (AC) dan pewangi ruangan.
110
Pertahankan Prestasi (Kuadran B)
Pertahankan prestasi menunjukkan faktor atau atribut yang telah berhasil
dilaksanakan perusahaan, untuk itu wajib dipertahankan. Atribut yang berada pada
kuadran ini dianggap sangat penting dan sangat memuaskan.
Pada diagram kartesius di atas dapat dilihat atribut yang termasuk ke
dalam kuadran pertahankan prestasi ini adalah kehigienisan makanan dan
minuman, kualitas makanan dan minuman yang baik, variasi jenis makanan dan
minuman yang tersedia, kebersihan toilet, kebersihan ruangan, ketersediaan toilet,
kecepatan penyajian makanan dan minuman, kesigapan pramusaji dalam melayani
konsumen serta keramahan dan kesopanan pramusaji. Jika dilihat dari keseluruhan
atribut, kinerja yang harus dipertahankan oleh Restoran Natrabu, Jakarta ini
adalah hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan dan kesehatan makanan,
minuman dan fasilitas restoran serta sikap pramusaji.
Atribut kehigienisan makanan mempunyai skor kepentingan sebesar 3,72
dan skor pelaksanaannya sebesar 3,29. Skor kepentingan atribut kualitas makanan
dan minuman yang baik adalah sebesar 3,66 dan skor pelaksanaan dari atribut ini
adalah sebesar 3,28. Skor kepentingan atribut variasi jenis makanan dan minuman
yang tersedia adalah sebesar 3,41 dan skor pelaksanaannya adalah sebesar 3,2.
Skor kepentingan dan pelaksanaan dari atribut kebersihan toilet masing-
masing sebesar 3,68 dan 3,26. Atribut kebersihan ruangan memiliki skor
kepentingan sebesar 3,57 dan skor pelaksanaanya adalah sebesar 3,27. Sementara
itu, atribut ketersediaan toilet mendapat skor kepentingan sebesar 3,47 dan skor
pelaksanaan sebesar 3,24.
111
Atribut kecepatan penyajian makanan dan minuman mendapat skor
kepentingan sebesar 3,44 dan skor pelaksanaan sebesar 3,18. Sedangkan skor
kepentingan atribut kesigapan pramusaji dalam melayani konsumen adalah
sebesar 3,36 dan skor pelaksanaan sebesar 3,11. Sementara atribut keramahan dan
kesopanan pramusaji mempunyai skor kepentingan sebesar 3,49 dan skor
pelaksanaan sebesar 3,12.
Semua atribut yang termasuk ke dalam kuadran pertahankan prestasi ini
dianggap sangat penting. Pelaksanaannya pada Restoran Natrabu, Jakarta juga
sudah sangat memuaskan sehingga kinerjanya harus tetap dipertahankan dan
ditingkatkan oleh pihak restoran agar tidak berpindah ke kuadran A.
Prioritas Rendah (Kuadran C)
Pada kuadran prioritas rendah (kuadran C) ini berisikan atribut yang
dianggap memiliki tingkat kepentingan rendah oleh responden sehingga
perbaikannya menjadi prioritas rendah dan pada kenyataannya Restoran
Natrabu, Jakarta juga tidak terlalu baik. Atribut-atribut yang termasuk ke dalam
kuadran ini adalah akses transportasi umum, harga makanan dan minuman serta
pengetahuan pramusaji terhadap produk yang dijual.
Akses transportasi umum dianggap atribut yang tingkat kepentingannya
rendah (skor 3,06 ) dan pelaksanaannya oleh Restoran Natrabu, Jakarta juga
masih rendah (skor 2,96). Begitu juga dengan harga makanan dan minuman
juga dianggap mempunyai tingkat kepentingan yang rendah 2,98 akan tetapi
pelaksanaannya oleh restoran masih rendah 2,86. Sama halnya dengan kedua
atribut di atas, atribut pengetahuan pramusaji juga memiliki kepentingan yang
rendah 3,2 dan pelaksanaannya juga masih rendah 3,04.
112
Atribut-atribut yang terdapat pada kuadran ini tidak terlalu masalah
apabila tidak diperbaiki oleh pihak restoran dalam waktu dekat. Karena atribut
tersebut dianggap tidak terlalu penting oleh responden. Perbaikannya memiliki
pengaruh marginal terhadap kepuasan pelanggan total karena prioritasnya relatif
moderat.
Berlebihan (Kuadran D)
Atribut-atribut yang terdapat pada kuadran ini adalah atribut-atribut yang
kepentingannya rendah bagi konsumen tetapi pelaksanaannya tinggi.
Peningkatan kinerja pada atribut yang berada dalam kuadran im akan dinilai
berlebihan bagi konsumen.
Atribut yang termasuk ke dalam kuadran berlebihan ini adalah tanggapan
terhadap keluhan, kecepatan transaksi, penampilan pramusaji, dekorasi ruangan,
pencahayaan ruangan, dan pemilihan warna ruangan.
Atribut tanggapan terhadap keluhan memiliki skor kepentingan sebesar
3,33 dan pelaksanaannya sebesar 3,1. Sedangkan skor kepentingan atribut
kecepatan transaksi adalah sebesar 3,17 dan skor pelaksanaannya sebesar 3,09.
Sementara atribut penampilan pramusaji mendapat skor kepentingan sebesar 3,16
dan skor pelaksanaan sebesar 3,18. Atribut dekorasi ruangan memiliki skor
kepentingan sebesar 3,11 dan skor pelaksanaan sebesar 3,22. Begitu juga dengan
pencahayaan ruangan mendapat skor kepentingan sebesar 3,02 dan skor
pelaksanaannya pada Restoran Natrabu, Jakarta sebesar 3,11. Skor kepentingan
atribut pemilihan warna ruangan adalah sebesar 2,81 sedangkan skor
pelaksanaannya adalah sebesar 3,13. Keempat atribut ini memiliki skor
113
pelaksanaan yang lebih tinggi daripada skor kepentingannya. Ini berarti pihak
restoran telah berlebihan dalam melaksanakan atribut-atribut tersebut.
6.5 Indeks Kepuasan Konsumen
Pengukuran terhadap indeks kepuasan konsumen (Customer Satisfaction
Index atau CSI) sangat diperlukan untuk menentukan sasaran-sasaran di masa
yang akan datang dan dapat digunakan untuk mengetahui besarnya indeks
kepuasan yang dihasilkan oleh suatu atribut. Nilai rata-rata pada tingkat
kepentingan dan tingkat kinerja masing-masing atribut layanan penjualan
digunakan untuk menghitung indeks kepuasan konsumen.
Berdasarkan Tabel 15, dapat dilihat bahwa nilai weighted average sebesar
3,07, nilai ini merupakan penjumlahan dari weighted score seluruh atribut
Restoran Natrabu, Jakarta. Angka customer satisfaction index diperoleh dengan
membagi nilai weighted average dengan skala maksimum (skala 4) yang
digunakan dalam penelitian ini. Dengan demikian customer satisfaction index
adalah 3,07/4 = 0,7685, atau kepuasan konsumen sebesar 76,85 persen.
Nilai indeks kepuasan keseluruhan ini berada pada rentang 0,76- 1,00. Hal
ini berarti bahwa indeks kepuasan konsumen yang dihitung berdasarkan atribut
restoran berada pada kriteria sangat puas. Kriteria ini memperhitungkan tingkat
kepentingan menurut konsumen dengan tingkat pelaksanaan vang telah dijalankan
oleh pihak restoran. Akan tetapi sebaiknya pihak Restoran Natrabu, Jakarta harus
terus meningkatkan kinerjanya agar Customer Satisfaction meningkat sampai
angka 100% sehingga konsumen akan merasa sangat puas yang optimal
terhadap kinerja atrribut restoran secara keselurahan.
114
Tabel 15. Perhitungan Customer Satisfaction Restoran Natrabu, Jakarta
No Atribut Rata-rata Skor
Kepentingan (RSP)
Weighting Factor [WF= (RSP/76,18)]
Rata-rata skor Kepuasan
(RSP)
Weighted Score [WS=
(RSK X WF)] 1 Akses transportasi umum 3,06 0,04 2,96 0,11
2 Kemudahan dalam menjangkau lokasi 3,38 0,04 2,96 0,12
3 Jalan keluar masuk menuju lokasi 3,36 0,04 2,81 0,12
4 Sarana parkir yang memadai 3,57 0,04 2,38 0,11
5 Keamanan tempat parkir 3,59 0,04 2,88 0,13
6 Variasi jenis makanan dan minuman yang tersedia 3,41 0,04 3,20 0,14
7 Kualitas makanan dan minuman yang baik 3,66 0,05 3,28 0,15
8 Higienis makanan dan minuman 3,72 0,05 3,29 0,15
9 Harga makanan dan minuman yang ditawarkan 2,98 0,04 2,86 0,11
10 Pengetahuan pramusaji terhadap produk yang dijual
3,20 0,04 3,04 0,12
11 Kesigapan pramusaji dalam melayani konsumen 3,36 0,04 3,11 0,13
12 Penampilan pramusaji 3,16 0,04 3,18 0,13
13 Keramahan dan kesopanan pramusaji 3,49 0,04 3,12 0,14
14 Kecepatan penyajian makanan dan minuman 3,44 0,04 3,18 0,14
15 Kecepatan transaksi 3,17 0,04 3,09 0,12
16 Dekorasi ruangan 3,11 0,04 3,22 0,12
17 Ketersediaan toilet 3,47 0,04 3,24 0,14
18 Pemilihan warna ruangan 2,81 0,04 3,13 0,11
19 Pencahayaan ruangan 3,02 0,04 3,11 0,12
20 Kebersihan ruangan 3,57 0,04 3,27 0,15
21 Kebersihan toilet 3,68 0,05 3,26 0,15
22 Aroma ruangan 3,36 0,04 3,04 0,13
23 Kesejukan ruanga 3,37 0,04 3,04 0,13
24 Tanggapan terhadap keluhan 3,33 0,04 3,10 0,13
Jumlah 80,27 1,00 WT = 3,07
CSI = (WT : 4) X 100% 76,85
Meskipun berada pada rentang kriteria sangat puas, namun nilai indeksnya
masih relatif rendah pada rentang tersebut (sebesar 0,7685 berada pada rentang
0,76 – 1,00.). Hal ini disebabkan masih terdapat 23,15 persen (100-76.85 =
23,15) konsumen dari total pelanggan yang belum mampu dipuaskan
115
sepenuhnya oleh pihak Restoran Natrabu, Jakarta.. Oleh sebab itu, pihak
restoran perlu menelusuri kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut kinerja
Restoran Natrabu, Jakarta. Terutama atribut yang menjadi keluhan responden
yaitu sarana parkir yang memadai, keamanan tempat parkir, jalan keluar
masuk menuju lokasi, kemudahan dalam menjangkau lokasi, aroma ruangan,
kesejukan ruangan dan keluhan terhadap harga (prioritas rendah). Meskipun
keluhan konsumen mengenai harga yang mahal pada pihak manajemen hanya
dirasakan oleh sebagian kecil konsumen (atribut harga berada pada kuadran C
pada diagram kartesius IPA). Akan tetapi, pihak restoran juga perlu meningkatkan
kinerja atribut harga untuk menghilangkan keluhan sebagian kecil konsumen
tersebut.
BAB VII
IMPLIKASI STRATEGI PEMASARAN
Hasil analisis perilaku konsumen berimplikasi terhadap strategi pemasaran.
Strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan bertujuan untuk memenuhi
dan memuaskan kebutuhan serta keinginan pelanggan sasaran (Kotler, 2002a).
Berdasarkan pemahaman konsep pemasaran serta didukung oleh informasi
mengenai karakteristik umum responden, analisis kepentingan dan kinerja atribut-
atribut performance, analisis tingkat kesesuaian, serta analisis indeks kepuasan
pelanggan maka dapat dirumuskan suatu rekomendasi strategi pemasaran bagi
Restoran Natrabu, Jakarta. Strategi pemasaran tersebut digunakan untuk
pemasaran jasa yaitu strategi produk, harga, promosi, tempat, orang, bukti fisik
dan proses (Zeithaml dalam Hurriyati 2005).
7.1 Strategi Produk (Product)
Restoran Natrabu, Jakarta menawarkan makanan dan minuman sebagai
produk utamanya. Konsumen menginginkan produk, dalam hal ini makanan dan
minuman yang memuaskan bagi mereka. Baik variasi jenis makanan dan
minuman, kualitas dan kehigienisan makanan dan minuman. Restoran Natrabu,
Jakarta telah dapat memberikan kepuasan produk kepada konsumennya. Hal ini
dapat dilihat pada hasil pemetaan dengan menggunakan diagram kartesius
Importance-Performance Analysis. Atribut variasi jenis makanan, kualitas
makanan dan minuman yang baik serta higienis makanan dan minuman berada
pada kuadran pertahankan prestasi (kuadran B). Ketiga atribut produk restoran ini
117
dianggap sangat penting oleh responden dan pelaksanaannya oleh Restoran
Natrabu, Jakarta juga sangat memuaskan (kinerja tinggi).
Strategi produk makanan dan minuman Restoran Natrabu ini harus tetap
dipertahankan sehingga akan tetap dapat memuaskan konsumennya. Kekhasan
makanan restoran sebagai restoran yang menjual masakan Padang juga harus
selalu dijaga. Selain itu, atribut-atribut tersebut juga perlu ditingkatkan agar tidak
berpindah ke kuadran B.
7.2 Strategi Harga (Price)
Berdasarkan hasil penelitian, atribut harga termasuk ke dalam kuadran
prioritas rendah (kuadran C). Responden menganggap harga kurang penting.
Sedangkan pelaksanaan atribut harga pada Restoran Natrabu, Jakarta ini masih
rendah. Namun perusahaan harus tetap berusaha memperbaiki kinerja restoran
terhadap atribut ini, walaupun dengan prioritas rendah. Ini berarti, keluhan
konsumen terhadap harga pada pihak restoran hanya oleh beberapa golongan
konsumen. Dari hasil analisis IPA, atribut harga dianggap kurang penting. Hal ini
dikarenakan sebagian besar responden berpendapatan perbulan di atas
Rp.5.000.000 (46 persen). Biasanya harga sebuah produk dan pelayanan tidak
menjadi sebuah pertimbangan utama pada kelompok ini. Oleh sebab itu, pihak
restoran tidak harus menurunkan harga, akan tetapi cukup hanya dengan
memberikan potongan harga sehingga dapat meningkatkan penjualan restoran.
Strategi harga yang dapat diterapkan oleh Restoran Natrabu, Jakarta
adalah dengan memberikan potongan harga pada pelanggan yang datang secara
berkelompok (misalnya dengan menetapkan jumlah minimal dalam satu
kelompok), memberikan potongan pada jam-jam/hari-hari tertentu seperti jam di
118
luar makan siang dan hari selain hari kerja (Sabtu dan Minggu). Karena pada jam-
jam dan hari-hari tersebut, jumlah pengunjung lebih sedikit dari biasanya.
Selain itu, strategi harga yang dapat diterapkan oleh pihak restoran adalah
dengan memberikan diskon harga pada menu makanan tertentu. Serta dengan
memberikan voucher makan dengan syarat telah makan ke restoran dengan
jumlah tertentu misalnya sebanyak 10 kali dalam jangka waktu tertentu (misalnya
dalam waktu satu bulan).
7.3 Strategi Promosi (Promotion)
Dalam penelitian ini tidak diukur tingkat kepentingan dan pelaksanaan dari
promosi restoran berupa penggunaan iklan. Akan tetapi, sebagai suatu usaha,
restoran juga harus selalu mempromosikan merek produk atau restorannya kepada
khalayak umum, terutama kepada target pasar restoran. Strategi promosi tersebut
dapat dilakukan dengan memasang billboard dan iklan pada berbagai media
massa seperti surat kabar, majalah, radio dan bahkan televisi. Sebagai sebuah
restoran yang memiliki pelanggan kelas menengah ke atas (sebagian besar
konsumen berpendapatan perbulan Rp. 5.000.000 ke atas), maka pihak restoran
juga harus memperhatikan media promosi yang dipakai. Media promosinya
sebaiknya media yang juga mempunyai target pasar kelas menengah ke atas.
Selain itu, promosi tidak hanya dapat dilakukan melalui media massa,
akan tetapi juga dapat melalui orang (mulut ke mulut). Media ini biasanya sangat
cepat berdampak pada perusahaan. Akan tetapi, juga sangat berisiko karena
seseorang akan menyampaikan informasi sesuai dengan apa yang dirasakannya
sehingga sangat bersifat subjektif. Oleh karena itu, restoran harus mampu
119
memberikan kepuasan kepada pelanggannya sehingga citra perusahaan akan
disampaikan secara baik.
7.4 Strategi Tempat (Place)
Pemilihan lokasi yang tepat dan strategis akan menguntungkan bagi
sebuah usaha. Restoran Natrabu, Jakarta terletak pada lokasi yang tepat dan
strategis. Strategi tempat yang harus segera diperbaiki (prioritas utama) oleh
Restoran Natrabu, Jakarta adalah perbaikan pada sarana parkir yang memadai,
keamanan tempat parkir, jalan keluar masuk menuju lokasi, kemudahan dalam
menjangkau lokasi, aroma ruangan dan kesejukan ruangan. Semua atribut tersebut
mempunyai kepentingan yang tinggi bagi responden namun pelaksanaannya oleh
Restoran Natrabu, Jakarta masih rendah yaitu berada pada kuadran prioritas
utama.
Restoran dapat menambah luas area parkir dan mengatur jalan di sekitar
restoran. Hal ini juga dapat dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan
pemerintah daerah setempat. Strategi perbaikan aroma ruangan dan kesejukan
ruangan dapat dilakukan dengan menjaga aroma dan kesejukan ruangan. Selain
itu, juga dengan mengatur suhu pendingin ruangan serta menambahkan pewangi
ruangan sehingga aroma dan kesejukan ruangan restoran dapat diperbaiki.
7.5 Strategi Orang (Participants)
Pramusaji adalah perantara pihak restoran dengan pelanggannya, sehingga
hal-hal yang berhubungan dengan sikap pramusaji dalam melayani konsumen
harus selalu dikontrol. Restoran Natrabu, Jakarta telah menerapkan strategi
participants (orang) dengan baik. Hal ini terlihat dari keramahan dan kesopanan
120
pramusaji serta kesigapan pramusaji dalam melayani konsumen pada Restoran
Natrabu, Jakarta berada pada kuadran pertahankan prestasi (kuadran B). Atribut
ini mempunyai kepentingan yang tinggi dan pelaksanaan yang juga tinggi. Oleh
karena itu, kinerja kedua atribut ini harus terus dipertahankan. Salah satunya
dengan memberikan pelatihan dan informasi yang berkelanjutan mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan pelayanan kepada konsumen. Sebaiknya pramusaji selalu
mengucapkan permisi terlebih dahulu kepada pelanggan sebelum membereskan
piring-piring setelah makan agar nilai keramahan dan kesopanan pramusaji dapat
terus dipertahankan dan ditingkatkan.
Atribut penampilan pramusaji Restoran Natrabu, Jakarta yang dianggap
penting telah memberikan kinerja yang tinggi. Penampilan pramusaji Restoran
Natrabu, Jakarta yang memakai pakaian tradisional Minangkabau (Padang) harus
tetap dijaga. Selain itu, ada satu atribut yang dianggap kurang penting dan
berkinerja rendah yaitu atribut pengetahuan pramusaji terhadap produk yang
dijual. Pihak restoran juga harus terus memberikan informasi mengenai produk
yang dijual oleh restoran kepada pramusaji. Atribut ini tidak perlu menjadi
prioritas strategi orang dari restoran karena atribut ini dianggap kurang penting.
7.6 Strategi Bukti Fisik (Physical Evidence)
Konsumen menginginkan fasilitas restoran yang lengkap, bersih dan
memuaskan. Restoran Natrabu, Jakarta telah mampu memberikan kepuasan
terhadap atribut fisik restoran kepada pelanggannya. Atribut tersebut adalah
ketersediaan toilet, kebersihan toilet dan kebersihan ruangan. Ketiga atribut ini
berada pada kuadran pertahankan prestasi (kuadran B). Strategi yang harus
diterapkan pihak restoran adalah dengan tetap menjaga kebersihan toilet dan
121
ruangan. Selain itu, pihak restoran ini juga harus selalu menyediakan fasilitas
pendukung lainnya di ruangan dan toilet seperti tempat sampah, asbak, tissue,
sabun dan pewangi toilet.
7.7 Strategi Proses (Process)
Restoran adalah sebuah usaha yang tidak hanya menjual produk akan
tetapi juga menjual jasa. Dalam menjual jasa yang baik harus selalu
memperlihatkan proses yang baik pula. Salah satu proses yang telah dilakukan
restoran dengan baik adalah kecepatan penyajian makanan dan minuman (berada
pada kuadran B). Pihak restoran harus mempertahankan kinerja ini dengan baik.
Salah satu strateginya adalah dengan memberikan pelatihan kepada pramusaji.
Selain proses kecepatan penyajian makanan dan minuman, pihak restoran
ini juga telah berkinerja baik dalam proses kecepatan transaksi. Atribut ini berada
pada kuadran D, sehingga tidak menjadi prioritas utama dalam perbaikan kinerja
restoran. Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan terus memberikan pelatihan
kepada pramusaji dan kasir restoran mengenai tata cara proses pelayanan yang
terbaik .yang diinginkan konsumen. Misalnya dengan mengingatkan pramusaji
untuk selalu siap melayani konsumen, baik dalam penyajian makanan dan
minuman maupun dalam proses transaksi..
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, R. I. 2004. Analisis Respon Konsumen Terhadap Performance Toko Bakery Pia Apple Pie, Bogor. Skripsi Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian. Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2002. Pertumbuhan Restoran di Indonesia, 1997-2002. Jakarta; Badan Pusat Statistik.
. 2004. Pengeluaran Rata-rata Penduduk Indonesia Perkapita Perbulan. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
. 2005. Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2004. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
2005. Jumlah Penduduk Indonesia. Jakarta; Badan Pusat Statistik.
Departemen Pariwisata Seni dan Budaya. 2004. Produk Pariwisata Indonesia. Jakarta: Departemen Pariwisata Seni dan Budaya.
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Propinsi DKI Jakarta. 2006. Jumlah Penduduk Jakarta. Jakarta; Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Propinsi DKI Jakarta
Dinas Pariwisata DKI Jakarta. 2006. Data Pariwisata DKI Jakarta. Jakarta: Dinas Pariwisata DKI Jakarta.
Dokumen Restoran Natrabu, Jakarta. 2006. Laporan Penjualan Restoran Natrabu, Jakarta. Jakarta: Restoran Natrabu
Durianto D, Sugiarto & Sitinjak T. 2001. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Engel, J.F, Roger D.B, dan Paul W.M. 1995. Perilaku Konsumen. Jilid 1. Jakarta. Binarupa Aksara.
. . 1995. Perilaku Konsumen. Jilid 2. Jakarta. Binapura Aksara.
Ergandia, E. R. 2006. Analisis Respon Konsumen Terhadap Performance Restoran MP Steak, Bogor. Skripsi Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian. Bogor. .
Gerson, R. F. 2002. Mengukur Kepuasan Pelanggan Panduan Menciptakan Pelayanan Bermutu. Jakarta; PPM.
126
Hurriyati, R. 2005. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung; CV
Alfabeta.
Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Jilid 1. Jakarta; PT. Prenhalindo.
. . Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Jilid 2. Jakarta; PT. Prenhalindo.
Marini, Evi. 2003. Analisis Perilaku Konsumen Restoran Fast Food Hoka-Hoka Bento Cabang Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian. Bogor.
McGoldrick, Peter J. 1990. Retail Marketting. McGraw-Hill Book Company. Europe.
Nazir, Moch. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta; Ghalia. Indonesia.
Noroasyah, 2005. Analisis Respon Konsumen Terhadap Makanan dan Restoran Vietnam di Jakarta (Studi Kasus di Restoran Saigon). Skripsi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian. Bogor.
Rangkuti, F. 2006. Measuring Customer Satisfaction; Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan plus Analisis Kasus PLN-JP. Jakarta; Gramedia Pustaka Utama.
Simamora, B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta; PT. Gramedia Pustaka Utama.
Suliyanto, 2005. Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran. Ciawi, Bogor; Ghalia Indonesia.
Sumarwan, U. 2004. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Ciawi-Bogor Selatan ; Ghalia Indonesia.
Sunarto, 2006. Perilaku Konsumen AMUS Yogyakarta: Yogyakarta
Supranto, J. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta; Rineka Cipta.
Torsina, M. 2000. Usaha Restoran Yang Sukses. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. Kelompok Gramedia.
Umar, H. 2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Pemerintah Indonesia. Jakarta.
127
Lampiran 1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
• Hasil Uji Validitas Tingkat Pelaksanaan
ATRIBUT JUMLAH N Correlation Coefficient Spearman Coefficient a =
0,05 HASIL
1 56 20 0,605 0,486 0,002 Valid 2 62 20 0,528 0,486 0,008 Valid 3 54 20 0,685 0,486 0,000 Valid 4 46 20 0,529 0,486 0,008 Valid 5 59 20 0,591 0,486 0,014 Tidak valid 6 65 20 0,630 0,486 0,001 Valid 7 69 20 0,855 0,486 0,000 Valid 8 65 20 0,682 0,486 0,000 Valid 9 57 20 0,555 0,486 0,006 Valid
10 61 20 0,509 0,486 0,011 Tidak valid 11 63 20 0,620 0,486 0,002 Va;lid 12 60 20 0,645 0,486 0,001 Valid 13 67 20 0,573 0,486 0,004 Valid 14 62 20 0,638 0,486 0,001 Valid 15 60 20 0,556 0,486 0,005 Valid 16 62 20 0,660 0,486 0,001 Valid 17 59 20 0,230 0,486 0,164 Tidak valid 18 61 20 0,656 0,486 0,407 Tidak valid 19 63 20 0,663 0,486 0,001 Valid 20 65 20 0,682 0,486 0,000 Tidak valid 21 72 20 0,461 0,486 0,020 Tidak valid 22 72 20 0,727 0,486 0,000 Valid 23 67 20 0,731 0,486 0,000 Valid 24 65 20 0,697 0,486 0,000 Valid 25 68 20 0,727 0,486 0,000 Valid 26 69 20 0,707 0,486 0,000 Valid 27 69 20 0,799 0,486 0,000 Valid 28 63 20 0,780 0,486 0,000 Valid 29 65 20 0,765 0,486 0,000 Valid 30 55 20 0,294 0,486 0,104 Tidak valid 31 50 20 0,286 0,486 0,111 Tidak valid 32 63 20 0,806 0,486 0,000 Valid
128
• Hasil Uji Reliabiltas Reliability Warnings The space saver method is used. That is, the covariance matrix is not calculated or used in the analysis.
Case Processing Summary
N % Cases Valid 20 100,0
Excluded(a) 0 ,0
Total 20 100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,941 32 Diperoleh nilai alpha > 0.486 ( dari table Rho Spearman, df = ( ,α n-2), artinya variabel X1 dinyatakan reliabel.
129
Lampiran 2. Dokumentasi Restoran Natrabu, Jakarta
Jalan Di Sekitar Restoran
130
Sarana Parkir Restoran
Bagian Depan Restoran Pemilik Restoran
131
Ruang Tengah Restoran Ruang Belakang Restoran
Bagian Kasir Restoran Ruang Penyimpanan Makanan
132
Toilet Restoran
Variasi Jenis Makanan dan Minuman