contoh isi tugas desain 1

72
[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015 BAB I FILOSOFI RANCANGAN I.1 Umum I.1.1. Pendahuluan Rencana garis atau Lines Plan merupakan suatu tugas yang termasuk dalam mata kuliah Desain 1. Desain 1 adalah mata kuliah wajib yang harus diambil oleh mahasiswa Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan ITS. Mata kuliah Desain 1 menitik beratkan pada perancangan bentuk kapal yang ditampilkan dalam garis – garis. Dalam Rencana Garis bentuk kapal ditampilkan dari tiga sudut pandang, pertama melalui bentuk kapal mengikuti Water line kapal, yang kedua apabila dari depan dan belakang , yang ketiga adalah gambar proyeksi perpotongan dari garis water line dengan garis lurus dari kapal yang disebut dengan Buttock Line. Sumber data dalam pembuatan desain kapal ini didapat melalui data kapal pembanding yang ada disitus register kapal. Proses pembuatan desain rencana garis menggunakan sebuah metode yang memanfaatkan fungsi sebuah diagram untuk menentukan luasan pada setiap stationnya agar diperoleh nilai tahanan sekecil mungkin yang disesuaikan dengan panjang serta kecepatan pada kapal yang dirancang. Metode diagram ini disebut dengan metode NSP dengan menggunakan NSP. Dengan menggunakan diagram ini, nilai Koefisien Blok (Cb), Koefisien Prismatik (Cp), dan Koefisien Midship (Cm) dapat diperoleh. Proses penggunaan diagram NSP yaitu dengan melakukan perhitungan perbandingan kecepatan kapal dengan panjang kapal sehingga dengan menarik garis lurus horizontal pada nilai yang didapat, maka nilai-nilai beberapa hal yang disebutkan diatas dapat diperoleh. Tugas rencana bertujuan agar mahasiswa tahu dasar-dasar dalam gambar Rencana Garis serta kegunaannya, serta mengerti cara merancang dan menggambar Rencana Garis. Tugas ini diberikan kepada mahasiswa dengan tipe dan ukuran perancangan kapal yang berbeda- beda antara satu mahasiswa dengan mahasiswa lainnya. I.1.2. Tahapan Pengerjaan Adapun tahapan pengerjaan/pembuatan rencana garis antara lain adalah sebagai berikut. 1. Perhitungan Data Awal 2. Pembuatan CSA 1

Upload: shiddiq-qi

Post on 09-Dec-2015

118 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Contoh isi Tugas isi Desain 1 Siskal

TRANSCRIPT

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

BAB I FILOSOFI RANCANGAN

I.1 UmumI.1.1. Pendahuluan

Rencana garis atau Lines Plan merupakan suatu tugas yang termasuk dalam mata kuliah Desain 1. Desain 1 adalah mata kuliah wajib yang harus diambil oleh mahasiswa Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan ITS. Mata kuliah Desain 1 menitik beratkan pada perancangan bentuk kapal yang ditampilkan dalam garis – garis. Dalam Rencana Garis bentuk kapal ditampilkan dari tiga sudut pandang, pertama melalui bentuk kapal mengikuti Water line kapal, yang kedua apabila dari depan dan belakang , yang ketiga adalah gambar proyeksi perpotongan dari garis water line dengan garis lurus dari kapal yang disebut dengan Buttock Line. Sumber data dalam pembuatan desain kapal ini didapat melalui data kapal pembanding yang ada disitus register kapal.

Proses pembuatan desain rencana garis menggunakan sebuah metode yang memanfaatkan fungsi sebuah diagram untuk menentukan luasan pada setiap stationnya agar diperoleh nilai tahanan sekecil mungkin yang disesuaikan dengan panjang serta kecepatan pada kapal yang dirancang. Metode diagram ini disebut dengan metode NSP dengan menggunakan NSP. Dengan menggunakan diagram ini, nilai Koefisien Blok (Cb), Koefisien Prismatik (Cp), dan Koefisien Midship (Cm) dapat diperoleh. Proses penggunaan diagram NSP yaitu dengan melakukan perhitungan perbandingan kecepatan kapal dengan panjang kapal sehingga dengan menarik garis lurus horizontal pada nilai yang didapat, maka nilai-nilai beberapa hal yang disebutkan diatas dapat diperoleh.

Tugas rencana bertujuan agar mahasiswa tahu dasar-dasar dalam gambar Rencana Garis serta kegunaannya, serta mengerti cara merancang dan menggambar Rencana Garis. Tugas ini diberikan kepada mahasiswa dengan tipe dan ukuran perancangan kapal yang berbeda-beda antara satu mahasiswa dengan mahasiswa lainnya.

I.1.2. Tahapan Pengerjaan

Adapun tahapan pengerjaan/pembuatan rencana garis antara lain adalah sebagai berikut.1. Perhitungan Data Awal2. Pembuatan CSA3. Pembuatan A/2T dan B/24. Pembuatan Haluan dan Buritan5. Pembuatan Body Plan6. Pembuatan Half Breadth Plan7. Pembuatan Buttock Line pada Sheer Plan8. Pembuatan Bangunan Atas (Sheer Standar)9. Pembuatan Forecastle Deck, Poop Deck, dan Bullwark.

Pengerjaan tugas rencana garis ini didukung dengan menggunakan fasilitas Microsoft Excel 2013 dan AutoCAD 2014. Ms. Excel 2013 digunakan dalam pengolahan data serta perhitungan yang menjadi tahap pengerjaan sebelum realisasi dalam bentuk desain gambar. Untuk pengolahan desain gambar sendiri menggunakan AutoCAD 2014. Kedua program ini sangat berguna dalam proses pengerjaan tugas rencana garis ini, sehingga pengerjaannya dilakukan lebih mudah dan maksimal.

1

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

I.1.3. Istilah-Istilah

Gambar 1 Istilah-istilah dalam KapalIstilah-istilah yang dipakai dalam penggambaran rencana garis adalah sebagai

berikut:

Length Between Perpendicular (Lbp/ Lpp)

Panjang antara kedua garis tegak buritan dan garis tegak haluan yang diukur pada garis air muat.

After Perpendicular (AP)

Atau garis tegak buritan, adalah garis tegak yang dibuat melalui linggi kemudi bagian belakang. Jika kapal tidak memiliki linggi kemudi, maka garis tegak itu dibuat melalui sumbu poros kemudi.

Fore Perpendicular (FP)

Atau garis tegak haluan, adalah garis tegak yang dibuat melalui perpotongan antar linggi haluan dengan garis air muat.

Length of Water Line (Lwl)

Adalah jarak mendatar antara kedua kedua ujung garis muat. Lwl diukur dari titik potong linggi haluan sampai titik potong linggi buritan dan tidak termasuk tebal kulit lambung yang dirumuskan sebagai pertambahan panjang dari Lpp sebesar 5% yaitu:

LWL = ( 1 + 5% ) LPP

Length Overall (Loa)

Merupakan panjang keseluruhan kapal yang diukur dari ujung buritan sampai ujung haluan.

2

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

Lenght of Displacement (Ldisp)

Merupakan panjang kapal imajiner yang terjadi karena adanya perpindahan fluida sebagai akibat dari tercelupnya badan kapal, panjang ini digunakan untuk menentukan seberapa besar luasan – luasan bagian yang tercelup air, pada saat dibagi menjadi dua puluh station. Panjang displacement dirumuskan sebagai panjang rata – rata antara Lpp dan Lwl, yaitu:

Ldisp=12×(Lpp+Lwl) dengan

Vs

√Ldisp

yang merupakan nilai yang digunakan untuk

membaca nilai nilai lain yang terkandung dalam diagram NSP perlu diketahui bahwa nilai Ldisp dalam feet.

Gambar 2 Melintang Kapal B (Breadth)

Lebar kapal yang diukur pada sisi dalam plat di tengah kapal (amidship).

H (Depth/Hight)

Tinggi adalah jarak vertikal yang diukur pada bidang tengah kapal (midship) dari atas keel (lunas) sampai sisi atas geladak di sisi kapal.

T (Draught/Draft)

Sarat yaitu jarak vertikal yang diukur dari sisi atas lunas sampai pada garis air.

Vs (Service speeds)

Kecepatan dinas adalah kecepatan kapal saat beroperasi

Breadth Moulded (Bmld )

3

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

Lebar maksimum kapal yang diukur dari sebelah dalam pelat kulit (tidak termasuk pelat kulit) atau dari gading terluar.

Coeffisien Block of Displacement (Cb)

Perbandingan antara bentuk kapal dibawah sarat dengan balok yang dibentuk oleh panjang kapal, lebar kapal dan sarat kapal.

Gambar 3 Coefficient Block

Coeffisien Block of Waterline (dWL )

Merupakan perbandingan antara volume kapal dengan hasil kali antara panjang, lebar dan sarat kapal. Koefisien blok ini menunjukkan kegemukan kapal. Rumusnya yaitu :

δwl=(Ldisp×δ disp)

Lwl

Coeffisien Prismatik (Cp)

Perbandingan antara bentuk kapal dibawah sarat dengan sebuah prisma yang dibentuk oleh bidang tengah kapal.

Cp= ∇Am.L

Gambar 4 Coefficient Prismatik

4

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

Coeffisien of Midship (Cm)

Perbandingan antara luas penampang gading besar yang terendam air dengan luas suatu penampang yang memiliki lebar B dan tinggi T.

Cm= AmB .T

Gambar 5 Coefficient of Midship

Luas Midship (Am)

Adalah luasan tengah kapal dibawah garis air.

Am=B×T ×Cm Volume Displacement

Volume perpindahan fluida (air) sebagai akibat adanya badan kapal yang tercelup dibawah permukaan air (volume air yang dipindahkan badan kapal). Dirumuskan sebagai :

V=L×B×T ×δdisp

Istilah-istilah lain:

MidshipPotongan melintang pada bagian tengah kapal.

Center LinePotongan memanjang pada bagian tengah kapal.

Base LineGaris dasar kapal.

StationPembagian panjang kapal menjadi 20 bagian dengan jarak yang sama.

Body PlanProyeksi bentuk potongan – potongan badan kapal secara melintang pada setiap station dilihat dari depan atau belakang.

5

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

Buttock LineProyeksi bentuk potongan – potongan badan kapal secara memanjang vertikal.

Water LineProyeksi bentuk potongan – potongan badan kapal secara memanjang horisontal.

Upper DeckGaris geladak utama kapal dari ujung haluan sampai ujung buritan kapal.

Poop DeckGeladak tambahan yang terletak diatas geladak utama kapal pada bagian buritan kapal.

Forecastle DeckGeladak tambahan yang terletak diatas geladak utama kapal pada bagian haluan kapal.

BulwarkPagar kapal yang terletak pada bagian tepi kapal.

SentGaris yang ditarik pada salah satu atau beberpa titik yang terletak di garis tengah (centre line) dan membuat sudut dengan garis tengah.

Ordinate Half BreadthJarak vertikal antara centre line dengan garis base line pada sarat tertentu.

Sheer Lengkungan kemiringan geladak kearah memanjang kapal.

CamberLengkungan kemiringan geladak kearah melintang kapal.

I.2. Curve of Section Area

Curve of Sectional Area (CSA) adalah kurva yang menunjukkan luasan kapal pada tiap–tiap station. Luasan kapal pada setiap station diperoleh dari hasil perkalian antara prosentase luasan yang didapat dari diagram NSP dengan luasan midship.

Berikut ini merupakan gambar dari diagram NSP.

6

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

Gambar 6 Diagram NSPLangkah untuk membuat sebuah CSA adalah dengan mencari prosentase luasan area

(e) menggunakan diagram NSP. Sebelumnya menemukan nilai Vs /√L yaitu kecepatan dinas kapal (knot) dibagi dengan akar dari panjang kapal (L displacement dalam feet). Kemudian membuat sebuah garis horizontal pada nilai Vs /√L yang telah dihitung. Dari penarikan garis horizontal tersebut, maka ditemukan masing-masing nilai β ,δ , danφ. Langkah berikutnya yaitu menentukan titik potong antara garis horizontal dengan garis-garis lengkung per station pada diagram NSP, kemudian membuat garis vertikal ke atas dari titik potong tersebut, sehingga akan diketahui persen luasan station tersebut. Untuk garis lengkung putus-putus digunakan untuk menentukan letak titik berat kapal.

Penggambaran CSA dari L disp ke L wl dan L pp

L disp

½ L wl

L pp

FP

FPAP

disp

wl

pp

½ L wl

Main part Main part

Cant part

Gambar 7 Curve of Sectional Area

I.3. Body Plan

Body Plan merupakan proyeksi bentuk potongan–potongan badan kapal secara melintang pada setiap station dilihat dari depan atau belakang. Potongan–potongan badan kapal ini dibentuk berdasarkan data-data yang didapat dari data-data grafik A/2T dan B/2. Prinsip penggambaran pada body plan yaitu bahwa terdapat dua garis lurus dan satu garis

7

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

lengkung. Dua garis lurus pada body plan yaitu waterline dan buttock line sedang garis lengkungnya yaitu penggambaran setiap station.

Gambar 8 Body Plan

I.4. Half breadth Plan

Half breadth plan merupakan gambar irisan-irisan kapal jika dilihat dari atas, pada setiap garis air (water line). Half breadth plan dibuat melalui data yang didapat dari penggambaran body plan, yaitu jarak antara garis lengkung tiap station dengan centre line pada garis water line body plan.

Gambar 9 Half Breadth Plan

8

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

I.5. Sheer Plan

Sheer Plan merupakan gambar irisan-irisan kapal jika dilihat dari samping pada setiap buttock line yang telah ditentukan. Sheer Plan adalah potongan–potongan  bentuk kapal secara vertikal memanjang. Gambar sheer plan ini bertujuan untuk mengetahui bentuk kapal apabila dilihat dari samping kapal. Penggambaran dari gambar ini berdasarkan data yang diperoleh dari gambar half breadth plan yang disesuaikan dengan body plan.

Penggambaran sheer plan dilakukan dari proyeksi half breadth plan, dimana diproyeksikan perpotongan antara buttock line dengan waterline pada half-breadth plan. Tetapi sebelumnya telah dilakukan penggambaran kapal beserta bentuk linggi haluan dan buritan yang sudah direncanakan sebelumnya.

Gambar 10 Sheer Plan

I.6. Geladak Utama, Geladak Akil dan Geladak Kimbul, dan Kubu-kubu

1.6.1. Geladak Utama

Geladak Utama merupakan deck utama yang berada di atas permukaan air. Geladak utama secara memanjang maupun melintang dibuat melengkung agar air laut yang naik ke geladak kapal, dapat dengan cepat keluar dari geladak, serta untuk tambahan kekuatan kapal baik melintang dan membujur.

Lengkung Memanjang Geladak Utama (Sheer)

Lengkung geladak utama secara memanjang biasa disebut sebagai sheer. Dalam membuat desan kapal dapat menggunakan sheer standar, sheer standar memiliki perhitungannya sendiri, sebelumnya desainer harus membagi LPP menjadi 6 bagian. Pembagian tersebut meliputi 3 bagian di depan Midship dan 3 di belakang midship. Perhitungan untuk masing-masing bagian sheer adalah sebagai berikut.

9

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

Gambar 11 Sheer Standar dan perhitungannya

Pada perkembangannya, sheer tidak perlu dibuat pada kapal-kapal yang ruang muatnya telah tertutup rapat. Pada desain kapal – kapal modern, banyak dari desain kapal yang tidak memakai sheer plan karena sudah mempertimbangkan tinggi freeboard, ataupun karena faktor ekonomis.

Lengkung Melintang Geladak Utama

Selain membuat lengkung secara memanjang, geladak utama juga perlu dibuat lengkung secara melintang. Apabila di gambar secara melintang maka akan tampak suatu lengkungan pada geladak utama. Kenaikan lengkungan pada centerline tersebut dinamakan camber. Ketinggian dari camber adalah sebesar lebar kapal dibagi 50 . Bisa dilihat bahwa ada dua posisi dari geladak utama tersebut, yaitu pada sisi dan pada titik puncak camber. Pada sisi kita namakan dengan deck sideline dan yang pada titik puncak chamber kita namakan deck centerline.

Gambar 12 Camber

10

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

1.6.2. Forecastle deck (Geladak Akil )

Forecastle deck atau geladak akil merupakan bangunan yang terletak tepat diatas main deck pada bagian haluan yang memiliki ketinggian 2,4-2,5 meter diukur dari geladak utama (upper deck side line), sedangkan untuk panjang dari bangunan ini ditentukan panjangnya mencapai Collision Bulkhead atau 5% sampai 8% Lc serta diletakkan tepat pada frame/gading.

Gambar 13 Linggi Haluan

1.6.3. Poop Deck (Geladak Kimbul)

Gambar 14 Linggi Buritan

Poop Deck merupakan bangunan yang terletak diatas geldak utama (main deck) pada bagian buritan yang memilki ketinggian 2,4 sampai 2,5 meter diukur dari geladak utama (Main Deck). Pada penggambarannya, digambarkan kelebihan pelat sisi pada geladak kimbul sebesar 100–200 [mm]. Hal ini bertujuan untuk memudahkan proses pengelasan untuk menyambung pelat sisi dengan pelat geladak. Untuk panjang dari bangunan akan dijelaskan pada penjelasan berikutnya.

1.6.4. Bulwark (kubu-kubu)

Bulwark merupakan pagar yang terbuat dari plat yang terletak pada geladak tepi pada upper deck, forecastle deck, dan poop deck yang berfungsi sebagai pembatas untuk sisi kapal pada geladak paling rendah. Tinggi kubu-kubu ini adalah 1000 mm atau

11

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

1 meter diukur pada geladak terendah. Tujuan dibangun bulwark adalah agar air laut tidak dapat masuk ke geladak kapal dan juga untuk menjaga supaya anak buah kapal tidak tercebur ke laut apabila berdiri di pinggir kapal. Pada forecastle deck, bulwark tidak dibuat penuh karena dapat digantikan oleh rilling. Ketika diteruskan ke forecastle maupun poop deck, bulwark dibuat melengkung. Hal ini bertujuan supaya pelat tidak mengalami keretakan pada saat kapal mengalami rolling muapun pitching.

Gambar 15 Bulwark

Langkah-langkah menentukan letak sekat kamar mesin dan sekat tubrukan sebagai acuan batas Bulwark adalah sebagai berikut.

1. Prinsip : letak sekat di nomor gading, bukan station.2. Dari bentuk stren kapal, menentukan letak ujung belakang tabung poros

(sterntube). AP dapat digunakan sebagai nomor gading 0.3. Dari ujung belakang tabung poros ke sekat tabung poros berjarak minimum 3 (tiga)

jarak gading (jarak gading ≤ 600 mm).4. Letak sekat kamar mesin tergantung pada panjang kamar mesin, tergantung ukuran

motor induk dan permesinan bantunya, dapat dilihat pada gambar kapal yang ada (jarak gading ≤ 1000 mm).

5. Letak sekat kamar mesin menentukan panjang ruang akomodasi bila ruang akomodasi terletak pada geladak kimbul (poop deck). Sebagai pendekatan terletak (17% ~ 20%) Lpp dari AP.

6. Letak sekat tubrukan (collision bulkhead) pada jarak (0,05 ~ 0,08) Lc dari FP, Lc = 96% Lwl atau Lpp pada 0,85 H, (BKI) diambil yang lebih besar, sebagai pendekatan Lc = Lpp.

7. Tentukan panjang ruang muat sebagai kelipatan jarak gading (jarak gading ≤ 1000 mm).

8. Jarak gading ruang muat tergantung pada panjang kapal.Perhitungan menurut BKI 2009 adalah a0 = L / 500 + 0,48 [m]

12

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

BAB II DETAIL LANGKAH DAN PERHITUNGAN

II.1. Penentuan Ukuran dan Dimensi lainnya

Penentuan ukuran dan dimensi pada kapal yang akan dirancang yaitu dengan mencari data kapal pembanding terlebih dahulu. Data kapal pembanding diperoleh dari alamat website sebuah register kapal. Dalam perancangan rencana garis ini menggunakan data kapal pembanding dari NK register. Data kapal pembanding yang ada adalah sebagai berikut.

DATA KAPAL PEMBANDING

Register NK Tahun 2005 Running No. 060296

Tipe kapal : Container ShipNama kapal : SOUTHERN LILYTahun pembangunan : 2006GT : 9725 ton Merek, tipe M/E: Mitsui Engineering &

Shipbuilding Co.,Ltd Tamano WorksDWT : 13017 tonLpp : 135.00 m Daya motor : 6150 kWB : 22.6.60 m RPM : 136 rpmH : 10.80 m Kecepatan dinas (Vs) : 16 knotT : 8.120 m Kecepatan percobaan (Vt) : 18,4 knot

Tabel 1 Data Kapal PembandingSetelah menentukan data kapal pembanding, kemudian menentukan data kapal yang

akan dirancang menyesuaikan dengan data kapal pembanding. Data kapal tugas rencana garis ini adalah sebagai berikut.

DATA KAPAL YANG DIRANCANG:

Tipe kapal CONTAINER CARRIERPanjang (Lpp) 135 MLebar (B) 22.6 MTinggi geladak (H) 10.8 MSarat air (T) 8.12 MKecepatan dinas (Vs) 16 Knot

Tabel 2 Data Kapal RancanganSelanjutnya yaitu menghitung data tambahan yang akan digunakan untuk merancang

rencana garis.

1. Membaca diagram NSP

Langkah awal dalam menentukan perhitungan rancangan kapal ini adalah dengan membaca diagram NSP. Membaca diagram NSP bertujuan untuk menentukan nilai koefisien dan prosentase luasan dari luasan midship (Am) per station. Dalam membuat

garis diagram NSP, maka harus ditentukan nilai Vs

√L .

13

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

Proses membaca diagram NSP daintaranya adalah sebagai berikut.

a. Menentukan Lwl Kapal

Menggunakan kesepakatan panjang Lwl yaitu penampahan 3 % dari Lpp terhitung dari FP.

Lwl=3% . Lpp+Lpp

Lwl=3%.135+135=139,05meter

b. Menentukan L Displacement

Ldisp=12x (Lpp+ Lwl)

Ldisp=12x (13,5+139.05)

Ldisp=137,025meter

c. Menentukan L Displacement dalam satuan feet

Ldisp (ft )=Ldisp

0,305=449,262295 feet

d. Menentukan nilai Vs

√L

Vs

√L= 16

√449.262295=0,755

Setelah menemukan nilai Vs

√L , kemudian membuat garis horizontal memanjang pada

diagram NSP dengan acuan letaknya adalah pada nilai Vs

√L yang didapat, yaitu pada

posisi nilai 0,755. Hasil penarikan garis horizontal seperti gambar di bawah ini.

14

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

Gambar 16 Diagram NSP Vs⁄√LDari hasil penarikan garis panjang horizontal di atas dengan acuan titik 0.755, akan berpotongan dengan tiga garis vertical pertama yang setiap garisnya mewakili nilai setiap koefisien yang penting dalam rencana garis, berikut nilai dari ketiga koefisien tersebut.

Dengan penarikan garis dari titik perpotongan antara garis horizontal (Vs

√L ) dengan garis

koreksi b (magenta) ke bawah sampai pada garis prosentase letak titik tekan kapal. Sehingga, letak titik tekan kapal yaitu 0,71 % dari midship ke bagian depan kapal.

e=0,71%.

Gambar 17 NSP Titik Tekan

2. Menentukan Volume Displacement Kapal

15

Vs

√L=0,755

e = 0,71 %

β=0,982 (coefficient midship )δ=0,681 (coefficient block )φ=0,693 (coefficient perismatik )

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

Dalam menentukan volume displacement kapal, dengan cara mengalikan Panjang Displacement dengan lebar kali sarat air dan koefisien block.

Sehingga, volume displacement diperoleh sebesar

V disp=Ldisp x B xT x Cb

V disp=137,025 x22,6 x 8,12x 0,681

V disp=17.124,243m3

16

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

II.2. Pembuatan Curve of Section Area (CSA)

Tahap awal pembuatan Curve of Section Area (CSA) adalah dengan membaca diagram NSP, yaitu berupa prosentase luasan dari luasan midship pada setiap station. Prosentase luasan didapatkan dan menarik garis perpotongan antara garis horizontal dengan garis lengkung di NSP yang mewakili setiap station, dari station 1 sampai 20.

DIAGRAM NSP

Gambar 18 Prosentase Luasan

Kemudian menentukan nilai luasan midship (Am) kapal dan didapat nilai sebesar

Am=B x T xCm

Am=22,6 x8,12 x 0,982

Am=180,209m2

Setelah semua data yang diperlukan telah didapat, data – data tesebut dimasukkan kedalam Microsoft Excel 2013 untuk dihitung sehingga diperoleh luasan yang akan digunakan dalam pembuatan CSA. Namun terlebih dahulu dikoreksi volume displacement yang didapat dari nsp / perhitungan (Simpson) dengan volume displacecment rumus.

17

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

No. Ordinat % Am (m2) luasan (m2) A (m2/station) A (skala 1:3)0 0 180.209 0 0 0.001 9.839 180.209 17.73076351 17.73 5.912 27.844 180.209 50.17739396 50.177 16.733 48.575 180.209 87.53652175 87.536 29.184 67.942 180.209 122.4375988 122.438 40.815 82.972 180.209 149.5230115 149.523 49.846 91.902 180.209 165.6156752 165.616 55.217 97.015 180.209 174.8297614 174.83 58.288 99.137 180.209 178.6537963 178.654 59.559 100 180.209 180.209 180.209 60.07

10 100 180.209 180.209 180.209 60.0711 100 180.209 180.209 180.209 60.0712 100 180.209 180.209 180.209 60.0713 98.574 180.209 177.6392197 177.639 59.2114 95.517 180.209 172.1302305 172.13 57.3815 87.884 180.209 158.3748776 158.375 52.7916 74.054 180.209 133.4519729 133.452 44.4817 55.107 180.209 99.30777363 99.308 33.1018 33.432 180.209 60.24747288 60.247 20.0819 12.446 180.209 22.42881214 22.429 7.4820 0 180.209 0 0 0

Tabel 3 Tabel Luasan

Hasil data yang lebih lengkap adalah sebagai berikut.

No. Ordinat % A Fs A.Fs n A.Fs.n0 0 0 1 0 -10 01 9.839 17.73 4 70.92 -9 -638.282 27.844 50.177 2 100.354 -8 -802.8323 48.575 87.536 4 350.144 -7 -2451.0084 67.942 122.438 2 244.876 -6 -1469.2565 82.972 149.523 4 598.092 -5 -2990.466 91.902 165.616 2 331.232 -4 -1324.9287 97.015 174.83 4 699.32 -3 -2097.968 99.137 178.654 2 357.308 -2 -714.6169 100 180.209 4 720.836 -1 -720.836

10 100 180.209 2 360.418 0 011 100 180.209 4 720.836 1 720.83612 100 180.209 2 360.418 2 720.83613 98.574 177.639 4 710.556 3 2131.66814 95.517 172.13 2 344.26 4 1377.0415 87.884 158.375 4 633.5 5 3167.516 74.054 133.452 2 266.904 6 1601.42417 55.107 99.308 4 397.232 7 2780.62418 33.432 60.247 2 120.494 8 963.952

18

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

19 12.446 22.429 4 89.716 9 807.44420 0 0 1 0 10 0

∑ A.Fs 7477.416 ∑ A.Fs.n 1061.148Tabel 4 Luasan Rumus dan Simpson

KOREKSI DATA DIAGRAM NSP

h (displacement )=Ldisp

20=6,85125meter

Menentukan Volume Displacement

- menentukan V displacement (rumus)

V disp=Ldisp x B xT x Cbdisplacement

V disp=17124,2423m3

- menentukan V displacement (simpson)

V disp=13xh x∑ A . s

V disp=13x7477,416 x 6,85125=17076,549m3

- Koreksi Volume

V disp=V disp.rumus−V disp . simpson

V disp.rumus

x100%

V disp=17124,2423−17076.549

17124.2423x 100%

V disp=0,278520719%=0,28%

Koreksi 0,28 % < 0,5 % (memenuhi)

Menentukan Lcb

- Menentukan Lcb rumus

Lcbrumus=e x Ldisplacement

Lcbrumus=0,71% x137,025=0,9728775meter

- Menentukan Lcb simpson

Lcb simpson=(∑ A . s . n

∑ A . s )x hLcb simpson=( 1061,1487477,416 ) x6,85125=0,9722864meter

19

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

Koreksi Lcb

Lcb simpson=(Lcbrumus−Lcbsimpson )

Ldisplacement

x100%

Lcb simpson=(0,9728775−0,9722864 )

137,025x100%

Lcb simpson=0,00043%

Koreksi 0,00043 % < 0,1 % (memenuhi)

II.2.1. Membuat CSA Ldisp

Curve of Sectional Area (CSA) adalah kurva yang menunjukan luasan kapal pada tiap–tiap station. CSA memiliki tiga tahap gambar, yaitu CSA dengan Ldisp, CSA Ldisp terhadap Lwl dan Lpp, CSA Lwl dan Lpp. Penggambaran CSA ini menggunakan skala 1cm2 : 3 m2, Untuk membuat gambar sebuah CSA diperlukan tahap-tahap sebagai berikut.

1. Membuat garis horizontal sepanjang L displacement dengan skala sebenarnya, yaitu 1 : 1. Kemudian membagi garis tersebut menjadi 20 bagian dengan perintah divide.

Gambar 192. Membuat garis vertikal sesuai dengan panjang mewakili luasan per station pada

tabel 4 yang telah di skala 1 cm : 3 m2.

Gambar 203. Membentuk lengkung kurva CSA displacement dengan menghubungkan ordinat-

ordinat mulai dari AP hingga FP menggunakan bantuan garis spline pada AutoCAD 2014. Berikut ini merupakan hasil dari kurva CSA displacement.

20

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

Gambar 21

II.2.3. Membuat CSA Lpp

Penggambaran CSA sebelumnya masih menggunakan Length of Dispalcement (Ldisp) dimana hanya ada 20 station. Kemudian menggambarkan CSA L displacement menjadi CSA Lpp. Langkah-langkah penggambaran CSA Lpp adalah sebagai berikut.

1. Membuat garis horizontal sepanjang Lwl kemudian menggunakan perintah move untuk memindah garis tersebut dari titik tengah garis dan diletakkan di titik tengah garis L displacement atau station 10 L displacement. Dikarenakan midship Lwl dan Ldisp sama.

Gambar 22

21

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

2. Membuat garis dari ujung FP Lwl menuju AP sepanjang Lpp. Gunakan perintah divide untuk membagi garis Lpp menjadi 20 bagian.

Gambar 23

3. Tarik garis vertical dari setiap station baru yang didapat dari pembagian Lpp, melewati garis kurva. Potong garis vertical yang melewati kurva dengan menggunakan perintah trim.

Gambar 24

4. Hapus garis kurva (hijau) dan station Ldisp (hitam). Buat garis kurva lagi dengan perintah spline yang ditarik dari ordinat FP Lpp ke ujung garis Lwl. Dari station AP baru kebelakang, bagi 2 untuk membentuk station baru.

22

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

Gambar 25 CSA LppSeperti halnya perhitungan CSA Ldisp, pada CSA Lpp juga dilakukan perhitungan seperti berikut ini.

No. Ordinat

A (skala 1:3) Luasan A A Fs A.Fs n A.Fs.n

-2 0 0 0 0.3 0 -10.6 0-1 1.154 3.462 3.46 1.2 4.152 -10.3 -42.7656AP 2.675 8.025 8.025 1.3 10.4325 -10 -104.3251 10.148 30.444 30.444 4 121.776 -9 -1095.9842 21.905 65.715 65.72 2 131.44 -8 -1051.52

3 33.925 101.775101.775 4 407.1 -7 -2849.7

4 44.699 134.097 134.1 2 268.2 -6 -1609.2

5 52.134 156.402156.402 4 625.608 -5 -3128.04

6 56.52 169.56 169.56 2 339.12 -4 -1356.48

7 58.859 176.577176.577 4 706.308 -3 -2118.924

8 59.757 179.271179.271 2 358.542 -2 -717.084

9 60.07 180.21 180.21 4 720.84 -1 -720.8410 60.07 180.21 180.21 2 360.42 0 011 60.07 180.21 180.21 4 720.84 1 720.8412 59.933 179.799 179.8 2 359.6 2 719.213 58.902 176.706 176.7 4 706.8 3 2120.4

14 56.282 168.846168.846 2 337.692 4 1350.768

15 50.861 152.583152.583 4 610.332 5 3051.66

16 42.06 126.18 126.18 2 252.36 6 1514.1617 30.332 90.996 90.996 4 363.984 7 2547.88818 16.791 50.373 50.37 2 100.74 8 805.92

23

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

19 6.943 20.829 20.829 4 83.316 9 749.844FP 0 0 0 1 0 10 0

∑ A.Fs7589.602

5 ∑ A.Fs.n -1214.183Tabel 5 CSA Lpp

24

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

KOREKSI DARI CSA Ldispl ke CSA Lpp

Sebelum menentukan volume Lwl dan Lpp dan letak titik tekan (Lcb), menentukan terlebih dahulu hal-hal berikut ini.

h (Lpp )=Lpp20

=6,75meter

δ Lwl=δ disp xLdispLwl

δ Lwl=0,681 x 137,025139,05

=0,671

o Menentukan Volume Lwl

Volume Lwl

V Lwl=Lwl x Bx T xCb Lwl

V Lwl=139,05x 22,6 x8,12 x 0,671

V Lwl=17122,13756m3

Volume Simpson

V simpson=13x h x∑ A . Fs

V simpson=13x 6,75 x∑ 7589,57

V simpson=17076,60563m3

Koreksi Volume

Volume=V Lwl−VsimpsonV Lwl

x100%

Volume=17122,13756−17076,60517122,13756

x100%

Volume=0,0026592336 x100%

Koreksi 0,2 % < 0,5 % (memenuhi)

o Menentukan Lcb

Lcb Lpp

Pergeseran midship = 2 meter

Lcb Lpp=Ldisp−pergeseranmidship

Lcb Lpp=0,9726775−2

Lcb Lpp=−1,0271225m

Lcb Simpson

Lsimpson=∑ A .Fs .n

∑ A .Fsxh

Lsimpson=−1,07986321m

Koreksi LCB

Lcb=Lcb Lpp−LcbsimpsonLpp

x100%

Lcb=−1,0271225+1,07986321135

x100%

25

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

Lcb=0.039067196

Koreksi 0,04 % < 0,1 % (memenuhi)

II.3. Pembuatan A/2T dan B/2

II.3.1 A/2T

A/2T adalah perbandingan antara luasan setiap station dengan dua kali tinggi sarat kapal. Setelah mendapatkan nilai dari setiap station, langkah selanjutnya adalah memproyeksikan hasil tersebut ke CSA, kemudian dihubungkan hingga stream line. Perhitungan A/2T sebagai berikut.

No. Ordinat A 2T A/2T A/2T

-2 0 16.24 0 0-1 3.46 16.24 0.21305419 0.2130 8.025 16.24 0.49415025 0.49411 30.444 16.24 1.87463054 1.87462 65.72 16.24 4.04679803 4.04683 101.775 16.24 6.2669335 6.26694 134.1 16.24 8.25738916 8.25735 156.402 16.24 9.63066502 9.63076 169.56 16.24 10.4408867 10.44097 176.577 16.24 10.872968 10.8738 179.271 16.24 11.0388547 11.03899 180.21 16.24 11.0966749 11.096710 180.21 16.24 11.0966749 11.096711 180.21 16.24 11.0966749 11.096712 179.8 16.24 11.0714286 11.071413 176.7 16.24 10.8805419 10.880514 168.846 16.24 10.3969212 10.396915 152.583 16.24 9.39550493 9.395516 126.18 16.24 7.76970443 7.769717 90.996 16.24 5.60320197 5.603218 50.37 16.24 3.10160099 3.101619 20.829 16.24 1.28257389 1.282520 0 16.24 0 0

Tabel 6 A/2T

II.3.2 B/2

B/2 adalah lebar suatu kapal dibagi dua. Langkah penggambaran B/2 adalah sebagai berikut.

1. Menentukan sudut masuk garis air (pada grafik dengan cara menentukan φ pada sumbu x kemudian ditarik garis lurus ke atas sampai memotong garis kontinu pada grafik dan dari titik temu itu kita tarik garis horizontal maka akan mendapatkan nilai sudut masuk garis air).

26

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

2. Menentukan nilai B/2 yang mempunyai persen luas 100% kemudian menambahkan untuk 1 atau 2 station ke depan dan ke belakang yang dinamakan dengan Paralel Middle Body.

3. Dari Paralel Middle Body mendesain sendiri garis melengkung stream line yang berakhir pada station –2 untuk buritan dan untuk haluan berakhir pada station 20 dan sudut masuk ditambahkan beberapa cm dari FP.

4. Dalam mendesain harus memperhatikan luas engine room.5. Setelah gambar B/2 terbentuk, akan memperoleh nilai B/2 tiap station dengan cara

mengukur panjang garis vertikal dan dikalikan dengan skalanya.

Menentukan Sudut Masuk untuk B/2

Dalam menentukan sudut masuk terlebih dahulu mencari hal berikut ini.

φ Lpp=φdisp xLdispLpp

φ Lpp=0,693 x 137,025135

=0,703395

sehingga angle of entrance dapat dicari sebagai berikut.

φ f=φ Lpp+(1,4−φ Lpp ) . e

φ f=0,703+(1,4−0,703 ) .0,71%

φ f=0,7079487

Dari data grafik penentuan sudut masuk berdasar koefisien prismatik depan f, ditarik garis sehingga didapat sudut masuk sebesar 15,9 derajat.

Dari Grafik “Angle of Entrance” di atas diperoleh nilai sudut masuk untuk kapal yang didesain sebesar 15,90.

27

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

Gambar 26 Grafik "Angle of Entrance

Gambar 27 CSA A/2T

28

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

Gambar 28 CSA A/2T dan B/2

Dari gambar CSA B/2 yang sudah dibuat dengan skala sebenarnya 1:1, maka didapatkan data sebagai berikut.

No. Station

panjang koordinat

FSpanjang koor x

FS-2 0.00 0.3 0.00-1 3.31 1.2 3.97AP 3.73 1.3 4.851 6.28 4 25.112 7.74 2 15.493 8.90 4 35.604 9.80 2 19.595 10.46 4 41.836 10.85 2 21.697 11.28 4 45.138 11.44 2 22.889 11.52 4 46.0610 11.52 2 23.0311 11.52 4 46.0612 11.43 2 22.8513 11.23 4 44.91

29

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

14 10.76 2 21.5115 9.84 4 39.3616 8.39 2 16.7717 6.55 4 26.1918 4.58 2 9.1619 2.58 4 10.34FP 0.00 1 0.00

  ∑ panjang koor x Fs 542.37

Tabel 7 B/2

Sama seperti dalam pembuatan CSA, diperlukan koreksi luas bidang air dengan toleransi kurang dari 0,5 %.Dalam menentukan luas bidang garis air, maka harus mencari terlebih dahulu hal-hal berikut ini.

a=0,248+0,778 x da=0,248+0,778 x 0,681a=0,777818

Sehingga luasan bidang garis air (Awl) dapat dicari sebagai berikut.

Awl=Lwl x Bx aAwl=139,05 x 22,6 x0,777818Awl=2444,3164

12Awl=1

22444,316=1222,1582

Menentukan Awl Simpson

Awlsimpson=13x∑ As .h

Awlsimpson=13x 542,37 x6,75

Awlsimpson=1220,3404

Koreksi= Awlrumus−AwlsimpsonAwl rumus

x 100%

Koreksi=1220,3404−1220,34041220,3404

x 100%=0,148789

Koreksi 0,15 % < 0,5 % (memenuhi)

II.4. Pembuatan Bentuk Linggi Haluan dan Buritan

II.4.1 Pembuatan Bentuk Linggi Haluan

30

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

Sebelum membuat gambar bodyplan dan gambar selanjutnya maka perlu merencanakan terlebih dahulu bentuk dari haluan dan buritan kapal yang akan dibuat. Dalam menggambar linggi haluan yaitu dengan membentuk sudut 15o terhadap sumbu vertikal.

Gambar 29 Linggi Haluan

Bentuk linggi haluan yang dirangcang adalah sebagai berikut.

Gambar 29 Linggi Haluan

II.4.2 Pembuatan Bentuk Linggi Buritan

Dalam pembuatan bentuk linggi buritan terdapat dua macam bentuk linggi buritan yaitu bentuk linggi buritan dengan menggunakan sepatu linggi dengan tanpa menggunakan sepatu linggi. Dalam desain rencana garis kali ini memakai desain linggi

31

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

buritan tanpa menggunakan sepatu linggi. Sebelum memulai mendesain bentuk dari linggi buritan ada beberapa hal yang harus diketahui yaitu mengenai nilai-nilai di bawah ini.

b. Bentuk linggi buritan tanpa sepatu linggi

Diameter propeller:D = ( 0,6~0,7 ) T

a = ± 0,33 Te = ± 0,12 Tb = ± 0,35 T

>(

0,6

~0

,7 )

T

T

Garis air

Sumbu poros kemudi

AP

e

a

b

LPP

LWL

Gambar 31 Linggi Buritan

o Diameter Propeller (diambil antara 0,6~0,7 T)D=0,6(8,12)D=4,872

o Poros Propellere=±0,12T=±0,12(8,12)e=±0,9744m

o Jarak dasar terhadap tengah garis porosa=±0,33T=±0,33 (8,12)a=±1,7159m

o Jarak antara sumbu poros kemudi terhadap ujung porosb=±0,35T=±0,35 (8,12)b=±2,842m

Dengan catatan, untuk D ( diameter propeller ) dalam perancangan linggi buritan masih dibutuhkan tambahan jarak agar propeller tidak bergesekan dengan buritan kapal. Dari nilai-nilai tersebut, didapat gamabr sebagai berikut.

32

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

Gambar 32 Linggi Buritan

II.5. Pembuatan Body Plan

Untuk mendesain Body Plan, perlu dipahami terlebih dahulu bahwa body plan adalah proyeksi station–station pada kapal dari pandangan depan.

Gambar 33 Proyeksi Body Plan

MEMBUAT BODY PLAN

Body Plan merupakan proyeksi bentuk potongan–potongan badan kapal secara melintang pada setiap station dilihat dari depan atau belakang. Potongan–potongan badan kapal ini dibentuk berdasarkan data-data yang didapat berdasarkan data-data Grafik A/2T dan B/2 dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Membuat kotak body plan sepanjang lebar kapal (B) dan selebar tinggi kapal (H) dengan skala 1 cm : 1 m. membagi kotak tersebut menjadi dua bagian yang sama dengan menjadikan garis tengah tersebut menjadi centerline seperti contoh di bawah ini.

33

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

Gambar 3430 Kotak Body Plan

2. Letakkan kotak body plan yang sudah dibuat dibawah dari kurva A/2T dan B/2 yang sudah di rotasi 90º. Tarik garis proyeksi dari A/2T dan B/2 setiap station 1 kotak. Untuk station 0-10 diukurkan pada kotak sebelah kiri dan pada kotak sebelah kanan untuk station 11-20. Dengan catatan untuk station -1 dan -2 tidak usah ikut di proyeksikan.

Gambar 35

3. Buat garis body plan yang stream line yang dimulai dari perpotongan garis proyeksi B/2 dan diteruskan kebawah, dengan melewati garis proyeksi A/2T. perlu diperhatikan bahwa luasan area body plan yang dibuat harus sama atau tidak melebihi toleransi. Untuk lebih mudah dalam menghitung luasan area. Arsir area yang akan di ukur dengan hatch lalu klik dan hitung dengan perintah list dalam autoCad.

4. Jari-jari bilga merupakan kelengkungan sebelah kanan dan kiri bawah kotak. Jari-jari bilga ini juga merupakan kelengkungan Body Plan pada station-station yang memiliki

34

Catatan :Luasan A1 harus sama dengan A2 dengan toleransi 0.5%.

Gambar 36

A1 = 5,5398 m2

A2 = 5,5412 m2

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

nilai B/2 maksimum dan dianggap sebagai parallel middle body, jari–jari ini didapat dari rumus sebagai berikut.

Gambar 37

Radius Bilga

R=√(

12

( (B xT )−Am )

(1−14 π )¿)¿

R=√(

12

( (22,6 x8,12 )−180,209 )

(1−14 x 3,14)¿)=2,771meter ¿

Gambar 3831 Radius Bilga

Setelah semua station sudah ditentukan bentuk bodyplannya dan stream line, jadikan satu semua garis body plan yang telah dibuat kedalam satu kotak. Tarik garis diagonal dari atas centre line ke bawah pojok kiri dan kanan, garis ini bernama sent line. Kemudian hubungkan titik perpotongan garis – garis body plan dengan gari A/2T dengan garis spline. Apabila garis ini stream line maka body plan sudah selesai, jika belum maka diperlukan perbaikan garis body plan yang telah dibuat.

35

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

Gambar 39

II.6. Pembuatan Half Breadth Plan

Half breadth plan merupakan gambar irisan-irisan kapal jika dilihat dari atas pada setiap garis air (water line). Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 320 Proyeksi Half Breadth Plan

MEMBUAT HALF BREADTH PLAN

Langkah-langkah dalam membuat half breadth plan diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Membuat garis waterline pada kotak body plan menjadi beberapa garis yaitu WL 1 m, WL 2 m, WL 3 m, WL 4 m, WL 5 m, WL 6 m, WL 7 m, dan WL 8,12 m (sarat).

Gambar 41Garis Waterline

36

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

2. Buat kotak half breadth plan yang memiliki panjang sebesar Lpp dan lebar setengah kapal (B/2) kapal. Tarik garis vertical untuk tiap station.

Gambar 42

3. Rotasi bagian kiri dari body plan sebesar 90º searah jarum jam, letakkan dibagian kiri kotak half breadth plan yang telah dibuat. Tarik garis proyeksi dari setiap perpotongan antara garis lengkung staion dengan waterline mulai dari WL 0 hingga sarat air. Sedangkan bagian kanan body plan diputar 90º melawan arah jarum jam dan diletakkan di sebelah kanan. Untuk lebih mudah dalam pengerjaan buat untuk saru WL satu gambar dengan menggunakan perintah copy di autoCAD 2014.

Gambar 43

4. Kemudian hubungkan tiap perpotongan antara garis poyeksi dari body plan dengan station yang ada di halfbreadth plan sehingga stream line. Apabila belum stream line maka perlu perubahan pada body plan.

Gambar 44

5. Setelah semua proyeksi garis WL telah dibuat, buat permulaan dari setiap WL dengan memproyeksikan perpotongan water line dengan desain linggi buritan dan haluan ke half breadth plan.

37

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

Gambar 33 Perhitungan Sent Line

6. Setelah half breadth plan diselesaikan dari WL 0 meter hingga WL 8,12 meter, setengah bagian half breadth plan yang lain digunakan sebagai tempat penggambaran kurva sent line. Pengukuran garis sentline per station dilakukan seperti pada gambar berikut ini. Menggunakan perintah dimension aligned.

Gambar 34 Perhitungan Sent Line

7. Setelah data Sent Line didapat kemudian digambarkan dengan cara mengambar garis lurus sepanjang LWL yang dibagi persectionnya dan selanjutnya titik-titik itu digambarkan pada tiap section dengan posisi dibawah garis LWL. Penggambaran garis ini harus secara stream line.

Gambar 35 Sent Line

Setelah melakukan beberapa langkah tersebut, bentuk half breadth kapal telah selesai.

38

Sent Line

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

II.7. Pembuatan Sheer Plan

Setelah half-breadth plan selesai digambar dan di-check dengan body plan, selanjutnya dibuat gambar sheer plan, sheer plan merupakan garis-garis potongan badan kapal dengan bidang vertikal memanjang yang telah ditentukan jaraknya dari tengah kapal / centre-line ( tergantung pada ½ lebar kapal, dibagi 3, 4 atau lebih) yang disebut buttock-lines (BL)

Membuat Buttock Line

Buttock line adalah garis yang menyatakan bentuk irisan kapal jika dibuat dari samping pembuatanya berdasarkan proyeksi dari half breadth plan yaitu perpotongan antara buttock line dengan tiap water line. Adapun cara pembuatan buttock line adalah sebagai berikut:

Membagi setengah lebar kapal menjadi 4 (atau lebih) bagian yang sama pada body plan maupun half breadth plan. Jadi terdapat 3 buttock line.

Menarik garis vertikal ke atas di setiap titik pembagian, garis vertikal ini merupakan garis BL di body plan.

Buat garis BL secara horizontal di half breadth plan, pastikan jarak antara BL di body plan dan half breadth plan sama.

Memproyeksikan setiap perpotongan yang terbentuk antara BL dengan water line (pada half breadth plan) ke sheer plan dengan cara menarik garis vertikal ke atas hingga menyentuh water line yang bersangkutan.

Menghubungkan titik-titik hasil proyeksi tersebut sehingga terbentuklah buttock line.

Gambar 48 Buttock Line pada Sheer Plan

39

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

II.8. Pembuatan Geladak Utama, Geladak Akil dan Geladak Kimbul

II.8.1 Membuat Sheer Standart

Untuk membuat sheer standart maka LPP dibagi menjadi 6 bagian. Pembagian tersebut meliputi 3 bagian di depan Midship dan 3 di belakang midship. Masing-masing digaris dan dibuat sesuai dengan ukuran peraturan sheer standart berikut ini.

Gambar 4936 Aturan Sheer Standar

Berdasar pada peraturan tersebut, maka diperoleh data nilai-nilai sheer sebagai berikut.

x = 2,8 (LPP/3 + 10)   a = 5,6 (Lpp/3 + 10)    = 2,8 (135/3+10)     = 5.6 (135/3 + 10)    = 154 mm   = 308 mm               

Y = 11,1 (LPP/3 + 10)   b = 22,2 (LPP/3 + 10)    = 11.1 (135/3 + 10)     = 22,2 (135/3 + 10)    = 610,5 mm   = 1221 mm               

Z = 25 (LPP/3 + 10)   c = 50 (LPP/3 + 10)    = 25 (135/3 + 10)     = 50 (135/3 + 10)    = 1375 mm   = 2750 mm

Tabel 8

Gambar 50 Sheer

40

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

MENENTUKAN LETAK STERNTUBE BULKHEAD, COLLISION BULKHEAD, DAN ENGINE ROOM BULKHEAD

Dalam menentukan peletakan sekat-sekat yaitu menyesuaikannya dengan letak gading-gading, peletakan sekat diusahakan sesuai dengan letak salah satu gading. Hal ini betujuan agar tidak terjadi penumpukan las. Dalam peletakan gading-gading memiliki langkah-langkah perhitungan sebagai berikut.

Gambar 51

a. Menentukan nilai jarak gading dari AP hingga poros propeller (b=±0,35T ) Pada bagian ini, jarak antar gading tidak boleh melebihi dari 600 mm.

menyesuaikan dengan nilai b yaitu,(b=±0,35T )=0,35 x8,12=2,842meter

sehingga diambil 5 jarak gading dengan masing-masing nilai sebesar 0,6 m atau 600 mm. (nomor gading 1 – 5)

b. Menentukan nilai jarak gading dari poros hingga sterntube bulkhead. Pada bagian ini, jarak gading yang dianjurkan masih sama, yaitu tidak boleh

melebihi 600 mm dengan jumlah jarak gading minimal yaitu 3 jarak gading. Oleh karena itu, diambil 4 jarak gading dengan masing-masing bernilai 600 mm. (nomor gading 5 – 9)

Peletakan sterntube bulkhead dapat dilakukan disini, yaitu pada nomor gading ke sembilan.

Gambar 52 Stern-tube Bulkhead

41

Stern-tube Bulkhead

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

c. Menentukan letak sekat kamar mesin dengan memperhatikan aturan-aturan yang ada yaitu sebagai berikut. Menentukan jarak antar gading, yaitu

a0=L500

+0,48=135500

+0,48=0,75m

Diambil jarak gading sebesar 0,75 meter.

Letak sekat kamar mesin yaitu 17-20 % Lpp dari AP.o Jadi sekitar 22,95 meter – 27 meter dari AP.o Panjang KM dikurangi panjang 9 jarak gading di belakang sterntube

bulkhead 5,4 meter sehingga panjangnya menjadi 17,55 meter – 21,6 meter.o Panjang sisa dibagi dengan jarak gading 0,75 meter sehingga nilainya adalah

23,4 – 28,8 jarak gading.o Dari perhitungan tersebut, diambil sejumlah 25 jarak gading sehingga

panjang sekat kamar mesin dari sekat buritan adalah 18,75 meter. (nomor gading 9 – 34)

o Sehingga panjang KM dari AP adalah sebesar 24,15 meter.

Gambar 53 Engine Room Bulkhead

Menentukan panjang dari sekat kamar mesin hingga sekat tubrukan yaitu dengan memperhatikan peraturan yang ada.

Gambar 54

42

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

Sekat tubrukan memiliki aturan yaitu terletak pada 0,05 - 0,08 Lc. Lc sendiri adalah 96% Lwl atau 97% Lwl tergantung mana salah satu dari nilai tersebut yang paling mendekati dengan Lpp, dalam desain rencana garis kali ini diambil 97% Lwl dengan nilai 134,878 dibulatkan menjadi 135

Jarak gading di depan sekat kamar mesin menyesuaikan dan bebas, dalam rancangan ini diambil jarak gading tetap sebesar 0,75 meter.

Jarak sekat kamar mesin dari AP adalah sebesar 24,15 meter, sehingga berjarak 110,85 meter dari FP.

Letak sekat tubrukan yaitu pada 6,75 – 10,8 meter dari FP Lc. Sehingga jarak sekat kamar mesin hingga sekat tubrukan yaitu 104,1 – 100,05 meter. Jika dibagi dengan jarak gading 0,75 meter, diperoleh nilai jumlah jarak gading antara 138,8 – 133,4 jarak gading.

Setelah itu ditentukan bahwa jumlah jarak gading yang diambil adalah sebanyak 136 jarak gading, sehingga jarak sekat kamar mesin hingga sekat tubrukan sebesar 102 meter dan jarak sekat tubrukan hingga FP memenuhi syarat atau 8,85 m dari FP

Gambar 55

MEMBUAT FORECASTLE DECK, POOP DECK DAN BULWARK

Setelah membentuk sheer dari bagian main deck kapal, kemudian menentukan perangkat tambahan sebagai berikut.

Forecastle deck

Forecastle deck merupakan bangunan yang terletak tepat diatas main deck pada bagian haluan yang memiliki ketinggian 2,4 - 2,5 meter diukur dari geladak utama (upper deck side line), sedangkan untuk panjang dari bangunan ini ditentukan panjangnya mencapai Collision Bulkhead. Serta diletakkan tepat pada frame/gading.

43

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

Gambar 376

Tinggi forcastle deck yang dipakai adalah sebesar a = 2,5 meter dari main deck. Penggambarannya hinga batas sekat tubrukan.

Gambar 57 Forecastle Deck

Bulwark

Bulwark merupakan pagar yang terbuat dari plat yang terletak pada geladak tepi pada upper deck dan forecastle deck yang berfungsi sebagai pembatas untuk sisi kapal pada geladak paling rendah. Direncanakan setinggi 1 m diukur pada geladak terendah.

44

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

Gambar 5838 Bulwark

Ket: b merupakan jarak lebih 100 – 200 mm untuk jarak las pelat dari deck.

Poop Deck

Poop deck merupakan bangunan yang terletak diatas main deck pada bagian buritan yang memilki ketinggian 2,4 sampai 2,5 meter diukur dari geladak utama (upper deck side line) sedangkan untuk panjang dari bangunan yaitu sampai pada sekat kamar mesin yang sudah ditentukan letaknya.

Gambar 59

Pada penggambaran poop deck ini yaitu menggunakan tinggi sebesar a = 2,5 meter dengan tinggi kelebihan yaitu b = 200 mm sebagai jarak antara las dengan deck.

Gambar 60 Poop Deck

45

Bulwark

Bulwark

b

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

PENYESUAIAN ANTARA HALF BREADTH, SHEER PLAN, DAN BODY PLAN

Seteleah pembuatan forecastle dan poop deck di sheer plan, lakukan penyesuaian bentuk forecastle ke halfbreadth. Setelah gambar forecastle dan poop deck di half breadth selesai, tarik garis titik temu antara setiap station di sheer plan dengan bulwark, forecastle, poop deck, serta upper deck side line ke body plan. Ukur setiap jarak dari forecastle, poop deck, dan upperdeck side line dari centre line di half breadth dan sesuaikan ke body plan. Tarik garis melalui ordinat – ordinat yang mewakili ketiga bentuk kapal tersebut di body plan. Apabila diperlukan bisa dibuat station bantu di body plan, sheer plan, dan half breadth plan. Jumlah dari station bantu tidak pasti sesuai kebutuhan.

Gambar 61 Penyesuaian di ketiga bagian.

46

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

BAB III GAMBAR RANCANGAN

BODY PLAN

47

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

HALF BREADTH PLAN

48

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

SHEER PLAN

49

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

50

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

SELURUH GAMBAR

51

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

TABLE ORDINATE OF HALF BREADTH

52

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

TABLE ORDINATE OF HEIGHT ABOVE BASELINE

53

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

SURAT TUGASME141310 TUGAS RENCANA GARIS

FORM 01

SEMESTER : GENAP, TAHUN : 2015

NAMA MAHASISWA : MUHAMMAD ASSHIDDIQI NRP : 4214100071

DOSEN PEMBIMBING : Dr. Sutopo Purwono Fitri, ST, M Eng

DATA KAPAL PEMBANDING:

Register : NK Register, Tahun: 2005, Running No.: 060296Tipe kapal : CONTAINER CARRIER

Nama kapal : SOUTHERN LILY

Tahun pembangunan: 2006

GT : 9725 ton Merek, tipe M/E: MITSUI MAN B&W 8 S

50 MCDWT : 13017 ton

Lpp : 135.00 m Daya motor : 15.520 PS

B : 22.6.60 m RPM : 136 rpm

H : 10.80 m Kecepatan dinas (Vs) : 16 knot

T : 8.120 m Kecepatan percobaan (Vt): 18,4 knot

DATA KAPAL YANG DIRANCANG:

Tipe kapal CONTAINER CARRIER

Panjang (Lpp) 135 M

Lebar (B) 22.6 M

Tinggi geladak (H) 10.8 M

Sarat air (T) 8.12 M

Kecepatan dinas (Vs) 16 Knot

Surabaya, 23 Maret 2015

Mahasiswa Dosen pembimbing Koordinator

MUH. ASSHIDDIQI Dr. Sutopo Purwono Fitri, ST, M Eng Beny Cahyono, ST,MT.NRP.4214100071 NIP. 1975 1006 2002 12 1003 NIP. 1979 0319 2008 01 1008

54

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

LOG BOOK PENGERJAANME141310 TUGAS RENCANA GARIS

FORM 02

SEMESTER : GENAP , TAHUN : 2015

NAMA MAHASISWA : MUHAMMAD ASSHIDDIQI NRP : 4214100071

DOSEN PEMBIMBING : Dr. Sutopo Purwono Fitri, ST, M Eng

No, Tanggal Uraian pekerjaan yang dilakukan Durasi (jam)

Paraf dosen

1 9-3-2015 Penjelasan data kapal dan penentuan Vs 12 13-3-2015 Asistensi NSP dan CSA Ldisp 43 16-3-2015 Asistensi CSA Lwl Lpp, dan CSA A/2T 54 24-3-2015 Asistensi CSA B/2 45 31-3-2015 Pembuatan Body Plan 56 5-4-2015 Pembuatan Half Breadth Plan 1 67 12-4-2015 Pembuatan Half breadth Plan 2 38 19-4-2015 Pembuatan Sheer Plan 29 26-4-2015 Revisi Pembuatan Sheer plan 310 3-5-2015 Pembuatan Forecastle Dan Poop deck 511 10-5-2015 Revisi Pembuatan Forecastle Pada

Sheer Plan3

12 16-5-2015 Pembuatan Forecastle dan Poop Deck Pada Half Breadth

4

13 17-5-2015 Pembuatan Forecastle dan Poop deck Pada Body Plan

5

14 31-5-2015 Revisi Desain dan Pembuatan Laporan 1515 2-6-2015 Penyempurnaan Laporan dan Desain 5

Mahasiswa Dosen pembimbing Koordinator

MUH. ASSHIDDIQI Dr. Sutopo Purwono Fitri, ST, M Eng Beny Cahyono, ST,MT.NRP.4214100071 NIP. 1975 1006 2002 12 1003 NIP. 1979 0319 2008 01 1008

FORM 0355

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

PROGRES PENGERJAANME141310 TUGAS RENCANA GARIS

SEMESTER : GENAP , TAHUN : 2015

NAMA MAHASISWA : MUHAMMAD ASSHIDDIQI NRP : 4214100071

DOSEN PEMBIMBING : Dr. Sutopo Purwono Fitri, ST, M Eng

No.TAHAP

PENGERJAANTARGET

PENYELESAIANREALISASI

PARAP DOSEN PEMB.

PARAP KOORD

1 CSA, A/2T, B/2Minggu ke 5

Tanggal ………

2 BODY PLANMinggu ke 7

Tanggal ………

3 HALFBREADTH PLANMinggu ke 9

Tanggal ………

4 SHEER PLANMinggu ke 11

Tanggal ………

5SELURUH GAMBAR RENCANA GARIS

Minggu ke 12Tanggal ………

6LAPORAN, GAMBAR & CD

Minggu ke 15Tanggal ………

7 PENILAIANMinggu ke 16

Tanggal ………

Catatan: +) Coret yang tidak perluRealisasi diisi oleh dosen pembimbing.

Surabaya, 23 Maret 2015

Mahasiswa Dosen pembimbing Koordinator

MUH. ASSHIDDIQI Dr. Sutopo Purwono Fitri, ST, M Eng Beny Cahyono, ST,MT.NRP.4214100071 NIP. 1975 1006 2002 12 1003 NIP. 1979 0319 2008 01 1008

PENILAIAN FORM 0456

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

ME141310 TUGAS RENCANA GARIS

SEMESTER : GENAP , TAHUN : 2015

NAMA MAHASISWA : MUHAMMAD ASSHIDDIQI NRP : 4214100071

DOSEN PEMBIMBING : Dr. Sutopo Purwono Fitri, ST, M Eng

No NAMA MAHASISWA NRP.NILAI

ANGKANILAI

HURUF

Catatan : +) Coret yang tidak perlu

Surabaya, 23 Maret 2015

Dosen pembimbing

Dr. Sutopo Purwono Fitri, ST, M EngNIP. 1975 1006 2002 12 1003

57

[LAPORAN TUGAS RENCANA GARIS] 2014/2015

PENUTUP

Puji syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat serta hidayahnya laporan Tugas Rencana Garis ini dapat diselesaikan. Penulis masih menyadari adanya kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu saran dan kritik sangat penulis harapkan.

58