contoh analiss sintgmtik dan pradigmatik.pdf

26
0 ANALISIS SINTAGMATIK DAN PARADIGMATIK CERITA PENDEK BUNGA DI TENGAH PADAS KARYA YOSI YONATA PADA MATA DIKLAT PENDALAMAN MATERI GURU BAHASA INDONESIA MTS TAHUN 2011 OLEH YUDHA ANDANA PRAWIRA NIP. 197101031998031003 WIDYAISWARA MUDA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEAGAMAAN BANDUNG, 20 Desember 2011

Upload: ihsan-albana

Post on 03-Oct-2015

21 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 0

    ANALISIS SINTAGMATIK DAN PARADIGMATIK CERITA PENDEK

    BUNGA DI TENGAH PADAS KARYA YOSI YONATA PADA MATA

    DIKLAT PENDALAMAN MATERI GURU BAHASA INDONESIA MTS

    TAHUN 2011

    OLEH

    YUDHA ANDANA PRAWIRA

    NIP. 197101031998031003

    WIDYAISWARA MUDA

    BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEAGAMAAN

    BANDUNG, 20 Desember 2011

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Dalam Undang-undang Dasar 1945 diamanatkan bahwa salah satu tujuan

    Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan

    bangsa serta membangun manusia Indonesia seluruhnya dan seutuhnya, juga

    untuk membangun jasmani rohani bangsa Indonesia. Untuk menjawab pertanyaan

    di atas, dapat dijelaskan bahwa pemerintah (Kementerian Pendidikan Nasional),

    selalu berupaya menjadikan pendidikan bahasa Indonesia ini sebagai tonggak

    dalam pengembangan manusia Indonesia seluruhnya dan seutuhnya.

    Hal ini terlihat dari salah satu tujuan yang ditetapkan Mendiknas melalui

    Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi dan Kompetensi Dasar

    untuk Pendidikan Dasar dan Menengah, yaitu Bahasa memiliki peran sentral

    dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan

    merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.

    Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya,

    budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan,

    berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan

    menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada

    dalam dirinya.

    Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

    kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan

    baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi

    terhadap hasil karya kesastraann manusia Indonesia.

    Dalam menumbuhkan apresiasi terhadap karya sastra ini, diperlukan

    kemampuan meresepsi dan mendalami tentang sastra, baik itu secara teori sastra,

    maupun dalam menggeluti langsung terhadap karya sastra. Dalam hal ini peran

  • 2

    guru sangat penting untuk menumbuhkan dan mengembangkan kegiatan apresiasi

    sastra di kalangan para siswa di sekolah-sekolah.

    Dalam kurikulum 2006 yang dicanangkan Pemerintah melalui Menteri

    Pendidikan Nasional, ada tiga tujuan pembelajaran karya sastra, di antaranya

    adalah:

    a. orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan

    program kebahasaan dan kesastraan di sekolah;

    b. sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan

    kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang

    tersedia;

    c. daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan

    kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap

    memperhatikan kepentingan nasional.

    Dalam menyikapi tujuan pembelajaran bahasa khususnya tujuan

    pembelajaran sastra tersebut, guru perlu memahami beberapa teori apresiasi

    sastra, yang sudah banyak dikemukakan oleh para sastarawan maupun ahli

    sastra. Misalnya, analisis struktural generatif atau analisis secara sintagmatik

    dan paradigmatik.

    Berdasarkan hal tersebut, dalam makalah ini penulis berupaya untuk

    memaparkan salah satu bentuk pendalaman karya sastra dengan menganalisis

    baik secara sintagmatik. Adapun karya yang dianalisis adalah sebuah cerita

    pendek yang berjudul Bunga di Tengah Padas karya Yosi Yonata.

    B. Identifikasi Masalah Kajian tentang karya sastra sebagai bahan pengembangan

    pembelajaran di sekolah. Kegiatan analisis dipilih sebagai fokus penelitian ini

    karena kegiatan tersebut senantiasa menjadi ciri khas kelompok pemerhati

    masalah kependidikan dan guru termasuk salah satu di dalamnya. Selama ini

    para siswa diperkenalkan dengan berbagai jenis karya sastra dan ditugasi

  • 3

    untuk menganalisis karya-karya tersebut, namun jenis analisis yang dipahami

    siswa, berdasarkan pengamatan, masih sebatas pengenalan teori dan kurang

    memahami esensi dari pencarian suatu makna karya. Berdasarkan hal di atas,

    penelitian ini dilakukan untuk memperoleh hasil objektif tentang kemampuan

    siswa dengan menggunakan sebuah model analisis. Analisis sastra yang

    dimaksud adalah model analisis sintagmatik dan paradigmatik yang

    diasumsikan mampu meningkatkan kemampuan menganalisis karya sastra

    siswa.

    C. Perumusan Masalah Bagaimana analisis sintagmatik dan paradigmatik prosa fiksi dalam

    pembelajaran karya sastra pada diklat guru bahasa Indonesia MTs tahun 2011?

    D. Tujuan Penulisan Menelaah karya cerita pendek Bunga di Tengah Padas karya Yosi

    Yonata secara sintagmatik dan paradigmatik sebagai bahan kajian untuk

    pembelajaran sastra pada diklat guru bahasa Indonesia.

    E. Manfaat Kajian Hasil kajian diharapkan dapat bermanfaat untuk:

    1. Secara akademis menambah wawasan tentang model analisis pendalaman

    materi pada diklat guru bahasa dan sastra Indonesia yang dapat

    dikembangkan di lingkungan Kementerian Agama, khususnya di wilayah

    kerja Balai Diklat Keagamaan Bandung.

    2. Secara kelembagaan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam penentuan

    kebijakan penyusunan kurikulum dan silabus diklat guru bahasa Indonesia

    sebagai suatu pola pengembangan kediklatan.

  • 4

    BAB II

    KERANGKA TEORITIK DAN PEMBAHASAN

    A. Kajian Pustaka 1. Analisis Sintagmatik dan Paradigmatik

    Dalam memahami dan mengapresiasi sebuah karya sastra, khususnya

    cerita pendek, dalam makalah ini penulis menggunakan pisau analisis

    sintagmatik dan paradigmatik. Bab ini akan mengulas sedikit tentang analisis

    sintagmatik dan paradigmatik.

    Pengertian secara umum analisis sintagmatik berarti menganalisis

    hubungan linier antara unsur-unsur karya sastra (unsur intrinsik) dalam

    tataran tertentu. Dalam analisis ini adalah dalam tataran fungsi-fungsi. Yang

    dapat digambarkan sebagai berikut:

    Tataran fungsi yaitu semua segmen cerita yang merupakan elemen suatu

    korelasi. Fungsi bisa bermakna karena menyebar elemen dalam korelasi ini.

    Fungsi utama yaitu fungsi yang memunculkan atau menyebabkan fungsi lain

    sehingga terbuka untuk hubungan sebab akibat yang logis maupun

    kronologis. Katalis yaitu fungsi yang memiliki hubungan kronologis, baik

    hubungan secara diskursif serta mampu mengatur irama cerita bisa

    mempercepat atau memperlambat cerita, atau bahkan bisa menyesatkan

    pembaca. Indeks yaitu bagian atau sekuen yang memiliki tanda-tanda implisit

    Tataran Fungsi

    Indeks Fungsi

    Informan Katalis Indeks Fungsi Utama

  • 5

    untuk memberikan penjelasan tentang sifat atau karakter, perasaan, suasana

    lingkungan, suasana hati, atau pemikiran-pemikiran. Indeks bisa tersebar

    dalam seluruh bagian cerita.

    Sementara informan yaitu fungsi yang membuat realitas rujukan,

    menanamkan fiksi dalam kenyataan, atau unsur yang menciptakan realitas.

    Dalam informan ini sajian informasi atau pengetahuannya berupa

    pengetahuan yang selesai, artinya tidak menimbbulkan penafsiran-penafsiran

    atau bayangan lain dari pembaca terhadap teks yang dibacanya.

    2. Definisi Operasional

    Untuk mempermudah pemahaman makalah ini, penulis akan

    menjelaskan dahulu beberapa istilah teknis yang berkaitan dengan

    pembahasan masalah, sehingga tidak menimbulkan salah tafsir.

    Adapun beberapa istilah teknis tersebut antara lain:

    a. Analisis sintagmatik

    Analisis hubungan linier antara unsur-unsur karya sastra (unsur intrinsik)

    dalam tataran tertentu

    b. Analisis Paradigamtik

    Analisis hubungan vertikal antara unsur-unsur karya sastra (unsur

    intrinsik) dalam tataran tertentu

    c. Tataran fungsi

    Semua segmen cerita yang merupakan elemen suatu korelasi

    d. Fungsi Utama

    Fungsi yang memunculkan atau menyebabkan fungsi lain sehingga

    terbuka untuk hubungan sebab akibat yang logis maupun kronologis

    e. Katalis

    Fungsi yang memiliki hubungan kronologis, baik hubungan secara

    diskursif serta mampu mengatur irama cerita bisa mempercepat atau

    memperlambat cerita, atau bahkan bisa menyesatkan pembaca

  • 6

    f. Indeks

    Indeks bisa tersebar dalam seluruh bagian cerita

    g. Informan

    Fungsi yang membuat realitas rujukan, menanamkan fiksi dalam

    kenyataan, atau unsur yang menciptakan realitas.

    3. Langkah-langkah analisis Berikut penulis paparkan secara sederhana untuk menganalisis secara

    sintagmatik:

    a. Kronologis

    Pembuatan norma-norma Menyusun sekuen-sekuen

    b. Logis

    Mengelompokan sekuen Menyeleksi fungsi-fungsi utama Menomori sekuen-sekuen Membuat bagan fungsi Menjelaskan bagan fungsi Menentukan motor penggerak cerita Penemuan tema Pembuatan grafik alur cerita

    4. Deskripsi Data Sebelum penulis menganalisis cerita pendek ini, penulis terlebih

    dahulu akan memaparkan cerita pendek Bunga di Tengah Padas ini

    berdasarkan sekuen-sekuen baik secara kronologis maupun secara logis.

    Dalam cerita pendek ini terdapat 12 (dua belas) sekuen.

    Untuk memudahkan penganalisisan, penulis akan memaparkan

    data yang berupa sekuen-sekuen dalam cerita pendek ini dalam bentuk

    tabel, sementara untuk analisisnya penulis menggambarkannya dalam

  • 7

    bentuk diagram. Setelah itu, barulah akan penulis analisis, yang akan

    dibahas dalam bagian berikutnya.

    Untuk lebih jelasnya, berikut penulis paparkan data yang akan

    dianalisis.

    Nomor Urutan Sekuen

    Uraian kejadian, latar, atau tokoh dalam sekuen

    Kata, Frasa, atau Kalimat yang sesuai

    1 Prolog tokoh Aku yang sedang

    menjalani masa pelarian dan sudah

    merasa jenuh dengan kondisi yang

    sedang dijalaninya ini,

    latar di sebuah desa yang tandus

    a)Kuceritakan kisah ini padamu,

    Kawan, karena engkaulah satu-

    satunya yang layak

    mendengarkan apa yang harus

    kukatakan.

    b) ...,sesuai saran yang kau

    berikan, aku melarikan diri ke

    sebuah desa terpencil. Desa di

    perbukitan wilayah selatan yang

    gersang.

    2 Tokoh Aku suatu hari mengikuti

    sekelompok warga desa dan

    diantara mereka ada seorang gadis

    yang menawan hatinya.

    Saat itu tokoh Aku merasa suatu

    kegairahan baru dalam situasi yang

    membosankan itu

    a) Suatu hari kuikuti

    sekelompok warga desa

    yang akan megambil air di

    satu-satunya mata air di

    desa ini. Kami menyusuri

    ....

    b) Ah, bagaikan sekuntum

    bunga di tengah hamparan

    padas. Sebuah kegairahan

    mulai menggeliat dalam

    diriku ....

    3 Tokoh Aku mendatangi rumah si a) Keesokan harinya, aku

    mengunjungi rumah sang

  • 8

    gadis.

    Sejak itulah, tokoh Aku semakin

    sering mengunjungi sang gadis

    Bunga Desa. ...

    b) ...,aku selalu menemui

    Bunga Desa dan kami

    semakin dekat.

    4 Tokoh Aku semakin mendalam

    dan berupaya menyingkirkan

    siapun yang mendekati gadis itu.

    Singkirkan para pemuda yang

    menaruh hati pada Bunga

    Desa!, seruku pada

    pengawalku. ...

    5 Tokoh Aku semakin terpesona

    dan kejenuhan mulai menjauhinya;

    ia mulai terbuka pada si gadis

    a) ... Kami begitu dekat, tak

    jarang berbagi cerita dan isi

    hati.

    b) Cerita yang pan-jang

    untuk didengar-kan. Namun,

    aku akan mengisahkannya

    padamu.

    6 Tokoh aku masih menunggu

    berita dari rekannya di kota,

    namun ia merasa betah di pelarian

    Hari demi hari kulewatkan di

    desa terpencil ini. Belum juga

    kuterima kabar darimu tentang

    kapan harus kuakhiri masa

    pelarianku.

    7 Tokoh aku diajak Bunga Desa

    pegi ke suatu tempat yang belum

    pernah dikunjunginya

    ...Bunga Desa ...,Akan

    kutunjukkan sesuatu yang

    belum pernah kau lihat seumur

    hidupmu

    8 Di tempat ini, tokoh aku terpana

    oleh si gadis,

    a) Kami terpana menyaksikan

    keindahan alam yang tiada

    tara. Sejenak kami terdiam ...

    b) Dor!!! Aku mendengar

  • 9

    Dan mulai lupa sekeliling-nya

    hingga kurang waspada

    suara senapan men-yalak,

    membuyarkan se-gala

    keindahan ... Lalu kegelapan

    datang perlahan, ...

    9 Tokoh Aku yang terluka

    tembakan mulai sembuh,peng-

    awalnya semakin memperketat

    pengamanan;

    Dan mendapat surat dari tokoh

    rekannya

    a) ...,namun rasa sakit masih

    menge-rayang dalam lubang

    peluru yang mengoyak tulang

    belikatku...

    b) Kawan, aku turut sedih atas

    peristiwa yang terjadi

    padamu...

    10 Tokoh Akusembuh dan

    mengajak kembali Bunga Desa ke

    tempat yang membuatnya terluka

    Kami susuri jalanan setapak

    melewati bongkahan padas

    yang berkilau

    11 Dalam situasi tersebut, hati tokoh

    aku bimbang, namun tugasnya

    harus tetap dijalankan

    Lalu, kupejamkan mata dan

    kuraba punggungnya

    yanghangat. Dan, inilah saatnya!

    Dengan sekuat tenaga kudorong

    tubunya ke depan, ...Sejenak

    suara jeritan menggema,

    sebelum keheningan kembali

    merebak

    12 Tokoh aku benar-benar bimbang,

    dan bersumpah pada dirinya

    tentang pembunuhan

    Aku tengadah ke angkasa dan

    perlahan kubuka mataku. ...

    Aku bersumpah, inilah

    pembunuhan terakhir yang aku

    lakukan!

  • 10

    5. Pengelompokan Sekuen Langkah berikutnya adalah mengelompokkan sekuen berdasarkan

    analisis tataran fungsi. Dalam analisis konstituen ini terbagi dalam dua bagian

    besar, yaitu konstituen fungsi dan indeks, masing-masing terbagi lagi menjadi

    dua bagian, yaitu fungsi utama dan katalis untuk bagian fungsi dan indeks dan

    informan untuk bagian indeks. Dengan demikian ada empat kelompok sekuen,

    yaitu sekuan fungsi utama, sekuen katalis, sekuan indeks, dan informan.

    Berikut penulis paparkan dalam bentuk tabel.

    No. Tataran

    Fungsi

    Nomor

    Sekuen Uraian

    1 Fungsi

    Utama

    1

    4

    8

    11

    Kuceritakan kisah ini padamu, Kawan,

    karena engkaulah satu-satunya yang layak

    mendengarkan apa yang harus kukatakan.

    Singkirkan para pemuda yang menaruh

    hati pada Bunga Desa!, seruku pada

    pengawalku. ...

    Kami terpana menyaksikan keindahan

    alam yang tiada tara. Sejenak kami terdiam

    ...

    Wajahnya seindah mutiara dan bibirnya

    menawarkan kelembutan buih lautan. Aku

    merasa tengah terbuai dalam alunan gelora

    samudra. Ya, berjuta tahun yang silam,

    perukitan kapur ini adalah dasar

    samudra.Dor!!! Aku mendengar suara

    senapan menyalak, membuyarkan segala

    keindahan yang tengah kurasakan. Lalu

    kegelapan datang perlahan, merayapi

  • 11

    12

    perbukitan kapur yang gersang disapu

    angin dari lautan.

    Lalu, kupejamkan mata dan kuraba

    punggungnya yanghangat. Dan, inilah

    saatnya! Dengan sekuat tenaga kudorong

    tubunya ke depan, ...Sejenak suara jeritan

    menggema, sebelum keheningan kembali

    merebak

    Aku tengadah ke angkasa dan perlahan

    kubuka mataku. ...

    Aku bersumpah, inilah pembunuhan

    terakhir yang aku lakukan!

    2 Katalis 2

    3

    5

    Ah, bagaikan sekuntum bunga di tengah

    hamparan padas. Sebuah kegairahan mulai

    menggeliat dalam diriku ....

    ...,aku selalu menemui Bunga Desa dan

    kami semakin dekat.

    ... Kami begitu dekat, tak jarang berbagi

    cerita dan isi hati.

    3 Indeks 9

    10

    a)...,namun rasa sakit masih menge-rayang

    dalam lubang peluru yang mengoyak

    tulang belikatku...

    b) Kawan, aku turut sedih atas peristiwa

    yang terjadi padamu...

    Kami susuri jalanan setapak melewati

    bongkahan padas yang berkilau

  • 12

    4 Informan 6

    7

    Hari demi hari kulewatkan di desa

    terpencil ini. Belum juga kuterima kabar

    darimu tentang kapan harus kuakhiri masa

    pelarianku.

    ...Bunga Desa ...,Akan kutunjukkan

    sesuatu yang belum pernah kau lihat

    seumur hidupmu

    6. Bagan Penyebaran Tataran Fungsi dan Penjelasannya Berdasarkan tabel di atas dapat penulis paparkan penjelasannya

    dalam bentuk bagan konstituen sebagai berikut:

    Dari tabel dan diagram di atas dapat penulis paparkan penjelasannya

    sebagai berikut:

    Bagian atau sekuen yang berfungsi utama adalah pada sekuen

    bernomor urut 1,4,8,11, dan 12. Sekuen 1 yang berupa bagian pendahuluan

    atau sebagai preparasi dari cerita, yaitu dimulai dengan perkenalan tokoh,

    karakter tokoh, serta latar atau setting cerita. Dalam Hal ini yaitu tokoh Aku

    yang sedang dalam masa pelarian di latari dalam situasi desa yang tandus,

    kering, dan penuh padas. Hal ini tergambarkan dalam kalimat-kalimat berikut

    Tataran Fungsi

    Indeks Fungsi Utama

    Informan Katalis Indeks Fungsi Utama

    Nomor Sekuen

    6

    Nomor Sekuen

    2

    Nomor Sekuen

    9

    Nomor Sekuen

    1

  • 13

    [Kuceritakan kisah ini padamu, Kawan, karena engkaulah satu-satunya yang

    layak mendengarkan apa yang harus kukatakan. Kisah yang harus

    kuceritakan padamu karena engkau turut ambil bagian atas serangkaian

    peristiwa yang telah terjadi(paragraf 1)]...[aku tinggal di gubuk di ujung

    desa, dekat jalan setapak menuju perbukitan kapur.(paragraf 3) ... Desa ini

    sungguh sunyi dibandingkan dengan gemerlap kota... Kujalani hari-hariku

    yang begitu membosankan dengan gerutu yang tak pernah beranjak dari

    mulut (paragraf 5)]. Sekuen 1 ini dijelaskan dan merupakan penyebab bagi

    katalis yang terdapat dalam sekuen berikutnya yaitu sekuen 2 dan 3. Dalam

    sekuen 2 dan 3 ini tokoh Aku yang semula merasa bosan dalam situasi desa

    tandus, mulai agak betah setelah suatu hari melihat seorang Bunga Desa di

    desa tandus ini dan ia mulai tertarik padanya;tergambarkan dalam pernyataan

    [Gadis itu membayang dalam angan-anganku. ... Sebuah kegairahan mulai

    menggeliat dalam diriku dan untuk pertama kalinya aku merasakan hadirnya

    keindahan di desa yang gersang ini](sekuen2); kemudian setelah kejadian

    tersebut, tokoh aku lebih serius dalam mendekati sang Bunga Desa, dengan

    bantuan para pengawalnya (sekuen 3), tergambarkan dalam pernyataan berikut

    [kami berkenalan sejenak dan kemudian telah larut dalam percakapan yang

    mengalun bagai angin yang berdesir di perbukitan kapur. Sejak hari itu aku

    selalu menemui Bunga Desa dan kami semakin dekat].

    Sementara sekuen keempat [tokoh Aku mulai menjalankan segala

    cara untuk mendapat sang Bunga Desa, termasuk upaya para pengawalnya

    menyingkirkan para pemuda yang juga tertarik pada bunga desa]; hal ini

    ditunjukkan dalam sekuen empat ini [yaitu, Entah apa yangdilakukan

    pengawalku, pemuda-pemuda desa itu menghilang satu demi satu. Dua orang

    meninggalkan desa, seorang mati terjatuh dari bongkahan kapur, dan yang

    lain tak berani lagi menatapku], sebagai kelanjutan sekuen 3 dijelaskan lagi

    dalam katalis berikutnya yaitu dalam sekuen kelima. Dalam sekuen empat dan

    lima ini cerita mulai menanjak dan memasuki tahapan perkembangan cerita

    serta mulai timbul konflik, baik secara fisik maupun konflik pemikiran atau

  • 14

    batin, tergambarkan dalam sekuen kelima [yaitu, Kini gairah menjalari hari-

    hari yang kujalani, telah redup segala kebosanan yang selama ini

    menghantui. Bunga Desa kian memesona bagai buah ranum yang menanti

    sentuhan jemari. ....]

    Sedangkan sekuen 6 dan 7 merupakan informan bagi fungsi utama

    berikutnya dalam sekuen 8. Sekuen 8 ini merupakan puncak atau klimaks,

    yang tergambarkan dalam pernyataan [Wajahnya seindah mutiara dan

    bibirnya menawarkan kelembutan buih lautan. Aku merasa tengah terbuai

    dalam alunan gelora samudra. Ya, berjuta tahun yang silam, perukitan kapur

    ini adalah dasar samudra. Dor!!! Aku mendengar suara senapan menyalak,

    membuyarkan segala keindahan yang tengah kurasakan. Lalu kegelapan

    datang perlahan, merayapi perbukitan kapur yang gersang disapu angin dari

    lautan] dalam cerita yang didahului oleh sekuen 6 dan 7 sebagai pengantar

    menuju klimaks; tergambarkan dalam pernyataan [Suatu hari Bunga Desa

    mengajakku mendaki perbukitan kapur. Akan kutunjukkan sesuatu yang

    belum pernah kau lihat seumur hidupmu].

    Dan akhirnya, alur cerita mulai memasuki tahapan antiklimaks

    menuju sebuah penyelesaian dari permasalahan cerita, yang tergambarkan

    dalam sekuen 11 dan 12 [yaitu, ... Jauh di depan sana, samudra tampak samar

    menggelora. Buih-buih lautan bertebaran bagai serpihan permata kebiruan.

    Kami hanyut dalam pesona kekuatan alam, padas kapur keputihan berpadu

    dengan biru samar gelora samudra. ... Lalu, kupejamkan mata dan kuraba

    punggungnya yanghangat. Dan, inilah saatnya! Dengan sekuat tenaga

    kudorong tubunya ke depan, ...Sejenak suara jeritan menggema, sebelum

    keheningan kembali merebak] yang sekaligus merupakan fungsi utama,

    dengan didahului oleh sekuen 9 dan 10; tergambarkan dalam pernyataan yang

    berupa indeks cerita dalam pernyataan [kudengar dari pengawalmu, engkau

    tengah menjalin hubungan dengan seorang gadis yang bagaikan sekuntum

    bunga di tengah padas. Engkau begitu lekat padanya. Namun, tepatkah bila

  • 15

    kau letakkan segala rahasiamu dalam dekapannya yang penuh kehangatan?

    Pertimbangkanlah, Kawan!].

    7. Analisis Secara Sintagmatik Berdasarkan uraian di atas, penulis berupaya memaparkan bahasan

    secara sintagmatik dari cerita ini, sebagai berikut:

    a. Penokohan serta karakter yang menyertainya tergambarkan dalam sekuen

    1, 2, dan 3. Sementara tokoh lainnya yang mendapimpingi tokoh Aku,

    yaitu Bunga Desa, serta dua kelompok tokoh lain yang hanya tersirat, yaitu

    tokoh pengawal Aku dan tokoh teman Aku.

    b. Latar atau setting yang tergambarkan dalam cerita terdapat dalam sekuen-

    sekuen 1, 2, 7, 8, 10, 11, dan 12.

    c. Sudut pandang pengarang sebenarnya sudah tergambarkan sejak sekuen 1

    hingga sekuen terakhir, yaitu dengan menyebutkan tokoh cerita sebagai

    Aku.

    d. Sementara alur cerita yang berupa alur maju dan seperti mengalirnya air

    sungai dengan variasi riak yang terdapat dalam konflik maupun dalam

    klimaks cerita, dapat penulis gambarkan berupa plot cerita dalam bentuk

    grafik sebagai berikut:

    8

    6,7, 9,10

    4,5

    11,12

    1,2,3

  • 16

    Perkenalan Perkembangan Konflik Klimaks Penyelesaian

    e. Yang menjadi motor penggerak cerita dalam cerita pendek ini adalah pada

    sekuen 2, 4, dan 6.

    f. Sementara tema cerita yang bisa digambarkan dan diserap dari cerita ini

    terdapat pada sekuen 9 dan 12, yaitu, bahwa godaan dan daya tarik

    terhadap wanita dapat meruntuhkan idealisme seorang pejuang sekalipun

    (sekuen 9), dan sebaliknya idealisme seorang pejuang dapat pula

    mematikan sifat alami ketertarikan seorang pria terhadap wanita (sekuen

    12). Dengan kata lain, perasaan dapat mengalahkan logika (sekuen 9),

    demikian pula logika bisa mengalahkan perasaan pada sekuen 12.

  • 17

    BAB III

    PENUTUP

    A. Simpulan Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa cerita pendek

    yang berjudul Bunga di Tengah Padas karya Yosi Yonata ini dari segi unsur

    intrinsik sebuah prosa memiliki tema yang sederhana, namun karena disajikan

    dengan gaya yang lugas dan tidak begitu banyak menggunakan gaya metaforis

    yang berlebihan menjadikan prosa ini mudah untuk dipahami dengan tetap

    mempertahankan ide cerita yang cukup menegangkan hingga akhir cerita. Hal

    ini ditandai pada akhir cerita, bahwa sang tokoh Aku yang biasa selalu

    menggunakan beragam cara agar dapat mencapai tujuannya.

    Dengan hasil tersebut, hasil analisis secara sintagmatik dan

    paradigmatik ini merupakansuatu pola analisis terhadap hasil karya sastra

    prosa fiksi secara generatif yang mudah untuk dilakukan dan dikembangkan.

    Dengan hasil analisis tersebut maka berkaitan dengan diklat guru bahasa

    Indonesia MTs, untuk kediklatan selanjutnya pola atau model ini dapat

    dikembangkan secara lebih mendalam dan luas. Sehingga hasil kajian atau

    analisis dalam lebih bermanfaat bagi lembaga maupun bagi peserta diklat.

    B. Saran dan Rekomendasi 1. Bagi penelitian selanjutnya, kajian ini masih terbatas pada analisis

    sintagmatik dan paradigmatik, sehingga untuk kajian sebagai bahan untuk

    pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, baik dalam pembelajaran pada

    diklat guru bahasa Indonesia, maupun untuk pembelajaran bagi para

    peserta didik di sekolah-sekolah, masih perlu penelaah yang lebih lanjut

    dengan mengaitkan aspek pendidikan dan psikologis, agar hasil kajian ini

    dapat lebih mengena kepada para peserta diklat maupun peserta didik.

    2. Bagi para guru bahasa Indonesia, sesuai dengan tugas pokok dan

    fungsinya sebagai pengajar dan pendidik, guru-guru dapat lebih

  • 18

    mengembangkan hasil kajian ini dengan menelaah kondisi psikologis

    peserta didik maupun kondisi lingkungann sekolah. Dengan demikian

    diharapkan dapat lebih bermanfaat.

    3. Bagi Pusdiklat dan Balai Diklat perlu dirumuskan suatu model pelatihan

    bagi para guru bahasa Indonesia agar berkompeten tidak hanya dalam

    pembelajaran namun juga dalam pengembangan dirinya dalam

    menganalisis hasil karya satra, khususnya cerita pendek.

  • 19

    DAFTAR PUSTAKA

    Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia

    Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

    Kridalaksana, Harimurti. 2005. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

    Luxemburg, Jan van, et al. 1989. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.

    Pradopo, Rachmat Djoko. 2003. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Rangkuti, Hamsad. 2003. Bibir dalam Pispot (Kumpulan Cerpen). Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

    Sunendar, Dadang. (editor). 2007. Pemikiran-pemikiran Inovatif dalam Kajian Bahasa, Sastra, Seni, dan Pembelajarannya. (Prosiding Forum Ilmiah I dan II FPBS UPI). Bandung: Basen Press.

    Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

  • 20

    BIODATA PENYUSUN

    Yudha Andana Prawira, Widyaiswara Muda pada Balai Diklat

    Keagamaan Bandung dilahirkan di Sukabumi (1971).

    Menyelesaikan pendidikan S1 dari Jurusan Pendidikan Bahasa

    Indonesia IKIP Bandung (1997).

    Selama memangku tugas selaku widyaiswara beberapa kegiatan telah

    diikuti baik itu diklat dalam rangka peningkatan pengetahuan dan keterampilan

    sesuai dengan tugas seperti Diklat Kewidyaiswaraan Rumpun Metodologi (2007),

    Diklat peningkatan kompetensi PTK (2008), diklat penigkatan pembuatan media

    pembelajaran interaktif (2009), diklat Penyusunan Naskah siaran televisi yang

    diselenggarakan Pusdiklat tenaga Teknis bekerja sama dengan MMTC

    Yogyakarta (2010).

    Sejak tahun 2007 juga terlibat dalam penyusunan bahan kediklatan yaitu

    modul diklat rumpun bahasa. Dan sebagai upaya peningkatan dan pengembangan

    profesi beberapa kegiatan tulis menulis meskipun terus belajar untuk semakin

    mengasah wawasan dan keterampilannya, di antaranyaPeran Media Pembelajaran

    berbasis komputer pada MTs (prosiding Pascasarjana UPI, 2008), Peran

    Kemampuan Membaca Pemahaman dalamMeningkatkan Kemampuan

    Menyelesaikan Soal Cerita di Kelas 2 SDN Pasirhalang 3 Kabupaten Sukabumi

    (Jurnal Balai Diklat Keagamaan bandung, 2008), Penerapan Model Pembelajaran

    Sinektik untuk Meningkatkan Kreativitas Menulis (Jurnal Balai Diklat

    Keagamaan bandung, 2009), dan Tantantangan Mengembangkan Guru Kreatif

    dalam Pembelajaran Menulis melalui systemic functional linguistics (SFL) (Jurnal

    Balai Diklat Keagamaan bandung, 2011).

  • 21

    BERITA ACARA SEMINAR KARYA TULIS ILMIAH

    KTI dengan judul: ANALISIS SINTAGMATIK DAN PARADIGMATIK

    CERITA PENDEK BUNGA DI TENGAH PADAS KARYA YOSI YONATA PADA

    MATA DIKLAT PENDALAMAN MATERI GURU BAHASA INDONESIA MTS

    TAHUN 2011, yang disusun oleh saudara:Yudha Andana Prawira, S.Pd., Widyaiswara

    Muda Balai Diklat Keagamaan Bandung telah diseminarkan pada:

    Hari/tanggal : Selasa, 20 Desember 2011

    Narasumber : Prof. Dr. H.E. Mulyasa, M.Pd.

    Tempat : Aula Balai Diklat Keagamaan Bandung

    dan telah dilakukan perbaikan sebagaimana masukan dari pembahas pada hal-hal berikut:

    Catatan Narasumber Perbaikan Apa Kaitan Judul dengan Kediklatan Dijelaskan dalam prakata, bahwa KTI

    widyaiswara harus terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan diklat atau terkait spesialisasi widyaiswara bersangkutan

    Judul sebaiknya diganti buka tinjauan melainkan menjadi analisis: Judul semula; Tinjauan Sintagmatik dan Paradigmatik Cerita Pendek Bunga di Tengah Padas Karya Yosi Yonata pada Mata Diklat Pendalaman Materi Guru Bahasa Indonesia

    Perbaikan Judul: Analisis Sintagmatik dan Paradigmatik Cerita Pendek Bunga di Tengah Padas Karya Yosi Yonata pada Mata Diklat Pendalaman Materi Guru Bahasa Indonesia MTs Tahun 2011

    Simpulan lebih difokuskan pada rumusan masalah dan tujuan penelitian

    Sudah dilakukan perbaikan pada Simpulan

    Demikian Berita Acara seminar ini untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Bandung, 20 Desember 2011 Ketua, Dra. Hj. Ati Ruliyanti, M.Pd. NIP. 195804231985032001

  • 22

    PERNYATAAN PENGESAHAN KTI WIDYAISWARA

    Yang bertanda tangan dibawah ini:

    Nama : Dra. Hj. Ati Ruliyanti, M.Pd. N I P : 195804231985032001 Jabatan : Pymt. Kepala Balai Pendidikan dan Pelatihan Instansi : Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan

    Bandung menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah berjudul Analisis Sintagmatik dan Paradigmatik Cerita Pendek Bunga di Tengah Padas Karya Yosi Yonata pada Mata Diklat Pendalaman Materi Guru Bahasa Indonesia MTs Tahun 2011 benar-benar disusun oleh Widyaiswara dibawah ini: Nama : Yudha Andana Prawira, S.Pd. N I P : 197101031998031003 Pangkat/ Gol.Ruang/TMT : Penata Tk.1 (III/d)/1 Juli 2006 Jabatan/TMT : Widyaiswara Muda/15 Desember 2006 Unit Kerja : Balai Diklat Keagamaan Bandung

    Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya dengan penuh tanggung jawab.

    Bandung, 21 Desember 2011

    Pymt. Kepala,

    Dra. Hj. Ati Ruliyanti, M.Pd.

    NIP. 195804231985032001

    KEMENTERIAN AGAMA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEAGAMAAN BANDUNG

    Jalan Soekarno-Hatta No 716 Telp. 02270818679 fax. 0227800147 BANDUNG

  • 23

    ABSTRAK

    Yudha Andana Prawira: Analisis Sintagmatik dan Paradigmatik Cerita Pendek Bunga di Tengah Padas Karya Yosi Yonata pada Mata Diklat Pendalaman Materi Guru Bahasa Indonesia MTs Tahun 2011.

    Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraann manusia Indonesia. Diperlukan kemampuan meresepsi dan mendalami tentang sastra, baik itu secara teori sastra, maupun dalam menggeluti langsung terhadap karya sastra. Dalam hal ini peran guru sangat penting untuk menumbuhkan dan mengembangkan kegiatan apresiasi sastra di kalangan para siswa di sekolah-sekolah. Dalam menyikapi tujuan pembelajaran bahasa guru perlu memahami beberapa teori apresiasi sastra. Salah satunya, analisis secara sintagmatik dan paradigmatik. Dalam makalah ini penulis berupaya untuk memaparkan salah satu bentuk pendalaman karya sastra dengan menganalisis baik secara sintagmatik. Adapun karya yang dianalisis adalah sebuah cerita pendek yang berjudul Bunga di Tengah Padas karya Yosi Yonata.

    Sesuai dengan kajian yang dilakukan, makan analisis desksriptif merupakan bentuk kajian yang dianggap paling memadai dalam menelaah permasalahan yang timbul. Analisis ini juga dibantu dengan kajian terhadap kepustakaan yang mendukung.

    Hasil kajian secara sintagmatik dan paradigmatik ini disimpulkan bahwa cerita pendek yang berjudul Bunga di Tengah Padas karya Yosi Yonata ini dari segi unsur intrinsik sebuah prosa memiliki tema yang sederhana, namun karena disajikan dengan gaya yang lugas dan tidak begitu banyak menggunakan gaya metaforis yang berlebihan menjadikan prosa ini mudah untuk dipahami dengan tetap mempertahankan ide cerita yang cukup menegangkan hingga akhir cerita. Hal ini ditandai pada akhir cerita, bahwa sang tokoh Aku yang biasa selalu menggunakan beragam cara agar dapat mencapai tujuannya.

    Dengan hasil tersebut, hasil analisis secara sintagmatik dan paradigmatik ini merupakansuatu pola analisis terhadap hasil karya sastra prosa fiksi secara generatif yang mudah untuk dilakukan dan dikembangkan. Dengan hasil analisis tersebut maka berkaitan dengan diklat guru bahasa Indonesia MTs, untuk kediklatan selanjutnya pola atau model ini dapat dikembangkan secara lebih mendalam dan luas. Sehingga hasil kajian atau analisis dalam lebih bermanfaat bagi lembaga maupun bagi peserta diklat. Key word. Analisis Sintagmatik dan paradigamtik, Prosa Fiksi, Diklat Guru Bahasa

  • 24

    PRAKATA

    Dengan mengucap Alhamdulillah kepada Allah taala serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw., sebagai penutup para nabi dan pembawa risalah sempurna yakni Islam yang menjadi rahmat bagi seru sekalian alam.

    Salah satu unsur pengembangan profesi seorang widyaiswara adalah melakukan penelitian atau pengkajian lingkup kediklatan atau terkait spesialisasi yang bersangkutan. Pada kesempatan ini, makalah yang disusun berkait dengan analisis cerita pendek yang berjudul Analisis Sintagmatik dan Paradigmatik Cerita Pendek Bunga di Tengah Padas Karya Yosi Yonata pada Mata Diklat Pendalaman Materi Guru Bahasa Indonesia, sebagai bahan kajian untuk pembelajaran pendalaman materi bahasa pada Diklat Guru Bahasa Indonesia.

    Analisis sintagmatik dan paradigmatik merupakan salah satu dari sekian banyak pisau analisis terhadap karya sastra, dengan pisau ini diharapkan analisis akan lebih tajam dan fokus pada karya sastra yang mudah dipahami baik oleh peserta didik maupun peserta diklat guru bahasa Indonesia.

    Sebagai sebuah karya, tentu tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Demikian pula karya tulis ini, yang terasa analisisnya masih pada tataran karya sastra belum terlalu menyentuh pada aspek pendidikan dan pembelajaran di dalam kelas. Namun demikian semoga menjadi ragi dalam pendalaman materi bahasa Indonesia, khususnya dalam pendalaman karya sastra.

    Harapan penyusun, hasil dari kajian ini ke depan dapat dijadikan bahan kediklatan bagi guru bahasa Indonesia di lingkungan Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat, dan menjadi insprirasi bagi para peserta diklatuntuk lebih berinovasi dalam pembelajarandi kelas.

    Bandung, 20 Desember 2011

    Penyusun,

    Yudha Andana Prawira

    NIP. 197101031998031003

  • 25

    DAFTAR ISI

    Lembar Pengesahan

    Abstrak

    Prakata

    Daftar isi

    BAB I Pendahuluan

    A. Latar Belakang Masalah ......................................................

    B. Identifikasi Masalah ............................................................

    C. Rumusan Masalah..............................................................

    D. Tujuan penulisan...................................................................

    E. Manfaat Kajian ..................................................................

    Bab II Kerangka Teoritik dan Pembahasan

    A. Kerangka teori.....................................................................

    B. Temuan dan Pembahasan......................................................

    BAB III Penutup

    A. Simpulan............................................................................

    B. Saran .................................................................................

    Daftar Pustaka............................................................................

    Biodata Penulis............................................................................

    Lampiran

    i

    ii

    iii

    iv

    1

    1

    2

    3

    3

    3

    4

    4

    6

    12

    17

    17