communication model
TRANSCRIPT
Communication Model
A. INTRODUCTION
Manusia adalah makhluk sosial, artinya dalam kehidupan ini kita tidak dapat hidup
sendiri. Kita membutuhkan orang lain untuk dapat menjalani kehidupan kita. Bayangkan saja
apabila tiba-tiba semua orang lenyap dari sekitar kita. Kita tinggal hanya sendirian, tanpa
adanya tanda-tanda kehidupan apapun di sekeliling kita, jalan-jalan sepi, rumah-rumah
kosong. Kita harus berusaha sendiri untuk menjalani kehidupan kita, mulai dari menanam
padi, mencari makanan, memasak, membuat pakaian. Jangan berharap adanya televisi atau
radio yang dapat menemani kita di saat sedang sepi, karena tanpa adanya manusia yang
mengoperasikan stasiun radio atau televisi, maka tidak aka nada siaran radio dan televisi.
Contoh lain misalnya saja kita berada dalam posisi yang dialami oleh Robinson
Cruise, di mana ktia terdampar di pulau tanpa penghuni. Kita harus mencari makan, membuat
api, memasak, membuat rumah, dan masih banyak lagi hal-hal yang harus dilakukan hanya
sendiri dengan cara yang sangat sederhana, dan yang paling parah adalah, tidak ada orang
yang dapat kitaajak bicara sehari-hari. Bahkan dalam kisahnya, Robinson Cruise diceritakan
telah menjadi setengah tidak waras akibat tidak adanya orang yang dapat diajak
berkomunikasi selama bertahun-tahun.
Dari 2 contoh di atas dapat kita lihat pentingnya kehadiran orang lain dalam
kehidupan kita. Dalam setiap hubungan, penting sekali adanya sebuah konunikasi yang baik.
Karena dengan konunikasi yang baik, kita dapat mentransfer apa yang ada di pikiran kita
kepada orang lain, sehingga orang lain dapat mengerti apa yang kita maksudkan.
Tanpa adanya komunikasi yang baik, orang lain tidak dapat mengerti apa yang kita
maksudkan, dan pada akhirnya kita kembali akan terasing. Misalnya saja, apabila kita
berkunjung ke sebuah negara yang penduduknya hanya mengerti satu bahasa saja sedangkan
ktia tidak mengerti bahasa tersebut. Tentunya kita akam merasa sangat kesulitan dalam
menjalani kehidupan sehari-hari, sehingga kita akan merasa sangat terasing di Negara
tersebut.
Komunikasi
Sebelum berbicara lebih lanjut, kita perlu untuk memahami terlebih dahulu pengertian
dari kata komunikasi. Sebenarnya kata komunikasi ini sendiri memiliki banyak pengertian
(West, Turner: 2003:4). Sarah Trenholm (1991) bahkan mengatakan bahwa walaupun studi
tentang komunikasi telah ada selama berabad-abad, bukan berarti makna dari komunikasi ini
sendiri telah sangat dimengerti.
Namun untuk lebih dapat memperoleh kesamaan pola pikir antara pembaca dan
penulis dalam artikel ini, maka ada baiknya kita mengambil jalan tengah dengan mengartikan
komunikasi adalah sebuah proses penyampaian sebuah pesan dari sang pengirim kepada sang
penerima. Dalam istilah ilmu komunikasi, sang pengirim sering disebut dengan komunikator
dan sang penerima sering disebut dengan komunikan. Penyampaian pesan ini dilakukan
melalui sebuah media tertentu yang kemudian akan sampai pada terjadinya sebuah umpan
balik (feedback) yang diberikan oleh komunikan kepada komunikator sebagai efek dari pesan
yang telah disampaikan tersebut.
1.1 Ilmu komunikasi
Ilmu komunikasi, berarti adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang
multidisipliner. Disebut multidisipliner karena pendekatan-pendekatan yang digunakan
berasal dari dan menyangkut berbagai bdiang keilmuan (disiplin) lainnya seperti linguistic,
sosiologi, psikologi, antropologi, politik, dan juga ekonomi. Hal itu akan terlihat pada
berbagai teori, model, perspektif dan pendekatan dalam ilmu komunikasi ini sendiri.
Seseorang yang mempelajari ilmu komunikasi, diharapkan akan lebih menjadi
seorang komunikator yang memiliki kemampuan komunikasi yang lebih tinggi, serta dapat
menjadi lebih peka terhadap kejadian-kejadian yang terjadi di sekitarnya. Tak hanya itu,
komunikasi diharapkan akan dapat menjadi pondasi dalam kehidupan, hubungan pribadi,
hubungan professional, dan juga kehidupan bermasyarakat.
Kemampuan komunikasi sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan
hasil survey mengatakan bahwa kompetensi yang paling dibutuhkan oleh dunia kerja dewasa
ini adalah kompetensi dalam bidang komunikasi. Dengan kata lain, saat ini dunia kerja
membutuhkan mereka yang memilliki kemampuan komunikasi yang tinggi. Hal ini tentunya
akan berdampak pada lebih terbukanya kesempatan untuk diterima bekerja, serta masa depan
karir yang lebih baik.
Tak hanya pada dunia kerja, dalam kehidupan sehari-hari kita juga sangat
membutuhkan kemampuan untuk berkomunikasi yang baik. Hal ini merujuk kembali kepada
tujuan utama dari komunikasi, yaitu agar sang komunikan dapat mengerti apa yang
dimaksudkan oleh sang komunikator. Apabila kita tidak memiliki kemampuan komunikasi
yang baik, maka orang lain akan sulit mengerti apa yang menjadi maksud kita. Salah seorang
teman dari anak saya memiliki watak yang keras dan selalu ingin mengungkapkan apa yang
ada di dalam benaknya, namun kurangnya pengertian bagaimana cara yang baik dalam
menyampaikan pendapatnya, sering menyebabkan banyaknya kesalahpahaman dengan
teman-temannya.
Seperti yang telah dikatakan diatas, bahwa manusia adalah mekhluk sosial yang
sangat membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Hal inilah yang menyebabkan kita
selalu menjadi anggota dalam sebuah kelompok, lingkungan, masyarakat, maupun negara
tertentu. Selain kemampuan berkomunikasi, rasa empati sangatlah memegang peranan
penting dalam menjalin dan menjaga hubungan dengan sesama. Rasa empati ini dapat
ditumbuhkan dengan melatih kepekaan kita terhadap situasi yang ada di sekitar kita. Karena
dengan kepekaan ini, kita akan lebih memiliki kemampuan untuk dapat melihat, memandang,
sesuatu dari sudut pandang pihak lain, yang tentunya akan menumbuhkan rasa empati kita.
2. Fitur komunikasi
Seperti apa yang telah dibahas pada point-point sebelumnya, bahwa komunikasi
adalah sebuah proses (proses penyampaian sebuah pesan dari sang pengirim kepada sang
penerima). Dalam komunikasi, proses ini akan berlangsung terus menerus secara
berkelanjutan dan akan selalu berubah. Adanya kontinuitas ini dikarenakan dalam setiap
proses komunikasi, selalu terdapat umpan balik (feedback) yang diberikan oleh komunikan
kepada komunikator sebagai efek dari pesan yang telah disampaikan tersebut. Dengan
mengirimkan umpan balik, sang komunikan akan bertindak sebagai komunikator yang
mengirimkan pesannya kepada lawan bicaranya.
Selain itu, Julia T. Wood dalam bukunya yang berjudul Communication Mosaics juga
mengatakan bahwa dalam sebuah komunikasi terkandung banyak simbol. Simbol di sini
sangat berarti banyak hal, seperti apa yang dapat kita dapat lihat dari Wikipedia bahwa artian
dari sebuah symbol adalah,”…something such as an object, picture, written word, sound, or
particular mark that represents something else by association, resemblance, or
convention.”(www.wikipedia.org). Dengan kata lain, bahwa segala sesuatu yang mewakili
hal yang lain merupakan sebuah symbol, termasuk didalamnya adalah benda tertentu,
gambar, suara, atau bahkan kata-kata tertulis dan juga bahasa.
Lebih lanjut, Wood juga menyatakan bahwa komunikasi melibatkan pemaknaan dan
pengartian terhadap sesuatu. Adapun pemaknaan ini dipengaruhi oleh 2 hal: yaitu makna asli
yang terkandung dalam pesan tersebut, serta tingkat hubungan antara komunikator dan
komunikan. Sebuah pesan dapat diartikan berbeda-beda sesuai dengan bagaimana tingkat
hubungan komunikator dan komunikan. Misalnya saja, ketika Frank sedang berbicara dengan
orang yang tidak dia sukai, maka setiap kata yang orang tersebut katakan dapat memiliki
artian yang negative bagi Frank. Sebaliknya, apabila Frank sedang berbicara dengan orang
yang sangat dekat dengannya, kata-kata yang sama dapat saja berarti positif bagi Frank.
3. Communication Model
Richard memiliki seorang sahabat yang bernama Arnold. Mereka berdua sudah saling
mengenal satu sama lain sejak kuliah. Pada suatu hari, Richard sedang merasa banyak
masalah dan ingin menceritakan masalahnya itu kepada sahabatnya, maka Richard
memutuskan untuk menghubungi Arnold melalui telfon. Namun pada saat Richard sedang
menceritakan masalahnya tersebut, sambungan telfon yang digunakan sedang mengalami
gangguan, yaitu terdengarnya suara kresek-kresek, yang membuat Arnold tidak mengerti
dengan jelas apa yang diceritakan oleh Richard. Karena ketidak jelasan ini, Arnold juga tidak
dapat memberikan tanggapan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Richard terhadap
masalah yang diceritakannya tersebut.
Contoh di atas adalah salah satu contoh kecil dari banyaknya fenomena-fenomena
komunikasi yang terjadi di sekitar kita. Maka itu, untuk memahami fenomena-fenomena
komunikasi, digunakanlah model komunikasi.
Deutch (1952) mengartikan model komunikasi sebagai sebuah struktur symbol dan
sesuatu yang dapat mengoperasikan peraturan-peraturan yang mendukung keterpaduan
seperangkat poin-poin yang relevan dalam struktur maupun proses komunikasi (Severin,
Werner J. and Tankard W.: 1988: 30). Pernyataan ini juga dikukuhkan dengan adanya
definisi yang diungkapkan oleh Denis McQuail dan Sven Windahl dalam bukunya yang
berjudul Communication Models. Mereka mengatakan bahwa model komunikasi adalah
sebuah representasi suatu fenomena, baik nyata ataupun abstrak dengan menonjolkan unsur-
unsur terpenting fenomena tersebut (McQuail, Denis & Sven Windahl: 1996).
3.1 Komponen Model Komunikasi
Dalam sebuah model komunikasi, kita kerap menjumpai beberapa komponen yang
terdapat di dalamnya. Komponen-komponen yang dapat membantu kita memahami dalam
menginterpretasikan model-model komunikasi itu adalah Sumber (Source), Pesan (Message),
Saluran (Channel), Penerima (Receiver), Gangguan / Hambatan (Noise), dan Umpan balik
(feedback) (Infante, Racer, and Womack: 1990: 24-26).
3.1.1 Sumber/Source
Sumber atau Source adalah konteks model komunikasi menunjukkan permulaan
pesan. Beberapa sarjana komunikasi membedakan antara konsep “sumber” (source) dan
“pengirim” (sender). Mereka mengatakan bahwa pengirim adalah siapa yang mengirim pesan
tetapi pesan tersebut tidak harus selalu berasal dari mereka. Contoh pengirim adalah seorang
juru bicara perusahaan yang ditunjuk dan dipercaya mewakili perusahaannya untuk
menyampaikan pesan-pesan perusahaan kepada konsumennya. Sedangkan sumber berarti
orang atau institusi yang memproduksi pesan tersebut.
3.1.2 Pesan/Message
Pesan atau Message yaitu stimulus di mana sumber atau sender mengirimkannya
pada penerima. Misalnya saja pada saat kita sedang berkata, “saya sedang makan”
kepada seseorang, maka yang menjadi pesan atau message kita adalah kata-kata
yang kita ucapkan tersebut yang menunjukkan bahwa kita sedang menyantap
makanan.
Namun sebuah pesan dapat berupa pesan verbal, nonverbal atau kombinasi
keduanya. Tekanan suara, gerakan anggota tubuh dan ekspresi wajah adalah bentuk-
bentuk contoh pesan nonverbal. Gabungan antara pesan verbal dan non-verbal dapat
berarti suatu hal tertentu. Misalnya seseorang mengatakan “saya tidak memaksakan hal
ini” namun dengan menggunakan penekanan pada kata “memaksakan” agar
komunikannya mengerti bahwa dia sebenarnya ingin menyampaikan bahwa dia
memaksakan hal itu. Biasanva, baik pesan verbal maupun nonverbal selalu terdapat
dalam transaksi komunikasi manusia.
3.1.3 Saluran/Channel
Saluran atau Channel adalah sarana atau media yang digunakan oleh komunikator
untuk menyamaikan pesannya kepada komunikan. Saluran dapat berupa gelombang
udara, gelombang cahaya atau bahkan sorotan sinar laser. Model komunikasi SMCR
dari Berlo menggunakan lima panca indra manusia sebagai saluran dalam proses
komunikasi. Sejumlah saluran yang digunakan dalam proses komunikasi dapat
mempengaruhi ketepatan dari pesan yang diterima. Dengan kata lain efektivitas
pesan juga dipengaruhi oleh ketepatan dalam memilih saluran. Maka itu kita sering
mendengar petunjuk yang mengatakan bahwa dalam menawarkan sebuah kerja sama
kepada klien kita, jangan menggunakan telfon untuk menjelaskan detailnya, melainkan
penjelasan detail tersebut baru dapat kita lakukan pada saat kita telah sedang
melakukan tatap muka.
3.1.4 Penerima/Receiver
Penerima atau Receiver adalah pihak di mana pesan yang diberikan oleh
komunikator tersebut diperuntukkan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa
dalam ilmu komunikasi, penerima ini sering juga disebut dengan komunikan.
Setelah menerima pesan, pihak penerima akan melakukan interpretasi terhadap
pesan yang kirim oleh komunikator sebagai pihak pengirim pesan. Dalam
transaksi komunikasi manusia, penting untuk dicatat bahwa semua orang berperan
sebagai pihak sumber sekaligus pihak penerima. Hal ini disebabkan dalam komunikasi
manusia, komunikasi akan berlangsung secara interaktif dan berkelanjutan.
3.1.5 Gangguan atau Noise atau Hambatan
Gangguan atau Noise atau Hambatan adalah suatu stimulus yang menghambat,
menghalangi ketepatan penerima dalam menerima suatu pesan. Gangguan sering kali
dikategorikan sebagai gangguan fisik, psikologis atau semantik. Namun ada beberapa
gangguan atau hambatan lain yang juga banyak terdapat dalam hubungan antara manusia
dalam sebuah tatanan masyarakat seperti hambatan kultural dan hambatan sosial.
3.1.5.1 Gangguan atau hambatan fisik
Gangguan atau hambatan fisik adalah gangguan yang berupa sesuatu yang nyata.
Misalnya saja pada saat kita sedang berbicara dengan teman kita, tapi di sekitar kita
berbicara sedang ada pembangunan yang menghasilkan bunyi dentuman-dentuman,
sehingga pembicaraan kita terganggu.
3.1.5.2 Gangguan teknis
Gangguan fisik di atas menyerupai gangguan yang di sebut dengan Gangguan
teknis. Namun gangguan teknis lebih mengarah pada hal-hal yang berkaitan langsung
dengan media yang di gunakan. Misalnya saja pada contoh di atas mengenai Richard
dan Arnold, di mana pada saat Richard sedang menceritakan masalahnya tersebut,
sambungan telfon yang digunakan sedang mengalami gangguan, yaitu terdengarnya
suara kresek-kresek, yang membuat Arnold tidak mengerti dengan jelas apa yang
diceritakan oleh Richard. Gangguan semacam ini merupakan gangguan atau hambatan
fisik.
3.1.5.3 Gangguan bahasa
Gangguan bahasa atau hambatan bahasa terdiri dari tiga bagian, yaitu
hambatan semantik, hambatan sintaksis, dan hambatan yang disebabkan oleh
adanya perbedaan bahasa itu sendiri.
3.1.5.3.1 Hambatan Semantik
Hambatan semantik terjadi ketika seseorang tidak memahami kata-kata
tertentu yang diucapkan oleh lawan bicaranya atau apabila kata atau simbol
yang digunakan mengandung banyak makna denotatif maupun konotatif.
Misalnya saja apabila seseorang berkata kepada kita,”kita ketemu di
tempat biasa”, hal ini bisa menjadi kerancuan, bisa saja pada akhirnya
kita saling menunggu di tempat yang berbeda, karena kita tidak
memahami dengan jelas di manakah tempat biasa tersebut. Bisa saja
menurut orang tersebut adalah di lantai 2 karena beberapa waktu silam,
orang tersebut dan kita sering bertemu di sana, sedangkan menurut kita
“tempat biasa” adalah di lantai 1, karena beberapa hari ini kita sering
mengobrol di tempat tersebut.
3.1.5.3.2 Hambatan sintaksis
Hambatan sintaksis terjadi ketika seseorang tidak memahami rangkaian
kata yang diucapkan. Seperti hukum tata bahasa yang berbeda untuk bahasa
Inggris dan Indonesia, D-M (diterangkan-menerangkan) seperti “televisi
berwarna”, kata “berwarna” menerangkan atau menjelaskan tentang jenis
televisi tersebut yang merupakan televisi yang dapat mengeluarkan gambar
berwarna. Hal ini berbeda dengan bahasa Inggris, dimana bahasa Inggris
menggunakan hukum M-D (menerangkan-diterangkan) seperti “Christmas tree”
bukanlah “natal pohon”. melainkan pohon natal . Hal ini juga terjadi pada
penerjemahan dari Inggris ke Indonesia. Apabila seorang penerjemah tidak mengerti
prinsip di atas, maka kita hasil terjemahannya tidak akan dapat dimengerti dengan
baik. Misalnya “A pretty girl is applying for a job in a newly built corporation.”
Seharusnya berarti “seorang gadis cantik sedang melamar pekerjaan di sebuah
perusahaan yang baru berdiri. Namun oleh seornag penerjemah yang tidak menerti
prinsip perbedaan antara kedua bahasa, akan dapat diartikan sebagai “seorang cantik
gadis sedang melamar untuk pekerjaan dalam sebuah baru dibangun perusahaan.”
3.1.5.3.3 Perbedaan bahasa
Jenis gangguan bahasa yang berikutnya adalah gangguan atau
hambatan yang disebabkan oleh adanya perbedaan bahasa antar pelaku
komunikasi. Misalnya saja pada contoh yang ada di awal artikel ini, di
mana apabila kita berkunjung ke sebuah negara yang penduduknya hanya mengerti
satu bahasa saja sedangkan ktia tidak mengerti bahasa tersebut. Tentunya kita akan
merasa sangat kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-hari, sehingga kita akan
merasa sangat terasing di Negara tersebut. Kesulitan kita dalam menjalani kehidupan
sehari-hari ini dikarenakan kita tidak dapat berkomunikasi dengan baik akibat adanya
perbedaan bahasa yang di gunakan antara kita dan masyarakat sekitar. Dalam hal ini,
diperlukan adanya bahasa penengah misalnya dengan menggunakan isyarat-isyarat
tertentu. Atau bisa juga dengan jalan, kita mempelajari bahasa masyarakat sekitar
sehingga gangguan akibat perbedaan bahasa tersebut bisa dieliminir.
3.1.5.4 Hambatan Sosial
Gangguan atau Hambatan sosial disebabkan adanya sistem kasta,
strata-strata kelas dalam masyarakat sehingga menyebabkan adanya
perbedaan persepsi dalam memandang seseorang. Misalnya, para kaum hawa
seringkali ditempatkan sebagai kaum yang lebih rendah derajatnya daripada
kaum adam, sehingga kaum hawa ini akan dibatasi dalam banyak hal. Atau
misalnya dapat kita lihat pada zaman dahulu Amerika masih sangat terkait
dengan diskriminasi terhadap orang kulit hitam. Mereka yang menjadi ras
kulit hitam tidak memiliki hak suara apapun dalam politik, pendapat dan
aspirasinya tidak didengar oleh negara.
Gangguan atau hambatan sosial semacam itu juga menyebabkan antar
strata atau kasta yang berbeda akan sulit berbaur dan berkomunikasi secara
terbuka. Contoh lainnya dapat kita lihat pada keluarga yang memiliki batasan
antara ayah dan anak yang sangat tegas, di mana sang ayah dianggap sangat
superior dan anak memiliki kedudukan yang paling bawah, sehingga sang anak
tidak dapat terbuka terhadap ayahnya. Dengan kata lain, laju komunikasi tidak
dapat berlangsung dengan baik akibat adanya gangguan atau hambatan sosial ini.
3.1.5.5 Hambatan atau Gangguan Kultural
Kita hidup di dunia yang terdiri dari bermacam-macam negara.
Masing-masing negara ini memiliki norma-norma tertentu yang berlaku
secara umum di dalamnya. Namun, dalam masing-masing negara ini sendiri
dapat terdiri dari beberapa suku bangsa-suku bangsa yang memiliki adat
istiadat ,nilai, norma yang tidak selalu sama antara satu dengan yang lainnya.
Perbedaan-perbedaan yang bersifat cultural ini, dapat menjadi hambatan yang
bersifat cultural dalam berkomunikasi.
Sebagai contoh, Indonesia yang terdiri dari banyak sekali suku bangsa,
di mana masing-masing suku bangsa memiliki budayanya sendiri-sendiri.
Diantaranya apabila kita berkunjung ke daerah Sumatra, kita diharuskan
untuk menghabiskan seluruh makanan yang dihidangkan kepada kita, Karena
jika tidak, kita dianggap tidak menghargai tuan rumah yang telah susah
payah menyiapkan makanan tersebut. Sebaliknya, apabila kita berkunjung ke
daerah Jawa, kita akan dianggap sebagai orang yang serakah dan rakus
apabila kita menghabiskan seluruh makanan yang dihidangkan kepada kita.
3.1.5.6 Gangguan psikologis
Ada juga gangguan yang berkaitan dengan kondisi psikologis pelaku komunikasi,
baik itu sebagai komunikator maupun komunikan. Gangguan semacam ini disebut
dengan gangguan psikologis. Misalnya saja, pada saat kita sedang menyampaikan
sesuatu kepada teman kita, teman kita sedang berpikir mengenai sesuatu yang lain,
sehingga tidak mengerti maksud kita dengan baik. Selain itu, adanya gangguan ini bisa
disebabkan oleh para pelaku komunikasi sedang mendapat persoalan-persoalan
tertentu, yang mengakibatkan ketidak-stabilan jiwa atau perasaannya, misalnya saja
karena sang pelaku komunikasi sedang mengalami stress atau depresi.
Ketidakstabilan inilah yang dapat menyebabkan terhambatnya atau
terganggunva proses komunikasi, terutama pada komunikasi interpersonal.
Contohnya, Alfred sedang mengalami banyak sekali masalah, pekerjaannya
menumpuk di kantor, bawahannya tidak bekerja dengan baik sedangkan dia juga
ditekan oleh atasannya untuk mencapai target, di lain pihak dia juga sedang
bertengkar dengan istrinya. Karena banyaknya masalah di atas, ketika anaknya
meminta sesuatu padanya walau dengan kata-kata yang baik, Alfred dapat saja
seketika menjadi marah, dan menumpahkan segala kekesalannya itu pada anaknya.
Dengan kata lain, keadaan psikologis Alfred menjadi gangguan atau hambatan bagi
dia dan anaknya untuk dapat berkomunikasi dengan baik.
3.1.5.6.1 Displacement
Gangguan atau hambatan psikologis yang sering terjadi pada diri manusia
ini sendiri terdiri dari beberapa macam antara lain, displacement atau salah
tempat, di mana seseorang melampiaskan segala kondisi emosionalnya pada
pihak yang salah. Misalnya pada contoh di atas tentang Alfred, dapat kita
l ihat bahwa karena banyaknya masalah yang menimpa dirinya, anaknya yang
meminta sesuatu padanya walau dengan kata-kata yang baik, Alfred seketika
menjadi marah, dan menumpahkan segala kekesalannya itu pada anaknya.
3.1.5.6.2 Kompensasi
Kita tentu sudah sering mendengar bahwa seseorang mengucapkan hal-
hal yang bernada sinis atau apatis terhadap suatu hal yang dikarenakan dia selalu
gagal dalam hal tersebut. Hal semacam ini disebut juga dengan Kompensasi.
Misalnya saja, ada pihak yang mengatakan bahwa dirinya telah ditakdirkan
menjadi seorang yang miskin dan pengangguran, karena dia telah banyak
mencoba melamar kebanyak tempat, tapi tidak pernah diterima bekerja. Atau
mereka yang sering disakiti oleh lelaki, akan mengatakan bahwa semua lelaki
adalah buaya.
3.1.5.6.3 Rasionalisasi
“Percayalah, karena saya seorang dokter. Hidup orang ini
t inggal 3 bulan lagi.” Kita tentu sudah sering mendengar hal yang
semacam itu dalam kehidupan kita. Di mana kita seringkali
mempercayai dokter tersebut karena dia adalah seorang dokter,
walaupun sebenarnya ucapannya belum tentu benar. Saya pernah
mendapati seseorang bercari ta kepada saya bahwa anaknya di vonis
menderita hydrocephalus oleh seorang dokter, mendengar hal i tu, dia
lalu beralih kepada dokter lainnya untuk mencari second opinion .
Yang mengejutkan adalah dokter kedua tersebut mengatakan bahwa
anaknya bukan terkena hydrocephalus, melainkan hanya penyakit biasa
saja. Hal yang sangat bertentangan ini membuktikan bahwa seorang
dokter t idaklah selalu benar. Bisa saja dokter pertama yang salah
mendiagnosa, atau bisa saja kesalahan ada pada dokter yang kedua.
Contoh di atas di sebut juga dengan rasionalisasi atau alasan
pembenar. Rasionalisasi ini sering digunakan untuk membenarkan
semua tindakan atau ucapan seseorang meskipun ia menyadari bahwa tindakan
atau ucapannya itu mungkin tidak selalu benar.
3.1.5.6.4 Prasangka
Prasangka adalah anggapan yang salah mengenai suku atau ras tertentu.
Misalnya saja apabila kita melihat seorang negro yang berkulit hitam, tinggi,
besar, kita seringkali menjauhinya karena kita telah mempunyai prasangka
bahwa dia adalah seorang yang jahat, pengedar narkoba, dan yang
semacamnya. Sebaliknya kalau kita sedang berhadapan dengan seorang asing
yang berkulit putih (bule), maka kita seringkali menganggapnya sebagai
seorang yang pandai, dapat dipercaya. Contoh lain adalah apabila seseorang
yang berjenggot lebat dan berpakaian ala osama bin laden akan menjalani
pemeriksaaan yang sangat ketat ketika dia akan memasuki wilayah Amerika
Serikat. Hal-hal semacam ini sebenarnya tidaklah selalu tepat, karena bisa saja
seorang negro dan orang yang berpakaian ala osama bin laden tersebut adalah
seorang yang baik, sedangkan bisa saja justru orang asing berkulit putih tersebut
sebenarnya adalah orang jahat.
Dalam melakukan proses komunikasi, kita tidak akan terlepas dari adanya
gangguan-gangguan seperti yang telah dijabarkan di atas. Maka itu, untuk mencapai
tujuan utama dari komunikasi, yaitu di mana komunikan mengerti apa yang dimaksud
oleh komunikator, diperlukan adanya kemauan dan kemampuan, serta usaha dari para
pelaku komunikasi, baik itu komunikator atau komunikan untuk mengeliminir atau
memahami hambatan-hambatan tersebut. Dalam hubungan interpersonal, yang paling
penting bagi pelaku komunikasi adalah memiliki rasa empati, yaitu menempatkan diri dalam
situasi orang lain.
3.1.6 Umpan balik atau Feedback
Umpan balik atau Feedback, merupakan respon yang diberikan oleh komunikan
terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator. Seperti halnya pesan komunikasi,
umpan balik dapat berupa verbal, nonverbal atau kombinasi dari keduanya. Umpan balik
sering dapat dikelompokkan sebagai umpan balik positif atau umpan balik negatif.
Umpan balik positif terjadi apabila respon yang diutarakan oleh komunikan
mengandung penghargaan, kesetujuan atau hal-hal lain yang merupakan hal positif
dari komunikator yang bersangkutan. Umpan balik negatif terjadi apabila sang
komunikan merespon hal yang dinyatakan oleh komunikator dengan ketidaksetujuan,
atau hal-hal lain yang merupakan hal yang negative.
3.2 Esensi komunikasi dalam model
Ilmu-ilmu dan penelitian-penelitian dalam bidang komunikasi selalu
berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan-perkembangan dalam bidang
komunikasi ini kemudian pada akhirnya akan memicu pula perkembangan dari
model-model komunikasi.
Dengan adanya model-model ini, kita dapat menggambarkan proses-proses
yang terjadi dalam sebuah komunikasi secara beragam baik yang bersifat linier,
sirkuler, ataupun interaksional dan konvergen. Keberagaman ini, menunjukkan
adanya sifat komunikasi yang merupakan sebuah proses yang dinamis dan
berkelanjutan.
BIBLIOGRAPHY
IBII Communication Science Team teaching, Pengantar Ilmu Komunikasi, IBII, Jakarta,
2005
IBII Communication Science Team teaching, Model-Model Komunikasi, IBII, Jakarta, 2005
Infante, Racer, and Womack, Building Communication Theory, Illinois: Waveland, 1990 h.
24-26.
Julia T. Wood, Communication Mosaics, An Introduction to the Field of Communication, 3rd
edition,
LittleJohn, Stephen W & Karen A. Foss, Theories of Human Communication, Thomson
Wadsworth, USA, 2005, chapter 1-3
McQuail, Denis & Sven Windahl, Communication Models, Longman, New York, 1996.
Severin, Werner J. and Tankard W., Communication Theories: Origins, Methods, Uses, 2nd
ed., New York: Longman, 1988 h. 30.
West, Richard & Turner, Lynn. H., Communication Theory, Analsis and Application, Mc
Graw Hill, New York, 2003.