clinical and immunological markers of dengue progression in a study cohort from

15
CLINICAL AND IMMUNOLOGICAL MARKERS OF DENGUE PROGRESSION IN A STUDY COHORT FROM A HYPERENDEMIC AREA IN MALAYSIA MAKALAH oleh Fajar Kharisma NIM 142310101060

Upload: fajar-kharisma

Post on 22-Jan-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Clinical and Immunological Markers of Dengue Progression in a Study Cohort

TRANSCRIPT

Page 1: Clinical and Immunological Markers of Dengue Progression in a Study Cohort From

CLINICAL AND IMMUNOLOGICAL MARKERS OF DENGUE PROGRESSION IN A STUDY COHORT FROM

A HYPERENDEMIC AREA IN MALAYSIA

MAKALAH

oleh

Fajar KharismaNIM 142310101060

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: Clinical and Immunological Markers of Dengue Progression in a Study Cohort From

CLINICAL AND IMMUNOLOGICAL MARKERS OF DENGUE PROGRESSION IN A STUDY COHORT FROM

A HYPERENDEMIC AREA IN MALAYSIA

MAKALAH

diajukan sebagai pemenuhan tugas terstruktur Ilmu Dasar Keperawatan 2Bdengan dosen : Ns. Latifa Aini S., M. Kep, Sp. Kom

Oleh

Fajar KharismaNIM 142310101060

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 3: Clinical and Immunological Markers of Dengue Progression in a Study Cohort From

A. Latar Belakang

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemik akut

yang disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh Aedes aegypti dan Aedes

albopictus. Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa demam ringan

sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan persendian,

hingga perdarahan spontan (WHO, 2010).

Penyakit endemik ini pertama kali didata dan dilaporkan terjadi pada tahun

1953-1954 di Filipina. Sejak itu, penyebaran DBD dengan cepat terjadi ke sebagian

besar negara-negara Asia Tenggara, termasuk di malaysia (WHO, 2010).

Insidensi demam berdarah dengue meningkat secara dramatis di seluruh

dunia dalam beberapa dekade ini. Diperkirakan, saat ini di seluruh dunia sekitar 2,5

milyar orang memiliki resiko terkena demam dengue. Mereka terutama tinggal di

daerah perkotaan negara-negara tropis dan subtropis. Diperkirakan saat ini sekitar

50 juta kasus demam dengue ditemukan setiap tahun, dengan 500.000 kasus

memerlukan penanganan di Rumah Sakit. Dari kasus di atas, sekitar 25.000 jumlah

kematian terjadi setiap tahunnya (WHO, 2010).

B. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendapatkan pemahaman dalam diagnosis demam berdarah dengue

2. Untuk mengetahui seberapa besar peran antibodi dalam diagnosis demam

berdarah dengue

C. Metode

Metodologi dalam jurnal ini yaitu dengan studi deskriptif membujur yang

mana dilakukan di dua rumah sakit Malaysia di mana pasien berusia 14 dan di atas

dengan gejala klinis yang menunjukkan dengue direkrut dengan persetujuan

sebelumnya. Di antara 504 peserta, 9,3% diklasifikasikan sebagai non-dengue, 12,7%

tanpa tanda-tanda peringatan, 77,0% dengan tanda-tanda peringatan dan 1,0%

dengan dengue berat berdasarkan diagnosis klinis.

Page 4: Clinical and Immunological Markers of Dengue Progression in a Study Cohort From

D. Pembahasan

Malaysia adalah negara multiras dengan perkiraan populasi 28 juta orang.

Selama bertahun-tahun, negara ini telah mencapai peningkatan yang luar biasa dalam

sektor kesehatan; Namun, penyakit menular tetap sebagai penyebab utama

morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Di antara penyakit menular, demam berdarah

memiliki tertinggi tingkat insiden (167,8 / 100000 penduduk) di Malaysia. Hal ini

juga luas di seluruh daerah tropis dan subtropis di dunia, dengan perkiraan dua

perlima dari penduduk dunia berisiko terinfeksi.

Dengue fever (Demam Dengue) dan Dengue Hemorrhagic Fever (Demam

Berdarah Dengue) disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam famili

Flaviviridae dari genus Flavivirus. Terdapat 4 serotip virus yaitu DEN-1, DEN-2,

DEN-3, dan DEN-4. Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk

genus Aedes (terutama A. aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap

tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat

perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng

bekas, dan tempat penampungan air lainnya). Beberapa faktor yang berkaitan dengan

peningkatan transmisi virus dengue yaitu vektor: perkembangbiakan vektor,

kebiasaan menggigit, kepadata vektor di lingkungan, transportasi vektor dari satu

tempat ke tempat lain; pejamu: terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga,

mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia, dan jenis kelamin; lingkungan: curah

hujan, suhu, sanitasi, dan kepadatan penduduk (Suhendro et.al, 2006).

Patofisiologi Dengue fever (Demam Dengue) dan Dengue Hemorrhagic

Fever (Demam Berdarah Dengue) yaitu Perubahan pokok patofisiologi yang terjadi

pada DBD atau DSS adalah vaskulopati, trombopati, koagulopati, dan perubahan

imunologi humoral dan seluler. Diperkirakan perubahan patofisiologi tersebut

disebabkan oleh tidak hanya satu faktor tetapi disebabkan oleh multifaktorial.Pada

perubahan vaskuler terjadi kerapuhan pembuluh darah dan kenaikan permeabilitas

kapiler. Trombosit pada fase awal penyakit akan terjadi gangguan fungsi, kemudian

menyusul trombositopenia, gangguan agregasi, penurunan betathromboglobulin,

kenaikan PF4 dan umurnya memendek. Koagulopati yang terjadi berupa penurunan

sejumlah faktor koagulasi, dan terjadi pula koagulasi intravaskuler. Perubahan

imunologi seluler dan humoral antara lain munculnya leukopenia, aneosinofilia,

limfosit plasma biru, penurunan limfosit –T dan kenaikan limfosit-B, peningkatan

imunoglobulin dan komplek imun.

Page 5: Clinical and Immunological Markers of Dengue Progression in a Study Cohort From

Saat ini terdapat banyak teori patogenesis DBD yang menunjukkan belum

jelas patogenesis yang sesungguhnya. Patogenesis tersebut antara lain infeksi

sekunder yang berturutan dengan tipe virus yang lain, yang ada hubungannya dengan

ADE, IgM dan makrofag, teori virulensi virus, teori trombosit-endotel, dan teori

mediator. Tidak satupun teori patogenesis itu dapat menjelaskan terjadinya DI-1F

secara tuntas. Diharapkan penelitian biologi molekuler dapat membantu men jelaskan

patogenesis DBD (Sutaryo, 1991).

Secara garis besar ada dua teori yang banyak dianut untuk menjelaskan

perubahan patogenesis pada DBD dan SSD yaitu teori infeksi primer/teori virulensi

dan teori infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection) atau teori

infection enhancing antibody.

Teori pertama mengatakan bahwa virus dengue seperti juga virus binatang

lain dapat mengalami perubahan genetik akibat tekanan sewaktu virus mengadakan

replikasi baik pada tubuh manusia maupun pada tubuh nyamuk. Ekspresi fenotipik

dari perubahan genetik dalam genom virus dapat menyebabkan peningkatan

replikasai virus dan viremia, peningkatan virulensi dan mempunyai potensi untuk

menimbulkan wabah. Selain itu beberapa strain virus mempunai kemampuan untuk

menimbulkan wabah (Soegeng, 2008). Teori tersebut dibuktikan oleh para peneliti di

bidang virus yang mencoba memeriksa sekuens protein virus. Penelitian secara

molekular biologi ini mendapatkan hal yang menarik. Pada saat sebelum KLB

(kejadian luar biasa), selama KLB dan setelah reda KLB ternyata sekuens protein

tersebut berbeda.

Teori kedua menyebutkan bahwa apabila seseorang mendapatkan infeksi

primer dengan satu jenis virus, akan terjadi proses kekebalan terhadap infeksi jenis

virus tersebut untuk jangka waktu yang lama tetapi jika orang tersebut mendapat

infeksi sekunder dengan jenis serotipe virus yang lain, maka terjadi infeksi yang

berat.

Dalam mendiagnosis demam berdarah terdapat kriteria menurut WHO (2009)

adalah sebagai berikut Demam tinggi mendadak (38,2°C-40°C) dan terus menerus

selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas. Demam pada penderita DBD disertai batuk,

faringitis, nyeri kepala, anoreksia, nausea, vomitus, nyeri abdomen, selama 2-4 hari,

juga mialgia (jarang), atralgia, nyeri tulang dan lekopenia; Manifestasi perdarahan,

biasanya pada hari kedua demam, termasuk setidak-tidaknya uji bendung (uji

Rumple Leede/Tourniquette) positif dan salah satu bentuk lain perdarahan antara lain

purpura, ekimosis, hemstoma, epistaksis, perdarahan gusi dan konjuntiva. Perdarahan

Page 6: Clinical and Immunological Markers of Dengue Progression in a Study Cohort From

saluran cerna (hematemesis, melena, atau hematochezia), mikroskopik hematuria

atau menorraghia; Hepatomegali, mulai dapat terdeteksi pada permulaan demam;

Manifestasi kebocoran plasma (hemokonsetrasi), mulai dari yang ringan seperti

kenaikan hematokrit >20% dibandingkan sebelumnya, sampai yang berat yaitu syok

(nadi cepat, lemah, kaki/tangan dingin, lembab, gelisah, sianosis dan kencing

berkurang). Sedangkan Kriteria Laboratoris terdiri atas Trombositopenia

(<100.000/mm³) biasanya ditemukan pada hari ke 2 atau 3, terendah pada hari ke 4-6,

sampai hari ke 7-10 sakit; Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit >20%).

Uji laboratorium yang sering dilakukan adalah haemaglution inhibition test

(tes HI) untuk mendeteksi ada/tidaknya antibodi terhadap virus dengue. Uji HI

memerlukan waktu kurang lebih 24 jam dan dua jenis sampel darah (fase akut dan

konvalesen yang diperoleh antara 1-2 minggu). Bila pasien positif akan terjadi

peningkatan titer antibodi sebanyak 4 kali atau lebih pada fase konvalesen. Oleh

karena itu, tes HI tidak dapat memberikan hasil yang cepat dan saat konfirmasi

ditegakkan (paling tidak pada hari ke-7 pemeriksaan) seringkali pasien sudah

melewati masa kritis. Uji HI dapat digunakan untuk membedakan infeksi primer

(titer antibodi kurang dari 1:2560) dan infeksi sekunder (titer antibodi sama atau

lebih dari 1:2560). Uji HI bersifat kuantitatif dan tidak dapat untuk mengetahui ada

tidaknya IgM atau IgG anti-dengue. Dengan kekurangan tersebut, saat ini uji HI

menjadi kurang diminati.

Uji lain adalah ELISA yang digunakan untuk deteksi IgM dan IgG spesifik

anti virus dengue dalam serum DBD pada fase akut saja. ELISA bersifat sensitif,

spesifik, relatif sederhana dan feasible. IgM anti-virus dengue dapat dideteksi pada

pasien dengan infeksi primer maupun sekunder. Pada pasien dengan infeksi primer,

IgM dapat dideteksi pada hari ke-3 s.d. ke-5, dan mencapai titer tertinggi dua minggu

pasca-infeksi. Titer IgM turun dan tidak terdeteksi setelah 2-3 bulan, diikuti

meningkatnya IgG anti-virus dengue. Pada infeksi sekunder, IgG dapat dideteksi

dengan titer tinggi sedangkan IgM mungkin masih dapat dideteksi atau tidak dapat

dideteksi lagi karena sudah menghilang.

Page 7: Clinical and Immunological Markers of Dengue Progression in a Study Cohort From

E. Kesimpulan

Demam berdarah dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan

dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk

pada hari kedua. Virus dengue tergolong dalam grup Flaviviridae dengan 4 serotipe,

DEN – 3, merupakan serotie yang paling banyak. Vektor utama dengue adalah Aedes

Aegypti. Gejala utama demam berdarah dengue (DBD) adalah demam, pendarahan,

hepatomegali dan syok. Kriteria diagnosis terdri dari kriteria klinis dan kriteria

laboratoris. Dua kriteria klinis ditambah trombosipenia dan peningkatan hematokrit

cukup untuk menegakkan diagnosis demam berdarah dengue.

Sistem klasifikasi dengue baru telah memungkinkan deteksi lebih spesifik

pasien demam berdarah, namun, tidak ada parameter klinis memungkinkan

perbedaan pasien dengan dan tanpa tanda-tanda peringatan. Sedangkan HLA-A * 33

mungkin penanda prediktif untuk pengembangan tanda-tanda peringatan; penelitian

yang lebih besar akan diperlukan untuk mendukung temuan ini.

F. Saran (Aplikasi di indonesia)

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD dengan “3M Plus”

yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa hal

seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu

pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan

repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dan lain-lain (Hiswani,

2003).

Page 8: Clinical and Immunological Markers of Dengue Progression in a Study Cohort From

LAMPIRAN SOAL

1. Anak Bapak Joko yang berumur 7 tahun mengalami demam lebih dari 7 hari, suhu

tubuhnya mencapai 390C. Hasil pemeriksaan menunjukkan anak Ibu A terinfeksi

virus Dengue. Penyakit apakah yang diderita oleh anak dari Bapak Joko...

a. Demam Berdarah Dengue

b. Hepatitis B

c. Thypoid

d. Diare

e. Influenza

2. Seorang anak bernama Farrel dinyatakan terinfeksi salah satu jenis virus yang

penyebarannya terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aigypty. Setelah melakukan

pemeriksaan anak tersebut dinyatakan mengalami Demam berdarah Dengue.

Jenis Virus apakah yang menginfeksi anak yang bernama Farrel tersebut..

a. Salmonella thypi

b. Tubercolosis

c. E.coli

d. Dengue

e. Thermoproteales

3. Dalam suatu wilayah telah ditemukan suatu penyakit yaitu Demam berdarah

dengue yang diderita oleh masyarakat. Penyakit tersebut sudah dianggap sebagai

hal yang sudah dianggap biasa oleh masyarakat. Bahkan mereka menganggap

aneh orang yang tidak menderita penyakit tersebut jika tidak menderita penyakit

itu.  Karena Epidemiologi mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran

masalah kesehatan, maka akan diperoleh keterangan tentang keadaan masalah

kesehatan tersebut bahwa

a. Penyakit tersebut sporadic

b. Penyakit tersebut epidemic

c. Penyakit tersebut pandemic

d. Penyakit tersebut endemic

e. Penyakit tersebut paradic

Page 9: Clinical and Immunological Markers of Dengue Progression in a Study Cohort From

4. Di suatu desa tersebar penyakit DBD yang menyebabkan beberapa orang tewas

karena pertolongan yang kurang. Stelah dilakukan penelitian ternyata masyarakat

sekitar kurang memperhatikan lingkungan dan gejala DBD hanya dianggap

sebgai demam biasa yang akan sembuh dengan sendirinya. Akibat fatal sering

terjadi. Epidemiologi akan bermanfaat dalam kasus ini yaitu dengan?

a. Mengkaji resiko yang ada di setiap individu karena mereka dapat

mempengaruhi kelompok maupun populasi

b. Menanggulangi penyakit

c. Perencanaan dan pelayanan kesehatan

d. Hidup sejahtera

e. Menentukan masalah komunitas

5. Uji laboratorium yang sering dilakukan untuk mengetahui seorang pasien terkena

Demam berdarah Dengue adalah

a. Uji HI dan Uji ELISA

b. Uji BDB dan Uji HI

c. Uji ELISA dan Uji CVG

d. Uji CVG dan Uji BDB

e. Uji HI dan Uji CVG

Page 10: Clinical and Immunological Markers of Dengue Progression in a Study Cohort From

DAFTAR PUSTAKA

Bustan, Dr.M.N. 2007. Epidemiologi penyakit tidak menular. Jakarta : rineka cipta

Hiswani. 2003. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani9.pdf

Ryadi, ALS & Wijayanti, T. 2011. Dasar-Dasar Epidemiologi. Jakarta : Salemba medika

Suhendro, et.al. 2006. Demam Berdarah Dengue. edisi ke-4. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Sutaryo, 1991. Arti Diagnostik dan Sifat Imunologik pada Infeksi Dengue. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

http://www.growup-clinic.com/2015/02/06/penyebab-dan-proses-terjadinya penyakit-demam-berdarah-dengue/

http://www.plosone.org/search/simple?from=globalSimpleSearch&filterJournals=PLoSONE&query=Clinical+and+Immunological+Markers+of+Dengue+Progression+in+a+Study+Cohort+from+a+Hyperendemic+Area+in+Malaysia&x=0&y=0