ciletuh iagi

13
PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37 HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008 717 717 GUNUNG BADAK, CIKEPUH-CITISUK, DAN CITIREM, KOMPLEKS PETROTEKTONIK JALUR SUBDUKSI KAPUR JAWA BARAT Yoal Dianto dan 1 Yudih Saamena 1 1 Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung Sumedang KM.21 Jatinangor 45363 Telp./Fax (022) 7796545. Email : [email protected] , yudih.[email protected] SARI Kompleks Gunung Badak, Kompleks Cikepuh-Citisuk, dan Kompleks Citirem berada di Teluk Ciletuh, merupakan lokasi dari kumpulan batuan Pra-Tersier. Daerah Teluk Ciletuh berada di Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Batuan Pra-Tersier di Ciletuh dikenal luas sebagai tektonik melange yang terbentuk dari penujaman lempeng Indo-Australia terhadap Eurasia selama kala Kapur- Paleosen. Ini merupakan studi menyeluruh dari kumpulan petrotektonik melalui perangkuman dan analisis penelitian terdahulu (peta geologi dan studi laporan tidak terbit). Data diperoleh melalui pemetaan geologi detil skala 1: 100.000, pengamatan lapangan, analisis petrografi, analisis geokimia (dengan peralatan JEOL superprobe 733), analisis kimia mineral dan pengukuran tekanan dan temperatur. Kompleks Gunung Badak terdiri dari ofiolit (peridotit, gabro dan lava basal), batuan metamorfik (serpentinit, kuarsit, filit, dan sekis), Kompleks Cikepuh-Citisuk disusun batuan beku basa, ultrabasa, dan metamorfik sebagai lava basal, gabro, peridotit, dan sekis, Kompleks Citirem disusun oleh lava basal (struktur bantal dan vesikuler). Ke arah selatan (Gunung Badak menuju Citirem), kompleks ini disusun oleh kerak samudera bagian atas; sebaliknya ke utara Kompleks Ciletuh disusun oleh kerak samudera bagian dalam. Tersingkapnya batuan-batuan Pra-Tersier akibat adanya pengurangan kecepatan penekukan pada masa Eosen-Oligosen Bawah, diimbangi terbentuknya akresi, sehingga hadirnya kompleks melange yang mengandung blok- blok batuan ultramafik dan terdiri dari lempeng-lempeng serpentinit dan lava bantal. Di saat bersamaan terjadi obduksi yang menyebabkan proses metamorfisme; pada kala Oligosen Atas, adanya penambahan penekukan yang menyebabkan batuan metamorf mengalami retrograde metamorfism, ditunjukkan dengan hadirnya mineral klorit yang menggantikan aktinolit, albit dan kelompok epidot menggantikan plagioklas pada batuan epidot amfibolit. Kata kunci : Petrotektonik, Ciletuh, Melange, Penunjaman, Gunung Badak. ABSTRACT Gunung Badak, Cikepuh-Citusuk and Citirem Complex is situated in Ciletuh Bay. This location consist of Pre-Tertiary rocks assemblages. Ciletuh Bay region located in Sukabumi Regency, in West Java Province. The Pre-Tertiary rocks at Ciletuh have been widely considered as tectonic mélange, which occured by subduction of Indo- Australian and Eurasian plate during Cretaceous - Paleocene time. This is a comprehensive study of petrotectonic assemblages by the results of summary and analysis of previous research (geological map and unpublished reports). Primary data are obtained from detailed geological mapping on 1: 100000 scale, field observations and petrographic analysis, geochemical analysis (with JEOL superprobe 733), mineral chemical analysis, and temperature and stress measurement.

Upload: muhamad-naufan-nurfarisa

Post on 05-Jan-2016

113 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

materi mengenai geologi kawasan geopark ciletuh yang berlokasi di daerah ciemas sukabumi selatan,geopark ini memiliki keragaman dan keunikan dari sudut pandang flora,fauna dan juga geologinya.Ciletuh ini merupakan kawasan yang sedang di kembangkan potensinya menjadi kawasan wisata edukasi yang berorientasikan geologi,dengan kerjasama dengan biofarma dan universitas padjadjaran

TRANSCRIPT

Page 1: Ciletuh IAGI

PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37

HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008

717

717

GUNUNG BADAK, CIKEPUH-CITISUK, DAN CITIREM, KOMPLEKS PETROTEKTONIK JALUR SUBDUKSI KAPUR JAWA BARAT

Yoal Dianto dan1 Yudih Saamena1

1Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung Sumedang KM.21 Jatinangor 45363 Telp./Fax (022) 7796545.

Email : [email protected], [email protected]

SARI

Kompleks Gunung Badak, Kompleks Cikepuh-Citisuk, dan Kompleks Citirem berada di Teluk Ciletuh, merupakan lokasi dari kumpulan batuan Pra-Tersier. Daerah Teluk Ciletuh berada di Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Batuan Pra-Tersier di Ciletuh dikenal luas sebagai tektonik melange yang terbentuk dari penujaman lempeng Indo-Australia terhadap Eurasia selama kala Kapur- Paleosen.

Ini merupakan studi menyeluruh dari kumpulan petrotektonik melalui perangkuman dan analisis penelitian terdahulu (peta geologi dan studi laporan tidak terbit). Data diperoleh melalui pemetaan geologi detil skala 1: 100.000, pengamatan lapangan, analisis petrografi, analisis geokimia (dengan peralatan JEOL superprobe 733), analisis kimia mineral dan pengukuran tekanan dan temperatur.

Kompleks Gunung Badak terdiri dari ofiolit (peridotit, gabro dan lava basal), batuan metamorfik (serpentinit, kuarsit, filit, dan sekis), Kompleks Cikepuh-Citisuk disusun batuan beku basa, ultrabasa, dan metamorfik sebagai lava basal, gabro, peridotit, dan sekis, Kompleks Citirem disusun oleh lava basal (struktur bantal dan vesikuler).

Ke arah selatan (Gunung Badak menuju Citirem), kompleks ini disusun oleh kerak samudera bagian atas; sebaliknya ke utara Kompleks Ciletuh disusun oleh kerak samudera bagian dalam. Tersingkapnya batuan-batuan Pra-Tersier akibat adanya pengurangan kecepatan penekukan pada masa Eosen-Oligosen Bawah, diimbangi terbentuknya akresi, sehingga hadirnya kompleks melange yang mengandung blok-blok batuan ultramafik dan terdiri dari lempeng-lempeng serpentinit dan lava bantal. Di saat bersamaan terjadi obduksi yang menyebabkan proses metamorfisme; pada kala Oligosen Atas, adanya penambahan penekukan yang menyebabkan batuan metamorf mengalami retrograde metamorfism, ditunjukkan dengan hadirnya mineral klorit yang menggantikan aktinolit, albit dan kelompok epidot menggantikan plagioklas pada batuan epidot amfibolit.

Kata kunci : Petrotektonik, Ciletuh, Melange, Penunjaman, Gunung Badak.

ABSTRACT

Gunung Badak, Cikepuh-Citusuk and Citirem Complex is situated in Ciletuh Bay. This location consist of Pre-Tertiary rocks assemblages. Ciletuh Bay region located in Sukabumi Regency, in West Java Province. The Pre-Tertiary rocks at Ciletuh have been widely considered as tectonic mélange, which occured by subduction of Indo-Australian and Eurasian plate during Cretaceous - Paleocene time.

This is a comprehensive study of petrotectonic assemblages by the results of summary and analysis of previous research (geological map and unpublished reports). Primary data are obtained from detailed geological mapping on 1: 100000 scale, field observations and petrographic analysis, geochemical analysis (with JEOL superprobe 733), mineral chemical analysis, and temperature and stress measurement.

Page 2: Ciletuh IAGI

PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37

HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008

718

718

Gunung Badak Complex consists of ophiolite (peridotite, gabbro, and pillowed basalt), metamorphic (serpentinite, quartzite, phyllite, and schist), and sedimentary rocks (greywackes, nummulites limestone, black shale, red clay, and polymic breccias). Cikepuh-Citisuk Complex consists of basic, ultrabasic and metamorphic rocks as basaltic lava, gabbro, peridotite, and schist. Citirem Complex consists of thoelitic basaltic lava (pillowed and vesiculars).

In southernward (Gunung Badak to Citirem), this complex consists of upper part Oceanic Crust, inversely northward the Ciletuh Area consist inner part Oceanic Crust. Uplifting of pre-Tertiary rocks is due to less of speed in underside Eosen-Oligosen times, in balance by created of accretion, during the present of melange complex that implied blocks of ultramafic rocks and consists of sepernitite plates basaltic lava. In the same time obduction that made metamorphic process, at Upper Oligosen period, the increase of subduction which cause metamorf rocks to go through metamorphism retrogrades, showing by attended of klorite mineral that replaced aktinolit, albit and epidot groups replaced amfibolit epidot rocks.

Keywords: Petrotectonic, Ciletuh, Melange, Subduction, Gunung Badak.

PENDAHULUAN

Kompleks Gunung Badak, Kompleks

Cikepuh-Citisuk, dan Kompleks Citirem

di Teluk Ciletuh, merupakan lokasi

kumpulan batuan Pra-Tersier. Daerah

Teluk Ciletuh berada di Kabupaten

Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Secara

geografis termasuk dalam peta

topografi AMS lembar Balekambang

No.4221, dan secara fisiografis

termasuk dalam Pegunungan Selatan

yang dibentuk oleh Pegunungan

Priangan Selatan, membujur dari barat

ke timur (Bemmelen, 1949).

Martodjojo, Suparka dan Hadiwisastra

(1977) mengatakan bahwa batuan

pembentuk melange Ciletuh yaitu

satuan terbawah, terdiri dari ofiolit

(peridotit, gabro dan lava bantal),

batuan metamorf (serpentin, sekis, filit,

kuarsit) serta batuan sedimen (rijang,

serpih hitam, grewake, batugamping).

Seluruh batuan ini tercampur secara

tektonik dan ditafsirkan sebagai

endapan melange (Endang Tayib, dkk.,

1977).

Endapan melange tersingkap di daerah

utara ke selatan, masing-masing

Kompleks Gunung Badak (tersusun

oleh batuan ultrabasa, lava bantal, filit

dan sekis), Kompleks Cikepuh-Citisuk

(tersusun oleh gabro dan lava bantal)

dan Komplek Citirem (didominasi oleh

lava bantal). Hubungan stratigrafi

batuan kompleks melange Ciletuh

dengan batuan Tersier adalah selaras

(Gambar 1).

HASIL

Gunung Badak

Tersingkap andesit dan tuf, di selatan

Gunung Badak didominasi serpentinit,

batuan basalt dengan struktur

bantalnya teramati di utaranya dan di

beberapa tempat menunjukkan gejala

terbreksikan. Batuan serpentinit

Page 3: Ciletuh IAGI

PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37

HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008

719

719

Gunung Badak terubah sangat kuat,

terlihat tanah lapukan berwarna merah

coklat, batuan menyerpih, dan lava

bantal telah teralterasi, terlapukkan

sangat kuat, memiliki struktur mesh dan

bastit dan merupakan ubahan dari

hazburgit atau dunit. Basalt berwarna

abu-abu gelap dengan tekstur afanitik

sampai porfiritik, plagioklas (tidak

berwarna), amfibol (hijau) dan kalsit

(putih) mengisi rekahan, olivin dan

piroksen sedikit terubah menjadi

serpentin bertekstur bastit, olivin

berstruktur interlocking. Analisis

kualitatif menunjukkan jenis peridotit

adalah harzburgit (Patonah, 2003).

Cikepuh-Citisuk

Pada Sungai Cikepuh tersingkap gabro

pegmatit (gabro olivin dan troktolit)

terbreksikan dan peridotit terubah total

menjadi serpentinit dijumpai lebih ke

arah hulu sungai. Gabro ini berbutir

kasar dan sangat kasar tersusun atas

mineral plagioklas terlihat telah

terkloritisasi, piroksen dan olivin, telah

terubah dan ditunjukkan mineral

serpentin, mineral hijau (amfibol) dan

mineral opak dan terlihat

pembengkokan mineral dan

pemadaman bergelombang pada

piroksen dan amfibol. Sebagian kecil

tremolit diduga merupakan ubahan dari

piroksen dan adanya mineral kalsit

yang diperkirakan merupakan hasil

alterasi dari plagioklas. Dari hasil

analisis kualitatif menunjukkan bahwa

jenis peridotit adalah harzburgit.

Sebagian piroksen dan olivin yang

terubah menjadi serpentin bertekstur

bastit dengan jejak asal mineral

piroksen masih tampak jelas. Olivin

hadir dengan menunjukkan struktur

interlocking.

Dunit di Sungai Citisuk mengalami

pelapukan. Dunit didominasi oleh

mineral olivin (±80%), piroksen (±10%),

serpentin (10%), tekstur faneritik

dengan ukuran mesh. Olivin dan

piroksen sebagian besar terubah

menjadi serpentin. Serpentinit

merupakan hasil ubahan dari harzburgit

dengan ukuran butir sedang sampai

kasar dengan struktur mesh dan bastit

dan tidak ada indikasi terderformasi. Ke

arah hulu banyak dijumpai bongkah

gabro berbutiran kasar, beberapa di

antaranya menunjukkan struktur

milonitik atau terderformasi kuat atau

berupa leukogabro yang didominasi

oleh kehadiran plagioklas dengan

sedikit mineral mafik. Ke arah selatan

dari hulu ini dijumpai batuan metamorf

yang ditutupi oleh endapan

konglomeratik dengan komponen

dominan basal, peridotit dan gabro. Di

atasnya ditutupi oleh sedimen Formasi

Ciletuh.

Sungai Cikopo terletak di sebelah barat

Sungai Citisuk, dipisahkan punggungan

Tegal Pamakaman, tersusun oleh

Page 4: Ciletuh IAGI

PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37

HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008

720

720

serpentinit diperkirakan sebagai hasil

serpentinisasi dunit dan harzburgit,

bertekstur bastit, dengan jejak asal

mineral piroksen tampak jelas,

klinopiroksen bertekstur exsolution

lamellae, piroksen memperlihatkan

kembar agak kabur, pemadaman

sejajar pada ortopiroksen dan

pemadaman miring pada klinopiroksen,

olivin hadir bertekstur interlocking.

Dijumpai singkapan batuan peridotit

menumpang secara tektonik pada

batuan metamorf. Peridotit bertekstur

faneritik sampai porfirtik, ukuran butir

0,1 mm – 9 mm, sebagian berstruktur

mesh dan bastit, komposisi olivin ±55%,

ortopiriksen ±20%, klinopiroksen ±10%,

spinel ±5%. Di sekitar kontak atau alas

dari peridotit, menampakkan gejala

gerusan kuat didominasi kehadiran

serpentin, talk atau mineral kloritik,

kadang tercampur batuan metamorf.

Terdapat juga batuan metamorf epidot

amfibolit bertekstur porfiroblas dan

struktur schistose berukuran butir

0,05mm –2mm. Paragenesa mineral

yang menyusun yakni, aktinolit, albit,

epidot, klorit, kalsit, kuarsa sedikit

hornblende coklat serta urat kalsit dan

mineral opak (Patonah, 2003).

Citirem

Sungai Citirem tersingkap lava basal

berstruktur bantal yang menjorok ke

laut yang telah mengalami abrasi di

sekitar muara Sungai Cibuaya (Gambar

2). Lava ini berasosiasi dengan gabro,

spilit dan diabas, ditemukan basal

mengiklusi basal atau sebaliknya.

Perubahan litologis dari utara ke

selatan, gabro makin ke selatan tidak

tersingkap, yang merupakan

perkembangan akresi (Karig, 1976).

Gabro berbutir halus, tampak

mengalami pengaruh deformasi dan

terubah. Spilit berstruktur amigdaloid,

tampak jelas di atas massa dasar

mikrolit plagioklas. Deformasi yang kuat

ditunjukkan oleh satuan batuan gunung

api maupun satuan lempung abu-abu.

Gejala penggerusan diperlihatkan oleh

breksi sesar, milonitisasi, rekahan, dan

cermin sesar.

DISKUSI

Analisis Geokimia

Data geokimia merupakan data

sekunder oleh Dirk (1997), analisis

kimia sekunder terhadap batuan ofiolit

yang mengandung 2 conto peridotit, 2

conto basal, dan satu conto gabro.

Hasilnya menunjukkan gabro dan basal

mengandung alumina yang tinggi

(Al2O3>15%) komposisinya mirip

dengan batuan busur kepulauan yang

berkomposisi batuan basal busur

kepulauan beralumina tinggi dari

(Duaga Island-Witu Island, Papua New

Guinea; Middlemost, 1985), pada

diagram AFM hadir pada wilayah toleit,

semuanya dekat batas pemisah.

Page 5: Ciletuh IAGI

PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37

HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008

721

721

Diagram TiO2-MnO-P2O5 dipakai

karena unsur-unsur tersebut relatif

resistan selama proses metamorfisme

dan alterasi, hadir pada wilayah Calc-

Alkaline Arc Basalt (CAB), gabro jatuh

pada Island Arc Tholeiite (IAT). Batuan

mafik pada kompleks melange Ciletuh

cenderung sama dengan tipe dari

island arc, ditandai oleh kandungan

TiO2 rendah, ±1,2 wt%, kandungan

Al2O3 yang tinggi, ±16-19 wt% (Hartono,

2000)

Harzburgit di kompleks melange Ciletuh,

terdiri atas olivin, ortopiroksen,

klinopiroksen, spinel, mineral sekunder,

serpentin, dan mineral opak (magnetit),

olivin dan ortopiroksen terubah ke

serpentin (antigorit, krisotil) melibatkan

reaksi hidrasi antara air dengan mineral

primernya, klinopiroksen tahan alterasi.

Gabro pada kompleks melange

sebagian besar telah teralterasi dan

terdeformasi, ditandai dengan adanya

mineral klorit, kalsit, kelompok epidot,

serisit alterasi plagioklas, aktinolit-

tremolit sebagai hasil alterasi

penguraian piroksen. Gabro

berasosiasi lingkungan Island Arc

Tholeiite (IAT), karena rendah TiO2

(Mullen, 1982), batuan mafik yang

berkomposisi TiO2 rendah (1.2wt%) dan

berkomposisi Al2O3 tinggi 16-19 wt%

termasuk tipe Island Arc. Dari analisis

mineral albit, tremolit, dan aktinolit

menunjukkan gabro teralterasi pada

suhu ± 300oC-500o C dan tekanan ±

3kbar - ± 5kbar (Holand&Blundy, 1990).

Basal termasuk pada lingkungan Calc-

Alkaline Basalt (CAB, Mullen, 1982),

dengan komposisi tinggi alumina

(Al2O3), memiliki kemiripan dengan

basalt island arc Duaga Island-Witu

Island, Papua New Guinea (Dirk,1997).

Analisis Kimia Mineral

Analisis kimia dilakukan dengan

mikroprobe mineral JEOL superprobe

733.

a. Ofiolit

Pada batuan harzburgit, olivin

berkomposisi forsterit Fo80 - Fo82

rendah, mengindikasikan tidak berasal

dari mantel tapi merupakan hasil

peleburan dan inklusi fluida ke dalam

mineral. Nilai analisis Mg-Fe 0.89-1.6,

sedangkan unsur – unsur Ti, Ca, Cr, Ni,

dan Mn umumnya bernilai nol,

mengindikasikan hasil peleburan lerzolit

yang miskin unsur Ni dan Ca. Mineral

ortopiroksen berbentuk klino-enstatit

dengan kandungan Al 0.01-0.06, Ca

0.02-0.05, Cr 0.00-0.01, Ti 0.00-0.01

dan Na 0.00, komposisi klinoenstatit

±Wo1En80Fs91, mengindikasikan bukan

merupakan hasil dari mantel tapi dari

proses peleburan. Klinopiroksen

berbentuk salit, augit, wolastonit

dengan komposisi Wo36.02-40.58%,

En46.38-42.88%, Fs5.75-8.19%.

Komposisi unsur – unsur Al0.03-0.05,

Page 6: Ciletuh IAGI

PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37

HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008

722

722

Na 0.03, Ti 0.01-0.03, Fe2+0.11-0.16,

Cr0.02-0.01, dan Ni0.00. Kandungan

Ca Wolastonit mendekati 100% dari

grafik Si, Mg, Na, Ca, Cr, Ti, terhadap

Al merupakan fungsi partial melting,

meningkatnya derajat partial melting

dicirikan oleh turunnya kandungan Al

dengan peningkatan kandungan Si, Mg

dan Ca serta penurunan kandungan

Cr,Ti dan Na. Harzburgit kompleks

melange bukan hasil peleburan mantel

tapi akibat impregnasi magmatick

(Monnier,1996). Dapat disimpulkan

karakteristik kimia mineral dalam

harzburgit kompleks mélange Ciletuh

mirip dengan Island arc Mariana Trench.

Pada batuan gabro, mineral amfibol

dengan komposisi bervariasi, yaitu

magnesio-hornblende, aktinolit, fero-

hornblende dan sedikit tremolit (Ca-

Amfibol) tinggi Si dan Mg. Amfibol pada

gabro, merupakan mineral sekunder

dari proses hidrotermal dan alterasi

piroksen. Mineral plagioklas

berkomposisi anortit rendah An1-An9

yaitu albit. Albit merupakan Na-

plagioklas hasil alterasi plagioklas yang

lebih basa, kandungan K umumnya

berkomposisi sangat rendah < 0.09

atom persatuan formula.

b. Batuan Metamorf

Mineral amfibol pada batuan amfibolit

berkomposisi Mg-Hornblende, Fe-

Hornblende, sedangkan epidot pada

amfibolit berkomposisi Mg-Hornblende,

Fe-Hornblende, Edenit, dan sedikit

Aktinolit. Mineral plagioklas pada

Amfibolit komposisi lebih kaya Ca-

Plagioklas, Andesin (An41-An49), epidot

Amfibolit berkomposisi Na-Plagioklas

(An1-An9) Na-Ca Plagioklas An0-An21.

Epidot pada sayatan epidot Amfibolit

komposisi kaya Al, Ca dan Fe.

Kandungan pistachite 23.52-31.18%,

rendah. Fe dalam epidot menurun

seiring dengan meningkatnya tingkat

metamorfik. Mineral klorit pada batuan

epidot amfibolit kaya akan unsur Mg, Al,

dan Fe2+, dengan rasio Mg/Fe2+ >1.

Nilai rasio ini dapat digunakan untuk

penentuan geotermometer batuan.

Klorit berkomposisi Mg-Al, terbentuk

pada suhu 370o C-390o C.

Pengukuran Tekanan dan

Temperatur

Hasil deskripsi petrografis dan analisis

kimia mineral menunjukkan bahwa

epidot amfibolit terdiri atas kumpulan

mineral-mineral:

albit+oligoklas+aktinolit+hornblende+

klorit+epidot+kuarsa±kalsit±mineralopa

k. Menurut Pluysnina (1982), epidot

amfibolit terbentuk pada tekanan 1kbar-

3kbar dengan temperatur < 500oC,

sementara amfibolit terbentuk pada

tekanan 4kbar-6kbar, dengan

temperatur 600oC-660oC. Kalibrasi

geotermometer Holand&Blundy (1990)

pada amfibol yang berdampingan

dengan plagioklas dilakukan setelah

Page 7: Ciletuh IAGI

PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37

HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008

723

723

memasukkan data kualitatif Pluysnina

(1982), Brown (1977), dan Raase

(1974). Dari gabungan data di atas

menunjukkan bahwa batuan metamorf,

yaitu amfibolit memiliki kisaran 4kbar-

6kbar dan epidot amfibolit berkisar

antara 1kbar-5kbar. Dari hasil kalibrasi

geotermobarometer Pluysnina(1982),

Raase(1974), Brown(1977), dan

kalibrasi termometer Blundy &

Holand(1990), serta didukung oleh

paragenesa mineral batuannya, maka

dihasilkan tekanan dan optimum batuan

metamorf sebagai berikut :

1. amfibolit dengan kumpulan mineralnya, yaitu : andesin+hornblende±kuarsa± kalsit±mineral opak, mempunyai tekanan minimum ± 5kbar dan tekanan optimum ± 6kbar dengan temperatur ± 640oC-650oC.

2. epidot amfibolit dengan kumpulan mineralnya, yaitu: albit+oligoklas+aktinolit+ hornblende+klorit+epidot+kuarsa±kalsit±mineral opak, mempunyai tekanan minimum ±4kbar dan tekanan optimum ±5kbar. Temperatur minimum ±410oC sampai temperatur optimumnya ±455oC.

Hadirnya klorit pada epidot amfibolit

diperkirakan bahwa batuan ini

mengalami penurunan temperatur.

Menurut Deer, Howie&Zussman (1992)

menyatakan bahwa klorit terbentuk

pada temperatur 370oC-390oC,

sementara epidot yang merupakan

hasil kalibrasi data di atas

(Blundy&Holand,1990; Pluysnina, 1982;

Brown, 1977; Raase, 1974; serta

paragenesa mineral) diperkirakan

terbentuk pada temperatur 410oC-455o

C. Maka batuan ini diperkirakan telah

mengalami proses retrograde

metamorphism. Data petrografis dan

kimia mineral memperlihatkan pada

bagian tepi hornnblende diganti oleh

aktinolit, selain hadirnya klorit dan

epidot. Selain itu juga, dari hasil

analisis kimia mineral, menunjukkan

hadirnya mineral-mineral albit, oligoklas,

aktinolit, hornblende, dan edenit.

KESIMPULAN

Batuan ofiolit pada Komplek melange

Ciletuh terdiri atas serpentinit,

harzburgit terserpentinisasi, dunit,

gabro dan basal. Sebagian batuan ini

mengalami proses metamorfisme

menjadi batuan metamorf, yaitu

amfibolit dan epidot amfibolit.

Hasil data geokimia menunjukkan

bahwa gabro berasosiasi dengan

lingkungan Island Arc Toleiit (IAT),

sementara basal berasosiasi dengan

lingkungan Calc-alcaline Arc

Basalt/CAB (Mullen, 1982) yang

ditandai dengan tingginya kandungan

Alumina (Al2O3) dan mempunyai

karakteristik yang mirip dengan basal

busur kepulauan dari Duaga Island-

Wistu Island, Papua New Guinea (Dirk,

1997).

Berdasarkan hasil kalibrasi

geotermometer Blundy&Holand (1990),

Page 8: Ciletuh IAGI

PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37

HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008

724

724

geotermobarometer Pluysnina (1982),

Brown (1977), dan Raase (1974) serta

paragenesa mineralnya, menunjukkan

bahwa amfibiolit terbentuk pada

tekanan minimum ±5kbar dan tekanan

optimum ±6kbar dengan temperatur

±640oC-650oC. Sementara epidot

amfibiolit terbentuk pada tekanan

minimum ±4kbar dan tekanan optimum

±5kbr dengan temperatur minimumnya

±410oC sampai temperatur optimumnya

±455oC.

Karakteristik peridotit di komplek

melange Ciletuh pembentukannya

berasosiasi dengan lingkungan island

arc (Bloomer & Hawkins, 1993; Monnier,

1996)

Batuan ofiolit pada Kompleks melange

Ciletuh terdiri atas serpentinit,

harzburgit terserpentinisasi, dunit,

gabro dan basal. Sebagian batuan ini

mengalami proses metamorfisme

menjadi batuan metamorf, yaitu

amfibolit dan epidot amfibolit. Ditandai

dengan kandungan forsterit pada olivin

rendah (Fo < 90), adanya peningkatan

derajat partial melting yang ditunjukkan

dengan penurunan kandungan Al,

tampak Si dan Mg pada ortopiroksen

serat Ca pada klinopiroksen meningkat,

sementara Na, Ti dan Cr menurun

bersamaan dengan meningkatnya

derajat partial melting.

Tersingkapnya batuan-batuan Pra-

Tersier di kompleks melange ke

permukaan diperkirakan akibat adanya

pengurangan kecepatan penekukan

pada zaman Tersier (Eosen-Oligosen

Bawah) (Suparka, 1980) yang

diimbangi dengan terbentuknya akresi

di kompleks melange Ciletuh, jalur

penekukan bergeser ke barat dengan

arah utara barat-laut selatan tenggara

serta ditandai dengan hadirnya

kompleks melange yang mengandung

blok-blok batuan ultramafik yang

muncul secara tektonik dan terdiri dari

lempengan-lempengan serpentinit dan

lava bantal yang bercampur dengan

endapan sedimen (Darji, 1994 dalam

Patonah, 2003). Pada saat bersamaan,

juga terjadi obduksi, yaitu kerak

samudera menindih island arc sehingga

menyebabkan terjadinya proses

metamorfisme yang selanjutnya mejadi

batuan metamorf. Hal ini ditandai

dengan tingginya temperatur pada

batuan metamorf, sementara

tekanannya sedang. Akibat

terbentuknya akresi baru yang disertai

dengan pengangkatan pada kala

Oligosen Atas, yaitu adanya

penambahan penekukan yang bergeser

ke selatan (Suparka, 1980)

menyebabkan batuan metamorf

mengalami retrograde metamorphism.

Dari aspek petrografi dan analisis kimia

mineral, proses retrograde

metamorphism ditunjukkan oleh

hadirnya mineral klorit yang mengganti

aktinolit, albit dan kelompok epidot

Page 9: Ciletuh IAGI

PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37

HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008

725

725

mengganti plagioklas intermedier pada

epidot amfibolit.

DAFTAR PUSTAKA

Van Bemmelen, R.W., (1949). The Geology of Indonesia. Government Printing Office, Den Haag, Vol I, IA and IB, hal 732 .

Dharmasyraya, (1982). Geologi Daerah Citirem, Surade Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Jurusan Geologi FMIPA UNPAD. Thesis, Unpublished.

Deer, Howie & Zussman, (1992). An Introduction to Rock-Forming Mineral, Second edition. Longman Group (FE) Limited. pp.7,85,143, 223, 332.

Dirk, M.H.J., (1997). Studi Petrologi Batuan Ofiolit dari Komplek Bancuh Ciletuh Jawa Barat. Jurnal Geologi dan Sumber Daya Mineral. hal. 26-30.

Hartono, U., (2000). Island Arc Magmatism : A general Review on Petrogenetic Model. Jurnal Geology and Sumber daya Mineral. pp 16.

Karid, D.E., dan Sharman G.F. (1975). Subduction and accreation in trenches, Geol. Soc. Amer. Bull., v. 86, hal. 377-389.

Karig, D.F., Suparka, S., Moore, G.F., and Hehanusa, P., (1976). Cenozoic Evolution of The Sunda Arc in The Central Sumatra Region. CCOP Meeting.

Katili, J., (1975). Volcanism and Plate Tectonics in the Indonesian Island Arc, Tectonophysic, v.26, hal.165-188.

Martodjojo, S., (1984). Evolusi Cekungan Bogor, Jawa Barat. Institut Teknologi Bandung. Dissertation, Unpublished.

Martodjojo, S., Suparka S., Hadiwisastra, S., (1978). Status Formasi Ciletuh Dalam Evolusi Jawa Barat. Geologi Indonesia Vol 5. (2)

Mullen, D.E., (1982). MnO/TiO2/P2O5 : a Minor Element Discriminant for Basaltic Rocks of Oceanic Environment and Its Implication for Petrogenesis. Earth and plantery Science letters, Amsterdam. pp.53-61.

Noeradi, D., Lanin E.S. (2001) Guide Book Field Trip Ciletuh 2001. Departemen Teknik Geologi ITB. Unpublished.

Patonah, Aton., (2003). Studi Ofiolit Komplek Melange Ciletuh Daerah Ciletuh dan Sekitarnya Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Jurusan Teknik Geologi UNPAD. Unpublished.

Rosana, M.F., Mardiana, U., Syafri, I.,Sulaksana, N., Haryanto, I., (2006). Geologi Kawasan Ciletuh, Sukabumi: Karakteristik, Keunikan, dan Implikasinya. Jurusan Teknik Geologi UNPAD. Unpublished.

Satyana, A. H. (1989) Geologi dan Kerabat Ofiolit Gunung Badak. Jurusan Geologi UNPAD. Skripsi, Unpublished.

Suhaeli, E.T., et al., (1977). The status of the melange complex in Ciletuh area, Southwest Java: Proc. 6th Ann.Conv. IPA, pp. 241-253.

Suhanda, T., (1967). Geologi Daerah Ciletuh Jampangkulon, Sukabumi. Jurusan Geologi FMIPA UNPAD. Thesis, Unpublished.

Sukamto, Rab., (1975). Geologi Lembar Jampang dan Balekambang, Skala 1:100.000. Direktorat Geologi. Bandung.

Martodjojo, Suparka S., Hadiwisastra, S., (1977). Suatu Tinjauan

Page 10: Ciletuh IAGI

PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37

HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008

726

726

Mengenai Formasi Citirem. Berita Direktorat Geologi V.9. N. 15

Noeradi, Dardji, (1994). CONTRIBUTION A L’ETUDE GEOLOGIQUE D’UNE PARTIE OCCIDENTALE DE L’ILE DE JAVA-INDONESIE. Universitie de Savoie.pp 99-110,211.

Pluysnina, L.P., (1982). Geothermometry dan Geobarimetry of Plagioklas – Hornblende Bearing Assembelages. Contribution Mineral.80. pp. 140-146.

Suparka, S. (1980) Perkembangan Tektonik Daerah Jampang,

Jawa Barat Berdasaran Pengamatan Struktur Geologi. Teknologi Indonesia. Jilid III. No.1.

Thaib, J., (1967). Arah-arah struktural dalam batuan beku ultra basa dan metamorf di daerah masif Tjiletuh, , Jurusan Geologi Unpad. Skripsi. Unpublished.

Thayyib, S., Endang, Said S.E., Siswoyo, Prijomarsono S., (1977). The status of the Melange Complex in Ciletuh area, SouthWest Java. Proc. 6th

Ann.Conv. IPA, pp. 241-253

Page 11: Ciletuh IAGI

PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37

HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008

727

727

CITIREM

CIKEPUH-CITISUK

GUNUNG BADAK

Gambar 1.

Geologi Regional Kompleks melange Ciletuh (Distamben Jabar, 2005)

Gambar 2. Singkapan batuan di daerah Kompleks Melange Ciletuh; (a) Peridotit (G. Badak); (b) Lava Basal/Spilit (G. Badak); (c) Epidot (Sungai Cikepuh); (d)

Lava Basal berstruktur bantal; (e) Lava Basal (Sungai Citirem); f(g) Teluk Ciletuh; (h) Pantai muara Sungai Citirem

Page 12: Ciletuh IAGI

PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37

HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008

728

728

Gambar 3 Sayatan tipis : (a) Gabro (Gunung Badak); (b) Serpentinit (Gunung

Badak); (c) Epidot, urat dalam gabro (Sungai Cikepuh); (d) Lava Basal (muara Sungai Citirem); (e) Mikrogabro (Utara Sungai Citirem); (f) Peridotit (Sungai Cikopo); (g) Epidot Amfibolit (Sungai Cikopo); h.

Amfibolit (Sungai Citisuk); (i) Peridotit (Sungai Citisuk). Gambar 4.

a). Komposisi amfibol dari amfibiolit dalam diagram Si (Na+K)A b). Komposisi amfibol dari epidot amfibolit dalam digram Si(Na+K)A

(Leake et.Al., 1997)

Page 13: Ciletuh IAGI

PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IAGI KE-37

HOTEL HORISON BANDUNG, AGUSTUS 2008

729

729

Gambar 5. a). Tekanan dan Temperatur batuan Metamorf kompleks Ciletuh.

b). Geotermobarometer pada epidot amfibolit. (Pluysnina, 1982)

Gambar 6 Model Tektonik dan metamorfisme daerah Ciletuh (Suparka,1980