christian renata 2017.docx · web viewmayoritas penayangan informasi mengenai hipnosis bukan karena...
TRANSCRIPT
POLA KOMUNIKASI RUMAH HIPNOTIS SOLO DI KOTA SOLO
(Studi Deskriptif Kualitatif tentang Pola Komunikasi Komunitas Rumah
Hipnotis Solo di kota Solo tahun 2017)
Christian Renata Lie
Sutopo, JK,
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret
AbstractThis research is motivated by the public's assumption about the hypnotic scholarship that causes the loss for the person who is affected by the use of this scholarship. Start from lossing of immoral acts, fraud and theft of valuables using hypnosis. In the city of Solo it self there is a hypnotic community that tries to show its existence amid the negative assumption of the society. Communication certainly becomes a "tool" for the community to convey ideas and ideas about scholarly hypnosis to the community, especially in the city of Solo.The purpose of this study is to see the communication patterns that occur in the Rumah Hipnotis Solo community. Starting from interpersonal communication in the community up to the communication pattern between RumahHipnotis Solo community and Solo city people who get exposure of information from Rumah Hipnotis Solo community either online or offline.This research is a descriptive research. There are seix resource persons from the community selected to be the sample of the population based on the purposive sampling method. Then the theory used is the theory of persuasion communication that describes how the community communicates a communication message.The result of the collected data is the role of communicator held by members of the community with the city of Solo as a communicant. The content of messages contained in communication patterns either directly or using the media, is condensed by the education of what is hypnosis and how to make the image of hypnosis returns well in the eyes of the community, which has an effect on cognitive in Solo city society. In practice, the Solo House community uses persuasive communication to fulfill that purpose, which will influence the communicator to pursue specific ways of communicating. The media used are online media facebook, BBM, instagram and website. For interpersonal communication patterns in the community, everyone in the membership can be a communicator or communicant where later there is a flow of
information related to the development of scholarly hypnosis. In the delivery of messages there are unique terms and symbols known by hypnotists. Online communication media is also used by fellow members of the community that is using BBM, facebook, line, and instagram.Keywords : Pattern, Communication, Community, Hypnosis
Pendahuluan
Dalam kehidupan keseharian manusia tentunya mereka akan saling
berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Penggunaan komunikasi dijadikan
sarana mereka dalam rangka memenuhi hajat hidupnya. Mulai dari mendapatkan rasa
aman, pengetahuan, dan pastinya juga untuk memenuhi segala kebutuhan yang
membuat kehidupan mereka semakin layak.
Pada umumnya, seorang manusia akan melakukan komunikasi secara verbal,
yaitu menggunakan kalimat yang diucapkan secara lisan untuk menyampaikan
mengenai apa yang diinginkan kepada orang lain agar nantinya juga diharapkan
bahwa keinginan tersebut akan terpenuhi.
Terdapat suatu ilmu yang berkembang dengan dasar ilmu komunikasi yang
dipadukan dengan ilmu psikologi. Adalah hipnosis atau lebih dikenal dengan ilmu
hipnotis merupakan suatu teknik komunikasi persuasi yang nantinya akan berusaha
agar seseorang akan menerima dan melakukan sugesti yang diberikan hipnotis.
Sayangnya, media massa, seperti koran dan televisi sering kali menyoroti
dunia hipnosis ini. Mayoritas penayangan informasi mengenai hipnosis bukan karena
adanya benefit atau keuntungan yang dibawa oleh keilmuan hipnosis melainkan
adanya laten yang ditimbulkan karena penyalahgunaan ilmu hipnosis. Terdapat
oknum-oknum yang menyalahgunakan ilmu hipnosis untuk kepentingan pribadi.
Mulai dari tindakan asusila, hingga penipuan dan pencurian benda berharga
menggunakan ilmu hipnosis.
Rata-rata korbannya tidak sadar ketika oknum tidak bertanggung jawab ini
melakukan aksinya, hingga pada saat efek dari hipnosis hilang, korban
penyalahgunaan ilmu hipnosis baru sadar bahwa harta benda mereka telah lenyap.
Beberapa diantaranya bahkan tidak mampu mengingat informasi apapun mengenai
pelaku kejahatan hipnosis. Akibatnya, munculah pemikiran masyarakat Indonesia
untuk menghindari praktisi hipnosis tersebut.
Di kota Solo sendiri sudah mulai bermunculan kelompok-kelompok yang
berkecimpung dalam dunia hipnosis. Kelompok tersebut ditunjukkan dalam bentuk
komunitas. Seperti SOLMAC (Solo Magician Community), Ztrong Mind, dan Rumah
Hipnotis Solo. Pada dasarnya komunitas-komunitas tersebut menjadi wadah bagi
hipnotis untuk berkumpul dan berbagi ilmu.
Rumah Hipnotis Solo, merupakan wadah untuk masyarakat kota Solo dan
sekitarnya yang tertarik untuk belajar dan memperdalam cabang keilmuan
komunikasi ini. Selain itu banyak kegiatan lain yang dilakukan oleh anggota
komunitas Rumah Hipnotis Solo untuk menunjukkan dan mempertahankan
eksistensinya dalam masyarakat kota Solo, mulai dari kegiatan yang berkaitan
langsung dengan hipnosis hingga kegiatan sosial.
Sama seperti manusia lainnya, anggota komunitas Rumah Hipnotis Solo juga
melakukan komunikasi dengan tujuan untuk memenuhi salah satu hajat hidupnya
yaitu untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain, dalam hal ini, masyarakat kota
Solo. Bagaimana cara anggota komunitas Rumah Hipnotis Solo menyampaikan
informasi perihal hipnosis kepada masyarakat dalam rangka memperbaiki citra
hipnosis di kota Solo yang diulang secara terus-menerus dengan pola berkomunikasi
yang sering muncul akan menjadikan suatu pendataan untuk menggambarkan pola
komunikasi komunitas Rumah Hipnotis Solo kepada masyarakat kota Solo yang
nantinya akan diangkat sebagai suatu pembahasan utama dalam penelitian ini.
Rumusan Masalah
Bagaimana pola komunikasi komunitas Rumah Hipnotis Solo terhadap
masyarakat kota Solo dalam memperbaiki citra hipnotis di kota Solo.
Telaah Pustaka
Komunikasi
Komunikasi dikenalkan dari bahasa latin communicatio yang bersumber dari
kata communis yang berarti sama. Arti dari kata sama yang dimaksudkan disini
adalah sama makna. Dan definisi dari komunikasi itu sendiri adalah proses dimana
seseorang sebagai komunikator menyampaikan pesan menggunakan lambang serta
bahasa untuk mengubah perilaku orang lain yang menjadi komunikan1.
Komunikasi umumnya diartikan sebagai kegiatan dimana terdapat suatu
hubungan yang dimana dalam hubungan tersebut terdapat saling tukar menukar
pikiran atau pendapat antara komunikator dan komunikan. Menurut pendapat Carl T.
Hovland, komunikasi merupakan suatu proses dimana seorang individu sebagai
komunikator memberikan stimulis untuk mengubah tingkah laku individu-individu
lain sebagai komunikan. Sedangkan menurut Everet M. Roger, komunikasi adalah
suatu proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih
dengan maksud mengubah tingkah laku penerima2.
Menurut Lasswell, cara yang tepat untuk memahami komunikasi adalah
dengan cara menjawab pertanyaan : Who, Says What, In Which Channel, To Whom,
With What Effect? Rumusan pertanyaan tersebut mengandung lima unsur dasar dalam
komunikasi, yaitu :
1Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : Remaja Rosda Karya. 2005, h 12.2Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2001, h 62.
Siapa yang mengatakan? (komunikator, pengirim atau sumber)
Apa yang disampaikan? (pesan, ide, gagasan)
Dengan saluran apa? (media atau sarana)
Kepada siapa? (komunikan atau penerima pesan)
Apa dampaknya? (efek atau hasil komunikasi)
Pola Komunikasi
Pola komunikasi merupakan suatu kecenderungan gajala umum tertentu yang
menggambarkan cara berkomunikasi yang terjadi dalam suatu kelompok tertentu3.
Pola komunikasi merupakan model dari proses komunikasi dimana model tersebut
akan memunculkan bagian-bagian kecil dari proses komunikasi yag nantinya akan
membentuk suatu pola yang mudah untuk digunakan bagi suatu kelompok tersebut
berkaitan dengan proses komunikasi.
Pola merupakan sebuah sistem maupun cara kerja sesuatu yang memiliki
bentuk dan struktur yang tetap. Pola komunikasi juga dapat diartikan sebagai cara
dari suatu masyarakat atau komunitas dalam berkomunikasi satu sama lain untuk
mempertahankan bentuk dari masyarakat atau komunitas itu sendiri. Hal tersebut
dapat ditunjukkan dari pertemuan rutin yang mereka lakukan, cara mereka saling
berinteraksi satu sama lain, hingga bagaimana cara mereka berkomunikasi secara
rutin.
Masyarakat maupun komunitas satu berbeda dengan masyarakat lain. Hal
tersebut juga ditunjukkan dari cara mereka berkomunikasi dan berinteraksi.
Perbedaan cara mereka itulah yang menimbulkan suatu karakter yang khas, dan pada
akhirnya memunculkan perbedaan pola komunikasi dengan masyarakat maupun
komunitas lain.
3 AW Suranto, Komunikasi Sosial Budaya, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010, h 116.
Tubbs dan Moss mengatakan bahwa “pola komunikasi atau hubungan itu
dapat dicirikan oleh : komplementaris atau simetris. Dalam hubungan komplementer
satu bentuk dominan dari satu partisipan mendatangkan perilaku tunduk dan lainnya.
Dalam simetris, tingkatan sejauh mana orang berinteraksi atas kesamaan. Dominasi
bertemu dengan dominasi atau kepatuhan dengan kepatuhan”4.
Melihat dari apa yang dikatakan oleh Tubbs dan Moss, maka dapat terlihat
bahwa pola komunikasi menciptakan suatu struktur sistem tertentu. Struktur sistem
itu sendiri nantinya akan menunjukkan bagaimana masyarakat dalam kelompok atau
komunitas akan berinteraksi antara satu sama lain dan akan menunjukkan bagaimana
mereka akan menentukan hubungan antara satu sama lain.
Pola Komunikasi Antar Pribadi
Pola komunikasi antar pribadi atau komunikasi interpersonal, menurut Joseph
A. Devito dalam buku “The Inter Personal Cummunication Book” mendefinisikan
komunikasi antarpribadi sebagai suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan
antara dua orang atau lebih atau di antara sekelompok kecil orang, dengan beberapa
efek dan adanya umpan balik atau feedback5.
Berdasarkan definisi tersebut, komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai
suatu komunikasi yang berlangsung antara dua orang yang sedang bercakap dengan
bertatap muka dalam suatu pertemuan. Jadi apa yang akan dilihat disini adalah
berfokus mengenai pola komunikasi yang berkaitan dengan pertemuan dua orang
tersebut. Model komunikasi apakah yang sering dilakukan seseorang dalam pola
komunikasinya akan menjadikan suatu bentuk komunikasi yang dapat digeneralisasi
untuk memahami pola apa yang dipakai dalam komunikasi tersebut.
4Tubbs, L Stewart dan Moss Sylvia, Human Communication (Konteks-konteks Komunikasi), Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001, h 26.5Aw, Suranto, Op.cit., h 1.
Pola komunikasi antar pribadi itu sendiri merupakan suatu hubungan yang
dilakukan antar individu dengan adanya suatu upaya agar lawan komunikasi
melakukan sesuatu sebagai efek dalam komunikasi tersebut. Dalam terjadinya
komunikasi itu sendiri senantiasa terbentuk suatu pola-pola tertentu yang khas dan
berbeda antar satu komunikasi antarpribadi dengan yang lain.
Komunitas
Komunitas merupakan suatu kelompok sosial yang terdiri dari beberapa
individu yang berbagi lingkungan dan umumnya memiliki suatu ketertarikan dan
habitat yang sama antar anggotanya. Komunitas berasal dari bahasa latin communitas
yang berarti “kesamaan”, kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti
“sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak”6
Dalam komunitas manusia, setiap partisipan di dalamnya dapat memiliki
maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan dan kondisi-kondisi lain
yang serupa. Komunitas yang baik tentunya tidak terlepas dari proses komunikasi
yang baik antar anggotanya utuk mempertahankan solidaritas dan eksistensi
komunitasnya. Proses komunikasi tersebut mencakup seluruh elemen yang dapat
dilihat, didengar dan dirasakan oleh setiap pihak yang menyangkut komunitas, dalam
hal penelitian ini yaitu komunitas Rumah Hipnotis Solo.
Pola Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok (group communication) adalah suatu komunikasi yang
berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya
lebih dari dua orang7. Biasanya komunikasi kelompok terjadi dalam suatu lingkungan
organisasi. Selain itu juga terdapat kelompok-kelompok lain seperti misalnya
6 Tubbs, L Stewart & Sylvia Moss, Human Communication (Konteks-konteks Komunikasi), Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001, h 66.7 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005, h. 75.
keluarga, kelompok diskusi, ataupun kelompok yang didasari suatu hobi yang sama.
Dalam komunikasi kelompok, pesan mempunyai fungsi yang berkenaan dengan
hubungan interpersonal, konsep diri, perasaan dan moral.
Dalam kelompok tersebut, komunikator dan komunikan saling bertukar peran
antar satu sama lain. Dan ketika saling bertukar peran itulah mereka saling
mempengaruhi dan dipengaruhi antar satu dengan yang lainnya.
Curtis, James J. Floyd,dan Jerril L. Winsor (2005: 149) mengemukakan
bahwa komunikasi kelompok akan berlaku ketika tiga orang atau lebih bertatap
muka, biasanya di bawah suatu pengarahan dari seorang pemimpin untuk mencapai
tujuan atau sasaran bersama dan mempengaruhi satu sama lainnya.
Suatu kelompok biasanya terbentuk dikarenakan adanya suatu tujuan yang
sama antar individu di dalam kelompok tersebut. Kelompok yang baik dapat
mempertahankan bentuknya dan biasanya kelompok tersebut memiliki tujuan yang
jelas dan mempunyai struktur interaksi antar anggotanya.
Kelompok sendiri merupakan salah satu dari mekanisme pembentukan
karakter dari suatu individu, dimana dengan adanya suatu kelompok, seseorang akan
berinteraksi dengan orang-orang dalam keanggotaan kelompok tersebut secara lebih
intens dikarenakan kelompok kerap kali merupakan suatu kumpulan dari individu-
individu dalam suatu lingkup ruang dengan jumlah keanggotaan yang relatif kecil.
Hal tersebut menjadikan komunikasi akan lebih intens dan seseorang akan terbentuk
sifat dan karakternya sesuai dengan karakter dan sifat kelompok dimana ia berada.
Organisasi
Menurut Schein (1982), organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan
sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan
dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Dari pengertian tersebut
dapat kita simpulkan bahwa organisasi merupakan sejumlah wadah tempat
berkumpulnya beberapa orang yang memiliki suatu tujuan yang relatif sama. Dalam
wadah tersebut terdapat pembagian pekerjaan yang nantinya akan menjadi tanggung
jawab setiap orang yang diberikan pekerjaan tersebut, yang nantinya digunakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam organisasi itu sendiri.
Organisasi memiliki karakteristik yaitu mempunyai susunan struktur, tujuan,
hubungan antara satu dengan yang lainnya dan memiliki suatu ketergantungan
terhadap komunikasi manusia untuk mengkoordinasi aktivitas yang ada dalam
organisasi tersebut sebagai suatu kesatuan sistem8.
Berdasarkan dengan pengertian-pengertian yang dipaparkan oleh para ahli maka
dapat dilihat bahwa ada kesamaan yang ditekankan pada setiap teori dari para ahli
tersebut. Terdapat elemen-elemen dasar dari sebua organisasi yang saling berkaitan
antar satu dengan yang lain. Elemen tersebut adalah9:
Struktur sosial : merupakan pola atau aspek aturan hubungan yang ada antara partisipan di dalam suatu organisasi.
Partisipan : merupakan kontribusi individu-individu di dalam suatu organisasi.
Tujuan : merupakan suatu titik yang akan dicapai dalam suatu organisasi. Teknologi : merupakan alat dan perlengkapan serta pengetahuan dan
pengetahuan partisipan. Lingkungan : merupakan suatu kondisi fisik, teknologi, kebudayaan, dan
lingkungan sosial yang dimana suatu organisasi berada dan harus menyesuaikan diri.
Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi menurut Goldhaber (1986) “Organizational
communication is the process of creating and exchanging messages whitin a network
of interdependent relationship to cope with environmental uncertainty”. Yaitu
8Muhammad, Arni, Op.cit., 2001, h 23.9Muhammad, Arni. Op.cit., h 25.
komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam
satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi
masalah lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah10.
Hubungan antara organisasi dan keilmuan komunikasi adalah terletak pada
suatu fokus yang melihat bagaimana hubungan, bentuk, dan cara berkomunikasi
individu-individu yang ada di dalam organisasi tersebut dalam upaya mencapai suatu
tujuan dari organisasi.
Komunikasi berdasarkan Lasswell mempertanyakan siapa, mengatakan apa,
menggunakan saluran apa kepada siapa dan menghasilkan efek apa. Demikian pula
apa yang dilihat komunikasi dalam suatu organisasi akan melihat bentuk komunikasi
yang berlangsung dalam organisasi, menggunakan metode apa, menggunakan teknik
apa, menggunakan saluran apa, bagaimana prosesnya, faktor apa yang menjadi
penghambat dan atau pendukung, dan sebagainya. Sehingga pada nantinya jawaban
bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut akan digunakan sebagai suatu rumusan untuk
menyajikan bahan data untuk mengkonsepkan suatu organisasi berdasarkan jenis
organisasi, sifat organisasi, serta lingkup organisasi dengan memperhitungkan
elemen-elemen tertentu pada saat komunikasi dilakukan dalam organisasi tersebut.
Teori Komunikasi Persuasif
Merupakan suatu bentuk komunikasi yang memiliki karakteristik khusus
dalam segi tujuan dari komunikasi itu sendiri, yaitu berusaha untuk mengubah sikap
menggunakan pesan yang dikirimkan oleh komunikator. Seperti yang dikatakan oleh
De Vito, bahwa11:
“Pembicaraan persuasif mengetengahkan pembicaraan yang sifatnya memperkuat, memberikan ilustrasi, dan menyodorkan informasi kepada khalayak. Akan tetapi tujuan pokoknya adalah untuk menguatkan atau
10Ibid, h 67.11 A. Devito, Joseph, Komunikasi Antar Manusia, Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group, 2011, h 120.
mengubah sikap dan perilaku, sehingga penggunaan fakta, pendapat, dan himbauan motivasional harus bersifat memperkuat tujuan persuasifnya.”
Berdasarkan dari penjabaran oleh De Vito tersebut, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa tujuan utama dari komunikasi persuasif adalah untuk mengubah
sikap dari komunikan atau untuk memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu.
Terdapat berbagai faktor yang harus diperhitungkan oleh komunikator agar
komunikasi persuasi dapat berjalan dengan baik:
1. Kejelasan tujuan
Tujuan dari komunikasi persuasif harus ditentukan sebelum melakukan
proses komunikasi tersebut. Bila bertujuan untuk merubah sikap maka
berkaitan dengan aspek afektif, mengubah pendapat maka berkaitan
dengan aspek kognitif, mengubah perilaku maka berkaitan dengan aspek
motorik.
2. Mendefinisikan target komunikasi secara cermat
Sasaran komunikasi tentunya memiliki keragaman yang kompleks, mulai
dari segi demografis, jenis kelamin, pekerjaan, suku, bangsa, budaya, gaya
hidup. Berbeda keragaman maka akan berbeda pula cara untuk melakukan
komunikasi persuasif.
3. Memilih strategi komunikasi yang tepat
Setelah menentukan tujuan dan mendefinisikan target komunikasi, seorang
komunikator harus dapat menentukan strategi yang tepat. Mulai dari siapa
sasaran persuasi, tempat, waktu, apa yang akan disampaikan, hingga
mengapa harus disampaikan harus bersatu padu dalam rangkaian proses
komunikasi persuasi.
De Vito juga menjelaskan bahwa terdapat tiga alat utama yang dapat
digunakan dalam komunikasi persuasif12:
12 Loc.cit.
1. Penalaran dan BuktiPenalaran merupakan proses yang dilakukan untuk menarik suatu kesimpulan berdasarkan bukti yang ada. Dalam penalaran diperlukan bukti pendukung yang kuat, baru, netral dan tidak memihak.
2. Daya Tarik PsikologisDaya tarik psikologis dipusatkan pada motif kekuatan yang menyemangati seseorang untuk mengembangkan, mengubah, atau memperkuat sikap da perilaku tertentu. Motif yang dapat menjadi sasaran daya tarik psikologis antara lain berupa rasa takut, kekuasaan, kendali, pengaru, pengakuan, hingga ekonomi (keuangan)
3. Daya Tarik KredibilitasKredibilitas menunjukkan pada kualitas daya persuasi yang bergantung kepada persepsi komunikan terhadap karakter komunikator. Komunikator dinilai kredibel apabila komunikan menganggap bahwa komunikator adalah karakter yang baik (dapat dipercaya dan adil), berpengetahuan (terlatih, berkompeten dalam mendiskusikan topik, dapat diandalkan sebagai sumber informasi) dan berkepribadian (dinamis, kharismatik, aktif, energik). Apabila penilaian tersebut dapat terpenuhi, maka kemungkinan tersampaikannya pesan oleh komunikator akan lebih besar.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian menggunakan metode penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian yang digunakan sebagai
bahan penelitian adalah komunitas Rumah Hipnotis Solo yang memiliki basecamp
sebagai pusat perkumpulan dan pusat kegiatan yang beralamat di Perumahan Nila
Graha No. 85, Gonilan, Kartasura, Sukoharjo. Kemudian, peneliti akan menentukan
bahwa yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah anggota komunitas Rumah
Hipnotis Solo. Dengan pemilihan sample menggunakan metode purposive sampling.
Variabel yang ditelaah untuk menggambarkan pola komunikasi dalam
penelitian ini adalah komunikator, isi pesan, komunikan, media, dan efek komunikasi.
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain,
wawancara mendalam, observasi partisipatif, studi pustaka dan dokumentasi, serta
penelusuran data online. Sebagai teknik validitas data digunakan metode
perpanjangan keikutsertaan serta triangulasi data.
Sajian dan Analisis Data
A. Aktivitas komunikasi komunitas
a. Gathering
b. Street Hypnotist
c. Street Hypnotist Akbar
d. Perform dan Event
e. Bakti Sosial
f. Pelatihan hypnotist dan hipnotheraphy
B. Pola Komunikasi Komunitas Rumah Hipnotis Solo kepada Masyarakat
Kota Solo
Komunikator yang terjadi dalam pola komunikasi komunitas Rumah
Hipnotis Solo kepada masyarakat kota Solo adalah anggota komunitas Rumah
Hipnotis Solo. Pesan yang terkandung dalam komunikasi berupa edukasi
mengenai hipnotis. Peran komunikan dipegang oleh masyarakat kota Solo
yang nantinya akan menerima isi pesan sebagai mana yang telah dipaparkan
sebelumnya. Dalam proses komunikasi yang terjadi terlihat adanya media
komunikasi online yang digunakan antara lain instagram, facebook, BBM,
WhatsApp serta website. Efek yang terlihat dalam observasi yang dilakukan
peneliti adalah adanya perubahan kognitif dari masyarakat kota Solo yang
diberikan edukasi oleh anggota komunitas. Selain itu terdapat perubahan
perilaku setelah kebutuhan informasi masyarakat kota Solo terhadap keilmuan
hipnosis. Ada beberapa temuan unik dalam pola komunikasi yang muncul
dalam komunitas Rumah Hipnotis Solo. Hal tersebut terlihat dalam proses
komunikasi secara langsung, yaitu sebagian besar ketika dalam kegiatan street
hypnotist, peneliti melihat adanya berbagai bentuk pendekatan oleh anggota
komunitas Rumah Hipnotis Solo, berdasarkan berbagai aspek:
1. Bahasa : anggota komunitas ini menyesuaikan bahasa seperti bahasa
yang digunakan komunikan. Misalnya komunikan menggunakan
bahasa Jawa, komunikator juga menggunakan bahasa Jawa, begitu
pula dengan bahasa lainnya seperti bahasa Indonesia atau bahkan
bahasa campuran Indonesia dan Jawa. Untuk orang yang lebih tua atau
lebih dihormati, penggunaan bahasa resmi atau formal juga tidak
menjadi hal yang aneh dalam penggunaan bahasa mereka.
2. Gesture tubuh : anggota komunitas biasanya mendatangi kelompok
kecil dengan bahasa tubuh yang sopan, sopan disini maksudnya tidak
terkesan buru-buru, sehingga target komunikan tidak merasa kaget
atau terganggu akan kehadiran anggota komunitas. Kemudian ketika
sudah bergabung dalam kelompok kecil tersebut, terdapat teknik
mirroring yaitu merupakan teknik yang biasa digunakan hipnotis yang
mana seorang hipnotis melakukan gerakan yang mirip dengan gerakan
lawan bicaranya. Misalnya, ketika suyet duduk bersila, hipnotis juga
duduk bersila, ketika suyet duduk dengan satu kaki disilangkan,
hipnotis juga akan melakukan hal yang sama. Secara psikologis, suyet
akan merasakan kenyamanan ketika melihat cerminan dari dirinya
sendiri. Selain gesture tubuh, mirroring juga dapat digunakan dalam
hal intonasi suara dan tempo yang digunakan dalam berbicara.
3. Pesan : isi pesan tentu saja untuk mengenalkan dan mengedukasi
masyarakat mengenai hipnosis, kemudian dalam penyampaian pesan
tersebut, seorang hipnotis melakukan bahasa persuasif hampir disetiap
kesempatan mereka melakukan proses komunikasi kepada orang lain.
Dengan cara itu maka informasi akan didengar oleh gelombang alpha
yang merupakan gelombang alam bawah sadar dari komunikan13.
4. Repetisi : yaitu pengulangan. Dalam teknik penyampaian pesan dalam
komunikasi antara anggota komunitas Rumah Hipnotis Solo kepada 13 Andri Hakim, Hypnosis in Teaching, hlm. 51.
masyarakata kota Solo, anggota komunitas melakukan pengulangan
kalimat yang berisikan sugesti kepada suyet. Dalam teknik hipnosis,
repetisi ini dilakukan untuk dua hal, yang pertama agar suyet paham
mengenai sugesti apa yang diberikan kepada dirinya dan yang kedua
agar suyet dapat lebih mudah untuk mengingat sugesti tersebut.
5. Prasangka : dalam upayanya melakukan pendekatan ke masyarakat
yang belum pernah dikenal sebelumnya, anggota komunitas Rumah
Hipnotis Solo biasanya tidak melakukan pengenalan bahwa dirinya
adalah seorang hipnotis. Anggota komunitas melakukan pendekatan
dengan permainan sulap atau dengan menanyakan sesuatu, misalnya
jam berapa, atau menanyakan suatu lokasi kepada calon suyet.
Kemudian setelah mendapatkan respon dari suyet, mereka baru secara
perlahan-lahan mulai memasukkan pesan mengenai edukasi tentang
hipnosis kepada masyarakat. Hal tersebut dilakukan untuk
meminimalisir prasangka buruk dari suyet sebagai komunikan ketika
mengetahui bahwa anggota komunitas adalah seorang hipnotis. Tidak
jarang bahwa anggota komunitas melakukan praktek permainan
menggunakan hipnosis serta hypnotheraphy atau hypnomotivation di
akhir permainan dengan orang di jalan, kemudian baru menjelaskan
bahwa hipnosis itu tidak se”mengerikan” seperti yang orang-orang
pikirkan.
6. Komunikasi sekunder : Dengan adanya contoh, yang itu merupakan
anggota dari kelompok kecil masyarakat yang menjadi target
komunikasi sebagai suyet, maka anggota lain dari kelompok kecil
tersebut akan lebih mudah untuk mempercayai anggota komunitas
tidak akan melakukan sesuatu yang merugikan mereka. Untuk lebih
jelasnya kita menggunakan contoh ada sekumpulan orang dari luar
komunitas bernama “A”, “B”, “C” dan “D”. Kemudian anggota
komunitas, katakanlah namanya adalah “X” mendatangi mereka dan
bermain hipnosis tanpa sebelumnya mengaku bahwa dirinya adalah
seorang hipnotis. “A” ternyata merupakan salah satu orang yang bisa
diberikan sugesti dengan lebih mudah, jadi “X” bermain dengan “A”.
Setelah selesai bermain dan menanamkan sugesti berisi motivasi
kepada “A”, “X” memberikan penjelasan kepada sekelompok orang
tersebut, dengan “A” sebagai bukti nyata bahwa suyet tidak akan
diberikan suatu sugesti yang merugikan diri suyet. Setelah itu edukasi
mulai diberikan kepada “B”, “C”, dan “D”. Orang yang terkena
pengaruh hipnosis biasanya tidak dapat mengingat apa yang terjadi
sebelumnya, untuk itu maka terjadi komunikasi sekunder dimana
informasi yang diberikan oleh “X” kembali diceritakan oleh teman-
teman “A” baik secara lisan atau menggunakan media bantu lain
seperti misalnya foto atau video. Dan disitu bila terdapat hal yang
ingin ditanyakan “A” juga dapat melakukan komunikasi primer dengan
menanyakan langsung kepada “X” tadi.
7. Psikologi : dalam penyampaian pesan, anggota komunitas
menggunakan metode dengan membawakan suatu pesan ke dalam
cerita. Kemampuan story telling tersebut mempertimbangkan
penggunaan otak dari komunikan, dimana otak kanan akan lebih
mudah untuk menerima informasi yang sifatnya berupa cerita.
Imajinasi dan juga daya khayal dari komunikan juga mempengaruhi
bagaimana penerimaan pesan komunikasi. Kata “…bayangkan…”
digunakan seorang hipnotis untuk membawa suyet sebagai komunikan
ke dalam dunia imajinatif mereka. Otak kanan merupakan pusat
penyimpanan memori jangka panjang, sehingga dengan mengarahkan
cerita yang berisi pesan akan membuat suyet menerima kesan dengan
jangka waktu yang lebih lama karena tersimpan di otak kanannya.
Kesimpulan
Dari hasil analisis dari penelitian ini, maka peneliti akan menyimpulkan
bahwa :
1. Pola komunikasi yang terjadi dalam komunitas Rumah Hipnotis Solo
dalam upayanya mengenalkan hipnosis serta memperbaiki citra hipnosis di
masyarakat kota Solo lebih cenderung menggunakan bahasa informal. Hal
tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa bahasa informal yaitu
menggunakan campuran bahasa Jawa dan Indonesia yang terkesan lebih
santai dapat lebih mudah untuk diterima masyarakat awam. Untuk di
beberapa kondisi yang lebih resmi, bahasa formal juga digunakan untuk
menyesuaikan kondisi ketika terjadinya interaksi oleh anggota komunitas
yang dalam hal ini lebih mendominasi peran komunikator utama, kepada
masyarakat kota Solo sebagai komunikan. Untuk pesan komunikasi yang
terkandung dari proses komunikasi berkecimpung dalam tema edukasi
yang mengenalkan mengenai apa itu hipnotis dan juga usaha untuk
meluruskan mengenai pikiran masyarakat tentang hipnosis yang kurang
tepat, sehingga citra hipnosis di masyarakat kembali baik. Edukasi sendiri
dilakukan biasanya ketika kegiatan street hypnotist, yang mana dilakukan
hampir setiap hari secara bergantian oleh anggota komunitas Rumah
Hipnotis Solo.
Dalam prakteknya, komunitas Rumah Hipnotis Solo menggunakan
komunikasi persuasi dimana tujuan utama dari persuasi tersebut adalah
untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku yang menganggap bahwa
hipnosis adalah hal yang negatif menjadi hipnosis yang dianggap positif.
Kemudian atas tujuan tersebut maka terdapat pengambilan keputusan
mengenai bagaimana cara-cara khusus yang akan ditempuh untuk
memenuhi tujuan tersebut.
Dalam penggunaan media sosial, penggunaan facebook terlihat paling
sering digunakan untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas. Selain itu
instagram, BBM, WhatsApp serta website juga digunakan untuk
berinteraksi. Komunikasi yang terjadi juga menggunakan bahasa informal
untuk berinteraksi, namun tetap menggunakan batas kesopanan. Pembina
dan ketua sebagai pengurus inti yang juga merupakan komunikator utama
dari pihak komunitas menggunakan bahasa formal dalam penyusunan kata-
kata dalam setiap postingan di jejaring sosial. Dalam penggunaan jejaring
sosial, komunitas Rumah Hipnotis juga menyampaikan perihal yang sama
seperti ketika mereka melakukan komunikasi secara langsung kepada
masyarakat kota Solo yaitu mengenai edukasi tentang hipnosis. Materi dari
postingan yang dilakukan sendiri berkesinambungan sejajar dengan
berjalannya kegiatan edukasi dari komunitas secara langsung. Misalnya
ketika hari itu melakukan agenda street hypnotist maka materi postingan
untuk edukasi juga berkaitan dengan street hypnotist itu sendiri. Dengan
segala bentuk pengenalan dan penjelasan dari komunitas kepada
masyarakat terdapat efek positif dimana masyakarat lebih memahami
hipnosis dan mengerti mengenai keuntungan dari keilmuan itu, walau ada
juga sebagian masyarakat yang tetap tidak dapat menerima akan kehadiran
keilmuan ini.
DAFTAR PUSTAKA
A Devito, Joseph. (2011). Komunikasi Antar Manusia. Tangerang Selatan: Karisma publishing Group.
Alo, Liliweri. 2004. Wacana Komunikasi Organisasi. Bandung: PT. Mandar Maju.Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi).
Jakarta : Rineka Cipta.Arni, Muhammad. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Brahma Putra Marhaendra, Skripsi Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan reality show “Uya Emang Kuya” di SCTV (UPN Jawa Timur: 2010).
Budyatna, Muhammad. 2011. Teori Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Daymon, Christine., dan Immy Holloway. 2008. Metode-metode Riset Kualitatif: dalam Public Relations dan Marketing Communication, Yogyakarta : Penerbit Bentang.
Effendy, Onong Uchjana. 1984. Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Effendy, Onong Uchjana. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Hakim, Andri. 2010. Hypnosis in Teaching. Jakarta : Visi Media.Hatch, E dan Farhady, H. 1981. Research Design and Statistics for Applied
Linguistics, Teheran: Rahmana Publication.https://www.bogorkota.jabar.polri.go.id/2016/02/01/waspada-modus-kejahatan-
dengan-hipnotis/, diakses pada 2 Maret 2017.https://www.hypnosis45.com/sejarah_hypnosis.htm, diakses pada 26 Mei 2017.https://www.id.wikipedia.org/wiki/Hipnosis, diakses pada 26 Mei 2017.https://www.solopos.com/2012/12/22/dua-perempuan-dihipnotis-saat-belanja-
360939, diakses pada 2 Maret 2017.Jiwanto, Gunawan. 1985. Komunikasi dalam Organisasi. Yogyakarta: Pusat
Pengembangan Managemen & Andi Offset.McQuail, Denis. 1987. Mass Communication Theory (Teori Komunikasi Massa).
Jakarta : Erlangga.Muhammad, Arni. 2001. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara.Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.Ndraha, Taliziduhu. 2003. Budaya Organisasi. Jakarta : Rineke CiptaNuruddin. 2000. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta : Raja Gravindo Persada.Nye, R. D. 1973. Conflict Among Human, Springer Publishing Co: New York
Balancing Creativity and Constraint. Bedford: Boston.Parwito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : LKiS.Rakhmat, Jallaluddin. 1993. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT Remaja
Rosda Karya.Rakhmat, Jallaluddin. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosda
Karya.Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.Suprayogo, Imam Tobroni, 2001. Metodologi Penelitian Sosial – Agama, Bandung :
Remaja Rosda Karya.Suranto, AW. 2011. Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta : Graha Ilmu.Tubbs, L Stewart dan Moss Sylvia. 2001. Human Communication (Konteks-konteks
Komunikasi). Bandung : Remaja Rosda Karya.
Tubbs, L Stewart dan Moss Sylvia. 1996. Human Communication (Konteks-konteks Komunikasi). Bandung : Remaja Rosda Karya.
West, Richard, Lynn H. Turner. 2008. Teori Komunikasi. Jakarta : Salemba Humanika.