chapter ii.pdf
TRANSCRIPT
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Xerostomia
Xerostomia merupakan suatu gejala kekeringan dalam mulut yang
bersifat subjektif dan disebabkan oleh banyak faktor.10
2.1.1 Definisi
Xerostomia didefinisikan sebagai keluhan subjektif dari mulut kering
yang disebabkan oleh penurunan produksi saliva.3 Xerostomia adalah kondisi
yang berhubungan dengan penurunan penghasilan saliva dan perubahan dalam
komposisi saliva seperti saliva menjadi kental. Xerostomia juga berkaitan
dengan gangguan mengunyah, gangguan bicara, gangguan pengecapan,
halitosis, dan meningkatnya infeksi oral.11
2.1.2 Etiologi
Xerostomia merupakan suatu kondisi kekeringan dalam mulut yang
dapat disebabkan beberapa faktor, yaitu :
1. Obat-obatan
Universitas Sumatera Utara
Xerostomia adalah efek samping yang sering dan signifikan dari obat-
obatan yang banyak diresepkan.3 Obat-obatan yang mempunyai efek
antikolinergik seperti antidepresan, antipsikotik, antiretroviral, dan muscle
relaxants dapat menyebabkan xerostomia.11, 12 Banyak obat-obatan yang
mempengaruhi sekresi saliva dengan cara mempengaruhi aliran saliva dengan
meniru aksi dari sistem saraf autonom secara langsung bereaksi pada proses
yang diperlukan untuk salivasi. Dapat juga secara tidak langsung dengan
mengubah cairan dan elektrolit atau dapat juga dengan mempengaruhi aliran
darah ke kelenjar. 1, 13 Obat antidepresan bekerja dengan jalan menghambat
reuptake serotonin dan noradrenalin di ujung-ujung saraf otak dan dengan
demikian memperpanjang masa waktu tersedianya neurotransmiter tersebut.
Obat antidepresan bekerja menghambat histaminik, kolinergik, dan reseptor
α-1-adrenergik.7, 23 Efek samping obat antidepresan salah satunya adalah efek
antikolinergik akibat blokade reseptor muskarin dengan menimbulkan
xerostomia.7, 16
Saliva dihasilkan oleh kelenjar parotis, submandibula, dan sublingual
serta ratusan kelenjar saliva minor yang terdistribusi dalam mulut.3 Sistem
saraf parasimpatis dan simpatis menginervasi kelenjar saliva. Stimulasi saraf
parasimpatis menyebabkan sekresi yang lebih cair, sedangkan saraf simpatis
memproduksi aliran yang lebih sedikit dan kental.3
Sekresi saliva dapat terjadi atas dua fase yaitu fase yang berhubungan
dengan asinus dan fase yang berhubungan dengan saluran pembuangan
Universitas Sumatera Utara
(duktus striated). Asinus, proses ini terjadi di lumen melalui sel eksositositas
dan terjadi akibat stimulus yang diterima. Stimulus yang diterima oleh asinus
dapat berupa adrenergik (α dan β) dan kolinergik. Seksresi β-adrenergik
terjadi akibat rangsangan membran sel, dimana bagian dalam sel membentuk
cAMP yang dapat mengaktifkan fosforilasekinase sehingga menyebabkan
fosforilase mikrofilamen berkontraksi dan granula sekresi diangkut ke
membran plasma luminal. Kemudian membran granula melebur dengan
membran plasma. Ludah primer berisi granula akan terus berjalan ke lumen
untuk di transport melalui muara pembuangan. Rangsangan β-adrenergik
menghasilkan sekresi saliva yang pekat, kaya protein dan berbusa. Sedangkan
pada rangsangan kolinergik neurotransmiter asetilkolin dapat menghasilkan
sekresi air yang banyak dengan kadar protein yang rendah.24
2. Usia
Xerostomia umumnya terjadi pada orang yang sudah tua. 11 Keadaan
ini disebabkan oleh adanya perubahan atropi pada kelenjar saliva sesuai
dengan pertambahan umur yang akan menurunkan produksi saliva dan
mengubah komposisinya. Seiring dengan meningkatnya usia, terjadi proses
aging. Terjadi perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar saliva, dimana
kelenjar parenkim hilang yang digantikan oleh jaringan ikat dan lemak, lining
sel duktus intermediate mengalami atropi. Keadaan ini mengakibatkan
pengurangan jumlah aliran saliva. 1, 5, 13
3. Terapi radiasi leher dan kepala
Universitas Sumatera Utara
Terapi radiasi pada daerah leher dan kepala untuk perawatan kanker
telah terbukti dapat mengakibatkan rusaknya struktur kelenjar saliva dengan
berbagai derajat kerusakan pada kelenjar saliva yang terkena radioterapi. 5, 13
Jumlah kerusakan kelenjar saliva tergantung dari jumlah dosis radiasi yang
diberikan selama terapi radiasi. 1, 11, 13 Pengaruh radiasi lebih banyak
mengenai sel asini dari kelenjar saliva parotis dibandingkan dengan kelenjar
saliva sublingualis. Tingkat perubahan kelenjar saliva setelah radiasi yaitu,
untuk beberapa hari, terjadi radang kelenjar saliva, setelah satu minggu terjadi
penyusutan parenkim sehingga terjadi pengecilan kelenjar saliva dan
penyumbatan. Selain berkurangnya volume saliva, terjadi perubahan lainnya
pada saliva, dimana viskositas menjadi lebih kental dan lengket, pH menjadi
turun dan sekresi Ig A berkurang. Waktu untuk mengembalikan kecepatan
sekresi saliva menjadi normal kembali tergantung pada individu dan dosis
radiasi yang telah diterima.13 Kerusakan permanen sering terjadi dengan dosis
yang tinggi, tetapi dengan dosis yang rendah kelenjar saliva dapat kembali
dalam 6-12 bulan. Dosis yang lebih besar dari 30 Gy bisa mengakibatkan
kerusakan permanen pada kelenjar saliva.11
4. Gangguan pada kelenjar saliva
Ada beberapa penyakit lokal tertentu yang mempengaruhi kelenjar
saliva dan menyebabkan berkurangnya aliran saliva. Sialodenitis kronis lebih
sering mempengaruhi kelenjar submandibula dan parotis.5, 13 Penyakit ini
menyebabkan degenerasi dari sel asini dan penyumbatan duktus. Kista-kista
dan tumor kelenjar saliva, baik yang jinak maupun ganas dapat menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
penekanan pada struktur-struktur duktus dari kelenjar saliva dan dengan
demikian mempengaruhi sekresi saliva.13 Sindroma Sjogren ialah kondisi
autoimun yang berkaitan dengan infiltrasi limfositik dari kelenjar saliva.5, 11
Sindroma Sjogren merupakan penyakit autoimun jaringan ikat yang dapat
mempengaruhi kelenjar saliva dan kelenjar airmata. 1, 13 Sel-sel asini kelenjar
saliva rusak karena infiltrasi limfosit sehingga sekresinya berkurang.13
5. Keadaan fisiologis
Pada saat berolah raga, berbicara yang lama dapat menyebabkan
berkurangnya aliran saliva sehingga mulut terasa kering.5, 13 Dalam keadaan
gangguan emosional seperti stres, putus asa dan rasa takut dapat merangsang
terjadinya pengaruh simpatik dari sistem saraf autonom dan menghalangi
sistem saraf parasimpatik sehingga sekresi saliva menjadi menurun
menyebabkan mulut menjadi kering. Bernafas melalui mulut juga akan
memberikan pengaruh mulut kering.1, 13
2.1.3 Gejala dan Tanda
1. Gejala
Individu yang menderita xerostomia sering mengeluhkan masalah
dalam makan, berbicara, menelan, dan pemakaian gigitiruan. Makanan yang
kering biasanya sulit dikunyah dan ditelan. Pemakaian gigitiruan juga
Universitas Sumatera Utara
mengalami masalah dengan retensi gigitiruan, lesi akibat gigitiruan, dan lidah
juga lengket pada palatum. 11, 14, 15
2. Tanda
Pasien yang menderita xerostomia dapat mengeluhkan gangguan
pengecapan (dysgeusia), rasa sakit pada lidah (glossodynia) dan peningkatan
kebutuhan untuk minum air, terutama pada malam hari. Xerostomia dapat
mengakibatkan peningkatan karies dental, erythema mukosa oral,
pembengkakan kelenjar parotid, angular cheilitis, mukositis, inflamasi atau
ulser pada lidah dan mukosa bukal, kandidiasis, sialadenitis, halitosis, ulserasi
pada rongga mulut.11, 14, 15
2.1.4 Diagnosis dan Pemeriksaan
Diagnosis xerostomia ditentukan berdasarkan anamnesis yang terarah,
pemeriksaan klinis dalam rongga mulut dan pemeriksaan laboratorium. Dalam
melakukan anamnesis dengan penderita dapat diajukan beberapa pertanyaan-
pertanyaan terarah yang dapat menentukan penyebab dan mendiagnosis
xerostomia. Pemeriksaan klinis dapat dilakukan dengan melihat gejala-gejala
klinis yang tampak dalam rongga mulut. Gambaran klinis tersebut antara lain :
hilangnya genangan saliva pada dasar mulut, mukosa terasa lengket bila
disentuh dengan jari ataupun ujung gagang instrumen. Mukosa juga terlihat
merah dan pada kasus-kasus yang lebih lanjut permukaan dorsal lidah terlihat
berfisur dan berlobul. 10
Universitas Sumatera Utara
2. Obat Antidepresan
Obat antidepresan adalah obat-obatan yang mampu memperbaiki
suasana jiwa (mood) dengan menghilangkan atau meringankan gejala keadaan
murung.16
2.2.1 Jenis obat antidepresan
Jenis obat antidepresan yang digunakan sebagai terapi depresi adalah
sebagai berikut :
a) Golongan trisiklik : Imipramine, Amitriptiline, Clomipramine,
Desipramine, Doxepine, Nortriptyline, Protriptyline, Trimipramine.
Antidepresan trisiklik adalah obat yang paling sering digunakan.
Antidepresan trisiklik menyebabkan efek dengan menghambat neuronal
uptake of noradrenaline dan menyebabkan aktifitas antikolinergik.
Antidepresan trisiklik juga menghambat neuronal uptake dari 5HT dan
dopamine. Mekanisme kerjanya yang pasti tidak diketahui. Antidepresan
ini efeknya terlihat setelah tiga sampai empat minggu dari pemberian
obat.17
Obat ini dapat mempunyai efek perbaikan suasana perasaan
(mood), bertambahnya aktivitas fisik, kewaspadaan mental, perbaikan
nafsu makan, pola tidur yang lebih baik, serta berkurangnya pikiran
morbid.18, 19 Obat depresi golongan ini biasanya menyebabkan mulut
kering, tremor ringan, detak jantung cepat, konstipasi, mengantuk, dan
Universitas Sumatera Utara
bertambah berat badan. Khususnya pada penderita yang lebih tua dapat
menyebabkan kebingungan, menjadi lambat atau terhenti sewaktu
berkemih, pingsan bila tekanan darah rendah dan koma.20
b) Golongan heterosiklik (generasi kedua dan ketiga) atau Tetracyclics
(TCAs) : Amoxapine, Maptrotiline, Trazodone, Bupropion, Mirtazapine,
Nefazodone.
Obat-obatan ini merupakan antidepresi yang relatif baru. Obat-
obatan ini merupakan hasil dari usaha mendapatkan obat yang efek
sampingnya lebih ringan dari antidepresan terdahulu.18, 19
c) Golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs) : Fluoxetine,
Paroxetine, Setraline, Fluvoxamine, Citalopram.
SSRIs umumnya adalah obat yang digunakan dalam pengobatan
depresi.17 Obat ini merupakan golongan obat yang secara spesifik
menghambat ambilan serotonin (SSRIs = Selective Serotonin Reuptake
Inhibitors). Obat ini merupakan inhibitor spesifik P450 isoenzim.18, 19 Efek
samping dari obat ini adalah mulut kering, mual, kecemasan, insomnia,
masalah seksual dan sakit kepala.20
d) Penghambat (Mono-Amine Oxidase Inhibitors) MAOIs :
Isokarboksazid, Phenelzine, Tranylcypromine.
Penghambat MAO digunakan untuk mengatasi depresi, tetapi
penggunannya sangat terbatas karena toksik. Kadang-kadang dapat dicapai
efek yang baik.18, 19 Efek samping termasuk mulut kering, tremor, insomnia,
delirium, konvulsi, hipotensi postural, konstipasi, impoten. Efek samping
Universitas Sumatera Utara
yang serius termasuk peripheral neuropathy dan jaundice oleh karena luka
pada hepatoseluler.17
e) Golongan (Serotonin Norephinephrine Reuptake Inhibitor) SNRIs atau
Atypical : Venlafaxine, Trazodone, Nefazodone, Mirtazapine, Bupropion.
Obat ini diindikasikan untuk depresi, depresi yang berhubungan
dengan sindrom ansietas, dan gangguan ansietas sosial.18, 19 Efek samping
mirip dengan golongan SSRIs.20
2.2.2 Dosis Obat Antidepresan
Tabel.1 Rentang dosis harian yang lazim dari obat antidepresan :17, 21
Obat Dosis (mg)
Trisiklik Imipramine Amitriptiline Clomipramine Desipramine Doxepine Nortriptyline Protriptyline Trimipramine
Golongan heterosiklik (generasi kedua dan ketiga)
Amoxapine Maptrotiline Trazodone Bupropione Mirtazapine Nefazodone
SSRIs Fluoxetine Paroxetine
75-200 75-200 75-300 75-200 75-300 75-150 20-40
75-200
150-300 75-300 50-600 200-400 15-60
200-600
10-60 20-50
Universitas Sumatera Utara
Setraline Fluvoxamine Citalopram
MAOIs Phenelzine Tranylcypromine
50-200 100-300 20-60
45-75 10-30
KERANGKA TEORI
Terapi depresi
Terapi obat antidepresan
Psikososial ECT (electro convulsi
vse theraphy)
Universitas Sumatera Utara
KERANGKA KONSEP
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Pasien yang menggunakan obat antidepresan
- Lama penggunaan obat antidperesan
- Jenis obat antidepresan - Kombinasi obat
antidepresan - Usia 20 – 50 tahun
Pasien yang tidak menggunakan obat antidepresan - Usia 20 – 50 tahun
Xerostomia
Xerostomia
Universitas Sumatera Utara