chapter ii

6
TINJAUAN PUSTAKA Stum Mata Tidur Karet Bibit stum mata tidur adalah bibit yang diokulasi dilahan persemaian dan dibiarkan tumbuh selama kurang dari dua bulan setelah pemotongan batang atas pada posisi 10 cm diatas mata okulasi dengan akar tunggang tunggal atau bercabang. Akar tunggang tunggal lebih bagus dibandingkan dengan akar tunggang bercabang, sehingga petani karet biasanya memotong akar tunggang bercabang yang lebih kecil. Dengan demikian tinggal satu akar tunggang besar yang panjangnya sekitar 40 cm dan akar lateral yang panjangnya 5 cm (Setiawan dan Agus, 2005). Pemotongan akar adalah pemangkasan akar-akar semai dalam bedengan persemaian untuk membatasi pertumbuhan akar utama yang panjang dan tidak bercabang. Perenggutan (wrenching) akar menggunakan peralatan sama dengan pemotongan akar, tetapi mata pisau dimiringkan agar dapat mengangkat atau merenggut semai pada bedengan persemaian. Pemangkasan akar adalah memangkas sistem akar dengan standar panjang tertentu, sesudah semai dicabut dan dipilih sebelum disimpan atau ditanam (Daniel, dkk, 1995). Setelah tunggul okulasi dibongkar (bukan dicabut, agar akar tidak banyak yang putus) dari pembibitan, akar tunggang dipangkas hingga tertinggal 25-30 cm, akar-akar lateral dipangkas lebih pendek yang tinggal 5-10 cm, kemudian dipindahkan kedalam kantong plastik (Sianturi, 2001). Universitas Sumatera Utara

Upload: anggaanugrah-liberoeadjha

Post on 17-Dec-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

biokimia

TRANSCRIPT

  • TINJAUAN PUSTAKA

    Stum Mata Tidur Karet Bibit stum mata tidur adalah bibit yang diokulasi dilahan persemaian dan

    dibiarkan tumbuh selama kurang dari dua bulan setelah pemotongan batang atas

    pada posisi 10 cm diatas mata okulasi dengan akar tunggang tunggal atau

    bercabang. Akar tunggang tunggal lebih bagus dibandingkan dengan akar

    tunggang bercabang, sehingga petani karet biasanya memotong akar tunggang

    bercabang yang lebih kecil. Dengan demikian tinggal satu akar tunggang besar

    yang panjangnya sekitar 40 cm dan akar lateral yang panjangnya 5 cm

    (Setiawan dan Agus, 2005).

    Pemotongan akar adalah pemangkasan akar-akar semai dalam bedengan

    persemaian untuk membatasi pertumbuhan akar utama yang panjang dan tidak

    bercabang. Perenggutan (wrenching) akar menggunakan peralatan sama dengan

    pemotongan akar, tetapi mata pisau dimiringkan agar dapat mengangkat atau

    merenggut semai pada bedengan persemaian. Pemangkasan akar adalah

    memangkas sistem akar dengan standar panjang tertentu, sesudah semai dicabut

    dan dipilih sebelum disimpan atau ditanam (Daniel, dkk, 1995).

    Setelah tunggul okulasi dibongkar (bukan dicabut, agar akar tidak banyak

    yang putus) dari pembibitan, akar tunggang dipangkas hingga tertinggal 25-30

    cm, akar-akar lateral dipangkas lebih pendek yang tinggal 5-10 cm, kemudian

    dipindahkan kedalam kantong plastik (Sianturi, 2001).

    Universitas Sumatera Utara

  • Air Kelapa Air kelapa mengandung unsur K yang tinggi sehingga dapat memacu

    pertumbuhan tanaman. Fungsi K bagi tanaman yaitu mamperkuat tubuh tanaman

    karena dapat menguatkan serabut-serabut akar, dapat memperlancar metabolisme

    dan mempengaruhi penyerapan hara (Hendaryono dan Wijayani, 1994).

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa air kelapa kaya akan potasium

    (kalium) hingga 17 %. Selain kaya mineral, air kelapa juga mengandung gula

    antara 1,7 sampai 2,6 % dan protein 0,07 hingga 0,55 %. Mineral lainnya antara

    lain natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu),

    fosfor (P) dan sulfur (S). Disamping kaya mineral, air kelapa juga mengandung

    berbagai macam vitamin seperti asam sitrat, asam nikotinat, asam pantotenal,

    asam folat, niakin, riboflavin, dan thiamin. Terdapat pula 2 hormon alami yaitu

    auksin dan sitokinin sebagai pendukung pertumbuhan tanaman

    (http://mindforum.com, 2010).

    Didalam air kelapa muda terdapat kandungan beberapa zat diantaranya

    adalah asam nikotinik 0,64 mg/ l, asam pantotenik 0,52 mg/ l, biotin 0,02 mg/ l,

    riboflavin 0,01 mg/ l, asam folik 0,003 mg/ l, sedikit thiamin dan pyridoxin,

    auksin 0,07 mg/ l, 1,3-dipenilurea 5,8 mg/ l,sorbitol 15 mg/ l, m-inositol

    0,01 mg/ l, scyllo-inositol 0,05 mg/ l, kalium 312 mg/ 100 g, klor 183 mg/ 100 g,

    sodium 105 mg/ 100 g, posfor 37 mg/ 100 g, magnesium 30 mg/ 100 g, sulfur

    24 mg/ 100 g, tembaga 0,1 mg/ 100 g dan copper 0,04/ 100 g (Yong, dkk, 2009).

    Diperkirakan bahwa dalam air kelapa mengandung zeatin yang diketahui

    termasuk dalam kelompok sitokinin. Sitokinin bersama dengan auksin

    mempunyai peranan penting untuk kemampuan mendorong terjadinya

    Universitas Sumatera Utara

  • pembelahan sel dan diferensiasi jaringan tertentu dalam pembentukan tunas pucuk

    dan pertumbuhan akar. Namun demikian, peranan sitokinin dalam pembelahan sel

    tergantung pada adanya fitohormon lain terutama auksin (Werner, dkk, 2001).

    Berdasarkan penelitian Maryoni (2005) pemberian konsentrasi air kelapa

    dapat meningkatkan pertumbuhan panjang tunas dan bobot kering tunas pada stek

    tanaman panili. Dari peningkatan panjang tunas secara linear diperoleh tunas

    terpanjang adalah 100,519 cm yang didapat pada konsentrasi 100% air kelapa.

    Bobot kering maksimum 9,05 g diperoleh pada konsentrasi air kelapa optimum

    60,61%. Konsentrasi air kelapa sebagai faktor tunggal berpengaruh nyata pada

    variabel jumlah akar, panjang akar, bobot basah akar, bobot kering akar, dan

    bobot kering tunas. Sampai konsentrasi 100% air kelapa yang diuji masih dapat

    meningkatkan panjang akar, jumlah akar, bobot basah akar, bobot kering akar dan

    bobot kering tunas.

    Berdasarkan penelitian Susiloadi (1999) tentang perendaman air kelapa

    terhadap tanaman markisa dengan 4 faktor yaitu 0, 6, 12 dan 24 jam, lama

    perendaman dengan air kelapa yang paling baik untuk pertumbuhan tunas dan

    akarnya adalah 12 jam.

    Komposisi nutrisi dari air kelapa dipengaruhi oleh jenis buah dan

    perbedaan tingkat kemasakan buah. Sebagai tambahan, asam sikimik dan quinon

    juga ditemukan dalam air kelapa yang berbeda jenis dan tingkat kematangannya.

    Jumlah maksimum terdapat dalam air kelapa yang berasal dari kelapa hijau yang

    muda (Majeed, 2003).

    Universitas Sumatera Utara

  • Auksin

    Auksin adalah zat aktif dalam sistem perakaran. Senyawa ini membantu

    proses pembiakan vegetatif. Pada satu sel auksin dapat mempengaruhi

    pemanjangan sel, pembelahan sel dan pembentukan akar. Beberapa tipe auksin

    aktif dalam konsentrasi yang sangat rendah antara 0.01 sampai 10 mg/L. Fungsi

    auksin: untuk merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta

    pertumbuhan aksis longitudinal tanaman, gunanya untuk merangsang

    pertumbuhan akar pada stekan atau cangkokan. Auksin sering digunakan untuk

    merangsang pertumbuhan akar dan sebagai bahan aktif sering yang digunakan

    dalam persiapan tanaman hortikultura komersial terutama untuk akar

    (Dewi, 2008).

    Auksin eksogen dapat memacu pertumbuhan dan pemanjangan akar awal.

    Pemberian auksin pada tanaman tanpa tajuk dapat membentuk akar samping.

    Selain itu juga dapat memacu perkembangan akar liar pada batang

    (Salisbury dan Ross, 1995).

    Auksin berperan dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman

    yaitu pembesaran sel yaitu koleoptil atau batang penghambatan mata tunas

    samping, pada konsentrasi tinggi menghambat pertumbuhan mata tunas untuk

    menjadi tunas absisi (pengguguran) daun aktivitas dari kambium dirangsang oleh

    auksin pertumbuhan akar pada konsentrasi tinggi dapat menghambat perbesaran

    sel-sel aka (Salisbury dan Ross, 1995).

    Universitas Sumatera Utara

  • Sitokinin

    Sitokinin diproduksi oleh akar dan dapat merangsang pembentukan akar

    lateral meskipun pada konsentrasi sama dapat menghambat pertumbuhan sumbu

    utama. Meskipun menghambat pemuluran akar primer, sitokinin sangat

    meningkatkan diameternya yang disebabkan rangsangan bersama dengan auksin

    dari kegiatan kambium akar (Wilkins, 1992).

    Sitokinin berfungsi memacu pembelahan sel dan pembentukan organ,

    menunda penuaan, meningkatkan aktivitas wadah penampung hara, memacu

    perkembangan kuncup samping tumbuhan dikotil, dan memacu perkembangan

    kloroplas dan sintesis klorofil (Salisbury dan Ross, 1995).

    Sebagian besar tumbuhan memiliki pola pertumbuhan yang kompleks

    yaitu tunas lateralnya tumbuh bersamaan dengan tunas terminalnya. Pola

    pertumbuhan ini merupakan hasil interaksi antara auksin dan sitokinin dengan

    perbandingan tertentu. Sitokinin diproduksi dari akar dan diangkut ke tajuk,

    sedangkan auksin dihasilkan di kuncup terminal kemudian diangkut ke bagian

    bawah tumbuhan. Auksin cenderung menghambat aktivitas meristem lateral yang

    letaknya berdekatan dengan meristem apikal sehingga membatasi pembentukan

    tunas-tunas cabang dan fenomena ini disebut dominasi apikal. Kuncup aksilar

    yang terdapat di bagian bawah tajuk (daerah yang berdekatan dengan akar)

    biasanya akan tumbuh memanjang dibandingkan dengan tunas aksilar yang

    terdapat dekat dengan kuncup terminal. Hal ini menunjukkan ratio sitokinin

    terhadap auksin yang lebih tinggi pada bagian bawah tumbuhan. Interaksi

    antagonis antara auksin dan sitokinin juga merupakan salah satu cara tumbuhan

    Universitas Sumatera Utara

  • dalam mengatur derajat pertumbuhan akar dan tunas, misalnya jumlah akar yang

    banyak akan menghasilkan sitokinin dalam jumlah banyak. Peningkatan

    konsentrasi sitokinin ini akan menyebabkan sistem tunas membentuk cabang

    dalam jumlah yang lebih banyak. Interaksi antagonis ini umumnya juga terjadi di

    antara ZPT tumbuhan lainnya (Dewi, 2008).

    Respon terhadap hormon, biasanya tidak begitu tergantung pada jumlah

    absolut hormon tersebut, akan tetapi tergantung pada konsentrasi relatifnya

    dibandingkan dengan hormon lainnya. Keseimbangan hormon, dapat

    mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan daripada peran hormon

    secara mandiri. Interaksi ini akan menjadi muncul dalam penyelidikan tentang

    fungsi hormon. Sitokinin secara mandiri tidak mempunyai efek. Akan tetapi,

    apabila sitokinin itu ditambahkan bersama-sama dengan auksin, maka sel itu dapat

    membelah (Wilkins, 1992).

    Universitas Sumatera Utara