chapter ii

Upload: cendyprastiwi

Post on 12-Jul-2015

131 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Terung Belanda (Solanum betaceum) Terung Belanda Solanum betaceum (syn. Cyphomandra betacea) merupakan salah satu tanaman perdu famili Solanaceae. Terung Belanda dikenal dengan nama Tamarillo yang diadopsi dari New Zealand yang dijadikan nama standar yang digunakan dalam standar industri perdagangan. Terung Belanda berupa tanaman perdu, tingginya 2 3 meter, pangkal batangnya pendek, percabangannya lebat. Daunnya tunggal, berselang-seling, bentuknya bundar telur sampai bentuk jantung. Bunga berada dalam rangkaian kecil di ketiak daun, dekat ujung cabang, berwarna merah jambu sampai biru muda. Terung Belanda merupakan tanaman yang dapat tumbuh pada ketinggian antara 1000 1800 m di atas permukaan laut sehingga dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Pada dataran rendah, pohon Terung Belanda tidak mampu berbunga, sedangkan pada daerah sejuk, dapat mendorong pembungaan. Tanaman ini berbuah matang pada musim dingin di daerah subtropik, dan jika ditanam di daerah tropis buah matang setelah udara dingin. Terung Belanda tumbuh baik di daerah yang memiliki drainase baik, kandungan organik dan kelembapan sedang serta tidak tahan terhadap genangan air. Pohonnya berbuah lebat, berumur panjang, dan responsif terhadap pupuk kandang dan tempat-tempat kering. Pohon Terung Belanda mulai berbuah setelah 1,5 2 tahun dan usia produktifnya antara 5 6 tahun. (Anonimous,diunduhOktober2009) Terung Belanda merupakan buah nonklimaterik yang tidak akan mudah rusak setelah pemanenan. Pada buah-buahan nonklimaterik, produksi karbondioksida dan gas etilen setelah pemanenan sangat rendah dan tidak terjadi peningkatan selama tahap pematangan. Lama musim panen Terung Belanda sekitar 6 7 bulan atau lebih.(Anonimous,diunduhOktober2009)

Universitas Sumatera Utara

2.1.1 Klasifikasi Terung Belanda

Gambar 2.1 Tanaman Terung Belanda Nama umum Indonesia: Terung Belanda. Klasifikasi Kingdom Subkingdom Super divisi Divisi Klas Subklas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Tracheobionta : Spermatphyta : Magnoliophyta : Magnolipsida : Asteridae : Solanales : Solanaceae ( suku terung-terungan) : solanum : Solanum betacea (Anonimous, diunduh Juli 2006)

Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Komposisi Kimia dan Manfaat Terung Belanda Dalam 100 g Terung Belanda mengandung 82,7-87,8 g air; protein 1,5 g; lemak 0,061,28 g; karbohidrat 10,3 g; serat 1,44,29 g; abu 0,660,94 mg; karoten 0,3710,653 mg; vitamin A 540 I.U. dan vitamin C 23,3 44,9 mg. Jika buah ini dimasak, maka sebagian besar vitamin C hilang. (Suprihartini, 2007) Terung Belanda kaya akan provitamin A yang baik untuk kesehatan mata dan vitamin C untuk mengobati sariawan dan meningkatkan daya tahan tubuh. Mineral seperti potassium, fosfor, dan magnesium mampu menjaga dan memelihara kesehatan tubuh. Serat yang tinggi dalam Terung Belanda bermanfaat untuk mencegah kanker dan sembelit/ konstipasi Komponen lainnya yang terkandung dalam Terung Belanda adalah vitamin E dan senyawa fenolik (termasuk antosianin dan flavonoid lainnya) serta karotenoid. Buah Terung Belanda berupa buah buni yang berbentuk bulat telur, kedua ujungnya meruncing, bertangkai panjang, daun kelopaknya tidak rontok. Kulit buah Terung Belanda tipis, licin, dan memiliki warna merah jingga sampai kekuningkuningan. Terung Belanda yang telah matang secara fisiologis, memiliki warna ungu kemerahan, sedangkan untuk buah yang telah matang penuh, warna kulit buah menjadi merah. Buah yang baik untuk diolah adalah pada tingkat kematangan 75100% matang, tidak rusak, tidak busuk ataupun pecah. Kulit buah Terung Belanda mengandung suatu zat yang rasanya pahit, tetapi zat ini dapat dihilangkan dengan mengupas kulitnya atau dengan menyeduhnya dengan air panas selama 4 menit, mengganti air setelah merebusnya 3 4 menit dan memanaskannya kembali dapat mengurangi rasa pahit dan sepat buah yang masih muda. Daging buahnya agak asam sampai manis, berwarna kehitam-hitaman hingga kekuning-kuningan, selain itu daging buah Terung Belanda agak keras sehingga memudahkan dalam penanganan pasca panen. Biji buah Terung Belanda berbentuk bulat pipih, tipis, dan keras.

Universitas Sumatera Utara

Pada suhu ruang, daya tahan simpan buah sekitar 1 minggu, tetapi pada penyimpanan dingin dengan suhu 3,5 oC + 1 oC buah dapat disimpan selama 8 minggu atau lebih. Terung Belanda dapat disimpan selama 2 minggu pada suhu refrigerator dan selama 1 minggu pada suhu ruang. Kerusakan yang umum terjadi pada buah adalah pembusukan, senesensi, dan memar. Kerusakan yang tampak pada Terung Belanda terlihat pada teksturnya yang mulai melunak, jaringan yang berubah warna menjadi kecoklatan. Pencoklatan jaringan terjadi karena adanya perubahan komponen antosianin dan fenolik pada buah yang merupakan akibat dari produksi gas etilen selama proses maturasi. Produksi Terung Belanda di Indonesia banyak terdapat di daerah dataran tinggi yang memiliki kondisi cuaca yang cocok untuk pertumbuhan buah Terung Belanda. Sentra produksi Terung Belanda terdapat di dataran tinggi Brastagi, Sumatera Utara. Buah Terung Belanda yang dikembangkan di Sumatera Utara merupakan salah satu buah yang memiliki masa depan dan bisa menembus pasar lokal maupun internasional. Dataran tinggi Tana Toraja di Makasar juga merupakan salah satu penghasil buah Terung Belanda. Sedangkan untuk di Pulau Jawa, produksi Terung Belanda dapat ditemukan di daerah Ciwidey dan Pangalengan, Kabupaten Bandung, serta di daerah dataran tinggi Dieng.(Anonimous,diunduhOktober2009)

2.2 Tanaman Lancing (Solanum mauritianum) Solanum mauritianum adalah pohon kecil atau semak dari Amerika Selatan, termasuk Argentina Utara, Brasil Selatan, Paraguay dan Uruguay . Tanaman ini dapat tumbuh hingga tiga puluh tahun. Memiliki daun besar berbentuk oval dan berwarna abu-abu kehijauan dan ditutupi dengan bulu. Bunga berwarna ungu dengan pusat kuning. Tanaman dapat berbunga sepanjang tahun tetapi berbuah pada akhir musim semi ke awal musim panas. Tanaman ini toleran terhadap banyak jenis tanah dan dengan cepat berkembang jika ditanam di sekitar perkebunan , hutan, semak dan lahan terbuka.

Universitas Sumatera Utara

Tanaman ini mengandung senyawa glykoalkaloid, solasodina, dengan kandungan tertinggi pada buah mentah hijau (2% - 3,5% berat kering). Solaurisin, Solaurisidin, dan Solasodamin juga telah ditemukan di (Wikipedia,diunduhOktober2010)) Solanum mauritianum.

2.2.1 Klasifikasi Tanaman Lancing

Gambar 2.2 Tanaman Lancing Kingdom Divisi Klas Sub klas Ordo Famili Genus Species

: Plantae : Angiosperms Magnoliophyta : Eudicots : Asterids : Solanales : Solanaceae : Solanum : S. mauritianum

Selain itu tanaman ini juga memiliki sejumlah sinonim : Solanum auriculatum Solanum carterianum Solanum pulverulentum

Universitas Sumatera Utara

Solanum tabaccifolium Solanum verbascifolium (Anonimous,diunduhOktober2010)

2.3 Teknologi Sambung Pucuk Sambung pucuk (Top Grafting) merupakan salah satu dari teknik penyambungan yang paling banyak digunakan dalam memadukan tanaman Terung Belanda dan Lancing. Teknik ini mempunyai banyak kelebihan dari teknik sambung lain diantaranya ; perlekatan yang padu dan sempurna antara batang Lancing dan terung sehingga aliran nutrisi dari Lancing ke tanaman Terung Belanda berjalan dengan baik sehingga, Terung Belanda dapat tumbuh dengan sebagaimana Lancing tanpa penyambungan. Selain itu, jika dilihat dari kokohnya lokasi perpaduan kedua batang ini, maka teknik sambung pucuk adalah pilihan yang baik. Hal ini karena, semua pembuluh yang ada pada tanaman Lancing dan Terung Belanda menyatu dengan sempurna. Sehingga batang Lancing yang disambungkan dengan batang Terung Belanda dapat berdiri kokoh. Pengerjaan sambung pucuk sangatlah mudah. Tanaman Lancing dan Terung Belanda sudah dapat disambung jika tanaman telah mempunyai setidaknya 2 hingga 3 lembar daun sejati. Namun, yang terpenting adalah penyambungan kedua tanaman ini harus dilakukan pada saat kondisinya masih berupa tanaman muda. (Husni, A. 2004) Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan penyambungan antara Lancing dengan Terung Belanda diantaranya ; 1. Sterilisasi dan Sanitasi Sterilisasi merupakan tindakan yang dilakukan dengan membunuh kuman-kuman dengan bahan-bahan kimia seperti penggunaan alkohol 96 %. Sterilisasi dan sanitasi merupakan faktor penting dalam keberhasilan penyambungan. Sterilkan alat-alat seperti, pisau okulasi, dan terutama kebersihan tangan. Tangan yang tidak bersih

Universitas Sumatera Utara

dapat menyebabkan berkembangnya bakteri patogen, jamur, maupun virus. Untuk meminimalkan kontaminasi maka cucilah tangan dengan sabun anti-mikroba dan gunakanlah sarung tangan dari karet yang bersih ( latex gloves ). 2. Keahlian dan ketelatenan dalam pengerjaan 3. Cuaca dan waktu penyambungan Penyambungan sebaiknya dilakukan di sore hari, kira-kira jam 2 - jam 4. Penyambungan sebaiknya tidak dilakukan di pagi hingga siang harinya karena tingginya penguapan yang menyebabkan tanaman menjadi layu dan mati. ( Rivard, 2004 ) Interaksi kimia yang terjadi pada membran sel kedua tanaman dianalisa dengan pendekatan sitologi dan biomolekular, dengan menggunakan instrumen RAPD ( Random Amplyfing Polimorphic DNA ). Interaksi kedua membran sel membentuk variasi kromosom atau transformasi gen yang baru yang didonorkan dari Lancing sebagai batang bawah (rootstock) ke Terung Belanda sebagai batang atas ( scion ) atau sebaliknya. Terjadinya fusi sel pada kedua membran yang dipadukan menyebabkan terjadi perubahan komposisi genetika maupun sifat fisis dari keduanya. Sebagai contoh, tanaman Terung adalah tanaman yang vigor dan mempunyai daya serap nutrisi makanan yang baik dari tanah. Sehingga, dengan adanya fusi sel antara membran sel batang menyebabkan perpindahan sifat vigor pada perpaduan tanaman keduanya.( Walden, 1994 ) Sedangkan pada proses penyambungan terjadilah pertumbuhan kedua membran sel dengan cara pembelahan. Pembelahan sel menyebabkan hilangnya dinding pembatas pada masing-masing membra, maka fosfolipida dan protein yang terdapat pada masing-masing membran akan berikatan yang dikatalisis oleh enzim Fosfatase. Sehingga, terjadi ikatan fosfat-fosfat secara kovalen pada sisi polar (bagian luar ) dan ikatan peptida-peptida secara hidrogen yang terjadi pada sisi lainnya ( protein dengan protein ) dibagian dalam membran. Ikatan fosfat dan peptida yang terbentuk menyebabkan terjadinya sambung lekat pada kedua membran sel. Dengan terbentuknya membran sel baru yang

Universitas Sumatera Utara

merupakan perpaduan keduanya maka transpor nutrisi, makanan, unsur hara, dan proses metabolisme dapat berlangsung sebagaimana mestinya. Tidak hanya itu saja, pembentukan membran sel baru juga memungkinkan untuk terjadinya perpindahan zat dari kedua tanaman. Sehingga memungkinkan terjadinya biosintesis senyawa atau molekul baru yang sebelumnya tidak dijumpai.( Finean, 1979)

2.4 Senyawa Alkaloid Metabolit basa yang mengandung nitrogen, yang diisolasi dari tanaman disebut alkaloid. Terdapat banyak sekali macamnya, serta strukturnya juga beragam. Meskipun demikian, penelaahan atas struktur-struktur tersebut menunjukkan bahwa alkaloid dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa alkaloid tersebut dibentuk sebagian besar dari banyak asam amino seperti: lisin, ornitin, phenilalanin, tryrosin, triptofan, serta kerangka asam-asam amino tersebut sebagian besar masih tetap asli didalam alkaloid-alkaloid yang diturunkannya. Mevalonat dan asetat merupakan prekursor dalam proses biosintesis senyawa-senyawa alkaloid-steroida.(Herbert, 2003)

2.4.1 Klasifikasi Senyawa Alkaloid Klasifikasi alkaloid menurut kerangka atomnya; 1. 2. 3. 4. 5. Golongan piridina; piperine, coniine, trigonelline, arecoline, arecaidine, guvacine, cystisine, Lobeline, nikotina, anabasine, sparteine. Golongan pyrrolidine; hygrine, cuscohygrine. Golongan tropane; atropine, kokaina, ecgonine, scopalamine, catuabine. Golongan kuinolina; kuinina, kuinidina, dihidrokuinina, dihidrokuinidina, strychnine, brucine, veratrine, cevadine. Golongan isokuinolina; alkaloid-alkaloid opium (papaverine, narcotine, narceine), sanguinarine, hydrastine, berberine, emetine, berbamine, axyacanthine.

Universitas Sumatera Utara

6. 7. 8.

Alkaloid thebaine).

fenantrena;

alkaloid-alkaloid

opium

(morfin,

cideine,

Golongan phenethylamine; mescaline, ephedrine, dopamin. Golongan indola; a. b. c. d. e. f. g. h. Tryptamines; serotonin, bufotenine, psilocybin. Ergolines; ergine, ergotamine, lysergic acid. Beta-carboline; harmine, harmaline, tetrahydroharmine. Yohimbans; reserpine, yohimbine. Vinca; vinblastine, vincristine. Kratom; mitragynine Tabernanthe iboga; ibogaine, voacangine, coronaridine. Strychnos nux-vomica; strychnine, brucine.

9. 10.

Golongan purine; xantina; kafein, teobromine, theopylline Golongan terpenoid; a. b. Alkaloid aconitum; aconitine. Alkaloid steroid (yang bertulang punggung steroid pada struktur yang bernitrogen); a) Solanum;solasodine, solanidine, solanine, chsnonine. b) Alkaloid veratrum; veratramine, cyclopamine,cycloposine, jervine, muldamine. c) Alkaloid salamander berapi; samandarin d) Lainnya; conessine

11. 12.

Senyawa ammonium quartenarys; muscarine, choline, neurine. Lain-lainnya; capsaicin, cynarin, phytolaccine, phytolaccotoxin.

(Handani, 2010)

Berdasarkan jenis tumbuhan darimana alkaloida ditemukan.

Universitas Sumatera Utara

Cara ini digunakan untuk menyatakan jenis alkaloida yang pertama-tama ditemukan pada suatu jenis tumbuhan. Berdasarkan cara ini, alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu: 1. Alkaloida tembakau 2. Alkaloida amaryllidiaceae 3. Alkaloida erythrine dan lainnya Tapi cara ini punya kelemahan: beberapa alkaloida yang berasal dari suatu tumbuhan tertentu dapat mempunyai struktur yang beda.

Berdasarkan asal-usul biogenetik. Cara ini sangat berguna untuk menjelaskan hubungan antara berbagai alkaloida yang diklasifikasikan Berdasarkan berbagai jenis cincin heterosiklik. Dari biosintesa alkaloida, menunjukkan bahwa alkaloida berasal dari hanya beberapa asam amino tertentu saja. Dapat dibedakan: 1. Alkaloida alisiklik (berasal dari asam-asam amino ornitrin & lisin) 2. Alkaloida aromatik jenis fenilalanin (berasal dari fenilalanin, tirosin & 3,4dihidrofenilalanin) 3. Alkaloida aromatik jenis indol (berasal dari triptopan). (Handani, 2010) Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah menurut Hegnauer dimana alkaloid dikelompokkan atas: 1. Main Alkaloid Alkaloid ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas fisiologis yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa, umumnya mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik, diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik. Beberapa pengecualian terhadap aturan tersebut adalah kolkhisin dan asam aristholokat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloida quartener yang bersifat agak asam daripada bersifat basa. 2. Protoalkaloid

Universitas Sumatera Utara

Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloid diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa. Pengertian amin biologis sering digunakan untuk kelompok ini. 3. Pseudoalkaloid Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa ini biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam kelompok ini yaitu alkaloid steroidal dan purin. ( Sovia, 2006) Sifat-sifat alkaloid: 1. Dalam tumbuhan alkaloid terdapat dalam bentuk bebas, garam atau dalam Noksida 2. 3. 4. Sebagian besar merupakan kristal yang halus yang bereaksi dengan asam membentuk garam, lainnya amorf. Kebanyakan mengandung atom Oksigen, kecuali coniine (Hemlock) dan nikotin (tembakau) yang tidak memiliki Oksigen berbentuk cair. Kebanyakan tidak barwarna kecuali berberine (kuning) dan garam sanguinarine (merah tembaga) 5. Kelarutannya sangat bervariasi tergantung struktur Dalam bentuk basa bebas, sedikit larut dalam air, larut dalam pelarut organik 6. Dalam bentuk garam sebaliknya ex : Strychnine HCl lebih larut dalam air daripada bentuk basanya 7. Perkecualian : Caffeine basa, terekstraksi oleh air Colchicine larut dalam air,dalam suasana asam, netral dan basa 8. Quinine Sulfat kelarutan 1 bagian dalam 1000 bagian air (Kramer, 2000) Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dalam buah terung terdapat bahan kontrasepsi alami, terutama dalam jenis Solanum khasianum, dan Solanum grandiflorum mengandung senyawa alkaloid berupa Solasodin dalam jumlah yang

Universitas Sumatera Utara

tinggi, yaitu antara 2,0 % hingga 3,5 %. Senyawa tersebut merupakan bahan baku untuk kontrasepsi oral untuk program keluarga berencana.(Kaspul,2007 )

2.5 Steroid Penggunaan steroid sebagai senyawa kimia alami sangat luas, antara lain sebagai obat kontrasepsi ( solasodin dan diosgenin), kardiotonik (digitoksin), precursor vitamin D (ergosterol) serta senyawa anabolic (androgen). Steroid merupakan turunan dari siklopentana perhidrofenantren, yang terdiri dari 17 atom C yang terdapat dalam hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Inti steroid yang jenuh disebut gonane. Semua golongan steroid merupakan turunan dari gonane yang mengalami substitusi oksidasi atau dehidrogenasi. Steroid di alam terdapat pada hewan yang berasal dari tri terpen lanosterol, sedangkan pada tumbuhan berasal dari sikloartenol melalui reaksi transformasi. (Kurt B.G. Torssell, 1991)

2.6 Solasodin Solasodin merupakan golongan alkaloid steroid yang sangat penting untuk produksi obat-obatan setelah diosgenin. Struktur solasodina mirip dengan diosgenin, dimana satu atom Oksigen diganti dengan atom Nitrogen, mempunyai 27 atom C, yang banyak dihasilkan oleh tanaman solanum sp.

Gambar 2.3 Solasodin yang terdapat pada tanaman Solanaceae

Universitas Sumatera Utara

Rumus molekul solasodina adalah C27H43O2N, larut dalam alkohol, aseton dan sedikit larut dalam air serta praktis tidak larut dalam eter, larutan bebas dalam benzene, piridina dan kloroform. Komposisi glikosida yang mengandung solasodina dari tanaman solanum sp, yaitu: a. Solasonin b. Solamargin : solasodina - galaktosa- glukosa-rhamnosa : solasodina - galaktosa rhamnosa rhamnosa

(Wikipedia, diunduh Juni 2006) Menurut Soehadi dan Santa (1992), alkaloid steroid solasodin bersifat kompetitif terhadap reseptor Folicle Stimulating Hormon (FSH) sehingga pelepasan FSH dari hipofisis akan terganggu. Folicle Stimulating Hormon berperan sebagai mediator untuk mengikat androgen dalam spermatogenesis. Jika FSH terganggu maka spermatogenesis menjadi terhambat (Ghufron dan Herwiyanti, 1995) dan menurunkan kualitas spermatozoa yang dihasilkan (Kaspul, 2001). Kualitas spermatozoa yang dihasilkan akan menentukan fertilitas pria. Jika kualitas spermatozoa menurun maka fertilitasnya juga akan menurun. Penurunan fertilitas ini menunjang pemanfaatan Terung sebagai bahan antifertilitas, namun diharapkan penggunaan ekstrak Solasodin ini tidak akan menurunkan produksi testosteron agar tidak menurunkan libido. Jika libido menurun maka tidak akan ada akseptor yang mau menggunakan antifertilitas tersebut.

2.7 Gametogenesis Merupakan peristiwa pembentukan sel gamet, baik gamet jantan/sel spermatozoa (spermatogenesis) dan juga gamet betina/sel ovum. a. Spermatogenesis merupakan proses pembentukan sel spermatozoa. Dibentuk di dalam tubula seminiferus. Dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu : 1. Hormon FSH ( Follicle Stimulating Hormone) yang berfungsi untuk merangsang pembentukan sperma secara langsung. Serta merangsang sel

Universitas Sumatera Utara

sertoli untuk meghasilkan ABP

(Androgen Binding Protein) untuk yang berfungsi merangsang sel

memacu spermatogonium untuk melakukan spermatogenesis. 2. Hormon LH (Latenizing Hormone) Leydig untuk memperoleh sekresi testosterone (yaitu suatu hormon sex yang penting untuk perkembangan sperma). Berlangsung selama 74 hari sampai terbentuknya sperma yang fungsional. Sperma ini dapat dihasilkan sepanjang usia. Sehingga tidak ada batasan waktu, kecuali bila terjadi suatu kelainan yang menghambat penghasilan sperma pada pria. b. Oogenesis merupakan proses pembentukan dan perkembangan sel ovum. Proses oogenensis dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu : 1. Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel sekitar sel ovum. 2. Hormon Estrogen yang berfungsi merangsang sekresi hormon LH. 3. Hormon LH yang berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (yaitu proses pematangan sel ovum). 4. Hormon progesteron yang berfungsi untuk menghambat sekresi FSH dan LH Selama 28 hari sekali sel ovum dikeluarkan oleh ovarium. Sel telur ini telah matang (mengalami peristiwa ovulasi). Selama hidupnya seorang wanita hanya dapat menghasilkan 400 buah sel ovum setelah masa menopause yaitu berhentinya seorang wanita untuk menghasilkan sel ovum yang matang Karena sudah tidak dihasilkannya hormon, sehingga berhentinya siklus menstruasi sekitra usia 45-50 tahun.

Universitas Sumatera Utara

Bagan/skema spermatogenesis Sel spermatogonium (2n) Mitosis Spermatosit primer Meiosis I Spermatosit sekunder Spermatosit sekunder Meiosis II Spermatid Spermatid Spermatid Spermatid

Sperma (n)

Sperma (n)

Sperma (n)

Sperma (n)

Bagan/skema Oogenesis Sel oogonium (2n) Mitosis Oosit primer (2n) Meiosis I Badan kutub primer Oosit sekunder (2n) Meiosis II Badan kutub sekunder Badan kutub sekunder Badan kutub sekunder Ootid OVUM

Universitas Sumatera Utara

Setelah ovulasi maka sel ovum akan mengalami 2 kemungkinan yaitu : a. Tidak terjadi fertilisasi maka sel ovum akan mengalami menstruasi yaitu luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang robek. Terjadi secara periodik/siklus. Mempunyai kisaran waktu tiap siklus sekitar 28-35 hari setiap bulannya. Siklus menstruasi terdiri dari 4 fase yaitu : 1. Fase Menstruasi yaitu peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang robek. Dapat diakbiatkan juga karena berhentinya sekresi hormon estrogen dan progresteron sehingga kandungan hormon dalam darah menjadi tidaka ada. 2. Fase Proliferasi/fase Folikuler ditandai dengan menurunnya hormon progesteron sehingga memacu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam ovarium, Graaf yang masak dan serta dapat membuat hormon estrogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi folikel de menghasilkan hormon estrogern yang merangsangnya keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen dapat menghambat sekersei FSH tetapi dapat memperbaiki dinding endometrium yang robek. 3. Fase Ovulasi/fase Luteal ditandai dengan sekresi LH yang memacu matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah mentruasi 1. Sel ovum yang matang akan meninggalkan folikel dan folikel aka mengkerut dan berubah menjadi corpus luteum. Corpus luteum berfungsi untuk menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi untuk mempertebal dinding endometrium yang kaya akan pembuluh darah. 4. Fase pasca ovulasi/fase Sekresi ditandai dengan Corpus luteum yang mengecil dan menghilang dan berubah menjadi Corpus albicans yang berfungsi untuk menghambat sekresi hormon estrogen dan progesteron sehingga hipofisis aktif mensekresikan FSH dan LH. Dengan terhentinya sekresi progesteron maka penebalan dinding endometrium akan terhenti

Universitas Sumatera Utara

sehingga menyebabkan endometrium mengering dan robek. Terjadilah fase pendarahan/menstruasi. b. Terjadi fertilisasi yaitu peleburan antara sel sperma dengan sel ovum yang telah matang dan menghasilkan zygote. Zygote akan menempel/implantasi pada dinding uterus dan tumbuh berkembang menjadi embrio dan janin. Keadaan demikian disebut dengan masa kehamilan/gestasi/nidasi. Janin akan keluar dari uterus setelah berusia 40 minggu/288 hari/9 bulan 10 hari. Peristiwa ini disebut dengan kelahiran. Mendel mempelajari perilaku kromosom sebagai pembawa bahan hereditas ini. Menurut Mendel, organisme membawa dua unit hereditas bagi setiap sifat keturunan. Selanjutnya teori Mendel sesuai juga dengan kenyataan, bahwa induk menurunkan hanya separoh kromosom melalui sel kelamin. Hereditas berarti penurunan sifatsifat genetik dari orang tua kepada anaknya. Gen adalah pembawa sifat (Mendel menyebutnya faktor). Alel adalah ekspresi alternatif dari gen dalam kaitan dengan suatu sifat. Setiap individu disomik selalu memiliki sepasang alel, yang berkaitan dengan suatu sifat yang khas, masingmasing berasal dari tetuanya. Status dari pasangan alel ini dinamakan genotipe. Sifat yang terkait dengan suatu genotipe disebut fenotipe.HukumSegregasi(HukumMendelI): Pada waktu berlangsung pembentukan gamet, tiap pasang gen akan disegregasi ke dalammasingmasinggametyangterbentuk. HukumPemilihanBebas(HukumMendelII): Segregasisuatupasangangentidakbergantungkepadasegregasipasangangenlainnya, sehingga di dalam gametgamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen gensecarabebas.(Anonimous,diunduhApril2008)

Universitas Sumatera Utara

Tahapan waktu dalam fertilisasi : 1. Beberapa jam setelah fertilisasi zygote akan membelah secara mitosis menjadi 2 sel, 4, 8, 16 sel. 2. Pada hari ke-3 atau ke-4 terbentuk kelompok sel yang disebut morula. Morula akan berkembang menjadi blastula. Rongga balstosoel berisi cairan dari tuba fallopi dan membentuk blastosit. Lapisan dalam balstosit membentuk inner cell mass. Blastosit dilapisi oleh throhpoblast (lapisan terluar blastosit) yang berfungsi 3-4 hari. 3. Pada hari ke-6 setelah fertilisasi throphoblast akan menempel pada dinding uterus/proses implantasi dan akan mengeluarkan hormon HCG (hormone Chorionik gonadotrophin). Hormon ini melindungi kehamilan dengan menstimulasi produksi hormon progesteron dan estrogen sehingga mencegah menstruasi. 4. Pada hari ke-12 setelah fertilisasi embrio telah kuat menempel pada dinding uterus. 5. Dilanjutkan dengan fase gastrula, yaitu hari ke-21 palsenta akan terus berkembang dari throphoblast. Mulai terbentuk 3 lapisan dinding embrio. Lapisan dinding embrio inilah yang akan berdiferensisai menjadi organ-organ tubuh. Organ tubuh aka berkembang semakin sempurna seiring bertambahnya usia kandungan. untuk menyerap makanan dan merupakan calon tembuni/plasenta/ari-ari. Blastosit akan bergerak menuju uterus dengan waktu

2.8 Hormon yang Berperanan dalam Kehamilan 1. Progesteron dan estrogen, merupakan hormon yang berperanan dalam masa kehamilan 3-4 bulan pertama masa kehamilan. Setelah itu fungsinya diambil alih oleh plasenta. Hormon estrogen makin banyak dihasilkan seiring dengan bertambahnya usia kandungan karena fungsinya yang merangsang kontraksi

Universitas Sumatera Utara

uterus. Sedangkan hormon progesterone semakin sedikit karena fungsinya yang menghambat kontraksi uterus. 2. Prolaktin merupakan hormon yang disekresikan oleh plasenta dan berfungsi untuk memacu glandula mamae untuk memproduksi air susu. Serta untuk mengatur metabolisme tubuh ibu agar janin (fetus) tetap mendapatkan nutrisi. 3. HCG (hormone chorionic gonadotrophin) merupakan hormon untuk mendeteksi adanya kehamilan. Bekerja padahari ke-8 hingga minggu ke-8 pada masa kehamilan. Hormon ini ditemukan pada urine wania pada uji kehamilan. Hormon oksitosin merupakan hormon yang berperan dalam kontraksi uterus menjelang persalianan. (Anonimous, diunduh januari 2010)

2.9 Prinsip Kontrasepsi dalam Reproduksi Bertujuan untuk mencegah bertemunya sel sperma dengan sel ovum, sehingga tidak terjadi fertilisasi. Macam cara dalam kontrasepsi adalah : 1. Sistem kalender yaitu dengan memperhatikan masa subur wanita. 2. Secara hormonal yaitu menghambat/menghentikan proses ovulasi. 3. Kimiawi yaitu dengan menggunakan zat-zat kimia. Seperti spermatosida untuk pria, vaginal douche untuk wanita. 4. Mekanik yaitu dengan menggunakan alat-alat kontrasepsi. 5. Sterilisasi yaitu dengan membuat setril organ-organ reproduksi bagian dalam. Seperti vasektomi untuk pria dan tubektomi untuk wanita.

2.10 Program Keluarga Berencana Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 Tentang Kependudukan dan Pembangunan keluarga sejahtera menyebutkan bahwa Keluarga Berencana merupakan Upaya peningkatan kesejahteraan keluarga melalui; (1) Pendewasaan usia perkawinan, (2) Pengaturan kelahiran, (3) Peningkatan

Universitas Sumatera Utara

ketahanan keluarga, dan (4) Peningkatan kesejahteraan keluarga. Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) tahun 1996 yang diratifikasi Indonesia pada tahun 1996 telah mengubah paradigma Program KB, dari yang sebelumnya melalui pendekatan target demografi melalui pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan akses dan kualitas dengan memperhatikan hak-hak reproduksi dan kesetaraan gender yang meletakkan penduduk sebagai Pusat pembangunan (Zaeni 2006). Keluarga berencana diartikan sebagai Suatu program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan dan perorangan dalam mencapai reproduksi mereka, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insiden kehamilan berisiko tinggi, kesakitan dan kematian, membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan, meningkatkan mutu, nasehat, komunikasi, informasi, dan edukasi, konseling dan pelayanan, meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB, dan meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) untuk penjarangan kehamilan (BKKBN 2001).

Universitas Sumatera Utara