chapter ii 23

17
22 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Hotel dan Jenis Hotel Pada saat ini kebutuhan jasa perhotelan sangat banyak peminatnya sehingga pihak pengusaha perhotelan memandang hotel bukan saja sebagai suatu tempat untuk menginap tetapi lebih dari itu. Hotel dapat digunakan sebagai tempat transaksi bisnis, tempat jamuan makan untuk tamu dan relasi-relasi bisnis, atau juga sebagai tempat diadakannya acara-acara khusus. Pada intinya hotel bertujuan menyediakan tempat untuk sementara waktu dengan memberikan pelayanan kepada konsumennya dengan harapan para tamu menjadi puas (Yoeti, 2004) Hotel adalah “suatu perusahaan yang menyediakan jasa-jasa dalam bentuk akomodasi (penginapan) serta menyajikan hidangan dan fasilitas lainnya dalam hotel untuk umum, yang memenuhinya syarat-syarat comfort dan bertujuan komersial” (Damardjati, 2002). Sedangkan menurut Menparpostel dalam Surat Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi No. 37/PW.304/MPPT-86 (7 Juni 1986), hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial. Jenis hotel menurut Darsono (1992), dapat dikategorikan menurut tempat didirikan sesuai fasilitas yang dimiliki hotel tersebut. Jenis hotel dapat dibedakan sebagai berikut : a. Business Hotel Adalah hotel yang dirancang untuk orang-orang yang mempunyai kepentingan usaha atau dagang. Hotel ini terletak dipusat kota atau pusat perdagangan dan lama tamu yang tinggal hanya satu atau dua hari saja. Universitas Sumatera Utara

Upload: mugy

Post on 24-Sep-2015

223 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pendahuluan

TRANSCRIPT

  • 22

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1. Pengertian Hotel dan Jenis Hotel

    Pada saat ini kebutuhan jasa perhotelan sangat banyak peminatnya sehingga pihak

    pengusaha perhotelan memandang hotel bukan saja sebagai suatu tempat untuk menginap

    tetapi lebih dari itu. Hotel dapat digunakan sebagai tempat transaksi bisnis, tempat jamuan

    makan untuk tamu dan relasi-relasi bisnis, atau juga sebagai tempat diadakannya acara-acara

    khusus. Pada intinya hotel bertujuan menyediakan tempat untuk sementara waktu dengan

    memberikan pelayanan kepada konsumennya dengan harapan para tamu menjadi puas (Yoeti,

    2004)

    Hotel adalah suatu perusahaan yang menyediakan jasa-jasa dalam bentuk akomodasi

    (penginapan) serta menyajikan hidangan dan fasilitas lainnya dalam hotel untuk umum, yang

    memenuhinya syarat-syarat comfort dan bertujuan komersial (Damardjati, 2002). Sedangkan

    menurut Menparpostel dalam Surat Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi

    No. 37/PW.304/MPPT-86 (7 Juni 1986), hotel adalah suatu jenis akomodasi yang

    mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan,

    makanan dan minuman serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial.

    Jenis hotel menurut Darsono (1992), dapat dikategorikan menurut tempat didirikan

    sesuai fasilitas yang dimiliki hotel tersebut. Jenis hotel dapat dibedakan sebagai berikut :

    a. Business Hotel

    Adalah hotel yang dirancang untuk orang-orang yang mempunyai kepentingan usaha

    atau dagang. Hotel ini terletak dipusat kota atau pusat perdagangan dan lama tamu

    yang tinggal hanya satu atau dua hari saja.

    Universitas Sumatera Utara

  • 23

    b. Resident Hotel

    Adalah hotel yang dirancang untuk tamu-tamu yang akan tinggal lama. Hotel ini

    berada ditengah kehidupan masyarakat dengan tarif khusus sesuai dengan lama

    tinggal.

    c. Resort Hotel

    Adalah hotel yang dirancang untuk tamu yang mempunyai tujuan khusus yaitu untuk

    istirahat atau rekreasi. Letak hotel biasanya berada dikawasan wisata seperti

    pegunungan, pantai dan pedalaman dengan tarif kamar yang umumnya mahal.

    2.2. Manajemen Pemasaran Jasa

    2.2.1. Pengertian Pemasaran Jasa

    Pemasaran tidak lagi dipandang sebagai proses penjualan suatu produk, namun

    bertujuan untuk memuaskan pelanggan dan menarik pelanggan baru dengan menjanjikan

    nilai yang tepat dan mempertahankan pelanggan saat ini dengan memenuhi harapannya.

    Menurut Kotler (2002), pemasaran adalah suatu proses sosial manajerial yang

    didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan

    dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak

    lain.

    Menurut Yazid (2005), pemasaran jasa adalah perencanaan yang bergerak dari fokus

    pada transaksi menjadi hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Sedangkan menurut

    Lovelock (2004), pemasaran jasa adalah bagian dari sistem jasa keseluruhan dimana

    perusahaan tersebut memiliki semua bentuk kontak dengan pelanggannya, mulai dari

    periklanan hingga penagihan yang dilakukan pada saat penyerahan jasa.

    Universitas Sumatera Utara

  • 24

    Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran jasa adalah suatu tindakan

    yang ditawarkan pihak produsen kepada pelanggan dalam arti jasa yang diberikan tidak dapat

    dilihat, dirasa, didengar atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi.

    2.2.2. Bauran Pemasaran Jasa

    Bauran pemasaran sebagai suatu cara untuk mempengaruhi konsumen agar mau

    bertindak membeli suatu produk dan jasa, termasuk produk industri jasa. Neil Wearne dan

    Alison Morrison (Lupiyoadi, 2008) mengatakan bahwa ada tujuh unsur yang diperlukan

    dalam marketing mix, yaitu :

    a. Product

    Produk dan servis dapat diperoleh konsumen dengan uang . Oleh karena itu strategi

    akan menentukan manfaat apa yang akan diperoleh konsumen kalau konsumen

    membeli produk yang ditawarkan.

    b. Price

    Harga yang ditetapkan untuk suatu produk yang dihasilkan akan dijadikan dasar

    penawaran untuk target pasar tertentu. Penetapan pasar akan dipengaruhi oleh tujuan

    perusahaan, kadar persaingan dipasar, biaya operasional, dan faktor ekstern seperti

    kondisi perekonomian

    c. Promotion

    Promotion strategy adalah suatu cara penyampaian informasi kepada calon

    konsumen yang diharapkan akan membeli produk yang ditawarkan. Pada dasarnya

    penyampaian informasi itu dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

    1. Personal contact (hotel sales representative)

    2. Pemasangan iklan di media cetak atau elektronik yang sesuai

    3. Melakukan kegiatan sales promotion

    Universitas Sumatera Utara

  • 25

    4. Mengadakan publikasi dengan bekerjasama dengan media masa yang ada

    5. Mengadakan display dan pemasangan outdoor advertising

    6. Melakukan direct mail

    d. Place

    Yang terpenting dalam strategi ini adalah menetapkan lokasi, distributor atau outlet

    dimana konsumen dapat melihat dan membeli barang yang ditawarkan. Untuk

    menjual produk yang ditawarkan oleh industri jasa (hospitality) biasanya digunakan

    perantara seperti agen perjalanan, tour operator, wholesaler atau hotel reservation

    representative yang ditunjuk.

    e. People

    Dalam hubungannya dengan pemasaran jasa maka orang yang berfungsi sebagai

    penyedia jasa sangat mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan. Keputusan dalam

    orang ini berarti berhubungan dengan seleksi, pelatihan, motivasi dan manajemen

    sumber daya manusia.

    f. Process

    Proses merupakan gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri atas prosedur, jadwal

    pekerjaan, mekanisme, aktivitas dan hal-hal rutin, dimana jasa dihasilkan dan

    disampaikan kepada konsumen.

    g. Customer service

    Layanan konsumen (customer service) pada pemasaran jasa lebih dilihat sebagai hasil

    dari kegiatan distribusi dan logistik, dimana pelayanan diberikan kepada konsumen

    untuk mencapai kepuasan. Layanan konsumen meliputi aktivitas untuk memberikan

    kegunaan waktu dan tempat termasuk pelayanan pratransaksi, saat transaksi dan pasca

    transaksi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 26

    2.3. Kualitas Pelayanan

    2.3.1 Pengertian Kualitas Pelayanan

    Kualitas menurut ISO 9000 (Lupoyoadi, 2008) adalah degree to which a set of

    inherent characteristics fulfils requirements (derajat yang dicapai oleh karakteristik yang

    bersatupadu dalam memenuhi persyaratan). Jadi, kualitas sebagaimana yang diinterpretasikan

    ISO 9000 merupakan perpaduan antara sifat dan karakteristik yang menentukan sejauh mana

    keluaran dapat memenuhi persyaratan kebutuhan pelanggan. pelanggan yang menentukan dan

    menilai sampai seberapa jauh sifat dan karakteristik itu memenuhi kebutuhannya.

    Kotler (2002) menyatakan bahwa kualitas layanan merupakan suatu bentuk penilaian

    konsumen terhadap tingkat layanan yang diterima (perceived services) dengan tingkat

    layanan yang diharapkan (expected service). Kualitas pelayanan harus dimulai dari kebutuhan

    konsumen dan berakhir pada persepsi konsumen, dimana persepsi konsumen terhadap

    kualitas pelayanan merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu pelayanan.

    Kualitas berkaitan erat dengan kepuasan konsumen. Kualitas memberikan dorongan

    khusus bagi para konsumen untuk menjalin ikatan relasi saling menguntungkan dalam jangka

    panjang dengan perusahaan. Ikatan emosional semacam ini memungkinkan perusahaan

    untuk memahami dengan seksama harapan dan kebutuhan spesifik konsumen.

    2.3.2. Faktor-Faktor Kualitas Pelayanan

    Parasuraman, Zeithaml dan Berry (Lupiyoadi, 2008) telah mengidentifikasi lima

    dimensi pokok kualitas pelayanan jasa yaitu :

    a. Tangible (bentuk fisik), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, personilnya dan sarana

    komunikasi. Hal ini berkaitan dengan fasilitas fisik adalah penampilan karyawan,

    peralatan dan teknologi yang dipergunakan dalam memberi layanan, kondisi ruangan

    (lobby, kamar, kamar mandi, restauran, caf), kebersihan, AC, tempat parkir. Fasilitas

    Universitas Sumatera Utara

  • 27

    fisik merupakan salah satu segi dalam kualitas jasa karena akan memberikan

    sumbangan bagi konsumen yang memerlukan layanan perusahaan.

    b. Reliability (kehandalan), meliputi dua aspek utama yaitu konsistensi kinerja

    (performance) dan sifat dapat dipercaya (dependability). Hal ini berarti perusahaan

    mampu menyampaikan jasanya secara benar sejak awal (right the first time). Kinerja

    harus sesuai dengan harapan konsumen yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang

    sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik dan akurasi yang

    tinggi.

    c. Responsiveness (daya tanggap), yaitu kemampuan para karyawan untuk membantu

    para konsumen dan memberikan layanan dengan tanggap. Hal ini tercermin pada

    kecepatan, ketepatan layanan yang diberikan kepada konsumen, keinginan karyawan

    untuk membantu para konsumen (misal: Information service atau receptionist

    memberikan informasi seperti yang diperlukan konsumen dan kecepatan

    menghubungi kembali konsumen)

    d. Assurance (jaminan), yaitu kemampuan para karyawan untuk menumbuhkan rasa

    percaya konsumen terhadap perusahaan, berupa :

    1. Competence (kompetensi), yaitu penguasaan keterampilan dan pengetahuan yang

    dibutuhkan agar dapat menyampaikan jasa sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

    Termasuk didalamnya adalah pengetahuan dan keterampilan karyawan,

    pengetahuan dan keterampilan personil dalam pengoperasionalan.

    2. Courtesy (kesopanan), meliputi sikap santun, respek, perhatian dan keramahan

    para karyawan (seperti resepsionist, bell boy, waitress, security dan lain-lain)

    3. Credibility (kredibilitas), sifat jujur dan dapat dipercaya. Kredibilitas mencakup

    nama perusahaan, reputasi perusahaan, karakter pribadi karyawan dan interaksi

    dengan pelanggan (hard selling versus soft selling approach)

    Universitas Sumatera Utara

  • 28

    e. Emphaty (empati), yaitu perhatian tulus yang diberikan kepada para konsumen, yang

    meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan-hubungan dengan konsumen,

    komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para konsumen,

    berupa :

    1. Access (akses), meliputi kemudahan untuk dihubungi atau ditemui

    (approachability) dan kemudahan dalam menghubungi. Hal ini berarti lokasi

    hotel mudah dijangkau dan kemudahan konsumen untuk mendapatkan informasi

    dan mereservasi kamar hotel atau fasilitas hotel lainnya (contohnya membuat

    outlet penjualan atau reservasi di bandara, masuk dalam agen perjalanan)

    2. Communication (komunikasi), artinya menyampaikan informasi kepada

    pelanggan dalam bahasa yang mudah mereka pahami, serta selalu mendengarkan

    saran dan keluhan konsumen. Termasuk didalamnya adalah penjelasan mengenai

    jasa yang ditawarkan, biaya jasa, serta proses penanganan masalah potensial yang

    mungkin timbul.

    3. Understanding the customer (kemampuan memahami konsumen), yaitu berupaya

    memahami konsumen dan kebutuhan spesifik mereka, memberikan perhatian

    individual dan mengenal pelanggan regular.

    2.4. Kepuasan Konsumen

    2.4.1. Pengertian Kepuasan Konsumen

    Menurut Shing (2012) kepuasan adalah suatu respon fisiologis, perasaan senang atau

    kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya

    terhadap kinerja (hasil) suatu produk dan harapan-harapannya sebelum dan setelah

    mengkonsumsi produk/jasa tersebut. Tse dan Wilton dalam Lupioadi (2008) menyatakan

    bahwa kepuasan atau ketidakpuasan konsumen adalah respon konsumen terhadap evaluasi

    Universitas Sumatera Utara

  • 29

    ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang

    dirasakan setelah pemakaiannya.

    Selanjutnya Engel, et al. dalam Tjiptono (2007) menyatakan bahwa kepuasan

    konsumen merupakan evaluasi purna beli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya

    sama atau melampaui harapan konsumen, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil

    (outcome) tidak memenuhi harapan. Maka, dapat disimpulkan definisi kepuasan konsumen

    adalah respon dari perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen dengan membandingkan antara

    kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapan.

    Penilaian pelanggan terhadap kinerja perusahaan didapat setelah pelanggan

    merasakan pelayanan yang ditawarkan perusahaan. Jika harapan pelanggan lebih tinggi

    daripada kinerja perusahaan yang dirasakan, maka konsumen merasa tidak puas. Jika harapan

    konsumen sama dengan kinerja perusahaan, maka konsumen merasa puas. Jika harapan

    konsumen lebih rendah dari pada kinerja perusahaan maka konsumen merasa sangat puas.

    Menurut Brierley & MacDougall yang dikutip oleh Tjiptono (2007) tingkat kepuasan

    memiliki keterkaitan dengan loyalitas pelanggan. Jika pelanggan sudah berada pada tingkat

    kepuasan tertinggi maka pelanggan akan loyal kepada produk/jasa tersebut

    2.4.2. Cara Mengukur Kepuasan Konsumen

    Menurut Kotler (Tjiptono, 2007) ada beberapa metode pengukuran dan pemantauan

    kepuasan pelanggan yakni :

    a. Complaint and Suggestion (sistem keluhan dan saran)

    Banyak perusahaan membuka kotak saran dan menerima keluhan yang dialami oleh

    pelanggan. Saran tersebut disampaikan melalui kartu komentar, customer hot line,

    telepon bebas pulsa. Informasi ini dapat memberikan ide dan masukan kepada

    Universitas Sumatera Utara

  • 30

    perusahaan yang memungkinkan perusahaan mengantisipasi dan cepat tanggap

    terhadap kritik dan saran tersebut.

    b. Customer Satisfaction Surveys (survei kepuasan pelanggan)

    Dalam hal ini perusahaan melakukan survei untuk mendeteksi komentar pelanggan.

    Survei dapat dilakukan melalui pos, telepon atau wawancara pribadi atau pelanggan

    dimintai untuk mengisi angket.

    c. Ghost Shopping (pembeli bayangan)

    Dalam hal ini perusahaan menyuruh orang tertentu sebagai pembeli kepada

    perusahaan lain atau perusahaannya sendiri. Pembeli misteri ini melaporkan

    keunggulan dan kelemahan pelayan yang melayaninya. Juga melaporkan segala

    sesuatu yang bermanfaat sebagai bahan pengambilan keputusan oleh manajemen.

    d. Lost Customer Analysis (analisa pelanggan lari)

    Langganan yang hilang dicoba untuk dihubungi. Mereka diminta untuk

    mengungkapkan mengapa mereka berhenti, pindah ke perusahaan lain. Adakah

    sesuatu masalah yang terjadi yang tidak bisa diatasi atau terlambat diatasi. Dari

    kontak semacam ini akan diperoleh informasi dan akan memperbaiki kinerja

    perusahaan sendiri agar tidak ada lagi langganan yang lari, dengan cara meningkatkan

    kepuasan mereka.

    2.5. Loyalitas Konsumen

    2.5.1 Pengertian Loyalitas Konsumen

    Sheth dan Mittal dalam Tjiptono (2007) menyatakan bahwa loyalitas konsumen

    adalah komitmen konsumen terhadap suatu merek, jasa atau pemasok (perusahaan),

    berdasarkan sikap yang sangat positif dan tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten.

    Sementara itu, loyalitas pelanggan dalam konteks pemasaran jasa didefinisikan oleh

    Universitas Sumatera Utara

  • 31

    Bendapudi dan Berry sebagai respon yang terkait erat dengan ikrar atau janji untuk

    memegang teguh komitmen yang mendasari kontinuitas relasi, dan biasanya tercermin dalam

    pembelian berkelanjutan dan penyedia jasa yang sama atas dasar dedikasi.

    Kastler dalam Shahi (2011) menyatakan bahwa loyalitas merupakan komitmen

    konstan terhadap produk atau jasa yang diinginkan. Loyalitas menggambarkan keinginan

    konsumen untuk terus berlangganan dalam jangka waktu yang panjang, melakukan

    pembelian dan menggunakan produk atau jasa secara berulang dan merekomendasikan

    perusahaan terhadap kolega atau orang lain.

    2.5.2. Faktor-Faktor Loyalitas

    Menurut Kotler (2002) terdapat 3 (tiga) faktor sebagai indikator pengukuran loyalitas

    yaitu :

    a. Repeat Purchase

    Apabila konsumen membutuhkan produk atau jasa akan membeli produk tersebut

    pada perusahaan tersebut

    b. Retention

    Ketahanan terhadap pengaruh yang negatif mengenai perusahaan dan konsumen tidak

    terpengaruh kepada pelayanan yang ditawarkan oleh pihak lain

    c. Referalls

    Merefrensikan/merekomendasikan secara total eksistensi perusahaan kepada orang

    lain

    2.5.3. Keuntungan Loyalitas Konsumen

    Setiap perusahaan tentu menginginkan konsumen yang loyal, karena konsumen yang

    loyal akan memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan. Selain itu konsumen

    Universitas Sumatera Utara

  • 32

    yang loyal merupakan tujuan akhir dari setiap perusahaan. Kotler (2002) mengatakan bahwa

    setiap kenaikan 5% dari peringkat keberhasilan mempertahankan pelanggan menghasilkan

    kenaikan laba 25% hingga 125%.

    Griffin (2003) mengemukakan keuntungan keuntungan yang diperoleh perusahaan

    apabila memiliki pelanggan yang loyal antara lain :

    a. Mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik pelanggan baru lebih

    mahal)

    b. Mengurangi biaya transaksi (seperti biaya negosiasi kontrak, pemrosesan pesanan,

    dll)

    c. Mengurangi biaya turn over pelanggan (karena pergantian pelanggan yang lebih

    sedikit)

    d. Meningkatkan penjualan silang yang memperbesar pangsa pasar perusahaan

    e. Word of mouth yang lebih positif dengan asumsi bahwa pelanggan yang lebih loyal

    juga berarti mereka yang merasa puas

    f. Mengurangi biaya kegagalan (seperti biaya pergantian, dll)

    2.5.4. Jenis-Jenis Loyalitas

    Griffin (2003) membagi loyalitas dalam empat jenis, yaitu :

    a. Tanpa Loyalitas

    Yaitu beberapa konsumen tidak mengembangkan loyalitas terhadap produk atau jasa

    tertentu karena beranggapan tidak ada perbedaan tempat penyedia barang atau jasa

    tertentu

    Universitas Sumatera Utara

  • 33

    b. Loyalitas lemah

    Yaitu keterkaitan yang rendah digabung dengan pembelian berulang yang tinggi

    menghasilkan loyalitas yang lemah (inertia loyalty). Konsumen ini membeli karena

    kebiasaan.

    c. Loyalitas tersembunyi

    Loyalitas tersembunyi (latent loyalty) yaitu tingkat preferensi yang relatif tinggi

    digabung dengan tingkat pembelian berulang yang rendah.

    d. Loyalitas Premium

    Yaitu terjadi bila ada tingkat keterkaitan yang tinggi dan tingkat pembelian berulang

    yang juga tinggi

    2.5.5. Tahap Loyalitas Konsumen

    Grifin (2003) membagi tahapan membangun loyalitas sebagai berikut :

    a. Suspect

    Suspect (tersangka) adalah orang yang mungkin membeli jasa atau produk. Disebut

    suspect karena penjual percaya, atau menyangka, mereka akan membeli, tetapi

    belum mengetahui mengenai produk dan jasa yang ditawarkan perusahaan

    b. Prospect

    Prospect (prospek) adalah orang yang membutuhkan produk/jasa, dan memiliki

    kemampuan untuk membeli. Pada tahap ini konsumen belum melakukan pembelian,

    tetapi lebih mengetahui keberadaan produk/jasa perusahaan yang ditawarkan, karena

    rekomendasi dari seseorang

    c. First Time Customer

    First Time Customer (pembeli pertama kali) adalah konsumen yang telah membeli

    satu kali. Konsumen tersebut bias jadi merupakan konsumen sendiri dan sekaligus

    Universitas Sumatera Utara

  • 34

    konsumen pesaing. Untuk itulah perusahaan fokus pada konsumen pertama kali

    dengan memenuhi atau melampaui harapan konsumen.

    d. Repeat Customer

    Repeat Customer (konsumen berulang) adalah konsumen yang telah membeli dua kali

    atau lebih. Fokus utama pada konsumen ini adalah dengan memberikan manfaat nilai

    tambah atas masing-masing pembelian ulang

    e. Client

    Client (klien) adalah konsumen yang membeli apapun yang dijual dan dapat

    digunakan serta membelinya secara teratur, memiliki hubungan yang kuat dan

    berkelanjutan, yang menjadikan kebal terhadap tarikan pesaing. Fokus utama pada

    konsumen ini adalah menyesuaikan jasa dengan kebutuhan klien tertentu.

    f. Advocatis

    Advocatis (penganjur) yaitu pendukung yang membeli produk serta membelinya

    secara teratur, tetapi advocatis juga mendorong orang lain untuk membeli, melakukan

    pemasaran dan membawa konsumen kepada produsen. Fokus utama yaitu membuat

    banyak klien untuk melakukan penjualan untuk produsen.

    g. Partners

    Partners merupakan bentuk hubungan yang paling kuat antara konsumen dengan

    perusahaan dan berlangsung secara terus-menerus karena kedua pihak melihatnya

    sebagai hubungan yang saling menguntungkan.

    2.5.6. Mempertahankan Loyalitan Konsumen

    Menurut Griffin (2003) perusahaan harus dapat mempertahankan agar pelanggan

    tidak beralih kepada pesaing, yaitu dengan cara sebagai berikut :

    Universitas Sumatera Utara

  • 35

    a. Meriset pelanggan yang tujuannya untuk memahami apa yang menjadi keinginan

    pelanggan

    b. Membuat pelanggan agar tidak berpindah kepada perusahaan pesaing, yaitu :

    Hambatan fisik, yaitu dengan menyediakan pelayan fisik yang dapat memberikan

    nilai tambah kepada pelanggan

    Hambatan psikologis, yaitu dengan menciptakan persepsi dalam fikiran pelanggan

    supaya ia tergantung terhadap produk atau jasa perusahaan

    Hambatan ekonomis, yaitu dengan memberikan insentif bagi pelanggan yang

    menguntungkan secara ekonomis misalkan dengan memberi diskon atau potongan

    harga

    c. Melatih staf untuk loyal, dan memberikan pelatihan, dukungan dan imbalan agar

    mereka mau melakukan hal tersebut

    d. Membuat program yang memberikan nilai tambah pada perusahaan dimata konsumen.

    Program tersebut antara lain :

    Customer relationship marketing, yaitu pemasaran yang bertujuan untuk

    membangun hubungan baik dengan pelanggan

    Frequency marketing, yaitu pemasaran yang bertujuan untuk membangun

    komunikasi dengan pelanggan. perusahaan secara berkala membuat pertanyaan-

    pertanyaan seputar produk dan jasa yang digunakan konsumen

    Membership marketing, yaitu mengorganisir pelanggan kedalam kelompok

    keanggotaan atau kelompok yang mendorong mereka melakuakan pembelian

    ulang dan meningkatkan loyalitas mereka.

    Universitas Sumatera Utara

  • 36

    2.6. Penelitian Terdahulu

    Wijaya (2005), melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Kepercayaan,

    Komitmen, dan Bauran Pemasaran Jasa Terhadap Loyalitas Konsumen di Hotel JW Marriott

    Surabaya. Teknik analisis data yang dilakukan adalah Regresi Linear berganda. Hasil

    penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor kepercayaan, komitmen, dan bauran pemasaran jasa

    berpengaruh signifikan secara serempak dan parsial terhadap faktor loyalitas pelanggan di

    Hotel JW Marriott Surabaya. Berikut rangkuman penelitiannya :

    Tabel 2.1 Penelitian Wijaya (2005)

    Nama Peneliti Lukas Krisna Wijaya Tahun dan Judul Jurnal (2005), Analisis Pengaruh Kepercayaan, Komitmen, dan Bauran

    Pemasaran Jasa Terhadap Loyalitas Konsumen di Hotel JW Marriott Surabaya

    Jumlah sampel 120 responden Teknik Analisis Data Regresi linear berganda Permodelan

    Hipotesis H1 : Kepercayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas

    H2 : Komitmen berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas

    H3 : Bauran pemasaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas

    Kesimpulan Ada pengaruh positif dan signifikan antara kepercayaan,

    komitmen dan bauran pemasaran terhadap loyalitas di hotel JW Marriott Surabaya

    Sumber : Pengolahan Data, 2012

    Dr. Yu-Jia Hu (2011), melakukan penelitian yang dengan judul How Brand Equity,

    Marketing Mix Strategy And Service Quality Affect Customer Loyalty. Teknik analisis data

    yang dilakukan adalah Regresi Linear berganda. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa

    Kepercayaan (X1)

    Komitmen (X2)

    Bauran Pemasaran (X3)

    Loyalitas (Y)

    H1

    H2

    H3

    Universitas Sumatera Utara

  • 37

    adanya hubungan positif dan signifikan antara brand equity, bauran pemasaran dan kualitas

    pelayanan. Berikut rangkuman penelitiannya :

    Tabel 2.2 Penelitian Yu-Jia Hu (2011)

    Nama Peneliti Yu-Jia Hu Tahun dan Judul Jurnal (2011), How Brand Equity, Marketing Mix Strategy And

    Service Quality Affect Customer Loyalty (The International Journal of Organizational Innovation, Volume 4. Number 1. Summer 2011)

    Jumlah sampel 200 responden Teknik Analisis Data Regresi linear berganda Permodelan

    Hipotesis H1 : Brand equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas

    H2 : Bauran pemasaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas

    H3 : Kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas

    Kesimpulan Adanya pengaruh positif dan signifikan antara brand equity,

    bauran pemasaran dan kualitas pelayanan terhadap loyalitas Sumber : Pengolahan Data, 2012

    Schofield, dkk. (2011), melakukan penelitian yang dengan judul Swedish Hotel

    Service Quality and Loyalty Dimension. Teknik analisis data yang dilakukan adalah analisis

    faktor dengan skala likert level 7 poin. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa adanya

    hubungan positif dan signifikan antara kualitas pelayanan terhadap loyalitas konsumen.

    Berikut rangkuman penelitiannya :

    Brand equity (X1)

    Bauran pemasaran (X2)

    Kualitas Pelayanan (X3)

    Loyalitas (Y)

    H1

    H3

    H2

    Universitas Sumatera Utara

  • 38

    Tabel 2.3 Penelitian Yu-Jia Hu (2011)

    Nama Peneliti Peter Peter Schofield and Nicole Katics and Nicole Katics Tahun dan Judul Jurnal (2006), Swedish Hotel Service Quality and Loyalty Dimension

    (Advances in Hospitality and Leisure, Volume 2, 123157, 2006)

    Jumlah sampel 189 responden Teknik Analisis Data Analisis faktor dengan skala likert level 7 poin

    Permodelan

    Hipotesis H1 : Kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap dimensi loyalitas

    Kesimpulan Adanya pengaruh signifikan antara kualitas pelayanan terhadap loyalitas konsumen

    Sumber : Pengolahan Data, 2012

    2.7. Hipotesis

    Menurut Sekaran (Sukaria, 2011), hipotesis dapat didefenisikan sebagai suatu

    pernyataan tentang hubungan logis antara dua variabel atau lebih yang dinyatakan dalam

    bentuk kuantutatif sehingga dapat diuji kebenarannya. Adapun hipotesis dalam penelitian ini

    adalah :

    1. Bauran pemasaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan

    konsumen pada hotel Polonia Medan

    2. Kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan

    konsumen pada hotel Polonia Medan

    3. Kepuasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen pada

    hotel Polonia Medan

    Kualitas pelayanan

    Loyalty H1

    Universitas Sumatera Utara