chapter 8 avi
DESCRIPTION
download ajeTRANSCRIPT
CHAPTER 8
Economic Consequences dan Positive Accounting Theory
Makalah ini disusun untuk memenuhi
Tugas matakuliah Teori Akuntansi
yang dibimbing oleh Endang Mardianti, S.E., M.Si., Ak
Oleh
AviSunani (136020300111012)BintiShofiatulJannah (136020300111014)
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Nopember 2013
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT penulis ucapkan, karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul“Economic
Consequences dan Positive Accounting Theory”, tanpa ada halangan yang berarti.
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas matakuliah
TeoriAkuntansi.
Penulis menyadari sebagai manusia tentunya memiliki kelemahan dan
keterbatasan, sehingga tidak mungkin penulis dapat menyelesaikan makalah ini
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Berkaitan dengan hal di atas, pada kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terimakasih penulis tujukan kepada.
1. Ibu Endang Mardianti, S.E., M.Si., Ak. Sebagai dosen mata kuliah Teori
Akuntansi yang telah membimbing sehingga makalah ini dapat selesai.
2. Kedua orangtua kami yang selalu memberikan semangat dan doa demi
kelancaran dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatasan waktu, kemampuan,
tenaga, pengetahuan maupun pengalaman yang ada sehingga penyusunan makalah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis membuka diri untuk
menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi penulis, pembaca dan menjadi sumbangan yang
berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Amin.
Malang, 23 Nopember 2013
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. iDAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah……………………………………...1B. Rumusan Masalah………………………………………….....3C. Tujuan Penelitan……………………………………………...3
BAB II PEMBAHASANA. Konsekuensi Ekonomi ............................................................ 4B. Teori Positive Accounting Theory .......................................... 12C. Asal dan perkembangan Positive Accounting Theory.............. 15D. Tiga Hipotesis Positive Accounting Theory ............................ 19E. Penelitian Empiris Positive Accounting Theory ...................... 21F. Membedakan opportunistic dan efficient contractingversi Positive Accounting Theory ................................................ 23
BAB III PENUTUPA. Kesimpulan……………………………………………………25B. Saran ...................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 28
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsekuensi ekonomi merupakan sebuah konsep yang menyatakan bahwa disamping
implikasi dari teori pasar sekuritas efisien, pilihan kebijakan akuntansi juga dapat
mempengaruhi nilai perusahaan. Pada intinya, gagasan tentang konsekuensi ekonomi adalah
merupakan kebijakan akuntansi perusahaan dan perubahannya dalam kebijakan. Terutama,
hal ini penting bagi manajemen.Tetapi, jika hal ini penting bagi manajemen, maka kebijakan
akuntansi penting bagi investor yang memiliki perusahaan, karena manajer dapat mengubah
dengan baik operasi aktual dari perusahaan mereka akibat perubahan kebijakan akuntansi
tersebut. Sebagai contoh, manajer mungkin akan memotong maintenance dan H&D untuk
mengkompensasi kebijakan akuntansi baru yang menurunkan bottom line.
Penting untuk menggaris bawahi bahwa “kebijakan akuntansi” mengacu pada
berbagai kebijakan akuntansi, tidak hanya satu yang mempengaruhi arus kas
perusahaan.Misalnya, sebuah perusahaan mengubah dari declining-balancemenuju straight-
line amortization. Hal ini tidak akan mempengaruhi arus kas operasi perusahaan. Hal ini
tidak akan berdampak pada pajak pendapatan yang dibayarkan, karena otoritas pajak
memiliki regulasi capital cost allowance mereka sendiri. Akan tetapi, kebijakan amortisasi
yang baru ini akan secara pasti mempengaruhi reported net income. Jadi, menurut doktrin
konsekuensi ekonomi, perubahan kebijakan akuntansi itu penting, meskipun kurang
berdampak terhadap arus kas.Berdasarkan teori pasar efisien, perubahan tersebut tidak
penting (meskipun pasar mungkin bertanya mengapa perusahaan mengubah kebijakan)
karena future cash flowdan nilai pasar dari perusahaan tidak dipengaruhi secara langsung.
Pemahaman akan konsep konsekuensi ekonomi terhadap pilihan kebijakan akuntansi
adalah penting untuk dua alasan. Pertama, konsep ini menarik.Banyak dari kejadian yang
2
paling menarik dari praktek akuntansi berasal dari konsekuensi ekonomi.Kedua, temuan
bahwa kebijakan akuntansi itu tidak penting adalah bertentangan dengan pengalaman
akuntan.Banyak akuntansi keuangan yang dikhususkan untuk diskusi dan berargumen tentang
kebijakan akuntansi mana yang harus digunakan dalam berbagai situasi, dan banyak
perdebatan serta konflik dalam presentasi laporan keuangan mencakup pilihan kebijakan
akuntansi.Konsekuensi ekonomi konsisten dengan pengalaman dunia nyata.
Dengan adanya konsekuensi-konsekuensi ekonomi tersebut memunculkan pertanyaan
“mengapa mereka ada?”.Untuk menjawab pertanyaan ini, kita mengenal teori akuntansi
positif.Teori ini berdasarkan pada kontrak perusahaan, terutama kontrak kompensasi
eksekutif dan kontrak utang.Kontrak tersebut biasanya berdasarkan variabel-variabel
akuntansi keuangan, seperti net incomedan pengukuran likuiditas.Karena kebijakan akuntansi
mempengaruhi nilai dari variabel-variabel tersebut, dan karena manjemen bertanggungjawab
terhadap kontrak perusahaan, merupakan hal yang lumrah jika manajemen fokus terhadap
pilihan kebijakan akuntansi. Tentu saja, manajemen akan memilih kebijakan akuntansi untuk
memaksimalkan kepentingan perusahaan, atau kepentingan mereka sendiri, terkait dengan
kontrak tersebut. Teori akuntansi positif berusaha untuk memprediksi kebijakan akuntansi
apa yang akan dipilih manajer dalam rangka melakukan hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat dirumuskan
adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah munculnya konsekuensi ekonomi dan hubungannya dengan pasar efisien?
2. Apakah positive accounting theory?
3. Bagaimana asal dan perkembangan positive accounting theory?
4. Apakah hipotesis dari positive accounting theory?
3
5. Bagaimana penelitian Empiris positive accounting theory?
6. Bagaimana membedakan opportunistic dan efficient contracting versi positive accounting
theory?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui munculnya konsekuensi ekonomi dan hubungannya dengan pasar
efisien.
2. Untuk mengetahui positive accounting theory.
3. Untuk mengetahui asal dan perkembangan positive accounting theory.
4. Untuk mengetahui hipotesis positive accounting theory.
5. Untuk mengetahui penelitian empiris positive accounting theory.
6. Untuk mengetahui membedakan opportunistic dan efficient contracting versi positive
accounting theory.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsekuensi Ekonomi
1. The Rise of “Economic Consequences” (Munculnya Konsekuensi Ekonomi)
Sejak tahun 1960-an, profesi akuntansi Amerika mulai peduli dengan meningkatnya
pengaruh dari “outside forces” dalam proses penetapan standar. Dua perkembangan paralel
telah menandai hal ini.Pertama, individu dan kelompok yang jarang memperlihatkan minat
dalam penetapan standar akuntansi mulai mengintervensi secara aktif dan kuat dalam proses
penetapan standar. Kedua, pihak-pihak tersebut mulai meminta argumen dibandingkan
mereka yang secara tradisional telah bekerja dalam diskusi akuntansi.Konsekuensi ekonomi
telah digunakan untuk mendeskripsikan beberapa argumen tersebut.
Zeff (1978) mendefinisikan konsekuensi ekonomi sebagai “dampak dari laporan
akuntansi dalam perilaku pengambilan keputusan bisnis, pemerintah, serikat pekerja,
investor dan kreditur”. Inti dari definisi ini adalah bahwa laporan akuntansi dapat
mempengaruhi keputusan sesungguhnya yang dibuat oleh manajer dan lainnya, dibandingkan
secara sederhana menggambarkan hasil dari keputusan tersebut.
Zeff mencatat beberapa contoh di USA dimana bisnis, asosiasi industri, dan
pemerintah berusaha untuk mempengaruhi standar akuntansi yang ditetapkan oleh the
Accounting Principle Board (pendahulunya FASB) dan pendahulu lainnya seperti the
Committee on Accounting Procedure (CAP).
Pembuat kebijakan akuntansi sejak tahun 1960-an telah peduli dengan masalah yang
disebut Zeff sebagai “intervensi pihak ketiga” (third-party intervention) yang sangat
mempersulit penetapan standar akuntansi. Jika kebijakan-kebijakan akuntansi tidak penting,
pilihan atas beberapa kebijakan akan ketat antara badan pembuat standar dan akuntan serta
auditor yang bertugas untuk mengimplementasikan standar. Jika hanya pihak-pihak tersebut
5
yang terlibat, maka model akuntansi tradisional, berdasarkan konsep yang terkenal seperti
matchingantara biaya dan pendapatan, realisasi dan konservatisme, dapat diaplikasikan dan
tidak seorang pun selain pihak yang terlibat akan peduli dengan kebijakan spesifik apa yang
digunakan. Dengan kata lain, sebagai akibatnya pilihan kebijakan akuntansi akan menjadi
netral.
Ketika mencoba memahami argumen pihak ketiga, satu hal yang harus diingat bahwa
sebelum tahun 1970-an model akuntansi dikerjakan oleh the American Institute of CPAs
committee on accounting procedure (CAP) dan the APB yang secara formal melahirkan
pertimbangan akuntansi teknis (kadang disebut “prinsip akuntansi” atau “pertanyaan
konseptual” seperti pengukuran aset, liabilitas dan pendapatan serta “the fair presentation”
akan posisi keuangan dan operasi. Pembuat kebijakan fokus dengan komunikasi informasi
keuangan kepada investor aktual dan potensial, yang tentu saja penghargaan mereka
diberikan oleh SEC, yang mana telah dibebankan oleh Congress untuk memastikan “full and
fair disclosure” dalam laporan kepada investor. Third-party intervenor, oleh karenanya akan
memiliki insentif yang jelas untuk mengajukan banding terhadap model akuntansi yang
digunakan pembuat kebijakan daripada meningkatkan momok model konsekuensi ekonomi
yang disukai oleh pihak ketiga.
Ketika manajemen perusahaan mulai mengintervensi dalam proses penetapan standar
untuk peningkatan derajat, maka posisi yang benar itu mungkin akan samar. Sebuah uji
argumen manajemen menemukan range of tactical rhetoric dibawah ini.Argumen itu ditulis
dalam hal:
a. Model akuntansi tradisional, dimana manajemen benar-benar fokus tentang
pengukuran akuntansi yang tidak biasa dan terdengar retorika.
6
b. Model akuntansi tradisional, dimana manajemen benar-benar berusaha untuk
memajukan kepentingan pribadinya dalam konsekuensi ekonomi sebagai konten
laporan yang dipublikasikan.
c. Konsekuensi ekonomi dimana manajemen adalah egois.
Dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak awal 1970-an, manajemen menjadi
semakin jujur dalam dialognya dengan FASB, secara bersikeras memajukan argumen ketiga
dan membawa konsekuensi ekonomi ke depan. Menurut Zeff “… pihak luar mengintervensi
proses penetapan standar dengan himbauan terhadap kriteria yang melampaui pertanyaan
tradisional akan pengukuran akuntansi dan fair presentasion. Mereka malah fokus dengan
konsekuensi ekonomi…”.
Dua faktor cenderung menjelaskan mengapa konsekuensi ekonomi tidak menjadi
masalah yang substantif sebelum 1970-an. Pertama, minat manajemen dan pihak lainnya
terutama menggunakan argumen kedua yang ditulis di atas, mendorong badan pembuat
standar untuk membatasi mereka dengan model akuntansi tradisional.Kedua, the CAP dan
APB, dengan sedikit pengecualian, ditentukan atau muncul untuk menyelesaikan kontroversi
dalam konteks akuntansi tradisional.
Sebagai contoh tentang argumen konsekuensi ekonomi, Zeff menjelaskan usaha oleh
beberapa perusahaan di US untuk mengurangi reported earnings dengan
mengimplementasikan penggantian biaya akuntansi selama 1947 sampai 1948 (periode
dengan inflasi yang tinggi). Di sini, konstituensi pihak ketiga yang di intervensi adalah
manajemen, yang tidak menyukai skeptisisme mereka tentang akuntansi current value,
berpendapat dalam mendukung penggantian biaya amortisasi untuk mendukung pajak yang
lebih rendah dan gaji yang lebih rendah untuk meningkat, dan untuk melawan persepsi publik
akan ekses profitabilitas. Argumen pasar efisien akan menjadi intervensi yang tidak perlu
karena perubahan kebijakan tidak akan mempengaruhi arus kas, dan pasar akan melihat
7
melalui reported net income yang tinggi yang dihasilkan oleh amortisasi historical cost
selama inflasi.
Zeff merespon berbagai intervensi badan penetapan standar.Respon pertama adalah
untuk memperluas keterwakilan konstituensi pada badan penetapan standar. Respon juga
terhadap penggunaan exposure draft yang diusulkan menjadi standar baru menjadi umum
sebagai perangkat yang memungkinkan berbagai konstituensi untuk mengomentari perubahan
kebijakan akuntansi yang diusulkan.
Konsekuensi ekonomi pada akhirnya diterima sebagai masalah kebijakan substantif
yang valid dalam beberapa alasan:
a. Suasana zaman. Dekade 1970an sangat jelas dimana masyarakat Amerika memegang
tanggungjawab lembaga untuk sosial, lingkungan dan konsekuensi ekonomi terhadap
tindakan mereka, dan merealisasikan opini masyarakat pada subjek ini akhirnya menjadi
jelas (relevan) akan minat mereka terhadap aktivitas penetapan standar akuntansi.
b. The sheer intractability terhadap masalah akuntansi yang dipecahkan. Sejak pertengahan
1960-an, APB dan FASB mendapatkan pertanyaan yang sulit dimana posisi industri telah
berada pada level yang bagus. Pada beberapa tingkatan, perusahaan yang sensitif terhadap
kinerja mereka, dievaluasi melalui reported earnings mengijinkan tindakan pengambilan
keputusan mereka untuk dipengaruhi oleh persepsi mereka tentang bagaimana perilaku
akan terlihat melalui “the prism of accounting earnings” (prisma laba akuntansi).
Perusahaan lainnya masih menyesuaikan praktek akuntansi mereka untuk menggambarkan
kinerja ekonomi pada level terbaik – dan manajer jelas tidak menyukai untuk mengubah
tindakan pengambilan keputusan dalam rangka mengakomodasi standar akuntansi yang
baru diberlakukan. Hal ini juga akan menjadi perhatian manajer yang digaji berdasarkan
incentive compensation plans.
8
c. Besarnya dampak. Beberapa masalah yang dihadapi APB dan FASB di beberapa tahun
terakhir telah meramalkan dampak tingkat tinggi pada volatilitas atau tingkatpendapatan
dan rasio keuangan utama lainnyabahwa FASB tidak dapat lagi mendiskusikan akuntansi
yang diusulkantanpa menghadapi gencarnya argumen atas konsekuensi kemungkinan
ekonomi.Contohnyayaitu akuntansi untukfluktuasi valuta asing, inflasi domestik dan
perubahan harga relatif dan biayaeksplorasi dan pengeboran perusahaan diindustri
perminyakan.
d. Pertumbuhan pilihan informasi ekonomi sosial, perilaku, income smoothing, dan
literaturdecision usefulness dalam akuntansi. Tulisan terbaru dalam literatur pilihan
informasi ekonomi-sosial telah menyediakan kerangka analisis yang luas pada
masalahkonsekuensi ekonomi dapat dikonseptualisasikan. Dimulai denganStedry, literatur
tentang implikasi perilaku angka-angka akuntansi telah berkembang secara signifikan,
menarik perhatian para peneliti dan pembuat kebijakan akan pentingnya
mempertimbangkan efek dari informasi akuntansi. Literatur income smoothing telah
menemukan adanya motif manajerial untuk mempengaruhi pengukuran trenearnings.
Literatur decision usefulnessmeskipunterbatas pada direct userinformasi akuntansi, telah
membantu untuk mengurangi kecenderungan akuntan untuk berdebat atas "kebenaran"
yangmelekat pada pendapatan akuntansi yang berbeda dansebagai gantinya, untuk fokus
pada penggunaan informasi oleh mereka yang menerima laporan akuntansi.
e. Ketidakcukupan reformasi prosedural yang diadopsi oleh APB dan FASB. Meskipun
suksesi langkah prosedural dimana kedua badan telah ditugaskan untuk menyediakan
pihak luar dengan forum untuk mengekspresikanpandangan mereka, klaim
akankonsekuensi ekonomi -dan kritik yang dihasilkan dari pernyataan badan penetapan
standar terusberlanjut. Kesimpulannya secara jelas telah menyampaikan bahwa prosedur
cara untuk memperbaiki kesalahan sendiri tidak akan memecahkan masalah.
9
f. Penelitian the Moss dan Metcalf. Pada pertengahan tahun 1976, diketahui bahwa anggota
kongres John E. Moss (D-Calif.) dan mendiang Senator Lee Metcalf (D-Mont.)melakukan
penelitian terhadap kinerja dari profesi akuntansi, termasuk penetapan standar
kegiatannya, dan telah cukup untuk disimpulkan bahwa tanggapan badan penetapan
standar atas dampak ekonomi dan sosial dari keputusan merekaakan menjadi masalah.
g. Semakin pentingnya earnings figuremanajer perusahaan dalamtransaksipasar modal.
Terutama pada tahun 1960-an,ketika pasar modal kompetitif secara intens dan gerakan
merger bergerak cepat, earnings figure dilihat sebagai elemen penting dari strategi dan
taktik manajerial. Faktor ini adalah penting di pasar saat ini, sebagai langkah aktivitas
merger yang dipercepat.
h. Angka Akuntansi dilihat sebagai alat kontrol sosial. Kendali sosial perusahaan Amerika
telah dikenal baik di tingkat regulasi energi, bidang transportasi dan komunikasi, tetapi
dalam beberapa tahun terakhir angka pendapatan diperlakukan sebagai perangkat
pengendalian pada skala luas. Contohnya adalah insentif fiskal (seperti investasi kredit
pajak dan definisi ulang penghasilan kena pajak yang menyimpang dari laba akuntansi)
yangmemiliki pengaruh pada perdebatan dalam laporan keuangan, mekanisme pengendali
harga dalam Phase II pada 1972-73 dandata base yang diatur oleh the Energy policy and
Conservation Act of 1975.
i. Kesadaran bahwa pihak luar bisa mempengaruhi hasil perdebatan akuntansi.Sebelum
tahun 1960-an, kontroversi akuntansi jarang dilaporkan dalam pers keuangan,dan secara
luas diyakini bahwa akuntansi adalah konstan, jika bukan merupakan parameter tetap,
pada manajemen operasi bisnis. Dengan publisitas yang diberikan pada akuntansi
untukkredit investasi pada 1962-63, dalam dialog antara AICPA di 1963-1964 alih
kekuasaan dari APB dan perselisihan akuntansi lainnya yang melibatkan APB, manajer
10
dan pihak luar lainnya menyadari bahwa akuntansi mungkin merupakan variabel yang
mengatur akuntansi tidak pantang menyerah atau bahkan kaku.
j. Meningkatnya penggunaan argumen ketiga, dalam perdebatan akuntansi. Sebagian besar
untuk alasan yang disebutkandi atas, pihak luar mulai membuang dalih bahwa mereka
keberatan terhadap perubahan standar akuntansi yang diusulkan, terutama fungsi dari
perbedaan mengenai interpretasi yang tepat dalam prinsip akuntansi. Alasan yang benar
muncul dan pembuat kebijakan akuntansi tidak bisa lagi mengabaikan implikasi mereka.
Hal ini penting bahwa konsekuensi ekonomi telah menjadi isu penting pada suatu
waktu ketika akademisi akuntansi dan keuangan telah menyatakan bahwa pasar modal US
adalah efisien sehubungan dengan informasi yang tersedia secara umumdan pasar tidak bisa
"tertipu" oleh penggunaan metode akuntansi yang berbeda untuk mencerminkan realitas
ekonomi yang sama.
Menurut Zeff, badan penetapan standar menghadapi dilema. Untuk memelihara
kredibilitas akuntan, mereka perlu untuk menetapkan kebijakan akuntansi berkenaan dengan
model akuntansi keuangan dan konsep tradisionalnya (matching and realization). Sejak net
income tidak lagi sebagai konstruksi ekonomi yang jelas pada kondisi yang tidak ideal, tidak
ada lagi teori yang secara jelas menetapkan kebijakan akuntansi apa yang harus digunakan,
selain persyaratan samar-samar bahwa beberapa tradeoff antara relevansi dan reliabilitas
adalah perlu. Oleh karenanya, badan penetapan standar harus beroperasi tidak hanya dalam
domain teori akuntansi, tapi juga dalam domain politik.Zeff mengacu pada hal ini sebagai
“delicate balancing act”. Tanpa sebuah teori untuk mengemudikan pilihan kebijakan
akuntansi, kita harus menemukan beberapa cara untuk mencapai konsesus dalam kebijakan
akuntansi. Sementara kebutuhan untuk menyeimbangkan akan mempersulit badan penetapan
standar, hal ini membuat studi proses penetapan standar, dan teori akuntansi secara umum
menjadi menantang dan menarik.
11
2. Hubungan antara Pasar Sekuritas Efisien dan Konsekuensi Ekonomi
Teori pasar sekuritas efisien memprediksi tidak ada reaksi harga terhadap perubahan
kebijakan akuntansi yang tidak berdampak pada profitabilitas dan arus kas.Jika tidak ada
reaksi harga sekuritas (menyiratkan ada perubahan dalam biaya dan modal perusahaan), hal
ini belum jelas mengapa manajemen dan regulator harus secara khusus fokus dengan
kebijakan akuntansi yang perusahaan gunakan. Dengan kata lain, teori pasar efisien
menunjukkan pentinganya full disclosure, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi.
Namun demikian, sekali pengungkapan penuh akan kebijakan akuntansi dibuat, maka pasar
akan mempresentasikan nilai dari sekuritas perusahaan pada kebijakan yang digunakan dan
tidak akan tertipu dengan variasi reported net income yang timbul dari perbedaan pada
kebijakan akuntansi.
Dalam area yang penting akan pilihan kebijakan akuntansi, seperti akuntansi untuk
ESOs, memperlihatkan bahwa konstituensi manajemen secara jelas bereaksi terhadap
perubahan dalam kebijakan akuntansi. Beragam reaksi ini diringkas dalam konsep
konsekuensi ekonomi.Pilihan kebijakan akuntansi adalah penting meski tidak berdampak
terhadap arus kas.Kebijakan akuntansi memiliki potensi untuk mempengaruhi keputusan
manjemen sesungguhnya, termasuk kebijakan untuk mengintervensi mendukung atau
menentang standar akuntansi yang diusulkan.
B. Teori Positive Accounting Theory
Scoot (2009: 284) mendefinisikan Positive accounting theory (PAT) adalah
“berkaitan dengan memprediksi tindakan seperti pilihan kebijakan akuntansi oleh pimpinan
perusahaan dan bagaimana manajer akan merespon standar akuntansi baru yang diusulkan”.
Teori akuntansi positif dipopulerkan oleh Watt dan Zimmerman.Menurut Watt and
Zimmerman (1986, p.7) dalam Deegan (2004: 202) menyatakan bahwa Positive accounting
theory lebih menjelaskan kepada praktek-praktek akuntansi.Positive accounting theory
12
dirancang untuk menjelaskan dan memprediksi dimana perusahaan akan melakukan dan
dimana perusahaan tidak akan menggunakan metode khusus yang seharusnya perusahaan
gunakan.
Scoot (2009: 284) menjelaskan bahwa PAT mengambil pandangan bahwa perusahaan
mengelola perusahaannya dengancara yang paling efisien demi memaksimalkan prospek
mereka untuk bertahan. Beberapa perusahaan lebih desentralisasi daripada lainnya. Beberapa
perusahaan memimpin aktivitas di dalam ketika perusahaan lain mengkontrakkan aktivitas
sama., beberapa perusahaan keuangan berhutang lebih daripada lainnya. Bentuk paling
efisien untuk organisasi pada dasarnya tergantung pada hukum atau lingkungan institusional,
teknologinya, dan derajad kompetisinya dalam industry.Faktor ini menentukan sejumlah
peluang investasi yang tersedia untuk perusahaan, dank arena prospectnya.
Perusahaan dapat dipandang sebagai ikatan kontrak, bahwa perusahaan tersebut dapat
dijelaskan dengan luas oleh kontrak yang ada.Contoh kontrak perusahaan adalah kontrak
dengan karyawan, pemasok, peminjam, dan shareholders sebagai operasi utama.Perusahaan
ingin meminimalkan berbagai contracting cost berhubungan dengan kontrak ini. Biaya yang
termasuk didalamnya seperti biaya negosiasi, biaya meningkat dari moral hazard dan
pengamatan contract performance, cost of possible renegotiation atau contract violation yang
seharusnya diantisipasi selama jangka waktu kontrak. Contracting cost juga mempengaruhi
cost of capital perusahaan, karena obligasi dan saham mewakili kontrak antara perusahaan
dan penyedia modal. Kontrak dengan contracting cost lebih rendah disebut efficient
contracts.
PAT berpendapat bahwa kebijakan akuntansi perusahaan akan dipilih sebagai bagian
masalah lebih luas dari pencapaian efisiensi tata kelola perusahaan. PAT tidak akan
mengusulkan perusahaan memperkenalkan kebijakan akuntansi apakah yang akan mereka
13
gunakan. Hal ini akan menjadi sangat mahal. Yang diinginkan adalah memberikan manager
beberapa fleksibilitas untuk memilih dari sejumlah kebijakan akuntansi yang tersedia,
sehingga mereka dapat beradaptasi di keadaan baru atau tak terduga.
Sejumlah kebijakan akuntansi yang tersedia dapat diambil dari GAAP, meskipun
tidak ada alasan, lainnya daripada biaya, mengapa sejumlah kebijakan akuntansi tidak dapat
dibatasi kontrak.Tetapi memberikan management fleksibilitas untuk memilih dari sejumlah
kebijakan akuntasi yang terbuka memunkginkan untuk opportunistic behavior ex post.
Dengan memberikan sejumlah kebijakan yang tersedia, manager mungkin memilih kebijakan
akuntasi sesuai dengan tujuan mereka, dengan demikian mengurangi contract efficiency.
PAT mengasumsikan bahwa manager adalah rasional (seperti investor) dan akan
memilih kebijakan akuntansi yang paling bermanfaat bagi mereka. Manajer memaksimalkan
kemampuan ekspektasinya. PAT tidak mengasumsikan bahwa manager akan bertindak
sederhana seperti memaksimalkan laba perusahaan. Manager hanya akan memaksimalkan
laba jika dirasa hal itu menjadi kepentingan terbaik mereka.
PAT tidak berusaha untuk meceritakan individu atau konstitusi tentang apa yang
seharusnya mereka lakukan. Teori yang melakukan hal itu disebut normative.Apakah teori
normative memiliki kemampuan baik memprediksi tergantung pada tingkatnya dimana
individu sebenarnya membuat keputusan sebagaimana yang ditulis teori.Tentu saja beberapa
teori normative memiliki kemampuan memprediksi.
Deegan (2004: 203) menjelaskan bahwa Positive accounting theory berebeda dengan
normative accounting theory.Normative accounting theory menjelaskan bagaimana praktek
seharusnya terlaksana dan praktek seharusnya sejalan dengan teori yang ada.Normative
accounting theory sebagai hasil dari teori tertentu seperti norma, standar, atau tujuan terbalik
dengan praktek nyata yang dapat berusaha untuk mencapai hal tersebut. Fokus PAT adalah
14
pada hubungan diantara berbagai macam individu termasuk dalam menyediakan sumber-
sumber pada organisasi dan bagaimana akuntansi digunakan untuk membantu fungsi-fungsi
hubungan organisasi tersebut. PAT yang dikembangkan oleh Watt dan Zimmermanini
berdasarkan dari central economic based-asumption dimana semua aksi individu digerakkan
oleh kepentingan pribadi (self-interest) dan semua individu-individu akan beraksi dalam
kesempatan yang ada untuk meningkatkan kemakmurannya. PAT akan memprediksi bahwa
organisasi akan menghadapi suatu mekanisme dari manager sebagai agen dan pemilik
sebagai prinsipal. PATdibangun dari literatur ekonomi dan berasumsi tentang efisiensi pasar
(berasal dari Efficient Market Hypothesis), dibangun dari reaksi pasar terhadap informasi
akuntansi (berasal dari Capital Asset Pricing Model) dan dibangun dari peran perjanjian
kontaktual yang dapat meminimalisir konflik (berasal dari Agency Theory).
C. Asal dan perkembangan Positive Accounting Theory
Penelitian tentang Positive accounting theory dimulai di pertengahan tahun 1960-an
dan menjadi dominan sekitar tahun 1970-an dan 1980-an, dimana penelitian-penelitian
tersebut membawa perubahan paradigma. Awalnya jenis penelitian akuntansi adalah
penelitian akuntansi normative, yaitu penelitian yang mencoba menyediakan penjelasan
berdasarkan pada perspective teori yang mendasari tujuan akuntansi.Peneliti normative saat
itu adalah Edward and Bell, Chamber and Sterling.
Watts (1995,p. 299) dalam Deegan (2004: 205) menyediakan sebuah pengetahuan
dalam kecenderungan penelitian akuntansi yang terjadi dari 1950 sampai 1970. Hal tersebut
dibuktikan oleh Dykman dan Zeff (1984) dalam Deegan (2004: 205) bahwa pengenalan
penelitian positif dalam akuntansi pertengahan 1960.Jenis paper utama yang dipublikasikan
adalah dalam bahasa Inggris yang normative (seperti penelitian Edwards dan Bell, Chambers
dan Sterling).Ada 365 penelitian akuntansi jenis ini yang mengasumsikan bahwa phenomena
dan tujuan adalah untuk menarik kesimpulan dari persepsi mereka.Hanya 3% dari artikel
15
yang empiris dan sebagian besar tidak didesain utnuk menguji hipotesis. Sebenarnya tidak
satupun artikel pada periode tersebut menggunakan model matematika atau kurang
menggunakan teknik yang baku. Sekarang hampir semua artikel di Accounting Review adalah
tradisi positif dan menjadi ujung tombak dalam jurnal-jurnal akademik (tetapi semuanya
dimulai dari tahun 1963).
Perubahan paradigm dari normative ke penelitian positif dijelaskan oleh Watts
(1995,p. 299) dalam Deegan (2004: 206), bahwa perubahan paradigma tersebut diikuti
dengan perubahan pada sekolah bisnis di Amerika di akhir tahun 1950-an dan di awal tahun
1960-an. Laporan-laporan pada komisi pendidikan bisnis di Ford Foundation dan Carnegie
Corporation of New York juga ikut mempengaruhi perubahan tersebut, dimana pengujian dan
bentuk hipotesis menjadi penting untuk penelitain yang baik. Selain itu menurut Watt and
Zimmerman (1986, p 339) dalam Deegan (2004: 206), menyatakan bahwa komputer dan
machine-readable data base (CRSP and Compustat) merespon dalam penelitian empiris,
sehingga teori positif dalam keuangan dan ekonomi dapat digunakan oleh peneliti-peneliti
akuntansi. Hal ini cukup mendukung perkembangan Positive accounting theory dan peneliti
lebih mudah dalam membuat metodologi dalam penelitian tentang positive accounting
theory.
Dalam Deegan (2004: 206), Watt juga mempertimbangkan satu penelitian yang sangat
penting untuk menerima paradigma riset positif yaitu dari peneliti Australia Ball and
Brown.Watt menyatakan bahwa ketertarikan Ball and Brown (1968) tentang riset akuntansi
yang terkait pasar modal meningkatkan jumlah penelitian positif. Watt menyebutkan artikel-
artike empiris dari artikel yang dipublikasikan Journal of accounting Research meningkat
dari 13% tahun 1967 menjadi 31 % tahun 1968 dan 60% tahun 1972. Sedangkan artikel-
artikel yang menganut paradigma Normative accounting theory menurun dari 24% tahun
1967 menjadi 7% tahun 1968 dan nol pada tahun 1972. Sehingga Accounting Review
16
menghentikan untuk mempublikasikan normative accounting paper.Artikel-artikel empiris
tentang pasar modal merupakan artikel dengan tradisi positif.Paham normatif tertantang pada
bukti dan interpretasi dari bukti tersebut, tetapi tidak menyediakan bukti-bukti tandingannya.
Dalam Deegan (2004: 207) dijelaskan bahwa ada penelitian yang juga penting yang
membangun Positive accounting theory yaitu penelitian dari Fama tentang Efficient Market
Hypothesis (EMH).EMH berfokus pada asumsi bahwa pasar modal bereaksi terhadap
efisienya dan tidak biasnya informasi pada informasi yang tersedia yang
diinformasikan.Penelitian tersebut menyebutkan suatu perspektif bahwa harga saham
mencerminkan informasi yang dipublikasikan tetapi informasi tersebut sangat tergantung dari
pengungkapan akuntansi.Pasar modal menjadi lebih kompetitif dan menghasilkan informasi
yang diterima oleh publik yang berpengaruh pada harga saham. Dipertengahan tahun 1970-an
selain oleh pasar yang efisien Positive accounting theory juga dibangun dari perkembangan
perjanjian kontraktual yang melandaskan pada pengontrolan dan usaha kepentingan tertentu
sebagai agen. Dalam hal penelitian ini menjelaskan bagaimana Positive accounting theory
menunjukkan peran akuntansi mereduksi biaya keagenan dalam organisasi.Penelitian ini juga
menekankan tentang efisiensi dalam pembuatan kontrak yang berpengaruh dalam struktur
pengelolaan perusahaan yang efisien.
Deegan (2004: 215) lebih jauh menjelaskan bahwa tahun 1990 Watt and Zimmerman
mempublikasikan artikel dalam The Accounting Review yang membicarakan tentang sepuluh
tahun perkembangan Positive accounting theory dengan judul (Positive accounting theory : A
Ten Years Perspective). Beliau mendefinisikan ada tiga hipotesis yang sering digunakan
dalam Positive accounting theory literatur untuk menjelaskan dan memprediksi ketika
perusahaan akan mendukung atau melawan metode-metode akuntansi tertentu. Hipotesis-
hipotesis tersebut disebut dengan management compensation hypothesis (atau hipotesis bonus
plan), the debt hypothesis (or debt/equity hypothesis) dan the political cost hypothesis.
17
Peneliti-peneliti yang menggunakan ketiga hipotesis tersebut sering mengadopsi
dengan perspektif bahwa manager atau agen akan beraksi oportunis ketika harus memilih
metode-metode akuntansi tertentu karena pemilihan metode tersebut akan dapat
meningkatkan profit sekaligus dapat meningkatkan bonus mereka. Selain itu peneliti-peneliti
juga mengadopsi perpektif efisiensi Dalam perspektif ini manager memilih metode-metode
akuntansi tertentu karena metode-metode tersebut dapat menyediakan catatan yang dapat
melihat kinerja perusahaan secara efisisien.
D. Tiga Hipotesis Positive Accounting Theory
Ada tiga hipotesis dalam Positive Accounting Theory, yaitu
The Bonus Plan Hypothesis
The Debt Covenant Hypothesis
The Political Cost Hypothesis
a. The Bonus Plan Hypothesis, semua hal lain dalam keadaan tetap, para manajer perusahaan
dengan rencana bonus cenderung untuk memilih prosedur akuntansi dengan perubahan
laba yang dilaporkan dari periode masa depan ke periode masa kini.
Hipotesis ini tampaknya cukup beralasan.Para manajer perusahaan, seperti orang-
orang lain, menginginkan imbalan yang tinggi.Jika imbalan mereka bergantung, paling
tidak sebagian, pada bonus yang dilaporkan pada pendapatan bersih, maka kemungkinan
mereka bisa meningkatkan bonus mereka pada periode tersebut dengan melaporkan
pendapatan bersih setinggi mungkin. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan
memilih kebijakan akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode
tersebut. Tentu saja, sesuai dengan karakter dari proses akrual, hal ini akan cenderung
menyebabkan penurunan pada laba dan bonus-bonus yang dilaporkan pada masa yang
akan datang, dengan taktor-faktor lain tetap sama. Namun nilai masa kini (present value)
18
dari kegunaan manajer dari lini bonus masa depan yang dimilikinya akan meningkat
dengan memberikan perubahan menuju masa kini.
b. The Debt Covenant Hypothesis, dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap,
makin dekat suatu perusahaan terhadap pelanggaran pada akuntansi yang didasarkan pada
kesepakatan utang, maka kecenderungannya adalah semakin besar kemungkinan manajer
perusahaan memilih prosedur akuntansi dengan perubahan laba yang dilaporkan dari
periode masa depan ke periode masa kini.
Alasannya adalah laba yang dilaporkan yang makin meningkat akan menurunkan
kelalaian teknis. Sebagian besar dari perjanjian hutang berisi kesepakatan bahwa pemberi
pinjaman harus bertemu selama masa perjanjian. Sebagai contoh, perusahaan yang
mendapat pinjaman boleh sepakat memelihara level tertentu dari hutang terhadap harta,
laporan bunga, modal kerja, dan harta pemilik saham. Jika kesepakatan semacam itu
dikhianati, perjanjian hutang tersebut bisa memberikan/mengeluarkan penalti, seperti
pembatasan dividen atau tambahan pinjaman.
Dengan jelas, prospek dari pelanggaran kesepakatan membatasi kegiatan perusahaan
dalam operasional perusahaan itu sendiri.Untuk mencegah, atau paling tidak menunda,
pelanggaran semacam itu, perusahaan bisa memilih kebijakan akuntansi tertentu yang bisa
meningkatkan laba masa kini.Berdasarkan hipotesis kesepakatan hutang, ketika
perusahaan mendekati kelalaian, atau memang sudah berada dalam lalai/cacat, lebih
cenderung untuk melakukan hal ini.
c. The Political Cost Hypothesis, dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap,
makin besar biaya politik yang mesti ditanggung oleh perusahaan, manajer cenderung
lebih memilih prosedur akuntansi yang menyerah pada laba yang dilaporkan dari masa
sekarang menuju masa depan.
19
The Political Cost Hypothesis memperkenalkan suatu dimensi politik kedalam
pilihan kebijakan akuntansi.Political cost dapat dikenakan dengan keuntungan tinggi,
dimana mungkin menarik perhatian media dan konsumen.Seperti perhatian dapat dengan
cepat diterjemahkan kedalam politk “panas” dalam perusahaan, dan politikus mungkin
merespon dengan pajak baru atau regulasi lainnya. Hal ini terjadi di perusahaan minyak
selama jangka waktu membatasi supply minyak mentah dan meningkatkan harga minyak
gas.
E. Penelitian Empiris Positive Accounting Theory
Positive Accounting Theory telah dihasilkan sejumlah penelitian empiris.Banyak
penelitian yang telah akrab menguji dampak dari tiga hipotesis yang dijelaskan di
atas.Contohnya adalah sebagai berikut.
Bonus plan hypothesis yang diinvestigasi oleh Healy (1985), menemukan bukti bahwa
manager perusahaan dengan bonus plan berdasarkan pada net income yang dilaporkan
dengan sistematis diadpsi kebijakan akrual sehingga untuk memaksimalkan bonus
ekspektasi mereka.
Dichev dan Skinner (2002), menguji Debt Covenant Hypothesis.
Jones (1991), meneliti tindakan perusahaan melaporkan net income lebih rendah selama
investigasi pembebasan impor. Pengabulan kebebasan untuk perusahaan dipengaruhi oleh
kompetisi luar negeri, pada bagian ini adalah keputusan politik. UU perdagangan
mengizinkan untuk bebas dari pertolongan seperti perlindungan bea untuk perusahaan
dalam industry yang dipengaruhi oleh kompetisi luar negeri. Jones menguji apakah
perusahaan menggunakan discretionary accruals untuk melaporkan pendapatan lebih
rendah. Pendekatan Jones terhadap masalah ini dengan mnaksir menggunakan persamaan
regresi, yaitu
20
Penelitian di atas hanya beberapa penelitian yang menguji prediksi dari PAT.Watts
dan Zimmerman (1986, 1990) dalam Scoot (2009: 293) menjelaskan bahwa tiga hipotesis di
atas memiliki validitas empiris dalam menjelaskan perbedaan reaksi manager terhadap
pilihan kebijakan akuntansi. Ketika tiga hipotesis PAT mungkin memprediksi reaksi
manager, bukti kurang kuat bahwa mereka dapat memprediksi reaksi investor terhadap
perubahan kebijakan akuntansi, meskipun kemampuan economic
consequencesmempengaruhi nilai perusahaan. Jika kebijakan akuntansi mempengaruhi
contract efficiency dan operasi manajemen dari perusahaan, harapannya adalah
mempengaruhi keputusan jual/beli investor, merespon harga saham terhadap perubahan
kebijakan akuntansi seperti adanya standard akuntansi baru. Tetapi Bernard (1989)
membuktikan bahwa pasar merespon economic consequences terhadap standar akuntansi
baru yang pada umumnya sudah sulit didapat.
F. Membedakan opportunistic dan efficient contracting versi PAT
Tiga hipotesis PAT yang dijelaskan di atas dalam bentuk opportunistic, yang
diasumsikan bahwa manager memilih kebijakan akuntansi untuk memaksimalkan utilitas
ekspektasi mereka relative untuk memberikan pemberian upah dan kontrak obligasi dan
political cost. Hipotesis ini juga bisa disebut sebagai bentuk efisiensi, dengan asumsi bahwa
kontrak perusahaan dan sistem kontrol internal dan pada umumnya tata kelola perusahaan,
21
limit opportunism, dan memotivasi manager memilih kebijakan akuntansi untuk mengontrol
contracting cost, dengan cara demikian menguntungkan perusahaan dan shareholdernya.
Ada dua bentuk PAT yang membuat prediksi sama. Contohnya adalah dari bonus plan
hypothesis seorang manager mungkin memilih amortisasi garis lurus diatas declining
balancesehingga opportunistically meningkatkan pembayaran upah. Tetapi, kebijakan yang
sama dapat dipilih dibawah bonus hypothesisuntuk alasan efisiensi. Andaikan, amortisasi
garis lurus mengukur paling baik opportunity costbagi perusahaan menggunakan capitas
asset nya. Kemudian, hasil amortisasi garis lurus dalam pelaporan incomebahwa lebih baik
mengukur kinerja manager. Hasilnya, kebijakan akan lebih efisien memotivasi manager
(dimana tujuannya adalah bonus menempati tempat pertama) relative terhadap kemungkinan
kebijakan amortisasi lainnya. Konsekuensinya adalah akan sulit bagi perusahaan apakah
perusahaan memilih kebijakan akuntansi karena oppourtunism atau effisiensi.
Penelitian PAT yang menunjukkan masalah adalah sebagai berikut.
Mian and Smith (1990), yang melaporkan bukti bahwa perusahaan membuat
keputusan efficient dengan mematuhi persiapan konsolidasi laporan keuangan.
Christie and Zimmerman (1994), menginvestigasi tingkat income increasingpilihan
akuntansi dalam sebuah sampel perusahaan yang telah menjadi takeover target.
Dechow (1994), berpendapat bahwa ketika akrual relative luas (contohnya adalah
pertumbuhan perusahaan dengan cepat), net income seharusnya lebih tinggi
berhubungan dengan return saham, relative terhadap cash flow, daripada ketika
perusahaan dalam steady state.
Study ofDichev and Skinner (2002), menyediakan bukti bahwam efficient contracting
versi PAT beroperasi.
Guay (1999), Study of Derivative Activities.
22
Ahmed, Billings, Harris and Morton (2002) (ABHM), meneliti peran conservatism
dalam efficient debt contracting.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dibahas di atas, maka kesimpulan yang dapat
ditarik adalah sebagai berikut.
1. Sejak tahun 1960-an, profesi akuntansi Amerika mulai peduli dengan meningkatnya
pengaruh dari “outside forces” dalam proses penetapan standar. Dua perkembangan
paralel telah menandai hal ini. Pertama, individu dan kelompok yang jarang
memperlihatkan minat dalam penetapan standar akuntansi mulai mengintervensi secara
aktif dan kuat dalam proses penetapan standar. Kedua, pihak-pihak tersebut mulai
meminta argumen dibandingkan mereka yang secara tradisional telah bekerja dalam
diskusi akuntansi. Konsekuensi ekonomi telah digunakan untuk mendeskripsikan beberapa
argumen tersebut.
2. Scoot (2009: 284) mendefinisikan Positive accounting theory (PAT) adalah “berkaitan
dengan memprediksi tindakan seperti pilihan kebijakan akuntansi oleh pimpinan
perusahaan dan bagaimana manajer akan merespon standar akuntansi baru yang
diusulkan”. Teori akuntansi positif dipopulerkan oleh Watt dan Zimmerman. Menurut
Watt and Zimmerman (1986, p.7) dalam Deegan (2004: 202) menyatakan bahwa Positive
accounting theory lebih menjelaskan kepada praktek-praktek akuntansi. Positive
accounting theory dirancang untuk menjelaskan dan memprediksi dimana perusahaan
akan melakukan dan dimana perusahaan tidak akan menggunakan metode khusus yang
seharusnya perusahaan gunakan.
3. Penelitian tentang Positive accounting theory dimulai di pertengahan tahun 1960-an dan
menjadi dominan sekitar tahun 1970-an dan 1980-an, dimana penelitian-penelitian
tersebut membawa perubahan paradigma. Awalnya jenis penelitian akuntansi adalah
24
penelitian akuntansi normative, yaitu penelitian yang mencoba menyediakan penjelasan
berdasarkan pada perspective teori yang mendasari tujuan akuntansi. Peneliti normative
saat itu adalah Edward and Bell, Chamber and Sterling.
4. Ada tiga hipotesis dalam Positive Accounting Theory, yaituThe Bonus Plan Hypothesis,
The Debt Covenant Hypothesis, dan The Political Cost Hypothesis.
5. Penelitian Empiris Positive Accounting Theoryadalah sebagai berikut.
Bonus plan hypothesis yang diinvestigasi oleh Healy (1985), menemukan bukti bahwa
manager perusahaan dengan bonus plan berdasarkan pada net income yang dilaporkan
dengan sistematis diadpsi kebijakan akrual sehingga untuk memaksimalkan bonus
ekspektasi mereka.
Dichev dan Skinner (2002), menguji Debt Covenant Hypothesis.
Jones (1991), meneliti tindakan perusahaan melaporkan net income lebih rendah selama
investigasi pembebasan impor. Pengabulan kebebasan untuk perusahaan dipengaruhi
oleh kompetisi luar negeri, pada bagian ini adalah keputusan politik. UU perdagangan
mengizinkan untuk bebas dari pertolongan seperti perlindungan bea untuk perusahaan
dalam industry yang dipengaruhi oleh kompetisi luar negeri. Jones menguji apakah
perusahaan menggunakan discretionary accruals untuk melaporkan pendapatan lebih
rendah.
6. Membedakan opportunistic dan efficient contracting versi PAT bahwa ada tiga hipotesis
PAT yang dijelaskan di atas dalam bentuk opportunistic, yang diasumsikan bahwa
manager memilih kebijakan akuntansi untuk memaksimalkan utilitas ekspektasi mereka
relative untuk memberikan pemberian upah dan kontrak obligasi dan political cost.
Hipotesis ini juga bisa disebut sebagai bentuk efisiensi, dengan asumsi bahwa kontrak
perusahaan dan sistem kontrol internal dan pada umumnya tata kelola perusahaan, limit
25
opportunism, dan memotivasi manager memilih kebijakan akuntansi untuk mengontrol
contracting cost, dengan cara demikian menguntungkan perusahaan dan shareholder nya.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, maka saran yang dapat disampaikan untuk
pembaca adalah bahwa pembaca dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai
economic consequences dan positive accounting theory dari berbagai jurnal pendukung
lainnya.
26
DAFTAR PUSTAKA
Ball, R. & Brown, P. (1968). An empirical evaluation of accounting income numbers.
Journal of Accounting Research, 6 (2): 159–177.
Collet, Peter. 1993. Standard Setting and Economic Consequences: An Ethical Issue.
(Working Paper Series No. 5, University of Tasmania, Department of Accounting and
Finance, March, 1993)
Deegan, C. (2004). Financial Accounting Theory. McGraw-Hill, Australia.
Moonitz, M. The Basic Postulates of Accounting, AICPA Accounting Research Study No. 1
(American Institute of CPA's, 1961).
Scott, W.R. (2009). Financial Accounting Theory. Prentice-Hall, Toronto, Canada.
Sharpe, William. F. "Capital Asset Prices: A Theory of Market Equilibrium under Conditions
of Risk," Journal of Finance (September, 1964), pp. 425-42.
Sprouse, K. T., and Moonitz, M. Attempt to Establish a Conceptual Framework of
Accounting. (online) diakses di http://people.wku.edu/jack.hall/attempts.html pada 21
November 2013 pukul 20.12 WIB
Watts & Zimmerman. (1990). Positive accounting theory: A ten year perspective. The
Accounting Review, 65 (1): 131-156.
Zeff, Stephen A. 1978. The Rise of “Economic Consequences”. The Journal of Accountancy,
p. 56-63.
Zeff, Stephen. The Evolution of the Conceptual Framework for Business Enterprises in the
United States, Accounting Historical Journal, Vol. 26, No. 2 Desember, 1999.