chapter 78 indo
DESCRIPTION
bpTRANSCRIPT
Chapter 78
Augmentasi Alloplastik Facial Total
Michael C. Edwards and Edward O. Terino
Sejarah
Saat ini, tuntutan dan ekspektasi publik terhadap bedah plastik wajah baik pada
laki-laki maupun pada perempuan semakin meningkat secara dramatis. Hal ini
menuntut dokter bedah dan ilmuwan untuk mengembangkan prosedur yang lebih
alami dan lebih tahan lama serta aman, dan telah teruji. Teknologi pembesaran
saat ini telah melebihi zaman dahulu seperti injeksi silikon pada tahun 1970 untuk
memperbaiki tulang pipi dan bentuk wajah yang akan menyebabkan komplikasi
yang mengerikan. Diantara bahan-bahan yang awalnya berhasil digunakan
terdapat bahan metal yang non reaktif dan vitallium. Pada 4 dekade terakhir
penelitian ilmuwan tentang teori estetika tentang sintesis, bahan dan bentuk wajah
telah menghasilkan sains klinis yang dapat diterapkan dengan alat yang dapat
menghasilkan teknik operasi yang dapat digunakan. Sejarah terbaru
memperkenalkan karet silikon, proplast I dan II, mersilen, teflon, dacron, goretex,
acrylic, methylmethacrylate, polyethylene, dan hydroxylapatit. Bagian ini akan
menjelaskan konsep arsitektur wajah dan teknik operasi yang digunakan oleh Drs
E.O Terino dan M.C Edwards dari Plastic Surgery Institute of Southern California
untuk pembesaran alloplastik seluruh bentuk wajah. Penulis senior (E.O.T)
dikenal karena keunikan dan kontribusinya untuk perkembangan implan
alloplastik dan facial rejuvenation (Terino, 1992). Waktu tersebut adalah masa
ketika komunitas bedah masih berperan besar dan memilih menggunakan teknik
rekonstruksi autolog craniofacial yang dipionir oleh Paul Tessier (Tessier, 1971).
Pada pergantian abad, pencarian bahan alloplastic yang lebih aman dan lebih
tahan lama muncul karena kebutuhan untuk menyamarkan deformitas tulang
wajah akibat kelainan kongenital (contoh kelainan sumbing) atau akibat trauma
(misalnya perang modern, kecelakaan mobil, dll). Yang lebih mengejutkan, bahan
1
alloplastic telah digunakan selama berabad-abad sebelumnya dalam bedah
kosmetik dan rekonstruksi. Akar ilmu ini pertama kali dijelaskan pada dokumen
papirus dari Mesir dan Yunani kuno. Anekdot kuno yang sangat menarik
(sebelum 1000 AD) termasuk penggunaan kerang laut yang dipasang ke rahang
untuk menggantikan gigi yang hilang (implan gigi).
Pada abad ke-20, augmentasi dagu alloplastic pertama kali dijelaskan pada tahun
1948 (Rubin dan Walden, 1955). Gonzalez-Ulloa disebutkan menjadi salah satu
ahli bedah pertama yang menjelaskan augmentasi malar dengan implan alloplastic
(Gonzales-Ulloa, 1957). Pada pertengahan 1960-an, Ulrich Hinderer
mengembangkan implan silikon malar unilateral korektif (Hinderer, 1975). Saat
ini kita berada dalam era baru augmentasi wajah yang memiliki masa depan yang
menarik dan menjanjikan karena semakin berkembangnya ilmu pengetahuan.
Sinergisme transfer jaringan, suntikan filler, dan implan alloplastic menjelaskan
estetika wajah semakin lama akan semakin berkembang sehingga akhirnya
mengarah ke masa depan yang menjanjikan dari rekayasa jaringan berdasarkan
pengetahuan yang mendalam tentang sel dan stem sel.
Pemeriksaan
Pemeriksaan pasien untuk augmentasi facial alloplastik total yaitu:
Masalah apa yang ingin dipecahkan oleh pasien?
Minta pasien untuk menjelaskan penampilan yang ideal menurut pendapat
mereka
Tugas untuk pasien: Bawalah foto majalah untuk hal apa saja yang boleh dan
tidak boleh pada perubahan bagian anatomi
Untuk pasien tua, minta pasien membawa foto diri yang beragam
Gunakan foto komputer dan teknologi foto untuk konsultasi
Gunakan model zona anatomi wajah dan analisis tipe wajah
Gunakan tes kepribadian untuk memprediksi kepuasan pasien
2
Anatomi terapan untuk augmentasi facial alloplastik total
Pengaruh mengubah kerangka wajah
Ketika Anda melihat seseorang, perhatian Anda pasti berfokus pada mata, bibir,
alis, dan rambutnya. Namun, hal tersebut hanyalah hiasan dari kerangka wajah
yang mendasarinya. Hal yang menentukan daya tarik wajah seseorang adalah
kontur volumetrik unik yang dibentuk oleh arsitektur kerangka yang mendasari
mereka. Kulit adalah "kanvas wajah". Ketika didistribusikan pada kerangka wajah
yang halus dan berkontur menarik, maka akan terlihat penampilan yang muda dan
estetis. Semakin lama kanvas ini menjadi kasar dan keriput, dan terjadi atrofil
jaringan lunak yang mendasari dan di beberapa daerah tulang menurut proses
penuaan. Ketika ahli bedah memperbaiki arsitektur tulang wajah yang mengalami
penuaan, wajah yang baru dan dramatis dapat dicapai. Meskipun seseorang
dikenali dengan penampilan yang khas, yaitu, mata, bibir, hidung dan alis; a muda
dan menarik tetapi tetap saja penampilan yang terlihat muda dan atraktif dapat
dicapai dengan perubahan kontur tulang yang mendasari mereka. Oleh karena itu,
keseimbangan struktur tulang wajah menyebabkan bentuk wajah terlihat menarik
dan dianggap sebagai kecantikan.
3
Gambar 78.1 arsitektur wajah yang menggambarkan massa dan volume wajah
utama: hidung, malar-midface dan mandibula.
Hubungan promontorium wajah
Dibawah ini adalah tiga promontorium utama untuk volume dan massa.
Berdasarkan urutan yang paling penting yaitu hidung, dua zygomatic malar, dan
garis dagu-rahang (Gambar.78,1). Pada supraorbital, terdapat promontorium
keempat yang kurang signifikan (dan tidak akan dibahas dalam bab). Dengan
mengubah hubungan dari tiga promontorium utama, ahli bedah dapat membuat
atau mengembalikan harmonitas, keseimbangan, dan keindahan wajah. Secara
hukum matematika, penurunan atau peningkatan salah satu dari tiga
promontorium dapat langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi estetika
bagian yang lain. Estetika wajah adalah seni dan ilmu untuk mencapai keindahan
dengan menciptakan keseimbangan di semua tiga elemen anatomi tulang wajah.
Salah satu metode yang penting dimana ahli bedah dapat mencapai keseimbangan
ini adalah dengan mengerjakan implan alloplastic (Gambar 78.2). Kemajuan
terbaru pada teknologi implan alloplastic sekarang memungkinkan ahli bedah
4
Alis
Malar-mandibula
Hidung
Mandibula
untuk membuat perubahan yang halus atau dramatis pada promontoriun wajah
dengan mudah dan dapat diprediksi. Selama dekade terakhir, operasi estetika telah
berkembang secara dramatis. Prosedur bedah telah berkembang dari
skintightening sederhana menjadi pengangkatan atau penambahan lemak
subkutan, untuk memperbaiki sistem aponeurotic submuscular (SMAS) serta
teknik suspensi alis dan midface serta baru-baru ini perkenalan terhadap injeksi
filler termasuk lemak autologous.
Restrukturisasi semua lapisan ini masih memiliki banyak keterbatasan. Pasien
yang memiliki bentuk wajah yang bulat, penuh, dan gemuk dengan banyaknya
lemak subkutan jarang dikatakan cantik menurut standar kontemporer.
Sebaliknya, terdapat individu dengan kecenderungan wajah yang panjang dengan
promontorium yang tidak adekuat pada bagian malar, mandibula ataupun
keduanya. Kedua tipe wajah yang ekstrim ini, serta banyak pasien dengan
kombinasi kekurangan volume pada lokasi anatomi yang bervariasi dapat secara
signifikan diperbaiki dengan menata ulang keseimbangan promontorium dengan
teknik augmentation alloplastic target. Selanjutnya, operasi kontur tulang wajah
juga harus dilengkapi dengan berbagai prosedur wajah lain yang terkoordinasi
(Gambar 78.3).
Anatomi zona malar dan premandibula
Bagian ini bagian dari tulang wajah yang jika diaugmentasi dengan tepat maka
akan menghasilkan perubahan estetika dalam kontur midface yang dapat disebut
"ruang malar-midface". Untuk menentukan augmentasi mana yang paling untuk
bagian tersebut, merupakan hal yang penting untuk membagi bagian midface
kedalam 5 bagian yang berbeda (Terino, 1992) (Gambar 78.4). Dengan
memahami lima zona dan hubungan antara kelimanya, dokter bedah dapat
membedakan bentuk pipi dan / atau midface untuk mengakomodasi keunikan
setiap pasien.
5
Gambar 78.2 contoh laki-laki 36 tahun dengan disproporsi dan
ketidakseimbangan dari pertengahan wajah malar ke segmen estetika garis rahang
mandibula, menunjukkan peningkatan selaras wajah dengan menambah mentum
pusat, sudut mandibula, dan daerah malar.
Ringkasan zona
Zona 1 daerah terbesar, meliputi sebagian besar tulang malar dan sepertiga bagian
pertama arcus zygomatikum. Augmentasi seluruh zona ini menghasilkan
volumetrik terbesar untuk mengisi pipi dan juga memaksimalkan rahang atas
(Gambar 78.5).
Zona 2 daerah paling penting kedua, terdapat pada sepertiga tengah arcus
zygomatikum. Augmentasi zona ini bersama dengan zona 1 dapat membentuk
tulang pipi ke lateral, sehingga memberikan efek sepertiga atas wajah menjadi
lebih luas. Perubahan bentuk ini sangat berguna bagi individu dengan wajah
6
bagian atas yang sempit atau sindrom-wajah panjang. Tetapi ketika zona 1 dan 2
diaugmentasi, dapat timbul sebuah tonjolan abnormal dan tidak menarik (Gambar
78.6).
Gambar 78.3 Seorang wanita 56-tahun yang menunjukkan manfaat yang
signifikan dari teknik suspensi midface atas, malar-submalar augmentasi, dan
rhytidectomy
Gambar 78.4 Anatomi zona kontur wajah midface tersebut.
Gambar 78.5 Hipoplasia malar dan mengakibatkan kontur malar-midface dari
Zona 1, 2 peningkatan volume yang malar.
7
Sepertiga unit anatomi Nervus infraorbita
Hipoplasia malar
kontraksi
Zona 3 adalah daerah paranasal, yang terletak medial dari foramen dan nervus
infraorbital. Sebuah garis yang ditarik secara vertikal ke bawah dari foramen
infraorbital menandai batas medial pembedahan biasa untuk augmentasi malar.
Garis ini juga merupakan perbatasan lateral zona 3. Ketika augmentasi paranasal
di zona 3 dilakukan, bagian medial wajah dibuat penuh, seringkali di daerah
nasolabial atas, yang dapat menjadi tidak menarik atau dapat menghasilkan efek
"pipi tupai". Jaringan kulit dan subkutan tipis di wilayah tersebut; akibatnya,
setiap implan yang ditempatkan di sana harus hati-hati saat dibentuk. Augmentasi
zona 3 diindikasikan untuk tujuan rekonstruksi tertentu, setelah trauma atau
kelainan herediter lainnya (Gbr. 78.7).
Zona 4 terletak pada sepertiga posterior arcus zygomatikum. Augmentasi di
daerah ini tidak pernah diperlukan karena akan menghasilkan penampilan yang
tidak alami. Selain itu, diseksi di sini mungkin berbahaya, karena sangat mungkin
untuk melukai cabang oculi zygomaticotemporal atau orbicularis dari nervus
facialis, dan bahkan kapsul sendi temporomandibular.
Zona 5, zona submalar atau "segitiga submalar," dibatasi posterior oleh
permukaan tendon dari otot masseter, dan anterior oleh daerah fossa canina dari
rahang atas. Batas superior dari zona 5 adalah margin bawah tulang malar, yang
terdiri dari dua pertiga arcus zygomatikum. Batas medial ruang submalar berakhir
di perbatasan lateral gundukan dan sulkus nasolabial. Batas anterior dibatasi oleh
bagian inferomedial dari atap seluruh ruang malarmidface. Terdiri dari otot-otot
wajah, lemak, kulit, dan subkutan wilayah midface. Untuk mengatur estetika
augmentasi alloplastic, pemahaman tentang jenis wajah diperlukan. Wajah tipe 1
terdiri dari kekurangan di segmen tulang malar atas dari malar / midface.
Kelemahan kontur tertentu meliputi zona 1 dan 2. Augmentasi dari zona 1
menciptakan pipi atas yang penuh dan menstimulasi bentuk wajah. Ketika implan
besar digunakan untuk menambah zona 2, serta zona 1, pelebaran midface atas
terjadi sehingga wajah terlihat lebih panjang dan sempit. Dimensi transversal dari
tulang malar pada malar / midface atas berukuran 4,5-6,5 cm dari foramen
infraorbital ke sepertiga posterior arcus zygomatikum. Secara vertikal, terdapat
rata-rata sekitar 3,0-4,0 cm jarak dari canthus lateral margin inferior tulang malar.
8
Pemberian bentuk zona 1 yang berlebihan pada wanita dapat menyebabkan
tampak lebih maskulin, tajam, kasar dan tampak lebih bertulang.
Gambar 78.6 Sebuah penampilanpasca operasi yang terlalu kuat, karena ukuran
implan yang salah, bentuk dan posisi. Tampilan pasca operasi menunjukkan
perbaikan signifikan dengan menggunakan shell malar dalam zona 1 dan
submalar, zona 5.
Gambar 78.7 Kekurangan volume suborbital dan penempatan dengan implan.
Defisiensi estetika wajah tipe 2 terdiri dari depresi bentuk jaringan lunak
khususnya pada aspek bawah unit estetika midfacial yang disebut submalar zona 5
(SM5) atau submalar "segitiga". Kekurangan ini berada pada tendon masseter dan
9
fossa canina di bawah batas inferior dari tulang malar dan arcus zygomatic.
Sebuah shell malar besar ditanamkan pada aspek inferior tulang malar di zona 1
dan diperluas ke dalam ruang submalar bawah diperbatasan tulang malar
sehingga menciptakan ilusi putaran penuh "pipi apel" pada wanita. Jaringan lunak
yang melapisi kerangka midface tersebut dan daerah submalar dipengaruhi
lingkungan dan genetik. Ketebalan implan sederhana 3 mm atau 4 mm dapat
meningkatkan dan meremajakan wajah. Augmentasi wilayah submalar
menciptakan penampilan muda dan jaringan lunak tampak lebih penuh di midface
serta ilusi tulang malar tampak lebih besar. Hal ini sangat berguna dalam prosed
penuaan wajah dimana atrofi jaringan lunak midface dapat membuat lipatan
nasolabial tampak lebih jelas. Batas bawah ruang submalar yang bervariasi sttap
jaringan (businator, otot zygomaticus, dan SMAS) dari tendon masseter. Secara
histologi mirip dengan sulkus inframammary yang diciptakan selama pembesaran
payudara. Jenis bentuk midface dicontohkan dalam gambar aktris Bo Derek dan
Linda Evans, atau Renee Zellweger dan Angelina Jolie. Menurut definisi,
pembesaran komprehensif dari seluruh unit malar-midface mungkin memerlukan
shell implan dengan dimensi melintang maksimal 5,5 cm dan 4,5 cm vertikal.
Wajah tipe 2 memiliki keunggulan tulangmalar yang memadai namun
kekurangan volume jaringan lunak submalar. Hal ini menciptakan bentuk midface
yang datar dan lebih tua. Hal ini sering terjadi pada proses penuaan wajah pria dan
wanita. Pada individu muda dengan tulang pipi yang kuat tetapi kekurangan
jaringan lunak midface, pembesaran submalar menghasilkan kelembutan, dan
menambahkan kepenuhan pada wajah. Beberapa orang merasa bahwa implan
submalar dapat mengangkat sulkus nasolabial dan memberikan ilusi pengetatan
wajah yang akan menunda kebutuhan untuk rhytidectomy. Para penulis belum
mengamati kejadian ini. Para penulis mendukung pengisian volume midface
hanya posterior untuk gundukan nasolabial, dalam rangka untuk menekankan
kembali kepenuhan dan memperbaiki kekurangan volume jaringan lunak di
midface.
Defisiensi estetika wajah tipe 3 terdiri dari suprastruktur malar zygomatic yang
sangat kuat dan infrastruktur submalar yang sangat ceekung. Wajah seperti itu
sering memiliki kulit tipis dan jaringan subkutan membutuhkan pembesaran
10
submalar yang besar dengan implan yang tebal (5-8 mm). Jenis wajah ini terjadi
akibat penuaan, serta dari faktor keturunan (Gambar 78.8). Penampilan wajah ini
tampak kurus, seperti ditarik, kuyu dan tampak seperti sakit. Hal ini didapatkan
dari keadaan penyakit jaringan lunak seperti Romberg hemi-atrofi dan
Lipodistrofi HIV. Obatnya, untuk etiologi apapun, adalah sama yaitu: mengisi
zona submalar 5 (SM5) dengan volume yang besar (Gambar 78.9).
Defisiensi estetika wajah tipe 4 jenis wajah terdiri dari kekurangan volume yang
ekstrim di kedua zona malar 1 dan 2 dan zona submalar 5 (SM5) dan juga dapat
mencakup daerah suborbital dan paranasal zona 3. Hal ini lebih sering terjadi pada
pria dibandingkan pada wanita. Dapat diidentifikasi oleh penampilan "wajah
datar". Hal ini juga digambarkan sebagai sindrom "beruang kutub" karena daerah
suborbital kekurangan skeletal. Sebuah implan shell komprehensif yang mengisi
palung air mata medial dan zona malar atas, memperbaiki defisiensi estetika ini
secara signifikan. Untuk beberapa pasien implan shell besar dipakai untuk mengisi
zona malar 1 dan 2 sebagai juga zona submalar 5. Secara teoritis, implan shell
juga bisa menambahkan dukungan dan meningkatkan kelopak mata ke posisi
horizontal sehingga tampak lebih menarik.
Defisiensi estetika wajah tipe 5 disebut sebagai kelemahan struktur wajah di
bagian suborbital "palung air mata". Hal ini menciptakan penampilan di sekitar
mata terlihat lelah dan "berongga",terutama di wilayah orbital yang lebih rendah.
Terdapat juga kecenderungan bola mata menjadi proptotic karena "Vektor
negatif" mata (Gambar 78.10). Kekurangan volume di daerah ini tampak tidak
menarik pada wanita. Sebuah implan palung air mata unik dirancang memanjang
dari canthus medial ke lateral orbital rim malar, untuk memperbaik kekurangan
ini. Pencangkokan lemak disepanjang tepi orbital rendah telah dianggap oleh
beberapa orang menguntungkan namun oleh sebagian besar lainnya dianggap
sangat berisiko. Secara umum, engalaman penulis 'adalah bahwa semua jaringan
lunak autologous grafting di wilayah ini memanifestasikan penyusutan tak terduga
dan mungkin menghasilkan penyimpangan atau menghasilkan perbaikan dengan
penambahan risiko yang diabaikan. Ketika defisiensi volume ini juga disertai
11
dengan hipoplasia malar-zygomatic yang signifikan shell palung-malar air mata
suborbital (SOTTM) diindikasikan (Gambar 78.11). Transplantasi autogenous
fasia jaringan lemak, otot, galea dan temporalis ke daerah ini oleh berbagai
penulis hanya sebagian yang berhasil dari semua cangkok autologous, karena
kematian sel yang tak terduga, penyusutan variabel dan penyimpangan kontur.
Tingkat keberhasilan dan komplikasi masih diperdebatkan. Teknik baru
pembedahan "SOOF" infraorbital yang melepaskan dan mengangkat pipi
suborbital dan struktur jaringan lunak di bawah rim orbital dan merefleksikan
lemak intraorbital ada dan lebih sukses dalam mengoreksi kekurangan ini tetapi
masih tetap tergantung pada massa jaringan yang tersedia secara lokal. Teknik
jaringan reposisi apakah "deep plane", "FAME", "Somme", atau "subperiosteal"
masih menjalani evaluasi untuk ketekunan jangka panjang mereka dan
reproduktifitas.
Gambar 78.8 Zona Submalar 5 adalah anatomis bawah batas bawah dari tulang
malar. Mungkin volume yang kekurangan baik oleh keturunan atau dari penuaan
atrophia. Penempatan implan submalar tepat memberikan perbaikan estetika.
Gambar 78.9 Atrofi lemak terjadi secara universal dengan penuaan wajah. Hal
ini dapat menghasilkan cekung, lelah, terlihat lebih tua. Ketika ada menonjol
tulang malar memadai di tipe 2 atau tipe 3 wajah, shell malar besar ditempatkan di
wilayah submalar (SM5) mengembalikan kepenuhan muda ke wajah.
12
Defisiensi malarkontraksi
Defisiensi submalar
kontraksi
Gambar 78.10 Gambar sebelum dan sesudah dari pasien dengan wajah tipe 4
menunjukkan peningkatan kekurangan volume yang ekstrim dari seluruh rahang
dan "negatif" vektor suborbital tulang rim menggunakan air mata diperpanjang
melalui-malar shell yang komprehensif. Hal ini membantu untuk memperbaiki
penampilan
Akhirnya, ada defisiensi estetika wajah tipe 6 umum pada semua ras dan biasanya
tidak diperhatikan oleh ahli bedah. Tetapi bentuk retrusi premaxillary yang ringan
hingga sedang dapat menyebabkan perubahan yang signifikan pada augmentasi
alloplastic. Ada beberapa cara untuk melakukan hal ini; silikon implan karet telah
dirancang khusus agar sesuai di sekitar aperture piriformis bawah. Hal ini mudah
ditempatkan baik secara langsung ke tulang melalui sayatan intraoral atau
intranasal. Bentuk anatomi dan kontur posterior memberikan stabilitas saat
diposisikan benar (Gambar. 78.12).
Anatomi zona premandibula
Teknik untuk augmentasi dagu telah diperkuat dengan memperluas bentuk dan
ukuran secara tradisional, implan diletakkan ditengah untuk memberikan
perubahan yang lebih lateral dan posterior dari kontur dagu. Implan dagu oval
13
secara tradisional telah ditempatkan antara foramen mental. Implan yang
ditempatkan hanya dalam segmen tengah ini sering menghasilkan hasil yang tidak
menarik, bulat, dan menonjol (Gambar 78.13). Bahkan, perpindahan otot mentalis
dengan implan dagu tradisional dapat menyebabkan dislokasi bawah dari
gundukan jaringan lunak dan otot diatasnya, sehingga menciptakan deformitas
"dagu penyihir" atau "dagu melorot". Selanjutnya, sulkus jaringan lunak yang
berdekatan antara gundukan dagu bulat dan kendur, lebih lateral akan
menghasilkan "garis marionette" atau "sulkus mandibula anterior". Oleh karena
itu, untuk mencapai augmentasi dagu yang alami, "ruang premandibula" harus
dipertimbangkan. Daerah ini dapat dibagi menjadi empat zona anatomi fungsional
(Terino, 2002) (Gambar 78.14). Dengan memperluas ruang premandibula lateral
ke tengah ramus horisontal, dan wilayah yang miring, memungkinkan ahli bedah
untuk menentukan zona midlateral (ML) dari mandibula. Augmentasi zona ini,
selain omentum pusat, menciptakan dagu-rahang yang memiliki kontur alami
(Gambar 78.15, 78.16). Hal ini mewujudkan prinsip implan yang dirancang oleh
penulis senior (E.O.T.). Untuk peningkatan estetika yang maksimal, augmentasi
dari zona midlateral, dan lebih jauh ke bagian yang lebih posterior mandibula,
menciptakan perluasan yang muncul untuk memperkecil wajah serta memberikan
aspek pertengahan dan posterior dari garis rahang. Segmen posterolateral dari
ruang premandibular, terletak pada pertengahan posterior ramus horisontal, dari
garis miring dan termasuk sudut mandibula. Augmentasi menciptakan
peningkatan garis rahang posterior. Zona premandibular keempat dan terakhir
berada di bawah batas inferior mandibula dan disebut zona submandibular
(Gambar 78.17). Implan dagu tradisional tidak memiliki kemampuan untuk
memperbesar volume rahang kearah vertikal. Implan baru telah dirancang untuk
membungkus margin tulang mandibula untuk meningkatkan ketinggian vertikal
wajah dari bibir bawah ke garis dagu rendah, sehingga menambah zona
submandibular (Gambar 78.18). "Garis marionette" atau prejowl sulkus overlay di
mana ligamen anterior mandibula membatasi bagian bawah dan depan pipi selama
proses penuaan.
14
Gambar 78.11 implan baru dengan teknik pemasukannya
Gambar 78.12 Contoh pasien yang kontur retrusive premaxillary cacat dikoreksi
menggunakan desain implan premaxillary peripyriform kontemporer.
15
implandiseksi
Gambar 78.13 implan dagu tradisional telah ditempatkan terpusat antara foramen
mental. Hal ini sering menghasilkan tidak menarik sentral yang abnormal,
tonjolan bulat.
Gambar 78.14 Ada empat zona anatomi dalam ruang premandible yang dapat
ditambah untuk memperbaiki kontur daerah tertentu untuk lebih rendah estetika
segmen wajah mandibula.
16
Unit estetik
Gambar 78.15 Anatomi desain implan berkontur posterior untuk aman sesuai
dengan permukaan tulang seperti sarung tangan.
Gambar 78.16 kontur abnormal dari implan pusat tradisional dapat diperbaiki
dengan menggunakan diperpanjang anatomi dagu implan dirancang oleh penulis.
17
Unit estetik
Gambar 78.17 Implan submandibula yang memperpanjang wajah secara vertikal
oleh 4 mm serta menyediakan 4 mm dari proyeksi anterior-posterior.
Gambar 78.18 Foto Pra dan pasca operasi dari perempuan Asia 21 tahun yang
mengalami perbaikan keseimbangan estetika yang signifikan dalam wajah ketiga
lebih rendah segmen estetika dari implan submandibular.
Tabel 78.1 Rencana operasi
Zona Implan
Central mentum
Posterior lateral
Midlateral
Submandibular
Tipe 1 atau 2 4 – 9 mm
Implan mandibular 8-12 mm
Lateral 4-6 mm
Implan vertikal 4 mm
18
Langkah-langkah teknis dari augmentasi wajah alloplastic
Pemilihan implan wajah yang ideal
Bentuk anatomi implan adalah faktor penting dalam meniru estetika kontur wajah.
Dalam prakteknya, saat implan yang tepat telah dipilih, potensi untuk mobilitas
dan malposisi hampir diabaikan. Implan yang ideal harus mudah dipasang,
nonpalpable, mudah ditukar, ditempa, selaras, diterima tubuh, tahan terhadap
infeksi, dan mudah dimodifikasi oleh dokter bedah. Ketika ditempatkan langsung
pada tulang, implan silikon halus menjadi tetap dan aman dikelilingi oleh kapsul
fibrosa. Karena dapat menciptakan ruang yang berbatas tegas, implan dapat
diangkat dengan mudah dan ditukar bila diperlukan atau diinginkan. Di sisi lain,
implan berpori yang memungkinkan ingrowth jaringan seperti polietilena
kepadatan tinggi, misalnya Medpor, implan fenestrated, dan implan dengan
Dacron backing memiliki konsisten rendah, dapat diprediksi, dan banyak
kejadian yang signifikan dari infeksi (Carboni, Gasparini et al., 2002). Implan
juga secara signifikan lebih sulit untuk ditukar dan dimodifikasi karena
penyerapan tulang dan lainnya diinduksi secara lokal interaksi jaringan. Mungkin,
yang paling relevan adalah pengakuan yang Medpor juga lebih mungkin untuk
diangkat ketika ditempatkan di bawah cakupan jaringan tipis (Sevin, Askar et al.,
2000). Dengan bertentangan, implan silastic dapat bertahan dari onset peradangan
dan bahkan yang purulen, sedangkan implan berpori yang terinfeksi mungkin
memerlukan pengangkatan. Keberhasilan implan wajah anatomi baru-baru ini
sebagian besar juga, karena ketetapannya pada tulang wajah. Akhirnya, implan
silikon yang dapat dimodifikasi dipilih oleh dokter bedah ketika penghalang
ditemui selama operasi. Dibandingkan dengan memaksakan diseksi traumatis
pada daerah anatomi dimana kerusakan saraf mungkin segera terjadi, dokter bedah
dapat dengan mudah mengurangi implan atau mengubah konfigurasi dengan pisau
bedah tanpa mempengaruhi kontur yang dihasilkan.
Perencanaan pra operasi
Perencanaan pra operasi untuk semua plastik dan bedah rekonstruksi adalah
langkah kritis penting untuk mencapai hasil yang sukses. Untuk operasi estetika,
19
perencanaan tersebut harus akurat dan komunikasi definitif dengan pasien, yang
persepsi dan harapannya harus dipahami oleh ahli bedah. Untuk operasi
tradisional pada pasien tua, komunikasi tentang kebutuhan dan keinginan mereka
mungkin relatif sederhana. Mereka ingin memiliki kontur mereka sebelumnya dan
bentuk wajahnya dipulihkan sebaik mungkin. Seiring berjalannya waktu, individu
mengakomodasi perubahan yang lambat, bertahap yang terjadi dalam kontur
jaringan lunak mereka. Hasil teknis terbatas dari reposisi jaringan rutin dan teknik
pengetatan operasi estetik facial dapat diterima oleh mereka karena menghasilkan
hasil yang signifikan meskipun perbaikan pasca operasinya terbatas. Teknik yang
baik untuk mengubah kontur wajah dan lekukan wajah melampaui operasi rutin
dalam mereka inginkan unruk mengubah anatomi pasien yang diturunkan. Setelah
operasi implan wajah, pasien mengalami peningkatan visual dan persepsi dari diri
mereka sendiri dengan kontur yang lebih permanen. Oleh karena itu, sebelum ahli
bedah mencoba suatu perubahan kontur alloplastic wajah, sangat penting bahwa ia
tahu persis seperti apa gambar wajah yang pasien inginkan. Para penulis meminta
pasien untuk memodifikasi foto dari diri mereka sendiri atau menyediakan
majalah mode atau sumber lain, contoh kontur wajah yang mereka kagumi, yaitu,
wajah mereka merasa melihat mirip dengan mereka sendiri tetapi lebih menarik
pada daerah skeletal (Gambar 78.19). Meskipun proses ini dapat berjalan
bertentangan dengan ajaran standar, hal itu menciptakan pemahaman harapan
pasien dengan memberikan wawasan visual dan citra yang berharga untuk
dibahas. Kebanyakan pasien memiliki gambaran yang sangat tepat tentang gambar
kontur wajah mereka ingikan. Karena itu, ketika mereka tidak memiliki gambaran
yang tapat, mudah untuk menemukan bahwa harapan mereka tidak dapat
dipenuhi. Dalam operasi elektif, dokter bedah tidak harus melakukan apa yang
mereka tidak yakin dapat dicapai terutama ketika pasien sendiri sulit untuk
menjelaskan keinginannya. Secara keseluruhan, penulis menemukan teknologi
pencitraan komputer menjadi sangat diperlukan dalam proses ini.
Selama konsultasi pasien, penting untuk menentukan zona anatomi mana yang
ingin dilakukan augmentasi. Beberapa kali konsultasi dengan pasien penting
20
dilakukan untuk menentukan hasil akhir yang diinginkan. Pada pagi hari operasi,
waktu yang berkualitas dihabiskan untuk menandai, mengukur, dan
mendiskusikan rincian bedah dengan pasien. Akhirnya, dengan menggambar
konfigurasi landmark anatomi regional dan zona terkait pada wajah pasien, dokter
bedah menggambar dengan pedoman akurat untuk melakukan diseksi bedah
intraoperatif dan penempatan implan (Gambar 78.20)
Teknik operasi
Berkenaan dengan teknik operasi, penulis menawarkan saran berikut:
1. Langsung menuju tulang dan periosteum. Penempatan implan langsung pada
tulang menciptakan penempelan yang kuat dan aman pada tulang. Kontraktur
kapsuler terlihat dengan implan anatomi wajah.
2. Dengan lembut dalam mengangkat jaringan lunak dari malar dan daerah
premandible. Ketika ada infiltrasi yang memadai agen anestesi lokal,
jaringan terpisah dengan mudah dan tanpa perlu trauma kuat. Trauma
berlebihan dapat menghasilkan gejala saraf mental, sementara atau
berkepanjangan, tapi jarang permanen. Paresis atau kelumpuhan zygomaticus,
oculi orbicularis, dan bahkan otot frontalis dapat terjadi. Kerusakan tersebut
biasanya bersifat sementara, tapi dalam kasus yang jarang dapat permanen
dan tidak pernah terjadi di cerita penulis lebih dari 3500 implan dagu.
3. Memperluas ruang diseksi yang adekuat baik pada malar atau daerah
premandible untuk mengakomodasi prostesis yang dipilih. Peningkatan
jaringan lunak ke daerah-daerah yang berdekatan dengan tulang harus
dilakukan dengan pengangkat bermata tumpul dan, sekali lagi, selembut
mungkin. Implan anatomis berkontur dengan ukuran dan bentuk yang
memadai memiliki sangat sedikit masalah baik malposisi atau mobilitas
karena mereka mengisi ruang dengan baik dan menahan posisi berdasarkan
permukaan berkontur mereka dan fiksasi yang cepat ke tulang.
4. Minimalkan perdarahan dengan menggunakan anestesi lokal dan umum.
"Lapangan operasi kering" merupakan hal penting untuk akurasi visualisasi,
diseksi tepat, dan penempatan yang tepat, tiga faktor penting dalam
menghindari potensi masalah dengan hematoma, seroma, infeksi, penempatan
21
yang tidak akurat; dan kerusakan saraf. Pemeliharaan tekanan darah sistolik
antara 90 dan 110 memberikan hemostasis optimal dalam kombinasi dengan
infiltrasi dari lidokain encer 0,2% yang mengandung epinefrin (adrenalin), 1:
800.000. Clonodine, 0,2 mg melalui mulut, mungkin juga diberikan segera
sebelum operasi untuk menstabilkan hemodinamik tekanan darah pasien dan
denyut nadi.
Gambar 78.19 Semua pasien ingin memiliki muda kepenuhan kembali ke
wajah mereka. Hal ini dapat dicapai dengan augmentasi alloplastic. Pasien
diminta untuk membawa foto-foto dirinya dalam waktu yang lebih muda
hidup untuk mencoba untuk memulihkan sebelumnya "adegan ideal" mereka.
22
Gambar 78.20 Tanda pra operasi yang dibuat pada semua pasien menghadapi
operasi untuk menguraikan anatomi dan tulang struktur zonal mereka.
Gambar 78.21 Pendekatan intraoral untuk augmentasi malar melibatkan miring
dan horisontal 1,5 cm sayatan hanya atas dinding penopang rahang atas dan
melalui mukosa saja. Diseksi adalah subperiosteal, melalui lebih rendah
perbatasan sayatan di bawah otot dan selalu tetap pada tulang
23
tendon
diseksi
Gambar 78.22 Pendekatan intraoral untuk augmentasi malar melibatkan miring
dan horisontal 1,5 cm sayatan hanya atas dinding penopang rahang atas dan
melalui mukosa saja. Diseksi adalah subperiosteal, melalui lebih rendah
perbatasan sayatan di bawah otot dan selalu tetap pada tulang
Tabel 78.2 Anestesi
Anestesi yang ideal digunakan:
1. General
a. Mempertahankan tekanan darah sistolik 90-100 mmHg
b. Praoperatif clonidin oral 0,2 mg
2. Lokal
a. Lidokain 0,2%
b. Adrenalin 1:800.000
c. Infiltrasi jaringan lunak
24
Gambar 78.23 Sayatan kelopak mata A subciliary rendah dilakukan dengan
menggunakan flap otot kulit ke rendah marjin orbital tulang dan menembus
periosteum dan Lapisan SOOF 4 mm di bawah tepi orbital.
Unsur-unsur teknis
Berbagai rute untuk memasuki ruang malar, termasuk wilayah submalar, adalah
sebagai berikut: (1) intraoral; (2) blepharoplasty (subciliary); (3) rhytidectomv;
(4) zygomaticotemporal; dan (5) transcoronal; dan (5) transconjunctival. Rute
intraoral rute telah menjadi tradisional dan paling sering dilakukan untuk
augmentasi rahang atas malar dan midface. Penulis menggunakan sayatan yang
25
nervus
berbentuk L pada 1 cm anggota badan, dilakukan pada mukosa saja dan di arah
vertikal miring. Terletak di atas dinding penopang anterior rahang atas, tepat di
atas gigi taring dan sekitar 2,5 cm medial dari duktus Stensen. Sebuah lift spatula
berbentuk pisau lebar 1 cm ditempatkan langsung di bawah periosteum dan di
bawah otot orbicularis oris dengan orientasi vertikal di dasar inferior menopang
rahang atas, di puncak sulkus gingiva-bukal. Jaringan lunak di atasnya yang
menyapu miring eminensia rahang atas dengan mempertahankan lift langsung
pada tulang (Gambar 78.21). Palpasi manual pada zona yang ditandai sebelumnya
pada ruang anatomi malar pada kulit dilakukan, sementara lift yang mendasari
memobilisasi jaringan langsung dari tulang. Manuver ini termasuk palpasi tepi
orbita dan batasatas dan bawah zygomatikum ketika elevator mendiseksi ruang
subperiosteal dalam bidang ini (Gambar 78.22).
Setelah ruang yang dimobilisasi, implan dipilih dengan panjang, melengkung,
penjepit bergerigi ditempatkan melintang di ujung atas implan dan dimasukkan ke
dalam posterior terowongan zygomatic sementara jarum dua 10 inch swedged
pada jahitan 2-0 prolene (Ethibond) ditempatkan dari dalam ke luar di daerah
temporal dan kemudian diikat lebih besar meningkatkan spons. Harus tekuk
implan terjadi, yang benar positioning dapat dipastikan dengan menggunakan tang
Rusia, dikombinasi dengan spatula lift periosteal, melewati kedua anterior dan
posterior untuk implan. Serat optik Aufricht retraktor atau instrumen menerangi
lainnya digunakan untuk menerangi interior ruang, mengungkapkan anatomi
internal,dan mengkonfirmasi posisi yang benar dari implan. Di zona submalar,
jaringan lunak yang menyapu off mengkilap, putih, berkilau, tendon fibrosa otot
masseter dalam arah inferior dan luar. Ini membuka submalar yang ruang untuk
sekitar 1-2 cm, tergantung pada Pilihan yang diinginkan bentuk pipi dan implan
yang sesuai diperlukan untuk mencapainya. Ketika teknik anestesi yang memadai
digunakan, pendekatan intraoral memungkinkan visualisasi yang sangat baik
anatomi tulang dan otot. Paparan ini memungkinkan penempatan implan akurat
menjadi zona 1, 2, dan 5 (SM5). Hal ini memungkinkan ahli bedah untuk
menempatkan lift spatula atas dan di bawah implan untuk memastikan bahwa
26
ujungnya tidak melengkung atau perpanjangan zygomatic implan tidak
melengkung. Hal ini tidak perlu untuk memvisualisasikan infraorbital yang saraf,
tetapi agak mudah untuk melakukannya ketika diperlukan, atau saat implan
digunakan untuk wilayah suborbital.
Pendekatan blepharoplasty subciliary
Pada pendekatan blepharoplasty subciliary standar, sayatan dibuat 3 mm di bawah
garis bulu mata, dan terbatas ekstensi lateral untuk menghindari bekas luka di
wilayah canthal lateral. Pendekatan ini dapat digunakan baik dalam hubungannya
dengan rutinitas blepharoplasty atau sebagai jalur independen untuk implan malar.
Ketika digunakan untuk penempatan implan saja, sayatan terbatas pada panjang
10-15 mm. Hal ini dirancang hanya di tengah ke lateral ketiga dari kelopak mata
bawah, di wilayah subciliary (Gambar. 78,23). Selain itu, diseksi yang inferior
menyediakan rak kokoh di mana implan ditempatkan. Implan dapat ditempatkan
melalui eksternal subciliary sayatan blepharoplasty, sayatan transconjunctival,
atau rute intraoral. Implan ditempatkan setelah memotong segmen, yang
memungkinkan untuk mengelilingi batang utama dari saraf infraorbital. Jika
diinginkan, dapat dijamin dengan satu atau dua jahitan ke otot orbicularis medial
atau ke tepi orbital inferior. Keuntungan terbesar dari pendekatan blepharoplasty
subciliar adalah kesempatan untuk penentuan posisi yang benar, karena ahli bedah
mampu langsung mengamati hubungan antara implan ke tepi orbital inferior.
Pendekatan rhytidectomy
Zona 1 dari wilayah malar adalah zona aman untuk penetrasi melalui sistem
musculo-aponeurotic dangkal (SMAS) ke dalam ruang malar. Tidak ada cabang
bernama dari saraf wajah di wilayah itu. Setelah flap rhytidectomy ditinggikan
lebih zona 1 dan 2, atap ruang malar dapat langsung menembus melalui SMAS
dengan kecil, tajam lift ke tulang malar. Hal ini dapat dilakukan baik medial atau
lateral zygomaticus. Cabang saraf ketujuh yang mengarah ke otot frontalis
27
berjalan lebih proksimal ke sepertiga tengah lengkungan zygomatic, dan motor
saraf ke oculi orbicularis lebih unggul. Dengan menciptakan aperture melintang
yang sejajar serat saraf wajah, risiko saraf minimal. Hal ini penting untuk diingat
bahwa diseksi mundur sepanjang lengkungan zygomatic diperlukan untuk posisi
malar shell implan nyaman dan benar tanpa tekuk ekor lateral. Rhytidectomy
penyisipan menawarkan dua keuntungan: (1) steril dan mudah diakses entri luka;
dan (2) kesempatan untuk penempatan yang akurat dengan observasi langsung
dan palpasi. Kami tidak menggunakan pendekatan ini secara sering.
Teknik augmentasi premandibula
Implan yang ditempatkan ditengah diperluas ke midlateral dan zona posterolateral
hanya membutuhkan diseksi sepanjang rendah perbatasan mandibula ke dalam
"zona aman" posterior ke saraf mental. Ada penyempitan yang signifikan dan
kepatuhan dari jaringan ke tulang sekitarnya mental foramen disebut ligamentum
mandibula. Setelah ini dirilis, diseksi jaringan dari zona posterolateral terjadi
dengan mudah. Meskipun operasi untuk menambah mandibula pusat untuk tujuan
estetika telah ada selama lebih dari 50 tahun (Millard, 1954), dan plastik ahli
bedah telah dipahami dengan baik keuntungan ditingkatkan hubungan profil
nasomentum, itu adalah hanya dalam 30 tahun terakhir bahwa metode telah
dikembangkan untuk menambah premandible dengan memperluas pusat dagu
implan lebih luas permukaan yang lebih besar juga dan dengan menggunakan
anatomis dirancang perangkat alloplastic. Teknik ini juga memungkinkan untuk
mengubah bentuk dan ukuran yang midlateral dan aspek posterior mandibula, dan
bahkan untuk memperpanjang segmen submandibular vertikal. Akses ke ruang
premandible dapat dicapai dengan baik rute intraoral standar atau rute submental
(Gbr 78.24). Para penulis ini menggunakan pendekatan submental eksklusif untuk
operasi yang membutuhkan operasi tambahan di submental yang dan daerah
submandibular, seperti liposculpturing dan contouring platysmal. Dalam kedua
pendekatan, sayatan melintang dan 2 cm panjang. The intraoral melintang sayatan
adalah melalui mukosa hanya. Otot-otot mentalis kemudian dibagi secara vertikal
melalui raphe garis tengah mereka untuk menghindari transeksi dari perut otot dan
28
jumlah detasemen dari asal-usul tulang mereka (Gambar 78.25). Aperture ini
menyediakan akses langsung ke bawah ke tulang yang ototnya menghilang.
Dengan berpegang pada prinsip elevasi subperiosteal pada tulang, lampiran otot
meningkat dari asal mereka sepanjang margin inferior mandibula. Daerah ini tidak
membahayakan saraf mental. Cabang mandibula facial saraf VII, bagaimanapun,
lintas hanya anterior pertengahan bagian mandibula di zona midlateral. Karena
itu, penting untuk tidak trauma jaringan yang berbaring di atas dan merupakan
atap ruang premandible di wilayah itu. Itu saraf mental dan foramen dapat
bervariasi dalam jumlah dan lokasi. Variasi anatomi dilaporkan terdiri dari
beberapa foramina ada antara 1,5 dan 4,5 cm dari garis tengah di kecil persentase
individu. Konfigurasi tulang dari foramen, bagaimanapun, mengarahkan saraf
mental dalam jalur yang unggul ke atas ke bibir bawah. Pembedahan yang tetap
rendah foramen dan sepanjang batas bawah dari mandibula menghindari bahaya
yang signifikan dari kerusakan saraf. Dalam satu operasi, penulis senior sengaja
menempatkan implan premandible diatas saraf mental yang bilateral. Hasil
langsung adalah gejala kompresi di bentuk anestesi bibir bawah. Sayangnya,
prosedur wajah lainnya dilakukan pada waktu yang sama (rhytidectomy dan
blepharoplasty) diagnosis sampai bengkak telah berkurang. Implan direposisikan
bawah saraf pada hari pasca operasi kesembilan. Penggantian dari implan atau
reposisi dapat dengan mudah dilakukan dalam pertama 10 sampai 14 hari. Dengan
menerapkan prinsip-prinsip dasar penyembuhan luka yang diajarkan selama
residensi, ahli bedah dapat masuk kembali ruang premandible atau malar untuk
mengganti atau reposisi implan sebelum peningkatan kekuatan penarikan luka,
yang terjadi dari 14 sampai 21 hari setelah operasi.
Dysesthesias dan parestesia kecil atau kadang-kadang lebih besar bidang distribusi
saraf mental yang tidak umum berikut alloplastic dagu dan augmentasi
premandible. Gejala biasanya bersifat sementara dan hilang dalam 4-6 minggu.
Secara klinis, tampaknya ada korelasi yang jelas antara terjadinya gejala saraf dan
tingkat kesulitan bahwa pengalaman ahli bedah dalam menempatkan implan. Ada
tidak adanya korelasi, dengan ukuran dan bentuk yang ditanamkan. Implan
alloplastic yang diperpanjang yang dirancang untuk menghindari tekanan disekitar
foramen mental. Mereka menyediakan variasi normal dalam lokasi foramen
29
mental, yang merupakan 8-10 mm diatas margin rahang bawah yang lebih rendah.
Sayatan tambahan dapat dilakukan posterior mental dibutuhkan keberanian untuk
secara akurat menempatkan bar mandibula lateral dan implan yang meluas ke
zona midlateral dan posterolateral. Sayatan mukosa 3 cm horisontal dilakukan di
depan molar pertama, diikuti oleh penetrasi langsung melalui otot ke tulang
rahang bawah, memungkinkan akses ke, dan diseksi mudah dari, ruang
premandible bawah. Aperture ini membantu penempatan akurat implan sudut
mandibula dan juga memfasilitasi posisi ekstensi posterior lainnya implan untuk
menambah secara simultan mentum pusat dan zona midlateral anterior. Para
penulis telah menyatakan bahwa integritas mental saraf dan mudah posisi implan
di bawahnya dapat meyakinkan melalui teknik serat optik. Sebuah pita retractor
sempit digunakan untuk mengalihkan perhatian jaringan lunak untuk penempatan
implan premandible ke terowongan mereka. Untuk memposisikan, implan
premandible panjang, terowongan atau ruang harus dibuat yang lebih panjang
daripada posterior panjang implan. Implan kemudian dapat dimasukkan dari
sayatan pusat jauh ke satu sisi dan kemudian dilipat pada sendiri akan
diperkenalkan ke dalam terowongan mandibula berlawanan. Palpasi hati, posisi
lateral, dan mengamati sentral menandai implan langsung di atas pusat jiwa
tonjolan adalah kunci untuk penempatan akurat. Implan posterolateral
ditempatkan melalui posterolateral irisan. Sayatan posterolateral adalah melintang
dan terletak sekitar 1,5-2 cm anterior dan berdekatan dengan sudut mandibula.
Ruang yang tepat untuk penempatan adalah dibuat dengan membuat diseksi
langsung ke tulang dan subperiosteally di bawah otot masseter (Gambar. 78,26).
Sebuah lift melengkung digunakan untuk membedah sekitar aspek posterior naik
ramus di wilayah sudut. Dengan cara ini, implan dirancang untuk memenuhi aman
di sekitar sudut kaleng mandibula secara akurat diposisikan (Gambar 78,27,
78,28). Seperti dengan semua wajah sayatan implan, penutupan dua lapisan otot
dan mukosa optimal.
30
Gambar 78.24 Foto yang menunjukkan kedua submental (A) dan rute intraoral
(B) untuk penyisipan diperpanjang anatomi dagu implan.
Gambar 78.25 Ilustrasi diseksi subperiosteal sentral antara saraf mental yang
turun ke batas inferior mandibula pusat dan lokasi implan anatomi diperpanjang
bawah saraf mental.
31
Gambar 78.26 Ilustrasi artis, menunjukkan sayatan intraoral 3-cm hanya
posterior gigi molar. Sebuah ruang subperiosteal dibuat, disinserting yang
masseter dari perbatasan posterior, dan sudut mandibula, sertanya margin
horisontal anterior dan membentang hingga ramus naik.
32
Gambar 78.27 Foto-foto dari sudut mandibula implan penyisipan menggunakan
penjepit melengkung dan menempatkannya di posisi atas dan posterior atas sudut
mandibula dan naik ramus.
Gambar 78.28 Contoh augmentasi mandibula. Pasien kiri, pra operasi dan enam
enam bulan pasca operasi rahang bawah sudut augmentasi. Pasien kanan, pra
operasi dan satu tahun setelah penempatan mandibula sudut implan.
Perawatan pascaoperasi
Perawatan pascaoperasi untuk implan wajah sangat mudah dan tidak rumit.
Antibiotik oral perioperatif dimanfaatkan. Di saat ini, sefalosporin disukai.
Sebelum awal operasi, 1 g Ancef diberikan secara intravena oleh ahli anestesi. 10
mg Decadron juga diberikan secara intravena selama operasi untuk mengontrol
edema pasca operasi. Selama periode pasca operasi, steroid dengan dosis yang
semakin diturunkan dberikan selama 5 hari dalam bentuk dosis paket Medrol
diminum secara oral. Untuk 12 jam pertama kompres dingin diterapkan sebentar-
sebentar ke tempat operasi baik di midface atau wilayah premandible. Tidak ada
perban yang digunakan. Pengangkatan mukosa intraoral dan jahitan subkutikular
eksternal tidak diperlukan. Diet lunak dipertahankan selama 10 hari. Hal ini
sangat dianjurkan bahwa pasien berbaring pada sudut 45 derajat dan dalam posisi
telentang selama minimal 1 minggu. Aktivitas fisik yang kuat tidak diizinkan
untuk 4 minggu. Setelah itu, pasien dapat terlibat dalam setiap dan semua jenis
kegiatan olahraga.
33
Komplikasi
Kelemahan utama dari penggunaan bahan alloplastic yaitu:
1. Kemungkinan infeksi berat, terutama dengan bahan yang berpori mudah
diinfiltrasi oleh fibrotik atau sequestrum tulang yang mempersulit
pengangkatan.
2. Kelainan kontur menajdi menarik atau bahkan menjadi tidak alami ketika
implan mengalami kelainan bentuk, ukuran dan posisi.
3. Kemungkinan kerusakan saraf dan otot wajah karena trauma yang berlebihan
dan tidak pantas selama pembedahan untuk menempatkan atau untuk
mengangkat bahan implan.
4. Komplikasi dari pendekatan intraoral termasuk dysesthesia dari kerusakan
saraf infraorbital atau disfungsi motorik otot orbicularis oris. Gejala saraf
mungkin disebabkan transeksi cabang kecil di bibir selama sayatan atau
kerusakan langsung untuk bundel saraf utama selama diseksi atau tekanan
pada saraf dari implan. Komplikasi ini jarang dan hampir tidak ada ketika
pedoman sebelumnya menyatakan ketika diseksi diterapkan.
5. Penggunaan sayatan melintang tradisional melalui otot pilar zygomaticus
menghasilkan trauma transeksi, mengakibatkan kerusakan fungsi otot
sementara dan bahkan mungkin permanen . Hal ini dapat menghambat bibir
yang normal.
6. Selama diseksi subciliary, saraf infraorbital juga sengaja dihindari. Sayatan
dibuat diperiosteum 3-4 mm anterior ke tepi orbital aspek lateral, untuk
menghindari potensi perlekatan yang mungkin mengakibatkan ektropion dan
kontraktur. Sebuah penutup kulit tidak boleh digunakan, karena selalu
menyusut dan menjadi predisposisi retraksi kelopak mata dan ektropion.
Dengan memanfaatkan pendekatan lipatan kulit-otot, tidak boleh ada trauma
pada otot orbicularis.
7. Kerusakan otot yang berlebihan, dengan perdarahan ke jaringan tutup,
merangsang fibrosis dan kontraktur dalam tengah lamella kelopak mata
bawah, memproduksi ektropion. Teknik canthopexy lateral biasanya
digunakan untuk meminimalkan kemungkinan ini. Reseksi kulit dan otot
34
penutup harus konservatif, yaitu, minimal tidak ada eksisi, karena traksi
tambahan yang diberikan pada kelopak mata bawah dari ekspansi volume
disebabkan oleh implan di bawah malar jaringan.
8. Insisi yang menarik serat otot tidak hanya menyebabkan penutupan yang
tidak memadai tetapi juga dapat membuat kelemahan otot mentalis, sehingga
berkontribusi untuk kemungkinan ptosis dagu. Ptosis dari otot mentalis dan
gundukan jaringan lunak dari mentum pusat dijelaskan dalam literatur sebagai
salah satu aspek kontroversi implan alloplastic. Memang, kemungkinan untuk
cacat, seperti terkulai dan "dagu penyihir" tidak ada. Mereka dapat dicegah,
telah dijelaskan sebelumnya yaitu yang aman adalah pintu masuk vertikal
luka dan penutupan mendekati pilar otot mentalis. Otot mentalis dapat dengan
mudah meregang untuk mengakomodasi implan anatomi yang lebih besar.
9. Implan central kecuali untuk implan yang besar "persegi depan" implan
hampir selalu membuat deformitas gundukan sentral dengan berdekatan
"sulkus anterior prejowl mandibular" dan potensi "dagu penyihir" atau "dagu
melorot".
Kelebihan dan kekurangan
Keuntungan Kerugian
• Infeksi dan selulitis sekitar implan
wajah yang terbuat dari karet silikon
(Silastic) hampir selalu dapat
diselesaikan oleh antibiotik dan / atau
prosedur drainase bila diperlukan.
• Menghaluskan muncul karet silikon
(Silastic) implan memiliki tipis kapsul
atasnya melumpuhkan mereka. Mereka
mudah untuk menyisipkan dan mudah
untuk menghapus atau mengganti.
• Implan ditempatkan di lokasi
subperiosteal langsung pada tulang atau
• Tidak menganalisis dan berdiskusi
dengan pasien mereka yang sudah ada
asimetri dan kemustahilan total
memprediksi koreksi tersebut.
• Mencoba re-operasi, perbaikan atau
koreksi selama selang waktu 17 hari
untuk 1 tahun berikutnya awal prosedur
ketika reaktivasi bekas luka contracture
adalah restimulated dan / atau
kepadatan kepatuhan terhadap bekas
luka dapat predisposisi kerusakan saraf.
• Membiarkan pasien meyakinkan
35
dasar yang stabil seperti otot masseter
akan diperbaiki dan mobile.
Penempatan non-subperiosteal akan
menghasilkan mobilitas.
• renovasi tulang atau erosi terjadi
untuk gelar dengan semua bahan
implan. Dengan lebih dari 50 tahun
pengalaman untuk tanggal ada sejumlah
besar masalah gigi telah dilaporkan dan
kemudian hanya untuk implan dengan
penempatan yang tidak tepat lebih
tinggi melawan akar gigi.
• Kecuali untuk transaksi lengkap atau
kerusakan besar, hampir semua cedera
saraf sepenuhnya pulih dengan waktu.
dokter bedah bahwa implan terlalu
besar atau keluar dari posisi yang
diinginkan; yaitu sebelum 6 bulan
sampai 1 tahun ketika hampir semua
pembengkakan telah ditangguhkan.
• Membuat ruang implan subperiosteal
terlalu besar atau terlalu kecil.
• "Memaksa" diseksi di daerah sekitar
mental atau saraf infraorbital dan
terutama di submalar midface dan
daerah zygomatic malar ketika
mencoba untuk memperluas ruang lebih
lateral dan posterior di mana batang
utama dan cabang saraf wajah berada.
Daftar Pustaka
Carboni A, Gasparini G, et al. Evaluation of homologous bone graft versus
biomaterials in the aesthetic restoration of the middle third of the face.
Minerva Chir 2002;57(3):283–287.
Gonzales-Ulloa M. [Selective regional plastic restoration by means of esthetic
unities]. Rev Bras Cir 1957;33(6):527–533.
Guerrero-Santos J. The role of the platysma muscle in rhytidoplasty. Clin Plast
Surg 1978;5(1):29–49.
Hinderer UT. Malar implants for improvement of the facial appearance. Plast
Reconstr Surg 1975;56(2):157–165. Millard DR, Jr. Chin implants. Plast
Reconstr Surg 1954;13(1):70–74.
Rubin LR, Walden RH. A seven year evaluation of polyethylene in facial
reconstructive surgery. Plast Reconstr Surg 1955;16(5):392–407.
36
Sevin K, Askar I, et al. Exposure of high-density porous polyethylene (Medpor)
used for contour restoration and treatment. Br J Oral Maxillofac Surg
2000;38(1): 44–49.
Terino EO. Alloplastic facial contouring: surgery of the fourth plane. Aesthet
Plast Surg 1992;16(3):195–212.
Terino EO. Three-dimensional facial contouring: alloplastic augmentation of the
lateral mandible. Facial Plast Surg Clin North Am 2002;10(3):249–264.
Tessier P. The definitive plastic surgical treatment of the severe facial deformities
of craniofacial dysostosis. Crouzon’s and Apert’s diseases. Plast Reconstr
Surg 1971;48(5):419–442.
37