cerpen kelompok 3

53
| 1 D R E A M S Teng, teng, teng ... Semua siswa memasuki kelas masing-masing setelah makan, minum dan mengerumpi di kantin. Terdengar kelas di ujung yang begitu ribut, tepatnya di kelas XII IA 4. Mereka semua sedang bersorak gembira karena guru fisika tidak dapat masuk seperti biasanya. Masing-masing dari mereka langsung berkumpul untuk bercerita, ada yang menonton di laptop, dan ada yang bermain. Namun, di sudut kelas ada seorang siswi yang hanya berdiam diri tanpa ada yang menemani. Dia adalah cewek yang paling pendiam di kelas XII IA 4, dia bernama Hinata. Hinata hanya memandang teman-temannya yang berkumpul, lalu memandang keluar jendela. “huft.. mengapa hanya aku yang tidak memiliki teman?? Mengapa aku begitu pendiam dan tertutup dengan mereka??..” gumamnya. “hoam..” Hinata tanpa sadar ketiduran di dalam kelas, lalu dia bermimpi berjumpa dan berkenalan dengan seorang cowok keren, benar-benar cowok idaman para wanita. Tidak lama kemudian,dia terbangun dari tidurnya. Saat dia melihat kesekitarnya, seluruh siswa di kelas sudah bubar. Lalu dia mengambil tasnya, dan berjalan ke tempat parkir. Memasuki mobil avanza hitamnya dan melaju kearah rumah. *** “Sudah pulang ya ta??” “iya ma” “Kenapa telat hinata??” “hmm..tadi hinata piket dulu ma”(tari pun berbohong,karena tidak ingin menceritakan keadaannya disekolah yang begitu menyedihkan).

Upload: renyy-arisa-putri-kudokid

Post on 17-Feb-2015

122 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

cerita pendek

TRANSCRIPT

Page 1: CERPEN kelompok 3

| 1

D R E A M S

Teng, teng, teng ... Semua siswa memasuki kelas masing-masing setelah makan, minum dan mengerumpi di kantin. Terdengar kelas di ujung yang begitu ribut, tepatnya di kelas XII IA 4. Mereka semua sedang bersorak gembira karena guru fisika tidak dapat masuk seperti biasanya. Masing-masing dari mereka langsung berkumpul untuk bercerita, ada yang menonton di laptop, dan ada yang bermain. Namun, di sudut kelas ada seorang siswi yang hanya berdiam diri tanpa ada yang menemani. Dia adalah cewek yang paling pendiam di kelas XII IA 4, dia bernama Hinata. Hinata hanya memandang teman-temannya yang berkumpul, lalu memandang keluar jendela.

“huft.. mengapa hanya aku yang tidak memiliki teman?? Mengapa aku begitu pendiam dan tertutup dengan mereka??..” gumamnya.

“hoam..”

Hinata tanpa sadar ketiduran di dalam kelas, lalu dia bermimpi berjumpa dan berkenalan dengan seorang cowok keren, benar-benar cowok idaman para wanita. Tidak lama kemudian,dia terbangun dari tidurnya. Saat dia melihat kesekitarnya, seluruh siswa di kelas sudah bubar. Lalu dia mengambil tasnya, dan berjalan ke tempat parkir. Memasuki mobil avanza hitamnya dan melaju kearah rumah.

***

“Sudah pulang ya ta??”

“iya ma”

“Kenapa telat hinata??”

“hmm..tadi hinata piket dulu ma”(tari pun berbohong,karena tidak ingin menceritakan keadaannya disekolah yang begitu menyedihkan).

Malampun tiba, hinata menyusun buku untuk besok, lalu membuka buku dan mulai belajar. Tepat pukul 21.30, hinata menutup bukunya dan menuju ke kasur kesayangannya yang berwarna biru. Dia langsung tertidur dengan pulas. Saat itu dia bermimpi bertemu dengan cowok keren itu lagi.Tiga malam berturut-turut dia memimpikan hal yang sama.

***

Seperti biasa, hinata duduk di sudut kelas tanpa ada yang menemani. Dia lalu berpikir, mengapa dia memimpikan hal yang sama selama 3 hari berturut-turut.

Keesokan harinya ketika hinata berjalan menuju ke kelas, tepatnya di koridor sekolah. Seorang cowok keren berjalan kearahnya dan tersenyum manis. Hinata benar-

Page 2: CERPEN kelompok 3

| 2

benar terkejut, karena cowok itu, cowok yang ada didalam mimpinya. “apakah aku sedang bermimpi lagi??”

“ Hai hinata “ sapa cowok itu

“ hai juuu...gaa “ balas hinata dengan terbata-bata.

“ perkenalkan namaku Akira, maukah kamu menjadi pacarku?”

Kata-kata itu benar-benar membuat hinata terdiam, seolah-olah kilat yang menyambar dirinya. Hinata merasa heran, dibalik sifatnya yang pendiam, ternyata masih ada yang ingin menjadi pacarnya.

“ hmm.. iya, aku mau” jawab hinata dengan spontan

“baik deh, aku minta nomor hp kamu ya?”

Hinata pun bertukar nomor hp dengan akira, lalu akira menuju ke kelas dan tersenyum manis kepada hinata. Hinata merasa senang dan bahagia, akhirnya dia tidak jomblo lagi. Lalu hinata bergegas masuk kedalam kelas. Saat hinata duduk di bangkunya, tiba-tiba saja tangannya bergerak sendiri, tanpa bisa di kendalikan oleh hinata, tangan itu mengambil sebuah buku dan terlempar ke teman sebangku hinata. Hinata segera meminta maaf, baru pertama kalinya hinata berbicara dengan teman sebangkunya.

Teng..teng..teng.. Bunyi bel tanda istirahat berbunyi. Hinata segera menuju ke kantin, karena dia merasa sangat lapar,karena tadi pagi telat bangun dan tidak sempat sarapan dirumah. Sesampainya di kantin, tangannya langsung mengambil gelas kaca, dan gelas itu terlempar ketembok. Semua siswa di kantin memandang kearah hinata. Hinata benar-benar bingung, dia tidak ingin melakukan hal itu, namun mengapa tangannya melakukan itu tanpa bisa di kendalikan. Lalu hinata meminta pulang lebih dulu, karena dia ingin beristirahat untuk menenangkan pikirannya.

****

Sesampainya dirumah, hinata menuju ke kamar dan langsung membaringkan tubuhnya di kasur. Tanpa terasa, hinata ketiduran lagi. Didalam mimpinya, dia menyaksikan dirinya tertabrak truk dan tewas dengan menggenaskan. Saat terbangun, dia melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB.

“ fiuh.. kenapa aku sering ketiduran sich. Hmm,, mimpi tadi menyeramkan banget, jangan sampai aku bermimpi begitu lagi”.

Kemudian, hinata pergi ke taman di belakang rumah untuk menghirup udara segar. Hinata duduk diatas kursi goyang dan mulai menutup matanya, sambil merasakan

Page 3: CERPEN kelompok 3

| 3

angin sejuk yang menembus ke sela-sela rambut panjangnya yang terurai dengan indah. Tanpa terkendali, hinata tertidur pulas di taman.

Bbrrrukkk..... (suara sesuatu terjatuh)

Papa dan mama hinata bergegas lari ke arah taman belakang. Ternyata, hinata yang terjatuh dari kursi goyangnya.

“Duh.. sakit”

“kamu kenapa ta?? Ada yang terluka??” tanya papa

“Tidak ada yang luka kok pa, tadi aku ketiduran” jawab hinata

“oww..kenapa ketiduran di taman sich?? Kenapa tidak tidur di kamar saja??” tanya mama

“hmm..td hinata cuman ingin menghirup udara segar, tapi malah ketiduran. Akhir-akhir ini, hinata sering ketiduran dan bermimpi aneh” jawab hinata dengan nada sedih

“hinata sayang, mama rasa kamu itu kecapekan, maka bisa jadi gitu. Kamu istirahat yang cukup saja, jangan mikir yang tidak-tidak”

“iya ma..maaf ya uda buat mama-papa khawatir”

“ya anakku, jangan bilang maaf segala”

“baik pa”hinata tersenyum manis

“ta,papa dan mama besok harus ke bandung, tadi mama dapat telepon, katanya kakek jatuh sakit lagi. Jadi papa dan mama ingin menjenguk kakek, maka untuk beberapa hari ini kamu di rumah bersama bibi saja ya?

“hmm.. tidak masalah sih ma, hinata setuju saja. Jangan lupa ole-olenya ya pa"hinata menggoda papanya

Keesokkan harinya, papa dan mama hinata pergi ke bandung, hanya tertinggal hinata dan bibi. Hinata tertidur lagi, dan bermimpi dirinya tewas karena tertabrak. “kenapa aku bermimpi begini terus?? Ada apa di balik semua ini”.

Selama berhari-hari hinata tidak berani tidur, dia terus bertahan. Walaupun matanya uda berkantung. Hinata tidak ingin bermimpi begitu lagi, maka hinata terus mempertahankan diirinya.

“aku tidak ingin mati, tiiidaakkkkk..........”

“mimpi kali ini tidak akan menjadi nyata, tidak akan boleh menjadi nyata”

Page 4: CERPEN kelompok 3

| 4

Tok..tok.tok.. Terdengar suara orang mengetuk pintu depan. Hinata segera membuka pintu, ternyata yang datang adalah akira.

“hai hinata, sudah lama tidak berjumpa”

“hai juga kira, iii..ya”

“matamu kenapa begitu?? Kamu kurang tidur ya ta?? Istirahat yang cukup donk ta,entar kamu sakit lho” akira sedang menasehati

“tidak bisa kira, aku tidak ingin tidur ataupun menutup mata ini, tidak mau” hinata menangis

“kenapa ta?? Apa yang terjadi?? Kamu ceritakan saja padaku,mungkin saja aku bisa membantumu atau mencarikan solusi untuk masalahmu”

“aku tidak tahu, apa kamu bisa membantuku atau tidak. Sudah 4 kali berturut-turut aku memimpikan diriku tertabrak truk dan tewas dengan menggenaskan. Jika mimpi itu hanya sekali, mungkin aku tidak terlalu memikirkannya. Tapi, aku bermimpi berkali-kali. Mungkin ada sesuatu di balik mimpiku ini, tapi aku tidak tahu pertanda apakah ini. Aku takut ra, aku tidak mau mimpi itu menjadi nyata, masih banyak impianku yang belum tercapai”

“aku tahu ta, kamu seharusnya ingat berdoa kepada TUHAN, semoga tidak akan terjadi apa-apa. Hmm,,,apa kamu pernah tanya kepada papa dan mama kamu?? Mungkin saja mereka tahu dari permasalahan kamu ini”

“baik deh ra, thank’s ya uda datang menjengukku”hinata tersenyum manis

“sama-sama ta, apa sich yang tidak untuk pacarku”

Tiba-tiba terdengar suara mobil yang datang, ternyata papa dan mama hinata sudah pulang dari bandung.

“papa-mama, kenapa sudah pulang?? Bukannya besok baru pulang??

“hmm...” papa dan mama hinata hanya terdiam

“ada apa pa,ma?? Kenapa diam saja??

“ta,papa ingin bilang sesuatu, namun kamu jangan terkejut ya. Sebenarnya papa dan mama ke bandung, bukan karena menjenguk kakek yang sakit. Tapi, kami pergi melihat, apa benar kakak kembarmu masih hidup” ujar papa

“apa??? Kakak kembar?? Aku memiliki kakak kembar??? Kenapa papa dan mama tidak pernah cerita masalah itu???”

Page 5: CERPEN kelompok 3

| 5

“gini ta,saat kalian masih kecil, tepatnya kalian berumur 4 tahun. Kita sekeluarga pergi ke bandung, ternyata di tengah perjalanan kita mengalami kecelakaan. Saat itu kita semua terluka parah, dan hanya kamu yang di temukan, sedangkan kakak kembarmu hilang begitu saja. Lalu dokter mengatakan kamu mengalami amnesia, kami pun berusaha mencari kakakmu, namun tidak ada hasil ta. Mulai saat itu papa dan mama berusaha tidak mengungkit kakakmu lagi. namun beberapa hari yang lalu, mama dapat telepon, kalau kakak kembarmu di temukan. Maka itu papa dan mama kebandung untuk melihat kebenarannya” ujar mama dengan panjang lebar

“jaa..jaa.di?? kakak masih hidup?? Siapa namanya?? Apa dia ikut bersama kalian??” tanya hinata

“iya ta, ternyata itu memang kakakmu yang bernama Sakura. Dia tidak ikut bersama kami, karena takut kamu shock dan tidak bisa menerima dia. Jika kamu ingin bertemu dengan dia, nanti jam 17.00 Wib kita pergi kesana”

“baik pa,hinata ingin berjumpa dengan sakura”

Lalu, hinata memperkenalkan akira dengan papa dan mama, kelihatannya papa dan mama setuju hinata berpacaran dengan akira. Tepat pukul 17.00 WIB, mereka pun menuju kebandung.

Sesampainya di kediaman sakura, sakura sudah menunggu di depan rumah. Saat itu banyak truk yang lewat, sehingga hinata dan papa-mama susah untuk menyebrang. Lalu, sakura langsung menyebrang untuk menghampiri mereka. Namun,tiba-tiba sebuah truk lewat dan menabrak sakura, sehingga terpental beberapa meter dan langsung tewas.

“kakakkkkk..” teriak hinata. Mereka segera berlari kearah sakura.

“kak,,kenapa begini?? Hinata ingin bercerita banyak kepada kakak, tapi kenapa kakak langsung meninggalkan aku, kita belum sempat bicara kak. Jadi, mimpi buruk yang selama ini menghantuiku adalah ini”

“apa yang kamu bilang hinata?? Tanya papa dengan penasaran

“pa-ma,sebenarnya akhir-akhir ini, aku selalu bermimpi diriku tertabrak sebuah truk dan langsung tewas. Hinata takut pa, hinata takut itu menjadi nyata. Namun sekarang, memang bukan hinata. Ternyata dalam mimpi itu adalah kakak, karena kami kembar. Maka seolah-olah hinata melihat hinata sendiri. Tapi kenapa harus begini,, kenapa kakak begitu cepat meninggalkan kita semua” hinata menangis

“sudah ta, kita semua harus menerima kenyataan ini. Mungkin sakura akan hidup bahagia disana”

Page 6: CERPEN kelompok 3

| 6

Saat hinata melihat ke atas langit, terlihat sakura tersenyum manis. Dan turunlah hujan. “semoga kakak bahagia disana, semoga di kehidupan mendatang kita masih bisa menjadi saudara”

Begitulah akhir dari cerita ini,ternyata kejadian-kejadian aneh yang terjadi pada hinata adalah berhubungan dengan sakura. Karena mereka saudara kembar,sehingga mempunyai kekuatan batin yang begitu kuat. Walaupun sakura meninggalkan mereka begitu cepat,namun hinata akan selalu mengukir sakura di hatinya. Dan hinata ingin menjadi pendamping hidup akira selama-lamanya.

Oleh : Dewi Sartika

Page 7: CERPEN kelompok 3

| 7

MERPATI PUTIH

Hiduplah seekor burung merpati jantan yang hidup di sangkar dekat ranting pohon akasia di Taman Kota. Hari-hari indah selalui di laluinya, mengapa demikian ? Karena ia selalu ditemani oleh setangkai bunga melati di bawah sangkarnya. Entah mengapa, burung merpati sangat mencintai bunga melati itu, namun, sang melati malah sebaliknya, ia benci dan iri terhadap burung merpati yang selalu terbang bebas kemanapun ia pergi, dan melati ia selalu dianggap tidak menarik dengan warna bunga yang biasa ini. Sore hari, Sang Merpati melihat Melati sedih sendiri di tengah rerumputan yang tak bisa diajak berteman. Merpati pun mendaratkan tubuhnya di salah satu pagar taman yang melindungi bunga melati itu. “Hei melati yang indah, kenapa kau bersedih ? “ Tanya Sang Merpati ”. “Apa ? indah ? untuk apa kau datang kemari ? Jangan sok peduli Bukannya membalas dengan baik, Melati malah memarahi Sang Merpati. “Iya, kau memang indah, kau selalu terlihat mempesona dimataku, aku memang peduli terhadap mu, taukah kamu ? bahwa aku selalu memperhatikanmu setiap saat setelah mencari makan, dan taukah kamu ? bahwa yang selalu menyirammu dengan air hangat di tengah malam yang dingin itu aku, aku yang selalu membasahi bulu-bulu ku di bukit dekat pemandian air panas itu dan membawanya kesini dan ku berikan padamu disaat kau terlelap kedinginan, dan taukah kamu ? bahwa aku sangat sangat mencintaimu” Kata Merpati. “Oh ... makasih, jadi, apakah aku harus berbalas budi padamu ? aku ini tidak seperti dirimu, yang bisa terbang bebas ke sana kemari, aku .. aku hanya disini sendiri, di temani rerumputan ini yang tidak ingin berbicara denganku, aku yang memiliki warna yang tidak memikat ! aku kesepian selama ini !! ”Melati pun menitikkan air mata, “Apa ?? kau mencintaiku ? bohong ! ”marah si Melati tak percaya dengan kata-kata sang Merpati. “Iya ! aku sangat mencintaimu ! aku akan lakukan apa saja yang kau inginkan !” Kata Sang Merpati . “OK ! buktikan itu ! aku ingin kau dapat merubahku menjadi merah dalam jangka waktu 2 hari ! “ Pinta sang Melati ”. OK ! akan ku lakukan itu,,berikan aku waktu, “Kata Sang Merpati” dan ia segera terbang ke ranting pohon dekat sangkarnya. Selama 2 hari itu, merpati selalu memikirkan bagaimana cara merubah melati putih menjadi merah, ia selalu memikirkan nya. 2 hari kemudian, datanglah merpati ke pagar dekat melati. Melati sedang terlelap di subuh hari itu. Merpati belum menemukan cara bagaimana membuat melati putih menjadi merah. Setelah beberapa saat ia memandangi melati, terlintaslah cara untuk merubah melati putih menjadi merah. Merpati terbang ke tepi jalan, dilihatnya lampu jalan yang terlak di sudut kota, ia segera memecahkan bohlam lampu dengan kepalanya sehingga bohlam jatuh dan pecah. Diambilnya pecahan bohlam yang terbesar dan dibawanya ke Taman. Taman masih terlihat sepi. Merpatipun terbang ke atas Sang Melati, di pegangnya pecahan kaca yang terletak di sayap kanannya, dalam keadaan terbang di atas, Merpati mulai menggoreskan pecahan bohlam itu ke sayap kirinya, setelah beberapa waktu,darah menetes ke melati putih itu, dan keajaiban terjadi, melati yang semula putih itu berubah menjadi kemerah merahan, ternyata mahkota yang menyerap darah yang penuh cinta itu. Merpati tersenyum bahagia, di potongnya lagi sayap kirinya sampai putus dan jatuh kebawah. Merpatipun terlihat semakin melemah namun tetap tersenyum, kini merpatipun terbang dengan satu sayap saja, walau sulit untuk di percaya,

Page 8: CERPEN kelompok 3

| 8

merpati masih dapat terbang dengan satu sayap saja. Demi membahagiakan melati putih kesayangannya, merpati rela menggigit sayap kanannya dengan mulutnya, hingga keluarnya tetes tetes darah merpati, darah semakin deras menetes ke melati, kini melati itu benar-benar merah. Merah yang bukan merah biasa, merah yang sangaaaaat merah sekali. Kini melati terlihat memikat hati. Namun, Merpati tersenyum, jatuh, dan melemah. Terlihat merpati mengatakan sesuatu terhadap rerumputan itu.

Waktu menunjukkan pukul 6:30 am, matahari terbit di timur sana, melati putih yang kini menjadi merah pun terbangun. Ia kaget, ia melihat merpati jatuh dengan 1 sayap yang terpisah dari tubuhnya, dan satu sayang terkoyak dan masih melekat ditubuh sang merpati. Entah mengapa, melati pun menangis. “Melati-melati, sekarang lihatlah, merpati telah membuktikannnya, kini kau telihat anggun dengan warna merah yang sangaaaaat merah ! Ia tadi bilang : Bilang pada melati, bahwa aku mencintainya, aku rela melakukan apapun untuknya, walaupun itu tidak dapat membuatku bahagia lagi. Kini aku tidak memiliki sayap yang dapat berfungsi lagi, cinta itu tidak memandang perbedaan. Aku sangaaat mencintai melati, dan bilanglah, maaf aku tidak dapat melindungimu lagi di tengah malam yang dingin dengan meneteskan air panas, kini ia pasti akan memikat hati pengunjung taman ini, ia pasti akan hidup bahagia tanpa diriku, aku sungguh bahagia bila melihatnya bahagia, lihatlah rumput ! melati anggun bukan dengan warna merah darahku ? aku rela mati untuknya, dan bilang padanya, aku sangat mencintainya. Dan ntah mengapa, merpati tidur dan tidak terbangun lagi !” Kata rerumputan menyampaikan pesan dari detik-detik terakhir kehidupan merpati ”. Melati sekali lagi meneteskan air mata tanda kesedihan, ia kini menyesal. “Kenapa aku selalu tidak mempercayai kata-kataa merpati ?? kenapa ??? aku sungguh menyesal !! oh tuhan !! buatlah merpati kembali bahagia !! ku inginkan ia bahagia !! “ Melati teriak menangis. Namun, itu telah terlambat, sekarang ia tak dapat lagi melihat merpati, dan ternyata, sebenarnya melati juga mencintai merpati, namun ia tak ingin mengakuinya. Seorang wanita cantik datang menghampiri bunga melati itu. “Hei sayang ! lihatlah ! melati ini sungguh anggun, dan ia merah ! sungguh merah ! ”Kata wanita itu dengan lelaki di sampingnya. Lelaki itu memetik melati, dan memberikan kepada wanita itu. “Ini, kamu rawat ya.. ”Kata lelaki itu sambil tersenyum”. “OK say ! ”Jawab sang wanita . Merekapun meninggali taman. “Merpati, sungguh ku tak percaya, kata-kata mu membuatku percaya apa arti cinta. Kini aku mungkin dapat hidup bahagia dengan wanita ini, ku harapkan engkau hidup di surga sana dengan bahagia, dan makasih atas darahmu.. dan ... “ I love you” Kata melati dalam benaknya.

Oleh : Dirja Gunardy

Page 9: CERPEN kelompok 3

| 9

INGATANKU, INGATANNYA

Suara azan berkumandang, menambah ketenangan suasana subuh yang lembut, damai, dan

sejuk. Membangunkan setiap insan yang haus akan kasih sang Ilahi. Dan Menggerakkan hati

para hamba-hamba-Nya untuk segera menunaikan kewajiban mereka sebagai manusia yang

bertakwa.

” Ya Allah ya Tuhanku, letakkanlah dunia di tanganku, jangan di hatiku. Ya Allah ya Robb,

tolonglah hamba dalam mengingat-Mu, dalam bersyukur kepada-Mu, dan dalam beribadah

dengan baik kepada-Mu.” terdengar suara lembut seorang wanita yang sedang berdoa dalam

keadaan bersimpuh mengharap limpahan kasih-Nya.

” Amin...” ucap wanita itu di akhir doanya.

***

Sang surya mulai menampakkan cahayanya, menandakan segala aktivitas akan segera di mulai.

Wanita itu sudah rapi dengan pakaian kebangsaannya yakni kemeja putih dan rok abu – abu.

Seperti biasa ia akan berangkat ke sekolah dengan mengendarai skuter birunya yang selama ini

selalu setia menemaninya kemana saja ia pergi.

” Kalya hati – hati ya.”

” ya Ummi, assalamu’alaikum.”

KALYA!... ya, Kalya Syakira nama wanita itu, sesosok wanita muslimah yang selalu melabuhkan

jilbabnya hingga menutupi dada. Tidak ada sedikitpun auratnya yang terbuka. Bisa di bilang dia

adalah gadis solehah. Gadis yang selalu menjaga pandangannya dari hal – hal yang di larang

agama. Gadis yang wudhunya benar – benar terjaga. Gadis yang apabila dilihat wajah dan

kelakuannya akan mengingat siapa saja yang melihatnya pada Allah dan Akhirat.

***

” Astaghfirullahal ’azim, aku terbawa buku untuk mata pelajaran besok. Dan itu berarti PR yang

ku kerjakan tadi malam juga ketinggalan.” seru Kalya saat jam pelajaran pertama di mulai. ”

Masya Allah Kalya , kok bisa sih?” timpal Nuri teman sebangku sekaligus sahabat Kalya. jadilah

hari ini Kalya belajar dengan menggunakan buku Nuri plus tidak mengumpulkan PE-ERnya.

Page 10: CERPEN kelompok 3

| 10

***

Hari terus berganti, entah kenapa akhir – akhir ini Kalya sering sekali lupa. Setiap hari ada saja

yang ia lupakan. Entah itu buku, PR , dan sebagainya, bahkan ia pernah lupa menggunakan

jilbabnya. Untung waktu itu ada Ibunya yang segera mengingatkannya. Kalau tidak, mungkin ia

sudah pergi dengan skuternya tanpa jilbab. Seperti hari ini, dia lupa jalan pulang kerumahnya.

Sudah hampir sejam dia mengelilingi kota Bogor dengan skuternya, tapi ia tak kunjung

menemukan rumahnya. Apalagi ia juga lupa membawa handphonenya, maka jadilah Kalya

tidak bisa menghubungi siapa pun. Yang lebih parah lagi, Kalya sama sekali tidak ingat nama

jalan alias alamat rumahnya. Ia terus berdoa kepada Allah sambil tetap berusaha mencari

rumahnya. Dan akhirnya Kalya ingat sesuatu, ia ingat alamat rumah Nuri sahabatnya. ”

Alhamdulillah,” Gumamnya.

***

Setelah lelah berkeliling di Mal, dan mendapatkan barang yang dicari. Kalya dan Ibunya segera

keluar Mal, ” Ummi, Plastik biru yang isinya jilbab mana? ” tanya Kalya begitu keluar Mal. ”

Bukannya sama Kalya tadi, jangan-jangan ketinggalan di tokonya.” jawab Ummi. ” iya ya, Kalya

ambil dulu ya Ummi” kata Kalya. ” ya udah, Ummi tunggu di mobil ya.” Tukas Ummi.” ya”

jawab Kalya bergegas masuk kembali ke Mal. Hampir sejam Ibunya Menunggu Kalya di mobil,

tapi Kalya belum Juga Muncul. ” Apa Kalya nggak nemuin tokonya ya? ” Tanyanya Dalam Hati. ”

Pak mamad, Tunggu ya, saya mau nyusul Kalya.” kata Ummi pada sopirnya. Sementara itu di

dalam Mal Kalya benar – benar pusing, dia bingung, ”Ya Allah, sebenarnya Aku mau kemana?”

tanyanya. Dia sama sekali tidak ingat. Dia berusaha untuk mengingat tapi tidak ada yang dia

ingat. Dia terus berjalan mengelilingi Mal. Keramaian mal membuatnya semakin pusing, hingga

Akhirnya dia jatuh tak sadarkan diri.

***

Saat ia tersadar, ia lihat Ibunya sedang menangis di sampingnya. ” Ya Allah apa Aku telah

menyakiti Ummi? Sungguh betapa berdosanya aku telah membuat wanita yang melahirkan ku

menangis” .

” Alhamdulillah, Kalya udah sadar”

Page 11: CERPEN kelompok 3

| 11

” Ummi kenapa?”

” Ummi nggak apa – apa kok sayang, Ummi hanya cemas.”

***

Dua hari sejak keluar dari rumah sakit. Kalya merasa dirinya semakin aneh karna semakin

banyak yang ia lupa. Malam ini ia duduk termenung memikirkan daya ingatnya yang semakin

menurun. Tapi Kalya adalah gadis yang selalu berusaha berpikir positif, karena menurutnya

pikiran yang baik akan menjadikan sesuatu yang baik pula. Tanpa ia sadari sepasang mata

memperhatikannya dari balik jendela. sepasang mata jernih Ibunya.

” Anak Ibu mengidap penyakit Alzeimer, sejenis penyakit pikun. Penderita sering sekali lupa.

Orang yang mengidap penyakit ini lama-kelamaan akan melupakan segalanya. Penyakit ini

belum ada Obatnya. Dulu juga ada pasien kami mengidap penyakit yang sama dengan putri

Ibu. Kami hanya bisa memberikan obat untuk mengurangi tingkat kelupaannya. Dan pada

akhirnya pun pasien ini harus pergi menghadap Illahi.”. masih terngiang-ngiang perkataan

Dokter ini di telinga ibu Kalya. seketika itu air matanya jatuh. Tiba – tiba seseorang memegang

pundaknya.

” Ummi kenapa?” tanya Kalya.

” Ummi Cuma kelilipan.”

” Ummi bohong, sejak Kalya keluar dari rumah sakit. Ummi jadi sering melamun dan

menangis, sebenarnya ada apa Ummi? Apa Kalya sakit parah ? Alzeimer?”

Ibu Kalya tersentak, dari mana Kalya mengtahui soaal penyakitnya itu. Sementara yang tau

Cuma Allah, dokter dan dirinya. Rupanya Kalya pernah mencari tahu di internet, ia mencari

nama penyakit untuk orang yang sering lupa. Yang ia temukan dan yang seseuai dengan

keadaan dirinya saat ini hanyalah Alzeimer. Tapi itulah Kalya, dia selalu berusaha berpikir

positif. Sedikitpun tidak ada rasa was – was kalau-kalau dia benar – benar mengidap penyakit

itu.

Ibu Kalya mengangguk, membenarkan dugaan Kalya. Kalya terpaku, ia tidak bisa berbicara apa-

apa lagi. Ibunya memeluknya dengan penuh kasih dan deraian air mata. Ibunya menangis

sejadi – jadinya. Sementara Kalya hanya membisu tanpa tangis dan tanpa suara. Ia lepas

dekapan Ibunya, di pandanginya wajah perempuan itu dalam – dalam.

Page 12: CERPEN kelompok 3

| 12

” Ummi, nggak boleh nangis. Ummi janji ya. Karena Kalya tidak akan pernah rela air mata

Ummi jatuh mesti hanya setetes. Di sisa hidup Kalya, Kalya ingin lihat Ummi bahagia.” kata

Kalya sambil menghapus air mata Ibunya. Kalya ajak Ibunya Untuk masuk kekamar karna

malam telah larut, kemudian dia pun masuk ke kamarnya. Di kamar Kalya langsung rebahan di

tempatnya. Air matanya jatuh tak terbendung lagi, ia menangis sejadi – jadinya hingga ia

terlelap.

Kalya baru terjaga saat mendengar azan subuh. Ia bergegas beranjak dari tempat tidurnya.

Mengambil air wudhu kemudian sholat.

” Ya Allah, inikah cobaan-Mu? Jikalau iya, maka kuatkanlah punggung ini untuk memikulnya,

amin ya robbal ’alamin.” doa Kalya subuh ini.

***

Waktu terus berlalu... sekarang Kalya lebih banyak lupa dari pada Ingatnya dan sudah satu

minggu ia tidak masuk sekolah. Tapi ajaibnya Kalya belum pernah lupa sholat, Subhanallah!!.

Setiap kali ia mendengar suar azan, dengan segera ia berwudhu dan kemudian sholat. Bahkan

terkadang saat ia terbangung pada sepertiga malam, ia langsung melaksanakan sholat tahajud.

Seperti pada malam ini,

” Y Allah, sepertinya sebentar lagi hamba akan melupakan segalanya. Mungkin Inilah

ketentuan-Mu, dan tidak akan pernah yang bisa melawan ketentuan-Mu. Ingatan hamba ini

dari-Mu, dan kapan saja Kau bisa mengambilnya kembali. Ya Allah, Hamba akan melupakan

segalanya. Tapi Hamba mohon, jangan pernahbiarkan Hamba melupakan-Mu ya Robb.” Doa

Kalya sambil menangis usai sholat tahajudnya.

***

Tak terasa tiga minggu sudah Kalya tidak bersekolah. Hari ini teman – teman sekelasnya datang

lagi untuk menjenguknya. Seperti biasa Ibu Kalya menyambut mereka dengan ramah.

”Assalamu’alaikum Kalya” sapa Nuri saat melihat menghampii yang sedang berkumpul di ruang

tamu. ” eh, padahal baru aja Ummi mau manggilin Kalya”. Kalya hanya diam, dia tidak

menyahut salam Nuri. Dia terlihat seperti orang yang sedang bingung.

” Kalya, ini untukmu.” Nuri memberikan sesuatu pada Kalya.

Page 13: CERPEN kelompok 3

| 13

” Terima kasih desi” jawab Kalya.

” Desi? Kalya lupa namaku, ya Allah, benarkah Kalya akan melupakan segalanya.” Gumam Nuri

dalam hati. belum sempat Nuri menjelaskan siapa dirinya. Terdengar suara ”ssrr..”, celana

Kalya basah. Kalya pipis!!! Diruang tamu dan dalam keadaan berdidri.. Kalya bahkan lupa

tempat pipis. dan mungkin dia tidak sadar kalau dia pipis. saat itu juga Ummi langsung

membawa Kalya ke belakang. Ia bersihkan anaknya sambil menangis. Sementara Kalya benar –

benar seperti orang tua yang sudah pikun. Ia hanya berdiri terpaku dengan tatapan yang

kosong.

***

*** Tepat pukul 22.00. Kalya keluar kamar menuju dapur. Dia nyalakan kompor, dan dia

letakkan panci yang berisi beras dan air. Setelah itu ia membuka jendela, dilihatnya masih

gelap. Di tutupnya kembali, kemudian ia masuk lagi kekamar.

Ummi terbangun karna mencium bau gosong. Bergegas beliau kedapur.

” masya Allah, siapa yang masak sampai gosong kayak gini?. Apa mungkin si mbok.?”, tanpa

sengaja Ummi melihat boneka Kalya tertinggal di atas meja makan. ” Kalya?’ ummi terkejut.

Kalya teringat akan kegiatan yang sering ia lakukan setiap pagi, memasakkan Ibunya bubur.

Kalya lupa dengan sholat!!!. Ia benar – benar melupakannya. Dia tidak lagi bergegas

mengambil wudhu saat mendengar azan. ” Kalya, Kalya nggak sholat” tanya Ibunya.

” sholat? Apa itu sholat tante?” tanya Kalya lagi. Ibu kalya tersentaka kaget. Anak semata

wayangnya memanggilnya TANTE!!. Ya Allah, Ia telah melupakan ku, gumam Ibu Kalya dalam

hati. Air mata jatuh berlinang membasahi wajah Ibu Kalya. ” Kok, tante nangis?” tanya Kalya.

Ibu Kalya tak kuasa lagi menahan, Ia berlari meninggalkan Kalya. ia mencari tempat untuk ia

bisa menangis sejadi – jadinya. Perasaan Ibu mana yang tidak hancur saat anaknya sendiri

tidak ingat akan dirinya.

***

Page 14: CERPEN kelompok 3

| 14

Tiga hari yang lalu Kalya ditemukan tidak sadarkan diri di dalalm kamar. Dan sampai hari ini

sudah dua hari dia koma. Entah apa yang terjadi pada Kalya di alam bawah sadarnya. Tapi

selama ia tak sadarkan diri. Kalimat – kalimat pujian Untuk Allah selalu terucap dari bibirnya.

Suara azan subuh berkumandang. Terdengar Kalya menyahut azan padahal ia belum sadrkan

diri. Ibu Kalyua yang memang tak bisa tidur dari tadi. Segera mendekatinya anaknya itu.

”Kalya!!” panggil Ummi. Tapi Kalya tak menjawab. Ia terus menyahuti azan sampai selesai. “

Kalya!!” panggil Ibunya lagi. Perlahan mata Kalya terbuka.” Ya Ummi” jawabnya.

“ Ummi, tadi Kalya bertemu Abi. Tetapi Abi tak bisa menggapai Kalya. Abi menyuruh Kalya

berzikir, Kalya pun menurutinya Ummi. Kalya berzikir terus - menerus. Lalu terdengar azan

berkumandang. Abi bilang sahuti azan itu dan sholat subuhlah, setelah itu minta izinlah pada

Ummi kalau Kalya mau ikut Abi.” cerita Kalya panjang lebar.

Seketika itu airmata Ibu Kalya jatuh. Dia Peluk Kalya erat – erat.

” izin Ummi menyertaimu nak.” kata Ummi terisak.

” dan Ummi harus Janji, Ummi nggak boleh nangis ya. Tersenyumlah selalu Ummi.”

” ya nak,” jawab Ummi sembari menghapus air matanya.

” Ummi, bantu Kalya Wudhu ya. Kita sholat berjamaah, Ummi jadi Imamnya. okey” pinta Kalya.

Merekapun sholat, Kalya sholat sambil berbaring karna ia tak kuat untuk berdiri. Sedangkan

ibunya menjadi Imamnya.

”Assalammu’alaikumwarahmatullah”

selesai sholat Ibu Kalya berdoa sejenak. Kemudian ia menghampiri Kalya. dilihatnya kalya

tersenyum sedang matanya tertutup.

” pergilah nak, Ummi Ikhlas.” katanya sambil berusaha sekuat tenaga membendung

airmatanya.

” Kalya, Ummi akan tersenyum selalu untuk mu nak. Tunggu Ummi di sana ya Abi dan Kalya”

tukasnya kemudian.

Page 15: CERPEN kelompok 3

| 15

Kalya telah pergi untuk selamanya. Membawa semua ingatan yang ia lupakan didunia. Karena

”Ingatanku, adalah Ingatan-Nya”.

Oleh : Mega Okta Silvia

Page 16: CERPEN kelompok 3

| 16

BATU ITU MENJADI PERMATA

Sang mentari baru saja menggugurkan kuningnya, seluruh alam semesta bertasbih memuji-muji sang pencipta, buliran air tak henti mengalir membuat dingin menusuk tubuh. Awan setengah hitam dan setengah lagi putih, pepohonan menggugurkan daunnya, air hujan menahan kaki untuk melangkah, tetesan air singgah di celah – celah dedaunan. Kedinginan rupanya tak hanya menusuk tubuh manusia tapi juga alam yang hijau, kilat tak henti menyambar, hujan mengelabui alunan suara sepatu di jalan – jalan, hanya sedikit manusia yang berani menembus jutaan tetes air itu. Namun selang beberapa menit kemudian riuh angin menghilanh buliran air tinggal sedikit, hanya meninggalkan sisa – sisa kerapuhannya. Dan berganti dengan pesona indah bianglala.

Aku tak mengerti, kenapa tiba – tiba saja jatuh setetes air dari pelupuk mataku, layaknya menggantikan hujan yang menyiram alam semesta ini. Hmm...apakah ini karena Mbak Fadia ? Kenapa lagi dengan Mbak Fadia ? Kenapa Mbak Fadia hadir lagi dalam benakku ? Aku sudah berusaha melupakannya, sebab jika teringat kembali akan dirinya sungguh sangat membuat hati ini miris sekali. Aku tak percaya, sangat tak percaya !!! Ia sungguh meninggalkan ku untuk selama – lamanya, pergi jauh dan takkan pernah kembali lagi ke hadapanku. Mbak Fadia........ Sungguh Aku begitu sedih dengan kepergianmu. Jika saja Tuhan memintaku untuk menggantikanmu Aku sangat siap, karena Aku tahu betapa hebatnya perjuanganmu, begitu tulusnya niatmu, ku hargai pengorbananmu kak, karena meski kau bukanlah Rasulullah layaknya kekasih Allah tapi aku yakin kau adalah gadis sholehah yang senantiasa berusaha menggapai ridho Allah.

Aku tak menyangka, waktu ku yang hanya tersisa sedikit lagi setelah di vonis dokter bahwa Aku mengidap penyakit kanker otak membuatku sangat gelisah. Bayangan malaikat maut selalu menghantuiku, hatiku gelisah, benar – benar gelisah. Semenjak Aku tahu Aku terkena penyakit mematikan itu Aku sangat merasa putus asa. Aku sungguh sangat ketakutan jika suatu saat nyawa ku di cabut, Aku ta ingin mati, Aku belum siap. Sekarang aku hanya bisa berdiam diri di kamar, menghitung hari dimana tiba saatnya Aku akan pergi untuk selama – lamanya, Aku BENCI dengan semua ini ! Aku benci dengan Tuhan ! Kenapa harus Aku yang mengalami nasib seperti ini ? Kenapa ?!!! Kenapa harus Aku ?!!! Selalu itu yang ada di pikiranku. Aku sungguh muak !!! Tak ada yang bisa kulakukan saat ini, Aku hanya bisa diam, Aku hanya bisa termenung dan selalu berfikir yang tidak – tidak. Aku bingung !!! Sungguh sangat bingung. Sementara mereka, teman – teman ku dapat bermain dengan puasnya, tertawa dengan riang, berlari – lari, bersahabat dengan alam. Sedangkan Aku, Aku hanya bisa duduk menghabiskan waktu dengan segala penderitaanku, dengan penyakit yang semakin hari semakin membuatku sangat merasa tidak nyaman. Aku tidak ingin mati... Aku tidak ingin mati !!! hiks.... Air mataku kembali menetes. Hal inilah yang kulakukan setiap harinya ketika penyakit itu dinyatakan resmi ada di dalam diriku.

Page 17: CERPEN kelompok 3

| 17

Ketakutanku pada malaikat maut yang tiba – tiba akan menjemputku kelak membuat ku selalu berprasangka buruk pada Allah SWT, hingga Aku sampai saat ini tak pernah lagi menjalankan perintahNYA bahkan menyebut namaNYA pun Aku enggan. Aku selalu menyangka bahwa Allah tak ingin menolongku. Aku bagaikan mayat hidup saat ini. Tapi, Ayah dan Ibu tak tinggal diam begitu saja, mereka selalu saja berusaha untuk menghiburku, berusaha membuat senyuman manis anaknya kembali lagi, berusaha menyemangati Aku, hingga terkadang senyuman yang mereka buat untuk menyemangati ku terlihat sebagai kebohongan belaka saja. Itu terlihat dari mata mereka. Bagaimana tidak ? Orang tua mana yang mau kehilangan anak semata wayangnya. Tapi, ketulusan yang mereka berikan untuku tidak ku respon dengan baik, Aku benci pada semua, Aku memilih tidak ingin berinteraksi dengan siapapun.

Ayah dan Ibuku juga sangat bingung dengan keadaan ku yang seperti ini, diam tak menentu bagaikan mayat hidup, tak ingin bicara, tak ingin melakukan apapun., hingga akhirnya Ayah dan Ibu ku mempercayai kakak sepupuku untuk menjaga Aku. Karena mereka yakin kakak sepupuku bisa membantuku dalam situasi seperti ini. Dan selama Aku menunggu ajal Aku selalu ditemani kakak sepupuku itu. Fadia namanya. Meskipun Aku sangat – sangat tak ingin berinteraksi dengan siapapun, Ia selalu datang dan mengajakku untuk berbicara, memberiku semangat. Meskipun terkadang Aku sikapku sangat – sangat menyebalkan, Mbak Fadia* sangat sabar, Ia tetap tersenyum menghadapi sikapku itu. Dia adalah sosok gadis sederhana, selama ini Ia selalu meyakinkan bahwa begitu bermaknanya hidup ini.

* sapaan akrab ku untuk Mbak Fadia

“Hidup dan mati itu ada di tangan Allah SWT, manusia hanya bisa berusaha , itu kan hanya vonis dari dokter, kalaupun itu benar kamu harus bersyukur karena kamu masih bisa diberi kesempatan untuk mohon ampun kepada Allah SWT. Dinda, Allah tidak akan meninggalkan kamu, Allah juga tidak pernah membencimu, yang harus kamu lakukan adalah membuat persiapan Din. Mbak harap kamu mengerti akan arti hidup itu, jangan biarkan kita mengerti arti hidup setelah kita mati, itu hanya sia – sia saja. Allah Maha Adil”,ujar Mbak Fadia panjang lebar kepadaku. Itulah kata – kata yang tak pernah bosan Ia katakan padaku setiap harinya, meskipun terkadang tak pernah ku gubris sedikitpun, tapi Ia tak pernah bosan dan selalu semangat untuk menyemangatiku.

“ TIDAK !!! Dia tidak adil, Dia ingin merenggut kebahagiaanku, jangan sebut – sebut nama itu lagi. Lebih baik Mbak pergi ! percuma Mbak ada disini, toh Mbak nantinya akan melihat ku terbaring kaku. Sudahlah Mbak, tolong tinggalkan Aku, Mbak mau menemaniku karena disuruh ayah dan ibu kan ? Mbak tidak tulus menemaniku kan ? pergilah dari sini Mbak ”, ketus ku kepada Mbak Fadia. Kata – kata kasar itu lah yang selalu ku ungkapkan kepada Mbak Fadia setiap kali Ia datang untukku. Aku pun

Page 18: CERPEN kelompok 3

| 18

kemudian menangis karena tak kuasa lagi menahan haru, lagi – lagi air mata bergulir dari pipi ku.

Ia hanya tersenyum melihat kata – kata ku, dan senantiasa memelukku dengan hangatnya. Mencoba meredamkan emosi dan amarah ku. Aku juga tak menyangka bahwa dirinya akan setegar itu kepadaku setelah kata – kata yang tidak menyenangkan hati keluar dari mulut mungilku ini.

Mbak Fadia sepetinya belum juga menyerah, hari ini Ia kembali datang untuk menjengukku seperti hari – hari sebelumnya. Dan untuk hari ini, Ia menarik kursi roda yang di belikan ibu ku untukku, sebenarnya tak ada masalah dengan kaki ku, entahlah ibu, kata beliau agar Aku tidak kelelahan, sebab kata dokter Aku tidak boleh terlalu lelah. Mbak Fadia membawaku pergi keluar untuk melihat indahnya alam yang selama ini tak pernah lagi ku pandang bahkan ku nikmati. Lagi – lagi gadis berkerudung panjang ini melanjutkan pidatonya yang terkadang membuatku muak dan membuat pekak telinga ku.

“ Coba kamu lihat, betapa indahnya alam semesta ini. Allah tak akan menciptakan ini semua dengan sia – sia, begitu juga ketika Allah menciptakan manusia Din. Kita diciptakan untuk beribadah kepada Allah. Jadi, jika suatu saat nyawa kita di ambil, kita sudah siap Din”, ujarnya kepada ku.

Aku hanya diam saja, kemudian Mbak Fadia kembali bercerita lagi. Ku pikir, Mbak Fadia adalah pendongeng sejati, beribu kata yang ada di kepalanya sehingga bahan cerita untuk memecahkan keheningan diantara kami pun tak habis – habis. Aku masih tetap diam.

“Eh, Din. Tadi pagi Cika dan beberapa temanmu datang kerumah. Sayangnya kamu lagi tidur, jadi Mbak tidak tega membangunkan kamu. Hmm...bagaimana kalau kita hubungi mereka sekarang untuk berkumpul disini menemani kamu. Lagi pula, Mbak rasa mereka juga sangat – sangat kangen kepada kamu. Bentar ya ! “, ucapnya lagi. Kemudian Mbak mengambil handphone nya, dan menghubungi semua teman – teman ku.

Akhirnya Aku pun mulai membuka mulutku, “ Mbak....kenapa Mbak begitu baik kepada ku ? Padahal, sikap ku kepada Mbak kan tidak pernah ramah. Kata – kata ku yang selalu kasar yang mungkin membuat hati Mbak sakit, Aku yang sering bentak – bentak Mbak, Aku yang tak pernah merespon semua kata – kata Mbak, Aku.....”.

“Ssstttt....”, Mbak kemudian meletakkan jari telunjuknya di bibir ku dan Ia tersenyum.

Kemudian ku geser jari telunjuk itu, dan melanjutkan kata – kata ku “Mbak jangan ke geeran dulu ya, bukan berarti Aku bertanya seperti itu kepada Mbak karena

Page 19: CERPEN kelompok 3

| 19

Aku mau berdamai sama Mbak. Tidak !!! Aku hanya bertanya saja, ingat ya Mbak, AKU HANYA SEKEDAR BERTANYA SAJA”, tukas ku lebih tegas.

Mbak Fadia kembali tersenyum dengan semua ucapanku. Tak terlihat marah bahkan dendam di matanya kepada ku atas semua ucapan yang telah ku katakan tadi. Kemudian Ia berkata, “ Din...Din...Mbak jadi bingung nih ! Kapan ya kamu bentak – bentak Mbak ? Perasaan gak pernah tuh, biasa saja. Hhee....Mbak gak juga ke geeran kok, ada – ada saja kamu ini “. Semua kembali senyap.

Tiba – tiba.

“Din...Dinda ! hay...Kami datang Din”, suara ramai teman – teman Dinda.

“Nah, itu teman – teman kamu Din, mereka sudah datang. Mbak bikinin minum dulu ya Din. Mbak tinggal sebentar”, sambung Mbak Fadia.

Mbak Fadia pun masuk untuk membuatkan air minum untukku dan teman – teman ku, dan Aku asyik sekali berbincang – bincang dengan teman ku. Mbak Fadia memang pandai dan sangat tahu apa yang Aku butuhkan di saat keadaan ku seperti ini. Kini Aku sadari, bahwa pidato Mbak Fadia yang panjang lebar, yang setiap hari Aku dengar, yang Aku pikir itu semua akan membuat pekak telingaku, yang selalu membuat Aku muak, ternyata baru kurasakan saat ini hikmah dari ocehan panjang Mbak Fadia itu. Semuanya sangat bermanfaat untukku, memang Tuhan tidak akan menciptakan makhluknya dengan sia – sia. Sungguh saat ini aku mengerti tentang semua itu. Ini semua berkat Mbak Fadia. Lamunan ku pun buyar, ketika Cika memanggilku dengan teriak.

“Hey cewek, apa kabar mu ? Dari tadi melamun saja sejak kami datang kesini. Ada apa ? Tidak suka ya kami datang kesini Din ? Kami kan kangen sama kamu Din, ayo lah Din. Jangan seperti itu”, rengek Cika kepada ku.

“ Apa – apaan sih kamu, Aku sangat senang sekali dengan kehadiran kalian disini. Aku diam bukan karena Aku tak suka dengan kehadiran kalian, tapi Aku lagi mikir, apakah hari – hari seperti ini akan aku alami lagi untuk esok hari “, bohong ku.

“ Ahh kamu, kenapa ngomongnya gitu. Semangat dong ! kami datang kesini bukan untuk mendengar hal seperti itu. Kami kangen sama kamu Dinda. Sejak kamu tidak masuk sekolah lagi semua terasa sepi, seperti ada yang hilang”, ujar Cika lebih lanjut.

“ Ciee....Cika mulai gombal nih, hebat kali gombalnya. Eh, tapi emang bener kok Din, semua terasa sepi. Kami kangen sama kamu Din”, lanjut Nina yang juga adalah teman baikku.

Page 20: CERPEN kelompok 3

| 20

“Aku juga kangen sama kalian kok, aku juga ingin sekolah, tapi keadaan ku yang tidak memungkin kan. Jadi, Aku harap kalian sering – sering ya datang kerumah ku dan bermain bersama ku”, ucap ku lirih.

“Hayo...lagi ngomongin apa ? Ngomongin Mbak ya ? Geer mode on nih ... Hhee. Eh, ini air minum dan sedikit cemilan untuk kalian sambil kalian ngobrol – ngobrol bersama Dinda”, tukas Mbak Fadia ketika datang di antara kami.

Kami semua kembali ngobrol dengan memakan cemilan yang telah Mbak Fadia berikan tadi. Semua tertawa gembira, begitu juga Mbak fadia, tak henti senyumnya terlontar dari bibir manisnya. Hingga terkadang sekilas ku curi untuk menatap Mbak Fadia, dan ku fikir Mbak Fadia memang cantik, anggun, dan sangat sabar. Ia adalah wanita yang sempurna. Ia juga tampak bahagia ketika melihat ku tertawa geli bersama teman – teman ku. “Usaha ku berhasil”, itu lah yang Aku lihat di mata Mbak Fadia.

Hari ini tak akan kulupakan begitu saja, Aku merasa bahwa diriku yang dulu kembali lagi. Dan itu semua berkat Mbak Fadia yang akhir - akhir ini selalu datang untukku. Dia bagaikan malaikat yang dikirim Allah untuk merubah semua keadaan ku yang kurang baik ini. Semakin lama bersama dan dibimbing Mbak Fadia Aku merasa hidupku lebih bermakna. Aku juga semakin merasa indahnya agama Islam, mulai saat ini aku semakin rajin sholat, mengaji dan beribadah kepada Allah. Dan Aku juga sangat merasa bersalah karena Aku sempat membenci Allah dan mengatakan bahwa Allah tidak adil terhadapku. Tapi, apa buktinya, gara – gara aku kena penyakit banyak sekali yang Aku dapatkan, terutama kasih sayang yang lebih dari orang yang ada di sekitar ku. Dan itu merupakan suatu keadilan yang Allah berikan untuk ku. Aku juga sudah minta maaf kepada Mbak Fadia akan semua sikap ku yang tidak berkenan di hati. Meskipun ketakutan pada kematian tak berkurang sedikitpun dari diriku, tapi setidaknya jika suatu saat nanti Allah akan mengambil semua miliknya yang ada pada diriku Aku sudah siap menghadapi itu semua.

Aku teringat kata Mbak fadia tentang busana muslimah, setiap wanita muslimah wajib mengenakannya dan itu akan terlihat indah sekali jika seorang wanita mengenakan itu. Aku ingin seperti Mbak Fadia yang cantik dengan baju gamis dan kerudung besarnya. Lalu, tiba – tiba Dinda teringat akan sebuah bingkisan yang di berikan Mbak Fadia untuk Dinda, dan sampai sekarang tak pernah Dinda buka. Hingga akhirnya di buka Dinda, dan ternyata itu busana muslimah lengkap dengan kerudung di dalamnya yang saat ini sangat di impi – impikan oleh Dinda. Dengan tidak sabar Dinda mengenakannya, dan dilihatnya dirinya di dalam cermin, meskipun badannya mulai mengurus tapi Aku merasa pantas dan nyaman saat mengenakan baju seperti ini pikirnya dalam hati. Ya Allah, segala puji hanya untuMU.

Dinda kemudian keluar kamar, hingga Ayah dan Ibunya terkejut melihat Dinda berpakaian seperti itu.

Page 21: CERPEN kelompok 3

| 21

“Kenapa Yah ? Dinda jelek ya pakai baju seperti ini ?”, tanya nya kepada Ayah.

“Tidak kok, kamu cantik sekali. Anak Ayah rupanya sudah banyak berubah, ya kan bu ? Dinda cantik sekali”, puji ayah kepada Dinda.

“ Benar yang di katakan yah Dinda, anak ibu cantik sekali dan sangat pantas mengenakan baju seperti itu “, ucap Ibu dengan rasa haru.

“ Anak Ayah mau kemana ? “, sambung Ayah kemudian.

“ Dinda mau ke TK Yah, tempat Mbak Fadia, dinda rindu sama Mbak Fadia, karena sudah 4 hari ini Mbak Fadia tidak datang untuk menjenguk Dinda karena ada sedikit urusan dalam pekerjaannya, jadi Dinda mau temui Mbak Fadia di TK. Boleh kan Yah ? ya Bu ?”, ucap Dinda dengan nada memohon.

“ Iya sayang, kamu boleh pergi kok, Asal....”.

“ Asal apa yah ?”, sambung Dinda langsung.

“ Ayah belum selesai ngomong, udah main sambar aja. Asal kamu di temani mang Diman ya, jangan sendirian”, sambung Ayah lagi.

“ Hhee... Iya Ayah, makasih ya Ayah “.

Setelah di izinkan pergi, dengan hati yang gembira Aku pergi ke tempat Mbak Fadia, dengan membawa cake coklat stoberry kesukaan Mbak Fadia yang sengaja Aku beli di toko kue sewaktu Aku dalam perjalanan menuju TK dimana tempat Mbak Fadia bekerja.

Sesapai di sana, hanya keramaian yang terlihat, orang – orang berkumpul. Pikirku dalam hati mungkin itu adalah para orang tua yang melihat anaknya sedang unjuk prestasi. Tapi, kenapa seperti itu ya, bukan seperti melihat aksi anak TK, tapi seperti melihat sesuatu yang buruk yang sedang terjadi. Ku percepat langkah ku, hingga ku tiba tepat di depan kejadian yang di lihat banyak orang tadi.

Tertegun, diam seribu bahasa, tubuhku tak mampu ku gerakkan lagi, lemas, itulah yang kurasakan saat ini. Saat melihat itu semua terjadi di depan mata ku. Kue yang ku bawa akhirnya terjatuh, tak peduli lagi Aku dengan keadaan itu. Kemudian ku hamparkan tubuh ku di sana. Dimana tempat Mbak Fadia terbaring kaku tak bernyawa lagi. Mbak Fadia kecelakaan, di tabrak truk besar saat ingin menyebrang ke arah TK, Ia meninggal di tempat karena kehabisan darah dan kepalanya pecah. Semula Aku tak percaya dengan itu semua. Orang yang selama ini sabar dan selalu hadir untukku kini pergi untuk selama – lamanya, dan takkan pernah hadir lagi di hadapanku. Tak ada pidato ataupun ocehan lagi untukku darinya.

Page 22: CERPEN kelompok 3

| 22

Bersamaan itu air mata ku juga bergulir jatuh di pipikuu. Tak sanggup menahan haru dengan keadaan ini. “ Ya Allah, memang hidup dan mati ada di tangan MU, dan takkan ada yang bisa menggugat takdir MU, selamat jalan Mbak Fadia, selamat jalan Mbak, terima kasih untuk semua yang kau berikan tanpa ada rasa pamrih hanya ridho Allah yang kau inginkan, selamat jalan Mbak, meski kau tak sempat melihat ku mengenakan busana ini.

Tembilahan, 11 November 2010

Reny Arisa Putri_RO

Page 23: CERPEN kelompok 3

| 23

FRIENDSHIP

Pukul 11.00 malam.

Dingin menggigit. Bumi Allah basah menggigil. Pepohonan meringis tertutup kabut tipis. Rumah-rumah monyong memperlihatkan kelesuannya karena telah terpukul hujan seharian. Aneka sampah : plastik, daun, ranting tua, batang pohon, lumpur, mengapung di jalanan terbawa oleh air dari selokan. Hujan lebat sejak pagi, baru reda selepas Isya. Lampu-lampu lima watt kerlap-kerlip enggan menyinari kegelapan. Tapi langit cerah bertabur gemintang. Sebuah meteor melintas melepaskan semburannya di langit kelam. Setelah hujan seharian. Memang, jika dipikirkan lebih mendalam, bagi orang yang mau berpikir jernih sebentar saja, betapa, alam selalu tampak indah dalam keadaan apa pun.

Dua orang lelaki, petugas ronda, Sur dan Yos duduk-duduk di tepi pos ronda. Di depan pos ronda api berkobar menari, membakar dingin dengan hangatnya. Di pinggirnya, tergolek jagung bakar yang masih mengepulkan asap. Juga ada ubi bakar. Mereka begitu lepas mengunyah makanan yang biasa di makan oleh para petugas ronda malam. Dua gelas kopi panas membunuh kantuk yang suntuk. Mereka masih berada di dalam balutan sarung murung karena basah oleh kelembaban.

Selidik punya selidik, mereka sedang membicarakan Roy, seorang calon wali kota.

“Betapa, kita sangat mendambakan terpilihnya seorang pemimpin yang benar-benar pemimpin.” Kata Sur.

“Hhh… Betapa, kita tidak akan menemukannya. Mulut sering berbeda dengan tingkah. Betapa, kita telah banyak keliru dalam menilai seseorang…”

“Tapi… Roy lain, kawan.”

“Lain?”

“Ia teman kita. Pernah satu kampung dengan kita. Satu permainan ketika masih kecil. Ah, beruntung sekali, ia punya orang tua kaya raya, dikuliahkan, dan sekarang… berani mencalonkan diri menjadi walikota. Bukankah Kita sering mendengar dan membaca berita di koran-koran, ia selalu basah kuyup kehujanan, membawa beberapa bungkus sembako yang akan dibagikan kepada orang-orang kurang mampu?. Ia sungguh calon walikota yang pantas kita pilih, betul?”

Page 24: CERPEN kelompok 3

| 24

“Ha..ha..ha.. kenapa pula si Roy berani mencalonkan diri menjadi walikota. Yang aku khawatirkan bukan dia, tapi istrinya. “

“Heh, kamu terlalu khawatir, kawan. Zaman sudah berubah. Wanita-wanita sudah modern!”

“Ayo kita keliling dulu. Cuaca seperti ini bisa dimanfaatkan oleh maling sialan!”

Lantas, mereka berkeliling patroli ke pinggiran perkampungan. Sepanjang keliling Yos memukul kentongan dengan irama dan ritme yang sama. Mereka juga berbincang macam-macam. Sur menganggap pemerintah sering memperlihatkan tindakan-tindakan aneh, bodoh dan membodohkan, juga mengada-ada.

“Apa benar, seperti itu, kawan?” Tanya Yos.

“Buka mata, dong!” Sur mendelik. “Jangan sok bodoh. Pemerintah telah menjadi orang yang merasa paling benar. Setuju? Tempo hari, rumah kita ditempeli nomor, harus bayar tujuh ribu, gila bukan? Siapa yang suruh? Tidak ada undang-undangnya itu…”

“Tapi… kau membayarnya, bukan?”

Sur mengangguk. Cemberut.

“Ha..ha..ha..!”

“Ha..ha..ha..!”

“Kenapa..?!”

“Tentang ketololan kita..”

“Ha..ha..ha.. Aku berutang kepadamu, kawan.”

“Tentang?!”

“Kejujuran… Kejujuran itu…”

“Heh, berapa rupiah akan kamu bayar?”

“Aku akan membayarnya dengan kepercayaan. Percayalah kepadaku, tidak akan kuceritakan obrolan kita ini kepada Pak Lurah juga kepada para pegawai kelurahan lainnya. Kamu aman, kawan!”

Page 25: CERPEN kelompok 3

| 25

Anda pasti bisa menerka. seketika juga tubuh Sur yang besar dan gagah itu mengecil, kepalanya menunduk lesu, wajahnya perot tiada ampun. Beberapa menit lalu, ia yang tampak gagah berani itu telah berubah menjadi hewan dungu, mengibas-ngibaskan tangan tak karuan. Betapa… sebuah kepercayaan telah menikam dirinya.

“Aaku…Ppercaya…K..kepadamu, kawan!” Ucap Sur rintih, terbata-bata.

“Ayo Roy, lemparkan bolanya!” anak kecil itu basah kuyup. Bajunya penuh lumpur.

“Ini Sur!” Roy melemparkan bola ke arah Sur. Ditengah guyuran hujan, Sur menggiring bola. Lawan-lawanya lebih kecil ukuran badannya, tak berani menjegalnya dari depan. Ia tinggal berhadapan dengan penjaga gawang lawan. Kemenangan sudah didepan mata. Ketika bola akan ditendang, seorang pemain lawan menjegal Sur dari belakang. Berani betul dia! Pikir Sur. Ia jatuh telungkup diatas lapangan merah yang tergenang air.

“Kau curang!” Roy dan kawan-kawannya menghampiri si penjengal. Mereka mendorongnya. Terjadinya keributan kecil. Beberapa penonton merasa terusik.

“Mau berkelahi? Jangan disini, sana diatas ring tinju!” Bentak Pak Siru, wasit yang meminpin pertandingan bola sepak. Anak-anak takut kepadanya, ia seorang tentara. “Ayo lanjutkan!”

“Kita dirugikan!” Kata Roy seusai pertandingan.

“Dasar Pak Siru, berat sebelah!” Kata teman-temannya.

“Pantas saja berat sebelah, dia kan pamannya si Bun.”

“O, pantas si Bun itu berani mengganjalku.”

Mereka membersihkan diri di kolam milik Wak Haji Kusmin. Pikir mereka, Wak Haji Kusmin yang galak itu mana berani hujan-hujanan mengejar mereka. Tangan jahil anak-anak pun menyambara beberapa buah jambu kluthuk di pinggir kolam. Air kolam semakin keruh. Mereka mandi sambil salto-salto. Esoknya, Wak Haji Kusmin memberitahukan perbuatan anak-anak usil itu kepada orang tua mereka. Roy dijewer telinganya oleh bapaknya. Sur dipukul kakinya. Semua mendapat balasan yang setimpal atas perbuatanya.

Sudah pasti dia akan selalu mengingatku! Pikir Sur. Mana mungkin si Roy melupakan masa kecilnya. Dia sering tidur bersamaku. Aku begitu yakin, dia akan selalu mengingatku, bahkan bisa jadi selalu mengenang masa kecil itu.

Page 26: CERPEN kelompok 3

| 26

Sur bergegas memotong jalan. Langit sudah mulai memperlihatkan kesedihannya. Di dalam batok kepalanya tersimpan Mun, istrinya yang dirawat di rumah sakit. Butuh biaya sekitar empat juta, Mun harus dioperasi, tumor menyerang payudaranya. Kambing peliharaannya ia jual, tapi terlalu murah untuk biaya operasi. Ia sempat meminta bantuan kepada Yos. Apa boleh dikata, kondisi Yos akhir-akhir ini sedang pailit. Sudah dua minggu pabrik batakonya tidak berproduksi. Yos selalu menggunakan uangnya untuk mencicil kreditan motor.Yang ada dalam pikiran Sur adalah Roy, teman kecilnya yang telah menjadi seorang walikota.

Ah, mana mungkin si Roy melupakan teman baiknya. Tapi… Bagaimana kalau dia telah lupa? Tidak… dia bukan pelupa! Sur memastikan.

Di depan rumah dinas ia tertegun. Keberanian itu mulai luntur. Ia takut sekedar untuk menapaki halamannya sekali pun. Jangan-jangan… dia sudah tidak mengenalku? Bukankah sudah sekitan lama aku tidak bertemu dengannya, sejak dia pindah ke Jakarta? Sur gamang. Tapi, istriku?

Kakinya menginjak halaman rumah penuh keraguan. Hari itu telah sore. Halaman rumah dinas begitu asri dengan beberapa bunga warna-warni. Sebuah mobil mewah mengkilap menertawakan sikap Sur. Beberapa menit lamanya, Sur tertegun di depan pintu. Ia takut sekedar untuk mengetuknya.

Lebih baik aku urungkan saja! Batin Sur. Tapi ia mengetuk pintu juga, pelan sekali, tanpa ritme yang pasti, tangan Sur penuh gemetaran.Seorang lelaki, tua, tapi wajahnya sopan menandakan bahwa ia seorang halus, tidak senang berdebat, membuka pintu.

“Ada apa, pak?”

“Pak walikota ada?” Di dalam hatinya Sur mengharapkan… Roy tidak ada.

“O, ayo silahkan masuk, pak!” orang itu membimbing Sur memasuki rumah dinas. “Tunggu sebentar, saya akan panggil dulu bapaknya!”Betapa besar ruangan dinas. Perabotan lengkap, tertata secara apik dan bersih. Tidak ada sebutir debu pun menempel. Sur… begitu kecil didalamnya.

“Pakai saja pensilku, Sur!” kata Roy sambil memberikan sebuah pensil.Tanpa pikir panjang Sur langsung menyambarnya. Sebentar lagi bel tanda masuk akan berbunyi. Ulangan umum siap mereka hadapi.Di hari perpisahan kelas Sur baru bisa mengembalikan pensil milik Roy.

Page 27: CERPEN kelompok 3

| 27

“Ini pensilmu. Maafkan, aku baru bisa mengembalikannya hari ini!”

“Kamu ini… ada-ada saja.” Mereka berangkulan. “Terima kasih Sur. Selama ini kita sudah saling memperhatikan…”

“Selanjutnya, kamu mau kemana, Roy?”

“Aku akan pergi ke Jakarta, tinggal bersama kakak. Melanjutkan sekolah disana.”

“Wuihh… hebat kamu ini Roy. Kakakmu kerja kantoran, ya?”

“Entahlah.” Roy menggeleng. “Kamu sendiri, bagaimana?”

“Aku rasa kemampuan orang uaku sudah cukup menyekolahkan aku sampai SMP ini. Tapi… siapa tahu, bukankah manusia selalu memiliki rencana?!”

Sejak saat itu mereka berpisah. Tidak pernah bertemu lagi.

Roy didampingi oleh seorang wanita berjalan agak lambat. Ia memakai kimono. Wajahnya terlihat mulai kusut. Tampaknya kelelahan. Ada rasa kantuk terpancar di kedua kelopak matanya.

Sudah tiga puluh tahun lebih Roy! Pikir Sur.

Roy bersama istrinya duduk di atas sofa berhadapan dengan Sur.

“Ada keperluan apa, pak. Sore-sore begini menemui saya?” Tanya Roy sambil merentangkan tangannya ke sandaran sofa.

“Roy… aku mau minta bantuan!” Bisik Sur dalam hati. Tapi ia tidak sanggup mengucapkannya. Ada istri Roy. “Ssaya mau menjual sebidang tanah, pak wali!” Itu keluar dari mulutnya. Hhh… benar juga, kau sudah tidak mengenali aku lagi Roy. Memang sudah terlalu lama. Tiga puluh tahun lebih, sejak perpisahan itu. Segalanya telah berubah! Pikir Sur.

“Ha..ha..ha.. pak..pak.. ada-ada saja, bapak ini!” Roy melirik kepada istrinya. “Mah, tolong ambilkan dompet bapak di kamar..!” istrinya bergerak. Sedangkan Roy menatap wajah Sur. Ia melirik-lirik, kemudian berkata, “Ha..ha..ha.. sudah tiga puluh tahun lebih ya, Sur?”

“Apa?!” Sur kaget.

Page 28: CERPEN kelompok 3

| 28

“Ah, kau mulai pikun rupanya..” kata Roy kereng. “Sur.. Sur… kamu masih seperti dulu. Dasar kamu ini!” Roy menepuk bahu Sur.

O, Tuhan ternyata dia masih mengenaliku. Gumam Sur dalam hati.Istri Roy datang.

“Mau kamu jual berapa sebidang tanah itu, pak?” Tanya Roy seketika wajahnya berubah.

“Bukan itu maksud kedatanganku ke sini, Roy..” Sur tidak mengucapkannya, ia menatap istri Roy, ia tidak mau mengecewakan Roy.

“Sepuluh are, pak!”

“Ya, sudah. Besok salah seorang pegawaiku akan datang ke rumahmu. Hmm… sepuluh juta, bagaimana? Dan ini uang mukanya, dua juta rupiah. Cukup kan?” Roy memberikan uang kepada Sur. “Ayo mah!” Roy dan istrinya meninggalkan Sur, hilang di balik pintu. Ketika Sur masih duduk melongo sambil memegang dua gepok uang, masing-masing sebesar satu juta.

Sur meninggalkan rumah dinas, lesu, ia mengusap wajah, sampai beberapa kali.

Esok harinya, istri Sur jadi di operasi. Sebidang tanah, tabungan di masa depan itu telah dilunasi oleh salah seorang pegawai Roy. Ditangannya, Sur memegang uang sisa operasi sebanyak enam juta.Malamnya, Yos datang ke rumah Sur mau meminta bantuan. Yos perlu tambahan modal untuk mengembalikan kegiatan perusahaannya, memproduksi batako. Uang, sebesar lima juta rupiah. Sur memberikannya kepada Yos. Tidak… aku tidak mau kehilangan segalanya. Minimal persahabatanku dengan Yos…! Pikir Sur.

“Ini ambil… Kamu merupakan hartaku ,kawan!”

Yos mengambil uang yang tergeletak di atas meja.

Page 29: CERPEN kelompok 3

| 29

” Hmm… betapa sulitnya bagi kita hanya sekedar untuk memiliki pemimpin yang benar-benar pemimpin, ya?” Kata Yos.

” Ya… tapi Roy, lain kawan!”

” Lain?”

” Dia sahabat kita, sejak kecil. Jangan pernah melupakan itu!”

Oleh : Wira Van Java

H U J A N

Tik... tik... tik...

Page 30: CERPEN kelompok 3

| 30

Lirih terdengar suara rintik hujan membasahi atap. Rainy pun terjaga dari

tidurnya yang nyenyak, beranjak dari tempat tidur menuju jendela yang berada di

sebelah kirinya. Dia membuka jendela dan angin pun berhembus membelai lembut

tubuhnya yang masih dalam balutan piyama biru kesayangannya. Senyum pun teruntai

di wajahnya saat matanya tertuju pada pemandangan indah di luar sana, hujan.

“Wow... Hujan... Tak ku sangka akhirnya aku dapat melihatmu di tempat

baruku ini”, gumam Rainy seraya berlari keluar kamar dengan wajah ceria, tetapi ketika

dia melewati dapur, dia bertemu dengan ibunya yang langsung mengetahui ke mana

putrinya itu akan pergi. “Jangan keluar, Rain! Kamu baru saja sembuh, banyak-

banyaklah beristirahat. Seminggu lagi tahun ajaran baru akan dimulai, kamu tidak mau

kan kalau di hari pertama masuk sekolah barumu kamu tidak hadir karena sakit? Jadi

kembalilah ke kamarmu sekarang!”, kata ibu Rainy. “Yaaah..... Ibu... Rain kan cuma

mau keluar sebentar, sejak kita pindah ke sini, Rain belum pernah melihat hujan.

Sebentaaar saja, bolehkan Bu?”, kata Rainy dengan wajah memelas. “Tidak, kamu

harus segera kembali ke kamarmu!”, Ibu Rainy menegaskan. Rainy tak punya pilihan

lain lagi selain menuruti perintah ibunya. Dengan wajah yang murung Rainy kembali ke

kamarnya.

“Huh, sakit ini menyiksaku. Aku ingin keluar, aku ingin main hujan”, isak

Rainy ketika berada di dalam kamar, dia hanya dapat berdiri di samping jendela dan

memandang keluar dengan tatapan sedih. Rainy memang sangat menyukai hujan. sejak

kecil, hampir setiap kali hujan lebat, Rainy selalu bermain hujan, walaupun sudah sering

dilarang oleh orangtuanya, tetapi Rainy tetap saja bermain dengan diam-diam, tidak

heran kalau gadis yang berusia 16 tahun ini sering berjumpa dengan dokter karena sakit.

Tiga hari kemudian, saat Rainy sedang berada di taman dekat rumahnya, tiba-

tiba awan mendung datang dan tidak lama kemudian hujan pun turun dengan derasnya.

Rainy sangat bahagia ketika melihat hujan itu, dia seolah menjelma menjadi seorang

anak berumur 10 tahun. Dengan kedua tangan yang membentang lebar, dia berputar-

putar dan berlari-lari di tengah derasnya hujan, saat itu dia terlihat sangat bahagia dan

sangat lepas seakan tiada satupun beban pada dirinya.

Ternyata tidak jauh dari taman tersebut ada seorang pria yang sedang berteduh

yang sejak tadi memperhatikan Rainy. Ketika pria itu asik memperhatikan Rainy, tiba-

tiba sebuah mobil melintas di samping pria itu dengan kecepatan tinggi dan air yang

Page 31: CERPEN kelompok 3

| 31

tergenang di jalan pun mengenai pria itu, untuk beberapa saat pria itu menjadi sibuk

dengan pakaiannya yang basah karena air itu, ketika pria kembali memandang ke arah

taman, Rainy telah pulang. “Ke mana perginya gadis tadi? Aku belum sempat

berkenalan dengannya”, tanya pria itu pada dirinya sendiri sambil melihat-lihat

berkeliling untuk mencari Rainy yang tidak dapat dia jumpai di mana-mana.

***

“Siapa gadis tadi yang aku lihat di taman? Dia terlihat berbeda dari gadis-gadis

lain yang pernah kujumpai selama ini, dia terlihat sangat spesial. Semoga saja aku dapat

berjumpa dengannya lagi”, pikir pria itu ketika dia sudah berada di rumah. “Bert,

Wilbert... Jangan bengong saja kamu Nak, ayo turun, sudah waktunya makan malam”,

kata ibu pria itu yang ternyata bernama Wilbert. “Iya Ma, sebentar lagi Bert turun”,

jawab Wilbert.

***

Keesokan harinya Wilbert kembali ke taman di mana dia melihat Rainy

kemarin, tetapi setelah menunggu berjam-jam, Rainy tidak juga muncul. Begitulah

beberapa hari berikutnya dia jalani dengan pergi ke taman dan menunggu Rainy, tetapi

setelah beberapa hari itu, dia tak juga melihat Rainy, dia pun mulai putus asa dan

berkata pada dirinya sendiri untuk membuang jauh-jauh pikirannya untuk dapat bertemu

lagi dan berkenalan dengan Rainy.

***

“Eh Bert, apa kabar? Lama gak jumpa, jadi rindu nih ma kamu”, kata Xento

kepada Wilbert yang langsung diikuti oleh gelak tawa dari teman-temannya. “Kabarku

baik kok, walaupun waktu liburan kemarin ada hal yang membuatku putus asa.” jawab

Wilbert dengan nada sedih. “Ha? Putus asa? Maksudmu?”.“Maksudku, waktu liburan

kemarin aku...”, teng... teng... teng... kata-kata Wilbert terputus mendengar bunyi bel

sekolah tanda pelajaran akan dimulai. “Sudah bel nih, udah dulu lah, nanti baru kita

cerita-cerita lagi”, kata Wilbert. Dia dan teman-temannya yang lain pun segera beranjak

dan kembali ke tempat duduk mereka masing-masing. Tidak lama kemudian, Ibu Nida,

guru Matematika mereka di kelas XI yang merupakan wali kelas mereka sekarang

memasuki kelas. Seisi kelas yang tadinya ribut pun menjadi sunyi, setelah Ibu Nida

berbicara beberapa patah kata, beliau mempersilahkan seorang murid pindahan untuk

masuk dan memperkenalkan diri.

Page 32: CERPEN kelompok 3

| 32

“Hy... Nama saya Rainy Meisa Ameraldy Xienty. Teman-teman bisa

memanggil saya dengan sebutan Rainy, Ame atau Xient. Saya murid pindahan dari

SMA Negeri 1 Bandung, saya pindah karena ikut ayah saya yang dipindahtugaskan di

sini. Sekian perkenalan dari saya, apakah ada pertanyaan?”, kata Rainy

memperkenalkan diri. Seisi kelas yang tadinya sunyi pun kembali heboh karena

kedatangan murid baru yang manis ini. Hanya ada satu orang yang duduk di bangku

paling belakang yang mematung seakan tidak percaya dengan apa yang berdiri di

hadapannya saat ini. “Baiklah, kalau tidak ada pertanyaan, Rainy kamu dapat duduk di

bangku kosong di paling belakang di samping Wilbert. Nah anak-anak, pertama-tama,

mari kita bentuk struktur kelas kita. Siapa yang mencalonkan diri menjadi ketua kelas?”,

tanya Ibu Nida. Sementara seisi kelas ribut-ribut, Wilbert yang tadinya mematung kini

sudah dapat berbicara. Dia mulai memperkenalkan diri pada Rainy dan mereka pun

mulai berbincang, membahas hal-hal mulai dari masalah sekolah hingga masalah

pribadi, sebentar saja mereka sudah terlihat akrab.

***

Begitulah Rainy dan Wilbert bersama-sama setiap hari hingga berbulan-bulan.

Semakin lama, hubungan mereka pun menjadi semakin dekat, hingga suatu hari di

tempat pertama kali dia melihat Rainy tepat saat hujan turun dengan deras, Wilbert

memberanikan diri untuk menyatakan perasaan yang selama ini dia pendam kepada

Rainy, dan tak disangka Rainy menerimanya. Sejak saat itulah, taman tempat pertama

kalinya Wilbert melihat Rainy, mereka namakan Taman Cinta.

Sejak mereka berdua berpacaran, mereka hampir selalu bersama. Pergi dan

pulang sekolah bersama, belajar bersama, waktu istirahat bersama bahkan Wilbert yang

tadinya tidak menyukai hujan, kini menjadi sangat suka hujan karena selalu menemani

Rainy, gadis yang dicintainya dengan sepenuh hati itu bermain hujan. Mereka pun

menjadi pasangan paling ideal di sekolah, cowok paling keren dan cewek paling manis

di sekolah.

***

“Waduh, sekarang sudah tanggal 9 Mei, 2 hari lagi Rainy ulang tahun, kejutan

apa ya yang mau aku kasih? Inikan ulang tahun ke-17nya, harus yang spesial dong.

Hm... Ya sudahlah, aku ajak dia ke Taman Cinta aja terus bawakan kue ulang tahun

buat dia, semoga aja hari itu hujan, jadi lebih berkesan”, pikir Wilbert.

Page 33: CERPEN kelompok 3

| 33

Pada tanggal 10 Mei malam, tepat pukul 00:00 WIB telepon genggam Rainy

berbunyi, “Hallo...”, kata Rainy yang masih dalam keadaan ngantuk. “Happy birthday

to you... Happy birthday to you... Happy birthday Happy birthday... Happy birthday

Rainy...”, terdengar suara di seberang sana bernyanyi. Ngantuk Rainy pun langsung

lenyap, “Wilbert... kamu belum tidur? Biasa jam 10 kamu kan sudah tidur. Thank’z

banget yah Bert”, kata Rainy dengan kaget, senang dan haru yang bercampur jadi satu.

“Belumlah Rain, aku kan sengaja nunggu sampai tepat tanggal 11 Mei buat ucapin

selamat ulang tahun untukmu. Yap, ga perlu bilang thank’z laa, kan sudah sewajarnya

cowo ngasih ucapan selamat untuk cewenya? Selamat ulang tahun ya Yank, aku sayang

kamu”. “Wow?? Yang bener? Makasih banget yah... Aku juga sayang kamu”, kata

Rainy masih dalam keadaan kaget, senang serta haru yang bercampur jadi satu. “Iya,

sama-sama. Ya sudah, kamu tidur lagi aja, aku juga sudah ngantuk banget ni, mau tidur.

Nite, met bobo yaaa...”, balas Wilbert. “Yah, Nite dan met bobo juga”, kata Rainy.

Keesokan harinya di sekolah, Rainy mendapat banyak sekali ucapan selamat

dari teman-temannya. Walaupun dia termasuk murid baru, tetapi sifatnya yang baik dan

ramah serta sikapnya yang ceria itu membuat dia mempunyai banyak sekali teman.

“Rain, kita ke Taman Cinta yuk, tapi kamu duluan aja, aku mau ambil barang

pesanan mama dulu”, ajak Wilbert ketika mereka pulang sekolah. “Owh, ya deh, aku ke

sana dulu ya... Kamu jangan lama-lama yah?”, jawab Rainy. “Iya sayang, aku janji, aku

gak lama-lama kok, aku pergi dulu ya? Kamu hati-hati ya? Daa... daa...”, ujar Wilbert.

“Iya sayang, kamu juga hati-hati ya? daa... daa...”.

***

Setibanya di Taman Cinta, Rainy duduk di bangku taman seorang diri sambil

menunggu Wilbert dan menikmati cuaca indah siang hari yang biasanya panas. Sekitar

10 menit kemudian, awan hitam mulai menunjukkan dirinya pertanda hujan akan turun.

Tidak lama setelah itu, dari belakang bangku taman tepatnya di seberang taman

terdengar suara Wilbert memanggil Rainy, Rainy pun memandang ke arah datangnya

suara. Ketika itu hujan sudah mulai turun dan Wilbert dengan perasaan gembira karena

harapannya terkabul pun berteriak, “Rain, aku datang, tunggu aku ya di sana”, dengan

kedua tangan yang sedang memegang kue ulang tahun, Wilbert pun menyeberangi jalan

tanpa memandang kiri kanan karena yang ada dalam pikirannya saat ini adalah segera

memberikan kue tersebut kepada orang yang berada di seberang yang sedang duduk

Page 34: CERPEN kelompok 3

| 34

menanti kedatangannya sebelum hujan berhenti. Tepat saat Wilbert menyeberangi jalan,

sebuah sepeda motor melaju dengan kecepatan tinggi dan melanggar dirinya hingga

terbaring tak berdaya di lantai. Kue ulang tahun yang dipegangnya pun terlempar ke

atas dan jatuh berhamburan di jalanan. Pengendara sepeda motor terjatuh dari motornya,

sedangkan Wilbert hanya terbaring sambil memandang ke arah Rainy.

Rainy seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi dihadapannya.

Pria yang sangat dia cintai ditabrak motor ketika dia ingin memberikan kue kepadanya

tepat pada hari ulang tahunnya dan di depan matanya. Rainy segera berlari ke arah

Wilbert. Saat itu Wilbert hanya dapat berkata kepada Rainy, “Rainy, selamat ulang

tahun, aku mencintaimu. Selamanyaaaa....”, setelah habis berkata demikian, Wilbert pun

menghembuskan nafas terakhirnya. “Bert... Wilbert... Bangun sayang, bangun”, teriak

Rainy, tetapi pria yang ada dihadapannya tidak berkata apa-apa. Ketika itu hujan turun

semakin deras dan air mata Rainy pun mengalir semakin deras, sederas hujan yang

turun saat itu.

***

Sejak kejadian itu, Rainy yang tadinya anak yang ceria menjadi anak yang

pemurung dan dia juga sangat membenci hujan karena dia berpikir bahwa karena

hujanlah maka saat itu Wilbert tertabrak motor dan sejak kejadian itu pula, setiap pulang

sekolah Rainy selalu menunggu Wilbert di bangku taman tempat dia menunggu Wilbert

saat itu sambil berkata dengan air mata berlinang, “Sayang, sesuai dengan

permintaanmu, aku menunggumu di sini, tetapi mengapa kamu tak kunjung datang?

Apa kamu lupa dengan janjimu? Kamu kan bilang tidak akan lama-lama, tetapi sudah

berapa lama aku menunggumu di sini? Cepatlah datang sayang, aku mohon, aku

menantimu di sini”.

***

Ternyata, tidak selamanya hal yang kita sukai itu akan selalu kita sukai, bisa

jadi karena kejadian seperti yang dialami oleh Rainy, kita menjadi trauma dan

membenci hal yang dulunya sangat kita sukai itu. Dan belajarlah untuk menerima

kenyataan yang terjadi dalam kehidupan kita. Jika tidak, kita pun akan seperti Rainy,

hanya menjadi orang yang menangisi hal yang telah terjadi yang tidak mungkin dapat

kita ubah lagi.

Page 35: CERPEN kelompok 3

| 35

Oleh : Yeni Susanti

RIWAYAT PENULIS

DEWI SARTIKA

Page 36: CERPEN kelompok 3

| 36

“ C I B E “ sebutan yang diberikan oleh teman – temannya ini terus melekat hingga dewasa kini. Cewek cantik ini berhasil menyelesaikan cerpen pertamanya yang berjudul “dreams” dan sangat berharap cerita yang Ia buat digemari para pembacanya dan Ia bisa melanjutkan tulisannya itu lagi. Cewek kelahiran Tembilahan, 11 Desember 1993 ini sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat di kirim ke [email protected] untuk kesempurnaan karyanya. Dan jika ingin mengetahui lebih banyak tentang Ia add aja fb miliknya “Meicen Chan Cibi”.

DIRJA GUNARDY

Kegemarannya di bidang musik ini tak membuatnya takut untuk terjun ke dalam dunia tulis – menulis hingga akhirnya cowok ganteng ini menghasilkan sebuah karya cerpen yang berjudulkan “merpati putih” dan berhasil Ia bukukan dan Ia publikasikan. Hasil karya cowok kelahiran Tembilahan, 14 November 1993 ini cukup menarik sehingga karyanya dijadikan cover depan dalam kumpulan berbagai cerpen ini.

MEGA OKTA SILVIA

Assalamu’alaikum Akhi dan Ukhti!!!! Wanita berjilbab ini namanya Mega Okta Silvia. Biasa di panggil mega atau Me’O. Paling suka ma warna Biru. Cewek Kelahiran Sungai Bela, 18 Oktober 1992 yang hobinya MEMBACA ini akhirnya menyelesaikan cerpennya yang berjudul “ ingatanku, iangatan-Nya”, Horeeeee!!!!...hoho... Oia!! Di tunggu lho kritik N sarannya di [email protected] . Luft U,,, Byeeee!!!!!

RENY ARISA PUTRI

Lahir di Magelang, 14 Januari 1993. Gadis berdarahkan Jawa ini memiliki hobi membaca. Terutama komik dan novel, hingga akhirnya Ia juga turut serta dalam dunia ini, yaitu dunia tulis – menulis. Dari beberapa cerpen yang telah Ia tulis hanya cerpen

Page 37: CERPEN kelompok 3

| 37

yang berjudul “batu itu menjadi permata” yang berani Ia publikasikan, cerpen ini merupakan suatu karya yang terinspirasi dari seorang wanita berjilbab besar, Riska Oktavina, dengan keadaan tersebut tapi juga melalui perubahan semestinya. Dan Ia berharap semoga karyanya dapat menjadi inspirasi untuk para pembacanya, Ia bahkan takkan bosan – bosan untuk terus menulis.

WIRA VAN JAVA

Lahir di Tembilahan, 9 Juli 1993 yang hobinya bermain musik ini kerap mencoba menulis cerpen yang berjudul “friendship” dan sangat berharap hasil karyanya ini dapat membuat motivasi bagi para pembacanya. Cowok yang masih tergolong siswa SMAN 1 Tbh Hulu ini sangat mengharapkan kritik dan saran atas hasil karya yang telah Ia buat, yang silahkan kirim saja ke email [email protected]

YENI SUSANTI

Ia bermata sipit, Ia adalah cewek yang hobinya tulis – menulis. Yang hobinya itu datanganya berawalkan dari teman – temannya yang sering mengatakan bahwa tulisannya itu bagus, jadi Ia sering disuruh menulis hingga akhirnya menjadi hobinya. Dan karena hobinya itu, gadis ini berhasil menciptakan sebuah karya yang berjudulkan “hujan”. Cewek kelahiran Tembilahan, 11 Mei 1993 akan terus melanjutkan hobinya dengan terus menulis dan melanjutkan karya – karya berikutnya.