cerpen

13
Mataku hampir kering memperhatikan pergerakan grafik sinyal di monitor. Pergerakan grafik yang tidak menunjukkan kemajuan. Walaupun suhu ruangan yang amat dingin, tetap saja tidak bisa mendinginkan kepalaku yang terasa panas memikirkan masalah ini. Sudah dua hari aku berada disini, namun masalah belum kunjung usai. Pak Sunaryo, mandor sekaligus teknisi instalasi di proyek pembangunan BTS ini yang memanggilku ke tempai ini. Beliau meminta bantuan ke kantor pusat di Jakarta, alhasil akulah yang ditunjuk untuk membantu menyelesaikan masalah ini. Semua orang di proyek ini sudah bekerja dengan keras, begitu pula aku dan pak Sunaryo. Kami berdua saling bertukar pikiran untuk memecahkan masalah ini. Entah mengapa katanya sudah lebih dari seminggu BTS di sini tidak dapat tersambung ke server utama. BTS sendiri adalah kepanjangan dari Base Trancevier Station, yang secara awam disebut menara seluler. BTS ini berfungsi untuk mengedarkan sinyal telepon enggan pada radius tertentu di daerah tertentu. Waktu menunjukkan pukul 10.00 pagi, itu berarti aku sudah diruangan ini selama 3 jam. Tidak terasa memang, lalu aku mendengar seseorang membuka pintu ruangan. “Gung, istirahat dulu.... kamu sudah tiga jam disitu...!” suara Pak Sunaryo memenuhi ruangan. “ Ah.. iya pak, saya bereskan ini dulu...” Sahutku sambil menutup program yang kurasa tidak perlu. Aku bergegas keluar dan duduk di kursi yang ada di depan ruangan tersebut. Aku melihat para pekerja sedang mempersiapkan alat – alat untuk naik ke atas Tower.

Upload: adrian-aldrin

Post on 26-Sep-2015

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

karya iseng

TRANSCRIPT

Mataku hampir kering memperhatikan pergerakan grafik sinyal di monitor. Pergerakan grafik yang tidak menunjukkan kemajuan. Walaupun suhu ruangan yang amat dingin, tetap saja tidak bisa mendinginkan kepalaku yang terasa panas memikirkan masalah ini. Sudah dua hari aku berada disini, namun masalah belum kunjung usai. Pak Sunaryo, mandor sekaligus teknisi instalasi di proyek pembangunan BTS ini yang memanggilku ke tempai ini. Beliau meminta bantuan ke kantor pusat di Jakarta, alhasil akulah yang ditunjuk untuk membantu menyelesaikan masalah ini. Semua orang di proyek ini sudah bekerja dengan keras, begitu pula aku dan pak Sunaryo. Kami berdua saling bertukar pikiran untuk memecahkan masalah ini. Entah mengapa katanya sudah lebih dari seminggu BTS di sini tidak dapat tersambung ke server utama. BTS sendiri adalah kepanjangan dari Base Trancevier Station, yang secara awam disebut menara seluler. BTS ini berfungsi untuk mengedarkan sinyal telepon enggan pada radius tertentu di daerah tertentu. Waktu menunjukkan pukul 10.00 pagi, itu berarti aku sudah diruangan ini selama 3 jam. Tidak terasa memang, lalu aku mendengar seseorang membuka pintu ruangan.Gung, istirahat dulu.... kamu sudah tiga jam disitu...! suara Pak Sunaryo memenuhi ruangan. Ah.. iya pak, saya bereskan ini dulu... Sahutku sambil menutup program yang kurasa tidak perlu.Aku bergegas keluar dan duduk di kursi yang ada di depan ruangan tersebut. Aku melihat para pekerja sedang mempersiapkan alat alat untuk naik ke atas Tower.Hamm... mungkin mereka mau ngechek struktur Tower, mungkin ada yang salah.. Pikirku dalam hati.Sesaat setelah aku duduk dan melepas penat, pak Sunaryo datang dan duduk di sampingku. Beliau menawarkan ku sarapan pagi di restoran terdekat. Berhubung aku juga belum sarapan pagi, aku meng-iya Ian ajakan tersebut dengan senang hati. Kami berdua berangkat ke salah satu restaurant di kota Bogor dengan menggunakan mobil. Di mobil kami berbincang hangat. Sesampainya di tujuan, pak Sunaryo langsung memesan makna, begitu juga aku, kami memesan makanan khas Indonesia. Kebetulan aku dan pak Sunaryo sama sama dari Jawa Tengah, jadi kami memesan makan yang tidak jauh beda.Di restaurant banyak yang aku dan pak Sunaryo bicarakan, kami mengobrol santai. Mulai dari hal hal pekerjaan hingga hal hal konyol dalam pergaulan sehari hari. Pak Sunaryo orangnya sangat ramah dan juga humoris, tapi saat ia melakukan pekerjaan, ia sangat serius dalam menyelesaikannya. Pembicaraan kami berlanjut, tak terasa makanan kami pun hampir habis, lalu aku berinisiatif untuk menambah makanan dan hasilnya pembicaraan kami semakin ngalor ngidul. Di sela sela pembicaraan, aku mencoba mengembalikan alur pembicaraan yang semakin ngawur itu ke masalah yang sedang kami hadapi. Usaha ku berhasil, pak Sunaryo kembali membicarakan tentang masalah yang ada, dia menceritakan banyak hal. Banyak hal baru yang ia ceritakan, mulai dari rencana pembangunan BTS hingga keberadaan bos besar perusahaan yang berasal dari Prancis. Aku sedikit tertarik dengan bos besar itu, pak Sunaryo menyebut bos besar itu bos Prancis, lalu aku juga tertarik memanggilnya bos Prancis.Nama bos Prancis itu adalah Slavtok, para pegawai di sini biasa memanggilnya Mr. (mister). Bisa dikatakan aku sangat jarang melihat bos Prancis itu di kantor, ya karena 60% kerjaanku berada di lapangan. Bahkan aku juga belum pernah berbicara langsung dengannya. Aku terus mendengarkan cerita dari pak Sunaryo sambil menghabiskan sisa makanan yang aku pesan tadi. Hingga pada suatu pernyataan yang membuat aku kaget bercampur penasaran. Tapi sayang.. dia yang berwawasan luas itu tapi Agamanya Gag jelas..Hah..??? Sontak aku menyahut. Maksudnya gimana pak?? Aku gangerti.. kok gak jelas itu?? lanjutku bertanya. Ya... jadi itu... sampai sekarang saya dan sebagian besar pegawainya tidak ada yang tahu agama aslinya apa.. Jelas pak Sunaryo. Sempat ada yang bilangbahwa agamanya itu Hindu, tapi ya biarkan Lay, toh saya angga peduli juga.. hehehe Lanjut pak Sunaryo sambil tertawa.Mengakhiri pembicaraan pagi itu kami langsung kembali ke lokasi proyek. Di mobil kami membicarakan masalah di BTS lagi. Kami mencoba berdiskusi tentang kemungkinan kemungkinan yang bisa terjadi. Masalah tidak mau connectnya BTS ke server utama adalah hal yang biasa diselesaikan selama 1 sampai 3 hari, ini sudah hari ke 8 belum juga pecah permasalahannya. Sejenak aku melihat Handphone ku untuk memeriksa pakan ada SMS atau Missed Call (MissCall). Dan ternyata seseorang telah menelfonku 20 menit yang lalu. Ia adalah Om Hengki, adik bungsu dari ibuku. Mungkin aku tidak mendengarnya karena sedang asik mengobrol dengan pak Sunaryo tadi. Lantas aku menelfonnya kembali.Hallo Assalamualaikum... om ada apa tadi?? maaf aku lagi diluar, nyaris makan, hehehe..Oh.. gapapa kak. engga... Om denger kamu lagi ada masalah ya disana? Nih mumpung Om lagi kosong, boleh nyusul angga? Sapa tau bisa bantu bantu.. Jawab Om Heng dengan semangat.Wahh... boleh banget Om! Pasti bisa membantu.. soalnya orang orang di sini ludah pada pusing semua.. Sahutku.Ternyata Om Hengki telah mendengar masalah yang terjadi di sini. Ia berencana datang ke lokasi ini untuk membantuku. Mungkin Om Heng akan sampai di sini nanti sore. Aku dan pak Sunaryo telah sampai kembali di lokasi BTS yang bermasalah. Aku dan pak Sunaryo bergegas membantu yang lain. Terlihat para pekerja ada yang naik ke Tower untuk memeriksa, lalu aku kembali berdiskusi dengan pak Sunaryo dan diikuti oleh beberapa pekerja lain. Waktu terus berlanjut, tak terasa hari sudah mau Ashar. Aku mendengar deru mesin motor yang tak asing, dan benar, Om Hengki telah sampai di sini. Aku sangat senang melihatnya, aku yakin ia pasti akan meringankan pekerjaan di sini dan mempercepat penyelesaian masalah aneh ini. Lalu aku dan pak Sunaryo menghampiri Om Hengki untuk menyambutnya. Kami berbincang bincang santai. Aku menceritakan masalah yang terjadi di BTS ini dan pak Sunaryo menceritakan lebih detil tentang permasalahan yang ada. Pak Sunaryo terlihat begitu antusias dalam menjelaskannya. Lalu kami beristirahat dan melaksanakan ibadah sholat Ashar berjamaah di masjid. Sehabis sholat, aku bertanya kepada Om Hengki tentang kemungkinan kemungkinan yang bisa terjadi. Om Hengki menceritakan beberapa masalah yang berhubungan dengan masalah yang terjadi di BTS ini. Sedang asik mengobrol, tiba tiba aku merasakan Handphone ku bergetar cukup lama, menandakan ada seseorang yang mencoba menghubungiku. Aku pun keluar mesjid dan mengangkat telefoni itu. Aku mendapat kabar bahwa bos Prancis itu datang ke lokasi BTS. Wah... kebetulan banget pikirku, aku juga masih penasaran banget dengan orang itu. Lalu aku mengajak Om Heng kembali ke lokasi BTS. Sesampainya di sana, ternyata si bos Prancis sedang mengobrol dengan pak Sunaryo. Mereka terlibat dalam pembicaraan yang serius. Terlihat sepintas wajah bos Prancis agak kesal, bersebrangan dengan raut wajah pak Sunaryo yang agak memerah pucat. Om Hengki yang melihatnya mencoba mencairkan suasana. Ia dan bos Prancis berbicara sebentar. Aku hanya memdengarkannya, namun lama kelamaan pembicaraan mereka berdua menjadi aneh. Sepertinya itu bahasa asing, entah bahasa Inggris atau Prancis. Aku mulai tidak mengerti apa yang mereka berdua bicarakan, tapi ada suatu kata yang meyakinkanku bahwa itu adalah basa Prancis. Si bos Prancis itu berkata C'est yang artinya itu Terserah. Entah apa yang mereka bicarakan lebih lanjut. Aku lantas kebelet pipis dan bergegas ke WC yang ada di belakang ruang BTS. Di WC aku mengalami hal yang cukup aneh. Tidak biasanya aku merinding dalam waktu yang lama setelah buang air kecil. Namun kali itu aku merinding cukup lama. Aku berpikir pasti ada sesuatu diluar, namun aku tidak merasakan apapun yang lewat. Suasana yang hening membuat aku berdiam diri sejenak di WC itu. Aku seperti orang bodoh yang menunggu halang tidak jelas. Tidak lama kemudian, samar samar aku mendengar suara rumput seperti diinjak oleh seseorang. Suara itu semakin jelas terdengar saat aku menuju pintu WC. Aku kembali merinding, tapi kuberanikan diri untuk mencoba membuka pintu. Aku berniat untuk membuka pintu dan langsung lari menuju keluar. Aku berpikir jika sesuatu yang menuju kemari itu adalah makhluk lain, aku pasti tidak apa apa karena mereka tembus pandang, dan jika itu adalah seseorang, aku tinggal meminta maaf setelah aku menabraknya. Dalam hitung ketiga aku langsung membuka pintu WC. Dan benar saja, aku kaget bukan main! Ternyata yang ada di depan pintu WC adalah om Hengki. Kami berdua sama sama lompat karena saking kagetnya! Lalu kami tertawa terbahak bahak.Lahh.. Om Heng ngapain !! Busetdahh.. aku kaget banget!! Sahutku spontan.Lahh.. kamu yang ngapain!! Jelas om Heng mau pipis..! jawab om Heng dengan cengirannya.Lahh.. Hahahahaha.. Aku dan om Heng tertawa kembali.Akupun kembali ke depan untuk melihat kerjaan yang lain. Aku mengambil jalan memutar melewati bawah Tower. Entah mengapa aku berhenti tepat di bawah Tower itu, lalu aku melihat ke atas. Sepintas tidak ada apa apa di atas sana, hanya ada dua ekor burung yang bertengger di dekat antena. Aku berpikir sejenak, dan mendapat suatu kesimpulan yang mungkin menjadi penyebab masalah ini. Lalu aku menemui pak Sunaryo dan mengatakan bahwa mungkin BTS di sini tidak bisa connect ke server karena burung burung itu. mungkin mereka mematuk sesuatu di antena itu sehingga ada yang berubah di struktur antenanya atau rangkaian antenanya. Pak Sunaryo lantas menugaskan dua orang untuk memeriksa antena tersebut. Aku dan pak Sunaryo mengamatinya, dan tak lama kemudian datang om Heng yang juga mengamati. Dua orang diatas memberikan konfirmasi bahwa tidak ada yang salah dengan rangkaian atau struktur antenanya. Aku dan yang lainnya kembali berpikir, masalah belum juga terpecahkan. Hari terlihat semakin sore. Kami menghentikan kegiatan di hari ini. Bos Prancis itupun pergi meninggalkan lokasi BTS. Ia berencana datang kembali ke sini dua atau tiga hari lagi. Mataharipun sudah menunjukkan tergelincir dan menandakan tiba waktunya untuk menuanaikan ibadah sholat maghrib. Aku dan yang lain bergegas menuju masjid untuk menunaikan sholat maghrib berjamaah. Usai melaksanakan sholat, aku dan om Hengki kembali berdiskusi. Om Hengki memujiku yang telah menemukan satu kemungkinan penyebab masalah ini walaupun kurang tepat. Ia mengatakan jika itu benar ulah burung, tidak ada burung yang mampu menggigit atau membolongi kabel antena yang tebalnya beberapa centimeter dengan sedikit patukan. Kami lantas kembali ke BTS, di perjalanan ternyata gerimisturun dengan lembutnya, membuat udara menjadi semakin dingin. Aku mulai kedinginan, langkah kaki pun kupercepat. Sesampainya di lokasi, aku langsung membuat susu coklat hangat untuk menormalkan suhu tubuhku. Beberapa pegawai juga mengikutiku, termasuk pak Sunaryo dan om Hengki. Lalu kami berkumpul dan bersantai sambil membicarakan masalah yang makin rumit ini. Tak terasa yang tersisa tinggal aku, om Hengki, dan pak Sunaryo, lagi lagi kami membicarakan masalah aneh ini.Pinggang ku terasa mulai pegal karena dari tadi aku mengobrol dengan posisi yang kurang bagus, lalu aku berpindah posisi ke sebalah om Heng yang bersandar di tembok. Udara dinginpun semakin dingin karena gerimis yang telah berhenti. Pak Sunaryo terlihat lelah dan hampir terlelap di kursi panjang di sampingku. Tinggallah aku dan om Heng yang tersisa. Om Hengki merubah posisi duduk sehingga menghadap ke arah tower yang hanya disinari terangnya rembulan yang mengintip dibalik awan hitam. Aku pun merubah posisi seperti yang dilakukan om Heng. Sejenak aku memperhatikan om Heng yang sedang menatap ke arah tower. Lalu aku juga melihat ke arah tower. Tak ada apa apa disana. Aku melihat ke arah om Heng lagi. Ia masih melihat ke arah tower gelap itu. Aku pun kembali melihat ke arah tersebut. Merasakan ada sesuatu yang janggal, aku mencoba berkonsentrasi untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Aku memejamkan mataku sejenak, berkonsentrasi dan membaca surah Al Fatihah, memohon kepada Allah SWT untuk mengizinkan aku melihat apa saja yang ada disini. Memang sejak pertama aku tiba disini, aku belu pernah melihat kondisi sebenarnya dari tempat ini, aku hanya berfikir tentang masalah yang terjadi disini. Mungkin ini waktunya untuk meminta bantuan kepada Yang Maha Kuasa sebagai langkah terakhir untuk setiap permasalahan yang ada. Aku terus memejampak mata hingga merasakan kondisi di sekelilingku berubah. Seperti ada hawa yang menekan daerah ini dan membuat aku sedikit merinding. Perlahan kondisi mulai normal, aku membuka mataku secara perlahan. Hingga mataku terbuka seperti semula, aku tidak melihat apapun, hanya angin yang berhembus sedikit sedikit melwati kepala ku. Aku kembali melihat ke arah om Heng, ia masih seperti posisi semula, namun aku melihat ada sesuatu yang berbeda dari om Heng. Seperti ada seseorang yang berdiri di sampingnya, samar samar aku melihatnya. Lalu aku melihat ke arah lain,tepatnya ke arah tower. Semula tak ada yang aneh pada tower itu. Aku kembali memperhatikannya, entah mengapa aku tidak bisa melihat ujung dari tower itu. Padahal sebelumnya aku jelas melihat ujung tower itu berlampu kecil, tapi kali ini aku benar benar tidak melihatnya. Aku berpikir mungkin ini yang penyebabnya, tapi aku belum berani mengambil spekulasi tentang semua ini. Kembali aku memeprhatikan ujung tower yang tak terlihat itu. Tiba tiba aku melihat sesuatu terbang dari atas menuju ke bawah ke arah dasar tower. Aku pun mencari apa yang terbang itu, namun aku sadar kalau tubuhku sudah agak sulit untuk digerakkan. Aku melihat ke arah dasar tower, tak ada apa apa. Lalu aku melihat ke bagian tengah tower. Seperti ada yang berdiri di atas sana. Tak mungkin jika seseorang yang berada disana. Aku memperhatikan dengan seksama, semakin jelas dia mengenakan baju gelap. Dia seperti menjatuhkan diri dari atas sana, aku kaget! Tiba tiba ia sudah berada di ujung tower. Semakin aku melihatnya dengan jelas. Sekarang aku bisa melihat rambutnya yang panjang, namun tubuhku semakin sulit untuk digerakkan. Sekarang pakaianya sudh berubah menjadi agak terang, aku marindig melihatnya. Sudah semakin jelas aku melihat sosok yang tidak biasa ku lihat sejelas ini. Udara semakin dingin dan aku semakin menyimpulkan suatu jawaban dari masalah yang ada. Jelas penghuni disini belum ataupun tidak memberikan izin untuk lokasi ini. Mereka masih berkumpul di lokasi ini layaknya suatu taman. Aku merasa cukup melihat semua ini. Aku sudah punya jawaban, mudah mudahan yang lain bisa menerima hasil yang cukup mengejutkan ini.Aku mencoba memejamkan mataku kembali, dan berzikir untuk meminta perkindungan kembali kepad Allah SWT. Perlahan udara menjadi agak panas, dan kondisi sekelilingku yang tadinya agak menekan menjadi sudah lebih ringan. Aku sudah mulai bisa menggerakkan tubuhku. Aku memembuka mataku secara perlahan, merasakan kondisi semula yang agak dingin. Namun ternyata bajuku sudah basah kuyup akibat keringatku yang bercucuran. Aku tak sadar keringatku keluar sebanyak ini, mungkin ini efek dari tekanan tadi. Kondisi tubuhku berangsur pulih, aku bisa merasakan semuanya. Dan aku mendengar seseorang memanggilkuGimana kak?/ udah liat kan... hehe Suara om Hengki menyapa dari sebelahkuAhh.. iya om.. hhh ngeri banget.. aku kaget.. nih basah kuyup bajuku heheh.. Jawabku sambil mengibaskan baju yang basah kuyup.Hhh.. kurang ajar emang.. Lanjut om Heng dengan tersenyum.Setelah itu aku dan om Heng berencana untuk bertanya ke tokoh agama setempat untuk menanyakan tentang pebangunan proyek ini. Apakah sudah atau belum meminta izin atas lokasi ini. Tak terasa waktu seperti bergulir begitu lambat. Aku baru saja mendengar adzan Isya berkumandang. Aku kira sudah berjam jam. Aku mencoba membangunkan pak Sunaryo yang tertidur di kursi untuk mengajaknya sholat Isya berjamaah. Aku dan om heng menceritakan apa yang kami alami barusan. Beliau kaget bukan main mendengarnya, seperti tidak percaya apa yang kami ceritakan. lalu kami segera ke mesjid untuk sholat berjamah, dan mungkin saja yang mengimami sholat kali ini adalah tokoh agam setempat. Alhamdulillah ternyata kami bertemu dengan seseorang yang kami cari. Kami menyebutnya pak Ustadz. Pak Ustadz tersebut adalah tokoh agama disini. Kami langsung menceritakan semuanya, terutama apa yang aku dan om Hengki alami barusan. Kami terkejut mendengar pernyataan dari pak Ustadz tersebut bahwa bangunan itu memang belum meminta izin dari penghuni lokasi itu. Pak Sunaryo yang terlihat antusias bertanya tanya tentang lokasi tersebut. Lalu pada akhirnya kami diberikan jalan keluar oleh pak Ustadz. Beliau berpesan kepada kami untuk menyiapkan secangkir kopi bubuk dan dibawa kembali kepadaya besok Subuh. Kami pun menyanggupinya karena kami memang pempunyai stok kopi yang melimpah mengingat para pekerja yang mayoritas ngopi. Namun tiba tiba pak Ustadz memberi pertanyaan yang membuat kami heran. Beliau menanyakan apakah ada orang sangat penting yang berhubungan dengan proyek ini. Kami semua tau yang dimaksud pak Ustadz itu adalah Mr. Slavtok alias bos dari Prancis itu. Dari tadi kami tidak menyingung sedikitpun tentang bos Prancis itu, namun apa daya jika pak ustadz sudah tau. Beliau menyarankan bahwa lebih baik jika bos Prancis itu hadir esok hari. Kami pun kembali ke lokasi BTS. Terlihat para pekerja ada yang sudah tertidur lelap di kantung tidur masing masing. Pak Sunaryo mencoba menghubungi bos Prancis itu untuk mengkonfirmasi kehadirannya esok hari. Bos Prancis akan datang jika masalah disini telah usai. Pak Sunaryo berbicara panjang dengan bos Prancis itu. Dan setelah melewati perundingan yang alot, akhirnya bos Prancis itu menyanggupi kehadirannya besok pagi. Ia akan datang setelah subuh, dan kami merasa sedikit lega saat mengetahuinya. Kami pun menyiapkan kantung tidur kami masing masing dan beristirahat.Esok harinya, aku dibangunkan oleh pak Sunaryo untuk melaksanakan sholat Subuh berjamaah. Aku heran tidak melihat om hengki di area BTS, lalu aku bertanya kepada pak Sunaryo dimana om Hengki berada. Beliau mengatakan bahwa om Hengki telah pergi ke masjid lebih dulu untuk bertemu pak Ustadz. Kami berdua bergegas menuju masjid dan melaksanakan ibadah sholat Subuh berjamaah. Setelah itu aku menemui om heng yang sedanag berbincang bincang dengan pak Ustadz. Terlihat pak ustadz membawa dua butir telur ayam kampung. Entah apa gunanya, aku hanya memperhatikan.