cerita tambora

7
Gunung Tambora Gambar 1. Kaldera Gunung Tambora yang terbentuk pada ledakan erupsi superkolosal tahun 1815. Sumber: wikepedia.org. Indonesia merupakan suatu jawaban jika ada pertanyaan yang menyangkut letusan Gunungapi terdahsyat yang pernah terekam sejarah Dunia, maupun yang tak pernah tercatat namun buktinya nyatanya masih terlihat seperti Gunungapi Toba yang terakhir meletus 74.500 tahun yang lalu. Gunungapi yang pernah tercatat seperti Gunungapi Karakatau yang pernah melontarkan hampir 20 kilometer kubik material vulkanik setinggi 40 kilometer ke atmosfer hingga menelan total korban mencapai 36.417 jiwa.

Upload: akageo12

Post on 07-Nov-2015

217 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

gunung tambora , merupakan gunung dengan letusan terbesar ke dua di indonesia

TRANSCRIPT

Gunung Tambora

Gambar 1. Kaldera Gunung Tambora yang terbentuk pada ledakan erupsi superkolosal tahun 1815. Sumber: wikepedia.org.Indonesia merupakan suatu jawaban jika ada pertanyaan yang menyangkut letusan Gunungapi terdahsyat yang pernah terekam sejarah Dunia, maupun yang tak pernah tercatat namun buktinya nyatanya masih terlihat seperti Gunungapi Toba yang terakhir meletus 74.500 tahun yang lalu. Gunungapi yang pernah tercatat seperti Gunungapi Karakatau yang pernah melontarkan hampir 20 kilometer kubik material vulkanik setinggi 40 kilometer ke atmosfer hingga menelan total korban mencapai 36.417 jiwa.

Gambar 2. Beberapa contoh Gunungapi di Dunia yang pernah meletus dalam skala besar. Sumber: Navaratna Srinivasa 2012Namun demikian, Karakatau bukanlah Gunungapi dengan letusan paling terdahsyat yang pernah tercatat dalam sejarah, tepat dua ratus tahun silam sebuah Gunungapi di semenanjung Pulau Sumbawa meletus dahsyat yang kekuatannya delapan kali lipat dari letusuan Gunungapi Karakatau, yang konon katanya merupakan salah satu letusan pengubah dunia. Gunungapi tersebut adalah Gunungapi Tambora. Kedahsyatan energi letusan Gunungapi ini setara dengan 1.350.000 butir bom nuklir yang pernah memporak-porandakan Kota Hiroshima atau juga setara dengan 27.000 megaton TNT. Namun mengapa Tambora sedikit kalah tenar dibandingkan dengan Gunungapi Karakatau? Salah satu jawabannya adalah karena letusan ini terjadi dalam kerangka waktu yang salah dalam sejarah umat manusia. Sistem telekomunikasi global baru tercipta lebih dari 60 tahun pasca letusan Gunung TamboraGunung Tambora merupakan salah satu Gunungapi kuarter yang terletak 340 km disebelah utara zona subduksi palung Jawa 180-190 km di atas lempeng samudera yang menunjam. Air laut yang terperas (dehidrasi) dari lempeng samudera yang menunjam ke dalam mantel ini telah mencairkan bagian atas mantel sehingga sebagian lebur mencair dan naik menuju permukaan sebagai magma induk yang basa lalu terdiferensiasi menjadi menengah kemudian asam mendekati permukaan. Di kedalaman antara 4,5-1,5 km magma berkumpul dalam suatu area luas bernama kantong magma (magma chamber), inilah kantong magma Tambora.

Gambar 3. Gunung Tambora dari laut Flores. Garis putus-putus merupakan perkiraan bentuk Gunung Tambora sebelum meletus pada tahun 1815. Sumber: Awang Satyana, 2008.Sebelum meletus tahun 1815, Gunungapi yang sebelumnya terkenal kalem ini mempunyai ketinggian sekitar hampir 4300 m dpl. Dalam catatan Global Volcanism Program Smithsonian Institution, letusan Gunung Tambora yang terakhir dan tergolong besar terjadi sekitar tahun 740 merujuk pada pertanggalan karbon radioaktif. Selepas itu selama lebih dari seribu tahun kemudian Tambora terlihat lebih ramah dan bersahabat. Dipadukan dengan kesuburan tanah dan melimpahnya air bersih, tak heran bila di kemudian hari kawasan seputar kaki Tambora menjadi lokasi hunian favorit manusia. Pada puncaknya tiga kerajaan pun tumbuh berkembang di sini, masing-masing Sanggar, Papekat dan Tambora.Kemudian semua berubah secara dramatis pada April 1815, pada 5 April 1815 Setelah berabad-abad tidur, kantong magma Tambora di kedalaman 4,5-1,5 km yang telah terisi magma secara signifikan, semakin banyak, dan akhirnya menekan dengan kekuatan 4000-5000 bar, itu setara dengan 58.000-73.000 psi, yang kemudian terjadilah letusan besar pertamanya yang didengar seperti ledakan guntur dari Batavia 1260 km di sebelah barat Tambora, dari Makassar 380 km sebelah utara, dan dari Ternate 1400 km sebelah timur. Tanggal 6 April 1815 abu volkanik jatuh di Jawa Timur. Ledakan Tambora yang berturut-turut terdengar sampai tanggal 10 April 1815, dan terdengar sampai Sumatra 2600 km sebelah barat Tambora. Letusan ini lah yang akhirnya memangkas puncak tertinggi Tambora yang awalnya 4300 m dpl menjadi 2800 m dpl.

Gambar 4. Ilustrasi Greg Harlin yang menggambarkan kondisi saat letusan Tambora. Kepanikan terjadi disebabkan oleh letusan yang disertai dengan luncuran awan panas. Sumber: Johnston, 2012; Sutawidjaja dkk, 2006.Letusan ini menyebabkan jatuhnya korban jiwa mencapai 12.000 jiwa yang terdampak langsung akibat letusan awan panas dan lontaran material vulkanik, dan 80.000 jiwa lainnya menjadi korban akibat bencana kelaparan, kerusakan lahan pertanian. Total letusan Tamboran pada april 2 abad yang lalu merenggut 92.000 korban jiwa. Namun Letusan Tambora 1815 tak hanya berdampak lokal. Seluruh permukaan Bumi merasakan akibatnya seiring terlepasnya tak kurang dari 160 juta ton gas belerang menuju kebagian atas stratosfer bersama dengan semburan material vulkanik hingga setinggi 43 km. Abu volkanik, uap air, dan gas sulfur secara fisiko-kimiawi lalu membentuk perisai aerosol yang menahan dan memantulkan kembali cahaya Matahari hingga 25% kembali ke antariksa, sehingga cahaya matahari yang diterima Bumi menurun.

Gambar 5. Penyebaran debu vulkanik Gunung Tambora yang mencapai stratosfer, hingga menutupi hampir seluruh Negara di Dunia, yang kemudian menyebabkan bencana kelaparan dan penyakit, disebabkan terhalangnya sinar matahari ke Bumi. Sumber : Sudibyo 2014Hal ini lah yang kemudian menyebabkan terjadi pendinginan global yakni penurunan suhu ratarata permukaan Bumi, yang mencapai puncak terparah pada tahun 1816, dengan penurunan suhu mencapai 0.7 derajat celcius dibawah suhu rata-rata semula. Karena itu lah tahun 1816 dikenang sebagai Tahun Tanpa Musim Panas (A Year Without Summer). Suhu yang dingin serta kondisi gelap yang kemudian menyebabkan lahan pertanian gagal dimana-mana, serta memburuknya kondisi lingkungan menyebabkan wabah penyakit berkembang. Di daratan Amerika Serikat, kelaparan besar membuat sebuah wilayah seperti Vermont saja kehilangan antara 10.000 hingga 15.000 jiwa penduduknya hanya di tahun 1816. Belum wilayah dan kota yang lain. Di Eropa, kelaparan juga merebak dimana-mana dan menjadi bencana kelaparan terparah dalam abad ke-19. Seperti di Irlandia, dimana 1,5 juta orang disergap wabah tipus sepanjang tahun 1817 hingga 1819 dengan sekitar 100.000 jiwa diantaranya meregang nyawa. Wabah tipus juga berkecamuk hebat di Eropa bagian tenggara dan pesisir Laut Tengah bagian timur.

Gambar 6. Lukisan William Turner 1828 yang menggambarkan kondisi Kota Wales dengan sunset yang indah, yang disebabkan oleh debu Tambora yang masih tersisa di atmosfer. Sumber: wikipedia.orgPasca letusan hebat tahun 1815, Tambora kini telah kembali tertidur, namun potensi bahaya masih mungkin terjadi. Di kaki Gunung ini kembali banyak masyarakat yang bermukim, dan sebagian dari Mereka tidak pernah tahu apa yang pernah dipertontonkan Tambora dua abad silam, Sehingga perlu kiranya dilakukan sosialisasi mengingat ancaman Gunungapi nyata adanya di Negeri ini. Sosialisai dan pengenalan Gunungapi bukan cuma hanya untuk daerah Gunungapi yang sering meletus, namun juga untuk daerah dengan status Gunungapi Tidur, karena Gunungapi pada daerah seperti ini menyimpan energi yang akan mengancam dikemudian hari.REFERENSIKusumadinata, K., 1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia. Dit. Vulk., BandungPratomo. 2006. Klasifikasi Gunung Api Aktif Indonesia, Studi Kasus dari Beberapa Letusan Gunung Api dalam Sejarah. Jurnal Geologi Indonesia, vol. 1, no. 4, Desember 2006, hal. 209-227.Sudibyo. 2014. Tambora, Penakluk Dunia yang (Nyaris)Terlupa. https://ekliptika.wordpress.com/2014/04/30/tambora-penakluk-dunia-yang-nyaris-terlupa/Awang Satyana. 2015. LEDAKAN SUPERKOLOSAL DARI SUMBAWA: TAMBORA 1815. https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=648692561944035&id=100004098920754