case varicella

33
LAPORAN KASUS VARICELLA Disusun Oleh : Desira Anggitania (030.10.075) Pembimbing : dr. Tri Yanti Rahayuningsih, Sp. A KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK RSUD KOTA BEKASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

Upload: betaadrener

Post on 13-Apr-2016

262 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

varicella

TRANSCRIPT

Page 1: Case Varicella

LAPORAN KASUS

VARICELLA

Disusun Oleh :Desira Anggitania (030.10.075)

Pembimbing :dr. Tri Yanti Rahayuningsih, Sp. A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAKRSUD KOTA BEKASI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA 2016

Page 2: Case Varicella

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan .......................................................................................................... 4BAB II Ilustrasi Kasus .............................................................................................. 5BAB III Tinjauan Pustaka ................................................................................... .......... 15Daftar pustaka ...................................................................................................................... 23

2

Page 3: Case Varicella

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Desira Anggitania, S.Ked

NIM : 030.10.075

Fakultas : Kedokteran Umum

Judul : Laporan Kasus Gastroenteritis akut

Bagian : Ilmu Kesehatan Anak

Pembimbing : dr. Tri Yanti Rahayuningsih, Sp. A(K)

Telah Disetujui dan Diterima Hasil Penyusunannya oleh:

Jakarta, Februari 2016

Pembimbing,

dr. Tri Yanti Rahayuningsih, Sp.A

3

Page 4: Case Varicella

BAB I

PENDAHULUAN

Virus Varicella zoster merupakan famili dari human herpes virus. Virus ini

merupakan suatu virus yang mengandung DNA double-stranded dan dibungkus oleh

glikoprotein yang dapat menyebabkan 2 penyakit, yaitu varicella (chickenpox) dan herpes

zoster. Gejala klinis varicela dapat ditemukan pada kulit kepala, muka, badan, biasanya

sangat gatal, berupa makula kemerahan, yang kemudian dapat berubah menjadi lesi-lesi

vesikel.1

Penyakit cacar air (varicela) mungkin sudah tidak asing lagi dan merupakan penyakit

yang mendunia. Varicela merupakan penyakit menular yang dapat menyerang siapa saja,

terutama mereka yang belum mendapatkan imunisasi. Di Indonesia, tidak banyak data yang

mencatat kasus varicela atau cacar air secara nasional. Data yang tercatat merupakan data

epidemi cacar air pada daerah tertentu saja. Tahun 2007, Kepala Bidang Pemberantasan

Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Dinkes mengatakan terdapat lebih dari lima

ratus penderita, akan tetapi jumlah tersebut menurun dibandingkan tahun 2006. Data Dinkes

tahun 2006 mencatat, jumlah penderita penyakit cacar air sebanyak 1.771 orang.1

Berdasarkan data-data tersebut, diperlukan adanya usaha pencegahan dengan

vaksinasi yang telah terbukti sangat efektif untuk mengontrol penyebaran penyakit varicela.

Vaksin ini mempunyai kemampuan 70-90% untuk mencegah varicela dengan efektifitas 95%

dalam mencegah varicela berat.2

4

Page 5: Case Varicella

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

RS PENDIDIKAN : RSUD KOTA BEKASI

STATUS PASIEN

Nama Mahasiswa : Desira Anggitania Pembimbing : dr. Tri Yanti R, Sp.A

NIM : 030.10.075 Tanda tangan :

BAB II

ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS

Data Pasien Ayah Ibu

Nama An. S Tn. D Ny. L

Umur 2 Tahun 32 Tahun 28 Tahun

Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Perempuan

Alamat Perum SKU Jl. Dahlia Rt 002/005, Tambun

Agama Islam Islam Islam

Suku bangsa Jawa

Pendidikan - Sarjana D3

Pekerjaan - Pegawai swasta Perawat

Penghasilan - - -

Keterangan Hubungan dengan

orang tua : Anak

Kandung

Tanggal Masuk

RS

23 Januari 2016

II. ANAMNESIS

5

Page 6: Case Varicella

Dilakukan secara alloanamnesis kepada Ny K selaku ibu pasien pada hari Minggu, 23 Januari

2016

a. Keluhan Utama :

Pasien datang ke IGD RSUD Kota Bekasi dengan keluhan demam sejak 5 hari SMRS

b. Keluhan Tambahan :

Muntah sebanyak 1x/hari sejak 1 hari SMRS

c. Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien dibawa ke IGD RSUD Kota Bekasi dengan keluhan demam sejak 5 hari

SMRS. Demam sampai menggigil 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit. mual +, muntah +

sejak 1 hari SMRS. Muntah 1x, konsistensi cair, berisi susu. Batuk disangkal. Pilek juga

disangkal oleh ibu pasien. Ibu pasien mengaku melihat di dada pasie terdapat gelembung-

gelembung berisi air.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

Alergi - Difteria - Jantung -

Cacingan - Diare - Ginjal -

DBD - Kejang - Darah -

Typhoid - Gastritis - Radang Paru -

Otitis - Varicela - Tuberkulosis -

Parotis - Asma - Morbili -

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Pada keluarga pasien ada yang terkena cacar sebelumnya. Yaitu anak nomer 2 terkena

terlebih dulu, lalu kakak tertuanya kurang lebih 3 minggu yang lalu. Riwayat tekanan

darah tinggi, kencing manis, maupun alergi pada keluarga disangkal.

f. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

KEHAMILAN Morbiditas Tidak ada

Perawatan antenatal Periksa ke dokter 1 kali

tiap bulan pada trimester I

dan II. Trimester III tiap 2

kali seminggu

6

Page 7: Case Varicella

KELAHIRAN Tempat kelahiran Bidan setempat

Penolong persalinan Bidan

Cara persalinan Normal

Masa gestasi 39 minggu

g. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :

Pertumbuhan gigi I : -

Psikomotor

Tengkurap : 2 bulan

Duduk : 6 bulan

Berdiri : 11 bulan

Berjalan : 13 bulan

h. Riwayat Makanan

Umur (bulan) ASI/PASI Buah/biscuit Bubur susu Nasi tim0-2 ASI2-4 ASI 4-6 ASI 6-7 ASI + susu

formulaBuah Bubur susu -

8-10 ASI + susu formula

Biscuit, buah - -

10-12 ASI + susu formula

Biscuit, buah - Nasi tim

i. Riwayat Imunisasi

Vaksin Dasar (umur) Ulangan (umur)BCG 2 bulanDPT 2 bulan 4

bulan6 bulan

POLIO Lahir 2 bulan

4 bulan

6 bulan

CAMPAK 9 bulanHEPATITIS B Lahir 1

bulan6 bulan

7

Page 8: Case Varicella

j. Riwayat Keluarga

Ayah IbuNama Tn. D Ny. LPerkawinan ke 1 1Umur 32 tahun 28 tahunKeadaan kesehatan Sehat SehatKesan : Keadaan kesehatan kedua orang tua dalam keadaan baik

k. Riwayat Perumahan dan Sanitasi :

Pasien tinggal di rumah pribadi, rumah 1 tingkat, terdiri dari 2 kamar, lingkungan

bersih, ventilasi cukup, pencahayaan baik, sumber air bersih . Ibu pasien mengaku

membersihkan rumah setiap hari.

Kesan: Kebersihan dan kesehatan lingkungan tempat tinggal pasien baik.

III. PEMERIKSAAN FISIK

a) Keadaan umum/kesadaran : TSS/compos mentis

b) TTV :

T : 38,8 HR : 100x/menit RR : 28x/menit

In Response : Alert

PAT :

- A : Tonus (+), Interacting (+), Look (+), Cry (+), Consoliability (+)

- B : Spontan, Nafas cuping hidung (-), retraksi sela iga (-)

- C : Sianosis (-), Pallor (-)

c) Data antropometri

o Berat badan : 11 kg

o Panjang badan : 86 cm

d) Kepala

Bentuk : Normocephali, simetris

Rambut : Rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata

Mata : Congjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-,

8

Page 9: Case Varicella

pupil bulat isokor, RCL +/+, RCTL +/+

Telinga : Normotia, serumen -/-

Hidung : Bentuk normal, secret -/-, nafas cuping hidung

-/-, terdapat hematom (-)

Mulut : Bibir kering -, lidah kotor -

Leher : Bentuk simteris, trachea ditengah, KGB tidak teraba

membesar

e) Thorax

- Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, terdapat ruam

kemerahan

- Palpasi : Gerak nafas simetris

- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.

- Auskultasi :

Pulmo : Suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

Cor : BJJ I dan II reguler, murmur -, gallop –

f) Abdomen

- Inspeksi : Perut datar

- Auskultasi : Bising usus (+) normal 3x/menit

- Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak

teraba membesar.

- Perkusi : Shifting dullness -, nyeri ketuk -

g) Ekstremitas : Akral hangat, sianosis (-), oedem (-), ikterik(-),

CRT<3 detik.

h) Genitalia : dalam batas normal

i) St. dermatologis : vesikel polimorfik pada dada, punggung, lengan dan

pergelangan tangan

9

Page 10: Case Varicella

10

Page 11: Case Varicella

11

Page 12: Case Varicella

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratorium (tanggal 23 Januari 2016)

PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL KET

Leukosit 9.500/Ul 5-10 ribu/uL Normal

Hemoglobin 10.6 g/dL 11-14,5 g/dL Normal

Hematocrit 31.8 % 40-54 % Menurun

Trombosit 155.000/uL 150-400 ribu/uL Normal

GDS 105 mg/Dl 60-110 mg/dL Normal

Natrium (Na) 133 mmol/L 135-145 mmol/L Menurun

Kalium (K) 4.5 mmol/L 3,5-5,0 mmol/L Normal

Clorida (Cl) 98 mmol/L 94-111 mmol/L Normal

V. RESUME

Pasien dibawa ke IGD RSUD Kota Bekasi dengan keluhan demam sejak 5 hari

SMRS. Demam sampai menggigil 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit. mual +, muntah +

sejak 1 hari SMRS. Muntah 1x, konsistensi cair, berisi susu. Ibu pasien mengaku melihat

di dada pasie terdapat gelembung-gelembung berisi air. Pada riwayat keluarga diketahui

bahwa kedua kakak pasien menderita cacar 3 minggu yang lalu.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, compos

mentis, nadi 100x/menit, RR 28x/menit, suhu 38,8o C. AVPU alert. Dari hasil lab

didapatkan hematocrit menurun 31,8% dan penurunan natrium 133. Pada pemeriksaan

status dermatologis didapatkan vesikel polimorfik pada dada, punggung, lengan dan

pergelangan tangan.

VI. DIAGNOSIS KERJA

- Varicella

VII. DIAGNOSIS BANDING

- Morbili

- Variola

12

Page 13: Case Varicella

VIII. PENATALAKSANAAN (saat di IGD)

- IVFD Tridex 27B 14tpm

- PCT supp 120 mg

- Sanmol 3 x 120 mg

IX. ANJURAN TERAPI

- Acyclovir 4 x 200mg

- Acyclovir zalf

X. PROGNOSIS

- Ad vitam : ad bonam

- Ad fungsionam : ad bonam

- Ad sanationam : dubia ad bonam

XI. FOLLOW UP

Tanggal 23 Januari 2016

S : demam +, muntah 1x/hari, terdapat gelembung di kulit dada, punggung, lengan dan

pergelangan tangan.

O :

Kesadaran: compos mentis

KU : tampak sakit sedang

HR : 115x/m

RR : 23x/m

T : 38,7º C

St. dermatologis : vesikel polimorfik pada regio abdomen dan ekstremitas

AVPU : Alert

PAT :

A : Tonus +, Interacting +, Look +, Cry +, Consolability +

B : Spontan, NCH -, Retraksi –

C : Sianosis -, Pallor –

Mata : konjungtiva anemis -/-

Thorax : suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-, BJ I&II normal, murmur -,

gallop –

13

Page 14: Case Varicella

Abdomen : supel, datar, BU + meningkat

A : Varicella

Terapi :

1) IVFD RL 14 tpm

2) Sanmol 4 x 120 mg

3) Acyclovir 4 x 200 mg pulv

4) Isoprinol syr 2 x 1 cth

Tanggal 25 Januari 2016

S : demam -, muntah -, gelembung semakin bertambah di dada, perut, punggung, tangan

dan kaki

O :

Kesadaran: compos mentis

KU : tampak sakit sedang

HR : 100 x/menit

RR : 26 x/menit

T : 36,8º C

AVPU : Alert

PAT :

A : Tonus +, Interacting +, Look +, Cry +, Consolability +

B : Spontan, NCH -, Retraksi –

C : Sianosis -, Pallor –

Mata : konjungtiva anemis -/-

Thorax : suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-, BJ I&II normal, murmur -,

gallop –

Abdomen : supel, datar, BU + 4x/m

St. dermatologis : vesikel polimorfik pada region abdomen, punggung, ekstremitas dan

thorax

A : Varicella

Terapi :

1) IVFD RL 14 tpm

2) Sanmol 4 x 120 mg

3) Acyclovir 4 x 200 mg pulv

14

Page 15: Case Varicella

4) Isoprinol 2 x cth 1

XII. ANALISA KASUS

Pasien dibawa ke IGD RSUD Kota Bekasi dengan keluhan demam sejak 5

hari SMRS. Demam sampai menggigil 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit. mual +,

muntah + sejak 1 hari SMRS. Muntah 1x, konsistensi cair, berisi susu. Ibu pasien

mengaku melihat di dada pasie terdapat gelembung-gelembung berisi air. Pada

riwayat keluarga diketahui bahwa kedua kakak pasien menderita cacar 3 minggu yang

lalu.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,

compos mentis, nadi 100x/menit, RR 28x/menit, suhu 38,8° C. AVPU alert. Dari hasil

lab didapatkan hematocrit menurun 31,8% dan penurunan natrium 133. Pada

pemeriksaan status dermatologis didapatkan vesikel polimorfik pada dada, punggung,

lengan dan pergelangan tangan.

Daftar masalah pada pasien :

1. Demam

Demam terjadi karena replikasi virus menyebar melalui pembuluh

darah dan limfe (viremia pertama) kemudian berkembang biak di sel

retikuloendotelial setelah itu menyebar melalui pembuluh darah (viremia

kedua) dan timbullah demam

2. Vesikel polimorfik

Timbulnya ruam dan vesikel pada varisela disebabkan karena virus

yang masuk dan menyebar melalui pembuluh darah dan limfe dimusnahkan

oleh sel sistem retikuloendotelial, yang merupakan tempat utama replikasi

virus selama masa inkubasi. Selama masa inkubasi infeksi virus dihambat

sebagian oleh mekanisme pertahanan tubuh dan respon yang timbul. Masa

inkubasi berlangsung sekitar 14 hari, dimana virus akan menyebar ke kelenjar

limfe, kemudian menuju ke hati dan sel-sel mononuklear. VZV yang ada

dalam sel mononuklear mulai menghilang 24 jam sebelum terjadinya ruam

kulit. Virus-virus ini bermigrasi dan bereplikasi dari kapiler menuju ke

jaringan kulit dan menyebabkan lesi makulopapular, vesikuler, dan krusta.

15

Page 16: Case Varicella

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Varisela merupakan suatu penyakit infeksi virus, yaitu VZV (Varicella-Zoster-

Virus). Penyakit ini pada umumnya menyerang anak dan terkenal dengan nama

chickenpox atau cacar air. Dari virus yang sama, dapat juga terjadi infeksi

endogen atau reaktivasi pada periode laten VZV yang umumnya menyerang orang

dewasa mauopun anak dengan penurunan fungsi sistem imun/ defisiensi imun.

Varisela merupakan penyakit yang sangat menular, dimana penularan terjadi

pada fase sebelum timbul ruam sampai saat mulai terbentuk keropeng (kira-kira 7

hari). Apabila infeksi mengenai anak yang sehat, maka gejala klinis yang timbul

tidak berat dan sangat sedikit menimbulkan penyulit. Akan tetapi, bila infeksi

menyerang individu dengan defisiensi imun (seperti anak yang sedang menderita

leukemia, anemia aplastik, atau sedang mendapat pengobatan imunosupresan)

maka akan mudah menderita penyulit dan mengakibatkan kematian.3

2. Epidemiologi

Di Indonesia, penyakit ini banyak menyerang individu pada saat peralihan

musim antara musim panas ke musim hujan ataupun sebaliknya. Varisela sangat

mudah menular terutama melalui kontak langsung, droplet atau aerosol dari lesi

vesikuler maupun melalui sekret dari saluran napas. Varisela dapat menyerang

semua golongan usia termasuk neonatus, 90% kasus berusia 10 tahun dan

terbanyak pada usia 5-9 tahun. Viremia terjadi pada masa prodormal sehingga

transmisi virus dapat terjadi pada fetus intrauterin atau melalui transfusi darah.

Pasien dapat menularkan penyakit selama 1-2 hari sebelum lesi kulit timbul

hingga lesi menjadi krusta (pada 7-8 hari). Seseorang hanya bisa menderita

varisela satu kali seumur hidup. Serangan kedua dapat timbul berupa penyebaran

ke kulit pada herpes zoster.3

3. Patogenesis

Virus varicella-zoster merupakan salah satu dari herpesvirus yang merupakan

famili herpesviridae. Dimana virus ini merupakan cirus DNA alfa herpesvirus dan

mempunyai 3 wild type.

Virus ini masuk melalui mukosa saluran napas bagian atas atau orofaring.

Pada lokasi masuknya virus, akan terjadi replikasi yang akan menyebar melalui

16

Page 17: Case Varicella

pembuluh darah dan limfe (viremia pertama). Selanjutnya virus akan berkembang

di sel retikuloendotelial. Kebanyakan virus dapat mengatasi pertahanan

nonspesifik seperti interferon dan respons imun. Satu minggu kemudian, virus

kembali menyebar secara hematogen (viremia kedua) dan akan timbul demam

serta malaise. Penyebaran tersebut terjadi di seluruh tubuh dan terutama kulit serta

mukosa. Lesi pada kulit terjadi sesuai dengan siklus viremia/ tidak bersamaan.

Pada keadaan normal, siklus ini berakhir setelah 3 hari karena adanya kekebalan

humoral dan selular spesifik. Tetapi bila sistem imun gagal mengatasi replikasi

dan penyebaran virus, maka dapat terjadi penyulit seperti pneumonia.3

4. Gejala Klinis

Gejala yang tampak pada pasien dengan infeksi varicella terbagi menjadi 3

stadium:

- Stadium Prodromal

Gejala prodromal timbul setelah 14-15 hari masa inkubasi, dengan timbulnya

ruam kulit disertai demam yang tidak terlalu tinggi dan malaise. Pada anak

besar dan dewasa, ruam didahului dengan demam 2-3 hari sebelumnya,

malaise, anoreksia, nyeri punggung dan nyeri tenggorok serta batuk pada

beberapa kasus.

- Stadium Erupsi

Pada stadium ini, ruam akan muncul di muka dan kulit kepala lalu dengan

cepat menyebar ke badan dan ekstremitas (penyebaran bersifat sentrifugal).

Ruam tampak lebih jelas pada bagian tubuh yang tertutup. Gambaran yang

menonjol adalah perubahan yang cepat dari makula kemerahan menjadi

papula, vesikel, pustul lalu menjadi krusta, dimana perubahan tersebut terjadi

hanya dalam 8-12 jam. Gambaran vesikel khas, superfisial (pada epidermis

sehingga tidak menembus membran basal kulit dan tidak menimbulkan bekas),

berdinding tipis dan tampak seperti tetesan air dengan ukuran 2-3 mm. Cairan

pada vesikel awalnya jernih lalu kemudian menjadi keruh karena serbukan sel

radang dan akhirnya membentuk krusta. Krusta akan lepas dalam waktu 1-3

minggu tergantung dari kedalaman lesi kulit. Bekasnya akan membentuk

cekungan dangkal merah muda yang kemudian akan hilang. Akan tetapi bila

terdapat penyulit, maka akan membentuk jaringan parut.

17

Page 18: Case Varicella

Vesikel juga dapat timbul pada mukosa mulut/ palatum yang dengan cepat

pecah tetapi bekasnya masih dapat terlihat berupa ulkus dangkal diameter 2-3

mm. Selain pada mukosa mulut, vesikel dapat juga muncul pada mukosa

hidung, faring, laring, trakea, saluran cerna, saluran kemih, vagina dan

konjungtiva.

Demam hingga 39-40,50C pada kasus yang berat. Gejala yang menonjol

lainnya adalah rasa gatal saat fase erupsi sehingga dapat dijumpai lesi bekas

garukan.

5. Penyulit

Angka mortalitas yang terjadi pada anak sehat berusia 1-14 tahun diperkirakan

2/100.000 kasus, tetapi mencapai 30% pada neonatus. Penyulit yang sering terjadi

diakibatkan oleh adanya infeksi sekunder yang masuk melalui lesi dari kulit,

diantaranya disebabkan oleh Stafilokokus aureus dan Streptokokus beta

hemolitikus grup A (impetigo, furunkel, selulitis, erysipelas, dan gangrene)

dimana lesi ini selanjutnya dapat meninggalkan jaringan parut. Infeksi sekunder

lain dapat pula bersifat invasive, seperti pneumonia, arthritis, osteomielitis,

fascilitis dan bahkan sepsis. Selain itu dapat juga terjadi infeksi yang menyerang

susunan saraf pusat (ataksia serebelar) pada 1/4000 kasus sampai dengan

meningoensefalitis, meningitis dan vaskulitis.3

Komplikasi lebih banyak terjadi pada anak remaja dan orang dewasa, dimana

angka kejadiannya 25 kali lebih tinggi, dan penyebab komplikasi terbanyak adalah

pneumonia. Mekanisme terjadinya pneumonia masih belum jelas, akan tetapi

terdapat beberapa factor yang dapat mencetuskan timbulnya pneumonia pada

infeksi varisela, diantaranya adalah jumlah lesi > 100, perokok, riwayat kontak,

kehamilan trimester tiga, dan hal ini diduga terjadi akibat rendahnya paparan

terhadap virus varisela (seperti di Negara iklim tropis), jumlah individu pada tiap

keluarga sedikit, ataupun tingginya virulensi virus.

Varisela merupakan ancaman bagi ibu maupun janin pada kehamilan yang dapat

menyebabkan infeksi varisela intrauterine dan menyebabkan infeksi congenital.

Apabila terjadi pada 20 minggu pertama kehamilan dapat menimbulkan 5%

malformasi kogenital seperti hipoplasia salah satu ekstremitas, parut pada kulit,

katarak, koriorenitis, mikrosefali, atrofi korteks serebri dan bayi berat badan lahir

rendah. Jika infeksi terjadi pada periode perinatal (0-4 hari prapersalinan), gejala

18

Page 19: Case Varicella

klinis yang terjadi pada bayi akan menjadi lebih berat sekitar 26-30%. Saat

berbahaya adalah lima hari sebelum dan dua hari setelah melahirkan, pada saat ini

bayi belum memiliki kekebalan pasif transplasenta dari ibu.

Penyulit jelas terjadi pada kasus imunkomprmais termasuk leukemia, penyakit

keganasan yang mendapat terapi kortikosteroid atau kasus defisiensi imun

congenital. Viremia yang hebat dapat menyerang organ seperti hati, saraf pusat

dan paru. Pada kasus imunokompromais, dapat terjadi perdarahan ringan sampai

berat dan fatal seperti purpura maligna. Trombositopenia dapat disebabkan

sebagai akibat penyakit dasar, pengobatan, efek langsung VZV pada sumsum

tulang atau destruksi trombosit karena proses imunologik. Pada kasus varisela

fulminan, kemungkinan terjadi infeksi sel endotel kapiler yang dapat

menyebabkan koagulasi intravascular disieminata (DIC).

Penyulit dari varisela primer yang baru muncul kemudian adalah herpes zoster,

yang timbul setelah periode laten dari VZV di ganglia saraf sensorik tanpa

menimbulkan manifestasi klinis, hingga bila tereaktivasi akan menyebabkan

herpes zoster. Tetapi herpes zoster terjadi lebih sering pada orang dewasa, tetapi

terdapat kemungkinan bahwa di kemudian ari infeksi ini dapat terjadi pada anak.

Di Amerika terdapat 20 (usia 0-4 tahun), 30 (5-9 tahun), 59 (10-14 tahun), dan 63

(15-19 tahun) per 100.000 anak per tahun. Risiko terjadinya herpes zoster

meningkat pada kasus imunokompromais dan pada anak yang menderita varisela

dibawah 1 tahun. Kemungkinan terjadinya infeksi herpes zoster pada kelompok

tersebut disebabkan karena ketidakmampuan system imun mempertahankan

peiode laten dari virus varisela.

6. Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan secara klinis, yaitu: 1). Muncul setelah masa

prodromal yang singkat dan ringan, 2). Lesi berkelompok terutama di bagian

sentral, 3). Perubahan lesi yang cepat dari macula, vesikula, pustula sampai krusta,

4). Terdapatnya semua tingkat lesi kulit dalam waktu bersamaan pada daerah yang

sama, 5). Terdapat lesi di mukosa mulut. Diagnosis banding dapat berupa sindrom

Steven-Johnson, herpes zoster generalisaa atau herpes simpleks.

Pemeriksaan laboratorium tidak terlalu diperlukan untuk menegakkan diagnosis,

akan tetapi pada pemeriksaan penunjang dapat ditemukan leukopeni yang diikuti

dengan leukositosis. Antibodi IgA dan IgM dapat dideteksi pada hari pertama dan

19

Page 20: Case Varicella

kedua pasca ruam. Untuk mengkonfirmasi diagnosis dapa dilakukan dengan

pewarnaan histokimiawi dari lesi kulit. Prosedur ini dilakkan pada pasien risiko

tinggi yang memerlukan konfirmasi cepat. Pemeriksaan laboratorium yang dapat

dilakukan di antaranya isolaso virus (3-5 hari), PCR, ELISA, teknik

imunofluoresensi Fluorescent Antibody to Membrane Antigent (FAMA), yang

merupakan gold standard.

Pemeriksaan foto thoraks dilakukan untuk mengkonfirmasi ataupun untuk

mengeksklusi pneumonia. Gambaran nodul infiltrate difus bilateral umumnya

terjadi pada pneumonia varisela primer, sedangkan infiltrate fokal

mengindikasikan pneumonia bacterial sekundr. Pungsi lumbal dapat dilakukan

pada anak dengan kelainan neurologis.

7. Pengobatan

Pada anak sehat, varisela dapat sembuh sendiri dan cukup hanya dengan diberikan

pengobatan simtomatik. Pada lesi kulit dapat diberikan lotio calamine, kompres

air dingin untuk mengurangi rasa gatal, mandi secara teratur atau dengan

pemberian antihistamin. Salisilat kurang dianjurkan untuk digunakan berhubungan

dengan terjadinya sindroma Reye, sedangkan asetaminofen dapat memberikan

efek yang tidak meringankan gejala melainkan memperpanjang masa sakit. Kuku

dipotong pendek dan bersih untuk mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi

sekunder. Jika terjadi infeksi sekunder maka dapat diberikan antibitoik.

Kortikosteroid tidak dianjurkan. Penyulit perdarahan diatasi sesuai dengan hasil

pemeriksaan system pembekuan dan pemeriksaan sumsum tulang, akan tetapi

karena VZV dapat menyebabkan kerusakan langsung pada endotel pembuluh

darah maka pada varisela fulminan terutama apabila vesikel baru timbul dapat

diberikan obat antivirus. Antivirus juga diberikan pada pasien dengan

imunokompromais. Antivirus yang dapat diberikan diantaranya adalah asiklovir

atau viradabin. Asiklovir dilaporkan mempunyai efek samping minimal karena

obat ini hanya diserap oleh sel hospes yang terinfeksi oleh virus. Efek yang

mungkin timbul pada terapi asiklovir per oral termasuk rasa mual, muntah, diare,

dan nyeri kepala. Asiklovir dieksresi di ginjal dan dapat mengkristal pada tubulus

ginjal pada pasien yang dehidrasi, karena itu pasien yang mendapatkan asiklovir

sebaiknya mendapat hidrasi yang cukup. Obat antivirus asiklovir menjadi pilihan

utama untuk pengobatan spesifik untuk infeksi VZV, namun obat ini tidak

20

Page 21: Case Varicella

mencegah maupun mengobati VZV laten. Asiklovir tersedia dalam bentuk topikal,

oral maupun intravena, namun hanya oral dan intravena yang berguna untuk

melawan VZV. Pada pemberian peroral hanya sekitar 15%-20% asiklovir yang

diserap. Pada anak sehat, AAP tidak merekomendasikan pemberian asiklovir

secara rutin. American Academy of Pediatrics merekomendasikan pemberian

asiklovir per oral pada kelompok dengan risiko tinggi terkena varisela berat atau

penyulitnya seperti pasien sehat dan tidak hamil (usia di atas 13 tahun), anak-anak

di atas 12 bulan dengan penyakit kulit kronis atau kelainan paru atau menerima

terapi salisilat jangka panjang, pengobatan jangka pendek, intermiten atau inhalasi

kortikosteroid. Sedangkan asiklovir intravena direkomendasikan pada anak-anak

imunokompromais (termasuk yang menerima terapi kortikosteroid dosis tinggi)

dan kasus varisela dengan penyulit. Pada pasien imunokompromais, asiklovir

terbukti menurunkan morbiditas dan mortalitas bila diberikan dalam 24 jam

pertama setelah onset ruam. Dosis asiklovir per oral adalah 20 mg/kg per kali

(dosis maksimum 800 mg) empat kali sehari selama lima hari dan dimulai dalam

24 jam setelah onset ruam, sedangkan asiklovir intravena pada umumnya

diberikan dengan dosis 500 mg/m2 setiap 8 jam selama 7-10 hari.4

8. Pencegahan

Semua vaksin varisela yang menggunakan vaksin virus hidup yang telah

dilemahkan (alive attenuated) hanya diberikan pada anak dengan risiko terjadi

penyulit berat, yaitu anak yang menderita penyakit keganasan, mereka yang

sedang mendapat pengobatan imunosupresif, atau menderita defisiensi imun;

tetapi dalam perkembangannya, vaksin ini juga diberikan pada anak yang sehat.

Vaksin ini mempunyai tingkat perlindungan yang tinggi pada anak usia 1-12

tahun (dengan angka serokonversi positif sebesar 99,3%) dan ditoleransi dengan

baik sehingga mempunyai efek samping yang minimal. Sekarang

direkomendasikan pemberian vaksin varisela dua kali (masing-masing 0,5 mL)

subkutan pada anak-anak usia 1-12 tahun, dengan interval minimum 3 bulan.

Tetapi direkomendasikan oleh CDC bahwa dosis pertama diberikan pada interval

usia 12-15 bulan dan dosis kedua pada usia 4-6 tahun atau dapat diberikan lebih

cepat dengan interval yang sama, yaitu 3 bulan. Sedangkan pada yang berusia

lebih dari 12 tahun, diberikan dengan interval 4 minggu.5 Pengurus Pusat Ikatan

Dokter Anak Indonesia (PP-IDAI) masih menganjurkan pemberian vaksin

21

Page 22: Case Varicella

diberikan pada usia diatas 5 tahun mengingat masih tingginya kemungkinan untuk

mendapat kekebalan secara alamiah. Terdapat beberapa komplikasi yang bias

terjadi, diantaranya yang ringan adalah nyeri pada tempat suntikan (1 dari 5 anak

atau 1 dari 3 remaja), demam (1 dari 10 orang), ruam ringan yang bertahan hingga

beberapa bulan (1 dari 25); sedang seperti kejang (sangat jarang); dan berat seperti

pneumonia/ radang paru (sangat jarang terjadi).

Rekapitulasi rekomendasi ACIP untuk pengendalian varisela3

Kategori Rekomendasi

Vaksinasi rutin pada anak Direkomendasikan dalam 2 kali pemberian:

I: 12-15 bulan

II: 4-6 tahun

Remaja >= 13 tahun dan dewasa Dalam 2x pemberian, interval 4-8 minggu.

Direkomendasikan pada semua remaja dang

dewasa tanpa bukti imunitas.

Dosis kedua direkomedasikan untuk semua

orang yang telah menerima satu dosis

sebelumnya

Vaksinasi kejar pasien HIV Dua dosis dengan interval 3 bulan

Sebaiknya diberikan pada anak dengan IV

dengan presentasi CD4 >=200 sel/uL

Skrining antenatal Direkomendasikan evaluasi prenatal dan

vaksinasi postpartum.

Pengendalian wabah Direkomendasikan pemberian 2 dosis

Pascapajanan Diberikan dalam kurun waktu 3-5 hari

Lingkup vaksinasi Direkomendasikan untuk anak-anak di pusat

penitipan anak, sekolah, dan institusi pendidikan

lainnya.

9. Profilaksis Pasca Pajanan

Varicella zoster Immunoglobulin (VZIG) diindikasikan untuk:

- Yang dikontraindikasikan mendapat vaksinasi varisela (Kongenital

imunodefisiensi, leukemia, limpoma, atau keganasaaan lain, infeksi HIV

22

Page 23: Case Varicella

simptomatik, kortikosteroid dosis tinggi, kehamilan, alergi neomisin, asam

salisilat lebih dari 6 minggu)

- Neonatus yang ibunya mengalami gejala varisela dalam 5 hari sebelum – 2

hari setelah pajanan

- Pajanan pasca natal pada bayi premature (usia gestasi < 28 minggu atau BBL

< 1000 gram)

- Ibu hamil yang terpajan

- Petugas rumah sakit yang rentan terkena infeksi

- Anak sehat yang berisiko sakit

VZIG dikontraindikasikan pada pasien yang sudah menerima vaksinasi varisela

atau sudah seropositif. Dosis VZIG yang diberikan adalah 125 unit/10 kgBB (min

125 U dan maksimal 625 U) secara intramuscular.3

23

Page 24: Case Varicella

DAFTAR PUSTAKA

1. Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 22 November

2007. Available at: www.depkes.go.id. Accessed on April 17th 2014.

2. Comitee on Infectious Diseases. Varicella Vaccine Update. Pediatrics 2000; 105: 136-

141

3. Soedarmo S. S. P., Garna H., Hadinegoro S. R. S., Satari H. I. Buku Ajar Infeksi &

Pediatri Tropis. Ed 2. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia: 2010. P. 134-42.

4. Hadinegoro S. R. S., Theresia. Terapi Asiklovir pada Anak dengan Varisela Tanpa

Penyulit. Sari Pediatri, Vol. 11, No. 6, April 2010.

5. Vaksinasi Cacar Air Yang Perlu Anda Ketahui. Available at: www.cdc.gov/vaccines.

Accessed on April 18th, 2014.

24