case truth 3

19
TUGAS WRITING TASK BIOETHIC AND HUMANIORA PROGRAM CASE TRUTH 3 DISUSUN OLEH : NAMA : TEGAR AULIA FADLILAH NRP : 111 0211 045 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

Upload: fiameliaa

Post on 18-Sep-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

truth, case, case truth

TRANSCRIPT

TUGAS WRITING TASKBIOETHIC AND HUMANIORA PROGRAMCASE TRUTH 3

DISUSUN OLEH:

NAMA:TEGAR AULIA FADLILAH

NRP:111 0211 045

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERANJAKARTA2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga tugas writing task ini dapat saya selesaikan tepat waktu.Namun tak ada gading yang tak retak, saya menyadari tugas writing task yang saya buat ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saya senantiasa mengharapkan kritik dan saran konstruktif yang tentunya akan sangat berharga bagi saya. Semoga tugas writing task ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amin.

Jakarta, 25 Juni 2012

Penulis

BAB ICASE & TERJEMAHANNYATRUTH 3The man who is not informed of a stomach cancer diagnosis Physician: I have a 35-year-old stomach cancer case but I did not tell him he had cancer. Although every patient should know about the nature of his disease and the possible prognosis, I did not explain that he had cancer due to the psychological stress it would cause him. He is young, has been admitted for two weeks, and his prognosis is very poor. He has the signs and symptoms of gastric outlet obstruction. We diagnosed the disease and are planning to operate on him. Interviewer: Would you kindly tell me the mental state of the patient? Physician: Yes, he is assumed to be depressed.

QuestionsQ Is the physician justified in not informing the patient of the diagnosis if the primary motivation is to ensure the patient's acceptance of the treatment?

Physician: I have not told the diagnosis to the patient, but I have told his family. Although every patient should know about the nature of his disease and possible prognosis... but because of the psychological stress it might cause, and because he might not agree with our treatment, we did not tell. In the past, some people have refused our treatment after knowing that their disease was very serious. Interviewer: So, you think that telling the diagnosis depends on how they would accept their condition? Physician: Yes, it depends on how the patients accept the diagnosis, how much they understand and how much they accept the treatment. It depends on their general knowledge and educational status. The patient must know the actual situation about his disease; I should tell about his disease and its prognosis and probable outcome. Although the patient was suffering from cancer, we did not tell him about the disease, because we were afraid that his mental state would be weakened and also he would not follow the treatment plan if he knew about his disease. Yes, the patient has the right to know his diagnosis, but we did not tell it in this case, and thus the ethical issue arose.

QuestionsQ Think about this case. Is the physician justified in sparing the patient for the psychological distress of knowing the diagnosis?

TERJEMAHAN KASUS

TRUTH 3

SESEORANG YANG TIDAK DIBERITAHU BAHWA DIA DI DIAGNOSA MENDERITA KANKER PERUT

Dokter: Saya mempunyai kasus dimana seorang laki-laki berumur 35 tahun menderita kanker perut, tetapi saya tidak memberitahukan kepadanya bahwa dia menderita kanker. Memang semua pasien harusnya mengetahui perjalanan dan semua tentang penyakitnya termasuk kemungkinan prognosis kedepannya, saya tidak memberitahukan karena jika saya memberitahu bahwa dia menderita kanker, itu akan menyebabkan dia mengalami stress psikis. Dia masih muda dan prognosisnya sangat buruk. Dia mengalami tanda dan gejala obstruksi lapisan luar lambung. Kami mendiagnosa penyakitnya dan berencana untuk mengoperasinya.

Pewawancara : Bisakah anda memberitahu saya ada di tingkat mana keadaan mental si pasien?

Dokter : Ya, dia kemungkinan akan mengalami depresi

Pertanyaan : Apakah dibenarkan tindakan dokter yang tidak memberitahu pasien tentang penyakitnya jika tujuannya agar pasien menerima prosedur pengobatannya?

Jawaban : Dalam kasus ini, tindakan dokter dibenarkan, karena tujuannya agar pasien menerima dan mau mengikuti prosedur pengobatan demi kesembuhan pasien walaupun seharusnya dokter harus memberitahu pasien mengenai penyakitnya dan kemungkinan penyembuhannya apapun penyakit yang dideritanya karena itu merupakan hak Autonomy pasien. Jika dokter memberitahu penyakit apa yang dideritanya, besar kemungkinan pasien tidak akan mau mengikuti prosedur pengobatan, karena saat pasien diberitahu bahwa dirinya mengidap penyakit yang sangat serius yaitu kanker perut, kondisi mentalnya akan sangat turun.Dokter : Saya tidak memberitahu diagnose penyakit kepada pasien, tetapi saya memberitahu keluarganya. Walaupun seharusnya semua pasien berhak mengetahui semua tentang penyakitnya dan kemungkinan penyembuhannya, tetapi karena ada kemungkinan dapat menyebabkan stress psikis dan ada kemungkinan pasien tidak setuju dengan langkah pengobatan yang akan kami lakukan, kami tidak memberitahunya. Dahulu, ada beberapa orang yang menolak dilakukannya pengobatan setelah mereka mengetahui bahwa mereka menderita penyakit yang serius

Pewawancara : Jadi, apakah anda berpikir bahwa jika ingin memberitahu diagnose penyakit bergantung kepada apakah sang pasien dapat menerima kondisinya atau tidak?

Dokter : Ya, itu tergantung bagaimana si pasien menerima diagnose, seberapa banyak dia mengerti dan seberapa banyak dia paham dan menerima pengobatan yang akan dilakukan. Itu bergantung dengan bagaimana pengetahuan dirinya dan tingkat pendidikannya. Sang pasien harus tahu situasi terkini tentang penyakitnya. Saya harus memberitahu tentang penyakitnya, kemungkinan kesembuhan dan kemungkinan apa saja yang akan datang. Meskipun sang pasien terkena kanker, kami tidak memberitahu tentang penyakitnya, karena kami takut kondisi mentalnya akan melemah dan dia tidak akan mengikuti rencana pengobatan jika dia mengetahui penyakitnya.

Pertanyaan : Tentang kasus ini, apakah dibenarkan jika sang dokter membayangkan keadaan mental pasien jika mengetahui penyakit yang dideritanya?

Jawaban : Dalam kasus ini, tindakan dokter untuk membayangkan kondisi mental pasien dibenarkan. Mengapa dibenarkan, karena ini sesuai dengan kaidah dasar bioetik Beneficence dimana dokter harus mengusahakan agar kebaikan atau manfaat tindakannya lebih banyak daripada keburukannya, selain itu juga tindakan dokter ini untuk meminimalisasi akibat buruk untuk pasien karena ditakutkan jika dokter memberitahu pasien tentang penyakitnya, keadaan si pasien akan makin menurun bersamaan menurunnya kondisi mental pasien dan ini bisa berakibat buruk untuk kesehatan pasien itu sendiri.

BAB IIPENGEMBANGAN KASUS

Di sebuah rumah sakit di suatu daerah, ada seorang dokter yang mendapati diagnose kanker perut pada seorang pasiennya yang berumur masih muda. Mengetahui pasiennya menderita penyakit yang sangat serius, dokter pun merasa kaget dan bimbang apakah akan memberitahukan penyakit yang diderita pasiennya ini kepada sang pasien yang bersangkutan. Dokter pun memikirkan semuanya, mulai dari bagaimanan proses pengobatan yang akan diberikan kepada pasien itu, kemungkinan kesembuhan untuk si pasien dan kemungkinan buruk apa saja yang mungkin bisa terjadi sampai bagaimana kondisi mental si pasien apabila dia mengetahui semua tentang penyakitnya dan cara pengobatannya.

Akhirnya sang dokter pun memutuskan untuk memberikan terapi pengobatan yang terbaik untuk pasiennya tetapi dokter tidak akan memberitahu pasien itu semua tentang penyakitnya. Dokter beralasan bahwa jika pasien diberitahu mengenai keadaannya yang menderita kanker perut, hal itu akan menyebabkan kondisi pasien akan semakin memburuk, karena kondisi mental pasien yang pasti akan sangat menurun tajam setelah mengetahui penyakit yang dideritanya dan kemungkinan kesembuhannya yang kecil. Hal itu akan menyebabkan pasien mengalami stress psikis yang berat dan akan memilih pasrah serta tidak mau menjalani pengobatan.

Perlu diketahui bahwa kanker merupakan suatu jenis penyakit yang berbahaya dan sangat serius serta kemungkinan kesembuhannya yang kecil. Dalam kasus ini pasien menderita kanker perut dan gejala kerusakan lapisan luar lambung, kemungkinan jenis kanker perut yang diderita pasien ini adalah kanker lambung.

Ada beberapa ahli yang berpendapat bahwa kanker lambung dimulai dari lapisan-lapisan lambung meradang, tetapi beberapa ahli lain tidak setuju dengan pendapat tersebut. Selain itu beberapa ahli juga berpendapat ada suatu jenis bakteri yaitu Helicobacter pylori yang menyebabkan ulkus duodenalis juga bisa menyebabkan ulkus gastrikum sehingga menyebabkan kanker lambung. Pada stadium awal penyakit ini gejalanya biasanya tidak jelas sehingga sering sekali tidak dihiraukan, bila kanker bertambah besar kemungkinan bisa teraba suatu massa jika dilakukan palpasi pada abdomen atau perut. Pengobatannya dengan cara dilakukan pengangkatan bagian yang terkena kanker dengan endoskopi.

Jika saya menjadi dokter tersebut, saya akan mengambil keputusan untuk tetap memberitahukan pasien tersebut semua yang berkenaan dengan penyakit yang dideritanya dan tetap mengusahakan pengobatan yang terbaik untuk kesembuhan pasien walaupun kemungkinannya kecil. Memang besar kemungkinan pasien akan mengalami stress berat karena tahu dirinya mengidap penyakit yang amat serius, tetapi kita tetap harus memberitahukan si pasien tentang penyakitnya dan harus mensupport pasien supaya tetap semangat dan optimis supaya bisa sembuh sehingga kejadian stress pada pasien bisa dihindari. Selain itu kita harus memberitahu keluarganya juga supaya keluarganya bisa ikut memberikan support kepada pasien, karena support dari orang terdekat dan keluarga itu memegang peranan yang tidak kecil untuk kesembuhan pasien.

Mengapa begitu? Karena kesembuhan pasien selain ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa melalui perantara pengobatan yang kita berikan, bisa juga ditentukan oleh sugesti atau keadaan mental pasien itu sendiri. Jika banyak support yang dia dapat, apalagi support tersebut diberikan keluarga dan orang-orang terdekatnya, semangat pasien untuk mendapat kesembuhan akan tinggi dan itu akan mempengaruhi seluruh tubuhnya untuk ikut bekerja keras agar mendapat kesembuhan.

Keputusan untuk memberitahukan pasien semua tentang penyakitnya saya ambil karena berkaitan dengan salah satu Kaidah Dasar Bioetika, yaitu Autonomy. Autonomy merupakan salah satu kaidah dasar bioetika yang menjunjung tinggi hak-hak pasien yang dimana salah satu point yang terdapat dalam kaidah dasar bioetika Autonomy adalah berterus terang kepada pasien dan tidak berbohong walaupun demi kebaikan pasien.

Akhirnya dokter memutuskan untuk tetap tidak memberitahu pasien tersebut tetapi dokter telah memberitahu keluarganya. Keputusan ini sudah lebih tepat menurut saya jika dibandingkan dengan keputusan dokter yang tidak memberitahu pasien, tetapi alangkah baiknya jika tidak hanya keluarganya saja yang diberitahu, pasien yang bersangkutan juga harus diberitahu walaupun itu merupakan keadaan yang sulit untuk diterima pasien.

BAB IIIANALISIS KAIDAH DASAR BIOETIKA

Setelah membaca dan menganalisis kasus ini, saya memutuskan untuk mengambil dua dari empat Kaidah Dasar Bioetika, karena dalam kasus ini dua Kaidah Dasar Bioetika tersebut yang paling menonjol. Kaidah Dasar Bioetikanya yaitu :

AUTONOMY

Saya memutuskan untuk mengambil Kaidah Dasar Bioetika ini karena dalam kasus ini, dokter memutuskan untuk tidak memberitahu pasien mengenai kanker perut yang dia derita. Keputusan yang diambil dokter ini melanggar Kaidah Dasar Bioetika Autonomy. Autonomy merupakan salah satu Kaidah Dasar Bioetika yang isinya sangat menjunjung tinggi hak pasien. Point-point yang terdapat dalam Kaidah Dasar Bioetika Autonomy adalah :1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan ( pada kondisi selektif)3. Berterus terang4. Menghargai privacy5. Menjaga rahasia pasien6. Menghargai rasionalitas pasien7. Melakukan informed consent8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri9. Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan termasuk keluarga pasien sendiri11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus emergensi12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien13. Menjaga hubungan ( kontrak ) Beneficence

Saya juga memutuskan untuk mengambil Kaidah Dasar Bioetika ini, karena ada keputusan dokter yang sesuai dengan Kaidah Dasar Bioetika ini yaitu keputusan dimana dokter memilih untuk tidak memberitahu pasien mengenai penyakitnya karena takut mengganggu keadaan mental pasien sehingga pasien tersebut bisa mengalami stress dan ini bisa meminimalisasi akibat buruk kepada pasien.

Beneficence merupakan Kaidah Dasar Bioetika yang mengutamakan altruism dalam praktek kedokteran. Point-point yang terdapat dalam Kaidah Dasar bioetika ini adalah :1. Mengutamakan altruism ( menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain )2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia3. Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan dokter4. Mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak jika dibandingkan dengan keburukannya5. Paternalisme bertanggung jawab/berkasih saying6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia7. Pembatasan goalbase8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien9. Minimalisasi akibat buruk10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan12. Tidak menarik honorarium diluar kepantasan13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan14. Mengembangkan profesi secara terus menerus15. Memberikan obat berkhasiat namun murah16. Menerapkan Golden Rule Principle

BAB IVKESIMPULAN & PRIMA FACIE

Dalam kasus ini, dokter melanggar hak Autonomy pasien yang tertera pada poin nomor 3 dan 12. Dalam kasus ini dokter tidak berterus terang dan berbohong kepada pasien meskipun itu untuk kebaikan pasien karena dokter tidak memberitahu pasien tentang penyakitnya dengan alasan agar tidak membuat keadaan mental pasien menurun sehingga pasien mengalami stress.

Tetapi dalam kasus ini pula, keputusan dokter sesuai terhadap Kaidah Dasar Bioetika Beneficence point nomor 9, yaitu minimalisasi akibat buruk. Langkah ini jelas terlihat pada keputusan dokter yang tidak memberitahu pasien tentang penyakitnya karena takut kondisi mentalnya memburuk sehingga akan mengakibatkan sesuatu yang buruk kepada kesehatan pasien.

Seperti yang telah saya sebutkan diatas, dalam kasus ini ada dua Kaidah Dasar Bioetika yang paling menonjol, yaitu Autonomy dan Beneficence. Jika dua atau lebih Kaidah Dasar Bioetika bertemu di dalam satu kasus, maka akan terjadi Prima Facie, dalam kasus ini Prima Facie terjadi antara Kaidah Dasar Bioetika Autonomy dengan Kaidah Dasar Bioetika Beneficence. Setelah menganalisa kembali kasus diatas, saya berkesimpulan bahwa Kaidah Dasar Bioetika Autonomy lah yang paling berpengaruh dan dimenangkan dalam kasus ini.

Alasan saya memenangkan Kaidah Dasar Bioetika Autonomy karena dalam kasus ini, dokter telah melanggar hak-hak Autonomy pasien. Seperti yang tertera pada point-point Kaidah Dasar Bioetika Autonomy pada Bab 3, dokter harus berterus terang dan tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikan pasien. Pasien berhak mengetahui semua tentang penyakitnya, bagaimana pengobatan yang akan ia jalani, bagaimana kemungkinan kesembuhannya dan kemungkinan terburuk apa saja yang bisa terjadi.

Tetapi apa yang dilakukan dokter dalam kasus ini bertolak belakang dengan apa yang tertera di point-point Autonomy yang telah saya sebutkan. Dokter lebih memilih tidak memberitahu pasien tentang penyakitnya dengan beralasan menjaga agar kondisi mental pasien tidak turun sehingga mempengaruhi kesehatan si pasien. Memang keputusan ini ada benarnya, bahwa kita sebagai dokter tidak boleh membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada pasien, tetapi jika kita tidak memberitahu pasien tentang penyakit yang ia derita, bagaimana kita bisa memberikan terapi pengobatan agar pasien dapat sembuh.

Seperti yang kita tahu, sebelum dokter melakukan suatu tindakan apapun terhadap pasien, pasien harus tahu tindakan apa yang akan diberikan kepadanya dan harus menyetujui terlebih dahulu baru bisa dilakukan suatu tindakan. Jika kita tidak memberitahu pasien dan tidak melakukan informed consent bagaimana kita bisa mendapatkan persetujuan pasien agar bisa dilakukan tindakan pengobatan, terlebih lagi dalam kasus ini pasien mengalami penyakit yang serius dan harus segera mendapatkan penanganan.

Jadi, kesimpulannya menurut saya keputusan yang diambil dokter kurang tepat, harusnya dokter memberitahukan pasien semua tentang penyakitnya, tindakan pengobatan apa saja yang diperlukan, bagaimana kemungkinan kesembuhannya dan kemungkinan terburuk apa saja yang sewaktu-waktu dapat terjadi menimpa pasien. Tidak memberitahu pasien dengan alasan mencegah kemungkinan buruk terjadi pada pasien menurut saya bukan lah pilihan yang tepat. Jika kita memberitahu pasien tentang penyakitnya, kita juga dapat memberikan support kepada pasien agar tetap optimis dan semangat meskipun kemungkinan untuk sembuhnya sedikit. Selain itu jika kita memberitahu pasien tentang penyakitnya dan memberikan support kepada pasien, maka bukan hal yang tidak mungkin pasien akan semangat dan akan mengikuti dan menyetujui tindakan pengobatan yang akan kita berikan kepadanya dengan begitu kita juga akan meminimalisasi kemungkinan buruk yang terjadi kepada pasien.