case + tinjauan pustaka plasenta previa
DESCRIPTION
ObstetriTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
Seorang Ibu dengan G2P1A0 Gravida 37 minggu dengan
Hemoragic Antepartum e.c Plasenta Previa
Disusun oleh :
Resty Aulia Indriani (406138022)
Marsha Marcelina (406138053)
Pembimbing :
Dr. Freddy Dinata, Sp. OG
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
PERIODE 13 APRIL 2015 – 20 JUNI 2015
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS OBTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. DK
No. RM : 437168
Alamat : Kp. Cidokom rt 01 rw 11, Cisarua, Bogor
Umur : 30 tahun
Status : Kawin
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMK
Agama : Islam
Hamil : G2P1A0
Nama Suami : Tn. S
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : Karyawan
B. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
Autoanamnesis dilakukan 22 Mei 2015 jam 07.56
Keluhan utama: perdarahan dari jalan lahir
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang sendiri dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak pukul 05.00 (21/5/2015) sebanyak 1 kain, tidak bergumpal-gumpal, banyak, warna merah segar. Saat ini perdarahan masih aktif, tidak terlalu banyak, 1 pembalut. Mules (+) sejak jam 05.00 (21/5/2015), keluar air-air (-), lendir (-). Mual (-), muntah (-) , nyeri ulu hati (-), pandangan kabur (-), pusing (-), sesak nafas (-). Gerakan janin aktif. Pasien hamil anak kedua, riw. Keguguran (-), riw KB(+) suntik selama 1 tahun. HPHT 28/8/2014 TP: 4/6/2015 UK 37 mggu. riw mens teratur (28/7). ANC ke bidan 8x, tidak ada
masalah selama ANC, ke dokter obsgyn 1x. Riw USG (+) dengan plasenta letak rendah. Riw HT(-), DM(-), asma (-), alergi obat dan makanan (-).
Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lama haid : 7 hari
Haid teratur, tidak nyeri
HPHT : 28 Agustus 2014
TP : 4 Juni 2015
Riwayat Perkawinan
Pernikahan 1 kali, usia 25 tahun, selama 5 tahun
Riwayat Kehamilan
ANC rutin di bidan dan dokter.
Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas
Anak
ke
Tahu
n
Umur
Kehamilan
Jenis
Persalinan
Penolong Tempat
Melahirkan
BB
saat
lahir
Riw.
Nifa
s
Menetek
sampai
usia
1 2011 cukup
bulan
sontan bidan Puskesmas 3000
gram
lupa 2 tahun
Riwayat KB
OS menggunakan KB suntik tiap 3 bulan selama 1 tahun
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, asma dan
alergi.
OS tidak memiliki riwayat operasi sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing
manis, asma dan alergi.
C. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign
Tekanan darah: 110/70 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Frek. Napas : 22 x/menit
Suhu : 36,7 °C
BB : 65 kg
TB : 158 cm
Mata : Konjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-
Paru-paru : Vesikuler +/+, Wheezing -/-, Rhonki -/-
Jantung : BJ1-BJ2 murni reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : Tampak membuncit sesuai massa kehamilan, tampak linea
nigra, BU (+), supel, NT(-)
Ekstremitas : Edema -/-, -/- akral hangat
Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
o Inspeksi : perut membuncit, linea nigra (+), bekas operasi (-)
o Palpasi
TFU : 28 cm
Taksiran berat janin : (28-13) x 155 = 2325 gr
Leopold I : Teraba bagian bulat, lunak, tidak melenting
Leopold II : Teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kanan
Leopold III : Teraba bagian bulat, keras dan melenting
Leopold IV : Kepala belum masuk PAP
o Auskultasi : Denyut Jantung Janin (+) 153 x/ menit
o His : (+) 1-2 x dalam 10 menit selama 20 detik
Pemeriksaan Dalam : Inspekulo
V/V tidak ada kelainan, darah (+)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 22 Mei 2015 pukul 06.45
Darah rutin
Hemoglobin 12,3 g/dL (N: 12,0 – 16,0)
Leukosit 17500 (N: 4000 – 10.000)
Hematokrit 39,0 % (N: 36-46)
Trombosit 268.000 (N: 150.000-450.000)
Golongan darah/Rh O/+
Waktu perdarahan/BT 2,30 menit (N: 1-6)
Waktu pembekuan/CT 9.10 menit (N: 6-11)
Imunoserologi
HbsAG Stik Negatif Negatif
Kimia
GDS 80 (N: 80-120)
Pemeriksaan USG Tanggal 22 Mei 2015
Janin tunggal hidup grav 37-38 mggu
Presentasi kepala
TBBJ 2320 gram
AFI cukup
Plasenta menutupi OUI
Kesan : Plasenta Previa Totalis
D. RESUME
Telah diperiksa seorang wanita Ny. DK dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak pukul 05.00 (21/5/2015) sebanyak 1 kain, tidak bergumpal-gumpal, banyak. Saat ini perdarahan masih aktif keluar, tidak terlalu banyak 1 pembalut. Mules (+) sejak jam 05.00 (21/5/2015), keluar air-air (-), lendir (-). Gerakan janin aktif. Pasien hamil anak kedua, riw. Keguguran (-), riw KB(+) suntik selama 1 tahun. HPHT 28/8/2014 TP: 4/6/2015 UK 37 mggu. riw mens teratur (28/7). ANC ke bidan 8x, tidak ada masalah selama ANC, ke dokter obsgyn 1x. Riw USG (+) dengan plasenta letak rendah. Riw HT(-), DM(-), asma (-), alergi obat dan makanan (-).
Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lama haid : 7 hari
Haid teratur, tidak nyeri
HPHT : 28 Agustus 2014
TP : 4 Juni 2015
Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
o Inspeksi : perut membuncit, linea nigra (+), bekas operasi (-)
o Palpasi
TFU : 28 cm
Taksiran berat janin : (28-13) x 155 = 2325 gr
Leopold I : Bokong
Leopold II : PUKA
Leopold III : Kepala
Leopold IV : Kepala belum masuk PAP
o Auskultasi : Denyut Jantung Janin (+) 153 x/ menit
o His : (+) 1-2 x dalam 10 menit selama 20 detik
Pemeriksaan Dalam : Inspekulo
V/V tidak ada kelainan, darah (+)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium : Dalam batas normal
Pemeriksaan USG : Kesan: Plasenta Previa Totalis
DIAGNOSA KERJA : G2P1A0 grav 37 minggu dengan HAP e.c Plasenta Previa
Totalis
PENATALAKSANAAN :
- IV line
- NST
- R/ Seksio Sesaria
E. LAPORAN PERSALINAN
22 Mei 2015 pukul 14.40 dilakukan operasi sectio caesarea
Operasi Sectio Caesarea
- Dilakukan tindakan a dan antisepsis pada abdomen dan sekitarnya
- Dilakukan insisi pfannenstiel ± 10 cm
- Peritoneum dibuka tampak dinding depan uterus
- Plika vesikouteri diidentifikasi disayat melintang
- SBR disayat konkaf ke arah ligamentum rotundum kanan dan kiri
- Jam 14.44 lahir bayi perempuan, BB 2200 gram, PB 46cm, A/S 9/10
Jam 14.45 lahir plasenta lahir plasenta 400 gram ukuran 20x20x2 cm
Perdarahan diatasi, rongga abdomen dibersigkan dari darah dan bekuan darah
dilakukan pencucian dengan nacl 0,9%
- Dinding abdomen dijahit dengan PGA no.1
- Kuit dijahit subkutikuler
- Perdarahan selama operasi 500 CC
- Diuresis selama operasi 100cc
Instruksi pasca tindakan
- RL 2000cc/24 jam
- Ceftriaxone 1x2 gram
- As. Mefenamat 3x1
- Terlentang 24 jam
- Observasi TTV
- Cek HB post operasi 6 jam
- Hb ≤ 8 gr/dl rencana transfusi
Pemantauan Kala IV
Jm Ke waktu Tekanan Darah
Nadi Tinggi fundus uteri
kontraksi uterus
kandung kemih
darah yang keluar
I 15.20 103/67 80 2 jari ↓ pusat Baik DC + urine
Normal
15.35 103/67 80 2 jari ↓ pusat Baik DC + urine
Normal
15.45 103/67 80 2 jari ↓ pusat Baik DC + urine
Normal
15.55 103/67 80 2 jari ↓ pusat Baik DC + urine
Normal
II 16.25 110/70 80 2 jari ↓ pusat Baik DC + urine
Normal
16.55 110/70 80 2 jari ↓ pusat Baik DC + urine
Normal
Pemeriksaan Laboratorium Post Operasi
Darah rutin
Hemoglobin 11,1 g/dL (N: 12,0 – 16,0)
Leukosit 19.100 (N: 4000 – 10.000)
Hematokrit 34,0 % L (N: 36-46)
Trombosit 235.000 (N: 150.000-450.000)
F. FOLLOW UP
23 Mei 2015 jam 07.00 POD I
S : Nyeri perut bekas operasi, ASI belum keluar, flatus (-), BAK (+), perut terasa
kembung
O :
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Vital sign
Tekanan darah: 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Frek. Napas : 20 x/menit
Suhu : 36,8 °C
Mata : Konjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-
Paru-paru : Vesikuler +/+, Wheezing -/-, Rhonki -/-
Jantung : BJ1-BJ2 murni reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : datar , BU (+), NT(+) sekitar luka operasi, TFU 2 jari dibawah
pusat, kontraksi baik, LO : verband (+), rembes darah (-)
Genitalia : V/V tidak ada kelainan, lochia (+) minimal
Ekstremitas : Edema -/-, -/- akral hangat
A: P2 A0 post SC a/i HAP e.c Plasenta previa totalis
P : - ceftriaxone 1x2g
- Ketoprofen supp 3x1
- Alinamin amp 2x1
- Tidak puasa
- R/lepas kateter
24 Mei 2015 jam 07.00 POD II
S : Nyeri perut bekas operasi, ASI +/+, BAK (+), flatus (+), kembung (-), BAB (+)
O :
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Vital sign
Tekanan darah: 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Frek. Napas : 20 x/menit
Suhu : 36,8 °C
Mata : Konjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-
Paru-paru : Vesikuler +/+, Wheezing -/-, Rhonki -/-
Jantung : BJ1-BJ2 murni reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : datar , BU (+), NT(+) sekitar luka operasi, TFU 2 jari dibawah
pusat, kontraksi baik, LO : verband (+), rembes darah (-)
Genitalia : V/V tidak ada kelainan, lochia (+) minimal
Ekstremitas : Edema -/-, -/- akral hangat
A: P2 A0 post SC a/i HAP e.c Plasenta previa totalis
P: - Cefadroxil 2 x 500 mg
- Asam Mefenamat 3 x 500mg
- SF 1 x 1
- Mobilisasi
25 Mei 2015 jam 07.00 POD III
S : tidak ada keluhan
O :
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Vital sign
Tekanan darah: 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Frek. Napas : 20 x/menit
Suhu : 36,8 °C
Mata : Konjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-
Paru-paru : Vesikuler +/+, Wheezing -/-, Rhonki -/-
Jantung : BJ1-BJ2 murni reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : datar , BU (+), NT(-), TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi
baik, LO : Kering (+), tertutup, rembes darah (-)
Genitalia : V/V tidak ada kelainan, lochia (+) minimal
Ekstremitas : Edema -/-, -/- akral hangat
A: P2 A0 post SC a/i HAP e.c Plasenta previa totalis
P: - Boleh Pulang
- cefadroxil 2 x 500 mg
- Asam Mefenamat 3 x 500mg
- SF 1 x 1
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI1,2,3
Plasenta Previa adalah suatu keadaan yang menggambarkan implantasi plasenta yang
menutupi atau berdekatan denga Ostium Uteri Interna. (prae = di depan; vias = jalan)1,2,3
Sejalan dengan bertambah besarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim ke arah
proximal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segment bawah rahim ikut
berpindah mengikuti perluasan segment bawah rahim seolah plasenta itu bermigrasi. Ostium
uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala 1 bisa mengubah luas
pembukaan serviks yang tertutup oleh plasenta yang mempengaruhi derajat atau klasifikasi
plasenta previa ketika pemeriksaan ante dan intranatal dilakukan.1
KLASIFIKASI1
Plasenta Previa Totalis atau Komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium
uteri internum.
Plasenta Previa Parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum.
Plasenta Previa Marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium
uteri internum.
Plasenta Letak Rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
yang tepi bawahnya berada pada jarak kurang lebih 2 cm dari ostium uteri internum.
Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.
Gambar 16
INSIDEN1,2,3
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada usia di atas 30
tahun, kehamilan ganda, riwayat kuretase berulang, bekas seksio sesaria. Tercatat insidennya
berkisar 1,7 % hingga 2,9%.
PEMBENTUKAN PLASENTA4
Plasenta berbentuk bundar dengan diameter 15-20 cm, tebal 2,5 cm, berat rata-rata 500 g.
Plasenta berasal dari sebagian besar janin yaitu vili korialis dan sebagian kecil dari ibu yaitu
desidua basalis. Plasenta telah terbentuk lengkap pada usia kehamilan 16 minggu. Jumlah
kotiledon tetap sepanjang kehamilan dan bertumbuh sampai kehamilan cukup bulan
walaupun pada akhir kehamilan aktifitasnya kurang. Setelah fertilisasi sel telur yang telah
dibuahi akan mengalami perkembangannya dari zigote menjadi morula dan pada waktu
nidasi pada hari ke 6 hasil konsepsi telah mencapai stadium blastula. Hertig (1962)
menerangkan bahwa 72 jam setelah fertilisasi, 58 sel blastula telah berdifferensiasi menjadi 5
sel membentuk embrio dan 53 sel membentuk trofoblas.
Segera setelah implantasi/ketika blastokist menyentuh endometrium trofoblas
berproliferasi dengan cepat dan mengadakan diferensiasi serta menginvasi desidua
disekelilingnya. Pada saat ini trofoblas yang letaknya paling luar yaitu trofoblas yang
bersebelahan dan yang menginvasi endometrium menyatu menjadi suatu membran amorf
yang berinti banyak, warna nukleus gelap tersebar tak merata dalam sitoplasma basofilik,
lapisan ini disebut sinsitiotrofoblas. Sedangkan lapisan paling dalam dari trofoblas yang
bersebelahan dengan embrio, terdiri dari sel yang mononuklear dengan sitoplasma yang
pucat, lapisan ini disebut sitotrofoblas. Sitotrofoblas adalah sel-sel Langhans yaitu merupakan
undifferentiated stem sel, sedangkan sinsitiotrofoblas merupakan sel yang sudah
berdifferensiasi sempurna atau fully differentiated, yang berasal dari transformasi
sitotrofoblas.
Lapisan sinsitiotrofoblas akan berhubungan langsung dengan sel-sel maternal atau plasma
maternal. Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi invasi sel-sel trofoblas endometrium.
Invasi ini menyebabkan kebocoran kapiler dan vena-vena kecil yang mengakibatkan darah
keluar dan mengalir kedalam lakuna yang nanti akhirnya menjadi vili korialis.
Dalam vili ini pada hari ke 12 terbentuk kapiler-kapiler dan vena-vena kecil. Vili-vili ini
terapung-apung dalam ruang intervili. Tiap vili dan cabang-cabangnya akan membentuk
kotiledon plasenta. Vili korialis yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh
bercabang-cabang, disebut korion frondosum, sedangkan yang berhubungan dengan desidua
kapsularis kurang mendapat makanan sehingga akhirnya menghilang disebut korion leave.
Pada kehamilan dini vili tersebar pada seluruh permukaan membran korion, secara kasar
sebuah hasil konsepsi yang dikeluarkan dari endometrium pada stadium perkembangan ini
memperlihatkan masa yang berbulu kasar.
Implantasi plasenta normal terjadi pada dinding anterior dan posterior dari fundus. Tempat
nidasi disebut desidua. Desidua adalah mukosa rahim pada kehamilan dan terbagi atas :
1. Desidua basalis, terletak antara hasil konsepsi dan dinding rahim, merupakan tempat
perkembangan plasenta selanjutnya.
2. Desidua kapsularis, terletak diantara ovum dan kavum uteri dan merupakan bagian
dari mukosa uterus yang segera menutupi embrio setelah implantasi, yang lama-
kelamaan bersatu dengan desidua vera.
3. Desidua vera / desidua parietalis, adalah desidua yang tidak mengandung ovum yang
meliputi lapisan dalam dinding rahim lainnya.
Desidua basalis dan desidua vera terdiri dari 3 lapisan :
Zona kompakta, bagian permukaan yang bersifat padat.
Zona spongiosa, bagian tengah yang berisi kelenjar-kelenjar dari pembuluh-pembuluh
darah kecil sehingga permukaannya menyerupai spons.
Zona basalis, bagian dasar yang berhubungan dengan otot uterus dan masih ada
setelah persalinan dan membentuk endometrium baru.
Darah ibu yang berada di ruang intervili berasal dari arteri spiralis yang berada di desidua
basalis. Pada sistolik darah disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur
kedalam ruang intervili sampai mencapai lempeng korialis, pangkal dari kotiledon-kotiledon
janin. Darah tersebut memperdarahi semua vili korialis dan kembali perlahan-lahan dengan
tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua. Ditempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta
terdapat vena-vena yang melebar (sinus) untuk menampung darah kembali. Pada pinggir
plasenta dibeberapa tempat terdapat pula suatu ruang vena yang luas untuk menampung arah
yang berasal dari ruang intervili di atas, ruang ini disebut sinus marginalis. Darah ibu
mengalir keseluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml tiap menit pada kehamilan 20
minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu. Seluruh ruang intervili tanpa
vili korialis diperkirakan seluas 11 m2, dengan demikian pertukaran zat-zat makanan sangat
terjamin.
ETIOLOGI1,5
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belumlah diketahui dengan
pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa desidua di daerah segmen bawah
rahim. Teori lain mengatakan mungkin karena vaskularisasi desidua yang tidak memadai atau
karena proses radang atau atrofi.
Faktor Resikonya adalah paritas tinggi, usia lanjut, cacat lahir misalnya bekas bedah sesar,
kuretase, miomektomi.
Hipoksemia akibat karbonmonoksida hasil pembakaran rokok menyebabkan plasenta menjadi
hipertrofi sebagai upaya kompensasi. Pada plasenta yang terlalu besar seperti pada kehamilan
ganda atau pada eritroblastosis fetalis bisa menyebabkan sebagian atau seluruh ostium uteri
interna tertutup plasenta tersebut.
PATOFISIOLOGI1
Pada kehamilan lanjut ummumnya pada trimester ke tiga dan mungkin juga lebih awal, oleh
karena mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan,
seperti yang kita ketahui tapak plasenta terbentuk dari desidua basalis yang tumbuh menjadi
bagian dari plasenta. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka
plasenta yang berimplantasi di situ sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelapasan
dari desidua. Demikian pula pada waktu serviks mendatar dan membuka. Pada tempat
laserasi akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu ruangan intervillus
dari plasenta. Perdarahan di tempat itu relatif dipermudah dan diperbanyak oleh karena
segmen bawah serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena element otot yang
domilikinya sangat minimal, dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak akan
tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhenti bila terjadi pembekuan.
Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim berlangsung bertahap dan progresif maka
perdarahan akan berulang karena adanya laserasi baru dan tanpa ada sebab lain. Darah yang
keluar adalah darah segar dan tidak terasa nyeri. Pada plasenta previa totalis, perdarahan
lebih sering terjadi pada awal kehamilan karena segmen bawah lahir akan terbentuk dahulu
pada ostium uteri internum, sedangkan pada plasenta letak rendah atau parsialis, perdarahan
baru terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama dapat terjadi
pada kehamilan di bawah 30 minggu tetapi separuhnya terjadi pada usia 34 minggu ke atas.
Hal yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang tipis mudah diinvasi
oleh pertumbuhan villi dari trofoblast, akibatnya plasenta melekat lebih kuat pada dinding
uterus, sehingga pertumbuhan villi bisa menembus ke buli – buli dan ke rektum. Plasenta
akreta, inkreta bahkan perkreta lebih sering terjadi pada uterus yang sebelumnya pernah
bedah sesar. Hal ini meningkatkan perdarahan paska persalinan, misalnya plasenta sulit lepas
atau segmen bawah rahim sulit berkontraksi.
GAMBARAN KLINIS1,2
Gambaran yang menonjol dari plasenta previa adalah perdarahan uterus berulang yang keluar
melalui vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak dan berhenti
sendiri. Perdarahan berulang tanpa sebab yang jelas beberapa waktu kemudian. Setiap
pengulangan perdarahan biasanya lebih banyak dari sebelumnya. Pada plasenta previa letak
rendah, perdarahan hanya sedikit sampai banyak, mirip solusio plasenta.
DIAGNOSIS BANDING7
Cervitis
Melahirkan
Ruptur membran uteri
Kelahiran preterm
Vaginitis
Vulvovaginitis
PEMERIKSAAN PENUNJANG2
Pemeriksaan Laboratorium:
Hemoglobin
Hematokrit
Clotting Time
Bleeding Time
Golongan darah dan Rh
DIAGNOSIS1,3
Dahulu kepastian diagnosis pada kasus perdarahan banyak, pasien dipersiapkan di kamar
bedah sedemikian rupa, dengan posisi litotomi dilakukan pemeriksaan dalam. Bila teraba
plasenta lateralis atau marginalis dilanjutkan dengan amniotomi dan diberi oksitosin drip
untuk mempercepat persalinan jika tidak terjadi perdarahan banyak untuk kemudian pasien
dikembalikan ke kamar bersalin. Jika terjadi perdarahan banyak atau ternyata plasenta previa
totalis, langsung dilanjutkan dengan seksio sesaria.persiapan demikian disebut dengan double
set-up examination.
Dewasa ini double set – up examination pada banyak rumah sakit sudah jarang dilakukan
berhubung telah sedia alat Ultrasonografi. Transabdominal ultrasonografi dalam keadaan
kandung kemih yang dikosongkan akan memberi kepastian diagnosis plasenta previa dengan
ketepatan tinggi sampai 96% - 98%. Walaupun lebih superior jarang diperlukan transvaginal
ultrasonografi untuk mendeteksi keadaan ostiumuteri internum. MRI juga dapat dipergunakan
untuk mendeteksi kelainan pada plasenta termasuk plasenta previa. MRI kalah praktis jika
dibandingkan dengan USG terlebih dalam suasana yang mendesak.
KOMPLIKASI1,5
1. Karena pembentukan segmen bawah rahim terbentuk secara ritmik, maka pelepasan
plasenta dapat berulang dan semakin banyak dan tidak dapat dicegah, sehingga
penderita dapat menjadi anemia bahkan syok.
2. Perdarahan pada kala 3 karena plasenta akreta, inkreta, perkreta.
Gambar 26
3. Serviks dan segmen bawah harim yang rapuh namun kaya dengan pembuluh darah
sangat potensil untuk robek disertai perdarahan yang banyak.
4. Kelainan letak janin.
5. Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak dihindarkan sebagian oleh karena
tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum aterm.
6. Masa perawatan yang lama dan solusio plasenta (resiko relatif 13,8).
PENANGANAN1,2,3,5
Setiap perempuan yang hamil yang mengalami perdarahan dalam trimester kedua atau
trimester ketiga harus dirawat dalam RS, istirahat baring dan pemeriksaan darah lengkap
disertai golongan darah dan Rh.
Jika kemudian ternyata perdarahan tidak banyak dan berhenti serti janin dalam keadaan sehat
dan masih prematur dibolehkan pulang dilanjutkan dengan rawat rumah atau rawat jalan
dengan syarat telah mendapat konsultasi yang cukup dan segera kembali rumah sakit bila
terjadi perdarahan berulang, walaupun kelihatannya tidak mencemaskan. pada kehamilan 24
– 34 minggu diberikan steroid dalam perawatan antenatal untuk pematangan paru janin.
Bila perdarahan terjadi di trimester kedua perlu diwaspadai karena perdarahan ulang akan
lebih banyak. Bila ada tanda – tanda hipovolemi, transfusi darah yang cukup banyak perlu
diberikan. Hubungan suami isteri dan pekerjaan rumah tangga dihindari kecuali jika setelah
pemeriksaan ulang USG (minimal setelah 4 minggu) memperlihatkan ada migrasi plasenta
menjauhi OUI.
Selama rawat inap, mungkin perlu diberikan tranfusi darah dan dipantau kesehatan janin.
Perdarahan dalam trimester ketiga perlu pengawasan lebih ketat dengan istirahat baring yang
lebih lama sampai melahirkan. Jika pada waktu masuk terjadi perdarahan hebat perlu segera
terminasi janin jika janin sudah viabel, bila tidak, tunggu hingga 37 minggu dan bila pada
amniosentesis menunjukan paru janin sudah matang, terrminasi dapat dilakukan. Pada pasien
yang sebelumnya pernah bedah seksio sesaria, perlu diteliti dengan USG atau color dopler,
atau MRI untuk melihat kemungkinan pasien mengalami plasenta akreta, inkreta atau
perkreta.
Pasien dengan semua klasifikasi plasenta previa dalam trimester ketiga yang dideteksi dengan
USG transvaginal belum ada pembukaan pada serviks, persalinannya dilakukan dengan
seksio sesaria, seksio juga dilakukan apabila ada perdarahan banyak yang mengkhawatirkan.
Antibiotik juga harus diberikan mengingat kemungkinan infeksi yang besar akibat perdarahan
dan tindakan – tindakan intrauterin.
Dapat disimpulkan penanganan plasenta previa dapat dibagi menjadi 2 golongan:
1. Terminasi / aktif :
Bila perdarahan cukup banyak, kehamilan sudah cukup bulan, parturien dan anak mati
(tidak selalu)
Cara vaginal : perdarahan yang lebih sedikit, pembukaan besar, multiparitas,
tingkat plasenta yang ringan dan anaka sudah meninggal.
Seksio sesaria : perdarahan yang banyak, pembukaan yang kecil, nulipara,
tingkat plasenta previa yang berat.
2. Ekspektatif :
Bila keadaan umum ibu dan anak masih baik, Hb ibu masih normal, perdarahan tidak
banyak
Pasien dirawat di RS hingga berat janin 2500 gram
Atau kehamilan sudah mencapai 37 minggu
Gambar 36
Penanganan perdarahan pada kala 3:
Manual Plasenta
Oxytocin IV/IM atau Methergin 0,2 mg IM
Transfusi darah
Histerektomi
PROGNOSIS1
Prognosis plasenta previa dewasa ini lebih baik daripada masa lalu. Hal ini disebabkan karena
diagnosis yang lebih dini dan tidak invasif dengan USG dan kesediaan darah yang memadai
dari setiap RS, dan juga akibat penurunan jumlah ibu hamil dengan paritas tinggi dan usia
tinggi berkat program KB.
DAFTAR PUSTAKA
1. Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta: BP-SP,
2008
2. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.
Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RS. Dr. Hasan Sadikin.
Bandung: FK Universitas Padjajaran, 2005
3. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.
Obstetri Fisiologi. Bandung: Elemen, 1983
4. Suryawan Aloysius, dr. Perkembangan plasenta dan Sistim Sirkulasi pada Kehamilan.
Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung, 2008
5. Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC,
2005
6. Sakornbut Ellen, Leeman Laurence, Fontaine Patricia. Late Pregnancy Bleeding. Volume
78, number 8. America: American Family Physician, 2007
7. Saju Joy, MD, MS. Placenta Previa. Dapat diakses di
http://emedicine.medscape.com/article/262063-overview#showall . Di akses tanggal 23
Mei 2015.