case head injury n alkoholism
TRANSCRIPT
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
1/46
Hipotesa 3
AlkoholismHipotesa 1
Head InjuryHipotesa 2
Intracranial Hemorrhage
(+) irritable(+) alcoholic smell
(+) psychiatric exam: alcoholic
(+) family alloanamnesa
(+) Lab: Blood alcohol level (+)
Urine test: benzodiazepine
Hanya sebagai factor resiko
terjadi kecelakaan
(+) pingsan sadar pingsan
(+) injury di temporo-parietal sebelah kanan
(+) mengalami ilusi
(+) pingsan sadar pingsan
(+) pembengkakan injury di temporo-parietal
sebelah kanan
Diagnosa
Head injury Epidural hemorrhage Herniasi
(+) PE: - GCS spoor
- BP
- Pulse rate (+) NE: - pupil anisocor
- hemiparesis pada sisi kiri
- babinski (+)
(+) Lab: HB
(+) Neuroimaging: - X-Ray fracture line in the temporo-parietal
region
- CT-Scan right temporo-parietal epidural
hemorrhage, midline shift &
bra n edema
Komplikasi
Right tympanic membrane was bulging
& dark purple
Diagnosa
Operated by neurosurgeon to evacuate
the intracranial hematom
Suggestion
Audiometry & tympanometry
Prognosis Good
Chief Complain
Kecelakaan ketika mengendarai motor kepalanya membentur
jalan irritable tecium alkohol dari mulutnya
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
2/46
TIME LINE
Past
3 Hours ago 10 minutes later 1 hours later 30 minutes later at the hospital (ER)
- Kecelakaan motor - Lalu sadar tapi - Dibawa pulang - mulai sulit dibangun- - irritable(tanpa helm) masih bingung - muntah 2x kan - napas bau alkohol
- Kepala terbentur - terlihat mengantuk - kadang berteriak seakan-
ke jalan tapi masih bisa akan melihat hantu- Tidak sadar untuk menjawab pertanyaan - mengatakan orang sekitarnya10 menit akan membunuhnya
- kepala bagian temporo-
Then, parietal cedera dan bengkak
- pasien tidak sadar dengan GCS = 8 (sopor) , BP : 150/80
- neurologic exam pupil anisocor (diameter ; ka: 5; ki: 3 mm)
Hemiparesis di kiri
Babinski +
- psychiatric exam : napas bau akohol- family alloanamnesa : ayah alkoholik; orangtua bercerai (saat 12 th), ayah tidak merawatnya; mulai merokok,menggunakan obat-obatan, minum alcohol;
perubahan perilaku : irritable; berbohong; bolos; mencuri
- lab : alchol darah +
Urine : benzodiazepine +
- x-ray lateral : garis fraktur di daerah temporo-parietal
- CT-scan : temporo-parietal kanan pendarahan epidural, midline shift 5mm dan edema otak
Manajement- Evakuasi intracranial hematom oleh neurosurgeon
Then,
- 2 hari setelah operasi, sadar penuh, telinga kanan terjadi penurunan pendengaran membrane timpani kanan menonjol dan berwarna ungu gelap- 2 minggu kemudian setelah rehab congnitiv behaviour (2x sminggu), tidak ada paralysis, ketika diajak bicara masih apathy 7 menjawab pendek
- setelah 3 bulan, bisa kembali kuliah
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
3/46
KEPALA
TULANG TENGKORAK
Terdiri dari :
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
4/46
Istilah:- Skull head skeleton beserta mandible
- Cranium skull tanpa mandible
- Cranium terdiri dari Calvaria (atap)
Cranial base dasar/lantai
Anterior Aspect of the Skull
Frontal Bone
- Glabela tonjolan kecil di frontal superior nasal
- Nasion prtemua antara sutura internasal dengan frontonasal
Zygomatic Bones
Maxilla (upper jaws)
Mandible (lower jaws)
Lateral Aspect of the Skull
Pterion pertemuan antara tulang sphenoid, temporal, frontal dan pari-
etal bones (H shape)
External acoustic opening
Posterior Aspect of the Skull
Occipital Bone
- Lambda pertemuan antara sutura sagittal dengan sutura lambdoid
- Bregma pertemuan sutura coronal dengan sagittal.
- Vertex superior point dari neurocranium di midline skull
KULIT KEPALA (SCALP)
Kulit kepala menutupi cranium, dan meluas dari linea nuchalis superior pada os
occipitale sampai margo supraorbitalis ossis frontalis. Ke arah lateral kulit kepala
meluas lewat fascia temporalis ke arcus zygomaticus. Kulit kepala terdiri dari lima lapis
jaringan; tiga lapis pertama saling berhubungan secara erat satu dengan yang lain dan
bergerak sebagai satu kesatuan.
1. Skin (kulit). Merupakan kulit yang tipis, mengandung banyak kelenjar keringat
dan kelenjar minyak (kecuali daerah occipital), serta folikel rambut.
2. Connective tissue (jaringan ikat). Merupakan lapisan subkutan, memiliki
banyak pembuluh darah dan saraf.
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
5/46
3. Aponeurosis epicranialis (galea aponeurotica). Selembar jaringan ikat yang
kuat dan merupakan lembar tendo bagi m. occipitalis dan m. frontalis.
- M. frontalis: menarik kulit kepala ke depan, mengerutkan dahi, dan
mengangkat kedua alis.
- M. occipitalis: menarik kulit kepala ke belakang dan mengerutkan kulit
tengkuk.
4. Loose connective tissue (jaringan ikat longgar). Bentuknya menyerupai spon
karena berisi banyak ruang potensial yang dapat mengembang karena menyerap
cairan yang terbentuk akibat cedera atau infeksi; lapis ini memungkinkan ketiga
lapis di atasnya bergerak secara bebas terhadap lapis terdalam.
5. Pericranium. Selapis jaringan ikat padat, melekat erat pada ossa cranii.
Persarafan
- Depan auricula: melalui cabang-cabang ketiga divisi nervus cranialis V.
- Belakang auricula: berasal dari saraf-saraf kulit spinal (C2 dan C3).
Vaskularisasi
arcus aorta a.brachiocephalic a.carotid communis:
- a. carotis externa a. occipitalis: bagian belakang kepala
a. auricularis posterior: bagian belakang telinga
a. temporalis superficialis: bagian depan auricular
- a.carotis interna a. supratrochlearis: bagian depan/dahi kepala
a. supraorbitalis: bagian depan/dahi kepala
v. supraorbitalis v. occipitalis v. temporalis superficialis
v. supratrochlearis (dari daerah v. auricularis posterior
occipitalis) (dari depan dan belakang
Auricular)
v. facialis
(dari depan)
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
6/46
v. retromandibularis anterior v. retromandibularis
posterior
v. jugularis interna v. jugularis eksterna
v. subclavia
Limfe
Penyaluran limfe kulit kepala adalah ke lingkaran kelenjar-kelenjar superficial:
- Nodi lymphoidei submentalis
- Nodi lymphoidei submandibularis
- Nodi lymphoidei parotidei
- Nodi lymphoidei mastoidei
- Nodi lymphoidei occipitals
Limfe dari kelenjar-kelenjar ini disalurkan ke nodi lymphoidei cervicales profundi di
sepanjang v.jugularis interna.
VASKULARISASI OTAK
Vaskularisasi otak terjadi melalui cabang a.carotis interna dan a.vertebralis:
- a. carotis communis di leher dipercabangkan a. carotis interna cabang
terminal a. cerebri anterior dan a. cerebri media.
- a. subclavia di pangkal leher, dipercabangkan a. vertebralis bersatu di
tepi kaudal pons a. basilaris melintas lewat cisterna pontis ke tepi superior
pons a. cerebri posterior dextra dan a. cerebri posterior sinistra.
Circulus arteriosus cerebri (Willis), terdapat di dasar otak, dibentuk oleh a. cerebri
posterior, a. communicans posterior, a. carotis interna, a. cerebri anterior dan a.
communicans anterior.
Arteri Asal Distribusi
- a. vertebralis
- a. inferior
posterior cerebelli
- a. basilaris
a. subclavia
a. vertebralis
Dibentuk melalui
persatuan kedua a.
Meninges dan cerebellum
Aspek postero-inferior cerebellum
Truncus encephali, cerebellum, dan cerebrum
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
7/46
- a. inferior
anterior cerebelli
- a. superior
cerebelli
- a. carotis
interna
- a. cerebri
anterior
- a. cerebri
media
- a. cerebri
posterior
- a.
communicans ant.
- a.communicans post.
vertebralis
a. basilaris
a. basilaris
a. carotis communis pada
tepi atas cartilage
thyroidea
a. carotis interna
Lanjutan a. carotis
interna di sebelah distal
dari a. cerebri anterior
cabang terminal a.
basilaris
a. cerebri anterior
a. cerebri posterior
Aspek inferior cerebellum
Aspek superior cerebellum
Melepaskan cabang-cabang dalam sinus
cavernosus dan merupakan pemasok darah
utama untuk otak
Hemisfer-hemisfer serebrum, kecuali lobus
occipitalis
Bagian terbesar permukaan lateral hemisfer-
hemisfer serebrum
Aspek inferior hemisfer-hemisfer serebrum
dan lobus occipitalis
Circulus arteriosus cerebri (Willis)
Circulus arteriosus cerebri (Willis)
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
8/46
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
9/46
CRANIAL MENINGES
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
10/46
CNS dilapisi 3 meninges :
a. Dura mater, merupakan 2 membran fibrous yang melekat.
a. Outer dural layer
Merupakan lapisan dari dura mater (peiosteal dura) yang dekat dengan inner
lamina (bagian terdalam) dari cranium. Di daerah ini terdapat :
- Cabang-cabang utama dari middle meningeal a.
- Epidural space merupakan space yang berada di antara inner
lamina dari cranium dengan dura mater ini.
b. Inner dural layer
Disebut juga true dura mater, yang melekat pada outer dural layer. Di daerah ini
terdapat struktur-struktur:
- Lipatan-lipatan inner dural layer
Falx cerebri, berada antara cerebral hemisphere
Falx cerebeli, berada di midsagittal plane
Tentorium cerebelli, antara cerebrum dengan cerebellum
Diaphragm sellae
- Dural venous sinuses
Venous drainage
Superior sagittal sinus, berada di falx cerebri, dimulai dari crista galii ke
posterior, menerima darah dari superficial cerebral vein.
Inferior sagittal sinus, berada di inferior falx cerebri
Straight sinus, dari apex tentorium cerebelli lalu bergabung dengan
cerebral vein. Confluences sinuses, dibentuk dari gabungan superior sagittal, straight
& occipital sinuses.
Transverse sinuses, berada dikedua sisi tentorium cerebelli.
Superior petrosal sinus
Sigmoid sinus
c. Cranial nerve, ada cranial nerve yang melewati daerah ini dari bagian
anterior menuju posterior.d. Epidural space,
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
11/46
merupakan space yang berada di antara inner lamina dari cranium dengan dura
mater (outer layer/periosteal dura)
e. Subdural space, merupakan space antara true dura dengan arachnoid
layer.
b. Arachnoid, terdiri dari fibrous membrane mengandung serat-serat collagen dan
elastic.
- Subarachnoid space antara lapisan arachnoid dengan pia mater,
yang berisi CSF (Cerebropinal Fluid)
c. Pia mater, jaringan ikat transparan, merupakan lapisan yang langsung melekat
ke otak.
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
12/46
CRANIOCEREBRAL TRAUMA
Cedera kepala sering terjadi pada negara yang berkembang dan industri, dan lebih
sering terjadi pada orang sekitar 20-30 tahun. Dari cedera kepala tersebut bisa terjadi
fraktur maupun cedera saraf cranial.
SKULL FRACTURE
Macam-macam fraktur:
1. Fraktur linear
Fraktur ini sekitar 80 % dari semua fraktur tengkorak, berkaitan dengan hematom
subdural/epidural meluas dari titik tekanan ke arah basis tengkorak.
2. Fraktur basilaris
Merupakan perluasan dari fraktur yang berdekatan diatas kecembungan dari
tengkorak, tetap juga dapat terjadi secara bebas akibat strees pada dasar dari fossa
kranialis atau oksiput. Biasanya terletak sejajar dengan tulang petrosa/sepanjang
tulang spenoid ke arah sella tursika dan sulkus etmoid. Kebanyakan tidak
berkomplikasi, tetapi dapat menyebabkan kebocoran CSF, pnemosefalus, atau fisula
kavernosakarotis, sering disertai oleh hemotimpanum (darah di belakang membrane
timpani), ekomis tertunda di atas prosesus mastoideus atau ekomosis periorbitalis.
3. Fraktur depresi
Sering kali remuk, tetapi umumnya asimptomatik. Secara neurologik karena energi
tekanan dihamburkan dalam memecahkan tulang. Menyebabkan kontusi otak dan
tanda fokal dari area kortikal yang mendasari.
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
13/46
Jika kulit mengalami laserasi di atas fraktur tulang dan meningen yang
mendasari robekan, atau jika fraktur berjalan melintasi dinding posterior sinus nasalis,
bakteri atau udara dapat memasuki kavitas kranialis, sehingga menimbulkan meningitis,
pembentukan abses, atau pneumosefalus.
Cedera saraf cranial
1. Pada fraktur tengkorak basilaris
Saraf cranial yang rentan terhadap cedera dengan fraktur tengkorak ini adalah
olfactorius, optikus, okulomotorik, troklearis, trigeminalis cabang 1&2, fasialis, dan
auditoris.
2. Pada fraktur tulang sfenoid
Dapat menyebabkan memar atau putusnya saraf optikus, menimbulkan kebutaan
unilateral sebagian atau kebutaan lengkap dan pupil yang tidak reaktif, biasanya
ukurannya sama dengan sisi yang lain, dengan respons cahaya konsensual tetap
baik. Cedera saraf optikus sebagaian akibat trauma tertututp menimbulkan
kekaburan penglihatan, skotoma sentral,parasentral atau defek sektor.
PARENCHYMAL INJURY
1. Komosio
Hilangnya kesadaran sementara setelah mendapat trauma pada kepala.
Biasanya berlangsung singkat tetapi dapat sampai bebrapa jam.
Ada torsi dari otak bagian tengah yang dapat menggangu aktivitas
formasio retikularis untuk sementara waktu dan selanjutnya biasanya
menyebabkan hilangnya kesadaran.
2. Kontusi dan laserasi
a. Kontusi
Hilangnya kesadaran segera tetapi sementara, sering digambarkan
sebagai keadaan linglung atau berkunang-kunang dan berkaitan dengan
periode singkat amnesia.
Secara khas terjadi setelah trauma tumpul atau deselerasi dari area
frontal atau oksipital yang menciptakan gerakan mendadak dari otak di
dalam tengkorak
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
14/46
Pada keadaan parah dapat terjadi kontusi singkat atau gejala dan tanda
autonom seperti: muka pucat, bradicardia, pucat, pusing dengan hipotensi
ringan atau reaksi pupil yang lambat.
Mekanisme terjadinya kontusi diduga adalah disfungsi elektrofisiologik
sementara dari system aktivasi retikularis dalan otak tengah bagian atas
yang disebabkan oleh rotasi hemisfer serebral pada batang otak yang
relative terfiksasi.
Pada pemindaian CT scan terlihat dini sebagai hiperlusensi tidak
homogen dari darah yang menyebar di korteks dan subkorteka denga efek
masa yang mendistorsi ventrikel lateral.
Setelah beberapa jam, jaringan edematous di sekelilingnya terlihat
sebagai cincin dengan densitas rendah. Setelah beberapa minggu, beberapa
kontusi mempunyai densitas di sekelilingnya dengan peningkatan kontras
yang berbentuk seperti cincin.
Reaksi glial atau makrofag dimulai dari 2 hari, bertahun-tahun kemudian
menimbulkan depresi jaringan parut yang diwarnai oleh hemosiderin pada
permukaan yang merupakan salah satu sumber dari epilepsy pasca trauma.
b. Laserasi
Robekan yang terjadi oleh trauma tumpul yang berat, kadang-kadang
ada fraktur yang diikuti dengan perdarahan dan nekrosis.
Dihasilkan parut glia, berwarna coklat-kuning, yang tidak rata mengenai
bukan saja korteks tetapi juga struktur yang lebih dalam.
3. Diffuse axonal injury
Terjadi pada sekelompok penderita yang memberikan gangguan
neurologi yang hebat tetapi tidak terlihat adanya kerusakan otak yang berat
secara makroskopik.
Tanda khas penderita jatuh dalam koma yang dalam pada saat
mendapatkan luka dan mengalami perbaikan hanya sampai batas keadaan
vegetatif yang menetap.
Pemeriksaan mikroskopis jaringan otak menunjukkan kenaikkan yang
merata dan luas pada substansia alba dalam bentukl ruptur akson.
Pada kasus yang lanjut menunjukkan reaksi mikroglia, degenerasi
mielin, dan kadang-kadang kavita yang berukuran kecil.
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
15/46
TRAUMATIC VASCULAR INJURY
1. Subdural hematom
Pengumpulan kosentrik kecil di atas kecembungan hemisferik
berdekatan dengan berbagai derajat kontusi hemoragik permukaan. Bekuan
besar dianggap secara primer berasal dari vena, meskipun sering ditemukan
tempat perdarahan arterial tambahan.
Kebanyakan terletak di atas region frontotemporalis, kurang sering pada
fossa inferior media atau diatas kutub oksifitalis.
Hematom subdural kecil mungkin asimptomatik dan biasanay tidak
membutuhkan terapi. Menjadi asimptomatik dalam waktu beberapa menit
sampai beberapa jam setelah cedera.
Stupor atau sopor dan tanda pembesaran pupil unilateral merupakan
tanda major pada hematoma yang lebih besar. Dilatasi pupil biasanya ipsilateral
5-10% kontraleral terhadsap hematom.
2. Epidural hematom
Lokasi terletak diatas cembungan temporalis lateral dijelaskan oleh asal dari
pembuluh darah dura yang robek, paling umum pada arteri meningea media.
Timbul lebih cepat dari hematoma subdural, mayoritas pasien tak sadar
waktu pertama kali diperiksa.
Suatu interval lucid, beberapa menit sampai beberapa jam yang kemudian
menjadi koma.
Mayoritas pasien mengalami fraktur dari bagian skuamosa os temporalis,
melalui garis pembuluh yang robek.
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
16/46
3. Subarahnoid hemorrhage
Individu dengan resiko subarahnoid hemorrhage adalah yang memiliki
intracranial aneurysm, intracranial AVM, atau hipertensi, dan orang yang
diduga head injury, subarahnoid hemorrhage sering terjadi berulang biasanya
dari rupture intracranial aneurysm.
Ketika pembuluh darah bocor, darah masuk ke subarhnoid space. Ketika
pembuluh darah robek (tearing), terpompa ke subarahnoid space. Darah sangat
rentan menimbulan iritasi meningeal dan jaringan saraf lainnya neural tissues,
dan akan menghasilkan reaksi inflamasi pada jaringan tersebut.
ICP secara bertahap meningkat, ICP ini akan kembali pada keaddan yang
normal dalam waktu 10 menit, CBF&CPP akan menurun, adanya hematoma
akan menekan jaringan otak.
Manifestasi klinik: pada awalnya sakit kepala episodic yang berhungan
dengan bocornya pembuluh darah, perubahan status mental yang sementara,
atau level kesadaran, nausea dan vomiting, focal neurologic defects pada
penglihatan atau bicara.
Iritasi meningeal dan inflamasi biasanya terjadi, disebabkan oleh nuchal
rigidity, photopobia, blurred vision, irritability, restlessness, low grade fever.
Positif untuk test kernig sign, dan brudzinski sign.
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
17/46
SINDROMA KLINIS
1. Cedera minor
Pasien dengan sadar penuh dan terbangun setelah cedera kepala dengan
satu atau lebih gejala sakit kepala, pucat, mual, episode tunggal muntah, sulit
berkonsentrasi, atau penglihatan kabur, mempunyai prognosis yang lebih baik
dengan sedikit risiko deteriorasi.
Mengalami kontusi dan mengalami episode amnesia ringan.
Sakit kepala generalisata konstan, sakit kepala frontal sering terjadi
dalam beberapa setelah trauma.
Mayoritas pasien denagn cedar minor ini tidak mengalami fraktur pada
sinar-X tengkorak ataupun perdarahan pada pemindaian CT scan.
Anak dan dewasa muda terutama memberikan gejala rasa mengantuk,
mual, dan iritabilitas, kadang-kadang tertunda selama beberapa jam setelah
beberapa jam setelah cedera.
2. Cedera dengan keparahan sedang
Pasien yang tidak koma, tetapi mengalami kebingungan yang menetap,
perubahan tingkah laku, kesadaran kurang dari normal, pusing,tanda neurologik
fokal seperti hemiparesis, harus dirawat di rumah sakit dan menjalani
pemeriksaan pemindaian CT scan.
Selain sakit kepala dan pusing pascakonkutif, limbung, fotopobia, dan
vomitus, adalagi:
Delirium dengan disnklinasi yang harus diperiksa atau dibuang
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
18/46
Keadaan mental melambat, disebut abulia, juga diam, tidak tertarik dengan
penampilan wajah yang ksong, dan agak marah bila diganggu, pasien
berbaring diam dengan mata tertutup jika tidak dibangunkan, terlihat dengan
konkusi frontopolaris fronyal dan inferior. Hilangnya ingatan berat dengan penampilan retrogad dan anterodgad yang
buruk, sakit kepala, fotopobia,, terjadi pada kontusi lobus temporalis media
atau cedera difus.
Muntah berulang, nistagmus, mengantuk, ketidakstabilan
Mengantuk saja, atau membisu juga
Biasanay didahului oleh hilangnya kesadaran singkat dan banyak yang
berkaitan dengan fraktur tengkorak Mayoritas pasien dengan cedara ini mengalami perbaikan setelah 1-6
minggu.
3. Cedera dengan keparahan berat
Seringkali ada pembesaran atau asimeri pupil
Kedalaman koma dan ukuran pupil adalah yang paling penting
Postur eksremitas ekstensor dan tanda babinski lateral
dikembangkan dengan gerakan yang terlihat bertujuan adala umum.
PATOFISIOLOGI BERDASARKAN DAMAGE ORIGINATES
1. Primer
Disebabkan oleh impact yang terdiri dari keruskan saraf, primary glial
injury, vascular respons. Pada keadaan ini oligodendrosit rusak oleh debris dan
robekan. Ada dua tipe: focal brain injury dan diffuse brain injury.
a. Focal brain injury, spesifik grossly observable brain lesions-cortikalcontusion, epidural hemorrhage, subdural hematom, intracerebral hematom.
Manifestasi klinis mungkin immediate loss of consiousness, umumnya
terjadi tidak lebih 5 menit., herniasi lobus temporal juga ipsilateral pupilary
dilation dan contralateral hemiparesis.
b. Diffuse brain injury adalah hasil dari shaking effect (internal effects of
mechanical input to head associated with high levels dari akselerasi dan
deselarasi, effects dari pergerakan kepala.
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
19/46
Shearing, tearing/stretching dari nerve fibers dengan subsekuensi,
kerusakan axonal. Secara progresif jumlah dari axon yang rusak, dapat terlihat
12 jam beberapa hari setelah injury.
Patophyisiology: adanya kromatolisis dari neuron, axon hiloks swelling,
redistribution RE kasar pada cell body, ada juga astocytosis pada sisi axonal
yang rusak, adanya emilienasi terlihat pada bagian sepanjang axon dari upper
brain stem.
Keparahan dari diffuse brain injury berhubungan dengan direction dan
velocity dari rotation. DAI ini tidak berhubungan dengan hipertensi intracranial,
tapi akut brain swelling.
DAI ini mempunyai grade-grade:
a. Mild concussion
Adanya kerusakan pada axonal secara temporary, difungsi cortical cerebral,
yang berhubungan dengan attentional dan memory, tapi kesadaran tidak
menghilang. Mild concusion ini terdiri dari 3 grade, yaitu:
Grade 1: Confusion dan disorientasi yang berhubungan dengan
amnesia.
Grade 2: Momentary confusion dan amnesia retrograde , yang timbul
setelah 5-10 menit (memori menghilang ketika beberapa menit sebelum
kecelakaan).
Grade 3: confusion dan amnesia retrograde present from impact
b. Classic cerebral concussion
Aadanya diffuse cerebral disconnection dari brain stem reticular
activating system dan adanya phenomenon dari fisiologi, disfungsi
neurology tanpa kerusakan substantial anatomic. Classic cerebral
concussion terdiri dari 2:complete, yaitu accompanied focal injury dan
uncomplete yaitu tanpa focal injury.
Coma traumatic setelah lebih dari 6 jam, karena axonal disruption.
Postraumatic coma lasts 6-24 jam. Kematian tidak lazim terjadi, tapi
residual cognitive, physiologic, sensorimotor deficits mungkin ada.
Sekitar 8% dari severe head injury, 19% dari semua kasus.
c. DAI moderate
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
20/46
Basal skull fraktur, focal injury, biasanya tearing dari axons
pada kedua hemisfer terjadi. Coma lebih dari 24 jam, 93% dari severe
haed injury, 45% dari semua kasus DAI.
d. DAI severe Disebut juga primary brain stem injury brain stem contusion,
adanya kerusakan pada axon pada kedua belah hemisfer, extending dari
diencephalons dan brain stem, 16% dari severe head injury, 36% dari
semua kasus DAI, 64 % orang bisa survive, 30-40% berada pada low
levels, atau reduced states dari kesadaran untuk waktu yang panjang.
2. Sekunder
Cerebral edema, brain sweeling, hemorrhage, infection, dan
peningkatan tekanan intracranial. Tanda yang sangat significant adalah adanya
hipoksi jaringan. Ischemic neuron, kemudian enegy failure, dan akhirnya lactic
acidosis.
TEKANAN INTRAKRANIAL
Komponen dari kompartement intracranial adalah otak, CSF,
darah. Tengkorak membatasi isi intracranial total. Otak sebenarnya tidak dapat
ditekan, oleh karena itu CSF dan darah berfungsi sebagai dapar utama volume
intracranial yang meningkat.
ICP ini normalnya adalah 2-12 mmHg. Meningkatnya ICP
dalam kisaran 15-40 mmHg, yang tidak membahayakan akibat kenaikan tekanan itu
sendiri secara cepat dapat menimbulkan kerusakan sekunder, baik akibat menurunya
perfusi serebral jika mencapai tekanan darah dalam kranium karena penggeseran
yang berkaitan dari jaringan otak yang merusak batang otak bagian atas.
Oleh karena itu, kerusakan global akibat peningkatan ICP
bersifat iskemik dan berkaitan dengan perbedaan antara ICP dan tekanan darah
dalam arteri serebralis major. Jika perbedaan tekanan ini, yang disebut denga
tekanan perfusi serebral dibawah 40-60 mmHg, peningkatan ICP menjadi bersifat
merusak bagi sel saraf.
Tekanan intrakranial dipengaruhi oleh aktivitas sehari-hari,
contoh : pernafasan perut yang dalam, batuk dan mengedan.
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
21/46
Ruang intrakranial adalah suatu ruangan kaku yang terisi
penuh sesuai kapasitasnya dengan unsure yang tidak dapat ditekan:
Otak (1400 gr)
CSF (75 ml)
Darah (75 ml)
Jika 3 unsur utama ini meningkat
Mengakibatkan desakan pada ruangan yang ditempati oleh unsur lainnya
Menaikkan tekanan intrakranial
Ada mekanisme kompensasi yang bekerja bila satu dari 3
elemen intrakranial membesar melampaui proporsi normal. Tujuan untuk
mempertahankan TTIK normal yang juga berarti mempertahankan integrasi otak.
Mekanisme kompensasi :
Pengalihan CSF ke rongga spinal
Peningkatan aliran vena dari otak
Sedikit tekanan (tumor, head injury, edema, obstruksi aliran CSF) jaringan otak
TTIK secara berangsur-angsur akan bertambah
Head Injury (36-48 jam)
Timbul edema maximal
Peningkatan TTIK sampai 33 mmHg (450 mmH2O)
Mengurangi aliran darah otak
Iskemia timbul
Tekanan darah sistemik meningkat Merangsang pusat vasomotor
Inhibisi jantung
Bradicardia
Pernafasan menjadi lebih lambat
Retensi CO2 dan vasodilatasi otak
TTIK meningkat
HEAD INJURY
Vasodilatasi dan edema otak TTIK
ADO
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
22/46
Cedera jaringan otak rusaknya BBB iskemia jaringan otak, hipoksia
PCO2,PH
Manifestasi klinis peningkatan TTIK
Perubahan tingkat kesadaran pasien (paling khas)
Trias
o Nyeri kepala karena regangan dura dan pembuluh darah
o Papiledema yang disebabkan oleh tekanan dan pembengkakan discus
optikus
o Muntah
Hipertemia, perubahan motorik dan sensorik, perubahan bicara
Kejang
HERNIASI
Herniasi adalah penekanan isi tengkorak oleh tengkorak.
Herniasi sendiri ada2 yaitu supratentorial dan infratentorial.
1. Supratentorial
a. Uncal herniation, terjadi ketika uncus atau hippocampal gyrus atau
keduanya tertekan dari middle fossa, secara umum disebabkan oleh
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
23/46
expanding mass pada lateral region dari middle fossa. Dengan manifestasi
klinis: penurunan kesadaran, pupil menjadi sluggish before fixing and
dilatation. Adanya cheyne stokes respiration, adanya penampakan
dekortikasi menjadi desebrasi.
b. Central herniation, terjadi karena adanya massa yang melukai sekitar
perimeter frontal, parietal, occipital, extracerebral injuries sekitar central
apex dari kranium . Manifestasi klinik, secara cepat terjadi keadaan dari
sadar menjadi tidak sadar , adanya cheyne stokes respiration menjadi apne,
adanya small dan reactive pupil menjadi dilated pupil, dari desebrasi
menjadi dekortikasi
c. Cingulate herniation, terjadi ketika gyrus cingulated shift under the falx
cerebri. Tidak banyak diketahui mengenai manifestasi klinisnya
2. Infratentorial herniation
Cerebral atau tonsil menekan foramen magnum, karena adanya
peningkatan tekanan dari daerah posterior fossa.
Dengan sign and symptom: Paresthesia pada daerah bahu, penurunan
kesadaran, respirasi yang abnormal, pulse rate variation.
EDEMA OTAK
Ada dua macam edema otak yang sering ditemukan yaitu:
1. Edema vasonergik
Terjadi oleh karena adanya kebocoran besar dari cairan melalui
kapiler jaringan otak yang rusak atau melalui kapiler yang tidak kompeten.
Bersifat ekstraselullar.
Terdapat pada substansia alba sedangkan substansia grisea
secara nyata tidak terkena.
Edema ini bisa meyeluruh atau setempat.
Sifat yang khas adalah tampak di sekitar lesi yang besar dan
seringkali terdapat di sekitar lesi yang menunjukkan banyak proliferasi
kapiler, seperti omplantasi metastatik dan abses-abses, mungkin hal ini
disebabkan oleh karena kapiler-kapiler yang baru terbentuk tidak
mempunyai fungsi blood brain barrier.
2. Edema sitotoksik
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
24/46
Merupakan penimbunan cairan yang berlebihan di dalam sel, yang lebih
sering menyerang substansia grisea daripada substansia alba.
Terjadi karena proses iskemik atau keracunan yang menggangu fungsi
membran sel atau pompa ion, merusak keseimbangan osmotik dari sel, danakhirnya menyebabkan masuknya sejumlah besar air dan molekul lainnya
ke dalam sel.
MEKANISME INJURY
Setelah 24 jam injury, terjadi focal swelling dekat dengan daerah kerusakan dengan
fragmentasi dari ER, neurotubule, neurofilament dan akumulasi dari organel.
Axolemma jadi terputus (pada bagian tertentu terdapat swelling dan bagian lainnya
terdapat narrowingbeaded appearance)
Myelin yang terdapat di sekelilingnya fragmented axon pecah membentuk jajaran
ellipcoids
Sel schwan dan makrofag mendegradasi axon dan rusak
Selain itu juga terjadi retrograde axon reaction atau chromatolysis (adanya cell
swelling, disrupsi dari nissl substansi, migrasi dari cell nucleus dan pembesaran dari
nucleus)
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
25/46
NEUROIMAGING
Neuroimaging meliputi kegunaan berbagai macam teknik baik secara langsung maupum
tidak langsung dalam melihat gambar sturktural dan fungsional otak.
Kategori neuroimaging :
Stuktrural imaging melihat struktur otak secara gross (dalam skala besar)
dalam mendiagnosis intracranial disease dan injury.
Fungsional imaging digunakan untuk mendiagnosis penyakit metabolic dan
lesi pada skala kecil, seperti: Alzheimers disease. Dan juga digunakan untuk
penelitian ilmu kognitif dan neurological serta membangun brain-computer inter-
faces dalam meproses informasi oleh pusat pada otak untuk dapat divisualisasikan
secara langsung,seperti : meningkatkan metabolisme.
Tipe brain imaging:
1. CAT
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
26/46
Computed Tomography (CT)/Computed Axial Tomography
(CAT) scanning menggunakan seri X-ray pada kepala yang diambil dari
berbagai arah yang bebrbeda-beda.
Secara tipikal digunakan untuk melihat injury otak secara cepat.
CT scan menggunakan program komputer yang memperlihatkan
kalkulasi integral numeric pada pegukuran seri X-ray untuk menujukkan
seberapa besar penyerapan pada volume otak yang kecil.
Jenis informasi yang terlihat yaitu bagian otak ynag menyilang,
Densitas kepadatan materialnya seperti volume yang lebih putih
akan muncul pada scan.
CT scan terutama digunakan untuk mengevaluasipembengkakkan dari jaringan yang hancur pada otak dan keadaan ukuran
ventrikelnya.
CT scan modern dapat menyediakan alasan yang kuat pada
image dalam waktu bebrapa menit.
Principles of Interpreting CT-Scan
Sisi kiri dan kanan otak pada dasarnya simetris, dan identifikasi
keadaan asimetris tidak terhingga nilainya (invaluable) dalam mendiagnosiskelainan.
Ada 4 kategori densitas:
1. Very dense bone or calcification bright white
2. Soft tissue density variety shades of grey
3. Fat density dark grey
4. Udara black
CT-scan dapat ditampilkan secara bony windows (untuk skull fracture) dan
brain windows (untuk intracerebral problems).
Acute blood is dense atau putih pada CT head scan.
2. MRI
Magnetic Resonance Imaging (MRI) menggunakan lapang magnet dan
gelombang radio sehingga menghasilkan kualitas image 2 atau 3 dimensi
sruktur otak yang tinggi tanpa menggunakan radiasi ion (X-Ray) ataupun
radioaktif tracer.
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
27/46
Pada saat MRI dilakukan magnet silindris yang besar menciptakan lapang
magnet di sekeliling kepala pasien sampai gelombang radio terkirim.
Saat lapang magnetic tersalurkan,masing-masing point tempat yang memilki
frekuensi radio ynag unik pada sinyal yang diterima dan sinyal yangditransmisikan.
Sensor membaca frekuensi dan komputer menggunakan informasi terhadap
konstruksi suatu image.
Mekanisme pendeteksian sangat akurat yang mengubah sturktur lebih dari
waktu yang dapat dideteksi. Menggunakan MRI, para ilmuwan dapat membuat
image dari kedua struktur permukaan dan subsurface dengan derajat anatomis
detail yang tinggi. MRI scan dapat menghasilkan image bagian menyilang pada arah dari atas
sampai ke akhir,sisi ke sisi,ataupun depan ke belakang.
Masalah dengan teknologi original MRI menyediakan kemunculan fisik yang
detail,kandungan air dan berbagai macam kerusakan struktur otak seperti
inflamasi/pendarahan, gagalnya menyediakan informasi mengenai metabolisme
otak pada waktu imaging.
3. fMRI
Fungsional Magnetic Resonance Imaging (fMRI) menampakkan property
paramagnetic dari Hb yang teroksigenasi dan dideoksigenasi untuk melihat
image perubahan aliran darah pada otak yang diasosiasikan dengan aktivitas
saraf.
Kemudian image digenerasikan bahwa refleks struktur otak diaktivasi selama
penampilan tugas-tugas yang berbeda.
Kebanyakan fMRI scanner melanjutkan subjek yang dihadirkan dengan
perbedaan image visual,suara atau rangsang sentuhan,dan membuat aksi yang
berbeda seperti menekan tombol atau menggerakkan joystick.
Konsekuensinya, fMRI dapat digunakan untuk memperlihatkan struktur dan
proses asosiasi dengan perception,pikiran dan aksi.
Resolusi dari fMRI sekitar 2-3 mm terlihat dan dibatasi oleh pnyebaran luas dari
respon hemodinamik terhadap aktivitas saraf.
fMRI labih besar supersinya dari PET dalam mempelajari aktivasi otak.
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
28/46
Tetapi keuntungannya dapat mengidentifikasikan reseptor otak spesifik yang
diasosiasikan dengan neurotransmitter particular lewat kemampuan untuk
mengikat reseptor.
Selain itu juga fMRI digunakan untuk diagnosis penyakit karena sangatsensitive terhadap aliran darah dan contohnya sangat ekstrim dapat
memperlihatkan iskemik otak jika ada keabnormalan aliran darah rendah yang
dapt menyebabkan stroke.
4. PET
Positron Emission Tomography (PET) mengukur emisi dari radioaktif yang
berlabel secara metabolic kimia aktif yang telah diduntikkan ke aliran darah.
Data emisi proses kompter untuk menghasilkan image 2-3 dimensi distribusikimia sampai ke otak.
Poasitron yang digunakan pada radioisotop menghaslkan kilomikron dan kimia
berlabel dengan atom radioaktif.
Dimana dapat menunjukkan aliran darah dan oksigen dan metabolisme jaringan
yang memperkerjakan otak.
X-RAY
X-ray merupakan bentuk dari radiasi.
X-ray dipancarkan oleh mesin sebagai partikel-partikel (photons) yang melewati
tubuh dan kemudian dideteksi oleh sensitive film.
Struktur yang padat (seperti tulang) akan memblik photons dan akan tampak
putih pada film. Struktur yang mengandung udara akan hitam pada film dan cairan
akan tampak sebagai shades of grey.
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
29/46
KESADARAN
Kesadaran dapat didefinisikan sebagai keadaan yang mencerminkan
pengintegrasian impuls eferen dan aferen.
Subsrat kualitas dan derajat kesadaran dapat disingkat sebagai berikut: Jumlah
(kuantitas) input susunan saraf pusat menentukan derajat kesadaran. Cara
pengolahan input itu sehingga menghasilkan pola-pola output susunan saraf pusat
menentukan kualitas kesadaran.
Secara anatomic system ARAS terdiri dari: brain stem (medulla oblongata,
pons, mesensefalon), thalamus koteks serebri.
1. Midbrain (otak tengah)
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
30/46
a. Cerebral peduncles, berisi axon corticospinal, axon corticopontine,
axon corticobulbar motor neuron: mengatur impuls saraf dari cerebrum ke
medulla spinalis medulla oblongata dan pons, ada juga axon saraf sensorik
yang memanjang dari medulla oblongata ke thalamus.
b. Tectum (roof)
Superior colliculli: pusat reflex koordinasi gerakan bola mata terhadap
respon visual atau lainnya.
Inferior colliculli: koordinasi gerakan kepala dan tubuh terhadap respon
suara.
c. Substantia nigra: Mengatur aktivitas nuclei cerebri.
d. Red nuclei: Mengatur gerakan otot, involuntary control of muscle tone
and posture.
2. Pons
a. Pontine nuclei:Tmpat di mana sinyal untuk voluntary movement dari
cerebral cortex diantarkan ke cerebellum.
b. Pneumotaxic area dan apneustic area: Mengontrol pernapasan
3. Medulla Oblongata
a. Cardiovascular centre:Mengatur cepat lambatnya dan kekuatan detak
jantung dan ukuran diameter pembuluh darah.
b. Medullary rhythmicity area/respiratory rhytmicity centre: Ritme
pernapasan.
c. Pusat lainnya: Pusat pengatur reflex muntah, batuk dan bersin.
d. Olivary nuclei: Mengantarkan impuls ke cerebellum.
e. Nucleus gracile dan nucleus cuneate: Pusat sensasi sentuhan,
propriosepsi sadar, tekanan dan getaran yang diantarkan ke thalamus.
4. Reticular formation
Berada di brainstem, memanjang dari bagian atas medulla spinalis ke brainstem
sampai ke bawah diencephalons. Merupakan kumpulan kecil gray matter yang
berselang-seling di antara white matter. Mengandung saraf-saraf ascending
(sensorik) dan descending (motorik).
Reticular activating system (RAS) merupakan pusat kesadaran dan arousal.
Input susunan saraf dibedakan dalam input spesifik dan yang bersifat
nonspesifik. Julukan spesifik itu merujuk kepada perjalanan impuls aferen yang
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
31/46
khas dan kesadaran yang ditentukan oleh impuls aferen itu khas juga. Hal ini juga
berlaku bagi semua lintasan aferen impuls perasaaan propiopatik, propioseptif, dan
perasaan pancaindera. Lintasan yang digunakan impuls-impuls tersebut dapat
dinamakan lintasan yang menghubungkan suatu titik pada tubuh dengan suatu titik
pada tubuh dengan sutu titik di daerah korteks primer. Maka dari itu penghantaran
impuls spesifik itu dikenal sebagai penghantaran impuls aferen dari titik ke titik.
Setibanya impuls aferen spesifik di tingkat koteks, terwujudlah suatu kesadaran
akan suatu modalitas perasaan yang spesifik, yaitu perasaan nyeri di kaki atau di
wajah atau suatu penglihatan atau suatu pendengaran tertentu
Input yang bersifat non spesifik itu adalah sebagian dari impuls aferen spesifik
yang disalurkan melalui lintasan aferen non-spesifik. Lintasan ini terdiri dari
serangkaian neuron-neuron di substansia retikularis medulla spinalis dan batang
otak yang menyalurkan impuls aferen ke thalamus yaitu ke inti intralaminar. Impuls
aferen spesifik sebagian disalurkan melalui cabang kolateralnya ke rangkaian
neuron-neuron substantia retikularis dan impuls aferen itu seklanjutnya bersifat non
spesifik oleh kaena cara penyalurannya ke thalamus berlangsung multisinaps,
unilateral, dan bilateral, dan setibanya di init intralaminar akan menggalakkan inti
tersebut untuk memancarkan impuls yang menggiatkan seluruh korteks secraa difus
dan terkenal dengan nama diffuse ascending reticular system.
Dengan adanya dua lintasan aferen tersebut, maka didapatlah penghantaran
aferen yang apada pokoknya berbeda. Lintasa spesifik (jaras spinothalamik,
lemniskus medialis, jaras genikulocalcarine, dsb) menghantarkan impuls dari satu
titik pada alat reseptor ke satu titik pada korteks perseptif primer. Sebaliknya,
lintasan aferen nonspesifik menghantarkan setiap impuls dari titik manapun pada
tubuh ke titik pada seluruh korteks serebri kedua sisi.
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
32/46
SUBSTANCE-RELATED DISORDER
ALCOHOL
- Merupakan sekelompok molekul organik yang mempunyai gugus hidroksil (-
OH) yang berikatan pda atom karbonnya.
- Biasanya berbentuk ethanol atau etil alcohol (CH3-CH2-OH)
- Alkohol diabsorpsi sebanyak 10 % di lambung dan sebanyak 90% sisanya di
usus kecil, dan setelah itu didistribusikan secara merata ke seluruh tubuh, terutama
berpengaruh di Sistem Saraf Pusat.
- Alkohol dimetabolisme sebanyak 90% di hepar dengan cara dioksidasi
menggunakan bantuan enzim alcohol dehydrogenase dan aldehyde dehydrogenase.
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
33/46
Sebanyak 10% alkohol yang lainnya diekskresi melalui paru-paru dan ginjal secara
langsung.
- Efek alkohol pada Sistem Saraf Pusat adalah sebagai berikut:
Setelah alcohol diabsorpsi oleh system pencernaan, alkohol akan diedarkan ke seluruh
tubuh termasuk ke dalam system saraf pusat
Membran sel neuron di otak akan menyerap alkohol
Penyerapan alkohol yang berlebihan akan membuat membran sel neuron menjadi kaku
Mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi reseptor, ion channel, dan membrane bound
protein di sel neuron
Terjadinya gangguan fungsi sistem saraf pusat yang spesifik tergantung fungsi sel-sel
neuron tersebut
Secara umum efek dari alkohol adalah sebagai berikut:
Behavioral effect. Alkohol berfungsi sebagai Central Nervous System
depressant yang dapat mempengaruhi tingkat kesadaran orang yang
mengkonsumsinya, tergantung seberapa banyak dari tingkat asupan alkoholnya.
Sleep effect. Secara umum, alkohol akan mempengaruhi kualitas tidur dari
penggunanya. Semakin banyak tingkat asupan alkohol seseorang, kualitas
tidurnya akan semakin terganggu.
Alcoholism adalah suatu gangguan yang ditandai oleh pola penggunaan alkohol
secara patologik yang menyebabkan gangguan serius pada fungsi sosial pekerjaan.
CLINICAL EFFECT OF ALCOHOL ON THE NERVOUS SYSTEM
Secara umum dibagi menjadi:
Alcohol intoxication, yang terdiri dari:
Drunkenness. Penurunan tingkat kesadaran secara langsung juga akan
mempengaruhi perilaku dari peminumnya, tingkat keparahannya tergantung dari
banyaknya asupan alkohol.
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
34/46
Coma. Tingkat konsumsi alkohol yang sangat berlebihan akan memperparah
sifat alkohol sebagai CNS Depressant yang dapat berakibat kepada koma.
Excitement. Salah satu gejala intoksikasi alkohol yang umum adalah
penyimpangan perilaku dari peminumnya karena adanya efek alkohol secaralangsung pada limbic system.
Blackout. Istilah ini mengacu pada pada interval waktu pada saat pasien sadar,
dimana dia tidak ingat tentang apa yang dia lakukan sebelumnya. Sampi sejauh
ini, penyebab yang diketahui adalah efek intoksikasi alkohol pda sistem saraf
pusat yang menyebabkan ganggun pembentukan memory.
Abstinence/ Withdrawal Syndrome, yang terdiri dari:
Tremulousness. Gejala ini terjadi kira-kira 24-36 jam setelah asupan alkoholterakhir.
Hallucinosis. Gejala halusinasi bisa bermanifestasi pada visual, auditory, atau
campuran dari keduanya.
Seizure. Bisanya terjadi pada periode 7-48 jam setelah asupan alkohol terakhir.
Delirium tremens. Gejalanya bervariasi mulai dari confusion, delusions, vivid
hallucination, tremor, agitation, dan sleeplessness.
TREATMENT DAN MANAJEMEN ALKOHOLIC
Intervention
Tujuannya adalah memebantu pasien memahami efek buruk dari konsumsi alkohol
dan membuatnya merasa bertanggung jawab kepada semua masalah yang
disebabkannya setelah ia mengkonsumsi alkohol
Family
Detoxification
Mild or Moderate withdrawal
Severe withdrawal
- Rehabilitation
Terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu:
a. Meningkatkan maupun mempertahankan motivsi
b. Membantu pasien dalam menjalani lifestyle yang bebas alkohol
c. Mencegah pasien kambuh lagi
Counseling
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
35/46
Self help group
Medications
Penggunaan dari obat-obatan seperti anti depressant, alcohol sensititve agent,
acamprosate
SEDATIVE-, HYPNOTIC-, ANXIOLYTIC-RELATED DISORDER
Class substance related disorder
1. Benzodiazepines; diazepam (valium), flunstrazepam (rohypnol).
2. Barbiturates; secobarbital (seconal).
3. Barbiturate like substance; methaqualone (formerly known as qualude), dan
meprobamat (equanil).
Pengertian
1. Sedative; obat penenang.
2. Hypnotic; bahan yang menimbulkan tidur.
3. Anxiolytic; agen yang mengurangi kecemasan, contohnya; benzodiazepin
(diazepam beserta turunannya).
Contoh benzodiazepin
1. Agonists:
Diazepam.
Flurazepam (dalmane).
Oxazepam (serox).
Chlorodiazepoxide (librium).
Clonazepam.
Lorazepam.
Alprazolam.2. Antagonist:
Flumazenil.
Fungsinya
Digunakan sebagai anxiolytic, hipnotics, antiepileptic, anesthetic, dan juga
sebagai withdrawal alcohol.
Reduce (mengurangi) withdrawal syndrome.
Digunakan dengan penyalahgunaan dari stimulants, hallucinogen,
phenyciclydine (PCP), reduse anxiety.
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
36/46
History; younger age group, < 40 tahun.
Neuropharmacology
Efek primer pada gamma-aminobutyric acid (GABA) menjadi type A (GABAA)
receptor compleks. Efeknya dapat meningkatkan afinitas dari receptor untuk endogenus
neurotransmitter, GABA, dan meningkatkan flow dari chlorids ion melalui channel
ke dalam neuron.
Intoxication
Merasakan orang lain sebagai musuhnya (bermusuhan), agressive behavior pada
beberapa orang.
Efeknya memungkinkan jika benzodiazepin dikombinasikan dengan alcohol.
Withdrawal
Withdrawal syndrome pada benzodiazepin ; bergantung dosis dan durasi dari
penggunaan, short-term, mild dan relative low-dose.
Overdose
Benzodiazepin dikombinasikan dengan sedative-, hipnotic-substance (seperti
alcohol), dalam kasus dapat menyebabkan kematian.
Flumazenil (romazicon) termasuk antagonis benzodiazepine, digunakan pada
emergency room untuk efek dari benzodiazepin.
BENZODIAZEPINES
Benzodiazepin termasuk kelompok campuran, adanya peningkatan aktivitas dari
GABAA receptor, dengan peningkatan receptor site benzodiazepine. Benzodiazepine
kadang diklasifikasikan sebagai sedative-hypnotic
- Sedative drug, fungsinya ; mengurangi anxiety, meningkatkan kegembiraan,
menenangkan.
- Hypnotic, fungsinya ; obat tidur.
Pharmacological actions
Semua benzodiazepin diserap oleh GI tract, kecuali clorazepate (tranxene).
Onset cepat efeknya yang penting pada dosis tunggal pada benzodiazepine yaitu
sebagai penenang (menenangkan), dan menurunkan anxiety.
Mengaktivkan gamma-aminobutyric acid-benzodiazepine (GABA-BZ)
mengikat GABAA receptor ; akan membuka ion channel, mengurangi kecepatan
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
37/46
neural, muscle faring. Sedative pada benzodiazepine (BZ) sebagai muscle relaxan
dan anti convulsan.
Efek secara spesifik dan system pada organ
CNS (Central Nerve System) berefek anxiety dan sleep (tertidur),
benzodiazepin efektive sebagai anticonvulsan, efektive untuk muscle relaxan,
inhibit spinal polysynaptic afferent pathway, neurosynaptic afferent pathway.
Precaution (pencegahan) dan adverse (merugikan) reaction
Adverse effect benzodiazepine ; mengantuk, 10 % dari pasien.
Digunakan untuk orang insomnia.
Untuk hip fracture pada usia tua.
Adverse ; kombinasi benzodiazepine dengan sedative substance (seprtialcohol) menyebabkan drowsiness (mengantuk), disinhibition, respiratory
depression.
Impaire job, karena cognitive terganggu.
Tolerance, Dependence, Withdrawal
Tolerance
Pengurangan respons terhadap suatu stimulus setelah pajanan yang lama.
Kemampuan untuk menahan racun atau toxin dalam dosis besar yang tidak lazim.Mampu menahan tanpa mempengaruhi, kerja berbagai obat atau agen lain ;
memperlihatkan toleransi.
Dependence
(DSM-IV), penggunaan substansi yang berulang walaupun masalah yang jelas
berasal dari penggunaan substansi tersebut. Walaupun toleransi dan penghentian
sebelumnya diartikan sebagai keperluan dan kecukupan dari ketergantungan, saat
ini hanya dua dari beberapa kriteria yang mungkin ; kemudian direncanakan,menyatakan secara berulang atas keinginan atau percobaan yang gagal untuk
menghentikan atau mengatur penggunaannya, serta meneruskan penggunaannya
atas sepengetahuan dari fisik atau masalah mental yang terinduksi substansi. Istilah
tersebut kadang-kadang dipergunakan secara lebih sempit untuk merujuk hanya
pada ketergantungan psikologi, dan dalam hal ini mungkin dianggap menjadi suatu
fenomena yang berbeda dari toleransi. DSM-IV meliputi gangguan ketergantungan
substansi sspesifik terhadap alcohol, amfetamin atau simpatomimetik masa kerja
sama, kanabis, kokain, halusinogen, inhalan, nikotin, opoid, fensiklidin, atau
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
38/46
substansi masa kerja sama, serta sedatif, hipnotic, atau anxiolytic, demikian juga
sebagai satu dari substansi multiple (polisubstansi).
Withdrawal
(DSM-IV), gangguan mental spesifik suatu zat yang terjadi setelah penghentianpenggunaan atau pengurangan asupan zat psikoaktif yang telah digunakan secara
teratur untuk menginduksi keadaan intoksikasi. DSM-IV mencakup sindrom
penghentian penggunaan alcohol ; amfetamin atau simpatomimetik yang bekerja
serupa.
Drugs-drugs reactions
Benzodiazepin receptor agonist interaction; excessive sedation dan respiratory
depression.
Dosage and administraron benzodiazepin
Short-acting drugs.
Intermediate-acting drugs.
Long-acting drugs.
TEST-TEST
GLASGOW COMA SCALE
Banyak digunakan di emergency ward dan intensive care unit
Menunjukkan 3 aspek fungsi neurologik: eye opening (membuka mata), verbal
response (respon bicara), da motor response (gerakan) terhadap stimulus.
Score 7 severe trauma and poor clinical state
Score 8-2 moderate injury
Score >12 mild injury
Glasgow Coma Scale
Eyes open
Point
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
39/46
Never 1
(dengan rangsang nyeri pasien tidak membuka mata)
To pain 2
(tekan pada daerah supraorbital dengan kuku jari)
To verbal stimuli 3
(suruh pasien membuka mata)
Spontaneously 4
Best verbal response
No response 1
Incomprehensible sounds 2
(tidak mengucapkan kata-kata, namun hanya suara mengerang)
Inappropriate words 3
(dapat mengucapkan kata-kata, namun tidak berupa kalimat dan tidak tepat)
Disoriented and converses 4
(dapat bicara dalam kalimat, namun ada disorientasi waktu dan tempat)
Oriented and converses 5
(dapat bicara dengan kalimat yang baik dan ia tahu waktu dan tempat)
Best motor response
No response 1
(sebelum memutus bahwa tidak ada reaksi, harus diyakinkan bahwa
rangsang nyeri memang cukup adekuat diberikan.)
Extension (decerebrate rigidity) 2
(berikan rangsang nyeri, misalkan menekan dengan objek keras,
seperti pulpen, pada kuku jari. Sebagai jawaban terjadi ekstensi pada
siku. Ini selalu disertai dengan fleksi spastik pada pergelangan tangan.)
Flexion abnormal (decorticatie rigidity) 3
(berikan rangsang nyeri, misalkan menekan dengan objek keras,
seperti pulpen, pada kuku jari. Bila sebagai jawaban siku memfleksi,
terdapat reaksi fleksi terhadap nyeri (fleksi pada pergelangan tangan
mungkin ada atau tidak ada))
Flexion withdrawal 4
(reaksi menghindar)
Localizes pain 5
(berikan rangsang nyeri, misalnya menekan dengan jari pada supraorbita.
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
40/46
Bila pasien merasa nyeri, pasien mengangkat tangannya sampai melewati
dagu untuk maksud menepis rangsangan tersebut, berarti ia dapat
mengetahui lokasi nyeri )
Obeys 6
(misalnya suruh: angkat tangan)
Level of consciousness based on Glasgow coma scale
Compos mentis 15
Somnolen 12-14
Sopor 8-11
Coma 3-7
PEMERIKSAAN PUPIL
Perhatikan besarnya pupil pada mata kanan dan mata kiri, apakah sama (isocor)
atau tidak sama (anisocor). Juga perhatikan bentuk pupil, apakah bundar dan rata
tepinya (normal) atau tidak. Bila pupil mengecil, hal ini disebut moisis, dan bila
melebar disebut midriasis. Otot polos yang mengecilkan pupil (pupilkonstriktor)
disarafi oleh serabut parasimpatis dari CN III, sedangkan otot yang melebarkan pupil
(pupildilator) disarafi oleh serabut simpatis (torakolumbal).
Midriasis dapat dijumpai dapa kelumpuhan CN III, misalnya oleh desakan
tumor atau hematom, dan pada frektur dasar tulang tengkorak. Bila pada trauma kepala
didapatkan midriasis pada satu mata (jadi ada anisocor) dan hemiparese pada sisi
kontralateral, maka kemungkinan perdarahan epidural harus ditelusuri.
RANGSANG SELAPUT OTAK (IRITASI MENINGEAL)
Bila selaput otak meradang (misalnya meningitis) atau dirongga subarachnoid
terdapat benda asing (misalnya darah, seperti pada perdarahan subarachnoid), maka hal
ini dapat merangsang selaput otak dan terjadilah iritasi meningeal atau raangsang
selaput otak. Rangsang selaput otak spat memberikan beberapa gejala, diantaranya:
1. Nuchal (neck) rigidity (kaku kuduk)
Tangan pemeriksa di bawak kepala pasien yang sedang berbaring,
Kepala ditekukkan (fleksi), diusahakan agar dagu mencapai dada,
Perhatikan adanya tahanan,
Nuchal rigidity positif dagu tidak dapat mencapai dada,
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
41/46
Nuchal rigidity berat kepala tidak dapat ditekuk, malah sering berkedik ke
belakang,
Nuchal rigidity ringan kaku kuduk dinilai dari tahanan yang dialami sewaktu
menekuk kepala,2. Lasegue sign
Pasien yang sedang berbaring diluruskan (ekstensi) kedua tungkainya,
Satu tungkai diangkat lurus, dibengkokan (fleksi) pada persendian panggulnya,
Tungkai yang satunya lagi harus berada dalam keadaan ekstensi,
Tanda Lasegue positif timbul rasa sakit dan tahanan sebelum mencapai 70,
pada pasien lanjut usia 60.
3. Kernig sign
Pasien yang sedang dibaringkan difleksikan kpahanya pada persendian panggul
sampai membuat sudut 90,
Tungkai bawah diekstensikan pada persendian lurus,
Tanda Kernig positif terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum mencapai
sudut 135.
4. Brudzinski I (Brudzinskis neck sign)
Tangan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring, tekukan kepala sejauh
mungkin sampai dagu mencapai dada,
Tangan satu lagi ditempatkan di dada pasien untuk mencegah diangkatnya
badan,
Tanda Brudzunski I positif fleksi kedua tungkai.
5. Brudzinski II (Brudzinski contralateral leg sign)
Pada pasien yang sedang berbaring, satu tungkai difleksikan pada persendian
panggul, sedangkan tungkai yang satuya lagi berada dalam keadaan ekstensi,
Tanda Brudzinski II positif tungkai yang lain ikut terfleksi.
IMMITANCE/IMPEDANCE MEASURES
Pengukuran fungsi telinga tengah dapat berdasarkan jumlah energi yang ditolak
(impedance) atau jumlah energi yang diterima (admittance) oleh telinga tengah. Tes
yang dilakukan untuk menganalisis immitance/impedance pada tes rutin adalah
tympanometry.
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
42/46
TYMPANOMETRY
Merupakan tes objektif yang mengukur mobility (loosely termed compliance) dari
telinga tengah pada membrane tympani sebagai fungsi dari penerapan tekanan di
external ear canal. Ketika tekanan (dekaPascal, daPa) berubah, nilai maksimal
compliance telinga tengah di identifikasi sebagai puncak tympanogram. Nilai maksimal
compliance mengindikasikan tekanan dimana gendang telinga dalam keadaan palinh
mobile dan terjadi ketika tekanan di external ear canal sebanding dengan telinga tengah.
5 type tympanograms:
1. Type A. Normal middle ear pressure and mobility. Peak is at 0 daPa; -100 to
+100 daPa
2. Type B. Flat or very low, rounded peak, tapi mengindikasikan volume ear canal
dalam batas normal. Tampak sedikit atau tidak ada mobilitas dan bersesuaian
dengan cairan di telinga tengah. Sebaliknya, ketika tidak ada atau low peak tapi
didindikasikan volume ear canal lebih besar, ada kemungkinan merupakan patent
pressure equalizing (PE) tube atau perforasi.
3. Type C. Peak in region of negative pressure -100 daPa; negative middle ear
peressure. Hal ini bersesuaian dengan retracted tympanic membarane dan
malfunctioning Eustachian tube.
4. Type As. Type A with abnormally shallow or low peak; restricted mobility.
Dapat dilihat pada otosclerosis, scarred tympanic membrane, atau fixation of the
malleus.
5. Type Ad. Type A with abnormally deep or high peak; loose or
hypercompliant middle ear system. Dapat dilihat pada flaccid tympanic membrane
atau pada disarticulation of ossicular chain. Pada flaccid eardrum, terdapat sedikit
atu tidak ada hearing loss dan air-bone gap.
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
43/46
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
44/46
PATOMEKANIOSME
chronic
BENZODIAZEPINE ALCOHOL AUTOMIBILE ACCIDENT
alcoholism
bound with benzodiazepine sensitifity GABA high power crashaddicted receptors receptors
substance with
body tolerance
affected bone fracturedose every use hyperpolarization axon CNS by Cl- ARAS (at tempropariaetal area)
canal opening
1st unconscious damage meningeal media a.
hemorrhage
membranepermeability Blod clot became mass
accumulation compress ICPextra & intra another part
cellular fluid of brain MAPcontent
brain systemic BPbrain edema herniation
compress brainstem compress CN
autonomic nerve
of CN III
reticular cardiovasculaeformation center pupil anisocor
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
45/46
2nd unconscious impaired BP
-
7/31/2019 Case Head Injury n Alkoholism
46/46
DAFTAR PUSTAKA
Tortora dan Grabowski. 2005.Principle of Anatomy and Physiology 10th ed.
Solichin Danakusuma, dr. 2005.Bahan Kuliah Meningens, Ventricles, and CSF.
April, Ernest W. 1997. Clinical Anatomy 3rd ed. Pennsylvania. Williams &
Wilkins.
Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry, 9th edition.
Lee, Essential Otolaryngology Head and Neck Surgery, 6th.ed, Appleton &
Lange.
Radiology for Anesthesia and Intensive Care, Richard Hopkins, Carol Penden,
and Sanjay Ghandi.
Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental, Prof. DR. dr. S.M.
Lumbantobing, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.