buku ui tht tinitus.docx

6
Tinitus merupakan keluhan yang cukup banyak kita hadapi dalam praktek sehari-hari. Menghadapi kasus tinitus merupakan tantangan bagi kemampuan pengetahuan di bidang THT terutama bidang audiologi, karena patofisiologinya yang beragam sehingga penanganannya cukup rumit. Tinitus adalah salah satu bentuk gangguan pendengaran berupa sensasi suara tanpa adanya rangsangan dari luar, dapat berupa sinyal mekanoakustik maupun listrik. Keluhan ini dapat berupa bunyi mendering, menderu, mendesis, ataupun bebagai macam bunyi lain. Jenis suara yang dikemukakan umumnya sangat bervariasi. Penyebab tinitus sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti, sebagian besar kasus tidak diketahui penyebabnya. Penatalaksanaan tinitus bersifat empiris dan sampai saat ini masih dalam perdebatan. Tinitus dapat dibagi atas tinitus objektif, bila suara tersebut dapat didengar juga oleh pemeriksa atau dengan auskultasi di sekitar telinga. Tinitus objektif bersifat vibratokrik, berasal dari trnasmisi vibrasi sistem muskuler atau kardiovaskular di sekitar telinga. Umunya disebabkan karena kelainan vaskuler, sehingga tinitusnya berdenyut mengikuti denyut jantung. Tinitus berdenyut ini dapat dijumpai pada pasien dengan malformasi arteriovena, tumor glomus jugular dan aneurisma. Tinitus objektif juga dapat dijumpai sebagai suara klik (clicking sound) yang berhubungan dengan penyakit sendi temporomandibular dan karena kontraksi spontan dari otot terlinga tengah atau mioklonus palatal. Tuba eustachius paten juga dapat menyebabkan timbulnya tinitus akibat hantaran suara dari nasofaring ke rongga telinga tengah. Tinitus subjektif, bila suara tersbut hanya didengar oleh pasien sendiri, jenis ini sering terjadi. Tinitus subjektif bersifat nonvibratorik, disebabkan oleh proses iritatif atau perubahan degeneratif traktus auditorius mulai dari sel-sel rambut gertar koklea sampai pusat saraf pendengaran. Tinitus subjektif bervariasi dalam intensitas dan frekuensi kejadiannya. Beberapa pasien dapat mengeluh mengenai sensasi pendengaran dengan intensitas rendah, sementara pada orang lain internsitas suaranya mungkin lebih tinggi.

Upload: monica-cole

Post on 13-Sep-2015

219 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Tinitus merupakan keluhan yang cukup banyak kita hadapi dalam praktek sehari-hari. Menghadapi kasus tinitus merupakan tantangan bagi kemampuan pengetahuan di bidang THT terutama bidang audiologi, karena patofisiologinya yang beragam sehingga penanganannya cukup rumit.Tinitus adalah salah satu bentuk gangguan pendengaran berupa sensasi suara tanpa adanya rangsangan dari luar, dapat berupa sinyal mekanoakustik maupun listrik. Keluhan ini dapat berupa bunyi mendering, menderu, mendesis, ataupun bebagai macam bunyi lain.Jenis suara yang dikemukakan umumnya sangat bervariasi. Penyebab tinitus sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti, sebagian besar kasus tidak diketahui penyebabnya. Penatalaksanaan tinitus bersifat empiris dan sampai saat ini masih dalam perdebatan.Tinitus dapat dibagi atas tinitus objektif, bila suara tersebut dapat didengar juga oleh pemeriksa atau dengan auskultasi di sekitar telinga. Tinitus objektif bersifat vibratokrik, berasal dari trnasmisi vibrasi sistem muskuler atau kardiovaskular di sekitar telinga. Umunya disebabkan karena kelainan vaskuler, sehingga tinitusnya berdenyut mengikuti denyut jantung. Tinitus berdenyut ini dapat dijumpai pada pasien dengan malformasi arteriovena, tumor glomus jugular dan aneurisma. Tinitus objektif juga dapat dijumpai sebagai suara klik (clicking sound) yang berhubungan dengan penyakit sendi temporomandibular dan karena kontraksi spontan dari otot terlinga tengah atau mioklonus palatal. Tuba eustachius paten juga dapat menyebabkan timbulnya tinitus akibat hantaran suara dari nasofaring ke rongga telinga tengah.Tinitus subjektif, bila suara tersbut hanya didengar oleh pasien sendiri, jenis ini sering terjadi. Tinitus subjektif bersifat nonvibratorik, disebabkan oleh proses iritatif atau perubahan degeneratif traktus auditorius mulai dari sel-sel rambut gertar koklea sampai pusat saraf pendengaran.Tinitus subjektif bervariasi dalam intensitas dan frekuensi kejadiannya. Beberapa pasien dapat mengeluh mengenai sensasi pendengaran dengan intensitas rendah, sementara pada orang lain internsitas suaranya mungkin lebih tinggi.Berat ringannya tinitus bisa bervariasi dari waktu ke waktu. Variasi intensitas tinitus juga dihibungkan dengan ambang stres penderita aktivita fisik, atau keadaan lingkungan eksterna.Patofisiologi tinitusPada tinitus terjadi aktivitas elektrik pada area auditorius yang menimbulkan perasaan adanya bunyi, namun impuls yang ada bukan berasal dari bunyi eksternal yang ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber impuls abnormal di dalam tubuh pasien sendiri.Impuls abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga. Tinitus dapat terjadi dalam berbagai intensitas. Tinitus dengan nada rendah, seperti bergemuruh atau nada tinggi, seperti berdengung. Tinitus dapat terus-menerus atau hilang timbul terdengar.Tinitus biasanya dihubugkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga terjadi karena gangguan konduksi, biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika disertai dengan inflamasi, bunyi dengung ini terasa berdenyut (tinitus pulsasi).Tinitus dengan nada rendah dan terdapat gangguan konduksi, biasanya terjadi pada sumbatan liang telinga karena serumen atau tumor, tuba katar, otitis medis, otosklerosis, dan lain-lain.Tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa gangguan pendengaran merupakan gejala dini yang penting pada tumor glomus jugulare.Tinitus objektif sering ditimbulkan oleh gangguan vaskuler. Bunyinya seirama dengan denyut nadi, misalnya pada aneurisma dan aterosklerosis. Gangguan mekanis dapat juga mengakibatkan tinitus objektif, seperti tuba eustachius terbuka, sehingga ketika bernapas membran timpani bergerak dan terjadi tinitus.Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius, serta otot-otot palatum dapat menimbulkan tinitus objektif.Bila ada ganggu vaskular di telinga tengat, seperti tumor karotis (carotid-body tumour) maka suara aliran darah akan mengakibatkan tinitus juga.Pada tuli sensorineural biasanya timbul tinitus subjektif nada tinggi (4.000 Hz).Pada intoksikasi obat seperti salisilat, kina, strptomisin, dehidro-streptomisin, garamisin, digitalis, kanamisin, dapat terjadi tinitus nada tinggi, terus-menerus atau hilang timbul.Pada hipertensi endolomfatik seperti penyakit Meniere dapat terjadi tinitus pada nada rendah atau tinggi, sehingga terdengar bergemurhuh atau berdengung. Gangguan ini disertai dengan tuli sensorineural dan vertigo.Gangguan vaskular koklea terminal yang terjadi pada pasien yang stress akibat gangguan keseimbangan endokrin, seperti menjelang menstruasim hipometabolisme, atau saat hamil dapat juga timbul tinitus dan gangguan tersebut akan hilang bila keadaanya sudah kembali normal.DiagnosisTinitus merupakan suatu gejala klinik penyakit telinga, sehingga untuk pengobatannya perlu ditegakkan diagnosis untuk mencari penyebabnya yang biasanya sulit diketahui.AnamnesisAnamnesis merupakan hal yang utama dan sangat penting dalam penegakkan diagnosis tiitus. Perlu ditayakan kualitas dan kuantitas tinitus, lokasinya, sifatnya apakah mendenging, mendesis, menderu, berdetak, gemuruh, atau seperti riak air dan juga lamanya. Ditanyakan apakah tinitusnya mengganggu atau bertambah berat pada waktu siang atau malam hari, gejala-gejala lain yang menyertainya, misalnya vertigo atau gangguan pendengaran serta gejala neurologik lain. Riwayat terjadinya tinitus unilateral atau bilateral, apakah sampai mengganggu aktivitas sehari-hari. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam anamnesis adalah : lamanya serangan tinitus, bila berlangsung dalam waktu 1 menit biasanya akan hilang sendiri, hal ini bukan keadaan patologik.bila berlangsung dalam 5 menit merupakan keadaan patologik. Riwayat minum obat sebelumnya khususnya golongan aspirin dan kebiasaan sehari-hari seperti merokok dan peminum kopi. Semua pertanyaan tersebut penting walaupun tinitus dapat terjadi pada semua umur, penyebab tinitus mempunyai faktor predileksi terhadap umur dan jenis kelamin. Tinitus karena kelainan vaskuler, umunya terjadi pada wanita muda. Pasien dengan mioklonus palatal terjadi pada usia muda yang dihubungkan dengan kelainan neurologi.Pasien hendaknya ditanyakan tentang riwayat cedera kepala, pajanan bising, trauma akustik, minum obat ototoksik, riwayat infeksi telinga dan operasi telinga. Gejala dan tanda gangguan audiovestibuler lain seperti otere, kehilangan pendengaran, vertigo dan gangguan keseimbangan harus ditnayakan pada pasien. Pasien diharapkan dapat mendeskripsikan lokasi suara tinitus (unilateral, bilateral, atau tidak dapat ditentukan secara pasti), frekuensi timbulnya tinitus (intermitten atau menetap), kualitas suara (nada murni, bising, suara multipel, bunyi klik, meletup-letup (popping), suara angin (blowing), berpulsasi (pulsing), intensitas suara secara subjektif (keras atau lembut), bunyi tinitus menetap, berkurang atau bahkan bertambah berat berdasarkan siklus harian atau dihubungkan dengan gejala di penyakit telinga dan sistemik.Pada tinitus subjektif unilateral perlu dicurigai adanya kemungkinan neuroma akustik atau trauma kepala, sedangkan yang bilateral kemungkinan intoksikasi obat, presbiakusis, trauma bising dan penyakit sistemik. Pada penderita yang sukar membedakan apakah tinitus sebalah kanan atau kiri, hanya mengatakan di tengah kepala, kemungkinan besar terjadi kelainan patologis di saraf pusat, misalnya serebrovaskuler, siringomielia dan sklerosis multipel.Kelainan patologis pada putaran basal koklea, saraf pendengar perifer dan sentral pada umunya bernada tinggi (mendenging). Tinitus yang bernada rendah seperti gemuruh ombah ciri khas penyakit telinga koklear (hidrop endolimfatikus).Pemeriksaan fisik THT dan otoskopi harus secara rutin dilakukan, pemeriksaan penala, audiometri nada murni, audiometri tutur, bila perlu dilakukan pemeriksaan OAE (otoacustic emmision) BERA (brainstem evoked response audiometry) dan atau ENG (electro nystagmography) serta pemeriksaan laboratorium.PenatalaksanaanPenatalaksanaan tinitus merupakan masalah yang kompleks dan merupakan fenomena psikoakustik murni, sehingga tidak dapat diukur.Perlu diketahuinya penyebab tinitus agar dapat diobati sesuai penyebabnya. Kadang-kadang penyebab itu sukar diketahui.Penatalaksanaan bertujuan untuk menghilangkan penyebab tinitus dan atau mengurangi keparahan akibat tinitus. Pada tinitus yang jelas diketahuinya penyebabnya baik lokal maupun sistemik, biasanya tinitus dapat dihilangkan bila kelainan penyebabnya dapat diobati. Pada tinitus yang penyebabnya tidak diketahui pasti penatalaksanaannya lebih sulit dilakukan.Penatalaksanaan terkini yang dikemukakan oleh Jastreboff, berdasar pada model neurifisiologinya adalah kombinasi konseling terpimpin, terapi akustik dan medikamentosa bila diperlukan. Metode ini yang disebut sebagai Tinnitus Retraining Therapy (TRT) adalah memicu dan menjada reaksi habituasi dan persepsi tinitus dan atau suara lingkungan yang mengganggu. Habituasi diperoleh sebagai hasil modifikasi hubungan sistem auditorik ke sistem limbik dan sistem saraf otonom. TRT walau tidak dapat menghilangkan tinitus dengan sempurna, tetapi dapat memberikan perbaikan yang bermakna berupa penurunan toleransi terhadap suara.TRT dimulai dengan anmnesis awal untuk mengidentifikasi masalah dan keluhan pasien, menentukan pengaruh tinitus dan penurunan toleransi terhadap suara di sekitarnya, mengevaluasi kondidi emosional dan derajat stres pasien, mendapatkan informasi untuk memberikan konseling yang tepat dan membuat data dasar yang akan digunakan untuk evaluasi terapi.Pada umumnya pengobatan gejala tinitus dibagi dalam 4 cara, yaitu :1. Psikologik, dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan pasien bahwa penyakitnya tidak membahayakan, mengajarkan relaksai setiap hari.2. Elektrofisiologik yaitu memberi stimulus elektro akustik dengan intensitas suara yang lebih keras dari tinitusnya, dapat dengan alat bantu dengar atau tinitus masker.3. Terapi medikamentosa sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas diantaranya untuk meningkatkan aliran darah koklea, tranquilizer, antidepresan sedatif, neurotonik, vitamin dan mineral.4. Tindakan bedah dilakukan pada tumor akustik neuroma.Pasien yang menderita gangguan ini perlu diberikan penjelasan yang baik, sehingga rasa takut tidak memperberat keluhan tersebut.Obat penenang atau obat tidur dapat diberikan saat menjelang tidur pada pasien yang tidurnya sangat terganggu oleh tinitus itu. kepada pasien harus dijelaskan bahwa gangguan itu sukar diobati dan dianjurkan agar beradaptasi dengan gangguan tersebut.