buku petunjuk praktikum pemetaan fotogrammetri_secured

19
PETUNJUK PRAKTIKUM PEMETAAN FOTOGRAMMETRI Oleh: Ir. Bambang Sudarsono, MS. Yudo Prasetyo, ST., MT. LABORATORIUM FOTOGRAMMETRI DAN PENGINDERAAN JAUH PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 2006

Upload: lekju

Post on 18-Nov-2015

30 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

yo

TRANSCRIPT

  • PETUNJUK PRAKTIKUM

    PEMETAAN FOTOGRAMMETRI

    Oleh: Ir. Bambang Sudarsono, MS.

    Yudo Prasetyo, ST., MT.

    LABORATORIUM FOTOGRAMMETRI DAN PENGINDERAAN JAUH

    PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    2006

  • BAB I

    PENDAHULUAN 1.1. Umum

    Dalam rangka pelaksanaan perkuliahan di jurusan Teknik Geodesi Fakultas

    Teknik Universitas Diponegoro, mahasiswa diberi materi kuliah yang berisi

    dasar-dasar teori mata kuliah ditambah dengan tugas dalarn bentuk latihan

    hitungan, menggambar dan praktek di laboratorium Fotogrammetri dan

    Penginderaan Jauh. Untuk mata kuliah Pemetaan Fotogrametri, selain diberikan

    dasar-dasar teori mahasiswa juga diwajibkan untuk mengikuti praktikum di

    laboratorium Fotogrammetri dan Penginderaan Jauh. Adapun materi praktikum

    pemetaan fotogrametri adalah membuat PETA SEDERHANA dengan alat

    stereoskop.

    1.2. Maksud Dan Tujuan

    Maksud dari praktikum penggunaan stereoskop adalah membuat peta dengan

    menggunakan data foto udara dan alat stereoskop. Adapun tujuan dari praktikurn

    penggunaan steoroskop antara lain agar:

    1. Mahasiswa dapat mengenal foto udara dan menggunakan peralatan stereoskop.

    2. Mahasiswa diharapkan dapat membuat peta sederhana dengan alat stereoskop.

    3. Mahasiswa dapat rnelakukan interpretasi foto udara

  • BAB II

    FOTO UDARA

    2.1.Tanda - Tanda Tepi Foto Udara

    Foto Udara adalah foto yang dipotret dari Udara dengan kamera Udara yang

    dipasang di pesawat terbang dari ketinggian tertentu. Tiap lembar foto udaraa

    selalu ada tanda-tanda tepi seperti yang terlihat pada Lampiran 1, yang terdiri

    dari:

    1. Nivo

    Nivo ini dapat digunakan untuk mengetahui adanya kemiringan kamera udara

    pada waktu pemotretan.

    2. Jam Pemotretan

    Umumnya pemotretan foto udara dilakukan pada pagi hari atau sore hari, hal ini

    dilakukan karena pada pagi hari atau sore hari matahari memancarkan

    cahaya yang cukup cerah dan tidak terlalu papas dan cahaya tersebut

    cukup baik untuk keperluan pemotretan udara, sehingga diperoleh kualitas

    gambar yang baik. Selain itu pada pemotretan pagi hari atau sore hari

    apabila ada obyek yang tinggi, maka akan ada bayangan pada arah barat

    atau timer yang dapat digunakan untuk keperluan orientasi arah di

    lapangan.

    3. Altimeter

    Altimeter ini digunakan untuk mengetahui ketinggian pemotretan udara

    terhadap referensi tertentu.

    4. Fokus Kamera Udara

    Fokus kamera menunjukkan besarnya fokus karnera yang digunakan untuk

    pernotretan udara.

    5. Nomor Foto

    Nomor foto menunjukkan Nomor unit foto yang dapat diatur sesuai

    dengan keinginan.

    6. Fiducial Mark: Tanda fiducial mark ini untuk keperluan orientasi foto.

  • 2.2. Skala Foto Udara

    Skala foto udara untuk setiap lembar peta tidak sama, oleh karena itu

    ditentukan skala foto udara rata-rata / skala pendekatan.

    Untuk menentukan skala foto udara, maka diperlukan data fokus kamera udara,

    tinggi terbang dan elevasi rata-rata penmikaan tanah yang dipotret. Adapun

    skala foto udara dinyatakan sebagai berikut

    Skala foto Udara = hrH

    f

    ................................................ (2.1)

    Keterangan

    f = fokus kamera udara

    H = tinggi terbang yang dibaca pada altimeter

    hr = elevasi rata-rata pennukaan tanah yang dipotret

    2.3. Penentuan Koordinat Tanah dari Foto Udara

    Apabila data tinggi terbang, koordinat foto dan fokus kamera Udara diketahui,

    maka dapat dihittuig koordinat tanah dengan rumus sebagai berikut:

    ( )f

    hiHxiXi

    = . (2.2)

    ( )f

    hiHyiYi

    = . ..(2.3)

    Keterangan

    ( Xi , Yi ) Koordinat tanah

    ( xi , yi ) Koordinat foto

    H Tinggi terbang diatas referensi tertentu misalnya Mean Sea Level

  • 2.4. Perhitungan Beda Tinggi dengan Paralaks

    Untuk Perhitungan beda tinggi antara dua titik, maka diperlukan data

    pengamatan paralaks dari titik-titik tersebut. Pada praktikum ini yang akan

    digunakan sebagai titik acuan adalah Titik Utama Foto Udara.

    Adapun data yang diperlukan adalah sebagai berikut:

    Basis foto udara (b)

    Bacaan paralaks di titik utama (pXTU )

    Bacaan paralaks di titik yang diamati (pX1)

    Fokus kamera udara (f)

    Skala foto udara

    Rumus yang digunakan untuk perhitungan beda tinggi adalah:

    ( ) ( )( )pxTUpxibpxTUpxixskalafxbilanganhi +

    = 1

    ( )pb

    pxskalafxbilanganhi +

    =

    Keterangan

    A hi Beda tinggi antara titik detail dengan titik utalna

    f Fokus kamera Udara

    A p Selisih paralaks titik detail dan titik utama = (pxi-pxTU)

    b Basis foto

    Apabila elevasi titik utalna di permukaan tanah diketahui (misalnya hTU),

    maka elevasi titik detail (hi ) dapat dihitung sebagai berikut:

    hihh TUi +=

    Untuk keperluan praktikum, setiap mahasiswa diwajibkan melakukan

    pengamatan paralaks pada detail permukaan bumi sebanyak kurang lebih 25

    titik sampai 50 titik sesuai dengan kebutuhan pengamatan.

  • BAB III

    INTERPRETASI FOTO UDARA 3.1. Dasar-Dasar Interpretasi Foto Udara

    Untuk melakukan interpretasi foto udara setiap orang mempunyai

    kemampuan yang berbeda, sehingga hasil interpretasi tergantung dari

    kemampuan interpreter dan latar belakang disiplin ilmu yang dimiliki.

    Misalnya seorang ahli geologi apabila melakukan kegiatan interpretasi foto

    udara, maka informasi yang akan disajikan tentu yang berkaitan dengan

    infonnasi geologi, begitu pula seorang ahli pertanian akan menyajikan basil

    Interpretasi foto udara yang berkaitan dengan informasi bidang pertanian.

    Nanum dernikian secara umum ada tujuh (7) kunci untuk keperluan interpretasi

    foto udara yaitu:

    1. Size (ukuran).

    2. Shape (bentuk).

    3. Shadow (bayangan).

    4. Site (lokasi).

    5. Tone (derajat kehitaman).

    6. Texture (kekasaran citra foto).

    7. Pattern (pola).

    Dengan menggunakan tujuh kunci tersebut seorang interpreter akan inampu

    mendeskripsikan obyek yang ada di foto udara berdasarkan ukuran, bentuk,

    bayangan, lokasi, derajat kehitaman, kekasaran citra dan pola.

    3.2. Tahapan Interpretasi Foto Udara

    Pelaksanaan Interpretasi udara dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu:

    1. Peninjauan Umum (General examination).

    Tahap ini secara umum menetapkan sifat-sifat atau karakterisitik dari daerah

    yang diamati. Sifat-sifat daerah secara usmun antara lain ineliputi susunan relief,

    jenis tumbuh-tumbuhan, kebudayaan dan bentang alam.

  • 2. Idenfikasi (Identification)

    Pada tahap ini semua detail topografi atau situasi yang ada pada foto udara

    harus diidentifikasi berdasarkan kunci interpretasi foto udara. Pada tahap

    identifikasi ini dilakukan pemeriksaan secara detail, misalnya mempelajari

    susunan jalan, distribusi dan tipe bangunan, bentuk-bentuk khusus bangunan

    ibadah seperti mesjid, gereja, daerah terbuka antara lain lapangan olahraga,

    tarnan dan kuburan. Selain itu dengan identifikasi kita dapat membedakan

    daerah perkebunan, pertanian dan hutan. Berdasarkan hasil identifikasi

    ini, maka dapat dilakukan analisis mendetail pada daerah yang lebih kecil

    3. Klasifikasi (Classification)

    Tahap klasifikasi ini merupakan merupakan tahapan yang tidak dapat

    dipisahkan dari tahap sebelumnya. Melalui tahap klasifikasi ini semua obyek

    yang sudah diidentifikasi pada tahap sebelumnya diklasifikasi lebih mendetail.

    Alasannya untuk jalan harus dibedakan jalan utama, jalan kelas dua dan

    jalan penghubung. Untuk bangunan dapat diklasifikasi lebih mendetail

    menjadi bangunan rumah tinggal, bangunan perkantoran, bangunan

    pertokoan, bangunan pasar tradisional, bangunan ibadah atau klasifikasi lain

    yaitu bangunan satu lantai, bangunan bertingkat dua dan bangunan bertingkat

    banyak.

    Dari hasil interpretasi foto udara akan diperoleh informasi yang mendetail dan

    sudah diklasifikasi sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk keperluan

    tertentu, misalnya untuk melengkapi peta dengan membuat simbol sesuai

    obyek yang akan digambar

  • BAB IV

    PELAKSANAAN PRAKTIKUM

    4.1. Peralatan

    Peralatan dan bahan yang diperlukan untuk praktikum Pemetaan Fotogrametri,

    antara lain:

    I . Stereoskop

    2. Paralax Bar

    3. Foto udara stereo

    4. Kertas manila warm putih ukuran A1

    5. Kertas transparan dua lembar

    6. Spidol OHP ukuran F sebanyak empat wama (Hitam, Biru, Hijau dan

    Merah)

    7. Celotape / Isolasi

    8. Penggaris

    9. Alat-alat tubs

    4.2. Metode Pelaksanaan

    Sebelum mulai praktikum terlebih dahulu baru mencatat data, sebagai berikut:

    a. Nomor alat stereoskop

    b. Skala foto udara

    c. Fokus kamera udara

    d. Tinggi terbang yang dapat dilihat di Altimeter

    e. Nomor foto udara

    Adapun tahap pelaksanaan praktikum adalah, sebagai berikut:

    a. Interpretasi foto udara

    L Tentukan titik utama foto udara 1 dengan menghubungkan titik fiducial

    mark dan diberi notasi TU1, dan dengan cara yang sama tentukan titik

    utarna foto udara 2 dengan notasi TU2.

  • 2. Lakukan identifikasi titik utama foto udara 2 di foto udara dan diberi tanda

    TU2. Melalui cara yang sama identifikasi titik utama foto udara 1 di foto

    udara 2 dan diberi tanda TU1'. Kemudian diukur panjang basis foto udara 1

    dan basis foto udara 2 dengan mengukur panjang b1=TU1-TU2 dan

    b2=TU2-TU1, kemudian dihitung basis foto rata-rata:

    ( )2

    21 bbb +=

    TU1 TU2 + +

    TU1 TU2 + +

    3. Buat garis arah terbang di foto udara 1 dengan menghubungkan TU1 ke

    TU2 dan garis arah terbang foto udara 2 dengan menghubungkan garis

    dari TU2 ke TU1.

    TU1 TU2

    TU1 TU2

    4. Tahap selanjutnya memasang kertas manila ukuran Al diatas meja

    praktikum dan dicelotape / diisolasi.

    5. Buat garis arah terbang diatas kertas manila dengan jarak kurang lebih 20

    cm - 25 cm diukur dari bawah.

  • 6. Kemudian dilanjutkan memasang foto udara 1 dengan mengimpitkan garis

    arah terbang di foto udara 1 dengan garis arah terbang di kertas manila.

    7. Selanjutnya pasang stereoskop diatas meja praktikum dan diatur

    sedemikian rupa sehingga garis yang menghubungkan titik pusat lensa

    stereoskop sejajar dengan garis arah terbang.

    8. Kemudian foto udara 2 dipasang di sebelah kanan foto udara 1 dengan

    mengimpitkan garis arah terbang foto udara 2 dengan garis arah terbang di

    kertas manila serta diatur sedemikian rupa sehingga apabila dilihat dengan

    steteroskop akan terlihat bayangan 3 dimensi.

  • 9. Tahap berikutnya memasang kertas transparan diatas foto udara 1 dan foto

    udara 2, kemudian kedua kertas transparan tersebut dilekatkan diatas meja

    praktikum dengan celotape / diisolasi.

    10. Selanjutnya boat sistem salib sumbu dengan pusat sistem koordinat di titik

    utama dan garis-garis grid diatas kertas transparan dengan ukuran 1 cm x 1

    cm atau ukuran 2 cm x 2 cm. Garis grid ini dibuat dengan maksud untuk

    memudahkan dalaJn mencatat koordinat foto pada waktu pengamatan

    dan jugs diharapkan dapat memudahkan pada saat penggambaran peta.

    11. Kemudian lakukan Interpretasi foto udara dengan slat stereoskop dan

    langsung dibuat peta planimetris diatas kertas transparan yang sudah ada

    garis grid dengan simbol warna.

    b. Pengamatan paralaks X

    1. Pengamatan paralaks X di titik utama.

    Untuk keperluan perhitungan beda tinggi pertalna kali diukur paralaks X di

    titik utama dengan menggunakan paralax bar. Adapun caranya adalah dengan

    menempatkan floating mark (titik apung) yang ada di keping kaca tepat di

    atas titik utama foto udara 1 dan dengan alat stereoskop, floating mark (titik

    apung) sebelah kanan diatur sedemikian rupa dengann sekrup paralax bar,

    sehingga floating mark kiri dan kanan berimpit dan berada tepat diatas

    pennukaan tanah. Kemudian dicatat koordinat dan besarnya bacaan paralaks

    X.

    2. Kemudian lakukan pengunatan paralaks X titik-titik detail yang ada di foto

    udara dengan alat paralax bar. Penyebaran titik-titik detail yang diamati

    diatas foto udara dibuat merata pada selunih daerah yang diamati,

    sehingga akan dapat digunakatl untuk pembuatan garis kontur dengan

    metode inteipolasi. Adapun data yang harus dicatat meliputi: nomor titik

    detail, koordinat foto, bacaan paralaks X dalam keterangan titik yang

    diamati. Data dicatat diatas formulir Tabel Pengamatan Paralaks seperti yang

    ada pada Lampiran 2.

  • Setelah pembuatan peta dan pengamatan paralaks X selesai, maka alat stereoskop

    dan paralax bar dimasukkan kedalam kotak alat dan foto udara dilepas dari

    atas meja praktikum, kemudian dibuat foto copy untuk dilampirkan di Laporan

    Praktikum. Selanjutnya alat stereoskop dan foto udara diserahkan kembali ke

    Petugas Laboratorium Jurusan Geodesi FT UNDIP.

    4.3. Pengolahan Data

    Dari data pengamatan telah diperoleh data koordinat foto dan bacaan paralaks X.

    Tahap selanjutnya adalah pengolahan data yang meliputi:

    a. Menghitung koordinat tanah (Xi,Yi)

    Koordinat tanah titik detail (Xi,Yi) dapat dihitung dengan rumus (2.2) dan

    rumus (2.3).

    b. Menghitung elevasi titik acuan di Titik Utama (htu)

    Elevasi titik utama dihitung dengan asumsi bahwa elevasi titik utama

    merupakan elevasi rata-rata permukaan tanah di foto yang bersangkutan.

    Rumus yang digunakan untuk perhitungan elevasi titik utama, sebagai berikut:

    TUhHfSkala

    =

    H-hTU= f x bilangan skala.

    HTU = H-( f x bilangan skala).

    c. Menghitung beda tinggi titik detil dengan titik utama (hi). Beda tinggi titik detil I dengan titik utama dapat dihitung dengan rumus (2.4).

    d. Menghitung elevasi titik detil (hi)

    Elevasi titik detil dapat dihitung dengan rumus (2.5). Data perhitungan dibuat

    dalam tabel tersendiri seperti contoh pada Lampiran 3.

    Data perhitungan dibuat dalam tabel tersendiri seperti contoh pada Lampiran 3.

  • 4.4. Penggambaran Peta

    Penggambaran peta dilakukan dalam dua tahap sebagai berikut:

    a. Penggambaran di kertas milimeter

    Penggambaran di kertas milimeter digambar dengan skala 2 kali dari

    skala aslinya, fnisalnya skala foto udara l:10.000, maka peta digambar

    dengan skala 1:5.000. Adapun tahap penggambaran di kertas milimeter adalah

    sebagai berikut:

    1. Tentukan titik utama diatas kertas milimeter

    2. Buat sistem salib sumbu dengan titik utama sebagai pusat sistem koordinat

    (X,Y).

    3. Plotting titik-titik detail planimetris sesuai dengan data yang ada di

    kertas transparan, sehingga diperoloh gambar peta diatas kertas milimeter

    yang bentuknya sama dengan peta di kertas transparan, hanya skalanya yang

    berbeda.

    4. Kemudian dilanjutkan plotting titik detail ketinggian (spotheight)

    berdasarkan data koordinat tanah hasil hitungan dan elevasi titik detail. Titik

    desimal data elevasi diplot tepat pada koordinat titik detail, sedailgkan

    nomor titik detail tidak perlu diplot di peta.

    5. Setelah selesai plotting titik detail, kemudian dilanjutkan penarikan garis

    kontur dengan interval tertentu.

    b. Penggambarah di kertas kalkir

    Penggambaran diatas kalkir dilaksanakan dengan cara, sebagai berikut:

    1. Siapkan kertas kalkir ukuran 50 cm x 50 cm.

    2. Buat betas muka peta dan kop gambar dengan ukuran seperti Lampiran 4.

    3. Plotting peta di bagian muka peta dengan ukuran kurang lebih 30 cm x 45

    cm.

    4. Buat infonnasi tepi peta antara lain meliputi:

    Logo Universitas Diponegoro

    Gambar arah utara

    Skala numeris den skala grafts

  • TUGAS PEMETAAN FOTOGRAMMETRI

    GAMBAR PETA SITUASI

    NAMA DAN NIM peserta praktikum

    KETERANGAN atau LEGENDA

    DIPERIKSA : NAMA ASISTEN

    DISETUJUI : NAMA DOSEN

    Paling bawah diberi keterangan

    SUMBER DATA : FOTO UDARA SKALA 1:10.000

    LOKASI DAN TAHUN DIPOTRET: /TAHUN .

    (Disesuaikan dengan data foto udara yang digunakan waktu praktikum).

    4.5. Pembuatan Laporan

    Isi laporan secara umum antara lain berisi:

    KATA PENGANTAR

    DAFTAR ISI

    BAB I PENDAHULUAN: menguraikan tentang maksud dan tujuan

    praktikum, pembatasan masalah dan

    sistematika pembuatan laporan.

    BAB II DASAR TEORI: menguraikan dasar-dasar teori yang digunakan

    untuk pembuatan peta sederhana dengan

    menggunakan stereoskop.

    BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM: menguraikan seluruh kegiatan

    pelaksanaan praktikum mulai dari pengambilan

    data sampai tahap penggambaran.

    BAB IV PEMBAHASAN: menguraikan pembahasan terhadap hasil praktikum.

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN: menguraikan kesimpulan hasil

    praktikum dan saran-saran.

  • LAMPIRAN

    1. Formulir Pengamatan Paralaks X

  • 2. Formulir Perhitungan Data Elevasi dan Koordinat

  • 3. Hasil Plotting Titik di Mika Transparan

  • 4. Hasil Plotting Titik dan Garis di Kertas Milimeter Blok

  • 5. Format Gambar Kalkir

    PETUNJUK PRAKTIKUMPEMETAAN FOTOGRAMMETRI Oleh:Ir. Bambang Sudarsono, MS.Yudo Prasetyo, ST., MT. LABORATORIUM FOTOGRAMMETRI DAN PENGINDERAAN JAUHPROGRAM STUDI TEKNIK GEODESIFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS DIPONEGORO2006BAB I PENDAHULUAN1.1. UmumDalam rangka pelaksanaan perkuliahan di jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, mahasiswa diberi materi kuliah yang berisi dasar-dasar teori mata kuliah ditambah dengan tugas dalarn bentuk latihan hitungan, menggambar dan praktek di laboratorium Fotogrammetri dan Penginderaan Jauh. Untuk mata kuliah Pemetaan Fotogrametri, selain diberikan dasar-dasar teori mahasiswa juga diwajibkan untuk mengikuti praktikum di laboratorium Fotogrammetri dan Penginderaan Jauh. Adapun materi praktikum pemetaan fotogrametri adalah membuat PETA SEDERHANA dengan alat stereoskop.1.2. Maksud Dan TujuanMaksud dari praktikum penggunaan stereoskop adalah membuat peta dengan menggunakan data foto udara dan alat stereoskop. Adapun tujuan dari praktikurn penggunaan steoroskop antara lain agar:1. Mahasiswa dapat mengenal foto udara dan menggunakan peralatan stereoskop. 2. Mahasiswa diharapkan dapat membuat peta sederhana dengan alat stereoskop. 3. Mahasiswa dapat rnelakukan interpretasi foto udaraBAB II FOTO UDARA2.1.Tanda - Tanda Tepi Foto UdaraFoto Udara adalah foto yang dipotret dari Udara dengan kamera Udara yang dipasang di pesawat terbang dari ketinggian tertentu. Tiap lembar foto udaraa selalu ada tanda -tanda tepi seperti yang terlihat pada Lampiran 1, yang terdiri dari: 1. NivoNivo ini dapat digunakan untuk mengetahui adanya kemiringan kamera udara pada waktu pemotretan.2. Jam PemotretanUmumnya pemotretan foto udara dilakukan pada pagi hari atau sore hari, hal ini dilakukan karena pada pagi hari atau sore hari matahari memancarkan cahaya yang cukup cerah dan tidak terlalu papas dan cahaya tersebut cukup baik untuk keperluan pemotretan udara, sehingga diperoleh kualitas gambar yang baik. Selain itu pada pemotretan pagi hari atau sore hari apabila ada obyek yang tinggi, maka akan ada bayangan pada arah barat atau timer yang dapat digunakan untuk keperluan orientasi arah di lapangan.3. AltimeterAltimeter ini digunakan untuk mengetahui ketinggian pemotretan udara terhadap referensi tertentu.4. Fokus Kamera UdaraFokus kamera menunjukkan besarnya fokus karnera yang digunakan untuk pernotretan udara.5. Nomor FotoNomor foto menunjukkan Nomor unit foto yang dapat diatur sesuai dengan keinginan.6. Fiducial Mark: Tanda fiducial mark ini untuk keperluan orientasi foto.2.2. Skala Foto UdaraSkala foto udara untuk setiap lembar peta tidak sama, oleh karena itu ditentukan skala foto udara rata-rata / skala pendekatan.Untuk menentukan skala foto udara, maka diperlukan data fokus kamera udara, tinggi terbang dan elevasi rata-rata penmikaan tanah yang dipotret. Adapun skala foto udara dinyatakan sebagai berikutSkala foto Udara = ................................................ (2.1)Keteranganf = fokus kamera udaraH = tinggi terbang yang dibaca pada altimeterhr = elevasi rata-rata pennukaan tanah yang dipotret2.3. Penentuan Koordinat Tanah dari Foto UdaraApabila data tinggi terbang, koordinat foto dan fokus kamera Udara diketahui, maka dapat dihittuig koordinat tanah dengan rumus sebagai berikut: (2.2) ..(2.3)Keterangan( Xi , Yi ) Koordinat tanah( xi , yi ) Koordinat fotoH Tinggi terbang diatas referensi tertentu misalnya Mean Sea Level2.4. Perhitungan Beda Tinggi dengan ParalaksUntuk Perhitungan beda tinggi antara dua titik, maka diperlukan data pengamatan paralaks dari titik-titik tersebut. Pada praktikum ini yang akan digunakan sebagai titik acuan adalah Titik Utama Foto Udara.Adapun data yang diperlukan adalah sebagai berikut: Basis foto udara (b) Bacaan paralaks di titik utama (pXTU ) Bacaan paralaks di titik yang diamati (pX1) Fokus kamera udara (f) Skala foto udara Rumus yang digunakan untuk perhitungan beda tinggi adalah: KeteranganA hi Beda tinggi antara titik detail dengan titik utalnaf Fokus kamera UdaraA p Selisih paralaks titik detail dan titik utama = (pxi-pxTU) b Basis fotoApabila elevasi titik utalna di permukaan tanah diketahui (misalnya hTU), maka elevasi titik detail (hi ) dapat dihitung sebagai berikut: Untuk keperluan praktikum, setiap mahasiswa diwajibkan melakukan pengamatan paralaks pada detail permukaan bumi sebanyak kurang lebih 25 titik sampai 50 titik sesuai dengan kebutuhan pengamatan.BAB III INTERPRETASI FOTO UDARA3.1. Dasar-Dasar Interpretasi Foto UdaraUntuk melakukan interpretasi foto udara setiap orang mempunyai kemampuan yang berbeda, sehingga hasil interpretasi tergantung dari kemampuan interpreter dan latar belakang disiplin ilmu yang dimiliki. Misalnya seorang ahli geologi apabila melakukan kegiatan interpretasi foto udara, maka informasi yang akan disajikan tentu yang berkaitan dengan infonnasi geologi, begitu pula seorang ahli pertanian akan menyajikan basil Interpretasi foto udara yang berkaitan dengan informasi bidang pertanian. Nanum dernikian secara umum ada tujuh (7) kunci untuk keperluan interpretasi foto udara yaitu:1. Size (ukuran).2. Shape (bentuk).3. Shadow (bayangan).4. Site (lokasi).5. Tone (derajat kehitaman).6. Texture (kekasaran citra foto).7. Pattern (pola).Dengan menggunakan tujuh kunci tersebut seorang interpreter akan inampu mendeskripsikan obyek yang ada di foto udara berdasarkan ukuran, bentuk, bayangan, lokasi, derajat kehitaman, kekasaran citra dan pola.3.2. Tahapan Interpretasi Foto UdaraPelaksanaan Interpretasi udara dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu: 1. Peninjauan Umum (General examination).Tahap ini secara umum menetapkan sifat-sifat atau karakterisitik dari daerah yang diamati. Sifat-sifat daerah secara usmun antara lain ineliputi susunan relief, jenis tumbuh-tumbuhan, kebudayaan dan bentang alam.2. Idenfikasi (Identification)Pada tahap ini semua detail topografi atau situasi yang ada pada foto udara harus diidentifikasi berdasarkan kunci interpretasi foto udara. Pada tahap identifikasi ini dilakukan pemeriksaan secara detail, misalnya mempelajari susunan jalan, distribusi dan tipe bangunan, bentuk-bentuk khusus bangunan ibadah seperti mesjid, gereja, daerah terbuka antara lain lapangan olahraga, tarnan dan kuburan. Selain itu dengan identifikasi kita dapat membedakan daerah perkebunan, pertanian dan hutan. Berdasarkan hasil identifikasi ini, maka dapat dilakukan analisis mendetail pada daerah yang lebih kecil3. Klasifikasi (Classification)Tahap klasifikasi ini merupakan merupakan tahapan yang tidak dapat dipisahkan dari tahap sebelumnya. Melalui tahap klasifikasi ini semua obyek yang sudah diidentifikasi pada tahap sebelumnya diklasifikasi lebih mendetail. Alasannya untuk jalan harus dibedakan jalan utama, jalan kelas dua dan jalan penghubung. Untuk bangunan dapat diklasifikasi lebih mendetail menjadi bangunan rumah tinggal, bangunan perkantoran, bangunan pertokoan, bangunan pasar tradisional, bangunan ibadah atau klasifikasi lain yaitu bangunan satu lantai, bangunan bertingkat dua dan bangunan bertingkat banyak.Dari hasil interpretasi foto udara akan diperoleh informasi yang mendetail dan sudah diklasifikasi sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk keperluan tertentu, misalnya untuk melengkapi peta dengan membuat simbol sesuai obyek yang akan digambarBAB IVPELAKSANAAN PRAKTIKUM4.1. PeralatanPeralatan dan bahan yang diperlukan untuk praktikum Pemetaan Fotogrametri, antara lain:I . Stereoskop2. Paralax Bar3. Foto udara stereo4. Kertas manila warm putih ukuran A15. Kertas transparan dua lembar6. Spidol OHP ukuran F sebanyak empat wama (Hitam, Biru, Hijau dan Merah) 7. Celotape / Isolasi8. Penggaris9. Alat-alat tubs4.2. Metode PelaksanaanSebelum mulai praktikum terlebih dahulu baru mencatat data, sebagai berikut: a. Nomor alat stereoskopb. Skala foto udarac. Fokus kamera udarad. Tinggi terbang yang dapat dilihat di Altimeter e. Nomor foto udaraAdapun tahap pelaksanaan praktikum adalah, sebagai berikut: a. Interpretasi foto udaraL Tentukan titik utama foto udara 1 dengan menghubungkan titik fiducial mark dan diberi notasi TU1, dan dengan cara yang sama tentukan titik utarna foto udara 2 dengan notasi TU2.2. Lakukan identifikasi titik utama foto udara 2 di foto udara dan diberi tanda TU2. Melalui cara yang sama identifikasi titik utama foto udara 1 di foto udara 2 dan diberi tanda TU1'. Kemudian diukur panjang basis foto udara 1 dan basis foto udara 2 dengan mengukur panjang b1=TU1-TU2 dan b2=TU2-TU1, kemudian dihitung basis foto rata-rata: 3. Buat garis arah terbang di foto udara 1 dengan menghubungkan TU1 ke TU2 dan garis arah terbang foto udara 2 dengan menghubungkan garis dari TU2 ke TU1.4. Tahap selanjutnya memasang kertas manila ukuran Al diatas meja praktikum dan dicelotape / diisolasi.5. Buat garis arah terbang diatas kertas manila dengan jarak kurang lebih 20 cm - 25 cm diukur dari bawah. 6. Kemudian dilanjutkan memasang foto udara 1 dengan mengimpitkan garis arah terbang di foto udara 1 dengan garis arah terbang di kertas manila.7. Selanjutnya pasang stereoskop diatas meja praktikum dan diatur sedemikian rupa sehingga garis yang menghubungkan titik pusat lensa stereoskop sejajar dengan garis arah terbang.8. Kemudian foto udara 2 dipasang di sebelah kanan foto udara 1 dengan mengimpitkan garis arah terbang foto udara 2 dengan garis arah terbang di kertas manila serta diatur sedemikian rupa sehingga apabila dilihat dengan steteroskop akan terlihat bayangan 3 dimensi. 9. Tahap berikutnya memasang kertas transparan diatas foto udara 1 dan foto udara 2, kemudian kedua kertas transparan tersebut dilekatkan diatas meja praktikum dengan celotape / diisolasi.10. Selanjutnya boat sistem salib sumbu dengan pusat sistem koordinat di titik utama dan garis-garis grid diatas kertas transparan dengan ukuran 1 cm x 1 cm atau ukuran 2 cm x 2 cm. Garis grid ini dibuat dengan maksud untuk memudahkan dalaJn mencatat koordinat foto pada waktu pengamatan dan jugs diharapkan dapat memudahkan pada saat penggambaran peta.11. Kemudian lakukan Interpretasi foto udara dengan slat stereoskop dan langsung dibuat peta planimetris diatas kertas transparan yang sudah ada garis grid dengan simbol warna.b. Pengamatan paralaks X1. Pengamatan paralaks X di titik utama.Untuk keperluan perhitungan beda tinggi pertalna kali diukur paralaks X di titik utama dengan menggunakan paralax bar. Adapun caranya adalah dengan menempatkan floating mark (titik apung) yang ada di keping kaca tepat di atas titik utama foto udara 1 dan dengan alat stereoskop, floating mark (titik apung) sebelah kanan diatur sedemikian rupa dengann sekrup paralax bar, sehingga floating mark kiri dan kanan berimpit dan berada tepat diatas pennukaan tanah. Kemudian dicatat koordinat dan besarnya bacaan paralaks X.2. Kemudian lakukan pengunatan paralaks X titik-titik detail yang ada di foto udara dengan alat paralax bar. Penyebaran titik-titik detail yang diamati diatas foto udara dibuat merata pada selunih daerah yang diamati, sehingga akan dapat digunakatl untuk pembuatan garis kontur dengan metode inteipolasi. Adapun data yang harus dicatat meliputi: nomor titik detail, koordinat foto, bacaan paralaks X dalam keterangan titik yang diamati. Data dicatat diatas formulir Tabel Pengamatan Paralaks seperti yang ada pada Lampiran 2.Setelah pembuatan peta dan pengamatan paralaks X selesai, maka alat stereoskop dan paralax bar dimasukkan kedalam kotak alat dan foto udara dilepas dari atas meja praktikum, kemudian dibuat foto copy untuk dilampirkan di Laporan Praktikum. Selanjutnya alat stereoskop dan foto udara diserahkan kembali ke Petugas Laboratorium Jurusan Geodesi FT UNDIP.4.3. Pengolahan DataDari data pengamatan telah diperoleh data koordinat foto dan bacaan paralaks X. Tahap selanjutnya adalah pengolahan data yang meliputi:a. Menghitung koordinat tanah (Xi,Yi)Koordinat tanah titik detail (Xi,Yi) dapat dihitung dengan rumus (2.2) dan rumus (2.3).b. Menghitung elevasi titik acuan di Titik Utama (htu)Elevasi titik utama dihitung dengan asumsi bahwa elevasi titik utama merupakan elevasi rata-rata permukaan tanah di foto yang bersangkutan.Rumus yang digunakan untuk perhitungan elevasi titik utama, sebagai berikut: H-hTU= f x bilangan skala.HTU = H-( f x bilangan skala).c. Menghitung beda tinggi titik detil dengan titik utama (hi).Beda tinggi titik detil I dengan titik utama dapat dihitung dengan rumus (2.4).d. Menghitung elevasi titik detil (hi)Elevasi titik detil dapat dihitung dengan rumus (2.5). Data perhitungan dibuat dalam tabel tersendiri seperti contoh pada Lampiran 3.Data perhitungan dibuat dalam tabel tersendiri seperti contoh pada Lampiran 3.4.4. Penggambaran PetaPenggambaran peta dilakukan dalam dua tahap sebagai berikut:a. Penggambaran di kertas milimeterPenggambaran di kertas milimeter digambar dengan skala 2 kali dari skala aslinya, fnisalnya skala foto udara l:10.000, maka peta digambar dengan skala 1:5.000. Adapun tahap penggambaran di kertas milimeter adalah sebagai berikut:1. Tentukan titik utama diatas kertas milimeter2. Buat sistem salib sumbu dengan titik utama sebagai pusat sistem koordinat (X,Y).3. Plotting titik-titik detail planimetris sesuai dengan data yang ada di kertas transparan, sehingga diperoloh gambar peta diatas kertas milimeter yang bentuknya sama dengan peta di kertas transparan, hanya skalanya yang berbeda.4. Kemudian dilanjutkan plotting titik detail ketinggian (spotheight) berdasarkan data koordinat tanah hasil hitungan dan elevasi titik detail. Titik desimal data elevasi diplot tepat pada koordinat titik detail, sedailgkan nomor titik detail tidak perlu diplot di peta.5. Setelah selesai plotting titik detail, kemudian dilanjutkan penarikan garis kontur dengan interval tertentu.b. Penggambarah di kertas kalkirPenggambaran diatas kalkir dilaksanakan dengan cara, sebagai berikut: 1. Siapkan kertas kalkir ukuran 50 cm x 50 cm.2. Buat betas muka peta dan kop gambar dengan ukuran seperti Lampiran 4.3. Plotting peta di bagian muka peta dengan ukuran kurang lebih 30 cm x 45 cm. 4. Buat infonnasi tepi peta antara lain meliputi: Logo Universitas Diponegoro Gambar arah utara Skala numeris den skala grafts TUGAS PEMETAAN FOTOGRAMMETRI GAMBAR PETA SITUASI NAMA DAN NIM peserta praktikum KETERANGAN atau LEGENDA DIPERIKSA : NAMA ASISTEN DISETUJUI : NAMA DOSEN Paling bawah diberi keteranganSUMBER DATA : FOTO UDARA SKALA 1:10.000 LOKASI DAN TAHUN DIPOTRET: /TAHUN .(Disesuaikan dengan data foto udara yang digunakan waktu praktikum).4.5. Pembuatan LaporanIsi laporan secara umum antara lain berisi:KATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN: menguraikan tentang maksud dan tujuan praktikum, pembatasan masalah dan sistematika pembuatan laporan.BAB II DASAR TEORI: menguraikan dasar-dasar teori yang digunakan untuk pembuatan peta sederhana dengan menggunakan stereoskop. BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM: menguraikan seluruh kegiatan pelaksanaan praktikum mulai dari pengambilan data sampai tahap penggambaran. BAB IV PEMBAHASAN: menguraikan pembahasan terhadap hasil praktikum.BAB V KESIMPULAN DAN SARAN: menguraikan kesimpulan hasil praktikum dan saran-saran.LAMPIRAN1. Formulir Pengamatan Paralaks X 2. Formulir Perhitungan Data Elevasi dan Koordinat 3. Hasil Plotting Titik di Mika Transparan 4. Hasil Plotting Titik dan Garis di Kertas Milimeter Blok 5. Format Gambar Kalkir