buku panduan praktikum teknik refrigasi 2015

72
PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNIK REFRIGERASI Oleh : Dosen Pengajar dan Tim Asisten Teknik Refrigerasi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2 0 1 5

Upload: rudi-tabuti-bahar-alexa

Post on 26-Sep-2015

48 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

bbbbbbb

TRANSCRIPT

  • PENUNTUN PRAKTIKUM

    TEKNIK REFRIGERASI

    Oleh :

    Dosen Pengajar dan Tim Asisten Teknik Refrigerasi

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2 0 1 5

  • KARTU KENDALI PRAKTIKUM

    TEKNIK REFRIGERASI

    Nama :

    NIM :

    Kelompok :

    Asisten :

    Tanggal Materi Keterangan

    Mengetahui, Menyetujui,

    Koordinator Asisten Asisten Laporan

    Rahma Yuniar NIM. 115080300111093 NIM.

  • 1 Teknik Refrigerasi 2015

    1. PENDINGINAN

    1.1 Latar Belakang

    Ikan merupakan salah satu komoditi bahan pangan yang mudah mengalami kerusakan

    dan pembusukan. Proses pembusukan akan lebih cepat terjadi pada suhu tinggi, sehingga

    proses pembusukan dapat dihambat pada perlakuan penyimpanan suhu rendah. Penyimpanan

    suhu rendah pada produk perikanan bertujuan untuk menghambat atau menghentikan

    kegiatan zat-zat dan mikroorganisme yang dapat menimbulkan pembusukan (kemunduran

    mutu) dan kerusakan. Penyimpanan dengan suhu dingin dan beku juga dapat menghancurkan

    mikroba-mikroba pembusuk. Pada suhu dingin dan beku, terjadi kenaikan konsentrasi

    padatan intraseluler sehingga mengakibatkan perubahan fisik dan kimia sel-sel bakteri dan

    fungi penyebab busuk.

    Pada prinsipnya, pengawetan ikan dengan suhu rendah merupakan suatu proses

    pengambilan atau pemindahan panas dari tubuh ikan ke bahan lain. Selain itu pendinginan

    juga diartikan proses pengambilan panas dari suatu ruangan terbatas untuk menurunkan dan

    mempertahankan suhu diruangan tersebut bersama isinya agar selalu lebih rendah daripada

    suhu di luar ruangan.

    Cara Penyimpanan pada suhu rendah dibedakan atas pendinginan (cooling) dan

    pembekuan (freezing). Pendinginan adalah penyimpanan bahan di atas suhu pembekuan

    bahan (-2 10oC). Pendinginan yang biasa dilakukan sehari-hari dalam lemari es pada

    umumnya mencapai 5-8oC. Meskipun air murni membeku pada suhu 0oC, tetapi beberapa

    makanan ada yang tidak membeku sampai suhu -2oC atau di bawah, hal ini terutama

    disebabkan oleh pengaruh kandungan zat-zat di dalam makanan tersebut.

    Prinsip pendinginan adalah mendinginkan ikan secepat mungkin ke suhu serendah

    mungkin, tetapi tidak sampai menjadi beku. Pada umumnya, pendinginan tidak dapat

    mencegah pembusukan secara total, tetapi semakin dingin suhu ikan, semakin besar

    penurunan aktivitas bakteri dan enzim. Dengan demikian melalui pendinginan proses

    bakteriologi dan biokimia pada ikan hanya tertunda, tidak dihentikan. Untuk mendinginkan

    ikan, seharusnya ikan diselimuti oleh medium yang lebih dingin darinya, dapat berbentuk cair,

    padat, atau gas.Pendinginan ikan dapat dilakukan dengan menggunakan refrigerasi, es, slurry

    ice (es cair), dan air laut dingin (chilled sea water).

    Proses refrigerasi umumnya terdiri atas tahap pendinginan (chilling) yakni penurunan

    suhu mencapai 0oC dan tahap pembekuan (freezing) yakni penurunan suhu dari 0oC sampai

    jauh dibawah 0oC. Pada refrigerasi hasil perikanan, penurunan suhu pada tahap pendinginan

  • 2 Teknik Refrigerasi 2015

    dapat mencapai 0oC atau 1oC. Pada 1oC produk ikan basah belum membeku berhubung

    deret titik beku daging ikan basah terletak antara 1,1oC sampai 2,2oC.

    Hingga dewasa ini secara komersial dipraktekkan 3 metode pendinginan dalam

    kegiatan usaha perikanan, yaitu pengesan, pendinginan dengan udara dingin, dan pendinginan

    dengan air dingin.

    A. Pendinginan dengan Es Kering (dry ice)

    Untuk keperluan pemindahan panas, pada proses pendinginan dibutuhkan suatu

    media pemindah panas yang lebih dikenal dengan bahan pendingin (refrigerant). Suatu media

    dapat digunakan sebagai bahan pendingin, apabila memiliki sifat-sifat tertentu yang

    menguntungkan dan tidak menimbulkan bahaya. Adapun sifat-sifat tersebut adalah memiliki

    titik didih dan titik kondensasi rendah, bersifat non korosif terhadap logam, tidak berbahaya,

    tidak merusak aroma khas ikan, tidak mengubah warna maupun bentuk ikan, murah dan

    mudah diperoleh.

    Es kering terbuat dari karbondioksida (CO2) yang dipadatkan, titik sublimasinya pada

    tekanan atmosfir adalah 78,5oC, dari keadaan padat langsung berubah menjadi gas CO2

    dalam keadaan cair, bersama dengan nitrogen (N2) cair dan lain-lain, dikelompokkan dengan

    nama kriogen (cryogen). Karbondioksida merupakan gas tidak berwarna, bau agak lunak dan

    rasa agak asam. Digunakan secara luas dalam bentuk padat, cair dan gas.

    Proses penurunan suhu tubuh ikan dengan menggunakan es kering biasa disebut

    sebagai proses penurunan suhu secara tidak langsung. Es kering memang tidak langsung

    menurunkan suhu tubuh ikan, tetapi hanya berfungsi menurunkan suhu udara di dalam

    ruangan tempat penyimpanan. Dengan menurunnya suhu ruangan penyimpanan ikan, maka

    suhu tubuh ikan juga akan menurun.

    Es kering mempunyai efek refigerasi yang lebih besar daripada es yang dibuat dari air

    es oleh karena es kering menguap langsung menjadi gas yang tidak meninggalkan sisa cairan

    saat menguap dan suhunya luar biasa rendah. Kegunaannya yang istimewa adalah sebagai

    pengawet bahan dari pangan yang cepat rusak (perishables) dalam pengangkutan misalnya

    makanan, daging, ikan, buah-buahan dan sayuran. Caranya adalah dengan menyisipkan

    sepotong blok kecil atau sejumlah pelet es kering ke dalam pak atau kemasan yang

    merefrigerasinya.

    B. Pendinginan dengan Es Air Tawar

    Pendinginan ikan secara sederhana, murah dan praktis dapat dilakukan dengan

    menggunakan es, hanya saja penerapannya tidak efisien. Faktor penyebabnya adalah antara

  • 3 Teknik Refrigerasi 2015

    lain suhu udara yang panas di daerah tropis seperti Indonesia, dapat mengakibatkan es cepat

    sekali mencair.

    Pendinginan ikan segar dengan menggunakan es adalah cara yang paling sering

    dilakukan. Es yang dibuat dari air bersih mampu menurunkan suhu ikan dari suhu udara luar

    (30oC) menjadi 0oC atau mendekati suhu tersebut. Untuk mendapatkan hasil pendinginan

    yang baik untuk produk-produk perikanan agar kesegarannya tetap terjaga, perlu diperhatikan

    beberapa hal pada pekerjaan pengesan yaitu :

    1. jumlah es yang digunakan

    2. cara menambahkan es pada hasil perikanan

    3. waktu (lamanya) pemberian es

    4. ukuran wadah yang digunakan

    5. menghindari pengesan ikan yang masih kotor dan luka

    Dalam proses pendinginan ikan dengan menggunakan es batu, terjadi perpindahan

    panas dari tubuh ikan ke kristal es batu. Ikan dengan suhu tubuh relatif lebih tinggi akan

    melepaskan sejumlah energi panasyang kemudian diserap oleh kristal es batu. Sehingga suhu

    tubuh ikan akan menurun dan sebaliknya kristal es batu akan meleleh karena terjadi

    peningkatan suhu. Proses pemindahan panas ini akan terhenti apabila suhu tubuh ikan telah

    mencapai 0oC yaitu sama dengan es batu.

    Cara ideal yang digunakan untuk mencampur ikan dengan es adalah dengan membuat

    lapisan es pada dasar, kemudian diatasnya diletakkan selapis ikan berikutnya dibuat lapisan es

    dan ikan berganti-ganti dan ditutup dengan lapisan es sebagai lapisan teratas. Supaya efektif es

    yang dipakai haruslah yang yang berukuran kecil. Makin kecil ukuran es, makin banyak

    permukaan ikan yang bersinggungan dengan es sehingga pendinginan berlangsung lebih cepat.

    C. Pendinginan dengan Es dan Garam

    Secara umum cara yang terbaik untuk mendinginkan ikan adalah dengan

    menggunakan es karena es mendinginkan dengan cepat tanpa banyak mempengaruhi keadaan

    ikan dan dengan biaya yang murah. Namun es yang ditumbuk halus-halus dan dicampur

    dengan garam mempunyai titik cair jauh dibawah 0oC. Es yang bercampur dengan garam ini

    dapat mendinginkan ikan dengan lebih cepat dan lebih efisien.

    Garam yang ditaburkan ke seluruh tubuh ikan, secara lambat namun pasti akan

    meresap ke dalam daging ikan sehingga terjadi tekanan osmosis yang seimbang antara cairan

    yang terdapat di luar dan di dalam tubuh ikan. Dengan menggunakan campuran garam kristal

    serta es batu yang memiliki titik cair di bawah 0oC suhu tubuh ikan dengan cepat akan

    menurun. Pendinginan dengan cara ini akan mampu menghasilkan suhu 1,7oC sehingga ikan

  • 4 Teknik Refrigerasi 2015

    yang didinginkan akan mampu bertahan lebih lama dibanding hanya dengan menggunakan es

    yang hanya menghasilkan suhu antara 3-5oC.

    Selain mempunyai keuntungan, pendinginan dengan menggunakan es dan garam ini

    juga mempunyai kerugian yaitu campuran garam kristal dan es batu dapat mengakibatkan ikan

    menjadi lebih asin serta kadar airnya menurun karena cairan di dalam tubuh ikan tertarik ke

    luar oleh kristal garam yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi.

    1.2 Ruang Lingkup

    Metode pendinginan secara langsung dan tidak langsung digunakan untuk beberapa

    jenis bahan pangan termasuk hasil perikanan seperti ikan, udang, serta hasil olahannya.

    1.3 Prinsip Penentuan

    Pada prinsipnya pendinginan ikan didasarkan pada proses pengambilan atau

    pemindahan panas dari tubuh ikan ke bahan pendingin yang dinyatakan dalam satuan panas

    yaitu kalori atau kilokalori (yaitu jumlah panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu 1

    kg air sebesar 1oC).

    1.4 Metode Kerja

    Praktikum 1 (Pendinginan dengan Es Kering/dry ice)

    a) Ikan segar dicuci sampai bersih dan ditimbang beratnya.

    b) Menimbang es kering/dry ice hingga diperoleh perbandingan berat ikan dan es kering/ dry

    ice sebesar 1:1 dan 1:2.

    c) Mengukur suhu awal tubuh ikan (bagian thermal) dengan menggunakan thermocouple dan

    suhu ruangan coolbox dengan menggunakan thermometer.

    d) Ikan dimasukkan ke dalam coolbox ditambah dengan es kering/dry ice yang dibungkus

    dengan plastik.

    e) Didiamkan selama 15 menit untuk mengetahui reaksi antara ikan dengan es kering/dry ice

    (coolbox ditutup).

    f) Mengukur suhu tubuh ikan (bagian thermal) dengan menggunakan thermocouple dan suhu

    ruangan coolbox dengan menggunakan thermometer.

    g) Mengulangi langkah tersebut di atas setiap 15 menit selama 2 jam.

  • 5 Teknik Refrigerasi 2015

    Praktikum 2 (Pendinginan dengan Es Air Tawar)

    a) Ikan segar dicuci sampai bersih dan ditimbang beratnya.

    b) Menimbang es air tawar hingga diperoleh perbandingan berat ikan dan es air tawar sebesar

    1:1 dan 1:2.

    c) Mengukur suhu awal tubuh ikan (bagian thermal) dengan menggunakan thermocouple dan

    suhu ruangan coolbox dengan menggunakan thermometer.

    d) Memasukkan ikan dan es air tawar kedalam coolbox secara berselang tumpukannya.

    e) Didiamkan selama 15 menit untuk mengetahui reaksi antara ikan dengan es air tawar

    (coolbox ditutup).

    f) Mengukur suhu tubuh ikan (bagian thermal) dengan menggunakan thermocouple dan suhu

    ruangan coolbox dengan menggunakan thermometer.

    g) Mengulangi langkah tersebut di atas setiap 15 menit selama 2 jam.

    Praktikum 3 (Pendinginan dengan Es dan Garam)

    a) Ikan segar dicuci sampai bersih dan ditimbang beratnya.

    b) Menimbang berat es dan garam hingga diperoleh perbandingan berat ikan, es dan garam

    sebesar 1:1:0,25 dan 1:1:0,5.

    c) Mengukur suhu awal tubuh ikan (bagian thermal) dengan menggunakan thermocouple dan

    suhu ruangan coolbox dengan menggunakan thermometer.

    d) Memasukkan bahan-bahan ke dalam coolbox dengan urutan penempatan es garam- ikan

    es garam ikan dan seterusnya.

    e) Didiamkan selama 15 menit untuk mengetahui reaksi antara ikan dengan es air tawar

    (coolbox ditutup).

    f) Mengukur suhu tubuh ikan (bagian thermal) dengan menggunakan thermocouple dan suhu

    ruangan coolbox dengan menggunakan thermometer.

    g) Mengulangi langkah tersebut di atas setiap 15 menit selama 2 jam.

  • 6 Teknik Refrigerasi 2015

    1.5 Perhitungan

    Q = banyaknya tenaga panas (kkal)

    M = berat bahan (kg)

    T1 = suhu awal (oC)

    T2 = suhu akhir (oC)

    C = panas spesifik bahan (0,84 kkal/kgoC)

    Q = m (T1 T2) C

  • 7 Teknik Refrigerasi 2015

    PRAKTIKUM I

    Pendinginan dengan Es Kering/dry ice

    1 Maksud dan Tujuan

    2 Alat dan Bahan

    2.1 Alat

    2.2 Bahan

  • 8 Teknik Refrigerasi 2015

    3 Cara Kerja (flow chart)

    4 Data dan Perhitungan

    4.1. Data

  • 9 Teknik Refrigerasi 2015

    4.2 Perhitungan

  • 10 Teknik Refrigerasi 2015

    5 Hasil dan Pembahasan

    5.1 Analisa Prosedur

  • 11 Teknik Refrigerasi 2015

    5.2 Analisa Hasil (melampirkan grafik)

  • 12 Teknik Refrigerasi 2015

    6 Kesimpulan dan Saran

    6.1 Kesimpulan

  • 13 Teknik Refrigerasi 2015

    6.2 Saran

  • 14 Teknik Refrigerasi 2015

    DAFTAR PUSTAKA (minimal 10 di atas tahun 2000)

  • 15 Teknik Refrigerasi 2015

    PRAKTIKUM II

    Pendinginan dengan Es Air Tawar

    1 Maksud dan Tujuan

    2 Alat dan Bahan

    2.1 Alat

    2.2 Bahan

  • 16 Teknik Refrigerasi 2015

    3 Cara Kerja (flow chart)

    4 Data dan Perhitungan

    4.1. Data

  • 17 Teknik Refrigerasi 2015

    4.2 Perhitungan

  • 18 Teknik Refrigerasi 2015

  • 19 Teknik Refrigerasi 2015

    5 Hasil dan Pembahasan

    5.1 Analisa Prosedur

  • 20 Teknik Refrigerasi 2015

    5.2 Analisa Hasil (melampirkan grafik)

  • 21 Teknik Refrigerasi 2015

    6 Kesimpulan dan Saran

    6.1 Kesimpulan

    6.2 Saran

  • 22 Teknik Refrigerasi 2015

    DAFTAR PUSTAKA (minimal 10 diatas tahun 2000)

  • 23 Teknik Refrigerasi 2015

    PRAKTIKUM III

    Pendinginan dengan Es dan Garam

    1 Maksud dan Tujuan

    2 Alat dan Bahan

    2.1 Alat

    2.2 Bahan

  • 24 Teknik Refrigerasi 2015

    3 Cara Kerja (flow chart)

    4 Data dan Perhitungan

    4.1. Data

  • 25 Teknik Refrigerasi 2015

    4.2 Perhitungan

  • 26 Teknik Refrigerasi 2015

  • 27 Teknik Refrigerasi 2015

    5 Hasil dan Pembahasan

    5.1 Analisa Prosedur

  • 28 Teknik Refrigerasi 2015

    5.2 Analisa Hasil (melampirkan grafik)

  • 29 Teknik Refrigerasi 2015

    6 Kesimpulan dan Saran

    6.1 Kesimpulan

  • 30 Teknik Refrigerasi 2015

    6.2 Saran

    DAFTAR PUSTAKA (minimal 10 diatas tahun 2000)

  • 31 Teknik Refrigerasi 2015

    2. TEKNIK INSULASI

    2.1 Latar Belakang

    Insulator atau bahan insulasi adalah material yang rendah konduktivitas panasnya

    atau dengan perkataan lain adalah material yang tinggi tahanan panasnya terhadap aliran

    panas. Daya insulatif wadah penyimpan atau palka ikan merupakan hal yang terpenting dalam

    operasi penanganan hasil tangkapan. Secara hukum alam, panas selalu berpindah dari wilayah

    yang bersuhu tinggi ke wilayah yang bersuhu rendah. Dalam hal ini panas dari luar wadah ikan

    akan menerobos ke dalam wadah yang dingin. Untuk mereduksi panas atau menghambat arus

    panas tersebut, maka perlu menginsulasi sedemikian rupa sehingga palka seolah-olah seperti

    selubung yang tidak dapat ditembus panas.

    Peranan insulasi sebagai penahan aliran panas ke dalam wadah pendingin ikan

    sangat besar. Pilihan akan jenis insulasi dan tebalnya penting karena menyangkut bagian besar

    dari biaya konstruksi total dan biaya energi selama operasi pendinginan. Ciri yang penting dari

    insulasi adalah:

    1. Densitas atau berat relatif (kg/m3)

    2. Konduktivitas panas, petunjuk utama efesiensi insulasi, semakin rendah konduktivitasnya

    semakin baik efesiensi insulasi (kkal/m.jam.0C atau BTU.in/ft2.jam.K)

    3. Ketahanan terhadap perembesan air atau uap air

    4. Keamanan terhadap kebakaran atau api

    5. Kekuatan kompresi yaitu berat yang dapat dibebankan pada permukaan tertentu tanpa

    mengakibatkan perubahan bentuk atau pecah (kg/m2)

    6. Harga bahan (Rp./m3)

    7. Biaya pemasangan

    Pelapisan dinding ruang dingin dengan insulator merupakan salah satu cara

    mempertahankan suhu yang rendah di dalam ruang penyimpanan. Berbagai jenis bahan alami

    yang sering dipakai sebagai insulator antara lain ijuk, sabut kelapa, merang, gabus, kayu, dan

    bubuk gergaji. Sedangkan bahan sintetik yang dapat digunakan adalah styrophore-foam,

    polyurethane, foam glass, dan polystyrene.

    Sterofoam paling sering digunakan dalam penyimpanan ikan karena memiliki

    beberapa keuntungan diantaranya :

    1. Insulasi panas yang sangat baik.

    2. Bagus dalam menginsulasi suara / akustik.

  • 32 Teknik Refrigerasi 2015

    3. Daya tahan yang lama, karena tidak membusuk (non biodegradable).

    4. Dapat dibuat dalam berbagai macam bentuk dan ukuran.

    5. Harga terjangkau.

    6. Mudah dalam pengiriman karena ringan.

    7. Mudah dalam pengaplikasiannya.

    8. Dengan jenis Fire Retardant, sehingga tidak merambatkan api.

    9. Tidak beracun.

    Dapat didaur ulang. Sisa dari Styrofoam dapat dilebur dengan Styrofoam murni dan

    dapat didaur ulang kembali menjadi produk yang baru kembali.

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan insulasi adalah menjaga agar

    insulasi tidak kemasukan air karena daya penahan panas akan banyak berkurang jika

    mengandung air. Kebutuhan refrigerasi dapat ditekan sekecil mungkin dengan cara

    mengisolasi wadah penyimpan ikan dengan baik. Sifat-sifat beberapa insulator yang biasa

    digunakan adalah sebagai berikut:

    Sifat Insulator Lempeng

    gabus

    Foam glass Polystyrene Polyurethane

    Densitas (kg/m2) 100-150 145 15-30 40

    Konduktivitas panas

    (kkal/m.jam.0C)

    0,032 0,046 0,030 0,020

    Ketebalan (mm) 130 NA 120 90

    Ketahanan thd air Cukup Sempurna baik baik

    Ketahanan thd api Jelek sangat baik jelek jelek

    Kekuatan kompresi

    (kg/m3)

    5.000 30.000 2.000 3.000

    Biaya pasang agak tinggi agak tinggi agak tinggi tinggi

    Sumber: Ilyas (1988)

    2.2 Ruang Lingkup

    Teknik insulasi dengan menggunakan insulator alami (gabus dan asbes) pada proses

    pendinginan bahan pangan dari hasil perikanan.

  • 33 Teknik Refrigerasi 2015

    Q = d

    )Tk.A.(T 21

    Q = kgab.A.(T1- T2)

    2.3 Prinsip Penentuan dan Perhitungan

    Pada prinsipnya, pendinginan ikan dengan menggunakan insulator adalah untuk

    menahan aliran panas dari luar ke dalam wadah pendingin sehingga dapat mempertahankan

    suhu rendah dalam wadah pendingin.

    Perhitungan banyaknya panas yang berkonduksi kedalam wadah berinsulasi adalah:

    2.3.1 Insulator Tunggal

    Keterangan:

    Q = laju pengaliran panas ke dalam wadah (BTU/jam)

    k = konduktivitas insulator (BTU.in/ft2.jam.oF)

    (k asbes = 3,7 BTU.in/ft2.jam.oF, k gabus = 0,337 BTU.in/ft2.jam.oF)

    A = luas insulator (ft2)

    = 2 (p x l) + 2 (p x t) + 2 (l x t)

    T1= suhu di luar wadah pendingin (oF)

    T2= suhu di dalam wadah pendingin (oF)

    d = tebal insulator (inchi)

    2.3.2 Insulasi Ganda

    1

    kgab =

    d1 / k1 + d2 / k2

    Keterangan:

    Q = laju pengaliran panas ke dalam wadah (BTU/jam)

    kgab = konduktivitas gabungan

    d1 = tebal insulator 1 (asbes)

    d2 = tebal insulator 2 (gabus)

    k1 = konduktivitas insulator 1 (asbes)

  • 34 Teknik Refrigerasi 2015

    k2 = konduktivitas insulator 2 (gabus)

    2.4 Metode Kerja

    Praktikum 4 : Perlakuan Insulasi dengan Gabus atau Asbes (Insulator Tunggal)

    a. Ikan dicuci sampai bersih dan ditimbang beratnya.

    b. Es yang telah dihancurkan ditimbang hingga dicapai perbandingan berat ikan dan es 1:1

    dan 1:2

    c. Insulator gabus atau asbes diukur panjang, lebar, tinggi, dan tebalnya.

    d. Insulator dipasang dalam wadah pendingin.

    e. Ikan dan es dimasukkan dalam wadah berinsulasi tunggal.

    f. Diukur suhu di luar wadah berinsulasi.

    g. Dibiarkan selama 15 menit, kemudian diukur suhu di dalam wadah pendingin.

    h. Pengukuran suhu seperti langkah g dilakukan setiap 15 menit sekali selama 2 jam.

    Praktikum 5 : Perlakuan Insulasi dengan Gabus dan Asbes (Insulator Ganda)

    a. Ikan dicuci sampai bersih dan ditimbang beratnya.

    b. Es yang telah dihancurkan ditimbang hingga dicapai perbandingan berat ikan dan es 1:1

    dan 1:2

    c. Insulator gabus dan asbes diukur panjang, lebar, tinggi, dan tebalnya.

    d. Kedua insulator dipasang dalam wadah pendingin.

    e. Ikan dan es dimasukkan dalam wadah berinsulasi ganda.

    f. Diukur suhu di luar wadah berinsulasi.

    g. Dibiarkan selama 15 menit, kemudian diukur suhu di dalam wadah pendingin.

    h. Pengukuran suhu seperti langkah g dilakukan setiap 15 menit sekali selama 2 jam.

  • 35 Teknik Refrigerasi 2015

    PRAKTIKUM IV

    Insulasi Tunggal dengan Gabus atau Asbes

    1 Maksud dan Tujuan

    2 Alat dan Bahan

    2.1 Alat

    2.2 Bahan

  • 36 Teknik Refrigerasi 2015

    3 Cara Kerja (flow chart)

    4 Data dan Perhitungan

    4.1 Data

  • 37 Teknik Refrigerasi 2015

    4.2 Perhitungan

  • 38 Teknik Refrigerasi 2015

    5 Hasil dan Pembahasan

    5.1 Analisa Prosedur

  • 39 Teknik Refrigerasi 2015

    5.2 Analisa Hasil (melampirkan grafik)

  • 40 Teknik Refrigerasi 2015

  • 41 Teknik Refrigerasi 2015

    6 Kesimpulan dan Saran

    6.1 Kesimpulan

    6.2 Saran

    DAFTAR PUSTAKA (minimal 10 diatas tahun 2000)

  • 42 Teknik Refrigerasi 2015

    PRAKTIKUM V

    Insulasi Ganda dengan Gabus dan Asbes

    1 Maksud dan Tujuan

    2 Alat dan Bahan

    2.1 Alat

    2.2 Bahan

  • 43 Teknik Refrigerasi 2015

    3 Cara Kerja (flow chart)

    4 Data dan Perhitungan

    4.1 Data

  • 44 Teknik Refrigerasi 2015

    4.2 Perhitungan

  • 45 Teknik Refrigerasi 2015

    5 Hasil dan Pembahasan

    5.1 Analisa Prosedur

  • 46 Teknik Refrigerasi 2015

    5.2 Analisa Hasil (melampirkan grafik)

  • 47 Teknik Refrigerasi 2015

  • 48 Teknik Refrigerasi 2015

    6 Kesimpulan dan Saran

    6.1 Kesimpulan

    6.2 Saran

    DAFTAR PUSTAKA (minimal 10 diatas tahun 2000)

  • 49 Teknik Refrigerasi 2015

    3. PALKA

    1.1 Latar Belakang

    Penanganan ikan laut sejak ditangkap nelayan sebagai produsen sampai ke tangan

    konsumen atau pembeli pada dasarnya terdiri dari dua tahap, yaitu penanganan diatas kapal

    dan penanganaan di darat. Penanganan ikan diatas kapal merupakan penanganan awal. Tahap

    penanganan ini sangat menentukan nilai jualnya dan proses pemanfaatan selanjutnya serta

    suatu produk olahan ikan yang dihasilkan. Batasan penanganan ikan diatas kapal adalah

    perlakuan-perlakuan yang bertujuan untuk meminimalkan kerusakan-kerusakan fisik, kimia

    dan mikrobiologi serta memperlambat proses biokimia yang mengarah pada proses

    pembusukan. Penanganan ikan diatas kapal haruslah baik dan benar agar diperoleh hasil yang

    semaksimal mungkin. Keberhasilan penanganan ikan di atas kapal dapat dipengaruhi

    keterampilan pekerja. Sarana yang digunakan untuk penanganan ikan diatas kapal bermacam-

    macam tergantung dari ukuran kapal penangkap ikan. Sarana utama yang digunakan antara

    lain wadah (peti, keranjang atau tong) dan palka.

    Palka adalah suatu ruangan yang terdapat dalam kapal untuk menyimpan ikan hasil

    tangkapan selama operasi penangkapan ikan. Ukuran palaka disesuaikan dengan kemampuan

    kapal beroperasi dan menangkap ikan.

    Persyaratan yang harus dipenuhi dalam mendesain dan mengkontruksi palka dalam

    rangka memperoleh kualitas ikan yang baik. Berikut ini adalah persyaratan palka ideal antara

    lain :

    a) Persyaratan teknis

    1. Dinding alka diisolasi

    2. Tidak memasang alat-alat yang terbuat dari logam melalui dinding palka

    3. Kondisi penerangan dalam palka memadai

    4. Membatasi awak kapal keluar masuk palka

    b) Persyaratan ekonomis

    Ukuran ruang palka disesuaikan dengan kemampuan kapal dalam beroperasi dan

    menangkap ikan. Adanya system refrigerasi palka disesuaikan dengan lamanya operasi

    penangkapan.

    c) Persyaratan sanitasi dan hygiene

    Palka harus mempunyai system sanitasi dan hygiene yang baik. Palka harus mudah

    dibersihkan pada saat sebelum maupun sesudah penyimpananikan dan tidak terbuat dari

  • 50 Teknik Refrigerasi 2015

    bahan korosif sehingga ikan yang disimpan di dalamnya aman dari pencemaran bakteri atau

    kondisi-kondisi lain yang dapat mempercepat penurunan mutu ikan.

    d) Persyaratan biologis

    Palka dibuat dengan drainase yang baik untuk mengeluarkan air lelehan es, lendir dan

    darah yang terkumpul di dasar palka. Selama penyimpanan dalam palka, es yang digunakan

    dalam penanganan ikan akan mencair dan air lelehan ini akan melarutkan kotoran dan darah

    ikan. Air lelehan tersebut, jika tidak dikeluarkan akan menggenangi dasar palka dan menjadi

    sumber pencemaran yang serius karena dalam air tersebut banyak mengandung bakteri.

    e) Persyaratan biaya

    Biaya juga salah satu bahan pertimbangan dalam mendesain dan mengkontruksi palka.

    Jenis palka yang biasa dipakai kapal perikanan antara lain:

    a) Palka yang tidak diisolasi

    Umumnya digunakan pada kapal penangkap ikan yang berukuran kecil dan lama

    operasinya hanya 1-2 hari. Pertimbangan penggunaan jenis palka ini adalah keterbatasan

    ruangan dalam kapal. Apabila diisolasi, ruangan palka menjadi sempit dan daya muatnya

    menjadi terbatas. Resiko penggunaaan palka yang tidak diisolasi adalah diperlukannya es

    dalam jumlah lebih banyak sebagai media pendingin. Es yang digunakan tersebut harus dapat

    menyerap panas yang dikeluarkan oleh tubuh ikan dan panas yang masuk kedalam palka.

    b) Palka yang diisolasi

    Umumnya digunakan pada kapal penangkap ikan yang berukuran sedang dan lama

    operasinya 1 minggu. Pemakaina palka yang diisolasi ini dimaksudkan untuk menekan sekecil

    mungkin penggunaan es. Dengan menghemat penggunaan es maka diperoleh beberapa

    keuntungan antara lain, pengurangan beban pengangkat kapal ke tempat penangkapan,

    pemanfaatan banyak ruang untuk keperluan lain dan pengurangan biaya pendinginan.

    c) Palka yang diisolasi dan direfrigerasi

    Palka jenis ini banyak digunakan pada kapal yang berukuran besar dan beroperasi

    selama 1 bulan atau lebih. Daya simpan ikan dalam palka ini lebih lama dibandingkan dengan

    palka yang berisolasi. Penggunaan palka yang diisolasi dan direfrigerasi ini dapat

    meningkatkan perbandingan ikan dengan es. Artinya es yang digunakan dalam wadah

    pengesan lebih sedikit sehingga ikan yang dimuat lebih banyak. Namun, investasi dan biaya

    operasionalnya menjadi besar. Oleh sebab itu, pemakaian jenis palka ini harus benar-benar

    dipertimbangkan dengan memperhatikan jenis yang mempunyai nilai jual tinggi dan golongan

    konsumennya. Evaporator yang merupakan bagian dari alat refrigerasi diletakkan di dalam

    dinding palka.

  • 51 Teknik Refrigerasi 2015

    Berikut ini adalah cara pembuatan palka :

    1. Pembuatan palka berinsulasi terdiri dari pengerjaan konstruksi kayu, pengisian lapisan

    insulasi dan pelapisan fiberglass.

    2. Konstruksi Kayu

    3. Pengukuran dimensi ruangan dimana palka tersebut akan ditempatkan

    4. Pembuatan kerangka palka sesuai ukuran hasil pengukuran pada poin 1

    5. Pemasangan papan atau kayu lapis bagian luar, pengecatan plainkote, pemasangan

    plastik, kerangka kaso yang kemudian dilakukan pemasangan papan atau kayu lapis

    bagian dalam. Pada pemasangan kerangka ini, kerangka dibagian atas dicabut sehingga

    terbentuk rongga disetiap dinding untuk memasukkan insulasi dan untuk bagian

    bawah rongganya berada disamping

    6. Pembuatan tutup palka. Susunan lapisan tutup palka/peti sama seperti dinding, hanya

    pada bagian yang merupakan pertemuan antara pintu dengan bibir palka diberi lis

    karet untuk mencegah penetrasi udara dari luar palka.

    Prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam penanganan ikan adalah mempertahankan

    kesegaran ikan sepanjang mungkin dengan cara memperlakukan ikan secara cermat dan hati-

    hati, segera dan cepat menurunkan suhu mencapai suhu sekitar 0C .

    Praktek penanganan ikan segar yang dilakukan adalah :

    1. Bersihkan palka sebelum dan sesudah pemakaian, sebaiknya dalam pencucian palka

    disemprot dengan air bersih bertekanan sehingga kotoran yang menempel pada palka

    hanyut terbawa air.

    2. Taburkan di alas palka selapis curahan es halus setebal 5 sampai 15 cm, tergantung

    lamanya trip penangkapan, cuaca dan suhu air laut . Apabila setibanya di darat sudah tidak

    ada lagi lapisan es ini berarti lapisan alas kurang tebal, maka untuk periode selanjutnya

    harus ditambah.

    3. Segera ikan tertangkap, ia diberikan perlakuan persiapan (pencucian) kemudian disusun

    diatas lapisan es, dan selanjutnya ditaburi kembali dengan es hancuran hingga tertutup

    rapat dan biasanya tebal lapisan es 5 - 10 cm (tergantung besar dan kecilnya ikan).

    4. Ulangi pelapisan ikan dan es sampai mendekati pintu palka . Setiap lapisan ikan tidak

    boleh saling bersinggungan satu sama lain

    5. Lapisan ikan pada lapisan teratas harus diberi es yang cukup banyak seperti pada alas

    palka.

    6. Tutup rapat-rapat pintu palka dan usahakan jangan sering dibuka kecuali untuk

  • 52 Teknik Refrigerasi 2015

    7. penambahan es. Berdasarkan praktek yang telah dilakukan perbandingan ikan dan es pada

    penanganan dengan susunan curahan yang baik adalah 1 : 1 .

    1.2 Maksud dan Tujuan

    Maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui berbagai macam system palka

    kapal. Sedangkan tujuannya agar mahasiswa memahami system palka kapal, jenis-jenis palka

    kapal dan persyaratan yang ideal dalam mendesain konstruksi palka kapal serta cara-cara

    penyusunan ikan dalam palka kapal.

  • 53 Teknik Refrigerasi 2015

    PRAKTIKUM VI

    Palka

    1. Maksud dan Tujuan

    2. Tempat dan Waktu

    3. Pembahasan (Melampirkan Foto)

  • 54 Teknik Refrigerasi 2015

    4. Kesimpulan

  • 55 Teknik Refrigerasi 2015

    5. Saran

    DAFTAR PUSTAKA

  • 56 Teknik Refrigerasi 2015

    4. PEMBEKUAN IKAN

    1.1 Latar Belakang

    Pembekuan merupakan suatu cara pengawetan bahan pangan dengan cara

    membekukan bahan pada suhu di bawah titik beku pangan tersebut. Pembekuan juga berarti

    pemindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat, dan

    merupakan salah satu proses pengawetan yang umum dilakukan untuk penanganan bahan

    pangan. Pada proses pembekuan, penurunan suhu akan menurunkan aktifitas mikroorganisme

    dan sistem enzim, sehingga mencegah kerusakan bahan pangan. Selain itu, kristalisasi air

    akibat pembekuan akan mengurangi kadar air bahan dalam fase cair di dalam bahan pangan

    tersebut sehingga menghambat pertumbuhan mikroba atau aktivitas sekunder enzim.

    Pembekuan menggunakan suhu yang lebih rendah, yaitu jauh dibawah titik beku ikan.

    Tujuan pembekuan ikan adalah menerapkan metode unggul guna mempertahankan sifat

    sifat mutu pada ikan dengan teknik penarikan panas secara efefktif dari ikan agar suhu ikan

    turun sampai pada suatu tingkat suhu rendah yang stabil, dalam arti ikan itu hanya mengalami

    proses perubahan yang minimum selama proses pembekuan, penyimpanan beku dan

    distribusi, sehingga dapat dinikmati oleh konsumen akan nilai dan faktor mutunya dalam

    keadaan segar atau keadaan seperti yang dimiliki produk itu sebelum dibekukan.

    Proses Pembekuan Ikan

    Bahan baku yang diterima diangkut dengan menggunakan containers. Adapun standar

    suhu ikan yang diterima untuk bahan baku dalam bentuk beku adalah -18C/0F atau

    dibawahnya.

    Setelah pembongkaran, ikan selanjutnya dicuci dengan cara menyikat seluruh bagian

    tubuh ikan dengan hati-hati, kemudian disiram dengan menggunakan air mengalir

    yang mengandung Chlorin 50 ppm.

    Pemfilletan (Cutting 1)

    Sebelum pemotongan, alat pemotong (band saw) terlebih dahulu disiram dengan air

    mengalir yang mengandung Chlorin 50 ppm, untuk mencegah kontaminasi antara alat

    dan ikan. Selanjutnya alat pemotong (band saw) dikeringkan dengan menggunakan alat

    pengering. Pemotongan dilakukan dengan cara ikan diletakkan diatas meja

    pemotongan, kemudian dilakukan pemotongan dengan cara membujur dimulai dari

    kepala hingga ke ekor sehingga menghasilkan dua belahan yang sama

    Penimbangan I (Weighing 1)

  • 57 Teknik Refrigerasi 2015

    Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital ukuran 60 kg yang

    dikalibrasi secara berkala untuk mendapatkan hasil timbangan yang akurat. Adapun

    tujuan penimbangan disini adalah untuk mengetahui sizenya agar mudah

    dikelompokkan

    Pembentukan Steak

    Sebelum dilakukan pemotongan, alat pemotong harus dalam keadaan bersih. Setelah

    itu hasil pemotongan pertama dipotong kembali dengan cara melintang. Kemudian

    hasil pemotongan tersebut kembali di potong menjadi dua bagian yang sama besar.

    Perapian I

    Sebelum dirapikan, steak hasil pemotongan diusap dengan menggunakan spon basah

    terlebih dahulu, kemudian dirapihkan dengan cara membuka tulang dan daging

    hitamnya (dark Meat), dengan menggunakan pisau stainless yang tajam. Perapihan

    dilakukan dengan cepat dan tepat dangan tetap mempertahankan rantai dingin agar

    suhu pusat ikan tidak naik

    Penimbangan II

    Untuk mengetahui berat masing-masing steak maka perlu dilakukan penimbangan, alat

    penimbangan yang digunakan yaitu timbangan digital ukukran 60 kg yang telah

    dikalibrasi secara rutin.

    Steak lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik jenis Union dan bebas dari kotoran

    dan debu untuk mencegah kontaminasi antara ikan dengan plastik. Pengisian steak

    kedalam plastik dengan sangat hati-hati dan dilapisi dengan spon, agar memudahkan

    penetrasi gas CO, serta mencegah melengkungnya steak pada saat dikeluarkan dari

    ruangan pendingin(chilling room).

    Penyemprotan Gas CO

    Steak kemudian disemprotkan gas CO selanjutnya plastik diikat dan disimpan dalam

    chilling room. Tujuan pamberian gas CO adalah untuk memberi kenampakan pada

    steak sehingga warna steak tampak cerah dan cemerlang.

    Penyimpanan dalam ruang Chilling

    Setelah penyemprotan gas CO, steak dimasukkan kedalam ruang chilling dan disusun

    rapi diatas rak dan diurut berdasarkan tanggal masuknya. Penyimpanan dalam ruang

    chilling dilakukan selama 24 jam, dengan suhu -2C sampai 0C. Adapun tujuan

    penyimpanan steak dalam ruang chilling yakni, agar gas CO menyerap secara

    sempurna

    Perapihan Ulang

  • 58 Teknik Refrigerasi 2015

    Perapihan ulang (Retaucing)adalah perapihan kembali daging ikan yang meliputi

    pengeluaran dari kantong plastik, perapihan, penimbangan dan terakhir adalah vakum

    Pembekuan

    Pembekuan

    Sebelum pembekuan, ABF (Air Blazt Freezer) yang akan digunakan dibersihkan

    terlebih dahulu dan tidak boleh terdapat air pada saat ABF dioperasikan. Steak yang

    selesai divakum kemudian ditata rapi di atas pan dan selanjutnya pan di susun dalam

    rak pembekuan dengan suhu awal ABF -20C. Setelah penyusunan pan dalam rak

    pembekuan, maka ABF diopersikan hingga mencapai suhu -40C selama 6 jam.

    Pengepakan dan pelabelan

    Setelah produk berada dalam ABF, kemudian pan dilepaskan dari rak pembekuan dan

    produk di pisahkan berdasarkan sizenya dan sebelum di susun di dalam MC (Master

    Carton) produk satu per satu dilewatkan dibawah Metal Detector untuk mamastikan

    ada tidaknya kandungan logam di dalam produk beku. Setelah itu produk disusun di

    dalam master karton yang dilapisi dengan palstik gelembung dan diberi label tentang

    produk yang di kemas. Pada MC (Master Carton) label sesuai spesifikasi produk

    seperti : berat bersih, tanggal produksi, tanggal kadaluarsa, dan lain-lain. Setiap MC

    (Master Carton) beratnya 10 lbs (4.54 kg).

    Penyimpanan dingin

    Steak yang telah diberi label, dikemas dan dimasukkan kedalam ruang penyimpanan

    dingin (Cold Storage) dengan suhu -25C atau dibawahnya. Ruang pendingin harus

    dalam keadaan bersih dan di lakukan pengontrolan suhu setiap satu jam oleh Quality

    Control atau teknisi mesin

    Pemuatan

    Setelah ada permintaaan Buyer maka produk dimuat dalam Container, dan sebelum

    digunakan, Container dibersihkan terlebih dahulu dan selanjutnya diturunkan suhunya

    hingga mencapai -18C atau dibawahnya. Penaganan yang buruk akan manimbulkan

    kerusakan fisik pada karton. Untuk itu pemuatan dikerjakan secara hati-hati.

    Macam- macam Pembekuan yang biasanya digunakan oleh Pabrik yaitu

    Sharp Freezing

    Air Blast Freezing

    Contact Plate Freezing

    Immersion Freezing

    Cryogenic Freezing

  • 59 Teknik Refrigerasi 2015

    Mekanisme Pembekuan

    Proses pembekuan terjadi secara bertahap dari permukaan sampai pusat bahan. Pada

    pemukaan bahan, pembekuan berlangsung cepat sedangkan pada bagian yang lebih dalam,

    proses pembekuan berlangsung lambat. Pada awal proses pembekuan, terjadi fase precooling

    dimana suhu bahan diturunkan dari suhu awal ke suhu titik beku. Pada tahap ini semua

    kandungan air bahan berada pada keadaan cair. Setelah tahap precooling terjadi tahap perubahan

    fase, pada tahap ini terjadi pembentukan kristal es.

    Metode Pembekuan

    Berdasarkan pada kecepatan pembekuannya proses pembekuan dapat dikelompokan sebagai

    berikut :

    1. Pembekuan lambat (slow freezing) yang membekukan suatu bahan dengan laju

    pergerakan permukaan beku sekitar 0,2 cm/jam. Still air freezers (pembeku udara diam)

    dan pembeku untuk penyimpanan dingin termasuk dalam kelompok pembeku lambat.

    2. Pembekuan cepat bisa dikelompokkan menjadi :

    a) Quick freezing, dengan laju pergerakan permukaan beku sekitar 0,5-3 cm/jam.

    Quick freezing bisa dilakukan dengan menggunakan air blast dan plate freezers.

    b) Rapid freezing, dengan laju pergerakan permukaan beku sekitar 5-10 cm/jam.

    Rapid freezing bisa dilakukan dengan menggunakan fluidized bed freezing.

    c) Ultra rapid freezing, dengan laju pergerakan permukaan beku sekitar 10-100

    cm/jam, yang umumnya terjadi pada pembeku kriogenik.

    Cold Chain System

    Rantai Suplai dapat didefinisikan sebagai sekumpulan aktifitas yang terlibat dalam proses

    perubahan dan distribusi barang mulai dari bahan baku sampai produk jadi padakonsumen

    akhir. Sebuah supply chain (rantai suplai) yang terintegrasi akan meningkatkan keseluruhan nilai

    yang dihasilkan oleh rantai suplai tersebut. Salah satu produkvital yang harus memiliki rantai

    suplai yang baik adalahproduk yang mudah rusak, salah satunya daging.

    Cold chain management yang tepat untuk sangat dibutuhkan sekali untuk menjaga kualitas

    ikan yang dikirim, karena terdapat titik-titik dimana temperatur daging yang dibekukan

    berubah drastis yang diakibatkan oleh kontaknya produk dengan lingkungan sekitarnya yang

    menyebabkan suhu naik dan mengaktifkan bakteri pathogen sehingga kualitas ikan menjadi

    turun.

    Cold Chain adalah termasuk bagian dari rantai supply(supply chain) di mana di

    dalamnya bertujuan untuk menjaga suhu agar produk tetap terjaga selama proses distribusi

    pada rangkaian rantai suplai (supply chain). Kegagalan dari sebuah sistem cold chain

  • 60 Teknik Refrigerasi 2015

    merupakan kegagalan seluruh aktivitas yang dialami oleh seluruh rangkaian rantai suplai

    (supply chain) secara seri dalam

    memelihara range suhu sesuai dengan produknya.

    Untuk mendapatkan sebuah sistem rantai dingin yang tepat ada empat tahap kritis

    yang harus dicermati betul dalam sistem rantai dingin produk beku yaitu:

    o Penanganan saat diproses awal

    o Penyimpanan dan pengolahan saat tiba di darat

    o Penanganan saat transportasi ke negara tujuan

    o Penanganan saat bongkar

    Rantai aliran makanan beku atau rantai dingin (cold chain) umumnya terdiri dari:

    pembekuan, penyimpanan dalam gudang dingin, diangkut dengan mobil berpendingin

    (refrigerated truck), dipamerkan dalam lemari dingin di toko makanan, akhirnya disimpan di

    dalam freezer lemari es di rumah. Dalam sistem Cold Chain ini tidak hanya melibatkan kapal

    sebagai alat angkut yang utama saja melainkan beberapa komponen yang harus berjalan secara

    terintegrasi.

    1.2 Maksud dan Tujuan

    Maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui berbagai macam sistem

    pembekuan ikan. Sedangkan tujuannya agar mahasiswa memahami sistem pembekuan,

    macam- macam pembekuan, proses serta mekanisme pembekuan yang ada di masing- masing

    UPI.

  • 61 Teknik Refrigerasi 2015

    PRAKTIKUM VII

    Pembekuan Ikan

    1. Tempat dan Waktu

    2. Pembahasan (melampirkan foto)

  • 62 Teknik Refrigerasi 2015

    3. Kesimpulan

    4. Saran

    DAFTAR PUSTAKA

  • 63 Teknik Refrigerasi 2015

  • 64 Teknik Refrigerasi 2015

    5. REFRIGERASI MEKANIS

    1.1 Latar Belakang

    Refrigerasi adalah produksi dan pemeliharaan tingkat suhu dari bahan atau ruangan

    pada tingkat yang lebih rendah dari suhu lingkungan atau atmosfer sekitarnya dengan cara

    penyerapan atau penarikan panas dari bahan atau ruangan tersebut, secara singkat refrigerasi

    adalah usaha memindahkan panas dari suatu bahan atau ruangan ke bahan atau ruangan yang

    lain.

    Prinsip dasar refrigerasi mekanik:

    Dalam suatu sistem refrigerasi, tenaga panas dan efek panas antara lain terlibat dari

    suatu jenis bahan yang terkait dengan proses-proses refrigerasi. Perubahan dari suatu jenis

    bahan dari keadaan padat menjadi cair atau gas (uap) dan sebaliknya dari gas menjadi cairan

    atau padatan melibatkan sejumlah tertentu tenaga panas yang berhubungan dengan suhu,

    tekanan dan volume bahan tersebut, jadi refrigerasi mekanik adalah suatu sistem refrigerasi

    yang menggunakan tenaga khusus untuk menggerakkan guna memproduksi dingin dengan

    bantuan mesin. Siklus kerja sistem refrigerasi ada empat yaitu : kompresi, kondensasi,

    pengurangan tekanan dan penguapan (evaporasi).

    .

    Keterangan Proses :

    Proses 1 2 disebut kompresi : Refrigeran dikompresi secara isentropik dan fasa berubah

    dari saturated vapor menjadi superheated vapor. Alat yang digunakan yakni kompresor, dimana

    kompresor menaikkan tekanan uap refrigran. Kenaikan ini diikuti dengan kenaikan

    temperatur uap refrigran.

    Proses 2 3 disebut kondensasi: uap refrigeran memasuki kondensor dan mendapatkan

    pendinginan dari kondensor. Pendinginan ini terjadi akibat pertukaran panas antara uap

    refrigeran dengan fluida luar. Fasa berubah menjadi saturated liquid.

  • 65 Teknik Refrigerasi 2015

    Proses 3 4 disebut pengurangan tekanan : katup ekspansi pada prinsipnya berupa

    penyempitan daerah aliran yang berakibat pada penurunan tekanan fluida secara drastis.

    Refrigeran melalui katup ekspansi secara iso-enthalpi dan pada tingkat ini, refrigeran berada

    pada keadaan campuran cair dan uap

    Proses 4 1 disebut evaporasi : refrigeran berada pada tekanan jenuhnya (tekanan

    penguapan), sehingga mengalami penguapan. Penguapan membutuhkan enargi sehingga

    terjadi penyerapan energi thermal dari luar evaporator yang menyebabkan efek pendinginan

    oleh mesin refrigerasi. Fasa berubah menjadi saturated vapor.

    Fasa superheated vapor dikehendaki dalam praktek karena fasa ini menampilkan

    vaporisasi yang sempurna dari cairan refrigeran sebelum masuk ke kompresor. Salah satu efek

    dari superheated vapor ini adalah meningkatkan volume spesifik dari suction vapor. Efek lainnya

    adalah meningkatnya entalpi fasa uap yang meningkatkan kegunaan dari refrigerasi. Kedua

    efek ini saling mempengaruhi dan memberikan pengaruh pada kapasitas sistem yang berbeda

    untuk tiap refrigeran. Penyerapan panas terjadi di evaporator, sedangkan pengeluaran panas

    terjadi di kondensor.

    Mesin Utama Refrigerasi

    1. Kompresor

    Kompresor mempunyai fungsi menggerakkan sistem refrigerasi agar dapat

    mempertahankan suatu perbedaan tekanan tinggi dan sistem. Dalam melaksanakan fungsi

    ini, kompresor :

    a. Menciptakan sisi tekanan rendah.

    b. Menciptakan sisi tekanan tinggi.

    2. Kondensor

    Kondensor berfungsi untuk menaikkan uap refrigeran yang bertekanan dan bertemperatur

    tinggi (yang keluar dari kompresor), diperlukan usaha melepaskan sebanyak kalor laten

    pengembunan, dengan cara mendinginkan uap refrigeran itu. Jumlah kalor yang

    dibebaskan oleh uap refrigeran kepada air atau udara pendingin, di dalam kondensor sama

    dengan selisih entalpi uap refrigeran pada seksi masuk dan seksi keluar kondensor. Jumlah

    kalor yang dilepaskan di dalam kondensor sama dengan jumlah kalor yang diserap oleh

    refrigeran di dalam evaporator dan kalor yang ekuivalen dengan energi yang diperlukan

    untuk melakukan kerja kompresor di dalam kompresor.

  • 66 Teknik Refrigerasi 2015

    3. Evaporator

    Evaporator adalah penukar kalor yang memegang peranan yang paling penting yaitu

    mendinginkan media sekitarnya. Ada beberapa evaporator, sesuai dengan tujuan

    penggunaannya, bentuknyapun dapat berbeda-beda. Hal tersebut dapat disebabkan karena

    media yang hendak didinginkan dapat berupa gas, cairan atau zat padat. Maka evaporator

    dapat dibagi menjadi beberapa golongan, sesuai dengan keadaan refrigeran yang ada di

    dalamnya, yaitu jenis ekspansi kering, jenis setengah basah dan sistem pompa cairan.

    4. Katup Ekspansi

    Katup ekspansi dipergunakan untuk menjatuhtekankan secara adiabatik cairan refrigeran

    yang bertekanan dan bertemperatur tinggi sampai menjadi tingkat keadaan tekanan dan

    temperatur rendah. Selain itu ekspansi juga berfungsi mengatur pemasukan refrigeran

    sesuai dengan beban pendinginan yang harus dilayani oleh evaporator, jadi katup ekspansi

    mengatur supaya evaporator dapat selalu bekerja sehingga diperoleh efisiensi siklus mesin

    refrigerasi yang maksimal.

    1.2 Maksud dan Tujuan

    Maksud dari praktikum teknik refrigerasi materi Refrigerasi Mekanik adalah untuk

    mengetahui sistem refrigerasi mekanik yang ada di UPI. Sedangkan tujuan dari praktikum

    adalah agar praktikan mengetahui jenis refrigrasi mekanik, mekanisme refrigerasi, mesin-

    mesin refrigerasi dan memiliki keterampilan untuk menghitungan kapasitas refrigerasi

    dimasing- masing UPI.

  • 67 Teknik Refrigerasi 2015

    PRAKTIKUM VIII

    Refrigerasi Mekanik

    1. Maksud dan Tujuan

    2. Waktu dan Tempat

    3. Pembahasan (melampirkan foto)

    3.1 Refrigerasi Mekanis yang Ada Di UPI

  • 68 Teknik Refrigerasi 2015

    3.2 Perhitungan Kapasitas Refrigerasi

  • 69 Teknik Refrigerasi 2015

    4. Kesimpulan

    5. Saran

    DAFTAR PUSTAKA (minimal 10 diatas tahun 2000)

  • 70 Teknik Refrigerasi 2015