buku ajar naja gabung

144
1 BUKU AJAR RANCANG BANGUN ALAT PENANGKAPAN IKAN DISUSUN OLEH : Prof.Dr.Ir. Najamuddin, M.Sc. PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

Upload: ayufaray

Post on 26-Dec-2015

105 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Buku Ajar Naja Gabung

TRANSCRIPT

Page 1: Buku Ajar Naja Gabung

1

BUKU AJAR

RANCANG BANGUN ALAT PENANGKAPAN IKAN

DISUSUN OLEH :

Prof.Dr.Ir. Najamuddin, M.Sc.

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2011

Page 2: Buku Ajar Naja Gabung

2

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN JL. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar 90245 (Gedung Perpustakaan Unhas Lantai Dasar)

Telp. (0411) 586 200, Ext. 1064 Fax. (0411) 585 188 e-mail : [email protected]

HALAMAN PENGESAHAN

HIBAH PENULISAN BUKU AJAR BAGI TENAGA AKADEMIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN 2011

Judul Buku Ajar : Rancang Bangun Alat Penangkapan Ikan Nama Lengkap : Prof.Dr.Ir. Najamudin, M.Sc.. NIP : 19600701 198601 1 001 Pangkat/Golongan : Pembina Utama Madya /IV.d Jurusan/Program Studi : Perikanan/ Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas/Universitas : Ilmu Kelautan dan Perikanan/Hasanuddin Alamat e-mail : [email protected] Biaya : Rp. 5.000.000,- (Lima juta rupiah)

Dibiayai oleh dana DIPA BLU Universitas Hasanuddin Tahun 2011 Sesuai SK Rektor Unhas Nomor : /H4.2KU.10/2011 Tanggal……………

Makassar, 29 Nopember 2011

Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

Prof. Dr. Ir. A. Niartiningsih, M.P. NIP. 19611201 198703 2 002

Penulis,

Prof.Dr.Ir. Najamudin, M.Sc NIP. 19600701 198601 1 001

Mengetahui : Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (LKPP)

Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.Sc. NIP. 19630501 198803 1 004

Page 3: Buku Ajar Naja Gabung

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. sebab dengan rakhmat dan

taufiq-Nya jualah sehingga penulisan buku ajar ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyusun buku ajar ini dilandasi oleh tanggung jawab moral untuk memperbaiki

proses pembelajaran dalam mencapai target kompetensi yang diharapkan pada mata kuliah

rancang bangun alat penangkapan ikan.

Dalam penyusunan buku ajar ini, penulis banyak menerima bantuan dan masukan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dari lubuk hati yang paling dalam, penulis

menyampaikan penghargaan, rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Hasanuddin melalui LKPP yang telah memberikan

kepercayaan kepada penulis untuk menyusun buku ajar ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan dan Ketua Program Studi

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan yang telah mengusulkan dan menyetuji buku

ajar ini.

3. Kepada semua teman-teman staf pengajar yang telah memberikan informasi dan

motivasi sehingga penulisan buku ajar ini dapat diselesaikan.

4. Kepada semua pihak yang tidak sempat disebutkan namanya satu persatu, penulis

menghaturkan banyak terima kasih atas segala bantuannya.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa buku ajar ini masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang bersifat membangun

sangat diharapkan demi penyempurnaan di masa mendatang. Semoga buku ajar ini dapat

memberikan manfaat dan lebih mempermudah dalam memahami materi kuliah.

Makassar, 29 Nopember 2011

Penyusun

Page 4: Buku Ajar Naja Gabung

ii

DAFTAR ISI

URAIAN Hal

KATA PENGANTAR ……. ii

DAFTAR ISI ……. iii

BAB 1 PENDAHULUAN ……. 1

1.1 Gambaran Lulusan Program Studi PemanfaaatanSumberdaya Perikanan

……. 1

1.2 Analisis Kebutuhan Pembelajaran ……. 1 1.3 GBRP ……. 3

BAB 2 ALAT DAN SISTIM PENANGKAPAN IKAN ……. 6

2.1 Pendahuluan ……. 6 2.2 Uraian Bahan Pembelajaran ……. 6 2.2.1. Teori alat penangkapan ikan dan system

penangkapan ikan ……. 6

2.2.2. Klasifikasi alat penangkapan ikan ……. 9 2.2.3. Disain alat penangkapan ikan ……. 16 2.2.4. Faktor yang mempengaruhi disain alat

penangkapan ikan ……. 21

2.3 Penutup …….

BAB 3 GEOMETRI JARING, GAYA DAN MODEL ALATPENANGKAPAN IKAN

……. 27

3.1 Pendahuluan ……. 27 3.2 Uraian Bahan Pembelajaran ……. 27 3.2.1. Bahan dasar alat penangkapan ikan ……. 27 3.2.2. Analisis sistim pemotongan jaring ……. 33 3.2.3. Gaya yang bekerja pada alat penangkapan ikan ……. 37 3.2.4. Model alat penangkapan ikan ……. 43 3.3 Penutup ……. 49

BAB 4 DISAIN TRAWL …….. 51

4.1 Pendahuluan ……. 51 4.2 Uraian Bahan Pembelajaran ……. 51 4.3 Penutup ……. 64

BAB 5 DISAIN PURSE SEINE ……. 66

5.1 Pendahuluan ……. 66 5.2 Uraian Bahan Pembelajaran ……. 66 5.3 Penutup ……. 80

BAB 6 DISAIN PAYANG …….. 82

6.1 Pendahuluan ……. 82 6.2 Uraian Bahan Pembelajaran ……. 82 6.3 Penutup ……. 84

Page 5: Buku Ajar Naja Gabung

iii

BAB 7 DISAIN GILL NET ……. 86

7.1 Pendahuluan ……. 86 7.2 Uraian Bahan Pembelajaran ……. 86 7.3 Penutup ……. 100

BAB 8 DISAIN SET NET …….. 102

8.1 Pendahuluan ……. 102 8.2 Uraian Bahan Pembelajaran ……. 102 8.3 Penutup ……. 117

BAB 9 DISAIN FYKE NET …….. 118

9.1 Pendahuluan ……. 118 9.2 Uraian Bahan Pembelajaran ……. 118 9.3 Penutup ……. 123

BAB 10 DISAIN PUKAT PANTAI DAN JARING ANGKAT …….. 125

10.1 Pendahuluan ……. 125 10.2 Uraian Bahan Pembelajaran ……. 125 10.2.1. Disain pukat pantai ……. 125 10.2.2. Disain jarring angkat ……. 128 10.3 Penutup ……. 129

BAB 11 DISAIN PANCING …….. 131

11.1 Pendahuluan ……. 131 11.2 Uraian Bahan Pembelajaran ……. 131 11.3 Penutup ……. 138

DAFTAR PUSTAKA …….. 139

Page 6: Buku Ajar Naja Gabung

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Gambaran Profil Lulusan Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Kompetensi Utama :

1) Lulusan mampu menguasai dan menerapkan manajemen perikanan tangkap

yang berkelanjutan

2) Lulusan mampu menguasai dan menerapkan ilmu dan teknologi rancang

bangun alat tangkap dan kapal perikanan

3) Lulusan mampu menguasai dan menerapkan ilmu dan teknologi penangkapan

ikan yang berkelanjutan

4) Lulusan mampu menguasai dan menerapkan ilmu dan teknologi sistem

informasi perikanan tangkap yang berkelanjutan

5) Lulusan mampu menguasai dan menerapkan ilmu dan teknologi sistem

penanganan hasil tangkapan.

Kompetensi Pendukung :

1. Lulusan mampu menguasai IPTEK pengolahan hasil perikanan; dan

2. Lulusan mampu menerapkan IPTEK pengolahan hasil perikanan..

3. Lulusan mampu bekerjasama, berkomunikasi dan beradaptasi dalam

lingkungan kerja

4. Lulusan mampu berkarya secara individu atau tim dalam usaha perikanan

tangkap

Kompetensi Lainnya (Institusional) :

Lulusan mampu bekerja sama, menyesuaikan diri, mengembangkan diri dan

berfikir logis, analitis & profesional.

1.2. Analisis Kebutuhan Pembelajaran

Mata Kuliah : Rancangbangun Alat Penangkapan Ikan

Kode mk. : 302 L 233

Page 7: Buku Ajar Naja Gabung

2

Sasaran Belajar/TIU : Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan akan mampu membuat disain berbagai alat penangkapan ikan.

entry behaviour

Bahan & alat penangkapan ikan (prasyarat)

Pendahuluan

Membuat disain trawl

Alat & system penangkapan ikan serta perkembangannya

Menggambarkan geometri jarring, menghitung gaya-gay a yg bekerja, model alat penangkapan ikan

Membuat disain gill net

Membuat disain set net

Membuat disain payang

Membuat disain purse seine

Membuat disain fyke net

Membuat disain pukat pantai & jarring angkat

Membuat disain pancing 16

15 11

10

6-8

12-13

14

9

4-5

2-3

1

Page 8: Buku Ajar Naja Gabung

3

1.3. GBRP

Mata Kuliah : Rancangbangun Alat Penangkapan Ikan

Nomor/Kode SKS : 302 L233 / 3

Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini merupakan lanjutan dari mk. bahan dan alat penangkapan ikan yang membahas tentang disain dan konstruksi berbagai alat penangkapan ikan, kalkulasi bahan serta hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam disain masing-masing alat..

Minggu ke

SasaranPembelajaran

Materi Pembelajaran

Strategi Pembelajaran

Indikator Penilaian

Bobot Nilai (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Menjelaskan

kontrak pembelajaran, kompetensi yg akan dicapai

Kontrak Pembelajaran

Kuliah Kejelasan kontrak perkuliahan

2-3 Menguraikan berbagai teori alat dan sistem penangkapan ikan, merumuskan faktor yang mempengaruhi rancang bangun

Alat dan system penangkapan ikan serta perkembangannya Pertimbangan rancang bangun alat penangkap ikan

Kuliah+tugas kajian pustaka (Cooperative learning)

Kejelasan mhs mengidentifikasi sistem penangkapan ikan & merumuskan faktor yg mempengaruhi rancang bangun

8

4-5 Menggambarkan geometri jarring dan menghitung gaya-gaya luar yang bekerja & model alat penangkapan ikan

Geometri dari jarring, kalkulasi bahan dan gaya-gaya luar yang bekerja pada jarring, model alat penangkapan ikan

Kuliah+kerja kelompok+Presentasi (Collaborative learning)

Kejelasan menguraikan dimensi ja-ring Ketepat-an menghi-tung gaya yang bekerja, Ketepatan model, kerjasama tim.

9

6-8 Menjelaskan prinsip disain alat penangkap ikan & mendisain alat penangkap ikan trawl

Prinsip-prinsip disain dan mendisain alat penangkapan ikan trawl

Kuliah+kerja individu+tutorial (project based learning)

Kejelasan dan ketepatan disain alat penangkapan ikan trawl

13

Page 9: Buku Ajar Naja Gabung

4

GBRP lanjutan …

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 9 Menjelaskan

prinsip disain & mendisain alat penangkap ikan purse seine

Prinsip-prinsip disain dan mendisain alat penangkapan ikan purse seine

Kuliah+kerja individu+tutorial (project based learning)

Kejelasan dan ketepatan disain alat penangkapan ikan purse seine

6

10 Menjelaskan prinsip disain & mendisain alat penangkap ikan payang

Prinsip-prinsip disain dan mendisain alat penangkapan ikan payang

Kuliah+kerja individu+tutorial (project based learning)

Kejelasan dan ketepatan disain alat penangkapan ikan payang

6

11. Menjelaskan prinsip disain & mendisain alat penangkap ikan gill net

Prinsip-prinsip disain dan mendisain alat penangkapan ikan gill net

Kuliah+kerja individu+tutorial (project based learning)

Kejelasan dan ketepatan disain alat penangkapan ikan gill net

6

12.-13 Menjelaskan prinsip disain & mendisain alat penangkap ikan set net

Prinsip-prinsip disain dan mendisain alat penangkapan ikan set net

Kuliah+kerja individu+tutorial (project based learning)

Kejelasan dan ketepatan disain alat penangkapan ikan set net

9

14. Menjelaskan prinsip disain & mendisain alat penangkap ikan fyke net

Prinsip-prinsip disain dan mendisain alat penangkapan ikan fyke net

Kuliah+kerja individu+tutorial (project based learning)

Kejelasan dan ketepatan disain alat penangkapan ikan fyke net

6

15. Menjelaskan prinsip disain & mendisain alat penangkap ikan pukat pantai dan jaring angkat

Prinsip-prinsip disain dan mendisain alat penangkapan ikan pukat pantai dan jaring angkat

Kuliah+kerja individu+tutorial (project based learning)

Kejelasan dan ketepatan disain alat penangkapan ikan pukat pantai dan jaring angkat

6

16. Menjelaskan prinsip disain & mendisain alat penangkap ikan pancing

Prinsip-prinsip disain dan mendisain alat penangkapan ikan pancing

Kuliah+kerja individu+tutorial (project based learning)

Kejelasan dan ketepatan disain alat penangkapan ikan pancing

6

17-18 Menyusun langkah rancang bangun alat penangkap ikan, hitungan disertai dengan argumentasi

Uji Kompetensi & Remedial

Studi Kasus + Presentasi (Problem solving learning)

Kejelasan lang-kah rancang bangun, ke-jelasan alasan, ketepatan hitungan dan kemampuan analogi

25

Page 10: Buku Ajar Naja Gabung

5

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1978. Catalogue of Fishing Gear Design. FAO-UN. Fishing News (Books) Ltd. London.

Anonim, 2007. Katalog Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.

Anonim, 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.

Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

Ben-Yami, M. 1994. Purse Seining Manual. Fishing News (Books) Ltd. London.

FAO. 1975. Catalogue of small scale fishing gear. Fishing News (Books) Ltd. London.

FRIDMAN, A. L. 1986. Calculation for Fishing Gear Designs. Fishing News (Books) Ltd. London. 241 p.

Kristjonson, H. 1959. Modern Fishing Gear of the World. Vol 1. Fishing News (Books) Ltd. London.

Kristjonson, H. 1964. Modern Fishing Gear of the World. Vol 2. Fishing News (Books) Ltd. London.

Kristjonson, H. 1972. Modern Fishing Gear of the World. Vol 3. Fishing News (Books) Ltd. London.

Martasuganda, S. 2005. Set net (Teichi Ami) ; Serial Teknologi Penagkapan Ikan Berwawasan Lingkungan. Departemen PSP FPIK. IPB Bogor.

Menon, T.R----. Hand Book on Tuna Long Lining. Central Institute of Fisheries, Nautical and Engineering Training. Ministry of Agriculture and Irrigation. Government of India.

Muslim, A. 2008. Studi Bio-Fisik Lokasi Pemasangan Set Net (Teichi Ami) Di Perairan Tanjung Palette Kabupaten Bone. Skripsi. PS. PSP, FIKP UNHAS. Tidak Dipublikasikan.

Muhraeni. 2008. Hubungan Beberapa Parameter Oseanografi Dengan Komposisi Dan Jumlah Hasil Tangkapan Pada Alat Tangkap Set Net (Teichi Ami) Di Perairan Tanjung Pallette Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Skripsi. PS. PSP, FIKP UNHAS. Tidak Dipublikasikan

NOMURA. 1978. Fishing Techniques. I & 2. Japan International Cooperation Agency. Tokyo.

NIELSEN, L. A. AND D. L. JOHNSON [eds.]. 1983. Fisheries Techniques. American Fisheries Society, Bethesda, Maryland. 468 p.

Prichard, M. 1987. Let’s Go Fishing. Octopus Books Limited. Hong Kong.

Sadhori, N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa, Bandung. 182 hal.

Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.

Von Brandt, A. 1984. Fishing Catching Method of the World. 3rd Edition. Fishing news (Books) Ltd. England

Page 11: Buku Ajar Naja Gabung

6

BAB 2. ALAT DAN SISTEM PENANGKAPAN IKAN

2.1. Pendahuluan

Sasaran pembelajaran :

a) Menguraikan berbagai teori alat dan system penangkapan ikan

b) Merumuskan factor-faktor yang mempengaruhi rancangbangun alat penangkapan

ikan

c) Menguraikan cara-cara mendisain alat penangkapan ikan

d) Menguraikan peranan ahli rancanbangun alat penangkapan ikan

2.2. Uraian Bahan Pembelajaran

2.2.1 Teori alat penangkapan ikan dan sistem penangkapan ikan

Mata kuliah rancang bangun alat penangkap ikan adalah lanjutan dari mata kuliah

bahan dan alat penangkapan ikan serta dasar penangkapan ikan. Pada kuliah seelumnya,

mahasiswa sudah mendapatkan materi tentang bahan-bahan yang dapat digunakan dalam

pembuatan suatu alat penangkap ikan serta bagaimana bentuk dan cara pengoperasian

berbagai alat penangkap ikan. Pada mata kuliah ini, mahasiswa akan diantar untuk

merancang (design) suatu alat penangkap ikan. Perancangan (designing) alat penangkap

ikan adalah proses mempersiapkan spesifikasi teknik dan menggambar alat penangkap

ikan untuk memuaskan kebutuhan penanganan alat, teknik, operasi, ekonomi dan social.

Penyelesaian masalah yang terlibat dalam pembuatan alat penangkap ikan untuk

memuaskan karakteristik spesifk adalah sangat kompleks, pertama karena teknologi sangat

kompleks dan kedua sebab jumlah karakteristik konflik harus diselesaikan.

Teknologi penangkapan ikan, sebagai sebuah kajian ilmiah ditemukan dan

dikembangkan pada abad ke 20 terutama oleh ilmuan Rusia dan Jepang. Itu mewakili

generalisasi dari akumulasi pengalaman praktek oleh banyak generasi nelayan di seluruh

dunia. Teori dikembangkan oleh Professor F.I. Baranov (Rusia) dan Professor Tauti

(Jepang), demikian pula serangkaian pengamatan oleh pekerja lainnya, memberikan

kontribusi pemahaman yang lebih baik tentang penangkapan ikan dan proses yang

berhubungan serta interaksinya antara ikan, alat tangkap dan kapal penangkap ikan.

Prosedur telah dilakukan secara obyektif membandingkan metode penangkapan ikan dan

alat penangkapan ikan untuk membantu memilih yang paling sesuai dan memungkinkan

evaluasi awal kelayakan secara tehnik dan ekonomi terhadap penyempurnaan teknologi

dan inovasi.

Page 12: Buku Ajar Naja Gabung

7

Hanya pengetahuan yang banyak dimiliki oleh nelayan adalah pengalaman dan apa

yang telah mereka warisi dari orang tuanya. Mereka sering tidak percaya terhadap hasil

penelitian secara teoritis, terutama disebabkan mereka tidak mengetahui bagaimana

mengambil keuntungan dari temuan baru tersebut. Namun demikian, dengan perubahan

dinamika yang telah terjadi pada akhir-akhir tahun pada perikanan dunia, perbaikan seleksi

daerah penangkapan ikan, alat dan metode panangkapan ikan, dan melibatkan peralatan

canggih seperti peralatan untuk memonitor, alat penangkapan ikan yang besar dan kuat dan

mesin automatic, nelayan tipe baru dibutuhkan dimana mereka mampu menggabungkan

pengalaman praktek dengan secara teori.

Analisis secara teoritis dapat diaplikasikan untuk mencari solusi terhadap masalah-

masalah keahlian teknik dan teknologi yang muncul dalam aktivitas nelayan, ahli

teknologi penangkapan ikan, manajer perikanan dll. Beberapa yang sering ditemui adalah

:

1. Pemilihan alat penangkapan ikan dan tipe kapal sesuai dengan data sumberdaya

perikanan pada daerah tertentu;

2. Penentuan parameter teknik yang optimal untuk alat penangkapan ikan, dengan

memperhatikan karakteristik daerah, jenis ikan dan tipe kapal yang tersedia;

3. Disain alat penangkap ikan dan perhitungan kualitas dan banyaknya bahan yang

dibutuhkan untuk konstruksi dan perlengkapan lainnya;

4. Penentuan pola operasi terbaik (kecepatan penarikan, posisi penangkapan ikan,

pemasang perlengkapan secara rinci dsb) pada berbagai kondisi;

5. Demonstrasi kemungkinan untuk penyempurnaan dan implementasinya pada alat

penangkap ikan yang digunakan pada lokasi tertentu;

6. Modifikasi alat penangkap ikan tradisional untuk beroperasi pada kondisi yang

berbeda.

Kesemua hal tersebut di atas menyinggung banyak factor yang terlibat dalam disain dan

perhitungan alat penangkap ikan. Beberapa diantaranya yang terpenting adalah :

1. Ikan (spesies, tipe dan ukuran konsentrasi, tingkah laku, kecepatan migrasi,

karakteristik biomentrik individu ikan, dsb.);

2. Daerah penangkapan ikan (sumberdaya ikan, ketersediaan makanan, jarak dari

pelabuhan, kedalaman, kecepatan arus, suhu, salinitas, ketersediaan umpan, dsb);

3. Tingkatan teknologi (keterampilan nelayan, ketersediaan dan tipe kapal penangkap

ikan, kesesuaian alat penangkap ikan, ketersediaan bahan, dsb.);

Page 13: Buku Ajar Naja Gabung

8

4. Kondisi ekonomi (permintaan umum dan preferensi pasar tertentu, jarak ke pasar,

ketersediaan modal, dsb.).

Untuk membuat buku ajar ini bermanfaat, terutama bagi sebanyak mungkin

pembacanya, matematik tingkat tinggi tidak digunakan dan perhatian lebih banyak

dicurahkan pada masalah sederhana dan umum. Selain itu juga disertai dengan contoh

perhitungan sehingga akan lebih mudah dipahami dan dipraktekkan di lapangan.

Alat penangkapan ikan kelihatannya masih kebudayaan primitive seperti tombak,

panah dan pancing yang terbuat dari batu, cangkang, tulang dan gigi binatang. Pada

perangkap ikan di perairan dangkal, penghalang tanah dan batu, dikonstruksi tumpukan

ranting kayu, kaleng penjebak dan labyrinths. Penangkapan ikan yang lebih aktif

menggunakan panah, tombak, rakit, penjepit, penggaruk, juga dengan menggunakan tali

dan joran.

Perkembangan terakhir dari alat penangkapan ikan dan metode penangkapan ikan

adalah perbaikan bentuk alat tangkap dan lebih khusus ukuran alat yang lebih besar dan

meningkatkan kecepatan penarikan dan penanganan alat. Akibatnya, lebih besar volume

air dapat disapu dan lebih cepat oleh alat tangkap, dengan meningkatkan potensi ikan

tertangkap. Ini secara luas telah memungkinkan melalui penggunakan bahan sistetis dalam

alat penangkap ikan komersil. Pada sisi lain, peningkatan ukuran alat penangkapan ikan

dan pengoperasian pada perairan yang lebih dalam dan lebih jauh diperlukan kapal

penangkap ikan yang lebih kuat, lebih cepat dan lebih besar, lebih banyak kekuatan mesin

dan listrik per nelayan di atas kapal dan meningkatkan jangkauan operasi dari peralatan

pendeteksi ikan.

Perkembangan teknik ditambah perbaikan komunikasi dan pelayanan peramalan

cuaca memungkinkan lebih banyak waktu dicurahkan untuk penangkapan melalui

pengurangan waktu yang dibutuhkan untuk perjalanan antara daerah penangkapan, untuk

mendapatkan gerombolan ikan dan menangani alat penangkap ikan. Perkembangan

peralatan untuk menemukan dan mengikuti pergerakan gerombolan ikan dan memonitor

serta mengontrol alat penangkap ikan selama operasi telah ditingkatkan akurasinya untuk

tujuan penangkapan ikan dan cenderung diset secara automatik. Tidak diragukan lagi,

teknologi penangkapan ikan dapat berkontribusi terhadap perkembangan perikanan pada

Negara berkembang khususnya memperbaiki alat dan metoda yang ada melalui intoduksi

sesuatu yang baru.

Alat penangkap ikan harus dipertimbangkan sebagai bagian dari system yang juga

termasuk mesin pananganan alat, kapal penangkap ikan, peralatan untuk mendapatkan dan

Page 14: Buku Ajar Naja Gabung

9

memonitor keberadan ikan, ikan target dan lingkungannya. Efisiensi operasi penangkapan

ikan tergantung dari derajat dimana system dipahami dan dikontrol, kesesuaian terhadap

kondisi tertentu, kesesuaian dengan peralatan teknik, terhadap kondisi tertentu dimana

parameter alat tangkap sudah dipilih untuk mengeksploitasi karakteristik tingkah laku ikan.

Peranan yang dimainkan oleh unsur sistem penangkapan ikan modern akan lebih

mudah dipahami dengan merujuk pada generalisasi model informasi (Lukashov, 1972)

seperti diperlihatkan pada Gambar 1. Semua kotak kecuali ikan mewakili unsur tehnik

untuk penangkapan ikan. Alat pendeteksi lokasi ikan adalah echosounder. Modifikasi

tingkah laku ikan adalah sumber cahaya. Kotrol agen untuk modifikasi tingkah laku ikan

dan untuk alat penangkap ikan termasuk anak buah kapal dan mesin-mesin dek. Peralatan

monitor termasuk peralatan seperti alat pendeteksi jaring (net sounder) dan alat pengukur

tegangan tali.

Gaambar 1. Generalisasi informasi model system penangkapan ikan

2.2.2. Klasifikasi alat penangkapan ikan (BPPI, 2007)

Klasifikasi alat penangkapan ikan disusun untuk menggolongkan dan

mengelompokkan setiap jenis alat penangkapan ikan yang sesuai dengan perkembangan di

perairan Indonesia berdasarkan spesifikasi teknis dan cara pengoperasiannya. Dalam

pengklasifikasian alat penangkapan ikan juga tercantum singkatan dank ode yang

disesuaikan dengan penamaan yang digunakan untuk setiap jenis alat untuk memudahkan

pengidentifikasian dan pengelompokannya.

IKAN

MODIFIKASI TINGKAH LAKU

IKAN

ALAT PENDETEKSI LOKASI IKAN

ALAT PENANGKAP IKAN

MONITOR MODIFIKASI

TINGKAH LAKU

AGEN KONTROL

TINGKAH LAKU

AGEN KONTROL

ALAT

MONITOR ALAT

TANGKAP

PUSAT KONTROL

Page 15: Buku Ajar Naja Gabung

10

Klasifikasi ini dikeluarkan berdasarkan hasil inventarisasi dan identifikasi alat

penangkap ikan yang ada di Indonesia oleh Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan,

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan dengan

mengadopsi Klasifikasi yang dikeluarkan oleh FAO (Definition and Clasification of

Fishing Gear Categories, 1989) dan ditambahkan dengan penggolongan yang ada di

Indonesia.

Tabel 2.1. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Berdasarkan ISSCFG

No. Penggolongan Singkatan Kode ISSCFG

(1) (2) (3) (4)

1. SURROUNDING NETS - 01.0.0

With purse line (Purse Seines) PS 01.1.0

- One boat operated purse seines PS1 01.1.1

- Two boat operated purse seines PS2 01.1.2

Without purse line (lampara) LA 01.2.0

2. SEINE NETS 02.0.0

Beach Seine SB 02.1.0

Boat Or Vessel Seines SV 02.2.0

- Danish seine (dogol) SDN 02.2.1

- Scottish seine SSC 02.2.2

- Pair seine SPR 02.2.3

Seine nets (not specified) SX 02.9.0

3. TRAWL 03.0.0

Bottom trawl 03.1.0

- Beam Trawl TBB 03.1.1

- Otter trawl OTB 03.1.2

- Pair trawl PTB 03.1.3

- Nephtops trawl TBN 03.1.4

- Shrimp Trawl TBS 03.1.5

- Bottom Trawl (not specified) TB 03.1.9

Tabel 2.1. Lanjutan ….

(1) (2) (3) (4)

Page 16: Buku Ajar Naja Gabung

11

Midwater trawl (Trawl Pertengahan ) 03.2.0

- Trawl berpapan OTM 03.2.1

- Trawl dua kapal PTM 03.2.2

- Trawl udang TMS 03.2.3

- Trawl pertengahan lainnya TM 03.2.9

Trawl kembar berpapan OTT 03.3.0

Trawl berpapan lainnya OT 03.4.9

Trawl dua kapal lainnya PT 03.5.9

Trawl lainnya TX 03.9.0

4. DGEDGES (PENGGARUK) 04.0.0

Boat dredges (Penggaruk berperahu/kapal) DRB 04.1.0

Hand dredges (Penggaruk biasa) DRH 04.2.0

5. LIFT NETS (TANGKUL) 05.0.0

Tangkul biasa (Portable liftnet) LNP 05.1.0

Bagan perahu (Boat operated liftnet) LNB 05.2.0

Tangkul pantai LNS 05.3.0

6. FALLING GEARS (ALAT YG DIJATUHKAN) 06.0.0

Jala FCN 06.1.0

Alat jatuh lainnya FG 06.9.0

7. GILL NETS & ENTANGLING NETS (JARING INSANG & JARING PUNTAL)

07.0.0

Jaring insang menetap GNS 07.1.0

Jaring insang hanyut GND 07.2.0

Jaring insang lingkar GNC 07.3.0

Jaring insang berpancang GNI 07.4.0

Jaring gondrong (trammel net) GTR 07.5.0

Jaring kombinasi gillnet–trammel net GTN 07.6.0

Jaring insang & jaring puntal lainnya GEN 07.9.0

- Jaring insang lainnya GN 07.9.1

Tabel 2.1. lanjutan ….

(1) (2) (3) (4)

Page 17: Buku Ajar Naja Gabung

12

8. TRAPS 08.0.0

Stationary uncovered pound nets FPN 08.1.0

Pots FPO 08.2.0

Fyke nets FYK 08.3.0

Stow nets FSM 08.4.0

Barriers, Fences, weirs, etc. FWR 08.5.0

Aerial traps FAR 08.6.0

Traps (not specified) FIX 08.9.0

9. HOOK AND LINES (PANCING) 09.0.0

Pancing ulur dan pancing berjoran biasa LHP 09.1.0

Pancing ulur dan pancing berjoran dimekanisasi LHM 09.2.0

Rawai menetap LLS 09.3.0

Rawai hanyut LLD 09.4.0

Rawai lainnya LL 09.5.0

Tonda LTL 09.6.0

Pancing lainnya LX 09.9.0

10. GRAPPLING & WOUNDING (ALAT PENJEPIT & MELUKAI)

10.0.0

Harpoons (Tombak) HAR 10.1.0

11. HARVESTING MACHINES 11.0.0

Pumps HMP 11.1.0

Mechanized dredges HMD 11.2.0

Harvesting machines (not specified) HMX 11.9.0

12. Miscellaneous gear MIS 20.0.0

13. Recreational Fishing Gears RG 25.0.0

14. Gear not Known (not specified) NK 99.0.0

Page 18: Buku Ajar Naja Gabung

13

Tabel 2.2. Klasifikasi alat penangkapan ikan (BPPI Semarang)

No. Penggolongan Singkatan Kode KAPI

(1) (2) (3) (4)

1. JARING LINGKAR JL 01.0.0

Jaring lingkar bertali kerut (pukat cincin) JLPC 01.1.0

- Pukat cincin satu kapal JLPC-1K 01.1.1

- Pukat cincin dua kapal JLPC-2K 01.1.2

Jaring lingkar tanpa tali kerut (lampara) JLLA 01.2.0

2. PUKAT TARIKa PT 02.0.0

Pukat Tarik Pantai PTP 02.1.0

Pukat Tarik Berkapal PTK 02.2.0

- Payang PTK-Py 02.2.1

- Dogol PTK-Dg 02.2.2

- Cantrang PTK-Cn 02.2.3

- Lampara Dasar PTK-Ld 02.2.4

PUKAT TARIK LAINNYA PTL 02.9.0

3. PUKAT HELA PH 03.0.0

Pukat Hela Pertengahan PHT 03.1.0

- Pukat Hela Pertengahan Berpapan PHT-Pp 03.1.1

- Pukat Hela Pertengahan Dua Kapal PHT-2K 03.1.2

- Pukat Hela Pertengahan Lainnya PHT-L 03.1.9

Pukat Hela Dasar PHD 03.2.0

- Pukat Hela Dasar Berpalang PHD-Pl 03.2.1

- Pukat Hela Dasar Berpapan PHD-Pp 03.2.2

- Pukat Hela Dasar Dua Kapal PHD-2K 03.2.3

- Pukat Hela Dasar Lainnya PHD-L 03.2.4

Pukat Hela Lainnya PHL 03.9.0

4. PUKAT DORONG PD 04.0.0

Pukat Dorong tidak Berkapal PDTK 04.1.0

Pukat Dorong Berkapal PDK 04.2.0

- Pukat Dorong Berkapal Satu Jaring PDK-1J 04.2.1

Page 19: Buku Ajar Naja Gabung

14

Tabel 2.2. Lanjutan …

(1) (2) (3) (4)

- Pukat Dorong Berkapal Dua Jaring PDK-2J 04.2.2

Pukat Dorong Lainnya PDL 04.9.0

5. PENGGARUK PG 05.0.0

Penggaruk Tanpa Kapal PGTK 05.1.0

Penggaruk Berkapal PGK 05.2.0

6. JARING ANGKAT JA 06.0.0

Jaring Angkat Menetap JAM 06.1.0

- Anco Tanpa Kapal JAM-A 06.1.1

- Bagan Tancap JAM-BT 06.1.2

Jaring Angkat Tidak Menetap JATM 06.2.0

- Bagan Rakit JATM-BR 06.2.1

- Bagan Perahu JATM-BP 06.2.2

- Anco Berkapal (Bouke Ami) JATM-BA 06.2.3

Jaring Angkat Lainnya JAL 06.9.0

7. ALAT YANG DIJATUHKAN/DITEBARKAN AJT 07.0.0

Jala Tebar AJTT 07.1.0

Jala Jatuh AJTJ 07.2.0

- Jala jatuh tanpa Kapal AJTJ-TK 07.2.1

- Jala Jatuh Berkapal (Cast Net) AJTJ-K 07.2.2

Alat Jatuh Lainnya AJTL 07.9.0

8. JARING INSANG JI 08.0.0

Jaring Insang Hanyut JIH 08.1.0

Jaring Insang Tetap JIT 08.2.0

Jaring Insang Lingkar JILR 08.3.0

Jaring Insang Berlapis JIBL 08.4.0

Jaring Insang Lainnya JIL 08.9.0

9. PERANGKAP PR 09.0.0

Perangkap Berpenaju (Sero, Belat) PRP 09.1.0

Perangkap tanpa Penaju PRTP 09.2.0

Page 20: Buku Ajar Naja Gabung

15

- Penangkap Bersayap (Pukat labuh, Gombang, Apong)

PRTP-S 09.2.1

Tabel 2.2. Lanjutan …

(1) (2) (3) (4)

- Perangkap tanpa Sayap (Ambai, Togo, Jermal, Pengeri)

PRTP-TS 09.2.2

Bubu PRB 09.3.0

Perangkap Lainnya PRL 09.9.0

- Perangkap Ikan Peloncat PRIL 09.9.1

10. PANCING PC 10.0.0

Pancing Ulur PCU 10.1.0

Pancing Berjoran PCJo 10.2.0

Rawai Tetap PCRT 10.3.0

Rawai Hanyut PCRH 10.4.0

Tonda PCT 10.5.0

Pancing Lainnya PCL 10.9.0

11. ALAT PENJEPIT DAN MELUKAI APM 11.0.0

Ladung LD 11.1.0

Tombak TB 11.2.0

Panah PN 11.3.0

Alat Penjepit dan Melukai Lainnya APML 11.9.0

12. ALAT-ALAT LAINNYA AAL 20.0.0

Muro Ami MA 20.1.0

Page 21: Buku Ajar Naja Gabung

16

2.2.3. Disain alat penangkapan ikan

Perancangan (designing) alat penangkap ikan adalah proses mempersiapkan

spesifikasi teknik dan menggambar alat penangkap ikan untuk memuaskan kebutuhan

penanganan alat, teknik, operasi, ekonomi dan social. Penyelesaian masalah yang terlibat

dalam pembuatan alat penangkap ikan untuk memuaskan karakteristik spesifk adalah

sangat kompleks, pertama karena teknologi sangat kompleks dan kedua sebab jumlah

karakteristik konflik harus diselesaikan. Pada prinsipnya, perancang alat penangkap ikan

sudah cukup memiliki pengalaman praktek dan dapat melalukan perhitungan keteknikan.

Dengan pengetahuan ini, rencana dan spesifikasi suatu alat penangkap ikan dapat

dikembangkan dan alat dikontruksi serta diuji di laut. Jika sebuah alat penangkapan ikan

yang baru kurang memuaskan, boleh dimodifikasi atau yang terburuk adalah dibuat

perancangan kembali mulai dari awal dengan memperhatikan kesalahan sebelumnya.

(A). Teori dengan pendekatan praktek

Sebagian besar alat penangkap ikan diproduksi melalui metode coba-coba, yaitu

dikonstruksi kemudian dicoba di lapangan. Apabila penampilan lapangan kurang

memuaskan, dilakukan modifikasi, kemudian dicoba lagi, sampai akhirnya memuaskan.

Cara seperti ini tidak salah, Cuma biayanya yang terlalu mahal dan memerlukan waktu

yang lama. Oleh karena itu diperlukan perencanaan dan perhitungan yang matang sebelum

dikontruksi. Sebagai informasi awal dapat menggunakan referensi dari catalog alat

penangkapan ikan yang ada, secara Internasional dikeluarkan oleh FAO dan di Indonesia

di keluarkan oleh Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan di Semarang. Cara lain

dapat ditempuh melalui pembuatan model, kemudian model tersebut diuji di laboratorium,

dengan mudah dapat dilakukan modifikasi dan disimulasi kondisi lapangan. Kalau

penampilan model sudah memuaskan baru dilakukan konstruksi.

(1) Desain dengan sistem tukang jahit

Perancang merencanakan dalam hayalan gambar 3 dimensi dari alat yang akan

dibuat, kemudian dipindahkan ke atas kertas sebagai gambar atau kesan seniman. Untu

mencapai hal ini beberapa dimensi fisika dari berbagai bagian jaring perlu ditambahkan,

seperti : ukuran mata jaring (mesh size), nomor benang, diameter tali, shortening (S =

hang in ratio) dan H (hanging ratio = E). Dari informasi ini, desain dapat digambar dan

informasi yang diketahui tadi dipindahkan ke gambar. Jumlah mata jaring pada bagian

Page 22: Buku Ajar Naja Gabung

17

lebar dan dalam jaring pada setiap bagian tertentu dapat dihitung, dan selanjutnya

ditambahkan pada spesifikasi.

Seperti pada kegiatan desain pada umumnya, banyak keahlian perkiraan yang

diperlukan sebagai dasar dari analisis perencanaan. Dalam kasus alat penangkap ikan,

sering dibutuhkan informasi dari nelayan yang pengalaman di lapangan dan tahu tentang

kondisi daerah penangkapan dan kapal dimana alat tersebut akan digunakan.

Keahlian dasar yang diperlukan pada pendekatan ini adalah pengetahuan mendalam

tentang perhitungan yang berhubungan dengan teknik pemotongan jaring, hanging ratio

(H) dan teknik penyambungan.

(2) Desain dengan metode skala langsung

Pada teknik ini perencana mencoba dan menguji suatu desain jaring yang sudah

ada. Untuk mendapatkan sesuai dengan ukuran yang diinginkan, maka dilakukan

perbesaran atau perkecilan. Perubahan dimensi yang dibuat harus didasarkan pada

beberapa data penunjang lainnya atau pengalaman tertentu dari perencana. Namun

demikian proses perubahan ukuran alat penangkap ikan sebenarnya relatif sederhana. Hal

ini akan menjadi lebih rumit apabila perencana ingin membuat perubahan radikal terhadap

mata jaring dan ukuran benang. Sebagai contoh pada trawl atau alat lainnya pengaruh

nyata pada tahanan alat merupakan pertimbangan yang perlu dikaji lebih dalam. Dengan

kata lain tehnik yang digunakan untuk mengembangkan suatu kisaran desain alat

penangkap ikan yang memadai sesuai dengan kekuatan kapal dan berdasarkan pengalaman

di lapangan. Analisis terhadap data yang telah diketahui, akan dapat memberikan koreksi

yang sangat berharga pada teknik desain.

Teknik ini dapat diaplikasikan pada alat penangkap ikan seperti : fyke nets, beam

trawls, trawl dasar tunggal dan ganda.

(3) Desain dengan menggunakan data sheets

Penggunaan data sheets diikuti oleh sistem pengambilan keputusan dan

perhitungan yang dikembangkan oleh autor merupakan cara yang paling berhasil dalam

desain trawl dasar dan trawl pelagis dan juga dapat diaplikasikan juga pada seine net. Data

sheets harus digambar berdasarkan statistik yang diambil dari alat yang sedang dipakai,

dan informasi yang dibutuhkan dapat dilihat pada contoh data sheet untuk trawl dasar.

Kenyataan penting sebagai berikut :

Page 23: Buku Ajar Naja Gabung

18

Diasumsikan HP kapal ikan dibuat dimana kapal dipertimbangkan displacement

badan kapal untuk trawl dan menggunakan bollard penuh sekitar 1 ton/ 100 hp. Ukuran

jaring dinyatakan sebagai panjang foot rope dalam fathom. Kisaran panjang footrope (tali

ris bawah) diperlihatkan untuk dialokasikan dalam perbedaan disain kapal dan faktor

lingkungan dan cenderung mempengaruhi ukuran alat yang digunakan pada lokasi yang

berbeda.

(4) Disain melalui moodifikasi

Perhatian dunia akhir-akhir ini ditujukan pada perikanan yang berkelanjutan. Pada

prinsip ini, sumberdaya ikan harus diupayakan supaya tidak habis pada suatu wilayah

tertentu. Dengan kata lain, alat penangkap ikan diusahakan tidak menangkap semua ikan

yang ada pada areal tangkapan atau selektif. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa

banyak alat penangkap ikan yang tidak selektif. Untuk membuat alat penangkap ikan yang

tidak selektif menjadi selektif, kalau dilakukan perombakan disain secara keseluruhan akan

membutuhkan biaya yang sangat besar. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi terhadap

kasus seperti ini dapat dilakukan melalui cara modifikasi. Modifikasi dapat dilakukan

dengan membuatkan jendela pada bagian tertentu jarring yang memungkinkan ikan-ikan

yang masih kecil dapat meloloskan diri. Cara seperti ini dapat diaplikasikan pada bagan,

purse seine, trawl, set net dsb.

(B). Peranan ahli fishing gear

Ahli fishing gear adalah pendisain sistem penangkapan ikan. Dia boleh secara

murni terlibat dalam masalah disain jaring, tetapi jaring biasanya digunakan dari kapal

penangkap ikan, dan beberapa komponen mesin-mesin yang digunakan diatas kapal. Ahli

fishing gear seharusnya juga mempunyai pemahaman yang jelas tentang ikan, tingkah

lakunya, sifat biologi dan reaksinya terhadap rangsangan, kecepatan renang, dan

lingkungan dimana ikan hidup.

Semua faktor ini mempengaruhi pemilihan sistem penangkapan ikan, jaring atau

kapal, juga keberhasilan disain alat penangkapan ikan harus diperhitungkan pada semua

titik atau aspek.

Elektronik juga memainkan peranan yang sangat penting dalam penangkapan ikan

dan pengembangan alat penangkapan ikan. Peralatan pendeteksi ikan modern sangat

canggih dan ahli fishing gear seharusnya mengetahui dengan baik pemakaian dan

Page 24: Buku Ajar Naja Gabung

19

aplikasinya. Selain itu beberapa peralatan yang digunakan dalam penelitian fishing gear

diatas kapal dikontrol secara elektronik.

Komputer mikro juga dapat memainkan peranan yang tak ternilai dalam bidang

desain fishing gear, seperti penyimpanan data, dan penggunaan dalam banyak kalkulasi.

Hidrodinamika adalah dasar teknologi yang darinya dapat diperoleh pengetahuan

teoritis tentang penampilan teknik dari fishing gear.

Bidang fishing gear teknologi sangat unik karena melibatkan banyak faktor biologi

dan lingkungan yang tidak dapat diduga. Mari kita tidak melupakan bahwa kita adalah

masih pemburu, kemungkinan besar satu-satunya metode perburuan yang paling canggih

di dunia. Untuk menjadi pemburu yang berhasil, kita harus mengetahui target buruan dan

bagaimana dia hidup. Saya menyesal untuk mengatakan bahwa masalah tersebut tidak

akan pernah terpecahkan pada papan gambar atau di komputer, walaupun dihadapi oleh

beberapa tenaga ahli di dunia. Seorang ahli fishing gear seharusnya tidak pernah

melupakan akan hal ini, layanannya, nelayan adalah pemburu, manusia terampil, dan

banyak dari mereka "belajar memikirkan kesukaan dari buruannya".

Ahli fishing gear adalah seni teknologi, yang mana harus mempunyai tingkat

keterampilan yang tinggi jika ingin menjadi sukses, dan dapat diterima oleh langganannya.

Secara teori tenaga ahli dapat berhasil dengan baik di stasion penelitiannya, sibuk menulis

laporan akademik, tetapi saya sering mempertanyakan nilai sebenarnya dari kegiatannya

dalam membantu nelayan menangkap ikan lebih banyak atau dalam membuat sistem

pengoperasiaanya lebih efektif dari segi biaya.

Jika dipertimbangkan bidang fishing gear desain; pada pandangan yang sempit

dapat diikutii pengamatan berikut. Desain adalah semua tentang perubahan jaring ke

bentuk tertentu yang cocok dengan menggabungkan karakter satu jaring dengan jaring

lainnya dan merubah penampilannya dalam berbagai cara. Oleh sebab itu yang paling

bernilai untuk kita adalah mengetahui sebanyak mungkin tentang penampilan jaring secara

tehnik, dan pengaruh akibat barbagai variasi perubahan tali temali pada penampilannya.

Penampilan teknik bukan jawaban untuk semua masalah, bidang lain yang

terpenting adalah reaksi dari ikan terhadap fishing gear, mesh size, sudut jaring, gangguan

aliran, lumpur, bising, getaran, warna dan cahaya. Makin luas pengetahuan tentang bidang

tersebut akan semakin cocok dalam mengaplikasikan untuk memperbaiki keahliannya

sebagai disainer fishing gear.

Bidang lain dari disain adalah mengurangi pengeluaran seperti : biaya bahan bakar

dan ini dapat dilakukan secara bersama antara naval architek dan ahli fishing gear

Page 25: Buku Ajar Naja Gabung

20

technologi. Satu harus diteliti aspek ekonomi dari operasi penangkapan ikan dan

keefektifan biaya dari metode yang berbeda.

Dengan mudah dapat kita lihat dua metode penangkapan ikan, dengan type dan

ukuran kapal yang sebanding. Katakan bahwa kapal X selalu menangkap ikan lebih

banyak dengan kapal Y, tetapi jika kapal X mengkonsumsi bahan bakar dua kali lipat dari

Y, maka hal ini harus dilihat lebih jauh lagi. Teknik utama yang digunakan dalam

hubungannya dengan disain jaring dan penghematan bahan bakar adalah coeficient tarikan

untuk alat yang ditarik, dengan membuat alat lebih eficient secara hidrodinamik. Hal ini

boleh jadi akan mengakibatkan kurangnya eficienci tangkapan ikan tetapi harus

dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar.

Bagian akhir dari desain adalah penemuan dimana penemu datang dengan revolusi

tehnik dalam penangkapan ikan atau bagian lainnya.

Page 26: Buku Ajar Naja Gabung

21

2.2.4. Faktor yang mempengaruhi disain alat penangkapan ikan

Alat penangkapan ikan yang akan didisain harus diperhitungkan kondisi perairan

dimana alat tersebut akan dioperasikan. Hal ini perlu diperhatikan mengingat factor-faktor

luar tersebut akan mempengaruhi penampilan alat penangkap ikan di dalam air. Oleh

karena itu perlu diidentifikasi factor-faktor yang mungkin berpengaruh terhadap alat

penangkap ikan dan sejauh mana berpengaruh terhadap berbagai jenis alat penangkap ikan.

Tujuan pembelajaran adalah mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menghitung factor-

faktor yang berpengaruh terhadap berbagai alat penangkap ikan pada saat dioperasikan.

Banyak faktor yang mempengaruhi desain dan eficiensi dari sistem penangkapan

ikan, beberapa diantaranya harus dianalisa dengan detail, dan yang lainnya dapat diabaikan

atau merupakan faktor kedua, tetapi perlu diingat bahwa kesemuanya itu penting jika

analisis objektif akan dilakukan.

Faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan pada topik berikut :

1. Faktor biologi

2. Faktor lingkungan

3. Kapal penangkap ikan

4. Pelabuhan perikanan dan fasilitas penunjang

5. Pasar untuk produksi

6. Peraturan perikanan

ad 1. Fakktor Biologi

Spesies Ikan - ukuran

- bentuk

- demersal, pelagik atau semi pelagik

- tingkah laku biologi

- reaksi ikan terhadap alat tangkap

- kecepatan renang ikan

- kebiasaan makan ikan

- kebiasaan dan daerah memijah

- reaksi terhadap suara, cahaya dsb.

Page 27: Buku Ajar Naja Gabung

22

Pengaruh faktor-faktor tersebut dapat lebih terpusat pada daerah tertentu, dan ini

harus selalu diingat. Kadang-kadang orang yang terbaik untuk memberi saran untuk

masalah ini adalah nelayan pada daerah tersebut. Nelayan pada suatu daerah akan lebih

memahami kondisi yang ada di wilayahnya, termasuk jenis-jenis ikan apa yang sering

mereka tangkap dan bagaimana kecenderungan hasilnya.

Ukuran dan bentuk ikan mempunyai pengaruh terhadap ukuran alat, ukuran mata

jaring dan tipe benang.

Lapisan perairan dimana ikan hidup akan mempengaruhi daerah operasi dan tipe dari alat

penangkap ikan yang digunakan.

Tingkah laku biologi adalah merupakan komponen penting bagi nelayan, walaupun

migrasi vertikal dari beberapa jenis ikan pelagis akan mempunyai pengaruh khusus pada

disain alat.

Reaksi ikan terhadap alat penangkap ikan adalah ilmu yang relatif masih baru dan

merupakan satu bagian yang banyak ditekuni oleh para peneliti. Bagian penting adalah

rekasi ikan kepada tali, jaring, mata jaring yang besar dan kekeruhan dasar, dengan

perangsang lain seperti suara, cahaya dan listrik.

Kecepatan renang ikan sangat penting dalam hubungannya dengan efektifitas

pengoperasian trawl dan menambah pengetahuan kita bagaimana cepatnya ikan akan

melelahkan pada bagian alat yang ditarik atau didorong.

Kebiasaan makan ikan cenderung mengikuti aturan pengetahuan lokal, tetapi yang penting

untuk operasi optimum dari alat pancing dan alat pasif lainnya. Ada beberapa kasus

dimana daerah penangkapan buatan dapat dibuat yang membawa ikan ke daerah tersebut.

Pengetahuan ini penting karena dapat meningkatkan efektifitas dari sebahagian besar

metode penangkapan ikan.

ad 2. Faktor lingkungan :

laut, sungai atau danau, kondisi dasar

pasang surut dan arus

upwelling

thermocline

pH

oxygen

suhu

kecerahan

Page 28: Buku Ajar Naja Gabung

23

kondisi cuaca

Kondisi daerah penangkapan sangat penting dalam menentukan tipe alat untuk jenis ikan

dasar, atau tali temali untuk alat tertentu terlepas dari feeding ground.

Pasang surut dan arus memainkan pengaruh yang perlu dipertimbangkan terutama pada

cara jaring dipasang atau arah tarikan. Mereka juga mempengaruhi disain dan metode

pengikatan.

Upwelling, thermocline, pH, kandungan oksigen, suhu, semuanya mengatur keberadaan

ikan dan tempat yang cocok untuk menempatkan alat penangkap ikan.

Turbidity akan mengatur penetrasi cahaya kedalam air dan sangat penting terutama dalam

menarik perhatian jenis ikan pelagis di daerah perairan tropis dan subtropis.

Kondisi cuaca dapat mempengaruhi siklus kegiatan penangkapan ikan, kekuatan system

penjangkaran pada alat yang dipasang menetap.

ad 3. Kapal penangkap ikan

tipe dari bentuk badan kapal

panjang, lebar dan sarat

tipe mesin dan kekuatan

propeler dan reduksi

propeler nozzle

tata ruang dek

mesin-mesin dek

Ukuran dan disain kapal akan mempunyai hubungan erat dengan tipe alat penangkap ikan

yang akan dipilih, demikian pula ukuran alat yang akan digunakan.

Ketersediaan mesin-mesin dek boleh jadi memberikan pengaruh yang sangat berarti pada

pemilihan alat penangkap ikan, sebagaimana ini dapat berpengaruh kuat pada ukuran dan

tipe alat penangkap ikan yang akan digunakan, kedalaman air, kondisi dasar perairan, dan

beberapa faktor lain sehubungan dengan pengoperasian kapal.

Bentuk kapal dan kekuatan adalah bagian penting dimana alat ditarik dan diseret

terkonsentrasi. Sebagai contoh motor tempel tidak didisain untuk tenaga penggerak kapal

ikan.

Page 29: Buku Ajar Naja Gabung

24

Sebagai contoh sebuah mesin tempel 40 HP akan menghasilkan sangat sedikit daya

tersedia untuk menarik alat penangkap ikan dibandingkan dengan daya yang sama untuk

mesin dalam.

ad 4. Pelabuhan perikanan dan fasilitas penunjang

pantai, pelabuhan, dok

suplai bahan bakar

urusan surat-syrat kapal dan fasilitas perbaikan

fasilitas es

pengujian kapal dan suplai peralatan

pasar ikan

transport dan cold storage

Fasilitas-fasilitas tersebut di atas akan mempengaruhi tipe pengoperasian dari kapal

yang dapat dilakukan, jika tidak mempengaruhi kapal secara langsung. Siklus

penangkapan dapat dipengaruhi oleh keterbatasan masuk pelabuhan akibat perbedaan

pasang surut yang tinggi.

Pasar ikan dan berbagai fasilitas penunjang lainnya akan mempengaruhi ukuran dan

keefektifan operasi penangkapan ikan.

ad 5. Pasar untuk hasil

pasar lokal

pelelangan

pembekuan

pengalengan

pengasapan

dealer ikan

pengolahan di atas kapal

Pemasaran yang efisien merupakan aspek yang terpenting dalam industri

penangkapan ikan - tidak ada gunanya menangkap ikan jika tidak dapat dijual atau dijual

pada tingkatan ekonomi.

ad 6. Peraturan Perikanan

penutupan daerah penangkapan

quota hasil tangkapan

Page 30: Buku Ajar Naja Gabung

25

pengaturan jaring dan ukuran mata jaring

Peraturan perikanan akan mempengaruhi kedua sisi, yaitu sisi pengoperasian alat

dan disain jaring, terutama dalam hubungannya dengan pemesanan jaring (mata jaring

tertentu).

Pendisain alat penangkapan ikan atau nelayan ketika menset sistem penangkapan

ikan tidak menampilkan analisis detail dari semua faktor-faktor yang disebutkan di atas,

dimana perbedaan faktor akan mendominasi pada setiap kasus tertentu atau masalah.

Banyak dari bagian yang tersebut di atas akan tidak lebih dari kharakter kedua setelah

masalah individu dipertimbangkan. Walaupun komentar ini, sebagaimana pada setiap

situasi, jika kita mendapatkan hasil terbaik, penelitian tentang masalah ini pada butir-butir

di atas adalah sangat penting sebelum memulai mendisain atau memilih disain alat

penangkap ikan.

2.3 Penutup

Untuk dapat memahami materi yang telah diberikan, maka diperlukan diperlukan

suatu alat evaluasi berupa penugasan atau pertanyaan terkait dengan materi. Sehubungan

dengan hal tersebut maka beberapa poin yang perlu mendapat perhatian mahasiswa

sebagai berikut :

1) Uraikan klasifikasi alat penangkapan ikan berdasarkan berdasarkan FAO dan

BBPPI Semarang, serta kode KAPI dank kode internasional, serta berikan

contoh nyata yang ada di lapangan.

2) Gambarkan alat penangkapan ikan tertentu sebagai system penangkapan ikan

(pilih salah satu alat penangkap ikan yang ada di lapangan).

3) Berikan contoh proses disain alat penangkap ikan berdasarkan ke-3 cara yang

telah diuraikan di atas. Lengkapi dengan contoh aplikasi !

4) Sebagai ahli alat penangkap ikan, apa yang akan anda lakukan dalam

mempertahankan sumberdaya ikan yang cenderung semakin menurun dari

waktu ke waktu.

5) Uraikan factor-faktor yang kemungkinan berpengaruh pada alat penangkapan

ikan sewaktu dioperasikan (pilih salah satu alat penangkapan ikan).

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mahasiswa dibagi kelompok sesuai

dengan jumlah kelas dalam klasifikasi yang ada. Mahasiswa dapat mengamati alat

Page 31: Buku Ajar Naja Gabung

26

penangkap ikan yang ada di lapangan, kemudian menjelaskan sesuai 3 poin tersebut di

atas.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1978. Catalogue of Fishing Gear Design. FAO-UN. Fishing News (Books) Ltd. London.

Anonim, 2007. Katalog Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.

Anonim, 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.

Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

Ben-Yami, M. 1994. Purse Seining Manual. Fishing News (Books) Ltd. London.

FAO. 1975. Catalogue of small scale fishing gear. Fishing News (Books) Ltd. London.

FRIDMAN, A. L. 1986. Calculation for Fishing Gear Designs. Fishing News (Books) Ltd. London. 241 p.

Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Metode dan Teknik Penangkapan. Jurusan PSP, Fakultas Perikanan IPB, Bogor.

Kristjonson, H. 1959. Modern Fishing Gear of the World. Vol 1. Fishing News (Books) Ltd. London.

Kristjonson, H. 1964. Modern Fishing Gear of the World. Vol 2. Fishing News (Books) Ltd. London.

Kristjonson, H. 1972. Modern Fishing Gear of the World. Vol 3. Fishing News (Books) Ltd. London.

Menon, T.R----. Hand Book on Tuna Long Lining. Central Institute of Fisheries, Nautical and Engineering Training. Ministry of Agriculture and Irrigation. Government of India.

NOMURA. 1978. Fishing Techniques. I & 2. Japan International Cooperation Agency. Tokyo.

NIELSEN, L. A. AND D. L. JOHNSON [eds.]. 1983. Fisheries Techniques. American Fisheries Society, Bethesda, Maryland. 468 p.

Prichard, M. 1987. Let’s Go Fishing. Octopus Books Limited. Hong Kong.

Sadhori, N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa, Bandung. 182 hal.

Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.

Von Brandt, A. 1984. Fishing Catching Method of the World. 3rd Edition. Fishing news (Books) Ltd. England

BAB 3. GEOMETRI JARING, GAYA DAN MODEL ALAT PENANGKAPAN IKAN

3.1 Pendahuluan

Page 32: Buku Ajar Naja Gabung

27

Sasaran pembelajaran :

a) Menggabarkan geometri jaring

b) Menghitung bahan alat penangkapan ikan

c) Menghitung gaya-gaya luar yang bekerja pada alat penangkap ikan

d) Merancang model alat penangkapan ikan

3.2. Uraian Bahan Pembelajaran

3.2.1 Bahan Dasar Alat Penangkapan Ikan

Secara umum bahan dasar alat penangkapan ikan yaitu jaring atau tali. Tali

digunakan pada alat penangkapan ikan yang berasosiasi dengan pancing. Sedangkan

jaring merupakan bahan dasar alat penangkapan ikan yang berasosiasi dengan jaring, baik

jaring yang difungsikan sebagai penjerat ikan maupun sebagai dinding penghalang pada

berbagai alat penangkapan ikan.

Jaring yang tersedia di pasar secara garis besar terbagi dua, yaitu : jaring dengan

bahan multifilament dan bahan monofilament.

Keterangan:

N = jumlah mata jaring pada bagian atas jaring n = jumlah mata jaring pada bagian bawah jaring H = jumlah mata jaring ke arah vertikal

1

100 yards = 91,4

100

n

S

T

N

H

Page 33: Buku Ajar Naja Gabung

28

S = mesh size T = notasi benang

Luas permukaan benang (Twine surface area=TSA)

Luas permukaan benang merupakan perhitungan permukaan benang secara

keseluruhan pada suatu alat penangkapan ikan yang telah diketahui kebutuhan jaringnya.

Perhitungan TSA diperlukan untuk kepentingan pendugaan gaya-gaya yang akan bekerja

pada suatu alat penangkapan ikan di dalam air. TSA dihitung dengan menggunakan rumus

berikut :

TSA = {(N + n)/2} x H x 4ad x 10-6 dalam m2

Dimana :

a = panjang bar dalam mm

d = diameter benang dalam mm

N = jumlah mata jaring horizontal pada bagian atas (mata)

n = jumlah mata jaring horizontal pada bagian bawah (mata)

H = jumlah mata jaring ke arah vertikal (mata)

Diameter benang

Dalam kondisi di laboratorium, diameter benang dapat diukur secara langsung

dengan menggunakan micrometer. Namun pada kondisi lapangan dimana peralatan ukur

halus tidak tersedia, maka diperlukan pendekatan lain. Sebagai rumus pendekatan,

biasanya akurasi tergantung dari pabriknya, dan akan berbeda antara satu pabrik dengan

pabrik lainnya.

Perhitungan diameter benang (D) untuk bahan PA sebagai berikut :

D = √ 210 x nomor/5135

Perhitungan berat bahan (Wt)

1. Rx

KSxxHxnN

Wt1000

})2{(2

+⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ +

=

Dimana :

S = mesh size jaring

K = knot content

Page 34: Buku Ajar Naja Gabung

29

R = runnage (m/kg)

atau

2). Wt = panjang jaring atau tali / R

3). Metode ini dapat digunakan untuk menduga berat jaring gill net dengan kisaran ukuran

benang dari 210D/6 sampai 210D/30 dengan ukuran mata jaring berkisar dari 5 sampai 10

inci. Berat sebenarnya yang diperoleh akan bervariasi sekitar 10 - 15% dari nilai

perhitungan.

Rumusnya sebagai berikut :

dimana : berat jaring dinyatakan dalam pound (lb)

N = jumlah mata jaring ke arah panjang

D = jumlah mata jaring ke arah dalam

4). Berat jaring dari bahan polyamide dan cotton dapat dihitung dengan rumus berikut :

dimana :

W = wt/cm panjang benang

W = 0,0136 x n/Nm untuk cotton pilinan keras

W = 0,000628 x n untuk benang polyamide

n = jumlah yarn tunggal dalam benang

N1 & N2 = jumlah mata pada arah panjang dan lebar jaring

Nm = nomor benang dalam sistem metrik

L = mesh size dalam cm

K = nilai konstan; dimana 3,5 untuk polyamide, 2,0 untuk cotton tidak keras dan 2,26

untuk cotton keras

Page 35: Buku Ajar Naja Gabung

30

5). Berat dari bagian jaring (simpul tunggal) dapat diduga berdasarkan metode berikut :

Contoh : Hitung berat jaring 100T x 100N mesh size 40 mm, ukuran benang R 230 tex.

a. Hitung panjang dari benang jaring pada panel tanpa mempertimbangkan jumlah benang

pada simpul. Nilai ini disebut dengan panjang dasar benang.

Panjang dasar dari benang pada panel sama dengan jumlah benang yang berhubungan

dengan jumlah mata jaring pada arah lebar jaring (100 mata pada arah T).

Jadi 100 x 2 = 200 (sebab ada dua benang untuk membuat mata) dikali dengan dalam

jaring dalam meter (yaitu 40 x 100/1000 m).

Panjang dasar benang adalah 200 x 4 = 800 m.

Shortening jaring (S) :atau Hang in Ratio

%100xLo

LiLoS −=

Hanging Ratio (H, E)

Dalam jaring (D)

)2( 2SSmnD −=

Gaya apung (B)

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−= 11

ρWB

Gaya tenggelam (Sf)

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−=ρ11WS f

Dimana :

Lo = panjang jaring sebelum ditata pad atali ris

Li = panjang jaring setelah ditata pada tali ris

m = ukuran mata jaring

n = jumlah mata jaring pada arah vertikal

Page 36: Buku Ajar Naja Gabung

31

Gambar 3.1. Penampilan bukaan mata jaring yang berbeda akibat nilai hanging ratio yang

berbeda.

Tabel 3.1. Nilai K dan R bahan jaring PA

───────────────────────────────────────────────

No. Benang Mesh size (mm) K (mm) R (Runnage)

───────────────────────────────────────────────

210/60 160 25,4 642,85

210/54 120 22 714,25

210/42 80 20 918,4

210/30 60 18 1285,8

210/24 40 15 1607,14

210/21 30 13,5 1836,8

210/18 20 11 2142,9

210/12 15 9 3214,3

───────────────────────────────────────────────

Tabel 3.2. Nilai K dan R bahan jaring PE (Polyethylene)

──────────────────────────────────────────────

Page 37: Buku Ajar Naja Gabung

32

No. Benang K (mm) R ──────────────────────────────────────────────

10/12 44,45 1320

10/15 53,34 1025

10/18 55,88 850

10/21 60,96 747

10/24 63,5 642

10/27 65,58 570

10/30 73,66 518

10/36 78,74 430

10/39 82,55 395

10/42 85,09 368

10/45 90,17 340

10/50 95,25 295

10/54 104,14 242

2,5 mm 101,6 360

2,7 mm 107,95 310

3 mm 114,3 270

3,5 mm 117,475 225

4 mm 127 200

4,5 mm 139,7 165

5 mm 152,4 127

5,5 mm 203,2 100

──────────────────────────────────────────────

Catatan : Nilai K untuk simpul tunggal

Page 38: Buku Ajar Naja Gabung

33

3.2.2 Analisis sistem pemotongan jaring

Sistem pemotongan jaring perlu dipahami dalam mempelajari rancangbangun alat

penangkapan ikan. Hal ini perlu dilakukan mengingat tidak semua alat penangkap ikan

berbentuk empat persegi panjang. Beberapa alat penangkap ikan mempunyai bentuk yang

agak rumit seperti trawl, sehingga dalam rancangannya diperlukan beberapa model

pemotongan untuk membentuk sesuai dengan yang diinginkan.

Ada 4 jenis pemotongan, yaitu : (1) all P (N = north=mengarah ke utara) adalah

sistem pemotongan jaring secara lurus ke arah vertikal; (2) all M (T=transverse) adalah

sistem pemotongan yang lurus secara horizontal; (3) all B sistem pemotongan secara lurus

pada arah miring; dan (4) sistem pemotongan kombinasi.

Pemotongan N

N & B

B

T & B

T

N │ │ │ N & B │ │ B │ │ │ │ │ T & B │ └──────────────────────────────── T

1) Merubah dari sistem pemotongan ke bentuk jaring

Contoh 1 T 5 B

↑ →

1 T 0 1

5 B 2,5 2,5

──────────────────── +

2,5 3,5

Page 39: Buku Ajar Naja Gabung

34

Ini berarti jumlah mata horizontal 3,5 dan vertikal 2,5 atau biasa dituliskan dengan 3,5 in

2,5 atau 3,5 dalam 2,5

1N 2B x12

1N 3B

dikalikan menjadi

12N 24B

12N 36B dijumlahkan menjadi 24N 60B

↑ →

24 N 24 0

60 B 30 30

──────────────────── +

54 30

30 dalam 54

1T 11 B x15 = 15T 165B

↑ →

15 T 0 15

165 B 82,5 82,5

──────────────────── +

82,5 97,5

97,5 dalam 82,5

2) Merubah dari bentuk jaring ke sistem pemotongan

1 dalam 34

Page 40: Buku Ajar Naja Gabung

35

1

┌───── 1 │ 2 │ │ 33N 2B 33│ 16N 1B 1x │ 17N 1B 1x │ │

Tex (Tt) = 1 g/1000 m = g/km

Total tex = nilai tex dari bahan berdasarkan hasil perhitungan dari bahan melalui proses

pemilinan

R-tex = nilai tex dari bahan berdasarkan hasil pengukuran.

Secara umum nilai R-tex > total tex sampai 30%, tergantung dari derajat pilinan benang.

Konversi dari R-tex → Runnage (R)

Runnage (R) = 106/R-tex

Demikian pula sebaliknya dari Runnage ke R-tex.

Contoh Soal :

Sebuah gill net terbuat dari bahan multifilament 210D/9 mesh size 4 inci,

shortening 30%. Dimensi gill net tersebut adalah : panjang 1000 m, lebar 20 m. Berapa

banyak bahan jaring yang dibutuhkan dalam konstruksi ?. Jika harga 1 piece jaring

monofilamen 210D/9 mesh size 4 inci Rp. 300.000,- berapa harga keseluruhan bahan

jaring tersebut ?

Penyelesaian

Rumus yang akan digunakan sebagai berikut :

(1) Shortening jaring (S) :

Page 41: Buku Ajar Naja Gabung

36

%100xLo

LiLoS −=

(2) Dalam jaring (D)

)2( 2SSmnD −= Perhatikan rumus (1), pada rumus ini sebenarnya untuk menghitung shortening, tetapi pada

soal sudah diketahui, panjang jaring (Li) juga sudah diketahui, maka yang dicari adalah

panjang jaring sebelum ditata pada tali ris (Lo). Dengan demikian Lo adalah sbb :

Lo = 1000/0,7 = 1428,57 m

Dikonversi menjadi piece sehingga = 1428,57 m/91,4 m =16,63 piece

Perhatikan rumus (2) Dalam jaring, mesh size dan shortening sudah diketahui, sehingga

yang dicari adalah n (jumlah mata jaring).

))7,0(7,02(102000 2−= xncmcm Sehingga n = 2000 cm / 9,5 cm = 210,5 mata

Dikonversi menjadi piece lebar, sehingga = 210,5/100 – 2,105 strip

Jadi total kebutuhan bahan jaring adalah = panjang x lebar = 16,63 x 2,105 = 35 piece

Harga jaring = 35 piece x Rp. 300.000,- = Rp. 10.500.000,-

Page 42: Buku Ajar Naja Gabung

37

3.2.3. Gaya yang bekerja pada alat penangkap ikan

Gaya hidrodinamika yang bekerja pada alat penangkapan ikan timbul dari

pergerakan alat melalui air atau dari dari pergerakan air melalui alat. Dihasilkan dari

tekanan yang diperlukan untuk menggantikan air disekelilingnya. Ukuran dan arah diduga

pada berbagai pertimbangan pada beban gaya terhadap komponen alat, dan juga bentuk

dari alat dan posisinya dalam air.

Gaya hidrodinamika ini perlu dipahami baik secara kualitatif maupun kuantitatif

dalam rangka disain alat yang baru atau perbaikan disain yang telah ada demikian pula

dalam mempelajari penampilan dari alat yang telah ada. Untuk mendapatkan nilai

kuantitatif maka hidrodinamika, gaya tekanan air yang bekerja pada jaring penangkapan

ikan dan selanjutnya menguraikan gaya-gaya tersebut kedalam komponen vektor. Bagian

jaring pada berbagai bentuk, bahan, hanging ratio, mesh size, twine size pada berbagai

kecepatan arus harus diketahui berdasarkan percobaan pada Flume Tank. Dengan

demikian dapat dihitung gaya yang bekerja pada setiap bagian jaring.

Efisiensi dari fishing gear sangat berhubungan erat dengan bentuk jaring dalam air

selama operasi penangkapan ikan. Sebagai pengetahuan dasar tentang disain jaring

penangkap ikan, harus mengetahui dengan jelas tahanan jaring pada berbagai faktor seperti

: serat, ukuran benang, mesh size, tipe simpul, sudut datang dan lainnya.

Jika jaring tertentu ditempatkan dalam air dengan kecepatan air yang tetap, maka

tahanan jaring akibat arus air adalah sebanding dengan luas jaring. Jika luas jaring

ditingkatkan n kali, maka tahanan jaring juga akan meningkat sebesar n kali (Nomura,

1977).

Page 43: Buku Ajar Naja Gabung

38

Gambar 3.2. Diagram gaya luar yang bekerja pada alat penangkap ikan (Fridman, 1986).

Gaya-gaya hidrodinamika yang bekerja pada alat tangkap dalam air dapat dirinci

sebagai berikut :

Gaya apung pelampung; Gaya tenggelam pemberat; Gaya akibat pengaruh arus; Gaya

akibat pengaruh gelombang, gaya hidrostatika, gaya hidrodinamika, gaya gesek, gaya tarik

dan beberapa gaya lainnya.

Gaya apung (B)

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−= 11

ρWB

Gaya tenggelam (Sf)

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−=ρ11WS f

Keterangan :

W = berat bahan di udara (kg)

ρ = massa jenis bahan (kgf.m3)

Page 44: Buku Ajar Naja Gabung

39

Tabel 3.3. Daftar massa jenis beberapa bahan alat penangkap ikan

Nomor Jenis Bahan Massa Jenis (kgf.m-3)

1. Polyamide 1140

2. Polyvinyl alcohol 1280

3. Polyester 1380

4. Polyethylene 950

5. Cotton, Hemp 1500

6. Bentuk Plastik 120 – 180

7. Cork (gabus) 250

8. Black poplar (bark) 330

9. Reed (berlubang) 100

10 Spruce 550

11. Birch 710

12. Oak 850

13. Timah hitam 11300

14. Tembaga 8500

15. Besi; Baja 7400

16. Batu 2700

17. Tanah liat bakar 2200

18. Air Tawar 1000

19. Air Laut 1025

Sumber : Fridman (1986) dimodifikasi

Gaya akibat arus

Kawakmi 1964 dalam Wheaton (1977) mengembangkan persamaan untuk

menjelaskan beban yang diterima oleh jaring akibat arus pada jaring sebagai berikut :

Fc = 4,9 ρ V2ACd

dimana :

Fc = gaya yang bekerja pada jaring akibat arus (N)

Cd = coeficient drag dari mata jaring

ρ = densitas air laut (kg/m3)

V = kecepatan arus (m/det)

A = luas proyeksi jaring = 2ad (m2)

Page 45: Buku Ajar Naja Gabung

40

a = mesh size jaring (m)

d = diamater benang atau tali (m)

Coeficient drag akibat arus dapat dihitung (Milne, 1970) sebagai berikut :

Untuk jaring bersimpul :

Cd = 1 + 3,77 (d/a) + 9,37 (d/a)2

Untuk jaring tidak bersimpul :

Cd = 1 + 2,73 (d/a) + 3,12 (d/a)2

Gaya akibat gelombang

Tomura dan Yamada (1963 dalam Milne, 1970) mengemukakan persamaan

hubungan antara gaya horizontal dan vertikal pada struktur jaring akibat gelombang,

sebagai berikut :

Fh = 2,15 Vh

Fv = 1,80 Vv

dimana :

Fh = gaya horizontal (N)

Fv = gaya vertikal (N)

Vh = maksimum kecepatan horizontal partikel air pada gelombang (m/det)

Vv = maksimum kecepatan vertikal partikel air pada gelombang (m/det)

Gaya hidrodinamika

Gaya hidrodinamika pada suatu alat penangkap ikan timbul dari pergerakan alat

penangkap ikan di dalam air atau pergerakan air melalui alat penangkap ikan. Gaya

tersebut awalnya dari tekanan yang dibutuhkan untuk mengalihkan air di sekitar komponen

pada alat tangkap.

Dimana:

R = gaya atau tahanan air yang diukur (kgf)

C = koefisien hidrodinamik

Page 46: Buku Ajar Naja Gabung

41

q = tekanan hidrodinamik (kgf/m2)

At = luas penampang frontal benang jarring = panjang x diameter (m2)

ρ = densitas air (100 kgf det2/m4 untuk air tawar; 105 kgf det2/m4 untuk air laut)

V = kecepatan alat dalam air atau kecepatan air melewati alat (m/det)

Gambar 3.3. Gaya hidrodinamika yang bekerja pada alat penangkap ikan di dalam air

Gambar 3.3 memberikan informasi penampilan jarring di dalam air akibat adanya

gaya luar yang bekerja terhadap alat penangkap ikan dan reaksi alat penangkap ikan itu

sendiri.

Gambar 3.4. Panel jaring pada berbagai arah dan sudut dating gaya luar

Gambar 3.4 menunjukkan besar gaya yang diterima alat penangkap ikan tergantung

dari arah datangnya gaya tersebut. Gaya tertinggi terjadi pada saat sudut datang gaya

terhadap obyek 900 (tegak lurus).

Page 47: Buku Ajar Naja Gabung

42

Koefisien gesek

Ketika panel jarring pada posisi normal terhadap aliran (tegak lurus) maka akan

menjadi subjek gaya tekanan inertia air (gaya tekan). Jika posisinya parallel dengan

pergerakan air akan terjadi gesekan yang dikenal dengan gesekan hidrodinamika. Kalau

orientasinya membentuk sudut >0o dan <90o maka akan mengalami kedua gaya tersebut.

Gaya tekan dan gaya gesek dapat dihitung dengan rumus berikut :

Dimana :

R = tahanan

q = tekanan hidrodinamik (kgf.m-2)

At = luas penampang frontal benang jarring = panjang x diameter (m2)

Page 48: Buku Ajar Naja Gabung

43

3.2.4. Model alat penangkap ikan

A. Definisi Model Alat Penangkapan Ikan

Model alat penangkapan ikan adalah alat penangkapan ikan yang dikonstruksi

dengan pengecilan dari ukuran yang sebenarnya menggunakan factor skala dengan tujuan

utama untuk menguji penampilan alat penangkapan ikan tersebut di laboratorium.

Berhubung tujuan utama adalah untuk pengujian di laboratorium, maka standar ukuran

(dimensi) dari model seharusnya disesuaikan dengan dimensi dari laboratorium (flume

tank) dimana model tersebut akan diuji. Contoh flume tank di Hull England pada Gambar

berikut

Gambar 3.5. Flume tank sebagai tempat pengujian model alat penangkap ikan

B. Dasar Pertimbangan Pembuatan Model Alat Penangkapan Ikan

Pembuatan model alat penangkapan ikan dibuat setelah dibuat disain lengkap dari

alat penangkapan ikan yang direncanakan. Dimensi dari alat penangkapan ikan sudah jelas

ditentukan, termasuk spesifikasi dan ukuran material yang akan digunakan.

Dalam pembuatan model alat penangkapan ikan, digunakan pendekatan prinsip

kesamaan antara ukuran yang sebenarnya dengan ukuran model. Dimensi utama yang

diperbandingkan meliputi panjang, luas dan volume. Untuk jarring ada hal khusus yaitu

ukuran mata jarring yang sebenarnya dan ukuran mata jarring yang tersedia.

Page 49: Buku Ajar Naja Gabung

44

C. Model Alat Penangkapan Ikan

Jika luas dua jaring sama, tahanan jaring tersebut dapat dibandingkan berdasarkan

nilai D/L (D=diameter, L=mesh size). Nomura (1977) mengemukakan formula sebagai

berikut :

a

b

a

b

RR

LDLD

=)/()/(

dimana :

(D/L)B = perbandingan diameter dan mesh size jaring B

(D/L)A = perbandingan diameter dan mesh size jaring A

RB = tahanan jaring B

RA = tahanan jaring A

Gambar 3.6. Kesamaan geometrik

Tahanan dari jaring sebanding dengan pangkat dua dari kecepatan arus (Nomura, 1977).

R = V2

Dimana :

R = tahanan jaring (kg m-2)

V = kecepatan arus (mile/jam)

Page 50: Buku Ajar Naja Gabung

45

Gambar 3.7. Kesamaan dimensi linear, luas dan volume

Perhitungan Model secara teoritis

Perhitungan model berdasarkan formula Clive (Najamuddin, 1990) yang dinyatakan

sebagai berikut :

dm R

R 1=

mn R

RR 1=

m

od D

DR =

Dimana :

Rm = mesh size skala reduksi

Rd = diameter benang skala reduksi

R1 = skala panjang model

Rn = jumlah mata jaring skala reduksi

Do = diameter benang ukuran sebenarnya

Dm = diameter benang model

Page 51: Buku Ajar Naja Gabung

46

m

mAS

TSxTNMANM =

d

mm R

ASTS =

3

1RxLL om = 3

1RxFF om =

Dimana :

ANM = jumlah mata jaring sebenarnya

TNM = jumlah mata jaring secara teoritis

TSm = mesh size secara teoritis

ASm = mesh size sebenarnya

Lm = lead line model

Lo = lead line skala penuh

R1 = skala panjang model

Fm = float line model

Fo = float line skala penuh

Gambar 3.8. Kesamaan geometric ikan dan ukuran mata jaring

Page 52: Buku Ajar Naja Gabung

47

Gambar 3.9. Kesamaan kinematik gaya tenggelam pemberat purse seine

Contoh soal 1

Gill net terbuat dari bahan PA 210D/12 mesh size 4 inci (100 mm), panjang 60 m lebar 6

m S=40%. Mau dibuat model dengan panjang 3 m bahan PA 210D/3 mesh size 0,5 inci

(12,5 mm).

Penyelesaian :

Skala panjang model (R1) = 1/20

Diameter benang jarring sebenarnya (Do)= D = √ 210 x 12/5135 =0,700535

Diameter benang jarring model (Dm) = D = √ 210 x 3/5135 = 0,350268

m

od D

DR =

==

350268,0700535,0

dR2

Rm = ½

Ukuran mata jarring teorotis = 100 x ½ = 50 mm

Rn = R1/Rm

Page 53: Buku Ajar Naja Gabung

48

Rn = (1/20)/(1/2) = 1/10 = 0,1

Jumlah mata jarring sebenarnya

Lo= (60 m/0,6) = 100 m

Jumlah mata jarring = 100 m/100 mm = 1000 mata

Jumlah mata jarring model teoritis = 1000 mata x 0,1 = 100 mata

m

mAS

TSxTNMANM =

== 5,1250100 xANM

400 mata

Jadi jumlah mata jarring model yang sebenarnya adalah 400 mata

Dengan cara yang sama dapat dihitung lebar jarring model.

Contoh soal 2

Gill net terbuat dari bahan PA 210D/12 mesh size 4 inci (100 mm), panjang 60 m lebar 6

m S=40%. Mau dibuat model dengan panjang 3 m bahan PA 210D/3 mesh size 0,5 inci

(12,5 mm).

Penyelesaian :

Skala panjang model (R1) = (3/60) = 1/20

Diameter benang jarring sebenarnya (Do)= D = √ 210 x 12/5135 =0,700535

Diameter benang jarring model (Dm) = D = √ 210 x 3/5135 = 0,350268

Ukuran mata jarring teorotis = 100 x ½ = 50 mm

Rn = R1/Rm

Rn = (1/20)/(1/2) = 1/10 = 0,1

Jumlah mata jarring sebenarnya

m

od D

DR = 2350268,0700535,0

==dR

Page 54: Buku Ajar Naja Gabung

49

Lo= (60 m/0,6) = 100 m

Jumlah mata jarring = 100 m/100 mm = 1000 mata

Jumlah mata jarring model teoritis = 1000 mata x 0,1 = 100 mata

Jadi jumlah mata jarring sebenarnya adalah 400 mata

3.3 Penutup

Tugas kelompok

1. Hitung kebutuhan jarring purse seine dengan dimensi panjang 600 m lebar 50 m,

mesh sice 1 inci, bahan 210D/9 untuk kantor dan 210D/6 untuk bagian lainnya.

Hasil masing-masing kelompok akan didiskusikan dan dipresentasikan di depan

kelas.

2. Identifkasi gaya-gaya yang akan bekerja pada berbagai jenis alat penangkap ikan

(masing-masing kelompok berbeda alat penangkap).

3. Hitung gaya yang akan diterima oleh alat tangkap pada saat kecepatan arus

mencapai 2 knots, tinggi gelombang 1 m. Tugas akan didiskusikan di kelas.

4. Buat model purse seine dengan ukuran 500 m x 50 m, mesh size 1 inci, bahan PA

210D/9. Model panjang 5 m mesh size 0,5 inci, bahan 210D/2.

4005,1250100 == xANM

Page 55: Buku Ajar Naja Gabung

50

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1978. Catalogue of Fishing Gear Design. FAO-UN. Fishing News (Books) Ltd. London.

Anonim, 2007. Katalog Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.

Anonim, 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.

Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

Ben-Yami, M. 1994. Purse Seining Manual. Fishing News (Books) Ltd. London.

FAO. 1975. Catalogue of small scale fishing gear. Fishing News (Books) Ltd. London.

FRIDMAN, A. L. 1986. Calculation for Fishing Gear Designs. Fishing News (Books) Ltd. London. 241 p.

Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Metode dan Teknik Penangkapan. Jurusan PSP, Fakultas Perikanan IPB, Bogor.

Kristjonson, H. 1959. Modern Fishing Gear of the World. Vol 1. Fishing News (Books) Ltd. London.

Kristjonson, H. 1964. Modern Fishing Gear of the World. Vol 2. Fishing News (Books) Ltd. London.

Kristjonson, H. 1972. Modern Fishing Gear of the World. Vol 3. Fishing News (Books) Ltd. London.

Menon, T.R----. Hand Book on Tuna Long Lining. Central Institute of Fisheries, Nautical and Engineering Training. Ministry of Agriculture and Irrigation. Government of India.

NOMURA. 1978. Fishing Techniques. I & 2. Japan International Cooperation Agency. Tokyo.

NIELSEN, L. A. AND D. L. JOHNSON [eds.]. 1983. Fisheries Techniques. American Fisheries Society, Bethesda, Maryland. 468 p.

Prichard, M. 1987. Let’s Go Fishing. Octopus Books Limited. Hong Kong.

Sadhori, N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa, Bandung. 182 hal.

Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.

Von Brandt, A. 1984. Fishing Catching Method of the World. 3rd Edition. Fishing news (Books) Ltd. England

Page 56: Buku Ajar Naja Gabung

51

BAB 4. DISAIN TRAWL

4.1. Pendahuluan

Sasaran pembelajaran : menjelaskan prinsip disain alat penangkapan ikan dan

mendisain berbagai jenis trawl.

4.2. Uraian Materi Pembelajaran

Pada bab ini akan menguraikan metode perhitungan dan disain trawl serta tehnik

yang cocok dalam pengembangan dan konstruksi semua tipe trawl. Dalam

mengidentifikasi karakteristik yang dibutuhkan oleh sebuah trawl baru, satu yang harus

dipertimbangkan adalah tingkah laku ikan yang menjadi target tangkapan, karakteristik

teknik dari kapal yang akan digunakan serta karakteristik daerah penangkapan.

Pada dasarnya tidak ada model matematika khusus untuk menjelaskan interaksi

antara trawl dan ikan selama proses penarikan trawl. Satu cara yang perlu diperhatikan

khusus adalah berdasarkan disain trawl baru terhadap karakteristik yang telah diketahui

dengan baik dan telah diverifikasi. Cara yang lain dengan menggunakan disain yang telah

berhasil di daerah lain, atau menggunakan ide disain baru berdasarkan informasi tingkah

laku ikan yang menjadi target tangkapan yang didapatkan dari penelitian ekologi,

pengaatan langsung atau echosounding. Interksi antara trawl dan kapal ikan dapat

ditentukan secara tepat melalui perhitungan.

Berbagai kebutuhan bagi trawl yang baru boleh jadi tidak saling sesuai antara satu

dengan lainnya. Sebagai contoh, kebutuhan untuk kekuatan daya tangkap maksimum dan

tahanan hidrodinamik minimum pada biaya minimum saling kontradiksi satu dengan

lainnya. Keputusan kompromi harus diambil untuk menangani kondisi kontradiksi

tersebut.

Formulasi kebutuhan teknik harus melibatkan hasil review dari :

- Karakteristik kondisi penangkapan ikan dari daerah penangkapan ikan dan spesies

ikan yang akan ditangkap;

- Karakteristik trawl yang akan digunakan;

- Karakteristik yang diinginkan oleh kemungkinan trawl model dan criteria untuk

seleksi yang paling sesuai;

- Karakteristik operasi trawl seperti kecepatan, kedalaman, dan lama penarikan;

- Kebutuhan khusus dari penampilan trawl seperti mulus dan kasarnya dasar

perairan.

Page 57: Buku Ajar Naja Gabung

52

Akhirnya setelah kebutuhan teknik tersebut diformulasikan, karakteristik teknik utama alat

penangkap ikan seperti dimensi utama, gaya tarik dan gesek, kebutuhan penampilan daya

apung dan pemberat dapat diset secara tentative.

Gambar 4.1. Trawl yang sedang dioperasikan di dalam perairan

Tipe-Tipe Dasar Trawl dan Karakteristiknya sebagai berikut :

1. 2 seam flatfish trawl – granton type

2. Wing trawl

3. Box trawl

4. Butterfly trawl

5. Balloon trawl

6. 4 panel – Atlantic western type

1. 2 SEAM FLATFISH TRAWL – GRANTON TYPE

Trawl ini umumnya digunaklan pada perikanan pantai untuk menangkap ikan sole.

Cenderung kurang pada tinggi head line. Trawl tipe ini dapat digunakan pada dasar yang

relatif keras jika dilengkapi dengan bunt wing.

Page 58: Buku Ajar Naja Gabung

53

Disain utama sebagai berikut :

Dalam dipotong square secara gradual; bosom lebar; wing sempit; belly dipotong pendek;

wing bawah sekitar 10% lebih panjang dari square dan sayap atas; fishing line diikat

normal dengan slack 10-15%.

2. WING TRAWL

Wing trawl biasanya digunakan untuk fungsi ganda, dan terutama pada dasar perairan rata

Trawl ini juga populer sebagai seine net dan pair trawl.

Disain utama sebagai berikut :

Square dipotong pendek; bosom sempit; sayap lebar dengan ujung vee atau ekor dangka;.

Belly dipotong memanjang secara gradual. Jaring diikat ketat pada tali sepanjang sayap

atas dan bawah.

3. BOX TRAWL

Box trawl idealnya cocok untuk digunakan pada dasar yang kasar atau halus dan dapat

dibuat dengan dua atau tiga bridle tergantung dari ketinggian head line yang diinginkan.

Box trawl dengan dua bridle mempunyai mulut dengan bentuk sangat bagus, mempunyai

bunt membuat sudut yang sangat kecil dengan dasar perairan dan efektif untuk menangkap

jenis-jenis ikan demersal perenang lambat.

Disain utama sebagai berikut :

Dipotong secara gradual panjang sedang square; digabungkan dengan panel belly

rectangular; sayap ujung lebar dan dalam vee biasanya dipotong simpul samping pada

bagian ujung luar. Bosom relatif sempit. Sayap bawah dapat ditata pada bolsh atau

marled langsung pada fishing line. Panel biasanya mempunyai titik terlebar yang

berhubungan dengan square dan top wing disambung melengkung.

4. BUTTERFLY TRAWL

Butterfly trawl adalah dasar dari trawl dasar yang terangkat tinggi yang mana jika ditata

dengan baik dapat menjadi trawl serbaguna. Jaring harus dipasang dengan 3 bridle dan

dapat ditata untuk beroperasi pada dasar yang keras atau mempunyai bukaan vertikal yang

Page 59: Buku Ajar Naja Gabung

54

sangat tinggi. Trawl butterfly yang sangat besar mempunyai bukaan vertikal yang terbaik

tetapi hanya cocok untuk digunakan pada dasar yang rata. Belly dan wing lebih pendek

lebih baik dan sesuai untuk dasar yang agak kasar tetapi hanya sedikit lebih baik dari pada

box trawl.

5. BALLOON TRAWL

Istilah balloon trawl merupakan konsep baru walaupun jenis trawl ini sudah ada

beberapa lama. Pada dasarnya adalah wing trawl yang mempunyai bagian belly atas lebih

lebar dari pada bagian bawah. Jenis trawl ini ditarik pada lastriche dan mempunyai sayap

atas yang panjang atau vee yang dalam dan vee yang pendek pada sayap bawah. Trawl ini

pada dasarnya merupakan versi pengangkatan tinggi sayap yang memungkinkan dapat

ditarik dengan dua atau tiga bridles.

6. 4 PANEL – ATLANTIC WESTERN TYPE

Konsep trawl rectangular mempunyai panel samping memanjang ke depan sebagai

sayap, pada dasarnya dikembangkan dari trawl udang di teluk Mexico. Laboratorium laut

DAFS Aberdeen telah bekerja beberapa tahun dalam mengembangkan konsep ini dan telah

berhasil untuk dasar yang keras dengan menggunakan bobbin.

Tabel 4.1. Aturan disain trawl

Jenis Trawl

Bosom sbg % FL

HL bosom Sq. depth sbg % LW

Sq taper Wing tip outer cut

Taper 30% badan

2-seam 10 FLB + 10%

20-30 1N1B-1N2B

- 1N2B

Wing 10 15-20 1N2B-1N8B

1N4B-AB 1N2B

Ballon 10 15-20 1N2B-1N8B

N – AB 1N2B-1N4B

Box 10 30 2N1B-1N2B

N N

Butterfly 10 15-20 1N2B-1N8B

N N

4-seam 10-15 15-25 1N2B-1N8B

- 1N2B

Beam 10-25 100 2N1B-1N2B

- 2N1B-1N2B

Page 60: Buku Ajar Naja Gabung

55

Tabel 4.2. Data disain trawl

HP Kapal

Pj Foot Rope (fm)

Jm mt fish. Circle (mata)

Mesh size top belly

Diameter benang

Otter board size flat or vee

Bridle

5-15 4-5 120 90 1 2’x1’ – 2’6”x1’3”

20’-30’

15-50 5-6 160-200 90 1.5 2’6”x1’3” – 3’6”x1’9”

20’-10 fm

50-100 4-8 220-260 100 1.8 3’6”x1’9” – 4’6”x2’3”

40’-12 fm

80-150 8-10 260-300 120 1.8-2 4’x2’ – 5’6”x2’9”

>15 fm

150-280 10-12 300-320 150 2-2.5 6’x3’ – 6’6”x3’3”

>20 fm

280-360 12-14 320-400 150 2.5 7’x3’6” – 7’6”x3’9”

>30 fm + single

360-500 14-16 360-440 150 2.5 7’6”x3’9” – 8’x4’

>30 fm + single

Tabel 4.1 dan 4.2 merupakan pedoman dasar dalam merencanakan disain trawl

sesuai dengan ukuran kapal yang akan digunakan. Berbeda dengan alat penangkap ikan

lainnya, pada trawl rancangan harus disesuaikan dengan ukuran kapal, mengingat trawl

dioperasikan dengan diseret di dasar perairan. Kalau ukuran trawl tidak sesuai dengan

ukuran kapal, maka tidak dapat dioperasikan dengan baik dan akibatnya tidak akan

memberikan hasil tangkapan yang memuaskan.

Perhitungan ukuran mata jaring

Jaring trawl dapat dibagi kedalam dua bagian, yaitu bagian depan mulai dari sayap

sampai belly dan bagian belakang pada cod end tempat ikan berkumpul pada saat terakhir.

Hasil observasi dan percobaan menunjukkan bahwa sebahagian besar ikan bertingkah laku

yang berbeda pada kedua bagian tersebut. Pada bagian depan, ikan-ikan cenderung tenang

sementara pada cod end ikan-ikan cenderung aktif dan mencoba meloloskan diri melalui

jarring. Bukaan mata jarring pada codend (moc) sebaiknya menangkap ukuran ikan

komersial terkecil dan tidak terjerat pada jaring. Rumusnya sebagai berikut :

moc = (2/3).mog

dimana mog adalah ukuran mata jarring gill net yang didisain untuk menangkap ikan jenis

dan ukuran yang sama. mog dapat dihitung :

Page 61: Buku Ajar Naja Gabung

56

mog = L/K.m

dimana L adalah panjang standar ikan dan Km adalah koefisien empiris yang tergantung

dari morfologi ikan dan didapatkan melalui percobaan penangkapan dengan gillnet.

Langkah-langkah disain

1. Buat sketsa outline rencana jaring

2. Masukkan data jaring pada perencanaan

3. Pilih ukuran mata jaring pada masing-masing bagian

4. Hitung fishing line (FL), lihat tabel dan sesuaikan dengan ukuran kapal serta

variabel yang ada

5. Hitung FL pada bosom = 10% FL

6. Hitung jumlah mata pada bosom (H = 0,4)

7. Hitung square dalam = dalam dari bunt

8. Hitung jumlah mata pada panel samping = 0,2 x FC/2

9. Hitung Jumlah mata pada ujung atas panel = ¾ x panel samping

10. Hitung Jumlah mata pada top belly 1 = (FC/2 – panel samping)

11. Hitung Jumlah mata jaring pada dasar bunt = (top belly1 – bosom bawah)/2

12. Hitung Panjang sayap bawah = (FL – 10% FL)/2

13. Hitung Jumlah mata jaring pada sayap bawah = pj sayap/mesh size. Panjang

masing-masing bagian sayap sama. Kalau tidak pas dibagi rata, alokasikan bagian

yang kurang pada tip.

14. Square; pemotongan 1N1B-1N2B; Square dasar = top belly1; top square dihitung

melalui kalkulasi pemotongan.

15. Hitung Jumlah mata jaring pada dasar sayap atas = (top square – square bosom)/2

16. Jumlah mata jaring top sayap atas dihitung berdasarkan pemotongan; bagian dalam

all B dan bagian luar 1N1B.

17. Tentukan jumlah belly yang akan digunakan; disesuaikan dengan ukuran mata

jaring yang tersedia. Dalam pada masing-masing belly adalah sama, namun

dengan ukurn mata jaring yang berbeda.

18. Tentukan dimensi cod end dan jumlah mata jaring; jumlah mata jaring pada cod

end disesuaikan dengan ukuran utama trawl. Untuk trawl kecil sampai sedang,

jumlah mata berkisar antara 50 sampai 100.

19. Hitung jumlah mata jaring lebar dan dalam pada masing-masing belly. Untuk

memudahkan, konversi ukuran mata jaring kepada ukuran yang sama, gunakan

Page 62: Buku Ajar Naja Gabung

57

mata jaring terkecil. Patokan yang digunakan adalah jumlah mata jaring pada top

belly1, pada cod end dan sistem pemotongan pada sisi belly sesuai tabel disain.

Setelah selesai dihitung pada ukuran mata yang sama, konversi balik keukuran

mata jaring yang sebenarnya.

20. Buat gambar disain dan cantumkan semua nilai perhitungan dan ukuran-ukuran

yang ada.

Contoh : DISAIN BOX TRAWL untuk kapal 240 HP

1. Berdasarkan tabel disain, untuk kapal 240 HP fishing line 12 fm dan fishing circle 320

mata, mesh size 152 mm.

2. FL 12 fm = 12 x 1,8288 m = 21,95 m ~ 22 m

3. FL pada bosom = 10% FL = 0,1 x 22 m = 2,2 m

4. Jumlah mata pada bosom (H = 0,4) = (2,2 x 1000)/(152 x 0,4) = 36 mata

5. Jumlah mata pada panel samping = 0,2 x FC/2 = 0,2 x 320/2 = 32 mata

6. Jumlah mata pada ujung atas panel = ¾ x 32 = 24 mata

7. Jumlah mata pada top belly 1 = (FC/2 – panel samping) = 320/2 – 32 = 128 mata

8. Jumlah mata jaring pada dasar bunt = (top belly1 – bosom bawah)/2 = (128 – 36)/2 =

46 mata

9. Panjang sayap bawah = (FL – 10% FL)/2 = (22 – 2,2)/2 = 9,9 m

10. Jumlah mata jaring pada sayap bawah = pj sayap/mesh size. Panjang masing-masing

bagian sayap sama. Kalau tidak pas dibagi rata, alokasikan bagian yang kurang pada

tip.

Jumlah mata pada sayap = 9,9 m x 1000 / 152mm = 65 mata.

Jumlah mata dalam pada masing-masing bagian ujung, sayap dan bunt = 1/3 x 65

mata = 21,67 mata. Karena jumlah mata tidak bilangan genap sementara mata jarring

tidak bias pecahan, maka jumlah mata jarring diatur pada masing-masing bagian

dimana ujung jarring diatur terkecil. Sehingga pembagian dalam jarring berturut-turut

dari ujung, sayap dan bunt adalah 21, 22 dan 22 mata.

11. Square; pemotongan 1N1B-1N2B; Square dasar = top belly1; top square dihitung

melalui kalkulasi pemotongan.

128 22

Page 63: Buku Ajar Naja Gabung

58

2N 2 0

3B 1,5 1,5

3,5 1,5

Perhatikan segitiga siku-siku di sisi kiri dan kanan square. Untuk mendapatkan

jumlah mata pada top square, maka jumlah mata pada dasar ke segi tiga siku-siku

ditambah dengan 128 (dasar square).

Jumlah mata pada dasar segi tiga siku-siku dihitung dengan cara perbandingan

matematika, yaitu : jumlah mata dasar : jumlah mata vertical = perbandingan

horizontal : perbandingan vertical

Jadi mata dasar (MD) : 22 = 1,5 : 3,5

3,5 MD = 22 x 1,5 = 9,5 mata

Jumlah mata pada dasar segi tiga siku-siku = 9,5 mata, sehingga untuk ke dua segitiga

= 2 x 9,5 mata = 19 mata

Jadi jumlah mata pada top square = 128 mata + 19 mata = 147 mata.

12. Jumlah mata pada square bosom = jumlah mata pada bosom + 10 % = 36 mata + 3,6

mata = 39,6 mata dibulatkan menjadi 40 mata

13. Jumlah mata jaring pada dasar sayap atas = (top square – square bosom)/2= (147-

40)/2 = 53,5 mata

14. Jumlah mata jaring top sayap atas dihitung berdasarkan pemotongan; bagian dalam all

B dan bagian luar 1N1B.

Perhatikan diagram di atas. Lihat segi tiga siku-siku garis putus sebelah kiri. Sistem

pemotongan pada sisi miring all B sehingga jumlah mata jarring vertical sama dengan

jumlah mata jarring horizontal yaitu 22 mata.

53,5

22

22

All B

?

22

Page 64: Buku Ajar Naja Gabung

59

Selanjutnya lihat segi tiga siku-siku garis putus sebelah kanan. Sistem pemotongan pada

sisi miring adalah 1N1B dan jumlah mata jarring vertical 22. Untuk menghitung jumlah

mata jarring horizontal, dilakukan melalui proses perbandingan matematika yaitu : jumlah

mata dasar : jumlah mata vertical = perbandingan horizontal : perbandingan vertical.

1N 1 0

1B 0,5 0,5

1,5 0,5

Jadi mata dasar (MD) : 22 = 0,5 : 1,5

1,5 MD = 22 x 0,5 = 11 mata; MD = (22 x 0,5)/1,5 = 7,5 mata

Jumlah mata pada dasar segi tiga siku-siku = 7,5 mata.

Jadi jumlah mata pada top wing = 53,5 mata + 7,5 mata – 22 mata = 39 mata.

15. Tentukan jumlah belly. Jumlah belly ditentukan berdasarkan banyaknya ukuran mata

jaring yang tersedia.

Supaya panjang bagian belly sama maka ukuran mata jarring dikonversi dari ukuran mata

sebenarnya ke ukuran mata jarring terkecil. Selanjutnya dikonversi kembali ke ukuran

mata jarring yang sebenarnya.

B1

B2

B3

B4

B5

m=152 mm

m=60 mm

128 mata Mesh size dari 152 mm dikonversi menjadi 60 mm = 128 x 152/60 = 324

Jumlah mata jaring pada B5 dihitung sesuai pada codend = 50 x 40 / 60 = 33,3 mata ~ dibulatkan menjadi 33,5 mata.

Hitung panjang belly melalui kalkulasi sistem pemotongan jaring 1N2B

324 mata

33,5 mata

Page 65: Buku Ajar Naja Gabung

60

50 mata

50 mata

m=40 mm

Page 66: Buku Ajar Naja Gabung

61

Page 67: Buku Ajar Naja Gabung

62

Page 68: Buku Ajar Naja Gabung

63

Beam Trawl

Beam trawl adalah salah satu jenis trawl yang pada konstruksi bagian mulut

dipasang palang (beam) sehingga mulut trawl terbuka secara horizontal dan vertical. Oleh

karena itu, dalam pengoperasian beam trawl tidak diperlukan lagi otterboard. Fungsi

otterboard pada beam trawl digantikan oleh beam. Keterbatasan panjang beam membuat

ukuran beam trawl relative lebih kecil disbanding dengan jenis trawl lainnya. Panjang

beam merupakan salah satu factor penentu ukuran trawl dan juga ukuran kapal yang akan

digunakan. Untuk lebih jelasnya criteria disain beam trawl dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3. Kriteria disain beam trawl

HP Pj. Beam

(m)

Pj. Jaring

( x beam)

Lebar Cod end

(stretch)

Pj. Cod End

(Stretch)

5 - 10 2 – 3 3 2,4 2,5

11 – 20 3 – 4 2,5 – 3 3 3

20 – 30 3 – 5 2,5 3 3

30 – 100 4 – 8 2 4 4

> 100 6 – 8 2 4 4

Bosom 10-15% FL; Sq depth 100% LW; Sq taper 2N1B – 1N2B; Belly 2N1B – 1N2B.

H pada head square 0,5.

Langkah-Langkah disain sebagai berikut :

1. Buat sketsa rencana jaring

2. Masukkan dimensi yang telah diketahui

3. Hitung lebar pada head square

4. Masukkan lebar cod end

5. Hitung panjang jaring dan proporsi antara masing-masing bagian

6. Konversi bagian panjang kedalam jumlah mata jaring dalam

7. Tentukan sistem pemotongan pada belly dan square

8. Hitung jumlah mata jaring pada belly head dan belly join

9. Tentukan lebar bosom ~ 1/3 dari belly head.

10. Panjang masing-masing bagian sebagai persentase dari panjang cod end sbb : belly

= 2 x cod end; square atau bunt = 0,5 - 0,6 x cod end.

Page 69: Buku Ajar Naja Gabung

64

Perhitungan Pelampung, Pemberat dan Bobbin

Dimana :

Fn = gaya pada alat tangkap yang sebenarnya

Fp = gaya pada model

SF = factor skala gaya

4.3 Penutup

Buat disain beberapa jenis dan ukuran trawl seperti yang pada table disain.

Tentukan sendiri ukuran mata jarring yang akan digunakan. Tugas dibuat kelompok dan

akan dipresentasikan di depan kelas pada kuliah berikutnya. Petunjuk : gunakan belly 5.

Page 70: Buku Ajar Naja Gabung

65

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1978. Catalogue of Fishing Gear Design. FAO-UN. Fishing News (Books) Ltd. London.

Anonim, 2007. Katalog Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.

Anonim, 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.

Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

FAO. 1975. Catalogue of small scale fishing gear. Fishing News (Books) Ltd. London.

FRIDMAN, A. L. 1986. Calculation for Fishing Gear Designs. Fishing News (Books) Ltd. London. 241 p.

Kristjonson, H. 1959. Modern Fishing Gear of the World. Vol 1. Fishing News (Books) Ltd. London.

Kristjonson, H. 1964. Modern Fishing Gear of the World. Vol 2. Fishing News (Books) Ltd. London.

Kristjonson, H. 1972. Modern Fishing Gear of the World. Vol 3. Fishing News (Books) Ltd. London.

NOMURA. 1978. Fishing Techniques. I & 2. Japan International Cooperation Agency. Tokyo.

Page 71: Buku Ajar Naja Gabung

66

BAB 5. DISAIN PURSE SEINE

5.1 Pendahuluan

Sasaran pembelajaran : menjelaskan prinsip disain dan mendisain purse seine

5.2 Uraian Materi Pembelajaran

Purse seine disebut juga pukat cincin karena alat tangkap ini dilengkapi dengan

cincin untuk memudahkan penarikan tali cincin. Cincin mempunyai fungsi ganda sebagai

tempat lewat tali cincin dan juga berfungsi sebagai pemberat. Purse seine sampai saat ini

masih merupakan alat penangkap ikan pelagis kecil yang paling produktif.

Pengetahuan desain dan konstruksi alat penangkap ikan sangat penting dalam

pengembangan usaha perikanan. karena salah satu faktor yang mempengaruhi usaha

penangkapan ikan adalah disain dan konstruksi alat penangkapan ikan yang baik, didukung

oleh keterampilan orang-orang yang menggunakan alat tangkap tersebut (Fridman, 1986).

Dalam mendesain suatu alat tangkap yang menggunakan bahan jaring, ada

beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain; panjang dan lebar jaring, hanging ratio,

daya apung, daya tenggelam, ukuran benang (twine), dan material jaring (Fridman, 1986;

Ben-Yami, 1994; Najamuddin, 2005). Tingkah laku ikan juga perlu dipelajari sebagai

salah satu dasar pertimbangan dalam menentukan teknik pengoperasian alat, ukuran mata

jaring dan ukuran jaring yang akan dibuat (Nomura. dan Yamazaki, 1977).

Penyempurnaan tehnik pada purse seine akan diperoleh melalui penggunaan serat

sintetis baru yang mempunyai kekuatan tinggi, dengan memperbaharui desain kapal

penangkap ikan dan peralatannya, dengan menggunakan peralatan efektif untuk mencari

gerombolan ikan dan menempatkan alat penangkap ikan, dengan mekanisasi penarikan

jarring, pengangkatan jarring, dengan menarik dan mengkonsentrasikan ikan di sekitar

daerah penangkapan dan menghindari larinya ikan.

Sebagai aturan, purse seine digunakan untuk menangkap ikan pelagis. Pada

umumnya, ikan-ikan kecil membentuk gerombolan padat yang cocok untuk purse seine.

Sementara ikan-ikan besar dalam gerombolan yang agak sedikit lebih sulit untuk ditangkap

dengan purse seine. Purse seine biasanya dilakukan pada kepadatan ikan antara 0,5 – 5,0

kg/m3. Purse seine pada umumnya menjadi tidak menguntungkan apabila kepadatan

gerombolan ikan lebih kecil dari 0,1 kg/m3, tergantung pada kondisi masing-masing

daerah.

Page 72: Buku Ajar Naja Gabung

67

Alat tangkap purse seine dii lapangan pada umumnya dirangkai sendiri dan

berdasarkan pada pengalaman nelayan, sehingga dalam pembuatan alat tangkap tidak

digambarkan terlebih dahulu. Pemilihan bahan dan tali temali didasarkan pada pengalaman

dan kondisi ketersediaan bahan.

5.2.1. Analisis purse seine

Analisis purse seine meliputi : sortening, kedalaman jaring, berat, gaya apung gaa

tenggelam, waktu tenggelam, kecepatan tenggelam dan kedalaman jaring.

%100xL

LLS

o

io −=

Dimana :

Lo = panjang jaring sebelum ditata pada tali ris

Li = panjang jaring setelah ditata pada tali ris

Net weight (Wt) calculated according to Clive formula (Najamuddin, 2005)

Rx

KSxxHxnN

Wt1000

})2{(2

+⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ +

=

where :

S = net mesh size K = knot content R = runnage (m/kg)

atau

2). Wt = net or rope length / R

Page 73: Buku Ajar Naja Gabung

68

Gambar 5.1. Contoh disain purse seine (Anonym, 2007)

Page 74: Buku Ajar Naja Gabung

69

Penentuan Kedalaman Jaring

Disain dalam jarring perlu diperhatikan dua factor yaitu : pertama, kedalaman

maksimum yang memungkinkan dimana ikan-ikan berada dan kecepatan ikan melarikan

diri; kedua perbandingan kedalaman dan panjang jarring yang diperlukan dalam

membentuk mangkok saat operasi penangkapan.

Kedalaman jaring (Hk) dihitung dengan rumus berikut :

o

oh

HEHEH

..)1(

2

21

=

−=

Waktu tenggelam pemberat dihitung dengan rumus Fridman (1986) sebagai berikut:

ss F

HHT 9,0=

Kecepatan tanggelam pemberat dihitung dengan rumus Fridman (1986) sebagai berikut:

HFV s

8,1=

Dimana :

Ts = waktu tenggelam pemberat (detik)

H = kedalaman purse seine (meter)

Fs = gaya tenggelam per meter (kgf/m)

V = kecepatan tenggelam pemberat (m/detik)

5.2.2. Deskripsi Purse Seine

Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, pada umumnya tipe purse seine yang

digunakan olah nelayan di Kendari adalah tipe Amerika. Desain kantong berada di pinggir

(tepi) jaring dan di operasikan dengan satu kapal (one boat fishing). Operasi penangkapan

dengan menggunakan alat bantu cahaya dan rumpon sehingga alat tangkap ini

dioperasikan pada malam hari.

Purse seine yang digunakan di lokasi penelitian pada umumnya berukuran kecil

(mini purse seine) dengan dimensi panjang berkisar antara 315 – 400 m, lebar 9-25 m .

Alat tangkap ini dioperasikan dengan menggunakan kapal kayu yang umumnya berukuran

20 – 30 GT. Berikut gambar sketsa alat tangkap purse seine di Kota Kendari.

Page 75: Buku Ajar Naja Gabung

70

Gambar 5.2. Deskripsi Alat Tangkap Purse Seine di Kota Kendari.

5.2.3. Konstruksi alat tangkap

Bentuk purse seine yang ada diperairan kendari umumnya segi empat dengan

jumlah piece jaring kebawah yang lebih banyak pada bagian tengah dibanding pada bagian

sayap dan kantong. Ukuran panjang purse seine yang digunakan berkisar antara 315 meter

sampai 400 meter. Konstruksi jaring purse seine yang digunakan terdiri atas beberapa

bagian yaitu sayap,badan, bahu dan kantong.

Bahan jaring yang digunakan pada bagian sayap dan badan adalah polyamide (PA)

continous filament 210 D/6 dan 210 D/9. Pemilihan bahan jaring dan nomer benang sudah

tepat karena jaring polyamide (PA) termasuk jaring yang kuat. Hal ini sesuai dengan

pendapat Kulst (1987) bahwa jaring dari bahan polyamide (PA) memiliki keunggulan

dalam 2 sifat yaitu tahan terhadap pembusukan dan daya tahan terhadap gesekan. Selain

itu ditambahkan pula bahwa pemilihan bahan jaring yang paling baik untuk purse seine

adalah PA continous filament karena PA memiliki permukaan yang cukup licin dan halus

sehingga mengurangi tahanan air dan kecepatan tenggelam cukup baik, selain itu PA

cukup kuat sehingga dapat dipakai yang berdiameter kecil.

Jumlah piece jaring yang digunakan pada bagian ini berkisar antara 29 – 43 piece.

Pemasangan piece memanjang ke samping, pada umumnya 5 piece ke samping. Jumlah

piece kebawah bervariasi setiap unit alat tangkap yakni 5 – 7 piece, biasanya pada bagian

badan lebih banyak dibandingkan dengan bagian sayap dan bahu. Setiap piece jaring

memiliki ukuran panjang 100 yard (91,4 meter) dan lebar 100 mata. Digunakan jenis

simpul tunggal (English knot).

Page 76: Buku Ajar Naja Gabung

71

Sistem penyambungan tiap piece secara vertikal menggunakan sambungan take up

point dengan point karena jumlah mata yang berbeda, cara penyambungannya yaitu

dengan mencari selisih dari dua bagian jaring yang akan disambung, dimana selisih

tersebut dibagi rata agar jumlah mata pada sisi A dapat dijadikan sejajar dengan sisi B

begitu juga sebaliknya. Sedangkan system penyambungan jaring secara horizontal

menggunakan sambungan mesh dengan mesh karena jumlah mata jaring yang sama, hal ini

sesuai dengan pendapat Sadhori (1983) bahwa penyambungan dengan cara take up

biasanya dilakukan pada jaring dengan jumlah mata yang berbeda dan untuk jumlah mata

yang sama menggunakan sambungan mesh dengan mesh atau point dengan point.

Ukuran mata jaring pada bagian sayap adalah 25mm (1 inchi). Sayap pada purse

seine berfungsi sebagai penghadang agar ikan tidak meloloskan diri sehingga dalam

penentuan ukuran mata jaring disesuaikan dengan ukuran ikan yang menjadi tujuan

penangkapan. Purse seine yang ada di Kendari umumnya menangkap ikan-ikan pelagis

yang berukuran kecil seperti ikan layang, lemuru, kembung, selar dan tenggiri. Hal ini

sesuai dengan pendapat Fridman (1986) bahwa ukuran mata jaring harus cukup kecil agar

tidak menjerat ikan pada semua bagian jaring. Namun demikian, kalau merujuk pada kode

etik perikanan yang bertanggungjawab (FAO, 1995) maka ukuran mata jaring yang

digunakan belum mampu meloloskan ikan-ikan yang masih mudah, sehingga kelestarian

sumberdaya ikan-ikan pelagis kecil masih terancam.

Nelayan purse seine di Kendari umumnya menggunakan jaring dengan bahan

polyetilen (PE) untuk bagian kantong dengan diameter yang lebih besar dari bagian sayap

dan badan jaring. Benang yang digunakan berkisar antara nomor 12 sampai 15. Hal ini

sesuai dengan pendapat Kulst (1987) bahwa kantong merupakan penampung ikan (bunts)

dimana ikan berkumpul setelah penarikan kolor (pursing) dan penarikan sebagian terbesar

jaring akan mengalami tekanan lebih besar sehingga perlu dibuat dari benang yang lebih

besar dan kasar.

Page 77: Buku Ajar Naja Gabung

72

Gambar 5.3. Penampilan jarring di dalam air

Gambar 5.4. Proses pelingkaran jarring purse seine dan pergerakan ikan

Gambar 5.5. Pergerakan ikan pada saat ke dua ujung purse seine sudah bertemu

Pemilihan bahan ini juga karena polyetilen bersifat lebih kaku, kuat tebal serta

murah harganya. Hanya saja polyetilen memiliki sifat yang lebih ringan di air karena

massa jenisnya yang lebih kecil, serta tekanan terhadap air cukup besar karena struktur

Page 78: Buku Ajar Naja Gabung

73

benang yang besar dan kasar sehingga kecepatan tenggelamnya menjadi lebih lambat dari

pada polyamide. Dalam hal ini untuk meningkatkan kecepatan tenggelam dari jaring dapat

dilakukan dengan cara penambahan jumlah pemberat pada tali pemberat.

Ukuran mata jaring pada bagian kantong lebih kecil dari pada ukuran mata jaring

pada bagian sayap dan badan, pada umumnya berkisar antara 10 - 20 mm. Menurut Kulst

(1987) ukuran mata yang lebih kecil akan membuat jaring lebih kuat menahan tekanan

mengingat kantong sebagai wadah dimana ikan berdesak-desakan di jaring sebelum

dinaikkan ke atas kapal. Namun demikian, ukuran mata jaring pada bagian kantong tidak

sesuai dengan ketentuan ukuran mata jaring minimum yaitu 25 mm.

Jenis simpul yang digunakan juga sama dengan simpul pada bagian sayap dan

badan jaring yaitu simpul tunggal atau simpul English knot. Tipe sambungan pada bagian

kantong yaitu sambungan mesh dengan mesh untuk sambungan secara horizontal dan

sambungan point dengan point untuk sambungan secara vertikal, hal ini dilakukan karena

jumlah mata yang sama. Pada bagian yang berhubungan dengan bahu jaring sambungan

yang digunakan yaitu take up dengan menggunakan perbedaan selisih yang dibagi rata.

5.2.4. Tali-temali

Tali temali pada alat tangkap purse seine terbagi atas beberapa bagian yakni tali ris

atas, tali penguat tali pelampung, tali pelampung, tali ris bawah, tali penguat tali pemberat,

tali pemberat dan tali kolor. Ukurannya bervariasi pada tiap unit alat tangkap.

Tali ris atas yang digunakan terbuat dari bahan polyetilen (PE) dengan diameter

bervariasi antara 7 – 12 mm. Warna tali pada umumnya biru dan hijau dengan arah

pintalan Z. Panjang tali ris atas berkisar antara 315 – 400m.

Tali penguat tali pelampung menggunakan bahan polyetilen (PE) dengan diameter yang

biasanya lebih kecil dari pada tali ris atas dan tali pelampung, tetapi ada juga yang sama

besar dengan diameter tali ris atas dan tali pelampung. Diameternya berkisar antara 6 mm-

11 mm. Warna tali juga pada umumnya hijau dan biru. Arah pintalan sama dengan

pintalan tali ris yaitu pintalan Z. Panjang tali penguat tali pelampung juga sama dengan

panjang tali ris atas dan tali pelampung.

Penggunaan tali dengan pilinan yang sama, kurang tepat, mengingat dalam proses

operasi penangkapan ikan, akan terjadi gaya putar yang menyebabkan tali dapat kusut.

Kalau tali yang digunakan mempunyai pilinan yang berbeda, maka gaya dari pilinan tali

akan saling berlawanan sehingga menetralkan. Akibatnya kekusutan tali akan dapat

terhindarkan, dan tali akan lebih kuat (Klust, 19 dan Najamuddin, 2005).

Page 79: Buku Ajar Naja Gabung

74

Tali pelampung juga menggunakan bahan polyetilen (PE), diameter tali pelampung

biasanya lebih besar dari pada tali ris atas dan tali penguat tali pelampung. Panjang tali

pelampung sama dengan panjang tali ris atas begitu juga dengan arah pintalannya. Untuk

pemasangan tali ris atas dengan tali pelampung dan tali penguat digunakan pengikatan

dengan sosok pangkal dan sosok dua tengah. Agar pengikatan tali ris dapat betul-betul

kuat, pengikatan tali-tali ini kadang-kadang digandakan. Penataan tali ris atas, tali

pelampung dan pelampung dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5.6. Contoh Penataan Tali Ris Atas, Tali Pelampung dan Pelampung Purse seine

Tali ris bawah terbuat dari bahan polyetilen (PE) dengan diameter bervariasi antara

7 – 12 mm. Pada umumnya diameter tali ris bawah sama dengan diameter tali ris atas

bahkan ada yang lebih besar dari tali ris atas. Warna tali pada umumnya biru dan hijau

dengan arah pintalan z. Panjang tali ris bawah sama dengan tali ris atas.

Tali pemberat juga terbuat dari bahan polyetilen dengan diameter berkisar antara 8

– 12 mm umumnya diameter tali pemberat lebih besar dari pada tali ris bawah dengan arah

pintalan Z. Panjang tali pemberat pada umumnya sama dengan panjang tali pelampung

artinya panjang jaring bagian atas sama dengan panjang jaring bagian bawah. Menurut

Fridman (1988) purse seine yang memiliki tali pemberat lebih panjang dari tali pelampung

akan lebih cepat tenggelam tetapi tali pemberat yang lebih pendek dari tali pelampung

akan dapat lebih cepat dikerutkan dan dapat meningkatkan pengaruh menyerok dari purse

seine. Jaring yang diangkat dengan power block memerlukan panjang yang harus relatif

sama antara tali pemberat dan tali pelampung.

Tali penguat tali pemberat terbuat dari bahan polyetilen dengan diameter yang lebih

dari tali pemberat namun hanya sebagian saja alat tangkap yang yang menggunakan tali

penguat tali pemberat, ada juga purse seine yang tidak menggunakannya. Tali ring atau tali

kang yang digunakan purse seine masyarakat dikendari menggunakan tipe kaki tunggal

ada juga yang tidak menggunakan tali ring (tali kang) tetapi cincin langsung dipasang pada

Page 80: Buku Ajar Naja Gabung

75

tali pemberat. Berikut ini gambar pemasangan pemberat (cincin) pada tali ring (tali kang)

dan tali pemberat:

Gambar 5.7. Contoh Pemberat pada Purse Seine.

5.2.5. Pelampung

Pelampung pada purse seine dipasang pada bagian atas jaring, dengan tujuan untuk

memberikan daya apung pada alat penangkapan ikan. Jumlah pelampung yang digunakan

bervariasi untuk setiap unit alat tangkap purse seine, yaitu berkisar antara 1600 sampai

2250 buah pelampung dengan bahan yang bervariasi ada yang terbuat dari bahan sintetis

atau plastik yang disebut polyvinil Cloride (PVC) dan ada yang terbuat dari bahan gabus

padat. Bentuk pelampung bervariasi ada yang berbentuk bola dan ada yang berbentuk oval.

Pelampung dengan bahan plastik berbentuk bola dengan diameter 9,8 cm dan berat 28

gram/buah, sedangkan dari bahan gabus berbentuk oval panjang 14,8 cm -15,2 cm dan

keliling 30 cm dengan berat 76 – 85 gram/buah. Jarak pemasangan pelampung pada tali ris

antara 15 – 20 cm, ini dimaksudkan agar diperoleh penyebaran daya apung yang merata

pada jaring sehingga jaring dapat terentang dengan baik. Jarak pelampung cukup dekat

juga dapat menakut – nakuti ikan agar tidak berusaha meloloskan diri melalui bagian atas

jaring. Menurut Fridman (1986) semakin kecil jarak antar pelampung semakin baik karena

disribusi gaya apung semakin merata di sepanjang tali pelampung.

Jumlah pelampung setiap meter dalam 1 unit purse seine untuk bagian sayap dan

badan yaitu berkisar 5 – 7 buah pelampung, pada bagian kantong 6- 10 buah. Terlihat

bahwa jumlah pelampung dalam satu meter tali ris pada bagian kantong lebih banyak

daripada bagian sayap dan badan. Hal ini disebabkan karena pada bagian kantong tekanan

yang ditimbulkan akibat penarikan jaring dan tekanan akibat gerakan ikan lebih besar.

Penataan pelampung pada bagian kantong hanya sedikit berbeda dari bagian lain,

menyebabkan akan terjadi kekhawatiran akan tenggelam apabila volume ikan pada bagian

kantong cukup tinggi. Menurut Ben-Yami (1994) perbandingan daya apung antara bagian

kantong dengan bagian lainnya dapat mencapai 3:1. Menurut Fridman (1986) bahwa

Page 81: Buku Ajar Naja Gabung

76

pelampung harus dapat menopang baik berat jaring yang tenggelam dan daya tenggelam

vertikal yang timbul selama pelepasan dan penarikan jaring, juga tekanan yang

ditimbulkan oleh ikan pada dinding jaring.

5.2.6. Pemberat

Nelayan purse seine di kendari umumnya menggunakan pemberat berupa cincin

sehingga pemberat dan cincin tidak terpisah. Cincin yang digunakan terbuat dari bahan

timah hitam, kuningan dan aluminium, akan tetapi yang paling banyak digunakan adalah

timah hitam. Ukuran pemberat bervariasi, umumnya berdiameter 9,3 – 25 cm dan

ketebalan berkisar antara 0,12 – 5 cm, dengan berat bervariasi 0,33 – 7 kg/cincin. Jarak

antar pemberat juga bervariasi antara 2,5 – 4,5 m, dimana antara pemberat penataannya

pun berbeda untuk jaring yang menggunakan pemberat dengan ukuran yang berbeda cara

pemasangannya selang seling antara 1 pemberat besar dengan 2 pemberat kecil, atau 1

pemberat besar dengan 1 pemberat kecil. Jumlah pemberat juga bervariasi untuk setiap

unit purse seine disesuaikan dengan panjang jaring, bahan pemberat dan berat tiap

pemberat. Jumlah pemberatnya berkisar antara 70 sampai 546 buah per unit.

Menurut Sadhori (1984) pemberian pemberat tidak boleh terlalu berlebihan karena

disamping merupakan pemborosan juga akan mengurangi daya apung dan membuat jaring

terlalu tegang. Ditambahkan oleh Konagaya (1971) dalam Nur Indar (1985) bahwa berat

dari pemberat akan mempengaruhi bentuk jaring di bagian atas. Pemberat yang terlalu

banyak akan menyebabkan lebar jaring yang dalam dan mengurangi kecembungan dinding

jaring selama penebaran, sehingga daya serok berkurang.

Nilai shortening masing – masing sample pada bagian sayap dan badan jaring

berkisar antara 15 – 34,4%. Menurut Sadhori (1984) , nilai shortening yang ideal untuk

purse seine berkisar antara 15 – 30% bahkan kadang-kadang ada yang menggunakan

shortening 10 %. Kondisi ini menunjukkan bahwa nilai shortening dari sample sudah

memenuhi standar yang ideal. Namun demikian, mengingat fungsi jaring pada purse seine

adalah sebagai dinding, tidak menjerat, maka diperlukan bukaan mata jaring maksimum,

yaitu dengan hanging ratio 0,707 atau shortening 0,293. Pada nilai hanging ratio tersebut,

tahanan jaring dalam air paling ringan (Fridman, 1986).

Nilai hanging ratio untuk bagian sayap dan kantong pada masing-masing sample

berkisar antara 66 – 80%. Menurut Fridman (1988) bila hanging ratio pada tali pelampung

lebih kecil akan memberikan kecepatan tenggelam yang lebih besar dan jaring bekerja

Page 82: Buku Ajar Naja Gabung

77

lebih dalam . Pada sisi lain, makin besar hanging ratio akan memudahkan penangkapan,

penarikan jaring dan hasil tangkapan.

Nilai kedalaman masing-masing sample berkisar antara 9 – 25 m. menurut Fridman

(1986) merancang ukuran kedalaman jaring memerlukan dua faktor. Satu diantaranya ialah

kedalaman maksimum yang mungkin dicapai ikan menyelam dan kecepatan selamnya ,

biasanya 20 – 30% lebih dalam dari pada kedalaman maksimum kemampuan renang ikan.

Kedua ialah perbandingan kedalaman dan panjang untuk membuat bentuk yang diperlukan

selama tali kerut ditarik, yang paling baik adalah kedalaman jaring 0,1 dari panjangnya

atau 0,2 dari panjangnya. Untuk ikan yang bergerak lamban atau operasi penangkapan

yang menggunakan lampu sebagai penarik perhatian ikan berkumpul, kadang-kadang

boleh mencapai 0,05 dan dapat diperbesar sampai 0,33 apabila harus mencapai perairan

dalam. Perbandingan antara kedalaman dan panjang jaring pada masing-masing sampel

dapat dilihat pada Tabel 3.

Menurut Fridman (1986) perbandingan kedalaman dan panjang jaring (H/L) antara

0,1-0,2, sedangkan Ben-Yami (1994) menyarankan perbandingan sampai 0,33. Hal ini

menunjukkan bahwa secara umum kedalaman jaring belum memenuhi standar, sehingga

perlu ditambah kedalaman jaring. Kondisi jaring yang kurang dalam tersebut

memungkinkan ikan-ikan yang telah dilingkari melarikan diri melalui bagian bawah jaring,

baik pada saat proses pelingkaran jaring maupun setelah selesai pelingkaran jaring.

Kondisi jaring ada masih dapat diterima apabila dioperasikan pada kedalaman perairan

yang sama atau lebih kecil dari kedalaman jaring. Namun demikian, dengan kondisi

sumberdaya yang cenderung semakin berkurang, daerah penangkapan semakin jauh dari

pantai, sehingga penyempurnaan kedalaman jaring perlu dilakukan.

1 Daya Apung Dan Daya Tenggelam

Berdasarkan hasil perhitungan daya apung dan daya tenggelam pada tiap-tiap komponen

masing-masing sampel diperoleh nilai-nilai yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Page 83: Buku Ajar Naja Gabung

78

Tabel 5.1. Hasil Pengukuran Daya Apung dan Daya Tenggelam Tiap-Tiap Bagian Purse Seine (Kasus di Kota Kendari)

Komponen Alat Tangkap

Gaya Apung (Kgf) Gaya Tenggelam (Kgf) U

n

i

t Jaring PE Pelampung Tali

Total gaya apung

Jaring PA

Pemberat

Pemberat Tambahan

Total Gaya Tenggelam

Rasio gaya apung & tenggelam

1 4,8 874,61 12,53 891,94 22,28 177,45 26,71 226,44 3.94

2 3,15 943,53 12,13 958,8 23,57 227,5 0 251,07 3.82

3 4,75 1018,04 10,34 1033,13 23,57 55,84 166 245,41 4.21

4 4,32 1078,2 15,72 1098,25 19,42 191,1 0 210,52 5.22

5 8,79 913,72 14,97 937,48 17,26 213,85 0 231,7 4.05

6 3,6 937,03 13,87 990,5 15,56 163,8 34,06 214,14 4.63

7 45,13 529,6 37,04 611,76 34,06 455 0 489,07 1.25

Berdasarkan nilai-nilai pada Tabel 5.1, terlihat bahwa total daya apung berkisar

antara 611,76 – 1098,25 kgf dan total daya tenggelam berkisar antara 210,52 – 489,07 kgf.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa daya apungnya lebih besar dari pada daya

tenggelam, ini berarti bahwa dari segi perbandingan daya apung dan daya tenggelam alat

tangkap purse seine sudah memenuhi standar dengan tujuan alat tangkap yaitu menangkap

ikan-ikan permukaan sehingga diperlukan daya apung yang cukup besar agar jaring tetap

berada di atas (tidak tenggelam) pada saat operasi penangkapan.

Kondisi di atas juga memperlihatkan bahwa purse seine yang menggunakan

pelampung berupa bola plastik nilai daya apungnya sangat tinggi. Hal ini dimaksudkan

karena dalam operasi penangkapan bola pelampung sering kali pecah, sehingga pelampung

yang lain masih dapat menahan posisi jaring tetap terapung.

Berdasarkan perhitungan distribusi gaya tenggelam permeter jaring diperoleh kisaran

nilai antara 0,55-1,22 kgf/m (Tabel 5.2). Kondisi ini menunjukkan nilai yang sangat

rendah, yang berdampak pada kecepatan tenggelam. Menurut Fridman (1986) distribusi

gaya tenggelam minimal 2 kgf/m. Nilai ini juga tergantung dari kecepatan arus di lokasi

penangkapan ikan, makin besar kecepatan arus di daerah penangkapan ikan, maka gaya

tenggelam yang diperlukan lebih besar lagi.

2 Waktu Tenggelam dan Kecepatan Tenggelam Jaring

Berdasarkan perbandingan antara nilai daya tenggelam dengan panjang tali pemberat,

kedalaman dan koefisien tahanan gesekan, pada masing-masing sampel, maka diperoleh

Page 84: Buku Ajar Naja Gabung

79

waktu tenggelam dan kecepatan tenggelam masing-masing alat tangkap yang dapat dilihat

pada Tabel 5.2.

Data pada Tabel 5.2 menunjukkan bahwa waktu tenggelam pada purse seine di

Kendari berkisar antara 34 – 102 detik, kecepatan tenggelam berkisar antara 0,16 – 0,18

m/detik. Dilihat dari perbandingan antara panjang jaring dengan kedalaman dan kecepatan

tenggelam dari ketujuh sampel tersebut belum ada yang memenuhi kriteria standar..

Namun dari segi waktu tenggelam dan kecepatan tenggelam, semua sudah cukup baik. Hal

tersebut terjadi akibat kedalam jaring yang masih kurang, sehingga waktu yang dibutuhkan

pemberat untuk sampai pada kedalaman tertentu relatif singkat. Fridman (1986)

menyatakan jika panjang jaring terlalu panjang, maka akan memperlambat proses

pelingkaran, sehingga memungkinkan ikan akan lolos dari celah jaring. Kedalaman jaring

yang kecil memungkinkan ikan meloloskan diri melalui bagian bawah pemberat.

Kecepatan tenggelam jaring yang tinggi, akan mempercepat penurunan jaring mencapai

kedalaman maksimum, sehingga ikan tidak dapat meloloskan diri kearah horizontal.

Tabel 5.2. Hasil Perhitungan Waktu Tenggelam dan Kecepatan Tenggelam Jaring (Kasus Kendari)

Unit Panjang jaring (m)

Kedalaman rata-rata (m)

Gaya tenggelam per meter (kgf)

Waktu Tenggelam (detik)

Kecepatan Tenggelam (m/det)

1 375 12,14 0.60 49 0,17

2 319 15,73 0.79 63 0,17

3 315 16 0.78 64 0,17

4 381 10,38 0.55 41 0,17

5 349 11,66 0.66 44 0,18

6 360 9,4 0.59 34 0,18

7 400 25 1.22 102 0,16

Pendekatan Perikanan Purse Seine yang Berkelanjutan

Sesuai dengan kode etik perikanan bertanggungjawab (FAO, 1995) bahwa kegiatan

penangkapan ikan harus dapat menjamin kelestarian sumberdaya ikan yang

dieksploitasinya. Kelestarian sumberdaya perikanan yang ada di sekitar daerah

penangkapan ikan akan menjaga keberlanjutan dari usaha perikanan itu sendiri (Charles,

1994, 2001). Untuk itu pemerintah sebagai penjamin keberlanjutan sumberdaya perikanan

Page 85: Buku Ajar Naja Gabung

80

dari segi institusi harus dapat berperan dalam menjamin keseimbangan yang terjadi pada

ekosistem perikanan.

Kondisi purse seine di lokasi penelitian dari segi teknis belum mampu menjaga

kelestarian sumberdaya ikan-ikan pelagis kecil yang menjadi target operasi. Hal ini

diindikasikan dari ukuran mata jaring pada bagian kantong yang hanya 10-20 mm. Hasil

penelitian terdahulu menunjukkan bahwa untuk menjamin kelestarian ikan layang

(Decapterus russelli) di perairan Selat Makassar disarankan menggunakan ukuran mata

jaring minimum 2,52 cm, sedangkan untuk ikan layang deles (Decapterus macrosoma)

ukuran mata jaring minimum 3,19 cm (Najamuddin, 2004). Ikan layang hanya merupakan

salah satu jenis ikan hasil tangkapan purse seine, demikian pula ukurannya relatif kecil.

Untuk jenis ikan pelagis kecil lainnya, seperti ikan kembung, lemuru, cakalang, selar

diperlukan kajian lebih lanjut yang berhubungan dengan aspek biologi dan ukuran mata

jaring minimum.

Antisipasi perbaikan selektivitas purse seine dapat dilakukan melalui penerapan

ukuran mata jaring minimum yang digunakan pada seluruh bagian jaring atau dengan

menggunakan ukuran mata jaring berbentuk segi 4 pada bagian kantong sebagai jendela.

Pada jendela tersebut, diharapkan ikan-ikan yang belum layak tangkap dapat meloloskan

diri. Prinsip jendela seleksi seperti sudah banyak diterapkan pada berbagai alat penangkap

ikan, seperti trawl (Fonteyne, and M’Rabet, 1992; Walsh,et al., 1992); pada purse seine

(Misund, and Beltestady, 2000). Namun demikian, mengingat karakteristik sumberdaya

ikan tropis yang multispecies, dengan ukuran ikan yang bervariasi, maka sangat sulit untuk

menentukan standar ukuran mata jaring.

5.3 PENUTUP

Buat disain purse seine ukuran 500 x 50 m, mesh size 1 inci, bahan polyamide 210 D/9

untuk kantong dan 210D/6 untuk bagian lainnya. Hitung banyak bahan jarring yang

digunakan.

Lengkapi rancangan anda dengan penataan pelampung dan pemberat.

Page 86: Buku Ajar Naja Gabung

81

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1978. Catalogue of Fishing Gear Design. FAO-UN. Fishing News (Books) Ltd. London.

Anonim, 2007. Katalog Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.

Anonim, 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.

Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

Ben-Yami, M. 1994. Purse Seining Manual. Fishing News (Books) Ltd. London.

FAO. 1975. Catalogue of small scale fishing gear. Fishing News (Books) Ltd. London.

FRIDMAN, A. L. 1986. Calculation for Fishing Gear Designs. Fishing News (Books) Ltd. London. 241 p.

Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Metode dan Teknik Penangkapan. Jurusan PSP, Fakultas Perikanan IPB, Bogor.

Kristjonson, H. 1959. Modern Fishing Gear of the World. Vol 1. Fishing News (Books) Ltd. London.

Kristjonson, H. 1964. Modern Fishing Gear of the World. Vol 2. Fishing News (Books) Ltd. London.

Kristjonson, H. 1972. Modern Fishing Gear of the World. Vol 3. Fishing News (Books) Ltd. London.

Menon, T.R----. Hand Book on Tuna Long Lining. Central Institute of Fisheries, Nautical and Engineering Training. Ministry of Agriculture and Irrigation. Government of India.

NOMURA. 1978. Fishing Techniques. I & 2. Japan International Cooperation Agency. Tokyo.

NIELSEN, L. A. AND D. L. JOHNSON [eds.]. 1983. Fisheries Techniques. American Fisheries Society, Bethesda, Maryland. 468 p.

Prichard, M. 1987. Let’s Go Fishing. Octopus Books Limited. Hong Kong.

Sadhori, N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa, Bandung. 182 hal.

Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.

Von Brandt, A. 1984. Fishing Catching Method of the World. 3rd Edition. Fishing news (Books) Ltd. England

Page 87: Buku Ajar Naja Gabung

82

BAB 6. DISAIN PAYANG

6.1 Pendahuluan

Sasaran pembelajaran : menjelaskan prinsip disain dan mendisain payang

6.2 Uraian Materi Pembelajaran

Payang merupakan suatu alat tangkap yang menyerupai kantong besar dan

dipergunakan untuk menangkap ikan pelagis. Payang merupakan alat penangkap ikan

tradisional, dimana pada beberapa daerah masih bertahan sampai saat ini mengalahkan alat

penangkap ikan modern seperti purse seine. Deskripsi alat tangkap payang yang ada di

Kabupaten Majene Sulawesi Barat terdiri atas beberapa bagian, yaitu :

(1). Jaring, yang terdiri atas :

• Sayap (wing), yaitu bagian jaring yang merupakan perpanjangan badan sampai ke

tali selambar. Pada bagian ini mengunakan benang dengan nomor 210 D/12

panjang jaring 12 m dan ukuran mata jaring (mesh size) 80 cm.

• Mulut jaring yang terdiri atas mulut bagian atas (upperlip) yang juga sebagai

tempat diikatnya pelampung (float)dan mulut bagian bawah (underlip) yang juga

sebagai tempat diikatnya pemberat (sinker). Ukuran lebar mulut jarring adalah 20

meter.Badan jaring (body), merupakan bagian terbesar dari keseluruhan jaring.

Panjang jaring pada bagian ini 106,5 m Ukuran mesh size pada bagian badan jaring

adalah 40 cm, 20,5 cm dan 22 cm.

• Kantong (cod end), merupakan tempat penampungan hasil tangkapan Panjang

jaring bagian kantong 18,5 m. Ukuran mesh size bagian kantong jaring bervariasi

, berturut-turut mulai dari ujung kantong adalah 1,5 cm, 2 cm, 2,5 cm, 6,5 cm, 4

cm..

(2). Tali-temali, terdiri atas :

Tali pelampung (head rope), yaitu tali yang diikatkan pada bagian upperlip dan

berfungsi sebagai tempat diikatnya pelampung. Tali ini terbuat dari bahan

multifilamen dengan nomor 3 dengan panjang tali 150 m.

• Tali pemberat (ground rope), yaitu tali yang diikatkan pada bagian underlip dan

berfungsi sebagai tempat diikatnya pemberat. Tali ini terbuat dari bahan

multifilamen dengan nomor tali 5 dengan panjang tali 135 m.

Page 88: Buku Ajar Naja Gabung

83

• Tali penarik (tali selambar), yaitu tali yang berfungsi untuk menarik jaring saat

operasi penangkapan berlangsung dengan panjang tali slambar kanan 50 m dan tali

slambar kiri 100 m.

• Tali kantong (cod line), yaitu tali yang berfungsi untuk mengikat ujung kantong

agar hasil tangkapan tidak keluar dari bagian kantong. dengan panjang tali 5 m.

(3). Pelampung (float)

Pelampung ini berfungsi untuk memperoleh daya apung pada jaring. Pelampung

ini terdiri atas 2 macam, yaitu pelampung tanda yang terbuat dari bahan plastik berbentuk

bola, dengan diameter 40 cm, sebanyak satu buah dan pelampung utama yang terbuat dari

kayu Bakau (Rhyzopora) berbentuk batang, dengan ukuran panjang 40 cm berdiameter 26

mm, sebanyak 6 buah.

(4). Pemberat (sinker)

Fungsi pemberat disini adalah untuk menenggelamkan bagian tertentu jaring,

menahan perubahan bentuk jaring dari pengaruh arus dan bersama-sama dengan

pelampung memberi bentuk pada jaring serta menjaga mulut jaring agar selalu terbuka

selama berlangsungnya penarikan jaring. Pemberat ini terbuat dari bahan timah, berjumlah

6 buah, dengan berat masing-masing 2 kg dan sebuah pemberat dari batu gunung dengan

berat + 2 kg dan diameter 30 cm yang diikat pada bagian tengah mulut jaring bagian

bawah.

Payang yang digunakan dalam penelitian ini adalah payang dengan ukuran panjang

200 m dan lebar 12 m. Jaring payang ini terbuat dari bahan nylon benang ganda (nylon

multifilamen). Untuk bagian sayap menggunakan benang dengan nomor 210 D/15, bagian

badan menggunakan benang dengan nomor 210 D/12 dan bagian kantong menggunakan

benang dengan nomor 210 D/9.

Untuk lebih lengkapnya diskripsi alat tangkap payang dapat dilihat pada Gambar 4.

Page 89: Buku Ajar Naja Gabung

84

Gambar 6.1. Konstruksi Alat Tangkap Payang di Majene.

Keterangan gambar :

A. Sayap jaring. 1. Tali slambar kanan 5. Tali slambar kiri

B. Badan jaring. 2. Pelampung tanda 6. Pemberat

C. Kantong jaring. 3. Pelampung utama 7. Tali ris bawah

4. Tali ris atas 8. Tali kantong

6.3 Penutup

Buat disain payang secara berkelompok ! Setelah disain dibuat, gambar disain tersebut

pada paket program CADNET, lakukan modifikasi seperlunya dalam upaya memperbaiki

disain yang telah ada. Lakukan pembahasan terhadap modifikasi yang telah dilakukan

termasuk justifikasi sesuai kebutuhan.

1,5

2

4

40

60

A. 18,5 meter

B. 40,5 meter

C. 75 meter 80

Page 90: Buku Ajar Naja Gabung

85

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1978. Catalogue of Fishing Gear Design. FAO-UN. Fishing News (Books) Ltd. London.

Anonim, 2007. Katalog Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.

Anonim, 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.

Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

Ben-Yami, M. 1994. Purse Seining Manual. Fishing News (Books) Ltd. London.

FAO. 1975. Catalogue of small scale fishing gear. Fishing News (Books) Ltd. London.

FRIDMAN, A. L. 1986. Calculation for Fishing Gear Designs. Fishing News (Books) Ltd. London. 241 p.

Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Metode dan Teknik Penangkapan. Jurusan PSP, Fakultas Perikanan IPB, Bogor.

Kristjonson, H. 1959. Modern Fishing Gear of the World. Vol 1. Fishing News (Books) Ltd. London.

Kristjonson, H. 1964. Modern Fishing Gear of the World. Vol 2. Fishing News (Books) Ltd. London.

Kristjonson, H. 1972. Modern Fishing Gear of the World. Vol 3. Fishing News (Books) Ltd. London.

Menon, T.R----. Hand Book on Tuna Long Lining. Central Institute of Fisheries, Nautical and Engineering Training. Ministry of Agriculture and Irrigation. Government of India.

NOMURA. 1978. Fishing Techniques. I & 2. Japan International Cooperation Agency. Tokyo.

NIELSEN, L. A. AND D. L. JOHNSON [eds.]. 1983. Fisheries Techniques. American Fisheries Society, Bethesda, Maryland. 468 p.

Prichard, M. 1987. Let’s Go Fishing. Octopus Books Limited. Hong Kong.

Sadhori, N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa, Bandung. 182 hal.

Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.

Von Brandt, A. 1984. Fishing Catching Method of the World. 3rd Edition. Fishing news (Books) Ltd. England

Page 91: Buku Ajar Naja Gabung

86

BAB 7. DISAIN GILL NET

7.1 Pendahuluan

Sasaran pembelajaran : menjelaskan prinsip disain dan mendisain gill net

7.2 Uraian Bahan Pembelajaran

Definisi jaring insang adalah suatu alat penangkap ikan berbentuk empat persegi

panjang yang dilengkapi dengan pelampung, tali pelampung, tali ris atas pada bahagian

atas jaring, serta pemberat, tali pemberat, tali ris bawah pada bagian bawah jaring.

Kadang-kadang tali ris atas dan tali pelampung hanya satu tali. Demikian pula halnya

pada tali pemberat dan tali ris bawah digabung menjadi satu. Pada beberapa jenis jarring

insang tidak menggunakan tali sama sekali pada bagian bawah jaring.

Gambar 7.1. Gill net lengkap dengan tali ris, tali pelampung, tali ris bawah dan tali

pemberat

Page 92: Buku Ajar Naja Gabung

87

Gambar 7.2. Gill net dimana tidak memiliki tali ris bawah dan tali pemberat

Gambar 7.3 . Trammel net (jaring tiga lapis)

7.2.1. Jaring Insang Hanyut Ikan Terbang

Jaring insang hanyut ikan terbang yang diamati secara umum terdiri dari beberapa

bagian yaitu jaring, tali temali, pelampung dan pemberat. Alat tangkap ini ditujukan untuk

menangkap ikan terbang. Jaring insang hanyut ikan terbang yang dioperasikan di lokasi

Page 93: Buku Ajar Naja Gabung

88

penelitian Desa Bontomarannu, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar adalah

Setiap satu unit alat tangkap terdiri dari beberapa piece jaring yang disambung satu sama

lain. Satu unit alat tangkap jaring insang hanyut ikan terbang yang digunakan para nelayan

terdiri dari 25 – 30 lembar jaring. Tiap lembar jaring mempunyai bentuk dan ukuran yang

sama yaitu terdiri dari badan jaring (webbing), tali pelampung dan tali pemberat.

Badan jaring terbuat dari bahan tasi (monofilament) nomor 28 berwarna bening. Ukuran

mata jaring (mesh size) yaitu 1 1/4 inci, panjang tiap 1 lembar jaring yaitu 80 yard (73,12

m), dengan jumlah mata jaring vertikal yaitu 70 mata. Jaring yang sudah ada kemudian

dirangkai menjadi satu unit alat tangkap dengan masing-masing komponen yang sudah

ada. Nelayan membuat jaring insang hanyut dengan cara yaitu menggunakan tali

pelampung dari bahan polietilen berdiameter 5 mm dan menyisipkan pada mata jaring

tanpa diikat, tali ini juga digunakan sebagai tempat untuk mengikat pelampung. Begitupula

pada bagian bawah yang juga menyisipkan tali pada mata jaring tanpa diikat. Tali

pemberat juga terbuat dari bahan polyetilen tetapi dengan diameter yang lebih kecil yaitu 3

mm, yang digunakan sebagai tempat untuk mengikat pemberat. Panjang tali pelampung

dan tali pemberat dari mulai ujung badan jaring dilebihkan 35-45 cm, agar dapat

disambung antara piece satu dengan piece lainnya.

A. Metode Pengoperasian

Jaring insang hanyut ikan terbang yang digunakan selama penelitian di operasikan

pada pagi atau siang hari. Pemberangkatan ke lokasi penangkapan dilakukan pada pukul

02.00- 03.00 WITA. Biasanya menempuh waktu 4-6 jam dari fishing base ke daerah

fishing ground. Setelah sampai di lokasi fishing ground, maka dilakukan pencarian lokasi

pemasangan jaring dengan indikator adanya ikan terbang yang muncul ke permukaan.

Apabila punggawa telah menentukan lokasi pemasangan jaring maka jaring pun

diturunkan oleh ABK.

Adapun urutan operasi penangkapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. jaring diturunkan ke perairan dimana pada ujung jaring telah diikat dengan pelampung

tanda dan bendera sementara kapal tetap dalam posisi terus berjalan dalam kecepatan

rendah.

b. setelah seluruh jaring telah di turunkan, ujung jaring yang juga diberi pelampung tanda

dan bendera diikatkan pada haluan kapal dan mesin kapal dimatikan selama ± 2- 3 jam.

c. tiap jam, kapal mengecek posisi keberadaan jaring maupun ikan yang telah terjerat.

Page 94: Buku Ajar Naja Gabung

89

d. setelah memperkirakan ikan telah banyak terjerat maka jaring kemudian di tarik naik ke

atas kapal oleh dua (2) orang ABK dengan posisi kapal yang bergerak secara perlahan

menuju ujung jaring yang satunya.

e. setelah jaring naik ke atas kapal, hasil tangkapan kemudian di pisahkan dari alat

tangkap oleh para ABK.

Adapun Deskripsi dari alat tangkap jaring insang hanyut ikan terbang yang menjadi objek

penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

A (39,20 – 43,56 m) D (40 – 49 cm) C (1,69–1,84 m) E (42 – 49 cm) B (42,57 – 50,96 m)

Gambar 7.4. Konstruksi jaring insang hanyut ikan terbang di lokasi penelitian.

Keterangan : 1. Tali Pelampung A. Panjang Jaring Bagian Atas 2. Pelampung B. Panjang Jaring Bagian Bawah 3. Badan Jaring C. Tinggi Jaring 4. Tali Pemberat D. Jarak Antar Pelampng 5. Pemberat E. Jarak Antar Pemberat

Page 95: Buku Ajar Naja Gabung

90

Polyetilen 5 mm Polyetilen 3 mm Gambar 7.5. Cara pemasangan jaring pada tali ris. 6,5 cm 2 cm 1,4 cm 4,5 cm 0,4 cm 2 cm Gambar 7.6. Bentuk dan ukuran pelampung dan pemberat

Page 96: Buku Ajar Naja Gabung

91

(40 – 99 cm) (99 – 102 buah)

(42 – 49 cm) (100 – 105 buah) Gambar 7.7. Cara pemasangan pelampung dan pemberat pada tali ris.

B. Tali-temali

Jaring insang pada umumnya ada beberapa tali yang digunakan dalam proses

pembuatan alat tangkap yaitu tali ris atas, tali pelampung, tali ris bawah, dan tali pemberat.

Namun alat tangkap yang digunakan nelayan pada lokasi penelitian hanya menggunakan

tali pelampung dan tali pemberat yang difungsikan sebagai tali ris. Tali ris atas yang

digunakan sebagai tempat mengikat pelampung dan tali ris bawah sebagai tempat untuk

pemberat. Bahan yang digunakan pada tali ris atas dan bawah yakni polyethylen dengan

diameter 5 mm pada tali ris atas, dan 3 mm pada tali ris bawah. Adapun hasil pengukuran

dimensi tali dapat dilihat pada Tabel 2.

Secara terperinci bagian-bagian tali pada ke-10 unit gillnet dijelaskan sebagai berikut:

1. Tali Pelampung

Tali pelampung terbuat dari bahan polyetilen dengan nomor bahan 5, pada tali inilah

jaring utama digantungkan, pemasangan tali pelampung yaitu dengan cara menyisipkan

pada mata jaring tanpa diikat. Pemasangan tali pelampung disambungkan langsung

Page 97: Buku Ajar Naja Gabung

92

dengan badan jaring, dan memiliki tipe pilinan Z (arah pilinan kiri). Panjang tali

pelampung dilebihkan antara 35-45 cm dari mulai ujung badan jaring. Berdasarkan hasil

penelitian panjang tali pelampung berkisar antara 39,60 – 43,56 m. Pemasangan tali ris

pada badan jaring yang berbeda-beda didasarkan pada pertimbangan untuk memudahkan

operasi, penentuan target ikan sasaran dan pertimbangan selektivitas ikan sasaran

(Martasuganda, 2005).

2. Tali Pemberat

Bahan yang digunakan pada tali pemberat sama dengan bahan yang digunakan pada

tali pelampung tetapi dengan diameter yang lebih kecil. Penggunaan ukuran tali yang lebih

kecil dimaksudkan agar jaring sewaktu dioperasikan lebih ringan dan mudah hanyut. Tali

pemberat menggunakan bahan polyetilen dengan diameter 3 mm. Pemasangan tali

pemberat dengan cara menyisipkan tali pada mata jaring tanpa diikat. Panjang tali

pemberat dilebihkan antara 35-45 cm dari mulai ujung badan jaring. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Martasuganda (2005), bahan yang dipakai untuk tali pelampung dapat sama

dengan bahan yang dipakai pada tali pemberat, dan panjang tali dari mulai ujung badan

jaring biasanya dilebihkan antara 30 – 50 cm. Berdasarkan hasil penelitian panjang tali

pemberat berkisar antara 42,57 – 50,96 m.

C. Jaring

Berdasarkan pengamatan ke-10 unit alat tangkap di lokasi penelitian, jaring yang

digunakan oleh nelayan di daerah ini umumnya memiliki ukuran dan bahan yang sama

dengan nelayan yang lainnya, karena nelayan sudah tidak lagi membuat jaring sendiri

melainkan menggunakan jaring yang dibeli dari toko. Jaring yang digunakan oleh nelayan

terbuat dari bahan polyamide (monofilament), berdiameter 0,28 mm, berwarna bening

dengan ukuran mata jaring 1,25 inci. Jumlah mata horizontal pada bagian atas yaitu 2303

mata, begitupula jumlah mata pada bagian bawah. Sedangkan untuk jumlah mata jaring

vertikal yaitu 70 mata.

Ukuran mata jaring yang digunakan pada jaring insang hanyut ikan terbang dipakai

berdasarkan ukuran ikan yang tertangkap, dengan mengukur diameter penutup insang dan

diameter tinggi badan maksimum dari beberapa ikan layak tangkap yang diperoleh pada

saat dilakukan penangkapan. Hasil rata-rata diameter operculum dan diameter tinggi badan

maksimum dijumlahkan kemudian dibagi 2 (dua). Dari hasil perhitungan menunjukkan

bahwa ukuran mata jaring yang digunakan pada alat tangkap di lokasi penelitian sudah

Page 98: Buku Ajar Naja Gabung

93

sesuai dengan ikan yang menjadi target tangkapan. Menurut Martasuganda (2005), ukuran

mata jaring dan nomor benang pada badan jaring biasanya disesuaikan dengan tujuan biota

perairan yang akan dijadikan target tangkapan. Dalam satu unit alat tangkap umumnya

terdiri dari beberapa lembar jaring yang dirangkai menjadi satu, biasanya nelayan

merangkai 25 sampai 30 lembar jaring. Adapun hasil pengamatan dimensi jaring dapat

dilihat pada Tabel 3.

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa dari ke-10 unit jaring yang digunakan

oleh nelayan terbuat dari bahan polyamide (monofilament), panjang jaring bagian atas

berkisar antara 39 – 43,56 m, dan panjang jaring bagian bawah berkisar antara 42,57 –

50,96 m. Sedangkan tinggi jaring berkisar antara 1,69 – 1,84 m setelah dibuat alat tangkap.

Dari hasil pengukuran dimensi panjang jaring di atas terdapat perbedaan kisaran panjang

jaring bagian atas dan bagian bawah, panjang jaring bagian bawah memiliki ukuran yang

lebih panjang dibandingkan pada bagian atas. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya nilai

pengerutan (shortening) yang diberikan, nilai pengerutan pada jaring bagian atas dibuat

lebih besar dibandingkan pada bagian bawah sehingga jaring bagian bawah ukurannya

lebih panjang dibandingkan bagian atas dengan tujuan agar posisi jaring sewaktu

dioperasikan dapat terentang dengan baik di dalam perairan. Hal tersebut juga

berpengaruh besar terhadap bentangan jaring bagian bawah pada saat dilakukan penarikan

terhadap alat tangkap.

D. Pelampung

Jenis pelampung yang digunakan pada alat tangkap terdiri atas dua jenis

pelampung yaitu pelampung tanda dan pelampung jaring (float), yang masing-masing

memilki fungsi tersendiri.

1. Pelampung Tanda

Pelampung ini berjumlah 2 buah disetiap unit alat tangkap, dimana masing-masing

pelampung tanda dipasang di kedua ujung alat tangkap. Pelampung ini berfungsi sebagai

tanda dimana posisi jaring dipasang. Ketinggian pelampung tanda berkisar antara 3,47 –

3,56 m, terbuat dari gabungan beberapa bahan yaitu bambu, gabus, semen yang didesain

dengan bentuk tertentu agar dapat diidentifikasi letaknya pada saat proses penangkapan

berlangsung.

Page 99: Buku Ajar Naja Gabung

94

Gambar 7.8. Bentuk pelampung tanda yang digunakan pada gillnet.

2. Pelampung Jaring

Pelampung jaring yang digunakan terbuat dari bahan sintetis tidak menyerap air

(karet sandal) berbentuk kotak elips dengan diameter panjang 6,5 cm, lebar 4,5 cm, tinggi

2 cm dan berat 3,29 g. Pelampung ini dipasang pada tali ris atas dengan cara mengikat

langsung pelampung pada tali ris atas dengan membuat tiga buah lubang pada sisi

pelampung sebagai tempat untuk memasukkan tali untuk pengikat. Hasil pengukuran

pelampung pada ke-10 unit gillnet dapat dilihat pada Tabel 4.

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa dari dimensi pengukuran pelampung

jaring ke-10 unit alat tangkap yaitu pelampung umumnya terbuat dari bahan karet sandal

berbentuk elips dengan jumlah pelampung yang digunakan pada ke-10 unit alat tangkap

berkisar antara 99 – 102 buah. Jarak antar pelampung berkisar antara 40 – 49 cm,

sedangkan jumlah mata antar pelampung berkisar antara 22 – 24 mata. Jumlah mata antar

pelampung dalam satu unit alat tangkap sebagian besar memiliki jumlah mata yang sama

namun ada beberapa jumlah mata yang dilebihkan dari satu pelampung ke pelampung

yang lain, hal ini tergantung pada jumlah pelampung yang memungkinkan jumlah mata

pada setiap pelampung terbagi dengan rata. Menurut Martasuganda (2005), jumlah, berat

jenis dan volume pelampung yang dipakai dalam satu piece akan menentukan besar

kecilnya daya apung (bouyancy). Besar kecilnya daya apung yang terpasang pada satu

piece akan sangat berpengaruh terhadap baik buruknya hasil tangkapan.

E. Pemberat

Pemberat yang digunakan pada alat tangkap terbuat dari bahan timah berbentuk

silinder yang berlubang pada bagian tengahnya. Ukuran panjang pemberat 2 cm, diameter

Page 100: Buku Ajar Naja Gabung

95

bagian tengah 1,4 cm, diameter luar bagian ujung pemberat 0,4 cm, dengan berat 16,66 g.

Pemberat ini berfungsi untuk memberikan daya tenggelam pada jaring dan mengimbangi

daya apung yang diberikan oleh pelampung. Pemberat dipasang pada tali ris bawah dengan

cara mengikat dengan tali yang dimasukkan ke dalam lubang pemberat kemudian

mengikat langsung pada tali ris bawah sehingga posisi pemberat berada pada bagian luar

tali ris bawah.

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa dari dimensi pengukuran pemberat

jaring ke-10 unit alat tangkap yaitu pemberat umumnya terbuat dari bahan timah berbentuk

silinder dengan jumlah pemberat yang digunakan pada ke-10 unit alat tangkap berkisar

antara 100 – 105 buah. Jarak antar pemberat berkisar antara 42 – 49 cm, sedangkan

jumlah mata antar pemberat berkisar antara 22 – 24 mata. Jumlah mata antar pemberat

dalam satu unit alat tangkap sebagian besar memiliki jumlah mata yang sama namun ada

beberapa jumlah mata yang dilebihkan dari satu pemberat ke pemberat yang lain. Menurut

Martasuganda (2005), untuk nelayan jaring insang di negara-negara berkembang, bahan,

ukuran, bentuk dan daya tenggelam dari pemberat biasanya berbeda antara satu nelayan

dengan nelayan lainnya meskipun target tangkapannya sama.

F. Analisis hasil pengukuran dimensi jaring

Berdasarkan data hasil pengukuran langsung terhadap bagian–bagian alat tangkap yang

meliputi material jaring, tali temali, pelampung, pemberat, (shortening), tinggi jaring

(depth), berat total alat tangkap, gaya apung gaya tenggelam, luas permukaan benang

(TSA), hasil perhitungan sebagai berikut :

1. Shortening

Nilai shortening pada masing-masing alat tangkap dapat dilihat pada Tabel 7.1 :

Page 101: Buku Ajar Naja Gabung

96

Tabel 7.1. Nilai shortening dan tinggi jaring pada ke-10 unit gillnet .

Berdasarkan Tabel 7.1 dapat dilihat bahwa nilai shortening dari ke-10 unit alat tangkap

yang dioperasikan di lokasi penelitian yaitu shortening pada bagian atas berkisar antara

39,74 – 46,66 %, dan shortening pada bagian bawah berkisar antara 30,30 – 41,78 %. Dari

hasil tersebut, diperoleh bahwa jaring insang ikan terbang dalam penelitian, ikan

tertangkap secara terbelit (entangled). Hal ini sesuai menurut Sudirman dan Mallawa

(2004) bahwa pada gillnet, shortening ini lebih berpengaruh pada catch, untuk gillnet

yang ikannya tertangkap secara gilled, nilai shortening bergerak sekitar 30 - 40 % dan

untuk yang tertangkapnya ikan secara entangled maka nilai shortening bergerak sekitar 35

– 60 %. Nilai shortening pada bagian atas lebih besar dibandingkan pada bagian bawah

agar ukuran alat tangkap pada bagian bawah menjadi lebih panjang dibanding bagian atas,

dengan tujuan agar posisi alat tangkap pada saat dioperasikan dapat terentang dengan baik

di dalam perairan. Menurut Martasuganda (2005), nilai pengerutan pada tali ris atas

sebaiknya nilainya sedikit lebih besar dari pada nilai pengerutan pada tali ris bawah,

dengan tujuan agar posisi jaring sewaktu dioperasikan dapat terentang dengan baik di

dalam perairan.

Shortening (%) Alat

tangkap atas bawah

Tinggi jaring (m)

1 40,41 30,30 1,69

2 46,66 40,60 1,71

3 42,72 38,43 1,81

4 39,86 38,43 1,78

5 42,48 38,43 1,80

6 39,74 35,56 1,76

7 45,22 41,78 1,84

8 41,11 35,57 1,75

9 41,29 39,86 1,80

10 45,22 39,90 1,83

Page 102: Buku Ajar Naja Gabung

97

2. Tinggi jaring

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa dari ke-10 unit alat tangkap yang

dioperasikan di lokasi penelitian kedalaman jaring berkisar antara 1,69 – 1,84 m. Variasi

nilai kedalaman jaring pada ke-10 unit alat tangkap dipengaruhi oleh besarnya nilai

shortening pada jaring, semakin besar nilai pengerutan maka akan semakin besar pula

tinggi kedalaman jaring . Hal ini sesuai dengan pernyataan Nomura (1985), Nilai

shortening sangat berpengaruh terhadap tinggi atau kedalaman jaring (d), semakin besar

shortening maka nilai (d) juga akan semakin besar. Begitupula pernyataan Sadhori (1984)

bahwa ada dua akibat yang ditimbulkan oleh adanya shortening yaitu panjang jaring akan

semakin memendek dan kedalaman jaring akan semakin bertambah.

3. Berat Gillnet

Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan berat masing-masing komponen dari ke-10

unit alat tangkap gillnet meliputi : berat jaring, pemberat, tali–temali, dan pelampung dapat

dilihat pada Tabel 7.2.

Tabel 7.2. Hasil perhitungan berat jaring, tali-temali, pemberat, pelampung gillnet yang dioperasikan di perairan takalar.

Berat masing – masing bagian (kg) Berat Total Alat tangkap

Jaring Tali–temali Pelampung Pemberat

1 1,36 0,781 0,329 1,749 4,21 kg

2 1,36 0,771 0,333 1,699 4,16 kg

3 1,36 0,699 0,336 1,715 4,11 kg

4 1,36 0,724 0,336 1,749 5,16 kg

5 1,36 0,72 0,333 1,749 4,16 kg

6 1,36 0,736 0,326 1,699 4,08 kg

7 1,36 0,624 0,326 1,666 3,97 kg

8 1,36 0,741 0,329 1,749 4,17 kg

9 1,36 0,706 0,336 1,749 4,15 kg

10 1,36 0,684 0,329 1,715 4,08 kg

Page 103: Buku Ajar Naja Gabung

98

Berdasarkan Tabel 8 hasil pengukuran dan perhitungan berat masing-masing

bagian alat tangkap dengan menggunakan formula Fridman (1988), diperoleh berat total

setiap satu unit alat tangkap yang berkisar antara 3,97 – 4,21 kg. Perbedaan dari berat total

alat tangkap tersebut dikarenakan oleh adanya perbedaan jumlah pelampung dan pemberat

yang digunakan dan juga panjang tali yang berbeda pada masing-masing alat tangkap.

Perbedaan berat pemberat dibandingkan berat pelampung maka akan mempermudah

proses tenggelamnya jaring dan penggunaan pelampung berguna untuk mengimbangi gaya

yang ditimbulkan oleh pemberat.

4. Luas Permukaan Benang (TSA)

Berdasarkan perhitungan diketahui hasil perhitungan TSA dengan menggunakan

formula Prado dan Dremiere, 1996, maka luas permukaan benang pada ke-10 unit jaring

insang hanyut sebesar 2,866 m2. Dari nilai TSA yang diperoleh maka jaring insang hanyut

ikan terbang pada saat dioperasikan memungkinkan akan terseret arus cukup jauh.

Semakin besar nilai TSA maka semakin kecil kemungkinan jaring akan terseret arus

sehingga kedudukan jaring di dalam perairan masih dalam posisi vertikal. Besar luas

permukaan benang sama pada ke-10 unit alat tangkap, hal ini disebabkan karena ke-10 unit

alat tangkap menggunakan jaring yang mempunyai ukuran yang sama seperti mesh size,

nomor benang, jumlah mata jaring horizontal dan vertikal.

5. Gaya apung dan gaya tenggelam alat tangkap

Pada alat tangkap gillnet ini ada dua buah gaya yang bekerja yaitu gaya apung dan gaya

tenggelam, Gaya apung dan gaya tenggelam timbul akibat perbedaan berat jenis bahan

pembentuk alat tangkap dengan berat jenis air laut. Perbedaan gaya apung dan gaya

tenggelam ini menentukan kedudukan alat tangkap dalam perairan. Besarnya gaya apung

dan gaya tengelam pada setiap bagian alat tangkap gillnet dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 104: Buku Ajar Naja Gabung

99

Tabel 7.3. Gaya Apung Gillnet.

Komponen Alat tangkap Gaya Apung (kg) Unit

Pelampung Tali Pelampung (polyethylen)

Tali Pemberat (polyethylen) Total gaya apung

1 3,326 0,0197 0,0208 3,366

2 3,366 0,0222 0,0178 3,406

3 3,396 0,0183 0,0180 3,432

4 3,396 0,0192 0,0184 3,433

5 3,366 0,0190 0,0184 3,403

6 3,295 0,0195 0,0187 3,333

7 3,295 0,0149 0,0175 3,327

8 3,326 0,0192 0,0192 3,364

9 3,396 0,0187 0,0179 3,432

10 3,326 0,0179 0,0176 3,361

Page 105: Buku Ajar Naja Gabung

100

Tabel 7.4. Gaya Tenggelam Gillnet.

Berdasarkan tabel diatas diketahui besarnya gaya apung pada ke-10 alat tangkap

yang beroperasi diperairan Kabupaten Takalar berkisar antara 3,327 – 3,433 kg, dan

untuk gaya tenggelam berkisar antara 1,686 – 1,716 kg. Perbandingan nilai gaya apung

dan gaya tenggelam ke-10 unit alat tangkap gillnet menunjukkan bahwa gaya apung lebih

besar dibandingkan dengan gaya tenggelam dengan rasio perbandingan gaya apung dan

gaya tenggelam 1 : 2. Nilai gaya apung yang lebih besar dibandingkan dengan gaya

tenggelam yang cukup mendukung bahwa alat tangkap gillnet memungkinkan untuk

dioperasikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Martasuganda (2005), yaitu untuk jaring

insang hanyut total daya apung dalam satu piece harus lebih besar dari total daya

tenggelamnya. Besar kecilnya daya apung dan daya tenggelam akan mempengaruhi

ketegangan jaring.

7.3. Penutup

Buat disain gill net permukaan untuk menangkap ikan kembung, layang dan cakalang.

Buat disain gill net dasar untuk menangkap udang, ikan kuwe, kakap

Komponen Alat tangkap

Gaya Tenggelam (kg) Unit

Pemberat Jaring (polyamide) Total gaya tenggelam

1 1,595 0,167 1,762

2 1,549 0,167 1,716

3 1,564 0,167 1,731

4 1,595 0,167 1,762

5 1,595 0,167 1,762

6 1,549 0,167 1,716

7 1,519 0,167 1,686

8 1,595 0,167 1,762

9 1,595 0,167 1,762

10 1,564 0,167 1,731

Page 106: Buku Ajar Naja Gabung

101

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1978. Catalogue of Fishing Gear Design. FAO-UN. Fishing News (Books) Ltd. London.

Anonim, 2007. Katalog Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.

Anonim, 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.

Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

Ben-Yami, M. 1994. Purse Seining Manual. Fishing News (Books) Ltd. London.

FAO. 1975. Catalogue of small scale fishing gear. Fishing News (Books) Ltd. London.

FRIDMAN, A. L. 1986. Calculation for Fishing Gear Designs. Fishing News (Books) Ltd. London. 241 p.

Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Metode dan Teknik Penangkapan. Jurusan PSP, Fakultas Perikanan IPB, Bogor.

Kristjonson, H. 1959. Modern Fishing Gear of the World. Vol 1. Fishing News (Books) Ltd. London.

Kristjonson, H. 1964. Modern Fishing Gear of the World. Vol 2. Fishing News (Books) Ltd. London.

Kristjonson, H. 1972. Modern Fishing Gear of the World. Vol 3. Fishing News (Books) Ltd. London.

Menon, T.R----. Hand Book on Tuna Long Lining. Central Institute of Fisheries, Nautical and Engineering Training. Ministry of Agriculture and Irrigation. Government of India.

NOMURA. 1978. Fishing Techniques. I & 2. Japan International Cooperation Agency. Tokyo.

NIELSEN, L. A. AND D. L. JOHNSON [eds.]. 1983. Fisheries Techniques. American Fisheries Society, Bethesda, Maryland. 468 p.

Prichard, M. 1987. Let’s Go Fishing. Octopus Books Limited. Hong Kong.

Sadhori, N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa, Bandung. 182 hal.

Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.

Von Brandt, A. 1984. Fishing Catching Method of the World. 3rd Edition. Fishing news (Books) Ltd. England

Page 107: Buku Ajar Naja Gabung

102

BAB 8. DISAIN SET NET

8.1 Pendahuluan

Sasaran pembelajaran : menjelaskan prinsip disain dan mendisain set net

8.2 Uraian Bahan Pembelajaran

Set net adalah alat penangkap ikan yang dipasang secara menetap pada suatu

daerah penangkapan ikan tertentu. Prinsip utama penangkapan ikan dengan set net adalah

menghadang pergerakan ikan dan menggiring memasuki kantong. Sebagai alat penangkap

ikan yang pasif, keberhasilannya sangat ditentukan oleh lokasi pemasangan atau daerah

penangkapan ikan. Daerah pemasangan set net adalah daerah yang merupakan jalur

migrasi ikan.

Pemasangan set net pada suatu perairan dapat berbeda antara satu daerah dengan

daerah lainnya, ada yang dipasang di dasar perairan dan ada pula yang dipasang mulai dari

dasar sampai permukaan perairan. Prinsip utama set net adalah menggiring ikan ke arah

kantong, oleh karena itu leader net mempunyai peran yang sangat penting.

Gambar 8.1. Set net

Keterangan :

1. Penaju 2. Daun pintu 3. Serambi 4. Jaring menaik 5. Kantong 6. Kantong

tambahan 7. Pelampung 8. Pemberat

Page 108: Buku Ajar Naja Gabung

103

A. Deskripsi Alat Tangkap Set net di Tanjung Palette

a. Bahan dan Material

Set net umumnya terdiri 4 elemen yang menyusun keseluruhan badan alat tangkap.

Keempat elemen itu terdiri : jaring, pelampung, tali temali, pemberat. Bahan yang paling

dominan yang menyusun alat tangkap ini adalah jaring. Salah satu ciri utama Set net yaitu

terdapatnya jarring menaik (Slope) yang sebagai pengarah ikan untuk menuju ke kantong

(Bag net). Untuk satu unit alat tangkap Set net tipe Jepang yang dipasang di perairan

Palette membutuhkan material seperti ditunjukkan pada Tabel 8.1.

Tabel 8.1. Bahan dan Material alat tangkap Set net di perairan Palette.

No Nama alat Jumlah Unit/satuan Keterangan

1 Set net tipe Otoshi Ami ukuran 27 x 110 meter dengan panjang leader net 270 meter

1 Set

2 Sand Bag berat 60 kg - Penaju - 2 Tali Utama

316 849

Set Set

3 Pelampung pada frame rope - Pelampung utama (200 liter) - Pelampung besar frame rope

(20,70 liter) - Pelampung kecil frame rope

(14,63 liter) - Pelampung penahan frame rope

(31 liter)

2 201 21 27

Set Set Set Set

4 Pelampung untuk kantong - Pelampung besar (5,8 liter ) - Pelampung kecil (1,1 liter)

58 285

Set Set

5 Tali Sand bag - Pada Penaju - Pada 2 Tali Utama

15 32

Set Set

7 Selvedge - PE Raschel Net 12,12◊-10 MD

Black - PE Raschel Net 3,03◊-10 MD

Black - PE Raschel Net 3,03◊-5 MD Black

2 2 2

Pcs Pcs Pcs

8 Cincin (Stainless Ring 13 x 100 mm) 49 Set

Page 109: Buku Ajar Naja Gabung

104

Sambungan Tabel 2.

Set net yang dioperasikan di tanjung Palette Kabupaten Bone terdiri 4 bagian

utama yaitu penaju (leader net), serambi (play ground), slope (jaring menaik) dan kantong

(bag net). Penaju untuk menghadang arah ruaya ikan kemudian ikan tergiring masuk

kedalam serambi setelah itu ikan akan mengarah ke daerah jaring menaik (slope)

kemudian masuk kekantong. Set net umumnya terdiri 4 elemen yang menyusun

keseluruhan badan alat tangkap. Keempat elemen itu terdiri: jaring, pelampung, tali temali,

pemberat. Bahan yang paling dominan yang menyusun alat tangkap ini adalah jaring.

Dari gambar 8.2 yang terlihat pada alat tangkap Set net di perairan tanjung Palette

Kabupaten Bone, memiliki ukuran panjang 2 Tali Utama yaitu 110 meter dan lebar 12,75

meter. Sementara Frame Rope penaju panjangnya 270 meter, lebar penahan Frame Rope

27 meter. Terdapat 8 macam jenis pelampung yang di gunakan, terdiri dari 2 pelampung

utama masing-masing 200 liter, pelampung besar Frame Rope dan pelampung kecil Frame

Rope yang masing-masing ukurannya 20,70 liter dan 14,63 liter, pelampung penahan

Frame Rope dengan volume 31 liter. Untuk jenis tali yang digunakan seperti yang

tercantum pada tabel 1 bahan dan material.

Pada gambar 8.2 juga memperlihatkan posisi sand bag yang diturunkan pada alat

tangkap Set net di tanjung Palette. Setiap sand bag berukuran 60 kg. Bulatan berwarna

hijau adalah sand bag yang penahan Frame Rope, Bulatan berwarna kuning adalah sand

9 Tali 1. PE ROPE

- Polyethylene 28 mm Black (170 m) - Polyethylene 22 mm Black (200 m) - Polyethylene 18 mm Black (200 m) - Polyethylene 16 mm Black (243 m) - Polyethylene 14 mm Black 141 m - Polyethylene 8 mm Black 150 m

2. PP ROPE - Spun Nylon Twine 105/24 Black - Spun Nylon Twine 105/30 Black - Spun Nylon Twine 105/36 Black - Spun Nylon Twine 105/45 Black - Spun Nylon Twine 105/75 Black - Spun Nylon Twine 105/90 Black

1 9 9 2 6 2 20 20 20 20 50 180

Coil Coil Coil Coil Coil Coil Spool Spool Spool Spool Spool Spool

10 Pemberat - Sinker 670g/mtr rope 225 gram - Sinker 430g/mtr rope 225 gram - Sinker 300g/mtr rope 225 gram - Sinker 500g/mtr rope 225 gram

1 1 1 1

Unit Unit Unit Unit

Page 110: Buku Ajar Naja Gabung

105

bag yang penahan jaring, sedangkan bulatan berwarna biru adalah sand bag penegak frame

rope. Fungsi utama sand bag adalah sebagai pengganti jangkar dengan model cakar ayam

menarik tali sand bag sehingga dapat menegangkan dan menahan tali frame rope.

Bagian penaju (leader net) Set net di tanjung Palette terdiri dari penaju utama dan penaju

tambahan. Penaju sebagai pengarah ikan untuk masuk ke serambi. Tali yang digunakan

polyethylene diameter 16 mm dengan panjang penaju utama 232,5 meter dan penaju

tambahan ukurannya panjang 37,5 meter. Panjang jaring yang digunakan yaitu 360 meter,

tipe jaring adalah polyethylene mesh size 24,24 cm dan kedalaman 100 mata. Terdapat

tambahan jaring mesh size 6,35 cm dan kedalaman 100 mata. Jumlah cincin pada penaju

terdapat 7 cincin dan pemberat sebanyak 541 pemberat. Panjang penaju tergantung dari

kondisi lokasi daerah pemasangan, dimana pada prinsipnya dapat menghadang pergerakan

ikan yang beruaya. Oleh karena itu posisi penaju seharusnya dapat mengcover jalur

migrasi ikan-ikan yang ada di daerah pemasangan set net.

Pada serambi (play ground), yang sebagai tempat penampungan ikan sementara

sebelum masuk ke kantong, terdiri 6 macam jenis pomotongan jaring yang digunakan.

Jenis jaring polyprophylene dengan panjang jaring 38,25 m dan mesh size 12,12 cm.

Sementara untuk tali yang digunakan 25,5 K atau 38,25 meter. Jumlah pemberat yang

digunakan terdapat 53 pemberat. Untuk cincin yang digunakan yaitu jumlahnya 21 cincin

yang terdapat pada pintu masuk dan digunakan sebanyak 53 pemberat.

Pada bagian kantong (bag net), terdiri 6 macam jenis pomotongan jaring yang

digunakan. Panjang jaring 42 meter dan mesh size 3,03 cm dengan jenis jaring teteron

raschel net 3,03 mata. Kedalaman jaring yaitu 11,8 meter dengan lebar kantong bagian

dalam 7,1 meter dan bagian luar 7,4 meter. Khusus untuk pelampung terdapat 2 jenis

pelampung yang digunakan yaitu pelampung besar (5,8 liter ) pelampung kecil (1,1 liter).

Fungsi kantong adalah sebagai tempat ikan yang nantinya akan ditangkap pada saat

hauling.

Untuk bagian slope, panjang jaring 12,75 meter dan mesh size 6,35 cm. Panjang tali

9 meter dan diameter 14 mm. Slope terdiri 2 bagian yaitu slope luar dan slope dalam. Pada

bagian slope dalam jumlah pemberat sebanyak 46 pemberat dan slope luar sebanyak 61

pemberat. Slope sebagai penagarah ikan untuk masuk ke kantong dan memungkinkan ikan

tidak akan kembali ke serambi.

Page 111: Buku Ajar Naja Gabung

106

Gambar 8.2. Set net di Teluk Bone (Asrul

Untuk kepentingan disain, gambar 8.2 di atas harus dipilah per bagian, yaitu :

penaju, serambi dan kantong. Pada bagian penaju dan serambi, jarring di pasang sampai

ke dasar perairan. Supaya pelampung tidak tenggelam, atau pemberat terangkat pada saat

air laut pasang naik, kedalaman perairan ditetapkan pada saat air pasang naik tertinggi.

Kantong set net dapat dirancang lebih dari satu, yang pada prinsipnya mempermudah

pengambilan hasil tangkapan dan mempekecil peluang ikan melarikan diri dari kantong.

Kantong didisain untuk dapat diangkat pada saat pengambilan hasil tangkapan. Dimensi

kantong terdiri dari dinding dan lantai. Ukuran mata jarring pada kantong disesuaikan

dengan jenis ikan yang menjadi target tangkapan dan ikan tidak terjerat pada jarring.

Semua bagian jarring pada set net hanya berfungsi sebagai dinding sehingga S (sortening)

yang digunakan pada saat bukaan mata jarring maksimum yaitu 29,3 % tetapi untuk

memudahkan konstruksi disarankan dibulatkan menjadi 30 %.

Play gound (serambi) di disain sampai di dasar perairan yang berfungsi mengurung

dan mengarahkan ikan ke arah kantong. Bagian bawah serambi adalah dasar perairan.

Untuk mengarahkan ikan dari dasar di buat jarring menaik, didisain dari dasar perairan

sampai jarring dasar kantong. Untuk lebih jelasnya diuraikan pada bagian berikut.

Bagian - Bagian Set net

1) Penaju

Page 112: Buku Ajar Naja Gabung

107

Penaju atau penuju adalah bagian dari Set net yang bentuknya menyerupai pagar.

Dalam bahasa Jepang, penaju disebut dengan kaki ami atau disebut juga dengan sebutan

michi ami atau kaki dashi, sedangkan dalam bahasa Inggris diartikan sebagai lead net,

leader net, guiding barier atau fence. Bentuk dari penaju umumnya hampir menyerupai

bentuk Gill net yang fungsinya adalah untuk menghadang dan mengarahkan atau

menuntun gerombolan ikan supaya mau menuju kearah jaring utama (Martasuganda,

2005).

Pemasangan penaju yang baik adalah dipasang secara lurus atau tidak terbelok

belok dan harus betul-betul dapat menghadang ruaya ikan supaya gerombolan ikan mau

menuju kearah jaring utama. Pemasangan penaju disesuaikan dengan jenis Set net, daerah

penangkapan, jenis ikan yang menjadi target tangkapan, dan jarak jaring utama dengan

garis pantai. Tinggi jaring penaju harus disesuaikan dengan kedalaman perairan yang

akan dilewati penaju, sebagai patokan tinggi jaring penaju disamakan dengan kedalaman

pada saat pasang tertinggi (Martasuganda, 2005).

Panjang jaring penaju tergantung dari jarak jaring utama ke garis pantai, semakin

jauh jarak jaring utama ke garis pantai atau semakin landai dasar perairan, maka akan

semakin panjang penaju yang akan dipasang. Jarak jaring utama atau penempatan jaring

utama dari garis pantai tergantung dari kedalaman perairan (isodepth ). Semakin landai

dasar perairan atau jarak garis isodepth satu dan lainnya semakin jauh, maka pemasangan

jaring utama akan semakin jauh dan kalau sebaliknya atau jarak garis isodepth satu dan

yang lainnya semakin berdekatan, maka pemasangan jaring utama akan semakin dekat

dari garis pantai (Martasuganda, 2005).

Pemasangan jaring utama dari garis pantai ada yang mencapai 4500 m, jarak ini

sama dengan panjang penaju yang harus dipasang. Ukuran mata jaring (mesh size) dari

penaju harus disesuaikan dengan musim, jenis ikan, ukuran ikan yang akan dijadikan

target tangkapan. Mesh size penaju untuk tujuan penangkapan ikan yang berukuran

besar, maka mesh size penaju akan lebih besar. Bahan jaring untuk penaju harus terbuat

dari bahan alami seperti ijuk, manila rope, straw dan ada juga yang tebuat dari sintetik

seperti saran, nylon, cremona, vinylon dan lainnya. Besar diameter benang yang dipakai

dalam pembuatan penaju berkisar antara 10-12 mm. baik buruknya pemasangan penaju

akan berpengaruh terhadap baik buruknya hasil tangkapan (Martasuganda, 2005).

2) Daun pintu

Page 113: Buku Ajar Naja Gabung

108

Daun pintu atau dapat juga disebut dengan sayap pintu, dalam bahasa Jepang

disebut Soji ami atau Ha guchi sedangkan dalam bahasa Inggris diartikan sebagai winkers.

Fungsi dari daun pintu atau sayap pintu adalah untuk mencegah atau mempersulit

gerombolan ikan yang telah masuk kedalam serambi supaya tidak mudah untuk keluar

lagi. Dengan demikian gerombolan ikan diharapkan dapat mengarah ke bagian kantong.

Daun pintu yang berhubungan atau yang menyatu dengan jaring serambi bagian darat

disebut dengan daun pintu bagian serambi yang berhubungan atau yang menyatu dengan

ujung jaring menaik bagian luar disebut dengan daun pintu bagian jaring menaik

(Martasuganda, 2005).

Panjang daun pintu berkisar antara 0.3-0.5 kali kedalaman pada pintu masuk.

Sudut yang dibentuk antara garis vertikal dan daun pintu berkisar antara 15o sampai 30o.

Besarnya mata jaring (mesh size) yang dipakai umumnya sama dengan besarnya mesh

size yang dipakai dalam mesh size serambi. Besarnya mesh size pintu yang dipakai

untuk tujuan penangkapan ikan yellow tail berkisar antara 15.0-18.0 cm dengan hang-in

ratio berkisar antara 0.3-0.4, untuk tujuan penangkapan ikan jenis lain disesuaikan

dengan jenis ikan tersebut (Martasuganda, 2005).

3) Serambi

Serambi dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai jaring pengurung

sedangkan didalam bahasa Jepang disebut dengan Undojo atau Kakoi ami, dalam bahasa

Inggris disebut dengan play ground, Enclouser, Impounding net, Box net, Heart atau

Trap. Bagian dasar dari bagian serambi ada yang dilengkapi dengan jaring yang disebut

dengan jaring serambi bagian dasar dan ada juga yang tidak dilengkapi dengan jaring,

tetapi pada umumnya tidak dilengkapi jaring (Martasuganda, 2005).

Fungsi dari serambi adalah sebagai penampungan sementara sebelum ikan atau

gerombolan ikan diarahkan untuk memasuki jaring bagian kantong. Ukuran dari luasan

serambi akan berbeda menurut jenis dan skala Set net yang digunakan, pada umumnya

semakin besar luasan serambi, gerombolan ikan akan semakin bertambah lama berada

dalam serambi. Semakin bertambah lama gerombolan ikan berada dalam serambi, maka

akan semakin besar pula kemungkinan gerombolan ikan untuk menuju kearah jaring

menaik yang selanjutnya diharapkan akan memasuki jaring bagian kantong

(Martasuganda, 2005).

Luasan dari serambi disesuaikan dengan jenis Set net, kedalaman perairan dan

jenis ikan yang akan dijadikan target tangkapan, tetapi pada umumnya luas serambi dibuat

Page 114: Buku Ajar Naja Gabung

109

sama dengan hasil kuadrat dari kedalaman dimana Set net terpasang, sedangkan untuk

panjang dari tiap bagian jaring serambi berbeda satu dan lainnya. Kalau kedalaman

dipintu masuk (ym) di jadikan sebagai patokan dasar, maka panjang jaring bagian

serambi sama dengan ym, untuk jaring serambi bagiam laut dan jaring serambi bagian

darat panjangnya berkisar antara 1.0-1.4 kali (ym) dan untuk serambi bagian ujung

berkisar antara 1.0-1.5 kali (ym). Bahan jaring yang dipakai pada jaring bagian serambi

umumnya terbuat dari bahan sintetik seperti saran dan benang sintetik lainnya

(Martasuganda, 2005).

4) Jaring Menaik

Jaring menaik dalam bahasa Jepang, disebut dengan nobori ami, dalam bahasa

Inggris diartikan sebagai ramp, funnel, asending slop net atau climb way. Jaring menaik

terdiri dari dua bagian yaitu jaring menaik yang ada dibagian luar dari kantong yang

disebut dengan jaring menaik bagian luar dan jaring menaik bagian dalam. Jaring menaik

bagian dalam merupakan lanjutan dari jaring menaik bagian luar (Martasuganda, 2005).

Fungsi jaring menaik adalah untuk mengarahkan ikan yang telah berada dibagian serambi

ke bagian kantong dan untuk lebih mempersulit ikan supaya tidak meloloskan diri lagi

dari jaring bagian kantong. Panjang jaring menaik bagian luar dan bagian dalam berkisar

antara 1.4-1.9 kali kedalaman pada pintu masuk, sudut kemiringan dari jaring menaik

bagian luar berkisar antar 16- 22o. Ketinggian jaring menaik bagian luar yang paling ujung

berkisar antara 0.3-0.4 kali kedalaman pada pintu masuk. Bahan jaring yang umum

dipakai pada jaring menaik bagian dalam dan luar, terbuat dari bahan sintetik seperti saran

atau benang sintetik lainnya (Martasuganda, 2005).

5) Kantong

Kantong dalam perikanan Set net adalah bagian akhir dari alat tangkap Set net

yang merupakan bagian tempat penampungan ikan atau gerombolan ikan yang memasuki

Set net dan sekaligus merupakan tempat pengambilan hasil tangkapan. Kantong dalam

bahasa Jepang, disebut dengan Hako ami atau disebut juga dengan sebutan Fukuro ami

yang artinya jaring kantong atau disebut juga dengan sebutan Uo dori yang artinya

tempat pengambilan ikan, sedangkan dalam bahasa Inggris, diartikan sebagai Bag net,

Kip, Bunt, Cod end, Crimb atau Main net of Set net (Martasuganda, 2005).

Untuk menampung ikan pada bagian kantong diperlukan jaring yang kuat, untuk itu bahan

jaring pada bagian kantong umumnya memakai benang sintetik seperti saran atau benang

Page 115: Buku Ajar Naja Gabung

110

sintetik lainnya dengan nomor benang 1000 D/28-36, jaringnya dirangkap atau memakai

mata jaring yang kecil dengan nomor benang yang besar. Tinggi jaring bagian kantong

setelah hang-in ratio kurang lebih 0.85-0.90 kali kedalaman dibagian kantong

(Martasuganda, 2005).

6) Kantong Tambahan

Kantong tambahan pada Set net umumnya dipasang pada salah satu bagian atau

dibeberapa tempat pada bagin jaring kantong utama, baik itu dibagian ujung, atau pada

bagian pangkal kantong utama. Bentuk dari jaring kantong tambahan ada bermacam-

macam, ada yang berbentuk kerucut, persegi atau dalam bentuk lain. Bagian kantong

tambahan umumnya dilengkapi dengan jaring penutup pada bagian atas. Jenis Set net

yang dilengkapi dengan Set net whith trap net. Ukuran dari jaring kantong tambahan

bermacam macam umumnya disesuaikan dengan jenis ikan yang akan dijadikan target

tangkapan. Ukuran kantong tambahan 0.5 kali dari ukuran kantong utama setela hang-in

ratio (Martasuganda, 2005).

Selanjutnya ditambahkan bahwa fungsi atau alasan pemasangan kantong tambahan

diantaranya adalah:

1) Untuk mencegah supaya ikan tidak keluar dari kantong utama,

2) Pada waktu kondisi perairan tidak mendukung untuk melakukan pengambilan hasil

tangkapan dari kantong utama, pengambilan ikan dari kantong tambahan masih dapat

dilakukan, dan

3) Untuk memprediksi keberadaan, jenis dan jumlah ikan yang ada dalam kantong utama

sebelum dilakukan pengangkatan kantong utama (Martasuganda, 2005).

Evaluasi Alat Tangkap Set Net di Teluk Bone.

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan TUMSAT JICA

memasang alat tangkap Set Net di perairan Teluk Bone. Target spasies alat tangkap

tersebut adalah ikan-ikan pelagis besar. Di Jepang dan Thailand alat tangkap ini berhasil

dengan baik tetapi di Teluk Bone sampai saat ini belum memberikan hasil yang

menggembirakan dimana hasil tangkapannya didominasi oleh ikan pelagis kecil dan dalam

jumlah kecil pula. Oleh karena diperlukan evaluasi dari berbagai aspek terutama dalam

rangka pengembangannya ke depan.

a. Diskripsi Alat Tangkap Set Net

Page 116: Buku Ajar Naja Gabung

111

Set net atau sero jaring adalah sejenis alat tangkap ikan bersifat menetap dan

berfungsi sebagai perangkap ikan dan biasanya dioperasikan diperairan pantai. Ikan-ikan

umumnya memiliki sifat beruaya menyusuri pantai, pada saat melakukan ruaya ini

kemudian dihadang oleh jaring Set net kemudian ikan tersebut tergiring masuk ke dalam

kantong. Ikan yang telah masuk ke dalam kantong umumnya akan mengalami kesulitan

untuk keluar lagi sehingga ikan tersebut akan mudah di tangkap dengan cara mengangkat

jaring kantong. (Wudianto, 2007).

Set net adalah alat tangkap yang dipasang atau diset secara menetap didaerah

penangkapan (fishing ground). Pemasangan Set net di daerah penangkapan akan berbeda

satu dengan yang lainnya, ada yang diset di dasar perairan dan ada juga yang diset mulai

dari permukaan perairan sampai menyentuh dasar perairan. Perbedaan pemasangan ini

tergantung dari jenis ikan yang dijadikan target tangkapan, dan daerah penangkapan

dimana Set net akan dipasang. Lamanya pemasangan Set net didaerah penangkapan

umumnya disesuaikan dengan lamanya musim dari satu atau beberapa spesies ikan yang

beruaya ketempat dimana Set net dipasang. Ikan yang memasuki Set net umumnya adalah

ikan atau gerombolan ikan yang sedang melakukan migrasi, seperti migrasi untuk mencari

makan (feeding migration), migrasi untuk memijah (spawning migration) atau migrasi

lainnya (Martasuganda, 2005).

Set net yang dioperasikan di tanjung Palette Kabupaten Bone terdiri 4 bagian

utama yaitu penaju (leader net), serambi (play ground), slope (jaring menaik) dan kantong

(bag net). Penaju untuk menghadang arah ruaya ikan kemudian ikan tergiring masuk

kedalam serambi setelah itu ikan akan mengarah ke daerah jaring menaik (slope)

kemudian masuk kekantong. Kantong adalah bagian akhir dari alat tangkap set net dan

merupakan tempat pengambilan hasil tangkapan, maka diperlukan jaring yang kuat, mesh

size jaringnya 1 inci atau 2,5 cm. Set net umumnya terdiri 4 elemen yang menyusun

keseluruhan badan alat tangkap. Keempat elemen itu terdiri: jaring, pelampung, tali temali,

pemberat. Bahan yang paling dominan yang menyusun alat tangkap ini adalah jaring.

Pemasangan Set net di daerah penangkapan harus betul-betul di pasang di tempat

yang sebelumnya sudah dilakukan penelitian tentang keberadaan dan arah ruaya dari satu

atau beberapa jenis ikan. Keberadaan satu atau beberapa jenis ikan dan arah ruaya ikan

dari tiap jenis ikan merupakan faktor penentu utama yang akan menentukan keberhasilan

usaha penangkapan dengan Set net. Jenis ruaya ikan dalam sistim perikanan Set net

dibedakan ke dalam dua jenis yaitu ruaya utama dan ruaya cabang. Ruaya utama adalah

perairan yang dilewati oleh gerombolan ikan yang jaraknya biasanya jauh dari perairan

Page 117: Buku Ajar Naja Gabung

112

pantai, sedangkan ruaya cabang adalah perairan yang dilewati gerombolan ikan yang

keluar dari ruaya utama menuju ke perairan pantai (Martasuganda, 2005).

Set net adalah alat tangkap yang metode pengoperasiannya pasif (menetap) dan di

pasang di daerah pantai. Alat tangkap ini berasal dari Jepang yang telah dikembangkan

ratusan tahun yang lalu. Alat tangkap Set net dirancang dengan memanfaatkan tingkah

laku ikan yang umumnya memiliki sifat beruaya menyusuri pantai, pada saat melakukan

ruaya ini kemudian dihadang oleh jaring Set net sehingga ikan tersebut tergiring masuk

kedalam kantong. Ikan yang telah masuk kedalam kantong umumunya akan kesulitan

untuk keluar sehingga ikan tersebut mudah untuk ditangkap dengan mengangkat jaring

kantong.

Tahap uji coba dan pengembangan Set net tipe Jepang di Teluk Bone, merupakan

yang kedua setelah di negara Thailand. Namun jika dibandingkan di Jepang dan Thailand

hasil tangkapannya ikan pelagis besar dan dalam jumlah besar, hal tersebut disebabkan

bahwa di Jepang adalah daerah Sub Tropis yang keadaan iklim berbeda dengan Indonesia.

Di Jepang keadaan organisme variasi jenis (biodversity) sedikit tapi jumlahnya besar,

sedangkan di Indonesia sebaliknya variasi jenis banyak tapi jumlahnya setiap individu

sedikit. Faktor penyebab yang lain adalah Di Jepang target skala usaha atau target

industri dengan set net panjang jaring 4 km dan teknologi yang modern serta tenaga

instruktur yang lebih berpengalaman (profesional), sehingga kemungkinan kesalahan

sangat kecil. Sedangkan yang diperasikan di Teluk Bone panjang jaring hanya 235 m

dengan tenaga manusia yang yang belum berpengalaman. (manual), sehingga resiko

kegagalan sangat tinggi.

b. Kondisi Oseanografi dan Biologi Perairan

Untuk permasalah set net tersebut ditinjau dengan 2 aspek adalah sebagai berikut :

1. Aspek Oseanografi

Faktor oseanografi yang harus diperhatikan untuk pemasangan Set net diantaranya;

kedalaman, arus, gelombang dan dasar perairan. Gelombang yang maksimal dapat

ditolerir selama Set net terpasang di perairan adalah 2.0 meter, sedangkan mulai pada

ketinggian 5.0 meter jaring akan mulai terbawa arus. Dasar perairan yang baik untuk

pemasangan alat tangkap Set net adalah dasar perairan yang berlumpur, berpasir atau

berpasir bercampur kerang-kerangan. Kemiringan dasar perairan yang baik adalah dasar

perairan yang mempunyai kemiringan 100-250 dan yang mempunyai garis kedalaman

(isodepth) yang mengumpul atau padat (Martasuganda, 2005).

Page 118: Buku Ajar Naja Gabung

113

Karakteristik fisik laut sangat menentukan operasi penangkapan Set net. Adanya

kekuatan arus yang besar dapat menyebabkan kesulitan pada saat hauling. Kekuatan

maximum arus untuk suksesnya hauling pada Set net tipe otoshi ami yaitu antara kisaran

0.4 mil/ jam - 0.6 mil/ jam. Fishing ground Set net hendaknya pada daerah yang memiliki

kecepatan angin sedang, dan pada karang tidak cocok untuk pemasangan Set net karena hal

tersebut dapat merusak jaring (Sudirman et al, 2000).

Menurut Sudirman et al (2000), pemasangan alat tangkap Set net pada fishing

ground yang dekat dengan mulut pantai yang dalam dan memiliki arus laut yang memutar

masuk dan keluar dari pantai (coastal isobath), lebih lanjut dikatakan bahwa ikan-ikan

bermigrasi mengikuti arah arus yang memutar sebagai rute ikan, dan pada daerah pantai

dengan garis isobath menjadi tempat ikan terkumpul didaerah tersebut.

Jika dikaitkan dengan hasil tangkapan bahwa ikan bereaksi secara langsung

terhadap perubahan lingkungan yang dipengaruhi oleh arus dengan mengarahkan dirinya

secara langsung pada arus. Menurut pendapat Reddy (1993) bahwa arus tampak jelas

dalam organ mechanoreceptor yang terletak garis mendatar pada tubuh ikan.

Mechanoreceptor adalah reseptor yang ada pada organisme yang mampu memberikan

informasi perubahan mekanis dalam lingkungan seperti gerakan, tegangan atau tekanan.

Biasanya gerakan ikan selalu mengarah menuju arus. Dengan demikian arus yang

mengarah ke penaju kemudian terhalang oleh penaju selanjutnya penaju mengarahkan ikan

masuk ke serambi.

Untuk daerah penangkapan yang mempunyai kedalaman maksimal 27 meter, Set

net yang digunakan sebaiknya skala kecil atau skala menengah, sedangkan Set net yang

kedalamannya di atas 27 m sebaiknya skala besar. Untuk kedalaman Perairan yang ada di

tanjung Palette yang menjadi lokasi pemasangan alat tangkap Set net disesuiakan dengan

dalamnya bagian-bagian set net. Kedalaman maksimal pada alat tangkap Set net yang

dioperasikan di perairan Tanjung Palette adalah 13 meter yaitu didapatkan pada titik

penahan tengah frame rope 2 tali utama pada saat pasang tertinggi. Sementara untuk

kedalaman terendah didapatkan di posisi bagian Set net ujung penaju tambahan dengan

kedalaman 11.3 meter.

Suhu laut merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan

organisme di lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun

perkembangbiakan dari orgaisme-organisme tersebut . Tiap spsies ikan membutuhkan

suhu optimum, karena perubahan suhu berpengaruh pada proses metabolisme, sehingga

mempengaruhi aktivitas ikan dalam mencari makan dan pertumbuhan ikan muda

Page 119: Buku Ajar Naja Gabung

114

(Brotowidjoyo, dkk., 1995). Dari hasil penelitian Mahareni (2008) didapatkan kisaran

suhu pada perairan pantai tanjung Palette Bone 27oC -29o C. Pada kondisi suhu tersebut

sesuai dengan suhu optimun ikan peperek, selar dan ekor kuning jenis ikan tersebut yang

dominan tertangkap.

Pada suhu perairan di lokasi pemasangan Set net relative stabil. Jika dikaitkan

dengan peta sebaran suhu permukaan laut di teluk Bone, lokasi pemasangan Set net

menunjang untuk daerah penagkapan ikan. dengan kondisi suhu permukaan laut yang

menunjang maka di lokasi pemasangan hanya didapatkan jenis ikan tertentu yang

tertangkap.

Berdasarkan uraian diatas dari beberapa faktor oseanografi dilokasi layak untuk

pemasangan alat tangkap set net (Muslim; Muhreni; Yasir, 2008).

2. Kondisi Biologi Perairan

Clhorofil-a merupakan salah satu parameter yang sangat menentukan produktivitas

primer di laut. Sebaran dan tinggi rendahnya konsentrasi clhorofil-a sangat terkait dengan

kondisi oseanografis suatu perairan. Beberapa parameter fisika-kimia yang mengontrol dan

mempengaruhi sebaran chorofil-a, adalah intensitas cahaya, nutrien (terutama nitrat, fosfat

dan silikat). Perbedaan parameter fisika-kimia tersebut secara langsung merupakan

penyebab bervariasinya produktivitas primer di beberapa tempat di laut.

Masukan zat hara yang lain adalah dari daratan melalui sungai-sungai yang

bermuara ke tanjung Palette. Namun hal tersebut tidak berpengaruh banyak untuk hasil

tangkapan karena lokasi pemasangan Set net berada dilokasi yang dekat dari garis pantai

tanjung Palette Kabupaten Bone yang diketahui lokasi yang dekat dengan garis pantai

sudah banyak tercemar dengan buangan sisa Bahan Bakar Minyak dan sampah. Faktor lain

kurangnya kandungan Cholorofil-a adalah karena kondisi lokasi pemasangan Set net tidak

kaya akan sumber makanan ikan disebabkan dasar perairan yang berlumpur dan minimnya

karang yang tumbuh dilokasi tersebut sehingga menyebabkan populasi ikan sedikit yang

hidup dilokasi tersebut (Muslim, 2008).

Hasil tangkapan Set net umumnya adalah jenis ikan atau gerombolan ikan yang

sedang melakukan migrasi, seperti migrasi untuk mencari ikan (feeding migration),

migrasi untuk memijah (spawning migration) atau migrasi lainnya. Ikan yang memasuki

Set net ada yang bermigrasi secara soliter, aggregation atau migrasi secara bergerombol

dalam bentuk school atau dalam bentuk pood, seperti ikan tongkol, tuna, layang, selar,

kembung, kuwe dan ikan ekonomis penting lainnya. Dari ikan-ikan tersebut menjadi target

Page 120: Buku Ajar Naja Gabung

115

hasil tangkapan Set net.. Namun kenyataannya hasil tangkapan yang paling dominan

adalah ikan Peperek (Gazza spp),ikan Selar (Selaroides leptolepis), ikan Biji Nangka

(Mullidae) ikan Tembang (Clupeidae), ikan Alu-alu (Sphyraenidae) (Muhreni, 2008).

Kecenderungan jenis tangkapan pada setiap fasenya didominasi oleh ikan pelagis

seperti ikan selar kuning (Selaroides leptolepis), ikan peperek (Gazza spp), ikan tembang

(Sardinella fimbriata) diduga karena merupakan penghuni tetap perairan tersebut dan

memiliki sifat ekologi yang bergerombol dan habitat utamanya perairan pantai yang kaya

akan plankton sebagai bahan makanannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nicolsky

(1959) dalam Surachmad (2004) mengatakan bahwa tersedianya jenis makanan tertentu di

dekat pantai, merupakan salah satu faktor yang menyebabkan banyak jenis ikan yang

melakukan ruaya ke tempat tersebut.

Jika dikaitkan dengan biologi populasi maka ada beberapa hal yang terkait dengan

permasalahan yang dihadapi pengoperasian set net di Teluk Bone adalah sebagai berikut :

Salah satu faktor yang menyebabkan belum optimalnya penangkapan set net dan

hanya menangkap ikan pelagis kecil dan jumlah yang sedikt di Teluk Bone adalah arah

ruaya ikan, dimana pada daerah penangkapan (fishing ground) sebagai tempat pemasangan

set net dekat dengan pantai sekitar 1,5 mil dengan kedalaman sekitar 13 m, sehingga

diduga daerah tersebut adalah daerah ruaya ikan-ikan pelagis kecil dan bukan merupakan

daerah ruaya ikan-ikan pelagis besar, sehingga ikan-ikan yang tertangkap hanya ikan

pelagis kecil. Sedangkan dari segi jumlah ikan yang tertangkap juga sedikit, hal tersebut

diduga terjadi persaingan dengan alat tangkap lain yang ada disekitarnya. Alat tangkap

tersebut yaitu (Sero), Floating Lift Net (Bagan Rambo), Stationery Lift Net (Bagan

Tancap), Purse Seine (Gae), Hand Line, Long Line dan Gill Net (Jaring insang). Terutama

jenis alat tangkap bagan Rambo dan Puerse Saine yang mana pengoperasiannya

menggunakan alat bantu lampu, dimana tingkah laku ikan-ikan pelagis cenderung tertarik

dengan cahaya (pototaksis positif).

Berdasarkan uraian diatas ada kecenderungan bahwa sumberdaya ikan di daerah

penangkapan tidak dilakukan survey sebelum pemasangan alat tangkap set net, sehingga

ikan yang tertangkap jumlahnya sedikit karena sumberdaya ikan di daerah penangkapan

sedikit. Padahal keberadaan satu atau beberapa jenis ikan dan arah ruaya ikan dari tiap

jenis ikan merupakan faktor penentu utama yang akan menentukan keberhasilan usaha

penangkapan dengan Set net. Mengingat alat tangkap ini bersifat menetap (stationary) dan

berfungsi sebagai perangkap (trap) bagi ikan-ikan yang melakukan gerakan ke pantai.

Page 121: Buku Ajar Naja Gabung

116

sehingga apabilah di daerah penangkapan (fishing ground) hanya ikan-ikan kecil yang

lewat maka ikan-ikan itulah yang dapat terperangkap.

Ukuran ikan yang tertangkap kecil merupakan salah satu indikator disamping

sumberdaya ikan kurang juga ukuran mata jaring dikantong kecil (1 inchi) sehingga ikan-

ikan yang tertangkap berukuran kecil, karena tidak bisa meloloskan diri. Kantong

merupakan bagian akhir dari alat tangkap Set Net, sebagai tempat penampungan

gerombolan ikan yang memasuki Set Net dan sekaligus tempat pengambilan hasil

tangkapan.

Jika dikaitkan dengan dinamika populasi bahwa ikan-ikan kecil yang tertangkap

akan menghambat recruitmen populasi karena ikan-ikan tersebut belum matang gonad atau

belum melakukan reproduksi sudah tertangkap, sehingga mengganggu keseimbangan

populasi. Sejumlah faktor yang mempengaruhi reckruitmen termasuk ukuran stock

dewasa, faktor lingkungan, predasi dan kompetisi.

Faktor lain yang menyebabkan kurangnya populasi ikan yang hidup di lokasi

pemasangan set net di tanjung Palette Kabupaten Bone adalah diduga adanya bahan

pencemar dari buangan sisa Bahan Bakar Minyak dan sampah dipantai. Faktor lain

kurangnya kandungan Cholorofil-a adalah karena kondisi lokasi pemasangan Set net tidak

kaya akan sumber makanan ikan disebabkan dasar perairan yang berlumpur dan minimnya

karang yang tumbuh dilokasi karena lokasi pemasangan yang tidak jauh dengan garis

pantai dan karang sudah banyak yang rusak dan tercemar.(Muslim, 2008). Hal tersebut

merupakan salah satu kendala utama di lokasi pemasangan untuk menunjang populasi

ikan.

11.3 Penutup

Buat disain set net dengan kondisi perairan sebagai berikut : kedalaman perairan 20

m, panjang penaju 250 m, target utama ikan cakalang, kecepatan arus maksimum 5 knot.

Gunakan bahan jarring PE untuk penaju dan PA untuk bagian lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1978. Catalogue of Fishing Gear Design. FAO-UN. Fishing News (Books) Ltd. London.

Anonim, 2007. Katalog Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.

Page 122: Buku Ajar Naja Gabung

117

FAO. 1975. Catalogue of small scale fishing gear. Fishing News (Books) Ltd. London.

FRIDMAN, A. L. 1986. Calculation for Fishing Gear Designs. Fishing News (Books) Ltd. London. 241 p.

Martasuganda, S. 2005. Set net (Teichi Ami) ; Serial Teknologi Penagkapan Ikan Berwawasan Lingkungan. Departemen PSP FPIK. IPB Bogor.

Menon, T.R----. Hand Book on Tuna Long Lining. Central Institute of Fisheries, Nautical and Engineering Training. Ministry of Agriculture and Irrigation. Government of India.

Muslim, A. 2008. Studi Bio-Fisik Lokasi Pemasangan Set Net (Teichi Ami) Di Perairan Tanjung Palette Kabupaten Bone. Sikripsi. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS. Tidak Dipublikasikan.

Muhraeni. 2008. Hubungan Beberapa Parameter Oseanografi Dengan Komposisi Dan Jumlah Hasil Tangkapan Pada Alat Tangkap Set Net (Teichi Ami) Di Perairan Tanjung Pallette Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Sikripsi. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS. Tidak Dipublikasikan.

NOMURA. 1978. Fishing Techniques. I & 2. Japan International Cooperation Agency. Tokyo.

Von Brandt, A. 1984. Fishing Catching Method of the World. 3rd Edition. Fishing news (Books) Ltd. England

Page 123: Buku Ajar Naja Gabung

118

BAB 9. DISAIN FYKE NET

9.1 Pendahuluan

Sasaran pembelajaran : menjelaskan prinsip disain dan mendisain fyke net

9.2 Uraian Bahan Pembelajaran

Fyke net adalah jaring yang dibuat sebagai perangkap dengan tujuan utama ikan-

ikan di perairan yang agak dangkal terutama di perairan tawar (sungai, rawa, kolam,

danau). Dalam pengoperasiannya, fyke net dapat disambung beberapa buah untuk

menghadang arah pergerakan ikan.

Fyke-net adalah alat tangkap sejenis bubu namun konstruksinya bersusun. Di luar

negeri alat ini umumnya digunakan di sungai , dan danau untuk menangkap ikan yang

beruaya (Gebhards 1979; v. Brandt, A. 1984; Sainsbury, 1990 ; Schneider and Merna

2000). Di Eropa fyke net banyak digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan sidat

(Anguilla anguilla) di lagun (Mallawa, 1987).

Secara umum alat tangkap “fyke net “ terdiri atas dua bagian yang saling terpisah,

yaitu : “le paradiere”, leading net atau penaju, selembar jaring yang dipasang tegak lurus

ke pantai dan terentang secara vertikal di dalam air oleh bantuan tiang yang ditancapkan ke

dasar perairan, membawa ikan berenang menelusurinya atau menuju ke lingkaran jaring

(tour, play ground, serambi), dan “le tour” atau serambi yang terbentuk oleh tiga kantong

berbentuk silinder yang dihubungkan satu sama lain membentuk sudut segitiga di mana

posisi tegak jaring dalam perairan didukung oleh tiang yang ditancapkan ke dasar perairan,

bahan jaring terbuat dari benang polyamide.

Ditinjau dari konstruksinya, fyke net ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan

alat tangkap ikan karang lainnya, yaitu konstruksi yang bersusun membuat ikan yang telah

masuk sulit untuk keluar, ikan dapat diseleksi berdasarkan ukurannya pada tiap

kompartmen sehingga tidak terjadi saling pemangsaan selama perendaman alat dan

mampu menangkap ikan dalam jumlah yang relatif lebih banyak. Selain itu

kemampuannya menghasilkan tangkapan yang masih hidup membuat nelayan dapat

menentukan sendiri pemanfaatan lanjutan ikan tersebut, apakah akan digunakan sebagai

induk di balai pembenihan, dijual ke pasar untuk konsumsi, ditangkarkan dikeramba

hingga mencapai ukuran pasar atau dilepaskan kembali ke perairan. Hal inilah yang

membuat alat ini ramah lingkungan. Kelebihan lainnya adalah fyke net tidak dioperasikan

di atas terumbu karang melainkan dioperasikan secara menetap di paparan berpasir di luar

Page 124: Buku Ajar Naja Gabung

119

tubir karang sehingga alat ini dapat dipastikan tidak membentur karang sehingga tidak

merusak terumbu karang (Assir dan Soadiq, 2009)

Aturan desain fyke net

1. Tentukan diameter lingkaran I 2/3 dalam air (max 2,5 m)

2. Tentukan ukuran mata jaring & ukuran benang sesuaikan dengan ikan target

3. Tentukan diameter lingkaran berikutnya (semakin kecil ke arah kantong)

4. Buat disain badan jaring

5. Jarak antara lingkaran = diameter lingkaran

6. Hitung jumlah mata jaring pada keliling lingkaran (H =0,3 – 0,5)

7. Hitung dimensi internal (bagian dalam mulut jaring)

8. Hitung dalam sayap & hanging ratio

9. Hitung dimensi lantai & penutup sayap

10. Hitung panjang sayap

Gambar 9.1. Fyke net berbentuk segi 4.

Page 125: Buku Ajar Naja Gabung

120

Contoh Soal :

Buat disain fyke net untuk menangkap ikan2 yang bermigrasi di sungai, dalam

sungai 4 m lebar 12 m. Diameter cincin I = 2/3 x 4m = 2,66 m ~ 2,5 m (sesuai dgn aturan

disain), Ukuran mata jaring 40mm, 32mm & 24 mm. Jml cincin 7 bh, ukuran msg2 : 2,5m,

2m, 1,75m, 1,5m, 1,25m, 1m & 1m.

Gambar . Ring I diameter 2,5 m

Jika H=0,5, maka jumlah mata jaring pada cincin I adalah :

Panjang cincin = keliling lingkaran = 22/7 x diameter = 22/7 x

2,5 m = 7,85714 m = 7857,14 mm

Jumlah mata jaring keliling = 7857,14 / (40 x 0,5) = 392,8 mata ~

400

Tabel 9.1. Kalkulasi masing-masing bagian jaring

Bagian Dalam (mm) Mesh Size (mm) E Jumlah mata (mata)

A1 1333 40 0,5 38,49002

A2 2500 40 0,5 72,16878

A3 2000 40 0,5 57,73503

Bagian Dalam (mm) Mesh Size(mm) E Jumlah mata

B1 1000 32 0,5 36,08439

B2 1750 32 0,5 63,14769

A1

A2

A3

2,5 m

Page 126: Buku Ajar Naja Gabung

121

B3 1500 32 0,5 54,12659

Bagian Dalam (mm) Mesh Size(mm) E Jumlah mata

C1 24 0,5 100

C2 1250 24 0,5 60,14065

C3 1000 24 0,5 48,11252

C4 1000 24 0,5 48,11252

Page 127: Buku Ajar Naja Gabung

122

Page 128: Buku Ajar Naja Gabung

123

9.3 Penutup

Buat disain fyke net untuk dioperasikan di perairan pantai dengan kedalaman perairan

maksimum 3 m. Target tangkapan, ikan-ikan yang bermigrasi kea rah pantai.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1978. Catalogue of Fishing Gear Design. FAO-UN. Fishing News (Books) Ltd. London.

Anonim, 2007. Katalog Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.

Anonim, 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.

Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

Ben-Yami, M. 1994. Purse Seining Manual. Fishing News (Books) Ltd. London.

Page 129: Buku Ajar Naja Gabung

124

FAO. 1975. Catalogue of small scale fishing gear. Fishing News (Books) Ltd. London.

FRIDMAN, A. L. 1986. Calculation for Fishing Gear Designs. Fishing News (Books) Ltd. London. 241 p.

Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Metode dan Teknik Penangkapan. Jurusan PSP, Fakultas Perikanan IPB, Bogor.

Kristjonson, H. 1959. Modern Fishing Gear of the World. Vol 1. Fishing News (Books) Ltd. London.

Kristjonson, H. 1964. Modern Fishing Gear of the World. Vol 2. Fishing News (Books) Ltd. London.

Kristjonson, H. 1972. Modern Fishing Gear of the World. Vol 3. Fishing News (Books) Ltd. London.

Menon, T.R----. Hand Book on Tuna Long Lining. Central Institute of Fisheries, Nautical and Engineering Training. Ministry of Agriculture and Irrigation. Government of India.

NOMURA. 1978. Fishing Techniques. I & 2. Japan International Cooperation Agency. Tokyo.

NIELSEN, L. A. AND D. L. JOHNSON [eds.]. 1983. Fisheries Techniques. American Fisheries Society, Bethesda, Maryland. 468 p.

Prichard, M. 1987. Let’s Go Fishing. Octopus Books Limited. Hong Kong.

Sadhori, N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa, Bandung. 182 hal.

Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.

Von Brandt, A. 1984. Fishing Catching Method of the World. 3rd Edition. Fishing news (Books) Ltd. England

Page 130: Buku Ajar Naja Gabung

125

BAB 10. DISAIN PUKAT PANTAI DAN JARING ANGKAT

10.1 Pendahuluan

Sasaran pembelajaran : menjelaskan prinsip disain dan mendisain pukat pantai dan

jarring angkat

10.2 Uraian Bahan Pembelajaran

10.2.1 Disain Pukat Pantai

Pukat pantai adalah jaring yang dalam pengoperasiannya di tarik ke arah pantai

oleh beberapa orang tenaga manusia (Gambar 10.1). Prinsip utama pengoperasian pukat

pantai adalah jarring dipasang membentuk setengah lingkaran pada kolom perairan,

selanjutnya kedua ujung jarring ditarik ke arah pantai oleh beberapa orang tenaga manusia

sampai kantong jarring ke pinggir pantai.

Gambar 10.1. Pukat pantai (Beach Seine)

Pukat pantai adalah semua pukat kantong yang dalam cara operasi penangkapannya

dilakukan dengan menarik pukat kantong ini ke pinggir pantai. Biasanya penarikan ini

dilakukan oleh beberapa orang pada masing-masing sayapnya, tetapi dapat pula dilakukan

oleh seorang saja apabila ukuran alat ini kecil (Dirjen perikanan, 1979).

Pengetahuan tentang alat tangkap, khususnya dari segi desain dan konstruksi sangat

penting dalam pengembangan dan usaha perikanan, karena salah satu faktor yang

mempengaruhi usaha penangkapan ikan adalah konstruksi alat penangkapan ikan yang

Page 131: Buku Ajar Naja Gabung

126

cocok didukung oleh keterampilan orang-orang yang menggunakan alat tangkap tersebut

serta bahan yang digunakan (Sadhori, 1984).

Menurut Sudirman dan Mallawa (1999) beach seine adalah salah satu jenis pukat

kantong yang digunakan untuk menangkap ikan, baik pelagis maupun ikan demersal yang

berada di tepi pantai. Biasa juga disebut pukat tepi, karena pengoperasiannya hanya

terbatas pada tepi pantai. Dewasa ini penggunaan alat ini menurun jumlahnya. Namun di

beberapa negara seperti Jepang, alat tangkap ini masih banyak digunakan, namun hasilnya

tidak terlalu menggembirakan.

Pada prinsipnya pukat pantai terdiri dari bagian kantong yang berbentuk empat

persegi panjang, bagian badan bentuknya seperti trapesium memanjang. Selanjutnya pada

bagian-bagian tersebut ditautkan pada tali penguat dan dihubungkan juga dengan tali ris

atas dan tali ris bawah serta dilengkapi dengan pelampung (float) dan pemberat (sinker)

(Sudirman dan Mallawa, 1999).

Pukat pantai memiliki panjang sayap yang sama ukurannya, biasanya sekitar 50-

300 meter. Tali ris atas digunakan untuk mengikatkan pelampung dan tali ris bawah

berfungsi mengikatkan pemberat agar mulut kantong dapat terbuka dengan baik pada saat

penarikan. Ukuran mata jaring dari alat tangkap ini sangat kecil terutama pada daerah

kantong sekitar 0,4 cm. Alat angkap ini memiliki tali penarik yang panjang untuk menarik

pukat ke daerah pantai dengan menggunakan tenaga manusia, dimana satu tali ditarik 4-5

orang tergantung pada besar kecilnya alat tangkap tersebut (Sudirman dan Mallawa, 1999).

Merancang alat tangkap adalah proses mempersiapkan uraian teknis dan menggambarkan

alat tangkap agar dapat memenuhi syarat-syarat penanganan alat, teknis, operasional

(penggunaan), ekonomis dan sosial. Jika alat tangkap kurang memuaskan maka perlu

dimodifikasi atau bahkan dirancang dari permulaan dengan perhitungan kesalahan

sebelumnya (Fridman, 1988).

Dalam merancang alat tangkap ikan perlu secara terus-menerus ditaksirkan mutu

penangkapan dan teknis serta efisiensi ekonominya. Masalah dalam merancang alat

penangkapan dapat dipecahkan melalui banyak cara dan tambahan pula terdapat banyak

jenis alat tangkap ikan. Oleh karena itu, teorinya tidak mempunyai ketetapan, penyelesaian

rutin perancang harus kretif dalam setiap hal dalam berbagai keadaan ini (Fridman, 1988).

Prinsip utama disain pukat pantai adalah kedalaman perairan menjadi dasar

penentuan lebar jarring bagian kantong. Bagian lainnya di perkecil secara bertahap sampai

pinggir jarring.

Page 132: Buku Ajar Naja Gabung

127

AB C

12

3

4 5

67

8

9

10

Keterangan:A. SayapB. BadanC. Kantong1. Tali Selambar2. Kayu Penaju3. Bridle4. Tali Ris Atas

5. Tali Pelampung6. Tali Ris Bawah7. Tali Pemberat8. Pelampung9. Pemberat10. Pelampung Tanda

Gambar 10.2. Pukat pantai yang ada di kota Makassar.

Gambar 10.3. Pelampung dan penataannya di Kota Makassar

Gambar 10.4. Pemberat dan penataannya di Kota Makassar

10.2.2. DISAIN JARING ANGKAT

Page 133: Buku Ajar Naja Gabung

128

Jaring angkat adalah alat penangkap ikan yang proses penangkapannya dengan

mengangkat jarring sehingga ikan-ikan yang telah berkumpul di atasnya dapat tertangkap.

Pada umumnya jaring angkat dioperasikan dengan menggunakan alat bantu lampu.

Jaring yang digunakan pada umumnya dari bahan waring dengan ukuran mata

jarring 5 mm. Jaring dibentuk menyerupai kotak, dimana ukurannya disesuaikan dengan

ukuran rangka bagan.

Gambar 10.5. Disain jarring angkat

Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa bahan utama jarring angkat adalah

waring dengan ukuran mata jarring sekitar 5 mm yang menyebabkan ikan-ikan yang

tertangkap mulai dari ukuran kecil sampai besar. Kondisi ini sangat mengganggu

kelestarian sumberdaya perikanan di wilayah dimana alat ini dioperasikan. Dalam

merespon kode etik perikanan bertanggungjawab maka diperlukan upaya perbaikan.

Untuk itu perlu dilakukan perubahan dengan mengganti waring dengan bahan jarring

berukuran mata jring tertentu dimana masih dapat mololoskan ukuran ikan-ikan yang

masih kecil.

Page 134: Buku Ajar Naja Gabung

129

Kalau sudah menggunakan jarring, maka disain yang digunakan ada dua pilihan,

yaitu : membuat menjadi ukuran mata jarring segi 4 dan berbentuk diamond. Cara yang

pertama dengan melakukan pemotongan jarring all bar, sedangkan cara ke 2 melalui

pemotongan jarring all point dan all mesh. Cara pertama tidak perlu menggunakan

pengaturan sortening karena pengikatan jarring mengikuti potongan all bar, sementara cara

ke 2 harus menggunakan pengaturan sortening. Sortening yang digunakan 30% karena

fungsi jarring hanya sebagai dinding. Dimensi lainnya sesuai kebutuhan.

Gambar 10.6. Jaring angkat dalam posisi terpasang

10.3 Penutup

Buat disain pukat pantai untuk beroperasi pada perairan dengan kedalaman maksimum 5

m,

Buat disain jarring bagan dengan dimensi 10 m x 12 m dan kedalaman 4 m. Bahan jarring

waring mesh size 5 mm.

Page 135: Buku Ajar Naja Gabung

130

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1978. Catalogue of Fishing Gear Design. FAO-UN. Fishing News (Books) Ltd. London.

Anonim, 2007. Katalog Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.

Anonim, 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.

Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

Ben-Yami, M. 1994. Purse Seining Manual. Fishing News (Books) Ltd. London.

FAO. 1975. Catalogue of small scale fishing gear. Fishing News (Books) Ltd. London.

FRIDMAN, A. L. 1986. Calculation for Fishing Gear Designs. Fishing News (Books) Ltd. London. 241 p.

Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Metode dan Teknik Penangkapan. Jurusan PSP, Fakultas Perikanan IPB, Bogor.

Kristjonson, H. 1959. Modern Fishing Gear of the World. Vol 1. Fishing News (Books) Ltd. London.

Kristjonson, H. 1964. Modern Fishing Gear of the World. Vol 2. Fishing News (Books) Ltd. London.

Kristjonson, H. 1972. Modern Fishing Gear of the World. Vol 3. Fishing News (Books) Ltd. London.

Menon, T.R----. Hand Book on Tuna Long Lining. Central Institute of Fisheries, Nautical and Engineering Training. Ministry of Agriculture and Irrigation. Government of India.

NOMURA. 1978. Fishing Techniques. I & 2. Japan International Cooperation Agency. Tokyo.

NIELSEN, L. A. AND D. L. JOHNSON [eds.]. 1983. Fisheries Techniques. American Fisheries Society, Bethesda, Maryland. 468 p.

Prichard, M. 1987. Let’s Go Fishing. Octopus Books Limited. Hong Kong.

Sadhori, N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa, Bandung. 182 hal.

Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.

Von Brandt, A. 1984. Fishing Catching Method of the World. 3rd Edition. Fishing news (Books) Ltd. England

Page 136: Buku Ajar Naja Gabung

131

BAB 11. DISAIN PANCING

11.1 Pendahuluan

Sasaran pembelajaran : menjelaskan prinsip dasar disain alat penangkap ikan dan

mendisain alat pancing

11.2 Uraian Bahan Pembelajaran

Pancing adalah suatu alat penangkap ikan yang terdiri dari mata pancing dan tali

dengan atau tanpa umpan dengan memancing ikan target sehingga tertangkap pada mata

pancing. Tali pancing biasanya terbuat dari bahan PA, PE monofilament. Mata pancing

terbuat dari kawat baja, kuningan atau material lain yang tahan karat. Secara umum mata

pancing memiliki kait balik untuk mempersulit ikan lolos dari mata pancing. Namun

demikian pada “pole and line” mata pancing tidak berkait balik karena proses

pengoperasiannya diperlukan ikan terlepas dengan cepat di atas kapal. Dalam

perkembangannya, mata pancing dan tali dilengkapi dengan pemberat, umpan dan joran.

Variasi pancing banyak sekali, mulai dari yang tradisional sampai pada yang

modern. Disain dan konstruksi pancing disesuaikan dengan jenis dan ukuran ikan yang

menjadi target tangkapan. Oleh karena itu terdapat banyak variasi bentuk dan ukuran

pancing serta sarana bantu lainnya yang digunakan.

Gambar 11.1. Cara mengikat tali pada pancing yang berlubang

Page 137: Buku Ajar Naja Gabung

132

Gambar 11.2. Cara mengikat tali pada pancing yang tidak berlubang

Ukuran pancing ditentukan oleh nomornya. Sistem penomoran pada mincing

menggunakan system indirect, dimana semakin besar nomor ukuran pancing semakin

kecil.

Variasi pancing sangat besar antara satu daerah dengan daerah lainnya, sehingga

kontruksinya juag berbeda-beda. Namun demikian, penamaan yang digunakan pada

pancing terletak pada cara pengoperasiannya. Sebagai contoh gambar 11.3 dan 11.4

secara konstruksi agak berbeda tetapi menggunakan nama yang sama. Pancing ulur adalah

pancing yang pada saat pengoperasiannya dilakukan dengan cara mengulur-ulur dan

sekali-sekali menarik-narik. Pancing tonda adalah pancing yang dioperasikan dengan

memasang pancing di belakang kapal, kemudian kapal dijalankan sehingga pancing

terseret di permukaan perairan.

Pancing pole and line adalah pancing yang dilengkapi dengan joran (Gambar 11.5).

Sedangkan long line (Gambar 11.6) adalah pancing yang dilengkapi dengan tali yang

panjang dengan banyak mata pancing yang dirangkai secara memanjang (Gambar 11,6 dan

11.10).

Secara umum pancing dilengkapi dengan umpan, baik umpan alami maupun

umpan buatan. Seiring dengan perkembangan teknologi, umpan buatan juga turut

berkembang yang didisain menyerupai bentuk alami seperti : udang, cumi-cumi, ikan-ikan

kecil.

Page 138: Buku Ajar Naja Gabung

133

Gambar 11.3. Disain pancing ulur (10.1.0) di Kuala Singkawang (Anonim, 2007),

Page 139: Buku Ajar Naja Gabung

134

Gambar 11,4, Disain pancing ulur (PCU 10.1.0) di Kota Baru (Anonim, 2007).

Page 140: Buku Ajar Naja Gabung

135

Gambar 11.5. Disain Pole and line (Anonim, 2007).

Pole and line atau dikenal juga dengan huhate atau skipjack pole and line adalah

cara pemancingan dengan menggunakan pancing khusus untuk ikan cakalang. Prinsip

utama pemancingan cakalang adalah kecepatan dan ketepatan, sehingga mata pancing

tidak berkait balik. Pada pole and line ini, ikan-ikan yang terpancing hanya dibanting ke

belakang dan terlepas di atas dek kapal. Ini merupakan cirri khas dari pancing pole and

line yang tidak dimiliki oleh pancing jenis lainnya.

Page 141: Buku Ajar Naja Gabung

136

Pancing Rawai (Long Line)

Pancing rawai atau long line adalah suatu pancing yang terdiri dari tali panjang (tali

utama, main line) kemudian pada tali tersebut secara berderet digantungkan tali-tali

pendek yang diujungnya diberi mata pancing. Tergantung dari banyaknya pancing yang

digunakan, kalau direntangkan lurus dapat mencapai panjang ratusan meter bahkan

mencapai beberapa kilometer.

Berdasarkan pengoperasiannya, rawai dapat digolongkan menjadi rawai menetap

dan rawai hanyut. Rawai menetap, biasanya dipasang di dasar perairan. Rawai hanyut

biasanya dipasang di permukaan perairan dan dihanyutkan bersama dengan arus. Rawai

hanyut biasanya ditargetkan untuk menangkap ikan tuna, sementara rawai menetap (dasar)

biasanya menangkap ikan-ikan dasar seperti ikan kakap, kerapu dan ikan demersal lainnya.

Rawai hanyut (rawai tuna) (Gambar 11.6) biasanya dioperasikan pada pertengahan

perairan sekitar kedalaman 100 m, sesuai dengan habitat ikan tuna. Posisi pancing di

dalam air diatur oleh panjang tali pelampung.

Gambar 11.6. Long line hanyut (Anonim, 2007).

Prinsip utama dalam merancang long line adalah jarak antara tali cabang lebih

besar dari 2 kali panjang tali cabang (brach line). Hal ini dimaksudkan agar dalam

pengoperasian di laut, antara satu tali cabang dengan tali cabang lainnya tidak saling

terkait.

Page 142: Buku Ajar Naja Gabung

137

Gambar 11.7. Konstruksi tali cabang (brach line) dengan kelengkapannya

Gambar 11.8. Tali pelampung

Page 143: Buku Ajar Naja Gabung

138

Gambar 11.9. Long line dasar

Gambar 11.10. Long line dasar pada saat dipasang di perairan

11.3 Penutup

Buat disain pancing untuk menangkap ikan kerapu, ikan layang, ikan tenggiri, ikan

tongkol.

Buat disain pancing untuk menangkap ikan tuna dengan kedalaman swimming layer 120

m.

Page 144: Buku Ajar Naja Gabung

139

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1978. Catalogue of Fishing Gear Design. FAO-UN. Fishing News (Books) Ltd. London.

Anonim, 2007. Katalog Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.

Anonim, 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.

Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

Ben-Yami, M. 1994. Purse Seining Manual. Fishing News (Books) Ltd. London.

FAO. 1975. Catalogue of small scale fishing gear. Fishing News (Books) Ltd. London.

FRIDMAN, A. L. 1986. Calculation for Fishing Gear Designs. Fishing News (Books) Ltd. London. 241 p.

Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Metode dan Teknik Penangkapan. Jurusan PSP, Fakultas Perikanan IPB, Bogor.

Kristjonson, H. 1959. Modern Fishing Gear of the World. Vol 1. Fishing News (Books) Ltd. London.

Kristjonson, H. 1964. Modern Fishing Gear of the World. Vol 2. Fishing News (Books) Ltd. London.

Kristjonson, H. 1972. Modern Fishing Gear of the World. Vol 3. Fishing News (Books) Ltd. London.

Menon, T.R----. Hand Book on Tuna Long Lining. Central Institute of Fisheries, Nautical and Engineering Training. Ministry of Agriculture and Irrigation. Government of India.

NOMURA. 1978. Fishing Techniques. I & 2. Japan International Cooperation Agency. Tokyo.

NIELSEN, L. A. AND D. L. JOHNSON [eds.]. 1983. Fisheries Techniques. American Fisheries Society, Bethesda, Maryland. 468 p.

Prichard, M. 1987. Let’s Go Fishing. Octopus Books Limited. Hong Kong.

Sadhori, N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa, Bandung. 182 hal.

Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.

Von Brandt, A. 1984. Fishing Catching Method of the World. 3rd Edition. Fishing news (Books) Ltd. England