budidaya tomat.pdf
TRANSCRIPT
Budidaya Tomat
Disadur oleh : Arnelis – PP Penyelia
UPT BP4K2P Kec.Canduang – Kab.Agam
PENDAHULUAN
Tanaman tomat
merupakan salah satu jenis
tanaman yang bernilai
ekonomis tinggi, untuk itu
dalam proses budidayanya
perlu dilakukan secara intensif
agar produksi yang dihasilkan
optimal. Tanaman ini termasuk
komoditas multiguna, selain
berfungsi sebagai sayuran
dan buah, tomat juga sering
dimanfaatkan untuk bahan
dasar kosmetik dan obat-
obatan.
Berdasarkan tipe pertumbuhannya, tanaman tomat
dibedakan menjadi dua tipe, yaitu determinate dan
indeterminate.Pada tipe determinate, postur tanaman pendek
dengan tandan bunga terletak di setiap ruas batang dan
ujung tanaman. Sedangkan pada tipe indeterminate, postur
tanaman tinggi dengan tandan bunga terletak berseling di
antara 2-3 ruas, pada ujung tanaman tumbuh pucuk muda.
Tanaman tomat dengan tipe indeterminate berbuah besar.
SYARAT TUMBUH
Tanaman tomat memerlukan curah hujan antara 100-220
mm/hujan dengan ketinggian tempat yang optimal 100-1000
mdpl. Intensitas sinar matahari berkisar antara 10-12 jam per
hari. Suhu optimal untuk pertumbuhan berkisar 25-30C,
sedangkan pada proses pembungaan membutuhkan suhu
malam hari 15-20C. Air sangat dibutuhkan oleh tanaman ini
karena 90% kandungan tomat terdiri dari air. Lokasi
pertanaman tomat sebaiknya bukan bekas lahan tanaman
tomat atau tanaman sefamili. Minimal sudah diberakan
selama 2 tahun untuk diperoleh hasil yang optimal.
PELAKSANAAN TEKNIS
Pengukuran pH tanah diperlukan untuk menentukan
jumlah pemberian kapur pertanian pada tanah masam atau
pH rendah (di bawah 6,5). Pengukuran bisa menggunakan
kertas lakmus, pH meter, atau cairan pH tester. Pengambilan
titik sampel bisa dilakukan dengan cara zigzag.
PELAKSANAAN BUDIDAYA
Persiapan Lahan
Persiapan lahan meliputi pembajakan dan penggaruan
tanah, Pembuatan bedengan kasar dengan lebar 110-120 cm,
tinggi 40-70 cm dan lebar parit 50-70 cm, pemberian kapur
pertanian sebanyak 200 kg/rol mulsa PHP (Plastik Hitam Perak)
untuk tanah dengan pH di bawah 6,5, pemberian pupuk
kandang yang sudah difermentasi sebanyak 40 ton/ha dan
pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 150 kg/rol mulsa PHP, kemudian
dilakukan pengadukan/pencacakan bedengan agar pupuk
yang sudah diberikan bercampur dengan tanah, persiapan
selanjutnya pemasangan mulsa PHP, pembuatan lubang
tanam dengan jarak tanam ideal untuk musim kemarau 60 cm
x 60 cm sedangkan untuk musim penghujan bisa diperlebar 70
cm x 70 cm dan kemudian dilakukan pemasangan ajir.
Pemasangan ajir yang dianjurkan dengan sistem ajir tegak
supaya kelembaban tanaman terjaga, masing2 ajir
dihubungkan dengan gelagar. Agar serangkaian ajir tersebut
menjadi kuat pada ajir paling pinggir dan setiap 4 ajir dipasang
ajir penguat membentuk sudut 45. Persiapan Pembibitan dan Penanaman
Pada persiapan pembibitan dibutuhkan rumah atau
sungkup pembibitan untuk melindungi bibit yang masih muda.
Kemudian menyediakan media semai dengan komposisi 20
liter tanah, 10 liter pupuk kandang, dan 150 g NPK halus. Media
campuran dimasukkan ke dalam polibag semai. Sebelum
melakukan penyemaian benih, sebaiknya benih direndam
dalam larutan fungisida sistemik berbahan aktif simokanil atau
metalaksil dengan dosis ½ dari dosis terendah yang dianjurkan
pada kemasan selama 6 jam, baru kemudian benih disemai
pada media. Untuk mempercepat perkecambahan benih
permukaan media ditutup dengan kain goni (bisa juga
menggunakan mulsa PHP) dan dijaga dalam keadaan
lembab.
Pembukaan penutup permukaan media semai dilakukan
apabila benih sudah berkecambah, baru kemudian benih
disungkup menggunakan plastik transparan. Pembukaan
sungkup dimulai pada jam 07.00 - 09.00, dan dibuka lagi jam
15.00-17.00. Umur 5 hari menjelang tanam sungkup harus
dibuka secara penuh untuk penguatan tanaman. Penyiraman
jangan terlalu basah dan dilakukan setiap pagi.
Penyemprotan dengan fungisida berbahan aktif simoksanil dan
insektisida berbahan aktif imidakloprid pada umur 10 hss (hari
setelah semai) dengan dosis ½ dari dosis terendah. Bibit yang
sudah memiliki 4 helai daun sejati siap untuk pindah tanam ke
lahan.
Pemeliharaan
1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan sampai dengan umur tanaman 2
minggu. Tanaman yang sudah terlalu tua apabila masih terus
disulam mengakibatkan pertumbuhan tidak seragam. Dan
akan berpengaruh terhadap pengendalian hama penyakit. 2. Perempelan dan Pengikatan Tanaman
Perempelan tunas samping pada tanaman tomat
dilakukan sampai dengan pembentukan cabang, baik pada
cabang utama, cabang kedua, ketiga dan seterusnya di atas
cabang utama. Jadi di atas cabang utama, cabang yang
dipelihara adalah cabang-cabang produktif. Perempelan
tunas samping dilakukan pada semua tunas yang keluar di
ketiak daun, baik di bawah cabang utama maupun di bawah
cabang-cabang produktif. Perempelan tunas di bawah
cabang utama bertujuan untuk memacu pertumbuhan
vegetatif tanaman agar tanaman tumbuh kekar, disamping itu
juga menjaga kelembaban pada saat tanaman sudah
dewasa, sedangkan perempelan tunas dibawah cabang-
cabang produktif bertujuan untuk menjaga kelembaban
tanaman dan mengoptimalkan produksi.
Perempelan daun di bawah cabang utama dilakukan
pada saat tajuk tanaman telah menutupi seluruh daun bagian
bawah, pada saat ini daun sudah tidak berfungsi secara
optimal, justru sangat disenangi hama dan penyakit tanaman.
Perempelan pada daun juga dilakukan bagi daun
tua/terserang penyakit. 3. Sanitasi Lahan dan Pengairan
Sanitasi lahan pada budidaya tomat meliputi :
pengendalian gulma/rumput, pengendalian air saat musim
hujan sehingga tidak muncul genangan, pemangkasan daun
dan pencabutan tanaman yang terserang hama penyakit.
Pengairan diberikan secara terukur, dengan
penggenangan atau pengeleban seminggu sekali jika tidak
turun hujan. Penggenangan jangan terlalu tinggi, batas
penggenangan hanya 1/3 dari tinggi bedengan. 4. Pemupukan Susulan
Pupuk akar diberikan dengan cara pengocoran pada
umur 15 hst, 25 hst dan 35 hst dengan dosis 3kg NPK 15-15-15
dilarutkan dalam 200lt air, untuk 1000 tanaman, tiap tanaman
diberikan 200ml.
Pupuk daun kandungan Nitrogen tinggi diberikan pada
umur 7 hst dan 24 hst, sedangkan pupuk daun kandungan
Phospat, kalium dan mikro tinggi diberikan umur 20 hst, 30 hst
dan 45 hst. Dosis penyemprotan sesuai petunjuk pada
kemasan.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
a. Hama
1. Ulat Tanah
Ulat tanah yang menyerang tanaman tomat
adalah Agrotis ipsilon. Hama jenis ini menyerang
tanaman pada malam hari, sedangkan pada siang
harinya bersembunyi di dalam tanah atau di balik mulsa
PHP. Ulat tanah menyerang batang tanaman yang
masih muda dengan cara memotongnya, sehingga
sering dinamakan juga ulat pemotong. Cara
pengendaliannya adalah dengan pemberian insektisida
berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada
lubang tanam.
2. Ulat Grayak
Ulat grayak yang menyerang tanaman tomat
adalah Spodoptera litura. Ulat grayak menyerang daun
tanaman bersama-sama dalam jumlah yang sangat
banyak, ulat ini biasanya menyerang di malam hari
dengan cara memakan daun dan buah tomat. Gejala
pada daun berupa bercak-bercak putih dan berlubang,
sedangkan pada buah ditandai adanya lubang yang
tidak beraturan pada setiap permukaan buah.
Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan
penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin,
deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil,
kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai
petunjuk yang tertera pada kemasan.
3. Ulat Buah
Ulat buah yang menyerang tanaman tomat adalah
Heliotis armigera. Bagian tubuh hama ini diselimuti kutil.
Ulat ini menyerang tanaman dengan cara mengebor
buah sambil memakannya sehingga buah yang
terserang berlubang. Pengendaliannya dengan cara
penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin,
deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil,
kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai
petunjuk yang tertera pada kemasan.
4. Kutu Daun
Kutu daun yang menyerang tanaman tomat
adalah Myzus persiceae. Kutu ini mengisap cairan
tanaman terutama pada daun yang masih muda,
kotorannya berasa manis sehingga menggundang
semut. Serangan parah menyebabkan daun mengalami
klorosis(kuning), menggulung dan mengeriting, akhirnya
tanaman menjadi kerdil. Pengendaliannya dengan
penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin,
tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir,
sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis sesuai
petunjuk yang tertera pada kemasan.
5. Kutu Kebul
Kutu kebul yang menyerang tanaman tomat
adalah Bemisia tabaci. Hama ini berwarna putih,
bersayap dan tubuhnya diselimuti serbuk putih seperti
lilin. Kutu kebul menyerang dan menghisap cairan sel
daun sehingga sel-sel dan jaringan daun rusak.
Pengendalian hama ini dengan cara penyemprotan
insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam,
imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau
lamdasihalotrin dengan dosis sesuai petunjuk yang
tertera pada kemasan.
6. Lalat Buah
Lalat buah yang menyerang tanaman tomat
adalah Dacus dorsalis. Lalat betina dewasa menyerang
buah tomat dengan cara menyuntikkan telurnya ke
dalam buah, kemudian telur berubah menjadi larva,
telur-telur inilah yang akhirnya menggerogoti buah
tomat sehingga buah menjadi busuk. Pengendalian
lalat buah dapat menggunakan perangkap lalat
(sexpheromone), caranya : metil eugenol dimasukkan
pada botol aqua yang diikatkan pada bambu dengan
posisi horisontal, atau dapat pula menggunakan buah-
buahan yang aromanya disukai lalat (misal nangka,
timun) kemudian dicampur insektisida berbahan aktif
metomil. Selain itu juga dapat dilakukan
penyemprotan menggunakan insektisida berbahan
aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos,
metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan
dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.
7. Nematoda
Nematoda yang menyerang tanaman tomat
adalah Meloidogyne incognita. Serangan nematoda
ditandai adanya bintil-bintil pada akar. Nematoda
merupakan cacing tanah yang berukuran sangat kecil,
hama ini merupakan cacing parasit yang menyerang
bagian akar tanaman. Bekas gigitan cacing inilah yang
akhirnya menyebabkan serangan sekunder, seperti layu
bakteri, layu fusarium, busuk phytopthora atau
cendawan lain penyerang akar. Cara pengendalian
nematoda adalah dengan pemberian insektisida
berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada
lubang tanam. b. Penyakit
1. Rebah Semai
Rebah semai yang menyerang tanaman tomat
adalah Pythium debarianum. Penyakit ini biasa
menyerang tanaman tomat pada fase pembibitan dan
tanaman muda setelah pindah tanam. Cara
pengendaliannya dengan penyemprotan fungisida
sistemik berbahan aktif propamokarb hidroklorida,
simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf
dengan dosis ½ dari dosis terendah yang tertera pada
kemasan.
2. Layu Bakteri
Bakteri penyebab layu yang menyerang tanaman
tomat adalah Pseudomonas sp. Penyakit ini sering
menggagalkan tanaman, tanaman yang terserang
mengalami kelayuan pada daun yang diawali dari
daun-daun muda. Upaya pengendalian yang dapat
dilakukan antara lain dengan meningkatkan pH tanah,
memusnahkan tanaman yang terserang, melakukan
penggiliran tanaman serta penyemprotan secara
kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan
antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin
sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin
dengan dosis sesuai pada kemasan. Sebagai
pencegahan, secara biologi dapat diberikan
trichoderma pada saat persiapan lahan, pada umur
20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran dengan pestisida
organik pada tanah, contoh wonderfat dengan dosis
sesuai anjuran pada kemasan.
3. Layu Fusarium
Cendawan penyebab layu yang menyerang
tanaman tomat adalah Fusarium oxysporum. Tanaman
yang terserang mengalami kelayuan dimulai pada
daun-daun tua, kemudian menyebar ke daun-daun
muda dan menguning. Upaya pengendalian yang
dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan pH
tanah, memusnahkan tanaman yang terserang,
melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan
secara kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif
benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida
dengan dosis sesuai pada kemasan. Sebagai
pencegahan, secara biologi dapat diberikan
trichoderma pada saat persiapan lahan, pada umur
20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran dengan pestisida
organik pada tanah, contoh wonderfat dengan dosis
sesuai anjuran pada kemasan.
4. Busuk Phytopthora
Penyakit busuk yang menyerang tanaman tomat
adalah Phytopthora infestans. Penyakit ini menyerang
semua bagian tanaman. Batang yang terserang
ditandai dengan bercak coklat kehitaman dan kebasah-
basahan. Serangan serius menyebabkan tanaman layu.
Daun tomat yang terserang seperti tersiram air panas.
Buah yang terserang ditandai dengan bercak kebasah-
basahan yang menjadi coklat kehitaman dan lunak.
Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida
sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah
metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil atau
dimetomorf dan fungisida kontak, contoh bahan aktif
yang bisa digunakan adalah tembaga, mankozeb,
propineb, ziram, atau tiram. Dosis sesuai petunjuk pada
kemasan.
5. Bercak Bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh serangan bakteri
Xanthomonas vesicatoria, berkembang pesat terutama
pada musim hujan. Serangan ditandai dengan adanya
bercak berwarna gelap mengkilap. Pengendaliannya
menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik
dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat,
asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin, atau dari
golongan anorganik seperti tembaga. Dosis sesuai pada
kemasan.
6. Bercak Daun Septoria
Penyakit ini disebabkan oleh serangan cendawan
Septoria lycopersici. Cendawan ini menyerang semua
fase pertumbuhan. Gejala serangan berupa bercak-
bercak berwarna coklat yang akhirnya berubah keabu-
abuan pada permukaan daun bagian bawah, tepi
daun berwarna hitam. Pengendalian secara kimiawi
menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif
yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat,
karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan
fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin,
atau mankozeb. Dosis sesuai pada kemasan.
7. Lunak Bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh serangan bakteri
Erwinia carotovora. Serangan pada daun ditandai
dengan adanya bercak berair disertai perubahan warna
daun menjadi kecoklatan, terutama pada daun yang
masih segar, serangan pada batang menyebabkan
tanaman roboh. Pengendaliannya menggunakan
bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif
kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik,
validamisin, atau oksitetrasiklin, atau dari golongan
anorganik seperti tembaga. Dosis sesuai pada kemasan.
8. Virus
Virus yang menyerang tanaman tomat adalah
ToMV, PVX, TMV dan CMV. Virus merupakan penyakit
yang sangat berpotensi menimbulkan kegagalan
terutama pada musim kemarau. Gejala serangan
umumnya ditandai dengan pertumbuhan tanaman
yang mengerdil, daun mengeriting dan terdapat bercak
kuning kebasah-basahan. Penyakit virus sampai saat ini
belum ditemukan penangkalnya. Penyakit ini ditularkan
dari satu tanaman ke tanaman lain melalui vektor atau
penular. Beberapa hama yang sangat berpotensi
menjadi penular virus diantaranya adalah thrips, kutu
daun, kutu kebul, dan tungau. Manusia dapat juga
berperan sebagai penular virus, baik melalui alat-alat
pertanian maupun tangan terutama pada saat
pemangkasan. Beberapa upaya penanganannya virus
antara lain : membersihkan gulma (karena gulma
berpotensi menjadi inang virus), mengendalikan
hama/serangga penular virus, memusnahkan tanaman
yang sudah terserang virus, kebersihan alat dan memberi
pemahaman kepada tenaga kerja agar tidak ceroboh
saat melakukan penanganan terhadap tanaman.
Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit :
- Pengendalian hama ulat tanah dan nematoda dilakukan
secara bersamaan cukup satu kali pemberian insektisida, yaitu
1gram per lubang tanam.
- Pengendalian hama ulat grayak, ulat buah, kutu daun, kutu
kebul, lalat buah dan penyakit menggunakan pestisida harus
dilakukan berseling atau penggantian bahan aktif yang
tertera di atas setiap melakukan penyemprotan (jangan
menggunakan bahan aktif yang sama secara berturut-turut).
PANEN
Tomat tipe determinite dapat dipanen pada umur 65 hst
dan tipe indeterminate umur 75 hst. Buah yang dipanen
adalah buah yang sudah 25% masak.