blue bubbles template - ahmadrofai.files.wordpress.com · tingkat makro maupun mikro yang memiliki...

30
Partisipasi dalam Pemberdayaan (Pembangunan Partisipatoris) Dasar-Dasar Pembangunan Sosial Getar Hati, M.Kesos 28 Oktober 2014

Upload: lydat

Post on 17-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Partisipasi dalam Pemberdayaan

(Pembangunan Partisipatoris)

Dasar-Dasar Pembangunan Sosial

Getar Hati, M.Kesos 28 Oktober 2014

www.company.com

Pembangunan Partisipatoris

Mikkelsen (2005) menyoroti bahwa paradigma

pembangunan saat ini mengarah pada isu-isu baik di

tingkat makro maupun mikro yang memiliki impilkasi pada

kebijakan.

Untuk itu, ada tuntutan yang kuat akan perubahan

bersama – perubahan sosial.

Hastrup (1990) : perubahan sosial merupakan suatu

proses yang tidak bisa diramalkan, dan diperlukan

pemahaman mengenai kompleksitas masyarakat –

“masyarakat dan intervensi sebagai proses”

www.company.com

Pembangunan Partisipatoris

Masyarakat memiliki peran penting dalam proses

identifikasi masalah.

Mikkelsen (2005) : perencana dan praktisi serta peneliti

pembangunan harus melihat dan merumuskan apa

masalahnya, siapa yang bermasalah, dan mengapa

masalah itu muncul dan bagaimana mengatasi masalah

.

Paradigma “pembangunan partisipatoris” muncul sebagai

prospek yang baik.

www.company.com

Definisi Partisipasi

Mikkelsen (2005)

Genuine participation, initiated and managed by people themselves, is a goal in the democratic process

Ife (2006)

It cannot be achieved quickly, as it involves reversing some strong trends in contemporary society. Rather, it must be seen as the result of a long term developmental process, and thus become one of the goal (achieving human rights)

Adi (2013)

Keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah,, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi

www.company.com

Participation

is a MEANS or an END

www.company.com

Example of a Bullet Point Slide Participation as a means Participation as an end

Penggunaan partisipasi untuk mencapai

beberapa tujuan yang telah ditentukan Berupaya untuk memberdayakan

masyarakat untuk berpartisipasi dalam

memaknai pembangunan mereka sendiri

Berupaya untuk memanfaatkan sumber

daya yang ada untuk mencapai tujuan

program atau proyek

Mencoba untuk memastikan peningkatan

peran masyarakat dalam prakarsa

pembangunan

Penekannya adalah pada pencapaian tujuan pembangunan, bukan pada partisipasinya

Fokusnya adalah untuk mengembangkan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi daripada untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

Hal ini lebih sering terjadi pada program-

program pemerintah , di mana perhatian

utama adalah untuk memobilisasi

masyarakat dan melibatkan mereka dalam

meningkatkan efisiensi

The Pandangan ini kurang diterapkan pada program-program pemerintah , sebaliknya

lebih diterapkan pada program NGO.

Partisipasinya umumnya berjangka pendek Partisipasi dipandang sebagai proses jangka panjang

Partisipasi dipandang sebagai sarana, sehingga terkadang muncul bentuk partisipasi pasif

Partisipasi sebaai tujuan biasanya menjadikan masyarakat lebih aktif dan dinamis

Ife (2006)

www.company.com

sebagai tujuan, partisipasi menghasilkan pemberdayaan yakni setiap orang berhak menyatakan pendapat dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupannya.

Sebagai alat, partisipasi merupakan upaya dalam memajukan ideologi/tujuan pembangunan yang normatif seperti keadilan sosial, persamaan, dan demokrasi.

(Mikkelsen, 2005)

www.company.com

Tipe Partisipasi

• Partisipasi instrumental : terjadi ketika partisipasi dilihat sebagai suatu cara untuk mencapai sasaran tertentu – partisipasi masyarakat setempat dalam proyek-proyek yang dilakukan oleh orang luar

• Partisipasi transformasional : terjadi ketika partisipasi itu pada dirinya sendiri dipandang sebagai tujuan, dan sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi lagi, misal menjadi swadaya dan berkelanjutan.

(Kruks, 1983 dalam Mikkelsen, 2005)

www.company.com

Bentuk-Bentuk Partisipasi

Chambers (2002) dalam Mikkelsen (2005) melihat bahwa partisipasi seringkali digunakan dalam 3 bentuk:

1)Cosmetic Label

2)Coopting Practice

3)Empowering Process

(dalam Adi, 2005)

www.company.com

Partisipasi sebagai Cosmetic Label

Partisipasi digunakan sebagai label kosmetik, maksudnya adalah kata partisipasi yang tujuan penggunaannya adalah untuk usulan proyek menjadi lebih menarik sehingga pendanaan dari lembaga donor atau pemerintah dimungkinkan

www.company.com

Partisipasi sebagai Coopting Process

Partisipasi digunakan untuk memobilisasi tenaga-tenaga di tingkat lokal dan mengurangi pembiayaan proyek

www.company.com

Partisipasi sebagai Empowering Process

Partisipasi dimaknai sebagai suatu proses yang memampukan (enable) masyarakat lokal untuk melakukan analisis masalah mereka, memikirkan bagaimana cara mengatasinya, menapatkan rasa percaya diri untuk mengatasi masalah, mengambil keputusan sendiri tentang alternatif pemecahan masalah apa yang ingin mereka pilih.

www.company.com

‘Encouraging and Supporting

Participation’

Ife (2006): mendorong partisipasi sangat berkaitan dengan pemenuhan hak asasi manusia.

“While some people will not participate with a

conscious decision ≠ non-participation that

results from a lack of opportunity or support to participate”

www.company.com

‘Encouraging and Supporting Participation’

1.People will participate if they feel the issue or

activity is important

2.People must feel that their action will make a

difference

3.Different forms of participation must be

acknowledged and valued

4.People must be enabled to participate, and

be supported in their participation

5.Structures and processes must not be

alieting (Ife, 2006)

www.company.com

‘Measuring Participation’

Participation is not simply about outputs. It is a process and so encompasses many levels and dimensions of change: changes in capacitiy of organisations; communities and individuals; changes in attitude and behaviour; changes in access to resources; changes in power balances; changes in perception of stakeholders.

Participation has the potential to contribute to significant changes in the political, cultural, economic, and social aspects of communities and of people’s lives.

(Ife, 2006)

www.company.com

‘Measuring Participation’

Beberapa indikator kuantitatif untuk mengukur partisipasi:

• Positive change in local services • Numbers of meetings and attendance numbers • Proportion of different section of the community

attending • Numbers of people affected by the issue attending • Numbers of local leaders taking on roles • Numbers of local people taking on project roles • Numbers of local people involved in different aspects

of the project and at different times

Ife (2006)

www.company.com

‘Measuring Participation’

Beberapa indikator kualitatif untuk mengukur partisipasi :

• A community/local people’s growing capacity to organise the action

• Growing support in the community and strenghtening networks

• Increased community knowledge about such things as finance and project management

• Community desire to be involved in decision making • Increasing ability to those in participating to put

decision into action ................next Ife (2006)

www.company.com

‘Measuring Participation’

Beberapa indikator kualitatif untuk mengukur partisipasi :

• Increasing reach of participants beyond the project to representing it in order organisations

• Emerging leaders from the community • Increased networking with other projects,

communities, organisations • Commercing influence over policy

Ife (2006)

www.company.com

Partisipasi Perempuan, Gender dalam Pembangunan

Laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama untuk berpartisipasi dalam

pembangunan

www.company.com

Partisipasi Perempuan, Gender dalam Pembangunan

Pada masyarakat tradisional, perempuan lebih

difokuskan pada pekerjaan rumah tangga/domestik

sedangkan pembangunan hanya didominasi oleh laki-

laki.

Struktur yang patriarki membuahkan kebijakan,

perencanaan dan proyek pembangunan yang didesain

untuk melayani kepentingan golongan laki-laki, dan

kondisi ini tidak hanya menelantarkan perempuan tetapi

juga menghancurkan standar hidup perempuan –

distorsi pembangunan (Midgley, 1995)

www.company.com

Partisipasi Perempuan, Gender dalam Pembangunan

Masa pencerahan (abad-18) telah terjadi penyadaran

akan pentingnya peran perempuan untuk berpartisipasi

dalam pembangunan.

publikasi Mary Wollstonecraft yang berjudul ”Vindication of

the Rights of Women” tahun 1792 Wollstronecraft

memberikan inspirasi dan pengaruh pada gerakan

‘pembebasan perempuan’ yang menyadarkan bahwa

kekerasan psikologis dan ekonomi yang dialami

perempuan disebabkan oleh ketergantungan perempuan

secara ekonomi kepada laki-laki dan peminggiran

perempuan dari ruang publik (Hakim, 2012 & Ife, 2013)

www.company.com

Partisipasi Perempuan, Gender dalam Pembangunan

Adanya partisipasi perempuan (Women in Development)

bergeser ke tahap perspektif ‘gender’ yaitu:

Fokus pada isu partisipasi perempuan dalam

pembangunan tidak hanya mengisyaratkan pada

penyadaran perempuannya sendiri, tetapi juga perlu

penyadaran dari kelompok laki-laki (Mikkelsen, 2005)

www.company.com

Partisipasi Perempuan, Gender dalam Pembangunan

Moser (1989) mengemukakan beberapa pendekatan yang

menyentuh isu perempuan dalam pembangunan (dalam Midgley,

1995):

Pertama, Pendekatan Kesejahteraan (Welfare Approach)

Memandang perempuan sebagai penerima program

pengembangan khusus yang pasif yang didesain untuk

menyentuh kebutuhan mereka sebagai ibu rumah

tangga.

Kedua, Pendekatan Persamaan (Equity Approach).

Berusaha untuk meningkatkan status perempuan dan

mendorong persamaan dengan laki-laki melalui akses

pekerjaan, gaji yang sama, dan kesempatan yang

sama.

www.company.com

Partisipasi Perempuan, Gender dalam Pembangunan

Moser (1989) mengemukakan beberapa pendekatan yang

menyentuh isu perempuan dalam pembangunan (dalam Midgley,

1995):

Ketiga, Pendekatan Anti Kemiskinan (Anti-Poverty Approach)

Berusaha untuk menunjang kerja swasta yang produktif

bagi perempuan yang berpendapatan rendah.

Pendekatan ini mendefinisikan posisi perempuan yang

rendah sebagai konsekuensi ketidakberimbangan

bukan penindasan.

Keempat, Pendekatan Efisiensi (Eficiency Approach).

Berusaha meingkatkan keterlibatan perempuan dengan

dasar bahwa perempuan adalah sumber produktif yang

berguna bagi pertumbuhan ekonomi

www.company.com

Partisipasi Perempuan, Gender dalam Pembangunan

Moser (1989) mengemukakan beberapa pendekatan yang

menyentuh isu perempuan dalam pembangunan (dalam Midgley,

1995):

Kelima, Pendekatan Pemberdayaan (Empowerment Approach)

Menandakan bahwa posisi perempuan menjadi lebih

baik ketika perempuan menjadi mandiri dan melatih

kontrolnya pada pembangunan keputusan yang

berdampak untuk hidupnya.

www.company.com

Perempuan dalam Pembangunan

Diambil dari Berbagai sumber

www.company.com

Perempuan dalam Pembangunan

Sumber: website PEKKA

www.company.com

Contoh Beberapa Program

VISI DAN MISI PEKKA

• PEKKA mempunyai visi untuk pemberdayaan perempuan kepala keluarga dalam

rangka ikut berkontribusi membangun tatanan masyarakat yang sejahtera, adil

gender, dan bermartabat.

Untuk mewujudkan visi tersebut, PEKKA mengemban misi untuk:

Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan perempuan kepala keluarga

• Membuka akses perempuan kepala keluarga terhadap berbagai akses

sumberdaya

• Membangun kesadaran kritis perempuan kepala keluarga baik

terhadap kesetaraan peran, posisi, dan status mereka, maupun terhadap

kehidupan sosial politiknya.

• Meningkatkan partisipasi perempuan kepala keluarga dalam berbagai proses

kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya

• Meningkatkan kontrol perempuan terhadap proses pengambilan keputusan mulai

di tingkat rumah tangga hingga negara.

Sumber: website PEKKA

www.company.com

Contoh Beberapa Program

CAKUPAN PEKKA

• PEKKA mendampingi Perempuan miskin yang melaksanakan

peran dan tanggung jawab sebagai pencari nafkah, pengelola

rumah tangga, dan pengambil keputusan dalam keluarga

yang mencakup:

Perempuan yang ditinggal/dicerai hidup

• Perempuan yang ditinggal/dicerai mati

• Perempuan yang membujang atau tidak menikah

• Perempuan bersuami, tetapi oleh karena suatu hal, suaminya

tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai kepala keluarga

• Perempuan bersuami, tetapi tidak mendapatkan nafkah lahir

dan batin karena suaminya berpergian lebih dari satu tahun. Sumber: website PEKKA

www.company.com

DISKUSI

Diskusikan bersama kelompok kecil

tentang bagaimana pandangan

kelompok terkait partisipasi

perempuan dalam pembangunan di

Indonesia saat ini, serta bagaimana

arah dan model partisipasi yang

ideal yang dilakukan oleh

perempuan.