blok 10!!!!!!

25
Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510 Tinjauan Pustaka No. Telp (021) 5694-2061 Analisis Terhadap Gangguan Mekanisme Saluran Kemih Rionaldo Sanjaya P 102012022 C5 [email protected] Pendahuluan Plasma darah dalam tubuh akan diproses melalui sistem kemih, sehingga terbentuk urin. Proses tersebut terjadi dalam ginjal melalui proses filtrasi, reabsorbsi, dan sekresi. Proses filtrasi bertujuan untuk menyaring protein agar tidak masuk ke urin, sedanngkan proses reabsorbsi bertujuan untuk menyerap molekul – molekul yang masih dibutuhkan, dan proses sekresi bertujuan untuk menambahkan bahan yang tidak terfiltrasi di kapiler peritubulus. Terdapat banyak gangguan pada sistem kemih ini seperti, poliuria, oligouria, nokturia, hematuria, bilirubinuria, dan seterusnya. 1

Upload: rionaldo-sanjaya

Post on 05-Sep-2015

32 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

blok 10

TRANSCRIPT

Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510 Tinjauan Pustaka

No. Telp (021) 5694-2061

Analisis Terhadap Gangguan Mekanisme

Saluran Kemih

Rionaldo Sanjaya P

102012022

C5

[email protected]

Pendahuluan

Plasma darah dalam tubuh akan diproses melalui sistem kemih, sehingga terbentuk urin. Proses tersebut terjadi dalam ginjal melalui proses filtrasi, reabsorbsi, dan sekresi. Proses filtrasi bertujuan untuk menyaring protein agar tidak masuk ke urin, sedanngkan proses reabsorbsi bertujuan untuk menyerap molekul molekul yang masih dibutuhkan, dan proses sekresi bertujuan untuk menambahkan bahan yang tidak terfiltrasi di kapiler peritubulus.

Terdapat banyak gangguan pada sistem kemih ini seperti, poliuria, oligouria, nokturia, hematuria, bilirubinuria, dan seterusnya.

Pada kasus ini, seorang bapak dengan keluhan sering kencing, terutama pada malam hari, dan diktehaui juga bahwa ia sering haus dan makan banyak. Diduga oleh dokter pasien menderita Diabetes Mellitus. Tentunya ada perubahan ataupun gangguan pada metabolisme yang terjadi dalam tubuh bapak tersebut. Kebiasaan serta gejala yang timbul ini akan menimbulkan serangkaian perubahan ataupun gangguan. Lebih lanjut akan dibahas di dalam makalah ini.

Dalam makalah ini, penulis akan membahas mekanisme system kemih dan struktur dari system kemih baik mikroskopik maupun makroskopik, enzim-enzim pencernaan, dan fungsi organ pencernaan.

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui mekanisme system pencernaan dan pencernaan lemak, struktur dari hepar dan empedu baik mikroskopik maupun makroskopik, enzim-enzim pencernaan, dan fungsi organ pencernaan.

Identifikasi Istilah

Postprandial : Pemeriksaan setelah makan.1

Rumusan Masalah

Sering kencing terutama pada malam hari

Sering haus

Makan banyak

Hipotesis

Bapak ini terkena Diabetes

Mind Map

Gambar 1. Mind Map

Struktur Anatomis Sistem Kemih

1. Ginjal

Ginjal adalah organ berbentuk seperti kacang dengan warna merah tua yang ukurannya kurang lebih sekepalan tangan. Ginjal terletak di bagian abdomen posterior yang berdekatan dengan dua iga terakhir. Organ ini merupakan organ retroperitoneal dan terletak di anatara otot otot punggung dan peritoneum rongga abdomen atas. Tiap tiap ginjal memiliki kelenjar adrenal di atasnya.Ginjal kanan terletak lebih rendah dari yang kiri karena adanya hati.

Fungsi ginjal adalah sebagai berikut,

Pengeluaran zat sisa organik yaitu urea, asam urat, kreatinin, dan produk penguaraian hemoglobin dan hormone

Pengaturan konsentrasi ion-ion penting seperti ion natrium, kalium, kalsium, magnesium, sulfat, dan fosfat

Pengaturan keseimbangan asam- basa tubuh dengan mengekskresikan hidrogen, bikarbonat, ammonium, serta memproduksi urin asam atau basa sesuai kebutuhan tubuh

Pengaturan produksi sel darah merah dengan menghasilkan eritropoetin. Eritropoetin ini akan mengatur produksi sel darah merah dalam sumsum tulang

Pengaturan tekanan darah dengan mengatur volume esensial bagi pengaturan tekanan darah, dan juga memproduksi enzim rennin. Enzim rennin ini berperan penting dalam mekanisme RAAS yang meningkatkan tekanan darah dan retensi air

Pengendalian terbatas terhadap glukosa darah dan asam amino darah

Pengeluaran zat beracun seperti obat obatan, zat aditif, maupun zat kimia asing lainnya. 2

Ginjal dibungkus oleh 3 lapis jaringan ikat yaitu, fascia renal, capsula adipose, dan capsula fibrosa. Fascia renal merupakan pembungkus terluar, sedangkan capsula adipose merupakan jaringan lemak yang melindungi ginjal dan mempertahankan posisi ginjal, dan capsula fibrosa tersusun oleh jaringan fibosa yang halus dan transparan.

Gambar 2. Struktur Nefron

Sumber: Slonane E2

Satu ginjal terdiri dari 1 4 juta nefron yang merupakan unit fungsional ginjal untuk membentuk urin. Setiap nefron terdiri atas,

a. Glomerulus adalah gulungan kapiler yang dikelilingi kapsul epitel berdinding ganda disebut kapsula bowman. Glomerulus dan kapsula bowman bersama-sama membentuk sebuah korpuskel ginjal.

Lapisan visceral kapsul bowman adalah lapisan internal epithelium. Sel sel lapisan visceral dimodifikasi menjadi kaki podosit. Setiap sel podosit merekat pada permukaan luar kapilar glomerular melalui beberapa prosesus primer panjang yang mengandung prosesus sekunder yang disebut kaki pedikel. Pedikel berinterdigitasi dengan prosesus yang sama dari podosit tetangga. Ruang sempit antar pedikel-pedikel yang berintedigitasi disebut filtration slits yang berupa pori pori dengan lebar 25 mm. Barier filtraasi glomerular adalah barier jaringan yang memisahkan.

Lapisan parietal kapsula bowman membentuk tepi terluar korspuskel ginjal, pada kutub vascular terdapat arteriol aferen dan eferen, sedangkan pada kutub urinarius terdapat tubulus kontortus proksimal.

b. Tubulus kontortus proksimal panjangnya 15mm dan sangat berliku. Pada permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat sel sel epitel kuboid yang kaya akan mikrovili dan memperluas area permukaan lumen.

c. Ansa henle yang terdiri dari 3 bagian. Bagian descendens, bagian tipis, dan bagian ascendens. Ansa henle terbagi menjadi 2, pendek ( nefron korteks ) dan panjang ( jukstaglomerular ).

d. Tubulus kontortus distal juga sangat berliku. Panjangnya sekitar 5mm dan membentuk segmen terakhir nefron. Di sepanjang jalurnya, tubulus ini bersentuhan dengan dinding arteriol aferen. Bagian tubulus yang bersentuhan dengan arteriol mengandung sel sel termodifikasi yang disebut macula densa. Macula densa berfungsi sebagai suatu kemoreseptor dan distimulasi oleh penurunan ion natirum. Dinding arteriol aferen yang bersebelahan dengan macula densa mengandung sel-sel otot polos termodifikasi yang disebut sel jukstaglomerular. Sel ini disitmulasi oleh penurunan tekanan darah untuk memproduksi rennin. Macula densa, sel jukstaglomerular, dan sel mesangial saling bekerja sama untuk membentuk apparatus jukstaglomerular yang penting dalam pengaturan tekanan darah.

e. Tubulus dan duktus pengumpul yang akan bermuara ke pelvis ginjal. Tubulus pengumpul membentuk duktus pengumpul yang besar dan lurus. Dukuts pengumpul membentuk tuba yang lebih besar yang mengalirkan urine ke dalam kaliks minor. Kaliks minor bermuara ke dalam pelvis ginjal melalui kaliks mayor. Dari pelvis ginjal urine dialirkan ke ureter.

Ginjal mendapat suplai darah dari arteri renalis yang merupakan cabang dari aorta abdominalis yang masuk ke dalam ginjal melalui hilus ginjal. Arteri renalis akan bercabang menjadi arteri arteri interlobaris yang mengalir di piramida ginjal, kemudian arteri interlobaris bercabang membentuk arteri arkuata yang merupakan batas dari korteks dan medulla. ArteriGambar 3. Perdarahan Ginjal

arkuata kemudian bercabang Sumber: picsearch.com

menjadi arteri interlobularis yang berada di bagian korteks ginjal. Arteri arteri tersebut didampingi oleh venanya.2

Lapisan parietal kapsula Bowman terdiri atas epitel selapis gepeng yang ditunjang lamina basalis dan selapis tipis serat retikulin. Pada kutub urinarius epitelnya berubah menjadi selapis kuboid atau silindris rendah. Sel-sel lapisan visceral disebut podosit. Di antara sel-sel endotel bertingkap dan kapiler glomerulus dan podosit yang menutup permukaan luarnya, Gambar 4. Korpus Malphigi

terdapat membrane basal yang tebal. Lapisan ini Sumber: Don W3

berupa sawar filtrasi yang memisahkan darah dalam kapiler dari ruang urinarius. Dengan bantuan mikroskop electron dapat dibedakan lapisan tengah yang padat electron (lamina densa) dan lapisan electron yang lebih lusen pada masing-masing sisi (lamina rara). Selain sel endotel dan podosit, kapiler glomerulus mempunyai sel mesangial yang melekat pada dindingnya.

Gambar 5. Macula densa

Sumber: Don W3

Tubulus-tubulus nefron yang terdapat pada korteks antara lain tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal. Tubulus kontortus proksimal berukuran lebih besar dengan inti sel epitelnya tersusun berjarak. Tubulus ini memiliki banyak mikrovili pada lumennya yang membentuk brush border. Tubulus kontortus distal memiliki bentuk yang lebih bulat dengan inti sel epitelnya tersusun rapat yang terkadang akan membentuk suatu bentukan yang disebut macula densa pada apparatus juxtaglomerular.3

Gambar 6. Tubulus Kontortus Proksimal Gambar 7. Tubulus kontortus distal

Sumber: Don W3Sumber: Don W3

Pada bagian medulla dapat ditemui ansa Henle segmen tipis, ansa Henle segmen tebal pars asendens, ansa Henle segmen tebal pars desendens, dan duktus koligens.

Gambar di samping merupakan gambarduktus Koligensdengan ciri khasnya yaitu epitelnya yang berbatas tegas dan sangat jelas.3

Gambar 8. Ducktus Koligen

Sumber: Don W3

2. Ureter

Ureter merupakan lanjutan pelvis renis, panjangnya 25-30 cm berjalan ke arah distal untuk bermuara di vesica urinaria. Menurut letaknya, ureter dibedakan menjadi,

a. Pars abdominalis ureteris

Perjalanan ureter dalam cavum abdomen baik pria maupun wanita tidak berbeda.

b. Pars pelvina ureteris

Perjalanan ureter dalam cavum pelvina pada pria dan wanita berbeda. Pertama, ureter menyilang aperture pelvis superior di ventral a. illiaca communis kemudian Gambar 9. Ureter

ke arah dorsocaudal ke daerah spina ischiadica. Pada Sumber:Stanford.edu

laki laki ureter sebelum memasuki vesica urinaria terlebih dulu menyilang ductus deferens disebelah lateral. Sedangkan pada wanita, setelah mencapai spina ischiadica maka ureter akan berjalan ventromedial di bawah lig. latum uteri dan menyilang a. uterine di sisi medial, kemudian ureter akan berjalan ke arah ventral, di sebelah lateral fornix vagina, dan kemudian masuk vesica urinaria.

Sepanjang perjalanannya, ureter mengalami penyempitan di beberapa tempat, yaitu pada ureteropelvic junction, persilangan ureter dengan illiaca communis ( flexura marginalis ), dan saat ureter masuk ke vesica urinaria.4

Lapisan mukosa ureter tersusun atas epitel transisional dengan lamina propria dibawahnya. Lapis ototnya terdiri atas tiga lapisan yaitu lapisan longitudinal, sirkular, dan kembali longitudinal. Pada lapisan adventisianya merupakan jaringan ikat jarang.

Gambar 10. Ureter

3. Vesica Urinaria

Vesica urinaria adalah organ ekstra peritoneal yang mempunyai bentuk seperti bagian depan perahu, terdiri dari apeks, corpus, dan fundus. Pada bagian fundus permukaanya dilapisi oleh peritoneum. Dinding vesica urinaria berbentuk segitiga, pada sudut laterosuperior kiri dan kanan terdapat ureter dan pada bagian inferior terdapat uretra.

Pada lapisan mukosa vesica urinaria terlihat berlipat lipat dan terdapat trigonum vesica liutaudi yang dibentuk oleh orificium ureteris kanan dan kiri serta orificium urethra interna. Pada lapisan muskularnya terdapat otot detrusor yang ketika kontraksi akan mengeluarkan urin dari vesica, otot trigonal yang membentuk uvula dan berfungsi membuka orificium urethra interna, otot spinchter vesica yang berfungsi menahan urin dalam vesica urinaria.

Vesica urinaria mendapat perdarahan dari a. vesicalis superior yang merupakan cabang a. umbilicalis, a. vesicalis inferior yang merupakan cabang dari a. illiaca interna, dan a. vesiculodeferensialis yang merupakan cabang dari a. illiaca interna. Mendapat persarafan dari serabut sensoris visceral afferent n. splancnicus.4

Pada lapisan mukosa vesica urinaria dilapisi oleh epitel transisional dengan lamina propria di bawahnya. Lapisan muskularnya terdiri atas berkas berkas otot polos yang tersusun berlapis- lapis secara tidak beraturan dan diantara berkas berkas otot ini terdapat jaringan ikat jarang. Pada lapisan adventisianya terdiri atas jaringan ikat jarang yang diliputi oleh peritonium

Gambar 11. Vesica urianria

4. Uretra

Uretra wanita panjangnya kira kira 4 cm, mulai dari orifisium uretra internum sampai orifisium uretra eksternum yang terletak di antara kedua labium minus di sebelah ventral introitus vagina dan di sebelah dorsokaudal dari glans klitoridis.

Uretra pada pria terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian prostatica, membranasea, dan cavernosa / spongiosa. Pada bagian prostatica panjangnya kurang lebih 3 cm, mulai dari collum vesica urinaria sampai apex glandula prostat. Pada bagian membranasea yang merupakan bagian paling pendek kurang lebih 1-2 cm, disebabkan otot yang mengelilinginya yaitu m. sphincter urethrae. Pada ureter bagian membranasea bermuara ke glandula bulbo uretralis cowperi. Pada bagian spongiosa / cavernosa memiliki panjang kurang lebih 15 cm dan dikelilingi oleh corpus spongiosum, dari bulbus urethra hingga ujung glans penis.4

Ruang ruang pada korpus spongiosum ukurannya merata pada bagian tengah maupun tepinya. Pada bagian mukosanya tersusun atas epitel selapis torak dengan lumen yang tidak bulat.

Gambar 12. Uretra

Filtrasi Glomerulus

Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke dalam kapsul bowman harusmelewati tiga lapisan yang membentuk membran glomerulus yaitu dinding kapiler glomerulus, membran basal, dan lapisan dalam kapsul bowman. Secara kolektif, lapisan-lapisan ini berfungsi sebagai saringan molekuler halus yang menahan sel darah dan protein plasma tetapi membolehkan H2O dan zat terlarut dengan ukuran molekul kecil lewat.

Membran Glomerulus

Dinding kapiler glomerulus terdiri dari satu lapis sel endotel gepeng. Lapisan ini memiliki banyak pori besar yang menyebabkannya 100 kali lebih permeabel terhadap H2O dan zat terlarut daripada kapiler dibagian lain tubuh.

Membran basal adalah lapisan gelatinosa aseluler (tidak mengandung sel) yang terbentuk dari kolagen dan glikoprotein yang tersisip diantara glomerulus dan kapsul bowman. Kolagen menghasilkan kekuatan struktural, dan glikoprotein menghambat filtrasi protein plasma yang kecil. Protein plasma yang lebih besar tidak dapat di filtrasi karena tidak dapat melewati pori kapiler, tetapi pori ini masih dapat melewatkan albumin, protein plasma kecil. Namun, karena bermuatan negatif maka glikoprotein menolak albumin dan protein plasma lain, yang juga bermuatan negatif. Karena itu, protein plasma hampir tidak terdapat didalam filtrat, dengan kurang dari 1% molekul albumin berhasil lolos kedalam kapsul bowman.

Lapisan terakhir membran glomerulus adalah lapisan dalam kapsul bowman. Lapisan ini terdiri dari podosit, sel yang mirip gurita yang mengelilingi glomerulus. Setiap podosit memiliki banyak foot proces memanjang yang saling menjalin dengan foot proces podosit sekitar, seperti anda memgang bola dengan jari-jari anda. Celah sempit di antara foot proces yang berdampingan, yang dikenal sebagai celah filtrasi, membentuk jalur tempat cairan meninggalkan kapiler glomerulus menuju lumen kapsul bowman.

Untuk melaksanakan filtrasi glomerulus, harus terdapat gaya yang mendorong sebagian dari plasma di glomerulus menembus lubang-lubang di membran glomerulus. Tidak terdapat mekanisme transfor aktif atau pengeluaran energi lokal yang berperan dalam memindahkan cairan dari plasmamenembus membran glomerulus menuju kapsul bowman. Filtrasi glomerulus dilakukan oleh gaya gaya fisik pasif yang serupa dengan yang bekerja di kapiler ditempat lain.

Tiga gaya fisik terlibat dalam filtrasi glomerulus:

Tekanan darah kapiler glomerulus adalah tekanan cairan yang ditimbulkan oleh darah didalam kapiler glomerulus. Tekanan ini pada akhirnya bergantung pada kontraksi jantung (sumber energi yang menghasilkan filtrasi glomerulus) dan resistensi terhadap aliran darah yang ditimbulkan oleh arteriol aferen dan eferen.

Tekanan osmotik koloid plasma ditimbulkan oleh distribusi tak seimbang protein-protein plasma dikedua sisi membran glomerulus. Karena tidak dapat di filtrasi maka protein plasma terdapat dikapiler glomerulus tetapi tidak di kapsul bowman.

Tekanan hidrostatik kapsul bowman, tekanan yang ditimbulkan oleh cairan bagian awal tubulus ini, diperkirakan sekitar 15 mmHg. Tekanan ini, yang cenderung mendorong cairan keluar kapsul bowman, melawan filtrasi cairan dari glomerulus menuju kapsul bowman.5

Reabsorpsi Tubulus

Semua konstituen plasma kecuali protein, tanpa pandang bulu filtrasi bersama melalui kapiler glomerulus. Selain zat sisa dan kelebihan bahan yang harus dikeluarkan oleh tubuh, cairan filtrasi jyga mengandung nutrien, elektrolit, dan bahan lain yang diperlukan oleh tubuh. Memang, melalui filtrasi glomerulus yang terus-menerus, jumlah dari bahan-bahan yang terfiltrasi per hari ini bahkan lebih besar daripada yang ada di tubuh melalui reabsopsi tubulus, transfer diskret bahan-bahan dari lumen tubulus ke dalam kapiler peritubulus.

Reabsopsi Pasif dan Aktif

Terdapat dua jenis reabsopsi tubulus, reabsorpsi pasif dan reabsorpsi aktif bergantung pada apakah diperlukan pengeluaran energi lokal untuk mereabsorpsi bahan tertentu. Pada reabsorpsi pasif, semua tahap dalam transfor transepitel suatu bahan dari lumen tubulus ke plasma bersifat pasif yaitu tidak ada pengeluaran energi pada perpindahan netto bahan, yang terjadi mengikuti penurunan gradien elektro kimia atau osmotik. Sebaliknya transfor aktif berlangsung jika salah satu dari tahap-tahap dalam transpor transepitel suatu bahan memerlukan energi, bahkan jika kempat bahan lainnya bersifat pasif. Pada reabsorpsi aktif, perpindahan netto bahan dari lumen tubulus ke plasma terjadi melawan gradien elektrokimia. Bahan yang secara aktif direabsorpsi bersifat penting bagi tubuh, misalnya glukosa, asam amino, dan nutrien organik lainnya, serta Na+ dan elektrolit lain seperti PO43-.

Sejumlah besar molekul organik yang penting dari segi nutrisi misalnya glukosa dan asam amino tersaring setiap hari. Karena bahan-bahan ini seluruhnya secara normal di reabsorpsi kembali ke darah oleh mekanisme yang dependen energi dan dependen Na+ di tubulus proximal maka tidak satupun dari bahan-bahan tersebut yang di ekskresikan di urin. Reabsorpsi yang cepat dan mutlak di tubulusini mencegah hilangnya nutrien-nutrien organik penting ini dari tubuh.

Meskipun glukosa dan asam amino berpindah melawan gradien konsentrasinya dari lumen tubulus kedalam darah sampai konsentrasinya dicairan tubulus nyaris nol, tidak ada energi yang secara langsung digunakan untuk mengoperasikan pengangkut glukosa atau asam amino. Glukosa dan asam amino dipindahkan oleh transport aktif sekunder. Pada proses ini pembawa konstrapsor khusus yang hanya terdapat di tubulus proksimal secara simultan memindahkan Na+ dan molekul organik spesifik dari lumen kedalam sel.5

Reabsorpsi Glukosa

Konsentrasi glukosa palsma normal adalah 100 mg glukosa/100 ml plasma. Karena glukosa terfiltrasi bebas di glomerulus maka bahan ini melewati kasul bowman dengan konsentrasi yang sama dengan konentrasi di plasma. Pada LFG yang tetap, jumlah filtrasi berbanding lurus dengan konsentrasi glukosa plasma. Peningkatan konsentrasi glukosa plasma menjadi 200 mg/100 ml akan melipatgandakan jumlah filtrasi glukosa menjadi 250 mg/mnt, demikian seterusnya.

Gambar 12. Transport glukosa

Maksimum Tubulus Untuk Glukosa

Maksimum tubulus untuk glukosa adalah sekitar 375 mg/mnt yaitu, mekanisme pengangkut glukosa mampu secara aktif mereabsorpsi hingga 375 mg glukosa per menit sebelum mencapai kemampuan transpor maksimalnya. Pada konsentrasi glukosa normal 100 mg/100 ml, 125 mg glukosa yang tersaring permenit dapat cepat di reabsorpsi oleh mekanisme pengangkut glukosa karena jumlah yang di filtrasi ini jauh dibawah Tm untuk glukosa. Karena itu biasanya tidak ada glukosa yang ditemukan di urin. Baru muncul setelah jumlah glukosa yang difiltrasi melebihi Tm 375 mg/mnt. Ketika lebih banyak glukosa terfiltrasi per menit dibandingkan dengan yang dapat di reabsorpsi karena Tm terlampaui, maka jumlah yang di reabsorpsi maksimal dan kelebihan glukosa akan tetap berada dalam filtrat untuk di ekskresikan. Karena itu, konsentrasi glukosa palsma harus lebih besar daripada 300 mg/100 ml lebih dari tiga kali normal sebelum jumlah yang di filtrasi melebihi 375 mg/mnt dan glukosa mulai muncul dalam urin.

Ambang Ginjal Untuk Glukosa

Konsentrasi plasma dimana Tm suatu bahan tercapai dan bahan mulai muncul di urin disebut ambang ginjal . Pada Tm rerata 375 mg/mnt dan LFG 125 ml/mnt, ambang ginjal untuk glukosa adalah 300 mg/ml. Di atas Tm, reabsorpsi akan tetap pada laju maksimalnya dan setiap peningkatan lebih lanjut jumlah yang difiltrasi akan menyebabkan peningkatan sebanding jumlah bahan yang di ekskresikan . Sebagai contoh, pada konsentrasi glukosa plasma 400 mg/100 ml, jumlah glukosa yang difiltrasi adalah 500 mg/mnt, 375 mg/mnt diantaranya dapat direabsorpsi (senilai Tm) dan 125 mg/mnt diantranya akan diekskresikan di urin. Pada konsentrasi glukosa plasma sebesar 500 mg/100 ml, jumlah yang difiltrasi adalah 625mg/mnt, dengan tetap hanya 375 mg/mnt yang dapat direabsorpsi sehingga 250 mg/mnt akan masuk kedalam urin.5

Reabsorpsi Air

Air direabsorpsi secara pasif diseluruh panjang tubulus karena H2O secara osmotis mengikuti Na+ yang direabsorpsi secara aktif. Dari H2O yang difiltrasi, 65%-117 liter sehari direabsorpsi secara pasif pada akhir tubulus proksimal. Sebanyak 15% dari H2O yang difiltrasi di reabsorpsi di ansa henle. Total 80% dari H2O yang difiltrasi ini direabsorpsi di tubulus proksimal dan ansa henle berapapun jumlah H2O di tubuh dan tidak berada dibawah kontrol. Sisa 20% nya di reabsorpsi dalam jumlah bervariasi di tubulus distal dan koligen dibawah kontrol langsung hormon, bergantung pada suatu hidrasi tubuh. Tidak ada bagian tubulus yang secara langsung memerlukan energi untuk reabsorpsi H2O dalam jumlah besar ini.5

Sekresi Tubulus

Seperti reabsorpsi tubulus, sekresi tubulus melibatkan transpor transepitel, tetapi kini langkah-langkahnya dibalik. Dengan menyediakan rute pemasukan kedua kedalam tubulus untuk bahan-bahan tertentu, sekresi tubulus, pemindahan diskret bahan dari kapiler peritubulus kedalam lumen tubulus, menjadi mekanisme pelengkap meningkatkan eliminasi bahan-bahan ini dari tubuh. Setiap bahan yang masuk ke cairan tubulus, baik melalui filtrasi glomerulus maupun sekresi tubulus, dan tidak direabsorpsi, akan di eleminasi dalam urin.

Bahan-bahan terpenting yang disekresikan oleh tubulus adalah ion hidrogen (H+), ion kalium (K+), serta anion dan kation organik, yang banyak diantaranya adalah senyawa yang asing bagi tubuh.5

Pembahasan

Reabsorpsi pada tubulus kontortus proksimal akan mereabsorbsi seluruh glukosa yang ada dalam filtrat dan diserap kembali ke dalam plasma darah pada keadaan fisiologis. Namun, pada scenario diduga bahwa bapak ini terkena diabetes yang ditunjukkan oleh gejala gejala sering haus, sering kencing, dan makan banyak tadi. Kebiasaan makan banyak pada bapak ini memungkinkan tingginya kadar glukosa dalam darah, sehingga kadar glukosa dalam filtrate juga akan meningkat.

Ginjal memiliki ambang ginjal untuk glukosa yaitu 180 mg%, bila kadar glukosa dalam filtrat lebih dari ambang ginjal tersebut maka reabsorbsi terhadap glukosa tidak lagi 100 %, sehingga glukosa mulai muncul dalam urin. Tetapi apabila glukosa dalam filtrate mencapai 300 mg% / 375mg/ menit maka yang direabsorbsi hanya 300mg% tersebut dan sisanya akan tertinggal di urin. Glukosa yang terdapat dalam urin ini memiliki sifat osmotik yang menarik air, sehingga kadar air dalam urin meningkat. Ini berarti volume urin juga akan meningkat, sehingga vesica urinaria akan lebih mudah penuh. Vesica urinaria yang penuh akan menimbulkan refleks untuk berkemih. Ini mengakibatkan rasa ingin berkemih menjadi lebih sering. Lebih sering kencing pada malam hari mungkin dirasakan pasien dikarenakan pada keadaan fisologis pada malam hari kita tidak berkemih, namun pada kondisi bapak ini dimana vesica urinarianya lebih cepat penuh sehingga 2-3 kali pun dirasa lebih sering.

Sering haus dimungkinkan karena banyak urin yang dikeluarkan, sehingga sebagai kompensasinya bapak ini sering merasa haus untuk menggantkan cairan tubuh yang keluar tersebut agar tetap seimbang.

Pemeriksaan glukosa pada saat puasa adalah untuk mengetahui kadar glukosa endogen/ glukosa yang dihasilkan oleh tubuh. Sedangkan 2 jam postprandial setara dengan pembebanan 75gr dan untuk mengetahui aktivitas insulin tubuh.

Kesimpulan

Hipotesis benar bahwa pasian dimungkinkan terkena Diabetes Mellitus karena gejala gejala yang muncul tersebut, meski harus diperkuat dengan pemeriksaan fisik.

Daftar Pustaka

1. Alimul AA. Praktikum ketrampilan dasar praktik klinik. Jakarta: Salemba Medika; 2008.h.122.

2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004. h. 318-20.

3. Don W, Fawcett. Buku ajar histologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002. h.650-5.

4. Rasjidi I. Manual histerektomi.Jakarta: EGC; 2008.h.47-50.

5. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke system. 6 Ed. Jakarta: EGC; 2011.h. 560-76.

1