biologi kel.2-kultur jaringan

15
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berbagai inovasi manusia semakin berkembang dan bertambah banyak dewasa ini. Inovasi tersebut dibuat untuk membantu manusia melakukan pekerjaannya dengan mudah. Untuk lebih jelasnya, Inovasi adalah segala tindakan yang mengakibatkan sumber daya mempunyai kemampuan baru untuk menciptakan kesejahteraan manusia. Bila dahulu manusia tidak melakukan inovasi, maka takkan ada sumber daya yang mampu mengikuti perkembangan zaman hingga saat ini. Saat menemukan manfaat dari suimber daya dan memberi nilai ekonomis maka muncullah inovasi. Inovasi itu sendiri memiliki prinsip dan syarat, yaitu: Prinsip inovasi - inovasi mempunyai tujuan dan sistematis - inovasi bersifat konseptual dan perseptual - inovasi harus sederhana dan harus difokuskan - inovasi dimulai dari hal yang kecil - inovasi harus mengarah pada kepemimpinan. Syarat inovasi - inovasi adalah karya - inovator membangun kekuatan - inovasi berdampak pada perekonomian masyarakat. Inovasi muncul untuk membantu manusia. Begitu banyak inovasi di berbagai bidang, dapat kita manfaatkan untuk melakukan hal yang sulit menjadi mudah,termasuk inovasi manusia di bidang pertanian dan peternakan yaitu kultur jaringan. Pada mulanya (sekitar tahun 1910), kultur jaringan/sel hewan (animal tissue/cell culture) merupakan metode untuk mempelajari tingkah laku atau sifat-sifat sel hewan dalam keadaan fisiologis maupun dalam kondisi artifisial karena suatu perlakuan (treatment). Pada awalnya yang

Upload: ciitraaweyasu

Post on 30-Sep-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Materi presentasi kultur jaringan

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGBerbagai inovasi manusia semakin berkembang dan bertambah banyak dewasa ini. Inovasi tersebut dibuat untuk membantu manusia melakukan pekerjaannya dengan mudah.Untuk lebih jelasnya, Inovasi adalah segala tindakan yang mengakibatkan sumber daya mempunyai kemampuan baru untuk menciptakan kesejahteraan manusia. Bila dahulu manusia tidak melakukan inovasi, maka takkan ada sumber daya yang mampu mengikuti perkembangan zaman hingga saat ini. Saat menemukan manfaatdarisuimber daya dan memberi nilai ekonomis maka muncullah inovasi. Inovasi itu sendiri memiliki prinsip dan syarat, yaitu:Prinsip inovasi- inovasi mempunyai tujuan dan sistematis- inovasi bersifat konseptual dan perseptual- inovasi harus sederhana dan harus difokuskan- inovasi dimulaidarihal yang kecil- inovasi harus mengarah pada kepemimpinan.Syarat inovasi- inovasi adalah karya- inovator membangun kekuatan- inovasi berdampak pada perekonomian masyarakat.

Inovasi muncul untuk membantu manusia. Begitu banyak inovasi di berbagai bidang, dapat kita manfaatkan untuk melakukan hal yang sulit menjadi mudah,termasuk inovasi manusia di bidang pertanian dan peternakan yaitu kultur jaringan. Pada mulanya (sekitar tahun 1910), kultur jaringan/sel hewan (animal tissue/cell culture) merupakan metode untuk mempelajari tingkah laku atau sifat-sifat sel hewan dalam keadaan fisiologis maupun dalam kondisi artifisial karena suatu perlakuan (treatment). Pada awalnya yang digunakan untuk kultur adalah jaringan sehingga kembangkan kultur jaringan menjadi istilah yang digunakan.Kultur jaringan (tissue culture) dalam arti luas menyangkut pengertian umum yang meliputi: kultur organ (organ culture), kultur jaringan (explant culture), dan kultur sel (cell culture). Padahal sebenarnya, batasan mengenai kultur organ adalah kultur dari organ utuh atau sebagian organ yang secara histologis seperti halnya in vivo. Sedangkan kultur jaringan dan/atau kultur sel merupakan kultur dispersi sel (sel yang telah dipisahkan) yang berasal atau yang didapat dari jaringan orisinal setelah terlebih dahulu mengalami pemisahan (disagregasi) secara mekanis, atau kimiawi (enzimatis).Kultur sel yang didapat dari jaringan secara langsung disebut kultur sel primer, sedangkan kultur sel yang telah mengalami penanaman berulang-kali (passage) disebut kultur cell line atau sel strain. Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk memperbanyak jaringan/sel yang berasal atau yang didapat dari jaringan orisinal tumbuhan atau hewan setelah terlebih dahulu mengalami pemisahan (disagregasi) secara mekanis, atau kimiawi (enzimatis) secara in vitro (dalam tabung kaca).

B. RUMUSAN MASALAH1. Apa yang dimaksud dengan kultur jaringan?2. Jelaskan kultur jaringan pada hewan dan pada tumbuhan !3. Jelaskan tahapan pelaksanaan kultur jaringan !4. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kultur jaringan?5. Jelaskan manfaat kultur jaringan !6. Sebutkan produk-produk kultur jaringan !

C. TUJUAN 1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan kultur jaringan.2. Untuk mengetahui mengenai kultur jaringan pada hewan dan pada tumbuhan.3. Supaya dapat menjelaskan tahapan pelaksanaan kultur jaringan.4. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kultur jaringan.5. Dapat menjelaskan manfaat kultur jaringan.6. Mengetahui produk-produk dari kultur jaringan.

D. MANFAAT Dengan makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu mengetahui dan memahami serta menjelaskan mengenai kultur jaringan secara lebih terperinci termasuk didalamnya mengenai apa yang dimaksud dengan kultur jaringan, kultur jaringan pada hewan dan pada tumbuhan, tahapan pelaksanaan kultur jaringan, faktor-faktor yang mempengaruhi kultur jaringan, manfaat kultur jaringan dan mengenai produk-produk dari kultur jaringan.

BAB IIPEMBAHASAN

A. PENGANTAR KULTUR JARINGANKultur jaringan (tissue culture) pertama kali digunakan pada awal abad 20 sebagai suatu metode untuk mempelajari perilaku sel hewan yang bebas dari pengaruh variasi sistemik yang dapat timbul saat hewan dalam keadaan homeostasis ataupun dalam pengaruh percobaan atau perlakuan. Kultur jaringan bukanlah teknik yang baru. Teknologi ini telah berkembang sejak satu abad yang lalu, melalui masa-masa pengembangan yang pada awalnya sederhana, diikuti fase perkembangan ekspansif pada pertengahan abad yang lalu. Saat ini kultur jaringan berada pada fase pengembangan khusus untuk memahami aspek mekanisme kontrol dan diferensiasi fungsi sel.Pada saat istilah kultur jaringan diperkenalkan, teknik ini pertama kali dikembangkan dengan menggunakan fragmen jaringan yang tidak terurai, dan pertumbuhan sel atau jaringan terjadi dengan bermigrasinya sel fragmen jaringan disertai adanya mitosis di luar pertumbuhan. Kultur sel dari jaringanexplant primerseperti inilah yang mendominasi perkembangan teknik kultur jaringan pada lebih dari lima puluh tahun perkembangannya, sehingga tidaklah mengherankan jika istilah kultur jaringan sudah begitu melekat untuk pengembangan teknologi ini. Walaupun demikian, fakta yang terjadi pada saat percepatan perkembangan teknologi berikutnya pada era setelah tahun 1950 lebih didominasi oleh penggunaan kultur sel yang terurai dari jaringan (Katuuk, 1989).Sejarah kultur jaringan tumbuhan sebenarnya sejalan dengan sejarah perkembangan botani. Beberapa ahli jaman dulu sudah meramalkan bahwa perbanyakan sel in-vitro dapat dilaksanakan. Pemikiran ini didasarkan pada penemuan para ahli yang mendahului mereka serta penemuan mereka sendiri.Pada abad 17 seorang ahli matematika Robert Hooke mengatakan bahwa sel-sel dapat disamakan dengan batu-batu bangunan alamiah. Kemudian pada tahun 1838-1839, seorang ahli Biologi M.V Schleiden dan Theodore Schwann yang telah menjuruskan perhatiannya pada kehidupan sel, menemukan satu konsep baru, bahwa satu sel dapat tumbuh sendiri walaupun telah terpisah dari tumbuhan induknya. Mereka mengemukakan bahwa segala peristiwa rumit yang terjadi dalam tubuh satu organisme selama hidup, bersumber pada sel. Dari konsep inilah tumbuh pernyataan bahwa satu sel mempunyai kemampuan untuk berkembang. Sel berkembang dengan jalan regenerasi sehingga pada suatu saat akan terbentuk tumbuhan sempurna. Kemampuan regenerasi ini disebut totipotensi (totipotency). Konsep totipotensi yang ditanamkan oleh Schleiden dan Theodore Schwann berkembang terus sehingga Vouchting pada tahun 1878, walaupun masih belum berhasil baik, sudah mencoba mengembangkan kalus dari potongan tumbuhan. Kegagalannya dalam mengembangkan potongan tumbuhan ini disebabkan oleh kekurangan fasilitas pada saat itu. Beberapa ahli yang juga telah bekerja mengisi sejarah perkembangan botani pada abad ke 19, adalah Charles Darwin, Louis Pasteur, Justus Van Liebik, Johan Knopp dan Rechinger.

Perkembangan teknologi kultur jaringan kini banyak diarahkan untuk dapat memberikan simulasi proses biologis yang terjadi pada tubuh makhluk hidup, sehingga tidak hanya digunakan untuk mempelajari proses atau mekanisme yang terjadi pada sel, namun juga interaksi yang terjadi antara sel dan lingkungan yang dapat diatur menyerupai berbagai keadaan fisiologis ataupun patologis. Sejalan dengan perkembangan teknologi ini maka perkembangan berbagai referensi yang berkaitan dengan teknologi kultur jaringan banyak menyajikan berbagai teknologi khusus, sehingga perhatian terhadap prosedur dasar menjadi banyak terabaikan. Meski banyak berkembang referensi yang menyajikan teknologi baru, namun masih banyak referensi teknologi dasar yang tetap dipertahankan.

B. DEFINISI KULTUR JARINGANKultur jaringan merupakan salah satu bioteknologi yang dikembangkan dalam bidang pertanian. Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap.Kultur jaringan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membuat bagian tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh menjadi tanaman utuh (sempurna) dikondisi invitro (didalam gelas). Jadi Kultur in vitro dapat diartikan sebagai bagian jaringan yang dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan petri dari kaca atau material tembus pandang lainnya. Secara teoritis teknik kultur jaringan dapat dilakukan untuk semua jaringan, baik dari tumbuhan, hewan, bahkan juga manusia, karena berdasarkan teori Totipotensi Sel (Total Genetic Potential), bahwa setiap sel memiliki potensi genetik seperti zigot yaitu mampu memperbanyak diri dan berediferensiasi menjadi tanaman lengkap.C. KULTUR JARINGAN PADA HEWAN Kultur pada hewan yang dapat digunakan adalah dengan kultur sel, jaringan, dan organ. Kultur sel adalah teknik pemeliharaan sel di dalam kondisi in-vitro. Seperti halnya pada kultur organ, kultur bakal organ, maupun kultur jaringan, kultur sel juga mempertahankan karakteristik sel seperti saat sel tersebut berada di dalam kondisi in-vivo. Sel hewan diisolasi dari organ yang bersangkutan. Selanjutnya, sel diupayakan untuk terpisah satu dari yang lainnya. Sel hewan dipisahkan secara mekanis dan secara enzimatis. Sel-sel yang diperoleh sebagian dipelihara di dalam kultur suspensi, dan sebagian dipelihara di dalam kultur yang melekat. Selanjutnya kultur tersebut dipelihara di dalam medium yang dilengkapi dengan serum di dalam suhu yang sesuai dengan asalnya. Untuk sel mamalia suhu pemeliharaan adalah 37C dan untuk sel aves suhu pemeliharaannya adalah 39C.Ukuran keberhasilan yang dapat digunakan dalam pembuatan kultur ini adalah tidak adanya kontaminasi pada kultur, kesehatan sel selama dipelihara di dalam kondisi in-vitro, dan keberhasilan sel memperbanyak diri.

Menurut Listyorini (2001), cara pembuatan kultur sel hewan adalah sebagai berikut.a. Menyiapkan peralatan kultur yang dipakai, mematikan hewan coba secara mekanis kemudian mengambil organ atau jaringan yang dikehendaki untuk dibuat kultur selnya, mencuci organ atau jaringan di dalam larutan garam seimbang kemudian memindahkan ke dalam wadah lain yang berisi larutan garam seimbang. Memindahan bahan yang akan dikultur ke dalamsterile bench, kemudian melakukan penyiapan sel untuk dikultur.b. Penyiapan secara mekanis dilakukan dengan memotong organ atau jaringan, mencuci potongan tersebut menggunakan larutan garam seimbang, memindahkan potongan (ekplan) ke dalam wadah yang berisi larutan garam seimbang segar, menanam eksplan ke dalam cawan atau botol kultur dan menambahkan medium kultur yang telah ditambahkan dengan serum dan memelihara kultur di dalam inkubator CO2dengan suhu yang sesuai. Fungsi larutan garam seimbang adalah untuk memberikan lingkungan fisiologis dan fisik yang baik bagi sel selama sel, jaringan atau organ dipersiapkan.c. Penyiapan secara enzimatis dilakukan dengan memindahkan eksplan ke dalam labu erlenmeyer dengan adanya larutan tripsin 5% di dalam medium tanpa serum, mengaduk suspensi di atasmagnetic stirrerdengan kecepatan sedang, setelah didapkan suspensi sel, barulah menambahkan medium yang mengandung serum kemudian melakukan sentrifuge dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 menit. Kemudian membuang supernatan dan mengganti dengan medium segar yang mengandung serum. Untuk kultur yang melekat menanam sebagian sel ke dalam cawan atau botol kultur untuk kultur melekat dan menambahkan medium yang mengandung serum 10% dan memelihara kultur sel di dalam inkubator CO2dengan suhu yang sesuai.Kultur jaringan adalah teknik pemeliharaan jaringan di dalam kondisi in-vitro. Seperti halnya pada kultur jaringan juga mempertahankan karakteristik sel seperti saat sel tersebut berada di dalam kondisi in-vivo. Keberhasilan kultur selain dapat dilihat dari tidak adanya kontaminasi pada kultur, kesehatan jaringan selama dipelihara di dalam kondisi in-vivo, dan berfungsinya jaringan yang dipelihara sebagaimana mestinya.Kultur organ adalah teknik kultur jaringan yang dipakai untuk mempertahankan organ secara utuh dan mempertahankan struktur serta fungsi organ tersebut. Kultur organ terdiri atas dua macam teknik kultur, yaitu kultur organ dewasa dan kultur bakal organ. Kultur organ dewasa pada umumnya dipakai untuk mempertahankan kehidupan organ yang diambil dari tubuh baik yang masih sehat maupun kehidupan organ yang tidak mungkin dapat bertahan hidup. Kultur bakal organ memelihara jaringan-jaringan bakal organ untuk dikembangkan di dalam kondisi in-vitro. Indikator keberhasilan kultur organ hewan sama dengan kultur sel dan jaringan.

D. KULTUR JARINGAN PADA TUMBUHAN Kultur jaringan termasuk ke dalam jenis perkembangbiakan vegetatif (Anonim, 2009). Bagian tumbuhan yang akan dikultur (eksplan) dapat diperoleh dari dari semua bagian tumbuhan seperti pucuk, akar, meristem, bunga, bahkan serbuk sari.Kultur jaringan lebih besar presentase keberhasilannya bila menggunakan jaringan meristem (Hendaryono, 1994). Jaringan meristem adalah jaringan muda yaitu jaringan yang terdiri atas sel-sel yang selalu membelah, dindingnya tipis, belum mengalami penebalan dari zat pektin, plasmanya penuh dan vakuolanya kecil-kecil. Kebanyakan jaringan meristem digunakan karena keadannya selalu membelah sehingga diperkirakan mempunyai zat hormon yang mengatur pembelahan.Pelaksanaan teknik kultur jaringan berdasarkan teori sel yaitu mempunyai kemampuan autonom bahkan mempunyai kemampuan totipotensi. Menurut Suryowinoto (1991), totipotensi adalah kemampuan setiap sel, dari mana saja sel tersebut diambil, apabila diletakkan dalam lingkungan yang sesuai akan dapat tumbuh menjadi tumbuhan yang sempurna. Sifat totipotensi merupakan potensi pada setiap sel penyusun jaringan dewasa untuk mengadakan pembelahan dan membentuk individu baru. Sel-sel penyusun jaringan dewasa (sel somatis) yang berada di bawah rangsangan tertentu memiliki potensi untuk mengadakan pembelahan (embrionik) membentuk kalus. Selanjutnya, kalus dibawah rangsangan tertentu memliki potensi untuk berdiferensiasi menjadi individu baru multiselular melalui diferensiasi (Haruna, 2009).Teknik kultur jaringan akan dapat berhasil dengan baik apabila syarat- syarat yang diperlukan terpenuhi. Syarat-syarat tersebut meliputi pemilihan eksplan sebagai bahan dasar untuk pembentukan kalus, penggunaan medium yang cocok, keadaan yang aseptik, dan pengaturan udara yang terutama untuk kultur cair. Meskipun pada prinsipnya semua jenis sel dapat ditumbuhkan, tetapi sebaliknya dipilih bagian tumbuhan yang masih muda dan mudah tumbuh yaitu bagian meristem, misalnya: daun muda, ujung akar, ujung batang, keping biji, dan lain-lain (Hendaryono, 1994).

Saat ini teknik kultur jaringan telah semakin luas penggunaannya, antara lain:1.Meristem culture, yaitu budidaya jaringan dengan menggunakan eksplan dari jaringan muda atau meristem.2.Pollen culture/anther culture, yaitu budidaya jaringan dengan menggunakan eksplan dari pollen atau benang sari.3.Protoplast culture, yaitu budidaya jaringan dengan menggunakan eksplan dari protoplas. Protoplas adalah sel hidup yang telah dihilangkan dinding selnya.4.Chloroplast culture, yaitu budidaya jaringan dengan menggunakan kloroplas untuk keperluan protoplas (memperbaiki sifat tumbuhan dengan membuat varietas baru).5.Somatic cross, yaitu menyilangkan dua macam protoplas menjadi satu kemudian dibudidayakan sampai menjadi tumbuhan kecil yang mempunyai sifat baru. Persilangan ini dapat dilakukan dengan menggunakan zat kimia.Salah satu pembudidayaan tumbuhan menggunakan kultur jaringan adalah anggrek. Teknik kultur jaringan dapat memperbanyak anggrek secara cepat. Adapun langkah kerja yang dilakukan adalah1. Membakar buah anggrek menggunakan spiritus2. Menaburkan biji di dalam ruang penabur agar terjaga kondisi steril. Setelah itu baru biji ditabur dalam media tumbuh yang telah disediakan dengan menggunakan pinset. Media tumbuh yang biasanya digunakan adalah medium Knudson C atau Vacin and Went (VW).3.Overplantingdilakukan secara aseptis di dalam ruang penabur, dengan cara: biji anggrek yang telah ditabur akan berkecambah menjadi planlet dalam waktu 3-4 bulan harus dipindahkan ke dalam medium baru, mediumoverplantingyang digunakan sama dengan medium lama, di dalam ruang penabur, anggrek diambil satu-satu dengan menggunakan pinset kemudian langsung dipindah ke dalam medium baru. Untuk satu botol anggrek biasanya dapat dipindahkan ke dalam tiga botol anggrek baru, botol hasiloverplantingdiinkubasi dengan suhu 25C.Overplantingini perlu dilakukan dua kali sebelum anggrek siap dipindahkan ke dalam pot-pot. Ilustrasi cara kultur jaringan anggrek dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini.E. TAHAPAN KULTUR JARINGANa. Pemilihan dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber EksplanSebelum melakukan kultur jaringan untuk suatu tanaman, kegiatan yang pertama harus dilakukan adalah memilih bahan induk yang akan diperbanyak. Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit. Tanaman indukan tersebut pun harus bebas dari segala penyakit dan baik kualitasnya.

b. Inisiasi KulturTujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap ini adalah pembuatan kultur dari eksplan yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru (Wetherell, 1976). Ditambahkan pula menurut Yusnita, 2004, bahwa pada tahap ini mengusahakan kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari mikroorganisme, sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dalam tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat,untuk perbanyakan (multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya (Wetherell, 1976).Untuk mendapakan kultur yang bebas dari kontaminasi, eksplan harus disterilisasi. Sterilisasi merupakan upaya untuk menghilangkan kontaminan mikroorganisme yang menempel di permukaan eksplan, beberapa bahan kimia yang dapat digunakan untuk mensterilkan permukaan eksplan adalah NaOCl, CaOCl2, etanol, dan HgCl2.Kesesuaian bagian tanaman untuk dijadikan eksplan, dipengaruhi oleh banyak faktor. Tanaman yang memiliki hubungan kekerabatan dekat pun, belum tentu menunjukkan respon in-vitro yang sama (Wetherell, 1976). Umur fisiologis dan umur ontogenetik jaringan tanaman yang dijadikan eksplan juga berpengaruh terhadap potensi morfogenetiknya. Umumnya, eksplan yang berasal dari tanaman juvenile mempunyai daya regenerasi tinggi untuk membentuk tunas lebih cepat dibandingakan dengan eksplan yang berasal dari tanaman yang sudah dewasa.Masalah yang sering dihadapi pada kultur tahap ini adalah terjadinya pencokelatan atau penghitaman bagian eksplan (browning). Hal ini disebabkan oleh senyawa fenol yang timbul akibat stress mekanik yang timbul akibat pelukaan pada waktu proses isolasi eksplan dari tanaman induk. Senyawa fenol tersebut bersifat toksik, menghambat pertumbuhan atau bahkan dapat mematikan jaringan eksplan.

c. Multiplikasi atau Perbanyakan PropagulTahap ini bertujuan untuk menggandakan propagul atau bahan tanaman yang diperbanyak seperti tunas atau embrio, serta memeliharanya dalam keadaan tertentu sehingga sewaktu-waktu bisa dilanjutkan untuk tahap berikutnya (Yusnita, 2004). Pada tahap ini, perbanyakan dapat dilakukan dengan cara merangsang terjadinya pertumbuhan tunas cabang dan percabangan aksiler atau merangsang terbentuknya tunas pucuk tanaman secara adventif, baik secara langsung maupun melalui induksi kalus terlebih dahulu. Seperti halnya dalam kultur fase inisiasi, di dalam media harus terkandung mineral, gula, vitamin, dan hormon dengan perbandingan yang dibutuhkan secara tepat (Wetherell, 1976). d. Pemanjangan Tunas, Induksi, dan Perkembangan AkarTujuan dari tahap ini adalah untuk membentuk akar dan pucuk tanaman yang cukup kuat untuk dapat bertahan hidup sampai saat dipindahkan dari lingkungan in-vitro ke lingkungan luar. Dalam tahap ini, kultur tanaman akan memperoleh ketahanannya terhadap pengaruh lingkungan, sehingga siap untuk diaklimatisasikan (Wetherell, 1976). Keberhasilan tahap ini tergantung pada tingginya mutu tunas yang dihasilkan pada tahap sebelumnya. Disamping itu, beberapa perlakuan yang disebut hardening in vitro telah dilaporkan dapat meningkatkan mutu tunas sehingga planlet atau tunas mikro tersebut dapat diaklimatisasikan dengan persentase yang lebih tinggi. Pemanjangan dan pemanjangan tunas mikro dilakukan dalam media kultur dengan hara mineral dan sukrosa lebih rendah dan konsentrasi agar-agar lebih tinggi (Yusnita, 2004).

e. AklimatisasiDalam proses perbanyakan tanaman secara kultur jaringan, tahap aklimatisasi planlet merupakan salah satu tahap kritis yang sering menjadi kendala dalam produksi bibit secara masal. Pada tahap ini, planlet atau tunas mikro dipindahkan ke lingkungan di luar botol seperti rumah kaca , rumah plastik, atau screen house (rumah kaca kedap serangga). Proses ini disebut aklimatisasi. Aklimatisasi adalah proses pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika pengakaran dilakukan secara ex-vitro) di lingkungan baru yang aseptik di luar botol, dengan media tanah, atau pakis sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi bibit yang siap ditanam di lapangan. Prosedur pembiakan dengan kultur jaringan baru bisa dikatakan berhasil jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi.F. MANFAAT KULTUR JARINGAN1. Pemanfaatan Kultur Sel dalam PenelitianSaat ini, kultur jaringan/sel hewan telah menjadi khasanah fundamental dalam bidang ilmu pengetahuan, seperti; biologi, kedokteran, farmasi, imunologi, dan bioteknologi. Setelah periode 1970-an banyak penemuan-penemuan dalam berbagai disiplin ilmu yang tidak terlepas dari pemanfaatan kultur jaringan seperti: Transport intramembran seperti: (1) aktivitas dan perpindahan RNA dari inti ke sitoplasma dan translokasi hormon, (2) pompa ion kalsium dan natrium, (3) molekul karier untuk transport glukosa, (4) reseptor hormon dan molekul lainnya. Aktivitas intraselular seperti: (1) replikasi DNA, (2) ekspresi gena, (3) sintesis protein, (2) isolasi beberapa sel mediator, dan (3) (4) analisis kromosom untuk mengetahui kelainan genetik dari bayi dalam kandungan, mempelajari efek toksik dari komponen obat, penentuan (diagnosis) adanya infeksi virus/ bakteri, dan monitoring efek pencemaran lingkungan. Metabolisme intra-seluler seperti; (1) nutrisi, (2) inversi dan adanya induksi transformasi dari virus atau agen kimiawi (obat-obatan), (3) mekanisme regulasi steroidogenesis pada sel-sel steroidogenik, (4) peran molekulInsulin-like growth factor I (IGF-I) terhadap pertumbuhan dan diferensiasi berbagai jenis sel. (4) metabolisme energi, lemak, dan protein, (5) reseptor kompleks dan fluktuasi mediator kimia dan metabolit dalam sel. Interaksi antar-sel, seperti: (1) sinyal antar-sel, (2) populasi kinetik dan adhesi sel, (3) peran berbagai hormon pada sel-sel ovarium secara langsung misalnya pengaruh estrogen terhadap ekspresi R-LH.2. Pemanfaatan Kultur Sel dalam BioteknologiSemakin berkembangnya dukungan dan penguasaan teknologi laboratorium sangat memungkinkan membuat kultur sel primer dari berbagai jenis sel hewan maupun manusia. Perkembangan kultur jaringan sebagai teknik baru dalam bidang biologi mempunyai kaitan erat dengan perkembangan bioteknologi. Penerapan kultur jaringan dalam bidang industri (bioteknologi) antara lain:1. Produksi virus yang kemudian dibuat vaksin.2. Produksi Antibodi-monoklonal (MAB).G. PRODUK KULTUR JARINGANSalah satu contohnya yaitu kultur jaringan tanaman pisang.Tumbuhan pisang dapat dengan mudah dikulturkan dengan cara :Kultur kalusKultur tunas lebih mudah propagasi

Kelebihan :oBebas patogen tertentu kecuali penyakit virus : BBTV dan mosaikoRelatif seragamKelemahan :Kurang tahan penyakit karena terbiasa diperlakukan penuh nutrisi.

EksplanSyarat-syarat eksplan yang baik:oBerasal dari induk yang sehat dan subur.oBerasal dari induk yang diketahui jenisnyaoTempat tumbuh pada lingkungan yang baik.oUkuran tunas optimal sekitar 5 cm tingginya (biasanya ukuran tunas yang bisa dipakai sebagai eksplan adalah tunas yang berukuran antara 5 10 cm), bukan tunas yang baru tumbuh atau yang sudah kelewat besar.oUntuk pisang kapok sering tunas perlu digali lebih dalam dari dalam tanah.oUntuk pisang jenis lain baiknya tunas yang kelihatan dari tanahoTunas langsung diproses sesegar mungkin dan bila terpaksa jangan dimasukkan ke dalam kulkas.oContoh eksplan pisang

10