bijak buletinhutan bakau yang berada di wilayah pesisir kawasan ekosistem esensial (kee) teluk...

6
Pendekatan Multi-stakeholder Tingkatkan Pengelolaan Kawasan Ekosistem Esensial Elektronik - SAJI: Indonesia Tingkatkan Kepatuhan Terhadap Mandat CITES untuk Melestarikan Spesies Ikan Apendiks II Kampanye Komunikasi Perubahan Perilaku Alihkan Preferensi Konsumen ke Burung Kicau Hasil Penangkaran Halaman 6 Halaman 5 Pendekatan Multi-stakeholder Tingkatkan Pengelolaan Kawasan Ekosistem Esensial Halaman 3 Halaman 1 Halaman 2 Menggugah Anak Muda Mencintai Taman Nasional Indonesia Tokoh Konservasi Dr. Cahyo Rahmadi Halaman 4 Hari Hutan Indonesia Pertama Volume VII Juli - September 2020 Penerbitan buletin ini dimungkinkan dengan dukungan Rakyat Amerika melalui Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID). Isi dari buletin ini adalah tanggung jawab Chemonics International Inc. dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau Pemerintah Amerika Serikat. Bagi Pak Umar Hamze, seorang nelayan dari Koperasi Desa Minaseru Laut, hutan bakau yang berada di wilayah pesisir Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Teluk Pangpang merupakan tempat pemijahan ikan yang sangat baik. Seperti Pak Umar, banyak penduduk setempat yang mata pencahariannya bergantung dari usaha penangkapan ikan di areal yang secara ekosistem masih terjaga dengan baik. Namun belakangan ini, beberapa bagian hutan bakau tersebut telah ditebang oleh sebagian masyarakat untuk mendapatka alternatif bahan bangunan yang murah. USAID BIJAK dan Aliansi Relawan untuk Penyelamatan Alam (ARuPA) sebagai penerima hibah, bermitra dengan para pemangku kepentingan diantaranya Direktorat Bina Pengelolaan Ekosistem Esensial (BPEE), Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Jawa Timur, Dinas Kehutanan Provinsi,Taman Nasional Alas Purwo, organisasi masyarakat sipil, dan masyarakat setempat, untuk melaksanakan percontohan dalam memperkuat efektivitas pengelolaan KEE di Teluk Pangpang melalui penguatan pengelolaan kolaboratif. Resmi ditetapkan sebagai KEE pada 27 Juli 2020, lahan basah seluas 1.664 hektar yang terletak di zona penyangga Taman Nasional Alas Purwo, Teluk Pangpang ini merupakan bagian dari jutaan hektar ekosistem dengan DI EDISI INI: BIJAK BULETIN Foto: Kresna Duta /ARuPA Anggota Forum Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Teluk Pangpang melakukan kunjungan lapangan untuk memverifikasi batas wilayah KEE.

Upload: others

Post on 25-Nov-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BIJAK BULETINhutan bakau yang berada di wilayah pesisir Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Teluk Pangpang merupakan tempat pemijahan ikan yang sangat baik. Seperti Pak Umar, banyak penduduk

Pendekatan Multi-stakeholder Tingkatkan Pengelolaan Kawasan Ekosistem Esensial

Elektronik - SAJI: Indonesia Tingkatkan Kepatuhan Terhadap Mandat CITES untuk Melestarikan Spesies Ikan Apendiks II

Kampanye Komunikasi Perubahan Perilaku Alihkan Preferensi Konsumen ke Burung Kicau Hasil Penangkaran

Halaman 6

Halaman 5

Pendekatan Multi-stakeholder Tingkatkan Pengelolaan Kawasan Ekosistem Esensial

Halaman 3

Halaman 1

Halaman 2

Menggugah Anak Muda Mencintai Taman Nasional Indonesia

Tokoh Konservasi Dr. Cahyo Rahmadi

Halaman 4

Hari Hutan Indonesia Pertama

Volume VII Juli - September 2020

Penerbitan buletin ini dimungkinkan dengan dukungan Rakyat Amerika melalui Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID). Isi dari buletin ini adalah tanggung jawab Chemonics International Inc. dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau Pemerintah Amerika Serikat.

Bagi Pak Umar Hamze, seorang nelayan dari Koperasi Desa Minaseru Laut, hutan bakau yang berada di wilayah pesisir Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Teluk Pangpang merupakan tempat pemijahan ikan yang sangat baik. Seperti Pak Umar, banyak penduduk setempat yang mata pencahariannya bergantung dari usaha penangkapan ikan di areal yang secara ekosistem masih terjaga dengan baik. Namun belakangan ini, beberapa bagian hutan bakau tersebut telah ditebang oleh sebagian masyarakat untuk mendapatka alternatif bahan bangunan yang murah.

USAID BIJAK dan Aliansi Relawan untuk Penyelamatan Alam (ARuPA) sebagai penerima hibah, bermitra dengan para pemangku kepentingan diantaranya Direktorat Bina Pengelolaan Ekosistem Esensial (BPEE), Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Jawa Timur, Dinas Kehutanan Provinsi, Taman Nasional Alas Purwo, organisasi masyarakat sipil, dan masyarakat setempat, untuk melaksanakan percontohan dalam memperkuat efektivitas pengelolaan KEE di Teluk Pangpang melalui penguatan pengelolaan kolaboratif.

Resmi ditetapkan sebagai KEE pada 27 Juli 2020, lahan basah seluas 1.664 hektar yang terletak di zona penyangga Taman Nasional Alas Purwo, Teluk Pangpang ini merupakan bagian dari jutaan hektar ekosistem dengan

DI EDISI INI:

BIJAK BULETIN

Foto

: K

resn

a D

uta

/AR

uPA

Anggota Forum Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Teluk Pangpang melakukan kunjungan lapangan untuk memverifikasi batas wilayah KEE.

Page 2: BIJAK BULETINhutan bakau yang berada di wilayah pesisir Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Teluk Pangpang merupakan tempat pemijahan ikan yang sangat baik. Seperti Pak Umar, banyak penduduk

2

keanekaragaman hayati tinggi di luar kawasan konservasi, yang sangat rentan terhadap degradasi dan konversi. Teluk Pangpang dipilih sebagai lokasi percontohan karena pentingnya Kawasan ini sebagai habitat bagi beberapa spesies burung dan mamalia yang dilindungi termasuk elang-laut dada-putih (Haliaeetus leucogaster), bangau tongtong (Leptoptilos javanicus), dan kijang muncak (Muntiacus muntjac).

Untuk memulai kegiatan percontohan, ARuPA melakukan analisis kesenjangan dan pemetaan parapihak untuk mengidentifikasi para pemangku kepentingan yang harus dilibatkan dalam forum pengelolaan KEE. ARuPA lebih lanjut bekerja dengan anggota forum KEE untuk melakukan kajian terhadap struktur forum dan meninjau peran dan tanggung jawab pemangku kepentingan yang terlibat. Mereka juga akan mengembangkan kriteria dan indikator untuk pemantauan dan evaluasi internal, serta mengidentifikasi potensi sumber pembiayaan dari sektor swasta dan pemerintah daerah untuk mendukung pengelolaan KEE.

Pada bulan September 2020, BIJAK dan ARuPA mempresentasikan hasil analisis pemetaan parapihak dan usulan struktur baru Forum KEE. Forum KEE akan dipimpin oleh Sekretaris Kabupaten Banyuwangi yang didukung oleh tiga unit pengelolaan, yaitu penelitian dan perencanaan, konservasi, dan pemanfaatan. Para pemangku kepentingan menyepakati untuk meningkatkan partisipasi parapihak dan transparansi dalam penyusunan renana pengelolaan KEE, dan berkomitmen untuk membuat keputusan tentang kegiatan

Tahun ini, Indonesia merayakan hari peringatan tahunan yang baru. Hari Hutan Indonesia didedikasikan untuk mengakui pentingnya hutan negara dan kekayaan yang dimilikinya. Hutan adalah sumber air, makanan, tumbuhan dan fauna; menyediakan sumber daya alam; menyimpan karbon. Selain itu, mereka memainkan peran penting dalam tradisi budaya Indonesia. Dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua dan kawasan hutan hujan tropis terluas ketiga di dunia, hutan Indonesia merupakan aset yang menjadi contoh kebesaran bangsa ini.

Pada 7 Agustus 2019, Presiden Joko Widodo menandatangani Instruksi Presiden No. 5/2019 tentang Penghentian Pemberian Izin Baru dan Peningkatan Pengelolaan

Hari Hutan Indonesia Pertama

pengelolaan KEE berdasarkan konsensus para pemangku kepentingan. ARuPA dan BBKSDA Jawa Timur juga menyusun peta blok KEE Teluk Pangpang yang akan digunakan sebagai dasar dalam penyusunan rencana pengelolaan KEE.

“Dukungan BIJAK telah membantu mempercepat dan memfasilitasi proses perencanaan untuk perbaikan pengelolaan KEE di Banyuwangi,” kata Nur Rohman, Kepala Seksi Perencanaan, Perlindungan, dan Pengawetan BBKSDA Jawa Timur. “Proses ini penting karena Teluk Pangpang merupakan bagian penting dari komunitas kami.”

Perlindungan KEE sangat penting untuk mempertahankan fungsi ekosistem penting yang berkontribusi pada konservasi keanekaragaman hayati dan mendukung kesejahteraan masyarakat dan kehidupan manusia. BIJAK terus bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk merintis pengelolaan KEE multi pemangku kepentingan sebagai solusi berkelanjutan untuk melindungi lahan yang rentan ini.

Jembatan Gantung di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Foto

: Hut

an It

u In

done

sia

Foto: Anastasia Ramalo / USAID BIJAK

Sekawanan bangau (Egretta sp.) terbang di atasTeluk Pangpang KEE.

Hutan Primer dan Lahan Gambut. Undang-undang ini dianggap sebagai komitmen besar dari Pemerintah untuk melindungi hutan Indonesia. Menyadari pengesahan undang-undang ini sebagai tonggak penting bagi pelestarian lingkungan, LSM perlindungan hutan Indonesia, Hutan Itu Indonesia (HII), berhasil mengadvokasi agar Hari Hutan Indonesia diperingati setiap tahun dalam rangka berlakunya undang-undang tersebut.

USAID BIJAK, HII, 150 LSM dan CSO menyelenggarakan perayaan Hari Hutan Indonesia - kegiatan kolaboratif pertama dan terbesar untuk menarik perhatian pentingnya melindungi hutan dan ekosistem Indonesia di kalangan pemuda Indonesia.

LSM seperti Tambora Muda meluncurkan serangkaian seminar daring tentang konservasi hutan dan keanekaragaman hayati untuk memperkenalkan topik itu pada kaum muda dan mendorong mereka untuk ikut dalam perayaan Hari Hutan Indonesia. HII menyelenggarakan konser virtual “Musika Foresta”, di mana 11 artis Indonesia membawakan lagu-lagu di YouTube. Study Corner Indonesia menyelenggarakan tantangan desain kartu ucapan “peduli hutan”.

Sebagai bagian dari perayaan, BIJAK bermitra dengan HII menyelenggarakan gelar wicara daring yang menghadirkan pembicara dari BIJAK, Yayasan Warung Informasi Konservasi, Kelompok Makekal Bersatu, Pantau Gambut, Masyarakat Film Alam Indonesia, World Resources Institute, dan Conservation International.

Aktor dan penggiat lingkungan Ramon Y. Tungka yang ikut dalam gelar wicara tersebut mengatakan meski harus di rumah saat pandemi COVID-19, masyarakat tetap bisa menjaga hutan. “Bagi saya, melindungi alam atau jagawana bukan hanya profesi tapi juga jiwa saya.” Ia berpesan untuk mendukung pelestarian hutan dengan mengadopsi gaya hidup yang lebih hijau, seperti mengurangi pemakaian kertas di rumah.

Acara bincang-bincang ini telah ditonton lebih dari 3.000 kali di YouTube pada pertengahan Oktober.

Page 3: BIJAK BULETINhutan bakau yang berada di wilayah pesisir Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Teluk Pangpang merupakan tempat pemijahan ikan yang sangat baik. Seperti Pak Umar, banyak penduduk

3

Sebagian besar penduduk Indonesia adalah generasi muda – dan alam penting bagi mereka. Pemuda negara ini paham teknologi, suka berpetualang, berpengetahuan luas tentang masalah lingkungan, dan memiliki perasaan positif dan melindungi yang kuat tentang 54 taman nasional Indonesia. Tantangan bagi generasi muda Indonesia adalah mengatasi kesenjangan antara pengetahuan dan perilaku, dan memanfaatkan potensi mereka untuk menjadi mitra yang aktif dan terinformasi dalam melindungi ekosistem dan flora dan fauna yang rentan di seluruh negeri. Survei Opini Publik USAID BIJAK tahun 2018 menemukan bahwa meskipun segmen populasi ini lebih tahu tentang isu lingkungan daripada generasi yang lebih tua, komitmen generasi muda relatif lebih rendah dalam mengambil tindakan untuk mengubah situasi.

Guna menginspirasi generasi muda untuk belajar, terhubung, dan mencintai taman nasionalnya, BIJAK memimpin koalisi dari 18 Lembaga Swadaya Masyarakat dan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) untuk melaksanakan kampanye Anak Muda Cinta Taman Nasional (AMCTN). Kampanye 12 bulan yang berfokus pada media sosial ini mendorong generasi muda untuk mengadvokasi dan mendukung perlindungan hutan dan keanekaragaman hayati di Indonesia melalui pesan yang disampaikan melalui Instagram, Facebook, Twitter, dan YouTube dengan foto, cerita, permainan, dan ajakan bertindak.

Koalisi tersebut terdiri dari Biodiversity Warriors dari Yayasan KEHATI, Borneo Orangutan Survival Foundation, Conservation International Indonesia, Divers Clean Action, Earth Hour Indonesia, Yayasan Econusa, Forest Watch Indonesia, Hutan Itu Indonesia, Burung Indonesia, Prakarsa Konservasi Ekologi Regional Sulawesi, Relawan for Life , Sapu Gunung, Pemuda SDSN, Aliansi Kelautan Berkelanjutan, Tambora Muda, CoAction Indonesia, Yayasan OnTrack Media Indonesia, Wildlife Conservation Society Indonesia, Sebumi, dan Komunitas Trashbag.

Menurut Dr. Nandang Prihadi, Direktur Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi (PJLHK), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kampanye AMCTN melengkapi upaya PJLHK untuk menarik generasi muda berkunjung ke taman nasional untuk mendaki gunung, ikut serta dalam wisata alam, dan berjalan-jalan di hutan.

Debi Sagita, aktor dan pecinta alam yang merupakan salah satu pelaksana kampanye AMCTN, mengatakan penting bagi remak muda untuk mengetahui taman nasional dan mempraktikkan aturan kunjungan yang bertanggung jawab saat berkunjung. Dia menambahkan, jika anak muda mendapat informasi yang baik, mereka dapat membantu melindungi taman nasional.

Pada tanggal 23 September, BIJAK dan koalisi AMCTN menyelenggarakan seminar daring Zoom untuk meluncurkan kampanye. Seminar daring menampilkan presentasi para pemuda pegiat lingkungan, pejuang keanekaragaman hayati, dan tokoh berpengaruh media sosial untuk menginspirasi dan memengaruhi kaum muda mempelajari dan mendukung taman nasional. Sebelas mitra OMS mengadakan acara media sosial dua minggu menjelang acara daring langsung setengah hari yang dihadiri oleh lebih dari 330 peserta.

Menggugah Anak Muda Mencintai Taman Nasional Indonesia

Kunjungan anggota LSM Hutan Itu Indonesia ke Taman Nasional Ujung Kulon.

Fhho

to: H

utan

Itu

Indo

nesi

a

Peserta beraksi pada lomba mengamati burung dan fotografi Biodiversity Warrior Yayasan KEHATI di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Foto

: Rah

mad

iyon

o W

idod

o/Bi

odiv

ersi

ty W

arri

ors Y

ayas

an K

EHAT

I

Page 4: BIJAK BULETINhutan bakau yang berada di wilayah pesisir Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Teluk Pangpang merupakan tempat pemijahan ikan yang sangat baik. Seperti Pak Umar, banyak penduduk

Info

grap

hic:

USA

ID B

IJAK

4

Phot

o: M

ida

Sara

gih/

USA

ID B

IJAK

Kampanye Komunikasi Perubahan Perilaku Alihkan Preferensi Konsumen ke Burung Kicau Hasil Penangkaran

Pemeliharaan burung kicau telah mengakar dalam budaya Indonesia. Sayangnya, budaya memelihara burung kicau dan kompetisi burung kicau merupakan salah satu pendorong utama penurunan besar spesies burung di alam liar.

Untuk mengatasi hal ini, USAID BIJAK mengimplementasikan #BijakBerkicau, sebuah kampanye komunikasi perubahan perilaku (behaviour change communication atau BCC) untuk mengubah preferensi konsumen dari burung liar ke burung kicau dari penangkaran. Menargetkan 100.000 pemelihara burung penyanyi di Jawa Barat, BIJAK menggelar kampanye dengan survei rona awal pada April 2020 yang diikuti oleh 1.055 responden.

Survei rona awal menunjukkan bahwa harga adalah faktor terpenting yang mendorong keputusan dalam membeli burung kicau. Mayoritas responden melaporkan bahwa mereka lebih memilih burung tangkapan liar yang murah daripada burung hasil penangkaran yang lebih mahal. Selain itu, survei tersebut juga mengungkapkan bahwa pemilik burung kicau rata-rata memiliki hingga enam burung dan sebagian besar pemilik tidak mempraktikkan cara pemeliharaan burung yang baik.

BIJAK bekerja sama dengan mitra media Daun Digital Indonesia dalam melaksanakan kampanye yang mengandalkan metode pemasaran gerilya untuk menyebarkan pesan-pesan utama, melalui seminar daring, komik, foto, poster, teks, infografis, seminar daring dan video, yang diposting di halaman media sosial kelompok dan klub pemelihara burung kicau. Pesan kampanye juga disampaikan melalui para pemimpin opini utama – tokoh pemelihara dan penangkar burung kicau dan tokoh media sosial yang berbagi pesan dan materi dengan pengikut daring mereka.

Sejak Mei 2020, kampanye #BijakBerkicau telah menyebarkan ratusan pesan yang mendorong konsumen untuk menanyakan asal burung kicau sebelum membelinya, membeli lebih sedikit burung kicau, dan mempraktikkan

pemeliharaan yang baik. Untuk mendukung olah pesan-pesan di media daring, kampanye ini juga menyelenggarakan serangkaian seminar daring Zoom dan YouTube yang menampilkan para pemimpin opini utama Indonesia, seperti Bang Bowo, Bang Boy dan Umi Kasum, serta pakar burung dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Pesan dan materi kampanye #BijakBerkicau telah mencapai lebih dari 200.000 penghobi burung kicau. Baru-baru ini, BIJAK melakukan survei midline dan menemukan bahwa kampanye tersebut mulai merubah preferensi dan perilaku pemilik burung kicau. Sebanyak 1.088 responden berpartisipasi dalam survei midline ini. Survei menemukan bahwa meskipun jumlah rata-rata burung baru yang dibeli dalam tiga bulan terakhir tidak berubah, 67% responden melaporkan bahwa mereka sekarang lebih memilih membeli burung hasil penangkaran berkualitas tinggi dibandingkan dengan hanya 26% pada survei dasar, dan 27% responden melaporkan bahwa mereka sekarang melakukan praktik perawatan yang lebih baik, peningkatan yang signifikan

Spesies burung kicau yang populer termasuk anis bentet kecil (Colluricincla megarhyncha), atas; dan cucak rawa (Pycnonotus zeylanicus), bagian bawah.

Foto: Graham Winterflood, lisensi dibawah CC BY-SA 2.0

Foto: Possy’s Pics, lisensi dibawah CC BY-NC-SA 2.0

dibandingkan 8,9% yang ditemukan dalam survei rona awal.

Pemantauan berkelanjutan atas dampak kampanye melalui pendengaran sosial telah menunjukkan bahwa para orang-orang berpengaruh yang telah berpartisipasi dalam acara kampanye telah merangkul pesan-pesan utama kampanye. Mereka semua menyelaraskan pesan media sosial mereka sendiri untuk mendukung upaya kampanye untuk membawa perubahan perilaku di antara penjaga burung kicau.

#BIJAKBerkicau akan terus mengembangkan dan menyebarluaskan pesan-pesan baru hingga November 2020, dan survei endline akan dilakukan pada Desember 2020.

Survei midline menunjukkan preferensi konsumen terhadap burung kicau hasil penangkaran dan meningkatnya praktik pemeliharaan yang baik.

Page 5: BIJAK BULETINhutan bakau yang berada di wilayah pesisir Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Teluk Pangpang merupakan tempat pemijahan ikan yang sangat baik. Seperti Pak Umar, banyak penduduk

5

Perdagangan satwa liar dalam skala besar mendorong banyak spesies secara global – dan di Indonesia, khususnya – menuju kepunahan. Menanggapi hal tersebut, negara-negara konvensi perdagangan Internasional tumbuhan dan satwa liar spesies terancam (CITES) telah berkomitmen untuk mengontrol perdagangan spesies yang tercantum dalam CITES Apendiks II untuk memastikan kelangsungan populasi mereka di alam liar. Spesies yang terdaftar di CITES Apendiks II tidak terancam punah tetapi mungkin terancam jika perdagangan berlanjut tanpa kendali.

Sebagai anggota CITES, Indonesia terus memperkuat kerangka peraturan untuk memastikan bahwa perdagangan domestik atau internasional tidak mengancam spesies satwa liar yang terdaftar di Lampiran II.

Sebelumnya, Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) belum memiliki prosedur standar untuk mengumpulkan data guna memantau perdagangan spesies ikan yang terdaftar di CITES Apendiks II. Hasilnya, kantor BPSPL di seluruh Indonesia mengumpulkan dan mencatat data dalam format yang berbeda. Terkadang, data yang dikumpulkan memiliki ketidakakuratan yang signifikan. Kelemahan ini menyebabkan data perdagangan, meski telah dikumpulkan, tidak dapat digunakan untuk membuat peta perdagangan nasional yang akurat bagi pengelolaan perdagangan oleh Pemerintah Indonesia.

USAID BIJAK bekerja sama dengan Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut (KKHL) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk mengembangkan prosedur operasi standar (POS) baru bagi sistem Surat Angkut Jenis Ikan (SAJI) yang saat ini digunakan oleh keenam Kantor BPSPL di seluruh Indonesia. POS untuk SAJI berkontribusi pada keterlacakan spesies yang terdaftar di Apendiks II yang memungkinkan pemerintah dan publik mengetahui asal, perlakuan, proses, dan kepemilikan ikan dan produk ikan di seluruh rantai pasokan.

Pada bulan Oktober 2020, KKP meluncurkan sistem daring pengajuan dan pengelolaan Surat Angkut Jenis Ikan (e-SAJI) di http://saji.kkp.go.id yang didasari POS yang dikembangkan oleh KKHL dengan dukungan teknis dari BIJAK. Sistem daring akan meningkatkan tata kelola

Elektronik - SAJI: Indonesia Tingkatkan Kepatuhan Terhadap Mandat CITES untuk Melestarikan Spesies Ikan Apendiks II

dan menyederhanakan proses bagi masyarakat untuk mendapatkan – dan bagi KKP menerbitkan dan mengatur – izin untuk mengangkut spesies dan produk ikan yang terdaftar di CITES Apendiks II. Sistem ini juga akan meningkatkan ketertelusuran produk dengan mendukung sistem nasional berbasis data daring KKP dengan data standard pada spesies ikan yang diperdagangkan di CITES Apendix II.

“e-SAJI akan memainkan peran penting dalam pemantauan kuota dan memastikan bahwa kami mematuhi aturan konservasi spesies,” kata Ir. Andi Rusandi M.Si, Direktur KKHL. “Kami dapat memantau jumlah ikan yang didaratkan, spesiesnya, asalnya, serta jumlah yang diperdagangkan di pasar domestik atau internasional.” Sistem ini juga memungkinkan Pemerintah Indonesia untuk memelihara peta perdagangan yang lengkap dan akurat yang akan digunakan untuk menentukan kuota penangkapan dan perdagangan spesies CITES Apendiks II.

Kapal nelayan tradisional ditambatkan di pelabuhan pendaratan Tanjung Luar, Nusa Tenggara Barat.

Foto

: Obr

a Sh

alom

Cam

po G

rand

e M

S lis

ensi

dib

awah

CC

BY-

NC

-SA

2.0

Laman login laman e-SAJI

CITES mencantumkan spesies hiu mako (Isurus oxyrinchus) dalam spesies CITES Apendiks II

Foto: WCS-ID

Page 6: BIJAK BULETINhutan bakau yang berada di wilayah pesisir Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Teluk Pangpang merupakan tempat pemijahan ikan yang sangat baik. Seperti Pak Umar, banyak penduduk

Dr. Cahyo Rahmadi (kiri) mempersembahkan buku berjudul ‘Sejarah Alam Gunungsewu’, kepada Bambang Brodjonegoro, Menteri Sains dan Teknologi Indonesia, pada saat kunjungan menteri ke Pusat Penelitian Biologi di Cibinong. Dr. Cahyo merupakan anggota tim penulisnya.

Pemimpin Redaksi: Symantha HolbenTim Produksi: Danumurthi Mahendra, Anastasia Ramalo

Kontributor: Biodiversity Warrior Yayasan Kehati, Dr. Cahyo Rahmadi, Graham Winterflood, Kresna Duta, Hutan Itu Indonesia, Possey’s Pics, WCS-ID

USAID BIJAK – Bangun Indonesia untuk Jaga Alam demi KeberlanjutanAIA Central, Level 41, Jl. Jend. Sudirman Kav 48-A, Karet Semanggi, Jakarta Selatan 12930DKI Jakarta – Indonesia. Phone: +62 21 2253 5830 htts://www.bijak-indonesia.org @BIJAKonservasi

Tim Editorial BIJAK Buletin

Tokoh Konservasi Dr. Cahyo RahmadiDr. Cahyo Rahmadi merupakan salah satu peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang telah mendukung kemitraan berkelanjutan antara LIPI dan USAID BIJAK dalam pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia. Hasil kerjasama pakar kala cemeti (Amblypygi), biosistematika, biologi gua, dan pengelolaan karst, bersama BIJAK di antaranya mencakup pengembangan serangkaian pedoman identifikasi spesies satwa liar dilindungi, pelatihan, dan jaringan pemantauan spesies. Sebagai Kepala Divisi Zoologi di Pusat Penelitian Biologi LIPI, Dr. Cahyo membagi pengalamannya dalam identifikasi dan pemantauan spesies di Indonesia.

Ceritakan tentang diri Anda dan bagaimana Anda terlibat dalam konservasi satwa liar.Saya mengambil bidang studi biologi di Universitas Gadjah Mada dan mengambil gelar doktor dalam ilmu biologi di Universitas Ibaraki, Jepang. Setelah itu saya bergabung dengan LIPI dan melakukan penelitian spesies. Spesies satwa liar adalah salah satu area fokus utama saya ketika saya ditunjuk sebagai Kepala Divisi Zoologi. Seiring waktu, saya terlibat lebih banyak dan mengembangkan pengetahuan dalam konservasi satwa liar.

Apa yang paling Anda nikmati dari pekerjaan Anda?Saya suka belajar hal-hal baru. Sebelumnya, saya fokus pada konservasi kawasan karst. Sejak saya ditugaskan untuk memimpin Divisi Zoologi pada tahun 2019, saya belajar banyak hal baru yang berhubungan dengan konservasi spesies. Bukan hanya konservasi harimau dan gajah, tetapi juga legalitas dan keterlacakan pemanfaatan tanaman di bawah kerangka CITES. Persoalan satwa liar tidak hanya soal konservasi tetapi juga pemanfaatan yang berkelanjutan. Kami masih banyak PR untuk menangani masalah ini.

Mengenai perlindungan spesies, apa kesenjangan dan tantangan yang dihadapi lembaga di perbatasan, dan apa yang harus kita lakukan? Salah satu tantangan terbesar adalah kesenjangan pengetahuan orang terkait teori dan praktik. Misalnya, staf keamanan bandara (Avsec) bandara yang berada di garda depan dan memiliki pengetahuan tentang praktik perdagangan ilegal satwa liar. Namun dalam praktiknya, terkadang pelaku penyelundupan masih bisa lolos dengan menyelundupkan satwa atau produk satwa. Oleh karena itu, pekerjaan yang dilakukan BIJAK untuk melatih para staf tersebut serta meningkatkan koordinasi dan komunikasi antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan Karantina dan Bea Cukai bandara sangat penting. Kami perlu menindaklanjuti pelatihan untuk memastikan staf garda depan tahu cara mengambil tindakan yang sesuai dan berkoordinasi langsung dengan lembaga penegak hukum yang sesuai. Semua bandara harus menerapkan prosedur operasi standar untuk mengidentifikasi dan menangani kasus penyelundupan satwa liar. Selain pelatihan, kami membutuhkan sistem koordinasi nasional agar kami dapat mengurangi perdagangan ilegal satwa liar secara efektif.

Menurut Anda, apa tantangan terbesar bagi konservasi Indonesia dari sudut pandang LIPI?Saya kira kita sudah punya cukup instrumen hukum, seperti aturan dan regulasi. Tantangannya sekarang terletak pada penegakan hukum. Kita perlu berbuat lebih banyak untuk memperkenalkan dan mensosialisasikan undang-undang dan peraturan agar lebih banyak orang yang sadar. Kita juga perlu memperkuat koridor perlindungan satwa liar di luar kawasan konservasi. Perlindungan spesies sangat diperlukan dan harus terintegrasi dengan baik ke dalam kawasan konservasi demi kelestarian habitat spesies juga.

Anda telah mendukung BIJAK dalam beberapa kegiatan. Apa yang Anda harapkan dari kerjasama LIPI dengan BIJAK di masa mendatang?Saya berharap LIPI dapat bekerja sama dengan BIJAK untuk memulai jaringan pemantauan spesies skala nasional, terutama terkait studi dan inventarisasi populasi spesies. Jaringan baru ini memungkinkan LIPI mengakses data tentang spesies penting yang dilindungi, seperti trenggiling, yang dikumpulkan oleh lembaga swadaya masyarakat, namun hingga saat ini belum disebarluaskan. Pelatihan ini akan memastikan organisasi mengumpulkan data menggunakan metodologi yang dikembangkan oleh LIPI, sehingga datanya memenuhi standar kami dan dapat digunakan dalam kebijakan kami terkait konservasi dan pengelolaan spesies satwa liar.

Foto: Dr. Cahyo Rahmadi

Foto: Dr. Cahyo Rahmadi

Dr. Cahyo Rahmadi memberikan presentasi pada acara pelatihan pengelolaan cagar biosfer Indonesia.